Ceritasilat Novel Online

Hijaunya Lembah Hijaunya 31

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja Bagian 31


diterima" Karena itu, kau tidak usah merasa terlalu bersalah
untuk menyampaikan pesan itu"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
katanya "Baiklah kakangmas. Memang ada pesan dari
kakangmas Singa Narpada yang ingin aku sampaikan
kepada kakangmas. Sebenarnyalah aku memang dikirim
oleh kakangmas Singa Narpada sebagaimana dugaan
kakangmas" Pangeran Kuda Permati mengangguk-angguk. Katanya
"Kakangmas Singa Narpada memang seorang yang sangat
cerdik. Ia mempunyai seribu cara didalam peperangan. Ia
dapat sekejam serigala lapar menghadapi mangsanya, tetapi
ia dapat mempergunakan cara selembut cara yang
dipergunakannya sekarang.
"Ya" jawab Purnadewi " pasukan kakangmas Singa
Narpada di medan perang membantai lawannya tanpa
ampun, sebagaimana prajurit-prajuritnya dibantai oleh
lawan-lawannya" Pangeran Kuda Permati mengerutkan keningnya.
Namun kemudian katanya -"- Itulah gambaran dari
peperangan" "Aku sudah melihatnya sendiri kakangmas" berkata
Purnadewi " ketika Iandasan Utama kakangmas Kuda
Permati pecah oleh serangan pasukan kakangmas Singa
Narpada, aku melihat kekejaman dari peperangan itu
sendiri. Seandainya aku bukan adik sepupu kakangmas
Singa Narpada, mungkin nasibku sudah lain"
"Tidak" jawab Kuda Permau " bukan karena kau adik
sepupunya. Meskipun kau adik sepupunya, tetapi jika kau
tidak akan dapat dipergunakan, maka kau tentu sudah
menjadi korbannya pula"
Purnadewi merenung sejenak. Lalu jawabnya "Mungkin
juga kakangmas. Mungkinpada saat itu, kakangmas Singa
Narpada menemukan satu cara unatuk mempergunakan
aku menyampaikan pesan kepada kakangmas Kuda
Permati" "Dan ternyata ia telah melakukannya" berkata Pangeran
Kuda Permati. "Ya. Aku telah mendapat pesan itu" berkata Purnadewi
kemudian. "Karena itu, katakanlah " desak Pangeran Kuda Permati.
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Katanya kemudian
"Kakangmas. Sebagaimana kakangmas dapat menebak,
bahwa aku memang telah dikirim untuk menyampaikan
satu pesan, agaknya kakangmas juga dapat menebak pesan
apakah yang aku bawa itu"
"Mungkin aku dapat menduganya Diajeng" jawab
Pangeran Kuda Permati " mungkin kakangmas Singa
Narpada mengira bahwa kau adalah orang yang paling
berpengaruh atasku, sehingga ia berpesan, agar aku
menyerah saja" "Hampir tepat kakangmas" jawab puteri Purnadewi "
kakangmas Singa Narpada memang menginginkan
kakangmas menghentikan peperangan"
"Dan bukankah kau sudah tahu jawabnya?" bertanya
Pangeran Kuda Permati"
"Aku mengerti kakangmas. Kakangmas tidak akan mau
mendengarkannya. Kakangmas tentu menanggapi
permintaan kakangmas Singa Narpada itu sebagai satu
lelucon saja. Kita telah terjerumus kedalam satu peperangan
yang dapat disebut perang yang besar dan meliputi daerah
yang luas. Karena pesan yang demikian sederhana ini tidak
akan berpengaruh sama sekali" jawab Purnadewi.
Pangeran Kuda Permati menarik nafas dalam-dalam.
Katanya "Kau benar Diajeng. Pesan itu tidak ada harganya
sama sekali bagiku. Dengan demikian aku pantas
mengucapkan terima kasih kepada kakangmas Singa
Narpada yang telah mengirimkan kau kembali kepadaku.
Sementara itu, kita dapat mengabaikan pesan-pesannya
yang tidak berarti sama sekali. Sebenarnya kakangmas
Singa Narpada sudah harus dapat memperhitungkan bahwa
pesannya tidak akan memberikan kesan apapun kepadaku
meskipun yang menyampaikan isteriku sendiri"
"Ya kakangmas" jawab Purnadewi "Tetapi agaknya
kakangmas Singa Narpada memang sudah menduganya.
Karena itu tidak begitu mengharap bahwa pesannya akan
berpengaruh. Ia justru lebih banyak berbuat dengan
pasukannya. Ia telah memanggil lagi anak-anak muda yang
dipersiapkan oleh Panji Sem-pana Murti untuk menjadi
prajurit dengan latihan-latihan khusus.
"Persetan" geram Kuda Permati " meskipun kakangmas
Singa Narpada memanggil semua laki-laki penjilat
diseluruh Kediri, tetapi ia tidak akan dapat mencegah usaha
kita untuk membebaskan Kediri dari tangan orang-orang
Singasari yang tamak. "Tetapi apakah kakangmas Kuda Permati tidak
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan lain yang
dapat terjadi?" bertanya puteri Purnadewi kemudian.
"Kemungkinan yang mana?" Pangeran Kuda Permati
justru ganti bertanya. "Kakangmas" desis Purnadewi " semakin lama
pertempuran ini berlangsung, maka korbanpun akan
menjadi semakin banyak"
Pertanyaan yang tidak diduga-duga oleh puteri
Purnadewi itu telah membuat jantung Pangeran Kuda
Permati bagaikan berhenti berdetak. Ia sama sekali tidak
mengira bahwa akhirnya Purnadewi sampai pada pendapat
yang demikian. Karena itu, maka dengan wajah yang kemerah-merahan
Pangeran Kuda Permati menjawab dengan suara yang
bergetar "Diajeng. Sungguh betapa dungunya aku
dihadapan Pangeran Singa Narpada. Aku mengira bahwa
aku akan mendapatkan kemenangan didalam perang yang
aneh ini. Aku kira, aku akan dapat menyampaikan pernyata
an terima kasih kepada kakangmas Singa Narpada karena ia
sudah mengirimkan kau kepadaku dengan sikap yang
bodoh. Aku kira kakangmas Singa Narpada hanya sekedar
mengirimkan pesan kepadamu karena kau. dianggap
berpengaruh kepadaku. Ketika kau menyampaikan pesan
itu, maka kau merasa bahwa aku telah mencapai satu
kemenangan. Betapa bodohnya kakangmas Singa Narpada
yang telah melepaskanmu aan mendorongmu kembali
kepadaku dengan cerdik bersama tiga orang perwira yang
diperlukannya untuk mengawalmu diperjalanan, hanya
sekedar untuk menyampaikan pesan itu. Aku kira bahwa
kakangmas Singa Narpada demikian yakin akan
pengaruhmu atas diriku sehingga pesanmu akan dapat aku
terima, setidak-tidaknya aku pikirkan. Tetapi aku sama
sekali tidak menghiraukannya- Dan aku menganggap
bahwa perang telah selesai dan akil mendapatkan
kemenangan mutlak" Pangeran Kuda Permati berhenti
sejenak, lalu "tetapi ternyata tidak. Pesan kakangmas Singa
Narpada bukan pesan yang diharapkan akan aku
dengarkan. Tetapi ia telah membentukmu menjadi seorang
yang lain. Kau bukan sekedar membawa pesan. Tetapi
kakangmas Singa Narpada sudah berhasil merubah
sikapmu. Secara jiwani kakangmas Singa Narpada telah
menjadikan kau orang lain. Dan kau yang lain itulah yang
akan mempengaruhi aku. Bukan sekedar pesan orang yang
mengirimkan kau kemari"
Wajah puteri Purnadewi memang menjadi tegang. Tetapi
seakan-akan ia sudah siap menghadapi kemungkinan itu.
Pengalamannya yang pendek pada saat terakhir, sejak ia
diambil oleh Pangeran Singa Narpada dari alas utama
perjuangan Pangeran Kuda Permati sampai ia kembali
kepada suaminya, telah menempa jiwanya sehingga ia
sudah siap menghadapi persoalan-persoalan yang akan
timbul kemudian. Sebenarnyalah puteri Purnadewi secara jiwani telah
berubah. Karena itu, maka jawabnya "Kakangmas. Aku mohon
maaf. Tetapi perkenankanlah aku menyampaikan satu
pendapat yang barangkali ada gunanya kakangmas
dengarkan. "Tidak ada gunanya Diajeng" jawab Pangeran Kuda
Permati " jika kau sekarang sudah berubah, maka kau harus
menyadari, bahwa aku adalah Kuda Permati yang dahulu.
Kuda Permati yang tidak akan pernah berubah"
"Justru karena itu kakangmas" berkata puteri Purnadewi
" justru karena kakangmas adalah seorang kesatria. Seorang
yang lebih mementingkan kepentingan rakyat banyak
daripada kepentingan diri sendiri"
Wajah Pangeran Kuda Permati menjadi semakin tegang,
sementara Purnadewi berkata lebih lanjut " Kakang mas,
dengan demikian, maka aku mengharapbahwa kakang mas
Kuda Permati untuk selanjutnya tetap memperhatikan
keadaan rakyat kecil yang tidak banyak tahu menahu
tentang peperangan ini"
"Cukup Diajeng " potong Pangeran Kuda Permati "Kau
tidak usah mengajari aku tentang apa pun juga. Aku
mempunyai sikap yang matang, sehingga aku akan dapat
mengetrapkannya sesuai dengan kepentingan yang tentu
sudah aku pertimbangkan masak-masak"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Kemudian
dengan nada lembut ia berkata "Jadi kakangmas tidak mau
lagi mendengarkan kata-kataku"
"Aku sudah dapat membaca, apa yang akan kau
katakan" jawab Pangeran Kuda Permati.
"Mungkin kakangmas, tetapi jika aku yang
mengucapkannya, maka kesannya akan . dapat berbeda,
karena aku melihat sendiri apa yang terjadi, dan bahwa
akupun mengalami perlakuan yang sangat pahit sebagai
akibat peperangan. Namun ternyata bahwa berpuluh-puluh,
beratus-ratus bahkan beribu-ribu orang yang mengalami
keadaan lebih parah dari yang aku alami akibat dari
peperangan ini. Apakah kita, orang-orang yang kebetulan
berperanan didalam kemungkinan-kemungkinan terjadinya
satu perubahan tidak merasa perlu untuk
menghiraukannya" berkata Purna-dewi.
"Kenapa hal itu tidak kau sampaikan kepada kakangmas
Singa Narpada agar ia menghentikan pembantaian
yang dilakukannya tanpa ampun?" bertanya Pangeran
Kuda Permati. "Aku sudah menyampaikan kepadanya. Tetapi pasukan
kakangmas Singa Narpadapun mengalami pembantaian
tanpa ampun" jawab Purnadewi "Tetapi itu tidak terlalu
menyakitkan hati. Yang lebih parah adalah pembantaian
terhadap orang-orang yang tidak tahu menahu sama sekali
tentang pertempuran ini. Orang yang tidak tahu akan citacita
kakangmas Kuda Permati yang ingin membebaskan diri
dari kesatuan Singasari dan berdiri sendiri bahkan
kemudian menguasai Singasari dan tidak pula mengerti,
tugas kakangmas Singa Narpada untuk mempertahankan
kedudukan Kediri seperti sekarang ini"
"Diajeng" potong Pangeran Kuda Permati "istilah yang
kau pergunakanpun telah berbeda. Inilah puteri Purnadewi
yang sekarang, setelah ditangkap oleh Pangeran Singa
Narpada dan kemudian dilepaskannya lagi?"
Wajah Purnadewi menjadi semakin tegang.
Dipandanginya wajah suaminya dengan tajamnya.
Kemudian dengan nada ragu ia bertanya "Apa yang
berubah kakangmas" "Sejak kapan kau menyebut negeri ini sebagai bagian dari
Kesatuan Singasari yang besar?" bertanya Pangeran Kuda
Permati "Tentu kakangmas Singa Narpada yang
mengajarimu. Yang mengatakan, bahwa Kediri merupakan
satu bagian dari kesatuan Singasari itu, yang mempunyai
wewenang mengurus dirinya sendiri. Sehingga dengan
demikian maka Kediri merupakan anggauta dari sebuah
keluarga besar yang duduk dalam tataran yang sama, yang
di embani oleh Sri Maharaja di Singasari yang Besar, Yang
Bijaksana, Yang penuh Kasih Sayang terhadap rakyatnya,
dan sebutan-sebutan apalagi yang dapat diucapkan untuk
men-julat kaki orang-orang Singasari.
"Kakangmas" potong Purnadewi dengan suara
melengking " kakangmas melihat persoalan ini dari satu sisi,
sebagaimana yang pernah aku lihat dahulu. Tetapi
kemudian aku sempat melihat dari sisi yang lain, yang
dapat aku jadikan bahan perbandingan antara kedua sisi
penglihatanku itu" "Begitukah menurut kakangmas Singa Narpada?"
bertanya Pangeran Kuda Permati dengan suara yang berat
"Kakangmas Singa Narpada tidak mengatakan demikian,
kakangmas" jawab puteri Purnadewi " kakangmas Singa
Narpada hanya memberi kesempatan kepadaku untuk
melihat sisi yang lain yang belum pernah aku lihat"
"Tetapi sebelumnya kau tidak pernah mengatakan
tentang satu Kesatuan dari Singasari yang besar, yang didalamnya
terkandung Kediri dan daerah-daerah lainnya
diwilayahi yang sekarang disebut Singasari. Coba kau lihat,
jika kita menyetujui istilah itu, maka Kediri merupakan
bagian kecil dari yang disebut Singasari sebagai beberapa
Pakuwon yang dahulu merupakan daerah Kediri.
Wewenang dan haknya tidak lebih dari satu kerajaar yang
berada dibawah pengaruh kekuatan Maharaja di Singasari,
apapun yang dikatakan oleh orang-orang Singasari untuk
sekedar menyenangkan hatiku, hatimu dan hati orangorang
Kediri yang lemah," jawab Pangeran Kuda Permati.
Purnadewi memandang Pangeran Kuda Permati de ngan
tajamnya. Ia tidak menunduk sebagai .dilakukannya pada
saat-saat lampau jika Pangeran Kuda Permati bersikap agak
keras kepadanya. Tetapi saat itu Purnadewi justru berkata
"Kakangmas. Marilah kita berpikir bening. Jangan
tenggelam kedalam arus perasaan yang tidak berujung
pangkal. Biasanya seorang perempuanlah yang tidak
mampu mempergunakan nalarnya. Tetapi sekarang,
ternyata sikapku benar-benar dipengaruhi oleh nalar dalam
keseimbangannya dengan perasaan"
"Omong kosong" teriak Pangeran Kuda Permati " omong


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kosong. He, begitukah kakangmas Singa Narpada
mengajarimu, atau kau sudah tidak waras lagi sekarang?"
Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Ia mengenal
suaminya dengan baik, sehingga ia tahu, bahwa suaminya
telah menjadi benar-benar marah.
Tetapi pengalamannya telah menempanya sehingga
Purnadewi tidak menjadi gemetar karenanya.
"Diajeng" berkata Pangeran Kuda Permati dengan suara
geram "sebaiknya kau tidak usah ikut berbicara tentang
sikapku menghadapi Singasari. Apapun yang aku lakukan,
biarlah aku lakukan. Pada saatnya kau akan ikut menikmati
hasil dari perjuanganku"
"Ampun kakangmas" jawab Purnadewi "Aku tidak akan
dapat berdiam diri menghadapi keadaan yang semakin
parah ini" "Apa pedulimu" bentak Pangeran Kuda Permati.
"Kakangmas" berkata Purnadewi kemudian " setiap hari
kematian akan bertambah-tambah, sementara aku sama
sekali tidak berbuat apa-apa bagi Kediri yang sama-sama
kita cintai ini. Tetapi cintaku kepada Kediri bukannya
beralaskan kepada kepentingan diriku pribadi.
Kepada kepuasan diri atau cita-cita pribadi, tetapi aku
mencintai Kediri sebagai satu kenyataan yang aku hadapi di
setiap hari. Kematian, tangis, dan kepahitan hidup yang
menyayat tanpa ada henti-hentinya"
"Itu adalah korban dari sebuah perjuangan " teriak
Pangeran Kuda Permati " semakin besar cita-cita
perjuangan, maka pengorbananpun akan menjadi semakin
besar" "Perjuangan apa?" bertanya Purnadewi " perjuangan bagi
kepentingan siapa" Mereka yang menjadi korban sama
sekali tidak merasa bahwa mereka sedang berjuang untuk
satu cita-cita. Mereka sama sekali tidak mengerti, untuk apa
sebenarnya perang itu terjadi"
"Cukup" bentak Pangeran Kuda Permati "Aku tidak
akan mendengarkan kata-katamu. Biarlah kau tetap berada
disini atau jika kau ingin kembali kepada kakangmas Singa
Narpada. Tetapi kau jangan menjadi racun bagiku. Selama
ini kau merupakan satu dorongan yang tidak ternilai bagi
perjuanganku. Aku menjadi semakin bergairah dalam
perjuangan ini karena doronganmu. Namun kini kau sudah
berubah. Meskipun demikian aku tidak akan bergeser sama
sekali dari arah yang telah aku yakini"
Purnadewi masih akan menjawab, tetapi Pangeran Kuda
Permati telah berkata "Kau mendapat kesempatan untuk
merenungi kata-kataku. Pada saatnya aku akan bertanya
kepadamu, apakah kau masih mengerti arti dari perjuangan
ini, atau sebaliknya"
Purnadewi sama sekali tidak mendapat kesempatan
untuk menjawab. Pangeran Kuda Permati tidak
menunggunya. Dengan wajah yang garang dan jantung
yang berdegup semakin cepat, Pangeran Kuda Permati
meninggalkan rumah itu. Beberapa orang yang memang ditempatkan sebagai
pengawal Purnadewi itu termangu-mangu. Mereka tidak
tahu pasti, apa yang terjadi. Tetapi mereka mendengar
perselisihan yang telah terjadi antara Pangeran Kuda
Permati dengan isterinya. Satu peristiwa yang jarang sekali
terjadi. Apalagi ketika Pangeran Kuda Permati pada saat
meninggalkan rumah itu berpesan kepada pemimpin
pengawal khusus yang menjaga rumah itu " Hati-hati.
Amati. Jangan ada orang yang berhubungan dengan
Purnadewi dan apalagi Purnadewi jangan sampai
meninggalkan halaman rumah ini. Kalian
bertanggungjawab jika terjadi sesuatu atasnya.
Pemimpin pengawal itu tidak sempat menjawab. Ia tidak
tahu maksud Pangeran Kuda Permati Tetapi ia tidak dapat
berbuat lain kecuali melakukan perintah itu.
"Tidak boleh ada orang yang berhubungan dengan puteri
dan puteripun tidak boleh keluar dari halaman ini"
pemimpin pengawal itu memberikan perintah pula kepada
para pengawal yang lain. Berbagai pertanyaan telah timbul diantara para pengawal
tentang puteri Purnadewi. Perselisihan yang terjadi dengan
Pangeran Kuda Permati apalagi tidak jelas persoalannya
bagi mereka, telah membuat mereka bertanya-tanya.
Dalam pada itu, sepeninggal Pangeran Kuda Permati,
maka Purnadewipun telah berlari masuk kedalam biliknya.
Dijatuhkannya dirinya tertelungkup dipembaringannya
Rasa-rasanya tugas yang diembannya telah gagal sama
sekali. Ia tidak mendapat cukup kesempatan untuk
menjelaskan. Apalagi meyakinkan Pangeran Kuda Permati.
Namun puteri Purnadewipun mengerti sepenuhnya sifat
dan watak Pangeran Kuda Permati. Apalagi perjuangannya
itupun telah dirintisnya untuk waktu van" lama. Ia tidak
tiba-tiba saja mengumpulkan para prajurit dan mengajak
mereka untuk berontak. Tetapi Pangeran Kuda Permati
telah menempuh jalan yang agak panjang. Ia telah
menempa secara jiwani beberapa orang pemimpin prajurit
untuk bersamanya melakukan perlawanan terhadap
Singasari. Karena itulah, maka dalam keadaan yang
bagaimanapun juga, para pengikut Pangeran Kuda Permati
pada umumnya adalah orang-orang setia, yakin akan
kebenaran perjuangannya dan berani.
Meskipun demikian dalam perkembangan selanjutnya
telah timbul akibat-akibat buruk yang mempengaruhi sikap
jiwani yang sekuat baja itu. Kegersangan, kesendirian tanpa
anak dan isteri, kekejaman dan perjalanan yang seakanakan
tidak pernah berakhir. Bahkan kadang-kadang haus
dan lapar serta pengalaman-pengalaman yang lain, telah
menggeser sikap mereka dari sikap seorang pejuang menjadi
orang-orang yang ganas dan garang. Bahkan tujuan
perjuangan mereka semakin lama menjadi semakin kabur
dibayangi oleh sifat-sifat yang justru bertentangan dengan
dasar perjuangan mereka sendiri.
Apa yang dilihat dan dialami oleh puteri Purnadewi
sama sekali tidak mencerminkan satu pengalaman yang
mengharukan tentang seorang pahlawan yang berjuang,
tetapi rasa-rasanya yang dialaminya tidak lebih dari berada
diantara segerombolan penyamun dan perampok. Yang
merampas milik orang lain, membunuh dan bahkan berbuat
kasar yang lain yang jauh lebih rendah dari martabat yang
seharusnya bagi seorang pejuang.
"Tetapi masih ada kesempatan" berkata Purnadewi
kepada dirinya sendiri. Ia harus berbuat dengan sabar.
Bukankah pada suatu saat Pangeran Kuda Permati akan
datang lagi kepadanya"
Sebagaimana kerasnya sikap Pangeran Kuda Permati,
maka Purnadewipun harus sadar, bahwa ia tidak boleh
berputus asa. Betapa kerasnya batu karang, tetapi titik-titik
air akan dapat melubanginya.
Dengan demikian, maka Purnadewipun masih
berpengharapan. Ia tidak boleh dengan cepat menjadi putus
asa. Sementara itu Pangeran Kuda Permati telah berada
kembali diantara para SenoDatinya. Kemarahannya kepada
isterinya, masih nampak terkesan diwajahnya. Bahkan
kemudian Pangerah Kuda Permati telah memerintahkan
para Senopatinya untuk meningkatkan pengawasan.
"Sikap kita tidak boleh mengendor" berkata Pangeran
Kuda Permati "Dalam beberapa waktu yang tidak terlalu
lama, aku akan menyerang Kota Raja dari beberapa
penjuru. Aku ingin mengatakan kepada kakangmas Singa
Narpada, bahwa usahanya dengan mempengaruhi Purnadewi
sama sekali tidak berarti apa-apa"
Para Senopati itupun kemudian mendapat gambaran,
apa yang sebenarnya telah terjadi. PemimpiA pengawal di
rumah yang didiami oleh Purnadewipun kemudian
mengerti juga, bagaimana sikap Purnadewi itu kemudian,
sehingga Pangeran Kuda Permati telah mengambil sikap
yang tegas terhadapnya, meskipun ia adalah isterinya.
Dengan demikian maka para pengawal dirumah yang
didiami oleh Purnadewi itupun berusaha dengan sungguhsungguh
untuk dapat melakukan tugas mereka dengan
sebaik-baiknya, karena sedikit saja kesalahan yang mereka
lakukan, mungkin akan dapat menimbulkan akibat yang
tidak dikehendaki. Bukan saja atas mereka, tetapi atas
lingkungan yang lebih luas.
Ternyata bahwa Purnadewipun menyadari sikap
suaminya. Ia melihat para pengawal yang hilir mudik dihalaman.
Siang dan malam. Tidak seorangpun yang pernah
memasuki halaman rumah itu kecuali para pembantu yang
telah mendapat kepercayaan untuk melayani Purnadewi
dirumah itu. Juru patehan, juru taman, juru madaran, juru
panebah dan beberapa orang tertentu lainnya.
Namun Purnadewi tidak berputus-asa. Ia masih
menunggu kesempatan. Ia yakin bahwa pada satu saat,
suaminya tentu masih akan datang mengunjunginya. Ia
tidak akan menjadi jemu untuk mengatakan, bahwa saatnya
pembantaian ; harus dihentikan.
Tetapi sebelum Pangeran Kuda Permati datang kerumah
itu, maka telah teriadi sesuatu yang mengejutkan bagi
Puteri Purnadewi. Di tengah malam buta ia telah
dibangunkan oleh para pengawal. Dengan tergesa-gesa
pemimpin pengawal itu berkata "Puteri, mohon maaf.
Malam ini juga puteri diminta untuk meninggalkan tempat
ini" "Kenapa?" bertanya puteri Purnadewi.
"Orang-orang Kediri yang menjadi penjilat itu agaknya
dapat mencium kegiatan kami dan oleh para pengkhianat
mereka agaknya telah mendapat petunjuk tentang padukuhan
ini" jawab pemimpin pengawal itu.
Purnadewi tidak dapat membantah. Jika demikian,
maka,, ia memang harus pergi. Ia tidak mau tertangkap lagi
sebelum ia sempat berbicara lebih panjang dengan
suaminya. Karena itu, maka Purnadewipun segera berbenah diri.
Namun ia masih sempat bertanya " Dimana kakangmas
Kuda Permati sekarang?"
"Di bagian lain dari pertahanan kita telaht terjadi
pertempuran sejak lewat senja. Pangeran Kuda Permati
memimpin sendiri para prajurit untuk melawan pasukan
yang besar dari Kediri. Yang agaknya tidak lagi berpegang
pada paugeran perang yang hanya dapat terjadi disiang
hari. Tetapi mereka dengan sengaja menyerang, mungkin
mereka bermaksud menyergap kita" berkata pemimpin
pengawal itu "Tetapi usaha mereka tentu akan sia-sia"
"Jadi kemana aku harus pergi?" bertanya Purnadewi.
"Pangeran Kuda Permati telah memberikan perintah
terperinci. Kita akan menuju kesebuah padukuhan yang
sudah ditentukan oleh Pangeran Kuda Permati" jawab
Purnadewi. Namun puteri Purnadewi menjadi berdebar-debar pula.
Mungkin orang-orang Kediri berhasil menemukan tempat
itu, karena ada diantara mereka yang sempat mengikutinya
dan melihat arah kepergiannya.
"Tetapi tidak" katanya "segala pihak waktu itu telah
meyakinkan, bahwa tidak ada seorangpun yang mengikuti
perjalananku. Memang masuk akal bahwa kelima orang
petani itu adalah orang-orang kakangmas Pangeran Singa
Narpada yang mendapat tugas untuk menyelamatkan
perjalananku, sampai mereka yakin aku akan jiapat sampai
kepada kakangmas Kuda Permati karena merekapun
berkepentingan sekali dengan perjalananku. Tetapi setelah
itu, tidak ada orang lain yang akan dapat menembus
jebakan kakangmas Kuda Permati"
Demikianlah, dimalam yang gelap Purnadewi dikawal
oleh sekelompok prajurit pilihan telah menyusuri jalan-jalan
kecil berpindah dari satu padukuhan ke padukuhan yang
telah di tentukan. Perjalanan di malam hari melewati jalanjalan
yang sempit bukan satu perjalanan. yang mudah,
sebagaimana ia meninggalkan Kota Raja.
Beberapa orang pengawal berjalan didepannya,
selebihnya berjalan di belakangnya. Dua orang diantara
mereka telah mendahului untuk mengamati apakah jalan
yang akan mereka lalui aman, karena dalam keadaan yang
rumit itu, disetiap tempat akan dapat mereka temui kawan
dan mungkin juga lawan. Namun ternyata bahwa beberapa puluh langkah dari
sebuah padukuhan yang nampak dihadapan mereka,
meskipun jalan yang mereka lalui tidak akan menembus
padukuhan itu, terdapat sesuatu yang mencurigakan. Dua
orang yang berjalan mendahului kelompok itu telah
memberikan laporan tentang sesuatu yang mencurigakan,
sepasukan yang cukup kuat.
"Jika demikian, kita turun ke sungai" berkata pemimpin
pengawal itu. Kedua orang itu sependapat. Mereka harus menghindar,
karena menurut pengamatan mereka, jumlah pasukan itu
jauh lebih kuat dari pada pengawal.
Purnadewi sama sekali tidak mengeluh ketika mereka
harus menuruni tebing sungai yang sulit. Bagaimanapun
juga jiwanya sudah ditempa untuk mengalami satu
peristiwa yang betapapun beratnya.
Meskipun demikian Purnadewi mengalami sedikit
kesulitan sehingga dua orang pengawal terpaksa
menolongnya. Belum lagi mereka menyusuri tepian sungai sampai
seratus langkah, maka mereka telah mendapat perintah
untuk berhenti. "Cepat, melekat tebing" perintah itu menjalar dari mulut
kemulut. Dengan cepat, para pengawal itupun telah melekat
tebing. Yang sempat mencari perlindungan pada pohonpohon
perdu telah berusaha untuk membayangi dirinya
dengan rembunnya daun perdu yang tumbuh di lereng itu.
Dalam pada itu, puteri Purnadewipun telah berjongkok
pula dibawah sebuah semak-semak, dibayangi oleh seorang
pengawal dibelakangnya.

01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untuk beberapa saat orang-orang itu berusaha untuk
tidak menarik perhatian dengan berdiam diri bagaikan
membeku. Sebenarnyalah sejenak kemudian, sebuah iring-iringan
telah lewat diatas tebing. Sepasukan prajurit Kediri yang
jumlahnya jauh lebih banyak dari para pengawal
Purnadewi, sehingga jika para pengawal itu berusaha untuk
bertemu dalam kancah pertempuran, maka mereka tidak
akan dapat menang. Karena itu, maka para pengawal lebih baik berusaha
untuk menghindar. Kecuali jika mereka bertemu dan dalam
keadaan memaksa, maka mereka memang harus berusaha
melindungi puteri Purnadewi dengan mempertaruhkan
nyawa mereka. Tetapi agaknya para prajurit Kediri itu tidak melihat
bahwa ada sekelompok pasukan di tepian. Karena itu, maka
merekapun hanya berjalan saja beriringan didalam gelapnya
malam tanpa berpaling. Tidak seorangpun diantara mereka yang membawa obor.
Mungkin merekapun berusaha untuk tidak bertemu dengan
pasukan Pangeran Kuda Permati yang lebih besar, karena
jumlah mereka sebenarnya juga tidak terlalu banyak.
Beberapa saat kemudian, maka orang terakhir dari iringiringan
itupun telah lewat. Meskipun demikian, para
pengawal yang baru berada di tepian itu masih' menunggu
untuk sesaat. Baru setelah keadaan menjadi sepi, dan tidak
lagi terdengar langkah orang dan desir dedaunan, maka
pemimpin pengawal itupun memberi isyarat kepada dua
orang pengamatnya untuk melihat keadaan.
Kedua orang itupun kemudian merangkak naik keatas
tebing. Tenyata iring-iringan itu sudah menjadi semakin
jauh. Mereka telah lenyap dalam gelapnya malam, sehingga
mereka sama sekali sudah tidak nampak lagi.
Karena itu, maka kedua orang itupun kemudian kembali
memberikan . laporan kepada pemimpin pengawal itu.
"Baiklah" berkata pemimpin pengawal itu "Kita akan
meneruskan perjalanan"
Sejenak kemudian, maka Purnadewipun telah dipersilahkan
untuk meneruskan perjalanan. Tetapi berjalan ditepian
ternyata jauh lebih sulit daripada berjalan diatas
tebing. Dalam kelokan-kelokan sungai kadang-kadang
mereka temukan sebuah kedung yang mungkin masih
menyimpan buaya didalamnya.
Karena itulah, maka sejenak kemudian mereka telah
memanjat tebing. Beberapa orang pengawalpun kemudian
membantu Purnadewi merangkak memanjat tebing yang
curam. Purnadewi masih juga tidak mengeluh. Ia berjalan dalam
keletihan. Kakinya mulai merasa sakit, sebagaimana pernah
dirasakannya pada saat ia meninggalkan Kota Raja bersama
tiga orang perwira yang mengawalnya dengan setia.
Meskipun Purnadewi tidak mengeluh sama sekali, tetapi
pemimpin peneawal itu kemudian mengerti bahwa kaki
Purnadewi telah terluka Karena itu, maka pemimpin
pengawal itupun kemudian bertanya kepada para
pengawalnya " Siapa yang mempergunakan terompah?"
Namun ternyata tidak seorangpun yang memakai
terompah diantara para pengawalnya, sehingga akhirnya,
ternyata pemimpin pengawal itu berpikir seperti para
perwira yang mengawalnya dari Kota Raja. Dengan
sesosok kain panjang salah seorang pengawal, maka kaki
Purnadewi telah dilindungi dari kemungkinan yang lebih
parah lagi. Demikianlah, maka merekapun telah melanjutkan
perjalanan. Ketika mereka mendekati sebuah pedukuhan,
maka sekali lagi telah terjadi sesuatu yang mencurigakan.
Namun ketika dua orang pengamat itu menyelidiki
keadaan, maka mereka menemukan padukuhan itu baru
saja menjadi ajang pertempuran antara para prajurit Kediri
dengan para pengkikut Pangeran Kuda Permati.
Nampaknya sepasukan Pangeran Kuda Permati yang kuat
telah menemukan sepasukan prajurit Kediri yang sedang
memasuki daerah pengaruh mereka.
Pertempuran tidak dapat dihindarkan. Namun para
prajurit Kediri yang jumlahnya lebih kecil itu harus
melarikan diri dalam keadaan yang pahit.
Ketika Purnadewi dan para pengawalnya memasuki
padukuhan itu, mereka masih menemukan para pengikut
Pangeran Kuda Permati menikmati kemenangannya.
Sementara itu, sepasukan Kediri yang mereka jumpai di
tebing sungai, adalah sebagian dari pasukan yang melarikan
diri dari tangan para pengikut Pangeran Kuda Permati di
padukuhan itu. Ternyata sikap pemimpin pasukan para pengikut
Pangeran Kuda Permati itu sangat menyakitkan hati.
Hampir saja terjadi salah paham sebagaimana pernah
terjadi dengan para penp^ui. Pangeran Kuda Permati
sehingga terpaksa hadir kelima orang dalam pakaian petani
untuk menolongnya. Tetapi kahirnya salah paham itu dapat diatasi. Tetapi
pemimpin pengawal itu harus membawa Purnadewi
melanjutkan perjalanan. "Aku tidak yakin bahwa perempuan itu benar puteri
Purnadewi isteri Pangeran Kuda Permati" berkata
pemimpin pasukan pengikut Pangeran Kuda Permati di
padukuhan itu. Tetapi ciri-ciri para pengawal serta pengenalan mereka
atas kata-kata sandi menunjukkan bahwa mereka adalah
bagian dari kita" berkata salah seorang perwiranya.
"Mungkin. Tetapi mereka tidak boleh mengganggu tugastugas
kita disini. Karena itu, biar saja mereka pergi
ketempat yang sudah ditunjuk bagi mereka" jawab
pemimpin pasukan di padukuhan itu.
Dengan demikian, maka Purnadewipun telah
meninggalkan padukuhan itu dengan selapis lagi
pengalaman yang penting baginya.
Purnadewi melihat sendiri korban yang silang melintang
di padukuhan yang baru saja ditinggalkan. Sebagian besar
diantara korban itu adalah prajurit Kediri yang jumlahnya
jauh lebih sedikit. Mereka yang tidak sempat melarikan diri
ternyata harus mengalami nasib yang paling pahit. Tidak
ada lagi kesempatan untuk dapat hidup bagi mereka.
Dengan demikian maka Purnadewipun menjadi semakin
yakin, bahwa perang harus dihentikan. Pangeran Kuda
Permati harus menyadari, bahwa perjuangan yang
diyakininya akan membawa keberuntungan bagi rakyat
Kediri itu ternyata hanya membawa korban tanpa hitungan.
"Tidak mungkin jika kakangmas menuntut Sri Baginda
di Kedirilah yang harus menghentikan perlawanan dan
kemudian menyerahkan segala sesuatunya kepada
kakangmas Pangeran Kuda Permati" berkata Purnadewi
didalam hatinya. Sementara itu iapun menjadi semakin
yakin bahwa perjuangan Pangeran Kuda Permati sebagian
terbesar hanyalah didorong oleh gejolak perasaannya saja.
Ia tidak melandasi perjuangannya dengan perhitungan yang
mapan dan dengan sikap yang dewasa. Ternyata sebelum
kakangmas Kuda Permati mendapatkan kemenangan yang
berarti, kakangmas Kuda Permati sudah tidak mampu lagi
menguasai sifat dan watak para pengikutnya, sehingga
tingkah laku para pengikutnya sudah keluar dari jejer
seorang kesatria" Karena itu, maka tekadnya menjadi semakin bulat untuk
berbuat sesuatu agar perang itupun segera berhenti.
Pembantaian akan berhenti pula sehingga rakyat Kediri
tidak lagi akan saling berhubungan.
"Jika Kediri menjadi semakin ringkih, maka tidak
mustahil bahwa akhirnya Kediri memang tidak akan
mampu menjaga dirinya sendiri, sehingga akan menjadi
alasan yang kuat bagi Singasari untuk datang dan
memegang segala kendali di Kediri. Dengan demikian
hubungan Singasari dan Kediri akan berubah. Tidak lagi
satu lingkungan keluarga besar yang satu, tetapi Singasari
akan menguasai Kediri. Dengan seribu macam alasan"
berkata Purnadewi selanjutnya.
Dalam pada itu, maka puteri itupun telah melanjutkan
perjalanan mereka. Dengan kesan tersendiri Purnadewi
meninggalkan padukuhan yang mengerikan, yang berubah
menjadi neraka yang hampir saja membakar dirinya pula.
Untunglah bahwa Yang Maha Agung masih melindunginya
dan memberinya kesempatan untuk meninggalkan tempat
itu. Seperti perjalanan yang ditempuhnya terdahulu, maka
perjalanan berikutnyapun merupakan perjalanan yang sulit.
Namun Purnadewi berjalan dengan hati yang teguh
meskipun tubuhnya menjadi semakin lemah.
Namun akhirnya Purnadewi sampai juga ke sebuah
padukuhan yang telah ditunjuk oleh Pangeran Kuda Permati.
Tetapi seperti pesan Pangeran Kuda Permati,
padukuhan itu hanya dipergunakan untuk sehari saja.
Malam berikutnya mereka harus melanjutkan perjalanan
kesebuah padukuhan lain yang akan menjadi tempat tinggal
sementara Pangeran Kuda Permati dan Purnadewi. Dari
tempat itu Pangeran Kuda Permati akan mengendalikan
pasukannya untuk beberapa waktu, sehingga pada saat
tertentu berikutnya mereka akan mencari tempat yang lain
yang lebih aman. "Sampai kapan keadaan seperti ini berlaku bagi orangorang
Kediri?" bertanya Purnadewi didalam hatinya.
Ketika matahari terbit, maka Purnadewipun
dipersilahkan untuk membersihkan dirinya dengan air
panas. Sehari ia akan mendapat kesempatan untuk
beristirahat disebuah padukuhan. Padukuhan yang telah
dijaga dengan baik oleh sepasukan pengikut Pangeran Kuda
Permati. Namun sikap para pengawal di padukuhan itu
terhadap para pengawal yang mengawal Purnadewi
agaknya juga kurang baik. Mereka menganggap bahwa para
pengawal Purnadewi bukan prajurit yang tangguh tanggon
dipeperangan. Tetapi mereka adalah pengawal-pengawal
yang hanya pantas untuk mengantarkan seorang perempuan
yang pergi mengungsi. Sikap itu sangat menyakitkan hati. Demikian tersinggung
pemimpin pengawal puteri Purnadewi itu, sehingga dengan
nada kasar ia berkata "Marilah kita buktikan. Aku adalah
pemimpin pasukan khusus yang mendapat tugas untuk
mengawal Puteri Purnadewi. Jika kalian menganggap kami
terlalu tidak berarti, maka marilah, kita akan saling
menjajagi. Siapakah yang lebih baik diantara kita. Kalian .
atau kami. Karena itu, maka tunjukkan seorang wakil dari
antara kalian yang paling baik untuk berhadapan dengan
aku diarena perang tanding. Aku menurut saja pilihan
kalian. Sampai mati atau tidak"
Tantangan itupun terlalu menyakitkan hati. Pemimpin
pasukan yang ada di padukuhan itupun kemudian
menjawab dengan lantang "Aku akan memasuki arena.
Bersiaplah. Arena akan siap dalam sekejap"
Namun demikian pemimpin pengawal itu sama sekali
tidak memberitahukan hal itu kepada Purnadewi. Iapun
berpesan kepada para pengawal yang bertugas berada di
halaman rumah yang dipergunakan untuk beristirahat, agar
hal itu tidak diketahuinya.
Sebenarnyalah arenapun siap dalam sekejap. Para
pengikut Pangeran Kuda Permati dari kedua belah pihak
telah berkumpul diseputar arena.
"Kau harus menebus kesombonganmu dengan nyawamu,
teriak pemimpin pasukan yang berada di padukuhan itu.
Pemimpin pengawal puteri Purnadewi sama sekali tidak
menyahut. Sejanak kemudian kedua orang pemimpin pasukan yang
sama-sama menjadi pengikut Pangeran Kuda Permati
itupun telah bersiap. Diseputar arena berkumpul para
anggauta pasukan masing-masing. Jumlah mereka yang ada
di padukuhan itu memang lebih banyak dari jumlah para
pengawal Puteri Purnadewi. Tetapi para pengawal
Purnadewi sama sekali tidak merasa gentar jika akibat dari
perang tanding itu akan semakin meluas.
Pemimpin pasukan yang ada dipadukuhan itu agaknya
tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Dengan kemarahan
yang membakar kantungnya, karena tantangan itu, maka
iapun telah mendahului meloncat menyerang.
Tetapi serangan yang pertama itu tidak menyentuh
sasarannya. Pemimpin pengawal puteri Purnadewipun
sempat mengelak dengan loncatan kecil. Tetapi lawannya
tidak melepaskannya. Dengan serta merta maka serangan
berikutnyapun telah memburunya.
Meskipun demikian serangan itu sama sekali tidak
berhasil mengenai sasarannya, sehingga akhirnya pengawal
Puteri Purnadewi itu harus berusaha untuk menyerang
kembali. Ia tidak mau sekedar menjadi sasaran serangan
dan harus berloncatan menghindar terus-menerus.
Dengan demikian maka pertempuran itupun menjadi
semakin sengit. Keduanya saling menyerang dan
menghindar. Sekali-sekali kekuatan mereka berbenturan
meskipun tidak dalam kekuatan sepenuhnya.
Namun lambat laun, mereka semakin memanjatkan
ilmunya. Ketika pertempuran itu menjadi semakin cepat
dan keras, maka keduanyapun mulai merambah pada
puncak ilmu mereka. Ternyata pengawal Purnadewi itu bukannya prajurit
sebagaimana disangka oleh para pengawal di padukuhan
itu. Mereka bukan sekedar untuk menakut-nakuti
perampok-perampok kecil dalam pengawalnya atas puteri
Purnadewi. Sebenarnyalah mereka adalah pasukan pilihan
yang-ditunjuk oleh Pangeran Kuda Permati untuk
mengawal isterinya. Karena itu, maka pemimpin pasukan pengawal yang
diambil dari pasukan khusus itu, merupakan seorang yang
memiliki ilmu yang tinggi, melampaui pemimpin pengawal
yang berada di padukuhan itu.
Dengan demikian maka dalam pertempuran yang
berlangsung semakin cepat, mulai nampak kelebihan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemimpin pengawal puteri Purnadewi itu.
Perasaan tersinggung yang menyentuh jantungnya telah
membuatnya ingin membuktikan, bahwa ia dan
pasukannya justru memiliki kemampuan lebih baik dari
para pengawal yang ada di padukuhan itu. Mereka berhasil
menguasai daerah yang memang tidak dipertahankan oleh
satu kekuatan prajurit. Mereka berada di padukuhan itu,
begitu saja tanpa mengalami perlawanan, Karena itu, maka
para pengawal di padukuhan itu agak kurang menyadari
kemampuan diri dibanding dengan kesatuan-kesatuan yang
lain dari para pengikut Pangeran Kuda Permati. Meskipun
sebagian dari mereka mula-mula adalah prajurit Kediri
tetapi sebagian yang lain adalah anak-anak muda yang
dapat dibujuk untuk ikut dalam pasukan mereka tanpa
mengerti dan mengenal arti perjuangan yang sesungguhnya
yang dilakukan oleh Pangeran Kuda Permati.
Sementara itu meskipun pemimpin pasukan yang ada di
padukuhan itu juga seorang prajurit, tetapi ia bukan dari
pasukan khusus yang mendapat latihan mirunggan untuk
melakukan tugasnya. Demikianlah pertempuran antara kedau orang pemimpin
pasukan itu berlangsung semakin keras. Keduanya saling
menyerang, saling menghindar dan saling menunjukkan
ilmu kanuragan yang mereka kuasai masing-masing.
Namun dalam pertempuran yang semakin cepat, maka
pemimpin pengawal puteri Purnadewi mulai berhasil
menyentuh lawannya dengan serangan-serangannya. Ketika
tangannya mengenai lambang, maka lawannya menyeringai
menahan muak perutnya. Lawannya itu meloncat mundur. Tetapi pemimpin
pengawal itu tidak ingin melepaskannya. Ia ingin segera'
menyelesaikan dan membuatnya jera. Pengawal itu tidak
ingin apa yang dilakukan itu diketahui oleh puteri
Purnadewi. Karena itu. maka iapun telah memburunva. Dengan satu
lontaran kaki menyamping dan tubuh yang miring, maka
pemimpin pengawal itu berhasil mengenai lawannya sekali
lagi, sehingga ia telah terhuyung-huyung.
Namun sekali lagi pemimpin pengawal itu
memanfaatkan keadaan. Sekali lagi meloncat maju
menyerang. Dengan tangannya langsung mengenai
dadanya. Pemimpin pengawal di padukuhan itu terlempar
selangkah surut. Namun ternyata bahwa ia tidak mampu
lagi mempertahankan keseimbangnnya. Karena itu, maka
sejenak kemudian, iapun telah terjatuh ditanah.
Suasana disekitar arena itupun menjadi goyah. Para
pengikut Pangeran Kuda Permati dari kedua belah pihak
mulai bergerak saling mempersiapkan diri menghadapi
kemungkinan yang lebih luas dari sekedar perang tanding.
Namun pemimpin pasukan di padukuhan itu, ternyata
masih belum sampai pada akhir perlawanannya. Tiba-tiba
saja ia telah menarik pedangnya. Sambil bangkit dan berdiri
tegak ia mengacungkan pedangnya sambil menggeram
"Kita akan bertempur sampai mati"
Pemimpin pengawal puteri Purnadewi itu terma-ngumangu.
Namun lawannya sudah mengacungkan
pedangnya. Sudah tidak ada pilihan lagi baginya. Sejak semula ia
memang sudah berkata, apakah perang tanding itu akan
berlangsung sampai salah seorang diantara mereka mati
atau tidak. Karena itu, maka pemimpin pengawal puteri Purnadewi
itupun telah menarik senjatanya pula. Juga pedang. Tetapi
agak berbeda dengan pedang yang lain yang terbiasa
dipergunakan. Pedang pemimpin pengawal itu adalah
pedang yang lurus dan tajam dikedua sisinya.
Dengan demikian maka kedua orang pemimpin itu telah
berhadapan dengan senjata di tangan. Kemarahan yang
membakar jantung mereka telah membuat sorot mata
mereka menjadi berapi-api.
Sejenak kemudian, maka kedua orang itu telah mulai
mengacukan senjata mereka. Beberapa langkah mereka
bergeser. Namun yang kemudian dengan tiba-tiba
pemimpin pasukan yang ada di padukuhan itupun telah
meloncat menyerang dengan pedangnya langsung
mengarah dada. Lawannyapun segera menangkis serangan itu dengan
pedang lurusnya. Sambil memutar pedangnya, maka
pemimpin pengawal puteri Purnadewi itu bergeser setengah
langkah. Dengan cepat maka iapun menarik pedangnya
dana mengayunkan mendatar menebas leher.
Dengan tangkasnya lawannya menyilangkan pedangnya.
Ketika benturan kemudian terjadi, maka bunga apipun telah
memercik keudara. Namun dengan cepat pemimpin
pengawal itu memutar pedangnya dan sekali lagi pedang itu
mematuk dada. Tetapi ternyata pemimpin pasukan yang ada di
padukuhan itupun memiliki ilmu pedang yang memadai.
Karena itu, maka perang tanding dengan pedang itupun
berlangsung semakin lama semakin cepat. Keduanya telah
mengerahkan segenap kemampuan mereka bermain
pedang. Mereka yang berdiri diseputar arena itupun menjadi
berdebar-debar. Masing-masing berharap bahwa pemimpinnyalah
yang akan menang. Dengan demikian maka mereka akan membuktikan
bahwa pasukannya adalah pasukan yang lebih baik dari
pasukan yang lain. Namun kemudian, sebagaimana yang pernah terjadi,
pemimpin pasukan pengawal puteri Purnadewi itupun
mulai nampak menguasai arena. Pedangnya berputar lebih
cepat dan sekali-sekali berhasil menyusup diantara putaran
pedang lawannya meskipun belum menyentuh tubuh
lawannya. Tetapi sekali-sekali keadaan lawannya menjadi
sangat berbahaya, sehingga setiap kali ia harus berloncatan
surut. Meskipun demikian pertempuran berpedang itu
berlangsung semakin seru. Keduanya menunjukkan
kemampuan mereka mengusai ilmunya.
Mereka yang berada disekitar arena itu, menyaksikan
dengan ketegangan yang setiap kejap semakin meningkat.
Apalagi pasukan yang berada di padukuhan itu. Mereka
mulai melihat pemimpinnya benar-benar mulai terdesak.
Ujung pedang pemimpin pasukan pengawal puteri
Purnadewi itu rasa-rasanya berterbangan semakin dekat
tubuhnya. Sebenarnyalah, ketika pertempuran itu berlangsung
semakin cepat, maka tiba-tiba saja terdengar desah tertahan.
Pemimpin pasukan di padukuhan itupun meloncat surut
dengan loncatan panjang sambil menyilangkan pedangnya
di depan dada. Lawannya termangu-mangu sejenak. Tetapi ia tidak
memburunya. Sejenak kemudian iapun melihat bahwa pemimpin
pasukan dipadukuhan itu, ternyata tidak mampu lagi
menghindari setiap serangan, sehingga lengan kirinya telah
terluka tersayat oleh ujung pedang lawannya.
Orang itu mengumpat. Tetapi satu kenyataan, darah
telah menitik dari lukanya.
Pemimpin pasukan pengawal itupun berdiri termangumangu.
Namun dengan suara datar ia berkata "Kau sudah
terluka. Kita sudah membuktikan, siapa yang lebih baik
diantara kita" "Tidak" pemimpin pasukan itupun menjawab hampir
berteriak "Kita buktikan, siapakah yang akan mati diarena
ini" "Kau sudah terluka" berkata pemimpin pengawal.
"Hanya satu kelengahan kecil. Tetapi kemampuan
ilmuku tentu lebih tinggi dari ilmumu, sehingga kau akan
mati karenanya" jawab pemimpin pasukan di padukuhan
itu. Sejenak pemimpin pengawal itu termangu-mangu.
Namun kemudian iapun berkata "Aku sudah berusaha
untuk mencari jalan yang paling baik. Aku sebenarnya
hanya ingin menghapus kesan bahwa pasukanku adalah
pasukan yang hanya pantas untuk mengungsi. Tetapi jika
kau menjadi gila dengan ketamakanmu, maka aku tidak
berkeberatan" "Persetan" geram pemimpin pasukan itu "Kau kita
bahwa dengan luka ini kau sudah dapat menepuk dada"
"Apapun yang kau katakan. Tetapi aku sudah
mengatakan apa yang tersirat didalam hatiku. Tetapi aku
tidak akan ingkar untuk memenuhi keinginanmu, karena
aku adalah seorang prajurit" jawab pemimpin pengawal itu.
Dengan demikian maka kedua orang itupun sudah
berhadapan kembali di arena. Wajah mereka menjadi
semaki^ tegang, dan pada sorot mata mereka nampak
bahwa mereka tidak lagi mempunyai pilihan lain kecuali
saling membunuh. Namun dengan demikian, maka para pengikut dari
kedua pemimpin itupun tanpa perintah telah saling
mempersiapkan diri. Rasa-rasanya mereka dihadapkan
pada satu kemungkinan untuk juga saling membunuh.
Sejenak kemudian maka pertempuran itupun telah
berlangsung lagi. Semakin lama semakin cepat. Namun
beberapa saat kemudian keseimbangan dari pertempuran
itupun telah terulang lagi. Apabila ketika darah mengalir
semakin banyak dari luka di lengannya.
Tetapi pemimpin pasukan di padukuhan itu agaknya
tidak mau melihat kenyataan itu. Ia melihat kenyataan itu.
Ia masih tetap bertempur dengan garangnya. Namun setiap
ia mengerahkan tenaganya, maka darah bagaikan terperas
dari luka itu. Para pengawal yang berada di sekitar arena itupun
menjadi berdebar-debar. Kedua belah pihak benar-benar
telah mempersiapkan diri. Dengan demikian
makapertempuran itu akan dapat menjadi luas.
Sementara itu kedua orang pemimpin itu masih
bertempui terus. Namun agaknya pemimpin pengawal itu
memang memiliki kelebihan. Ketika keduanya
membenturkan sen-jatamereka, maka terasa
tanganpemimpinpasukan di padukuhan itu menjadi pedih,.
Ketika pemimpin pengawal itu memutar pedangnya, maka
hampir saja pedang pemimpin pasukan di padukuhan itu
terlepas. Namun untunglah bahwa ia masih sempat
mempertahankan senjatanya, meskipun ia harus meloncat
surut. Tetapi lawannya tidak melepaskannya. Justru pada saat
pemimpin pasukan itu memperbaiki keadaannya, pemimpin
pengawal itu telah meloncat menyerangnya. Ujung
pedangnya bagaikan meluncur mematuk kearah jantung.
Pemimpin pasukan itu terkejut. Denyut jantungnya
terasa bagaikan berhenti. Namun ia masih berusaha untuk
mengelak. Dengan keseimbangan yang kurang mapan ia
telah bergeser. Namun pedang itu rasa-rasanya terus
memburunya, sehingga akhirnya pemimpin pasukan itu
tidak lagi mampu bertahan pada keseimbangannya,
sehingga iapun telah terguling.
Namun pemimpin pasukan di padukuhan itu merasa
bahwa justru karena itu, ia telah terlepas dari ujung pedang
lawannya. Dengan serta merta, maka iapun berusaha untuk
melenting berdiri. Tetapi ketika tubuhnya mulai bergerak, terasa tajam
ujung pedang lawannya menyentuh lambungnya. Dengan
suara datar pemimpin pengawal itu berkata "Jangan
bergerak" Pemimpin pasukan itu terkejut. Tetapi ia tidak dapat
berbuat apa-apa. Jika ia bergerak, maka ujung pedang
lawannya itu akan dapat menusuk menembus keperutnya.
Karena itu, maka ia tetap berada ditempatnya. Berbaring
ditengah meskipun ia masih tetap menggenggam pedang.
"Apa yang kau kehendaki sekarang?" bertanya
pemimpin pengawal itu. Lawannya termangu-mangu.
Ketika ia memandang kepada pasukannya disekitar arena,
maka Dandangan matanya itu bagaikan aba-aba. Karena
itu, maka pasukannyapun tiba-tiba saja telah bergerak.
Namun pada saat yang bersmaan, para pengawal yang
meskipun jumlahnya lebih sedikit, tetapi mereka adalah
prajurit yang terlatih untuk menghadapi berbagai keadaan
dalam keadaan yang khusus, sehingga karena itu, maka
merekapun telah bersiap pula.
Pada saat yang tegang itu, pemimpin pengawal yang
telah meletakkan ujung pedang dilambung lawannya itupun
berkata "Apa yang akan kalian lakukan?"Kalian akan
bertempur melawan kekuatan kita sendiri" Jika aku
menantang perang tanding, maka aku berharap bahwa kita
akan melihat satu kenyataan tanpa mengorbankan terlalu
banyak orang. Sekarang kita sudah melihat kenyataan itu.
Apakah masih kurang, sehingga setiap orang harus
bertempur untuk membuktikan yang manakah diantara kita
yang lebih baik. Aku tidak akan menantang perang tanding
jika kalian tidak merendahkan martabat keprajuritan kami,
seolah-olah kami bukannya prajurit yang pantas berada di
peperangan, selain sekedar untuk mengatur pars pengungsi.
Nah, sekarang sudah ternyata bahwa kemampuan kanri
sama sekali tidak berada dibawah kemampuan kalian.
Demikian pula setiap orang didalam pasukan kami. Kami
memang mengantarkan seorang yang menyingkir dari
kekalutan pertempuran. Tetapi yang seorang itu adalah
isteri Pangeran Kuda Permati. Kalian tentu mengetahuinya,
sehingga kalian akan dapat menilai, bahwa tugas kami
bukannya tugas yang ringan sebagaimana kalian sebut
bahkan dengan istilah-istilah yang mengejek"
Orang-orang yang mendengar kata-kata itu menjadi
tercenung bagaikan membeku. Sementara pemimpin
pengawal itu meneruskan "Tidak ada gunanya perang
tanding sampai mati. Aku tidak merasa perlu
membunuhnya, karena orang inipun mempunyai tugas
yang penting pula didalam pasukan Pangeran Kuda


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Permati. Aku akan melepaskannya. Tetapi jika ia masih
mengganggu tugasku, maka jika hal ini diketahui oleh
Pangeran Kuda Permati, maka kalian:: akan tahu sendiri
akibatnya. Kalian tentu pernah mendengar, tujuh orang
digantung bersama-sama oleh Pangeran Kuda Permati
karena atas kebodohan mereka, satu rancangan serangan
yang matang telah gagal. Dan sekarang, jika kalian
mengganggu tugas kami, berarti mengganggu keselamatan
isteri Pangerah Kuda Permati, maka bukan hanya para
perwira sajalah yang akan digantung. Tetapi kalian
semuanya" Pasukan yang ada di padukuhan itu, yang telah muiai
terpengaruh oleh kata-kata pemimpin pengawal itupun
mulai berpikir sementara pemimpinnya masih tetap
terbaring dengan ujung pedang melekat dilambungnya.
Untuk beberapa saat suasana menjadi hening namun
tegang. Pemimpin pengawal itupun masih tetap
mengancam pemimpin pasukan yang masih juga terbaring
ditanah. Pemimpin pengawal yang mengancam dengan
pedangnya itu menunggu sejenak. Namun kemudian iapun
menarik pedangnya dan melangkah menjauh sambil berkata
"Aku anggap bahwa perang tanding ini sudah selesai.
Semua orang tahu, bahwa aku tidak kalah. Demikian pula
orang-orangku. Mereka adalah prajurit-prajurit dari
pasukan khusus yang mendapat kepercayaan untuk
mengawal puteri Purnadewi. Karena itu, jangan sekali-kali
menghina kami lagi" Wajah pemimpin pasukan yang kalah itupun menjadi
tegang. Tetapi pemimpin pengawal itu benar-benar telah
meninggalkannya. Beberapa langkah kemudian, maka pemimpin pengawal
itupun berkata kepada orang-orangnya "Kita tinggalkan
arena ini. Kita kembali kepada tugas kita"
Tidak seorangpun yang menyahut. Tetapi orang-orangnyapun
kemudian bergerak meninggalkan arena itu menuju
ke tempat yang diperuntukkan bagi mereka.
Pemimpin pengawal itu langsung menuju kesebuah
rumah yang disediakan bagi Purnadewi. Rumah yang
nampaknya tenang saja. Purnadewi memang tidak tahu apa
yang telah terjadi dengan para pengawalnya. Karena itu,
maka ia sama sekali tidak bertanya apapun juga tentang
pasukan yang ada di padukuhan itu.
Sebenarnyalah Purnadewi tidak akan tetap tinggal di
padukuhan itu. Menurut perintah Pangeran Kuda Permati,
maka pada malam hari kemudian ia harus pergi bersama
para pengawalnya ke sebuah padukuhan yang lain, yang
telah ditunjuk pula oleh Pangeran Kuda Permati.
Padukuhan yang lebih tenang dan aman dari padukuhan
itu, dilihat dari kemungkinan direbut atau diserang oleh
pasukan Kediri. Dalam pada itu, pemimpin pengawal yang ditinggalkan
dalam keadaan terluka itu mengumpat-umpat. Tetapi ia
tidak dapat memerintahkan orang-orangnya untuk
bertempur melawan pengawal Purnadewi. Jika ada satu
saja diantara para pengawal itu yang hidup dan sempat
melarikan diri dan dengan selamat bertemu dengan
Pangeran Kuda Permati, maka seperti yang dikatakan oleh
pemimpin pengawal itu, maka kedua orang dalam
pasukannya akan dapat digantung tanpa ampun.
Karena itu, maka ia harus melihat satu kenyataan.
Pemimpin pengawal yang sebelumnya disebut sebagai
pengiring orang-orang yang menguasai itu telah
mengalahkannya. Tubuhnya telah terluka dan ia memang
kalah. Orang-orang didalam pasukan.i itupun kemudian
menyadari, bahwa para pengawal puteri Purnadewi itu
justru orang-orang terpilih yang dianggap akan dapat
melindunginya. Dalam pada itu, maka para pengawal puteri Purnadewi
itupun telah bersiap-siap pula. Jika malam turun, maka
mereka akan meninggalkan tempat itu untuk meneruskan
perjalanan mereka. Beberapa orang diantara para pengawal itu ternyata
mulai merasa jemu dengan tugasnya. Mereka lebih senang
dengan tugas-tugas yang lain di medan. Kecuali tidak
menjemukan, anggapan orang terhadap merekapun akan
berubah. Mereka jika dikirim ke medan, tidak akan ada lagi
orang yang menganggap mereka tidak lebih dari
sekelompok pengawal orang-orang yang sedang mengungsi
itu. Tetapi sebagaimana mereka merasa bahwa mereka masih
juga seorang prajurit, maka mereka tidak akan dapat
memilih tugas. Apapun perintah yang diberikan kepada
mereka, maka mereka harus melakukannya. Senang atau
tidak senang. Demikianlah ketika malam turun, maka pemimpin
pengawal itupun telah mempersiapkan diri. Pasukannyapun
telah dipersiapkan pula untuk meneruskan perjalanan.
Diperintahkannya salah seorang dari para perwira yang
ada didalam pasukan pengawal itu untuk bertemu dengan
pemimpin pengawal yang terluka itu, atau orang yang
ditunjuk mewakilinya, untuk menyatakan bahwa mereka
akan melanjutkan perjalanan.
Tanggapan pasukan yang ada di padukuhan itu memang
berubah. Mereka tidak lagi menganggap bahwa pasukan
pengawal itu tidak lebih dari sepasukan prajurit yang tidak
berarti lagi di peperangan dan memberi tugas kepada
mereka sekedar mengantar orang yang sedang mengungsi.
Namun akhirnya pasukan di padukuhan itupun
menyadari, bahwa Pangeran Kuda Permati tentu akan
menunjuk pasukan yang paling baik untuk mengawal
isterinya. Sebagaimana terbukti, bahwa pemimpin pengawal itu
memiliki kelebihan dari pemimpin pasukan Pangeran Kuda
Permati yang ada di padukuhan itu.
Demikianlah maka ketika pasukan pengawal itu
kemudian siap berangkat mengantar puteri Purnadewi
melanjutkan perjalanan, maka pemimpin pengawal itu
sempat memberitahukan, bahwa pasukan Pangeran Singa
Narpada dan Panji Sempana Murti dari perbatasan Utara
telah berada di mana-mana pula.
Sejenak kemudian, maka pasukan pengawal itupun
bersiap. Pemimpin pengawal itupun kemudian
mempersilah-'ton puteri untuk melanjutkan perjalanan
bersama para nengawal. Mereka menuju kesatu tempat
yang dirahasia-ican, kecuali para pengawal itu sendirilah
yang mengetahuinya. Karena itu, maka para pengawal
itupun tidak mengatakan, kemafta mereka akan membawa
puteri Purnadewi itu. Maka perjalanan yang sangat melelahkan telah dimulai
lagi. Tetapi ternyata beberapa orang diantara para pengawal
itupun telah sempat membawa sebuah bambu. Dengan dua
batang bambu yang panjang, maka amben itu akan dapat
dijadikan sebuah tandu yang sederhana. Dalam keadaan
yang memaksa, maka Puteri Purnadewi akan dapat
dipersilahkan untuk duduk diatas tandu itu.
Namun agaknya Purnadewi tidak senang dengan tandu
itu. Ia lebih senang berjalan kaki, meskipun terasa sakit.
Tetapi istirahat yang sehari serta kesempatan untuk
merendam kakinya diair hangat serta mengolesnya dengan
sejenis param yang dibuat khusus untuk memulihkan
kelelahan, Purnadewi telah siap menempuh perjalanan
pengikutnya. Sementara itu pertempuran besar-besaran antara pasukan
Pangeran Kuda Permati dan pasukan Kediri telah terjadi
Pangeran Kuda Permati sengaja telah menyerang
kedudukan Kediri di perbatasan sebelah Barat. Pasukan
yang tidak segarang, di perbatasan Utara.
Tetapi perhitungan Pangeran Kuda Permati tidak selu
ruhnya benar. Sri Baginda telah memerintahkan semua
pasukan Kediri bersiaga menghadapi segala kemungkinan.
Namun demikian menurut pengamatan para perwira
petugas sandi Pangeran Kuda Permati, pasukan disebelah
Barat memang agak lemah. Dengan demikian maka usaha
untuk menghancurkan pasukan Kediri itu mempunyai
kemungkinan yang cukup besar.
Dengan pasukan berkuda, Pangeran Kuda Permati telah
mengelabui pemusatan pasukan Kediri. Pasukan Pangeran
Kuda Permati telah menyerang sebuah padukuhan yang
tidak terlalu kuat dijaga oleh pasukan Kediri. Ketika isyarat
dibunyikan untuk memanggil pasukan, yang lebih kuat,
maka sebagian pasukan Pangeran Kuda Permati telah
meninggalkan padukuhan itu untuk menyerang padukuhan
yang lain. Dengan pasukan berkuda Pangeran Kuda
Permati dapat bergerak dengan cepatmendahului gerak
pasukan Kediri. Tetapi isyarat yang menjalar kesegenap penjuru itu,
akhirnya terdengar juga oleh para petugas sandi Kediri yang
bertugas bagi Pangeran Singa Narpada. Sesuai dengaji
kedudukan Pangeran Singa Narpada, maka Pangeran Singa
Narpadapun telah mengerahkan pasukannya. Sementara
itu, daerah perbatasan disini Utara sepenuhnya berada dibawah
pengawasan Panji Sempana Murti.
Dengan sikap yang hati-hati, Panji Sempana Murti telah
menarik pasukannya, sebagian kedaerah perbatasan Utara
yang berhadapan dengan sisi sebelah Barat, sementara
.Pangeran Singa Narpada dengan pasukan berkudanya
langsung memasuki daerah Barat itu sendiri.
Dengan demikian, di perbatasan sebelah Barat itu telah
terjadi pertempuran yang besar. Pertempuran yang
melibatkan pasukan dalam jumlah yang banyak dari kedua
belah pihak. Namun ternyata bahwa pertempuran itu tidak terjadi
pada satu garis yang panjang membujur dalam ujud gelar.
Tetapi kedua belah pihak itu saling menyusup dan
bertempur kapan dan dimana saja mereka bertemu.
Karena itu, maka pertempuranpun terjadi dipadukuh-anpadukuhan
yang terpisah-pisah. Bahkan kadang-kadang dua
pihak pasukan bertemu disebuah ;simpang ampat. Mungkin
kekuatan mereka seimbang, tetapi mungkin tidak.
Dengan demikian maka perbatasan sebelah Barat itu
telah berubah menjadi neraka. Baik pasukan Pangeran
Kuda Permati maupun pasukan Kediri yang memang
bertugas di perbatasan sebelah Barat, serta pasukan
Pangeran Singa Narpada telah terlibat dalam pertempuran
yang baur. Karena itu, maka tidak seperti biasanya, Pangeran Kuda
Permati sendiri telah berada di medan dengan sepasukan
pengawal yang sangat kuat. Pangeran Kuda Permati sendiri
mengendalikan langsung pertempuran yang kisruhh itu.
Namun demikian, dari pusat pengendalian pasukannya,
Pangeran Kuda Permati telah mengikuti pertempuran yang
terjadi di beberapa tempat dengan saksama. Setiap kali
beberapa orang penghubung telah datang untuk
memberikan laporan tentang pertempuran yang tersebar itu.
Di pihak, lain, pasukan Kediri di daerah perbatasan
sebelah Barat itupun telah menyeDar pula. Mereka
berusaha untuk mengimbangi pasukan Pangeran Kuda
Permati. Namun agaknya Panglima pasukan Kediri di
perbatasan sebelah Barat itu kurang menguasai cara-cara
yang selalu ditempuh oleh Pangeran Kuda Permati,
sehingga pasukannya mengalami kesulitan. Kadang-kadang
sepasukan prajurit Kediri telah terjebak, sehingga mereka
harus melarikan diri bercerai berai. Dengan susah payah
mereka berusaha untuk berkumpul kembali dan menyusun
kekuatan untuk melakukan pertempuran lebih lanjut.
Namun kemudian didaerah yang kisruh itu telah hadir
sekelompok pasukan berkuda yang kuat. Atas beberapa
petunjuk maka Pangeran Singa Narpada berhasil
menemukan pusat pengendalian pasukan Kediri di
perbatasan sebelah Barat. Dengan demikian maka dengan
sepengetahuan Panglima pasukan Kediri, Pangeran Singa
Narpada dengan pasukannya yang bagaikan sekelompok
burung yang berterbangan kesegala penjuru, telah
memasuki arena pertempuran yang garang itu.
Dengan hadirnya pasukan berkuda Pengeran Singa
Narpada yang kuat dan mampu bergerak dengan cepat,
maka kedudukan pasukan Kediripun kemudian menjadi
lebih baik. Dengan demikian maka pertempuran itupun menjadi
semakin seru. Seakan-akan tidak lagi dapat dikenal batas
antara kedua kekuatan yang berbaur dalam pertempuran
yang kisruh. Pasukan Pangeran Kuda Permati yang semula berhasil
mengejutkan dan membuat pasukan Kediri diperbatasan
sebelah Barat menjadi bingung dan sebagian pecah bercerai
berai, kemudian harus membuat pemusatan-pemusatan
kekuatan untuk menghadapi pasukan lawan. Selain pasu
kana Kediri diperbatasan Barat yang masih terdapat diselasela
pasukan Pangeran Kuda Permati, maka pasukan
berkuda Pangeran Singa Narpada yang dengan garangnya
menjelajahi medan. Yang berada di jalur jalannya telah
disapu bersih tanpa ampun, sebagaimana pasukan
Pangeran* Kuda Permati memperlakukan lawan-lawan
mereka sebelumnya. Dengan demikian maka pertempuran di perbatasan
sebelah Barat itu benar-benar merupakan pertempuran yang
sangat dahsyat, sehingga Pangeran Kuda Permati sama
sekali tidak mau meninggalkan pasukannya barang sekejap.
Ditempat yang dirahasiakan ia mengatur pasukannya
dengan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk.
Memang agak berbeda dengan Pangeran Singa Nar pada.
Pangeran Singa Narpada itu langsung berada diantara
pasukannya yang paling depan.
Sebelum Pangeran Singa Narpada memasuki arena, de
ngan menyesal ia berkata kepada Panji Sempana Murti
"Agaknya aku gagal mempergunakan Purnadewi untuk
membujuk adimas Pangeran Kuda Permati. Karena itu,
maka aku harus menempuh cara terakhir"


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi masih ada kemungkinan Pangeran" jawab Panji
Sempana Murti" meskipun demikian kita harus
menghadapi gerak Pangeran Kuda Permati sekarang ini
dengan cara Pangeran Kuda Permati pula"
"Berjaga-jagalah di perbatasan Utara dengan sebaikbaiknya,
aku akan berada di daerah pertempuran sebelah
Barat" berkata Pangeran Singa Narpada.
Dengan demikian, sepeninggal Pangeran Singa Narpada,
maka Panji Sempana Murti telah bersiap sepenuhnya. Ia
sadar, bahwa terjadi satu kemungkinan pasukan Pangeran
Kuda Permati yang terdesak disebelah Barat akan bergeser
ke Utara. Atau sebaliknya pasukan Kediri di sebelah Barat
memerlukan bantuan seperlunya.
Dengan demikian maka yang dipersiapkan oleh Panji
Sempana Murti bukan saja prajurit-prajurit Kediri. Tetapi
pasukan yang terdiri dari anak-anak muda di setiap padukuhan
sebagaimana dipersiapkan. Anak-anak muda yang
tergolong dalam tataran pertama dan kedua, benar-benar
telah bersiap untuk bertempur bersama para prajurit Kediri
yang sebenarnya jumlahnya tidak terlalu banyak. Namun
dengan cara yang ditempuh oleh Panji Sempana Murti,
maka kekuatan Dasukan Kediri di perbatasan disebelah
Utara itu cukup memadai. Dalam pada itu, pasukan di Kediri disebelah Selatanpun
telah bersiap-siap pula menghadapi segala kemungkinan."
Karena disisi Selatan itu tidak ditempuh cara sebagaimana
dipergunakan oleh Panji Sempana Murti, maka pimpinan .
prajurit Kediri di sebelah Selatan telah menarik sebagian
besar pasukannya untuk berada di ujung daerah
pengawasannya menghadapi kekuatan Pangeran Kuda
Permati di seebelahBarat. Namun agaknya dengan
demikian maka di beberapa tempat terdapat kekosongan
kekuatan, sehingga merupakan noda-noda kelemahan
kekuatan prajurit Kediri di sebelah Selatan.
Namun agaknya pimpinan prajurit Kediri disebelah
Selatan menyadarinya, sehingga karena itu, maka iapun
telah mempersiapkan pasukan berkuda sebanyak dapat
dihimpunnya untukdapat mencapai tempat-tempat yang
terasa lemah. Bahkan atas laporan dari segala pihak, maka
di Kota Rajapun telah disiapkan pula kekuatan pasukan
berkuda yang dapat bergerak kesegala penjuru disamping
pasukan Pangeran Singa Narpada yang memang
mempunyai tugas untuk menghadapi pasukan Pangeran
Kuda Permati. Dalam pada itu, maka pertempuran di daerah perbatasan
sebelah Barat benar-benar merupakan pertempuran yang
menggetarkan sehingga bagi rakyat didaerah itu, maka
daerah mereka seakan-akan telah berubah menjadi neraka.
Bahkan tidak sedikit rakyat yang tidak tahu menahu
telah menjadi korban. Setiap kecurigaan yang betapapun
kecilnya telah memungkinkan untuk menghilangkan nyawa
seseorang. Demikianlah, maka meskipun tidak melihat sendiri
secara langsung, ternyata Purnadewipun dapat mendengar
tentang peristiwa itu dari tempat tinggalnya yang terbaru.
Para pengawalnya memang mencoba untuk tidak
menyampaikan apapun juga kepada puteri Purnadewi.
Namun percakapan diantara mereka, sikap mereka dan
kesiagaan mereka menunjukkan kepada Purnadewi bahwa
keadaan semakin lama menjadi semakin gawat. Korban
semakin banyak berjatuhan dan bahkan tanpa sebab.
Kematian yang benar-benar sia-sia dari rakyat Kediri.
Dalam pada itu, kehadiran Pasukan Pangeran Singa
Narpada dan gerak pasukan berkudanya yang cepat yang
mampu mengimbangi kecepatan gerak Pangeran Kuda
Permati telah menyebabkan pasukan Pangeran Kuda
Permati menjadi kehilangan banyak ruang geraknya.
Beberapa kesatuannya telah terdorong untuk bergeser
menjauh. Jika semula mereka banyak berhasil
menghancurkan kelompok-kelompok kecil pasukan Kediri,
akhirnya merekalah-yang lebih" banyak melepaskan korban
dalam pertempuran yang mengerikan itu.
Dengan hati yang pedih Purnadewi mengikuti
perkembangan keadaan itu. Meskipun ia tidak beranjak dari
rumah yang ditinggalinya sebagaiman dikehendaki oleh
Pangeran Kuda Permati, namun ternyata bahwa mata
hatinya telah menyaksikan apa yang telah terjadi. Perang
yang dahsyat dan seakan-akan tidak berkesudahan.
Padukuh-an-padukuhan yang bagaikan berubah menjadi
neraka. Mayat terbujur lintang di bui oleh orang kesaktian.
Darah yang mengalir dari luka-luka yang menganga telah
menyiram bumi Kediri. Darah putera-puteranya yang
berdiri berseberangan pada pihak-pihak yang saling
bermusuhan. Purnadewi yang berada didalam biliknya telah berbaring
menelungkup sambil menangis. Seperti seorang ibu yang
melihat anak-anaknya saling berkelahi dan bahkan saling
berbunuhan. "Pemabantaian ini harus dihentikan" desis puteri
Purnadewi disela-sela isak tangisnya.
Tetapi Purnadewi tidak tahu, kepada siapa ia harus
mengadukan pedih hatinya. Ia tidak akan dapat
mengatakan kepada suaminya, karena sikap suaminya yang
keras menghadapi Singasari.
Sementara itu pertempuran masih berlangsung dengan
dahsyatnya. Pasukan Pangeran Singa Narpada yang
menyusuri medan bagaikan arus angin prahara yang bertiup
menyapu segala hambatan yang ditemuinya. Tidak ada
yang dapat menahannya. Kekuatan yang besar yang
terpecah menjadi tiga itu menjalajahi medan seperti sebuah
trisula. Sebuah tombak yang bermata tiga. Menusuk dan
kemudian menghancurkan sama sekali.
Dengan demikian maka pasukan Pangeran Kuda
Permatipun telah bergeser mundur. Mereka mulai
meninggalkan arena yang telah dibakar oleh kekerasan
tanpa ampun. Pasukan Pangeran Kuda Permati mulai mengambil
tempat yang terlindung dan tidak terlalu mudah dicapai
oleh pasukan berkuda Pangeran Singa Narpada, serta
mempunyai jalur yang mudah untuk menyingkir.
"Kakangmas Singa Narpada memang gila" geram
Pangeram Kuda Permati " ia benar-benar melakukan
sebagaimana dikatakannya"
Tetapi Pangeran Kuda Permati sama sekali tidak mau
melihat, apa yang telah dilakukan oleh para pengikutnya.
Meskipun ia tahu pasti, bahwa dalam perang yang dahsyat
itu kedua belah pihak telah kehilangan nalar serta terlepas
dari segala macam paugeran perang bagi para kesatria.
Perlahan-lahan pertempuranpun mereda. Para pengikut
Pangeran Kuda Permati telah melepaskan daerah-daeran
yang untuk sementara telah didudukinya dan
mengumpulkan kekuatannya pada tempat-tempat yang
dapat dipergunakan untuk menjadi landasan perjuangannya
selanjutnya. Betapapun banyak korban yang dilepaskan, dan berapapun
banyaknya lawan yang telah terbunuh sama sekali
tidak meredakan niatnya dan melepaskan usahanya
merebut kedudukan di Kediri. Baginya tidak ada jalan lain
kecuali menguasai pemerintahan di Kediri sehingga
kemudian ia akan dapat menentukan sikap terhadap
Singasari. "Tidak ada orang lain yang akan berani melakukannya"
berkata Pangeran Kuda Permati " kakangmas Singa
Narpada adalah hantu dimedan perang. Tetapi ia tidak
berani berbuat apa-apa terhadap Singasari"
Pangeran Kuda Permati tidak mau tahu, bahwa
keyakinannya tentang kedudukan Kediri terhadap Singasari
berbeda dengan sikap dan pandangan Pangeran Singa
Narpada, sehingga karena itu maka orang-orang yang tidak
sejalan dengan pikirannya dianggapnya sebagai
pengkhianat. Pangeran Singa Narpada yang telah berhasil menguasai
sebagian besar medan di perbatasan sebelah Barat itupun
kemudian telah menghentikan geraknya. Tetapi ia masih
tetap berada didaerah pertempuran itu. Yang kemudian
bergerak adalah pasukan Kediri yang memang bertugas di
daerah perbatasan sebelah Barat.
Meskipun prajurit Kediri itu tidak segarang pasukan
Pangeran Singa Narpada, tetapi pengaruh medan yang
ganas itu telah membentuk setiap prajurit menjadi prajurit
yang keras. Dalam pada itu, Pangeran Kuda Permati dengan darah
yang mendidih telah mempersiapkan pasukannya untuk
gerakannya selanjutnya. Ia tidak mau memberikan
kesempatan para prajurit Kediri untuk bernafas. Karena itu,
maka iapun telah menyebarkan petugas sandinya untuk
melihat daerah kelemahan prajurit Kediri itu. Bukan hanya
disisi Barat, tetapi juga disisi Selatan dan Timur.
Yang kemudian dilihat oleh para petugas sandi adalah
beberapa daerah yang kosong disisi Selatan, karena
sebagian besar prajurit Kediri didaerah Selatan telah
berkumpul di baris yang berhadapan langsung dengan arena
pertempuran yang dahsyat itu untuk membendung
mungkinan pasukan Pangeran Kuda Permati menembus ke
Selatan. Namun pasukan Pangeran Kuda Permati tidak akan
dengan bodoh melalui pagar pasukan berjari-jari tombak.
Pasukan Pangeran Kuda Permati akandapat memasuki dae
rah lawan melewati lingkaran yang paling jauh sekalipun
untuk menghindari kemungkinan yang paling buruk yang
dapat terjadi dengan pasukannya.
Laporan itu ternyata telah menarik perhatian. Justru
karena itu, maka Pangeran Kuda Permati menganggap
bahwa pasukannya harus bergerak dengan cepat.
Tetapi Pangeran Kuda Permati yang baru saja merasa
kelelahan menghadapi Pasukan Pangeran Singa Narpada,
telah memerlukan beristirahat barang satu dua hari sebelum
ia memasuki satu arena yang tentu tidak akan kalah
dahsyatnya. Dalam kesempatan itu. Pangeran Kuda Permati Ingin
berbicara dengan isterinya. Ia ingin meyakinkan, bahwa
tidak ada perjuangan yang lebih mulia dari perjuangan yang
sedang ditempuhnya, meskipun harus melepaskan banyak
sekali korban. Dengan dikawal oleh beberapa orang prajuritnya yang
terbaik, Pangeran Kuda Permati telah berpacu kesebuah
padukuhan yang ditentukannya sendiri bari isterinya.
Pangeran Kuda Permati dengan para pengawalnja
mengenal betul jalan yang harus mereka lalui. Mereka
mengenal padukuhan-padukuhan yang dapat mereka lewati
tanpa hambatan. Dan merekapun tahu benar, bahwa
mereka tidak akan bertemu dengan pasukan Kediri
disepanjang jalan-jalan yang akan mereka lalui.
Demikianlah, dengan selamat Pangeran Kuda Permati
sampar kesebuah padukuhan yang telah ditentukannya bagi
tempat isterinya. Puteri Purnadewi menerima Pangeran Kuda Permati
dengan penuh harapan. Sebagaimana Pangeran Kuda
Permati ingin meyakinkan isterinya tentang perjuangan
yang sedang dilakukannya, maka puteri
PurnadewipunJberpeng-harapan bahwa ia akan dapat
menghentikan pertempuran yang membakar Kediri dan
menuntut kematian yang tidak terhitung jumlahnya.
Ketika lewat makan malam, maka Pangeran Kuda Permatilah
yang mulai berbicara tentang perjuangannya yang
masih akan berkelanjutan.
"Mungkin pertempuran-pertempuran masih akan
membakar Kediri" berkata Pangeran Kuda Permati "Aku
minta kau mengerti. Kau harus menerima keadaanmu
seperti sekarang ini sebagai satu pengorbanan yang akan
memberikan arti yang sangat besar bagi Kediri"
"Akan tidak pernah menyesali pengorbanan yang pernah
aku berikan" berkata Purnadewi " pengorbananku tidak
berarti apa-apa dibandingkan dengan pengorbanan yang
sudah jatuh diseluruh Kediri"
"Ya" sahut Pangeran Kuda Permati " karena itu
pengorbanan yang sudah jatuh itu jangan menjadi
pengorbanan yang sia-sia. Pengorbanan mereka harus kita
hargai sehingga akhirnya cita-cita kita, cita-cita mereka
yang telah berkorban itu akan dapat kita ujudkan.
Puteri Purnadewi menarik nafas dalam-dalam. Dengan
suara lembut ia berkata "Kakangmas, apakah kakangmas
yakin akan dapat memenangkan perjuangan ini" Menurut
penglihatanku, kekuatan dikedua belah pihak tampaknya
bukan saja seimbang, tetapi kekuatan Sri Baginda ternyata
jauh lebih besar dari dukungan kekuatan pada kakangmas
Kuda Permati" "Diajeng" berkata Pangeran Kuda Permati " pada saat
seperti ini aku memerlukan dukungan jiwani, terutama dari
kau. Tetapi agaknya kau justru memperlemah hasrat dan
tekadku untuk berjuang terus justru pada saat aku
mengalami'kelelahan jiwa"
"Kakangmas" jawab Purnadewi "Aku hanya ingin
meyakinkan/kakangmas, bahwa apa yang kakangmas
lakukan sekarang ini adalah satu kesia-siaan. Yang terjadi
hanyalah pembantaian disegala tempat. Tetapi cita-cita kita,
cita-cita kakangmas merupakan cita-cita yang tidak akan
mungkin terjangkau, betapapun besarnya korban yang akan
jatuh. Pertempuran di sisi Barat daerah perbatasan
membuktikan bahwa kakangmas tidak akan dapat
menembus kekuatan pasukan yang setia kepada Sri
Baginda" "Tetapi puteri Purnadewi menggeleng. Katanya
"kakangmas terlampau dalam terbenam kedalam sebuah
mimpi yang indah. Hanya indah bagi kakangmas sendiri.
Tetapi bagi orang lain mimpi itu merupakan bencana yang
tidak ada taranya. "Cukup" tiba-tiba saja Pangeran Kuda Permati berteriak
" jika kau benar-benar telah kehilangan tekad
perjuanganmu, terserah. Aku akan meneruskan perjuangan


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini sampai batas yang tidak tertentu"
Ketika Purnadewi akan menjawab, Pangeran Kuda
Permati telah menutup pembicaraan. Katanya "Jangan
berbicara lagi tentang perjuanganku. Kau akan membuat
aku menjadi gila" Puteri Purnadewi termangu-mangu. Namun Pangeran
Kuda Permati benar-benar tidak ingin berbicara lagi tentang
perjuangannya. Dengan demikian maka puteri Purnadewipun menjadi
sangat berprihatin. Ia tidak lagi dapat berharap bahwa
pertempuran yang menelan banyak sekali korban itu
dihentikan. "Hanya kakangmas Kuda Permati yang dapat
melakukannya" desis puteri Purnadewi itu bagi dirinya
sendiri" Atau, jika kakangmas Kuda Permati tidak lagi
dapat mengendalikan pasukannya dengan perintahperintahnya.
Didalam biliknya puteri Purnadewi menelungkupkan
wajahnya dalam dekapan kedua telapak tangannya,
sementara Pangeran Kuda Permati masih berbicara dengan
para perwiranya. Dalam tekanan jiwani yang semakin menghimpit, maka
puteri Purnadewi berusaha untuk menemukan satu
penyelesaian yang akan mengakhiri segala bencana yang
terjadi di Kediri. Bukan saja bahwa ia sudah terpengaruh
"oien saudara sepupunya, Pangeran Singa Narpada, tetapi
apa yang telah dilihatnya dan didengarnya tentang
peperangan telah memaksanya mengambil satu sikap.
Ternyata bahwa puteri Purndewi tidak melihat satu cara
apapun yang dapat menyelesaikan perang yang membakar
Kediri itu selain sumber api itulah yang dipadamkannya.
"Betapapun pedihnya" berkata puteri itu kepada diri
sendiri. Dengan demikian, maka puteri Purnadewipun telah
bangkit dari pembaringannya. Ia menghentakkan tangannya
untuk mendapatkan satu kekuatan yang dapat
mendukungnya melaksanakan rencananya.
Purnadewi itupun kemudian membenahi dirinya.
Wajahnya yang basah telah dikeringkannya. Sikapnya dan
kata-katanya telah disusunnya, sehingga tidak memberikan
kesan betapa dadanya dihimpit oleh ketegangan yang
memuncak. Lewat tengah malam, Pangeran Kuda Permati telah
selesai berbicara dengan para perwiranya. Bukan satu
kebiasaan bagi Pangeran Kuda Permati, namun saat itu
badannya terasa sangat letih. Karena itu, maka katanya
kemudian kepada para perwira kepercayaannya "Aku akan
beristirahat. Bicarakan diantara kalian, yang mana yang
akan kita lakukan lebih dahulu"
"Baik Pangeran" jawab salah seorang diantara para
perwira itu. "Daerah di sisi Selatan itu harus kita hancurkan" berkata
Pangeran Kuda Permati "justru pada saat dibeberapa
tempat terdapat kekosongan. Kita tidak akan melibatkan
diri dengan pasukan Kediri yang kuat, apalagi pasukan
kakangmas Singa Narpada yang tentu akan datang ke
arena. Kita akan segera menarik diri dan meninggalkan
korban yang sebanyak-banyaknya diantara lawan dan
sedikit-dikitnya diantara kita"
"Baik Pangeran" jawab perwiranya itu " bagian-bagian
yang lebih terperinci akan kita bicarakan"
Pangeran Kuda Permatipun kemudian meninggalkan
para perwiranya untuk beristirahat.
Keputusan Pangeran Kuda Permati untuk
menghancurkan sisi Selatan yang didengar pula oleh
Purnadewi bukan saja dari pembicaraan yang kurang jelas
diantara Pangeran Kuda Permati dengan para perwiranya,
namun juga dari keterangan Pangeran Kuda Permati
sendiri, telah menguatkan niat Purnadewi untuk bertindak.
Karena menurut gambarannya, pertempuran itu benarbenar
akan berubah menjadi arena pembantaian yang tidak
terkendali. Sementara itu, puteri Purnadewi masih berusaha
dengan perasaan putus asa untuk memperingatkan
suaminya. Namun semuanya itu adalah sia-sia belaka.
"Jika itu sudah menjadi tekad kakangmas, apaboleh
buat" berkata Purnadewi.
"Sudahlah Diajeng" sahut suaminya " jangan kau
pikirkan lagi peperangan yang sedang membakar Kediri
sekarang pada saatnya perang ini akan selesai, dan rencana
kita akan terwujud" Puteri Purnadewi tidak menyahut. Sementara itu.
Pangeran Kuda Permati yang lelah telah membaringkan
dirinya untuk beristirahat.
Diluar beberapa orang perwira masih berbicara diantara
mereka. Suara mereka perlahan-lahan karena pembicaraan
mereka merupakan pembicaraan rahasia. Keputusan
mereka harus mereka sampaikan besok kepada Pangeran
Kuda Permati. Baru jika Pangeran itu menyetujui, para
perwira akan melakukan rencana yang mereka putuskan
itu. "Tidak ada yang boleh lepas dari tangan kita" berkata
salah seorang perwira itu " disisi Barat kita sudah
melepaskan banyak sekali korban. Karena itu, besok kita
akan menuntut balas. Prajurit Kediri yang kita jumpai akan
menjadi mayat meskipun mereka sudah menyerah"
Setelah berbicara cukup lama, maka akhirnya para
perwira itupun mengakhiri pembicaraan mereka. Sejenak
kemudian maka pendapa rumah yang dipergunakan oleh
puteri Purnadewi itupun menjadi sepi. Para perwira itu
kemudian telah memasuki bilik yang disediakan bagi
mereka. Ada yang memang disediakan tempat digandok
rumah itu juga. Tetapi ada pula yang tinggal dirumah sebelah.
Dengan demikian maka menjelang dini hari, rumah itu
telah benar-benar menjadi sepi. Yang kemudian masih
berjaga-jaga hanyalah para peronda yang bertugas
mengamati rumah itu. Sekelompok pengawal yang kuat dan
terpilih berada disekitar rumah itu dalam lapis-lapis yang
rapat. Sebagian diantara mereka berjaga-jaga diluar dinding
halaman, sementara sekelompok yang lain berada didalam
halaman. Bahkan dua orang diantara mereka berganti-ganti
bertugas didalam seketheng sebelah menyebelah.
Dengan demikian, maka rumah itu benar-benar telah
terjaga sangat rapat. Tidak ada seekor lalat pun yang dapat
memasuki rumah itu tanpa setahu para petugas.
Dalam pada itu, menjelang dini hari, Pangeran Kuda
Permatipun telah tertidur lelap. Ia sama sekali tidak
berprasangka apapun juga, karena ia tahu, betapa kuatnya
penjagaan disekitar rumah itu.
Namun dalam pada itu, ternyata bahwa petugas sandi
dari Kediri telah berhasil mencium tempat yang menjadi
landasan perjuangan Pangeran Kuda Permati untuk
sementara itu. Justru pada saat Pangeran Kuda Permati
menemui isterinya, maka ketajaman hidung para petugas
sandi segera menciumnya. Ternyata bahwa pengawal
terdekat Pangeran Kuda Permati telah dengan tidak sengaja
melakukan satu kesalahan. Ia telah minta diri kepada
seseorang untuk meninggalkan padukuhan tempat ia
tinggal. Namun orang itu telah menyampaikan rencana
kepergiannya kepada seorang petugas sandi dari Kediri
yang berada di padukuhan itu.
Dengan cepat petugas sandi itu menghubungkan tugas
dan kedudukan orang itu dengan rencana kepergiannya,
sehingga petugas sandi itu mengambil satu kesimpulan,
pengawal itu harus mengawal Pangeran Kuda Permati
meninggalkan padukuhan itu untuk pergi ke suatu tempat.
Dengan cermat petugas sandi itu mengikuti
perkembangan berikutnya. Namun seorang kawannya telah
mempersiapkan beberapa orang yang akan mengikuti
kepergian pengawal itu, dengan atau tidak dengan Pangeran
Kuda Per-mati. Ternyata bahwa dugaan petugas sandi itu benar.
Pengawal itu meninggalkan padukuhannya bukan karena
tugas lain, tetapi adalah tugas yang sangat besar dan
rahasia, mengawal Pangeran Kuda Permati yang ingin
beristirahat barang dua tiga hari sebelum penyerbuannya ke
sisi Selatan. Sementara itu Pangeran Kuda Permati tetap
memerintahkan untuk mengadakan gerakan dibagian Barat
itu untuk, memberikan kesan, bahwa pasukan Pangeran
Kuda Permati masih tetap memusatkan gerakannya disisi
Barat dan tidak menimbulkan perhitungan lain, sehingga
kekosongan dibeberapa bagian disisi Selatan itu terisi.
Dengan demikian maka kepergian Pangeran Kuda
Permati dari padukuhan yang dipergunakannya sebagai
tempat mengatur dan mengendalikan pasukannya itu
berada di-bawah pengamatan sekelompok petugas sandi
dari Kediri, yang berbaur dengan penduduk di padukuhan
itu. Para petugas sandi itu ternyata mempunyai tugas yang
sangat berat. Mereka harus membuat perhitunganperhitungan
yang cermat. Selama itu pasukan Kediri tidak
dapat menyergap tempat persembunyian Pangeran Kuda
Permati, karena tempat itu mendapat penjagaan yang
berlapis-lapis, seningga setiap usaha untuk menyerang
tempat itu akan sia-sia. Jauh sebelum pasukan Kediri
sampai ketu-juan, maka Pangeran Kuda Permati tentu
sudah tidak ada ditempatnya-Karena itu, maka para petugas
sandi, meskipun disaat terakhir berhasil menyusup dan
berada di padukuhan itu, tidak mengisyaratkan pasukan
Kediri untuk menyerang. Pasukan, sandi itu berpengharapan, bahwa dengan
kepergian Pangeran Kuda Permati, maka mereka akan
dapat menemukan kelemahan-kelemahan pengawalannya
Adalah tidak mungkin untuk menyergap Pangeran Kuda
Permati diperjalanan. Tidak ada kesempatan untuk
melakukannya, karena hubungan yang memerlukan waktu
dengan pasukan Kediri di sisi Barat serta pasukan Pangeran
Singa Narpada. Karena itu, dengan sangat berhati-hati sekelompok
dalam pakaian yang diusahakan mirip dengan para
pengawal iringan Pangeran Kuda Permati itu, yang pada
dasarnya semula adalah memang pakaian prajurit Kediri,
tetapi yang dalam keadaan berikutnya justru telah berubah
dan tidak teratur lagi, telah mengikuti perjalanan pasukan
Pangeran Kuda Permati. Dua orang ahli mengikuti jejak
telah ikut bersama mereka. Meskipun malam gelap, tetapi
mengikuti jejak itu dapat mengenali jejak iring-iringan
berkuda yang masih belum terlalu lama.
Memang iring-iringan itu akan mungkin sekali terjebak
kedalam satu bahaya. Tetapi ketika mereka dihentikan oleh
sekelompok peronda disebuah padukuhan yang menurut
perhitungan para petugas sandi yang ada didalam iringiringan
itu termasuk daerah pengaruh yang kuat dari
Pangeran Kuda Permati, maka salah seorang diantara
mereka menjawab "Kami mengikuti dan mengadakan
pengamatan demi keselamatan Pangeran Kuda Permati"
"Apa yang kalian lakukan" " bertanya peronda itu.
"Kami adalah Dengawal-pengawal yang memang
mendapat tugas untuk mengikuti perjalanan Pangeran
dalam jarak tertentu, agar dengan demikian kami dapat
mengamati kemungkinan jika ada bahaya dibelakang
perjalanan Pangeran"
Kata-kata itu diucapkan dengan tanpa ragu-ragu.
Demikian pula sikap sekelompok orang berkuda itu dalam
pakaian yang mereka kenali sebagaimana pakaian para
pengawal Pangeran Kuda Permati.
Namun dalam gerak mereka selanjutnya, maka mereka
harus menjadi sangat berhati-hati. Mereka harus mengenali
setiap regol padukuhan sebelum mereka memasukinya.
Dengan demikian maka perjalanan mereka menjadi sangat
lamban. "Perjalanan yang sulit" berkata ahli pengamat jejak. Lalu
"Kita tidak boleh bergerak dalam iring-iringan begini. Beri
aku kesempatan untuk mengikuti perjalanan ini. Aku akan
melaporkan hasilnya"
"Apakah keselamatan dapat dijamin?" bertanya
pemimpin dari sekelompok prajurit Kediri itu.
"Aku minta menempuh pengamatan ini bersama petugas
sandi saja. Kalian kami harap berada ditempat yang
tersembunyi. Aku akan datang lagi untuk memberikan
laporan. Pemimpin kelompok itu menjadi ragu-ragu. Tetapi ia
dapat mengerti pendapat pengamat jejak itu. Dengan
kelompok yang kecil maka tugas mereka akan menjadi lebih
cepat diselesaikan. Tetapi sudah tentu dengan kemungkinan
yang sangat berbahaya bagi yang melaksanakan.
Tetapi pengamat jejak itu berkata pula "Kami
bertanggung jawab atas keselamatan kami sendiri"
Dengan demikian maka pemimpin kelompok kecil itu
tidak berkeberatan. Dua orang pengamat jejak dan seorang
petugas sandi akan melanjutkan pelacakan mereka atas
iring-iringan Pangeran Kuda Permati.
"Kami harus dapat menyelesaikan malam ini" berkata
pengamat jejak itu " jika tidak, maka akan sulit bagiku
untuk mengikuti jejaknya besok malam. Mungkin sudah
terhapus oleh langkah-langkah kaki orang disiang hari.
Mungkin oleh jejak-jejak lain pula"
"Sebenarnya tidak begitu" berkata pemimpin pasukan
Kediri itu " jalan ini tentu menjadi sangat sepi. Tidak akan
ada orang yang lewat di jalan-jalan ini"
"Tentu ada" jawab pengamat jejak itu "Apalagi di
padukuhan-padukuhan. Meskipun suasananya tetap gawat,
tetapi tentu ada orang yang melintasi jalan dari rumah kerumah
tetangganya untuk keperluan-keperluan yang tidak
dapat ditunda" "Terserahlah" berkata pemimpin itu kemudian "Kami
akan berada dihutan itu. Kami menunggu laporanmu"
"Kami akan berada dihutan itu selambat-lambatnya saat
matahari terbit. Jika sampai sepenggalah kami tidak datang,
maka berarti kami menemui kegagalan. Lebih baik kalian
meninggalkan tempat itu. Siapa tahu, bahwa mulut kami


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak akan dapat menahan rahasia kehadiran kalian jika
kami tertangkap dan diperas untuk berbicara" jawab
pengamat jejak itu. Dengan demikian maka pengamat jejak itupun kemudian
telah melanjutkan tugasnya, bertiga dengan seorang petugas
sandi yang menguasai daerah yang sedang mereka jelajahi.
Sementara itu, sekelompok prajurit Kediri itupun
kemudian telah pergi ke sebuah hutan yang tidak terlalu
lebat. Mereka akan berada dihutan itu menunggu petugaspetugas
yang sedang melanjutkan usaha pelacakan. Mereka
sadar, bahwa mereka mungkin akan berada di hutan itu
untuk sisa malam itu dan sehari Kemudian. Tetapi sebagai
prajurit mereka telah mengalami latihan khusus menempuh
perjalanan, dihutan untuk beberapa hari tanpa bekal sebutir
nasipun. Mereka dapat juga hidup dari tetumbuhan dan
binatang yang ada di dalam hutan itu.
Adapun dua orang pengamat jejak dan:: seorang petugas
sandi telah melakukan tugas mereka sebaik-baiknya.
Ternyata perjalanan mereka justru menjadi lebih cepat.
Mereka tidak terlalu terikat kepada sebuah kelompok
yang besar, sehingga mereka lebih mudah untuk menyusup
diantara semak-semak, memasuki padukuhan dengan
memanjat dinding kemudian menelusuri kelanjutan
jejaknya di jalan diseberang badukuhan.
Cara yang ditempuh oleh kedua pengamat jejak dan
seorang petugas sandi itu ternyata membawa hasil. Kedua
pengamat dan petugas sandi itu akhirnya sampai kesebuah
padukuhan yang dijaga dengan sangat ketat, sehingga sulit
bagi mereka bertiga untuk dapat mendekat.
Tetapi mereka bertiga adalah petugas-petugas yang
terlatih baik, sehingga dengan sangat hati-hati mereka
berhasil memdekati dinding padukuhan. Mereka menyadari
bahwa mereka sedang melakukan satu tugas yang sangat
berbahaya dengan memasuki padukuhan itu.
Seorang demi seorang mereka memanjat dinding dan
masuk kedalamnya. Barulah mereka menyadari, bahwa
mereka berada disebuah padukuhan yang dijaga dengan
sangat ketat, sehingga mereka tidak akan dapat berbuat apaapa
di padukuhan itu. Karena itu, maka ketiga orang itupun justru telah
meloncat kembali keluar padukuhan. Kedua pengamat jejak
itu kemudian bersama petugas sandi itu telah mengamati
jalur jalan yang keluar dari padukuhan itu. Tidak ada jejak
yang keluar dari padukuhan itu, sehingga ketiga orang itu
mengambil kesimpulan bahwa iring-iringan Pangeran Kuda
Permati yang memasuki padukuhan itu. tidak lagi keluar.
Dengan demikian maka para pengamat dan petugas sandi
itu berkesimpulan bahwa Pangeran Kuda Permati berada di
padukuhan itu. Kesimpulan itulah yang kemudian dilaporkan kepada
pemimpin kelompok yang membawa beberapa orang
prajurit Kediri dan untuk beberapa saat lamanya
.bersembunyi di hutan. Mereka tidak dapat keluar dari
hutan itu disiang hari, karena kekuatan mereka yang kurang
memadai. Jika mereka bertemu dengan para pengikut
Pangeran Kuda Permati, maka mereka akan menemui
kesulitan. Tetapi meskipun demikian, mereka telah mengirimkan
dua orang petugas untuk melaporkan hasil penyelidikan
para pengamat dan petugas sandinya.
Akhirnya jatuh keputusan, bahwa padukuhan itu akan
disergap menjelang dini hari dimalam berikutnya, dimalam
Pangeran Kuda Permati terbaring tidur disamping isterinya
setelah mereka berbincang dengan para perwiranya,
sementara para perwira itupun telah kembali kedalam bilik
masing-masing. Pangeran Kuda Permati sendiri menganggap bahwa
penjagaan di padukuhan itu cukup kuat, sementara
padukuhan itu cukup jauh dari kesatuan-kesatuan Kediri.
Penjagaan di padukuhan itu memang tidak sekuat
penjagaan pada padukuhan yang dipergunakan oleh
Pangeran Kuda Permati sebagai pusat kendali bagi
pasukannya. Meskipun demikian, maka di padukuhan itu
terdapat sepasukan pengawal terpilih yang akan melindungi
Pangeran Kuda Permati dan isterinya Purnadewi.
Sementara itu Pangeran Singa Narpada telah
mempersiapkan sebuah pasukan yang kuat, yang
berdasarkan laporan para pengamat Jejak dan petugas sandi
tidak akan mengalamai kegagalan jika mereka menyergap
padukuhan tempat Pangeran Kuda Permati beristirahat.
Dengan cermat Pangeran Singa Narpada membagi
pasukannya. Agar perjalanan mereka tidak segera
diketahui, apalagi sempat dilaporkan kepada Pangeran
Kuda Permati, maka perjalanan pasukannya harus sangat
berhati-hati dan menempuh garis perjalanan yang
diperhitungkan dengan cermat.
Ketika hari menjadi gelap, maka pasukan itupun telah
bersiap. Petugas sandi yang telah berhasil menemukan
padukuhan tempat tinggal Pangeran Kuda Permati itu
masih sempat memberikan laporan yang lebih terperinci,
sehingga pada saat terakhir, Pangeran Singa Narpada masih
dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang lebih cermat
kepada para perwiranya Sejenak kemudian, maka pasukan Pangeran Singa Narpadapun
telah berangkat. Tetapi pasukan - itu telah dibagi
dalam kelompok-kelompok yang kecil, yang akan
mendekati sasaran dari beberapa arah. Dengan isyarat
tertentu, maka pasukan itu pada saatnya akan menerobos
memasuki padukuhan itu, dekat menjelang pagi hari.
Dengan perhitungan yang cermat serta kesungguhan
para perwiranya melakukan segala perintah Pangeran Singa
Narpada maka pasukan yang kuat itu pada waktu yang
ditentukan telah berada disekitar sasaran. Mereka tinggal
menunggu langit menjadi merah dan isyarat untuk
menyerang sebagaimana ditentukan oleh Pangeran Singa
Narpada. Namun pada saat-saat yang demikian itu ketegangan
bagaikan mencekam setiap jantung. Rasa-rasanya waktu
berjalan terlalu lambat. Rasa-rasanya para prajurit Kediri itu
tidak sabar lagi menunggu langit dibayangi oleh cahaya
pagi. Tetapi betapapun lambatnya, akhirnya waktu yang
ditentukan itu tiba juga. Bayangan warna merah dilangit
menjadi semakin jelas, sementara koko ayam jantan beranngsur
menurun. Waktu itulah yang ditunggu-tunggu oleh seluruh prajurit
Kediri yang kuat Karena saat yang demikian itu sudah
ditentukan, merupakan saat yang paling tepat untuk
menyerang dengan tiba-tiba.
Yang mereka tunggu kemudian adalah perintah untuk
menyerang. Demikian mereka mendengar desing panah
sen-daren. maka mereka dengan serentak memasuki
padukuhan itu. Tentu bukan satu tugas yang ringan.
Mereka tidak dapat memasuki padukuan itu sebagaimana
mereka memasuki halaman rumah mereka sendiri.
Dibelakang regol dan dibalik dinding halaman itu, berjejal
pasukan lawan menunggu kedatangan mereka dengan
ujung tombak. Seandainya mereka belum menyadari
kehadiran pasukan Pangeran Singa Narpada, maka dengan
satu teriakan perintah, maka merekapun akan bersiap
menyambut kedatangan pasukan Kediri itu.
"Satu diantara dua " gumam seorang diantara para
prajurit itu, karena ia menyadari, betapa sulitnya untuk
menyelamatkan jiwanya dalam pertempuran yang dahsyat
sebagaimana pernah dialaminya.
Akhirnya saat yang mereka tunggu dengan hati yang
tegang itupun datang. Pada saat langit menjadi semakin
cerah, terdengar lengking panah sendaren yang terlontar keudara
seakan-akan menusuk langit.
Tiga anak panah sendaren terbang diatas padukuhan
yang masih sepi itu. Para pengawal di padukuhan itu
sebagian besar masih berada didalam barak masing-masing.
Beberapa orang memang sudah terbangun sementara para
petugas berjaga-jaga dengan patuh.
Namun sesaat sebelumnya kesibukan yang luar biasa
telah terjadi di rumah yang dipergunakan oleh Pangeran
Kuda Permati. Beberapa orang berlari-lari menghubungi
orang lain, sehingga kesibukan itu telah menarik perhatian
para pengawal diseluruh padukuhan itu.
Pada saat semua perhatian tertuju kerumah itu, maka
panah sendaren itu telah mengejutkan seisi padukuhan.
Dengan serta merta maka para pengawal di padukuhan
itupun telah berlari-lari untuk menyambar senjata mereka.
Dengan cepat mereka bersiap menghadapi segala
kemungkinan, karena mereka menyadari, bahwa isyarat itu
tentu isyarat pasukan Kediri. Apapun yang mereka
maksudkan, maka seisi padukuhan itu harus bersiap-siap.
Dalam pada itu, diserambi rumah yang dipergunakan
Pangeran Kuda Permati dan puteri Purnadewi, dua orang
perwira sedang berbantah untuk mempertahankan sikap
masing-masing. Seorang diantaranya berniat untuk
melawan pasukan Kediri sampai orang yang terakhir,
namun yang lain berpendirian, tidak ada gunanya lagi
untuk bertempur. "Tetapi kita tidak ingin mati seperti seekor cengkerik
dimuka lubangnya tanpa berbuat apa-apa" jawab yang lain.
Tetapi nampaknya perwira yang seorang lagi tidak
sependapat. Dengan lantang ia berkata "Kita akan saling
membantai. Jumlah lawan banyak sekali. Bukankah dengan
demikian maka yang akan terjadi adalah kematian yang
tidak berarti Jika kita tidak bertempur, maka sikap orangorang
Kediripun akan berbeda"
"Tidak" perwira yang lain berteriak. Bahkan kemudian
iapun telah berkata kepada para perwira yang lain yang ada
di serambi itu " Siapa yang merasa dirinya keinci kecil,
menyerahlah. Tetapi siapa yang merasa dirinya serigala,
matilah dengan jantan" perwira itu berhenti sejenak, lalu "
marilah, siapa ikut bersama aku"
Perwira itu segera menarik pedangnya dan berlari-lari
kecil turun ke halaman. Sementara itu pasukan Kediri telah mulai bergerak
mendekat, sedangkan para pengikut Pangeran Kuda Permati
telah menutup semua pintu gerbang di dinding padukuhan
yang tidak begitu besar itu.
Ternyata bahwa para pengikut Pangeran Kuda Permati
condong untuk memberikan perlawanan. Mereka memang
tidak ingin menyerah dan menjadi tawanan.
Karena itu, maka sebagian diantara mereka telah bersiap
dibelakang pintu gerbang yang tertutup. Sebagian yang lain
memanjat pepohonan dan tangan yang tersandar didin-ding
dengan anak panah yang siap pada busurnya. Sedangkan
yang lain menebar disegala sudut untuk menghadapi segala
kemungkinan. Perwira yang berpendirian lain, masih berdiri diseram-bi.
Rasa-rasanya jantungnya berdentang semakin keras. Ada
kebimbangan yang bergejolak didalam dirinya.
Ternyata ada tiga orang yang kemudian mendekatinya.
Seorang diantaranya berkata "Perlawanan kali ini memang
tidak ada artinya lagi. Selama ini perasaan kita telah
tertutup oleh suasana yang keras dan bayangan kematian
demi kematian. Justru pada saat terakhir hati kita mulai
terbuka" "Tetapi sudah terlambat" sahut yang lain " sebentar lagi
kita memang akan dibantai di halaman rumah ini"
"Aku memang akan mati. Tetapi aku tidak ingin
menambah kotor tanganku dengan darah sesama. Aku
sudah terlalu banyak membunuh" berkata perwira itu.
Sementara itu, seorang yang lain berkata "Aku sendiri
tidak mengerti, apa yang terjadi didalam diri ini. Tiba-tiba
saja aku merasa bahwa akupun sudah terlalu banyak
membunuh" "Aku sudah siap untuk mati" berkata yang lain pula "
kematian yang mungkin tidak pernah aku bayangkan
sebelumnya. Tetapi aku akan menerimanya dengan dada
tengadah" Empat orang perwira itupun kemudian berdiri sejenak
memandang halaman rumah yang dilapisi oleh para
pengikut Pangeran Kuda Permati dalam beberapa baris
pertahanan. Mereka sudah membayangkan bahwa dihalaman itu
akan terjadi pertumpahan darah yang sangat mengerikan.
Baru setelah pertahanan itu patah, maka prajurit-prajurit
Kediri akan datang kepada mereka berempat dan
membunuh mereka sekaligus.
Namun keempat orang itu tidak berada diserambi. Merekapun
kemudian memasuki rumah itu dan pintupun
kemudian ditutup meskipun tidak terlalu rapat, untuk
memberikan kesan bahwa pintu itu tidak diselarak.
Pada saat yang demikian, maka pasukan Kediri telah
menjadi semakin dekat. Mereka melihat pintu-pintu regol
yang kemudian tertutup. Kemudian merekapun melihat
ujung-ujung tombak yang mulai menciut diatas dinding
dise-putar padukuhan itu.
Karena itu, maka para prajurit Kediri itupun telah
mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan.
Mereka menyadari bahwa pertempuran yang keras dan
kasar akan aegera terjadi, sebagian pernah mereka alami
disisi Utara dan Barat dari Kota Raja.
Pangeran Singa Narpada sendirilah yang memimpin
pengepungan dengan harapan, bahwa pasukannya saat itu
akan dapat menangkap Pangeran Kuda Permati hidup atau
mati. Para prajurit Kediri dibawah pimpinan Pangeran Singa
Narpada itupun ternyata memiliki sikap dan watak
sebagaimana Pangeran Singa Narpada sendiri. Ujung-ujung
tombak yang memagari dinding padukuhan itu telah
membuat darah mereka justru semakin mendidih.
Demikianlah, maka ketika para prajurit Kediri itu sudah
siap di depan dinding, maka sekali lagi terdengar desing


01 Hijaunya Lembah Hijaunya Lereng Pegunungan Karya Sh Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panah sendaren. Pangeran Singa Narpada telah
memerintahkan melepaskan anak panah senderen untuk
yang kedua kalinya. Isyarat setiap prajurit bersiap untuk
menyerang. Ketegangan menjadi semakin memuncak. Para pengikut
Pangeran Kuda Permatipun mengerti, bahwa isyarat kedua
bagi para prajurit Kediri adalah perintah untuk bersiap
menyerang, sedangkan isyarat berikutnya, maka"
gelombang pasukan Kediri itu akan mulai melanda dinding
padukuhan itu. Para pengikut Pangeran Kuda Permatipun melihat
pasukan Kediri dengan hati yang berdebar-debar. Dari atas
dinding mereka melihat pasukan yang mengepung
padukuhan itu tidak terhitung jumlahnya. Sementara itu
sebagian dari mereka tengah mengawasi kemungkinankemungkinan
lain yang dapat terjadi, seandainya ada juga
pasukan Pangeran Kuda Permati yang ada di padukuhan
sebelah menyebelah. Sejenak kemudian, maka saat yang paling menegangkan
itu telah dipecahkan oleh isyarat ketiga.
Sekali lagi, panah sendaren telah berdesing diudara.
Suaranya bagaikan siulan maut yang mengumandang dari
sudut sampai kesudut padukuhan itu.
Sebenarnyalah, bahwa isyarat ketiga itu adalah perintah
untuk langsung menyerang pasukan Pangeran Kuda
Permati yang ada di padukuhan itu.
Sementara itu, memang ada sebagian yang tidak terlalu
besar, pengawal Pengeran Kuda Permati yang ada di
padukuhan sebelah menyebelah. Mereka ternyata terkejut
melihat serangkaian yang tiba-tiba saja telah melanda padukuhan
yang justru dipergunakan untuk beristirahat
Pangeran Kuda Permati dan isterinya, Purnadewi.
Karena itu, pengawal yang tidak terlalu banyak yang
berada di padukuhan sebelah menyebelah, yang tugas
pokok mereka adalah sebagai pengamat, telah bersiap untuk
segera melibatkan diri kedalam pertempuran yang sebentar
lagi akan terjadi. "Kita tentu akan mendapat hukuman dari Pangeran
Kuda Permati" berkata salah seorang perwira yang
memimpin pasukan itu. "Kita memang lengah. Kita menganggap daerah ini
terlalu aman sehingga kita mengendor. Pada saat yang
demikian mereka telah datang dan langsung mengepung
padukuhan itu. Agaknya ada seorang pengkhianat yang
telah memberitahukan tempat tinggal Pangeran Kuda
Permati" oerkata perwira yang lain " tanpa seorang
pengkhianat maka mereka tidak akan dapat menemukan
padukuhan tempat tinggal Pangeran Kuda Permati"
Para perwira itu tidak sempat untuk mengurai persoalan
yang mereka hadapi lebih lama lagi. Pasukan Kediri yang
dipimpin langsung oleh Pangeran Singa Narpada benarbenar
telah menggempur pintu gerbang padukuhan yang
telah menjadi tempat beristirahat Pangeran Kuda Permati
dan Purnadewi. Karena itu, maka para pengikut Pangeran Kuda Permati
di padukuhan-padukuhan yang lain tidak menunggu lebih
lama lagi. Tidak ada perintah yang memanggil mereka.
Namun ketika sekelompok para pengikut Pangeran Kuda
Permati keluar dari sebuah padukuhan, maka kelompok
yang lain telah muncul dari padukuhan yang lain pula.
Namun Pangeran Singa Narpada sudah
memperhitungkannya. Karena itu, maka pasukan yang
tersedia untuk itupun segera memisahkan diri. Mereka tidak
ikut menyerang para pengikut Pangeran Kuda Permati di
padukuhan didepan mereka, tetapi mereka akan
menghadapi langsung pasukan lawan yang datang dari arah
yang lain. Dengan demikian maka pertempuran diiuar padukuhan
itu ternyata telah terjadi lebih dahulu dari pertempuran
didalam padukuhan itu sendiri.
Namun dalam waktu yang pendek, maka pasukan
Pangeran Singa Narpada telah mulai menggempur pintupintu
gerbang di ampat jurusan.
Sementara itu, dari atas dinding disebelah menyebelah
pintu gerbang itu, para pengikut Pangeran Kuda Permati
telah menyerang mereka dengan melontarkan anak-anak
panah yang meluncur bagaikan hujan.
Tetapi hal seperti itu sudah diperhitungkan oleh para
perwira pasukan Pangeran Singa Narpada. Karena itu,
maka ketika anak panah itu menghujani mereka merekapun
telah melindungi diri mereka dengan perisai-perisai yang
sudah mereka persiapkan lebih dahulu.
Dengan demikian, maka tidak ada lagi yang dapat
menahan arus pasukan Pangeran Singa Narpada. Pintu
gerbang padukuhan yang tidak terlalu kuat itupun dengan
cepat dapat dipecahkan sehingga pasukan Pangeran Singa
Nar-padapun telah menghambur memasuki padukuhan itu.
Meskipun didalam pintu gerbang itu telah menunggu
pasukan Pangeran Kuda Permati, namun agaknya arus
yang kuat, bagaikan banjir bandang yang telah berhasil
memecahkan bendungan itu tidak dapat ditahan sama
sekali. Arus itu mendesak meluap memasuki jalan-jalan dan
halaman-halaman didalam padukuhan.
Dengan demikian maka pertempuranpun segera telah
menebar diseluruh padukuhan. Sementara itu, sebagian dari
pasukan Kediri yang tidak sabar menunggu kesempatan
memasuki padukuhan lewat pintu gerbang, telah memanjat
Kelana Buana 15 Pendekar Dari Hoa San Karya Kho Ping Hoo Rahasia Kunci Wasiat 1

Cari Blog Ini