Ceritasilat Novel Online

Komplotan Bawah Tanah 2

Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton Bagian 2


"Barney! Kau sungguh pandai! Kami begitu kedinginan di luar. Hujan lebat sekali!"
Sinting berlarian kesana kemari, membuat debu mengepul hebat, sambil menyalak keras-keras.
"Tutup mulut, Sinting!" seru Roger tajam.
"Kita semua tak bisa bernapas nanti!"
Miranda masih ketakutan mencengkam bahu Barney. Tetapi ia gernbira melihat sahabat sahabatnya muncul. Mereka diam beberapa lama, melihat berkeliling. Diana melangkah maju beberapa langkah dan tiba-tiba menjerit, membuat yang lain sangat terkejut.
Terny ata ia menerobos sebuah tirai sarang labah-labah yang tebal.
"Ada yang meraba mukaku!" teriak Diana.
"Bukan, itu hanya jaring labah-labah," kata Barney tertawa.
"Banyak sekali di sini. Ada yang bawa senter?"
Snubby membawa. Biasanya ia selalu membawa berbagai benda yang bagi orang lain tampaknya tak berguna. Mengherankan sekali, betapa banyaknya isi sakunya. Dikeluarkannya sebuah senter kecil dan dinyalakannya. Segera labah-labah berlarian ke sana kemari, dan Diana berteriak sekali lagi. la paling jijik melihat labah-labah. Dalam cahaya senter, terlihat betapa banyaknya sarang labah-labah bergantungan.
"Rasanya takkan menyenangkan makan disini," kata Roger.
"Bagaimana keadaan kamar-kamar di atas, Barney" Belum kauceritakan pada kami."
Barney bercerita dengan ringkas tentang apa yang telah ditemukannya.
"Kukira lebih baik kita pergi ke kamar anak-anak itu," katanya kemudian.
"Di sana juga berdebu, tetapi paling tidak kita bisa duduk. Dan di sana juga lebih terang daripada di
sini.Mereka naik lewat tangga yang luas ke lantai satu, dan dari sana dengan tangga yang kecil ke lantai dua. Mereka memasuki gang dan tiba di kamar anak-anak.
"Agaknya bagian ini memang khusus untuk bagian anak-anak," kata Barney.
"Sungguh indah pemandangannya. Kita bisa melihat daerah sekitar sini. Anak-anak itu masuk dan terdiam melihat apa yang terdapat di situ. Kuda-kudaan yang seolah olah menunggu untuk ditunggangi seorang anak. Lemari mainan yang pintunya terbuka memperlihatkan mainan di dalamnya. Rumah boneka di rak. Cangkir-piring di meja, siap untuk makan.
"Seram," bisik Diana.
"Seram untuk dilihat, seram untuk dirasakan. Kurasa aku takkan menyukai tempat ini. Tetapi di sini jelas lebih baik daripada di bawah tadi."
"Kita akan makan di sini, kalau tak ada yang keberatan duduk di tumpukan debu," kata Roger.
"Ayolah, mana keranjang itu" Akan terasa lega bagiku kalau perutku sudah tambah isinya."
Bab 11 SUATU PIKIRAN YANG BAGUS Hujan badai mengganas pada saat mereka makan. Guntur menggelegar. Kilat menyambarnyambar, membuat anak-anak itu setiap saat meloncat kaget dengan mata silau beberapa lama.
"Untung kita tidak berada di luar sana," kata Roger mencoba untuk bersikap riang. Tetapi yang lain tidak merasakan keriangannya itu. Memang mereka merasa sedikit nyaman setelah semua makanan mereka habiskan. Sinting juga mendapat bagian. Sesungguhnya ia yang paling menjengkelkan. Setiap kali bergerak, debu mengepul dari keempat kakinya. Miranda diam-diam terus, bertengger di bahu tuannya sambil makan roti dan ketimun. Sehabis makan, anak-anak memeriksa ketiga kamar tersebut. Sungguh aneh bagi mereka, betapa kamar-kamar itu tak disentuh lagi setelah Bob meninggal entah berapa puluh tahun yang silam.
"Mungkin ibunya tak sanggup melihat kenangan kepada anak-anaknya ini," kata Diana.
"Sungguh kasihan. la bahkan tak tega bila ada yang menyentuh benda-benda ini. Entah apakah ada orang lain yang masih ingat tentang
kamar-kamar ini. Kurasa sudah dilupakan orang. Mungkin orang menyangka bahwa pintu gang itu adalah pintu keluar, atau pintu ke sebuah kamar yang tak ada gunanya."
"Kukira kau benar," kata Barney.
"Gila! Dengar itu, betapa derasnya hujan."
Memang sangat deras. Walaupun guntur mulai menjauh dan kilat tidak begitu tajam lagi. Diana melirik Bamey. Di mana ia akan tidur malam ini" Masa tidur di
bawah tumpukan jerami yang sudah pasti akan basah kuyup"
"Barney... tentunya kau tak akan tidur ditempat terbuka malam ini, bukan?" tanyanya akhirnya, menyimpan kembali botol-botol limun jahe ke dalam keranjang makanan yang kini kosong.
"Di mana-mana basah kuyup."
"Tentu saja tidak," kata Barney.
"Aku sudah memperoleh suatu tempat yang tepat. Aku akan tidur di sini."
Semua memandang padanya dengan heran.
"Di sini" Sendirian" Di rumah kosong seram ini" Dengan begitu banyak labah-labah dan debu?" Diana berseru heran.
"Beranikah kau?"
"Akukan ditemani Miranda," kata Barney.
"Dan aku pernah tidur di tempat yang lebih seram dari tempat ini."
Diana tak bisa memikirkan tempat apa yang lebih seram dari tempat ini. Bulu romanya berdiri. Miranda merangkul leher Barney dan mencereceh perlahan."Miranda berkata, ia setuju. la akan menjagaku, mengusir semua labah-labah," kata Barney
tersenyum. "Kukira itu suatu pikiran bagus," kata Snubby.
"Kan di sini masih ada tempat tidur, walaupun kainnya sudah usang semua. Kamar pengasuh itu tidak begitu parah. Ambil saja kamar itu, Barney. Kau akan nyaman di sana."
"Aku tahu," kata Diana, bangkit, mencari-cari di lemari.
"Kita cari kalau-kalau ada sikat debu .... Mungkin aku bisa membersihkan kamar itu." Tentu saja si Sinting yang menemukan sikat debu tersebut. la masuk ke bagian bawah lemari dan keluar dengan membawa sebuah sikat permadani yang bulu-bulunya sudah melembut.
"Bagus sekali," puji Diana, terpaksa merebut sikat tersebut dari gigitan Sinting.
"Terima kasih, Sinting. Ini untukku. Snubby, jangan bolehkan dia mendekatiku. la terlalu banyak mengepulkan debu."
"Tutupilah rambutmu, Di," kata Roger saat melihat betapa debu mengepul sewaktu adiknya itu mulai menyikat debu dan menampungnya pada tempat debu.
"Pakailah sapu tanganku ini. Kurasa ini cukup lebar." Begitulah. Sementara anak-anak lelaki bermainmain dengan isi lemari mainan dan Miranda mencoba-coba topi boneka, Diana sibuk sendiri di kamar pengasuh. Diambilnya seprai tempat tidur pengasuh itu, dikibaskannya di depan pintu gang, di ujungtangga. Tentu saja debu bagaikan memadat di udara. Dan seprai itu langsung hancur. Begitu juga selembar selimut. Tetapi selembar lagi masih cukup kuat. Diana membawa selimut yang masih utuh ini dan menebarkannya di kasur. Tak ada seprai cadangan. Mungkin diambil oleh pengasuh yang tentunya harus pergi dari situ. Bantal yang ada sudah hancur dimakan ngengat. Begitu diangkat, hancur.
"Barney terpaksa tidur tanpa bantal," pikir Diana.
"Mungkin kelak bisa kubawakan mantel atau entah apa yang bisa digulung dan dijadikan bantal. Mungkin juga bantalan kursi."
Disikatnya debu di meja hias, di tempat cuci muka, dan di lemari pendek. Debu bagaikan mencekiknya. la harus menunggu dulu sampai debu tadi mengendap. Kemudian terpikir olehnya untuk membuka jendela. Susah juga, tetapi akhirnya jendela terbuka dan hawa segar masuk bersama semburan air hujan saat ia mencoba menguakkan tabir tanaman merambat yang melebat di jendela itu.
Suatu pikiran muncul dikepala Diana. Dipotongnya beberapa tangkai tanaman merambat itu, dikibaskannya airnya ke lantai. Debunya takkan begitu mudah lagi mengepul, karena basah. Dan kini Diana bisa menyapu lantai dengan hati-hati tanpa terlalu banyak debu.
Akhirnya digulungnya permadani yang telah usang oleh ngengat itu dan dimasukkannya kedalam lemari. Lebih mudah membersihkan l
antai tanpa permadani itu. Dipanggilnya Barney saat ia sudah selesai.
"Inilah yang bisa kulakukan," katanya.
"Tak terlalu berdebu kini, dan paling tidak kau bisa tidur di tempat yang cukup bersih. Tapi aku tak tahu bagaimana kau bisa memperoleh air."
"Mungkin ada sumur tua, entah di mana, di dekat sini," kata Barney riang. Hal seperti ini tak pernah mencemaskannya.
"Mungkin ada pompa air di dapur. Lagi pula aku selalu bisa berenang di sungai."
"Ada sebotol limun jahe yang masih utuh," kata Roger.
"Akan kami tinggalkan disini. Nah, kuharap kau bisa tidur dengan enak ... tidur di sini sendirian."
"Tak apa, jauh lebih baik daripada tidur dibawah tumpukan jerami," kata Barney.
"Pintu beranda lebih baik jangan dikunci," kata Roger,
"agar kami bisa keluar-masuk dengan leluasa. Asal pintu itu tertutup, kurasa tak akan ada orang yang curiga. Kita bisa menggunakan kamar ini sebagai tempat bermain bila hari hujan."
"Aku girang kau bisa memperoleh tempat tidur yang cukup kering," kata Diana.
"Dan Miranda juga. Di mana dia?"
Mereka segera mencari Miranda. Miranda tadi
melihat Barney mencoba tempat tidurnya dan langsung melompat ke luar dari kamar. Tidak
kembali lagi!Sinting yang menemukan monyet tersebut. la berlari ke kamar sebelah, ke jendela, dan menyalak-nyalak ramai. Di tempat itu terdapat sebuah tempat tidur boneka, dengan sebuah boneka tidur di dalamnya. Dan Miranda tidur di samping boneka itu, melirik marah pada Sinting. Rupanya melihat Bamey tidur di tempat tidur, Miranda tak mau kalah.
"Oh, Miranda, kau manis sekali di tempat itu," kata Diana.
"Lihat, Barney. Manis, kan" Sinting! Jangan ambil selimut Miranda! Jahat betul kau!"
"Kukira sudah waktunya kita pergi," kata Roger.
"Bisa-bisa Nona Pepper menelepon polisi bila kita tak segera datang."
"Akan kuantar kalian ke bawah," kata Barney.
"Dan akan kubiarkan pintu depan tak terkunci seperti usulmu. Tak akan ada yang tahu bahwa pintu itu tak terkunci. Tak ada orang yang datang kemari." la mengantar mereka sampai ke pintu beranda. Miranda duduk di bahunya, memakai topi boneka. Agaknya ia sangat suka topi tersebut, walaupun memakainya terbalik. Diana lari menyeberangi beranda yang penuh labah-labah itu, langsung ke rumput yang basah. Ketiga anak tersebut basah kuyup oleh tetesan air hujan dari semak-semak yang harus mereka terobos, sementara matahari mulai muncul lagi. Agaknya malam nanti udara akan cerah. Nona Pepper sangat cemas melihat keadaan mereka.
"Oh, kalian basah kuyup! Cepat ganti pakaian! Pada waktu badai tadi kalian berteduh, bukan?"
"Oh, ya," kata Roger. Tetapi mereka tak menceritakan dimana mereka berteduh. Tidak. Ini rahasia pribadi mereka. Tak boleh ada orang lain mengetahuinya.
Malamnya ketiga anak itu bercakap-cakap dari tempat tidur masing-masing, berbisik-bisik, sementara Sinting keluar-masuk kamartidur mereka mengangkuti alas-alas kaki.
"Kira-kira Barney bisa tidur nyenyak tidak, ya?"
"Aku takkan mau tidur di tempat seseram itu di malam hari." Ini suara Diana tentu.
"Kalau aku, berani-berani saja ... asal ditemani Barney."
"Aku yakin ia tidur nyenyak ... sampai pagi." Barney memang tidur nyenyak. Begitu juga Miranda, di tempat tidur bonekanya. Biasanya ia tidur bersama Barney, tetapi kali ini tempat tidur boneka itu lebih menarik baginya. la tidur berselimut, merangkul sebuah boneka. Barney tidur nyeny
ak sampai sekitar setengah tiga pagi. Tiba-tiba ia terkejut, terbangun. Miranda melompat ke dadanya, merangkul lehernya, gemetar dan mencereceh ketakutan. Barney bangkit.
"Kenapa, Miranda" Ada apa" Apa yang membuatmu takut" Kau gemetar ...." Miranda terus merangkulnya erat-erat, tak memperlihatkan tanda-tanda akan kembali ke tempat tidurnya. Barney mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu yang sangat menakutkan monyet kecil itu. Apa" Suatu suara" Tak mungkin ada orang masuk ke tempat itu.
Kemudian ia merasa seolah-olah mendengar sesuatu di kejauhan. la mempertajam pendengarannya. Apakah itu suara ataukah khayalannya sendiri"
Mungkin hanya khayalannya saja. Ia kembali berbaring, dengan Miranda masih merangkul lehernya. Tapi tiba-tiba ia bangkit lagi, duduk.
Ia betul-betul mendengar sesuatu! Cukup keras kini. Bang! la mendengarkan lagi. Dan kembali suara ini terdengar.
Bang! Terdengar kini dedaunan gemersik di kaca jendela. Barney terkejut. Tetapi ia segera sadar ... itu suara angin mengenai daun-daun di luar jendela. Apakah suara yang tadi juga disebabkan oleh angin" Apakah suara itu suara pintu terbanting" Mungkinkah pintu beranda" Barney mempertimbangkan apakah sebaiknya ia turun atau tidak. Ia tidak takut. Tetapi ia tak ingin berjalan dalam kegelapan di tempat yang penuh debu itu tanpa membawa lampu.
"Kalau suara tadi itu terdengar lagi, aku akan turun," pikirnya akhirnya.
"Kalau tidak, aku takkan turun. Pasti itu suara pintu beranda. Agaknya aku kurang rapat menutupnya." Tak terdengar suara mencurigakan lagi. Yang terdengar hanyalah angin bertiup di daun-daun. Dan selembar daun terlempar masuk ke dalam, membuat suara seolah-olah ada suara orang berjalan. Sesaat Barney mengira ada orang masuk, tetapi Miranda tidak bergerak sama sekali. Berarti suara itu bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Barney menutup mata. Masih mendengardengarkan. Yangterdengar hanyalah detak jantung Miranda di dekat lehernya. Kemudian ia tertidur. Dan tak bangun-bangun lagi sampai sinar matahari menyeruak daun-daun di jendela, masuk ke kamar itu.
Bab 12 PAK KING TIBA SEGERA setelah selesai sarapan keesokan harinya, Diana menyatakan ingin segera mengunjungi Barney.
"Kau harus membantu membereskan kamar dan merapikan meja makan," kata Roger.
"Biarlah Snubby saja yang pergi ke sana dengan Sinting. Hari ini agaknya kambuh makal Snubby. la menaruh cacing disepatuku, dan memberi air gula pada sepon-ku. Agaknya hari ini adalah hari gila-gilaannya. Biar ia pergi dan mengganggu si Barney. Barney bisa menghadapinya." Maka Snubby mendapat tugas membawa roti, mentega, tomat, dan sebotol susu untuk Barney. la segera berangkat, dengan Sinting berlari di sampingnya. Kira-kira sudah separuh jalan, ia baru sadar bahwa Sinting membawa sikat rambut Nona Pepper. Terpaksa ia kembali, berdiri di bawah jendela kamar tidur Nona Pepper dan melemparkan sikat rambut itu lewat jendela. Terdengar jeritan kesakitan, dan Snubby langsung lari secepat ia dapat.
"Bagaimana aku tahu bahwa ia berdiri di situ?" Snubby memberi alasan pada dirinya sendiri.
"Dasar perempuan."
Ia memandang Sinting yang sudah berada di sampingnya. Dan ia tertegun. Sinting kali ini membawa sikat sepatu Nyonya Round. Snubby membungkuk dan dengan nada keras menegur Sinting,
"Kau pikir aku ini apamu" Enak saja kausuruh aku menghabiskan waktu mengembalikan sikat curianmu. Kau anjing jahat! Kembalikan! Grrrr!" Sinting memandang tak mengerti pada Snubby.
  "Kembalikan!" bentak Snubbylagi."Apakah kau tak mengerti kata-kata semudah itu" KEMBALIKAN!" Sinting menggoyangkan ekor dan lari pergi. Snubby merasa girang.
"Anjing cerdik," katanya pada dua ekor burung gereja yang hinggap di dekatnya.
"Mengerti setiap patah kata yang kuucapkan." Sinting segera datang kembali dan dibelai sayang oleh Snubby yang berkata,
"Pintar sekali kau. Pasti kau membawa sikat itu langsung ke dapur dan meletakkannya tepat di depan kaki Roundy. Kau memang anjing terpandai di dunia!"
Sinting merasa sangat senang. Ia baru saja memasukkan sikat tadi ke dalam liang kelinci liar yang terdekat. Tampaknya Snubby sangat senang. Baiklah, lain kali ia akan memasukkan apa saja ke dalam liang kelinci itu.
Mereka berangkat lagi. Sinting berlari ke sana kemari, menubruk apa saja yang bergerak. Daun, debu, kertas yang beterbangan dan ... grrr, ia menubruk tali sepatu Snubby, membuat Snubbyjatuh tunggang-langgang. Betu-betul bagaikan anjing sinting.Tetapi agaknya Snubbytidak marah. Akhirnya mereka sampai. Snubby pergi ke beranda gedung tua itu. Pintunya tertutup rapat. Rapat sekali, sehingga tak berhasil didorongnya. Keranjang makanan terpaksa diletakkan di lantai dan ia mendorong lagi sekuat tenaga. Berhasil. Tiba-tiba saja pintu itu terbuka hingga Snubby terdorong masuk, jatuh terguling-guling di lantai berdebu. Snubby cepat bangkit duduk. Tetapi Sinting mengiranya sedang bermain-main, langsung menubruk dan menjilati mukanya.
"Halo, kaukah itu?" terdengar suara Barney.
"Kudengar suara ribut-ribut, dan aku turun untuk menyelidikinya. Pagi benar kau .... Mengapa kau duduk di lantai?"
"Pergi, Sinting." Snubby mendorong anjingnya, dan menyeringai pada Barney.
"Pintu sulit sekali dibuka. Ketika kudorong baru terbuka, dan aku terjatuh."
"Kasihan." Barney tertawa, dan melihat keranjang makanan di luar.
"Hei, kau bawa makanan" Asyik! Roti, mentega, tomat ... Apakah ini untukku?"
"Tentu." Snubby berdiri, mengibaskan debu dari tubuhnya, sementara Barney mengambil keranjang tadi dan menutup pintu. Sesaat ia seperti bingung memperhatikan pintu yang telah ditutupnya rapat itu.
"Kenapa?"tanya Snubby, melihat wajah Barney.
"Ada yang aneh pada pintu itu?"Barney bercerita tentang bagaimana Miranda ketakutan semalam karena mendengar suara suara aneh.
"Tadinya kukira angin membuka dan menutup pintu ini. Tetapi kurasa tak mungkin, sebab pintu ini tertutup rapat. Kau saja sulit membukanya."
Bersama-sama mereka naik. Snubby agak gugup.
"Itulah yang paling tak kuingini," katanya.
"Tidur di dalam gelap, mendengar suara-suara, dan tak bisa menyalakan lampu. Brrrr."
"Lebih baik kaupinjami aku sentermu," kata Barney.
"Kalau suara itu terdengar, akan kuselidiki nanti."
Snubby langsung mengulurkan senternya. Mereka telah sampai di kamar atas. Snubby memperhatikan Barney makan.
"Hari ini cuaca baik," katanya.
"Bagaimana kalau kau ikut kami
bermain perahu di sungai?"
"Bagus sekali," kata Barney.
"Dan ... kapan kalian akan mendapat pelajaran tambahan"Senin" Kalau begitu kita harus menggunakan waktu yang tersisa ini sebaik mungkin. Aku tadi pagi telah membaca buku yang dipinjamkan Roger. Sungguh indah!"
"Aku tak tahu bagaimana kau bisa menyukai buku itu," kata Snubby.
"Sungguh aneh Shakespeare itu, untuk apa ia menulis setiap baris sama panjangnya" Ada-ada saja!"
Barney tertawa. "Sesungguhnya aku ingin sekali ikut mendengarkan kalian mendapat pelajaran," katanya.
"Pasti aku bisa belajar banyak.?"Wah..." Snubby melihat Barney seolah-olah anak itu sudah gila.
"Kau sinting. Masa ingin
mendapat pelajaran! Tapi kalau kau mau, kukira tak ada salahnya. Cuma ... sungguh sinting! Sinting, si Barney ini ternyata lebih sinting darimu!"
Mereka kemudian berjalan ke luar. Telapak kaki mereka tampak jelas terpeta di lantai. Snubby menunjukkan tapak-tapak kaki itu.
"Ini jejak Sinting ... ini punyaku ... ini pastilah kakimu. Dan ini punya Di, kecil-kecil. Dan itu kaki Roger, kakinya paling besar."
Mereka telah berada di luar pintu beranda. Barney kuat-kuat menutupnya. Didorongnya sesaat. Tak bisa terbuka. Baru setelah ditubruknya maka pintu itu terbuka. Kalau begitu pasti bukan pintu ini yang berdebam tadi malam. Ia harus menyelidiki pintu yang mana. Kalau memang yang bersuara itu pintu. Sungguh aneh.
Satu-dua malam berikutnya Barney tidak tidur di gedung tua tersebut. Hawa tiba-tiba begitu panas, dan anak-anak itu menyewa perahu untuk satu-dua hari. Barney ingin tidur saja diperahu itu, dengan berselimutkan terpal dan berbantalkan alas duduk perahu.
"Kalian tak keberatan, kan?" katanya.
"Itu berarti kalian tak usah setiap sore mengembalikannya ke tukang perahu. Dan akan enak tidurku, berayun ayun sepanjang malam."
"Baik," kata Roger,
"tidur saja di situ. Pastilah sesak tidur di kamar berdebu itu di hawa beginipanas. Lebih baik tidur diluar, selama cuaca begini bagus." Hari Senin segera saja tiba. Dan muncullah Pak King dengan membawa buku-bukunya dan sebuah kopor besar. Agaknya ia akan tinggal di Pondok Rockingdown juga! Anak-anak sangat terkejut.
"Ya ampun! Jadi kita akan terus berhadapan dengannya bahkan di luar waktu belajar" Waktu makan dan lainnya?" tanya Snubby melihat Pak King membawa kopornya ke atas dengan diiringi oleh Nyonya Round dan Sinting.
"Jangan begitu tolol, Snubby," kata Nona Pepper.
"Rumahnya terlalu jauh dari sini. Tak mungkin ia bisa datang setiap hari kalau tidak tinggal di sini. Lagi pula mungkin suatu saat aku harus pergi selama satu-dua hari.Jadi disini masih ada yang bisa menjaga kalian."
Anak-anak itu jadi muram. Barney yang mengintip dari luar jendela, mengangkat alis bertanya.
"Ya, dia sudah datang," kata Diana.
"Dan dia akan tinggal di sini. Sialan, ya" Kami akan terpaksa terus bersikap baik."
"Aku tak peduli. Kalau pengin nakal, ya nakal saja," kata Snubby.
"Kau memang tak pernah berlaku baik," kata Diana.
"Barney, apakah betul kau ingin mendengarkan pelajaran bersama kami" Kau pasti akan bosan!"Barney mengangguk. Ia haus akan ilmu pengetahuan, dan menganggap ketiga orang anak itu sungguh beruntung bisa memiliki dan mempelajari begitu banyak buku.
"Baiklah. Sepuluh menit lagi datanglah, mengetuk pintu," kata Diana.
"Kemudian masuklah, pura-pura terkejut karena kami sedang belajar
"Dan kau pura-pura minta maaf serta mundur ...," sambung Roger.
"Kemudian aku akan berkata,
"Oh, Pak King, bolehkah Barney ikut duduk di ruang ini, menunggu kami" Dan kukira semuanya akan beres."
"Baiklah," kata Barney dan mundur tepat pada saat Nona Pepper masuk bersama Pak King.
"Wah sudah siap, ya?" sapa Pak King.
"Baiklah. Mari kita lihat, kalian sudah sampai di mana, agar aku
tahu bagaimana harus mengajar kalian."
Kira-kira seperempat jam kemudian tampak Barney melewati jendela, menuju pintu depan yang tidak tertutup, langsung masuk ke tempat belajar, dan mengetuk pintunya.
"Masuk!" teriak ketiga orang anak itu sebelum Pak King bisa berkata apa-apa. Barney masuk. Tampak sangat bersih dan rapi, rambutnya disisir dan wajahnya bersih.
"Oh ... mmm ... maaf," katanya tergagap,
"aku tak tahu kalian sibuk .... Maaf, Pak ...." la mulai melangkah mundur, tampak kebingungan dan malu. Diana melihat betapa pandainya Barney bersandiwara. Snubby sesak napasnya menahan tawa. Roger berkata bersungguh-sungguh pada Pak King,
"Pak King, apakah Anda keberatan bila kawan kami ini, Barnabas, duduk di ruang ini menunggu kami" la tak akan mengganggu."
"Tentu saja tidak," kata Pak King ramah.
"Tak apa. Duduklah dekat jendela itu, Bamabas. Kau bisa membaca buku sambil menunggu. Kau sudah bawa buku?"
Pak King sedikit heran ketika ternyata Barney membawa sebuah karya Shakespeare. la kemudian membelakangi anak itu dan melanjutkan pelajarannya. Sinting duduk diam di kaki Snubby, terlalu lelah setelah lari turun-naik tangga. Pak King merasa murid-muridnya begitu patuh dan suasana begitu tenang. Mungkin Nona Pepper terlalu membesar-besarkan kesulitan yang akan dihadapinya dengan anak-anak ini ....
Snubby bertanya dalam hati, di mana Miranda" Ia tidak bersama Barney. Mungkin diikat entah di mana. Atau dikurung di gudang. Snubby menguap. Keadaan mulai membosankan. Bahkan Sinting tampak kesal.
Kemudian segalanya tiba-tiba berubah. Pintu sedikit terbuka. Perlahan Miranda masuk. la melihat Sinting berbaring tidur di bawah meja. Tak terlihat oleh siapapun, Miranda merayap ke bawah meja Snubby, mendekati Sinting. Ha... musuhnya tidur! Dicengkeramnya kedua daun telinga Sinting, ditariknya keras-keras sambil menjerit. Sinting mendengking terkejut, kesakitan, menyalak hebat.Ia melompat langsung menyerang Miranda. Miranda menyambar taplak meja untuk menghindar. Taplak meja itu tertarik jatuh, berikut semua buku yang ada di atasnya. Dan pertempuran dahsyat terjadi di bawah meja. Pak King melompat terkejut, kursinya menjatuhi Miranda yang sedang berlari. Miranda marah, melompat ke bahunya, langsung menjewer telinganya.
Snubby mengejar Sinting yang terjatuh ke perapian membuatjepit bara serta sekop berjatuhan ramai. Karena ketakutan Sinting melompat ke arah cerobong asap. Barney memekik memanggil Miranda.
Snubby dalam gugupnya mengejar Sinting, menjatuhkan sebuah vas bunga. Nona Pepper dan Nyonya Round yang sedang berbicara di dapur sangat terkejut mendengar suara barang pecah dari arah kamar belajar.
"Sedang apa mereka?" seru Nona Pepper, bergegas ke depan, hampir bertubrukan dengan seekor anjing sinting yang dengan kemarahan penuh mengejar seekor monyet yang agaknya tak waras juga.
Miranda lenyap di ruang atas dan bersembunyi' Sinting merayap kearah Snubby yang sejak taditak henti-hentinya berteriak-teriak sebagian untuk memanggilnya, sebagian lagi karena ia memang sangat senang berteriak-teriak.
"Diam!" tukas Nona Pepper, gusar.
"Aku yakin ini disebabkan karena Sinting diizinkan masuk ke kamar ini, Snubby.?"Ini bukan salah Sinting!" bantah Snubby.
"Ia enak-enak tidur di lantai. Miranda yang membuat gara-gara!"
"Er... kukira anjing itu harus keluar dari kamar ini," kata Pak King, mencoba menyelamatkan diri dari pandang tajam Nona Pepper.
"Tetapi ini bukan salah Sinting,"Snubby hampir be
rteriak pada gurunyaitu. "Ini sungguh tidak adil"
"Baik anjing maupun monyet itu tak boleh masuk," kata Pak King tiba-tiba, sangat tegas dan mantap.
"Keduanya tidak lulus dalam percobaannya."
"Tetapi Pak King ... si Sinting tadi kan tidur!" Snubby hampir menangis.
"Apakah Anda tak mendengarnya mendengkur?"
"Tidak," kata Pak King.
"Bawa keluar anjing itu, Peter!" Snubby memegang kalung si Sinting, dan menatap wajah Pak King dengan pandang marah.
"Baiklah!" katanya menahan tangis.
"Anda tak suka anjingku, aku tak suka pada Anda. Anda pasti menyesal nanti, tak memberinya kesempatan ..
padahal ia tadi tidur!" Snubby menyeret Sinting ke luar. Nona Pepper
menggantikan Snubby memegangi kalung Sinting.
"Jangan berlaku seperti anak kecil, Snubby," kata Nona Pepper.
"Akan kubawa Sinting kedapur, biar diurus Nyonya Round."
"Akan kubalas Pak King," kata Snubby geram.
"Akan kubalas dia!Tahu rasa nanti...akan kubalas dia, Nona Pepper!"
Bab 13 SUATU KEJUITAN BAGI SNUBBY
Pak King pasti tak menyukai beberapa hari setelah itu. Tiap hari Snubby mengeluarkan berbagai muslihatnya untuk membuat kesal guru pribadinya.
Sekali Pak King hendak menghapus tulisan di bukunya. Ternyata karet penghapusnya tidak menghapus, malahan membuat goresan warna kuning. la diberi sebatang penggaris yang entah bagaimana selalu memberi ukuran yang salah. Penggaris aneh ini salah satu kesayangan Snubby. Di sekolahnya, berulang kali penggaris tersebut dirampas guru-gurunya. Tetapi selalu saja secara aneh bisa kembali pada Snubby.
Buku-buku tiba-tiba saja berjatuhan ke lantai, walaupun Snubby berada sangat jauh dari tumpukan buku tersebut. Pak King tak melihat benang yang secara cerdik dilibatkan pada buku terbawah dan secara rahasia bila ditarik menjatuhkan semuanya. Papan tulis secara aneh setiap kali jatuh. Dan bila Snubby disuruh menghapus, maka dari penghapusnya mengepul debu yang baunya sangat tidak enak. Kalau saja Pak King mau
memeriksa penghapus itu, ia pasti akan tahu rahasianya. Tapi Pak King tak berpikir sejauh itu.
"Menurut pengakuannya, ia pemah mengajar disebuah sekolah khusus untuk anak lelaki," kata Roger.
"Tetapi ternyata banyak sekali tipu muslihat
yang belum diketahuinya." Anak-anak itu sangat menikmati kelucuan yang disebabkan oleh tipu
muslihat Snubby. Barney tak pernah bisa menahan tawanya bila suatu muslihat Snubby berhasil dengan baik. Agaknya hanya Barney sajalah yang betul-betul menikmati pelajaran tambahan itu. Ia memang tidak ikut belajar, hanya duduk di dekat jendela, tetapi segala yang diterangkan oleh Pak King - apakah itu soal matematika, bahasa Prancis, atau sastra Inggris-diserapnya dengan sepenuh hati. Tak ada yang tak disukai Barney dalam hal pelajaran. Dan ia memiliki daya ingat yang mengagumkan. Sering Roger merasa sedikit tersinggung bila saat mengerjakan pekerjaan
rumah bahasa Latin, tiba-tiba Barney bisa memecahkan persoalan yang tak bisa dipecahkannya. Diana berpendapat bahwa sesungguhnya Pak
King bukanlah seorang guru yang baik. Tampaknya ia tak menaruh perhatian sepenuhnya pada tugasnya. Tampaknya ia tak mau betul-betul menghukum Snubby untuk berbagai muslihatnya, bahkan kadang-kadang terlihat ia merasa senang menjadi sasaran godaan anak itu. Sementara itu Snubby tak habis-habisnya merasa kesal pada gurunya ini. la marah karena Sinting dipisahkan dar
inya, dan ia memutuskan untuk mencegah Miranda masuk ke kamar itu. Biasanya monyet kecil tersebut dikurung di gudang pada saat pelajaran berlangsung. Tetapi kadang-kadang ia bisa meloloskan diri, dengan jalan menyelinap di celah-celah dinding yang sempit. Dan bila itu terjadi, ia langsung menuju ruang belajar, diam-diam masuk, kemudian melingkar di pangkuan Barney setelah yakin bahwa Sinting tak ada di situ. Tetapi begitu Snubby tahu, ia langsung berdiri dan berkata pada Pak King,
"Itu Miranda masuk, Pak King" Bolehkah Sinting juga masuk?"
Dan Miranda harus pergi. Barney tak pernah merasa marah pada Snubby untuk perlakuan seperti ini. Ia sudah senang sekali pada anak kecil yang nakal serta penuh muslihat ini. Biasanya Pak King ikut sarapan dengan anak-anak. Kemudian setelah mengajar pergi entah ke mana.
"Anda sangat senang sekali berjalan-jalan," kata Roger suatu sore, saat Pak King hendak berangkat dengan membawa sebatang tongkat dan sebuah buku.
"Ke mana saja Anda pergi?"
"Oh, aku tak punya tujuan tetap," kata Pak King.
"Kadang-kadang ke sungai ... ke desa ... dan kemarin, misalnya, aku pergi ke gedung tua disana itu." Seketika itu semua anak memasang telinga. Sialan! Mungkinkah Pak King telah mencium rahasia mereka" Mungkinkah ia melihat jendela yang bertirai itu atau melihat jejak kaki mereka?"Tempat itu begitu seram," kata Diana setelah terdiam sejenak.
"Tak ada gunanya untuk dilihat-lihat."
"Sebaliknya, kuanggap tempat itu sangat menarik," kata Pak King.
"Begitu tua ... bahkan mungkin suatu bangunan yang bersejarah. Ingin sekali aku memeriksa bagian dalamnya."
Ini lebih buruk lagi. Apakah mereka harus mengancing pintu depan" Siapa tahu tiba-tiba ia mencoba-coba pintu itu. Sialan!
Tetapi kalau pintu depan dikunci, bagaimana mereka masuk" Padahal kini Barney mulai tidur lagi di ruang atas itu. Pintu depan seharusnya dibiarkan mudah dibuka agar mereka bebas keluar-masuk.
Barney sudah terbiasa tidur di tempat tidur tua itu. Diana telah memberinya bantalan tempat duduk kursi taman untuk bantal, dan sebuah permadani tua. Barney sendiri sudah memakai beberapa peralatan makan yang ditemukannya di kamar itu.
Diana telah berhasil menyapu bersih debu yang ada di tempat itu sehingga Barney bisa senang di persembunyiannya.Takseorangpun bisa mengira bahwa ia ada di sana. Jika hari hujan, anak-anak itu
bermain di tempat tersebut. Mula-mula mereka mencoba bermain sembunyi-sembunyian diruang
bawah, tetapi tak senang rasanya bermain seperti itu ditempat yang begitu seram. Mengerikan untuk bersembunyi, dan lebih mengerikan lagi untuk mencari-cari yang sedang bersembunyi."Aku merasa seolah-olah setiap saat seseorang akan muncul dan menyergapku dari belakang," kata Diana.
Barney tidak lagi mendengar suara-suara mencurigakan di malam hari. Tetapi Miranda tak mau lagi tidur di tempat tidur bonekanya. Setiap malam ia tidur dengan Barney. Ia hanya mengunjungi tempat tidur boneka itu disiang hari, bila telah bosan bermain-main dengan anak-anak. Sering ia pura-pura tidur, bersama boneka yang tua dulu, dan berselimut.
Satu-satunya yang betul-betul menjelajahi seluruhisi gedung itu dan lemarinya tentu saja adalah si Sinting. Jejak kakinya ada di mana-mana. la mengendus sini, mengendus sana. Kadangkadang terbatuk-batuk oleh debu, atau mencakarcakar pintu yang tak bisa dibukanya.
Suatu hari timbul pikiran Snubbby untuk tidur dengan Barney.
"Untuk apa?" tanya Diana.
"Sungguh pikiran yang mengerikan. Tidur di tempat begitu gelap dan seram... diupah pun aku tak mau."
"Ingin saja," kata Snubby.
"Bosan begini terus. Liburan ini bisa-bisa berlalu tanpa kesan."
Maka malam itu, saat ia seharusnya sudah berada di tempat tidur, Snubby berpakaian lagi. Di ujung tangga ia mendengar-dengarkan. Jam di bawah berbunyi pukul setengah dua belas. Apakah Pak King sudah tidur" Biasanya ia tidur pukul sebelas, bersamaan dengan waktu tidur Nona
Pepper. Nyonya Round tidak tidur di situ, tiap hari pulang ke desa. Diana dan Roger tentu saja tahu bahwa Snubby akan pergi ke tempat Barney. Tetapi mereka tak merasa harus mengantarkannya. Snubby telah meminjam senter Roger, sebab senternya sendiri dipinjam oleh Barney. Di kepala tangga dicobanya senter itu. Hidup, mati, hidup, mati. Cukup bagus. Jauh lebih bagus daripada senternya sendiri. Si Sinting berada di dekat kakinya. Ekor pendeknya bergoyang-goyang penuh harap. la menyukai hal-hal seperti ini. Digeserkannya badannya ke kaki Snubby, tapi tak bersuara sama sekali. la bisa diam tak bersuara bila dikehendaki, dan ia ingin tahu apakah ini yang dikehendaki majikannya. Snubby merasa pasti, Pak King telah tidur. Betapapun, ia akan lewat tangga belakang. Tak seorang pun bisa mendengarnya di situ. la berjingkat-jingkat ketangga itu.latahu bahwa anak tangga ketiga, tujuh, dan tiga belas berderit keras bila diinjak, karenanya ia menghitung hati-hati. Dipegangnya kalung Sinting agar anjing itu tidak berlari menyerbu ke bawah seperti biasanya. Kini ia sudah berada di bawah. Bagus. Hati-hati dibukanya pintu belakang, dan ia menjenguk ke luar. Malam cerah. Bulan tiada, namun bintang begitu cemerlang sehingga pepohonan bisa cukup terlihat. Kini ia berjalan, maju menuju Gedung Rockingdown! Begitu sering mereka ke sana, anak-anak itu telah membuka semacam jalan setapak menerobos semak-semak belukar. Takkan terlalu sulit nanti bagi Snubby.
Tak bersuara Snubby menutup pintu di belakangnya, lalu ia dan Sinting menyeberangi halaman. Segera ia bisa melihat bayangan kehitaman menggunung di depannya. Gedungtua itu. Rasanya jauh lebih besar daripada bila terlihat di siang hari.
Sinting berlari ke sana kemari di bawah semak-semak, mengacaukan kelinci-kelinci liar yang tentu saja tak menduga anjing itu akan muncul di malam hari. Ingin sekali Sinting mengejar mereka. Tapi ia merasa tugasnya adalah berada di dekat Snubby dan menjaganya - menjaganya terhadap apa, Sinting juga tidak tahu. Ia hanya tahu bahwa saat itu malam, karenanya majikannya harus dijaga lebih ketat
Snubby bersiul perlahan. Bukannya ketakutan, tetapi ia merasa sedikit lega bila bisa mendengarkan suara siulan sebuah lagu. Ia telah sampai kehalaman gedung tua itu dan tiba-tiba tertegun, tangannya langsung memegang kalung Sinting.
Ia bisa melihat suatu cahaya bergerak di dekat gedung tua itu! Dipusatkannya pandangannya untuk mengetahui cahaya apa itu gerangan. Pasti cahaya lampu senter. Cahaya itu bergerak ke sana kemari, seolah-olah pemiliknya sedang mencari sesuatu. Apakah itu Barney" Snubby mencegah dirinya sendiri untuk bersiul memanggil. Siapa tahu itu bukan Bamey!Dan kemudian Sinting memberi kepastian bahwa itu bukan Barney. Anjing kecil itu menggeram dalam-dalam, suatu tanda bahwa yang ada di depannya bukannya kawan. Snubby menepuknya perlahan agar berhenti menggeram. Ia tak ingin kehadirannya diketahui orang itu. Sinting tak pernah menggeram pada Barney. Jadi itu bukan Barney. Siapa dia" Gelandangankah" Mengapa di sini" Mencari tempat bermalam"
Snubby merapat pada Sinting. Anjing itu tahu ia harus berdiam
diri, dan Snubby melepaskan pegangannya. la telah mematikan senternya. la mengikuti cahaya yang dipancarkan senter orang yang tak dikenalnya itu. Siapa pun orang itu, tampaknya teliti sekali ia memeriksa setiap pintu dan setiap jendela. Bagaimana kalau ia mengetahui bahwa pintu beranda terbuka" Apakah ia akan masuk"
Orang itu mengitari sudut gedung dan Snubby melihat bayangannya cukup jelas. la ternganga, terkejut, heran. Ia kenal orang itu! Tak salah lagi. Orang itu Pak King!
Bab 14 MALAM YANG PENUIH RAHASIA
Sesaat Snubby terpaku di tempatnya. Untuk apa Pak King keluyuran di tengah malam, padahal mestinya ia sudah tidur" Snubby kebingungan mencoba memecahkan persoalan itu, sementara ia berdiri diam di bawah bayang-bayang sebatang semak-semak besar. Tapi ia tak berhasil memecahkan persoalan tersebut. Ia memutuskan untuk masuksecara diam-dian, kemudian berlari ke atas untuk memberi peringatan pada Barney. Ia akan menutup kembali pintu beranda agar Pak King tidak bisa masuk. Pak King saat itu berada di balik rumah, berlawanan tempatnya dengan tempat beranda itu. Pak King berada di sebelah utara, berandanya di sebelah selatan rumah. Kalau ia bisa bergerak cepat, ia bisa masuk tanpa terlihat dan terdengar. Dengan cepat ia meninggalkan persembunyiannya, diiringi Sinting. Ia berhasil mencapai beranda. Terpaksa digunakannya senternya untuk mencari pegangan pintu. Diputarnya, didorongnya. Pintu tersebut kini cukup mudah dibuka, sebab begitu sering dibuka dan ditutup oleh anak-anak. Kini bisa terbuka tanpa
banyak mengeluarkan suara. Snubby dan Sinting masuk. Ditutupnya pintu, dipasangnya semua gerendel dan kancing pintu yang ada. Kini Pak King takkan bisa masuk!
Ia berjingkat meninggalkan ruang itu ke ruang besar, berdiri sebentar di dekat pintu untuk melihat kalau-kalau ia bisa melihat sinar lampu senter di seberang gedung. Nah, itu dia!


Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Snubby berlari ke tangga. Kelantai pertama. Ke lantai kedua. Langsung kepintu gang yang menuju ruang anak-anak. Diputarnya pegangan pintu tersebut.
Temyata terkunci. Snubby kebingungan. Mengapa pintu itu dikunci" Barney biasanya tak mengunci pintu tersebut agar anak-anak bisa keluar-masuk dengan mudah. Pintu diketuknya perlahan. Terdengar Miranda mencereceh lembut di balik pintu.
"Miranda!" bisiknya.
"Di mana Barney" Panggil Barney!" Pintu segera dibuka kuncinya, dan Barney berdiri di depannya dengan Miranda di bahunya. Barney menarik Snubby masuk dan kembali dikuncinya pintu itu. Tanpa bersuara ia mengajak Snubby ke kamar tempat ia tidur.
"Mengapa kaukunci pintu itu?" bisik Snubby.
"Ada orang di luar," bisik Barney.
"Apakah kau tak bertemu dengannya?"
"Ya, hampir saja. Aku tahu siapa dia."
"Siapa?" "Pak King!" desis Snubby.
"Ya... hampir tak bisa dipercaya, bukan" Tapi benar. la menyelidiki gedung ini, agaknya mencari jalan masuk."
"Miranda membangunkan aku beberapa menit yang lalu," kata Barney.
"Melihat cara ia mencereceh, dan mencakar-cakar aku, membelai pipiku dan mengusap leherku, aku mengerti bahwa ada sesuatu yang tak beres. Aku bangun dan melihat ke luar .... Kulihat ada seseorang
membawa senter di bawah."
"Mengapa kau taklari turun dan mengunci pintu beranda?" tanya Snubby.
"Sebab kupikir orang itu akan mencapai pintu tersebut bersamaan dengan aku. Bisa-bisa aku ketahuan," kata Barney.
"Jadi kupikir lebih baik bila pintu gang saja ya
ng aku kunci. Kemudian kau datang. Aku sungguh ketakutan. Kukira kau adalah orang itu atau temannya. Tetapi ternyata Miranda tidak ketakutan, malah mencereceh gembira. Jadi aku yakin kau adalah salah satu teman-temannya. Apakah yang lain juga datang.Mengapa kaukesini malam-malann?"
Snubby menerangkan dengan berbisik,
"Tibatiba saja aku ingin bertualang sedikit, merasakan ketegangan sedikit, dengan jalan tidur di sini denganmu. Kemudian kulihat orang asing di dekat gedung ini. Aku terkejut sekali. Apalagi setelah aku tahu siapa dia. Yang lain tidak ikut."
"Kira-kiraapa yang dilakukannya?"tanya Barney heran.
"Apa yang dicarinya?"
"Tak tahulah," jawab Snubby.
"Omong-omong ... kaudengar lagi suara-suara aneh itu?"
"Tidak. Mungkin memang suara angin membentur pintu."
Barney pergi kejendela, melihat keluar dengan hati-hati. Takterlihat seorangpun diluar.
"Mungkin ia berada di balik sana," kata Barney.
"Tetapi kini pintu beranda sudah kaukunci, jadikita lebihaman disini. Mari kita turun dan melihat dimana Pak King kini."
Tak bersuara mereka keluar dari kamar itu. Miranda bertengger di bahu Barney, mencereceh perlahan. Sinting berlari-lari kecil tak peduli.
Mereka keluar dari gang dan turun ke lantai di bawahnya. Di situ ada sebuah ruangan yang jendelanya menjulur ke luar. Mereka mengira dari tempat itu mereka bisa melihat Pak King.
Benar juga. Sinar senter Pak King berjalan perlahan di bawah mereka, seakan-akan sedang memeriksa setiap kunci jendela. Apa yang dilakukannya" Mengapa ia ingin masuk"
Kemudian, tepat pada saat itu, terdengar suara berdebam di kejauhan ... atau dekat"
Bang! Bum! Bum! Bang! Snubby dan Barney hampir saja terlompat karena terkejut. Dan jelas Pak King juga mendengar suara itu. Lampu senternya padam seketika. Snubby mencengkeram Barney ketakutan. Sinting menggeram keras. Miranda membisu beku.
"Itu suara yang kudengar di malam pertama dulu itu," bisik Barney.
"Apakah mirip suara pintu terbanting?"
"Mmm... mungkin...." Snubby tak bisa yakin apa yang didengarnya.
Bang! "Nah itu! Dari mana kira-kira?" tanya Barney.
"Dari bawah," kata Snubby, giginya mulai gemertakan. Ia sungguh malu karena begitu ketakutan, dan berusaha keras mengatupkan kedua rahangnya agar giginya tak terdengar bergemertakan. Ingin sekali ia lari ke atas, mengunci pintu gang, masuk ke kamar dan mengunci semua pintu. Ia heran mendapatkan dirinya sesungguhnya tak seberani dugaannya.
Barney tampak tenang dan tak kelihatan takut sedikit pun. Ia memasang telinga. Suara-suara itu terdengar lagi. Ya, kini jelas. Suara itu datang dari bawah.
Tak terlihat lagi senter Pak King. Mungkin ia bersembunyi, atau mungkin ia telah pergi. Apakah ia bergabung dengan orang-orang yang mengeluarkan suara seram itu" Barney mengira mungkin itulah sebabnya Pak King kemari - ia akan bergabung dengan teman-temannya di suatu tempat di sekitar sini!
Lama Barney berdiri termenung, berpikir-pikir. Kini terdengar suara aneh, seperti melengking, seperti menggesek. Bulu roma Snubby berdiri tegak semua. Dan tiba-tiba semuanya sunyi. Tak ada suatu suara pun lagi terdengar.
"Kukira sudah selesai pertunjukan malam ini," bisik Barney, menjauhi jendela tempatnya tadi mengintip ke luar.
"Pak King pergi, dan suara itu tak terdengar lagi. Mari kita ke lantai bawah dan melihat apa yang menyebabkan suara-suara itu."
Snubb y sangat ketakutan. Apa" Turun ke kegelapan itu untuk menyelidiki suara-suara yang menakutkan itu" Apa Barney sinting"Dipegangnya lengan anak itu erat-erat.
"Tidak, Barney. Mari kita naik dan kita kunci pintunya!"
"Naiklah, bawa si Sinting," kata Barney.
"Aku akan menyelidik keadaan di bawah itu sendiri." Tetapi Snubby yang malang itu tak berani pergi ke atas sendirian, walaupun dengan ditemani Sinting. Dari kedua rasa takut, ia memutuskan bahwa pergi dengan Barney lebih aman. Jelas tak mungkin ia pergi ke mana pun sendirian saat itu. Merasa sangat ketakutan, Snubby mengikuti Barney menuruni tangga. Sinting merapat di kakinya, dan itu cukup membesarkan hati. Alangkah senangnya jadi anjing, pikir Snubby. Anjing rasanya tak pernah betul-betul merasa
takut. "Kukira suara-suara tadi datang dari arah
dapur," bisik Bamey.
"Baiklah kita berdiri dulu di sini sebentar, mendengar-dengarkan." Mereka berdiri bagai patung, tak bergerak, tak bersuara. Tiba-tiba Snubby merasa sesuatu menyentuh rambutnya. Hampir saja ia menjerit ketakutan. Tetapi ternyata itu tadi tangan Miranda
yang masih bertengger di bahu Barney dan menarik rambut Snubby untuk menunjukkan rasa sayangnya. Mereka pergi ke dapur yang begitu luas. Barney menyalakan senternya. Sinarnya bermain dikamar di depan mereka. Bayangan bagaikan melarikan diri ke sudut, saat sinar tadi bergerak. Barney merasa betapa Snubby gemetar.
"Kau ketakutan?" tanyanya heran.
"Jangan kuatir, Snubby. Miranda dan Sinting akan segera memberitahukan pada kita jika ada orang asing di dekat kita. Kalau Miranda tidak mencereceh dan Sinting tidak menggeram, berarti tak ada orang di dekat kita." Ini benar. Snubby segera merasa lega. Di dapur itu tak ada yang mencurigakan. Sinar senter menjelajahi lantai. Di situ banyak sekali jejak - jejak mereka sendiri dan Sinting. Tak ada jejak yang lain.
"Tak ada seorang pun kecuali kita yang pernah ke sini," kata Barney dan ia masuk ke kamar pembantu. Kamar ini besar juga, dengan pompa air dan keran-keran. Tapi tak ada jejak kaki di sini, bahkan jejak anak-anak pun tidak. Mereka tak pernah masuk kemari. Mengherankan. Bagaimana bisa terjadi suara begitu gemuruh di bawah tetapi tak meninggalkan bekas apa pun"
"Sungguh menyeramkan, ya. Mungkin hantu," kata Snubby akhirnya. Barney tertawa.
"Percayalah, suara-suara ini dibuat oleh manusia biasa," kata Barney,
"bukan oleh hantu. Jadi tak
usah takut. Masa kau masih percaya pada hantu. Seperti anak bayi saja!"
"Tetapi...semuanya aneh!" kata Snubby."Suara begitu ribut, namun tak ada jejak, tak ada bekas sedikit pun. Coba terangkan, bagaimana hal itu bisa terjadi?"
"Aku tak bisa menerangkannya," kata Barney,
"tetapi aku akan berusaha menyelidikinya. Itu pasti. Ada sesuatu yang aneh di sini. Dan aku harus bisa memecahkan misteri ini."
"Mungkinkah Pak King terlibat di dalamnya?" tanya Snubby. Barney berpikir sejenak.
"Mungkin juga," katanya kemudian.
"Coba tanyai dia besok, Snubby, dan perhatikan jawabannya. Tanyakan apakah nyenyak tidurnya, apakah ia mendengar sesuatu di malam hari, apakah ia sering berjalan sambil tidur ... semacam itulah." Di dalam gelap Snubby menyeringai
"Bagus! Akan kuperhatikan jawabannya. Betulkah sudah berakhir pertunjukan malam ini, Barney" Aku begitu mengantuk."
"Ya ... agaknya begitu .... Ayolah, Miranda, tidur. Kau betul-betul akan tidur di sini, Snubby?"
"Ya, apapun takkan bisa
memaksaku pulang ke Pondok Rockingdown di kegelapan seperti ini," kata Snubby.
"Bisakah aku tidur bersamamu?"
"Itu berarti Sinting juga?"tanya Barney.
"Baiklah. Kurasa tempat tidurku cukup untuk kita berempat.
Ayolah." Mereka kembali ke atas, hati-hati mengunci pintu gang dan masuk ke kamar yang ketiga. Snubby tadinya merasa yakin bahwa ia pasti sulit tidur. Tetapi ternyata matanya langsung tertutup rapat begitu kepalanya menyentuh bantal. Dan keempatnya tidurnyenyak sampai pagi-Miranda merangkul leher Barney, Sinting rapat di kaki Snubby.
Bab 15 SNUBBY SUNGGUH MENGGANGGU
SNUBBY bangun pagi-pagi sekali, ingin kembali ke pondoknya jauh sebelum orang-orang lain bangun. Barney mengantarkannya pulang dan kemudian duduk-duduk di dalam gardu di taman pondok itu.Snubby berjanjiakan menyelundupkan makanan untuk sarapan paginya. Tetapi Nyonya Round yang bergegas datang dari desa untuk mengerjakan tugas-tugas paginya melihat Miranda di luar gardu. Ia mengintip ke dalam dan tampak olehnya Barney.
"Ah, harus tambah satu porsi untuk sarapan nanti," kata Nyonya Round. Barney menyeringai. la dan Nyonya Round saling mengerti. Barney sering membantu Nyonya Round melakukan berbagai keperluan - membetulkan bak tempat cuci, memasang tali jemuran, dan sebagainya. Bagi Nyonya Round kehadiran Barney cukup menguntungkan. la tak pernah menolak diberi tugas apa pun. Hanya Miranda yang belum bisa diterima kehadirannya oleh Nyonya Round. Barney makan pagi bersama yang lain. Nona Pepper tidak keberatan. Tambah satu orang tak begitu banyak berbeda dalam jumlah makanan.
Dan Barney tampaknya anak baik, walaupun sedikit aneh. Pak King hadir juga. Tampak capai dan datang terlambat di meja makan. Snubby sudah bersiap-siap menghadapinya. la telah bercerita pada Diana dan Roger tentang pengalamannya. Kedua anak itu sungguh kagum dan iri!
"Kau sungguh beruntung, mendapat pengalaman begitu hebat dengan Barney ditengah malam!" kata Roger. Snubby tak menceritakan bahwa ia sangat ketakutan. Dengan bercerita di tempat aman, di saat matahari bersinar terang, ia lupa bahwa giginya gemertakan dan bulu romanya berdiri. Begitu hebat pengalamannya, sementara kedua sepupunya itu enak-enak tidur nyenyak.
Roger dan Diana juga heran mendengar Pak King terlibat.
"Apa yang dicarinya?" tanya Roger.
"Sungguh tak diduga. Mengapa ia tak membicarakannya lebih dahulu dengan kita?"
Pak King duduk dan minta maaf karena terlambat. Saat ia mulai mengambil keripik jagung, Snubby langsung menyerang.
"Apakah tidur Anda tidak enak, Pak King?" tanyanya.
Pak King tampak sangat terkejut melihat betapa Snubby tiba-tiba memperhatikan keadaan dirinya.
"Tidak, aku tidur nyenyak semalam. Terima kasih," sahutnya.
"Anda untung," kata Snubby.
"Aku tidak bisa tidur semalaman."
Pak King tampak agak terguncang. Diperhatikannya Snubby yang pasang muka tak berdosa.
"Aku tak bisa tidur karena kudengar ada suara ribut sekali," kata Snubby lagi.
"Apakah Anda juga mendengarnya?"
"Suara ribut apa?"Pak King tampak berhati-hati
"Ya suara ribut. Mungkin Anda tidur begitu nyenyak sehingga tak mendengarnya," kata Snubby.
"Aku memang tidur nyenyak ... bahkan sampai bangun terlambat begini kok," kata Pak King. Kemudian ia berusaha mengalihkan pembicaraan,
"Nona Pepper, tolong ambilkan bumbu mostar
itu." Tetapi Snubby tak ingin pembicaraan dibelokkan. Ia terus mendesak,
"Aku seperti mendengar ada orang yang berjalan-jalan di luar tadi malam. Mungkin ada seseorang ngelindur, berjalan sambil tidur. Apakah Anda pernah ngelindur, Pak King?"
"Tak pernah," sahut Pak King pendek.
"Sosisini sungguh enak, Nona Pepper."
"Entah siapa yang keluar tadi malam," kata Snubby lagi.
"Apakah kau, Roger" Atau kau, Diana?"
"Tidak," sahut Roger dari Diana serentak. Mereka jadi asyik memperhatikan apa yang akan terjadi pada Pak King nanti atas serangan Snubby.
"Dan Anda pasti tidak, kecuali kalau Anda ngelindur." Snubby berpaling lagi pada Pak King.
"Sudah kukatakan, aku tak pernah ngelindur," kata Pak King kesal.
"Jangan menyela lagi. Aku ingin berbicara dengan Nona Pepper. Kalau kau kepingin melucu, carilah cara lain. Cara ini terlalu puerile)."
"Apakah puerile itu, Pak King?" Snubby langsung menyambar.
"Akan kukatakan nanti dalam pelajaran bahasa Latin," kata Pak King dengan nada seolah-olah nanti Snubby pasti mendapat kesulitan dalam pelajaran tersebut.
"Mestinya kau bisa mengira ngira sendiri arti kata itu, bila kau mulai menguraikan dari akar katanya, puer. Kau sungguh sangat terbelakang dalam bahasa Latin."
Snubby mengerdipkan mata pada yang lain. la telah memperoleh apa yang diinginkannya. Jelas Pak King takkan mau mengakui bahwa semalam ia pergi keluar. Ini berarti ia punya rahasia. Ini berarti mungkin sekali ia akan mengunjungi gedung tua itu kembali. Ini berarti ia harus terus dimata-matai. Dan Snubby merasa pada dirinyalah terletak tugas untuk memata-matai Pak King!
"Apakah Anda akan jalan-jalan lagi hari ini?" tanya Snubby mulai lagi, dengan nada amatsopan.
"Bolehkah aku ikut?"
"Ya, aku akan jalan-jalan. Tetapi tidak, aku tak sudi ditemani anak secerewet engkau," sahut Pak King mulai kesal.
Snubby dalam hati memutuskan, tak peduli Pak King mengizinkan atau tidak, ia akan ikut. Tentu saja secara diam-diam. Sinting yang berada di bawah meja makan itu, iseng-iseng mulai menggigiti tali sepatu Pak King. Miranda telah dikurung di dalam gudang untuk menghindari terjadinya pertarungan dahsyat dengan Sinting.
Snubby lebih mengesalkan lagi dalam pelajaran pagi itu. Ia diharuskan membuat tiga kalimat di dalam bahasa Prancis, dan menuliskannya. Dengan gembira ia menulis serta kemudian membaca kalimat-kalimat seperti berikut,
"Ils ?taient debruits dans la nuit-Ada suara ribut di malam hari."
"Je me promene dans mon sommeil - Aku berjalan sambil tidur.?"Je ne parle toujours le urai-Aku tidak selalu berkata benar."
Pak King mendengarkan kalimat-kalimat aneh ini dengan diam. Diperhatikannya Snubby beberapa saat, seolah-olah ia akan meledak marah. Tetapi kemudian terlihat ia mengubah pikiran.
"Kalimat-kalimat itu penuh dengan kesalahan dasar," katanya dingin.
"Tulislah lagi tiga kalimat Dan kalau masih ada kesalahan, kau harus menulis tiga lagi," katanya.
Snubby memutuskan untuk tidak menggoda Pak King lagi. la menuliskan lagi tiga kalimat bahasa Prancis yang tak ada hubungannya sama sekali dengan peristiwa semalam. Dan kalimat kalimat ini semuanya benar, hingga membuat Pak King heran bagaimana si Nakal ini bisa begitu pandai. Pak King agaknya belum pernah menghadapi siasat seperti ini. Ia tak tahu bahwa Snubby memang mengutip kalimat-kalimat tersebut dari buku bahasa Prancis-nya. Alangkah senangnya bila guru bah
asa Prancis di sekolah juga begitu mudah dipermainkan, pikir Snubby. Tetapi Monsieur Rieu sudah begitu berpengalaman menghadapi berbagai akal bulus murid-muridnya.
Selesai makan siang, anak-anak itu berkumpul di gardu di taman. Mereka tertawa cekikikan mengingat betapa Snubby mempermainkan Pak King pagi tadi.
"Betapapun, jelas Pak King tampak berlaku aneh," kata Roger.
"Mengapa ia begitu merahasiakan perjalanan malamnya" Bisa saja ia
berkata bahwa ia tak bisa tidur kemudian jalan-jalan."
"Aku akan membuntutinya sore ini," kata Snubby.
"Aku dan Sinting. Bukankah begitu, Sobat baik?"
Sinting menyalak setuju. Melompat kepangkuan Snubby dan menjilati hidungnya. Kemudian ia mencoba berbaring terlentang di pangkuan tersebut, dan tentu saja jatuh berdebam. Saat itu ia melihat Miranda yang langsung dikejarnya. Miranda lari ke atas pohon dan mencereceh marah tak keruan.
"Wah, makin lama makin pintar Miranda memaki-maki," kata Barney sesaat setelah purapura memperhatikan cerecehan Miranda.
"Entah dari mana ia belajar bahasa seburuk itu."
Setengah tiga Pak King berangkat jalan-jalan, membawa peta dan tongkat. Snubby yang melihatnya berangkat, memberi waktu beberapa lama baginya untuk berangkat lebih dahulu. Kemudian diam-diam ia menyusul, diiringi Sinting yang telah diperintahnya untuk selalu tutup mulut.
Pak King menyeberangi padang rumput langsung menuju kearah sungai. Snubby sedikit kecewa. Dikiranya tadi Pak King akan meninjau gedung tua lagi. Kalau ini terjadi, kemungkinan besar ia secara tak sengaja akan bisa masuk ke dalam gedung tersebut, sebab pintu berandanya takterkunci. Sungguh sial, anak-anak itu tak punya kunci untuk mengunci pintu itu dari luar.Snubby terus mengikuti Pak King. Setiap kali guru privat itu berhenti, langsung Snubby tiarap rapat-rapat ke tanah bersama si Sinting. Ini membuat seorang wanita tua yang kebetulan berada di dekat Snubby begitu tercengang. Mendadak saja ia menjatuhkan diri ke tanah, menyuruh Sinting juga ikut tiarap. Nyonya tua itu langsung mendekati Snubby dengan perasaan cemas.
"Kau sakit, Nak?" tanyanya.
"Kau tak apa-apa?"
"Sssttt!"Snubby merasa terganggu. Ia berguling masuk kesemak-semak dipinggir jalan sementara wanita tua itu terus memperhatikannya. Pastilah anak ini sinting, pikirnya. Tetapi timbul pikiran lain. la bertanya,
"Apakah kau sedang bermain Indian-indianan?"
Pak King kini tampak melanjutkan perjalanan. Snubby bangkit berdiri hati-hati, membungkuk mengawasi dari balik semak-semaknya.
"Aku kepala suku Bulu Merah," bisiknya pada nyonyatua itu.
"Hati-hati, anak buahku berkeliaran. Jangan sampai Anda dikuliti oleh mereka."
Ditinggalkannya nyonya itu, yang kebingungan mencari
"anak-buah" Snubby.
Sementara itu Snubby terus mengikuti Pak King, membuat beberapa ekor sapi yang sedang merumput jadi terkejut saat ia tiba-tiba tiarap di dekat mereka berulang-ulang. Snubby merasa senang sekali. la merasa bisa membuntuti Pak
King dengan sangat baik.Akhirnya mereka sampai ditepi sungai. Pak King terlihat meneliti petanya, kemudian berjalan ke arah hulu. Ditempat itu daerah menjadi sangat sulit oleh rawa-rawa dan semak-semak. Baik Pak King maupun muridnya mendapat kesulitan yang cukup berat. Terutama Snubby yang telah tercebur lumpur dua atau tiga kali dan harus menyeret si malang Sinting dari lumpur sekitar enam kali, hampir saja putus asa.
Bukit-bukit terjal kini muncul di
salah satu sisi sungai. Suatu anak sungai masuk ke sungai tersebut dari arah timur. Dan Snubby heran melihat Pak King ternyata kini mengikuti anak sungai tersebut. Snubby mengeluh dalam hati. Ini lebih buruk daripada dugaannya semula! Pastilah ini sudah mendekati waktu makan sore, dan begitu jauh jarak ke rumah!
Lebih buruk lagi, tiba-tiba Pak King berhenti, duduk di suatu tempat yang kering dan nyaman. Tenang-tenang saja ia mengeluarkan sebuah bungkusan dari sakunya, membukanya, hingga terlihat jelas setumpuk roti lapis dan kue. Ingin Snubby menangis. Mengapa ia tak punya pikiran untuk mencari tahu, apakah Pak King pulang makan dulu atau tidak"
Ia terpaksa berbaring di balik semak-semak berduri, memperhatikan betapa lahapnya Pak King menghabiskan roti-roti lapisnya dan dua potong kue buah buatan Nyonya Round. Sinting mendengking-dengking mencium bau makanan yang begitu sedap. Ia berpendapat betapa tololnya majikannya, tidak membawa makanan sedikitpun. Snubby melihat Pak King mengangkat kepala sesaat ketika mendengar suara Sinting. Cepat cepat ditekapnya moncong anjingnya itu dan ia mendesis tajam;
"Tutup mulut, Tolol! Jangan bersuara!"
Sinting memperhatikan Snubby sesaat, dan mengambil kesimpulan bahwa majikannya saat itu sedikit gila. Dengan perasaan kecewa ia melingkarkan tubuh dan tidur. Snubby merasa lega ketika akhirnya Pak King melipat kertas pembungkus rotinya dan memasukkannya kembali ke saku. Mungkin kini ia akan pulang!
Tapi ternyata tidak. Ia malah berjalan lagi menyusuri anak sungai. Terpaksa Snubby memutuskan untuk tidak mengikutinya lagi, sebab daerah tersebut kini terbuka luas. Dengan mudah pasti Pak King bisa melihatnya. Jadi susah payahnya dari tadi sia-sia belaka!
Tapi tunggu. Dilihatnya Pak King berdiri diam, melihat sesuatu dengan penuh perhatian. Apakah itu" Snubby sangat ingin tahu. Pak King membungkuk, menyentuh sesuatu dianak sungai Kemudian ia semakin membungkuk lagi sehingga hampir tak terlihat selama beberapa menit. Dan ia berdiri, kemudian meninjau daerah sekelilingnya dengan sebuah teropong. Apa yang dicarinya" Apa yang ditemukannya di anak sungai itu" Snubby memutuskan untuk melihatnya. Tak peduli jika ia harus terlambat makan malam karenanya.
Bab 16 SNUBBY KELIRU Akhirnya Pak King berangkat lagi, ke arah yang sangat tak diduga Snubby. Ia melihat peta dan mengambil arah selatan, menyeberangi daerah perbukitan. Snubby yang tak tahuia saat itu berada di mana, dan merasa bahwa ia berada sangat jauh dari rumah, jadi runtuh hatinya. Ke mana lagi Pak King" Berapa jauh lagi ia akan berjalan" Jadi berapa jauh ia akan menempuh perjalanan pulang"
Dan apa yang dilihatnya tadi"
Ditunggunya sampai Pak King lenyap di balik sekelompok pepohonan, dan ia berlari secepat mungkin ketempat dimana tadi Pak King berhenti di tepianak sungai itu. Di situterdapat sebuah anak sungai lagi, atau semacam teluk kecil yang ditutupi oleh pepohonan, semak-semak, hampir tak terlihat. Dan tersembunyi di dalam teluk kecil itu, di bawah semak-semak rapat, sebuah perahu. Tak ada namanya. Berisi dua buah dayung dan segulung tali. Hanya itu. Sungguh aneh!
Siapa pemilik perahu itu" Tak terlihat sebuah rumah pun di sekitar tempat itu, sejauh-jauh mata memandang. Sungguh aneh, meninggalkan perahu ditempat terpencil dan tersembunyi seperti ini Mengapa" Siapa" Dan dimana pemiliknya tinggal" Alangkah senangnya kalau punya teropong. Tentunya bisa melihat berkeliling seperti Pak King tadi, kalau-kalau ada sebuah rumah yang tersembunyi di balik
perbukitan. Sewaktu ia selesai memeriksa perahu itu, yang tak memberi keterangan apa pun padanya, Pak King telah lenyap. Tak ada tanda-tanda sedikitpun ke mana ia pergi. Snubby menunduk pada anjing kecilnya yang menunggu dengan sabar.
"Dapatkah kau mengikuti jejaknya, Sinting?" tanyanya.
"Kita harus mengikutinya, agar tidak tersesat." Sinting mengangkat muka dengan pandang cerdik dan menggoyangkan ekornya.
"Baiklah. Ikuti jejaknya," perintah Snubby, melambaikan tangan ke arah kira-kira Pak King pergi. Sinting melesat lari, seolah-olah tahu benarapa yang dimaksud Snubby. Sungguh senang hati Snubby.
"la anjing paling pandai yang pernah lahir di dunia," kata Snubby bangga, dan berlari-lari kecil mengejar Sinting. Tetapi ketika ternyata Sinting membawanya ke delapan buah liang kelinci liar berturut-turut, ia mulai berubah pendapat.
"Kau tolol!" bentaknya pada Sinting.
"Apakah kau dengar aku berkata 'lubang kelinci 2 Gunakan otakmu, Sinting, gunakan otakmu!"
Sinting menyalak, menggoyangkan ekor, dan berangkat lagi ... ke sebuah lubang kelinci lagi.Snubby sudah kehilangan semangat untuk meng-, ikutinya. Lagipula ia lelah, lapar, dan haus. Lebih dari itu ia merasa sangat kesal pada Pak King. Sekian lama ia mengikuti jejaknya, tetapi sama sekali tak ada hasilnya. Kalaupun boleh dikatakan hasil adalah ia sekarang tahu Pak King sangat menyukai jalan-jalan dengan jarak yang sangat jauh dan tanpa tujuan. Dan ia telah menemukan sebuah perahu yang agaknya tak ada pemiliknya. Pak King sementara itu sudah makan, dan kini lenyap. Snubby merasa ia akan tersesat bila mencoba mengikuti jejaknya - yang tak diketahuinya. Satu-satunya jalan untuk pulang: ia harus mengikuti anak sungai tadi hingga ke muaranya di sungai, kemudian mengikuti sungai itu hingga ke daerah yang sudah dikenalnya. Dan dari situ ia bisa pulang.
Rasanya jarak yang ditempuhnya sangat panjang sekali. Dan bahkan Sinting tampak sangat segan untuk berangkat kembali menempuh jalan berawa-rawa di tepi anak sungai tadi
Snubby baru tiba di rumah sekitar jam delapan malam. Didapatinya semua orang sangat mencemaskan dirinya, bahkan Pak King juga. Snubby melirik tajam pada gurunya itu, menganggap dialah yang bertanggung jawab atas segala kesengsaraan yang dideritanya sepanjangsore dan malam ini.
"Sekitar setengah enam. Kenapa?" tanya Pak King kembali. Snubby begitu heran sehingga ia tak bisa menjawab. Setengah enam! itu berarti Pak King hanya memerlukan waktu setengah jam atau bahkan kurang untuk mencapai rumah! Bagaimana itu bisa terjadi" Snubby sama sekali tak bisa memecahkan persoalan itu. la sendiri hampir menangis karena begitu lelah dan lapar.
Nona Pepper tiba-tiba merasa sangat iba pada Snubby. Lupa ia akan rasa cemas dan marahnya karena Snubby begitu terlambat. la menyuruh Snubby mandi air panas, kemudian memaksanya naik ke tempat tidur - dan dibawakannya satu mangkuk sup tomat lezat buatan Nyonya Round. sepiring kornet, dan buah persik segar dengan krim. Ini membuat Snubby lupa segala kesengsaraannya. la merasa bagaikan berada di langit ke tujuh. Pesta besar ini!Terus terangsaja, rasanyatak rugi ia menempuh perjalanan yang penuh sengsara itu, tak rugi rasanya menanggung haus dan lapar sekian lama!
Tak banyak yang dikatakannya pada Nona Pepper tentang kenapa ia begitu terlambat.
"Aku jalan-jalan, dan tersesat," katanya.
"Ke mana kau jalan-jalan?" tanya Pak King penuh rasa ingin tahu.
"Namanya saja tersesat, aku tak tahu," sahut Snubby.
"Anda sendiri pergi ke mana"
" ia balik bertanya.
"Yah, hanya berkeliling saja," kata Pak King.
"Tetapi aku cukup berpikiran sehat, aku membawa bekal. Sayang sekali kau tak bertemu denganku. Kalau bertemu bisa kita makan bersama bekalku itu." Dalam hati Snubby tertawa. Agaknya Pak King sama sekali tidak tahu bahwa ia bersembunyi dekat sekali dengan dirinya pada saat ia makan bekal tersebut. Baru setelah Pak King dan Nona Pepper pergi, Snubby bercerita tentang pengalamannya kepada Barney, Roger, dan Diana. Mereka tentu saja jadi sangat tertarik.
"Aneh benar, sebuah perahu ditempat terpencil, tersembunyi di balik semak-semak," kata Roger
"Sungguh aneh!"
"Ya, tetapi yang lebih aneh adalah... bagaimana Pak King bisa sampai di rumah begitu cepat?" tanya Snubby.
"Maksudku... berjam-jam baru kami bertemu dengan perahu itu, tetapi ternyata Pak King hanya memerlukan waktu setengah jam untuk pulang dari tempat itu."
"Mungkin ia mengambil jalan pintas," kata Roger.
"Mari kita lihat peta."
la turun, mengambil peta daerah tersebut, dan menunjuk pada daerah desa Rockingdown.
"Kita di sini ... ini desa Rockingdown, dan ini jalan menuju sungai. Dan menurut katamu, kauberjalan ke arah hulu sungai ... seperti ini ...."
"Ya ... dan kami sampai ke sebuah anak sungai yang bermuara di sungai itu," kata Snubby sambil terus makan.
"Apakah anak sungai itu tergambar di peta?""Ya, ini dia. Kali Rocking," kata Roger.
"Dan kau bergerak ke arah hulu anak sungai itu, kan" Nah, mungkin ke sini ...." Jarinya menyusuri anak sungai tersebut. Diana berseru tertahan.
"Wah! Kini jelas kenapa Pak King bisa sampai di rumah begitu cepat! Lihatlah, ia telah menempuh suatu perjalanan yang membentuk lingkaran, dan di sini ia tinggal melanjutkan perjalanan sedikit saja, menembus bukit-bukit ini, untuk bisa sampai kembali ke rumah! Lihat, dari tempat kira-kira Snubby menemukan perahu itu sampai ke rumah ini, jaraknya begitu dekat!" Diana benar. Sungai itu melengkung sehingga sampai ke pertemuan dengan anak sungai. Sesungguhnya Snubby dan Pak King telah menempuh suatu perjalanan setengah lingkaran. Ditambah perjalanan menyusuri anak sungai tersebut, maka mereka telah membuat tiga perempat lingkaran. Jarak selebihnya adalah seperempat lingkaran tersebut, memintasi perbukitan menuju Pondok Rockingdown. Sangat mudah! Snubby mengeluh panjang.
"Ya ampun! Aku sungguh tolol kalau begitu. Begitu dekat dari sini, tetapi aku menyusuri kembali jalan yang begitu jauh! Tapi toh waktu itu aku tak tahu berada di mana."
"Seharusnya kau membawa kompas," kata Roger.
"Yang jelas, bila kita ingin melihat perahu itu, sangat mudah. Tinggal mengambil jalan ini,menembus perbukitan ini, masuk daerah rawarawa ini, dan sampailah sudah. Perahu tersebut mestilah berada di sekitar tempat ini."
Di peta semuanya tampak begitu mudah dan sederhana. Snubby betul-betul merasa kesal pada dirinya sendiri, mengapa harus menempuh jarak yang begitu jauh yang sesungguhnyatak perlu itu. Dan nyatalah kini bahwa Pak King benar-benar seorang pecinta jalan-jalan .... Jalan begitu sulit lewat daerah berawa-rawa dilalapnya begitu mudah. Sudahlah. la tak sudi mengikuti jejak Pak King lagi. Kalau ia masih mau jalan-jalan, silakan. Tapi Snubby tak sudi untuk ikut.
Snubby langsung tertidur begitu ia selesai makan. la sangat mengantuk karena lelahnya, dan karena malam sebelumnya ia tidak cukup tidur. Malam ini ia tak mau melakukan suatu kegiatan apa pun.
Barney bermain dadu dengan
Diana dan Roger sampai tiba waktu tidur. Peta yang tadi mereka perhatikan terbuka tergeletak di meja dekat mereka bermain. Suatu saat Barney kena hukum, kehilangan giliran dua kali. Iseng-isengia memperhatikan peta tersebut. Matanya mengikuti aliran anak sungai, ke arah hulu, dan ia jadi terheran heran.
"Hei, ini sungguh aneh," katanya pada yang lain.
"Lihat!" "Apa?" tanya Diana, melemparkan dadu.
"Aha! Dapat enam! Bagus, ini memang yang kucari."
,"Lihat," kata Barney lagi,
"perhatikan anak sungai ini.Tempat Snubby menemukan perahu itu ... lihat ke mana alirannya."
Mereka semua melihat. "Apa anehnya?" tanya Roger.
"Anak sungai tersebut lewat di dekat Gedung Tua Rockingdown, dan berasal dari perbukitan di sini."
"Ya, tapi kaulihat keanehannya?" tanya Barney.
"Mestinya paling sedikit anak sungai tersebut akan menyinggung daerah gedung tua itu. Bahkan mestinya melewatinya. Memang halaman gedung tua tersebut sangat luas. Tetapikalaumenurut peta ini, maka anak sungai tersebut sangat dekat dengan gedung itu. Nah, coba ingat-ingat. Adakah sungai atau anak sungai di tempat itu?"
Roger dan Diana tertegun. Memang, peta itu dibuat dengan skala yang sangat besar. Menurut gambar, maka anak sungai itu seharusnya sangat dekat dengan gedung tua tersebut! Sedang yang dikatakan Barney benar. Tak ada anak sungai di sekitar tempat itu, padahal mereka telah begitu seksama menyelidikinya.
Miranda melompat ke peta itu dan langsung diusir. Mereka kini sangat tertarik. Di mana anak sungai itu" Mereka mencoba memecahkannya.
"Anak sungai itu tidak dekat dengan pondok kita ini, itu pasti. Juga tidak dekat dengan desa, sebab kita tak pernah lewat jembatan apa pun bila ke desa. Mestinya anak sungai itu di sebelah sana gedung tua itu. Kita harus menyelidikinya lagi.?"Kalau tidak ada, mungkin anak sungai tersebut sudah mengering di sekitar sini," kata Roger,
"atau alirannya berubah tempat."
"Hal itu bisa kita ketahui dengan mudah," kata Barney.
"Bagaimana?" tanya Diana.
"Gunakan otakmu," kata Roger.
"Oh, ya, tentu saja. Kita harus mengikuti anak sungai itu dari tempat ia bermuara di sungai, dan kita ikuti ke arah hulu," kata Diana.
"Tak pernah terpikirkan olehku. Betapa tololnya aku."
"Ya, bisa kita ikuti alirannya," kata Barney.
"Walaupun sesungguhnya tak begitu penting. Aku hanya merasa tertarik melihat anak sungai itu digambarkan begitu dekat dengan gedung tua kita."
Pembicaraan tentang anak sungai itu kemudian dihentikan, dan mereka kembali asyik dengan permainannya sampai Nona Pepper muncul dan berkata,
"Barney, sudah waktunya kau pergi. Hujan deras. Apakah pondokanmu jauh dari sini?"
Nona Pepper mengira Barney mondok di suatu rumah dekat-dekat situ saja. Barney telah berkata padanya bahwa ia mempunyai suatu kamar untuk tidur, dan dikiranya itu suatu pondokan di desa. Jadi sesungguhnya Barney tidak berdusta. Hanya merekatak bisa mengatakan terus terang dimana sesungguhnya Barney tidur.
"Tidak, tidak jauh, Nona Pepper," kata Barney bangkit. Tingkahnya begitusopan.
"Sampai jumpa besok pagi," katanya pada Diana dan Roger.
"Selamat malam." Berangkatlah Barney dengan Miranda di bahunya, seperti biasa. Sinting mengiringi mereka sampai ke pintu, dan menyalak-nyalak galak seolah-olah menyatakan selamat berpisah, tetapi sesungguhnya berkata pada Miranda,
"Janga n balik lagi!" Setelah puas menyalak ia kembali masuk ke dalam kamar majikannya. Barney berjalan hati-hati menyeberangi halaman luas gedung tua itu. Entah siapa yang ada di dekat situ kini ... Mungkin Pak King... atau orang lain" Tetapi ia tak melihat seorang pun. Namun tetap saja ia berhati-hati. Begitu masuk, ia langsung mengancing pintu beranda. la tak ingin tidurnya terganggu di tengah malam nanti.
Bab 17 BARNEY MENYELIDIK TETAPI ternyata kemudian bahwa malam itu sangat mengganggu bagi Barney. la terbangun tiba-tiba oleh cereceh ketakutan Miranda, yang menariknarik rambut dan telinganya. Dipeluknya monyet kecil itu dan ia bangkit, duduk. Bang! Bum. Suara-suara aneh itu! Sialan! Apa yang sedang terjadi di gedung tua ini" Mestikah ia bangkit dan menyelidiki, ataukah lebih baik ia tidur kembali" Agaknya tak terjadi apa-apa kecuali suara-suara aneh tadi. Tak ada orang lain di dalam gedung itu, sebab tak ada jejak di lantai kecuali jejaknya dan kawan-kawannya. Suara itu datang lagi. Disusul suara melengking dan menggeser. Miranda sangat ketakutan. la mencoba masuk ke dalam baju Barney, sambil merengek-rengek pelan ketakutan. Barney mencoba menghiburnya, sambil memasang telinga. Suara apa itu" Apa penyebabnya" Rasanya jelas kini, sumber suara tersebut ada di dalam rumah! Barney menghela napas panjang. la sangat lelah karena malam kemarin terganggu tidurnya. Ingin sekali ia kembali tidur. Tetapi rasa ingin tahunya
sungguh besar. Dan ia tidak takut. Akhirnya, disisihkannya selimutnya, dan ia meraba-raba mencari pintu. la tak mau menyalakan senternya, takut kalau-kalau ada yang melihatnya, entah di dalam ataupun di luar gedung.
Miranda mencoba mencegahnya. la melompat turun ke lantai dan memegangi celananya. Tetapi Barney tertawa,
"Kau akan aman bersamaku, Miranda. Jangan tolol. Tenanglah. Jangan sampai suaramu didengar orang."
la masuk ke gang, tanpa suara membuka pintunya. Entah bagaimana orang-orang itu bisa masuk, pikirnya. Padahal pintu depan sudah dikuncinya. Dan apakah mereka akan meninggalkanjejak kaki dilantai"Sungguh membingungkan.
- ?"Tapi akan kupecahkan rahasia ini, pikir Barney.
"Aku tak tahu apa yang terjadi. Yang pasti, ada sesuatu! Dan lebih dari itu, aku yakin Pak King juga terlibat di dalamnya. Mungkin ia bisa masuk ke dalam gedung ini lewat suatu jalan yang belum
kami temukan ... dan dialah yang membuat suara-suara aneh itu."
Bum! Bum! Terdengar lagi suara itu. Jauh, jauh di bawah gedung tua tersebut. Satu kali suaranya begitu keras sehingga Barney terlompat.
la turun langsung ke dapur, meraba-raba dengan hati-hati, tak berani menyalakan senternya. Di dapur barulah ia berani sekali-sekali menyalakan senter itu, melihat-lihat lantai. Tak ada jejak kaki di situ. Tak ada orang yang masuk ke sana.
la pergi ke ruang pembantu. Disana juga takada jejak kaki.Tetapi jelas-jelas suara-suara tadi datang dari arah sini. Dan saat ia di situ, terdengar lagi suara tersebut.
Bum! Bum! Dan suara melengking itu. Ditambah suara seperti menggeram-geram, suara yang belum pemah terdengar sebelumnya. Sesaat Barney merasa sedikit takut. Suara itu aneh. Suara apa"Rasanya bukan suara manusia. Apakah disini terdapat sebangsa penjara bawah tanah" Seperti biasa terdapat pada gedung-gedung kuno" Bagaimana dengan gudang di bawah tanah" Pasti di gedung seperti ini selalu terdapat gudang di bawah tanah.Mengapa ia tak memikirkan tentang hal itu sebelumnya" Mungkin di situlah letak rahasia suara-suara aneh tadi!
Ia keluar dari ruang pembantu itu, dan masuk ke beberapa ruang tambahan yang berlantai batu. Salah satunya adalah ruang cucian. Yang lainnya ruang untuk menyimpan hasil-hasil susu - di mana terdapat rak-rak dari marmer untuk menaruh panci krim.
Senternya menyelidiki lantai. Debunya tak menunjukkan jejak apa pun, bahkan jejak Sinting tak ada. Memang pintu kemari ditutup terus, tak mungkin Sinting masuk. Barney memeriksa lantai itu dengan teliti. Akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya -sebuah tempat berbentuk segi empat yang di tengahnya berpegangan; pegangannya ditempatkan terbenam sehingga orang tak tersandung padanya.


Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pasti inilah jalan menuju gudang bawah tanah. Tapi ia tak akan menyelidikinya malam ini. Apapun yang terjadi dibawah sana, akan bisa berjalan terus tanpa dia. Walaupun tak kenal takut, Barney tak punya keinginan untuk memeriksa gudang bawah tanah di dalam kegelapan, terutama gudang gudang yang mengeluarkan suara-suara yang begitu seram.
Akan diceritakannya pada kawan-kawannya besok, dan mereka bisa menyelidikinya bersamasama. Pasti akan asyik! Barney kembali ke tempat tidur, menguap. Beberapa suara lagi terdengar, tetapi ia takpeduli. Miranda juga tidak. Monyet kecil itu merangkulnya rapat-rapat, dan sudah setengah tertidur.
Paginya Barney menceritakan pada kawankawannya tentang suara-suara semalam dan bagaimana ia pergi ke ruang-ruang tambahan serta melihat jalan ke gudang bawah tanah itu.
"Ruang cuci dan ruang susu itu pintunya berhubungan dengan ruang pembantu," kata Barney.
"Kita belum pernah masuk ke sana. Ada pintu di lantai. Aku yakin menuju gudang-gudang bawah tanah. Kita selidiki sore nanti. Aku yakin ada sesuatu yang aneh di sana, walaupun aku tak tahu apa sebenarnya." Rencana ini begitu mengasyikkan sehingga anak-anak itu tak menaruh perhatian pada pelajaran mereka. Untunglah Pak King tampaknya juga sedang bosan mengajar, dan malahan lebih sering mengerjakan beberapa soalnya sendiri di secarik kertas. Tak ada yang memperhatikan, Sinting merayap masuk dan berbaring di kaki Snubby. la mulai mengunyah-ngunyah ujung taplak meja yang tergantung di depan hidungnya. Suara kunyahannya itu membuat Pak King mengangkat muka.
"Jangan bersuara seperti itu, Snubby!" kata Pak King. Snubby cepat menendang Sinting agar tak mengunyah lagi. Dan beberapa saat suasana tenang. Semuanya merasa bersyukur saat waktu belajar habis. Pak King tertegun waktu melihat bahwa Sinting tiba-tiba saja sudah ada di situ. la hampir saja membuat suatu teguran, tetapiSnubby mendahuluinya, menubruk dan memeluk Sinting serta berkata keras-keras,
"Sinting! Pintar sekali kau!Tahu bahwa pelajaran sudah habis, dan masuk tepat pada waktunya! Pak King, pintarkan si Sinting ini" la tahu tepat jam berapa untuk masuk kemari!"
Pak King tak menyahut. la hanya memandang tajam pada Sinting dan memandang lebih tajam lagi pada Snubby. Tetapi sebelum ia sempat menegur anak itu, Snubby telah berlari ke luar kamar, menjerit bagai orang Indian,
"Ayo, Sinting! Jalan-jalan!"
Ketiga orang anak yang lain saling pandang dan menyeringai. Mereka tahu persis bahwa Sinting telah masuk sejak pagitadi, dan tadi mengira-ngira apa yang akan dilakukan Pak King bila mengetahui hal itu.
"Bolehkah Barney makan siang di sini, Nona Pepper?" seru Snubby. Snubby memang punya kebiasaan untuk memekik-mekik bila berbicara, selama kira-kira sepuluh menit setiap kali pelajaran berakhir.
"Hidangannya cukup hebat, ayam dingin dan salad, dan kata Roundy ia masak cukup banyak!"
"Baiklah, baiklah."
Nona Pepper menekap telinganya.
"Mengapa kau memekik-mekik seperti itu" Dan bukankah tadi kau kusuruh berganti pakaian setelah selesai makan pagi" Mengapa masih kaupakai juga pakaian yang kotor menjijikkan itu?""Oh, Anda tadi memang memerintahku begitu," seru Snubby.
"Apakah perintah itu masih berlaku sekarang" Sebab, sore ini agaknya aku juga akan menjadi kotor lagi."
"Mengapa" Apa yang akan kaulakukan?" tanya Nona Pepper.
"Kemarin kau pulang sangat kotor. Apakah memang kau merasa wajib untuk pulang dengan pakaian kotor?"
"Rasanya begitu," jawab Snubby seenaknya.
"Jadi ... lebih baik aku tak ganti pakaian, bukan" Aku tak ingin Roundy terlalu banyak cucian. Alangkah senangnya kalau aku seperti si Sinting, tak usah berganti pakaian selama-lamanya, pakai kulit dan bulunya sendiri"
"Kalaupun kau seperti Sinting, pasti kau takkan bisa menjaga kebersihanmu," kata Nona Pepper.
"Aku yakin, kaulah anak yang paling kotor di dunia ...."
"Oh, Nona Pepper, kau selalu memujiku!" sahut Snubby dan dengan gembira menyambar kedua tangan wanita tua tersebut, mengajaknya berdansa cepat.
Nona Pepper kewalahan, tak tahu harus marah ataukah tertawa.
Tiba-tiba Pak King muncul dengan wajah sangat gusar.
"Snubby, kaukah yang memasang tali di pintu pagar kebun" Aku hampir jatuh dan patah tulang karenanya. Nona Pepper, aku akan membeli tongkat rotan yang kecil, yang bisa bersiul bila dicambukkan, dan akan kugunakan rotan itu untuk anak ini!?"Setuju," kata Nona Pepper. Dan tolong pinjamkan padaku rotan itu nanti. Kukira aku juga akan memerlukannya."
Snubby taksenang pada keadaan seperti ini. Tak baik bila Pak King bersatu dengan Nona Pepper untuk melawan dia. la pura-pura sangat tersinggung.
"Aku memasangnya di sana untuk main lompat tali, bukan untuk Anda tubruk!"
"Snubby, permainan seperti itu sangat berbahaya kalau dimainkan di sembarang tempat," kata Nona Pepper.
"Kau harus dihukum. Tak akan mendapat kue waktu makan siang nanti! Aku telah memperingatkan padamu, jangan memasang tali itu di tempat yang berbahaya!"
"Aha, hukuman yang pantas," kata Pak King, tampak gembira.
"Tak dapat kue, eh" Biar puas
kau!" Snubby jadi muram. la tak bisa berbuat apa-apa bila Nona Pepper dan Pak King bergabung. Berdua mereka bisa menjatuhkan berbagai macam hukuman. la mencibir pada kedua orang dewasa tersebut setelah mereka membelakanginya.
"Aku akan memecah belah mereka," pikir Snubby, duduk dan merancangkan suatu siasat. Tak lama ia sudah memperoleh siasat yang dianggapnya bagus. la pergi ke dapur, dan saat Nyonya Round tak melihat, diambilnya botol merica, dimasukkannya ke dalam saku, dan ia keluar. Sinting mencium-cium sakunya, dan tiba-tiba ia bersin.
"Merica masuk ke hidungmu?" tanya Snubby begitu keras sehingga Nona Pepper bisa mendengarnya.
"Kasihan! Merica jahat, ya?" Tak lama makan siang sudah siap. Terhidang beberapa mangkuk besar sup kacang. Nyonya Round sangat pandai membuat sup dan ia tahu anak-anak itu sangat menyukai sup. Sup sangat mengenyangkan, terutama bila tak banyak daging tersedia, seperti hari itu. Snubby berbisik-bisik sebentar pada Roger. Roger menyeringai dan mengangguk, kemudian mencicipi supnya.
"Wah, kurang garam dan merica," katanya.
"Tolong ambilkan merica, Di. Pak King, Anda juga?" Tepat saat Pak King mengambil tempat merica
untuk menaburkannya ke dalam supnya, Snubby.
meningg alkan tempatnya, pergi mengambil cincin serbet. Dan saat ia melewati belakang Pak King, dengan botol merica yang diambilnya tadi disebarkannya merica di sekeliling kepala Pak King. Nona Pepper tak tahu hal itu. Begitu juga Pak King yang malang. la baru saja selesai menaburkan merica dan garam di supnya, dan sedang akan mengambil sendok-garpunya saat tiba-tiba saja ia merasa akan bersin. Cepat-cepat diambilnya sapu tangannya.
"Hatttttssssi! Maaf, Nona Pepper, aku ... hattttssssiiiii!" katanya gugup.
"Hatttsssiiih! Astagal Aduh ... ini lagi ... aku ... Hatttsssiiiiii!"
Nona Pepper memandang padanya. Sungguh aneh, tiba-tiba begitu tak berkeputusan bersin bersin terus. Muka Pak King merah padam, berpikir-pikir apakah tidak lebih baik baginya keluar saja.
"Hatttttssssssssiiiiiiiiiih!" Pak King tak bisa menahan diri.
"Aduh, maaf, mungkin sedikit merica masuk ke hidungku!" Anak-anak tertawa terbahak-bahak. Pak King mengucapkan kata-kata yang begitu dibenci oleh Nona Pepper!" Nona Pepper tersentak memandang dingin pada Pak King. Berani betul ia mempermainkan dirinya, di depan anak-anak lagi! Nona Pepper sama sekali tak percaya bahwa bersin Pak King betul-betul bersin, bukan buatan, setelah didengarnya kata-kata yang dipakai Snubby untuk menggodanya.
"Kurasa Anda perlu keluar sampai kesulitan Anda lenyap," katanya dingin pada Pak King. Pak King bangkit, keluar. Anak-anak mendengar ia masih bersin-bersin terus di kamar atas. Diana lemas badannya karena tertawa. Setiap kali ia mengangkat sendok untuk makan sup, ia tertawa lagi Nona Pepper jadi sangat marah.
"Jangan tertawa lagi, Diana! Lelucon itu sudah kuno. Lelucon merica itu, sudah tak lucu lagi!" Snubby berkata dengan wajah bersungguh sungguh,
"Sungguh tak sopan Pak King berkata seperti itu di hadapan Anda, Nona Pepper.
( Pepper kata Inggris, artinya merica.)
Maksudku... kalau kita yang mengatakan lelucon tolol seperti itu rasanya yah ... wajarlah. Toh kita masih anak-anak .... Tetapi Pak King kan seorang guru! Ya toh?"
"Sudah! Cukup!" tukas Nona Pepper.
"Jangan bicara lagi. Dan bila nanti Pak King kembali kemari, aku tak ingin satu pun di antara kalian membicarakan hal ini." Beberapa saat kemudian Pak King kembali. Sangat malu dan sangat kebingungan, tak mengerti kenapa tiba-tiba ia dilanda penyakit bersin. la juga gelisah karena Nona Pepper bersikap sangat dingin padanya. Apakah ia marah karena bersin-bersinnya tadi" Tapi ... bukankah bersin tak bisa ditahan siapa saja" Hidangan daging muncul. Kemudian kue-kue. Dan karena Nona Pepper sedang merasa gusar, ia lupa pada hukuman yang tadi dijatuhkannya pada Snubby. Seperti biasa Snubby memperoleh bagian yang cukup besar! Sungguh kesal Pak King. la ingat, Snubby mestinya tak memperoleh kue tersebut, tetapi ia tak berani mengingatkan Nona Pepper! Snubby menyeringai. Seperti biasa ... akhirnya dialah yang menang.
Bab 18 SORE YANG MENEGANGKAN TERNyata pengalaman mereka sore itu sungguh menarik. Mereka sampai di Gedung Tua Rockingdown sekitar setengah tiga, dengan harapan tinggi. Apa yang akan mereka temukan di gudang bawah tanah"
Snubby sudah lupa akan rasa takutnya di malam-malam sebelumnya. Sekali lagi ia menjadi anak yang berani, tak kenal takut, yang pertama kali masuk ke dalam gedung tua itu, berteriak-teriak
untuk mendengarkan gemanya.
Barney tertawa melihat tingkah Snubby. Memang segala tingkah laku serta berbagai muslihat Snubby selalu membuatnya geli.
  Mereka semua pergi ke dapur besar, dan kemudian ke ruang pembantu. Dan dari situ ke ruang-ruang tambahan: ruang mencuci lebih dahulu, kemudian ruang susu dengan rak-rak
marmernya. "Nah, lihat, itulah pintu ke gudang bawah tanah itu," kata Barney menunjuk ke lantai. Setidaknya, begitulah perkiraanku. Dan aku yakin gudang itu pasti sangat besar."Roger memegang pegangan pintu lantai tersebut, dan mencoba menariknya. Pintu itu sama sekali tak bergerak.
"Pasti sudah kaku," kata Barney.
"Mari kucoba." Barney juga tak bisa menggerakkannya. Sinting mencakar-cakar pintu tersebut, seolah-olah dengan begitu ia bisa membukanya. Anak-anak itu beberapa saat tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba Barney berkata,
"Di mana tali kita" Di mana, ya" Oh, ya, pasti di ruang atas. Snubby, tolong ambilkan." Snubby segera berlari, diiringi Sinting. Tetapi saat ia mencapai pintu gang di depan kamar anak-anak itu, ia mendengar suara. la berhenti. Ketakutan. Langsung berlari lagi turun, mendapatkan yang lainnya di ruang susu.
"Ada orang di atas!" katanya.
"Aku mendengar suara mereka!"
"Tak mungkin," kata Barney.
"Dasar penakut, tak ada siapa pun di atas!"
"Tapi aku betul-betul mendengar suara orang!" kata Snubby. Barney berdiri.
"Baiklah, aku saja yang pergi ke atas," katanya. Dan ia berangkat. Beberapa saat kemudian ia kembali, dengan membawa tali dan ... Miranda.
"Yang kaudengar tadi, Miranda bermain lemparlemparan. Dasarkau masih bayi, begitu saja takut!" kata Barney.
Merah muka Snubby. Yang lain menertawakannya, sementara Barney mengikat cincin pegangan pintu itu.
"Nah," katanya setelah selesai,
"mari kita bersama-sama memegang tali ini, dan bersamasama menariknya. Miranda, kau juga ikut!"
Demikianlah, dengan Miranda juga ikut, anakanak itu mengerahkan semua kekuatan mereka. Dan tentu saja pintu itu terbuka dengantiba-tiba, membuat semuanya jatuh bertumpukan. Roger yang berada paling belakang paling menderita, terbentur lantai dan ditumpuki semua temannya. Mereka bangkit, melihat ke lubang di bawah pintu itu.
"Telundakan," kata Roger,
"telundakan batu. Pasti menuju gudang bawah tanah. Sentermu kaubawa, Barney?"
"Biarlah aku masuk dulu," kata Barney. la pun masuk. Senternya menerangi lorong yang amat gelap. Telundakan itu sedikit melengkung dan berakhir disebuah lantai batu. Barney meraba-raba dengan kakinya, takut kalau licin. Tetapi lantai itu ternyata cukup kering. Suatu bau yang mengandung debu tercium olehnya. Disorotkannya senternya berkeliling. Seperti dugaannya, tempat itu merupakan suatu gudang bawah tanah yang sangat luas. Berbagai peti, tong kayu, botol, dan kotak-kotak berserakan di mana-mana, ditutupi sarang labah-labah. Rak-rak kayu menunjukkan bahwa dahulu di situ untuk menyimpan anggur. Semua kini telah sampai ke bawah. Miranda sama sekali tak mau melepaskan bahu Barney, dan ia terus mencengkeram rambutnya saat Barney melangkah lebih jauh, menyoroti setiap sudut. Sinting yang begitu heran akan tempat yang tiba-tiba saja muncul, berlarian ke sana kemari mencium-cium. Mungkinkah ada kelinci di sini" Tapi ia sama sekali tak mencium bau kelinci.
Anak-anak memeriksa semua isi gudang bawah tanah itu dengan sangat teliti. Tetapi semuanya kosong, kotak-kotak minuman, bahkan botolbotolnya.
"Astaga, limun jahe saja tak ada," gerutu Snubby.
"Sungguh membosankan."
Beberapa ekor tikus berlarian bersembunyi. Sinting sangat gemb
ira mendapat permainan baru. Dikejarnya tikus-tikus itu, dan seekor tikus yang berani berpaling serta menyerang dia, menggigit kupingnya. Miranda tak ingin mengejar tikus. Sinting telah mengepung seekor tikus di
sudut, dan digaruk-garuknya tempat tersebut agar ia bisa menangkap si tikus. Kotak dekat tempat itu jatuh, membuat suara bergemuruh bergema di ruang bawah tanah itu. Anak-anak terlompat
terkejut "Oh, itu hanyalah ulah Sinting," kata Roger.
"Barney ... rasanya ingin sekali aku mendengar suara-suara aneh itu. Dengan mendapatkan terowongan ini, maka bisa diperkirakan suara yang kaudengar memang benar datang dari sini."
"Ya, aneh sekali," sahut Barney yang berada di sudut lainnya.
"Tak ada suatu pun yang kukira menyebabkan suara-suara yang mencurigakan itu. Dan harus kuakui disini tak ada tanda-tanda bahwa pernah ada orang .... Tak ada jejak kaki, tak ada puntung rokok, tak ada apa-apa."
"Bagaimana kita bisa memecahkan persoalan ini?" tanya Snubby.
"Hanya ada satu cara. Kita harus berada di sini suatu malam bila terdengar lagi suara-suara itu," kata Barney.
"Atau lebih bagus lagi, aku harus ada di sini sebelum suara-suara itu terdengar."
"Beranikah kau berbuat begitu?" tanya Snubby tercengang.
"Aku tak mau. Wah, kau betul-betul tak kenal takut, Barney."
"Ya. Maaf, aku juga tak berani," kata Diana.
"Sendirian di tempat seperti ini di malam hari ... brrr! Bagaimana kau, Roger?"
Roger berpikir beberapa saat.
"Tidak. Rasanya aku takkan berani," katanya kemudian.
"Lebih dari itu, kuanjurkan agar kau tidak melakukannya, Barney, walaupun aku tahu kau memang berani."
"Kurasa tak akan ada apa-apa," kata Barney.
"Aku hanya ingin mengetahui ada apa sebenarnya di balik rahasia ini semua." Beberapa saat mereka terdiam, duduk di peti-peti tua itu, sementara Sinting mendengus dengus ke sana kemari. Barney tiba-tiba bertanya,
"Kau dengar itu?" Yang lain mendengarkan.
"Ya ...," kata Diana kemudian,
"aku seperti mendengar suatu suara ... tetapi aku tak bisa mengatakannya suara apa itu... seperti suara yang berada dikerongkongan, bukan menggeram bukan meneguk air... seperti itulah!"
Ini membuat Snubby gelisah. la bangkit berdiri, tak mau berurusan dengan bunyi-bunyi yang bagaikan menggeram ataupun bagaikan ditelan. Lagi pula ia telah capai, bosan berada di gudang bawah tanah yang gelap dan berdebu ini la ingin segera bisa melihat cahaya matahari lagi.
"Ayolah ... tak usah mendengarkan suara menggeram, mengeram, ataupun mengerang," katanya.
"Mari pergi." Yang lain tertawa, ikut berdiri. Barney mendengarkan lagi beberapa saat, kemudian menyerah.
"Ayolah. Mungkin aku hanya dengar-dengaran saja." Sambil bercakap-cakap mereka mulai menaiki tangga, dengan Sinting berlari paling depan. Tapi di puncak tangga tiba-tiba ia berhenti, menggeram-geram dalam. Anak-anak itu segera berhenti berbicara. Diana ketakutan memegang tangan Barney. Ada apa" Terdengar suara-suara orang!
"Apakah kita tadi sudah mengunci pintu depan?" bisik Roger. "Ya ampun! Betapa tololnya kita! Pintu itu tidak terkunci! Dan kini ada orang masuk!"
"Baiklah kulihat dulu," bisik Barney.
"Jaga Sinting, jangan sampai keluar atau menyalak ...." Snubby memegang kalung Sinting, dan anjing itu berhenti menggeram. Barney diam-diam masuk ke kamar pembantu. Di situ ia berhenti dan memasang telinga. Tak ada ora
ng di dapur. Diintainya ruang dalam dari pintu dapur. Dan ia jadi terkejut! Dilihatnya Pak King berada di ruang besar itu, bersama dua orang lelaki yang bertubuh tinggi besar, kuat kekar. Mereka membelakangi Barney, asyik bercakap-cakap.
"Lihat semua jejak itu?" terdengar Pak King berkata.
"Pasti di sini terjadi sesuatu. Kita harus berusaha mengetahui siapa yang masuk ketempat ini. Siapa yang membiarkan pintu depan itu terbuka. Lihat, jejak-jejak yang menuju ke atas itu. Banyak sekali, bukan" Pastilah ada segerombolan besar orang-orang yang menggunakan tempat ini sebagai markas. Tetapi anehnya aku tak pernah berjumpa dengan mereka setiap kali aku ke sini. Dan di malam hari juga tak tampak cahaya setitik pun. Lalu ... ke mana mereka pergi?"
"Jangan tanya aku," kata salah seorang temannya.
"Betapapun satu hal sudah pasti
-mereka bermarkas di tempat ini. Mari kita melanjutkan penyelidikan." Barney merasa cukup mendengarkan mereka. la menyelinap kembali ke teman-temannya.
"Pak King ... dengan dua orang temannya," bisiknya.
"Aku yakin mereka punya itikad buruk. Entah apa yang sedang mereka rencanakan. Yang pasti ada suatu komplotan ... dan Pak King terlibat di dalamnya. Aku yakin ia bukanlah seorang guru. la guru palsu!" Semua tercengang. Diana memegang lengan Barney.
"Apakah mereka akan menemukan kita di sini?" tanyanya.
"Kita harus berbuat apa?"
"Kita harus keluar," jawab Barney.
"Kita harus menutup pintu di lantai ini, kemudian menyelinap keluar lewat pintu dapur. Kita bisa bawa kunci pintu dapur, hingga kalau kita mau kita masih bisa masuk. Aku yakin orang-orang itu akan menggeledah gedung ini, mengikuti jejak-jejak kita. Kemudian mereka pasti akan mengunci semua pintu dan jendela."
"Tetapi kita masih memegang kunci dapur, jadi kita masih bisa masuk," kata Snubby, gemetar oleh perasaan tegang."Apakah keadaan sudah aman?" Barney keluar sebentar untuk melihat. Tak berapa lama ia telah kembali.
"Mereka pergi ke lantai atas! Jangan-jangan mereka bisa menemukan kamarku. Untung pintu di gang itu kukunci, dan kuncinya kubawa. Mungkin mereka akan mengira pintu tersebut hanyalah pintu sebuah gudang saja.?"Mari sekarang saja kita menyelinap ke luar." bisik Diana tak sabar. Mereka keluar dari pintu di lantai itu, kemudian perlahan menutup pintunya. Mereka masuk ke ruang dapur. Sinting juga tak
bersuara seperti yang lain.
Mereka menuju pintu dapur yang menuju ke luar. Barney membukanya, mengambil kuncinya, dan hati-hati mengintip keluar. Pintu berderit, tetapi tidak keras. Mereka keluar, masuk ke halaman belakang yang sudah ditumbuhi semak belukar. Sebuah tempat sampah tua masih utuh. Dan sebuah kandang anjing yang sudah hampir runtuh. Sinting mencium-cium kandang anjing itu, tetapi bau anjing sudah tiada.
Barney mengunci pintu yang baru mereka tinggalkan, dan dimasukkannya kuncinya ke saku. Diperhatikannya jendela-jendela di atasnya. Apakah akan ada yang melihat mereka, bila mereka berlari menyeberangi halaman" Rasanya tidak. Pohon-pohon dan semak belukar begitu lebat, melindungi mereka dari atas.
"Ayo," bisiknya,
"kita lari sekarang. Berusahalah selalu berlindung disemak-semak. Jangan sampai terlihat sedikit pun!"
Mereka lari, meninggalkan pintu belakang itu. Menyeberangi halaman. Memasuki daerah semak yang lebih lebat. Tadinya tempat itu mungkin kebun, tetapi sekarang sudah tak bisa dipastikan lagi apa. Begitu rapat semak-semak yang ada. Hanya beberapa batang pohon apel yang terje
pit di antara semak-semak itulah yang menandakan dahulunya tempat itu sebuah kebun.
Taklama kemudian anak-anak itu sudah sampai di daerah yang mereka sudah kenal. Mereka bergegas pulang, mereka heran dan kebingungan. Apakah Pak King memang seorang guru palsu" Apakah lebih baik mereka katakan hal itu pada Nona Pepper" Dan apa sebenarnya yang terjadi di Gedung Rockingdown, terutama tentang bunyi bunyi aneh di dalamnya" Sungguh membingungkan.
"Aku berpendapat kita harus melaporkan hal ini pada Nona Pepper," kata Rogerakhirnya.
"Baiklah, kita pikir-pikir lagi malam ini. Besok pagi akan kita ceritakan padanya."
Bab 19 NONA PEPPER HARUS PERGI TEtapi malam itu terjadi sesuatu yang merusak segala rencana mereka. Nona Pepper mendapat telepon. Dan sewaktu ia selesai berbicara ditelepon serta kembali ke ruang belajar, tampak sekali ia kebingungan.
"Anak-anak ... aku harus pergi untuk beberapa hari. Saudaraku sakit keras. Aku harus mengunjunginya, menjaganya. Aku terpaksa menyerahkan kalian di bawah pengawasan Pak King. Kukira hal itu takkan merugikan kalian. Dan aku harap kalian mau berjanji padaku untuk selalu bertingkah laku baik-baik saja," katanya.
"Oh, Nona Pepper, sungguh kasihan saudara Anda itu," seru Diana benar-benar kaget.
"Adakah yang bisa kami bantu" Apakah Anda akan berangkat malam ini ataukah besok pagi?"
"Mestinya malam ini... tapi, ya ampun! Aku tak bisa memutuskan ... mungkin aku takkan sempat mengejar kereta malam ini ... harus berkemas kemas, harus menemui Nyonya Round ..."
"Lebih baik Anda tulis saja apa yang akan Anda pesankan pada Nyonya Round," kata Diana.
"Dan yakinlah bahwa aku pasti akan membantunya
mengurus rumah. Aku juga bisa membantu Anda berkemas, sedang Roger dan Snubby bisa mengusahakan taksi. Aku yakin Anda masih sempat naik kereta terakhir malam ini."
"Kau sungguh baik hati," kata Nona Pepper terharu, hampir menangis.
"Baiklah, aku akan berangkat malam ini. Bantulah aku berkemas, sementara akan kukatakan apa saja yang harus dilakukan Nyonya Round."
Roger menelepon taksi. Diana membantu Nona Pepper sambil mendengarkan pesan-pesan untuk Nyonya Round.
"Besok aku akan meneleponnya untuk menerangkan hal ini," kata Nona Pepper.
"Apakah sikat rambutku tadi telah masuk" Dan blus bersihku" Hei, di mana sepatuku tadi?"
"Itu, di tangan Anda!" Diana mengambil sepatu yang memang sedang dipegang Nona Pepper.
"Janganlah panik. Tenang saja, masih cukup banyak waktu ... dan mudah-mudahan saudara Anda segera membaik setelah Anda kunjungi nanti."
"Aku harus berbicara dengan Pak King," kata Nona Pepper.
"Untung di sini ada orang dewasa yang bisa mengawasi kalian. la tampaknya bertanggung jawab dan bisa diandalkan." Diana tak menyahut. la tak mau mengatakan kecurigaannya pada Pak King, sebab itu malah akan membuat bingung Nona Peppersaja. Maka ia terus saja berkemas. Pak King datang untuk menghibur Nona Pepper. la baru saja pulang dari jalan-jalan. Begitumeyakinkan bicaranya, sehingga Nona Pepper sedikit tenang.
"Aku merasa aman meninggalkan anak-anak ini di bawah pengawasan Anda dan Nyonya Round," kata Nona Pepper.
"Aku hanya berharap agar mereka berlaku baik-baik saja. Aku yakin mereka bisa diandalkan, Pak King. Dalam keadaan mendesak, biasanya hilang kenakalan mereka." Akhirnya berangkatlah Nona Pepper, yang masih tampak begitu kuatir. Semua melambaikan tangan denga
n ceria. "Nah," kata Pak King, menutup pintu setelah Nona Pepper tak terlihat lagi,
"kasihan betul Nona Pepper. Semoga segalanya berakhir baik baginya. Nah, Anak-anak... tak bisa tidak, kita harus saling membantu kini. Mau tak mau kalian harus menerima aku menjadi pengawas kalian!"
Dengan berseri-seri ia memandang pada anak anak tersebut. Mereka menghindari pandangannya.
"Errr, kami akan.berusaha keras, Pak," kata Roger, merasa bahwa salah satu di antara mereka harus berbicara. Berbicara apa saja, daripada diam kaku. Pak King terlihat sedikit heran melihat begitu dingin sambutan anak-anak itu padanya. Tetapi ia kemudian mengira bahwa anak-anak itu masih sedih memikirkan kepergian Nona Pepper yang begitu tiba-tiba.
Pak King melihat arlojinya.
"Wah, sudah malam nih," katanya.
"Kukira sudah waktunya untuk tidur. Nah. Ayo, tidur semua. Matikan lampu sepuluh menit lagi."
Ketiga orang anak itu dengan patuh pergi ke kamar tidur dan sepuluh menit kemudian lampu mereka padam. Mereka memikirkan Barney. Barney mungkin tak akan tidur di gedung tua itu. Mereka telah membawa beberapa bantalan kursi dan permadani tua ke gardu lapuk di dalam taman. Tetapi kalau hari hujan, pastilah Barney tak bisa tidur di situ. Gardu itu sudah hampir runtuh atapnya.
Ketika ketiga anak itu yakin bahwa Pak King sudah tidur, mereka menyelinap ke luar lewat tangga belakang, dan menemukan Barney di gardu. Mereka pun bercerita tentang kepergian Nona Pepper.
"Kami tak sempat bercerita pada Nona Pepper tentang kecurigaan kita," kata Roger kemudian.
"Terpaksa menunggu sampai dia kembali. Sementara itu ... kita harus membuka mata dan telinga lebar-lebar."
"Mungkin ada gunanya bagiku untuk tidur di gedung tua itu malam ini," kata Barney,
"kalau-kalau tempat itu digunakan Pak King dan kawan-kawannya untuk suatu siasat mereka."
"Lebih baik jangan," kata Roger.
"Pak King saat ini masih berada di rumah. Di kamarnya. Tuh, lihat lampunya masih menyala. Kalaupun ia bermaksud akan pergi ke gedung tua itu, ia harus lewat sini, dan kau bisa mengikutinya."
"Ya, betul juga," kata Barney, berbaring di permadani tuanya.
"Lagi pula rasanya segan akuberjalan menerobos semak-semak saat ini .... Aku mengantuk sekali"
"Kalau begitu, tidurlah," kata teman-temannya.
"Selamat malam, Barney! Sampai besok."
Rasanya sungguh aneh keesokan harinya, tanpa Nona Pepper. Nyonya Round datang dan diberi tahu tentang Nona Pepper.
"Aduh, kasihan! Padahal ia begitu sayang pada saudaranya itu!" katanya.
"Yah, marilah ikut mendoakan agar saudaranya itu lekas sembuh. Dan kalian tak usah repot-repot. Kalian hanya tinggal membantuku berbelanja sekali-sekali, membersihkan kamar tidur masing-masing ... dan yah, sekali-sekali membantu juga. Hanya itu."
Pelajaran berlangsung seperti biasanya, walaupun tampaknya Pak King semakin tak tertarik pada pekerjaannya itu. Kalau saja mereka tidak telah berjanji untuk berlaku baik, mereka pasti bisa mengatur belasan tipu muslihat untuk sang Guru yang kini lebih sering bermenung-menung berpikir itu. Tetapi bahkan Snubby tak memikirkan suatu muslihat pun. Dan seperti biasa Barney duduk dekat jendela, mendengarkan pelajaran. la memandang tajam pada punggung Pak King. Apakah yang dikerjakannya di Gedung Tua Rockingdown" Apa yang menarik perhatiannya di sana" Pasti sesuatu yang sangat penting. Kalau tidak, untuk apa ia susah payah menyamar menjadi guru, asal bisa tinggal
di dekat gedung tua itu" Agar rencananya bisa mudah dikarenakan"
Barney tak bisa menduga apa gerangan rencananya. Terpikir olehnya apa yang diperbuat oleh Pak King dan kedua kawannya di gedung tua itu. Apakah mereka menyembunyikan sesuatu di sana" Ataukah mereka menemukan sesuatu yang mereka cari"
Barney tak bisa tinggal diam. Sebelum pelajaran berakhir ia telah keluar. la merasa harus segera menyelidiki apa yang dilakukan orang-orang itu di
"gedung tua"-nya. Orang-orang tersebut pasti tak mau berhampa tangan datang ke sana.
Di lantai bawah tak terlihat perubahan apa pun, kecuali tampaknya jejak ketiga orang kemarin itu, bertebaran ke semua kamar. Diperiksanya ruang tambahan. Dan ternyata pintu di lantai yang menuju ke ruang di bawah tanah telah terbuka! Terbuka lebar, sehingga telundakan yang menuju ke ruang bawah tanah jelas terlihat Barney mendekati pintu di lantai itu, mendengardengarkan. Tak ada suara apa-apa. Tak ada seorang pun di bawah sana. Tetapi jelas ketiga orang itu telah menggeledah di bawah.
Ia naik kelantai satu.Tapak kaki ketiga orang tadi juga terlihat banyaksekali disana. Disemua kamar, semua lemari. Beberapa pintu kamar ditinggalkan terbuka. Apa yang sedang mereka cari" Suatu tempat persembunyian rahasia"
la naik lagi, kelantai dua, sambil merasa yakin di dalam hati bahwa pintu di gang itu pasti dibuka.
Betul juga! Pintu itu dibuka dengan paksa. Mungkin dengan jalan ditendang ataupun ditubruk. Kunci tuanya hancur, dan pintunya terbuka lebar-lebar.
"Wah, kamarku pasti mereka geledah juga!" pikir Barney. Diperiksanya kamar-kamar anakanak itu. Ketiga tempat tidur yang ada di situ telah diangkat, dan dilemparkan kelantai. Semua lemari diperiksa, bahkan lapisan lantai juga dibongkar. Berantakan sudah kamar itu kini. Akan memerlukan banyak tenaga untuk membereskannya kembali. Entah aman ataukah tidak tidur ditempat itu. Yah, asal saja cuaca baik, ia bisa tidur di gardu tua di taman Pondok Rockingdown.
Sungguh mengherankan. Tapi satu hal jelas bagi Barney, semua ini takkan mengubah rencananya untuk menunggu di gudang bawah tanah dan menyelidiki darimana suara-suara aneh itu bersumber. la harus memecahkan persoalan tersebut. Apakah ini ada hubungannya dengan Pak King dan kawan-kawannya"
Dari gedung tua itu Barney membeli roti dan keju, kemudian pergi menemui teman-temannya. la memberi Miranda beberapa butir buah plum. Miranda menyukai buah-buah tersebut. Selalu dibukanya setiap plum menjadi dua bagian, diambilnya bijinya, dibuangnya, digabungkannya lagi belahan tadi dan dimakannya dengan riang.
"Mestinya kau memakai serbet dada, Miranda," kata Barney, tertawa.
"Buah itu sangat berair, seluruh dadamu akan basah dan lekat-lekatnanti." Selesai makan, Barney melanjutkan perjalanan ke Pondok Rockingdown.Diceritakannya pada mereka apa yang terjadi di gedung tua - pintu ke gudang bawah tanah terbuka, jejak kaki di mana-mana, pintu yang dibuka secara paksa, dan kamar anak-anak yang kini berantakan. Mereka mendengar dengan ternganga!
"Kurangajar sekali Pak King," kata Diana geram.
"Padahal aku susah payah membereskan kamar itu agar bisa kautempati! Pak King harus kutegur!"
"Jangan, jangan dulu," cegah Barney cepatcepat.
"la bisa curiga dan semakin berhati-hati. Kalau saja ia merasa bahwa kita tidak curiga, maka ia takkan berpikiran untuk merahasiakan kelakuannya. Kalau ia tahu tentang maksud kita, mungkin saja ia langsung lari dari sini. Selama dia ada di sini, paling tidak kita bisa menga
wasinya." "Ya, betuljuga," kata Diana.
"Baikiah, akutakkan berkata sepatah pun padanya tentang berantakannya kamarmu itu. Barney, kukira terlalu berbahaya bagimu untuk berjaga-jaga di gudang bawah tanah itu malam ini, sendirian. Apakah kau tak ingin salah satu di antara kami menemanimu?"
"Jangan kuatir." Barney tertawa.
"Takkan terjadi apa-apa pada diriku. Tak usah aku ditemani". Tetapi kali ini Barney keliru.
Bab 20 DI GUDANG BAWAH TANAH Sikap anak-anak di Pondok Rockingdown sangat tidak bersahabat pada Pak King. Ini membuat heran guru tersebut. Bahkan si Sinting menunjukkan rasa tidak senangnya, selalu duduk membelakanginya. Anjing kecil itu agaknya selalu bisa mengetahui bila majikannya tak menyukai seseorang. Bila Snubby bersikap tak bersahabat pada seseorang, maka si Sinting selalu berbuat serupa. Tiga-empat kali Pak King memperhatikan anak-anak ini saat makan siang. Betapa anehnya mereka tiba-tiba. Kalau orang tidak mengerti, pasti ia menyangka bahwa Pak King telah melukai perasaan mereka. Tetapi apa" Mereka tak mau memandangnya, bahkan begitu segan tersenyum padanya. Berbicara padanya juga sangat jarang.
"Kenapa kalian ini?" akhirnya Pak King bertanya.
"Kalian tampak begitu muram hari ini. Apakah kalian menguatirkan sesuatu?"
"Oh, ya," sahut Diana.
"Kami memikirkan tentang saudara Nona Pepper ...."
"Wah, padahal aku yakin, kalian kenal saja tidak pada saudara Nona Pepper itu," kata Pak King heran.
"Kini yang penting, bergembiralah! Aku
yakin, keadaan saudara Nona Pepper akan segera membaik.... la pasti akan segera menelepon kita."
Nona Pepper memang kemudian menelepon mereka. Tetapi beritanya kurang bagus. Saudaranya masih sakit, dan Nona Pepper belum tahu kapan ia akan kembali ke Pondok Rockingdown.
"Tetapi aku yakin kalian bisa berlaku baik di bawah pengawasan Pak King," katanya kemudian.
"Dan jangan ganggu Nyonya Round."
Pak King terus mencoba menggembirakan anak-anak itu. la mengajak mereka jalan-jalan. la menawarkan jasa baiknya untuk menyewa kuda. la bahkan mengusulkan untuk berenang di kali, mengingat hari begitu panas. Dalam keadaan biasa, kedua usul terakhir itu pasti disambut dengan sorakan gembira. Tetapi agaknya tak seorang pun merasa ingin berhutang budi pada Pak King. Dalam pikiran mereka, Pak King seorang yang palsu. Mereka tak ingin menyukainya. Mereka menganggap dalam semua yang dilakukannya ada udang di balik batu". Dan mereka ingin mengetahui, apa sebenarnya yang menjadi tujuannya.
Pak King akhirnyatak berusaha lagi, mengambil kesimpulan bahwa anak-anak itu memang tak bisa diajak berbaik. Tapi yang paling membuatnya kesal adalah sikap si Sinting. Hampir tak bisa dipercaya bagaimana seekor anjing bisa bersikap membencinya. Tetapi betul-betul Sinting selalu duduk membelakanginya!Di waktu makan sore, Barney ikut makan. Mereka makan ditaman agar bisa berbicara tanpa dihadiri Pak King. Tetapi sungguh mengesalkan, ternyata Pak King ikut makan bersama mereka di
taman! Agaknya ia merasa harus terus mengawasi anak-anak itu sementara Nona Pepper tak ada. Ini
membuat anak-anak itu tak bebas berbicara, dan makin lama makin cemberut, terutama Diana. la memang tak pandai menyembunyikan perasaannya.
"Kalian begini muram, ada apa sih?" tanya Pak King.
"Diana, kau tak pantas bermuka cemberut. Ayo, senyumlah!" Ini membuat Diana dua kali lebih cemberut lagi. Barney merasa kalau mereka berlak
u begini terus, Pak King pasti curiga ada sesuatu yang tak beres. Untuk menutupi hal itu, ia mulai mengajak guru tersebut berbicara tentang apa saja, sehingga suasana terasa agak meriah. Miranda juga mencoba untuk meramaikan suasana dengan cara mengganggu Sinting - merampas biskuit yang diberikan Diana pada anjing itu dan melemparinya dengan biji buah plum. Semua tertawa melihat tingkah Miranda itu, kecuali Sinting yang merasa sangat marah. Pak. King merasa bersyukur bahwa ternyata anak-anak itu masih bisa tertawa. Mereka kemudian membebaskan diri dari pengawasannya dengan alasan ingin pergi ke desa untuk membeli eskrim. Penjual eskrim di toko serba ada di desa itu agaknya tak pernah menutup tokonya. Dari pagisampai malam siapa saja bisa membeli eskrim di tokonya yang kecil namun lengkap itu.
"Lebih baik kita tak pulang sampai waktu makan malam," kata Diana.
"Aku tak tahan berhadapan dengan Pak King, guru palsu itu. Marilah kita melacak anak sungai yang ada di peta itu."
"Oh, ya, itu usul baik," kata Roger.
"Aku juga ingin tahu ke mana lenyapnya anak sungai tersebut. Di peta digambarkan begitu dekat dengan gedung tua itu."
Mereka menjelajahi daerah itu dengan teliti. Dari utara ke selatan, dari timur ke barat. Tetapi tak terlihat tanda-tanda adanya anak sungai
"Bahkan tak terlihat bekas alur sungai yang mengering," kata Roger.
"Mungkin petanya salah."
"Mungkin juga," sambut Barney.
"Tetapi seperti yangkukatakan dulu, kita bisa melacaknya dengan menyusuri anak sungai itu dari pertemuannya dengan sungai besar. Tetapi itu tak begitu penting."
"Rasanya aku masih kurang setuju kau akan berjaga-jaga di gudang bawah tanah itu malam ini," kata Diana.
"Apakah kau akan membawa bantal dan alas tidurmu" Lantai tempat itu begitu keras dan dingin."
"Tentu. Dan lihat. ini aku telah membeli sebuah senter yang sangat kuat cahayanya," kata Barney, menunjukkan senter yang baru dibelinya.
"Dengan ini maka segalanya akan mudah." Nyonya Round telah memasak lebih agar Barney bisa ikut makan malam itu. Barney selalu menyukai waktu makan bersama teman-temannya itu. Setelah makan ia bermain-main dengan mereka, sementara Pak King membaca.
"Kurasa sudah waktunya bagiku untuk pergi," kata Barney akhirnya. Pak King mengangkat muka, berpaling padanya.
"Kau tidur di mana malam ini?" tanya Pak King dengan nada yang seolah-olah menunjukkan ia telah mencurigai Barney tidur di Gedung Tua Rockingdown.
"Tadi malam aku tidur di gardu, Pak," kata Barney sopan.
"Dan minggu lalu aku tidur di
perahu. Aku tak punya rumah, sedang untuk menyewa kamar sangat mahal."
"O, begitu," kata Pak King.
"Baiklah ... asal kau tidak terlibat kejahatan saja. Kurasa malam ini kau akan tidur di gardu lagi, bukan" Udara begini panas. Hati-hati sajalah, jangan-jangan nanti malam hujan."
"Baiklah, Pak," sahut Barney. Matanya bersinar aneh. Apa yang akan dilakukan oleh guru itu bila ia tahu bahwa malam ini ia akan tidur di gudang bawah tanah gedung tua itu"
Barney berangkat dengan Miranda. Anak-anak mengantarkannya sampai ke pintu pagar. Si Sinting juga. la selalu gembira bila Miranda pergi.
Diana memperhatikan Barney terus sampai anak itu lenyap daripandangan.


Komplotan Bawah Tanah Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mudah-mudahan ia baik-baik saja," katanya.
"Pasti," kata Roger.
"Tak suatu pun yang bisa mengganggunya. Seperti dikatakannya, ia bagaikan kucing - bila jatuh selalu berd
iri." Sesampainya di gedung tua, Barney masuk lewat pintu dapur dengan kunci yang dibawanya. Diperiksanya sebentar lantai bawah. Tak ada perubahan apa-apa. la pergi ke ruang atas untuk mengambil potongan permadani dan bantalnya. Kamarnya masih berantakan seperti yang dilihatnya tadi pagi. Barney mengambil permadani dan bantalnya, lalu ia turun dengan disertai Miranda, menguap beberapa kali. la memutuskan untuk langsung tidur saja, agar bila ada apa-apa nanti malam, ia bisa bangun tanpa rasa kantuk. Miranda sangat terkejut sewaktu menyadari bahwa Barney akan tidur di gudang bawah tanah yang begitu gelap itu. Ia sama sekali tidaksetuju. la
mencereceh marah. Ditarik-tariknya permadani yang dibawa Barney seolah-olah berkata,
"Jangan, jangan. Ayo, ke ruang atas saja! Di sini tidak baik!"
"Maaf, Miranda, tetapi disinilah kita tidur malam ini," kata Barney.tegas.
"Nah, di sudut mana kita akan tidur?" Tetapi semua sudut ternyata sama kotornya. Akhirnya Barney memutuskan untuk tidur di atas rak bekas tempat botol saja. Rak kayu yang pasti tidak sedingin dan sekeras lantai batu. la memanjat ke rak itu, menaruh bantalnya, dan menyelimuti dirinya dengan permadani. Miranda melingkar di dadanya bagaikan sebuah botol
kompres hangat la masih belum setuju akan keputusan Barney ini. Barney langsung tertidur, walaupun tempat tidurnya begitu tidak menyenangkan. Seekor labah-labah berjalan di wajahnya, tetapi ia tak terbangun. Ketika labah-labah ini merayap ke muka Miranda, Miranda langsung menangkapnya. Kemudian monyet kecil itu pun tertidur Nyenyak tidur Barney. Setengah sebelas. Jam sebelas. Setengah dua belas. Jam dua belas. Dan Barney terbangun oleh kerasnya tempat tidurnya. Salah satu lengannya kesemutan. la berusaha membalik, tetapi teringat ia tidur di mana. la bangun. Duduk. Mempertajam telinga. Apakah suara-suara itu terdengar lagi"
Tempat itu sangat, sangat sunyi. Dan dalam kesunyian itu ia mendengar suara yang dahulu pernah didengamya bersama Diana. Apakah suara menggeram" Suara menggelegak" Suara kerongkongan" Suara tadi lenyap sebelum ia bisa memastikannya. Juga suara tersebut begitu lemah, begitu jauh. Tak mungkin bisa langsung menentukan apa itu.
Dinyalakannya senternya, diarahkannya berkeliling. Tak ada yang terlihat, kecuali sepasang mata tikus besar yang berkilauan kena sinar. Dan tikus itu pun langsung lari.
Barney berbaring lagi. Miranda merangkul lehernya, menyelusupkan kedua tangannya ke balik baju Barney agar merasa hangat. Bamey menyukai rasa hangat tangan kecil itu, dan ia
menepuk-nepuk Miranda. Miranda juga menggigit-gigit kulitnya, membalas rasa sayang itu. Sungguh aneh cara Miranda.
Barney tertidur lagi. Jam satu. Jam dua ... dan tiba-tiba Barney terbangun.
Bum! Bang! Ia langsung duduk sehingga Miranda terjatuh. Anak itu mendengarkan dengan teliti.
BANG! Suara itu terdengar sangat keras di sini. Tetapi ternyata bukan berasal dari dalam gudang ini! Rasanya masih jauh lagi.
Barney terus mempertajam pendengarannya. Ketika ia sudah yakin bahwa suara itu tidak berasal dari ruang tersebut, ia menyalakan senter. Tidak. Di ruang itu tak ada apa-apa. Tapi suara tadi masih terdengar terus.
Dua Nyawa Kembar 2 Raja Petir 23 Sepasang Samurai Maut Si Kumbang Merah 2

Cari Blog Ini