Ceritasilat Novel Online

Komplotan Pencuri Senjata 1

Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton Bagian 1


Kata Pengantar Ini adalah buku kelima tentang empat sahabat Roger, Diana, Snubby, dan Barney.
Mereka selalu disertai Sinting, anjing spaniel hitam milik Snubby, dan Miranda,
monyet kecil milik Barney. Kisah-kisah keempat sahabat ini telah tertuang dalam
buku-buku tentang bagaimana mereka membongkar rahasia: KOMPLOTAN BAWAH TANAH
KOMPLOTAN TANGAN HIJAU KOMPLOTAN PENCULIK KOMPLOTAN TUKANG SABOT KOMPLOTAN
PERAMPOK BANK Semua buku itu mengisahkan keempat tokoh tadi, dengan kisah yang
tersendiri dan utuh. Untuk tokoh Sinting, aku mengambil dasar dari sifat-sifat
anjing kesayanganku, Laddie.
Di Kata Pengantarini aku ingin berbicara sedikit tentang Barney, si anak sirkus.
Pada empat buku pertama di atas, Barney adalah seorang anak yang mengembara dari
satu pekerjaan kepekerjaan lain, terutama yang berhubungan dengan sirkus, pasar
malam, atau pertunjukan. Ibunya seorang pemain
7sirkus yang pada saat akan meninggal baru membuka rahasia Barney: bahwa
sesungguhnya ayahnya masih hidup. Sepeninggal ibunya itulah Barney bertekad
untuk mencari ayahnya. Bukan hal yang mudah, sebab ia tak tahu nama ayahnya, dan
ayahnya mungkin tak tahu bahwa ia punya anak. Dalam pengembaraannya inilah
Barney bertemu dengan Roger dan adiknya, Diana, serta saudara sepupu mereka:
Snubby yang tak pernah berpisah dengan si Sinting. Pada buku keempat, Komplotan
Tukang Sabot, Barney akhirnya bertemu dengan ayahnya.
Di buku yang kaupegang ini untuk pertama kalinya Barney muncul dengan ayah serta
keluarganya, dan ia tidak lagi bergelandangan dari suatu tempat ke tempat lain.
Mudah-mudahan kalian menyukainya.
Salam hangat, ENID BLYTON Bab 1 LIBURAN NATAL "BERAPA lama sih liburan Natal ini?" tanya Pak Lynton, menaruh korannya saat
terdengar suara berdebum keras di lantai atas.
"Rasanya seperti tinggal di rumah gila saja. Apa yang dilakukan anak-anak itu di
atas" Mereka latihan loncat tinggi?"
"Paling-paling Snubby," kata Nyonya Lynton.
"Begitu itu menurut dia sedang merapikan tempat tidur. Ah, itu lagi!" Nyonya
Lynton pergi kepintu, berseru ke ruang atas,
"Snubby! Sedang apa kau" Kau membuat pananmu sangat marah!"
"Oh, maaf!" Snubby berteriak kembali.
"Aku hanya memindah-mindahkan beberapa barang. Dan meja hias terguling. Hei,
awas! Sinting sedang akan ke bawah, dan kalau hari masih pagi begini biasanya
gilanya memuncak!" Seekor anjing spaniel hitam bagaikan peluru meriam melesat menurunitangga.
Nyonya Lynton cepat-cepat menyingkir. Sinting sampai ke lantai bawah dan
meluncur dilantai licintersebut sampai ke seberang ruangan, hampir menubruk kaki
Pak 9 R)Lynton. Betapa terkejutnya anjing itu menerima tamparan keras dengan lipatan
koran dari Pak Lynton. la langsung berlari secepat kilat ke luar.
"Betul-betul rumah gila," gerutu Pak Lynton, saat istrinya kembali.
"Selalu begitu, bila Snubby datang. Ketenangan dan kedamaian langsung lenyap.
Snubby juga membuat Roger dan Diana tiga kali lebih nakal dari biasanya. Sedang
anjing sinting itu. tiap kali bertambah sintingnya!"
"Sudahlah, Pak. kan hari Natal hanya setahun sekali dan Snubby toh harus
berlibur. Apakah kau lupa dia tak punya ayah dan ibu?"
"Ya, tetapi alangkah senangnya aku kalau dia bukan keponakanku!Dan mengapa kita
juga harus menerima kehadiran si Sinting itu setiap kali kita kedatangan
Snubby?" "Oh, Richard, kaukan tahu, Snubby takkan mau ke sini kalau kita tak mau menerima
Sinting. la sangat memuja anjingnya itu."
"Ha!" Pak Lynton membuka kembali korannya.
"Jadi Snubby tak mau pergi ke tempat di mana Sinting tak diterima, ya" Katakan
padanya bahwa liburan berikutnya kita tidak mau menerima anjing itu. Dengan
begitu kita akan bebas dari rongrongannya."
"Oh, masa kau tega berbuat seperti itu," kata Nyonya Lynton.
"Snubby hanya beberapa harisaja mengganggumu. Kalaukau sudah pergi ke kantor,
dia toh tak mengganggumu." Di atas, Snubby duduk di tempat tidurnya yang belum
juga dibenahi, bercakap-cakap dengansaudara-saudara sepupunya, Diana dan Roger,
sambil membelai-belai kuping Sinting yang lembut. Kedua sepupunyaitu datang
untuk melihat apa yang menyebabkan suara berdentum keras tadi.
"Kau pasti akan dimarahi Ayah nanti," kata Roger.
"Kenapa sih kau tak pernah ingat bahwa kamarmu tepat berada di atas kamar duduk"
Lagi pula untuk apa kaupindah-pindahkan perabotan ini?"
"Sesungguhnya aku tak bermaksud memindahkannya," kata Snubby,
"tetapi uangku yang enam pence itu jatuh ke bawah peti itu. Dan ketika peti
tersebut kupindahkan, rasanya cukup baik berada di tempatnya yang baru, di dekat
meja hias. Kemudian kupindahkan meja hias itu, dan jatuh!"
"Kau pasti dihajar Ayah, ada atau tidak ada peristiwa ini," kata Diana.
"Kata Ayah, kau memang berusaha keras untuk mendapat hajaran itu. Kau sungguh
tolol, Snubby. Kalau mau nakal, kenapa kau tak bisa menunggu sampai Ayah pergi
ke kantor?" "Aku sudah berusaha untuk tidak nakal," kata Snubby bersikeras.
"Lagi pula, siapa yang menumpahkan kopi di meja makan pagi ini" Bukan aku kan?"
Roger dan Diana tercengang memandang sepupu mereka yang berambut merah dan
wajahnya berbintik-bintik ini. Dengan pandang tak bersalah, Snubby menatap
mereka dengan mata hijaunya. Kedua anak itu sangat senang pada si R)Nakal ini,
tetapi kadang-kadang Snubby memang sangat menjengkelkan. Dengan gusar Diana
berseru, "Tak heran Ayah selalu marah padamu, Snubby! Kau dan Sinting selalu saja
bergerak di rumah ini, bagaikan topan badai. Dan MENGAPA tak kauajari Sinting
untuk tidak mengambilisepatu dan sikat-sikat dari kamar orang lainP Tahukah kau,
pagi ini ia mengambil sikat jas Ayah" Entah bagaimana anjing itu bisa
mengambilnya dari atas meja hias!"
"Ya, ampun! Betulkah?" Snubby langsun bangkit.
"Wah, pasti Paman Richard akan meledak nanti. Biar kucari dulu sikat itu." Natal
selalu merupakan masa yang hiruk-piku dengan kegembiraan di rumah keluarga
Lynton. Kedua anak mereka, Diana dan Roger, berlibur dari sekolah berasrama
mereka, dengan semangat tinggi untuk menghabiskan berbagai makanan
lezatistimewa, hadiah, serta berbagai kegembiraa lain. Snubby yang ikut berlibur
di situ - Snubby yatim piatu. Sanak saudaranya bergiliran menerimanya bila masa
liburan tiba, tetapi Snubby paling senang berlibur di rumah Roger dan Diana mula-mula tak begitu bersemangat, sebab ia takut akan hasil rapotnya yang
seperti biasa tak begitu menggembirakan. Tak heran pada awal liburan paman dan
bibinya agak terkejut juga melihat dia begitu sopan, suka membantu, dan tidak
terlalu ribut. Tetapi setelah beberapa hari hal ini berubah. Keluar Snubby
aslinya: ribut, sok tahu, aneh, dandengan dibantu anjingnya, Sinting, membuat
keadaan rumah begitu kacau-balau. Pamannya jadi amat kesal padanya. Terutama
karena pernah sekali Snubby lupa mematikan keran di kamar mandi sehingga air
membanjir keluar. Kalau saja saat itu bukan Natal, mungkin Snubby telah mendapat
hajaran keras. Betapapun, semua orang gembira dan menikmati Natal itu. Satusatunya kekurangan adalah tidak turunnya salju.
"Rasanya bukan Natal bila tanpa salju," kata Snubby.
"Kurasa salju pasti akan turun dengan lebatnya setelah Natal," kata Nyonya
Lynton. "Biasanya selalu begitu. Dan bila salju telah tebal, kalian boleh bermain-main
sehari penuh diluar.Main bola salju, skat atau toboggan" - sementara aku bisa
tenang dan damai di dalam rumah." Tetapi salju tebal yang ditunggu belum juga
turun. Hanya hujan gerimis yang membuat anak-anak itu terpaksa berada di dalam
rumah terus, hingga membuat Pak Lynton gusar.
"Mengapa mereka SELALU berbicara sambil berteriak-teriak?" tanyanya putus asa.
"Dan perlukah radio itu dibunyikan begitu keras" Dan katakan pada si Sinting
itu, sekali lagi ia "( Skat sepatu khusus untuk meluncur di es, dengan logam yang mirip pisau di
alasnya. " Toboggan semacam kereta luncur untuk di salju sangat rendah,
ringan, bentuknya mirip perahu). I R)
membuatku terjatuh, selamanya ia tak boleh masuk ke dalam rumah!"
Tetapi tak ada gunanya menyuruh Sinting berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Apa
saja yang ingin dilakukannya, dilakukannya, tak peduli dilarang atau tidak.
Kalau tiba-tiba ia ingin duduk. maka duduklah dia, tak peduli orang akan
tersandung dan jatuh. Bahkan Snubby tak bisa melarangnya berbuat sesuatu. Bila
dimarahi. Sinting hanya memandangnya dengan mata minta dikasihani, sambil
menggoyangkan ekornya perlahan.
"Aku tak tahu mengapa kau gemar sekali berbaring ditengah jalan sambil
menggaruk-garuk badan, seolah-olah kau penuh kutu!" kata Snubby kesal.
"Kau tak punya kutu, Sinting. Ayo. berdirilah!"
Suatu pagi, saat di luar hujan turun, Diana tampak begitu mengganggu, hilirmudik terus, tak ada yang dikerjakannya. Ibunya sampai gusar dan berkata,
"Oh, Dianal Lakukanlah sesuatu, jangan mondar-mandir begitu! Apakah semua tugasm
sudah selesai" Merapikan tempat tidur, member sihkan kamar, dan."
"Semuanya sudah, Bu," kata Diana.
"Semuanya! Adakah yang bisa kukerjakan lagi?"
"Kalau begitu, kumpulkan semua kartu Natal," kata ibunya,
"Kukira sudah tak akan banyak lagi yang datang. Tumpuklah dengan rapi di sebuah
kotak, agar nanti bisa kita kirimkan ke Bibi Lucy lamengumpulkan kartu Natal
bekas untuk diberikan pada anak-anak di rumah sakit."
"Baiklah," kata Diana.
"Oh, dengar, itu Snubby memainkan harmonikanya lagi. Bagus juga ya mainnya?"
"Tidak, sama sekali tidak," kata ibunya.
"Suaranya buruk sekali. Ajaklah ia mengatur kartu Natal denganmu. Mungkin dengan
begitu ia bisa melupakan harmonikanya. Aku yakin ayahmu akan sangat marah kalau
Snubby terus saja berkeliaran di dalam rumah dengan membunyikan harmonikanya."
"Snubby! Bantulah aku menyusun kartu Natal!" seru Diana.
"Awas, Bu, Sinting datang!"
"Kartu Natal!" kata Snubby, memasuki kamar itu.
"Apa maksudmu" Oh, menyimpannya, menurunkannya" Bagus! Sungguh senang untuk
sekali lagi membaca kartu-kartu Natal tersebut Ayo, kita taruh kartu-kartu yang
lucu, tersendiri." Snubby dan Diana segera asyik mengatur kartu-kartu tersebut.
Bergantian mereka membaca, dan tertawa terbahak-bahak bila menemukan yang lucu.
"Oh, ini kartu kiriman Barney! kata Diana.
"Lihat. bagus, ya" Riang seperti Barney!" Diana menunjukkan sebuah kartu
berukuran besar. Di bagian depan terlihat gambar pasar malam. Disudutnya
tergambar seorang anak dengan seekor monyet di bahunya.
"Barney menggambar dirinya sendiri bersama Miranda," kata Diana Snubby, sering
akymembayangkan bagimana kira-kira Barney berhari Natal dengan keluarganya
sendiri untuk pertam kali dalam hidupnya." Roger datang dan ikut melihat kartu
Natal dari Barney. "Sungguh baik Barney. Alangkah senangnya bila kita bisa bertemu dengannya di
masa liburan ini. Hei. sungguh menyenangkan ya bahwa sekarang ia punya ayah, dan
punya keluarga sendiri?"
"Benar, kata Diana. "Sudah lama sekali ia mencari ayahnya itu. Ingatkan ceritanya" Dari bayi ia
tinggal bersama ibunya di suatu sirkus, sama sekali tak tahu bahwa ayahnya masih
hidup. Dan ketika ibunya meninggal, barulah ia diberi tahu bahwa ayahnya masih
ada dan ia harus mencarinya."
"Dan ia mengembara terus mencari ayahnya, tak tahu siapa nama sang ayah
sebenarnya," kata Roger.
"Ingat betapa akhirnya ia bertemu dengan ayahnya. di Rubadub, liburan yang lalu,
di desa kecil di tepi pantai tempat kita berlibur itu. Ternyata ayah Barney baik
sekali. Wajahnya sangat mirip dengan Barney."
"Oh, ya." Diana ingat dengan jelas kejadian itu
"Dan ternyata Barney tidak saja punya seoran ayah, tetapi juga kakek, nenek,
paman, bibi." "Dan saudara-saudara sepupu!" sambun Snubby.
"Wah, pasti Barney bahagia saat ini. Aku yakin ia telah lupa pada kita."
"Takmungkin," kata Diana.
"Hei, aku punya usul hebat Mari kita tanyakan pada Ibu, apakah Barneyboleh
tinggal di sini untuk beberapa hari. Dengan begitu kita bisa tahu semua
pengalaman barunya."
"Dan kita bisa bertemu kembali dengan Miranda, monyetnya yang manis itu," seru
Snubby. "Kaudengar itu, Sinting" Kita akan bertemu lagi dengan Miranda!"
"Ayolah," kata Diana.
"Mari kita bicarakan hal ini pada Ibu!" Mereka bergegas keluar dari ruangan itu.
Diana berseru-seru, "Ibu Ibu! Di mana Ibu?"
Bab 2 BARNEY KETIGA anak itu berlari menemui Nyonya Lynton. Sinting yang merasa ada sesuatu
yang luar biasa, menyalak-nyalak hebat serta berusaha keras mendului mereka,
sehingga berulang kali anakanak itu hampir jatuh tersandung.
Pak Lynton yang sedang menulis surat di kamarnya berseru gusar,
"Anjing itu! Aku akan melarangnya masuk ke dalam rumah kalau ia terus saja
begini!" "Ibu" seru Diana, mendapatkan ibunya berada
dikamar mandi, sedang mengaturtempat handuk.
"Kami mempunyai suatu usul yang hebat!"
"Betulkah?" tanya Nyonya Lynton, yang langsung berpaling pada Snubby, bertanya,
Snubby, katakanlah, bagaimana handukmu bisa sehitam ini" Apakah kau memanjat ke
dalam lubang cerobong asap lagi?"
"Ha hal Lucu!" kata Snubby, bermaksud
bersikap sopan. "Oh, Ibul Dengarkan! Usul kami bagus sekali!
kata Diana. 18 R)"Ya! Bagaimana kalau Barney kita undang untuk tinggal di sini beberapa
hari, Ibu?" tanya Roger, langsung pada pokok persoalan.
"Katakanlah boleh, Ibul Ibu suka pada Barney, kan?"
"Dan sudah lama kami tak berjumpa dengannya, sejak libur musim panas yang lalu!"
kata Diana. "Sejak ia bertemu dengan ayah dan keluarganya itu!"
"Dan kami HARUS bertemu kembali dengannya," tambah Snubby, sambil menyambar alas
kaki kamar mandi yang sedang akan dibawa lari Sinting.
"Wah, Anak-anak." kata Nyonya Lynton, tampak ragu-ragu,
"aku tak tahu boleh atau tidak."
"Kenapa" Kenapa Barney tak boleh kemari, dan Miranda juga?"tanya Diana heran.
"Bukankah ibu dulu menyukai mereka?"
"Sekarang pun juga, Sayang," kata ibunya. Tetapi kurasa Ayah akan berkeberatan
bila kita ketambahan seorang anak lagi, padahal kalian bertiga saja sudah cukup
untuk memorakporandakan rumah ini, dan."
"Oh, kami kan tidak memorak-porandakan rumah ini!" sanggah Diana.
"Bukankah aku merapikan segalanya setiap pagi" Oh, Ibu, pokoknya kami berjanji
untuk tidak ribut dan sangat rapi sekali bila Barney boleh datang. Kami sangat
ingin mengetahui bagaimana kehidupannya kini, sebelum kami kembali ke sekolah."
R)"Tanyakan pada ayahmu, Diana," kata ibunya
"Kalau ia bilang boleh, Barney tentu saja boleh datang. Aku menyerahkan hal ini
sepenuhnya padanya."
"Oh," Diana jadi muram.
"Tidak bisakah ibu yang menanyakan hal itu pada Ayah?"
"Tidak," kata Nyonya Lynton.
"Dan jangan bermain-main dengan keran itu, Snubby. Aku bilang, jangan! Dan bawa
Sinting keluar dari kamar mandi ini. Pasti ia sedang mengincar spons itu."
"Ayo, Sinting," kata Snubby dengan suara sedih.
"Kita tidak diperlukan disini. Mari bermain-main di garasi."
"Enak saja," kata Roger.
"Kau harus ikut membantu kami minta pada Ayah agar Barney boleh datang."
"Tak bisa," kata Snubby.
"Paman bilang, ia tak mau lagi melihatku pagi ini. Juga Sinting."
"Wah, sialan! Kau saja, Di. Terpaksa kita hadapi Ayah berdua," kata Roger.
"Dan ingat, Snubby, jangan memainkan harmonikamu di depan pintu kamar Ayah pada
saat kami berada di dalam." Sinting melesat berlari turun seperti biasanya,
diikuti oleh Snubby yang melompat-lompat tiga anak tangga sekali langkah. Nyonya
Lynton menggelengkan kepala dan tersenyum sendiri. Tak seorang pun bisa
mengajari Snubby dan Sinting untuk berjalan dengan langkah wajar menuruni
tangga. Pak Lynton mendengar ketukan ragu-ragu di pintu kamar kerjanya. la
mengangkat kepala darisurat-surat yang sedang ditulisnya.


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Masuk". katanya. Dan masuklah Roger dan Diana.
"Ada apa?"tanya Pak Lynton.
"Masa sudah akan minta uang saku lagi. Uang hadiah hari Natal belum habis, kan?"
"Bukan, Ayah, bukan itu," kata Roger cepatcepat
"Kamitakkan pernah bermimpi untuk minta uang lagi. Kami. mmm. kami hanya ingin.
min." "Kami pikirkalau Barneyboleh. mmm." Diana akan membantu tapi juga tergagap.
"Apa-apaan ini?" kata sang ayah tak sabar.
"Tak dapatkah kalian bertanya dengan jelas?"
"Kami ingin agar Barney diizinkan tinggal di sini beberapa hari," kata Diana
cepat-cepat. "Ayah ingat Barney, kan" Anak pemain sirkus yang menjadi sahabat baik kami itu."
"Ya, aku ingat." kata ayahnya.
"Anak baik. mata sangat biru. dan dia punya monyet, bukan?"
"Ya, Ayah," kata Roger gembira.
"Namanya Miranda. Sungguh lucu. Bolehkah mereka kami undang kemari?" Tanyalah
pada ibumu," kata ayahnya.
"Kata ibu terserah pada Ayah," kata Roger.
"Kalau begitu jawabanku, tidak," kata Pak Lynton tegas.
"Aku yakin ibumu juga akan mengatakan tidak. Kalian semua betul-betul membuatnya
lelah di liburan ini. Lagipula Kakek Robert akan datang dalam tiga hari ini. Aku
terpaksa berpikir-pikir, mungkin Snubby dan Sinting harus pergi ke rumah Bibi
Agatha selamaKakek Robert disini. Aku yakin beliau takkan tahan dengan keributan
kalian bertiga dan juga si Sinting."
"Oh, Ayah! Masa Ayah mengundang Kakek Robert datang pada waktu liburan Natal"
seru Diana. "Beliau tak pernah bisa berhenti berbicara dan kami selalu harus
mendengarkannya, tak boleh berkata sepatah pun."
"Mungkin karena itulah aku mengundangnya kemari," kata ayahnya dengan sedikit
tersenyum. "Tidak. sebenarnya Kakek minta agar kita menerimanya di sini. la agak tidak
sehat, karena itulah aku yakin Snubby dan Sinting terpaksa harus diungsikan.
Mereka begitu ribut!"
"Oh." Diana begitu kecewa.
"Kalau begitu tak ada gunanya mengundang Barney. Pertama, tak akan ada kamar di
sini dengan adanya Kakek Robert. padahal aku ingin sekali bertemu lagi
dengannya. Kami telah lama tidak berjumpa. Tak dapatkah Kakek Robert datang lain
waktu saja?" "Kurasa tidak," kata Ayah.
"Dan walaupun Kakek Robert tidak ke sini, kurasa aku juga takkan mau mengundang
Barney ke sini. Kalian bertiga saja sudah sangat ribut! Katakan pada Snubby,
bahwa mungkin dalam waktu dekat ini ia harus pergi ke rumah Bibi Agatha." Snubby
terkejut sekali mendengar berita itu.
"Tetapi aku tak suka tinggal dirumah Bibi Agatha!" serunya.
"Disana Sinting harus tinggal di kandang anjing, dan aku harus mandi paling
sedikit dua puluh kali sehari. Begini saja. Mulai saat ini aku takakan memainkan
harmonikaku, aku tak akan bersiul-siul, aku akan berjingkat-jingkat bila naik
tangga, aku akan." "Tolol!" tukas Roger.
"Dengan begitu Ibu akan mengira kau sedang sakit Sialan Semua rencana kita
berantakan!" "Yang jelas kita takkan bertemu dengan Barney lagi, kata Diana,
"atau Miranda yang lucu itu!"
"Hei," kata Snubby tiba-tiba,
"lihat! Salju turun!" Mereka semua berlari kejendela. Ya, gumpalan salju besarbesar turun dengan deras. Diana menengadah, tetapi salju begitu lebat turun,
hingga langit tak terlihat.
"Kalau terus begini, kita mungkin bisa bermainmain di salju," kata Roger sedikit
gembira. "Dan kalau Kakek Robert datang, kita bisa menghindarinya sepanjang hari,
bermain-main di luar rumah, bermain toboggan."
"Dan main skat, kalau es sudah ada," tambah Diana. Tetapi aku kan sudah tak ada
di sini," kata Snubby dengan suara yang begitu memilukan sehingga terdengar
begitu lucu, membuat yang lain tertawa.
"Aku sudah akan berada di rumah Bibi Agatha dan Paman Horace, sementara Sinting
melolong-lolong sedih di kandang anjing."
"Kasihan kau," kata Diana kemudian.
"Jangan terlalu dipikirkan. Mungkin Kakek Robert tak jadi datang." Tetapi
keesokan harinya datang surat dari Kakek Robert, yang mengatakan dua hari lagi
ia akan R)datang. Dengan putus asa Snubby memandang pada bibinya. Apakah ia akan segera
dikirim ke Bibi AgathaPla mau berjanjiapa saja asal boleh tinggal terus disini.
Apalagi dilihat salju makin lama makin tebal, dan kolam pun mulai membeku. Di
rumah Bibi Agatha pasti ia takkan boleh main toboggan ataupun skat Tetapi Nyonya
Lynton tegas pendiriannya. Kalau Kakek Robert memang kurang sehat, maka akan
jadi lebih buruk keadaannya bila Snubby dan Sinting masih tinggal di situ.
Mungkin saja Kakek akan mendapat serangan jantung karena ulah Sinting.
"Aku akan menelepon Bibi Agatha sekarang juga," kata Nyonya Lynton. Jangan
begitu muram, Snubby, dunia belum kiamat."
"Nyonya Lynton pergi ke ruang depan untuk menelpon. Tetapi sebelum ia menyentuh
pesawat telepon tersebut, terdengar deringnya yang nyaring,
"Ring-ring Ring-ring! Ring-ring!"
"Jangan-jangan itu Kakek Robert, mengatakan bahwa ia datang hari ini!" kata
Snubby terkejut. Tetapi ternyata bukan. Nyonya Lynton terlihat berpaling
tersenyum pada mereka, dan berkata,
"Coba terka, siapa yang menelepon ini" Barney!"
"Barney!" semua berteriak serempak. Semua berlari ke pesawat telepon. Roger yang
berhasil menyambar pesawat tersebut
"Barney Benarkah kau ini" Bagaimana hari Natal-mu?" teriak Roger. Ia
mendengarkan beberapa lama. Dan tiba-tiba berpaling dengan wajah sangat berseriseri Oh
BARNEY itu sungguh usul yang sangat bagus! Ya, aku akan bertanya pada ibuku.
Tunggu sebentar. Akan kutanyakan sekarang juga!"
Snubby dan Diana hampir tak sabar menunggu apa yang hendak ditanyakan Roger pada
ibunya, apa yang ingin diketahui Barney.
"Ibu" seru Roger.
"Barney dan seorang saudara sepupunya akan berlibur di rumah milik neneknya, di
dekat sebuah danau kecil yang dikelilingi bukit .Danau itu telah beku, dan
bukitnya penuh salju. Bagus sekali untuk main skat dan toboggan. Dia minta agar
kami ikut bersamanyal Bolehkah?"
25Snubby dan Diana langsung menjerit-jerit gembira.
"Oh, pasti boleh Pasti boleh! Alangka senangnya!"
"Kata Barney, kalau Ibu mengizinkan, neneknya akan menelepon untuk membicarakan
hal terse but dengan ibu," kata Roger lagi dengan mata bersinar-sinar.
"Oh, Ibul Boleh, ya" Kita semua bisa tinggal bersama Barney di sana, dan Snubby
ta usah pergi ke rumah Bibi Agatha. Dan Kake Robert bisa tenang di sini, tanpa
khawat terganggu oleh kami. Ibu. boleh, kan?"I
Bab 3 UNDANGAN YANG MENGASYIKKAN
| | NYONYA Lynton memperhatikan wajah ketiga anak-anak yang berseri-seri penuh harap
itu. la menganggukkan kepala, tersenyum.
"Ya, kurasa tak ada salahnya kalian pergi ke sana," katanya.
"Bahkan aku juga berpendapat
bahwa ini suatu jalan keluar yang sangat tepat! Oh, Snubby JANGAN!"
Snubby telah menyergap kedua lengan bibinya, dan mengajaknya berdansa berputarputar sambil berteriak-teriak,
"Hip, hip, hore, hari ini hari bahagia." Pak Lynton terheran-heran keluar dari
kamarnya. la segera diberi tahu apa yang terjadi. la mengangguk setuju.
"Ha, bagus. Jadi kakek kalian bisa tenang di sini. kami pun begitu pula,"
katanya, "Kuharap kaian tak akan meninggalkan Sinting di sini. Aku benar-benar sangat
ingin berpisah dengan anjing itu untuk beberapa lama."
"Pasti, pasti!" seru Snubby, bergerak ke arah pamannya untuk mengajaknya
berdansa pula. la lega sekali. Tetapi untung ia cepat sadar dan
27 R)berhenti di tengah jalan. Pamannya pasti takkan senang diperlakukan seperti
itu. Roger sudah menerangkan pada Barney tentang izin dari kedua orang tuanya
itu. Barney juga sedang membicarakan hal-hal lain tentang undangannya. Diana
sempat merebut pesawat tele dari Roger. Begitu ingin ia mendengar lagi suara
Barney. Suatu suara mencereceh menyambutny
"Oh! Ini suara Miranda, ya!" seru Diana, sang gembira ia mendengar suara monyet
kecil itu sekali lagi. "Kami akan segera menemuim Miranda. segera!"
"Guki Guk!" salak Sinting, sama sekali ta mengerti apa yang terjadi, tetapi
merasa bahw sesuatu yang menyenangkan akan terjadi, bila melihat tingkah laku
anak-anak itu. Ia mencoba merenggut alas kaki dari bawah kaki Pak Lynton. Untung
Snubby berhasil mencegahnya. Semuanya gembira bisa berbicara dengan Barney. Dan
setelah Snubby mendapat kesempat an bicara, maka pembicaraan pun diputuska
Mereka semua kembali ke ruang duduk untu membicarakan kabar gembira itu.
"Bayangkan. sebuah rumah dikelilingi bu bersalju, di tepi danau beku. bagaikan
impia saja!" seru Roger.
"Aku harus mencari kem skatku. Kau untung, Snubby, dapat hadiah sepatu baru hari
Natal yang lalu." "Bagaimana dengan toboggan kita?" kata Diana.
"Kukira kini sudah terlalu kecil untuk ki semua. Sudah tiga tahun lebih tak kita
pakai.?"Aku akan membeli toboggan baru dengan uang Natalku," bual Snubby,
"Dan, oh, ya. kalau saja ada, aku akan membelikan skat untuk Sinting."
"Mudah-mudahan ada, Roger tertawa.
"Sinting akan sangat ganjil tampaknya, dan ia takkan tahu
bagaimana melangkah."
"Aku hampir tak percaya semua ini bisa terjadi," kata Diana, merebahkan diri di
kursi. "Ibu, ibu tak keberatan kan kami semua pergi" Ibu tak akan kesepian?"
Tentu saja tidak," kata ibunya,
"Aku gembira bisa mencurahkan perhatianku pada kakek kalian. Aku bersyukur bahwa
Sinting tak ada di sini waktu Kakek datang nanti. Kapan nenek Barney akan
menelepon tentang waktu kalian harus berangkat" Apa Barney mengatakan hal itu?"
| "Ya, nenek Barney akan menelepon malam ini," kata Roger, kemudian berpaling pada
yang lain. Suara Barney sama seperti dulu, ya?"
"Ya," kata Snubby dan Diana.
"Mengapa?" tanya Nyonya Lynton.
"Apakah kalian mengira suaranya akan berubah?"
"Kami tak begitu yakin," kata Roger.
"la sudah lama mengembara, dari sirkuskesirkus, daripasar malam ke pasar malam.
Pakaiannya selalu Compang-camping, dan ia tak pernah bersekolah. Tiba-tiba saja
ia memperoleh sebuah keluarga yang betul-betul keluarganya. la harus belajar.
Memakai pakaian yang wajar. Makan di meja')makan dengan berbagai peraturan sopan
santu Tadinya kukira ia akan berubah."
"Barney tak akan pernah berubah," kata Snubby. Tak akan pernahl Hei, pikirkan
saja kita bermain toboggan, meluncur menuruni bukit wuuuusssss!" la meluncur
dengan kecepa tinggi di lantai licin, tetapi segera berhenti saat melihat wajah
bibinya. "Dan kita akan main ski berputar-putar, berputar-putar."
la meluncur berputar-putar, hampir saja me buat sebuah meja kecil tertampar
jatuh olehn (Intung Diana sempat menangkap meja tersebut
"Jangan berbuat begitu tolol!" hardik Diana.
" yakin kau akan jatuh seribu kali sebelum kau bi main skat sejauh enam langkah.
Ha, aku sudah ingin sekali melihatmu jatuh terduduk di es!"
Nenek Barney menelepon, malam itu. Menurut Nyonya Lynton, nenek Barney itu
mempuny suara yang lembut dan menyayang Sunggu beruntung Barney memiliki nenek
seperti i Nyonya Lynton memberi tahu anak-anak itu hasil pembicaraannya.
"Katanya, rumah tersebut sudah beberapalama tak terpakai," kata Nyonya Lynton.
"Dulu anak anaknya memakainya sebagai tempat tetirah se tempat berolahraga musim
dingin. la akan menyuruh seseorang membersihkan rumah ter but, serta menganginanginkannya. Mungkin hal tersebut akan bisa selesai dalam dua hari ini. Ja
kalian berangkat dua hari lagi."Apakah ada orang dewasa yang akan mengawasi
mereka ini?"tanya Pak Lynton. Kesimpulanku kini rumah itu kosong. Dan anak-anak
ini haruslah diawasi oleh seseorang yang cukup bertanggung jawab."
"Barney sangat bertanggung jawab," kata Snubby segera.
"Nyonya Martin, nenek Barney, berkata bahwa ia akan mengirimkan saudara juru
masaknya untuk mengurus anak-anak ini," kata Nyonya Lynton.
"Orang itu akan masak, mencuci, dan mengawasi agar mereka tidak bertingkah
terlalu nakal. Tetapi aku yakin Roger bisa cukup membantu dalam hal ini. la
cukup tua untuk memimpin mereka. Bersama Barney."
"Ayah tak usah khawatir," kata Roger.
"Juga ibu. Wah, dua hari lagi kita akan berada di rumah kecil itu."
"Kedengarannya tak begitu kecil," kata ibunya.
"Rumah itu punya lima atau enam kamar tidur, sebuah dapur yang sangat besar,
kemudian dua atau tiga buah kamar lagi. Kalian semua harus membantu membersihkan
rumah itu setiap harinya. Kalau tidak, saudara juru masak itu pasti akan
kewalahan dan pergi meninggalkan kalian di Sana.
"Kami akan membantunya," janji Diana.
"Kami semua bisa merapikan tempat tidur, walaupun Snubby hanya bisa turun dari
tempat tidur dan menarik seprainya saja tiap pagi." R)'Sok tahu!" tukas Snubby
"Lagi pula itu kan tempat tidurku sendiri."
"Kukira besok kita harus memeriksa lagi sepatu pakaian, dan skat kalian," kata
Nyonya Lynto "Dan kalian juga memerlukan sepatu bot ya kuat. Kuharap kalian membawa sepatu
bot kalia dari sekolah. bagaimana kau, Snubby" Semester yang lalu kau lupa
membawa sepatu botm pulang."
"Ya, aku membawa sepatu botku - kalau ta salah," kata Snubby, ragu-ragu. Tapi
paling tidak aku yakin yang sebelah kubawa pulang."
"Apakah rumah itu punya nama"' tanya Dian
"Ya. tapi mungkin aku salah dengar di tele tadi." kata Nyonya Lynton.
"Kedengarann Nyonya Martin berkata rumah itu bernama
"Dok-dorodok-dok". Wisma Dok-dorodok-dok Semua tertawa.
"Aneh sekali," kata Diana.
"Kuharap memang itulah namanya. Wisma. Dok-dorodok-dok! Entah mengapa diberi
nam. Seaneh itu!" Keesokan harinya mereka sibuk sekali. Sepat. bot, kaus kaki,
sarung tangan, SuDeater, skat. semuanya dikeluarkan dan diperiksa dengan
seksama. Cuaca tetap dingin dan beku. Salju terus turun sepanjang malam. Ramalan
cuaca mengata kan cuaca akan dingin terus, dan beku keras tepat untuk olahraga
musim dingin. Begitu pengumuman. Snubby setiap saat la kembali mengeluarkan
harmonikanya, dan membuat semua orang jengkel dengan lagu yang dimain,kemudian
lama sekali Sinting menghabiskan waktu menggaruk sana menggaruk sini ditempat
itu, membuat Pak Lynton sangat tercengang.
"Mula-mula kita akan ke rumah Barney. kemudian dari sana kita berangkat ke Wisma
Dok-dorodok-dok itu bersama dia dan sepupunya," kata Roger.
"Wah, rasanya lama sekali waktu berangkat itu. Aku ingin segera bertemu Barney.
Aku juga ingin tahu, sepupunya seperti apa. Ibu, | berapa lama kita akan tinggal
di rumah itu?" "Kukira sampai salju hilang," kata ibunya.
"Begitulah kata nenek Barney. Tetapikalau sampai seminggu salju masih turun
terus, kalian harus pulang, sebab kalian harus bersiap-siap untuk masuk
sekolah." Roger mengeluh.
"Jangan mengucapkan kata itu," katanya.
"Dan Snubby, jangan ribut dengan banyomu. Atau, gantilah memainkan alat lain.
Kami sudah bosan dengan suara banyo itu." Dengan senang hati Snubby menukar alat
musiknya. Kini ia berkhayal memainkan sitar. Dan ternyata suaranya jauh lebih
enak didengar. la memang sangat mengherankan dalam hal menirukan bunyi-bunyian
musik. Nyonya Lynton hanya sangat khawatir kalau-kalau Snubby menirukan suara
genderang. Akhirnya pagi yang mereka nantikan tiba. Pagi yang sangat cerah,
langit biru, matahari pucat Dan salju di tanah gemeresik bagaikan gula pasir.
"Sungguh pagi yang sangat asyik" seru Diana.
"Seolah-olah khusus untuk kita!"Dengan taksi mereka ke stasiun, untuk kemudian
naik kereta api ketempat tinggal Barney. Sinting begitu sinting karena
gembiranya, sehingga ia harus diikat. Saat untuk bersenang-senang tibal ini baru
libur musim dingin yang benar-benar libur! dimainkannya - sebuah lagu baru yang
belum dikuasainya. Akhirnya Nyonya Lynton terpaksa mengambil harmonika tersebut,
dan menaruhnya di dasar kopor yang akan mereka bawa. Tetapi Snubby tak putus
asa. Ia memainkan banyol khayalan, sementara tangan dan jarinya seolah-olah


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memetik banyo, mulutnya mengeluarkan suara yang menurut dia sangat mirip banyo.
Celakanya lagi, banyo ini hanyalah banyo khayalan, karenanya tak bisa dirampas
darinya. Tidak bisakah anak itu berangkat saja hari ini?" keluh Pak Lynton,
ketika untuk keduapuluh kalinya suara banyo Snubby lewat di depan pintunya pagi
itu. Sungguh aku bersyukur ia tak ada di sini bila Kakek Robert datang nanti."
Akhirnya semua kopor selesai disi. Semua skat dirangkaikan jadi satu. Semua
pakaian sudah dirapikan untuk berangkat besok paginya. Sinting berlari mondarmandir tak keruan, mencoba membantu dengan melarikan sepatu, kaus, atau apa saja
yang diletakkan dan siap untuk dimasukkan ke kopor. Bahkan Snubby sampai kesal
dibuatnya ketika suatu kali ia bertubrukan dengan Sinting di tangga, dan jatuh
tergulingguling berdua. Anjing tolol!" bentak Snubby dengan sangat gusar,
membuat Sinting sangat terkejut.
"Sekali lagi kau berbuat seperti itu, akan kutinggalkan kau di sinil Grrrrrrl
Anjing jahat!" Sinting ketakutan bersembunyi di balik lemari ruang depan. Di
situ ia mencium bau tikus, dan')
Bab 4 DI ROIMAH BARNEY RUMAH Barney di Wendleman Kecil. Anak-anak itu dijemput di stasiun kereta api
Wendleman oleh sebuah mobil-mobil pengangkut barang yang luas sekali tempat
barangnya. Dan yang lebih menyenangkan lagi: Barney ada pula di situ, dengan
Miranda di bahunya. "Barney! Barney! Hei, dan Miranda juga!" jerit Snubby, menjulurkan kepalanya di
jendela kereta apinya. la langsung membuka pintu kereta, membuat dirinya dan
Sinting jatuh. Barney berlari mendekat dengan kegirangan. Mata birunya masih
cemerlang seperti dulu. Miranda, monyet kecil itu, melompat turun dari bahunya
dan mencereceh keras-keras. la langsung mengenali anak-anak tersebut.
"Barney! Oh, Barney!" Diana berlari memeluk
Barney. Roger menepuk punggungnya keraskeras dan Snubby menyeringai lebar-lebar.
Sinting bagaikan gila merebahkan diri, dengan kaki berputar-putar di udara,
seperti naik sepeda. "Halo," seru Barney. Wajahnya yang kecoklatan berseri, sangat gembira melihat
anak-anak yang 36 R)dulu mau bersahabat dengannya, padahal waktu itu ia masih gelandangan dengan
baju compangcamping. "Wah, senang sekali bertemu lagi dengan kalian. Begitu kan, Miranda?"
Miranda melompat ke bahu Diana, membisikkan sesuatu ditelinganya, serta
memainkan daun telinga Diana dengan jari-jari kecilnya. Diana tertawa.
"Miranda sayang, kau sama sekali tak berubah. Dan kau tampak cakap sekali dengan
jas merah, topi dan gaunmu!"
Barney tampak berbeda. la sebetulnya tak lebih tinggi. Mukanya pun masih tetap
secoklat dulu. Tetapi kini ia berpakaian bagus, rambutnya bercukur rapi, dan ia
memakai dasi - sesuatu yang sangat jarang dilakukannya sewaktu ia masih
gelandangan. Nyata benar bahwa sekarang ia sangat tampan. Diana sampai tak bisa
berbicara beberapa saat, mengaguminya.
Barney tertawa melihat ketiga sahabatnya itu tertegun.
"Mengapa" Apakah aku tampak berbeda sekali?"tanyanya, dengan suara yang amat
mereka kenali, suara dengan sedikit gaya Amerika, gaya yang diambilnya saat ia
setiap hari bergaul dengan orang-orang sirkus.
"Aku bukan anak sirkus lagi. Aku seorang anak baik-baik.wow, hebatkan"Aku,
Barney, situkang gelang-gelang sianak yang mau bekerja apa saja, yang tak punya
sepatu kecuali sepatu kain, celana usang, baju compangcamping. la berhenti
sejenak, matanya bersinarsinar memperhatikan ketiga sahabatnya itu.
"Ya,Aku kini anak baik-baik. Tetapi aku tetap saja Barney yang dulu. Begitu kan,
Miranda?" Miranda melompat kembali ke bahu Barney, melompat-lompat di situ
sambil mencereceh keras. Ya. la tak peduli apakah Barney berpakaian baik-baik
atau compang-camping, punya keluarga atau gelandangan. Pokoknya Barney tetap
Barney bagi Miranda. "Ya, kau tetap Barney yang dulu," kata Diana, bersyukur dalam hati. Tadinya ia
mengira bahwa dengan punya rumah dan keluarga, selalu punya uang dan pakaian
rapi, akan merubah Barney. Tetapi ternyata tidak.
"Ayolah," ajak Barney.
"Kita ke mobil. Ayahku sendiri yang mengemudikannya.
"la mengatakan 'ayahku itu dengan nada bangga sekali Hati Diana tersentuh.
Betapa bahagianya Barney bisa menemukan ayahnya setelah berpisah sekian tahun
lamanya! Ayah yang tadinya tak ia kenal, baik nama maupun rupanyal Ayah Barney,
Pak Martin, duduk di belakang kemudi. Anak-anak itu heran sekali melihat
kemiripan keduanya. Sama-sama punya mata biru cemerlang, terpisah lebar, samasama punya rambut sewarna rambut jagung, sama-sama punya mulut lebar yang selalu
siap tersenyum. Ya, tak salah lagi, mereka pasti ayah dan anak. Beda yang
terlihat hanyalah wajah Barney lebih gelap dari wajah ayahnya. |
"Halo, Anak-anakl!" sapa Pak Martin, tersenyum
hingga semakin mirip dengan Barney. Sungguhmenyenangkan kalian bisa datang
sejauh ini untuk menemui Barnabas - atau Barney seperti yang kalian kenal. Ayo,
naik semua! Kita akan makan siang dirumah nenek Barney, kemudian aku akan
mengantar kalian ke Wisma Dok-dorodok-dok." Anak-anak itu melemparkan barangbarang mereka ke tempat barang di mobil. Sinting ikut melompat ke atas, kemudian
duduk di sudut agar bisa menjulurkan kepala keluar jendela. la senang naik mobil
dengan telinga melambai-lambai ditiup angin. la gembira bertemu dengan Barney,
tetapi ia tak yakin apa begitu juga perasaannya terhadap Miranda. Tiba-tiba ia
ingat bahwa Miranda dulu sering menaiki punggungnya, melompat lompat begitu
mengesalkan. Sinting melirik Miranda. Apakah monyet itu akan berbuat seperti
dulu juga" Akhirnya mobil itu memasuki halaman sebuah rumah berdinding putih
dengan kayu-kayu besar menonjol, cerobong asap tinggi, dan jendelajendela lebar.
Menyenangkan tampaknya. Waktu mereka berhenti di depan pintu depan, seorang
wanita tua bertubuh kecil bermata coklat seperti mata monyet di bahunya, maju ke
depan menyambut, "Ah, selamat datang, selamat datang! Aku sungguh sangat ingin berkenalan dengan
sahabat-sahabat Barney. Masuklah.ayo, masuk!" Anak-anak itu langsung suka pada
nenek Barney. Rambutnya ikal putih, pipinya lembut dadu, matanya coklat,
senyumnya ceria. Anakanak itu tersenyum melihat di bahu nenek Barney ada monyet
juga. R)"Ah, kalian lihat sendiri, aku juga punya monyet seperti Barnabas," kata
nenek Barney dengan suara riang.
"Agaknya selalu ada monyet di keluarga kami. Ibuku sendiri punya dua. Jinny, ini
kawan-kawan baik." Jinny, si monyet kecil, tidak berpakaian seperti Miranda. la hanya memakai
semacam mantel di bahunya yang kurus. la mengulurkan tangannya yang kecil,
berjabat tangan dengan anak-anak itu. Sinting memandang penuh heran. Seekor
monyet lagi" Atau, mungkin matanya yang tak beres"
Tak lama mereka semua telah duduk disebuah ruangan yang nyaman. Api di perapian
berkobar hangat, makanan berlimpah terhidang di meja. Snubby melihat makanan itu
dengan perasaan lega. Mula-mula sup tomat yang hangat. Tepat seperti yang
diimpi-impikannya. la langsung duduk, dan wajahnya berseri sekali. Inilah yang
sangat disukainya. "Habis ini apa?" ia berbisik dengan suara cukup keras pada Barney.
"Ah, Barnabas telah mengatakan padaku apa kegemaranmu," kata nenek Barney, yang
ternyata bertelinga sangat tajam.
"Habis ini susis. banyak sekali. Dan goreng bawang. Dan tomat. Dan kentang.
Kacang. Barnabas sudah banyak kali makan dengan kalian. Kini aku merasa bangga
bahwa dia bisa menghidangkan makanan untuk kalian." Snubby merasa acara makan
cukup baik. Sungguh bahagia Barney punya nenek sebaik itu,. . . . . punya
keluarga sebaik itu. Sesaat Snubby merasa
sedikit iri melihat wajah tampan ayah Barney. Kalau saja ia bisa punya ayah
seperti itu. tapi itu tak mungkin. Snubby merasa heran bila ada anakanak yang
mengeluh tentang orang tua mereka. Mereka tak mengerti betapa tak beruntungnya
tak punya orang tual Sungguh lezat makanan yang dihidangkan. Barney bercerita
tentang pelajaran yang diterimanya semester yang lewat. Ia tak pernah
bersekolah, dan ayahnya berpendapat ia harus banyak sekali mendapat pelajaran
khusus sebelum bisa masuk ke sekolah mana pun juga. Tetapi Barney cukup cerdas
dan mau belajar dengan rajin.
"la sungguh baik dalam belajar, sebaik ia main akrobat," kata ayahnya bangga.
"Hebat sekali," kata Snubby dengan rasa iri.
"Aku tak bisa dua-duanya, belajar ataupun main akrobat. Barney, apakah kau tidak
rindu pada kehidupan di sirkus atau pasar malam?"
"Kadang-kadang," kata Barney,
"tetapi tidak sering. Kadang-kadang aku berpikir betapa nikmatnya tidur di bawah
cahaya bintang, atau makan bersama di api unggun pada saat aku sangat lapar. Aku
rindu juga pada orang-orang sirkus."
"Kau selalu bisa kembali pada mereka setiap saat kau mau, Barney," kata ayahnya,
tersenyum. "Aku tahu," kata Barney.
"Tetapi aku akan selalu kembali kemari, pada Ayah dan Nenek. Aku suka pada
kebebasan di kehidupanku yang dulu itu,
Rtetapi aku juga ingin menetap seperti yang kulakukan disini. Aku ingin punya
perasaan bahwa aku termasuk dan dimiliki oleh suatu keluarga di suatu tempat
tertentu. Itulah yang tak kupunyai dulu. Kini aku telah memilikinya, dan tak
akan | kulepaskan lagi." Begitulah, mereka bercakap-cakap riang sambil makan lezat Sinting berbaring di
bawah meja, begitu heran akan beranekaragamnya makanan yang terlemparkearahnya
dari Snubby, Roger, dan Barney. Miranda sampai heran, mengapa Sinting begitu
pendiam. la pun turun dan kemudian ikut berpesta dengan Sinting. Jinny jarang
sekali meninggalkan bahumajikannya. Dengan tenangia menerima makanan yang
diberikan nenek Barney. Sekali-sekali ia membelai pipi keriput nyonya tua itu,
seperti yang biasa dilakukan Miranda pada Barney. Dan sekali-sekali
diselipkannya tangannya ke punggung majikannya untuk menghangatkannya.
"Setelah makan, kalian akan diantarkan ke Wisma Dok-dorodok-dok," kata nenek
Barney. "Nyonya Tickle, saudara juru masak kami, sudah berada di sana."
"Nyonya Tickle!Apakah ia betul-betul bernama begitu?" tanya Snubby heran, sebab
tickle berarti 'gelitik. "Apakah ia suka kegelian?"
"Aku tak tahu," kata nenek Barney.
"Dan kalau boleh kusarankan, jangan coba-coba menggelitiknya untuk mengetahui
hal itu." "Kalau tak salah saudara sepupu Barney akan ikut juga," kata Roger.
"Di mana dia" Apakah kita akan menjemputnya?"
"Tidak. Ternyata ia sakit," kata nenek Barney.
"Mungkin dalam satu-dua hari ini ia akan menyusul. Kalian terpaksa mulai tinggal
di sana tanpa dia." Ini melegakan anak-anak itu. Mereka ingin bermain-main dan
berbicara dengan Barney sendiri. Kehadiran seseorang yang baru mereka kenal akan
membuat kikuk suasana. Kembali mereka naik mobil ayah Barney, kemudian
melambaikan tangan pada nenek Barney dan Jinny Kecil. Mereka pun mulai menempuh
jalan bersalju menuju bukit-bukit yang putih.
"Bangunkan aku bila sudah sampai," kata Snubby, tiba-tiba merasa sangat ngantuk
kekenyangan. "Alangkah banyaknya yang bisa kita nikmati di sana nanti." Kau benar, Snubby.
Tunggu saja nanti. Bab 5 WISMA DOK-DORODOK-DOK
MOBILitu harus berjalan sangat lambat dibeberapa tempat. Jalan sungguh licin
oleh salju. Satu jam baru mereka sampai ke desa Bofame, yang berjarak sekitar
lima kilometer dari Wisma Dok-dorodok-dok.
"Kita akan segera sampai ke tempat itu," kata ayah Barney.
"Betapa banyaknya kenanganku di tempat itu, saat aku masih anak-anak dan
bermain-main dengan saudara-saudaraku, dengan sepupuku. Kalian pastisenang
ditempat itu." Mereka melewati desa tersebut, kemudian menanjak ke sebuah jalan yang curam. Di
tengah tanjakan mobil berhenti, tak bisa maju. Rodanya berputar cepat, tapi
tidak bisa menarik. Selip.
"Ambil karung-karung dan sekop itu, Anakanak, kata Pak Martin.
"Ini sudah kuduga akan terjadi. Jadi kita telah bersiap-siap."
Anak-anak itu menggali salju di depan roda mobil, kemudian menebarkan karungkarung di tempat itu. Pak Martin menghidupkan mesin kembali, dan kini rodanya
bisa bergerak maju, 44perlahan-lahan, naik. Di puncak tanjakan mobil berhenti untuk menunggu anakanak itu.
"Untung aku sudah membawa semua peralatan yang mungkin kalian perlukan di Wisma
Dokdorodok-dok," kata Pak Martin.
"Tak lama lagi mungkin mobil takkan bisa mencapai tempat itu, kalau salju turun
seperti ini terus." "Mungkin kita akan terputus hubungan dengan semua tempat," kata Snubby gembira.
"Bayangkan. Terkucil di bukit salju! Kita tak akan harus kembali ke sekolah.
Horeee" Sinting menyalak gembira. Kalau ada orang berseru hore, maka itu berarti mereka
sedang senang, dan ia harus ikut senang Miranda menjulurkan diri ke arah anjing
itu, dan menjewer salah satu telinga panjang Sinting Terjadi keributan sehingga
Pak Martin terpaksa berkata,
"Entah apa yang terjadi di belakang itu, tetapi ini sangat mengganggu pengemudi"
Sinting langsung mendapat tamparan dari Snubby. Sinting menyalak kesakitan dan
terkejut. Mobil maju terus. Mereka mulai menanjak lagi! Apakah akan selip lagi" Tidak.
Ternyata mobil cukup kuat untuk terus naik.
Alam sekitar tampak sangat mempesona dengan selimut salju putih cemerlang itu.
Bahkan dahan-dahan terkecil pun terlihat putih, dan garis-garis atap rumah
diperlembut oleh tumpukan salju. Diana yang melihat keluar jendela begitu kagum
akan pemandangan itu. R) "Pasti senang main toboggan di sini," kata Roger.
"Lebih menyenangkan dari yang sudahsudah. Dan tempat terbaik pula untuk main
skat, bila beku ini terus terjadi"
"Pasti. Suhu pasti bertahan di titik beku," sahut ayah Barney. Kini jalanan
mulai menurun, memasuki lembah kecil berpagar bukit-bukit bersalju.
"Kita hampir sampai. Sebentar lagi Wisma Dok-dorodok-dok akan tampak. Di balik
tikungan itu. Ah, itulah danau itu. Lihat, beku sekali!"
"Oh, begitu besar!" seru Diana.
"Sayang sekali kita tidak bisa berenang dan berperahu." Semua tertawa.
"Agak tidak mungkin, memang," kata Pak Martin.
"Tetapi mungkin kau bisa datang kemari di musim panas, dan bisa bergembira
dengan Barney dan saudara-saudara sepupunya."
"itu dia rumahnya!" kata Snubby, saat mereka membelok memasuki sebuah halaman.
"Ha, cukup bagus! Tapi. bentuknya agak aneh, ya" Dengan menara-menara kecil itu
serta jendelajendela yang tersembunyi."
"Rumah ini memangsudah cukup tua," kata Pak Martin.
"Tetapi dibangun begitu kuat, sehingga bisa tetap utuh sampai sekarang. Banyak
peristiwa sejarah yang singgah di sini. Misalnya saja, Oliver Cromuel kata orang
pernah tinggal di sini. Kemudian seorang tawanan bangsa Spanyol,
* Oliver Cromuel negarawan Inggris yang hidup di tahun-tahun 1599-1658, dan
memimpin pemberontakan terhadap Raja Karel.seorang yang sangat terkenal, pernah
dibawa ke sini, dan disembunyikan. Yang hebat, orang itu tak pernah ditemukan
lagi." "Wah!" Snubby sangat tertarik.
"Mudah-mudahan saja ia tidak masih berada di sini, sebab aku sama sekali tak
bisa berbahasa Spanyol. Agaknya rumah ini cocok denganku. Aku yakin banyak
sekali peristiwa menyenangkan yang terjadi disini" Mobil makin lambat, dan
berhenti di depan pintu rumah besar itu. Pintu terbuka. Seorang wanita bertubuh
kecil, dengan rambut hitam dikepang dan digulung di kepala, tersenyum riang
dengan mata berseri. la memakai baju berbunga-bunga, ditutup oleh celemek putih
tanpa noda setitik pun. Anak-anak itu langsung menyukainya.
"Apakah itu Nyonya Tickle?" tanya Snubby, melompat turun dari mobil, mendului
yang lain. "Ya, tetapi jangan tanyakan apakah ia suka kegelian," bisik Barney.
"Ia sering ditanyai seperti itu. Pasti dia sudah bosan. Halo, Nyonya Tickle!
Mudah-mudahan Anda tidak kesepian di sini."
| "Sama sekali tidak. Aku sibuk sekali!" kata wanita kecil itu, ikut membantu
menurunkan kopor-kopor. "Kalian kedinginan" Cepatlah masuk. Ada api besar di dalam. Selamat sore, Pak
Martin! Untung Anda bisa sampai dengan selamat. Tadinya kukira Anda takkan bisa
menembus salju di jalan."
"Kami hanya macet sekali," kata Pak Martin.
"Aku hanya mengantarkan anak-anak ini, Nyonya Tickle. Kemudian aku akan pulang,
kalau tidak,jalanan bisa tertutup oleh salju. Agaknya salju masih akan turun
terus." "Benar, sebaiknya Anda sudah di perjalanan sebelum hari gelap," kata Nyonya
Tickle. "Ya, ampun! Siapa ini?" Ternyata yang membuatheran Nyonya Tickleitu adalah


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sinting. Berlarian ke sana kemari di salju, menyulitkan siapa pun yang akan
melangkah. "Aku tak tahu kalian akan membawa anjing," kata Nyonya Tickle.
"Aku tak menyediakan biskuit anjing."
"Oh, tak apa. la tak keberatan makan bersama kami," kata Snubby. Nyonya Tickle
tampak sangat terkejut. "Oh, tidak!"katanya."latak boleh berbuat begitu selama aku yang mengurus di
sini. Bagiku anjing, dan juga monyet, harus punya tempat sendiri-sendiri." Ia
memimpin mereka masuk ke dalam rumah.
"Nah, silakan menghangatkan diri." Mereka berada di sebuah ruangan yang luas,
dindingnya dari kayu papan. Di ujung ruangan itu terdapat sebuah perapian di
mana api berkobar hebat. "Oh, indah sekali," kata Diana, melihat berkeliling 'Seperti rumah di dalam
dongeng. Dan betapa terangnya di sini."
"Itu adalah pantulan cahaya dari salju di luar, kata Nyonya Tickle.
"Ya, ampun! Anjing itu kenapa?" Sinting menggeran dengan suara yang sangat
aneh, tingkahnya juga aneh, mundur dari arahperapian, padahal ia tadi bergegas
ke tempat hangat itu. Barney tertawa terpingkal-pingkal.
"la takut pada permadani kulit beruang itu! Kulit beruang itu adalah kulit
beruang yang dikuliti dari beruangnya, dikeringkan bersama kepalanya. Lihat,
pasti Sinting mengira itu betul-betul beruang!"
Memang cukup menyeramkan beruang kering itu. Kepalanya ternganga bagaikan hendak
menerkam, matanya yang dari kaca bersinar mengerikan. Sinting mengira beruang
itu merunduk ingin menubruk. Karena itulah ia mundur, ketakutan, sambil
menggeram mengancam. "Tolol!" kata Snubby
"Miranda saja tidak takut. tak tahu malu!"
Miranda juga melihat kulit beruang tadi. Tetapi agaknya ia sudah pernah melihat
benda seperti itu, sehingga ia tak khawatir sedikit pun. la malah melompat
turun, dan duduk dikepala beruang itu, melompat-lompat mengejek Sinting.
"la mengejekmu penakut, Sinting!" kata Snubby. Sungguh malu aku padamu!'
"Nah, Anak-anak, Nyonya Tickle akan menunjukkan kamar-kamar kalian dan melihat
berkeiling," kata ayah Barney, melihat arlojinya.
"Dan aku yakinia sudah siap dengan teh sertamakanan kecil untuk kalian. Kalian
harus membantu Nyonya Tickle sedapat mungkin. Barney, ingat kau yang bertanggung
jawab di sini. Kalau ada apa-apa, cepatlah aku dihubungi."
"Baik Ayah," kata Barney,
"Tempat ini puny telepon, kan?"
"Ya, kata ayahnya. Jadi tak perlu khawatir Nyonya Tickle tahu di mana toboggan
kalia disimpan. Begitu juga skat-skatmu. Persediaa makanan dan pakaianmu kukira
cukup sudah. Da kini, selamat berlibur. Nyonya Tickle, jagala mereka dengan
keras. Jangan biarkan merek berbuat semaunya."
"Aku akan menjaga mereka dengan keras, Pak, kata Nyonya Tickle, sesaat tampak
berwajah keras Tetapi kemudian ia tersenyum kembali. Teta aku gembira bisa
dikelilingi anak-anak lagi, katanya. Anak-anakku semua sudah dewasa, dan
meninggalkan aku. Dengan adanya anak-an nakal ini di sekelilingku, aku merasa
seperti dulu lagi. Kuharap Anda selamat dalam perjalan Pak." Mereka mengantar
Pak Martin ke mobil. Hari telah agak gelap, walaupun sinar kemilau saj masih
menerangi semua tempat. "Selamat jalan semua berseru, melambaikan tangan sampai mobil tersebut keluar
dari halaman. Mereka semua kembali ke dalam ruang yang diterangi oleh sinar api
perapian besar itu, deng jendela-jendela luas dan perabotan yang cukup kuno.
Snubby berdiri di dekatapi, meremas-remas tangannya dengan perasaan gembira.
"Sungguh hebat, ya?" katanya.
"Aku ingin sekali segera bermain-main di salju, naik tobogg Bayangkan, meluncur
menuruni bukit denkecepatan tinggi. Sinting, kaupikir kau akan menyukai
toboggan?" Sinting tak tahutoboggan itu apa. Tetapi ia yakin ia pasti menyukai
apa saja yang disukai Snubby. la merasa ia harus mempertontonkan keunggulannya.
la berlari dengan kecepatan tinggi berkeliling ruangan, menyalak keras, dan
tiba-tiba terpeleset dilantai yang begitulicin, terguling, serta meluncur agak
jauh juga. Semua orang tertawa.
"Begitukah caramu nanti meluncur di salju?" tanya Snubby.
"Kalau begitu kau sudah cukup pandai, Sinting."
"Kukira kalian harus segera mengatur barangbarangkalian," kata Nyonya Tickle
"Dan sementara itu aku akan menyiapkan makanan untuk teman minum teh nanti. Aku
yakin kalian cukup lapar!" Dugaan Nyonya Tickle memang tepat.
iP Bab 6 SAAT-SAAT PERTAMA SEBCIAH tangga yang lebar naik ke ruang atas. Di atas terdapat banyak sekali
kamar. Dindingnya semua dari papan, dan sambil lalu Snubby mengetuk-ngetuk
dinding hingga berbunyi dokdorodok-dok, dok-dorodok-dok.
"Snubby, mestikah kau berbuat seperti itu" tanya Diana.
"Untuk apa?" "Ha. siapa tahu, ada lorong rahasia di tempat ini, banyak sekali!" kata Snubby.
"Boleh saja kauselidiki, tetapi kuharap kau tidak selalu merasa harus mengetukketuk dinding seperti itu," kata Diana.
Tetapi bukankah ini dinamakan Wisma Dok dorodok-dok?" kilah Snubby, menyeringai,
da kembali mengetuk dinding. Dok-dorodok-dok
"Entah kenapa namanya begitu aneh. Tahuk kau sebabnya, Barney?"
"Tidak," kata Barney. Tetapi mungkin Nyon Tickle tahu. Nantilah kita tanyakan."
Nyonya Tickle sudah meninggalkan mereka membuka semua pintu yang dilaluinya.
"Pilihla kamar sendiri-sendiri," katanya.
"Barney pun memilih 52kamar sendiri. Begitu juga Diana Snubby dan Roger mungkin harus tidur sekamar.
Dan anjing itu akan tidur di dapur." Tidak, bisik Snubby.
"Dan Sinting juga pasti tak akan mau. la harus tidur di tempat tidurku, seperti
biasanya." Kamar-kamar itu sangat menyenangkan. Dinding-dindingnya masih terbuat
dari papan. Snubby dengan rajin mengetuki apa saja di kamar itu. dindingnya,
perabotannya, jendelanya, tempat cuci muka, dan lemari yang terbenam ke dalam
dinding. "Hampir tak terlihat bahwa ini sebuah lemari,' kata Diana, membuka lemari di
kamarnya. Warnanya sama dengan dindingnya. Belum pernah kulihat kamar seperti
ini. Aku merasa seolah kembali ke masa lalu."
"Kamar kami juga hebat" seru Snubby.
"Di mana Nyonya TickleP Oh, dia sudah pergiPDengar, akutakakan mengizinkan
Sinting disekap didapur. Aku akan mencari jalan agar hal itu tak terjadi.
Pokoknya Sinting harus tidur denganku. Ia akan sangat menderita bila harus tidur
di dapur sendirian." Diana membuka kopornya, mengeluarkan barang-barangnya, dan
menyimpannya dengan rapi di lemari. Roger dan Snubby masih sibuk memeriksa kamar
mereka. Terdengar Nyonya Tickle berseru dari lantai bawah,
"Teh akan terhidang lima menit lagi, jangan sampai terlambat!"
Diana berseru pada yang lain,
"Roger, Barney, Snubby! Cepatlah berkemas. Sebentar lagi minum teh!"
Roger dan Barney bergegas datang membongkar kopor-kopor mereka, serta
memindahkan barang-barang ke lemari-lemari tua yang ada di kamar masing-masing
Baru setelah beberapa lama Snubby muncul bersama Sinting, badan mereka penuh
dengan debu dan sarang labah
labah. "Dari mana saja kau"' tanya Diana keheranan.
"Jangan dekati aku! Kau kotor sekali. Janganjangan masih ada labah-labah di
badanmu!" "Betulkah" Snubby terkejut, menepuk-nepuk semua bagian tubuhnya sehingga debu
berterbangan "Aku menemukan suatu ruangan di loteng Sungguh menarik. Penuh kotak-kotak dan
peti tua. Hei, apa itu?"
Yang terdengar adalah suara gong menggaun bergema dari ruang bawah. Agaknya
Nyony Tickle sudah tak sabar menunggu mereka turu dan tiba-tiba teringat pada
gong tanda makanan terhidang di meja makan. Suara gong tadi sungguh membuat
semua terkejut. Mirand melompat ke puncak tirai, Sinting lari ke kolong tempat
tidur. "Itu panggilan untuk minum teh, tentu," kata Diana.
"Snubby, kau belum membongkar kopor mu, belum memindahkan barang-barangmu ke
lemari. Ayo, cepat kerjakan!?"Baik, baik, Bu Guru!" goda Snubby.
"Jangan mulai mengaturdiriku. Takkan makan waktu lama bagiku untuk membereskan
barang-barangku." Memang, tak lama. Dan caranya khas Snubby: | dibukanya
kopornya, dibukanya lemarinya, dan dituangkannya isikopor ke dalam lemari.
Kemudian dibuangnya kopor tersebut ke balik lemari. Selesai sudah. la berlari
menuruni tangga, diiringi oleh Sinting. Tangga itu berakhir pada lantai yang
licin. Dengan mudah Sinting bisa meluncur langsung sampai ke pintu depan.
"Bagus sekali, Sinting," puji Snubby, dan dengan tenang ia berjalan memasuki
ruang makan, pada saat yang lain baru saja akan duduk. Diana memandangnya dengan
pandang menuduh. "Kau pasti belum membereskan barangbarangmu!"
"Siapa bilang. Semua sudah keluar dari kopor, dan berada di dalam lemari, Bu
Guru," sahut Snubby.
"Jangan kau berani-berani memanggilku seperti itu lagi!" kata Diana kesal.
Tetapi Snubby tak mendengar perkataannya. Perhatian Snubby tercurah pada makanan
yang terhidang di meja. Di meja beralaskan kain putih bersih itu terletak enam
hidangan yang berlainan. Di dekat Diana terletak sebuah guci besar berisi susu,
dan sebuah mangkuk besar berisi gula. Terdapat dua buah tempat selai, dan sebuah
mangkuk saus ikan. Dengan kagum Snubby memperhatikan keenam hidangan tadi.
"Tumpukan roti dan mente,
RT)ga. kue mentega hangat. kue jahe. kue cokla raksasa. kue spons dua kali lebih
besar dari biasanya. dan makaroni buatan sendiril Wah! Makaronil itu makanan
kegemaranku Hei, Nyonya Tickle! Nyonya Tickle!" Snubby langsung lari ke dapur,
diikuti ole Sinting untuk mengatakan pada Nyonya Tickl betapa ia sangat menyukai
hidangan yang ada di meja. Hampir saja ia memeluk wanita bertubuh kecil itu,
tetapi ia cepat sadar bahwa ia belum berapa lama mengenal wanita tersebut
Nyonya Tickle merasa sangat senang aka sambutan yang begitu hangat pada hidanga
pertamanya. Sudahlah, pergi ke meja makan sana," katanya dengan wajah berseriseri.
"Kau memang patut diawasi terus! Kalau kau tid segera kembali kemeja makan,
mungkin yang lai telah memakan semua hidangan!"
Snubby terkejut, segera berlari kembali. Tetapi untunglah, makanan yang ada
belum banyak berkurang. Tetapi ia terpaksa makan cepat-cepat untuk mengejar
ketinggalannya. "Caramu di meja makan semakin buruk saja, kata Diana tegas. la merasa dirinya
seperti ibun duduk di kepala meja makan, dengan sikap res di balik tempat teh
yang tinggi itu. "Maaf, Bu Guru," kata Snubby dengan la begitu memelas sehingga semua tertawa.
"Bai klah, nanti aku akan menulis seratus kali Aku harus patuh pada Diana."
(?"Kalau kau tak diam juga, aku akan terpaksa lemparkan sesuatu padamu, mungkin
sekali poci teh ini!" kata Diana.
"Baiklah, tapitunggu sampai habis dulu isinya," kata Snubby.
"Aku masih ingin tambah. Wah, lihat Miranda itu. Ia memasukkan jari-jarinya ke
dalam selai dan kemudian menjilati jari-jari tersebut!"
"Miranda! itu tak sopan!" tegur Barney dengan tajam. Dan monyet kecil itu tampak
begitu malu, T mukanya di balik leher Barney. tetapi tak lama kemudian tangannya
yang penuh selai merayap memasuki punggungnya! Saat yang sungguh menggembirakan,
makan aengan ceria dan bersama-sama sahabat karib - begitulah pikir Barney.
Terutama dengan pembiaraan yang begitu hangat akrab. Sudah sekian lama Barney
hidup sebatang kara, suasana seperti i dulu jarang sekali dimilikinya. Kini ia
telah memperoleh suasana di tengah keluarga - gembira, hangat, saling ejek, dan
saling menggo Snubbycekatan sekali menangkis setiap ejekan ditujukan padanya tak pernah ia kehilangan akal untuk menjawab. Mereka membantu membereskan meja
makan. n sementera itu Nyonya Tickle telah menyalakan lampu-lampu. Lampu-lampu
inilampu-lampu , dengan minyak tanah. Sebab di tempat itu belum ada listrik.
"Kalian harus hati-hati dengan lampu-lampu Nyonya Tickle memperingatkan anakanak Terutama kau, Snubby, dengan anjing sinting RIitu. Kalau selalu bergerak
tak keruan begitu bisa-bisa menubruk salah satu lampu ini da menyebabkan
kebakaran." "Aku akan sangat berhati-hati, Snubby berjanji
"Ada lilin di ujung tangga, dan di gang di atas, kata Nyonya Tickle.
"Dan ada lilin di ruang bawah untuk kalian bawa sebagai penerangan bila aka
berjalan ke atas. Kalau kalian ingin api tambaha untuk perapian, ada persediaan
kayu di lemari dekat perapian itu. Bila masih kurang bisa kuambilkan dari luar."
| "Tak usah," kata Roger segera.
"Biarlahaku yang mengambil kayu. dan kalau ada pekerj yang bisa
kamilakukan,janganlahragu-ragu un menyuruh kami. Kami akan segera mengerja
kannya." "Nah, itu baru bagus" Wanita kecil tersenyum senang.
Tak lama mereka sudah duduk mengelili perapian.
"Ayo main kartu," kata Snubby.
" bawakartu. Sebentar. Kuambil dulu." Snubby tangga. Dan sambil lalu terus
mengetuk-ng dinding kayu yang dilewatinya. Dok-dorodokdok-dorodok-dok, dokdorodok-dok.
"Untuk apa sih Snubby berbuat begitu?" Diana.
"Mengganggu benar suaranya."
Tak lama Snubby kembali. Dan jauh sebelu muncul, suaranya sudah terdengar,
mengetuk ngetuk dinding lagi. Sinting mendengar dengan penuh perhatian. Begitu
juga Mira PSR ("| suaranya terdengar aneh, bergema, kosong. Dan Tengganggu.
"Baiklah kita tambah kayu di perapian, sebelum kita mulai," kata Roger. la
membuka lemari tempat kayu bakar, di samping perapian itu. Diambilnya sepotong
kayu besar, dilemparkannya ke dalam berapian, dan ditutupnya pintu lemari.
Kemudian ia bergabung lagi dengan yang lain mengelilingi meja, siap untuk main
kartu. | Tetapi baru saja mereka main satu putaran, suatu suara membuat mereka
semua tertegun terkejut. Sebuah suara kosong bergema, mengek-ngetuk. Dokdorodok-dok, dok-dorodok-dok, -dorodok-dok. dok-dorodok-dok, dok-doDdok-dok.
Sinting menggeram. Ini menambah keterkejutn mereka. Yang pasti, kali ini bukan
Snubby yang mengetuk-ngetuk la berada di antara mereka, dengan wajah sangat
ketakutan. . Ah, pastilah Nyonya Tickle," kata Roger hirnya, melihat bahwa Diana
juga tampak sangat A "Mungkin ia memukulkan paku di dapur."
"Tak mungkin," tukas adiknya hampir berbisik.Su ara itu ada di ruang itul Tetapi
disini hanya ada a, dan kita tidak mengetuk-ngetuk!" Dok-dorodok-dok, dokdorodok-dok. tepat seperti gaya Snubby mengetuk-ngetuk dinding waktu ia naik ke
ruang atas dan turun kembali.
"Benar. Suara itu di ruang ini," kata Barney gkit.
"Apa, ya" Siapa?""Kita panggil saja Nyonya Tickle, kata Roger langsung berseru,
"Nyonya Tickle! Nyonya Tic Datanglah kemari!"
Nyonya Tickle datang bergegas, agak heran juga mendengar nada begitu wigati di
suara roger "Ada apa" Ada apa?" tanyanya, semakin heran melihat anak-anak itu tampak
ketakutan. "Dengarkan," kata Roger. Dan suara ketuk ketuk itu terdengar lagi. Lembut.
Ketukan .Nyonya Tickle. apakah itu?"
Bab 7 DOK-DORODOK-DOKI | | | NYONYA Tickle berdiri tertegun ditengah ruangan, mendengarkan. Ia tampak
terkejut juga. "Ketukan itu!" katanya.
"Ketukan itu! Datang lagi setelah sekian tahun tak pernah muncul!"
"Apa maksud Anda, Nyonya Tickle?" tanya Barney.
"Ayahku tak berkata apa pun tentang
ketukan itu, padahalia sangat mengetahui tentang rumah ini."
"Mungkin ia belum tahu tentang ketukan tersebut," kata Nyonya Tickle, terlihat
lega saat suara itu berhenti.
"Aku baru saja mendengar cerita tentang ketukan itu kemarin, di desa Bofame.
Karena ketukan tersebutlah rumah ini dinamakan Wisma Dok-dorodok-dok."
"Duduklah, Nyonya Tickle," kata Barney. Nyonya Tickle duduk, tepat di pinggir
kursi. Kemudian ia berbicara dengan suara rendah,
"Aku hanya mengatakan pada kalian apa kata orang padaku," katanya."Sebuah
dongeng yang diturunkandari mulut ke mulut, dari zaman kezaman. Aku mendengarnya
dari Kakek John Hurdie di kantor
61pos. Dan ia mendengarnya dari nenekny Begitulah katanya."
"Teruskan, teruskan," kata Roger saat Nyon Tickle berhenti sebentar untuk
bernapas. Sep tong kayu terbakar dan jatuh ke dasar perapi membuat semua
terlonjak kaget. "Nah," kata Nyonya Tickle kemudian,
"dulunya rumah ini bernama Wisma Bofame, sesuai dengan nama danau dan desa itu.
Tetapi kemudian beberapa kejadian membuat namanya diganti. Waktu rumah ini
ditempati, ternyata sering terdengar ketukan keras di pintu depan."
"Di pintu depan yang besar itu?" tanya Roger


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang tak bisa mengetuk di sana. Kala menggedor-gedor, baru bisa terdengar."
"Tidak. Di pintu itu ada logam untuk mengetuk, kata Nyonya Tickle.
"Apa kalian tak melihatnya waktu masuk tadi?"
"Tidak. Pintu terbuka lebar sehingga kami tak melihatnya," kata Diana,
mengingat-ingat. "Apa kah pengetuk itu besar sekali?"
"Sangat besar," kata Nyonya Tickle.
"Dari suaranya. Sungguh hebat, bagaikan suara guntu Begitulah kata Kakek Hurdie
di kantor pos i Katanya saat itu sering terdengar ketuk menggelegar di pintu.
Tetapi ketika penjaga pintu membuka pintu, tak seorang pun terlihat di situ.
"Mungkin pengetuknya telah lari," kata Snub penuh harap.
"Banyak orang yang mengetuk pintu dan lari. Mereka mengira hal itu lucu."Titu
perbuatan kurang ajar," kata Nyonya Tickle.
"Di desa kami ada seorang anak yang punya kebiasaan nakal seperti itu - tetapi
akhirnya dia kena batunya. la suka mengetuk pintu rumahku. Suatu hari logam
pengetuknya kuberi lem. Ahal Bayangkan saja betapa kotor tangannya kena lem
itu." Semua tertawa.
"Tetapi orang yang mengetuk pintu di rumah ini. apakah tak pernah ketahuan siapa
dia?" tanya Snubby. Tak pernah ada yang berhasil melihatnya," kata Nyonya
Tickle, "padahal ia sering mengetuk. baik siang maupun tengah malam. Dan menurut
dongeng, ketukan itu terus terjadi selama lebih kurang seratus lima puluh
tahun." "Kalau begitu tak mungkin pengetuknya hanya seorang," kata Snubby. Tetapi apa
artiketukan di pintu tersebut?"
"Kata orang, itu untuk memperingatkan bahwa ada seorang pengkhianat di dalam
rumah," kata Nyonya Tickle.
"Berarti, kalau kita percaya pada dongeng tadi, sungguh banyak pengkhianat
selama masa itu. Kata Kakek Hurdie, biasanya setelah terjadi ketukan tersebut,
seisi rumah ini digeledah. Setiap orang ditanyai kalau-kalau ada di antara
mereka yang tak bisa dipercaya. Oh, di zaman itu memang banyak peristiwa aneh
terjadi." "Sejak kapan suara ketukan itu berhenti?"tanya Barney.
"Anda tadi berkata, peristiwa itu berlangsung sekitar seratus lima puluh tahun
saja. tetapi rumah ini kan lebih lama lagi umurnya?""Menurut kata orang sudah
seratus tahun ini Tuan Tak Ada Orang itu tak muncul lagi mengetu pintu," kata
Nyonya Tickle "Dan pengetukny sudah sangat tua sehingga kemungkinan besar sudah lapuk."
Nyonya Tickle telah menimbulkan perhatia yang besar dengan ceritanya, sehingga
anak-ana itu lupa akan suara ketuk-ketuk yang baru mereka dengar. Tetapi begitu
Nyonya Tickle berhenti berbicara, suara ketukan itu terdengar lagi!
Dok-dorodok-dok, dok-dorodok-dok. terd ngar lagi. Lembut, bergema penuh rahasia.
Dan jelas berada di ruang itu! Tak ragu lagi.
Barney melompat berdiri. Kita harus menem kan ketukan itu apal serunya.
"Ya, ampun! Nyonya Tickle mulai gemetar. Y ampun! Aku jadi ketakutan sendiri
oleh dongen tua itu! SiTukang Ketuk itu datang lagi, siTuan Ta. Ada Orangitu
datang lagi! Tetapi untukapal Disini kan tak ada pengkhianat!" I
Tenanglah, kata Roger. Ketukan itu tidaa. datang dari pintu depan, Nyonya
Tickle. Aya Barney, mari kita cari dari mana ketukan itu terdengar."
Mereka menunggu. Dan ketukan tadi terdengan Dok-dorodok-dok. Dok-dorodok-dok.
Dari situ. dari sudut itu, kata Barney berlarikesudut. Ketukan itu berhenti.
Kemudian terdengar lagi. Dok-dorodok-dok."Suara itu dari lemari kayu bakar seru
Nyonya Tickle. Astaga, benar! Dari tempat itu. Tapi kan hanya ada kayu di dalam
situ!" "Kita lihat saja, kata Barney tegas, dan dengan cepat dibukanya lemari itu. Dan
dari dalam meloncat keluar Miranda yang ketakutan dan gusar Monyet kecil itu
mencereceh gugup, melompat ke bahu Barney membenamkan kepalanya yang berbulu ke
lehernya. "Miranda! MIRANDA Wah! Ternyata kau! Mengapa kau di dalam situ" tanya Barney.
Kurang ajarl Kau membuat kami semua ketakutan!"
"Pastilah ia menirukan Snubby, kata Diana. Miranda melihat Snubby mengetukngetuk dinding. Dan ia sangat suka menirukan segala gerak-gerik kitakan" Maka
saat ia tertutup di dalam lemari itu, ia mengetuk-ngetuk, tepat seperti yang
dilakukan Snubby. dok-dorodok-dok, dok-dorodok-dok. Ya, pasti begitu, kata Roger
lega. Tetapi bagaimana dia bisa terkunci di tempat itu?"
"Mungkin ia menyelinap ke dalam waktu kau membuka lemari untuk mengambil kayu
tadi." kata Barney. Dan tak sengaja kau menutup pintunya. Makhluk aneh.
mengetuk-ngetuk seperti itu." Yah, asal saja ia tak menakut-nakuti kita lagi,
kata Nyonya Tickle Sudah hilang rasa takutnya, ia bangkit.
"Aku tadi ketakutan sekali! Dan kalian tak usah pula memikirkan tentang pengetuk
besar disini apa R)muncul lagi setelah seratus tahun lenyap."
"Lagi pula di rumah ini tak ada pengkhianat, kata Barney.
"Hanya empat orang anak Nyon Tickle, seekor anjing, dan seekor monyet. Siapa
yang pengkhianat" Miranda, jangan berbuat tol lagi. Heran juga, tadi tak
terpikir olehku bahwa kau tak ada. Kukira tadikau telah tidur di sofa sana itu.
"Mengapa tadi Sinting tidak datang kelemari dan menggaruk-garuk di sana, seperti
biasa bila ia mendengar sesuatu" tanya Diana.
"Mudah saja," kata Snubby, menyeringai.
" agaknya tak begitu ingin Miranda selamat. Ak yakinia merasa lebih baik bila
Miranda terkurung di tempat itu selama mungkin."
pintu depan itu. Tuan Tak Ada Orang b
66"Ya, benar juga," kata Barney, berpaling pada Sinting. Sinting pura-pura sibuk
menggaruk-garuk badan "Kau jahat sekali, Sinting, membiarkan Miranda terkurung ditempat gelap tanpa
tergerak untuk memberi pertolongan sedikit pun."
"Guk!kata Sinting dengan sopan, dan meneruskan menggaruk badannya. Snubby
menendangnya. "Hentikan itu," kata Snubby. Bangkit dan duduklah bila sedang diajak berbicara."
Sinting menggoyangkan ekornya membentur lantai, dan membuat suara tok-tok-tok.
"Ya, ampun!Jangan ikut-ikutan membuat bunyi dok-dorodok-dok pula!" seru Snubby.
Diana tertawa. la begitu lega setelah ternyata ketakutan mereka tak beralasan.
Sayang sekali cerita Nyonya Tickle telah mulai jadi pikirannya juga! Ngeri bila
apa yang didongengkan tadi betul-betul terjadi.
"Mari kita teruskan main kartu," kata Snubby.
"Ayo, kocok lagi dan bagikan!" Mereka mulai main. Snubby memperhatikan kartunya
dan berseru, "Ha! Kartuku bagus sekali! Asyik! Walaupun Tuan Tak Ada Orang itu datang
menggedor-gedor pintu, aku tak akan mau meninggalkan kartu ini. pasti menang!"
Untung juga bahwa kali ini permainan mereka tak terganggu. Dan Snubby menang
dengan mudah, dan dengan wajah penuh senyum. Hangat dan nyaman di ruang duduk
itu, sementara api di perapian terus berkobar. Anak-anak itu merasa bahagia,
apalagi kalau mereka membayangkan apa saja yang akan
|mereka lakukan esok hari di salju. Setelah beberapa lama main, Diana menutup
tirai jendela, hingga pancaran bintang-bintang di langit hitam dan padang salju
putih tak terlihat lagi Kemudian Nyonya Tickle muncul membawa baki dan berkata,
"Makan malam Maukah kau menolongku membawakannya ke meja, Diana, sementara aku
menyiapkan telur rebus?" Telur rebus Bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa justru
itulah yang sedang kupikirkan Nyonya Tickle?" kata Snubby langsung.
"Aku bahkan yakin bahwa kau takkan puas hanya dengan sebutir telur seorang, kata
Nyonya Tickle, tersenyum. la suka juga pada setan cilik Snubby ini. Dan Snubby
menyeringai lebar-lebar. "Lebih dari satu!" serunya
"Wah, kalau begitu Anda sudah kenal baik denganku Sinting ayo beri hormat pada
Nyonya Tickle! Beri hormat grak!" Sinting bangga sekali bisa memamerka
kepandaian barunya. la duduk tegak, denga kedua kaki depan terangkat. Kemudian
sebela kaki depannya diangkat, benar-benar memberi hormat! Miranda memandang
padanya dengan heran. "Wah, wah, wah, cerdik seperti majikannya." Nyonya Tickle tertawa geli. Aku
harus hati-ha menghadapi kalian berdua, bisa-bisa akan terlalu
rebus itu!' Bab 8 ALANGKAH GEMBIRANYA
MAKAN malam itu sederhana, tetapi sungguh lezatl Telur rebus, susu coklat panas,
biskuit mentega. n Diana mulai menguap sebelum ia selesai makan. Miranda
langsung menirukannya, menguap lembut serta memperlihatkan gigi-giginya ang
putih-putih, kecil-kecil. Tangannya yang kecil juga menutup mulutnya, seperti
yang dilakukan diana. Baik Miranda maupun Sinting mendapat bagian
Diskuit dengan mentega. Masing-masing menjilati
menteganya lebih dulu. Sinting dengan lidahnya
yang besar merah, dan Miranda dengan lidahnya ng kecil runcing.
Tak terlalu sopan itu, Miranda," kata Roger ialas.
"Wah, aku mengantuk sekali. Mungkin karena rasa hangatapi ini. Snubby, bagaimana
kau mencari jalan agar Nyonya Tickle tidak memaksa inting tidur di dapur. la
pasti akan bersikeras tentang itu."
Benar juga Nyonya Tickle muncul tepat jam mbilan, dan dengan tegas mengumumkan,
69 R)"Waktu untuk tidur. Dan aku akan memba.wa anjing itu ke dapur sekarang,
Snubby." "Tentunya Anda tak keberatan kan kalau menggigiti permadani di tempat itu" Juga
ba kursi, sandal, handuk, atau apa saja yang ada sana?"tanya Snubby tenangtenang saja.
"Aku bersedia mengganti kerugian karena itu semua tapi itu pasti akan membuat
habis uang sakuku Nyonya Tickle tertegun. Ia memperhati Sinting yang menatap padanya dengan
berkedip. "Memang begitulah sifatnya, sejak kecil s menggigiti barang apa saja," kata
Snubby bersungguh-sungguh.
"Kukira memang begitu sifat aslianjing jenis ini.Tapi lucunya. ia tak per
menggigiti apa pun bila ia tidur denganku. Sama sekali TAK PERNAH!"
Nyonya Tickle langsung mengambil kepututusan
"Baiklah. Kalau begitu biarlah ia tidur denganmu katanya,
"kalau kau tahan tidur sekamar deng bau anjing. Yang jelas, ia takkan kuizinkan
un menggigiti barang-barang di dapurku."
"Bolehlah. Aku bersedia berkorban apa : untuk Anda, Nyonya Tickle," kata Snubby
agak keterlaluan. "Apa saja, bahkan tidur dengan anjing bau ini. Lihat, Sinting, betapa aku harus
berkor untukmu!" Sinting menggoyang-goyangkan ekornya. miranda langsung mencoba menangkap ekor
tersebut. Tetapi Sinting menyerangnya. Miranda menghindar, naik kepunggung
Sinting, mencengkeram bulunya kuat-kuat. Sinting berlarian ke sekeliling kamar,
mencoba engingat-ingat bagaimana caranya membuang monyet itu dari punggungnya.
"Bergulinglah, Tolol Bergulinglah!" seru Snubby. Tetapi begitu Sinting
berguling, Miranda melesa inggalkannya, melompat ke bahu Barney.
"Sungguh cocok keduanya untuk suatu pertunjukan!" Nyonya Tickle tertawa.
"Kini. kalian naik atau tidak" Aku tak mau kalian berada di bawah ini dengan
lampu minyak tanah. Terlalu berbahayal Pak Martin meninggalkan pesan-pesan tegas
tentang hal ini." "Baiklah," kata Barney, bangkit.
"Ayolah, kawankawan, nyalakan lilinmu!" Barney menunggu sampai semua lilin yang
dibawa naik ke atas menyala, kemudian ia mematikan lampu minyak di kamar duduk.
Miranda membuat kesal setiap orang, sebab begitu ada lilin menyala, monyet ini
langsung meniupnya padam.
"Hei, Barney," seru Snubby, tak tahan lagi,
"kemarilah dan laranglah monyettolol ini meniupi lilin kami! Pasti ia ketularan
sintingnya si Sinting!" Barney tertawa tergelak-gelak.
"Oh, Miranda," katanya,
"apakah kau masih teringat pada ulang tahun Nenek?" Ia berpaling pada kawankawannya dan berkata lagi,
"Begini. Nenekku berulang tahun, yang ke tujuh puluh. Dan juru masak kami betulbetul memasang tujuh puluh batang lilinkecil pada kue ulang tahunnya. Miranda
membantu Nenek meniup lilin-lilin itu. Dan ternyata sangat menyukai hal
tersebut." "Dan kini setiap ada lilin, ia langsung ingi meniupnya, kata Roger. Jangan.
Miranda. Wa Dia memadamkan lilinku lagi! Barney tolo pegang dial Kita takkan
bisa pergi ke kamar tidur nanti." Akhirnya Miranda berhasil diamankan. D
terbentuklah iring-iringan kecil membawa lili menaiki tangga. Sinting seperti
biasa beriringan mendului, dan Miranda dikempit oleh Barney,jauh dari lilinnya.
"Selamat malam, kata Barney. Semoga nyenyak tidur kalian. Kamar kita berdekatan,
jika kalau ada apa-apa, berteriak sajalah." Tetapiternyata mereka terlalu
mengantuk unt bisa merasa takut. Tempat tidur mereka nyaman Selimut tebal banyak
sekali, sebab di kamar tera sangat dingin. Snubby merasa air di guci cu muka
terlalu dingin, maka ia menunda cuci muka sampai besok pagi saja. Ia juga
memutuskan unt merapikan barang-barangnya besok pagi saj Sekarang pasti akan
memakan waktu terlalu lam Sinting langsung tertidur ditengah tempat tidu Dengan
tegas Snubby mendorong anjing itu k pinggir, kemudian dia sendiri berbaring mera
senang oleh kehangatan tempat yang baru ditinggalkan anjingnya. Beberapa menit
Snub membayangkan betapa ngerinya kalau tiba-tib pengetuk di pintu itu berbunyi
dimalam sesunyi iniPasti hebat. Tetapi Snubby tak bisa berpikir lebih jauh dari
itu lalangsung tertidur. Begitu nyenyak ia tertidur, hingga tak dirasakannya
Sinting merayap naik dan tidur di perutnya. Pagi begitu cerah, jernih. Matahari
bersinar begitu cemerlang, sehingga salju didanau mencair cepat.
"Bagus sekali, kata Roger, melihat ke luar jendela sambil berganti pakaian.
Kalau salju mencair, maka malam nanti akan beku lagi menjadi es. Tak ada salju
di permukaan danau, hingga cukup menyenangkan untuk bermain skat besok. Hari ini
kita akan bermain toboggan." Setelah sarapan yang menurut Snubby mahahebat terdiri dari bubur, daging goreng, telur, dan roti bakar - semua melakukan
beberapa tugas membantu Nyonya Tickle. Dapurnya luas sekali. Di ujung yang satu
mempunyai pompa air. Di ujung yang lain tempat masak kuno. Tetapi di sebelahnya
terdapat tungku modern yang bisa digunakan untuk masak. Dapur kuno itu hanya
digunakan Nyonya Tickle untuk memanasi ruang dapur tadi, dan cahaya apinya
membuat suasana dapur terasa ceria. Nyonya Tickle tersenyum sewaktu anak-anak
masuk ke dapur membawa piring-piring bekas sarapan mereka.
"Apalagi yang bisa kamilakukan"' tanya Diana.
"Aku akan membantu Anda mencuci piring."
"Oh, tak usah, kata Nyonya Tickle. Tapi kurasa kalian harus membantuku merapikan
tempat tidur. Kemudian mengumpulkan kayu api. Kemudianmembersihkan lampu. Nah,
hanya itu. Itu sudah sangat membantuku."
"Naik lagi, Kawan!"perintah Diana, mengangkat diri sebagai pimpinan mereka
semua. "Roger, ajak Snubby membantumu merapikan tempat tidur, Kemudian bantu dia
merapikan tempat tidurnya. Dengan demikian dia akan terpaksa bekerja. Kau
dengar, Snubby?" "Tidak, bu Guru," kata Snubby sambil menghin dar sambaran tangan Diana.
Semuanya segera selesai dikerjakan. Dan dikerjakan dengan baik pula. Termasuk
temp tidur Snubby. Bersih rapi. Lampu-lampu juga bersih. Dan kayu-kayu bakar
bertumpuk begit banyak, hingga Nyonya Tickle berkata mungki akan cukup untuk
keperluan seminggu. Wanita bertubuh kecil itu tampak sangat senang sehing Snubby
memutuskan mereka sudah kenal baik, dan tak apa bila ia memeluknya sesaat
"Hei, lepaskan!"Nyonya Tickleterkejut
"Samp tak bisa bernapas aku. Pokoknya orang haru hati-hati menghadapimu. Ya,
ampun! Anjing itu menggonggong sikatku lagi! Hati-hati kalau sampai tertangkap
olehku!" Tetapi tentu saja ia tak pernah berhasi menangkap Sinting yang begitu cerdik
itu. Sinti merajalela dengan melarikan sikatnya, penghap debu, sapu. apa saja,
sampai akhirnya Nyon Tickle selalu menyiapkan sebatang sapu besar untuk berjagajaga setiap kali Sinting muncul.
-t I"Mari kita pakai pakaian luar kita," kata Roger setelah seluruh pekerjaan
selesai. "Aku ingin segera berada di luar, disalju. Marimain toboggan dulu, kemudian
perang bola salju, atau entah apa lagi." Tak lama mereka Semua Sudah berada di
luar dengan pakaian lengkap: sepatu bottahan air, syal, sarung tangan kulit,
sueater tebal. Hawa dingin sekali, tetapi mereka segera bisa menghangatkan diri
dengan bergerak terus. Ada dua buah toboggan. Satu cukup untuk membawa dua atau
tiga orang anak. Mereka menarik toboggan-toboggan tersebut ke bukit yang
terdekat. Seperti biasa Sinting mencoba berlari secepat kilat mendului mereka.
Tetapi alangkah kecewanya saat kaki-kakinya langsung terbenam ke benda lembut
yang menutupi bumi itu. Dan ia hampir-hampir tak bisa bergerak! Miranda tak mau
meninggalkan bahu Barney. la tak suka pada salju, walaupun kemudian ternyata
baginya sungguh menyenangkan untuk memasukkan segenggam salju ke dalam baju
Barney. Dan bila kedinginan ia bisa menghangatkan tangannya di punggung Barney.
Lereng bukit cukup terjal sehingga mereka bisa meluncur begitu cepat serta
bertemperasan jatuh di salju di kaki bukit. Mereka tertawa terbahakbahak,
bertumpukan di salju. Sinting kemudian cukup berani untuk duduk di toboggan
bersama Roger dan Snubby. Telinganya melambai-lambai tertiup angin. Deras sekali


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka meluncur ke 7 R.bawah. Sinting begitu senang, sepanjang peluncurannya ia menyalak-nyalak
gembira. Miranda berada di toboggan yang membawa Barney dan Diana. Ia sedikit
ketakutan, bersembunyi dibalik mantel Barney, mengintai keluar
"Kau takut, Miranda?" tanya Barney. Tetapi sewaktu Barney bermaksud
meninggalkannya di puncak bukit, Miranda tak mau. la ingin bersama Barney terus.
Mereka kemudian berlomba meluncur, dan setiap kali toboggan yang dinaiki Barney
menang. Mata birunya semakin biru cemerlang, ia tampa begitu riang. Dan tentu
saja Snubby-lah yang pertama kali merasa lapar.
"Masa kau lapar lagi setelah sarapan begi banyak," kata Roger.
"Tadi kau kan makan enam lapis roti, ditambah yang lain pula. Pasti waktu makan
siang masih lama!" la membuka sarun tangannya untuk melihat arloji. Tetapi tepat
saat itu dari arah rumah terdeng suara lonceng. Nyaring, terdengar jelas menembu
udara dingin. Nyonya Tickle membunyikan lonceng untuk memanggil mereka makan
siang "Nah, apa kataku," kata Snubby dengan bangga.
"Aku tak perlu melihat jam, aku selalu bisa mengatakan dengan tepat, apakah
waktu makan tiba. Ayo, Sinting, mari berlomba ke Wisma Dok-dorodok-dok!"
Bab 9 HARI YANG BAHAGIA "BETAPA lezat baunya!" seru Snubby ketika ia telah dekat ke rumah.
"Masakan apa, ya?"
"Semur!" kata Roger setelah menghirup udara sejenak. Dan memang. Semur yang
lezat, dengan beberapa hidangan sayur lainnya. Tak sabar Sinting mengangkat kaki
depannya, meraih meja, hampir menarik kain meja dan menjatuhkan segala yang ada
di atasnya. "Hentikan!" kata Nyonya Tickle, mendorong Sinting pergi.
"Datang saja ke dapur, ada tulang lezat untukmu. Jangan menginjak meja!"
"Aku lelah sekali," kata Diana, langsung duduk.
"Kau lelah, Barney?"
"Tak seberapa," kata Barney. Tetapi aku memang sudah terbiasa dengan hidup
keras. Dulu aku sering harus bangun jam setengah enam, langsung bekerja
merapikan peralatan pasar malam. Aku bekerja sepanjang siang. Sorenya bekerja
sebagai tukang karcis, setelah itu membantu tukang roda putar."
"Oh, Barney, pasti hidupmu kini telah berubah," kata Diana, mulai makan.
"Apakah kau tidak 77 R)merasa aneh waktu pertama kali berada di antara keluargamu?"
"Memang," kata Barney.
"Mula-mula aku malu. Rasanya tak berani berjabat tangan atau menyap sanaksaudaraku. Kecuali Nenek. Sejak semula aku merasa akrab dengannya. Mungkin
karena ia juga punya monyet di bahunya seperti aku. Da kedua monyet itu langsung
bersahabat. Merek bahkan berjabatan tangan."
"Bagaimana saudara-saudara sepupumu?" tanya Snubby, mengulurkan kembali piringny
minta tambahan makanan. "Sangat baik," kata Barney. Aneh juga, aku tak pernah merasa malu bahwa dulu aku
bekerj sebagai anak sirkus, atau bergelandangan dari satu pekerjaan kepekerjaan
lain. Tetapi begitu bertem dengan saudara-saudara sepupuku, yang selalu rapidan
bersih. bahkan kuku-kuku mereka bersih, sopan santunnya halus. wah, aku jadi
sang malu!" "Tak mungkin," kata Snubby.
"Masa kau malu. Aku yakin kau enam kali lebih baik dari saudara-saudara
sepupumu. Kau bahkan ena kali lebih baik dari aku dan Roger. Kau meman anak luar
biasa!" "Kau mungkin sedikit mirip keledai, Snubby Tapi kau memang seorang sahabat
sejati," kata Barney, terharu.
"Tetapi tahu tidak apa yang terjadi" Ternyata saudara-saudara sepupuku itu tak
ada yang memandang rendah diriku, yang sekian lama jadi gelandangan, bekerja
dari sirkuskesirkus itu! Aneh, mereka malah seakan-akan bangga sekali punya saudara sepupu seperti
aku. Heran, ya?" Tapi memang sudah sepantasnya," kata Diana.
"Kau bekerja sangat keras, sendirian, tak pernah putus asa. Kau memang patut
dikagumi! Aku sungguh bersyukur bahwa kita bertemu denganmu dulu itu, entah
kapan. Rasanya sudah lama sekali. Begitu banyak pengalaman kita, begitu banyak
peristiwa petualangan yang kita alami bersama."
"Ya," kata Barney, bangkit untuk mengambil sesuatu dari dapur.
"Tetapi mungkin sekali hal
berjalan dengan lancar dan
sesuatu yang bisa dianggap
Snubby lupa akan tata cara
seperti itu takkan kita alami lagi. Kini segalanya
menyenangkan. Rasanya tak mungkin bisa terjadi
petualangan." dan menuding dengan mempergunakan garpunya.
"Kau mungIkin keliru dalam hal ini. Berkata bahwa sesuatu takkan terjadi sama
saja dengan mendoakan sesuatu akan terjadi. Dan aku telah mencium akan
terjadinya sesuatu itu."
"Yang kaucium hanyalah bau sedap semurlezat ini," kata Barney, tertawa.
"Bangunlah, Pemalas. Bantu aku membawa semua ini ke dapur dan ambilkan puding."
"Baik!" kata Snubby. Ia berdiri,
"Aduh!" serunya kaget.
"Apa yang terjadi dengan kakiku" Rasanya aku tak bisa berdirit"
R)Roger dan Diana ternyata merasakan hal yang sama. Kaki-kaki mereka terasa
sangat kaku. Barney tertawa.
"Itu karena kalian terlalu banyak naik-turun bukit tadi, kata Barney.
"Kukira kita sudah naik-turun sampai lima puluh atau enam puluh kali. Menyer
toboggan lagi. Pasti sakit-sakit seluruh tubuh kalian sehari dua hari ini."
"Aku yakin aku takkan bisa mendaki bukit yang paling kecil pun sore ini, kata
Snubby, kesakitan. 'Sungguh! Rasanya untuk jalan saja aku harus pakai tongkat."
Yang jelas sore ini aku takkan bisa ikut main toboggan kata Diana. Tetapi, oh,
sayang sekali aku tak mau kehilangan kesempatan bermai main di luar dalam cuaca
begini bagus Tak usah murung, kata Barney. Kita bisa main-main di luar, membuat
orang-orangan salju. atau perang bola salju Pasti itu masih bisa kalia lakukan."
Barney benar. Walaupun mereka merasa hampir tak bisa berjalan-mereka terhuyung
meninggal kan meja makan untuk membawa cangkir-piring kotor ke dapur-lamakelamaan kaki mereka tak lagi begitu kaku. Namun tetap saja mereka - kecuali
Barney-merasa takkan mampu mendaki bukit.
"Salju ini cukup tepat untuk perang bola salju." kata Diana, mengambil segumpal
salju dan membulatkannya di tangannya yang bersarung tangan. Mereka semua
memakai sarung tangankulit. Menurut pengalaman mereka, sarung tangan wol cepat
sekali menyerap air, yang kemudian menembus sarung tangan tersebut dan membuat
jari-jemari mereka kaku beku.
"Biarlah Diana jadi kawanku, dan kalian berdua jadi lawan, kata Barney.
"Diana, kau bisa membuatkan peluru, dan aku nanti jadi pelontarnya. Lihat tempat
ini adalah benteng kita. Kalau kita sampai terusir dari sini, maka kita kalah.
Karena itu kita akan membela ini mati-matian." la membuat sebuah lingkaran besar
untuk benteng itu. Roger dan Snubby juga membuat lingkaran. Miranda tentu saja
berpihak pada Barney, sementara Sinting pada Snubby. Peluru segera dibuat dan
pertempuran pun pecah. Lemparan Snubby lebih banyak ngawur, tetapi Roger seorang
pelempar jitu. Banyak lemparannya yang mengena, hingga Diana sungguh repot
dibuatnya: membungkuk, menghindar, menjerit, dan terkena juga Barney mencoba
melindungi Diana dengan jalan menghujani Roger dengan peluru salju. Miranda tak
bisa mengertiapa yang sedang terjadi la merasa bahwa bahu Barney tiba-tiba
terlalu berbahaya baginya. la meninggalkan bahu Barney, melompat ke sebatang
pohon di dekat situ. Bertengger di sebatang dahan, Miranda terus mengikuti
pertempuran itu. Sinting, seperti biasa bila terjadi pertandingan di antara
anak-anak itu, menjadi sinting luar biasa. Lari ke sana kemari, menyalak,
terseok-seok di R)salju, dan akhirnya, entah kenapa, tiba-tiba anjing itu menggali sebuah lubang
dalam di salju - bagaikan seekor kelinci ingin membuat rumah. Pertempuran terus
berlangsung sampai Barney terbukti terlalu kuat bagi Roger. Sambil terus
melempar, Barney maju meninggalkan lingkarannya, terus-menerus melempari Roger
dan Snubby hingga keduanya tak sempat bernapas.
"Takluk! Takluk!" teriak Snubby, saat itu Diana juga maju menyerbu. Snubby
terpaksa bergulingguling menghindari lemparan Diana yang bertubitubi.
"Baiklah, kalian menang!"jerit Roger, terengahengah, roboh ke salju.
"Duh! Inilah pertempuran bola salju terhebat yang pernah kualami Damai, Dianal
Gencatan senjata! Awas! Heil Jangan masukkan salju ke punggungku!" Yang lucu
adalah Miranda. Sepanjang pertempuran tadi ia diam saja di dahan pohon,
memperhatikan semuanya dengan teliti. Akhirnya ia mengerti apa yang terjadi.
Cepat ia melompat turun, mengambil salju dan menggumpaikannya ditangannya yang
kecil. Dan dengan bidikan yang sangat tepat ia melempar Sinting. plub! Kena
hidungnya!Sinting terkejut, menyembur-nyembur.
"Tembakan jitu, Miranda!" seru Barney, dan tertawa terpingkal-pingkal. Kalian
lihat itu" Miranda melempar Sinting dan tepat kenanya! Awas, Sinting! Miranda
membuat peluru lagi!" Miranda agaknya mendapatkan bahwa cara ini adalah cara
paling tepat untuk mengganggu
82| | Sinting. Tetapi segera juga ia merasa jari-jarinya hampir beku. Merengek-rengek
kesakitan ia melompat kembali ke bahu Barney, dan memasukkan tangannya ke
punggungnya. "Hei!" Barney melonjak kedinginan karena tangan itu begitu dingin.
"Kau memasukkan salju ke punggungku, Mirandal Oh, hanya tanganmu" Baik,
hangatkan di situ. Salju yang ada juga begitu bagus untuk membuat orang-orangan.
Timbul keinginan Snubby untuk membuat sebuah rumah salju disamping orang-orangan
itu. "Kau buat orang-orangan salju, Barney. kau, Miranda, dan Diana," kata Snubby.
"Roger dan aku akan membuat rumah salju, lengkap dengan cerobongasap segala,
untuk manusiasalju kalian." Barney dan Diana segera bekerja. Mereka berhasil
membuat sebuah orang-orangan salju yang gendut, dengan kepala bundar besar dan
kaki besar sekali. "Namanya adalah Tuan Sedingin S." kata Diana.
"Mari kita buatkan topi untuknya." Roger dan Snubby juga sedang bekerja keras
membuat rumah. Mereka meminjam sekop pada Nyonya Tickle, sehingga mereka bisa
cepat membangun rumah itu. Dindingnya segera meninggi, melingkar, setinggi diri mereka. Dan entah bagaimana
mereka berhasil membuat atap yang tidak jatuh, atap membundar seperti yang biasa
dibuat oleh orang-orang Eskimo. Dan pada atap itu mereka membuat sebuah cerobong
asap kecil. 83"Kini jendelanya," kata Snubby bersemangat.
"Pergi kau, Sinting! Sana, ganggulah yang membuat manusia salju itu, jangan
kami, Janganjangan kau akan terkurung di dalam nanti Mereka membuat sebuah
jendela kecil bulat, dan membuat pintuyang juga bulat. Mereka begitu bangga akan
hasil karya mereka. "Ini baru rumah salju hebat," kata Snubby. Senang sekali dia
"Cukup besar bagi kita untuk duduk-duduk di dalamnya. Ayo, Roger masuk Mari kita
rasakan, bagaimana rasanya tinggal di dalam rumah salju." | Mereka berdua
merangkak masuk Snubby melihat ke luar jendelanya yang kecil.
"Aku bisa melihat ruang duduk kita dari sini, katanya. Dan kulihat Nyonya Tickle
di ruangan itu, sedang membersihkannya. Oh, dingin sekali. Bagaimana kalau kita
nyalakan api di rumah kita ini, Roger?" Roger tertawa dibuatnya. Sinting ingin
tahu apa yang ditertawakannya. Ia mencoba masuk juga, mendesakkan badannya di
pintu yang sempit itu. Hampir saja ia meruntuhkan sebagian dindingnya. Snubby
gusar menegurnya, "Kau terlalu kasar, Sinting! Harus hati-hati. Kau sudah merusak kaki manusia
salju itu dengan mencakar-cakar di bawahnya. Kalau kau tak bisa menahan diri,
kugempur kau dengan bola salju."
"Ayo, keluar," kata Roger.
"Aku kedinginan. Entah bagaimana orang Eskimo bisa tinggal dan tidur di rumah
salju mereka. Aku bisa beku bila terlalu lama di dalam."Hati-hati ia merangkak
ke luar, diikuti Snubby. Miranda datang, memperhatikan mereka. Sedang apa anakanak itu" Ia melompat masuk lewat jendela, kemudian memandang mengejek keluar.
Sinting ingin menyerbunya, tetapi dengan cekatan Snubby menyambar kalung anjing
itu. "Tidak! Kalau kau dan Miranda bergumul di dalamnya, hancur sudah rumah itu.
Roger, Barney, bagaimana kalau kita pulang duluPRasanya sudah dekat waktu minum
teh. Begitulah kata perutku. Kurasa aku akan cukup kuat untuk minum teh mendidih
saat ini." Mereka begitu lelah saat masuk ke dalam rumah. Tetapi mereka sangat bahagial
Hampir-hampir Diana tak kuat mengangkat poci tehnya. i
"Kita lupa menutup tirai jendela itu," kata Roger. |
"Aku ingin melakukannya. tetapi rasanya untuk bangkit dari kursi ini saja aku
takkan sanggup." Cahaya lampu dari lampu besar di meja terpancar ke luar
jendela, ke salju, hampir mencapai rumah salju yang mereka buat, dengan manusia
salju di sampingnya. "la seperti memandang penuh rasa ingin pada kita," kata Snubby,
"Pasti ia ingin ikut kemari Pasti dia kedinginan di sana. Kasihan sekali, Tuan
Sedingin S itu." Snubby sedang mengangkat cangkirnya ke mulut, sambil melihat keluar, ke manusia
salju itu. Tetapi tiba-tiba ia meletakkan kembali cangkirnya dan berseru
terkejut, "Hei, siapa itu di sanaPLihat,
R)dibalik rumah salju itu! Ada seseorang .
kita!" | Semua orang melihat ke tempat itu. Tetapi tak terlihat apa-apa.
"Itu hanyalah manusia salju kita, Tolol," kata Barney.
"Jangan membuat Diana ketakutan. Siapa yang sudi mengintip kita di dalam
sedingin dan sesunyi ini?"
"Aku tak tahu," kata Snubby, masih melihat ke luar.
"Kini orang itu tak ada. Tetapi aku yakin tadi aku melihat seseorang di sana.
Memperhatikan kita." Barney bangkit, menutup tirai jendela rapatrapat.
"Yakinlah, itu hanya manusia salju kita," katanya."Lagipula kasihan kalau Tuan
Sedingin S itu memperhatikan kita enak-enak makan di ruang yang hangat ini.
Selamat malam, Tuan Sedingin S.
Sampai jumpa besok pagi."|
Bab 10 SAROING TANGAN SIAPA"
TAK mungkin ada orang asing di sana," kata
Diana. "Kalau ada, Sinting pasti sudah menyalak."
"Ya, benar juga," kata Snubby lega.
"Mungkin hanyalah bayanganku saja."
Baik Barney maupun Roger menahan diri untuk tidak mengatakan bahwa mungkin juga
Sinting tak bisa mendengar langkah kaki orang di luar, sebab salju begitu tebal.
Lagi pula Sinting tak mungkin bisa melihat ke luar, karena ia berada di lantai.
Namun mereka sesungguhnya berpikir bahwa Snubby salah lihat, dan merekatak ingin
membuat Diana ketakutan. Betapapun, Barney memutuskan untuk menyelidiki sekitartempat itu esok paginya,
kalau saja masih mungkin melihat jejak orang lain di antara jejak-jejak mereka
yang tak keruan itu. Pembicaraan segera beralih pada pokok yang lain, dan mereka
semua lupa akan ketakutan Snubby. Mereka makan malam dengan lahap, dan seperti
biasa membantu Nyonya Tickle merapikan kembali meja makan. Miranda mengumpulkan
semua sendok garpu dan dengan bangga
87mengulurkan benda-benda itu pada Nyonya Tickle.
"Wah, wah, cerdik sekali." Nyonya Tickle heran Tetapi aku masih tak habis
mengerti mengapa kau selalu membawanya di bahumu, Barney, padahal sebentarsebentar ia memasukkan tangannya yang dingin ke punggungmu." Setengah sembilan
mereka semua tertidur. Tidak, bukannya di tempat tidur, melainkan di kursi-kursi
disekitar perapian dan buku-buku yang mereka baca terjatuh ke permadani. Sinting
juga tertidur, sebentar-sebentar menggeram. Agaknya ia bermimpi mengejartikus.
Mirandatidur di dalam jaket Barney, tak terlihat. Begitulah mereka saat Nyonya
Tickle masuk untuk menanyakan apakah ada yang ingin min susu panas sebelum pergi
tidur. "Apakah ada yang." Nyonya Tickle tertegu dan tertawa kecil. Wah, mereka sudah
tidur nyenyak! Mungkin sangat kelelahan. Nyonya Tickle membangunkan mereka. Dan
mereka terkejut juga ketika ternyata mereka tidak tidur ditempat tidur. Jadi
begitulah kalau bermain toboggan sepanjang pagi! Sambil terus menguap mereka
menyalakan lilin dan naik ke kamar tidur ditertawakan terus oleh Nyonya Tickle
yan memimpiniring-iringan anak-anak yang menguap terus itu. Mereka bangun
terlambat. Sia-sia Nyonya Tickle membunyikan gong sarapan. Akhirnya ia terpaksa
naik dan membangunkan mereka satu per satuSnubby bahkan harus diseret dari
tempat tidur agar bisa bangun. Namun mereka beralih ceria saat selesai makan
pagi. Sambil makan mereka melihat ke luar jendela, ke danau yang permukaannya
bebas dari salju, esnya biru, dan mengundang untuk dipakai bermain skat.


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana kalau kita bermain skat pagi ini?" tanya Barney.
"Atau, apakah kalian masih kaku-kaku?"
"Yang jelas aku tak akan bisa naik ke atas bukit untuk main toboggan, kata
Diana. Tetapi akan kucoba main skat. Mungkin takkan terasa begitu sakit." Mereka
melakukan tugas-tugas pagi, dan ketika Nyonya Tickle tahu mereka akan main skat,
maka ia membekali mereka dengan sebungkus biskuit.
"Main skat selalu membuat orang lapar," katanya. Dengan bekalini, mungkin kalian
takkan terlalu banyak makan bila selesai bermain nanti."
"Kalian berangkat dulu, aku akan membetulkan SUeater-ku," kata Diana.
"Kemarin robek, dan kalau tak dibetulkan, bisa-bisa benangnya terurai semua.
Kususul kalian nanti ke danau." Yang lain berangkat, sementara Diana pergi ke
Nyonya Tickle untuk meminjam jarum. Dalam perjalanan ke danau, ketiga anak lakilaki itu melewati rumah-rumahan salju serta orangorangan salju.
"Tuan Sedingin S ini sungguh tampan," kata Barney,
"dan kukira yang terbesar dari semuaorang-orangan salju yang pernah kulihat.
Mungkin kita harus memberinya mantel agar lebih mirip orang."
"Mari kita melihat berkeliling. Mungkin kita bisa menemukan jejak kaki asing,"
kata Roger, teringat akan kata Snubby semalam.
"Oh, tak usah," kata Snubby, kini malu karena ternyata apa yang dikatakannya tak
mungkin terbukti. "Mungkin semalam itu disebabkan oleh mataku telah sangat lelah, begitu lama
silau oleh sinar salju." "Tetapi tak ada salahnya kita berkeliling melihat-lihat," kata Barney. la mulai
memeriksa daerah sekitar manusia salju mereka. Tapi tak ada yang mencurigakan.
Yang terlihat hanyalah jejak sepatu mereka yang kemarin, simpang-siur tak
keruan. Kemudian ia memeriksa sekeliling rumah salju. Di situ pun jejak sepatu
campur-aduk. Tak bisa terlihatapakah diantara sekian banyak jejak itu ada jejak
asing - walaupun matanya yang tajam bisa menyatakan bahwa satu-dua di antara
jejak-jejak itu rasanya agak lain, bukan dibuat oleh sepatu bot karet. Tetapi ia
tak bisa menyatakannya secara meyakinkan. Sulit untuk membedakannya dengan jejak
yang lain. "Ayolah, tak ada apa-apa di sini," katanya akhirnya.
"Mungkin Snubby salah lihat."
Iseng-iseng Snubby memasuki rumah saljunya, duduk di dalamnya beberapa saat
membayangkan dirinya orang Eskimo. Kemudian terdengarolehnya Roger dan Barney
sudah menjauh. la bergegas merangkak ke luar. Dan saat itulah ia menemukan
sebuah sarung tangan, setengah tertimbun salju disamping pintu rumah salju itu.
Snubby tertegun, mengambilnya, mengamat-amatinya. Sesaat ia mengira itu milik
Roger atau Barney. Tapi tidak. Sarung tangan ini berukuran besar, terbuat dari
wol berwarna biru. Bahkan tangan Barney pun akan terlalu kecil untuknya. Snubby
membolak-balikkan sarung tangan tersebut. Dadanya berdebar semakin keras. Jadi
kemungkinan bahwa ada seseorang berdiri di sini tadi malam memang adal Seseorang
yang mengamat-amati mereka dari kegelapan! Wah. Ini bukannya sesuatu yang
menyenangkan. Bahkan. menakutkan! la cepat berlari menyusul Roger dan Barney,
berteriak-teriak, "Barney! Roger! Tunggu! Aku menemukan sesuatu!" Kedua anak itu segera berhenti,
merasakan ada sesuatu yang sangat wigati pada suara Snubby. Mereka pun cepat
melangkah, menyongsong Snubby.
"Ada apa?" tanya Roger.
"Lihat. Ini kutemukan di rumah saljuku," kata Snubby, terengah-engah.
"Sarung tangan ini. Aku merangkak ke luar, dan kulihat ini. Pasti bukan milik
salah seorang di antara kita, kan?"
"Ya, bukan," kata Roger.
"Kita semua memakai sarung tangan kulit. Juga Barney. Ini punya orang lain.
Mungkinkah Sinting mengambilnya entah dari mana dan menjatuhkannya di sana?"
O1"Tak mungkin," kata Snubby.
"Ia bahkan tidak masuk ke dalam rumah salju itu denganku. la berlari bersama
kalian. Kini aku yakin bahwa tadi malam memang ada orang di sini. Tetapi untuk
apa" Di luar kan dingin sekali tadi malam."
"Jangan mengatakan apa pun tentang hal ini baik pada Diana ataupun pada Nyonya
Tickle," kata Roger.
"Mereka bisa sangat ketakutan. Mungkin saja ini tak ada artinya. Dan kita toh
tak bisa berbuatapa-apa. Kita cuma bisa berhati-hati di malam hari, melihatlihat kalau-kalau ada sesuatu yang mencurigakan. Memang sungguh aneh!"
"Mungkinkah seseorang membungkuk di samping rumah salju itu dan memperhatikan
kita?" tanya Snubby.
"Mungkin ia terlihat olehku pa
92waktu ia akan masuk ataupun baru keluar dari rumah salju itu."
Mereka duduk di tepi danau kecil yang esnya begitu cemerlang, memakai skat-skat
mereka. Barney mempunyai sepasang skat baru, hadiah neneknya. la belum pernah
bermain skat selama ini, dan ia sangat ingin mencobanya. Sambil memasang skat ia
memikirkan sarung tangan yang ditemukan oleh Snubby. Tetapi kemudian pikirannya
lebih tertuju pada skatnya.
Snubby dan Roger sudah pernah bermain skat. Dan sungguh aneh, Snubby bisa
bermain skat lebih baik daripada Roger. Ia meluncur lebih dulu ke tengah danau,
memanggil-manggil temantemannya.
Sinting heran sekali ketika melihat majikannya seperti terbang di atas es,
begitu ringan dan cepat. Dengan girang ia menyalak keras, mengejar Snubby,
meninggalkan salju, dan masuk ke danau beku itu.
Alangkah terkejutnya Sinting ketika tiba-tiba saja keempat kakinya serasa
lenyap, dan ia jatuh terguling, meluncur dengan punggungnya ke tengah danau,
seperti yang biasa terjadi bila ia berlari di lantai yang sangat licin.
Dan ternyata di sini jauh lebih sulit lagi untuk berdiri. Setiap kali ia
berdiri, ia tergelincir lagi. Akhirnya ia hanya bisa duduk kebingungan.
"Kau sedang sial, Sinting?" teriak Snubby, berputar di sekitar Sinting.
"Kau tak bisa R)menggunakan kakimu, ya" Kau harus hati-hati berdiri, berjalan perlahan-lahan."
Tetapi Sintingmalah melompat untuk mengikuti Snubby. Akibatnya ia tergelincir,
terjatuh lagi. Kembali ia hanya bisa duduk, melolong bingung.
"Baiklah, akan kubawa kau ke pinggir," kata Snubby.
"Tetapi jangan kembali lagi ke tengah." Kini Roger juga sudah meluncur, berhatihati, takut jatuh. Barney berdiri di tepi, memperhatikan betapa mudahnya Snubby
meluncur, bagaikan terbang. Ia mengambil kesimpulan bahwa persoalannya hanyalah
bagaimana menjaga keseimbangan badan. Dan kalau hanya hal itu, maka tak sulit
baginya. Bukankah ia bisa berjalan ditali yang terentang tinggi di atas tanah"
Bukankah ia bisa berdiri di punggung kuda yang berpacu berkeliling lapangan"
Tanpa berpikir lagi ia melangklah ke es dan meluncur dengan lembut dan berirama.
la langsung menguasai permainan itu, melayanglayang dies bagaikan punya sayap.
Ia berseru, "Hol Ini hebat sekalil Mengapa dulu tak pernah kucoba?" Roger dan Snubby
memperhatikan Barney dengan heran. Mereka berdua teringat betapa sulitnya
belajar main skat, harus jatuh-bangun berulang kali-dan kalaupun berhasil, hanya
bisa meluncur beberapa meter saja. Tetapi kini. dengan mudah Barney meluncur
dengan kecepatan empat puluh lima kilometer per jam berputar-putar, meluncur
cepat, seakan-akan OAsepanjang hidupnya ia telah bermain skat terus. Hebat sekalil
"Kau pasti bohong! Sebetulnya kau pandaimain skat!" teriak Snubby.
"Tidak! Inilah pertama kali aku main skat!"teriak Barney dengan mata biru
cemerlang. "Asyik sekali. olahraga terbaik yang pernah kucoba!" Saat itu Diana muncul. Ia
juga sangat heran melihat Barney main skat begitu mudah. Miranda yang berada di
bahu Barney juga menyukai olahraga baru ini. Diana adalah seorang pemain skat
yang anggun. Dengan lembut ia meluncur menyusul Barney.
"Mari meluncur bersamaku," kata Diana.
"Ya, begitu, pegang tanganku. Oh, Barney, kau sungguh pandai berskatl"
Menyenangkan sekali bermain skat di danau beku itu. Roger berulang kali terjatuh
dan mengaduh. Dengan iri ia memandang yang lain, terutama pada Snubby. Snubby
tidak bisa main selembut Barney atau Diana, tetapi ia penuh dengan berbagai gaya
aneh - melompat tinggi, berputar-putar begitu cepat dan rapat hingga jatuh
karena pusingnya, dan banyak lagi tingkahnya yang menurut Diana khas Snubby.
Mereka cukup berterima kasih atas bekal yang dibawakan oleh Nyonya Tickle. Tak
lama mereka telah lapar, dan biskuit Nyonya Tickle mereka bagi. Sinting dan
Miranda juga kebagian "Nanti sore kita main skat lagi, yuk," kata Barney yang kini sangat menyenangi
olahraga ini. 95 R)Begitulah, sepanjang hari mereka bermain skat di danau kecil tersebut. Danau itu
sama sekali sudah bebas dari salju, kecuali tepi yang di seberang, di mana
pepohonan rindang yang di tepi serta permukaan danau masih ditutupi salju.
Malamnya mereka begitu lelah, hampir tak kuat lagi naik tangga ke ruang tidur.
Mereka tidur lebih awal, dan ini cukup menyenangkan Nyonya Tickle yang juga
ingin segera beristirahat. Mereka semua memasang lilin, sementara Barney
memegang Miranda erat-erat. Kemudian satu per satu mereka naik beriring-iringan.
Snubby menguap lebar-lebar dan berkata,
"Rasanya tak akan ada yang bisa membuatk terbangun malam ini!" |
"Kalau aku sih. mungkin akan terbangun bila petir menggelegar, kata Diana. |
"Tak peduli petir. atau gempa bumi. atau bom. aku tak akan terbangun, kata
Snubby. Tetapi ternyata Snubby kelirul Sangat kelirul
Bab 11 SUARA DI MALAM HARI
SNUBBY langsung tertidur. la bahkan sudah tidur sebelum naik ke tempat tidur.
Matanya sudah terpejam waktu ia meraba-raba tempat tidur itu. Dan ia pun
langsung terlelap. Yang lain juga sangat mengantuk. Bahkan si Kecil Miranda sangat kelelahan,
seharian berada di udara dingin. Ia telah meringkuk tidur di kaki tempat tidur
Barney, sebelum Barney naik. Nyonya Tickle adalah yang terakhir tidur di rumah
itu. Tetapi Nyonya Tickle tidak terlalu lelah. Ia tidak main skat sepanjang hari. Ia
berganti pakaian perlahan-lahan. Melipat rapi semua pakaiannya, dan mencuci muka
dengan air dingin. Kemudian dibukanya kepangan rambutnya, dan disikatnya.
la mengerjakan semuanya itu sambil memikirkan keempat anak itu. Anak-anak yang
menyenangkan, pikirnya. Mereka selalu siap untuk membantu, dan selalu riang
gembira. Dan si Snubby itu! la agaknya yang paling nakal, tetapi paling lucu.
"Dengan mukanya yang berbintik-bintik dan segala leluconnya, ia mirip dengan
Tom-ku dulu. 97 R)waktu ia masih kecil. Selalunakal, licik, dan cerdik. sepertisi Kecil Miranda
itu! Ya. Mula-mula aku tak begitu senang pada monyet itu. tetapi betapa lucunya
dia. Dan si Sinting itu. sungguh tepat namanya. Sungguh berani ia menyembunyikan
sikat-sikatku sepanjang hari!" Akhirnya ia berbaring di tempat tidur, setelah
melakukan segala kebiasaannya - berdoa, membaca Injil, mengoleskan krim ke
tangannya. Dipadamkannya lilinnya, dan sambil memeluk botol air hangat, ia pun
tertidur nyenyak. Malam sunyi. Hawasangat dingin. Tak terdengar suatu suara pun.
Agaknya hawa dingin sekali, hingga burung-burung malam pun tak ada yang berani
keluar. Tikus-tikus yang biasa menjadi mangsa burung hantu pun semua telah
bersembunyi di liang-liangnya, jauh di bawah salju. Kemudian suatu suara gemuruh
memecahkan kesunyian-suara yang begitu keras, menggema ke seluruh sudut rumah
itu dan membangunkan Semua Orang. Tak ada yang tahu itu suara apa. Suara
tersebut menembus tidur lelap, muncul bagaikan mimpi. Dan ketika mereka
terbangun, mereka masih bingung, apakah suara tadi betulan ataukah memang hanya
mimpi | Snubby melompat bangun. Diana menyembunyikan diri di balik selimutnya.
Roger terduduk. Dan Barney melompat turun dari tempat tidur. Nyonya Tickle
menutupi kepalanya dengan selimut dan berkata,
"Oh, petir Petir!" g NSinting menyalak terus-menerus, sebagian karena takut,
sebagian karena marah. Ia telah tidur begitu nyenyak, dan tahu-tahu suara itu
membangunkannya. Roger yang sekamar dengan Snubby, berseru padanya dari tempat
tidur di seberang Snubby,
"Snubby, kau dengar suara tadi" Suara apa itu?"
"Kiamat mungkin," kata Snubby dengan dada berdebar keras.
"Tak mungkin petir. Lihat, di luar langit cerah."
"Aku akan menengok Diana, kalau-kalau ia ketakutan," kata Roger. la keluar dan
berlari ke kamar Diana. Di gang depan kamarnya ia bertemu dengan Barney yang
membawa lilin. "Halo! Kau dengar suara kerasitu?"tanya Roger.
"Suara apa itu" Letusan?"
"Entahlah," kata Barney.
"Akutaditidurnyenyak. Tetapi kedengarannya dekat sekali." Mereka pergi kekamar
Diana. "Diana" Kau tidak apa-apa?" seru Roger pada adiknya. Diana masih bersembunyi di
bawah selimut tebalnya. Tetapi ketika mendengar suara Roger, ia mengeluarkan
kepalanya dan tampak olehnya Roger dan Barney dalam cahaya lilin.
"Oh, Roger, Barney. suara apa itu?" tanyanya gemetar.
"Aku tak tahu, mungkin suara petir," kata Roger yang tak ingin Diana ketakutan.
"Kau tak usah khawatir," kata Barney pula.
"Langit cerah, jadi mungkin petir itu hanya sekali Saja.
R)Tetapi tepat saat itu suara tadi terdengar lagi. Dan kini semuanya mendengar
dengan jelas. DOK-DORODOK-DOK! DOK-DORODOKDOK! Suara itu bergema, dan kemudian
lenyap. Diana hilang lagi ke balik selimutnya dan menjerit ketakutan. Roger
memegang Barney. "Itu suara pengetuk pintu!" kata Roger.
"Seseorang mengetuk pintu depan dengan pengetuk pintu raksasa itu! Ya, ampun!
Siapa yang datang malam-malam begini?"
"Mungkin ayahku," kata Barney. Tapi tidak, kalau ia datang pasti menelepon lebih
dulu. Wah! Rasanya aku takkan ingin turun ke bawah untuk melihatnya." Sebuah
cahaya lilin mendekat dan berhenti di depan kamar Diana. Ternyata Nyonya Tickle.
la sangat ketakutan, tetapi ia merasa bahwa ia wajib melihat anak-anak itu. la
begitu gemetar sehingga cahaya lilinnya bergoyang-goyang.
"Apa itu?" tanyanya.
"Seseorang mengetuk di pintu depan. Tetapi ini tengah malam! Aku tak akan
membukakan pintu. Aku tak akan turun ke
bawah." "Begini saja," kata Barney, berusaha bersikap
tenang. "Kita lihat saja keluar jendela di atas pintu depan itu. Kita tanyakan, siapa
yang mengetuk Mungkin ia memerlukan pertolongan."
Snubby telah keluar dan kini bergabung dengan mereka, diikuti oleh Sinting yang
menggeramgeram ketakutan."Kau sih, tadi bilang tak akan bangun walaupun ada
sesuatu!" kata Diana menuduh Snubby.
"Sesuatu selalu terjadi bila kau mengatakan hal-hal tolol seperti itu."
"Ayolah, mari kita ke jendela," kata Barney.
"Nyonya Tickle, mungkin Anda lebih baik tinggal di sini bersama Diana."
"Benar," kata Nyonya Tickle.
"Aku akan menjaga Diana. dan Diana bisa menjaga aku. Dan ingat, kalau orang di
luar itu mengatakan membutuhkan pertolongan, jangan dibukakan pintu dulu,
sebelum membicarakannya denganku. Membangunkan orang ditengah malam sungguh
kurang ajar!" Ketiga anak lelaki itu, bersama Sinting dan Miranda, pergi
kejendela besar yang terletak diatas pintu depan. Mereka membuka jendela
tersebut dengan sulit, sebab jendela itu sudah berkarat, begitu lama tak dibuka.
Di luar dunia tampak putih oleh salju. Manusia salju dan rumah salju buatan
mereka tampak menjulang dihalaman. Barney menjulurkan badan ke luar jendela,
untuk melihat pintu depan.
"Siapa itu?" serunya.
"Siapa itu?" Mereka semua menahan napas menanti jawaban. Tetapi tak ada jawaban.
Tak ada suara sedikit pun. Barney berseru lagi,
"Siapa mengetuk pintu" Jawablah!" Masih tak terdengar jawaban. Malam sunyi dan
senyap. Barney menutup jendela, sebab udara dingin sangat menggigit.
1 A1 R)"Tak seorang pun di bawah," kata Barney, menggigil kedinginan.
"Bagaimana kalau kita turun dan melihat ke luar?" tanya Roger.
"Siapa tahu?" "Siapa tahu apa?" kata Barney.
"Ya, siapa tahu ada seseorang yang jatuh sakit di luar, dan tak kuat lagi
menjawab," kata Roger.
"Seseorang yang bisa mengetuk pintu sekeras itu tak mungkin terlalu lelah untuk
bersuara, kata Barney tegas.
"Kita tak akan turun. Itu pasti"
Mereka kembali ke kamar Diana, di mana Nyonya Tickle juga menunggu.
"Tak ada orang di luar," kata Barney singkat.
Nyonya Tickle mulai gemetar lagi, karena ketakutan dan kedinginan.
"Oh, itu pasti Tuan Tak Ada Orang lagi," katanya,
"yang dulu sering mengetuk pintu rumah ini untuk memperingatkan penghuninya
bahwa di dalam ada seorang pengkhianat."
"Omong kosong," tukas Roger.
"Itu hanya dongeng saja. Lagi pula tak ada pengkhianat di antara kita. Nyonya


Komplotan Pencuri Senjata Karya Enid Blyton di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tickle, aku yakin itu tadi hanyalah seseorang yang ingin menggoda kita."
"Kalau memang begitu, kita tak akan terpancing oleh godaannya," kata Barney
tegas, walaupun ia meragukan bahwa ketukan tadi hanya untuk bercanda.
"Kita semua kembali ke tempat tidur, menghangatkan diri, dan tidur. Besok pagi
kita akan menyelidiki pintu depan. Tuan Tak ada Orang itu kan harus naik ke
telundakan untuk mengetukpintu itu. Dan kita akan bisa melihat jejaknya.
ukurannya besar, sedang, atau kecil."
"Ya, itu usul bagus," kata Snubby.
"Ayolah, tidur."
"Kalau kau tak keberatan, aku bisa tidur di kursi panjang ini, Diana," kata
Nyonya Tickle. "Jadi kita bisa saling menemani."
"Oh, ya, itu bagus," kata Dianagembira. Nyonya Tickle pergi ke kamarnya untuk
mengambil selimut dan botolair hangatnya. la pun tidur dikursi panjang di
seberang tempat tidur Diana Diana merasa tenang karena ada temannya. Begitu juga
Nyonya Tickle. Tuan Tak Ada Orang itu sungguh-sungguh menakutkan! Di kamar
mereka, Snubby dan Roger bercakapcakap beberapa saat Kemudian Snubby tertidur
lagi. Di kamar sebelah Barney juga memikirkan apa sebenarnya yang sedang
terjadi. la sama sekali tak percaya pada dongeng tentang Tuan Tak Ada Orang itu.
"Besok kita pasti bisa memperoleh keterangan dari jejak-jejaknya," katanya dalam
hati, dan membalikkan badan.
"Uh, maaf, kau tertindih, Miranda?" Monyet kecil itu tadi sangat ketakutan oleh
suara tersebut, dan kini memeluk kaki Barney. Lonceng di ruang bawah berdentang
membunyikan tanda setengah jam. Mungkin setengah satu, pikir Barney. Hatihatilah, Tuan Tak Ada Orang. Siapa pun kau, kami akan menyelidikimu, besok.
R) Bab 12 JEJAK KAKI SEMUANYA, kecuali Nyonya Tickle, tertidurnyenyak. Nyonya Tickle yang tadi tidak
begitu kelelahan seperti anak-anak itu, lama tak bisa tidur memikirkan ketukan
dipintu yang begitu menakutkan tadi.
Jam tujuh kurang seperempat pagi ia turun dari kursi yang dipakainya tidur dan
diam-diam kembali ke kamarnya. Sudah tiba waktunya untuk berganti pakaian dan
menyalakan api. Beberapa saat kemudian Barney bangun dan pergi ke kamar Snubby dan Roger. Di
situ ia berpakaian sambil membicarakan kejadian semalam. Mereka kini tak begitu
merasa ketakutan. Mereka malah menyesali ketakutan mereka semalam. Di luar cuaca
cerah, matahari bersinar menyilaukan di salju. Dan memikirkan betapa mereka akan
bisa bersenang-senang bermain skat dan toboggan, membuat rasa takut mereka
lenyap. Diana mengetuk pintu. "Apakah kalian sudah siap untuk turun?" katanya.
"Ya, kami siap," kata Roger, membuka pintu."Kuusulkan agar kita menyelidiki
pengetuk pintu yang telah membuat geger tadi malam." Dengan dipimpin oleh
Sinting yang seperti biasa melesat mendului, mereka semua berlari menuruini
tangga langsung ke pintu depan.
"Kita tak pernah memakai pintu ini lagi sejak kedatangan kita dulu," kata Barney
"Kita selalu memakai pintu samping."
"Dan salju tak seberapa banyak turun sejak itu," kata Roger, berpikir-pikir.
"Jadi mari kita pikirkan, tentang jejak-jejak. Kita turun dari mobil dan naik ke
telundakan yang menuju ke pintu."
"Jadi mestinya hanya ada jejak roda mobil, dan jejak kaki kita di depan pintu,"
kata Barney. "Itu berarti harus ada sepasang jejak baru. yaitu jejak Tuan Tak Ada Orang.
Kalau dia naik ke telundakan itu untuk menuju ke pintu, maka jejaknya takkan
kacau dengan jejak kita. Wah, pintu ini sungguh sulit untuk dibukal" Memang.
Terdapat dua kancing besar, di atas dan di bawah, kemudian ditambah dua buah
gembok dan seutas rantai besar. Kancing itu sulit sekali untuk diputar, tetapi
akhirnya mereka berhasil juga membuka pintu tersebut.
"Belum pernah aku melihat pengetuk pintu seperti ini!" seru Diana. Memang hebat.
Bentuknya berupa bentuk kepala singa. Untuk mengangkatnya, suri singa itu harus
dipegang. Diana dan yang lain mengamati benda itu dengan kagum. Alangkah
besarnya! Tak heran bila suaranya juga begitu menggemuruh.
R)"Coba lihat, bagaimana beratnya," kata Snubby, memegang suri singa tadi dan
mengangkatnya. Tetapi ternyata sangat berat, sehingga ia harus segera
melepaskannya lagi. DOKI Suara itu besar, menggema, menghentak. Sinting sampai
terlonjak terkejut. Miranda melesat masuk ke jaket Barney. Diana juga terloncat
ketakutan, langsung mendamprat Snubby,
"Kau ini apa-apaan sih! Mengagetkan saja! Mengapa kau selalu berbuat segila
itu?" "Maaf," kata Snubby yang juga terkejut sendiri
"tak kukira begitu berat."
"Nyonya Tickle berlari ke depan, tampak sangat ketakutan.
"Apa..." Ia tertegun melihat anak-an itu.
"Astaga, kukira Tuan Tak Ada Orang datang lagi Aku ingin memaki-makinya."
"Aku yang mengetuk tadi, tak sengaja," kata Snubby.
"Maaf, Nyonya Tickle. Tapi lihatlah, luar biasa besarnya. Tak heran suaranya
membuat kita ketakutan sekali semalam. Yang mengetuk semalampastilah seseorang
yang sangat kuat. Benda itu sangat berat dan semalam ketukannya keraskeras."
"Pokoknya kalian jangan mengetuk sekali lagi," kata Nyonya Tickle, masih sedikit
gusar. "Sarap kalian bisa rusak karenanya. Tadi aku terkej sekali, hingga telur yang
kupegang jatuh pecah di sepatuku. Lihatlah."
"Sinting, jilati!"perintah Snubby. Tetapi sebelu anjing itu sampai kesepatu
tersebut, Miranda telahmelompat dan menjilati kuning telur di sepatu Nyonya
Tickle dengan sangat gembira.
"Miranda! Jjik!" tegur Diana.
"Ayo, kita lihat jejak-jejak kaki tersebut," kata Roger. Mereka pun menuruni
telundakan. Di bagian teratas telundakan terdapat banyak jejak. Begitu juga di
beranda, di depan pintu. Sulit sekali untuk membedakan jejak-jejak itu.
"Waktu kita datang, kita berdiri berkerumun di sini," kata Diana.
"Ayah Barney, Barney, dan kita bertiga. dan Sinting yang berlompatan kian
kemari.Tetapi kitatakakan melihat jejak Miranda, sebab ia berada di bahu
Barney." "Pasti ada jejak kopor-kopor kita. nah ini, dan itu." Barney menunjuk.
Hati-hati mereka menuruni telundakan, satu per satu, berjalan di pinggir agar
tidak merusak jejak-jejak yang ada. Waktu mereka tiba di telundakan yang paling
bawahlah mereka menemukan sesuatu.
Jejak mobil terlihat di situl-mobil mereka yang memang berhenti sampai di ujung
telungdakan, kemudian melengkung ke arah pintu pagar. Tetapi kemudian terlihat
sebaris jejak kaki asing, menyeberangi halaman menuju pintu. Mereka mengikuti
jejak itu sampai ke tempat mereka bermain-main kemarin, yang penuh dengan
ratusan jejak mereka. "Lihat ini," kata Barney bersemangat.
"Jejak ini bukan jejak kita. Ini besar sekali. Agaknya jejak
R)sepatu bot tahan air, seperti punya kita teta ukurannya puluhan kali lebih
besar!" Yang lain memperhatikan jejak yang ditunjuk Barney. Ya, memang ada jejak
sepatu bot yang besar, walaupun tentunya tidak puluhan kali lebih besar dari
ukuran sepatu mereka, seperti kata Barney. Sayang jejak tersebut tercampur
dengan jejak mereka, sehingga tak bisa diikuti lagi. Mereka mencoba-coba mencari
ke sana kemari, tetapi tak yakin apakah jejak yang mereka temukan betul-betul
jejak yang sama. | "Mari kita ikuti jejak ini, kembali kepintu depan," usul Roger.
"Hati-hati, jangan sampai rusak." Mereka mengikuti jejak tersebut, menyeberan
halaman, dan sampai ke ujung tangga di pint depan. Di situ kembali jejak
tersebut bercampur aduk dengan jejak mereka. Nyonya Tickle muncul di pintu
depan, tam sedikit tak sabar.
"Kalian mau sarapan atau tidak?" tanyanya.
"Dan apakah kalian ingin beku disitu, tak memakai jaket,tak memakai apa-apa,
keluyuran di luar?" "Oh, Nyonya Tickle, kemarilah! Lihatlah! Kami menemukan jejak Tuan Tak Ada
Orang!' seru Snubby. Nyonya Tickle tertegun sesaat, kemudia hati-hati menuruni
telundakan, takut terpeleset. Anak-anak dengan bangga mempertontonka jejak yang
mereka temukan. "Ikuti kami dan akan kami tunjukkan dari mana jejak-jejak itu datang," kata
Roger. Meremembawa Nyonya Tickle ke tempat mereka berperang salju.
"Lihat. di sini jejak itu tak terlihat lagi. Tapi jelas Tuan Tak Ada Orang itu
menyeberangi halaman untuk pergi ke pintu itu."
"Ya, tetapi kenapa hanya ada sepasang jejak?" tanya Nyonya Tickle.
"Sebab ia sendirian," kata Snubby cepat-cepat, mengira Nyonya Tickle kurang
cerdas, tak bisa memikirkan hal itu.
"Itu aku tahu. Maksudku, mengapa tak ada jejak dari pintu itu menuju kemari atau
entah ke mana lagi" Hanya ada jejak dari sini ke pintu itu, dan habis," kata
Nyonya Tickle. "Mungkinkah dari pintu itu ia berjalan mundur lagi kemari?" Betapa tololnya
mereka! Mengapa hal itu tak terpikirkan oleh mereka sejak tadi" Barney
mengerutkan kening. "Ya. tak terpikirkan oleh kami hal itu tadi. Kami begitu gembira menemukan jejak
itu, tapi tak pernah terpikir oleh kami bahwa mestinya harus ada jejak dari
pintu itu entah ke mana!"
"Seram!" seru Diana.
"Bagaimana bisa seseorang pergi ke pintu kita, mengetuk pintu itu, kemudian
tidak pergi lagi dari tempat itu" Bagaimana ia pergi dari tempat itu?"
"Sudahlah, ayo masuk semua dan sarapan," kata Nyonya Tickle gemetar kedinginan.
"Kalau kalian tidak masuk juga, akan kuperintahkan kalian semua tidur agar tidak
masukangin. Biarlah Tuan Tak Ada Orang bertingkah sesukanya."
R)Mereka dengan patuh mengikuti perinta Nyonya Tickle. Tapi semua sibuk
berpikir-pikir. Bagaimana bisa hanya ada jejak yang menuju ke pintu, dan tak ada
jejak yang pergi dari situ". Bagaimana cara Tuan Tak Ada Orang itu pergiP.
Sungguh suatu persoalan sulit.
Mereka sarapan, masing-masing mengambil bubur yang masih hangat. Snubby teringat
akan kejadian dua malam sebelumnya, saat ia mengira ada seseorang berdiri di
dekat rumah saljunya. la mengingatkan hal itu pada teman-temannya.
"Aku yakin yang kulihat itu adalah Tuan Tak Ada Orang tersebut," kata Snubby.
"Aku yakin sarung tangan yang kita temukan itu adalah sarung tangannya!"
"Oh, ya, mungkin juga," kata Roger.
"Jadi kini kita bisa tahu bahwa orang itu tangannya besar. dan kakinya besar.
Dan kemungkinan ia han punya sarung tangan sebelah, kini. Tetapi belum kita
ketahui, mengapa ia berkeliaran ke Wisma Dok-dorodok-dok ini."
"Kurasa lebih baik ia pergi ke lain tempat saja, kata Diana, menuangkan kopi
Pendekar Sakti Dari Lembah Liar 1 Animorphs - 12 Kuman Pengacau Rachel Putri Ular Putih 2

Cari Blog Ini