Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie Bagian 2
tanpa ada akibat buruknya!"
THE HOLLOW.indd 78 *** Henrietta mengeluarkan mobil Delage dari ga"rasi, di
Mews, sambil meresapi rasa senang yang selalu dirasa"
kannya bila akan berangkat seorang diri dengan mobil. Ia
jauh lebih suka seorang diri bila sedang mengemudi.
Dengan cara itu, ia dapat meresapi sepenuhnya kenik"
matan pribadi yang ak"rab, yang dirasakannya bila se"dang
mengemudikan mobil. Ia senang dengan keahliannya sendiri dalam hal lalu
lintas. Ia suka mencari-cari jalan-jalan pintas baru untuk
keluar dari London. Ia punya rute-rute sendiri, dan bila
menge"mudi di dalam kota Lon"don, ia mengenali jalananjalanannya sebaik pe"ngemudi taksi mana pun.
Kini ia mengambil jalan ke arah barat daya, yang
baru diketahuinya, lalu membelok dan memutar " lagi
me"lalui jalan-jalan pinggir kota.
Sudah jam setengah satu ketika akhirnya ia tiba di
punggung panjang Bukit Shovel Down. Henrietta selalu
menyukai pemandangan dari tempat khu"sus itu. Kini ia
berhenti tepat di mana jalanan mulai menurun. Di se"
keliling dan di bawahnya terdapat pohon-pohon yang
daun-daunnya sedang berubah warna, dari keemasan
menjadi cokelat. Du"nia tampak keemasan dan indah se"
kali dalam sinar matahari musim gugur yang terang.
"Aku suka musim gugur," pikir Henrietta. "Ke"adaan
alam jauh lebih ramai daripada musim semi."
Dan tiba-tiba dirasakannya kebahagiaan men"da"
lam"kesadaran akan keindahan dunia"akan kegem"
bira"annya menikmati dunia itu.
THE HOLLOW.indd 79 "Aku takkan pernah merasa sebahagia ini lagi"
takkan pernah," pikirnya.
Ia berhenti sebentar di tempat itu, memandangi du"
nia keemasan, yang tampak seperti berenang dan larut
sendiri, kabur dan membaur dengan ke"indahannya sen"
diri. Lalu ia turun melewati puncak bukit, terus me"nurun
melalui hutan, melalui jalanan panjang dan curam, me"
nuju The Hollow. Waktu Henrietta mengemudikan mobilnya ma"suk ke
halaman, Midge sedang duduk di tembok beranda yang
rendah, dan ia melambai padanya dengan ceria. Hen?"rietta
senang melihat Midge, ka"rena ia suka padanya.
Lady Angkatell keluar dari rumah dan berkata, "Hei,
baru datang kau, Henrietta. Kalau mobilmu sudah kau"
masukkan ke kandang dan sudah kauberi makan, kita
makan siang." "Menyebalkan sekali kata-kata Lucy itu," kata Hen"
rietta, yang membawa mobilnya ke bagian be"lakang ru"
mah, sementara Midge mengikutinya di sepanjang jalan.
"Padahal aku selalu merasa bangga, karena sudah benarbenar bisa menghilangkan ciri khas leluhurku dari Irlan"
dia, yang terkenal dengan dunia perkudaannya itu. Bila
kita dibesarkan di tengah-tengah orang-orang yang ba"
han pembicaraannya tak lain kecuali kuda, kita jadi me"
rasa bangga kalau kita tak mau tahu lagi ten"tang kuda.
Dan sekarang Lucy justru berbicara seolah-olah aku
mengurus mobilku seperti seekor kuda. Tapi itu me"
mang benar. Aku memang mengurusnya seperti se"ekor
kuda." "Aku tahu," kata Midge. "Lucy memang sering
THE HOLLOW.indd 80 menye"bal"kan. Tadi pagi saja dikatakannya padaku bah"
wa aku boleh berbuat kasar sesuka hatiku, se"lama aku
berada di sini." Henrietta memikirkan kalimat itu sebentar, lalu
mengangguk. "Tentu maksudnya sehubungan dengan toko tempat"
mu bekerja itu," katanya.
"Ya, bila setiap hari selama hidup kita harus dihabis"
kan dalam sebuah kamar sempit, harus ber"sikap sopan
pada wanita-wanita yang kasar, me"nyebut mereka "Ma"
dam", memasangkan baju me"reka sambil tersenyum, dan
menahan semua sikap dan kata-kata kasar yang se"enak"
nya diucap"kan pada kita"yah, tentu saja kita jadi ingin
mengutuk! Tahukah kau, Henrietta, aku selalu he"ran
mengapa orang-orang selalu menganggap ren"dah se"
orang penjual jasa, dan bahwa berada di sebuah toko
itu hebat dan bebas berbuat apa saja. Padahal orang
jauh lebih banyak menghadapi sikap kurang ajar di
toko, daripada di rumah keluarga baik-baik."
"Pasti sulit sekali, ya, Sayang. Alangkah baik"nya bila
kau tidak begitu ingin hebat dan bangga, dan tidak be"
gitu berkeras mencari nafkah sen"diri..."
"Bagaimanapun juga, Lucy sebenarnya baik se"kali.
Aku akan kasar sekali pada semua orang selama akhir
pekan ini." "Siapa saja yang akan datang?" tanya Henrietta sam"
bil keluar dari mobilnya.
"Pasangan Christow akan datang." Midge ber"henti se"
bentar, lalu berkata lagi, "Edward baru saja tiba."
"Edward" Menyenangkan sekali! Sudah lama aku ti"
dak bertemu dengannya. Ada lagi yang lain?"
THE HOLLOW.indd 81 "David Angkatell. Menurut Lucy, kau pasti bisa me"
nanga"ninya. Kau bisa membuatnya berhenti menggigitgigit kukunya."
"Rasanya tidak tepat bagiku," kata Henrietta. "Aku
pa"ling benci mencampuri urusan orang lain, dan aku
tak pernah bermimpi untuk menghenti"kan seseorang
dari kebiasaan-kebiasaan pribadinya. Apa sebenarnya
yang dikatakan Lucy?"
"Hanya itu! Anak laki-laki itu jakunnya juga be"sar!"
"Aku kan tidak akan disuruh melakukan sesuatu me"
nge"nai jakun itu?" tanya Henrietta cemas.
"Dan kau harus ramah terhadap Gerda."
"Seandainya aku Gerda, aku akan benci sekali pada
Lucy!" "Lalu akan ada pula seseorang yang biasa menye"
lesaikan kejahatan-kejahatan. Dia diundang un"tuk ma"
kan siang, besok." "Kita kan tidak akan mengadakan permainan pembu"
nu"han?" "Kurasa tidak. Kurasa itu sekadar basa-basi se"bagai
tetangga yang baik."
Suara Midge agak berubah.
"Itu Edward datang mencari kita."
"Edward yang baik," pikir Henrietta, sebersit rasa sa"
yang yang hangat mengalir dalam dirinya. Edward Ang"
katell bertubuh jangkung, dan kurus. Ia tersenyum wak"
tu menghampiri kedua wa"nita muda itu.
"Halo, Henrietta. Sudah lebih dari setahun aku
tidak ber"temu denganmu."
"Halo, Edward."
Alangkah baik Edward! Alangkah lembut senyum"
THE HOLLOW.indd 82 nya, sudut-sudut matanya berkerut karenanya. Dan se"
mua tulang-tulangnya yang berbonggol-"bonggol itu pun
bagus. Kurasa ttulangnya itulah yang sangat ku"sukai,
pikir Henrietta. Rasa sayangnya terhadap Edward mem"
buatnya terkejut sendiri. Ia telah lupa bahwa ia sangat
menyukai Edward. Setelah makan siang, Edward berkata, "Mari kita ber"
jalan-jalan, Henrietta."
Mereka pergi ke belakang rumah, mengambil jalan
setapak yang berliku-liku dan terus mendaki, melalui pe"
pohonan. "Seperti hutan di Ainswick," pikir Hen"rietta.
Ainswick tersayang. Betapa se"nang mereka di sana dulu!
Lalu ia bercakap-"cakap tentang Ainswick dengan Ed"
ward. Mereka membicarakan kenangan-kenangan lama.
"Ingatkah kau pada tupai kita" Tupai yang patah
kakinya itu" Kita kurung dia dalam sebuah kan"dang, lalu
dia sembuh, kan?" "Tentu. Namanya aneh, kan" Siapa, ya?"
"Cholmondeley-Marjoribanks!"
"Ya, benar." Mereka berdua tertawa. "Lalu Mrs. Bondy, si pelayan tua itu, berulang kali
mengatakan bahwa tupai itu nanti pasti akan naik ke ce"
robong asap." "Dan kita marah sekali."
"Ternyata dia memang naik ke cerobong asap itu."
"Dia yang menyuruhnya," kata Henrietta yakin.
"Mak"sud"ku, dialah yang menanamkan pikiran ter"sebut
ke dalam kepala tupai itu."
Lalu Henrietta berkata lagi, "Apakah semuanya ma"
THE HOLLOW.indd 83 sih sama, Edward" Atau sudah berubah" Aku selalu mem?"
bayangkan tempat itu tetap seperti biasa."
"Mengapa kau tidak pergi ke sana untuk me"lihatnya
sendiri, Henrietta" Sudah lama, lama se"kali kau tidak
per"gi ke sana."
"Memang." Mengapa, pikir Henrietta, mengapa sudah begitu
lama ia membiarkan waktu berlalu" Sebab, kita menjadi
sibuk"menaruh minat pada sesuatu"ter"libat dengan
orang banyak... "Kau tahu bahwa kau selalu akan diterima de"ngan
baik di sana, setiap saat."
"Kau baik sekali, Edward!"
Edward yang baik, dengan tulang-tulang yang bagus.
Lalu Edward berkata, "Aku senang kau suka pada
Ainswick, Henrietta."
Sambil menerawang, Henrietta berkata, "Ains"wick
adalah tempat terindah di seluruh dunia."
Waktu itu ia masih seorang gadis berkaki pan"jang de"
ngan rambut cokelat tebal dan acak-acakan"seorang ga"
dis yang berbahagia, yang sama se"kali tak tahu apa yang
akan diberikan hidup pada"nya"seorang gadis ke"cil
yang mencintai pohon-"pohon... Merasa begitu baha"gia,
tanpa menyadari"nya! "Alangkah senang bila aku bisa
kembali," pikir Henrietta.
Dan tiba-tiba ia berkata, "Apakah Ygdrasil ma"sih
ada?" "Ygdrasil sudah disambar petir."
"Oh, tidak, jangan Ygdrasil!"
Henrietta sedih sekali. Ygdrasil adalah nama yang
THE HOLLOW.indd 84 diberikannya sendiri untuk sebatang pohon ek besar.
Bila dewa-dewa sampai bisa menumbangkan Ygdrasil, tak
ada lagi yang aman! Jadi sebaiknya ia tidak kembali ke
sana lagi. "Ingatkah kau gambarmu yang khusus" Gambar Ygd"
rasil?" tanya Edward.
"Pohon yang lucu, yang selalu kugambar pada setiap
carik kertas itu" Aku masih ingat, Edward! Aku meng"
gambarnya pada kertas-kertas pengisap tinta, pada buku"
buku telepon, bahkan pada buku tempat menulis"kan
angka-angka basil permainan bridge. Aku selalu meng"
gambarnya. Beri aku pen"sil."
Edward memberikan sebatang pensil dan sebuah
buku catatan, dan sambil tertawa, Henrietta meng"gam"
bar pohon yang aneh itu. "Ya," kata Edward. "Itu memang Ygdrasil."
Mereka hampir tiba di ujung jalan setapak itu. Hen"
THE HOLLOW.indd 85 rietta duduk di sebatang pohon yang tumbang. Ed"ward
duduk di sampingnya. Henrietta melihat ke bawah melalui celah-celah pepo"
honan. "Di sini rasanya mirip dengan di Ainswick?"se"ma"
cam Ainswick kecil. Kadang-kadang aku ber"tanya-ta"
nya... Edward, apakah menurutmu karena persamaan
itu Lucy dan Henry memilih tempat ini?"
"Mungkin." "Tak seorang pun tahu apa yang ada dalam pikiran
Lucy," kata Henrietta lambat-lambat, Lalu ia bertanya,
"Apa kesibukanmu, Edward, sejak aku terakhir bertemu
denganmu?" "Aku tidak melakukan apa-apa, Henrietta."
"Kedengarannya tenang sekali."
"Aku tak pernah pandai... berbuat apa-apa."
Henrietta cepat menoleh padanya. Ada sesuatu yang
aneh dalam nada bicara Edward. Tapi Ed"ward hanya ter"
senyum tenang padanya. Dan sekali lagi Henrietta merasakan gelombang ka"
sih sayang menyelimuti hatinya.
"Mungkin kau memang bijak," katanya.
"Bijak?" "Untuk tidak berbuat apa-apa."
Lambat-lambat Edward berkata, "Rasanya aneh kau
berkata begitu, Henrietta. Kau yang selalu sukses."
"Apakah kau menganggapku sukses" Lucu se"kali."
"Tapi kau memang sukses, Sayang. Kau seorang seni"
wati. Pasti kau merasa bangga akan dirimu. Itu tak dapat
dibantah." "Aku tahu," kata Henrietta. "Banyak orang ber"kata
be"gitu padaku. Mereka tak mengerti. Mereka tak me"
THE HOLLOW.indd 86 ngerti yang terpenting mengenai hal itu! Kau juga tidak,
Edward. Menjadi pematung bukan"lah suatu hal yang
bisa dilakukan dengan mudah, lalu berhasil begitu saja.
Hal itu adalah sesuatu yang datang pada diri kita, meng"
gelitik kita, dan menghantui kita, sehingga cepat atau
lambat kita terpaksa harus berdamai dengannya. Kemu"
dian, se"telah membuat sesuatu yang kecil, kita men"da"
pat"kan kedamaian sejenak"hingga seluruh prosesnya
terulang kembali." "Apakah kau ingin mendapatkan kedamaian, Hen"
rietta?"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kadang-kadang kupikir aku menginginkan keda"mai"
an lebih dari apa pun di dunia ini, Edward!"
"Kau bisa mendapatkan kedamaian di Ainswick.
Kurasa kau bisa berbahagia di sana. Meskipun... meski"
pun kau harus mau hidup bersamaku. Ba"gaimana, Hen"
rietta" Tak maukah kau datang ke Ainswick, dan men"
jadikannya tempat tinggalmu" Ainswick masih tetap
me"nunggumu. Kau tentu tahu itu."
Perlahan-lahan Henrietta memalingkan kepala"nya.
Dengan suara rendah ia berkata, "Kalau saja aku tidak
begitu sayang padamu, Edward. Jadi sulit sekali bagiku
untuk terus-menerus berkata tidak."
"Jadi jawabanmu tetap "tidak?""
"Maafkan aku." "Kau telah berkata tidak sebelumnya, tapi kali ini...
yah, kupikir mungkin lain. Kau sedang ba"hagia petang
ini, Henrietta" Kau tak bisa memban"tah."
"Aku memang bahagia sekali."
"Bahkan wajahmu pun... tampak lebih muda dari"
pada tadi pagi." "Aku tahu." THE HOLLOW.indd 87 "Kita berdua sama-sama bahagia, bercakap-cakap
mengenai Ainswick, mengenang Ainswick. Tidak"kah
kau menyadari apa artinya, Henrietta?"
"Kaulah yang tak mengerti apa artinya, Edward!
Sepanjang petang ini kita telah hidup di masa lalu."
"Kadang-kadang masa lalu merupakan tempat yang
amat menyenangkan untuk tinggal."
"Tapi manusia tak bisa surut ke masa lalu. Itulah sa"
tu hal yang tak bisa kita lakukan. Kita tak bisa kembali."
Edward terdiam beberapa saat lamanya. Lalu ia ber"
kata dengan suara yang tenang, menyenangkan, dan sa"
ma sekali tidak emosi, "Maksudmu kau tak bisa me"ni"
kah denganku karena ada John Christow?"
Henrietta tidak menjawab, dan Edward berkata lagi,
"Begitu, bukan" Seandainya tak ada John Chris"tow
di dunia ini, kau akan mau menikah denganku."
Dengan ketus Henrietta menjawab, "Aku tak bisa
membayangkan dunia tanpa John Christow! Itulah yang
harus kaupahami." "Kalau begitu, mengapa laki-laki itu tak mau men"
ceraikan istrinya supaya bisa menikah dengan"mu?"
"John tak ingin bercerai dari istrinya. Dan ka"laupun
dia bercerai, aku tak yakin apakah aku mau menikah
dengannya. Keadaannya... keadaannya sama sekali tidak
seperti yang kaubayangkan."
Sambil berpikir dan merenung, Edward berkata, "John
Christow... Terlalu banyak John Christow di dunia ini."
"Kau keliru," kata Henrietta. "Sedikit sekali orang se"
perti John Christow."
"Kalau begitu... syukurlah! Setidaknya begitulah menu"
rutku!" Lalu Edward bangkit. "Mari kita kem"bali saja."
THE HOLLOW.indd 88 BAB VII Setelah mereka masuk ke mobil, dan Lewis me"nutup
pintu depan rumah di Harley Street, Gerda tiba-tiba
merasa seolah-olah ia akan mulai men"jalani penga"singan.
Pintu yang tertutup itu rasanya merupakan ak"hir dari
segala-galanya. Ia merasa dikucilkan. Akhir pekan yang
mengerikan itu ha"rus dihadapinya. Padahal banyak sekali
yang harus di"lakukannya sebelum berangkat. Sudahkah
ia me"matikan keran di kamar mandi" Dan catatan untuk
binatu itu... sudahkah dita"ruh"nya"di mana ia me"letak"
kannya, ya" Apakah anak-anak akan baik-baik saja dengan
Mademoiselle" Made"moiselle itu be"gitu... begitu... Apa"
kah Terence akan mau me"nuruti apa yang diperintahkan
Mademoiselle pada"nya" Seper"tinya guru-guru pribadi dari
Prancis tak per"nah punya wibawa.
Gerda masuk ke tempat duduk pengemudi da"lam
keadaan masih tertekan oleh rasa sedih. De"ngan gugup
ditekannya starter. Ditekannya sekali lagi, dan di"ulangi"
nya lagi. Lalu John berkata, "Mobil ini baru akan hidup
mesinnya kalau kau" putar kunci kontaknya, Gerda."
"Astaga, alangkah bodohnya aku." Cepat-cepat ia me"
THE HOLLOW.indd 89 noleh dengan perasaan khawatir pada John. Kalau John
langsung merasa jengkel... Tapi ia lega karena John ter"
senyum. "Dia tersenyum karena merasa senang akan per"gi
mengunjungi keluarga Angkatell," pikir Gerda yang
merasa telah mendapatkan ilham yang cer"das.
Kasihan John, dia sudah bekerja begitu keras! Dia
sama sekali tidak memikirkan kepentingan di"rinya sen"
diri. Dia benar-benar mengabdikan diri"nya pada orangorang lain. Tak heran kalau dia begitu menantikan libur
akhir pekan ini. Pikiran Gerda melayang kembali pada
percakapan waktu makan siang tadi, dan sambil mema"
sukkan per"sneling dengan mendadak, hingga mobil ter"
lompat dan keluar dari trotoar, ia berkata, "Sebenar"nya,
John, sebaiknya kau jangan suka bergurau dengan me"
ngatakan bahwa kau benci pada orang-orang sakit. Me"
mang bagus kau memandang enteng apa-"apa yang kau"
lakukan, dan aku mengerti itu. Tapi anak-anak ti"dak.
Terutama Terry, pikirannya sa"ngat sempit."
"Kadang-kadang kupikir Terry justru sangat ma"
nusiawi," kata John Christow. "Tidak seperti Zena! Bera"
pa lama sih anak perempuan hanya merupa"kan makhluk
yang suka bermanis-manis untuk me"nyenangkan hati
orang?" Gerda tertawa kecil, manis sekali. Ia tahu John se"
dang menggodanya. Tapi ia tetap bertahan pada pokok
pem"bicaraannya. Gerda memang sangat be"bal.
"Aku serius, John. Aku benar-benar beranggap"an
bah"wa anak-anak sebaiknya menyadari hidup seorang
dok?"ter yang tidak mementingkan diri sen"diri dan penuh
pengabdian." THE HOLLOW.indd 90 "Ya, Tuhan!" kata Christow.
Pikiran Gerda menyimpang sebentar. Mereka men"
dekati lampu lalu lintas. Lampu hijau sudah lama me"
nyala. Pikir Gerda, lampu itu pasti akan berubah men"
jadi merah sebelum mereka tiba di depan sana. Ia mulai
mengurangi kecepatan. Tapi lampu masih saja hijau.
John Christow lupa akan tekadnya untuk tutup mu"
lut mengenai cara Gerda mengemudi, lalu ia berkata,
"Mengapa kau akan berhenti?"
"Kupikir lampu itu sudah akan berubah..."
Lalu ditekannya pedal gas. Mobil maju sedikit, sam"
pai melewati lampu lalu lintas. Lalu, karena tak bisa me"
nangkap api, mesinnya mogok. Lampu lalu lintas pun
ber"ubah. Mobil-mobil yang akan menyeberang mem"
bunyikan klakson de"ngan marah.
"Kau benar-benar payah, Gerda," kata John de"ngan
nada menyenangkan. "Lampu lalu lintas selalu membuatku gugup. Kita
tidak tahu kapan lampu itu akan berubah."
John menoleh, melihat ke wajah Gerda yang kha"
watir dan tak senang. "Segala-galanya membuat Gerda khawatir," pikir John.
Lalu ia mencoba membayangkan bagaimana rasa"nya
hidup dalam keadaan begitu. Tapi karena ia bukan orang
yang imajinatif, ia sama sekali tak bisa mem"ba"yang"
kannya. "Soalnya," kata Gerda yang masih tetap ber"tahan,
"aku selalu menanamkan kesan pada anak-"anak bagai"
mana hidup seorang dokter itu"misal"nya rela ber"korban,
penuh dedikasi untuk me"nolong yang sakit dan yang men?""
derita, dan selalu berkeinginan untuk melayani orang91
THE HOLLOW.indd 91 orang lain. Menjadi dokter sangat mulia, dan aku bangga
se"kali karena kau selalu memberikan waktu dan tena"
gamu, dan tak pernah memikirkan diri sen"diri..."
John memotong kata-kata istrinya.
"Tak pernahkah kau menyadari bahwa aku me"nyukai
pekerjaan sebagai dokter ini"bahwa itu suatu kese"nang"
an, bukan pengorbanan! Tidakkah kau menyadari bah"
wa hal itu menarik?"
Tapi tidak, pikirnya, Gerda takkan pernah me"nya"
dari hal, seperti itu! Bila ia menceritakan Mrs. Crab"tree
di Bangsal Margaret Russell, Gerda hanya akan me"li"
hatnya sebagai seorang ma"laikat penolong bagi si miskin
dalam arti yang sebenar-benarnya.
"Terlena oleh angan-angan sendiri," bisiknya.
"Apa?" Gerda mendekatkan telinganya.
John menggeleng. Sekiranya diceritakannya pada Gerda bahwa ia se"dang
mencoba menemukan penyembuhan penya"kit kan"ker,
Gerda pasti akan bereaksi. Ia bisa memahami su"atu per"
nyataan yang jelas dan senti"mental, tapi ia tak"kan per"nah
mengerti bahwa ke"rumitan tentang Penyakit Ridge"way
itu memiliki pesona tersendiri yang aneh. John bah"kan
tak ya"kin bisa membuat Gerda mengerti apa Pe"nyakit
Ridgeway itu sebenarnya. "Terutama," pi"kirnya de"ngan
tersenyum kecil, "karena kami sendiri pun belum begitu
yakin. Kami tak tahu benar mengapa kulit jadi menciut!"
Tapi tiba-tiba terpikir olehnya bahwa Terence, mes"
kipun masih kecil, mungkin akan menaruh mi"nat pada
Penyakit Ridgeway. Ia senang melihat cara Terence me"
man"danginya dengan pandangan menilai tadi, sebe"lum
ia berkata, "Aku rasa Papa bersungguh-sungguh."
THE HOLLOW.indd 92 Beberapa hari terakhir ini, Terence sedang tak disu"
kai di rumah, karena telah merusak mesin kopi Cona,
da"lam rangka percobaan membuat amonia. Amonia" Lu"
cu sekali anak itu, mengapa dia sam"pai ingin membuat
amonia" Menarik juga.
Gerda merasa lega karena John tidak berkata apa-apa
lagi. Mengemudi jadi tidak terlalu berat baginya bila
per"hatiannya tidak diganggu oleh per"cakapan. Selain
itu, bila John sedang tenggelam dalam pikirannya, ke"
mung"kinan besar ia tidak akan mendengar suara yang
mengganggu bila ia terpaksa memindahkan persneling.
Se"dapat mung"kin Gerda tak mau memindahkan per"sne"
ling. Gerda tahu bahwa adakalanya ia bisa memindahkan
persneling dengan baik sekali, meskipun tak pernah de"
ngan keyakinan penuh. Tapi hal itu tak pernah terjadi
bila John berada di dalam mo"bil. Tekadnya yang gugup
untuk melakukannya dengan baik kali ini malah ber"
akibat buruk. Ta"ngannya jadi canggung, ia terlalu keras
menekan kopling, atau malah kurang tekan. Tongkat
per"sneling didorongnya terlalu cepat dan dengan kaku,
hingga benda itu seolah-olah melawan dan berbunyi
nyaring. "Memasukkannya harus dengan halus sekali, Gerda,"
pernah Henrietta berkata begitu, bertahun-"tahun yang
lalu. Lalu Henrietta memberikan con"toh. "Tak bisakah
kau merasakan ke mana ia bergerak" Dia ingin me"
luncur dengan mulus. Le"takkan tanganmu dalam ke"
adaan rata, sampai kau merasakannya. Jangan hanya
mendorong ke mana-mana. Rasakan."
Tapi Gerda tak pernah bisa merasakan apa-apa ten"
THE HOLLOW.indd 93 tang tongkat persneling. Kalaupun ia mendo"rong terlalu
kuat atau kurang kuat ke arah yang tepat, persneling itu
seharusnya tetap masuk! Mes"tinya mobil-mobil dibuat
sedemikian rupa, hingga kita tak perlu mendengar bu"
nyi bising yang me"nyebalkan itu.
Tapi secara umum, caranya mengemudi kali ini tidak"
lah terlalu buruk, pikir Gerda waktu ia mulai mendaki
Mersham Hill. John masih saja tenggelam dalam pikiran"
nya, sampai-sampai tak mendengar bunyi per"sneling yang
agak keras di Croydon tadi. Waktu kece"patan mobil ber"
tambah, Gerda memin"dahkan per"sneling ke tiga dengan
rasa optimistis, dan kecepatan mo"bil pun langsung ber"
kurang. Pada saat itu John ter"jaga.
"Apa-apaan kau memindahkan persneling tepat pada
saat kita sudah tiba di bagian yang curam?"
Gerda mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Sudah
tidak terlalu jauh lagi sekarang. Bukan karena ia ingin
cepat-cepat tiba di sana. Sama sekali tidak. Ia jauh lebih
suka terus mengemudikan mobil se"lama berjam-jam, mes"
kipun John mulai kehilangan kesabaran terhadap"nya.
Tapi sekarang mereka sudah berada di Shovel Down.
Di sekeliling mereka terdapat hutan-hutan yang seolaholah menyala dalam musim gugur ini.
"Nyaman sekali rasanya setelah keluar dari Lon"don,
dan tiba di tempat begini," seru John. "Ba"yangkan, Ger"
da, setiap petang kita selalu terpaku di ruang tamu uta"
ma yang pengap itu, minum teh. Kadang-kadang kita
harus menyalakan lampu."
Bayangan akan ruang tamu utama yang agak gelap
di flat mereka muncul di benak Gerda. Timbul rasa se"
THE HOLLOW.indd 94 nang yang menggelitik hatinya. Oh, alangkah senangnya
bila ia bisa duduk di sana sekarang.
Dengan menguatkan hati, ia berkata, "Daerah pede"
saan memang indah sekali."
Kini ia harus menuruni bukit curam ini. Tak ada
lagi kesempatan untuk mengelak. Harapan sa"mar bahwa
se"suatu, entah apa, mungkin terjadi hingga ia terselamat"
kan dari mimpi buruk itu ti"dak menjadi kenyataan. Me"
reka sudah berada di tempat itu.
Waktu membawa mobilnya memasuki pekarang"an,
ia merasa terhibur karena melihat Henrietta yang sedang
duduk di tembok, bersama Midge dan seorang pria mu"
da yang tinggi dan kurus. Ia me"rasa bisa mengandalkan
Henrietta, yang kadang-"kadang tanpa diduga bisa mem"
bantunya bila ada apa-apa.
John juga senang melihat Henrietta. Ia merasa per"
temuan dengan Henrietta merupakan akhir yang tepat
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk suatu perjalanan ke daerah berpeman"dangan in"
dah pada musim gugur itu. Mereka telah menuruni pun"
cak bukit, dan John melihat Henriet"ta telah menunggunya.
Henrietta mengenakan rok dan jas dari bahan triko
berwarna hijau. John paling suka melihat Henrietta
mengenakan setelan itu. Menurut pen"dapatnya, itu jauh
lebih cocok daripada pakaian dari London. Kaki Hen"
rietta yang panjang terulur ke depan, dan ia menge"
nakan sepatu dari kulit kasar berwarna cokelat, yang
terawat dengan baik. Mereka saling tersenyum"secara singkat saling
meng"akui kenyataan bahwa mereka sama-sama se"nang
akan kehadiran masing-masing. John tak mau berbicara
dengan Henrietta sekarang. Ia hanya me"nikmati pera"
THE HOLLOW.indd 95 saan bahwa Henrietta ada di situ. Ia menyadari, tanpa
Hen"rietta, pertemuan akhir pekan itu akan terasa ger"
sang dan hampa. Lady Angkatell keluar dari rumah, dan me"nyambut
mereka. Demi sopan santun, sikapnya terhadap Gerda
jauh lebih ramah daripada terhadap tamu-tamu lain.
"Aduh, aku senang sekali kau datang, Gerda! Sudah
lama sekali tak bertemu denganmu. Dan kau juga,
John!" Jelas ia bermaksud memberi kesan bahwa Gerda-"lah
tamu yang sangat dinanti-nantikannya, sedang"kan John
hanya tambahan. Tapi niat itu gagal dengan menyedih"
kan, dan Gerda malah men"jadi kaku dan risi.
"Kalian kenal Edward, kan?" kata Lucy. "Ed"ward
Ang"katell?" John mengangguk pada Edward, dan berkata,
"Tidak, kurasa aku tak kenal."
Matahari sore menyinari rambut John yang ke"
emasan dan matanya yang biru. Sosoknya serupa benar
dengan penampilan seorang Viking yang baru saja
mendarat, dengan misi untuk merebut kemenangan.
Suaranya yang hangat dan bergema enak terdengar di
telinga, dan keseluruhan pri"badinya yang menarik bagai
besi berani, mengua"sai suasana.
Kehangatan dan kekuatan pribadi John tidak ber"
pengaruh buruk atas diri Lucy. Sebaliknya hal itu malah
membuat pesonanya yang halus dan khas semakin nya"
ta. Edward-lah yang tiba-tiba tampak pucat dan sangat
kontras bila dibandingkan dengan John Chris"tow. Pung"
gungnya agak bungkuk, dan keberadaannya tidak tam"
pak nyata. THE HOLLOW.indd 96 Henrietta mengajak Gerda pergi melihat-lihat ke"bun
bumbu dapur. "Lucy pasti akan mendesak kita untuk melihat ke"
bun batu karangnya dan keindahan bunga-bunga pem"
batas jalannya pada musim gugur ini," kata Henrietta
ketika mereka sedang berjalan, "tapi aku selalu berpen"
dapat bahwa kebun bumbu-bumbu dapur lebih bagus
dan lebih tenang. Kita bisa duduk di tepi-tepi bedengan
men"timun, atau masuk ke rumah kaca kalau udara di"
ngin. Tak seorang pun akan mengganggu kita, dan ka"
dang-"kadang ada pula yang bisa dimakan."
Mereka memang menemukan beberapa kacang-"ka"
cangan yang dimakan mentah-mentah oleh Hen"rietta.
Tapi Gerda tak suka. Ia senang sudah bisa menjauhkan
diri dari Lucy Angkatell yang dianggapnya makin me"
nge"rikan daripada sebelum"nya.
Ia mulai bercakap-cakap dengan Henrietta, de"ngan
sikap yang boleh dikatakan akrab. Pertanya"an-perta"
nyaan yang diajukan Henrietta agaknya se"lalu meru"pa"
kan pertanyaan yang jawabannya pasti diketahui Gerda.
Setelah sepuluh menit, Gerda me"rasa jauh lebih senang,
dan ia mulai berpikir bah"wa akhir pekan itu mungkin
tidak akan ter"lalu buruk keadaannya.
Zena sudah mulai mengikuti kursus dansa se"karang,
dan ia baru saja mendapat baju baru. Gerda melukiskan
hal itu dengan panjang lebar. Diceritakannya pula bah"
wa ia telah menemukan sebuah toko kerajinan kulit
yang baru, yang sangat menyenangkan. Henrietta ber"
tanya apakah sulit minta dibuatkan sebuah tas tangan.
Dimintanya Gerda menunjukkan toko itu padanya.
Sebenarnya mudah sekali membuat Gerda me"rasa
THE HOLLOW.indd 97 bahagia, pikir Henrietta. Dan betapa berbeda kelihatan"
nya dia kalau sedang bahagia!
"Dia hanya ingin dibiarkan meringkuk dan men"
dengkur seperti kucing," pikirnya lagi.
Mereka duduk dengan gembira di sudut, di tepi be"
dengan-bedengan mentimun. Matahari yang se"karang
sudah makin rendah di langit, memberikan sejuta ilusi
tentang musim panas. Lalu keduanya tidak bercakapcakap lagi. Wajah Gerda tidak lagi membayangkan kete"
nangan. Bahunya lunglai. Ia duduk diam, sosoknya meng"
gambarkan kesedihan. Ia terlompat terkejut ketika
Henrietta berbicara lagi.
"Mengapa kau datang kalau kau membenci per"te"
muan ini?" tanya Henrietta.
Gerda cepat-cepat menyahut,
"Oh, aku tidak membencinya! Maksudku, aku tak
me"ngerti mengapa kau sampai berpikir..."
Ia diam sebentar, lalu melanjutkan, "Sangat menye"
nang"kan pergi keluar dari London, dan Lady Angkatell
sangat baik hati." "Lucy" Dia sama sekali tidak baik hati."
Gerda tampak agak terkejut.
"Oh, dia baik sekali, Dia selalu manis terhadap"ku."
"Lucy memang berbudi bahasa baik, dan dia bisa ber"
sikap ramah. Tapi dia agak kejam. Kurasa itu karena dia
tidak begitu manusiawi. Dia tak tahu bagaimana me"rasa
dan berpikir seperti orang biasa. Dan kau me"mang tak
senang berada di sini, Gerda! Kau sendiri tahu itu. Jadi
mengapa kau harus datang, bila kau merasa begitu?"
"Yah, soalnya John suka..."
THE HOLLOW.indd 98 "Oh, John memang suka. Tapi kau bisa saja menyu"
ruh"nya datang sendiri."
"Dia tidak akan mau. Dia tidak akan tenang tanpa
aku. John tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Pikir"
nya akan baik sekali bagiku kalau aku pergi ke luar
kota." "Daerah luar kota memang baik," kata Henriet"ta,
"tapi tak perlu harus ke tempat keluarga Ang"katell ini."
"Aku... aku tak ingin kau mengira aku tak tahu ber"
terima kasih." "Gerda-ku sayang, mengapa kau harus memaksa diri
menyukai kami" Aku selalu berpendapat bah"wa keluarga
Angkatell adalah keluarga yang pan"tas dibenci. Kami
semua suka berkumpul dan ber"cakap-cakap dengan ba"
ha"sa kami yang khas dan aneh. Aku tak heran kalau ada
orang yang sampai ingin membunuh kami."
Lalu ditambahkannya lagi, "Kurasa sekarang su"dah
waktunya minum teh. Mari kita ke rumah."
Henrietta memperhatikan wajah Gerda waktu ia
bang?"kit dan mulai berjalan kembali ke arah rumah.
"Menarik juga," pikir Henrietta, yang sebagian piki"r"
annya selalu melayang ke mana-mana, "untuk melihat
dengan jelas wajah seorang martir wanita Kristen sebe"
lum dia melangkah masuk ke dalam arena."
Sewaktu mereka berjalan meninggalkan kebun bumbu"
bumbu dapur yang bertembok itu, mereka mendengar
suara-suara tembakan, dan Henrietta berkata, "Kedengaran"
nya pembunuhan besar-besar"an atas keluarga Angkatell
sudah dimulai!" Ternyata Sir Henry dan Edward sedang berbin"cangbincang tentang senjata api, dan menyelingi bincang99
THE HOLLOW.indd 99 bincang mereka dengan menembakkan be"berapa buah
revolver. Hobi Henry Angkatell ada"lah senjata api, dan
ia memiliki koleksi senjata cukup banyak.
Ia telah membawa keluar beberapa buah revol"ver
dan beberapa lembar peta sasaran. Berdua dengan Ed"
ward, ia sedang menembak ke arah sasaran-sasaran itu.
"Halo, Henrietta, maukah kau mencoba mem"bunuh
seorang pencuri?" Henrietta menerima sebuah revolver darinya.
"Ya, betul... ya, begitu, begini membidiknya."
Dor! "Tidak kena!" kata Sir Henry.
"Sekarang coba kau, Gerda."
"Ah, kurasa aku tak..."
"Ayolah, Mrs. Christow. Sederhana sekali."
Gerda menembakkan revolver itu. Ia terdorong mun"
dur, dan memejamkan matanya. Pelurunya le"bih men"
jauhi sasaran daripada tembakan Henrietta.
"Hei, aku ingin menembak juga," kata Midge, yang
sedang berjalan menghampiri mereka.
"Rupanya lebih sulit daripada yang kita kira," kata"
nya setelah beberapa kali tembakan. "Tapi me"nye"nang"
kan juga." Lucy keluar dari rumah. Di belakangnya me"nyusul
seorang pria muda berwajah cemberut dan berjakun be"
sar. "Ini David," kata Lady Angkatell.
Sewaktu suaminya menyambut David, Lucy meng"
ambil revolver dari Midge. Diisinya kembali revolver
itu, dan tanpa berkata sepatah pun, ditem"bakkannya
tiga buah lubang, dekat sekali dengan pusat sasaran.
100 THE HOLLOW.indd 100 "Bagus sekali tembakanmu, Lucy," seru Midge. "Aku
tak tahu bahwa menembak juga merupakan salah satu
kepandaianmu." "Lucy selalu menembak tepat ke sasaran," kata Sir
Henry dengan bersungguh-sungguh. Kemudian, sambil
mengenang masa lalu, ditam"bahkannya, "Pernah ke"
pandaiannya itu bermanfaat. Ingatkah kau, Sayang, pen"
jahat-penjahat yang me"nyerang kita waktu kita berada
di Bosphorus yang termasuk Benua Asia" Aku bergu"
ling-guling me"lawan dua orang, di antaranya ada yang
men"coba mencekik leherku."
"Dan apa yang dilakukan Lucy?" tanya Midge.
"Ditembakkannya dua tembakan ke arah kami. Aku
bahkan tak tahu bahwa pistol itu ada pada"nya. Tem"
bakan"nya mengenai kaki salah seorang penjahat itu, dan
yang seorang lagi kena pun"daknya. Itulah saat paling
kritis yang pernah ku"alami. Aku tak habis pikir bagai"
mana dia sampai tidak mengenai aku."
Lady Angkatell tersenyum pada suaminya.
"Kurasa kita harus berani mengambil risiko," katanya
dengan lembut. "Dan kita harus pula me"lakukannya de"
ngan cepat, tanpa memikirkannya terlalu lama."
"Pikiran yang hebat, Sayang," kata Sir Henry. "Tapi
aku selalu merasa agak sedih, sebab akulah risiko yang
telah kauambil itu!"
101 THE HOLLOW.indd 101 BAB VIII Setelah minum teh, John berkata pada Henrietta, "Mari
kita berjalan-jalan." Lady Angkatell berkata bah"wa ia
harus memperlihatkan kebun batu ka"rangnya pada Gerda,
meskipun sekarang musimnya tidak tepat.
Berjalan-jalan dengan John jauh sekali bedanya dari
berjalan-jalan dengan Edward, pikir Henrietta.
Dengan Edward, kita jarang berbuat selain mem"
buang-buang waktu. Edward memang berba"kat sekali
untuk membuang-buang waktu, pikirnya. Berjalan-jalan
dengan John, ia harus berusaha ke"ras untuk bisa menya"
mai langkahnya. Dan waktu mereka tiba di puncak Sho"
vel Down, ia berkata dengan terengah, "Ini kan bu"kan
ma"raton, John!"
John mengurangi kecepatan langkahnya, dan ter"ta"
wa. "Apakah aku membuatmu lelah?"
"Aku bisa melakukannya, tapi apa perlunya" Kita
kan tidak sedang mengejar kereta api" Untuk apa kau
menge"luarkan tenaga begini" Apa kau sedang melarikan
diri dari dirimu sendiri?"
102 THE HOLLOW.indd 102 John berhenti dengan mendadak. "Mengapa kau ber"
kata begitu?" Henrietta menatapnya dengan pandangan menye"
lidik. "Aku tak punya maksud khusus dengan kata"-kata
itu." John berjalan lagi, tapi kini jalannya lebih lambat.
"Sebenarnya aku letih," kata John. "Letih sekali."
Henrietta memang bisa mendengar keletihan itu da"
lam suaranya. "Bagaimana si tua Crabtree?"
"Masih terlalu dini untuk mengatakannya, Hen"riet"
ta. Tapi kurasa aku sekarang sudah mengerti beberapa
hal. Kalau aku memang benar," "langkah-"langkahnya
jadi cepat lagi?"banyak dari pikiran kami harus meng"
alami perubahan besar. Kami harus memikirkan lagi se"
luruh persoalan mengenai penge"luaran hormon... "
"Maksudmu ada kemungkinan Penyakit Ridge"way
itu bisa disembuhkan" Bahwa orang tak perlu mati kare"
na penyakit itu?" "Kebetulan begitulah."
Dokter memang orang-orang yang aneh, pikir Hen"
rietta. Penemuan yang begitu hebat disebut kebe"tulan.
"Secara ilmiah, penemuan itu akan membuka segala
macam kemungkinan!" John menarik napas dalam-dalam. "Tapi rasanya aku
senang berada di sini. Senang sekali bisa menghirup uda"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ra ke dalam paru-paru, dan aku senang bertemu dengan"
mu." Ia tersenyum sebentar pada Henrietta. "Dan per"
jalanan ini akan baik bagi Gerda."
"Pasti Gerda senang sekali datang ke The Hollow
ini, ya?" 103 THE HOLLOW.indd 103 "Tentu saja dia suka. Omong-omong, apakah aku
per"nah bertemu dengan Edward Angkatell itu?"
"Sudah dua kali kau bertemu dengannya," kata Hen"
rietta datar. "Aku tak ingat. Dia jenis orang yang tak nyata dan
tak mudah diingat." "Edward baik sekali. Aku sangat menyukainya."
"Ah, sudahlah, tak usah kita membuang-buang wak"
tu dengan membicarakan Edward! Tak satu pun di an"
tara orang-orang itu yang penting."
Dengan suara rendah, Henrietta berkata, "Kadangkadang aku cemas akan dirimu, John."
"Cemas" Apa maksudmu?"
John menoleh pada Henrietta dengan wajah ter"ke"
jut. "Kau selalu lupa akan sekelilingmu. Ya, kau begitu
bu"ta." "Buta?" "Kau tak tahu, tak melihat, dan tidak peka. Itu aneh
sekali! Kau tak tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan
oleh orang-orang lain."
"Kalau menurutku bahkan sebaliknya."
"Kau melihat apa yang tampak di depan matamu.
Itu benar. Kau... kau tak ubahnya lampu senter. Suatu
ca"haya kuat yang hanya tertuju pada satu titik yang me"
rupakan minatmu. Sedangkan di belakang atau di sisisisi titik itu... kegelapan semata!"
"Henrietta, sayangku, apa artinya semua itu?"
"Itu berbahaya, John. Kau beranggapan bahwa semua
orang menyukaimu, dan baik hati terhadap"mu. Manusia
seperti Lucy, umpamanya."
104 THE HOLLOW.indd 104 "Apakah Lucy tak suka padaku?" tanya John kehe"
ranan. "Padahal aku suka sekali padanya."
"Jadi kau beranggapan bahwa dia menyukaimu. Tapi
aku tak yakin. Begitu pula Gerda dan Ed"ward"atau
juga Midge dan Henry. Bagaimana kau tahu perasaan
mereka terhadapmu?" "Dan Henrietta" Tahukah aku bagaimana perasaan"
nya?" John menggenggam tangan Henrietta beberapa
saat. "Paling tidak, aku merasa yakin mengenai kau."
Henrietta menarik tangannya.
"Kau tak bisa merasa yakin terhadap siapa pun di
dunia ini, John." Wajah John jadi serius. "Tidak, aku tak mau percaya itu. Aku yakin menge"
nai kau, dan aku yakin mengenai diriku. Setidaknya..."
Wajahnya berubah. "Ada apa, John?"
"Tahukah kau apa yang kuucapkan tanpa ku"sadari
hari ini" Sesuatu yang tak masuk akal. Aku ingin pulang.
Itulah yang telah kuucapkan sendiri, dan aku sama
sekali tak tahu apa maksudku de"ngan kata-kata itu."
Perlahan-lahan Henrietta berkata, "Pasti ada se"suatu
yang tergambar dalam pikiranmu."
"Tidak. Sama sekali tak ada apa-apa!" kata John tajam.
Pada waktu makan malam, Henrietta ditempat"kan
di sebelah David. Dari ujung meja, Lucy menaikkan alis"
nya yang halus, memberikan isyarat yang mengandung
permintaan"bukan suatu perin"tah. Lucy tak pernah
me"merintah. Sir Henry berusaha sedapat-dapatnya menye"nangkan
Gerda, dan ia cukup berhasil. John sedang mengikuti
105 THE HOLLOW.indd 105 jalan pikiran Lucy yang melom"pat-lompat dan tak ber"
hubungan. Ia tampak se"nang. Midge bercakap-cakap de"
ngan agak kaku dengan Edward yang kelihatannya ma"
kin linglung saja daripada biasanya.
David tampak cemberut, dan meremas-remas ro"tinya
dengan gugup. David memang enggan datang ke The Hollow. Sebe"
lum saat itu, ia belum pernah bertemu dengan Sir Hen"
ry ataupun dengan Lady Angkatell. Secara umum, ia
tak suka akan tempat itu, dan ia sudah menyiapkan diri
un"tuk tidak menyukai kerabatnya ini. Ia tak kenal Ed"
ward, dan pria itu dianggapnya tak tahu apa-apa. Empat
orang tamu lainnya di"amatinya dengan kritis. Sanak sau"
dara memang menyebalkan sekali, pikirnya, dan kita di"
harapkan untuk bercakap-cakap dengan orang-orang,
suatu hal yang paling dibencinya.
Midge dan Henrietta dianggapnya sebagai orangorang berkepala kosong. Dr. Christow hanya salah se"
orang penjual obat di Harley Street"selalu berbudi ba"
hasa halus dan sukses dalam karier?"tapi istrinya jelas
tak ada artinya. David menggerakkan lehernya yang terbungkus ke"
rah baju, dan berharap agar semua orang me"nyadari
bahwa ia menganggap remeh mereka! Me"reka semua tak
penting. Setelah pernyataan itu diulanginya tiga kali pada diri"
nya sendiri, ia merasa lebih baik. Ia masih cemberut, ta"
pi sudah tidak meremas-remas rotinya lagi.
Henrietta, yang bereaksi dengan baik terhadap isya"
rat Lucy, merasa sulit sekali untuk membuka pem"bi"
caraan. Jawaban-jawaban David yang ketus sangat me"
106 THE HOLLOW.indd 106 lemahkan semangatnya. Akhirnya ia me"makai cara yang
pernah dipraktikkannya terhadap seorang anak muda
yang tak mau berbicara. Ia tahu David memiliki banyak pengetahuan menge"
nai teknik musik. Maka dengan sengaja dibuatnya sua"tu
per"nya"taan yang pasti namun tak dapat dibenar"kan me"
nge"nai seorang pencipta lagu-lagu modern.
Ia merasa senang karena ternyata rencana itu ber"
hasil. David, yang semula duduk dengan lunglai dan
sepenuhnya bertumpu pada pinggulnya saja, kini mene"
gakkan sikap duduknya. Suaranya tidak lagi rendah dan
menggerutu. Ia tidak lagi me"remas-remas rotinya.
"Itu menunjukkan bahwa Anda tak tahu apa-apa ten"
tang hal itu," katanya dengan suara nyaring dan jelas,
sambil menatap Henrietta dengan dingin.
Sejak saat itu hingga makan malam berakhir, dicera"
mahinya Henrietta dengan tekanan suara yang jelas dan
keras. Dan Henrietta pun mengalah, bersikap sebagai
mu"rid yang sedang diberi pelajar"an oleh gurunya.
Lucy Angkatell melemparkan pandangan puas ke
arah"nya, dan Midge tersenyum sendiri.
"Pandai sekali kau, Sayang," gumam Lady Ang"katell
sambil melingkarkan lengannya ke lengan Henrietta,
wak?"tu mereka pergi ke ruang tamu uta"ma. "Alangkah
menye"balkan kalau orang-orang yang isi kepalanya ku"
rang, lalu berbuat banyak dengan tangannya! Apakah
menurutmu sebaiknya kita main bridge atau permainan
lain yang lebih sederhana?"
"Kurasa David akan tersinggung kalau kita meng"
adakan permainan yang sederhana."
"Mungkin kau benar. Kalau begitu, kita main bridge.
Aku yakin dia akan menganggap remeh permainan bridge
107 THE HOLLOW.indd 107 itu dan dia akan memperlihatkan sikap sombong"nya
pada kita." Maka dipersiapkanlah dua meja. Henrietta main
dengan Gerda, melawan John dan Edward. Me"nurut
Henrietta, pembagian itu tidak terlalu tepat. Ia ingin
memisahkan Gerda dari Lucy, dan kalau mungkin, dari
John. Tapi John berkeras. Dan Edward lalu men"dahului
Midge. Menurut Henrietta, suasananya tidak nyaman, tapi
ia tak tahu dari mana suasana tak nyaman itu muncul.
Pokoknya, kalau ada kesempatan, ia ber"tekad untuk
mem"buat Gerda menang. Permainan Gerda tidak terlalu
buruk. Jika jauh dari John, permainannya cukup baik.
Tapi ia sering gugup, penilaiannya buruk, dan ia tidak
terlalu yakin akan kemampuannya. John adalah seorang
pemain yang baik, tapi ia agak terlalu percaya diri.
Sedangkan Edward benar-benar seorang pemain yang
baik. Malam bertambah larut, dan di meja Henrietta, me"
reka masih bermain rubber. Angka-angka naik terus
pada kedua belah pihak. Ketegangan yang aneh mulai
memasuki permainan itu. Hanya satu orang yang tidak
menyadarinya. Bagi Gerda, ini hanya merupakan rubber dalam per"
mainan bridge, dan kebetulan ia menyukainya. Ia bah"
kan merasa senang sekali. Keputusan-ke"putusan yang
sulit, tanpa terasa telah dipermudah oleh Henrietta yang
mengadakan penawaran ber"lebihan.
Adakalanya John tak dapat menahan sikap kri"tisnya,
dan berseru, "Mengapa kau membuka kartu klaver itu,
Gerda?" Hal ini dapat menekan keper"cayaan diri Gerda,
108 THE HOLLOW.indd 108 hingga Henrietta cepat-cepat menimpali dengan berkata,
"Omong kosong, John. Tentu saja dia harus membuka
kartu klaver itu! Hanya itulah yang mungkin dilaku"kan"
nya." Akhirnya, dengan mendesah Henrietta menarik daf"
tar kedudukan angka. "Permainan selesai dengan kedudukan seri. Ku"rasa
kita sudah cukup berusaha, Gerda."
"Suatu akhir yang menguntungkan," kata John
dengan ceria. Henrietta mengangkat kepalanya dengan tajam. Ia
tahu arti nada bicara itu. Ditatapnya mata John, lalu ia
menunduk. Ia bangkit, lalu pergi ke perapian. John menyu"
sulnya. Sambil lalu, John berkata, "Kau tidak selalu
dengan sengaja melihat ke tangan orang, bukan?"
Dengan tenang Henrietta menjawab, "Mungkin aku
agak terlalu kentara. Menjengkelkan sekali kalau kita
ingin menang dalam suatu permainan!"
"Maksudmu, kau ingin Gerda yang memenang"i per"
mainan tadi. Dalam keinginanmu untuk menye"nangkan
hati orang, kau tidak... membatasi dirimu terhadap peni"
puan." "Konyol sekali kata-katamu itu! Tapi kau selalu
benar." "Agaknya keinginanmu juga didukung oleh mitra
mainku." Jadi rupanya dia tahu, pikir Henrietta. Ia sendiri
pun bertanya-tanya apakah dugaannya tidak keliru.
Edward pandai sekali"tak satu pun kartunya bisa di"
duga. Hanya satu kali ia gagal mengadakan call. Penge"
109 THE HOLLOW.indd 109 luaran kartunya sehat dan jelas"kecuali bila ada pe"
ngeluaran lain kartu yang kurang jelas, yang akan
me?"mastikan keme"nangannya.
Hal itu merisaukan Henrietta. Ia tahu, Edward tak"
kan pernah memainkan kartunya supaya dia, Henrietta,
bisa menang. Edward terlalu menghayati sifat-sifat spor"
tif orang Inggris untuk berbuat be"gitu. Tidak, pikirnya,
ia hanya tak mau melihat John Christow menang.
Tiba-tiba Henrietta tersadar. Ia merasa harus was"
pada. Ia tak suka pada pesta Lucy ini.
Lalu, tiba-tiba dan tanpa disangka-sangka, Vero"nica
Cray masuk melalui pintu, dengan cara dra"matis dan
tak wajar, seperti memasuki pentas saja.
Pintu-pintu memang terbuka sedikit, tidak di"tutup
rapat, karena malam itu panas. Veronica membuka pin"
tu itu lebar-lebar, memasukinya, dan berdiri di ambang"
nya dengan membelakangi alam yang gelap. Ia ter"
senyum, agak murung. Sosoknya sangat menarik, dan ia
menunggu sesaat sebelum mulai berbicara, menunggu
sampai ia yakin telah mendapatkan perhatian dari se"
mua yang hadir. "Harap maafkan saya"menyerbu masuk dengan
cara begini. Saya tetangga Anda, Lady Angkatell, dari
cottage yang lucu itu, yang bernama Dove"cotes, dan saya
menga"lami kesulitan besar!"
Senyumnya melebar, menjadi lebih cerah. "Saya tak
punya korek api! Tak ada sebatang pun korek api di
rumah itu! Padahal sekarang malam Ming"gu. Bodoh
sekali saya. Tapi apa yang bisa saya perbuat" Jadi saya
datang kemari untuk mohon bantuan dari satu-satunya
tetangga saya dalam ba"tas berkilo-kilometer ini."
110 THE HOLLOW.indd 110 Sesaat tak seorang pun berbicara, karena Vero"nica
telah menanamkan pesonanya. Ia cantik. Bu"kan cantik
yang lembut, tidak pula cantik yang memukau"tapi
can"tik yang membuat orang me"nahan napas! Rambut"
nya berombak dan berwarna pucat berkilau, lekuk
mulutnya indah, begitu pula mantel bulu rubah ber"
warna keperakan yang ter"gantung di bahunya, dan gaun
panjang dari be"ludru putih yang tampak di bawah man"
tel bulu itu. Ia menatap mereka satu per satu, dengan manis dan
menarik. "Padahal saya merokok seperti kereta api!" kata"nya.
"Dan pemantik api saya tak mau menyala! Kecuali itu,
saya masih harus menyiapkan sarapan"kompor gas..."
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Direntangkannya tangannya. "Saya benar-benar merasa
bodoh." Lucy maju menghampirinya. Sikapnya anggun, agak
senang. "Oh, tentu saja...," katanya memulai, tapi Vero"nica
Cray memotong bicaranya. Ia melihat ke arah John Christow. Air mukanya
mem?"bayangkan keheranan dan rasa senang yang amat
sangat. Ia maju selangkah ke arah John, dengan tangan
ter?"ulur. "Astaga... John! John Christow! Luar biasa! Su"dah
bertahun-tahun aku tak bertemu denganmu! Dan tibatiba... aku menemukanmu di sini!"
Ia sudah menggenggam tangan John. Sikapnya
hangat dan penuh semangat. Ia setengah mema"lingkan
kepalanya ke arah Lady Angkatell.
"Ini suatu kejutan yang amat menyenangkan. John
111 THE HOLLOW.indd 111 adalah teman lama saya, sudah lama sekali. Ya, bahkan
John pria pertama yang pernah saya cintai! Saya dulu
tergila-gila padanya!"
Ia tertawa kecil, seperti seorang wanita yang terkesan
oleh kenangan lucu mengenai cinta masa mudanya.
"Saya selalu berpendapat bahwa John hebat!" Sir
Henry, yang ramah dan tahu sopan santun, maju meng"
hampirinya. Tamunya harus minum. Ia mengambil gelas"-gelas.
Lady Angkatell berkata, "Midge, Sayang, tolong bunyi"
kan bel pemanggil pelayan."
Waktu Gudgeon datang, Lucy berkata, "Ambil seko"
tak korek api, Gudgeon. Apakah di dapur ada banyak?"
"Tadi baru saja datang selusin, Nyonya."
"Kalau begitu, bawakan setengah lusin, Gud"geon."
"Oh, jangan, Lady Angkatell. Sekotak saja!" Veronica
menolak sambil tertawa. Ia sudah men"dapatkan minu"
man"nya, dan ia tersenyum pada setiap orang di sekeliling"
nya. "Ini istriku, Veronica," kata John Christow.
"Oh, senang sekali bertemu dengan Anda." Veronica
memandang dengan ceria pada Gerda yang tampak ke"
bingungan. Gudgeon membawa korek api yang disusun di se"
buah nampan perak kecil. Lady Angkatell menunjuk ke arah Veronica, dan
pelayan itu membawa nampan itu padanya.
"Oh, Lady Angkatell yang baik, jangan semua!"
Lucy hanya menjawab dengan suatu isyarat ang"gun.
"Menjengkelkan sekali kalau hanya mempunyai satu.
Kami masih punya banyak."
112 THE HOLLOW.indd 112 Sir Henry berkata dengan menyenangkan, "Bagai"
mana rasanya tinggal di Dovecotes?"
"Saya senang sekali. Menyenangkan sekali di sini.
Begitu dekat dengan London, tapi kita juga merasa ter"
pencil." Veronica meletakkan gelasnya. Mantelnya dirapat"
kannya ke tubuhnya. Lalu ia tersenyum pada mereka
semua. "Terima kasih banyak! Anda baik sekali." kata-"kata
itu mengambang di antara Sir Henry dan Lady Ang"
katell, dan entah bagaimana, juga ke arah Edward. "Se"
ka?"rang saya harus pulang mem"bawa semuanya ini."
Lalu, sambil tersenyum ra"mah dan manis, ia berkata
lagi, "John, tolong antar aku pulang. Aku ingin sekali
men"dengar apa saja yang kaulakukan, selama bertahuntahun kita tak bertemu. Aku jadi merasa diriku tua
sekali." Ia berjalan ke arah pintu, dan John menyusul"nya.
Untuk terakhir kali, Veronica melempar senyum pada
mereka semua. "Saya menyesal sekali harus mengganggu Anda seka"
lian dengan cara yang bodoh ini. Terima kasih banyak,
Lady Angkatell." Ia keluar bersama John. Sir Henry berdiri di dekat
pin"tu, memandangi mereka.
"Malam yang nyaman dan hangat," katanya.
Lady Angkatell menguap. "Aduh," gumamnya, "kita harus tidur. Henry, kita
ha"rus nonton salah satu film yang dibintangi"nya. Dari
apa yang kulihat malam ini, aku yakin dia pandai ber"
akting dengan baik."
113 THE HOLLOW.indd 113 Mereka naik ke lantai atas. Setelah mengucap"kan se"
lamat malam, Midge bertanya pada Lucy, "Berakting
dengan baik?" "Apakah kau tidak sependapat, Sayang?"
"Kurasa, Lucy, kaupikir besar kemungkinan dia pu"
nya korek api di Dovecotes."
"Kurasa di sana ada berlusin-lusin kotak korek api,
Sayang. Tapi kita tak boleh kikir, bukan" Dan pertun"
jukannya tadi memang bagus sekali, kan?"
Di sepanjang lorong rumah, pintu-pintu ditutup
orang. Terdengar suara-suara bergumam meng"ucapkan
selamat malam. Sir Henry berkata, "Pintu ini akan ku"
biarkan terbuka untuk Christow." Lalu ditutupnya pin"
tu kamarnya sendiri. "Aneh sekali aktris-aktris itu," kata Henrietta pada
Gerda. "Mereka masuk dan keluar dengan cara yang ber"
lebihan!" Ia menguap, lalu berkata lagi, "Aku me"ngan"
tuk sekali." Veronica Cray bergerak cepat di sepanjang jalan se"
tapak melalui hutan kenari.
Ia keluar dari hutan itu ke lapangan terbuka, di
dekat kolam renang. Di situ ada sebuah pondok
peristirahatan kecil, tempat keluarga Angkatell du"duk
pada hari-hari cerah yang dingin.
Veronica Cray berhenti. Ia menoleh, dan
menghadapi John Christow.
Lalu ia tertawa. Dengan tangannya, ia menunjuk ke
permukaan kolam renang yang penuh bertabur daun.
"Sama sekali tidak seperti di Laut Tengah, ya, John?"
katanya. John tiba-tiba tahu apa yang ditunggunya se"lama
114 THE HOLLOW.indd 114 ini. Selama lima belas tahun setelah per"pisahannya dari
Vero"nica, wanita itu ternyata ma"sih tetap ada dalam
dirinya. Laut biru, harumnya bunga mimosa, debu
panas"semua itu telah di"tekannya jauh-jauh di dalam
benaknya hingga tak tampak, namun tak pernah ter"
lupakan sama sekali. Semua itu hanya punya satu arti"
Veronica. Waktu itu ia masih seorang pemuda berumur 24
tahun, tengah terhanyut dan ter"siksa ka"rena cinta. Dan
kali ini ia takkan melari"kan diri.
115 THE HOLLOW.indd 115 BAB IX John Christow keluar dari hutan, ke lereng hijau di
dekat rumah. Bulan sedang bersinar, dan rumah yang
tirai-tirainya tertutup itu bermandikan cahaya bulan,
dengan kepolosan yang aneh. Ia melihat ke arloji tangan"
nya. Waktu menunjukkan jam tiga. Ia menarik napas da"
lam-dalam, dan wajahnya tampak tegang. Ia bukan lagi
se"orang pemuda berumur 24 tahun yang sedang jatuh
cinta. Jauh dari itu. Ia seorang pria cerdas yang berpi"
kiran praktis dan baru saja menginjak umur empat pu"
luh tahun. Pikirannya terang dan akalnya sehat.
Memang ia dulu bodoh, benar-benar bodoh, tapi ia
tidak menyesalinya! Karena kini telah disadari"nya bahwa
ia sudah benar-benar bisa menguasai dirinya. Rasanya
selama bertahun-tahun ia harus menyeret suatu beban
di kakinya"dan kini beban itu telah hilang. Ia sudah
bebas. Ia sudah bebas, dan ia adalah dirinya sendiri, John
Christow. Ia tahu bahwa bagi John Christow, seorang
dokter spesialis yang sukses di Harley Street, Veronica
116 THE HOLLOW.indd 116 Cray sama sekali tak berarti apa-"apa. Semua itu masa
lalu. Selama ini konflik itu tak pernah diselesaikan, se"
bab ia selalu merasa takut dan rendah diri karena telah
"melarikan diri", sehingga bayangan Veronica tak per"
nah benar-"benar meninggalkannya. Malam ini Veronica
telah datang, serasa dalam mimpi, dan ia telah me"
nerima mimpi itu. Kini ia telah bebas dari mimpi itu,
puji Tuhan. Ia sudah kembali lagi ke masa kini"dan
hari sudah jam tiga subuh. Mungkin juga ia telah me"
nga"cau"kan keadaan dengan parah.
Tiga jam lamanya ia bersama Veronica. Wanita itu
telah masuk bagaikan sebuah kapal perang, dan menge"
luarkan dirinya, John Christow, dari ling"kungannya
serta membawanya pergi sebagai ba"rang rampasannya.
Kini ia ingin tahu apa anggap"an semua orang tentang
hal itu. Bagaimana pikiran Gerda, umpamanya"
Dan Henrietta" Tapi ia tidak begitu peduli de"ngan
Henrietta. Ia merasa takkan sulit menjelas"kannya pada
Hen"rietta. Tapi ia takkan pernah bisa menjelaskannya
pada Gerda. Padahal ia sama sekali tak mau kehilangan apa-"apa.
Selama hidupnya, ia selalu berani mengambil risiko
yang masuk akal. Risiko dengan pasien-"pasiennya, risiko
dalam pengobatan, juga risiko dalam menginvestasikan
uangnya. Tak pernah ia mengambil risiko yang bukanbukan"hanya risiko yang sedikit melewati garis batas
yang aman. Kalau Gerda menduga... kalau Gerda curiga se"dikit
saja. Tapi apakah ia akan curiga" Berapa jauh sebe"narnya
117 THE HOLLOW.indd 117 ia mengenal Gerda" Biasanya Gerda akan percaya saja
bahwa putih itu hitam, kalau ia yang mengatakannya.
Tapi mengenai hal semacam ini...
Bagaimanakah ia waktu mengikuti sosok Vero"nica
yang tinggi dan angkuh keluar dari pintu" Apa yang
tampak di wajahnya" Apakah orang melihat wajah se"
orang anak laki-laki yang kebi"ngungan dan mabuk
cinta" Atau melihat seorang pria yang sekadar menjalan"
kan tugas so"pan santun" Ia tak tahu! Ia sama sekali tak
tahu apa-apa. Tapi ia takut"takut, justru karena kemudahan dan
ketertiban serta keamanan dalam hidupnya. Ia gila"ya,
gila sekali, pikirnya dengan geram. Tapi pikiran itu
justru membuatnya terhibur. Pasti tak ada orang yang
percaya bahwa ia bisa segila itu.
Semua orang sudah berada di tempat tidur ma"singmasing, tidur lelap. Pasti. Pintu ruang tamu utama ter"
buka sedikit, pasti sengaja ditinggalkan begitu untuk ia
masuk. Ia mendongak lagi, me"mandangi rumah yang se"
olah-olah tidur itu. Entah mengapa dirasanya rumah itu
terlalu polos. Tiba-tiba ia terkejut. Ia mendengar"atau itu hanya
angan-angannya?"bunyi sayup-sayup pintu di"tutup.
Ia menoleh dengan cepat. Siapa tahu ada seseorang
yang turun ke kolam renang dan mengikuti"nya ke sana.
Siapa tahu ada seseorang yang me"nunggu dan mengi"
kutinya kembali. Orang itu mungkin telah mengambil
jalan yang lebih tinggi, dan lewat jalan itu telah masuk
ke rumah lagi melalui pintu kebun samping. Mungkin
bunyi ha"lus pintu kebun yang tertutup itulah yang dide"
ngarnya tadi. 118 THE HOLLOW.indd 118 Ia melihat dengan tajam ke jendela-jendela. Apakah
tirai jendela itu bergerak" Apakah tirai itu tadi dising"
kapkan supaya seseorang bisa melihat ke luar, lalu
d"itutup kembali" Kamar Henrietta...
Henrietta! Jangan Henrietta, hatinya tiba-tiba
menjerit panik. Aku tak mau kehilangan Henrietta!
Tiba-tiba ingin rasanya ia melemparkan segeng"gam
kerikil ke jendela Henrietta, dan berseru pa"danya, "Mari
keluar, kekasihku. Datanglah kepadaku sekarang. Mari
berjalan bersamaku, naik menem"bus hutan ke Shovel
Down. Dan di sana, dengar"kanlah... dengarkanlah segala"
galanya yang seka"rang telah ku"ketahui tentang diriku,
dan yang ha"rus kauketahui pula, seandainya kau belum
tahu." Ingin ia berkata pada Henrietta, "Aku akan mu"lai
lagi. Memulai hidup baru sejak hari ini. Semua yang
telah melumpuhkan dan menghalang-halangi"ku dalam
hidup telah gugur. Kau benar, ketika kau bertanya pe"
tang tadi, apakah aku sedang melarikan diri dari diriku.
Itulah yang telah kulakukan se"lama bertahun-tahun ini.
Karena aku tak pernah tahu, apakah kekuatan ataukah
kelemahan yang telah membuatku lari dari Veronica.
Aku memang takut, takut akan diriku sendiri, takut
pada hidup, dan takut padamu."
Kalau saja ia bisa membangunkan Henrietta, dan
menyuruh"nya keluar menyertainya sekarang?"naik me"
nem"bus hutan, ke suatu tempat mereka bisa me"man"
dangi bersama matahari terbit, melewati tepi bumi.
"Kau gila," katanya pada diri sendiri. Ia meng"gigil.
Udara memang dingin, sebab sudah akhir bulan Sep"
tember. "Apa-apaan kau ini?" tanyanya sendiri. "Kau
119 THE HOLLOW.indd 119 telah berkelakuan cukup gila selama semalam ini. Kalau
kau memang bisa selamat, kau betul-betul beruntung!"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bagaimana pikiran Gerda kalau ia semalam suntuk
tidak kembali dan baru pulang bersama-sama tukang
antar susu" Dan bagaimana pula pikiran keluarga Angkatell
mengenai dirinya" Tapi hal itu tidak membuatnya khawatir sedikit pun.
Bagi keluarga Angkatell, bukan jam GMT yang berlaku,
melainkan jam menurut Lucy Ang"katell. Dan bagi Lucy
Angkatell, apa-apa yang tidak biasa tetap saja masuk
akal. Tapi sayangnya Gerda bukan seorang Angkatell. Ger"
da harus ditanganinya. Lebih baik ia masuk dan menye"
lesaikannya dengan Gerda secepat mungkin.
Mungkinkah Gerda yang telah mengikutinya tadi
malam" Kita tak boleh mengatakan dengan yakin bahwa
orang-orang tidak melakukan hal-hal semacam itu.
Sebagai seorang dokter, ia tahu be"nar apa yang selalu
dilakukan orang-orang, entah orang berpikiran maju,
orang yang peka, yang pemilih, atau yang terhormat.
Mereka pasti pernah memasang telinga di pintu-pintu,
diam-diam mem"buka surat orang lain, atau mematamatai serta mengintai orang"sama sekali bukan karena
me"reka menganggap perbuatan-perbuatan itu benar,
melainkan karena nekat, dalam menghadapi rasa takut
yang manusiawi. Kasihan manusia-manusia malang itu, pikirnya. Kasi"
han manusia-manusia yang menderita itu. John Chris"
tow tahu banyak mengenai penderitaan manusia. Ia tak
suka mengasihani kelemahan, tapi ia menaruh kasihan
120 THE HOLLOW.indd 120 pada penderitaan. Karena ia tahu bahwa orang yang
kuat"lah yang menderita.
Kalau Gerda sampai tahu...
Omong kosong, katanya sendiri. Mana mungkin
Gerda tahu" Dia sudah pergi tidur, dan sudah tidur
nyenyak sekarang. Dia tak punya imajinasi, dan tak per"
nah memilikinya. Ia pun masuk melalui pintu yang agak terbuka itu.
Dinyalakannya sebuah lampu, lalu ia menutup dan
mengunci pintu itu lagi. Setelah memadamkan lampu,
ia meninggalkan ruangan tersebut. Ditemu"kannya sake"
lar di lorong rumah, lalu ia naik tang"ga dengan cepat,
langkah-langkahnya ringan. Sa"kelar yang sebuah lagi
memadamkan lampu di lorong rumah. Sesaat ia berdiri
saja di dekat pintu kamar tidurnya, sambil memegang
gagang pintu. Lalu diputarnya gagang itu, dan ia pun
masuk. Kamar itu gelap. Didengarnya napas Gerda yang ter"
atur. Gerda bergerak sedikit waktu ia ma"suk dan menu"
tup pintu. Dengan suara serak dan kurang jelas, Gerda
bertanya, "Kaukah itu, John?"
"Ya." "Sudah larut sekali, kan" Jam berapa sekarang?"
Dengan seenaknya ia menjawab, "Entah, ya. Maaf,
aku membuatmu terbangun. Aku terpaksa ikut masuk
ke rumah perempuan itu dan minum."
Suaranya dibuatnya seperti orang yang merasa bosan
dan mengantuk. "Oh," gumam Gerda. "Selamat tidur, John."
Terdengar bunyi gemeresik waktu Gerda ber"balik di
tempat tidurnya. 121 THE HOLLOW.indd 121 Sudah beres! Sebagaimana biasa, ia beruntung. Seba"
gai"mana biasa"sesaat hal itu menyadarkannya. Ia ber"
pikir, betapa seringnya ia bernasib baik. Ada saat ia me"
nahan napas dan berkata, "Ka"lau ini tidak beres..." Tapi
ternyata beres juga! Tapi pada suatu hari kelak, kebe"
runtungannya pas"ti habis.
Ia cepat-cepat berganti pakaian, lalu naik ke tempat
tidur. Ia teringat akan ramalan nasib anak"nya. Lucu!
Dan yang saat ini ada di atas kepala Papa, dia menguasai
Papa. Veronica! Wanita itu memang pernah menguasai
dirinya. "Tapi sekarang tidak lagi, Sayang," pikirnya de"ngan
rasa puas. "Semua sudah berlalu. Aku sudah bebas dari"
mu sekarang! 122 THE HOLLOW.indd 122 BAB X Jam sepuluh esok paginya barulah John turun. Sarapan
sudah tersedia di bufet. Gerda tadi minta sarapannya di"
antar ke tempat tidur. Ia agak cemas, karena merasa
mungkin ia telah "menyusahkan".
Omong kosong, kata John. Orang-orang seperti
keluarga Angkatell yang masih mampu menggaji kepala
rumah tangga dan pelayan-pelayan sebaik"nya juga mem"
beri mereka kesibukan. Pagi ini ia bersikap ramah ter"
hadap Gerda. Semua kekesalan gara-gara rasa gugup"nya
yang sangat mengganggu akhir-akhir ini agaknya sudah
terhapus dan lenyap. Sir Henry dan Edward sudah pergi menembak, be"
gitu kata Lady Angkatell padanya. Lady Angkatell sen"
diri sedang sibuk dengan sebuah keranjang dan sarung
tangan kebun. John menungguinya dan ber"cakap-cakap
dengannya beberapa lama, sampai Gud"geon datang
meng?"hampiri dengan membawa sepu"cuk surat di se"
buah nampan. "Ini baru saja diantarkan oleh seseorang, Sir."
John mengambilnya dengan alis agak terangkat. Vero"
nica! 123 THE HOLLOW.indd 123 Ia berjalan ke arah perpustakaan, sambil me"robek
amplopnya. Datanglah ke tempatku pagi ini. Aku harus ber"temu
denganmu. Veronica Memerintah, seperti biasa, pikirnya. Semula ia me"
mutuskan untuk tidak pergi. Lalu pikirnya lagi, sebaik"
nya ia pergi saja, dan menyelesaikan"nya. Ya, ia akan lang"
sung pergi. Ia mengambil jalan setapak di seberang pintu ruang
perpustakaan, lalu lewat di dekat kolam renang. Kolam
renang itu seolah-olah merupakan inti. Dari situ ter"
dapat jalan-jalan setapak yang memencar ke segala arah.
Satu menuju bukit, terus ke hutan, satu dari jalan se"
tapak yang diapit bunga-bunga di bagian atas rumah,
satu dari peter"nakan, dan satu lagi menuju jalan umum.
Jalan itulah yang dilalui John sekarang.
Beberapa meter dari jalan umum itulah terletak cot"
tage bernama Dovecotes. Veronica sudah menunggunya. Ia berdiri di jen"dela
bangunan setengah kayu yang anggun itu. Katanya,
"Mari masuk, John. Pagi ini dingin."
Di ruang duduk telah dinyalakan api. Perabot di
ruang duduk itu berwarna putih keabu-abuan, dan ban"
tal"-bantal kursinya berwarna hijau daun.
John memandangi Veronica dengan pandangan me"
nilai. Pagi ini, ia melihat beberapa perbedaan pada diri
Veronica, perbedaan dari sosoknya di masa lalu. Per"
bedaan-perbedaan itu tak dapat di"lihatnya sema"lam.
124 THE HOLLOW.indd 124 Terus terang, Veronica sekarang lebih cantik daripada
dulu. Ia lebih menyadari kecantikannya, dan kecantikan
itu dirawat serta ditingkatkannya dengan segala cara.
Rambutnya yang dulu berwar"na keemasan kini kepe"
rakan. Alis matanya lain, memberikan tekanan lebih
besar pada air muka"nya.
Kecantikannya bukan kecantikan orang yang tak
berakal. John ingat bahwa Veronica dinilai sebagai salah
seorang aktris cerdas. Ia memiliki gelar sarjana, dan me"
ngerti tentang seniman-seniman besar seperti Strind"berg
dan Shakespeare. Tapi kini John mendapatkan kesan tentang se"suatu
yang di masa lalu hanya disadarinya secara samarsamar"yaitu bahwa ia adalah seorang wanita yang rasa
egoisnya tak wajar. Veronica terbiasa mendapatkan apa
saja yang diingininya, dan di balik potongan tubuh
yang indah dan mulus itu, John merasakan adanya
tekad kuat yang jahat. "Aku memintamu datang," kata Veronica sambil
mem"berikan sekotak rokok, "karena kita harus bicara.
Kita harus mengatur rencana. Maksudku, un"tuk masa
depan kita." John mengambil sebatang rokok, lalu menyala"
kannya. Dengan nada menyenangkan ia berkata, "Tapi
apakah kita punya masa depan?"
Veronica menatapnya dengan tajam.
"Apa maksudmu, John" Tentu saja kita punya masa
depan. Kita sudah menyia-nyiakan waktu selama lima
belas tahun. Tak ada gunanya kita membuang waktu
lagi." John duduk. 125 THE HOLLOW.indd 125 "Maaf, Veronica. Tapi aku khawatir kau telah me"ng"
am"bil kesimpulan yang keliru. Aku memang... senang
sekali bertemu lagi denganmu. Tapi hidup kita tidak
berkaitan lagi. Kita sudah terpisah jauh."
"Omong kosong, John. Aku mencintaimu dan kau
mencintaiku. Kita selalu saling mencintai. Ha"nya saja,
kau terlalu keras kepala di masa lalu! Tapi tak usah pikir"
kan itu sekarang. Hidup kita tak perlu bentrok. Aku
tidak berniat kembali ke Ame"rika Serikat. Setelah me"
nye"lesaikan film yang ku"bintangi ini, aku akan main
drama di London. Aku telah mendapatkan sebuah dra"
ma yang bagus se"kali. Elderton menuliskannya untukku.
Drama itu pasti akan sukses besar."
"Aku yakin pasti akan berhasil," kata John sopan.
"Dan kau bisa terus menjadi dokter." Suara Veronica
ra"mah dan merendah. "Kata orang, kau cukup terkenal."
"Veronica, aku sudah menikah. Aku punya dua
orang anak." "Pada saat ini, aku juga terikat pernikahan," kata
Veronica. "Tapi urusan itu mudah diatur. Seorang penga"
cara yang baik bisa mengatur se"muanya." Ia tersenyum
manis sekali pada John. "Sejak dulu aku ingin menikah
denganmu, Sayang. Aku tak mengerti mengapa perasaan"
ku kuat sekali terhadapmu, tapi itulah kenyataannya!"
"Maaf, Veronica, takkan ada pengacara yang baik un"
tuk mengurus apa-apa. Hidupku dan hidup"mu sudah
tak ada hubungannya lagi."
"Setelah kejadian semalam juga tidak?"
"Kau bukan anak kecil, Veronica. Kau telah beberapa
kali berganti suami, dan mungkin juga punya beberapa
kekasih. Apalah artinya peristiwa semalam itu" Sama
sekali tak ada artinya, dan kau tahu itu."
126 THE HOLLOW.indd 126 "Oh, John tersayang..." Veronica masih menun"
jukkan sikap ramah dan besar hati. "Kalau saja kaulihat
wajah"mu di ruang tamu yang pengap itu! Pasti semalam
kau merasa berada di San Miguel lagi!"
John mendesah. "Aku sudah pernah berada di San
Miguel. Cobalah mengerti, Veronica. Kau"datangi aku
dari masa lalu. Tapi hari ini... hari ini lain. Aku
sekarang lima belas tahun lebih tua. Seorang pria yang
bahkan tidak kaukenal lagi. Dan aku yakin kau takkan
me"nyukaiku, seandai"nya kau mengenalku sekarang."
"Kau lebih memilih istri dan anak-anakmu dari"pada
aku?" Veronica benar-benar keheranan.
"Mungkin aneh bagimu, tapi begitulah keadaan"nya."
"Omong kosong, John. Kau mencintaiku."
"Maaf, Veronica."
"Kau tak mencintaiku?" tanyanya tak percaya.
"Sebaiknya kita berterus terang dalam hal ini. Kau
seorang wanita yang amat cantik, Veronica. Tapi aku ti"
dak mencintaimu." Veronica duduk diam, tak bergerak, hingga ke"lihatan
seperti patung lilin. Sikap diamnya itu membuat John
agak gelisah. Waktu akhirnya ia berbicara, nada suaranya mengan"
dung dendam yang amat hebat, hingga John agak gen"
tar. "Siapa dia?" "Dia" Siapa maksudmu?"
"Perempuan yang berdiri di dekat perapian itu sema"
lam." Henrietta! pikir John. Mengapa dia sampai menyebutnyebut Henrietta"
127 THE HOLLOW.indd 127 "Siapa yang kaubicarakan itu" Midge Hard"castle?"
"Midge" Itu gadis yang berwajah segi empat dan be"
rambut hitam itu, bukan" Bukan, bukan dia. Maksudku
bukan pula istrimu. Yang kumaksud adalah setan ku"rang
ajar yang bersandar di dekat perapian itu! Karena dialah
kau berpaling dariku! Oh, tak usah sok bermoral, dan
men"jadikan istri dan anak-anakmu sebagai alasan. Perem"
puan itulah penyebabnya."
Veronica bangkit, lalu menghampirinya.
"Tidakkah kau mengerti, John, bahwa sejak kembali
ke Inggris satu setengah tahun yang lalu, aku terus-me"ne"
rus ingat padamu" Pikirmu untuk apa aku menyewa
tempat jelek ini" Hanya karena kudengar kau sering ber"
libur akhir pekan bersama keluarga Angkatell itu di sini!"
"Jadi, perbuatanmu semalam sudah direncana"kan,
Vero"nica?" "Kau milikku, John. Selalu milikku!"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku bukan milik siapa-siapa, Veronica. Apa kau be"
lum juga belajar bahwa kita tak pernah bisa memiliki
manusia lain, lahir dan batin" Aku men"cintaimu waktu
aku masih muda. Aku ingin kau membagi hidupmu
denganku. Tapi kau tak mau!"
"Hidupku dan karierku waktu itu jauh lebih penting
daripada hidup dan kariermu! Setiap orang bisa menjadi
dokter!" John menjadi naik darah. "Apakah dirimu memang sehebat yang kaupikir?"
"Maksudmu aku belum mencapai puncak karier" Aku
akan mencapainya! Percayalah!"
John Christow memandanginya tanpa minat, "Aku
tidak begitu yakin kau akan mencapainya. Ada keku"
128 THE HOLLOW.indd 128 rangan, pada dirimu, Veronica. Kau ter"lalu serakah, kau
tidak pernah rela memberi. Itulah kekurangan"mu."
Veronica bangkit. Dengan suara halus ia ber"kata,
"Lima belas tahun yang lalu kau menolakku. Hari ini
kau menolakku lagi. Aku akan membuatmu menyesali
perbuatanmu itu." John bangkit, lalu pergi ke pintu.
"Maafkan aku, Veronica, kalau aku telah me"nyakiti
hatimu. Kau sungguh cantik, Sayang, dan aku pernah
sangat mencintaimu. Tak bisakah kita mengakhirinya
dengan baik-baik?" "Sampai jumpa, John. Kita tidak akan meng"akhi"
rinya dengan baik-baik. Kau akan merasakan"nya. Ku"
rasa... kurasa aku membencimu lebih dari"pada aku bisa
mem"benci siapa pun."
John hanya mengangkat bahu.
"Maafkan aku. Selamat tinggal."
John kembali berjalan lambat-lambat melalui hutan.
Setiba di kolam renang, ia duduk di bangku yang ada
di sana. Ia tidak menyesali tin"dakannya terhadap Vero?"
nica tadi. Veronica adalah seorang wanita yang jahat,
pikirnya tanpa perasaan apa-apa. Sejak dulu ia jahat.
Untung ia telah me"lepaskan diri tepat pada waktu"nya.
Entah apa yang akan terjadi atas dirinya sekarang, bila
hal itu tidak dilakukannya!
Ya, ia punya keinginan untuk memulai hidup baru,
tanpa ada ikatan dan tanpa dihalangi oleh masa lalu.
Pasti sulit hidup bersamanya selama satu atau dua tahun
terakhir ini. Kasihan Gerda, pikirnya. Gerda tak pernah
mementingkan diri sendiri. Ia selalu berkeinginan untuk
menyenangkan hati suaminya. John memutuskan untuk
129 THE HOLLOW.indd 129 bersikap lebih baik terhadap Gerda di masa yang akan
datang. Dan mungkin sekarang ia juga bisa berhenti meng"
gertak Henrietta. Bukan karena Henrietta bisa digertak.
Tidak, Henrietta bukan orang semacam itu. Walau ba"
dai melandanya, ia akan tetap berdiri tegar, dan matanya
memandang dengan nanar dari jauh.
Aku akan pergi mendatangi Henrietta, dan men"
cerita"kannya padanya, pikirnya.
Mendadak ia mengangkat wajah, karena tergang"gu
oleh suatu bunyi halus yang tak terduga. Sejak tadi me"
mang ada suara tembakan-tembakan di hutan di atas,
dan ada pula bunyi-bunyian kecil yang biasa dari hutan,
seperti kicau burung-burung serta suara-suara halus dan
menyedihkan dari daun-daun yang gugur. Tapi suara ini
lain"suara "klik" samar namun jelas.
Tiba-tiba John menyadari adanya bahaya. Sudah be"
rapa lama ia duduk di situ" Setengah jam" Satu jam"
Ada seseorang yang memperhatikannya. Seseorang... Dan
suara itu" ya, itu pasti suara...
Ia menoleh dengan mendadak, reaksinya me"mang sa"
ngat cepat. Tapi ia masih kurang cepat. Matanya ter"
belalak karena terkejut, tapi ia tak sempat lagi menge"
luarkan suara. Tembakan itu ber"bunyi, dan dia jatuh,
terkapar di tepi kolam re"nang.
Noda berwarna merah tua makin lama makin mem"
besar di sisi sebelah kirinya, lalu me"netes perlahan-lahan
ke semen di tepi kolam, dan dari sana mengalirlah war"
na merah ke air yang biru.
130 THE HOLLOW.indd 130 BAB XI Hercule Poirot menjentikkan butir debu terakhir dari
sepatunya. Ia telah berpakaian dengan cermat un"tuk jamu"
an makan siang itu, dan ia puas dengan hasil"nya.
Ia tahu betul, pakaian macam apa yang biasa dipakai
di daerah pedesaan Inggris pada hari Minggu, tapi ia
tak ingin menyesuaikan diri de"ngan cara-cara Inggris. Ia
lebih suka memper"tahankan standarnya sendiri menge"
nai cara kota yang rapi. Ia bukan seorang pria pedesaan
Inggris, dan ia tak akan berpakaian sebagai seorang pria
pedesaan Inggris. Ia adalah Hercule Poirot!
Diakuinya bahwa ia tidak begitu suka dae"rah pede"
saan. Tapi ia telah mengalah dan membeli cottage yang
bernama Resthaven itu, ka"rena banyaknya sahabat yang
memujinya. Padahal satu-satunya yang disukainya pada
cottage itu ada"lah bentuknya yang benar"benar segi em"
pat, seper"ti sebuah kotak. Ia tak peduli pa"da peman"
dangan di sekelilingnya, meskipun ia tahu bahwa tem"
pat itu dianggap tempat yang cantik. Tapi tempat itu
jauh dari simetris, hingga ia tidak tertarik. Ia tak begitu
suka pada pohon-pohon dalam musim apa pun"soal"
131 THE HOLLOW.indd 131 nya pohon-pohon punya kebiasaan jo"rok, yaitu men"
jatuhkan daun-daun seenaknya saja! Pohon-"pohon poplar
dan sebangsa pohon ce"mara masih di"sukainya, tapi po"
hon-pohon beech dan pohon ek yang campur aduk itu
tidak membuatnya terkesan. Pemandangan seperti itu
sebaiknya di"nikmati dari sebuah mobil pada suatu pe"
tang yang cerah. Maka kita pun akan berseru, "Quel
beau paysage!" Lalu setelah itu kita belokkan kembali
mobil kita ke sebuah hotel yang baik.
Yang dianggapnya terbaik dari Resthaven adalah ke"
bun sayuran yang kecil, yang diatur dalam baris-"baris
rapi oleh tukang kebunnya, Victor, yang Belgia. Semen"
tara itu, Franqoise, istri Victor, meng"abdikan diri"nya de"
ngan segala kelembutan hatinya untuk mengu"rus perut
majikannya. Hercule Poirot keluar lewat pintu pagar. Ia men"desah.
Dilihatnya sekali lagi sepatu hitamnya yang su"dah ber"
kilat, diperbaikinya letak topi Homburg"-nya yang ber"
warna kelabu muda, lalu ia melihat ke kiri-kanan jalan.
Ia agak merinding waktu melihat Dovecotes. Dove"
cotes dan Resthaven dibangun oleh dua orang kon"
traktor yang saling bersaing. Mereka masing"-masing
men"dapatkan sebidang tanah. Tak lama kemudian usaha
pengembangan mereka dihalang-"halangi oleh Badan
Usaha Nasional, demi keles"tarian keindahan daerah pe"
de"saan. Kedua rumah itu tetap mewakili dua aliran pi"
kiran. Resthaven boleh disebut sebuah kotak beratap
yang teramat modern dan agak membosankan. Sedang"
kan Dove"cotes adalah hasil campur aduk dari sebuah
bangunan separuh kayu beraliran tua yang dibuat se"
kecil mungkin. 132 THE HOLLOW.indd 132 Hercule Poirot berpikir-pikir, jalan mana yang akan
ditempuhnya untuk pergi ke The Hollow. Ia tahu, agak
di bagian atas jalan umum ada sebuah pintu pagar dan
sebuah jalan setapak. Jalan tak resmi itu akan menying"
katkan jarak hampir satu kilometer perjalanan daripada
melalui jalan resmi. Tapi Hercule Poirot, yang selalu ber"
pegang teguh pada aturan pergaulan, memutuskan un"
tuk menem"puh jalan yang lebih panjang, dan mema"suki
ru"mah melalui jalan depan, sebagaimana mesti"nya.
Ini merupakan kunjungannya yang pertama pada Sir
Henry dan Lady Angkatell. Menurut pendapat"nya,
orang tak pantas menempuh jalan-jalan pintas tanpa di"
undang, apalagi bila ia merupakan tamu dari orangorang yang berkedudukan penting da"lam masyarakat.
Harus diakuinya bahwa ia me"mang senang sekali mene"
rima undangan itu. "Mereka orang-orang yang punya sifat khas,"
pikirnya sendiri. Ia masih ingat suatu kesan khas mengenai ke"luarga
Ang"katell, selama pergaulannya dengan me"reka di Bag"
dad. Khususnya mengenai Lady Angkatell.
"Je suis un peu snob," gumamnya pada dirinya sen"
diri. Perkiraannya mengenai waktu yang dibutuhkan un"
tuk berjalan ke The Hollow lewat jalan umum ter"nyata
tepat. Jam menunjukkan tepat jam satu kurang satu me"
nit waktu ia membunyikan bel pin"tu depan. Ia se"nang
telah tiba di tempat tujuan, sebab ia merasa agak letih.
Ia tak suka berjalan. Pintu dibuka oleh Gudgeon yang berpenampilan
hebat. Poirot menyukainya. Tapi sambutannya ti"dak se"
perti yang diharapkannya.,
133 THE HOLLOW.indd 133 "Her Ladyship* ada di pondok peristirahatan di
dekat kolam renang, Sir. Silakan ikut saya."
Kesukaan orang-orang Inggris untuk duduk di luar
ru"mah membuat hati Poirot kesal. Kita memang harus
me"nye"suaikan diri dengan kesukaan itu di tengah-te"
ngah musim panas, tapi, pikir Poirot, kita tentu tak bisa
berbuat demikian dalam musim gu"gur di akhir bulan
September ini! Udara memang tidak terlalu dingin, te"
tapi sebagaimana biasanya pada musim gugur, kelem"bap"
annya tetap terasa. Akan lebih menyenangkan se"andai"
nya ia diper"silakan masuk ke dalam ruang tamu utama
yang nyaman, apalagi kalau ada api di perapian. Tapi
tidak, nyatanya ia diantar melewati pintu-pintu, menye"
berangi lereng berumput, melalui sebuah batu karang
kecil, menyusuri jalan setapak yang sempit di an"tara
pohon-pohon kenari muda yang ditanam rapat-rapat.
Sudah merupakan kebiasaan keluarga Angkatell un"
tuk mengundang tamu-tamu mereka pada jam satu, dan
pada hari cerah, mereka minum-minum koktail dan
sherry di pondok peristirahatan yang kecil di dekat ko"
lam renang. Jam makan siang sudah ditentukan jam se"
tengah dua, dengan per"hitungan tamu-tamu yang suka
terlambat sudah akan tiba pada saat itu. Sementara itu,
juru masak Lady Angkatell yang hebat bisa mulai me"
nyiap"kan makanan ringan tanpa banyak gang"guan.
Menurut Hercule Poirot, rencana itu tidak me"nye"
nang"kan. Dalam waktu singkat, aku akan kembali ke tem"pat"
ku semula, pikirnya. ________________________ *Cara menyebutkan majikan wanita ningrat terhadap orang lain
134 THE HOLLOW.indd 134 Dengan rasa sakit yang makin lama makin te"rasa di
kakinya, ia mengikuti Gudgeon yang ber"tubuh tinggi.
Pada saat itulah ia mendengar jeritan kecil tepat di
hadapannya. Suara itu menambah rasa tak senangnya.
Suara itu tidak pada tempatnya, tak cocok. Ia tidak
menilainya, tidak pula memikirkan"nya. Bila teringat
jeritan itu kemudian, ia tak dapat memastikan perasaan
apa yang ditimbulkan oleh jeritan itu. Apakah rasa ke"
sal" Terkejut" Ketakut"an" Ia hanya bisa mengatakan bah"
wa jeritan itu benar-benar tak terduga.
Gudgeon melangkah keluar dari deretan pohon
kenari. Ia menyingkir dengan sopan, untuk memberi ja"
lan pada Poirot, dan pada saat yang sama, setelah ter"
lebih dulu menelan ludah, ia ber"gumam, "M. Poirot,
Nyonya," dengan suara rendah dan hormat. Tapi tibatiba kelenturan tubuhnya hilang. Ia tampak mengejang,
napasnya tertahan?"tak cocok sebagai sikap seorang ke"
pala rumah tangga. Hercule Poirot melangkah ke alam terbuka yang me"
nge"lilingi kolam renang, dan ia juga tiba-tiba jadi me"
nge"jang, tapi disertai rasa kesal.
Ini keterlaluan"benar-benar keterlaluan! Tak diduga"
nya keluarga Angkatell akan menyuguhkan sesuatu yang
murahan begini. Ia sudah berjalan jauh di jalan umum,
ia merasa kecewa akan rumah ini"dan sekarang ini pu"
la! Inilah rasa humor orang Inggris yang tidak pada tem"
patnya! Ia merasa kesal dan bosan"ah, bosan sekali! Baginya
kematian bukanlah sesuatu yang lucu. Dan sekarang,
sebagai suatu lelucon, mereka telah mem"persiapkan sua"
tu bentuk permainan. 135 THE HOLLOW.indd 135 Yang dilihatnya adalah suatu tiruan kejadian pem"
bunuhan. Di pinggir kolam tergeletak sesosok tubuh,
diatur dengan amat artistik. Lengannya te"rentang, bah"
kan ada cat merah yang menetes per"lahan-lahan melalui
tepi semen, ke dalam kolam. Tubuh itu sangat menarik
perhatian"tubuh se"orang pria tampan berambut pi"
rang. Di samping tubuh itu berdiri seorang wanita se"
tengah baya bertubuh pendek gemuk. Ia memegang
sebuah re"volver, air mukanya hampa dan aneh.
Lalu ada pula tiga aktor dan aktris lain. Di ujung ko"
lam ada seorang wanita muda bertubuh tinggi, rambut"
nya berwarna cokelat, persis warna daun-daun dalam
musim gugur ini. Ia sedang me"megang sebuah keranjang
yang penuh dengan bu"nga dahlia. Agak lebih jauh lagi
ada seorang pria bertubuh tinggi yang penampilannya
tidak mencolok. Ia mengenakan pakaian berburu, dan
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mem"bawa sebuah senapan. Tepat di sebelah kirinya ada"
lah nyonya rumahnya, Lady Angkatell, yang mem"bawa
sekeranjang telur. Jelas bagi Hercule Poirot bahwa ada beberapa jalan
setapak yang berpusat ke kolam renang itu, dan orangorang itu, tiba di situ lewat jalan yang berlainan.
Semua itu kelihatannya sudah diperhitungkan ma"
sak-masak, dan sudah diatur.
Ia mendesah. Enfin, apa yang mereka harapkan
untuk dilakukannya" Apakah ia harus berpura-pura
percaya akan "peristiwa kejahatan" ini" Apakah ia harus
memper"lihatkan rasa kesal"atau rasa sangat terkejut"
Ataukah ia harus membungkuk, memberi selamat pada
nyonya rumah"nya, dan berkata, "Wah, benar-benar
menarik apa yang Anda siap"kan untuk saya ini."
136 THE HOLLOW.indd 136 Padahal semua itu bodoh sekali. Melanggar nor"ma
keagamaan! Bukankah Ratu Victoria sendiri pernah
berucap, "Kami tidak merasakan kelucuan"nya?" Ingin se"
kali ia mengucapkan kata-kata yang sama. "Saya, Her"
cule Poirot, tidak merasakan kelucuannya."
Lady Angkatell berjalan ke arah tubuh itu. Poirot
menyusul, diikuti oleh Gudgeon yang masih ter"sengalsengal. "Rupanya yang seorang ini tidak di"libatkan da"
lam rahasia permainan ini," pikir Poirot. Kedua orang
lain itu pun menghampiri mereka, dari sisi lain kolam.
Kini mereka sudah cukup dekat. Semua melihat ke arah
sosok yang terkapar de"ngan mencolok di tepi ko"lam itu.
Lalu tiba-tiba, dengan amat terkejut, seperti meng"
hadapi layar film yang mengabur sebelum gambar ter"
fokus, Hercule Poirot menyadari bahwa peman"dangan
buatan yang diatur itu ternyata sungguh-"sungguh.
Karena yang sedang dilihatnya itu, kalau bukan sese"
orang yang sudah meninggal, adalah seseorang yang se"
dang sekarat. Bukan cat merah yang menetes dari tepi semen itu,
me"lainkan darah. Pria itu ditembak"belum lama.
Cepat-cepat Poirot mengalihkan pandangan ke arah
wanita yang berdiri dengan memandang revolver di
dekat tubuh itu. Wajahnya hampa, tanpa perasaan apa
pun. Ia kelihatan bingung dan agak bodoh.
Aneh, pikir Poirot. Apakah dengan melepaskan tembakan itu semua
emosi dan perasaannya telah terkuras, pikir Poirot ingin
tahu. Apakah setelah semua nafsunya tertum"pah, kini
tinggal kulit yang keletihan saja" Mung"kin begitu, pikir"
nya. 137 THE HOLLOW.indd 137 Lalu ia menunduk lagi, melihat pada orang yang ter"
tembak itu, dan ia terperanjat, karena mata orang yang
sedang sekarat itu terbuka. Mata itu amat biru, dan
mengandung pernyataan yang tak terbaca oleh Poirot,
tapi bisa dilukiskan sebagai mata orang yang sadar.
Dan tiba-tiba terasa oleh Poirot bahwa dalam kelom"
pok orang ini, hanya satu orang yang benar-"benar hi"
dup"yaitu pria yang sedang menghadapi maut ini.
Tak pernah Poirot mendapatkan kesan yang be"gitu
jelas dan sungguh-sungguh tentang kehidupan. Orangorang yang lain hanya merupakan sosok-"sosok pucat
dalam bayang-bayang, seperti para aktor dalam su"atu
dra"ma. Tapi pria yang seorang ini sungguh-sungguh nyata.
John Christow membuka mulut, lalu ber"bicara. Sua"
ranya tegas, tidak mengandung rasa ter"kejut, dan ber"
nada mendesak. "Henrietta...," katanya.
Lalu kelopak matanya tertutup, dan kepalanya ter"
kulai ke samping. Hercule Poirot berlutut. Ia meyakinkan diri, lalu
bang"kit dan langsung menepiskan debu dari lutut cela"
na"nya. "Ya," katanya, "dia sudah meninggal."
Gambaran itu terputus, bergoyang, lalu terfokus lagi.
Kini timbul reaksi dari masing-masing orang"reaksireaksi kecil. Poirot mengikuti semua ke"jadian itu dengan
mata dan telinga yang diper"tajam. Hanya itu yang di"
laku"kan"nya, mengikuti saja.
Tampak olehnya Lady Angkatell melepaskan geng"
gaman pada keranjang. Gudgeon cepat-"cepat me"lompat
maju, menyambut keranjang itu.
138 THE HOLLOW.indd 138 "Mari saya bawakan, Nyonya."
Sebagaimana biasa, dan tanpa disadarinya, Lady Ang"
katell bergumam, "Terima kasih, Gudgeon."
Lalu dengan ragu ia berkata lagi, "Gerda?"
Barulah wanita yang memegang revolver itu ber"
gerak. Ia melihat ke sekelilingnya, pada mereka semua.
Waktu ia berbicara, suaranya mengandung rasa heran
yang murni. "John sudah meninggal," katanya, "John me"ninggal."
Wanita muda yang bertubuh tinggi dan beram"but
co"kelat seperti daun itu cepat-cepat mengham"pirinya de"
ngan berwibawa. "Berikan itu padaku, Gerda," katanya.
Lalu dengan cekatan, sebelum Poirot sempat mela"
rang atau mencegahnya, diambilnya revolver itu dari
tangan Gerda Christow. Poirot cepat-cepat maju selangkah.
"Seharusnya itu tak boleh Anda lakukan, Made"moi"
selle." Wanita muda itu terkejut dan menjadi gugup men"
dengar suara Poirot. Revolver itu terlepas dari tangan"
nya. Ia sedang berdiri di tepi kolam, dan revolver itu ter"
cebur ke dalam air. Mulutnya terbuka, dan ia mengucapkan "Oh" de"
ngan sangat kebingungan, sambil menoleh dan me"lihat
pada Poirot dengan pandangan mengan"dung rasa sesal.
"Bodoh sekali saya," katanya. "Maafkan saya."
Sesaat lamanya Poirot tidak berbicara. Ia me"natap se"
pasang mata bulat cerah itu. Mata itu membalas tata"pan"
nya dengan mantap, dan Poirot jadi ingin tahu apa"kah
rasa curiganya yang muncul sesaat itu tidak ber"alasan.
139 THE HOLLOW.indd 139 Dengan tenang ia berkata, "Semua harus di"tangani
sesedikit mungkin. Segala-galanya harus tetap dibiarkan
sebagaimana adanya, untuk diperik"sa po"lisi."
Lalu timbul sedikit kegelisahan"sedikit sekali. Dengan
nada tak senang, Lady Angkatell ber"gumam, "Tentu. Ya...
saya rasa polisi..."
Dengan suara tenang yang diwarnai rasa eng"gan,
pria yang mengenakan pakaian berburu ber"kata, "Kurasa
hal itu tak dapat dielakkan, Lucy."
Dalam saat yang sepi dan penuh kesadaran itu, ter"
dengar langkah-langkah orang dan suara-suara. Lang"
kah-langkah itu terdengar tegap, dan suara yang ber"
bicara terdengar ceria, tak sesuai dengan suasana.
Melalui jalan setapak dari rumah, Sir Henry Ang"
katell dan Midge Hardcastle datang, sambil bercakapcakap dan tertawa-tawa.
Melihat kelompok orang di sekeliling kolam itu,
lang"kah Sir Henry terhenti, dan ia berseru dengan ter"
kejut, "Ada apa" Ada apa?"
Istrinya menjawab, "Gerda telah..." Ia terdiam men"
dadak. "Maksudku... John telah..."
Dengan suara datar yang masih mengandung ke"
bingungan, Gerda berkata, "John tertembak. Dia sudah
meninggal." Mereka semua tak mau melihat padanya. Me"rasa
risi. Lalu Lady Angkatell cepat-cepat berkata, "Sa"yang,
ku"rasa sebaiknya kau pergi saja dan... dan berbaring.
Barangkali sebaiknya kita kembali ke rumah saja. Henry,
kau dan M. Poirot bisa tinggal di sini dan... dan me"
nung"gu polisi."
140 THE HOLLOW.indd 140 "Kurasa itulah rencana yang terbaik," kata Sir Henry.
Ia berpaling pada Gudgeon. "Tolong tele"pon polisi,
Gud"geon. Ceritakan saja apa yang telah terjadi. Bila
polisi tiba, bawa mereka langsung kemari."
Gudgeon mengangguk sedikit, lalu berkata, "Baiklah,
Sir Henry." Ia kelihatan agak pucat, tapi tetap meru"
pakan pelayan yang sempurna.
Wanita muda yang bertubuh tinggi itu berkata,
"Mari, Gerda." Sambil memegang lengan Gerda, dituntun"
nya wanita itu meninggalkan tempat ter"sebut. Gerda me"
nu"rut saja. Melalui jalan setapak, mereka menuju ke ru"
mah. Gerda seperti orang berjalan dalam tidur. Gud?"geon
mundur sedikit, memberi mereka jalan untuk le"wat, lalu
ia me"nyusul sambil membawa keranjang telur.
Sir Henry berpaling dengan tajam ke arah istrinya.
"Nah, Lucy, apa-apaan semua ini" Apa se"benarnya
yang telah terjadi?"
Lady Angkatell mengangkat tangan, suatu isyarat tak
berdaya yang bagus sekali. Hercule Poirot merasakan
daya tarik gerakan itu. "Boleh dikatakan aku tak tahu apa-apa, Sayang. Aku
sedang berada di peternakan ayam. Aku men"dengar
suatu tembakan yang kedengarannya dekat sekali. Tapi
aku tidak curiga. Yah, siapa yang mau memikirkannya!"
Ia menujukan kata-kata itu pada semua yang hadir.
"Lalu aku berjalan lewat jalan setapak, ke kolam ini.
Kulihat John sudah terba"ring di situ, dan Gerda berdiri
di dekatnya sambil memegang revolver. Henrietta dan
Edward tiba hampir bersamaan"dari sana itu."
Ia menunjuk dengan cara menganggukkan ke"palanya
ke arah sisi lain kolam renang, tempat ada dua jalan
setapak yang menuju hutan.
141 THE HOLLOW.indd 141 Hercule Poirot berdeham. "Siapa mereka itu, John dan Gerda" Kalau saya bo"
leh tahu," tambahnya dengan nada meminta maaf.
"Oh, ya." Lady Angkatell cepat-cepat menoleh pada"
nya dengan sikap meminta maaf. "Saya sam"pai lupa.
Tapi saya rasa, kita biasanya memang tidak memper"
kenal"kan orang-orang satu sama lain bila ada seseorang
yang baru saja terbunuh. John adalah John Christow,
Dr. Christow. Gerda Chris"tow adalah istrinya."
"Dan wanita yang mengantar Mrs. Christow ma"suk
ke rumah itu?" "Itu saudara sepupu saya, Henrietta Savernake."
Ada seseorang yang bergerak, suatu gerakan samar
dari pria yang berada di sebelah kiri Poirot.
"Henrietta Savernake," pikir Poirot. "Agaknya pria
ini tak senang nama itu disebutkan"tapi, bagai"mana"
pun juga, penting sekali aku menge"tahuinya."
"Henrietta!" kata orang yang sekarat itu tadi. Ia
mengu"capkannya dengan cara yang aneh sekali. Suatu
cara yang mengingatkan Poirot akan sesuatu"akan
suatu kejadian"kejadian apa, ya" Biarlah, kelak pasti ia
akan ingat. Lady Angkatell berbicara lagi. Kini ia ingin meme"
nuhi kewajiban-kewajibannya dalam tata cara per"gaulan.
"Ini seorang lagi saudara sepupu saya, Edward
Angkatell. Dan ini Miss Hardcastle."
Poirot menyambut perkenalan itu dengan mengang"
guk sopan. Midge tiba-tiba merasa ingin ter"tawa his"
teris, tapi ia berusaha keras menguasai dirinya.
"Nah, sekarang, Sayang," kata Sir Henry, "kurasa se"
baik"nya kalian kembali ke rumah, sebagaimana kau"
142 THE HOLLOW.indd 142 anjurkan tadi. Aku akan berbincang-bincang se"dikit de"
ngan M. Poirot di sini."
Lady Angkatell memandangi mereka dengan me"
renung. "Mudah-mudahan saja Gerda benar-benar ber"ba"
ring," katanya. "Apakah tepat anjuran itu" Saya benarbenar tak tahu apa yang harus saya katakan tadi. Mak"
sud saya, kita tak punya persiapan apa"-apa. Apa se"be"narnya
yang harus kita katakan pada seorang wanita yang baru
saja membunuh suami"nya?"
Ia memandangi mereka semua, seolah-olah ber"harap
ada yang memberikan jawaban berarti ter"hadap pe"r"ta"nya?"
an"nya. Lalu ia pergi ke rumah, lewat jalan setapak. Midge
menyusulnya. Edward berjalan paling bela"kang.
Tinggallah Poirot dengan tuan rumahnya.
Sir Henry menelan ludah. Agaknya ia kurang yakin
akan apa yang harus dikatakannya.
Akhirnya ia baru berkata, "Christow adalah " orang
yang pandai sekali."
Poirot sekali lagi memandangi orang yang sudah me"
ninggal itu. Ia masih saja punya kesan bahwa orang
yang sudah meninggal itu lebih hidup dari"pada orangorang yang masih hidup.
Ia ingin tahu, mengapa ia punya kesan begitu.
Dengan sopan ia menanggapi kata-kata Sir Henry.
"Tragedi semacam ini memang sangat tak meng"un"
tungkan," katanya. "Peristiwa semacam ini adalah bidang Anda, bukan
bidang saya," kata Sir Henry. "Saya rasa, saya tak pernah
berhubungan langsung dengan suatu pembunuhan. Saya
143 THE HOLLOW.indd 143 harap sejauh ini, apa yang telah saya lakukan benar
adanya." "Prosedurnya sudah benar," kata Poirot. "Anda telah
memanggil polisi, dan sebelum mereka da"tang untuk
menjalankan tugas mereka, tak ada yang bisa kita laku"
kan"kecuali menjaga agar tak seorang pun meng"
ganggu jenazah atau berbuat se"suatu terhadap barang
bukti."
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sambil mengucapkan kata-kata terakhir itu, ia me"
man"dang ke dalam kolam, tempat ia bisa melihat revol"
ver yang tergeletak di semen dasar"nya. Revolver itu tam"
pak bengkok-bengkok ka"rena pengaruh air yang biru.
Barang buktinya, pikirnya, telah diganggu se"belum
ia, Hercule Poirot, bisa mencegahnya.
Tapi tidak"itu hanya suatu kecelakaan.
Dengan kesal Sir Henry bergumam, "Apakah me"
nurut Anda, kita harus berdiri di sini terus" Dingin ju"
ga, bukan" Saya rasa kita boleh masuk ke pondok per"
istirahatan." Poirot, yang mulai merasakan kakinya lembap dan
agak menggigil, dengan senang menyetujui saran itu.
Pondok peristirahatan itu terletak di sisi kolam renang
yang terjauh dari rumah, dan me"lalui pintunya yang ter"
buka, mereka bisa melihat seluruh bagian kolam renang
dan jenazah itu, juga jalan setapak yang menuju rumah,
yang akan di"lalui polisi.
Pondok peristirahatan itu dilengkapi dengan me"wah.
Ada bangku-bangku yang nyaman dan per"madani ceria
bergaya lokal. Di meja besi yang bercat ada sebuah nam"
pan yang dilengkapi dengan gelas-"gelas, dan sebuah
botol berisi minuman sherry.
144 THE HOLLOW.indd 144 "Sebenarnya saya ingin menawarkan minuman pada
Anda," kata Sir Henry, "tapi saya rasa se"baiknya saya
tidak menyentuh apa-apa sebelum polisi datang, mes"
kipun saya rasa tak ada sesuatu yang akan menarik per"
hatian mereka di sini. Tapi sebaiknya kita memilih yang
teraman saja. Saya lihat Gudgeon belum mengantar
koktail. Dia me"nunggu sampai Anda datang tadi."
Kedua pria itu duduk dengan agak berhati-hati di
dua buah kursi rotan di dekat pintu, supaya mereka
bisa mengawasi jalan setapak yang menuju rumah.
Mereka dalam keadaan tegang, dan dalam ke"adaan
itu, sulit untuk bercakap-cakap.
Poirot melihat ke sekeliling pondok peristirahat"an
ter?"sebut, sambil mencatat dalam hati apa-apa yang di"
anggapnya tidak biasa. Sehelai mantel pen"dek yang
mahal dari bulu rubah yang berwarna keperakan, ter"
gantung sembarangan pada sandaran salah sebuah kursi.
Ia ingin tahu, kepunyaan siapa itu. Keindahannya yang
agak mencolok tidak se"suai dengan salah seorang di
antara orang-orang yang selama ini telah dilihatnya. Dia,
umpamanya, tak bisa membayangkan mantel itu me"
nutup bahu Lady Angkatell.
Hal itu membuatnya risau. Mantel itu mem"berikan
kesan campuran antara kemewahan dan sikap suka pa"
mer. Watak seperti itu tak ada pada orang-orang yang
selama ini telah dilihatnya.
"Saya rasa kita bisa merokok," kata Sir Henry sambil
me"nawarkan kotak rokoknya pada Poirot. Sebelum meng"
ambil sebatang rokok, Poirot menghirup bau udara.
Parfum Prancis"parfum Prancis yang mahal. Yang
tinggal hanya bekasnya, tapi bau harum itu ada. Dan
145 THE HOLLOW.indd 145 lagi-lagi bau harum itu tak dapat dihubungkan dengan
salah seorang penghuni The Hollow.
Saat dia membungkukkan tubuh ke depan untuk
menyulut rokoknya pada api pemantik yang di"sodorkan
Sir Henry, pandangannya jatuh pada se"tumpuk korek
api"berjumlah enam kotak"yang tersusun di sebuah
meja kecil di dekat salah satu bangku.
Kenyataan kecil itu dianggapnya aneh sekali.
146 THE HOLLOW.indd 146 BAB XII "Jam setengah tiga," kata Lady Angkatell. Ia ber"ada di
ruang tamu utama, bersama Midge dan Edward. Dari
balik pintu ruang kerja Sir Henry yang tertutup, ter"d"
engar gumam suara-suara. Her"cule Poirot, Sir Hen"ry, dan
Inspektur Grange ada di dalam.
Lady Angkatell mendesah. "Midge, kurasa sebaiknya kita menyiapkan ma"kan
siang saja. Meskipun kelihatannya tidak ber"perasaan
duduk di meja makan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Tapi, bagaimanapun juga, M. Poirot telah kita undang
untuk makan siang, dan mungkin dia sudah lapar. Apa"
lagi dia tentunya tidak begitu risau seperti kita karena
terbunuhnya John Christow. Dan meskipun aku sendiri
tidak begitu ingin makan, kurasa Henry dan Edward
sudah lapar sekali, setelah pergi menembak tadi pagi."
Edward Angkatell berkata, "Tak usah memikir"kan
aku, Lucy sayang." "Kau memang selalu penuh pertimbangan, Ed"ward.
Tapi kan ada David. Kulihat dia makan banyak sekali se"
malam. Agaknya orang cerdas me"mang banyak
147 THE HOLLOW.indd 147 membutuhkan makanan. Omong-"omong, mana David,
ya?" "Dia naik ke kamarnya," kata Midge, "setelah men"
dengar apa yang terjadi."
"Ya, bijak juga dia. Aku yakin dia merasa serbasalah. Yah, pembunuhan, bagaimanapun juga, me"mang
mem"buat kita serbasalah. Hal itu menga"caukan para
pela"yan, juga mengacaukan semua peraturan rutin. Kita
akan makan bebek siang ini. Untung bebek cukup enak
dimakan, meskipun su"dah dingin. Apa yang harus di"
perbuat dengan Gerda, menurut kalian" Apakah se"baik"
nya kita su"ruh antar makanan di nampan" Ataukah
sedikit sup yang agak pedas?"
"Aduh," pikir Midge, "Lucy sangat tidak manu"
siawi." Lalu dengan menyesal dipikirnya bahwa mung"
kin justru Lucy terlalu manusiawi, hingga orang sering
terkejut mendengar pertimbangan-per"timbangannya. Bu"
kan"kah kenyataan menunjukkan bahwa semua bencana
pasti dikelilingi oleh per"sangkaan-persangkaan dan du"
gaan-dugaan kecil se"macam itu" Lucy sekadar menyua"
rakan pikiran-"pikiran yang tak berani dinyatakan oleh
ke"banyak"an orang. Orang tentu memikirkan para pela"
yan"nya, dan tentu merisaukan tentang makan dan rasa
lapar. Ia sendiri pun merasa lapar pada saat ini! Lapar
tapi sekaligus agak mual. Suatu campuran yang aneh.
Dan pasti orang merasa serbasalah dan risi karena
tak tahu harus berbuat apa terhadap se"orang wanita
yang biasa-biasa saja dan pendiam. Baru kemarin orang
menyebutnya Gerda yang ma"lang, dan sekarang mung"
kin ia harus berdiri di depan meja hijau dengan tuduh"
an pembunuhan, tak lama lagi.
148 THE HOLLOW.indd 148 "Hal-hal seperti itu terjadi pada orang-orang lain,"
pikir Midge. "Tak mungkin terjadi atas diri kami."
Dipandanginya Edward yang berdiri di seberang ka"
mar. Hal-hal seperti itu mestinya tidak terjadi atas diri
orang-orang seperti Edward. Orang yang sama sekali
tidak menyukai kekerasan. Ia merasa senang me"man"
dangi Edward. Edward yang begitu pendiam, dan selalu
berakal sehat, begitu baik hati dan tenang.
Gudgeon masuk, membungkuk dengan sopan, lalu
berbicara dengan suara halus, sesuai dengan suasana.
"Telah saya siapkan sandwich dan kopi di ruang
makan, Nyonya." "Oh, terima kasih, Gudgeon!"
"Bukan main," kata Lady Angkatell setelah Gudgeon
pergi meninggalkan ruangan. "Hebat se"kali si Gudgeon
itu! Entah bagaimana aku kalau tak ada dia. Dia selalu
tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Makan sandwich
yang besar, sama saja dengan makan siang, dan kita
sama sekali tidak melanggar aturan!"
"Aduh, Lucy, jangan."
Tiba-tiba Midge merasa air mata hangat meng"alir di
pipinya. Lady Angkatell tampak terkejut, lalu ber"gu"
mam, "Kasihan kau, Sayang. Semua ini tak ter"tang"gung
olehmu." Edward menyeberang ke sofa, lalu duduk di sebelah
Midge, merangkul Midge. "Jangan takut, Midge kecil," katanya.
Midge membenamkan wajah ke bahu Ed"ward, lalu
terisak di situ, melepas tangisnya. Ia teringat, betapa
baik Edward terhadapnya, wak"tu kelincinya mati di
Ains"wick, pada suatu liburan Paskah.
149 THE HOLLOW.indd 149 Dengan lembut Edward berkata, "Ini memang me"
nge"jutkan. Boleh aku memberinya brendi se"dikit, Lucy?"
"Ada di bufet, di ruang makan. Kurasa..."
Kata-katanya terhenti, karena Henrietta masuk ke
ruangan itu. Midge duduk tegak. Dirasanya Edward
menjadi kaku dan duduk tanpa bergerak. Bagaimana
perasaan Henrietta" pikir Midge. Ia merasa agak enggan
memandang saudara sepupu"nya itu, tapi memang tak
ada yang bisa dilihat. Henrietta tampak siap meng"ha"
dapi apa pun. Ia masuk dengan dagu men"dongak, wa"
jahnya me"rah. "Oh, ini dia Henrietta," seru Lady Angkatell. "Aku
ber"tanya-tanya di mana kau. Polisi sedang bersama Hen"
ry dan M. Poirot. Sudah kau beri apa Gerda" Brendi"
Atau teh" Atau aspirin?"
"Dia kuberi brendi, dan sebuah botol pemanas."
"Tepat sekali," kata Lady Angkatell. "Itulah yang se"
lalu diajarkan dalam kursus-kursus per"tolongan per"
tama. Maksudku botol pemanas baik sekali bagi orang
yang mengalami shock"bukan brendi. Orang-orang
sekarang tidak sependapat lagi dengan pemakaian apaapa yang merangsang. Tapi kurasa itu sudah merupakan
kebiasaan. Kami se"lalu memberi brendi kalau ada orang
yang meng"alami shock, waktu aku masih kecil, di
Ainswick. Tapi kupikir bagi Gerda itu bukan sekadar
shock Aku benar-benar tak tahu bagaimana perasaan se"
seorang setelah membunuh suaminya sendiri. Hal"-hal
seperti itu benar-benar tak bisa kita bayangkan. Tapi
yang jelas, orang itu tidak mengalami shock. Maksudku,
tak ada unsur terkejut dalam hal itu."
Dengan suara sedingin es, Henrietta memecah"kan
suasana tenang itu. 150 THE HOLLOW.indd 150 Katanya, "Mengapa kalian begitu yakin bahwa Ger"
da yang telah membunuh John?"
Sepi sejenak. Midge merasakan suatu perubahan
aneh"terasa adanya kekacauan, ketegangan, dan akhir"
nya, perlahan-lahan timbul semacam kewas"padaan.
Lalu, dengan suara yang boleh dikatakan tidak ber"
ubah, Lady Angkatell berkata, "Kelihatannya... buktinya
sudah jelas. Atau mungkin kau punya bayangan lain?"
"Apakah tak mungkin Gerda datang ke kolam re"
nang itu, dan menemukan John sudah terbaring di sa"
na" Lalu dia memungut revolver itu waktu tiba di tem"
pat kejadian tersebut."
Terasa lagi keheningan seperti tadi. Lalu Lady Angka"
tell bertanya, "Begitukah kata Gerda?"
"Ya." Itu bukan sekadar pernyataan membenarkan. Ada
tekanan di balik pernyataan itu. Perkataan itu di"ucapkan
bagaikan suatu ledakan revolver.
Lady Angkatell mengangkat alis, lalu me"ngatakan
sesuatu yang tak ada hubungannya de"ngan suasana, "Di
ruang makan ada sandwich dan kopi."
Kata-katanya terpotong dan napasnya agak ter"sengal,
karena Gerda Christow masuk melalui pin"tu yang ter"
buka. Cepat-cepat, dengan nada memin"ta maaf, Gerda
berkata, "Aku... rasanya aku tak bisa berbaring lebih
lama. Aku... aku merasa geli"sah sekali."
"Kau harus duduk. Kau harus segera duduk," seru
Lady Angkatell. Midge disuruhnya pindah dari sofa, lalu di"duduk"
kannya Gerda di situ, dan ditempatkannya sebuah ban"
tal kursi di belakangnya.
151 THE HOLLOW.indd 151 "Kasihan sekali kau, Sayang," kata Lady Ang"katell
lagi. Ia berbicara dengan suara bertekanan, tapi rasa"nya
kata-kata itu sama sekali tak berarti.
Edward berjalan ke jendela, dan berdiri di sana sam"
bil memandang ke luar. Gerda merapikan rambut yang acak-acakan di dahi".
Dengan nada khawatir dan bingung ia ber"kata, "Aku"
aku baru mulai menyadarinya. Aku tak bisa me"rasa...
baru sekarang aku bisa merasakan"nya... bah"wa... John...
benar-benar sudah mening"gal." Dia mulai agak gemetar.
"Siapa yang telah membunuhnya" Siapa yang mungkin
telah mem"bunuhnya?"
Lady Angkatell menarik napas dalam-dalam, lalu
berpaling dengan tajam. Pintu yang menuju ke kamar
Sir Henry terbuka. Sir Henry masuk ke kamar tempat
me"reka berada, disertai Inspektur Grange, seorang pria
berperawakan besar dengan kumis terkulai ke bawah.
"Ini istri saya... Inspektur Grange."
Grange membungkuk, lalu berkata, "Bolehkah saya
berbicara sebentar dengan Mrs. Christow, Lady Ang"
katell?" Ia berhenti berbicara waktu Lady Angkatell me"
nunjuk ke sosok Gerda di sofa.
Pendekar Elang Salju 9 Pembunuhan Atas Roger Ackroyd The Murder Of Roger Ackroyd Karya Agatha Christie Bidadari Penyambar Nyawa 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama