Ceritasilat Novel Online

Rumah Gema 4

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie Bagian 4


berikan jawaban atas protes yang tak diucapkan itu.
"Sungguh! Soalnya... setelah beberapa lama, ke"duduk"
an saya jadi berada di antara John dan apa yang dipikir"
kannya. Dia terpengaruh oleh keber"adaan saya sebagai
seorang wanita. Dia tak bisa memusatkan piki"ran"nya se"
ba"gaimana yang diingin"kannya"gara-gara saya. Dia
takut kalau-kalau dia mulai mencintai saya, pad"ahal dia
tak mau men"cintai siapa-siapa. Dia... dia bermain cinta
dengan saya karena dia tak mau terlalu banyak berpikir
tentang saya. Dia ingin hubungan kami ringan-ri"ngan
saja, mudah, hanya suatu hubungan gelap biasa, seperti
hubungan-hubungan lain yang pernah dijalaninya."
"Dan Anda..." Poirot memandangi Henrietta de"ngan
tajam. "Apakah Anda puas dengan hubung"an... seperti
itu?" Henrietta bangkit. Waktu ia berbicara, suaranya da"
tar se"perti semula. Katanya, "Tidak, saya tidak... puas.
Bagai"manapun juga, saya seorang manusia biasa..."
Poirot menunggu beberapa saat, lalu berkata lagi,
"Jadi, mengapa, Mademoiselle...?"
"Mengapa?" Henrietta berbalik, meng"hadapinya sepe"
nuhnya. "Saya ingin John merasa puas, saya ingin John
mendapatkan apa yang di"inginkannya. Saya ingin dia
bisa melanjutkan apa yang didambakan"nya"yaitu peker"
jaannya. Bila dia tak ingin disakiti, tak ingin jadi mu"
dah tersinggung lagi, nah, itu sudah cukup bagi saya!"
Poirot menggosok-gosok hidungnya.
"Tadi Anda menyebut Veronica Cray, Miss Saver"
nake. Apakah dia juga kekasih gelap John Christow?"
229 THE HOLLOW.indd 229 "Sudah lima belas tahun dia tak bertemu dengan wa"
nita itu. Baru malam Minggu yang lalu itulah mereka
ber"temu lagi."
"Jadi, John Christow mengenalnya lima belas tahun
yang lalu?" "Mereka sudah bertunangan dan akan menikah."
Henrietta kembali, lalu duduk. "Kelihatannya saya harus
menjelaskan segala-galanya. John sangat mencintai Vero"
nica. Veronica adalah perempuan yang sangat egois, dari
dulu sampai sekarang. Dia luar biasa egois. Syarat yang
diajukannya adalah John harus mengu"burkan segala
yang didambakan"nya, dan menjadi suami Miss Veronica
Cray yang jinak dan tak punya arti apa-apa. John
memutus"kan hubungan itu"suatu tindakan yang tepat.
Tapi dia menderita sekali. Timbullah gagasan"nya untuk
menikah dengan seseorang yang berlawanan sifat"nya
dengan Veronica. Dia menikah dengan Gerda, yang se"
cara kasar bisa kita sebut orang paling dungu. Itu me"
mang baik dan aman, tapi sebagai"mana kata orang, tibalah
saatnya dia merasa jeng"kel karena telah menikah dengan
orang yang be"gitu dungu. Dia pun mulai menjalin hu"
bungan gelap dengan beberapa orang, tapi tak satu pun
di antaranya berarti. Gerda tentu tak per"nah tahu ten"
tang hubungan-hubungan gelap itu. Tapi saya sendiri
merasa bahwa selama lima belas tahun itu ada sesuatu
yang tak beres dengan John"sesuatu sehu"bungan de"
ngan Veronica. Dia tak pernah benar-benar melupa"kan"
nya. Lalu hari Sabtu yang lalu dia bertemu lagi dengan
Veronica." Setelah lama berdiam diri, Poirot berkata sambil me"
renung, "Dia keluar bersamanya malam itu, un"tuk
230 THE HOLLOW.indd 230 mengantar"nya pulang, dan kembali ke The Hollow jam
tiga subuh." "Bagaimana Anda tahu?"
"Salah seorang pelayan sakit gigi."
Kata Henrietta agak menyimpang, "Lucy terlalu ba"
nyak punya pelayan."
"Tapi Anda sendiri juga tahu, bukan, Made"moi"
selle?" "Ya." "Bagaimana Anda tahu?"
Sesaat lamanya tak ada jawaban. Lalu Henrietta ber"
kata lambat-lambat, "Saya melihat ke luar dari jendela
kamar, dan saya melihatnya kembali ke rumah."
"Sakit gigikah Anda, Mademoiselle?"
Henrietta tersenyum padanya.
"Sakit yang lain sekali macamnya, M. Poirot."
Henrietta bangkit, lalu berjalan ke arah pintu. Poirot
berkata, "Saya akan menyertai Anda kem"bali, Made"moi"
selle." Mereka menyeberangi jalan umum, lalu masuk mela"
lui pintu pagar, ke dalam kebun kenari.
"Kita tak perlu melewati kolam renang. Kita bisa
naik ke kiri, dan masuk ke jalan setapak di puncak,
yang menuju kebun bunga."
Jalan setapak itu mendaki bukit curam, menuju ke
arah hutan. Sebentar kemudian, mereka tiba di suatu
jalan yang lebih lebar di sisi kanan, kemu"dian menye"
berangi sisi bukit di atas pohon-pohon kenari. Tiba di
sebuah bangku, Henrietta duduk, Poirot di sampingnya.
Hutan berada di atas dan di belakang mereka, dan di ba"
wah mereka terdapat pohon-pohon kenari yang ditanam
231 THE HOLLOW.indd 231 berdekat"an. Tepat di depan bangku itu ada sebuah jalan
setapak yang melingkar, menuju ke bawah. Dari tempat
itu hanya dapat dilihat kilatan air biru.
Poirot memandangi Henrietta tanpa berbicara. Waj"
ah?"nya sudah tenang, tak lagi tegang. Wajah itu tampak
lebih bulat dan lebih muda. Poirot jadi bisa membayang"
kan bagaimana kira-kira wajah Henrietta waktu dia
masih remaja. Akhirnya ia bertanya, "Apa yang sedang Anda pikir"
kan, Mademoiselle?" "Ainswick." "Apa itu Ainswick?"
"Ainswick" Itu nama tempat." Seperti sambil mela"
mun, Henrietta melukiskan Ainswick pada Poirot. Ru"
mah putih yang bagus, pohon mag"nolia yang besar, se"
mua bagaikan sebuah teater raksasa di celah-celah
bu"kit-bukit pohon kayu.
"Itu rumah Anda?"
"Sebenarnya bukan. Saya tinggal di Irlandia. Ke Ain"
swick-lah kami semua berlibut. Edward, Midge, dan
saya sendiri. Rumah itu sebenarnya rumah Lucy. Milik
ayahnya. Setelah orang tua itu meninggal, rumah itu
diwarisi oleh Edward."
"Tidak oleh Sir Henry" Bukankah dia yang memiliki
gelar?" "Oh, gelar itu gelar kehormatan sebagai pe"jabat,"
Hen"rietta menjelaskan. "Henry hanya se"orang sepupu
jauh." "Dan setelah Edward Angkatell, siapa yang akan me"
warisi rumah itu?" "Aneh, ya. Saya tak pernah memikirkannya be"nar.
232 THE HOLLOW.indd 232 Bila Edward tidak menikah..." Ia diam seben"tar. Wajah"
nya tampak agak murung. Hercule Poirot ingin sekali
tahu, apa sebenarnya yang se"dang mengganggu pikiran"
nya. "Saya rasa," kata Henrietta lambat-lambat, "akan di"
warisi oleh David. Itulah sebabnya..."
"Sebabnya apa?"
"Mengapa Lucy mengundangnya kemari. David dan
Ainswick?" Ia menggeleng. "Bagaimanapun juga, kedua"
nya tak cocok." Poirot menunjuk ke jalan setapak di hadapan mere"
ka. "Apakah melalui jalan setapak itu Anda turun ke
kolam renang kemarin, Mademoiselle?"
Henrietta merinding. "Tidak, melalui jalan setapak yang lebih dekat
dengan rumah. Edward yang turun lewat jalan ini."
Tiba-tiba Henrietta berpaling pada Poirot. "Harus"kah
kita berbicara tentang itu lagi" Saya benci kolam renang
itu. Saya bahkan tak suka The Hol"low."
"Aku benci Lubang menakutkan di balik hu"
tan kecil itu. Tepinya di lapangan di atas diperciki darah
me"rah. Karang yang beralur merah meneteskan darah
yang mengerikan. Apa pun yang ditanyakan di situ, selalu di"
jawah oleh suatu Gema di sana dengan kata "Ke"
ma"tian"."
233 THE HOLLOW.indd 233 Henrietta menoleh pada Poirot dengan wajah terkejut.
"Itu cuplikan sajak Tennyson," kata Hercule Poirot
sambil mengangguk dengan bangga. "Cup"likan syair
dari penyair kalian, Lord Tennyson."
Henrietta mengulangi, "Apa pun yang ditanyakan di situ, selalu di"jawab oleh
suatu Gema." Lalu katanya lagi, seper"tinya pada dirinya
sendiri, "Oh, ya, tentu... saya mengerti... itulah dia... ge"
ma!" "Apa maksud Anda dengan gema?"
"Tempat ini"The Hollow ini sendiri! Saya sudah
melihatnya sebelumnya"pada hari Sabtu, waktu saya
dan Edward berjalan-jalan di punggung bukit. Suatu
gema dari Ainswick. Itulah kami, kami dari keluarga
Angkatell. Kami ini gema! Kami tak nyata"tidak se"
nyata John!" Ia menoleh pada Poirot. "Alangkah baik"
nya bila Anda mengenalnya, M. Poirot. Kami semua
hanya bayang-bayang bila di"bandingkan dengan John.
John-lah yang benar-benar hidup!"
"Saya tahu itu, bahkan saat melihatnya dalam kea"
daan sekarat, Mademoiselle."
"Saya tahu. Orang memang bisa merasakannya. Se"
karang John sudah meninggal, sedangkan kami yang
hanya merupakan gema masih hidup. Rasa"nya seperti...
sebuah lelucon yang buruk sekali."
Keremajaan di wajahnya sudah tak tampak lagi.
Bibirnya tampak tegang dan getir karena rasa pedih
yang mendadak. Waktu Poirot berbicara, menanyakan sesuatu, sesaat
lamanya Henrietta tak mendengar apa yang ditanyakan
itu. 234 THE HOLLOW.indd 234 "Maafkan saya. Apa kata Anda, M. Poirot?"
"Saya bertanya apakah bibi Anda, Lady Ang"katell,
menyukai Dr. Christow?"
"Lucy" Dia sepupu saya, bukan bibi. Ya, dia suka
sekali pada John." "Dan Mr. Edward Angkatell"sepupu Anda ju"gakah
dia" Sukakah dia pada Dr. Christow?"
Waktu Henrietta menjawab, suaranya agak te"gang,
menurut Poirot. "Tidak begitu suka, tapi boleh dikata"
kan dia tak kenal pada John."
"Lalu David Angkatell"juga sepupu Anda" Ba"
gaimana dia?" Henrietta tersenyum. "Saya rasa David membenci kami semua. Dia meng"
habiskan waktunya dengan mengurung diri di perpus"
takaan, membaca Encyclopaedia Britannica."
"Oh, seseorang yang bertemperamen serius."
"Kasihan David. Dia telah mengalami kehidupan
keluarga yang sulit. Ibunya agak terganggu jiwa"nya"
kare"na cacat. Kini satu-satunya caranya un"tuk melin"
dungi diri adalah dengan mencoba me"rasa dirinya lebih
baik daripada semua orang. Bila hal itu berhasil, keadaan"
nya baik-baik saja. Tapi kadang-kadang sikap itu runtuh,
maka muncullah David yang mudah tersinggung."
"Apakah dia juga merasa dirinya tebih superior
daripada Dr. Christow?"
"Dia mencoba... tapi saya rasa dia tak berhasil. Saya
rasa David ingin menjadi orang seperti John Christow,
dan akibatnya dia tak suka pada John."
Poirot mengangguk sambil merenung.
"Ya"keyakinan diri, harga diri, kejantanan?"semua
235 THE HOLLOW.indd 235 itu adalah sifat laki-laki sejati. Menarik... menarik se"
kali." Henrietta tidak menjawab.
Dari celah-celah pohon-pohon kenari, Hercule Poirot
memandang ke bawah, ke kolam renang. Di sana dilihat"
nya seorang pria sedang membungkuk, mencari sesuatu,
atau begitulah kelihatannya.
"Ada apa, ya?" gumamnya.
"Apa?" "Itu salah seorang anak buah Inspektur Grange," kata
Poirot. "Kelihatannya dia sedang mencari se"suatu."
"Mencari petunjuk-petunjuk, barangkali. Bukan"kah
polisi harus mencari petunjuk-petunjuk" Entah itu abu
rokok, bekas jejak kaki, atau batang korek api yang su"dah
terbakar?" Suaranya mengandung semacam ejekan getir. Poirot
menjawab dengan serius, "Ya, mereka me"mang mencari
barang-barang semacam itu, dan kadang-kadang mereka
menemukannya. Tapi pe"tunjuk-petunjuk yang sebenar"
nya dalam perkara seperti ini, Miss Savernake, biasanya
terletak pada hubungan pribadi dari orang-orang yang
berkepentingan."

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya tak mengerti."
"Hal-hal kecil," kata Poirot sambil mendongak"kan
kepala dan setengah memejamkan mata. "Bukan abu ro"
kok atau bekas telapak sepatu karet, tapi suatu gerakan
tubuh yang kecil, suatu pan"dangan, perbuatan yang tak
diduga..." Henrietta memalingkan kepala dengan men"dadak
untuk melihat padanya. Poirot merasakan pandangan
itu, tapi ia tidak menoleh.
236 THE HOLLOW.indd 236 "Apakah ada sesuatu yang... khusus... yang ada da"
lam pikiran Anda?" tanya Henrietta.
"Saya teringat bagaimana Anda melangkah maju dan
mengambil revolver dari tangan Mrs. Chris"tow, lalu
menjatuhkannya ke dalam kolam."
Poirot merasakan keterkejutan Henrietta. Tapi suara
Henrietta tetap normal dan tenang waktu ia berkata,
"Gerda adalah orang yang canggung dan peng"gugup,
M. Poirot. Dalam keadaan terkejut, dan bila di dalam
revolver itu masih ada pelurunya, bisa saja dia menem"
bakkannya, dan... dan melukai seseorang."
"Tapi Anda yang canggung dan gugup, dan
menjatuhkannya ke dalam kolam itu, bukan?"
"Ya, saya juga sedang shock waktu itu." Ia berhenti
sebentar. "Apa maksud Anda sebenarnya, M. Poirot?"
Poirot menegakkan duduknya, memalingkan ke"pala,
lalu berbicara dengan tegas dan jelas.
"Seandainya ada sidik jari pada revolver itu, maksud
saya sidik jari yang terdapat di situ se"belum Mrs. Chris"
tow memegangnya, menarik se"kali untuk mengetahui
sidik jari siapa itu. Itu takkan bisa kita ketahui lagi seka"
rang." Dengan tenang tapi mantap Henrietta berkata,
"Maksud Anda, sidik jari itu adalah sidik jari saya"
Maksud Anda sayalah yang telah menembak John, lalu
meninggalkan revolver itu di samping"nya, supaya kalau
Gerda datang dan melihat benda itu, dia memungutnya
dan dilihat orang dia sedang memegangnya. Itu maksud
Anda, bukan" Tapi bila saya yang melakukannya, masa
saya begitu bodoh untuk tidak menghapus sidik jari
saya lebih da"hulu!"
237 THE HOLLOW.indd 237 "Tapi Anda tentu cukup cerdas untuk menya"dari,
Mademoiselle, bahwa seandainya Anda ber"buat begitu,
dan bila pada revolver itu tak ada sidik jari lain kecuali
sidik jari Mrs. Christow, itu akan sangat menarik per"
hatian! Karena kalian se"mua telah menembak dengan
revolver itu sehari sebelumnya! Gerda Christow tidak
akan meng"hapus revolver itu untuk menghilangkan
sidik jari, sebelum dia memakainya"untuk apa?"
Lambat-lambat Henrietta berkata, "Jadi Anda pi"kir
saya yang membunuh John?"
"Waktu Dr. Christow sedang sekarat, dia ber"kata,
"Henrietta.?" "Dan Anda pikir itu suatu dakwaan" Bukan!"
"Kalau begitu apa?"
Henrietta mengulurkan kakinya, lalu menggam"
barkan suatu bentuk dengan jari kakinya. Dengan suara
rendah ia berkata, "Apakah Anda lupa, apa yang saya
ceritakan belum begitu lama tadi" Mak"sud saya...
mengenai hubungan antara kami?"
"Oh, ya, dia kekasih gelap Anda. Jadi waktu dia seka"
rat, dia berkata, "Henrietta." Mengesankan se"kali."
Henrietra menoleh padanya dengan mata berapi"-api.
"Haruskah Anda mencemooh saya?"
"Saya tidak mencemooh. Tapi saya tak suka dibo"
hongi, dan saya rasa Anda sedang mencoba membo"
hongi saya." Dengan tenang Henrietta berkata, "Saya sudah ber"
kata bahwa saya tidak terlalu bisa dipercaya, tapi waktu
John mengatakan "Henrietta", dia tidak mendakwa
bahwa saya yang telah membunuhnya. Tidakkah Anda
mengerti bahwa orang-orang se"perti saya, yang membuat
238 THE HOLLOW.indd 238 barang-barang, boleh dikatakan tak bisa mencabut
nyawa" Saya tidak membunuh orang, M. Poirot. Saya
tak bisa mem"bunuh siapa pun. Itulah kebenaran yang
se"benar-benarnya. Anda mencurigai saya hanya ka"rena
nama saya digumamkan oleh seseorang yang sedang
sekarat, orang yang boleh dikatakan tak tahu lagi apa
yang diucapkannya." "Dr. Christow tahu benar apa yang diucapkan"nya.
Suaranya adalah suara orang hidup yang sa"dar betul,
seperti seorang dokter yang sedang men"jalankan pem"
bedahan besar, lalu dengan tajam dan mendesak berkata,
"Suster, tolong forsep.?"
"Tapi..." Henrietta kelihatan terperanjat, dan tak
tahu apa yang harus dikatakannya. Hercule Poirot
berbicara terus cepat-cepat.
"Dan tidak hanya berdasarkan apa yang diucap"kan
oleh Dr. Christow waktu dia sedang sekarat. Sesaat pun
tak terpikir oleh saya bahwa Anda mampu melakukan
pembunuhan yang direncana"kan"itu tak mungkin.
Tapi Anda mungkin telah melepaskan tembakan itu
pada saat Anda terdo"rong oleh rasa benci yang sangat
hebat. Dan kalau memang begitu"seandainya memang
begitu, Mademoiselle"Anda memiliki daya cipta yang
kreatif untuk menghilangkan jejak Anda."
Henrietta bangkit. Ia berdiri diam beberapa la"ma,
dan memandangi Poirot dengan wajah pu"cat dan geme"
tar. Mendadak dengan tersenyum mu"rung ia berkata,
"Padahal saya mengira Anda me"nyukai saya."
Hercule Poirot mendesah. Dengan sedih ia ber"kata,
"Itulah malangnya. Saya menyukai Anda."
239 THE HOLLOW.indd 239 BAB XIX Setelah Henrietta meninggalkannya, Poirot masih duduk
terus, sampai dilihatnya di bawahnya In"spektur Grange
berjalan melewati kolam renang dengan langkah"langkah
tegap dan santai, lalu te"rus melewati pondok peristi"
rahatan. Inspektur berjalan dengan tujuan tertentu.
Ia pasti akan pergi ke Resthaven atau ke Dove"cotes.
Poirot ingin tahu, rumah mana yang dituju"nya.
Ia bangkit, lalu berjalan kembali lewat jalan yang
tadi dilaluinya. Kalau Inspektur Grange da"tang untuk
me"nemui"nya, ia tertarik untuk mende"ngar apa yang
akan dikatakan Inspektur.
Tapi waktu ia tiba di Resthaven, tak ada tanda"-tanda
ada tamu. Sambil berpikir, Poirot melihat ke jalan, ke
arah Dovecotes. Ia tahu bahwa Veronica Cray belum
kembali ke London. Rasa ingin tahunya mengenai Veronica Cray ber"
tambah. Mantel bulu rubah berwarna pucat ber"kilau
itu, kotak-kotak korek api yang bertumpuk, kedatangan"
nya yang mendadak dan didasarkan atas penjelasan yang
240 THE HOLLOW.indd 240 sama sekali tak sempurna pada malam Minggu yang
lalu, dan akhirnya cerita Henrietta Savernake tentang
John Christow dan Veronica.
Semua itu merupakan pola yang menarik, pikir"nya.
Ya, begitulah ia memandangnya, sebagai sua"tu pola.
Suatu paduan emosi-emosi yang saling bertaut"an,
dan benturan pribadi-pribadi. Suatu paduan yang aneh,
yang dijalin oleh benang-benang hitam rasa benci dan
nafsu. Apakah Gerda Christow telah menembak suami"nya"
Ataukah persoalannya tidak sesederhana itu"
Ia teringat akan percakapannya dengan Henriet"ta,
dan menyimpulkan bahwa keadaannya memang tidak
sesederhana itu. Henrietta telah menarik kesimpulan bahwa ia men"
curigainya telah melakukan pembunuhan itu. Padahal
dalam otaknya ia tidak berpikir sejauh itu. Ia hanya
men"duga bahwa Henrietta tahu sesuatu. Tahu sesuatu
atau menyembunyikan sesuatu"yang mana"
Poirot menggeleng. Ia tak puas.
Adegan di dekat kolam renang itu. Adegan yang
telah diatur. Seperti adegan di pentas.
Dipentaskan oleh siapa"
Dipentaskan untuk siapa"
Ia menduga keras bahwa jawaban atas pertanya"an
kedua adalah, bagi Hercule Poirot. Begitulah dugaannya.
Lalu dipikirnya lagi bahwa itu tidak pada tempatnya"
tapi bukan suatu lelucon.
Lalu bagaimana jawaban atas pertanyaan per"tama"
Ia menggeleng. Ia tak tahu. Ia sama sekali tak punya
gagasan. 241 THE HOLLOW.indd 241 Ia setengah memejamkan matanya, lalu mem"bayang"
kan mereka"semuanya. Dilihatnya mereka dengan je"las
di mata pikirannya. Sir Henry yang jujur, penuh tang"
gung jawab, mantan pejabat Ke"rajaan yang tepercaya.
Lady Angkatell, meme"sona, sukar ditebak, memiliki da"
ya tarik tak ter"duga dan membingungkan, sering menge"
mukakan pikiran-pikiran yang tak bertanggung jawab.
Hen"rietta Savernake yang lebih men"cintai John Chris"
tow daripada dirinya sendiri. Edward Angkatell yang
lembut tapi negatif. Gadis ber"nama Midge Hardcastle
yang berambut hitam dan aktif. Wajah Gerda Christow
yang hampa dan kebingungan, yang sedang meng"geng"
gam revolver. David Ang"katell yang mudah tersinggung
dan masih ke"kanak-kanakan.
Itulah mereka semua, yang berada dan terpe"rangkap
dalam mata jala hukum. Mereka terikat untuk semen"
tara, dalam suatu ikatan ketat, sebagai akibat suatu ke"
matian mendadak karena tindak ke"kerasan. Masingmasing punya tragedi, arti, dan kisah sendiri-sendiri.
Dan di celah kumpulan watak dan emosi itu terda"
pat"lah kebenaran. Bagi Hercule Poirot hanya ada satu hal yang lebih
me?"narik daripada pengamatan terhadap manusia-"ma"
nusia itu, yaitu mencari kebenaran.
Ia bertekad untuk mencari kebenaran atas ke"matian
John Christow itu. "Oh, tentu, Inspektur," kata Veronica. "Saya siap sedia
membantu Anda." "Terima kasih, Miss Cray."
Ternyata Veronica Cray tidak seperti yang di"bayang"
kan Inspektur. 242 THE HOLLOW.indd 242 Ia telah mempersiapkan diri untuk berhadapan
dengan keglamoran, keadaan yang tak asli, bahkan yang
bersifat kepahlawanan. Ia sama sekali tidak akan terkejut
bila wanita itu bersandiwara atau semacamnya.
Dan sebenarnya Inspektur memang curiga bah"wa ia
sedang bersandiwara. Tapi bukan sandiwara yang diba"
yangkannya. Tapi ternyata Veronica Cray tidak memanfaat"kan da"
ya tarik kewanitaannya secara berlebihan?"tidak ter"lalu
menekankan pada keglamoran.
Grange bahkan merasa dirinya sedang duduk ber"
hadapan dengan seorang wanita yang sangat rupawan
dan berpakaian mahal, wanita yang juga merupakan
seorang pengusaha yang baik. Veronica Cray bukan
orang bodoh, pikirnya. "Kami hanya menginginkan pernyataan yang je"las,
Miss Cray. Anda datang ke The Hollow pada malam
Minggu, bukan?" "Ya, saya kehabisan korek api. Kita sering lupa, be"
tapa pentingnya barang-barang seperti itu di pe"desaan."
"Jauh-jauh Anda pergi ke The Hollow" Meng"apa
tidak pergi ke tetangga Anda yang terdekat?"M. Poirot?"
Veronica tersenyum"suatu senyuman kamera yang
sempurna dan penuh percaya diri.
"Saya tak tahu siapa tetangga saya yang ter"dekat.
Kalau saya tahu, tentu saya ke sana. Saya pikir dia se"
kadar seorang asing biasa, dan saya pikir mungkin dia
membosankan"soalnya tinggal"nya begitu dekat."
Ya, pikir Grange, sangat bisa diterima. Pasti jawaban
itu sudah disiapkannya untuk kesempatan ini.
"Anda mendapatkan korek api itu," kata Inspek"tur.
243 THE HOLLOW.indd 243 "Lalu saya dengar Anda mengenali seorang teman lama"
Dr. Christow?" Dia mengangguk. "Kasihan John. Ya, sudah lima belas tahun saya tidak
bertemu dengannya." "Begitukah?" Terdengar nada tak percaya yang sopan
dalam suara Inspektur. "Sungguh." Nada Veronica tegas membenarkan.
"Senangkah Anda bertemu dengannya?"
"Senang sekali. Bertemu dengan seorang teman lama
selalu menyenangkan, bukan, Inspektur?"
"Dalam beberapa hal memang."
Tanpa menunggu pertanyaan berikutnya, Vero"nica
Cray melanjutkan. "John mengantar saya pulang. Barangkali Anda ingin
tahu apakah dia mengatakan sesuatu yang ada hubungan"
nya dengan tragedi itu, jadi saya mengingat-ingat per"
cakapan kami dengan cermat sekali. Tapi benar-benar tak
ada yang bisa dijadi"kan petunjuk atau semacam"nya."
"Tentang apa Anda berdua bercakap-cakap, Miss


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cray?" "Tentang masa lalu. "Ingatkah kau ini, itu, atau yang
lain?"" Ia tersenyum dengan murung. "Kami berkenalan
di Prancis bagian selatan. John tak banyak berubah.
Lebih tua memang, dan lebih percaya diri. Saya dengar
dia cukup terkenal da"lam profesinya. Dia sama sekali
tidak berbicara tentang kehidupan pribadinya. Saya jadi
mendapat"kan kesan bahwa kehidupan perkawinannya
tidak begitu bahagia"tapi itu hanya kesan yang samar
sekali. Saya rasa istrinya adalah seorang wanita picik
yang pencemburu. Kasihan dia. Mungkin is"trinya itu
244 THE HOLLOW.indd 244 selalu ribut tentang pasien-pasien John yang lebih can"
tik." "Tidak," kata Grange. "Kelihatannya dia tidak begitu."
Veronica cepat-cepat berkata, "Maksud Anda... se"
mua" itu tersembunyi" Ya, ya, saya mengerti. Kalau begitu
keadaannya, jauh lebih berbahaya."
"Saya rasa Anda menduga Mrs. Christow-lah yang
telah menembak suaminya, Miss Cray?"
"Tak sepantasnya saya mengatakan itu! Orang tak
boleh berkata apa-apa sebelum perkara itu diadili"
begitu, bukan" Saya menyesal sekali, In"spektur. Soalnya
pelayan saya mengatakan pada saya bahwa istrinya
kedapatan sedang berdiri di dekat mayat John, dengan
memegang sebuah re"volver. Anda tentu maklum bahwa
di daerah"-daerah pedesaan yang sepi ini semua dibesar"besarkan orang, dan para pelayan suka mencerita"kan
apa-apa yang terjadi."
"Pelayan-pelayan kadang-kadang bisa sangat ber"
guna, Miss Cray." "Ya, saya rasa kita bisa mendapatkan banyak infor"
masi melalui mereka."
Dengan gigih Grange berkata terus.
"Yang menjadi persoalan sekarang tentulah siapa
yang punya motif..."
Ia berhenti sebentar. Dengan tersenyum murung
Veronica berkata, "Dan istri selalu merupakan ter"dakwa
utama, bukan" Ironis sekali! Tapi biasanya memang ada
yang disebut "wanita ketiga". Saya rasa wanita ketiga itu
juga bisa dipertimbangkan motifnya, bukan?"
"Apakah ada wanita ketiga dalam hidup Dr. Christow?"
"Ya, saya rasa mungkin ada. Kita hanya men"dapat"
kan kesan tentang itu, bukan?"
245 THE HOLLOW.indd 245 "Kesan kadang-kadang memang sangat berguna,"
kata Grange. "Dari apa yang dikatakan John, saya menyim"pulkan
bahwa wanita pematung itu... yah, seorang sahabatnya
yang amat dekat. Tapi saya rasa Anda sudah tahu semua
itu?" "Kami memang harus menyelidiki semua hal itu."
Suara Inspektur Grange sama sekali tidak me"mihak.
Tapi, tanpa kentara bahwa ia sedang me"lihat, tampak
olehnya suatu pantulan rasa puas yang mensyukuri di
mata biru Veronica yang be"sar itu.
Dengan nada tegas ia bertanya, "Anda katakan bah"
wa Dr. Christow mengantar Anda pulang. Jam berapa
Anda berdua berpisah?"
"Saya benar-benar tak ingat! Kami bercakap-"cakap
beberapa lama. Itu saya yakin. Pasti sudah larut sekali
jadinya." "Apakah dia masuk?"
"Ya, saya memberinya minum."
"Oh, begitu. Saya kira Anda bercakap-cakap di...
eh... pondok peristirahatan di dekat kolam renang itu."
Dilihatnya kelopak mata wanita itu mengerjap. Dan
terdengar pula suatu keragu-raguan sejenak sebelum ia
berkata, "Anda seorang detektif sejati! Ya, kami duduk
di situ, merokok dan bercakap-"cakap beberapa lama.
Bagaimana Anda tahu?"
Wajahnya seperti anak kecil yang ingin sekali diajari
suatu ketangkasan. "Mantel bulu Anda tertinggal di sana, Miss Cray."
Lalu ditambahkannya tanpa. tekanan, "Juga korek api"
nya." 246 THE HOLLOW.indd 246 "Ya, memang tertinggal."
"Dr. Christow kembali ke The Hollow jam tiga
subuh," kata Inspektur, lagi-lagi tanpa tekanan.
"Selarut itukah?" Suara Veronica terdengar ter"kejut.
"Ya, benar, Miss Cray."
"Tentu saja. Soalnya banyak sekali yang kami per"
cakapkan"karena sudah bertahun-tahun tak ber"temu."
"Benarkah memang sudah sekian lama Anda tak ber"
temu dengan Dr. Christow?"
"Baru saja saya katakan bahwa sudah lima belas tahun
saya tak bertemu dengannya."
"Apakah Anda yakin" Anda tidak keliru" Saya men"
dapat kesan bahwa Anda cukup sering ber"temu dengan"
nya." "Apa yang membuat Anda berpikiran begitu?"
"Yah, surat singkat ini umpamanya." Inspektur
Grange mengeluarkan sepucuk surat dari sakunya.
Dilihatnya sekali lagi surat pendek itu. Ia ber"deham, lalu
membaca, ?"Datanglah pagi ini. Aku harus berbicara
denganmu. Veronica.?"
"Ya." Veronica tersenyum. "Surat itu me"mang agak
bersifat memerintah. Mungkin Hol"lywood membuat
orang... yah, agak tinggi hati."
"Dr. Christow datang ke rumah Anda esok pagi"nya,
untuk memenuhi panggilan itu. Lalu Anda berdua ber"
tengkar. Maukah Anda menceritakan perteng"karan itu,
Miss Cray?" Inspektur telah memperlihatkan kartunya. De"ngan
cepat ia bisa menangkap kilatan marah di mata wanita
itu, dan bibirnya yang terkatup rapat karena hati yang
panas. Cray membentak, "Kami tidak bertengkar."
247 THE HOLLOW.indd 247 "Oh, ya. Anda bertengkar, Miss Cray. Dan kata-"kata
Anda yang terakhir adalah, "Kurasa aku membencimu,
lebih daripada aku bisa membenci siapa pun.?"
Veronica terdiam sekarang. Inspektur menduga ia
sedang berpikir-pikir dengan cepat dan waspada. Wanita"
wanita lain pasti langsung terburu-buru berbicara, tapi
Veronica terlalu pandai untuk ber"buat begitu.
Ia mengangkat bahu, dan berkata dengan ri"ngan,
"Begitu rupanya. Pasti itu kisah para pelayan lagi. Pela"
yan kecil saya memang memiliki daya khayal yang
besar. Tapi ada bermacam-macam cara mengungkapkan
hal-hal, bukan" Yakinlah bahwa saya tidak bersikap
keras waktu itu. Itu benar-benar hanya kata-kata untuk
sekadar mencumbu. Sebelum itu, kami memang berban"
tah"an sedikit."
"Jadi kata-kata itu tak dimaksud untuk ditang"gapi
dengan serius?" "Tentu saja tidak. Dan yakinlah, Inspektur, me"mang
benar-benar lima belas tahun yang lalu saya terakhir
bertemu dengan John Christow. Anda bisa menyelidiki
sendiri hal itu." Kini ia sudah tenang lagi, sikapnya menjaga jarak
dan yakin akan dirinya. Grange tidak lagi membantah atau mengejar soal
itu. Ia bangkit. "Untuk sekarang sekian saja, Miss Cray,"
ka"ta"nya dengan sikap menyenangkan.
Ia keluar dari Dovecotes, menuju ke jalan umum,
lalu membelok di pintu pagar Resthaven.
*** 248 THE HOLLOW.indd 248 Hercule Poirot menatap Inspektur dengan sangat terkejut.
Dengan rasa tak percaya diulanginya, "Revolver yang
dipegang oleh Gerda Christow, dan yang kemu"dian di"
jatuhkan ke dalam kolam, ternyata bukan revol"ver yang
dipakai untuk me"nembakkan tembakan memati"kan itu"
Luar biasa sekali." "Benar, M. Poirot. Sepintas lalu itu tak masuk akal."
Dengan halus Poirot bergumam, "Memang tak ma"
suk akal. Tapi, bagaimanapun juga, Inspektur, itu harus
masuk akal. Begitu, bukan?"
Dengan berat Inspektur berkata, "Itulah, M. Poirot.
Kita harus menemukan jalan supaya itu jadi masuk
akal, tapi pada saat ini saya belum tahu caranya. Terus
terang, kita tak bisa maju sebelum kita menemukan
revolver yang telah di"pakai itu. Revolver itu memang
berasal dari kolek"si Sir Henry. Soalnya ada sebuah yang
hilang, dan itu berarti seluruh perkara ini masih ber"
kaitan de"ngan The Hollow."
"Ya," gumam Poirot. "Memang masih berkaitan
dengan The Hollow." "Semula kelihatannya seperti suatu perkara se"derhana
yang mudah diselesaikan," lanjut Inspek"tur. "Ternyata
tidak begitu sederhana, dan tidak begitu mudah diselesai"
kan." "Tidak," kata Poirot, "memang tidak sederhana."
"Kita harus mengakui kemungkinan bahwa per"buat"
an itu bertujuan untuk melemparkan tuduhan palsu.
Artinya, semua diatur untuk menjatuh"kan tuduhan pa"
da Gerda Christow. Tapi kalau begitu, mengapa revol"ver
itu tidak ditinggalkan saja tergeletak di dekat mayat,
supaya dipungut"nya?"
249 THE HOLLOW.indd 249 "Mungkin dia tidak memungutnya."
"Itu benar. Tapi meskipun dia tidak memungut"nya,
selama tak ada sidik jari orang lain pada revolver itu"
artinya bila sidik jari itu dihapus setelah digunakan"
dia masih tetap dituduh. Dan itulah yang diinginkan si
pembunuh, bukan?" "Begitukah?" Grange memandanginya. "Yah, bila seseorang telah melakukan suatu pem"
bunuhan, dia ingin secepatnya menuduhkan perbuat"an
itu pada orang lain, bukan" Itu merupakan reaksi " yang
wajar dari seorang pembunuh."
"Ya," kata Poirot. "Tapi kalau begitu, kita sekarang
ini menghadapi suatu pembunuhan yang agak luar bia"
sa. Mungkin itulah yang merupakan penyelesaian masa"
lah kita." "Apa penyelesaiannya?"
Sambil merenung, Poirot berkata, "Semacam pem"
bunuhan yang luar biasa."
Inspektur Grange memandanginya dengan rasa ingin
tahu. Katanya, "Tapi, lalu... bagaimana pikir"an si pem"
bunuh" Apa yang diinginkannya?"
Poirot merentangkan tangan sambil mendesah.
"Saya tak tahu. Saya sama sekali tak tahu. Tapi saya
pikir-samar-samar..."
"Ya ?" "Bahwa si pembunuh adalah seseorang yang ingin
membunuh John Christow, tapi tak ingin menjatuhkan
tuduhan pada Gerda Christow."
"Hm! Padahal kita sudah langsung menuduh Gerda
Christow." 250 THE HOLLOW.indd 250 "Oh, ya. Tapi itu hanya untuk sementara, se"belum
kenyataan mengenai revolver itu menjadi jelas. Dan itu
akan memberikan sudut pandang baru. Sementara itu,
si pembunuh sempat..."
Poirot tiba-tiba terhenti.
"Sempat melakukan apa?"
"Ah, mon ami, begitulah saya. Lagi-lagi saya harus
berkata bahwa saya tak tahu."
Inspektur Grange berjalan bolak-balik di kamar itu,
lalu ia berhenti dan berdiri di depan Poirot.
"Saya mendatangi Anda petang ini, M. Poirot, de"
ngan dua alasan. Pertama karena saya tahu"dan hal itu
sudah diketahui oleh banyak orang di ka"langan Ang"
katan Kepolisian"bahwa Anda adalah orang yang ber"
pengalaman luas, yang telah me"nyelesaikan perkara-per"
kara yang sangat rumit, se"perti masalah ini. Itu ala"san
nomor satu. Tapi ada suatu alasan lain. Anda adalah se"
orang saksi mata. Anda telah melihat apa yang ter"jadi."
Poirot mengangguk. "Ya, saya melihat apa yang terjadi, tapi mata adalah
saksi yang tak dapat diandalkan, Inspektur."
"Apa maksud Anda, M. Poirot?"
"Kadang-kadang mata hanya melihat apa yang harus
dilihatnya." "Anda pikir semua itu sudah direncanakan sebe"
lumnya?" "Saya rasa begitu. Perlu Anda ketahui bahwa keja"di"
an itu sama benar dengan suatu adegan di pentas. Apa
yang saya lihat memang jelas sekali. Seorang pria yang
baru saja ditembak, dan wanita yang telah menembak"
nya memegang revolver yang baru saja dipakainya. Tapi
251 THE HOLLOW.indd 251 revolver itu tidak di"pakai untuk menembak John Chris"
tow." "Hm." Inspektur menarik kumisnya yang ter"kulai ke
bawah. "Anda ingin mengatakan bahwa beberapa hal
khusus dari gambaran itu mungkin salah?"
Poirot mengangguk. Katanya, "Ada tiga orang lain
yang juga hadir"tiga orang yang kelihatannya baru tiba
di tempat kejadian itu. Tapi itu pun mung"kin tak benar.


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kolam itu dikelilingi oleh sekelompok pohon kenari
muda yang rapat. Dari kolam itu ada lima jalan setapak
yang menuju tempat-tempat yang berlainan"satu
menuju rumah, satu mendaki ke hu"tan, satu ke kebun
bunga, satu dari kolam menurun ke peternakan, dan
satu lagi menuju ke jalan umum ini.
"Dan ketiga orang itu masing-masing datang dari
jalan-jalan yang berlainan"Edward Angkatell dari hu"
tan di atas, Lady Angkatell naik dari peter"nakan, dan
Henrietta Savernake dari kebun bunga di atas rumah.
Ke"tiga orang itu tiba di tempat peristiwa kejahatan ham"
pir bersamaan, yaitu bebe"rapa menit setelah Gerda
Chris"tow. "Tapi salah seorang di antara mereka bertiga itu,
Inspektur, bisa saja berada di kolam renang sebelum
Gerda Christow. Dia bisa saja menembak John Chris"
tow, kemudian naik atau turun kembali ke salah satu
jalan setapak itu, lalu berbalik lagi, hingga dia bisa tiba
di situ bersamaan dengan yang lain-lain."
"Ya, itu mungkin," kata Inspektur Grange.
"Dan ada satu lagi kemungkinan yang tidak terlihat
pada saat itu, yaitu seseorang mungkin datang dari jalan
umum melalui jalan setapak. Mungkin dia menembak
252 THE HOLLOW.indd 252 John Christow, lalu kem"bali lewat jalan yang sama, tan"
pa dilihat." "Anda benar sekali," kata Grange. "Mungkin ada
dua orang tertuduh lain kecuali Gerda Chris"tow. Kita
punya motif yang sama"rasa cemburu. Itu pasti
merupakan suatu kejahatan yang disebabkan oleh
perasaan yang mendalam. Ada dua orang yang pernah
punya hubungan cinta dengan John Christow."
Ia diam sebentar, lalu berkata, "Christow pergi men"
jumpai Veronica Cray di rumahnya pagi itu. Mereka
bertengkar. Wanita itu berkata padanya bahwa dia akan
membuat Christow menyesal atas apa yang telah di"
lakukannya, dan dia berkata bah"wa dia membenci Chris"
tow lebih daripada dia membenci orang lain."
"Menarik," gumam Poirot.
"Dia datang langsung dari Hollywood, dan dari apa
yang saya baca di surat-surat kabar, mereka kadangkadang saling menembak di sana. Mungkin Veronica
Cray kembali untuk mengambil mantel bulunya yang
tertinggal di pondok peristirahatan malam sebelum"nya.
Mungkin mereka bertemu lagi, dan pertengkaran mere"
ka meledak lagi"wanita itu menembaknya. Kemu"dian,
karena mendengar seseorang datang, lalu meng"endapendap kembali ke jalan yang dilaluinya waktu dia da"
tang." Ia berhenti sebentar, lalu menambahkan dengan ke"
sal, "Dan sekarang kita tiba pada bagian di mana segala"
galanya menjadi kacau. Gara-gara re"volver sialan itu!
Kecuali," matanya jadi berseri, "kalau dia menembaknya
dengan revolvernya sen"diri, dan menjatuhkan revolver
yang telah dicuri"nya di ruang kerja Sir Henry untuk
253 THE HOLLOW.indd 253 melemparkan tuduhan pada orang-orang yang ada di
The Hol"low. Mungkin dia tak tahu bahwa kita bisa
menge"nali revolver yang sudah digunakan dari bekas"bekas luka tambahan."
"Saya ingin tahu, berapa orang yang tahu hal itu?"
"Saya mengulangi kata-kata Sir Henry. Menurut dia,
cukup banyak orang yang tahu, gara-gara se"mua cerita
detektif yang ditulis orang. Disebutkan"nya sebuah yang
baru, yang berjudul The Clue of the Dripping Fountain,
yang katanya dibaca oleh John Christow sendiri pada
hari Sabtu itu. Buku cerita itu justru menekankan pada
soal khusus tersebut."
"Tapi Veronica Cray pasti telah mengambil re"volver
itu dari ruang kerja Sir Henry."
"Ya, dan itu berarti ada rencana sebelumnya." Sekali
lagi inspektur itu menarik kumisnya, lalu ia melihat
pada Poirot. "Tapi Anda sendiri telah me"ngemukakan
suatu kemungkinan lain, M. Poirot. Yaitu mengenai
Miss Savernake. Dan di sini ke"saksian mata Anda"atau
lebih tepat kesaksian te"linga Anda"memegang peranan.
Dr. Christow berkata, "Henrietta," waktu dia sedang se"
karat. Anda mendengarnya"mereka semua men"dengar"
nya, meskipun Mr. Angkatell agaknya tidak me"nangkap
apa yang diucapkannya."
"Edward Angkatell tidak mendengar" Itu me"narik."
"Tapi yang lain-lain mendengarnya. Miss Saver"nake
sendiri berkata bahwa Christow mencoba berbicara
dengannya. Lady Angkatell berkata bah"wa dia membuka
matanya, melihat Miss Saver"nake, lalu berkata, "Hen"
rietta." Saya rasa Lady Angkatell menganggap hal itu tak
penting." 254 THE HOLLOW.indd 254 Poirot tersenyum. "Tidak, dia menganggap hal itu
tidak penting." "Nah, M. Poirot, bagaimana dengan Anda sen"diri"
Anda berada di sana. Anda melihat, dan mendengar.
Apakah Dr. Christow telah mencoba mengatakan pada
Anda semua bahwa Henrietta-lah yang telah menembak"
nya" Singkat kata, apakah itu suatu dakwaan?"
Poirot berkata lambat-lambat, "Pada saat itu, tidak
begitu pikiran saya."
"Tapi sekarang, M. Poirot. Bagaimana pikiran Anda
sekarang?" Poirot mendesah, lalu berkata lagi lambat-lam"bat,
"Mungkin memang begitu. Saya tak bisa ber"kata lebih
banyak daripada itu. Yang Anda minta dari saya hanya"
lah kesan, dan bila saat kejadian itu sudah berlalu, ada
kecenderungan kita mem"pelajari lagi persoalan-persoalan
itu, lalu muncul"lah suatu arti yang sebelum"nya tak tam"
pak oleh kita." Grange lekas-lekas berkata, "Semuanya tentu ti"dak
akan dicatat secara resmi. Pikiran M. Poirot bukan
barang bukti. Saya tahu itu. Saya hanya mencoba untuk
mendapatkan petunjuk."
"Oh, saya mengerti betul, dan kesan dari se"orang
saksi mata bisa merupakan sesuatu yang sangat berguna.
Tapi dengan rendah hati harus saya katakan bahwa ke"
san"-kesan saya tak ada ar"tinya. Saya telah mendapat"kan
bayangan yang sa"lah, terpengaruh oleh bukti peng"
lihatan, yaitu bah"wa saat itu Mrs. Christow baru saja
me"nembak suaminya. Sehingga waktu Dr. Christow
mem?""buka mata dan berkata, "Henrietta," saya tak per"nah
menganggap itu sebagai suatu dakwaan. Sekarang, bila
255 THE HOLLOW.indd 255 menoleh kembali, saya tergoda untuk melihat ke da"lam
peristiwa itu sesuatu yang tak ada di situ."
"Saya tahu apa maksud Anda," kata Grange. "Tapi
menurut saya, karena perkataan terakhir yang diucapkan
Christow adalah "Henrietta", itu pasti berarti satu dari
dua kemungkinan. Mungkin itu suatu dakwaan atas
pembunuhan, atau kalau bukan... yah, itu hanya pernya"
taan emosinya. Henrietta-lah wanita yang dicintai"nya,
dan dia se"dang menghadapi maut. Nah, mengingat se"
gala-"galanya, yang mana di antara yang dua itu me"nurut
Anda?" Poirot mendesah. Ia bergerak-gerak, memejam"kan
ma"ta", membukanya lagi, lalu mengulurkan kedua belah
tangan sebagai pernyataan kesal". Katanya, "Suara"nya
terdengar mendesak. Ha"nya itu yang bisa saya kata"
kan"mendesak. Me"nurut pendengaran saya, itu bukan
suatu dakwaan, bukan pula pernyataan suatu perasaan,
tapi men"desak, memang ya! Dan saya yakin akan satu
hal. Dia berada dalam keadaan benar-benar sadar. Dia
berbicara sebagai seorang dokter. Seorang dokter yang...
katakanlah, tiba-tiba sedang menghadapi suatu pembe"
dahan darurat"mungkin karena se"orang pasien sedang
mengalami perdarahan hingga nyawanya terancam."
Poirot mengangkat bahu. "Hanya itulah yang bisa saya
lakukan untuk Anda."
"Suatu tinjauan medis, ya?" kata Inspektur. "Yah, itu
memang cara ketiga untuk meninjaunya. Dia ditembak,
dia menduga dirinya akan mati, dia ingin sesuatu
dilakukan secepatnya untuknya. Dan bila, seperti kata
Lady Angkatell, Miss Savernakel-ah orang pertama yang
dilihatnya waktu matanya terbuka, dia tentu menujukan
256 THE HOLLOW.indd 256 permintaan itu pada"nya. Tapi penjelasan itu tidak me"
muaskan." "Tak ada satu pun yang memuaskan dalam per"kara
ini," kata Poirot dengan agak getir.
Suatu adegan pembunuhan yang diatur, dipen"taskan
untuk menipu Hercule Poirot"dan yang memang telah
menipunya! Tidak, itu jelas tidak memuaskan.
Inspektur Grange melihat ke luar jendela.
"Nah," katanya, "ini Coombes datang, sersan saya.
Kelihatannya dia membawa sesuatu. Dia tadi menanyai
para pelayan"dengan cara bersahabat. Dia tampan, dan
pandai memikat hati wanita."
Sersan Coombes masuk dengan agak terengah"-engah.
Jelas bahwa ia merasa puas dengan dirinya sendiri, tapi
hal itu disembunyikannya di balik sikap resmi yang
penuh hormat. "Saya pikir sebaiknya saya datang melapor, Sir,
karena saya tahu ke mana Anda pergi."
Ia ragu-ragu sebentar, sambil melemparkan pan"dangan
ke arah Poirot. Penampilan Poirot yang asing dan lain
daripada yang lain itu membuatnya curiga, hingga ia me"
nutup mulut, sesuai dengan tuntutan kedinasan"nya.
"Katakan saja," kata Grange. "Tak usah enggan meng?"
ucapkannya di hadapan M. Poirot. Dia akan cepat me"
lupa"kan permainan ini."
"Ya, Sir. Begini, Sir, saya berhasil mendapatkan se"
suatu dari pelayan dapur..."
Grange menyela. Ia menoleh pada Poirot. de"ngan
pandangan kemenangan. "Apa kata saya" Selama ada pelayan dapur, selalu ada
harapan. Mudah-mudahan jangan sam"pai terjadi pengu"
257 THE HOLLOW.indd 257 rangan pembantu rumah tangga, hingga tak ada lagi
orang yang mempekerjakan pelayan dapur. Soalnya
pelayan-pelayan dapur itu suka berbicara dan berceloteh.
Mereka sangat di"tekan oleh juru masak dan pelayanpelayan atasan, dan mereka harus tahu diri, hingga
sangatlah ma"nusiawi kalau mereka suka berbicara ten"
tang apa saja yang mereka ketahui pada seseorang yang
mau mendengarnya. Teruskan, Coombes."
"Inilah yang dikatakan gadis itu, Sir. Katanya pada
hari Minggu petang, dia melihat Gudgeon, pelayan
kepala, berjalan menyeberangi lorong ru"mah sambil me"
megang sebuah revolver."
"Gudgeon?" "Ya, Sir." Coombes memperlihatkan sebuah buku
catatan. "Inilah yang diucapkannya sendiri. "Saya tak
tahu apa yang harus saya lakukan. Tapi saya rasa, saya
harus mengatakan apa yang saya lihat pada hari itu. Saya
melihat Mr. Gudgeon. Dia sedang berdiri di lorong
rumah, memegang sebuah revolver. Mr. Gudgeon keli"
hatan aneh sekali." "Saya rasa," kata Coombes setelah berhenti se"bentar,
"pernyataan tentang Gudgeon yang kelihat"an aneh itu
tak ada artinya. Mungkin itu ditambah"kannya, dari
khayalan"nya sendiri. Tapi saya pikir Anda harus segera
tahu tentang hal itu, Sir."
Inspektur Grange bangkit dengan sikap sese"orang
yang merasa senang, karena melihat ada suatu tugas di
hadapan"nya, yang pantas untuk di"laksanakannya.
"Gudgeon?" katanya. "Saya akan langsung ber"bicara
dengan Gudgeon." 258 THE HOLLOW.indd 258 BAB XX Inspektur Grange sekali lagi duduk di ruang kerja Sir
Henry. Ia memandangi wajah tanpa ekspresi pria di
hadap"annya. Sejauh ini, Gudgeon bersikap amat sopan.
"Maafkan saya sebesar-besarnya, Sir," ulangnya. "Saya
rasa seharusnya saya melaporkan kejadian itu. Tapi saya
khilaf." Ia melihat pada Inspektur dan Sir Henry secara ber"
gantian, dengan pandangan meminta maaf.
"Kalau ingatan saya tepat, Sir, waktu itu kira"-kira
jam setengah enam. Saya sedang menyebe"rangi lorong
ru"mah untuk melihat kalau-kalau ada surat yang harus
di"masuk"kan ke pos. Waktu itu saya lihat sebuah revolver
tergeletak di meja di lorong rumah. Saya menyimpulkan
bahwa itu pasti berasal dari koleksi majikan saya. Jadi
saya ambil, dan saya bawa kemari. Pada rak-rak di dekat
pelindung perapian memang ada tempat kosong, tempat
revolver itu biasanya berada. Jadi, saya kem"balikan
revolver itu ke tempatnya semula."
"Tunjukkan barang itu," kata Grange.
259 THE HOLLOW.indd 259 Gudgeon bangkit, dan pergi ke rak tersebut, dengan
diikuti oleh Inspektur. "Yang ini, Sir." Gudgeon menunjuk sebuah pis"tol
Mauser kecil di ujung deretan.
Pistol itu berkaliber 25"amat kecil. Pasti bukan pis"
tol itu yang telah digunakan untuk membunuh John
Christow. Sambil memandangi wajah Gudgeon, Grange ber"
kata, "Itu sebuah pistol otomatis, bukan revolver."


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gudgeon berdeham. "Begitukah, Sir" Sayang, saya sama sekali tak me"
ngerti senjata api. Jadi mungkin saya salah telah meng"
gunakan istilah revolver."
"Tapi Anda yakin sekali bahwa itulah senjata yang
Anda temukan di lorong rumah dan Anda bawa masuk
kemari?" "Oh, ya, Sir, tak mungkin ada keraguan menge"nai
hal itu." Grange mencegahnya waktu ia akan mengulur"kan
tangan. "Jangan sentuh. Saya harus memeriksa sidik ja"rinya,
dan melihat apakah ada pelurunya."
"Saya rasa tak ada pelurunya, Sir. Tak ada koleksi Sir
Henry yang disimpan dalam keadaan berisi peluru. Dan
mengenai sidik jari, saya telah mengelap pistol itu
dengan saputangan saya sebe"lum saya menaruhnya kem"
bali, Sir. Jadi hanya sidik jari saya yang akan ada di
situ." "Mengapa Anda lakukan itu?" tanya Grange de"ngan
tajam. Tapi senyum Gudgeon yang mengandung per"minta"
an maaf tak juga hilang. 260 THE HOLLOW.indd 260 "Saya pikir benda itu berdebu, Sir."
Pintu terbuka, dan Lady Angkatell masuk. Ia ter"
senyum pada Inspektur. "Senang bertemu dengan Anda, Inspektur Grange.
Ada apa ini, mengenai revolver dan Gud"geon" Anak di
dapur itu sedang berurai air mata. Dia dimarah-marahi
oleh Mrs. Medway, juru ma"sak kami. Tapi anak itu
benar, mengatakan apa yang dilihatnya, kalau dia meng"
anggap itulah yang harus dilakukannya. Saya sendiri
selalu bingung mengenai mana yang benar dan mana
yang salah. Lebih mudah bila yang benar itu tidak me"
nye?"nangkan, dan yang salah itu menyenangkan. De"ngan
demikian, kita tahu di mana kita berada. Tapi kalau ke"
balikannya, membingungkan. Dan saya pikir semua
orang harus melakukan apa yang menurut mereka
sendiri benar. Bukan begitu, In"spektur" Apa yang kau"
ceritakan tentang pistol itu, Gudgeon?"
Dengan tekanan yang sopan, Gudgeon menja"wab,
"Pis"tol itu ada di lorong rumah, Nyonya, di meja tengah.
Saya tak tahu dari mana datangnya. Saya bawa masuk ke"
mari, dan saya simpan di tempatnya yang benar. Itulah
yang baru saja saya ceritakan pada Inspektur, dan beliau
mengerti." Lady Angkatell menggeleng. Dengan halus ia ber"
kata, "Seharusnya kau tidak menceritakan be"gitu, Gud"
geon. Aku akan berbicara sendiri dengan Inspektur."
Gudgeon bergerak, dan dengan manis Lady Ang"
katell berkata, "Kuhargai motifmu, Gudgeon. Aku tahu
kau selalu mencoba menghindarkan kami dari kesulitan
dan gangguan." Lalu ditambah"kannya dengan halus,
"Sudah cukup sekarang."
261 THE HOLLOW.indd 261 Gudgeon bimbang. Ia melihat sebentar ke arah Sir
Henry dan Inspektur, lalu membungkuk dan berjalan
ke arah pintu. Grange menggerakkan tangan, seolah akan me"nahan"
nya. Tapi entah mengapa, ia sendiri tak yakin akan
dirinya, dan lengannya dijatuhkan kembali. Gud"geon
keluar dan menutup pintu.
Lady Angkatell duduk di sebuah kursi, lalu ter"
senyum pada kedua pria itu. Katanya dengan ringan,
"Saya rasa Gudgeon baik sekali. Sangat feodal. Artinya
dia mau mengorbankan diri demi majikannya. Ya, feo"
dal adalah kata yang tepat untuk itu."
Dengan kaku Grange berkata, "Apakah saya ha"rus
berkesimpulan bahwa Anda sendiri lebih tahu tentang
pistol itu?" "Tentu. Gudgeon sama sekali tidak menemukan"nya
di lorong rumah. Dia menemukannya waktu sedang
menge"luarkan telur-telur."
"Telur?" Inspektur Grange menatapnya.
"Mengeluarkannya dari keranjang," kata Lady Ang"
katell. Agaknya Lady Angkatell mengira semua sudah jelas
seka"rang. Sir Henry berkata dengan halus, "Kau harus
men"ceritakan lebih jelas, Sayang. Aku dan Inspek"tur
Grange masih bingung."
"Oh!" Lady Angkatell bersiap-siap untuk men"jelas"
kan. "Pistol itu berada di dalam keranjang, di ba"wah
telur-telur." "Keranjang apa dan telur apa, Lady Angkatell?"
"Keranjang yang saya bawa ke peternakan. Pis"tol itu
berada di dalamnya. Lalu saya masukkan telur-telur itu
262 THE HOLLOW.indd 262 di atas pistol itu, dan saya lupa sama sekali. Waktu ka"
mi menemukan John Christow di dekat kolam renang,
dalam keadaan meninggal, saya begitu terkejut, hingga
keranjang itu saya lepaskan. Untung Gudgeon masih
sempat menang"kapnya"karena dia ingat akan telurtelur itu, mak"sud saya. Sekiranya keranjang itu jatuh,
telur-telur"nya pasti pecah. Lalu keranjang itu dibawanya
masuk ke rumah. Kemudian saya suruh dia me"nuliskan
tanggal pada telur-telur itu. Hal itu selalu saya lakukan.
Kalau tidak begitu, kita kadang-"kadang makan telur
yang lebih baru, padahal yang lama belum habis. Dan
dia berkata bahwa semua itu sudah diurusnya. Sekarang
saya baru ingat bahwa nada bicaranya agak bertekanan
waktu itu. Dan itulah maksud saya dengan feodal tadi.
Dia menemukan pistol itu, dan menyimpannya kembali
di sini"saya rasa karena dia melihat ada polisi di ru"
mah. Pelayan-pelayan selalu bingung kalau ada polisi.
Baik dan setia sekali dia, tapi juga bodoh, karena Anda
tentu ingin mendengar yang sebenar"nya, bukan, Inspek"
tur?" Lady Angkatell menyudahi keterangannya de"ngan
memberikan senyum cerah pada Inspektur.
"Kebenaranlah yang ingin saya dapatkan," kata
Grange dengan agak ketus.
Lady Angkatell mendesah. "Kelihatannya semua kacau, ya," katanya. "Mak"sud
saya, banyak sekali orang yang mencari-"cari di sini. Saya
pikir, siapa pun yang menembak John Christow sebenar"
nya tidak bermaksud untuk menembaknya"maksud saya,
tidak bersungguh"-sungguh. Kalaupun pe"laku"nya Gerda,
saya yakin dia tidak sungguh-sungguh ingin menembak
263 THE HOLLOW.indd 263 John. Saya bahkan heran sekali mengapa dia bisa me"
nembak dengan tepat"padahal rasanya tak mung"kin. Dia
sebenarnya makhluk yang sangat manis dan baik hati. Dan
bila Anda memasukkannya ke penjara atau menggantung"
nya, apa yang akan ter"jadi dengan anak-anaknya" Kalau"
pun dia yang me"nembak John, mungkin dia sekarang
menyesal se"kali. Bagi anak-anak, sudah cukup mengerikan
ayah mereka dibunuh, dan akan bertambah buruk lagi ke"
adaannya bila ibu mereka digantung gara-"gara itu. Kadang"kadang saya pikir kalian, pihak polisi, tidak memikirkan
hal-hal itu." "Kami belum berniat menangkap siapa-siapa se"
karang, Lady Angkatell."
"Yah, bagaimanapun juga itu keputusan yang sehat.
Tapi selama ini saya memang beranggapan bahwa Anda
seorang pria yang berakal sehat, In"spektur Grange."
Lagi-lagi muncul senyum manis yang menak"jubkan
itu. Inspektur Grange agak tersipu. Ia tak berdaya, tapi
dengan tegas ia kembali pada pokok per"soalan.
"Sebagaimana Anda katakan tadi, Lady Ang"katell,
kebenaranlah yang ingin saya cari. Nah, Anda meng"
ambil pistol itu dari sini. Pistol yang manakah itu?"
Lady Angkatell menganggukkan kepala ke arah rak
di dekat pelindung perapian. "Yang kedua dari ujung.
Pistol Mauser .25." Cara bicaranya yang tegas dan tek"
nis menggetarkan Grange. Ia tak menduga bah"wa Lady
Angkatell yang selama ini dicapnya linglung dan agak
kurang waras bisa melukiskan suatu senjata api dengan
ketepatan yang begitu teknis.
"Anda mengambil pistol itu, lalu memasukkan"nya
ke keranjang. Untuk apa?"
264 THE HOLLOW.indd 264 "Saya tahu Anda pasti akan menanyakan itu," kata
Lady Angkatell. Tanpa diduga, nada bicara"nya hampir
terdengar sebagai suatu sorak keme"nangan. "Dan tentu
harus ada alasannya. Begitu, bukan, Henry?" Ia ber"
paling pada suaminya. "Apa"kah menurutmu, aku pasti
punya alasan mengam"bil sepucuk pistol pagi itu?"
"Kupikir tentu begitu, Sayang," kata Sir Henry
dengan kaku. "Kita melakukan sesuatu," kata Lady Angkatell,
mata"nya menerawang jauh ke depan, "lalu kita tak ingat
mengapa kita melakukannya. Tapi saya rasa Anda tahu,
Inspektur, bahwa selalu ada alasannya, kalau saja kita
ingat. Pasti ada pikiran tertentu dalam kepala saya, wak"
tu saya menaruh pistol Mauser itu ke dalam keran"jang
saya." Ia lalu meminta bantuan Inspektur. "Menu"rut
Anda, apa kira-kira alasannya?"
Grange terbelalak memandanginya. Wanita itu tidak
memperlihatkan rasa risi. Yang tampak di wajahnya ha"
nya rasa ingin tahu yang kekanak-"kanakan. Hal itu
membuat Grange heran. Belum pernah ia bertemu de"
ngan seseorang seperti Lady Angkatell, dan sesaat lama"
nya ia tak tahu apa yang harus dilakukannya.
"Istri saya sangat linglung, Inspektur," kata Sir Henry.
"Memang begitu kelihatannya, Sir," kata Grange.
Nada bicaranya agak kasar.
"Menurut Anda, untuk apa saya membawa pis"tol
itu?" tanya Lady Angkatell dengan penuh ke"percayaan.
"Saya tak tahu, Lady Angkatell."
"Saya masuk kemari," renung Lady Angkatell. "Sebe"
lum itu, saya berbicara dengan Simmons me"ngenai sarung"
sarung bantal, dan samar-samar saya ingat, saya menye"
265 THE HOLLOW.indd 265 berang ke perapian sambil ber"pikir bahwa kami
me"mer?"lukan alat pengorek api yang baru. Pendeta pem"
bantu, eh, bukan, kepala gereja..."
Inspektur Grange terbelalak lagi. Dirasanya ke"
palanya berputar-putar. "Dan saya ingat, saya mengambil Mauser itu?"pistol
itu bagus dan berguna sekali, saya selalu menyukainya.
Lalu saya masukkan saja benda itu ke keranjang. Keran"
jang itu baru saja saya ambil dari kamar bunga. Tapi
banyak sekali per"soalan yang harus saya pikirkan, seperti
si Sim"mons dan rumput liar yang tumbuh di antara bu"
nga daisy Michaelmas, juga berharap agar Mrs. Medway
membuat negro yang betul-betul kental dalam keme"
janya..." "Seorang negro dalam kemejanya?" Mau tak mau
Inspektur Grange menyela.
"Itu, cokelat yang dicampur dengan telur, lalu di"tu"
tup dengan krim kocok. Makanan penutup yang disukai
oleh orang asing setelah makan siang."
Inspektur Grange berbicara dengan keras dan tegas.
Ia merasa seperti seseorang yang harus me"nyapu sarang
laba-laba halus yang menghalangi pandangannya.
"Apakah Anda mengisi pistol itu dengan pe"luru?"
Ia berharap akan membuat Lucy terkejut, bah"kan
mung"kin agak ketakutan. Tapi Lady Angkatell hanya
menunjukkan ekspresi putus asa, karena ia tak ingat.
"Apakah saya isi, ya" Bodoh sekali. Saya tak ingat.
Tapi saya rasa tentu saya isi, bukan, Inspek"tur" Maksud
saya, apa gunanya sebuah pistol tan"pa peluru" Alangkah
senang"nya kalau saya bisa betul-betul ingat apa yang
ada di dalam kepala saya waktu itu."
266 THE HOLLOW.indd 266 "Lucy, Sayang," kata Sir Henry. "Apa yang ada atau
tak ada dalam kepalamu itu sudah bertahun"-tahun me"
nyu"sah"kan orang-orang yang kenal betul padamu."
Lady Angkatell memandang suaminya dengan senyum
manis. "Aku sedang mencoba mengingat, Henry. Orang me"
mang biasa melakukan hal-hal aneh. Kemarin pagi um"
pama"nya, aku mengangkat alat penerima telepon, lalu
ku"dapati diriku hanya memandangi benda itu dengan
kebingungan. Aku tak bisa mem"bayangkan untuk apa
benda itu kuangkat."
"Mungkin Anda akan menelepon seseorang?" kata
Inspektur dengan nada dingin.
"Tidak. Itulah anehnya, saya tak ada niat me"nelepon
siapa-siapa. Setelah itu baru saya ingat. Saya penasaran
mengapa Mrs. Mears, istri tukang kebun, menggendong
bayinya dengan cara yang aneh begitu. Lalu saya angkat
alat penerima tele"pon itu, hanya untuk mencoba bagai"
mana cara orang menggendong bayinya. Lalu saya sadar,
ten"tulah kelihatannya aneh, karena Mrs. Mears kidal,
jadi kepala bayi itu ada di sisi lain."
Dengan penuh kemenangan ia menatap kedua pria
itu bergantian. "Yah," pikir Inspektur, "kurasa memang ada orangorang seperti ini."
Tapi ia tidak begitu yakin akan hal itu. Semuanya
mungkin suatu jaringan kebohongan, pikirnya. Pelayan
dapur itu, umpamanya, dengan jelas telah mengatakan
bahwa yang dipegang Gud"geon adalah sebuah revolver.


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun pernyataan"nya tidak dapat terlalu diandalkan.
Gadis itu tak tahu apa-apa tentang senjata api. Ia telah
267 THE HOLLOW.indd 267 mendengar orang menyebut-nyebut revolver sehubung"
an dengan kejahatan itu, dan revolver atau pistol sama
saja baginya. Baik Gudgeon maupun Lady Angkatell telah me"
nunjuk dengan pasti pistol Mauser itu, tapi tak ada satu
pun yang bisa membuktikan kebenaran pernyataan me"
reka. Mungkin sebenarnya revolver yang hilang itu yang
dipegang Gudgeon, dan ia mungkin telah mengembali"
kan"nya, bukan ke ruang kerja, melainkan pada Lucy
Angkatell sendiri. Se"mua pelayan agaknya benar-benar
menyayangi wa"nita itu.
Bagaimana seandainya Lady Angkatel sendiri yang
telah menembak John Christow" Tapi alasannya ia mela"
kukannya" Grange tak mengerti alasannya. Apakah mere"
ka akan tetap mendukungnya dan berbohong demi dia"
Ia jadi tak senang, ka"rena merasa memang itulah yang
akan mereka lakukan. Dan sekarang ada lagi kisah rekaannya bahwa ia tak
ingat"sebenarnya ia bisa mengarang se"suatu yang lebih
baik daripada itu. Dan ia kelihat"annya wajar-wajar saja,
sama sekali tidak risi atau malu. Persetan semuanya,
wanita itu memberikan kesan seolah-olah ia mengatakan
yang sebenarnya. Grange bangkit. "Kalau Anda sudah ingat lebih banyak, tolong cerita"
kan pada saya, Lady Angkatell," katanya da"tar.
"Tentu, Inspektur," sahut Lucy. "Kadang-kadang kita
bisa tiba-tiba teringat akan hal-hal tertentu."
Grange keluar dari ruang kerja itu. Di lorong ru"
mah, dimasukkannya sebuah jarinya ke bagian dalam
kerah bajunya, lalu dihirupnya napas dalam"-dalam.
268 THE HOLLOW.indd 268 Ia merasa segala-galanya seolah kusut dalam rumput
berduri. Yang dibutuhkannya dalam ke"adaan ini adalah
pipanya yang paling tua dan paling jelek, segelas bir,
dan sepiring daging bistik yang enak dengan kentang
goreng. Sesuatu yang sederhana dan bermanfaat.
269 THE HOLLOW.indd 269 BAB XXI Di dalam ruang kerja, Lady Angkatell berjalan kian
kemari, menyentuh pelan barang-barang di sana-sini
dengan jari telunjuknya. Sir Henry duduk bersandar di
kursinya, memperhatikan. Akhirnya ia ber"kata, "Meng"apa
kauambil pistol itu, Lucy?"
Lady Angkatell menghampirinya, lalu duduk de"ngan
anggun di sebuah kursi. "Aku tidak begitu yakin, Henry. Kurasa aku sudah
punya bayangan samar mengenai suatu ke"celakaan."
"Kecelakaan?" "Ya. Mengingat akar-akar pohon-pohon itu," kata
Lady Angkatell samar-samar, "yang banyak menonjol di
atas tanah, hingga mudah sekali kita tersandung pada
salah satu di antaranya. Orang bisa saja melepaskan be"
be"rapa tembakan ke sa"saran, lalu meninggalkan sebuah
peluru di dalam senjata itu. Itu tentu ceroboh"tapi ke"
banyakan orang memang ceroboh. Menurut pendapat"
ku, me"lakukan hal semacam itu bisa saja merupakan ke?"
ce"lakaan. Sesudahnya orang memang menyesal se"kali,
dan menyalahkan dirinya sendiri."
270 THE HOLLOW.indd 270 Suaranya menghilang. Suaminya duduk tak ber"gerak,
tanpa melepaskan matanya dari istrinya. Lalu ia bicara
lagi, suaranya tetap tenang dan berhati-hati, "Siapa yang
harus menjadi... sasaran itu?"
Lucy memutar kepalanya sedikit ke arah suami"nya,
dan menatapnya dengan heran.
"John Christow tentu."
"Ya, Tuhan, Lucy..." Sir Henry tak dapat me"lanjut"
kan kata-katanya. "Aduh, Henry," kata Lucy dengan bersungguh-sung"
guh, "aku sedang khawatir sekali. Memikirkan Ainswick."
"Oh. Ainswick lagi. Kau terlalu memikirkan Ainswick,
Lucy. Kadang-kadang kupikir itulah satu-satunya hal
yang benar-benar kaupikirkan."
"Soalnya Edward dan David adalah yang ter"akhir"
Ang"katell yang terakhir. Dan David tak bisa diharapkan,
Henry. Dia takkan pernah me"nikah"gara-gara ibunya
dan soal-soal lainnya. Dia akan mewarisi tanah dan ru"
mah itu bila Edward meninggal, dan dia tak mau meni"
kah, sedangkan aku dan kau pasti sudah lama mati se"be"
lum dia menjadi setengah baya. Dialah yang akan me?"?"?"ru"pa"kan
warga Angkatell terakhir, dan semuanya pun akan
hilang." "Begitu besarkah artinya itu, Lucy?"
"Tentu saja besar artinya! Itu Ainswick!"
"Sebenarnya lebih baik kalau kau dulu dilahir"kan
sebagai anak laki-laki, Lucy."
Tapi Sir Henry tersenyum sendiri"karena ia tak
bisa mem"bayangkan Lucy yang lain, kecuali Lucy yang
sangat feminin ini. "Semua tergantung pada menikah atau tidak"nya
271 THE HOLLOW.indd 271 Edward, sedangkan Edward sangat keras ke"pala. Kepala"
nya yang panjang itu seperti kepala ayahku. Aku ber"
harap dia bisa melupakan Henriet"ta, dan menikah de"
ngan seorang gadis manis yang lain. Tapi sekarang ku"lihat
rasanya tak ada harap"an. Kupikir hubungan gelap antara
Henrietta dan John akan berlangsung seperti biasa. Soal"
nya hu"bungan-hubungan gelap John tak pernah ber"tahan
lama. Tapi beberapa malam yang lalu, kulihat cara John
memandangi Henrietta. Dia benar-benar cinta pada Hen"
rietta. Kalau saja John tak ada lagi, ku"rasa Henrietta mau
menikah dengan Edward. Hen"rietta bukan orang yang
suka berlama-lama me"nyimpan kenangan dan hi"dup di
masa lalu. Jadi, kesimpulannya... enyahkanlah John Chris"
tow." "Lucy! Kau kan tidak... Apa yang telah kau"lakukan,
Lucy?" Lady Angkatell bangkit. Dikeluarkannya dua tangkai
bunga yang sudah layu dari jambangan.
"Sayangku," katanya, "kau kan tidak mengira bahwa
aku yang menembak John Christow" Aku memang per"
nah punya pikiran bodoh mengenai suatu kecelakaan.
Tapi kemudian aku ingat bahwa kitalah yang telah
meng"undang John Christow ke"mari, bukan dia yang
ingin datang sendiri. Kita tak mungkin mengundang
seseorang, lalu meren"canakan suatu kecelakaan. Bahkan
bangsa Arab sekalipun sangat memperhatikan hal-hal
mengenai keramahan sebagai tuan rumah. Jadi, jangan
kha"watir, Henry."
Lady Angkatell berdiri, memandangi suaminya de"
ngan senyum ceria dan penuh rasa cinta. De"ngan berat
suaminya berkata, "Aku selalu khawatir memikirkanmu,
Lucy." 272 THE HOLLOW.indd 272 "Tak perlu, Sayang. Seperti kaulihat, segala-galanya
berjalan dengan baik. John telah dising"kirkan tanpa kita
harus berbuat apa-apa. Aku jadi ingat," kata Lady Ang"
katell mengenang, "akan laki-laki di Bombay yang kasar
sekali padaku. Dia digilas trem, tiga hari kemudian."
Dibukanya pintu, lalu ia keluar ke kebun.
Sir Henry duduk saja, sambil memperhatikan sosok
Lucy yang tinggi dan ramping berjalan ke arah jalan
setapak. Sir Henry tampak tua dan letih, dan wajahnya
adalah wajah seorang pria yang selalu hidup dalam keta"
kut"an. Di dapur, Doris Emmot yang sedang berurai air ma"ta
tampak kuyu mendengarkan teguran keras dari Mr. Gud"
geon. Mrs. Medway dan Miss Sim"mons ikut-ikutan me"
marahinya. "Apa-apaan kau, berani tampil dan mengambil ke"
sim?"pulan sendiri. Padahal kau tak ada pengalam"an apaapa."
"Benar," kata Mrs. Medway.
"Kalau kau melihatku memegang pistol, yang sepantas"
nya kaulakukan adalah datang padaku dan berkata, "Mr.
Gudgeon, maukah Anda memberikan penjelasan pada
saya?"" "Atau kau bisa datang padaku," sela Mrs. Med"way.
"Aku selalu bersedia memberitahu seorang gadis yang
belum mengenal dunia apa yang harus dipikirnya."
"Yang tidak boleh kaulakukan," kata Gudgeon dengan
galak, "adalah pergi untuk berceloteh pada seorang polisi,
apalagi hanya pada seorang sersan! Jangan pernah ber"
hubungan dengan polisi kalau tidak terpaksa. Mereka da"
tang ke rumah ini saja sudah cukup menyusahkan."
273 THE HOLLOW.indd 273 "Bukan main menyusahkan," gumam Miss Simmons.
"Hal seperti itu tak pernah terjadi atas diriku."
"Kita semua tahu," lanjut Gudgeon, "bagaimana
nyonya kita itu. Apa pun yang dilakukan beliau, tak ada
yang mengherankan aku. Tapi polisi tidak mengenal
beliau seperti kita mengenalnya. Dan tak terpikirkan oleh"
ku kalau beliau sampai dibuat su"sah dengan per"tanyaanpertanyaan bodoh dan ke"curigaan-kecurigaan, hanya kare"
na dia berjalan kian kemari dengan membawa senjata
api. Itu hal yang biasa dilakukannya, tapi polisi hanya me"
mikirkan hal-hal yang berhubungan dengan pem"bunuhan
dan kejahatan. Majikan kita itu me"mang linglung, tapi
dia takkan mau menyakiti seekor lalat pun. Memang tak
dapat dibantah bah"wa dia suka menaruh barang-ba"rang
sembarangan. Aku takkan pernah lupa," tambah Gud"
geon dengan penuh perasaan, "waktu dia membawa pu"
lang se"ekor udang galah hidup-hidup. Binatang itu di"
letakkannya saja di nampan kartu di lorong rumah. Aku
sampai mengira penglihatanku salah."
"Itu pasti terjadi sebelum saya mulai bekerja di sini,
ya?" sela Simmons. Mrs. Medway mengakhiri pernyataan-pernyataan itu
dengan melihat pada Doris yang bersalah.
"Lain kali saja bercerita," katanya. "Nah, Doris, ka"
mi ber"bicara padamu demi kebaikanmu sendiri. Adalah
ren"dah kalau kita sampai berhubungan de"ngan polisi,
jangan lupa itu! Sekarang kau bisa meneruskan peker"
jaan?"mu membersihkan sayuran. Lebih berhati-hatilah
mem"bersihkan kacang itu, ja"ngan seperti semalam."
Doris menyusut hidungnya.
"Ya, Mrs. Medway," katanya, lalu berjalan gon"tai ke
tempat mencuci sayuran. 274 THE HOLLOW.indd 274 Mrs. Medway berkata, seolah-olah sudah bisa me"
ramal"kan, "Rasanya aku akan mendapat kesulit"an dalam
membuat kue kering hari ini. Pemerik"saan pendahuluan
besok menjijikkan sekali. Setiap kali teringat itu, aku
merasa ngeri. Bagaimana mungkin hal semacam itu
terjadi atas diri kita."
275 THE HOLLOW.indd 275 BAB XXII Selot pintu pagar berbunyi. Poirot melihat ke luar dari
jendela, tepat saat tamunya sedang berjalan di jalan seta"
pak yang menuju pintu depan rumahnya. Ia segera tahu
siapa tamunya. Ingin sekali ia tahu, apa yang me"nyebab"
kan Veronica Cray datang me"ngunjunginya.
Waktu wanita itu masuk, ia membawa serta keharum"
an yang lembut dan nyaman. Poirot me"ngenali aroma
harum itu. Kini Veronica mengena"kan setelan triko dan
sepatu kulit kasar, seperti yang dikenakan Henrietta. Ta"
pi, pikirnya dengan pasti, ia berbeda sekali dengan Hen"
rietta. "M. Poirot," suara wanita itu menyenangkan dan men"
de"bar"kan, "saya baru tahu siapa tetangga saya. Padahal
sudah lama sekali saya ingin kenal dengan Anda."
Poirot menyambut tangannya yang terulur, lalu
mem?"bungkuk. "Menyenangkan sekali, Madame."
Veronica menyambut penghormatan itu dengan ter"
senyum, dan menolak tawaran Poirot untuk mi"num teh,
kopi, atau koktail. 276 THE HOLLOW.indd 276 "Tidak, saya hanya datang untuk bercakap-cakap de"
ngan Anda. Untuk bercakap-cakap serius. Saya sedang
susah." "Anda susah" Kasihan sekali."
Veronica duduk, lalu mendesah.
"Mengenai kematian John Christow. Pemerik"saan
pendahuluannya besok. Anda tahu, bukan?"
"Ya, ya, saya tahu."
"Dan semuanya kacau sekali...."
Ia mendadak berhenti. "Kebanyakan orang sebenarnya takkan mau per"caya.
Tapi saya rasa Anda mau, karena Anda punya pengetahuan
tentang sifat-sifat manusia."
"Saya tahu sedikit tentang sifat-sifat manusia," Poirot
mengakui. "Inspektur Grange pernah datang menemui saya.
Dikiranya saya bertengkar dengan John. Hal itu memang
ada benarnya, tapi tidak seperti yang dibayangkannya.
Saya katakan padanya bahwa su"dah lima belas tahun saya
tidak bertemu dengan John, tapi dia sama sekali tak mau


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

percaya. Pada"hal itu benar, M. Poirot."
"Karena itu benar," kata Poirot, "itu bisa dibuk"tikan
dengan mudah, jadi untuk apa susah?"
Veronica membalas senyumnya dengan ramah sekali.
"Sebenarnya M. Poirot, saya tak berani men"ceritakan
pada Inspektur apa sebenarnya yang ter"jadi pada malam
Minggu itu. Keadaannya benar"-benar luar biasa, hingga
dia pasti takkan mau percaya. Tapi saya merasa harus
menceritakannya pada seseorang. Sebab itu saya datang
pada Anda." "Saya merasa tersanjung," kata Poirot dengan tenang.
277 THE HOLLOW.indd 277 Poirot melihat bahwa Veronica menganggap hal itu
biasa. Ia seorang wanita yang amat yakin akan pengaruh
dirinya atas orang lain, pikir Poirot. De"mikian yakinnya,
hingga kadang-kadang ia bisa keliru.
"Saya dan John sudah bertunangan, lima belas tahun
yang lalu. Dia sangat mencintai saya, hingga kadangkadang hal itu membuat saya takut. Dia ingin saya ber"
henti main film, dan mengorbankan selu"ruh kehidupan
dan pikiran saya sendiri. Dia terlalu po"se"sif dan ingin
menguasai, hingga saya tak tahan. Jadi saya me"mutuskan
pertunangan itu. Saya rasa dia ter"pukul sekali dengan
ke?"putusan itu."
Poirot berdecak halus untuk memperlihatkan penger"
tian"nya. "Saya tak pernah bertemu dengannya lagi, sam"pai
malam Minggu yang lalu. Dia mengantar saya pulang.
Saya katakan pada Inspektur bahwa kami bercakap-ca"
kap tentang masa lalu. Itu memang ada benarnya. Tapi
sebenarnya jauh lebih banyak dari"pada itu."
"Ya?" "John menjadi gila"benar-benar gila. Dia ingin
meninggalkan istri dan anak-anaknya, dan dimin"tanya
saya bercerai dari suami saya, dan menikah dengannya.
Katanya dia tak pernah melupakan saya. Katanya begitu
dia melihat saya, waktu se"rasa berhenti..."
Ia memejamkan mata, dan menelan ludah. Di balik
rias wajahnya, wajahnya tampak pucat. Dibukanya lagi
matanya, lalu ia tersenyum malu pada Poirot.
"Bisakah Anda percaya bahwa... perasaan seper"ti itu
memang mungkin ada?" tanyanya.
"Ya, saya rasa itu mungkin," kata Poirot.
278 THE HOLLOW.indd 278 "Tak pernah melupakan"menunggu terus"be"ren"
cana"berharap"bertekad dalam hati dan pikir"an untuk
akhirnya mendapatkan apa yang kita ingini. Ada pria
yang seperti itu, M. Poirot."
"Ya... wanita juga ada."
Veronica menatapnya lekat-lekat.
"Saya berbicara tentang kaum pria"tentang John
Christow. Yah, begitulah keadaannya. Mula-mula saya
membantah. Saya tertawa, dan menolak menanggapinya
dengan serius. Lalu saya katakan bahwa dia gila. Malam
sudah larut waktu dia kembali. Kami berbantahan terus.
Dia tetap ma"sih... bertekad."
Ia menelan ludahnya lagi.
"Sebab itu, saya kirimi dia surat singkat esok pagi"
nya. Saya tak bisa mendiamkan persoalan itu begitu
saja. Saya harus menyadarkannya bahwa apa yang di"
ingini"nya itu... tak mungkin."
"Itu memang tak mungkin."
"Tentu itu tak mungkin! Dia datang. Dia tak mau
mendengarkan kata-kata saya. Dia tetap ber"keras. Saya
katakan bahwa itu tak ada gunanya, bahwa saya tidak
mencintainya, bahwa saya benci padanya." Ia berhenti,
dan bernapas dengan berat. "Saya terpaksa bersikap ka"
sar mengenai hal itu. Maka kami pun berpisah dalam
keadaan marah. Dan sekarang... dia meninggal."
Poirot melihat Veronica mempertemukan kedua
belah telapak tangannya, dilihatnya pula jemarinya yang
membengkok, dan bonggol-bonggol jemari"nya yang
bertonjolan. Tangan itu besar dan tam"pak agak kejam.
Emosi kuat yang dirasakan oleh Veronica di"rasakan
pula oleh Poirot. Bukan rasa sedih, bukan dukacita"
279 THE HOLLOW.indd 279 melainkan rasa marah. Rasa marah orang egois yang di"
kece"wakan, pikir Poirot.
"Bagaimana, M. Poirot?" Ia sudah dapat me"nguasai
suaranya lagi, nadanya halus. "Apa yang harus saya
lakukan" Haruskah saya menceritakan kejadian itu, atau
saya simpan sendiri saja" Itulah yang terjadi"tapi agak
sulit memercayainya."
Poirot menatapnya, lama... sambil berpikir.
Menurut pendapatnya, Veronica Cray tidak men"
ceritakan kebenaran, namun tak dapat dibantah bahwa
di baliknya ada ketulusan. Hal itu memang terjadi, pikir
Poirot, tapi kejadiannya tidak seperti itu.
Tiba-tiba Poirot sadar. Kisah itu benar, tapi dibalik"
kan. Veronica-lah yang tak bisa melupakan John Chris"
tow. Veronica-lah yang merasa dikece"wakan dan ditam"
pik. Dan sekarang ia bagaikan seekor harimau betina
yang kehilangan mangsanya dan tak sanggup menahan
kemarahannya dalam diam. Maka diciptakannyalah sua"
tu kebenaran yang diubahnya sendiri, untuk meng"obati
rasa har"ga dirinya yang terluka, dan memuaskan dam"
baannya yang menyakitkan terhadap seorang pria yang
tak mungkin lagi diraihnya. Tak mungkin dia, Vero"nica
Cray, tak bisa mendapatkan apa yang di"ingininya! Maka
dibalikkannyalah keadaan yang sebenar"nya.
Poirot menarik napas dalam-dalam, lalu ber"bicara,
"Sekiranya semua itu ada hubungannya dengan ke"
matian John Christow, Anda harus berbicara. Sekiranya
tidak ada, saya rasa Anda berhak me"nyimpannya sendiri.
Dan menurut saya, bisa saja hal itu tidak berhubungan
dengan kematian ter"sebut."
Ia ingin tahu apakah Veronica kecewa. Diba"yang"
280 THE HOLLOW.indd 280 kannya bahwa dalam keadaannya sekarang, Veronica
tentunya ingin melemparkan kisahnya untuk dicetak di
surat-surat kabar. Tapi Veronica datang padanya"meng"
apa" Apakah untuk meng"ujicobakan ceritanya" Untuk
mengetes reaksinya" Atau untuk memanfaatkan"nya, men"
dorongnya su"paya menyampaikan cerita itu pada orangorang lain"
Poirot tak dapat menerka apakah reaksinya yang
biasa"biasa saja telah mengecewakan Veronica. Wanita itu
bangkit, lalu mengulurkan tangannya yang panjang dan
terawat baik. "Terima kasih, M. Poirot. Apa yang Anda kata"kan
rasa?"nya sangat masuk akal. Saya senang sekali telah da"
tang pada Anda. Saya... saya ingin sese"orang tahu."
"Saya menghargai kepercayaan Anda, Madame."
Setelah Veronica pergi, Poirot membuka jen"delajendelanya. Bau harum membawa akibat bu"ruk pada"
nya. Ia tak suka wewangian Veronica. Memang mahal,
tapi terlalu menusuk, dan terlalu kuat, seperti kepribadian"
nya. Sambil mengibaskan tirai-tirai jendelanya, ia ber"
tanya-tanya sendiri, apakah Veronica Cray yang te"lah
membunuh John Christow. Ia pasti ingin membunuhnya"Poirot yakin itu. Ia
akan senang sekali menarik picu pistol"akan senang
sekali melihat laki-laki itu terhuyung lalu jatuh.
Tapi di balik kemarahan yang penuh rasa den"dam itu,
ada sesuatu yang dingin dan tajam, se"suatu yang me"
nunggu kesempatan, suatu otak cer"das yang dingin dan
penuh perhitungan. Betapapun ingin Veronica Cray mem"
bunuh John Christow, Poirot ragu apakah ia mau meng"
ambil risiko itu. 281 THE HOLLOW.indd 281 BAB XXIII Pemeriksaan pendahuluan sudah berlalu. Peristi"wanya
hanya merupakan formalitas biasa. Meskipun sudah diberi
peringatan mengenai hal itu sebelumnya, semua orang
masih saja merasa ke"cewa dan tak senang.
Pemeriksaan itu ditunda selama dua minggu, atas per"
mintaan polisi. Gerda datang dari London bersama Mrs. Patter"son,
dengan mobil Daimler sewaan. Ia mengena"kan baju hi"
tam dan topi yang tak pantas untuknya. Ia tampak gu"
gup dan bingung. Sebelum masuk lagi ke mobil Daimler itu, ia berhenti
sebentar karena Lucy menghampirinya.
"Bagaimana keadaanmu, Gerda sayang" Kuharap kau
bisa tidur nyenyak. Kurasa keadaan berjalan sebaik yang
kita harapkan, bukan" Menyesal sekali kau tidak
menginap di The Hollow lagi, tapi aku mengerti benar
betapa menyedihkan semua ini."
Dengan suaranya yang ceria, dan sambil me"natap adik"
nya dengan pandangan menegur, karena tidak memper"
kenal?"kannya sebagaimana mestinya, Mrs. Patterson ber"kata,
"Ini gagasan Miss Collins"untuk menyewa mo"bil ini
282 THE HOLLOW.indd 282 pulang-pergi. Mahal memang, tapi kami pikir itulah
yang terbaik." "Oh, benar sekali,"
Mrs. Patterson merendahkan suaranya.
"Saya akan langsung membawa Gerda dan anak"anak ke Bexhill. Dia memerlukan istirahat dan kete"
nangan. Wartawan-wartawan itu! Anda tahu, kan! Mere"
ka ber"kerumun di sekeliling Harley Street."
Seorang anak muda menjepretkan kameranya, dan
Elsie Patterson cepat-cepat mendorong adik"nya ke da"
lam mobil, lalu mereka berangkat.
Orang-orang masih sempat melihat sebentar wa"jah
Gerda di bawah tepi topinya yang jelek itu. Wajah itu
ham"pa, linglung, sekilas ia tampak se"perti seorang anak
yang kurang waras. Midge Hardcastle bergumam dengan suara ha"lus,
"Kasihan dia." Edward berkata dengan kesal, "Apa yang dilihat orang
pada diri Christow" Wanita itu hancur dan patah hati."
"Dia benar-benar berada di bawah pengaruh suami"
nya," kata Midge. "Mengapa" Laki-laki itu egois. Memang teman ber"
gaul yang baik, tapi..." Edward tidak menerus"kan katakatanya. Lalu ia bertanya, "Bagaimana pendapatmu
mengenai Christow, Midge?"
"Pendapatku?" Midge berpikir sebentar. Akhir"nya ia
berkata, "Kurasa aku menghormatinya." Ia merasa agak
heran akan kata-katanya sendiri.
"Menghormatinya" Kenapa?"
"Yah, dia pandai sekali dalam pekerjaannya."
"Kau mengingatnya sebagai seorang dokter?"
283 THE HOLLOW.indd 283 "Ya." Mereka tak sempat berbincang lagi.
Henrietta akan mengantar Midge kembali ke London
dengan mobilnya. Edward akan kembali ke The Hollow
untuk makan siang, dan setelah itu berangkat naik ke"reta
api petang bersama David. Sepintas lalu Edward berkata
pada Midge, "Kapan-"kapan kau harus keluar untuk
makan siang." Midge berkata bahwa ia akan se"nang
sekali, tapi ia tak bisa keluar lebih lama dari satu jam. Ed"
ward tersenyum manis padanya, "Oh, itu akan meru"
pakan kesempatan khusus. Aku yakin mereka akan me"
ngerti." Lalu Edward pergi menghampiri Henrietta. "Aku
akan meneleponmu, Henrietta."
"Ya, teleponlah, Edward. Tapi mungkin aku akan
banyak keluar." "Keluar?" Henrietta tersenyum mengejek padanya.
"Untuk mengubur kesedihanku. Apa kau pikir aku
akan duduk saja di rumah dan bermuram durja?"
Lambat-lambat Edward berkata, "Aku tak dapat me"
mahamimu akhir-akhir ini, Henrietta. Kau lain sekali."
Wajah Henrietta melembut. Tanpa diduga, ia berkata,
"Edward tersayang," lalu cepat-cepat men"cubit lengan"
nya. Setelah itu ia berpaling pada Lucy Angkatell, "Aku
masih boleh datang kalau aku ingin, ya, Lucy?"
"Tentu, Sayang. Lagi pula, dua minggu lagi akan ada
pemeriksaan lagi." Henrietta pergi ke tempat ia memarkir mobilnya, di
lapangan pasar. Koper-kopernya dan koper-koper Midge
sudah ada di dalamnya. 284 THE HOLLOW.indd 284 Mereka masuk ke mobil, lalu berangkat.
Mobil itu mendaki jalan perbukitan yang pan"jang,
lalu keluar di jalanan, di tepi celah. Di bawah mereka,
daun-daun yang berwarna cokelat dan keemasan tam"
pak bergoyang-goyang sedikit di hari musim gugur yang
dingin dan kelabu itu. Tiba-tiba Midge berkata, "Aku senang kita su"dah
tidak di sana lagi"juga sudah tidak berada di dekat
Lucy lagi. Meskipun dia baik sekali, ka"dang-kadang dia
membuatku takut." Henrietta sedang melihat dengan tajam ke kaca spi"
on yang kecil. Tanpa minat dia berkata, "Lucy suka berlebihan da"
lam bicara"bahkan pada pembunuhan sekali"pun."
"Tahukah kau, selama ini aku tak pernah me"
mikirkan pembunuhan."
"Untuk apa" Itu memang bukan sesuatu untuk dipi"
kir?"kan. Itu merupakan suatu perkataan yang terdiri atas


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuluh huruf, kalau kita harus mengisi teka-teki silang,
atau suatu hiburan yang menye"nangkan untuk dibaca di
buku. Tapi kejadian yang sebenarnya..."
Ia berhenti. Midge menyambung, "Sungguh-sungguh nyata! Itu"
lah yang mengejutkan kita"
"Kau tak perlu terkejut," kata Henrietta. "Kau tidak
terlibat di dalamnya. Mungkin kaulah satu-"satunya
orang yang tidak terlibat."
Kata Midge, "Sekarang kita sudah berada di luarnya.
Kita sudah pergi." "Sudah pergi?" gumam Henrietta.
Ia melihat ke kaca spion lagi. Tiba-tiba ditekan"
285 THE HOLLOW.indd 285 kannya kakinya ke pedal gas. Mobil bereaksi. Ia melihat
ke spedometer. Mereka lari dengan kece"patan lebih dari
lima puluh. Sebentar kemudian, jarum mencapai enam
puluh. Midge menoleh ke samping, ke sosok Henrietta.
Tidak biasanya Henrietta mengemudikan mobil de"ngan
sembrono. Ia memang suka kecepatan, tapi jalan yang
berliku-liku ini tidak sesuai untuk ngebut. Dilihat"nya
senyum kecut di bibir Henrietta.
Kata Henrietta, "Coba kau menoleh ke bela"kang,
Mid"ge. Kaulihatkah mobil yang jauh di be"lakang itu?"
"Ya." "Itu mobil Ventnor sepuluh."
"Oh, ya?" Midge tidak berminat.
"Mobil-mobil itu biasanya kecil, pemakaian ben"sin"
nya irit, tahan di jalan, tapi kurang cepat."
"Tidak cepat, ya?"
Heran, pikir Midge. Henrietta selalu terpikat oleh
mobil-mobil dan kemampuannya.
"Seperti kukatakan, mobil-mobil itu tidak cepat,
tapi mobil yang itu, Midge, berhasil mempertahan"kan
jarak"nya, meskipun kita lari dengan kecepatan enam
puluh lebih." Midge menoleh padanya dengan terkejut.
"Apakah maksudmu...?"
Henrietta mengangguk. "Kurasa mereka polisi. Mere"
ka menggunakan mesin-mesin khusus untuk mobil-mo"
bil yang kelihatannya biasa-biasa saja."
"Maksudmu, mereka masih mengawasi kita semua?" ta"
nya Midge. "Kelihatannya begitulah."
286 THE HOLLOW.indd 286 Midge merinding. "Henrietta, mengertikah kau mengenai pistol yang
kedua itu?" "Tidak. Dengan demikian, Gerda bebas. Selain itu,
hal tersebut tidak menambahkan apa-apa."
"Tapi kalau itu satu di antara pistol-pistol Henry..."
"Kita belum tahu apakah itu salah satu milik Henry.
Ingat, pistol itu belum ditemukan."
"Ya, memang belum. Mungkin saja itu milik orang
luar. Tahukah kau siapa yang ingin kuba"yangkan telah
membunuh John, Henrietta" Perem"puan itu."
"Veronica Cray?"
"Ya." Henrietta tidak berkata apa-apa. Ia mengemudi
terus, matanya memandang ke jalanan di hadapan"nya.
"Apakah menurutmu, itu mungkin?" desak Midge.
"Ya, mungkin saja," kata Henrietta.
"Jadi kau tidak menduga..."
"Tak baik menduga sesuatu karena kita ingin men"
duga"nya. Yang penting adalah penyelesaian yang sem"
purna, hingga kita semua bebas!"
"Kita" Tapi..."
"Kita semua terlibat"ya, kita semua. Bahkan kau
pun terlibat, Midge tersayang, meskipun me"reka akan
me"nemukan kesulitan besar untuk mene"mukan motif
mengapa kau menembak John! Aku ingin yang dituduh
adalah Veronica. Tak ada yang lebih menyenangkan hati"
ku daripada melihat dia memainkan sandiwaranya de"
ngan bagus di tempat terdakwa, seperti kata Lucy!"
Midge cepat-cepat melihat ke arahnya.
"Henrietta, apakah semua ini membuatmu me"rasa
den"dam?" 287 THE HOLLOW.indd 287 "Maksudmu," "Henrietta berhenti sebentar?"ka"
rena aku mencintai John?"
"Ya." Sambil berbicara, Midge menyadari dengan pe"rasaan
agak terkejut bahwa itulah pertama kalinya kenyataan
itu diungkapkan dengan kata-kata. Me"reka semua, Lucy
dan Henry, Midge, bahkan Ed"ward, telah menerima
kenyataan bahwa Henrietta mencintai John Christow.
Tapi tak seorang pun pernah mengungkapkan hal itu
dengan kata-kata, bahkan menyindirnya pun tidak.
Tak ada yang berbicara. Henrietta agaknya se"dang
berpikir. Lalu ia berbicara dengan suara se"perti orang
merenung, "Tak dapat kujelaskan pada"mu bagaimana
perasaanku. Mungkin aku sendiri pun tak tahu."
Kini mereka sedang melewati Albert Bridge.
"Sebaiknya kau mampir ke studioku, Midge," kata
Henrietta. "Kita minum teh dulu, setelah itu kau ku"
antar ke pondokanmu."
Di London, cahaya petang yang singkat sudah mulai
pudar. Mereka berhenti di depan studio, dan Henrietta
memasukkan kunci ke lubang pintunya. Ia masuk, lalu
menyalakan lampu. "Dingin," katanya. "Sebaiknya kita hidupkan pe"
manas gas. Ah, sialan, aku sudah berniat membeli korek
api di jalan tadi." "Tak bisakah dengan pemantik?"
"Pemantikku tidak beres, lagi pula sulit me"nyalakan
api gas dengan pemantik. Tunggu saja di sini. Di sudut
jalan ada seorang tua yang buta. Aku biasanya membeli
korek api dari dia. Aku takkan lama."
Setelah ditinggalkan seorang diri di studio, Midge
288 THE HOLLOW.indd 288 berjalan berkeliling melihat-lihat hasil karya Henrietta.
Ia merasa agak ngeri ditinggalkan se"orang diri di studio,
bersama patung-patung dari kayu dan perunggu ini.
Ada sebuah patung kepala dari perunggu, yang
tulang pipinya tinggi dan memakai topi dari timah.
Mungkin itu seorang prajurit Tentara Merah. Ada pula
suatu bentuk tipis dari aluminium, yang beng"kokbengkok seperti pita, dan sangat membingung"kannya.
Ada seekor kodok besar dari batu granit berwarna agak
merah muda. Dan di ujung studio, ia tiba pada suatu
bentuk dari kayu yang hampir sebesar manusia hidup.
Ia sedang memandangi benda itu waktu dide"ngarnya
Henrietta memutar kunci di pintunya, lalu masuk
dengan agak terengah. Midge berpaling. "Ini apa, Henrietta" Agak mengerikan."
"Itu" Itu Si Pemuja. Itu akan kukirim ke Inter"
national Group." Sambil terus memandanginya, Midge berkata lagi,
"Mengerikan." Sambil berlutut menyalakan api gas, Henrietta
berkata, "Menarik mendengarmu berkata begitu.
Mengapa kau merasa itu mengerikan?"
"Kurasa... karena tak ada wajahnya."
"Benar sekali, Midge."
"Tapi bagus sekali, Henrietta."
"Itu kubuat dari kayu pohon pir yang bagus," kata
Henrietta. Ia bangkit berdiri. Dilemparkannya tasnya yang
besar dan mantel bulunya ke dipan, dan dilemparkannya
pula beberapa kotak korek api ke atas meja.
289 THE HOLLOW.indd 289 Midge terkesan melihat air muka Henrietta"di situ
terbayang rasa gembira yang tak dapat dijelas"kan.
"Sekarang kita minum teh," kata Henrietta, da"lam
nada suaranya juga terdengar kegembiraan yang hangat,
seperti yang terlihat pada air muka"nya.
Hal itu terasa janggal"tapi Midge lupa akan hal itu,
begitu ia melihat dua kotak korek api yang membang"kit"
kan suatu ingatan di kepalanya.
"Ingatkah kau korek api yang dibawa oleh Veronica
Cray?" "Waktu Lucy memaksa supaya dia mem"bawa se"
tengah lusin sekaligus" Ya, aku ingat."
"Adakah orang yang menemukan apakah dia sebe"
narnya punya korek api di cottage-nya?"
"Kurasa polisi tahu. Mereka sangat teliti."
Suatu senyum yang membayangkan rasa keme"
nangan menghiasi bibir Henrietta. Midge merasa heran,
sekaligus tak senang. Pikirnya, "Mungkinkah Henrietta sungguh"-sungguh
mencintai John" Mungkinkah" Pasti tidak."
Suatu rasa dingin dan murung menyerangnya waktu
ia berpikir lagi, "Edward tak perlu me"nunggu lebih
lama lagi." Sungguh keterlaluan dia, karena pikiran itu tidak
membawa kehangatan pada dirinya. Bukankah ia ingin
Edward bahagia" Tak mungkin ia bisa me"miliki Edward.
Bagi Edward, ia hanya si Midge kecil. Tak pernah lebih
dari itu. Tak pernah me"rupakan seorang wanita untuk
dicintai. Yang lebih tidak menguntungkan lagi, Edward ada"
lah orang yang setia. Yah, orang yang setia biasanya mem"
per"oleh apa yang diinginkannya.
290 THE HOLLOW.indd 290 Edward dan Henrietta di Ainswick"itulah akhir
cerita yang masuk akal. Edward dan Henrietta hidup
berbahagia sepanjang masa.
Ia bisa membayangkannya dengan jelas.
"Bergembiralah, Midge," kata Henrietta. "Jangan biar"
kan pembunuhan membuatmu murung. Bagai"mana
kalau kita keluar nanti, dan makan malam bersama?"
Tapi Midge cepat-cepat berkata bahwa ia harus cepat
kembali ke kamar pondokannya. Banyak yang harus
dikerjakannya, antara lain menulis su"rat. Sebenarnya ia
lebih suka pergi secepatnya, begitu selesai minum teh.
"Baiklah, nanti kuantar," kata Henrietta.
"Aku bisa naik taksi."
"Omong kosong. Kita pakai saja mobil itu, se"lagi
ada di sini." Mereka keluar. Udara malam terasa lembap. Saat
mereka melewati ujung Mews Street, Henrietta me"
nunjuk ke sebuah mobil yang terparkir di tepinya.
"Mobil Ventnor sepuluh. Yang membayang-"bayangi
kita. Lihat saja. Dia akan mengikuti kita."
"Konyol sekali semuanya!"
"Kaupikir begitu" Menurutku, biar saja."
Henrietta menurunkan Midge di pondokannya, lalu
kembali ke Mews Street, dan memasukkan mobilnya ke
garasi. Lalu sekali lagi ia memasuki studionya.
Beberapa menit lamanya ia berdiri dengan ling"lung,
sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya ke atas pelin"dung
perapian. Lalu ia mendesah dan bergumam sen"diri,
"Nah, sekarang bekerja. Se"baiknya tidak menyia-nyiakan
waktu." 291 THE HOLLOW.indd 291 Ditanggalkannya jas trikonya, lalu dikenakannya cele"
mek kerjanya. Satu setengah jam kemudian, ia melangkah mundur
dan memperhatikan apa yang telah dikerjakan"nya. Di
pipinya ada corengan tanah liat, dan rambut"nya acakacakan. Tapi ia mengangguk puas melihat hasil karyanya
di atas penyangga. Karya itu merupakan sosok kasar seekor kuda. Tanah
liatnya ditempel-tempelkannya dalam bongkah-bongkah
besar yang tak beraturan. Kuda itu pasti mengejutkan
bagi seorang kolonel pa"sukan berkuda, begitu besar beda"
nya dari kuda sesungguhnya. Binatang itu juga pasti me"
nge"cewa"kan leluhur Henrietta yang orang-orang Irlan"dia
dan suka berburu. Tapi bagaimanapun juga, itu ada"lah
seekor kuda"seekor kuda yang diciptakan secara ab"strak.
Henrietta ingin tahu, apa anggapan Inspektur Grange
bila melihatnya. Ia menyeringai senang saat membayang"
kan pria itu. 292 THE HOLLOW.indd 292 BAB XXIV Edward Angkatell berdiri dengan bimbang di te"ngah
arus lalu lintas pejalan kaki di Shaftesbury Ave"nue. Ia
telah memberanikan diri memasuki per"tokoan tempat
terpasang nama Madame Alfrege dengan huruf-huruf
emas. Suatu naluri tersembunyi mencegahnya untuk hanya
membunyikan bel dan langsung mengajak Midge keluar
untuk makan siang. Bagian dari per"cakapan telepon di
The Hollow dulu telah mengganggu perasaannya"bah"
kan mengejutkannya. Da"lam suara Midge terdengar na"
da mengalah dan merendahkan diri yang memukul se"lu"
ruh perasaan"nya. Midge yang bebas, ceria, dan suka berbicara, harus
ber"sikap begitu. Harus mengalah, jelas-jelas mengalah
pada perlakuan kasar dan kurang sopan dari wanita di
telepon itu. Semuanya salah"salah! Lalu, waktu ia me"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nunjukkan rasa prihatinnya, de"ngan tegas Midge me"
ngata"kan kenyataan yang tak enak bahwa orang harus
mempertahankan peker"jaannya, karena pekerjaan tak
mudah didapat, dan bahwa dalam mempertahankan
293 THE HOLLOW.indd 293 pekerjaan itu, lebih banyak rasa tak senangnya daripada
sekadar men"jalankan tugas yang telah ditentukan.
Sampai saat itu, Edward boleh dikatakan me"nerima
saja kenyataan bahwa banyak sekali wanita muda yang
bekerja di masa ini. Tapi, kalaupun ia memikirkan hal
itu, dikiranya mereka bekerja ka"rena mereka menyukai
pekerjaan tersebut, bahwa dengan bekerja, mereka me"rasa
mandiri dan merasa telah berperan dalam hidup ini.
Sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Edward se"
orang gadis yang harus bekerja dari jam sembilan pagi
sampai jam enam sore, dengan satu jam istirahat untuk
makan siang, tak mungkin dapat menikmati kesenangan"
kesenangan dan hiburan-"hiburan seperti yang dilakukan
oleh golongan penggangur. Ia baru tahu bahwa Midge
takkan bisa pergi ke sebuah pameran lukisan umpama"
nya, kecuali kalau ia mau mengorbankan jam makan
siangnya, bahwa Midge tak bisa nonton konser petang
hari, tak bisa pergi ke luar kota pada suatu hari indah
di musim panas, tak bisa makan siang dengan santai di
sebuah restoran yang jauh, dan terpaksa harus menunda
perjalanan santainya ke pedesaan sampai petang hari
Sab"tu dan Minggu, dan harus makan siang dengan ter"
buru-buru di Lyons yang penuh sesak, atau di sebuah
kafe makanan kecil. Ia sayang sekali pada Midge. Midge
kecil"begitulah ia selalu membayangkan"nya. Midge
kecil yang tiba di Ainswick untuk berlibur, malu-malu,
bermata lebar, dan mula-mula tak mau berbicara. Tapi
kemudian ia jadi terbuka, antusias, dan penuh kasih sa"
yang. Kecenderungan Edward untuk menghabiskan se"ba"
gian besar hidupnya di masa lalu, dan menerima masa
294 THE HOLLOW.indd 294 kini dengan ragu-ragu sebagai sesuatu yang belum teruji
kebenarannya, membuatnya terlambat melihat Midge
sebagai seorang dewasa yang men"cari nafkah.
Malam itu di The Hollow, waktu ia masuk dalam ke"
adaan dingin dan menggigil setelah per"tengkarannya yang
aneh dan sangat merisaukan dengan Henrietta, dan wak"
tu melihat Midge ber"lutut untuk menyalakan api, baru"
lah ia sadar bah"wa Midge bukan lagi seorang anak kecil
yang penuh kasih sayang melainkan seorang wanita de"
wasa. Pemandangan itu membuatnya risau. Sesaat ia me"
rasa kehilangan sesuatu"sesuatu yang me"rupakan bagi"
an yang sangat berharga dari Ains"wick. Lalu, tanpa
di"sa"darinya benar, ia berbicara berdasarkan perasaan yang
tiba-tiba muncul itu. Katanya, "Alangkah baiknya kalau
aku bisa ber"temu lebih sering denganmu, Midge tersa"
yang." Waktu ia berdiri di bawah sinar bulan, dan berca"
kap-cakap dengan Henrietta yang bukan lagi Henrietta
yang dikenalnya, yang telah dicintainya begitu lama, ia
pun menjadi panik. Kini ia meng"hadapi lagi suatu
gangguan lain dalam pola hidup"nya yang sudah begitu
teratur. Midge kecil juga merupakan bagian dari Ains"
wick, tapi ini bukan lagi Midge kecil, melainkan se"orang
wanita de"wasa yang pemberani dan bermata sedih"
pribadi yang tidak dikenalnya.
Sejak saat itu, ia senantiasa risau, dan ia me"negur
diri?"nya sendiri karena tak pernah memikir"kan dan tak
per"nah peduli akan kebahagiaan dan kenyamanan hidup
Midge. Mengingat pekerjaan Midge yang tak me"nye"
nang"kan di toko Madame Alfrege, makin lama ia makin
susah. Akhirnya ia bertekad untuk melihat sen"diri ke"
adaan di toko busana itu.
295 THE HOLLOW.indd 295 Dengan rasa curiga, Edward mengintip di kaca pa"
jangan tempat ada baju hitam berikat pinggang kecil
keemasan, beberapa setelan jumper yang amat kecil dan
kelihatannya bagus, serta sehelai gaun malam dari renda
yang warnanya agak men"colok. Edward tak tahu apa-apa
tentang pakaian wanita. Ia menilainya hanya berdasar"kan
naluri. Tapi ia beranggapan bahwa semua yang dipamer"
kan itu memperlihatkan keindahan yang penuh ke"
palsuan. Tidak, pikirnya, tempat ini tidak sesuai dengan
Midge. Seseorang"mungkin Lucy Ang"katell"harus me"
ngambil tindakan mengenai hal itu.
Edward berusaha mengatasi rasa malunya. Di"tegak"
kannya bahunya yang agak bungkuk, lalu ia masuk.
Ia langsung merasa lumpuh karena malu. Dua orang
gadis mungil yang genit, dengan rambut pi"rang keperak"
an, sedang melihat-lihat baju-baju di sebuah lemari pa"
jangan, sambil berbicara dengan suara melengking, diban"
tu oleh seorang pramuniaga berkulit hitam. Di bagian
belakang toko, seorang wa"nita bertubuh kecil yang hi"
dung"nya besar, ram"butnya merah, dan suaranya tak enak
didengar, sedang berban"tahan dengan seorang pembeli
bertubuh besar yang kebingungan mengenai suatu per"
ubahan pada sehelai gaun malam. Dari sebuah kamar
kecil di sebelahnya, ter"dengar suara seorang wanita yang
memberungut, meninggi. "Jelek sekali"benar-benar jelek sekali"tak bi"sakah
kau membawakan sesuatu yang lebih pantas untuk di"
coba?" Terdengar gumam suara Midge yang halus?"suara
yang sopan dan bernada membujuk.
"Yang model anggur ini cantik sekali. Dan saya rasa
cocok untuk Anda. Bagaimana kalau Anda coba..." .
296 THE HOLLOW.indd 296 "Aku tak mau menyia-nyiakan waktu untuk men"
coba pakaian jelek seperti itu. Cobalah ber"usaha sedikit.
Sudah kukatakan, aku tak mau war"na merah. Dengar
baik-baik apa yang dikatakan orang padamu..."
Leher Edward terasa panas. Ia berharap Midge me"
lem?"parkan baju itu ke muka perempuan yang me"muak"
kan itu. Tapi Midge malah bergumam, "Coba saya cari
lagi. Kalau tak salah, Anda juga tak mau yang berwarna
hijau, Madam" Bagaimana kalau yang berwarna buah
persik ini?" "Buruk"buruk sekali! Tidak, aku tak mau me"lihat
apa-apa lagi. Hanya membuang-buang waktu saja..."
Saat itu Madame Alfrege meninggalkan pem"belinya
yang gemuk dan menghampiri Edward. Ia menatap pada
Edward dengan pandangan bertanya. Edward mem"be"
ranikan diri. "Apakah... bisakah saya berbicara... apakah Midge
Hardcastle ada di sini?"
Alis Madame Alfrege naik, tapi kemudian ter"lihat
olehnya pakaian Edward yang berpotongan Savile Row
dan ia pun tersenyum. Tapi senyum"nya lebih tak enak
dipandang daripada sifat pe"marahnya.
Dari dalam kamar kecil, suara wanita tadi naik
dengan tajam. "Berhati-hatilah! Canggung sekali kau. Kau me"robek
jala rambutku." Dan Midge menjawab dengan suara tak mantap,
"Maafkan saya, Madam."
"Canggung sekali." Suara itu hilang, tersekat. "Biar
ku"kerjakan sendiri. Tolong ambilkan ikat pinggang"ku."
"Sebentar lagi Miss Hardcastle bebas," kata Ma"dame
Alfrege. Kini senyumnya tampak licik.
297 THE HOLLOW.indd 297 Seorang wanita yang tampak pemarah, dengan ram"
but berwarna pasir, keluar dari kamar kecil itu, sambil
membawa beberapa bungkusan, dan lang"sung keluar ke
jalan. Midge, yang mengenakan pakaian hitam dengan
potongan amat sederhana, membukakan pintu untuk"
nya. Ia tampak pucat dan sedih.
"Aku datang untuk mengajakmu keluar makan siang,"
kata Edward tanpa basa-basi.
Midge melihat ke jam dengan pandangan bi"ngung.
"Jam satu seperempat aku baru bebas," katanya.
Waktu itu jam satu lewat sepuluh menit.
Dengan luwes Madame Alfrege berkata, "Kalau mau,
kau boleh pergi sekarang, Miss Hardcastle, karena te"
man?"mu sudah datang menjemput."
"Oh, terima kasih, Madame Alfrege," gumam Midge,
dan pada Edward ia berkata, "Sebentar lagi aku siap."
Lalu ia menghilang ke bagian belakang toko.
Edward, yang bergidik gara-gara Madame Alfrege
memberikan tekanan pada kata teman, ber"diri menung"gu
dengan gugup. Madame Alfrege baru saja akan bercakap-cakap se"
kadar basa-basi dengannya, tapi pintu terbuka, dan se"
orang wanita yang kelihatan mewah, masuk dengan
seekor anjing Peking. Naluri dagang Ma"dame Alfrege
mendorongnya untuk menghampiri pendatang baru itu.
Midge muncul kembali, sudah mengenakan mantel"
nya. Edward segera menggandeng sikunya dan langsung
menuntunnya keluar dari toko.
"Ya, Tuhan," katanya, "apakah kau harus me"nyesuai"
kan diri dengan hal-hal begitu" Aku men"dengar perem"
puan sialan itu berbicara denganmu di balik tirai. Bagai"
298 THE HOLLOW.indd 298 mana kau bisa menahankan itu, Midge" Mengapa tidak
kaulemparkan saja baju"-baju sialan itu ke kepalanya?"
"Aku akan kehilangan pekerjaan kalau aku me"laku"
kan hal-hal semacam itu."
"Tapi apakah kau tak ingin melemparkan apa-"apa
pada perempuan semacam itu?"
Midge menarik-napas dalam-dalam.
"Tentu aku ingin. Kadang-kadang, terutama pada
akhir pekan yang panas selama masa jual dalam musim
panas, aku takut kalau-kalau suatu hari aku lupa diri
dan mengatakan persetan pada semua orang"bukannya
cuma berkata, "Ya, Madam. Tidak, Madam. Akan saya
lihat kalau-kalau kami punya yang lain, Madam.?"
"Midge, Midge kecil tersayang, kau tak bisa menang"
gung semua itu." Midge tertawa, agak gemetar.
"Tak usah risau, Edward. Mengapa kau datang
kemari" Mengapa tidak menelepon saja?"
"Aku ingin bertemu langsung denganmu. Aku kha"
watir..." Edward diam sebentar, lalu berkata dengan
geram, "Lucy sendiri tak mungkin ber"bicara sekasar itu
pada pembantu juru masak se"kalipun. Aku tak suka me"
lihatmu harus menahan"kan semua sikap kurang sopan
dan kasar itu. Demi Tuhan, Midge, ingin rasanya aku
langsung melarikanmu ke Ainswick. Ingin sekali aku
men"cegat taksi, mendorongmu masuk ke dalamnya, dan
membawamu sekarang juga ke Ainswick, naik kereta api
jam dua lewat seperempat."
Midge berhenti. Sikapnya yang tak acuh tak tampak
lagi. Sepanjang pagi itu ia harus bekerja keras hingga
letih, menghadapi para pembeli yang menjengkelkan
299 THE HOLLOW.indd 299 dan Madame Alfrege yang mem"bentak-bentak terus. Ia
pun menoleh pada Edward dengan amat marah.
"Nah, mengapa tidak kaulakukan itu" Banyak taksi
di sini!" Edward terbelalak memandangi Midge, terkejut me"
lihat kemarahannya yang mendadak. Masih de"ngan ama"
rah menyala, Midge berkata lagi, "Untuk apa kau datang
dan mengucapkan kata-"kata itu" Kau tidak bersungguhsungguh dengan ucapanmu. Apa kaupikir kata-kata itu
dapat meng"hiburku" Setelah lelah bekerja sepanjang pa"
gi, dan merasa seperti berada di dalam neraka, lalu di"
ingatkan bahwa ada tempat-tempat menyenangkan se"
perti Ainswick" Apa kaupikir aku harus merasa ber"te"rima
kasih padamu, yang seenak"nya berce"loteh mengatakan
be"tapa ingin kau mem"bawa"ku pergi meninggalkan se"
mua itu. Kata-katamu manis sekali, tapi tidak tulus.
Kau sama sekali tidak bersungguh-sungguh dengan kata"
katamu. Tak tahukah kau bahwa aku bersedia menjual
nya"waku untuk bisa mengejar kereta api jam dua lewat
seperempat ke Ainswick, melarikan diri dari segala-gala"
nya" Mengingat Ainswick saja aku tak tahan. Menger"
tikah kau" Maksud"mu memang baik, Edward. Tapi kau
kejam! Kau hanya berbicara?"berbicara saja!"
Mereka berdiri berhadapan, dan sangat meng"ganggu
orang-orang yang lalu-lalang untuk makan siang di se"
panjang Shaftesbury Avenue. Tapi me"reka tidak menya"
dari apa-apa, kecuali diri mereka masing-masing. Ed"
ward memandangi Midge de"ngan terbelalak, seperti
se"seorang yang tiba-tiba dibangunkan dari tidur.
"Baiklah kalau begitu," katanya. "Kau pergi ke Ain"
swick, naik kereta api jam dua lewat seperem"pat!"
300 THE HOLLOW.indd 300 Diangkatnya tongkatnya untuk memanggil se"buah
taksi yang sedang lewat. Taksi itu berhenti di dekat tro"
toar. Edward membuka pintunya, dan Midge yang ma"
sih agak bingung masuk. "Stasiun Paddington," kata Ed"
ward pada pengemudi, lalu ia masuk menyusul Midge.
Mereka duduk berdiam diri. Bibir Midge ter"katup
rapat. Matanya tampak menantang dan siap melawan.
Edward menatap lurus ke depan.
Saat menunggu lampu lalu lintas di Oxford Street,
Midge berkata dengan perasaan tak enak, "Rupanya aku
sudah menggertakmu."


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak merasa digertak," kata Edward sing"kat.
Taksi meluncur lagi dengan mendadak.
Waktu taksi tiba di Edgeware Road, lalu mem"belok
ke kiri, masuk ke Cambridge Terrace, Ed"ward tiba-tiba
tersadar. Katanya, "Kita tak bisa naik kereta api jam dua le"
wat seperempat," lalu sambil mengetuk kaca pe"misah, ia
berkata pada pengemudi, "Pergi ke Ber"keley."
Dengan nada dingin Midge berkata, "Mengapa kita
tak bisa naik kereta api jam dua lewat seper"empat"
Sekarang baru jam satu lewat seperempat."
Edward tersenyum padanya.
"Kau belum membawa barang-barang keperluan"mu,
Midge sayang. Tak ada baju tidur, tak ada sikat gigi,
dan tak ada sepatu untuk di desa. Masih ada kereta api
jam empat lewat seperempat. Se"karang kita makan siang
dulu dan merundingkan"nya."
Midge mendesah. "Itulah sifat khasmu, Edward. Kau selalu ingat sisi
praktisnya. Bertindak atas dorongan hati saja tak baik,
301 THE HOLLOW.indd 301 bukan" Yah, bagaimanapun juga, itu merupakan impian
yang bagus. Biar saja."
Diselipkannya tangannya ke tangan Edward, lalu ia
tersenyum padanya dengan senyumannya yang biasa.
"Maafkan aku berdiri di trotoar tadi, dan marah"marah padamu seperti perempuan yang tak tahu sopan
santun," katanya. "Sebab kau tadi memang menjengkel"
kan, Edward." "Ya," kata Edward, "kurasa memang begitu." Mereka
masuk ke restoran Berkeley dengan gembira, dan men"da"
pat"kan meja di dekat jendeta. Edward memesan maka"n"
an siang yang enak sekali. Setelah menghabiskan ayam
mereka, Midge men"desah dan berkata, "Aku harus ce"
pat"-"cepat kembali ke toko. Waktuku sudah habis."
"Hari ini kau harus makan dengan tenang, mes"kipun
untuk itu aku harus kembali ke tokomu dan memborong
setengah dari baju-baju di situ!"
"Edward yang baik, kau benar-benar manis."
Mereka makan makanan penutup yang enak, lalu
pelayan membawakan kopi. Edward mema"sukkan gula
ke kopinya, lalu mengaduknya.
Katanya, "Kau benar-benar mencintai Ainswick,
bukan, Midge?" "Haruskah kita berbicara tentang Ainswick lagi" Aku
Dalam Cengkeraman Biang Iblis 3 Animorphs - 51 The Absolute Adik Tiri Stepsister 2

Cari Blog Ini