Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 3

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 3


pelaku atas kejadian tersebut hanyalah sebuah tanda
tanya. Matahari bersinar terik menghangatkan hati yang
sedang terlena dalam kebahagiaan dan
menggusarkan siapapun yang sedang terlena dalam
kesengsaraan. itulah kehidupan,...
* "Gardapati... Pelajar berbaju perak berwajah setan... !"
Gumam seorang gadis yang sudah semrawut acutacutan, rambutnya kusut masai, wajahnya keruh
akan penderiitaan. bajunya sudah sobek sana sobek
sini ditambah dengan debu yang menempel.
"Oh Tuhan,.. mengapakah semuanya terjadi seperti
ini" Ayah.. Ibu... suatu saat nanti akan kubalas
kematian kalian... Mereka.. mereka mengaku sebagai
golongan putih.. tapi.. tapi mengapa bisa berbuat
sekejam itu.. Huaaaaaa..... Tuhan berikan aku
petunjuk!" Gadis itu berteriak lantang.
Burung-burunng berterbangan karena kaget, binatangbinatang berlari serabutan. termasuk seorang pemuda
tampan berpenampilan serba perak yang sedang
terlentang di dahan pohon.
Wajahnya tampak melotot kaget, bayangkan jika
anda sedang terlena dalam mimpi dan tiba-tiba
seseorang berteriak didekat anda" apakah yang anda
lakukan" begitupula saat ini dengan Pemuda yang tak
lain adalah Gardapati ini...
Setengah kantuk ia melongok kebawah melihat
sesosok tubuh ramping yang sedang sujud dan
terisak-isak menangis. benaknya bertanya-tanya
siapakah orang yang mengganggu istirahatnya itu.
"Oh Kakang Gardapati.... kemanakah engkau pergi...!"
Gadis itu mengeluh cukup keras.
Gardapati tertegun kaget begitu namanya disebut. ia
perhatikan wajah gadis yang kusut masai itu.. tibatiba ia ingat kepada seseorang.
Cepat ia kerahkan ilmu ngambang anginnya dan
mendekati gadis itu tanpa sepengetahuan gadis itu.
"Haruskah aku mati.....!" Desis gadis itu lagi.
"Sebaiknya jangan dahulu" Sahut Gardapati dari
belakang. Gadis itu kaget, laksana kilat ia berbalik sambil
berteriak.." Siapa kau..!"
Begitu membalik wajahnya yang kaget berubah
semakin kaget.. apalagi sekarang ditambah perasaaan
malu.. bumi berputar.. pandangan berkunang-kunang...
hingga akhirmnya menjadi gelap...
Tanpa permisi gadis itu pingsan seketika. Gardapati
kaget, buru-buru ia payang gadis itu dan melesat
pergi.... ** Gemericik air membentur cadas dan karang yang
bertonjolan begitu merdu bagai dawai dewa cinta dari
alam surgawi. air putih yang berbuih terus mengalir
dari hulu kehilir seakan tidak ada yang ingin
mengalah. Matahari senja begitu romantis menyaksikan seorang
pemuda tampan yang sedang memandikan seorang
gadis cantik yang tergolek lemah. wajah ayunya
begitu lembut mempesona, Gardapati usap perlahan
tubuh gadis itu menggunakan pucuk daun jambu
yang telah dipetiknya....
Perlahan dan pasti gadis itu telah dimandikannya,
gardapati buka buntalan miliknya dan mengeluarkan
seperangkat pakaian seorang perempuan. entah
daeimana ia dapatkan itu.
Dipakaiakannya pakaian itu, setelahnya Gardapati
menyisir rambut gadis itu seperti seorang gadis
memainkan boneka kesayangannya. setelah semua
sudah selesai, Gardapati meletakan gadis itu dengan
penuh kehati-hatian diatas sebuah batu karang yang
datar. sementara dirinya memanggang ikan yang tadi
ia tangkap sebelum memandikan gadis itu disebuah
perapian yang baru saja ia buat....
Tak menunggu waktu yang begitu lama, bau daging
ikan terbakar tercium begitu menggoda, saking
menggodanya. Gadis yang pingsan itu segera bangun
dan celinguk kesana-kemari.
Wajahnya terlihat bingung mengapa ia berada disana.
wajahnya merah seketika ketika merasakan bahwa
tubuhnya serasa segar seperti baru mandi. apalagi
pakaian yang dikenakannya beda dengan yang ia
pakai sebelum mandi. Wajahnya yang putih kemerahan, berseri-seri malu
pada pipinya yang berona kemerahan nampak lesung
pipit yang menghiasi ketika ia tersenyum malu.
Hidungnya bangir dengan alis mata yang lentik seperti
semut yang berjalan. bulu-bulu matanya begitu
melengkung indah. Yang terpenting sang pemilik keindahan itu
memandang Gardapati dengan tatapan aneh,
gardapati berpaling dan tersenyum...
"Selamat senja menjelang malam wahai permata
manusia indah yang bernama perempuan tuan putri
dyah Krusina...!" Tegurnya menggoda.
"Akh..!" Hanya itu yang mampu terucap dari bibir
mungilnya, sejuta kata yang ia rangkai sebelum
bertemu dengannya sirna musnah.
Kesedihannya tertiup angin hingga lenyap tak
berbekas.. itulah sebuah kehebatan sebuah kata yang
disebut dengan Cinta..... CINTA sebuah kata sederhana
yang penuh akan makna... "Mari makan dan kamu ceritakan apa yang kamu
alami sampai kamu menjadi seperti itu!"
Dyah Krusina menrut... ia ikut duduk dihadapan
gardapati. sesuap dua suap ia makan daging itu.
setelah menghala nafas panjang ia mulai bercerita.....
"Pada waktu itu sehari setelah kakang Pergi dari
rumahku...." +++ Suara langkah kaki dan teriakan-teriakan bergema
dipagi yang dingin itu... entah apakah yang terjadi...
Puluhan manusia datang dengan senjata terhunus
mendekati sebuah rumah dimana kemarin
mengadakan sayembara.. "Drajasengkala keluar kau...!"
Drajasengkala yang pada waktu itu sedang makan
terkejut ketika seseorang berteriak memanggil
namanya. ia tahu bahaya segera ia menarik lengan
Dyah krusina pada suatu ruangan.
"ingatlah, apapaun yang terjadi kau harus tetap hidup
anakku.. balaskan dendam kami. carilah murid atau
keturunan dari saudara-saudara angkatku, Iblis
bermata hijau, Asmara Dewi Surga, Setan Purnama,
Pangeran pemabuk, Iblis kembar Bumi dan Si Gila dari
neraka hitam. pergilah..."
Drajasengkala mendorong Dyah krusina kedalam
sebuah lorong kecil yang awalnya tertutup oleh lantai.
"Selamat tinggal anakku..!" desis Drajasengkala sambil
menutup lorong itu. bergegas ia keluar dari ruangan
itu. didepan pintu keluar istrinya sudah berganti
pakaian ringkas siap bertempur, ditangannya
tergenggam dua bilah pedang. satu diberikan kepada
suaminya dan satu untuk dirinya sendiri.
"Maafkan aku istriku...!"
"Tak ada yang perlu dimaafkan kakang.. walau kita
tak lahir bersama namun hari ini kita akan gugur
bersama sebagai suami istri yang bahagia dan w aktu
yang bersamaan" Drajasengkala dan istrinya berpandangan, tangan
mereka saling genggam. "Cupp" Drajasengkala mengecup kening istrinya.
Dengan langkah tegar dan penuh keberanian seperti
elang menyongsong mangsa keduanya berjalan
keluar halaman. Ditatapnya Serombongan orang yang sudah
mengepung rumahnya sampai di bagian belakang.
Bergegas kedua suami istri itu maju kedepan. Dan ia
berpapasan dengan seorang kakek-kakek berjanggut
putih sedagu dan berpenampilan serba putih.
Dia adalah Pemimpin dari Dunia Persilatan, Maharaja
Dunia Persilatan adanya. disampingnya terdapat
empat orang kakek yang sebaya dengannya dan juga
berpenampilan serba putih. mereka kelihatan bersama
sebab selain menjadi seorang maharaja dunia
persilatan, dia juga seorang tertua dari Pendekar
Kelana Lima Pedang Dewa. Kakek yang pertama yang menjadi dunia persilatan
biasa dipanggil dengan juluikan Dewa mata pedang.
Kakek kedua yang memiliki codet didagu tanpa
jenggot dipanggil dengan Dewa gagang pedang.
Kakek ketiga yang memiliki kumis melintang tanpa
jenggot biasa dipanggil dengan nama Dewa Batang
Pedang. Kakek keempat yang memiliki rambut panjang
sepunggung dan diikat seutas tali putih biasa dipanggil
dengan nama Dewa Warangka pedang.
Dan yang terakhir adalah yang termuda, ia memiliki
rambut dan jenggot hitam berbeda dengan yang
lainnya biasa dipanggil dengan nama Dewa Pedang
Kelana. Maharaja Duna Perslatan menggeram. Kakinya berdiri
tegak merenggang dengan mata menatap gusar.
Drajasengkala berkerut kening merasa heran.
"Apa kesalahaku Maharaja Dunia Persilatan?"
"Hehe.. apakah benar dikau tak mengetahui
Drajasengkala?" "Emmh.....!" gumam Drajasengkala. Ia berpikir sejenak.
"Apa ini disebabkan dengan kematian salah satu
tokoh dunia persilatan disini dan juga berkenaan
dengan Iblis Dunia Persilatan?"
"Benar... maka dari itu kau harus menebusnya dengan
nyawamu... setidaknya itulah hasil keputusan para
dewan dunia persilatan tadi malam"
"Tunggu dulu...! Apakah karena aku adalah saudara
dari Iblis Dunia Persilatan lantas kalian menjatuhkan
pilihan itu kepadaku?"
"Kami bukan orang yang mulut berbau madu, panta
t bau sengat. langsung saja aku katakan bahwa
tebakanmu adalah benar adanya. dengan menjadikan
sayembara jodoh sebagai topeng maka kau dapat
melampiaskan dendammu. bukankah Kipas maut dari
keluarga siregar pernah mengalahkanmu dahulu. dan
kau meminjam tangan Iblis dunia persilatan sebagai
tangan kananmu dengan begitu kau dapat terlepas
dari kecurigaan. sayang sekali kami bukanlah
sekumpulan orang bodoh.. siasatmu itu telah kami
bongkar habis-habisan."
Gusar, marah hati Drajasengkala di fitnah seperti itu,
wajahnya merah seperti kepiting rebus. setengah
berteriak ia berteriak lantang.
"Tak kusangka Maharaja Dunia Persilatan yang
kuhormati adalah hanya seekor katak dibawah
tempurung. bukankah kata banyak kata bergalau.
kata yang benar di tidakan, rahmat tuhan dilarikan.
ternyata Iblis Dunia persilatan dan Maharaja dunia
persilatan dikati sama berat, diuji sama merah."
Merah wajah Maharaja dunia persilatan, sebagai
seorang yang berpengalaman ia tahu maksud ucapan
itu. adapun maksudnya adalah bahwa dia (maharaja)
adalah seorang yang berpengetahuan cetek berlagak
pintar. bukankah kata orang banyak tidak dapat
langsung dibenarkan kebenarannya, dengan begitu
dia merupakan seorang yang tidak mau mengakui
kebenaran. dan selain itu dia dan Iblis dunia persilatan
adalah sama derajatnya. alias sama-sama tidak bisa
dianggap baik. Maharaja Dunia Persilatan sudah tak sabar. Ia berseru,
"Sahabat-sahabatku... lihatlah orang ini, diberi hati
minta jantung sebaiknya lekas dihabisi saja supaya
tidak menjadi duri dalam daging.!"
"Hiaaat...!" teriak mereka bersamaan. Dua belas
pengepung itu segera maju menyerang Suami istri
itu.. Drajasengkala yang tidak mau memandang enteng
lawannya dengan cepat mendorong tubuh istrinya ke
samping. Sedangkan dia sendiri dengan cepat berkelit
ke kiri sambil menarik kaki kanannya untuk
mendekati lawan. Lalu dengan gerakan cepat, kaki
kanannya menendang ke arah kemaluan lawan.
"Terima ini...."
Orang itu terbelalak kaget melihat serangan cepat
yang dilancarkan oleh lawan yang dihadapinya. Untuk
mundur, tak sempat. Maka dengan nekat pedang di
tangannya dibabatkan ke bawah, di mana kaki lawan
meluncur. Drajasengkala tertawa latah, ternyata serangan
kakinya hanya pancingan belaka. kakinya ditarik
dengan cepat, lalu melontarkan pukulan dengan
tangan kirinya ke arah dada lawan.
Desss! "Uhk...!" Sebuah pukulan mendarat telak di pundak sebelah
kanan orang itu. Tubuhnya terhuyung-huyung ke
belakang sambil memegangi pundaknya yang terasa
sakit. Tak kalah ganas, Perempuan cantik Dari Jawadwipa
yang bernama asli Widiarti segera menyerang dengan


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tebasan-tebasan pedang miliknya.
Serangannya begitu gencar, lincah, cekatan, indah dan
gemulai membuat pedang di tangannya kadang
menghilang kadang datang dengan tiba-tiba, lambat,
halus dan aneh. Ke mana pun Lawannya yang memiliki jambul itu
menghindar, pedang di tangan widiarti mengejarnya.
Suara dentangan pedang dan senjata beradu di pagi
itu tetangga berdatangan dan mengintip dari
kejauhan. Lama kelamaaan Widiarti semakin mempercepat
serangannya. Pedang di tangan kanannya berkelebat
cepat, menimbulkan sinar putih keperakan yang
bergulung cepat mengejar laki -laki bersenjata
tombak. "Craaasssshh...! Arrgghh...!" Kepalanya lepas dari
kedudukan.Widiarti sabetkan pedangnya kearah
lawan yang lain hingga ia menjadi kewalahan
menghadapi serangan gencar dari Widiarti, kawannya
yang lain marah, ia sabetkan goloknya dengan ganas.
Widiarti berkelit ke samping, menghindari sebuah
tebasan golok lawan. kemudian tangannya bergerak
mengebut ke arah golok yang hendak merobek ke
lambungnya. Gerakannya tak kalah cepat, sehingga
menjadikan lawan agak kaget menghadapinya.
Lelaki bersenjata golok itu kaget, Dia berusaha
menarik Serangannya. Namun....
"Dukkk,...! "Jreebbb..." kebutan itu membuahkan hasil
sehingga golok itu mencelat. Widiarti tusukan pedang
dan mencabutnya kesamping hingga usus Lelaki
bersenjata golok itu berhamburan keluar. darah
memancar, perutnya terbelah hingga hampir putus.
"Hiaaattttt...!"
Belum berhenti mendengungnya suara teriakan itu,
disana sudah terdengar satu jeritan keras yang
menyayatkan hati yang kesekian kalinya.
Itulah jeritan kematian dari salah seorang musuh
yang roboh sebagai korban dari pedang
Drajasengkala yang sudah merasa gusar tak
kepalang.. Akibat terbantainya kedua belas musuh itu hebat
sekali. segera terdengar bentakan galak dan bengis,
tanda kemurkaan yang mengepung itu.
Kilaulah cahaya dari pelbagai macam alat senjata dan
penjuru itu melurruk ke arah Drajasengkala suami
istri. Sudah jelas Drajasengkala suami istri mesti melayani
kemurkaan lawan sebanyak itu. Tak ada tetangga
yang bisa menolong, tak ada dari mereka yang berani
mendekat. Jerit dan teriakan bagai suasana di alam
neraka. "Semuanya mundur kalian bukan lawannya...!"
Maharaja Dunia persilatan berteriak lantang.
Kemudian ia berpaling kepada adik-adiknya. mereka
paham. kakak tertua mereka menyuruh mereka
untuk turun tangan. Dewa Batang Pedang dan Dewa Warangka pedang
maju kemuka. sebagai tetua golongan putih, mereka
cukup mmiliki harga diri untuk tak mengeroyok.
"Siapa yang menanam cabai tak muingkin berbuah
jeruk, siapa yang menanam diapula yang menuai.
jangan salahkan kami" Ucap Dewa Batang Pedang.
"Benar.. entah berapa tahun mereka belajar dari
gurunya tentang kebenaran. namun itu laksana pohon
kayu tidak berbuah" Timpal Drajasengkala.
"Gerr....!" Tanpa basa-basi lagi keduanya mencabut
pedang dan meloncat menghadapi suami istri itu.
Drajasengkala yang sudah bertekad hendak gugur tak
lagi gentar dengan kelihaan lawan. ia menjejak dan
meloncat keudara, pedangnya ditusukan menyerang
titik lemah dari putaran dahsyat pedang Dewa
Warangka Pedang. "Crengg...!" Dentingan dua buah logam beradu.
Drajasengkala kebaskan tangan kirinya, segulung
angin dahsyat menyerang lawan.
Dewa Warangka pedang tak mau kalah, pedangnya
di putar dan dilemparan kearah dada lawan,
sementara itu, tangan kirinya djeblakan menahan
segulung angin pukulan dari lawan.
"Blaaarrr"!"
Dentuman dua buah tenaga sakti beradu,
Drajasengala terlempar keudara, tubuhnya melenting
dan mendarat ditanah sedikit sempoyongan.
Sementara itu, Dewa Warangka Pedang mundur
empat tindak, tangannya terulur kedepan menggupai,
secara luar biasa, pedang yang terlempar kembali
ketangannya. Widiarti yang kala itu bertarung dengan Dewa
Warangka Pedang tampak terdesak.
Pedang ditangannya ditusukan dan disabetkan tak
beraturan menangkis setiap serangan dari Dewa
Batang Pedang.. Dirinya terus mundur kebelakang.
"Menyerahlah Nyonya"!" Ucapnya.
Sungguh Gusar hati widiarti diremehkkan orang. Kaki
kirinya dimajukan, pedangnya diputar kesamping
menangkis tusukan pedang lawan dan dibawa
kebawah. Sedangkan tangan kiri melakukan
dorongan kedepan. "Bukk" Pundak lawan terhajar telak. Dewa Batang
Pedang mundur sambl menahan sakit. Tapi lawan
malah memukulkan tangan kanan dengan sebat
sementara tangan kirinya ditarik sejajar dengan dada.
Sungguh gusar hati Dewa Batang Pedang diikalahkan
seorang wanita. Gagang pedang ia pegang dengan
kedua tangan. Lalu disabetkan kemuka menyamping.
Dengan berani Widiarti simpan pedang menempel
disamping tubuhnya. "Tranggg....! Dua buah senjata beradu.
Dengan memenfaatan posisi pedang yang berada
disampng tubuhnya Widiarti putar tubuhnya searah
jarum jam sehingga ia memeluk tubuh Dewa Batang
pedang. "Uhukk"!" Dewa batang pedang terbatuk darah segar
keluar dari mulutnya. "Senjata"rahasia..!" Brukk" Dewa Batang Pedang
ambruk dlantai memegang dada yang berlumuran
darah. "Creetttt"!"Widiarti cabut pisau kecil yang menempel
ditubuh Dewa Batang Pedang.
Ternyata ketika tubuhnya memutar Widiarti mencabut
sebuah pisau kecil dibalik tubuhnya, dan ketika ia
memeluk, pisau itu ditusukan dengan tangan kiri. itu
semua dilakukan secepat kilat sehngga tak
seorangpun yang akan menyangka.
Disaat yang bersamaan Ketika Wdiarti menangkis
pedang, Drajasengalapun melemparkan pedangnya
kelangit, ia segera membuat kuda-kuda dengan suatu
tekukan menikung pada kedua tangan kedalam, lalu
menjatuhkan diri kedepan dengan bagian tubuh
membulat serta bersandarkan kekuatan pada kedua
telapak tangan. Begitu berguling, ia secara langsung menggunakan
kedua kaki untuk melakukan penyerangan.
Dewa Warangka pedang yang berkonsentrasi pada
pedang yang dilemparkan terkejut tak menyangka, ia
ingin meloncat namun sudah tak ada kesempatan.
"Dukk..Krakk!"Tulang keringnya patah secara
menggenaskan. Tubuhnya membungkuk menahan
sakit. Tapi naas" Drajasengkala bangun seraya maju
menyusup kedalam pertahanan lawan yang sudah
bobol. Dengan suatu jangkauan cakaran dan tangan
lain melakukan persiapanmatang di balikk siku tangan
kanan".. "Bret".arhhgg!" Wajah Dewa Waranga Pedang hancur
berantakan terkena cakaran. Tubuhnya doyong
kebelakang. Bukan hanya itu, Drajasengkala segera
melakukan pembalikan pendekatan pada jarak
lawan. Dengan geseran langkah kaki dan diiringi
suatu ayunan mengangat keatas, serta tangan lainnya
membuka pada sisi bawah tubuh.
"Tepp.." Pedang jatuh dari langit tepat ditangan
kanannya tubuhnya memutar yang diikuti oleh
pedang. "Craasshh".Blukkkkkkkk!"
Kepala Dewa Warangka pedang terlepas dari
lehernya. Kemudian menggelinding ke dekat Kaki
maharaja dunia Persilatan.
Maharaja Dunia Persilatan tertegun. setitik airmata
jatuh dipipinya, bukan hanya dirinya yang merasa
bersedih, setiap mata yang berada disanapun
memandangnya dengan hati yang sama. Dari sedih
mereka berganti gusar. "Bunuh.." "Cincang.." "Habisi" Dari segenap penjuru terdengar teriakan-teriakan
yang mepropokatori, tanpa dikomando dan dicegah
lagi, dari segenap penjuru bak air bah menyerbu
suami istri itu. Drajasengkala dan Widiarti berpegangan tangan.
Dengan sebuah teriakan mengguntur keduanya
menyerbu ketengah kepungan.
Suara dentingan pedang bergema, suara daging
terobek terdengar santar, suara teriakan menyayat
begitu memilukan, tapi.. semua itu bukanlah akhir"
dentuman tenaga sakti.. tanah yang merekah, pedang
patah, tulang patah terus-terusan terdengar.
Drajasengkala dan Widiarti kini sudah berlumuran
darah, baju mereka sudah semerah darah..
pedangnya terus berputar dan menebas, di pundak
Drajasengkala terlihat sebuah patahan tombak yang
menempel, sementara paha widiarti telah terobek,
darah mengucur dari sana. Mereka tak menyerah..
mereka terus berjhuang dan bertarung sampai titik
darah penghabisan" kematian diri mereka tak
menjadi soal.. satu jiwa dibayar sepuluh dua puluh
jiwa cukuplah memadai"
"Crass"!" Tangan kiri Drajasenglkala tertebas putus,
putus bukan akhir.. pedangnya bergerak"
"crtasshhh" Sebuah kepala lawan menggelinding.
Semain parah kondisinya, semakin ganas pula
pedangnya. Widiarti mengeluh kesakitan ketika
dadanya tertusuk pedang, tangan kanannya
bergerak.. ia pegang gagang pedang itu. Dengan
seluruh keberaniannya pedang di cabut. Dan digunaan
sebagai senjata. Pedang dikanan,, pedang dikiri. Lasana banteng
ketaton dia mengamuk dahsyat, sekali tangan kanan
bergerak dua jiwa melayang, tangan kiri bergerak
satu nyawa melayang. Lawan yang tinggal seperempatnya lagi mundur
teratur, wajah mereka menyeringai buas antara takut
dan geram. Puluhan mayat menggeletak seperti sampah yang
berserakan. Drajasengala dan widiarti saling berdekatan dan
saling peluk. "Kakang"!"
ebuah Gendewa dan anak panahnya kepada Sagara
Angkara. Bentuk Gendewa dan anak panahnya sungguh Aneh,
dan tak lazim sebagai anak panah, bagaimana tidak.
panah itu ujungnya tidak tajam namun berbentuk
chakra. selain itu, Warna Gendewa dan anak panah
itu tampak beragam. "Gendewa dan anak panah itu aku buat sesuai
dengan sejarah, Jamparing Panah Chakra!, namun
bukan senjatanya yang paling hebat. namun
simbolnyalah yang paling penting!"
Sagara Angkara diam mendengarkan. dia menungu
dan selalu setia menungu meski kakinya sudah
kerasa hampir kaku tak dapat digerakan ia tetap
menunggu. akhirnya Ki Brangaspati melanjutkan.
"Jamparing disini maksudnya adalah Jampe Kuring.
Panah itu Manah atau Hati (Rasa Welas-Asih).
sedangkan Chakra atau Cakra adalah Titik Pusaran
yang bersinar / Roda Penggerak Kehidupan. jadi kau
tidak boleh menggunakan panah ini dengan
menggunakan nafsu angkara, karena panah ini takan
bisa melesat tanpa ajiannya. "
"Ajian Apa Eyang?" Sagara Angkara bertanya heran.
"Jamparing Asih maksudnya adalah "Ajian Manah nu
Welas Asih" (ajian hati yang lembut penuh dengan
cinta-kasih)." Maksud utama dari Jamparing Panah Chakra atau
Jamparing Asih itu ialah "ucapan yang keluar dari hati
yang welas asih dapat menggerakan roda kehidupan
yang bersinar "kau lihat, selain itu, Anak panah dan gendewa ini
memiliki lima warna!"
"Benar Eyang, sedari tadi Saya ingin bertanya
mengenai hal itu!" kemudian dengan tenaga
dalamnya, Lalu Ki Brangaspati meletakan Gendewa
dan tanah itu dengan mengatur letaknya sedemikian
rupa. "Inilah Filosopi dari Kepercayaan orang sunda, Warna
putih di badan panah ini melambangkan Cahaya Putih
di timur yang disebut Purwa, tempat Hyang Iswara.
Warna Merah di bulu bulu ini melambangkan Cahaya


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merah di selatan yang disebut Daksina, tempat Hyang
Brahma. Warna Kuning di Gendewa ini
melambangkan Cahaya Kuning di barat yang disebut
Pasima, tempat Hyang Mahadewa. Warna Hitam
diujung busur ini melambangkan Cahaya Hitam di
utara yang disebut Utara, tempat Hyang Wisnu."
Kemudian Gendewa dan anak panah itu dibawanya
dan diputar hingga menciptakan berbagai warna yang
berkesiuran. "Dan itulah melambangkan Segala Warna Cahaya di
pusat yang disebut Madya, tempat Hyang Siwa.
Sagara Angkara Manggut-manggut paham, sebelum ia
berkata apa-apa, Ki Brangaspati segera menyuruhnya
untuk bersila. "Anakku sekarang lakukanlah Samadhi Swara Gayatri
Sadhana!" Perintah Ki Brangaspati.
Seumur hidupnya, Sagara Angkara baru saja
mendengar yang dinamakan Swara Gayatri Sadhana,
karena kebingungan akhirnya bertanyalah Sagara
Angkara!, "Eyang, Aku tak Paham!"
Ki Brangaspati tersenyum, lalu diajarkannya Sagara
Angkara itu dengan apa yang dimaksud dengan
Swara Gayatri Sadhana. sebenarnya Samadhi Swara Gayatri Sadhana adalah
Samadhi pembangkitan kundalini yang dilakukan
dengan menggetarkan suara Gayatri di masing
masing Cakra , adapun rinciannya sebagai berikut :
Cakra Muladara "Om Bhur" , Cakra Swadisthana "Om
Bhuwah", "Cakra Manipura "Om Swah", "Cakra Anahata
"Om Mahah", "Cakra Visudha "Om Janah", Cakra Ajna
"Om Tapah" , "Cakra Sahasra "Om Satyam".
Waktu terus bergulir-lambat laun semakin berjalan,
berjalan dengan cepatnya bagai orang yang kebelet,
tak ada seorangpun yang dapat menghentikannya.
Kecuali sang waktu itu berhenti sendiri, mungkin
bosan mungkin jenuh ataupun tak dapat berjalan
lagi,... entahlah.. Kedai Centhulo yang juga merangkap sebagai
penginapan satu-satunya di desa itu masih ramai
akan pengunjungnya, suasana cukup meriah dengan
ditemani seguci arak kelapa. Canda dan tawa masih
menjadi sebuah makanan pembuka yang nikmat.
Apalagi dengan ditemani dengan seorang gadis yang
menawan hati. Dalam kedai itu, terdengar bisikan, bisikan
kekaguman baik itu dari mulut para gadis maupun
jejaka. Tua muda tak menjadi halangan.
Secara garis besar, bias ditarik bahwa kaum lelakinya
mengatakan "Gadis itu secantik bidadari". Dan kaum
perempuannya mengatakan "Pangeran dari negri
manakah yang datang"
Dua sejoli yang menjadi pusat perhatian itu tak
hiraukan ucapan dan pandangan orang, mereka tetap
bersantap mengisi perut yang sudah menagih.
Mata Gadis yang tak lain adalah Dyah Krusina itu
terpejam, helaan nafasnya terdengar berat.
Sepertinya ia sedang mempertimbangkan sebua hal
yang sangat besar. "Kakang bilang, bahwa kakang memerlukan seorang
gadis lagi yang memiliki kecantikan luar biasa, untuk
menjadi ketua pasukan gadis itu" ucapnya setelah
membuka matanya yang jeli.
"Benar Nimas, mungkin kakang akan menarik Dhara
Kalajengking Maut untuk menempati posisi itu."
Bisiknya lirih. "emm.. Mengapa kakang tak menawariku?"
"Tidak bias,.. tidak bias Nimas.. untuk menempati
tempat itu harus memiliki kejalangan yang memadai
seperti halnya adik seperguruanku Nimas Astadewi."
"Kejalangan?" Tanya Dyah Krusina heran.
"Benar," itulah modalnya yang paling utama"
"Maksud kakang bercumbu dengan lelaki?"
"Dua-duanya" "
"Apakah tidak ada cara lain selain itu?"
"Tidak"pasukan ini aku ciptakan khusus untuk
menghancurkan kaum laki-laki golngan putih,
sekaligus menarik lelaki golongan hitam.."
"Akhh?"!" Dyah Krusina menghela nafas panjang.
Gardapati tersenyum lembut" dan meminum tuaknya.
"Ayo kita pergi keatas Nimas.. hari sudah larut..
sebaiknya kita tidur, besok kita lanjutkan perjalanan,"
"Ia?" Jawab Dyah Krusina seraya bangkit dan
menggandeng tangan Gardapati. Keduanya pergi
kelantai atas dengan diiringi tatapan iri dari yang
memandang. Setelah kepergian mereka, satu persatu pengunjung
kedai itu meninggalkan tempat hingga hanya
tertinggal satu dua pengunjung saja.
"Ctekkss" Gardapati menyalakan lilin dikamar itu.
Dikarenakan pengunjungnya ramai, merek berdua
hanya menyewa satu kamar saja. Berhubung ketika
mereka datang kamar lainnya sudah ada yang
menempati. "Greebb" Gardapati cukup terkejut juga ketika dari
belakang tubuhnya ada yang memeluk. Wajahn ya
membalik, dilihatnya Dyah Krusina menyusupkan
kepalanya dipunggung tanpa kata.
"Nimas?" Desis Gardapati.
"Kakang dengan modal tampangku apakah tidak
cukup untuk menduduki jabatan itu."
"Sangat-sangat cukup.. berlebihan malah.. tapi ada hal
yang terpenting lagi?"
"Shut"!" Dyah Krusina memotong. Dan menimpali.
"Apakah tubuhku ini tak mencukupi" Dyah Krusina
melepas pelukannya dan mundur satu langkah.
"Glekk" Gardapati menelan air ludah. Diperhatikannya
tubuh gadis didepannya dari atas kebawah dan dari
bawah keatas. Berahinya memuncak.
Bagaimana tidak memuncak bila melihat seorang
gadis cantik berdiri tanpa sehelai benangpun diantara
remangnya malam dan sorotan cahaya lilin. Ya,
memang saat itu Dyah Krusina sedang berdiri dengan
tanpa sehelai benangpun. Wajahnya merah padam
menahan malu. Namun ia tegar dan tetap berdiri.
Gardapati tak sanggup menahan lagi. Direngkuhnya
tubuh ramping itu dan dibaringkannya diranjang. Tak
setitikpun yang lepas dari ciuman dan cumbuannya.
Desahan nafas memburu selalu setia menjadi nada
yang mengobarkan semangat dalam melakukannya.
"Kakang" aku serahkan kehormatanku padamu
sebagai orang yang ku puja dan kucintai, karena
mulai esok aku akan melakukannya dengan setiap
lelaki yang ada di dunia.. aku tak membantumu..
namun aku yang membantu diriku untuk
melampiaskan dendamku.. mulai esok aku akan
memohon kepada kakang untuk menerimaku sebagai
ketua dari para gadis itu.. akhh"ukhh" ucap Dyah
Krusina ditengah desahan nafa berahi dan
kesedihannya yang mendalam.
Air mata jatuh dipipinya yang licin" namun ia sudah
bulatkan tekad..tak ada seorangpun yang akan bias
menghentikan apa yang hendak dicapainya".
"Ya.. Nimas..mulai saat ini.. bila itu sudah menjadi
keputusanmu..aku menganngkat kau sebagai ketua
dari gadis itu..emmmhh" Gardapati berhenti bicara,
sebab benda hangat dan basah sudah menyumpal
mulutnya. "Aku cinta kamu Kakang Garda..!"
"Aku juga mencintaimu Nimas Dyah"
Malam serasa panjang bagi mereka yang gelisah
menunggu sang kekasih, dan menjadi pendek bagi
mereka yang sedang diamuk asmara"
Asmara". Mungkin kata inilah yang selalu mewarnai
kata lainnya.. "Dendam". Ya kata itulah yang selalu
melekat dalam kata Asmara.
Dendam dan Asmara selalu menjadi pemicu dari
kehancuran segalanya, harta" sahabat"keluarga"
bahkan jiwa yang menjadi taruhannya..
Dendam dan asmara tak bisa dipisahkan, dimana ada
dendam..disana ada asmara.. tak sedikit orang yang
kehilangan harga diri bahkan nyawa demi keduanya,
tak sedikit pula yang mengorbankan segalanya demi
hal itu. Dan tak jarang orang selalu melakukannya
tanpa sadar" mungkin itu yang dikatakan orang
sebagai "DOSA TAK KERASA".
Sebelum fajar tiba, Gardapati dan Dyah Krusina
hentikan aksinya, keduanya berpandangan dalam
peluk" "Selamat tidur kasih, sampai jumpa diesok hari yang
indah.. selamat datang diri yang baru" matahari dan
bunga akan tersenyum menyambut wajah barumu
diesok hari.." "Terimakasih kakang Garda" selamat tidur dan mimpi
indah"." Keduanya pejamkan mata dan mulai terlelap
dalam impian masing-masing" itu terjadi apabila tak
ada gangguan. Malam yang seharusnya dilalui dengan
indah dikacaukan oleh seorang yang masuk kedalam
kamar itu,?"?" ** "Nimas, kenakan pakaianmu" seseorang ingin mainmain"!" Bisik Gardapati.
Dyah Krusina kaget,. Meski matanya setengah mati
ingin menutup terpaksa dihentakan untuk tetap
terjaga. Tangannya menggupai pada pakaian yang
berserakan dilantai. Secara ajaib pakaian itu terbang
kepada pemiliknya. Tanpa ba..bi..bu.. lagi ia segera
mengenakan pakaiannnya. Begitu pula halnya dengan
Gardapati. "Silahkan masuk tuan, tak usah berdiam diatas
sana"ucap Gardapati sambil membetulkan bajunya."
"Depp"." Orang yang ada diatas genting sana
melarikan diri, sepertinya ia masih terkejut dengan
kemampuan lawan. Gardapati enggan melepaskan orang yang
menggangggu kesenangannya. Ia melesat terbang
mengerahkan ilmu ngambang angin. Melihat
Gardapati sudah mengejar lawan. Dyah Krusinapun
tak mau ketinggalan, ia kerahkan ilmu peringan
tubuhnya untuk mengejar. Orang yang mengintip Gardapati dan Dyah Krusina
ternyata memakai topeng dari kulit kayu. Ia terus
berlari berloncatan diatas atap rumah.
"Berhentilah disana" Bentak Gardapati seraya
mengerahkan ilmu Sabda Iblis.
Orang yang memakai topeng kulit kayu itu seketika
berhenti. Keringat dingin membasahi bajunya hingga
basah kuyup. Tubuhnya gemetaran. Dari warna bibir
orang itu, jelas sekali bahwa ia sedang ketakutan.
Itulah keistimewaan Sabda Iblis daripada Sabda
Dewa. "Kau sudah mendapatkannya kakang"."Tanya D yah
Krusina disela nafasnya yang memburu.
"Sudah,..! bawa dia Nimas?"
"Apa yang akan kau lakukan Kakang..!"
"Kita lihat saja nan" Nimas merunduk"!" Kata
Gardapati setengah berteriak..
"Trangg"!" Gardapati menangkis serangan dari
pembokong. Dyah Krusina berbalik, dilihatnya Orang
yang bertopeng kulit itu sedang berkutat adu pedang
lewat tenaga dengan Gardapati.
"Hebat juga"!" Puji Gardapati. Oang itu mendenguus
lalu mundur kebelakang dan membuka jurus. Kedua
kakinya agak membuka ringan kedua tangan
setengah melipat dengan pedang mengacung kekiri.
"Pedang Langit menusuk bumi.. ternyata kau dari
perguruan Pedang Bumi..!" kata Gardapati sinis.
"Luas juga pengetahuanmu" "kata lelaki itu tak kalah
sinis. "Ternyata ada juga murid Perguruan Pedang bumi
yang bertindak sepengecut kau.. haha.. belakangan ini
aku sering melihat kaum golongan putih bertindak
seperti kaum golongan hitam. Jujur saja apa kalian
ketakutan?" Gardapati tertawa berkakakan.
"Gerr,"!" Lelaki itu menggeram marah. Pedangnya
dilibatkan sejajar dengan dada. Tangan kirinya
bergerak menangkis pukulan yang dalam pada itu
sedang dilancarkan Gardapati sebagai serangan
balasan. Pedangnya yang sedang beradu ditarik dan
kembali ditusukan dengan mata pedang miring
kesamping. Gardapati maju dengan gagah berani menyongsong
tusukan pedang, pedang ditangan kanan di
tangkiskan kebawah sehingga terjadi benturan
nyaring sementara tangan kiri melakukan pukulan
dahsyat yang sudah dialiri dengan tenaga dalam..
"Bukk..!" dada lawan terhajar telak. Orang bertopeng
kulit itu mundur setindak sambil meringis kesakitan.
Tubuhnya direndahkan sedemikian rupa sementara
pedang dilintangkan didada dan tangan kiri berada
dibaliknya. Berasamaaan dengan itu, Gardapati angkat kaki kiri
kebelakang menyamping menyusul dengan geseran
pada kaki lainnya. Dengan gerak berjaga-jaga pada
tangan kanan yang memegang pedang di silangkan
didepan dada, dan tangan lainnya dikepalkan diatas
kepala. "Hiaat?" "Heaa" Keduanya berteriak nyaring dan kembali berhadapan.


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dyah Krusina menatap pertarungan itu dengan cemas,
kadang memegang erat kain bajunya kadang pula ia
berseri kegirangan. Satu jurus pertama, dua jurus kedua terus berurutan
hingga pertarungan mencapai puncaknya yaitu jurus
ke delapan puluh Sembilan.
Pedang Milik Orang bertopeng kulit ditusukan
langsung dengan tangan lainnya berjaga-jaga di
samping pinggang, kaki kirinya diangkat melayang
kebelakang dengan posisi tubuh condong kedepan.
Begitu berhadapan dengan pedang, Gardapati
memutar tubuh kekanan dengan dibarengi sebuah
tendangan menyabet yang cepat dan ganas.."
"Desss..akhh"!" Telak sekali pedang itu terkena
tendangan hingga terlepas dari cekalan orang
bertopeng kulit itu. Begitu kaki kiri turun kebelakang, tangan kiri menusuk
tepat dijalan tidur lawan.
"Tukk".grepp"
Orang bertopeng kulit itu jatuh menggeloso, dengan
sigap Gardapati menangkapnya dan dikempit diketiak.
"Ayo"!" Ajak Gardapati kepada dyah Krusina.
Malam itu juga mereka melanjutkan perjalanan.
Jalanan begitu sepi dan lenggang, tanpa kejadian
apapun mereka tiba di sebuah hutan lebat yang biasa
dipanggil dengan hutan larangan. Disebut hutan
larangan sebab di hutan itulah terdapat sebuah jurang
yang dinamakan dengan Jurang Mulut Dewa Neraka.
"Nimas Dyah, kita istirahat digoa itu saja?" Ajak
Gardapati sambil menunjuk sebuah goa. Wajah lelah
Dyah Krusina mengangguk, tanpa kata ia berlari
duluan dan masuk kedalam goa itu.
Gardapati mengekor dibelakang dan menurunkan
orang bertopeng yang dikepitnya dimulut goa.
"Kakang, sepertinya disini pernah dihuni orang, lihatlah
disana ada pemandian, disana ada dapur dan disana
ada pembaringan." Gardapati mangut-mangut sementara dalam batinnya
ia berkata"mungkinkah ini goa yang ditinggali Nimas
Dewi". "Mandilah dan tidurlah" Tempat tujuan kita sudah
dekat.." perintah Gardapati.
"Baik kakang.." Kata Dyah Krusina. Seraya beranjak
kesebuah bilik pemandian.
Gardapati melangkah kemulut goa, dijingjingnya
orang itu dan dibawa kepembaringan. Tak lupa ia
mengikat tangan dan kakinya di batu pembaringa n
hingga membentuk hurup X.
Hati-hati sekali Gardapati membuka topeng itu.
Munculah seraut wajah laki-laki cukup tampan yang
sedang ditelan usia tiga puluh tahunan. Kumis dan
janggutnya tipis bekas cukuran.
Matanya sedikit sipit, sepertinya pemuda ini memiliki
campuran dataran tengah. Rambutnya pendek
dipotong cepak. Dalam dunia persilatan ia biasa
dipanggil dengan nama Pangeran pedang dataran
tengah. Gardapati lucuti seluruh pakaian laki-laki itu hingga
bugil, dan memeriksa pakaian yang dikenakannya
tadi. Dan ia menemukan sebuah belati indah terbuat
dari giok. Gagangnya terbuat dari emas berukiran
abstrak dari berlian. Dua buah tabung senjata rahasia.
Sebotol obat pil dan sebotol racun pemabuk.
Setumpuk uang emas dan perak. Dan sebuah lencana
perak yang bergambar sebuah hutan.
Gardapati termenung memperhatikan lencana itu
hingga tenggelam dalam lamunan.
Dyah Krusina keluar dari bilik pemandian tanpa
sehelai benangpun. Bajunya ia pegang ditangan.
Dilihatnya Gardapati duduk termenung memegang
sebuah benda disamping pembaringan yang juga
terdapat laki-laki tanpa sehelai benagpun.
Ia berjalan mendekat dan memeluknya dari belakang.
"Ada apa kakang" Apa laki-laki ini orang bertopeng
tadi" "Heem.. tidak apa-apa Nimas.. bersemadilah sebentar..
pulihkan tenagamu?" "Tapi kakang.. Dyah.. engh.."
"Kakang tahu maksudmu..! Bersemadilah"
Meski cemberut, Duyah Krusina menurut. Ia duduk
disamping Gardapati. Ia berssemadi tanpa sehelai
benangpun. Gardapati tersenyum, telapak tangannya diletakan
didada Dyah Krusina, matanya terpejam. Diapun
terlelap dalam semadinya.
Dua kentongan kemudian, keduanya terbangun.
Wajah Gardapati tampak pucat, sementara Dyah
Krusina tampak bersemangat seperti elang yang siap
terbang menyongsong langit.
"Kakang" !"
"Aku tidak apa-apa!"potong Gardapati. Seraya bangkit
dan menotok membebaskan Pangeran pedang
dataran tengah. Pangeran pedang dataran tengah
bangun, matanya melotot antara heran, kaget dan
takut bercampur aduk. "Kakang mengapa membangunkannya?" Tanya Dyah
Krusina. "Praktekan apa yang kakang ajarkan, kakang hendak
bersemadi." Tanpa menunggu jawaban Gardapati
berkelebat keujung Goa dan mulai bersemadi.
Dyah Krusina melamun, ia ingat dalam semadinya
Gardapati mengajarkannya sebuah ilmu yang
bernama Hawa peleburan yin dan yang. Sebuah ilmu
dahsyat dari dataran yang entah dimana asalnya.
Perlu diketahui Yin dan Yang, mencakup hampir
seluruh aspek dalam kehidupan manusia di bumi ini,
baik disadari/diakui keberadaannya maupun tidak.
Bagaikan saling mengejar untuk memenuhi dan
melengkapi satu sama lain. Kita temui pergantian
siang dan malam hari, bertemunya pria dan wanita,
hadirnya kelahiran yang menggantikan kematian,
keburukan melengkapi keelokan, kejahatan memberi
rupa pada kebaikan, satu periode kemalangan akan
selalu berganti dengan periode yang menguntungkan,
penyakit dan penderitaan digantikan oleh
kesembuhan dan kegembiraan, dan sebagainya. Bila
yin dan yang sudah dilebur, bias dibayangkan
kehebatannya. Dyah Krusina tatap wajah calon korbannya. Bibir
bawahnya ia gigit, perlahan sekali tangan kanannya
bergerak mengelus dada. Mata Pangeran pedang
dataran tengah melotot, mulutnya terbuka, namun tak
sedikitpun keluar suara dari tenggorokannya. Jelas
sudah bahwa jalan darah bisunya ditotok secara
khusus. Dyah Krusina ciumi dada bidang itu dan
beranjak naik keleher sampai akhirnya bibir laki-laki
itu. Bibir dan tangannya bergerak lincah menggelora
dalam setiap sudut yang mampu dicapainya.
Dyah Krusina mendesis bagai ular yang sedang
terancam. Ia paskan posisi tubuh bagian lawannya di
pedang lawan. Perlahan di dorong. Bagaikan pedang
dan serangkanya pedang itu melesak masuk
kedalam" "akh..emmhh" Suara-desahan beercampur suara aneh lainnya
terdengar begitu menggoda. Satu kentongan
kemudian, tubuh Pangeran pedang dataran tengah
bergetar dahsyat. Dyah Krusina tersenyum senang,
tempo pertarungan dirubah semakin cepat. Pangeran
pedang dataran tengah menggerang dalam diam,
matanya terpejam penuh kepuasan. Begitu halnya
dengan Dyah Krusina. Tubuhnya menggeloso dan
tertidur diatas tubuh lawan.
Sementara itu, Gardapati sudah mendusin dari
semadinya. Tubuhnya sudah kerasa baikan. Wajahnya
kembali berseri-seri. Ia tatap wajah kedua orang yang
tidur itu dan tersenyum sadis.
Gardapati keluar dari goa, entah apa yang akan
dilakukannya" tak ada yang tahu"
"Darimana saja engkau kakang" Tanya Dyah Krusina
yang pada waktu itu sudah berpakaian kembali.
"Dari luar" hehe" Jawab Gardapati seenaknya dan
duduk dihadapan Dyah Krusina. Tangannya merogoh
kedalam saku dan mengeluarkan selembar kulit.
"Apa itu kakang?"
"Topeng" mulai saat ini engkau harus
mengenakannya" jawab Gardapati seraya
memasangnya diwajah dyah Krusina. Kulit itu putih
bersinar layaknya kulit manusia. Di dahi kulit itu
terdapat tahi lalat yang menambah kecantikannya.
Wajah Dyah Krusina memang berubah seratus
delapan puluh derajat, namun itu semua tidaklah
mengurangi kecantikannya.
Jika wajah sebelumnya terkesan anggun dan lembut.
Maka pada kali ini wajahnya terlihat jalang dan nakal,
itu pantas untuk ukuran tubuhnya yang sangat
proporsional. "Rencana apa yang akan kita lakukan kakang"
Sampai aku harus mengenakan topeng ini"
"Pertama kita akan membuat perkumpulan rahasia
yang akan menghisap nyawa para kaum golongan
putih. Mengenai itu sudah Nimas pahami. Lalu yang
kedua kita akan membangun sebuah rumah bunga
dan Nimas menjadi pemilik dari rumah bunga itu. Itu
untuk sumber dana perkumpulan kita. Untuk hal itu
kakang berikan nimas satu topeng lagi. Dan yang
terakhir adalah nimas menjadi diri nimas sendiri. Dan
nimas berlagak seperti seorang nona dari putri
Drajasengkala yang sengsara dan memita keadilan
pada dunia persilatan. Untuk hal itu usahakan agar
nimas diterima oleh guru dari golongan putih."
"untuk yang pertama dan kedua Dyah setuju sekali"
tapi yang ketiga rasanya dyah keberatan kakang?"
"Haha" sebelumnya kakang sudah dapat menebak
hal itu. Nimas hidup itu seperti kita melintasi
pegunungan. Kadang datar, kadang naik hingga
puncak, dan kadangpula turun. Itulah realita
kehidupan yang tak bisa dibantah oleh siapapun.
Contoh kecilnya saja, kehidupan kakang ini. Ket ika
masih kecil, hidup kakang biasa saja normal seperti
orang normal lainnya. Pada suatu hari usaha ayah
meningkat, tapi" itulah awal sebuah bencana, merasa
tersaingi pamanku yang ternyata tokoh golongan
putih membunuh Ayahku" aku terlunta dan terbuang
dari dunia. Niat membalas dendam, tapi dihalangi
terus oleh perguruan yang menerimaku sebagai
murid. Diri ini semakin merana. Pada suatu ketika"
kakang nekat mencuri kitab dan kabur" diburu hingga
melarikan diri sampai suatu kebuntungan kakang
dipertemukan dengan guru yang menciptakan kakang
seperti ini. Saat ini kakang sedang berjalan naik untuk
menjajah dunia persilatan dan suatu hari akan
mencapai puncaknya. Kakang yakin pula bahwa suatu
hari nanti kakang akan turun kembali dan
terkalahkan. kamu paham apa yang kakang maks
ud Nimas" "Setengahnya kakang" kakang belum menjelaskan
mengapa Dyah harus menjadi orang yang ketiga."
"Baiklah kakang jelaskan secara gamblang. Itu
dimaksudkan apabila kita jatuh nanti, tak satupun
yang mengenalmu dalam wajah asli. Apalagi
statusmu yang murid dari tokoh golongan putih,.
Siapakah yang akan menyangka kejahatan apa yang
telah kamu lakukan nimas.. kakang melakukan ini
demi kebaikanmu.." "Terimakasih kakang"!" Dyah Krusina memeluk tubuh
Gardapati haru. "Ayo kita lanjutkan perjalanan!" Ajak Gardapati
seraya mendorong tubuh Dyah Krusina lembut. Ia
berjalan dan membopong kembali tubuh Pangeran
pedang dataran tengah. "Mengapa dibawa lagi kakang"!"
"Ini untuk makanan anak buahmu" haha?"
Keduanya tertawa dan berjalan keluar goa"
* Air terjun Dhara Balumbang begitu gemulai dengan
gaun putihnya yang menggoda hasrat. Suaranya
sahdu bergemericikan laksana ribuan alat music yang
ditabuh. langit gelap dipenuhi bintang dan dewi
malam. Angin begitu dingin menggigit tulang
berhembus membelai tiga sosok manusia dibawah air
terjun itu. Yang pertama adalah Arya sang duplikat dari IBLIS
DUNIA PERSILATAN dan yang dua lagi adalah Dewi
Asmara berwajah Lugu Astradewi dan Ratih sang
pendatang yang belumlah mendapatkan sebuah gelar.
"Siapa kalian" " bentakan melengking nan merdu
terdengar memecah keheningan dimalam itu,
mengalahkan dahsyatnya suara air terjun.
"Kunikmati malam indah ini dengan sesuap gairah
membara" Jawab Astradewi. Arya dan Ratih bertanya
dalam hati mengapa astradewi mengatakan jawaban
yang berbeda dari pertanyaan orang.
"Puncak Asmara membuatku lena dalam surga
khayalan"Jawab Suara lainnya yang berbeda dengan
bentakan orang pertama. "Kakang"!" Astradewi bersorak girang, kakinya
menjejak tubuhnya melayang terbang. Itulah jurus


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ngambang angin yang dahsyat.
"Byurrrsshh"..!" Sebuah sosok lain dari balik air terjun
menerobos keluar. Air terjun tersibak" bayangan itu
menyongsong datang tubuh Astradewi. Astradewi
rentangkan tangan". "greepp?" "emmmhh.." Keduanya berpelukan dan
berciuman diudara. Sungguh sebuah pammeran ilmu
peringan tubuh dan pemandangan yang luar biasa
indahnya. Baju nila Astradewi berkibar-kibar laksana
dewi turun dari khayangan. Rambut dan jubah putih
gardapati berkibar-kibar indah"
Tubuh rapat mereka turun perlahan dalam pelukan
yang berputar pelan. Jika tak memiliki tenaga dalam
yang dahsyat mustahil dapat melakukan itu.
"Kau mengenaliku Nimas Dewi?" Tanya Gardapati
setelah mereka menginjak air dibawah air terjun.
Diatas air, mereka berdiri dengan tenangnya seolah
itu adalah tanah yang keras. Jangankan tenggelam,
beriakpun tidak. "kakang Arya sudah menjelaskan semuanya"!"
Jawab Astradewi manja. Gardapati berpaling, memang dilihatnya Arya berdiri
dengan senyum dikulum. Disampingnya juga terdapat
gadis cantik yang mirip Astradewi. Hanya saja ia
sedikit matang dan dewasa. Tak perlu diikata ia sudah
tahu siapa gadis itu. "Lara ajak mereka masuk kedalam" Perintah
Gardapati ngambang. "Baik kakang"!" Jawab seorang perempuan dari balik
batu cadas. Perempuan yang dipanggil lara itu
membungkuk kepada ratih dan Arya. Arya paham
apa yang diminta gadis itu, tanpa diminta ia mengikuti
gadis itu. Ketiganya meloncati setiap undakan yang
terbuat dari batu cadas dan masuk kedalam air terjun.
"Luar biasa" tak kupercaya bahwa dibal;ik air terjun
akan ada ruangan seperti ini" Arya bergumam sambil
tengok sana-tengok sini. Arya, Ratih dan Lara melangkahkan kaki lebih dulu.
Sedang Astradewi dan Gardapati mengikuti mereka
dari belakang. Ruang didalam goa dibalik air terjun itu kini berubah
dari semenjak di tempati Gardapati. Goa itu sekarang
memiliki sebuah lorong panjang. Cahaya kuning
semakin terang di ujung sana. Lorong itu makin lama
makin lebar. Dindingnya bersih tanpa lumut. semakin
ke dalam semakin luas dan membuat ruangan lebar
tersebut dipenuhi oleh cahaya kuning keemasan.
"Kakang"." Ratih bergumam.
"Ada apa Nimas," jawab Arya.
"lihatlah itu?"Ratih menunjuk sebuah batu ukiran
dilantai yang berbentuk seperti benda keramat lakilaki. "haha" Kau mau mencobanya Nimas"!"
"Emh!" Ratih bergelayut manja sambil cemberut.
"Itu adalah benda kesayangan kami" ditempat ini
hampir tidak ada lelaki. Demi untuk memuaskan
hasrat kami, benda itulah solusinya." Lara memberikan
keterangan. Mereka melangkahkan kaki tidak dengan terburuburu. Selain merasa kagum melihat berbagai macam
ukiran indah, mereka juga menikmati keindahan
lekuk-lekuk langit lorong yang mirip lukisan alam.
Memasuki pertigaan, mereka dihadapkan dengan
sebuah pemandangan yang luar biasa. karena lantai
gua bagian depan mereka bukan lagi dari tanah atau
bebatuan biasa, melainkan batu yang berwarna putih
bening. Pandangan mata Arya, Ratiih dan Astradewi berseriseri memperhatikan bebatuan indah yang diukir
penuh seni juga beraneka ragam bentuk dan
warnanya. Empat orang perempuan berwajah cantik sekali
datang dari arah depan mereka membawa nampan
yang berisi gulungan kain berwarna emas.
Empat orang perempuan yang masih muda itu samasama mengenakan pakaian dan jubah hijau muda
dari bahan kain sutera lembut. Rambut mereka lurus
panjang, sebatas punggung, berhiaskan mahkota
intan permata. "biarkan kami yang melanjutkan tugasmu, silahkan
kembali ketempatmu Lara.?" bisik perempuan yang
satu. "Baik!" Lara berbalik dan berbungkuk lalu kembali
kemana mereka datang tadi. Jelas sudah bahwa Lara
adalah petugas kemanan dipintu Goa.
Perempuan kedua segera menyapa Arya dan Ratih
yang berjalan paling depan dengan suaranya yang
lembut dan enak didengar,
"Selamat datang di Goa Dhara Balumbang...."
Perempuan ketiga dan keempat yang merupakan
pembawa nampan itu mengambil kain yang
membentuk sebuah gulungan dan menebarkan
kainnya. Kain itu berwarna kuning emas dan
membentuk sebuah gulungan kecil, tapi ketika tangan
berjari landak itu menyentakkan gulungan tersebut,
kain kuning emas itu menebar panjang dan berjalan
sendiri mengikuti arah jalan berlantai batu putih itu.
"Silakan berjalan di atas kain ini," kata perempuan
kedua. Seumur hidupnya, Arya belum pernah diperlakukan
seperti ini, dengan membusungkan dada, ia
mengawali langkahnya di atas bentangan kain itu.
Gardapati dan Astradewi mengikutinya dari belakang.
Empat perempuan itu mengawal di kanan-kiri
mereka. Kain kuning emas yang tadi digulirkan itu ternyata
sangat panjang. Kain tersebut sampai ke tengah
balairung istana yang berlangit-langit tinggi dan
mempunyai ratusan pilar dari batu. .
"Selamat datang Nimas" maaf mbakyu tak
menyambutmu"!" Bersamaan dengan suara itu, muncul seorang
perempuan berbentuk Tubuh amat ramping,
pinggangnya yang kecil terbungkus pakaian sutera
kuning emas bermotif bunga mawar mekar, ketat
mancetak bentuk tubuh yang padat berisi karena
terpelihara. Kancing bajunya terbuat daripada berlian putih yang
gemilang, ikat pinggangnya dari sutera merah yang
bergerak-gerak bagaikan sepasang ular hidup.
Bagian bawahnya ia memakai celana model payung
ketat dari sutera putih. Dikedua sisinya terdapat
belahan sampai satu jengkal setengah diatas lutut.
yang seakan membayangkan sepasang paha ind ah,
padat berisi dan sempurna lekuk-lekungnya.
Ia memakai jubah yang hanya menutupi kedua
pundak dan punggungnya yang berwarna sama putih
keperakan. Rambutnya disanggul, mengenakan
mahkota kecil berbentuk segitiga dengan ukiran
bungga mawar dari jambrud merah, kalung susun tiga
berhias batuan putih semacam mutiara dan intan,
giwangnya tak terlalu besar tapi jelas terbuat dari
berlian. Perempuan itu cantik, wajahnya oval, atau lonjong
putih kemerahan berseri-seri. Pada pipinya yang
berona kemerahan nampak lesung pipit yang
menghiasi ketika ia tersenyum malu. Usianya masih
muda yakni baru sembilan belas tahunan, bibirnya
ranum indah, hidungnya mancung,. Matanya jeli
bersinar-sinar nakal, alis mata yang lentik seperti
semut yang berjalan. bulu-bulu matanya begitu
melengkung keatas rapi seperti prajurit tertiup angin.
Dia tak lain adalah Dyah Krusina, atau dengan kata
lain Dhara sesat Air terjun Balumbang adanya.
Sesaat Arya, Ratih dan Astadewi tertegun kagum
akan kecantikannya, tak ada satupunm dari mereka
yang berbicara. Sampai Gardapati berbisik kepada
Astadewi. "Itulah orang yang kakang katakan."
Astadewi tersenyum lugu, kedua tangannya
merentang, lalu ditarik, tangan kanan dalam posisi
menyembah dan tangan kiri menekuk dengan telapak
membuka didekat pinggang, kaki kiri ditekuk maka
melayang terbanglah tubuhnya keatas undakan
dimana Dhara Sesat Air terjun Balumbang berada.
"Saya Astradewi Mbakyu"!" Astradewi
memperkenalkan diri. "Kau cantik sekali Nimas, tak salah bila kakang
Gardapati sering membicarakan tentangmu!" puji
Dyah Krusina tulus. "terimakasih atas pujian mbakyu?" Astradewi
memerah malu. Jika dilihat dari reaksinya ketika
disapa atau dipuji takan ada siapapun akan
menyangka bahwa gadis yang satu ini lebih kejam
dari seorang iblis. "Plok"plok"!" Dyah Krusina menepuk tangan. Dari
belakang taman yang membentang di dekat undakan
keluarlah seorang gadis cantik lainnya, dia
mengenakan pakaian terusan transparan dengan
mahkota intan berbentuk bunga kemboja. Dilihat dari
wajahnya jelas dia bukanlah orang yang asing.
"Aryani" ajaklah tamu kita kekamar pribadiku"!"Titah
Dyah Krusina. "Baik Dhara" Jawab Aryani sambil berjalan menuju
Arya dan Ratih. Ketiganya nampak terlihat ada libatan
pembicaraan sebentar, sampai akhirnya ketiga orang
itu meninggalkan tempat menuju sebuah lorong lain.
"Mari" kitapun harus menyusul mereka!" Ajak Dyah
krusina sambil ulurkan tangan. Astradewi menyambut
itu dengan gembira. Dan keduanyapun pergi
menyusul mereka. Gardapati tersenyum saja melihat
semuanya, kedua tangannya dirangkapkan di dada"
berbarengan dengan kepulan asap putih, tubuhnya
lenyap entah kemana".
Sebenarnya siapakah gadis-gadis yang ada di Air
terjun itu" Masih ingatkah dengan Aryani Gadis yang
pertama kali menjadi korban Gardapati" Ya" mereka
semua yang ada disana adalah para gadis korban
gardapati. Meski awalnya terpaksa, tapi karena sikap baik dari
gardapati mereka tinggal disana secara sukarela, tapi
ada juga yang hendak kabur"
Dan yang kabur itu ditangkap lalu dihapus ingatannya,
maka dari itu, jumlah penghuni goa itu masih tetap
sembila puluh Sembilan. Mengenai tingkatan di dalam goa itu tidak melihat
pada umur, melainkan siapa yang paling dulu masuk
kesana dialah senior. Tak salah bila Aryani menjadi
wakil ketua dari perkumpulan itu"
** "Siapakah dia?" Tanya Arya kepada Gardapati yang
pada waktu itu duduk disampingnya.
"Murid perguruan Pedang Bumi" dan?"
"Dan?" "Anggota Ratan Wasana."
"Darimana kau mendapatkannya?"
"Dia memata-mataiku" maka aku menangkapnya,
sepertinya kakek setan itu hendak bermain api"
"Haha" sungguh kasihan dia, lihatlah.. tubuhnya
sudah seperti jerangkong, tapi para gadis itu masih
juga melalapnya?" "hahaha" wajar saja, selama ini mereka memang
kurang kehangatan, jika kau ingin, kau boleh
merasakan semuanya.. itupun jika kau sanggup."
"Bolehlah"haha" Arya tertawa terbahak-bahak. Dan
berhenti ketika Ratih menyenggolnya.
"Lalu apa rencanamu?"Timpalnya.
"Kita harus memasukan anggota kita kedalam tubuh
ratan wasana, selain itu kita harus mencari Asmara
Dewi Surga, Setan Purnama, Iblis kembar Bumi dan Si
Gila dari neraka hitam. Baik orangnya maupun
keturunannya boleh juga muridnya."
"Untuk apa mencari mereka" Reflek Astadewi
menyela. Wajahnya dan Ratih berubah sedikit pucat.
"Menurut Nimas Dyah, Ayahnya Bangsawan Berhati
Emas, juga Iblis Bermata Hijau, Asmara Dewi Surga,
Setan Purnama, Pangeran pemabuk, Iblis kembar
Bumi dan Si Gila dari neraka hitam adalah saudara
Angkat, saat ini Bangsawan Berhati Emas telah tewas
dikeroyok kaum golongan putih. Aku takut bila yang
lainpun sedang dalam incaran mereka."
"Mbakyu"." Astadewi memeluk Dyah Krusina. Sambil
menangis tersedu-sedu. "Ada apa Nimas?" Dyah Krusina mengelus
punggungnya dengan sejuta kasih.
"Orang tua kami" Asmara Dewi Surga dan Setan
Purnama telah meninggal dunia dibunuh Maharaja
Dunia Persilatan." "Akh"." Semua orang yang disana menghela naas
panjang. "Kakang mengapa kau tak menyebut Pangeran
Pemabuk" Tanya Dyah Krusina.
"Ayahku sudah meninggal"Jawab Gardapati.
Semuanya kembali menghela nafas panjang.
"Berarti tinggal Iblis kembar Bumi dan Si Gila dari
neraka hitam" Simpul Arya.
"Aku rasa, Iblis Kembar Bumi masih hidup!" Ratih
bertanya pada dirinya Sendiri.
"Menga makir. Semuanya

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengalami nasib sama, tumpes kelor.
Melihat semua itu, Prabu Galbah terkejut dan
mengalami shock hebat. Akibatnya, sakit jantungnya
kambuh. Dia kemudian jatuh sakit, dan dalam waktu
tak lama mangkat. Pendeta Ngali Samsujen, merasa bersalah karena
nasehatnya menimbulkan malapateka ini terjadi.
Akhirnya beliau mati dalam rasa bersalah. Tinggal
Mahapati Ngerum, karena rasa setianya, dia ingin
melanjutkan missi luhur yang dicita-citakan rajanya.
Dia akhirnya ingat pada sahabatnya yang sakti
bersanama Jaka Sangkala alias Aji Saka, yang tinggal
di Tanah Maldewa atau Sweta Dwipa.
Habisnya para migran dari Ngerum ke Tanah Jawa
Dwipa itu, menurut Jaka Sangkala adalah karena hati
mereka yang kurang bersih. Mereka tidak meminta
izin dahulu pada penjaga Nuswa Jawa Dwipa.
Padahal, karena sejak zaman dahulu, tanah ini sudah
ada yang menghuni. Yang menghuni tanah Jawa
Dwipa adalah manusia yang bersifat suci, berwujud
badan halus atau ajiman (aji artinya ratu, man atau
wan artinya sakti). Selain penghuni yang baik, juga dihuni penghuni
brekasakan, anak buah Bathara Kala. Makanya tak
ada yang berani tinggal di bumi Jawa Dwipa, sebelum
mendapat izin Wisnu atau manikmaya atau Semar.
Akhirnya, Mahapati Ngerum diantar Aji Saka menemui
Wisnu dan isterinya Dewi Sri Kembang. Saat bertemu,
dituturkan bahwa wadyabala warga Ngerum yang
mati tidak bisa hidup lagi, dan sudah menjadi Peri
Prahyangan, anak buah Batara Kala. Tapi ke-8
Hadipati yang gugur dalam tugas itu berhasil
diselamatkan oleh Wisnu dan diserahi tugas menjaga
8 mata angin. Namun mereka tetap menghuni alam
halus. Atas izin Wisnu, Mahapati Negrum dan Aji Saka
berangkat ke tanah Jawa Dwipa untuk menghadap
Semar di Gunung Tidar. Tidar dari kata Tida; hati di
dada, maksudnya hidup. Supaya selamat, oleh Wisnu,
Mahapati Ngerum dan Aji Saka diberi sifat kandel
berupa rajah Kalacakra, agar terhindar dari wabah
penyakit dan serangan anak buah Batara Kala.
Singkat cerita, perjalanan ke tanah Jawa Dwipa
dipimpin oleh Aji Saka dengan jumlah warga yang
lebih besar, 80 ribu atau 8 laksa, disebar di berbagai
pelosok pulau. Sejak itulah, kehidupan di tanah Jawa Dwipa Dwipa
yang disebut masyarakat Kabuyutan telah ada sejak
10.000 SM, tetapi mulai agak ramai sejak 3.000 SM.
Sesudah kedatangan pengaruh Hindu, muncul
kerajaan pertama di Jawa Dwipa yang lokasinya di
Gunung Gede, Merak. Rajanya Prabu Dewowarman
atau Dewo Eso, yang bergelar Sang Hyang Prabu
Wismudewo. Raja ini memperkuat tahtanya dengan
mengawini Puteri Begawan Jawa Dwipa yang paling
terkenal, yakni Begawan Lembu Suro atau Kesowosidi
di Padepokan Garbo Pitu (penguasa 7 lapis alam gaib)
yang terletak di Dieng atau Adi Hyang (jiwa yang
sempurna), juga disebut Bumi Samboro (tanah yang
menjulang tinggi). Puterinya bernama Padmowati
atau Dewi Pertiwi. Dari perkawinan campuran itu, lahirlah Raden Joko
Pakukuhan, yang kelak di kemudian hari
menggantikan tahta ayahnya di kerajaan Jawa Dwipa
atau Keraton Purwosarito, dan bergelar Sang Prabu Sri
Maha Panggung. Lalu keraton dipindah lokasinya ke
Medang Kamulan. Dikeraton bagian barat itu terdapatlah sebuah
ruangan indah yang terbuat daripada bambu kuning
beratapkan ilalang. disekelilingnya terdapatlah air
yang mengalir, kolam yang jernih, ikan yang
berenang. Angin sepoi sepoi berhembus lembut
menggoyangkan dedaunan yang melambai-lambai.
Diruangan itu duduklah dua tiga orang yang bersila
gagah. salah satu dari mereka adalah seorang lelaki
paruh baya dengan Mahkota emas khas kerajaan
Medangkhamulan. Rambutnya beruban, bajunya
mewah dengan sulaman emas. sedangkan orang
yang kedua merupakan seorang kakek tua berwajah
welas asih, Pakaiannya merupakan sebuah pakaian
Khas seorang Pendeta. dan yang terakhir adalah
seorang Lelaki berusia tiga puluh tahunan bermata
tajam, ia memakai Pakaian Prajurit lengkap dengan
baju zirahnya. "Empu Darma, Jauh sebelum aku menjadi seorang
raja, Ketika aku masih suka bersemadi aku telah
mendapatkan ilham dari yang maha kuasa, ilham
yang menjadikan aku penasaran dan rindu akan
sosoknya,!" Lelaki Paruh baya bermahkota emas itu
melayang pikirannya. "Maafkan hamba Baginda, Kiranya baginda dapat
memberikan tahu kepada hamba akan Ilham
tersebut" Empu Darma tersenyum ramah.
"Jika Langit dan bumi enggan bersatu, petir biru
menyalak sembilan kali menyambar sebuah tempat di
bumi, disanalah akan muncul pewaris sang langit dan
bumi" Tutur Lelaki Paruh baya ber-mahkota emas
yang tak lain adalah Prabu Dewowarman atau Dewo
Eso. "Jika Langit dan bumi enggan bersatu, petir biru
menyalak sembilan kali menyambar sebuah tempat di
bumi, disanalah akan muncul pewaris sang langit dan
bumi."Ulang Empu Darma.
Lelaki berbaju Prajurit termenung diam mencerna
setiap kata yang diucapkan Prabu Dewowarman,
setelah merenung dan menemukan titik terang
akhirnya ia berkata. "Maafkan hamba Baginda yang mulia, Wahai
jungjungan hamba, Dapatkah Baginda memberikan
tahu kiranya titah apakah yang akan diberikan
kepada hamba, !" begitulah ucapan Lelaki berbaju
Prajurit yang tak lain adalah Bhayangkara Kerajaan
Medangkamulan. "Dengarlah wahai Aruna, dikau memang kadehan
kesayanganku. Aku ingin mengangkat dikau sebagai
Pembimbing atau petunjuk dalam hal kedigdayaan
dan olahkanuragaan mengenai Anak itu.!"
"Gusti jungjunan hamba yang mulia.! Suatu
Kepercayaan menuntut kewajiban, karena pada
galipnya Kepercayaan itu suatu Wajib. Suatu
pertanggungan jawab. Pengangkatan diri hamba
sebagai Pembimbing seorang Pangeran Langit dan
bumi Pilihan Sang Hyang Tunggal, merupakan suatu
kepercayaan yang menuntut pertanggungan jawab
besar. Berat rasa hati hamba menyambut tanggung
jawab itu. tapi, bila Baginda sudah merasa bahwa
Hamba memiliki kemampuan untuk menjalankan
titah tersebut hamba akan menjalaninya dengan
segenap jiwa dan raga yang hamba miliki. bagi
hamba Titah Baginda adalah hukum bagi diri Hamba.
Darah hamba adalah prajurit. Jiwa hamba adalah jiwa
perjuangan. Nafas hamba nafas pengabdian. Dan
hidup hamba adalah untuk membela dan
menegakkan negara Medangkamulan ini."
Prabu Dewowarman terenyuh akan ucapan Aruna
sang Bhayangkara Medangkamulan itu. ia tersenyum
bangga, dengan tak kalah tegasnya iapun memberi
titah kepada Empu Darma. "Empu Darma, aku titahkan agar dikaupun menjadi
pembimbing akan tingkah polah laku lampah Anak
itu, Akan menjadi senjata kebenaran maupun
kehancuran anak itu tergantung setiap patah kata dan
tindakanmu" "Daulat Gusti...!"
Roda Kehidupan terus bergulir, Tahun demi tahun,
Bulan demi Bulan, Pemangku Pemerintahan maupun
Pewaris dari Sang langit dan bumi terus bergulir
bergantian, kehidupan terus berubah, seiring dengan
berputarnya rotasi bumi. Dan Sang Pangeran Langit dan bumi adalah salah satu
penopang kehidupan Kerajaan medang kamulan.
sebab Pangeran tersebut merupakan jelmaan dari
dewa yang berupa sukma. selanjutnya Sang
Pangeran Langit dan Bumi atau sang dewa itu
selanjutnya dipanggil dengan sebutan Begawan
Lembu Suro. ++++ Jauh setelah perbincangan pada jaman Kerajaan
Medangkamulan itu, terlahirlah sebuah zaman semasa
dimana Manusia sudah dapat berkomunikasi dengan
berbagai macam suku, Kepercayaan dan bahasa.
Disebuah Pegunungan tinggi yang duiberinama Merapi
terdapatlah sebuah Padepokan/ Pesantren bernama
"Arrahman" yang dipimpin oleh Seorang Kyai bernama
Kyai Ageng Putra. Padepokan itu terasa hidup akan sebuah aktivitas
yang dijalankan oleh para santrinya. disebuah
ruangan lain duduklah empat orang manusia berbeda
usia maupun jenis. tampaknya mereka adalah Guru
dan Murid. "Ancala, Brangaspati, Ningrum, Dengarlah dengan
seksama, Ketahuilah bahwa aku adalah Sang
Pembimbing yang Ke-260, sudah turun temurun dari
para leluhurku akan sebuah adat yang kami sebut
sebagai "Ruwatan Tugas Suci" maka saat ini aku akan
menyerahkan tugas sebagai Sang Pembimbing itu
kepada kalian. Pada zaman dahulu kala, Pembimbing
Pertama Empu Darma dan Bhayangkara Aruna telah
mampu mendidik dan membimbing seorang Pangeran
Langit dan Bumi yang merupakan Titisan Dewa. ....."
Kemudian Kyai Ageng Putra menceritakan hal ikhwal
kejadian yang terjadi pada masa lampau itu secara
garis besar. "Luar biasa,.....!" Ucap Mereka serempak.
"Ingatlah wahai muridku...! Jika Langit dan bumi
enggan bersatu, petir biru menyalak sembilan kali
menyambar sebuah tempat di bumi, disanalah akan
muncul pewaris sang langit dan bumi"
"Baik Eyang!" "Dan satu hal lagi yang harus kalian camkan baikbaik, Sang Pembimbing ke seratus sembilan Puluh
telah mengutuk Sang Pangeran Langit dan Bumi
menjadi seorang yang liar dan tak terkendali, karena
Sang Pangeran itu telah melalaikan tugasnya!. Bukan
hanya itu, pada suatu saat nanti Sang Pangeran
Terkutuk itu akan lahir dengan bencana yang
mengerikan, Petir akan menyalak lebih yaitu sepuluh
kali yang dinamakan dengan Samburtan Langit,
namun bila Bumi bergetar maka anak itu akan
menjadi sebuah berkah menjadi rizki bagi umat
manusia. itulah Sambutan Bumi."
Begitulah Mereka berbincang-bincang mengenai tugas
yang mereka emban, pembicaraan yang akan
memulai kisah kehidupan ini.
"Begitulah kejadiannya anakku. Seperti yang kau
ketahui, bahwa kelahiranmu memang ditemani
sepuluh petir dan bumi bergetar. " Ki Brangaspati
menghela nafas panjang. "Jadi aku adalahn Pangeran terkutuk itu Eyang?"
"Benar" seluruh Dunia persilatan sekarang adalah
tanggung jawab engkau, bila engkau bersikap masa
bodoh maka hancurlah Dunia persilatan ini. Pakailah
Gelar Pangeran terkutuk agar engkau selalu ingat
siapakah dirimu itu"
"Apa aku seliar itu Eyang?"
"Tidak bila engkau dapat mengendalikan emosi!b
ingatlah tentang kerajaanmu maka itu semua tidak
akan berpengaruh banyak."
"Baik Eyang"!" Gardapati menghela nafas lagi.
Sungguh berat beban yang di pikulnya itu.
"Bagaimana dengan kitab yang kau pelajari?"
"Sungguh maha luas Eyang, saya belum dapat
memahami seluruhnya."
"haha.. itulah ilmu anakku, tak ada batasnya, semakin
engkau mempelajari semakin luas pula ilmu itu. Bias
kau bayangkan betapa luar biasa tuhan kita yang
telah menciptakan semua ini" Ki Brangaspati berkata
ngambang. "Ankku temuilah Kyai Ancala eyangmu yang kedua,
kau harus mempelajari Batin Murni darinya"!|"
"Batin Murni?" "Benar..Pergilah"
Sagara Angkara berdiri, lalu membungkuk dan pergi
kedalam goa. "Hiaaaatttt".."
"Hiaaa?" "Bleegaaaarrr?"!" Sebuah ledakan dahsyat bergema
disamping air terjun, dua bayangan berbeda terpental
berlawanan Arah. Disamping dua orang yang bertarung itu, tampak
Gardapati, Arya, dan Dyah Krusina. Sementara yang
bertarung dipagi hari itu adalah Astradewi dan Ratih.
"Awas serangan" Ratih bergerak kedepan dengan
kombinasi gerakan kedua tangan yang seimbang
berguklung-gulung tanpa henti. Gerakan itu rupanya
mengaburkan lawan yang bertarung dengannya.
Astradewi mengangkat tubuh perlahan-lahan keatas
dengan hanya menggunakan salah satu kaki
penyangga berat tubuh. Kaki kirinya terangkat keatas
dengan kedua tangan diangkat tinggi-tiinggi.


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Diawali dengan gerakan menurunkan kaki kiri secara
cepat dan menjadikan kaki sebagai pemantapan
kedudukan kaki, bersamaan dengan itu, tangan kanan
mengiringi dengan suatu dorongan yang mempunyai
tenaga kuat dengan tangan kiri menempel pada sisi
bahu kanan itu sendiri. "Wungg".!" Sebuah gulungan angin topan bergulunggulung menyerang Ratih yang waktu itu juga
menggulung tangannya menciptakan angin topan.
"Blegaaaarrr"!" Ledakan memekikan telinga kembali
terdengar, rumput dan tanah berterbangan terbawa
angin, pohon-pohon tumbang terkena amukan
bentrokan tenaga dalam itu.
Ratih tak berhenti begitu saja, dari gerakan
menggulung, disusul dengan kombinasi antara
cengkraman pada jari tangan dan penarikan tangan
kana. Itulah jurus angin api merogoh ati.
Astradewi melenting keatas, diudara, kaki kanan
diangkat sambil memutarkan tangan kiri dalam suatu
putaran yang mengarah kepada Ratih.
"Purnama bergentayangan"pekik Astradewi. Bagaikan
bayangan tubuhnya melesat mentyerang lawan. Ratih
tak mau kalah, iapun berkelebat menyongsong
serangan itu. Dentuman tenaga sakti beradu mbegitu memekikan
telinga, kesiuran angin dan cahaya tajam
menghancurkan apapun yang dilaluimnya, tak ada
yangb sanggup lagi melihat keduanya, debu
mengepul seperti jamur raksasa, yang terlihat dari
luar hanyalah bayangan Nila dan Jingga itupun samar.
"Cukuupppp" Gardapati berteriak melengking tajam.
Seketika dentuman tenaga sakti berhenti hanya debu
yang mengepul dan kesiuran angin saja yang belum
lenyap. Sekerdipan mata kemudian kedua gadis itu
sudah berada dihadapan Gardapati.
"Nimas Dyah, Arya sekarang giliran kalian"!"
tanpa kata keduanya menjejakan kaki dan meloncat
keatas pucuk dedaunan diatas pohon.
"Mulai"! Gardapati berteriak lagi.
"Maaf Nimas" Arya memperingati sambil melakuakn
suatu lesatan tiba-tiba. Untuk melakukan lesatan
secara tiba-tiba seseorang harus dapat menguasai
permainan imbangan dari kuda-kuda yang mantap.
Kedua tangannya melaksanakan suatu pukulan kuat
melalui kepala tangan kanan dan tangan lainnya
membuat suatu cengkraman udara dari samping luar.
Dari tinjunya melesatlah sinar hijau tua dan dari
cengkramannya mendesing suatu angin tanpa wujud
menyerang urat perut lawan.
Dyah Krusina menggerakan tubuhnya kebawah arah
kiri serta suatu perlindungan menyilang pada tangan
kanan untuk menangkis cengkraman udara dan
tangan lainnya berada pada bagian atas menampar
sinar hijau tua lawan hingga membentur pohon
sampai hancur berantakan".
"Dukk..Plakkk..Blaarrr!"
Tak berhenti begitu saja, Dyah krusina
mengembangkan tangan melayang kemuka. Kaki
kanannya dijinjitkan dan ditarik mendekat pada kaki
lainnya sambil memutarkan tubuh berbalik arah jarum
jam, celamnna payungnya memutar dahsyat seperti
cakram. Sungguh serba salah hati Arya, bagaimana tidak salah
bila di hadapkan dengan sebuah pemandangan yang
mendebarkan, sekaligus berbahaya sebab bias saja
celana payung yang mengembang itu memotong
lehernya. Saking serba salahnya arya tak lagi sanggup
melakukan serangan balasan, ia hanya menarik kaki
kanan yang berada dibagian depan dan dijinjitkan.
Kedua tabngan ditarik menekuk untuk penguncian
pertahanan tubuh bagian atas".
"Sreennghggg" sungguh luar biasa akibatnya, kain
celana payung dyah Krusina yang bergesekan dengan
tangan Arya mengeluarkan lelatu api seperti logam
yang beradu. Dyah krusina tak mau kalah, kaki kirinya diangkat
bergantian dengan tangan kanan, tangan kiri
memutar searah jarum jam diikuti dengan tubuhnya,
jadi secara mendadak roda putaran kain itu berubah
dan semakin mendesak Arya.
"Heeebat".!" Arya memuji sambil menjejakan
kakinya mudur. Keduanya berkejaran. Kaki kiri Dyah Krusina menjejak
tangan Arya dan berjungkir balik. Tangan kirinya
menerobos dan memukulkan telapak mungilnya
didada Arya. "Awas"!" "Jangan khawatir" Arya menjawab sambil melenting
salto kebelakang, telapak tangan dyah Krusina lewat
sejengkal diatas dadanya. Kaki Arya yang melenting
ditendangkan keatas"
"Dukkkk"!" tangan dan kaki beradu.
Pertarungan itu sungguh sedap untuk dipandang.
Warna keemasan dan kelabu terus bergumul diudara,
tak pernah sekalipun menjejak tanah, hanya
dedaunan yang mereka injak sebagai pijakan untuk
bertarung. Tukk" Gardapati menjejak diranting poho n, bagaikan
roket tubuhnya meloncat kelangit" diatas tubuhnya
melenting balik, kakinya menjejak udara seperti
menjejak langit. Dan dengan kecepatan angin lesus
meluncur kebumi dengan kedua tangan dibuka.
Perlahan telapak tangannya itu berubah menjadi
merah api. Diatas pucuk pohon, Dyah Krusina merendahkan posisi
tubuhnya, kedua tangannya disimpan dipundak
membuka seperti menahan langit.
Telapak tangannya menguning keemasan bersiap
menerima serangan lawan"..
"Hiatt.. jejakan Langit telapak membara!"teriak Arya,
Tak kalah Garang Dyah krusinapun berteriak nyaring
"Menahan Langit runtuh"
"Cesss!" dimulai dengan desisan nyaring maka
meledaklah sebuah gema beradunya dua buah
tenaga sakti. "Blegaaarrrr!" Debu kembali mengepul menjadi jamur
raksasa" Arya dan Dyah Krusina masih berkutat seru sampai
dihentikan Gardapati. Ketika debu menghilang, tampaklah sebuah lobang
raksasa, ditengahnya terdapat dua lobang bekas kaki.
Sungguh dahsyat beradunya tenaga sakti itu"
"Sudah cukup latihan hari ini" mari kita duduk untuk
membicarakan kedepannya" ajak Gardapati.
Kelimanyapun duduk melingkar dibawah pohon
jambu air, semilir angin menyejukan wajah mereka
yang berkeringat, benar-benar sebuah tempat yang
pas untuk bersantai.. "Nimas Dyah, carilah sebuah lokasi yang pas untuk
berkumpulnya kaum persilatan dan bangsawan
kerajaan.bagi dua anggota satu disini dan satunya
disana. Aku sudah berbicara kepada Aryani untuk
bergantian denganmu."
"Bagaimana bila disana kekurangan perempuan
kakang?" "Orang setempat yang butuh pekerjaan boleh kamu
rekrut" "Baik?" "Nimas Dewi!" "Ya, Kakang"! Bantulah Nimas Dyah, setelahnya kamu
boleh pergi kemanapun kamu suka."
"Enteng sekali kakang!"
"haha" kakang yakin kamu akan membuat dunia
persilatan gempar dengan kehadiranmu! Carilah
kedua orang yang dulu menjadi kekasihmu. Ajarkan
Ilmu Tengkorak Emas dan Naga Api. Juga berbagai
macam ajian lainnya. Satui hal lagi" tetap jaga dirimu
sendiri." "Baik kakang!" "Nimas ratih"!"
"Ya, Kakang" "Bantulah Arya untuk mencari Iblis Kembar bumi dan
Si Gila dari neraka Hitam."
"Baik?" "Arya".!" "Ya,..!" "Kau sudah mendengar perintah pertamamu, oh ya"
tolong tinggalkan jejak Ratan Wasana dimanapun Kau
berada. " "Mengapa harus Ratan Wasana?"
"Itu nuntuk memancing keluar kakek Setan itu."
"baiklah jika keputusan itu sudah bulat?"
"Dan kakang hendak kemana?"Tanya Astadewi.
"Bermain Mahkota sekaligus menemui ibunda"
"Bermain mahkota?"
"hehe"!" gardapati tertawa misterius.
"omong-omong Kau akan kemana Arya?" Tanya
Gardapati. "Ke Rawa Kelindingan."
"Carilah pemuda berbakat untuk dijadikan pasukan
satunya lagi?" "Baik" kami pamit" Arya bersama Ratih bangkit
membungkuk dan pergi keselatan.
"Nimas Dewi bantulah Nimas Dyah disini" kakang
hendak pergi ke Keraton menemui ibunda!"
"Baik kakang.. "Astardawi memeluk Gardapati. Begitu
halnya dengan Dyahn Krusina"
Gardapati balikan tubuh, bersamaan dengan
mengepulnya asap putih, tubuhnya lenyap tanpa
bekas" Dyah krusina dan Astradewi berpandangan lalu
mereka masuk kembali kedalam goa".
8 "Aryani". " Dyah Krusina memanggil.
"Perintahkan Dita untuk mengumpulkan segenap
anggota kita" "Baiklah Dhara!" Aryani berbalik dan menghilang
ditikungan. "Mbakyu kau benar-benar pemimpin yang baik!"
Astadewi mengkomentari. "Terimakasih Nimas Dewi. Kaupun gadis yang baik"
balik Puji Dyah Krusina. "Semuanya sudah berkumpul Dhara!" Aryani berdiri
ditikungan. Astadewi dan Dyah Krusina mengikuti dari
belakang. Di sebuah aula dengan sebuah kolam
tampak berjejer Sembilan puluh delapan Gadis yang
cantik rupawan. "Saudariku hari ini tiba saatnya untuk kita
menonggolkan diri di dunia persilatan. Yang ingin
meninggalkan tempat ini silahkan memisahkan diri
kesebelah kananku" Berbondong-bondong para Gadis itu memisahkan diri
hingga tak satupun yang tersisa.
"Saudariku" disana kita bukan untuk bersenangsenang melainkan menjadi gadis bunga.
Pertimbangkan baik-baik. Yang ingin berubah pikiran
silahkan memisahkan diri kekiri."
Masih belum ada juga yang memisahkan diri.
Akhirnya Astadewi yang berbicara.
"Disini bukan berarti diam seoperti sebelumnya,
sesekali kita keluar sebagai gadis biasa untuk
menjalankan misi dan sekedar bersenang-senang.
Jangan merasa kesepian. Silahkan memisahkan diri.
Saat ini kalian terdiri dari Sembilan puluh delapan
orang. Jadi empat puluh Sembilan menjadi gadis bunga dan empat puluh Sembilan lagi menjadi Dhara Sesat." Mendengar itu, satu persatu mereka memisahkan diri hingga menjadi dua belah kelompok, dari wajah mereka tampak rona kegembiraan yang dalam. "Baiklah, yang hendak pergi kemasi barang kalian nanti malam kita akan berangkat dan yang disini patuhi perintah wakil Dhara, kalian akan mengerjakan misi yang cukup berbahaya. Jaga diri kalian baik- baik"Dyah Krusina berpidato. "Hidup Dhara Sesat"hidup Dhara Sesat"." Teriak mereka berulang-ulang". Dyah Krusina menepuk pundak Aryani" "Tolong jaga mereka Mbakyu?" Pinta Dyah Krusina. "tentu Nimas" mereka adalah saudariku juga" "Ini topeng wajahku. Pakailah jika ada kepentingan yang dianggap perlu. Satu lagi, Jangan perlihatkan wajah aslimu di dunia persilatan" "Terimakasih?" Astadewi menepuk pundak Dyah Krusina, Dyah Krusina berbalik dan tersenyum, setelah berbasa-basi keduanya segera masuk ke kamar Pribadi mereka.
Dalam waktu lima hari saja, Gardapati sudah tiba di
keraton,kakinya menjejak dan melesat terbang
keatas dinding benteng Keraton.
Dengan ingatannya beberapa tahun yang lalu, ia
berloncatan diatap tanpa suara, dan sampai
dikeputren tempat para putri raja tanpa
sepengetahuan para prajurit.
Keputren itu sangat indah, teratur, dengan berbagai
kolam dan ikan-ikan yang juga terawat sempurna.
Gardapati tak sempat menikmati pemandangan yang
memesona seperti ini. Akan tetapi perhatiannya lebih
tertuju kepada sebuah bangunan kecil dikeputren itu.
Ludah Gardapati tertahan di tenggorokan.
Sekilas Gardapati menemukan wajah yang selama ini
dirindukan dalam batinnya. Wajah wanita yang selalu
ada dalam benaknya. Ia mengendap-endap dan secara luar biasa masuk
kedalam bangunan tanpa diketahui penghuninya.
"Ibunda" Gardapati menyembah dari belakang.
Wanita setengah baya berpakaian keraton itu
berbalik. Bibirnya membuka karena kaget,
"Gardasakti"oh, kau datang dari alam baka"wanita
setengah baya itu bangkit dan memeluk Gardapati.
Tubuhnya mengguncang-guncang menangis,
"Maaf-maafkan aku!" Wanita Setengah Baya itu
sesegukan. "Ibu, ini Ananda Gardapati.. Anakmu. Ayah sudah
meninggal" Gardapati menitikan air mata dan balas
memeluk ibunya. "Apa!" Wanita itu melepaskan pelukannya,
diperhatikannya wajah Gardapati secara mendetail.
"Be..benarkah"!"
"Mana mungkin Ananda berbohong Ibu!"
"Kau mirip sekali dengan ayahmu semasa muda


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anakku"! Sampai ibupun menyangka bahwa kau
adalah Ayahmu" kemanakah selama ini" Apakah
perguruan Rajawali Emas sudah mengajarkanmu ilmu
yang hebat." Wajah Gardapati mendadak merah, tubuhnya
gemetar karena gusar"
"Masakah mereka akan sebaik itu ibu" jangankan
memberikan ilmu, bahkan mereka melarangku untuk
membalas dendam." Wajah Wanita paruh baya itu pucat, bibirnya gemetar,
matanya berkaca-kaca"
Gardapati tahu ibunya hendak menanyakan tentang
kejadian selanjutnya, segera ia melanjutkan.
"Untunglah Aku ditemukan saudara angkat ayah, dan
dijadikan muridnya" awalnya ananda tak
mengetahui, tapi dalam jangka waktu yang tak jauh
dari sekarang ananda mengetahui rahasia tersebut.
Bukan hanya ananda yang akan membalas dendam,
tapi semua pihak yang terlibat dengan saudarasaudara angkat ayah" sekali dayung dua tiga pulau
terlampaui" "Akh" ternyata takdir tidak selamanya buruk
anakku"! Anakku kau adalah anak seorang pangeran
sebuah kerajaan, bila engkau membutuhkan
pertolongan saudara tirimu mintalah" ibupun akan
membantu" "Ibu, ananda datang kesini juga karena ananda
hendak meminta bantuan ibu untuk memasukan
beberapa anggotaku untuk masuk kedalam kerajaan"
"Anggota?" "heem ibu,.. saat ini Ananda bersama keturunan
saudara Angkat ayah sedang membangun sebuah
perkumpulan yang akan membalaskan dendam
kematian ayah." "Syukurlah anakku" kau sudah memenuhi harapan
ibu, baiklah ibu akan mempersiapkannya untukmu"
"terimakasih ibu, ananda pamit hendak melanjutkan
rencana ananda.. suatu saat nanti kita akan bersatu
lagi" Gardapati bangkit dan memeluk ibunya..
"Semoga berhasil anakku" doa ibu selalu
menyertaimu. Akh" dapatkah engkau melaksanakan
permintaan ibu sebelum engkau pergi dari sisi ibu "
"Tentu ibu"!"
"Apa saja?" "Ya, Apa saja"!"
"Ikutlah bersama ibu menemui adik kandungmu!"
Gardapati melenggong, tapi mana mungkin ia
membalikan lidahnya, akhirnya ia mengangguk.
Wanita setengah baya itu tersenyum, digandengnya
tangan Gardapati dan keluar dari bangunan di
keputren itu, Mereka terus berjalan menyusuri taman yang penuh
beraneka bunga dan kolam-kolam dengan aneka
ikan. Hingga sampailah disebuah taman lain yang lebih
indah dari tempat sebelumnya. Disana tampak
banyak sekali para putri yang masih belia bermainmain. Melihat Wanita setengah baya itu masuk, para putri
itu berebutan mendekat dan member hormat. Mata
mereka melirik mencuri pandang pada Gardapati.
Dalam pandangan mereka, Gardapati adalah sesosok
pemuda tampan yang baru kali pertamanya mereka
lihat. Tubuh yang kekar, sifat yang halus lemmbut
meski mulutnya sunggingkan senyum licik,.
Semua Putri itu cantik menarik, tapi yang lebih
menarik perhatian Gardapati adalah sesosok gadis
yang kira-kira dua tahun lebih muda darinya.
Wajahnya cantik mirip dengan ibunya semasa
mereka kecil. Matanya mirip dengan yang ia miliki,
Gardapati mendekatinya, tangannya terulur dan
mengusap lembut pipinya dengan senyuman seorang
kakak kepada adiknya. Gardapati rengkuh kepala gadis itu dan memeluknya,
semua mata yang memandang tampak iri dengan itu
semua. Gadis yang dipeluk gardapati memerah malu.
Ingin melepas namun entah mengapa ia tak sanggup
melakukannya. Entah itu karena sima Gardapati atau
hal lainnya" "Nimas Garwita, kau sudah besar dan cantik
sekarang, kakang merindukanmu"!" Bisik Gardapati.
"Kakangmas Garda"!" Garwita balas memeluk
Gardapati,,, "Bress..Bruukkk".!" naas.. Garwita memeluk angin.
Gardapatimenghilang entah kemana hanya
meninggalkan asap yang mengepul saja.
"kakang" Kakang Garda..hik"hik"! mengapa kau tak
mengijinkan adikmu ini memeluk tubuhmu. Huhu?"
Garwita menangis sesegukan. Wanita setengah baya
itu juga menangis, ia berjongkok dan mengelus-elus
rambut Garwita, Satu hal yang dipahami oleh para putri yang ada
disana, pemuda barusan yang ada disana adalah
seorang pangeran jua. Dan ia adalah saudara
kandung dari putri Garwita.
* Setelah berlari selama lima hari lima malam, akhirnya
sampailah Arya dan Ratih di Rawa kelindingan, disana
terdapat puluhan macam tumbuhan raksasa.
Keduanya tampak begitu kecil dibawahnya.
"Mengapa kita kesini kakang?" Ratih berkata gemetar
sambil celingukan ketakutan.
"Menurut kabar yang kakang dengar, disinilah Neraka
hitam itu. Mudah-mudahan Si Gila dari Neraka Hitam
masih ada disini"!"
"Apakah dia masih hidup?" Ratih bertanya lagi.
Tiba-tiba" "Apakah kau mendoakan aku mati bocah!" Sebuah
suara serak menyahut dari atas pohon.
"Tidak" maafkan saya orang tua, apakah orang tua
adalah Si Gila dari Neraka Hitam.
"Dasar bocah tak tahu diri," beraninya memanggilku
Si Gila terimalah kematian kalian haha"!" Bersamaan
hilangnya suara itu, terdengarlah sebuah suara
desisan nyaring bersamaan dengan menyeruaknya
bau amis. "Perasaanku tak enak kakang!" Ratih berkata sambil
mengelus-elus tengkuknya.
"Ular"!" Desis Arya.
"suiiittt"fyuiiiitt" Terdengar siulan nyaring yang aneh,
lembut mendayu-dayu sekaligus menusuk telinga.
Ular-ular yang ada disekeliling sanapun sama-sama
angkat kepala dan merangkak kedepan.
Suara dengungan memenuhi angkasa, Tawon beracun
yang jumlahnya entah berapa itupun sama-sama
mulai berdatangan dari segala penjuru., melancarkan
serangan udara yang luar biasa bebatnya.
Arya membentak keras, Kuda-kudanya direndahkan,
telapak kiri diputar satu lingkaran besar lalu
menghantam keluar, angin pukulan tajam bagaikan
sayatan pedang menyerbu kawanan tawon itu.
seketika itu juga berpuluh puluh ekor tawon jatuh
berhamburan keatas tanah.
Sementara itu tangan yang lain dengan suatu kibasan
memutar melancarkan serangan kebawah dimana
ular itu berada. Ular-ular itu bermuncratan dan mati.
Gugur satu, tumbuh seribu begitulah kejadiannya,
semakin banyak mereka yang mati, semakin banyak
dan ganas pula dua binatang berbisa itu menyerang.
"Kakang, kemarilah letakan tanganmu dipunggungku,
bantu aku mengerahkan tenaga dalam"
Tanpa bertanya lagi, Arya meloncat kebelakang tubuh
Ratih yang pada waktu itu sedang bersila. Tangan
kanan ratih teracung dengan jari-jari rapat. Sementara
tangan kiri diletakan ditanah disamping paha.
Depp" Telapak tangan Arya menempel, sekejap saja
hawa dingin diudara dan disekitar tempat itu
merebak. Dedaunan berkeringat, perlahan membeku"
itu semua dalam jarak empat puluh tombak dari
sekeliling Ratih dan Arya.
Ular-ular itu mundur kebelakang, bahkan diantaranya
ada yang membeku. Tawon-tawon serabutan
melarikan diri. Tak jarang diantaranya berjatuhan
ketanah. Benar-benar pameran ilmu tenaga dalam
yang luar biasa. "Tenaga sakti berahi gadis liar". Akh bukan rembulan
dingin bersinar dimalam purnama?" Suara serak itu
menjerit kaget. "Jlegg"!" Dihadapan Kedua orang itu berdiri seorang
lelaki paruh baya berpenampilan mesum. Pakaiannya
compang-camping, wajahnya hitam dekil, rambutnya
awut-awutan. "Siapa kau Cah Ayu!" Huaahahaha!" Lelaki Paruh baya
itu bertanya dibarengi dengan tawa yang
menggelegar. Arya dan Ratih tak sanggup menahan ledakan tawa
itu. Keduanya menutup telinga dengan dibarengi
mengerahkan tenaga dalam melindungi gendang
telinganya. "Fyuiiiiiittttttt" Arya bersiul nyaring mengalahkan suara
itu. Wajahnya pucat karena terlalu memaksakan
tenaga dalam. "Bodeng Siapa kau" Mengapa kau menguasai jurus
"Suitan gak ada kerjaan"ku" bentak lelaki paruh baya
itu. "maaf orang tua" kami akan menjelaskan siapa kami
jika benar engkau Si Gila dari Neraka Hitam."
"Brengsek?" "duaarrr"!" Sebuah Pohon sebesar
kubangan kerbau hancur dan tumbang terkena
pukulan orang tua itu. "Siapa yang berani memalsukan aku Si Gila dari
neraka Hitam." Tuding orang tua itu kepada Arya.
"Baik-baik kami percaya bahwa kau orang tua
adanya" kata Arya menenangkan.
?"Apa kau tak mempercayaiku" Sungguh takabur"!"
kakek itu mencak-mencak tak keruan.
"Maafkan kami orang tua, kami datang kemari adalah
untuk meminta"!|"
"Apa meminta" Huahaha" dunia sudah gila, masakah
kalian mau meminta padaku si orang tua gila" Kalaian
tahu" hanya pakaian raja ini sayja yang kupunya
masakah aku harus memberikannya kepada kalian."
Sungguh dongkol hati Kedua anak muda itu sekaligus
geli. Ratih tak sanggup lagi menahan perasaannya. Ia
berteriak nyaring sambil memanggil nama Asli Si Gila
dari Neraka Hitam. "Bantu aku membalaskan dendamku kepada
maharaja Dunia Persilatan Paman Raden Putra
Danurwenda" Orang tua itu diam mematung ketika nama Aslinya
dipanggil, sifat ugal-ugalannya lenyap berganti d engan
seorang lelaki yang tampak begitu lelah dan kesepian.
"Jangankan kalian, akupun seorang dedengkot yang
dipanggil si Gila dari neraka Hitam tak sanggup
melakukannya, lihatlah" gara-gara dia aku tak
sanggup lagi keluar dari tempat ini" hanya tempat ini
yang aman dari jangkauannya"huhu" si Gila dari
neraka Hitam berkata pilu.
"hanya kau orang tua dan Iblis Kembar bumi yang
masih menapak dibumi" Orangtuaku dan yang lain
sudah meninggalkan dunia ini" Ratih juga berkata pilu.
Tubuh si Gila dari neraka Hitam bergetar hebat. "Ukh"
saudaraku" haruskah aku mati sekarang"
Tidak..tidak" sebelum aku menghisap darah
pembunuh jkalian aku takan mati" heaaaaa"
"Anakku" tinggalah disini barang sebentar, barang
satu atau empat hari" baru kita berkelana mencari si
muka dua itu?" "Baik Paman" keduanya mengiakan".
* Dua hari telah berlalu"
Arya, Ratih dan si Gila dari neraka Hitam berdiri
diujung hutan menatap pesawahan yang sudah
menguning, burung-burung terbang berebut padi.
Orang-orangan sawah berkibar-kibar tertiup angin,
suara suling pengembala mendayu-dayu menggoda
tubuh untuk bergoyang. Benar-benar suasana yang
amat menawan hati. "Apa itu!" Arya menunjuk sebuah bayangan hitam
disebelah utara yang sedang menuju kearah mereka.
"Jaga diri kalian" bentak si Gila dari neraka Hitam
seraya berjongkok memainkan tanah.
Dari bayangan hitam itu melesatlah sebuah cahaya
hitam berbau busuk menyergap datang.
Si Gila dari Neraka Hitam berdiri meloncat dan
menaburkan tanah yang tadi dipermainkannya".
"Cesss"cesss" terdengar desisan nyaring ketika tanah
dan cahaya itu beradu. "huahaha" Kepala dua, sudah lama kita tak bersua..
jurus pelintir bumimu masih saja cetek seperti dahulu"
"Huh" Tua Gila, kau masih saja suka mengoceh tak
keruan. Apa kau sudah bosan tinggal ditempat
gelapmu sampai-sampai kau berminat untuk bermainmain dipesawahan seperti ini." Terdengar sosok hitam
bercaping lebar yang saat ini berdiri di muka mereka
berkata aneh. Aneh bukan perkataannya melainkan
suaranya sebab suara itu suara laki-laki dan
perempuan yang berbarengan.
"Berbicara tentang tempat tinggal, mengapa kau
sendiri datang kemari, apa kau sudah bosan tinggal di


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pekuburan hah?" "huh.. aku kemari hendak memberi kabar bahwa
saudara-saudara kita sudah meninggalkan kita., apa
kau berminat untuk ikut bersamaku membalas
dendam. Aku hendak berkelana lagi membereskan
urusan itu, apalagi aku mendengar selinting kabar
bahwa aku dituduh membunuh adimas Candra dan
Nimas Rani" "Mengapa bisa begitu?"
"Tua Gila, apa kau lupa Maharaja keparat itu memiliki
ilmu Sadap Sepapat."
"Akh, jadi Maharaja itu menyadap ilmumu dan
digunakan untuk membunuh Kangmas Candra dan
Nimas Rani?" "Dasar tua gila lemot. Apa kau lupa kelemahan ilmu
mereka itu adalah Bumi yang merupakan sumber
ilmuku. Sungguh aku merasa terhina, dicuri ilmu
sekaligus digunakan mencelakai saudaraku?"
"Kami adik dan kakak tidak menyalahkanmu Paman
Agung Darani" Ratih menyela.
"Heh?" Sosok hitam bercaping itu terkejut, capingnya
dibuka, ternyata memang Iblis Kembar bumi memiliki
dua buah kepala dan satu tubuh. Satunya perempuan
dan satunya lagi laki-laki. Maka dari itu nama asli
mereka perpaduan dari keduanya.
"Siapa kau Cah Ayu!"
"Dia adalah keturunan dua orang yang kau
maksudkan tadi." Si Gila dari Neraka Hitam
memberikan keterangan. "Akh" jadi kaupun keluar karena panggilan mereka"
" "Bukan hanya kami" melainkan keturunan dan murid
yang lainnya." Arya membenarkan, matanya bersinar
kehijau-hijauan. "Akh" jadi engkau pemimpin dari pergerakan balas
dendam ini hai murid Iblis Bermata Hijau" Iblis Kembar
Bumi menatap Arya. "Bukan" melainkan murid asli Iblis bermata hijau
sekaligus keturunan Pangeran Pemabuk" Arya
membocorkan sedikit keterangan.
"Sepertinya Dunia persilatan sekali lagi akan banjir
darah" Gumam Si Gila dari Neraka Hitam.
Jauh dari tempat itu, di sebuah kaki gunung Merbabu
terdapatlah sebuah desa yang amat ramai dengan
penduduknya. Pedagang yang berdatangan, tukangtukang, bangsawan, hartawan dan rakyat awam
terdapat didesa itu. Ditengah-tengah keramaian desa itu terjadi
kegemparan yang sangat. Yaitu kedatangan para
gadis bunga dari desa luar. Para penduduk
bergerombol di sepanjang jalan seperti menonton
pertunjukan. Gendang dan alat music lainnya berbunyi syahdu
mengiringi kereta yang ditumpangi empat puluh
Sembilan gadis jelita. Mereka melambai-lambaika n
tangan sebagai balasan atas sambutan mereka.
"Suit"suit" Para pendudujk sana bersuit-suit, bajhkan
ada yangb berteriak-teriak histeris.
Wajar saja, sebab ditempat itu belum ada sebuah
rumah bunga. Jadi kedatangan mereka disambut
dengan semeriah mungkin. Adapun rumah bunga itu awalnya adalah gedung
pemerintah yang lalu dan terbengkalai. Tapi, saat ini
bangunan itu disulap oleh dua gadis cantik yang tak
lain adalah Astradewi dan Dyah Krusina dengan
memberikan tip sejumlah harta plus tubuh mereka.
Tak lama kemudian, para gadis itu sudah masuk
kedalamm dan memasuki ruangannya masingmasing. Hari itu juga, tamu berdatangan baik dari
kelas bawah maupun kelas atas"tak ada satupun
yang menyangka bahwa para gadis bunga yang
mereka sangka adalah gadis biasa adalah kaum
persilatan yang berbahaya.
Bagaikan mawar yang berduri".
"sepertinya rencana kita berlangsung dengan lancer
sekali Mbakyu!"Bisik Astradewi.
"Engkau benar Nimas. Tak ada usaha yang sia-sia bila
kita melakukannya dengan kesungguhan hati." Jawab
Dyah Krusina. "Benar sekali orang bijak yang mengatakan Jenius
adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang
dapat menggantikan kerja keras."
"haha," " Keduanya tertawa gembira.
"Kau mau ambil bagian mengenai tamu itu Nimas?"
"Aku ambil lelaki hitam yang berkeringat itu Mbakyu!"
"Selera bagus, aku ambil yang bercelana kuning itu"
"Barang bagus, kantong bagus senjata bagus, mudahmudahan tenaganya bukan ayam"komentar
Astradewi. * * Satu tahun Kemudian".
Lembah Semut tetap tak berubah, tetap indah dan
sedap dipandang mata"
Matahari masih matahari yang dahulu" pepohonan
masih yang dulu.. tebing masih yang dulu, hanya
Sagara Angkra yang bukan sagara angkara yang dulu.
Tubuhnya bertambah kekar, pancaran matanya
semakin dewasa, sikapnya semakin tenang"
"Eyang" terimakasih atas budi kalian" Sagara
Angkara berlutut diatas tebing. Tubuhnya berbalik dan
mulai mengerahkan aji Saipi anginnya.
Sagara Angkara terus berlari, berlari, dan berlari
hingga ia sampai disebuah tempat yang bernama
Gunung Sampora, disana ia hentikan langkah,
matanya celingukan kesana kemari.
"Aneh, Padahal barusan aku mendengar detak
jantung dimari, mungkin perasaanku saja," katanya
sambil kembali berlari mengerahkan Ajian Saipi
anginnya. Mendadak" telinganya yang tajam mendengar suara
pertarungan yang aneh"
"Emhh... siapa sih yang adu jiwa dihutan ini!" Sagara
Angkara berlari menuju kearah tenggara. sekali
sentak tubuhnya melompat dan diam diatas pohon
jambu monyet. Dilihatnya seorang Gadis berpakaian terusan warna
kuning tampak compang-camping, rambut gadis itu
sudah acak-acakan menimbulkan kesan yang kalut.
pedang ditangannya tampak sudah gumpil dimanamana, sepatu yang dia pakai satunya sudah terlepas
sehingga menampakan kulitnya yang putih, tentu saja
lawannya menjadi semakin garang.
Jika ditilik memang keterlaluan, seorang gadis
melawan lelaki saja sudah merupakan suatu hal yang
tabu, apalagi seorang gadois melawan empat lelaki.
keempat lelaki tersebut semuanya memakai baju
hitam sehitam hati mereka.
Ikat kepala mereka serasi dengan ikat pinggangnya
yang berbeda warna, ada yang merah, kuning, hijau
dan biru. Lelaki berikat kepala biru memiliki berewok yang
cukup tebal sehingga wajah tampannya sedikit mirip
kera, matanya besar, sebesar gundu yang asyik
melihat lekuk tubuh kulit mulus gadis dihadapannya.
"Brandon, bagaimana menurutmu gadis ini, apa kita
bawa kepada ketua apa kita nikmati saja, hahaha!"
"Kakang Bejo, lebih baik kita ganyang saja, adalah hal
yang langka kita bisa menemukan gadis seperti ini"
Jawab lelaki yang dipanggil Barandon, ikat kepala
warna kuningnya berkibar-kibar seiring dengan gelak
tawanya. "Benar, Kakang....!" Membenarkan seorang Lelaki yang
berikat kepala Hijau. "Sapto, Ringkus Gadis itu!" Lelaki Berikat kepala biru
memerintah. "Baik kakang!" Lelaki berikat kepala Merah sambil
menyerang Gadis itu, tentu saja gadis itu
kelimpungan. "Kalian lelaki-lelaki bejad, sekali kalian berani
menyentuh tubuhku, berarti saat itulah kalian
kehilangan nyawa. Hiaaarttttttt"
Trang...! Arghhh...! Gadis itu terpekik ketika tangan mungilnya ditendang
Lelaki berikat kepala merah. tak berhenti begitu saja,
dengan sekali tutukan gadis itu jatuh tak berdaya,
menggelosoh ditanah, matanya nanar, wajahnya
menyiratkan ketakutan yang dalam.
** "Hem,....! dasar Pemuda bejat, bukannya menolong
kau malah asyik menonton " Sebuah bisikan merdu
menerpa telinga Sagara Angkara, Sagara Angkara
tersenyum sementara hatinya berkata.
"akh... detak jantung ini, rupanya ia masih
mengikutiku!" "Mengapa kau tak menjawab heh!"
Bentak suara itu dingin, meski membentak, orang
yang dibawah sama sekali tak mendengar suara itu,
sebab bentakan itu digetarkan dengan getaran batin,
Sagara Angkara terhenyak ketika merasakan benda
dingin dilehernya, sementara bau harum semakin
merebak dihidungnya. "Mengapa kau sendiri malah menodongku nona,
mengapa kau tak menolong gadis itu saja" bukannya
pertolonganmu dan pertolonganku sama saja dimata
gadis itu" Mendengar jawaban itu, Gadis itu hentakan kaki
didahan karena dongkol. sungguh tak diduganya ada
pemuda seaneh ini. Orang dibelakang Sagara Angkara terdiam ketika
Sagara Angkara bergumam lirih.
"Bismillahirrohman nirrohim, Kancing Kunci golong
Allah, Dikancing karo nabi, Dikunci karo Allah,
Sakabehing hawa nafsu lan kasektene si Sapto,
Brandon, Bejo, Fulan Saka berkahing nabi Muhammad
SAW, Laa Haula walla quwataila bilahil" aliyil" adhim"
"Ctikkk....!" Tangan sagara Angkara menjentik
menembakan beberapa jentik angin kepada empat
orang itu. mengapa yang satu dipanggil Fulan" sebab
Sagara Angkara tidak mengetahui namanya. maka
daripada itu dipanggilah Fulan.
"Bruk..... " Empat orang itu ambruk secara bersamaan. dan sekali
lagi Sagara Angkara menjentikan tangannya untuk
membebaskan Gadis itu. "Aji Kancing Konci" Desis Orang yang dibelakang
Sagara Angkara. Sagara Angkara berpaling melihat siapakah orang
yang berdiri dibelakangnya.
Wajahnya memerah, matanya melotot, tubuhnya
kaku, tanpa ampun lagi tubuhnya jatuh terpeleset
kebumi. "Brukkk!" tubuhnya menghantam tanah, sementara
kepalanya terkena akar pohon yang menonjol, maka
pingsanlah dia. Orang yang dibelakang Sagara Angkara ternyata
adalah seorang gadis, gadis yang cantik seperti
bidadari, kulitnya putih mulus kontras dengan bajunya
yang hijau muda, bajunya itu merupakan baju yang
berbentuk kebaya, sementara bawahnya merupakan
celana Pangsi khas eorang Pendekar Wanita,
hidungnya bangir dipadu bibir yang tipis merah
merekah bak bunga mawar yang sedang tersenyum,
matanya kecil dihiasi bulu mata yang lentik, lesung
pipit menambah kecantikannya yang sayu. rambutnya
terurai panjang dihiasi bunga kenanga yang dibentuk
mahkota. Pedang Panjangnya telah kembali disarungkan
kembali dipinggangnya yang ramping menggiurkan.
Wajahnya yang setengah kaget membuat siapapun
yang melihat pasti takan sungkan untuk melumat
bibir sensual gadis yang setengah terbuka itu.
Sementara gadis yang tadi hendak diperkosa sudah
membenahi pakaiannya dan menatap kearah dimana
Sagara Angkara berada, dia juga melihat seorang
gadis lainnya yang berdiri diatas pohon, ia
kebingungan juga melihat keduanya, entah siapa
yang menolong ia sendiri tak tau.
Ia juga melihat gadis yang berdiri diatas pohon
meloncat turun dan menolong Pemuda berbaju biru
yang telentang di tanah. Ia kemudian mendekati keduanya dan menjura
kepada gadis yang sedang menotok bagian dada
Pemuda berbaju biru itu. "Terimakasih Nisanak, engkau telah menpolongku!"
Gadis yang menolong Sagara Angkara tertegun,
segera ia menggeleng dan berkata, "Maaf Nisanak,
dialah yang telah menolongmu!"
"Akh, lalu mengapa dia pingsan" apakah dia
kecapaian?" "Mengenai itu, aku sendiri tak paham!" sahutnya
rendah. "Ugh...!" Sagara Angkara terbangun dari pingsannya,
wajahnya merah jengah. "Mengapa kau bisa jatuh hah?" bentak gadis yang
memangkunya itu. "Karena..." "Karena apa" bicara yang benar" meski membentak,
kelembutan dan kemerduannya tidaklah bisa di
hilangkan, membuat telinga sagara angkara yang


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baru turun kembali ke dunia ramai menjadi panas
dingin. "Karena Kau Cantik Sekali...!" lirih dan jujur ucapan
Sagara Angkara. Mulut Gadis itu menganga, tak sadar pegangan
tangan yang sedang memangku Sagara Angkara
terlepas. "Brukkk....!" "Augghhh" Tubuhnya terlepas dan kembali menghantam tanah,
tanpa berkata apa-apa Sagara Angkara bangkit duduk
sambil mengelus ngelus kepalanya, setelah kepalanya
agak mendingan, ia bangkit dan melangkah pergi
meninggalkan kedua gadis itu,
Adakah lelaki seaneh Sagara Angkara" tentu ada
namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari, datang
seperti angin, pergi seperti kabut.
"Heh, Tunggu!" Gadis berbaju hijau muda itu
mencegah. "Ada apa?" Sagara Angkara berbalik.
"Seperti itukah sikapmu" dasar lelaki tak bertanggung
jawab" "Tak bertanggung Jawab?" Sagara Angkara
mengangkat alis pertanda ia tak mengerti.
"Apa kau akan membiarkan gadis ini seperti ini?"
Gadis berbaju Hijau muda itu menunjuk seorang gadis
disampingnya, Mata Sagara Angkara segera melotot, mengapa"
sebab ia melihat segundukan benda putih mulus yang
menyembul, seumur hidupnya ia pertama kalinya
melihat benda aneh seperti itu,
"ikhhh....!" Gadis itu menurup dadanya dengan tangan,
meski ditutup, tetap saja benda itu menyembul
membuat sagara Angkara tak bisa berkutik sekaligus
tak bisa berkata apa-apa. namun
"Plak..... laki-laki mata keranjang lihat apa kau!, buka
bajumu berikan padanya!"Teriak Gadis berbaju hijau
muda marah sambil menampar pipi sagara Angkara.
"Enak saja. bajuku yang cuman satu ini masa aku
berikan, aku pakai apa!" Sagara Angkara bersungutsungut sambil menuju kearah empat orang yang
berbaju hitam tadi. Lekas dia mengambil baju beserta celananya dan
dibawa kehadapan gadis tadi.
"Ini Pakailah.!"
Gadis itu menggeleng ketakutan, Sagara angkara tak
mengerti kesusahan orang dan terus memaksa hingga
membuat gadis berbaju hijau muda memberinya
keterangan. "Baju itu merupakan baju kaum golongan sesat, apa
kau menyuruh gadis ini menjadi kau golongan sesat"
lagi pula baju itu baunya seperti setan mana mau
gadis ini memakianya."
"Oh, terpaksa.... "Sagara Angkara melepaskan jubah
birunya, dan diberikan kepada gadis yang bajunya
compang-camping berwarna kuning itu, tapi, yang
menerimanya bukan gadis itu, melainkan gadis yang
memakia baju hijau muda. "Mari" Sagara Angkara pergi meninggalkan tempat itu,
dengan telinga dan hidungnya yang tajam ia bisa
mendengar bunyi gemericik dan bau air. dan di
a melangkan kakinya menuju tempat itu.
"Engkau mandilah, aku akan menyulap baju ini"
Sagara Angkara berkata ngambang sambil berjalan
lenggang kangkung menuju sungai.
Gadis berbaju hijau muda dan gadis berjubah biru
saling pandang, menatap punggung Sagara Angkara
yang berjalan meninggalkan mereka.
Sagara Angkara pukulkan tangannya pada batu cadas
yang keras, diambilnya air dengan tangannya, lalu
tangannya merogoh pada saku. kemudian ditaburkan
pada air itu, pakaian itu dimasukan kedalam air itu,
dan di kocek-kocek. dan ketika diangkat pakaian
hitam tadi beubah warnanya menjadi putih.
Lalu ia kerahkan tenaga dalamnya untuk
mengeringkan pakaian itu, Pakaian itu segera ia
robek-robek, dan dijahit kembali dengan kain yang ia
sengaja pisahkan, segera saja kain itu berubah
menjadi pakaian jubah yang di rekatkan dengan tali.
Sedangkan celananya ia potong hingga menjadi
celana sepertiga, sisanya ia sulamkan menjadi sebuah
selendang. Dipunggungnya ia lukis dengan air hasil fermentasi
dari kulit manggis. Lukisan itu sangat indah, yakni seekor burung
cendrawasih yang sedang terbang. dibawanya kain
itu dimana Gadis berbaju hijau muda duduk
memperhatikan gadis lainnya yang sedang mandi.
"Tubuhnya bagus juga ya! Punyamu begitu tidak"
Sapa Sagara Angkara kepada gadis berbaju hijau
muda itu. Wajahnya merah seketika itu, ia tak menjawab
malah menunduk. "Namaku Sagara Angkra, Siapa namamu !" tak ada
kekikukan dimata Sagara Angkara, malah Sagara
Angkara merasa bahwa gadis itu sudah ia kenal
sedari dulu, "Gita Jayasri" Sahut Gadis itu Pendek.
"Nama yang indah, seindah orangnya," Puji Sagara
Angkara tulus. "Hey, ini bajumu" Sagara Angkara melemparkkan
baju itu, dengan sigap Gadis yang sedang mandi itu
mengambilnya dan pergi kebalik batu.
Sagara Angkara terus saja mengobrol, hingga gadis
tadi keluar dari balik batu.
Rambut sepundak yang terkibar oleh angin, mata
yang sayu, alis mata yang lentik, alis yang
melengkung, hidung yang mancung, kulit yang putih
seputih salju seakan menjadi sebuah perpaduan yang
khas dan indah yang diciptakan untuk gadis itu.
Bajunya berwarna putih, baju yang berupa jubah
setengah badan. dua utas tali tampak melingkar
diperutnya, celananya yang sepertiga tampak
memperlihatkan betisnya yang mulus tanpa cela.
"Hebat, aku tak pernah berpikir bila baju jelek seperti
tadi dapat kau sulap menjadi seperti ini!" gadis itu
bergaya membulak balikan tubuhnya.
Bukan hanya gadis itu yang takjub, Gita Jayasaripun
tak pernah habis pikir akan hal itu, jika kedua gadis
itu sibuk mengagumi pakaian maka Sagara Angkara
sibuk mengagumi keindahan wajah keduanya, bila
tadi wajahnya dipenuhi debu maka kini wajahnya
sangat bersih dan indah. Segurat senyumu memabukan duniaku
Duniaku berputar, berputar indah
oh, gadis kau memang pantas mendapat julukan
Julukan "Racun Dunia" pantas kau sandang
Indah tubuhmu, harum wangimu syahdu suaramu
Satu suaramu cukup alihakan duniaku
kau balikan dunia, kau goncang dunia
oh, gadis aku terlena Begitulah, Sagara angkara menyanyi, menyanyi
dengan riangnya tanpa mempedulikan dua gadis yang
menatapnya, guratan lembayung kuning semakin
nampak, menampakan kisah-kasih antara kenangan
dan waktu yang lalu. selamat datang malam dan
selamat tinggal siang, sampai jumpa esok di
keremangan fajar. **Dunia Persilatan,".
Dunia yang keras". Dia yang lemah akan tertindas"
Dia yang kuat akan menindas"
Kemana kau pergi dariku wahai kebenaran"
Aku Merindukanmu" Ratan Wasana dibarat, Dhara sesat Air bterjun
balumbang di timur,"
Sengketa dimana-mana, rakyat merintih,.. dua kubu
saling serang, perguruan putih, kerajaan mengapa kau
diam" Mengapa kau biarkan kejahatan merajalela"
Manakah yang jahat" Ratan Wasana yang selalu
membantai rakyat, merampok harta rakyat, menebar
hawa pembunuhan, pemerkosaan dan perampokan.
Ataukah Dhara Sesat Air terjun Balumbang yang
hanya meminta hawa perjaka dimana mana karena
terdesak ratan wasana"
Mengapa keduanya berseteru" Bukankah yang
memimpin Ratan wasana adalah Gardapati dan Arya"
Mengapa padahal Dhara Sesat Air terjun Balumbang
Yang Terasing 6 11 Api Di Bukit Menoreh Karya Sh Mintardja Aksi Penyelamatan 1

Cari Blog Ini