Ceritasilat Novel Online

Iblis Dunia Persilatan 4

Iblis Dunia Persilatan Karya Aone Bagian 4


adalah pasukan yang di dirikan oleh Gardapati"
Sakitkah Gardapati"....
Tidak" tapi ia terlalu jenius dan licik untuk ukuran
seorang manusia" untuk mencapai suatu tujuan,
mengkorbankan apa saja itulah wajar,"
Tak ada tempat yang aman bagi para pemuda, tak
ada tempat yang aman bagi para pemudi" gadis dan
perjaka dijadikan senjata mutakhir dalam perebutan
kekuasaan ini. Dunia Persilatan banjir darah, dunia persilatan
kehilangan arah, dunia persilatan porak poranda"
Tak diketahui mana kawan mana lawan" semua
gelap" ribuan nyawa melayang karena berseterunya
dua kubu ini. Nyawa-nyawa melayang di setiap perguruan
golongan putih tanpa diketahui titik masalahnya
maupun jejaknya" mengapa demikian" Entahlkah"
Ketua Perguruan goplongan putih GALAU" Golongan
Hitam berpesta dalam ketakutan, memihak salah satu
mereka diburu, tak memihak mereka diburu pula"
Dedengkot Hitam yang menyembunyikan diri dan
mengasingkan diri muncul didalam dunia persilatan,
memukul dibarat mebunuh ditimur,"
Dipuncak Gunung Burangrang berdirilah dua sosok
tubuh berwarna Nila dan Putih Keperakan. Keduanya
menatap awan yang berarak disisi tubuh mereka.
Hamparan permadani hijau dibawahnya begitu sedap
dipandang. Langit cerah, dengan sang maharaja siang
tetap dengan jubahnya yang berwarna orange
menyinari jagad raya. Beliau berdiri dengan gagahnya
menatap makhluk kecil yang berakal sedang berkutat
otot, darah mengalir bagai sungai, mayat bertumpuk
bagai bukit" "Kakang" Garda kapankah kita akan memulai
membedah badan Ratan Wasana?"
"Tunggulah sampai malam matahari telah tiba. Malam
yang dikeramatkan oleh para kaum persilatan tanah
jawa." "Malam Matahari?"
"Malam Ra" atau Ro atau Suro atau Sura!"
"Oh".! Empat hari lagi ya.."
"Benar Nimas Dewi"!"
"Apa Rencana kakang?"
"Apanya?" "Rencana yang akan dipakai untuk membedah,!"
Astradewi monyongkan bibir jengkel.
"Cincin Dewa melingkar menembus rimba. Dalam
rimba muncul pusaran air, gelombang rembulan
menyapu rimba. Cincin Dewa Menyapu bersih. Itulah
rencana yang dipakai untuk menghancurkan Ratn
Wasana, selanjutnya?"
"Cukup" cukup"!" Astadewi menghentikan penuturan
Gardapati. "Oh Kau sudah paham Nimas"!"
"Sekedikpun aku tidak paham..!" Jawab Astradewi
kesal. "Lalu mengapa kau menghentikan penuturanku!"
"Aku tidak paham dengan bahasa kiasanmu itu
kakang" "Hah.., baiklah kakang jelaskan secara rinci. Pertama,
berhubung gunung memiliki telinga jadi lain kali
kakang jelaskan padamu" Gardapati berpaling kearah
langit. Mulutnya bersiul-siul nyaring, tanpa komando
lagi ia menjerit lengking menggetarkan jantung"
Astadewi yang kesal karena Gardapati membatalkan
penuturannya terkejut ketika Gardapati bersiul-siul.
Segera ia lepaskan fungsi telinganya sehingga ia tak
bias mendengar apapun"!
Jadi, ketika Gardapati menjerit, ia hanya merasakan
gunung yang ia pijak bergetar tanpa tergetar tenaga
dalam dari suara jeritan itu"
"Grussrakk"!"Grussrak?" Arhhgghh,,,,
Suara jeritan berbareng suara terjatuhnya sebuah
benda terdengar bersahut-sahutan dari segala
penjuru. Gardapati tersenyum ketika ia melihat sosoksosok yang dikenalnya bangkit dari tanah dengan
sempoyongan. "kakang" Tega benar engkau"!" Suara merdu nan
lembut terdengar syahdu ditelinga Gardapati, dialah
Dyah Krusina adanya. "Bokongku sakit nih Saudara garda!" Pemuda lain
menimpali. Dia adalah Arya sang duplikat Iblis Dunia
Persilatan. "Kakang" Telingaku serasa nging-ngingan!" Sahut
Perempuan disamping Arya yang tak lain adalah Ratih
adanya. "Hebat,,hebat"!" Sosok Hitam bercaping alias Iblis
Kembar Bumi ikut memuji. "Sungguh bahagia melihat keturunan dan murid
sahabatku telah berubah menjadi sesosok naga yang
siap mencakar langit dan merobek bumi." Sosok lelaki
paruh baya yang berpenampilan mesum dan acakacakan bersorak berjingkrakan. Dialah Si Gila dari
Neraka Hitam "Haha" sudah lama aku menunggu kalian, salah
sendiri merencanakan hal nakal, maka tak setimpal
bila aku membalas kenakalan kalian. Silahkan"
silahkan duduk wahai saudaraku dan ceritakan apa
yang terjadi dan yang kalian lakukan" mudahmudahan kabar baik selalu menyertai kalian?"
"Kabar baik dan buruk sama saja, tergantung dari sisi
mana kita memandangnya, hanya saja aku sudah tak
sabar memotes kepala manusia" Iblis kembar bumi
berkata sambil melepaskan capingnya.
Gardapati tersenyum kepadanya, sementara
Astradewi cekikikan geli.
"Cah ayu mengapa kau tertawa?" Iblis Kembar bumi
bertanya heran. "Emhh hihi.. kepala kalian ada dua" kepala yang itu
ada berapa ya" hihi"
"Huahahaha?". " Semua orang yang ada disana
tertawa terbahak-bahak, Iblis kembar bumi tak
marah, ia ikut tertawa bareng-bareng membuat
suiasana penuh dengan keakraban.
* Malam telah berlalu tanpa halangan, guratan warna
biru dan kuning bersatu padu di ufuk timur, sebuah
benda orange menerangi jagad raya di balik gunung
yang menjulang tinggi, Tiga sosok manusia tampak
keluar dari hutan, mereka bertiga merupakan seorang
pemuda dan dua pemudi, bila ada orang yang melihat
mereka berjalan berdampingan, barangkali mereka
akan salah menganggap bahwa mereka adalah
penjelmaan dari dewa dan dewi.
Mereka tak lain dan tak bukan adalah Sagara
Angkara dan kawan barunya, sebenarnya sagara
Angkara hendak kabur dari dua gadis itu, namun
sebuah kenyataan baru terpaksa menahan
kepergiaannya, Apakah itu" Jangankan kita, Sagara Angkarapun tak paham ada
apa sebenarnya, namun itulah yang
terjadi. sebuah firasat batin mengatakan bahwa ia tak boleh
meninggalkan mereka. "Kakang Sagara, ada apakah" mengapa kau melamun
saja?" Tanya Gadis berpakaian putih.
"Mungkin dia rindu kekasihnya Meswari!" Jawab Gadis
berpakaian hijau muda alias Gita Jayasri
"Bukan, sedari tadi aku mencium bau kematian, dan
sepertinya di Desa ini tak ada seorangpun yang hidup,
Lacak Geter Kahuripan ku tak dapat menemukan
seorangpun yang hidup"
"Mungkin ilmu Lacak geter kahuripanmu belum
sempurna! buktinya kaupun tak mengetahui
keberadaanku yang mengintilmu kemarin" ucap Gita
Jayasri, padahal hatinya tercekat, bukan orang
sembarangan yang dapat menguasai ilmu itu. jarak
seribu tombakpun dapat di ketahui detak jantungnya.
tak heran bila gadis itu tercekat.
"haha...Siapa bilang, sejak di batu bentangpun aku
sudah tahu kau mengikutiku manis,!" goda Sagara
Angkara hingga membuat gadis itu semburat merah,
satu kedoknya telah dibuka.
Ditengah-tengah mereka asyiknya mengobrol, tibatiba gadis yang dipanggil Meswari memekik kaget
dan ngeri. "Ikhhh......!" "Ada ap.....!" Gita Gayasri hentikan ucapannya ketika
melihat apa yang disaksikan Meswari.
"Sungguh sadis,....." Sagara Angkara bergumam, ia
edarkan pandangannya, dilihatnya tua, muda, laki dan
perempuan tampak bergelimpangan, darah tampak
mengucur dari tubuh mereka, wajah pias dan kaku
membuktikan bahwa mereka sudah kehilangan
nyawa dalam waktu yang cukup lama.
Sagara Angkara angkat alis kanannya, ya, ia
merasakan sesuatu yang ganjil, ganjil seganjil
ganjilnya. diedarkan pandangannya agar analisis yang
ia pakai tak keliru, berapa kali diedarkan namun
hasilnya tetap sama, tetap ganjil.
"Aneh, sungguh aneh....!" Gumamnya sambil
langkahkan kakinya kedalam sebuah sumur di pinggir
sebuah pondok dari kayu. Kepalanya di longokan kedalam sumur, tanpa kata ia
kerahkan aji Anyeng Sekati,. tangannya di julurkan
kebawah, sekali sendal sesuatu yang dibawah itu
terlempar keatas. "Huppp....!" Sagara menangkap sesuatu itu, sesuatu
yang ternyata adalah sesosok manusia, sagara
Angkara bukanlah orang yang berpengalaman, ia
lemparkan gadis yang berbaju basah itu pada Gita
Jayasri dan meswari. Kaget keduanya bukan kepalang, segera mereka
menangkap sosok itu, ketika dibaklik ternyata sosok
itu adalah seorang gadis cilik berusia lima belas
tahunan. Segera saja gadis cilik itu dibaringkan dan gita Jayasri
menotok beberapa bagian tubuh gadis itu hingga ia
siuman, "uhuk...Uhukkk...!" Gadis itu batuk-batuk
memuntahkan air. "ini!" Sagara Angkara melemparkan sebuah gelas
bambu kepada Meswari yang ditangkap dengan
sejuta perasaan, dongkolkah ia, gemaskah, atau
cinta" atau juga sayang" ia sendiri tak tahu, seumur
hidupnya baru ia menemukan pemuda setampan
pemuda itu, namun meski tampan, setiap ucapan,
setiap pola langkah sama sekali tak masuk akal, liart,
elegan aneh mata keranjang dan baik hati.
Poloskah Pemuda itu, ataukah terlalu pintar hingga
terlihat bodoh, entahlah... mungkin hanya Sagara
Angkara yang paham, tapi benarkah sagara Angkara
paham" entahlah, sebab ia merasa bahwa setiap
tindakannya adalah normal.
"Apa kalian merasa pembunuhan ini wajar?" Sagara
Angkara bertanya sambil menyenderkan tubuhnya
pada dinding sumur, tangannya mengelus jenggot
yang belum jadi. sehingga ia tampak lucu.
"Memang kau pikir pembunuhan itu wajar! dimanamana pembunuhan itu diluar kewajaran" dengus
Meswari dongkol. "Bukan itu maksudku,.... apa kalian tak merasa aneh
bila melihat sebuah kampung yang dibantai, namun
tak ada seorangpun dari kaum Pemuda, itu
merupakan sebuah hal yang terbalik.... lihatlah
sementara para gadis mereka bunuh. namun
pemudanya tak ada seorangpun. bukankah itu adalah
sesuatu yang aneh" Ketiga gadis itu edarkan pandangan, dan benarlah
saja bahwa diantara tumpukan mayat itu tak ada
seorangpun sosok pemuda. Lalu gita dan Meswari menatap gadis cilik yang baru
saja siuman itu. Mendadak..... "Sungguh keji kalian.... terima ini....!"
"Wunggg..!" Tring...... Gita Jayasri balikan badan, dilihatnya seorang pemuda
bersenjata kujang berkilat dengan gagang harimau
menatap mereka dengan mata berapi-api, Pemuda itu
kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan, bajunya
yang terbuat dari kain belacu tampak kusam, bahkan
warnanya sudah pudar membuktikan bahwa pemuda
itu baru melakukan perjalanan yang jauh. rambutnya
pendek dengan ikat kepala putih.
"Apa maksud kisanak datang-datang menyerang
kami?" tanya Gita Jayasri. tiba-tiba matanya
mengkilat, wajahnya merah padam melihat sebuah
jarum menancap disampingnya, lalu ia Pandangi
Sagara Angkara yang selonjoran ditanah melihat
Pemuda tadi. " Santai sekali Pemuda sialan ini" Pikir Gita Jayasri.
"Sringg...!" Meswari cabut pedang panjangnya. namun
sebuah suara lembut tampak mengiang dikepalanya.
"Jangan bunuh dia dik meswari, dia tak sejahat yang
kau kira, aku sama sekali tak merasa hawa jahat
yang terpancar dari tubuhnya, meski ada hawa
pembunuhan, namun hawa itu hawa yang sirat akan


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kasih sayang. mungkin dia hanya salah paham.
biarlah dik gita yang mengurusnya!"
Meswari terperanjat, dia kagum akan kemampuan
analisis pemuda itu, selain pandai analisis ia juga
kagum akan penguasaan tenaga dalamnya. ia lihat
pemuda itu sama sekali tak menggerakan bibir,
namun kenyataannya telinganya dapat mendengar
sebuah bisikan. "Kau keji!" teriak Pemuda itu sambil menyerang Gita
Jayasri, yang diserang tentu saja tak mau jadi sasaran
empuk, sekali gerak pedangnnya tercabut dari sarung,
pedang disabetkan kemuka sejajar dengan dada, lalu
disendalkan keatas seiring dengan gerak kaki yang
menendang. Pemuda itu terkejut akan kecekatan lawan, ia angkat
kaki kanannya dan lututnya sejajar dengan dada.
kujang yang terlanjur menusuk ditarik mudur dan di
cuatkan kebawah hingga membentur badan pedang.
"Trang... "Duk.... Sret... tubuh Pemuda itu terlempar kebelakang tanpa
menyentuh tanah, dengan tangan terentang
kesamping, sementara posisi kakinya tak berubah,
dalam jarak tiga tombak, kaki itu diturunkan lalu
berdiri tegak, Sebagai kelanjutannya, ia merunduk sambil memutar
tubuh, Wir.... Sringgg..... seberkas sinar kemerahan tampak melesat
menyerang Lawan. Gita Jayasri tudingkan pedang menyongsoong sinar
itu, dengan gaya indah pedang itu ditarik seiring sinar
yang mengenai badan pedang tampak mengikuti
tarikan itu, kakinya yang membentuk kuda-kuda
tampak kokoh menancap di bumi, sementara
tubuhnya doyong kebelakang, melenting indah sambil
memutar pedang dan menyabetkan kepada pemuda
berbaju kain belacu tadi.
"Srettt... sinar kemerahan itu menjadi lebih dahsyat,
kesiuran anginnya saja bisa dipastikan dapat
membelah tubuh manusia. Pemuda kain belacu tadi terkejut. ia tak mau ambil
riseko, tubuhnya meloncat dan bersalto, sambil
menerjang Gita Jayasri, dengan posisi kaki diatas dan
tangan dibawah Pemuda itu mencecar lawannya, tapi.
lawannya juga bukan kelas teri. dengan mudahnya ia
juga melayani setiap serangannya.
Pertarungan terus berlanjut hingga mencapai ratusan
jurus, sungguh alot keduanya, namun Sagara Angkara
merasa pertarungan takan ada habisnya, ia bangkit
hendak menghentikan pertarungan.
"Kujang macan angot" teriak Pemuda itu sambil
memutar dan melemparklan Kujang itu, kujang itu
melesat bagai sebuah busur panah, Gita jayasri
mendengus dingin, ia tarik pedangnya sejajar dengan
muka, lalu di sabetkan hendak menguntungi kujang
itu, namun keajaiban telah muncul, Kujang itu melesat
keatas dan menikam Gita Jayasri dari belakang,
Mata Gita Jayasri terpejam menunggu kematian,
namun entah mengapa kematian tak datang jua,
mata indah Gita Jayasri membuka dan dia dapat
membaui wangi yang khas, wangi lelaki yang akhirakhir ini membuat ia tak dapat berkutik bahkan nekat
menguntilnya sejauh puluhan mil.
"Terimakasih....!" ucapnya lirih, Sagara Angkara
tersenyum lembut, lalu berjalan mendekati Pemuda
berbaju kain belacu yang entah kapan berdiri kaku.
Belatinya ia putar-putar di jari telunjuk, rupanya
pemuda itu Tertotok, tertotok" ya...
Bukan hanya tubuhnya yang tak bisa bergerak,
mulutnyapun terkunci rapat. pekerjaan siapa lagi
kalau bukan Sagara Angkara. dengan totokan
khasnya ia totok pemuda itu hingga tak berkutik dari
jauh. Mata pemuda itu meliar, matanya menatap belati
yang dipegang pemuda dihadapannya, ketika belati
itu diangkat, pemuda itu tutup matanya sambil
menghela nafas panjang, Namun hatinya mencelos, rupanya pemuda yang
memegang belati miliknya hanya memasukan belati
itu kedalam sarungnya. lalu tampak ia membebaskan
totokannya. "Kita tak ada permusuhan kisanak, bukan kami yang
melakukan pembantaian ini, jikalau kau tak percaya
boleh kau tanya kepada gadis kecil itu. gadis itu
merupakan sisa dari penduduk yang terbantai ini."
"Kakang Harsanto!..." Teriak gadis itu sambil berlari
dan memeluknya, "huhu.... kakang, ayah...ibu dan semuanya..huhu!"
"Adik Jingga, siapakah yang melakukan pembantaian
keji ini!" "Mereka.. mereka adalah para gadis dengan mahkota
intan kakang, mereka melemparkan aku kedalam
sumur, ku dengar teriakan...... teriakan yang
mengerikan lalu aku pingsan,,, ketika sadar, aku...aku
ada diantara mereka kakang!"
"Dhara sesat Air terjun Belumbang!" geram Meswari
dan Gita Jayasri serempak, lalu mereka saling
berpandangan, mata mereka menyalakan dendam,
sebuah dendam yang membara.
"Kalian kenal?" tanya Pemuda berbaju kain belacu
alias Harsanto itu. "Mereka musuhku!" jawab Gita Jayasri.
"Aku telah bersumpah tidak akan hidup
berdampingan dengan mereka" gumam Meswari lagi.
dari kata mereka, Harsanto dapat menyimpulkan
bahwa kedua orang itu memiliki dendam terhadap
mereka. Ia tatap wajah mereka berdua, darahnya
berdesir ia baru sadar bahwa dua gadis itu memiliki
wajah yang begitu ayu. "untuk apa harus memendam dendam, jika itu tak
membuatmu bahagia, untuk apa harus membalas jika
itu hanya akan membayar nafsu sesaat, dia
membelimu satu, kau beli empat dan suatu saat dia
akan menagih kembali delapan, dan begitu
seterusnya, lalu kapankah dendam itu akan berakhir,
adalah suatu kebodohan manusia dibutakan dendam,
kawan menjadi lawan, lawan menjadi teman, tak
sadar bahwa sang ajal sedang mengintip, lalu untuk
apa dendam itu" untuk menyenangkan hatikah" atau
hanya melampiaskan nafsu" oh... dunia hancur lebur"
Sagara Angkara bernyanyi-nyanyi kecil sambil
mengumpulkan mayat yang bergelimpangan, satu
persatu, hingga membentuk sebuah gunungan kecil.
Keempat orang lainnya melenggong mendengar
nyanyian itu, bukannya membantu mereka malah
melamun. melihat itu Sagara angkara jengkel juga, ia
segera tumpahkan curahan hatinya itu dengan sebuah
nyanyian. "Oh, Sang jasad yang terbuang,
Betapa pilu hatiku melihat kalian.
Di dunia kalian mati secara menggenaskan
ketika sudah mati pun kalian harus menderita
kudengar nyanyian pilu kalian
pilu karena tak ada seorangpun yang sudi
sudi mengurus mayat kalian
lihatlah mereka yang hanya menatap jasad kalian
Apakah itu yang dinamakan bakti"
Mereka pikul sejuta dendam,
tak sadar hati nurani telah hilang
Hilang" kemanakah"
entahlah, jangan bertanya padaku.
karena akupun tak tahu. coba bertanya pada rumput yang bergoyang,
coba pada bumi yang tegar,
coba tanya pdaa matahari yang terang,
coba tanya pada langit yang gagah
Semua menggeleng, menggeleng tak mengerti
lalu siapakah yang mengerti entahlah...
Sagara Angkara hentikan nyanyian sebab kepalanya
di lempari batu oleh Gita Jayasri, mulutnya
sunggingkan senyum kecil sebab ia melihat keempat
orang itu mulai bangkit dan mengumpulkan mayat.
"Wahai sang jasad terhormat, meski kalian lahir dari
lobang dan waktu yang berbeda, namun kalian mati
secara bersama-sama, maka aku akan buatkan kalian
sebuah lobang agar kalain terus bersama!" pekik
Sagara Angkara keras-keras, suaranya memantul
kemana-mana, bahkan Jingga harus dibantu oleh
harsanto sebab ia tak kuat mendengar suara itu, tak
salah suara itu sudah dialiri dengan Aji Gelap Sayuta.
Ketika ia melihat keempatnya mengumpulkan mayat
ia diam-diam merapal hijib Aji gelap Sayuta.
"Bismillahir rohmaanir rokhiim, Robbii innii maghluubun
fantashir, wajbur qolbil munkatsir, wajma` syamlil
mundatsir, ikfinii ya kaafii, wa anal `abdul muftaqir.
Wa kafaa billaahi waliyyan wa kafaa billahi nashiiroo.
Innasy syirka ladhulmun `adhiim. Wa mallaahu yuriidu
thulmal lil `ibaad, Fa quthi`a daabirul qowmilladziina
dholamuu. Wal khamdu lillahi robbil aalamiin."
Dan Seperti tadilah keadaannya, sungguh dongkol
bukan kepalang hati Meswari namun ia tak dapat
berkata apa-apa. ia terkejut juga melihat Sagara
Angkara meletakan tangan kirinya didada dalam
keadaan jari-jari terbuka,
Sementara telapak tangan kanannya mengacung di
atas kepala, matanya terpejam dan mulutnya
berkomat kamit. "Ilmu Karang" Desis Harsanto lirih.
Ya, Sagara angkara memang sedang mengamalkan
ilmu itu, "bismillahirrahmanirrahiim, ang pangah maya
langgeng jati, ya hu ya hu ya Allah, laa ilaaha illallao,
muhammad rosululloh, ana purba langgeng jati, sang
ngekendhuri rasa hu Allah, lebur dening Allah".
"Blegarrrr......." Terdengar ledakan dahsyat ketika
tangan itu dipukulkan ketanah, debu mengepul tinggi,
dan terlihatlah sebuah kubangan besar berbentuk
bulat. Lalu mereka memasukan mayat-mayat itu kedalam
kubangan itu. Matahari seperti mata sapi kala itu menggantung
jatuh diufuk barat sana, sinar kekuningan tampak
mengantar sang biru untuk bergantian dengan sang
hitam, awan kelabu tetaplah bertuak beriringan
menurunkan bebannya yang rintik, Hujan Poyan
(Hujan yang terjadi ketika dalam keadaan panas atau
matahari tidak tertutup awan) , ya itulah yang terjadi
saat itu, "Hendak kemanakah sebenarnya kita Kakang Gara!"
Meswari bertanya dikala mereka beristirahat disalah
satu gubuk ditemani teh hangat yang sudah tersedia.
"Aku hendak sambangi ibu dan ayahku dahulu di
Pasir Awi Koneng, sudah beberapa tahun aku tak
menyambangi beliau!"
Meswari mangut-mangut sebab ia tak tahu dimana
Pasir Awi Koneng itu, tapi Harsanto dan Gita Jayasri
terperanjat bukan kepalang, dari orang tua mereka,
mereka tahu kejadian beberapa tahun yang lalu,
dimana Angkara Langit dan bumi sedang keraskerasnya mengamuk. "Bukankah beberapa tahun yang lalu Desa dan Pasir
itu di tenggelamkan oleh Lautan?" hingga pulau itu
terpecah menjadi ratusan pulau", tanya Gita Jayasri
tak tahan. "Benar, dan Ayah ibuku berada dalam salah satu
pulau tersebut" "Apakah Masih hidup" mustahil.....!" kali ini harsanto
ikut bicara. "Tidak, Ayah ibuku mati tersambar petir kesepuluh,!"
"Hah"!" keempatnya terperanjat.
"Haha... aku tahu dari mimpi, waktu itu aku baru
dilahirkan, namun sepertinya ayah ibuku akan
mengetahui bahwa mereka akan mati saat itu juga,
beliau menulis surat. dan pada petir kesepuluh kami
tersambar petir, secara ajaib Ayah ibuku tertelan
bumi, Nenek yang membantu melahirkan menghilang
tak ketahuan rimbanya sedangkan aku terselamatkan
oleh seekor ikan gajah dan dibawa kelautan lepas!"
Sagara Angkara menjelaskan.
"Mustahil" tak ada satupun yang percaya hingga
Sagara Angkara menunjukan Surat yang berada di
kalungnya, keempatnya mendelong.
** "Silahkan kalian ceritakan apa yang kalian kerjakan
selama ini" Gardapati memberikan kesempatan.
"Baiklah, biar aku yang memulai?""Arya berkata.
"Kami berdua pergi ke Rawa kelindingan mencari
dimanakah SiGila Dari Neraka hitam berada.
Kemudian,?""."
* Seperti diceritakan diawal, Arya, Ratih, SiGila Dari
Neraka hitam dan Iblis Kembar Bumi berkumpul
dipesawahan dekat hutan dimana Sigila dari neraka
hitam. Keempatnyapun segera berangkat ke desa terdekat
untuk mencari makan. Arya jalan didepan memimpin
rombongan dengan memakai capingnya seperti hal
yang biasa ia lakukan. Sampai di Desa yang terdekat yang dinamakan
dengan Desa Wonodeso. Keempatnya segera masuk
kedalam kedai makanan. Tapi, ketika mereka hendak


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk kedalam dipintu kedai Arya melihat sebaris
sandi yang terbuat dari puisi.
Rasakan setiap aroma tuakmu"
Tanpa tuak hidup ini terasa hampa".
Waktu terasa lama" Sakit kan kau rasa" Nantikan aku dalam tenggorokanmu"
Jika seandainya Arya tak melihatnya secara jeli,
niscaya ia akan menganggap sebaris tulisan itu
hanyalah sebuah puisi biasa. Tapi bila hanya dibaca
tulisan awalnya saja bias disimpulkan bahwa kedai
itu menuliskan sebuah kata. "RA TAN WA SA NA"
Semuanya duduk di kursi masing-masing hingga
melingkar, Arya menunduk berusaha tak seorangpun
melihat wajahnya, tangannya merogoh kesaku.
Ia jongkok kekolong meja dan kembali duduk. Itu
semua dilakukan dengan penuh kewajaran sampaisampai tak seorangpun melihat ketidak wajaran dari
sikapnya itu. "Tunggu aku disini" Kata Arya sambil beranjak kemeja
kasir. "Tuan Penjaga kasir, apakah uang ini cukup untuk
membayar makanan disini" kata Arya sambil
mengeluarkan barang berwarna kuning keemasan.
Penjaga kasir itu terkejut melihat sebuah benda
dittangan Arya, ia berkata.
"Bolehkah sekiranya tuan memberikan benda itu pada
hamba untuk hamba periksa"
"Silahkan" Arya menyerahkan benda itu benda yang
ternyata adalah sebuah lencana bergambar hutan
emas. "Ini bukan uang daerah sini, jika tuan menginginkan
makan disini silahkan tuan ikut hamba untuk
menukarkannya ditempat lain"
"Mari" Arya mengikuti Pelayan itu dari belakang,
mereka berjalan cukup jauh dan berkelak-kelok,
hingga sampai disebuah warung antic.
Arya berjalan sambil celingukan, Berbagai macam
bentuk uang dari dunia terdapat disana, digantung
dan dipajang dengan berbagai macam cara, kendikendi berserakan, lukisan dan berbagai macam benda
lainnya menempati tempatnya masing-masing.
Tempat itu sangat ramai, berbagai macam dan bentuk
manusia terdapat disana, ada yang membeli barang,
ada yang menukar uang, ada pula yang sekedar
melihat-lihat. "Apakah anda ingin menukar uang?" sapa pelayan
yang ada disana kepada penjaga kasir.
"Benar, tapi bukan aku melainkan tuan yang
bersamaku ini" Kata penjaga kasir itu.
"Oh, manakah yang ingin anda tukar tuan?"
Arya tak banyak bicara, lencana emas yang ia simpan
diberikan kepada pelayan itu. Raut wajah pelayan itu
berubah untuk sesaat"
"Mari tuan" uang ini adalah uang yang sangat langka,
biarlah majikan kami yang menentukan harganya."
Kata pelayan itu sambil mengajak Arya ke belakang
kasir dan masuk kedalam ruangan dibelakangnya.
"Raja singa menampakan diri" Pelayan itu berbisik
kepada penjaga yang ada disana.
Penjaga itu buru-buru menarik tuas obor,
membukalah sebuah ruangan lain yang ada disana,
Arya dan penjaga kasir beserta pelayan tadi masuk
kedalam. Disana juga terdapat penjaga lainnya,
seperti diawal, Pelayan itu segera berbisik untuk
membuka jalan. Itu dilakukan hingga sepuluh kali
hingga mereka tiba di sebuah aula pertemuan yang
luas dan megah. "selamat datang Pemimpin, maaf kami tak
menyambutmu" kedatangan anda terlalu mendadak
hingga kami tak melakukan persiapan" Kata seorang
kakek tua berpakaian serba hitam. Dialah ketua
cabang ditempat itu. Dengan angkuh, Arya ulapkan tangan dan duduk
disinggasana yang tersedia.
"Aku minta kalian untuk pergi ke Perguruan Kali
Brantas ditepi sungai Brantas" aku akan membantai
perguruan itu, sementara kalian menjarah,
memperkosa, membunuh setiap warga yang ada
disana" sisakan beberapa untuk menjadi peringatan
umat persilatan. Ada yang kalian tanyakan"
"Tidak Pemimpin"
"Bagus, jika tak ada yang ditanyakan aku permisi"
Blaarrrr..>! Sebuah bom asap meledak, semua orang yang ada
disana terkejut, ketika asap sirna, Penjaga kasir dan
Arya telah menghilang"
Kedatangannya mendadak" perginya juga mendadak,
jika bukan dia, siapakah orang yang akan dating
kesana jauh-jauh untuk mengucapkan beberapa
patah kata seperti itu. Seperanakan nasi kemudian, didepan kedai
berjalanlah dua orang lelaki yang ternyata adalah
pelayan kasir tadi dan Arya. Arya segera menuju
kemejanya. "Darimana saja engkau kakang!" Ratih bertanya
heran. "Main-main jawabnya singkat" Arya duduk di kursinya
dan menyantap makanannya tanpa kata.
"Sekarang kita akan kemana?" Iblis Kembar Bumi
bertanya. "Kali Brantas?"
"Perguruan yang dipimpin Pandu Pratama Si Pendekar
Sungai kematian?" Tanya Iblis kembar Bumi lagi.
"Untuk apa kita kesana?"
"Memotes kepalanya sekalian mengambil sabuk intan
merah saga" "Bukan usaha sia-sia"
"Begitulah"!"
Selesai makan. Keempatnya segera keluar dan mulai
melaksanakan perjalanan, mereka tidak melewati
desa-desa, melainkan hutan-hutan yang lebat. Demitdemit penunggu hutan, binatang buas enggan
mendekati mereka. Sebab Arya mengerahkan Ajian
Hawa Iblis. Diperjalanan tidak terjadi hal yang besar, maka dalam
waktu tiga harian saja mereka sampai ditempat
tujuan. Keempatnya meloncat keatas pagar
memperhatikan murid-murid perguruan Kali Brantas
yang sedang berlatih. "Hiaa".." "Hepp..!" "Hiaaa" Begitulah teriakan-teriakan para murid Perguruan kali
brantas yang dalam pada itu sedang mengadakan
latihan. Dibawah komando seorang pemuda berusia
tigapuluhan berpakaian berbeda dengan murid
lainnya. Jika murid lain memakai pakaian serba putih,,
maka dia memakaipakaian hitam dengan sabuk
merah. "Paman berdua bisakah mengurus makhluk yang
disini sementara aku dan Ratih akan masuk kedalam."
Tanpa menjawab keduanya masuk kearena dengan
tawa yang menggelegar" "Haha" Pandu keluarlah
kau" ! Kami datang untuk mengambil Mustikamu."
"Siapa kalian" Beranimnya memanggil guru kami
dengan seenaknya." Bentak pemuda berpakaian
hitam yang tadi memimpin murid lainnya. Murid
perguruan Kali Brantas segera pasang sikap siaga.
Pedang dicabut dan mulai mengelilingi keduanya.
"haha" sudah lama aku tak berkelana hingga
cecunguk macamu tak bias mengenaliku!" Iblis
Kembar Bumi tertawa. "Cecunguk-cecunguk".!" Si Gila dari Neraka hitam
berjingjkrakan sambil berteriak cecunguk. Wajahnya
menyirat ketakutan. Tangannya menggapai kesanakemari dengan berlandaskan tenaga dalam.
Dari tangannya keluar angin hitam berhawa panas
menyengat. Tanpa ampun murid perguruan Kali
Brantas berterbangan dan terdorong angin hitam itu.
"Akhhh"Bruk..bruk..brukk"!
Tubuh mereka terhempas, ada yang menabrak
dinding, menabrak pohon, tercebur ke kali dan
sebagainya. Pemuda berusia tiga puluhan itu marah.
"Srengg" " Ia mencabut pedangnya.
"Hiaaaaa?" lelaki itu melesat maju dengan pedang
dipunggung dan disabetkan begitu dekat dengan Iblis
Kembar Bumi. Iblis kembar Bumi tertawa dingin. Kakinya
menghentak, tanah merekah menyambar lelaki itu.
Lelaki itu terperanjat. Sabetannya dibatalkan dan
meloncat bersalto dua tiga kali diudara.
Begitu kakinya diudara, ia menjejak dan melompat,
kedua tangannya terkembang, pedangnya
ditudingklan kesamping, secepat kilat diputar dan di
tusukan tujuh delapan tusukan. Setiap tusukan
pedang menerbitkan selarik sinar kuning air sungai
kala hujan. Iblis Kembar Bumi berkelit kesamping menghindari
setiap larik sinar itu. Ia tak balas menyerang hingga
lelaki itu berada satu tombak diatas tanah.
Iblis kembar bumi yang pada waktu itu sedang berdiri
dengan kaki dirapatkan memundurkan kaki kanan.
Tangan kanannya bergerak menampar kemuka,
sementara tangan kirinya melakukan suatuu pukulan
dahsyat". Itu dilakukan dengan gaya yang serentak, sehingga
kecepatannya seperti belut yang disentil ekornya.
Hawa dingin bercampur sinar hitam yang bergulunggulung membentuk tambang menyerbu tubuh lelaki
itu. "Bukk..Hoekkk"!"
Lelaki itu muntah darah diudara saking dahsyatnya
serangan itu. Tubuhnya terlempar cepat dengan
kepala terlebih dahulu. Satu dim lagi kepalanya
membentur dinding batu. Tapi, sebuah tangan kuat
menahan kepalanya itu. "brussshh"!" Angin kuat meledak begiitu kepala itu
ditahan. Dinding hancur, tiang runtuh atap hancur
berantakan. Begitu atap dan dinding itu hancur, munculah seorang
lelaki paruh baya dengan baju wungu. Bajunya
berkibar-kibar, wajah lelaki itu terlihat begitu gusar
dengan tamu tak diundangnya.
Wajahnya yang lonjong mengeratakhingga giginya
beradu,. Alisnya menjungkit keatas. Tubuhnya
gemetar. "Pukulan Tambang Bumi" Desis lelaki paruh baya itu
ketuika melihat muridnya menghitam sehitam arang.
Rambutnya rontok, bajunya melapuk hingga tak
tersisa sama sekali. di dadanya tercetak sebuah
kepalan tangan yang menekuk kedalam hingga dua
inchi. "Iblis Kembar Bumi"!" Gumamnya ketika melihat
sesosok hitam yang memiliki kepala dua, rupanya
Iblis kembar Bumi telah melepas capingnya dan
menggantungnya dileher. Matanya melotot ketika melihat murid-muridnya yang
berjumlah puluhan orang telah menggeletak hangus
dibawah kaki seorang yang tak jelas wajah dan
perawakannya sebab kemesumannya.
"Akhirnya keluar juga kau Pandu"! Aku piker kau tak
akan keluar saking ketakutannya."
"Kalian dua makhluk sesat mau apa kemari?" Bentak
Pandu Pratama. Padahal dal;am hatinya ia berpikir.
Sudah lama dua orang ini tak menampakan diri dalam
kancah dunia persilatan. Mengapa hari ini bias datang
bersamaan disini" "Serahkanlah Sabuk Intan merah saga, maka kau
akan terbebas dari siksaat yang maha dahsyat" Iblis
Kembar bumi membentak lagi, sementara itu, Si Gila
dari Neraka hitam masih tetap berjingkrakan sambil
bernyanyi-nyanyi kecil".!
Oh, Kecoak" mengapa kau mati"
Tadi aku ketakutan padamu"
Tapi kini kau menggeletak begitu saja"
Aku belum puas" Puaskan aku"! Hanya itu nyanyiannya, it uterus diulang-ulang hingga
membuat bosan siapapun yang mendengarnya,
wajah Pandu Pratyama semakin merah, semerah
saga. Arya yang melihat itu menepuk pundak Ratih,
keduanya meloncat dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh kearah sebuah bangunan dan pergi
menyusup". * berkata apa-apa. ia terkejut juga melihat Sagara
Angkara meletakan tangan kirinya didada dalam
keadaan jari-jari terbuka,
Sementara telapak tangan kanannya mengacung di
atas kepala, matanya terpejam dan mulutnya
berkomat kamit. "Ilmu Karang" Desis Harsanto lirih.
Ya, Sagara angkara memang sedang mengamalkan
ilmu itu, "bismillahirrahmanirrahiim, ang pangah maya
langgeng jati, ya hu ya hu ya Allah, laa ilaaha illallao,
muhammad rosululloh, ana purba langgeng jati, sang
ngekendhuri rasa hu Allah, lebur dening Allah".
"Blegarrrr......." Terdengar ledakan dahsyat ketika
tangan itu dipukulkan ketanah, debu mengepul tinggi,


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan terlihatlah sebuah kubangan besar berbentuk
bulat. Lalu mereka memasukan mayat-mayat itu kedalam
kubangan itu. Matahari seperti mata sapi kala itu menggantung
jatuh diufuk barat sana, sinar kekuningan tampak
mengantar sang biru untuk bergantian dengan sang
hitam, awan kelabu tetaplah bertuak beriringan
menurunkan bebannya yang rintik, Hujan Poyan
(Hujan yang terjadi ketika dalam keadaan panas atau
matahari tidak tertutup awan) , ya itulah yang terjadi
saat itu, "Hendak kemanakah sebenarnya kita Kakang Gara!"
Meswari bertanya dikala mereka beristirahat disalah
satu gubuk ditemani teh hangat yang sudah tersedia.
"Aku hendak sambangi ibu dan ayahku dahulu di
Pasir Awi Koneng, sudah beberapa tahun aku tak
menyambangi beliau!"
Meswari mangut-mangut sebab ia tak tahu dimana
Pasir Awi Koneng itu, tapi Harsanto dan Gita Jayasri
terperanjat bukan kepalang, dari orang tua mereka,
mereka tahu kejadian beberapa tahun yang lalu,
dimana Angkara Langit dan bumi sedang keraskerasnya mengamuk. "Bukankah beberapa tahun yang lalu Desa dan Pasir
itu di tenggelamkan oleh Lautan?" hingga pulau itu
terpecah menjadi ratusan pulau", tanya Gita Jayasri
tak tahan. "Benar, dan Ayah ibuku berada dalam salah satu
pulau tersebut" "Apakah Masih hidup" mustahil.....!" kali ini harsanto
ikut bicara. "Tidak, Ayah ibuku mati tersambar petir kesepuluh,!"
"Hah"!" keempatnya terperanjat.
"Haha... aku tahu dari mimpi, waktu itu aku baru
dilahirkan, namun sepertinya ayah ibuku akan
mengetahui bahwa mereka akan mati saat itu juga,
beliau menulis surat. dan pada petir kesepuluh kami
tersambar petir, secara ajaib Ayah ibuku tertelan
bumi, Nenek yang membantu melahirkan menghilang
tak ketahuan rimbanya sedangkan aku terselamatkan
oleh seekor ikan gajah dan dibawa kelautan lepas!"
Sagara Angkara menjelaskan.
"Mustahil" tak ada satupun yang percaya hingga
Sagara Angkara menunjukan Surat yang berada di
kalungnya, keempatnya mendelong.
** "Silahkan kalian ceritakan apa yang kalian kerjakan
selama ini" Gardapati memberikan kesempatan.
"Baiklah, biar aku yang memulai?""Arya berkata.
"Kami berdua pergi ke Rawa kelindingan mencari
dimanakah SiGila Dari Neraka hitam berada.
Kemudian,?""."
* Seperti diceritakan diawal, Arya, Ratih, SiGila Dari
Neraka hitam dan Iblis Kembar Bumi berkumpul
dipesawahan dekat hutan dimana Sigila dari neraka
hitam. Keempatnyapun segera berangkat ke desa terdekat
untuk mencari makan. Arya jalan didepan memimpin
rombongan dengan memakai capingnya seperti hal
yang biasa ia lakukan. Sampai di Desa yang terdekat yang dinamakan
dengan Desa Wonodeso. Keempatnya segera masuk
kedalam kedai makanan. Tapi, ketika mereka hendak
masuk kedalam dipintu kedai Arya melihat sebaris
sandi yang terbuat dari puisi.
Rasakan setiap aroma tuakmu"
Tanpa tuak hidup ini terasa hampa".
Waktu terasa lama" Sakit kan kau rasa" Nantikan aku dalam tenggorokanmu"
Jika seandainya Arya tak melihatnya secara jeli,
niscaya ia akan menganggap sebaris tulisan itu
hanyalah sebuah puisi biasa. Tapi bila hanya dibaca
tulisan awalnya saja bias disimpulkan bahwa kedai
itu menuliskan sebuah kata. "RA TAN WA SA NA"
Semuanya duduk di kursi masing-masing hingga
melingkar, Arya menunduk berusaha tak seorangpun
melihat wajahnya, tangannya merogoh kesaku.
Ia jongkok kekolong meja dan kembali duduk. Itu
semua dilakukan dengan penuh kewajaran sampaisampai tak seorangpun melihat ketidak wajaran dari
sikapnya itu. "Tunggu aku disini" Kata Arya sambil beranjak kemeja
kasir. "Tuan Penjaga kasir, apakah uang ini cukup untuk
membayar makanan disini" kata Arya sambil
mengeluarkan barang berwarna kuning keemasan.
Penjaga kasir itu terkejut melihat sebuah benda
dittangan Arya, ia berkata.
"Bolehkah sekiranya tuan memberikan benda itu pada
hamba untuk hamba periksa"
"Silahkan" Arya menyerahkan benda itu benda yang
ternyata adalah sebuah lencana bergambar hutan
emas. "Ini bukan uang daerah sini, jika tuan menginginkan
makan disini silahkan tuan ikut hamba untuk
menukarkannya ditempat lain"
"Mari" Arya mengikuti Pelayan itu dari belakang,
mereka berjalan cukup jauh dan berkelak-kelok,
hingga sampai disebuah warung antic.
Arya berjalan sambil celingukan, Berbagai macam
bentuk uang dari dunia terdapat disana, digantung
dan dipajang dengan berbagai macam cara, kendikendi berserakan, lukisan dan berbagai macam benda
lainnya menempati tempatnya masing-masing.
Tempat itu sangat ramai, berbagai macam dan bentuk
manusia terdapat disana, ada yang membeli barang,
ada yang menukar uang, ada pula yang sekedar
melihat-lihat. "Apakah anda ingin menukar uang?" sapa pelayan
yang ada disana kepada penjaga kasir.
"Benar, tapi bukan aku melainkan tuan yang
bersamaku ini" Kata penjaga kasir itu.
"Oh, manakah yang ingin anda tukar tuan?"
Arya tak banyak bicara, lencana emas yang ia simpan
diberikan kepada pelayan itu. Raut wajah pelayan itu
berubah untuk sesaat"
"Mari tuan" uang ini adalah uang yang sangat langka,
biarlah majikan kami yang menentukan harganya."
Kata pelayan itu sambil mengajak Arya ke belakang
kasir dan masuk kedalam ruangan dibelakangnya.
"Raja singa menampakan diri" Pelayan itu berbisik
kepada penjaga yang ada disana.
Penjaga itu buru-buru menarik tuas obor,
membukalah sebuah ruangan lain yang ada disana,
Arya dan penjaga kasir beserta pelayan tadi masuk
kedalam. Disana juga terdapat penjaga lainnya,
seperti diawal, Pelayan itu segera berbisik untuk
membuka jalan. Itu dilakukan hingga sepuluh kali
hingga mereka tiba di sebuah aula pertemuan yang
luas dan megah. "selamat datang Pemimpin, maaf kami tak
menyambutmu" kedatangan anda terlalu mendadak
hingga kami tak melakukan persiapan" Kata seorang
kakek tua berpakaian serba hitam. Dialah ketua
cabang ditempat itu. Dengan angkuh, Arya ulapkan tangan dan duduk
disinggasana yang tersedia.
"Aku minta kalian untuk pergi ke Perguruan Kali
Brantas ditepi sungai Brantas" aku akan membantai
perguruan itu, sementara kalian menjarah,
memperkosa, membunuh setiap warga yang ada
disana" sisakan beberapa untuk menjadi peringatan
umat persilatan. Ada yang kalian tanyakan"
"Tidak Pemimpin"
"Bagus, jika tak ada yang ditanyakan aku permisi"
Blaarrrr..>! Sebuah bom asap meledak, semua orang yang ada
disana terkejut, ketika asap sirna, Penjaga kasir dan
Arya telah menghilang"
Kedatangannya mendadak" perginya juga mendadak,
jika bukan dia, siapakah orang yang akan dating
kesana jauh-jauh untuk mengucapkan beberapa
patah kata seperti itu. Seperanakan nasi kemudian, didepan kedai
berjalanlah dua orang lelaki yang ternyata adalah
pelayan kasir tadi dan Arya. Arya segera menuju
kemejanya. "Darimana saja engkau kakang!" Ratih bertanya
heran. "Main-main jawabnya singkat" Arya duduk di kursinya
dan menyantap makanannya tanpa kata.
"Sekarang kita akan kemana?" Iblis Kembar Bumi
bertanya. "Kali Brantas?"
"Perguruan yang dipimpin Pandu Pratama Si Pendekar
Sungai kematian?" Tanya Iblis kembar Bumi lagi.
"Untuk apa kita kesana?"
"Memotes kepalanya sekalian mengambil sabuk intan
merah saga" "Bukan usaha sia-sia"
"Begitulah"!"
Selesai makan. Keempatnya segera keluar dan mulai
melaksanakan perjalanan, mereka tidak melewati
desa-desa, melainkan hutan-hutan yang lebat. Demitdemit penunggu hutan, binatang buas enggan
mendekati mereka. Sebab Arya mengerahkan Ajian
Hawa Iblis. Diperjalanan tidak terjadi hal yang besar, maka dalam
waktu tiga harian saja mereka sampai ditempat
tujuan. Keempatnya meloncat keatas pagar
memperhatikan murid-murid perguruan Kali Brantas
yang sedang berlatih. "Hiaa".." "Hepp..!" "Hiaaa" Begitulah teriakan-teriakan para murid Perguruan kali
brantas yang dalam pada itu sedang mengadakan
latihan. Dibawah komando seorang pemuda berusia
tigapuluhan berpakaian berbeda dengan murid
lainnya. Jika murid lain memakai pakaian serba putih,,
maka dia memakaipakaian hitam dengan sabuk
merah. "Paman berdua bisakah mengurus makhluk yang
disini sementara aku dan Ratih akan masuk kedalam."
Tanpa menjawab keduanya masuk kearena dengan
tawa yang menggelegar" "Haha" Pandu keluarlah
kau" ! Kami datang untuk mengambil Mustikamu."
"Siapa kalian" Beranimnya memanggil guru kami
dengan seenaknya." Bentak pemuda berpakaian
hitam yang tadi memimpin murid lainnya. Murid
perguruan Kali Brantas segera pasang sikap siaga.
Pedang dicabut dan mulai mengelilingi keduanya.
"haha" sudah lama aku tak berkelana hingga
cecunguk macamu tak bias mengenaliku!" Iblis
Kembar Bumi tertawa. "Cecunguk-cecunguk".!" Si Gila dari Neraka hitam
berjingjkrakan sambil berteriak cecunguk. Wajahnya
menyirat ketakutan. Tangannya menggapai kesanakemari dengan berlandaskan tenaga dalam.
Dari tangannya keluar angin hitam berhawa panas
menyengat. Tanpa ampun murid perguruan Kali
Brantas berterbangan dan terdorong angin hitam itu.
"Akhhh"Bruk..bruk..brukk"!
Tubuh mereka terhempas, ada yang menabrak
dinding, menabrak pohon, tercebur ke kali dan
sebagainya. Pemuda berusia tiga puluhan itu marah.
"Srengg" " Ia mencabut pedangnya.
"Hiaaaaa?" lelaki itu melesat maju dengan pedang
dipunggung dan disabetkan begitu dekat dengan Iblis
Kembar Bumi. Iblis kembar Bumi tertawa dingin. Kakinya
menghentak, tanah merekah menyambar lelaki itu.
Lelaki itu terperanjat. Sabetannya dibatalkan dan
meloncat bersalto dua tiga kali diudara.
Begitu kakinya diudara, ia menjejak dan melompat,
kedua tangannya terkembang, pedangnya
ditudingklan kesamping, secepat kilat diputar dan di
tusukan tujuh delapan tusukan. Setiap tusukan
pedang menerbitkan selarik sinar kuning air sungai
kala hujan. Iblis Kembar Bumi berkelit kesamping menghindari
setiap larik sinar itu. Ia tak balas menyerang hingga
lelaki itu berada satu tombak diatas tanah.
Iblis kembar bumi yang pada waktu itu sedang berdiri
dengan kaki dirapatkan memundurkan kaki kanan.
Tangan kanannya bergerak menampar kemuka,
sementara tangan kirinya melakukan suatuu pukulan
dahsyat". Itu dilakukan dengan gaya yang serentak, sehingga
kecepatannya seperti belut yang disentil ekornya.
Hawa dingin bercampur sinar hitam yang bergulunggulung membentuk tambang menyerbu tubuh lelaki
itu. "Bukk..Hoekkk"!"
Lelaki itu muntah darah diudara saking dahsyatnya
serangan itu. Tubuhnya terlempar cepat dengan
kepala terlebih dahulu. Satu dim lagi kepalanya


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membentur dinding batu. Tapi, sebuah tangan kuat
menahan kepalanya itu. "brussshh"!" Angin kuat meledak begiitu kepala itu
ditahan. Dinding hancur, tiang runtuh atap hancur
berantakan. Begitu atap dan dinding itu hancur, munculah seorang
lelaki paruh baya dengan baju wungu. Bajunya
berkibar-kibar, wajah lelaki itu terlihat begitu gusar
dengan tamu tak diundangnya.
Wajahnya yang lonjong mengeratakhingga giginya
beradu,. Alisnya menjungkit keatas. Tubuhnya
gemetar. "Pukulan Tambang Bumi" Desis lelaki paruh baya itu
ketuika melihat muridnya menghitam sehitam arang.
Rambutnya rontok, bajunya melapuk hingga tak
tersisa sama sekali. di dadanya tercetak sebuah
kepalan tangan yang menekuk kedalam hingga dua
inchi. "Iblis Kembar Bumi"!" Gumamnya ketika melihat
sesosok hitam yang memiliki kepala dua, rupanya
Iblis kembar Bumi telah melepas capingnya dan
menggantungnya dileher. Matanya melotot ketika melihat murid-muridnya yang
berjumlah puluhan orang telah menggeletak hangus
dibawah kaki seorang yang tak jelas wajah dan
perawakannya sebab kemesumannya.
"Akhirnya keluar juga kau Pandu"! Aku piker kau tak
akan keluar saking ketakutannya."
"Kalian dua makhluk sesat mau apa kemari?" Bentak
Pandu Pratama. Padahal dal;am hatinya ia berpikir.
Sudah lama dua orang ini tak menampakan diri dalam
kancah dunia persilatan. Mengapa hari ini bias datang
bersamaan disini" "Serahkanlah Sabuk Intan merah saga, maka kau
akan terbebas dari siksaat yang maha dahsy
at" Iblis Kembar bumi membentak lagi, sementara itu, Si Gila
dari Neraka hitam masih tetap berjingkrakan sambil
bernyanyi-nyanyi kecil".!
Oh, Kecoak" mengapa kau mati"
Tadi aku ketakutan padamu"
Tapi kini kau menggeletak begitu saja"
Aku belum puas" Puaskan aku"! Hanya itu nyanyiannya, it uterus diulang-ulang hingga
membuat bosan siapapun yang mendengarnya,
wajah Pandu Pratyama semakin merah, semerah
saga. Arya yang melihat itu menepuk pundak Ratih,
keduanya meloncat dengan mengerahkan Ilmu
peringan tubuh kearah sebuah bangunan dan pergi
menyusup". *"Nimas, Sabuk Intan Merah saga itu tidak ada disini"!"
Kata Arya setelah membongkar setiap bangunan yang
ada diperguruan itu,. Entah berapa jiwa yang
melayang dalam perguruan itu dalam penyelundupan
itu. "Mungkin dipakai oleh Orang tadi kakang"
"Tidak".! Aji Mata Kucingku tak melihatnya selain
burung aneh yang bertengger" sahut Arya sewot.
Ratih tertawa cekikikan. "mungkin anak istrinya
kakang!" "Kau benar Nimas, mengapa itu tak terpikir olehku
ya"!" "Tapi dimanakah mereka Kakang!"
"Sebentar..!" Arya menyimpan tangannya di kedua
matanya, mulumnya berkumat kamit membaca
mantra," "Mata aing mata ucing, mata aing nu bisa nempo
jagat, jagat malik dina mata aing"brehh..brehh..brai"."
Arya lepaskan tangannya, matanya bersinar tajam,
dengan liar ia menatap kekiri kanan" mendadak ia
melihat dua orang perempuan yang sedang dilarikan
oleh beberapa murid yang memakai pakaian hitam,
mungkin ia adalah murid inti dari Perguruan itu.
"Ayo".!" Arya melesat terbang mengerahkan ilmu
peringan tubuhnya. Ratih mengejar dari belakang,
laksana anak panah keduanya melesat membentuk
sebuah garis yang menembus rimba.
Arya yang mengejar dari belakang tersenyum puas
ketika melihat murid perguruan Kali Brantas semakin
cemas. Tangannya menjentik mengerahkan ilmu
totokan jarak jauh" "ctikkk"!"
"Aaakh...!" Salah seorang dari mereka menjerit menyayat hati
ketika terkena totokan jarak jauh itu. Tubuhnya
ambruk mencium bumi. Arya tak berhenti begitu saja, ia terus melakukan
totokan jarak jauh, maka suara jeritan itu belum lagi
hilang, terdengar lagi jeritan melengking dari seorang
murid yang lain. "Cepat lari terus. Nyai, Tuan Putri"." kata pemimpin
rombongan itu melihat lari keduanya semakin
melemah. "Aku sudah nggak kuat ngger" Perempuan setengah
baya yang dipanggil nyai mengeluh.
"ctikkk!" Pemimpin rombongan itu mengkibaskan pedangnya
untuk menghalau sebatang ranting yang diluncurkan
Ratih. Tangan kirinya segera mendorong Gadis yang
satunya agar terus berlari. Mau tidak mau dua orang
perempuan itu berlari meski mereka sudah kehabisan
nafas.. Dua orang murid inti Perguruan kali Brantas yang
hanya tersisa itu, segera menghentikan larinya.
Mereka mencoba menghadang Arya dan Ratih.
Namun dua orang dengan tenaga sudah terkuras,
tentu bukanlah tandingan Arya dan Ratih, tanpa
banyak kata keduanya mengerahkan ilmu andalan
guna mempersingkat waktu..
Arya rapatkan kedua tangan didada tangan kanan
dihentakan kedepan sementara tangan kairi diayun
kebawah belakang, sedang Ratih melentikan tubuh
bagian atasnya dengan sebuah putaran tubuh diikuti
dengan kedua tangan".
Tanpa dapat berbuat banyak, kedua orang itu tewas
dalam sebuah lobang berbentuk telapak tangan
dalam keadaan tubuh terbungkus es...
"Nger. Aku tidak kuat lagi..." keluh Nyai itu dengan
napas tersengal. "Bertahanlah, mbok," Gadis yang satunya coba
mendorong semangat Perempuan itu.
Nyai itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
saja. Sinar matanya sudah menyiratkan kepasrahan.
Sementara Ratih dan Arya sudah semakin deket saja.
Ratih menjejakankaki melompat diatas kepala dua
orang yang tersisa itu. "Jlegg?" Ia berdiri didepan mereka. Perlu diketahui
saat ini mereka sedang berada diantara himpitan batu
cadas dikedua sisi. Otomatis depan belakang mereka
sudah terhadang. Arya Sigap menotok keduanya dengan kecepatan
yang tak bias diikuti dengan mata. Padahal gadis
yang dikejar itu sudah mencabut pedangnya setengah
dari serangkanya. "Nimas"ambil kalung permata di leher wanita tua itu"
"Baik kakang!" Ratih berjalan dan berusaha membuka
kalung permata itu. ?"Tidak bias kakang"!kalung ini menempel di lehernya
dengan satu arah, bias dipasang tidak bias dibuka lagi.
Kecuali memenggal kepalanya tidak ada cara lagi?"
"Penggal saja"!" Arya menyerahkan pedang di
pinggang gadis yang dipegangnya"
Ratih menerimanya dengan ragu. Perlahan wanita itu
di dudukan, pedang terangkat diatas lehernya..
Arya buka totokan gadis itu untuk menyadarkannya,
tapi tidak dengan totokkan kakunya. Wajahnya
diarahkan Arya kehadapan eksekusi itu. Mata gadis
itu melotot marah, takut dan ngeri"
Ratih menghela nafas panjang, pedangnya
disabetkan" "Crassshh"!" Darah memancar, kepala
menggelinding" Gadis itu pingsan seketika.
Arya tersenyum lembut kepada ratih yang waktu itu
berdiri menjublak memegangi kalung permata yang
bersinar berlumuran darah.
"Tak aku sangka selain mendapatkan sabuk intan
permata merah saga kita juga mendapatkan kalung
permata Nyi Laraspati. Kalung yang terbuat dari batu
alam terlangka didunia yang ditempa langsung oleh
Pendekar Seribu Diri Aram Widiawan"
"Benarkah ini kalung itu kakang!"
"Ya," lihatlah, permatanya bersinar ketika terkena
darah, berarti itu memang benar kalung itu."
"Ayo kembali".!" Ajak Arya sambil mengempit gadis
yang ditangkapnya sambil menggandeng tangan
Ratih,. Ditengah jalan,. Arya sibuk menotok beberapa jalan
darah diperut dan di leher gadis itu, entah apa yang
dilakukannya tak ada yang tahu"
Ketika mereka sampai di lapangan, mereka melihat
Iblis Kembar bumi sedang bertarung dengan Pandu
Pratama. Diliriknya arah sebelah selatan, asap mengepul,
diliriknya arah timur dan utara, sama saja".
"Asap apa itu kakang?"
"Pembantaian"!" Jawab Arya santai dan mulai
memperhatikan pertarungan.
Tampak Iblis kembar Bumi mengangkat kaki
kanannya dengan suatu keseimbangan yang sangat
baik, tangan kanannya berada disamping atas dan
tangan lainnya menyilang berada didepan dada kiri.
Pandu Pratama membuka tangan kanan kesamping
atas untuk diiringi dengan gerakan menendang pada
kaki kanan" Kedua tangan Iblis kembar bumi melakukan putaran
secara bersamaan untuk menangkis serangan lawan.
Itu dilakukan dengan seni gerakan berputar yang
indah dan mantap, tangan kanan bergherak kearah
muka lawan dengan akhir gerakan telapak tangan
menghadap keatas dan tangan lainnya memutar
turun. Dalam keadaan jatuh dan diserang, ia menurunkan
tubuhnya kebawah dan menekuk begitu kaki kanan
diturunkan. Kedua tangan menyilang kedalam lalu di
buka bersamaan menghadapi pukulan lawan"
"Plaaakkk".!" Pandu Pratama menangkis dengan
punggung tangan.tak berhenti begitu saja ia juga
mengayunkan diri berputar sambil menegakan tubuh
kembali denga n tusukan-tusukan berturut-turut yang
dilakukan oleh kedua tangan dengan ujung-ujung
jarinya yang berwarna kuning kecoklatan".
Iblis kembar bumi menangkis setiap tusukan sambil
mundur kebelakang" dirinya terdesak".
"Pandu lihatlah apa yang kubawa"..!" Arya berkata
sinis, ucapannya tidak keras namun cukup terdengar
ditelinga Ketua Perguruan Kali Brantas itu.
Ia meloncat dan menendangkan kaki kanannya"
Iblis kembar bumi terkecoh siasat lawan, kedua
tangannya disilangkan di dada"
"tappp"!" Iblis kembar bumi mencelos, lawan rupanya
hanya menjejakan kaki di tangannya yang digunakan
untuk mundur" Pandu Pratama melenggong, ia melihat putri satusatunya berada dipangkuan lawan, matanya
terpejam. "Brukkk".!" Ia jatuh bersujud.
"Tolong lepaskan anakku, maka aku akan
memberikan apa yang kalian mau"!" katanya.
"hha" Pandu Pratama Si Pendekar Sungai kematian
harus bersujud dihadapan aku huahaha!" Si Gila Dari
Neraka berdiri dihadapan Pandu Pratama tanpa
sepengetahuan empunya. Pandu Pratama terkejut, ia bangkit dari sujudnya,
wajahnya merah" ia sungguh malu tak kepalang, apa
daya itu semua sudah terjadi"
"Jika sudah bersujud, tak sopan bila tak
membalasnya" tangkap ini"Arya melemparkan tubuh
anak Pandu Pratama. Pandu Pratama melompat menangkap gadis satusatunya, ia lepaskan anaknya dari totokan.
"mengapa kau melepaskannya kakang?" Ratih
bertanya heran. "Lihat saja"!" Jawab Arya singkat.
Lepas dari totokannya, Gadis itu menggeliat geliat
seperti kegerahan," "Anakku, kenapa engkau?" Pandu Pratama terkejut.
Gadis itu menggeliat liar, bajunya ia buka dengan
paksa hingga terdengar suara sobekan kain yang
bersahut-sahutan" Sshhh"!" Desisan laksana ular keluar dari bibir
mungilnya. "Bret,,bret,,,,!" Wajahnya berubah merah," matanya
terpejam, giginya digigit sendiri"
Tanpa melihat keadaan sekitar, Gadis itu memeluk
ayahnya dan melumat bibirnya, pandu Pratama
terkejut, ia totok anak gadisnya dan melepaskan
jubah miliknya untuk dipakaikan.
"Kau apakan anakku!" Teriaknya nyaring kepada Arya.


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau pernah mendenagar totokan yang bernama
Totokan Asmara tak sudah."
Wajah Pandu Pratama gusar bukan kepalang, ilmu itu
memang bukanlah ilmu luar biasa, namun dalam
dunia persilatan ilmu itu cukup terkenal, sebab ilmu itu
adalah ilmu yang biasa digunakan oleh para Pemetik
Bunga. Tak ada obat untuk menyembuhkannya. Satu-satunya
adalah dengan melampiaskan hasrat yang
menggelegak itu dalam waktu dua puluh menitan
saja. Dan satunya adalah MATI?""
Kesalahan terbesar sudah dilakukan oleh Pandu
Pratama". MENOTOKNYA"
Ia tahu bahwa ia malah menambahkan sebuah
penderitaan terbaru untuknya".untuk anak
tercintanya" Barang siapa yng terkena totokan itu maka
berpantang untuk terkena totokan lain ataupun
saluran tenaga dalam, jika itu dilakukan, sipenderita
akan meningkat gairahnya dan waktunyapun akan
berkurang. Ratih yang tak tahu akan totokan itu diam saja, ia
meloncat dan mendekati gadis yang berada dalam
pangkuan Pandu Pratama. Jarinya menjentik
mengirimkan desiran angin untuk melepaskan totokan
gadis itu. Gadis itu terbebas dari totokan, sigap saja ia memeluk
ayahnya, Pandu Pratyama terkejut, tapi ia ttak dapat
melakukan apa-apa. Wajahnya terpejam, matanya
bercucuran" gadis itu terus saja melakukan aksinya,
bahkan celana Pandu Pratama sudah robek ditarik
anaknya itu. Gadis itu mendesis seperti ular yang
bersiaga, tubuhnya meliuk-liuk gatal.
"Prakkk".!" Kepala Gadis itu hancur berantakan,
polonya berhamburan, rupanya Pandu Pratama tidak
tahan lagi melihat anaknya seperti itu. Ia segera
mengambil langkah pendek" MEMBUNUH ANAKNYA
DENGAN TANGAN SENDIRI"
"Maafkan aku Nimas, aku membunuh anak kita
Dewi"!" "Prakk".! Pandu Pratama membunuh dirinya sendiri.
Ratih bengong, ia tak tahu gara-gara melepaskan
totokan gadis itu akan berakhir seperti itu. Arya
menenangkannya dan mendekati Si Gila Dari Neraka
yang memainkan rambutnya sendiri dipojok lapangan.
"Orang Tua, Sebaiknya kita segera pergi dari sini,
sebentar lagi akan dating tamu yang lain" Ucap Arya
sambil melemparkan sebuah lencana Ratan Wasana.
"Bagaimana dengan sabuknya?" Tak kusangka Si
Pandu sudah mmenguasai ilmu Dewa tusukan
warisan Pendekar Kelana?" kata Iblis Kembar Bumi.
"haha..ini lihatlah". Kau Orang Tua juga hebat, jurus
Dewa Tusukan bukanlah Ilmu yang bias dianggap
ringan" Hibur Arya,"
* "begitulah" Dari Perguruan kali Brantas kami beralih
keperguruan lainnya" membantai.. merampok"
mempermainkan," juga merekrut dan mengadu
domba. Menyenangkan rasanya melihat kaum
golongan putih ketakutan," ditengah perjalanan kami
juga bertemu dengan beberapa sahabat segolongan,
mudah-mudahan itu bias digunakan sebagai tombak
penggempur" Tutur Arya mengakhiri ceritanya".
"haha,,, berapa barang mestika yang sudah kau
dapatkan?" Tanya Gardapati".
"Tidak banyak, hanya sekitar sepuluh peti mayat". "
Jawab Arya Enteng. "Tidak bias dikatakan lumayan, itu sudah sangat
banyak" Sela Astradewi.
"Baguslah, Nimas Dyah,.. Bagaimana denganmu?"
* Sementara itu ditempat lain"..
Terik matahari bersinar laksana bola raksasa yang
menggantung, mengantarkam Lima Bayangan yang
melesat cepat bagai angin, bagaikan dewa dan dewi
yang sedang hijrah, sekelebatan cahaya berwarna
warni melesat dengan cepatnya, satu mil mereka
lewati hanya dengan hitungan kedip mata, mereka
berlari membentuk hurup V terbalik, Sagara Angkara
berada di depan mereka, Meminpin rombongan kecil yang terdiri dari tiga gadis
dan dua laki-laki..... "Kita hampir Sampai," Sagara Angkara menatap
sebentang samudera didepannya, semilir angin berbau
garam menerpa wajahnya, mengibarkan rambutnya
yang gondrong, matanya bersinar akan kerinduan,
daun kelapa melambai-lambai, mengibarkan daunnya
yang berwarna hijau, para nelayan sibuk dengan
tangkapannya, sebaris senyuman menggurat diwajah
lugu mereka. "Biarlah aku mencari perahu yang bisa kita Sewa! "
Harsanto berpamitan. "Tidak, tidak usah, silahkan kalian pegang lagi
tanganku, aku akan menggunakan Napak Sancang."
Tak terlihat Sagara Angkara membaca mantra, namun
tubuhnya melesat menarik keempat orang yang ada
disisi kanan dan kirinya, berlari menyebrangi
samudera luas dengan berlari. itulah kehebatan dari
ilmu Napak sancang. "Dewa,... Dewi berkahi kami" Para Nelayan yang
melihat itu tampak bersujud di pasir putih, jelas sekali
mereka salah menyangka bahwa orang-orang tadi
adalah Dewa dan Dewi adanya.
Sesampainya disebuah pulau kecil, Sagara Angkara
berjalan kedekat tanah dimana tanah itu terdapat dua
buah bunga puspanyidra. Sagara Angkara bersujud kawannya melenggong,
Mata Sagara Angkara berkaca-kaca, Mata kawannya
berbinar aneh, Sagara Angkara bangkit dan
mematahkan pohon puspa, pohon itu ia gurat "gurat
hingga membentuk sebuah tulisan.
"Rangga dan Dewi" baca kawan-kawannya dalam
batin. Sagara Angkara berbalik, lalu bersandar dipohon
puspa dibelakangnya. Terdengar ia bertanya lirih"
"Kawan-kawan, sebenarnya siapakah Dhara sesat Air
terjun Balumbang itu?"
"Perkumpulan sesat,.......! Tapi?" Harsanto berbicara,
"Menurut kalian?" Sagara Angkara berkata sambil
menatap dedaunan yang bergoyang ditiup angin.
"Musuh besarku!" Gita Jayasri berkata dengan
mengepalkan tinjunya. sedangkan Meswari
mengatakan bahwa mereka adalah Calon mayat
dalam pedangnya. Sagara Angkara mangut-mangut, lalu berkata:
"Permusuhan apakah yang terjalin antara engkau
dengan mereka?" "Mereka menjadikan ayahku sebagai sapi
perah...sampai...sampai ayahku menemui ajal" Gita
Jayasri berkata, matanya berkaca-kaca, setetes benda
bening mengucur dari matanya itu.
"Dan engkau?" "Kekasih dan Kakaku mereka rebut dan dijadikan sapi
perah" Meswari menyabetkan pedangnya pada batu
cadas hingga terbelah menjadi dua.
"Dan mereka membantai desaku!" Jingga ikut-ikutan
berbicara. "Tapi, apa kakang Harsanto?" Tanya Sagara Angkara
berbalik lagi kepada Harsanto. Sagara Angkara
sekarang bukanlah yang dulu. Ia sudah menemukan
pencerahan hidup melalui tiga guru barunya, meski
tak sepenuhnya telah berubah" sekarang ia lebih
tenang dalam melakukan tindakan, setiap[ tindakan ia
simpulkan dari kedua sisi.
"Dhara Sesat Air Terjun Balumbang tidaklah seburuk
Ratan Wasana. Mereka tidak membunuh lelaki yang
mereka tangkap jika korbannya itu tidak melawan
dan berusaha kabur" awalnya mereka tidak
berbahaya, meski menyedot hawa lelaki untuk ilmu
mereka. Tapi tidak pernah melakukan pembunuhan"
hingga salah satu dari mereka tewas di tangan
Anggota Ratan Wasana. Ketua Dhara Sesat Air Terjun
Balumbang marah, ia menyuruh anak buahnya untuk
menyedot hawa lelaki lebih dari biasanya, guna
membalas dendam" itu terus berlanjut, dan pada
akhirnya mereka terdesak dan mulai menebarkan
wabah disetiap desa untuk menjadi ayam mereka.
Desa mana ssaja yang menolak mereka tak segan
untuk membantai" kedatangan Dhara Sesat Air
Terjun Balumbang juga menjadi tameng agar Ratan
Wasana tidak menjadi penguasa dunia persilatan.
Mereka berseteru tapi itu sangat menguntungkan
juga" para murid perguruan putih mati secara
mendadak akibat perseteruan itu, padahal sebenarnya
murid yang mati itu adalah para pengkhianat,
belakangan aku mengetahui salah satu dari para
murid perguruan putih itu ada yang meruopakan
anggotta Ratan Wasana. Bias disimpulkan bahwa
Dhara sesat mengetahui itu dan membunuh mereka"
meski menguntungkan, tindakan menyedot hawa itu
juga merupakan pelanggaran adat yang berlaku di
kaum kita, oleh karenannya kita tetap memusuhi
mereka. Pepatah mengatakan "Adat diisi lembaga
dituang?" Maksudnya adalah Segala sesuatu harus dilakukan
menurut kebiasaannya"
"Jadi Pangkal masalahnya adalah Ratan Wasana ya"..
hemm" Seekor kerbau membawa lumpur, semuanya
habis terpalit"Fyuhhhh.... Baiklah mari kita menengok
keadaan di Air Terjun Balumbbang itu, barangkali kita
bisa melihat penyokong mereka."
"Maksudmu Mereka memiliki penyokong?" tanya
Harsanto. Sagara Angkara mangut-mangut
membenarkan, "Saat ini kita berada dekat sunda kelapa, untuk pergi
ke Air Terjun Balumbang tentunya memakan waktu..
bagaimana bila kita menengok Ratan Wasana terlebih
dahulu" bukankah mereka juga terkenal akan suka
mengumpulkan para gadis?"
"Wah..wah,... Dhara Sesat Air Terjun Balumbang
mengumpulkan Jejaka, dan Ratan Wasana
mengumpulkan Dhara, kagum...kagum!"
"Apanya yang kagum...!"
"Bletakk....!" Gita Jayasri menghantam kepala sagara
angkara dengan ranting pohon puspa.
"Apakah Ratan Wasana itu orang yang kita temui
ketika pertama kalinya kita berjumpa, dik meswari,
dik Gita?" Sagara Angkara bertanya sambil mengeluselus kepalanya yang sakit.
"Benar....!" Mendadak" Wung.... Tubuh Sagara Angkara melesat mengejar
sesosok bayangan hitam, tentu saja keempatnya
terkejut dan ikut melompat mengejar, hingga
terjadilah kejar-kejaran yang menarik.
"Berhenti Kisanak!" Sagara Angkara memerintah,
namun bayangan itu terus melesat dan meloncat ke
perahu. "haha... mengapa kau tak menurut, Kisanak.! Sagara
Angkara tertawa dan meloncat menghadang perahu.
tubuhnya berdiri tegap diair laut, tampak ombak yang
menggulung tersibak enggan menyentuh tubuhnya.
Lelaki berbaju hitam itu terkejut, dan memundurkan
perahunya kembali sambil melompat kedaratan
hendak kabur lagi... "jleggg..." Tiga sosok menghadangnya,Mengapa tiga"
sebab Jingga tidak bisa olah kanuragan, tampak ia
ongkang-ongkang kaki dicadas dekat pohon kelapa.
"Mengapa kau begitu ketakutan kisanak" apakah
wajah tampanku ini sebegitu miripnya denga setan"
sampai-sampai kau begitu takut?" Sagara Angkara
berguyon sambil memainkan pasir dengan kakinya.
Gayanya selalu santai dalam segala hal, tentu saja
tingkah yang membuat sebal siapapun yang
melihatnya, "Huh" Lelaki itu mendengus dingin, matanya
berkeliaran hendak melarikan diri, namun setiap
lobang telah tertutup, jangankan manusia, tikuspun
jangan harap dapat menembus kepungan itu, setiap
ruang telah tertutup. tak ada kesempatan untuk
melarikan diri, seperti anjing yang tersudut, bila
terinjak buntutnya tentu saja ia akan menggigit, dan
begitupula dengan lelaki berbaju hitam itu.
Baju hitamnya berkibar-kibar seiring dengan tenaga
dalamnya yang dikerahkan, ikat kepalanya yang
hitam juga tampak kaku, rambutnya yang tertutup
beno tampak ingin menjungkit berdiri.
"Aji Landhak Ireng!" Desis Harsanto ngeri.
"ck..ck.ck... kau keji sekali Kisanak, tampaknya kau
sudah mendapatkan tujuh puluh delapan Perawan,
dua purnama lagi, Aji Landhak Ireng itu kau
sempurnakan" Sagara Angkara menilai sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, rambut
gondrongnya tampak berseliweran seperti ombak.
"Kau.... darimana kau tahu?" Mata Lelaki berwajah
tampan berusia lima puluh tahunan itu, melotot lebar.
Wajahnya terbilang cukup tampan bila disandingkan
dengan orang utan, mungkin itu bisa dibilang lebih
baik. Hidungnya mencuat seperti hidung tikus,


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya juling, bibirnya tebal, menambah
ketampanannya itu. Tapi, itu mungkin belum tentu,
barangkali saja ada orang utan yang lebih tampan
darinya. Sagara Angkara tertawa misterius, lalu berkata,
"Jingga kemarilah ayo lawan paman tampan ini"
"Kakang Gara, masakah wajah seperti beruk itu
dibilang tampan, barangkali batu cadas ini lebih baik
dari wajahnya. Hihi" Jingga tertawa cekikikan namun
tak beranjak dari tempatnya.
"yaya" jika begitu menurutmu" ayo mari sini, biar
kakang ajarkan cara memandikan beruk!"
"Jingga takut kakang" Jingga kan tidak bisa silat!"
"Huppp".!"
"Jleggg!" Karena Jingga tak menurut juga, akhirnya Sagara
Angkara berinisiatif mengambilnya sendiri, tak
sekerdipan mata saja Sagara Angkara melesat
mengambil tubuh Jingga dan kembali pada
tempatnya, benar-benar suatu pameran ilmu peringan
tubuh yang dahsyat. Tampak Jingga celingukan tak mengerti mengapa
dirinya berada disana, tapi yang merasa kaget bukan
hanya jingga, Gita Jayasri, Harsanto dan Meswari juga
menganga. terlebih Lelaki yang berbaju hitam, saking
kagetnya sampai ia lupa menyerang.
Hakikatnya Sagara Angkara bergerak seperti kelajuan
cahaya, Kelajuan ini merupakan kelajuan maksimum
yang dapat dilajui oleh segala bentuk energi, materi,
dan informasi dalam alam semesta. Kelajuan ini
merupakan kelajuan segala partikel tak bermassa dan
medan fisika, termasuk radiasi elektromagnetik dalam
vakum. Kelajuan ini pula menurut teori modern adalah
kelajuan gravitasi (kelajuan dari gelombang gravitasi).
Partikel-partikel maupun gelombang-gelombang ini
bergerak pada kelajuan c tanpa tergantung pada
sumber gerak maupun kerangka acuan inersial
pengamat. Dalam teori relativitas, c saling berkaitan
dengan ruang dan waktu. Konstanta ini muncul pula
pada persamaan fisika kesetaraan massa-energi E =
mc2. Sagara Angkara tersenyum sambil berbisik-bisik
ditelinga Jingga.. setelah selesai tampak jingga maju
kedepan menghadapi lelaki berbaju hitam dengan
berkacak pinggang. "Heh, muka beruk untuk menghadapimu tak usah
Kakang Gara atau yang lain, cukup aku saja Jingga
menghadapimu... !" Jingga Menepuk-nepuk dadanya
sendiri, matanya bersinar-sinar nakal.
Merah wajah lelaki itu dihina seorang gadis cilik,
apalagi ia tahu gadis itu sama sekali tak paham akan
ilmu silat. Jika orang Jantungan, Gita Jayasri dan kawan-kawan
tentu bakal pingsan setelah diberi kejutan yang tak
ada habisnya seperti itu.
"Seumur hidup, Aku Atra Ireng tidak pernah dihina
serendah ini, anak kecil... apa kau tak takut bila aku
mematah-matahkan tulangmu yang kecil itu"
"huh, barangkali akulah yang akan memandikanmu
beruk!" Jingga mengacungkan jari tengahnya pada
Atra Ireng. "Kau tak bisa diampuni lagi bocah!" Atra ireng
menerjang jingga, kesepuluh jarinya mekar dengan
kuatnya hendak menangkap tubuh mungil Jingga, tak
dapat di perkirakan jika Jingga terkena terkaman itu,
namun sebuah hal aneh terjadi, Tubuh jingga
menyeruduk kebawah selangkangan Atra ireng,
tampak lengan mungilnya mencengkram kerah baju
Atra ireng, dengan sekali sentak tubuh atra Ireng ia
banting. "Brukkkk...!" Tubuh Atra Ireng menghantam pasir yang berserakan
karang laut, wajahnya meringis menahan sakit, tak
pernah terlintas dalam benaknya bila dirinya bakal
dikalahkan seorang gadis cilik dalam segebrakan,.
Rasa malu rupanya membuatnya kalap, dengan ganas
ia menyerang jingga. Sekesiuran angin tajam yang
dikerahi Aji Landhak Ireng menerpa tubuhnya.
Jingga tersenyum nakal, tangan mungilnya yang
basah akibat terkena air ombak dicelupkan kepasir,
lalu ketika tangan besar Atra Ireng menyerang. Jingga
berkelit sedikit dan menangkap lengan Besar itu,
dengan bantuan pundaknya yang mungil, tangan itu
diselipkan diantara leher, lalu ia berbungkuk.
Atra Ireng terperanjat, iangin menghindar ia tak
sanggup, kekalapan telah menodai akal sehatnya,
tubuhnya terlempar kepantai.
"Byurrrr" "Horeee" Teriak Jingga kegirangan sambil berlari dan
memeluk tubuh Sagara Angkara yang tertawa sambil
memegangi tubuhnya. Gita Jayasri, Harsanto dan Meswari melenggong
menatap wajah Sagara Angkara. dalam benak
mereka terselip perasaan ngeri bila pemuda itu
berubah haluan, entah berapa jiwa yang akan
melayang. "Tenaga Sakti Mata Darah...!" Desis Sagara Angkara
dengan perasaan sedikit terkejut.
Dilihatnya mata Atra Ireng merah menyala. meski tak
sempurna, tapi dayanya benar-benar hebat.
Perlu diketahui, tenaga Sakti Mata Darah merupakan
suatu ilmu yang dikuasai oleh beberapa orang saja
semasa Pendekar Seribu Diri. jadi tidak heran bila
Sagara Angkara merasa kaget juga. entah darimana
Astra Ireng mendapatkan ilmu itu.
"Kakang aku akan menghajarnya lagi!" kata Jingga
Polos. "Jangan Sayang, biarlah kakang Harsanto yang
melawannya. "Kakang....! hindari tatapan matanya, kelemahannya
adalah Buah selangkangannya, bila kakang dapat
menghancurkan buah selangkangannya maka ilmu itu
akan musnah. satu lagi. jangan menghancurkan
tiangnya, atau ia bakal mati" Bisik Sagara Angkara
dengan ilmu menyusupkan suara kepada Harsanto.
"Harsanto terkejut mendapat bocoran itu, lekas ia
cabut Kujangnya. Tiba-tiba, "Cah Ayu... kemarilah... biar aku lumatkan tubuh
mungilmu itu" Suaranya bergetar menimbulkan
sensasi tersendiri. Namun Jingga tetap ditempat,
tampak telinganya disumbat oleh tangan Sagara
Angkara. "Hati-hati dia pandai sihir" Kata Sagara Angkara
sambil mengerahkan tenaga batinnya menindih suara
tadi. "Apa Kau masih ingat aku Astra Ireng?" Harsanto
maju beberapa tindak, belatinya siap didada.
"Pendekar Kujang Geni. rupanya kau,!" Astra Ireng
menatap lawannya, "Astra Ireng, cabut senjatamu atau aku akan
memenggal kepalamu!"
"Huh," Astra Ireng mencabut suling hitam dari gading
dari pinggangnya, "Jaga Serangan" Harsanto menekuk lutut kanannya
sementara tangan kanan menudingkan mata kujang
kearah lawan. "Sesuai kehendakmu" Astra Ireng memasang kudakuda. "Hiatt.." Wir....
Sabetan putih kemerahan menerjang Astra Ireng,
Astra irengpun tak kalah sigapnya, serulingnya diputar
setengah lingkaran dan di benturkan.
"Trang...trangm....trangg!"
Mata keduanya bertatapan, tangan kiri masing-masing
berada dipinggang siap menghadapi segala
kemungkinan, "Srenggg" tubuh Harsanto berbalik membelakangi lawan
sementara kujangnya tetap beradu dengan Seruling
Astra Ireng, mendapat kesempatan, Astra Ireng
pukulkan tangan kirinya hendak memukul punggung
lawan. Justru itu adalah satu kesalahan yang sangat fatal,
"Srengg..." bersamaan bunyi itu, laksana kecepatan
cahaya, kujang itu terlepas dari suling, tubuh Harsanto
melenting mepet dengan tanah, dan kujangnya
menyabet tangan kiri Astra Ireng.
"Crasssshh" "Arghhh" Tubuh Astra Ireng mundur beberapa langkah,
wajahnya pucat, dari tangannya sebatas sikut telah
kutung. "Kau..kauu!" keluh Astra Ireng sambil meringis
kesakitan. "Setiap manusia selalu belajar dari kesalahan dan
kekalahan, itu merupakan jurus baruku... kau terlalu
bangga dengan ilmu sesatmu itu, hingga kau lupa
daratan" Harsanto memberikan nasihat kepada Astra
Ireng bermaksud untuk mengalihkan jalan
pemikirannya yang salah. "Cerewet kau, Harsanto.... sedari kecil kau selalu
begitu, lihatlah wajahku, gara-gara kau aku berubah
menjadi seperti ini!"
"Kakang Harsa, apakah kau belum sadar juga setelah
mendapatkan kemurahanku" aku terpaksa
melakukan itu, sebab kau nodai adik harsani, Harsika
dan Hasita. juga kau bunuh kakang Harsaya. Kakang
Hassya kau kutungi kedua kakinya. apakah wajahmu
menjadi seperti itu juga tak kau terima" bukankah itu
adalah suatu kemurahan, ketahuilah untuk ukuran
orang sepertimu yang mendustai guru menodai adik
seperguruan adalah kematian!" teriak Harsanto berapiapi. "Apa kau masih beklum sadar bahwa kita bernama
satu makna itu adalah untuk menyatukan setiap
persaudaraan, apakah nama HARSA (Kegembiraan),
HARSANI (Tajamnya kegembiraan), HARSANTO
(Kegembiraan yang dalam) HARSAYA (Timbul dari
kegembiraan), HARSIKA (Untuk kegembiraan), HASITA
( Tertawa), HASSYA (Kegembiraan) adalah nama
kebetulan belaka" kau rubah semua itu menjadi
UHKITA (Kesedihan) dan DW?SA (benci, bermusuhan)"
"Cerewet, jangan usik masa lalu!" Pekik Astra Ireng
yang ternyata bernama Asli Harsa itu.
Tubuhnya melesat cepat menerjang Harsanto.
harsanto katupkan rahang, dia berlari lalu
menggelosor dengan bertumpu pada lutut, tentu saja
Astra ireng yang ternyata menerjang dengan cara
melompat terkejut. "Aji Curnita b?rlin" pekik Astra Ireng keras-keras
sambil menjerit setinggi langit, barangkali itulah
jeritan terakhir yang akan ia keluarkan.
"Crassshhh.....!"
Buah selangkangan Astra Ireng hancur tercengkram
tangan Harsanto yng keperakan. rupanya bukan
hanya buahnya saja yang hancur, pahanya juga
tampak robek besar, darah kental kehitaman
bercucuran. Harsanto berdiri termenung, diperhatikan tangannya
yang berlumuran darah. "Aku kan sudah bilang, hancurkan buahnya saja
kakang!?" Sagara Angkara mengingatkan.
"Fyuh... tidak, tidak dia memang pantas
mendapatkannya, aku sudah memberikan
kelonggaran kepadanya, namun ia tak sadar juga!"
Harsanto berkata lirih. Hening..... Suara Angin pantai menggoyang dedaunan tampak
menjadikan sebuah musik kesedihan atas kematian
seorang manusia ditempat itu, deburan ombak
memecah karang bersahut-sahutan. burung camar
berebutan mangsa * "Baik Kakang, untuk Pendirian Rumah bunga pasti
kakang sudah tahu dari Nimas dewi., sepeninggal
Nimas Dewi, kami menjalankan misi dan rumah itu
dengan biasa saja. Mengingat pesan kakang yang meminta aku untuk
menjadi orang yang ketiga, aku segera bertindak"
Urusan di rumah bunga itu aku serahkan kepada
Larasanti, orang kepercayaanku. Diam-diam aku
menyelinap keluar dan pergi kehutan disebelah barat
lalu membuka semua penyamaran.
Setelah itu,?" * Aku keluar dari hutan desa dikaki gunung merbabu.
Waktu itu Wajahku kusut, pakaian yang dikenakan
olehku compang-camping. Aku berjalan dengan lesu.
Tak ada yang mempedulikanku, memang seandainya
wajah dibalik rambut acak-acakan ku itu terlihat, pasti
tempat itu akan gempar. Semua pemuda menjengekku dengan hina, bau
badan yang seperti orang tak mandi berseliweran dari
tubuhku. Orang semacam aku pada waktu itu takan
ada yang melirik. Didunia ini memanglah orang terlalu
memandang dirinya tinggi hingga ia memandang
orang sebelah mata. Orang mengatakan, lelaki/perempuan idaman adalah
orang yang memiliki wajah rupawan, tubuhnya tinggi


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekar berotot, indah gemulai kalau bias anak raja,
punya harta segudang, masa depan terjamin, dan
tentunya baik hati. Setelah lelah berjalan aku berdiri di depan rumah
bunga dengan menghela nafas panjang pendek.
Kedua tanganku digosok-gosok di depan dada.
"Plukk?" Aku kaget ketika Seseorang menepuk
pundakku dari belakang. aku berpaling, seorang kakek tua berjenggot sedada
yang sudah berwarna keperakan memandangku
dengan lembut. Wajah kakek itu sudah berkeriput,
rambut peraknya digelung dan diikat seutas tali
berwarna putih.ia mengenakan pakaian serba putih
khas pertapa. "Apa yang kau pandangui itu cah ayu" Sampaisampai engkau menghela nafas panjang pendek
seperti itu." Tanyanya.
"Akh eyang siapakah?" aku menjawab heran, padahal
dalam hatiku bersorak sebab sudah mendapat
mangsa. "haha.. tak usah takut, orang memanggiilku Eyang
Gede. Kaupun boleh memanggilku demikian cah ayu.
Nah sekarang jawab pertanyaan tadi"
"Saya sedang menatapi rumah bunga ini eyang, saya
berniat menjadi salah satu pegawainya. Sekedar
mencari uang untuk pakaian eyang, tapi saya
bingung" apakah mereka akan menerima saya
eyang"!" Jawabku pura-pura sedih.
"Akh cah ayu, mengapa engkau memilih jalan pendek
seperti ini"bukankah masih ada pekerjaan lain yang
halal?" "Sebenarnya saya mau eyang, apa daya kemampuan
saya tidak mencukupi. Mana ada yang mau menerima
saya, saya rasa hanya dirumah bunga ini saya bias
bekerja" Ku perhatikan Eyang gede menatap susunan tulang
dan bentuk tubuh ku, dari raut wajahnya muncul
kekaguman. Tiba-tiba ia berkata sambil menghela
nafas pendek. "Hah". Sudahlah anakku, bila engkau berkenan"
engkau bias menjadi muridku, jika hanya pakaian aku
bias membelikan untukmu."
"Menjadii murid boleh eyang, tapi"!"
"Tapi apa anakku?"
"Saya tidak mau menerima pemberian percuma"!"
"Huahaha" Anak baik-anak baik, kau boleh mengurus
tubuh tuaku ini, sebagai imbalannya" Eyang Gede
tersenyum gembira melihat kebaikan yang ku
tunjukan itu, aku memang dibesarkan dikeluarga
bangsawan, jadi mengenai hal-hal bersandiwara
seperti ini sudah terbiasa. Hidup yang terkekang
dalam sebuah tatakrama membuatku bias
bersandiwara. "Baiklah Eyang"." Jawabku sambil berlutut dikaki
Eyang Gede, tentu saja ulah kami mendapat
perhatian penuh dari sekitar kami, Eyang gede
membangunkanku dan mengajak pergi dari situ.
"Siapa Namamu?" Tanya Eyang Gede.
Aku melamun tak menjawab pertanyaannya. Bingung
juga aku harus memberikan nama asli atau palsu.
Tapi ia berkata menenangkan kegelisahanku.
"Jangan takut anakku, siapapun dirimu eyang tidak
akan ikut campur, kau sudah menjadi muridku, maka
katakanlah" " "Dyah Krusina Eyang"!"
"Nama yang bagus" mengapa engkau begitu
ketakutan?" "Jika seandainya Maharaja Dunia persilatan
mengetahui saya, pasti saya akan dibunuh Eyang!"
"Mengapa?" Mulanya aku bingung harus menceritakan atau tidak,
entah darimana datangnya keberanian, aku
menceruitakan dari awal sayembara hingga
pembunuhan kedua orang tuaku.
"Memanglah cara yang digunakan oleh maharaja
adalah cara militer kerajaan, maka dari itu aku
sendiripun tak menyetujuinya" membabi buta
membunuh lawan, hingga orang tak bersalah juga
kena akan getahnya, akibatnya pasti akan
memunculkan gelombang badai dunia persilatan"
takdir..takdir?" Sejak saat itulah aku berguru padanya dan
mengikutinya ke gunung gede, tak lama setelah
mengajarkan seluruh kepandaiannya, ia meninggal
maka aku kembali berkelana untuk melampiaskan
gairah yang terkekang dan sebelum aku menjadi
yang ketiga, Pada waktu itu malam purnama?""!"
Malam Purnama, malam indah dengan sang dewi
malam yang bersinar indah menerangi jagad raya,
dedaunan bergoyang lembut, air gemericik
melantunkan nada dalam sebuah irama syahdu
membuat hati dan pikiran terlena dalam angan"
"Kau Puas Kakang".tanya seorang gadis cantik
dengan bentuk tubuh menggiurklan kepada lelaki
disampingnya. Mereka duduk bersenderan di batu
dibawah guyuran sinar rembulan,. Tak sehelai
benangpun melekat ditubuh mereka"
"Puas sekali Nimas..!" Jawab lelaki itu. Tangannya
disembunyikan dibelakang, sementara tangan kirinya
merengkuh gadis itu dengan tangan kirinya.
"jlebbb" Mata Gasdis itu melotot, berbareng dengan
semburan darah ia mati dalam pelukan".
"Hahaha"." Lelaki itu tertawa puas, ia mengenakan
bajunya kembali" "Plukk".!" Sebuah lencana jatuh dari saku bajunya.
Lelaki itu beranjak pergi meninggalkan tempat itu
tanpa sadar sebuah benda jatuh dari saku bajunya"
Malam semakin larut, tak begitu lama mentari pagi
menonggolkan sinarnya di ufuk timur, tampak Aryani
melompat-lompat diantara bebatuan sungai, matanya
melotot begitu melihat seorang gadis yang dikenalnya
terbujur kaku dengan berlumuran darah"
"Lembayung".Kau!"Aryani mendekati gadis itu dan
memangkunya ditangan, mata tajam Aryani tertuju
pada sebuah lencana disamping gadis itu. Mata Aryani
melotot marah. Dijemputnya Lencana itu dan melesat
kembali ke Air terjun dengan memanggul tubuh
mayat itu. "Lara" Kumpulkan saudara kita,!" Aryani memerintah
Lara yang menjublak melihat mayat ditangan Wakil
ketuanya" "Ba..baik?" Lara melesat naik dan masuk kedalam
goa, seperminum kopi kemudaian ia kembali dengan
membawa seerombongan gadis lainnya"
Mata mereka berkaca-kaca melihat mayat yang
bernama Lembayung itu. "Dita ambilkan aku alat tulis, Dina ambilkan aku
seekor merpati terbaik kita. Dan yang lain Siapkan
pengkuburannya!..." "Baik Nimas Dhara".!"
Nimas Dhara adalah panggilan untuk wakil ketua, dan
Dhara untuk panggilan Ketua perkumpulan itu.
Semuanya tampak sibuk dengan aksinya masingmasing, Tampak aryani menggoreskan tinta di sehelai
kain putih. Kain itu diikatkan di kaki burung dan
menerbangkannya". Di Rumah Bunga?" "Nyonya.. ada merpati pos dari Nimas Dhara!" bisik
seorang gadis berpenampilan seronok serba hijau
muda. "Kemarikaan!" Sahut yang dipanggiol nyonya. Nyonya
itu tak lain adalah Dyah Krusina yang menyamar
adanya. Dyah Krusina membuka kain yang digulung itu dan
mulai membaca: "Dhara saya kirimkan sebuah berita buruk untukmu.
Lembayung salah satu anggota kita telah tewas"
beliau tewas sewaktu menjalankan misi,
disampingnya terdapat sebuah lencana yang saya tak
kenal?" Berhenti disitu, Dyah Kruusina mengambil lencana
yang juga digulung oleh kain itu "Ratan Wasana"
Desisinya. Ia lanjutkan bacaannya..
"Saya menemuknnya di pagi hari setelah malam
purnama, beliau mati dengan sebuah tusukan tepat
dijantung. Kami berencana untuk membalas dendam,
mohon doa restu dan petunjuk Dhara. Tertanda Nimas
Dhara Aryani" "Apa yang harus aku lakukan"!" Gumam Dyah
Krusina bingung,. Sebab Ratan Wasana adalah
Perkumpulan yang dipegang Arya dan Gardapati.
Ditengah kegalauannya, Dyah Krusina masuk kedalam
kamar". Ia duduk di ranjang, kedua kakinya merapat,
tangannya diposoisikan menyembah di dada. Matanya
terpejam, ia berksentrasi pada kening diatas mata
seolah disana ada sosok Gardapati. Mulainya memng
hitam, perlahan tapi pasti berubah warna menjadi
kuning, dan samar-samar wajah Gardapati mulai
Nampak" dan semakin Nampak"
"Ada apa Nimas Dyah" Suara Batin Gardapati
bergema dalam telingan batin Dyah Krusina.
Dyah Krusinapun menceritakan hal ikhwal tentang
kejadian dan surat yang diberikan Aryani. Ia bertanya.
"Apa yang harus aku lakukan kakang"!"
Gardapati diam sebentar, ia merenung "Terimakasih
Nimas, kau sudah memberiku kesempatan untuk
menghancurkan kakek-setan itu, perintahkan aknak
buahmu untuk mengacaukan dunia persilatan dengan
cara meningkatkan kemampuan kalian. Sekali
datyung dua pulau terlampaui. Musuhilah Ratan
wasana semampu yang kalian bias, kakang sudah
memasukan mata-mat dalam tubuh mereka. Bunuh
setiap orang yang akan kakang kirimkan melalui cara
yang tak bias engkau bayangkan"
"Baik kakang, bagaimana dengan kakang..?"
"Setidaknya ada dua ribu pasukan kerajaaan dala m
tangan kakang. pada waktunya mereka akan
bergerak,?" "Apa"!" Dyah Krusina kaget, akibbatnya
konsentrasinya buyar, wajah gardapati kini tak jelas
dan semu. "Selamat tinggal dan jumpa Nimas Dyah" Gardapati
pamit. Bayangannya menghilang, membuat Dyah
Krusina sedih akan rindu"
Ia bangkit dan mulai menulis surat"
"Lakukan," suruh setiap anggota kita merampas
hawa perjaka dengan tempo yang lebih kerap lagi,.
Bila perlu gunakan kekerasan. Bantai habis setiap
anggota Ratan Wasana"
Surat itu digulung kembali dan di gantungkan kembali
di kaki merpati tadi"
"berikan kepada Nimas Aryani" Bisiknya," burung
merpati itu dilemparkan keudara dan terbang melesat
pergi.. "Dan semenjak itulah, kami memnbantai" sekaligus
membuat sebuah hal baru dengan para calon korban
utama kita" "Siasat Memukul kekiri membunuh kekanan yang
hebat" Sela Iblis Kembar Bumi. Yang rupanya dapat
memahami siasat yang dilakukan Gardapati.
"Sungguh pintar"sungguh pintar,"!" Puji Gardapati.
"Tak mungkin hanya itu yang engkau lakukan heh"!
Jalan itu sangat sederhana, hanya belok kanan, belok
kiri, naik dan turun"huahaha" Si Gila dari Neraka
tertawa terbahak-bahak,. Gardapati tersenyum, ia
tahu maksudnya. Adapun maksudnya adalah bahwa siasat itu sangat
sederhana dan dapat dibaca oleh siapapun, tapi
dimanapun pasti ada perubahannya tidak semata ituitu saja. Jika diibaratkan dikota A kita sudah hapal
maka takan tersesat, sementara dikota B kita akan
kelimpungan dan tersesat, mengapa" Padahal itu
sama sama jalan" Yang terdiri dari Naik, Turun, Kanan
dan Kiri. Jawabannya hanya satu" setiap jalan berbeda
penempatan" Penempatan"..... Ya, itulah modal utama sebuah siasat, percuma siasat
yang dahsyat bila salah penempatan, tapi jika
penempatannya pas, siasat sederhanapun dapat
menjungkirkan apa yang disiasatinya"
"Semuanya sudah menuturkan pengalaman masingmasing. Pasti kalian bertanya apa yang sudah aku
lakukan selama ini" Sayang sekali rahasia langit tidak
boleh bocor" Gardapati memberikan peluang dan
menutupnya kembali. Benar-benar tindakan yang
mendengarnya menghela nafas berat-berat.
"Aku belum menuturrkan kakang!" Astradewi
cemberut. "Aku bisa menebaknya" kau terkenal dengan
gelarmu Dewi Asmara berwajah lugu, jadi setiap
tindakanmu sudah akui dengar dari mulut orang,
emm". Dua orang itu tajk kau temukan kan?"
Astadewi mengangguk membenarkan, mulutnya
cemberut tak keruan. Kakinya menjejak-jejak
jengkel. Gardapati tertawa terbahak-bahak"
"Arya, kemarilah".!" Gardapati memerintah.
Arya menurut,ia mendekat dan berbalik punggung


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena itu memang hal yang diminta Gardapati.
Gardapati tempelkan kedua telapak tangan di
punggung Arya, mulutnya berkomat-kamit dan
matanya terpejam. "Arrrghhh"..Kretek..kretekk..trakk..trookkk" Arya
menjerit kesakitan, suara tulang dalam tubuhnya
berkretekan terdengar keluar, susunan tulang
tubuhnya berubah, bukan hanya tubbuh, bahkan
wajahpun ikut berubah, Astadewi, Ratih dan Dyah
Krusina menutup mata karena ngeri melihatnya.
Seperanakan nasi kemudian, suara itu berhenti,
Gardapati lepaskan kedua tangannya, iblis kembar
bumi dan Si Gila Dari neraka Hitam terpengarah
melihat wajah Arya yang sekarang.
"Iblis Bermata Hijau" kau berubah menjadi muda
kembali" Desis mereka.
Ya, memang saat itu Arya berubah menjadi Iblis
Bermata Hijau sewaktu muda, susunan tulangnya
berubah, entah ilmu apa yang digunakan Gardapati.
"Nimas Dewi Nimas Ratih"sekarang giliran kalian"
Gardapati berkata lirih. Astadewi dan Ratih berpandangan. Keduanya duduk
ditempat arya tadi. Arya yang masih belum terbiasa
dengan tubuh barunya berjalan-jalan sekedar
melepas penat akibat perubahan itu.
"Siapa yang ingin menjadi lelaki?"
"Emm?" Astadewi bergumam bingung.
"Biar saya saja!" Ratih mengajukan diri.
Seperti halnya Arya, Astadewi dan Ratihpun
mengalami hal yang sama, demikian pula Dyah
Krusina ituterus berlanjut terus hingga menjelang
magrib. "Sekarang giiliran kalian orang tua" Gardapati berkata
kepada Iblis Kembar Bumi dan Si Gila dari Neraka.
"Kami akan berubah menjadi siapa?"
"Aku akan memudakan kalian" Jawab Gardapati.
Keduanya tak percaya, namun menurut juga?" kali
ini matahari sudah menghilang dari bumi pertiwi.
Kegelapan dan kedinginan menyelimuti jagad"
"ketahuilah yang aku gunakan adalah Ilmu perubah
tulang pembentuk daging, bagi kalian yang
perempuan berubah menjadi laki-laki jangan galau,
semua bagian tubuh kalian berubah seperti halnya
laki-laki. Jadi kalian bias menikmati percumbuan
dengan gaya baru" "Benarkah?" Astadewi terkejut dan melongok kebalik
celana ratih. "Ternyata benar" Pekik Astadewi lagi.
Ratih tersenyum malu. Astadewi benar-benar agak
keterlaluan pikirnya dalam hati.
"Apakah ada efek sampingnya?"" Iblis Kembar Bumi
yang berubah menjadi muda lagi bertanya.
"Tidak, itu adalah ilmu kaum golongan putih, jadi tidak
ada efek sampingnya, ilmu itu bertahan hingga satu
tahun. Bila sudah satu tahun semuanya akan berubah
seperti biasa" "Huaaaghhahahaha" Si Gila dari Neraka Hitam
tertawa terbahak-bahak?"
* Malam berlalu berganti pagi yang begitu menyejukan
jiwa, dalam pagi itu setelah puas bercengkrama atas
sebuah siasat yang akan berjalan terdengar sebuah
suara yang begitu berwibawa laksana panglima yang
memimpin pasukan perang".
"Hati-hatilah".!" Gardapati memesan kepada dua
rombongan lain yang dibentuknya.
Perlu diterangkan bahwa saat ini semua wajah dari
ketujuh orang itu telah berubah".
Gardapati menggunakan wajah Ayahnya semasa
muda, Pangeran Pemabuk"
Astradewi menggunakan wajah ibunya semasa
muda, Asmara Dewi Surga"
Arya menggunakan wajah Eyang Gurunya semasa
muda, Iblis bermata Hijau"
Ratih menggunakan wajah Ayahnya semasa muda,
Setan Purnama" Dyah Krusina menggunakan wajah ayahnya semasa
muda, Bangsawan berhati emas.
Iblis Kembar buni berubah menjadi muda lagi
sehingga wajahnya sejaman kembali bersama
wajah-wajah Gardapati yang lain"
Begitupula dengan Si Gila dari Neraka"
Dunia persilatan akan di gemparkan kembali dengan
kemunculan mereka, tujuh orang yang pernah
melanglang buana di dunia persilatan yang biasa
dikenal dengan nama 7 utusan dunia persilatan. perlu
diketahui bahwa ketujuh saudara angkat itu awalnya
terdiri dari tiga golongan.
Iblis kembar Bumi, Setan Purnama dan Iblis Bermata
hijau berada di golongan Hitam.
Pangeran Pemabuk, Bangsawan berhati emas dan
Asmara Dewi surga dari golongan putih.
Sementara Si Gila dari Neraka berada ditengah
keduanya, atau biasa dikenal dengan nama Golongan
Merdeka. Dalam sebuah pertarungan ketujuhnya bertemu dan
akhirnya mengangkat sodara, tentu saja mereka
ditentang oleh segenap dunia persilatan sebab
melawan arus. Tapi mereka sudah menjadi sesisir setangkai,
siapapun yang menentang mereka labrak, oleh
karenanya mereka dipanggil tujuh utusan dunia
persilatan. "Kau juga hati-hatilah" Iblis kembar bumi menghormat
dan pergi berlalu bersama kawan karib sekaligus
saingannya Si Gila Dari Neraka.
"Sampai jumpa " !" Arya dan Ratih melambaikan
tangan, keduanya dengan langkah berani menuruni
puncak. Tinggal Gardapati dan Astadewi yang bersiri
mematung memandangi awan yang bertuak,
"Kemanakah kita hendak menuju kakang?" Astadewi
bertanya. "Kemana angin berhembus itulah tujuanku"!" Jawab
Gardapati seraya menggandeng tangan Astadewi.
Keduanya menuruni puncak dengan sebuah ilmu
peringan tubuh yang maha dahsyat, Ngambang
Angin" Mereka berjalan tidak berjalan, lari tidak lari,
terbang-tidak terbang, tapi mereka melayang?" satu
langkah kaki sama dengan sepuluh tombak, jadi bias
dibayangkan kecepatan lari mereka"
Dalam sekejap mereka sudah dibibir hutan,
pesawahan mengampar bak permadani kuning,
jalanan pesawahan berkelak-kelok dan bercabang
membentang dihadapan mata.
Sudah selajimnya bila kita bejalan mengikuti jalan
pesawahan yang berkelak-kelok itu. Tapi, hokum itu
tak berlaku bagi Gardapati dan Astadewi, keduanya
berjalan lurus tak perduli jalan itu kali, padi atau
apapun, yang jelas mereka mengambil jalan lurus.
Bukan berjalan seperti kita yang main terobos, tapi
melangkah melayang diatasnya, jika tak memiliki
kemampuan mengentengi tubuh yang dahsyat
mustahil dapat melakukan itu.
Para petani menatap itu dengan mata melotot, bibir
menganga, berikut air liur yang menetes, mereka
berdiri terpaku tak dapat berbicara.
Setelah Gardapati dan Astadewi menghilang ditelan
jarak barulah mereka sadar dari ketergunannya.
Desa Padangwana adalah sebuah desa yang lain
daripada yang lain, disebut lain sebab desa itu berada
ditengah hutan yang lebat, setiap rumah di desa itu
menyesuaikan dengan tempat rumah itu dibangun,
tak ada pohon yang ditebang. Jejalanan begitu asri
dengan rerumputan khas hutan, bunga-bunga umbuh
dengan indah tanpa ada yang mengganggu. Orang
berlalu lalang dengan tegur dan sapa yang ramah dan
tamah. Kecuali sekelompok orang berbaju serba hitam
dengan ikat kepala warna-warni.
Gardapati dan Astadewi tahu lawan memperhatik an
mereka, tapi keduanya tak perduli.
"Kisanak dimanakah letak warung yang menjual
bumbung atau guci?" Tanya Gardapati kepada seorang
kakek-kakek yang sedang asyik membetulkan
pagarnya. "Oh, Kisanak dan nisanak baru kali pertamanya
kemari?" "Benar Kisanak," saya mendengar disini ada sebuah
pasar yang menjual barang-barang antic yang
berkwalitas tinggi. Maka dari itu kami berdua kemari"
"Hahaha" Kisanak dan Nisanak berdua dating
ketempat yang benar, berjalanlah kebarat sana, di
ujung desa ini ada sebuah pasar yang menjual segala
macam makanan dan benda, bahkan budak. Bila
Kisanak dan Nisanak berminat bolehlah saya hantar,
mari" Ajak kakek itu sambil meletakan golok yang
dipegangnya. Gardapati tersenyum ramah, tangannya terulur
menyalami, lalu berkata. "Terimakasih Kisanak, tapi kami ingin berpesiar
dahulu, tidaklah usah kisanak bercapai diri,
sampurasun" Kake itu berbinar, sebab selain menyalaminya,
Gardapati menyisipkan benda yang di kira kakek itu
adalah tip. "Rampes.." Jawabnya kemudian.
Gardapati gandeng lagi gandeng tangan Astadewi dan
berlalu dari tempat itu. "Kakang" rasanya kita diikuti" Astadewi berkata
sambil meraba tengkuknya.
"Biarkan saja, tunjukan bahwa kita hanyalah seorang
anak bangsawan yang sedang berpesiar, kakang
yakin wajah kita ini hanya kaum golongan tua yang
tahu" "Baik, kakang".Ku berjalan diantara hamparan surge
bumi, Bunga, pohon dan rumput disekelilingku"
Tentunya sang pangeran pelipur hati yang senantiasa
bersama"Lupakan masalah, lupakan tunggara"Mari
kita berpesta?" Astadewi bernyanyi-nyanyi kecil
disamping Gardapati, gardapati tertawa dan
menyambung. "Mentari hangatkan cinta kita berdua, eratkan dengan
seutas akar pohon beringin, kugandeng tangan
halusmu bersama nyanyian sahdu. Wahai angin,
sampaikan pada dunia bahwa kami kan terus
bersama. Wahai bumi yang menjadi alasku biarkan
ku bergumul diantara belaianmu, wahai langit
naungilah cinta ini" biarkan terus bersama, biarkan
tetap terjaga,," buang merana, buang gelisah"
ingatlah kita berdua?"
"Hahaha?" keduanya tertawa setelah mereka tiba
ditempat tujuan.. "Apakah anda berdua memerlukan pemandu?" Tanya
seorang anak lelaki berusia sepuluh tahunan di depan
gerbang pasar. "Bawa kami mencari sebuah guci yang bagus"
Gardapati berkata tegas dan berkesan sombong
seolah lagak seorang yang kaya.
Anak itu tertegun gembira, dari suara dan lagaknya ia
bias menyimpulkan bahwa dua orang yang hendak
dibantunya adalah orang kaya, sudah tentu tipnya
juga akan besar, ia segera menjawab.
"Baik, mari"!"
Ketiganya segera berjalan, bocah itu dengan lagaknya
menerangkan setiap sudut yang ada dalam pasar itu,
teksnya seperti sudah ia hapal, begitu lancer tanpa
cela. "Inilah"!" Tunjuk bocah itu pada sebuah warung
emperan yang saat itu kebetulan tak ada pembeli.
Berbagai macam barang seperti Guci, lukisan,
bumbung, patung dan sebagainya berserakan.
"Gardapati memilih berbagai macam guci,
dipandanginya dan ditelaah satu persatu, penjual
yang melihatnya kesal juga ia bertanya kepada
gardapati. "Tuan, apakah anda hendak membeli?"
"tentu saja, hanya guci-guci ini sama sekali tak ada
yang menarik perhatianku"!"
"hehe" anda memang orang yang berselera tinggi"
Kata penjual itu seraya mengeluarkan sebuah peti
kayu yang ukurannya cukup besar.
"Ini adalah Guci peninggalan Pangeran pemabuk,
seorang pendekar kelas tinggi yang mati terbunuh di
gunung Himalaya. Aku mendapatkan ini dari
sahabatku di Himalaya."
Gardapati tertegun, wajahnya memerah semu girang,
mencari jarum malah menemukan bersama
benangnya. "Coba kulihat" Ucapnya.
Penjual itu ragu juga, apakah lawan akan
membayarnya, matanya terus menatap Gardapati.
"Brukk?" Astadewi melemparkan sebungkus benda.
Kain pembungkusnya berwarna hitam.
Penjual itu sigap mengambilmnya juga membuka
pengikat kain itu, dilihatnya setumpuk emas
bercampur berlian didalamnya. wajahnya girang
bukan kepalang. Peti itu tanpa kata segera diberikan
kepada Gardapati. Gardapati buka peti, dilihatnya guci emas seperti


Iblis Dunia Persilatan Karya Aone di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kukuk berukiran abstrak dari perak menghiasinya, di
dalam guci terdapat ukiran seorang wanita cantik
yang tak lain adalah ibunya itu.
"Dapatkah aku membeli informasi padamu?" Tanya
Gardapati lagi. "Haha" jika aku tahu, tak akan kulewati kesempatan
ini tuan, sekiranya apakah yang ingin tuan ketahui"
"Bagaimanakah kematian dari Pangern pemabuk
yang sebenarnya" Penjual itu tertegun. Lalu tertawa terbahak-bahak.
"Jika tuan bertanya pada orang lain, maka tuan akan
mendapat jawaban seperti halnya dengan yang
beredar saat ini. Untunglah tuan bertnya pada orang
yang tepat" " Sambungnya "Pada sembilan belas tahun yang lalu.
Pangeran pemabuk, beserta Pendekar Kelana Lima
Pedang Dewa. Pergi kegunung Himalaya untuk
mengadakan pertarungan memperebutkan gengsi
pendekar sejagat, saudara Pangeran pemabuk s ama
sekali tak menyetujui hal itu. Dasar ia keras kepala, ia
nekat kabur dan berangkat kesana. Tak ada kejadian
apa-apa sekwaktu perjalanan. Dan suatu ketika
pertarungan akan dimulai. Kebetulan Aku memiliki
seorang sahabat yang ikut kesana?"
Sembilan belas tahun yang lalu"
Gunung Himalaya adalah gunung yang terkenal
diseluruh jagad. Oleh karenanya dipuncak itu
dijadikan sebuah panggung pertarungan adu gengsi
antara pendekar sejagad, Pihak penyelenggara adalah Negri yang dikenal
dengan nama Jambu Dwipa (India). Negri yang
dikenal sebagai asal mula ilmu silat.
Sudah Dua hari dua malam pertarungan itu diadakan.
Berbagai macam jurus dan senjata telah dikeluarrkan.
Entah berapa darah yang tumpah dan mengalir
membasahi panggung, entah berpa mayat yang
bertumpuk. Namun pertarungan itu tidaklah Nampak
akan berhenti, sekitar seratusan orang masih
menunggu pertarungannya termasuk Pangeran
Pemabuk. Saat itu yang bertarung adalah seorang lelaki
bertubuh tinggi besar bermata biru, berkulit putih
kemerahan bertotol-totol, rambut pirangnya panjang
diikat dengan kain warna putih. Di lehernya
menggantung sebuah topi aneh.
Sedangkan lawannya adalah pemuda bertelanjang
dada berkulit hitam legam. Rambutnya botak, hanya
giginya yang kuning yang terlihat berkilapan tersorot
sinar mentari. Terlihat si hitam legam merubah kedudukan menjadi
agak condong kebelakang dan tangan mengepal
untuk bersilang didepan dada, sedangkan tangan kiri
terkipas kearah samping. Sedang Si Pirang melakukan suatu tendangan dengan
kaki kanan, Si Hitam melakukan hindaran kedalam
sambil sekaligus melakukan pengipasan kearah luar
terhadap kaki yang menyerang tersebut"
Dengan cepat bagaikan angin berhembus, kaki kanan
dimajukan dengan diikuti dengan kaki lainnya
sehingga membentuk suatu tekukan dibawah sambil
tangan kiri melakukan gerakan cengkraman
mendorong, sedangkan tangan lainnya memutar dari
arah luar juga berbentuk cengkraman"
"Brukkk"..!" Sipirang jatuh berdebum mengapakah
bias demikian" Ternyata tubuh yang bergerak cepat
untuk maju kedepan bawah tidak lain adalah untuk
melakukan sambaran melalui cengkraman tangan
kanan pada sisi lutut kiri lawan yang saat itu
menyangga seluruh berat tubuh dan tangan lainnya
melakukan dorongan. Inilah mengapa Si Pirang jatuh
berdebum. Tak berhenti begitu saja, sihitam melompat dan
menekuk siku," "Bukkkk," bruttss" Darah tersembur bersamaan
melayangnya nyawa si pirang.
Pertarungan terus berlanjut, hari demi hari terus
bergulir hingga menyisakan sepuluh peserta"
Di tengah panggung, Dewa lengan delapan dari negri
dewata (Bali) berdiri dengan gagahnya, semua lawan
sudah dihabisinya" darah segar mengalir di
keningnya, bukan darah miliknya namun darah lawan.
Pangeran pemabuk melompat ketengah gelanggang"
sikapnya ugal-ugalan. Posisi Pangeran pemabuk saat
ini sangat aneh, menghormat sambil menengak guci.
Salah satu kaki, yaitu kaki kanan berjinjit didepan,
kaki kiri menekuk, tangan kanan memegang guci dan
menempelkannya di mulut. Tangan kiri dibuka seperti
menyembah. Pandangan mata meleng, tubuh agak
membungkuk bidang dada di tarik kebelakang
sehingga wajahnya melengak. Itulah jurus
andalannya Mabuk Kera Sakti.
Betapa marahnya hati Dewa lengan delapan
diremehkan seperti itu. Sigap sekali ia menggerakan
kedua kepalan tangan untuk berposisi disisi tubuh
yang merupakan sikap pertahanan yang rapat sekali,
setiap serangan akan di patahkan melalui kuda-kuda
itu sesuai dengan namanya melipat mega
menggulung angin. Pangeran pemabuk mendekati Dewa Lengan delapan
dengan sempoyongan seperti orang mabuk, tangan
membuka dan menekuk pada siku dan pergelangan
tangan sehingga membentuk seperti ombak, kedua
tangan itu digerakan melingkar-lingkar
membingungkan lawan. Tak mau ambil resiki kebingungan, Dewa Lengan
Delapan menjinjitkan kaki kiri yang berada didepan,
sementara kaki belakang menekuk, kepalan tangan
terletal didepan pusar dan tangan lainnya tertekuk
menuju kedepan dengan jari-jari terbuka miring,
secepat kilat kaki kiri melangkah mundur dengan
kedua tangan membelai kesamping dengan suatu
tolakan bertenaga?" "Plak"." Serangan itu ditangkis dengan tangan kiri
Pangeran Pemabuk dan tangan melakukan serangan
balasan dengan gerak pukulan yang mantap,"
Dewa lengan delapan melakukan tarikan pukulan
yang ditangkis dan balas menyerang dengan suatu
pukulan kilat, tubuhnya sedikit dimiringkan
menghindaripukulan mematikan dari Pangeran
pemabuk. Pukulan itu disusul pula dengan pukulan
kepalan tangan kanan dan menarik kepalan lainnya
pada sisi pinggang. Mendapat serangan yang saling menyusul, Pangeran
Pemabuk bergerak cepat menurunkan tubuh untuk
melakukan hindaran dengan tangan kiri mengarah
kebawah dan tangan kanan yang memegang guci
berada disamping atas, salah satu tangannya
bergerak menusuk perut dan tangan kanannya
melakukan persiapan susulan"
Dewa lengan delapan hentakan dengan tangan kanan
yang berputar untuk sampai diatas kepala dan tangan
lainnya memutar lurus secara penuh kebawah
menangkis tusukan dari Pangeran Pemabuk"
Mendapati serangannya ditangkis, Pangeran pemabuk
batal menyelipkan serangan susulan, ia malah maju
dengan kedua tangan yang saling mengimbangi
dibawah,". * Dewa lengan delapan tertawa "cari mati kau?"
bentaknya. Ia mengangkat tangan kiri dengan telapak tangan
berada diatas dan tangan lainnya melakukan tebasan
dengan sisi tangan" "Wesss," serangan itu mengenai serangan kosong
sebab Pangeran pemabuk meloncat dengan kaki kiri
dan kaki lainnya diangkat. Kedua tangan melakukan
suatu kuncian pertahanan,,, kaki kanannya terayun
menyamping dengan membentuk kuda-kuda yang
miring, yaitu kaki kanan menekuk dan lainnya
diluruskan tangan kanan ditekuk dengan jari-jari
menunjuk keatas dan tangan lainnya berada disisi
siku" Lalu meloncat kemuka dengan gesit dan cekatan, kaki
kanan terangkat kebelakang kedua tangannya
melakukan cengraman kuat pada leher lawan"
"Hiahh" Dewa lengan delapan mengangkat kaki kanan
dengan lututnya dan diikuti dengan putaran cepat
yang terkombinasi pada kedua tangan".
Pangeran pemabuk bataklkan serangan, sungguh
kaget sebab ia merasakan tubuh lawan licin seperti
belut, ia segera meloncat balik kebelakang dengan kiri
menyapu keluar dan tangan lainnya menyilang
didepan dada" Pertarungan terus berlangsung, entah berapa jurus
telah berlalu, pada jurus ke Sembilan ratus dua puluh,
tampak keduanya berhadapan dalam sebuah tatapan
yang meyakinkan kedua telapak tangan mereka
beradu" Dewa tangan delapan telapak kanan, sedang
pangeran pemabuk tangan kiri, tangan lainnya samasama terkepal di pinggang,"
Hawa kematian merebak disekeliling panggung" sinar
keperakan keluar dari adu telapak tangan itu,
keduanya berkutat mempertahankan posisi masingmasing. debu tersibak karena hawa sakti yang
menggelora dalam tubuh mereka"
Tanpa sepengetahuan Pangeran pemabuk, lawan
melakukan suatu taktik yang cukup mengejutkan.
Diam-diam tenaga dalam yang tinggi dikerahkan pada
tangan kiri, secepat kilat tangan kanan ditarik
sementara tangan kiri melakukan suuatu dorongan
telapak tangan. Untunglah Pangeran pemabuk bukan petarung
kacangan, serangan itu ditangkis dengan tangan kiri
pada pergelangannya memakai sisi tangan.
"Plakk"!" Begitu serangan ditarik, tangan yang dipakai untuk
menangkis langsung dipukulkan dengan sebuah
kepalan yang sudah dialiri tenaga dalam.
Dukk"!" Dalam menghadapi balasan serangan itu,
ternyata Dewa Lengan Delapan menarik mundur
kedudukan kakinya dan menangkis dengan tangan
kanannya" Cepat laksana seekor kera yang mabuk Pangeran
mabuk menyelinap maju sempoyongan dengan kaki
kanannya, tepat berkedudukan depan lawan dengan
menarik tangan kanannya"
Kedudukan Dewa lengan delapan goyah".!
"Hepp"!" Desss"Prakk" Arrrhhggg!" Sebuah pukulan
dari guci emas berbentuk kukuk Pangeran pemabuk
menghantam kepala Dewa lengan delapan hingga
polonya berhamburan. Pangeran pemabuk menghela nafas panjang. Tanpa
memedulikan sekitarnya Pangeran Pemabuk keluar
panggung, padahal menurut peraturan setelah
mengalahkan lawan peserta dilarang turun panggung.
Bila turun panggung maka ia dinyatakan kalah"
"Adimas, mengapa engkau keluar dari panggung"
Tanya Dewa mata pedang heran.
"Aku kemari hanya ingin membunuhnya saja!" Jawab
Munculnya Keris Kiyai Jaran Goyang 2 Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang Salah Sambung Ii 2

Cari Blog Ini