Naga Merah Karya Khu Lung Bagian 3
Hal tersebut membuat mau tidak mau Semua anak murid Siao lim pay masih ada pada merasa seperti ditikam.pedang tajam.saja.
Setelah memberi perintah pada keponakan muridnya tadi, Pek cie Taysu balik pula dan menghadapi Tan Liong.
sambil memperlihatkan senyum ewah Tan Liong si pemuda baju kelabu masuk ke dalam kamar.
Matanya mengawasi Goan khut dalam keadaan yang amat payah alisnya nampak dikerutkan.
Pek cie Taysu mengawasi wajah dan gerak gerik tan Liong.
terhadap ucapan pemuda itu tadi yang mengatakan bisa menolong jiwa Goan khut, agaknya masih diragukan.
Tan Liong setelah berdiri sejenak lalu mengulur tangan kanannya dengan kecepatan kilat menyambar dadanya Goan khut.
Gerakan yang dilakukan secepat kilat oleh si pemuda baju kelabu itu membikin was was Pek cie Taysu yang terus mengawasi perbuatannya itu.
Kala itu mendadak terdengar suara.
Sreeet! Dan . . . . .. jubah bagian dada Goan khut ternyata sudah dirobek oleh gerakan tangan Tan Liong tadi.
Pek cie Taysu yang menyaksikan perbuatan Tan Liong itu wajahnya agak berubah.
Perasaan gusar nampak tegas di atas wajahnya.
Goan khut adalah Ciang bun jin atau ketua partai Siao lim pay.
Dalam keadaan tidak ingat orang, sang ketua tersebut diperlakukan demikian rupa oleh orang luar tidaklah mengherankan kalau perbuatan itu dimata pendeta tua itu sangat gegabah maka seketika itu juga sudah membuat ia gusar sekali.
Pek cie Taysu segera menghampiri Tan Liong.
Jikalau Tan Liong menjamah badan maupun baju Goan khut lagi, ia siap akan merintangi.
Bagi Tan Liong, perubahan sikap Pek cie Taysu tadi agaknya tak terlihat sama sekali.
Mata pemuda ini hanya ditujukan ke arah dada Goan khut tanpa berkedip.
Setelah agak lama memandang wajahnya kelihatan berubah.
Ternyata di atas dada Ciang bun jin Siao lim pay itu dengan tegas terlihat dua titik tanda merah.
Tan Liong kala itu sedang berpikir.
"Heran," pikirnya, "Siapa sebenarnya Naga Merah itu .....
" Kenapa dia juga bisa melakukan serangan yang serupa benar?" Perlahan rupanya sudah tenang kembali pikirannya, pemuda baju kelabu itu sambil kerutkan alis gertak gigi, pikirannya dikerjakan keras.
Naga Merah . . . . .. Naga Merah . . . . .. Dan Naga Merah muncul berbareng di biara Siao lim sie .
. . . .. Mengingat hal itu pemuda tersebut ketawa sendiri seperti orang gila.
Suara ketawa itu mengejutkan sekali Pek cie.
Ketika mereka menengok dan mengawasi ke arah Ciang bun jinnya saat itu kelihatan payah sekali keadaannya seakan"akan lampu sudah kehabisan minyak.
Keadaan serupa itu membuat Pek cie Taysu mencucurkan air mata.
Pek cie lalu berkata, "0 Mie to hud !" serunya "Teecu sekalian telah berdosa hingga mengakibatkan siao lim sie mengalami bencana begini mengenaskan .
. . . .. Ow! Budha yang welas asih berikanlah kehidupan baru kepada Ciang bun jin kami .
. . . .." "Hwesio tua perlu apa menangis" Ciang bun jin kalian toh tidak akan mati." Mendengar perkataan anak muda itu Pek cie taysu tercekat hatinya, berbareng pun semangatnya terbangun.
Ia bertanya, "Benarkah jiwa Ciang bun jin kami dapat ditolong" " "Sudah tentu.
Cuma dalam hal ini kesembuhannya ada tergantung padaku, apa aku mau menolong atau tidak" " Pernyataan tersebut membikin kaget pendeta itu.
Sangat janggal terdengarnya ucapan pemuda aneh ini, sebab apabila ia benar ingin menolong, mengapa harus mengatakan lagi mau atau tidaknya tergantung dari pikirannya.
Maka mendengar itu Pek cie Taysu lantas berkata dengan suara gemas.
"Sicu kalau bisa menolong mempertahankan jiwa Ciang bun jin kami, meskipun orang"orang Siao lim pay tidak berani mengucapkan janji apa"apa tetapi yang terang selanjutnya apabila sicu membutuhkan tenaga sekalipun terjun kejurang atau kelautan api kami tidak akan menolak.
Tan Liong hanya ketawa menyeringai, sedang dalam hatinya berpikir.
"sungguh enak kedengarannya perkataanmu ini, Hmm ! Jikalau tidak karena kepandaianku sudah musnah semua aku juga akan melemparkan sebuah bom di biara Siao lim sie ini.
" Sudah tentu pikirannya itu tidak dikeluarkan melalui bibirnya.
Atas perkataan pendeta tua tadi ia hanya menjawab, "Dalam hal ini aku yang rendah tidak pernah pikirkan semua.
Cuma jikalau suruh aku menolong mempertahankan jiwa Ciang bun jin kalian sesungguhnya tidak usah asal kalian bisa menyanggupi syarat yang akan kuajukan.
" "Apa syarat itu" Coba tolong kalian sicu sebutkan.
" "Kepandaian ilmu silat partai kalian sejak dahulu sudah menjagoi rimba persilatan.
Di dalam tujuh puluh dua jenis ilmu silatnya Tat mo Siansu yang kesohor itu, setiap jenisnya merupakan pelajaran ilmu silat yang tertinggi.
Dan diantara tujuh puluh dua jenis i1mu"ilmu itu, yang paling ampuh adalah ilmu yang disebut Pan Giok Sinkang.
" "Pan Giok Sinkang" menyelak Pak cie Taysu, "meski benar ilmu silat yang tidak ada taranya, tetapi masih ada beberapa jenis yang lainnya yang lebih hebat.
Umpama saja Jin kut Cin kang, Hoan hie Tay lek Cin kang dan lain"1ainnya lagi." "Tapi aku hanya ingin membicarakan satu Pang giok Sin kang saja.
" "Buat apa sicu hendak membicarakan ilmu silat ini?" "Diantara begitu banyak anak murid partai kalian, apakah ada seorang yang pernah meyakinkan ilmu Pan giok Sin kang itu" " Pek cie Taysu mendengar pertanyaan itu tidak mengetahui apa makna perkataan Tan Liong yang katanya ingin membicarakan ilmu tersebut, maka lantas pendeta tua ini menjawab sambil kerutkan alis, "Ilmu Pan giok Sin kang ada termasuk salah satu dari enam jenis ilmu silat terampuh dari partai kami, menurut apa yang lolap tahu, selama beberapa puluh tahun ini, pernah ada beberapa puluh murid golongan partai kami yang menggunakan waktu hampir seumur hidupnya untuk mempelajari ilmu tersebut, dan toh tidak ada satu yang mencapai maksudnya." "Kalau begitu dalam partai kalian, sudah tidak ada seorang yang mahir ilmu tersebut" " "Ilmu Pan giok Sin kang adalah ilmu silat golongan Budha yang tertinggi dan tersulit serta terampuh, menurut apa yang lolap tahu di dalam kalangan murid-murid partai kami tidak seorangpun yang paham ilmu tersebut." Tan Liong tertegun mendapat jawaban demikian.
Memang betul seperti apa yang gadis baju merah itu katakan, apabila ia tidak bertemu dengan Hiat im cu atau dengan ilmu silat golongan Budha "Pan giok Sin kang" maka ilmu silat dan kekuatan yang ia punya akan musnah untuk se1ama"1amanya.
Memikirkan akan nasibnya sendiri maka lama sekali ia baru bisa berkata lagi, "Benarkah diantara murid golongan partai Siao lim pay sudah tidak ada yang mempelajari ilmu "Pan giok Sin kang" itu?" "Tidak ada!" jawab Pek cia Taysu sambil gelengkan kepala.
Kembali Tan Liong merasa kecewa, mendadak ia dapat satu pikiran, lalu berkata pula, "Taysu, jikalau kau masih ingin jiwa ciang bun jinmu tertolong, masih ada lain syarta lagi!" "syarat apa" Coba kau jelaskan" "Aku akan menolong jiwa Ciang bun jinmu, tapi kau harus berikan "Pan giok Sin kang Pit kip" Pek cie Taysu diam"diam merasa kaget, perkataan Tan Liong ini sesungguhnya diluar dugaannya.
"Pan giok Sin kang Pit kip ada merupakan salah satu kitab berharga dari partai Siao lim pay yang merupakan salah satu benda pusaka partai kami bagaimana bisa diberikan kepada orang luar dengan cara begitu mudah" Pada enam puluh tahun berselang, kitab Pan giok Sin kang ini pernah dicuri oleh salah satu muridnya Bu tong pay yang masih muda, sehingga Siao lim pay harus menggerakkan seluruh anak muridnya, bertempur dengan Bu tong pay.
Dalam pertempuran hebat itu, kedua fihak te lah jatuh banyak korban.
Kemudian Bu tong pay desak muridnya yang dianggap bersalah itu menyerahkan kitab tersebut dan lantas hukum anak muridnya itu menurut peraturan da1am.partainya, dengan demikian kedua partai besar ini baru akur lagi.
Kitab Pan giok Sin kang ini bagi partai Siao lim pay bukan saja merupakan kitab peninggalan Tat mo Couwsu.
Suadah tentu dengan sendirinya tidak boleh diberikan kepada sembarangan orang" Tan Liong yang mengetahui bahwa hwesio tua ini keberatan memberikan kitab pusakanya, lantas berkata dengan suara dingin! "Taysu, kalau merasa keberatan memberikan kitab itu sebagai syarat untuk aku menolong jiwa Ciang bun jin kalian, tidak perlu kita bicarakan lagi." Sehabis berkata ia berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.
Pek cie Taysu sangat gelisah.
Ia hitung"hitung waktunya.
Setengah jam sudah hampir habis, jika tidak ditolong maka jiwanya Goan khut pasti akan melayang.
Maka ia lantas berseru memanggil Tan Liong, "Sicu, harap suka tunggu sebentar .....
" Tan Liong balikkan badan dan menanya, "Kau terima baik permintaanku?" "Dengan sebenar-benarnya, kitab Pan giok Sin kang itu memang merupakan kitab pusaka bagi partai kami, yang tidak boleh terjatuh ditangannya sembarangan orang.
" "Kalau begitu, perlu apa dibicarakan lagi" " "Apakah sicu berani jamin kalau Ciang bun jin kami tidak akan binasa" oleh karena dalam hal ini kami masih belum.melihat buktinya sudah tentu tidak berani sembarangan menyerahkan kitab pusaka partai kami sebagai barang tanggungan.
" "Apa Taysu tidak percaya aku dapat menolong jiwa Ciang bun jin kalian sehingga tidak binasa" " "Jikalau ada buktinya sudah tentu kami mau percaya.
" "Taysu tidak perlu menggunakan segala perkataan untuk memancing orang.
Aku beritahukan kepadamu, Ciang bun jin kalian sudah terkena totokannya si Naga merah yang bernama "Hiat hun Im kang".
Bagi orang biasa begitu terkena ilmu totokan tersebut, jiwanya lantas melayang seketika itu juga.
oleh karena tenaga dalam Ciang bun jinmu ada begitu sempurna dan sangat kuat,
apalagi si Naga Merah turun tangan tidak terlalu berat, maka tidak lantas binasa.
Cuma di dalam waktu setengah jam, jika tidak lantas tertolong sekalipun ada dewa yang turun dari kayangan, juga sudah tidak bisa berbuat apa"apa lagi." Ia berhenti sejenak, matanya terus mengawasi Pek cie Taysu, kemudian berkata pula, "Jika menurut cara Taysu, sudah tentu akan membuka jalan darah bagian "Jim tok" dan "Beng bun" lebih dahulu kemudian dengan menggunakan hawa tenaga murni Taysu salurkan melalui jalan darah "Thian teng hiat" ke dalam tubuhnya Goan khut Taysu.
Meskipun itu ada merupakan satu Cara yang cukup sempurna, tapi jika digunakan untuk menolong orang yang terkena ilmu totokan Hiat hun Im kang, hawa murni itu akan berubah menjadi Im kang, jangan kata sudah tidak bisa digunakan untuk menolong jiwanya, bahkan mempercepat kematiannya." Keterangan Tan Liong itu telah membuat Pek cie Taysu yang mendengarkan dengan saksama merasa terkejut.
Pengetahuan dan kepandaiannya mengobati orang luka di dalam, bukan saja sudah faham benar, malah dapat menjelaskan begitu tepat.
Dan apa yang membuat kaget dan heran pendeta tua itu ialah anak muda yang usianya baru kira"kira dua puluh tahun itu ternyata ada mempunyai pengetahuan begitu luas dan kepandaian begitu tinggi.
Tan Liong menatap wajah Pek cie Taysu lagi sejenak, lalu berkata pula; "o0o0dw0o0o" JILID ke : 6 "Baiklah, jikalau tidak percaya, aku dapat menolong jiwa Ciang bun jin kalian, sekarang aku unjukkan buktinya dulu, hitung- hitung memberi kelonggaran kepada kalian." Setelah itu ia lalu menghampiri dirinya Goan Khut yang masih tidak ingat orang, kemudian ulur tangan kanannya dengan kecepatan bagaikan kilat ia menepok beberapa bagian jalan darah dianggota badannya Goan khut.
Gerakan tangan Tan Liong itu bukan saja tepat, tapi juga caranya agak aneh, Pak cie Taysu yang merupakan orang terkuat dalam golongan anak murid Sio lim pay juga masih belum.dapat melihat dengan jelas entah ilmu apa yang digunakan oleh Tan Liong itu.
"Sudah, sekarang taysu boleh berikan padanya sebutir obat pil "Kim sin tan" buatan partai siao lim pay dulu, ia akan segera siuman.
Dengan Cara ini ia hanya dapat tahan hidup setengah bulan saja.
Dalam tempo setengah bulan ini, apabila tidak mendapat pertolongan yang tepat aku juga tidak berdaya." Ia ketawa dingin kemudian berkata pula, "Sekarang kau sudah kuberikan sedikit kelonggaran, selanjutnya kau masih menghendaki jiwa Ciang bun jin kalian atau tidak, terserah kepada kalian sendiri.
Jikalau kau bisa menahan pendirian dan mau memberikan kitab Pan Giok sin kang sebagai barang pertukaran dengan jasaku ini, di dalam tempo setengah bulan ini, setiap saat kau boleh mengatakan." Sehabis mengucapkan perkataannya itu dengan tanpa menunggu jawaban Pek ci Taysu, ia sudah balikan badan dan berlalu.
Pek cie taysu tidak merintangi berlalunya anak muda itu, ia lantas mengambil pil obat Kim.sin tan yang lantas dimasukkannya kedalam mulutnya Goan khut.
Gunung Siong san, dimana gereja Siao lim sie itu telah didirikan, malam itu masih diliputi oleh kabut kedukaan, tanah Buddha yang selama itu dipandang sebagai tempat sunyi, itu malam telah dijadikan jagal manusia oleh si Naga Merah, seorang misterius yang belum diketahui siapa sebenarnya.
Saat itu semua jenasah 60 lebih anak murid Siao lim pay yang menjadi korban Bom Pek lek tannya Pek lek cu, kini sudah selesai dikubur.
Sisanya yang masih hidup, pada berjalan menuju keruangan Hoan sim ie.
Tan Liong tatkala jalan melalui tempat dimana tadi bom Pek lek tan meledak, unjukkan ketawa hambar dan berjalan lagi.
Pada saat itu Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan san It hiong mendadak mendapat lihat dirinya pemuda baju kelabu itu, dalam hati diamrdiam pada terkejut.
Tan Liong mengawani Ciang hay Sin kun dan kedua kawannya yang sedang berdiri dalam keadaan kesima lalu berkata dengan suara dingin, "Naga Merah yang tadi mengganas di gereja Siao lim sie ini kini sudah berlalu dari sini, tuan"tuan juga sudah boleh pulang!" "Ya! kita juga sudah boleh pulang!" jawabnya Ciang hay Sin kun hambar.
Dan kemudia lantas lalu bersama"sama kedua kawannya.
Tapi selagi Ciang hay Sin kun bertiga meninggalkan gereja Siao lim sie, mendadak terdengar suara siulan seperti suara setan yang memecahkan suasana sunyi malam itu.
Suara itu mengejutkan semua orang yang masih ada disitu, bayangannya Naga Merah yang sekujur badannya diselimuti pakaian warna merah, telah melintas pula dalam benak mereka.
Sementara itu, Ciang hay Sin un dan kedua kawannya yang tadi sudah meninggalkan tempat tersebut ketika mendengar suara itu juga lantas hentikan kakinya.
Ketika mereka pasang mata, kecuali pohon siong yang rindang yang banyak tubuh digunung tersebut, mereka tidak dapat melihat apa"apa lagi.
Tan Liong masih tetap dengan sikapnya yang dingin berdiri terus, tiba"tiba kedengaran suara ketawanya yang seperti disengaja hendak menantang bertempur pada iblis yang sangat ganas itu.
BELUM suara ketawa dinginnya Tan Liong hilang, suara seperti kaki dari orang berjalan yang keresekan tiba"tiba terdengar disekitar tempat itu.
Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan san It hiong yang mendengar juga suara itu, wajahnya pada berubah.
Karena mereka maklum bahwa Naga Merah ternyata masih belum berlalu dari tempat itu.
Dan kini muncul lagi memedi itu, entah apa maksud dan tujuannya.." Suara kaki orang berjalan keresekan yang menyeramkan itu mendadak berhenti.
Disuatu tempat sejauh kira"kira setombak kelihatan berdiri sesosok tubuh manusia yang sekujur badannya mengenakan pakaian warna merah begitupun kepala, kecuali bagian matanya, juga ditutupi dengan kerudung kain merah.
Semua orang yang ada didalam gereja seolah"olah tengah menghadapi satu hantu, hingga dalam hati merasa jeri.
Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya tanpa diperintah lagi masing-masing pada mundur tiga langkah.
Hanya Tan Liong seorang dengan wajah tidak memperlihatkan sikap takut sedikitpun, matanya mengawasi Naga Merah yang berdiri sejarak tiga tombak dihadapannya, malah dengan berani pemuda ini menanya dengan suara dingin, "Barangkali tuankah yang tadi digunakan ilmu Hiat hun Im kang terhadap ketua Siao lim pay, Goan khut taysu?" Demikian tanyanya.
Naga Merah ketawa, Sebentar nampak bayangan merah berkelebat dan mendadak sudah berdiri disisinya Tan Liong! Dari se1a"se1a dua lobang kerudung mukanya Naga Merah nampak jelas sinar matanya yang tajam.
Ketika itu pula ia balas menanya dengan suara dingin, "Kalau begitu tuankah yang tadi membuka totokan jalan darah Goan khut dengan ilmu Hiat pek Sin ciu?" Tan Liong dongakkan kepala dan ketawa terbahak"bahak.
"Benar!" jawabnya.
Pada waktu itu Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya diam"diam sudah menjauhkan diri dari si Naga Merah.
Dengan munculnya kembali Naga Merah, kini suasana digereja Siao lim sie dalam suasana pembunuhan yang mengerikan pula.
Dipihaknya orang baju merah itu hanya kedengaran suara ketawanya yang dingin serta menyeramkan berulang"u1ang, makin dekat kakinya menghampiri Tan Liong, sedang bekas atau jejak yang ditinggalkan kedapatan tanda telapak kaki merah laksana darah.
Setelah berada dekat sekali pada si pemuda, Naga Merah berkata dengan suara dingin, "Tuan sungguh berani mati! Dengan pandang kau berani menghalangi perbuatanku, apa kau sudah merasa bosan hidup?"
Tan Liong agaknya tidak memandang mata sama sekali pada si Naga Merah yang gerak"geriknya seperti hantu itu, ketika mendengar teguran tadi malah ia menjawab sambil tertawa"tawa, "Apa" Kau ini adalah Naga Merah?" Pertanyaan itu sesungguhnya jauh diluar dugaan semua orang.
Apakah Naga Merah yang berada didepan matanya itu bisa menjadi Naga Merah palsu" Hal tersebut bukan saja membuat Ciang hay Sin kun dan kawan" kawannya merasa keheranan, sekalipun itu orang yang sekujur badannya memakai pakaian serba merah dan yang mengaku dirinya sebagai Naga Merah agaknya juga merasa heran, hingga sesaat lamanya dia berdiri tertegun seperti patung.
Lama sekali, orang berbaju merah itu baru menjawab sambil ketawa, suaranya kedengaran sangat menyeramkan.
"Apa kau kira ada Naga Merah yang palsu?" Selagi Tan Liong akan menjawab, dibelakangnya tiba"tiba terdengar suara yang amat merdu, yang menyambuti pertanyaan orang baju merah itu.
"Benar.. benar! kau Si Naga Merah palsu!" Suara itu kedengarannya seperti tiba"tiba, maka sudah barang tentu kalau mendadak juga telah mengejutkan semua orang.
Ciang hay Sin kun dan kawan-kawannya lantas menengok kearah mana suara itu terdengar, ditempat sejarak tiga tombak jauhnya dari mereka entah sejak kapan sudah berdiri seorang gadis baju merah.
Tan Liong ketika melihat mnnculnya gadis baju merah itu mendekat.
Diamediam ia juga terperanjat.
Pikirnya, "Gadis baju merah ini mengapa juga unjukkan diri disini?" Selagi berpikir demikian, Naga Merah yang berdiri dihadapannya mendadak melesat ke arah si gadis baju merah, Kepada wanita baju merah itu, ia berkata dingin, "Kalau begitu, siapakah sebetulnya Naga Merah yang tulen?" Gadis baju merah itu perdengarkan suara ketawanya berulang"ulang dengan sikap acuh tak acuh kemudian menjawab, "Ku beritahukan padamu, Naga Merah yang tulen adalah dia...." Sambil mengucapkan perkataan tersebut, jari telunjukkan ke arah Tan Liong.
Perkataan gadis baju merah itu bukan saja mengejutkan itu orang baju merah yang mengaku dirinya sebagai Naga Merah, sekalipun Ciang hay Sin kun, Pendekar Kalong dan Yan san It hiong bertiga pun tidak kurang herannya.
Tan Liong adalah si Naga Merah! Sungguh jauh meleset dari perkiraan mereka...
Untuk sekian lamanya suasana berubah menjadi sepi dan sunyi...
Kejadian yang terjadi secara mendadak itu, yakni perkataan yang dikeluarkan dari bibir kecilnya sigadis baju merah membuat terkejut semua orang.
Kini semua mata ditujukan kearah Tan Liong seorang.
Mereka rata-rata hampir percaya bahwa anak muda yang sikiapnya dingin ketus dan kelihatan sangat aneh itu, adalah itu manusia buas yang menakutkan, si Naga Merah.
Hal demikian rasanya tidak mungkin terjadi.
Setelah hening keadaan sekian lama, lagi tiba"tiba terdengar suara si pemuda baju kelabu Tan Liong, "Benar!!" katanya "Aku adalah Naga Merah yang kedua...
Naga Merah yang pertama adalah suhuku sendiri!" Berkata demikian matanya lalu mengawasi matanya itu orang serba merah dan bertanya lagi! "Kau siapa sebetulnya"! Kenapa begitu berani mati kau mengakui sama orang lain" Lekas jawab!! kalau tidak....." Pada waktu itu dari jauh kembali terdengar suara siulan seperti setan dari orang serba merah itu.
Seberhentinya suara tadi, lantas menghilang dari hadapan Tan Liong.
Tan Liong dapat lihat bahwa orang serba merah itu mendadak berlalu, namun ia pun tidak mengejarnya.
Pada hakekatnya ia juga tidak mempunyai kemampuan untuk mengejarnya, sebab kala itu kepandaianya telah musnah.
Maka ia hanya unjukkan senyum dan seorang diri kemak"kemik berkata, "Ada satu hari aku pasti akan buka kedok kalian dua ekor Naga Merah siapa sebetulnya..." Dan ketika ia mengawasi kearah si gadis baju merah, ternyata masih tatap dengan wajah dingin gadis itu mengawasinya, hingga hal tersebut dengan sendirinya membuat Tan Liong terkejut.
Pertanyaan "Siapakah gadis baju merah ini?" selain terulang dalam otaknya.
Ia juga rupanya heran mengapa gadis itu sampai tahu kalau ia Naga Merah yang asli" Karena pikirannya itu, maka ia mengawasi agak lama si gadis baju merah tersebut, mendadak ia merasa seperti kalau gadis baju merah ini begitu mirip dengan si "dia?"nya.
Akan tetapi iapun tahu benar bahwa gadis baju merah itu bukanlah si dia.
Gadis yang pernah mencuri hatinya.
Meskipun kedua orang itu wajahnya mirip satu dengan yang lain, tetapi masih ada sedikit ciri"ciri perbedaannya.
Saat itu Ciang hay Sin kun dan kawan"kawannya ketika melihat Naga Merah sudah berlalu juga pada berjalan hendak keluar.
Tiba-tiba mereka dengar suara Tan Liong si pemuda baju kelabu memanggil.
"Kalian sukakah tunggu sebentar?" Ketiga orang yang sudah akan berlalu itu lantas urungkan maksudnya.
Mereka berpaling dan mengawasi Tan Liong yang mengaku sebagai Naga Merah kedua itu.
"Apa kalian hendak pikir?" tanya Tan Liong ketika mereka membalik serentak.
"Benar!" itu adalah suara Ciang hay Sin kun, badannya agak bergetar.
"Kalian hendak pergi, boleh saja! Tapi diantara kalian jika ada yang berani membuka rahasiaku, aku nanti suruh kalian mati dibawah tusuk konde Naga Merah!" Perkataan pemuda baju kelabu itu diucapkan dengan suara bulat, rupanya memang bukan semacam gertakan belaka.
Ciang hay Sin kun bertiga yang mendengar perkataan berupa ancaman itu benar"benar merasa jeri rupanya, hingga tak seorangpun yang berani menjawab.
Setelah diam lagi sejenak, mereka lalu balikkan diri lagi dan berlalu, Sebentar kemudian ketiga orang tersebut sudah menghilang ditempat gelap.
Tan Liong kini mengalihkan pandangannya lagi, mengawasi si gadis baju merah.
Dengan sikap tetap dingin kepada gadis ini, dia bertanya, "Tidak tahu nona ini orang pandai dari manakah sampai begitu jelas mengetahui segala halku" Sukakah disini nona memberikan sedikit keterangan?" Gadis baju merah itu tidak memperlihatkan sikap bangga atas pertanyaan si pemuda, ia hanya menjawab hambar, "Hal itu apa yang perlu diherankan" jangan kata kau muncul sebagai Naga Merah sekalipun asal usul yang menyangkut dirimu aku juga tahu semuanya." Tan Liong diam"diam terperanjat.
"Coba kau jelaskan." Demikian pintanya.
Didalam pandangan Tan Liong, gadis baju merah tersebut sebetulnya masih merupakan teka teki besar.
Mengapa gadis tersebut dapat mengetahui asal-usulnya bahkan semua kejadian yang bersangkutan dengan ia" Hal inilah yang membuat dia tidak habis pikir.
Sebab sejak munculnya ia dalam.dunia kangouw, belum pernah ada seorangpun yang mengenalnya, apalagi asal-usulnya.
Sampaipun itu gadis Hoan Giok Hoa yang mengakibatkan ia kehilangan seluruh ilmunya juga tidak terkecuali, serba gelap akan hal dirinya.
Mengingat dirinya Hoan giok Hoa, dalam hati si pemuda timbul semacam perasaan pedih...
"Ayahmu bukankah Tan Ciang itu orang yang dijuluki Bwe hoa Sin kiam" Betul tidak?" "Benar...!" demikian tanpa merasa Tan Liong menyahut.
"Ayahmu, Bwee hoa Sin kiam itu pada masa dua puluh tahun yang si1am.pernah kepincut dengan seorang yang bernama Siao hun lie Ciang Bun bun, lalu keduanya lari meninggalkan ibumu, Cai hoa Sian cu! Betul tidak?" "Kau teruskan?" "Kala itu ibumu baru melahirkan kau belum lama dan setelah mengalami nasib ditinggal suami, sudah tentu ia sangat berduka.
Dan jikalau tidak karena baru melahirkan, ibumu mungkin sudah tidak ada keberanian untuk hidup terus.
Tetapi oleh karena kau, ia rela menerima segala penderitaan hidupnya, selalu berusaha membesarkan kau.
Sampai kau berusia lima tahun, kedukaan ditambah kebencian yang selama itu terkandung dalam hati, suatu hari ibuu akhirnya berubah menjadi suatu kekuatan dan menimbulkan hasrat begitu besar niatnya hendak membunuh ayahmu sendiri, Tan Ciang Jiu itu.
Sudah barang tentu juga ibumu tidak mau memaafkan ayahmu itu lekaki belang dan sudah tentu juga tidak akan dibiarkan laki-laki itu hidup enak-enakan.
Tetapi ibumu cukup maklum.dengan kepandaian yang dimilikinya pada masa itu, jangan kata mampu menandingi ayahmu, sekalipun untuk menghadapi Siao hun lie seorang masih tidak nempil." "Untuk membalas sakit hati, akhirnya ibumu nekad"nekadan" demikian katanya pula, setelah menelan ludah "Pada suatu malam ia mencuri masuk kerangon tempat menyimpan kitab pusaka dalam gereja siao lam sie, maksudnya hendak mencuri kitab pusaka Siao lom pay yang terkenal dengan nama Pan giok Sin kang.
Tapi lebar, perbuatannya dipergoki oleh seorang padri disitu, hingga akhirnya babak belur ia dihajar oleh Ciang bun jin siao lim pay setelah muntahkan banyak darah, akhirnya bisa kabur..." Tan Liong yang mendengarkan penuturan gadis baju merah itu makin lama nampak makin tergerak hatinya...
Terdengar suara gadis baju merah itu berkata pula, "Meskipun ibumu berhasil melarikan diri dari gereja siao lim sie, tetapi serangan Ciang bun jin Siao lim pay telah menyuruh dia merawat diri sendiri sampai dua tahun baru bisa sembuh dari luka"lukanya, sedang hasratnya hendak membunuh ayahmu makin lama makin besar.
akhirnya ia pergi ke gunung Bu tong san..
Dan kepergiannya kesitu hendak mencari kitab pusaka Bu tongpay yang diciptakan oleh Thio Sam Hong sendiri, pendiri Bu tong pay yakni kitab pelajaran ilmu pedang yang terkenal dikalangan kangouw bernama Hai hong Cap pak sek.
Kalau waktu itu bukan ada jasa Pendekar Kalong yang menjamin keselamatan jiwanya mnngkin ibumu waktu ini sudah tidak ada mayatnya dibuang dipinggir jurang Bu tong san, ibumu yang berkali"kali mengalami kegagalan itu hatinya rupanya mulai dingin, paling akhir dicobanya sekali lagi menyatroni Kun lun pay disitu maksudnya hendak mencuri dan mempelajari ilmu kitab Kim kong ciang, tetapi disini usahanya juga, bahkan kena dihajar lagi oleh orang"orang kuat Kun lun pay.
Maka walaupun berhasil meloloskan diri akhirnya.
Tetapi keadaannya sudah payah betul, sukar dipertahankan karena luka-lukanya begitu parah sehingga tidak lama sepulangnya dirumah lantas meninggal dunia." Tan Liong yang mendengarkan kisah ibunya yang demikian mengharukan, air matanya titik berlinang, sikapnya kelihatan begitu lesu dan kedukaan hebat agaknya meliputi seluruh hatinya.
Gadis baju merah berhenti sejenak, setelah membesut keringat atas dahinya lalu ia berkata pula, "Jikalau kisah tadi menyayat hatimu, aku boleh tidak usah ceritakan lagi." "Tidak apa!" jawab Tan Liong lekas, "Kau boleh ceritakan terus." "Apa kau tidak takut kejadian dimasa lampau itu akan membikin susah hatimu?" "susah yang kualami masa lalu sudah terlalu banyak sekali.
itu bukan soalnya." "Tatkala ibumu hendak menutup mata, pernah meninggalkan pesan, supaya kau setelah besar, bisa menuntut balas, membunuh ayahmu sendiri.
Tan ciang Jin dan itu perempuan yang menjadi gara"gara pecah belahnya keluarga, bahkan sampai kematian ibumu sendiri, Ciang Hua ban san dalam keadaan luka hati, demikian kau ternyata lantas terima baik pesanan ibumu.
Akan tetapi buat membunuh lain orang rasanya masih tidak sukar, tetapi membunuh ayah kandung sendiri" Aku yakin kau tidak menahan hatimu...
Dan waktu itu, ibumu selain berpesan padamu supaya mengusahakan penuntutan balas sakit hatinya itu, pernah juga ia menyuruh kau pergi pada seorang yang bernama Cu Goan kui yang dalam rimba persilatan gelarnya terkenal sebagai Tiat khek.
" "Cu Goan kui dengan ayahmu sebetulnya dulu adalah sahabat kental.
Dia pada waktu ibuu masih belum.meninggal dunia, pernah menjodohkan anak perempuannya yang bernama Cu Lian kepadamu.
Kala itu kau sudah berumur lima tahun, tentang ini didalam hati dan pikiranmu aku yakin tentu tidak akan melupakan untuk selama"lamanya.
Maka dengan hati duka tak terhingga kau lalu pergi mencari"cari Goan Kui." "Tetapi apa yang kau dapatkan padanya membuat kau merasa kecewa.
Dia tidak perlakukan kau sebaik seperti yang dikatakan ibumu bahkan dia memandang rendah padamu, menghina kau.
Maka dalam hati kecilmu mulai saat itu sudah diliputi oleh rasa dendam.dan sakit hati terhadap kehidupan manusia.
Tetapi satu-satunya yang merupakan hiburan pokok bagi hati yang sedang berduka berbareng benci itu adalah sikap dan kelakuan serta cinta kasihnya Cu Lian terhadapmu.
Sewaktu kau menerima caci maki cu Goan kui, dialah satu-satunya orang yang memberi hiburan hingga memberanikan kau untuk hidup terus dalam perjuangan.
Meskipun kau mendendam dan benci sekali kepada Cu Goan Kui, akan tetapi kau begitu dalam menyintakan Cu Lian, puterinya.
Beberapa kali kau hendak meninggalkan keluarga Cu, tapi juga selalu kau urungkan sendiri karena sikap dan kasih sayang Cu Lian yang diberikan padamu.
Sumpah sehidup semati dengan Cu Lian didalam hati sanubari kalian yang waktu itu masih suci murni biar bagaimana tentu membuat hatimu tidak bisa melepas bayangan gadis itu.
Kau tak usah menyangkal kalau kau begitu dalam.menyintai dia.
Dalam usia 15 tahun waktu itu perbuatan Cu Goan kui telah membuat kau benar"benar sudah tidak ada waktu itu keberanian untuk berdiam lebih lama dalam rumah tangganya, maka akhirnya kau berlalu dari keluarga Cu dan meninggalkan buah hatimu.
Tatkala kau hendak meninggalkannya, Cu Lian pernah berkata padamu, 'engko Liong, kau pasti kembali.
Akan kunantikan kau selama"lamanya, karena hatiku ini adalah kepunyaanmu sejak hari ini.'"
"Pernyataan kasih sayang gadis itu telah memberi semangat dan hati hangat kepadamu, tetapi akhirnya juga terpaksa kau meinggalkannya dengan hati hancur 1ebur..Setelah kau pergi meninggalkan keluarga cu, kau tidak tahu kearah mana harus menuju karena kau yang hidup sebatang kara tidak mempunyai sanak famili, maka kemana kau pergi tentu belum dapat kau tentukan seidiri pada kala itu.
Itulah sebabnya kau lalu bergelandangan dijalan satu hari lewat satu hari...
dan dirimu. Kau pernah jatuh pingsan dipinggir jalan, tapi karena tekadmu begitu bulat untuk menuntut balas, kau gemar sekali menerima segala penderitaan.
Dengan hati pedih dan badan tak bertenaga itu kau memasuki suatu daerah pergunungan yang kau sendiri tidak tahu namanya, sudah berapa tempat dan jauh jarak yang kau 1a1ui,.
Yang hanya ada pada hatimu memetik buah pada kala kau merasa lapar, lain dari itu, setiap hari kau lewatkan hidupmu dalam keadaan menggenaskan.
Itu juga akhirnya yang membikin tabah dan kuat sifat pribadimu." "Ada satu hari tanpa kau sengaja juga diluar tahumu sendiri kau menelan lima buah Leng cie yang sudah berumur ribuan tahun.
buah Leng cie yang sudah ribuan tahun umurnya itu adalah barang mujijat dalam.dunia.
Kala itu meski kau Cuma mengerti saja ilmu kepandaian silat, tetapi lima buah Leng cie lantas membikin kau tambah semangat dan tambah tenaga berlipat ganda.
Juga pada malam itu tatkala kau memasuki sebuah kuil tua, mendadak disitu kau lihat ada sesosok jerangkong jenasah manusia.
Oleh karena terdorong peruntunganmu, akhirnya kau mendapatkan kitab pelajaran ilmu silat aneh peninggalan ketua Ciong"lam pay turunan ke duabelas, yakni yang bernama Yo Sai Peng.
dan selain itu kau dapatkan juga sebuah panji partai Ciong lam.
Kitab pusaka dari partai Ciong lam itu ialah pelajaran ilmu silat yang ditulis oleh Yo Sai Peng yang ditinggalkan untuk partainya ketika akan menghembuskan napasnya yang penghabisan, teraniaya oleh musuhnya.
Dalam pesannya tertera dalam kitab itu, ia juga minta pada siapa yang mendapatkan kitab dan mempelajari isi kitabnya itu harus memegang pimpinan dan menjadi ketua partai Ciong lam pay.
Sedang yang mengenai orang yang menganiayanya, dalam kitab itu juga dituliskan pembunuh itu adalah itu orang yang bergelar Sam gan Mo kun dengan kekasihnya yang bernama Thian liong lie.
Kedua musuh"musuhnya itu harus dibunuh.
Kala itu kau belum mengerti arti ilmu silat yang terdapat dalam kitab mujijat itu, hanya bolak balik melihat-lihat gambaran dan membaca sendiri akhirnya sampai berulang"u1ang membaca seluruh isi kitab itu, sepuluh hari kemudian setelah kau meninggalkan kuil itu dan selagi berjalan melewati kaki bukit Pak kut gan, kau lalu menemukan seseorang yang terkenal ganas, Naga Merah yang tersekap dalam sebuah gua dibawah kaki bukit itu dengan kunci mujijat mengekangnya.
Tatkala Naga Merah melihat rupamu segera ia tahu bahwa kau mempunyai bakat luar biasa yang menyebabkan ia mengambil keputusan akan mendidik dan menjadikan kau seorang kuat tanpa tanding dalam rimba persilatan.
Dari dirinya si Naga Merah itu juga kau lalu mendapatkan apa"apa yang sebelumnya kau tidak bisa itu ilmu yang kau idam"idamkan seumurmu.
dia telah menurunkan seluruh kepandaiannya kepadamu.
Tiga tahun kemudian ia menuturkan kisah hidupnya.
Meskipun pernah berka1i"ka1i ia membunuh manusia tetapi orang"orang yang dibunuhnya semua itu adalah orang"orang yang bermusuhan dengan dia dan orang yang menyekapnya dalam goa tersebut adalah itu orang yang bernama Ong Cia San dengan gelarnya Lam khek Sian oang.
dia juga berpesan padamu, setelah kau nanti terjun dalam dunia kangouw, harus mewakilnya membunuh delapan orang yang lantas satu"satu disebutkannya dan setelah itu kau lantas mencari Lam khek sian ong, Ong cin san suruh kau dari padanya minta sebuah kunci yang digunakan untuk membuka pintu goa, supaya dia bisa bebas kembali." "Waktu pertama kali kau muncul dalam dunia kangouw, dia memberikan kau seperangkat pakaian warna merah darah dan dua buah pecahan mangkok.
Yang sepotong adalah barang tulen peninggalan dari pengemis sakti dan sepotong yang lainnya adalah yang palsu.
Selain daripada itu juga diberikan padamu sebuah tusuk kundai batu giok yang berukiran Naga dengan warnanya yang indah merah.
Dipesannya pula, jikalau hendak mengambil jiwa itu delapan orang yang hendak kau ambil jiwanya, lebih dulu tusuk konde itu harus dikirim pada orang"orang itu dan dalam waktu tiga hari kemudian barulah kau diperbolehkan turun tangan.
setelah kau muncul didunia kangouw, benar juga kalau demikian waktu itu kau melakukannya pesan"pesan suhumu, bergiliran sudah merenggut tujuh jiwa manusia hingga didunia kangouw menjadi gempar setiap orang merasa tidak aman dirinya.
Naga Merah muncul lagi dunia kangouw.
Dan sebelum mengambil jiwa orang kedelapan, orang terbelakang, kau kemudian bertemu dengan seorang gadis yang tergila gila dan cinta padamu.
Gadis itulah Hoan Giok Hoa.
Ia sudah tergi1a"gila begitu rupa terhadapmu, tetapi tidak kau balas sebagaimana mestinya cinta seorang gadis terhadapmu.
Sebabnya, gadis yang ada didalam hatimu adalah hanya seorang gadis yang namanya Cu Lian, yang merupakan juga kawanmu semasa kanak-kanak.
Tetapi akhirnya kau mendadak menerima kabar suatu berita yang menyayat sekali hatimu.
Berita itu adalah menyangkut dengan gadis idamanmu yang hingga sekarang belum ketahuan tempat tinggalnya.
Beritu itu merupakan pukulan batin sangat hebat bagimu, sampai hamoir kau tidak kuat menahan penderitaan hatimu.
Dan untuk mengisi kekosongan hatimu yang hampa itu, terhadap Hoan Giok Hoa kau lantas ambil perhatian.
Diantara kalian saling menuturkan perasaan hati masing-masing yang sangat.
Tapi setelah itu kau juga merasa bahwa kau tidak cinta benar"benar terhadap gadis itu, perbuatanmu hanya sekedar buat melampiaskan hatimu yang kosong.
Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sudah itu hanyalah hiburan yang kau cari yang waktu itu kau begitu sedih.
Tetapi, Hoan Giok How sendiri sebaliknya begitu dalam anggapannya bahwa ia telah mendapat kasih sayangmu.
Pada suatu hari waktu kau sedang bersemedi melatih ilmu, mendadak ia datang menemui kau.
Dia mula mula ingin membikin terkejut membentak, tiba"tiba dari belakangmu.
siapa tahu perbuatan yang dilakukan tak disengaja itu akhirnya membikin tertutup jalan darahmu hingga ilmumn musnah sekalian, Semula sebetulnya kau ingin menganiayanya, tetapi setelah kau melihat wajah dan matanya yang masih putih bersih, kau lantas tidak tega turun tangan.
Dan tatkala ia juga tahu kalau perbuatannya yang main-main itu mengakibatkan musnahna seluruh kepandaianmu, ia juga merasa sedih, hampir saja membuat ia mencari jal an buntu, hingga ia dengan diam"diam pegi ke gereja Ban hud sie digunung Ngo bie san untuk mengambil Cian lion Soat som..." Gadis baju merah itu ketika menutur sampai disitu tiba"tiba terdengar Tan Liong bertanya keheranan, "Apa?" tanyanya "Hoan Giok Hoa pegi kegereja Ban hud sie di gunung Ngo bie san?" Gadis baju merah itu tersenyum, lalu menjawab, "Ya.
Sikap dan keadaan Hoan Giok hoa itu patut dikasihani.
Karena begitu dalam cintanya terhadapmu, sudah tentu ia sejujurnya ingin mengambil cian lian soat Som untukmu.
Sekalipun mengorbankan jiwanya ia tidak merasa sayang." Partai Ngo bie pay yang selama beberapa tahun sudah beberapa kali bercidera dengan partai Ciong lam pay, hingga kehilangan banyak orang kuatnya yang juga hampir meruntuhkan namanya, tetapi oleh karena itu juga pula maka penjagaan atas gunung itu juga sangat kuat.
Apakah Hoan Giok Hoa mampu lolos dari penjagaan orang"orang Ngo bie pay yang melakukan penjagaan
tetapi oleh karena itu juga pula maka penjagaan atas gunung itu juga sangat kuat.
Apakah Hoan Giok Hoa mampu lolos dari penjagaan orang"orang Ngo bie pay yang melakukan penjagaan keras tiap hari siang malam.itu masih merupakan suatu pertanyaan.
"setelah Hoan Giok Hoa berlalu, dikalangan kangouw tiba"tiba mnncul lagi tusuk konde berukiran naga merah.
Dalam waktu singkat, dua puluh hari saja beruntun Naga Merah sudah membunuh delapan orang.
Hal itu dengan sendirinya membikin kau terkejut.
sebab tusuk konde batu giok berukiran Naga Merah itu sebetulnya Cuma ada satu, Mana boleh mendadak bisa muncul lainnya begitu pikirmu.
dan kau selain kaget tentu merasa kuatir.
Tatkala tusuk konde Naga merah itu muncul untuk keenam belas kalinya diselat Bu siong hiap, kau juga hadir disitu dengan sepotong pecahan mangkok palsu kau bermaksud ingin memancing Naga Merah.
Tetapi Naga Merah palsu itu ternyata begitu licin, hingga kalau bukan karena gara"garanya Pek lek cu, aku yakin siang"siang kau sudah mengetahui siapa adanya orang yang mengaku Naga Merah palsu itu." "Dan selanjutnya apakah masih perlu kau suruh aku mengucapkan lagi banyak kata-kata?" Demikian gadis baju merah itu dalam mengakhiri penuturannya.
Dengan sorot mata terheran"heran, Tan Liong memandang gadis baju merah itu.
Ia tidak habis pikir mengapa gadis baju merah ini begitu jelas mengetahui riwayat hidupnya" Dengan sikap muram ia menghela napas, dan berkata, "Tidak usah kau ceritakan lagi, tetapi aku merasa heran mengapa kau megetahui jelas sekali riwayat hidupku?" Gadis baju merah tersenyum dan berkata, "Sudah tentu ada orang yang memberitahukan padaku.
sebetulnya juga tidak ada apa"apanya yang harus dibuat heran, sebab sejak kau muncul didunia Kangouw, hampir selalu aku berada didekatmu." "Kau menguntit aku?" tanya Tan liong keheranan.
"Jikalau kau anggap demikian boleh jugalah." Tan Liong mengingat soal sepotong mangkok pecah yang diambil oleh gadis baju merah itu dalam hatinya timbul semacam perasaan tidak senang, maka waktu itu ia lantas ketawa dingin dan menanya si nona, "Kalau begitu apa maksud nona mengambil sepotong mangkok pecahanku?" "Itu adalah suhu yang suruh aku ambil kembali.
Jikalau tidak terpaksa aku juga tidak bisa datang keselat Bu Siong hiap dan dengan cara menangkap pertandingan secara lisan dengan kau baru aku mendapatkan sepotong pecahan mangkokmu itu.
Sebetulanya siang-siang kau sudah boleh turun tangan atau mencuri barang itu, tapi aku tidak suka berbuat demikian..." Wanita itu lalu menghela napas perlahan berkata pula perlahan hampir tidak dapat ditangkap oleh telinga manusia, "Ulat sutera sampai mati baru habis suteranya..." Perkataan selanjutanya tidak dapat didengar lagi.
setelah menutup mulut lalu gadis baju merah itu balik badan dan berjalan perlahan"1ahan.
Tan Liong tergoncang hatinya.
Tanpa sadar ia berseru, "Nona..." Tetapi ia hanya dapat mengucapkan perkataan itu saja, selanjutnya tidak tahu apa yang harus ia ucapkan.
Gadis baju merah itu lalu berkata sambil tersenyum.
"Aku sudah beritahukan kau tempat kediamanku.
Setiap waktu boleh kau datang ambil barang itu.
Cuma dengan kepandaianmu seperti sekarang ini kau masih bukan tandinganku dan sudah tentu bukan tandingan suhuku.
Sampai disini saja kata-kataku ini semoga dilain waktu kita bisa saling bertemu lagi." Setiap patah kata yang keluar melalui bibir gadis baju merah itu seperti mengandung rasa duka dan berat tidak terhingga.
Selagi Tan Liong hendak menjawab, tiba"tiba terlihat berkelebatnya bayangan merah dan gadis baju merah itu sudah menghilang dari depan matanya.
Suatu perasaan sedih sunyi menyesal dan lain"1ain lagi mendadak berputaran dalam hatinya.
Ia seperti orang kehilangan barang.
Didalam otaknya saat itu terbayang kembali wajah serta sikap serta kata"katanya wanita berbaju merah itu yang dingin kaku, tetapi cukup mengesankan.
Siapakah dia itu"...
Pertanyaan ini selalu berputaran dalam otaknya, tetapi siapa sebetulnya gadis baju merah itu, sudah tentu belum dapat dijawabnya sendiri.
Dan sepotong pecahan mangkok ada satu hari pasti akan dia ambil kembali karena itu adalah pemberian suhunya, biar bagaimana tentu tidak dibiarkan barang berharga tersebut jatuh ke dalam tangan orang lain.
Dan siapa pulakah itu dua orang berpakaian serba merah tadi yang mengaku Naga Merah" Teka teki itu semuanya harus dapat dipecahkan juga, kalau dapat lebih cepat lebih baik.
pikirnya. setelah itu ia lantas memikirkan hendak mencari ayahnya dah Siao hun lie untuk melaksanakan pesan ibunya sebe1um.menutup mata.
Mengingat sampai disitu, ia merasa bahwa urusan yang harus diselesaikannya banyak sekali sesungguhnya.
Karena bukan saja hendak menyelesaikan tugas yang dibebankan suhunya tetpai juga karena ia sudah diangkat sebagai ketua Ciong lam pay, ia merasa bahwa tugas dan kewajibannya berat sekali.
Tetapi hingga saat itu hanya sebagian saja yang baru diselesaikannya, hal mana membuatnya berduka karena sekarang ia terluka serta tidak berkepandaian lagi.
Jikalau mengingat itu semua, ia Cuma bisa menggertak gigi menarik napas saja, saat itu pikirannya dirasakan pepat, sedianya hendak berlalu dari tempat tersebut.
Mendadak ia dengar orang memanggil, "Sicu, tunggu dulu!" Tan Liong yang mendengar panggilan itu, agaknya terkejut.
Ketika ia berpaling, segera dilihatnya Ceng sim siansu dari siao lim sie sedang memburu datang menghampirinya.
Tan Liong merasa keheran"heranan, Ceng sim siansu setelah berada di hadapannya lalu anggukkan kepala memberi hormat seraya katanya, "Lolap mendapat perintah Pek Cia suheng minta sicu dengan lolap datang menghadapnya sebentar." Tan Liong semngatnya terbangun.
Lalu ia menanya "Apa kalian sudah mengambil putusan terima baik permintaanku?" "Tentang ini lolap tidak tahu.
Lolap hanya menjalankan perintah saja, sicu suka maafkan." Tan Liong anggukkan kepala, bersama"sama Ceng Sim siansu lantas berjalan masuk gereja siao lim sie lagi.
Pek cia taysu menyuruh Ceng sim Siansu memanggil Tan Liong balik, sudah tentu bukan tidak ada sebabnya.
Perlu kiranya diketahui, Siao lim pay merupakan partai terbesar didaerah Tionggoan, apabila ketuanya sampai binasa semudah demikian, bukankah akan rusak dan runtuh pamor Siao lim pay" Bukankah lebih besar lagi kerugian bagi partai tersebut dikemudian hari" Barang yang dikehendaki oleh Tan Liong adalah kitab ilmu pelajaran silat Pan giok sin kang.
Kitab tersebut adalah salah satu kitab peninggalan dari Tat mo Cousu, meskipun tidak boleh terjatuh dalam tangan lain orang secara gampang, akan tetapi demi kepentingan dan demi menjaga nama baiknya siao lim pay.
Pek Cia taysu sudah berpikir bolak balik untuk berdamai dengan Tan Liong.
Jiwanya Goan khut ketua siao lim pay yang sudah ditarik kembali dari tangan elmaut telah membuat paderi tua itu tertarik oleh kepandaiannya Tan Liong.
Saat itu Tan Liong lantas diajak masuk kekamar Tat mo ie.
Sedang Goan khut sudah baik dan merawat dirinya.
Tan Liong disambut oleh Pek cie taysu setelah dipersilahkan duduk hweeshio tua itu lantas berkata, "Lolap minta sicu balik ke Tat mo ie..." Bicara baru sampai disitu, wajahnya tampak murung setelah berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Kitab Pan giok Sin kang ada merupakan benda pusaka bagi partai kami, sudah tentu tidak boleh sembarangan pindah tangan.
Tapi sekarang ini karena kami sedang mengalami nasib begini, dan ketua kami sedang terluka oleh si Naga Merah, maka demi kepentingan partai kami dan untuk menolong jiwa ketua partai kami, atas nama partai lolap ingin berunding dengan sicu." Paderi tua ini menatap wajah Tan Liong sejenak lalu menanya, "Pan giok sin kang adalah ilmu silat golongan Buddha yang tertinggi, Sicu meskipun mempunyai kepandaian dan kecerdasan lebih dari orang biasa, tapi rasanya kalau hendak mempelajari dan paham betul arti dan isinya, apa lagi sari kitab ilmu silat itu juga bukan suatu hal yang sangat mudah.
Entah ada maksud apakah sicu menghendaki kitab pusaka partai kami itu?" Dalam hati Tan Liong saat itu lalu berpikir.
Perkataan hweeshio tua ini memang tidak dilebih-lebihkan.
Memang sebetulnya Pak giok Sin kang itu adalah ilmu silat golongan Buddha yang paling tinggi.
Kalau ingin memahami dan mempelajari sarinya untuk menyembuhkan lukaku juga bukan suatu soal yang mudah....
Berpikir demikian, ia lantas berkata, "Dalam badanku ini pada waktu ini sebetulnya sedang mengeram penyakit jahat.
Hanya dengan ilmu yang terdapat dalam Pan giok Sin kang, lukaku baru bisa disembuhkan, baru bisa kepandaian dan kekuatanku dipulihkan." "Kalau cuma begitu, sekarang begini saja kita tetapkan karena seperti yang lolap katakan tadi karena kitab itu adalah pusaka partai kami yang sicu tentu juga tahu tidak boleh sembarangan jatuh ketangan orang lain makan bolehkan kalau syarat yang sicu katakan tadi, kita robah sedikit" Begini, kita itu kami pinjamkan kepada sicu utuk jangka waktu tiga tahun.
Setelah habis waktunya sicu kembalikan lagi kepada partai kami.
Tetapi sebelum sicu bawa pergi kitab itu sudah tentu harus menolong jiwanya ketua kami lebih dulu." Mendengar perkataan Pek cia taysu itu, Tan Liong malah merasa tidak enak hati.
Ia lalu menyahut sambil perhatikan senyum ewah..
"Maksudku sebetulnya bukan kutujukan pada kitab Pan giok Sin kang itu.
Jikalau dalam partai Siao lim pay ada orang yang meyakini dan paham benar ilmu itu serta bisa menyembuhkan lukaku, tidak perlu aku melihat kitab tersebut, aku tidak bermaksud hendak mengangkangi kitab pusaka kalian itu." Pek cia taysu dengan wajah masih tetap suram muram mengawasi Ceng sim Siansu yang berdiri disamping, kepada kawannya itu ia berkata, "Sutee, coba kau pikir-pikir lagi.
Diantara saudara kita kau tahukah ada yang pernah mempelajari ilmu Pan giok sinkang itu?" Ceng sim siansu yang ditanya juga sedang murung.
Ketika ditanya lalu memejamkan mata, berpikir ia agaknya, Tan liong mendadak ingat ibunya, sang ibu itu pernah sekali mengunjungi gereja siao lim.sie hendak mencari kitab didalam ruangan penyimpanan kitab, tetapi akhirnya terluka parah.
Mengingat nasib ibunya, wajahnya lantas berubah.
Ditatapnya wajah Pek cie taysu sejenak, lalu ia berkata, "Taysu, kalau aku nanti dapat menyembuhkan dan menghidupkan ketua kalian dan kalian pun sudah menyembuhkan lukaku itu, baru namanya tukar menukar yang adil.
Dalam hal itu tidak terselip soal utang budi diantara kita juga tidak ada permusuhan.
Hanya aku dengan partai kalian masih ada sedikit perhitungan yang nanti akan kutuntut dari kalian." Pek cie taysu yang mendengar perkataan Tan Liong semula kaget, tetapi segera dapat tenang kembali, lalu ia menanya, "Kapankah pernah partai kami melakukan kesalahan terhadap sicu?" Tan Liong tidak menjawab pertanyaan itu, hanya diganda ketawa olehnya.
Pada saat itu mendadak Ceng sim Taysu berseru.
"Aaaaa..!!" Seruan itu keruan saja mengejutkan Tan Liong dan Pek cie Taysu.
Pek cie taysu yang seketika itu mengawasi Ceng sim siansu, segera melihat sang sutee itu berubah wajahnya, nampak seperti orang kegirangan.
"Suheng, sekarang aku ingat seseorang." demikian Ceng sim siansu berkata.
"Siapa?" "Goan beng supek." Mendengar jawaban singkat itu, wajah Pek cie taysu yang sejak tadi kelihatan murung seketika lantas berubah kegirangan lalu berkata dengan bernafsu.
"oyaa.. oyaa.. Goan beng supek sudah mempelajari 80 tahun lebih lamanya.
Itu berarti jikalau supek masih belum dapat memahami sari pelajaran ilmu tersebut, baru kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Itu ada sebuah kuil tua, yang letaknya dibelakang gereja siao lim sie digunung siong san.
Diruangan dalam.kuil tua itu tampak ada dua orang berdiri, mereka adalah Pek cie taysu dan Tan Liong.
Disebuah pembaringan didepan mereka tampak seorang hweeshio tua yang sedang duduk.
Hweeshio ini badannya kurus sekali, pipinya sudah keriputan.
Tatkala hweeshio tua itu membuka sepasang matanya, sinarnya tampak bercahaya.
Hweeshio ini tatap wajah Pek cie taysu seraya katanya, "Apa yang kau katakan tadi semua benar." Pek cie taysu lantas berlutut dan lantas juga berkata dengan sikap masih tetap menghormati.
"Teecu tidak berani mengucapakan yang bukan-bukan.
Harap supek suka memaafkan." Hweeshio tua itu adalah Goan-beng sendiri.
Terdengar ia berkata dengan suara dingin, "Naga Merah nyalinya terlalu besar.
Dia berani terlalu tidak pandang mata pada partai, mengobrak-abrik partai kita." Sehabis berkata, dijawabnya yang sudah banyak keriputan nampaknya bergerak-gerak, suatu tanda kalau hweeshio tua tersebut sedang murka, ketika ia memandang Tan Liong, berkata padanya, "Nanti setelah aku membuka semua urat dan jalan darahmu dengan ilmu Pan giok sin kang, aku juga akan mencari Naga Merah untuk membikin perhitungan atas sepak terjangnya." Tan Liong yang sejak tadi berdiri diam, ketika menyaksikan sikap hweeshio tua itu, diam-diam juga merasa keder.
Saat itu ia dengar pula suara Goan beng yang berkata dengan suara perlahan, "Sekarang aku akan mulai membuka seluruh jalan darahmu yang tertutup itu." Tan Liong kasihkan dirinya disembuhkan oleh paderi berilmu itu.
Pan Giok sinkang adalah ilmu silat tertinggi dari golongan Buddha.
Selama beberapa ratus tahun belakang tidak sedikit anak murid partai Siao lim yang coba-coba ingin meyakini, tapi tidak seorangpun yang memahami isi maupun sari kitab tersebut.
Goan beng hosiang, setelah menggunakan waktu hampir delapan puluh tahun toh masih belu dapat memahami keseluruhan isi kitab tersebut.
Jikalau Goan beng tidak memiliki kecerdasan dan bakat luar biasa, barangkali tidak mampu mempelajari sekalipun hanya separuhnya saja.
Tan Liong saat itu merasakan bahwa jari-jari tangan Goan beng hosiang itu seolah-olah ada hawa panas luar biasa, Hawa itu menyelusup ke urat dan jalan darah diseluruh badannya, lalu menembusi jalan darah terpenting, seperti Ciang thay Hiat, Hoa kay hiat, sim khan hiat dan terus ke Khio hay hiat.
Cara penyembuhan luka semacam itu bagi Tan Liong sesungguhnya suatu keuntungan besar, sebab ilmu Pan giok sin kang itu, sebagai suatu ilmu yang mengandung kekuatan Yang murni yang bersifat panas, yang justru dapat menyembuhkan atau mengusir hawa Im yang sifatnya dingin yang selama itu mengeram dalam tubuhnya Tan Liong.
Cara pengobatan itu memakan wakut hampir dua jam lamanya.
Tan Liong yang pada kala itu boleh dibilang sudah sembuh seluruh penyakitnya, bahkan karena adanya bantuan Pak giok sinkang, kekuatan tenaga dalamnya sudah mendapat kelebihan dari yang dulu pernah dimilikinya.
Sekeluarnya Tan Liong dari kuil tua itu, hari sudah hampir pagi.
Ia lalu balik kembali kekamar Tat mo ia digereja siao lim.sie untuk membuka totokannya Goan khut, sekalian menyembuhkan luka-luka dalamnya.
Dan selesai dengan pekerjaannya itu, semua cuaca sudah terang sekali.
Tan Liong karena sudah berhasrat besar sekali hendak membuka kedok Naga Merah, maka lantas ditinggalkan Gereja Siao lim sie ketika itu juga.
Sebelum ia meninggalkan gereja tersebut, ia memberitahukan Pek cia taysu bahwa dilain hari ia akan kembali untuk membuat perhitungan.
Pek cia taysu tentu saja tidak tahu ada ganjalan sakit hati apa antara pemuda itu dengan partai Siao lim pay.
Hanya dengan pikiran diliputi tanda tanya lantas disuruhnya beberapa orang padri mengantarnya Tan Liong keluar dari gereja siao lim sie.
Hari kedua sekeluarnya Tan Liong dari gereja Siao lim sie suatu kejadian yang menggemparkan dunia rimba persi latan telah terdengar ramai....
Kejadian tersebut, Sebuah tusuk konde batu giok berukiran Naga Merah untuk kedelapan belas kalinya muncul lagi dikota Kay hong.
Dan apa yang membikin gempar tusuk konde itu kali ini justru jatuhnya pada seorang tingkatan muda yang namanya belum terkenal.
Sewaktu Tan Liong mendengar berita tersebut, bukan kepalang gusar hatinya.
Keganasan dan sepak terjangnya dua Naga Merah palsu itu sebetulnya sungguh keterlaluan.
Maka pada hari pertama, tatkala tusuk konde itu muncul dikota Kay Hong, Tan Liong juga sudah tiba dikota itu.
Kira-kira sepuluh lie disebelah utara kota Kay Hong, ada sebuah kampung kecil yang penduduknya cuma kira-kira beberapa puluh jiwa saja.
Dan disebelah selatan kampung tersebut, ada sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu dan papan.
penghuni rumah tersebut adalah Koan Beng dan orang inilah yang kali itu mendapat kehormatan menerima tusuk konde Naga Merah untuk kesembilan belas kalinya.
Malam itu cuaca gelap, angin berhembus kencang.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan manusia yang dengan kecepatan serta kegesitan luar biasa melayang keatas sebuah pohon besar didalam pekarangan rumah kayu tersebut.
Bayangan itu bukan lain daripada Tan Liong sendiri! Ketika pemuda baju kelabu itu melongok dan mengawasi keadaan dalam rumah ternyata lampunya masih menyala, keadaan disekitar rumah terang benderang.
Tetapi disitu tidak nampak bayangan seorangpun juga.
Tan Liong diam-diam merasa heran.
Apakah penghuni rumah disitu yang telah menerima tusuk konde Naga Merah sudah mati" Memikir demikian, diam-diam ia merasa kuatir sendiri.
Apabila malam itu tidak berhasil ia membuka kedok orang yang mengaku bernama Naga Merah itu dan membiarkan mereka mengganas terus, pasti akan membuat dunia persilatan lebih gempar.
Ia lalu lompat turun dari atas pohon.
Tan Liong demikian orang dari atas pohon itu yang sudah pulih kekuatan serta kepandaiannya, tidak kuatir pada siapa saja, sekalipun musuhnya yang tinggi sekali kepandaiannya.
Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, Tan Liong melayang turun kedepan pintu rumah papan itu.
Melalui lubang jendela ia melongok, maksudnya hendak mengetahui keadaan di dalam rumah.
Didalam tetap tak dapat dilihat bayangan seorang pun juga.
Keadaan itu mau tidak mau membuat dia diam-diam merasa kaget dalam hati, benarkah penghuni rumah tersebut sudah celaka ditangan manusia kejam tak berprikemanusiaan itu" Sementara itu hatinya diam-diam berpikir, "Siapa sebenarnya anak muda yang menerima tusuk konde dari Naga Merah itu" Ada permusuhan antara ia dengan si Naga Merah palsu itu....?" Waktu itu kentongan ditalu tiga kali waktu malam yang sunyi senyap itu, kecuali suara burung hantu yang dapat membangkitkan bulu roma, hanya terlihat sinar kelak-keliknya binatang kunang-kunang, membuat tambah seram keadaan dalam kampung tersebut.
Tatkala Tan Liong mengingat bahwa orang yang menerima tusuk konde itu mungkin sudah terbinasa oleh Naga Merah palsu, hatinya menjadi cemas hingga tanpa memperdulikan apa-apa lagi lantas ia mendorong pintu dan menerjang masuk.
Pintu rumah itu ternyata tidak berpalang.
Maka dengan dorongan perlahan saja cukup dapat terbuka lebar-lebar.
Kemudian Tan Liong dengna gerakan badan cepat laksana kilat, menerjang keruangan dalam,
Mendadak, selagi Tan Liong hendak bersembunyi didalam kamar..
dibelakangnya tiba-tiba terdengar suara orang berkata, "Kalau tuan berani bergerak lagi, hati-hati, ujung pedang ku ini tidak mengenal kasihan lagi..." Ternyata ujung pedang yang tajam dan dingin itu sudah mengancam dibelakang lehernya.
Bukan main kagetnya Tan Liong ketika itu tentunya.
Sebab dengan kepandaian yang dimilikinya waktu itu masih tidak mengetahui ada orang datang menghampiri bahkan mengancam lagi dengan pedangnya, dapatlah dibayangkan betapa tingginya kepandaian orang tersebut.
Sang waktu kemudian berlalu lagi, sunyi dan tegang..
Tan Liong benar saja, sementara diantaranya tadi tak berani bergerak.
Sudah jelas apa bila sedikit saja ia mengadakan pergerakan dengan maksud melawan, maka tidak ampun lagi ujung pedang yang berada diatas lehernya akan menamatkan riwayat hidupnya.
Mendadak terdengar pula suara yang mengancamnya tadi, yang bernada dingin, "Tuan siapa?" tegur orang itu, "Ada maksud apa tuan tengah malam buat masuk kedalam rumahku.
Jikalau kau berani membohong, awas!! ujung pedang yang menempel dilehermu ini sedikit juga tidak akan mengenal kasihan." Tan Liong diam-diam mengeluh.
Ia tidak pernah menyangka bahwa maksud baiknya diterima salah oleh tuan rumah.
Maka setelah mendengar pertanyaan tadi, ia lantas menanya, "Kalau begitu, kau sendirian yang mendiami rumah ini?" "Tidak salah! Apa tuan ini konconya Naga Merah?" Tan Liong merasa sedikit ada harapan.
Ia tahu bahwa penghuni rumah tersebut ternyata masih hidup, belum binasa ditangan si Naga Merah seperti semula yang disangkanya.
"Jikalau tuan tidak menjawabnya terus terang berarti tuan memaksanya ku turun tangan segera!" demikian suara itu pula terdengar lebih bernada ketus.
"Apa tuan anggap aku ini si Naga Merah?" demikian kata Tan Liong.
Pertanyaan tersebut malah membuat orang itu kemekmek rupanya, hingga lama tidak bisa berkata apa-apa.
Ketika Tan Liong memeriksa keadaan tempat tersebut, diam-diam juga mengeluh dalam hati.
Sebabnya adalah karena sebelum penghuni rumah tersebut mendapat penjelasan dan maksud kedatangannya sudah terang tidak akan dilepasnya ancaman ujung pedang pada lehernya itu.
Dan iapun maklum betapa lebih tinggi lagi kepandaiannya, pasti dalam ancaman serupa itu ia takkan mampu berbuat apa-apa.
Oleh karenanya, terpaksa ia keraskan hati dan berpasrah menyerahkan nasib ditangan yang berkuasa.
"Jikalau tuan bukannya Naga Merah, atau setidak-tidaknya kelompotannya, perlu apa tuan tengah malam buta masuk kedalam rumah orang" Perbuatanmu ini yang seperti maling, bagaimana bisa tidak membikin orang lain curiga?" Demikian kembali Tan Liong mendengar orang dibelakangnya berkata, "Jikalau tidak karena tusuk konde Naga Merah itu jatuh ke tangan tuan, aku juga tidak akan datang kemari." jawab Tan Liong akhirnya terpaksa.
"Kalau begitu, apa tuan lantaran si Naga Merah baru mau masuk kerumahku ini?" "Benar! Penerangan waktu dirumah tuan ddiwaktu tengah malam buta seperti ini masih kelihatan terang benderang, tetapi disini tadi kulihat tak ada seorang pun juga.
Ketika aku mengintip di lubang jendela, aku sudah menyangka kalau tuan sudah binasa ditangannya Naga Merah." Mendengar keterangan Tan Liong itu, orang dibelakangnya itu lalu berkata sambil perdengarkan suara ketawa dingin, "Hati manusia susah diraba.
Dengan apa tuan hendak membuktikan bahwa tuan betul tidak ada hubungannya dengan Naga Merah!" Mendengar perkataan tegas itu, wajah Tan Liong berubah seketika, lantas ia berkata dengan perasaan sedikit mendongkol.
"Tuan ternyata susah mengukur baju orang dibadan sendiri.
Tuan berpikir terlalu cepat.
Kalau benar-benar tuan tidak percaya ucapanku, bukankah pedangmu setiap saat boleh ditusukkan?" Perkataan Tan Liong kali ini sebaliknya sudah bisa membikin orang dibelakangnya mengerti.
Sebab ujung pedang yang mengancam belakang lehernya itu mendadak disingkirkan.
Tan Liong lalu balik badan, seorang pemuda berusia kira-kira dua puluh tiga sampai dua puluh empat tahun sedang berdiri dihadapannya.
Pemuda tersebut, badannya tegap besar, wajahnya tampan dan keren.
Hanya yang harus dibuat sayang, sikapnya bukan seperti laki-laki gagah.
Pemuda itu ketika berhadapan muka dengan Tan Liong, agaknya merasa kaget, karena kakinya lantas mengisar menjauhinya.
Tetapi kemudian ketawa bergelak-gelak.
Suasana yang tadinya tegang, kemudian begitu kedua pemuda itu bertemu muka, lantas menjadi gembira.
Tuan rumah lantas berkata riang, "Jikalau tadinya aku tahu tuan masih begini muda, pasti tidak akan begitu sembrono kelakuanku terhadapmu.
Ha..ha.. ." Sambil kerutkan alis, Tan Liong menanya, "Apakah tuan ini yang bernama Koan Beng, yang menerima tusuk konde Naga Merah lambang maut itu?" Mendengar pertanyaan itu, Koan Beng yang tadinya sudah tertawa mendadak nampak murung, sebagai jawaban ia hanya mengangguk.
Selagi Tan Liong hendak menanya pula, tiba-tiba terdengar suara siulan panjang yag kedengaran dari jarak kejauhan, namun begitu nyaringnya hingga seketika memecahkan kesunyian dimalam sunyi seperti malam itu.
Koan Beng yang mendengar suara itu berubah pula wajahnya.
Baru ia hendak bergerak lari keluar, tiba-tiba Tan Liong mengulurkan tangannya, menarik kembali badan Koan Beng yang sudah hendak keluar.
Kepada tuan rumah ini Tan Liong dengan suara rendah berkata, "Saudara Koan, jangan keluar sembarangan.
Suara itu bukan suara si Naga Merah." Tan Liong tidak tahu bahwa Koan Beng semenjak menerima tusuk konde Naga Merah itu setiap hari hatinya kebat kebit, maka tadipun begitu mendengar suara tadi semula mau menyangka bahwa si Naga Merah sudah mau beraksi.
Kemudian setelah ditarik badannya dan dihalangi maksudnya oleh Tan Liong, terpaksa ia mengurungkan maksudnya hendak keluar.
Dia dengan sorot mata bertanya-tanya dengan tuan rumah yang masih muda ini mengawasi Tan Liong terus tanap berkedip.
Dengan mata terus ditujukan kearah rumah, Tan Liong berkata dengan suara lembut, "Itu adalah suaranya beberapa orang kangouw yang ingin menyaksikan Naga Merah bertindak.
Rasanya malam ini Naga Merah belum waktunya unjukkan diri." Diluar dugaan Tan Liong, keterangannya tersebut membikin Koan Beng berubah wajahnya dengan sorot mata tajam dan dingin, lantas berteriak gusar, "Bagaimana kau bisa tahu kalau si Naga Merah malam ini tidak akan muncul?" Tan Liong tahu bahwa ia tadi sudah keterlepasan omong, hingga membuat tuan rumah salah paham.
Setelah sekian lama dalam keadaan kemekmek ia lalu menanya, "Kapan kau terima tusuk konde itu?" "Satu hari sebelum hari ini." "Biasanya Naga Merah sebelum sampai hari ketiga sejak waktu mengirimkan tusuk kondenya tidak akan turun tangan.
Malam ini baru termasuk hari kedua.
Dari sini kita bisa menduga tentu Naga Merah tidak akan unjukkan diri." Goan Beng mulai tenang hatinya, ia lalu berkata setelah tarik nafas panjang.
"siaute yakin benar tidak mempunyai permusuhan apa-apa dengan Naga Merah.
Sungguh tidak dinyana, tusuk konde itu bisa jatuh ke rumah siaute." katanya lalu kembali menarik nafas, kemudian baru mengatakan lagi, "Apa sebabnya sebetulnya sungguh tidak bisa siaute pikir." Ia lalu mengawasi Tan Liong sejenak, lalu berkata pula, "Selama beberapa hari ini, siaute selalu berjaga-jaga menjaga kalau Naga Merah muncul dengan tiba-tiba, hingga tentu saja membikin hati dan pikiran siaute tidak tenang.
Aihh.. Manusia berapa lama hidup dalam dunia" Dia bukankah akhirnya akan berpulang ketempat asalnya.." Kalau benar kedatangan saudara ini adalah karena Naga Merah, maka kita sekarang baik minumrminum dulu beberapa cawan, nanti kita bicara lagi." Sehabis berkata demikian, wajah Koan Beng lantas memperlihatkan sikap sungguh-sungguh, hal mana membuat Tan Liong merasa tidak enak kalau menampik ajakannya.
Goan Beng, si tuan rumah lalu mengajak Tan Liong masuk kedalam ruangan dalam.
Ruangan dalam rumah itu meskipun alat serta perabotannya serba sederhana, tetapi segala-galanya diatur rapih dan bersih pula.
Kalau orang itu selagi berjalan memasuki ruangan tamu diruangan belakang, didekat pagar tiba-tiba terlihat sesosok bayangan manusia.
Tan Liong yang sempat melihat bayangan itu, bukan main terkejutnya.
Lantas ia membentak, "Siapa"!" Suara bentakan Tan Liong tadi keras sekali membikin tuan rumah kaget sampai mundur.
Berbareng dengan suaranya itu ia pun sudah lompat melesat menerjang kearah bayangan orang tersebut.
Gerakan Tan Liong itu dilakukan dalam waktu beberapa deik, sebentar saja sudah berada ditempat bayangan tadi bersembunyi dan secepat kilat pula tangannya sudah menyambar badan bayangan orang itu.
Koan Beng yang menyaksikan seluruh kejadian agaknya terkejut sekali.
Sedangkan orang itu sendiri agaknya sama sekali tidak pernah menduga bahwa akan ada orang turun tangan terhadapnya.
Dalam kagetnya tangannya telah berada dalam gengamannya keras Tan Liong.
orang itu lalu balikkan badan dan tatkala saling berhadapan dengan muka Tan Liong, dan orang itu sama-sama mengeluarkan seruan tertahan! Suara seruan tertahan kedua orang itu yang berbareng keluarnya dimalam sunyi itu kedengarannya nyata sekali..
Tan Liong setelah berseru merasakan kepalanya pening seperti disambar geledek.
Tangannya yang tadinya mencekal pergelangan tangan orang itu lalu terlepas dengan sendirinya dan ia sendiripun mundur sampai tiga langkah.
Semua itu terjadinya dalam waktu sangat singkat sekali.
Sebabnya ia melepaskan cekalannya pada orang itu ialah dia adalah seorang wanita muda.
Dan wanita itu bukan lain daripada Cu Lian orang yang selama ini dicarinya dimana-mana.
Semua kenang-kenangan masa kanak-kanak lantas berputaran dikepalanya, tetapi sebentar sudah lenyap kembali.
Dengan suara gugup lantas ditegurnya wanita itu.
"Kau...kau.. bukankah Cu Lian?" Tan Liong hanya mampu mengucapkan beberapa patah kata-kata itu saja, tenggorokannya dirasakan seperti tersumbat, sekian lama ia masih tergagap sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya.
Rasanya memang tidak bisa salah lagi, orang atau wanita yang didepannya itu tidak bisa jadi orang lain.
Cu Lian itu orang dengan wajahnya yang cantik rupawan sudah tercetak dalam otaknya.
Itu adalah suatu wajah dari seorang wanita yang tidak bisa terlupakan seumur hidupnya.
Memang tidak salah dugaan Tan Liong, wanita dihadapannya yang barusan dilepaskan cekalannya memang betul adalah Cu Lian adanya..
Dan bagi Cu Lian sendiri itu juga merupakan suatu hal yang diluar dugaannya, maka ketika matanya beradu dengan mata pemuda itu lantas wajahnya pucat pasi dan tanpa merasa kakinya sudah mundur dua tindak.
Dengan perasaan kaget serta ketakutan terus diamat-amatinya wajah pemuda dihadapannya itu, pemuda yang sudah lima belas tahun menghilang dari depan matanya.
Dalam pendengarannya Tan Liong saat itu seolah-olah berkumandang perkataannya Cu Lian ketika ia hendak meninggalkannya.
Cu Lian pada waktu itu dengan suara lemah lembut dan mengharukan pernah berkata demikian padanya, "...Engko Liong, aku akan menantikan kau untuk selama-lamanya sampai kau balik kembali, jikalau aku menikah dengan lelaki lain, aku rela binasa dalam tanganmu.
Percayalah aku engko Liong...." Hawa amarah yang meluap-luap dalam hati Tan Liong saat itu membuat wajahnya merah padam.
Tetapi saat itu tiba-tiba terdengar suara Koan Beng berkata, "Saudara, jangan salah mengerti,...
itu adalah istriku." Berbareng pada waktu itu orangnya sudah sampai disebelah Tan Liong.
Tan Liong sadar mendadak.
Ia yang tadinya begitu merah padam mukanya, mendadak menjadi pucat pasi, "Isteri..." Isteri?"" Dan seperti orang gila ia lalu tertawa.....
tetapi ketawanya itu bukanlah suara manusia wajar.
Koan Beng agaknya masih belum mengetahui perubahan sikap Tan Liong yang sebentar-sebentar berubah itu, ia lalu berkata pada Cu Lian, "Adik Lian ini adalah saudara...." Tan Liong lantas menyambung, "Aku yang rendah seorang she Tan, namaku cuma Liong." "Kedatangan saudara Tan ini juga oleh karena si Naga Merah.
Adik Lian, kau tak usah menjaga disini lagi.
Kapan saja Naga Merah bakal datang, boleh kita hadapi bersama-sama.
Sekarang pergilah kau membuat sedikit hidangan, aku ingin makan minum bersama-sama dengan saudara Tan." demikian Koan Beng berkata pada isterinya itu.
Cu Lian bersenyum mendadak, ia berkata, "Tan siauhiap jikalau ingatanku tidak salah kita rasanya pernah bertemu muka satu sama lain, betul tidak?" Pertanyaan itu merupakan suatu tamparan hebat bagi Tan Liong.
Tetapi ia masih mau jawab sambil anggukan kepala.
"Ya, aku juga rasa-rasanya pernah melihat kau.." Diucapkannya perkataan itu dengan hati seperti diiris-iris.
Sejenak ia berhenti menelan ludah, kemudian melanjutkan, "Barang kali itu ada dalam.impian..." Koan Beng sudah tentu tidak tahu bahwa antara Tan Liong dan isterinya dulu pernah merupakan kekasih satu sama lain.
Maka atas tanya jawab tadi ia lantas menyambangi sambil ketawa, "Saudara Tan baru pertama kali ini datang kerumah kita.
Dan kau yang selamanya tidak pernah keluar pintu, bagaimana bisa kata pernah melihatnya" Ini sesungguhnya sangat ganjil.
Tapi ah... sudahlah... Pergi kau membuat sedikit hidangan..." Cu Lian kemekmek, masih mengawasi Tan Liong sejenak, tetapi lantas berlalu dengan tergesa-gesa.
Dengan hati dan perasaan yang hanya diketahui oleh Tuhan saja Tan Liong mengawasi wanita muda itu yang kelihatannya sedikitpun belum pernah berubah segala-galanya.
Yang agak berbeda ialah wanita itu kelihatan badannya sedikit lebih gemuk.
Setelah Cu Lian berlalu, perasaan gusar kembali menguasai hati Tan Liong.
Ingin sekali rasanya ia membunuh wanita tersebut, sebab tidak bisa memegang janji sendiri.
Semua kenang-kenangan dimasa kanak-kanak seakan-akan ular berbisa yang mendadak memagut ulu hatinya.
Masa silam yang penuh dengan kenangan itu rupanya masih tergores dalam otaknya, akan tetapi kini, wanita yang menjadi idam-idamannya itu telah menjadi isteri lain orang.
Ia benci sekali terhadap wanita itu, sumpah sehidup sematinya yang pernah dikeluarkan dari bibirnya yang mungil dimasa yang lampau, sekarang entah telah terbang kemana.
Ya.. sungguh ingin ia membunuh! Tidak bisa ia menyaksikan lebih lama, wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati berada dalam pelukan lelaki lain..
Ia tidak dapat mengampuni itu wanita yang tidak setia.
Mengingat hal itu semua, matanya tiba-tiba tampak beringas.
Koan Beng mengawasi Tan Liong yang berdiri menjublek sejak istrinya pergi, lalu berkata padanya.
"Saudara Tan! Mari masuk,!"
Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Liong lantas tersadar dari lamunannya.
Berbareng dengan itu, seperti lakunya orang kemasukan setan, tanpa dapat dikekang oleh perasaan hatinya sendiri berjingkrak-jingkrak.
Saat itu dalam hatinya berpikir.
"Biarlah Naga Merah itu mengambil jiwa dua manusia ini..." Karena pikirannya itu, setelah berjingkrak dua kali lantas ia berkata pada Koan Beng.
"Saudara Koan, tidak usah repot-repot.
Siaute masih ada urusan yang masih perlu tangan siaute sendiri mengurusnya.
Biarlah sampai disini saja dulu, dan sampai lain waktu semoga dapat kita bertemu lagi." Perkataan itu membuat Koan Beng kaget keheran-heranan lantas ia berseru "Apa" Saudara Tan, kau mau pergi?" Pernyataan Tan Liong tadi sesungguhnya jauh diluar dugaan Koan Beng.
Sebab menurut pernyataan tamu tak diundang itu semula, kedatangannya karena si Naga Merah.
Tetapi mengapa sang waktu belwm berlalu lama, mendadak berubah lagi pendiriannya" Tetapi bagaimana Koan Beng bisa tahu perasaan yang sedang dipikir oleh tamunya pada saat itu" Sebab jikalau ia tidak pergi, tentu Koan Beng tidak bisa binasa ditangan Naga Merah palsu.
Kalau orang she Koan itu ditinggal pergi, Tan Liong meminjam tangan Naga Merah supaya sepasang suami isteri itu dibunuhnya.
Maka atas pertanyaan tadi yang begitu kaget, ia lantas menjawab kaku, "Bentar..
aku hendak pergi." Sehabis berkata tanpa menantikan jawaban Koan Beng lantas ia balikkan badan dan berlalu cepat sekali.
Terhadap tindak tanduknya Tan Liong itu, meskipun Koan Beng merasa heran akan tetapi sama sekali tak pernah dipikirnya bahwa diantara Tan Liong tamunya barusan dengan istrinya pernah terjadi cinta kasih yang begitu mesra.
Maka setelah sekian lama berada dalam keheranannya lalu berkata memburu, "Jikalau saudara Tan ingin pergi, siaute juga tidak bermaksud terus memegang tangan saudara Tan.
Hanya sudilah saudara Tan memandang masakan yang baru pertama kali mendapat sahabat seperti saudara untuk sekedar minum dulu baru pergi.
Apa lagi setelah perpisahan kita malam ini, dikemudian hari masih ada waktu bagi kita bertemu kembali atau tidak, masih merupakan suatu pertanyaan besar." Mendengar perkataan itu, hati Tan Liong merasa tidak enak.
Tapi terpaksa dengan keraskan hati, sambil kerta gigi dan geleng- geleng kepala menjawab, "Maksud baikmu terpaksa cua bisa kuterima dalam hati.
Lain hari saja nanti aku berkunjung lagi." Tan Liong lalu berjalan.
Baru sampai diambang pintu, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan hitam yang lantas membujur didepannya.
Tan Liong tercengang, sebab orang yang menghadangn ya itu ternyata adalah Cu Lian sendiri.
Dengan hati berdebaran keras, ia mundur dua tindak.
Cu Lian lalu berkata pada Tan Liong.
"Tan siauhiap! Apa tidak dapat kau tunda sebentaran maksudmu pergi itu" Apakah karena gubukku ini sangat kotor hingga kau pikir tidak baik berdiam terlalu lama atau hidangan yang kubuat tidak mencocoki seleramu?" Pertanyaan itu membuat Tan Liong berubah wajahnya.
Lantas dijawabnya pertanyaan tersebut dengan nada dingin, "Semula bukan itu sebabnya, satu-satunya sebab ialah karena aku terkenang pada kekasihku yang pertama.
Kekasihku itu pernah berkata, katanya kalau ia meninggalkan aku, ia binasa ditanganku.
Meskipun aku tiak mau membunuhnya sendiri, tetapi aku juga kepingin tahu dengan cara bagimana ia nanti menemui ajalnya.
Maka itu, ha..ha..! Aku ingin melihat manusia itu nanti bertemu dengan kematian." Tan Liong yang saat itu sudah seperti orang gila ucapannya, semua tidak karuan juntrungan diucapkannya juga dengan suara agak tergetar.
Selagi Cu Lian hendak menjawab, terdengar suara tangisan anak orok yang masuk kedalam telinga mereka.
Tangisan itu datangnya dari sebuah kamar dalam rumah Koan Beng tersebut.
Cu Lian yang tadi ketika mendengar perkataan Tan Liong tertegun sejenak, kemudian berkata dengan suara murung.
"Hatimu terlalu kejam..." "Yang kejam sebetulknya bukanlah aku..." "Tetapi kau tidak seharusnya melihat ia mati ditangan lain orang." Pada saat itu Koan Beng sudah berada diantara keduanya.
Ketika mendengar perkataan istrinya untuk sesaat juga merasa bingung melihat perubahan sikap tamunya itu.
Oleh karena ia masih belum tahu juga perkara yang sebenarnya, maka hanya berkata, "Menurut perkataan saudara Tan tadi, nona itu tentunya pernah berlaku tidak baik kepada saudara.
dan karena saudara Tan tidak tega membunuhnya, tentu dalam hati saudara masih ada terselip rasa cinta.
Ooo.. entah siapa ini nona yang saudara Tan maksudkan?" Tan Liong hanya tertawa, tidak menjawab.
Koan Beng yang juga agaknya sudah mendengar suara tangisan bayi, lalu berkata pada Cu Lian, "Adik Lian, In Liong telah mendusin.
Pergilah kau gendong dia keluar." Mendengar itu, Tan Liong agak terkejut, ia lalu bertanya, "Apa kalian sudah mempunyai anak?" Koan Beng tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Pertanyaan saudara Tan ini sesungguhnya amat ganjil.
orang mau mendirikan rumah tangga, sudah seharusnya juga menghendaki anak.
Kau kata betul atau tidak?" Pada saat itu Cu Lian sudah meninggalkan mereka, mendiamkan anak yang menangis.
Pikirannya dirasakan tidak keruan.
Duka pedih mengamuk menjadi satu, hingga tanpa sadar air matanya mengalir keluar, membasahi kedua belah pipinya....
Untung semua perubahan itu tidak dapat dilihat oleh Koan Beng, begitu juga Tan Liong.
Sudah beberapa tahun Cu Lian selalu menantikan kembalinya Tan Liong.
Tidak dapat disangkal kalau cinta kasihnya yang diberikan dulu pada Tan Liong masih tetap.
Demi kekasih tersebut pernah dinanti-nantikan empat tahun lamanya, dan setelah empat tahun ia menantikan dengan sia-sia akhirnya tidak dapat menahan desakan orang tuanya hingga terpaksa lalu menikah dengan Koan Beng.
Kini setelah secara tidak tersangka-sangka berjumpa pula dengan kekasihnya yang lama itu, semua kenangan dan cinta kasihnya terhadap kekasih tersebut dimasa lampau lantas timbul pula didalam otaknya.
Ia tadinya sudah ingin sekali memeluk dan menubruk kekasih lamanya itu untuk menceritakan segala penderitaan hidup selama ditinggal pergi.
Akan tetapi oleh karena suaminya yang sekarang, yakni Koan Beng masih berada di sampingnya, dan diantara kekasih lama dan suaminya itu, apa yang dapat dilakukannya" Maka terpaksa ia membiarkan semua kenangan yang lama itu mengganggu kembali otaknya.
Dan ia juga harus berdaya upaya untuk menindas perasaan cintanya terhadap bekas kekasihnya sejak masih kanak-kanak itu.
Tan Liong dengan mata melotot dan mulut menganga mengawasi berlalunya Cu Lian, tiba-tiba menghela napas dan berkata seperti pada dirinya sendiri "Yah...
inilah buahnya... buahnya perkawinan..." Setelah itu ia lalu ketawa sendiri, tetapi ketawanya banyak mengandung kepedihan dan kegetiran.
Koan Beng adalah seorang cerdik.
Melihat perubahan Tan Liong secara mendadak itu, dalam pikirannya lalu timbul perasaan curiga.
Maka ia lalu menanya. "Benarkah Saudara Tan pernah kenal dengan isteriku?" Tan Liong terperanjat.
Dengan sikap kaget sambil geleng- gelengkan kepala segera menjawab, "Tidak..
tidak! aku cuma mengingat seseorang yang mirip benar dengan dia.
Jikalau pada waktu dulu itu aku kawin dengan dia, aku percaya dalam perkawinan itu tentu aku sudah menghasilkan buah.
Karena mengingat nasibku yang buruk itu perasaanku banyak terganggu." Koan Beng agaknya mau juga percaya adanya keterangan Tan Liong itu, maka ia lantas berkata, "0o..
sudah tentu.. itu sudah tentu." Tan Liong tertawa hambar, lalu berkata lagi, "Siaute permisi pergi dulu.
Lalu hari lain kalau ada tempo siaute nanti datang lagi." Setelah itu benar-benar ia lantas berlalu meninggalkan rumahnya.
Koan Beng hanya dapat mengawasi berlalunya tetamu yang serba aneh itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Keadaan malam itu nampak semakin sunyi.
Hanya kunang-kunang kecil yang kelak kelok bersama-sama bintang-bintang dilangit yang ada diatas perkampungan itu, menambah suasana makin remang-remang dan seram.
Malam itu keadaan disekitar kampung itu hampir serupa dengan keadaannya di Bu-tong hiap tempo hari.
Banyak orang-orang rimba persilatan tua maupun muda datang berduyun-duyun kekampung tersebut.
Tetapi malam itu apakah Naga Merah tiruan itu benar-benar akan muncul atau seperti yang diduga Tan Liong, pada hari ketiga baru mau unjukkan diri" Sudah tentu pertanyaan itu rasanya hanya Naga Merah tiruan sendiri yang dapat menjawabnya, Tan Liong yang saat itu sudah keluar dari rumahnya Koan Beng dengan pikiran kusut ruwet menantikan kedatangannya Naga Merah tiruan yang hendak mengambil jiwanya Koan Beng.
Oleh karena 'cinta' dan 'benci' mendadak ia merubah semua rencananya.
Karena disitu ia menemukan bekas kekasihnya yang meninggalkannya yang sudah menikah dengan lain pria, terhadap wanita yang tidak setia terhadap sumpanya sendiri itu, ia hendak menggunakan tangan lain orang membunuhnya.
Pada anggapannya adalah dengan cara itu saja setidak-tidaknya masih lebih baik daripada turun tangan sendiri.
Mengingat sampai disitu, diwajahnya terlintas satu senyuman iblis.
Dari senyumannya itu dapat dilihat dengan tegas betapa gusar, sedih dan hancur luluh hatinya kala itu.
Selagi masih terbenam dalam.alam pikirannya sendiri, mendadak telinganya mendengar suara siulan seperti suara setan itu.
Diwaktu malam yang sunyi senyap kedengaran suara itu makin menyeramkan.
Tan Liong yang mendengar itu diam-diam juga terperanjat.
Ia tahu bahwa suara itu adalah suara Naga Merah tiruan yang akhirnya muncul juga pada malam itu.
SETELAH ketawa dingin Tan Liong berkata pada diri sendiri, "Biarkan mereka mampus semua! Biar mampus dibunuh si Naga Merah palsu!" Berkata demikian lalu diputarnya tubuhnya dan lalu berjalan dengan cepat.
Munculnya Naga Merah tiruan dimalam itu bukannya hanya mengejutkan Tan Liong seorang, sedang Koan Beng dan Cu Lian yang mendengar suara itu wajah mereka suami istri itu juga berubah seketika.
Dengan wajah pucat pasi, Koan Beng mengawasi Cu Lian yang waktu itu sedang menggendong bayinya.
Dan sang suami ini lalu berkata pada istrinya, "Adik Lian, barusan itu suara tentunya ada suatu tanda datangnya Naga Merah kemari." Cu Lian hanya angguk-anggukan kepala dan hatinya kebat-kebit terus memikirkan semua kejadian-kejadian masa lampau.
Tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
Koan Beng doangkkan kepala.
Setelah menghela napas panjang, ia berkata, "Adik Lian, sejak kita kawin setahun lebih lamanya belum pernah berpisahan.
Dan sekarang barangkali kau benar-benar akan..." "Engko Beng, kau tidak usah mengucapkan perkataan yang begitu melantur.." Koan Beng ketawa getir.
Ia mengawasi wajah istrinya yang lagi menggendong bayi.
Sang istri dilihatnya sudah basah dengan air mata, maka kembali ia berkata dengan nada getir.
"Adik Lian, aku tahu maksudu.
Tetapi bahaya sudah did epan mata, apa daya kita" Naga Merah bisa membunuh manusia tanpa mengela kasihan.
Dan tidak sedikit sudah meminta jiwa manusia.
Rasanya kita juga tidak mampu lolos dari tangannya." Suaranya kedengaran sangat menggenaskan.
Kembali Koan Beng ketawa getir dan sejurus berkata pula, "Adik Lian, aku tahu kau cinta padaku.
Dan untuk menjaga keturunan keluarga Koan, aku minta kau bersama Ie Liong sembunyi dulu sementara, jangan sampai kita semua mati ditumpas oleh Naga Merah semuanya.
Adik Lian, apa kau bisa meluluskan permintaan ku ini?" "Tidak!! Engko Beng, sekalipun aku harus mati, aku juga akan mati bersama-sama dengan kau.
Jangan kau tinggalkan aku hidup sendiri..." Perpisahan antara mati dan hidup itu didalam matanya sepasang suami istri yang saling mencintai itu sesungguhnya sangat berharga.
Akan tetapi pada waktu itu suasana sudah sangat menggenaskan.
Cu Lian merasa hancur luluh hatinya, sedang Koan Beng merasa sangat sedih hatinya.
Merekapun agaknya maklum kecuali ada terjadi kegaiban tidak mungkin mereka bisa lolos dari bahaya maut itu.
Koan Beng meski dengan perasaan sedih dan hati hancur, masih sedapat mungkin berdaya menghibur istrinya.
"Adik Lian." katanya, "Untuk kepentingan anak kita seharusnya kau kuatkan hati untuk hidup.
Dengarlah perkataanku, lekas kau sembunyi didalam terowongan dibawah tanah itu." Baru selesai perkataan Koan Beng suara seperti setan yang menyeramkan itu kembali terdengar amat nyaring.
Kali ini kedengarannya makin dekat dan makin dekat saja, agaknya sudah sampai ditempat sejauh sepuluh tombak lagi dari ruah tersebut.
Koan Beng berubah biru wajahnya dengan perlahan tapi tegas, istrinya dibentak.
"Lekas pergi! Kalau tidak sudah tidak ada lagi waktunya." Sehabis berkata, tanpa menunggu lagi jawaban Cu Lian, Koan Beng lompat melesat keluar ruah.
Tetapi ketika ia pasang mata, keadaan disekitarnya masih tetap gelap dan sunyi, tidak kelihatan barang seorang pun juga.
Koan Beng yang sedang menghadapi nasib antara mati dan hidup, meskipun perasaannya sedang tegang, tapi wajahnya masih memperlihatkan sikap tenang.
Dengan ketenangan yang dibuat dibuat itu kala itu ia lantas membentak keluar, "Sahabat Naga Merah." serunya, "Kau sudah lama meninggalkan lambang Naga Merah kerumahku si orang she Koan sudah lama menantikan kunjunganmu, sekarang lekaslah kau unjukkan diri." orang-orang dunia kangouw yang sembunyikan diri disekitar rumah tersebut tatkala mendengar perkataan Koan Beng semua matanya lalu ditujukan pada orang ini.
Mereka dapat lihat bahwa orang she Koan itu ternyata masih sangat muda sekali.
Jikalau sampai mati oleh Naga Merah, sesungguhnya sangatlah sayang.
Pada saat itu, suara orang ketawa dingin tiba-tiba menggema ditengah-tengah alam yang sunyi itu.
Suara ketawa itu bukan hanya dingin saja, tetapi juga bisa bulu roma siapa yang mendengar berdiri seluruhnya.
Tetapi setelah suara itu sirap, keadaan kembali menjadi sunyi senyap.
Dan tidak antara lama kemudian, kembali terdengar suara keresekan, itu adalah suara orang berjalan...
orang itu rupanya berjalan dengan sengaja kaki diseret.
Suara ini pula kembali memecahkan suasana sunyi dan membangkitkan bulu roma orang.
Suara kaki diseret itu merupakan salah satu ciri akan datangnya malaikat elmaut yang hendak menjemput jiwa.
Tak usah disangsikan lagi bahwa Naga Merah tiruan itu benar-benar sudah akan segera sampai!.
Koan Beng sudah mengeluarkan keringat dingin berketel-ketel, hatinya dirasakan tegang, pikirannya pepat.
Tangannya memegang gagang pedang erat-erat, matanya ditujukan kedalam rimba yang tidak jauh letaknya dari rumahnya sendiri.
Kecuali suara keresekan yang dapat sunyi senyap.
Hanya suara tarikan napas orang dapat didengar dengan nyata.
Suara orang jalan dengan menyeret kaki itu makin lama makin dekat.
Tetapi dilain pihak, terdengar pula suara orang berjalan seperti itu yang makin lama makin menjauh.
Itu adalah suara gesekan kakinya Tan Liong yang ketika itu sedang dirundung malang dan hancur lebur hatinya.
Tan Liong yang merasa benci terhadap wanita bekas kekasihnya itu sudah mengambil keputusan untuk membiarkan kekasihnya itu mati oleh Naga Merah palsu.
Ia tidak mau memusingkan lagi wanita yang dianggapnya tidak setia itu.
Saat itu merupakan detik"detik maut bagi Koan Beng.
Apabila Tan Liong tidak balik kembali, maka dalam waktu setengah jam lagi dapatlah diramalkan kalau Kaon Beng dan Cu Lian begitu dengan anak oroknya itu pasti akan mati semnanya oleh si Naga Merah palsu.
Mengingat sampai pada bayi itu, Tan Liong agak bercekat hatinya.
Semacam.pikiran sehat mendadak melintas dalam otaknya.
Meskipun ia sangat membenci Cu Lian, ibu anak itu, tetapi biar bagaimana anak toh tetap anak, anak itu tidak mengerti apa"apa.
Bagaimana kalau anak itu yang masih suci murni dibiarkan juga mati" Mendadak pada saat itu ia seperti mendengar suara Cu Lian yang tadi dikatakannya, " .
. . . . . . . ..Hatimu terlalu kejam. . . . . . . . . . . . . . . .." " . . . . . . ..Kau tidak seharusnya melihat ia binasa ditangan lain orang .
. . . .." Tiba-tiba ia menghela napas dengan perasaan bingung, ia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa aku harus balik lagi untuk menolongnya?" Ya!! harus balik!!! Demikian mendadak timbul pikiran bahwa tanpa memperdulikan siapapun lagi, tanpa memikirkan kesalahan orang, ia harus balik lagi.
Ia tidak dapat membiarkan wanita yang pernah dicintainya sepenuh hati itu dibinasakan berikut oroknya.
Semua pengharapan dan keberuntungannya justru adalah tergantung ditangan sendiri.
Jikalau kebinasaan itu sampai terjadi, bukankah ia selanjutnya ia akan digoda oleh kemenyesalan dan tidak dapat hidup lagi dengan baik tenagn dan tentram" Untuk kebahagiaan dan demi kepentingan anak orok dari ibu yang dibencinya itu, ia harus membantu kekasih yang dibencinya itu, memelihara dan membesarkan anak itu.
Tidak seharusnya karena rasa dendam dan benci terhadap sang ibu lalu anaknyapun dibenci dan ditelantarkan.
Mengingat sampai disitu, Tan Liong lalu ketawa sendiri.
Saat itu pikiran yang waras agaknya sudah menguasai dirinyalagi.
Maka lantas ia balik dan melesat sejauh tujuh" delapan tombak, balik keruah tempat kediaman Koan Beng.
Ketika suara keresekan seperti suara kaki jalan itu mendadak sirap.
Waktu Koan Beng pasang mata, ditempat sejauh kira"kira tiga tombak tampak berdiri sesosok bayangan orang yang serba merah dandanannya.
"Naga Merah" akhirnya muncul juga.
Ia lantas dengar "Naga Merah" itu berkata dengan nada dingin kepadanya, "Sahabat Koan! Kenapa nyonyamu tidak kelihatan?" Pertanyaan itu membuat Koan Beng bergidik.
"Naga Merah" terang"terangan sudah meminta isterinya keluar.
Koan Beng menggigil, lagi hendak berkata, tiba"tiba ada orang lain yang mendahului berkata, "Jikalau kau sahabat Naga Merah masih memiliki kepandaian asli, Koan Hu jin sudah tentu akan menemui kau." Ditutupnya perkataan itu lalu disusul oleh melayangnya bayangan orang lantas turun disampingnya Koan Beng.
Kedatangan bayangan itu membikin Koan Beng terperanjat sekali, sehingga ia lantas mundur sampai tiga langkah.
Berbarengpun ia lantas menghunus pedangnya siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan.
Dalam waktu beberapa detik itu ketegangan lantas meliputi seluruh tempat yang tadinya sunyi senyap.
Bayangan orang tadi bukan lain daripada Tan Liong sendiri.
Dan pemuda itu ketika melihat wajah Koan Beng yang demikian tegang lantas berkata dengan suara perlahan.
"Menghadapi mnsuh kuat tidak seharusnya saudara Koan bersikap setegang itu." Koan Beng yang saat itu agaknya juga sudah mengetahui kalau yang datang tadi bukan istrinya melainkan Tan Liong sendiri benar merasa heran berbareng juga sangat kegirangan.
Dengan wajah ketolol"tololan ia mengawasi Tan Liong sejenak lalu bertanya, "Saudara Tan, mengapa kau balik lagi?" "Perkara ini boleh dibicarakan belakangan." Setelah berkata demikian, tangannya merogoh saku dan lantas mengeluarkan tiga buah bam Pek Lek tan.
Dengan suara perlahan kembali berkata, "Biarlah aku yang menghadapi manusia ini Saudara Koan lekas kau panggil enso keluar." Koan Beng meskipun merasa keadaan sudah sangat mendesak juga tidak mengerti apa maksudnya Tan Liong sitetamunya itu menyuruh Cu Lian juga keluar" Pada hakekatnya Koan Beng sampai saat itupun masih be1um.mengetahui apa yang sedang dipikirkan Tan Liong.
Sebabnya Tan Liong mengetahui benar Naga Merah ada dua, jikalau seorang didepan dan yang lain mendadak datang dari belakang, maka bagaimana Cu Lian dapat menandinginya" Maka dalam keadaan seperti itu, ia lantas minta Koan Beng menyuruh Cu Lian keluar.
Siapa nyana, belum hilang kumandang perkataan Tan Liong tadi, dibelakang badannya terdengar suara halusnya seorang wanita.
"Aku ada disini." Dan ketika ia berpaling, dilihatnya Cu Lian dengan sebelah tangan menggendong bayi dan sebelah lainnya menggenggam pedang menghadang ditengah pintu.
Nyonya muda itu mengawasi Tan Liong sejenak lalu berkata dengan nada dingin, "Aku tidak nyana kau bisa balik lagi, seharusnya aku ucapkan terima kasih kepadamu." Tan Liong bungkam, tidak menjawab.
Sebaliknya Naga Merah tiruan yang berada didepan rumah sejauh kira-kira tiga tombak lantas berkata dengan suara dingin, "Bagus! Nyonya Koan sudah keluar juga.
Dan masih ada tuan ini lagi, maka hasilnya Naga Merah kali ini tidak sedikit..
Ha..Ha..Ha..." Suara ketawa itu dapat membuat siapapun yang mendengar akan bergidik.
Tatkala semua mata ditujukan kearah darimana datangnya suara itu, lantas terlihat seorang yang sekujur badannya mengenakan pakaian merah dengan kerudungnya yang pun merah perlahan"1ahan berjalan menghampiri pintu rumah Koan Beng.
Suasana semakin tegang. Terdengar suara Tan Liong berdesis perlahan sekali, ditujukan kepada Koan Beng.
"Harap saudara Koan dan enso berdiri sebelah membelakangi, awasilah sekitar tempat ini.
Kalian berdua masing"masing boleh menggengam sebuah bom Pek lek tan ini, Jikalau kalian dapat melihat ada muncul bayangan merah yang kedua, boleh kalian sambitkan bom Pek lek tan ini." Setelah berkata demikian, ia lantas menyisipkan masing"masing sebuah bom Pek lekz tan ditangan Koan Beng dan Cu Lian.
Naga Merah tiruan setelah berada agak dekat lantas berkata pula sambil ketawa dingin, "Koan Beng.
Kau masih ada peranan apa"apa atau tidak?" Tan Liong lantas ketawa bergelak"ge1ak dan balas menegurnya, "Hai Naga Merah palsu! Apa kau masih hendak meninggalkan pesan apa"apa tidak?" Setelah itu ia menggeser kakinya dan berjalan mendekati Naga Merah tersebut.
Kedua orang jaraknya makin lama makin dekat, suasan makin lama juga makin tegang.
Suasana yang demikian tegang membuat semua orang yang menyaksikan secara sembunyi sembunyi pada menahan napas dengan hati berdebaran ingin menyaksikan si Naga Merah asli.
Tan Liong bagaimana sikapnya menghadapi Naga Merah palsu itu.
Koan Beng dan Cu Lian ditangan masing"masing sudah menggenggam sebuha bom Pek lek tan yang dahsyat.
Apabila benar muncul lagi bayangan merah yang kedua, akan disambar tentu dengan bom Pek lek tan yang tersedia ditangan mereka itu.
Tan Liong dan Naga Merah palsu itu sudah saling berhadapan.
Dengan wajah beringas, diliputi oleh hawa angkara murka yang sangat hebat, Tan Liong lantas berseru.
"Tuan dengan cara begini berani menggunakan nama Naga Merah, mengganas didunia kangouw, membunuh jiwa manusia tak bersalah dimana-mana! Malam ini ingin sekali kulihat siapa sebetulnya kau yang begitu berani pakai nama Naga Merah!" Naga Merah tiruan itu memperdengarkan suara ketawa seram kemudian berkata, "Kau sendiri juga bukan Naga Merah yang sebenarnya.
Lagipula tidak ada hukum.mengganggu gugat hakz ku dalam bertindak.
Kita belum pernah adu kekuatan, sekarang bolehlah mencari keputusan! Dan jikalau tuan pikir tidak ingin mencampuri soal ini adalah yang paling baik!" Tan Liong mendelikkan matanya lebar"lebar.
Seketika itu juga ia ketawanya berkakakan.
Setelah puas ketawa dengan kecepatan kilat menubruk kearah orang baju merah itu! Ketika bergerak tadi, tangan kanannya diayun mengirim serangan secara mendadak.
Suatu pertempuran dahsayt akhirnya telah dimulai.
Naga Merah tulen berhadapan dengan Naga Merah palsu.
Gerakan Tan Liong tadi cepatnya luar biasa ditambah pula karena pernah ia menelan buah Leng cie yang berusia ribuan tahun sampai lima buah banyaknya maka kekuatan tenaga dan ilmu mengentengi tubuhnya dikalangan kangouw barangkali sudah tidak ada duanya lagi.
orang baju merah yang menyaksikan gerak serangan Tan Liong yang demikian lincah, dalam hati juga agaknya terperanjat, buru"buru ia egoskan diri.
sedang sementara orang yang menyaksikan pertandingan antara dua Naga Merah itu pada ribut.
sebab dengan gerak terjangannya Tan Liong dan gerak mundurnya orang baju merah itu sama"sama membikin jarak antara keduanya terpisah seperti semula.
Tan Liong berkata sambil ketawa bergelak-gelak.
"Bagus.. bagus.. Sejak aku muncul didunia kangouw, orang yang mampu menyambut seranganku cuma baru terhitung kau seorang." orang baju merah itu dengan dingin berkata, "Jangan cuma keluarkan sekali kau tentu tidak mampu bikin apa"apa." "Itu bagus sekali!" seru Tan Liong.
"Dalam tiga kali serangan." katanya melanjut, "Aku nanti suruh kau menyemburkan darah dari mnlutmu." Sehabis berkata demikian, kembali Tan Liong bergerak, kedua tangannya melancarkan serangan sekaligus.
Dan tipu serangan yang dilancarkan tangan kanan dan kiri Tan Liong tadi aneh.
Dari tangan kanannya keluar serangan salah satu dari tipu yang tertampak yang dinamakan Cin Liong cap pek sek, sedang serangan yang melancar dari tangan kirinya memaki salah satu jurus tipu serangan Ciong lam pay yang didapatnya dari kitab ilmu silat peninggalan Yo Sai Peng.
Adapun kedua tipu serangan itu semua terdiri dari jurus"jurus hebat.
oleh karena kedua tipu itu menggunakan Cara yang berlainan, ditambah pula karena orang serba merah itu tidak pernah menduga kalau gerakan Tan Liong bisa begitu cepat, seketika itu ia memutar berdirinya dan melayang..
Tetapi sama seklai belumlah diketahuinya bahwa dua serangan yang dilancarkan Tan Liong itu ada dua rupa ilmu yang terampuh dalam dunia rimba persilatan.
serangan itu begitu meluncur lantas bisa berubah dengan aneka cara pula.
orang baju merah yang dapat menghindarkan diri dari serangan tangan kanan, namun tidak bisa lolos dari terjangan susulan tangan kiri.
Kedua macam serangan yang digunakan dengan cara kombinasi itu bukan hanya cepat dan hebat saja, tetapi juga sulit untuk dihindarkan oleh lawan.
Tetapi kepandaian orang baju merah itu juga bukan sembarangan.
Dalam keadaan demikian ia terpaksa mengulur tangan kanannya untuk menyambuti serangan tangan kiri Tan Liong yang sudah mengancam dirinya.
Dalam pada itu pula ia coba lompat melesat, hendak menghindarkan serangan susulan tangan kanan.
Tetapi Tan Liong tidak sudi membiarkan orang baju merah itu menyingkir begitu saja.
Ia lalu menyusul serangannya yang disebut Ie ya Hui han.
Setelah itu lalu terdengar suara duk! dan sesosok bayang merah lain terbang tinggi keatas! Kepandaian serupa itu begitu mengejutkan dan mengagumkan semua orang rimba persilatan ditempat tersebut.
Tan Liong hanya dengan tiga jurus serangan saja sudah dapat menggulingkan pamornya Naga Merah sampai jatuh tersungkur dan muntah darah.
hal demikian sungguh mengagumkan sekali.
Dan selagi bayangan merah itu jatuh tersungkur.
Tan Liong membarengi melompat memburunya, tangan kanannya menjambret kerudung merah yang menutupi wajah Naga Merah tersebut.
Setelah sekali terdengar suara Srreettt panjang, kerudung merah yang menutupi wajah Naga Merah tiruan itu telah tersobek dengan sebagian masih tergengam ditangan Tan Liong.
Dan apa yang disaksikan Tan Liong dibalik kerudung merah itu, seketika membuat ia berseru kaget dan lantas mundur tiga tindak.
Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut juga pada terperanjat.
Sebab apa yang terbentang dihadapan orang banyak itu adalah satu paras cantik dari seorang wanita muda.
Iblis yang menakutkan yang gemar membunuh jiwa manusia seperti halnya membabat rumput ini, tidak nyana adalah seorang gadis remaja.
Ini agaknya seperti kejadian dalam dongengnya yang tidak mungkin sekali.
Tan Liong berdiri kesima.
Naga Merah Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apabila pada waktu sebelumnya ia telah mengetahui kalau orang yang menyamar sebagai Naga Merah itu wanita adanya, ada kemungkinan besar ia tidak akan turun tangan begitu berat.
selagi orang banyak sedang dibikin kesima oleh kejadian tersebut, suara seperti suara setan yang menyeramkan mendadak kedengaran lagi, yang kemudian disusul oleh melayang turunnya sesosok bayangan merah, terus menerkam Tan Liong.
Mulanya bayangan merah itu sesungguhnya sangat luar biasa cepatnya.
Begitu sampai didepan Tan Liong, sudah lantas keluar serangan dari tangannya dari pemuda itu.
Penari Berdarah Dingin 1 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Pendekar Pemanah Rajawali 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama