Ceritasilat Novel Online

Pendekar Banci 4

Pendekar Banci Karya S D. Liong Bagian 4


tentulah orang itu tak mengetahui ia berada dimana .Sekarang dia sudah keluar dari peti dan bahkan merebut pedang thian liong kiam'.
sedang ia sendiri masih terluka apalagi minum air beracun! Apa dayanya " kecuali hanya memandang orang itu.
Orang tua aneh itu gembira sekali. Dia menari-nari dan melonjak-lonjak seperti anak kecil.
Sekali melonjak tubuhnya melayang empat tombak tingginya. Sungguh seorang tua yang memiliki ilmu gin-kang luar biasa sekali.
Setelah berloncatan beberapa Saat. Kembali ia memaki maki
Kiri ke kaki kanan. Dengan meminjam tenaga pijakan itu, tubuhnya melambung lagi sampai beberapa' tombak.
Itulah ilmu gin-kang yang disebut Kip-kip-siang-seng atau selangkah demi selangkah mendaki keatas .
Hong Ing'membuka mata memandang keatas. Walaupun sudah melambung setombak tingginya tetap masih kurang Sepuluh tombak lagi.
Kecuali mempunyai sayap. Sukar kiranya untuk mencapai keatas puncak.
Terapi orang aneh itu rupanya punyai rencana. Begitu melambung keatas. Sebelum tubuh meluncur kebawah, cepat ia membacok batu karang dengan pedang 'thian-liong-kiam.
Berkat memegang pedang yang menyusup kedalam karang itu. dapatlah ia menahan tubuhnya agar jangan melorot turun.
Hong Ing kucurkan keringat dingin. la benar2 ngeri melihat cara orang aneh itu hendak mendaki' keatas puncak. Cepat ia berseru. "Sahabat, jangan menempuh ara yang begitu berbahaya. Akan kusuruh pertapa bangsat itu untuk mengulurkan tali 'rotan bagi kita.".
Orang aneh itu tertawa . Cara itu berarti merendahkan diriku.
Kalau engkau tak berada dipunggungku, gerak 'Ping- hong-ban-'li yang kulakukan tadi, tentu dapat mencapai tujuh delapan tombak tingginya.
Hong ing tahu bahwa orang aneh itu memang tidak membual. Kip-kip-siang-seng merupakan ilmu gin-kang yang menggunakan hawa murni untuk melontar tubuh keatas.
Kalau seorang diri tentu akan dapat terbang ke udara tetapi ` karena harus memanggul orang sudah tentu gerak orang aneh itu agak berat sehingga hanya dapat melambung setombak tingginya.
Ilmu ginkangmu memang hebat," Hong ing memuji, "sebelum menderita luka. kepandaiankupun tak terpaut jauh dengan engkau.
Orang aneh itu membeliakkan putih matanya dan berseru :?"'Kempitlah leherku kencang- kencang!" .
Setelah' Hong Ing melaksanakan perintah siorang anehpun segera jungkir balik, sambil mencabut pedang' Thian liong-kiam. tubuhnya meluncur keatas sampai satu' tombak lagi.
Yang celaka adalah Hong Ing.
Karena si sorang aneh jungkir balik. kepala dibawah kaki diatas, terpaksa Hong Ini harus memeluk tubuh orang aneh itu erat2.
Jika dalam keadaan biasa', memang tak apa. Tetapi saat itu ia sedang menderita luka parah.
Berjalan saja sudah susah apalagi harus menggunakan tenaga, lebih menderita lagi.
sekali. Ia rasakan ruas jarinya seperti putus.
' Melongok kebawah, uh jaraknya tak kurang dari sepuluh tombak dari dasar tanah. la harus memegang kencang2. Sekali kendor, tubuhnya tentu akan meluncur jatuh ke bawah.
Diam2 ia memaki dirinya sendiri mengapa tempo hari ia harus melarikan diri dari guha Siau yau tong. Kelak sekalipun ,di bu?uh oleh suhunya, ia tak berani lagi melarikan diri.
Sejelek-jelek kehidupan di guha Siau-yau-tong yang sunyi -senyap itu namun masih lebih baik daripada berkeliaran diluaran yang penuh dengan bahaya itu.
Setelah ' dengan susah payah menggunakan cara mendaki yang sukar itu, akhirnya dapat juga orang aneh itu mencapai puncak batu.
Begitu tiba ditanah datar, Hong Ing lalu lepaskan cekalan tangannya sehingga meluncur jatuh diatas tanah. la tak ingat lagi apa yang ' terjadi. Ketika membuka mata ia mendengar orang aneh itu mendesis' kejut Hong lngpun segera memandang ke muka. Hai .
iapun menjerit Kiranya dua buah bangunan dari balok dan bambu dimuka guha pertapaan suhunya." sudah ambruk. Sedang yang tiga bangunan lagi. pintu' jendelanya telentang lebar tetapi tak tampak seorangpun juga.
'Selain Siau Yau cin-jin dan Ui Hong lng, yang tinggal di guna pertapaan Siau-yau-tong itu masih ada lagi seorang bujang 'tua yang gagu.
Tetapi saat itu tiada seorangpun yang kelihatan, tidak Siau Yau cin-jin tidak pula bujang' gagu itu.
Melihat ruang muka guha itu ambruk Hong ing cemas sekali. Adakah suhunya telah menderita suatu kecelakaan".
'Hong Ing' terus menjerit : "Suhu ! Suhu !" ' sudah tentu orang aneh itu terbeliak'.
&nb sp; "Nona kecil. siapa .yang engkau panggil ?".
Tetapi Hong Ing tak menghiraukannya lagi. Dengan kerahkan' sisa tenaganya. ia berusaha paksakan diri untuk bangun. Dengan terhuyung-huyung ia terus lari menuju ke dalam guha.
Disebut guha tetapi sesungguhnya hanya bagian luarnya. Karena dibagian dalam, guha itu su h dibangun sehingga-merupakan sebuah tempat yang ?ukup luas lengkap dengan ruangan2 tengah belakang.
Ketika tiba di ruang tengah Hong ing segera melihat seorang tua 'berkepala gundul tengah duduk bersila kedua tangan diangkat lurus ke muka dada dan saat itu tengah bergerak perlahan lahan.
Hong Ing terkejut dan keliarkan ' pandang kearah lain." Dan cepat ia melihat suhunya sedang duduk terpisah pada jarak dua tombak dari orang tua gundul itu.
Juga suhunya tengah mengangkat- kedua tangannya lurus ke muka dada dan pelahan lahan mulai digerakkan. Siau Yau cin-jin menunduk 'memandang ke bawah sehingga tak mengetahui akan kedatangan Hong Ing.
Melihat suhunya. meluaplah rasa sesal dan 'sedih hati Hong Ing. Ingin sekali ia segera memeluk kaki suhunya dan menangis untuk menumpahkan rasa sesal itu.
Karena tak kuasa menahan perasaannya. tubuh Hong Ing sampai gemetar dan kakinyapun go yah. la rubuh kemuka. Tetapi seketika itu, tubuhnya telah diletakkan oleh semacam' tenaga kuat yang tak kelihatan. Tenaga itu memancar ditengah2 orang tua kepala gundul dan suhunya.
Dengan demikian bukan saja Hong Ing tak dapat meraih ' tempat suhunya pun kebalikannya ia malah terlempar kebelakang sampai' satu tombak jauhnya.
Pada saat itu orang aneh yang membawa Hong Ing keguha Siau-yau~tong, pun' melangkah masuk.
Cepat orang aneh itu menyanggapi tubuh Hong Ing sehingga tak sampai jatuh terjerembab' kebelakang.
Kini Hong Ing baru menyadari bahwa suhunya sedang melakukan pertempuran adu ' lwekang dengan orang tua gundul itu.
Diantara berbagai pertempuran. bertempur dengan cara adu tenaga dalam itulah yang paling berbahaya dan paling segera dapat diketahui siapa yang menang dan siapa kalah.
" Jelas Siau Yau cinjin sedang mengerahkan tenaga-dalamnya untuk beradu dengan orang tua gundul itu. Jangan lagi saat itu Hong Ing sedang menderita luka parah. andaikata in segar bugar, sekalipun tetap akan terpental apabila menerjang garis tengah kedua tokoh yang sedang adu lwekang itu.
'Setelah menyanggapi Hong Ing, orang aneh itupun memandang ke arah kedua tokoh yang sedang adu Iwekang dan tertawa mengekeh.
"Hela, hei. Bu Wi. kiranya .engkau mendahuIui aku datang kemari "' serunya.
Orang tua gundul itu mengernyit pelupuk mata tetapi tak menyahut. Sebenarnya, Wajah Siau Yati cinjin 'itu berseri bersih penuh pancaran kasih sayang. Tetapi demi melihat munculnya orang aneh itu, wajah pertapa itupun serentak berubah.
Tiba2 terdengar suitan nyaring disusul dengan segulung asap biru meluncur ke udara. Tahu2 pertapa itu sudah lepaskan diri dari lingkaran pertempuran lwekang dan saat itu b?rdiri 'di puncak wuwungan.
Dorongan dari orang tua gundul itu luar biasa dahsyatnya. Karena Siau Yau cinjin menghindar maka tenaga dorongan itupun meluncur kemuka .
Bum ! dinding guha yang disudut berguguran jatuh.
Orang aneh yang membawa Hong ing pun loncat ke udara menyusul Sian Yau cinjin ke puncak, guha.
"Pertapa bangsat, hendak lari kemana engkau seruanya .
Tiba2 orang tua gundul itupun berbangkit dan berseru : "Susiok, kiranya engkau masih hidup, sungguh tak kukira !" .
Hong Ing makin terkejut. Orang tua gundul itu memiliki wajah yang 'aneh dan kepandaian yang sakti. Tetapi ternyata dia masih menyebut susiok atau paman guru kepada orang aneh yang membawanya kesitu.
Ia membayangkan betapa ngeri ` kepandaian orang aneh itu. Dan serentak timbul kekuatirannya akan nasib_suhunya. Dapatkah suhunya menghadapi kedua lawan yang' sesakti itu ".
Sejak kecil Hong Ing telah dibawa Siau Yau cinjin ke Siau yan-tong dan dipeliharanya sampai dewasa. Budi suhunya itu sungguh tak terkira besarnya, Bahwa saat itu 'suhunya' menghadapi bahaya, iapun gelisah sekali.
Hong Ing tak sampai membayangkan bagaimana kalau andaikata suhunya sampai kalah. Walaupun taruh kata' kedua musuh itu tak menganggunya tetapi siapakah yang akan mengobati lukanya yang separah itu ".
, "Siancay ! seru Siau Yan seraya merangkapkan'. kedua tangannya ke dada. "sungguh suatu peristiwa yang menggembirakan sekali -bahwa 'Toho lhama sudah dapat membebaskan diri dari penderitaan.
Kalau tak salah, sudah tujuh tahun . dari lamanya Toho Ihama membenam diri di dasar telaga, Selama itu tentu sudah mendapat penerangan batin, bukan?".
tenyata orang aneh itu kepala dari kuil ' Ko-liong-si angkatan yang ketujuh. Kuil Ko- liong-si terletak ditepi telaga jelah. Dan kepala. kuil itu bergelar Toho lhama. Dan terhitung paman guru dan' Bu Wi lhama.
orang itu tertawa mengekeh.
"Huh, kematian sudah 'didepan mata, kenapa cinjm masih unjuk kegarangan" Dendam dimasukkan ke dasar telaga selama tujuh tahun, masa tak akan kubalas "'.
Bum, ia gentakkan kakinya, lantai guha itu hancur berantakan.
Menyusul' tubuhnya terus meluncur ke arah ,Sian Yan cinjin
Wut !. bagaikan segulung asap, tubuh Siau Yan cinjinpun melambung ke udara dan terus lepaskan dua buah pukulan ke arah jauh. Seketika dinding belakang dari ruang guba itu pecah dan tampaklah sebuah tanah lapang yang cukup luas.
"Siancay !" seru pertapa dari guha Siau-yau- tong pula, "karena nyata engkau tak menyadari kesalahanmu, terpaksa aku tak dapat berlaku murah seperti tujuh tahun yang lalu. Toho Ihama, hari'ini aku terpaksa baru membuka pantangan membunuh l" '.
Habis berkata Siau Yau cinjin terus mengeluarkan sebatang hud-tim atau kebutan.
Melihat kedua orang itu hendak bertempur hati Hong lngpun mulai tegang-ia mengharap suhunya dapat menghalau kedua musuh itu.
Tobo Ihama tertawa aneh.serentak ia tabaskan pedang Thian-liong-kiam dari atas membelah ke bawah. Seketika segulung sinar kuning berhamburan kearah 'tubuh Siau Yau cinjin.
Sekali berputar tubuh, Yau ciujinpun sudah menyelinap 'kebelakang Toho Ihama. la tebarkan kabut hud~tim untuk melindungn diri tetapi tak mau' menyerang.
Melihat lawan tiba2 lenyap dan berada dibelakangnya, Toho Ibama terkejut sekali, `.
' Diam2 dia mengeluh tetapipun mengagumi kesaktian pertapa itu. Pada saat ia hendak berputar tubuh ke belakang untuk menyerang. tiba2 Bu Wi Ihama berseru.
'Susiok, harap berhenti dulu.
Sukalah dengarkan kata kataku." .
' Toho lhama heran dan tak tahu apa yang hendak-diucapkan sutit-nya itu. Kuatir kalau Siau Yau cinjin' menyerang dari belakang. buru! ia loncat' ke samping sampai setombak jauhnya, lalu berseru agak marah.
"Bu Wi, engkau tidak turun tangan. mengapa. hanya omong yang tak berguna saja ?".
"susiok" sahut Bu wi lhama, "telah kusuruh muridku bernama CongTik bersama burung kakak tua putih untuk menemuimu ke daerah Tionggoan. Apakah susiok sudah bertemu dengan dia '".
"Aku dimasukkan pertapa bangsat itu kedalam peti besi dan dilempar kedalam telaga selama tujuh tahun. Bagaimana aku bertemu dengan orang?".
teriak Toho Ihama marah. "Susiok" kata Bu Wi lhama pula, "karena sudah sekian lama Cong Tik tak pulang maka akupun. Lantas turuu gunung untuk mencari susiok Aku mendapat keterangan bahwa susiok pernah bentrok dengan Siau Yau cinjin Maka akupun segera bergegas' menuju ke Siau-yau-tong sini.
Tetap karena Siau Yau cinjin tetap berkeras tak mau memberitahukan tempatmu barulah kita bertempur. Oleh karena ternyata susiok tak kurang suatu, marilah kita pulang saja !".
, Walaupun termasuk angkatan yang lebih muda tetapi ternyata Bu Wi lhama jauh lebih alim , perangainya daripada Toho lhama, paman gurunya itu.
Seketika berobahlah wajah Toho lhama.
"Apakah engkau hendak membantu orang luar?" bentaknya geram.
Bu Wi Ihama menghela napas: "An, susiok. tindakan Sian Yan cinjin dahulu sebenarnya adalah demi kepentingan susiok sendiri, Perlu apa susiok harus membalas dendam tentu soal sekecil itu. Bukankah hal itu 'melanggar pesan dari sucou kita ?".
Toho lhama tertawa dingin.
"Bu Wi, omongan tak berguna tak perlu diomongkan ,kita berdua bersama2 turun tangan membasmi pertapa bangsat itu.
Setelah itu baru aku akan kembali ke kuil dan tak akan berkelaran di luaran lagi.
Atau asal kau jangan membantunya, aku tentu dapat menghajarnya .
Bu wi lhama kembali menghela napas panjang.
Susiok, masih ada satu urusan ! .
Pergilah dulu ke kuil nanti kita bicara lagi," cepat Toho lhama menukas. "setelan kubasmi' pertapa bangsat itu, baru nanti kukatakan kepadamu. Sekarang dihadapan pertapa -bangsat . itu, mana aku leluasa bercerita." .
Bu wi lhama geleng2 kepala lalu- berkata kepada Sian Yau cinjin :.
"Aku akan pergi lebih dulu, harap suka bermurah hati." .
Sian Yan cinjin 'mengangguk. Segera ia merundukkan kebut hud-tim. .bulu kudakebun itupun berhamburan mirip dengan sekutum bunga perak.
"?Toho, karena engkau tak terima, tentu selama tujuh tahun- itu engkau mendapat kemajuan. . Dalam ilmu pedang, tak perlu .engkau sungkan lagi"'seru Sian Yan cinjin.
Bu' Wi Ihama seorang lhama yang berilmu 'tinggi baik dalam ilmu keagamaan maupun ilmu kesaktian. Dia tahu bahwa susioknya itu memang seorang lhama yang banyak melakukan kejahatan, . tak memegang peraturan, dan larangan kuil. Buwi lhama tak mau membantunya untuk menyerang Sian Yan' cinjin. Tetapi kalau ia tetap berada disitu, tentu ia ` tak dapat berpeluk tangan mengawasi saja ' apalagi bila ` Toho lhama sampai terancam bahaya.
ia memutuskan lebih baik tinggalkan tempat saja.
Demikian setelah menyampaikan permintaan kepada Sian Yau cinjin "supaya jangan terlalu kejam terhadap' susioknya, Bu wi lhamapun terus pergi.
Dendam kemarahan Toho lhama karena dipenjara selama tujuh tahun dibawah telaga, memang tak mungkin dihapus.
Apalagi saat itu ia sedang berhadapan dengan musuh itu sudah tentu dia ta mau memberi ampun lagi.
sebagai penyahutan dari ucapan _Sian Yau cinjin. ia terus taburkan pedang Thian-liong-kiam . dalam sebuah gerak yang' cepat dan dahsyat sehingga pedang itu seolah berobah menjadi- ratusan batang. Kemudian pada lain saat, orang dan ' pedangnya seperti tergabung satu dan meluncur kearah Sian Yau cinjin.
Melihat gerak permainan Toho, lhama Sian Yau cinjin menyadari bahwa saat itu ilmu tenaga dalam lawan sudah makin hebat. Tetapi bukan mundur kebalikannya pertapa dari guha' Sian-yau-tong itu malah menyongsong maju . Menamparkan kebut hud-tim ke pedang lawan.
Setelah mengetahui bahwa Cong 'Tik itu murid dari Bu Wi Ihama dan sekarang Bu Wi lhama sudah pergi, diam2 longgarlah perasaan hati Hong Ing.
la duga Cong Tik tentu seluhur peribadi gurunya. Disamping itu diapun tak merasa cemas akan keselamatan suhunya menghadapi orang aneh itu , Toho lhama.
Dalam pada itu iapun mulai mengikuti pertempuran dahsyat antara suhunya dengan Toho lhama.
? Ketika melihat suhunya hendak menampar pedang Thian-liong-kiam dengan hud-tim. Hong Ing terkejut dan berseru :.
"Suhu, pedang itu tajam sekali. dapat memapas logam seperti rnemapas tanah liat. Harap hati hati!".
' Tetapi gerakan Sian Yan cinjin luar biasa cepanya. Hud~timpun sudah menyongsong pedang Thian-liong-kiam. Segulung bulu kuda sudah melibat pedang.
- Hong Ing tercengang. Entah sudah berapa puluh kali ia telah mengambil dan bermain dengan kebut hud-tim suhunya itu. la tahu jelas ' bahwa bulu kuda pada hud-tim itu biasa saja, tak ada yang luar biasa, tak diselipi pula oleh lain2 benda.
Tetapi mengapa pedang sehebat Thian liong~kiam tak mampu memapas hud-tim itu bahkan malah kena dililitnya " '.
' Memang karena kepandaiannyu masih belum tinggi, Hong lng tak dapat mengetahui sebabnya.
Memang sudah wajar kalau ia heran mengapa pedang Thian-liong-kiam yang luar biasa tajamnya itu tak mampu memapas bulu kuda.
Tetapi tidak demikian dengan suhunya. Sebagai seorang pertapa yang sakti segera dapat mengetahui bahwa gerak permulaan dari Toho' lhama dalam ' menaburkan pedang ke kanan kiri lalu kebawah dan keatas tadi telah disaluri dengan tenaga-dalam.
Jurus permainan pedang itu memang luar biasa hebatnya.
tiga arah telah dilingkupi sinar pedang sehingga kemanapun hendak menghindar, 'tentu akan tersambar.
Siau Yau cinjin tahu akan "keli hayan gerak permainan pedang lawan. Maka iapun segera gerakkan hud-tim menurut gaya gerakan pedang lawan yalah ke kananku lalu keatas dan kebawah.
Ia menurutkan saja gerak permainan ,Tjoho lhama.
Ketika Toho' lhama merobah .gerak pedangnya dari' kanan ke kiri menjadi dari bawah 'ke-atas, Siau 'Yau cinjinpun menirukan. Tetapi karena ia bergerak belakangan mau tak mau ada dua helai bulu bud-tim yang terpapas putus oleh. pedang Thian-liong-kiam.
"'Hong Ing t?rbeliak .
Melihat suhunya. Siau Yan cinjin, dapat menggunakan kebut hudtim untuk melawan pedang pusaka Thian Liong-Kianm Hong Ing tercengang heran.
Tetapi tidak demikian dengan Toho lhama. Lhama itu tahu bahwa gerak pedangnya telah didahului oleh gerak hudtim Sian' Yau cinjin dan dikuasainya. Selanjutnya, betapapun ia hendak menggunakan jurus apa saja, asal lawan mengikuti saja gerakannya, hudtim'tentu takkan terpapas kutung.
Dengan begitu sama artinya, pedang pusaka Thian Liong Kiam tidak ada gunanya lagi.
Tujuh tahun lamanya ia menyiksa diri untuk berlatih, dengan keras. Tetapi selama itu juga Sian Yau cinjinpun tentu juga tidak berpeluk tangan saja. Tentu juga memperkuat diri.
Jikalau. demikian, tentulah ia yang akan menderita kekalahan nanti.
Toho lhama mulai gelisah. Segera ia putar pedang sampai tiga lingkaran. Maju dan mundur mencapai tiga tombak. Maksudnya supaya dapat melepaskah diri dari libatan hudtim lawan.
Tetapi ternyata Sian Yan cinjin menggunakan sikap tenang untuk mengatasi gerak'. Jika lawan maju, ia ikut maju, lawan mundur ia pun mundur.
Karena gagal untuk melepaskan diri, marahlah Toho lhama ia"telah memutuskan untuk me ngadu jiwa dengan pertapa itu.
Sekalipun harus mati. ia tetap tak mau kalah ditangan pertapa itu.
Serentak lengan kanan diturunkan. pada saat ' Sian Yan cinjin mengikuti gerakannya. secepat kilat dua buah jari tangan kirinya menusuk mata Siau Yan cinjin.
Sian Yan cinjin cukup waspada. Ia miringkan kepala ke samping. Karena tusukannya luput. Toho cepat menekuk lengannya untuk menahan kepala lawan.
Kiranya selama tujuh tahun berada dalam peti besi. ia memang melatih diri dengan keras. la_ dapat melatih tulang2nya bergerak menurut sekehendak hatinya.
Gerakan menekuk lengan dan menebas itu, memang luar biasa dan sukar diduga. Bahkan Sian Yau cinjin yang berilmu tinggi, juga tak pernah menduga.
Hampir saja ia celaka terkena' tebasan toho lhama .untunglah dalam detik2 yang bahaya itu ia sempat merendahkan tubuh ke bawah. Memang Sian Yau cinjin berhasil menghindarkan diri' dari bahaya tetapi karena 'itu ia 'kurang cepat menguasai hudtimnya.
Seketika berhamburanlah kawat2 perak yang halus terpapas oleh pedang Thian-liong kiam, Yang tersisa hanya kebut gundul dan tangkainya.
Girang sekali Toho lhama karena siasatnya berhasil. Tetapi Slau Yan cinjin adalah seorang pertapa sakti yang telah mencapai tingkat tinggi dalam ilmu tenaga-dalam maupun tenaga-luar.
Kemampuannya dalam ilmu menutuk jalan darali' juga bukan olah2 hebatnya. Tanpa menunggu Toho lhama sempat merobah jurus ilmu pedangnya, Sian Yan' cinjin terus songsongkan tangkai hudtim ke muka.
Walaupun ujung tangkai kebut itu tak sampai mengenai lengan Toho tetapi pancaran tenaga-dalam yang disalurkan Siau Yan cinjin melalui tangkai kebut itu tetap menggempur jalan darah siku lengan toho.
Tring , . . pedang Thian-liong-kiam terlepas jatuh dari tangan Toho lhama yang. kesemutan dan lunglai tak bertenaga itu.
terkejut dan cepat toho Lhama itu ' membungkukkan tubuh hendak menjernputnya. SiawYau ciniin telah 'mendahului lepaskan' pukulan Gi-tiong-gu-tou. salah setu jurus dari- ilmu pedang thian-jio-ciang.
Angin pukulan mendera-deru dahsyat melanda ke. dada 'Toho-lhama. Toho lhama terkejut. Kalau ia tetap meneruskan mengambil pedang, jelas ia tentu celaka.
Terpaksa' ia gerakkan kedua tangannya untuk menyongsong. Dengan begitu barulah ia dapat menghapus angin pukulan lawan.
Tetapi pada saat itu Siau Yau cinjinpun sudah melakukan usaha lain. pada saat Toho lhama sibuk menghalau serangannya, Sian Yau cinjin secepat kilat melekatkan ujung tangkai' hudtim kebatang pedang Thian-liong-kiam.
Sekali digentakkan keatas. pedang itupun mencelat ke udara dan meluncur ke tanah lagi, tepat dimuka Hong lng. Hong Ing cepat menjemputnya dan berseru kepada suhunya: "Suhu, mengapa suhu tak mau menggunakan pedang ini untuk cepat2 .membasmi 'imam jahat itu ".
Jangankan berpaling memandangnya, menyahutpun Siau Yan cinjin tak mau, Hong Ing me- nyadari bahwa suhunya tentu masih marah karena dia berani' diam2 minggat turun gunung. 'SUHU. aku sudah menderita luka parah, mungkin takkan tertolong lagi " seru .Hong ing.
Nadanya penuh haru kerawanan. Jelas bahwa ia memang berduka sekali. "Engkau melanggar perintah guru, secara diam2 turun gunung. Engkau mencari sakit sendiri. siapa yang harus engkau sesalkan "' sahut Siau Yau cinjin dengan nada dingin.
Hong Ing memang merasa bersalah. Ia ,tak dapat berkata apa2, Tampak suhunya dan Toho lhama terlibat dalam pertempuran yang sengit. Kali ini mereka .tak menggunakan senjata. melainkan-dengan adu pukulan.
Keduanya b?rgerak sangat c?pat sekali. sehingga se-olah2 seperti dua sosok tubuh yang bergabung jadi satu. Apabila bukan karena Toho itu berkaki pendek, tubuh pendek dan Siau Yau cin-jin tinggi kurus, tentu sukar untuk mengenal mana Siau Yau cinjin dan mana Toho lharna.
Kuatir kalau mengganggu konsentrasi pikiran suhunya maka Hong lngpun diam saja dan terpaksa menahan sakitnya.
Sampai beberapa saat lamanya belum juga tampak suatu kesudahan dari pertempuran itu. Melihat itu dengan paksakan diri. Hong lng mencekal pedang Thian-liong-kiam lalu berdiri, Maksudnya hendak membantu Siau Yau cinjin.
'Tetapi kedua tokoh . itu bergerak secepat angin. Jangankan hendak menyelinap maju. melihat saja ia sudah kunang2 matanya, tak dapat membedakan mana suhunya, mana Toho lhama. Setengah jam cepat sekali sudah berlalu. Sekonyong-konyong Toho menggembor keras dan menghantam lalu berlincahan seperti terbang.
Siau Yau cinjinpun berputar-putar tubuh melingkar ke belakang lawan. Setiap kali berputar tubuh ia tentu melepaskan sebuah hantaman.
Walaupun gerak pukulannya pelahan tetapi menilik kerut wajahnya yang begitu tegang, jelas pukulannya dilancarkan dengan susah payah sekali.
Dengan sekuat usaha. Siau Yau cinjin 'hendak melingkar ke belakang Toho lhama. Tetapi To ho mendahului dengan sebuah hantaman untuk menghadang.
Pada saat-kedua angin pukulan saling beradu. tubuh merekapun berhenti bergerak. Beberapa saat kemudian baru mereka bergerak2 dalam sebuah lingkaran tanpa sempat untuk melepaskan pukulan .
Memang tenaga dalam Sian Yau cinjin seolah tak pernah kering sumbernya. Tetapi tenaga- dalam yang dimiliki Toho lhamapun bukan main hebatnya.
Dalam waktu singkat sukar untuk menharapkan pertempuran itu akan selesai.
Kini setelah dapat membedakan mana suhu mana musuh. Hong Ing amat gembira sekali ia paksakan diri untuk mengerahkan sisa tenaga-murni yang dipunyainya. setelah mengambil arah." ia terus menimpukan pedang THian-Liong Kiam pada Toho Lhama.
Saat itu Toho lhama sedang' kerahkan semangatnya untuk mengadu tenaga dalam dengan Sian Yau cinjin. Begitu melihat sinar pedang thian- liong-kiam rneluncur kearahnya bermula ia terkejut.
Tetapi serentak timbullah suatu rencana yang jahat. la gembira dalam hati. Cepat ia menyiak lengan keatas dengan telaga penuh.
Karena tenaga lontaran Hong Ing itu amat lemah, Angin dari gerak lengan Toho lhama telah menahan pedang dan memaksanya berbalik meluncur kearah Siau Yau cinjin.
Sian Yau cinjin kebutkan' lengan baju untuk menahan laju pedang Thian-liong-kiam. Kemudian ia ulurkan tangan untuk menyambar pedang .
Sebenarnya Toho lhama ,juga bermaksud hendak meraih pedang pusaka itu tetapi ternyata ia kalah cepat. Adalah karena tangannya kalah panjang dengan Sian Yau cuman. maka pedang itu dapat disambar Sian -Yau cinjin lebih dulu.
Pada saat itu kedua 'tokoh tersebut sedang saling bertahan diri dengan tenaga dalam masing2. Barangsiapa yang berhasil meraih pedang Thian - liong - kiam itu, dialah tentu yang menang .
ap kelemahan lawan', dialah yang menang angin mungkin dapat mengalahkan lawan.
Toho terlalu meremehkan lawan. Baru ia hendak mengatupkan jarinya mencengkeram barang pedang.
Tiba2 akibat dari tamparan Sian Yau cinJin, pedang meluncur lebih cepat kebawah.
Ah.,. 'toho menjerit tertahan. Bukan tangkai pedang yang dipegang tetapi batang pedang yang luar biasa tajamnya.
Kelima kuku jarinya yang panjang' segera terpotong dan berhamburan jatuh ketanah. Toh0 menggerung keras. la masih penasaran.
Cepat ia mengejarkan tangan untuk menyambar tangkai pedang. Tapi saat itu pula Sian yan cinjin telah menyusuli sebuah tamparan lagi.
wut !. Pedang meluncur kebawah lebih cepat lagi. Setitikpun Toho tak mengira 'bahwa lawan akan bertindak Sedemikian lincah. Jika yang tadi ia hanya menderita- kehilangan kuku, kini' lebih parah lagi.
la mencengkeram tetapi iapun merasa heran mengapa pedang itu tetap meluncur' jatuh ke tanah. Hal itu disebabkan karena bukan tangkai pedang yang dapat dicengkeram melainkan batang Pusaka yang tajam.
Dan karena luar biasa tajamnya toho tak merasakan sakit sama sekali. Adalah setelah pedang jatuh ketanah, iapun memandang tangan kanannya. Astaga !.
Kelima jari tangannya berhamburan jatuh ke tanah, yang tersisa hanya 'telapak tangan tanpa jari. Darah bercucuran seperti hujan.
Menurut ilmu ketabiban, sepuluh jari itu mempunyai hubungan dengan hati. Selaku mengetahui jarinya hilang, segera timbullah rasa sakit yang amat nyeri dalam ulu hati Toha.
Ia mengaum dan meraung seperti singa kelaparan .
Sian Yau cinjin saat itu pun meluncur turun ke tanah. Karena perhatian 'toho terpecah maka dapatlah Siau Yau cinjin menarik lhama itu mundur beberapa langkah.
Dalam keadaan seperti saat itu sudah tentu Toho lhama bukan lagi tandingan Siau Yau cinjin. Sekali Siau Yau cinjin lancarkan serangan maju, Tohopun terdesak mundur lagi. Selangkah, dua langkah, tiga, empat dan sampai belasan langkah Tono lhama terhuyung-huyung mundur.
Dan kini dia tiba ditepi' batu besar. Selangkah mundur lagi, ia tentu jatuh ke bawah. Selama pertarungan hebat itu. Hong Ing menyaksikan dengan penuh perhatian.
Maksudnya hendak menolong suhunya tetapi bahkan malah menyibukkannya Karena lemparan pedang itulah maka Siau Yan cinjin sampai melangsungkan perebutan yang dahsyat dengan Toho.
Hong ing baru dapat menghela napas longgar ketika melihat suhunya berada diatas angin dan kelima jari Toho rompal semua.
Diam2 ia merenung. Apabila suhunya mau memberi ampun, ia berjanji akan belajar dengan sepenuh hati.
Cukup mewarisi tiga bagian dan kepandaian suhunya saja, tentu ia takkan mengalami ' peristiwa semacam yang dideritanya ketika ia melarikan diri dari gunung.
Ketika berpaling, kejut Toho lhama bukan kepalang. Selangkah ia mundur lagi, tentu akan jatuh dan hancur di bawah jurang.
Sungguh suatu hal yang tak disangka2 selama tujuh tahun lamanya ia tersiksa dalam kotak direndam dalam dasar telaga selama itu ia terus tekun untuk mempelajari ilmu tenaga yang sakti tetapi tak kira i.
masih belum mampu mengalahkan musuhnya. Rupanya dalam tujuh tahun itu, Siau Yan cinjin juga bertambah maju ilmunya.
Toho memperkuat kuda2 kakinya, ia tak mau mundur lagi. Tetapi karena posisinya terdesak, untuk bertahan tentu lebih susah lagi. Ia harus bertahan mati2an sehingga kepalanya basah mandi keringat.
Hawa panas menguap di uban2 kepala. Setengah jam lagi ia tentu sudah tak kuat. - Tidak didorong jatuh oleh Siau Yau cinjin juga tentu akan kehabisan-tenaga Sekalipun jiwanya dapat tertolong oleh obat yang mustajab tetapipun ilmu kepandaiannya pasti akan lenyap.
Makin merenung makin gelisahlah Toho. Beberapa saat kemudian tiba2 ia berseru: "Sian Yau cinjin, engkau sudah menjebloskan aku dalam kotak didasar telaga selama' tujuh 'tahun. Apakah engkau masih akan membunuh aku lagi "''.
la berkata dengan napas terengah-engah. Sikapnya sebagai seorang kojiu sudah tak tampak lagi.
Sian 'yan cinjin seorang pertapa yang tinggi '. budinya.
Dia memiliki hati yang welas asih. Kalau tidak tentu tadi ia sudah menggunakan tigapuluh gelombang tenaga-dalam untuk menyelesaikan Toho.
Dia cukup menggunakan duapuluh pancaran tenaga dalam dan Tono sudah tak mampu bertahan lagi.
' la tak ingin membunuh Toho, melainkan menghendaki dia supaya cepat merubah jalan hidupnya yang sesat dan kembali ke jalan yang terang.
Maka sengaja ia perlambat serangannya agar Toho mempunyai waktu untuk menyadari kesalahannya.
Setelah mendengar kata2 lhama itu, Sian Yan cinjin tertawa.
"Siancay ! Bukan aku yang hendak membunuhmu tetapi engkau sendiri yang ingin mati !" serunya.
Dalam hati Tono memaki kalang kabut kepada pertapa itu tetapi mendengar kata2 Sian Yan cinjin yang longgar itu. seketika timbullah harapannya.
"Apakah maksud ueapanmu itu. Cinjin ?" serunya.
Sian Yan cinjin tertawa: "Karena tadi engkau yang menghendaki adu tenaga-dalam. bagaimana aku dapat menolaknya" Kalau engkau tak bermaksud melukai orang, masakan orang akan melukaimu ?".
Girang sekali Toho mendengar ucapan itu.
Jelas dia hendak menyuruh aku menarik tenaga-dalam dan diapun takkan melanjutkan serangannya. pikirnya. ".
"Apakah ucapan cinjin itu sungguh!" Serunya menegas.
"Seorang perupa. takkan bicara bohong _ sahut Sian Yau cinjin.
Toho menarik pulang tenaga-dalamnya. la terpaksa terhuyung mundur setengah langkah sehingga tumit kakinya berada diluar batu karang.
Tetapi sian yan cinjin memang tak mau menyerang lagi. Bahkan ia malah menyambar lengan Toho agar lhama itu agar jangan sampai jatuh ke bawah batu karang.
'Pada saat itu itu terlintas dalam benak Toho 'Ah. ternyata Sian Yan cinjin memang seorang' berbudi tak seharusnya aku mencelakainya.".
Tetapi pikiran baik itu hanya selintas memancar dalam benaknya terus pikiran jahatnya timbul lagi. ' Dilihatnya Siau Yau cinjin tidak berjaga-jaga. Tiba2 ia menghantam muka ci?jin itu.
Siau Yan cinjin tak menduga sama sekali kalau kebaikannya akan dibalas dengan kejahatan yang sedemikian keji. ia rasakan mukanya panas.
- la terkesiap namun masih mengira kalau Toho telah menderita luka parah sehingga tubuhnya tak dapat berdiri tegak.
Untuk menjernihkan pandang matanya yang berkunang-kunang itu, Sian Yan cinjin mengangkat tangan kanannya untuk mengusap muka.
'Pada saat itu diam2 Toho kerahkan tenaga-dalam kelengan kiri yang masih dicekal oleh tangan kiri Siau Yan cinjin.
Dan secepat kilat, ia meronta terus balas mencengkeram pergelangan tangan Sian Yau cinjin.& trade;
saat itu baru Siau Yau cinjin gelagapan setelah melihat gelagat kurang baik. Tetapi terlambat. Pergelangan tangannya sudah dikuasai oleh Toho.
Dan lagi setelah mendapat angin, Toho tak mau memberi ampun lagi. la ayunkan tangan Siau- Yau cinjin dan melontarkan tubuh- cinjin Itu ke udara.
Betapapun saktinya Sian Yan cinjin tetapi dalam keadaan yang kalah persiapan itu.
Terpaksa in harus menurut. Ketika di udara ia berjumpalitan tubuh hendak menggunakan gerak Gan-lol!-peng - atau Belibis - jatuh - di- padang - Pasir.
la hendak meluncur turun diatas batu karang, Tetapi Toho sudah mendahului loncat menyambar pedang 'thian-liong-kiam, terus diputar sederas hujan mencurah, untuk menyongsong tubuh Siau Yau cinjin.
Sian Yan cinjin benar2 tak berdaya. Cepat ia menginjakkan kaki kanan ke kaki kiri dan dengan meminjam tenaga-pijakan itu ia melambung ke udara lagi.
Lantaran .yang dilakukan Toho tadi' rnenggunakan sekuat tenaganya sehigga tubuh Siau Yau sampai terlempar dua tombak di udara.
Dan setiap kali Siau Yan cinjin hendak meluncur turun. 'toho tentu sudah menyambutnya dengan putaran pedang 'thian-liong-kiam.
ilmu ginkang Sian Yan cinjin memang hebat tetapi betapapun juga tak mampu ia terus menerus berada di udara.
Tiba2 tubuh cinjin itu meluncur turun dan terus turun ke bawah barang. Toho lari menghampiri dan melongok kebawah.
Hanya sejenak masih dapat dilihatnya tubuh pertapa itu tetapi pada lain saat sudah lenyap tertutup kabut yang memenuhi dasar jurang.
Karena girangnya Toho tertawa nyaring dan panjang. Kebalikannya Hong Ing terkejut sekali. Tanpa disadari dia menjerit: "suhu . ; Suhu . , . !".
Toha _berpaling dan ketika melihat Hong lng timbullah kemarahannya. Adalah karena ditipu oleh anak itu maka hampir saja ia kehilangan jiwa ditangan siau Yan cinjin.
Maka baiklah ia Ienyapkan saja anak itu. Setelah memotong secarik baju dan membungkus tanganya.
Ia tertawa sinis. 'Hela. budak perempuan. baik baik sajakah engkau" 'ternyata pertapa, bangsat itu suhumu.
serunya sambil selangkah demi selangkah maju menghampiri.
Melihat suhunya telah 'jatuh kebawah jurang. Hong Ing nekad, Ia tak menghiraukan jiwanya' lagi. Andai kata lhama itu tak menghampirinya.
ia tetap akan datang untuk melampiaskan kemarahannya. . Dengan langkah terhuyung-huyung hong ing menyongsong maju dan tiba2 ia jatuh dikaki lhama itu.
Suatu pikiran nekad cepat melintas dalam benaknya. la hendak memeluk kaki itu dan bersama-sama akan menggulingkan dirinya ke bawah jurang. Ia hendak mati bersama.
Tetapi Tiba2 matanya silau oleh sinar kuning dan tahu2 ujung pedand thian-Iiong-kiam sudah melekat di kerongkongannya.
Hong Ing mengangkat muka dan memandang lhama itu- Ingin ia mengetahui mengapa tak segera membunuhhya itu.
Toho tertawa seram. serunya: "Pertapa bangsat itu sudah mampus dan engkau begitu setia
sekali kepadanya. Hayo, lekas engkau susul gurumu ke neraka !".
Ujung pedang diajukan ke muka dan kulit kerongkongan Hong lngpun sudah tertusuk.
Jatuh ke bawah jurang tentulah gurunya mati. Dan ia sendiri menderita luka yang tak mung- kin dapat disembuhkan lagi. Cepat atau lambat ia tentu akan mati. Lebih baik ia cepat mati saja daripada menderita siksaan.
merenungkan hal itu. hati Hong Ing malah makin tenang. Serentak ia pejamkan kedua mata. Ia rasakan semangatnya sudah melayang- layang.
Tubuhnyapun segera .melayang juga, dan hanya menunggu 'toho menusukkan pedangnya. ".
Mari tinggalkan dulu Hong Ing yang menunggu kematian itu dan mengikuti dulu perjalanan Cong Tik 'bersama 'lhiat-koan-im Li Wan menuju ke gunung Cek-bi-san.
Setelah beberapa hari tibalah mereka dikaki gunung itu. Selama dalam perjalanan itu Cong 'tik selalu memutar otak bagaimana mencari jalan untuk`melepaskan diri dari wanita sakti itu.


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gunung cek-bi-san terletak di perbatasan su ji wan merupakan Gunung belantara yang jarang di jamah manusia .
Sebelum tiba digunung itu Cong Tik sudah' memperhatikan keadaan Ketujuh puncaknya yang berjajar- jajar dengan urut.
Dengan jelas Cong Tik mengingat katac pada mutiara itu `biluk-ke selatan pada puncak yang ketujuh'.a Itu berarti harus melintasi keenam puncak baru tiba di puncak yang ketujuh. Oleh karena itupun tak mau iergopoh-gopoh.
'thiat-koan im membawanya memasuki daerah gunung dan setelah berjalan sehari, mereka telah melintasi. dua puncak gunung.
saat itu sudah menjelang petang. kabut pelangi bertebaran memenuhi langit. Sesungguhnya berbahaya sekali memasuki gunung itu karena kabut beracun sedang bertebaran.
Tiba2 Cong Tik menjerit dan terus roboh. Sejak kecil Thiat-koan-im Li Wan hidup di wilayah Hunlam yang penuh kabut beracun. Mungkin diseluruh dunia pegunungan Hunlam itulah yang paling banyak kabut beracunnya.
Dari tigabelas macam kabut beracun ada sejenis yang paling ganas. Baik binatang maupun manusia," apabila terlekat dengan kabut beracun itu dalam Waktu sejam tentu akan mati menjadi segumpal cairan darah oleh karena itu 'Ihiat-_koan-im Li Wan faham tentang jenis2 kabut yang beracun.
Selekas jatuh' terduduk. Cong Tik terus menutup peredaran darah. Wajahnya berobah kelabu besi dan tubuhnya menggigil tak henti hentinya.
'Lo-cianpwe, rupanya aku terkena kabut beracun, mohon lo-cianpwe suka menolong jiwaku !' serunya meratap, Thiat koan-im Li Wan percaya saja. la kerutkan dahi.
"Aku sih suka saja menolongmu tetapi perintah ciang-bunjin mana boleh dilanggar ?" kata- nya. Ia merogoh 'kedalam dada bajunya dan mengeluarkan sebuah botol Kumala lalu duduk disisi Cong Tik.
"Bubuk obat ini mustajab sekali terhadap kabut, selama tiga han, engkau tentu sembuh. Tetapi ingat, jangan injakkan kaki didaaerah hunlam lagi, kalau tidak, akupun tak dapat menolongmu!".
Girang hati Cong Tik. Buru2 ia menyambuti botol rtu. Dan tanpa melihat lagi, Thiat-koan-im Li Wan terus melangkah pergi. Setelah wanita tua itu sudah _ tak tampak, barulah Cong Tik loncat bangun dan terus menendang botol Kumala itu .
"Huh, nenek jahanam, siapa suda makan obatmu!" Dengan gembira ia terus ayunkan langkah.
Tetapi baru liga langkah, tiba2 terdengar angin menderu. Beberapa macam kabut berwarna berhamburan terbawa angin.
Karena kabut berwarna tipis maka ia tak merasa.Setelah mencium bau harum yang aneh baru ia terkejut dan seketika itu melihat dua lapis kabut merah yang tipis telah melanda dirinya.
Kejutnya bukan kepalang. Jelas dia telah terkena kabut beracun. Cepat ia berhenti tetapi kepala dan matanya telah terasa berkunang-kunang, badan letih sekali, ingin tidur. Saat itu baru ia menyesal mengapa ia melemparkan obat pemberian nenek Thiat-koan-im tadi. Apa boleh buat. terpaksa in balik kembali untuk mencari ke gerombol semak.
Tetapi hampir setengah jam lamanya. belum juga ia berhasil menemukan obat itu. Padahal kepalanya makin pening, haripun makin gelap.
Cong Tik menghela napas putus asa. Betapa pun manusia hendak berdaya tetapi keputusan ditangan Tuhan. Tak nyana pada saat ia hampir berhasil mendapatkan pusaka itu, dia harus mati disambar kabut beracun. '.
Dia duduk dan menjalankan pernapasan. Di- dapatinya tenaga-dalamnnya tak kurang suatu apa. Hanya kepalanya pening dan ingin tidur saja.
la pejamkan mata dan merasa tentu mati.
Tetapi aekonyong-konyong ia merasa bukan duduk di tanah tetapi duduk di atas suatu benda yang agak - keras. la paksakan diri untuk Memeriksa, seketika terkejutlah dia, kiranya ia sedang duduk di atas kerangka tengkorak manusia.. Membayangkan bahwa apabila ia rubuh binasa. Beberapa bulan lagi tentu akan menjadi seperth tengkorak itu, seketika semangat untuk hidup bangkit kembali.. serentak ia mempunyai keyakinan bahwa obat pemberian thiat koan im itu tentu berada di sekitar tempat itu. la percaya nenek itu tentu' tak bohong Asal dapat menemukannya. tentu-ia dapat sembuh Serentak ia mulai mencari lagi.. Ah, kembali ia mendapatkan sebuah tengkorak manusia, lalu -dua buah lagi. Yang satu menindih di atas yang lainnya. Dan girangnya bukan kepalan; ketika melihat botol kecil itu berada di bawah tengkorak itu.. selekas mengambil botol obat itu tanpa memeriksa lebih jauh ia menelan isinya. Rasanya pedas sekali dan tak berapa lama badannya keluar keringat.. Dan tak berapa lama perutnya sakit dan berak! Memang ia merasa lemas tetapi- rasa sakitnya hilang. Ia duduk bersandar pada batu untuk beristirahat. Rembulan bersinar terang. empat penjuru angin sunyi senyap.. Tiba2 ia teringat akan kedua tengkorak itu. Mencurigakan sekali.. Gunung disitu merupakan daerah belantara yang tak pernah dijelajah manual.
Tetapi mengapa terdapat dua buah tengkorak manusia '" Berpaling kesamping. ia melihat ditengah kedua tengkorak itu terdapat sebuah benda berkilat kilat. Tadi memang iapun sudah melihatnya. tetapi karena lebih mementingkan m?ncari obat maka ia tak begitu memperhatikan. Kini baru ia tahu bahwa benda itu ternyata sebatang pedang kecil yang panjangnya hanya tiga dim, pedang itu menancap pada sebuah tulang rusuk salah satu tengkorak itu.
&nb sp;  Cong Tik segera menghampiri dan mencabut.
Walaupun kecil tetapi pedang itu jelas bukan pedang biasa. Dip?riksanya beberapa jenak tetapi ia tak dapat mengetahui asal usul pedang itu. Terpaksa ia menyimpan dalam bajunya.
Memeriksa tengkorak yang satunya, ternyata tujuh buah tulang rusaknya telah patah. Cong Tik menduga. kedua orang itu semasa hidupnya tentu sepasang musuh. Mereka bertempur dan mati di tempat itu.
la menendang kedua tengkorak itu hingga terpencar. Mungkin masih ada lain benda yang dapat ditemukan tetapi ternyata tidak ada.
Akhirnya ia memutuskan untuk segera' melanjutkan perjalanan ke puncak yang ketujuh.
lebih kurang setombak berjalan, kembali ia memijak sebuah benda. Dan ketika memandang ke bawah. iapun terlongong-Iongong.
Ternyata yang dipijaknyu itu sebuah botol kecil terbuat dari Kumala. Diambil dan diamatinya lalu dibukanya, ternyata bubuk obat dalam botol itu 'masih penuh.
"heran bukankah nenek gila tadi hanya memberi aku sebotol obat " Mengapa setelah kuminum masih ada sebotol lagi ?" pikirnya penuh keheranan.
Setelah berpikir beberapa saat, baru ia tahu persoalannya. Botol obat yang diminumnya tadi tentulah berasal dari kedua tengkorak itu.
Tetapi kalau menurut keterangan nenek Thiat-koan-im ramuan bubuk obat penawar kabut racun, tiada seorangpun kecuali dia yang dapat membuat.
Ah. baiklah kelak apabila mendapat kesempatan ia tanyakan saja kepada nenek 'thiat-koan-im apakah nenek itu p?rnah memberikan sebotol bubuk obat kepada lain orang lagi. Dari' keterangan nenek itu, tentulah ia dapat menyelidiki siapakah kedua tengkorak itu.
dengan pemikiran itu bukanlah Cong Tik hendak memberitahu kepada keluarga dari kedua tengkorak itu tetapi hanya karena ia merasa heran dengan pedang kecil mereka.
Tak tahu ia bagaimana ia harus menggunakannya. Apabila dapat mengetahuinya usul orang itu. tentu dapat mencari keterangan bagaimana menggunakan pedang kecil itu. Kesemuanya itu adalah demi kepentingan dirinya sendiri.
Hatinya makin besar, semangatnya menyala. Apabila tiba dipuncak ketujuh itu, dia tentu akan ' mendapat keuntungan lebih banyak lagi.
Demikian setelah berjalan semalam, barulah ia tiba di puncak yang ketujuh.
Sesungguhnya ia sudah tak kuat. Lebih baik ia tidur dulu baru setelah tenaganya pulih, mencari batu besar itu. Demikianlah Ia segera mencari sebuah pohon besar dan tidur diatas sebatang dahan. Dilihatnya burung kakaktua putih pemberian gurunya. masih beterbangan diatas pohon.
Tak berapa lama iapun jatuh pulas. Entah bers?lang berapa lama, dia' bermimpi buruk dan terbangun. Hampir saja ia jatuh kebawah.
Saat itu ternyata matahari sudah berada di tengah udara. Ia merasa tenaganya sudah hampir pulih. Cepat ia loncat turun dan ayunkan langkah.
Lebih kurang sejam berjalan ia m?lihat sebuah batu besar, tinggi dua meter, panjang beberapa. tombak. mirip orang yang sedang tidur. Tepat sekali dengan yang disebut kata2 pada mutiara 'batu besar yang mirip 'orang tidur'.
"Ah, itulah !" serunya gembira.
Siapa tahu baru ia berseru begitu. tiba2 dari balik batu itu terdengar suara orang menyahut .
"Ya, benar memang disini. Sayang engkaupun seperti aku, terlambat beberapa tahun, tiada gunanya .".
'Nadanya tinggi dan tajam jelas seorang tokoh yang memiliki tenaga-dalam hebat. Kejut Cong Tik bukan kepalang. Cepat ia mengambil pedang kecil bersiap-siap.
Jika orang itu bermaksud jahat. hendak ia serang.
"Siapa itu ?" serunya.
Sebagai jawaban terdengar suara tertawa mengekeh dan sesaat kemudian muncullah seorangmanusia yang aneh. Rambutnya yang kuning terurai melingkar2 seperti ular sepasang tangannya panjang sekali tetapi kakinya 'pendek.
Begitu muncul ia terus loncat keatas batu.
"Hei budak kecil. engkau memang sial, kebetulan berjumpa dengan aku, yang sedang marah. Serahkan jiwamu !" serunya terus mengulurkan tangannya yang panjang hendak menyambar Cong tik.
Cong Tik cepat menghindar ke samping. Gerakan orang itu dahsyat sekali, menimbulkan angin menampar muka Cong Tik sehingga sakit. Segera ia menyadari bahwa orang itu bukan lawannya.
Dia hanya membekal pedang kecil yang tak tahu bagaimana penggunaannya. Salah perhitungan, dia tentu celaka.
begitu menghindar kesamping ia terus lanjutkan membuang tubuhnya jumpalitan sampai setombak jauhnya. Begitu berdiri tegak ia terus berputar menyingkir sampai setombak lagi jauhnya.
Ketika memandang ke muka, dilihatnya wajah orang itu menampil kerut keheranan dan mendesuh kaget tetapi tak mau mengejar.
Anehnya lagi. burung kakaktua putih yang berada di udara itu, tiba2 terbang meluncur menghampiri orang aneh itu.
"Putih, jangan mengantar jiwamu,, cepat2 ia meneriaki kakaktua itu. 'Tetapi burung itu malah hinggap di bahu manusa aneh sedang orang aneh itu mengelus-elus bulunya dan tertawa : "Putih, ternyata engkau belum mati".
"Belum mati. belum mati". Si' Putih menirukan kata2 orang itu.
Seketika Cong Tik teringat akan pesan suhunya Bu Wi lhama. la memberanikan diri maju menghampiri dan berseru "Apakah aku berhadapan dengan thay-susiok ?".
Orang aneh itu mengangkat muka dan memandang Cong Tik, lalu tnenggerakkan tangan kanan menuding cong Tik. sedang tangan kirinya ternyata tinggal lengan, kelima jarinya hilang semua.
. "Apakah engkau muridnya Bu Wi." serunya.
Mendengar itu serta merta Cong Tik berlutut memberi hormat : "thay-susiok, cucu murid menghaturkan hormat".
orang aneh itu mengebutkan tangan dan Cong Tik segera terangkat bangun. Diam2 pemuda itu kagum sekali atas kesaktian tenaga-dalam paman kakek gurunya atau thay-susiok.
"Thay-susiok, tak nyana kalau di tempat ini akan berjumpa' dengan thay-susiok yang dengan susah payah memang hendak kucari".
Sambil berkata 'diam2 `ia menyimpan lagi pedang kecil ke dalam bajunya. Orang aneh itu bukan lain adalah Toho lhama, lhama yang karena bertempur dengan Siau Yan cinjin telah kehilangan kelima jari tangan kirinya.
"Tak usah banyak peradaban" serunya. "aku sudah bertemu dengan suhumu ketika berada di guha Siau--yau-tong gunung Ke-tiok-san !".
Sebenarnya memang Cong Tik tak tahu mengapa paman kakek gurunya itu tiba2 berada disitu. Mendengar keterangannya telah pergi ke guha Siau yau-tong. timbullah dugaan Cong Tik, apakah Hong Ing yang memberitahu kepada kakek guru itu ".
Tentang tempat penyimpanan pusaka " 'tetapi rasanya Hong Ing hanya mengetahui ketiga huruf yang berbunyi cek-bi-san dan tak tahu tentang batu 'besar yang mirip orang.
Dan pula mengapa kakek gurunya mengatakan kaau sudah terlambat beberapa tahun. apakah maksudnya "'.
Maka ia hanya mengiakan saja sedang dalam hatinya sudah merencanakan apabila ada kesempatan ia hendak menyelidiki maksud paman kakek gurunya.
Setelah menanyakan nama Cong Tik, Toho segera mengajukan pertanyaan ; "Mengapa engkau datang kemari "' Menilik bahwa bersemangat engkau tadi, tentulah engkau juga tahu akan rahasia itu .
Menilik nada teguran paman kakek gurunya amat bengis, segera Cong Tik teringat bagaimana ganas kakek guru itu tadi hendak menerkamnya.
Apabila tiada kakaktua putih yang segera hinggap dibahu kakek gurunya itu. tentulah sukar untuk ia mengaku sebagai cucu murid dan tentu saat ini sudah celaka.
Cong Tik segera menduga bahwa paman kakek guru itu tentu tahu akan rahasia pusaka di gunung CeK-bi-san oleh karena itu baiklah ia pura2 tampak tak tahu saja.
"Thay-susiok, rahasia apa yang engkau mak- sudkan '" Apakah mengenai berita di dunia persilatan tentang peristiwa dirampasnya barang2 berharga besar yang sedang dikawal oleh perusahaan piau-kiok Iin Yung di Gunbeng itu . ".
"Sudah, jangan teruskan !" cepat Toho menukas, "apa maksud kedatanganmu kemari "''.
"Suhu memerintahkan aku supaya mencari thay-susiok maka akupun menjelajahi seluruh pelosok negeri. Thay-susiok, mengapa engkau berada ` disini "' dengan licin Cong Tik. balas bertanya.
Dengan seenak hatinya, Toho menyahut : -Aku mengemban ke 'seluruh dunia. Ke mana aku suka. kesanalah aku pergi", .
'Diam2 Cong Tik memaki paman kakek gurunya seorang tua bangka yang licin. Ia segera mendesak pertanyaan lagi.
apa maksudmu mengatakan sudah terlambat beberapa tahun tadi" '.
Wajah Toho berobah gelap, sahutnya : "Perlu apa banyak bertanya ''. Memang dalam kepandaian "Toho jauh lebih sakti beberapa kali dari Cong Tik tetapi' dalam soal Kecerdikan otak Cong Tik lebih menang.
cepat cong Tik mengetahui bahwa thay-susioknya itu tentu juga hendak memburu pusaka yang tertera pada pelana bertabur mutiara.
"Thay-susiok. ketika tiba di gunung Tay-pat-san. seorang tua telah memberitahu kepadaku bahwa di gunung ini, di' tepi batu`yang mirip bentuk orang .
Tiba2 rambut Toho meregang tegak. kedua biji matanya melotot dan cepat ulurkan tangan kiri menyambar lengan kanan Cong Tik.
"Aduh, thay-susiok lepaskanlah !" Cong Tik menjerit, kesakitan.
` "Siapa nama orang tua itu dan apa yang di katakan kepadamu "'.
Sebenarnya Cong Tik hanya merangkai suatu cerita kosong untuk menggali keterangan dari mulut thay-stisioknya. Setitikpun ia tak mengira kalau akan menderita kesakitan begitu. Buru2 ia meminta' : "Thay-susiok, sukalah lepaskan lenganku. Kepandaianku masih dangkal, tak kuat menderita cekalan thay~susiok !".
Tohopun mau melepaskan. "Orangtua itu sudah mati dan tak mengatakan namanya. Dia hanya mengatakan bahwa dipun cak ketujuh dari gunung Cek-bi-san, terdapat sebuah batu besar mirip bentuk orang, tujuh langkah sebelah kanan batu itu, terdapat sebuah lubang yang berisi barang.
Dia tak mengatakan barang apa itu. Hanya mengatakan bahwa didunia tiada orang yang tahu rahasia itu kecuali dia seorang.
Habis berkata ia terus mati karena lukanya yang parah. Thay--susiok. benarkah keterangan orangtua itu".
Apakah rahasia itu benar2 tiada orang yang tahu?".
Hatinya dikili oleh Cong Tik, Toha tertawa ' ' dingin "Ngaco ! Kalau aku tak tahu perlu apa datang kemari !" .
"Memang aku sudah percaya. boleh saja lain orang tak tahu tetapi thay-susiok yang sakti tak mungkin tak tahu. Apakah sesungguhnya rahasia itu ?".
"Engkau lihat sendiri saja !' teriak Toho.
Cong Tik segera berjalan mengitari batu besar itu. 'Tiba dibelakangnya ia melihat duapuluh bu ah guha yang berjajar jajar dengan rapi. Setup guha luasnya setengah meter. Dengan hati berdebar keras, Cong Tik lalu menghitung guha yang ketujuh dari sebelah kanan. Guha itu sama dengan yang lain. di tengahnya penuh ditumbuhi rumput.
ia ulurkan tangan kedalam guha itu merogoh tetapl tak menemukan apa! la terkejut sekali.
"Tak .terdapat apa2-nya. thaysusiek' !" teriak Cong Tik.
"Sudah kukatakan kepadamu' kata Toho.
"kita sudah terlambat" Ia menggeentakkan kaki ke tanah dan menggumam : "Tak peduli jatuh ke tangan siapa. kalau tak dapat merebutnya. aku bersumpah tak mau jadi manusia ! Sungguh menj?ngkelkan pertapa bangsat itu. Bukan saja telah memenjarakan aku selama tujuh tahun. juga telah menelantarkan urusanku yang besar !".
Makin mendenger makian Cong Tik tak mengerti apa yang dikatakan thay-susioknya itu.
Ia tahu bahwa kakek gurunya itu seorang yang limbung 'pikirannya. Dalam kecerdikan ia merasa dapat melebihinya.
Ternyata turunnya Toho lhama dari gunung dahulu adalah disebabkan karena suhengnya atau suhu dari Bu Wi Ihama, pernah mengembara ke daerah Tionggoan dan begitu kembali ke gunung tiba2 sakit dan meninggal dunia.
Pada saat menghembuskan napas yang terakhirnya, dia menyerahkan pimpinan biara kepada 'Toho. Dan juga memberitahu kepadanya bahwa dalam dunia persilatan di Tionggoan tersiar berita tentang sebuah pelana kuda yang mengandung rahasia.
Apabila dapat memperoleh pelana pusaka itu, tentu besar sekali manfaatnya.
Pada saat membawakan hal itu. Bu Wi Ihama juga hadir. Toho tergerak hatinya. Dia memang tak senang dengan pekerjaan yang hambar dalam biara.
Selekas suhengnya meninggal. dia segera menyerahkan urusan biara kepada Bu Wi lhama atau ' murid keponakannya. Sedang dia terus turun gunung. Tetapi' hampir setahun berkelana di dunia persilatan, dia tak memperoleh hasil apa2.
ketika tiba di daerah Hunlam ia ` berjumpa dengan dua orang pria dan seorang wanita yang sedang mengadakan perundingan rahasia.
Toho cepat mengetahui' bahwa ketiga orang itu juga ' kaum persilatan. Di antaranya yang dua orang adalah suami istri.
Yang mereka bicarakan' Juga mengenai pelana pusaka itu. Dan rupanya' ketiga orang itu saling bertengkar. Jika pelana kuda itu benar2 sebuah pusaka berharga bagaimana mereka hendak mengadakan pembagian.
Toho yang bersembunyi di samping," dapat mendengar Jelas. Tiba2 Ia menggerung keras dan loncat keluar. Tetapi ketiga orang itu juga bukan jg jago silat lemah.
hanya 'mereka bukan tandingan Toho 'tak sampai sepuluh jurus, kedua lelaki' dapat dilukai yang perempuan terus melarikan diri. Pada saat Toho hendak. membunuh kedua orang itu.
Siau yan cinjin kebetulan lewat disitu.
Melihat Toho keliwat ganas dan juga mengenali salah satu korban itu sebagai seorang jago silat budiman juga.
Dan selama ini namnya harum sebagai P?ndekar budiman. Sian Yau cinjin tak merelakan dan akhirnya bertempur dengan Toho.
saat itu Sian Yan cinjin sudah berhasil melatih diri-dalam thian-jio-kang, tak sampai enampuluh jurus. Toho dapat ditawan.
Melihat perangai begitu buas, Sian Yan Cinjin membawa 'toho ke sebuah kota yang terdekat.
Disitu dia memesan sebuah peti besi yang besar memasukkan Toho ,kedalam peti besi ,agar dia merubah Perangainya.
Hanya sebuah lubang sebesar lbu jari dilubangkan pada peti itu untuk Pernapasan Toho.
Setelah itu peti dil?mpar ke dalam telaga.
"Walaupun telaga ini dalam tetapi setelah satu tombak dlbawah, dasarnya merupakan sebuah lubang sebesar sumur. Peti besi takkan tenggelam, Kalau engkau tak mau mati, didalam telaga itu banyak ikannya, mereka tentu akan menyelinap masuk kedalam lubang peti besi. dapat jadi bahan makanan. Dengan kepandaian yang engkau miliki, walaupun peti itu penuh air tetapi ia tentu mampu membawanya melambung ke permukaan air sampai setombak tingginya.
Jelas engkau takkan mati Sepuluh tahun lagi, aku akan da tang melepaskanmu. Harap engkau baik2 menjaga diri" kata _Siau Yau cinjin dalam pesannya sewaktu melemparkan peti besi itu kedalam telaga.
Setelah tujuh tahun berada dalam peti besi, tanpa disengaja, Hong Ing telah menolong membebaskannya.
Selesai mendengar cerita thay-susioknya. Cong Tik segera teringat akan kedua tulang kerangka manusia tadi.
Mungkin mereka adalah tulang kerangka dari kedua pria yang dibunuh 'Paman gurunya dulu.
'Tetnpi Toho hanya mengatakan kalau kedua orang itu terluka, belum mati. Dan dengan kepandaiannya yang tinggi, Siau Yau cinjin tentu dapat menyembuhkan mereka.
Dengan begitu jelaslah kalau yang datang mengambil pusaka di gunung Cek-bi-san itu tentulah mereka berdua.
Tetapi mengapa keduanya mati disitu '" Apakah mereka saling berebut lalu bunuh membunuh sendiri '" Ah. mungkin. Lalu kemanakah pusaka yang diperoleh mereka itu '"'.
Secepat kilat Cong Tikpun teringat akan pedang kecil yang disimpannya lalu bertanya::- Thay- susiok, kedua orang yang bertempur dengan engkau itu menggunakan senjata apa, apakah engkau masih ingat ?".
, Toho tak tahu apa maksud pertanyaan Cong Tik. la hanya menjawab saja : "sudah tentu ingat Yang seorang menggunakan ruyung baja sembilan mas. Tetapi yang seorang memakai senjata yang aneh." .
"Apakah sebatang pedang pendek ?" karena tak dapat menahan diri, Cong Tik terus bertanya.
"Pedang kecil "'- Toho terkejut, "bukan, Dia menggunakan sepasang gelang emas yang bertabur besi runcing !".
Cong 'Tik terkejut. apa yang diduga, ternyata b?nar. Karena tak leluasa menggunakan pedang kecil maka kedua orang itu menggunakan senjata lain untuk menghadapi 'toho.
Tetapi Toho memberi keterangan bahwa tidak seorangpun dari kedua lawannya itu yang membawa pedang kecil .
Dengan begitu menandakan bahwa pada saat itu mereka berdua masih belum memiliki pedang itu. baru belakangan saja mereka memperoleh pedang itu.
jelas pedang itu tentu diambilnya dari lubang guha yang ketujuh. Diam2 Cong Tik girang karena liku2 nasib telah menentukan pedang pusaka yang berbentuk kecil itu akhirnya jatuh kedalam tangannya.
Tetapi adakah barang2 pusaka yang terdapat dalam lubang guha hanya sebatang pedang itu saja '.
Kegembiraan hati Cong "Tik segera berkurang beberapa bagian. Karena walaupun sebuah pusaka yang luar biasa tajamnya tetapi pedang itu. terlalu kecil sekali sehingga sukar digunakan kecuali hanya ` sebagai senjata rahasia yang disabitkan pada musuh.
Kemungkinan besar tentu masih ada lain2 benda pusaka, kalau tidak berada dalam lubang guha ketujuh tentulah berada pada tulang kerangka manusia itu.
Asal mencarinya lagi. ,tentulah in akan menemukannya.".
Diam2 Cong Tik menimang keputusan dalam hati namun ia tak mau mengunjuk reaksi apa2 pada kerut wajahnya.
"Thay susiok" katanya dengan wajah tak berobah. "menilik gelagatnya benda2 pusaka dalam lubang guha itu tentu sudah diangkut oleh kedua orang itu.
Bagaimana kalau kita berpencar memburu jejak mereka. Tolong berikan gambaran wajah mereka agar mudah untuk kucari. Apabila berhasil menemukan tentu akan kupersembahkan kepadamu".
Toha merenung sejenak, katanya : "Mereka berdua berperawakan sedang, tiada ciri2 yang istimewa eh, ada. salah satu diantaranya, jidatnya menonjol. wajahnya aneh sekali, sekali lihat tentu dapat mengenalinya !".
Mendengar keterangan itu diam2 Cong Tik girang Sekali. Pertama dia melihat kedua tulang tengkorak di dalam semak gerumbul. ia terkejut sekali karena bentuknya yang aneh. Jarang ia melihat potongan muka seperti itu.
Letak keanehannya yalah tulang jidatnya luar biasa menonjol keluar.
Jelas kedua kerangka tengkorak manusia itu tentu kedua orang yang pernah bertemu Toho dahulu.
"Kita tak boleh berayal". serunya bersemangat, "thay-susiok. silahkan engkau menuju ke selatan dan aku akan ke utara. Setahun kemudian kita bertemu di tempat ini lagi. Bagaimana, apakah thay-susiok setuju ?".
Toho menganggap bahwa Cong Tik itu adalah cucu keponakan murid. Tentu jujur dan memikirkan kepentingannya. Maka tanpa' curiga lagi dia segera menyetujui ; "Baiklah, tetapi karena dikuatirkan kepandaianmu tak cukup tangguh maka akan kuberimu pelajaran selama tiga hari.".
Cong Tik muak dengan thay-susioknya itu.
Diam2 ia memakinya karena tak ingin mendapat ilmu pelajarannya. Pedang kecil itu tentu mempunyai kegunaan yang hebat.
Yang penting harus mencari lagi pada kedua kerangka tengkorak itu.
Tetapi lahirnya terpaksa ia pura2 menghaturkan terima kasih atas kesediaan thay-susioknya hendak memberi pelajaran ilmu kepandaian.
Mendapat seorang pembantu lebih baik dari pada seorang diri. Pikir Toho. Maka iapun segera menurunkan' ilmu pukulan Gwal-sim-ciang yang di pelajarinya selama tujuh tahun dalam peti besi.
Walaupun dunia persilatan penuh dengan ilmu pukulan dari berbagai aliran tetapi tiada sebuah partai persilatan yang memiliki ilmu pukulan Gwat-'im-ciang tersebut.
Bermula dimasukkan dalam peti besi Toho mengamuk kalang kabut tetapi tetap tak dapat keluar. Peti itu tak berapa besar.
selama itu Toho terpaksa harus menyurutkan tubuh supaya dapat menyesuaikan diri. Diluar dugaan akhirnya ia mendapat ilmu untuk menciptakan ilmu pukulan itu.
Karena tubuhnya lemas sekali dan dapat digerakkan menurut sesuka hati maka jurus2 ilmu pukulan itu juga luar biasa anehnya.
Selalu diluar dugaan urang. dapat menggerakkan tulang-tulangnya secara .aneh untuk menyerang orang. Ketika di guha Siau-yau-tong. dengan gerakkan siku lengannya secara tiba2 ia dapat melepaskan lengannya dari cengkeraman Sian Yau cinjin dan bahkan dapat balas mencengkeram siku lengan pertapa itu.
Gerak itu menggunakan jurus ilmu pukulan Gwat-sim-ciang juga.
Sesungguhnya dasar ilmu lwekang yang melandasi ilmu pukulan Gwat sim-ciang itu berasal dari ilmu semedhi yang menjadi ajaran turun temurun biara Ko-liong-si. Hawa murni dapat disalurkan menem bus tulang.
Cong Tik mempunyai dasar yang cukup kokoh dalam ilmu lwekang perguruannya maka agak mudah ia menerima ajaran dari Tono. Dan memang ilmu pukulan yang terdiri dari duapuluh jurus itu, luar biasa hebatnya.
Mulailah Cong Tik tak mau memandang rendah ajaran itu dan dengan penuh perhatian ia berlatih. Empat hari empat malam. dia sudah' dapat menguasai ilmu itu.
Melihat Cong Tik amat cerdas. Toho 'girang sekali. Hari kelima pagi2. ia tinggalkan kakaktua dan terus menuju ke selatan.
Walaupun kurang tidur selama empat hari empat malam tetapi karena mendapat ilmu kepandaian baru, ia merasa gembira sekali. Dicobanya untuk berlatih sekali lagi.
la merasa bukan saja jurus jurus ilmu itu memiliki gaya serangan. pun juga pertahanan.
Bahkan dalam pertahanan mengandung serangan, dalam penyerang an berisi pertahanan.
Demikian setelah Toho pergi, ia segera menghampiri ke batu besar dan mulai mencari.
Setiap lubang diteliti dan ditelusuri tetapi tak menemukan apa2. Ketika merogoh pada lubang guha yang terakhir. tiba2 seekor tikus besar menerobos keluar.
Tetapi Cong Tik tak mau putus asa. la kembali menyelidiki kedua kerangka manusia tadi.
Andaikata tak memperoleh apa2, paling tidak ia sudah memiliki pedang kecil itu.
Asal menyelidiki pada jago2 pedang didunia peralatan, tentulah ia dapat mengetahui cara menggunakannya.
Baru ia hendak ayunkan langkah tiba2 ia' melihat tikus yang lari keluar dari lubang guha tadi seperti menggondol sehelai kertas. besarnya sekepal tangan orang.
Karena terkejut, tikus itu meninggalkannya diluar. Bermula ia tak 'menaruh perhatian tetapi ketika tertiup angin dan terbalik.
kertas itu seperti terdapat tulisannya. Serentak ia menjemputnya. Tetapi begitu terjamah, kertas itupun hancur.
Mungkin karena sudah tua umurnya. Kertas itu ber bau tikus.
mungkin dijadikan sarang binatang itu. la tak mau memegang melainkan memperhatikan tulisannya.
Huruf-huruf sudah kumal tak lengkap. berbunyi :
Bingkisan isteriku tersayang . . .
puncak tertinggi . . di lain tempat . . .
Sudah tentu huruf2 .itu tak merupakan rangkaian kalimat yang lengkap.
Cong Tik terlongong beberapa saat. Tak tahu apa artinya. Melihat kematian 'kedua kerangka manusia itu, saling bertindih dan pedang kecil itu tertancap pada salah satu dari kedua kerangka itu. Sedang yang satu pun patah tujuh buah tulang iganya.
Jelas mereka tentu saling mengadu jiwa. . Menurut keterangan 'toho tadi, sebelum tiba digunung Cek-bi-san, ketiga orang itu sudah bertengkar.
Tiba di Cek bi-san. mereka tentu saling berebut pusaka itu sehingga timbul hati jahat untuk saling bunuh membunuh dengan kesudahan sama2 mati.
Apabila keterangan Toho itu dapat dipercaya ' duadari ketiga orang itu t?ntu merupakan sepasang suami isteri.
Apakah surat itu diberikan salah seorang dari mreka kepada isterinya "
Puncak tertinggi. jelas menunjukkan puncak gunung. Tetapi apa maksudnya dengan huruf "lain tempat" itu "
la merogoh lagi lubang guha dan menghalau seekor tikus kecil. Rumput yang tumbuh disekitar lubang itu dicabutinya dan akhirnya ia berhasil menemukan banyak sekali potongan kertas, ada yang hanya sebesar kuku jari. Semua kertas2 itu ia keruk keluar.
Cukup lebar juga setelah dijajar di tanah begitu pula banyak sekali huruf2 yang tertulis disitu. la menduga apa yang terjadi pada waktu itu semua telah ditulis pada kertas itu.
la makin gembira, ketika sedang menunduk untuk mempelajari isi tulisan itu, tiba2 setiup angin berhembus dan cuwilan2 kertas itupun berhamburan ke udara.
Cong Tik terkejut dan berusaha untuk menyambar tetapi hanya berhasil mendapat tiga lembar. Diam2 Ia heran dari mana datangnya angin mendadak itu.
Cepat ia melenting keluar dan ah... dari balik batu besar itu menyembul dua kepala manusia yang tertawa mengekeh dan berseru : "Bagus!. budak !"
Cong Tik cepat dapat menduga bahwa angin mendadak tadi tentulah kedua orang itu yang meniupnya.
Kepala kedua orang itu amat kecil, menyerupai seorang anak. Dan selekas loncat ke atas ba tu besar, tubuh merekapun pendek sekali.
Aha, Si apa lagi kedua orang itu kalau bukan sepasang orang kate dari gunung Tu-lian-sau. Lo Te dan Lo Thian.
Sudah tentu Cong Tik mendongkol sekali. Setengah jam lagi kedua orang kate itu baru muncul tentulah ia sudah dapat mengetahui tentang isi surat _itu. Sekarang cuwilan kertas itu sudah bertebaran keempat penjuru jatuh di gerumbul semak2 untuk mengumpulkan lagi, tentu sukar dan makan waktu.
Cepat2 ia memasukkan apa yang disambarnya tadi ke dalam baju. Ia mengharap cuwilan kertas itu terdapat tulisan yang berguna.
Setelah itu baru ia menghadapi sepasang orang kate . .
'Hai, mau apa engkau disini "' 'tegurnya geram.
Lo Thian dan Lo Te tertawa gelak2. seru mereka : "Budak, engkau sendiri mau apa disini"
Apa yang engkau lakukan kamipun juga akan melakukannya "
Cong Tik menduga rupanya kedua orang kate itu belum tahu sungguh2, hanya ingin datang ke tempat itu saja.
"Aku tak melakukan apa" serunya seraya berdiri tegak seraya berteliku tangan.
Kedua orang kate itu saling berpandang, serunya :' "Kalau engkau tak berbuat apa", kami akan menyuruhmu berbuat. Budak. kalau engkau sayang jiwamu, lekas engkau beritahukan rahasia dari ' pelana kuda itu !" '
Dugaan Gong Tik memang benar. Mereka datang ke situ hanya ingin mencari tahu rahasia dari pelana kuda pusaka. Dengan begitu jelas mereka belum tahu apa2.
Rahasia yang tersimpan digunung Cek - bi - san itu, kecuali kedua kerangka manusia, Toho lhama, hanya dia seoOrang yang tahu. Tetapi ah...
hong ingpun juga tahu,tentu dialah yang membocorkan rahasia itu sehingga ia menderita kegagalan. Rahasia apa saja yang kalian kehendaki "
" 'Kalian salah duga, aku hanya saja lewat digunung ini !.
Lo Thian dan Lo Te saling bertukar pandang lalu tertawa keras. Serempak kedua orang kate itu merogoh kedalam baju masing dan mengeluarkan sebutir mutiara lalu diangkat keatas. serunya :
"Budak, lihatlah sendiri'. Pada kedua butir mutiara ini terdapat ukiran huruf yang berbunyi Cek-bi. Kedua mutiara ini berasal dari pelana kuda yang kami ambil dari' nona itu. Kalau bukan cek bi san'yang dimaksudkan lalu Cekbi yang mana ?"
Habis berkata kedua orang kate lalu menjentik dengan kedua jarinya dan kedua butir mutiara itupun meluncur ke dada Cong Tik. Yang sebutir mengarah jaian darah Ki-kwan-hiat. yang satunya kearah. jalandarah Kian-peng-hiat. Luncurnya cepat sekali.
Cong tik menyadari percuma ia berlaku pura2. Namun kalau memberitahukan dengan terus terang. kedua orang kate itupun juga tak mau percaya. Pertempuran dahsyat. sukar dihindari lagi. Sekali ia gerakkan tangan membalik. menekan dan mengendap. mutiara yang hendak menyambar bahunya itu dapat disapit. dengan kedua jari tangannya lalu secepat kilat ia taburkan menyongsong mutiara yang hendak menyambar dada . kedua mutiara itu berbentur, mendering keras dan berhamburan jatuh kedaiam semak
Bermula kedua orang kate itu mengira bahwa kepandaian Cong Tik tentu setingkat dengan Hong Ing.
paling2 hanya lebih tinggi sedikit. Setitikpun mereka tak pernah menduga bahwa pamuda itu ternyata memiliki tenaga demikian hebatnya.
Ditambah selama empat hari 'mendapat gemblengan dari Toho lhama. bukan saja ilmu pukulan Gwat-sim-ciang sudah dikuasai?ya, pun ilmu tenaga-dalamnya bertambah tinggi.
Empat Hari' empat malam tak tidur, ia tak merasa letih. Sekali turun tangan ia mampu menyambut lontaran mutiara dari kedua orang kate itu.
"Bangsat kate, jangan mengganggu aku !" , dampratnya marah.
Kedua orang kate itupun marah' juga "Hei apakah engkau benar2 hendak mengantar jiwamu?"
Yang satu dari kanan dan yang satu dari kiri. kedua orang kate itu segera menyerang. Karena' tubuh kate. gerakan mhrekapun amat tangkas sekali. ' . ' .
.Cong Tik terkejut juga menyaksikan kesaktian gerak mereka. Terpaksa ia loncat mundur sampai setombak jauhnya.
Seharusnya karena Cong Tik loncat ke belakang. 'kedua orang kate yang menerjang seperti kilat menyambar itu, tentu akan saling- berbentur.
Tetapi ketika hampir bertubrukan. tibac mereka saling menyisih dan sret . . , terus berputar tubuh loncat menerjang Cong Tik lagi.
Dan yang lebih mengherankan, dalam bergerak itu mereka sudah mencekal golok tan-to.
Cong Tik pernah menyaksikan mereka bertempur melawan nenek Cendrawasih-tutul. Ilmu golok mereka memang luar biasa hebatnya. Kedua 'orang kate itu bersatu, bergabung jadi seorang.
Menilik bahwa ia tak membekal senjata apa2 kecuali pedang kecil itu maka diam2 ia menyembunyikan pedang kecil itu ditelapak tangannya. Sambil menunggu kesempatan, diam2 ia memperhatikan golok kedua orang kate itu.
Ah. ternyata hanya golok biasa, terbuat dan baju pilihan tetapi bukan senjata pusaka.
Ketika tiba di depan Cong Tik, Cong Tikpun segera menebas dengan telapak tangannya. Kedua orang kate itu memang mampu bergerak dengan amat cepat tetapi mampu pula menghentikannya dengan mendadak.
Sekonyong-konyong mereka berhenti. Lo Thian bersuit nyaring dan terus melambung ke atas pundak Lo Te. Kemudian keduanya segera mengangkat golok dan menyerang dengan serempak.
Dengan bergabung itu, maka kedua orang kate itupun lebih tinggi 'dari Cong Tik.
Ketika Lo Thian yang berada diatas mengayunkan golok, karena jaraknya meninggi, paling2 hanya lewat di atas kepala cong Tik.
Tetapi tabasan golok dari LoTe yang berada dibawah, memang sungguh! dapat menabas kaki Cong Tik.
Cong Tik sudah memperhitungkan hal itu maka iapun tak mempedulikan serangan dari atas dan tujukan perhatian pada serangan dari bawah.
Setelah membalikkan siku lengan. ia segera menabas dengan telapak tangannya. Sepintas tampaknya dia menyambut tabasan golok dengan tangan kosong tetapi sebenarnya pedang kecil yang telah dijepit dengan jari tengah dan' jari telunjuknya itulah yang dipakai untuk menyambut golok.
Tring . . . golok si 'kate Lo Te putus seketika. Pada saat Cong Tik dimabuk kegirangan. Tiba2 Lo Thian yang berada diatas merobah jurus serangannya.
Bermula ia menggunakan jurus Kiang-cui-pau liu atau Air-sungai-mengalir-deraa untuk membabat kepala Cong Tik.
Begitu Cong Tik memperhatikan dan menyambut serangan bawah dari Lo Te. Lo 'thianpun segera berganti dengan jurus 'thian-ho-toKwa atau bintang bima sakti terbalik. Golok dibacokkan keatas kepala Coba Tik.
Pada saat Lo Thian membacok, Cong Tik sedang menyongsong golok Lo 'te. Maka baru pemuda itu gembira, angin tajam melanda atas 'kepalanya.
Memandang keatas. 'golokpun sudah memancar didepan mukanya. Untunglah dia sudah' mempelajari' ilmu' Menyurut-tubuh-mclemas-tulang. Maka cepat ia gunakan gerak Jembatan-besl-gantung. untuk membuang tubuh ke belakang lalu mengendapkan kepala dan kakinya sampai hampir' mencapai tanah
itu barulah ia dapat terhindar dari golok Lo Thian. Cepat ia bergerak menghindari tabasan lo thian.
Keringat dingin membasahi tubuhnya. Tetapi bedua orang kate itu tak. mau memberi kesempatan Cong Tik bernapas.
Dengan bersuit aneh, Lo Thian melambung ke udara Sedang Lo Tepun terus menggellncir ke tanah' sampai setombak jauhnya. Ketika melayang turun.
LoThianpun hinggap lagi pada bahu lo Te. Golokpun segera ditabaskan deras sehingga menimbulkan segulung 'sinar dingin.. menyerang CongTik.
Dengan bergabung itu, kedua orang kate memang berobah menjadi seorang tinggi yang mempunyai empat lengan tetapi hanya dua kaki.
Dalam keadaan itu, sudah tentu nrereka lebih leluasa
Dikubur Hidup... ketika membuka kulit kerbau itu. Cong tik mendapatkan empat limapuluh batang Coh-hot-ting atau paku yang bentuknyq seperti buah angcoh. Ujungnya tajam dan batangnya berduri warna bersemu biru seperti dilumuri racun..
Pada tiap batang senjata rahasia paku itu di ukir huruf Tan. Kecuali itu tiada lain2 tanda lagi. Ia tak tahu dan tak pernah mendengar didunia pensilatan terdapat semacam senjata rahasia be gitu..
Namun disimpannya juga benda itu. Karena tiada penemuan apa2 lagi di gunung Cek-bi-san di tambah pula ancaman dari kedua orang kate dan nenek Cenderawasih-tutul yang sedang bertempur itu sewaktu2 akan nnengejarnya, maka Cong Tik segera memutuskan untuk lari..
Dengan ilmu gin-kangnya yang hebat dalam empat kali loncatan saja ia sudah berada tujuhdelapan tombak jauhnya. Tetapi sesaat ia hendak ayunkan tubuh lagi, tiba2 ia melihat dua sosok bayangan lari mendatangi secepat terbang..
Cong Tik terkejut. Jika ia tak melihat mereka tentulah ia akan melanjutkan loncatannya dan tentu akan bertubrukan dengan mereka. Cepat dia loncat bersembunyi di atas pohon..


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

. Pada lain-kejab' kedua bayangan itu pun sudah tiba. Mereka pun hentikan langkah. Cong Tik melongok memandang ke bawah. Kejutnya bukan kepalang. Ternyata kedua pendatang itu adalah 'thiat-koan-im Li Wan dan Lu Kong Cu si Kipas kupu2..
"Kemungkinan berada di sekitar tempat ini", seru si nenek Li Wan. "Hm, mengapa engkau membawanya kemari" Lu Kong Cu menggeram..
"Engkau suruh membuangnya ke tempat jauh sahut -nenek itu. "apakah tempat ini masih 'kurang jauh "' `.
Walaupun sebagai ketua. tetapi kepandaian Lu Kong Cu terpaut jauh sekali dengan nenek itu..
Membuat nenek itu kurang senang, diapun tak berani menegur lebih lanjut..
"Thian selalu menuruti kehendak manusia." akhirnya ia menghela napas, "suruh aku mendapatkan rahasia besar dan ditengah jalan bertemu dengan engkau .lalu bersama-sama kemari. jika bangsat itu sampai lima enam hari berada disini. tentu dia akan mendapatkan. pusaka itu lebih dulu. Dan bukankah kita akan menggigit jari?"
Nenek Li Wan tak mau bicara lagi. Keduanya segera menyelidiki disekitar tempat itu.
Diam2 Cong Tik curiga. Dia telah menyembunyikan pelana mutiara itu dalam sebuah rumah penginapan kecil di' Siang-kang. mestinya tiada diketahui orang. Tetapi mengapa kedua orang itu tiba juga digunung Cek-bii san"
Apakah kesemuanya itu hong ing yang memberitahu mereka" Apakah pengetahuan mereka lebih banyak dari dirinya tentang pusaka itu"
.Jika tak masuk sarang harimau tentu tak mungkin mendapatkan anak harimau. Pikir Cong 'Tik.
Lebih baik ia mengikuti langkah mereka secara diam2. Bagaimana nanti akhirnya baru ia menentukan langkah lagi.
Setelah kedua orang itu sudah jauh, Cong Tik turun dari pohon dan dengan hati2 mengikuti mereka. Walaupun sebagai seorang ketua partai Naga tetapi Lu Kong Cu itu tak berarti apa2.
Yang ditakuti hanyalah nenek 'thiat-koan-im Li Wan yang memiliki mata dan telinga' tajam. Tetapi karena nenek itu sedang kurang senang hati karena dimarahi Lu Kong Cu selama beberapa hari ini, perhatiannyapun berkurang.
Dengan demikian dapatlah Cong Tik mengikuti mereka sampai melintasi dua puncak gunung..
Saat itu hari sudah mulai gelap. Tak berada lama suasana dipegunungan itupun makin sunyi dan gelap, Terdengar Lu 'Kong_Cu dan nenek Li Wan berseru: "Ah mengapa begini gelap, bukankah lebih baik kita menyulut api?"
Mendengar itu Cong Tik terkejut. la kuatir dengan membawa penerangan itu mereka akan melihat jejaknya. Maka buru2 menyelinap ke samping.
Tetapi diluar dugaan karena gelap sekali ia telah membentur batu besar yang tajam. Dahinya berdarah, sakitnya bukan kepalang dan diatas matanya terluka.
Andaikata kebawa sedikit lagi, biji matanya tentu pecah'. Karena rasa kejut dan sakit yang tak terhingga ia sampai mengerang.< br/>  ' Dalam suasana yang sesepi saat itu, daun yang gugurpun terdengar. apalagi suara orang mengerang kesakitan.
"Siapa ?" bentak Lu Kong Cu.
Cong Tik terkejut. Dengan merabah batu ia segera mengitar ke belakang dan hentikan pernapasan.
Karena tiada penyahutan, Lu Kong Cu terus berputar tubuh hendak menghampiri. 'Tetapi tiba2 dari arah depan terdengar-suara orang berteriak:
"Setan pendek, bagus, jangan lari !' '
Serempak terdengar pula dua buah suara menggema keras: "Nenek pengemis tua, engkau sendiri yang hendak lari!" '
Tring. tring. terdengar dua buah senjata berdering dan percikan bunga api. Ditempat yang begitu gelap. sudah tentu pecikan bunga api tampak jelas sekali: Sepintas segera tampak Lo 'thian dan Lo te sedang tegak berhadapan rapat dengan nenek Cenderawasih tutul.
Lenyapnya percikan bunga api, lenyap pula bayangan mereka ditelah kegelapan malam. - '
. Melihat ketiga orang itu juga berada disitu buru2 Lu Kong Cu berkata kepada nenek 'thiat koan-im: "Mari kita cepat turun tangan meringkus ketiga orang itu !"
Rupanya perhatian Lu Kong Cu sudah tertumpah pada ketiga orang _itu dan melupakan adanya orang mengerang dibelakang tadi.
Sambil menggentakkan Kakinya. nenek 'Thiat. koan-impun sudah memburu maju. Sebenarnya bagi nenek Cendrawasih-tutul, sepasang kate Lo Thian - Lo Te dan nenek Thiat-koan-im yang tinggi Ilmu lwekangnya. Tidaklah susah untuk menembus kegelapan malam Itu.
Tetapi karena langit berawan gelap dan berkabut tebal, maka betapun tajam pandangan mata mereka, tetapi sukar untuk melihat kemuka.
Maka setelah loncat kemuka sampai satu tombak. 'nenek 'thiat-koan-im bingung. Ia tak melihat sesosok bayangan manusia dan tak mendengar suara orang,
Beberapa jenak kemudian baru ia terkejut karena setiup angin dari gerakan tangan yang hendak menerkam melanda dari samping.
Cepat ta mendahului menggerakkan tangannya untuk menangkap dan berhasil. "Siapa !" bentaknya.
Dengan berkuik- kuik seperti babi endak di sembelih, orang itu menjerit.: 'Aku, lekas lepaskan !" '
Ternyata yang ditangkap itu adalah Lu Kong Cu sendiri,
Tetapi pada saat nenek 'Thiat - kwan-im lepaskan cekelannya, setiup gelombang angin pukulan yang dahsyat telah menimpah dan' atas. la terkejut karena merasakan bahwa tenaga orang itu setingkat dengan dirinya.
Cepat ia kerahkan tenaga- murni kearah tali dan dengan sekuat tenaga ia monghantam-dengan tongkat besinya..
Ternyata angin pukulan dahsyat yang hendak menimpali kepala nenek Thiat-koan-im itu berasal dari sebuah tongkat juga dan yang menggerakkan bukan lain adalah nenek Cenderawasih-tutul.
Hampir sehari ia bertempur melawan sepasang orang kate tetap belum ada yang kalah dan menang Setelah hari gelap.
kedua belah pihak merasa sulit untuk melancarkan serangan. Asal mendengar hembusan napas saja. tentu segera bergerak untuk menghantam.
Karena kedua pihak berlaku sangat hati2 maka sampai lama mereka seperti berhenti. Dengan' begitu merekapun mulai mengupulkan napas dan tenaga lagi.
munculnya Lu Kong Cu dan nenek Thiat-'koan-im, keadaan makin ruwet lagi. Masing2 menjaga diri dengan hati2 sekali. Asal mendengar suara yang betapa kecilnya. tentu terus diserang.
Dan karena salah paham sehingga Lu Kong Cu kena 'cengkeram oleh nenek Thiat-koum-im. karena kesakitam Lu Kong Cunun menjerit.
Hal itu cepat memandang perhatian nenek -Cenderawasih-tutul dan kedua orang kate.
Serentak nenek Cenderawasih-'tutulpun menghantam dengan tongkatnya. Justeru yang dihantam itu nenek 'thiat-koan-im. Kalau yang dihantam itu Lu Kong Cu. tentulah Lu Kong Cu tak kuat menangkisnya.
Prakkkk. Terdengar letupan keras ketika tongkat kedua nenek sakti itu saling berbentur. Keduanya terkejut karena merasa tangannya kesemutan.
Segera keduanya menyadari bahwa lawan memiliki kepandaian yang tak dibawahnya. Cepat mereka menarik tongkat dan loncat mundur.
Tetapi ketika loncat mundur segera nenek Cenderawasih-tutul mengetahui bahwa di sampingnya terdapat orang. Tanpa banyak pikir lagi ia ayunkan kakinya menendang.
Terdengar sosok tubuh yang ber-guling2 sampai beberapa langkah. Setelah berhenti terus tak kedengaran suaranya lagi.
'la duga orang itu tentu sudah putus nyawanya. Pada saat nenek Cenderawasih-tutul sedang berhantam tongkat dengan nenek Thiat koan-im.
diam2, si kate Lo Te juga ikut menerjang seraya menabaskan goloknya kepada Lu Kong Cu. `
Mendengar suara angin senjata menyambar dari belakang, Lu Kong Cu mendekam ke tanah ' lalu ber-guling! menghindar. Tetapi celakanya, ia telah disambut oleh tendangan kaki nenek Cenderawasih-tutul.
Sakitnya bukan alang kepalang tetapi terpaksa ia tak berani buka suara."
Demikian kelima orang itu terlibat dalam 'ketegangan yang buta karena suasananya. gelap sekali
Rupanya nenek Cenderawasih-tutul paling keras wataknya. la tak tahan terus menerus dicengkam ketegangan semacam itu. Tiba2 ia berteriak keras2.
Begitu ia berteriak segera dari tiga arah .ada orang yang menyerangnya. Sudah tentu nenek Cenderawasih tutul telah memperhitungkan hal itu.
Asal ia bersuara tentu orang akan menyerang. Dan selekas berteriak. iapun segera memutar tongkatnya sederas angin.
L0 Thian, Lo Te, Lu Kong Cu dan nenek thiat-koan-im yang menyerangnya, terpaksa sibuk untuk menjaga diri.
Tiba! Lo Tltian dan Lo Te rnembacok nenek Thiat koan-im lalu loncat mundur.
Sekarang mari kita tinggalkan sejenak kelima orang yang sedang bertempur acak2an itu untuk menjenguk keadaan Cong Tik.
Cong Tik yang bersembunyi di balik batu besar menghela napas longgar ketika Lu Kong Cu dan nenek 'thiat koan-im tak jadi menghampiri ke tempatnya dan berputar tubuh menyerang kemuka lagi.
la segan mencari tanah liat untuk menyumbat lukanya yang berdarah. Ia segera mendengar suara berisik kelima orang yang bertempur itu.
Sebenamya ia mendapat kesempatan baik untuk tinggalkan tempat itu.
Tetapi ia merasa sayang kalau pusaka itu sampai jatuh ketangan orang, Terpaksa ia menunggu.
Tak berapa lama terdengar guruh ber-sabut2an menggemuruh di angkasa dan tak lama kemudian hujanpun turun dengan lebatnya.
Tetapi kelima orang' itu masih tetap nekad. Setiap kilat menyambar dan menerangi cuaca, mereka segera mulai menyerang lagi.
Tetapi setelah pancaran sinar kilat itu lenyap, mereka lalu loncat mundur pula.
Sesungguhnya diantara kelima orang itu. hanya Lu Kong Cu yang paling rendah kepandaiannya. Tetapi karena ia didampingi oleh nenek Thiat koan-im. maka iapun dapat bertahan dan terhindar dari serangan lawan.
Hujan makin lama makin d?ras sekali. Kelima orang itu. tetap bertempur makin hebat. Karena tanah liat yang ditempelkan pada dahinya cair karena ditimpali hujan, darah pada luka Cong Tik itupun tetap mengalir.
Bahkan karena derasnya hujan. Cong Tik sampai sukar bernapas. Tiba2 kilat memancar lagi. Kali ini ia dapat . melihat keadaaan sekelilingnya dengan jelas.
Dilihatnya batu besar itu berbentuk aneh sekali. Ada sebuah bagian yang menjulur keluar mirip dengan sebuah payung alam.
Luasnya beberapa meter . dan cukup untuk tempat berteduh.
Cong Tik girang sekali. Cepat ia menyelundup masuk dibawah batu aneh itu. Benar juga, ia terlindung dari curahan air hujan.
Tiba2 kilat memancar lagi dengan membawa penerangan yang terang. Serentak Cong Tik melihat bahwa pada langit2 batu yang berada diatas kepalanya itu seperti terdapat bekas2 tulisan.
Dan dalam kejaban sinar kilat itu ia sempat membaca huruf2 itu berbunyi : "lsteriku yang tercinta dengan ini o..." . '
Sudah tentu huruf2 itu merupakan pembukaan dari sepucuk surat dan sengaja ditulis pada langit2 batu yang tak t?rsinari matahari dan terhindar dari air hujan. ` '
Seketika gemetarlah Cong Tik. .la teringat bahwa isi surat yang hancur karena dikerikiti tikus itu. bukankah juga ditulis dengan kata2 pembukaan semacam itu.
Jelas yang menulis surat dan huruf pada langit batu 'disitu tentulah seorang. Apakah orang itu kuatir kalau surat2 itu tak dapat diketemukan maka ia meninggalkan -tulisan di batu itu lagi "''
Sayang. kilat itu hanya memancar sekejab lalu halilintar meledak dan hujanpun mencurah makin dahsyat.
Dia tak dapat melihat huruf2 pada batu itu lagi. Ketika diraba. ternyata batu itu halus permukaannya, tak dapat diketahui hurufnya.
Setelah menunggu beberapa saat, baru kilat memancar lagi. Cepat ia memandangnya. Baris yang pertama berbunyi
Jahanam Tan itu telah melumuri racun pada paku angco. . . . .
membaca sampai disini. kilatpun lenyap bagi.- Rupanya huruf2 itu ditulis dengan cat hitam, jumlahnya beberapa ratus huruf.
Tentulah menceritakan tentang peristiwa yang telah terjadi. 'Teringat ia bahwa paku2 itu memang' terdapat ukiran huruf Tan. Apa .yang diduganya memang benar.
paku2 itu telah dilumuri racun. Karena pada batu itu terdapat tulisan, tentulah pusa-ka itu berada disekitar tempat itu. '
Girang Cong Tik bukan kepalang. Dia telah menggunakan waktu dan pikiran tetapi sia2 saja untuk menemukan rahasia pusaka itu. .
Kini tanpa ' disengaja ia akan mendapatkannya dengan mudah. Tetapi urusan itu memang ruwet sekali. Sudah ada dua orang yang tahu akan rahasia mutiara Pelana itu. Jika kedua orang itu masih hidup,
mudahlah untuk mencari keterangan. Tetapi kedua orang itu ternyata sudah ipati. hanya tinggal tulang2 kerangkanya. Sudah tentu sukar untuk mendapatkan keterangannya,
Dan lagi dalam peristiwa itu tersangkut seorang wanita. Entah kemana saja perginya. Satu2nya jejak yang dapat' ditelusuri hanyalah surat yang ditinggalkan oleh salah seorang yang mati itu kepada isterinya.
Tetapi surat itu ternyata sudah dikerikiti' hancur oleh kawanan tikus. Dan ketika ia berhasil mengumpulkan robekan surat itu ternyata telah ditiup berhamburan oleh sepasang orang kate.
Memang saat itu ia mendongkol dan kec?wa sekali. Ia kira rahasia itu tentu akan terpendam selama-lamanya'. Tetapi ternyata diluar dugaan. orang itupun masih meninggalkan tulisan pada Iangit2' batu.
Betapa ingin sekali ia segera membaca semua tulisan di bawah langit batu itu. Tetapi karena cuaca amat gelap, terpaksa ia harus menekan perasaannya.
Tak berapa lama kilatpun memancar lagi. Cepat ia membaca lagi :
. racun, karena dia kejam, akupun . . . .
Sampai disini, kilat padam dan cuaca gelap lagi. Walaupun gugup tetapi girang juga hati Cong Tik.
Karena ia tak ragu lagi bahwa surat pada batu itu memang ditulis orang itu untuk isterinya.
saat itu karena cuaca gelap, biarlah. Besok setelah hari terang. ia tentu dapat membacanya sampai selesai. `
Dengan sabar ia menunggu. Di bawah - deru hujan yang bergemuruh ia mulai melamun. la mem bayangkan apabila mendapatkan pusaka itu kemungki nan in tentu akan mendapat ilmu kepandaian luar biasa yang akan menjadikan dirinya seorang tokoh sakti ya ng dapat menjagoi dunia persilatan.
;  Pada saat itu. apa perlunya ia harus mengeram menjadi murid biara Ko-liong-si yang sekecil itu lagi".&t rade;
Setelah memiliki kepandaian sakti. segala yang diinginkan tentu dapat terlaksana, bahkan dapat juga ia mendirikan sebuah partai persilatan baru dan duduk sebagai ketuanya.
Sebenarnya Cong Tik bukan seorang pemuda yang berhati lurus. Tidak setitikpun terlintas dalam pikirannya bahwa setelah memiliki ilmu kesaktian ia akan memberantas kejahatan dan membela keadilan.
Yang dipikirkan hanya mencari nama dan kedudukan diri sendiri. Makin tinggi makin bangga.
Sekarang mari kita tinggalkan dulu Cong Tik yang tengah menunggu datangnya pagi dan kelima tokoh yang sedang terlibat dalam pertempuran dahsyat dibawah hujan deru itu.
Mari kita tinjau dahulu bagaimana nasab pertapa Siau Yau cinjin yang terhantam jatuh kebawah jurang oleh Toho lhama itu.
Setelah mengetahui gurunya. terjatuh. Hong ' Ing marah sekali. Tetapi ia tak dapat berbuat apa2 menghadapi 'toho yang jauh lebih sakti.
Dengan mudah lhama itu dapat mencengkeram tenggorokan Hong Ing. `
Hong Ing tak berdaya lagi kecuali meremkan mata menungggu ajal. Tetapi sampai beberapa saat belum juga pedang thian liong kiam itu menusuk tubuhnya. Ia heran atau membuka mata. 'tampak Toho lhama tertawa menyeringai memandang dirinya.
'Jahanam. mehgapa tak lekas membunuh aku!" teriak Hong lng dengan marah.
Toho tertawa cengar cengir: 'Budak, engkau tidak ketakutan" 'Sungguh besar sekali nyalimu ! Berapa lamakah engkau menjadi murid pertapa Sian Yau. itu "''
Toho tertawa dingin: "Engkau menderita luka parah, tak lama 'tentu mati. 'Engkau tidak minta supaya mati dengan tubuh utuh tetapi minta mati seperti pertapa busuk' itu.
Apa engkau kepingin remuk bubuk seperti gurumu itu?"
Geram dan 'sedih sekali hati Hong Ing namun ia tak dapat berbuat apa2 kecuali harus menekan' perasaannya. Ia tak mau mempedulikan lhama itu 'lagi.
'Budak, 'engkau masih mempunyai sebuah jalan hidup, tanggung engkau takkan mati !" seru Toho pula. . '
Tetapi Hong In tetap tak menghiraukan. "Engkau tak percaya," Toho tertawa dingin,
"bukankah begitu" Ilmu lwekangku sepuluh kali lebih tangguh dari pertapa bangsat itu. Asal kuulurkan tanganku. lukamu tentu sembuh. Apakah engkau masih tak menghiraukau kata-kataku ?"
Hong ing tak tahu apa yang dikehendaki lhama itu. Tetapi ia tetap mendendam atas kematian suhunya tadi.
"Manusia yang tak tahu malu !" dengusnya, "jika tadi guruku tak memberi ampun, engkau manusia berhati serigala ini tentu sudah menghadap pada Raja Akhirat. Apa gunanya engkau berkokok begitu nyaring ?"
Mendengar ejekan itu marahlah Toho. bentaknya: "Budak hina.. kutanya kepadamu, kepandaian dari gurumu itu tentu dari kitab pusaka..
" Dimanakah kitab itu disembunyikan" Sebagai muridnya engkau pasti tahu tempatnya...
. Ayo. tunjukkan kepadaku dan kuberjanji mayatmu nanti tentu masih utuh !"
Tatapi Hong Ing tak dapat' digertak. Kebalikannya malah menyadarkannya bahwa gurunya me mang benar telah menuliskan ilmu ciptaannya itu dalam sebuah kitab.
Memang ia sendiri pernah melihat kitab itu dan waktu itu gurunya mengatakan bahwa dikuatirkan ia tak sempat mengajarkan sampai' selesai ilmu pelajaran itu kepada Hong Ing.
maka ia perlu menulis ilmu itu kedalam buku. Agar apabila gurunya keburu meninggal, hong Ing masih dapat melanjutkan mempelajari dan berlatih ilmu itu sendiri.
Betapa besar budi dan kecintaan Siau Yau cinjin itu kepadanya. Tetapi dia sendiri yang cari sakit karena diam2 telah turun gunung. Akibatnya ia sampai menyebabkan gurunya terpukul jatuh kedalam jurang.
Teringat akan hal itu. kesedihan Hong Ing makin menimbun. Sesungguhnya ia memang tak tahu dimana kitab itu disembunyikan gurunya.
Melihat sampai beberapa jenak Hong Ing tetap diam saja, Toho masih mengira kalau dia sedang mempertimbangkan maka segera ia menambah kata2 lagi.
"Budak kecil, perlu apa banyak pikir2 Lekas Bawa aku kesana !"
Ingin Hong Ing mencaci maki lhama itu untuk melampiaskan kemarahannya. Tetapi tiba2 ia teringat bahwa paderi Tay To, suhu dan' Tan Su' Ciau pernah mengatakan bahwa ia telah menderita luka dalam yang parah sekail.
Oleh karena ia memiliki dasar tenaga-dalam Thian-jio-kang maka dalam dunia ini hanya gurunya saja yang mampu menyembuhkan.
Karena kini gurunya tela terjatuh kedalam jurang maka iapun tiada harapan lagi untuk sembuh dari lukanya. Hanya apabila ia dapat menemukan kitab pusaka 'peninggalan suhunya itu untuk dipelajari dan diyakinkannya, dapatlah ia_ menyembuhkan lukanya. '
Sebenarnya ia sudah putus asa. Setelah merenungkan permintaan Toho lhama, tiba2 timbul pula sepercik harapannya.
"Aku sih mau saja membawamu ketempat itu." katanya, "tetapi bagaimana mungkin kalau berjalan saja aku sudah merasa tak mampu?"
Wajah .lhama itu memancar sinar gembira, serunya : "Jika engkau merasa tenagamu habis, makanlah tiga butir pll pusaka- dari biara Ko-liong-si.
Setelah minum- lakukan pernapasan. Dalam sejam. kemudian, tanggung engkau akan pulih seperti sediakala".
Ihama itu segera mengeluarkan sebuah buli2 porselin dan menuangkan tiga butir pil sebesar biji kedele, lalu diangsurkan kepada Hong Ing,
Hong Ing menyambutnya dan tanpa banyak pikir lagi terus menelannya. Setelah itu ia paksakan diri untuk melakukan pernapasan sampai tiga kali. Ah, benar juga. Ia rasakan tenaganya timbul lagi.
Serentak ia loncat bangun dan mencoba untuk menggerakkan kaki dan tangannya. Ia merasa tenaganya pulih lagi.
Diam2 ia kagum atas khasiat pil itu. Hanya tiga butir saja sudah' menimbulkan daya yang begitu hebat. Apabila makan lebih banyak lagi. bukankah akan lebih baikan "
Sekilas timbullah suatu siasat dalam benaknya. Tiba2 tubuhnya gemetar dan ter-huyung2 ja- tuh terduduk di tanah lagi.
"Celaka, tiga butir! belum 'cukup. Kasih aku tiga butir lagi" serunya.
"Tiga butir pil itu akan memberi khasiat 'untuk menghidupkan orang yang sudah sekarat Jiwanya. Betapa berat luka-dalam yang engkau derita, tentu akan -segera sembuh. Kesembuhan itu dapat bertahan sampai sehari" kata Toho lhama. "telan ! kalau engkau makan tiga butir lagi. walaupun tenagamu bertambah dahsyat tetapi engkau hanya dapat bertahan selama enam jam saja. Pil itu disebut Toau-beng--wan atau pil Pendek-umur. Lebih ' baik jangan engkau temaha makan !"
Pikir Hong Ing. Asal tenaganya berlipat ganda, walaupun hanya dapat hidup sejam. apabila ia berhasil menemukan simpanan kitab suhunya itu. ia akan mengadu jiwa dengan lhama itu.
"Ah mana engkau tahu' serunya, "suhu t?lah menyembunyikan kitab itu di sebuah tempat yang sangat pelik sekali. Lebih dulu harus memindahkan sebuah batu besar seberat beberapa ribu kati. Dan engkau tak tahu bagaimana cara mengisar batu itu.
Hanya aku yang dapat melakukan, Tetapi kalau tenagaku tak cukup. bagaimana- mampu ' mengerjakannya " Kalau benar pil itu dapat menambah tenaga, berikan kepadaku enam butir lagi. '
Dapat bertahan hidup sampai tiga jam. rasanya sudah cukup bagiku !"
'Setelah berpikir. Toho lhama berkata : "Baiklah !?' Dan iapun segera memberi enam butir pil lagi kepada Hong lng.
Pil Toan-beng-wan itu buatan dari cikal bakal pendiri biara Ko-liong-si di .Su-jwan. Terbuat dari ramuan tanaman yang berkhasiat keras.
Dalam waktu singkat setelah minum pil itu, khasiat tentu segera terbukti. Bahkan orang biasa kalau' Minum tiga butir saja, tenaganya pasti menyerupai seekor harimau.
Disebut pil Toan-beng-wan, memang bukan tak ada sebabnya. Karena setelah khasiat pil itu lenyap. tenaga murninya pun habis dan jiwanya hanya dapat hidup beberapa jam lagi.
Setelah minum sembilan butir pil, Hong Ing loncat bangun. Tulang 'belulangnya terdengar berkeretekan. Seketika lukanya terasa hilang dan tenaganya bertambah hebat.
Dengan berteriak keras, ia mengambil sebatang bambu besar. Sekali ditekuk. bambu itupun patah dua. .
Melihat itu Toho Ihama tertawa : "Sekarang tenagamu hebat sekali. tentu engkau dapat mengisar batu besar itu. Lekas bawa aku ke sana"
'Baik' Hong Ing terus' melangkah masuk kedalam guha. lebih dulu ia mencari ditempat alat2 keperluan yang dipakai suhunya sehari-hari.
Toho membanggakan ilmunya yang tinggi dan percaya. tentu dapat mengatasi- Hong Ing apabila akan berhianat. la menunggu dengan tenang.
Setelah mencari beberapa saat Hong Ing tak menemukan suatu apa. Diam-diam dia sudah menetapkan keputusan. Karena toh takkan hi-dup lagi, selagi tenaganya tumbuh hebat, ia akan menghancurkan lhama jahanam itu.
"Ih, mengapa tak ketemu " Kemanakah anak kunci itu '" Ah, tak apa. Kemarilah engkau !" serunya seraya melambai Toho lhama. terus melesat keluar.
Tanpa curiga Tohopun mengikuti di belakang. Setelah melintasi sebuah ruang. tibalah mereka di sebuah tempat dimana terdapat segunduk batu besar. Guha Cui-im-tong tempat kediaman Siau 'Yau cinjin itu memiliki ruang yang cukup luas. Setelah dibangun oleh Siau Yau cinjin, jadilah guha itu sebuah tempat tinggal yang luas bersih dan tenang sesuai sebagai tempat bertapa.
Ternyata batu besar itu merupakan tepi sebuah jurang yang dalam. Hong Ing telah merencanakan. Setelah berada di atas batu itu, ia segera akan mendekap tubuh Toho untuk diajak bersama2 terjun ke bawah jurang dan sama2 mati.
Sambil menunjuk pada batu b?sar itu, Hong Ing b?rseru : "Di bawah batu besar itu terdapat sebuah guha kecil. Di situlah suhu menyimpan kitab pusaka. Selain ilmu pelajaran T'hian-jio-kang masih terdapat pula lima buah pusaka.
Benda itu tak pernah diperlihatkan kepadaku. berikan pedang Thian-liong-kiam kepadaku. akan kupapas batu besar itu" - ' `
Sudah tentu Hong Ing tak tahu apa yang di katakan itu. Adakah di bawah batu itu terdapat sebuah guha kecil dan apakah dalam guha kecil itu tersimpan kitab pelajaran ilmu 'thian-jio-kang dan beberapa benda pusaka,.sama sekali ia tak tahu.
la hanya bicara ngawur saja. Tetapi 'Toho lhama yang sudah ngiler untuk mendapat kitab pusaka, percaya penuh.
Setelah menyerahkan pedang Thian-liong-kiam. Selekas mencekal pedang pusaka Thian-liong kiam itu segera hong Ing berseru dalm hati: "Mohon arwah suhu suka 'membantu rencanaku !"
la berjongkok di atas batu dan mulai meng-gurat2 dengan pedang Thian-Iiong-kiam. Karena luar biasa tajamnya, pedang itu dapat memapas batu sehingga kepingc patahan batu itu berhamburan jatuh. " "Aha, akhirnya ketemu juga. Kemarilah engkau, tiba2 ia berteriak.
Bukan kepalang girang Toho. Diam2 ia menimang. Apabila berhasil mempelajari ilmu Thian-jio kang ciptaan Siau Yau cinjin dan mendapat pula beberapa benda pusaka, siapa ' lagi yang mampu menghalanginya malang melintang
dalam dunia persilatan '!
Bergepas ia ayunkan langkah menghampiri. la ikut berjongkok dan memandang kearah bekas tabasan pedang Hong Ing. Tetapi ia tak' melihat sesuatu yang luar biasa. Kecurigaannya mulai timbul
Tetapi belum sempat ia bertanya, tiba2 sekilas sinar kuning menyambar mukanya. '
Celaka ! Ternyata sinar kuning itu adalah tabasan pedang 'thian-liong kiam yang dilakukan Hong ing untuk membacoknya. lhama itu gelagapan d an menyadari bahwa- dirinya telah' ditipu mentah2. .&t rade;
Untunglah berkat ilmusilatnya yang tinggi, dalam gugup ia masih dapat melakukan gerak To Cay-jang atau Bawang-rubuh. Tubuhnya berjungkir ke belakang.
Sekalipun tubuh dan kepalanya terhindar dari maut tetapi segumpal rambutnya yang awut2an .telah terpapas berhamburan ke tanah.
Karena serangannya luput. Hong Ing makin marah. Iya menyerang lagi.
"Huh, berani sekali engkau menipu aku. budak hina ?" teriak Toho seraya menghindar ' lalu melangkah maju. Tangan kanan yang 'tak berjari itu disodorkan 'kemuka kelima jari tangan kirinya bergerak maju mundur untuk menerkam lengan Hong Ing.
Ilmu senjata yang dipelajari Hong Ing, sebenarnya sebatang jwan-pian atau ruyung lemas.
Dia tak dapat menggunakan pedang. Melihat lhama itu serempak melancarkan serangan- dengan kedua tangannya Hong lng gugup dan menyurut mundur tiga langkah.
Pedang diputar deras sekali tetapi tanpa suatu jurus _permainan tertentu.
Untunglah karena pedang ,Thian-liong-kiam itu luar biasa tajamnya maka Tohopun tak berani gegabah sehingga tak berdaya untuk merebut senjata itu.
Hong ing menyadari bahwa apabila dalam waktu tiga jam ia tak dapat melakukan pembalasan ia- tentu celaka.
Maka dengan membabi buta, ia menyerang secara kalap. `
Lama kelamaan marahlah Toho. Berulang kali ia melancarkan. jurus2 berbahaya. Setelah lima enam jurus kemudian tiba2 ia mengendapkan tubuh dan menurunkan 'kedua lengan ke bawah.
Dengan begitu muka dan dadanya terbuka. Hong ing tak mau menyia-nyiakan kes?mpatan itu. S?gera ia menabas kepala lawan. Tetapi dengan begitu ia telah jatuh kedalam perangkap.
Lengan Toha yang kiri tiba2 diangkat ke atas dan jari tengahnya ntenyelentik pergelangan tangan Hong Ing. Seketika Hong Ing rasakan separoh tubuhnya seperti lumpuh.
la tak kuasa mencekal pedang lagi dan pedang itupun' segera terlempar ke udara.
Hong Ing terkejut dan serentak hendak loncat m?nyambar pedang itu. Tetapi Toho pun serempak juga hendak loncat menyambar.
Tepat pada saat kedua orang itu hendak bergerak, tiba2 sesosok tubuh melayang dari udara dan mendahului kedua orang untuk menyambar Thian-liong-kiam. `
Berada dalam tangan pendatang itu, Thian-liong-kiam berobah lain dayanya. Selagi masih me layang diudara, orang itu menaburkan pedangnya sehingga timbullah suatu lingkaran sinar kuning yang menebarkan hawa dingin.
Dengan dilingkungi oleh sinar pedang itu,jangan lagi Hong Ing. bahkan Toho lhama sendiripun sukar untuk mendekati. Ia tak berani memaksa untuk merebut.
Selekas gumpalan sinar itu lenyap maka tampaklah seorang paderi tua berwajah cerah mengenakan jubah yang longgar.
Seketika itu Hong Ing segera dapat mengenali paderi Itu sebagai paderi Tay To. Bukan k?palang girangnya. Baru ia hendak berseru memanggil tiba2 sesosok tubuh melayang keatas batu besar ' dan berteriak : "Hai, Hong Ing, ternyata engkau berada' disini. Aku mencarimu setengah mati"
Hong Ing berpaling dan melihat orang itu bukan lain adalah Tan Su Ciau.
Karena masih bingung tentang peristiwa dalam rumah Penginapan kecil di desa tepi sungai Hok-jun-kiang tempo hari. Sampai saat itu belum juga ia menyadari kalau dirinya telah dipermainkan hian-li lim Sam Kho.
"Hm, masih bilang engkau mencari aku, akulah yang mencarimu setengah mati !" ia menggeram.
Waktu itu ketika Tan Su. Ciau bangun tidur dan tak melihat Hong Ing. ia' mengira nona itu tentu buru2 melanjutkan perjalanan.
Manusia Srigala 12 Trio Detektif 44 Komplotan Pencuri Mobil Mewah Gajah Kencana 6

Cari Blog Ini