Ceritasilat Novel Online

Golok Naga Terbang 1

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 1


GOLOK NAGA TERBANG KARYA : ARYANI W. Edited : Gilang e-bukugratis.blogspot.com
1 Jilid I "JANGAN lupa, tempatnya di tumpukan ke tiga! Di belakang kotak-kotak buku
yang di tengah!" Kata seorang tua yang berumur lima puluh tahun dan berwajah tampan,
berkulit putih kemerahan tanda sehat. Bangsawan Li Ceng Ong pegawai perpustakan di
Perkumpulan Naga Terbang ini adalah seorang keturunan pangeran. Wajahnya yang
tampan dihiasi jenggot putih seperti perak sampai di dada, dengan sepasang mata tajam
bening bersinar-sinar mengawasi orang yang diajak bicara di depannya.
"Apakah ada jalan rahasia yang dekat tempat tersebut?" tanya laki-laki berbadan
kekar dan berwajah gagah yang usianya sekitar lima puluh lima tahun, menegaskan.
"Memang ada. Akan tetapi, jalan itu sekarang masih ada atau tidak aku kurang
tahu." "Akan kucari nanti di sana!"
"Harap Taihiap berhati-hati. Perkumpulan Naga Terbang tidak bisa dibuat mainan!"
Li Ceng Ong memperingatkan. "Baiklah, Taijin. Saya mohon diri!"
"Semoga berhasil usahamu, Taihiap! Aku hanya mendoakan supaya Taihiap tidak
menemui rintangan suatu apa pun."
Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie berdiri dari tempat duduknya. Tubuhnya
yang tinggi tegap berisi nampak anggun ketika berdiri. Apalagi wajahnya masih tampan
dan dihiasi kumis tebal berwarna hitam. Sepasang matanya mencorong seperti mata
harimau tajamnya. Setelah saling memberi hormat, segera Pendekar Golok Terbang
menuju keluar ruangan rahasia di rumah Bangsawan Li Ceng Ong. Begitu tiba di luar,
Pendekar Golok Terbang segera melesat melompati tembok rumah dan berlompatan dari
atas genteng ke atas genteng lainnya dengan cepat sekali. Ketika sampai di suatu tempat,
ia merogoh sesuatu dari saku bajunya dan mengenakannya di wajahnya. Ternyata sebuah
topeng berwarna hitam telah menutupi seluruh wajahnya sehingga yang nampak hanyalah
sepasang mata tajam seperti mata harimau.
Dalam sekejap saja, Pendekar Golok Terbang telah berada di suatu tempat di mana
nampak sebuah rumah besar dan luas, di belakang rumah nampak menjulang tinggi
sebuah pagoda bertingkat dua, berdiri di tengah sebuah taman nan penuh dengan aneka
e-bukugratis.blogspot.com
2 bunga. Sebuah em-pang lebar mengelilingi pagoda itu, di kanan kiri nampak gununggunungan batu menghiasi taman menambah indahnya tempat itu.
"Huppppp!" Kakinya menginjak tanah di luar tembok bangunan benteng Perkumpulan Naga
Terbang. Berhenti sejenak, telinganya yang berpendengaran tajam mendeteksi keadaan di
sekitarnya. Mendengarkan kalau-kalau ada sesuatu yang dapat menjadi penghalang
usahanya, ternyata telinganya yang tajam itu tidak mendengar suara pernapasan orang di
sekitar tempat itu sama sekali! Sekali kakinya menjejak tanah tubuhnya telah lenyap di
balik tembok. Gerakannya bagaikan segumpai asap terbawa angin saja.
Teng-teng-teng! Gembreng (canang) dipukul di gardu penjagaan. Agaknya anak buah Perkumpulan
Naga Terbang keluar dari gardu dan meronda. Empat orang penjaga berbaris tegap
melakukan perondaan lewat di dekat gunung-gunungan batu di jalan menuju ke tengah
pagoda di mana nampak jembatan bulan yang berkelok-kelok di empang. Mereka
berjalan biasa saja karena yakin bahwa tidak ada seorang pun yang berani menyatroni
perkumpulan mereka. Bayangan hitam itu segera menyelinap di bawah kerimbunan pepohonan di taman.
Setelah peronda itu lewat, dengan berindap tanpa meninggalkan kewaspadaan ia bergerak
maju. Bagaikan bayangan iblis saja tubuhnya berkelebat ke sana-sini menuju gedung
perpustakaan di tengah empang. Para penjaga tak mengira sama sekali bahwa bayangan
hitam yang bergerak cepat itu bukanlah bayangan burung terbang, akan tetapi bayangan
orang yang ingin mencari sesuatu di dalam Perkumpulan Naga Terbang di mana terdapat
sesuatu yang menjadi incarannya!
Takkk! Begitu tangan kanan Si Bayangan Hitam menyentuh daun jendela, terdengar suara
keras patahnya palang kayu di belakang daun jendela. Dia cepat menyelinap masuk dan
sepasang matanya segera mengawasi tumpukan kotak-kotak tempat buku-buku rahasia
perkumpulan itu! Setelah merasa pasti di mana benda itu berada, ia segera menarik kotak
buku ketiga, dan tangannya merogoh ke dalam dan menarik sebuah buntalan panjang.
Sepasang matanya lalu jelalatan memandang ke kanan kiri, lalu bayangan hitam itu pun
maju kembali ke depan dan menarik sebuah laci di atas sendiri. Ketika ia membuka kotak
e-bukugratis.blogspot.com
3 itu, di dalamnya nampak sebuah kitab kuning sampulnya, kitab itu kelihatan telah tua
sekali umurnya. Kain kuning sebagai sampul itu kelihatan robek di sana sini saking
tuanya! Tanpa ragu-ragu lagi ia lalu memasukkan kitab tua itu ke saku di balik pakaian
hitamnya. Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie segera mengembalikan kotak-kotak kosong
tadi ke tempatnya semula. Begitu merasa pasti bahwa semua telah dikembalikan dengan
baik ia segera menuju ke jendela, berhenti sejenak untuk melihat keadaan. Sekali
berkelebat tubuhnya telah melayang ke atas genteng pagoda.
"Berhenti! Siapa di situ?"
Bentakan menggeledek ini mengejutkan bayangan hitam yang baru saja
menginjakkan kakinya di atas wuwungan pagoda. Begitu dia menengok, dirinya telah
dikurung empat orang yang bukan lain adalah empat murid kepala Perkumpulan Naga
Terbang! "Siapa kau" Kenapa malam-malam gentayangan di perkumpulan kami! Cepat
jawab!" Salah seorang dari mereka membentak keras.
"Hemmm ... siapa aku tidaklah penting! Aku tiada waktu melayani kalian!" Begitu
selesai berkata, orang bertopeng hitam itu telah melayang naik ke atas pagoda yang lebih
tinggi! Akan tetapi baru saja tubuhnya sampai di tengah jalan, keempat murid kepala itu
meng-gerakkan tangan kanan mereka sambil membentak.
"Mampus kau, pencuri keparat!"
Empat bayangan pedang menyambar dengan kecepatan kilat didahului angin dingin.
Siap memotong tubuh Si Bayangan Hitam di tengah udara. Merasakan angin dingin
menyambar dari empat jurusan, Si Bayangan Hitam segera menggerakkan tangannya
mencabut pedang dan menangkis.
Wirrrrr ... tranggggg ... !
Orang pertama yang datang dekat terpental ke belakang akibat tangkisan pedangnya.
Tiga temannya lalu memainkan pedang mereka menahan serangan balik orang berbaju
hitam itu. Mereka tidak menduga sama sekali akan mendapat lawan tangguh seperti itu.
Si Bayangan Hitam segera turun kembali sambil berusaha menjatuhkan keempat
lawannya dengan cepat. Dia tahu bahwa apabila tidak segera dapat menjatuhkan
e-bukugratis.blogspot.com
4 penghalang ini dirinya dapat celaka. Maka pedangnya digerakkan dengan jurus-jurus
mematikan dengan dilandasi tenaga dalam yang hebat.
Trangg ... tranggg ... blesssss!
Ternyata salah seorang pengeroyoknya telah termakan ujung pedang orang
berpakaian serba hitam. Sedangkan dua temannya yang lain terlempar ke bawah, jatuh di
tengah empang. Byuuurrrrr ... ! Byurrrrr ... !
"Pritttttt-prittttt-prittttt ... !!"
Orang keempat ini meloncat ke belakang sambil membunyikan peluitnya, peluit
tanda bahaya. Sebentar saja terdengar suara peluit sambung-menyambung memenuhi
rumah Perkumpulan Naga Terbang. Terdengar suara kaki mendatangi dari seluruh
penjuru! "Hyaaattttt ... !"
Crakkkkk ... ! Setelah dapat membereskan orang terakhir segera Pendekar Golok Terbang Liok
Ing Gie meloncat ke tengah taman di mana banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang.
Tubuhnya berputaran di udara beberapa kali melewati empang, dan jatuh di gerumbulan
sernak di taman! "Tangkap penjahat! Tangkap ... !!"
"Dia lari ke arah taman! Kepunggggg ... !?"
"Jangan biarkan penjahat lolos! Kepunggggg ... !"
"Bawa obor ke sini! Cepat! Siapkan pasukan panah ... !"
Teriakan saling sahut ini menggegerkan rumah Perkumpulan Naga Terbang, apalagi
suara kaki orang berlarian ke sana ke mari menambah gaduh dan membangunkan seluruh
isi perkampungan perkumpulan itu. Dari jauh nampak seorang tosu berjubah abu-abu
nampak berlarian cepat sekali menuju ke tempat keramaian tersebut. Rambutnya putih
bagaikan perak dibiarkan terurai di belakang kepala. Wajahnya yang belum berkeriput itu
kemerahan dan sepasang matanya tajam mencorong, menakutkan!
Di tangan kanannya nampak sebuah tongkat hitam berkelak-kelok seperti ular!
e-bukugratis.blogspot.com
5 "Ada apa ini" Kenapa ribut-ribut membuat kekacauan di tengah malam! Apa yang
terjadi, he!" bentaknya keras. Suaranya penuh dengan tenaga dalam sehingga
menggetarkan jantung orang di dekatnya.
"Anu ... anu ... itu ... tuuu ... ! Ada ... ada pen ... pencuri ... riii ber ... berkedok
hitam!" jawab seorang penjaga anak buah Naga Terbang.
"Hemmmmm ... !"
"Gudang perpustakaan terbuka jendelanya ... ! Tolonggggg ... !"
Berkelebat bayangan abu-abu ke arah suara di tengah pagoda. Ternyata bayangan
abu-abu tadi adalah Sim Tok Tojin seorang tosu dari barat yang menjadi Paman Guru
dari Ketua Perkumpulan Naga Terbang. Dia adalah seorang pertapa dan Himalaya yang
datang berkunjung untuk menghadiri perayaan berdirinya seratus tahun Perkumpulan
Naga Terbang! Begitu tiba di tempat itu, segera saja tosu itu menyuruh buka pintu perpustakaan.
Lalu cepat dia memeriksa seluruh tempat itu, sepasang matanya yang sipit mencorong
bagaikan mengeluarkan api dari bola matanya. Tiba-tiba sekali tubuhnya berkelebat ke
depan dan tangannya menarik kotak di atas yang tersembul keluar. Begitu dia membuka
kotak tersebut, matanya terbelalak. Ternyata kotak itu telah kosong melompong!
"Bangsat! Keparat laknat! Berani betul mendahuluiku!" umpatnya di dalam hati.
Penuh kemarahan dan kekecewaan!
Ketika itu masuklah seorang gendut pendek seperti gentong berjalan menggelinding.
Usianya sekitar lima puluhan tahun, wajahnya bulat bagaikan rembulan purnama,
hidungnya besar dan mulutnya lebar seakan membelah wajahnya menjadi dua, dan
sepasang matanya lebar penuh nafsu jalang. Pakaiannya tidak karuan bentuknya, agaknya
saking terburu-buru ia tidak sempat lagi berdandan. Mungkin tadi sedang bertarung
dengan lawan jenisnya ketika mendengar ada pencuri sedang menyatroni perkumpulan
mereka! "Apakah yang dicuri maling itu, Suhu?" tanyanya pelan. Suaranya seperti suara
anak perempuan saja. Keringatnya masih mengucur membasahi wajahnya yang bundar
gemuk. Sim Tok Tojin mengawasi muridnya sejenak. Desisnya kemudian. "Keparat aku
telah kedahuluan!" e-bukugratis.blogspot.com
6 "Haaaaa ... ! Jadi ... jadi ... !" Sepasang mata bundar itu terbelalak keheranan,
seakan tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya dari mulut gurunya tadi.
"Ya ... ! Lebih baik aku malam ini juga melakukan pengejaran!"
Sim Tok Tojin segera menuju keluar. Wakil Ketua Perkumpulan Naga Terbang ini
mengikuti gurunya keluar dari ruang perpustakaan. Baru saja mereka sampai di depan
pintu luar masukiah Ketua Perkumpulan Naga Terbang.
"Supek, apakah ada benda berharga yang dicuri penjahat?" Setelah memberi hormat
kepada Paman Gurunya, Ketua Naga Terbang Wu It bertanya serius. Tubuhnya yang
tinggi besar dan wajahnya yang tampan penuh brewok itu menyembunyikan usianya yang
telah lebih dari setengah abad, sepasang mata Ketua Naga Terbang ini mencorong tajam
ketika melihat wakilnya yaitu Si Gendut Coa Sim Ok.
"Hemm, tidak ada barang yang dicuri! Coba kau periksa lagi lebih teliti, aku akan
mencari orang yang berani menggangu kumis harimau itu," jawab Sim Tok Tojin cepat.
Sekali tubuhnya berkelebat pendeta itu telah berada di taman.
"Sute, bagaimana pendapatmu?"
"Kelihatannya tidak ada yang hilang, Suheng. Begitu aku tiba di sini, Suhu telah
memeriksa isi ruangan perpustakaan. Maaf, Suheng, aku ingin membantu Suhu mengejar
penjahat." Tanpa menanti jawaban lagi Coa Sim Ok berkelebat cepat menuju taman.
Para anak buah Naga Terbang mengubek taman sambil membawa obor di tangan.
Keadaan malam itu terang seperti siang hari karena banyaknya obor yang menerangi
taman itu. Akan tetapi yang dicari ternyata tiada lagi. Orang berbaju hitam dan mengenakan
topeng hitam itu lenyap begitu saja dari tempat tersebut bagaikan ditelan bumi layaknya.
Benarkah demikian" Sebetulnya tidaklah demikian, pada waktu Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie
ini tiba ditengah taman dan menyelinap di balik pepohonan, ia segera mencari tempat
rahasia yang telah diberitahukan kepadanya. Sepasang matanya yang tajam segera
meneliti keadaan taman itu. Bagaikan asap hitam terbawa angin tubuhnya melayang cepat
menuju ke sudut taman yang penuh semak perdu saking tak terawat. Dengan meraba-raba
tangannya mencari batu bundar di sudut taman, begitu tangannya dapat memegang batu
tersebut segera saja tangannya memutar batu itu beberapa putaran ke kiri.
e-bukugratis.blogspot.com
7 Kerittttt ... ! Terdengar suara berderit pelan dan tiba-tiba tembok dinding di depannya terbuka
sedikit. Dengan miringkan tubuhnya Liok Ing Gie menyelinap memasuki tembok, tak
berapa lama kemudian tembok pun menutup seperti semula seakan-akan tak pemah ada
kejadian tembok itu membuka tutup!
"Bagaimana sekarang, Suhu?" tanya Coa Sim Ok lirih.
"Diam kau! Jangan banyak omong tahu! Pinto akan mengejar keparat itu sampai
dapat. Biar dia lari sampai ke ujung langit sekalipun." Bentak Sim Tok Tojin gemas.
"Benar-benar iblis laknat sialan ... !"
Sejenak Coa Sim Ok terdiam, akan tetapi tak berapa lama kemudian orang bertubuh
gendut ini berkata lagi. "Apakah Suhu tidak bercuriga ada orang dalam yang membocorkannya?"
"Hemmmmm ... !" Sim Tok Tojin berhenti mendadak mendengar ucapan murid
kesayangannya ini. Hampir sepuluh tahun pendeta ini meninggalkan muridnya bertapa di
Pegunungan Himalaya. Begitu tiba di Perkampungan Naga Terbang, dia disambut
muridnya ini dengan sebuah berita yang mengejutkan!
Pendeta tua ini sambil mengelus-elus jenggotnya mendesis. "Mungkin benar juga
dugaanmu, akan kuselidiki siapa orangnya itu?"
Setelah mencari-cari ke sana ke mari dan ternyata tidak melihat bayangan pencuri
tersebut. Sim Tok Tojin diikuti Si Gendut Coa Sim Ok segera menuju pusat perumahan
Naga Terbang. Begitu pendeta ini lewat di pintu gerbang, para penjaga segera memberi
hormat. Tanpa mempedulikan penghormatan mereka lagi kedua orang ini segera
berkelebat cepat. Bagaikan dua bayangan setan berkeliaran kedua orang itu sebentar
hilang dari pandangan anak buah Naga Terbang. Begitu jauh dari tempat itu Sim Tok
Tojin segera membisiki muridnya, memberitahukan siasatnya. Coa Sim Ok menganggukanggukkan kepala yang bundar seperti buah semangka dan mulutnya tersenyum lebar.
"Pinto pergi!" Tahu-tahu tosu itu telah lenyap dari samping orang bertubuh gemuk bagaikan
gentong tersebut. Bayangan abu-abu meluncur maju laksana meteor cepatnya sehingga
dalam waktu tak berapa lama kemudian lenyap di tikungan jalan.
e-bukugratis.blogspot.com
8 Setelah gurunya pergi, Coa Sim Ok Wakil Ketua Naga Terbang ini kembali ke
markas. Walaupun tubuhnya buntek pendek namun ternyata dia memiliki gerakan yang
gesit juga sehingga sebentar saja Coa Sim Ok memasuki pusat Perkumpulan Naga
Terbang. Segera dia mencari Hui-liong Pangcu untuk membantu kalau ada apa-apa yang
perlu dibantu. "Bagaimana, Suheng" Apakah ada yung hilang?" Begitu tiba di ruangan dalam dia
bertanya. "Hemm, kukira tidak ada sesuatu yang hilang! Hanya dua orang murid kepala yang
kedapatan telah tewas dan dua orang lagi menderita luka dalam cukup parah."
"Ehhh, kenapa aku tidak melihatnya, ya. Di mana dua orang yang luka itu,
Suheng?" "Dia dirawat kepala tabib di kamar samping."
"Aku ingin menjenguknya, Suheng. Maaf aku permisi dulu, Suheng."
"Kalau Sute telah selesai perintahkan perkuat penjagaan. Aku ingin mengaso
dahulu!" "Baik, Suheng!"
Hampir berbareng kedua Ketua ini pergi meninggalkan ruangan. Coa Sim Ok
menggelundung ke samping kiri menuju ruangan kerja Si Tabib yang sedang mengobati
dua orang murid kepala Naga Terbang. Begitu memasuki ruangan segera saja orang
bertubuh gendut itu menanyai dua orang anak murid kepala Naga Terbang tersebut.
"A Mau, siapakah yang melukai kalian" Bagaimanakah bentuk tubuh orang itu"


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bersenjata apakah dia?"
"Adduuhhhhh ... ! Di ... dia ... berkedok ... hi ... tam ... tu tu tu ... buh ... ting ...
gi ... ! Aaaaaddu du duuuuuhhhhh ... ped ... ped ... angg ... !" Dengan tersendat-sendat A
Mau menjawab, diseling dengan rintihan.
Mendengar jawaban murid kepala ini, Coa Sim Ok belum bisa menerima gambaran
secara jelas maka ia lalu kembali mendesak.
"Tahukah kau dari aliran mana permainan pedangnya" Mungkin saja aku dapat
menebak siapa dia kalau kau tahu aliran jurus-jurus silatnya."
A Mau menarik napas panjang beberapa kali, setelah merasa dadanya agak
mendingan dia lalu menuturkan kejadian di malam itu ketika bersama dengan ketiga
e-bukugratis.blogspot.com
9 rekannya mencegat orang berpakaian serba hitam dan wajah yang tertutup kedok hitam
pula itu. "Teecu tidak bisa menduga dari aliran manakah ilmu pedangnya, Ji-Pangcu.
Gerakannya terlalu cepat bagi teecu berempat serta pencuri itu memiliki lweekang luar
biasa kuatnya. Hanya dalam beberapa gebrakan saja teecu telah dirobohkan, malahan dua
orang adik seperguruan teecu, A Sin dan A Sam keburu tewas dengan dada berlubang
terkena senjata pedangnya yang luar biasa gerakannya."
"Jadi kalian tidak tahu sama sekali dari aliran mana dia" Goblok, bodoh! Murid
tiada guna!" Sambil mengumpat Coa Sim Ok membalik dan meninggalkan ruangan itu.
Hatinya penuh kedongkolan karena belum juga dapat menduga siapa adanya orang
berkedok serta berpakaian serba hitam tersebut.
"Betul, betul sialan ... ! Goblok semua! Menahan seorang maling saja tidak becus.
Goblokkkkk ... " Di tengah kesibukan para anak murid Perkurnpulan Naga Terbang yang berjaga di
segala sudut dan Si Gendut yang mondar-mandir di ruangan tengah.
Jauh di bawah ruangan itu, di mana ada sebuah lorong rahasia membentang panjang
dan penuh liku-liku nampak sesosok bayangan hitam melangkah dengan hati-hati.
Sepasang matanya mengawasi jalan di depan penuh perhatian dan pendengarannya yang
tajam mendengarkan kalau-kalau mendengar suara yang mencurigakan, akan tetapi
ternyata bahwa perjalanannya tidaklah mengalami hambatan sama sekali. Entah sudah
berapa kali dia membelok dan menikung, naik turun di bebatuan goa bawah tanah yang
menjadi jalan rahasia di Perkampungan Naga Terbang itu.
Sebentar-sebentar orang berpakaian dan berkedok hitam yang bukan lain adalah
Pendekar Golok terbang Liok Ing Gie ini berhenti dan mendeteksi keadaan, biarpun suara
napas tikus tanah dan goa telah membuat langkahnya merandek. Dalam kegelapan di
jalan bawah tanah ini, Liok Ing Gie telah membuang kedok penutup wajahnya sehingga
pendekar ini leluasa dalam mendengarkan dan melihat keadaan sekelilingnya. Walaupun
keadaan jalan di goa itu gelap sekali sehingga tangan sendiri tiada tampak, akan tetapi
dari hembusan angin yang memasuki goa, Pendekar Golok Terbang ini dapat mengetahui
jalan keluar. Apalagi ketika sepasang matanya yang terlatih telah terbiasa di dalam gelap,
walaupun samar-samar Liok Ing Gie dapat mengamati keadaan di sekeliling goa.
e-bukugratis.blogspot.com
10 "Semoga saja terowongan ini tidaklah terlalu jauh, sungguh tidak enak berjalan
tiada tahu tempat di mana akan muncul nanti. Jangan-jangan ... !" Liok Ing Gie memutus
angan-angannya ketika sepasang matanya melihat cahaya bintang di langit kelam. "Ah,
akhirnya sampai juga di tempat terbuka!"
Sekali berkelebat saja Pendekar Golok Terbang ini telah tiba di depan goa dan
setelah meneliti keadaan sekeliling goa ia pun lalu kembali memasuki goa dan mencari
tempat di batu datar. Tak berapa lama kemudian Pendekar Golok Terbang telah
tenggelam dalam samadhi. Memulihkan tenaga dalamnya.
Suara kokok ayam hutan menggugah Liok Ing Gie dari dalam samadhinya.
Ternyata hutan depan goa telah penuh dengan kabut pagi hari, uap keputihan membubung
ke atas menggelapkan jarak pandangan mata. Yang nampak hanya benda putih bergerakgerak pergi datang. Hawa pun menjadi dingin menyusup tulang sumsum, akan tetapi
Pendekar Golok Terbang ini tidak merasakan dingin sama sekali karena jalan darahnya
sehabis melakukan samadhi tadi masih berjalan cepat sehingga membuat tubuhnya tidak
merasa dingin dalam kabut pagi di hutan di lereng gunung tersebut.
Setelah menggerak-gerakkan tubuhnya sebentar, Liok Ing Gie lalu membuang
senjata pedangnya. Dan melepas pula pakaian serba hitam tadi lalu ia berganti pakaian
dari buntalan panjang dan sekarang nampaklah tubuhnya nan tinggi tegap bagaikan tubuh
seorang atlit angkat besi. Pakaian ringkas berwarna ungu tua ini semakin menambah
pendekar ini tampak lebih muda beberapa tahun. Dari buntalan panjang itu
dikeluarkanlah sebatang golok tipis dan digagang golok nampak untaian benang-benang
halus berwarna kemerahan. Sedangkan bungkusan yang diambilnya dari tempat
perpustakaan itu dimasukkan dalam buntalan panjang.
Setelah itu, dengan langkah ringan bagaikan langkah seekor harimau, Liok Ing Gie,
Pendekar Golok Terbang keluar goa dan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah
Bangsawan Li Ceng Ong. Bola bundar kemerahan telah naik di timur, kabut pun pelan-pelan membubung naik.
Semakin menguning cahaya kemerahan matahari maka kabut pun semakin tipis dan
sebagian mengumpul di daun-daun pepohonan, menjadi embun-embun laksana mutiara di
atas daun tertimpa sinar matahari. Butir-butiran embun melorot turun tatkala daun
semakin membuka menyambut sinar sang surya yang memberi kekuatan dan
e-bukugratis.blogspot.com
11 penghidupan di pagi hari. Butiran embun menetes jatuh ke bumi, lenyap terhisap tanah
menambah basah tanah yang penuh daun-daun kering dan ada pula yang telah membusuk
sehingga menyiarkan bau khas tanah pegunungan. Bagi yang sudah pernah melanglang di
hutan dan gunung dapat menikmati aroma daun-daun membusuk dan wewangian bunga
hutan yang akan jarang dilupakan. Sedap dan nikmatnya hawa udara pagi nan bersih dari
polusi! Ketika Liok Ing Gie memasuki hutan di lereng gunung tiba-tiba saja berkelebatan
beberapa sosok bayangan hitam menghadang dengan senjata terhunus. Wajah-wajah
kasar dan mata-mata liar memandang ke arah buntalan panjang di tangan kirinya.
"Berhenti! Kalau mau selamat serahkan barang-barangmu!" Bentak seorang lelaki
tinggi besar seperti raksasa dan tangan kanannya memegang sebuah golok besar dan tebal.
Agaknya golok tersebut baru kuat kalau dimainkan oleh dua orang lelaki yang kuat.
Begitu melihat golok besar itu Liok Ing Gie dapat menduga bahwa berat golok itu
ada kalau seratus kati. Sungguh menggiriskan.
"Sobat, pagi-pagi sekali kalian bangun. Apakah kalian ini penunggu hutan dan
gunung" Matahari belumlah terang, akan tetapi kalian sudah mencegat orang, hemmm ...
siapakah kalian ini?" Dengan kalem Liok Ing Gie menjawab, malahan Pendekar Golok
Terbang ini meledek para perampok ini. Sama sekali pendekar ini tidak keder melihat
senjata golok besar lawan.
"Keparat! Belum kenal siapa kami" Hah, bedebah! Belum kenal ini Golok Maut
yang belum pernah ketemu tanding! Hayo cepat serahkan bungkusanmu, sebelum aku
hilang sabar!" bentak kepala rampok jengkel. Sepasang matanya melotot menakutkan.
Akan tetapi yang dipandang ayem-ayem saja seakan-akan sedang menghadapi
anak-anak kecil yang bandel saja.
"Heh-heh, agaknya kalian belum mendapat makanan, ya" Pagi-pagi sudah
membentak-bentak kayak orang gila saja. Kalau menginginkan bungkusanku ini sebutkan
diri kalian dahulu. Ha-ha-ha ... !"
"Bedebah ... !!" Bentak seorang perampok marah sekali melihat iagak orang di
depannya ini, tanpa banyak cakap lagi dia membabatkan senjatanya dari belakang
membacok kepala. Singgggg ... ! Dukkkkk ... !
e-bukugratis.blogspot.com
12 Perampok itu pun terlempar ke belakang beberapa tombak dan muntahkan darah
segar, tak dapat bangun kembali karena telah koit (mampus)!
Teman-temannya melihat teman mereka begitu mudah dihajar menjadi marah sekali
sehingga dia lalu mencabut senjata dan maju mengeroyok sambil berteriak-teriak
menakutkan. Hujan senjata melanda tubuh Liok Ing Gie. Akan tetapi pendekar ini hanya
mengeluarkan dengusan mengejek dan begitu kaki tangannya bergerak menyambut, maka
terpentalah para perampok yang menyerangnya. Mereka tidak tahu bagaimana hal itu
dapat terjadi, tahu-tahu tubuh mereka terlempar bagaikan dilanda topan dahsyat.
Hal ini sebetulnya tidaklah aneh.
Para perampok itu hanya mengandalkan tenaga kasar saja, sedangkan Pendekar
Golok Terbang adalah seorang pendekar yang telah membuat nama harum di kang-ouw
(sungai telaga). Maka begitu kaki dan tangannya menyambut disertai dengan tenaga
lweekang tingkat tinggi tentu saja tiada seorang pun anak buah perampok itu yang kuat
menerima tenaga lweekang pendekar tingkat tinggi ini. Mereka mawut begitu senjata atau
tubuh mereka terlanda hawa pukulan yang keluar dari tangan kanan pendekar tersebut.
Kepala perampok bergolok besar matanya melotot terbelalak melihat kejadian yang
tak pernah diduganya ini. Sambil mengeluarkan suara gerengan menakutkan kepala
perampok ini memutar-mutar golok besarnya sekuat tenaga, suara mendengung-dengung
dan kilatan golok terkena sinar matahari nampak sangat menggiriskan hati. Dengan
mengeluarkan teriakan keras tubuhnya yang tinggi besar meluncur maju didahului sinar
golok membelah udara. Sekali golok besar ini mengenai tubuh dapat dipastikan tubuh itu
akan terbelah menjadi dua potong, apalagi tubuh manusia yang terdiri dari darah dan
daging. Biar-pun pohon sebesar paha saja, apabila kena dibabat golok Si Tinggi Besar
tentu akan terpotong! Wiieeerrrrr ... siuuttttt ... singgggg ... ?
Ternyata golok besar yang menyambar berkeredepan itu hanya menyambar udara
kosong belaka. Orang tinggi yang tadinya berdiri tak bergerak ketika berkelebat golok
besar yang didahului angin keras menyambar tahu-tahu telah hilang dari hadapan Si
Tinggi Besar. Pendekar Golok Terbang telah hilang dari pandangan mata kepala
perampok itu. Pendekar ini memang memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa tingginya,
nama besar Pendekar Golok Terbang telah menjagoi di kalangan persilatan dan jarang
e-bukugratis.blogspot.com
13 menemukan tandingan. Maka tidaklah mengherankan kalau hanya menghadapi perampok
yang hanya memiliki tenaga luar dan besar saja ia tidak mendapat banyak kesulitan.
"Bedebah! Keparat laknat! Hayo unjukkan dirimu kalau-kalau kau benar-benar
jagoan!" Sambil mengumpat dan memaki-maki dengan kata-kata kotor yang tidak baik
terdengar di telinga, perampok tinggi besar ini mencari-cari dengan sepasang matanya.
Akan tetapi, tetap saja bayangan orang yang membawa bungkusan panjang itu tiada
nampak batang hidungnya lagi. Seakan-akan telah lenyap ditelan bumi!
"Heh-heh-heh ... ! Golok jagal anjingmu ternyata tiada gunanya sama sekali. Lebih
baik kau buang golokmu dan bertobat sebelum kau mandi darah oleh golok jagal
anjingmu itu. He-he-he ... !"
"Kunyuk pengecut! Hayo tunjukkan dirimu kalau kau benar-benar jantan. Jangan
hanya membual dan hanya berani melawan anak buahku yang tak berkepandaian!"
Kepala rampok menantang sambil memutar-mutar senjata melindungi tubuh.
"Heh-heh-heh, dasar pengung, tidak tahu diri! Kalau kau ingin merasakan hajaranku
terimalah!" Belum habis ucapan itu dari atas pohon menyambar berpuluh-puluh benda
kehijauan dengan kecepatan kilat. Suara mendesing nyaring terdengar dari beberapa
penjuru. Dapat dibayangkan betapa kagetnya kepala rampok ini ke-tika mendapat
serangan ini, ia semakin mengerahkan tenaganya dalam memutar senjata golok besarnya.
Melindungi tubuh dari luncuran senjata rahasia ini! "Tak-tak-tak-tak! Duk-tranggg-bukbuk-buk!"
"Aduhhhhhh ... !!" Ternyata hidungnya yang besar me-ngucurkan darah segar
sehabis mencium buah hijau. Buah mentah yang dilempar dari segala penjuru oleh
Pendekar Golok Terbang yang berloncatan secepat kilat mengelilingi dari pohon ke
pohon dan menghujankan senjata rahasia berupa buah mentah!
"Tooobaattttt ... !!" Kepala rampok tinggi besar menjerit-jerit sambil meloncat ke
sana-sini menghindar dari peluru-peluru kehijauan yang kalau mengenai tubuh terasa
sakit bukan main tersebut. Akan tetapi tetap saja ada beberapa buah mentah yang
mengenai tubuhnya. Takkkkk! e-bukugratis.blogspot.com
14 Dan kepala perampok itu pun menggeletak tak bergerak di tanah berumput,
pingsan! Sebuah benda besar mengenai kepala bagian belakang sehingga membuatnya
kelengar saking kuatnya lemparan tersebut!
"Ha-ha-ha ... !!" Terdengar suara tawa melengking panjang semakin lama semakin
menjauh. Pendekar Golok Terbang melayang-layang di antara pucuk-pucuk pepohonan
bagaikan seekor burung garuda meluncur cepat sekali. Sebentar saja tubuhnya tak
kelihatan lagi saking cepatnya dia berkelebat. Sungguh ilmu meringankan tubuh yang
hebat sekali! --o0o-- Duk! Dukk! Duukk!! Gedoran di daun pintu terdengar keras sekali dari dalam rumah Bangsawan Li Ceng
Ong. Para pelayan telah berkumpul di ruang tengah, saling pandang penuh pertanyaan.
Menanti tuannya bangun dan memberi perintah kepada mereka. Tak berapa lama
kemudian keluarlah tuan rumah dari kamarnya dengan pakaian kusut, kentara bahwa
bangsawan ini baru habis bangun tidur.
"Gila! Siapa malam-malam berani mengedor-gedor pintu, membangunkan orang
tidur. Sungguh tidak tahu aturan sama sekali." Gerutunya jengkel.
Kembali terdengar suara gedoran dari pintu depan sekarang lebih keras dari
sebelumnya tadi. Seakan-akan pintu depan tersebut akan jebol dari engselnya akibat
gedoran tersebut. Disusul teriakan keras penuh tenaga dalam.
"Ceng Ong buka pintu! Kalau tidak segera dibuka, kujebol pintumu ini!"
"Gila! Cepat buka pintunya dan kalian bersiaplah menjaga segala kemungkinan!"
Bangsawan Li Ceng Ong memerintah kepada pelayannya.
Mendengar ini segera saja salah seorang menuju ke pintu depan dengan berlari,
sedangkan para pelayan yang lain segera mengambil senjata dan bersembunyi. Siap untuk
menyambut segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
e-bukugratis.blogspot.com
15 Akan tetapi sebelum pelayan itu sempat membuka daun pintu depan, tiba-tiba
terdengar suara keras dan daun pintu pun jebol bagaikan ditabrak seekor gajah. Daun
pintu yang jebol tersebut masih melayang ke dalam karena terlepas dari engselnya.
Dukkkkk ... ! "Aduhhhhh ... !" Teriakan ini keluar dari mulut pelayan yang dahinya terkena
pinggiran daun pintu tersebut. Benjolan sebesar telur angsa segera tumbuh di pelipis
pelayan tersebut dan sialnya lagi dia terjatuh ter-timpa daun pintu depan yang tebal itu.
Sebelum pelayan tersebut dapat bangun, dari luar berlarian beberapa orang dengan
senjata terhunus memasuki halaman depan sambil menginjak daun pintu!
"Uhh ... ! Uhhh ... Uhh ... !" Orang terakhir yang memasuki daun pintu yang
terbuka lebar ternyata seorang laki-laki gemuk bundar seperti gentong. Begitu masuk
lelaki tua ini langsung saja berdiri di atas daun pintu jebol itu sehingga membuat pelayan
yang akan membuka pintu depan akan tetapi malahan tertimpa daun pintu, menjadi
tergencet dan ber-ah-ah-uh-uh tidak karuan!
"Ceng Ong menyerahlah ... ! Lebih baik mengaku daripada kau kusiksa terlebih
dahulu sebelum kau mau mengakui apa kedosaanmu. Ha-ha-ha!" kata Wakil Ketua Naga
Terbang yang bertubuh gemuk pendek yang bukan lain adalah Coa Sim Ok.
Akan tetapi, ketika merasakan daun pintu yang diinjaknya terasa bergerak-gerak ia
segera melihat ke bawah. "Uwahhh, ternyata ada binatang di bawah kayu ini." Sambil menggerutu ia lalu
meloncat ke depan, ke tengah halaman. Ternyata pelayan bernasib sial tadi telah tak
bergerak lagi. Entah hidup atau mati, tiada seorang pun yang tahu karena tidak ada yang
mempedulikannya! Li Ceng Ong berdiri di atas undakan tangga batu di tengah ruangan dalam.
Sepasang matanya memandang tajam kepada Ketua dua dari Perguruan Naga Terbang di
tengah halaman. Tangan kirinya mengelus jenggot putih seperti perak sampai ke dada dan
tangan kanannya memegang sebatang golok telanjang di balik tangan.
"Ahh, kiranya Ji-Pangcu yang datang! Ada keperluan apakah sehingga Ji-Pangcu
sampai menjebol daun pintu dan membawa begini banyak anak buah Naga Terbang
dengan senjata di tangan menemui aku. Kesalahan apakah yang kuperbuat sehingga aku
disuruh mengaku" Apakah Ji-Pangcu sedang mendem (mabok) air keras"!"
e-bukugratis.blogspot.com
16 "Tak usah banyak bacot! Pasti kau yang telah membocorkan rahasia perkumpulan.
Hayo, mengaku saja!" bentak Coa Sim Ok lantang tanpa mau menjawab atau memberi
tahu apa yang menjadi sebabnya. Lalu dia memerintahkan anak buah Naga Terbang
untuk mengepung Ketua perpustakaan yang bekas bangsawan tinggi itu.
Melihat ini, Li Ceng Ong tersenyum sinis. Dia dapat menduga bahwa tentu barang
itu telah berada di tangan guru anaknya Si Pendekar Golok Terbang. Senyuman senang
tersungging di wajahnya. "Ahh, pasti ia telah berhasil mencuri benda itu dan puaslah hatiku membalas
dendam ini," katanya dalam hati.
Li Ceng Ong dengan langkah tenang menuju ke tengah halaman mendekati Ketua
dua Perkumpulan Naga Terbang.
Dengan wajah penuh senyuman lelaki tua ini menjawab. "Ji-Pangcu, sebetulnya ada
kejadian apakah" Kenapa tidak menanti hari menjadi terang baru menemui aku untuk


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membicarakan sesuatunya dan tidak membuat kekacauan di malam buta se-perti ini.
Seperti sekumpulan para perampok saja. Apakah demikian ini ajaran pendiri Naga
Terbang" Ataukah aku yang telah salah menilai tentang ajaran kita?"
"Diam! Siapa orang yang telah kau suruh mencuri ... " Karena aku yakin betul
bahwa kaulah biang keladi kejadian ini. Hayo mengaku saja sebelum kau kusuruh
menyusulnya ke akherat!"
"Apa" Dia ... dia ... telah ... ?"
"Ha-ha-ha ... akhirnya ketahuan juga belangmu. Anak-anak ringkus tua bangka
pengkhianat ini!" Li Ceng Ong kaget.
Dirinya merasa terjebak oleh kata-kata Wakil Ketua Perkumpulan Naga Terbang ini.
Sungguh tak ia sangka sama sekali bahwa orang gemuk ini memiliki otak yang
secemerlang itu. Karena sudah terlanjur, tanpa banyak cakap kata lagi Li Ceng Ong
segera menggerakkan senjata goloknya. Mendahului menyerang ke arah Coa Sim Ok
dengan jurus Naga Hitam Pulang Sarang. Tubuhnya meluncur ke depan dengan
kecepatan kilat didahului goloknya yang dimainkan dengan lambaran tenaga dalam yang
kuat. Angin dingin menyambar tubuh gendut seperti gentong.
e-bukugratis.blogspot.com
17 Akan tetapi sebagai Wakil Ketua Perkumpulan Naga Terbang, tentu saja Coa Sim
Ok bukanlah orang sembarangan saja, biarpun tubuhnya gemuk pendek tetap saja dia
memiliki kepandaian yang tak boleh dipandang ringan.
Bagaikan sebuah bola menggelinding tertiup angin tubuhnya telah mengelak ke
kanan dan sebelum golok Li Ceng Ong diubah gerakannya karena mengenai angin
kosong, tangan kiri Coa Sim Ok meluncur dengan kecepatan yang tak dapat diukur
dengan pandang mata. Telapak tangan dengan jari-jari besar pendek itu seperti sebuah
kipas raksasa menerjang lambung. Angin yang keluar dari telapak tangan Coa Sim Ok
jangan dipandang ringan. Angin tersebut mengandung bau amis dari telapak tangan
beracun yang menggiriskan.
Akan tetapi Li Ceng Ong ternyata jago tua yang juga tak begitu mudah untuk
dijatuhkan dalam sekali serang. Dia pun tahu akan bahaya yang mengancam dirinya,
maka sambil berteriak keras lalu mengenjot tubuhnya ke udara dan dari udara balas
menyerang dengan senjata goloknya. Dielakkan dan dibalas serangan tangan kosong
kembali. Pertempuran pun terjadi dengan sengit di tengah halaman yang lumayan juga
luasnya, di malam itu. Ketika para anak buah Naga Terbang ingin membantu menangkap kepala pengurus
perpustakaan itu, maka para pelayan Li Ceng Ong yang sejak tadi bersembunyi segera
keluar menyambut serbuan ini. Ternyata para pelayan itu pun bukan pelayan biasa akan
tetapi anak buah Li Ceng Ong yang juga memiliki kepandaian ilmu silat yang cukup
tinggi sehingga terjadilah pertempuran di beberapa tempat. Suara denting senjata tajam
beradu dan teriakan galak, memecah keheningan malam di rumah Bangsawan Li Ceng
Ong tersebut. Akan tetapi tak seorang pun tetangga yang berani keluar untuk membantu,
mereka merasa takut kalau-kalau yang datang di malam itu adalah para perampokperampok ganas. Bukan membantu, akan tetapi malahan akan mnengantar nyawa. Maka
para tetangga itu pun merasa lebih baik diam di rumah saja, seolah-olah tidak mendengar
adanya denting beradunya senjata dan teriakan orang memainkan senjata!
Entah berapa jurus telah berlalu, akan tetapi Coa Sim Ok Wakil Ketua Naga
Terbang semakin mendesak Li Ceng Ong dengan pukulan-pukulan jarak jauhnya.
Bangsawan yang sudah lanjut umur ini agaknya sudah terlalu lelah untuk dapat
mempertahankan dirinya dengan baik. Memang benar bahwa dia sekarang jarang sekali
e-bukugratis.blogspot.com
18 berlatih silat, hanya tekun membaca saja. Apalagi dia mendapat tugas di kamar
perpustakaan, sebagai seorang Kutu Buku tentu saja dia segera tenggelam di lautan buku.
Hanya secara kebetulan saja dia dapat menemukan senjata pusaka di gudang buku
tersebut. Telah banyak para pelayan berjatuhan dibabat senjata anak buah Naga Terbang,
walaupun sebagian dari mereka ada juga yang dapat membunuh para penyerang tersebut.
"Mampuslah, tua bangka keparat!" Sebelum hilang ucapan terakhirnya telapak
tangan Coa Sim Ok telah mendarat di dada bangsawan tua pengurus gedung perpustakaan.
Deesssss ... ! "Hueekkkkk ... !!"
Darah segar menyembur keluar dari mulut Li Ceng Ong membasahi jenggot putih
seperti perak. Tubuh bangsawan ini mencelat be berapa tombak ke belakang dan jatuh
menimpa undakan batu. Li Ceng Ong masih berusaha untuk bangun, akan tetapi tiba-tiba
sebelum bangsawan tua ini dapat berdiri tegak kembali, tubuhnya telah melengkung
untuk kemudian terjerembab. Ternyata nyawanya telah meninggalkan tubuhnya.
"Ha-ha-ha ... !"
Sambil tertawa Wakil Ketua Naga Terbang ini berkelebatan ke kanan kiri. Segera
terdengar suara jeritan saling susul dari nyawa yang meninggalkan tubuh, akibat
tubuhnya telah terkena tamparan atau tendangan luar biasa hebat dan kerasnya dari Coa
Sim Ok Wakil Ketua Naga Terbang. Sebentar saja keadaan di rumah Bangsawan Li Ceng
Ong menjadi sunyi sepi. Tubuh-tubuh bergelimpangan berserakan di sana-sini. Bau amis
pun tercium, bau amis dari darah yang berceceran!
Segera saja para anak buah Naga Terbang mengurusi teman-teman mereka yang
terluka. Sedangkan Coa Sim Ok sendiri segera mengobrak-abrik seluruh isi kamar
Bangsawan Li Ceng Ong dan kamar-kamar lainnya. Kentara dari wajahnya yang merah
dan penuh penasaran, apa yang dicari tak diketemukan di dalam rumah ini. Akan tetapi
dasar Coa Sim Ok orang yang telah menjadi hamba nafsu jalang. Begitu memasuki
ruangan belakang di mana berkumpul pelayan-pelayan wanita yang banyak memiliki
paras lumayan, lelaki ini tidak membuang ikan secara sia-sia. Dua orang pelayan wanita
yang tercantik segera diboyong ke dalam kamar besar sang majikan.
Sedangkan yang lain ditotoknya binasa!
e-bukugratis.blogspot.com
19 "Ampunnn, kasihanilah saya Tuan! Jangan ... jangan ... itu ... dilakukan terhadap
saya ... !" "Ha-ha-ha, jangan takut manis, aku akan membawamu pesiar ke sorga yang penuh
kenikmatan. Ha-ha-ha!"
"Tolonggggg ... ! Tolonggggg ... !"
Tukk! Tukk! Begitu jari tangan Coa Sim Ok menotok dua kali, maka kedua pelayan itu pun
sekarang tidak dapat bersuara lagi. Ternyata urat gagunya telah kena totokan. Bagaikan
seekor binatang buas, Coa Sim Ok mengumbar nafsu binatangnya. Entah berapa kali dia
mempermainkan kedua orang perawan itu. Ketika pria ini keluar dari dalam kamar,
wajahnya agak pucat. Akan tetapi matanya menyinarkan kepuasan. Pintu kamar dibiarkan
terbuka saja. "Hayo cepat pergi! Ternyata barang itu tidak ada di sini. Entah dibawa ke mana
oleh Si Pencuri laknat itu?" Perintahnya kepada para anak buah Naga Terbang.
Mendengar ini, segera saja mereka bersicepat keluar dari rumah gedung itu. Bagaikan
bayangan-bayangan hantu mereka berkelebatan dari atas genteng menuju ke luar kota!
Para prajurit penjaga keamanan yang berdatangan ke tempat itu hanya melihat
mayat-mayat bergelimpangan di sana-sini dan si empunya rumah sendiri tampak
menggeletak di undakan batu. Ketika salah seorang prajurit membalikkan tubuh Li Ceng
Ong, ternyata baju di dada bangsawan tua ini telah hancur dan kulit dada yang putih itu
tampak gambaran telapak tangan berwarna biru kehitaman dan berbau amis menyengat
hidung. "Hemmm, sungguh sadis luar biasa! Semua orang dibunuhnya dengan sadis
sehingga tak meninggalkan jejak sama sekali siapa pelakunya." gerutu seorang prajurit
setengah tua. "Tolonggggg ... !!" terdengar suara jeritan melengking dari sebuah kamar dalam
rumah. "Ada apa" Ada apa ... " Siapa yang menjerit tadi?" tanya komandan kepala prajurit.
Dari dalam kamar nampak berlarian seorang prajurit muda dengan wajah pucat.
Begitu tiba, dia menuding-nuding ke arah kamar belakang dan kamar besar, mulutnya
membuka tutup tak keluar sepatah kata pun!
e-bukugratis.blogspot.com
20 Melihat keadaan anak buahnya ini, segera saja kepala komandan ini berlari sambil
mencabut pedang panjangnya. Akan tetapi begitu tiba di kamar tengah, sepasang matanya
segera melotot dan kumisnya bergerak-gerak. Sepasang matanya merah penuh nafsu
kemarahan dan jijik. Apalagi ketika beberapa orang prajurit menyusul masuk dan melihat
pemandangan di dalam kamar. Ada beberapa prajurit yang muntah-muntah karena tidak
tahan. Sebetulnya apakah yang dilihat mereka"
Ternyata nampak di atas pembaringan itu, dua sosok tubuh telanjang dari dua orang
wanita yang memiliki paras cukup cantik. Akan tetapi yang membuat mereka muntahmuntah ialah melihat isi perut yang berceceran dari perut dan membasahi seluruh
pembaringan dan lantai di sekitarnya! Nampak pula jantung di lantai, dua buah jantung
yang tinggal separohnya. "Biadab! Sungguh tak mengenai prikemanusiaan sama sekali! Entah iblis mana
yang berani mengacau kota ini" Cepat urus semua jenazah itu. Tutup rumah ini dan jaga.
Jangan biarkan seorang pun memasuki rumah ini sebelum ada perintah dariku!"
Perintahnya. Beberapa orang prajurit segera berlari keluar untuk mencari peti mati dan sebagian
lalu mengumpulkan semua mayat itu dan menaruhnya di pendapa. Sedangkan mayat dua
wanita yang hancur tubuh depannya itu dibawa dengan ditutupi seprei besar!
Akan tetapi sampai hari menjelang siang ternyata tak ada kejadian apa-apa lagi.
Setelah ada pemeriksaan dari pejabat yang berwenang, maka diambi! keputusan bahwa
besok di kala hari telah terang akan segera dikuburkan semua jenazah itu. Ini semua
diambil untuk mencegah ban busuk akibat dari mayat yang mati tidak wajar dan penuh
luka yang menyiarkan bau amis dan daging busuk itu. Ketika matahari telah sepenggalah
tingginya, maka berangkatlah iring-iringan ini menuju ke pekuburan di luar kota. Ketika
tiba di luar benteng kota, rombongan ini berpapasan dengan seorang laki-laki gagah
tinggi besar yang membawa bungkusan panjang di belakang punggung.
Sepasang mata lelaki ini mencorong mengawasi iring-iringan. Ketika ada seorang
tua yang ikut berjalan mengiringi jenazah-jenazah itu, hati orang tinggi besar ini tercekat.
"Ahhh, jangan ... jangan ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
21 Dia tak berani melanjutkan angan-angannya, akan tetapi segera berjalan cepat
menuju ke rumah sahabatnya yang bukan lain rumah kediaman Bangsawan Li Ceng Ong!
Betapa terkejut hatinya ketika di depan rumah itu nampak banyak prajurit berjaga dengan
senjata terhunus! "Tak salah lagi, pasti telah terjadi sesuatu di rumah ini." Demikian kata hatinya.
Ketika kebetulan banyak orang menonton di situ segera saja dia bertanya kepada salah
seorang yang agaknya melihat kejadian itu sejak tadi.
"Paman, ada kejadian apakah di rumah itu" Kenapa banyak sekali prajurit berjaga
dengan senjata terhunus?"
"Ehh, apakah kau belum mendengar kabar itu" Semalam rumah Bangsawan Li
kedatangan perampok. Menurut cerita tetangga-tetangga di kanan kiri rumah itu, kemarin
malam terjadi perampokan dan pembunuhan. Semua penghuni rumah Bangsawan Li tak
seorang pun dibiarkan hidup. Semua dibunuh secara kejam!"
"Siapakah para perampok itu, Paman" Apakah ada orang yang tahu?"
"Entah ya, aku sendiri ya hanya mendengar cerita ini dari mulut ke mulut. Siapa
pelakunya belum ada yang tahu, sebab tetangga-tetangganya tiada yang berani mengintip
keluar! Ahh, sungguh kasihan sekali Bangsawan Li yang dermawan itu," katanya sebagai
penutup keterangannya. Pendekar Golok Terbang menjadi mencorong sepasang matanya mendengar bahwa
Li Ceng Ong dibunuh bersama seisi rumah. Ketika paman tua itu menatap wajah
penanyanya tanpa terasa tubuhnya gemetar. Dari sepasang mata itu seakan-akan keluar
bara api dan nafsu membunuh yang menggiriskan. Maka tanpa banyak omong atau
menoleh lagi segera paman tua itu ngeloyor pergi meninggalkan Pendekar Golok Terbang.
Ketika ada orang yang meraba bungkusan panjang di punggung, barulah Pendekar
Golok Terbang ini tersadar dari keadaannya. Cepat tangannya meraih ke belakang dan
tangannya telah mencengkeram jari tangan seorang pelayan muda.
Ketika Pendekar Golok Terbang akan menegur, tiba-tiba ia merandek ketika
melihat pelayan muda itu berkedip dengan sebelah mata. Maka tanpa banyak bicara lagi
ia segera pergi sambil masih memegang tangan pelayan muda. Mau tidak mau pelayan itu
harus mengikuti orang tinggi besar yang menarik tangannya.
e-bukugratis.blogspot.com
22 "Kenapa kau mau mencuri barangku. Siapakah kamu ini sebenarnya dan mau apa
kau berkedip-kedip tadi" Hayo cepat ceritakan yang jelas kalau kau tidak ingin
kehilangan tangan kananmu!" Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie menghardik
pelayan muda itu. Sambil meringis menahan sakit pelayan muda itu berkata. "Ampunnnnn ... saya
tidak bermaksud jahat. Toaya, ampunnnnn. Saya pernah melihat Toaya menjadi tamu
majikan hamba." Liok Ing Gie melepaskan cekalannya dan bertanya kembali.
"Siapa majikanmu. Awas kalau bohong, kupuntir lehermu nanti!"
"Majikan hamba ada ... adalah ... Li ... Li Wan-gwe ... !"
"Haaaaaa ... !"
"Benar, Toaya. Saya tahu siapa yang membunuh mereka!"
Pelayan itu menoleh ke kanan kiri, seakan-akan takut kalau sampai ketahuan
ucapannya tadi. Setelah tiada orang yang memperhatikan mereka, agaknya perasaan
pelayan muda itu menjadi lega. Nampak benjolan sebesar telur ayam berwarna kebiruan
di dahinya. "Ayo, ikut aku." Pendekar Golok Terbang mengajak pergi kepada pelayan itu.
Si Pelayan pun mengangguk menyetujui. Dengan berendeng keduanya berjalan
menuju keluar kota, menuju ke arah kuburan!
"Pembunuhnya adalah seorang gendut bundar seperti gentong. Toaya. Ketika
tersadar dari pingsan, lapat-lapat hamba mendengar Li Wan-gwe menyebut-nyebut nama
Ketua dua Naga Terbang. Hamba lupa siapa namanya akan tetapi, hamba merasa pasti
bahwa yang menyerang kami semalam adalah orang-orang Perkumpulan Naga Terbang
dipimpin oleh Wakil Ketuanya sendiri. Mungkin Toaya telah mengenai mereka. Saya
keburu pingsan lagi sehingga tidak mendengar kelanjutannya. Begitu tersadar hamba
berusaha bangun dan ... dan ... hu-hu-hu-hu!"
Pelayan muda itu pun menangis sedih tak dapat melanjutkan keterangannya.
Pendekar Golok Terbang dapat menduga siapa mereka. Akan tetapi tetap saja mimik
wajahnya tak berubah, hanya sepasang matanya saja yang mencorong menakutkan!
"Kalau kau ingin hidup terus, rahasiakan saja ceritamu ini. Lebih baik kau pindah
dari kota ini! Ini sekedar bekalmu di perjalanan."
e-bukugratis.blogspot.com
23 Setelah memberi saran kepada pelayan muda dan menyerahkan sekeping uang emas,
Liok Ing Gie berjalan menuju ke kuburan.
Ketika tiba di kuburan, di sana telah sepi, tak seorang pun nampak di tanah
pekuburan. Apalagi hari telah menjelang sore, sehingga kebanyakan penduduk merasa
takut kalau berada di tanah pekuburan. Setelah betul-betul merasa aman, Liok Ing Gie
segera berkelebat cepat menuju ke kuburan baru di mana nampak beberapa gundukan
tanah baru. Begitu Liok Ing Gie berdiri di depan kuburan Li Ceng Ong, wajahnya berubah-ubah
cepat sekali, sebentar kemerahan dan sebentar kemudian menjadi pucat dan berubah
kembali kemerahan lagi. Sepasang matanya pun mengikuti perubahan mukanya, sebentar
penuh kedukaan dan penyesalan tak lama kemudian berubah mencereng penuh
kemarahan, lalu berubah pula redup seakan kedua mata itu tak kuat melihat gundukan
tanah di depannya. "Taijin, aku pasti akan membalaskan sakit hati ini. Biarlah dendam sedalam lautan
ini puteramu sendiri yang akan mencari pembunuhmu dan menagih hutang ini."
Setelah bersembahyang, Pendekar Golok Terbang segera saja meninggalkan tanah
pekuburan tersebut. Begitu kakinya menggenjot tanah, tubuhnya telah melesat cepat
sekali menembus kegelapan malam yang telah merambah datang!
Pendekar Golok Terbang ingin cepat-cepat tiba di pondoknya sendiri untuk
memberitahukan tentang peristiwa ini. Peristiwa yang akan mengguncang dunia
persilatan, di mana pendurian kitab tak bersampul yang berwarna kuning tersebut secara
tidak sengaja dilakukannya!
--o0o-- "Anjing kurap kurang ajar! Setan neraka jahanam! Berani benar menyatroni Naga
Terbang!" Wajah pendeta Agama To ini kemerahan setelah mengeluarkan umpatanumpatan yang tidak patut keluar dari mulut seorang pertapa. "Kitab pusaka tersebut harus
jatuh ke tanganku sendiri. Heh, Sim Ok, siapa itu Bangsawan Li?"
"Dia adalah kepala bagian perpustakaan, Suhu."
e-bukugratis.blogspot.com
24 "Benarkah dia yang menyuruh orang menyatroni" Pinto kok masih sangsi, coba
ceritakan semua dengan jelas!"
"Apakah Suhu tidak tahu siapa itu Bangsawan Li Ceng Ong?" balik tanya Coa Sim
Ok murid gemuk bundar bagaikan gentong ini. Rasa-rasanya tidak mungkin kalau
pendeta gurunya ini tidak mengenal siapa adanya Bangsawan Li.
"Tidak" Sepengetahuanku kepala perpustakaan adalah Hung Siucai itu siucai tua
bertubuh bongkok," jawab Sim Tok Tojin. Apa yang dikatakan pendeta ini memang
benar. Sebenarnya pengawas kepala gudang buku tersebut adalah Hung Siucai, ini
semenjak gurunya pergi bertapa.
"Ahhhhh ... !"

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa ... ?" "Setelah Suhu pergi bertapa ke Himalaya, beberapa bulan kemudian datanglah
Bangsawan ini membawa Lengpai dari ketua. Para penjaga segera membawanya
menghadap Ketua baru, yaitu Suheng Wu It."
"Terus ... " "Begitu dapat bertemu Suheng, Li Ceng Ong segera menyerahkan sepucuk surat
kulit kambing. Dan begitu Suheng membacanya, segera saja surat tersebut dihancurkan,
entah apa isi surat tersebut murid tidak tahu. Yang terang sejak saat itu, Bangsawan Li
menjadi kepala pengawas di gedung perpustakaan tersebut. Kerjanya hanya membaca
saja di tempat tersebut dari pagi sampai petang."
"Hemmm ... !" Sim Tok Tojin mendengus pendek. Hatinya terasa panas sekali.
Agaknya dia dapat menduga bahwa semua ini pasti ulah gurunya. Tak mungkin kalau
tidak, tak mungkin terjadi begitu kebetulan, sehingga sepeninggalnya terus saja Hung
Siucai diganti. Aneh bin mustahil!
"Pasti dialah biang keladi semua ini. Hemmm ... keparat!"
"Bagaimana sekarang, Suhu?"
"Siapa saja keluarga bangsawan tengik tersebut" Apakah semua telah kalian basmi
habis?" tanyanya menegaskan. "Semua kukirim ke kampung asalnya di neraka, Suhu.
Seorang pun tak ada yang lolos. Akan tetapi ... akan tetapi ... rasa-rasanya sepertinya ada
yang kurang. Apa ya ... ?"
e-bukugratis.blogspot.com
25 Setelah berkata demikian Coa Sim Ok menepuk-nepuk dahinya. Orang gendut ini
agaknya seperti berpikir keras sekali.
Pendeta berambut putih yang dibiarkan riap-riapan tersebut memandang ulah
muridnya yang gemuk bulat seperti gentong air. Sepasang matanya, bersinar mencereng.
Sim Tok Tojin semakin jengkel setelah lama menanti-nanti belum juga muridnya Coa
Sim Ok teringat akan sesuatu itu, dengan marah pendeta tua ini segera membentak.
"Sim Ok, murid pengung, sedari tadi pegang-pegang dahi kayak monyet silau sinar
matahari. Hayo cepat jelaskan apa maksudmu tadi!"
Mendengar teguran gurunya ini bukannya takut akan tetapi Coa Sim Ok malahan
berteriak senang. "Nah, ketemu sekarang! He-he-he ... Suhu, dapat olehku sekarang. Teecu (murid)
teringat. Si Kutu Buku Li Ceng Ong tersebut mempunyai seorang putera sebelum ini
anak itu pergi berguru kepada seorang pendekar pengelana. Pada waktu Teecu menjarah
di rumah kediamannya, anak tersebut tidak kelihatan. Pasti ... pasti Si Keparat tersebut
berhubungan dengan guru anak itu! Teecu merasa yakin, Suhu."
Wajah Coa Sim Ok berseri-seri dan hidungnya megar-mingkup (berkembangkempis) kayak hidung babi mencium terasi!
Pendeta Agama To yang bernama Sim Tok Tojin mengelus-ngelus jenggotnya
sambil mendengarkan uraian muridnya, sesekali kepalanya mengangguk-angguk dan
sepasang matanya bersinar-sinar terang. Bibirnya mengulum senyum penuh arti.
"Hemm, tak salah lagi. Pasti guru anaknya yang mencuri kitab tersebut.
Keparat ... !" umpatnya dalam hati. "Bagaimana Suhu. Apakah benar dugaan Teecu?"
"Kemungkinan besar hal itu terjadi. Hemmm, sekarang lebih baik kau bawa
beberapa orang murid untuk menyelidiki. Awas! Jangan sampai rahasia ini bocor keluar!"
"Baik, Suhu!" Keduanya lalu keluar dari kamar rahasia di rumah Coa Sim Ok, Wakil Ketua Naga
Terbang. Tanpa banyak bicara segera Coa Sim Ok mencari beberapa orang murid yang
dipercayanya untuk melaksanakan tugas tersebut dan dia pun masih ikut mencari bersama
dengan beberapa anak buah Naga Terbang. Tanpa menimbulkan kecurigaan dari Ketua
Naga Terbang sendiri. Agaknya Ketua ini tidak begitu tahu akan kehilangan kitab pusaka
andalan perkumpulannya! e-bukugratis.blogspot.com
26 Entah ada maksud apa Wakil Ketua ini terhadap perkumpulannya"
Ternyata walaupun Coa Sim Ok bertubuh gemuk dan pendek, akan tetapi otaknya
cukup cemerlang juga. Dia bertanya ke sana ke mari dan mendekati para sahabat Li Ceng
Ong sehingga sebentar saja akhirnya dia diberi tahu bahwa guru anak Li Ceng Ong bukan
lain adalah Si Pendekar Golok Terbang. Seorang pengelana yang mempunyai nama
harum di dunia kang-ouw, seorang ahli bermain senjata golok. Maka dia pun lalu
berpamit kepada Ketua Naga Terbang untuk pergi keluar. Bukan mencari pendekar
tersebut, akan tetapi mencari sesuatu alasan yang dapat dimengerti oleh sang Ketuanya.
Setelah melakukan perjalanan berbulan-bulan dan bertanya-tanya kepada kenalan di
mana kota atau perkumpulan yang dikenalnya, maka Coa Sim Ok sampailah di lereng
Bukit Awan. Di sebuah kota kecil di lereng timur. Bersama enam murid yang dibawanya
Coa Sim Ok memasuki rumah makan di pinggir jalan. Setelah makanan terhidang di atas
meja ketujuh orang tersebut segera menyikat habis makanan di meja. Dasar Coa Sim Ok
doyan makan, dia segera memesan tambahan makanan kepada seorang pelayan. Sang
pelayan segera mengambilkan pesanan tersebut.
Pada saat itu dari luar masuklah seorang laki-laki sambil menggandeng anak
perempuan. Anak perempuan tersebut berwajah cantik menarik walaupun masih dalam
usia belasan tahun. Bentuk tubuhnya menonjol di sana-sini, langkahnya ringan dan gesit
dengan goyangan pinggul menarik. Wajahnya yang cantik menarik masih menghiasi
sepasang mata tajam bersinar-sinar lincah, kocak, dan jenaka. Kedua orang ini segera
mencari tempat duduk di sudut yang agak jauh dari pintu masuk. Setelah memesan
makanan pada pelayan, keduanya asyik berbisik-bisik lirih.
Coa Sim Ok yang sedang menanti datangnya tambahan pesanannya, ketika melihat
masuknya dua orang itu sepasang matanya bersinar-sinar dan bibirnya tersenyum-senyum.
Memang sudah menjadi dasar watak Wakil Ketua Naga Terbang ini, tak bisa menahan
nafsu jalangnya apabila melihat wanita cantik. Seperti juga tidak dapat menahan lapar
perutnya yang tidak mengenal puas tersebut.
Bersambung jilid II. e-bukugratis.blogspot.com
27 Jilid II TIDAK dapat disalahkan apabila orang menjadi tertarik melihat benda atau barang
yang cantik menarik. Sudan normal agaknya, lepas dari nafsu yang menguasai hati
masing-masing orang. Kita akui bahwa kita pasti merasa suka dan tertarik apabila melihat
barang bagus atau melihat bunga yang cantik dan harum baunya. Akan tetapi apabila kita
memandang benda tersebut dengan wajar, tidak dimasuki pikiran yang akan membuat
kita terbelenggu oleh dosa yaitu pikiran yang digerakkan oleh Sang Iblis yang
menyodorkan kenikmatan dan kesenangan, duniawi. Di mana Sang Iblis ini mendorongdorong kita untuk melakukan atau membayangkan betapa nikmatnya apabila kita dapat
memiliki atau menikmati barang atau benda tersebut!
Tidak peduli lagi bahwa dia bukanlah kepunyaan kita pribadi, rasa ingin memiliki
dan menikmati dengan segala cara dan upaya yang melanggar aturan pun dibenarkan oleti
pikiran kita yang sudah dikuasai oleh kuasa kegelapan ini sehingga terjadilah hal-hal
yang melanggar tata susila dan ajaran-ajaran agama!
Coa Sim Ok ini pun tidak dapat menguasai nafsu jalangnya. Dia telah diperbudak
oleh nafsu-nafsunya sendiri sehingga menjadi rakus seperti babi atau lebih lagi seperti
Siluman Babi Tie Pat Kai dalam cerita See Yu (Sun Go Kong) itu kera sakti yang
mengawal Pendeta Tong menuju ke Barat untuk mencari kitab. Sepasang matanya
mengawasi segala gerak-gerik kedua orang tersebut, dan dalam benaknya mereka-reka,
mencari jalan agar bisa mendapatkan Si Cantik mungil belasan tahun tersebut.
Enam orang muridnya yang juga tahu akan kesukaan guru gendut ini segera saling
berkedip dan memberi isyarat. Mereka tersenyum kecil tanpa setahu Wakil Ketua Naga
Terbang Coa Sim Ok yang sedang tenggelam dengan angan-angan kenikmatan bersama
anak perempuan belasan tahun tersebut.
Kedua orang tersebut sedang makan hidangan yang dipesan dengan tenang dan
tidak tergesa-gesa. Sama sekali mereka tidak tahu bahwa ada bahaya mengancam mereka.
Hampir saja Si Kakek tersedak ketika tiba-tiba terdengar bentakan kasar di belakangnya.
"Heii, duaan saja nih! Boleh aku ikut duduk di sini?"
Tanpa aturan sama sekali murid Naga Terbang ini menyapa orang yang sama sekali
tak dikenalnya. Memang agaknya murid ini tidak pernah diajar tata kesopanan, kentara
e-bukugratis.blogspot.com
28 dari lagaknya. Mungkin dia adalah murid yang biasa memaksakan kehendaknya kepada
siapa saja dengan mengandalkan pengaruh nama Perkumpulan Naga Terbang. Sedangkan
Wakil Ketua Coa Sim Ok tersebut hanya mendiamkan saja ulah anak buahnya, malahan
tersenyum senang. Sungguh guru yang tidak patut ditiru dan digugu.
"Ohh, maaf, maaf ... kami tidak mengenal Tuan," jawab Si Kakek gagap.
Sedangkan Si Anak hanya melirik seklias, tak acuh sama sekali.
"Ha-ha-ha, Si Tinju Besi namaku. Semua orang di kotaraja mengenal siapa diriku
ini. Ha-ha-ha ... !" Sambil tertawa terbahak-bahak Si Tinju Besi menarik kursi dan tanpa
banyak cakap lagi mendudukinya.
Tanpa menanti dipersilakan lagi!
Akan tetapi terjadilah sesuatu yang lucu.
Ketika Si Tinju Besi menduduki kursinya, tiba-tiba saja kursi tersebut bergeser ke
belakang cepat sekali. Seakan-akan kursi tersebut ditarik tangan yang tidak nampak,
sehingga tanpa dapat dicegah lagi Si Tinju Besi menduduki tempat kosong. Tanpa ampun
tubuhnya terjengkang ke belakang sambil mengeluarkan suara keras.
Brukkkkk ... ! "Aduhhhhh ... !"
Si Tinju Besi menjerit kesakitan. Ketika tangan kanannya meraba-raba pinggulnya,
tangannya memegang duri ikan yang cukup besar. Entah bagaimana sampai ada tulang
ikan dapat mengenai pinggulnya tersebut. Kawan-kawannya malah menertawakan
kejadian tersebut. Merasa lucu dan geli.
Coa Sim Ok sendiri pun tertawa, dia tidak menduga jelek kejadian tadi.
"Eh, hati-hati ... Tuan."
"Hi-hi-hik ... ! Tangannya besi, pinggulnya tahu. Hi-hi-hik ... !" Terdengar suara
merdu nyaring dari arah kanannya. Ternyata anak perempuan itulah yang tertawa.
Dengan wajah kemerahan karena malu Si Tinju Besi bangun berdiri. Sepasang
matanya mencereng menakutkan memandang ke kanan kiri, orang-orang di ruangan
makan menjadi ketakutan ketika bertemu pandang. Mereka yang ketakutan ini tentulah
orang-orang yang tidak biasa bertualang di dunia kang-ouw, mereka ini pastilah para
penduduk atau pedagang biasa di kota tersebut. Si Tinju Besi bertambah marah
mendengar ejekan anak perempuan cantik menarik belasan tahun itu.
e-bukugratis.blogspot.com
29 "Diammm ... !" Bentaknya sambil melotot ke arah dara itu.
Akan tetapi yang dipelototi malahan menahan tawanya sambil menutupi mulut
dengan sebelah tangan. "Keparat!" Si Tinju Besi mengumpat sambil mengayun tangan besinya ke arah
meja. Agaknya Si Tinju Besi ini hendak menunjukkan kebolehannya, dia ingin
menghantam hancur meja di depan anak perempuan dan Si Kakek.
Wuttttt ... ! Pranggggg ... crottttt!! Bukan meja yang hancur kena hantaman tangan besinya, namun mangkok berisi
masakan capjai kuah kecap/tomat. Tanpa ampun lagi kuah kemerahan memercik ke atas
dan sebagian mengenai wajahnya sendiri. Sedangkan yang pecah hanyalah mangkoknya
saja dan bangku itu pun masih utuh.
"Hi-hi-hik ... hi-hi-hik ... !"
"Jangan kurang ajar, Nio-ji!" bentak Kakek itu lirih.
Tan Gin Nio nama anak belasan tahun itu tetap saja tak dapat menahan tawanya,
malahan tangan kanannya menuding-nuding ke arah muka Si Tinju Besi.
Para tamu juga tertawa, walaupun tawa mereka ditahan-tahan atau sambil menutupi
mulutnya dengan tangan agar tak kentara. Akan tetapi teman Si Tinju Besi masih saja
tidak tahu bahwa hal ini sebetulnya bukan kesembronoan rekannya, maka melihat
kejadian tersebut mereka malah tertawa terbahak-bahak. Malah ada teman mereka sampai
tersedak saking tak kuat melihat kejadian lucu tersebut.
Coa Sim Ok kaget. "Tak mungkin ada kejadian demikian kebetulan sampai dua kali," demikian
pikirnya. Maka Coa Sim Ok lalu bangkit berdiri mendekati kedua kakek dan anak
perempuan cantik menarik yang sedang tersenyum-senyum. Bagaikan bola
menggelundung saja tiba-tiba telah berada di dekat Si Tinju Besi.
"Pergilah ... !"
Sekali raih dan menarik tubuh Si Tinju Besi meluncur ke arah kursinya dan jatuh
terduduk dengan pelan. Seakan-akan tubuhnya ditempatkan di kursi duduk oleh tangan
halus tidak terlihat mata. Bagaikan sihir saja layaknya, bagi orang yang tidak tahu akan
ilmu silat! e-bukugratis.blogspot.com
30 Coa Sim Ok mengangkat kedua tangan depan dada sembari memberi hormat.
Wajahnya penuh senyum dan kata-katanya halus ketika dia menyapa Si Kakek yang telah
berdiri di dekat anak perempuan belasan tahun tersebut.
"Maafkan muridku yang tidak melihat Gunung Thai-san menjulang tinggi di depan
mata, Lo-enghiong. Bolehkah aku yang rendah mengenal julukan Lo-enghiong yang
terhormat." "Ahhh, Tuan salah sangka. Aku hanyalah seorang nelayan kecil dari timur, bukan
Lo-enghiong, Lo-enghiong segala. Aku hanya orang biasa saja bukan seorang pendekar."
Akan tetapi Coa Sim Ok tahu bahwa kakek ini bukanlah orang biasa seperti yang
diakuinya tadi. Dia menduga bahwa kakek ini pastilah seorang tokoh kang-ouw angkatan
tua karena dia tidak mengenal ciri-ciri Si Kakek semenjak dia mengelana di kang-ouw.
Apalagi setelah menjabat menjadi Wakil Ketua Perkumpulan Naga Terbang sebetulnya
dia mengenal banyak tokoh angkatan tua, mengenal mereka dari ciri-ciri dan senjata
andalan mereka. "Kenalkan Lo-enghiong, aku Coa Sim Ok Wakil Ketua Perkumpulan Naga
Terbang." Coa Sim Ok mencoba memancing dengan mengenalkan diri sebagai Wakil Ketua
Naga Terbang. Sepasang matanya mengawasi tajam wajah kakek yang mengaku sebagai
nelayan dari timur tersebut. Akan tetapi dia kecele. Ternyata kakek tersebut kaget pun
tidak mendengar bahwa dia adalah Wakil Ketua Naga Terbang. Nama Naga Terbang
sebagai perkumpulan besar di kotaraja telah terkenal di delapan penjuru dunia persilatan,
aneh kalau kakek ini tidak pernah mendengarnya.
"Maaf, maaf, aku orang tua bukanlah orang persilatan sehingga tidak mengenal
nama Tuan yang terhormat. Maafkan Lo-hu yang bodoh," jawab Si Kakek pelan.
"Hi-hi-hi ... Hui-liong (Naga Terbang)! Kek, benarkah ada naga yang dapat
terbang" Menurut dongeng-dongeng yang kudengar naga itu pandai terbang di langit,
kalau orang gagah ini menjadi wakil naga terbang pastilah "dia dapat terbang", ya Kek!"
ucapan dara ini renyah. "Husshhhhh ... ! Kau anak kecil tahu apa! Lihat, Tuan pendekar ini menjadi marah.
Kalau dia benar-benar terbang bagaimana?" bentak Si Kakek sambil tersenyum.
e-bukugratis.blogspot.com
31 Wajah Coa Sim Ok sebentar pucat sebentar merah, tubuhnya menggigil seakanakan demamnya kumat. Sepasang matanya melotot memandang wajah anak perempuan
itu, akan tetapi dia lalu tersenyum hangat begitu pandang matanya melihat betapa
menariknya anak dara tersebut. Ingin ia memperlihatkan ilmu ginkangnya di depan anak
perempuan ini, akan tetapi hatinya merasa ragu. Maka Coa Sim Ok ingin mencoba dahulu
Si Kakek yang mengaku sebagai nelayan dari timur tersebut terlebih dahulu. Maka segera
dia kembali mengangkat kedua tangan menjura ke arah Si Kakek.
"Maafkan kalau kami telah mengganggu makan Lo-enghiong berdua."
Angin dingin menyambar ke arah Si Kakek yang masih tersenyum manis tanpa
bergerak dari tempatnya. Sepasang mata kakek ini memandang geli seakan melihat
kenakalan seorang anak kecil.
Coa Sim Ok kaget tak terkira mendapat kenyataan ini. Pukulan dengan kedua
tangan menjura tadi bukanlah pukulan sembarangan saja. Dia telah mengerahkan seluruh
tenaga lweekangnya untuk menjajal, kalau kakek ini memang tak dapat bersilat sama
sekali tentu dapat terpukul mati oleh hawa pukulan jarak jauhnya ini.
Wirrrrr ... !! "Ahh, tidak usah sungkan, Tuan Coa. Aku orang tua maklum akan hal itu, hanya
saja tolong awasi dia dan jaga jangan membuat malu perkumpulanmu."
"Maaf, maaf." Dengan hati keder Coa Sim Ok mundur kembali ke mejanya. Dalam hati
mengumpat anak muridnya. Akan tetapi dia masih merasa untung tidak dipermalukan di
rumah makan ini depan anak buahnya oleh kakek yang mengaku nelayan dari timur
tersebut. Pada saat itu, dari luar masuklah seorang lelaki setengah baya bertubuh tinggi besar
sambil membawa bungkusan panjang. Kumisnya hitam tebal menambah wajahnya
bertambah tampan dan simpatik. Sepasang matanya mencorong seperti mata seekor
harimau, berwibawa dan berpengaruh, langkahnya mantap. Begitu memasuki rumah dan
menyapukan pandang ke seluruh ruangan, lelaki ini tersenyum lebar ketika melihat kakek
dan anak perempuan di sudut dalam.
"Ahh, angin apa yang membuat Nelayan Pantai Timur sampai terbang ke tempat
ini?" Begitu dekat dia menyapa Si Kakek.
e-bukugratis.blogspot.com
32 "He-he-he-he, angin baik, angin baik ... ! Mari silakan duduk."
"Terima kasih."
Setelah menjawab, orang tinggi besar dengan kumis hitam tersebut yang bukan lain
adalah Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie duduk. Sepasang matanya bersinar ketika
mengawasi dara belasan tahun di samping kanannya.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha-ha-ha, dia adalah muridku yang nakal. Tan Gin Nio namanya, ha-ha-ha."
Setelah itu dia lalu memberi tahu kepada anak perempuan itu siapa sebenarnya lelaki
gagah tersebut. "Nio, di depanmu ini bukan orang sembarangan. Dia sahabat Kakekmu,
namanya telah menggetarkan delapan penjuru dunia persilatan sebagai seorang pendekar.
Namanya Liok- Ing Gie dan mendapat poyokan di kang-ouw sebagai Pendekar Golok
Terbang." Tan Gin Nio berdiri sambil memberi hormat. Lalu dara ini pun duduk kembali dan
memandang Pendekar Golok Terbang penuh perhatian.
Di lain pihak, Coa Sim Ok dan anak buahnya begitu mendengar ucapan Si Kakek
yang cukup keras tadi segera saling pandang.
Coa Sim Ok menoleh, memandang Liok Ing Gie penuh perhatian. Lalu katanya.
"Cepat tinggalkan tempat ini."
Tanpa banyak omong lagi segera ketujuh orang itu meninggalkan rumah makan
tersebut setelah membayar harga makanan. Sesekali Wakil Ketua Naga Terbang ini
menoleh ke arah Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie. Tanpa dirasakannya bahwa sorot
matanya mengandung seribu bahasa.
"Sebetulnya aku sampai di sini ini karena mendengar berita yang tersiar di kangouw. Apakah benar bahwa ada orang berani menyatroni Perkumpulan Naga Terbang"
Apakah yang dicari orang itu?" Nelayan Pantai Timur bertanya. Sepasang matanya
mengawasi tajam. "Ahh, sebenarnya memang terjadi hal tersebut. Kebetulan sekali aku sedang berada
di kotaraja saat kejadian tersebut sehingga sedikit banyak aku juga mengetahui," jawab
Liok Ing Gie kalem. Wajahnya tak berubah sedikit pun. Walaupun dalam hati pendekar
ini merasa terkejut juga akan berita ini, sungguh cepat sekali berita ini tersiar di rimba
persilatan (bu-lim). e-bukugratis.blogspot.com
33 "He-he-he, apakah Gie-te merahasiakan sesuatu kepadaku" Ah, kalau tidak salah
dugaanku, pasti ada sesuatu sehingga Wakil Ketua Naga Terbang bersama dengan anak
buahnya keluar sendiri di kang-ouw. Apakah Gie-te tidak mengenal laki-laki gendut
pendek Wakil Ketua Naga Terbang yang baru saja keluar tadi?"
"Wakil Ketua Naga Terbang" Wakil yang mana?"
Tanpa terasa pendekar ini menengok ke belakang mencari-cari.
"He-he-he, benar dugaanku. Agaknya kalau tidak salah ... !" Ucapannya terpotong
ketika melihak Liok Ing Gie bangkit, dari tempat duduknya.
Setelah bangkit, Liok Ing Gie segera berkata. "Maafkan aku, Toako. Aku
mempunyai urusan penting yang harus segera kubereskan."
Setelah berkata demikian segera pendekar ini pergi setelah menjura kepada Nelayan
Pantai Timur, dia pergi tanpa menanti jawaban lagi.
Begitu tiba di pintu rumah makan, sepasang matanya mengawasi segala arah dan
menyelidik. Akan tetapi tak nampak sesuatu yang mencurigakan sama sekali sehingga
dengan cepat Liok Ing Gie segera menuju ke timur. Langkahnya cepat seakan-akan takut
kalau-kalau apa yang diduganya menjadi kenyataan.
Tak berapa jauh di dalam rumah makan di seberang jalan, Coa Sim Ok bersamasama dengan keenam anak buahnya mengawasi tingkah polah Pendekar Golok Terbang
penuh perhatian. Begitu melihat pendekar itu keluar kota melalui jalan timur, segera
ketujuh orang itu keluar dari rumah makan. Tanpa banyak cakap lagi lalu menaiki
kudanya dan membalap mendahului pendekar yang dicurigai sebagai pencuri di
Perkumpulan Naga Terbang dan mencuri buku pusaka.
"Kita cegat di luar hutan sana!" perintah Coa Sim Ok pada anak
buahnya. "Hiyaaaaa ... !"
"Her-yaaaakkkkk !"
Tar-tar-tar ... !! "Minggir-minggir!!"
Teriakan dan ledakan cambuk mengagetkan para pejalan kaki. Membuat mereka
cepat-cepat menghindar ke pinggir ketika melihat tujuh ekor kuda saling balap bagai
dikejar setan. Mereka menepi sambil menyumpah serapah ketujuh orang tersebut. Ketika
tiba di kelokan jalan, tiba-tiba dari depan sebuah toko makanan ternak keluar seorang
e-bukugratis.blogspot.com
34 laki-laki tua sambil memanggul sekarung dedak makanan ternak. Orang tersebut telah
tiba tepat di tengah jalan tatkala tujuh ekor kuda itu datang dengan kecepatan kilat.
Sebuah tabrakan maut pasti terjadi!
"Gilaaa ... !" Belum hilang gemanya tiba-tiba terlihatlah sesosok bayangan meluncur melebihi
kecepatan larinya kuda. Orang-orang di pinggir jalan sama menjerit melihat kejadian tadi. Akan tetapi
ketika ketujuh ekor kuda itu lewat, ternyata tidak terdengar jerit kematian orang tua yang
memanggul karung tadi. Mereka terbelalak memandang. Akan tetapi, setelah debu tebal
akibat lari kuda tadi menipis ternyata bahwa tak ada seorang pun tertabrak kuda!
"Eh, kemana Kakek A-sam tadi?" tanya penjual kue kepada penjual bakpao di
sampingnya. "Seeeee ... tannnnn ... !" jawab penjual bak-pao gagap.
Mengira bahwa yang berjalan tadi tentu bukan A-sam, akan tetapi bayangan setan
yang menyamar sebagai A-sam.
"Setan, gundulmu! Tadi Si Arsam yang berjalan, bukan setan. Aku tadi ketemu dari
dalam toko itu." umpat penjual kue kesal.
"Tapi ... tapi ... kalau bukan seeee ... tannn ... mana dia sekarang" Aku merasa pasti
bahwa tadi setan menyamar." Penjual bakpao ini tetap ngotot pada pendiriannya.
"Goblok! Mana ada setan keluyuran di siang bolong! Jangan ngawur kau."
Keduanya malah saling bersitegang sendiri. Orang-orang malahan menonton kedua
penjual kue dan penjual bakpao ini. Di tengah-tengah ribut-ribut ini, A-sam berjalan
mendekati tempat tersebut dan berusaha melihat dekat. Akan tetapi segera saja ia
menegur keduanya. "A-piao. A-kui, apa yang kalian ributkan ini. Sesama tetangga saling bertengkar
tidak baik," katanya keras sambil maju melerai.
Melihat siapa yang melerai, keduanya saling pandang.
"A-sam ... " Benarkah ini A-sam?" teriak penjual bakpao keras.
"Ah, kau selamat A-sam. Bagaimana ini" Apakah kau tidak apa-apa?" penjual kue
yang bernama A-kui pun tak mau ketinggalan menegur.
e-bukugratis.blogspot.com
35 "Sebenarnya apakah yang kalian ributkan ini" Siang-siang bertengkar di pinggir
jalan." tanya A-sam.
A-kui dan A-piao saling pandang dan tanpa terasa lagi keduanya lalu saling tertawa
terbahak-bahak sehingga membuat orang-orang yang menonton bertambah keheranan
melihat ulah mereka. "Kami ribut karena dirimu, A-sam." Hampir berbareng keduanya menyahut.
"Karena diriku?" A-sam sekarang menjadi kaget mendengar ucapan ini.
"Ya!" jawab keduanya berbareng.
"Kenapa?" "Benarkah tadi kau yang berjalan di tengah jalan tadi" Bukan setan yang menyamar
dirimu?" A-piao bertanya ragu-ragu.
"Kalian anggap siapa lagi" Apa ada setan berjalan siang hari, gila ... !" jawab Asam cepat. "Apakah kau ngelindur, Piao?"
"Tidak!" "Nah, benar kataku tadi bukan. Yang berjalan di jalan sambil memanggul karung
tadi adalah A-sam." tukas A-kui.
"Iya ... iya, aku percaya sekarang. Akan tetapi bagaimana A-sam sampai tidak
ketabrak kuda-kuda itu, ya?" A-piao bertanya sambil sepasang matanya memandang ke
arah jalan dan ke arah A-sam berganti-ganti.
Agaknya penjual bakpao ini masih merasa sangsi bahwa A-sam di depannya ini
sebetulnya bukan A-sam yang tadi berjalan di tengah jalan yang hampir ketabrak kuda.
"Ooo ... itu. Entah bagaimana aku sendiri tidak tahu. Ketika tiba di tengah jalan tadi,
aku begitu terkejut ketika melihat ketujuh ekor kuda dibalapkan seperti dikejar setan yang
hampir menubrukku. Aku tak dapat bergerak saking takut dan kagetku. Akan tetapi entah
dari mana tiba-tiba tubuhku dibawa terbang menuju ke pinggir jalan. Hanya terasa angin
menyambar dan tahu-tahu aku telah berada aman di pinggir jalan. Dan seorang laki-laki
gagah tinggi besar berkumis tebal yang tangan kirinya membawa bungkusan panjang
berada di sampingku," katanya lirih.
Melihat kedua orang temannya terbelalak seakan-akan tidak percaya, A-sam segera
menyambung. e-bukugratis.blogspot.com
36 "Laki-laki tersebut tidak meninggalkan nama hanya menyuruh aku segera pergi ke
sini sebab mendengar kalian bertengkar!"
"Uwaahh ... aneh!" gerutu A-piao. "Apakah ... apakah yang menolongmu tadi betulbetul manusia?"
"Tentu saja manusia!" A-sam menjawab cepat. "Kau kira siapa?"
"Seee ... tannnnn ... !!" jawab A-piao sambil memandang ke kanan kiri.
Akan tetapi, jalan itu telah menjadi sepi. Tak ada lagi yang menonton mereka
sehingga hanya mereka bertiga yang berada di tempat itu.
"Dasar tahayul! Penakut ... !" ejek A-kui penjual kue di dekatnya.
Ketika A-sam menoleh, ternyata penolongnya telah tiada nampak lagi. Maka
mendengar omongan A-piao ini dia pun menjadi ragu-ragu dan bingung. Kalau manusia
bagaimana cepat fnenghilang dari hadapannya"
Akan tetapi kalau bukan manusia, tadi ketika dia dipondong dia merasa bahwa
penolongnya itu manusia dari darah dan daging. Maka ketiga orang ini lalu saling
pandang tak dapat menjawab teka-teki tersebut.
Tiba-tiba A-piao menjatuhkan diri berlutut dan menyembah-nyembah ke tengah
jalan, mulutnya tak hentinya mengoceh menyebut segala dewa! Kedua orang temannya
segera terbawa oleh ulah penjual bak-pao ini, mereka juga menjatuhkan diri di pinggir
jalan sambil menyebut nama Buddha yang mulia.
Benarkah yang berkelebat tadi bukan manusia seperti anggapan ketiga orang tadi"
Sebenarnya tidaklah demikian.
Bayangan tadi adalah bayangan seorang pendekar yang namanya sudah
menggetarkan di seluruh delapan penjuru rimba persilatan. Orang itu bukan lain adalah
Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie. Hanya secara kebetulan saja pendekar ini tiba di
tempat tersebut dan melihat kejadian itu sehingga dapat menolong tepat pada waktunya.
"Gila ... ! Benar-benar tak tahu aturan! Siapakah ketujuh orang itu?" umpatnya
dalam hati. "Awas kalian kalau bertemu denganku!" ancamnya.
Setelah dapat menyelamatkan penyeberang tadi, segera pendekar ini berkelebat
lenyap dari tempat kejadian. Tak mau dirinya disanjung dan dipuji oleh orang-orang yang
tak tahu apa-apa tersebut. Begitu tiba di luar kota segera Liok Ing Gie mengembangkan
ilmu meringankan tubuhnya sehingga sebentar saja tubuhnya mencapai beberapa tombak.
e-bukugratis.blogspot.com
37 Akan tetapi setelah beberapa lamanya dia berlarian seperti terbang, ketika hampir
mencapai kaki Bukit Awan di mana terdapat hutan lebat, tiba-tiba Liok Ing Gie
menghentikan larinya. Tujuh orang bersenjata telanjang telah mencegat jalan larinya. Salah seorang
bertubuh gemuk pendek dan bersenjatakan golok besar, sedangkan keenam lainnya
bersenjata golok tipis dan tiga orang bersenjata pedang. Wajah mereka nampak angker
dan penuh permusuhan, serta pandang mata mereka seakan-akan ingin menelan hiduphidup.
"Siapakah kalian ini" Mengapa menghalangi jalan" Apa maksud kalian
sebenarnya?" tanya Pendekar Golok Terbang kalem.
"Ha-ha-ha ... walaupun kau lari ke ujung bumi sekalipun, aku tetap, akan
mencarimu. Ha-ha-ha ... !" Coa Sim Ok Wakil Ketua Naga Terbang menjawab. "Hayo
cepat serahkan kitab yang kau curi!"
"Kitab" Kitab apakah" Kalau kau menghendaki kitab ini ada Su-si Ngo Keng."
Sambil berkata demikian tangan Liong Ing Gie bergerak merogoh saku dalam bajunya.
"Tahannnnn!" bentak Coa Sim Ok menggeledek.
Liong Ing Gie menahan jari tangannya. Lalu sepasang matanya mengawasi Si
Gemuk penuh perhatian. "Ah, tak salah lagi." bisik hatinya.
"Jangan pura-pura geblek, Pendekar Golok Terbang! Apakah kau ingin segera
menyusul rekanmu Si Kutu Buku Li Ceng Ong" Ha-ha-ha ... cepat keluarkan kitab yang
kau curi itu! Jangan sampai menanti aku hilang sabar!"
"Apa maksudmu?" Liok Ing Gie masih pura-pura tidak mengerti apa kehendak dari
pencegatnya ini. Walaupun dalam hatinya kemarahan telah menyesak dada. Hemm, jadi
inilah pembunuh-pembunuh itu, kebetulan sekali kalau begitu, pikirnya.
"Bangsat pengecut! Temanmu Si Tua Bangka itu telah mengaku kepadaku."
pancing Coa Sim Ok Wakil Ketua Naga Terbang ini. "Maka tidak perlu kau main
sandiwara di depanku. Cepat serahkan kitab yang kauambil!"
"Ha-ha-ha ... ! Jadi ... kalianlah pembunuh sadis di rumah Li Ceng Ong" Jangan
keburu girang dahulu, kawan. Lebih baik kalian memperkenalkan diri terlebih dahulu
e-bukugratis.blogspot.com
38 sebelum kalian menggelinding dan kepala kubuat sembahyangan. Ha-ha-ha ... !" ejek
Liok Ing Gie. Melihat lagak Pendekar Golok Terbang ini salah seorang anak buah Naga Terbang
tidak dapat menahan marahnya lagi. Sambil berteriak nyaring dia menerjang ke depan
dengan babatan goloknya. "Mampuslah kau keparat ... !"
Wuttttt ... crakkkkk ... !
Sebuah kepala menggelinding pergi. Ternyata kepala anak buah Naga Terbang yang
sembrono tadi. Pendekar Golok Terbang hanya menggeser kakinya mengelak dari
babatan golok dan membarengi tangan kirinya diulur mencengkeram tangan kanan anak
buah Naga Terbang dan membalikkan senjatanya ke arah kepala pemegangnya sendiri.
"Keparat ... !" Terdengar teriakan beruntun.
Dan lima buah senjata menghujani Pendekar Golok Terbang. Dengan gesit dan
lincah, Liok Ing Gie berkelebatan di bawah hujan senjata tersebut. Tubuhnya seakan
berubah menjadi bayangan dan menyelinap di bawah sinar berkeredepan senjata yang
mencari nyawa. Akan tetapi begitu tangan kanan kirinya bergerak membalas, dalam
beberapa jurus saja berjatuhanlah tubuh tanpa kepala di jalan tepi hutan tersebut. Coa Sim
Ok yang melihat kejadian ini, sepasang matanya terbelalak seakan tak percaya pada
pandang matanya sendiri. Akan tetapi setelah anak buahnya tumbang semua, barulah dia
tersadar. "Tahan ... !!" bentaknya lantang.
"Ha-ha-ha ... bagaimana sekarang?" Liok Ing Gie mengejek.
"Keparat laknat! Aku Coa Sim Ok takkan melupakan kejadian hari ini. Tunggulah
saja pembalasanku Liok Ing Gie!"
Begitu habis kata-katanya tubuhnya yang gemuk telah melesat ke dalam hutan. Liok
Ing Gie yang tidak menyangka sama sekali bahwa Wakil Ketua Naga Terbang akan
memiliki nyali sepengecut itu menjadi terlambat. Ketika tubuhnya menyusul bola yang
menggelundung tadi, ternyata Coa Sim Ok telah hilang di kerimbunan hutan dan keadaan
hutan yang mulai dirambah gelap menambah kesukaran dalam mencari jejak pengecut
tadi! "Sialan! Sungguh pengecut tak berani bertanggung jawab!" umpatnya.
e-bukugratis.blogspot.com
39 Setelah beberapa lama mencari tidak ketemu, akhirnya Liok Ing Gie meneruskan
perjalanannya mendaki Bukit Awan. Walaupun malam telah melingkupi bumi pendekar
ini tanpa kesukaran sama sekali dapat mendaki bukit tersebut.
Ketika tiba di depan pondok di puncak Bukit Awan, seorang pemuda tampan
menyongsongnya. "Suhu sudah pulang. Bagaimana Suhu" Apakah keadaan Ayah baik-baik saja?"
Liok Ing Gie tersenyum masam. Sepasang matanya memandang sayu ke arah
pemuda tegap dan berwajah tampan di depannya. Untung bahwa malam tiada rembulan
sehingga tidak begitu kentara mimik wajahnya.
"Marilah masuk ke pondok dahulu, Cu Liong. Apakah pantas kau berkata seperti
ini." ajak Liok Ing Gie lirih.
"Ohh, maafkan Cu Liong, Suhu."
"Tak apa, tidak apa. Aku maklum akan rasa rindumu terhadap Ayahmu itu. Nanti
kuterangkan segala sesuatu yang ingin kau ketahui."
"Terima kasih, Suhu."
Li Cu Liong mengikuti gurunya menuju ke pondok. Keduanya berjalan tanpa
banyak bicara. Begitu telah memasuki pondok, Cu Liong segera berkata, "Suhu, air hangat masih
tersedia. Silakan, kalau Suhu ingin mandi dahulu. Murid akan memanaskan masakan."
"Hemmm," Pendekar Golok Terbang hanya mengeluarkan dengusan pendek.
Begitu Liok Ing Gie selesai mandi dan berganti pakaian, langsung dia memasuki
ruangan tengah pondok, tercium bau sedap masakan. Ternyata di atas meja telah
terhidang berbagai masakan buatan muridnya!
"Silakan Suhu."
"Ayoh Cu Liong, temani Suhumu makan."
"Terima kasih, Suhu."
Setelah keduanya selesai makan, Liok Ing Gie menuju keluar pondok. Sedangkan
Li Cu Liong membereskan piring mangkok dan kemudian setelah selesai dia menyusul
gurunya. Di tepi jurang di belakang pondok, Liok Ing Gie berdiri dengan kepala
menengadah memandang angkasa nan penuh bintang. Tidak merasakan hawa dingin di
malam tersebut. e-bukugratis.blogspot.com
40

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suhu ... !" Liok Ing Gie seakan ditarik dari dunia luar ketika mendengar sapaan muridnya ini.
Pelan-pelan dia menoleh mengawasi wajah muridnya yang sangat disayangnya ini.
Setelah menghela napas panjang berkali-kali barulah dia berkata.
"Liong, kuharap kau tabah menerima berita ini." Liok Ing Gie tak melanjutkan
ucapannya. "Apakah ini menyangkut ayah, Suhu?"
Setelah dapat menenangkan hatinya Liok Ing Gie lalu menceritakan semua
peristiwa semenjak dia datang di rumah Li Ceng Ong ayah muridnya ini. Sedangkan Li
Cu Liong mendengarkan dengan penuh perhatian. Akan tetapi ketika mendengar bahwa
seluruh isi rumah, baik Ayahnya dan para pelayan telah ditumpas habis tanpa terasa lagi
Cu Liong terduduk lesu. Seakan-akan tulang-tulang dilolosi dari tubuhnya.
"Semua ini karena permintaan Ayahmu. Dia meminta agar aku menyelamatkan
Golok Pusaka tersebut. Tidak peduli bagaimana pun caranya dan dengan jalan bagaimana.
Ini semua karena perintah dari guru ayahmu sebelum dia meninggalkan Ayahmu."
Liok Ing Gie berhenti sejenak untuk menarik napas ketika teringat kepada keluarga
muridnya yang terbasmi. "Entah bagaimana, ternyata Wakil Ketua Naga Terbang bisa tahu bahwa ini semua
adalah perintah Ayahmu."
"Keparat! Tunggu saja pembalasanku ... !" Teriak Cu Liong keras.
Suaranya memecah keheningan malam setelah gurunya berdiam diri.
"Sebetulnya aku telah berjumpa dengan keparat itu di bawah gunung ini. Sayang Si
Pengecut itu dapat meloloskan diri ... sayang ... !"
"Suhu ... biarlah murid sendiri yang akan membereskan durjana itu untuk
membalaskan dendam Ayah!" Ucapan ini terdengar tegas.
Cu Liong meremas-remas jari tangannya. Sepasang matanya mencorong penuh
dendam. "Baik! Akan kuturunkan ilmu andalanku kepadamu sekarang. Dan, pula aku dapat
mengambil kitab kuning tak bernama dari dalam kamar perpustakaan tersebut. Entah
buku apa itu, aku belum sempat untuk menelitinya."
e-bukugratis.blogspot.com
41 Setelah berkata demikian Liok Ing Gie mengajak muridnya memasuki pondok. Di
bawah sinar penerangan api di sudut ruangan, Pendekar Golok Terbang melolos sebuah
benda panjang dari dalam buntalannya. Ternyata benda tersebut adalah sebuah senjata
yang panjangnya sekitar sedepa. Begitu gagang ditarik, sinar kehijauan berkeredep
menyilaukan mata menyorot keluar dari sarung golok.
"Uhhh, senjata pusaka yang ampuh. Inilah Pusaka Golok Naga `Terbang! Senjata
pusaka yang menjadi tanda kekuasaan Perkumpulan Naga Terbang!" kata Liok Ing Gie
kagum ketika meneliti golok tersebut.
Setelah keduanya meneliti, lalu golok pusaka itu pun dimasukkan ke dalam
sarungnya kembali dan sinar kehijauan pun lenyap dari kamar. Liok Ing Gie lalu
mengeluarkan kitab kuning tak bersampul. Ketika pendekar ini membuka-buka lembaran
kitab, wajahnya berubah dan sepasang matanya terbelalak,seakan-akan tidak percaya
akan apa yang dilihatnya.
"Kitab apakah itu, Suhu?" tanya Cu Li-ong ketika melihat gurunya merandek ketika
membuka lembaran-lembaran kitab tadi.
"Haaa ... ahh, inilah kitab pusaka yang langka! Kitab yang menjadi rebutan
semenjak ribuan tahun lalu. Sayang sekali sampulnya telah hilang, kalau tidak salah,
menurut dongeng turun temurun kitab ini bernama Kitab Menjala Langit. Siapa pembuat
kitab ini aku sendiri pun tidak tahu." Liok Ing Gie wajahnya bercahaya dan sepasang
matanya berbinar-binar. "Kalau kau dapat mempelajari isinya, Liong, kau akan menjadi
seorang pendekar pilih tanding di jaman sekarang ini."
"Mohon petunjuk, Suhu."
"Tentu ... tentu saja. Baiklah mulai besok kita berdua mencoba mempelajarinya."
Setelah berkata demikian Liok Ing Gie menyerahkan kitab tersebut pada muridnya.
"Simpanlah, Liong!"
Li Cu Liong menerima kitab dan golok pusaka tersebut dengan kedua tangan
gemetar, hati pemuda ini penuh keharuan akan kecintaan gurunya terhadap dirinya.
Keduanya lalu menuju ke peraduan masing-masing.
--o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
42 Halimun tebal yang memenuhi puncak Bukit Awan berwarna kemerahan dan
nampak pelangi di atas bukit. Pemandangan ini sangatlah indah dipandang dari atas
puncak. Awan-awan berarak di bawah puncak sehingga apabila kita berada di atas
puncak maka kita seakan-akan berada di dunia lain. Lebih tepat lagi berada di istana atas
angin. Awan yang menyelimuti puncak Bukit Awan sangatlah tebal, memantulkan
cahaya merah kekuningan dari matahari yang siap masuk ke peraduannya. Bias pelangi
nampak di sana-sini, dengan warna-warni demikian indahnya.
Di dekat jurang di belakang pondok Pendekar Golok Terbang, dua bayangan
berkelebatan saling serang demikian cepatnya. Seakan-akan hampir jarang sekali kedua
kaki keduanya menginjak tanah berbatu, diseling teriakan-teriakan nyaring. Saling kejar
dan saling libat, sesekali terdengar dencing suara senjata beradu disusul muncratnya
bunga api. Siapakah kedua bayangan tersebut"
Mereka bukan lain adalah penghuni puncak Bukit Awan. Pendekar Golok Terbang
Liok Ing Gie bersama muridnya : Li Cu Liong.
Telah lebih dari sebulan Cu Liong dilatih gurunya di puncak tersebut. Seluruh ilmu
kepandaian seakan-akan ingin dipindahkan guru itu kepada murid tunggalnya ini. Liok
Ing Gie mendesak muridnya untuk belajar siang malam. Sehingga dalam tempo sebulan
itu kepandaian Cu Liong menjadi berlipat ganda lihainya. Isi kitab belum sempat
dipelajari keduanya. Mereka lebih mementingkan Ilmu Golok Terbang andalan Pendekar
Golok Terbang Liok Ing Gie dikuasai secara matang terlebih dahulu sehingga nanti kalau
mempelajari isi kitab, Cu Liong sudah memiliki dasar cukup lumayan.
"Awas ... ! Gunakan kegesitanmu, Cu Liong." seru Liok Ing Gie sambil
meluncurkan goloknya, dan golok itu pun terbang dengan kecepatan kilat sambil berputar.
Serangan dari jarak dekat ini jarang sekali dapat dihindarkan oleh lawan yang bagaimana
lihai pun. Karena sungguh di luar dugaan.
Sihggggg ... ! Tranggggg ... ! Singggg ... !
Cu Liong meloncat tinggi beberapa tombak di udara dan membuat putaran beberapa
kali. Begitu golok terbang berputar balik, Cu Liong menggerakkan senjata di tangan
kanannya menepis. Sehingga golok tersebut menyeleweng. Akan tetapi pemuda ini
e-bukugratis.blogspot.com
43 agaknya masih memandang ringan kelihaian golok terbang gurunya, setelah
mengeluarkan suara keras goloknya patah ketika tepat menangkis golok berputar tadi.
Liok Ing Gie menarik tali hitam di tangan dan mencela muridnya.
"Jangan kau pandang ringan golok yang sedang terbang, Liong. Seluruh tenaga
putaran itu menjadi berlipat ketika membalik, sehingga hanya dengan tali ini aku dapat
menguasai terbangnya."
"Maafkan murid, Suhu."
"Kau mendapat kemajuan lumayan dalam tempo sebulan ini, Liong. Hanya tenaga
dalammu masih jauh dari sempurna. Apabila kau dapat memiliki lweekang dua tingkat
dari sekarang kukira ilmumu yang telah berada di atasku," puji Liok Ing Gie. Pendekar
ini merasa senang dan bangga akan kemajuan muridnya dalam tempo sebulan ini.
Keduanya lalu kembali memasuki pondok. Matahari telah lenyap di balik bukit
sehingga pelan-pelan kegelapan merambah menggantikannya. Satu dua bintang telah
muncul menggantikan sang surya. Hawa di puncak semakin dingin sampai terasa
menyusup ke dalam tulang.
Sebuah bayangan abu-abu berkelebatan dari bawah puncak. Bagaikan bayangan
setan pencabut nyawa meluncur cepat sekali dan demikian mudahnya bayangan itu
melompati jurang-jurang membentang di bawah bukit. Tanpa menimbulkan suara sama
sekali kedua kaki bayangan abu-abu akhirnya berhenti di dekat pondok.
Dua orang di dalam pondok sama sekali tidak mendengar gerakan orang yang baru
datang ini. Menandakan bahwa orang berpakaian abu-abu ini memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi sekali. Mungkin jauh di atas Pendekar Golok Terbang dan muridnya.
"Ha-ha-ha ... ! Liok Ing Gie, pencuri busuk, hayo serahkan nyawamu!"
Dapat dibayangkan betapa kagetnya guru dan murid yang sedang berbincang di
dalam pondok tersebut. Akan tetapi, sebagai seorang pendekar yang sudah kawakan Liok
Ing Gie dapat menguasai dirinya. Dia tahu bahwa lawan di luar tak boleh dibuat gegabah,
dia saling pandang dengan muridnya Gu Liong.
"Liong, kuharap kau jangan keluar. Biar aku saja yang menanyakan apa maksud
kedatangannya ini." pesannya lirih.
"Tapi, Suhu ... "
e-bukugratis.blogspot.com
44 "Tidak ada tapi. Selamatkan saja kedua pusaka itu, jangan sampai jatuh di tangan
orang jahat!" Liok Ing Gie memerintah. "Jangan membantah Liong!" katanya kemudian
karena melihat keraguan muridnya.
"Murid mentaati perintah."
"Bagus. Apa pun yang terjadi jangan kau keluar. Kau harus melarikan diri dan
menyempurnakan ilmu-ilmu di dalam kitab itu sebelum membalas ... "
"Bangsat Liok Ing Gie, kalau kau tidak keluar akan kuhancurkan pondok bututmu!"
Bentakan ini memotong ucapan Liok Ing Gie pada Cu Liong.
"Cepat, kalau terlambat bahaya."
Liok Ing Gie mendesak muridnya.
Pendekar ini lalu memadamkan lampu satu-satunya dalam kamar. Setelah mencabut
golok andalannya lalu keluar melalui pintu depan. Sepasang mata pendekar ini
mencorong tajam ketika mengawasi orang berpakaian abu-abu dan berambut putih riapriapan yang berdiri di pelataran pondok. Tangan kanan pendeta ini memegang sebuah
tongkat kehitaman berkelak-kelok seperti tubuh ular. Sepasang mata pendeta tua tersebut
mencorong tajam seakan-akan mengeluarkan sinar api ketika menatapnya.
"Siapakah Totiang ini dan mau apakah malam-malam teriak-teriak tidak karuan di
rumah orang. Kalau mau meminta sedekah besok kan masih ada waktu," ejeknya. Liok
Ing Gie berbuat demikian ini untuk membesarkan hati sendiri.
Wajah Sim Tok Tojin berubah kemerahan karena marah mendengar ejekan tersebut.
"Bangsat! Keparat lancang! Aku datang bukan mengemis, akan tetapi akan
mencabut nyawamu yang tidak berharga, tahu! Mungkin pinto dapat mengampuni nyawa
anjingmu itu kalau kau menyerahkan kitab yang kau curi! Ha-ha-ha-heh-heh-heh ... !!"
"Tosu bau! Sebutkan namamu sebelum kepalamu menggelinding terkena Golok
Terbangku!" bentak Liok Ing Gie tak kalah galaknya.
"Heh-heh-heh, baik. Kau dapat melaporkan kepada penjaga neraka siapa yang telah
mengirimmu ke sana. Dengarlah baik-baik, jangan salah melapor nantinya. Aku
pelindung Naga Terbang dan orang-orang memanggilku Sim Tok Tojin!"
Liok Ing Gie tercekat juga hatinya mendengar nama ini.
"Wah, ternyata pendeta gadungan ini murid termuda dari Ketua lama Naga Terbang
yang juga menjadi guru dari Li Ceng Ong. Gawat ... !" katanya dalam hati.
e-bukugratis.blogspot.com
45 Liok Ing Gie memasang kuda-kuda pembukaan Ilmu Golok Terbangnya. Kedua
ujung kakinya berdiri di atas tanah, tumitnya diangkat ke atas sedikit. Kuda-kuda ini
membuat gerakan pendekar ini.menjadi gesit luar biasa dan dia pun menyalurkan seluruh
tenaga lweekang ke tangan.
Melihat pembukaan ini, Sim Tok Tojin hanya ganda tawa saja tanpa mempedulikan
keadaan lawannya, pendeta ini melangkah maju ke depan sambil mengayun tangan
kanannya. Wuuttttt ... ! Wuttttt-wuuttttt ... !!
Tiga kali serangan tongkat hitamnya dapat dielakkan dengan manis oleh Liok Ing
Gie. Akan tetapi tangan kiri tosu ini tak tinggal diam begitu saja, membantu dengan
serangan pukulan jarak jauh yang membawa angin panas bagaikan ada api besar datang
melanda. Liok Ing Gie menjadi kerepotan juga mendapat serangan bertubi ini, cepat ia
menggerakkan senjatanya untuk membendung serangan lawan.
Tranggggg ... ! "Ahhhhh ... !!" Liok Ing Gie menjerit kaget ketika goloknya menangkis toya dan
terpental kembali ke belakang. Tubuhnya terhuyung-huyung saking kuatnya ayunan toya
hitam ditangan lawan. "Gila ... tenaga dalam pendeta tua itu sungguh luar biasa!" umpatnya dalam hati.
Akan tetapi tanpa keder sedikit pun Liok Ing Gie mengambil inisiatip menyerang
terlebih dahulu. Goloknya diputar-putar di udara menderu-deru suaranya bagai sebuah
baling-baling kapal udara siap untuk meninggalkan landasan. Semakin lama semakin
cepat sehingga hanya nampak selarik sinar berputar cepat.
"Hiaaattttt ... ! Mampuslah!"
Golok pun menyambar tosu berjubah abu-abu dengan kecepatan kilat.
"Heh-heh-heh, keluarkan seluruh kebisaanmu, bangsat kecil!" ejek Sim Tok Tojin
sambil melejit ke samping. Begitu sinar golok lewat, Sim Tok Tojin meluncur maju
dengan tongkat menotok dada lawan.
"Mampuslah kau pencuri kecil!"
"Haittt ... !" Tranggggg ... !! e-bukugratis.blogspot.com
46 Golok Terbang pendekar ini kembali terpental ketika ditangkis toya hitam. Walau
pun serangan ini diluar dugaan sama sekali. Karena golok yang tadi luput itu ternyata
dapat berputar dari belakang menyerang belakang tubuh Sim Tok Tojin. Tosu tersebut
segera menahan serangannya dan menangkis ke belakang.
Liok Ing Gie melesat jauh ke belakang. Pendekar ini segera mengatur jalan
pernapasannya yang memburu ketika beberapa kali goloknya kena ditangkis lawan.
Sedangkan Sim Tok Tojin menjadi bertambah marah ketika menyerang lebih dari sepuluh
jurus belum juga dapat mengalahkan lawannya. Pendeta ini lalu mengeluarkan teriakan
lengking tinggi, semakin lama lengkingan lawan tersebut semakin meninggi.
Liok Ing Gie menjadi pucat wajahnya ketika kedua daun telinganya tidak kuat
menahan serangan lengking lawan. Jantung dalam dada Liok Ing Gie bagai meloncatloncat ingin ke luar dari mulut pendekat ini. Belum juga Pendekar Golok Terbang dapat
menguasai dirinya tiba-tiba ia melihat sesosok bayangan abu-abu meluncur ke depan.
"Celaka ... !!" Teriaknya sambil membuang tubuh ke belakang dan bergulingan di
atas tanah beberapa kali.
"Mampuslah ... !" seru Sim Tok Tojin sambil menyusuli totokan-totokan ke arah
kepala Liong Ing Gie. Tuk! Tukk!! Takk! Tranggg ... !!
Tiga kali tongkat berwarna hitam tersebut menghantam tanah keras dan batu-batu
pun hancur, memercik ke sana-sini. Akan tetapi totokan yang keempat kalinya hampir
saja mengenai kepala Liok Ing Gie. Untung bahwa Pendekar Golok Terbang ini masih
Pedang Awan Merah 4 Pedang Bayangan Dan Panji Sakti Huan Jian Ling Qi Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen My Name Red 10

Cari Blog Ini