Ceritasilat Novel Online

Golok Naga Terbang 3

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 3


e-bukugratis.blogspot.com
96 tikungan dekat dengan sebuah sungai kecil. Tiba-tiba berloncatan keluar enam orang
berpakaian serba hijau menghadang jalan.
"Hiyeeeee ... !!"
Kuda tunggangan Cu Liong meringkik keras dan mengangkat kedua kaki depannya.
Cu Liong terlempar ke belakang. Akan tetapi seperti seekor burung menukik balik,
pemuda itu telah dapat berdiri di atas kedua kakinya tanpa mengalami kesukaran.
Memang di tubuh Li Cu Liong telah menyatu sebuah ilmu silat yang luar biasa. Ilmu silat
yang dipelajarinya dari dalam kitab pusaka yang menurut San In Lojin yaitu kakek yang
menjadi gurunya di dasar jurang, bahwa kitab tersebut bernama Kitab Menjala Langit!
"Busyeeettttt ... !!" umpatnya dalam hati.
Sepasang matanya mengawasi sekeliling, memandang keenam orang
penghadangnya penuh perhatian.
"Ha-ha-ha-ha ... ! Ternyata seorang pemuda rudin yang tidak mempunyai apa-apa."
Ketawa bergelak ini keluar dari mulut penuh brewok kaku bagaikan kawat. "Akan tetapi
lumayan juga dapat seekor kuda!"
"Twako, pemuda itu masih membawa buntalan panjang!" kata seorang dari mereka
lantang. Ternyata perampok berpakaian serba hijau itu melihat bungkusan panjang di
punggung Cu Liong. "Heee, bocah, serahkan bungkusanmu cepat!"
Cu Liong tak menjawab sama sekali, pandang matanya mencereng mengawasi
kepala rampok. "Siapakah kalian ini sebenarnya dan mengapa keluyuran sampai di sini?"
"Hoah-hah-hah-haa, ternyata kau tidak mengenal kami, sialan betul!" umpat kepala
rampok galak. "Cepat serahkan bungkusanmu kalau kau ingin melihat lagi matahari
bersinar esok hari!"
"Hui-hi-hi ... ! Dia tidak mengenal kita, Twako, hajar dulu baru nanti kita
beritahukan siapa kita. Hui-hi-hik!" orang paling pendek menyahut cepat.
Cu Liong bersikap tenang menghadapi keenam orang berbaju hijau yang
menghadangnya dan mengeluarkan kata-kata menghina ini. Ia malahan mendekat maju.
e-bukugratis.blogspot.com
97 "Kalian ingin aku menyerahkan bungkusan ini" Itu perkara mudah! Katakan dulu
siapa kalian berenam ini!"
"Bangsat kecil! Berani kau berkata seperti itu kepada kami!" bentak kepala rampok
berbaju hijau. "Kenapa tidak berani!" Cu Liong menjawab. "Apakah kalian ini bukan orang"
Orang bertanya kepada orang kan wajar. Aku akan merasa takut kalau kalian ini
bukannya sebangsa orang, ha-ha!"
Mendengar ucapan anak muda berpakaian serba putih itu para perampok berbaju
hijau itu pun berubah merah wajahnya, sepasang mata kepala rampok baju hijau itu pun
mencereng menakutkan. "Bangsat! Setan kecil ingin mampus, rasakan nih kepalanku!"
Tangan sebesar paha anak sepuluh tahun itu menyambar ke arah wajah anak muda
berpakaian serba putih Li Cu Liong. Sebelum kepalan tiba terasa angin dingin
menyambar. Cu Liong yang melihat datangnya serangan ini hanya miringkan tubuh
dengan menggeser kaki kiri ke samping dan pukulan itu luput mengenai wajahnya. Bau
apek lewat dekat hidung Cu Liong.
"Upppp, baunya!" Cu Liong mengumpat lirih lalu menutup hidung dengan sebelah
tangan. "Gila ini orang, tak pernah mandi kali!"
"Setan keparat!" umpat kepala rampok dan dia pun terus mendesak Cu Liong
dengan serangan bertubi-tubi.
Lima orang kawannya hanya tertawa terbahak melihat pemimpin mereka menghajar
anak muda baju putih. Akan tetapi segera suara tawa menjadi hilang tatkala sampai
beberapa jurus belum juga kakak tertua itu dapat mendaratkan pukulan atau tendangan ke
arah pemuda itu. "Hanya begini saja kepandaianmu. Uhh tak usah ya, aku harus menyerahkan
bungkusanku!" ejek Cu Liong.
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati kepala rampok baju hijau itu. Sebetulnya
dia bukan orang sembarang orang. Mereka berenam telah terkenal sebagai perampok di
Bukit Elang, nama mereka cukup disegani di sekitar bukit itu.
Siapa yang tidak kenal sama Enam Iblis Hijau, rampok yang tidak mengenai
ampun! e-bukugratis.blogspot.com
98 "Goblok kalian, hayo cepat bantu aku!" teriak kepala perampok marah, mendengar
teriakan ini segera kelima orang itu pun meluruk maju mengeroyok.
Hujan kepalan dan tendangan dielakkan dengan gesit dan lincahnya oleh Cu Liong,
tubuhnya menyelinap di bawah hujan senjata yang telah dihunus tiga orang teman mereka.
Kawannya segera meniru perbuatan mereka, mencabut pedang panjang dan menyerang
semakin dahsyat. Cu Liong mengurai ilmu meringankan tubuh yang didapatnya dari kitab
rahasia Menjala Langit. Sekarang bayangan pemuda baju putih lenyap dan bagaikan asap
keputihan saja di bawah hujan kelebatan pedang yang berkilat-kilat ketimpa cahaya
matahari. Plak-plak-plakk ... ! Terdengar suara keras dan tiga orang perampok terlempar ke kanan kiri. Muka
mereka biru lembam separoh, terkena tamparan Cu Liong. Masih untung bahwa pemuda
itu tidak mengerahkan tenaga sinkang (tenaga sakti) nya sehingga hanya membuat muka
itu menjadi biru lebam kulitnya. Apabila Cu Liong menghendaki tentu kepala mereka
akan hancur terkena tamparannya.
"Bangsat, iblis laknat jahanam!" Kepala rampok berbaju hijau mengutuk geram.
Wajahnya kemerahan dan dari muka dan tubuhnya telah basah oleh keringat. Dua
orang teman atau anak buahnya menyerang dengan hati was-was. Merasa takut juga
melihat kelihaian anak muda itu. Sungguh tak mereka duga sama sekali bahwa anak
muda yang disangka makanan empuk ternyata adalah sebuah gading gajah yang keras!
"Mampuslah!" Pedangnya berkelebat cepat memapaki bayangan putih yang mendekatinya. Dua
orang anak buahnya juga membabat ke arah tengah-tengah tubuh.
"Ihh, tak begitu mudah sobat, gerakanmu kurang cepat!"
Cu Liong melesat ke atas melewati tubuh kepala rampok baju hijau dan dari atas
mengirim tendangan ke belakang. Tendangan ini cepat sekali dan tak terduga datangnya.
Sehingga tak ampun lagi kepala rampok itu pun menjerit keras dan terhuyung ke depan.
Tranggg ... ! Blesss ... !
Kepala rampok dapat menangkis sebuah pedang anak buahnya dengan pedang di
tangan kanan yang dipalangkan. Akan tetapi pedang yang satunya lagi tak sempat
dielakkannya saking cepatnya sehingga tubuh yang terdorong ke depan itu memapaki
e-bukugratis.blogspot.com
99 pedang dengan cepat. Sedangkan anak buah itu pun tidak menyangka sama sekali kalau
akan mendapat sambutan kepalanya sendiri sehingga ia pun tak kuasa membelokkan
serangan pedangnya. Tak ampun lagi senjata pedangnya makan teman sendiri.
"Mati akuuuu ... !"
Dan tubuhnya terguling ke samping, dari perutnya mengalir darah disertai isi perut
membasahi rumput-rumput rebah terinjak-injak kaki tadi.
Sebelum kedua anak buah perampok berbaju hijau itu sempat menguasai diri
melihat pemimpin mereka termakan pedang mereka. Berkelebat bayangan putih. Mata
mereka tak dapat mengikuti kecepatan gerakan anak muda yang tadi akan dijadikan
korbannya tadi. Dessss! Blukkkk ... ! Keduanya terlempar ke belakang. Rebah di atas tanah tak bergerak sama sekali dan
dari mulut mereka muncrat darah merah yang membasahi baju depan. Ternyata dada
keduanya telah menjadi tempat mendarat kedua kaki Cu Liong yang melakukan
tendangan terbang! Cu Liong mengawasi sekeliling, tak ada gerakan sama sekali. Pelan-pelan pemuda
ini mencari-cari kuda tunggangnya. Sialnya kuda yang ketakutan tadi telah merat,
melarikan diri ketika terjadi keributan. Setelah kudanya hilang tak tentu rimbanya
otomatis Cu Liong melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Akan tetapi Cu Liong tidak
khawatir karena sebetulnya dia malahan lebih suka menggunakan ilmu kepandaiannya
sendiri daripada naik kuda menuju ke atas bukit.
Akan tetapi, Cu Liong tidak tahu sama sekali bahwa ada sepasang mata bintang
mengawasi dirinya sejak tadi sebelum terjadi perkelahian dengan para perampok berbaju
hijau. Sepasang mata itu berseri dan bersinar penuh nafsu. Bibir yang bentuknya
menantang itu sesekali dijilat oleh lidah kemerahan. Wajahnya bersemu dadu, tubuhnya
bergetar-getar menahan nafsu!
Siapakah wanita yang mengintai di balik rimbunnya pepohonan di kejauhan ini"
"Hebat! Sungguh tampan dan menarik hati. Aku harus mendapatkan dia segera!"
desisnya gemetar menahan nafsu yang telah menyentak-nyentak melihat ketampanan dan
kelihaian anak muda berpakaian serba putih itu.
Wanita setengah baya ini bukan lain adalah Dewi Seruni Ungu Cu Kiok Sianli!
e-bukugratis.blogspot.com
100 Bagaikan bayangan iblis saja wanita itu mengikuti perginya anak muda itu!
Dengan gesit dan ringannya Cu Liong melompati jurang-jurang yang membentang
menghalang jalan. Bagaikan seekor burung besar tubuh pemuda itu terbang melayang di
atas jurang lebar. Akan tetapi ketika matahari hampir tenggelam Cu Liong belum juga
sampai di puncak Bukit Awan. Ternyata pemuda itu telah tersesat, arah yang ditujunya
bukan Bukit Awan, akan tetapi menuju ke Bukit Kera di sebelah selatan Bukit Awan.
Memang tidak dapat disalahkan kalau pemuda ini sampai kesasar!
Jalan yang ditempuhnya belum pernah dilaluinya semenjak dia menjadi murid
Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie.
Ketika pemuda itu melalui sebuah jalan penuh dengan batu-batuan besar, tiba-tiba
telinganya yang tajam mendengar suara rintihan memelas!
Cu Liong berhenti dan mendengarkan, cepat pemuda ini berkelebat ke arah
datangnya orang minta tolong tadi! Tubuhnya bagaikan berubah menjadi asap saking
cepatnya dia bergerak! "Airrr ... tolong ... airrrr ... !" rintihan memelas ini terdengar berulang kali.
Cu Liong meloncat ke atas batu besar dan sepasang mata anak muda ini terbelalak
memandang tubuh yang tergolek setengah telanjang! Bentuk tubuh yang merangsang
tergolek menantang. Kulit tubuh yang putih halus nampak di balik kain yang robek-robek
di sana-sini. Tubuh itu hampir nampak seluruhnya!
Wanita yang merintih itu merayap dengan susah payah, berusaha untuk mencapai
mata air yang tak begitu jauh dari tempatnya. Ketika ia merayap nampak pinggul
besarnya menari ke kanan kiri. Akan tetapi, ketika tubuh itu sampai di pinggir batu tibatiba tergelincir ke bawah menjauhi mata air. Tubuhnya melorot ke bawah di tebing yang
curam. "Aaaa ... aiiirrr ... toooo toolooonggg ... aaaaiiiirrrr!" desahnya terputus-putus.
Cepat Cu Liong membawa mangkok air dan mengambil air dari mata air kecil di
atas bukit. Dengan pelan pemuda ini membantu wanita itu untuk minum air. Sebelah
tangannya menopang tubuh wanita dari belakang dan tangannya yang lain membawa
mangkok berisi air ke mulut. Setelah dapat minum air, tak berapa lama kemudian wanita
itu agaknya tersadar akan keadaan dirinya.
"Jangan ... jangan ... ammpunnn ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
101 Kedua matanya terbelalak memandang ketakutan. Lalu berusaha berdiri dan lari.
Wanita bertubuh bahenol itu tidak memperdulikan dirinya larinya ke arah mana lagi.
Pokoknya dia ingin cepat-cepat dapat lari dari anak muda baju putih yang memberinya
minum. Tidak tahu bahwa dia berlari ke arah jurang yang curam!
"Awassss ... !" Cu Liong berteriak keras dan sebelum teriakannya habis tubuhnya
telah meluncur mendahului.
Tubuh wanita itu pun telah berada dalam pondongan anak muda tampan ini.
Sekali meloncat Cu Liong telah mencari tempat yang cukup aman. Lalu pemuda ini
segera mencari kayu bakar dan membuat api. Dia dapat berbuat demikian setelah
menotok roboh perempuan cantik setengah baya tersebut. Hal ini dilakukan agar supaya
perempuan yang ketakutan tadi tidak melarikan diri dan mendapat celaka!
Dapat saja wanita cantik setengah baya ini menjadi nekat dan membunuh diri dalam
jurang. Entah apa yang menyebabkan wanita ini bersikap demikian"
Cu Liong berkeiebat cepat ke dalam hutan dan ketika dia kembali, di tangannya
telah membawa dua ekor ayam hutan yang gemuk. Tanpa banyak omong lagi Cu Liong
segera membuat api unggun, setelah api besar ia pun lalu membersihkan kedua ayam dan
segera membakarnya! Cu Liong tidak sadar sama sekali bahwa segala perbuatannya dipandang dengan
mata bersinar-sinar dari wanita cantik setengah tua tadi. Pemuda ini sibuk dengan
kerjanya, apalagi dengan pandainya wanita itu merintih dan mendesah seakan ketakutan.
Ketika Cu Liong tidak memperhatikan, bibir wanita setengah tua itu tersenyum penuh
arti! "Hemmmmm, dapat olehku sekarang!" bisiknya dalam hati.
Ketika Cu Liong mendekat sambil membawa dua panggang ayam. Wanita cantik
setengah tua menjerit-jerit ketakutan. Sepasang matanya terbelalak takut. Cu Liong
melihat bahwa kedua mata itu walaupun sedang ketakutan tetapi nampak menarik dan
indah sekali. "Jangan ... jangan lakukan lagi ... ampunnn ... bunuhlah saja saya ... !"
Kepalanya bergoyang ke kanan kiri. Tubuhnya sama sekali tak dapat digerakkan
selain kepalanya sehingga dia hanya menjerit dan menggeleng saja.
"Tenanglah Toanio, aku tidak bermaksud jahat. Aku ingin menolong dirimu."
e-bukugratis.blogspot.com
102 Cu Liong maju mendekat. "Jangan takut! Aku bukanlah salah seorang dari mereka!"
"Be ... be ... benarkah" Tidak bohongkah kau ... ?" tanya wanita cantik setengah
baya ragu. Cu Liong mengangguk. Lalu tangan kanannya bergerak dua kali melepaskan
totokan tadi. Dia menotok untuk membuat wanita itu dapat bergerak kembali. Seraya
mengangsurkan ayam panggang.
"Makanlah ... !"
Tanpa menjawab sama sekali wanita cantik itu lalu menyambar ayam bakar dan
memakannya dengan rakus, sepertinya wanita ini sedang kelaparan sekali. Setelah
beberapa gigitan barulah wanita itu menoleh dan memandang wajah tampan Cu Liong.
"Te ... terima kasih! Telah dua hari aku tidak mereka beri makan!" ujarnya untuk
menutupi caranya makan yang rakus tadi.
"Ohhh, kasihan," tanpa sadar Cu Liong menjawab.
Lalu dia pun menikmati ayam yang satunya lagi, ia makan secara pelan-pelan
sambil mengawasi ke arah wanita cantik setengah baya.
"Sekarang Nyonya dapat menceritakan sehingga Nyonya sampai di tengah bukit
berbatu tadi. Siapakah diri Nyonya dan apa yang telah menimpa diri Nyonya sehingga
keadaan Nyonya sampai begini mengenaskan?"
Mendengar pertanyaan ini, wanita cantik setengah baya yang bukan lain adalah
Dewi Seruni Ungu menunda makannya. Kedua matanya menjadi merah dan air matanya
menetes membasahi pipinya. Sungguh pandai sekali Cu Kiok Sianli bermain sandiwara
untuk menjebak calon korbannya ini. Dengan mengguguk dan tersendat-sendat terkadang
menangis sedih, Cu Kiok Sianli menceritakan riwayatnya.
"Saya diculik oleh enam orang perampok berbaju hijau. Dari desa saya dilarikan
dengan paksa dan suami ... suamiku ... di di ... dibunuh. Hi-hik-hik ... saya ... saya ... saya
disekap dalam goa ... disu ... suruh menemani mereka dan melayani kebutuhan mereka.
Kalau saya menolak saya dihajar ... hik-hik-hik ... !"
Cu Liong mendengarkan penuh perhatian, ia tak memotong sepatah kata pun cerita
wanita cantik setengah baya tadi. Akan tetapi ketika wanita itu tenggelam dalam
e-bukugratis.blogspot.com
103 tangisnya, ia segera bertanya, "Toanio, apakah keluargamu masih ada, yaitu, selain
suamimu yang telah dibunuh itu?"
"Saya tidak tahu! Saya dibawa lari setelah suamiku dibunuh di luar rumah.
Mungkin keluarga yang lain selamat ... " desahnya memelas.
Cu Kiok Sianli memandang kepada Cu Liong penuh perhatian, seakan sepasang
matanya yang kemerahan bekas tangis tadi melekat pada wajah tampan anak muda baju
putih di depannya ini. "Maukah Taihiap ... " dia tidak meneruskan ucapannya.
"Bagaimana Toanio. Ahh, sedari tadi kenapa Toanio tidak mengenalkan diri.
Siapakah sebenarnya nama Toanio?"
"Cu Kiok," jawabnya pendek.
Lalu wanita ini pun menundukkan wajahnya dan dari sudut matanya keluar kerling
tajam. Bibirnya yang kemerahan menyungging senyum penuh arti.
Cu Liong, pemuda yang baru saja keluar dari jurang ini, mana tahu akan kerling
genit si wanita yang bernama Cu Kiok ini. Dia hanya merasa bahwa wanita cantik ini
sungguh manis sekali kalau tersenyum. Dalam benak Cu Liong tidak pernah ada sedikit
pun pikiran yang bukan-bukan terhadap wanita ini.
Setelah selesai makan ayam panggang, keduanya saling pandang di balik cahaya api
unggun. Segera saja Cu Liong menundukkan kepalanya ketika pandang mata Cu Kiok


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjelajahi dirinya. Terasa likat dan risih. Akan tetapi tidak marah, hanya malu. Cu Kiok
tersenyum manis melihat hal ini.
"Taihiap." panggilnya pelan.Cu Liong mengangkat muka. "Maukah Taihiap
mengantar saya?" "Tentu saja Toanio. Akan tetapi sekarang malam hampir tiba, lebih baik besok saja
kuantar pergi ke rumahmu."
"Saya ... saya ... takut di hutan ... !" sambil berpindah tempat duduk dan mendekati
anak muda itu, Cu Kiok berjalan melenggang.
Auuuuummmmmm ... ! "Taihiaaappppp!" Cu Kiok menjerit dan menubruk tubuh Cu Liong. Kedua
tangannya merangkul leher Cu Liong, ketat. Kepalanya disusupkan di dada bidang anak
muda dan tubuhnya menggigil.
e-bukugratis.blogspot.com
104 "Jangan takut. Harimau itu masih jauh, tidak akan berani mendekat karena di sini
ada api unggun besar!" Suara Cu Liong agak gemetar ketika dirinya didekap erat dan dua
bukit keras menekan dadanya. Entah bagaimana darah anak muda ini berjalan cepat.
Ia tidak tahu apa sebabnya!
"Ha ... harimau ... hiiiii!"
Pelukan itu pun semakin erat dan dekapannya semakin kencang.
Cu Liong sejenak membiarkan saja dirinya didekap akan tetapi dengan pelan dia
lalu menolak tubuh wanita berkulit halus itu.
"Tenang Toanio, saya ada di sini menjaga Toanio. Tidak ada yang perlu
ditakutkan," katanya menghibur.
"Tetapi, bagaimana kalau dia datang?"
"Kalau raja rimba itu nekat datang, harimau itu akan aku bunuh. Kemudian besok
pagi kita makan daging harimau itu, mau kan?" kata Cu Liong kalem dan tanpa terasa
lagi bibirnya tersenyum. "Ihhh, tampannya kalau tersenyum!" puji Cu Kiok Sianli dalam hati. "Saya ingin
segera pulang, Taihiap." pintanya kemudian.
"Malam-malam begini ... ?"
"Ada Taihiap di sampingku yang menjaga, kenapa mesti takut."
"Hemmm, baiklah."
Cu Liong lalu membuat obor dari kayu-kayu yang dijadikan satu. Kebetulan sekali
rembulan muncul di malam itu sehingga keadaan tidaklah terlalu gelap. Akan tetapi, Cu
Kiok yang berjalan di depannya menuruni bukit berbatu, tiba-tiba menjerit keras dan
tubuhnya terguling. "Tolong ... !!" jeritnya ketakutan.
Akan tetapi sebelum tubuh itu menimpa tanah, tiba-tiba tubuhnya telah ditarik ke
atas dan tanpa dapat dicegah lagi keduanya bertabrakan saking kuatnya tenaga tarikan itu.
"Ihhhhh ... !" jerit manja Cu Kiok Sianli.
Akan tetapi segera ia merintih kesakitan dan jatuh terduduk ketika pemuda itu
melepaskan dirinya. Kedua tangannya mengurut kaki kanan, agaknya mata kakinya
terkilir ketika terpeleset dari batu tadi.
e-bukugratis.blogspot.com
105 Cu Liong segera mendekatkan obor ke arah mata kaki. Salah satu tangannya meraba
kaki tersebut setelah wanita itu membuka sepatunya. Wajah pemuda itu menjadi merah
padam melihat begitu indahnya kaki wanita setengah tua ini.
"Sungguh mempesona!" desisnya dalam hati.
Pemandangan indah ini tak pernah ditemuinya selama hidup, dalam mimpi pun
belum pernah! "Di mana yang sakit?" tanyanya.
"Ya, agak ke atas sedikit. Di situ tepatnya."
"Ahhh, tidak apa-apa, tidak ada yang cedera. Untung, tidak keseleo uratnya."
Cu Liong meraba-raba kaki Cu kiok untuk memeriksa, merasakan betapa kulit
wanita itu begitu lembut dan hangat dalam sentuhan jari-jari tangannya. Akan tetapi
sedikit pun dalam benak anak muda ini tidak ada maksud-maksud kotor. Maka walaupun
jari-jari tangannya meraba-raba kulit putih halus tak merasakan gairah sama sekali.
Seakan-akan dia sedang memeriksa kaki domba saja!
Sedangkan Cu Kiok Sianli yang merasa betapa kakinya diraba-raba dan diperiksa
anak muda di depannya yang bernama Cu Liong ini menggigit bibirnya, menahan gejolak
yang menyesak dada. Memang wanita ini telah menjadi budak nafsu jalang semenjak
mudanya, ia mempergunakan ramuan-ramuan untuk mengawetkan tubuh dan
kecantikannya. Lidahnya yang kemerahan menjulur keluar masuk ketika merasa betapa
kakinya ditekan-tekan jari-jari anak muda itu.
"Ssssshhh ... ahhh ... eeessssshhh ... aaahhhhh ... !!" desah Dewi Seruni Ungu.
Suaranya agak gemetar karena menahan gejolak nafsunya sendiri, nafsu jalang ini
seakan-akan meremas otaknya. Sepasang mata Dewi Seruni Ungu bergerak-gerak aneh
dan napasnya memburu seperti suara lokomotif uap!
Tubuhnya agak gemetar menahan gejolak me-nyentak-nyentak ingin pelampiasan.
"Bagaimana" Apanya yang sakit?" Cu Liong bertanya.
Pemuda hijau ini tak menduga sama sekali akan mendapat pengalaman aneh seperti
ini dan selama hidup belum pernah dibayangkan atau diimpikannya sekalipun.
Mendengar desah tersebut, Cu Liong salah sangka sehingga jari-jari tangannya yang
tadinya mengurut dan memijit-mijit untuk mengurangi rasa sakit, sekarang tekanan
e-bukugratis.blogspot.com
106 jarinya dikurangi. Bukan menekan-nekan akan tetapi seperti mengelus paha di atas tulang
tempurung! Cu Liong tidak menyadari sama sekali akibat perbuatannya ini dan terus mengeluselus untuk mengurangi rasa sakit!
"Ahhhhh ... ssttttt ... ahhhhh ... !"
Dewi Seruni Ungu semakin menggelinjang tak karuan. Tubuhnya rasanya seperti
dibakar dari dalam. Elusan jari tangan pemuda ini semakin membakar darahnya sehingga
nafsu jalangnya hampir tak tertahan lagi. Sepasang mata wanita ini telah membalik!
Karena sudah tak dapat menguasai dirinya sendiri, tiba-tiba Dewi Seruni Ungu
menggerakkan jari-jari tangan kanan menyambar ke depan.
Tukkk! Tukk! Dua totokan mendarat di tubuh Cu Liong.
Cu Liong yang tidak menyangka sama sekali akan mendapat serangan dari wanita
cantik setengah tua tidak dapat mengelak. Tubuhnya terasa lemas tanpa daya sehingga
obor di tangan pun jatuh ke samping. Tak disangkanya sama sekali bahwa wanita cantik
yang ditolongnya ini ternyata memiliki ilmu kepandaian tinggi.
Sepasang mata Cu Liong terbelalak penuh pertanyaan dan keheranan!
"Hi-hi-hik ... tampan ... mari, mari ... kubawa kau ke langit ... " ucapan wanita ini
terputus di tengah jalan.
Bibirnya yang merah menantang telah mendarat di mulut anak muda berpakaian
putih yang memiliki kepandaian luar biasa ini. Ia tahu bahwa anak muda ini memiliki
ilmu silat tinggi karena ketika Cu Liong mengalahkan perampok baju hijau ia mengintai
dari kejauhan. Ia segera tertarik hatinya dan menjadi bergairah kepada pemuda itu.
Maka dia pun lalu menjebak pemuda itu dengan siasatnya yang licik!
"Apa ... apa ... yang kau lakukan ini?" tanya Cu Liong kaget.
Dewi Seruni Ungu tidak menjawab pertanyaan pemuda ini, malahan seluruh
gairahnya ingin segera dilampiaskan setelah ia menciumi seluruh wajah anak muda itu.
Bibirnya yang merah seakan-akan ingin menghisap habis darah di seluruh tubuh Cu
Liong. Tukk! e-bukugratis.blogspot.com
107 Kembali jari tangan Dewi Seruni Ungu bergerak menotok. Dan Cu Liong terkulai
pingsan. Melihat ini, sambil mengeluarkan ringkikan tawa aneh Cu Kiok Sianli segera
menyambar tubuh pemuda baju putih dan membawanya melayang cepat sekali menuju ke
pinggir sungai di mana ada sebuah goa. Wanita ini mengeluarkan dua butir pel berwarna
merah dan dengan paksa memasukkan dua butir pel itu ke dalam mulut Cu Liong. Segera
saja wanita ini melepas seluruh benang yang menempel di tubuh dan dia pun berdiri
bagaikan seorang orok yang baru keluar dari rumah kediamannya. Akan tetapi Dewi
Seruni Ungu bukannya sesosok orok kecil yang menawan saja, lebih dari itu malah.
Wanita ini bagaikan seorang dewi turun dari kahyangan, dengan tubuh polos keemasan
terkena cahaya sinar rembulan. Wanita ini tak sabar menanti reaksi dua butir obat merah!
Dengan buas seperti seorang kelaparan melihat makanan terhidang tinggal
menyantap. Ia menubruk ke depan dan menggumuli Cu Liong!
Perbuatan Dewi Seruni Ungu ini memang sangat tidak terpuji. Wanita ini telah
kehilangan seluruh norma-norma dan aturan dari kehidupan dan kesopanan sama sekali.
Hilang sudah segala petunjuk dan ajaran agama dari benak wanita yang telah dikuasai
nafsu setan ini. Dia hanya mencari pemuasan dari nafsu daya rendah yang telah
mencengkeram dirinya. Tidak sadar bahwa semakin lama rasa puas menikmati hubungan
seperti ini tidaklah benar dan sangat dilarang oleh agama mana pun juga.
"Ihhh, setan perempuan kecil! Di mana-mana selalu menyebar maksiat! Keluarlah
setan cabul ... !" Dewi Seruni Ungu tersentak!
Wajahnya berubah merah seperti kepiting rebus dan cepat wanita ini lalu
menyambar pakaiannya dan meloncat ke luar!
"Bangsat mencari mampus! Siapa berani mengganggu kesenanganku ... ?" cacinya
begitu tiba di luar goa. Sepasang matanya merah penuh nafsu membunuh, memandang seorang pengemis
tua yang berdiri santai di atas batu di tengah sungai.
"Cu Kiok, semakin tua kau semakin binal saja. Tidakkah kau melihat anak muda itu
patut menjadi cucumu sendiri" Hemmm, sungguh binal!" kata Si Pengemis tua pelan.
e-bukugratis.blogspot.com
108 "Keparat! Apa hubungannya denganmu, Tua Bangka! Orang tua kudisan tukang
minta-minta!" "Heh-heh-heh ... benar apa kata-katamu, bocah. Aku sudah tua bangka mau mati,
akan tetapi kukira umurku tidak selisih banyak dengan nenek-nenek peot seperti kau,
heh-heh-heh ... !" "Mampuslahhhhh ... !!"
Saking marahnya Dewi Seruni Ungu tidak menjawab dengan ucapan tetapi
menjawab dengan serangan tangan kanan dipukulkan ke depan. Serangkum angin dingin
menyambar ke arah berdirinya Si Kakek. Angin dingin bukan sembarang angin dingin,
tetapi angin dingin yang mengandung tenaga sinkang luar biasa!
Air yang terlanda angin pukulan itu pun dapat berubah menjadi bongkahanbongkahan es!
Si Kakek pengemis menjadi kaget juga melihat kelihaian iblis wanita ini.
"Wahh, hebat juga sekarang sinkang Nenek peot itu sekarang!" katanya dalam hati.
Akan tetapi, Kakek pengemis ini tidak menjadi keder, ia melonjorkan tangan kanan
menyambut datangnya serangan pukulan jarak jauh Dewi Seruni Ungu. Wajahnya yang
penuh keriput itu bersinar penuh kelucuan. Apalagi mulutnya ketika terbuka
memperlihatkan gigi kuning yang tinggal dua biji, tepat di depan!
Bleeeppppp ... !! Bukan letusan hebat yang terdengar, akan tetapi seperti benda terjatuh ke dalam air!
Walaupun tidak terdengar letupan dahsyat ketika dua tenaga pukulan jarak jauh itu
saling beradu, namun akibat dari bertemunya kedua sinkang luar biasa itu dahsyat sekali.
Dewi Seruni Ungu terlempar ke belakang beberapa langkah. Sedangkan Kakek pengemis
tua mengeluarkan teriakan kaget juga ketika tubuhnya terhuyung ke belakang. Kudakudanya tergempur sehingga tanpa dapat dicegah tubuhnya terguling dari batu!
"Eit, eittt ... bagaimana ini ... " Eittt ... !" Pengemis tua berteriak-teriak seperti anak
kecil. Dan ... Byuuuuurrrrr ... !! Tubuhnya kelelap di tengah sungai.
"Mampuslah Kakek keparat!"
e-bukugratis.blogspot.com
109 Dewi Seruni Ungu setelah dapat menguasai dirinya segera menyusuli serangannya
dengan senjata rahasia berupa jarum ke arah di mana Kakek pengemis tersebut tercebur
ke dalam sungai. Clup-clup-clup ... ! Belasan batang jarum berwarna kehitaman menyusup ke dalam air sungai menyusul
Si Kakek pengemis. Aneh! Tak terdengar sama sekali teriakan! Jarum-jarum tersebut lenyap begitu saja dalam
air. "Uaahhhhh ... dinginnya ... !!"
Dari balik batu muncul kepala penuh uban.
"Hiiihhhhh ... dinginnnnn ... !"
Mulut Kakek pengemis gemeratuk tanpa bunyi.
Tiba-tiba kepala yang baru nongol itu lenyap kembali.
Ting-ting-tinggg ... !! Bunga api muncrat ketika kembali belasan jarum hitam menghujani dan menimpa
batu di depannya. Dewi Seruni Ungu gemas sekali karena kembali serangan jarum maut
itu pun gagal. Dengan penasaran ia lalu meloncat ke atas batu. Sepasang matanya
memandang tajam ke arah air sungai!
Sinar rembulan kekuningan bagaikan perak memantul dari air sungai menimbulkan
pemandangan indah. Akan tetapi wanita ini tidak dapat melihat keindahan ini. Seluruh
perasaannya dibutakan oleh kemarahan yang menyesak dada karena kesenangannya
terganggu! Tiba-tiba terlihat benda-benda putih menyambar dari tengah sungai dengan
kecepatan kilat! Prattt! Praattttt ... !! Tangan Dewi Seruni Ungu menangkis benda keputihan! Akan tetapi begitu kena
ditangkis, benda itu pun hancur dan bau amis memenuhi jari-jari tangannya!
"Setan keparat iblis sungai!" umpat Dewi Seruni Ungu.
Wanita cantik ini pun berdiri tegak di batu pinggir sungai. Sepasang matanya
mencereng ke arah sungai tak berkedip. Namun, semenjak tadi ditunggu-tunggu
e-bukugratis.blogspot.com
110 pengemis tua yang giginya tinggal dua tadi tidak nongol-nongol dari air. Dengan gemas
wanita ini lalu kembali ke dalam goa. Dapat dibayangkan betapa marahnya ketika melihat
korbannya telah tiada lagi dalam goa. Sambil menyumpah-nyumpah dan memaki-maki
pengemis tua itu habis-habisan, wanita itu lalu melampiaskan kemarahannya dengan
menghancurkan batu-batu di pinggir kali.
Hebat luar biasa bekas telapak tangannya!
Batu-batu karang besar yang keras itu dapat hancur begitu wanita ini menjatuhkan
tangan atau kakinya. Malahan ada yang melesak ke dalam ketika telapak tangan wanita
ini berubah menjadi kehitaman. Sungguh hebat dan dahsyat pukulan telapak tangan Dewi
Seruni Ungu yang ditusukkan ke batu-batuan di pinggir sungai itu!
Dewi Seruni Ungu mengeluarkan lengking tinggi! Lengking penasaran dan
kemarahan campur aduk dan tubuhnya bagaikan bayangan setan berkelebat menuruni
puncak! Setelah wanita cantik itu pergi. Dari semak belukar di pinggir sungai muncul kepala
penuh uban. Bagaikan hantu sungai layaknya.
"Hiiiii ... sungguh berbahaya ... !" gumamnya.
Kakek ini menyeret sesosok bayangan tubuh telanjang dari semak alang-alang
pinggir sungai. "Wahhhhh ... gimana nih. Aku tidak dapat menguras racun biang iblis tadi!"
Setelah berusaha keras, Kakek ini pun menyerah kalah karena tidak dapat mengusir
racun dari tubuh anak muda. Tangannya menggaruk rambut putih di kepala, rambut
lengket karena basah! Kakek pengemis ini lalu masuk ke dalam goa dan mengambil pakaian Si Anak
Muda dan setelah mengenakan pakaian dan menyarungkan golok di pinggang, Pengemis
tua aneh yang bukan lain adalah Pek-tung Lo-kai (Pengemis Tua Tongkat Putih)
memondong tubuh anak muda yang bukan lain Li Cu Liong menuju ke barat!
Gerakan kakek ini cepat sekali ketika melayang terbang menembus kegelapan dan
kerimbunan hutan. Agaknya Kakek pengemis ini telah hafal akan keadaan di tempat itu,
ini kentara dari caranya ia mencari jalan dalam kegelapan yang hanya diterangi bulan
sepotong di langit! e-bukugratis.blogspot.com
111 Tak berapa lama kemudian, sampailah kakek ini di sebuah pondok pinggir jurang!
Pondok sederhana dari bambu yang dibangun dekat air terjun!
"Hee, tua bangka malas, bangun! Ini kubawakan oleh-oleh kesenanganmu ... !"
teriak Pek-tung Lo-kai lantang.
Tanpa basa-basi lagi pengemis ini membangunkan penghuni rumah!
Bersambung jilid V RALAT Sampul GOLOK NAGA TERBANG Karya : Ariyani W.
Seharusnya Karya : Aryani W.
Harap maklum. PENERBIT e-bukugratis.blogspot.com
112 Jilid V

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar suara menggerutu dari dalam pondok dan tak lama kemudian dalam
pondok menjadi terang. Begitu pintu depan terbuka, seorang sastrawan tua berdiri di
ambang pintu. "Lo-kai, malam-malam begini kau datang seperti kebakaran jenggotmu yang bau itu,
sungguh bo-ceng-li kau! Besok apa tidak bisa?" tegurnya.
"Tidak bisa! Kau ini Siucai malas selalu saja mengurung diri di pondok bututmu
sehingga tidak tahu dunia geger!" berkata demikian Pek-tung Lo-kai melangkan maju.
"Tunggu! Jangan kau bawa masuk bocah itu!" seru Siucai tua lantang.
Sekali bergerak tubuhnya telah melayang memapaki dan sekali tangan kanannya
bergerak maka tubuh Cu Liong telah pindah ke tangannya.
"Nah, nah! Sekarang matamu bersinar kegirangan melihat barang bawaanku!" ejek
Pek-tung Lo-kai. Pengemis ini tidak marah oleh perbuatan teman ini. Agaknya dia sudah tahu akan
kelihaian sastrawan ini sehingga tidak heran, Memang tujuannya datang ke sini ingin
meminta tolong kepada orang tua ini!
"Cerewet! Cepat buatkan aku api besar dan panaskan air di dalam tong kayu itu!"
perintah Siucai setengah tua.
Seakan-akan memerintah kacungnya saja. Anehnya Pek-tung Lo-kai segera
melakukan apa yang diminta kakek ini tanpa banyak tanya.
Tangan Siucai tua ini bergerak cepat sekali, menotok sana-sini dan mengurut-urut
jalan darah di tubuh Cu Liong. Kulit tubuh Cu Liong yang tadinya berubah merah tua
sekarang menjadi merah jambu dan ketika Pek-tung Lo-kai berteriak dari dalam rumah,
cepat sastrawan tua itu membawa tubuh Cu Liong ke dalam rumah. Setelah membuka
semua pakaian Cu Liong, cepat tubuh anak muda itu dimasukkan dalam tong berisi air
panas! Keadaan Cu Liong semenjak diselamatkan dari dalam goa, tempat di mana pemuda
ini akan menjadi korban Cu Kiok Sianli si Iblis Penghisap Sukma, sangatlah
memprihatinkan. Seluruh tubuh anak muda itu berubah kemerah-merahan, akibat dua
butir pel pemberian wanita cantik tersebut.
e-bukugratis.blogspot.com
113 Entah racun apa yang berada di dalam butiran-butiran pel itu"
Pemuda itu telah ditotoknya sehingga keadaannya menjadi lemas agar tidak
menimbulkan kesukaran ketika dibawa sembunyi dalam semak pinggir sungai.
Pek-tung Lo-kai kebingungan ketika mencoba mengusir racun dari tubuh anak
muda ini tak berhasil. Maka segera dia mengunjungi sahabat kentalnya yaitu Siucai
Sinting, untuk memohon pertolongannya mengobati anak muda tersebut. Entah mengapa
Kakek pengemis ini merasa tidak tega anak muda itu menjadi korban Dewi Seruni Ungu!
Sekarang kakek pengemis ini mengawasi Siucai Sinting penuh perhatian!
"Kenapa kau masak anak muda itu?" Pek-tung Lo-kai bertanya heran.
"Kenapa kau masak anak muda itu?" Pek-tung Lo-kai bertanya lagi dengan heran.
"Pengemis gendeng! Kenapa kau bawa ke sini sebelum dia melakukan hubungan?"
tegur Siucai Sinting keras!
Mendengar teguran ini, Pek-tung Lo-kai malah melongo. Wajahnya memandang
bodoh. Sepasang matanya melotot heran tak percaya akan ucapan sahabatnya ini.
"Apakah kau gini ... ?" Pengemis tua ini miringkan telunjuknya di dahi.
"Gila ... ! Kau bertanya aku telah gila" Tua bangka bangkotan, kau sendirilah yang
telah gila!" Siucai Sinting mencak-mencak marah mendengar pertanyaan sahabatnya ini.
"Kalau kau tahu sebabnya kau takkan memakiku gila. Tua bangka bodoh, lancang!"
"Apa ... " Aku lancang, jangan asal bekoar Siucai Sinting! Sudah lama tongkatku
ini tidak menghajar orang tahu?"
Kakek Pengemis Tongkat Putih memasang kuda-kuda dan tangannya memutarmutar tongkat bercat putih. Terdengar angin menderu-deru aneh keluar dari, putaran
tongkat.Siucai Sinting yang umurnya sebaya dengan Pengemis Tua Tongkat Putih ini
tertawa bergelak melihat ulah temannya ini.
"Heh-heh-heh, benar kata orang umur enam puluhan tahun lebih membuat manusia
menjadi seperti kanak-kanak kembali! He-heh-heh ... !!"
Ketika Pengemis Tongkat Putih akan menjawab ucapan sahabatnya ini, tiba-tiba
terdengar suara rintihan dari tong di mana anak muda tadi masuk. Siucai Sinting segera
mengambil beberapa macam rempah-rempah dan dimasukkan dalam tong berisi air panas
lalu membesarkan apinya. Si Kakek Pengemis meradang.
"Kau ingin membunuhnya, ya" Jangan harap!"
e-bukugratis.blogspot.com
114 Begitu habis ucapannya Pek-tung Lo-kai menerjang ke depan untuk mencegah
Siucai Sinting memasak anak muda yang ingin ditolongnya tadi. Siucai Sinting segera
mengelak cepat, tubuhnya berputaran di atas lantai bagai seorang pemain akrobat dan
begitu dapat menghindarkan serangan tongkat putih temannya segera ia berseru.
"Tahan ... !" "Apakah kau ingin aku benar-benar memasak anak itu! Tunggu saja nanti kalau
anak muda itu telah sembuh baru kulayani kau, tua bangka bangkotan!"
Pek-tung Lo-kai segera menahan gerakan tongkatnya dan memandang ke dalam
tong di mana anak muda itu berendam dalam air panas bercampur rempah-rempah!
Sepasang mata tua kakek ini meneliti kulit tubuh yang ketika dibawanya berwarna merah.
Sekarang kulit tubuh itu telah menjadi putih kembali, hanya kemerahan karena terendam
air hangat! "Gila ... ! Kau betul-betul gila Siucai Sinting!" pujinya keras. "Ck-ck-ck ... ! Bukan
main!" Dari samping Si Siucai Sinting mendekati dan begitu melihat kulit tubuh anak itu
telah putih kembali segera saja sastrawan ini mengangkat anak muda itu. Cu Liong
merintih lirih, namun kedua mata anak muda ini masih tertutup rapat. Sastrawan ini
melakukan urutan-urutan di beberapa tempat dan Cu Liong pun tertidur kembali!
"Celaka ... ! Gara-gara kau, darah anak ini telah keracunan!" Siucai tua ini
mengeluh, mengeluh penuh sesal.
Pek-tung Lo-kai semakin heran melihat ulah sahabatnya ini.
"Bagaimana ... " Apa maksudmu?" tanyanya.
"Diamlah saja dan jangan omong! Aku baru pusing memikirkan bagaimana baiknya
sekarang ... ?" sela Sastrawan tua jengkel.
Ia berjalan mondar-mandir di tengah kamar.
Cu Liong telah dibungkus selimut tebal dan tidur di dipan kayu!
"Nah, ketemu sekarang!" sorak Sastrawan tua itu girang.
Akan tetapi Pek-tung Lo-kai tak menyambut kegembiraannya ini. Ketika Sastrawan
tua ini menoleh, ternyata pengemis tua itu telah molor di sudut dekat api!
Sambil ngedumel panjang pendek Siucai Sinting menuju ke rak buku di sudut
ruangan. Setelah meneliti deretan buku-buku di rak yang disusun secara rapi, Siucai
e-bukugratis.blogspot.com
115 Sinting menarik sebuah buku tebal dan membawanya menuju meja di tengah ruangan.
Sastrawan tua ini sebentar saja tenggelam dalam keasyikan membaca sehingga tak
mempedulikan keadaan sekelilingnya lagi.
Tanpa terasa hari telah mulai menjelang pagi, suara burung-burung berkicau
menyambut datangnya Sang Mentari. Kabut tebal membubung naik menyelimuti puncak
di mana pondok Siucai Sinting pun tak terlewat ikut dibungkus kabut putih tebal. Hawa
udara menjadi dingin menyusup ke tulang-tulang!
"Aaaaaduuuuuuhhhhhh ... !" terdengar rintihan lirih.
Siucai tua menoleh, lalu bangkit mendekati anak muda yang meringkel kedinginan.
"Bagaimana rasa tubuhmu, Anak Muda?"
"Diiiii ... ngin ... seeeeee ... kaaa ... liiiii ... hiiiiihhhhh!" Li Cu Liong menggigil
kedinginan dan giginya beradu saking tak kuat menahan dingin.
"Heh-heh-heh ... hawa begini segar dibilang dingin. Tak lucu nih yeee ... !"
Dasar sinting, omongan sastrawan ini hanya seenak perutnya sendiri saja. Sudah
tahu keadaan anak muda yang belum bisa mengerahkan tenaga sakti karena pengaruh
racun dari Dewi Seruni Ungu, eeh, malahan meledek.
Apa tidak gila ini namanya"
Tanpa banyak bicara lagi sastrawan ini malahan melepas pakaian Cu Liong. Kontan
saja pemuda itu menjadi semakin kedinginan. Giginya gemeletuk menyanyi tanpa irama!
Sekali meloncat saja tubuh sastrawan tua ini telah berada di pinggir air terjun dan
tanpa memberitahu lebih dahulu, tubuh Cu Liong telah dimasukkan ke dalam sungai yang
mengalir deras! "Hiiiiihhhhh ... diiiii ... ngiiiiinnnnn ... !! Tooooo ... longgggg diiidiiiii ...
ngiingiiiinnnnn ... !!"
Sastrawan tua itu memandang sejenak dan berkata konyol.
"Dingin ya biar! Cepat saja atur pernapasanmu. Atur seperti biasanya kau melatih
sinkang!" Cu Liong berusaha menuruti perintah sastrawan tua tersebut, akan tetapi sukarnya
tak ketulungan! Tubuhnya sama sekali tak bisa menahan hawa dingin pagi hari di puncak gunung di
kala kabut tebal masih menyelimuti. Dengan susah payah Cu Liong berusaha untuk
e-bukugratis.blogspot.com
116 memusatkan seluruh perhatiannya untuk mengatur pernapasan, pernapasan yang berada
di dalam Kitab Menjala Langit!
Pelan tetapi pasti, akhirnya Cu Liong dapat mengatur pernapasannya. Entah berapa
lama pemuda ini tidak tahu atau tidak peduli lagi akan keadaan di luar dirinya!
Pikirannya hanya tertuju kepada jalannya napas yang keluar masuk!
"Hebat! Lumayan juga anak muda ini. Kalau dia dapat menggunakan tenaga aliran
air itu untuk membantu tak sampai tiga hari tenaga bocah itu kembali!" puji Sastrawan
tua lirih. Sepasang mata tua yang awas itu memandang tajam ke arah dada terendam air
itu. Ketika matahari telah naik tinggi, Siucai Sinting masih duduk bersila di atas batu.
Sesekali matanya melirik ke arah anak muda dalam air dan tak lama kemudian pandang
matanya telah tenggelam dalam huruf-huruf di buku yang dibacanya!
"Sastrawan gila! Sinting! Tak berbudi sama sekali!" Terdengar suara umpatan di
belakang Kakek Sastrawan. "Orang sakit disuruh berendam di air, kalau tidak gila entah
apa namanya ini?" Tanpa menoleh sama sekali Kakek Sastrawan ini tahu bahwa temannya Si
Pengemis Tua Tongkat Putih telah bangun dari tidurnya dan mendekati tempat duduknya
di atas batu tersebut. "Haiyaaa, dasar pengemis malas, tahunya tidur melulu. Gembel bau, apakah kau
sudah menggosok gigimu" Cepat sana digosok sampai mengkilap agar gigi tikusnya
bersinar, he-he-hehhh ... !"
"Digosok gundulmu itu" Tak usah kau suruh tentu sudah kugosok sehabis bangun
tidur! Tidak seperti kau Sastrawan gila, sepasang matamu masih ada keraknya,
hiiiiiiehhhhhh-hehhhhh-heh!"
Pek-tung Lo-kai menjatuhkan pinggulnya yang telah tidak berdaging di batu, dekat
sastrawan itu duduk. Sepasang matanya mengawasi anak muda yang masih tenggelam
dalam pengaturan napas di tengah sungai!
"Apakah pemuda itu tidak kedinginan" Kakek sinting, kenapa anak itu kau siksa
sedemikian rupa?" e-bukugratis.blogspot.com
117 "Dasar pengemis goblok! Aku tidak menyiksa tahu! Menurut buku resep
pengobatan kuno, air mengalir itu membantu membersihkan racun dan dapat
membangunkan tenaga dalamnya kembali."
"Omong kosong! Mana ada air dapat membantu mengobati?"
"Dasar pengemis pikun! Air yang mengalir terus-menerus itu seperti aliran listrik
membuat darah anak muda ini berjalan cepat dan menguatkan isi perut! Perut kosong tak
terisi apa pun tersebut seperti dipijat-pijat dan semua ini masih ditambah tenaga sin-kang
yang berada di tan-tian anak muda yang dibungkus racun, sedikit demi sedikit akan
timbul kembali, lepas dari pengaruh racun. Heh-heh-heh ... dasar pengemis bau tak
berpengalaman, heh-heh-heh ... !"
"Menghina ya ... " Lebih baik kau menyusul anak muda itu!"
Tanpa disangka sama sekali tangan Pek-tung Lo-kai telah mendorong ke arah
Kakek Sastrawan itu. Akan tetapi, Sastrawan Sinting ini sudah biasa menghadapi sobat karib semenjak
muda ini, tanpa mengalami kesukaran kakek ini melenting menubruk ke arah temannya!
"Eeeittttt ... ! Gilaaaaa!" maki Pengemis tua.
Byuuuuurrrrr ... !! Air sungai pun muncrat ke atas!
"Ha-ha-ha ... tahu rasa kau sekarang!" ejek Sastrawan tua sambil ketawa.
"Hieh-heh-heh, dasar sinting! Sekali sinting tetap sinting!" umpat Kakek Pengemis
sambil menyerang temannya dengan cipratan air. Jangan dipandang rendah air sungai
yang didorong tangan Pek-tung Lo-kai ini, batu pun akan bolong apabila terkena!
"Gilaaaaa ... ! Apa kau ingin membunuhku?"
Sastrawan Sinting tahu-tahu telah melesat ke atas batu. Gerakan kakek sastrawan ini
sungguh cepat sekali. Tahu-tahu dia telah berdiri di atas batu.
"Jangan lari Sastrawan gila! Tunggu balasanku!"
"Heh-heh, kejarlah aku. Kalau ketangkap kuhadiahi ... !!"
"Hadiah apa ... ?" Pek-tung Lo-kai bertanya sambil mengejar.
Dua orang kakek tua ini seperti berubah menjadi dua orang anak kecil saja. Saling
kejar sambil tertawa-tawa riang!
"Hayo hadiahnya apa coba ... ?" kembali Pek-tung Lo-kai bertanya.
e-bukugratis.blogspot.com
118 "Heh-heh-heh, makanan sisa tentu saja. Heh-hah-ha-ha ... !!"
Selagi kedua kakek itu saling kejar, tiba-tiba nampak berkelebat bayangan ramping
menuju ke arah air terjun! Tiba-tiba bayangan ini berhenti dengan mendadak ketika
sepasang mata bintangnya mengawasi ke arah tengah sungai di bawah air terjun.
"Hik-hi-hik ... kiranya di sini kau disembunyikan bocah bagus! Hi-hi-hik ... !!" Cu
Kiok Sianli terkekeh genit. Sepasang bibirnya merekah membentuk senyum dan sepasang
matanya berbinar-binar penuh nafsu jalang. Sambil berloncatan wanita cantik setengah
baya ini mendekati tempat di mana Cu Liong berendam.
"Budak cabul, tahannnnn ... !!"
Dewi Seruni Ungu segera menahan langkah kakinya dan menengok ke arah suara
bentakan mengeledek itu. Wajahnya berubah kemerahan menahan marah ketika melihat
siapa yang datang! "Kiranya kau tua bangka bangkotan yang membuat ulah! Jangan harap sekarang
kau dapat menyelamatkan kepala tikusmu lagi!" umpatnya marah.
"Hiyaaaaakkkkk, omong sih gampang! Buktinya ... buktinya mana, heh-hehheh ... !"
Pek-tung Lo-kai melangkah sambil menggoyang pinggul, bagaikan bebek berjalan.
Tongkat berwarna putih diputar-putar di tangan kiri, lagak pengemis ini seperti orang
besar atau hartawan sedang melenggang kangkung meneliti di sebuah toko barang antik.
"Tua bangka keparat! Kalau aku hari ini tidak dapat mengirim nyawamu ke neraka
jangan panggil aku Dewi Seruni Ungu!"
"Siapa mau memanggilmu namamu seperti itu, kalau saya mah, lebih baik
memanggilmu Iblis Tua Gila Lelaki. Hiah-ha-hah ... !!" ejek Pek-tung Lo-kai sambil
cengar-cengir. "Mau apa kau sekarang, Nenek bawel?"
Dewi Seruni Ungu tak dapat menahan lagi marahnya. Ubun-ubunnya bagai dibakar
mendengar ucapan-ucapan pengemis tua bergigi dua bagaikan gigi tikus itu. Memang
tidak salah kalau wanita cantik setengah tua menyebut kepala tikus. Gigi Pek-tung Lo-kai
memang tinggal dua buah di depan atas sehingga persis gigi tikus!
"Mampuslah!" Tubuh Dewi Seruni Ungu meloncat menerjang kakek tua didahului dengan
sepasang tangan mengarah dua tempat, yang kalau mengenai sasaran akan membuat
e-bukugratis.blogspot.com
119 nyawa melayang. Bukan hanya sepasang tangan membentuk cakar yang mengarah kepala
dan dada itu saja, akan tetapi masih ditambah kedua kaki menjejak ke arah perut. Betulbetul serangan maut!
"Tolonggggg ... ada seorang Nenek gilaaa!"
"Pek-tung Lo-kai menjerit sambil melempar tubuhnya ke belakang mengelak dan
begitu dapat terhindar dari serangan maut ini, kakek pengemis tua ini segera membalas
dengan serangan tongkat putihnya. Dielakkan Dewi Seruni Ungu dan dibalas
cengkeraman maut dari wanita cantik setengah tua ini. Ditangkis dan dibalas serangan
kembali. Kedua orang ini segera terlibat dalam perkelahian seru. Semua serangan mereka
menimbulkan angin dahsyat dan suara tongkat diputar pun mendengung-dengung
menggiriskan hati. "Terimalah ini, tua bangka!"
Seleret sinar putih dari pedang pendek di tangan Dewi Seruni Ungu mengejar
kepala Pek-tung Lo-kai. Ketika pengemis tua itu mendesak tongkat putihnya, Dewi
Seruni Ungu yang menggunakan Ilmu Silat Tangan Pencabut Nyawa merasa tak berdaya
segera mencabut senjata pedang pendeknya. Dengan jurus Mengejar Iblis Di Kala Terang
dari Ilmu Pedang Pencabut Nyawa, wanita ini balas menyerang!
Tranggggg ... ! Dewi Seruni Ungu yang sedang kegirangan ketika hampir saja pedang pendeknya
mengenai Pek-tung Lo-kai yang sudah tidak lagi dapat menangkis, menjadi kaget sekali
ketika pedangnya tertangkis sehingga menyeleweng ke samping sehingga tidak mengenai
sasaran. Pek-tung Lo-kai yang lolos dari maut, terkekeh senang sambil mengejek lawannya.
"Hee, Nenek genit, bagaimana sekarang ... ?" Mulutnya terbuka memperlihatkan
dua buah gigi depan! "Bangsat lancang! Siapa kau?" bentak Cu Kiok Sianli ganas.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tenang, Sianli. Jangan sewot, kalau kau gampang marah, ubanmu nanti keluar Iho,
heh-heh-heh!" jawab Siucai Sinting sambil tersenyum.
Kakek ini merasa geli ketika wanita ini tidak mengenalnya sama sekali. Memang,
ketika muda pernah sastrawan ini jatuh cinta kepada wanita yang bertubuh aduhai dan
wajah cantik jelita ini. Cantik menarik laksana seorang dewi kahyangan turun ke dunia,
e-bukugratis.blogspot.com
120 akan tetapi bukanlah bidadari penuh belas kasih Cu Kiok Sianli ini, melainkan seorang
siluman betina berwajah dewi jelita!
Ketika Sastrawan Soo Kian Kun ini melihat watak asli dari Cu Kiok Sianli
mernbuat hati menjadi patah dan berubahlah jalan pikiran Soo Kian Kun. Tadinya
sebagai seorang bun-bu-coan-jai perlente, menjadi sastrawan yang angin-anginan
sehingga di dunia kang-ouw terkenalah namanya sebagai Siucai Sinting!
"Pelajar kempot, majulah sekalian! Hari ini Nonamu pasti dapat mengirim kalian
menghadap Giam-lo-ong di neraka!"
Cu Kiok Sianli segera memainkan pedangnya dengan jurus-jurus pilihan. Sinar
berkilat-kilat menyambar dahsyat mengarah nyawa. Serangan ini masih disertai dengan
pukulan-pukulan tangan kiri yang tak kalah ampuhnya. Pukulan jarak jauh Ilmu Silat
Tangan Kosong Pencabut Nyawanya!
"Uuuahhh, ganasnya!" Pek-tung Lo-kai kembali mengelak sambil membalas
dengan Ilmu Tongkat Penakluk Srigala!
Ilmu Tongkat Penakluk Srigala yang telah diubahnya. Ini ilmu silat mirip dengan
ilmu silat tongkat dari Siauw-lim yang ampuh!
"Sabarrrrr, Cu Kiok. Mosok ketemu kawan lama kau tidak merasa kasihan sama
sekali, jangan marah-marah seperti nenek-nenek kebakaran jenggot, Manis."
Sastrawan Sinting Soo Kian Kun melesat cepat ke samping sambil menggerakkan
sepasang po-koan-pit besi di kedua tangannya. Lalu membalas serangan lawan dengan
Im-yang Po-koan-pit andalannya.
Dewi Seruni Ungu Cu Kiok Sianli kaget juga ketika dari serangan balasan kedua
lawannya ini keluar angin dingin, angin dari tenaga sakti yang kuat sekali. Dengan
menggigit bibir dia lalu memainkan seluruh kebisaannya. Tubuhnya berkelebatan cepat
menyerang dan mengelak dari hujan senjata dari kedua lawannya. Sekarang keadaan
wanita ini menjadi terdesak. Hampir sukar untuk membalas serangan kedua kakek
tersebut. Serangan balasannya hanya disambut dengan elakan-elakan kedua lawan sambil
tertawa mengejek. Ucapan kedua kakek tersebut menambah kacau gerak silatnya!
"Tua bangka keparat! Anjing, kucing, tikus buduk! Mampuslahhhhh!" Dewi Seruni
Ungu mengumpat sambil mencecar ke arah Pek-tung Lo-kai.
"Tolonggggg ... !!"
e-bukugratis.blogspot.com
121 Pek-tung Lo-kai mengelak cepat sambil berguling di atas tanah. Dari bawah dia
menggerakkan tongkat menangkis serangan pedang dan tiba-tiba saja tangan kiri kakek
ini bergerak berurutan! Ser-ser-ser ... !! Ting-ting-tingg ... ! Tiga batu kali yang disambitkan Pek-tung Lo-kai dapat ditangkis pedang Cu Kiok
Sianli dengan manisnya, sedangkan dua batu yang lain dihindarkan dengan lompatan
tinggi ke atas. Gerakan wanita ini tidak berhenti sampai di situ saja, dari atas Cu Kiok
Sianli membuat putaran ke samping menubruk Soo Kian Kun!
"Haiyaaaaa ... !"
Kaget juga Sastrawan Sinting mendapat serangan tak terduga ini.
Tranggggg-tranggggg ... !!
Sepasang mouw-pit besi di kedua tangan menyambut pedang. Tubuh Dewi Seruni
Ungu terpental kembali ke atas. Wanita cantik setengah tua ini menggunakan ketika
tubuhnya terpental ini untuk menjauhi kedua lawan. Dia tahu bahwa kedua kakek itu
tidak menyerangnya dengan sungguh-sungguh untuk menjatuhkannya, maka setelah
berputaran lima kali di udara tubuhnya jatuh berdiri sekitar dua tombak dari kedua lawan.
Kedua kakek itu hanya mengawasi Cu Kiok Sianli dengan dua pasang mata mereka, akan
tetapi tubuh keduanya tidak mengejar menyerang, hanya diam tak bergerak dan senyum
mengejek menyungging di mulutnya.
"Bagaimana ... " Puas sekarang, Sianli?" tanya Pek-tung Lo-kai.
"Sudahlah, Cu Kiok. Kenapa kau ngotot menyerang kami. Lebih baik kau
tinggalkan tempat ini dan jangan mengganggu anak muda itu lagi." Sastrawan Sinting
berkata halus, kakek sastrawan ini masih mempunyai hati tidak tega kepada kecintaannya
dahulu itu. "Keparattttt ... ! Jangan harap kalian dapat menyelamatkan anak muda itu"
Hiiiaaaaattttt ... !!"
Dewi Seruni Ungu melenting ke tengah sungai.
"Gilaaaaa ... !" Sastrawan Sinting berteriak kaget. Tubuhnya menyusul cepat.
"Celakaaaaa ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
122 Pek-tung Lo-kai pun tidak mau ketinggalan menyusul, tubuh kurus kering itu pun
melayang cepat berusaha menahan serangan wanita cantik berhati iblis Dewi Seruni
Ungu! "Ehhhhh ... !" Dewi Seruni Ungu terpekik kaget. Lalu melanjutkan gerakannya
untuk melesat melarikan diri dari tempat berbahaya tersebut. Wanita ini berkelebatan di
atas batu-batu besar, berlari turun gunung sambil melengking tinggi, lengking kemarahan
dan penasaran! "Lhohhhhh ... ?" Kedua mata Soo Kian Kun Si Sastrawan Sinting melotot!
"Jangkrikkkkkk ... ! Kemana dia ... ?"?" seru Pek-tung Lo-kai.
Pemuda yang berendam di tengah sungai tersebut ternyata sudah tidak nampak lagi
batang hidungnya! Seperti lenyap terseret arus air. Kedua kakek itu segera berloncatan
menyusuri sungai untuk mencari pemuda tampan yang bukan lain adalah Cu Liong!
Keduanya saling menyalahkan atas hilangnya anak muda dari tengah sungai!
"Kau Kakek Sinting! Begitu kecintaanmu datang, menjadi pikun. Disuruh
mengawasi eh, malah merayu kembali, dasar sintinggggg!" umpat Pek-tung Lo-kai
jengkel. "Apa ... " Apa katamu, pengemis bau" Kalau kau tidak terancam nyawa, mana aku
mau menemui dia ... !" Soo Kian Kun Si Sastrawan Sinting melotot marah."Tua bangka
tak becus menjaga diri masih menyalahkan orang lain. Dasar pengemis edan!"
"Aku tak bisa menjaga diri" Jangan omong sembarangan kau!"
"Nyatanya tadi ... !"
"Nyatanya apa hayo ... ?" seru Pek-tung Lo-kai sewot.
"Kepalamu hampir terpenggal pedang!"
"Huah-ha-ha-ha ... dasar sastrawan tua pikun. Aku dapat terancam pedang begitu
mudahnya" Goblokkkkk, dasar sastrawan goblokkkkk!" Pek-tung Lo-kai menjawab keras.
"Hanya jurus cakar ayam begitu saja masa aku Si Tua ini kalah olehnya, tak usah
yaaaaa!" "Kenapa tadi berteriak minta tolong?" tanya Soo Kian Kun sengit!
"Heh-heh-heh ... itu mah namanya siasat, tolol! Yang pasti kau tidak tega kalau
kecintaanmu itu jatuh di tanganku, he-he-he ... benar tidak!"
e-bukugratis.blogspot.com
123 "Gilaaaaa ... !" Soo Kian Kun memekik marah dan sastrawan ini lalu menghentikan
larinya dan memandang melotot Pek-tung Lo-kai yang juga berhenti dan memandangnya
dengan senyum penuh ejekan. "Agaknya hari ini terpaksa aku turun tangan mengusir
pengemis tak berani air ini."
"Mengusirku ... " Tak begitu mudah kakek tua sinting!"
"Gilaaaaa, tua bangka bau, kurang asemmm!"
Sastrawan Sinting segera menyerang temannya sendiri dengan totokan jari-jari
tangannya. Akan tetapi Pek-tung Lo-kai segera mengelak dan melarikan diri turun
gunung dikejar Sastrawan Sinting yang memaki-maki pengemis ini. Kedua kakek tua ini
bagaikan anak kecil sedang main kejar-kejaran dan berloncatan di atas batu-batu kali.
Lupa sama sekali bahwa keduanya sudah kakek-kakek bangkotan. Sebentar saja tubuh
keduanya telah kelihatan seperti dua titik kecil menuju ke bawah bukit!
--o0o-- "Hatiku berdebar-debar terus, Suheng. Rasa-rasanya kok tidak enak kita mendaki
bukit ini," kata seorang wanita cantik berusia dua puluhan tahun mengenakan pakaian
serba merah kepada teman seperjalanannya.
"Aneh. Aku pun juga merasa tidak enak, Suheng." Pemuda di belakang kedua
wanita itu pun berkata lirih.
Lima orang teruna yang mendaki bukit ini terdiri dari tiga orang pemuda bertubuh
tegap, berwajah tampan dan dua orang gadis cantik.
"Kenapa takut, Suci. Kita berlima cukup kuat untuk mengatasi segala perintang,
betul tidak, Suheng!" gadis berbaju biru yang wajahnya berbentuk kwaci menimpali.
Sepasang mata lebar menambah manis wajahnya.
"Betul. Apa yang dikatakan Si-sumoi! Janganlah kita merasa was-was dan takut
kalau belum tahu apa yang akan menimpa. Tabah dan percaya diri itulah sikap seorang
pendekar. Demikian pesan Suhu kepada kita, bukan?" Sang Suheng menjawab perlahan.
"Tapi ... Suheng. Biasanya kalau perasaanku begini tak pernah meleset!" Si Baju
Merah, dara berwajah penuh senyuman itu pun menyatakan isi hatinya kembali.
e-bukugratis.blogspot.com
124 "Alaaaaa, Twa-ci mesti begitu. Seakan peramal ulung saja." Pemuda paling tampan
dan usianya paling muda ngedumel.
Lalu tertawa ha-ha-hi-hi. Sepasang matanya kocak berseri menambah tampan raut
mukanya! "Sttttt, tenang!" Dara baju biru menyela. "Kita memang sedang menyelidiki Si
Pembunuh berdarah dingin : Golok Naga Terbang. Semua perasaan itu baik-baik saja,
asalkan kita tidak menjadi lengah dan dapat berlaku waspada selalu."
"Cocok dengan pendapatku!" pemuda ke empat pun tak mau ketinggalan
mengutarakan isi hatinya. "Memang perintah Suhu kali ini benar. Kita harus membekuk
penjahat sadis tersebut. Kita berlima tak boleh berpisah sama sekali seperti biasanya, kita
disuruh berlima agar dapat mengembangkan ilmu silat Ngo-heng-tin!"
"Benar apa yang dikatakan Si-sute. Kita harus bersatu dengan para pendekar lain
untuk mencari jejak pembunuh tersebut. Menurut penelitian kita sejak pembunuhan para
pengikut Dewa Angin sejak di bawah bukit itu, pembunuh sadis tersebut menuju ke atas
bukit ini. Entah di mana sembunyinya bangsat tersebut!" Orang yang paling tua dari
kelima murid Hoa-san itu berkata.
Lima pemuda yang bukan lain adalah Hoa-san Ngo-liong-kiam (Lima Naga Pedang
dari Hoa-san) ini mendapat tugas dari Sin Seng Tojin Ketua Hoa-san untuk membekuk
pembunuh sadis yang mengaku Golok Naga Terbang! Sebetulnya mereka berlima baru
saja tiba di Gunung Hoa-san dari perantauan mereka. Nama besar Lima Naga Pedang,
karena kelimanya ahli memainkan senjata pedang secara bersama dengan membentuk
Barisan Lima Unsur (Ngo-heng). Jarang tokoh silat dapat lolos dari barisan ini. Ilmu ini
adalah ciptaan Ketua Hoa-san Sin Seng Tojin sendiri.
"Tolonggggg ... ! Tolonggggg ... too ... !" jeritan itu pun terputus di tengah jalan.
Kelimanya saling pandang dan hampir bersamaan kelimanya meloncat menembus
hutan menuju ke arah datangnya teriakan. Bagaikan lima ekor burung terbang, lima orang
pemuda pemudi itu menyelinap cepat di kerimbunan hutan dan semak perdu. Tak berapa
lama kemudian sampailah kelimanya di sebuah tanah lapang di tengah hutan dekat
dengan sebuah telaga kecil!
"Biadab ... !" "Sungguh kejiiiii ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
125 "Tak berperikemanusiaan ... !"
"Ihhh, mengerikan ... ! Bukan perbuatan manusia, pantasnya iblis sendiri yang tega
berbuat seperti ini!" Gadis berbaju inerah menjerit lirih.
"Keparat! Suheng kita harus kejar dia ... !" Setelah berkata demikian orang termuda
ini melesat, cepat mengejar bayangan serba putih yang bergerak cepat meninggalkan para
korbannya itu. Keempat kakak seperguruannya pun mengikutinya dari belakang dengan wajah
merah penuh penasaran dan kemarahan. Pandang mata mereka mengeras penuh nafsu
membunuh. Memang tak dapat disalahkan apabila kelima anak muda itu menjadi marah
melihat perbuatan yang demikian kejam dilakukan seorang manusia. Puluhan tubuh
terpotong-potong dan berserakan di tanah malang melintang memenuhi tepi telaga.
Lima orang tubuh wanita nampak bugil dan penuh irisan malang-melintang, irisan
senjata tajam! Pengejaran itu pun dilakukan tak kenal lelah, dua bukit sudah mereka lewati. Akan
tetapi, tetap saja jarak mereka tidak berubah!
Lelaki tinggi kurus berpakaian putih berlari tak mengenal lelah sama sekali, tak
pernah kendor larinya dan melayang-layang cepat ke depan bagaikan terbawa angin
saking hebat ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya!
Set-set-set ... ! Belasan senjata rahasia dilempar kelima pemuda dan pemudi murid perguruan Hoasan. Berkeredepan cepat menuju belakang tubuh orang berpakaian putih!
Walaupun sedang berlari cepat, orang berpakaian serba putih itu di belakang
tubuhnya seakan memiliki mata. Tangan kanannya mengibas ke belakang menyambut
datangnya am-gi (senjata gelap).
Wuttttt ... ! Bagaikan digulung angin puyuh, belasan senjata rahasia itu melesat ke samping.
Mendadak saja orang berpakaian serba putih dan berwajah kepucatan membalik dan
mendorongkan kedua tangannya ke depan. Angin yang luar biasa kuatnya keluar dari
kedua tangannya menyambut datangnya kelima muda-mudi murid Hoa-san.
"Hebattttt ... !" Teriak pemuda termuda ketika menyambut dorongan kedua tangan
lawan. e-bukugratis.blogspot.com
126 Tubuhnya seakan dilempar oleh tenaga raksasa melayang ke belakang menimpa
keempat temannya. Memang walaupun dia termuda di antara mereka namun ternyata
bahwa ilmu meringankan tubuhnya malah paling hebat diantara kelima orang itu.
"Awasssss ... !"
Dua orang kakak seperguruannya segera menyambar ke depan. Setelah dapat
menangkap tubuh adik seperguruannya dan melihat bahwa adik seperguruan tersebut tak
kurang suatu apa mereka lalu maju mengurung lelaki berpakaian putih berwajah pucat.
"Ha-ha-ha, inilah makanan siang buatku! Dua dara cantik jelita yang masih perawan,
ha-ha-ha!" Orang berpakaian putih pembunuh sadis tak mengenal peri kemanusiaan yang
mengaku Golok Naga Terbang atau lebih tepat kalau kita beri nama Iblis Naga Terbang
ini terkekeh senang! "Keparat!" umpat kedua dara yang berpakaian merah dan biru hampir berbareng!
Ketiga kakak beradik lainnya juga memaki tak kurang hebatnya.
Srattt ... ! Cepat kelimanya menghunus senjata andalan.
"Hari ini jangan harap kau dapat lolos dari Hoa-san Ngo-liong-kiam! Keparat sadis,
bersiaplah untuk menyerahkan nyawamu!" bentak orang tertua dari Hoa-san Ngo-liongkiam.
Pemuda ini lalu memberi aba-aba dan bergeraklah tin (barisan) Ngo-liong-kiam,
berkeredepan pedang mereka meluruk ke arah Iblis Naga Terbang!
"Ha-ha-ha, keluarkan seluruh kepandaianmu ajaran Si Tua Hoa-san! Ingin kulihat
barisan ciptaannya itu dapat berbuat apa terhadap diriku, ha-ha-ha ... !"
Sambil berkelebat mengelak Iblis Naga Terbang menghindar dan mencabut golok.
Senjata berat tersebut segera diputar untuk menahan serangan kelima anak muda itu.
Tranggg-tranggggg-tranggggg ... !!
Berulang kali terdengar denting senjata beradu dan setiap kali golok besar dapat
menangkis pedang tentu pedang lawan terlempar membalik. Sungguh kuat tenaga sakti
orang bermuka pucat ini, betul-betul di luar dugaan kelima murid Hoa-san!
Sebentar saja kelima orang itu, menjadi repot menerima serangan balik Iblis Naga
Terbang! e-bukugratis.blogspot.com
127 Walaupun sesekali serangan pedang mereka dapat juga membuat iblis itu terdesak,
namun tetap saja barisan mereka menjadi tidak dapat berkembang sesuai dengan
keinginan mereka! Tangan yang memegang gagang pedang seakan-akan terkelupas
kulitnya ketika untuk ke sekian kalinya senjata mereka beradu dengan golok lawan!
"Ha-ha-ha, lebih baik kalian tinggalkan bocah denok ini. Kalian tiga lelaki murid
Sin Seng Tojin kuberi ampun dan beritahukan pada Suhumu, aku murid Pendekar Golok
Terbang ingin menyunting dua muridnya. Ha-huah-ha-ha ... !!"
"Bangsat! Lebih baik mampus!!"
Dua orang gadis itu berteriak melengking panjang dan dua batang pedang
menyambar dari atas bawah dengan kecepatan kilat. Kedua dara ini tidak mempedulikan
penjagaan diri mereka. Niat di hati, ingin mengadu nyawa dengan Iblis Naga Terbang!
Ketiga rekan seperguruan mereka menjadi kaget melihat ulah kedua orang gadis ini,
tanpa dapat dicegah lagi rusaklah barisan Ngo-heng-tin!
Dengan rusaknya aturan yang dimulai kedua gadis itu, maka daya kesatuan dari
Ngo-heng-tin yang sambung menyambung tak berguna sama sekali. Mereka lalu
mengeluarkan ilmu pedang tunggal Hoa-san Kiam-sut, menyerang berbareng
mengerubuti Iblis Naga Terbang!
"Ha-ha-ha ... !!" Sambil tertawa-tawa ngakak, orang berbaju putih itu menyelinap di
bawah hujan kelima pedang lawan.
Gerakannya gesit luar biasa dan gerakan senjata golok besar itu pun di samping


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuat juga sangat aneh. Seperti gerakan serangan tongkat atau pedang jadi bukan melulu
ilmu golok yang ampuh. Melihat ilmu yang dikeluarkan orang berbaju putih kelima anak
murid Hoa-san menjadi curiga tentang pengakuan orang ini sebagai murid Pendekar
Golok Terbang. Sedikit banyak, kelimanya telah tahu akan ciri-ciri dari Ilmu Golok
Terbang, si Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie. Guru mereka telah sedikit banyak
memberitahu ciri-ciri tokoh kang-ouw dan andalan mereka.
Maka karena tidak dapat menahan diri dari keheranan ini orang termuda yang
bergerak paling gesit membentak, "Siapa kau" Mengapa menyamar sebagai murid
Pendekar Golok Terbang melakukan pembunuhan dan perkosaan?"
"Keparat ... ! Terpaksa pinto melakukan pembunuhan lagi!"
e-bukugratis.blogspot.com
128 Setelah mengumpat, goloknya lalu bergulung-gulung laksana ombak Laut Selatan
menerjang pantai karang! Tubuh pemuda baju putih itu pun lenyap terbungkus senjata
golok besarnya dan menerjang ke kanan kiri dengan dahsyatnya.
"Lariiiii ... !" Sang Suheng berteriak memperingatkan. Akan tetapi terlambat!
Tranggg-crakkk! Trangg-trakkk! Blesssss!
Tuk-tukkkkk! Tiga tubuh anak muda murid Hoa-san tergeletak berlumuran darah. Dua orang
pemuda hampir terpotong tubuhnya dan seorang lagi dadanya menjadi sarang golok besar
lawan. Sedangkan gadis cantik berpakaian merah terkulai pingsan terkena totokan orang
yang mengaku murid Pendekar Golok Terbang dan adik seperguruannya yang berwajah
cantik berbentuk kwaci dengan sepasang mata lebar itu telah dibawa melayang pergi
sambil tertawa-tawa. Orang yang mengaku Pendekar Golok Terbang tersebut mengira bahwa semua
yang dilakukannya ini tidak mempunyai saksi sama sekali. Orang ini terlalu percaya akan
kepandaian sendiri sehingga sekarang ini berbuat satu kebodohan!
Mungkin darah kelakiannya telah memenuhi otak untuk segera mencicipi tubuh
yang ranum punya dara berpakaian serba biru murid Hoa-san itu!
Entah berapa lama dara berpakaian serba merah itu pingsan atau dalam keadaan
setengah mati akibat totokan jari tangan ampuh lawan. Ketika dia tersadar dan membuka
kelopak mata, hari telah menjelang pagi kembali. Hawa dingin dari bukit itu telah
menyadarkannya! Pelan-pelan ia bangkit dan memandang ke sekitarnya. Agaknya belum sepenuhnya
dara ini teringat akan semua yang dialaminya. Tiba-tiba ketika pandang matanya dapat
menembus kabut pagi, tiba-tiba sepasang matanya terbelalak! Seakan tak percaya apa
yang dilihatnya. Akan tetapi ketika dengan sempoyongan maju mendekati tiba-tiba saja ia
menjerit keras. "Suhenggggg ... !!"
Tubuhnya menubruk ke depan. Tanpa mempedulikan lagi akan darah beku yang
membasahi pakaiannya. "Suheng! Si-sute, Ngo-sute! Hi-hik-hik ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
129 Gadis berpakaian serba merah ini menjerit-jerit dan air mata mengalir bagaikan
sebuah anak sungai membasahi kedua pipi. Menubruk bergantian ke arah tiga mayat
saudara seperguruan itu. Saking tak kuat menahan kesedihan lagi, akhirnya gadis baju
merah pingsan kembali. Begitu sadar, dengan sesenggukkan dan air mata tak mau kering mengalir turun, ia
membuat tiga buah lubang untuk mengubur saudara-saudara seperguruannya tersebut.
Walaupun dengan susah payah akhirnya dapat juga ia menguburkannya dan diselingi isak
tangis gadis ini segera bersumpah di depan ketiga makam tersebut.
"Suheng dan kedua Sute. Aku akan membalaskan sakit hati ini! Suhu akan kuminta
menurunkan ilmu yang lebih tinggi agar aku dapat membalaskan sakit hati ini terhadap
Iblis Naga Terbang. Tenanglah kalian dan bantulah aku untuk mendapatkan ilmu yang
lebih tinggi lagi." Dengan sempoyongan dan merintih tangis, dara berbaju merah ini pun menuruni
bukit. Pulang ke Gunung Hoa-san, melaporkan nasib yang menimpa mereka semua.
Setelah menuruni beberapa lama ke bawah bukit wanita ini bertemu dengan kedua
paman gurunya. Dua orang adik seperguruan Ketua Hoa-san yaitu Sin Seng Tojin,
mereka berdua Ji Seng Tojin dan Sam Seng Tojin.
"Celaka ... Paman Guru! Kami semua celaka di tangan orang yang menyamar
menjadi murid Pendekar Golok Terbang. Semua semua ... binasa ... !"
Gadis baju merah pun terkulai, pingsan.
Ji Seng Tojin dan Sam Seng Tojin segera merawat keponakan murid itu. Setelah
mendengar seluruh cerita murid keponakannya kedua tosu itu segera mengajak anak
murid keponakannya untuk menemui Ketua mereka. Kedua tosu itu berjanji akan mencari
Iblis Naga Terbang pembunuh sadis. Ketiganya berjalan cepat menuju Gunung Hoa-san!
Pembunuhan dan penculikan gadis tersebut hanya sebagian saja dari perbuatan Iblis
Naga Terbang yang mengaku murid Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie!
Banyak orang persilatan dibabat dengan sadis tanpa mengenal perikemanusiaan
sehingga orang-orang kang-ouw menjadi marah dan segera saja tersiar kabar bahwa
murid Pendekar Golok Terbang harus menanggung akibat perbuatannya!
Banyak tokoh silat baik dari golongan putih mau pun hitam memburunya!
e-bukugratis.blogspot.com
130 Sedangkan perebutan Golok Pusaka Naga Terbang pun juga menjadi berita santer di
sana-sini. Di mana adanya golok pusaka tersebut, belum ada yang tahu!
Mereka pun mencari-carinya!
Pada suatu hari di jalan menuju ke arah kotaraja, seorang pemuda remaja berwajah
tampan dan bertubuh tinggi tegap berjalan seorang diri dengan kepala menunduk.
Sepasang matanya memandang sayu ke jalan depan kakinya. Dia berjalan seakan-akan
menghitung langkah kakinya! Pemuda ini bukan lain adalah Li Cu Liong sendiri. Tentu
saja hatinya sedih mendengar berita yang sangat memburukkan nama baik guru dan
dirinya ini. Tekad di hatinya hanya satu, yaitu rnencari siapa orang yang menyaru sebagai
dirinya itu" "Minggir tolol! Berjalan di tengah jalan seenaknya!"
"Punya Eyangnya "ngkali!" ejek lelaki berkuda berwajah penuh brewok di
belakangnya. Tanpa menoleh lagi Cu Liong melangkah ke pinggir jalan. Debu pun menggelapkan
mata ketika rombongan berkuda yang terdiri dari dua belas orang lewat. Cu Liong melirik
sekilas ke arah rombongan tersebut. Tak ada yang dikenalnya sama sekali, entah dari
golongan mana mereka ini" Tidak ada gambar atau benda di tubuh mereka hanya semua
mengenakan pakaian serba hijau!
"Cepat nanti kita ketinggalan!" Ketua rombongan itu berteriak merherintah.
Tar-tar-tarrr ... !! "Hiyakkk ... ! Hiyaaakkk ... !"
Teriakan lantang disertai dengan lecutan-lecutan di kaki kuda membuat tunggangan
mereka menjadi semakin cepat menggerakkan kakinya, membalap ke depan, bagaikan
lomba pacuan kuda saja. Para penunggang kuda berseragam hijau tersebut ternyata
adalah ahli-ahli dalam mengendalikan kuda mereka. Tubuh mereka tampak gagah di atas
punggung kuda yang membalap cepat!
"Ada apakah sebenarnya sehingga mereka itu seperti lari dikejar setan" Sungguh
mencurigakan sekali. Baiknya kuikuti saja mereka!"
e-bukugratis.blogspot.com
131 Begitu jalan pikiran pemuda ini bercuriga, maka sekali menjejakkan kaki tubuhnya
telah melesat ke depan, bagaikan sebatang anak panah terlepas dari busurnya. Cu Liong
dengan hati-hati membayangi kedua belas orang berseragam hijau tersebut!
Bagaimana pemuda ini dapat berada di jalan raya menuju ke kotaraja ini"
Marilah kita mundur sejenak untuk mengikuti pengalaman pemuda ini ketika dia
sedang berendam dalam air sungai dipuncak sebuah bukit.
Direndam oleh Pelajar Sinting Soo Kian Kun!
Pada saat kedua tokoh persilatan tua itu sedang menghadapi Dewi Seruni Ungu,
pendengaran Cu Liong yang tajam dapat mengikuti semua pembicaraan itu. Akan tetapi
karena dia dalam keadaan terserang racun dari Cu Kiok Sianli alias Dewi Seruni Ungu
tentu saja Cu Liong tidak dapat berbuat apa pun. Dia hanya berusaha untuk
membangkitkan tenaga dalamnya melalui latihan pernapasan dari Kitab Pusaka Menjala
Langit! Selagi Cu Liong tenggelam dalam pengaturan napas, ia merasa tubuhnya dibawa
terbang cepat sekali! Dengan kaget Li Cu Liong membuka sepasang matanya dan pandang matanya
dapat melihat wajah penuh kesabaran dari Kakek Bukit Awan, gurunya!
"Suhu ... ?" desisnya lirih hampir tidak kedengaran sama sekali.
"Tenang, Liong. Jangan takut! Tidak apa-apa," ucapan lembut itu memasuki kedua
telinga dan menenteramkan hati Cu Liong.
Cu Liong memejamkan kedua matanya kembali, pasrah kepada suhunya ini karena
dia percaya di tangan suhunya ini ia berada di tangan yang aman. Ketika Cu Liong
membuka mata kembali. Dia telah berada di sebuah puncak bukit yang penuh dengan
bunga-bunga merah. Bunga merah mekar mengharum baunya memenuhi puncak
tersebut! "Suhu ... !" Cu Liong memberi hormat sambil berlutut di depan kakek berambut
putih dan beralis putih panjang.
San In Lojin tersenyum lembut.
"Bagaimana rasa tubuhmu, Liong?"
"Dingin sekali Suhu. Teecu tidak dapat mengerahkan tenaga sakti untuk
melawannya sama sekali." Suara Cu Liong penuh kedukaan dan gemetar.
e-bukugratis.blogspot.com
132 "Ha-ha-ha, kenapa cemas, Cu Liong! Rasa cemas dan khawatir itu tidak akan
menolongmu. Kau harus percaya diri dan janganlah mempunyai rasa khawatir sedikit pun.
Rasa cemas hanya akan membuat penyakit itu semakin menjadi lebih parah!"
"Tapi ... tapi ... !"
"Biarlah ini menjadi pengalaman bagimu. Sekarang majulah ke depan!" Perintah
San In Lojin. "Ulurkan kedua tanganmu dan kerahkan seluruh perhatianmu untuk
menimbulkan tenaga saktimu kembali. Ikutilah saja aliran tenaga yang memasuki
tubuhmu!" Cu Liong merasakan tangan kanannya menerima saluran hawa panas dari tangan
kiri suhunya dan tangan kanan suhunya mengalirkan hawa panas pula sehingga kedua
tangan itu mengalir hawa hangat. Cu Liong mengikuti kedua hawa panas itu menyelusuri
semua jalan darahnya. Rasa hangat itu semakin lama semakin panas, sehingga hampir tak
tertahankan lagi. Keringat sebesar kedelai telah membasahi seluruh tubuh Cu Liong.
"Tahankan Cu Liong! Sekarang akan kuganti!"
Pelan-pelan tenaga itu berubah menjadi dingin dan semakin dingin seakan-akan
membikin seluruh darah di tubuhnya menjadi beku. Entah berapa lama kedua tenaga itu
bergantian memasuki tubuhnya, Cu Liong tidak merasakan lagi. Sekarang seluruh
perhatiannya hanya tertuju akan perjalanan hawa didalam tubuh. Keadaan Cu Liong
semakin membaik. Pemuda ini tidak merasakan lagi tempelan tangan San In Lojin pada
kedua telapak tangannya. Dia tidak tahu bahwa dirinya telah dapat membangkitkan
tenaga sakti yang tadinya mengeram akibat racun dari Dewi Seruni Ungu.
Keadaan pemuda ini sampai beberapa hari tenggelam dalam samadhi. Dan pada
suatu hari, San In Lojin, gurunya membangunkannya. Cu Liong tersadar dari alam
samadhinya! "Sekarang semua racun telah bersih dari tubuhmu, Cu Liong. Pengalaman ini akan
membawa hikmah besar bagimu. Kau akan menjadi semakin hati-hati dalam menghadapi
segala siasat dari orang-orang kalangan sesat! Dan lagi untuk sekarang ini, kau harus
mencari penjahat yang mencemarkan nama Gurumu! Berhati-hatilah!"
Setelah memesan muridnya, San In Lojin berjalan pergi. Bagaikan sedang melayang
saja kakek tua itu melayang menuruni bukit. Sampai di sini terputuslah kenangan Cu
Liong. e-bukugratis.blogspot.com
133 Lapat-lapat pemuda ini mendengar teriakan-teriakan dan dencing suara beradunya
senjata! Cepat Cu Liong mendekati arah suara itu. Sepasang mata pemuda itu terbelalak
melihat pemandangan di depannya. Nampak seorang gadis cantik sedang dikeroyok dua
belas orang bersenjatakan pedang panjang dan memiliki ilmu lumayan. Teriakan-teriakan
liar dan ganas keluar dari orang-orang berseragam hijau. Akan tetapi dara yang dikeroyok
itu berkelebatan seperti seekor kupu-kupu bermain di antara dahan-dahan dan kelopak
bunga. Gerakan tubuhnya sangat indah dan gesit, terkadang pedang pendek di tangan
kanan menangkis, sekali tangkis saja pemegang berpakaian serba hijau terlempar ke
belakang. Ini menandakan bahwa gadis cantik itu memiliki tenaga sinkang luar biasa
tinggi! "Ihhhhh, kalian ini seperti kerbau gila saja! Aku tidak mempunyai kesalahan apa
pun terhadap kalian. Kenapa datang-datang kalian mengamuk seperti kemasukan setan,
gilaaa!" Walaupun dikeroyok dua belas orang gadis cantik itu masih dapat mengucapkan
kata ejekan. "Mampuslahhhhh!" Teriak kepala orang berbaju hijau yang bertubuh tinggi besar.
Pedangnya membabat ke arah pinggang ketika dara cantik ini sedang berada di
tengah udara mengelak dari sambaran pedang kawannya.
"Nanti dulu! Tidak begitu gampang aku mampus, hi-hi-hi-hi!" Sambil ketawa
renyah Tan Gin Nio, dara cantik murid Nelayan Pantai Timur membuat putaran di udara.
Dan tangan kanannya meluncur ke pedang.
Tranggggg ... !! Tiga pedang anak buah baju hijau menyambut pedang pendek Gin Nio. Akan tetapi
ketiganya terpental ke belakang dan jatuh bergulingan.
"Tahannnnn! Aku ingin tahu sebabnya kenapa kalian membabi buta menyerangku!"
Orang-orang berpakaian serba hijau ini masih mengurung gadis cantik itu di tengah.
Kepala pasukan serba hijau ini segera maju dan menjura dengan kedua tangan depan dada.
"Maafkan kami, Lihiap. Benarkah Lihiap bukan pembunuh ... ?"
"Pembunuh ... " Aku pembunuh ... " Tuduhan gila apalagi ini ... ?" Bentak Gin Nio
jengkel. Sepasang mata bintangnya melotot, malah menambah manis wajahnya.
e-bukugratis.blogspot.com
134 "Maaf ... maaf, sebetulnya kami semua sedang mengejar wanita pembunuh tuan
muda kami. Menurut keterangan salah seorang anak buah perkumpulan kami, Tuan Muda
berjalan bersama seorang gadis cantik. Akan tetapi kemarin pagi, tubuhnya diketemukan
telah tak bernyawa di dekat rumah perkumpulan kami."
Pemimpin rombongan itu menerangkan sebab musababnya. Sepasang matanya
masih memandang curiga kepada Tan Gin Nio.
"Sekarang mana itu orang yang melihat wanita cantik itu. Apa benar dia adalah
aku" Hayo, mana orang itu?" Bentak Gin Nio lantang.
"Maaf, kami semua mohon Lihiap sudi mengunjungi perkumpulan kami di Bukit
Kera!" "Ihhhhh, memangnya aku pesakitan" Ke mana pun aku pergi, itu mah urusanku
sendiri. Kenapa kau ini orang-orang Partai Kera ribut mulut!"
"Tapi ... " katanya ragu-ragu.
"Sudah, pergi sana! Aku mau ketemu Ketua Si Kera Hitam Besar sendiri. Akan
kulihat bagaimana muka munyuknya kalau ia melihatku! Pergi! Pergi cepat!" Usir Tan
Gin Nio jengkel. Dua belas orang berpakaian serba hijau itu kaget sekali mendengar ucapan gadis
cantik itu. Tak menyangka sama sekali bahwa dara jelita ini agaknya mengenal baik
Ketua mereka. Wahhh, ini bisa berabe! Salah-salah mereka semua akan mendapat dampratan dari ketuanya, Hek-kauw-sian
Gi Bong! Cepat mereka menuju kuda masing-masing dan tanpa berani menoleh lagi mereka
membalapkan kuda menuju ke Bukit Kera di sebelah selatan kotaraja! Begitu rombongan
seragam baju hijau pergi, Tan Gin Nio masih berdiri di tengah jalan. Senyumnya
mengejek memandang ke arah sebuah pohon besar di pinggir jalan.
"Kenapa tidak lekas turun" Apa menanti Nonamu turun tangan?"
Li Cu Liong kaget juga melihat kelihaian mata gadis yang pernah dijumpainya di
rumah makan di kota Merak Emas, kota di utara Bukit Awan. Maka untuk tidak
memperlihatkan kepandaian silatnya, Cu Liong meloncat turun dengan agak
e-bukugratis.blogspot.com
135 memberatkan sedikit badannya. Begitu tiba di tanah dia lalu maju mendekati dara cantik
itu. "Ihhh, kiranya kau?" Tan Gin Nio menyapa geli. Tangan kiri menutupi giginya
yang tadi berkilat seperti mutiara ketika dara ini tertawa.
"Benar, Lihiap. Selamat berjumpa kembali."
"Ihhh, apa-apaan ini" Kenapa lihiap-lihiap segala. Aku bukan Lihiap!" seru Gin Nio
sambil melotot. "Maaf, maaf, maafkan saya lihi ... eh, maaf karena belum tahu dan mengenal nama
lihia ... !" Li Cu Liong menjadi salah tingkah dipandang sepasang mata bintang gadis itu.
"Kalau mau tahu namaku, yaaa sebutkan dulu namamu donggggg! Masak seorang
gadis harus memperkenalkan nama terlebih dulu, tak usah yaaa!" ucapan ini terdengar
renyah di telinga Cu Liong.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ooo yaaaa, benar, Nona. Maaf sekali lagi maaf, aku bernama Cu Liong."
"Nah, begitu baru benar. Eh, Liong-ko! Boleh kan aku memanggil kau Liong-ko?"
"Tentu saja boleh, Nona."
"Lhooohhh, kau ini gimana sih. Memanggil nona-nona terus?"
Cu Liong bohwat juga. Masak dia yang tak tahu nama gadis ini harus memanggil
apa padanya. Dasar gadis rewel, pikirnya. Akan tetapi bukan itu yang keluar dari mulut
pemuda ini. "Habis, kalau bukan nona, siapa lagi" Saya belum tahu namanya sihh?"
"Ooooo yaaa thoo! Apa aku tadi belum memberitahukan namaku?"
"Uhhh, pikun!" umpat dalam hati Cu Liong. Dia menggelengkan kepala sebagai
jawaban. "Namaku Gin Nio, aku marga Tan dan suhuku Nelayan Pantai Timur."
Begitu memperkenalkan nama, dara ini memperkenalkan nama gurunya pula. Entah
mengapa dia merasa simpati kepada pemuda yang baru ditemuinya dua kali ini. Ada
sesuatu pada diri pemuda ini yang menarik hatinya.
"Ohhh, jadi Nona murid Nelayan Pantai Timur Locianpwe. Suhu pernah memberi
tahu bahwa dia mempunyai seorang sahabat dari timur. Seorang nelayan yang lihai ilmu
silatnya, boleh dikatakan datuk daerah timur."
"Ehhh, siapakah suhumu" Mungkin aku juga sudah mendengar namanya."
e-bukugratis.blogspot.com
136 "Suhu bernama Liok Ing Gie!"
"Pendekar Golok Terbang!" seru Gin Nio cepat.
Sepasang mata bola gadis ini memandang penuh perhatian kepada Cu Liong,
meneliti dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
"Wahhh, celaka ... "
"Ada apakah, Nona?" tanya Cu Liong melihat mimik dara itu menjadi pucat.
"Apakah kau yang membunuh beberapa orang persilatan dan memperkosa gadisgadis di Bukit Awan" Hayo ngaku saja, tidak usah mungkir."
"Lhohhh, apa pula ini."
Tan Gin Nio yang melihat pandang mata anak muda itu menjadi sadar. Terang
bukan anak muda ini yang menjadi pembunuh sadis dan pemerkosa wanita di Bukit
Awan. Kalau begitu siapa orang itu"
Wahhh, ada udang di balik kelambu. Ini pasti ada yang tidak beres.
"Begini saja, Liong-ko. Aku mau ke Bukit Kera menemui Ketua Perkumpulan Kera
Sakti, ingin menjelaskan persoalan ini. Marilah kau ikut serta untuk menjadi saksi. Akan
kuceritakan semua kejadian di Bukit Awan kepadamu."
Li Cu Liong yang merasa penasaran sekali akan tuduhan dirinya sebagai pembunuh
dan pemerkosa, tentu saja mau mengikuti dara itu menuju Bukit Kera. Keduanya
menggunakan ilmu meringankan tubuh, berlari cepat menuju puncak bukit. Akan tetapi
Cu Liong selalu menjaga jangan sampai dara ini tahu bahwa dia memiliki kepandaian
yang luar biasa tinggi. Maka dia selalu berlari di belakang murid Nelayan Pantai Timur
ini, langkah kakinya terdengar berat dan napasnya terdengar memburu. Gin Nio berjalan
sambil menceritakan kejadian di Bukit Awan!
"Celaka ... ! Siapakah yang berbuat itu" Kurang ajar! Aku harus mencari penjahat
yang mencemarkan nama suhu itu!" umpat Cu Liong gemas mendengar cerita Gin Nio.
"Apakah Nona percaya semua itu perbuatanku?"
"Ihhh, kau ini gimana sih! Sudah tahu namaku kok masih nona-nonaan segala. Apa
kau tidak mau kenal sama aku, gitu yaaaaa?"
"Maaf, aku lupa lagi. Baiklah, aku akan memanggilmu Adik!"
e-bukugratis.blogspot.com
137 Sebentar saja keduanya sudah semakin akrab. Gin Nio percaya seratus prosen,
bukan pemuda di sampingnya ini yang menjadi pembunuh sadis dan pemerkosa tersebut.
Dia sudah pernah berkenalan dengan Pendekar Golok Terbang Liok Ing Gie walau
sekilas, akan tetapi tak mungkin kalau sahabat karib gurunya akan mendidik muridnya
seperti yang dituduhkan oleh orang-orang kang-ouw.
"Lebih baik kau tidak mengaku murid Pendekar Golok Terbang. Nanti, kalau
rahasia ini telah terungkap, barulah kau mengaku kembali."
"Terima kasih atas perhatianmu, Moi-moi."
Begitu keduanya tiba di pintu gerbang benteng Perkumpulan Kera Sakti, di depan
pintu telah berbaris rapi puluhan lelaki berpakaian serba hijau di kanan kiri jalan. Berdiri
tegak dengan senjata terhunus di tangan.
Cu Liong melirik ke arah dara di sampingnya, akan tetapi ia kagum melihat dara itu
tak secuil pun memperlihatkan sikap jerih. Wajah Gin Nio tetap berseri-seri ketika
memasuki gudang harimau sarang naga ini. Maka ia pun mengikuti saja ke mana dara itu
menuju. "Hi-hik, ternyata kita disambut bagaikan tamu agung, Liong-ko," kata Gin Nio
keras. Li Cu Liong hanya tersenyum dan mengangguk. Ketika keduanya tiba di halaman,
di mana biasanya tempat itu untuk berlatih silat. Dari dalam keluarlah orang yang
kemarin memimpin rombongan yang menyerang Tan Gin Nio. Dari jauh orang itu telah
mengangkat kedua tangan memberi hormat dengan kedua tangan diangkat depan dada.
"Maaf, Lihiap, kami datang terlambat menyambut. Silakan masuk, Suhu telah
menanti di dalam." "Terima kasih." Bukan Gin Nio yang menjawab, melainkan Cu Liong.
Keduanya mengikuti orang itu menuju ke ruang pendapa di mana tampak sebuah
peti mati besar dan meja sembahyangan orang mati. Begitu masuk ke ruangan ini,
keduanya lalu mengambil dupa biting dan memberi penghormatan terakhir kepada anak
Ketua Perkumpulan Kera Sakti. Pemuda yang dibunuh perempuan cantik. Setelah
menancapkan dupa di tempatnya di depan peti mati, keduanya lalu memberi hormat
kepada keluarga di kanan kiri peti mati.
e-bukugratis.blogspot.com
138 Sepasang mata Ketua Perkumpulan Kera Sakti Gi Bong bersinar cerah melihat dara
ini memasuki pintu dan memberi hormat di depan peti mati anaknya. Tubuhnya yang
kurus kering kayak cicak itu mengangkat kedua tangan membalas penghormatan Gin Nio
dan Cu Liong. Setelah itu Ketua ini menggapai anak itu untuk mengikutinya ke belakang.
"Panggil itu murid yang melihat pembunuh anakku. Cepat!" Perintah Ketua ini
kepada murid yang menyuguhkan hidangan.
Ketiga orang ini duduk di ruang dalam, ruang Ketua ini bila sedang bersantai. Tak
lama kemudian masuklah seorang murid muda dari pintu tembusan. Begitu masuk murid
ini menjatuhkan diri berlutut menghadap gurunya.
"Angkat mukamu dan lihat baik-baik! Benarkah Nona ini yang kemarin berjalan
bersama anakku?" bentaknya lantang.
Murid itu mengangkat muka dan memandang ke arah Tan Gin Nio, penuh perhatian.
Akan tetapi segera dia menggeleng kepala.
"Bukan Suhu. Wanita itu cantik sekali dan mengenakan pakaian serba ungu!"
"Kurang ajar. Panggil A Gu, cepat! Bikin malu orang tua saja."
"Sudahlah, Paman. Kenapa mesti marah-marah kepada murid sendiri. Aku sedia
membantu Paman mencari pembunuh Adik Wei. Kenapa untuk urusan sepele itu, Paman
mesti mengambil hati," kata Gin Nio lembut.
"Uhh, murid tidak becus. Bikin malu saja, Nio. Untung kau yang diserang. Kalau
sampai salah bagaimana ... ?"
Kepala rombongan yang menyerang Gin Nio pun masuk ke dalam ruangan itu.
Wajahnya pucat melihat sepasang mata gurunya mencereng tajam.
"Goblok! Tahukah kau siapa yang kau keroyok kemarin?" tanya Gi Bong keras.
"Teecu tidak tahu, Suhu. Mohon maaf, kalau teecu keburu nafsu."
"Masih untung kalian tidak dihajar babak belur. Lihat baik-baik! Gadis ini adalah
tuan penolongku tahu!"
Dapat dibayangkan betapa takutnya A Gu mendengar ucapan Ketua Perkumpulan
Kera Sakti yang menjadi gurunya ini. Sungguh tak disangkanya sama sekali bahwa dara
muda itu adalah penolong suhunya sendiri. Maka sambil paikui di lantai berulang-ulang
A Gu mohon maaf kepada Gin Nio dan gurunya.
e-bukugratis.blogspot.com
139 "Sudah, pergi sana!" bentak Gi Bong lantang.Sambil membungkuk-bungkuk kedua
murid itu kembali ke depan.
Wajahnya berubah cerah kembali setelah guru dan nona itu memberi pengampunan.
Cu Liong yang mendengarkan keterangan anak murid tadi, teringat akan wanita yang
ditolongnya di bukit. Wanita yang telah meracuninya itu pun mengenakan pakaian serba
ungu, jangan-jangannn ... "
Pemuda itu lalu mengutarakan pendapatnya.
Bersambung jilid VI --o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
140 Jilid VI "Menurut pendapatku yang rendah, pembunuh itu tentulah seorang yang gila lakilaki. Mungkin dia seorang iblis betina, Pangcu."
"Hemmmmm ... !" Ketua ini berpikir, mengingat-ingat siapa gerangan iblis betina
yang mengenakan pakaian serba ungu itu. Akan tetapi, jalan pikirannya buntu. Tak
pernah ia mendengar ada iblis betina semacam itu di kang-ouw sekarang ini. Kalau
puluhan tahun lalu mungkin ada ia mendengar. Tak mungkin iblis itu masih hidup,
bisiknya dalam hati. "Tak mungkin kalau masih hidup," ucapnya lirih tanpa disadarinya.
"Tak mungkin apanya, Paman." tanya Gin Nio.
"Ehhhhh, apaaaaa ... ?"
Ketua ini seperti orang linglung saja mendengar pertanyaan Gin Nio.
Setelah memandang kedua muda mudi itu, ia pun lalu berkata. "Tak mungkin kalau
iblis betina itu masih hidup! Sudah puluhan tahun aku tak mendengar kabar beritanya ia
muncul di kang-ouw lagi."
"Siapakah iblis itu, Paman?" desak Tan Gin Nio.
"Hemmmmm, dia adalah Dewi Penghisap Sukma atau Dewi Seruni Ungu," jawab
Gi Bong sambil termangu-mangu.
Teringat bahwa menurut kabar orang di kang-ouw, iblis itu pun suka mengenakan
pakaian serba ungu. "Usianya sekarang mungkin sudah mendekati enam puluhan tahun. Tak mungkin
kalau dia ... ?" gumamnya lirih seperti mimpi.
"Ahhh, mungkin saja Paman. Siapa tahu kalau iblis itu muncul kembali." bantah
Tan Gin Nio. "Benar, Paman. Mungkin dia!" Li Cu Liong pun turut angkat bicara.
"Kenapa kau menduga demikian anak muda?"
"Saya pun pernah melihat wanita cantik setengah tua mengenakan pakaian serba
ungu. Mirip seperti yang diceritakan murid Pangcu tadi."
Terpaksa Li Cu Liong menceritakan wanita setengah tua yang telah menjebak
dirinya itu. Akan tetapi pemuda ini tidak menceritakan bagaimana sampai dia terkena
e-bukugratis.blogspot.com
141 racun. Kedua orang pendengarnya menjadi keheranan. Mungkinkah wanita yang berumur
enam puluhan tahun itu sekarang masih kelihatan seperti berumur tiga puluh ke bawah,
ah, siapa bisa percaya"
Tan Gin Nio menjadi semakin tertarik kepada teman barunya ini. Sepasang matanya
memandang wajah pemuda di sampingnya tak berkedip!
"Ah, kalau begitu ketika kita berpisah di rumah makan itu, kau ketemu dengan
wanita berbaju ungu tersebut?" tanyanya.
"Benar." Ketua Perkumpulan Kera Sakti memanggil pelayan untuk menyiapkan dua kamar
buat tamu agungnya ini. Kakek ini pun lalu meminta diri untuk kembali ke ruang
perkabungan, di mana seluruh keluarga mereka duduk di kanan kiri peti jenazah.
"Maafkan saya, Sicu. Saya harus kembali ke depan untuk menyambut tamu-tamu
yang datang. Nio, anggap saja di rumah sendiri, ya. Dua kamar telah kusuruh siapkan
buat kalian berdua."
"Kenapa repot-repot." Gin Nio menjawab lirih.
"Terima kasih, Locianpwe," ucap Cu Liong sambil berdiri memberi hormat.
Kedua orang ini menjadi tamu Perkumpulan Kera Sakti sampai selesainya
penguburan anak Sang Ketua, Gi Wei. Setelah selesai penguburan jenazah, keduanya lalu
memohon diri untuk melanjutkan perjalanan mereka. Ketua ini memberi dua ekor kuda
untuk sekedar tanda terima kasih atas keterangan Cu Liong tentang wanita baju ungu
yang telah membunuh anaknya.
"Ahh, kenapa sungkan-sungkan Locianpwe, saya tidak merasa telah memberi
banyak keterangan tentang pembunuh itu. Membuat saya menjadi malu saja," ucap Cu
Liong menolak pemberian ini.
"Hi-hi-hik, kenapa malu-malu segala Liong-ko. Kan lebih enak melakukan
perjalanan dengan berkuda. Betul tidak, Paman?" kata Gin Nio renyah. Senyumnya
merekah menambah manisnya. "Paman memberi kuda tidak secara cuma-cuma lho! Dia
ingin kita mencari pembunuh itu dan membantu membalaskan sakit hatinya?"
"Ihhh, jangan begitu tho, Nio, tidak sedikit pun terlintas di benak Pamanmu ini
bahwa pemberian ini sebagai bayaran untuk mencari pembunuh itu. Sama sekali tidak!
Aku akan mengerahkan seluruh murid Kera Sakti untuk mencari wanita tersebut. Syukur
e-bukugratis.blogspot.com
142 kalau keponakanku yang cantik ini dapat menemukan lebih dahulu, yah, malah kebetulan,
tidak usah keluar tenaga dapat menikmati hasilnya, heh-heh!"
"Benar tidak kataku" Kemana lagi larinya kalau tidak ke situ. Hi-hi-hi ... !"
"Walaupun tidak diberi apa-apa pun, saya akan berusaha untuk menumpas iblis itu.
Ini sudah menjadi kewajiban dari para pendekar untuk menentang ketidak-benaran,
bukanlah begitu, Locianpwe?"
"Idihhhhh, gayanya ... !" ledek Gin Nio yang terus menaiki kudanya dan
membalapkan. "Paman, selamat tinggal. Hiyaaaaakkkkk!!"
"Permisi, Paman." Cu Liong menjura dan meloncat ke atas kuda.
Melecutnya dan mengejar Gin Nio yang telah jauh menuruni Bukit Kera. Sebentar
saja yang nampak hanya debu mengepul tinggi, menutupi bayangan kedua anak muda
yang menuju ke kotaraja. Ketua Perkumpulan Kera Sakti pun lalu menuju ke dalam rumah. Mengumpulkan
seluruh muridnya untuk mengejar pembunuh anaknya.
Wanita setengah tua yang mengenakan pakaian serba ungu.
Sedangkan Gin Nio yang mernbalapkan kudanya tidak mempedulikan lagi kepada
temannya yang tertinggal jauh. Seakan dara ini mengajak lomba adu kecepatan kuda
mereka. Li Cu Liong hanya menjalankan kudanya mengikuti di belakangnya, sama sekali
tiada niat di hatinya untuk adu cepat dengan dara cantik murid Nelayan Pantai Timur.
Akhirnya Gin Nio merasa lelah juga memacu kuda terus menerus.
Ketika tiba di tanah datar, di mana nampak persawahan yang menghijau, dara ini
memperlambat larinya kuda. Menoleh, dan menggerutu, "Ihhhhh, laki-laki memacu kuda
kok seperti siput. Cepat ke sini! Apa pantas berjalan bersama, jalan sendiri-sendiri, tidak
beriringan, tak lucu yaaa!"
Cu Liong hanya tersenyum dan memacu kudanya merendengi Tan Gin Nio.
Sekarang keduanya berjalan berendeng. Menikmati pemandangan indah di kanan kiri
jalan. Matahari telah naik tinggi ketika kedua teruna ini memasuki sebuah desa di sebelah
selatan kotaraja. Gin Nio langsung menjalankan kudanya menuju ke rumah penginapan di
dekat perempatan jalan. Setelah menambatkan tali kuda di tiang, dara ini dengan
e-bukugratis.blogspot.com
143 lenggang kangkung memasuki rumah penginapan. Li Cu Liong hanya mengikuti ke mana
dara ini menuju. "Gilaaaaa ... ! Matamu ditaruh dimana! Jalan nabrak-nabrak!" Tiba-tiba Gin Nio
memaki. Pendeta gundul berjubah merah yang baru saja melangkah beberapa tindak di
undakan menoleh, sepasang matanya mencereng mengawasi dara yang memakinya tadi.
Sebetulnya pendeta ini tidak sengaja kalau tadi ketika keluar dari rumah makan tubuhnya
hampir menabrak dara tersebut. Sebab dia sedang tergesa-gesa karena mempunyai sebuah
urusan penting. Maka ketika keluar dari rumah penginapan tergesa-gesa jalannya
sehingga hampir menabrak gadis jelita ini. Untung dia cepat mengelak sehingga tidak
terjadi tabrakan. Eh, malahan dia sekarang dimaki!
"Omitohud ... ! Maafkan pinceng kalau bersalah Nona. Pinceng tidak sengaja ... "
Walaupun mulut memuji nama Sang Buddha, akan tetapi sepasang mata pendeta
berjubah merah ini melotot. Pikirannya penuh dengan lekuk lengkung tubuh gadis nan
jelita yang menegurnya. "Ihhh, cabul ... !" tanpa terasa Gin Nio berseru.
Ketika pandang mata gadis ini beradu dengan sepasang mata pendeta berjubah
merah. la melihat nafsu berahi membakar mata pendeta itu.Pendeta setengah tua berjubah
merah ini pun kaget mendengar ucapan itu. Segera menundukkan kepala dan berlalu.
Sambil menghitung biji-biji tasbihnya dengan jari-jari tangan, mulutnya menggerendeng
tiada hentinya. Cu Liong mengawasi pendeta jubah merah penuh perhatian. Seakan dia pernah
melihat pendeta seperti ini, pernah ketemu malah!
Ketika pendeta itu telah pergi pikiran anak muda ini bekerja. Akan tetapi tak
menghentikan langkahnya memasuki rumah penginapan.
"Beri kami dua kamar!" Gin Nio langsung meminta kepada pengurus penginapan.


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Pengurus segera memanggil pelayan untuk menunjukkan kamar, Gin Nio dan Cu
Liong pun mengikuti pelayan itu menuju ke kamar masing-masing. Kebetulan sekali dua
kamar itu saling berhadapan pintu masuknya.
"Saya ingin tidur dulu, Twako. Nanti tolong bangunkan, ya?"
e-bukugratis.blogspot.com
144 "Mosok baru datang terus tidur. Marilah kita menangsel perut dulu! Ini cacing
sudah minta diberi makan,"
"Tak usah yaaaaa! Pokoknya aku ingin tidur dulu, terserah kamu makan kek
sebodo!" berkata begitu Gin Nio lalu menutup pintu kamar.
Melihat ulah dara murid Nelayan Pantai Timur ini, Cu Liong geleng-geleng kepala,
bohwat! Sebelum pelayan pergi, Cu Liong memesan beberapa masakan untuk diantar ke
karnar. Lalu dia pun memasuki kamarnya sendiri.
Kedua orang itu akhirnya tertidur sampai jauh malam. Entah bagainnana sampai
Gin Nio kuat tidur semalaman. Tak merasa lapar sama sekali.
Aneh! Ketika tengah malam, Cu Liong mengetuk pintu kamar temannya.
"Moi-moi ... bangunlah! Sekarang sudah malam, hayo makan dahulu!"
Tak ada jawaban sama sekali dari kamar dara itu. Cu Liong mengulang lagi
beberapa kali, tetapi hasilnya nol. Tak terdengar suara sambutan sama sekali. Saking
herannya pemuda ini lalu mencari pengurus rumah makan dan bertanya apakah pengurus
atau pelayan melihat dara temannya keluar. Akan tetapi jawaban pengurus dan pelayan
ini semakin membuat hatinya gelisah.
"Gilaaa ... ! Apalagi yang dikerjakan anak perempuan itu" Aneh ... ?"
Karena merasa penasaran Cu Liong lalu keluar dan dari belakang dia menggunakan
ilmu meringankan tubuhnya untuk meloncat ke atas genteng. Cu Liong membuka
genteng di atas kamar murid Nelayan Pantai Timur. Dengan hati-hati, tanpa
menimbulkan suara sama sekali, Cu Liong berhasil membuka genteng!
Begitu pemuda ini melihat pemandangan dalam kamar, sepasang matanya terbeliak!
Dari atas ranjang di sudut kamar itu, nampak Tan Gin Nio bangun dari tidur
Bocah Sakti 6 Sapta Siaga 09 Tuduhan Palsu Duel Antar Animorphs 1

Cari Blog Ini