Ceritasilat Novel Online

Ilmu Pedang Pengejar Roh 2

Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long Bagian 2


Tapi Zheng Yu adalah pesilat tangguh, dia sama sekali tidak merasa aneh dengan jurus
itu. Begitu Zheng Yu melihat pena besi dan kait perak bersamaan keluar, dia berkata,
"Lebih baik begitu."
Tiba-tiba dia menarik tangannya dan mundur beberapa langkah. Dia sudah
mengumpulkan semua tenaga dalamnya. Dengan tenaga dalamnya, dia menggoyang
sempoanya, hanya sekejap biji-biji sempoa itu seperti hujan melesat mengarah ke
wajah Chen Kuai. Ini adalah jurus yang paling ganas yang bisa membunuh orang. Biasanya orang
persilatan jika tiba-tiba bertemu serangan mendadak seperti itu akan sangat sulit untuk
menghindar. Walaupun tidak langsung jatuh, tapi dia akan kehilangan perlawanan.
Tapi Chen Kuai adalah murid Lu Yi-feng, meskipun hatinya merasa berdebaran tapi dia
berusaha untuk tetap tenang. Kait peraknya diputarkan, dia bisa memukul jatuh semua
biji-biji sempoa yang menyerang itu. Tapi tangannya menjadi kesemutan karena telah
menggunakan tenaga yang besar.
56 Zheng Yu mengambil kesempatan ini untuk mendekat ke sisi Chen Kuai. Dengan
telapak tangan kirinya dia menepuk pundak Chen Kuai.
Chen Kuai tahu bahwa gurunya mati di tangan Zheng Yu, dan dia bukan tandinganya
Zheng Yu. Sekarang dengan sekuat tenaga dia berusaha menyerang Zheng Yu.
Dia nekad ingin bersama-sama terluka atau mati dengan Zheng Yu, tiba-tiba dia
merasa ada sambaran telapak tangan yang dingin sekali menyerangnya. Dia
gemetaran karena kedinginan. Walaupun dengan terburu-buru bisa menghindar, tapi
angin serangan telapak itu sudah mengenai pundak kirinya.
Mereka berdua, yang satu ingin memusnahkan ilmu silat keluarga Lu dan murid Lu,
karena itu jurus yang dikeluarkan sangat ganas. Dan yang satu lagi ingin membalas
dendam gurunya, dia berjuang mati-matian.
Kedua orang itu mengeluarkan jurus andalan masing-masing, setelah melewati dua
puluh jurus lebih tetap tidak ada yang kalah atau pun menang, keadaan masih
berimbang. Chen Kuai sudah mulai bisa meraba gerakan ilmu silat musuhnya, jika musuh lengah,
dia akan melarikan diri. Pada waktu itulah dia merasa pundak bagian kiri timbul rasa yang sangat dingin
menjalar melalui jalan darah menyerang ke jantung, dia merasa terkejut. Dia ingin
dengan tenaga dalam menutup jalan darah nadi itu, tapi musuh menyerang terus tanpa
berhenti. Dia tidak mempunyai waktu untuk menutup jalan darahnya. Dia hanya bisa
menahan beberapa jurus lagi, dia merasa tubuh sebelah kiri menjadi kaku, gerakan
tangannya menjadi lambat dan tidak bertenaga.
Zheng Yu sudah tahu keadaan Chen Kuai, dengan berteriak keras dia menyerang
wajah Chen Kuai dengan sempoa besinya. Tapi ini hanya jurus tipuan, segera dengan
telapak kirinya dia menyerang ke dada Chen Kuai.
Chen Kuai berteriak dengan keras, jatuh dengan posisi terlentang. Zheng Yu
merangsak terus, dia ingin menambah satu pukulan lagi untuk menghabisi nyawa Chen
Kuai tapi tiba-tiba ada yang bersiul panjang dari kejauhan.
Walaupun suara siulan itu tidak begitu menusuk telinga tapi suaranya tinggi dan jelas,
berarti orang yang bersiul ini mempunyai tenaga dalam yang tinggi dan juga nafas yang
kuat. 57 Zheng Yu terkejut, dia tahu Chen Kuai sudah terkena pukulan Xuan-yin-zhang, dan dia
tidak akan bisa hidup lama lagi. Dia segera membalikkan badan dan kembali ke Wisma
Bai-ma. Bayangan seseorang seperti seekor burung terbang mendekati Chen Kuai. Dia melihat
Chen Kuai, ternyata dia masih hidup, dia segera dipapah dan kemudian didudukkan.
Dia kaget karena tubuh Chen Kuai sangat dingin.
Dia menempelkan telapak tangannya ke punggung Chen Kuai dan berkata,
"Saudaraku, bagaimana keadaanmu?"
Chen Kuai merasa ada aliran hangat yang masuk kedalam jatungnya. Dia mulai
tersadar, melihat orang yang menolongnya adalah seorang pengemis, dia tampak ragu
dan bertanya, "Siapakah kau?"
Orang itu merasa tubuh Chen Kuai yang dingin menolak tenaga hangat yang
dimasukkan ke dalam tubuhnya. Hatinya lemas karena dia tahu dia tidak akan bisa
menolong anak muda ini lagi.
Dengan terus terang dia berkata, "Aku adalah Ma Zao-ling dijuluki Qing Shan Ke. Kau
siapa, siapa yang sudah melukaimu?"
Chen Kuai tahu dia adalah kakak seperguruan yang belum pernah ditemuinya. Chen
Kuai sangat senang dan berkata, "Aku adalah si Pena Besi Pengait Perak, Chen Kuai.
Aku dan Tuan berasal dari satu perguruan. Aku mendengar bahwa kau dan Adik
Lu....Yue-juan.... pergi bersama....Zheng Yu adalah seorang penjahat besar. Shu Yu-zhu dan....Yin-shan
Wu-mo.... bersekongkol. Di wisma itu.... sudah ada orang Yin Shan Mo yang
bersembunyi, kalian.... kalian bila masuk ke wisma.... harus hati-hati.... Tolong jaga....
adik seperguruanku....Lu Yue-juan...."
Kata-kata belum selesai, dia sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Pengemis itu melihat Chen Kuai mati di pangkuannya, dia merasa sangat sedih.
Ternyata pengemis ini adalah murid dari Biksu Yuan Chen, Mao Zao-ling. Biksu-biksu di
kuil Yu-quan-guan sangat banyak, tapi mereka hanya menguasai ilmu silat biasa saja.
Biksu Yuan Chen berhasil memilih seseorang yang memiliki bentuk tulang yang bagus,
pintar dan lincah. Tapi dia bukan berasal dari kalangan biksu untuk menjadi penerus
ilmunya, orang ini adalah Ma Zao-ling.
58 Puluhan tahun Biksu Yuan Chen mengajar dia, dia benar-benar sudah berhasil
mendapatkan semua ilmu Yu-quan-guan. Baru saja terjun ke dunia persilatan, dia
sudah mendapat julukan manis Qing Shan Ke.
Dengan hati sedih, Ma Zao-ling menggali tanah dengan pedangnya kemudian
menguburkan Chen Kuai. Dia tahu Wisma Bai-ma tidak sembarangan orang bisa masuk, apalagi dia tidak tahu
situasi wisma itu. Dia tidak ingin sembarangan masuk.
Dalam hati dia berpikir, "Aku harus kembali untuk menunggu Lu Yue-juan, bila tidak...."
= oo OO oo = Lu Yue-juan saat ini sedang menunggu kuda putih yang sangat dia sayangi. Dia
berjalan melewati gunung yang berliku-liku. Dengan wajah sedih dan tubuh yang lesu,
dia kembali ke Wisma Bai-ma.
Kemarin dengan semangat tinggi dia pergi ke Yu-quan-guan, dia sudah memberitahu
identitasnya dan ingin bertemu dengan Biksu Yuan Chen, tapi pengurus kuil
memberitahu bahwa Biksu Yuan Chen sedang pergi jauh dan menolak dia masuk ke
dalam kuil. Karena dia memaksa, terpaksa pengurus itu membawanya untuk bertemu
dengan Biksu Dong Xu. Akhirnya Biksu Dong Xu berkata, "Kakak Seperguruan Yuan Chen hanya sedang
menutup diri untuk berlatih silat, bukan pergi jauh. Tentang masalah keluarga Lu yang
mempunyai perselisihan dengan Yinshan Wu-mo, kakak sudah mengetahuinya dan dia
menyuruh muridnya Ma Zao-ling pergi kesana untuk membantu. Apakah kau tidak
bertemu dengannya?" Karena terus menunggu pun tidak akan bisa bertemu dengan Biksu Yuan Chen. Dari
percakapannya dengan Biksu Dong Xu, Lu Yue-juan bisa mengambil kesimpulan
walaupun Biksu Yuan Chen dengan Lu Yi-feng berasal dari perguruan yang sama tapi
hubungan mereka tidak erat.
Yang bernama Ma Zao-ling, walaupun namanya terkenal tapi kemampuan ilmu silat
sebenarnya sampai dimana, dia sama sekali tidak tahu. Bila Ma Zao-ling sudah pergi ke
Wisma Bai-ma, mengapa dia sama sekali tidak pernah bertemu dengannya di tengah
perjalanan" Maju sulit mundur pun susah. Setelah memutari satu gunung, dia akan melewati
sebuah hutan yang besar disana.
59 Tiba-tiba di atas pohon ada suara yang terdengar. Segera Lu Yue-juan membentak,
"Siapa!" Suara itu baru berhenti, ada seseorang yang turun dari pohon.
Lu Yue-juan mengira yang datang adalah Yin-shan Wu-mo, dia tidak melihat siapa
orang itu langsung mengeluarkan tiga buah pedang kecilnya.
Karena hatinya sedang kesal, maka dengan cara yang tidak dipikir-pikir lagi dia
melepaskan pedang-pedangnya.
Tiga buah pedang dari tiga jurusan, semua mengarah pada tempat yang fatal. Ini
adalah suatu yang mematikan. Bila terkena satu pedang saja musuh akan segera mati.
Tapi orang yang datang ternyata memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, walaupun
badannya berada di udara dan karena tidak bisa menghindar lagi, dengan kedua jarinya
dia menjepit dua pedang pendek dan pedang yang terakhir dengan jurus Burung Merak
Mengangguk, dia menangkap pedang itu dengan giginya.
Dengan ringan dia melayang turun ke bawah, tiga buah pedang pendek itu
dikumpulkan, dan berkata, "Untung aku sudah siap, bila tidak Nona Lu Yue-juan yang
begitu galak akan mencelakakan aku dan aku akan mati terpanggang pedangmu.
Pedang ini kukembalikan padamu."
Karena mempunyai ilmu silat yang begitu tinggi, membuat Lu Yue-juan menjadi
bengong. Orang itu memakai baju biru, pedang panjangnya berada di belakang punggungnya.
Wajahnya tampan, badannya gagah, berdiri menjulang seperti sebuah pohon yang
kokoh. Mendengar suara dan bentuk wajahnya, Lu Yue-juan seperti pernah bertemu
dengannya, tapi dia tidak ingat.
Entah mengapa wajah Lu Yue-juan memerah dan bertanya, "Siapakah kau?"
Orang itu tertawa dan menjawab, "Nona benar-benar pelupa, kita baru saja berpisah
dua hari yang lalu dan Nona sudah melupakanku?"
Tiba-tiba Lu Yue-juan teringat sosok tubuh pengemis itu. Lu Yue-juan tertawa dan
berkata, "Ternyata kau, aku lupa menanyakan namamu?"
60 "Kau sudah lihat dengan jelas, siapa aku ini?"
Tiba-tiba dari punggungnya dia mengeluarkan pedang panjang dan melemparkan ke
pohon pinus dimana tadi dia bersembunyi. Pohon sebesar tangan itu tumbang ke
bawah. Dia melayang dan menyambut pedang yang telah menebang pohon itu.
Kemudian dia turun ke tempat tadi dan pedang dimasukkan ke dalam sarungnya.
Melempar pedang kemudian meloncat, lalu menyambut pedang dan turun ke tempat
asal. Gerakannya cepat, bersih dan indah. Nafasnya tenang dan hatinya pun terasa
santai. Dia berdiri tegak disana.
Lu Yue-juan tahu gerakan tadi adalah gerak ciri khas ilmu silat dari perguruan mereka,
karena gerakan indah dan aneh itu memerlukan tenaga besar membuat ilmu ini sulit
untuk dikuasai. Jika ada orang yang berhasil menguasai jurus ini dengan begitu
sempurna maka dia pasti adalah pesilat tangguh di pergururan mereka.
Lu Yue-juan berteriak dan berkata, "Kau adalah Qing Shan Ke, Ma Zao-ling!"
Sudah beberapa hari dia merasa tidak enak hati, sekarang dia tidak bisa menutupi
perasaan gembiranya lagi.
"Benar, aku adalah Ma Zao-ling, Adik benar-benar bisa melihat."
Lu Yue-juan memberi hormat dan berkata, "Lu Yue-juan memberi hormat kepada
Kakak." Kata Ma Zao-ling, "Aku sudah menasihati Adik supaya tidak perlu pergi ke Yu-quanguan, sekarang kau merasa sia-sia bukan?"
Lu Yue-juan dengan manja berkata, "Kakak tidak memberitahu identitasmu, bagaimana
aku bisa tahu siapa kakak ini?"
Lalu Lu Yue-juan bertanya, "Selama dua hari ini Kakak pergi kemana?"
"Ke Bai-ma Sheng Zhuang (Wisma Bai-ma), tidak disangka keadaan disana begitu
kacau balau dan berat, terpaksa aku kembali untuk menunggumu."
Hati Lu Yue-juan bergetar dan dia berkata, "Apakah di wisma sudah terjadi perubahan"
Bagaimana keadaan ibuku?"
61 "Yang kau tanyakan itu adalah...." Tiba-tiba Ma Zao-ling sadar, Lu Yue-juan sama sekali
tidak mengetahui bahwa Zheng Yu dan Shu Yu-zhu sudah bersekongkol dengan Yinshan Wu-mo.
Sementara ini dia tidak akan memberitahu kepada Lu Yue-juan. Dia hanya
menyampaikan hal mengenai kematian Chen Kuai....
Belum habis dia berkata, Lu Yue-juan sudah berteriak, "Apa yang kau katakan, Kakak
Chen kenapa?" "Dia mati di bawah telapak Yuan Yin."
Dengan histeris Lu Yue-juan menangis dan berkata, "Kakak Chen, kau tega
meninggalkanku." Selama beberapa hari ini musibah datang berturut-turut, air matanya sudah kering.
Dengan sedih dia bertanya, "Kakak Ma, siapa yang sudah membunuhnya?"
Ma Zao-ling melihat dia dengan sedih, dalam hati dia juga merasa tidak enak. Dia
menarik nafas dan berkata, "Dia adalah pengurus Wisma Bai-ma Zheng Yu."
Lu Yue-juan terpaku dan berkata, "Apakah Zheng Yu bisa mengeluarkan jurus Yuan Yin
Zhang?" Ma Zao-ling tertawa kecut dan menjawab, "Dia bisa melakukannya dan ilmunya berada
di atas Yin-shan Wu-mo...."
Kata Lu Yue-juan dengan cemas, "Apakah ibuku sudah dibunuh olehnya...."
Ma Zao-ling ingin mengetahui keadaan wisma, dia ingin memberitahu semua hal
kepada Lu Yue-juan, tapi Ma Zao-ling juga ada rasa khawatir. Mungkin bila semua
begitu tiba-tiba diberitahukan kepada Lu Yue-juan, dia tidak akan bisa bertahan
menghadapi perubahan ini.
Dia tampak ragu, kemudian berkata, "Bagaimana keadaan ibumu, aku tidak begitu jelas
mengetahuinya, sebentar lagi kau akan bertemu dengan dia. Tapi Wisma Bai-ma sudah
bukan Wisma Bai-ma yang dulu lagi. Bila kau kembali kesana, kau juga harus berhatihati."
Lu Yue-juan mendengar kata-katanya, dia merasa aneh dan curiga. Walaupun menaruh
curiga, dia tetap mengangguk.
62 Bulan tergantung tinggi di atas langit dan angin berhembus sangat dingin. Sudah pukul
dua dini hari, Ma Zao-ling dan Lu Yue-juan sudah memakai baju ketat berwarna hitamhitam. Dengan ilmu meringankan tubuh, diam-diam mereka sudah menuju Wisma Baima.
Karena Lu Yue-juan mengkhawatirkan keadaan ibunya, hatinya berkobar-kobar seperti
api. Ilmu meringankan tubuhnya dipakai sebisa mungkin. Dia hanya merasa gunung,
batu, pohon dengan cepat berlalu di belakangnya. Tapi begitu melihat Ma Zao-ling,
hatinya menjadi santai dan nafas pun menjadi tenang.
Dengan santai dia mengikuti Ma Zao-ling.
Lu Yue-juan sangat kagum dan berpikir, "Umurnya paling-paling 1-2 tahun di atasku,
tapi ilmunya seperti bumi dan langit. Bagaimana paman guru bisa mengajar orang ini?"
Hanya sebentar saja mereka sudah tiba di pagar Wisma Bai-ma.
Lu Yue-juan baru saja ingin meloncati tembok masuk, tiba-tiba Ma Zao-ling
menghadang di depan. Dia terpaku sebentar, melihat ada dua pisau terbang seperti
petir meluncur ke arah mereka.
Tapi dengan cepat Ma Zao-ling dengan jurus Dua Naga Mencakar, sepasang
tangannya bersamaan keluar dan menjepit pisau terbang kemudian dia menggetarkan
tangan melemparkan kembali dua pisau terbang itu.
Sekarang Lu Yue-juan baru melihat di balik pohon ada sesosok bayangan orang.
Orang itu mengira ilmu pisau terbangnya sudah sangat mahir, dia yakin musuhnya pasti
roboh dan mati, tidak disangka begitu dia muncul, dua kilauan sudah seperti kilat
meluncur kembali ke arahnya.
Karena tidak siap, dua pisau sudah menancap di pundaknya. Dia menahan rasa sakit
dan ingin kabur, tapi sayang orang itu sudah....
Ma Zao-ling dengan tangannya sebagai pengganti pedang, hanya dalam satu jurus dia
sudah menotok nadi di leher orang itu. Badan yang besar langsung roboh.
Begitu diteliti, ternyata orang ini adalah Zhou Qing-yun. Walaupun telapak tangan
kanannya sudah tidak ada, tapi tangan kirinya yang mahir ilmu pisau terbang tetap ada.
Kata Ma Zao-ling dengan dingin, "Di kota Xin Yang, aku sudah melepaskanmu, tapi kau
tidak mengubah kelakuanmu. Kali ini jangan menyalahkanku!"
63 Lu Yue-juan menyusul Mao Zao-ling, begitu melihat orang itu adalah Zhou Ling Yun
dengan marah dia berkata, "Kak, tidak perlu banyak bicara lagi!"
Tiba-tiba pedang panjangnya sudah ditusukkan kedada Zhou Ling Yun, darah
bermuncratan kemana-mana.
Ma Zao-ling menarik nafas dan berkata, "Adik, mengapa kau begitu tergesa-gesa, aku
belum menanyakan bagaimana keadaan Wisma Bai-ma, tapi kau sudah...."
Lu Yue-juan tahu dia terlalu tergesa-gesa. Rasa malu membuat wajahnya menjadi
merah, dia berkata, "Mengapa kau tidak memberitahuku dulu?"
Ma Zao-ling mendengar bantahan Lu Yue-juan, dia hanya bisa tertawa kecut.
Kemudian mereka meloncat melewati dinding, lalu berjalan kehalaman belakang.
Dari balik semak-semak terdengar ada suara. Begitu melihat kesana ternyata itu adalah
suara seekor anjing yang dengan diam-diam berjalan menghampiri mereka.
Ma Zao-ling tahu anjing itu sangat galak dan juga gesit. Kadang-kadang seekor anjing
lebih lihai dari seorang pesilat. Ini sama sekali tidak boleh dipandang dengan enteng.
Tangan kanannya memegang pedang, tapi Lu Yue-juan dengan suara ringan
memanggil, "Hu Zi (harimau), ini aku, cepat kesini!"
Anjing itu mengenal Lu Yue-juan. Melihat Lu Yue-juan memanggilnya, sikap galaknya
segera berubah. Dengan senang dia mendekat dan menggosok-gosokkan tubuhnya ke
baju Lu Yue-juan. Dia sangat jinak.
Ma Zao-ling melihat keadaan itu, dia juga ikut tertawa.
Sekarang Lu Yue-juan percaya apa yang pernah dikatakan oleh Ma Zao-ling. Dia
sekarang sangat hati-hati, begitu dia menyuruh anjing itu pergi, dia menuntun tangan


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ma Zao-ling. Hanya melewat sudut tembok dan tempat gelap menuju ke halaman belakang.
Menurut perkiraan Lu Yue-juan, Wisma Bai-ma sudah diambil alih oleh Zheng Yu dan
Yin-shan Wu-mo. Dia harus cepat menolong ibunya. Dia sangat hafal dengan jalanjalan di Wisma Bai-ma. Mereka dengan lancar tiba di halaman belakang.
Hanya dalam waktu singkat mereka sudah berada dibawah loteng. Lu Yue-juan ingin
menaiki tangga, tapi Ma Zao-ling segera melarangnya.
64 Dengan suara kecil Ma Zao-ling berkata, "Adik, lebih baik kita berhati-hati...."
Tadinya Lu Yue-juan tidak menanggapi omongan Ma Zao-ling, tapi kemudian dia
menurut juga apa yang dikatakan oleh Ma Zao-ling.
Dengan cepat dia naik keatas atap. Kedua kakinya dia kaitkan di sisi atap dan badan
tergantung ke bawah. Dengan cara seperti itu dia bisa melihat dengan jelas keadaan di
dalam kamar. Ma Zao-ling berada di belakang untuk menjaga dia.
Lu Yue-juan melihat kamar ibunya tidak ada yang aneh. Baru saja dia ingin
menyalahkan Ma Zao-ling karena terlalu banyak curiga, tapi dia melihat, begitu kelambu
tempat tidur dibuka, muncul seorang laki-laki yang bangun dari tempat tidur. Dengan
baju tidak rapi dia turun dari ranjang, orang itu adalah pengurus Wisma Bai-ma Zheng
Yu. Lu Yue-juan mengira Zheng Yu menguasai ibunya dengan ilmu silat tinggi, dia marah
dan berkata, "Penjahat, kau sangat berani!"
Dengan jurus burung walet, dia sudah memecahkan jendela dan langsung masuk ke
dalam kamar. Dengan pedang dia menusuk ke jalan darah Zheng Yu beberapa kali.
Zheng Yu baru selesai bermain di pelukan Shu Yu-zhu, dia merasa puas dan ingin
mengambil teh untuk minum, tiba-tiba ada pedang yang menyerang membuat dia
sangat terkejut. Dengan cepat kedua telapaknya segera membuat angin, memaksa
pedang Lu Yue-juan miring ke sisi juga mundur beberapa langkah.
Shu Yu-zhu melihat putrinya masuk dengan suara ingin membunuh. Dia kaget, dia
hanya mengambil mantel dan berkata, "Anak Juan, berhenti!"
Lu Yue-juan melihat ibunya seperti itu, dia bertambah marah lagi. Dia membentak Shu
Yu-zhu dan berkata, "Ibu, jangan ikut campur!"
Pedang Lu Yue-juan lebih galak lagi menyerang Zheng Yu.
Meskipun ilmu Zheng Xuan-yin-zhang sangat tinggi, tapi dia tidak tega menyerang Lu
Yue-juan. Dia segera mundur. Keadaan ini membuat dia menjadi kalang kabut.
Dia melihat di tembok tergantung sebuah pedang panjang. Dia mengambil pedang itu,
dengan beberapa jurus dia menahan serangan Lu Yue-juan dan berkata, "Anak Juan,
dengarkan aku!" 65 Lu Yue-juan sangat marah, mengeluarkan jurus yang sangat ganas. Dia hanya
menyerang, tapi tidak melindungi diri.
Biarpun Zheng Yu memegang pedang yang panjang, tapi dia tetap dibuat Lu Yue-juan
berputar-putar didalam kamar.
Hal sudah terjadi seperti itu, Shu Yu-zhu tidak bisa menjelaskan kepada putrinya.
Dengan tergesa dia membawa golok yang tersimpan di sisi ranjang dan berteriak,
"Anak Juan, hentikan dulu! Ada yang hendak kukatakan kepadamu!"
Tapi Lu Yue-juan tidak mendengar perkataan ibunya. Dengan jurus Zhui Hun Duo
Ming-jian (Pedang Pengejar Roh) dia terus menyerang Zheng Yu, keadaan ini sangat
membahayakan. Tiba-tiba di belakang mereka ada yang tertawa dingin.
Begitu Shu Yu-zhu melihat ke arah suara itu, didalam kamar sudah ada seorang
pemuda yang berbaju hijau. Wajahnya tampan, tubuhnya gagah, pembawaan luwes,
dan ringan. Shu Yu-zhu terpaku dan membentak, "Siapa kau!"
Pemuda itu adalah Ma Zao-ling.
Tadi di luar jendela dia melihat Lu Yue-juan mengayunkan pedang dengan lancar, ilmu
Zhui Hun Duo Ming-jian pun tidak salah dia jalankan, tapi tenaganya tidak cukup, sulit
untuk mengalahkan musuh. Walaupun Zheng Yu hanya bertahan dan mundur terus menerus tapi dia terlihat sangat
tenang, ini sudah membuktikan bahwa ilmu silatnya lebih tinggi beberapa kali lipat dari
Lu Yue-juan. Ma Zao-ling merasa aneh, dalam hati dia berkata, "Kelihatan hal ini pasti ada
penyebabnya...." Dia melihat Shu Yu-zhu memegang golok. Golok dipegangnya dengan tepat. Ma Zaoling sudah tahu bahwa Shu Yu-zhu pun bukan orang yang hanya bisa ilmu silat. Dia
tahu Shu Yu-zhu pasti tidak akan membunuh Lu Yue-juan. Tapi sekarang sudah
waktunya dia muncul. 66 Begitu Shu Yu-zhu bertanya, dia menjawab dengan dingin, "Kau tidak pantas
menanyakan siapa aku ini! Perempuan jalang, kau melindungi kekasih gelapmu,
apakah harus putrimu sendiri yang membunuh kalian?"
Kemarahan Shu Yu-zhu dilimpahkan kepada Ma Zao-ling. Dengan ganas dan tanpa
ampun dia menyerang Ma Zao-ling dengan kedua golok dan mengurung Ma Zao-ling.
Ma Zao-ling adalah murid terbaik dari Biksu Yuan Chen. Guru sangat lihai, murid pun
tidak kalah jauh. Kali ini dia sudah salah perhitungan, dia mengira Shu Yu-zhu hanya mempunyai ilmu
silat biasa-biasa saja, tapi tidak disangka ilmu goloknya begitu tinggi. Dia hanya terpaku
sebentar, segera mengganti jurusnya. Dengan kedua pedang dia menyerang ke tangan
Shu Yu-zhu. Kedua pedang Ma Zao-ling dengan tepat dan cepat menyerang dan juga
bertahan. Shu Yu-zhu terkejut, segera tangannya ditarik. Dia juga mundur dua langkah dan
membentak, "Kau juga memakai ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian, apakah kau adalah
murid Biksu Yuan Chen?"
Jawab Ma Zao-ling tertawa dingin, "Kau benar-benar sangat paham dan mengerti. Ilmu
golokmu membuktikan bahwa kau benar-benar murid Yin Shan Lao Mo."
Shu Yu-zhu sudah tahu bahwa Ma Zao-ling mengetahui identitasnya. Dia marah dan
membentak, "Kalau benar, kau mau apa?"
Dengan marah Ma Zao-ling berkata, "Kalau begitu Paman Guru Lu pasti terluka di
tanganmu, mengakulah!"
Kata-katanya belum habis Ma Zao-ling dengan jurus yang lihai mulai menyerang, satu
demi satu jurus dikeluarkan dan semakin ganas. Kedua golok Shu Yu-zhu terus
bertahan. Mereka bertarung dengan sengit.
Ilmu silat Shu Yu-zhu tidak jelek, dia sudah beberapa tahun hidup bersama Lu Yi-feng.
Dia sangat mengerti Zhui Hun Duo Ming-jian Fa, tapi karena serangan Ma Zao-ling
begitu kencang, dia terdesak mundur hingga ke luar pintu.
Dia merasa kiri kanan depan belakang semua terdapat pedang musuh. Shu Yu-zhu
tidak berani menggerakkan kakinya.
Dalam hati dia terus berkata, "Apakah nyawaku akan melayang saat ini juga?"
67 Pengurus Wisma Bai-ma Zheng Yu sekarang terpaksa harus menunjukkan jati diri yang
sebenarnya, nama sebenarnya adalah Shen Yu.
Orang-orang di dunia persilatan menjulukinya dengan sebutan si Sempoa Dewa. Dia
bersama dengan si Tangan Racun Guan Yin Shu Yu-zhu adalah murid Yin Shan Lao
Mo. Sewaktu masih di perguruan, mereka sudah saling mencintai. Karena Lao Mo Mu Rong
Kai juga ingin memiliki Shu Yu-zhu, maka mereka berdua melarikan diri dari perguruan
dan bersembunyi di tempat terpencil.
Karena takut Yin Shan Lao Mo mengejarnya, maka dia menyembunyikan dirinya di
dalam kelompok pedagang kemudian berdagang untuk mencari nafkah.
Entah dari mana, Mu Rong Kai bisa mengetahui keberadaan Shen Yu. Dia menyuruh
Yin-shan Wu-mo mencegat dan membunuhnya, tapi saat itu dia bertemu dengan Lu Yifeng....
Untuk menghindari bencana, dia mengganti namanya menjadi Zheng Yu dan
berlindung di bawah perlindungan Lu Yi-feng.
Begitu melihat harta benda Lu Yi-feng begitu banyak, timbul nafsunya ingin memiliki
semuanya, dia juga memaksa menikahi adik angkat Shu Yu-zhu yaitu LU Siu Yan, demi
harta benda dia rela mengorbankan Shu Yu-zhu supaya menjadi istri muda Lu Yi-feng.
Tapi ilmu silat Lu Yi-feng sangat tinggi, ketiga putra dan kedua muridnya juga bukan
pesilat biasa. Dalam jangka pendek dia tidak bisa melaksanakan rencananya.
Hari demi hari dia lalui sambil menunggu waktu yang tepat. Untung Lu Yi-feng
kecanduan berlatih ilmu silat, dia tidak begitu mementingkan hubungan suami istri,
karena itu Shu Yu-zhu dan Zheng Yu sering bertemu juga sering berhubungan intim.
Semenjak Yin Shan Lao Mo Mu Rong Kai meninggal, Shen Yu bersekongkol dengan
Dewa Kematian Enam Jari, Guo Shi Luo, sedikit demi sedikit mereka memangkas
sayap Lu Yi-feng. Walaupun tidak sulit, tapi membutuhkan waktu sepuluh tahun lebih.
Lama-lama dia takut Lu Xiu Yan membuka kedoknya, hal ini menjadi peringatan
kepadanya bahwa dia harus bergerak dengan cepat membereskan Lu Yi-feng.
Secara kebetulan Yin-shan Wu-mo begitu lancar membunuh putra dan murid Lu Yifeng, membuat Shen Yu merasa tidak ada penghalang lagi....
68 = oo OO oo = Sebetulnya dengan ilmu Zhui Hun Duo Ming-jian, dalam beberapa jurus Ma Zao-ling
bisa mengambil nyawa Shu Yu-zhu, tapi dia berpendapat, walau bagaimanapun Shu
Yu-zhu adalah ibu dari Lu Yue-juan, dia tidak tega untuk membunuhnya....
Setelah dia berpikir seperti itu dia hanya menendang. Menendang Shu Yu-zhu
sehingga jatuh beberapa meter. Karena tendangannya mengenai urat nadi kaki, begitu
Shu Yu-zhu terjatuh, dia tidak bisa segera bangun.
Di luar sudah terdengar sangat kacau dan ramai kemudian bercampur dengan suara
siulan yang aneh. Kemudian para penjaga rumah berdatangan. Mereka melihat nona mereka berkelahi
dengan pengurus wisma yang masih mengenakan baju yang tidak rapi. Mereka
terpaku, tidak ada yang berani maju dan bergerak.
Begitu suara siulan aneh itu berhenti, si Enam Jari, Guo Shi Luo sudah membawa Yu
Wen-bing dan Yu Wen Huan masuk ke kamar.
Begitu mereka mendengar nama Ma Zao-ling, mereka sama sekali tidak berani
mendekat. Mereka bersama-sama mendekati Lu Yue-juan.
Guo Shi Luo membentak, "Kakak, gadis ini biar kami yang menghadapi."
Shen Yu melihat Shu Yu-zhu terluka, dia ingin menolong tapi Lu Yue-juan mengira
Shen Yu ingin membunuh ibunya, dia segera mengayunkan pedang, sasarannya
adalah jalan darah yang mematikan.
Tangan Yu Wen Huan yang berhasil dilukai oleh Lu Yue-juan, sampai sekarang belum
sembuh. Sekarang saat dia bertemu kembali dengan Lu Yue-juan, dia merasa sangat
marah. Dengan gerakan cepat dia menyerang ke pinggang dan pundak Lu Yue-juan
dengan kaitnya. Karena Lu Yue-juan sedang bertarung dengan Shen Yu, dia tidak melindungi posisinya
dari serangan arah lain. Kait yang bergerak sudah membawa hembusan angin kencang
kemudian menyerang Lu Yue-juan.
Shen Yu berteriak, "Jangan melukai putriku!"
Suara Shen Yu belum selesai, sudah mendengar suara teriakan yang keras dan darah
langsung bermuncratan. 69 Sebilah pedang panjang sudah masuk ke pundak kiri Yu Wen Huan dan keluar dari
pundak kanannya. Tubuh Yu Wen Huan yang besar pun terjatuh.
Ternyata Ma Zao-ling melihat musuh begitu banyak dan pihaknya berjumlah sedikit.
Guo Shi Luo dan yang lainnya sudah tidak mau menurut aturan dunia persilatan lagi.
Mereka berramai-ramai mengepung adik seperguruan. Dia marah dan mengeluarkan
serangan ganas. Yu Wen Huan pun segera mati di bawah pedangnya.
Begitu Yu Wen Huan mati, Ma Zao-ling membawa pedang yang bernoda darah itu dan
mulai menyerang Guo Shi Luo.
Perubahan yang terjadi begitu cepat seperti kilat, membuat orang menjadi kaget dan
berdiri dalam keadaan bengong.
Shen Yu pun kaget hingga terpaku. Lu Yue-juan mengambil kesempatan ini, dia terus
menyerang Shen Yu. Dengan jurus Tabib Bodoh Berobat, dia menyerang Shen Yu.
Shen Yu tahu bagaimana kelihaian jurus ini. Dia mundur beberapa langkah tapi tidak
disangka Lu Yue-juan mengganti jurusnya dengan jurus Dewa Kematian Melempar
Pena. Dia melepaskan pedangnya seperti senjata rahasia.
Karena tidak sempat menghindar lagi pundak kiri Shen Yu akhirnya terkena tusukan
pedang dan darah pun bermuncratan.
Shen Yu marah dan berkata, "Anak durhaka, kau berani melukai ayah kandungmu?"
Begitu Lu Yue-juan mendengar Shen Yu mengatakan bahwa dia adalah ayahnya, Lu
Yue-juan bertambah marah lagi. Tapi pedang sudah dilepaskan olehnya. Dengan
tangan kosong benar-benar sulit menahan serangan Shen Yu. Lu Yue-juan terdesak
mundur. Ma Zao-ling melihat keadaan seperti itu, dengan cepat dia berlari kesisi Lu Yue-juan
dan berkata, "Adik, sambutlah pedang ini!"
Pedang itu adalah pedang pusaka Yu-quan-guan. Memotong besi seperti memotong
tanah. Karena Biksu Yuan Chen sudah memerintahkan Ma Zao-ling agar membantu
Wisma Bai-ma, maka pedang ini dipinjamkan kepadanya.
Sekarang tangan Lu Yue-juan telah memegang pedang pusaka Yu-quan-guan, seperti
seekor harimau yang bertambah dua buah sayap. Dia bertarung lagi dengan Shen Yu.
70 Walapun Shen Yu bersembunyi di Wisma Bai-ma cukup lama dan dia secara
sembunyi-sembunyi memelajari ilmu Zhui Hun Duo Ming Jin Fa, tapi dia tidak benarbenar seluruhnya paham, sekarang saat ini dia sudah terluka. Karena itu dia hanya bisa
bertarung secara seimbang dengan Lu Yue-juan.
Ma Zao-ling yang sudah memberikan pedang kepada Lu Yue-juan. Dia berjalan
mengelilingi bangunan, kemudian dari salah seorang penjaga rumah yang tampak
masih terbengong-bengong, dia mengambil sebilah pedang. Dengan jurus Lima Setan
Melempar Garpu, pedangnya sudah meluncur keluar.
Yu Wen-bing yang sedang membereskan mayat adiknya tiba-tiba mendengar suara
senjata yang tertiup angin dan tampak kilauan putih seperti petir datang kearahnya.
Rohnya merasa melayang, nyawanya terancam sekali.
Untung Guo Shi Luo yang sejak tadi mengawasi keadaan itu sama sekali tidak bisa
mengambil keuntungan. Dia juga tidak bisa ikut bertarung, dia berada disisi mayat Yu
Wen Huan. Dia melihat pedang melayang ke arah mereka, segera dia mengayunkan pedang
menyapu pedang itu hingga terjatuh.
Segera dia berteriak, "Pendekar Ma, kami mengaku kalah. Harap Pendekar Ma mau
melepaskan kami!" Sebenarnya Ma Zao-ling juga tidak ingin membunuh, tapi dia juga takut bila Lu Yuejuan dirugikan.
Sekarang setelah mendengar kata-kata Guo Shi Luo, dia segera menjawab, "Kalau
begitu, kalian pergilah!"
Guo Shi Luo berterima kasih. Kemudian dia bersama dengan Yu Wen Huan pergi
membawa mayat Yu Wen-bing.
Walaupun Shu Yu-zhu sudah terluka, tapi dia sangat sadar. Melihat keadaan yang
terjadi disana, dia tahu bila mereka terus bertarung Shen Yu akan terbunuh.
Dia sudah tidak ingat dengan rasa malu lagi, dengan sekuat tenaga dia berteriak, "Anak
Juan, jangan bertarung lagi! Dia adalah ayah kandungmu!"
Awalnya Ma Zao-ling hanya curiga. Sekarang begitu terbukti, dia malah tidak tahu apa
yang harus dilakukan olehnya.
71 Lu Yue-juan juga bengong, dia berhenti menyerang, dia berpikir, "Ibu tidak tahu malu
ayah baru saja meninggal, dia sudah berani mencintai orang lain, mungkin ini hanya
untuk melindungi orang jahat ini."
Dia melihat Shen Yu hanya terpaku diam di tempat. Lu Yue-juan bertambah marah lagi,
dia langsung menusuk ke dada Shen Yu.
Karena Shen Yu tidak konsentrasi, melihat Lu Yue-juan menusuk ke arahnya dengan
pedang, dia hanya menahan dengan pedang. Dia lupa bahwa bahwa pedang yang
dipegang oleh Lu Yue-juan adalah pedang pusaka.
Begitu kedua pedang itu beradu, pedang yang dipegang pun terputus dan potongannya
jatuh, terlihat pedang yang berkilau lagi sudah menusuk ke dada Shen Yu, darah pun
mengalir dari dada Shen Yu.
Shen Yu menahan rasa sakit, dengan sedih dia berkata, "Anak Juan, aku.... bersalah
kepadamu, kau.... sudah.... membunuhku...."
Dia roboh kemudian mati. Shu Yu-zhu melihat Lu Yue-juan sudah membunuh Shen Yu. Dia terpaku kemudian
menangis sejadi-jadinya. "dosa, benar-benar dosa. Walaupun dia bersalah, tapi dia tetap ayah kandungmu....
kau, mengapa kau membunuh dia!" Dia menangis sambil mendekati Lu Yue-juan dan
berteriak, "Sekalian bunuh juga aku!"
Lu Yue-juan melihat keadaan itu dengan diam terpaku, akhirnya dia percaya bahwa
Shen Yu benar-benar ayah kandungnya, tapi dia juga malu dengan kelakuan ibunya,
apalagi saat ini disana ada Ma Zao-ling dan pelayan-pelayan Wisma Bai-ma, dia
merasa lebih malu lagi. Dia menangis dan berkata, "Jelaskan apa yang telah terjadi sebenarnya!"
Ma Zao-ling melihat keadaan disana, dia menyuruh pelayan-pelayan itu keluar dari
kamar. Dengan terpatah-patah Shu Yu-zhu menceritakan semuanya. Karena Shen Yu
menginginkan harta benda Wisma Bai-ma, pada waktu dia sudah menjadi pengurus
wisma, dia menjadikan Shu Yu-zhu yang pada waktu itu sedang hamil muda menjadi
istri Lu.... 72 Belum habis ceritanya, Lu Yue-juan sudah marah membentak, "Kenapa kalian bisa
melakukan perbuatan yang rendah seperti ini...."
Lu Yue-juan sedih dan menangis sejadi-jadinya.
Shu Yu-zhu melihat putrinya yang tidak mau memaafkan ibunya, dengan putus asa dia


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hanya bisa menangis, "Lebih baik aku mati saja!"
Dia mengangkat tangannya dan memukul ke arah kepalanya kemudian roboh.
Lu Yue-juan terkejut. Dia tahu karena malu ibunya bunuh diri. Dengan menangis dia
berkata, "Kalian semua harus mati, mati di tanganku, aku yang membunuh ayah
kandung juga membuat ibuku bunuh diri. Aku malu hidup di dunia ini. Ibu, kau jangan
cepat pergi, tunggulah putrimu ini...."
Kedua matanya dipejamkan, pedang sudah mendekat kepada lehernya.
Tapi pada waktu itu juga ada bayangan yang bergerak cepat seperti burung masuk
lewat jendela. Suatu tenaga seperti angin besar sudah mendorong tangannya. Pedang
panjang itu pun terjatuh kelantai.
Dalam hembusan angin yang kencang itu, Lu Yue-juan terdorong mundur beberapa
langkah dan hampir terjatuh. Dia membalikkan badannya untuk melihat, Ma Zao-ling
sudah berada disisinya. Lu Yue-juan marah, "Kau, kau kenapa....?"
Dengan santai Ma Zao-ling menjawab, "Tidak apa-apa, kau satu perguruan denganku,
melihat keadaanmu seperti ini, sudah tentu aku harus menolongmu."
"Ini adalah urusanku, aku tidak mau kau ikut campur!"
Kata Ma Zao-ling, "Aku memang tidak mau ikut campur urusan keluargamu, hanya
tolong jelaskan kepadaku mengapa kau harus bunuh diri?"
"Apakah kau benar-benar tidak tahu, mereka adalah ayah dan ibu kandungku"
Sekarang mereka sudah mati di tanganku, apakah aku masih berharga hidup didunia
ini?" Kata Ma Zao-ling, "Itu adalah jalan yang sudah mereka pilih, bukan kesalahanmu...."
73 Tiba-tiba Ma Zao-ling mencium bau benda terbakar, dia berlari ke arah jendela untuk
melihat keadaan diluar. Ternyata wisma sudah terbakar di beberapa tempat.
Ma Zao-ling terkejut. Dia tahu ini adalah ulah orang-orang yang sengaja membakar. Ini
bukan hal yang baik. Dia berteriak, "Adik, wisma sudah terbakar, mari kita pergi dari sini!"
Lu Yue-juan mendengarnya, dia tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya terdengar
sedih dan dia berkata, "Bakar saja! Bakar, habiskan semuanya, habiskan semua
kotoran dan dosa ini!"
Ma Zao-ling tahu bagaimana pukulan batin ini terhadap perasaan Lu Yue-juan yang
terlalu berat. Dia tidak akan pergi meninggalkan tempat ini.
Ma Zao-ling sedikit ragu, kemudian menotok Lu Yue-juan dan dengan cepat dia sudah
menenteng Lu Yue-juan meninggalkan tempat ini keluar melewati jendela.
Sekeliling bangunan sudah habis terbakar, bau asap menusuk hidung. Keadaan ini
sangat buruk dan berbahaya.
Ma Zao-ling dengan ilmu meringankan tubuhnya yang paling cepat, dia tidak
memperhatikan ke arah pelayan-pelayan yang sedang ribut disana. Hanya dalam waktu
singkat mereka sudah berada diluar wisma.
Begitu Ma Zao-ling menggendong Lu Yue-juan keluar dari lautan api, ada seseorang
yang turun dari dinding wisma yang tinggi itu. Dia seperti setan lari ke gunung kecil itu,
kakinya sedikit pincang tapi larinya sangat cepat.
Di depan adalah bentangan hutan. Dia menghentikan langkahnya dan membalikkan
badan untuk melihat. Wisma Bai-ma sudah menjadi lautan api. Wajahnya tersenyum,
senyum puas, dia adalah Chu Zheng.
Di sisi hutan terlihat ada dua ekor kuda yang terikat. Di sisi kuda berdiri seorang anak.
Melihat Chu Zheng, dia tertawa dan berkata, "Paman Chu, api membakar bangunan
dengan sangat baik."
Wajah Chu Zheng sangat senang, dia berkata, "Didalam wisma terdengar sangat
kacau, aku juga tidak tahu apa yang sudah terjadi disana. Keadaan seperti itulah
kesempatan untukku membakar. Sepertinya tidak ada yang bisa mematikan api. Wisma
Bai-ma akan musnah di dunia persilatan."
74 Anak itu tak lain adalah Shen Zhong-yuan. Dia tertawa dan berkata, "Sudah terbakar
semuanya! Paman Chu kita pergi!"
Walaupun merasa sedih sehingga Lu Yue-juan sampai ingin bunuh diri, tapi begitu dia
melihat sendiri lautan api yang membakar wisma Bai-ma, dia tetap merasa kaget.
Begitu dia digendong oleh Ma Zao-ling, tangannya dilemaskan. Ketika totokannya mulai
terbuka, dia ingin melepaskan diri dari gendongannya. Tapi dia juga kaget karena
disana banyak asap. Dia merasa lemas di dalam gendongan di punggung Ma Zao-ling.
Mereka bisa lepas dari lautan api, bau asap sudah tidak tercium tapi tiba-tiba dia
mencium bau yang lainnya.
Bau seperti ini belum pernah dia rasakan sebelumnya, karena itu dia merasa aneh. Bau
ini bisa membuat hati bergetar juga sangat aneh terasa dihidungnya. Bau ini terasa
enak dicium, dan bau ini juga sangat menggoda.
Dia menarik nafas panjang untuk mencium bau ini, semua benar-benar membuat
hatinya bergetar, bersamaan dengan itu wajah dia sudah memerah. Karena dia tahu
bahwa bau itu berasal dari tubuh Ma Zao-ling.
Mungkin yang biasa tertulis di dalam buku-buku, bau itu adalah bau khas seorang lakilaki.
Pikiran Lu Yue-juan memberitahu kepada dia agar dengan cepat menjauhkan diri dari
bau ini, tapi dia juga tidak rela meninggalkan bau ini.
Tapi begitu dia menenangkan pikirannya, dia berkata, "Kakak Ma, biarkan aku turun."
Suaranya terdengar malu. Ma Zao-ling berhenti melangkah dan menurunkannya. Dia berkata, "Adik, tadi sungguh
sangat berbahaya." Bau yang menggoda itu segera menghilang.
Lu Yue-juan mulai merasa sedih lagi, dia berkata, "Ayah dan ibu sudah meninggal,
wisma sudah terbakar habis, aku.... aku tidak tahu harus bagaimana sekarang?" Air
mata Lu Yue-juan menetes.
Ma Zao-ling melihat wajah Lu Yue-juan yang sedih, dia ingin tertawa tapi juga kasihan
kepadanya. 75 Ma Zao-ling berkata, "Adik, ada yang ingin kusampaikan tapi...."
Lu Yue-juan mengangkat kepala untuk melihat Ma Zao-ling, wajahnya penuh dengan
air mata. Dengan tertawa kecut dia berkata, "Katakan saja Kak, aku tidak apa-apa."
Ma Zao-ling berkata, "Adik, kau adalah seorang nona besar, terbiasa hidup enak,
sekarang kau harus meninggalkan kehidupan seperti itu, pasti kau tidak akan biasa. Di
dunia ini tidak hanya kau sendiri yang kekurangan kasih sayang orang tua, aku pun
demikian. Sejak kecil aku hanya sendiri, orang tua entah berada dimana, aku pun tidak
tahu. Hidupku selalu kurang makan dan susah. Kau pernah bertemu denganku dirumah
makan, itu adalah wujudku sehari-hari, tapi Adik...."
Lu Yue-juan memotong kata-katanya dan berkata, "Tapi kau adalah seorang laki-laki,
sedangkan aku adalah seorang perempuan...."
Kata Ma Zao-ling, "Di dunia persilatan tidak ada perbedaan antara laki-laki atau pun
perempuan. Sejak dulu sudah banyak pendekar perempuan sendirian, sekarang pun
masih seperti itu. Kau bisa berkelana, membantu yang lemah dan menghukum yang
jahat. Ilmu silatmu sudah lumayan tinggi, mengapa mengatakan kata-kata yang
mengecewakan perasaan orang?"
"Kakak Ma tidak salah, tapi.... tapi aku ingin meminta bantuan Kakak, apakah kau...."
Ma Zao-ling tertawa dan berkata, "Tidak perlu merasa sungkan, walaupun kita bukan
berasal dari satu seperguruan, aku tetap akan membantumu, asalkan aku sanggup
melakukannya." Lu Yue-juan tampak ragu tapi dia tetap mengatakan, "Wisma Bai-ma sudah hancur, aku
sudah sudah tidak mempunyai keluarga lagi. Aku harap Kakak mau ikut bersama
denganku dan berkelana di dunia persilatan."
Begitu selesai bicara, Lu Yue-juan sudah membalikkan badan karena merasa malu,
wajahnya pun memerah, suaranya semakin mengecil.
Tapi Ma Zao-ling sangat jelas mendengar semuanya, apalagi hal itu bisa terlihat dari
wajah Lu Yue-juan. Dia juga mengerti maksud dari Lu Yue-juan bergabung dengannya
dan berkelana di dunia persilatan, karena begitu tiba-tiba membuat Ma Zao-ling sulit
menjawab. Dalam hati dia berpikir, "Lu Yue-juan adalah gadis cantik dan juga baik. Sebelum terjadi
musibah, dia adalah nona besar di Wisma Bai-ma, kehidupannya bergelimang dengan
76 harta, sekarang dia berani mengungkapkan kata-kata seperti itu, ini merupakan
keberanian yang sangat besar, kalau bukan terpaksa dia tidak akan berkata seperti itu.
Walaupun sangat tiba-tiba, di balik kata-kata Lu Yue-juan dapat menjelaskan banyak
hal. Dia sudah memilihku dan sudah mengatakan dengan terus terang. Seharusnya aku
merasa senang dan beruntung. Aku adalah kakak seperguruannya seharusnya aku
tidak boleh menolak permintaannya. Tapi bagaimana saat ini dia masih merasa sakit
hatinya" Walaupun hubungan kami hanya berdasarkan atas rasa kasihan, tapi kami
sudah.... kalau dia tahu bahwa kami.... apakah dia masih bisa bertahan hidup" Tapi
menurut perkiraanku, tidak akan terjadi apa-apa pada Adik Lu, biar sekarang dia
merasa sakit hati. Kami tidak akan bisa.... bila kami masih berjodoh masih ada waktu
nanti-nanti. Tapi sekarang aku harus bagaimana?"
Ma Zao-ling terdiam lama. Melihat tubuh Lu Yue-juan mulai gemetar, dia segera
teringat, Lu Yue-juan saat ini seperti orang yang sedang depresi dan dia adalah kayu
penolong baginya. Segera Ma Zao-ling berkata, "Adik, kau baru saja mengalami musibah, tidak baik kau
berkelana di dunia persilatan. Menurutku lebih baik sementara ini kau pergi ke Yu-quanguan dulu. Guru...."
Lu Yue-juan merasa harapan satu-satunya pun sudah tidak ada, harga dirinya terluka.
Belum habis perkataan Ma Zao-ling, dia sudah menyambung kata-katanya, "Terima
kasih atas petunjukmu!"
Dia sudah berlari. Bayangannya menghilang dalam kegelapan dan terdengar suara
tangisan. Ma Zao-ling terpaku, dia merasa kehilangan.
Hati dan tenaga habis sudah. Lu Yue-juan benar-benar merasa lelah, dia melihat ada
sebuah desa, dia segera berlari ke arah sana.
Wisma Bai-ma sudah musnah tapi orang-orang yang menyewa tanah dekat wisma
masih belum tahu. Dimata mereka Lu Yue-juan adalah seorang nona yang terhormat.
Walaupun sudah malam, begitu melihat Nona Lu datang untuk menginap, mereka
merasa terkejut dan berusaha meladeni Nona Lu dengan sebaik-baiknya.
Ketika tidur walaupun beberapa kali merasa terkejut dan terbangun dari tidurnya, tapi
akhirnya dia bisa tertidur juga.
77 Begitu bangun sudah tersedia air untuk mencuci muka. Setelah mencuci mukanya, istri
petani masih membuatkan sarapan dan membuang air bekas cuci muka.
Pada waktu itulah Lu Yue-juan melihat dari sela pintu ada bayangan seseorang. Orang
itu tak lain adalah Ma Zao-ling.
"Mengapa dia juga menginap di desa ini" Begitu pagi dia sudah harus pergi dari sini"
akan pergi ke manakah dia?" Pikiran ini terus mengganjal di pikiran Lu Yue-juan, dia
segera mengikutinya. Di dekat desa itu ada sebuah rumah kecil. Rumah ini seperti rumah desa biasa, tapi
juga tidak benar-benar seperti rumah desa biasa, tidak ada suara kokokan ayam juga
tidak ada suara anjing yang menggonggong.
Di halaman sangat sepi, sepi seperti tidak ada orang yang tinggal di sana. Keadaan di
dalam rumah pun sangat sederhana, boleh dikatakan tidak ada perabot rumah.
Tempat tidur yang terbuat dari kayu itu, terbaring seorang perempuan, wajannya pucat,
tubuhnya ditutupi dengan sehelai selimut yang tebal.
Di sisi ranjang ada wadah untuk membakar arang. Arang dibakar sampai merah, tapi
orang yang terbaring di tempat tidur masih terus gemetar karena kedinginan.
Diam-diam Ma Zao-ling masuk ke dalam kamar dan berkata, "Shu Niang (nama orang)
dua hari ini aku ada keperluan, aku tidak bisa menengokmu, apakah kau merasa lebih
baik?" Tidak ada jawaban, mata perempuan itu sepertinya tidak bisa dibuka. Ma Zao-ling
menggelengkan kepala, dia berjalan kedepan tempat tidur dan ingin duduk disana.
Perempuan itu membuka matanya yang besar dan membentak, "Mengpa kau selalu
lupa, bukankah aku sudah berpesan supaya jangan kemari" Kenapa kau masih...."
Walaupun dia ingin membentak tapi suaranya terdengar sangat kecil seperti tidak ada
tenaga, kemudian dia terus batuk-batuk.
Ma Zao-ling memegang pundaknya dan berkata, "Shu Niang, mengapa kau marahmarah lagi. Kata tabib penyakitmu...."
"Aku tidak perlu kau urusi, pergilah...."
78 Kata-kata perempuan itu belum selesai, Ma Zao-ling dengan bibirnya menutup mulut
perempuan itu. Perempuan itu terpaku, kemudian kedua tangannya memeluk Ma Zaoling dengan erat....
Lu Yue-juan melihat semuanya dengan jelas, dia pergi diam-diam dari sana, dia seperti
kehilangan semangat dan rohnya serasa melayang, "Perempuan itu adalah gadis desa
dan penyakitan tapi dia bisa mendapatkan hati Ma Zao-ling, dia masih sempat
memarahi Ma Zao-ling supaya meninggalkan dia, tapi aku...."
Hatinya terasa risau, seperti tidak dapat ditenangkan. Dia terus berlari, tidak ada tujuan.
Hari yang cerah, tapi keadaan Lu Yue-juan seperti terkena hujan badai. Dengan
bingung dia berjalan, apa yang terjadi disekelilingnya dia tidak peduli.
Tiba-tiba dia mendengar ada suara asing. Awalnya dia merasa aneh, akhirnya dia baru
mendengar dengan jelas. Ternyata suara itu berasal dari perutnya.
Sudah sehari semalam dia tidak makan. Begitu mendengar perutnya berbunyi, dia baru
merasa tenggorokannya kering, karena itu dia segera merasakan ingin minum.
Dia melihat ke depan kemudian ke belakang, tidak tampak sebuah perkampungan,
sawah pun kosong tidak ditanami apa pun.
Nona besar ini pun baru pertama kalinya merasa bagaimana haus dan lapar. Di dalam
tenggorokan seperti ada api, cara paling cepat adalah pergi dari sana.
Tiba-tiba dia melihat didepannya ada sebuah jembatan, dia berpikir di bawah jembatan
pasti ada air. Dia berjalan dengan cepat menuju jembatan itu dan melihat ke bawah. Ternyata bukan
air, karena air sudah menjadi es dan ada benda-benda kotor pun terlihat dari atas es.
Apakah air semacam itu bisa untuk minum"
Dia menggelengkan kepala dan berjalan lagi tapi kakinya malah kembali lagi ke tempat
tadi. Karena tenggorokannya sudah seperti terbakar, Lu Yue-juan melihat ke kiri dan
juga ke kanan, tingkah lakunya seperti seorang pencuri. Dia mencari tempat agak
bersih kemudian memukul es yang membeku kemudian meminum airnya.
Air itu sangat dingin dan juga manis!
Air yang biasa diminumnya adalah air manis dengan es atau yang lainnya, tapi tidak
pernah seenak air ini. 79 Dia minum dan minum hingga perutnya membuncit. Tapi walau bagaimanapun air tidak
bisa mengenyangkan perut, tak lama dia merasa lebih lapar lagi.
Perut lapar membuat dia masuk ke sebuah kota.
Di kota itu ada sebuah rumah makan kecil. Dari luar terlihat ada sebuah meja usang
dan berminyak yang diterangi oleh lampu yang remang. Di bawah masih ada sisa
makanan yang dibuang tamu, masih ada beberapa ekor kucing dan anjing sedang
memakan sisa makanan itu.
Biasanya Lu Yue-juan tidak akan mau melirik tempat seperti itu, biarpun dia dibekali
uang, dia tidak akan mau makan di tempat seperti ini, tapi sekarang dia tidak berpikir
panjang lagi, segera dia masuk ke dalam.
Penampilan Lu Yue-juan sekarang ini terlihat sangat buruk, wajahnya penuh dengan
tanah dan keringat, rambut berantakan seperti sarang burung.
Karena tadi dia minum di sungai, bajunya menjadi basah dan banyak tanah yang
menempel. Walaupun pakaiannya adalah pakaian dengan kualitas terbaik, tapi sudah
dua hari dia berkelana dan tidak ganti, tidak terlihat lagi warna asli dari bajunya. Apalagi
baju itu sudah sobek disana sini membuat dia seperti pelayan orang kaya yang sedang
melarikan diri. Hanya dia sendiri tidak memperhatikan penampilannya bila dia tahu, dia tidak akan
berani masuk ke dalam kota.
Toko kecil itu lumayan ramai, beberapa meja terisi beberapa orang tamu, mereka
melihat ada tamu perempuan yang masuk kesana. Dengan mata aneh mereka melihat
ke arahnya. Lu Yue-juan memilih tempat yang berada di dekat jendela kemudian duduk.
Pelayan dengan perlahan mendekatinya dan dengan terpaksa bertanya kepadanya dia,
"Apakah Nona ingin makan bakpao" Bakpao disini besar dan murah."
Lu Yue-juan tidak merasa pelayan itu sedang menyindirnya, dia berkata, "Apakah disini
tidak ada makanan yang lain?"
Dengan tertawa pelayan itu bertanya kembali, "Nona ingin makan apa?"
80 "Berilah aku sepiring ayam pedas, sepiring ikan asam manis, sepiring babat, dan
sepiring cah daging ayam. Aku minta porsi sedang karena porsi makanku tidak terlalu
banyak dan jangan lupa bawakan satu guci arak yang bagus."
Sayur yang dia pesan, dipikirannya adalah makanan yang sangat biasa. Tapi orangorang disana yang mendengar merasa aneh, kemudian mereka tertawa mengejek.
Apalagi pelayan itu matanya langsung membelalak, tidak mengerti apa yang dikatakan
oleh Lu Yue-juan. Lu Yue-juan melihat pelayan itu masih bengong dengan berdiri, dia marah dan berkata,
"Apakah sayur yang kupesan tidak tersedia?"
Pelayan itu ragu dan kemudian menjawab, "Rumah makan kami mempunyai peraturan
baru...." "Aturan apa?" "Rumah makan kami sangat kecil, modal tidak cukup dan kami tidak menerima orang
yang berhutang. Semua tamu makan disini harus membayar terlebih dulu."
Kata Lu Yue-juan, "Kalau begitu tidak apa-apa, aku...." Dia memasukkan tangan ke
dalam sakunya. Tapi tangannya tidak bisa dikeluarkan lagi.


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang dia baru teringat, kemarin ini karena cepat-cepat meninggalkan Wisma Baima yang terbakar oleh lautan api, dia lupa tidak membawa uang.
Pelayan itu melihat reaksi Lu Yue-juan, dia sudah dapat menebak bahwa Lu Yue-juan
tidak membawa uang sepeser pun, masih dengan bercanda dia berkata, "Apakah uang
Nona terlalu besar dan banyak sehingga sulit untuk mengeluarkannya?"
Lu Yue-juan tidak dapat menjawab.
Para tamu di sana pun menertawakannya.
Salah satu laki-laki yang di sana dan berwajah mesum dengan tertawa berkata, "Nona,
mari makan bersama-sama dengan kami, tapi kau harus menyanyikan lagu untuk kami,
kami jamin kau pasti bisa makan dengan perut kenyang, bila...."
Lu Yue-juan merasa kepalanya menjadi besar, dia tidak mendengar laki-laki itu
berbicara apa. 81 Dia marah kepada dirinya sendiri, mengapa tidak dari awal dia tahu bahwa dia tidak
membawa uang sepeser pun, sementara itu dia sudah memesan banyak sayur, bila dia
keluar dari toko ini begitu saja, ini akan lebih memalukan lagi.
Saat itu datanglah seseorang, seorang pemuda yang berpakian mewah, pemuda itu
melihat ke dalam toko, dia sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi disana, dia
mendekat dan berkata, "Adik Sepupu, ternyata kau berada disini!"
Kemudian dari balik lengan bajunya dia mengeluarkan sebungkus barang dan
diletakkan di atas meja. Ternyata itu adalah emas dan uang kertas, masih ada benda lainnya, kemudian ada
beberapa butir mutiara dan berlian, berhamburan di atas meja.
Ternyata dia adalah Li Hao.
Sewaktu keadaan wisma sedang kacau balau, dia tidak berani muncul, dia ingin
rencana Shen Yu dan Shu Yu-zhu berhasil dan dia tinggal menikmati hasilnya, begitu
Ma Zao-ling dan Yin-shan Wu-mo muncul, kemudian Yin-shan Wu-mo berhasil
dikalahkan oleh Ma Zao-ling, dia tahu bahwa kesempatannya sudah hilang, segera dia
masuk kedalam kamar Shen Yu dan mengambil semua perhiasan setelah itu melarikan
diri. Setelah agak jauh dari sana baru dia berjalan dan wisma sudah terbakar.
Sekarang dengan tertawa dia berkata, "Paman tahu bahwa Adik Sepupu sedang marah
dan pergi dengan terburu-buru sehingga lupa membawa uang, karena itu paman
menyuruhku mengantarkan uang ini kepadamu."
Pelayan rumah makan itu begitu terkejut begitu pula dengan tamu-tamu yang berada
disana. Yang paling terkejut adalah Lu Yue-juan, dia tidak tahu mengapa Li Hao bisa datang
kesana. Dari mana benda-benda ini dia dapatkan"
Paman Lu yang mana yang dimaksud oleh Li Hao" Apakah yang dimaksud adalah Lu
Yi-feng atau pengurus Wisma Bai-ma, Shen Yu" Mereka sudah meninggal, mengapa Li
Hao masih terus berbohong"
Kemarin ini mereka sudah mengalami kejadian yang membuat mereka menjadi tidak
enak satu sama lain, mengapa sekarang Li Hao masih begitu tebal.... Semua ini seperti
mimpi buruk, sangat sulit ditebak maksudnya.
82 Tapi hanya satu kebaikan yang dapat diperolehnya, dia bisa makan dengan tenang, Lu
Yue-juan menarik nafas kemudian duduk, terpaksa dia membiarkan Li Hao duduk di
depannya. Pelayan rumah makan itu seperti berganti wujud, dia terus tertawa lebar dan mondar
mandir mengantarkan sayur dan teh.
Li Hao lebih gesit lagi, dia terus memesan arak dan memanggil Lu Yue-juan dengan
panggilan adik sepupu. Lu Yue-juan yang tiba-tiba kedatangan seorang kakak sepupu, hatinya menjadi seperti
bumbu dapur, ada rasa asam, asin, pahit, dan pedas, semuanya bercampur.
Tapi Li Hao datang pada saat Lu Yue-juan sedang membutuhkan pertolongan. Walau
bagaimanapun Lu Yue-juan merasa sangat berterima kasih. Tapi Lu Yue-juan tetap
tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Li Hao.
Setelah selesar makan, dia pun masih tidak menyapa Li Hao, labih-lebih dia tidak
menyentuh emas dan perhiasan lainnya yang tergeletak begitu saja di atas meja.
Lu Yue-juan berjalan di depan, Li Hao mengikutinya dari belakang, mereka tidak saling
bicara, akhirnya Lu Yue-juan dengan dingin bertanya, "Apakah kau masih ada
keperluan denganku?"
Sambil tertawa Li Hao menjawab, "Aku takut Adik belum pulih keadaannya, bila berjalan
sendiri, ini sangat mengkhawatirkan, maka itu aku siap menemanimu."
Lu Yue-juan berkata, "Ini adalah masalahku, biar aku sendiri yang membereskannya,
aku tidak berani merepotkanmu, kau pergilah!"
Li Hao tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia tetap mengikuti Lu Yue-juan dari
belakang, walaupun mulut Lu Yue-juan berkata seperti itu, tapi hatinya mulai luluh.
Orang yang berada di jalan semakin sedikit dan hari pun mulai gelap.
Lu Yue-juan melihat di depannya hanya ada kegelapan, hanya tampak beberapa
lampion yang bergoyangan tertiup angin. Lu Yue-juan merasa semakin hari dia menjadi
semakin penakut, apalagi sekarang ini dia tidak tahu kemana tujuannya pergi.
Li Hao juga semenjak tadi tidak bersuara, apakah karena dia sudah pergi jauh" Lu Yuejuan mulai merasa takut bila Li Hao pergi.
83 Lu Yue-juan tidak berhenti melangkah, tapi dia membalikkan badan untuk melihat,
ternyata Li Hao masih berada di belakang dan sedang tersenyum kepadanya.
Lu Yue-juan menarik nafas dan berteriak, "Mengapa kau terus mengikutiku"!"
"Hari sudah malam, apakah
beristirahat?"jawab Li Hao.
Adik tidak mau mencari penginapan untuk Lu Yue-juan terdiam, tapi dia tahu tubuhnya sudah merasa sangat lelah, mendengar
kata penginapan, tulang-tulangnya serasa rontok dan susah bergerak.
Li Hao merasa sangat senang, dia tertawa dan berkata, "Adik tidak mau kuikuti, jadi
biarkan aku mencari penginapan untuk Adik."
Lu Yue-juan mengangguk. Begitu masuk ke kamar di sebuah penginapan, Lu Yue-juan mengunci diri di dalam
kamar, kemudian berkata, "Sekarang kau boleh pergi, semakin jauh semakin baik!"
Li Hao sangat menuruti permintaan Lu Yue-juan, kemudian dia berkata, "Baiklah, aku
permisi sekarang!" Kemudian Li Hao pun pergi dari sana.
Lu Yue-juan mendengar di luar tidak ada suara, kemudian dia pun membaringkan
tubuhnya ke atas ranjang.
Hatinya sangat galau, membuat dia tidak dapat tidur. Hal pertama yang dipikirkannya
adalah Ma Zao-ling, dia adalah seorang pemuda yang jujur, hati dan mulutnya
mengatakan hal yang sama, "Dia tahu isi hatiku, tapi dia dengan tegas menolak...."
Kemudian dia memikirkan Li Hao, "Sebenarnya dia tidak terlalu jahat, bila hari ini tidak
ada dia, aku...." Dia terus berpikir dan berpikir, akhirnya dia pun tertidur, tidurnya sangat nyenyak,
begitu terbangun hari sudah terang.
Dia merasa sekujur tubuhnya merasa sakit dan juga pegal. Dia mulai merasa perutnya
keroncongan minta diisi, apakah kemarin malam dia belum makan dengan kenyang,
atau.... 84 Lu Yue-juan sudah beberapa kali ingin memanggil pelayan untuk memesan makanan,
tapi setiap kali pula keinginannya itu ditahan, dia merasa menyesal mengapa kemarin
malam dia tidak mengambil sedikit uang dari Li Hao.
Tiba-tiba dia mendengar ada pelayan yang berbicara kepadanya dari luar, "Nona Lu,
Tuan Li sudah memesankan sayur dan nasi untuk Nona, apakah Nona ingin makan
sekarang?" Lu Yue-juan merasa sangat lapar, sarapan yang diantarkan oleh pelayan ke kamarnya,
dihabiskan semua, tiba-tiba dia melihat sosoknya yang terpantul dicermin, dia sangat
terkejut, tiba-tiba saja dia merasa tubuhnya sangat gatal.
Saat itu juga ada seorang pelayan datang membawakan satu stel pakaian untuknya,
masih ada kaus kaki dan sebaskom air panas.
Tidak diragukan lagi, semua ini adalah pesanan dari Li Hao, bagaimana Lu Yue-juan
bisa menolak semua ini"
Begitu selesai mandi dan berganti dengan baju baru, dari luar ada seseorang yang
mengetuk pintu. "Apakah aku boleh masuk?"
Itu adalah suara Li Hao. Sebenarnya Lu Yue-juan ingin segera meninggalkan kota ini, tapi tenaganya belum
pulih, dia merasa tubuhnya lemas tidak bertenaga.
Dia ingin meminjam uang kepada Li Hao, tapi mulutnya sangat sulit dibuka. Terpaksa
dia tinggal di kota itu, pastinya Li Hao pun tidak pernah jauh dari sisinya.
Sewaktu makan malam Li Hao melihat di penginapan ini tidak ada sayur yang enak,
akhirnya dia memesan sayur ke sebuah rumah makan besar yang berada dikota itu,
tidak lupa dia memesan arak yang bagus.
Mereka duduk kemudian makan, Li Hao tertawa dan berkata, "Bila Adik tidak keberatan,
aku ingin minum arak."
Lu Yue-juan tidak menjawab, tapi dia mengangguk.
Kata orang arak bisa menghilangkan hati yang sedang gundah, selama beberapa hari
ini perasaan Lu Yue-juan tidak menentu, dia merasa sangat sedih dan kacau.
85 Begitu dia meminum arak yang dipesan di rumah makan, dia masih menambah dengan
meminum arak yang dipesan dari tempat lain.
Karena dia minum terburu-buru akhirnya dia pun tersedak kemudian terbatuk. Melihat
semua ini Li Hao tertawa dan berkata, "Adik, jangan minum arak putih itu, nanti kau
mabuk...." Kesungguhan hati Li Hao begitu jelas terlihat, dia seperti takut Lu Yue-juan akan benarbenar mabuk. Padahal sebenarnya hati Li Hao tidak seperti itu, dia berharap Lu Yuejuan segera mabuk.
Lu Yue-juan tidak bicara, dia menuang arak kedalam sebuah cawan yang besar,
melihat itu Li Hao sangat senang.
Tiga cawan besar arak sudah masuk ke dalam perut Lu Yue-juan, dia mulai merasa
tubuhnya menjadi hangat dan nyaman. Tubuhnya menjadi ringan, begitu cangkir kelima
masuk ke dalam perutnya, kepalanya mulai pusing, arak sudah tidak terciun lagi bau
harumnya. Semua kebingungan dan hatinya yang kacau selama beberapa hari ini,
terlupakan olehnya. Pelayan datang untuk menambahkan arak lagi. Li Hao menuangkan lagi arak untuk Lu
Yue-juan, dia terus menambahkan segelas demi segelas.
Tiba-tiba Lu Yue-juan berdiri dan berkata, "Kau.... sebenarnya kau ini orang baik atau
orang jahat?" Li Hao terpaku kemudian dia segera tertawa dan berkata, "Menurut Adik, aku ini orang
yang bagaimana?" "Kelihatannya kau tidak seperti orang jahat, tapi kemarin ini.... mengapa kau...."
Kata Li Hao, "Menurutmu, aku orang seperti apa" Lama-lama kau pasti tahu, tidak perlu
aku yang mengatakannya sekarang. Persoalan kemarin ini....Adik adalah seorang yang
pemaaf, jangan diungkit-ungkit lagi."
Lu Yue-juan mendengar pengakuan Li Hao, dia tidak mendesak lagi, kemudian dia pun
minum secangkir arak lagi.
Kata Li Hao dengan senang, "Adik, kita tidak perlu mengungkit masa lalu lagi, hanya...."
Kata Lu Yue-juan, "Benar, selama dua hari ini keadaanku sangat tidak menentu." Dia
mulai meneteskan air mata.
86 Li Hao pun semakin senang, dengan sikap meyakinkan Li Hao berkata, "Sayang aku
bukan orang yang pandai bicara, tidak pandai membuat humor yang lucu untuk
membuat Adik tertawa."
Kata Lu Yue-juan, "Bila ada orang yang bisa membuatku tertawa, aku akan minum lebih
banyak lagi." Mendengar perkataan Lu Yue-juan, Li Hao segera menceritakan hal aneh dari dunia
persilatan atau cerita lain, membuat Lu Yue-juan yang lahir di keluarga kaya dan
ternama ini bisa tertawa, akhirnya dia minum lagi segelas demi segelas.
Pada akhirnya Lu Yue-juan tidak dapat tertawa lagi, dia sangat mabuk hingga hampir
tersungkur di bawah meja.
Mata Li Hao tampak bersinar, dia mencoba-coba, "Adik, apakah kau masih bisa
mendengar ceritaku?"
Lu Yue-juan terdiam tidak menjawab.
Li Hao memapah Lu Yue-juan yang keadaannya seperti orang yang sudah dicopoti
tulang, lembek, dan sepertinya dia memasrahkan semua nasibnya kepada orang yang
memapahnya.... Lu Yue-juan merasa dirinya seperti demam, seluruh tubuhnya terasa panas,
tenggorokannya seperti ada api. Dia merasa haus dan ingin minum, tapi dia tidak
mempunyai tenaga untuk menggerakkan tubuhnya. Dia ingin memanggil seseorang.
Sewaktu dia akan memanggil, pintu terbuka, muncul Ma Zao-ling yang sedang tertawa,
dia masuk ke dalam kamar.
Dia membawa sebongkah besar es batu, udara begitu panas, dari mana dia bisa
mendapatkan es batu itu" Benar-benar sudah menyusahkannya.
Semua es itu dimakan Lu Yue-juan, tubuhnya terasa dingin dan enak.
Dengan sepenuh perasaan dia berkata, "Kakak Ma, kau begitu baik kepadaku."
Wajah Ma Zao-ling memerah dan berkata, "Apakah kau sudah merasa lebih baik?"
"Terima kasih, aku merasa lebih baik dari pada tadi, bila tidak percaya kau...." Dia
mengambil tangan Ma Zao-ling dan menempelkannya ke dahi Lu Yue-juan, kemudian
dia berkata, "Aku tidak berbohong kepadamu kan?"
87 Dia sepertinya ingin menarik kembali tangannya, tapi Lu Yue Jua malah menahannya,
kemudian menempelkan tangan Ma Zao-ling ke wajahnya, sepertinya Ma Zao-ling pun
tidak ingin melepaskan tangannya. Dia mengulurkan tangan yang satunya lagi, dengan
lembut dia menggenggam tangan Lu Yue-juan.
Lu Yue-juan berkata dengan suara kecil, "Kakak Ma, apakah kau benar-benar
menyukaiku?" Mata Ma Zao-ling memancarkan cahaya kemudian dia mengangguk.
Lu Yue-juan merasa sangat senang dan dengan sengaja dia berkata, "Aku tidak
mempercayainya." Dia tertawa dan berkata, "Aku akan membuktikannya kepadamu...." Kata-katanya
belum selesai, bibirnya sudah mencium bibir Lu Yue-juan.... terasa sangat manis.
Lu Yue-juan merasa sudah mabuk kepayang, dia membalas mencium, dia mencium
bau tubuh dari lawan jenis. Dia merasa ada tangan yang masuk ke dalam bajunya,
meraba dadanya.... meraba dengan lembut.
Lu Yue-juan hampir tidak bisa bernafas, bibirnya menempel semakin erat, Lu Yue-juan
juga bisa mendengar detak jantung Ma Zao-ling, dia bernafas semakin keras.
Lu Yue-juan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi semua ini sudah terlambat
untuk dihentikan. Tiba-tiba saja Ma Zao-ling berubah menjadi orang lain, kedua matanya bersorot aneh,
dengan kasar orang itu memaksa membuka baju dan gaunnya.
Lu Yue-juan merasa terkejut, mengapa Ma Zao-ling berubah menjadi seperti ini" Tapi
keganjilan ini hanya dirasakan sebentar oleh Lu Yue-juan, dia merasa sangat bahagia,
saat inilah yang sudah ditunggunya sejak lama... akhirnya Lu Yue-juan bisa
mendapatkan Ma Zao-ling. Dengan cepat laki-laki itu mulai menindihnya, gerakannya pun menjadi kasar.
Lu Yue-juan tidak memberontak lagi, dia pasrah menerima semua perlakuan laki-laki
itu. Setelah itu Lu Yue-juan tertidur dengan bahagia di pelukan laki-laki itu.
Antara sadar dan tidak sadar akhirnya Lu Yue-juan pun terbangun, dia merasa
kepalanya sangat sakit, seperti akan pecah, yang paling membuatnya sakit adalah
bagian tubuhnya yang paling intim, dia merasa sangat terkejut.
88 Miliknya yang paling berharga sudah dia berikan kepada orang lain. Tapi karena dia
ingat bahwa orang itu adalah Ma Zao-ling, maka hatinya pun merasa tenang.
Cahaya bulan masuk ke dalam kamar, tiba-tiba dia melihat yang berbaring disisinya
dan masih bernafas dengan terengah-engah adalah Li Hao, rasa terkejut Lu Yue-juan
seperti rohnya sudah terlepas dari tubuhnya.
Dengan marah dia mendorong Li Hao hingga terjatuh dari tempat tidur. Li Hao sangat
terkejut dan bangun, dia segera berlutut dan menangis, sebenarnya yang harus
menangis adalah Lu Yue-juan, tapi malah Li Hao yang memakai keadaan ini.
Sambil menangis dia berkata, "Adik, aku tahu aku yang bersalah, tapi.... mohon
maafkan aku!" Lu Yue-juan merasa tubuhnya bergetar hebat, dia berkata, "Aku.... aku.... harus
membunuhmu!" Kata Li Hao, "Bunuh saja aku! Aku juga mabuk, tidak bisa menguasai diri, seharusnya
aku tidak minum arak...."
Dia naik ke tempat tidur dan menangis sekuat-kuatnya, "Bunuh saja aku, bila kau
membunuhku, perasaanku akan lebih enak."
Lu Yue-juan benar-benar ingin membunuhnya, dia mengambil pedang.... tapi sedikit
tenaga pun dia tidak ada.
Lu Yue-juan marah bercampur dengan kesal, tapi melihat Li Hao yang menangis
dengan penuh rasa penyesalan, dia malah marah kepada dirinya, "Seharusnya aku
tidak minum arak, tidak minum begitu banyak...."
Kedua tangan Li Hao menutupi wajahnya, tapi dari celah-celah jarinya dia melihat
semua perubahan wajah Lu Yue-juan. Dia merasa senang, maka dia pura-pura
menangis lebih sedih lagi, dia tahu bahwa air mata laki-laki lebih hebat dari pada air


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata perempuan. Lu Yue-juan terpaku sebentar akhirnya dia hanya bisa telungkup di tempat tidur dan
menangis sejadi-jadinya, kecuali menangis apa lagi yang bisa dia lakukan"
Menangis kadang-kadang menjadi senjata seorang perempuan, kadang-kadang malah
melambangkan ketidak berdayaan seorang perempuan.
89 Li Hao mengeluarkan ekspresi sinis, tapi dia tetap berpura-pura menangis dan berkata,
"Adik, aku yang bersalah, tapi ini adalah kesungguhan perasaanku, aku benar-benar
menyayangi dirimu, aku berharap kau mau percaya kepadaku, seumur hidup aku akan
berbuat baik kepadamu, aku mohon agar kau mau menjadi pengantinku."
Sambil menagis dia memegang tangan Lu Yue-juan, Lu Yue-juan tidak menepis tangan
Li Hao, tapi dia pun tetap tidak mau bicara.
Apa arti dari sikap Lu Yue-juan ini" Li Hao sangat mengerti, dia tidak akan
menghilangkan kesempatan ini begitu saja, tiba-tiba dia memeluk Lu Yue-juan dengan
erat dan berkata, "Kau boleh membunuhku, tapi kau tidak bisa melarangku untuk terus
mencintaimu, sampai mati pun aku tetap sayang kepadamu, bolehkah aku
memanggilmu dengan sebutan istri?"
Lu Yue-juan tidak bergerak, dia seperti sebuah patung, hanya bisa menangis.
Li Hao tahu dia sudah menang mutlak, hatinya berbunga-bunga, disisi Lu Yue-juan dia
mengungkapkan kata-kata lembut, manis, tapi di balik semua itu tersimpan niat jahat.
Lu Yue-juan percaya dengan semua kata-kata Li Hao, tangisannya pun mulai reda.
Semenjak Wisma Bai-ma lenyap, Lu Yue-juan merasa dirinya bagaikan layang-layang
yang putus benangnya, pergi kemana pun hanya seorang diri, sekarang dia merasa
tidak sendiri lagi.... Li Hao tertawa dan terus tertawa, tapi dia tetap seperti ingin dikasihani, dia berkata,
"Apakah Adik benar-benar ingin menjadi pengantinku?"
Akhirnya Lu Yue-juan kalah mutlak di tangan Li Hao. Dia menghela nafas dan berkata,
"Asal kau tidak berbohong dan selamanya tidak akan melupakan kata-katamu tadi,
aku...." Kata-katanya belum selesai, mulutnya sudah ditutup oleh bibir yang panas, kemudian Li
Hao mulai menindihnya....
Kayu sudah berubah menjadi perahu.
Lu Yue-juan dan Li Hao membeli rumah di kota itu kemudian mereka tinggal disana.
Lu Yue-juan terkejut karena tahu-tahu saja dia sudah hamil, dia mempersiapkan
semuanya untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik.
90 Selama beberapa bulan ini Li Hao sangat baik kepadanya. Walaupun Wisma Bai-ma
sudah lenyap, tapi kekayaan di luar Wisma Bai-ma masih banyak, bila hanya untuk
memenuhi hidup mereka berdua, seumur hidup pun kekayaan itu tidak akan habis.
Karena itu Li Hao tidak ingin terburu-buru mencari nafkah, seharian dia menemani Lu
Yue-juan mengobrol, tertawa, bernyanyi. Pada awalnya Lu Yue-juan merasa tidak puas dengan dirinya yang harus menikah
dengan Li Hao, tapi seiring dengan waktu berjalan, Lu Yue-juan pun mulai
menikmatinya, dia mengira dia menikmati kehidupan ini, dia pun menyangka bahwa dia
sudah mendapatkan kebahagiaan yang dia dambakan karena selalu ada seorang
suami yang menemaninya. Tapi seiring dengan perutnya yang semakin membesar, dia merasakan ada yang salah.
Setengah bulan yang lalu....
Dia merasakan nyawa kecil yang berada di dalam perutnya, akan menjadi seorang
anak yang baik, anak itu sepertinya sengaja memberontak di dalam perut, membuat
ibunya sakit perut, tapi dia malah tenggelam di dalam rasa gembira yang aneh.
Dia akan mempunyai anak, semoga anak itu adalah seorang anak yang berkulit putih
dan gemuk, permata ibunya yang paling berharga.
Dia sudah merencanakan semuanya, bila anak yang lahir adalah laki-laki, dia ingin
meminta ijin kepada Li Hao agar anak itu diberi marga Lu untuk meneruskan keturunan
marga Lu. Hari ini udara terasa sangat panas, matahari seperti menyemburkan api.
Bidan sudah berpesan waktu-waktu sekarang ini jangan terlalu banyak makanan yang
berminyak juga jangan memakan makanan yang dingin, tidak makan daging pun tidak
apa-apa. Tapi sekarang hari begitu panas, es yang dingin sangat menggodanya. Dia
sudah tidak tahan, diam-diam dia menyuruh seseorang membeli es kemudian dia pun
memakannya. Mulutnya sangat ingin makan tapi perutnya sudah tidak dapat bertahan. Baru saja dia
makan setengah jam, dia mulai merasa perutnya sakit, dia membaringkan dirinya di
tempat tidur. Melihat keadaan istrinya seperti itu, Li Hao yang baru saja pulang sangat
terkejut, segera dia memanggil tabib dan juga bidan. Ternyata dia hanya mengalami
perut yang dingin saja. 91 Tabib memberikan resep kemudian pergi, bidan pun karena tidak ada lagi yang harus
dia lakukan maka dia hanya menemani Lu Yue-juan mengobrol.
Li Hao baru pulang membeli obat, dia berkata kepada bidan, "Mama Wang, tolong
masakkan obat ini, aku ada janji dan harus pergi lagi, aku titip Lu Yue-juan kepadamu."
Mama Wang tertawa dan berkata, "Bila Tuan memang ada perlu, pergilah, istrimu biar
aku yang mengurus." Li Hao pun pergi, lama dia belum kembali.
Malam sudah tiba, Li Hao masih belum kembali, akhirnya Lu Yue-juan pun tertidur,
begitu dia terbangun waktu sudah menunjukkan pukul lima subuh. Lu Yue-juan melihat
Li Hao yang sedang tertidur dengan nyenyak, lampu pun dipadamkannya.
Ternyata Li Hao tidak sempat berganti baju, Lu Yue-juan merasa marah dan dia
memanggil, "Kakak Hao, Kakak Hao!"
Li Hao membuka matanya dan bertanya, "Ada apa?"
Kata Lu Yue-juan, "Kapan kau pulang?"
"Aku sudah lama pulang, melihatmu sudah tertidur pulas, aku tidak...."
Kata Lu Yue-juan, "Tadi tabib sudah berpesan, sebelum tidur harus minum satu kali
lagi, tapi kau...." Kata-katanya belum habis tapi dia sudah menangis tersedu-sedu, Lu Yue-juan merasa
sangat kesal dengan kelakuan Li Hao.
Dengan cepat Li Hao bangun, sambil mengenakan baju, sambil berkata, "Baik, baik
istriku, aku segera memasakkan obat untukmu, jangan marah lagi."
Lu Yue-juan menjadi tertawa, melihat Li Hao sedang memasakkan obat untuknya, Lu
Yue-juan bertanya, "Suamiku, kemarin kau ada perlu apa, sampai lupa memasakkan
obat untukku?" Li Hao menjawab, "Adik, jangan menanyakan hal ini lagi."
Dengan terkejut Lu Yue-juan bertanya, "Ada hal apa yang membuatmu menutupinya
dariku?" 92 Kata Li Hao, "Sebenarnya aku tidak boleh membohongi dirimu tapi...."
"Hari ini kau kenapa" Mengapa selalu tidak berterus terang kepadaku?"
Li Hao mendekat kemudian menggenggam tangan Lu Yue-juan, pelan-pelan dia
berkata, "Adik, aku malu, aku adalah seorang laki-laki dan bisa ilmu silat, aku menikah
dan akan mempunyai anak, semua ini menggunakan warisan milik Adik...."
Lu Yue-juan tersenyum dan berkata, "Kakak, kita adalah suami istri, mengapa kau
berkata seperti itu?"
Li Hao tertawa dan menggelengkan kepalanya, "Tapi aku harus berdiri sendiri,
walaupun paman mempunyai banyak warisan untukmu, tapi bila kita tidak bekerja, kita
akan menghabiskan warisan itu, kebetulan di kota ini akan didirikan sebuah kantor
Biao, aku ingin menitipkan pada Bos Wang agar menghubungi...."
Kata Lu Yue-juan, membohongiku?" "Ini adalah hal yang menyenangkan, mengapa harus Kata Li Hao, "Memang seharusnya menjadi kabar yang menyenangkan, tapi aku harus
mengundang dia makan dan memberi sesuatu kepadanya, semua itu harus
menggunakan uang, aku takut Adik malah akan menjadi marah."
Lu Yue-juan tertawa dan berkata, "Ini adalah kesempatan yang sangat baik, bila kita
memancing harus menggunakan umpan, tidak mungkin tanpa umpan ikan dapat
terpancing. Uang hasil penjualan sawah ada di lemari, bila kau ingin menggunakannya,
ambillah!" Obat sudah mendidih, Li Hao membereskan semuanya, pada saat keluar dari sana
wajahnya terlihat sinis dan licik.
Lu Yue-juan tidak bertanya persiapan membangun kantor Biao sampai ditahap apa, Li
Hao semakin sering keluar rumah, pagi pergi pulang malam, malah sudah dua hari ini
dia tidak pulang. Setiap kali Lu Yue-juan bertanya, dia tidak bisa menjawab, kadang-kadang malah
marah-marah. Lu Yue-juan hanya bisa menahan diri, mungkin menjadi seorang istri harus bisa
menahan diri, mungkin saja pekerjaan suaminya diluar tidak begitu lancar.
93 Tapi ada sesuatu yang membuat Lu Yue-juan curiga, sewaktu akan pergi wajah Li Hao
selalu terlihat gembira, sama sekali bukan wajah yang memperlihatkan bahwa
pekerjaannya tidak berjalan lancar.
Pernah Lu Yue-juan berniat untuk menemui Bos Wang si penjual sutra, tapi dia tidak
jadi bertemu, dia takut orang-orang akan membicarakan dia sebagai istri yang selalu
mencurigai gerak gerik suami, dan hal ini akan membuat Li Hao menjadi malu.
Tapi hari ini dia sudah tidak tahan lagi, setelah makan malam Li Hao sudah berniat
akan pergi, dia membawa uang sangat banyak, bila mereka bukan orang yang sangat
kaya, jumlah ini bukanlah jumlah yang kecil. Kali ini Lu Yue-juan harus hati-hati, dia
ingin hari ini juga mendapatkan semua jawaban dari teka-teki ini.
Tapi dia hanya diam. Begitu Li Hao meninggalkan rumah, Lu Yue-juan segera
mengganti bajunya dengan pakaian yang ketat, kemudian memakai pakaian longgar,
dia menguntit dari belakang.
Li Hao memutari kota, kemudian mencari seekor kuda, segera dia pergi dari kota...
tujuannya adalah ke kota Wu Shan. Jarak dari kota ini ke kota Wu Shan kurang lebih 80
kilometer. Lu Yue-juan merasa kesal karena kedua kakinya tidak akan bisa mengejar kuda milik Li
Hao yang berkaki empat. Dari mana dia bisa mendapatkan kuda dalam waktu yang
singkat" Dia tahu tidak akan cukup waktu untuk mencari kuda, dengan terpaksa dia
menggunakan ilmu meringankan tubuh, mengikuti Li Hao dari belakang.
Walaupun Lu Yue-juan sudah berkeringat, tapi kemampuannya masih ada, yang
membuat kesal adalah dia sudah kehilangan jejak Li Hao.
Dia tampak ragu, tiba-tiba di depannya ada sebuah kota kecil, dalam hati Lu Yue-juan
berpikir, "Sebaiknya aku ke kota dulu untuk beristirahat, bila tidak berhasil menemukan
dia, masih ada kesempatan lain, bila sekarang pulang aku harus mencari seekor
kuda...." Baru saja keluar dari kota Shuo Long, dia mulai menggunakan ilmu meringankan tubuh,
dia merasa dibawah kakinya ada angin, pemandangan di kiri dan kanannya tampak
mundur dengan cepat, hatinya sangat senang, "Aku, Lu Yue-juan, menjadi ibu rumah
tangga sudah setengah tahun, hanya memasak dan menjahit, kemampuanku yang dulu
tidak hilang." 94 Baru saja sebentar bergerak, tubuhnya mulai terasa sakit, apalagi perutnya terasa
berat, selangkah pun hampir tidak bisa bergerak.
Di depan sana ada sebuah rumah makan kecil, rumah makan itu sangat sederhana,
ruangannya pun kecil. Dia masuk ke dalam dan berpikir, "Walaupun aku tidak merasa lapar, aku masih bisa
minum sekalian beristirahat, moga-moga kejadian dulu jangan terjadi lagi, begitu
memalukan...." Dia mulai memeriksa, apakah dia membawa uang" Setelah yakin dia membawanya
baru dia masuk kerumah makan itu.
Dia tidak menunggu pelayan datang, dia mengeluarkan uang dan meletakkannya di
atas meja dan berkata, "Aku tidak makan, aku hanya menginginkan sepoci teh yang
paling bagus, sisa uang ini untukmu!"
Pelayan itu tertawa dan berkata, "Terima kasih, Nyonya...."
Kata Lu Yue-juan, "Cepat bawakan aku teh!"
Hanya dalam waktu singkat teh sudah diantar kehadapan Lu Yue-juan, dimeja sebelah
sana, duduk tiga orang laki-laki, mereka mengobrol sambil minum arak.
Begitu melihat Lu Yue-juan masuk, mereka hanya melihat sebentar kemudian
melanjutkan obrolan mereka.
Salah satu dari mereka berkata, "Aku harus pulang karena Tuan Wang sedang
menunggu jawabanku."
Yang satu lagi adalah laki-laki berhidung merah, dia berkata, "Kakak Jin, kau sudah
mendapatkan pekerjaan, jangan lupakan kami. Kita belum selesai mengobrol, kau
sudah mau pulang?" Laki-laki bermarga Jin itu berkata, "Kakak Liu, jangan bercanda aku mendapatkan
pekerjaan ini karena aku hanya seorang pengurus kecil, orang seperti diriku di rumah
Tuan Wang sangat banyak, posisi diatas masih ada atasan yaitu ketua pengurus...."
Laki-laki kurus itu berkata, "Saudara Jin baru beberapa tahun bekerja diluar sudah
pandai bicara, sampai sekarang kami belum tahu Saudara Jin mendapatkan pekerjaan
sebagai apa" Benar-benar menganggap kami adalah orang lain."
95 Si marga Jin itu melihat ke kiri kemudian ke kanan, setelah itu baru berkata, "Bukan aku
tidak mau mengatakannya, semua ini menyangkut nama besar Tuan Wang. Baiklah
aku akan menceritakanya, supaya nanti kalian tidak akan curiga lagi kepadaku."
Lu Yue-juan sedang duduk minum teh sambil beristirahat, tidak sengaja dia mendengar
percakapan mereka, karena rumah makan itu terlalu kecil dan saat itu tidak ada tamu
lain, secara otomatis percakapan mereka masuk ke telinganya.
Marga Jin itu berkata, ".... istri muda Tuan Wang sangat banyak, sebenarnya itu pun
tidak apa-apa, bila kurang dia akan mencari satu orang lagi, walaupun perempuan ini
keluar dari rumah bordil, katanya dia juga datang dari selatan dan dia masih muda,
kulitnya halus dan putih, membuat laki-laki menjadi tertarik. Tuan Wang membelinya
dengan harga lima ribu tail perak. Kemudian Tuan Wang menjadikannya sebagai istri
kelima.... Dia sangat cantik, bila tidak percaya kalian bisa melihatnya kesana." Kata lakilaki bermarga Jin itu lagi, "Tidak ada yang menyangka bahwa Tuan Wang adalah
keranjang rotan menimba air (pepatah), uang dan orang sama-sama tidak dia
dapatkan." "Apakah perempuan itu mati?"
"Jangan terburu-buru menyimpulkan, dengarkan aku dulu, setahun yang lalu di kota ini
tinggal seorang yang bermarga Li, dia laki-laki yang tampan, ilmu silatnya juga
lumayan, tidak lama dia pun sudah kenal dan akrab dengan Tuan Wang. Begitu pula
perempuan yang bernama Chui Yun menjadi istri kelima Tuan Wang, si marga Li itu
lebih sering datang, hampir setiap hari dia datang kesana."
Kata Liu Er, "Apakah semua ini adalah karena perempuan itu?"
"Benar, tebakanmu sangat benar, tapi beberapa hari ini si marga Li sudah tidak datang
lagi, coba kalian tebak, apa alasannya?"
"Apakah dia membawa perempuan itu melarikan diri?"
"Kau hampir separuh benar," jawab Jin sambil tertawa dingin, "Ada pepatah yang
mengatakan: dalamnya hati orang sulit ditebak. Dia mengambil perempuan itu dan
menjadikannya...." Lu Yue-juan mendengar semuanya, hal ini benar-benar membuatnya marah, yang
bermarga Jin itu mengatakan bahwa Tuan Wang adalah bos dari toko sutra. Baru satu
tahun lalu Tuan Wang tinggal di kota ini.
Yang bermarga Li tidak lain adalah Li Hao.
96 Lu Yue-juan merasa kepalanya menjadi besar, selanjutnya si marga Jin mengatakan
apa tidak didengarnya lagi, kemudian si marga Jin pun pergi dari sana.
Lu Yue-juan pun mengikutinya, dan mencegatnya, kemudian hanya dengan uang
sedikit dan beberapa patah kata, Lu Yue-juan sudah tahu apa yang sudah terjadi....
= ooOOoo = Bulan sabit menggantung di atas langit, sinarnya lembut seperti riak air, bintang-bintang
berkilauan, katak di kolam sedang bernyanyi, mengeluarkan suara yang indah. Jangkrik
pun sepertinya tidak mau kalah dengan suasana malam yang indah itu.
Bayangan seseorang seperti burung malam masuk kedalam hutan, dia meloncat
melewati tembok. Dengan ringan dia melayang melewati tembok itu, dia mendarat di
sebuah pohon besar, daun-daun menutupi tubuhnya.
Di sana ada sebuah rumah kecil, terdiri dari tiga buah kamar, di kamar utama lampu
masih menyala. Orang itu langsung masuk keatas rumah, kedua kakinya mengait ke
atap rumah, dia bisa melihat keadaan di dalam, di bawah sinar bulan terlihat bahwa
orang itu tak lain adalah Lu Yue-juan.
Begitu dia tahu kelakuan Li Hao selama ini, benar-benar telah membuatnya marah.
Menurut informasi dari pelayan yang bernama Yin, Lu Yue-juan tahu dimana tempat
tinggal perempuan yang bernama Chui Yun itu. Dia tahu Li Hao pasti berada di sana,
dia akan membuat perhitungan dengan Li Hao.


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia berusaha meredam kemarahannya. Dalam hati dia berpikir, "Sepertinya si marga Li
itu sejak dulu membohongiku, dia tidak pernah berpikir akan sehidup semati denganku.
Kalau tidak, mengapa hanya dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah seperti
begitu. Dia juga banyak akal, lidahnya seperti pegas bisa ditarik dan diulur. Bila tidak
ada bukti yang kuat dia pasti tidak akan mau mengakuinya. Mungkin dia akan
membohongiku dengan cara lain."
Setelah dia yakin langkah apa yang akan diambil, dia beristirahat di tempat yang sepi.
Begitu hari sudah gelap dia kembali ke kota.
Disana adalah kamar tidur. Walaupun perabot rumah tidak terlalu banyak, tapi terlihat
sangat bersih. Semuanya lengkap, cermin, meja rias dan lainnya.
Di dekat dinding masih ada sebuah tempat tidur yang dipasang kelambu. Tampak lakilaki dan perempuan yang sedang telanjang bulat dan mereka saling berpelukan,
mereka adalah.... 97 Hanya melihat sebentar saja, wajah Lu Yue-juan memerah. Segera badannya
digulingkan keatas, tapi jantungnya bergetas kencang. Apakah laki-laki itu adalah Li
Hao" Lu Yue-juan juga tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Lu Yue-juan mencoba menenangkan dirinya. Dia kembali menurunkan badannya. Kali
ini dia melihat dengan jelas, laki-laki itu adalah Li Hao. Seorang perempuan genit
sedang berada dalam pelukannya.
Lu Yue-juan sangat marah. Baru saja dia berniat akan menurunkan badannya, dia
mendengar perempuan itu dengan manja berkata, "Suamiku, kapan kau baru bisa
tinggal disini" Kau hanya datang dengan sembunyi-sembunyi, aku tidak tahu berapa
lama harus terus menunggumu."
Li Hao memeluknya lebih erat lagi dan tertawa, "Aku berada disini, kenapa" Apakah
kau masih tidak puas dengan permainan tadi?"
Perempuan itu berkata, "Kau baru saja beristirahat sebentar, sudah harus kembali ke
rumah si kumal itu, aku tidak...."
"Sayangku, hari ini aku tidak akan pulang, aku akan memelukmu semalaman, apakah
itu cukup?" "Bohong, kau datang kesini dengan menunggang kuda, sudah bersiap-siap akan
pulang malam ini. Kau mengira aku...."
Li Hao tertawa dan berkata, "Hari ini aku tidak akan pulang."
"Apakah benar?"
"Kau kira aku rela kembali kesana" Aku beritahu ini kepadamu, si perut buncit itu
sangat membosankan. Kalau dia sedang manja, aku ingin muntah rasanya."
"Kalau begitu kenapa kau harus pulang?" perempuan itu naik ke tubuh Li Hao dan
berkata, "Berjanjilah kepadaku, kau tidak akan kembali lagi kesana."
Li Hao menarik nafas dan berkata, "Aku terpaksa harus kembali karena kita harus
membeli perabot rumah dan semua itu berasal dari uangnya. Sayang, kau tenang saja,
nanti aku akan...." Tiba-tiba terdengar suara pintu didobrak.
98 Lu Yue-juan dengan marah sudah berdiri di depan pintu dan membentak si marga Li,
"Keluar kau!" Chui Yun kaget dan masuk ke dalam pelukan Li Hao.
Li Hao juga terkejut, keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dia mendorong Chui
Yun ke sisi, kemudian memakai baju dan berkata, "Adik Juan, aku...."
Lu Yue-juan marah dan berkata, "Siapa Adik Juan" Kau lebih rendah dari seekor
anjing, kau mau membohongiku dengan kata-kata apa lagi?"
Karena marah suara Lu Yue-juan menjadi serak. Air mata sudah meneteskan dari sudut
matanya. Li Hao berlutut di bawah, dengan wajah yang patut dikasihani dia berkata, "Adik Juan,
aku bukan orang! aku bukan orang! Maafkanlah aku sekali ini saja karena kita adalah
suami istri...." Kemudian Li Hao menampar dirinya sendiri.
Melihat keadaan ini, hati Lu Yue-juan sudah mulai luluh. Dia berpikir, "Memang benar
kami ini adalah suami istri, apalagi aku akan mempunyai seorang anak, apakah dia
harus lahir dan tidak mempunyai...."
Dia terdiam lagi, akhirnya dia menarik nafas dan berkata, "Hitung-hitung aku sial
bertemu denganmu yang seperti binatang, bangunlah...."
"Terima kasih, Adik Juan," Li Hao berdiri dan mengenakan baju.
Terdengar Lu Yue-juan membentak, "Suruh perempuan itu memakai baju dan keluar
dari rumah ini. Seisi rumah ini dibeli dengan memakai uangku, aku tidak butuh rumah
ini. Di depanku, bakarlah rumah ini."
Hati Li Hao bergetar, dia berkata, "Adik Juan, kau jangan terlalu mendesak, aku...."
"Kenapa, apakah kau ingin mencari siasat lain lagi" Mimpi kau!"
Chui Yun melihat Lu Yue-juan yang tidak terlalu menekannya, dengan cepat dia sudah
mengambil baju dan langsung dipakainya.
Tiba-tiba Lu Yue-juan merasa dibelakangnya ada suatu gerakan aneh, hatinya bergetar
karena dia melihat Li Hao dengan golok meloncat ke arahnya.
99 Dia kaget, dengan cepat dia menundukkan badan. Dengan jurus Singa Tidur Menggigit
Pedang, tapi bersamaan dengan itu, perutnya terasa sakit dan gerakannya pun menjadi
agak lamban. Rambutnya sudah dijambak oleh Li Hao, dan pinggangnya....
Ilmu silat Li Hao jauh di bawah Lu Yue-juan, tapi karena Lu Yue-juan sedang hamil,
badannya terasa berat dan gerakannya tidak lincah, apalagi semua terjadi begitu tibatiba. Walaupun hanya satu jurus, Lu Yue-juan sudah tertangkap oleh Li Hao.
Li Hao tertawa dengan aneh dan berkata, "Heh kumal, berani kau memerintah Tuan Li,
kau benar-benar tidak tahu diri. Hari ini kau harus menyaksikan Tuan Li bermain cinta
dengan Nona Chui Yun! Biar kau juga ikut menikmatinya."
Dia melempar Lu Yue-juan seperti sampah ke bawah tempat tidur.
Chui Yun melihat Lu Yue-juan sudah tertangkap, dia sangat gembira. Sekarang dia
sudah tidak takut lagi, dia melihat Lu Yue-juan tepat tersungkur di dekat kakinya.
Segera dia mendekat, dia ingin menampar Lu Yue-juan....
Li Hao melihat gerakannya, dia merasa kaget dan berteriak, "Chui Yun, hati-hati...."
Tapi semua sudah terlambat.
Walaupun Lu Yue-juan terlempar hingga membuat badannya terasa sakit, tapi juga
membuatnya marah. Dia melihat Chui Yun datang menghampirinya untuk menyerang, dia menahan
tubuhnya yang sakit dan dia sudah mengeluarkan serangan.
Tangan Lu Yue-juan sudah dikeluarkan. Chui Yun merasa tenggorokan manis, darah
sudah menyembur keluar dari mulutnya. Tubuhnya melayang dan jatuh dengan
menabrak tiang tempat tidur.
Tempat tidur bergoyang kencang. Pedang Li Hao yang tergantung di dinding terjatuh
disisi Lu Yue-juan. Lu Yue-juan yang sedang hamil tua terjatuh hingga tidak bisa bangun, tapi Lu Yue-juan
tidak melihat. Dia hanya memihat Nona Chui Yun muntah darah.
Li Hao mengkhawatirkan keadaannya dan juga sangat marah kepada Lu Yue-juan. Dia
berteriak, "Kau...."
Segera Li Hao menyerang Lu Yue-juan dengan golok.
100 Lu Yue-juan melihat wajah Li Hao. Lu Yue-juan tahu bahwa Li Hao sekarang ingin
membunuh dirinya. Dia mengambil pedang dengan jurus Naga Malas Memuntahkan
Air, pedang sudah ditusukkan ke dada Li Hao.
Li Hao melihat ada kilauan benda yang datang, dia ingin menghentikan gerakan
tubuhnya, tapi sudah tidak ada waktu lagi, pedang sudah masuk ke dalam dadanya dan
darah pun bermuncratan. Mata Li Hao membelalak seperti mata ikan yang sudah mati. Sampai mati pun dia tidak
menyangka bahwa Lu Yue-juan yang selalu lembut, penurut dan menerima semuanya
dengan pasrah bisa membunuhnya....
Lu Yue-juan sudah berada di luar kota. Dia membalikkan tubuh untuk melihat sekali
lagi, rumah sudah terbakar, hanya dalam waktu sekejap api sudah membesar.
Dia tertawa kecut juga menghela nafas, tapi dia tetap berjalan terus. Dia merasa sangat
lelah, tubuh yang tadi terlempar masih terasa sakit.
Apalagi perutnya, nyawa yang berada di dalam perut sepertinya sedang marah.
Dengan sekuat tenaga bayinya memberontak.
Hatinya terasa sakit, setelah dia diperkosa karena terpaksa, dia menikah dengan orang
yang tidak dia sukai. Dia berpikir hanya ingin meneruskan sisa hidup ini. Tapi akhirnya
Lu Yue-juan malah tetap membunuhnya.
Kelak bagaimana dengan hidupnya" Di depannya semua begitu menakutkan, entah
apa yang akan terjadi nanti.
Ada suara kentongan yang berbunyi, tanda bahwa penduduk disana sudah mengetahui
ada kebakaran dan mengumpulkan orang untuk membantu....
Lu Yue-juan tidak membalikkan kepalanya lagi, dia hanya tahu sepasang manusia
seperti anjing itu sudah terbakar hangus, tidak ada orang yang bisa mengenali wajah
mereka lagi. Dia tertawa kecut. Tertawa sedihnya hanya terlihat sebentar, sisanya hanya ada
kepahitan. Dia tahu dia tidak akan bisa pulang dengan berjalan kaki.
Di sisi jalan itu ada sebuah hutan yang kecil. Dengan terhuyung-huyung dia masuk ke
dalam hutan. Dia ingin beristirahat sebentar. Hanya dalam waktu singkat awan hitam
sudah menelan bulan yang bersinar.
101 Bumi dan langit menjadi gelap. Angin dingin mulai berhembus, bintang yang tersisa
dilangit sepertinya tahu akan ada bencana yang datang. Bintang-bintang itu mengedipngedipkan sinarnya, angin berhembus lagi.
Bintang-bintang tertelan oleh kegelapan malam, mereka seperti ingin menghindar dari
bencana ini, tiba-tiba mereka menghilang.
Angin berhembus lebih kencang lagi. Di dalam tiupan angin mulai disertai titik air berarti
sudah turun hujan. Hujan seperti dikejutkan oleh angin. Mereka mengeluarkan suara, suara ini seperti
tangisan setan. Tiba-tiba di tempat jauh terlihat ada cahaya, seperti ingin menyobek awan hitam ini. Dia
datang dari jauh lewat di atas kepalanya. Seperti seekor ular putih yang turun dari langit
kemudian mengeluarkan suara yang sangat keras.
Di tempat jauh sebuah pohon cemara yang sudah tua terbakar. Tapi semua ini hanya
terjadi sebentar, air hujan segera memadamkan api.
Lu Yue-juan hanya terkena sedikit hujan, dia sudah masuk ke dalam hutan itu. Petir dan
hujan membuat badannya gemetar. Angin semakin kencang, pohon-pohon pun
bergoyang, hujan terus turun dengan deras.
Suara angin, tanah, hujan bercampur baur membuat Lu Yue-juan tidak bisa melihat
sekelilingnya dengan jelas. Di dalam hutan seperti banyak setan sedang menjerit dan
menangis. Lu Yue-juan baru pertama kali mengalami perasaan seperti ini. Dia takut dan tubuhnya
gemetar tapi dia tidak bisa menghindari semua ini, tidak ada cara lain, terpaksa dia
memenjamkan mata menerima apa semuanya dengan pasrah.
Hujan lebat biasa datang dengan cepat, pergi pun cepat, hanya dalam waktu singkat,
hujan mulai reda. Tidak ada setengah jam, awan sudah terusir ke pojok langit. Di langit sudah muncul
bulan sabit, bintang bintang seperti anak-anak dengan nakal mengedipkan matanya.
Malam yang dingin dan basah, tapi udara terasa lebih bersih dan segar.
Tapi Lu Yue-juan yang duduk di bawah pohon tidak bisa berdiri lagi, belum pernah rasa
sakit begitu menyiksanya.
102 Keringat sebesar biji kacang keluar dari dahinya. Walaupun dia tahu tidak akan ada
orang yang menolongnya, tapi dia tetap berteriak karena sakit.
Suaranya sedih dan sangat dikasihani dan teriakannya semakin kencang, seperti
teriakan.... Akhirnya suaranya berhenti, digantikan dengan suara tangisan bayi.
Bayi itu seperti tidak suka dengan keadaan disana. Tangisannya semakin kencang
seperti sedang memprotes.
Lu Yue-juan dengan pedang yang baru membunuh ayahnya memotong ari-ari bayi dan
membuka selembar bajunya untuk membungkus si bayi. Kemudian dengan lembut Lu
Yue-juan menggendongnya ke dalam pelukannya yang hangat.
Dalam pelukannya ada nyawa kecil yang ditunggu-tunggu kelahirannya tapi wajah Lu
Yue-juan sama sekali tidak terlihat senang atau tersenyum.
Kedua mata Lu Yue-juan memandang ke tempat yang jauh. Dia seperti tidak melihat
apa pun... suka, sakit, sedih, senang, semua tidak terlihat olehnya.
Pagi hari Mama Wang masuk ke dalam rumah. Seorang bayi mungil sudah tertidur di
sisi Lu Yue-juan. Mama Wang kaget dan berkata, "Nyonya, kapan kau melahirkan?"
Lu Yue-juan terbangun oleh suara pintu yang terbuka, dengan lemah dia berkata,
"Kemarin malam."
"Apakah Tuan tidak berada di rumah?"
Lu Yue-juan menghela nafas dan berkata, "Semalam dia tidak pulang."
Mama Wang tidak bertanya lagi, dia hanya merasa terkejut dan berkata, "Nyonya
melahirkan di rumah sedangkan dia bersenang-senang di luar. Ada keperluan apapun
harus bisa ditunda dulu."
Tapi melahirkan pada kandungan tujuh bulan bukan hal yang mengejutkan juga tidak
perlu mengkhawatirkan apa-apa, tapi kenapa bayi ini lahir lebih awal...."
Walaupun kaget, Mama Wang tetap dengan tekun mengurus Lu Yue-juan.
103 Melihat Li Hao tidak pulang lagi, Mama Wang datang pagi dan pulang malam,
mengurus Lu Yue-juan degan telaten. Walaupun perkataan terima kasih tidak pernah
terucap dari mulut Lu Yue-juan, tapi dia tetap datang mungkin semua ini karena uang.
Hari ke-empat, Mama Wang tidak datang, Lu Yue-juan terpaksa harus mengurus
dirinya sendiri. Yang menguntungkan baginya adalah meskipun dia melahirkan di bawah hujan deras
dan pada malam hari, tapi ibu dan anak ini tidak sakit.
Selama tiga hari berturut-turut, Mama Wang tidak datang. Hari ke-empat malam, Mama
Wang seperti seorang pencuri masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu kamar
dan mendekati Lu Yue-juan, dia bertanya, "Apakah selama dua hari ini keadaan
Nyonya baik-baik saja?"
"Untung ada Mama Wang, aku masih bisa melewati dengan baik."
"Dua hari ini aku tidak datang, mungkin...."
Lu Yue-juan tersenyum dan berkata, "Semua orang kadang-kadang pasti ada perlu,
Mama Wang tidak perlu merasa sungkan."
"Tidak," kata Mama Wang, "Karena Nyonya, aku tidak...."
Tanya Lu Yue-juan, "Ada apa denganku, sampai membuat Mama Wang tidak bisa
datang kesini?" Mama Wang ragu kemudian menjawab, "Selama dua hari ini, apakah Tuan pulang?"
Hati Lu Yue-juan bergetar, tapi dia tidak bicara, hanya mengangguk.
Tiba-tiba Mama Wang menghela nafas dan berkata, "Benar-benar tidak disangka, aku
tidak akan membohongi Nyonya lagi. Aku mengira Tuan sangat baik, ternyata dia
melakukan hal seperti ini...."
Lu Yue-juan sudah tahu Mama Wang akan mengatakan apa, tapi Lu Yue-juan berpurapura terkejut dan bertanya, "Mama Wang, memangnya ada apa dengan Tuan?"
Mama Wang menceritakan tentang peristiwa kebakaran, kemudian berkata, "Di kantor
polisi, para polisi dengan teliti memeriksa. Meskipun laki-laki dan perempuan itu
terbakar hingga hangus tapi menurut pemeriksaan, laki-laki itu sebelum terbakar sudah
tertusuk di dadanya. Tusukan itu sangat sadis, dada dan punggung, kedua tulangnya
104 sudah putus. Sedangkan perempuan itu, tulang dada masuk kedalam paru-paru.
Mungkin dia ditendang oleh kaki. Begitu diselidiki ternyata perempuan itu adalah istri
muda yang dibeli oleh Tuan Wang. Dan yang laki-laki itu adalah Tuan Li."
Lu Yue-juan lebih tahu dari siapa pun apa yang sudah terjadi disana, tapi dia pura-pura
terkejut dan bertanya, "Mengapa bisa dia?"
Mama Wang takut karena dia baru melahirkan dan akan merasa kaget. Segera dia
menasihati Lu Yue-juan, "Nyonya, jangan terlalu bersedih. Orang yang menyeleweng
harus mati, mempunyai istri secantik ini di luar masih berani mencari perempuan.
Katanya sebelumnya ini dia sudah membeli rumah, kemudian mencari istri muda Tuan
Wang. Apa yang sudah dilakukan oleh Tuan Li?"
Lu Yue-juan sama sekali tidak merasa sedih, dia hanya pura-pura menggosokkan mata
kemudian menarik nafas. Dia berharap Mama Wang bisa menceritakan lebih banyak
lagi, tapi dia juga khawatir Mama Wang adalah suruhan polisi untuk mencari tahu,
karena itu Lu Yue-juan hanya diam, menunggu Mama Wang menceritakan kisah
selanjutnyanya. Mama Wang menarik nafas lalu dia berkata, "Kemudian semua ini diselidiki oleh polisi,
akhirnya kecurigaan mereka jatuh di Tuan Wang dan Nyonya, polisi memanggilku
kemudian menanyaiku. Mereka seperti harimau dan serigala begitu mengagetkanku....
aku tidak takut kepada mereka karena sudah terbukti bahwa Nyonya saat itu sedang
melahirkan di rumah, apakah bisa berjalan sejauh puluhan kilometer hanya untuk
membunuh orang" Apalagi aku bisa membuktikan selama beberapa hari ini Nyonya
selalu berada di rumah, tidak ada orang yang datang, mana bisa tahu sepasang anjing
laki-laki dan perempuan itu berada dimana?"
Lu Yue-juan menghela nafas panjang lalu dia berkata, "Terima kasih Mama Wang
sudah membelaku." Kata Mama Wang lagi, "Semua sudah lewat, sekarang semua kecurigaan jatuh pada
Tuan Wang. Kecuali orang rumah, tidak ada orang luar yang bisa membuktikan bahwa
dia tidak pernah datang kesana" Malah ada dua orang yang bisa membuktikan bahwa
pengurusnya yang bermarga Jin sebelum terjadi pembunuhan pernah datang kesana
untuk mencari tahu. Sekarang kepolisian sudah membawanya kekantor polisi. Kali ini
Kepala Polisi Lu sendiri yang datang. Kelihatannya Tuan Wang harus dipenjara, kalau
tidak dia harus menghabiskan banyak uang agar dirinya bisa bebas."
Tiba-tiba Lu Yue-juan berkata kepada Mama Wang, "Mama Wang, tolong kau suruh


Ilmu Pedang Pengejar Roh Karya Mong Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seseorang untuk menuliskan surat dan mengantarkannya ke kantor polisi. Walaupun
105 suamiku mati dengan cara begitu memalukan tapi dia telah dibunuh oleh Bos Wang, dia
harus mengganti uang kepadaku."
"Apa yang Nyonya katakan itu benar, aku akan pergi kesana," kata Mama Wang.
Kantor polisi Wu Shan membereskan semua masalah dengan sangat teliti dan Bos
Wang terpaksa menyumbangkan banyak uang kepada kantor polisi. Sampai keadaan
menjadi berobah. Sore hari, diam-diam Mama Wang masuk ke kamar Lu Yue-juan dan berteriak,
"Nyonya, hal yang buruk telah terjadi."
Lu Yue-juan terpaku dan bertanya, "Apa yang terjadi?"
Mama Wang bertampang sedih dan menjawab, "Tidak tahu apa sebabnya, Bos Wang
dilepaskan dari kantor polisi dan empat orang polisi mengikutinya pulang...."
Lu Yue-juan tertawa dan berkata, "Apa anehnya, dengan uang dia bisa membeli polisi,
apa hubungan semua ini dengan kita?"
"Tidak!" kata Mama Wang, "Tidak semudah itu. Tadi kantor polisi memanggilku lagi.
Polisi bertanya kepada keluarganya, pengurus Jin mengatakan bahwa sebelum terjadi
pembunuhan itu ada seorang perempuan yang menanyakan tampat tinggal laki-laki dan
perempuan itu. Wajah dan perawakan perempuan itu seperti Nyonya, tapi aku tetap
mengatakan bahwa pada malam itu Nyonya melahirkan di rumah. Polisi tidak
mendapatkan bukti, maka itu aku dilepaskan."
Dengan hati-hati Mama Wang bertanya, "Nyonya, jujurlah bicara, apakah malam itu
Nyonya pernah kesana?"
Lu Yue-juan menggelengkan kepala dan tertawa, "Mengapa Mama Wang harus
bertanya seperti itu, menurutmu apakah aku bisa pergi kesana?"
Mama Wang mengangguk dan berkata, "Aku juga berkata seperti itu, tapi pada saat
aku keluar dari kantor polisi, ada beberapa polisi yang mengatakan bahwa mereka
harus segera membawa Nyonya kekantor. Tapi Tuan Wang takut karena kalian adalah
janda dan anak yatim, tidak baik bila datang kerumahnya, karena itu akan merusak
Hong Shui-nya. Dia melarang polisi-polisi itu membawa Nyonya kerumahnya, tapi...."
Lu Yue-juan terkejut kemudian terpaku, Mama Wang terus mengatakan semua yang
sudah tidak ingin didengar lagi.
106 Mama Wang melihatnya begitu terkejut dan bertanya, "Nyonya, ada apa denganmu?"
Lu Yue-juan menenangkan diri dan menjawab, "Ada pepatah yang mengatakan: emas
asli tidak perlu takut dengan api. Aku tidak takut kepada mereka tapi tanpa alasana kita
pergi ke kantor polisi, itu juga tidak pantas."
Kata Mama Wang, "Apa boleh buat, kalau kita memang harus pergi ke pengadilan." Dia
berkata lagi, "Aku tidak mau berlama-lama disini nanti orang-orang akan mengatakan
bahwa kita bersekongkol menyusun rencana terlebih dulu."
Mama Wang dengan cepat meninggalkan Lu Yue-juan.
Lu Yue-juan hanya bisa tertawa dengan kecut.
Hari kedua, polisi datang ke rumah Lu Yue-juan untuk menangkapnya. Ternyata dia
sudah pergi meninggalkan rumah itu.
Lu Yue-juan menggendong bayinya berjalan di jalan besar. Dia tidak berniat untuk
meninggalkan bayinya, walaupun bayi ini mengalir darah Li Hao, dia tidak akan
meninggalkannya. Tapi itu tidak mengganggu perasaan Lu Yue-juan terhadap bayi itu,
dia adalah darah daging Lu Yue-juan juga.
Tapi dia mempunyai rencana untuk membuang bayinya, membuangnya kesisi jalan,
tapi dia tidak tega melakukannya. Dia tidak mempunyai rumah dan hidup sendiri,
bagaimana dia bisa membawa bayi yang baru lahir ini"
Sekarang dia merasa serba salah. Kantor polisi sudah mengeluarkan selebaran untuk
menangkapnya. Seorang perempuan membawa seorang bayi yang baru berumur satu bulan,
bagaimanapun juga akan sangat menarik perhatian orang. Apalagi bayi itu menyusu
kepada ibunya, bila tidak anak ini pasti akan mati. Bila meminta bantuan kepada orang,
otomatis mengantarkan dirinya ke penjara.
Dia pernah berpikir untuk pergi ke Lu Quan Guan mencari Biksu Yuan Chen, tapi bila
paman gurunya bertanya dari mana datangnya bayi ini, bagaimana dia harus
menjawabnya" Satu-satunya cara adalah mencari orang agar mau mengadopsi bayi ini, siapakah yang
bisa dia percayai" 107 Sekarang dia sudah merasa lapar, bayi yang sedang tidur ini sepertinya mulai
terbangun. Akhirnya dia memutuskan mencari tempat untuk beristirahat.
Waktu itu ada seorang biksu datang dari kejauhan, dia berpakaian berwarna abu. Pikir
Lu Yue-juan, "Aku bisa menitipkan bayi ini kepada biksu itu supaya menjadikan anak ini
sebagai murid Budha. Bila dia sudah besar, dia tidak akan seperti ayahnya...."
Dia menatap bayi itu dengan lama, tidak lupa melihat tanda dibelakang lehernya,
kemudian dia meletakkan bayi itu di pinggir jalan dan dia pun segera berlari masuk ke
dalam hutan. Yang datang adalah seorang biksu muda, usianya belum mencapai 30 tahun, dia
sangat tampan, badannya pun tegap. Waktu itu dia sedang berjalan dengan tergesagesa, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi.
Ada bayi yang sedang menangis di dalam sebuah keranjang, bayi itu menangis dengan
sekuat tenaga. Biksu itu tampak ragu tapi dia tetap mendekat dan menggendong bayi
itu. Dia berteriak, "Anak siapa yang tertinggal disini?"
Tapi dia tertawa sendiri karena bayi ini bukan barang mana bisa tertinggal begitu saja
disana, pastilah bayi ini dibuang oleh seseorang.
Bila sudah dibuang walaupun bayi itu berteriak-teriak, tidak akan ada yang mau
mengakuinya. Ini benar-benar dosa. Bayi yang berada dipelukannya semakin keras tangisannya,
suaranya semakin keras, seperti dia....
Biksu itu tampak ragu tapi kemudian dengan cepat dia berlari, langkah kakinya cepat,
dia berlari seperti angin, hanya dalam waktu singkat sudah tidak terlihat bayangannya
lagi. Lu Yue-juan merasa hatinya sangat kacau, dia seperti terbebas dari segalanya, tapi
juga merasa bebannya seperti bertambah....
Hatinya bergetar. Biksu ini adalah orang dunia persilatan, bila bayi itu sudah besar pasti
akan belajar ilmu silat, dia berharap bayi tidak akan seperti....
Sekarang dia mulai merasa menyesal, dia berlari kejalan tadi untuk mencari bayi yang
tadi ditinggalkan, tapi bayangan biksu itu tidak terlihat lagi.
108 Lu Yue-juan seperti sakit berat, dia berjalan dengan tidak bersemangat, dia selalu
dihantui dengan rasa bersalah.
"Ma Zao-ling adalah murid Biksu Yuan Chen yang paling hebat, dia tidak memiliki
rumah juga tidak mempunyai pekerjaan. Hanya dia sendiri yang pergi ke Wisma Baima, maka dia meninggalkan Yu-quan-guan. Sekarang semua masalah sudah selesai,
dia pasti sudah kembali ke Yu-quan Guan. Hanya dalam waktu beberapa bulan ini, aku
berturut-turut mengalami musibah. Sekarang bentukku adalah manusia tapi tidak
seperti manusia, setan pun tidak seperti setan, bagaimana aku bisa bertemu
dengannya" Aku tidak bisa pergi ke Yu-quan-guan. Tapi bila tidak ke Yu-quan-guan
mengapa aku harus meninggalkan anakku" Ma Zao-ling dan gadis desa itu tampak
begitu akrab, mungkin sekarang sudah...."
Karena Lu Yue-juan terus berpikir sambil berjalan, pikirannya sangat kacau. Dia hanya
berjalan dan berjalan, apa yang ada di sekelilingnya, dia tidak melihat juga tidak
mendengar. Di depan, datang dua orang laki-laki yang menunggang kuda, mereka melewati Lu Yuejuan.
Tidak jauh dari sana, salah seorang dari mereka berkata, "Perempuan tadi pasti dia."
Laki-laki yang satu lagi pun segera berhenti dan berkata, "Siapa?"
"Nona Besar Lu." Yang berkata adalah Yu Wen-bing.
Yang satu lagi adalah si Enam Jari, Guo Shi Luo. "Apakah kau tidak salah melihat?"
"Tidak!" jawab Yu Wen-bing, "Kita kembali lagi untuk membalaskan dendam adikku."
Kata Guo Shi Luo, "Tidak, itu tidak baik. Hari itu kita sudah meminta Ma Zao-ling agar
melepaskan kita, masa sekarang kita malah menangkap Lu Yue-juan?"
Kata Yu Wen-bing, "Sekarang dia sedang menjadi buronan polisi, kita...."
Kata Guo Shi Luo, "Itu urusan polisi, kita jangan ikut campur."
"Tidak!" kata Yu Wen-bing, "Aku bukan ingin ikut campur. Kita hanya melapor kepada
polisi, supaya yang menangkapnya tentu adalah polisi. Dengan begitu aku bisa
membalaskan dendam adikku, bukan kita yang menangkapnya. Kalau ada apa-apa,
kita tidak akan disalahkan."
109 Kata Guo Shi Luo, "Kalau kau ingin melakukan itu, semua terserah padamu...."
Sepoci teh dan tiga cangkir arak sudah masuk ke perut Lu Yue-juan. Sekarang dia
merasa lebih baik. Dalam hati dia berpikir, "Sudahlah, kelak bayi itu akan menjadi orang apa, semua akan
ditentukan oleh Tuhan. Apalagi itu masih harus terjadi puluhan tahun lagi. Tapi
sekarang aku...." dia tertawa kecut.
Waktu itu di kejauhan datang beberapa ekor kuda. Mereka mengikat kuda-kuda itu di
luar pintu dan masuk ke dalam.
Mereka berempat adalah polisi, begitu melihat keadaa disana, sorot mata sudah
tertumbuk pada Lu Yue-juan. Ada yang berkata, "Dia ada disini!"
Di dalam keadaan ribut itu, mereka berempat mulai mengelilingi Lu Yue-juan. Salah
satu dari polisi itu mengeluarkan sehelai kertas dan berkata, "Nyonya, kau sudah
membunuh orang di sebuah toko emas. Hayo ikut kami ke kantor polisi sekarang!"
Yang satu lagi membawa rantai ingin mengikat Lu Yue-juan.
Waktu mereka masuk, Lu Yue-juan sudah tahu bahwa orang-orang itu datang untuk
menangkap dia. Sekarang dia sedang berpikir dengan cara apa dia akan mencegah
mereka membawanya ke kantor polisi.
Dia berdiri dengan perlahan dan berkata, "Kelihatannya kalian adalah polisi, mengapa
kalian menuduh aku sebagai pembunuh?"
Kemelut Di Majapahit 1 Beautiful Soul Karya Stefiani E.i Dewi Jalang Gunung Tunggul 2

Cari Blog Ini