Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong Bagian 10
jawaban seorang wanita : "Siu-jie-kah ?"
"Ibu.... Siujie (anak Siu) telah pulang...!"
Koleksi kang zusi.com 568
Pintu rumah itu terbuka, dan dari dalam keluar seorang
wanita setengah baya dengan wajah dicemberutkan, tetapi
memancarkan kasih sayang, telah menegur : "Anak nakal,
kemana saja satu harian engkau pergi bermain ?"
Si gadis kecil tersebut tertawa dengan sikapnya yang manja,
dia memeluk wanita setengah baya itu, katanya dengan diiringi
tertawanya yang manja : "Ibu, apakah aku akan dimarahi ayah
?" "Sejak sore tadi ayah telah menanyakanmu, aku
mengatakan engkau tidak lama lagi tentu akan kembali, pergi
kau temui ayahmu...!"
Si gadis cilik she Pai itu mengiyakan, dia berlari masuk
kedalam. Diruang tengah dia melihat seorang lelaki berusia
lima puluh tahunan, sang ayah Pai Cing Han, yang tengah
menikmati teh hangatnya. Sang ayah itu hanya melirik sedikit kepada puterinya
tersebut, sedangkan Siu-jie telah merangkul ayahnya itu.
"Thia (ayah), Siu-jie telah kembali, engkau si orang tua
tentunya tidak akan memarahi, bukan ?" tanya gadis kecil itu.
Pai Cing Han telah berkata perlahan setelah menghela
napas panjang. "Anak nakal, engkau bermain ke mana saja selama satu
harian ini " Engkau tahu bukan, bahwa kita singgah ditempat
ini hanya untuk beberapa hari saja " Mengapa engkau begitu
liar pergi tanpa memberitahukan dulu kepada kami, sehingga
ibumu jadi begitu berkuatir ?"
Siujie tersenyum manja, dia berkata : "Anak telah bertemu
dengan seorang sakti luar biasa....dan anak juga telah
mengalami suatu peristiwa yang hebat sekali, ayah.........!"
"Coba kau ceritakan.....!" kata Pai Cing Han sabar.
Koleksi kang zusi.com 569
Dengan manja Pai Ing Siu, Siujie, telah menceritakan
pengalamannya tadi. Muka Pai Cing Han jadi berobah ketika
mendengar disebutnya perihal Tat Mo Cauwsu, dia
mengerutkan alisnya, seperti juga tengah berpikir keras.
Pai Ing Siu jadi heran melihat sikap ayahnya, dia telah
memandang sejenak dan berhenti bercerita kemudian tanyanya:
"Ayah, apakah ada sesuatu yang tidak beres" Apakah Thia
akan marah kepada Siu jie yang telah begitu nakal?"
Pai Cing Han membelai rambut putrinya, dengan suara
yang sabar dia menyahuti: "Anak, sekarang engkau telah cukup
besar, engkau memang seorang anak yang nakal, sejak kecil
selalu engkau membawa caramu yang liar. Tetapi itu dulu
sewaktu kita berada dipulau Cie Hung To, memang masih tidak
menjadi persoalan yang terlalu perlu diperhatikan. Namun
sekarang engkau harus ingat, bahwa kita bukan tengah berada
di Cie Hung To, dan engkau juga bukan seorang anak kecil
berusia satu atau dua tahun, yang jika nakal bisa kami jewer
telinganya. Maka engkau harus mendengar nasehat dan
larangan ibumu, jika ibumu tidak mengijinkan engkau pergi
jauh jauh, engkau tidak boleh bermain terlalu jauh. Seperti
yang kau ceritakan tadi, jika memang engkau mengalami
bencana ditangannya Jie Liong Kim Hay, walaupun kami ayah
dan ibumu bisa menghajar mampus Jie Liong Kim Hay, apa
artinya " Engkau telah bercelaka ditangan mereka....!"
"Baiklah Thia... lain kali Siu-jie tidak akan berbuat nakal
lagi....!" menyahuti gadis tersebut.
"Mengenai Tat Mo Cauwsu, pendeta dari India itu, aku
memang akhir2 ini telah sering mendengar dari cerita-cerita
beberapa orang sahabat dirimba persilatan ....dia merupakan
manusia yang luar biasa. Menurut cerita dari sahabat2 rimba
persilatan, bahwa kepandaian pendeta dari India itupun sangat
Koleksi kang zusi.com 570
luar biasa sekali dan sulit ditandingi. Aneh sekali, engkau bisa
bersahabat dengannya...!"
Siujie telah melanjutkan ceritanya, dia juga menjelaskan
bahwa dia telah menerima pelajaran ilmu pukulan "Sam Kun
Pa Houw" dari Tat Mo Cauwsu. Si gadis cilik she Pai tersebut
malah telah membawakan ketiga jurus itu dihadapan ayah dan
ibunya. Muka Pai Cing Han jadi berobah terang dia mengangguk.
"Bagus, kepandaian itu cukup hebat, benar apa yang telah
dikatakan pendeta India itu jika engkau telah memiliki dasar
yang kuat, tentu engkau bisa memiliki kepandaian yang jauh
lebih hebat dan berarti. Tetapi engkau harus ingat, engkau
harus lebih mementingkan ilmu silat keturunan Pai kita,
engkau tidak boleh bermalas-malasan melatih diri. Seperti yang
ayah katakan tadi, bahwa engkau mulai besar, dan engkau
harus rajin berlatih diri, jangan hanya bermain-main saja..!"
Siujie telah mengiyakan. "Sekarang pergilah kau membersihkan tubuh dan makan,
kemudian tidurlah, mungkin besok pagi kita akan melanjutkan
perjalanan kita..." kata Pai Cing Han.
Siujie telah berlalu dari hadapan ayah ibunya.
Pai Cing Han masih duduk ditempatnya dia tengah
termenung. "Hebat sekali pendeta India itu....dia merupakan jago luar
yang memiliki kepandaian tinggi, dalam waktu yang singkat
dia telah bisa menancap nama didaratan tionggoan demikian
terkenal dan menakjupkan...jika memang ada kesempatan, aku
ingin sekali bertemu dengannya, untuk main-main dengannya
guna melihat sendiri, sesungguhnya berapa tinggi kepandaian
yang dimilikinya." Koleksi kang zusi.com 571
Dan setelah berpikir begitu Pai Cing-Han menghela napas
berulangkali. Kemudian dia menoleh kepada istrinya, yang
tengah duduk menyulam pakaian putrinya.
"Hujin," panggilnya dengan suara yang sabar, "Jika besok
kita melanjutkan perjalanan kita, kuharap engkau bisa menjaga
Siu-jie baik2, karena kukira telah tiba waktunya besok aku
menemui Kim Liong San Bu Bok Sun, untuk meminta dia
mengembalikan kitab mujijat milik keluarga Pai yang telah
dicuri dan terjatuh ditangannya .....!"
Isterinya, pai Hujin, telah mengangguk sambil tersenyum.
"Ya, kita tidak menyangkanya bahwa Kim Liong San Bu
Bok Sun bisa kita temui jejaknya ditempat ini ......!" menyahuti
nyonya itu. Pai Cing Han telah bangkit dari duduknya, dia menuju
keruang belakang rumah tersebut, kemudian menghampiri
pintu sebuah kamar yang terdapat dibelakang rumah itu. Dia
mengetuk pintu kamar tersebut, dari dalam telah muncul
seorang lelaki tua berusia enam puluh tahun, tubuhnya kurus
dan tinggi. Dia menanyakan kepada Pai Cing Han apakah ada
sesuatu yang bisa dibantunya.
Pai Cing Han menggeleng. "Tidak, kami besok akan berangkat......terima kasih atas
kebaikan hati dari Hengtai yang telah memberikan kesempatan
kami mondok dirumahmu ini......dan ini," Pai Cing Han
merogoh sakunya, "sebagai tanda terima kasih kami, harap
Hengtai menerimanya.......!" sambil berkata begitu, tampak Pai
Cing Han telah menyerahkan dua puluh tail perak kepada
pemilik rumah tersebut. Dia memang hanya tinggal seorang
diri dirumahnya tersebut, dan ketika Pai Cing Han bersama
anak dan istrinya singgah dirumahnya, menyatakan mereka
hendak mondok di rumahnya, pemilik rumah yang baik hati ini
mengijinkannya dengan senang hati. Telah empat hari lamanya
Koleksi kang zusi.com 572
Pai Cing Han bersama isteri dan anaknya tinggal dirumah
tersebut, dan justru memang mereka tengah mencari jejak dari
Kim Liong San Bu Bok Sun, untuk mendesaknya
mengembalikan kitab pusaka milik keluarga Pai yang pernah
lenyap. Pai Cing Han telah mendengar dari sahabat2nya
didalam rimba persilatan, bahwa kitab pusaka keturunan
keluarga Pai berada ditangannya Kim Liong San Bu Bok Sun
tersebut. Dan memang Pai Cing Han juga telah mendengar bahwa
Bu Bok Sun tengah berkeliaran disekitar daerah tersebut, itulah
sebabnya dia bersama istri dan anaknya telah mendatangi
tempat ini. Dan ternyata apa yang didengarnya tidak salah, dia
telah mendengar sendiri dari putrinya, bahwa Bu Bok Sun
berada di tempat ini. Malam itu Pai Cing Han tidur nyenyak sekali, dan begitu
matahari fajar mulai memperlihatkan diri, Pai Cing Han
bersama istri dan putrinya meninggalkan rumah tersebut.
Mereka telah memasuki kota dan menangsal perut disebuah
rumah makan. Hari itu juga Pai Cing Han telah menyelidiki perihal Bu
Bok Sun dan Jie Liong Kim Hay.
Dari seorang pemilik rumah obat, dia memperoleh
keterangan, bahwa Jie Liong Kim Hay tinggal disebelah
tenggara dari tepian telaga tersebut, tempat itu jarang sekali
didatangi oleh orang-orang, baik penduduk tersebut maupun
orang-orang luar kota yang hendak pesiar ditelaga tersebut
karena mereka takut dan jeri akan keganasan Jie Liong Kim
Hay, dan pemilik rumah obat mengetahui tempat tinggalnya Jie
Liong Kim Hay, karena kedua naga dari Laut Emas itu sering
memborong beberapa macam obat tertentu. Menurut cerita dari
pemilik rumah obat tersebut, bahwa Jie Liong Kim Hay juga
memiliki banyak sekali anak buah sehingga dimana tempat Jie
Liong Kim Hay menetap itu, merupakan daerah tertutup dan
Koleksi kang zusi.com 573
tempat itu dijadikan markas yang selalu terjaga kuat siang dan
malam, sehingga siapa saja yang tersesat ditempat tersebut,
tentu akan bercelaka. Setelah cukup mendengar keterangan pemilik rumah obat
tersebut, hari itu juga Pai Cing Han bersama istri dan putrinya
telah menuju kebagian tenggara dari telaga yang terdapat diluar
kota tersebut. Dan benar saja apa yang dikatakan oleh pemilik
rumah obat itu waktu Pai Cing Han tiba disebelah tenggara
telaga itu keadaan sepi sekali.Tidak terlihat seorang
manusiapun juga yang berkeliaran ditempat tersebut.
Tetapi waktu Pai Cing Han bersama isteri dan puterinya
tiba disebelah dalam dari hutan kecil yang terdapat ditempat
itu, disaat mereka sedang berjalan dengan perlahan, dari
gerombolan pohon yang lebat telah melompat tiga orang lelaki
bertubuh tegap dengan ditangan masing2 tercekal sebatang
golok. Sikap mereka juga garang sekali, dimana mereka telah
mengawasi dengan mata yang menakutkan sekali. Salah
seorang di antara mereka telah membentak: "Berhenti......!"
Pai Cing Han telah menghentikan langkah kakinya, dia
telah mengawasi ketiga orang tersebut, lalu tanyanya dengan
suara yang tawar: "Apa yang kalian inginkan?"
"Apa maksud kalian berkeliaran ditempat ini ?" bentak
orang itu. "Tahukah kalian tempat apa ini?"
Pai Cing Han mengeluarkan suara tertawa dingin.
"Hemmm," katanya dengan suara dingin.
"Aku mengetahui tempat ini tempat kediaman dari Jie
Liong Kim Hay, bukan" Kami ingin bertemu dengan
mereka..." "Apakah kalian ingin mencari mampus?" bentak salah
seorang diantara ketiga orang itu.
Koleksi kang zusi.com 574
Pai Cing Han telah tertawa dingin, dia berkata dengan suara
yang tawar: "Kalian harus membawa kami menemui mereka!"
"Siapa kalian?" tanya orang itu yang mulai ragu2.
"Katakan, aku pai Cing Han."
Karena dia menduga tentunya salah seorang dari mereka
akan pergi melaporkan perihal kedatangannya.
Tetapi orang itu justru telah berkata dengan suara yang
keras : "Kedua pemimpin kami tengah sibuk dan tidak
memiliki waktu....tidak bisa menerima kalian..! Pergilah
kembali ke tempat kalian....!"
Tetapi Pai Cing Han yang melihat sikap ketiga orang itu,
telah tidak sabar, tahu-tahu tubuhnya telah melompat dan
kedua tangannya bekerja. Dengan mudah, dia telah bergantian
mencengkeram punggung ketiga orang itu, dan dengan
mempergunakan sedikit tenaga dalamnya, dia telah
melemparkan ketiga orang itu.
Gerakannya itu sangat cepat sekali, karena sebelum ketiga
orang itu tahu apa-apa, tiba-tiba tubuh mereka telah terlempar
dan terbanting seorang demi seorang diatas tanah dengan keras
sekali, sehingga mereka merintih mengeluarkan suara erang
kesakitan. Pai Cing Han tidak bertindak sampai disitu saja, tubuhnya
telah melompat kesana kemari dengan gerakan yang ringan
sekali, dan kedua tangannya juga telah bekerja dengan cepat,
tahu-tahu tubuh ketiga orang itu telah berhasil dilontarkan
kembali ketengah udara, dimana tubuh ketiga orang tersebut
kembali terbanting keras.
"Jika kalian tidak mau membawa aku menemui Jie Liong
Kim Hay, biarlah aku akan membanting terus menerus kalian
bertiga, apakah kalian tidak akan mampus dengan menderita
kesakitan..!" Koleksi kang zusi.com 575
Dan setelah berkata begitu Pai Cing Han melangkah
kakinya lagi, dia bergerak akan melancarkan cengkeramannya
guna mengangkat tubuh salah seorang dari ketiga orang itu
untuk dibantingkannya pula.
Tetapi justru orang tersebut telah ketakutan bukan main,
mereka bertiga dengan serentak berteriak : ''Ampunnn, kami
akan segera menurut perintah Kiesu."
Pai Cing Han berhenti mencengkeram dan dia telah berkata
bengis, "Cepat bangun, antarkan aku menemui mereka !"
Ketiga orang itu tanpa membantah lagi, telah mengiyakan
dan membawa Pai Cing Han bersama putri dan istrinya ke
sebuah tempat, yaitu sebuah bangunan yang besar sekali, yang
hanya satu satunya terdapat di tempat tersebut. Salah seorang
dari mereka telah melangkah masuk keruang dalam dari
bangunan tersebut. Tidak lama kemudian, dari dalam bangunan
itu muncul seorang lelaki setengah baya. Dialah salah seorang
Jie Liong Kim Hay yang tidak terluka ditangan Tat Mo
Cauwsu dan bernama Lung Kiu Eng. Wajahnya juga agak
pucat, dan dia telah cepat2 merangkapkan tangannya memberi
hormat kepada Pai Cing Han begitu melihat jago tersebut.
"Maafkan....maafkan Siauwte terlambat menyambut....
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mengapa Pai Tocu tidak memberi kabar terlebih dahulu akan
berkunjung kemari ?"
Pai Cing Han tertawa dingin.
"Aku tidak memiliki urusan dengan kalian, Jie Liong Kim
Hay, tetapi aku hendak bertemu dengan Bu Bok Sun ... dimana
sekarang ini dia berada ?"
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah ketika mendengar Pai
Cing Han mencari Bu Bok Sun dia berkata dengan ragu :
"Paman guru kami itu... sekarang ini.... sekarang ini tengah
mengurung diri untuk empat puluh hari lamanya guna melatih
Koleksi kang zusi.com 576
tenaga sinkangnya.... sayang sekali Pai Tocu datang tidak tepat
waktunya ...! Maafkan.... Maafkan Siauwte yang akan
mewakili menyambut Pai Tocu...! Silahkan masuk, nanti
didalam kita bicara lagi...!"
Tetapi Pai Cing Han memperlihatkan sikap yang bengis,
katanya : "Cepat panggil keluar orang she Bu itu !"
Muka Lung Kiu Eng jadi berobah, dia merangkapkan
tangannya menjura. "Maafkan, memang benar2 tidak bisa Bu Bok Sun Siok
menemui Pai Tocu..." kata Lung Kiu Eng dengan muka
memperlihatkan penyesalan.
"Jika dia tidak mau keluar, biar aku nanti yang akan masuk
dan menyeretnya keluar....!" kata Pai Cing Han dengan suara
yang tetap bengis. Muka Lung Kiu Eng jadi berobah tidak enak dilihat, dia
serba salah. Karena Lung Kiu Eng mengetahui bahwa Pai Cing
Han ini tokoh seorang persilatan yang memiliki kepandaian
sangat tinggi sekali, dengan demikian, berarti dia tidak
mungkin bisa menandingi kepandaian dari Pai Tocu tersebut.
Tetapi sekarang justru Bu Bok Sun pun tengah terluka dan
sedang merawat lukanya yang membutuhkan waktu empat
puluh hari lamanya untuk memulihkan semangat murninya.
Dengan demikian, tidak mungkin Bu Bok Sun diganggu
ketenangannya, karena jika perhatiannya terpecahkan, tentu
akan menyebabkan dia bercelaka, dimana luka didalam
tubuhnya akibat gempuran tenaga dalam dari Tat Mo Cauwsu
akan bertambah parah dan sulit untuk disembuhkan kembali.
"Apakah kau tetap tidak mau memberitahukan perihal
kedatanganku ini kepada orang she Bu itu ?" tegur Pai Cing
Han dengan suara yang dingin.
Koleksi kang zusi.com 577
Lung Kiu Eng jadi serba salah, dia telah memaksakan diri
untuk tertawa. "Akh, Pai Tocu tentu tidak akan begitu tergesa gesa,
bukan" Mari silahkan masuk dulu.....nanti kita bicarakan
perlahan lahan.....persoalan Bu Bok Sun Susiok nanti bisa kita
selesaikan dengan baik.....sekarang ijinkanlah Siauwte
menjamu kalian....!" dan waktu berkata sampai disitu, Lung
Kiu Eng telah melirik kepada Pai Ing Siu, si gadis kecil yang
menjadi puterinya Pai Cing Han tersebut. Sesungguhnya
semula dia menduga kedatangan Pai Cing Han ke tempatnya
ini hanya untuk membalaskan sakit hati puterinya tersebut,
dimana dia pernah menghinanya ditengah telaga pada kemarin
hari. Tetapi jika memperhatikan sikap dan kata2 Pai Cing Han,
rupanya urusan yang sebenarnya bukan urusan yang
bersangkut kait dengan gadis cilik itu.
Pai Cing Han tampaknya habis sabar dia telah melangkah
dua tindak. "Jika kau masih tidak mau memanggilkan Bu Bok Sun agar
dia keluar, biarlah aku yang akan memanggilnya sendiri !"
katanya. Melihat ini, Lung Kiu Eng jadi bingung, dia melangkah
berusaha menghalangi Pai Cing Han.
Namun Pai Cing Han menggerakkan tangan kanannya, dia
telah mengebutkan lengan bajunya.
Kebutan itu memang tampaknya seperti kebutan biasa saja,
tetapi tenaga kebutan dari tangan itu kuat sekali, dimana
tampak tubuh Lung Kiu Eng jadi terhuyung mundur tiga
langkah dengan muka yang pucat.
Tetapi Lung Kiu Eng adalah salah seorang dari Jie Liong
Kim Hay yang memiliki kepandaian cukup tinggi, dan telah
malang melintang cukup lama dalam kalangan Kangouw, maka
Koleksi kang zusi.com 578
tidak mau dia begitu saja menyerah. Dia telah berusaha
tertawa, katanya : "Pai Tocu, engkau berkunjung ketempat
kami, ini merupakan suatu kehormatan buat kami...... dengan
demikian kami mengucapkan banyak terima kasih.......tetapi
seharusnya, jika ada sambutan yang kurang menyenangkan hati
Tocu, harap diberitahu saja......!"
Pai Cing Han telah mengeluarkan suara tertawa dingin.
Dia telah melangkah terus untuk menghampiri pintu
bangunan gedung itu. Diwaktu itu tampak dua belas lelaki
bertubuh tinggi tegap berdiri di muka pintu dengan tangan siap
sedia digagang golok mereka masing-masing.
Lung Kiu Eng telah melompat kedepan Pai Cing Han
sambil berseru : "Pai Tocu, tahan...!" dia mengulurkan tangan
kanannya, untuk mencengkeram pundak Pai Cing Han.
Pai Cing Han tidak menghentikan langkah kakinya, dia
mandek, membungkukkan sedikit tubuhnya, waktu itu tangan
kanannya telah mengebut kebelakang, agak miring ke samping
kirinya, angin dari telapak tangannya berkesiuran kuat sekali
menerjang Lung Kiu Eng. Diwaktu itulah tampak Lung Kiu Eng mengeluarkan suara
seruan tertahan, dan dia merasakan dadanya jadi menyesak,
cepat2 dia telah menarik pulang tangannya yang akan
mencengkeram pundak Pai Cing Han. Cepat bukan main dia
membuang diri untuk mengelakkan kebutan tangan Pai Cing
Han. Tetapi tenaga kebutan Pai Cing Han telah menyambar
begitu kuat. Walaupun Lung Kiu Eng telah bergerak cepat
sekali untuk mengelakkan diri, namun kenyataannya
pundaknya yang sebelah kiri telah kena tersampok dan diwaktu
itu tubuh Lung Kiu Eng telah terhuyung mundur beberapa
langkah. Mukanya pucat dan meringis menahan sakit.
Koleksi kang zusi.com 579
Sebagai seorang jago persilatan yang memiliki kepandaian
tidak rendah, memang Lung Kiu Eng tidak merasa gentar untuk
bertempur dengan siapa saja. Tetapi dia telah sering mendengar
akan hebatnya ilmu dan kepandaian Tocu dari pulau Cie Hung
To tersebut. Maka dari itu, dia telah berlaku hati-hati sekali.
Namun kenyataannya dia masih terserang seperti itu, dengan
sendirinya, dia telah mengetahui bahwa dirinya memang bukan
menjadi tandingan dari Tocu pulau Cie Hung To tersebut.
Pai Cing Han telah mendengus dan melangkah terus
menghampiri pintu gerbang dari gedung itu.
Kedua belas orang anak buah dari Lung Kiu Eng telah
mencabut golok mereka masing-masing.
Tetapi Pai Cing Han tidak memperdulikan mereka, dia
melangkah terus, dan kedua tangannya telah digerakkan
dengan beruntun, sangat cepat sekali. Seketika itu juga
terdengar suara jeritan yang beruntun, dan tampak lima sosok
tubuh telah terlempar ketengah udara, lalu terbanting diatas
tanah, sehingga kelima orang tersebut yang telah terbanting
seperti itu tidak bisa segera bangun kembali, hanya melingkar
menahan sakit diatas tanah.
Pai Cing Han tidak bergerak sampai di situ, waktu itu dua
batang golok telah menyambar datang kearahnya, dan cepat
sekali Pai Cing Han mengelakkan diri. Dia mana memandang
sebelah mata terhadap kepandaian dari anak buahnya Lung Kiu
Eng. Setelah berhasil berkelit dari samberan kedua batang golok
itu, tampak Pai Cing Han menggerakkan tangannya lagi, cepat
bukan main tiga sosok tubuh telah terlempar lagi. Sisanya anak
buah Lung Kiu Eng jadi tidak berani merangsek maju, mereka
hanya berseru-seru dengan suara yang berisik saja, tetapi
semuanya malah mundur waktu Pai Cing Han melangkah
menghampiri pintu gerbang.
Koleksi kang zusi.com 580
Lung Kiu Eng waktu itu telah melompat kedepan Pai Cing
Han, dia merangkapkan sepasang tangannya, katanya dengan
suara yang setengah memohon : "Pai Tocu..... kuharap engkau
tidak menimbulkan kekacauan ditempat ini .....!"
Pai Cing Han tertawa dingin.
"Engkau mau memanggilkan orang she Bu itu untuk keluar
menemui aku atau tidak ?" tanya Pai Cing Han.
"Tetapi paman guruku itu memang benar-benar tengah
dalam kesulitan yang sukar sekali diceritakan .....!" kata Lung
Kiu Eng. "Hmmm, baiklah, biar aku yang menyeretnya keluar !" kata
Pai Cing Han. "minggirlah kau......!"
Sambil berkata begitu, tampak Pai Cing Han telah
menggerakkan tangan kanannya dia telah mengibas dengan
gerakan yang cepat dan kuat sekali.
Lung Kiu Eng berusaha menangkis dengan menggerakkan
seluruh kekuatan tenaga lwekang yang ada padanya. Tetapi dia
mana bisa menandingi kekuatan sinkang yang dimiliki Pai
Cing Han" tanpa ampun lagi tubuhnya telah terpental dan
ambruk diatas tanah, tulang tangannya telah patah.
Pai Cing Han melangkah terus, dan telah menaiki undakan
pintu ketiga itu, justru dari dalam telah muncul seseorang, yang
berkata dengan suara yang parau: "Siapa yang mencariku ?"
Pai Cing Han mengangkat kepalanya, dia melihat Bu Bok
Sun tengah berdiri dihadapannya dengan wajah yang agak
pucat, tetapi dia tetap memperlihatkan sikap yang angkuh, dan
memandang Pai Cing Han dengan sinar mata yang sangat
tajam. "Oh, kiranya Pai Tocu..!" kata Bu Bok Sun kemudian. "Ada
urusan apakah engkau memaksa hendak bertemu denganku ?"
Koleksi kang zusi.com 581
"Bagus !" berseru Pai Cing Han sambil membalas
memandang pada orang she Bu itu. "Akhirnya engkau keluar
juga ! Aku memang hendak meminta sesuatu dari kau....ialah
kitab pusaka turunan keluarga Pai yang akhir-akhir ini telah
menjadi rebutan diantara orang-orang persilatan......dan kabar
terakhir yang kudengar, kitab pusaka itu berada
ditanganmu......!" Muka Bu Bok Sun berobah, tetapi itu hanya sejenak karena
kemudian dia telah tertawa tawar : "Benar, memang kitab
pusaka yang tengah diperebutkan oleh orang-orang rimba
persilatan itu berada ditanganku, namun kitab pusaka itu bukan
kitab pusaka milik keluarga Pai......!"
"Aku datang hendak mengambil pulang kitab itu. Kau akui
atau tidak kitab pusaka itu milik keluarga Pai, aku tetap hendak
mengambilnya pulang......cepat kau serahkan kitab pusaka
itu......!" Tetapi Bu Bok Sun tertawa dingin, katanya : "Pai Cing
Han, engkau seorang yang memiliki nama terkenal didalam
rimba persilatan......apakah engkau tidak merasa malu jika
mengakui kitab bukan milikmu itu sebagai kitabmu?"
"Aku tidak perduli semua itu. Yang terpenting sekarang,
engkau hendak menyerahkan kitab pusaka itu kepadaku atau
tidak?" "Tidak !" tegas Bu Bok Sun menyahuti.
"Baik, aku akan mengambilnya sendiri.....!" kata Pai Cing
Han. "Boleh, asal engkau telah bisa membinasakan diriku.....!"
menyahuti Bu Bok Sun. Tetapi sambil berkata begitu, hatinya berpikir : "Pai Cing
Han adalah Tocu Cie Hung To yang memiliki kepandaian
tinggi, jika memang aku tidak sedang dalam keadaan terluka
Koleksi kang zusi.com 582
seperti sekarang ini, mungkin aku bisa bertempur selama dua
ratus jurus dengan dia......namun sekarang aku tengah terluka di
dalam tubuh......tenaga sinkangku telah punah sebagian......!"
Belum lagi Bu Bok Sun berpikir habis, diwaktu itulah Pai
Cing Han telah berkata: "Baik, baiklah....sekarang saja kita
mulai...!" dan Pai Cing Han telah mempersiapkan kedua
tangannya yang diangkat sebatas dada, dimana Pai Cing Han
rupanya sudah tidak sabar untuk mulai melancarkan serangan
kepada orang she Bu itu. "Tahan dulu......!" kata Bu Bok Sun.
"Apa lagi yang hendak dibicarakan " Bukankah sudah tidak
ada pembicaraan lainnya ?" tanya Pai Cing Han dengan suara
yang dingin. Bu Bok Sun menoleh kepada Pai Ing Siu, lalu katanya :
"Gadis cilik itu puterimu, bukan?"
"Benar....!" mengangguk Pai Cing Han, hatinya jadi heran
mendengar Bu Bok Sun membicarakan diri puterinya tersebut.
"Terus terang saja, disaat sekarang ini aku tidak bisa
menemani kau main-main, karena aku telah terluka didalam
tubuh oleh serangan seseorang.... dan puterimu itu juga
menyaksikan peristiwa tersebut. Jika memang engkau hendak
main-main denganku, datanglah empat puluh hari lagi, tentu
disaat itu lukaku telah sembuh, dimana kita bisa main-main
sepuas hati....!" "Hmm, aku tidak perduli hal itu, yang terpenting aku
menghendaki kau mengembalikan kitab pusaka milik keluarga
Pai...!" "Apakah engkau benar-benar tidak malu mendesak
seseorang yang tengah terluka seperti aku ini ?" tanya Bu Bok
Sun mendongkol. Pai Cing Han tertawa dingin.
Koleksi kang zusi.com 583
"Tetapi engkau manusia licik, aku tidak percaya
kepadamu.... kemungkinan setelah empat puluh hari engkau
telah menghilangkan jejak, pergi entah kemana! Maka
sekarang juga aku hendak kau menyerahkan kitab pusaka milik
keluarga Pai itu kepadaku.....!"
"Baiklah, engkau terlalu mendesak!" kata Bu Bok Sun
dengan suara yang tawar. "Thia.....!" teriak Pai Ing Siu sesaat kemudian waktu kedua
orang itu tengah ber-siap2 akan mengadu ilmu. "Apa yang
dikatakan oleh paman she Bu itu benar adanya dialah yang
telah dilukai oleh Tat Mo Cauwsu Taisu.....!"
"Aku tahu....!" menyahuti sang ayah.
Bu Bok Sun tertawa dingin.
"Hemmm, aku tidak menyangka bahwa Tocu dari Cie Hung
To merupakan manusia rendah, yang hanya bisanya mencari
kesempatan untuk merubuhkan lawannya disaat lawan itu
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tengah dalam keadaan lemah.....! Jika memang engkau hendak
mengadu ilmu, engkau tentunya bersedia menanti empat puluh
hari sampai kesehatanku ini pulih...!"
"Tetapi kedatanganku kemari bukan hendak mengadu ilmu,
aku juga tidak memiliki selera mengadu ilmu dengan manusia
seperti engkau.. kedatanganku hanya untuk mengambil pulang
kitab pusaka milik keluarga Pai kami....!"
Bu Bok Sun sudah kewalahan, dia memang telah
melihatnya tidak mungkin dia bisa mengelakkan diri dari
desakan Pai Cing Han. Akhirnya dia mengangguk.
"Baiklah...!" katanya kemudian. "Jika memang demikian
halnya, aku tidak bisa menampik terus menerus."
Dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun memusatkan
lwekangnya, dia mengalirkan pada kedua telapak tangannya,
dan ber-siap2 menantikan serangan dari Pai Cing Han.
Koleksi kang zusi.com 584
Waktu itu tampak Pai Cing Han juga telah bersiap siap, dia
melangkah maju dua tindak lagi, lalu dia mengebutkan lengan
baju kanannya. Gerakan yang dilakukannya itu menimbulkan
angin yang berseliwiran kuat sekali, dan juga telah menyambar
kearah bagian yang mematikan dibawah ulu hati dari
lawannya. Tetapi Bu Bok Sun walaupun dalam keadaan terluka
didalam oleh Tat Mo Cauwsu, namun dia merupakan seorang
tokoh persilatan yang memiliki kepandaian telah tinggi, tidak
mudah dia menyerah begitu saja, walaupun dia mengetahui Pai
Cing Han merupakan lawan yang tidak ringan.
Cepat2 Bu Bok Sun telah mengelakkan diri dengan gerakan
yang gesit sekali, dan dengan dibarengi seruannya yang
nyaring, dia telah balas menerjang maju, kedua kakinya telah
melakukan tendangan yang berantai.
Tetapi Pai Cing Han bergerak lincah sekali, dia juga telah
berulang kali mendesak Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah mengeluarkan suara seruan beberapa
kali, karena hampir saja dia terkena serangan itu, namun dia
masih berhasil mengelakkan diri.
Dalam keadaan seperti ini, diam2 Bu Bok Sun juga
mengeluh, karena dia menyadari, paling tidak dia hanya bisa
melayani lawannya itu sebanyak puluhan jurus.
Tetapi karena lawannya mendesak terus menerus, dia
memaksakan diri untuk mengerahkan tenaga dalam, dan
beberapa kali dia mendesak Pai Cing Han, agar lawannya itu
mundur dan dia bisa mengatur pernapasannya.
Namun Pai Cing Han merupakan Tocu Cie Hung To yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, dengan demikian tidak
mungkin dia bisa didesak begitu mudah oleh Bu Bok Sun,
apalagi memang orang she Bu tersebut tengah terluka. Dengan
Koleksi kang zusi.com 585
gerakan tubuh yang memutar, tahu-tahu Pai Cing Han telah
mengebut kedua tangannya.
Angin yang kuat berkesiuran menyambar kepada Bu Bok
Sun, dan di saat itu napas Bu Bok Sun telah memburu keras
sekali, dia juga merasakan betapa tenaganya telah berkurang
banyak. "Paling lama aku hanya bisa menerima sepuluh jurus lagi
dari dia.... setelah itu aku akan kena dihantamnya rubuh...!"
Karena berpikir begitu, Bu Bok Sun mengempos
semangatnya, dan dia telah memusatkan seluruh kekuatannya
untuk berusaha memberikan perlawanan yang lebih kuat lagi.
Namun memang kenyataannya tenaga sinkangnya telah
berkurang banyak, dia jadi terdesak begitu hebat oleh
lawannya. Pai Cing Han melihat bahwa Bu Bok Sun memang tidak
berdusta, dia tengah terluka didalam, sebab tenaga perlawanan
yang diberikan oleh orang she Bu itu tidak begitu kuat dan juga
tubuh orang she Bu itu sering terhuyung, seperti juga akan
jatuh rubuh. Tetapi Pai Cing Han tidak mau membuang kesempatan
yang ada ini, dia menghendaki Bu Bok Sun mengembalikan
kitab pusaka keluarga Pai yang dikehendakinya.
Itulah sebabnya, berulang kali Pai Cing Han telah
menggerakkan kedua tangannya, beruntun dia telah
melancarkan serangan yang jauh lebih kuat dan gencar sekali
ke diri lawannya yang mulai kehabisan tenaga.
Bu Bok Sun mati2an telah mengelakkan diri, jika terpaksa
dia baru menangkisnya. Namun napas orang she Bu itu telah berulang kali tersendat
bagaikan tenggorokannya tersumbat, sehingga dia sulit untuk
meluruskan pernapasannya. Dengan begitu, Bu Bok Sun harus
Koleksi kang zusi.com 586
berusaha mati2an untuk dapat melancarkan pernapasannya. Dia
telah menggerakkan kedua tangannya menangkis sambil
meluruskan napasnya. Dengan cara seperti ini, dia bisa
memperlambat tibanya serangan dari Pai Cing Han, dan
mempergunakan waktu yang hanya beberapa detik itu dia
cepat2 meluruskan pernapasannya.
Sepuluh jurus lagi telah lewat, dan Bu Bok Sun telah
memusatkan seluruh sisa kekuatannya untuk memberikan
perlawanan. Pai Cing Han terus mendesaknya, semakin lama semakin
keras. Sampai akhirnya Bu Bok Sun telah terdesak tidak berdaya
lagi, disaat mana Pai Cing Han dalam suatu kesempatan telah
menggerakkan tangan kanannya, dia menghantam ke arah
kepala Bu Bok Sun. Bu Bok Sun mengeluh, "Habislah aku kali ini......!" Dan dia
memejamkan matanya. Melihat itu, Pai Cing Han menahan meluncurnya
tangannya, dia membentak : "Apakah engkau tetap tidak mau
menyerahkan kitab pusaka keluarga Pai itu......?"
Bu Bok Sun membuka matanya, dia mengawasi Pai Cing
Han sejenak, lalu dia menghela napas, katanya dengan suara
mengandung keputus asaan, "Baiklah.....aku akan menyerahkan
kitab itu......!" dan setelah berkata begitu, Bu Bok Sun merogoh
sakunya, dia mengangsurkan sejilid kitab yang cukup tebal,
berukuran lebar sejengkal tangan kepada Pai Cing Han.
Pai Cing Han girang, dia menyambuti dengan tangan
kanannya, guna menerima kitab itu.
Namun baru saja jari tangan dari Pai Cing Han menyentuh
kitab tersebut, diwaktu itulah Pai Cing Han merasakan angin
yang berkesiuran disisinya, desiran angin yang dingin sekali,
Koleksi kang zusi.com 587
dan tahu2 kitab pusaka yang ditangan Bu Bok Sun itu telah
disambar seseorang, sehingga Pai Cing Han jadi tertegun
ditempatnya beberapa saat lamanya.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han setelah menyadari apa
yang terjadi, karena dilihatnya seorang lelaki berpakaian
seperti siucai (pelajar) berusia lima puluh tahun, tengah berdiri
dengan kedua tangannya memainkan kitab pusaka itu.
Wajahnya juga tampak riang sekali memperlihatkan
senyumnya yang lebar. "Kitab pusaka yang bagus sekali yang telah menelan
banyak korban..!" kata pelajar tua tersebut.
"Siapa kau?" bentak Pai Cing Han dengan suara yang
dingin. "Kembalikan kitab itu...!"
Pelajar tua itu telah menoleh dengan mata agak dipicingkan
memandang kepada Pai Cing Han, lalu katanya diiringi
tertawanya, "Kau tentunya Tocu dari Cie Hung To, bukankah
tepat dugaanku ?" "Tidak salah..!" menyahuti Pai Cing Han dengan berang.
"Cepat kembalikan kitab pusaka itu, jika tidak aku akan mematahkan batang lehermu...!"
Bu Bok Sun yang menyaksikan hal itu juga jadi tertegun, ia
telah memandang kepada pelajar tua tersebut dengan sorot
mata tajam, akhirnya dengan suara yang tergagap ia bertanya :
"Bukankah engkau...Bin San Siucai (Pelajar dari gunung Bin
San) ?" Pelajar tua tersebut telah mengangguk cepat, ia masih
tertawa2 dan katanya : "Ya benar....memang aku Bin San
Siucai Lauw Ho Lun. Aku tidak menyangka bahwa disini ada
orang yang kenal juga dengan diriku..!" dan setelah berkata
begitu, Bin San Siucai tertawa bergelak lagi.
Koleksi kang zusi.com 588
Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan sabar, ia berkata
dengan suara mengandung kemarahan : "Cepat kembalikan
kitab pusaka itu......!" dan Pai Cing Han bukan hanya berkata,
ia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat cepat
sekali, dan tangan kanannya telah digerakkan untuk melayang
menyambar kearah kitab pusaka yang berada ditangan pelajar
tersebut. Tetapi Bin San Siucai rupanya memang memiliki
kepandaian tinggi, karena begitu melihat Pai Cing Han
bergerak menyambar kearah dirinya, ia cepat2 telah melompat
menyingkir. Namun Pai Cing Han sebagai tokoh persilatan yang
namanya menggetarkan rimba persilatan, mana mudah begitu
saja dihindarkan. Begitu sambaran tangannya pada kitab
pusaka tersebut lolos, segera ia mempergunakan telapak
tangannya menghantam kearah pundak Bin San Siucai Lauw
Ho Lun. Tenaga sinkang yang dipergunakannya sangat kuat,
walaupun Lauw Ho Lun berhasil mengelakkan diri lagi, tidak
urung lengannya tergetar terkena serempetan angin pukulan itu,
sampai ia merasa nyeri. Diwaktu itulah Bin San Siucai tersebut
telah tertawa ber-gelak2 lagi, kemudian dengan sikap angkuh
ia berkata : "Memang tidak salah apa yang dikatakan oleh
orang2 rimba persilatan, bahwa tocu dari pulau Cie Hung To
memiliki kepandaian yang menakjubkan ....!"
Dan Bin San Siucai berkata sambil menjejakkan kaki
kanannya, tahu2 tubuhnya mengambil sikap seperti hendak
berputar, membarengi dengan mana, tubuhnya telah
melambung sejauh kurang lebih empat tombak, maksudnya
hendak meninggalkan tempat itu.
Pai Cing Han mengeluarkan seruan marah.
Koleksi kang zusi.com 589
"Hendak lari kemana kau ?" dan tubuh Pai Cing Han juga
telah berkelebat mengejar Bin San Siucai tersebut.
Mereka merupakan orang2 yang memiliki Ginkang tinggi,
maka begitu mereka bergerak, tubuh mereka seperti juga
bayangan. Cepat sekali dia saling kejar mengejar.
Bu Bok Sun menghela napas, ia tiba tiba melihat Pai Ing
Siu dan istri Pai Cing Han. Muka Bu Bok Sun tiba tiba berobah
jadi terang. "Aha, inilah kesempatan yang baik," berpikir Bu Bok Sun,
dan tanpa membuang buang waktu lagi, ia telah melompat
kedekat Pai Ing Siu dan ibunya.
Pai Ing Siu dan ibunya waktu melihat Bu Bok Sun
menghampiri mereka, telah timbul dugaan yang tidak baik
terhadap orang she Bu tersebut, lebih2 ketika itu Bu Bok Sun
telah menggerakkan tangan kanannya, di mana ia telah
mengulurkannya untuk mencengkeram lengan Pai Ing Siu.
Walaupun masih kecil, tetapi karena sejak berusia tiga
tahun Pai Ing Siu telah dididik oleh ayahnya, maka ia memiliki
kepandaian yang lumayan. Dan juga disamping itu, gadis kecil
ini memiliki hati yang tabah sekali, sehingga waktu melihat
lengannya hendak dicengkeram oleh Bu Bok Sun ia melompat
kesamping mengelakkan diri.
"Hemmm, engkau hendak lari kemana bocah?" bentak Bu
Bok Sun dengan suara yang keras, dan telah maju lagi
mengejarnya, sambil menggerakkan kedua tangannya waktu
telah tiba didekat gadis kecil itu, ia bermaksud akan
menangkap lengan gadis cilik itu.
Namun Pai Ing Siu telah menggerakkan tangannya yang
kanan untuk menghantam. "Bukkk....!" dada Bu Bok Sun kena didihantamnya
memang Bu Bok Sun sama sekali tidak berusaha berkelit.
Koleksi kang zusi.com 590
Tetapi tangan kanan dari Bu Bok Sun telah diulurkan
mencengkeram pergelangan tangan Pai Ing Siu.
Pai Ing Siu kaget bukan main waktu merasakan
pergelangan tangannya sakit sekali, ia juga mengeluarkan suara
seruan yang nyaring. Namun bersamaan dengan itu, ia teringat
kepada jurus2 yang diajarkan oleh Tat Mo Cauwsu, yaitu "Sam
Kun Pa Houw", maka segera ia menggerakkan tangannya yang
satunya sambil merandekkan tubuhnya, menjalankan jurus
yang diperolehnya dari pendeta India itu.
Luar biasa, pergelangan tangan Pai Ing Siu yang semula
kena dicengkeram oleh Bu Bok Sun jadi terlepas, karena Bok
Sun merasakan jalan darah "Kie-me hiat"nya kena tertotok
dengan kuat. Walaupun totokan tersebut tidak bisa
mematikannya, tetapi kenyataannya ilmu dari "Sam Kun Pa
Hauw" tersebut merupakan jurus2 pukulan yang hebat sekali,
dimana walaupun hanya dalam bentuk tiga jurus saja, tokh
memiliki sasaran yang bisa mematikan. Untung saja Pai Ing
Siu seorang gadis cilik yang tenaga dalamnya belum seberapa,
dengan memiliki totokannya pada jalan darah "Kie me hiat"nya
Bu Bok Sun tidak mematikan. Tetapi itu telah membuat Bu
Bok Sun jadi terhuyung dengan kedua tangannya terasa lemas
tidak bertenaga. Inilah yang menyebabkan cekalannya jadi
terlepas. Setelah tertegun sejenak, Bu Bok Sun berseru marah :
"Mau kemana kau?" Tubuhnya juga gesit sekali mengejar Pai
Ing Siu yang waktu itu tengah berlari mendekati ibunya.
Isteri Pai Cing Han merupakan seorang wanita yang cantik
dan lemah lembut, ia tidak mempelajari ilmu silat, maka dia itu
sekarang melihat putrinya dikejar-kejar oleh Bu Bok Sun
seperti itu, dimana putrinya tengah terancam keselamatannya,
ia jadi berkuatir sekali. Ketika Pai Ing Siu telah tiba
didekatnya, segera dirangkulnya.
Koleksi kang zusi.com 591
Bu Bok Sun waktu itu telah sampai, dan sambil tertawa
menyeringai telah berkata : "Hemmm, kalian ibu dan anak
harus kutawan..!" dan kedua tangannya diulurkan serentak,
tangan kanannya menotok jalan darah Lu yang dan jalan darah
Ku lim pada tubuh Pai Ing Siu, sedangkan tangan kirinya
menotok jalan darah siang hong pada tubuh nyonya Pai
tersebut, maka tidak ampun lagi ibu dan anak telah terjungkel
rubuh tidak bisa bergerak lagi.
Bu Bok Sun tertawa ber-gelak2, kemudian menoleh kepada
Lung Kiu Eng, katanya : "Ringkus kedua orang ini !"
Jika dalam keadaan biasa, tentu Lung Kiu Eng gembira
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekali untuk meringkus ibu dan anak itu, tetapi karena sekarang
ia mengetahui bahwa kedua orang itu ibu dan anak tersebut
adalah istri dan anaknya Pai Cing Han, tokoh persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, hatinya jadi ciut.
"Susiok....apakah tidak akan berbahaya....ini...ini tentu akan
mendatangkan kemarahan yang bukan main pada Pai Cing
Han....tentu ... tentu akan menimbulkan urusan yang tidak
menggembirakan ...!" sambil berkata begitu, Lung Kiu Eng
telah mengawasi Bu Bok Sun dengan sorot mata mengandung
keraguan. Bu Bok Sun mendengus, dan kemudian tertawa dingin,
katanya : "Ringkus dan tidak perlu engkau banyak tanya lagi,
semua yang akan terjadi nanti akan kupertanggung jawabkan ...
!" Lung Kiu Eng tidak berani membantah perintah paman
gurunya tersebut, segera ia memberi isyarat kepada anak
buahnya, lalu ber-sama2 meringkus Pai Ing Siu dan ibunya.
Ibu dan anak yang telah kedalam markas mereka, dan
memang Pai Cing Han berhasil
itu dari tangan Bin San tertawan itu dibawa masuk
Bu Bok Sun berharap, jika
merebut kembali kitab pusaka
Siucai, maka ia hendak Koleksi kang zusi.com 592
mempergunakan ibu dan anak itu sebagai barang tebusan dan
ia yakin bahwa Pai Cing Han tentu lebih menyayangi anak dan
istrinya tersebut dibandingkan dengan kitab pusaka itu.
XdwXkzX PAI CING HAN yang mengejar Bin San Siucai waktu itu
diliputi kemarahan yang luar biasa, ia telah mengempos
semangatnya dan mengejar dengan cepat, tetapi Bin San Siucai
juga memiliki ginkang yang tinggi sekali, sehingga ia bisa
berlari cepat tidak terkejar oleh Pai Cing Han.
Tubuh mereka berkelebat kelebat meninggalkan daerah
tersebut, dalam waktu yang singkat saja telah melalui puluhan
lie, dan juga Pai Cing Han semakin lama telah mengejar
semakin cepat. Bin San Siucai beberapa kali telah berteriak dengan suara
nyaring mengejek kepada Pai Cing Han : "Aha, aha, mari kita
berlomba untuk mengadu kecepatan berlari, apakah memang
engkau memiliki ginkang yang sempurna " Ayo, kejarlah aku
....!" dan sambil mengejek begitu, Bin San Siucai Lauw Ho
Lun telah berlari lebih cepat lagi.
Kejar mengejar seperti itu berlangsung terus, sampai
akhirnya tampak Pai Cing Han telah berhasil memperpendek
jarak mereka, yang hanya terpisah kurang lebih empat tombak.
Waktu itu mereka telah berada disebuah hutan lapangan
rumput yang dipinggir kanannya tampak sebuah hutan yang
cukup lebar. Dan Bin San Siucai telah berlari terus akan
menuju kearah hutan itu. Melihat ini Pai Cing Han kuatir akan kehilangan jejak
orang buruannya itu, ia telah mengempos semangatnya, sambil
mengeluarkan suara bentakan yang keras, tahu2 Pai Cing Han
telah menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti juga sebuah bola
yang berputar ditengah udara, berjumpalit, dan ketika hinggap
Koleksi kang zusi.com 593
diatas tanah, ia telah menotol lagi, tubuhnya kembali
melambung ke tengah udara, berjumpalitan lagi, kemudian
meluncur hanya terpisah kurang dari setombak didekat Bin San
Siucai. Pelajar itu juga terkejut waktu merasakan berkesiuran angin
disisi tubuhnya, ia telah menggerakkan tangan kirinya,
menyampok kearah Pai Cing Han.
Tetapi Pai Cing Han waktu meluncur turun, telah
mempersiapkan tenaganya, dimana begitu Bin San Siucai
menyerangnya, ia menangkis dengan tangan kanannya,
benturan kedua tangan itu kuat sekali, tubuh Bin San Siucai
tergoncang keras, namun ia hanya mundur satu langkah, dan
menarik pulang tangan kirinya.
@-dewikz~Hendra-@ Jilid 17 Pai Cing Han tidak hanya menangkis, karena begitu Bin
San Siucai menarik pulang tangannya, Pai Cing Han malah
membarengi menotok kearah ketiak lawannya. Totokan yang
dilakukannya tersebut merupakan totokan yang disertai tenaga
sinkang, kalau mengenai sasaran dengan tepat, jelas akan
membuat Bin San Siucai tergempur tenaga dalamnya.
Pelajar tersebut mana mau membiarkan dirinya tertotok,
cepat sekali ia telah mengeluarkan tenaga dalamnya dan
berusaha menangkis lagi. Walaupun gerakannya kalah cepat
dengan gerakan tangan Pai Cing Han, namun kenyataannya ia
masih berhasil menangkis, dan dikala tangan Pai Cing Han
masih juga meluncur lagi kearah atas dari ketiaknya, Bin San
Siucai telah melompat mundur tiga langkah.
Koleksi kang zusi.com 594
Kedua orang yang masing2 memiliki kepandaian tinggi itu
berdiri berhadapan. Mereka saling pandang dengan sorot mata
yang tajam. Bin San Siucai yang memang bersikap selalu
jenaka, telah mengeluarkan suara tertawa bergelak, sambil
ejeknya : "Hemmm, kita telah main2 beberapa jurus, tentu
engkau telah melihat bahwa kepandaian Bin San Siucai tidak
berada disebelah bawah kepandaianmu, bukan" Mari, mari kita
main-main seribu jurus lagi......!"
Pai Cing Han telah mengawasi dengan mata mendelik,
katanya bengis : "Serahkan kitab pusaka itu, atau memang
engkau akan kubinasakan......!"
"Jika memang engkau memiliki kesanggupan untuk
membinasakan aku, silahkan....silahkan kau turun tangan......aku akan melayaninya......!" sambil menantang
begitu, kembali Bin San Siucai telah tertawa terbahak-bahak
keras sekali, sampai tubuhnya tergoncang.
Bukan main mendongkol dan marahnya Pai Cing Han,
sehingga tubuhnya tergetar, dan kemudian dengan
mengeluarkan suara dengusan, ia melangkah maju dua
langkah, tahu2 kedua tangannya telah dirangkapkan kemudian
dengan menekuk sedikit kaki kanannya serentak kedua telapak
tangan itu telah mendorong, hebat sekali tenaga yang meluncur
keluar dari kedua telapak tangan tersebut, sehingga
bergemuruh angin terjangan yang menghantam kepada Bin San
Siucai. Bin San Siucai juga terkejut melihat cara menyerang
lawannya, karena ia mengetahui bahwa itulah pukulan yang
dinamakan "Im yang kun" merupakan ilmu pukulan yang hebat
sekali dan terkenal didalam rimba persilatan.
Tanpa berayal, ia telah mengelakkan diri dan sambil
melompat kesamping, ia juga telah membalas melancarkan
gempuran dengan kepalan tangannya.
Koleksi kang zusi.com 595
Begitulah, kedua orang ini terlibat lagi dalam pertempuran
yang seru sekali, tubuh mereka berkelebat2 gesit dan juga
menimbulkan angin yang berkesiuran keras, dimana masing2
tengah mengerahkan tenaga dalam mereka.
Tetapi setelah lewat lagi tiga puluh jurus lebih, rupanya Bin
San Siucai Lauw Ho Lun merasakan desakan yang kuat dari
Pai Cing Han, yang datangnya beruntun sekali, sehingga
membuat ia sulit bernapas. Cepat2 Bin San Siucai mengatur
pernapasannya, dan setelah balas menyerang satu kali, ia telah
melompat mundur, dan membalikkan tubuhnya untuk berlari
lagi! "Mau lari kemana kau?" bentak Pai Cing Han penuh
kemarahan dan telah mengejarnya lagi dengan cepat.
Bin San Siucai mengeluarkan suara tertawa yang keras, dan
ia berkata: "Kejarlah aku jika memang engkau memiliki
kemampuan.....!" Mendengar ejekan tersebut, Pai Cing Han mengeluarkan
seruan marah dan mempercepat larinya untuk dapat
menyandak Bin San Siucai. Begitulah mereka telah saling kejar
mengejar kembali, sedangkan Bin San Siucai juga mengempos
semangatnya, berusaha melepaskan diri dari kejaran Pai Cing
Han. Waktu mereka tengah saling kejar mengejar seperti itu dan
tiba didekat permukaan hutan, disaat itulah Bin San Siucai
melihat seseorang yang tengah duduk di bawah sebatang pohon
yang cukup rindang dipermukaan hutan tersebut. Ia
melihatnya, orang itu memakai jubah sebagai seorang pendeta,
seorang pendeta asing dengan hidung yang mancung dan
berewokan yang lebat didagunya, rupanya tengah duduk
beristirahat disitu. Pendeta asing itupun sejak tadi tengah mengawasi kedua
orang yang tengah saling kejar mengejar tersebut, dan waktu
Koleksi kang zusi.com 596
melihat kedua orang yang tengah saling kejar-kejaran itu
menuju ketempatnya berada, pendeta itu berdiri dari duduknya.
Bin San Siucai telah tertawa waktu sampai didekat pendeta
itu. "Taisu... lihatlah diriku dikejar-kejar terus menerus
olehnya, ia hendak merampok harta bendaku....!" kata Bin San
Siucai sambil tertawa. Waktu itu Pai Cing Han telah tiba di tempat itu juga, ia
mengawasi sejenak kepada pendeta asing itu, lalu membentak
kepada Bin San Siucai. "Cepat kau kembalikan kitab pusaka itu, atau engkau benarbenar harus binasa ditanganku !" bentaknya.
Bin san siucai tertawa lagi, ia menunjuk kepada Pai Cing
Han, katanya kepada pendeta asing itu : "Taisu lihat, betapa
orang ini benar2 tidak kenal aturan ...... ia telah mendesak terus
hendak merampok hartaku .....! Hemmmm, orang seperti itu
pantasnya diserahkan kepada pihak yang berwajib ....!"
Tanpa menanti Bin San Siucai selesai berkata, Pai Cing
Han telah mengeluarkan bentakan marah, tubuhnya cepat
sekali telah melompat sambil tangannya melancarkan serangan
kepada Bin San Siucai. Serangan yang dilakukan oleh Pai Cing-Han merupakan
serangan yang bisa mematikan, karena angin dari serangan itu
berkesiuran kuat sekali. Pendeta asing itu tampaknya terkejut, dengan cepat tangan
kanannya telah diangkat. "Jangan mencelakai orang .....!" katanya dengan suara yang
sabar, dan diwaktu itu tangannya yang diangkat telah
membentur tangan Pai Cing Han, sehingga mengeluarkan suara
bentrokan yang sangat kuat sekali. Bin San Siucai sendiri
Koleksi kang zusi.com 597
tertawa hahaha hehehe waktu menyaksikan hal itu. "Janganlah
turun tangan begitu telengas....!"
Pai Cing Han waktu menyaksikan benturan tangannya
dengan tangan pendeta asing tersebut, mengeluarkan seruan
heran, karena ia merasa pergelangan tangan pendeta asing itu
lunak sekali seperti kapas.
Sebagai seorang tokoh persilatan yang memiliki kepandaian
tinggi sekali, disamping itu juga telah berpengalaman, seketika
itu juga Pai Cing Han menyadari bahwa pendeta asing ini
bukan orang sembarangan dan sinkangnya telah tinggi sekali.
Ia menarik pulang tangannya, dan kemudian dengan mata
memandang tajam kepada pendeta itu, Pai Cing Han menegur :
"Siapakah Taisu, mengapa mencampuri urusan kami ?"
Pendeta itu merangkapkan kedua tangannya, dengan sikap
yang sabar menyahuti : "Siauwceng bergelar Tat Mo
Cauwsu....!" "Oh, kiranya engkau.....!" kata Pai Cing Han sambil
memperlihatkan sikap yang lebih sabar dari semula.
"Engkaulah yang telah mengajari puteriku tiga jurus "Sam Kun
Pa Houw"..... terima kasih atas perhatian Taisu terhadap
puteriku itu." Tat Mo Cauwsu jadi memperlihatkan perasaan heran.
"Siapakah puterimu itu" "tanyanya.
"Puteriku itu menceritakan, ketika tengah bermain perahu
bersama Taisu, telah diganggu oleh Jie Liong Kim Hay, dan
puteriku itu mengatakan untung saja ada Taisu yang telah turun
tangan membereskan Jie Liong Kim Hay,... dan juga telah
menurunkan tiga jurus ilmu pukulan "Sam Kun Pa Houw".
Untuk itu aku Pai Cing Han mengucapkan terima kasih....."
Koleksi kang zusi.com 598
Tat Mo Cauwsu telah cepat2 membalas hormat dari Pai
Cing Han, kemudian katanya dengan ragu2: "Kalau begitu.....
Siecu tentunya Tocu Cie Bun To yang bernama Pai Cing Han?"
"Tepat......!" "Tetapi......mengapa tuan ini......mengatakan bahwa Siecu
hendak merampas harta dan bendanya?" tanya Tat Mo Cauwsu
lagi. "Itulah dusta belaka......!" kata Pai Cing Han kemudian. "Ia
telah merampas kitab pusaka milikku dan membawanya
lari......tentu saja aku telah mengejarnya untuk meminta pulang
padanya......!" "Hemmm, engkau bisa saja memutar balik urusan !" kata
Bin San Siucai dengan suara yang nyaring, kemudian diiringi
oleh suara tertawanya yang keras. "Engkau sejak tadi telah
mendesak padaku, agar menyerahkan barang dan hartaku
kepadamu, jika tidak engkau hendak membinasakan aku......!"
Muka Pai Cing Han merah padam karena murka bukan
main, tubuhnya sampai gemetaran keras.
"Taisu, dia seorang yang licik!" kata Pai Cing Han
kemudian dengan suara mengandung kemarahan. "Biarlah aku
membereskan dia lebih dulu, nanti barulah kita bercakap-cakap
lagi!" Dan tanpa menantikan jawaban Tat Mo Cauwsu, segera
juga Pai Cing Han menjejakkan kakinya, tubuhnya cepat dan
gesit sekali telah mencelat menerjang kepada Bin San Siucai.
Tetapi Bin San Siucai Lauw Ho Lun telah berlari-lari
sambil menghindarkan diri dari segala serangan Pai Cing Han,
ia berlari memutari Tat Mo Cauwsu.
Pendeta India tersebut ternyata tidak bisa berdiam diri saja.
Waktu Pai Cing Han hendak melancarkan pukulan pula ke
punggung Bin San Siucai, diwaktu itulah Tat Mo Cauwsu telah
Koleksi kang zusi.com 599
mengibaskan tangannya, serangkum angin yang kuat telah
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menangkis pukulan Pai Cing Han, membuat tubuh Pai Cing
Han tergoncang keras, terpaksa orang she Pai tersebut mundur
tiga langkah. Di waktu itulah Tat Mo Cauwsu juga telah
menggerakkan tangannya yang satu, tahu2 ia telah menyambar
pergelangan tangan Bin San Siucai, dan cepat sekali ia telah
berhasil mencekal pergelangan tangan dari pelajar tua tersebut.
Bin San Siucai jadi terkejut waktu melihat tangan Tat Mo
Cauwsu hendak mencekal pergelangan tangannya dan ia lebih
terkejut lagi setelah merasakan pergelangan tangannya itu kena
dicekal tanpa ia sempat mengelakkan diri. Kepandaian Bin San
Siucai tinggi, dalam satu gebrakan seperti itu Tat Mo Cauwsu
luar biasa. "Tuan, sekarang katakanlah yang sebenarnya....apakah
memang kau yang telah mengambil kitab pusaka dari Pai Siecu
itu ?" tanya Tat Mo Cauwsu sambil mengawasi Bin San Siucai
dengan mata yang tajam. Bin San Siucia hanya terkejut sejenak waktu pergelangan
tangannya kena dicekal oleh Tat Mo Cauwsu, setelah itu ia
memperdengarkan suara tertawanya lagi, katanya : "Jika benar
apa yang hendak dilakukan Taisu" Jika tidak, apa pula yang
ingin dilakukan Taisu?"
Tat Mo Cauwsu telah bersenyum dengan sikapnya yang
sabar. "Tuan ceritakan yang sebenarnya, jika memang benar Pai
Siecu itu hendak merampas harta dan barangmu, maka aku
akan memberikan nasehat padanya, tetapi jika engkau berdusta,
untuk selanjutnya sifat buruk itu harus kau lenyapkan, karena
itu bisa membahayakan dirimu sendiri. Dan jika memang benar
engkau telah mengambil kitab pusaka milik Pai Siecu,
kembalikanlah !" Koleksi kang zusi.com 600
Bin San Siucai telah tertawa keras, tahu-tahu ia telah
menggerakkan tangannya, ia menariknya sehingga terlepas dari
cekalan Tat Mo Cauwsu. Dan sambil tetap tertawa seperti itu,
tahu-tahu ia telah memutar tubuhnya, kemudian berlari dengan
cepat sekali. Maksudnya hendak menjauhi diri dari Pai Cing
Han dan Tat Mo Cauwsu. Melihat kelakuan Bin San Siucai, Tat Mo Cauwsu segera
dapat menerkanya, bahwa Bin San Siucailah yang telah
berbohong. Maka waktu melihat Bin San Siucai Lauw Ho Lun
hendak melarikan diri seperti itu, pendeta India tersebut telah
tersenyum, tahu-tahu ia telah menggerakkan tangan kanannya,
dengan mana ia telah menghantam ke punggung Lauw Ho Lun.
Waktu itu Bin San Siucai tengah berlari cepat sekali, karena
ia memang memiliki ginkang yang tinggi, namun diwaktu ia
baru berlari belasan tombak, tiba2 ia merasakan berkesiuran
angin dari belakang punggungnya dan kemudian ia merasakan
tenaga membetot yang kuat sekali, ia jadi kaget dan
mengempos semangatnya hendak berlari terus, tetapi justru di
waktu ia hendak mengerahkan tenaganya untuk berlari terus,
dikala itu tubuhnya seperti telah terbetot keras sekali ke
belakang dan jatuh terjengkang!
Ternyata Tat Mo Cauwsu telah mempergunakan semacam
ilmu dari Yoga, karena Tat Mo Cauwsu memang telah melatih
mahir ilmu Yoganya, ia bisa mempergunakan kekuatan
tenaganya selain menghantam kuat menghancurkan lawan, pun
dia bisa mempergunakan tenaganya untuk membetot. Dengan
begitu, Bin San Siucai jadi gagal sama sekali melarikan diri.
Disaat ia telah melompat bangun berdiri pula, Tat Mo Cauwsu
telah berdiri disampingnya.
Bin San Siucai memandang Tat Mo Cauwsu dengan sorot
mata penasaran, ia berkata: "Taisu......engkau rupanya memang
ingin main-main denganku" Tahukah engkau siapa aku?"
Koleksi kang zusi.com 601
Tat Mo Cauwsu tersenyum tawar, katanya: "Siecu rupanya
memang hendak mempermainkan Pai Siecu..silahkan Siecu
kembalikan kitab pusaka dari Pai Siecu yang telah diambil
olehmu tadi....!" Bin San Siucai mendongkol bukan main, ia telah
mengeluarkan suara tertawa mengejek. Didalam rimba
persilatan, Bin San Siucai merupakan seorang tokoh persilatan
yang disegani dan dihormati, karena memang ia memiliki
kepandaian yang tinggi, tetapi sekarang Tat Mo Cauwsu seperti
juga tidak memandang sebelah mata padanya. "Hmmm pendeta
asing ini rupanya belum mengetahui siapa aku sebenarnya....!"
setelah berpikir begitu, Bin San Siucai berkata: "Taisu, aku Bin
San Siucai tidak akan mundur menghadapi siapapun juga...,
jika memang Taisu masih hendak menahan diriku, baiklah aku
akan melayani keinginan Taisu...."
Pai Cing Han waktu itu telah melangkah menghampiri
sambil berkata kepada Tat Mo Cauwsu : "Taisu......biarkan aku
yang menghadapinya......!"
Tetapi Tat Mo Cauwsu telah mengulap ulapkan tangannya,
"Biarlah Pai Siecu, aku yang akan memintakan kembali kitab
pusakamu itu......!" kata Tat Mo Cauwsu, kemudian
memandang tajam kepada Bin San Siucai, sambil tanyanya:
"Apakah Siecu masih tidak hendak mengembalikan kitab
pusaka milik Pai Siecu?"
Melihat sinar mata Tat Mo Cauwsu yang tajam, Bin San
Siucai merasakan hatinya agak tergoncang, tetapi kemudian ia
tertawa dingin. "Memang benar aku telah mengambil kitab pusaka milik
orang she Pai itu, apa yang hendak dilakukan oleh Taisu ?"
tanyanya dengan sikap yang menantang sekali.
Tat Mo Cauwsu bersenyum sabar, katanya : "Tentu saja
Siauwceng tidak bisa berbuat apa-apa, hanya ingin minta
Koleksi kang zusi.com 602
kerelaan dari Siecu untuk mengembalikan kitab pusaka milik
Pai Siecu itu......!"
"Jika aku menolaknya?"
"Jangan membawa sikap begitu, Siecu ..... karena yang
akan menemui kesulitan adalah Siecu sendiri !" kata Tat Mo
Cauwsu dengan sabar. Tetapi Bin San Siucai merupakan seorang pelajar tua yang
memiliki kepandaian tinggi dan pengalaman yang luas, ia juga
tidak pernah jeri terhadap siapapun juga, maka dari itu ia sama
sekali tidak gentar untuk berurusan dengan pendeta dari India
itu. Jika tadi ia melihat Tat Mo Cauwsu tengah duduk dibawah
batang pohon itu, ia memang sengaja menghampirinya, hanya
sekedar untuk mempermainkan Pai Cing Han. Tetapi siapa
sangka Tat Mo Cauwsu merupakan seorang pendeta yang
memiliki kepandaian begitu tinggi. Dengan demikian, Bin San
Siucai jadi bersiap sedia untuk bertempur dengan pendeta ini,
yang akhirnya membela Pai Cing Han.
"Baiklah, jika memang Taisu hedak main-main denganku,
Bin San Siucai Lauw Ho Lun tidak akan menampiknya......!"
kata Bin San Siucai. "Silahkan Taisu memberikan petunjukmu
......!" Tat Mo Cauwsu telah mengawasi Bin San Siucai beberapa
saat lamanya, kemudian tanyanya : "Apakah ... tuan benar2
tidak hendak mengembalikan barang milik Pai Siecu itu ?"
"Hemmm, Taisu tidak perlu mencampuri urusan itu, tetapi
sekarang Taisu tinggal pilih, jika memang Taisu hendak
mencampuri urusan ini, berarti Taisu akan berurusan
denganku, tetapi jika memang Taisu tidak ingin terlibat dalam
urusan yang tidak menggembirakan, aku orang she Lauw tentu
tidak akan menolak untuk main-main denganmu, Taisu......!"
Koleksi kang zusi.com 603
Tat Mo Cauwsu tertawa sabar. "Baiklah jika memang Lauw
Siecu menghendaki begitu," kata Tat Mo Cauwsu kemudian
."Terpaksa Siauwceng harus main2 denganmu beberapa
jurus....!" Dan Tat Mo Cauwsu mengambil sikap menanti, untuk
menerima serangan. "Silahkan......!" katanya kemudian.
Bin San Siucai menoleh memandang pada Pai Cing Han
beberapa saat lamanya, kemudian ia memandang lagi kepada
pendeta India tersebut, barulah kemudian ia tanpa segan-segan
telah menggerakkan tangan kanannya, menghantam kearah
dada pendeta India itu. Tubuhnya berkelebat sangat cepat sekali, dimana pada
kepalan tangannya itu juga mengandung tenaga sinkang yang
tangguh sekali. Tat Mo Cauwsu tidak beranjak dari tempatnya berdiri, dia
telah membiarkan dadanya dihantam oleh kepalan tangan Bin
San Siucai. "Bukkk !" kuat sekali kepalan tangan Bin San Siucai telah
menghantam dada pendeta tersebut, jika memang Bin San
Siucai menghantam sebungkah batu, tentu batu itu akan hancur
dan remuk. Tetapi kenyataannya sekarang, Tat Mo Cauwsu
seperti juga tidak merasakan suatu apapun juga, walaupun
dadanya telah begitu tepat dihantam oleh kepalan tangan Bin
San Siucai. Sambil tersenyum Tat Mo Cauwsu malah berkata:
"Silahkan Siecu memilih bagian yang empuk....!"
Mendengar tantangan yang merupakan ejekan tersebut, Bin
San Siucai yang waktu itu tengah kaget karena seperti
menghantam kapas saja dan dada Tat Mo Cauwsu lunak tidak
memberikan tenaga perlawanan, jadi berbalik gusar. Ia
Koleksi kang zusi.com 604
mengempos semangat dan tenaganya, diwaktu itulah ia telah
mengeluarkan suara bentakan yang sangat kuat sekali,
dibarengi dengan tangannya yang telah digerakkan untuk
menghantam lagi. Angin pukulan itu berkesiuran keras dan kembali
menghantam dada Tat Mo Cauwsu, karena pendeta India
tersebut memang sama sekali tidak menghindarkan diri dari
gempuran itu. Dan kembali Bin San Siucai merasakan betapa
kepalan tangannya itu menghantam tepat sekali pada dada Tat
Mo Cauwsu, hanya dada itu lunak seperti kapas. Untuk kedua
kalinya ia menemui kegagalan.
Tat To Cauwsu masih berdiri tenang di tempatnya tanpa
memberikan perlawanan. Bin San Siucai jadi malu dan penasaran mukanya berobah
menjadi merah sekali. Apa lagi ketika ia melirik dan melihat
Pai Cing Han tengah mengawasinya dengan bibir tersungging
senyuman mengejek. Dengan mengempos seluruh kekuatannya, Bin San Siucai
telah menghantam untuk ketiga kalinya, kali ini tenaga
serangannya itu dua kali lebih kuat dari tenaga serangannya
yang tadi, angin serangan tersebut juga berkesiuran sangat
kuat. "Bukkkkk...!" kembali dada Tat Mo Cauwsu tergempur
kuat sekali, karena pendeta tersebut sama sekali tidak berusaha
mengelakkan diri. Tetapi berbeda dengan tadi, kali ini dada Tat Mo Cauwsu
keras melebihi besi, sehingga begitu kepalan tangan Bin San
Siucai mengenai dadanya, menghantam dengan kuat, seketika
ia mengeluarkan suara jeritan yang keras sekali, jerit kesakitan.
Tubuhnya juga telah terpental beberapa tombak.
Koleksi kang zusi.com 605
Ternyata, waktu melihat Bin San Siucai menyerang lagi
dengan mempergunakan kekuatan tenaga yang begitu besar,
Tat Mo Cauwsu telah mengganti hawa murni yang melapisi
dadanya. Jika semula Tat Mo Cauwsu mempergunakan tenaga
Im (lunak), ia kini mempergunakan tenaga Yang, yaitu keras.
Dengan begitu, dadanya melebihi kerasnya besi maupun baja,
dan memang Bin San Siucai telah menyerangnya begitu kuat,
menyebabkan tulang tangan Bin San Siucai menjadi patah, dan
tubuhnya tertolak terpental begitu rupa.
Dengan meringis menahan sakit, Bin San Siucai telah
berdiri. Sedangkan Tat Mo Cauwsu telah berkata : "Maaf, maaf....
Lauw Siecu telah menyerang terlalu hebat melebihi takaran....
apakah engkau terluka ?"
Bin San Siucai memandang pada Tat Mo Cauwsu dengan
sorot mata mengandung dendam. Sedangkan Pai Cing Han
sambil senyum puas telah berkata : "Cepat kembalikan
kitabku....!" Tanpa banyak bicara Bin San Siucai telah merogoh sakunya
dengan mempergunakan tangannya yang tidak patah, kemudian
melemparkan kitab pusaka yang semula telah dirampasnya itu
kepada Pai Cing Han. Pai Cing Han menyambuti kitab itu, yang kemudian
disimpan didalam sakunya.
Bin San Siucai setelah melemparkan kitab pusaka itu
kepada Pai Cing Han, tanpa berkata sepatah katapun juga, telah
memutar tubuhnya dan berlari dengan cepat sekali
meninggalkan tempat itu. Tat Mo Cauwsu hanya menghela napas saja, ia berkata
perlahan : "Sesungguhnya kepandaian Lauw Siecu itu cukup
Koleksi kang zusi.com 606
tinggi, hanya sayang sekali ia senang mempermainkan
orang....!" Pai Cing Han telah menghampiri dan menjura memberi
hormat kepada pendeta India tersebut untuk mengucapkan
terima kasihnya. "Dimanakah putrimu sekarang ini berada, siecu ?" tanya
Tat Mo Cauwsu kemudian. "Dia berada bersama ibunya...!" tetapi waktu berkata
sampai disitu, wajah Pai Cing Han jadi berobah, ia terkejut
sendirinya, karena teringat bahwa putrinya bersama istrinya
berada disarang macan, dimana Bu Bok Sun dan juga Lung Kie
Eng berada disitu, "Ahh, aku telah meninggalkan mereka
begitu saja !" berseru Pai Cing Han, dan tanpa menantikan Tat
Mo Cauwsu bertanya lagi, ia telah memutar tubuhnya untuk
berlari ke markas Jie Liong Kim Hay.
Tat Mo Cauwsu heran melihat sikap Pai Cing Han, tetapi ia
memang ingin bertemu lagi dengan Pai Ing Siu, yang
dianggapnya jenaka dan lincah menarik hati, dimana Tat Mo
Cauwsu bermaksud untuk melihat berapa jauh latihan Pai Ing
Siu terhadap ketiga jurus ilmu pukulan yang telah
diturunkannya. Dan Tat Mo Cauwsu juga memang hendak
menurunkan beberapa jurus ilmu silat lagi kepada gadis itu, kalau saja Pai Cing Han meluluskan keinginannya itu.
Dengan gerakan yang ringan, Tat Mo Ciauwsu telah berlari
cepat sekali menyusul Pai Cing Han. Karena Ginkang Tat Mo
Cauwsu telah mahir sekali, mudah saja ia mengikuti
dibelakang Pai Cing Han. Ketika sampai didepan markas Jie Liong Kim Hay, wajah
Pai Cing Han jadi berobah pucat, ia tidak melihat putri dan
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
istrinya, disamping itu juga ia sama sekali tidak melihat
seorang manusiapun disekitar tempat itu. Dengan perasaan
kuatir, tampak Pai Cing Han telah berlari kesana kemari sambil
Koleksi kang zusi.com 607
memanggil2 putrinya. Tetapi sejenak kemudian mukanya jadi
berobah merah padam. "Hemmmm, tentunya orang2 Jie Liong Kim Hay yang telah
mempergunakan kesempatan disaat aku tidak berada disini
untuk berbuat kurang ajar pada Siujie dan istriku....!" karena
berpikir begitu, dengan murka tampak Pai Cing Han telah
menghampiri pintu gerbang dari gedung yang dijadikan markas
Jie Liong Kim Hay itu, dia murka berbareng diliputi
kekuatiran. Tat Mo Cauwsu hanya berdiam diri mengawasi tingkah
laku Pai Cing Han, dia juga heran melihat disekitar tempat itu
tidak terdapat seorang manusiapun juga, dan tidak mengerti
mengapa Pai Cing Han mengajaknya ke tempat ini.
Tetapi disebabkan Tat Mo Cauwsu melihat sikap Pai Cing
Han yang tampaknya begitu gugup dan bingung, maka dia
membiarkan saja Pai Cing Han menghampiri pintu gedung
markas Jie Liong Kim Hay.
Dengan gusar Pai Cing Han telah mempergunakan tangan
kanannya menghantam daun pintu gedung itu.
"Brakkk.....!" daun pintu tersebut terhantam pecah karena
Pai Cing Han telah memukul dengan mempergunakan sinkang
yang penuh. Dengan gerakan yang lincah, tubuh Pai Cing Han juga telah
melompat masuk kedalam gedung itu. Sedangkan Tat Mo
Cauwsu telah menghampiri ke pintu gerbang gedung itu untuk
melihat keadaan didalam gedung tersebut.
Sunyi dan sepi sekali keadaan digedung itu dan juga
tampaknya memang tidak terdapat seorang manusiapun juga.
Pai Cing Han dengan gusar telah berteriak nyaring sekali :
"Bu Bok Sun.... keluarlah kau....!"
Tidak terdengar sahutan. Koleksi kang zusi.com 608
Kembali Pai Cing Han telah berteriak dengan nyaring,
memanggil Bu Bok Sun, tetapi tidak terdengar suara sahutan.
Bukan main gusarnya Pai Cing Han, tubuhnya sampai
gemetaran keras. "Jika engkau tidak juga mau keluar, biarlah gedung ini akan
kubakar...!" ancam Pai Cing Han dengan suara yang nyaring.
Waktu itulah terdengar suara tertawa yang dingin
mengandung ejekan, dari ruang dalam telah melompat keluar
sesosok tubuh, kemudian disusul dengan beberapa sosok tubuh
lainnya. Ternyata orang yang melompat keluar itu adalah Bu Bok
Sun, dan juga diiringi oleh Lung Kiu Eng serta beberapa orang
anak buah Lung Kiu Eng. "Pai Tocu, mengapa kau datang kembali sambil marah2
seperti itu" Bukankah kitab pusaka yang kau kehendaki telah
kuberikan ?" tanya Bu Bok Sun sambil memperdengarkan
suara tertawa mengejeknya, sama sekali ia tidak
memperlihatkan perasaan takut.
Muka Pai Cing Han merah padam, ia menegur dengan
gusar : "Mana puteri dan istriku?"
"Mana aku tahu" Pai Tocu... bukankah mereka
menyusulmu ?" tanya Bu Bok Sun dengan sikap mengejek.
"Aku mana memiliki waktu untuk mengurusi mereka...!"
"Orang she Bu ...!" bentak Pai Cing Han dengan suara
mengandung kemarahan bukan main. "Jika engkau tidak
mengatakan terus terang mengenai diri putriku dan isteriku,
akan kubinasakan kalian semuanya...!"
Mendengar ancaman Pai Cing Han, Bu Bok Sun tertawa
bergelak gelak. Koleksi kang zusi.com 609
"Hebat ! Hebat ! Engkau ingin memusnahkan kami semua"
Ohh, sungguh maksud yang baik sekali ! Aku orang she Bu
sama sekali tidak akan mundur ! Tadi engkau telah meminta
kitab pusaka yang kau katakan milikmu, aku telah mengalah
dan memberikannya...... tetapi sekarang setelah memperoleh
kitab itu engkau kembali kemari marah-marah seperti itu
bahkan mengancam kami ingin dibinasakan olehmu......! Ohhh,
apakah engkau mengenal aturan Kangouw ?"
"Hemmm, jika engkau tidak mau bicara terus terang
mengenai keadaan puteriku dan isteriku itu, aku akan
membuktikan ancamanku itu, kalian seluruhnya akan
kubinasakan!" kata Pai Cing Han.
Bu Bok Sun memperdengarkan suara tertawa dingin sambil
katanya kemudian : "Baik, baik, apa keinginanmu yang
sebenarnya" Tampaknya memang engkau mencari-cari urusan
dengan kami......!" Pai Cing Han sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya,
dengan diiringi suara teriakan yang nyaring, ia telah mencelat
menerjang kepada Bu Bok Sun, cepat sekali ia telah
menggerakkan kedua tangannya, dimana ia melancarkan
gempuran kuat sekali. Bu Bok Sun yang telah menduga bahwa Pai Cing Han akan
melancarkan serangan kepadanya, memang telah bersiap-siap
sejak tadi. Begitu melihat orang she Pai tersebut memang
benar2 melancarkan serangan padanya, ia tidak tinggal berdiam
diri, tanpa menanti tibanya serangan, ia telah melompat
kesamping, dan membarengi menyerang ke pinggang Pai Cing
Han. Serangan yang dilakukan oleh Bu Bok Sun mengandung
kekuatan tenaga sinkang yang hebat, memang kepandaiannyapun tinggi sekali. Jika belum lama yang lalu dia
menyerah kalah kepada Pai Cing Han dan mengembalikan
Koleksi kang zusi.com 610
kitab pusaka yang dikehendaki Pai Cing Han, waktu itu ia
tengah terluka didalam, tenaga dalamnya tidak bisa kumpul
dengan baik, memerlukan empat puluh hari guna
mengobatinya. Tetapi sekarang, karena ia tidak mau begitu saja diserang
oleh Pai Cing Han, ia telah melancarkan serangan balasan yang
lebih cepat tanpa menantikan tibanya serangan yang dilakukan
Pai Cing Han, dengan harapan bisa merebut waktu. Perlu
diketahui bagi seorang akhli silat yang telah memiliki
kepandaian tinggi sekali, waktu yang beberapa detik sangat
penting sekali. Dan Bu Bok Sun yang hendak merebut
kemenangan dari waktu tersebut, telah menyerang ke pinggang
Pai Cing Han mempergunakan seluruh kekuatan yang
dimilikinya. Pai Cing Han melihat lawannya telah mengelakkan diri dan
malah telah melompat ke samping balas menyerang tanpa
menantikan tibanya serangan, ia jadi tambah mendongkol.
Tanpa menarik pulang serangannya, Pai Cing Han hanya
memiringkan tubuhnya dan membelokkan kedua tangannya,
maka ia telah menggempur kearah Bu Bok Sun lagi.
Segera terdengar suara benturan yang kuat sekali, kekuatan
tenaga Pai Cing Han telah saling bentur dengan tenaga
serangan Bu Bok Sun, terdengar suara menggelegar yang kuat
memekakkan anak telinga. Tubuh Bu Bok Sun tergoncang keras, ia melangkah mundur
tiga langkah kebelakang. Sedangkan Pai Cing Han hanya
merasakan pergelangan tangannya tergetar dan kesemutan,
namun ia tidak beranjak dari tempat berdiri, malah begitu
tenaga mereka saling bentur dan diwaktu tubuh Bu Bok Sun
tengah terhuyung mundur seperti itu, Pai Cing Han telah
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyerang lagi !
Koleksi kang zusi.com 611
Bu Bok Sun terkejut, dan ia merasakan bahwa kesempatan
untuk menangkis sudah tidak dimilikinya lagi, hanya satu
satunya jalan yang bisa menyelamatkan dirinya dari serangan
Pai Cing Han, yaitu mengelakkan diri saja. Ia telah membuang
tubuhnya ke tanah bergelindingan disitu beberapa tombak
jauhnya. Lung Kiu Eng yang melihat ancaman untuk Susioknya
tersebut, juga tidak bisa berdiam diri, dengan cepat ia telah
melompat kesamping Pai Cing Han, dan ditangannya tercekal
sebatang golok, dengan senjata tajam tersebut ia telah
membacok kearah punggung Pai Cing Han. Gerakan yang
dilakukannya itu cepat sekali, angin dingin berkesiuran.
Pai Cing Han juga mengetahui bahwa dari arah
belakangnya datang serangan membokong. Tanpa menoleh lagi
ia telah menggerakkan tangan kanannya, ia menyentil golok
itu, sehingga terdengar suara "Tringgg.....!" yang nyaring, dan
membarengi dengan itu, diwaktu golok tersebut terpental, cepat
sekali ia telah menggerakkan tangannya yang satu lagi, lewat
ketiaknya, dia telah menyerang dengan telapak tangannya.
Angin serangan itu berkesiuran sangat kuat dan segera
terdengar suara jeritan Lung Kiu Eng, yang tubuhnya telah
terpental, mengeliat-ngeliat diatas tanah tidak bisa bangun
dengan segera, karena dadanya dirasakan seperti remuk akibat
serangan yang dilakukan Pai Cing Han.
Bu Bok Sun sendiri telah berdiri dengan muka beringas
memandang kepada Pai Cing Han, katanya dengan sengit :
"Bagus! Engkau terlalu memaksa kami ! Jika begitu, puterimu
dan isterimu biarlah binasa bersama-sama kami !"
Muka Pai Cing Han jadi merah padam karena murka dan
kaget. "Katakan, apakah puteriku dan isteriku memang ditahan
oleh kalian ?" tegurnya.
Koleksi kang zusi.com 612
Bu Bok Sun telah mengangguk sambil memperdengarkan
suara tertawa dingin. "Benar!" katanya kemudian. "Jika memang engkau terlalu
mendesak kami, kami pun tidak takut untuk mati, tetapi puteri
dan isterimu itupun akan segera menemui kematian......!" dan
setelah berkata begitu, Bu Bok Sun telah merogoh saku
bajunya, ia mengeluarkan sebatang panah bersuara, yang
dilontarkan ketengah udara, mendesing mengeluarkan suara
yang sangat nyaring. "Orang-orang kami yang berada didalam telah bersiap-siap
dengan senjata tajam di tangan, untuk membinasakan puteri
dan isterimu ! Panah yang pertama itu memberikan perintah
kepada mereka untuk bersiap-siap membinasakan puteri dan
isterimu, dan begitu kulepaskan anak panah keduanya, berarti
jiwa anak dan isterimu itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi,
begitu kau memasuki gedung kami, kelak engkau hanya bisa
menemui dua sosok tubuh yang sudah tidak bernyawa lagi dari
kedua orang yang engkau cintai itu.....!"
Bukan main marah dan kuatirnya Pai Cing Han, ia telah
berkata dengan suara membentak marah : "Bebaskan
mereka....aku akan mengampuni kalian semua....!"
Tetapi Bu Bok Sun telah tertawa dingin, ia juga telah
menimang-nimang sebatang anak panah ditangannya yang siap
akan dilontarkan ketengah udara lagi. Jika memang anak panah
itu dilontarkan, tentu anak buah Bu Bok Sun akan
menghabiskan jiwa Pai Ing Siu dan isteri Pai Cing Han.
Pai Cing Han berdiri tertegun ditempatnya, ia mengetahui,
tidak mungkin ia keburu untuk merebut anak panah itu. Jika ia
melangkah maju untuk menyerang, tentu Bu Bok Sun lebih
dulu dapat melepaskan anak panah bersuara itu. Dengan
demikian, berarti juga keselamatan jiwa anak dan isterinya itu
akan terancam kematian. Koleksi kang zusi.com 613
Ia memang telah menduga bahwa anaknya dan isterinya
ditawan oleh Bu Bok Sun, begitu ia tiba dimuka markas Jie
Liong Kim Hay tersebut dan tidak melihat anak dan isterinya,
dugaan seperti itu telah terdapat dibenaknya.
Pai Cing Han juga tidak tolol untuk berlaku nekad
menyerbu kepada Bu Bok Sun karena begitu anak panah Bu
Bok Sun dilepaskan, anak dan istrinya bisa menemui kematian.
Ia juga mengetahui bahwa ancaman yang diutarakan oleh Bu
Bok Sun bukan merupakan ancaman kosong belaka.
"Baiklah," kata Pai Cing Han kemudian. "Apa yang kau
kehendaki ?" "Hmm......" tertawa dingin Bu Bok Sun.
"Apakah engkau masih menghendaki anak dan istrimu itu
kembali kesisimu dalam keadaan masih bernyawa ?"
Pai Cing Han menggeretekkan giginya kemudian dengan
gusar ia menyahuti : ''Seujung rambut saja mereka terganggu,
hemmm hemmm, kau lari ke ujung dunia sekalipun tidak akan
kulepaskan.....!" "Hahahaha....!" Bu Bok Sun telah tertawa keras. "Aku akan
membebaskan mereka, tetapi engkau harus memenuhi dua
buah syaratku..." "Katakan syaratmu itu.....!" kata Pai Cing Han dengan
murka. "Pertama, kau harus menyerahkan kembali kitab pusaka itu
kepadaku dan berjanji untuk selanjutnya tidak akan
menggangguku lagi...dan juga tidak akan berusaha untuk
merebut kembali kitab pusaka itu.....!" kata Bu Bok Sun.
Pai Cing Han berdiam diri sejenak, namun akhirnya ia
mengangguk. Koleksi kang zusi.com 614
"Baik," katanya sambil merogoh sakunya mengeluarkan
kitab pusaka itu, yang kemudian dilemparkan kepada Bu Bok
Sun. "Terimalah kitab itu......dan kini katakan apa syaratmu
yang kedua ?" Bu Bok Sun tertawa. "Mudah....syaratku yang kedua itu tidak sulit ! Aku hanya
menghendaki kau berjanji tidak akan menginjakkan kaki pula
di daratan Tionggoan untuk waktu-waktu mendatang. Jika
memang engkau meluluskan syaratku yang ini, tentu putri dan
isterimu akan kubebaskan...!"
Pai Cing Han tidak segera menyahuti, mukanya merah
padam karena murka. Ia sebagai seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki
nama sangat terkenal, tentu saja ia tidak sembarangan
memberikan janjinya. Sekali saja ia memberikan janji, tentu ia tidak akan
melanggarnya, tidak mungkin ia menjilat ludah yang telah
dibuangnya !
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka dari itu, walaupun terdengarnya memang mudah
syarat dari Bu Bok Sun, tetapi sulit untuk diterima olehnya.
Sekali saja dia berjanji, berarti selama hidupnya ia tidak akan
menginjak daratan Tionggoan, dan hanya dapat berdiam
dipulau Cie Hung To. "Bagaimana ?" tanya Bu Bok Sun sambil tersenyum
menyeringai mengejek. Pai Cing mengangguk. Han membanting2 kakinya, akhirnya ia Tetapi belum lagi ia berkata menyanggupi syarat kedua dari
Bu Bok Sun tersebut, diwaktu itulah tampak sesosok tubuh
berkelebat dengan cepat sekali ke samping Bu Bok Sun.
Koleksi kang zusi.com 615
Bu Bok Sun hanya melihat sosok tubuh yang berkelebat
kedekatnya, tetapi belum lagi ia bisa melihat jelas, diwaktu
itulah ia merasakan tangannya dingin, dan anak panah bersuara
yang berada ditangannya telah direbut oleh sosok tubuh itu.
Dengan kaget dan marah Bu Bok Sun telah memandang
kepada orang yang merebut anak panah bersuaranya itu, dan ia
melihat orang tersebut tidak lain dari seorang pendeta India,
yang tadi berdiri dipintu gerbang gedung itu.
"Kau ...?" suara Bu Bok Sun mengandung kegusaran.
Tetapi ia tidak bisa meneruskan kata-katanya, karena begitu
melihat anak panah di-tangan Bu Bok Sun dapat direbut oleh
Tat Mo Cauwsu, pendeta India tersebut, cepat bukan main
tampak Pai Cing Han telah melompat ke dekat Bu Bok Sun,
tangan kanannya bergerak menghantam dengan kuat sekali.
Tenaga pukulan yang dipergunakannya sangat kuat sekali, dan
Bu Bok Sun yang tengah terkejut dan marah karena anak panah
bersuaranya dirampas oleh Tat Mo Cauwsu, tidak keburu untuk
mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan oleh Pai Cing
Han, karena itu, tidak ampun lagi tubuh Bu Bok Sun jadi
terpental sambil mengeluarkan suara jeritan yang sangat keras
sekali, bergulingan diatas tanah.
Tat Mo Cauwsu telah menghela napas.
"Hemmm, dia mengandung maksud jahat untuk mencelakai
putri dan istrimu, Pai Siecu..... tetapi niat jahatnya itu telah
digagalkan, ampunilah jiwanya.....!" kata Tat Mo Cauwsu.
Pai Cing Han waktu itu sesungguhnya hendak melompat
kepada Bu Bok Sun untuk menghantam pula, tetapi mendengar
perkataan Tat Mo Cauwsu ia jadi membatalkan maksudnya itu,
ia tidak jadi menyerang Bu Bok Sun.
Orang she Bu itu telah merangkak bangun dengan muka
meringis. Sedangkan Pai Cing Han menoleh kepada Tat Mo
Koleksi kang zusi.com 616
Cauwsu sambil katanya : "Taisu........ aku harap kau mengawasi
orang she Bu ini, aku akan membebaskan anak dan istriku
dulu........!" Tat Mo Cauwsu mengiyakan.
Diwaktu itulah Pai Cing Han telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah mencelat ke dekat beberapa orang anak buah Jie
Liong Kim Hay. Dengan kedua tangan digerakkan, ia telah
menghantam mereka. Beberapa orang anak buah Jie Liong
Kim Hay yang telah berdiri tertegun ditempat mereka karena
kaget menyaksikan Bu Bok Sun dirubuhkan oleh Pai Cing Han,
jadi terpelanting semuanya, karena mereka terkena angin
serangan yang dilancarkan oleh Pai Cing Han.
Dan tanpa memperdulikan anak buah Jie Liong Kim Hay
tersebut, Pai Cing Han telah berlari menerobos masuk kedalam
gedung tersebut. Tat Mo Cauwsu telah berdiri didekat Bu Bok Sun, menjagai
orang she Bu tersebut. Karena kalau sampai Bu Bok Sun
berhasil melepaskan anak panah bersuaranya, Pai Cing Han
tentu tidak berhasil untuk menolongi jiwa anak dan isterinya.
Tidak lama kemudian tampak Pai Cing Han telah muncul
kembali bersama Pai Ing Siu dan isterinya. Sedangkan si gadis
kecil waktu melihat Tat Mo Cauwsu, telah mengeluarkan
seruan girang sambil berlari menghampiri pendeta India
tersebut : "Taisu......kau berada disini?"
Tat Mo Cauwsu bersenyum, ia mengusap usap rambut anak
itu, katanya: "Bagaimana apakah "Sam Kun Pa Houw" telah
kau pelajari dengan baik ?"
Pai Ing Siu menggeleng sambil tersenyum manis.
"Belum..... dalam waktu yang begitu singkat aku mana
memiliki waktu untuk melatih diri lebih-lebih ayah telah
mengajak aku untuk mendatangi tempat ini...!"
Koleksi kang zusi.com 617
Tat Mo Cauwsu mengangguk sambil katanya: "Kelak kau
harus melatih diri baik-baik.....!"
Pai Ing Siu mengiakan. Pai Cing Han telah mengajak Tat Mo Cauwsu, anaknya dan
isterinya meninggalkan gedung tersebut. Sedangkan Bu Bok
Sun dan Lung Kiu Eng hanya bisa mengawasi saja tanpa bisa
mengatakan apa-apa. Begitu pula waktu kitab pusaka yang
berada didalam saku Bu Bok Sun diambil kembali oleh Tat Mo
Cauwsu, dan diserahkan kepada Pai Cing Han, Bu Bok Sun
tidak bisa berbuat apapun juga selain hanya menghela napas
dalam-dalam..... *dw*kz* NAMA Tat Mo Cauwsu semakin lama semakin terkenal,
segala tindak tanduknya di daratan Tionggoan telah didengar
oleh banyak jago2 daratan Tionggoan, terutama sekali jago2
yang memiliki kepandaian tinggi dan juga telah hidup
mengasingkan diri untuk menekuni ilmu mereka. Tetapi nama
Tat Mo Cauwsu yang begitu terkenal, dan juga disertai cerita2
yang menarik mengenai petualangan pendeta dari India, yang
sesungguhnya bernama Gunal Sing tersebut, ternyata
merupakan cerita yang seperti sebuah dongeng saja, karena
padanya dapat dijumpai berbagai peristiwa dan kejadian,
dimana ia seperti memiliki ilmu sihir.
Padahal Tat Mo Cauwsu lebih banyak mempergunakan
kepandaian ilmu silatnya yang dicampur pemakaiannya dengan
ilmu Yoga yang dikuasainya dengan baik. Mengenai ilmu sihir,
ia hanya mempergunakannya jika tengah berhadapan dengan
para penjahat yang memiliki ilmu sesat itu, dengan demikian
munculnya Tat Mo Cauwsu didaratan Tionggoan merupakan
sesuatu yang menarik perhatian dari tokoh-tokoh persilatan
didaratan Tionggoan itu sendiri.
Koleksi kang zusi.com 618
Terlebih lagi orang-orang yang menceritakan tentang
kesaktian Tat Mo Cauwsu umumnya tokoh-tokoh sakti jago
Rimba Persilatan didaratan Tionggoan itu seperti Pai Cing
Han, Tocu dari pulau Cie Hung To, sehingga lebih menarik
lagi kisah petualang Tat Mo Cauwsu. Menurut Pai Cing Han,
yang bercerita kepada tokoh-tokoh persilatan yang memiliki
kepandaian setinggi dia, bahwa Tat Mo Cauwsu merupakan
seorang pendeta yang memiliki kepandaian sulit ditandingi. Pai
Cing Han juga menceritakan ia telah pernah selama beberapa
bulan lamanya berada bersama-sama dengan Tat Mo Cauwsu,
dengan demikian ia telah melihat betapa ilmu dan kepandaian
pendeta India tersebut memang benar-benar luar biasa sekali.
Dengan banyaknya jago-jago rimba perpersilatan, yang
merupakan tokok-tokoh saktinya, bercerita mengenai
kehebatan kepandaian Tat Mo Cauwsu, dengan sendirinya
nama Tat Mo Cauwsu semakin terkenal saja.
Namun nama yang terkenal seperti itu, membuat Tat Mo
Cauwsu agak repot juga, karena cukup banyak tokoh2
persilatan yang tertarik mendengar kisah petualang Tat Mo
Cauwsu lalu turun gunung mencari pendeta India tersebut,
untuk mengadu ilmu. Walaupun cukup mudah Tat Mo Cauwsu
selalu merubuhkan lawan2nya, namun tidak urung dengan
diganggu terus menerus oleh puluhan orang tokoh sakti
tersebut, membuat Tat Mo Cauwsu harus menghadapi perbagai
pertempuran. Dengan begitu, dengan berjatuhnya jago2 sakti
daratan Tionggoan tersebut ditangan Tat Mo Cauwsu, telah
membuat nama Tat Mo Cauwsu semakin terkenal dan disegani
oleh para tokoh2 sakti didaratan Tionggoan.
Dan tidak kurang pula banyak orang2 rimba persilatan yang
berusaha mencari jejak Tat Mo Cauwsu, guna memohon
pendeta dari India tersebut menerima mereka menjadi
muridnya, untuk menuruni ilmu dan kesaktian dari pendeta
India tersebut. Tetapi sejauh itu Tat Mo Cauwsu belum
Koleksi kang zusi.com 619
bersedia untuk menerima murid karena ia merencanakan, jika
memang telah tiba waktunya, ia hendak membuka sebuah pintu
perguruan silat, yang dihubungkan dengan pelajaran agama
Buddha, dan ia baru akan menerima murid untuk dididiknya,
baik ilmu silat dan Yoga, juga akan dididiknya ilmu agama dari
pelajaran Sang Buddha. Selama berkelana didaratan Tionggoan memang Tat Mo
Cauwsu selain meneliti setiap kepandaian dari tokoh2
persilatan didaratan Tionggoan, juga ia mencari tempat yang
sekiranya sesuai baginya guna mendirikan sebuah gedung
untuk dijadikan tempat mengajar dan menerima murid,
mengembangkan ilmu dan kepandaiannya.
Namun sejauh itu, Tat Mo Cauwsu masih juga belum
menemui tempat yang cocok dihatinya, maka ia masih
mengembara juga dengan selalu menemui berbagai peristiwa
yang menegangkan, karena cukup banyak jago2 daratan
Tionggoan yang berusaha menguji kepandaiannya. Namun
selalu Tat Mo Cauwsu berhasil merubuhkan lawan2 yang
membuat namanya semakin terkenal. Disamping itu, Tat Mo
Cauwsu juga memupuk persahabatan dengan banyak tokohtokoh persilatan Tionggoan, yang menaruh perasaan hormat
kepada pendeta sakti tersebut yang berasal dari India, dimana
kepandaiannya yang begitu istimewa, boleh dikata selama
didaratan Tionggoan, hampir tidak ada orang yang sanggup
menandinginya. Karena terlalu seringnya Tat Mo Cauwsu bertempur dengan
tokoh-tokoh persilatan didaratan Tionggoan, maka ia bisa
mempelajari setiap kepandaian dan ilmu silat dari berbagai
aliran. Setelah ditelitinya, maka ia memperoleh kesimpulan,
seluruh ilmu dari berbagai pintu perguruan tersebut, memiliki
sumber dan inti satu, yang sama, dan juga hampir bersamaan
pula inti kekuatannya dengan kepandaian ilmu silat Tat Mo
Cauwsu sendiri. Hanya saja, cara mengembangkan ilmu silat
Koleksi kang zusi.com 620
itu sendiri yang berbeda beda, sehingga menyebabkan jumlah
gerak dan cara untuk bersilat yang berlainan.
Waktu tengah berkelana itu, Tat Mo Cauwsu juga sering
meluangkan waktunya untuk menulis setiap ilmu yang telah
berhasil diolahnya menjadi sejurus ilmu silat yang hebat sekali,
yang telah diringkaskan dan dijadikan intinya belaka, tetapi
mengandung kehebatan yang luar biasa. Sejurus demi sejurus
telah ditulisnya dengan rapi, dan akhirnya setelah kitab itu
rampung di-kemudian hari merupakan kitab ilmu silat yang
paling luar biasa didaratan Tionggoan yang biasa disebut Tat
Mo Pitkip atau Ih-kin dan Swee-jwe. Kitab ilmu silat yang
diciptakan oleh Tat Mo Cauwsu tersebutlah yang merupakan
kitab ilmu silat yang paling diincer oleh setiap tokoh tokoh
rimba persilatan didaratan Tionggoan, selain didalamnya
terdapat ilmu pukulan, ilmu pedang dan mempergunakan
senjata lainnya pun di situ terdapat pelajaran untuk melatih
Lwe-kang guna mencapai kesempurnaan tenaga dalam, dalam
bentuk sinkang, tenaga sakti yang merupakan tenaga murni
dari Tantian terus ke urat besar di belakang kepala, membuat
seseorang bisa mencapai puncak kesempurnaan dalam melatih
tenaga lwekangnya. Tahun demi tahun telah lewat, tanpa terasa telah tujuh
tahun lamanya pendeta dari Thian-tiok (India) tersebut
berkelana didalam daratan Tionggoan, dan nama Tat Mo
Cauwsu semakin harum dan disegani oleh para jago-jago rimba
persilatan......! O o odwo o O SIONG SAN merupakan pegunungan yang tidak begitu
tinggi, tetapi bicara mengenai keindahan panorama yang
terdapat disekitar pegunungan tersebut, dimana keindahan alam
dengan pohon-pohon bunga yang beraneka warna dan juga
dengan hawa udara yang senantiasa hangat disepanjang musim,
tidak kalah jika dibandingkan dengan pemandangan alam yang
Koleksi kang zusi.com 621
terdapat dipegunungan Heng-san, Kun Lun, maupun Cauwsan. Dengan demikian, Siong San merupakan pegunungan
yang cukup ramai dikunjungi oleh orang2 yang pesiar dan
hendak menikmati keindahan alam di pegunungan tersebut.
Waktu itu, hari masih pagi, dan kabut yang mulai menipis
terkena cahaya matahari pagi yang hangat, dan pohon-pohon
bunga yang tengah mekar indah, tampak seseorang tengah
berjalan dengan langkah kaki yang perlahan-lahan dan
menikmati keindahan alam disekitar pegunungan tersebut.
Orang itu adalah seorang lelaki berusia lanjut, mungkin
telah tujuh puluh tahun, memelihara jenggot yang panjang dan
telah memutih, dengan kumis yang terpilin panjang dan rapi, ia
mengenakan baju berwarna putih, merupakan thungsia (baju
panjang) memakai kopiah yang berwarna kuning gading.
Ditangan kanannya tampak sebatang seruling yang digerakgerakkan perlahan memukuli telapak tangannya yang satunya.
Wajahnya sabar sekali, dan ia benar-benar tengah meresapi
keindahan pemandangan alam yang terdapat disekitar tempat
itu. Beberapa kali terdengar pujiannya yang perlahan,
menunjukkan bahwa dia sangat mengagumi keindahan alam
ditempat tersebut. Setelah berjalan beberapa saat lamanya, akhirnya ia
mengangkat serulingnya, dibawa kebibirnya, kemudian
ditiupnya perlahan mengayun, muncul irama yang lembut dan
merdu sekali, membawakan lagu "Hung Cing Hoa", ciptaan
dari pujangga terkenal dimasa pemerintahan dinasty Shang,
yang bernama Chou In Lie, yang waktu itu menjabat pangkat
sebagai penyair istana, yang selalu mendampingi Kaisar Chou
Wang, untuk menghiburnya dengan segala macam sajak yang
indah dan juga dengan syair-syair lagu yang akan mengiringi
Tai Chi, selir Kaisar Chou Wang menari dihadapan Kaisar.
"Hung Cing Hoa" memang merupakan lagu yang memiliki
keindahan yang luar biasa, dan lelaki tua yang berada digunung
Koleksi kang zusi.com 622
Siong San tersebut telah membawakannya dengan baik lagu itu
lewat serulingnya, ia benar-benar meresapi sekali keindahan
alam dari gunung tersebut, yang seperti juga lukisan yang indah menarik hati.
Tat Mo Cauwsu Pendiri Siauw Lim Sie Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selesai membawakan lagu "Hung Cing Hoa" tersebut,
orang tua itu menghela napas dalam-dalam, kemudian dia
menggumam dengan suara yang perlahan : "Hai, hai, jika saja
aku bisa hidup demikian tenang seperti pohon bunga bwee,
pohon ci tan, yang semuanya tumbuh begitu indah dan jauh
dari jamahan tangan manusia, dalam suasana yang tenang dan
menyenangkan ini, benar2 merupakan keadaan yang sangat
menyenangkan sekali....Haruskah aku hidup mengasingkan diri
ditempat ini.......?"
"Omitohud ! Omitohud !" terdengar seseorang menimpali
perkataan orang tua itu disusul dengan munculnya seseorang
yang memiliki potongan tubuh tinggi besar, dan ia mengenakan
pakaian pendeta, jubah yang kebesaran dan bergombrangan,
berkibar kibar terhembus oleh siliran angin. Dialah seorang
pendeta berusia lima puluh tahunan berwajah bersih berseri
seri, dengan senyum yang menghiasi bibirnya. "Apa yang
dikatakan oleh Siecu merupakan perkataan yang tidak sulit
untuk dilaksanakan, tenangkan hati, bersihkan pikiran, dan
nikmati keindahan yang ada Siecu akan memperoleh apa yang
siecu kehendaki ........."
Orang tua yang mencekal seruling ditangannya, telah
menoleh kepada pendeta itu, ia memandang dengan sikap yang
mengandung perasaan heran, lalu tanyanya : "Siapakah Taisu
itu" Tentunya Taisu tinggal disekitar tempat ini..."
Pendeta itu menggelengkan kepalanya, ia berkata sabar :
"Lolap kebetulan lewat ditempat ini dan mendengar lagu
"Hung Cing Hoa" yang Siecu bawakan tadi, sungguh merdu
dan menarik sekali, begitu halus menggugah hati...! Lolap
Koleksi kang zusi.com 623
bergelar Sam Liu Taisu, bolehkah Lolap mengetahui nama
Siecu yang mulia ?" Orang tua itu meng-gerak2kan seruling ditangannya, ia
menghela napas sambil memandang jauh sekali, katanya
kemudian. "Mega telah buyar, air telah mengalir, angin telah
bersilir pergi, begitu juga halnya dengan diriku Taisu, maka
aku telah mempergunakan nama Yin Sui Hong, itulah namaku,
Taisu...!" Pendeta itu mengangguk. "Dan dari nama Siecu, memang diketahui bahwa Siecu
memiliki pengetahuan yang luas dan mengerti akan
keindahan......." kata pendeta tersebut.
"Tetapi sayang sekali, walaupun namaku Yin Sui Hong,
kenyataannya aku tidak bisa untuk hidup tenang seperti Mega,
Air dan Angin....... dimana aku selalu diliputi oleh pergolakan
yang tidak hentinya, oleh banjir darah, oleh pertempuran, oleh
pertikaian, dan oleh segala macam persoalan di dalam rimba
persilatan........!" dan setelah berkata begitu, kembali Yin Sui
Hong menghela napas dalam2, ia memandang jauh sekali,
kearah gumpalan awan yang tengah bergeser sedikit diatas
langit. Pendeta itu tertawa, dengan ramah ia berkata : "Tetapi
Siecu tentu memaklumi, bahwa mega tidak selamanya
bergumpal dan menjadi satu dalam bentuknya yang tetap,
karena akan pecah dan berobah2 dalam berbagai bentuk, begitu
pula hal dengan air yang mengalir, baru melewati berbagai batu
dan kerikil, dimana harus berliku2 menuruti bentuk dari sungai
atau laut yang ditempati. Semakin luas tempat yang
didiaminya, yaitu jika saja ia berdiam di laut, berarti ia harus
berani menjadi gelombang yang dahsyat penuh dengan segala
kekuatan yang ada, menerjang karang2 yang keras dan kuat.
Dan begitu pula halnya dengan angin, tidak selamanya bersilir
Koleksi kang zusi.com 624
dengan lembut menyenangkan, tetapi sering juga harus
berhembus dengan keras dan kuat, menjadi badai dan tofan
yang mengerikan. Maka Siecu tidak ada sesuatu didunia ini
yang akan kekal abadi, kita harus dapat melihat kenyataan ini
dan dapat menyesuaikan diri....!"
Yin Sui Hong termenung sejenak, seperti juga meresapi
perkataan pendeta tersebut, tetapi tiba2 sekali ia memukul
pahanya dengan serulingnya, mukanya menjadi cerah,
kemudian memasukkan serulingnya pada libatan ikat
pinggangnya, merangkapkan tangannya, menjura memberi
hormat kepada pendeta itu, Sam Liu Taisu.
"Terima kasih, terima kasih...!" kata Yin Siu Hong
kemudian dengan wajah berseri2. "Taisu telah membuka mata
dan pikiranku.....terima kasih atas kata-kata petuah Taisu !" dan
Yin Sui Hong telah membungkukkan tubuhnya sampai tiga
kali. Sam Liu Taisu telah tersenyum, dengan ramah ia berkata :
"Ya, begitu pula halnya dengan manusia, tidak selamanya ia
akan hidup tenang, juga akan mengalami pergolakan disuatu
saat, tidak selalu selamanya gembira, terkadang ia akan
berduka, tidak selamanya ia akan tidur, karena suatu kali ia
akan terbangun. Dan juga tidak selamanya ia akan berdiam
diri, karena suatu saat ia harus menggerakkan kedua tangan dan
kakinya, tidak selamanya harus memandang keindahan, karena
suatu saat ia harus memandang keburukan yang ada. Maka dari
itu Siecu, tidak selamanya pula Siecu dapat mengecap
ketenangan yang diharapkan Siecu, karena suatu saat Siecu
juga harus berani menghadapi pergolakan. Tidak bisa pula
Siecu mendambakan kemuliaan jika memang Siecu belum juga
merasakan penderitaan. Tidak mungkin pula Siecu dapat
mengharapkan kesempurnaan jika memang Siecu belum juga
dapat membersihkan hati dari segala kekotoran yang ada....!"
Panjang lebar Sam Liu Taisu sudah memberikan penjelasan.
Koleksi kang zusi.com 625
Kembali Yin Sui Hong telah merangkapkan kedua
tangannya menjura mengucapkan terima kasih.
"Sekarang aku Yin Sui Hong baru menyadari, bahwa semua
itu yang disebut hidup. Dan memang dalam keadaan detik ini,
diwaktu sekarang kita bernapas, merupakan apa yang disebut
hidup, tanpa memandang kemarin dan esok. Hidup itu adalah
saat ini sekarang ini. Terima kasih Taisu, terima kasih......
mataku telah terbuka lebar, pikiranku telah terbuka oleh petuah
Taisu.... dan memang hidup ini harus diterima dengan
kenyataan yang ada pada sekeliling kita....!" dan dengan wajah
yang puas, Yin Sui Hong telah bernyanyi dengan suara yang
nyaring menyatakan kegembiraan hatinya.
Sam Liu Taisu tampak gembira telah bisa memberikan
petuah yang bisa diterima oleh Yin Sui Hong, ia hanya
mengawasi dengan bersenyum.
Namun belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan nyanyian
itu, telah terdengar seseorang mendesis dengan suara yang
menghina : "Cisss......manusia tua yang sudah mau mampus
masih membayangkan kesempurnaan dan kegembiraan.......!"
dan membarengi dengan perkataan itu, tampak berkelebat
sesosok bayangan yang gesit sekali, tubuhnya bergerak begitu
ringan dan juga hinggap dihadapan Yin Sui Hong dan Sam Liu
Taisu tanpa menimbulkan suara. Ternyata ia seorang wanita
berusia antara lima puluh tahun, rambutnya dikonde dan
diberikan perhiasan dibeberapa bagian, disamping itu parasnya
masih cukup cantik, sisa-sisa kecantikan dimasa mudanya.
Dipinggangnya tampak tergantung sebilah pedang panjang,
dengan gaunnya yang berwarna jingga dan angkin yang
berwarna merah. "Kau......Kie-san Nio-cu (Nyonya dari Kie-san) Thio Su
Ing?" tanya Yin Sui Hong dengan suara seperti terkejut.
Koleksi kang zusi.com 626
Wanita tua itu, Thio Su Ing telah tertawa dengan suaranya
yang nyaring. "Sudah kukatakan, kemana saja kau pergi, tetap akan
kukejar......jangan harap engkau terlepas dari tanganku !"
katanya. "Tua bangka yang sudah mau mampus seperti engkau
masih hendak mencicipi ketenangan" Hmm, jangan harap!
Jangan harap! Sebelum kau mampus, jangan harap kau akan
kulepaskan!" Muka Yin Sui Hong jadi berobah berduka, ia berkata
dengan suara yang tawar: "Hubungan kita telah putus dengan
yang lain, kita sudah tidak memiliki hubungan apa2 lagi,
mengapa engkau selalu mengintili aku terus?"
"Ha ha ha...." tertawa Thio Su Ing dengan suara yang
nyaring. "Engkau memang sudah bukan apa2ku lagi, engkau
juga seorang manusia yang telah menghancurkan hidupku!
Aku mencintaimu, tetapi engkau mempermainkan aku.... dan
kini, dikala kita sudah sama2 tua, engkau hendak memisahkan
diri begitu saja....maka sebelum engkau terbinasa, jangan harap
engkau bisa melepaskan diri dariku....!"
Yin Sui Hong menghela napas lagi. Ia menoleh kepada Sam
Liu Taisu, katanya dengan suara yang mengandung
penyesalan: "Seperti Taisu lihat.... telah lebih dari sepuluh
tahun wanita ini selalu mengejar-ngejar diriku....bahkan tidak
jarang dengan mempergunakan akal licik ia hendak mencelakaiku, dan juga tidak jarang pula ia menimbulkan urusan
didalam rimba persilatan dengan menjual namaku, sehingga
banyak orang-orang rimba persilatan yang mencari diriku, yang
membuat seringnya terjadi pertempuran antara aku dengan
orang-orang rimba persilatan, dan akhirnya menimbulkan
permusuhan-permusuhan diantara kami....! Hemm, seperti apa
yang Taisu katakan tadi, bahwa semua itu tidak ada yang kekal
Koleksi kang zusi.com 627
abadi, maka ketenangan yang baru saja kuperoleh tadi telah
lebih dari cukup menggembirakan hati, walaupun kini aku
harus menghadapi pergolakan lagi....!"
Dan setelah berkata begitu, tanpa menanti jawaban Sam Liu
Taisu, Yin Sui Hong telah menoleh kepada Thio Su Ing,
katanya: "Baiklah, sekarang katakanlah, apa yang kau
kehendaki ?" Thio Su Ing telah tertawa terbahak-bahak, sampai tubuhnya
tergoncang, kemudian katanya dengan suara yang dingin:
"Hemmm, kau menanyakan apa yang diinginkan" Baik ! Baik !
Sejak dulu aku telah mengatakan, bahwa aku menghendaki
jiwamu !" Dan berbareng dengan perkataannya itu Thio Su Ing telah
meraba gagang pedangnya dan kemudian mencabutnya, ia
telah menggerakkan pedangnya tersebut ditengah udara,
sehingga memperdengarkan suara mendengung yang sangat
nyaring, membuktikan bahwa ia memiliki tenaga lwekang yang
mahir. Sam Liu Taisu telah mengawasi dengan sorot mata yang
bimbang, ia telah melihat bahwa Yin Siu Hong dengan Thio Su
Ing rupanya dulu memiliki hubungan satu dengan yang
lainnya, maka dari itu, untuk sementara waktu lamanya ia tidak
bisa mengucapkan kata-kata, selain hanya mengawasi saja.
Sedangkan Yin Sui Hong telah bersenyum pahit, katanya:
"Telah ratusan kali kita selalu bertanding, sesungguhnya jika
memang aku hendak mencelakai dirimu, sama mudahnya
seperti membalik telapak tanganku....tetapi engkau benar2
tidak tahu diri dan selalu mendesak diriku demikian rupa.......!"
Tetapi belum lagi Yin Sui Hong selesai dengan
perkataannya itu, diwaktu itulah Thio Su Ing telah
mengeluarkan suara bentakan nyaring: "Awas serangan.......!"
pedangnya telah berkelebat dengan cepat, dimana mata pedang
Koleksi kang zusi.com 628
yang tajam berkilauan itu telah menyambar kearah dada Yin
Sui Hong, gerakan yang dilakukannya selain cepat juga
merupakan jurus yang mematikan.
Tetapi Yin Sui Hong memang memiliki kepandaian yang
tinggi, karena serangan yang mematikan seperti itu, yang
datangnya begitu cepat dan dahsyat, dengan mudah ia telah
berhasil mengelakkannya, tubuhnya melejit kesamping kanan
sejauh lima tombak. Namun Thio Su Ing juga tidak mendiamkan begitu saja,
begitu melihat tikamannya yang pertama gagal, cepat sekali ia
telah melangkah kekanan dua tindak, lalu pedangnya
menyambar dengan miring kearah perut Yin Sui Hong, gerakan
itu juga merupakan jurus yang bisa mematikan. Dengan
demikian, telah membuat Yin Sui Hong tidak bisa berlaku ayal,
karena jika ia terlambat mengelakkan diri, jelas akan membuat
dirinya bercelaka ditangan Thio Su Ing.
Cepat dan gesit sekali ia berkelit, dan kemudian
mempergunakan seruling ditangan kanannya itu, diketuknya
perlahan pedang tersebut, dan terdengar suara "Tranggg....!"
dan Thio Su Ing merasakan telapak tangannya pedih, serta
pedangnya itu tergetar, karena memang ketukan seruling yang
dilakukan oleh Yin Sui Hong mengandung kekuatan lwekang
yang tangguh sekali. Thio Su Ing mengeluarkan suara seruan tertahan, tubuhnya
cepat melompat ke tengah udara beberapa tombak, sambil
memutar pedang panjangnya yang berkelebat2 menyambar
kearah Yin Sui Hong. Gerakan yang dilakukan oleh Thio Sui Ing merupakan
tikaman pedang dengan mempergunakan jurus "Seratus Mata
Pedang" membuat pedangnya itu tergetar keras sekali dan mata
pedang itu telah berobah menjadi banyak mengincar berbagai
bagian tubuh Yin Sui Hong, karena pedang itu digetarkan, dan
Koleksi kang zusi.com 629
sesuai dengan nama jurus tersebut, yaitu "seratus Mata
pedang", maka mata pedang ditangan Thio Sui Ing tersebut
seperti telah berobah menjadi seratus banyaknya, mengincar
jalan2 darah mematikan tubuh lawannya!
Yin Sui Hong tidak merasa jeri menghadapi tikaman aneh
seperti itu, karena ia telah mengetahui dengan betul sampai
berapa tinggi kepandaian yang dimiliki oleh wanita yang
pernah menjadi isterinya tersebut.
@-dewikz~Hendra-@ Tentang Cinta 2 Panji Sakti Karya Khu Lung Bayangan Bidadari 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama