Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 6

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


Lojin, oleh karena dia masih belum yakin betul akan kejahatan
gerombolan Kipas Hitam. Akan tetapi ketika rombongan orang
dusun itu datang menyerbu dan mendengar percakapan yang
terjadi antara Can Kok dan kepala dusun, mengertilah dia
bahwa gerombolan Kipas Hitam benar benar merupakan
gerombolan penjahat yang kejam dan ganas. Mereka itu
agaknya telah menculik dan memaksa puteri kepala dusun
untuk menjadi isteri Can Kok. Bukan main marahnya hati gadis
itu dan ketika dia melihat gerakan tangan Can Kok, dia telah
bersiap sedia sehingga dapat menangkis dan menolong nyawa
kepala dusun ketiga diserang oleh Can Kok yang berhati kejam
itu. "Aha ...! Kiranya Pek-bi Lojin membawa seorang pembantu
yang boleh juga kepandaiannya. Bagus, bagus !" Can Kok
berkata mengejek. 30 '"Orang she Can," kata Kui Eng dengan sikap garang.
"'Tadinya aku masih ragu-ragu mendengar dari Pek-bi Lojin
bahwa kalian adalah orang-orang jahat yang berhati busuk.
Tidak tahunya kalian benar-benar amat jahat sehingga tidak
malu-malu untuk menculik anak gadis orang. Sekarang tidak
saja aku datang untuk membantu Pek-bi Lojin, akan tetapi
juga untuk mewakili jung-cu ini minta kembali anak gadisnya!"
Can Kok membelalakkan matanya dengan marah. sekali,
kipas di tangan kanannya dikibaskan dengan cepat di depan
dadanya. "Gadis itu telah menjadi isteriku, orang lain tidak
boleh mencampuri urusan ini !"
"Keparat mesum ! Kalau begitu aku harus membunuhmu!"
teriak Kui Eng yang tidak dapat lagi menahan kemarahannya.
Dara ini sudah bergerak maju dan menyerang dengan hebat,
mengelebatkan pedangnya yang mengeluarkan sinar
menyilaukan mata. Can Kok cepat menutup kipasnya dan kini
dia menggunakan kipas itu sebagai senjatanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kipas di tangan Can Kok itu bukanlah kipas biasa.
Gagangnya teibuat dari pada baja aseli dan ujung gagang
kipas itu runcing sehingga kalau kipas itu ditutup merupakan
dua batang senjata runcing yang dimainkan secara luar biasa.
Memang inilah kelihaian tiga orang ketua Perkumpulan Kipas
Hitam itu, dan permainan kipas mereka sebagai senjata
ampuh memang amat terkenal. Kepandaian tunggal ini
mereka pelajari dari suhu mereka dan selama mereka
menjagoi di kalangan liok-lim jarang mereka menemukan
tandingan. Akan tetapi sekali ini Can Kok bertemu dengan Kui Eng,
murid Lui Sian Lojin yang belasan tahun yang lalu pernah
mengobrak-abrik sarang mereka, bahkan yang pernah
membunuh susiok mereka. Setelah bertempur selama
duapuluh jurus lebih, Kui Eng mulai dapat menekan permainan
kipas lawannya dengan gerakan pedangnya, Melihat hal ini
Can An dan Can Sam melang
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
kah maju hendak mengeroyok.
"Apakah kalian hendak bertempur seeara keroyokan "
Masih ada aku di sini !" Pek-bi Lojin berseru.
Can Sam memandang dengan muka merah dan merasa
ragu-ragu untuk maju. Akan tetapi Can An lalu mengebutkan
kipasnya dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah menyerang
Pek-bi Lojin dengan hebat. Kakek itupun cepat menggerakkan
goloknya menangkis dan sebentar saja mereka telah
bertempur dengan seru dan mati-matian. Melihat ini, Can Sam
lalu melompat maju, membantu Can An dan mengeroyok Pekbi Lojin. Namun kakek yang gagah
perkasa ini tidak menjadi
gentar, melainkan memutar goloknya secara cepat dan hebat
untuk melindungi tubuhnya dan juga untuk membalas
serangan dua orang lawannya.
Sementara itu, kepala dusun dan para penduduk dusun
yang menyerbu ke atas bukit, ketika melihat betapa secara
tiba - tiba dan tak terduga terdapat seorang gadis muda cantik
membantu mereka dan kini bahkan bertempur melawan Can
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kok yang menculik puteri kepala dusun itu, semua berdiri
menonton sambil tentu saja mengharapkan kemenangan di
fihak dara itu. Mereka sudah bersiap sedia untuk membantu
dan berkelahi mati-matian apabila anggauta Kipas Hitam turun
tangan mengeroyok. Melihat pertempuran antara tiga orang ketua gerombolan
melawan Pek-bi Lojin dan Kui Eng, orang-orang dusun itu
merasa tidak berdaya untuk membantu oleh karena setelah
lima orang itu bertanding, bayangan mereka lenyap dan
menjadi suram tertutup oleh berkelebatnya senjata-senjata
mereka yang sinarnya bergulung-gulung sehingga sukarlah
untuk membedakan mana kawan dan mana lawan. Oleh
karena itu, mereka hanya menonton saja dengan mata kabur
dan kagum. Biarpun ilmu kepandaiannya tinggi, namun Can Kok tidak
kuat juga menghadapi ilmu pedang dan kegesitan tubuh Kui
Eng yang sengaja melompat ke sana-sini mempermainkan
lawannya yang menjadi lelah dan pening karena harus
berputaran mengejar bayangan dan yang gerakannya amat
lincah dan cepat itu. "Robohlah !" Tiba-tiba Can Kok berseru keras sambil
membuka kipasnya. Ketika dia mengebut, dari ujung kipasnya
itu menyambar keluar tiga sinar hitam ke arah dada Kui Eng.
Itulah tiga batang jarum hitam yang amat berbahaya. Namun,
Kui Eng telah mendengar dari Pek-bi Lojin akan kelihaian dan
kecurangan ketua Kipas Hitam itu mempergunakan jarum
jarum rahasia yang disembunyikan di dalam kipas. Maka
1 begitu dia melihat sinar hitam menyambar cepat dia
mempergunakan pedangnya yang diputar dengan kecepatan
kilat untuk menangkis. Terdengar suara nyaring halus dan tiga
batang jarum itu tersampok runtuh semua.
"Heeeiiikkk !!" Can Kok berseru pula sambil menggerakkan
kipas. Kini terbang menyambar enam jarum, tiga meluncur ke
arah leher dan yang tiga batang lagi menyambar ke arah paha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng. Serangan ini demikian cepatnya dan tak terdugaduga, malah disusul dengan pukulan
kipas ke arah dada itu sehingga Kui Eng tidak sempat pula untuk menangkis semua
serangan yang datang dengan berbareng itu. Dia maklum
bahwa untuk menghindarkan ancaman maut itu dia harus
mengandalkan ginkangnya. "Haiiiitttt.......!" Dara itu mengeluarkan suara melengking
nyaring dan tiba-tiba tubuhnya sudah mencelat ke atas
dengan cepat sekali bagaikan seekor burung walet
menyambar ke atas. Sambil melompat, digerakkannya kedua
kakinya sehingga tubuhnya melayang ke depan dan melewati
atas kepala Can Kok dan semua serangan itu dapat
dielakkannya sekaligus ! Can Kok terkejut bukan main. Cepat dia nemutar kakinya
dan untung bahwa dia memutar tubuhnya cepat-cepat karena
pada saat itu Kui Eng sudah membalasnya dengan menyerang
secara bertubi-tubi. Dengan gemas sekali karena lawannya
mempergunakan senjata-senjata rahasia, kini Kui Eng
mengeluarkan jurus-jurus ilmu pedangnya yang paling lebat,
sama sekali tidak memberi kesempatan kepada lawan, apa lagi
untukmengeluarkan senjata rahasia, bahkan untuk bernapaspun Can Kok merasa tidak sempat. Demikian cepat
dan gencarnya datangnya serangan dari dara itu sehingga
ujung pedang itu seolah-olah telah berubah menjadi belasan
batang! Mata Can Kok menjuling karena bingung menghadapi
kecepatan ini, dia berusaha untuk memutar kipas menangkis.
"Brettl!!" Pedang Kui Eng membabat di tengah - tengah. kipas
sehingga kipas itu pecah dan ujung pedang yang membabat
kipas itu masih terus meluncur ke bawah, mengancam tangan
yang memegang gagang kipas!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid VIII "CROOK ......! Aughhh ...... !! "
2 Can Kok menjerit kesakitan,
kipasnya terlempar dan tangannya
terbacok hampir putus! Can Kok hendak melompat mundur, akan tetapi sebuah
tendangan kaki kiri Kui Eng
dengan cepat mengenai dadanya
sehingga dia roboh terguling tak
sadarkan diri. Dalam gemasnya,
Kui Eng melompat maju hendak
membunuh orang jahat itu, akan
tetapi tiba-tiba dari samping
menyambar pukulan yang hebat
hingga terpaksa dia membuang diri untuk menghindarkan diri
sambil memutar pedangnya membacok ke arah penyerangnya. "Trangggg ....!" Pedangnya bertemu dengan gagang kipas
yang dipergunakan oleh Cin Sam untuk menyerangnya tadi
ketika orang ini berusaha menolong kakaknya. Biarpun Can
Sam tidak berhasil melukai Kui Eng, akan tetapi dia telah
berhasil menolong nyawa kakaknya dengan serangannya tadi.
Ternyata bahwa dengan pengeroyokan mereka berdua, Can
An dan Can Sam berhasil mendesak Pek-bi Lojin sehingga
kakek yang gagah perkasa ini merasa kewalahan juga. Dia
hanya memutar-mutar goloknya untuk melindungi dirinya
tanpa kuasa membalas sedikitpun juga. Namun berkat ilmu
goloknya yang lihai, kedua saudara Can itu belum mendapat
kesempatan untuk merobohkannya karena golok yang diputar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu seolah-olah membentuk suatu dinding baja yang luar biasa
kokohnya. Kemudian mereka mendengar pekik Can Kok
sehingga Can Sam segera meloncat dan berhasil
menghindarkan Can Kok dari bahaya maut. Kini Kui Eng
bertanding melawan Can Sam yang tidak kalah lihainya
dibandingkan dengan orang pertama dari ketua Hek-san-pang
itu, bahkan tenaga lwee-kang dari si tinggi kurus ini luar biasa
kuatnya. Setelah ditinggalkan oleh Can Sam dan hanya menghadapi
seorang lawan saja, Pek-bi Lojin 3 memperlihatkan keunggulannya. Goloknya menyambar-nyambar bagaikan
halilintar di atas kepala Can An sehingga si kate ini menjadi
bingung dan terdesak hebat pertempuran seorang lawan
seorang ini terjadi dengan lebih seru lagi karena mereka
melakukan serangan mati-matian dan mengerahkan tenaga
dan kepandaian seadanya untuk merobohkan lawan.
Setelah kini hanya menghadapi Can An seorang, Pek-bi Lojin memperlihatkan kehebatannya. Goloknya menyambar dan tiba-tiba ketika kipas lawan menyambar ke arah kepalanya, dia melempar tubuh ke belakang lalu bergulingan dan goloknya menyambar-nyambar dari bawah. Itulah Tee-tong-to !
"Wuuuttt....... crakkk! Aduhhh......!" Can An menjerit dan paha kirinya
hampir putus terbabat golok Pek-bi Lojin. Akan tetapi pada saat itu, Pek-bi Lojin juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memekik kesakitan, karena ketika roboh, Can An
menyambitkan kipasnya yang mengenai pundak dan
menancap di pundak kakek itu. Inilah kepandaian istimewa
dari Can An. Sambitannya di lakukan pada saat dia
terpelanting roboh sehngga sama sekali tidak diduga oleh
lawan dan tenaga sambilannya ini kuat sekali. Berbareng
4 dengan robohnya Can An dan Pek-bi Lojin, kawanan Kipas
Hitam menyerbu dan Can Sam yang sudah merasa bingung
dan kewalahan menghadapi pedang Kui Eng yang amat lihai
itu cepat melompat mundur.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat kawanan perampok Kipas Hitam maju, orang-orang
dusun menjadi nekat dan bersorak gemuruh lalu maju pula
dan menyerang dengan senjata mereka secara membabi buta ! Kui Eng maklum bahwa
orang-orang dusun itu sama
sekali bukanlah lawan kawanan penjahat Kipas Hitam yang
pandai ilmu silat, maka dengan sekali lompatan saja dia telah
tiba di dekat tubuh Can An, menyeret rubuh ketua ke dua ini
dan dilemparkannya ke dekat tubuh Can Kok, kemudian
sambil menodongkan pedangnya dia membentak nyaring.
"Tahan semua senjata ! Can Sam, kalau kau tidak
perintahkan anak buahmu mundur, kedua orang kakakmu ini
akan kubunuh lebih dulu! " Kui Eng menempelkan pedangnya
secara bergantian di leher Can Kok dan Can An yang nasih
merintih-rintih kesakitan. Melihat ini Can Sam terkejut sekali.
"Jangan bunuh mereka.......!" teriaknya dan dia lalu
memberi tanda dengan suitan nyaring sehingga semua anak
buahnya lalu mengundurkan diri dan memandang kepada
ketua mereka dengan bingung dan khawatir.
"Can Sam, kita sudah berjanji untuk berkelahi dengan jujur
tanpa ada pengeroyokan. Kalau kau memang laki-laki yang
gagah, apabila engkau masih penasaran, marilah kau maju
dan kaulawan aku sampai penentuan terakhir! Akan tetapi
kalau kau hendak melakukan pengeroyokan dengan anak
buahmu, aku akan membunuh kedua orang saudaramu ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian akan kubasmi habis seluruh anak buahmu!" Ucapan
ini dikeluarkan dengan suara keras dan nyaring, dengan sikap
yang gagah sehingga kawanan Kipas Hitam menjadi
ketakutan. Melihat ini, Kui Eng makin berani dan semangatnya
bernyala-nyala. "Dengarlah, hai kalian para anggauta Kipas
Hitam. Aku adalah Kui Eng, murid terkasih dari suhu Lui Sian
Lojin yang dulu pernah memberi hajaran kepada kalian !
Setelah mendapat ampun dari suhu, ternyata sekarang kalian
melakukan kejahatan lagi. Maka, sekali lagi sekarang aku
memberi ampun kepada kalian asalkan kalian suka
membebaskan puteri kepala dusun itu dan membubarkan
perkumpulan Kipas Hitam yang jahat ini. Berjanjilah !"
Can Sam sebetulnya adalah seorang yang tidak suka
melakukan kejahatan dan dia hanya terbawa-bawa saja oleh
kedua orang kakak angkatnya. Kini melihat betapa kedua
orang kakaknya telah dirobohkan, maka habislah semangatnya
untuk melawan dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Melihat
kegagahan Kui Eng dan mendengar bahwa Kui Eng adalah
5 murid Lui Sian Lojin, maka dia dan kawan-kawannya menjadi
gentar, maka dia lalu menjawab, "Baiklah, lihiap. Kami
menurut dan harap lihiap mengampuni jiwa kedua orang
kakakku." "Bebaskan puteri kepala dusun itu ! " perintah Kui Eng dan
beberapa orang anak buah Kipas Hitam cepat memasuki
pondok dan tak lama kemudian mereka mengiringkan seorang
wanita muda yang cantik dan ketika wanita ini melihat
ayahnya, dia lari menubruk dan mereka berdua bertangistangisan.
"Sekarang kalian semua harus bubar dan meninggalkan
bukit ini. Kalau lain kali aku bertemu dengan seorang di antara
kalian dan melihat kalian berani melakukan kejahatan lagi,
jangan menyesal apa bila aku terpaksa-berlaku kejam !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Can Sam lalu memberi perintah dan semua anak buah
Kipas Hitam lalu bubar turun gunung, cerai-berai dan lari
mencari tempat baru. Sementara itu, beberapa orang dusun
lalu menolong Pek-bi Lojin yang hanya terluka kulit dan
dagingnya saja di bagian pundak dan tidak membahayakan
keselamatan nyawanya. Kemudian, barulah Kui Eng membebaskan Can Kok dan
Can An, membiarkan Can Sam dan beberapa orang kawannya
menolong mereka dan membawanya turun gunung. Orangorang dusun dengan dikepalai oleh lurah
mereka lalu membakari semua pondok gerombolan yang telah ditinggalkan
oleh para penghuninya itu.
Kemudian beramai-ramai turun gunung, mengiringkan Kui
Eng dan memanggul tubuh Pek-bi Lojin yang terluka. Kui Eng
dipuji-puji dan dihormati sebagai seorang pahlawan dan
namanya menjadi bahan sanjungan setiap orang. Oleh karena
sepak terjangnya yang gagah perkasa dan pakaiannya yang
berwarna hijau itu, maka orang-orang kampung memberi
julukan Ceng-liong Lihiap (Pendekar Wanita Naga Hijau)
kepadanya. Dia disebut naga karena sepak terjangnya tiada
ubahnya seekor naga sakti yang mengamuk dan membasmi
orang-orang jahat. Pek-bi Lojin juga menerima penghormatan dan perawatan
dari para penduduk dusun. Kakek ini menghaturkan banyak
terima kasih kepada Kui Eng yang dijawab oleh dara perkasa
itu dengari merendahkan diri. Setelah berpamit dari Pek-bi
Lojin, Kui Eng lalu meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan
perjalanannya. Kui Eng merasa bimbang sekali karena dia tidak tahu harus
pergi kemana. Menurut keinginan hatinya, dia hendak
menyusul Ang Min Tek ke kota raja karena bayangan pemuda
pelajar itu selalu teringat olehnya. Akan tetapi dia merasa
berduka kalau teringat akan ibunya. Setelah sedemikian
lamanya dia merantau, belum juga dia dapat mencari jejak
6 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya. Maka dia lalu mengambil keputusan untuk menuju ke
kota raja dengan jalan memutar dari barat, agar dia dapat
melalui tempat-tempat yang belum pernah didatanginya untuk
mencari-cari jejak ibunya,dan juga untuk meluaskan
pengalamannya. (Oo-bud_dwkz-234-oO) Kini tiba giliran Gan Beng Han yang perlu kita ikuti
perjalanannya. Seperti telah kita ketahui, murid pertama dari
Lui Sian Lojin ini merasa berduka sekali setelah dia
ditinggalkan oleh sute dan sumoinya. Dia merasa bersedih
karena sikap Kui Eng yang ternyata tidak mencintainya seperti
yang dia dengar dari penuturan Beng Lian adiknya. Dan dia
merasa khawatir karena sutenya, Bun Hong pergi seorang diri
ke kota raja. Dia maklum akan keberanian Bun Hong,
keberanian yang kadang-kadang terlalu sehingga meninggalkan kehati-hatian yang mungkin sutenya itu dapat
terancam bahaya. Oleh karena itu, dia lalu berangkat
meninggalkan ibu dan adiknya untuk menyusul Bun Hong ke
kota raja. Di sepanjang perjalanan itu dia selalu teringat kepada Kui
Eng dan dengan segala kekuatan batinnya dia menindas
perasaan sedih dan kecewa di dalam hatinya. Lagu cinta
memang selalu mengandung nada-nada sedih dan kecewa, di
samping nada-nada bahagia gembira, mengandung sorga dan
juga neraka. Mengapa"
Cinta ............ dari manakah anda datang tiba - tiba saja melalui mata memandang cinta memenuhi hati Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencipta sorga teramat indah
mengintai di balik senyum si dia
menyelinap di dalam gairah membara ......
Cinta ............ ke manakah anda pergi membawa segala keindahan mimpi
melempar hati ke dasar neraka
penuh kecewa dan duka nestapa
hilanglah semua harapan lenyaplah segala gairah
7 yang ada hanya pedih merana .........
Beng Han teringat betapa bahagia hidupnya beberapa saat
yang lalu, ketika dia masih dekat dengan sumoinya, dengan
dara yang di cintainya. Dan tiba-tiba saja, dalam waktu sedetik
semenjak dia tahu bahwa Kui Eng tida mencintanya, seakanakan hancurlah segala-galanya dan
kehidupan berubah menjadi derita dan siksa hati.
Mengapa demikian " Mengapa cinta hanya menjadi
semacam permainan antara suka dan duka " Antara sorga dan
neraka " Dan lebih banyak dukanya dari pada sukanya yang
dibawa oleh cinta " Mengapa cinta tidak dapat kekal"
Mengapa selalu timbul saja konflik bahkan sampai dengan
perpecahan di antara orang-orang yang tadinya mengaku
saling mencinta. Mengapa pula cinta menghancurkan hati
orang yang tidak menerima balasan cinta, mendatangkan
derita batin bagi orang yang mencinta sefihak saja "
Mengapa" Kita sudah terlalu mengotori kata "cinta" dengan berbagai
penafsiran sehingga cinta yang sejati menjadi suram dan tidak
nampak lagi. Yang biasa menempel di bibir kita sebagai cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih, sebagai cinta suci dan sebagainya, yang menjadi
kembang bibir di antara pria dan wanita, di antara sahabat, di
antara orang tua dan anak, di antara manusia dengan
Tuhannya, antara manusia dengan para dewanya, antara
manusia dengan kebangsaannya, negaranya, dan sebagainya,
kata "cinta" yang kita obral dau yang dengan mudah sekali
kita ucapkan itu, sesmgguhnya patut kita selidiki lagi apakah
semua itu benar-benar cinta !
Tidak mungkin menyelidiki pernyataan cinta orang lain,
akan tetapi sudah jelas bahwa kita dapat menyelidiki
pernyataan cinta kita sendiri dan mari kita sama menjenguk
dan menyelami ! Si suami berkata kepada isterinya, atau isteri kepadi
suaminya, "Aku cinta padamu", akan tetapi di dalam
pernyataan cinta ini biasanya terkandung sebab dan pamrih.
Aku cinta padamu karena engkaupun cinta padaku, atau aku
cinta padamu karena engkau memuaskan hatiku, melayaniku,
menyenangkan hatiku. Jadi pada hakekatnya, cinta macam ini
adalah suatu jual beli saja. Kita membeli dengan cinta untuk
mendapatkan kesenangan! Marilah, kita bersikap jujur dan
meneliti diri sendiri. Tidakkah demikian keadaannya "Dan
kalam pada suatu waktu, si dia yang kita cinta karena
pelayanannya itu, baik sex, sikap manis, uang, atau apa saja,
menolak untuk memberi pelayanan itu, maka kitapun menjadi
marah ! Dan cintapun kabur entah ke mana! Cinta seperti itu
sifatnya hanya merupakan jembatan untuk penyeberangan
kita ke arah kesenangan ! Cinta seperti itu membuat kita ingin
8 menguasai, memiliki, dimiliki, memberi, diberi, dan terutama
sekali mengikat dia yang kita cinta itu kepada kita, menjadi
milik kita dengan hak penuh dan tidak boleh diganggu gugat
oleh siapapun juga ! Dan kalau pada suatu waktu dia yang
kita cinta itu bermanis-manis dengan pria atau wanita lain,
marahlah kita, dan perceraianpun terjadilah, cinta kita seperti
itu hanya merupakan api yang dihidupkan dengan bahan
bakar berupa kesenangan untuk diri kita sendiri. Api itu masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernyala selama bahan bakarnya masih ada. Kita masih
mencinta selama dia yang kita cinta itu masih mendatangkan
kesenangan, akan tetapi kalau bahan bakar itu habis, cintapun
padamlah, bahkan kadang-kadang, sebagai akibat akibat
cemburu dan sebagainya, "cinta" kita itu malah bisa saja
berubah menjadi "benci"! Apakah yang demikian itu benarbenar cinta sejati"
Sama halnya dengan cinta kita terhadap sahabat. Sahabat
yang sudah seribu kali melakukan hal yang menyenangkan
hati kita, kita cinta, akan tetapi satu kali saja dia melakukan
hal tidak menyenangkan, maka cinta kita luntur, mungkin
berubah menjadi benci. Cinta antara sahabat macam inipun
pada dasarnya hanyalah digerakkan oleh nafsu ingin
menyenangkan diri kita sendiri saja.
Demikian pula pengakuan cinta kita terhadap orang tua
atau anak, terhadap Tuhan, pada dewa, terhadap bangsa,
negara dan sebagainya. Pernahkah kita meneropong apa yang
menjadi dasar dari pada perasaan cinta kita itu" Apa bila
dibaliknya bersembunyi pamrih atau sebab karena kita ingin
senang, baik kesenangan lahir maupun kesenangan batin,
maka itu hanyalah jual beli saja dan karenanya palsu adanya.
Dan sudahlah pasti bahwa cinta yang seperti itu hanya
mendatangkan konflik, seperti kesenangan macam apapun,
mendatangkan puas kecewa, suka duka, tawa dan tangis.
Karena cinta seperti itu pada hakekatnya hanyalah pengejaran
kesenangan belaka, dan seperti setiap bentuk pengejaran
kesenangan, kalau terdapat membosankan dan kalau tidak
terdapat menimbulkan kecewa.
Cinta bukanlah sex semata, Cinta bukanlah kewajiban
beiaka, Cinta bukanlah pengorbanan saja. Cinta bukanlah ini
atau itu. Cinta tidak mungkin dapat digambarkan karena yang
dapat digambarkan itu hanyalah benda mati, Cinta adalah
hidup. Yang mengatakan bahwa cinta itu begitu atau begini
hanya merupakan orang-orang yang sombong, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernyataan itu hanya merupakan pendapat-pendapat belaka
Cinta bukanlah pendapat, karena setiap muncul pendapat,
sudah pasti ada pendapat lain yang akan menentangnya.
9 Cinta seperti kebenaran. Tak dapat dimiliki, tidak dapat
dipupuk, tidak dapat dipelajari, akan tetapi meliputi seluruh
alam mayapada. Kita dapit mengenal apa yang BUKAN cinta,
dan kalau yang BUKAN cinta itu kita buang semua, tiada yang
ketinggalan, maka barulah terbuka kemungkinan kita
mengenal apa yang kita namakan CINTA KASIH. Benci bukan
cinta, cemburu bukan cinta, keinginan menyenangkan diri
sendiri bukan cinta. Jelas bahwa kemarahan, iri hati, dengki,
tamak, permusuhan, semua ini merupakan awan - awan gelap
yang menutupi dai menyembunyikan sinar dari cinta kasih.
Bukan berarti bahwa kita harus menolak kesenangan. Sama
sekali tidak ! Kesenangan adalah wajar. Akan tetapi yang
berbahaya adalah PENGEJARAN terhadap kesenangan itulah!
Kesenangan akan muncul sepenuhnya, dengan indahnya,


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanpa pengejaran, di mana ada cinta kasih, dan mungkin
sudah tidak tepat pula dinamakan kesenangan. Tanpa cinta
kasih, sex merupakan alat pemuas nafsu berahi belaka dan
pengejarannya mendatangkan hal-hal yang kotor dan jahat.
Akan tetapi, segala sesuatu, juga sex berubah menjadi lain
sama sekali dalam sinar cinta kasih. Segala sesuatu yang kita
lakukan akan bersih dan indah, karena sudah bebas dari
pamrih menyenangkan diri yang bukan lain hanyalah
pelampiasan nafsu-nafsu belaka, yang kasar dan yang halus,
yang badaniah dan yang rohaniah.
Gan Beng Han adalah seorang pemuda yang gagah. Namun
diapun masih terlihat oleh arus yang mengguncangkan
kehidupan seluruh manusia di dunia ini, yaitu arus
pementingan diri sendiri, pengejaran kesenangan diri pribadi.
Oleh karena itu, kecewa dan berdukalah hatinya karena Kui
Eng tidak membalas cinta kasihnya! Dia bukan berduka
UNTUK orang yang dicinta! Melainkan berduka UNTUK diri
sendiri yang tidak memperoleh apa yang diinginkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, diam-diam Beng Han juga merasa kasihan
kepada Bun Hong karena menurut cerita Beng Lian, Kui Eng
mengaku pula bahwa dia tidak mencinta kepada pemuda itu,
padahal dia maklum bahwa sutenya itu juga jatuh cinta
kepada Kui Eng seperti dia pula. Dia merasa kasihan dan juga
terharu mengingat akan pengorbanan sutenya yang sengaja
menjauhkan diri dan mengalah kepadanya, dan dia dapat
membayangkan betapa hancur dan kecewa pula hati sutenya
itu. Beng Han tersenyum sedih, mentertawakan diri sendiri.
Dia dan sutenya menjadi korban asmara, dan orang yang
membuat mereka kecewa dan berduka itu bukan lain adalah
sumoi mereka sendiri! Betapa menyedihkan. Padahal mereka
bertiga adalah saudara-saudara seperguruan yang sejak kecil
hidup bersama dengan penuh keakraban dan kesetiakawanan.
Dia merasa menyesal mengapa cinta begitu usil, menggoda
10 hati dia dan sutenya sehingga tiga orang saudara seperguruan
yang tadinya begitu akrab kini menjadi cerai-berai.
Beng Han teringat akan adiknya dan dia merasa girang
bahwa Beng Lian telah mendapatkan seorang calon suami
seperti Yap Yu Tek yang gagah perkasa. Diam-diam dia
berdoa semoga nasib adiknya itu lebih baik dari pada
nasibnya! Begitulah kita manusia selalu melemparkan sepala
kegagalan yang kita hadapi kepada NASIB! Semenjak kecil kita
dilolohi kata "nasib" ini sehingga kita selalu mengatakan
bahwa nasib kita sedang mujur, nasib kita sedang buruk dan
sebagainya. Apakah "nasib" itu " Ada yang menghubungkannya dengan "kehendak Tuhan". Jadi
kehendak Tuhankah bahwa kita harus celaka atau kita harus
beruntung" Jadi kita ini apa" Benda-benda mati" Kita selalu
menggunakan kata "nasib" untuk menghibur, untuk menutupi
penyesalan kita, kekecewaan kita, juga untuk menutupi iri hati
kita. Kita tidak berani membuka mata memandang kelemahan
kita sendiri, hati yang penuh dengan kecewa dan iri ini.
Kecewa kalau kita rugi dan iri kalau melihat orang lain untung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu kita menutupinya dengan kata-kata "sudah nasibku" atau
"sudah nasib dia". Seperti keadaan Beng Han itu. Nasibkah
yang menentukan sampai dia kecewa" Nasibkah yang
membuat dia berduka" Betapa menggelikan, namun sungguh,
kalau kita mau membuka mata, kita sendiri setiap saat
bermain-main dengan kata nasib ini, baik melalui mulut
ataupun hanya dibisikkan di dalam hati saja. Dan ketahyulan
yang dungu dan picik ini kita pelihara semenjak kita kecil
sampai akhirnya kita tunduk dan menghambakan diri kepada
NASIB ! Seolah olah kita tidak kuasa atas diri kita sendiri, atas
kelakuan kita sendiri, melainkan diatur oleh nasib. Padahal,
seperti dapat kita lihat dari keadaan Beng Han, Tidak ada
permainan nasib di situ, yang ada hanyalah permainan dirinya
sendiri. Dia mengharapkan sesuatu, mengharapkan cinta Kui
Eng harapannya tidak tercapai, dia kecewa dan berduka. Eh,
kenapa dia mengatakan nasibnya buruk " Kalau dia tidak
mengejar sesuatu, dia tidak akan kecewa, dan tidak akan ada
pula yang dinamakan nasib buruk. Jadi nasib berada di tangan
kita sendiri ! Beng Han yang sedang dirundung kepedihan hati itu
mengharap agar pertunangan adiknya tidak akan mengalami
11 gangguan. Akan tetapi, ketika dia
mengenangkan pertunangan adiknya, teringatlah dia akan ucapan ibunya
bahwa pernikahan adiknya itu tidak akan dapat dilangsungkan
sebelum dia yang menjadi kakaknya itu menikah lebih dulu!
Beng Han menghela napas berat. Selain Kui Eng, gadis
manakah yang akan dapat menawan hatinya "
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali dia sudah memasuki
sebuah dusun yang besar dan cukup ramai. Dusun Kiongnam-teng ini memang memiliki daerah
yang subur dan para petani di dusun itu dapat hidup cukup lumayan karena hasil
sawah ladang mereka selalu baik. Karena baiknya hasil bumi
ini, maka dusun itu makin lama makin ramai, dan
perdagangan berjalan dengan lancar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Beng Han masuk ke dalam dusun, dia merasa heran
mengapa pada hari itu tidak nampak seorangpun di sawah
yang subur itu. Ketika dia memasuki dusun dan melewati
rumah-rumah penduduknya, dia melihat para petani duduk
berkelompok di depan rumah seperti sedang membicaiakan
sesuatu yang amat penting dengan wajah penuh kekhawatiran
dan kemarahan. Beng Han merasa heran dan ingin sekali tahu
apa yang terjadi, akan tetapi dia sebagai seorang asing
merasa kurang sopan untuk bertanya-tanya karena tidak baik
mencampuri urusan orang lain.
Akan tetapi karena dia dapat menduga bahwa tentu telah
terjadi atau akan terjadi sesuatu yang hebat hingga orangorang dusun itu tidak pergi ke sawah pada
hari itu, maka dia mengambil keputusan untuk berdiam di dusun itu dan melihat
apakah gerangan yang terjadi. Setelah matahari naik tinggi,
tiba-tiba para penghuni dusun itu keluar dari rumah dan
mereka menuju kesebuah tempat terbuka di sudut dusun,
berkumpul di situ. Tak lama kemudian, dari jurusan timur
datang serombongan orang yang kedua tangannya
terbelenggu seperti orang-orang tawanan dan mereka
diiringkan oleh dua orang. Yang seorang berpakaian seperti
seorang tosu dan yang seorang lagi berpakaian seperti
seorang perwira tinggi. Melihat ini Beng Han tidak dapat menahan keinginan
tahunya lebih lama lagi, maka dia lalu mendekati seseorang
petani tua dan berbisik kepadanya, " Lopek, sebetulnya
apakah yang sedang terjadi" Siapakah mereka yang ditawan
itu dan siapa pula tosu dan perwira itu" " Dia mengira bahwa
tawanan-tawanan itu tentulah penjahat-penjahat yang
tertangkap. Kakek petani itu menarik napas panjang, lalu menjawab
dengan bisikan pula, "Kongcu, agaknya kongcu adalah
seorang pendatang dari jauh maka tidak tahu akan artinya
12 semua ini. Perwira dan tosu itu adalah utusan-utusan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan dan mereka datang untuk memberi hukuman kepada
kepala dusun kami dan semua petugas yang memerintah
dusun kami," Beng Han menduga bahwa kepala dusun beserta para
pembantunya itu tentu telah melakukan semacam kejahatan
maka akan dihukum oleh utusan dari kota raja. Akan tetapi
kalau demikian halnya, kiranya para penduduk itu tidak akan
kelihatan berduka, bahkan sepatutnya bergirang.
"Kejahatan apakah yang telah mereka lakukan" " tanyanya
penasaran. "Kejahatan" " kakek itu mengulang perkataan itu dengan
muka sedih. "Bukan kejahatan yang mereka lakukan, bahkan
karena mereka melakukan kebaikan, maka sekarang mereka
akan menerima hukuman ! "
Tentu saja Beng Han terkejut dan terheran sekali
mendengar ini dan dia memandang kepada kakek itu dengan
mata terbelalak. "Aneh sekali ! " katanya dengan agak keras
sehingga banyak orang menoleh dan memandang kepadanya.
"Bagaimana orang yang melakukan kebaikan dijatuhi
hukuman " " "Ssttt .... jangan keras-keras, kongcu, kalau terdengar oleh
mereka, kita akan dihukum pula, Kepala dusun kami adalah
seorang berhati mulia yang membela kami dan dengan diamdiam dia mengurangi pemungutan
pajak sawah dan di dalam pelaporannya dia memperkecil jumlah dan luas sawah ladang
kami. Akan tetapi celaka, perbuatannya yang hendak
menolong kami itu diketahui oleh pembesar-pembesar
atasannya sehingga sekarang datang dua orang utusan dari
kota raja untuk menjatuhkan hukuman kepada dia dan para
pembantunya. " Beng Han merasa penasaran dan juga timbul rasa kasihan
terhadap para petugas yang biarpun melakukan penyelewengan tehadap tugasnya akan tetapi bukan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimakan sendiri melainkan untuk meringankan beban rakyat
yang dipimpinnya itu. "Hukuman apakah yang akan dijatuhkan
kepada mereka " "
"Entahlah, akan tetapi kami mendengar bahwa kepala
dusun akan dijatuhi hukuman limapuluh kali cambukan
13 sedangkan para pembantunya tigapuluh kali."
Sementara itu, rombongan orang yang dibelenggu itu telah
sampai di tengah lapangan. Mereka terdiri dari tujuh orang
laki-laki yang sudah berusia empatpuluh tahun lebih, dan
mereka semua menundukkan muka, kemudian terdengar
bentakan si perwira dan mereka bertujuh segera menjatuhkan
diri berlutut di atas lapangan.
Perwira tinggi besar tadi menggiring mereka lalu
memandang kepada semua orang dusun yang berkumpul dan
berdiri di sekeliling tempat itu. Kemudian dia berkata dengan
suara lantang, "Kalian lihatlah baik-baik ! Tujuh orang ini telah
melakukan kecurangan dan mencatut hasil negara, mereka
adalah pengkhianat-pengkhianat yang merugikan Negara.
Menurut patut,mereka harus dihukum mati ! Akan tetapi, Thio
taijin yang berwenang dalam urusan ini telah memperlihatkan
kebesaran dan kemurahan hatinya dan hanya menjatuhi
hukuman cambuk saja. Biarlah hukuman ini menjadi contoh
bagi semua orang yang berani membangkang dan melakukan
kecurangan dalam hal pembayaran pajak !"
Setelah berkata demikian perwira itu lalu memberi tanda
kepada seorang tentara untuk melaksanakan tugasnya. Baju
kepala dusun dan para pembantunya ditanggalkan hingga
tubuh atas mereka menjadi telanjang. Tujuh orang anggauta
tentara yang menjadi algojo sudah siap dengan cambuk
masing-masing di tangan kanan, menanti tanda.
Perwira tinggi itu mengangkat tangan kanan ke atas dan
terdengarlah bunyi cambuk berdetak-detak memekakkan
telinga seperti serombongan penggembala sedang membunyikan cambuk mereka untuk menggiring kerbauTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerbau ke kandang. Akan tetapi segera terdengar suara pekik
dan rintihan kesakitan. Mana orang-orang tua dapat menahan
cambukan yang dilakukan dengan sekuat tenaga itu " Baru
sepuluh kali cambukan saja pada punggung yang telanjang
sehingga kulit punggung terkelupas, dua orang di antara
mereka telah menjadi lemas dan roboh pingsan !
Beng Han tidak dapat mengendalikan perasaan hatinya
lebih lama lagi. Hatinya lebih condong kepada kepala dusun
dan para pembantunya yang oleh kakek dusun tadi diceritakan
sebagai orang-orang yang berhati mulia dan membela para
penghuni dusun, dan yang kini menerima hukuman berat. Dia
tahu bahwa orang-orang dusun yang bertubuh lemah ini, apa
lagi di antara mereka banyak yang sudah tua, kalau menerima
hukuman cambuk seperti itu lebih lama dan dibiarkan saja
14 tentu tidak akan kuat dan akan tewas.
Dengan bentakan marah pemuda ini melompat, sekali
bergerak dia telah berada di depan seorang algojo yang
melaksanakan tugas menghukum itu dan sekali tangannya
meraih, cambuk itu telah dirampasnya. Algojo yang bertubuh
tinggi besar itu terkejut, marah dan hendak memukul, akan
tetapi Beng Han menampar dan tangannya menyambar kepala
orang itu. Si algojo terpelanting dan bergulingan di atas tanah
sambil memegangi kepalanya dan meraung-raung karena
kepalanya terasa nyeri sekali seperti terpukul besi saja !
Perwira tinggi besar dan tosu yang mengawal para
hukuman itu bukanlah orang-orang sembarangan. Mereka itu
adalah jagoan-jagoan utama di antara kaki tangan Thiothaikam yang sedang bertugas memeriksa
dan menghukum kepala kampung di dusun Kiong-nam-teng itu karena kepala
dusun ini terlalu membela rakyatnya. Perwira tinggi besar itu
bukan lain adalah Bong Kak Im, kakak dari Bong Kak Liong.
Perwira ini lihai bukan main dan dalam deretan para pembantu
Thio - thaikam, dia adalah termasuk jago nomer dua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adapun Bong Kak Im dan Bong Kak Liong itu adalah tokohtokoh dari Hoa-san-pai yang telah


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki tingkat ilmu kepandaian yarig tinggi sekali, akan tetapi sayang bahwa
keduanya adalah murid-murid murtad yang telah melakukan
penyelewengan sehingga mereka diusir dan tidak diakui lagi
oleh partai persilatan Hoa-san-pai yang terkenal. Kedua kakak
beradik ini tentu saja tidak akan berani bersikap sewenangwenang karena mereka selalu diawasi
oleh bekas perguruan silat mereka. Akan tetapi, semenjak mereka memperoleh
kedudukan, terpakai oleh Thio thaikam dan menjadi perwiraperwira kepercayaan pembesar itu,
tentu saja kedudukan mereka menjadi kuat, berkuasa dan terlindung sehingga
selanjutnya Hoa-san-pai sama sekali tidak berani mencampuri
urusan mereka! Siapa yang berani menentang dua orang
perwira Bong yang menjadi kepercayaan Thio-thaikam itu"
Salah-salah bisa dicap pemberontak dan dibasmi oleh pasukan
pemerintah! Adapun tosu yang ikut menjalankan tugas menghukum
kepala dusun itu bukan lain adalah Tek Po Tosu, kakek yang
amat lihai dan menjadi pelindung atau pembantu utama dari
Thio-thaikam. Tek Po Tosu ini adalah seorang murid yang
telah tidak diakui lagi oleh partai persilatan Kong-thong-pai di
lereng Pegunungan Kun-lun. Seperti halnya kedua orang
saudara Bong itu, setelah dia menjadi kepercayaan Thiothaikam, tidak ada lagi orang yang berani
menentangnya dan Kong - thong - pai terpaksa pura pura tidak mengenal tosu ini.
Perwira Bong Kak Im merasa marah sekali melihat
munculnya seorang pemuda gagah dan tampan dan yang
15 lancang sekali berani menyerang algojo yang sedang
menjalankan pekerjaannya.
"Bangsat rendah, apakah engkau hendak memberontak?"
bentaknya sambil melangkah maju menghampiri Beng Han.
"Perwira kejam, jangan kau menggunakan kedudukan
untuk menyiksa orang baik-baik!" Beng Han balas membentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menentang pandang mata mengancam dari perwira itu
dengan berani. Kedua bola mata Bong Kak Im yang besar itu berputaran
mendengar ucapan pemuda itu "Bocah gila! Tidak tahukah
engkau bahwa kau sedang berhadapan dengan seorang
perwira dari kota raja" Kau tidak tahu siapa aku, hah?"
"Tentu saja aku tahu siapa adanya orang macam engkau
ini," jawab Beng Han marah. "Engkau adalah seorang perwira
bayaran yang kejam dan ganas, yang menganggap bahwa di
dunia ini tidak ada orang lain yang akan berani menentangmu!
Engkau mengandalkan kedudukan untuk bertindak sewenangwenang terhadap rakyat jelata! Akan
tetapi aku, Gan Beng Han, sama sekali tidak takut kepada seorang manusia iblis
macam engkau!" "Kurang ajar!" Bong Kak Im yang selamanya dihormati
orang itu tentu saja menjadi marah bukan main. Sambil
membentak, dia sudah menerjang maju, memukul dengan
tangan kanannya. Pukulannya kuat dan cepat sekali
datangnya. Akan tetapi Beng Han sudah bersiap sedia. Cepat dia
mengelak dan membalas dengan serangan yang cepat pula.
Diam - diam Bong Kak Im terkejut dan menangkis pukulan
pemuda itu. Tadinya Bong Kak Im memandang rendah
pemuda ini yang dianggapnya seorang pemuda biasa saja
yang tahu akan sedikit ilmu silat dan hendak kegagahgagahan seperti pendekar. Akan tetapi begitu
melihat gerakan Beng Han ketika mengelak dari pukulannya dan balas
menyerang, tahulah dia bahwa pemuda ini bukanlah orang
yang boleh dipandang ringan begitu saja. Kini timbul
dugaannya bahwa agaknya pemuda inilah yang menjadi
tulang punggung sehingga lurah dan para petugas di dusun
itu berani membangkang perintah. Agaknya pemuda inilah
yang mendatangkan keberanian dalam hati mereka yang
menganggap telah mempunyai seorang jagoan yang pandai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Kiranya engkau ini agaknya yang berdiri di
belakang mereka!" bentaknya dan kini Bong Kak lm
mengeluarkan teriakan keras sekali dan tiba - tiba dia telah
mencabut keluar sepasang senjatanya yang luar biasa
16 dahsyatnya dan yang mengerikan hati orang-orang yang
melihatnya. Sepasang senjata itu adalah sepasang kapak
besar dan tajam sekali sehingga ketika dia menggerakkan
sepasang senjata itu, nampak sinar berkilauan menyilaukan
mata. Sepasang senjata itu diputar-putar, mengeluarkan suara
mengaung bagaikan auman harimau yang marah dan Bong
Kak Im sengaja mainkan kedua buah senjata itu selain untuk
memamerkan ilmu kepandaiannya yang hebat, juga untuk
menggetarkan hati lawannya.
Orang-orang dusun yang melihat perwira itu memutarmutar sepasang senjata yang demikian
mengerikan, tak terasa lagi mengeluarkan suara ketakutan dan mereka mundur
menjauh. Hal ini membuat hati Bong Kak Im bangga bukan
main. Akan tetapi, Beng Han hanya tersenyum tenang dan
pemuda inipun lalu mencabut pedangnya dan menghadapi
lawan dengan pedang melintang depan dada.
Sikap pemuda ini yang ternyata tidak gentar melihat
sepasang kapaknya, bahkan men cabut pedang dan
menantang tanpa kata, kemarahan Bong Kak Im menjadi
makin berkobar. Dia mengeluarkan seruan keras seperti
biruang menggeram, lalu menerjang sambil mengobat-abitkan
sepasang kapaknya, menyerang ke arah kepala dan pinggang
Beng Han. Agaknya, sekali bacok saja oleh kapak yang lebar
dan tajam itu, kepala pasti akan terbelah dan pinggang akan
putus! Beng Han memiliki ketenangan dan kewaspadaan, dia
tidak menjadi gentar menghadapi serangan sepasang senjata
yang amat kuat dan ganas itu, seperti seekor naga sakti
muncul dari tengah samudera, Beng Han menghadapi
sepasang kapak lawan dengan elakan dan tangkisan yang
teratur dan rapi sekali. Langkah-langkah kakinya tegap dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap, gerakannya kokoh kuat dan tangkisannya disertai
tenaga yang dahsyat. Bong Kak Ini merasa heran sekali oleh karena setiap kali
kapaknya kena tertangkis, dia merasa tangannya tergetar.
Bukan main hebatnya tenaga pemuda ini yang mampu
menggetarkan tangannya. Padahal, kapaknya telah dia
gerakkan dengan pengerahan sinkang, dan jarang ada orang
yang mampu menangkis kapaknya itu, apa lagi kalau
tangkisan itu hanya dilakukan dengan sebatang pedang,
senjata yang ringan. Hal ini membuktikan bahwa pemuda
yang dihadapinya ini benar-benar bukan orang sembarangan
saja dan dia makin merasa heran, akan tetapi juga merasa
penasaran sekali. Malu sekali rasanya kalau sampai dia tidak
mampu mengalahkan pemuda ini, apa lagi pertempuran itu
ditonton oleh banyak penghuni dusun, apa lagi oleh lurah dan
para pembantunya, yang tentu akan girang sekali kalau
sampai dia kalah. Maka dia lalu mengeluarkan geramangeraman hebat bagaikan seekor harimau
17 marah. Bong Kak Im mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk merobohkan
pemuda itu. Di lain fihak, Beng Han juga terkejut bukan main
menyaksikan kelihaian lawannya. Dia tidak pernah menduga
bahwa perwira yang menjadi utusan Thio-taijin ini sedemikian
tangguhnya. Diam-diam dia mengeluh karena kalau di kota
raja terdapat banyak perwira yang setangguh ini, maka pasti
Bun Hong akan mengalami bencana besar. Baru saja dia
membagi pikirannya teringat akan bahaya yang mengancam
Bun Hong, hampir saja lambungnya terobek oleh ujung kapak
yang menyambar. "Trangggg........!" Untung dia masih dapat menangkis dan
tangannya kesemutan ketika pedang itu bertemu dengan
kapak secara keras sekali.
Beng Han lalu mencurahkan seluruh perhatiannya dan
memainkan pedangnya sebaik mungkin. Dia maklum bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawannya ini tangguh bukan main. Untuk dapat menjatuhkan
lawan yang jelas memiliki ilmu kepandaian yang tidak berada
di sebelah bawah tingkat kepandaiannya sendiri, dia harus
menyerangnya dengan serangan-serangan maut dan kalau
perlu menewaskannya, karena kalau tidak, tentu dia sendiri
yang akan celaka. Maka Beng Han lalu mengubah gerakan
pedangnya yang kini lenyap bentuknya, berubah menjadi
segulung sinar terang yang menyambar-nyambar ganas. Sinar
pedangnya berkelebat bagaikan kilat menyambar dan mencari
lowongan di antara gulungan sinar dua batang kapak itu,
sehingga Bong Kak Im terpaksa harus berlaku hati-hati dan
melakukan perlawanan sambil mundur karena ujung pedang
lawannya itu beberapa kali hampir saja menusuk lehernya!
Pertandingan menjadi makin seru dan hebat, semua mata
para penonton yang terdiri dari orang-orang biasa itu menjadi
kabur dan silau oleh sinar-sinar senjata dan mereka merasa
ngeri mendengar bunyi berdesing-desing dan mengaungngaung, apa lagi ditambah dengan
sambaran angin yang bersuitan. Tek Po Tosu kehilangan sabarnya ketika melihat betapa
Bong Kak Im belum juga dapat merobohkan pengacau itu,
bahkan mendesakpun tidak mampu. Tosu ini lalu melompat
dan mengirim serangan dengan kebutan ujung lengan bajunya
ke arah leher Beng Han. Pemuda ini terkejut sekali karena
kebutan lengan baju itu mengandung tenaga sinkang yang
amat besar. Dia cepat menangkis dengan sampokan tangan
kirinya yang dikerahkan dengan tenaga sinkang sekuatnya dan
kebutan ujung lengan baju itu terpental. Terkejutlah Tek Po
Tosu dan kini mengertilah dia mengapa Bong Kak Im tidak
mampu mendesak pemuda ini karena memang pemuda ini
18 memiliki ilmu kepandaian yang tinggi. Jelas pemuda ini bukan
pemuda dusun itu. Dia merasa terheran, karena dari mana
datangnya seorang pemuda yang demikian lihainya "
"Tahan dulu!" seru Tek Po Tosu dengan nyaring sambil
mencabut siang-kiamnya, yaitu sepasang pedang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan sinar berkeredepan, meloncat ketengah medan
pertempuran dan menahan kedua orang yang sedang
bertanding itu dengan sepasang pedangnya. Bong Kak Im
melompat ke belakang dan juga Beng Han tidak mau
mengejar. Dia berdiri melintangkan pedang di depan dada dan
memandang tajam kepada tosu yang lihai sekali itu.
"Orang muda, sebetulnya apakah kehendakmu membuat
kekacauan ini?" tanya Tek Po Tosu dengan suara halus.
Melihat sikap orang yang halus dan melihat pula bahwa
yang dihadapinya adalah seorang berpakaian pendeta atau
pertapa, maka Beng Han juga menjawab dengan sikap sopan.
"Totiang, sebagai seorang pendeta tentu totiang tahu betul
tentang perikemanusiaan. Saya datang mencampuri urusan ini
tiada lain karena terdorong oleh rasa perikemanusiaan.
Pembesar atasan telah melakukan pemerasan terhadap rakyat
kecil, terutama para petani miskin dengan memasang tarip
pajak yang mencekik leher. Itu namanya perbuatan yang
melanggar perikemanusian. Kemudian, kepala dusun ini dan
para pembantunya yang menurutkan dorongan perikemanusiaan pula, membantu para petani miskin dan
meringankan beban pajak mereka, akan tetapi perbuatan yang
baik ini bahkan mendapatkan hukuman kejam dari perwira ini.
Apakah saya yang dididik untuk mengabdi prikemanusiaan dan
membela keadilan harus mendiamkan saja hal seperti ini
terjadi"'' Tek Po Tosu tersenyum mengejek. "Orang muda, jangan
engkau mencoba untuk memberi pelajaran kepada pinto
tentang perikemanusiaan yang palsu. Ketahuilah bahwa setiap
negara mempunyai peraturan masing-masing dan rakyat jelata
harus mentaatinya. Kalau ada yang tidak mentaati undangundang itu berarti memberontak. Engkau
yang digerakkan oleh hatimu yang lemah, kalau engkau membela kepala dusun
ini dan melawan kami, berarti pula bahwa engkaupun
memberontak, karena pada saat ini kami mewakili pemerintah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaksanakan hukum, yang telah ditentukan oleh pemerintah.
19 Orang muda. apakah engkau ingin dianggap pemberontak ?"
Beng Han tersenyum mengejek dan pandangannya
terhadap tosu itu seketika berubah. Kiranya pendeta ini bukan
mengurus soal-soal kebatinan dan perikemanusiaan,
melainkan mengurus soal-soal keduniawian dan bahkan
menjadi kaki tangan penindas rakyat! "Totiang semua ucapan
totiang itu merupakan lagu lama bagiku! Memang alasan
itulah merupakan perisai bagi para petugas dalam melakukan
kekejaman mereka. Memberontak ! Orang-orang lemah
diinjak-injak, orang-orang miskin diperas, dicekik lehernya,
orang baik baik dicambuki dan disiksa, kalau perlu dibunuh.
Dan kalau mereka itu melawan" Mudah saja, lalu dicap
pemberontak ! Hemm. bagus, bagus! Akan tetapi aku tidak
takut dicap pemberontak dan selama aku masih hidup,
kekejaman macam ini tidak boleh berlangsung di depan
mataku!" "Pemberontak hina bosan hidup!" Bong Kak Im sudah
membentak dan menyerang lagi dengan sepasang kapaknya.
Beng Han segera menangkis dan balas menyerang. Segera
terjadi pertempuran yane amat hebat di antara k dua orang
yang lihai ini. Tek Po Tosu maklum akan kelihaian pemuda ini, maka dia
tidak mau tinggal diam dan cepat menggerakkan siangkiamnya untuk mengeroyok, ilmu kepandaian
tosu ini masih lebih tinggi dari pada kepandaian Bong Kak Im, maka tentu
saja Beng Han merasa repot dan terdesak sekali ketika kedua
orang lawannya itu maju bersama. Menghadapi satu lawan
satu saja tidak akan mudah baginya untuk memperoleh
kemenangan, apalagi kini dikeroyok dua dan tosu itu ternyata
memang amat lihai sekali.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi, tidak percuma Lui Sian Lojin menggembleng
pemuda ini dengan ilmu silat tinggi. Kakek sakti itu telah pula
menciptakan semacam ilmu pedang khusus untuk menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan lawan yang lebih kuat. ilmu pedang ini disebut
Dewa Berpayung Menolak Hujan. Pedangnya diputar cepat
sekali membentuk dinding baja bundar seperti payung yang
melindungi reluruh tubuhnya dari serangan kedua orang
lawannya yang amat tangguh itu. Jurus ini mengandalkan
kecekatan dan juga kekuatan pergelangan tangan karena
pedang itu diputar seperti kitiran angin cepatnya.
Betapapun juga. ilmu silat Tek Po Tosu dan Bong Kak Im
sudah mencapai tingkat yang tinggi, maka dengan kerja sama
mereka, empat buah senjata di kedua tangan mereka
merupakan bahaya maut yang mengancam nyawa Beng Han.
Oleh karena itu, biarpun jurus yang dipergunakannya amat
hebat dan untuk sementara dapat membendung serangan
kedua orang lawannya, sampai berapa lamakah dia akan
20 sanggup mempertahankan diri tanpa dapat membalas
sedikitpun juga " Sepasang kapak di tangan Bong Kak Im
menyambar-nyambar dengan kekuatan besar sekali,
sedangkan sepasang pedang tosu itu selalu mencoba untuk
menerobos pertahanan pedangnya dengan gerakan gesit dan
tenaga sinkang yang kadang-kadang menggetarkan pedangnya dan membuat gerakannya menjadi kacau.
Tek Po Tosu merasa penasaran dan malu karena dengan
mengeroyok dua, belum juga dia dan perwira itu dapat
merobohkan lawan, padahal mereka telah bertempur puluhan
jurus lamanya! Jarang dia menjumpai lawan yang dapat
bertahan bertempur melawannya sampai sekian lamanya, apa
lagi kalau dikeroyok dua bersama Bong Kak Im yang bukan
orang sembarangan pula. "Haiiihhh....!!" Tek Po Tosu yang merasa penasaran sekali
mengeluarkan lengking panjang dan dia mendesak makin
hebat dengan pedang di tangan kirinya, sedangkan pedang di
tangan kanannya lalu dia simpan dan sebagai gantinya tangan
kanannya mengeluarkan senjata rahasianya yang amat
terkenal karena kelihaiannya. Senjata ini merupakan sehelai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saputangan yang kedua ujungnya disatukan sehingga mirip
bandringan, dan di dalamnya diisi dengan jarum-jarum. Apa
bila saputangan itu dikebutkan, maka jarum-jarum halus itu
beterbangan menyambar ke arah lawan. Kelihaian senjata
rahasia ini adalah karena sambitan dengan saputangan yang
merupakan bandringan ini sukar sekali diduga oleh lawan ke
mana arah jarum-jarum itu menyerang. Apa bila jarum-jarum
itu disambitkan biasa dengan tangan, maka gerakan tangan
akan dapat dilihat dan diduga ke mana jarum-jarum
diarahkan, sedangkan sapu tangan ini digerakkan oleh
pergelangan tangan sehingga sukar diikuti oleh mata lawan.
Beng Han belum tahu senjata apakah yang dikeluarkan oleh lawannya itu, dan tahu-tahu tosu itu telah membentak, "Robohlah!" 21 Saputangannya dikebutkan dan pedang di tangan kiri tosu itu mendahului dengan serangan kilat sehingga Beng Han yang pada saat itu sedang mengelak cepat dari sambaran kapak Bong Kak Im, terpaksa harus menangkis pedang yang menyambar ke arah dadanya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tranggg........ !" Bunga api berpijar dan sinar bunga api
yang berpijar dari pertemuan kedua pedang itu bercampur
dengan sinar- sinar hijau yang tiba - tiba keluar dari
saputangan yang dikebutkan oleh tosu itu.
Beng Han terkejut bukan main. Dia sedang menangkis
pedang dan pandang matanya silau oleh bunga api yang
bercampur sinar-sinar hijau itu. Akan tetapi tahulah dia bahwa
itu adalah senjata rahasia musuh, maka cepat dia berseru
keras sambil melempar tubuhnya ke belakang untuk
menghindarkan diri dari sambaran senjata-senjata jarum kecil
itu. Akan tetapi, sebatang di antara jarum-jarum itu masih
menancap di pundak kirinya dan karena tepat mengenai urat
besar, Beng Han merasa betapa seluruh lengan kirinya
menjadi lumpuh! Kesempatan ini dipergunakan oleh Bong Kak Im yang
menyerang dengan menggerakkan sepasang kapaknya,
menyambar ke arah kepala dan dada Beng Han, dibarengi
bentakan menyeramkan dari perwira itu. Beng Han sedang
terlentang dalam bergulingan tadi dan melihat datangnya
sepasang kapak yang amat hebat dan cepat, agaknya pemuda
itu takkan tertolong lagi kalau tidak kepalanya pecah tentu
dadanya akan berantakan !
Akan tetapi Beng Han memiliki ketabahan dan ketenangan
yang luar biasa sehingga biarpun nyawanya telah bergantung
kepada sehelai rambut dan keadaannya berbahaya sekali, dia
tidak pernah kehilangan akal. Kalau dia merasa ngeri dan
takut tentu dia akan menjadi bingung dan hal ini akan
melenyapkan nyawanya. Namun, murid pertama dari Liu Sian
22 Lojin ini tidak menjadi bingung atau kehilangan akal. Ketika
dia melihat datangnya serangan maut, melihat betapa kapak
itu datangnya tidak berbareng, yaitu yang di tangan kanan
datangnya lebih dulu menghantam kepalanya dan kapak kiri
yang kedua menyusul ke arah dada, cepat sekali pemuda itu
menggerakkan kepalanya, miring sehingga dengan suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras kapak itu lewat dekat sekali dengan telinganya dan
menancap di atas tanah. Dan pada saat itu juga Beng Han
melakukan gerakan nekat, yaitu dengan pedangnya dia
menusuk ke arah tangan kiri Bong Kak Im untuk mendahului
lawan itu yang menggunakan kapaknya menghantam ke arah
dadanya. "Hehh.......!!" Bong Kak In terkejut bukan main. Kalau
serangan kapak kirinya itu dia teruskan, sebelum kapak
mengenai dada lawan, tentu lebih dulu pergelangan tangan
akan tertusuk pedang, maka dia cepat menarik kembali
tangan kirinya, akan tetapi dia melepaskan kapaknya sehingga
senjata ini terus meluncur ke bawah, ke arah dada Beng Han!
Sekali ini pemuda itu terkejut bukan main karena serangan
lawan ini sungguh tak pernah disangkanya. Tadinya dia
mempunyai perhitungan bahwa dengan serangan balasan itu,
tentu lawannya akan menarik kembali tangan bersama
kapaknya, tidak tahunya perwira ini melanjutkan serangannya
dengan melepaskan kapak itu yang terus menghunjam ke
arah dadanya sambil menarik tangan untuk menghindarkan
tangan itu dari tusukan pedang.
Beng Han berseru keras sekali, melengking panjang dan
nyaring sambil menggulingkan tubuhnya, akan tetapi tidak
cukup cepat untuk dapat menghindarkan tubuhnya sama
sekali dari serangan itu, karena ketika tubuhnya bergulingan,
kapak itu masih berhasil menyerempet dan melukai bahu
kanannya. Bahu kanannya robek dan terluka, mengucurkan
banyak darah! Beng Han melompat berdiri dan biarpun dia merasa betapa
bahu kanannya perih dan nyeri sekali, akan tetapi dia tidak
pernah mau melepaskan pedangnya dan cepat dia menyerang
Tek Po Tosu yang berada di dekatnya. Tangan kiri Beng Han
tidak dapat digerakkan dan masih lumpuh, sedangkan darah
tidak hentinya mencucur dari bahu kanannya, sehingga para
penduduk dusun yang menyaksikan pertempuran itu dan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi sudah memejamkan mata ketika melihat Beng Han
diserang dengan kapak oleh perwira itu, kini merasa terharu
dan kasihan sekali. "Ha ha, orang muda, bersiaplah untuk binasa!" Tek Po Tosu
23 tertawa bergelak lalu menyerang dengan ganas, sedangkan
Bong Kak Im telah mengambil kembali kapaknya dari atas
tanah. Melihat hal ini, Beng Han maklum bahwa dia tidak akan
mungkin dapat melawan terus, karena kalau dia terus
melawan, berarti dia mencari mati. Biarpun andaikata dia
masih akan dapat mempertahankan diri terhadap serangan
dua orang tangguh itu, tetap saja dia akan roboh karena
kehabisan darah. Tubuhnya sudah mulai terasa lemas dan
kepalanya terasa pening. "Maaf. saudara-saudara petani, sekali ini siauwte tidak
dapat membela kalian!" serunya dengan hati kecewa dan
melompat jauh. Kedua orang itu tidak mengejar, hanya
tertawa bergelak saja karena mereka merasa gentar untuk
mengejar pemuda yang lihai itu, apa lagi karena mereka
menyaksikan betapa ilmu ginkang pemuda itu ketika
melompat jauh amat hebat dan sebentar saja Beng Han telah
lenyap dari pandang mata mereka. Kedua orang kepercayaan
Thio-thaikam ini melanjutkan pelaksanaan hukuman yang
tertunda itu dengan cepat dan segera meninggalkan dusun
Kiong-nam-teng karena mereka khawatir kalau kalau pemuda
kosen itu datang lagi membawa kawan-kawan yang pandai.
Dengan kepala terasa pening, tubuhnya lemas, dan bahu
kanannya terasa nyeri dan panas sekali, Beng Han terus
berlari memasuki hutan di luar dusun itu. Larinya mulai
terhuyung dan akhirnya dia roboh di atas tanah bertilamkan
rumput hijau. Yang terasa berat bukanlah luka di bahu kanan
itu, karena biarpun luka itu mengeluarkan banyak darah, akan
tetapi tidak berbahaya bagi tubuh Beng Han yang amat kuat.
Akan tetapi, ternyata bahwa jarum rahasia yang menancap di
pundak kirinya dan yang membuat seluruh lengan kirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi lumpuh itu mengandung racun yang jahat. Inilah
yang membuat kepalanya menjadi pening dan tubuhnya lemas
sehingga dia terguling dan roboh pingsan.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Ketika Gan Beng Han membuka kedua matanya, dia
memandang ke kanan kiri dengan bingung. Seperti dalam
mimpi saja ketika dia melihat seorang gadis berpakaian serba
putih berlutut di dekat tubuhnya yang rebah di atas rumput.
Beng Lian kah gadis ini" Dia memandang penuh perhatian.
Kepusingannya masih menekan berat pada kepalanya,
membuat pandang matanya kurang terang. Bukan, bukan
adiknya, akan tetapi seorang gadis yang amat cantik dan yang
sama sekali asing baginya. Cantik sekali seperti bidadari. Ah,
bidadarikah dia ini" Sudah matikah dia maka bertemu dengan
bidadari" "Bidadari yang mulia, sudah matikah aku" " tanyanya
dengan suara berbisik sehingga wanita itu harus mendekatkan
24 kepalanya untuk dapat mendengar gerakan bibirnya. Tercium
oleh Beng Han keharuman rambut yang panjang hitam itu.
Wajah dara itu menjadi merah karena jengah mendengar
bisikan Bong Han yang menyebutnya bidadari itu.
"Taihiap, kau terluka parah. Mari kuantar ke pondok suhu
agar supaya engkau memperoleh perawatan yang baik."
katanya. Kini sadarlah Beng Han bahwa dia bukan sedang mimpi,
juga bukan telah mati, dan bahwa dara itu bukan seorang
bidadari melainkan seorang manusia, seorang dara yang
cantik jelita dan yang hendak menolongnya. Dia tersenyum
dan mencoba bangun duduk. Kepalanya berdenyut-denyut
dan cepat dia memegangi kepala sambil mengeluh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari, taihiap, kalau terlambat aku khawatir mereka itu
akan datang ke sini "
Beng Han maklum akan kekhawatiran dara ini, maka dia
lalu bangun dan berdiri, akan tetapi hampir saja dia terguling
lagi kalau dara itu tidak cepat-cepat menyambar dan
memegang lengannya. Kepalanya terasa berdenyut denyut
dan tanah yang dipijaknya seakan-akan berubah menjadi
gelombang lautan atau tiba-tiba ada gempa bumi besar
sehingga seluruh tempat di sekelilingnya menjadi berputaran.
"Mari kubantu, taihiap. Tidak jauh pondok suhu dari sini,"
kata gadis itu dengan suara halus.
"Terima kasih........terima kasih....... " bisik Beng Han dan
dengan tersaruk-saruk dia melangkah lagi beberapa tindak,
akan tetapi kembai dia menahan langkahnya dan menjatuhkan
diri duduk di atas tanah. Dara itu berlutut di sebelahnya.
"Bagaimana, taihiap, tidak kuatkah kau.... " " tanyanya
penuh kecemasan. "Kepalaku........ ah, kepalaku......." Beng Han mengeluh
sambil memejamkan matanya karena kalau mata itu
dibukanya, dia merasa makin pening melihat segala sesuatu
berputar-putar di depan matanya itu. Bahkan wajah dara yang
sedang berusaha menolongnya itupun tidak dapat dia lihat
dengan jelas, dan hal ini mengesalkan hatinya benar.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba dia merasa betapa jari-jari tangan yang halus dan
lunak memijit-mijit kepalanya. Sentuhan ini mengurangi
denyutan di dalam kepalanya.
"Enak....... enak dan nyaman sekali......." bisiknya dan
makin asyiklah kedua tangan gadis itu memijit-mijit kepalanya.
"Taihiap, kita harus lekas pergi dari sini. Kalau kedua orang
keparat itu lewat di sini kau akan mendapat celaka," bisik
gadis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
25 Teringatlah Beng Han kepada dua orang lawannya yang
tangguh. Maka dia lalu berdiri lagi dan berkata perlahan,
"Marilah, bawalah aku ke mana saja, aku percaya
kepadamu...... " Dan dia lalu memaksa dirinya melangkah maju, berpegang
pada tangan dan pundak orang yang menolongnya itu, tidak
ingat sama sekai bahwa orang itu adalah seorang dara yang
muda dan cantik sekali! "Kasihan....... lenganmu penuh darah........" dia mendengar dara itu berkata perlahan dan suaranya seperti orang menahan isak. Beng Han diam saja, hanya berjalan terhuyunghuyung dan dipapah
oleh dara itu. Dia memejamkan matanya, menurut saja ke manapun dia dibawa oleh penolongnya. "Kasihan, pemuda gagah yang malang.........." kata gadis itu pula perlahan. "Apa........apa katamu........... ?" Beng Han bertanya sambil
membuka matanya dan mencoba untuk memandang wajah
orang yang berjalan didekatnya itu, akan tetapi dia hanya
melihat bayang-bayang saja.
''Wajahmu pucat sekali......." kata gadis itu, akan tetapi
Beng Han tidak dapat mendengarnya lagi lanjutan kata-kata
itu karena tiba-tiba dia mengeluh dan roboh pingsan dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelukan gadis itu yang cepat menyambut tubuhnya yang
terguling. Dia tidak tahu betapa gadis itu dengan sigapnya lalu
memondong tubuhnya dan berlari menuju ke sebuah pondok
kecil di tengah hutan. Melihat tenaga dan kesigapan gadis itu
dapat dimengerti bahwa sedikitnya dia tentu memiliki ilmu
kepandaian silat yang lumayan juga.
26 Beng Han siuman kembali dari pingsannya. Panca indranya
bekerja kembali, kesadarannya yang tadi entah melayang ke
mana sekarang telah berkumpul kembali. Dia tidak membuka
matanya, takut kalau-kalau dia akan merasa pening lagi, dan
dia tetap rebah terlentang mengumpulkan kesadaran dan
ingatannya. Dia masih merasa bingung. Tiba - tiba suara yang
tadinya hanya merupakan bisikan-bisikan dari jauh itu makin
terdengar nyata. "........ jarum itu tepat mengenai urat besar dan racun dari
jarum itu telah mengotorkan darahnya. Untung sekali
tubuhnya kuat sehingga dalam tubuhnya terdapat daya
penolak yang cukup kuat," terdengar suara orang yang
diucapkan dengan lemah-lembut, seperti suara orang yang
telah lanjut usianya dan tenang batinnya.
"Dia memang gagah dan berbudi, patut kita rawat dan kita
tolong sampai sembuh betul. Harap saja totiang sudi
menolongnya sedapat mungkin," kata suara orang lain.
"Pinto akan berusaha sedapat mungkin, dan pinto yakin
bahwa dia akan sembuh kembali, walaupun akan makan
waktu yang agak lama." kata suara lemah lembut tadi.
Beng Han membuka matanya dengan perlahan.
"Dia siuman kembali......!" tiba-tiba terdengar suara yang
merdu dan halus, suara yang membuat Beng Han teringat
akan semua peristiwa yang dialaminya, karena suara inilah
yang tadinya merupakan teka-teki baginya.Ketika dia siuman
tadi, suara ini seperti terngiang-ngiang di dalam rongga
telinganya, membuat dia memutar-mutar otak untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingatnya, akan tetapi tidak juga dia dapat mengingat
siapa orang itu atau suara siapakah yang menggema di dalam
telinganya itu. Kini setelah suara itu terdengar oleh telinganya,
teringatlah dia bahwa suara yang halus merdu itu adalah
suara orang yang telah menolongnya! Dia membuka matanya
dan pertama-tama yang dilihatnya adalah wajah seorang tua
yang berpakaian seperti seorang tosu. Pendeta ini sudah tua
sekali, rambut dan jenggotnya sudah putih semua dan
wajahnya membayangkan ketenangan dan kebijaksanaan,
Beng Han mengalihkan pandang matanya dan kini dia mulai
mencari-cari dengan pandang matanya yang sudah terang
kembali. Dia melihat wajah kepala dusun yang mendapat
hukuman dari dua orang utusan Thio-thaikam dan yang telah
dibelanya itu, akan tetapi dia tidak memperdulikan pandang
mata penuh kagum dan terima kasih dari orang tua ini, dan
segera dia melayangkan pandang matanya ke arah lain,
mencari-cari. Beberapa buah wajah orang yang dikenalnya
sebagai pembantu-pembantu kepala dusun itu dilewatinya
saja dan akhirnya bertemulah dia dengan wajah yang dicaricarinya.
Wajah seorang dara yang memiliki sepasang mata yang
27 indah sekali, membayangkan kemesraan dan kehalusan,
wajah vang manis dan bersih, wajah seorang bidadari!
Pandang mata Beng Han menatap wajah itu dan perlahanlahan bibirnya tersenyum. Tiba-tiba wajah
cantik itu menjadi merah sampai ke telinganya dan mata yang halus lembut
sinarnya itu menunduk malu, mengerling dari bawah, akan
tetapi mulut yang kecil itu tersenyum manis.
"Terima kasih........" Beng Han berbisik.
"Taihiap," kata kepala dusun itu dengan suara hoimat,
"kami merasa bersyukur sekali melihat bahwa taihiap dapat
disembuhkan kembali. Kegagahan taihiap yang telah berani
mengorbankan diri untuk membela kami, sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengagumkan kepadamu." hati, dan kami berterima kasih sekali Beng Han menarik napas panjang. "Sayalah yang harus
menghaturkan terima kasih karena kenyataannya ........ ah,
bukan saya yang menolong cuwi, akan tetapi bahkan
sebaliknya cu-wi yang telah menolong saya." pemuda itu
merasa kecewa sekali. Tadinya dia hendak menolong
penduduk dusun dari perbuatan sewenang-wenang, akan
tetapi kenyataannya, dia malah terluka dan kini sebaliknya
penduduk dusunlah yang menolongnya.
"Taihiap tidak perlu kecewa." kata tosu yang suaranya
halus itu, "agaknya taihiap tidak tahu siapa adanya dua orang
yang taihiap lawan itu. Mereka adalah jago-jago nomor satu
dari Thio-thaikam. Tosu itu adalah Tek Po Tosu yang menjadi
penasihat dan pengawal pribadi Thio-thaikam, sedangkan
perwira itu adalah jagonya yang bernama Bong Kak lm.
Kepandaian mereka itu lihai bukan main. akan tetapi, dengan
seorang diri saja taihiap dapat bertahan menghadapi mereka,
sungguh kegagahan itu jarang terdapat!"
"Totiang terlalu memuji. Sebaliknya siapakah totiang yang
telah menolong saya?"
Tosu itu tersenyum ramah. "Tidak ada sebutan menolong
28 dalam hal ini, taihiap. Pinto adalah seorang yang mengerti
akan soal pengobatan, maka sudah sepatutnyalah kalau pinto
merawat dan mengobati setiap orang yang menderita sakit.
Pinto disebut Bin Ho Tojin, dan yang menemukan taihiap di
dalam hutan lalu membawa taihiap ke sini adalah murid pinto
yang bernama Giok Hong, atau juga puteri dari kepala dusun
Yo ini " Terkejutlah Beng Han mendengar penjelasan ini. Tidak
tahunya dara yang seperti bidadari itu, yang telah
menolongnya dan membawanya ke sini, adalah murid seorang
berilmu dan puteri dari kepala dusun itu sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu saya telah menerima budi cu-wi......." Dia
hendak bangkit duduk dan menghaturkan terima kasih, akan
tetapi tubuhnya terasa lemas sekali sehingga terpaksa di
rebah lagi. "Harap jangan banyak bergerak, taihiap," kata Bin Ho Tojin.
"Ketahuilah bahwa kau telah rebah dan pingsan selama lima
hari. Taihiap harus banyak beristirahat dan minum obat yang
pinto sediakan untuk membersihkan darahmu dari racun."
Beng Han hanya dapat mengangguk dan sambil mengerling
ke arah Giok Hong yang masih berdiri di sudut, dia berbisik
lagi, "Terimakasih........" setelah itu, dia memejamkan mata
lagi karena merasa betapa pandang matanya berkunang.
Tanpa terasa dia jatuh pulas karena pengaruh obat yang
didekatkan di bawah hidungnya oleh Bin Ho Tojin.
Ketika pada keesokan harinya dia terjaga dari tidurnya, dia
merasa heran sekali melihat Giok Hong telah berada di kamar
itu dan duduk di atas sebuah bangku dekat pembaringannya.
"....... kau........ nona.......?" Beng Han berkata dengan hati
heran dan tercengang. Giok Hong mengangguk sambil tersenyum manis. "Engkau
sudah berangsur sembuh, taihiap, akan tetapi belum boleh
banyak bergerak." Suara itu! Teringatlah Beng Han akan bidadari itu! Kesan ini
sukar dihilangkan dari dalam ingatannya maka tanpa
disadarinya dia lalu berkata, "Ah, engkaulah orangnya yang
menolongku itu........"
Kulit muka yang putih halus itu berobah merah. "Taihiap,
harap jangan disebut-sebut lagi hal itu, hanya membuat aku
merasa malu saja." Beng Han diam saja dan memandang tajam kepada wajah
yang manis itu. Dia merasa heran sekali mengapa seorang
dara muda yang demikian cantik jelita, puteri kepala dusun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawaninya seorang diri saja di dalam kamar. Bukankah
29 hal ini amat janggal dan tidak sopan"
"Nona, siapakah yang menyuruh engkau menjagaku di
sini?" Dara itu memandang dengan sepasang matanya yang
bersinar lembut, lalu menjawab perlahan, "Mengapa " Aku
sendiri yang menghendakinya."
"Kau.........?"
"Ayah dan suhu sudah memperkenankannya."
Beng Han terdiam. Aneh sekali, pikirnya. Mengapa kepala
dusun itu membiarkan anak daranya menjaga di situ seorang
diri saja, sekamar dengan dia, seorang pemuda asing"
"Nona, engkau sungguh baik budi dan engkau membuat
aku merasa sangat tidak, enak........"
"Mengapa " Tidak sukakah kau kujaga, taihiap ?"
"Bukan, sama sekali bukan demikian, nona. Akan tetapi,
aku merasa berhutang budi kepadamu. Engkau sudah
menolongku, menolong' nyawaku dan sekarang engkau
menjagaku pula. "Apakah artinya semua ini dibandingkan dengan apa yang
telah kaulakukan untuk kami sedusun ?"
"Ah, aku tidak melakukan apa-apa, nona. Bahkan usahaku
untuk menghindarkan mereka dari hukuman saja telah gagal."
"Akan tetapi engkau telah memperlihatkan kegagahan,
memperlihatkan pengorbanan besar, taihiap. Kami sedusun
tidak akan dapat melupakan perbuatanmu yang gagah dan
mulia itu." "Ah, kalian telah terlalu melebih-lebihkan ........" kata Beng
Han. Kemudian tiba-tiba dia teringat betapa ketika dara ini
menolongnya dia berjalan dengan bantuan nona ini yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirangkulnya. Tiba-tiba Beng Han merasa malu kepada diri
sendiri. Dia ingin sekali tahu apakah yang terjadi selanjutnya
setelah dia pingsan, maka dia lalu menatap wajah yang cantik
itu dan berkata dengan, gagap karena dia sendiri merasa
malu, "........ketika engkau menolongku dan aku pingsan.......selanjutnya bagaimanakah" Harap kau suka
menceritakan nona." Giok Hong adalah seorang dara yang terpelajar, berwatak
halus, dan jujur. Kini mendengar pertanyaan pemuda itu,
wajahnya menjadi makin merah dan dia tidak berani menatap
mata Beng Han. Dengan terpaksa dia menjawab, suaranya
agak gagap, "Kau pingsan dan ketika itu........aku khawatir
kalau-kalau mereka datang, maka........terpaksa....... aku lalu
30 memondongmu dan membawamu lari ke sini........"
Terbelalak kedua mata Beng Han memandangnya, bukan
terheran karena perbuatan itu yang agaknya kurang patut
dilakukan oleh seorang gadis, akan tetapi terheran karena


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana seorang gadis lemah lembut seperti Giok Hong ini
kuat memondong tubuhnya, bahkan membawanya lari"
Kemudian dia teringat akan kata-kata Bin Ho Tojin bahwa
gadis ini adalah murid tosu itu, maka dia lalu berkata, "Ah,
nona, sebagai murid Bin Ho totiang, tentu lihai sekali ilmu
silatmu!" Giok Hong menarik napas panjang. "Kalau ilmu silatku
selihai kepandaianmu, mana akan kudiamkan saja dua orang
keparat itu melakukan keganasan di dusunku?" Gadis itu lalu
menuturkan riwayatnya secara singkat
Ternyata bahwa Yo Giok Hong adalah puteri tunggal dari
Yo-chungcu, kepala dusun Kiong-nam-teng itu. Yo-chungcu
terkenal sebagai seorang kepala dusun yang budiman dan dia
bersikap sebagai seorang ayah terhadap orang-orang dusun
sehingga dia amat dihormat dan dikasihi oleh para penghuni
dusun itu. Beberapa tahun yang lalu, dusun itu di serang
wabah penyakit yang mengerikan sehingga banyak jatuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
korban. Yo-chungcu amat bingung menghadapi keadaan ini,
terutama sekali ketika isterinya sendiri menjadi korban dan
meninggal karena terserang penyakit itu. Bahkananak
tunggalnya, Yo Giok Hong yang ketika itu berusia sebelas
iahun, terserang pula oleh penyakit itu.
Kebetulan sekali, seorang ahli pengobatan yang
menjalankan dharma bakti dalam perantauannya, menolong
sesama manusia yang menderita penyakit, tiba di dusun itu.
Orang ini adalah Bin Ho Tojin yang setelah melihat keadaan di
dalam dusun itu segera menggulung lengan baju dan
memberikan pertolongan. Bun Ho Tojin adalah murid ahli
pengobatan yang bertapa di lereng Go-bi-san dan
kepandaiannya dalam hal ilmu pengobatan memang amat
tinggi. Semenjak dia datang, orang-orang yang menderita
sakit dapat disembuhkan dan setelah dia membagi - bagi obat
kepada mereka yang belum terserang penyakit, semua orang
menjadi sehat dan wabah itu lenyap dan pergi dari dusun itu.
Di antara mereka yang tertolong olehnya adalah Giok Hong
yang menjadi sembuh. Untuk menyatakan terima kasihnya,
juga melihat betapa lihainya tosu penolong dusunnya itu, Yochungcu lalu menyerahkan puteri
tunggalnya itu untuk menjadi murid Bun Ho Tojin. Perbuatan kepala dusun ini
sebetulnya bukan semata karena memikirkan ke pentingannya
sendiri, akan tetapi terutama sekali karena bermaksud untuk
mengikat tosu itu supaya tinggal di dusunnya sehingga
keselamatan penduduk dusun Kiong-nam-teng akan terjamin.
31 Demikianlah, maka Giok Hong menjadi murid Bin Ho Tojin
yang merasa suka kepada anak yang memiliki dasar kehalusan
budi itu. Dia melatih ilmu pengobatan dan ilmu silat kepada
dara itu dan biarpun Giok Hong telah memiliki ilmu kepandaian
silat yang tidak boleh dibilang lemah namun dia tetap bersikap
lemah lembut dan gerak-geriknya tetap halus. Akan tetapi,
sesungguhnya Bin Ho Tojin lebih pandai dalam hal ilmu
pengobatan dari pada ilmu silat, sungguhpun kepandaiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah cukup tinggi kalau hanya untuk menjaga diri dan
menghadapi penjahat-penjahat biasa saja!
Mendengar penuturan singkat ini. Beng Han merasa makin
kagum kepada Giok Hong. Kiranya dara cantik jelita ini selain
memiliki kepandaian ilmu silat yang lumayan sehingga kuat
memondong dan membawanya lari, juga tentu amat hebat
kepandaiannya dalam hal ilmu pengobatan. Kini dia tidak
merasa begitu heran lagi mengapa ayah dan guru gadis itu
membiarkan Giok Hong berjaga di situ sendirian saja, karena
mengingat ilmu silatnya, Giok Hong boleh dikata seorang
pendekar wanita yang memang dalam hal hubungan dengan
pria tidaklah terlalu terikat oleh peraturan sopan santun yang
kaku dan sebagai seorang ahli pengobatan maka pantaslah
kalau seorang perawat menjaga si sakit.
Racun yang terbawa oleh jarum Tek Po Tosu yang
menancap tepat di urat pundak Beng Han amat berbahaya.
Kalau saja Beng Han tidak memiliki tubuh yang kuat dan sinkang yang kuat pula, dan tidak keburu
tertolong oleh Bin Ho Tojin yang pandai, tentu pemuda ini akan tewas atau
setidaknya menjadi lumpuh seluruh lengan kirinya. Betapapun
juga, dia harus menjalani perawatan yang penuh ketelitian
dari Bin Ho-Tojin dan Giok Hong sampai beberapa bulan
lamanya, barulah racun itu lambat-laun dapat dibersihkan dari
tubuhnya. Sebetulnya, betapapun jahat racun jarum dari tosu
itu, kalau tidak secara kebetulan mengenai urat besar dan
kemudian setelah terluka Beng Han masih terus melakukan
perlawanan dan menggunakan tenaga, kiranya akibatnya juga
tidak sedemikian parahnya. Ujung jarum yang diolesi racun
kemudian mengenai urat pundak yang besar, memb
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
uat racun itu langsung memasuki darah dan inilah yang membutuhkan
waktu lama untuk penyembuhannya karena racun itu harus
dicuci bersih dari jalan darah di tubuhnya.
Karena Giok Hong setiap hari merawatnya, maka
hubungannya dengan dara itu menjadi baik dan akrab sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan para penduduk dusun yang berterima kasih dan kagum
kepadanya, kadang kadang datang berkunjung ke pondok Bin
Ho Tojinuntukmenengok Beng Han. Akan tetapi, perawatan
Beng Han di pondok tosu itu amat dirahasiakan dan sama
sekali para penduduk tidak boleh membicarakan dengan orang
luar, karena kalau sampai terdengar dan diketahui oleh Thiothaikam, tentu pembesar itu tidak akan
mendiamkannya saja. Hal ini pula yang memaksa Beng Han harus tinggal
bersembunyi dan tidak keluar dari pondok kecuali kalau
malam. Dia bukannya takut ketahuan akan tetapi dia tidak
mau membuat dusun itu mengalami bencana karena dia
seorang. Pada suatu hari, Yo-chungcu mengunjunginya dan pada
wajah kepala dusun ini terlihat tanda bahwa dia mempunyai
suatu maksud tertentu yang hendak dibicarakannya. Hal ini di
ketahui oleh Beng Han dan pemuda ini menduga-duga ketika
dia mempersilakan tamunya duduk.
'"Gan-taihiap," kata kepala dusun itu setelah mengambil
tempat duduk, "aku hendak menyampaikan maksud hatiku
yang telah lama terpendam. Harap saja engkau suka
memaafkan apabila merasa terhina dengan maksud hati yang
keluar dengan tulus dan jujur ini."
Beng Han merasa tidak enak mendengar ini Kesehatannya
telah pulih kembali dan dalam beberapa hari lagi dia sudah
akan dapat melanjutkan perjalanannya oleh karena dia amat
mengkhawatirkan keadaan sutenya yang telah lama
mendahuluinya ke kota raja itu. Dia tidak mau memusingkan
diri dengan menduga-duga, maka jawabnya tenang,
"Yo-Iopek, janganlah lopek bersikap sungkan
katakanlah saja apa gerangan maksud hati lopek itu."
dan "Gan-taihiap, engkau tentu .maklum sudah bahwa aku dan
seluruh penduduk dusun Kiong-nam-teng amat berterima
kasih kepadamu dan bahwa kami suka sekali kepada taihiap
yang gagah perkasa. Oleh karena itu, sudah lama sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 terkandung niat di hatiku, apabila engkau tidak merasa terhina
dan dapat menerima, aku akan merasa berbahagia sekali
untuk menjodohkan puteri tunggalku dengan taihiap."
Beng Han tercengang bukan kepalang. Wajahnya berobah
merah sekali, dan jantungnya berdebar. "Nona........ Giok
Hong.........?" "Ya, puteriku Giok Hong biarpun bodoh dan buruk, akan
tetapi aku yakin dia akan menjadi seorang isteri yang baik
oleh karena, dia amat kagum dan suka kepadamu, taihiap."
Untuk beberapa saat lamanya Beng Han tidak mampu
mengeluarkan kata-kata untuk menjawab pernyataan Yochungcu tadi. Dia menjadi bingung karena
sesungguhnya dia tidak pernah menyangka akan hal itu. Dia merasa suka sekali
kepada Giok Hong yang lemah lembut dan halus budi
pekertinya itu juga memiliki hati yang mulia, akan tetapi
tentang perjodohan dengan gadis itu, dia sama sekali belum
pernah memikirkannya apa lagi mengharapkannya. Kini,
menghadapi '"pinangan" dari ayah dara itu, terbayanglah
wajah Kui Eng di pelupuk matanya dan hatinya menjadi
berduka. Dia mencinta Kui Eng. dan terhadap Giok Hong,
biarpun gadis ini manis, cantik jelita, dan berbudi luhur,
namun dia hanya suka dan kagum saja. Benar-benarkah gadis
ini suka kepadanya, cinta kepadanya"
"Yo-lopek, mohon maaf sebanyaknya........dalam hal ini
saya........sama sekali belum pernah memikirkannya......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid IX JELAS nampak perubahan pada muka Yo-chungcu yang
menjadi kecewa. "Taihiap, apakah barangkali taihiap telah
mempunyai isteri atau tunangan?" tanyanya hati-hati
dan khawatir. Beng Han menggelengkan kepala menyangkal tanpa dapat
mengeluarkan suara karena
hatinya masih terguncang.
"Kalau begitu, mungkin taihiap tidak suka kepada
puteriku..........."
2 "Lopek, harap jangan terburu nafsu mengambil kesimpulan.
Perjodohan bukanlah hal yang remeh dan sederhana, yang
boleh diputuskan dengan tiba-tiba tanpa dipikir masak-masak.
Terus terang saja, lopek, jarang saya menjumpai seorang
gadis sebaik puterimu. Bahkan, saya merasa terlalu rendah
dan tidak pantas untuk menjadi jodohnya........ "
"Jangan kau terlampau merendahkan diri, taihiap," kata Yochungcu yang menjadi bersinar kembali
wajahnya, seolah-olah timbul harapan baru dalam hatinya mendengar ucapan
pemuda itu. Beng Han menarik napas panjang, "Sebenarnya, Yo-lopek,
dalam hal perjodohan saya tidak mempunyai kekuasaan,
karena urusan perjodohan adalah urusan orang tua. Maka,
harap lopek suka memaafkan. Sesungguhnya, saya tidak
berani memutuskan dan saya hanya menyerahkan urusan
perjodohan dalam tangan ibu saya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berpikir beberapa lama sambil mengelus
jenggotnya, orang tua itu juga menarik napas panjang berkalikali, menekan kekecewaan hatinya,
akan tetapi dia lalu memandang wajah pemuda itu dengan jujur dan berkata,
"Benar sekali pendapatmu itu, taihiap. Biarlah, kita tunda saja
dulu urusan ini dan biarlah kelak setelah taihiap bertemu
dengan ibumu, harap suka membicarakannya dan suka
memberi kabar lebih lanjut."
"Baiklah, lopek. Dan saya menghaturkan banyak terima
kasih atas budi kecintaan lopek dan atas penghormatan yang
lopek berikan kepada saya sehingga lopek sudi mengusulkan
perjodohan itu. Kelak akan saya sampaikan kepada ibu dan
biarlah urusan ini kelak dibicarakan lagi," kata Beng Han
dengan hati lega karena sesungguhnya amat berat baginya
untuk menolak kebaikan orang dan mengecewakan hati kepala
dusun yang amat baik dan yang telah menolongnya ini.
"Sekarang ada urusan lain yang penting sekali hendak
kusampaikan, taihiap. Urusan penting dan gawat sekali."
Melihat wajah kepala dusun itu demikian serius dan
suaranya juga mengandung kesungguhan dan kecemasan,
Beng Han terkejut dan memandang penuh perhatian, "Apakah
yang terjadi, lopek ?"
"Menurut berita yang sampai kepadaku, dan yang boleh
dipercaya, kini telah timbul gejala-gejala pemberontakan dari
kaum tani terhadap peraturan pajak yang amat mencekik
leher itu. Kami di dusun Kiong-nam-teng juga telah siap siaga,
menanti saatnya tiba. Memang keadaan pemerintah yang
dikuasai oleh Thio-thaikam dan orang-orang kebiri lainnya
sungguh amat buruk dan menindas rakyat. Kami hanya
mengharapkan bantuan orang-orang gagah seperti taihiap.
Alangkah baiknya apabila taihiap dapat mencari bala bantuan
3 dan sokongan dari semua orang gagah di dunia untuk
menentang kelaliman itu, sebagaimana yang diharapkan pula
oleh Bin Ho totiang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Beng Han terkejut bukan main. Hal yang
dikhawatirkan kini telah mulai nampak kenyataannya.
Pemerasan dan penindasan yang dilakukan oleh para
pembesar lalim membuat rakyat menjadi marah. Hal ini
sedapat mungkin harus dicegah. Perang saudara harus
diberantas, karena Beng Han sendiri sudah cukup menderita
karena perang Menurut anggapannya, yang perlu dibasmi
adalah biang keladi kekacauan ini, agar keadaan yang buruk
tidak sampai meluas dan makin memburuk. Dia teringat
kepada Bun Hong dan timbul keinginan hatinya untuk melihat
keadaan kota raja dan mencari tahu siapakah biang keladi
pemerasan terhadap rakyat ini. Siapa saja yang menjadi biang
keladinya, baik kaisar sendiri, patut dibasmi!
Akan tetapi, tentu saja dia tidak mau membicarakan urusan
itu dengan orang lain, maka untuk menyenangkan hati Yochungcu, dia lalu menjawab, "Baiklah,
Yo-lopek memang saya juga sudah ingin melanjutkan perantauan saya, dan tentu
permintaan lopek itu akan menjadi perhatianku. Saya akan
berusaha untuk mencari kawan-kawan sepaham." Di dalam
hatinya, dia menentang usaha pemberontakan karena setiap


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemberontakan berarti perang saudara dan setiap perang
berarti mendatangkan kesengsaraan yang lebih mengerikan
kepada rakyat. Beng Han lalu menghadap Bin Ho Tojin dan menghaturkan
terima kasih atas pertolongan dan pengobatan yang diberikan
kepadanya oleh pendeta itu sehingga dia terhindar dari
bahaya maut. Ketika dia berpamit kepada Giok Hong, dara itu
memandangnya dengan mata basah, akan tetapi sambil
memaksa keluarnya senyum manis, dara itu berkata perlahan,
"Gan-taihiap, semoga engkau tidak akan melupakan sama
sekali kepada dusun Kiong-nam-teng yang pernah menerima
budimu." ini Setelah berpamit kepada para penghuni dusun yang sekali
memandangnya sebagai pahlawan karena mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengharapkan bantuan pemuda ini dalam rencana
pemberontakan mereka terhadap pemerintah, Beng Han lalu
meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanannya
menuju ke kota raja. Apa bila dia teringat akan kebaikan
orang-orang di dusun itu, terutama sekali kebaikan Giok Hong
4 yang telah merawat dan menjaganya ketika dia menderita
sakit dengan sangat teliti dan penuh perhatian, dia merasa
terharu sekali. Dia mencatat nama Giok Hong sebagai wanita
ke dua dalam hatinya, gadis ke dua sesudah Kui Eng yang
takkan pernah terlupa olehnya.
Akan tetapi, kenangan ini segera berganti rasa khawatir
apabila dia teringat kepada Bun Hong dan Kui Eng. Telah
berbulan-bulan Bun Hong mendahuluinya pergi ke kota raja
dengan maksud mencari dan membasmi pembesar jahat yang
memerintahkan para kepala dusun memeras rakyat jelata
dengan pajak berat. Bagaimanakah nasib sutenya itu" Kalau
sampai terjadi sesuatu atas diri sutenya, bagaimana dia akan
mempertanggungjawabkannya terhadap suhunya " Sebagai
saudara tertua, dia berkewajiban menjaga sute dan sumoinya,
akan tetapi sekarang, sutenya itu bahkan pergi karena patah
hati dan karena hendak mengalah terhadap dia dalam soal
perjodohannya dengan Kui Eng!
Dan ke manakah perginya Kui Eng" Beng Han menjadi
khawatir sekali dan dia mengambil keputusan untuk mencari
Bun Hong dan apabila sudah bertemu, sutenya itu akan
diajaknya untuk mencari Kui Eng. Betapapun juga, dia harus
meyakinkan kedua orang itu bahwa biarpun pinangannya
ditolak oleh Kui Eng. namun dia tidak menaruh ganjalan di
hatinya, tidak menyesal dan dia menganggap mereka berdua
tetap sebagai adik sendiri. Dengan pikiran ini, Beng Han
menjadi bersemangat dan dia melakukan perjalanan dengan
cepat menuju ke kota raja.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah bersama-sama dengan Pek Bi Lo-jin menyerbu ke
sarang gerombolan Kipas Hitam dan berhasil mengobrak-abrik
sarang penjahat-penjahat itu, Kui Eng lalu pergi menuju ke
kota raja. Dia ingin menyusul Ang Min Tek, pemuda pelajar
yang tampan dan halus itu yang telah menarik hatinya dan
menjatuhkan keangkuhan dan kekerasan hatinya!
Seperti juga Bun Hong begitu memasuki kota raja, Kui Eng
merasa kagum sekali melihat bangunan-bangunan raksasa
yang serba indah dan megah memenuhi kota. Belum pernah
selama hidupnya dia menyaksikan gedung-gedung yang
demikian indah dan toko-toko yang demikian banyak, penuh
memperdagangkan bermacam-macam barang. Dia berjalanjalan mengagumi semua keindahan itu
dan berpikir alangkah sukarnya mencari orang di dalam kota yang besar dan banyak
penduduknya ini. Diam-diam dia memikirkan keadaan Bun
Hong. Di manakah adanya suhengnya itu sekarang" Akan
tetapi hanya sebentar saja dia teringat akan Bun Hong, karena
pikirannya segera penuh dengan bayangan lain, bayangan
seorang pemuda yang halus budi, bayangan Ang Min Tek!
5 Cinta asmara memang luar biasa anehnya. Mengapa kita
tertarik kepada seseorang sedemikian rupa tanpa kita sendiri
mengetahui kenapa demikian" Kenapa justeru si dia itulah
yang selalu terbayang oleh kita, yang selalu memenuhi hati
kita, yang selalu ingin kita dekati dan mendatangkan rindu
dendam yang menyiksa kalau kita berpisah dari dekatnya"
Mengapa" Kui Eng sendiri tidak mengerti mengapa dia demikian
tertarik kepada Min Tek. Mungkin kesan pertama kali yang
menggores hatinya adalah sikap Min Tek yang demikian gagah
berani, padahal dia tahu bahwa pemuda itu adalah seorang
sasterawan yang jasmaninya lemah. Justeru di dalam
kelemahan badan akan tetapi diimbangi kekuatan
semangatnya itulah yang amat mengagumkan hatinya, dan
tentu saja ditambah pula oleh wajah pemuda itu yang baginya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak demikian tampan, mengagumkan dan setiap gerakgeriknya membawa daya tarik istimewa
baginya! Memang cinta asmara amat aneh dan mengandung penuh rahasia!
Dia harus mencari Min Tek! Dia harus dapat segera
bertemu dengan pemuda itu! Akan tetapi ada pula rasa malu
yang membuat jantungnya berdebar kalau dia membayangkan
betapa nanti kalau dia sudah berhadapan dengan pemuda itu.
Apa yang akan dikatakannya" Untuk mencari Min Tek tidaklah
sukar karena pemuda itu telah memberitahukan bahwa selama
tinggal di kota raja, Ang Min Tek akan tinggal di rumah
seorang pamannya yang membuka sebuah toko obat. Nama
toko obat itu adalah Yok-goan-tong.
Pertama-tama Kui Eng mencari sebuah kamar di rumah
penginapan, dan setelah membersihkan diri, berganti pakaian
bersih, keluarlah dia dari rumah penginapan itu untuk mencari
toko obat Yok-goan-tong. Dengan mudah dia bisa
memperoleh keterangan dari orang-orang di mana letak toko
itu dan segera dia menuju ke tempat itu dengan jantung
berdebar tegang. Dan kebetulan sekali ketika dia tiba di toko
obat Yok-goan-tong yang cukup besar, dia melihat Min Tek
sendiri beserta kedua orang kawannya sedang bercakap-cakap
di ruangan depan. Min Tek segera melihatnya dan dengan
girang pemuda itu bangkit berdiri dan berlari keluar.
"Kui-lihiap....... !" tegurnya dengan wajah berseri,
sedangkan Lie Kang Coan dan Lie Kang Po juga memburu
keluar ketika mengenal dara pendekar yang menjadi penolong
mereka itu. Tanpa disadarinya sendiri, wajah Kui Eng berubah merah,
berseri-seri dan sinar matanya penuh kegembiraan. Dia cepat
menjura membalas pemberian hormat mereka sambil berkata,
"Sam-wi kongcu, apakah sam-wi baik-baik saja dan sudah
berhasilkah ujian yang sam-wi tempuh?"
6 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kui-lihiap, silakan masuk dan duduk di dalam, di sana kita
dapit bercakap-cakap dengan leluasa," kata Min Tek dengan
suara yang tenang, halus dan sopan
Kui Eng mengucapkan terima kasih dan mereka lalu masuk
ke dalam toko obat itu di mana mereka disambut oleh paman
Min Tek, seorang setengah tua yang peramah dan yang
memandang kepada Kui Eng dengan heran dan kagum.
"Siokhu, inilah Kui Eng lihiap yang gagah perkasa, penolong
kami yang sering kuceritakan kepada paman itu," kata Min Tek
kepada pamannya. Orang tua itu segera mengangkat kedua
tangan ke depan dada memberi hormat sambil tersenyum
ramah. "Ah, kiranya Kui-lihiap yang datang. Sudah lama saya
mendengar nama lihiap yang gagah dari keponakan saya.
Silakan duduk, lihiap!" katanya dan Kui Eng cepat membalas
penghormatan itu. "Keponakanmu terlalu melebih-lebihkan saja"' katanya
merendah. Setelah mengambil tempat duduk, Min Tek dengan gembira
lalu menceritakan bahwa dia telah lulus dalam ujian dengan
baik dan mendapat gelar siucai. Mendengar ini, Kui Eng
segera menyatakan kegembiraannya, bangkit berdiri dan
berkata sambil merangkap kedua tangan. "Kiong-hi (selamat),
Ang-kongcu. Memang aku sudah menduga bahwa kau tentu
akan lulus !"' Kemudian Kui Eng mendengar bahwa kedua orang saudara
Lie itu tidak lulus, dan kedua orang muda itu mengambil
keputusan untuk tinggal beberapa lama lagi di kota raja, di
mana mereka mempunyai seorang bibi yang menikah dengan
seorang pembesar sehingga mereka dapat melanjutkan
pelajaran mereka dan akan mengulangi penempuhan ujian
tahun depan. Adapun Min Tek menyatakan bahwa pemuda ini
besuk pagi akan kembali ke dusunnya. Mendengar penuturan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, tanpa ragu-ragu lagi Kui Eng berkata di luar kesadarannya,
seolah-olah semua yang dikatakan itu bukan kehendaknya
melainkan menurut dorongan hati yang muncul secara tibatiba.
"Ang-kongcu, kalau begitu kebetulan sekali! Aku sendiripun
tidak mempunyai keperluan sesuatu di kota raja ini, dan
hendak melanjutkan perjalananku. Kalau sekiranya kau tidak
keberatan, kita boleh mengadakan perjalanan bersama."
Sebagai seorang dara yang gagah perkasa, sederhana dan
berhati polos, Kui Eng tidak bisa berpura-pura lagi dan dia
mengucapkan kata-kata itu yang keluar langsung dari hatinya.
Tidak demikian halnya dengan Min Tek, seorang pemuda
7 pelajar yang semenjak kecil telah digembleng dengan
peraturan dan diharuskan menjaga teguh kesopanan.
Wajahnya menjadi merah sekali ketika dia mendengar ajakan
ini, dan biarpun hatinya merasa girang karena melakukan
perjalanan bersama seorang dara pendekar seperti ini, dia
tidak usah takut lagi akan segala rintangan di jalan, namun
pada lahirnya dia hanya tersenyum dan menjura "Terima kasih
banyak, lihiap. Aku hanya akan mengganggumu saja."
"Kita sudah menjadi kawan baik, mengapa harus bersikap
sungkan-sungkan lagi?" kata Kui Eng, dan kedua orang
saudara Lie juga membenarkan ucapan ini.
"Terus terang saja, lihiap," kata Kang Coan "Sebelum
engkau muncul tadi, kami bertiga memang sedang
membicarakan tentang lihiap. Ang-heng menyatakan
kekawatirannya tentang perjalanannya besok pagi, dan tadi
dia berkata kalau saja mempunyai seorang kawan
seperjalanan seperti Kui-lihiap, maka akan amanlah perasaan
hatinya. Nah, Ang-heng, sekarang Kui-lihiap telah muncul dan
kebetulan sekali besok juga hendak melanjutkan perjalanan
keluar dari kota raja, bukankah hal ini merupakan jodoh
namanya" Maksudku, jodoh untuk melakukan perjalanan
bersama tentu saja!" Kedua orang saudara Lie itu tertawa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Min Tek bersama Kui Eng juga tersenyum untuk
menghilangkan rasa malu-malu yang timbul dalam hati
mereka oleh godaan itu. Pada keesokan harinya, Min Tek dan Kui Eng berangkat
meninggalkan kota raja untuk pergi ke Ki-ciu, tempat tinggal
Ang Min Tek. Mereka berdua naik kuda yang disediakan oleh
paman Min Tek dan mereka menjalankan kuda mereka
dengan perlahan keluar dari pintu gerbang kota di sebelah
selatan. Biarpun mulutnya tidak mengatakan sesuatu, namun
jantung Kui Eng berdebar tegang dan penuh kegembiraan
yang luar biasa. Sama sekali dia tidak ingat lagi kepada
suheng-suhengnya dan seluruh perhatiannya hanya ditujukan
kepada pemuda yang halus budi dan yang kini menunggang
kuda berendeng di sampingnya itu.
Baru saja mereka keluar dari pintu gerbang kota raja, tibatiba dari depan datang seorang
penunggang kuda yang membalapkan kudanya cepat sekali. Orang itu berbaju biru
dan masih muda, akan tetapi oleh karena dia melarikan
kudanya dengan cepat sehingga debu mengebul di kiri
kanannya, maka wajahnya tidak nampak nyata ketika dia
lewat berpapasan dengan Kui Eng dan Min Tek. Akan tetapi
Kui Eng yang memiliki pandang mata tajam itu dapat melihat
betapa orang itu menoleh dan memandang ke arahnya dan
dia merasa seperti mengenal wajah orang itu. Hanya dia tidak
begitu memperhatikan dan karena wajah orang itu tertutup
8 debu mengebul maka diapun hanya melihat sekelebatan saja
dan selanjutnya dia sama sekali tidak memikirkannya lagi
melainkan melanjutkan perjalanannya bersama Min Tek.
Sungguh terasa betapa bedanya perjalanan sekali ini
dibandingkan dengan perjalanan ketika dia memasuki kota
raja seorang diri. Kini segalanya nampak indah dalam pandang
matanya. Langit nampak cerah dan segala sesuatu kelihatan
berarti dan menarik. Bahkan batu-batu di atas jalan, tumbuhtumbuhan di kanan kiri jalan, gunung
yang membayang di kejauhan-semua kelihatan berseri dan indah !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Kui Eng sudah pasti tidak akan bersikap acuh
tak acuh seperti itu kalau saja dia mengetahui bahwa
penunggang kuda yang membalapkan kudanya tadi bukan lain
adalah Bun Hong! Sebetulnya, perpisahan antara Kui Eng dan
suhengnya itu, biarpun sudah berjalan cukup lama, kurang
lebih sebelas bulan lamanya, kiranya belum cukup lama bagi
Kui Eng untuk melupakan wajah suhengnja. Soalnya adalah
karena perhatiannya sebagian besar dicurahkan kepada
pemuda yang menunggang kuda di sampingnya, maka dia
seolah-olah tidak begitu memperhatikan lagi manusia-manusia
lain! Laki-laki muda yang membalapkan kudanya tadi memang
benar adalah Tan Bun Hong, kakak seperguruan pendekar
wanita itu. Seperti telah diceritakan di bagian depan, untuk
menyelamatkan keluarga Pangeran Song, pendekar muda ini
telah dinikahkan dengan puteri sulung pangeran itu, yang
bernama Song Kim Bwee, seorang dara bangsawan yang
cantik jelita. Bahkan sebulan yang lalu, Song Kim Bwee telah
melahirkan seorang anak laki-laki!
Sebagai mantu seorang pangeran, suami seorang puteri
bangsawan yang cantik jelita dan yang dalam waktu kurang
dari setahun telah dianugerahi seorang putera, sudah
sepatutnya kalau Bun Hong berbahagia. Akan tetapi


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenyataannya sama sekali tidak demikian! Tidak, Bun Hong
tidak merasa bahagia hidupnya nampak makmur, mulia dan
terhormat, berenang di lautan kemewahan dan kehormatan,
namun tetap saja Bun Hong tidak merasa bahagia Betapapun
cantik isterinya yang amat mencintanya itu, namun dia tidak
dapat melupakan Kui Eng dan di dalam hatinya tidak terdapat
rasa cinta seperti yang dirasakan terhadap Kui Eng. Dia tidak
mempunyai rasa cinta seperti itu terhadap Kim Bwee, dan
setelah menjadi mantu Pangeran Song, dia merasa seolaholah terikat kaki tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang, seluruh manusia di dunia mendambakan
kebahagiaan, mengejar kebahagiaan dan sudah tentu semua
9 itu takkan ada hasilnya. Kebahagiaan tidak dapat dikejar, tidak
dapat ditangkap lalu disimpan sebagai milik kita. Bahkan
kebahagiaan tidak dapat dirasakan, dikunyah-kunyah dan
dinikmati seperti kalau kita menikmati kesenangan. Yang
biasanya kita anggap kebahagiaan itu tak lain hanyalah
kesenangan belaka, dan kesenangan itu hanya selewat saja
dan segera tempatnya digantikan oleh kesusahan karena
senang dan susah adalah saudara kembar yang tak
terpisahkan. Kebahagiaan tidak dapat dikenang, diingat-ingat,
seperti kesenangan. Kesenangan adalah buatan pikiran yang
mengingat-ingat dan mengenang sesuatu, suatu pengalaman,
baru pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Pengalaman yang menyenangkan ini dikenang, diingat-ingat,
digambarkan, dibayangkan sebagai suatu kesenangan yang
lalu dikejar dan dicari. Memang tidak mustahil kita dapat
mengejar dan menangkap kesenangan ini, lalu kita nikmati,
akan tetapi setelah terdapat, tentu akan timbul kebosanan
karena keinginan sudah mendesak lagi untuk mencari yang
lebih nikmat dari pada itu. Dan kesenangan juga menimbulkan
rasa takut, takut akan kehilangan yang menyenangkan itu.
Kesenangan menimbulkan kedukaan, yaitu duka kalau sampai
kehilangan yang menyenangkan itu. Kesenangan yang dikejarkejar juga menimbulkan kecewa,
yaitu kalau tidak terdapat
yang dikejar, atau kalau yang dikejar itu ternyata tidak begitu
menyenangkan seperti ketika dibayangkan, dan selanjutnya.
Pendeknya, kesenangan hanyalah barang hampa yang hanya
indah nampaknya sebelum terpegang, selagi dikejar-kejar,
akan tetapi setelah dapat, tidak begitu indah lagi karena kita
selalu membanding-banding, kita selalu dipermainkan oleh
pikiran kita yang tidak puas akan yang begini akan tetapi
selalu menghendaki yang begitu, yaitu yang tidak ada!
Kebahagiaan adalah keadaan di mana tidak terdapat rasa
takut, tidak terdapat duka, tidak terdapat rasa kecewa, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdapat keinginan mengejar. Seperti cinta kasih, maka
kebahagiaan hanya pada saat ini, terdapat apa adanya dan
bukan merupakan suatu hasil dari pemikiran ! Kebahagiaan
sudah memenuhi jagat raya bagi siapa yang tidak
membutuhkan apa-apa, tidak mengejar apa-apa, tidak
mencari apa-apa. Kebahagiaan ada pada setiap saat, akan
tetapi begitu hal itu dianggap sebagai sesuatu yang
menyenangkan dan ingin dipertahankan, ingin dinikmati lagi,
maka itu bukanlah kebahagiaan lagi namanya, melainkan
kesenangan dan dengan munculnya kesenangan yang
diciptakan oleh pikiran itu maka lahir pulalah kecewa, takut,
dan duka ! Demikian pula halnya dengan Bun Hong. Dia tidak merasa
berbahagia karena hatinya ingin sesuatu yang lain dari pada
10 apa adanya. Dia tidak puas dengan keadaannya pada saat itu,
dia menginginkan suatu yang tidak ada, yaitu diri Kui Eng dan
sebagainya, maka sudah tentu saja timbul kekecewaan dan
penyesalan. Membanding-bandingkan hanya akan menimbulkan dua hal, yaitu kesombongan atau iri hati. Kalau
merasa diri sendiri lebih, timbullah kesombongan, sebaliknya
kalau dalam perbandingan itu merasa diri sendiri kurang dan
kalah, maka selain kekecewaan dan penyesalan, juga
melahirkan iri hati. Bun Hong merasa dirinya seperti terikat ketika dia menjadi
mantu Pangeran Song. Rasa bencinya terhadap Thio-thaikam
terpaksa harus dia kubur dalam lubuk hatinya, bahkan dia
dipaksa oleh kedudukannya untuk mengadakan pertemuan
dan perkenalan, beramah-tamah dengan para pembesar yang
tidak disukainya itu. Bun Hong merasa kecewa sekali dan merasa betapa
hidupnya sama sekali tidak ada gunanya. Tadinya dia menuju
ke kota raja dengan maksud membasmi pembesar yang kejam
dan yang memeras rakyat dan bertindak sewenang-wenang,
hendak menyelidiki siapa orangnya yang berdiri di belakang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
layar dan yang memegang gagang cambuk yang menyiksa
rakyat, Setelah dia tahu bahwa orang itu adalah Thio-thaikam, kini
dia tidak berdaya umuk menunaikan tugasnya, bahkan dia
mengikat diri dengan pernikahan, menjadi mantu Pangeran
Song yang harus berbaik dengan para pembesar, termasuk
tentu saja Thio-Ihaikam itu! Tidak berani bertindak oleh
karena hal ini tentu akan membahayakan keselamatan
sekeluarga ayah mertuanya.
Sering kali Bun Hong termenung dan hanya merasa rindu
sekali untuk pergi merantau dan melakukan perjalanan
Anak Rajawali 10 Shugyosa Samurai Pengembara 6 Payung Sengkala 10

Cari Blog Ini