Ceritasilat Novel Online

Tiga Naga Sakti 7

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


sebagai seorang pendekar, menolong orang-orang yang
menderita dan menentang orang-orang jahat yang
mengganggu manusia lain, melakukan semua wejangan dari
gurunya. Juga dia merasa rindu sekali kepada Kui Eng dan
Beng Han yang diduganya tentu telah menjadi suami isteri
atau setidaknya tentu telah bertunangan. Akan tetapi ketika
dia menyatakan keinginannya untuk merantau ini, Pangeran
Song berkata dengan suara halus dan yang tentu saja
membuat Bun Hong tak mampu menjawab.
"Mantuku, pikirlah baik-baik. Engkau telah menjadi suami
Kim Bwee bahkan telah mendapat kurnia seorang putera,
mengapa engkau masih hendak melakukan perantauan seperti
seorang yang masih belum berkeluarga saja" Hidup merantau
11 banyak bahayanya, bagaimana kalau terjadi sesuatu
denganmu di perantauan" Apakah hal itu tidak akan membuat
isterimu. berduka" Juga, kalau sampai terlihat orang bahwa
mantu bendahara kaisar hidup sebagai seorang perantau dan
petualang, apakah akan kata orang" Bun Hong, demi kebaikan
kita sekeluarga, harap kaubatalkan niatmu itu dan apabila
engkau ingin sekali-kali melakukan perjalanan ke luar kota,
boleh saja engkau menunggang kuda ke luar kota, asal jangan
menimbulkan keributan dan tidak bermalam di tempat lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, untuk menghibur hatinya, sering kali Bun
Hong menunggang kuda ke luar kota raja. Isterinya tahu akan
hal ini dan maklum pula bahwa suaminya tidak mencintanya.
Akan tetapi Song Kim Bwee tidak menyatakan apa-apa. Dia
maklum bahwa pernikahannya dengan Bun Hong terjadi
karena terpaksa, dan untuk menolong keselamatan keluarga
Song, untuk menghilangkan kecurigaan Thio-thaikam yang
selalu mengincar kesalahan pembesar lain untuk dijerumuskan
ke dalam jurang kehancuran. Apa lagi Pangeran Song
merupakan seorang pembesar yang paling berani menentang
kekuasaan Thio-thaikam. Untuk semua itulah Bun Hong
menjadi suaminya, maka biarpun dia amat mencinta suaminya
itu, diapun tidak menyalahkan Bun Hong kalau suami yang
dicintaiya itu sebaliknya tidak mencintanya. Betapapun juga,
sikap Bun Hong terhadapnya amat baik dan cukup mesra,
maka diapun tidak berani mengharapkan lebih dari itu,
sungguhpun kadang-kadang kenyataan ini memancing air
matanya di waktu dia duduk seorang diri.
Pada pagi hari itu, ketika Bun Hong baru saja pulang dari
melancong dan membalapkan kudanya, tiba-tiba dia melihat
Kui Eng bersama eorang pemuda tampan, naik kuda berdua
dan bercakap-cakap. Bun Hong merasa girang sekali akan
tetapi juga merasa heran mengapa sumoinya itu melakukan
perjalanan bersama seorang pemuda yang sama sekali tidak
dikenalnya. Kalau dia melihat Kui Eng melakukan perjalanan
bersama Beng Han, tentu dia akan segera melompat turun
dan menghampiri mereka dengan hati girang. Akan tetapi,
ketika dia melihat Kui Eng bersama seorang pemuda lain, dia
menjadi heran dan pura-pura tidak melihat mereka, bahkan
mempercepat larinya kuda. Setelah jauh, dia menghentikan
kudanya dengan jantung berdebar. Pertemuannya kembali
dengan Kui Eng menimbulkan kegembiraan luar biasa dan
juga ketegangan. Perasaan hatinya terhadap sumoinya ini
terasa makin rnengganggu hati dan pikirannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Min Tek dan Kui Eng melanjutkan
12 perjalanan mereka dengan gembira. Min Tek merasa girang
sekali dapat melakukan perjalanan bersama gadis yang gagah
perkasa ini, yang selalu bersikap ramah-tamah kepadanya
sehingga dia merasa seolah-olah gadis ini adalah seorang
sahabat lamanya atau bahkan seperti seorang saudaranya
sendiri. Di lain fihak, Kui Eng tentu saja merasa gembira dapat
melakukan perjalanan bersama pemuda yang dikaguminya
dan yang diam-diam telah menundukkan hatinya itu. Min Tek
mempunyai pengetahuan yang luas sekali mengenai tempattempat yang dilalui mereka karena
pemuda ini telah mempelajari ilmu bumi dan tahu akan sejarah yang ada
hubungannya dengan gunung-gunung dan tempat-tempat
yang menarik Tiada hentinya dia menceritakan tentang suatu
tempat yang mereka lalui sehingga tentu saja Kui Eng merasa
gembira sekali mendengar ceritanya itu.
Sore hari itu mereka bermalam di sebuah dusun, menyewa
dua buah kamar dalam rumah penginapan yang hanya ada
sebuah di dusun itu. Malam itu terang bulan dan cuaca indah
sekali. Melihat keindahan suasana malam, Min Tek dan Kui
Eng keluar berjalan-jalan dan melihat ke arah sebuah bukit di
mana terdapat sebuah menara yang tinggi. Min Tek dan Kui
Eng duduk di tepi sawah, memandang ke arah bukit itu dan
Min Tek lalu menceritakan suatu kisah kuno tentang menara
itu di mana menurut dongeng, dulu pernah seorang puteri
dikurung di sana oleh karena puteri itu menolak untuk
dikawinkan dengan seorang pangeran, Kui Eng mendengarkan
cerita itu dan merasa terharu sekali karena pandainya Min Tek
merangkai kata-kata dalam ceritanya.
"Ada sebuah lagu tentang peristiwa sedih itu," kata Min
Tek. "Kalau kau suka aku akan nenyanyikan dan mainkan lagu
itu dengan suling, lihiap."
"Ah, setelah kita menjadi sahabat, mengapa kau sungkan
sekali dan masih menyebutku lihiap segala, kongcu" Juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak enak diketahui orang bahwa aku adalah seorang wanita
kang-ouw yang kasar."
"Ah, maaf. Baiklah, nona. Mulai sekarang aku akan
menyebutmu nona saja," kala Min Tek sambil tersenyum dan
mengeluarkan sebatang suling yang tadi diselipkan di
pinggang, di balik bajunya.
"Aih, kiranya engkau pandai pula meniup suling, Angkongcu!" kata Kui Eng sambil nemandang
dengan mata berseri dan mulut tersenyum.
"Pandai sih tidak, akan tetapi sekedar memperlengkap
dongeng tentang puteri itu, biarlah kumainkan lagunya
untukmu, nona," jawabnya merendah dan tak lama kemudian
di bawah sinar bulan purnama yang cerah dan sejuk, suasana
sunyi itu terisi oleh alunan nada tiupan suling yang merdu.
13 Lagu yang dimainkan oleh Min Tek itu terdengar sedih sekali.
Setelah lagu itu habis, pemuda itu lalu menyanyikan lagunya,
dan ternyata bahwa pemuda itu memang pandai sekali
bersuling dan bernyanyi, suaranyapun halus dan merdu.
Lagunya sedih dan menceritakan betapa puteri yang tidak
mau dipaksa kawin itu dikeram di dalam menara sehingga
akhirnya meninggal dunia karena duka nestapa. Kui Eng
memandang dengan bengong, seluruh perhatiannya terbetot
dan pandang matanya seperti tergantung dan melekat kepada
gerak bibir pemuda itu. Setelah Min Tek selesai bernyanyi dan udara yang tadinya
asyik dengan suara-suara merdu itu kini menjadi kosong dan
hening lagi, Kui Eng memandang kepada pemuda itu dengan
basah dan dia berkata, "Ah, Ang-kongcu, tidak kusangka
bahwa engkau sepandai itu......." dia mengusap matanya yang
basah dan diam-diam Kui Eng merasa terkejut sendiri
mengapa sebuah nyanyian saja mampu memancing keluar air
mata ! "Engkau memuji saja. Kui - siocia. Kepandaian kampungan
yang tidak ada harganya. Hanya karena kegembiraanku saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka aku sampai berani melupakan kebodohanku dan meniup
suling serta bernyanyi. Kalau ada orang lain di sini pasti aku
tidak akan berani melakukannya, akan takut ditertawakan
orang." "Ang-kongcu, mengapa engkau menjadi gembira?" tiba-tiba
Kui Eng bertanya, mukanya menunduk, akan tetapi sepasang
matanya mengerling dari bawah dengan sinar tajam sekali.
Ang Min Tek memandangnya dan menjawab, "Nona,
engkau adalah seorang yang amat baik budi dan aku merasa
berbahagia sekali nendapatkan seorang kawan seperti engkau.
Engkau mengingatkan aku kepada seorang...."'
Kui Eng mengangkat muka memandang. "Mengingatkan
kepada siapa kongcu?"
"Kepada seorang yang amat dekat di hatiku........"
"Siapakah dia ?"
Akan tetapi Min Tek tidak menjawab, hanya menyimpangkan pembicaraan itu dengan ucapan perlahan,
"Kalau saja engkau seorang pria, tentu akan kuajak
mengangkat saudara. Engkau baik sekali seperti seorang
saudara sendiri bagiku."
Kui Eng diam saja dan jantungnya berdebar. Apakah
14 pemuda ini juga mencintanya " Akan tetapi, kalau mencinta,
mengapa pemuda ini ingin mengangkat saudara dengan dia "
Dara ini menjadi bingung. Dalam hal ilmu silat, boleh jadi Kui
Eng adalah seorang pendekar wanita yang lihai. Akan tetapi
mengenai lika-liku "cinta", dia masih hijau dan tidak mudah
menangkap apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Dia,
menduga-duga dan menjadi 'birigung sendiri.
"Kui siocia, hari telah larut malam, mari kita kembali, besok
kita melanjutkan perjalanan pagi-pagi agar dapat sampai ke
Ki-ciu dalam waktu tiga hari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng yang sedang termenung menjawab, "Ang-kongcu,
kau kembalilah dulu. Aku ingin duduk seorang diri di sini untuk
beberapa lama lagi."
"Baiklah, akan tetapi jangan terlalu lama, nona. Biarpun
udara terang dan hawanya sejuk, akan tetapi lama berada di
luar, kau akan dapat terkena angin dan kurang baik bagi
kesehatanmu." Pemuda itu lalu meninggalkan Kui Eng,
berjalan seorang diri kembali ke rumah penginapan yang tidak
berapa jauh letaknya dari tempat itu.
Kui Eng masih duduk termenung dan bermacam-macam
pikiran timbul di dalam benaknya. Tidak dapat diragukan lagi,
dia merasa jatuh cinta kepada pemuda yang halus dan sopan
itu. Ingin sekali dia menanyakan riwayat pemuda itu, untuk
mengetahui keadaannya akan tetapi dia merasa sangsi apakah
pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak akan melanggar batas
kesopanan. Kepada seorang pemuda seperti kedua suhengnya
yang belum dan tidak terlalu terikat dengan segala macam
peradatan dan sopan santun dia tidak akan merasa ragu-ragu
lagi. Akan tetapi Ang Min Tek adalah seorang pemuda yang
lain lagi sifatnya. Dia seorang yang terpelajar tinggi dan
mengutamakan sopan santun, sehingga dia tidak berani
bersikap sembarangan dan selalu menjaga diri agar jangan
sampai dianggap sebagai seorang gadis liar oleh Min Tek!
Tiba-tiba dia mendengar suara kaki di sebelah belakangnya
dan terdengar suara memanggilnya dengan suara lirih,
"Sumoi........"
Kui Eng cepat melompat berdiri dan membalikkan
tubuhnya. Ternyata Bun Hong telah berdiri di depannya.
"Ji-suheng.......!" Kui Eng berseru dengan girang sekali,
"Ah, kalau begitu, tentu engkau penunggang kuda yang
membalap tadi, bukan?"
"Benar, sumoi. Dan di manakah adanya tunanganmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terbelalak mata Kui Eng mendengar pertanyaan ini, akan
tetapi oleh karena semenjak dahulu sudah sering kali dan
15 sudah biasa Bun Hong berkelakar dan menggodanya, maka
dia menjawab sambil tertawa, "Suheng, masa datang-datang
kau hendak menggoda aku" Tunangan mana yang kau
maksudkan" " "Aku tidak menggoda dan juga tidak berkelakar, sumoi.
Bukankah kau sudah bertunangan dengan suheng" "
"Maksudmu dengan twa-suheng" Ah, jangan kau bicara
yang bukan-bukan, ji-suheng !" kata Kui Eng, akan tetapi
wajahnya berobah merah. "Apa !" Betul-betul engkau tidak bertunangan dengan
suheng" " tanya Bun Hong sambil melangkah maju dan
mendengar betapa suara Bun Hong mengandung getaran
aneh, Kui Eng memandang dengan heran.
"Ji-suheng, siapakah yang bertunangan" Aku tidak pernah
bertunangan dengan siapapun."
"Betulkah........"
meminangmu........?"
Bukankah suheng dulu telah "Memang ibunya meminangku, akan tetapi ..... "
"Kau menolaknya......." Sumoi, jawablah, kau ....... kau
menolak pinangannya " "
Kui Eng memandang makin terheran-heran."Eh, kenapakah
kau, ji-suheng" Memang benar aku telah menolaknya!"
"Kau.....kau tidak mencinta suheng, sumoi?"
Kini merahlah wajah Kui Eng dan sinar matanya mulai
memperlihatkan kemarahan. "Ji-suheng, ingatlah, kau
mengajukan pertanyaan yang bukan-bukan, sikapmu ini tidak
semestinya setelah kita saling berpisah selama setahun dan
baru bertemu sekarang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, dengan wajah pucat dan bibir gemetar Bun
Hong melangkah maju nada suaranya amat mendesak,
"Jawablah, sumoi ..., jawablah apakah engkau tidak mencinta
twa suheng.........?"
Kui Eng memandang dengan terbelalak. Wajah suhengnya
itu di bawah sinar bulan purnama nampak pucat mengerikan,
seperti orang yang sakit keras. Saking tegang dan heran
batinya, dia tidak mampu menjawab hanya nenggelengkan
kepala berkali-kali dan menarik napas panjang.
Tiba-tiba Bun Hong menjatuhkan dirinya berlutut di depan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

16 Kui Eng sehingga dara itu menjadi kaget dan heran sekali, lalu
melangkah mundur. "Sumoi....... sumoi.... ah, kalau kuketahui hal itu....... kalau
aku tahu bahwa engkau menolak pinangan suheng, bahwa
engkau tidak cinta kepadanya........ ahhh.......!"
Karena sejak kecil dia telah hidup di dekat Bun Hong, maka
timbullah kekhawatiran di dalam hati Kui Eng. Hubungannya
dengan Bun Hong sudah seperti kakak dan adik kandung saja,
maka melihat keadaan suhengnya ini, Kui Eng cepat
melangkah maju lagi dan memegang pundak Bun Hong,
ditariknya pemuda itu berdiri dan gadis itu menatap wajah
Bun Hong dengan tajam penuh selidik. "Ji-suheng. Kenapa
engkau " Kurang lebih setahun kita tidak saling jumpa dan
engkau telah bcrobah sekali ..... mengapa kau begini pucat
dan gelisah" Apa yang telah terjadi ........?"
"Sumoi, kalau saja aku tahu........ ah, biarlah sekarang saja
kuakui semuanya. Sumoi. Dengarlah baik-baik. Sudah
semenjak kita berada di puncak Kwi-hwa-san, sejak kita masih
kecil aku..... aku telah mencintamu, sumoi. Aku mencintamu
dan selalu merindukanmu, mengharapkan setiap saat untuk
melihat api cinta terpancar dari matamu, mengharapkan
engkau membalas perasaanku. Kemudian......... kemudian aku
mendengar percakapan antara suheng dan ibunya, bahwa
ibunya hendak menjodohkan dia dengan engkau. Aku lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalah, aku pergi, karena takkan kuat hatiku melihat kau
bertunangan dengan suheng. Akan tetapi, aku rela, aku rela
mengundurkan diri dan mengalah. Aku terlalu mencinta
engkau dan suheng, tidak dapat aku menghalangi
kebahagiaan kalian. Akan tetapi sekarang........ ternyata kau
tidak membalas cintanya, kalian tidak bertunangan! Ya
Tuhan...... kalau aku tahu....... aku akan mencintamu dengan
seluruh jiwaku! Akan tetapi aku sekarang telah terikat eraterat! Akan tetapi, sumoi, aku akan
melepaskan belenggu itu sekarang juga, aku cinta padamu, sumoi, marilah kita pergi
berdua ke alam bebas, menikmati hidup bersama. Sumoi, aku
cinta padamu.......!" Kembali Bun Hong menjatuhkan diri
berlutut di depan Kui Eng seperti orang yang telah berobah
ingatan ! Memang semua yang dihadapinya dalam hidup serba
mengecewakan hati Bun Hong, membuat pemuda ini seperti
gila karena menyesal. Semua sudah terlanjur dan dia ingin
menjangkau hal-hal di luar jangkauannya,mengira bahwa yang
dijangkaunya itu akan merobah kehidupannya yang dianggap
penuh dengan kekecewaan itu.
Kini Kui Eng tidak membangunkannya, bahkan sejak tadi,
dara yang mendengarkan pengakuan Bun Hong itu telah
menjadi pucat sekali mukanya dan tubuhnya menggigil. Kini
dia malah melangkah mundur dua tindak dengan kaki terasa
17 lemas, menjauhi suhengnya.
"Ji-suhcng........" suaranya gemetar, kedua kakinya
menggigil, wajahnya pucat, "jangan ..... jangan bersikap
demikian ..... ! " "Sumoi, aku cinta padamu.......!" Bun Hong berbisik,
menyembah - nyembah dan mengangkat mukanya yang
tampan, yang ditimpa cahaya sinar lembut dari bulan
purnama, wajah yang pucat dan sinar mata yang penuh
permohonan, mengharapkan kasihan orang.
"Tidak, suheng. Kau tidak cinta padaku ! Hubungan antara
kita adalah sebagai kakak dan adik aku tidak bisa membalas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cintamu dan tidak mungkin menjadi jodohmu!" jawaban ini
diucapkan dengan suara tegas karena dara ini teringat kepada
Min Tek, pemuda yang benar-benar dicintanya itu.
Bu Hong mengangkat mukanya yang pucat dan dari
sepasang matanya menyambar keluar pandang mata yang
tajam. Tiba-tiba dia melompat berdiri dan sikapnya
menakutkan dengan wajahnya yang pucat dan matanya yang
kemerahan. "Sumoi, kalau begitu kau...... kau mencintai
pemuda kutu buku itu.......?""
Marahlah hati Kui Eng mendengar Min Tek yang tidak
bersalah apa-apa dimaki kutu buku "Andaikata benar, kau
perduli apakah?" jawabnya sambil membalas pandang mata
suhengnya dengan tajam dan sikapnya penuh tantangan.!
"Apa......." Ha-ha, tidak mungkin! Kau, sumoiku yang
gagah perkasa ini, mencintai seorang kutu buku yang
mengangkat pena saja hampir tidak kuat" Tidak mungkin itu
dan .., tidak boleh! Aku akan melarangnya, lebih baik kubunuh
saja kutu buku itu!"
"Ji-suheng.......!"' Kui Eng membentak dengan suara penuh
kemarahan. Hatinya sebal sekali mendengar ucapan itu.
"Sumoi, aku cinta padamu. Kalau kau menikah dengan
suheng, aku akan mengalah dengan hati rela, aku akan
menghibur hatiku yang berdarah dan terluka dengan
kenangan dan bayangan betapa engkau hidup berbahagia
dengan suheng. Akan tetapi, aku tidak tahan melihat seorang
pria lain berdiri di sampingmu, menjadi suamimu. Apa lagi dia
seorang cacing buku yang lemah. Huh, akan kubunuh dia ! "
"Ji-suheng! Kau gila! Agaknya kau telah kemasukan iblis !"
Bun Hong tertawa masam. "Memang, memang aku telah
kemasukan iblis. Untuk menolong keluarga baik-baik, aku
terpaksa harus menikah dengan seorang yang tidak kucinta.
Aku terbelenggu seumur hidupku, dan tidak ada kekuatan
yang dapat mematahkan belenggu ini, kecuali engkau, sumoi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
18 Apabila engkau sudi membalas cintaku, sekarang juga
kupatahkan belenggu itu, dan biarpun dihadapan kita
terbentang lautan api yang menghadang, akan kuterjang
bersamamu!" "Ji-suheng cinta kasih tidak dapat dipaksakan. Kau telah
tersesat! " Bun Hong tertawa geli, kemudian dia melompat pergi dari
tempat itu dan terdengar suaranya mengancam, "Kau harus
tinggalkan dia, cacing buku itul Kalau kau melanjutkan
hubunganmu dengan dia, akan kubunuh jahanam itu, sumoi!"
Kui Eng hendak membantah akan tetapi bayangan
suhengnya telah lenyap ditelan kegelapan bayangan bayangan
pohon. Kui Eng berdiri bagaikan patung di tempat itu. Masih
belum lenyap keheranan dan terkejutnya melihat betapa Bun
Hong muncul dalam keadaan seperti itu. Tiba tiba saja
keluarlah air matanya. Semenjak dulu dia suka kepada jisuhengnya ini yang pandai berkelakar dan
suka menggodanya, juga pandai menghiburnya. Bahkan, semenjak
kecil, seperti juga twa-suhengnya, Bun Hong sering kali
menolongnya, mencarikan buah-buah yang lezat, mencarikan
bunga - bunga yang indah.
Bun Hong melarang dia bergaul dengan Min Tek?" Tiba-tiba
merahlah wajah Kui Eng, merah karena marah. Siapa hendak
melarangnya " Tidak ada iblis manapun yang akan dapat
melarangnya ! Dia tidak takut akan ancaman Bun Hong. Kalau
ji-suhengnya itu benar-benar telah gila dan hendak
membunuh atau menyerang Min Tek, dialah yang akan
membelanya ! Dia tidak takut sedikitpun juga sungguhpun dia
maklum akan kelihaian ji- suhengnya itu.
Dengan perlahan Kui Eng lalu berjalan kembali ke rumah
penginapan itu. Pada keesokan harinya, ketika Min Tek
menegurnya dengan senyum manis dan bertanya mengapa
wajahnya agak pucat dan muram, Kui Eng hanya tertawa saja
dan tidak menceritakan sesuatu tentang pertemuannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Bun Hong. Memang semalam dia tidak dapat tidur
sama sekali, gelisah seorang diri di atas pembaringan di dalam
kamar itu. Mereka berdua lalu bersantap pagi, kemudian menunggang
kuda melanjutkan perjalanan mereka. Kui Eng selalu bersikap
waspada dan hatinya bersiap siaga menjaga segala
kemungkinan yang timbul sebagai akibat ancaman jisuhengnya malam tadi. Ketika mereka tiba di
sebuah hutan yang sunyi, terbuktilah bahwa ancaman Bun Hong semalam
tidak kosong belaka karena di depan sana, di tengah jalan itu,
nampak berdiri seorang pemuda yang memegang sebatang
pedang di tangan kanan dan pemuda ini bukan lain adalah
Bun Hong ! Pakaian Bun Hong gagah sekali, seperti pakaian
19 seorang pangeran muda, dan hal ini baru sekarang nampak
oleh Kui Eng karena semalam dara ini kurang memperhatikan
pakaian suhengnya. Kui Eng dan Min Tek menghentikan kuda mereka di depan
pemuda itu dan Min Tek memandang dengan penuh
keheranan dan penuh perhatian, juga dia diam-diam merasa
kagum kepada pemuda yang gagah dan tampan itu, menduga
duga siapa pemuda ini dan mengapa berdiri menghadang di
tengah jalan dengan pedang di tangan.
"Ji-suheng, mengapa kau menghadang perjalanan kami?"
terdengar Kui Eng bertanya dengan suara tenang.
Mendengar ucapan dara ini, Min Tek terkejut bukan main
dan cepat dia turun dari atas kudanya dan menjura kepada
Bun Hong. "Maafkan, siauwte tidak tahu bahwa taihiap adalah
suheng dari Kui-lihiap. Terimalah hormat dari Ang Min Tek."
Akan tetapi, Bun Hong sama sekali tidak memperdulikan
pemuda itu, bahkan dia lalu berkata kepada Kui Eng, "Sumoi
sekali lagi kuminta, kautinggalkan dia ini dan pergi bersamaku,
atau aku terpaksa akan memenggal dulu batang lehernya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng menjadi marah sekali dan cepat dia melompat
turun dari atas punggung kudanya sambil mencabut
pedangnya pula. "Suheng, suhu mengutus aku turun gunung
untuk membasmi kejahatan ! Biarpun engkau sendiri, kalau
berlaku jahat dan sewenang-wenang, terpaksa akan
kutentang!" "Hemm, bagus! Kalau begitu, terpaksa aku akan
membunuh cacing ini!" Secepat kilat Bun Hong menggerakkan
pedangnya menyerang. Min Tek yang berdiri terlongong
karena tidak tahu mengapa kedua orang saudara seperguruan
ini begitu bertemu terus bertengkar, dan tidak tahu puia
mengapa pemuda yang gagah itu datang - datang hendak
membunuhnya ! "Tranggg........!" Pandang mata Min Tek silau oleh percikan
bunga api yang memancar keluar ketika pedang Kui Eng
menyambar dan menangkis pedang Bun Hong. Akan tetapi,
setelah pedangnya ditangkis oleh sumoinya, Bun Hong tidak
memperdulikan sumoinya, terus saja dia mengulangi
serangannya ke arah Min Tek.
"Cringgg.......I"
tangkisan Kui Eng. Kembali pedangnya terpental 20 oleh Bun Hong mengulangi serangannya sampai tiga kali, akan
tetapi tiga kali pula Kui Eng dapat menangkisnya.
"Ji suheng! Kalau kau tidak menarik kembali pedangmu,
terpaksa aku akan menyerang-mu! " Kui Eng membentak
marah. Akan tetapi, Bun Hong menjawabnya dengan suara ketawa
yang menyeramkan dan kembali dia sudah menerjang maju,
menyerang dengan tusukan kilat ke dada Min Tek. Pemuda ini
terkejut dan hanya melangkah mundur dengan kaget. Sekali
ini, Kui Eng tidak dapat menahan sabarnya lagi, dan segera
satelah dia menangkis tusukan ke arah dada pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sasterawan itu diapun cepat membalas dengan serangan kilat
kepada ji-suhengnya. "Tranggg........!" Kini Bun Hong terpaksa menangkis dan
pemuda ini harus mencurahkan seluruh perhatiannya karena
sumoinya itu telah menyerangnya dengan cepat sekali dan
secara bertubi-tubi karena Kui Eng telah menjadi marah bukan
main. Segera dua orang kakak beradik seperguruan itu telah
bertempur seru dan bayangan mereka lenyap digulung sinarsinar pedang yang berkeredepan. Akan
tetapi, Bun Hong tidak pernah balas menyerang, hanya mengelak dan menangkis
saja. "Sumoi, aku tak dapat mengganggumu, aku hanya ingin
membunuh cacing itu saja!" Bun Hong berkata sambil
menangkis dua kali tusukan pedang beruntun dari sumoinya.
"Tan Bun Hong!" Kui Eng membentak dengan sinar mata
berapi. "Kau bisa membunuhnya selelah melewati mayatku!"
"Aha, begitukah" Kalau kau sudah begitu nekat, terpaksa
aku harus membunuh kalian berdua ! Lebih baik melihat kau
mati di ujung pedangku dari pada melihat kau digandeng lakilaki lain !" teriak Bun Hong dan kini
diapun membalas dengan serangan-serangan hebat. Terjadilah perkelahian mati-matian
yang amat hebat antara kedua saudara seperguruan ini.
Kekuatan mereka memang seimbang. Sungguhpun Bun Hong
menang tenaga dan keuletan, namun Kui Eng telah mendapat
pengalaman berkelahi lebih banyak dan memang sejak dulu di
antara tiga orang murid Lui Sian Lojin itu, Kui Eng memiliki
ginkang yang lebih tinggi sehingga gerakannya lebih gesit dan
lebih cepat dari pada gerakan Bun Hong.
Melihat perkelahian itu, Min Tek menjadi bingung bukan
main. Mendengar percakapan antara kedua orang muda itu
tadi, maklumlah dia bahwa gara-gara perkelahian itu adalah
dirinya sendiri ! Agaknya Kui Eng jatuh cinta kepadanya dan
suhengnya itu merasa cemburu ! Dia terkejut bukan main.
Celaka! Dia harus mencegah pertempuran itu. Maka, berulang21 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ulang Min Tek berseru lantang, "Taihiap! Lihiap, berhentilah !
Dengarlah keteranganku....!"
Akan tetapi, Kui Eng dan Bun Hong keduanya memiliki
watak yang keras dan pantang mundur, maka seruan berkalikali itu tidak mereka dengarkan dan
mereka bahkan bertempur makin seru dan nekat !
Pada saat itu, dari jauh datang seorang laki-laki dengan
jalan perlahan, akan tetapi ketika melihat pertempuran di
depan itu, dia lalu berlari cepat sekali menghampiri. Setelah
dekat, orang itu berseru keras, "Sute........! Sumoi... ! Apakah


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalian sudah menjadi gila" Tahan!" Orang ini bukan lain
adalah Gan Beng Han ! Setelah sembuh dari racun jarum akibat serangan Tek Po
Tosu, Beng Han meninggalkan dusun Kiong-nam-teng dan
pergi ke kota raja untuk mencari sutenya. Tak disangkanya
sama sekali bahwa dia akan bertemu dengan sute dan
sumoinya di tempat itu dalam keadaan saling serang secara
mati-matian. Melihat betapa kedua orang itu tidak mau berhenti oleh
teriakannya, Beng Han lalu mencabut pedangnya dan
melompat ke tengah medan pertempuran, menggerakkan
senjatanya menangkis dan menahan sinar pedang kedua
orang adik seperguruannya itu.
"Tranggg........cring........!Berhenti.......!Berhenti.....! Kalian
orang-orang bodoh! Mengapa saling serang seperti orang
orang gila?" Kui Eng berdiri dengan napas terengah-engah dan pedang
dipegangnya erat-erat, sedangkan Bun Hong berdiri dengan
dahi penuh keringat, juga memegang pedang sambil
memandang dengan muka pucat dan mata liar.
"Dia...... dia hendak membunuh Ang kongcu....." kata Kui
Eng kepada Beng Han, hidungnya kembang-kempis, matanya
berapi-api penuh kemarahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Han memandang ke arah pemuda pelajar itu yang
berdiri bengong dan bingung.
"Siapakah dia, sumoi?" tanya Beng Han.
"Dia adalah....... adalah sahabatku," jawab Kui Eng.
Beng Han memandang tajam ke arah Bun Hong. "Sute,
mengapa kau hendak membunuh dia " "
Bun Hong cemberut, kemarahannya masih bergolak. Dia
tidak membenci Min Tek, bahkan tidak memperdulikan
pemuda itu. Pemuda itu tidak ada artinya baginya, kalau dia
hendak membunuhnya hanya karena pemuda itu dipilih oleh
Kui Eng. Pemuda itu karena dekat dengan Kui Eng, dan
22 siapapun orangnya yang didekati Kui Eng, tentu akan
dibunuhnya! Maka, pertanyaan suhengnya itu seperti tidak
didengarnya karena baginya, membunuh atau tidak
membunuh siucai itu tidaklah penting.
"Suheng, mengapa kau tidak jadi bertunangan dengan
sumoi ?" Pertanyaan itu diucapkannya keras-keras seperti
orang mencela dan menegur sehingga Beng Han menjadi
heran dan terkejut sekali dan wajahnya berobah merah.
Mendengar sutenya itu bicara seperti itu, di depan Kui Eng,
bahkan di depan seorang pemuda asing, benar-benar amat
mengejutkan sekali. "Sute, omonganmu ini sungguh tidak patut!" bentaknya.
"Tidak patut katamu " " Dada Bun Hong terengah-engah
karena menahan gelora hatinya yang penuh kemarahan.
"Suheng, kau tahu betapa perasaan hatiku terhadap sumoi !
Kita bertiga semenjak kecil bersama-sama, senasib
sependeritaan. Kalau sumoi menjadi jodohmu, aku rela .... aku
mengalah, akan tetapi kalau sumoi memilih laki-laki lain, aku
tidak rela ! Sumoi mencinta pemuda ini, maka dia harus
kubunuh! Kalau sumoi menghalangi, biar kubunuh keduanya !"
"Sute, kau gila......! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengusap beberapa butir air mata yang menuruni
kedua pipinya. "Bun Hong, kau manusia kejam! Kau membikin
malu kepadaku. Mari kita bertanding mengadu jiwa!" Kui Eng
melompat maju dan menyerang, akan tetapi Beng Han
mencegahnya. "Sumoi, sabarlah dan serahkan urusan ini kepadaku.
Sebetulnya, apakah yang terjadi" "
Kui Eng memandang kepada Beng Han dengan air mata
masih membasahi pipinya, "Suheng, aku tidak bersalah apaapa. Aku hanya mengantar Ang-kongcu
yang hendak kembali ke dusunnya. Tahu-tahu ji - suheng menghadang di sini dan
hendak membunuh kami."
Beng Han berpaling kepada Bun Hong dani membentak.
"Sute, jangan kau melanjutkan kesesatanmu itu. Hubungan
kita dengan sumoi hanyalah sebagai saudara seperguruan dan
urusan pribadinya tidak boleh kita mencampurinya. "
"Ah, kau tidak tahu hatiku, kau tidak tahu penderitaanku.
Pendeknya, sumoi hanya boleh memilih antara kau atau aku,
tidak boleh memilih orang lain ! Biar kubunuh pemuda pucat
itu !" teriak Bun Hong marah. "Kalau kau membelanya,
suheng, terpaksa aku akan melawanmu pula !"
"Manusia sesat!" Beng Han membentak marah,"Sumoi, kau
lanjutkanlah perjalananmu bersama kongcu ini, biar aku yang
akan menghadapi sute." Sementara itu, Min Tek yang
mendengarkan semua ini, menjadi pucat dan tubuhnya
menggigil. Sama sekali bukan karena takut, akan tetapi karena
23 terharu. Baru sekarang dia tahu bahwa tiga orang ini adalah
saudara - saudara seperguruan yang tinggi ilmu
kepandaiannya, dan karena kini mereka bertengkar karena
dia, maka sudah tentu dia merasa bingung sekali. Mendengar
betapa Kui Eng mencintanya, dia merasa terharu bukan main.
Mula-mula, dara itu yang hendak membelanya dengan taruhan
nyawa, sampai melawan suheng sendiri, kini orang pertama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari tiga orang bersaudara seperguruan itupun hendak
membelanya "Kui-lihiap, biarlah kujelaskan kepada suhengmu........"
katanya. Akan tetapi Kui Eng telah melompat ke atas
punggung kudanya dan berkata,
"Ang-kongcu, marilah kita pergi ! " Terpaksa Min Tek naik
ke atas punggung kudanya pula dan ikut pergi dengan cepat
menyusul Kui Eng yang telah mendahuluinya. Bun Hong
marah sekali. "Suheng, kau tidak tahu betapa besar cintaku
terhadap sumoi. Lebih baik aku mati di tanganmu dari pada
melihat sumoi menjadi isteri pemuda lemah dan pucat itu!
Kalau kaususul dia dan mengambil sumoi sebagai isterimu,
aku akan merasa bahagia dan rela, suheng. Akan tetapi, kalau
kau membiarkan dia merendahkan diri dan menjadi jodoh
pemuda itu, biar bagaimanapun juga, aku akan
menghalanginya." "Sute, tidak kusangka bahwa setelah berada di kota raja,
engkau menjadi gila. Perasaan hatimu terhadap sumoi yang
kaunamakan cinta itu sesungguhnya bukanlah cinta kasih
yang sejati, melainkan cinta palsu yang diliputi nafsu semata,
nafsu hendak menyenangkan dirimu sendiri ! Kau hendak
membunuh pemuda pelajar yang tidak berdosa itu" Baik, ada
aku yang akan membelanya! "
"Kau........?" " Kedua mata Bun Hong yang sudah merah
karena marahnya itu tiba-tiba mengeluarkan dua titik air mata.
"Kau hendak melawan aku, suheng" Kau.......?"
"Apa boleh buat. Lebih baik melihat saudaraku yang
kukasihi mati dari pada melihat dia hidup melakukan
kejahatan!" Bun Hong berteriak keras dan menerjang maju mengirim
tusukan dengan pedangnya. Beng Han menangkis dan
keduanya lalu bertempur hebat, lebih seru dan lebih matimatian dari pada ketika Bun Hong
bertempur melawan Kui Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Eng tadi. Bun Hong memiliki kecepatan gerakan luar biasa dan
pedangnya berkelebat menyambar-nyambar 24 dengan ganasnya. Biarpun dia masih kalah cepat kalau dibandingkan
dengan Kui Eng, akan tetapi dibandingkan dengan suhengnya
ini dia masih menang tinggi tinggi ginkangnya. Akan tetapi,
Beng Han yang waspada dan tenang dapat menghadapinya
dengan baik dan mengembalikan setiap serangan sutenya
karena memang dasar ilmu silat Beng Han lebih matang dari
pada sutenya. Kalau tadi, ketika Bun Hong bertempur
melawan Kui Eng, mereka bergerak cepat seperti sepasang
naga memperebutkan mustika dan gerakan mereka itu amat
mirip karena keduanya mengandalkan kecepatan, adalah kini
pertempuran antara Bun Hong dan Beng Han memperlihatkan
gerakan yang amat berbeda di antara mereka. Bun Hong
bergerak gesit dan pedangnya menyambar ganas dan cepat,
sedangkan gerakan Beng Han tenang dan mantep, pedangnya
membentuk gulungan sinar yang kokoh kuat. Betapapun juga,
ilmu pedang mereka bersumber dari satu dasar ilmu pedang,
yaitu Kwi-hoa Kiam-hoat, maka tentu saja mereka dapat
mengembalikan setiap serangan dengan baik. Mereka hanya
mengandalkan keuletan dan kegesitan kaki tangan belaka dan
kedua orang kakak beradik seperguruan ini tidak jauh bedanya
dengan kalau mereka sedang berlatih ilmu pedang mereka!
Pantangan bagi orang yang sedang bertanding silat adalah
perasaan takut, bimbang dan terutama sekali nafsu amarah.
Biarpun Bun Hong tidak merasa takut, akan tetapi
menghadapi Beng Han dia merasa bimbang dan kehilangan
sebagian kepercayaan diri sendiri, dan hatinya masih diliputi
kemarahan sehingga gerakan pedangnya tidaklah semantap
dan setepat gerakan Beng Han. Oleh karena itu, beberapa kali
hampir saja dia menjadi korban pedang suhengnya, baiknya
Beng Han masih merasa tidak tega dan kasihan kepada
sutenya itu sehingga setiap kali ujung pedangnya sudah
mendekati sasaran, dia segera menarik kembali serangannya
itu. Beng Han amat mencintai adik seperguruannya ini, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja tidak tega hatinya untuk melukainya, apa lagi
membunuhnya. Tiba-tiba Beng Han mengeluarkan bentakan nyaring,
pedangnya menyerang dengan jurus Angin Taufan
Menyambar Pohon. Gerakannya hebat dan kuat sekali
sehingga ketika Bun Hong menangkis, ujung pedang Beng
Han masih mendesak dan berhasil melukai lengan tangan Bun
Hong, Kulit dan daging lengan itu terobek dan darah
bercucuran keluar. Beng Han terkejut dan melompat mundur,
sedangkan Bun Hong dengan tersenyum pahit lalu
menggunakan ujung lengan bajunya untuk menghapus darah
di lengannya itu. "Suheng, kau hebat sekali," katanya.
25 Beng Han berkata dengan suara sedih, "Su-te, janganlah
kita bertempur lagi. Insaflah, tidak baik ilmu pedang yang kita
pelajari dengan susah payah itu kita pergunakan untuk saling
serang sendiri." Akan tetapi Bun Hong tertawa menyeramkan dan berkata,
"Suheng, ketahuilah. Selama berbulan-bulan hatiku gelisah
dan menderita karena memikirkan sumoi. Aku telah banyak
menderita, bahkan nasibku yang sial membawaku terbelenggu
dan untuk menolong keluarga Pangeran Song aku terpaksa
menikah dengan puterinya, sementara hatiku masih tetap
merindukan sumoi. Aku menghibur kesedihanku dengan
pikiran bahwa sumoi sudah sesuai menjadi jodohmu dan
karena kalian adalah orang-orang yang kukasihi, maka aku
merasa rela dan ikhlas. Tidak tahunya, kalian tidak
bertunangan dan bahkan sumoi mendekati seorang pemuda
pelajar yang lemah. Bagaimana hatiku bisa senang " Luka
sedikit ini tidak ada artinya, ayo kita lanjutkan, suheng, dan
jangan kepalang tanggung kau mengerjakan pedangmu!"
"Sute........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Bun Hong sudah melompat maju dan
menyerang pula sehingga Beng Han merasa bingung dan
berduka sekali. Terpaksa dia mengangkat pedangnya
menangkis. Pada saat itu terdengar suara tertawa keras
bergelakdan tiga bayangan orang berkelebat mendatangi.
Mereka itu adalah Tek Po Tosu, Bong Kak Im, dan Bong Kak
Liong, tiga orang jagoan kelas utama dari Thio-thaikam!
Mereka ini semenjak dahulu telah menaruh curiga terhadap
Bun Hong, akan tetapi oleh karena Bun Hong dapat
mengendalikan diri dan tidak pernah memperlihatkan
kepandaiannya, maka merekapun tidak mempunyai bukti dan
tidak berdaya untuk mencelakainya. Akan tetapi, mereka tidak
pernah berhenti menyebar penyelidik dan mereka mendengar
dari para penyelidik bahwa mantu Pangeran Song itu sering
kali berkuda ke luar kota, entah melakukan pekerjaan apa
Timbullah kembali kecurigaan tiga orang jagoan itu dan
setelah mereka memberi laporan kepada Thio-thaikam,
mereka lalu diutus untuk menyelidiki. Demikianlah, mereka
lalu mengadakan penyelidikan, selalu membayang Bun Hong
dengan diam-diam sehingga mereka dapat mengetahui ketika
Bun Hong bertempur dengan Kui Eng dan kemudian setelah
melihat munculnya Beng Han dan mendengar percakapan
mereka, tahulah tiga orang jagoan kota raja ini bahwa Bun
Hong benar benar adalah pemuda berkedok yang dulu pernah
menyerang Thio-thaikam. Segera mereka muncul dan
terdengar suara Tek Po Tosu.
"Aha, tidak tahunya mantu Pangeran Song benar-benar
adalah pemberontak yang kami cari cari!"
26 Bun Hong dan Beng Han terkejut sekali nendengar ini dan
mereka segera menghentikan perkelahian mereka dan berdiri
berdampingan, menghadapi tiga orang jagoan dari Thiothaikam itu. Melihat Beng Han, Tek Po Tosu
tertawa lagi mengejek. "Eh, eh, tidak tahunya mantu Pangeran Song
adalah sute dari pemberontak yang telah kujatuhkan! Masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum mampuskah engkau" Baik, baik! Kalau begitu sekarang
akan kubinasakan kalian pemberontak-pemberontak rendah !"
Sambil berkata demikian, tosu itu mencabut siang-kiamnya
sedangkan Bong Kak Im juga sudah mengeluarkan sepasang
kapaknya yang dahsyat, diikuti oleh Bong Kak Liong yang
menarik keluar sebatang goloknya yang lihai.
"Sute, mari kita basmi anjing-anjing penjilat ini!" kata Beng
Han dengan penuh geram. Bun Hong tersenyum. "Baik, suheng. Memang telah lama
sekali aku ingin membunuh anjing-anjing rendah ini!"
"Pemberontak hina, bersedialah menerima kematian!" Bong
Kak Im berseru dan mulai menyerang dengan sepasang
kapaknya. Serangannya ini disambut oleh Bun Hong.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Penebang kayu, jangan kau menjual lagak di sini!"
teriaknya dan dia sudah menggerakkan pedangnya untuk
menangkis dan balas menyerang. Bong Kak Liong lalu
menggerakkan goloknya membantu kakaknya sehingga Buh
Hong segera dikeroyok dua, akan tetapi orang muda itu
dengan gagahnya memutar peding dan memainkan ilmu
pedangnya yang lihai. Beng Han menghadapi Tek Po Tosu. Dia menudingkan
pedangnya ke arah muka tosu itu sambil berkata, "Pendeta
keparat! Sekarang tiba saatnya bagi kita untuk mengadu
kepandaian tanpa mengandalkan pengeroyokan. Majulah dan
kau boleh mempergunakan semua jarum-jarum jahatmu yang
hanya menunjukkan sifatmu yang pengecut itu!"
"Pemberontak sombong!" Tek Po Tosu berteriak dan segera
melompat dan menerjang Beng Han dengan sepasang
pedangnya yang digerakkan dari kanan kiri secara menyilang !
Akan tetapi, dengan sikap tenang Beng Han memutar
pedangnya dan sekaligus dia berhasil menangkis sepasang
pedang lawan itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cring! Tranggg......."!" Bunga api berpijar dan keduanya
meloncat mundur untuk memeriksa senjata masing-masing
karena pertemuan pertama yang dilakukan dengan
pengerahan tenaga tadi membuat mereka merasa tangan
mereka kesemutan dan khawatir kalau-kalau senjata mereka
menjadi rusak. Akan tetapi setelah melihat bahwa pedang
27 mereka tidak rusak, mereka sudah menerjang lagi ke depan
dan saling serang dengan mati-matian karena mereka maklum
bahwa mereka menghadapi lawan yang tangguh.
Terjadilah pertempuran yang amat hebat dan seru di
tempat sunyi itu, disaksikan oleh pohon pohon yang
bermandikan cahaya matahari yang terik. Tidak ada orang lain
di tempat itu kecuali lima orang yang sedang bertanding matimatian itu. Kesunyian di tempat itu
dipecahkan oleh suara senjata yang beradu dan seruan-seruan mereka yang
berkelahi, terutama sekali suara sepasang kapak di tangan
Bong Kak Im yang setiap kali bertemu dengan pedang lawan
terdengar berdenting nyaring. Dua orang murid Lui Sian Lojin
itu harus mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan
seluruh kepandaian mereka karena sekali ini mereka benarbenar menghadapi lawan-lawan yang
tangguh Bun Hong pernah menghadapi Bong Kak Liong, akan tetapi
pada waktu itu dia dikeroyok oleh banyak sekali perwira
sehingga dia tidak dapat mengukur kepandaian lawannya itu
yang memang lihai. Bong Kak Liong dan lebih-lebih lagi Bong
Kak Im adalah jago-jago yang amat diandaikan oleh Thiothaikam, dan jika dibandingkan dengan
panglima-panglima pengawal di istana kaisar, mereka ini sedikitnya menduduki
tingkat tiga, maka kelihaian mereka tentu saja amat hebat.
Apa lagi kini kakak beradik ini maju berdua mengeroyok Bun
Hong, senjata mereka berkelebatan menyilaukan mata dan
setiap gerakan mereka merupakan serangan maut yang
berbahaya sekali. Akan tetapi, dengan bersemangat dan
penuh kegembiraan karena sudah lama Bun Hong memang
menahan-nahan gelora hatinya untuk menentang mereka ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong menyambut semua serangan dan membalasnya
dengan serangan yang tidak kalah hebatnya. Setelah kini
menghadapi musuh-musuh yang dibencinya ini sebagai lawan
berkelahi, permainan pedang Bin Hong menjadi makin lincah,
karena dia tidak merasa bimbang lagi dan seluruh kebencian
dan kemarahan yang timbul dari kekecewaan dan kedukaan
hatinya tadi kini ditimpakannya ke atas kepala dua orang
lawan yang tangguh ini ! Juga Beng Han menghadapi Tek Po Tosu dengan hati-hati
sekali karena dia tahu akan kelihaian lawan. Menghadapi
desakan tosu ini tanpa dikeroyok, Beng Han dapat
melayaninya dengan baik, bahkan dia dapat melancarkan
serangan-serangan balasan yang cukup mengejutkan hati Tek
Po Tosu. Tosu ini memiliki kepandaian yang lebih tinggi
setingkat dari pada kepandaian dua orang perwira she Bong
itu, maka biarpun hanya seorang diri, dia dapat mengimbangi
kepandaian Beng Han. Sepasang pedangnya bergerak secara
luar biasa sekali dan gerakan pedang di tangan kanan ganas
28 dan cepat, akan tetapi sebagian besar hanya merupakan
gertakan saja untuk membingungkan lawan. Sebenarnya yang
berbahaya adalah pedang di tangan kirinya, karena walaupun
pedang di tangan kiri ini hanya bergerak lambat dan
dipergunakan untuk menangkis belaka, akan tetapi pada saat
yang tepat pedang itu melakukan tusukan atau bacokan yang
amat berbahaya dan tidak terduga-duga datangnya. Beng Han
maklum akan hal ini, maka dia bersilat dengan tenang dan
waspada, sama sekali tidak mau dikacau oleh gerakan pedang
di tangan kanan lawan itu.
Demikianlah, kedua orang muda seperguruan yang tadi
saling bertempur dengan hebat, kini dengan sendirinya telah
bersatu menghadapi tiga orang lawannya yang tangguh.
Diam-diam perasaan haru dan gembira menyelinap di dalam
hati kedua orang muda itu, karena dengan adanya
pertempuran dan bahu-membahu menghadapi musuh ini,
agaknya segala kesalah pahaman di antara mereka telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersapu bersih tanpa kata-kata, dan perasaan mereka kembali
seperti dulu ketika mereka masih bersama-sama belajar silat
di pondok Kwi-hoa-san. Sambil bersilat membendung serangan-serangan Tek Po
Tosu, kadang-kadang Beng Han melirik ke arah Bun Hong
untuk melihat keadaan sutenya itu. Dia merasa gelisah juga
menyaksikan betapa tangguh adanya dua orang perwira itu.
Dia sendiri maklum bahwa tidak akan mudah baginya untuk
menjatuhkan Tek Po Tosu yang amat lihai, dan apa bila
pertempuran itu diteruskan, fihaknyalah yang akan menderita
rugi. Dia melihat betapa wajah Bun Hong agak pucat, tanda
bahwa sutenya itu kurang tidur dan banyak menderita tekanan
batin. Dia belum tahu jelas bagaimana keadaan hidup sutenya
itu karena belum mendapatkan kesempatan untuk bicara
dengan leluasa. Akan tetapi agaknya keadaan sutenya agak
lemah sedangkan kedua orang lawan sutenya itu benar benar
amat tangguh. Diam-diam Beng Han mencari akal untuk dapat
menyelamatkan sutenya. Dia tahu bahwa tanpa lebih dulu
menyingkirkan tosu ini, tak mungkin dia dapat membantu
sutenya. Tiba-tiba dia berseru dengan nyaring dan pedangnya
bergerak cepat sekali. Tanpa diduga-duga oleh lawan, Beng
Han meloncat ke atas, seperti seekor naga terbang di angkasa
lalu menukik ke bawah, pedangnya meluncur dan diputarputar menyambar ke arah tubuh Tek Po
Tosu. Pendeta ini terkejut bukan main karena serangan lawan itu sungguh amat
berbahaya, maka dia cepat meloncat jauh ke beIakang.
Memang inilah yang dikehendaki oleh Beng Han. Melihat
kesempatan ini, Beng Han segera melakukan gerakan kilat.
Dia melompat ke arah Bun Hong dan dari samping dia
29 mengirim serangan kilat kepada Bong Kak Liong yang
bersenjata golok. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hyaaattt......!!" Beng Han menusukkan pedangnya ke arah
dada perwira yang bertubuh tinggi kurus dan bersenjata golok
itu. Bong Kak Liong terkejut sekali karena pada saat itu dia
sedang mengangkat goloknya untuk membacok kepala Bun
Hong dengan pengerahan tenaga sepenuhnya. Melihat
berkelebatnya pedang yang menyerangnya secara tiba-tiba
itu, dia cepat menarik kembali goloknya dan membabat ke
arah pedang yang menusuk dadanya. Akan tetapi Bun Hong
yang melihat kesempatan baik lalu menggerakkan kakinya.
"Bukkk.....!" Tendangan itu hebat bukan main, dilakukan
oleh Bun Hong dengan pengerahan seluruh tenaganya dan
tendangannya tepat mengenai bawah iga sehingga
menggetarkan isi dada dan jantung perwira itu. Bong Kak
Liong mengeluarkan pekik mengerikan dan roboh dengan
muntah darah, tidak dapat bangkit kembali karena dia
menderita luka yang amat parah di dalam dadanya yang
mengguncang jantungnya. Tendangan yang amat keras dan
tepat jatuhnya itu jelas akan merenggut nyawa perwira itu.
Melihat ini bukan main marahnya Tek Po Tosu. Dia
mengeluarkan saputangannya dan mengebut beberapa kali
sehingga belasan jarum menyambar ke arah Beng Han dan
Bun Hong. Beng Han yang pernah menjadi korban kelihaian
jarum-jarum itu, segera berseru "Awas, sute, jarum-jarum
beracun!" Bun Hong yang merasa girang karena berhasil merobohkan
Bong Kak Liong, segera menjatuhkan diri dan bergulingan
sehingga dia terhindar dari sambaran jarum, sedangkan Beng
Han yang sudah siap sedia, lalu memutar pedangnya sehingga
semua jarum dapat diruntuhkannya. Bun Hong menjadi marah
dengan berseru keras dia lalu menerjang Tek Po Tosu
sehingga pendeta itu tidak sempat mempergunakan
saputangannya lagi, dan terpaksa menyambut serangan Bun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong dengai siang-kiamnya. Kini Beng Han yang menghadapi
Bong Kak Im, musuh lamanya.
Perwira she Bong ini menjadi marah ketika meiihat adiknya
roboh dan tewas, akan tetapi hatinya juga merasa gentar.
Selama ini dia dan adiknya, bersama tosu itu menjagoi di
mana-mana, jarang ada orang berani melawan nereka bertiga
dan kalaupun ada yang melawan, tentu musuh-musuh itu
dapat mereka basmi dengan mudah. Karena terlalu
mengandalkan dirinya sendiri, maka mereka bertiga tadi
30 datang tanpa dikawal pasukan. Mereka sudah memastikan
bahwa mereka bertiga pasti akan dengan mudah menangkap
atau membunuh dua orang pemuda pemberontak itu. Siapa
kira, dua orang pemuda itu lihai sekali sehingga adiknya, Bong
Kak Liong, menjadi korban dan tewas. Maka tentu saja dia
merasa agak gentar. Karena merasa gentar itulah maka permai
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
nan sepasang kapak dari Bong Kak Im menjadi agak kacau dan lambat.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Beng Han dan karena
dia maklum bahwa kepandaian perwira itu tidaklah selihai si
tosu, maka dia lalu mengeluarkan serangan-serangan yang
paling hebat dari Kwi-hoa Kiam-hoat. Sebentar saja Bong Kak
Im terdesak tebat oleh jurus-jurus terampuh dari ilmu pedang
itu. Ketika Beng Han menyerang dengan jurus Hui-pauw-liucoan (Air Terjun bertebaran). Bong Kak
Im tidak dapat mempertahankan diri lebih lama lagi.
"Hyaaaahhhh........!!" Bong Kak Im terkejut melihat
berkelebatnya sinar pedang. Dia berusaha menangkis dengan
kapak kirinya sambil mengerahkan tenaga, akan tetapi
ternyata lawan merobah gerakannya, memapaki tangkisannya
agak ke bawah. "Crokkk.......! Aihhhh........!" Bong Kak lm menjerit ngeri
karena tangan kirinya itu telah terbabat putus dan kapaknya
melayang di atas kepalanya. Kesempatan baik ini
dipergunakan oleh Beng Han, pedangnya meluncur dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menembus dada Bong Kak Im. Ketika dia mencabut kembali
pedangnya sambil meloncat, tubuh lawan itu roboh dan tewas
di samping mayat adiknya.
Melihat ini Tek Po Tosu terkejut buka main. Sungguh
merupakan peristiwa hebat sekali melihat kematian kedua
orang perwira she Bong itu, yang selama ini menjadi
sekutunya dan bersama dia telah menjatuhkan entah berapa
puluh orang lawan! Kini dia harus melihat kematian mereka
didepan matanya tanpa dia mampu mencegahnya. Karena
tekejut, tentu saja gerakan siang-kiamnya menjadi kacau,
akan tetapi oleh karena ilmu kepandaiannya memang tinggi,
ketika Bun Hong mendesak, dia masih sempat menyelamatkan
diri dan melompat ke belakang dengan gerak Lo-wan-teig-ki
(Monyet Tua Melompat Cabang). Bun Hong hendak mengejar,
akan tetapi Beng Han segera memberi peringatan,
"Jangan, sute........ hati-hati terhadap jarum-jarumnya !"
Bun Hong sudah terlanjur mengejar dan tiba-tiba saja,
tepat seperti peringatan Beng Han, tosu itu menggerakkan
tangan ke belakang, saputangannya berkibar dan belasan
batang jarum sudah menyambar ke arah Bun Hong. Baiknya
Beng Han telah memberi peringatan sehingga saat itu
menurutkan teriakan suhengnya. Bun Hong sudah memutar
pedangnya di depan tubuhnya, membentuk benteng dari
gulungan sinar pedang. Biarpun dia telah berhasil memukul
runtuh semua jarum yang menyambar, namun hampir saja
sebatang jarum menghantam kakinya kalau saja Beng Han
1 yang melihat sinar menuju ke kaki sute-nya itu tidak cepat
melempar pedangnya yang meluncur ke depan dan pedang itu
setelah menangkis jarum lalu menancap di atas tanah di
depan kaki Bun Hong! Bun Hong mengeluarkan keringat dingin, mukanya berobah
pucat dan dia tidak melanjutkan pengejarannya. "Lihai sekali
jarum-jarum tosu itu!" katanya dan dia mencabut pedang
suhengnya yang masih menancap di atas tanah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengembalikannya kepada suhengnya. Beng Han menyimpan
pedangnya lalu maju memeluk tubuh sutenya.
"Sute, kau hebat sekali! " katanya dengari suara menggetar
karena haru. Ketika merasa betapa tubuhnya dipeluk oleh suhengnya
yang telah lama dirindukannya itu kedua mata Bun Hong
menjadi basah dan perlahan-lahan meneteslah air mata di
sepanjang kedua pipinya. Dia balas merangkul dan ke dua
orang muda itu berangkul-rangkulan sambil mencucurkan air
mata.. "Suheng, kau maafkan aku........"
"Sute, tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku tahu akan
kepahitan yang menggerogoti hatimu. Akan tetapi, sute,


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bicara tentang patah hati, akulah yang sebenarnya lebih
menderita dari padamu. Aku telah ditolaknya, akan tetapi, aku
tetap mencintainya dan ingin melihat dia hidup bahagia,
biarpun aku sendiri menderita........"
"Suheng, engkau memang berhati mulia, tidak seperti
aku......." Tiba-tiba Bun Hong menghentikan kata-katanya,
wajahnya menjadi pucat sekali dan matanya terbelalak.
"Celaka........! " serunya.
"Eh, ada apakah, sute?" Beng Han bertanya heran dan
kaget melihat perobahan wajah sutenya. "Celaka sekali! Tosu
itu tentu membuka rahasiaku dan celakalah keluargaku...........!"
"Keluargamu" Apa maksudmu......?" Beng Han bertanya,
masih heran. Tiba-tiba Bun Hong memegang tangan suhengnya,
memegangnya erat - erat dan ditariknya tangan itu sambil
berkata, "Suheng, mari cepat kita mengejar tosu itu dan kita
kembali ke kota raja ! Urusan ini hebat sekali, suheng, biarlah
kuceritakan sambil berlari pulang........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 Beng Han tidak banyak membantah lagi dan mereka
berdua lalu berlari cepat menuju ke kota raja. Di sepanjang
jalan, Bun Hong menceritakan pengalamannya, betapa dia
melukai Thio-thaikam dalam usahanya membalas sakit hati
para petani dan betapa dia gagal lalu bersembunyi di dalam
gedung Pangeran Song sehingga untuk menjaga keluarga
pangeran itu dari kehancuran, terpaksa dia menikah dengan
Kim Bwee, puteri sulung pangeran itu sehingga kini mereka
telah mempunyai seorang anak laki-laki. Semua ini
diceritakannya dengan singkat namun jelas sambil berlari
sehingga Beng Han merasa sedih sekali mendengar riwayat
adik seperguruannya yang amat dikasihinya itu.
"Betapapun juga, sute. Sebagai seorang laki-laki yang
menjunjung tinggi kegagahan dan keadilan, engkau harus
berlaku sebagai seorang suami yang baik. Engkau sudah
mempunyai putera, maka sudah selayaknya kalau kau
membuang pikiran-pikiran sesat dan memikirkan jalan untuk
membahagiakan isteri dan puteramu itu.
Bun Hong merasa terharu sekali dan insyaflah dia akan
kesesatannya. Dia telah menikah, telah mempunyai seorang
anak laki-laki, sedangkan isterinya begitu baik, begitu
mencintanya, juga mertuanya adalah seorang yang bijaksana.
Ah, dia telah berdosa besar terhadap isterinya, terhadap
mertuanya, juga terhadap Kui Eng !
"Aku harus membela mereka, suheng. Membela mereka
dengan nyawaku. Celakalah kalau sampai Thio-thaikam
melaporkan diriku kepada kaisar. Bagiku tidak ada artinya
menjadi orang buruan kaisar, akan tetapi keluarga
mertuaku........" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid X "HAYO kita percepat lari
kita, sute. Kita harus bela
mereka ! Jangan kau khawatir, ada suhengmu di
sini yang akan mempertaruhkan nyawa untuk membela engkau dan anak isterimu!" Bun Hong
menahan isaknya 3 karena terharu mendengar ucapan itu dan mereka berdua lalu
mengerahkan seluruh kepandaian mereka, berlari
cepat sekali seperti terbang
sehingga sebentar saja mereka telah tiba di kota raja
dan mereka langsung menuju
ke gedung Pangeran Song. Pangeran Song Hai Ling menyambut kedatangan putera
mantunya dengan heran sekali dan juga cemas melihat betapa
putera mantunya itu pucat sekali wajahnya dan Nampak
khawatir sekali. Bun Hong segera menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki pangeran itu dan berkata dengan suara gemetar,
"Gakhu....... celaka sekali...... ! Kita harus cepat-cepat lari.dari
sini.......!" "Eh, kau kenapakah, Bun Hong ?" tanya Pangeran Song
sambil membangunkan mantunya dan memandang kepada
Beng Han dengan bingung. "Celaka........ saya telah bertempur dan bahkan telah
membinasakan kedua orang perwira she Bong! Sedangkan
Tek Po Tosu dapat melarikan diri. Mereka telah mengetahui
rahasia saya. Celaka, kita sekeluarga terancam bahaya, kita
harus segera pergi, sekarang juga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seketika pucat wajah Pangeran Song mendengar ini, akan
tetapi dengan sikap dan suara tenang yang membuat Beng
Han merasa kagum bukan main, dia berkata, "Tenanglah,
anakku. Ceritakan semua dengan jelas. Dan siapakah dia ini ?"
Pangeran itu memandang kepada Beng Han yang segera
menjura dengan sikap hormat.
Bun Hong segera memperkenalkan Beng Han sebagai
suhengnya, kemudian dia menceritakan betapa ketika dia dan
Beng Han sedang bercakap-cakap, tiga orang jagoan dari Thio
thaikam itu telah mengintai dan mendengarkan percakapan
mereka sehingga mengetahui rahasianya. Ketiga orang itu lalu
menyerang dan betapa dalam pertempuran itu, dia dan
suhengnya telah berhasil membunuh mati kedua orang
perwira Bong akan tetapi Tek Po Tosu sempat melarikan diri.
"Tosu keparat itu tentu akan melaporkan hal ini kepada
Thio-thaikam dan celakalah kita kalau sampai terlambat. Saya
tidak takut terhadap mereka, akan tetapi, gakhu sekeluarga,
isteri saya, anak saya........"
Pangeran Song yang menjadi pucat sekali wajahnya karena
4 dia dapat melihat kehebatan bahaya yang mengancam
keluarganya ketika mendengar peristiwa yang diceritakan oleh
mantunya itu, kini menggeleng kepala sambil tersenyum, "Bun
Hong, betapapun juga, aku merasa bangga bahwa engkau
dan suhengmu telah dapat membunuh dua orang perwira
keparat yang telah banyak menghinaku itu. Akan tetapi,
menyuruh aku melarikan diri akan sama halnya dengan
nenyuruh matahari bergerak dari barat ke timur ! Kaubawalah
anak isterimu lari dari sini, akan tetapi aku tidak dapat
meninggalkan gedungku."
Bukan main terkejutnya hati Bun Hong mendengar bahwa
mertuanya tidak mau lari. "Akan tetapi, gakhu, kalau mereka
datang, gakhu sekeluarga, pasti akan ditangkap dan dijatuhi
hukuman beserta seluruh keluarga! Marilah ita lari sebelum
terlambat!" katanya dengan cemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu menggeleng-geleng kcpala sambil tersenyum.
"Bun Hong, tidak ingatkah engkau siapa adanya ayah
mertuamu ini" Aku adalah seorang pangeran keluarga kaisar,
bahkan Kaisar Hian Tiong dahulu adalah saudara misanku!
Tidak mungkin aku melarikan diri dan memberontak terhadap
kaisar! Biar aku dijatuhi hukuman yang bagaimana beratpun
aku tidak sudi memberontak."
Sementara itu, ketika mendengar suara ribut-ribut di
ruangan depan, keluarga Pangerar Song memburu ke luar,
termasuk Kim Bwee yang menggendong puteranya, dan Kim
Hwa. Setelah mereka mendengar akan peristiwa yang terjadi,
mereka menjadi terkejut sekali dan terdengarlah suara
tangisan yang memilukan seolah-olah baru saja terjadi
kematian di tempat itu. Kim Hwa menubruk kaki ayahnyj
sambil menangis, sedangkan Kim Bwee memandang kepada
suaminya dengan wajah penuh air mata yang mengalir di
sepanjang kedua pipinya. Bahkan anaknya yang baru berusia
satu bulan itupun menangis keras.
Melihat ini semua, Beng Han merasa terharu sekali dan Bun
Hong lalu merangkul isterinya dan berkata, "Kim Bwee, aku
adalah seorang suami yang buruk dan jahat. Akulah yang
mendatangkan malapetaka yang menimpa keluargamu ini Kim
Bwee, sekarang terserah kepadamu kalau kau suka, marilah
kita lari bersama putera kita."
Sambil menahan isaknya, Kim Bwe berkata,
"Kita lari dan meninggalkan ayah dan semua
menjalani hukuman" Tidak......., tidak.......! Kalau
sudah seharusnya semua keluarga binasa, biarlah
pula.!" Nyonya yang cantik ini lalu menangis sambil
tubuh puteranya. keluarga 5 memang aku ikut nemeluki "Akan tetapi anak kita ......." kata Bun Hong dengan suara
hampir tidak terdengar karena dadanya terasa sesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Bwee lalu memberikan puteranya kepada Bun Hong
dan berkata sambil menangis, "Suamiku, kau larilah dan
bawalah anak kita ini......, biarkan aku membuktikan baktiku
kepada ayah sekeluarga......."
Bun Hong menerima puteranya dan berdiri bagaikan
patung. Dia memandang wajah anaknya yang mirip isterinya
itu, dan pada saat itu tiba-tiba dari luar terdengar suara hirukpikuk.
"Celaka, mereka telah datang menyerbu ke sini!" kata Beng
Han yang melihat berkelebatnya golok dan tombak serta
gemerlapnya pakaian para perwira kerajaan.
"Kalau begitu, aku akan mendahului mereka dan
membunuh anjing Thio-thaikam itu !" teriak Bun Hong dan
cepat dia menyerahkan puteranya kepada Beng Han yang
sebelum tahu harus berbuat apa, putera sutenya itu telah
berada dalam pondongannya. Bun Hong mencabut pedang
dan berlari ke luar. Beberapa orang perwira yang melihatnya
lalu menahannya, akan tetapi beberapa kali Bun Hong
menggerakkan pedang dan beberapa orang perajurit dan
perwira telah roboh terguling dan mandi darah. Bun Hong
cepat melompat dan berlari menuju ke istana Thio-thaikam !
Sementara itu, isteri Bun Hong yang tahu bahwa Beng Han
adalah suheng dari suaminya karena dulu suaminya sering kali
menyebut nyebut nama pemuda ini, lalu berlutut di depan
Beng Han sambil berkata, "Twako, tolonglah nyawa anakku,
selamatkanlah dia....... tolonglah.......dari alam baka saya akan
menghaturkan terima kasih atas budi pertolonganmu ini...... "
Beng Han tertegun dan memandang wajah yang cantik dan
pucat itu dan sebelum dia dapat menjawab, tiba-tiba
rombongan perwira dan perajurit telah menyerbu masuk dan
seorang perwira membentak nyaring, "Pangeran Son Hai Ling
! Atas nama kaisar, kami datang menangkap engkau
sekeluarga !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Song melangkah maju dengan wajah angkuh dan
langkah tegak. "Mana lengki?" tanyanya. Lengki adalah
semacam bendera yang dibawa oleh orang yang menjadi
utusan kaisar, semacam tanda kuasa. Seorang perwira tua
dengan senyum mengejek lalu memperlihatkan surat
perintahnya. 6 "Pangeran pemberontak" Kau masih hendak berlagak
memperlihatkan kekuasaanmu" Jangarr kau melawan kalau
kau menyayang dirimu sendiri dan keluargamu!"
Sementara itu, melihat datangnya para perwira yang
hendak menangkap keluarga Song, Beng Han lalu melompat
sambil memondong putera Bun Hong yang masih kecil.
"Heii, kau hendak lari ke mana" Semua penghuni rumah ini
tidak boleh pergi meninggalkan tempat ini ! " seorang perwira
lain yang segera mengejar membentak.
"Aku adalah seorang tamu dan bukan penghuni rumah ini!"
jawab Beng Han yang berlari terus.
"Tahan! Tunggu dulu! " teriak perwira itu dan ketika
melihat Beng Han tidak mentaati perintahnya, dia berseru,
"Tangkap orang itu !"
Beng Han maklum bahwa dia harus membuka jalan dengan
pertempuran, maka sambil memondong anak kecil itu dengan
lengan kiri dia mencabut pedangnya dan memutar pedang
dengan cepat ke arah para perajurit yang mengejarnya.
Melihat gerakan pedang itu, para perajurit mundur kembali
dan Beng Han mempergunakan kesempatan itu untuk
melompat naik ke atas genteng.
"Kejar! Tangkap........!" teriak perwira yang memimpin
penyerbuan itu dan dia sendiri diikuti oleh beberapa orang
peiwira lain lalu melompat pula ke atas genteng dan
melakukan pengejaran. Beng Han yang tahu bahwa untuk
bertempur sambil memondong anak itu adalah kurang leluasa
dan berbahaya baginya dan bagi anak itu, tidak mau melayani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka dan berlari makin cepat. Tidak jauh dari situ, di
melihat betapa Bun Hong juga sedang dikepung oleh
beberapa orang perwira kerajaan dan sutenya itu sedang
mengamuk hebat. Di lalu melompat mendekati dan berseru
nyaring, "Sute, mari kita lari, jangan layani mereka !"


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat Beng Han muncul sambil memondong anaknya,
Bun Hong lalu menjawab sambil merobohkan seorang lagi
pengeroyoknya dengan pedang, "Suheng, larilah kau, biarkan
aku membasmi anjing-anjing rendah ini!"
"Sute, kita selamatkan dulu puteramu, nant kita berdua
membasmi mereka. Jangan khawatir, aku akan membantumu.
Hayolah!" Mendengar ucapan suhengnya itu, Bun Hong yang
sedang marah dan bingung, kini mentaatinya dan dia
memutar pedangnya secara hebat sekali sehingga para
pengeroyoknya menjadi gentar dan mundur. Maka dia lalu
melompat kebelakang, dan berlari cepat bersama suhengnya,
dikejar oleh beberapa orang perwira yang berkepandaian
tinggi. Akan tetapi, kedua orang muda yaug gagah perkasa itu
berlari cepat sekali sehingga sebentar saja mereka berdua
telah meninggalkan para pengejar itu dan lari keluar dari kota
7 raja, menerobos penjagaan di pintu gerbang dan memasuki
hutan. Setelah tiba di tengah hutan, anak di dalam pondongan
Beng Han itu menangis keras, agaknya merasa kaget dan
ingin minum. Beng Han dengan canggung mengayun-ayun
anak itu dalam pelukannya dan Bun Hong lalu memintanya,
lalu dia memondong puteranya dengan hati penuh kedukaan.
Anak itu diayun - ayun oleh ayahnya lalu berhenti menangis,
memejamkan mata, lalu tertidur.
Bun Hong tak dapat menahan keharuan hatinya lagi,
dipeluknya anaknya itu dan dia menangis mengguguk,
sehingga Beng Han lau minta anak yang tidur itu karena
khawatir kalau anak itu akan menjadi kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong menyerahkan anaknya kepada suhengnya, lalu
dia menjatuhkan diri di atas rumput, menutupi muka dengan
kedua tangannya. "Suheng.........." dia meratap, "....... aku
adalah seorang yang berdosa besar...... aku telah menyianyiakan cinta kasih isteriku, aku bahkan
mencelakakan seluruh keluarganya ..... suheng, memang benar ucapanmu dahulu
itu....... aku telah........ telah menjadi gila !" Kemudian dia
mengepal tinju dan mukanya berobah beringas sekali. "Semua
ini gara-gara anjing kebiri Thio itu! Aku harus membunuhnya
!" "Tenanglah, sute," jawab Beng Han menahan keharuan
hatinya, "kita sedang menghadapi peristiwa yang hebat dan
besar, maka kita harus mempergunakan ketenangan. Jangan
bertindak ceroboh menurutkan nafsu amarah. Sekarang
keluarga Pangeran Song telah ditawan semua. dan tindakan
pertama-tama yang kita harus lakukan ialah menolong dan
membebaskan isterimu dari tawanan."
"Akan tetapi....... dia......... dia tidak mau suheng........ "
kata Bun Hong dengan suara sedih.
''Kita harus memaksa dia keluar dari penjara dan
membebaskannya demi kepentingan anak ini, sute! Pangeran
Song boleh mempunyai pendirian lain karena dia memang
seorang bangsawan keluarga kaisar yang memegang teguh
keharuman namanya. Akan tetapi Song Kim Bwee adalah
isterimu, keluargamu. Dia isterimu dan ibu anakmu, maka dia
harus tunduk dan menurut kepada keputusanmu !"
Bun Hong menundukkan kepalanya, "Terserah kepadamu,
suheng. Aku bingung sekali....."
"Sebelum pergi membebaskan isterimu ada hal yang lebih
penting lagi yaitu anakmu ini. Kita harus mencari seorang
wanita yang boleh dipercaya untuk memeliharanya sewaktu
kita pergi." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
8 Bun Hong memandang kepada puteranya laJam pondongan
suhengnya itu dan dia teringat akan sesuatu. "Di dusun
sebelah timur kota tinggal seorang janda dengan anak
perempuannya yang masih gadis. Aku pernah menolong
mereka ketika anak perempuannya itu dilarikan oleh seorang
penjahat. Kita titipkan Sian Lun kepada mereka, tentu mereka
suka menolongku." Beng Han girang mendengar ini dan keduanya lalu
langsung menuju ke dusun itu. Janda tua dan anak gadisnya
yang berhutang budi kepada Bun Hong menerima permintaan
tolong mereka dengan segala senang hati dan Bun Hong
memesan kepada mereka dengan keras agar supaya mereka
tidak menceritakan kepada orang lain siapa sebenarnya anak
itu. "Kalau ada yang bertanya, katakan saja bahwa ini adalah
anak seorang keluargamu dari dusun lain yang dititipkan di
sini," kata Beng Han. Kedua orang muda itu mendapat
penyambutan baik sekali dan mereka bermalam di dalam
rumah janda itu. "Kita harus berlaku hati-hati, sute. Karena mereka tahu
bahwa kita tentu akan kembali, maka tentu kota raja terjaga
keras sekali. Kita tidak boleh ceroboh dan sebelum bertindak
harus kita selidiki lebih dulu dengan baik di mana keluargamu
ditahan agar usaha kita tidak akan sia-sia. "
Bun Hong yang berduka dan bingung serta gelisah sekali
itu tidak kuasa menggunakan pikirannya, maka dia
menyerahkan segala keputusan dan pimpinan kepada
suhengnya. Janda tua itu membantu mereka dan disuruh
masuk ke kota raja untuk menyelidiki di mana adanya
keluarga Pangeran Song yang ditangkap itu. Tidak mudah bagi
janda tua itu untuk melakukan penyelidikan, akan tetapi
karena tidak ada orang mencurigai janda dusun yang tua ini,
dua hari kemudian, barulah janda itu memperoleh berita dan
cepat kembali ke dusun. Dia mengabarkan dengan muka
khawatir bahwa keluarga Song itu ditahan di tempat tahanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar yang khusus dibangun untuk menahan penjahatpenjahat besar dan
pemberontak-pemberontak sebelum
mereka dijatuhi hukuman mati! Dan menurut kabar, tempat
itu terjaga dengan ketat sekali
Mendengar ini, sambil mengerutkan kening dan mengepal
tinju, Bun Hong berkata, "Mari kita serbu mereka di tempat
itu, suheng!" "Tentu, sute. Akan tetapi, tidak pada siang hari. Biarlah
malam nanti kita bekerja. Mudah-mudahan saja Thian
memberi berkah dan kita akan berhasilmenyelamatkan
isterimu." Bun Hong memegang tangan Beng Han."Suheng, dengan
9 adanya engkau di sampingku, tenaga dan keberanianku
menjadi berlipat ganda. Dengan engkau, aku akan sanggup
melakukan apa saja. Kita pasti akan berhasil!"
"Mudah-mudahan saja, sute. Dan aku berjanji akan
mengorbankan segala yang ada padaku untuk menolongmu
dan demi kepentingan dan kebahagiaanmu"
Bun Hong memeluk suhengnya dengan hati terharu. "Kau
mulia sekali, suheng........ kau ampunkan kesalahanku yang
sudah-sudah......" Beng Han menepuk-nepuk pundak sutenya lan setelah
berkemas, mereka lalu berangkat menuju ke kota raja. Untuk
keperluan ini, keduanya mengenakan pakaian hitam dan
membawa pedang mereka. Bahkan mereka mencari seberapa
potong batu karang kecil yang tajam dan keras yang mereka
masukkan ke dalam sebuah kantong dan digantung di
pinggang, untuk dipergunakansebagai senjata rahasia.
Demikianlah, pada malam hari yang gelap gulita itu, pada
waktu angin malam berhembus keras membangunkan bulu
roma karena dingin yang menyeramkan, dua bayangan hitam
berkelebat cepat bagaikan hantu-hantu malam, menuju ke
kota raja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Dengan hati penuh dengan perasaan marah, malu dan
penasaran, Kui Eng membalapkan kudanya, diikuti oleh Min
Tek yang sebaliknya merasa amat menyesal karena dia
merasa bahwa dia telah menjadi gara-gara dan biang keladi
terjadinya percekcokan antara tiga orang bersaudara itu.
"Kui-siocia.......!" serunya memanggil dan menendangnendang perut kudanya agar dapat menyusul
kuda Kui Eng. "Kui-siocia, alangkah menyesal dan kecewa hatiku bahwa
aku telah mendatangkan perkara yang amat tidak enak itu!"
"Sudahlah, Ang-kongcu. Kau tidak bersalah apa-apa dan
jangan kau ulangi dan membicarakan lagi peristiwa yang
hanya membuat aku merasa malu itu."
"Kui-siocia, aku telah berdosa besar sehingga karena aku
maka kau telah bermusuhan dengan suhengmu sendiri.
Aku......aku....... ah sudahlah, lebih baik kautinggalkan saja
aku nona. Biar aku pulang seorang diri, dari pada terjadi
keributan itu." Tiba-tiba Kui Eng menahan kudanya. "Apa" Apakah kau
tidak suka melakukan perjalanan bersamaku" "
Ang Min Tek terkejut. "Bukan, bukan demikian, nona. Aku
merasa suka dan berterima kasih sekali bahwa kau sudi
melakukan perjalanan bersama aku yang bodoh ini, sudi
melindungi aku dari segala ancaman bahaya di dalam
perjalanan. Akan tetapi, kalau hal ini hanya menimbulkan
pertikaian antara kau dan suhengmu, ahh....... aku merasa
10 tidak enak sekali, nona."
"Ang-kongcu, harap kau jangan sebut-sebutt lagi hal itu.
Seorang gagah tidak pernah rnerobah keputusan yang telah
diambilnya. Aku telah mengambil keputusan untuk
mengantarmu sampai di tempat tinggalmu dan apapun juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takkan dapat merobah kepatusanku, kecuali... kecuali kalau
kau menyatakan tidak suka melakukan perjalanan denganku,
tentu saja aku tidak akan memaksamu."
Melihat kekerasan hati gadis itu, Min Tek menarik napas
parjang. Dia lidak nengerti akan sikap orang-orang kang-ouw,
dan tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia tidak
suka melakukan perjalanan bersama pendekar wanita yang
selain gagah peikosa, juga cantik jelita itu.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan cepat dan tidak
banyak berkata-kata. Dan oleh karena kini mereka melakukan
perjalanan dengan naik kuda yang dibalapkan cepat, maka
pada malam harinya sampailah mereka di Ki-ciu, tempat
tinggal Ang Mm Tek. Kedatangan mereka disambut dengan
gembira sekali oleh ibu Min Tek,.seorang janda yang kaya.
Ketika mendengar bahwa puteranya telah lulus ujian, ibu yang
girang ini memeluk putera tunggalnya.!
"Anakku, alangkah besar dan girang rasa hatiku mendengar
bahwa engkau telah menjadi seorang siucai. Hanya dua hal
yang menjadi mimpi setiap malam bagiku, anakku. Pertama,
melihat engkau lulus ujian, dan ke dua melihat engkau
melangsungkan pernikahanmu dengan Bu-siocia Mereka tentu
akan girang sekali mendengar bahwa kau telah lulus. Min Tek,
besok pagi kita pergi ke rumah keluarga Bu dan menentukan
hari pernikahanmu dengan tunanganmu."
"Sssstt, ibu, hal itu mudah kita bicarakan nanti. Sekarang
perkenalkanlah dulu dengan seorang pendekar wanita yang
telah menolong nyawaku dan yang telah melindungiku selama
dalam perjalanan. Kalau tidak ada dia, mungkin kita takkan
dapat saling bertemu lagi, ibu."
Terkejutlah tyonya itu mendengar ucapa ini. "Siapa, nak?"
"Inilah dia........ Kui-siocia........." kata Min Tek sambil
menengok ke belakang, akan tetapi alangkah kaget dan
herannya ketika dia melihat bahwa di belakangnya tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa-siapa dan Kui Eng yang tadi ikut masuk di belakangnya
telah pergi tanpa meninggalkan bekas! "Eh, ke mana
dia.......?" Min Tek berseru dan cepat dia keluar lagi,
menengok ke sana-sini dan mencari-cari dengan pandang
matanya; namun tetap saja Kui Eng tidak kelihatan lagi.
Ibunya menjadi bingung melihat sikapnya itu.
11 "Min Tek, kau mencari siapakah ?"
Min Tek sadar, menarik napas panjang dan nenggelenggeleng kepala. "Aihh... sungguh aneh sekali
wataknya........!" Lalu dia menuturkan kepada ibunya tentang diri Kui Eng yang
tadi mengantarnya sampai ke rumah, akan tetapi yang kini
telah pergi tanpa pamit. "Memang dia aneh sekali ibu, seorang
wanita perkasa yang amat gagah berani dan keras hati. Akan
tetapi, sampai matipun aku tidak akan dapat melupakannya,
karena tanpa adanya pendekar itu, aku tentu sudah mati."
Ibu dan anak itu membicarakan keadaan Kui Eng dengan
terheran-heran, akan tetapi Min Tek mengerti bahwa akan
percuma saja mencari Kui Eng karena apa yang telah
dilakukan oleh dara perkasa itu tentu takkan dapat dirubah
oleh orang lain. Sebetulnya Kui Eng tadi juga ikut masuk ke rumah itu dan
merasa terharu menyaksikan pertemuan antara ibu dan anak
itu. Akan tetapi ketika dia mendengar ucapan nyonya Ang
terhadap puteranya, tiba-tiba dia menjadi pucat sekali dan
tanpa pamit lagi dia melompat keluar dan berlari pergi dari
tempat itu. Dia tidak memperdulikan kudanya lagi dan terus berlari di
malam gelap. Setelah tiba di tempat sunyi, dia berhenti dan
terdengarlah isak tangisnya. Dia menjatuhkan diri di bawah
sebatang pohon dan menangis dengan sedihnya. Min Tek
hendak menikah" Sudah bertunangan dengan Bu siocia"
Ah..... sedangkan dia....... dia........ mengharapkan......ahh !
Mengapa pemuda itu tidak pernah membicarakan hal ini dan
mengapa pula dia tidak pernah memikirkan bahwa seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda seperti Min Tek itu belum tentu kalau masih "bebas?"
Celaka, dan dia sudah membela pemuda ini sehingga dia
bermusuhan dengan Bun Hong ! Dan pemuda ini sudah
mendengar tuduhan Bun Hong bahwa dia mencintanya, dan
alangkah rendahnya dia dalam pandangan Min Tek. Dia telah
mencinta seorang pemuda yang telah ditunangkan dengan
gadis lain dan yang pada besok hari akan ditentukan hari
pernikahannya ! Tiba-tiba timbul kekerasan hatinya. Ah, dia seorang dara
gagah perkasa yang memiliki ilmu kepandaian tinggi !
Kalahkah dia oleh tunangan Min Tek " Dia harus melihat dulu
siapakah sebetulnya tunangan pemuda itu. Sampai di mana
kecantikannya dan sampai di mana kepandaiannya. Dia


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa penasaran dan ingin, menyaksikan dengan mata
sendiri. Dan apakah Min Tek mencinta gadis itu" Dia harus
yakin akan hal ini. Dengan hati terasa hancur, seluruh harapannya pecah
berantakan, Kui Eng duduk di bawah pohon itu semalam
suntuk memikirkan keadaan dirinya. Ketika dia teringat akan
12 ibunya, teringat akan pinangan Beng Han yang nencintanya,
dan teringat akan kata-kata Bun Hong yang juga menjadi
rusak hidupnya dan menderita karena cinta ji-suhengnya itu
kepadanya, dia menangis lagi dengan hati nelangsa.
Cinta yang didasari keinginan untuk kesenangan diri
sendiri, tak dapat dihindarkan lagi pasti mendatangkan duka,
mendatangkan kecewa, mendatangkan cemburu dan
mendatangkan sengsara. Karena pada hakekatnva cinta
seperti itu hanyalah KEINGINAN UNTUK SENANG atau
pengejaran kesenangan untuk diri sendiri belakaKita selalu
ingin dicinta, ingin orang yang menyenangkan hati kita itu
menjadi milik kita pribadi ingin agar orang itu selalu
menyenangkan hati kita.Oleh karena inilah maka cinta seperti
itu sering kali berakhir dengan kegagalan dan derita bagi diri
sendiri. Cinta seperti itu selalu disertai harapan harapan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau harapannya ini tidak tercapai, sudah tentu saja
mendatangkan kekecewaan dan kedukaan! Dan jangan dikira
bahwa kalau yang diinginkan atau diharapkan itu tercapai
akan mendatangkan kebahagiaan yang sesungguhnya!
Mungkin mendatangkan kelegaan dan kepuasan sementara
saja, seketika saja, selama sehari dua hari, sebulan dua bulan,
atau setahun dua tahun Namun kepuasan seperti itu mudah
sekali goyah dan di sebelah sana, dekat sekali, sudah menanti
kekecewaan-kekecewaan dan kedukaan yang sekali waktu
akan menggantikan kedudukan kesenangan itu !
Maka, timbul pertanyaan yang amat bcsar dan yang amat
menarik untuk kita selidiki. Apakah benar-benar Kui Eng
mencinta Min Tek " Kalau benar gadis ini mencinta Min Tek,
apakah dia akan merasa sengsara melihat bahwa Min Tek
telah mempunyai seorang tunangan, bahwa Min Tek akan
hidup bahagia dengan tunangannya itu"
Kita selalu INGIN agar orang mencinta kita, agar orang baik
kepada kita. Akan tetapi, mengapa kita tidak pernah membuka
mata dan menyelidiki diri sendiri. Apakah kita mencinta. orang
lain" Apakah kita sudah baik kepadi orang lain" Inilah yang
penting! Bukan agar orang- orang mencinta dan baik kepada
kita! Harapan agar semua orang atau seseorang tertentu
mencinta dan baik kepada kita hanyalah menimbulkan
kekecewaan dan penderitaan belaka. Akan tetapi mempelajari
diri sendiri MENGAPA kita tidak mencinta dan tidak baik
kepada orang lain, itulah yang penting. Kalau kita mempunyai
cinta kasih dan belas kasih kepada semua orang, maka
cukuplah itu! Cinta dan kebaikan bukanlah cinta dan kebaikan
namanya kalau mengharapkan ganjaran, mengha-spkan
imbalan. Bukan cinta dan bukan keba-kan namanya yang
mengharapkan ganjaran, baik dari orang lain maupun dari
13 Tuhan! Itu hanya merupakan penjilatan atau penyogokan
belaka, merupakan akal untuk memperoleh sesuatu ang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyenangkan kita, bukan" Kalau kita sudah mencinta dan
baik kepada semua orang, maka tidak menjadi persoalan lagi
apakah orang-orang itu baik kepada kita ataukah tidak, cinta
kepada kita ataukah tidak. Itu adalah persoalan mereka,
bukan persoalan kita. Cinta kasih tidak menimbulkan duka! Kalau ada duka, kalau
ada kecewa, kalau ada cemburu, kalau ada benci, jelas itu
bukanlah cinta kasih namanya, melainkan cinta yang
didasarkan atas nafsu ingin senang untuk diri pribadi. Ini jelas
dan mudah sekali nampak oleh siapa saja yang mau membuka
mata melihat kenyataan! Selama masih ada "aku yang ingin
senang" maka tidaklah mungkin ada cinta kasih! Karena
sesungguhnya si aku inilah yang menjadi penghalang
timbulnya cinta kasih. Karena kalau yang mencinta itu adalah
si aku, jelaslah bahwa si aku hanya dapat mencinta segala
sesuatu yang menyenangkan dan menguntungkan si aku,
sebaliknya si aku pasti akan membenci segala sesuatu yang
menyusahkan dan merugikan si aku. Jadi, selama
menyenangkan dan menguntungkan, dicinta, akan tetapi
sekali waktu menyusahkan dan merugikan, lalu dibenci! Cinta
seperti itu hanyalah permainan nafsu yang amat dangkal, hari
ini bisa cinta, besok bisa saja menjadi benci karena hari ini
menyenangkan dan menguntungkan, akan tetapi besok
menyusahkan dan merugikan.
Tidak demikiankah adanya "cinta kasih" yang kita dengungdengungkan selama ini" Tidak
demikiankah "cinta kasih" yang
ada pada batin kita, terhadap isteri atau suami kita, terhadap
anak-anak kita, terhadap keluarga dan sahabat kita" Dan
kewaspadaan atau kesadaran akan hal ini, kesadaran yang
sedalam-dalamnya, membawa pengertian dan pengertian
inilah yang akan mendatangkan perobahan, karena selama
kita belum berubah, sudah pasti hidup kita akan selalu
dikelilingi oleh kecewa, cemburu, duka, sengsara, benci
dansebagainva Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, denpan hati sengsara Kui Eng menangisi
nasibnya ! Ah, betapa kita selalu melontarkan segala sesuatu
kepada "nasib"! Mengapa kita tidak membuka mata
memandang diri sendiri, bercermin dan menjenguk diri sendiri
sampai sedalam-dalamnya, mengamati diri sendiri setiap saat
" Segala sesuatu yang terjadi kepada kita berpokok pangkal
kepada diri kita sendiri, sumbernya berada di dalam diri kita
sendiri ! Susah senang adalah permainan pikiran kita sendiri,
14 ditimbulkan oleh pikiran sendiri. Kita menjadi permainan
pikiran sendiri Segala sesuatu yang kita lakukan timbul dari
pikiran, si aku, dan kemudian pikiran pula yang menyesal,
kecewa, berduka. Lalu pikiran pula yang melemparkan
kesemuanya itu, pertanggungan jawab itu, kepada sang nasib!
Nasib buruk! Dan kita masih saja melanjutkan kesesatan dan
penyelewengan kita, dan kalau terjadi akibat buruk, mudah
saja, melemparkan kepada nasib! Betapa kita selalu buta, atau
membutakan mata " Pada keesokan harinya, ketika Min Tek yang merasa heran
akan kepergian Kui Eng tanpa pamit itu, pergi bersama ibunya
mengunjungi rumah tunangannya, dengan sembunyisembunyi Kui Eng membayanginya dari jauh.
Dengan menggunakan ilmu kepandaiannya, mudah saja Kui Eng
membayangi anak dan ibu itu tanpa diketahui oleh mereka.
Dia melihat betapa Min Tek dan ibunya disambut oleh
sepasang suami isteri dan mereka lalu masuk ke dalam rumah.
Kui Eng lalu mengambil jalan memutar dari belakang rumah
dan segera melompat ke atas genteng. Dia membuka genteng
dan mengintai ke dalam. Dia melihat Min Tek dan ibunya
diantar ke ruangan dalam dan dari dalam sebuah kamar
keluarlah seorang dara yang masih amat muda dan wajahnya
cantik jelita. Min Tek segera bangkit berdiri, wajahnya
berubah kemerahan berseri-seri, dan dia menjura kepada dara
itu. Pandang mata pemuda itu membuat hati Kui Eng seperti
tertusuk dan perih, karena tidak salah lagi pandang mata itu
adalah pandang mata penuh dengan cinta kasih dan amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mesra ketika sejenak pemuda dan dara yang saling memberi
hormat itu saling pandang. Bahkan pemuda itu lalu
mengeluarkan sebuah bungkusan dan berkata kepada gadis
itu dengan suara halus. "Lan moi, aku mernbawa sutera halus warna merah
kesukaanmu." Dara itu memandang dengan girang dan menyambut
bungkusan itu sambil menjawab, mulutnya tersenyum manis
dan matanya mengerling tajam, "Terima kasih, koko......."
Kui Eng memperhatikan wajah dara itu dan tertegunlah dia
sehingga dia terduduk di atas genteng dengan bengong.
Memandang wajah gadis itu, dia seolah-olah melihat wajahnya
sendiri dalam cermin! Dia menjadi penasaran dan mengintai
lagi melalui lubang itu. Dara itu duduk di dekat ibunya dan
ketika memperhatikan wajah nyonya itu, ibu dari dara itu.
kembali jantung Kui Eng berdebar tegang. Di manakah dia
pernah melihat nyonya ini " Ayah gadis itu bertubuh gemuk
pendek dan wajahnya riang, akan tetapi dia merasa asing dan
tidak pernah dia melihat wajah laki-laki ini. Akan tetapi nyonya
itu mempunyai wajah yang telah dikenalnya dengan baik,
15 hanya dia telah lupa lagi di mana dan kapan dia pernah
bertemu dengan wanita itu. Dara muda itu, yang menjadi
tunangan Min Tek, mengapa demikian mirip dengan dia" Dia
teringat betapa pernah Min Tek berkata kepadanya bahwa dia
mengingatkan pemuda itu kepada seorang yang menjadi
kenangannya. Tahulah dia sekarang siapa orang yang
dimaksudkan oleh pemuda itu!
Hatinya makinmenjadi panas mengingat itu semua,
sungguhpun pada saat itu juga Kui Eng merasa malu kepada
diri sendiri mengapa dia mesti merasa panas dan cemburu!
Setelah Min Tek dan ibunya pulang, Kui Eng masih saja duduk
di atas genteng, bersembunyi di belakang wuwungan yang
tinggi, tidak memperdulikan matahari yang membakar kepala
dan punggungnya. Tiba-tiba dia melihat gadis itu menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
taman bunga di belakang rumah itu sambil membawa
bungkusan pemberian Min Tek. Kui Eng cepat melayang turun
dan mengintai dari balik sebatang pohon.
Dara remaja itu berlarian kecil dengan wajah gembira, memasuki taman. Kemudian dia duduk di atas bangku taman, lalu dengan tangan gemetar dara itu membuka bungkusan pemberian tunangannya tadi. Setelah bungkusan terbuka, di dalamnya terdapat segulung sutera merah yang halus. Dengan girang dara itu lalu mendekap gulungan sutera di dadanya sambil tersenyum dan matanya
memandang keatas dengan mesra, lalu dibukanya gulungan
sutera itu dan ditempelkan pada tubuhnya dipandanginya
16 sambil mematut-matut. Dengan hati panas Kui Eng lalu mengambil sepotong batu
dan mengayun tangannya "Brettt!!" Batu kecil itu menembus
sutera yang masih dipegang oleh gadis itu menjadi robek dan
berlubang ! Gadis itu terkejut sekali dan melihat kearah kain suteranya
dengan heran, menyesal dan kecewa. Hampir dia menangis
dan memandang ke kanan kiri karena tidak tahu mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kain itu tiba-tiba bisa robek dan berlubang. Ketika dia menoleh
ke belakang, dia melihat seorang gadis berdiri dengan bertolak
pinggang memandang kepadanya dengan mata berapi-api.
Kui Eng yang berdiri tegak itu tersenyum pahit, lalu
berkata, "Demikianlah, tanpa kau sadari engkaupun telah
merobek hatiku seperti kain suteramu itu !"
Tentu saja dara itu menjadi heran dan bingung, terutama
sekali ketika dia melihat bahwa gadis baju hijau yang berdiri
dan kelihatan marah itu memiliki wajah yang mirip sekali
dengan wajahnya sendiri. Kalau hal ini terjadi di waktu malam,
tentu dara itu akan menjerit ketakutan dan menyangka
melihat setan. Akan tetapi oleh karena hari itu masih siang
dan terang sekali, maka dia lalu melangkah maju memandang
dengan mata terbelalak, kemudian mukanya berubah dan
napasnya terengah-engah "Kau....... " Siapakah engkau, cici " Bagaimana kau bisa
masuk ke sini dan........ dan apakah artinya kata-katamu
tadi....... ?" Dara itu memandang kepada kain suteranya yang
robek. "Dengarlah, namaku adalah Kui Eng dan kau boleh
mengatakan kepada tunanganmu itu bahwa aku tidak akan
dapat mengampuni diriku sendiri karena ketololanku!" Setelah
berkata demikian, Kui Eng membalikkan tubuhnya dan dia
hendak pergi dari tempat itu.
Akan tetapi tiba-tiba dara itu menjerit dan berseru, "Enci
Kui Eng..... benarkah....." Engkaukah ini....?"
Kui Eng membalikkan tubuhnya dan memandang dengan
heran. Dara itu kini memandang kepadanya dengan mata
terbelalak dan muka pucat, kemudian dara itu menjerit
dengan nyaring sekali, "Ibu....... ! Ibu........! Lekas ke sini....
enci Kui Eng telah datang.....!!"
Karena teriakan itu nyaring sekali, maka terdengarlah
sampai ke dalam rumah dan tak lama kemudian, keluarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyonya yang menjadi ibu gadis itu bersama suaminya yang
gemuk. Kui Eng yang terkejut dan heran melihat sikap dara itu,
17 masih berdiri terheran-heran dan kembali jantungnya
berdebar keras ketika melihat nyonya yang wajahnya amat


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikenalnya itu. Sementara itu, ketika nyonya itu melihat Kui
Eng, dia berhenti berlari dan berdiri seperti patung, menatap
wajah Kui Eng dengan mata dipentang lebar.
"Betul.......tak mungkin salah lagi......... Kui Eng........ Engji, kau betul-betul Eng ji, anakku........" bibir
nyonya tua itu bergerak-gerak mengeluarkan bisikan, akan tetapi cukup keras
terdengar oleh Kui Eng yang menjadi pucat seketika. Dia
merasa betapa kepalanya seakan - akan disiram air dingin
yang menyadarkan ingatannya bahwa nyonya ini bukan lain
adalah ibunya sendiri yang telah lama dicari - carinya !
"Ibu........ ?"?" bisiknya ragu-ragu, seakan-akan dia tidak
percaya kepada ingatannya sendiri.
Nyonya itu berlari maju sambil membuka dua tangannya.
"Eng-ji......., Eng-ji anakku........"
"Ibu.......!" Kini Kui Eng tidak ragu-ragu lagi dan dia
menjerit sambil menubruk ibunya, memeluk kedua kaki ibunya
sambil menangis. Ibunya yang kini telah menjadi nyonya Bu Pok Seng itu lalu
berlutut pula dan ibu ini merangkul dan menciumi anaknya
antara tawa dan tangis. "Eng-ji....... Eng-ji......., tak kusangka kita akan dapat
bertemu lagi........"
Kui Eng menangis dan sukar untuk dapat mengeluarkan
kata-kata. Akan tetapi dia teringat akan gadis tadi dan dia
menoleh. Dia melihat gadis itu berdiri di dekat ayahnya dan
mendekap kain sutera merah. Keinginan tahu Kui Eng
meredakan keharuannya dan dia lalu bertanya kepada ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, siapakah adik ini.........?" tanyanya sambil menunjuk
ke arah gadis yang mirip dengan dia itu.
Ibunya bangun berdiri sambil menarik tangan Kui Eng dan
diajaknya dia menghampiri gadis tadi yang berdiri di samping
ayahnya. "Eng-ji.. dia ini adalah ayah tirimu Bu Pok Seng. dan
anak ini adalah Swi Lan, adik tirimu sendiri ... "
Kui Eng terkejut bukan main, memandang kepada Swi Lan
dengan melongo, kemudian sambil terisak dia merangkul dan
memeluk ibunya. "Ibu....... aku berdosa kepadamu, aku.....aku
adalah anakmu yang jahat......."
Swi Lan yang kini tidak merasa ragu-ragu lagi bahwa gadis
ini adalah cicinya yang sering disebut-sebut dan diceritakan
oleh ibunya, lalu lari menghampiri dan memeluk Kui Eng.
"Enci Eng....... aku girang sekali dapat bertemu denganmu.
Ketahuilah, sudah sering sekali aku bertemu denganmu, enci
yang manis." Kui Eng memandang heran, mengusap air matanya dan
melihat bahwa wajah adik tirinya yang manis itu tersenyum,
18 akan tetapi dari kedua mata yang jeli itu mengalir air mata
pula."Apa.......apa maksudmu.......?" dia bertanya gagap,
teringat akan perbuatannya yang tidak patut tadi.
"Ibu sering menceritakan tentang dirimu dan aku sering
bertemu dengan enci Eng di dalam mimpi."
Kui Eng merasa hatinya tertusuk dan dia segera merangkul
Swi Lan dengan terharu. "Adikku ....... kaumaafkanlah aku kalau tadi aku berlaku
kurang patut kepadamu ...."
Ibu kedua orang gadis itu bertanya heran. "Eh, apakah tadi
kalian sudah bertemu dan berkenalan " "
Swi Lan memandang kepada ibunya dan Kui Eng merasa
khawatir kalau-kalau adik tirinya itu akan memberitahukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada ibunya tentang perbuatannya merusak kain sutera
adiknya itu. Akan tetapi Swi Lan hanya berkata, "Tadi enci Eng
tiba-tiba muncul sehingga aku menjadi terkejut sekali. Akan
tetapi, melihat wajahnya, aku sudah dapat menduga bahwa
dia tentulah enciku yang baik."
Bukan main malunya rasa hati Kui Eng mengenangkan
semua peristiwa yang terjadi tadi. Dia telah jatuh hati kepada
tunangan adiknya sendiri. Ini masih tidak mengapa karena dia
tidak tahu bahwa Min Tek adalah pemuda yang sudah
bertunangan dan bahwa tunangannya itu adalah adiknya
sendiri. Yang paling hebat adalah perbuatannya yang
menyakiti hati adiknya tadi, yang melukai perasaan adiknya
dengan merusak kain sutera pemberian Min Tek. Bahkan
tadinya dia mempunyai niat pula untuk melukai atau
membunuh gadis yang merebut pemuda pujaan hatinya itu!
Ketika diperkenalkan kepada ayah tirinya, Kui Eng memberi
hormat dengan perasaan kecewa. Entah bagaimana, dia
merasa tidak suka kepada ayah tirinya ini, sungguhpun dia
merasa suka sekali kepada Swi Lan yang manis dan peramah.
Dia merasa kecewa sekali melihat bahwa ibunya telah
memkah lagi, bahkan melihat kenyataan ini, dia merasa
hatinya sakit. Tadinya dia mengharapkan untuk bertemu
dengan ibunya dan hidup berdua bersama ibunya, akan tetapi
kini, setelah ibunya mempunyai rumah tangga dan keluarga
baru, dia merasa betapa dirinya sendiri menjadi seorang asing,
seorang pendatang yang hanya akan mengganggu dan
mengacaukan kebahagiaan rumah tangga ibunya saja. Dia
merasa dirinya sebagai orang yang tidak berhak tinggal di situ,
yang merusak dan menghalangi ketenteraman kebahagiaan
rumah tangga ibunya. Perasaan inilah yang membuat dia pada keesokan harinya
segera pergi lagi meninggalkan rumah ibunya. Ketika dia
berpamit, ibunya mencegah sambil menangis, akan tetapi Kui
Eng yang keras hati itu memaksa dan berkata, "Ibu, malam
19 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadi telah kuceritakan semua pengalamanku kepada ibu. Maka
sekarang, kedua orang suhengku itu tentu sedang mencari
cariku dan aku harus menemui mereka. Pula, aku sudah
berjanji kepada suhu untuk kembali ke Kwi-hoa-san tiga tahun
setelah pergi merantau."
"Kalau begitu akupun tidak dapat mencegahmu, anakku.
Akan tetapi mengapa begitu tergesa-gesa" Baru kemarin kau
datang......." "Tentu saja kalau sudah tidak ada urusan sesuatu yang
menghalangiku, kita akan dapat saling bertemu kembali, ibu."
"Kui Eng, jangan kaulupakan ibumu dan segera datanglah
kembali ke sini. Anggaplah ini sebagai rumahmu sendiri,
anakku......" "Benar, anakku, kautinggallah di sini dan anggap aku
sebagai ayahmu sendiri," kata Bui Pok Seng pula dengan sikap
ramah. Kui Eng menghaturkan terima kasih.
'"Enci Eng, aku akan merasa berbahagia sekali kalau
engkau suka tinggal menjadi satu di sini," kata Swi Lan pula
dan Kui Eng lalu memeluk dan mencium dahi adiknya itu.
"Swi Lan, semoga kau hidup berbahagia. Orang seperti
engkau sudah pantas mendapatkan kebahagiaan hidup."
Sebenarnya, hati Kui Eng berkata bahwa orang seperti adiknya
itu sudah pantas menjadi isteri Min Tek !
Kui Eng berjanji untuk datang kembali, padahal dalam
hatinya dia merasa ragu-ragu apakah dia akan mempunyai
muka untuk kembali ke tempat itu, untuk bertemu dengan
adiknya yang hampir saja dibunuhnya, untuk bertemu muka
dengan Ang Min Tek. Ah, dia merasa malu.... malu sekali!
Dengan mengeraskan hatinya, Kui Eng meninggalkan
ibunya yang menangis dan pergilah dia dari kota Ki-cu yang
tadinya merupakan kota harapan baginya, akan tetapi
ternyata merupakan kota yang menghancurkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengharapannya akan tetapi sekaligus juga mempertemukannya dengan ibunya dan memisahkan dia dari
Min Tek untuk selamanya! Dia melakukanperjalanan dengan cepat menuju ke kota
20 raja kembali dan apabila dia ingat kepada Bun Hong, dia
merasa berduka sekali. Betapapun juga, suhengnya itu benar.
Kalau dia tidak melakukan perjalanan bersama dengan Min
Tek, tidak mungkin dia akan mendapatkanmalu, akan
menderita tekanan batin sehebat itu. Akan tetapi sebaliknya,
belum tentu pula dia akan dapat bertemu dengan ibunya.Ah,
dasar nasib, nasibnya yang amat buruk, kembali dara itu
menyalahkan nasibnya! Seperti juga di waktu pergi ke Ki-ciu,
kembalinya ke kota raja dia berjalan cepat sekali hingga dalam
waktu sehari semalam saja dia telah tiba di kota raja kembali.
(Oo-bud_dwkz-234-oO) Beng Han dan Bun Hong berhasil memasuki kota raja.
Dengan pertolongan seorang petani yang mengangkut
segerobak padi ke kota raja, dua orang muda perkasa ini
dapat bersembunyi di bawah tumpukan padi dan dapat
menyelundup ke dalam kota raja tanpa mempergunakan
kerasan. Ketika gerobak itu tiba di pintu gerbang, tukang
gerobak dihentikan oleh para pennjaga yang memeriksanya,
akan tetapi penjaga itu tidak memeriksa ke dalam tumpukan
padi. Siapakah orangnya yang dapat bersenbunyi di dalam
tumpukan padi" Selain berat, juga tentu orang yang
bersembunyi di dalamnya tidak akan dapat bernapas. Para
penjaga tidak menyangka bahwa dua orang muda yang
bertubuh kuat dan dapat menahan napas karena mereka telah
memiliki sinkang yang amat kuat bersembunyi di dalam
tumpukan padi itu dengan pedang siap di tangan !
Bersamaan dengan gerobak itu, beberapa orang masuk
pula ke dalam pintu gerbang yang hampir tertutup karena hari
telah larut senja itu, dan di antara mereka terdapat seorang
gadis baju hijau yang dapat masuk dengan mudah karena dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak dicurigai. Perintah dari atas hanya mengharuskan para
penjaga berhati-hati terhadap dua orang laki-laki muda yang
menjadi pemberontak yang dicari-cari. Maka gadis itupun tidak
mereka curigai, sungguhpun gadis secantik Kui Eng tentu saja
tidak terlepas dari perhatian para penjaga, perhatian lain lagi
yang tidak terdorong oleh kecurigaan, melainkan terdorong
oleh rasa kagum akan kecantikan dara itu. Kui Eng sudah tiba
di situ, akan tetapi pendekar wanita ini sama sekali tidak tahu
bahwa di dalam tumpukan padi dalam gerobak itu
tersembunyi dua orang suhengnya yang sedang dicari-carinya.
Juga Beng Han dan Bun Hong sama sekali tidak tahu bahwa
pada saat itu sumoi mereka berada di dekat gerobak!
Mereka semua dapat memasuki kota raja dengan selamat
dan Kui Eng lalu mengambil jalan lain. Sementara itu. ketika
gerobak itu tiba di jalan yang agak sunyi, Beng Han dan Bun
Hong lalu melompat turun dari gerobak dan mempergunakan
ilmu kepandaian mereka untuk berlari cepat dan menuju
21 ketempat tahanan yang telah mereka ketahui letaknya dari
hasil penyelidikan nyonya janda itu. Benar saja seperti yang
diceritakan oleh janda tua itu, tempat tahanan di mana
keluarga pangeran itu ditahan, terjaga dengan ketat sekali dan
boleh dibilang hampir sekeliling tempat atau bangunan itu
terdapat perajurit-perajurit yang menjaga dengan senjata
tombak di tangan. Beng Han dan Bun Hong tidak mau bertindak ceroboh.
Tentu saja mereka tidak takut menghadapi para penjaga itu
dan kiranya tidaklah sukar bagi mereka untuk menyerbu
masuk secara langsung dengan merobohkan penjaga. Akan
tetapi kalau hal ini mereka lakukan, mereka tentu akan
dikeroyokm dan tentu penjagaan di sebelah dalam terhadap
para tawanan lebih ketat lagi sehingga sukar bagi mereka
untuk dapat menolong Kim Bwee. Mereka berunding sejenak
dan akhirnya mereka memperoleh siasat yang mereka anggap
tepat. Setelah mengatur siasat, dua orang pendekar muda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berpencar, seorang ke timur dan seorang lagi ke barat.
Senja telah lewat dan cuaca mulai menjadi gelap.
Tiba-tiba para penjaga di sebelah timur mendengar suara
orang merintih kesakitan di tempat gelap yang agak jauh dari
tembok rumah tahanan, di dalam semak-semak yang gelap.
Dua orang penjaga membawa senjata masing-masing
menghampiri tempat itu, akan tetapi ketika tiba di tempat
gelap, tiba-tiba berkelebat bayangan hitam yang menggerakkan kedua tangannya dan penjaga-penjaga itu
telah tertotok dan roboh tanpa dapat mengeluarkan suara lagi,
Tubuh mereka menjadi lemas dan lumpuh sedangkan mulut
mereka tidak dapat mengeluarkan suara.
Para penjaga lain yang menanti kembalinya dua orang
rekan mereka itu, merasa heran karena tidak melihat mereka
kembali dan juga tidak mendengar suara mereka, sedangkan
suara orang merintih itu masih terdengar saja Dua orang
penjaga lain segera menyusul, akan tetapi mereka inipun
tertotok roboh dan diseret di balik semak - semak.
Di bagian barat juga terjadi hal yang serupa dengan apa
yang terjadi dengan para penjaga di sebelah timur. Kini para
penjaga mulai menjadi curiga dan sekelompok penjaga di
timur dan di barat menghampiri ke tempat gelap untuk
melakukan pemeriksaan. Mereka merasa terkejut dan heran
ketika melihat betapa di antara empat orang penjaga yang
tadi memeriksa tempat itu, hanya ada tiga orang saja
22 sedangkan yang seorang lagi entah pergi ke mana. Tentu saja
mereka beramai-ramai lalu menolong tiga orang kawan ini,
akan tetapi mereka itu telah lumpuh dan tidak dapat bicara,
hanya mata mereka saja yang bergerak-gerak ketakutan.
Ributlah keadaan di situ dan banyak sekali penjaga-penjaga
yang berpakaian seragam menjadi kacau dan berlari ke sanasini, membuat penjagaan-penjagaan,
mencari-cari dan ada yang melapor ke dalam. Dan di antara simpang-siur para
penjaga ini, terdapat dua orang "penjaga" yang mengenakan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian yang sama, akan tetapi yang selalu berusaha untuk
menyembunyikan muka mereka. Dua orang "penjaga" ini
bukan lain adalah Beng Han dan Bun Hong. Mereka telah
berhasil memancing para penjaga dan menotok mereka di dua
tempat, lalu mereka menyeret seorang di antara tawanan
mereka yang memiliki bentuk tubuh mirip denganmereka
menanggalkan atau melucuti pakaian penjaga ini dan
menyamar sebagai penjaga. Setelah akal ini berhasil, mereka
lalu mempergunakan kepanikan itu untuk menyelinap masuk
ke dalam benteng, menyamar sebagai penjaga. Di dalam
keributan itu, mereka berhasil menyelundup masuk tanpa
mendapat banyak perhatian.
Tanpa banyak mengalami kesukaran, Beng Han dan Bun
Hong terus masuk ke bagian dalam. Mereka bertemu dengan
dua orang penjaga lain yang memandang mereka dengan
agak heran dan khawatir. "Kawan-kawan, ada apakah ributribut di luar ?" tanya seorang penjaga
bagian dalam. "Ada musuh menyerbu, hayo lekas kita memperkuat
penjagaan para tawanan!" kata Beng Han dengan suara
gagap. Kedua orang penjaga bagian dalam itu menjadi
terkejut dan segera berlari masuk, diikuti oleh Beng Han dan
Bun Hong menuju ke ruang tempat tawanan, sambil memberi
tahu kepada setiap orang penjaga yang mereka jumpai
sehingga para penjaga itu berserabutan keluar dengan senjata
di tangan. Setelah tiba di ruangan tempat tahanan, kedua orang muda
itu melihat betapa seluruh keluarga Pangeran Song berkumpul
di suatu ruangan dan sedang menangis sedih, merubung
sesuatu dengan penuh duka. Beng Han dan Bun Hong segera
menotok roboh dua orang penjaga yang mengantar mereka
tadi dan Bun Hong menanggalkan jubah pengantar yang
dipakainya tadi lalu dia membuka pintu kerangkeng ruangan
itu dengan paksa dan melompat ke dalam. Ketika dia tiba di
tempat itu, dia melihat pemandangan yang membuatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pucat sekali, kedua kakinya menggigil dan jantungnya
23 terguncang hebat. Di tengah - tengah ruangan itu, di mana
para keluarga menangis dan merubung, nampak tubuh
isterinya dengan muka dan kepala mandi darah, menggeletak
ditangisi semua orang. "Kim Bwee.......!" Bun
Hong melompat dan menubruk tubuh isterinya.
Ternyata bahwa karena putus asa dan tidak tahan
menderita malu dan penghinaan, isteri Bun Hong telah membenturkan kepalanya pada dinding, akan tetapi karena tenaganya kurang kuat, Pedang Keadilan 17 Pendekar Romantis 08 Buronan Darah Dewa Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 4

Cari Blog Ini