Ceritasilat Novel Online

Kutukan Dari Liang Kubur 1

Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur Bagian 1


SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
1 PEREMPUAN TUA BERWAJAH
SETAN itu memacu kuda penarik
gerobak sekencang-kencangnya. Walau
gerobak telah meluncur cepat namun
tangan kanannya terus saja mencambuki
punggung kuda coklat. Dari mulutnya
tiada henti terdengar kata-kata maklan.
"Murid tak berguna! Memberi
malu guru! Sialan! Kau akan terima
hukuman! Kau akan terima hukuman!
Jangan salahkan aku si jelek Wiku
Ambar ini berlaku kejam! Diberi madu minta racun! Kau akan rasakan hukumanku
murid tolol! Kau mencoreng mukaku di dunia persilatan dengan lumpur comberan!"
Lalu perempuan tua itu mencambuk lagi punggung kuda coklat hingga binatang itu
berlari seperti kesetanan. Sambil memacu kuda gerobak sepasang mata perempuan
tua itu memandang kian kemari. Yang dicarinya ialah sebuah pohon besar. Tempat
dimana dia akan melaksanakan niatnya.
"Pohon besar! Pohon celaka! Mengapa tidak juga kutemui!" Kembali perempuan
bernama Wiku Ambar itu memaki. Cambuk di tangan kanannya berkelebat lagi. Kuda
Coklat meringkik keras.
Di atas gerobak yang terbuka itu tampak menggeletak sesosok tubuh berpakaian
biru gelap. Dia ternyata adalah seorang gadis berwajah cantik berkulit kuning langsat.
Melihat keadaannya yang tidak mampu bergerak maupun bersuara jelas sang dara
berada dalam keadaan tertotok. Dan 1
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
yang menotok adalah perempuan tua itu, yang bukan lain adalah gurunya sendiri.
Gerobak memasuki jalan yang menikung. Wiku Ambar terus menggebrak kuda coklat
hingga gerobak ini hampir terbalik ketika membelok. Di balik tikungan jalan
membentang lurus dan di kiri kanan jalan tampak tumbuh pohon-pohon besar. Wiku
Ambar menyeringai. Dia mencari pohon yang paling besar dan paling tinggi lalu
tarik tali kekang kuda kuat-kuat, memaksa binatang itu hentikan larinya dengan
mendadak. Roda-roda kereta mengeluarkan bunyi mendenyit keras, meninggalkan
jejak panjang dan dalam di tanah jalanan. Debu dan pasir beterbangan ke udara.
Kuda coklat meringkik keras lalu tertegak diam dengan kepala merunduk ke bawah.
Perempuan tua kembali menyeringai. Dia melirik ke arah sosok tubuh muridnya lalu
mendongak seraya berkata, "Pohon hukuman sudah kutemukan. Hukuman harus
dilaksanakan. Biar hapus coreng memalukan di muka tua ini!"
Lalu Wiku Ambar mengambil segulung tali dari atas lantai gerobak. Salah satu
ujung tali ini dicantoli kaitan besi. Perempuan ini pegang bagian tali satu
tombak di bawah kaitan lalu memutar-mutarnya beberapa kali hingga tali dan
kaitan itu mengeluarkan suara menderu keras.
"Huah!" Wiku Ambar berteriak dan lemparkan tali ke atas. Kaitan besi melesat
tinggi dan akhirnya mengait di cabang pohon paling atas. "Lebih baik kutinjau
dulu ke atas sana!" berkata Wiku Ambar dalam hati. Lalu dengan gerakan enteng
dan cara yang aneh, perempuan tua ini memanjat tali menuju ke atas pohon. Sampai
di atas dia meneliti keadaan pohon itu, memperhatikan ke bawah dan memandang
berkeliling. "Aku tak salah pilih. Ini memang tempat yang cocok untuk menghukum
anak itu!" Lalu dengan cepat Wiku Ambar meluncur turun.
Sampal di atas gerobak perempuan tua ini segera panggul tubuh muridnya dibahu
kiri. Dia pergunakan ujung tali untuk mengikat tubuh sang dara ke tubuhnya. Lalu
seperti tadi meski kini dia memanggul beban yang berat Wiku Ambar enak saja
memanjat tali, naik ke atas pohon.
Sosok tubuh muridnya dibaringkan menelungkup diatas cabang besar. Ini bukan satu
pekerjaan mudah membaringkan tubuh yang kaku diatas cabang pohon yang begitu
tinggi. Tapi gerakan Wiku Ambar cekatan sekali. Dalam waktu singkat dia sudah
membaringkan tubuh dara 2
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
berpakaian biru itu menelungkup di atas cabang. Lalu dari saku besar pakaiannya
Wiku Ambar keluarkan segulung tali halus yang lebih pantas disebut benang
berwarna putih berkllau-kilau seolah dibuat dari sutera. Dengan benang itu
diikatkannya tubuh muridnya pada cabang pohon hingga sekalipun ada badal
melanda, tubuh itu tak akan jatuh ke bawah.
Setelah mengikat tubuh murldnya dengan benang aneh itu Wiku Ambar keluarkan lagi
sebuah benda dari dalam saku besar. Benda ini diletakkannya pada cabang pohon
yang berada tepat dibawah cabang dimana sang murid terbujur menelungkup.
Ternyata benda itu adalah seekor burung merpati hutan berwarna kelabu. Binatang
ini bertengger di atas cabang pohon tanpa bergerak ataupun keluarkan suara.
Wiku Ambar tertawa lebar sambil usap-usap kedua tangannya.
"Hukuman sudah dilaksanakan. Sebelum pergi aku ingin dengar apa yang akan kau
ucapkan. Mungkin juga kau kini berubah pikiran!"
Setelah berucap begitu Wiku Ambar lepaskan totokan di leher murldnya untuk
membuka jalan suara. Tapi sang murid hanya diam dan memandang saja pada gurunya,
tak mau membuka mulut mengatakan apa-apa.
"Cempaka! Apakah kau masih tetap pada jalan pikiranmu semula" Atau sekarang mau
merubahnya?"
Yang ditanya tetap diam saja.
"Benar-benar murid tak tahu diri. Apa yang aku lakukan adalah untuk kebaikan
masa depanmu sendiri! Mengapa kau menolaknya" Mengapa kau lebih tega mencoreng
muka memberi malu diriku. Mengapa kau lebih suka menerima hukuman seperti ini"!"
Gadis bernama Cempaka itu masih diam. Hanya sepasang matanya saja yang memandang
tak berkesip pada wajah tua menyeramkan itu.
"Cempaka! Kau tidak tuli dan jalan suaramu sudah kubuka! Ayo buka mulutmu!"
Jawab pertanyaanku!" Wiku Ambar jadi tak sabaran lalu membentak.
Bibir sang murid tampak bergerak. Akhirnya terdengar juga suaranya berkata.
"Jadi karena aku mempunyal pendapat dan jalan pikiran yang berbeda maka guru
tega menghukumku seperti 3
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
ini..." "Murid bodoh! Ini bukan cuma perbedaan pendapat dan jalan pikiran! Tapi kau
telah mencoreng malu besar ke mukaku! Kau telah mengguyur diriku dengan air
comberan! Semua orang di dunia persilatan mentertawaiku! Dan terutama sekali aku
benar-benar tak punya muka dan harga diri lagi terhadap sahabatku Ronggo Gampito
serta muridnya yang bernama Jatayu itu!"
"Guru hampir dua puluh tahun aku menerima kebaikan darimu. Sebagai murid aku
telah mengabdikan diri sebaik yang bisa kulakukan. Namun bagi masa depanku, aku
tak ingin seorangpun yang menentukan. Termasuk guru. Kalaupun kedua orang tuaku
masih hidup, aku akan melakukan hal yang sama seandainya mereka memaksakan
kehendak...."
"Murid tidak membatas guna! Jadi kau tetap pada pendirianmu hah" Tidak mau
merubah" Bahkan tidak mau memandang sebesar mata terhadapku"!
"Guru, selama hayat dikandung badan aku tetap menghormati guru. Hanya saja untuk
urusan yang satu itu aku tidak dapat memenuhinya!"
Wiku Ambar gerakkan tangan kirinya.
Braak! Cabang pohon di sebelah kiri patah dan jatuh ke bawah kena hantaman tangan
perempuan tua itu yang tak dapat lagi mengendalikan amarahnya.
"Kau dengar baik-baik Cempaka! Mulal detik ini hukuman jatuh atas dirimu. Jika
kau tidak mau merubahnya maka kau akan menemul ajal secara perlahan-lahan di
atas pohon ini! Namun aku masih memberikan satu kesempatan terakhir. Jika kelak
pikiranmu berubah maka pergunakan mulutmu untuk meniup burung merpati yang
bertengger di bawahmu. Begitu burung Itu merasakan tiupanmu, dia akan terbang ke
tempat kediamanku. Jika aku melihat burung Ini muncul, itu pertanda bahwa kau
bersedia memenuhi permintaanmu. Maka aku akan datang kemari untuk
membebaskanmu!"
Habis berkata begitu Wiku Ambar totok kembali jalan darah di leher muridnya tapi
dia juga menekan salah satu bagian tengkuk gadis itu. Sebelum pergi dia berkata
lagi, "Aku masih 4
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
mengharapkan kau akan berubah pikiran. Mulutmu memang tak bisa bicara atau
bersuara. Tapi kau bisa meniup. Nah, tiuplah merpati itu...!"
Setelah menatap wajah muridnya sesaat, Wiku Ambar meluncur turun dengan tali.
Lalu tali itu digulungnya, dicampakkan ke atas gerobak.
"Huah!" Wiku Ambar berseru. Cambuk di tangan kanannya berkelebat tiga kali. Kuda
penarik gerobak menghambur ke depan.
*** 5 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
2 KESUNYIAN MALAM DIROBEK OLEH berbagai suara yang menakutkan. Mulai dari suara
burung hantu sampai pada suara mendesis di antara semak belukar. Lalu suara
menggereng dan sesekali ada lolongan anjing hutan di kejauhan.
Cempaka mendengar semua suara-suara itu sepanjang malam. Sebagai seorang yang
telah mendapat gemblengan ilmu silat luar dalam semua itu tidak mendatangkan
rasa takut dalam dirinya. Hanya dinginnya udara malam, apalagi menjelang pagi
membuat gerahamnya bergemeletukan. Untuk memperkuat daya tahan terhadap udara
dingin, gadis itu atur jalan nafas, kerahkan tenaga dalam yang disertai
pengaturan jalan darah.
Sang dara tahu kalau dia tidak akan merubah ptkirannya. Bahwa dia tidak akan
memenuhi permintaan gurunya. Karena itu dia sadar pula bahwa dia akan menemul
kematian dalam keadaan terikat di atas cabang pohon itu. Ajalnya akan sampai
entah kapan tetapi pasti. Kecuali jika ada yang menolongnya. Tapi siapa yang
tahu kalau dia berada di atas pohon tinggi itu. Dari bawah, kerimbunan daun-daun
pohon membuat orang tak mungkin melihatnya.
Menjelang matahari terbit dia mendengar banyak sekali suara kicau burung. Suarasuara yang menakutkan malam tadi lenyap tiada bekas. Memandang ke bawah Cempaka
melihat burung merpati kelabu itu masih tetap bertengger di tempatnya semula,
tidak bergerak tidak bersuara seolah-olah sebuah batu saja.
"Merpati aneh...." kata Cempaka dalam hati.
Makin terang hari, Cempaka merasa tubuhnya bertambah hangat. Namun bagaimanapun
juga terbaring menelungkup dan terikat seperti itu merupakan satu siksaan yang
tak dapat dibayangkan.
"Dunia penuh keanehan. Bagaimana mungkin hubungan antara guru dan murid yang
berjalan selama dua puluh tahun tiba-tiba saja berubah menjadi satu malapetaka
hanya karena aku 6
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
tidak bersedia memenuhi permintaan guru?" membatin Cempaka. "Dan aku akan
menemul ajal dalam keanehan itu..." katanya lagi dalam hati.
Menjelang tengah hari sang dara mulai merasa haus dan lapar. Untuk menghilangkan
siksaan haus serta lapar yang mulai menyerang itu Cempaka pejamkan kedua
matanya, tutup jalan pendengaran, atau jalan nafas dan mulai bersamadi. Dia
tidak menyadari ketika siang berubah menjadi sore dan sore disusul oleh malam.
Ini adalah malam kedua gadis itu terikat di atas cabang pohon dengan segala
penderitaannya. Pagi kembali muncul dan siang datang merayap. Semakin siang
semakin sulit bagi Cempaka untuk berusaha bersamadi sekhusuk mungkin. Perlahanlahan dibukanya kedua matanya. Yang pertama kali dilihatnya adalah burung
merpati kelabu itu. Masih tetap di tempatnya semula, sedikitpun tidak berpindah!
Binatang itu seolah di pantek ke cabang pohon. Tapi bagaimana mungkin dia tetap
di sana tanpa ingin mencari makan atau air"
Lalu telinga Cempaka menangkap suara gaduh di udara. Dia berusaha memutar kedua
bola matanya. Ternyata serombongan buruk gagak hitam tampak barputar-putar di
udara. Siang kemarin Cempaka juga telah melihat rombongan burung-burung nazar
itu terbang ke atas pohon.
Kini mereka muncul kembali.
"Mereka agaknya sudah siap menunggu mayatku. Atau mungkin berniat segera
menggasak tubuhku hidup-hidup begini.... ?" pikir Cempaka dalam hati. Tengkuknya
terasa dingin. Dan untuk pertama kalinya gadis ini merasakan sekujur auratnya
menjadi sangat letih.
Di udara burung-burung nazar itu masih terus terbang berputar-putar beberapa
kali lalu akhirnya melayang lenyap ke arah timur.
Cempaka merasa lega sedikit. Namun tiba-tiba telinganya menangkap suara derap
kaki kuda dikejauhan, makin dekat dan akhirnya dia melihat siapa yang datang
dari arah tikungan jalan.
Ada dua ekor kuda mendatangi. Di sebelah depan ditunggang oleh seorang pemuda
berpakaian merah. Keningnya diikat dengan kain juga berwarna merah. Wajahnya
ditumbuhi berewok yang sengaja dicukur tipis dan rapi. Pemuda ini memiliki
sepasang mata besar, berkilat dan pandangannya dingin tapi tajam.
Di belakang binatang tunggangan pemuda berbaju merah ada kuda kedua.
Penunggangnya 7
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
seorang kakek berpakaian putih yang tergeletak melintang di atas pinggang kuda.
Orang tua ini berada dalam keadaan tertotok baik aurat maupun jalan suaranya.
Dagunya sebelah kiri nampak memar bekas pukulan benda keras. Matanya sebelah
kanan bengkak merah dan kebiruan di bagian rongganya. Mata satu ini hampir
tertutup. Meskipun sudah tua tetapi orang ini memiliki tubuh tegap gempal. Otot
dan urat-urat di lengan dan betisnya tampak menonjol.
Sambil menunggang kuda, pemuda baju merah selalu memandang ke kiri dan ke kanan
seolah-olah mencari sesuatu. Tak berapa jauh dari pohon besar di mana Cempaka
terikat dia hentikan kudanya, memandang berkeliling lalu mengangguk beberapa
kali. "Ini tempatnya yang paling cocok," katanya dalam hati. Lalu dia berpaling pada
orang tua yang menggeletak di atas kuda di belakangnya dan berkata. "Tempat yang
paling cocok untukmu sudah kutemukan Ki Tali Kumba. Sekarang terserah padamu apa
memang mau mati atau ingin panjang umur!"
Setelah berkata begitu si pemuda keluarkan suara sultan keras. Dari kelokan
jalan Cempaka melihat muncul dua penunggang kuda. Keduanya berpakalan hitam yang
sudah lusuh dan banyak robek. Kelihatannya mereka adalah orang-orang desa yang
biasa bekerja keras. Yang satu membawa pacul, satunya lagi membawa alat
berbentuk sekop.
Pemuda baju merah menunjuk ke arah kerapatan pepohonan besar di mana salah satu
di antaranya adalah pohon tempat Cempaka berada.
"Dua tombak di belakang pohon paling besar sana. Gali!" Si baju merah memerintah
pada dua orang lekaki berpakalan hitam. "Tidak perlu lobang besar, tapi harus
cukup dalam sampai sebatas leher!"
Dua orang di atas kuda yang barusan saja turun sama-sama berpaling pada si baju
merah. Satu diantara mereka bertanya, "Sebatas leher .... Maksud raden sebatas leher
apa" Sebatas leher siapa...?"
"Jangan banyak tanya. Tugasmu hanya menggali. Untuk Itu kalian kubayar! Gali
saja, aku akan memberi tahu jika sudah cukup dalam!"
Dua tukang gali tak berani berkata apa-apa lagi. Mereka mengerling sekilas pada


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sosok tubuh 8 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
orang tua yang tergeletak di atas punggung kuda. Lalu keduanya melangkah ke arah
yang tadi ditunjuk si pemuda dan mulai menggali. Sambil menggali salah seorang
dari mereka berbisik,
"Setahuku orang tua berbaju putih itu tidak mati. Hanya pingsan. Apakah lobang
ini digali untuk menguburnya ...?"
"Kurasa memang iya. Aku punya firasat tidak enak. Kalaupun dia sudah mati
mengapa bukan kubur biasa yang harus kita buat....?"
Bisik-bisik itu rupanya sempat terdengar oleh pemuda berpakaian merah. Dia
segera mendatangi dan membentak.
"Apa yang kalian bicarakan berbisik-bisik! Tugas kalian bekerja gali lobang.
Bukan ngobrol!"
"Maafkan kami raden. Lobang segera siap!" jawab orang yang memegang sekop.
"Kerja saja jangan banyak mulut!" bentak pemuda itu.
Dua pekerja meneruskan menggali tanpa berani bicara atau berbisik satu sama
lainnya. Tak lama kemudian lobang dengan ukuran yang diminta itu selesai.
Bentuknya agak bulat seukuran tubuh manusia. Tingginya sekitar satu setengah
tombak yaitu sekira ketinggian leher manusia.
"Cukup!" pemuda baju merah berseru. "Sekarang kalian berdua minggir dulu...."
Pemuda itu turun dari kuda. Ditariknya tubuh orang tua yang menggeletak di atas
punggung kuda lalu dipanggulnya. Dia melangkah menuju lobang. Di tepi lobang dia
membungkuk. Tidak susah baginya untuk memasukkan kedua kaki orang tua itu ke
dalam lobang. Lalu perlahan-lahan tubuh tua itu diluncurkannya ke dalam lobang.
Luncuran tubuh terhenti begitu kedua kaki menyentuh dasar lobang dan tubuh orang
tua itu tertanam tepat sebatas leher!
Kepala yang menyambul dari atas lobang itu tidak bergerak. Sepasang mata yang
melotot juga tidak berkesip.
"Timbun!" pemuda baju merah memerintah pada dua orang yang barusan menggali
lobang itu. Dua orang itu tampak ragu-ragu.
"Keparat! Kalian tidak mendengar perintahku"!" bentak pemuda baju merah.
"Raden. Orang tua itu...."
9 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Orang tua itu kenapa"!" hardik si pemuda lalu plaak! Satu tamparan
dilayangkannya ke muka orang yang tadi membuka mulut hingga bibirnya luka dan
berclarah. Sakit dan takut orang ini akhirnya pergunakan paculnya untuk menimbunkan tanah
ke lobang di mana orang tua berbaju putih itu berada. Kawannya segera pula
angkat sekopnya membantu. Dalam waktu singkat tanah sudah menimbun sosok tubuh
si orang tua. Dengan kedua kakinya pemuda tadi menginjak-injak timbunan tanah
agak lebih keras.
"Tugas kalian selesai! Sekarang akan kuberikan bayarannya!" Pemuda itu berkata
dan menge-ruk saku pakaiannya. Dari saku itu dikeluarkannya sebuah kantong kain
yang dari deringnya yang terdengar jelas berisi uang. Kantong itu diulurkannya
pada orang yang memegang pacul. Yang diulurkan maju beberapa langkah untuk
menerimanya, namun sebelum sempat tangannya menyentuh kantong uang itu, tangan
kanan pemuda baju biru tiba-tiba melesat ke kepalanya.
Praakk! Kepala itu langsung rengkah. Orangnya berteriak keras lalu roboh. Paculnya
tercampak ke tanah.
"Raden! Kau....!" teriak pekerja yang memegang sekop dengan muka pucat saking
terkejut dan tak percayanya melihat kematian temannya seperti itu. Ketika pemuda
itu melangkah mendatanginya serta merta dia membalikkan tubuh ketakutan dan lari
sekencang-kencangnya dari tempat itu.
Si baju merah tertawa bergelak. Dia mengambil pacul yang tercampak di tanah.
Benda ini diputarnya dua kali lalu dilemparkannya ke arah orang yang lari!
Terdengar satu pekik kematian. Orang penggali lobang itu tampak tersungkur di
tanah. Kedua kakinya melejang-lejang beberapa kali lalu diam. Dia mati dengan pacul
menancap dan hampir memutus lehernya!
Dengan cepat pemuda baju merah menaikkan mayat dua pekerja itu ke atas kuda
masing-masing lalu menggebrak binatang itu hingga keduanya lari tinggalkan
tempat Itu. *** 10 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
3 SETELAH DUA EKOR KUDA yang membawa dua mayat penggali lobang itu lenyap di
kejauhan, sambil mengusap-usap berewoknya pemuda tadi melangkah menuju lobang
lalu berjongkok dekat tubuh yang ditanam. Dua jari tangannya ditusukkan ke salah
satu bagian leher.
Kepala si orang tua masih tetap kaku tak bisa bergerak, tapt sepasang matanya
kini kelihatan bergerak dan jalan suaranya yang tadi dibikin gagu kini terbuka.
Sepasang mata itu menatap penuh kebendan pada pemuda yang berjongkok
dihadapannya. "Kali Mundu murid laknat! Kenapa kau melakukannya tanggung-tanggung"! Kenapa
tidak segera kau bunuh saja diriku"!" Kepala yang ditanam itu mendamprat.
Yang didamprat keluarkan suara tertawa mengejek.
"Justru sebagai murid aku masih berbaik hati memberikan kesempatan terakhir
padamu Tali Kumba! Siapa tahu kau mau menunjukkan di mana barang yang aku
inginkan. Lantas nyawamu akan kuampuni! Kau akan kukeluarkan dari lobang maut
yang jadi liang kuburmu ini! Dan kau akan bisa menikmati hidup di dunia ini
beberapa belas tahun lagi!"
Orang tua yang dipanggil dengan nama Tali Kumba itu menyeringai lalu berkata.
"Dekatkan mukamu padaku. Akan kuberi tahu di mana Kitab Ilmu Silat Empat Penjuru
Angin itu berada....!"
"Bagus! Itu belum terlambat guruku!" uja Kali Mundu lalu membungkuk dan dekatkan
mukanya ke dekat muka si orang tua.
Cuuhhh!!! Bukan keterangan yang didapat oleh pemuda baju merah itu tapi semburan ludah!
"Tua bangka keparat!" maki Kali Mundu.
Tangan kanannya dihantamkan menjotos. Kalau sebelumnya mata kanan sang guru yang
telah dihantamnya hingga bengkak besar, kini mata kiri orang tua itu yang jadi
korban. Mata itu 11
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
langsung bengkak merah dan keluarkan darah!
Walau rasa sakit dan kemarahan dalam dirinya bukan alang kepalang tapi orang tua
bernama Tali Kumba itu tampak menyeringai bahkan berkata mengejak, "Manusia
pengecut! Kau hanya berani memukul, menjotos tapi tak berani langsung
membunuhku! Pengecut!"
"Kau akan mampus Tali Kumba! Akan mampus! Tak usah mengemis memintanya padaku!
Siksaan seperti di neraka akan kau alami sebelum ajalmu sampai! Kecuali...."
Kali Mundu seka ludah yang menempel di mukanya lalu meneruskan kata-katanya....
"kecuali jika kau mau memberi tahu dimana kitab itu kau simpan!"
Sang guru tertawa. "Manusia jahat tapi tolol! Apapun yang kau lakukan terhadap
diriku jangan harap aku bakal memberi tahu dimana buku itu!"
"Baik! Akan kita lihat!"
Kali Mundu keluarkan sebuah pisau kecil dan acungkan senjata itu di depan mata
Tali Kumba. "Pisau sekecil itu sulit untuk menggorok batang leherku!" kembali mengejek si
orang tua. "Siapa bilang aku akan menggorok batang lahermu tua bangka keparat! Aku bilang
kau akan mati secara perlahan! Tersiksa dulu baru mampus!"
"Tua bangka sepertiku tak pernah takut mati! Aku akan mati tetapi rohku akan
gentayangan. Membayangi ke mana kau pergi. Ha.... ha.... ha.... !"
"Roh busukmu akan kukirim ke neraka! Ha... ha... ha! Ha.... ha.... ha...!"
Orang tua itu balas tertawa. "Murid sesat! Empat tahun cukup lama untuk
mewariskan sebagian dari ilmu kepandaianku. Tapi kau tidak sabar. Kau serakah
seperti ayahmu! Kau menginginkan kitab itu padahal enam tahun di muka semua
isinya sudah kuwariskan penuh padamu! Kau serakah seperti ayahmu!"
"Bangsat! Jangan sebut-sebut ayahku!" teriak Kali Mundu. Lalu tangan kanannya
yang memegang pisau kecil bergerak.
Sreet! Pipi kanan Tali Kumba robek besar ditoreh pisau kecil itu. Darah langsung
mengucur! 12 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
4 KEPALA YANG BERLUMURAN DARAH ITU tampak menggeletar. Pelipis kiri kanan bergerak
cepat tanda Ki Tali Kumba tengah menahan sakit dan juga amarah.
Di atas pohon tinggi, Cempaka yang menyaksikan kejadian itu menyumpah habishabisan. "Manusia biadab! Laknat terkutuk! Memperlakukan guru sendiri seperti itu!
Jahanam .... !" Dia diam sesaat lalu merenung. Gurunya sendiri yaitu Wiku Amber
semula dianggapnya sebagai manusia yang kejam. Ternyata kini dia melihat adanya
manusia yang seribu lebih kejam dari gurunya itu!
Di udara terdengar suara berkesiuran sayapsayap yang mengepak. Pemuda bernama
Kali Mundu mendongak lalu menyeringai.
"Tua bangka Tali Kumba " desisnya. "Buka matamu lebar-lebar. Lihat apa yang
beterbangan di atas sana. Ha.... ha.... ha!"
Di tempatnya terikat Cempaka yang mendengar kata-kata Kali Mundu Itu memandang
ke alas. Dia melihat burung-burung nazar pemakan mayat beterbangan berputarputar. Beberapa diantaranya mengeluarkan suara keras. Sesaat Cempaka berpikirpikir apa maksud Kali Mundu menyuruh gurunya membuka mata meiihat ke atas Tibatiba saja gadis murid Wiku Ambar itu dapat menerka.
"Jahanam terkutuk! Benar-benar jahat biadab!" teriak Cempaka dalam hatli Di
bawah sana KI Tali Kumba terdengar menyahuti. "Aku tak perlu melihat ke atas.
Aku tahu di atas sana tengah beterbangan burung-burung pemakan mayat....!"
"Bagus! Kau cerdik Tali Kumba. Berarti kini kau tahu kematian bagaimana yang
bakal kau hadapi ....Ha.... ha.... ha....!"
"Kau kira aku takut Kali Mundu....?" ujar orang tua yang tubuhnya ditanam
sebatas leher itu sedang mukanya berlumurah darah.
13 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Mungkin kau hanya berpura-pura Tali Kumba. Banyak memang orang yang tidak takut
menghadapi kematian. Asal saja kematian itu wajar. Tapi maut yang bakal kau
hadapi sungguh mengerikan! Burung-burung nazar itu sudah mencium bau darahmu.
Sebentar lagi mereka akan menukik turun mendatangi tempat ini. Mematuki kulit
kepalamu, mencongkel kedua matamu, melahap hidung, telinga dan pipimu! Lalu jika
tak ada lagi daging kepalamu yang bisa mereka santap, burung-burung nazar itu
akan mematuki tempurung kepalamu, mencongkel otakmu! Kau al:an menderita sejuta
kesakitan lalu mampus perlahan-lahan! Kecuali.... Tentu saja masih ada
kecualinya Tali Kumba. Katakan di mana kitab silat ilu kau sembunyikan...!"
"Kali Mundu saat ini kau tidak lagi berhadapan dengan Tali Kumba. Tapi dengan
roh yang siap mengutukmu! Manusia anjing berhati iblis! Dengar baik-baik. Dari
liang kubur tempat kau menanam tubuhku ini kutukku akan menimpa darimu! Mulai
saat ini bencana dan malapetaka akan menjadi bagianmu. Kau akan hidup dalam
malapetaka sampai akhirnya mampus dalam malapetaka! Tuhan akan mendengarkan
permintaan orang yang teraniaya!"
"Kalau begitu kenapa tidak minta tolong saja pada Tuhanmu agar membebaskan
dirimu dari malapetaka saat ini" Ha ha....ha...!"
"Kali Mundu, kau telah menganiaya diriku. Kini kau menghina nama Tuhan.
Kutukanku dan kutukan Tuhanmu akan jadi satu menghancurkan hidupmu!
"Kentut busuk!" teriak Kali Mundu lalu bangkit berdiri. Kaki kanannya
diletakkannya di atas kepala gurunya. Lalu dengan tumitnya didorongnya kepala
itu keras-keras! "Kau telah memilih kematianmu sendiri Tali Kumba. Kau boleh
menyimpan rahasia tapi aku pasti akan mendapatkan kitab Ilmu silat itu!"
Habis berkata begitu Kali Mundu melangkah ke tempat kudanya menunggu, naik ke
punggung binatang ini dan tinggalkan tempat itu menuju ke selatan.
Di udara burung-burung nazar terbang semakin rendah dan suara mereka bertambah
bising. Salah seekor dari mereka keluarkan suara aneh dan keras lalu menukik ke bawah.
Puluhan kawannya mengikuti. Di lain saat Cempaka yang ada di atas pohon melihat
bagaimana puluhan burung pemakan mayat itu tahu-tahu sudah ada di bawah sana dan
mulai mematuk serta 14
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
menggerogoti kepala Ki Tali Kumba orang tua yang malang itu. Cempaka pejamkan
kedua matanya, tak berani menyaksikan apa yang terjadi. Perutnya yang kosong
lapar mendadak terasa mual. Dia seperti hendak muntah, tapi tak ada yang keluar
dari mulutnya selain desau nafas.
Akhirnya gadis ini pingsan di tempatnya terikat.
*** 15 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
5 RUMAH KAYU ITU TERLETAK di puncak bukit di tenggara Samigatuh tak berapa jauh
darl aliran Kali Progo. Inilah tempat kediaman Ki Tali Kumba. Ke sinilah Kali
Mundu memacu kudanya. Terakhir kali dia berada di situ adalah sekitar satu bulan
yang lalu. Tapi saat itu dia belum berani mengatakan niatnya untuk meminta Kitab
Ilmu Silat Empat Penjuru Angin itu.
Baru sekitar satu minggu lalu dia mengemukakan hasratnya itu pada sang guru.
Namun permintaannya ditolak. Ki Tali Kumba meminta agar dia terus bersabar
belajar dan melatih diri sampai enam tahun di muka. Karena itu berarti sama saja
dengan dia telah memiliki serta mewarisi seluruh isi kitab silat yang memang
termasuk lamgka dalam dunia persilatan itu.
Hanya saja Kali Mundu merasa tidak sabar malah memasang niat jahat dalam
hatinya. Di suatu tempat, dengan segala kelicikannya dia berhasil melumpuhkan
sang guru dengan jalan minotok. Dalam keadaan tak berdaya Tali Kumba dipaksanya
untuk memberi tahu di mana kitab silat itu berada. Ketika sang guru menolak maka
di hajarnya orang tua itu. Seperti diceritakan sebelumnya Tali Kumba kemudian
dibawa ke suatu tempat dan dikubur hidup-hidup.
Melewati jalan yang cukup sulit akhirnya Kali Mundu sampai di puncak bukit.
Alangkah terkejutnya pemuda baju merah ini ketika mendapatkan rumah kediaman
gurunya berada dalam keadaan hancur berantakan. Pintu dan jendela bertanggalan.
Dinding dan atap ambrol. Bagian dalamnya porak poranda. Kasur tipis ketiduran
gurunya jelas bekas ditoreh orang!
"Apa yang terjadi"! Jangan-jangan aku kedahuluan!" membatin Kali Mundu lalu
melompat turun dari kuda dan memeriksa reruntuhan rumah itu dengan seksama.
Reruntuhan dinding dan atap ditelitinya. Dia juga menggali beberapa bagian dari
lantai tanah. Tapi dia tidak menemukan apa yang dicarinya.
"Celaka! Jangan-jangan aku memang sudah didahului orang!" Kali Mundu meninjuninju telapak tangan kirinya dengan tangan kanan seraya memandang berkeliling.
16

Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Saat itulah tiga bayangan hitam berkelebat dan tahu-tahu tiga manusia bertubuh
sama-sama kurus dan sama-sama jangkung telah berada di hadapan pemuda berpakaian
merah itu. Masing-masing mereka membekal sebilah golok panjang sedang lengan
serta pergelangan kaki memakai gelang bahar besar. Ketiganya menyeringal dan
kelihatanlah barisan gigi-gigi mereka yang besar-besar berwarna aneh, yaitu
biru! Kali Mundu perhatikan tiga pendatang ini dengan cepat. Dari ciri-ciri mereka dia
segera tahu tengah berhadapan dengan siapa dirinya saat itu.
Sambil mengusap berewoknya Kali Mundu berkata. "Hemmm.... Kalian pastilah Tiga
Iblis Bergigi Biru!"
"Tepat sekali sahabat mudaku! Matamu tak salah lihat, mulutmu tak salah
mengucap. Kami memang Tiga Iblis Bergigi Biru dari muara Kali Porong. Kami
pendatang baru dalam dunia persilatan. Tapi sembilan tokoh silat sudah kami
bunuh. Dua perguruan silat dan satu pesantren sudah kami hancurkan. Bahkan
serombongan pasukan dari Kotaraja yang coba menghadang kami di hutan Dadali
pulang ke Kotaraja tinggal nama belaka! Kurasa cukup sekian dulu keteranganku!
Hik ... hi ... hi ....!" Yang barusan angkat bicara adalah si kurus jangkung
yang tegak diapit oleh kedua kawannya.
Kali Mundu mengangguk-angguk. Dia sudah maklum kalau kemunculan tiga manusia
berpakaian serba hitam ini tidak membawa maksud baik.
Namun dia tak dapat menduga apa tujuan kemunculan mereka sebenarnya. Maka pemuda
itupun bertanya. "Jauh-jauh datang kemari tentu kalian membawa maksud tertentu.
Atau mungkin hanya kebetulan lewat di sini hingga ini adalah pertemuan yang
tidak disengaja....?"
Orang yang di tengah berpaling pada kawannya yang tegak di samping kiri.
"Silahkan kau yang menjawab!" katanya pula.
Si teman menyeringai dulu baru membuka mulut. "Jauh berjalan banyak dilihat.
Membekal maksud tentu ada makrifat. Kami tidak hanya kebetulan lewat disini. Dan
pertemuan ini bukan sesuatu yang tidak disengaja. Sejak pagi buta tadi kami
bertiga telah menunggumu di puncak bukit ini!"
17 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Hemm.... begitu?" ujar Kali Mundu. Otaknya bekerja cepat. Dia berpaling
sebentar ke arah reruntuhan rumah gurunya lalu berkata. "Kalau begitu kalian
bertigalah yang telah memporak-porandakan rumah guruku. Dan kelihatannya kalian
bukan hanya sekedar menghancurkan.
Kalian mencari sesuatu!"
Tiga orang jangkung kurus itu sama-sama keluarkan suara tertawa bergelak,
membuat Kali Mundu terpaksa menahan rasa jengkelnya.
"Setelah kau menganiaya dan membunuh Ki Tali Kumba, apa kau masih pantas
menyebut orang tua itu sebagal gurumu" Ha...ha...ha...!" Lelaki yang di tengah
berkata lalu tertawa yang ditimpali oleh dua kawannya.
"Kurang ajar!" maki Kali Mundu dalam hati. "Tiga keparat itu rupanya tahu apa
yang aku lakukan!" Setelah diam sesaat dia berkata dengan nada geram, "Apapun
yang terjadi antara aku dan Ki Tali Kumba bukan urusan kalian!"
"Itu memang betul. "Menyahuti lelaki di ujung kiri. "Tapi kami kemari membawa
urusan sendiri! Kami yakin kau bisa membantu. Bukan begitu teman-teman.... ?"
Dua lelaki lainnya sama mengiyakan lalu menyeringai memandang pada Kali Mundu.
"Dengar, aku tidak punya waktu banyak. Lekas katakan apa keperluan kalian!" kata
Kali Mundu pula.
"Kami datang untuk meminta Kitab Ilmu Silat Empat Penjuru Angin!" jawab si
jangkung di sebelah tengah dengan suara tegas dan tandas.
Terkejutlah Kali Mundu mendengar ucapan itu. Tapi dia cepat merubah air mukanya.
Sambil menggeleng dan tertawa lebar dia berkata. "Rupanya kehebatan kitab langka
itu telah tersebar ke mana-mana. Tidak kusesalkan kalian sengaja mencarinya.
Yang kusesalkan ialah kitab itu tak ada padaku !"
"Jangan dusta!"
"Kami telah membongkar dan memeriksa pondok kediaman Ki Tali Kumba. Buku itu tak
ada disini. Siapa lagi yang menyimpannya kalau bukan kau"!"
"Kalau aku sendiri datang kemari dengan keperluan yang sama untuk mencari buku
itu, 18 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
bagaimana kalian bisa berprangsaka bahwa buku itu ada padaku"!" tukas Kali
Mundu. Si jangkung di sebelah kanan berkata, "Teman-teman, manusia satu ini banyak
akalnya. Licik!" "Betul!" menyahuti kawannya di ujung yang lain. "Siapa percaya padanya!"
Yang di tengah lalu menimpali. "Sobat muda, kami tak mau membuat urusan yang
tidak enak denganmu. Kalaupun sampai ada urusan pasti ada pemecahannya.
Bagaimana kalau pemecahan itu kita dahulukan. Berikan saja kitab itu pada kami!
Urusanpun jadi beres! Mudah saja bukan..."!"
"Kitab itu tak ada padaku! Kalaupun ada tak nanti aku berikan pada kalian. Ada
hak apa kalian memintanya dengan paksa...?"
"Ah, kau salah sangka sobat muda! Kami tidak meminta dengan paksa. Tapi meminta
dengan janji keselamatan nyawamu!" jawab si kurus tinggi di sebelah tengah. Dua
kawannya tertawa gelak-gelak.
Melihat gejala yang tidak enak ini apalagi mengetahui ketiga orang itu telah
menggeledah rumah Tali Kumba dan tak berhasil menemukan kitab ilmu silat yang
juga tengah dicarinya maka Kali Mundu berpikir sebaiknya dia tinggalkan saja
bukit itu. Di lain kesempatan dia akan kembali lagi ke situ guna melakukan
penyelidikan ulang.
"Para sahabat..." berkata Kali Mundu. "Sayang aku tak punya banyak waktu. Kalian
mau meneruskan memeriksa rumah itu bahkan seluruh puncak bukit ini silahkan saja
aku harus pergi sekarang juga!"
"Ah, siapa yang ingin melarang kau mau pergi ke mana sobat muda. Hanya saja
sebelum kau pergi kaml harus menggeledah dirimu dulu. Bukan mustahil kitab itu
kau sembunyikan di balik pakalanmu!"
Marahlah Kali Mundu mendengar ucapan itu.
"Kallan jangan keliwat memaksa dan menghina! Kesabaranku ada batas....!"
"Eh, lalu apa kesabaran kami tidak ada batasnya?" ujar si jangkung yang di
tengah dengan ketus.
19 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Kalau begitu kalian sengaja mencari sliang sengketa. Biar kalian menyandang
gelar menakutkan, biar kalian bertiga apa kallan sangka aku takut ?"
Tiga orang di hadapan Kali Mundu tertawa gelak-gelak.
"Anak manusia satu ini memang tidak penakut. Gurunya saja dihabisi, apa lagi
kita. Kawan-kawan bersiaplah!"
Melihat orang-orang Itu memang sengaja merencanakan kekerasan maka tanpa
menunggu lebih lama Kali Mundu segera berkelebat. Yang diincarnya adalah lelaki
paling tengah yang paling banyak bicaranya.
Yang diserang segera berkelit. Dua kawannya bergerak ke samping demikian rupa
hingga kini Kali Mundu terkurung di tengah-tengah. Begitu lawan terjepit, Tiga
Iblis Bergigi Biru Itu langsuny menggebrak!"
Dua jotosan dan satu tendangan berkelebat mencari sasaran di tubuh Kali Mundu.
Empat tahun jadi murid Ki Tali Kumba dan baru mempelajari kurang dari setengah
dari ilmu silat Empat Penjuru Angin ternyata telah cukup membuat Kali Mundu
menjadi seorang pendekar yang tidak bisa diperlakukan sembarangan. Dia membuat
gerakan berputar setengah lingkaran.
Dua tangan dan kaki kiri berkelebat.
Bukk! Bukk! Dukk! Dua pengeroyok terpental sambil pegangi lengan mereka yang tampak merah bengkak.
Orang ketiga terhuyung-huyung sambil pegangi perutnya yang dimakan tendangan!
Kagetlah Tiga Iblas Bergigi Biru. Mereka tidak menyangka ilmu silat tangan
kosong Empat Penjuru Angin demikian luar biasanya hingga dalam satu jurus saja
ketiganya kena dilabrak begitu rupa!
Seperti sudah berjanji lebih dahulu ketiga mengeroyok segera menghunus golok
masing-masing. Mata mereka menyorotkan sinar pembunuhan!
20 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
6 SEPERTI DIKETAHUI ILMU SILAT yang dimiliki Kali Mundu adalah yang dipelajarinya
dari Ki Tali Kumba. Selama empat tahun digembleng dia telah menyelesaikan empat
persepuluh bagian dari Kitab Ilmu Silat Empat Penjuru Angin yang dijadikan
pegangan oleh sang guru.
Sampai tahun keempat itu semua pelajaran adalah menyangkut ilmu silat tangan
kosong dan tenaga dalam serta sedikit pukulan sakti. Itu diteruskan sampai tahun
ke enam. Memasuki tahun ke tujuh barulah meningkat pada ilmu silat mempergunakan
senjata. Ini tidak berarti bahwa pada permulaan penggemblengan Ki Tali Kumba
sama sekali tidak memberikan pelajaran mempergunakan senjata. Dia telah
mengajarkan bagaimana mempergunakan senjata serta bagaimana menghadapi lawan
yang bersenjata. Namun semua itu menyangkut hal yang pokok-pokok dan masih
sangat mendasar.
Ketika tiga lawan dilihatnya mencabut golok masing-masing, Kali Mundu mau tak
mau merasa tercekat juga. Dia tahu kelemahannya dalam perkelahian bersenjata.
Apalagi saat itu dia sama sekali tidak memiliki senjata apapun Maka diapun
bersiap dengan pukulan sakti yang pernah diajarkan Ki Tali Kumba padanya. Dengan
cepat dia mengerahkan tenaga dalam ke tangan kanan.
"Manusia-manusia pengecut! Sudah mengeroyok sekarang pakai senjata pula!" gertak
Kali Mundu. "Majulah biar kuhajar kalian satu demi satu!"
Begitu lawan kelihatan bergerak maka Kali Mundu hantamkan tangan kanannya.
"Awas pukulan sakti!" teriak salah seorang dari Tiga Iblis Bergigi Biru ketika
dia mendengar angin deras bersiur keluar dari telapak tangan Kali Mundu. Serta
merta dia balas menghantam dengan tangan kiri sementara dua kawannya cepat
menghindar seraya tusukkan golok ke baglan kirl kanan Kali Mundu.
Dalam hal tenaga dalam ternyata kemampuan Kali Mundu masih berada dibawah
tingkat 21 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
tenaga dalam lawan. Ketika lawan balas menghantam akibatnya dia merasakan
tubuhnya seperti di dorong hingga dia jadi terhuyung-huyung dan dadanya
mendenyut sakit.
Di saat yang sama menyadari ada dua serangan senjata datang dari sisi kiri dan
kanan dengan cepat Kali Mundu rundukkan diri tapi masih terlambat
Tusukan pedang dari arah kiri sempat dielakkannya. Yang dari arah kanan
datangnya cepat sekali. Hingga mesktpuri dia sempat merunduk namun bahunya masih
kena diserempet! Pakaiannya robek, daging bahunya tersayat luka!
Melihat darahnya sendiri mengucur membasahi pakaian Kali Mundu menjadi kalap.
Dengan nekat dia coba merampas golok salah seorang lawan. Tapi kenekatannya ini
harus dibayar mahal.
Sebelum tangannya yang sebelah kiri sempat merampas senjata lawan yang terdekat,
satu sambaran golok berkelebat dari samping.
Craasss! Kali Mundu terpekik.
Tiga jari tangan kirinya yaitu ibu jari, telunjuk dan jari tengah putus ditebas
golok! Pemuda itu serta merta melompat jauh-jauh. Tampak dia menggigit bibir
menahan sakit sedang mukanya pucat seperti kain kafan.
"Aku tak bakal menang menghadapi tiga keparat ini!" pikir Kali Mundu. Maka
sebelum Tiga Iblis Bergigi Biru kembali menyerbu dengan cepat pemuda ini
balikkan tubuh lalu melarikan diri meninggalkan puncak bukit itu.
"Kawan-kawan! Kita kejar dia ....!" berseru salah satu dari Tiga Iblis Bergigi
Biru. "Saat ini belum perlu kita terlalu menyusahkan diri," menyahuti kawannya. "Kitab
itu masih belum ada padanya...."
Sebelum meninggalkan puncak bukit ketiga orang itu berusaha memeriksa bangunan
pondok yang telah porak poranda. Menyelidik setiap sudut lantai tanah bahkan
sampai-sampai memeriksa batu-batu besar dan pepohonan yang ada di sekitar situ.
Namun tetap saja mereka tidak berhasil menemukan kitab yang mereka cari.
"Tinggalkan saja tempat ini. Kita berpencar. Dua di antara kita segera menuju
puncak 22 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Gunung Merbabu. Kabarnya Ki Tali Kumba memiliki pertapaan disana. Mungkin kitab
yang kita cari disembunyikan di situ. Aku sendiri akan menguntit Kali Mundu.
Bukan mustahil dia bisa membawa kita ke tempat di mana kitab itu berada. Selain
Gunung Merbabu dia pasti akan mengetahui tempattempat lain yang sering
dikunjungi orang tua itu dan dijadikan tempat kediaman sementara."
"Aku setuju dengan pendapatmu. Ki Tali Kumba memang punya kebiasaan berpindahpindah tempat tinggai. Kita berpisah disini..."
Lalu ketiga orang itupun berpencar. Dua menuju keselatan. Yang seorang lagi
berkelebat ke arah larinya Kali Mundu.
*** 23 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
7 SIULAN YANG KERAS membawakan lagu tak menentu itu mendadak sontak berhenti
ketika bau yang amat busuk menyambar hidung orang yang bersiul.
"Gila! Bau busuk apa ini! Mau rontok bulu hidungku!" Orang itu memandang
berkeliling sambil memandang berkeliling. Dia tidak melihat sumber bau busuk
itu. Tak ada mayat atau bangkai binatang, apalagi manusia. Sambil menutup hidung
dia meneruskan langkahnya. Kira-kira melangkah sepuluh tindak tiba-tiba matanya
terpancang pada sebuah benda yang menyembul di tanah di antara pepohonan besar.
"Benda itu kelihatannya seperti.... " Orang itu tak sempat meneruskan katakatanya. Apa yang dilihatnya membuat tengkuknya menjadi dingin.
Dia menggosok kedua matanya beberapa kali seperti tak percaya akan apa yang
dilihatnya. Lalu dengan langkah tertahan-tahan dia mendekati benda yang menyembul itu.
"Astaga memang batok kepala manusia rupanya! Tengkorak!" Orang ini besarkan mata
sambil terus menutup hidung. Menurut dugaannya tengkorak itu masih belum lama
karena masih ada bekas-bekas darah dan lemak yang mengering. Kedua matanya
kosong mengerikan. Yang menyeramkan ialah bagian ubun-ubun tengkorak yang tampak
bolong menganga besar memperlihatkan bagian kosong dibawahnya.
"Eh.... Sepertinya bukan cuma tengkorak Ada bekas timbunan tanah. Seperti ada
sambungannya." Untuk memastikan orang ini memungut sebuah ranting kering lalu
mencungkil tanah di bagian leher. Ternyata ditemuinya bagian bawah leher yang
membusuk belatungan.
Dicongkelnya lagi sambil menahan rasa jijik. Dia menemukan bahu! Sampal di sini
dia hentikan mencongkel. Rasa ngeri membuat orang ini melangkah mundur sambil
garuk-garuk kepala. "Apa yang terjadi disini" Sulit kupercaya! Seseorang dikubur
hidup-hidup! Gila! Jangan-jangan aku ini sudah kesasar di neraka ...!"
24 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Orang ini memandang berkeliling, memperhatikan keadaan di sekitarnya. Tak ada
satu bendapun yang dapat dijadikannya petunjuk. Dia berpikir-pikir apakah akan
mengurus mayat tak dikenal itu namun akhirnya memutuskan untuk pergi saja.
"Aku tak mau terlibat segala urusan aneh mengerikan begini rupa!" Sebelum pergi
dia memandang lagi berkeliling lalu menatap ke atas pepohonan besar dan rimbun
yang ada di tempat itu. Akhirnya dia langkahkan kaki bertindak pergi. Dua
langkah berjalan dia kembali mendongak ke atas. Sepertinya ada sesuatu yang
dilihatnya samar-samar di atas sana.
"Ah, tak ada apa-apa!" katanya. Lalu melangkah kembali. Tapi langkahnya serta
merta tertahan. Ekor matanya melihat sesuatu. Dia mendekati pohon paling besar
dan paling tinggi di tempat itu dan jadi terheran-heran ketika melihat sesosok
tubuh perempuan berpakaian biru gelap berbaring menelungkup di atas cabang pohon
paling atas. Rambutnya tergeral riap-riapan hingga orang di bawah pohon tidak
dapat melihat wajahnya dengan jelas.
"Masih banyak perempuan gila di dunia ini rupanya..." kata orang tadi pula
seraya garuk-garuk kepala. "Tidur di atas pohon besar di tepi rimba belantara
sementara di bawahnya berkecamuk bau busuk dari mayat manusia yang kepalanya
berubah jadi tengkorak secara aneh!"
Orang ini geleng-geleng kepala. Di udara terdengar suara burung-burung melayang.
Ketika diperhatikannya tenyata sekelompok burung-burung nazar tengah terbang
berputar-putar.
"Hem..., jangan-jangan burung-burung itu yang telah menggeragoti kepala manusia
ini! Tapi siapa yang menguburnya begini rupa " Seperti disengaja... Bukan
mustahil tubuh perempuan di atas sana sudah jadi mayat pula. Tapi tak
mungkin.... Tak mungkin. Kalau tubuh di atas itu juga telah jadi bangkai, pasti
sudah habis digerogoti oleh burung-burung nazar itu. Sebaiknya aku memanjat ke
atas sana dan memeriksa...."
Lalu orang ini melompat ke cabang pohon yang paling rendah. Dari sini dia naik
lagi ke cabang pohon di atasnya, demikian seterusnya hingga akhirnya dia sampai
di cabang paling atas di mana terbaring sosok tubuh Cempaka dalam keadaan
terikat. Di sentuhnya betis kaki yang tersingkap. Terasa dingin. Mati " Tapi dia tak
percaya. Dengan hati-hati orang itu merayap di atas tubuh yang terbaring itu
lalu mendekatkan telinganya ke 25
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
punggung. Walau sangat perlahan dia masih bisa mendengar degup jantung tanda
kehidupan. Sewaktu dia hendak menyibakkan rambut yang tergeral menutupi wajah, matanya
membentur sosok burung merpati kelabu yang bertengger di cabang sebelah bawah.
"Satu keanehan lagi.... Mengapa burung itu berada di sana dan seperti kaku tak
bergerak....?"
Dia berpikir sejenak. "Ah, persetan dengan merpati itu..." Katanya kemudian.
Lalu dia meneruskan menyibakkan rambut panjang yang tergerai itu. Ketika rambut
berhasil disingkapkannya terlihatlah wajah perempuan itu. "Astaga... Kurasa
sudah jadi mayat belatungan. Ternyata masih segar. Cantik lagi! Hanya sedikit
pucat. Eh, tidur atau pingsankah si jelita ini.... ?" Orang itu coba menepuknepuk punggung gadis yang terbaring di atas cabang. Tak ada sahutan, tak ada
gerakan apapun.
Orang itu pandangi tubuh tersebut sambil garuk kepala tak habis pikir. "Aneh,
ilmu apa yang dimilikinya hingga dia bisa enak-enakkan berbaring di atas cabang
ini tanpa jatuh"!" Orang itu ulurkan tangan untuk menepuk kembali punggung si
gadis. Pada saat itulah kedua matanya baru melihat benang sutera yang sangat
halus melingkar di beberapa bagian tubuh sang dara, mengikatnya erat-erat ke
cabang pohon! "Seseorang membawa gadis ini kemari lalu mengikatnya dengan benang aneh! Kalau
bukan pekerjaan orang-orang persilatan masakan ada setan yang melakukan
pekerjaan ini!" Lantas orang itu pergunakan tangannya untuk memutus benang
sutera kelabu itu. Tetapi astaga!
Bagaimanapun dia berusaha benang itu tak bisa diputuskan!
"Sialan masakan aku kalah oleh benang ini!" maki orang itu. Lalu dia kerahkan
tenaga dalam dan kembali mencoba. Tetap saja dia tak bisa memutuskan benang
sutera itu! "Gila! Hanya ada dua atau tiga orang di dunia persilatan yang
memiliki benang seatos ini. Satu diantaranya Dewa Tuak. Tapi kakek sahabatku itu
mustahil dia mau melakukan pekerjaan seperti ini....!" Setelah berpikir sejenak
akhirnya orang itu meraba ke balik pakalannya. Ketika tangannya keluar dari
balik pakaian menyambarlah sinar putih menyilaukan di atas pohon itu. Sinar itu
ternyata keluar dari sebuah senjata mustika yakni sebilah kapak bermata dua.
Pada bagian tajam dari kedua mata kapak jelas tampak tertera ukiran tiga buah
angka yaitu angka 212. Jadi orang yang naik di atas 26
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
cabang pohon itu bukan lain adalah Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro
Sableng, murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede!
Wiro dekatkan mata kapak saktinya ke gulungan benang yang mengikat tubuh si
gadis ke cabang pohon dengan hati-hati.
Del!.... del!!.... del!!! ..... del!!!
Empat ikatan utama langsung putus begitu mata kapak diiriskan ke benang sutera
itu. Yang lainnya cukup dengan ditarik hingga kendor dan terlepas. Begitu ikatan
benang terlepas sosok tubuh Cempaka bergeser ke kiri dan hampir jatuh kalau Wiro
tidak lekas-lekas memegangnya.
Cepat-cepat Pendekar 212 menyimpan senjata mustikanya ke balik pakaian. Ketika
dia berusaha menarik sosok tubuh itu, sang gadis yang pingsan siuman sesaat lalu
pingsan lagi. Waktu siuman sebentar itu Cempaka sempat menghembuskan nafas
panjang. Tiupan nafasnya menyentuh tubuh burung merpati yang berada di cabang
pohon sebelah bawah. Terjadilah hal yang aneh. Begitu tiupan nafas menyentuh
bulu-bulunya, merpati kelabu yang sejak empat hari lalu itu diam seperti batu
tiba-tiba menggerakkan kepala, merentangkan kedua sayapnya lalu melesat terbang
menuju ke timur!
Karena sibuk menolong si gadis, Wiro tidak memperhatikan keanehan burung merpati
itu. Bukan pekerjaan mudah menolong gadis yang sudah empat hari terikat di atas
cabang pohon itu.
Apalagi dirinya dalam keadaan pingsan hingga tak mempunyai kemampuan untuk
berpegang ke tubuh Wiro. Salah bergerak atau sempat tergelincir, tubuh pingsan
itu akan jatuh ke bawah!
Khawatir tubuh sang dara jatuh ketika dipanggul dan dibawa turun, Pendekar 212
akhirnya tanggalkan baju putihnya lalu merobeknya di beberapa bagian,
menyambungnya satu sama lain hingga menjadi seutas tali yang cukup panjang.
Dengan tali ini diikatnya tubuh Cempaka ke tubuhnya. Dan lagi-lagi ini bukanlah
pekerjaan yang gampang. Ketika dengan sangat hati-hati dan perlahan sekali dia
mulai menuruni pohon jantung Pendekar 212 berdegup kencang. Sempat tali kain itu
putus atau kakinya tergelincir, tamatlah riwayat sang dara. Turun dari pohon
yang tinggi itu seperti menempuh jalan yang panjang dan lama sekali terasa oleh
Wiro. Namun sedikit demi sedikit dia mulai bergerak menuju ke bawah. Pada setiap
cabang dia berhenti untuk 27
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
memeriksa ikatan tali. Bila dirasakannya aman maka dia turun ke cabang sebelah
bawah. Demikian seterusnya sampai akhirnya dia sampal di cabang paling bawah lalu
meluncur turun ke tanah. Dia tak perduli kulit dada dan perutnya menjadi lecet
dan luka ketika meluncur Itu. Begitu kedua kakinya menginjak tanah dia seperti
hendak berteriak saking girangnya. Nafasnya mengengah dan kedua kakinya seperti
kaku. Wiro jatuhkan diri perlahan-lahan. Tubuh gadis yang masih terikat ke
tubuhnya ikut jatuh dan terbaring di tanah. Wiro lalu cepat-cepat buka tali kain
itu. Begitu bebas sang dara segera dipanggulnya menjauhi tempat yang menebar bau
busuk itu! Disatu tempat yang bersih di pinggiran hutan tubuh si gadis
dibaringkannya. Lalu Wiro pegang kedua tangan gadis itu dan mulai kerahkan
tenaga dalam untuk dialirkan ke dalam tubuh si gadis guna memberi kekuatan
padanya. Sekitar sepeminuman teh, ketika tubuh Wiro sudah keringatan sepasang mata
Cempaka tampak bergerak lalu membuka sedikit. Samar-samar dia melihat seseorang
di dekatnya. "Gu...ru... Kau... kau.... yang menolong di.... diriku.... Kau .... kau
memaafkan aku?"
terdengar si gadis berucap dengan suara sangat perlahan dan terputus-putus.
Karena tak ingin si gadis yang dalam keadaan menderita seperti itu menjadi
kecewa walau tak tahu ujung pangkal ceritanya maka Wiro lantas saja menjawab.
"Tenang aku memang gurumu. Dan aku telah, memaafkan dirimu."
"Guru.... A... Aku haus ... Berikan air ... Air...."
"Tak jauh dari sini ada mata air. Aku akan mengambilkannya untukmu.... "Wiro
hendak berdiri tapi hatinya ragu. Dia kawatir meninggalkan gadis itu seorang
diri di situ maka akhirnya dipanggulnya si gadis dan dibawanya berlari menuju ke
mata air jernih. Setelah memberinya minum, memberslhkan muka dan tangannya serta
membasahi sebagian kepala serta rambutnya si gadis tampak lebih segar. Wajahnya
yang sebelumnya pucat kini tampak merah berdarah kembali.
Pemandangannya kedua matanya lebih terang. Ketika dia sekali lagi memandang ke
arah Wiro terkejutlah dia dan serta merta berusaha untuk bangkit.
Wiro cepat mencegahnya dan membaringkannya kembali.
"Kau tak usah takut. Kau masih lemah. Berbaring saja dulu...."
28 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Kau.... kau bukan guruku..... Si...siapa.... kau. Mengapa aku berada di tempat
ini....." Mana pohon itu .... mana bu....burung merpati itu?"
"Tenang saudari. Jangan banyak bicara dulu. Kau berada di tempat yang aman..."
ujar Wiro sambil mengusap kening Cempaka.
Saat itu di pelupuk mata si gadis terbayang kembali apa yang dilihatnya empat
hari lalu. Serta merta dia menjerit.
"Orang jahat itu.... Orang jahat itu!" teriaknya sambil menunjuk ke atas. "Dia
mengubur orang tua itu hidup-hidup! Lihat ... Lihat! Burung-burung gagak hitam.
Kepala orang tua itu mulai mereka patuki. Mereka mencongkel kedua matanya ....!
Mencabik pipi... mulut dan hidungnya.... Ahhhh ...!" Cempaka terhenyak kelemasan
dan terbaring kembali setengah sadar setengah siuman.
*** 29 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
8 KALI MUNDU BERLARI SEKENCANG-KENCANGNYA menuruni bukit. Di satu tempat di kaki
bukit pemuda ini menyelinap ke balik semak belukar, menunggu dan mengintai.
Merasa yakin tak seorangpun dari Tiga Iblis Bergigi Biru mengejarnya maka dia
lantas duduk menjelepok di tanah dan memeriksa luka di tangan kirinya. Tiga
jarinya pupus ditebas golok lawan.
"Bangsat! Kurang Ajar! Aku bersumpah membalas kejadian ini! Aku bersumpah!"
merutuk dan menyumpah pemuda itu. Luka di tangan kiri tidak mengucurkan darah
lagi karena waktu lari tadi dia sempat menotok urat besar di pergelangan tangan
kiri. Tapi rasa sakit masih mendenyut.
"Apa yang harus kulakukan sekarang "!" Kali Mundu bertanya pada diri sendiri.
"Langsung ke puncak Merbabu menyeiidik pertapaan.... Atau pulang dulu ke Kuto
Gede...." Setelah menimbang-nimbang beberapa lama pemuda itu memutuskan untuk
pulang ke rumah orang tuanya di Kuto Gede. Sudah tiga bulan dia meninggalkan
rumah. Ada baiknya memang dia pulang dulu sambil menunggu kesembuhan lukanya.
Sebelum bangkit berdiri Kaii Mundu kembali mengintai dan memperhatikan keadaan
sekeillingnya. Dia memaki karena tidak sempat melarikan diri dengan kudanya.
Tetapi diam-diam dia juga merasa heran, mengapa Tiga Iblis Bergigi Biru tidak
mengejarnya. Padahal di puncak bukit Itu dia telah meninggalkan kuda miilknya.
"Tidak bisa tidak pasti mereka punya rencana!" ujar Kali Mundu dalam hati. Lalu
perlahan-lahan dia berdiri. Tapi baru saja bergerak bangkit tiba-tiba dia
mendengar seperti mendengar suara orang tertawa. Suara tertawa itu datang dari
jauh. Menggema aneh ... Makin dekat, makin dekat lalu lenyap dan berganti dengan
ucapan yang menegur dirinya.
"Kali Mundu.... Kali Mundu! Apa yang telah kau alami Kali Mundu" Ha.... ha...
ha.... Bahumu ditusuk orang.... Tiga jari tangan kirimu buntung! Ha ha ha.... ! Mana
kehebatan ilmu silat Empat Penjuru Angin itu" Kau tak berdaya! Ternyata kau
masih lemah. Kepandaianmu 30
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
masih rendah!"
Kali Mundu memandang berkeliling. Dia tidak melihat siapapun di tempat itu. Lalu
siapa yang bicara " Suara itu laksana datang dari langit, tapi juga seperti
keluar dari tanah! Dan suara itu seperti dikenalnya. Tapi karena menggema sulit
diterkanya. Mungkinkah tempat sekitar situ dihuni oleh hantu"!
"Si.... siapa..." Siapa yang barusan bicara...." Tunjukkan dirimu!" ujar Kali
Mundu pula. "Ha.... ha.... ha! Kau tidak mengenali suaraku tak mengapa. Aku adalah roh dari
liang kubur! Kemanapun kau pergi aku akan selalu mengikuti! Apapun yang kau lakukan dan
apapun yang terjadi dengan dirimu aku akan selalu menyaksikan! Ha...ha.... ha!
Kau manusia buronan kutukanku Kali Mundu! Apa yang barusan kau alami merupakan
kutukan pertama! Ha.... ha....
ha..." Terkejutlah Kali Mundu. Parasnya menjadi pucat.
"Guru Ki Tali Kumba! Kaukah itu ?" Kali Mundu bertanya dengan suara bergetar.
"Aku bukan gurumu! Aku bukan Ki Tali Kumba! Aku adalah roh pembawa kutuk yang
akan mengikuti kemana kau pergi! Ha.... ha...ha...!"
"Aku tidak percaya!" bentak Kali Mundu seraya berdiri. "Mana ada roh yang bisa
gentayangan! Kau hantu busuk setan pelayangan! Mengganggu orang secara pengecut!
Pengecut....!" Habis berkata begitu Kali Mundu balikkan tubuh dan lari sekencang
yang bisa dllakukannya.
Di belakangnya terdengar suara tawa bergelak yang makin lama makin menjauh dan
akhirnya lenyap sama sekaii. Dengan nafas mengengah-engah Kali Mundu
memperlambat larinya.
Berkali-kali dia berpaling ke belakang. Tak ada yang mengejar, tak ada yang
mengikuti. "Roh sialan! Dimana kau" Ayo bicara lagi! Perlihatkan dirimu!" teriak Kali Mundu
jadi berani. Tak ada jawaban, tak ada yang memperlihatkan diri. "Kurang ajar...
Jangan-jangan tadi aku bermimpi atau terbawa larut pikiran yang bukan-bukan!"
Pikir pemuda itu. Dengan perasaan lebih tenang dia melanjutkan perjalanan menuju
Kuto Gede. Kira-kira setengah hari perjalanan sebelum tiba di Kuto Gede dia
sampal di sebuah desa, langsung menuju ke sebuah rumah yang 31
KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
penghuninya dikenalnya. Di sini Kali Mundu meminjam seekor kuda. Dengan
menunggang kuda dia melanjutkan perjalanan pulang ke Kuto Gede.
Rumah kediaman orang tua Kali Mundu terletak di pinggir timur kota. Sebuah rumah
besar dan bagus karena ayahnya adalah seorang Tumenggung. Ada berita yang
tersebar mengatakan bahwa Suro Bledek, ayah Kali Mundu merupakan salah seorang
terkaya di Kotaraja. Sawahnya berhektar-hektar, ternaknya tak terhitung.
Rumahnya lebih dari lima dan setiap rumah dihuni oleh seorang istri. Harta
kekayaannya berupa perhiasan dan uang tidak terbilang. Dan kabarnya semuanya itu
dimiliki dan didapat sang Tumenggung secara curang. Dengan jalan membujuk, kalau
tidak berhasil dengan memeras, merampas atau cara kekerasan lalnnya, termasuk


Wiro Sableng 053 Kutukan Dari Liang Kubur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

istri-Istri mudanya yang berjumlah enam orang itu!
Begitu sampal di halaman rumah Kali Mundu langsung melompat dari kuda dan lari
masuk ke dalam. Seorang penjaga yang kebetulan tegak dekat pintu segera
menyongsong. "Ayah dan Ibuku ada di dalam ...?"
Si penjaga tampak gugup. "Raden... Ayah raden sedang tidak di rumah Sudah lama
sekali raden tidak kelihatan. Saya akan merapikan kamar tidur raden."
"Tidak perlu. Kau panggilkan saja juru obat kemari!" Lalu Kali Mundu bergegas
masuk. "Raden..." Si penjaga seperti berusaha hendak menahannya. "Apa-apaan kau ini
berani menghalangi jalanku!" bentak Kali Mundu. Dengan marah didorongnya penjaga
itu hingga jatuh ke lantai. Lalu dia bergegas masuk ke dalam.
"Ibu! Aku pulang!" berseru Kali Mundu. Pemuda ini adalah anak tunggal yang
sangat manja pada ibunya. Itulah sebabnya dia mencari si ibu lebih dulu. Dia
langsung menuju kamar tidur ibunya. Berseru memanggil sekali lagi lalu mendorong
pintu. Ternyata pintu itu dikunci dari dalam.
"Ibu, aku tahu kau ada di dalam. Lekas bukakan pintu. Aku terluka, bu!"
Tak ada jawaban. Tapi Kali Mundu sempat mendengar suara ranjang berderik dan
suara orang berbisik-bisik. Karena curiga Kali Mundu pergunakan kekuatan untuk
melabrak pintu.
Pintu terpentang lebar. Kali Mundu melompat masuk kedalam dan sesaat kemudian
terdengar 32 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
teriakan pemuda ini.
"Manusia-manusla keparat! Kotor busuk!! Jahanam!"
DI atas ranjang seorang perempuan separuh baya berwajah ayu tapi pucat dan
membeliak tampak ketakutan sambil menutupi auratnya yang telanjang dengan
selimut. Di sudut kamar seorang lelaki yang dikenal Kali Mundu sebagai salah
seorang sahabat dekat ayahnya tengah berusaha memakai celana sambil lari ke arah
jendela. Dengan cepat dia membuka jendela lalu melompat keluar. Tapi Kali Mundu
lebih cepat lagi.
"Keparat haram jadah! Mau lari kemana kau!" Dengan kecepatan kilat Kali Mundu
menyambar sebatang tombak yang dipajang di dinding kamar. Senjata ini
dilemparkannya ke arah orang yang lari.
Sang ibu di atas ranjang terpekik ketika melihat tombak itu menancap di
punggung, tembus sampai ke dada. Orang yang hendak melompat jendela mengeluh
tinggi, terhuyung nanar lalu jatuh tersungkur di sanding jendela.
"Kali Mundu anakku! Kau....kau membunuh Pangeran Sarwo Aling!" teriak perempuan
di atas ranjang.
"Persetan siapa yang kubunuh! Kau juga akan Kuhabisi! Perempuan kotor!" teriak
Kali Mundu. Pemuda ini cabut tombak yang menancap di tubuh Pangeran Sarwo Aling
lalu dia membalik.
"Jangan! Jangan bunuh aku Kali Mundu! Aku aku akan ceritakan semua padamu apa
yang terjadi. Ayah....ayahmu ditangkap dua bulan lalu. Dituduh ikut terlibat
rencana memakzulkan Sultan. Pangeran Sarwo berusaha menolong... "
Sesaat Kali Mundu terkejut naendengar keterangan ibunya itu. Namun di lain saat
kemarahan dan kejijikannya tak dapat dibendung lagi. Dia berterlak sambil
memegang tombak berlumur darah. "Perempuan bejat! Suami dipenjara kau menjual
tubuhmu pada orang lain!
Mampus! Kau harus mampus!"
"Jangan Kali... " Teriakan sang ibu hanya setengah jalan.
Tombak yang dilemparkan puteranya menancap tepat di perutnya yang telanjang.
33 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Perempuan itu rebah ke ranjang. Selimut dan seperai putih serta merta bersibak
darah! Kali Mundu berteriak seperti orang gila. Lalu ia menghambur keluar kamar. Lari
ke halaman dan naik ke atas punggung kuda. Binatang itu dipacunya kencangkencang tanpa tujuan tertentu.
Yang penting dia ingin meningalkan rumahnya, meninggalkan Kuto Gede yang
dianggapnya kini bagai tempat manusia-manusia bejat!
Pemuda itu tidak tahu berapa jauh dia telah meninggalkan Kuto Gede. Ketika dia
sadar, diperlambatnya lari kudanya. Memandang berkeilling ia dapatkan dirlnya
berada di pinggir daerah persawahan. Dia tahu itu adalah sawah-sawah milik
ayahnya yang didapat secara memeras.
Sesaat Kali Mundu ingat pada ucapan gurunya Ki Tali Kumba yang mengatakan bahwa
ayahnya orang manusia yang serakah!
Perlahan-tahan Kali Mundu memutar kudanya menjauhi daerah persawahan itu. Hujan
gerimis mendadak turun. Bersamaan dengan terdengarnya deru angin tiba-tiba
telinganya menangkap suara gelak tawa. Suara tawa menggema yang makin lama makin
dekat. Suara tawa sama seperti yang didengarnya beberapa waktu lalu. Kuda yang
ditunggangi Kali Mundu meringkik keras. Lalu terdengar suara itu!
"Kali Mundu.... Kali Mundu! Aku roh pembawa kutuk! Aku datang lagi menemuimu!
Ha.... ha...ha. Ayahmu di penjara. Ibumu main gila! Kau membunuh Pangeran Sarwo Aling!
Kau juga membunuh ibu kandung yang melahirkanmu! Sungguh hebat... sungguh hebat
dirimu Kali Mundu. Tapi sadarilah apa yang terjadi. Itu merupakan sebagian dari
kutukanku atas dirimu!
Ha.... ha.... ha....!"
"Jahanam! Aku tidak takut pada kutukanmu! Perlihatkan dirimu roh busuk
pengecut!" teriak Kali Mundu.
"Jangan takabur Kali Mundu. Mulutmu bicara berani. Tapi nyalimu sebenarnya sudah
lumer! Ha.... ha... ha....!"
Penuh marah Kali Mundu alirkan tenaga dalam ke tangan kanan. Lalu dia menghantam
ke tempat di arah mana diperkirakannya mahluk yang bicara berada.
Dess! 34 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
Bukk! Kali Mundu terpekik. Pukulan mengandung tenaga dalam yang baru dilontarkannya
membalik melabrak dadanya sendiri. Tubuhnya mencelat dari punggung kuda dan
jatuh terkapar di tanah.
"Ha.... ha.... ha...! Hanya sampai di situ kehebatanmu Kali Mundu! Ilmumu hanya
secuil kecil!"
"Bangsat! Keparat haram jadah!" Kali Mundu memaki habis-habisan.
"Kali Mundu.... Lihat luka di tangan kirimu. Luka itu tak bakalan sembuh. akan
membusuk dan kebusukan itu akan kau bawa-bawa sepanjang umur!
Ha....ha....ha....! Tapi kutukanku tidak hanya sampal di sana Kali Mundu.
Pergilah temui kekasihmu. Lihat apa yang terjadi dengan orang yang paling kau
cintai itu. Ha ...ha....ha.... Kutukanku akan berjalan terus Kali Mundu.
Akan berjalan terus...!"
Ucapan dan suara tawa terdengar semakin perlahan. Sayup-sayup dan akhirnya
lenyap sama sekali.
Kali Mundu terperangah. Kata-kata mahluk tak kelihatan tadi untuk pertama
kalinya mengingatkannya pada kekasihnya. Sesaat dia merasa ragu. Namun akhirnya
diputarnya kudanya kembali menuju Kuto Gede.
*** 35 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
9 NENEK BERWAJAH SERAM ITU SESAAT mengusap keringat yang mengucur di keningnya
lalu meneruskan kembali melatih jurus-jurus silat yang baru diciptakan dan
dikembangkannya.
Gerakannya serta merta terhentl ketika matanya melihat seekor merpati kelabu
melayang turun dan hinggap di ujung atap rumah kediamannya.
"Ah! Akhirnya anak itu mau mengerti juga! Mau mengikuti kehendakku!" Wiku Ambar
masuk ke dalam rumah. Ketika keluar tangannya menggenggam beras. Beras ini
ditebarkannya di halaman. Burung merpati di atas atap segera turun ke tanah dan
mematuki beras yang bertebaran.
"Aku harus segera berangkat kesana. Sudah empat hari lebih dia terikat di atas
pohon. Dasar anak naka! Kalau dari dulu-dulu dia mengikuti keinginanku, tak
bakal dia menderita begitu rupa!
Wiku Ambar tinggalkan tempat kediamannya. Berlari menuju ke timur secepat yang
bisa dilakukannya.
Kita kembali dulu pada Cempaka yang telah mendapat pertolongan dari Pendekar 212
Wiro Sableng. Satu hari setelah Cempaka diturunkan dari atas pohon, gadis itu
masih berada di dekat mata air jernih ditemani oleh Wiro. Tubuhnya masih terasa
lemah tapi kesehatannya tak kurang suatu apa.
"Malam ini kita masih harus bermalam di sini, Cempaka. Besok kurasa kekuatanmu
sudah pulih. Apakah kau akan pergi ke tempat gurumu atau kemana.... ?" bertanya
Wiro. Untuk beberapa lamanya Cempaka tak menjawab. Dia menimang-nimang buah semangka
hutan yang dicarikan Wiro untuknya.
"Aku tak tahu mau pergi kemana..." akhirnya terdengar suara Cempaka. "Tapi yang
jelas aku tak akan mau lagi menemui guru. Aku tidak benci atau mendendam
padanya. Kurasa antara aku dan dia tak ada hubungan apa-apa lagi. Dia menganggap
aku sebagai murid yang tidak patuh.
Murid durhaka." Cempaka menarik nafas dalam.
36 KARYA BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id Kutukan dari Liang Kubur
"Sebenarnya ada silang sengketa apa antara kau dengan nenek sakti bernama Wiku
Ambar itu...?" bertanya Wiro.
Cempaka tak menjawab.
"Kalau kau tak mau menceritakan tak jadi apa.... " ujar Wiro.
"Karena kau telah menolongku, aku bersedia memberi tahu...." berkata Cempaka
Prahara Pulau Naga Jelita 2 Kisah Si Pedang Terbang Karya Kho Ping Hoo Geger Ratu Racun 2

Cari Blog Ini