Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis Bagian 2
itu dia lengah mengerahkan ilmu kesaktian yang disebut "Menembus
Pandang. Mula-mula dia melihat bayangan gelap kelabu. Perlahan-lahan
samar-samar muncul warna putih. Dia sanggup menembus deretan
pohon-pohon, semak belukar. bebatuan. Lalu dia melihat sebuah telaga
kecil. Pandangannya diarahkan lebih jauh. Samar-samar tampak sebuah
bangunan. Lama dia memandang dengan mata tak berkedip. Ternyata
bangunan itu kosong.
"Pangeran keparat itu tak ada di sana..." kata Wiro dalam hati. Hatinya
agak tega namun hanya sesaat. Dia segera ingat.
Sejak dia berpisah dengan Raja Obat Delapan Penjuru Angin tempo
hari dia merasa ada seseorang mengikuti perjalanannya. Sebelum menuju
langsung ke lereng Gunung Merbabu dia sengaja mengambil jalan
berputar-putar. Namun si penguntit masih tetap saja berada dl
belakangnya. Celakanya setiap dia berusaha menjebak atau memergoki,
orang itu selalu lenyap seolah ditelan bumi.
"Dia memlliki kepandaian tinggi. Aku harus waspada." membatin Wiro.
Murid Sinto Gendeng merasa curiga yang menguntitnya saat itu ada ah si
nenek genit berjuluk Iblis Putih Ratu Pesolek, saudara kembar Iblis Tua
MUSLIHAT CINTA IBLIS
35 Ratu Pesolek yang menemui ajal dibunuh Pangeran Matahari di bukit di
luar Kartosuro. Sebelumnya si nenek telah muncul di pulau batu merah
Walau saat itu dia tidak menunjukkan niat jahat namun siapa tahu diamdiam dia menunggu sampat Wiro berhasil mendapatkan Kitab Putih
Wasiat Dewa Wiro sengaja tegak berlama-lama di depan mulut goa Menunggu
sampai kakinya pegal dan tak satu makhluk pun yang muncul. Akhirnya
dia balikkan diri melangkah menuju mulut gua. Saat itulah terdengar suara
"kraaaakk!"
"Seseorang menginjak ranting kering" kata Wiro dalam hati. Serta
merta Pendekar 212 siapkan pukulan sakti Sinar Matahari seraya cepat
berbalik Serta merta dia kerahkan tenaga dalam ke tangan kanan. Dia
tidak mau ambil risiko. Kitab Putih Wasiat Dewa yang saat itu ada
padanya harus dijaga balk-baik, diselamatkan sebagaimana dia
mengamankan nyawanya sendiri
"Aku yakin siapapun adanya penguntit itu pasti mengincar kitab sakti
ini. Aku harus melakukan sesuatu. Kalau tidak diriku bisa celaka dan Kitab
Putih Wasiat Dewa bisa jatuh ke tangan orang lain yang tidak
bertanggung jawab."
"Orang yang bersembunyi, tidak perlu bertaku pengecut! Unjukkan
dirimu! Aku sudah tahu kalau kau sejak lama menguntit perjalananku"
Wiro tiba-tiba keluarkan seruan lantang.
Sunyi sejenak. Hanya gema seruannya yang bergaung di lereng
gunung itu Namun sesaat kemudian terdengar suara aneh seperti suara
sapi atau binatang digorok.
"Kraaakk!"
Kembali terdengar suara ranting kering terpijak. Di lain kejap semak
belukar delapan langkah di hadapan Wiro tersibak. Lalu muncullah satu
sosok makhluk yang luar biasa mengerikan
Sekujur tubuhnya yang hanya mengenakan sehelai cawat rombeng
MUSLIHAT CINTA IBLIS
36 penuh dengan koreng masih bernanah dan menebar bau busuk. Sebagian
dari tubuh itu hangus kemerahan laksana dipanggang Bagian perutnya
robek besar, usus campur darah membusai menjela-jela. Dua kakinya
tidak beda seperti kayu hangus dan hancur di beberapa bagian. Tubuhnya
laksana disambung di bagian dada tapi tidak begitu pas hingga
keadaannya termiring-miring. Tangan kirinya buntung sebatas bahu.
Kepalanya paling mengerikan. Wajahnya tidak karuan. Hidung mulut dan
pipi serta kening hancur Dua telinga sumplung. Salah satu dari matanya
melesak ke dalam sedang satunya tagi memberojol ke luar!
Tengkuk murid Eyang Sinto Gendeng menjadi dingin. "Mustahil siang
bolong begini ada setan atau hantu gunung muncul. Makhluk apa
sesungguhnya yang ada di hadapanku ini?"
"Gila! Bukankah jahanam ini sudah mampus" Tubuhnya cerai berai ke
dalam laut kena hantaman pukulan Sinar Matahariku tempo hari! Janganjangan arwahnya yang menjelma jadi setan dan gentayangan hendak
menuntut balas!"
Mendadak Wiro ingat bau busuk itu. Juga bekas-bekas koreng yang
sudah hangus. "Pendekar 212, kalau Kitab Putih Wasiat Dewa kau serahkan padaku,
aku akan mengampuni selembar nyawamu!" Suara makhluk ini sember
parau. Ketika Wiro memperhatikan lagi ternyata tenggorokannya robek
besar dan hangus. Ada cairan meleleh dari luka di leher itu.
"Makhluk Pembawa Bala" Bukankah tempo hari kau sudah mampus
dengan tubuh dan kepala ter-kutung-kutung!
Makhluk menyeramkan yang memang adalah Makhluk Pembawa Bala
adanya menyeringai mengerikan Mulutnya yang hancur bergoyanggoyang sedang bola matanya yang memberojol bergerak gundal-gandil.
Dia keluarkan suara tertawa menggidikkan.
"Jangan mengira dengan kesaktianmu kau bisa membunuh siapa saja!
Di luar langit masih ada langit lain! Buktinya kau saksikan sendiri aku
MUSLIHAT CINTA IBLIS
37 masih hidup, berhasil mengejarmu sampai ke lereng Merbabu ini dan
meminta kau menyerahkan Kitab Putih Wasiat Dewa itu! Ha.., ha... hak...
hakkkk!" Suara tawa Makhluk Pembawa Bala tercekik. Lalu dia ulurkan
tangan kanannya yang penuh luka koreng dan luka bakar serta hangus.
"Kitab itu! Lekas serahkan! Aku tahu kitab itu ada padamu!" Makhluk
Pembawa Bala menyentak.
"Sayang kau datang terlambat!" menjawab Wiro.
"Apa maksudmu"!"
"Setan gunung lebih dulu merampas kitab sakti itu dan melarikannya
ke langit. Kalau kau benar mempunyai Kemampuan di atas langit masih
ada langit, silahkan susul ke langit sana!"
"Jahanam! Kau berani mempermainkan diriku! Putus nyawamu!",
Teriak Makhluk Pembawa Bala marah sekali. Tangan: kanannya yang
hangus hancur tiba-tiba berkelebat cepat ke arah dada Pendekar 212.
Murid Sinto Gendeng yang sejak tadi memang sudah berwaspada
melompat mundur tiga langkah sambil hantamkan tangan kanannya Sinar
putih panas menyilaukan berkiblat.
Inilah kali kedua Pendekar 212 Wiro Sableng lepaskan pukulan sakti
"Sinar Matahari" untuk menghantam Makhluk Pembawa Bala Kali pertama
dulu waktu di pulau batu merah. Tubuh Makhluk Pembawa Bala mencelat
hancur berantakan. Wiro Masih belum bisa mengerti bagaimana makhluk
itu masih hidup dan muncul kembali walau dalam keadaan morat-marit
mengerikanl "Pukulan Sinar Matahari! Apa hebatnya!" teriak Makhluk Pembawa
Bala mengejek. "Kurang ajar! Jangan harap tubuhmu bisa bersambung kembali!" teriak
murid Sinto Gendeng dan lipat gandakan tenaga dalamnya. Sehingga
keadaan di depan gua itu menjadi terang benderang, panas dan
menyilaukan. Beberapa pohon patah bertumbangan dan hangus. Semak
belukar dan dua gundukan batu gunung hancur lebur. Semua berubah
MUSLIHAT CINTA IBLIS
38 hitam hangus! Namun Makhluk Pembawa Bala tidak kelihatan.
"Gila! Sudah mampus atau bagaimana dia"!" pikir Wiro sambil
memandang berkeliling. Kalau mampus mengapa tak terdengar
jeritannya. Hancuran tubuhnya juga tidak kelihatan!"
Ketika Wiro memandang ke bawah hatinya tercekat. Enam langkah di
hadapannya terlihat sebuah lobang sebesar pemelukan tangan.
"Lobang itu tadi tidak ada!"
Wiro mendekati sambil siapkan lagi pukulan "Sinar Matahari" di tangan
kanannya. "Mendadak dari dalam lobang terdengar suara tawa bergetak. Lalu
sekonyong-konyong muncul satu kepala! Kepala Makhluk Pembawa Bala!
"Jahanam! Belum mampus dia rupanya!" Secepat kilat Pendekar 212
lepaskan pukulan Sinar Matahari. Cahaya panas terang menyilaukan
kembali berkiblat di tempat itu.
Tanah terbongkar dalam menghitam. Kepala Makhluk Pembawa Bala
tidak kelihatan. Wiro melompat ke arah lobang yang kini telah tertutup
oleh timbunan hancuran tanah dan bebatuan.
Sekonyong-konyong di belakangnya terdengar satu suara tertawa
keras tapi sember. Suara tawa Makhluk Pembawa Bala! Wiro berpaling
dan jadi melengak. Dari sebuah lobang di tanah perlahan lahan tampak
muncul ke atas kepala Makhluk Pembawa Bala! Tanpa menunggu lebih
lama Wiro segera nyergap dan hantamkan satu tendangan.
"Bukkk!"
Tendangan keras murid Sinto Gendeng tepat menghantam kepala
Makhluk Pembawa Bala. Pipi sebelah kiri rengkah. Bola matanya yang
mem-rojol mencelat mental entah kemana. Namun makhluk itu masih
belum menemui ajal. Untuk beberapa saat kepala yang muncul dari
lobang di tanah bergoyang-goyang sedang dari mulutnya yang hancur
mengumbar suara tawa sember.
"Jahanam!" maki Pendekar 212. Walau ada rasa ngeri namun amarah
MUSLIHAT CINTA IBLIS
39 lebih menguasai dirinya. Sekali himpat saja kepala Makhluk Pembawa
Bala itu siap untuk dicengkeram lalu dipuntir. Namun sesosok tubuh
berkelebat mendahului. Angin yang keluar dari tubuh orang ini membuat
gerakan Wiro agak tertahan . Dalam waktu bersamaan satu tangan putih
halus dan mulus meleset menusukkan sepotong kayu panjang.
"Crasss!"
Batangan kayu itu menancap ambles sampai setengahnya ke batok
kepala Makhluk Pembawa Bala. Darah muncrat dari hidungnya yang
gerumpung, telinganya yang sumplung, sepasang matanya yang hanya
tinggat rongga dan juga dari mulutnya yang hancur serta tenggorokannya
yang robekl Dalam keadaan tersentak kaget Wiro cepat palingkan kepala. Saat
itulah dia mendengar satu suara tertawa merdu.
"Ah. kukira gadis yang aku rindukan selama ini."
"Ternyata dia!" ujar Wiro Dengan mulut ternganga dan masih belum
surut kagetnya murid Sinto Gendeng pulang balik garuk-garuk kepala.
MUSLIHAT CINTA IBLIS
40 ENAM DUA langkah di hadapan Wiro berdiri berkacak pinggang seorang
gadis jelita mengenakan baju panjang hitam berbunga-bunga putih.
Sikapnya genit sekali. Sebentar-sebentar pinggulnya digoyangkan dan
lidahnya yang merah dipermainkan membasahi bibirnya
Wiro segera mengenali siapa adanya gadis ini. Yakni nenek aneh
berjuluk Iblis Putih Ratu Pesolek yang tempo harl muncul di pulau batu
merah Pendekar 212 keluarkan siulan. Sang dara tersenyum lebar
Sobatku cantik jelita! tegur Wiro. Kalau kemunculanmu menolong
diriku dari Makhluk Pembawa Bala itu, sungguh aku sangat berterima
kasih...."
"Hik... hik... hik!" Si gadis yang bentuk aslinya sebenarnya adalah
seorang nenek keriput berdandan mencorong tertawa cekikikan lalu
berkata "Pertolonganku belum tuntas! Nyawamu masih terancam! Lihat ke
lobang!" Wiro cepat putar kepalanya ke arah lobang. Saat itu dilihatnya kepala
yang ditancapi batang kayu dari Makhluk Pembawa Bala tiba-tiba melesat
keluar dari lobang Didahului raungan keras sekujur tubuhnya menyusul
meleset keluar dari dalam lobang.
Sesaat makhluk mengerikan ini tegak sempoyongan Dari
tenggorokannya yang robek keluar suara menggembor berkepanjangan.
Setindak demi setindak dia melangkah mendekati Pendekar 212 sambil
tangan kanannya menggapai-gapai berusaha memegang dan mencabut
batang kayu yang menancap di batok kepalanya Makhluk Pembawa Bala
berhasil menyentuh batangan kayu. Namun sebelum dia sempat
mencabut kayu itu dari samping kiri gadis itu berkelebat menyambar
tangan kanannya. Lalu terdengar suara "kraakkk!"
Makhluk Pembawa Bala meraung keras sewaktu tangan kanannya
dipuntir patah lalu dibetot lepas dari persendian bahunya. Kini makhluk ini
MUSLIHAT CINTA IBLIS
41 tidak lagi memiliki tangan baik kanan maupun kiril
"Perempuan lblis.... Hati-hati kaul Kematianmu sudah kugurat di
neraka!" "Hik... hik... hik!" Si gadis tertawa panjang mendengar ucapan Makhluk
Pembawa Bala itu. "Belum mampus rupanya kau sudah jalan-jalan ke
neraka! Lebih bagus kau cepat minggat dari sini. Mencari pertolongan
agar ada yang mau mencabut kayu yang menancap di kepalamu itu!"
"Perempuan-jahanam! Tunggu pembalasanku! Habis berteriak keras
dan sember Makhluk Pembawa Bala putar tubuhnya dan berkelebat
lenyap. "Sobatku cantik, aku berterima kasih atas perlolonganmu," berkata
Wiro sambil menjura. Namun dia sengaja menjaga jarak karena belum
dapat menerka apa maksud kehadiran lblis Putih Ratu Pesolek kali ini. Si
gadis dilihatnya membuka mulut hendak mengatakan sesuatu. Pendekar
212 cepat mendahului. "Ada satu hal yang tidak aku mengerti. Sebagai
orang rimba persilatan yang jauh berpengalaman mungkin kau bisa
menerangkan...."
"Hemm.... Yang kau tanyakan menyangkut diriku atau apa?" balik
bertanya Iblis Pulih Ratu Pesolek.
"Menyangkut makhluk jahanam tadi," sahut Wiro
"Hemmm.... Apa yang ingin kau ketahui. Jika aku bisa menjawab
lantas apa imbalan yang bisa kau penuhi!"
Mendengar ucapan orang Pendekar 212 jadi merinding. "Gila! Kalau
dia minta imbalan agar aku melayaninya celaka diriku! Walau diluar
kelihatan dia gadis cantik mulus begini rupa tapi di dalam aku kan sudah
tahu!" kata Wiro dalam hati. Mau tak mau dia jadi urungkan niat untuk
bertanya. Melihat si pemuda terdiam, gadis itu tertawa panjang. "Baiklah, kau
boleh bertanya. Aku tidak akan minta imbalan apa-apa!"
Murid Eyang Sinto Gendeng jadi lega. "Waktu di pulau batu merah
MUSLIHAT CINTA IBLIS
42 tempo han aku telah menghajar orang itu dengan satu pukulan sakti.
Tubuhnya mencelat ke udara dalam keadaan cerai berai dan masuk ke
laut. Jelas-jelas pasti riwayatnya sudah tamat saat itu. Tapi bagaimana
tahu-tahu dia muncul iagi. Apa yang tadi itu bukan sosok lahirnya tapi
jelmaan arwahnya yang gentayangan jadi setan"!"
"Kau pernah mendengar orang yang punya ilmu kesaktian disebut
kebal tanah?" tanya Iblis Pulih Ratu Pesolek yang menjelma sebagai
seorang gadis cantik itu.
Wiro gelengkan kepala.
"Aku pernah mendengar ilmu kebal tanah itu namun belum pernah
menyaksikan sendiri. Katanya. orang yang memiliki ilmu kebal tanah
walau tubuhnya hancur berkeping-keping, kepalanya putus, anggota
badannya tanggal tapi begitu salah satu bagian tubuhnya yang hancur
jatuh dan bersentuhan dengan tanah, secara ajaib tubuhnya akan kembali
bersatu. Dia akan hidup lagi walau sambungan tubuhnya tidak karuan dan
mengerikan...."
"Jadi Makhluk Pembawa Bala tadi memiliki ilmu kebal tanah itu?"tanya
Wiro pula. Si gadis gelengkan kepala "Dia memiliki sejenis ilmu kesaktian lain.
Disebut ilmu kebal air. Kalau tubuhnya hancur lalu ada yang tersentuh air,
Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuh ltu akan bergabung dan dia hidup kembali. Ingat waktu kau
memukulnya sampai hancur di pulau batu merah"!"
Wiro mengangguk. "Aku mengerti sekarang. Begitu potongan tubuhnya
menyentuh air laut dia hidup kembali. Muncul dalam keadaan lebih
mengerikan! Ilmu gila! Tapi kurasa dia masih punya Ilmu lain yang hebat.
Kalau tidak bagaimana mungkin dia masih bisa hidup padahal kepalanya
sudah kau pantek dengan kayu!
"Dugaanmu tidak meleset. Kalau tadi tangannya tidak aku betot lepas,
segala ilmu kesaktian yang dimilikinya pasti akan dipergunakannya
kembali untuk menyerangmu Kecuali ada yang menolongnya mencabut
MUSLIHAT CINTA IBLIS
43 batang kayu itu dari kepalanya maka umurnya hanya sepanjang seratus
hari dari sekarang!"
"Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih," kata Pendekar 212 pula.
"Sekarang apakah masih ada hal lain yang hendak kau tanyakan
padaku?" "Tidak", jawab Wiro cepat. Dia menjawab begitu agar si gadis lekaslekas meninggalkan tempat itu. Tapi dia justru kecele.
Si gadis rapikan sanggulnya yang bagus. "Waktu di pulau batu merah
tempo hari, kau berkata soal bercumbu-cumbuan antara kau dan aku bisa
dibicarakan nanti. Apakah yang kau maksud dengan nanti itu sudah bisa
kutagih sekarang?"
Wiro mendadak saja merasa tengkuknya menjadi dingin. "Benar apa
yang diperingatkan Raja Obat tempo hari. Saat itu aku bicara ngaco. Kini
dia bertanya menagih!"
"Heh. apa mendadak mulutmu jadi gagu, Pendekar 212"!"
Anu . Begini...." Wiro jadi gugup dan garuk-garuk kepala. "Terus terang
aku mengagumi kecantikanmu .... "
"Nah ... nah . nah! Berarti harapanku akan terkabul!" ujar si gadis pula
Dia melangkah mendekati.
"Tunggu dulu!" ujar Wiro cepat Maksudku bukan begitu. Aku masih
banyak menghadapi urusan besar. Semua menyangkut nyawaku dan
masa depan rimba persilatan. Kalau belum apa-apa aku melakukan
sesuatu yang tidak betul aku bisa kualat. .."
"Siapa bilang! Kita melakukannya dalam suaana suka sama suka.
Betul kan"I
"Dengar sobatku cantik.." kata Wiro yang mulai merinding. "Aku ini
cuma seorang pemuda rendah. Kau seorang tokoh dunia persilatan yang
harus kuhormati. Mana mungkin aku bisa menjadi pasanganmu
Bagaimana kalau aku carikan seorang tokoh yang sama tingkat
kehebatannya dengan dirimu?"
MUSLIHAT CINTA IBLIS
44 Si gadis tertawa panjang. "Sejak kapan kau jadi Mak Comblang tukang
menjodohkan orang"!"
"Percayalah, aku punya banyak teman dan kenalan para dedengkot
dunia persilatan. Salah satu di antara mereka pasti ada yang
menyukaimu...."
"Ah, aku tidak janji mau-mauan dengan mereka. Tapi aku ingin tahu.
Coba kau sebutkan siapa saja tua bangka yang kau maksudkan itu?"
"Ada Si Raja Penidur..."
Si gadis tertawa cekikikan. "Manusia sebesar gajah itu! Dalam setahun
belum tentu dia satu kali melek! Duduk saja dia sulit, bagaimana mau
bersuka-suka denganku?" (Mengenai Si Raja Penidur harap baca serial
Wiro Sableng berjudul "Siluman Teluk Gonggo")
"Jangan kawatir. Masih ada yang lain. Pernah dengar nama Tua Gila
dari Andalas?"
"Hemmm... orang gila berjuluk Pendekar Gila Patah Hati itu" Dia
memang orang hebat. Tapi apa enaknya bercumbu dengan orang gila"
Hik... hik.., hikkk." (Mengenai Tua Gila dapat dibaca dalam serial Wiro
Sableng berjudul Banjir Darah di Tambun Tulang").
"Bagaimana dengan tokoh aneh berjuluk Kakek Segala Tahu?" ujar
Wiro pula "Bisa sengsara aku berteman dengan dia. Mencarinya sesulit kutu
dalam comberan!"
Kalau dengan Dewa Ketawa bagaimana"!" Wiro mencoba lagi.
Si gadis mesem-mesem. "yang satu ltu potongannya memang masih
keren. Tapi sayang aku punya dugaan kuat syarafnya ada yang putus.
Buang hajat besar saja dia masih bisa tertawa-tawa macam orang sinting!
(Dewa Ketawa adalah paman sekaligus guru Bujang Gila Tapak Sakti.
Harap baca serial Wiro Sableng berjudul "Bujang Gila Tapak Sakti ).
Dia punya saudara berjuluk Dewa Sedih....
"Lebih celaka lagi! Apa enaknya berhubungan dengan orang yang pagi
MUSLIHAT CINTA IBLIS
45 sore sepasang matanya torus ngompol alias nangis terus-terusan...."
Wiro garuk-garuk kepala "Bagaimana kalau dengan Iblis Pemabuk?"
" Wah berat urusannya! Dia lebih senang memegang pantat botol dari
pada. . Hik... hik., hik...!" Si gadis tertawa cekikikan sampai keluar air
mata. Mau tak mau murid Sinto Gendeng jadi ikut tertawa terpingkalpingkal. "Sudah" Tak ada lagi teman atau kenalanmu yang hendak kau
jodohkan dengan diriku"!" Si gadis bertanya seolah menantang.
Murid Sinto Gendeng kembali garuk-garuk kepala. "Kau sudah
bertemu dengan Raja Obat. Kau tidak suka padanya. Hemm... siapa lagi
ya?" Wiro berusaha mengingat-ingat. "Hai! Kau pernah dengar nama
bssar seorang dedengkot persilatan. berjuluk Dewa Tuak"!"
Gadis di hadapan Wiro tertegun dan menatap lekat-lekat ke wajah
sang pendekar. Wiro mellhat sesaat wajahnya yang cantik berubah ke
benluk aslinya yakni paras seorang nenek yang tertutup dandanan tebal
medok! Hanya sesaat. Di lain kejap kembali wajah itu pada bentuk
palsunya yakni wajah gadis cantik jelita.
"Apa yang terjadi dengan tua bangka ini" Apa yang ada dalam
benaknya" Dia seperti menerawang ke masa lalu," kata Wiro dalam hati.
"Pendekar 212..." kata si gadis. Suaranya perlahan dan bernada
rawan."Apakah dia masih hidup...?"
"Dewa Tuak" Tentu saja dia masih hidup. Masih bernafas. Masakan
aku mau memperkenalkan dirimu dengan orang yang sudah ada dalam
kubur. Belum selang beberapa lama aku bertemu dengan dia. Ah....
Rupanya usulanku kali ini tepat kena batunya.... Berkenan di hatimu. Kau
suka padanya. Paling tidak pernah mengenalnya. Atau mungkin juga dulu
pernah bercinta...."
"Diam!" teriak si gadis menggeledek. Mukanya tampak merah
mengelam. Wiro sampai tersurut satu langkah dibentak seperti itu. "Harap
maafkan kalau aku kesalahan bicara. Tapi aku kenal betul orang tua satu
MUSLIHAT CINTA IBLIS
46 itu. Dia sudah seperti kakekku sendiri. Aku banyak berhutang budi bahkan
berhutang nyawa padanya...."
"Aku bukan tidak suka pada ucapanmu. Tapi...." Si gadis menarik
nafas panjang. Wiro semakin syak bahwa orang di hadapannya itu pernah kenal
dengan Dewa Tuak bahkan pernah menjalin hubungan di masa lalu.
Lalu murid Sinto Gendeng melihat sepasang mata si gadis berkacakaca. "Eh. dulu waktu di pulau batu merah dia menangis. Karena saudara
kembarnya dibunuh orang. Sekarang lagi-lagi kulihat dia menangis. Apa
ada lagi saudara kembarnya yang dibunuh orang"!
Rasa hiba yang mendadak muncul di hati Pendekar 212 membuat
pemuda ini mengeluarkan sehelai selampai dan menyerahkannya pada si
gadis. "Terima kasih ... !" kata si gadis sambil menerima sapu tangan itu lalu
menyusut wajah menyeka kedua matanya. "Puluhan tahun lalu aku
menyirap kabar Dewa Tuak tewas dalam satu bentrokan besar dengan
enam tokoh silat golongan hitam. Bagaimana aku bisa percaya ucapanmu
yang mengatakan dia masih hidup...."
"Masakan aku berdusta pada orang sebaikmu"!" kata Wiro pula. "Atau
kau ingin aku bersumpah"!"
Si gadis menatap dalam-dalam ke mata Wiro. "Aku percaya
padamu..."katanya sambil memegang Irigan Pendekar 212. "Mungkin
sengaja ada yang menebar kabar palsu...."
"Kalau itu terjadi puluhan tahun lalu, aku masih belum lahir.
Memangnya antara kau...."
"Dengar Wiro, kalau kau bertemu dengan si Suro Lesmono itu katakan
padanya mulai matahari terbit hari sepuluh bulan sepuluh aku akan
menunggunya di Pangandaran .... "
"Suro Lesmono" Siapa Suro Lesmono?" Wiro bertanya terheranMUSLIHAT CINTA IBLIS
47 heran. "Ah. kau tidak terlalu mengenaI si kakek rupanya. Suro Lesmono
adalah nama sebenamya Dewa Tuak"
"Ah!" Wiro keluarkan seruan tertahan.
"Jika begitu pesanmu aku akan berusaha mentaatinya."
"Aku berterima kasih atas kebaikanmu." kata si gadis pula lalu
sepasang matanya memandang tajam ke arah dada Pendekar 212. Murid
Sinto Gendeng Jadi berdebar. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah
gadis itu mengetahui apa yang tersembunyi di balik dada pakaiannya"
"Pendekar 212.... Mulai hari ini kemana kau pergi berlakulah hatihati...." "Apa maksudmu" Wiro pura-pura bertanya.
"Maksudku bukan cuma nyawamu yang harus kau selamatkan, tapi
belasan bahkan puluhan nyawa orang-orang persilatan akan tergantung
atas keselamatan dirimu...."
"Ah! Dia tahu! Pasti dia sudah tahu aku telah memiliki kitab itu! kata
Wiro dan dia tidak dapat menyembunyikan perubahan wajahnya.
Selagi Pendekar 212 terperangah begitu rupa, tiba-tiba "cup!" Satu
kecupan mendarat di bibirnya "Hai!" teriak murid Sinto Gendeng seraya
raba bibirnya dengan ujung jari. "Perempuan brengsek! Lagi- lagi aku
kecolongan! Gila! Gerakannya seperti waktu di pulau batu merah dulu
hampir tak terlihat. Tahu- tahu ciumannya sudah mendarat!" Sambil
menggruk kepala murid Sinto Gendeng menarik nafas panjang berulang
kali. "Masih untung dia menciumku dalam ujud seorang gadis cantik.
Kalau seperti dulu dalam ujud nenek-nenek. puah! Sial sekali nasibku!"
Wiro memandang ke arah lenyapnya si gadis. "Tapi satu hal aku ketahui.
Dia tidak menginginkan kitab sakti ini. Dia tidak bermaksud jahat
padaku....- MUSLIHAT CINTA IBLIS
48 TUJUH RUMAH kayu di puncak bukit itu berada dalam keadaan gelap. SI
gadis segera menyalakan sebuah lampu minyak hingga bangunan yang
tidak seberapa besar itu kini menjadi terang. Di situ hanya terdapat
perabotan berupa sebuah kursi kayu, tempat tidur beralaskan jerami
kering dan sebuah meja di atas mana terletak sebuah kendi berikut dua
cangkir dari tanah. Karena cuaca di bukit itu selalu diselimuti kesejukan
dan tidak berdebu maka bagian dalam bangunan kayu termasuk semua
perabotan yang ada berada dalam keadaan bersih.
Si gadis menuangkan air bening dari kendi ke dalam dua cangkir. Dia
meneguk habis air dalam cangkir pertama lalu menyerahkan cangkir
satunya pada Raja Obat seraya berkata. "Orang tua, kau tentu sangat
letih. Sebaiknya kau segera tidur saja..." Saat itu sekujur tubuh Raja Obat
alias Pangeran Soma memang tak karuan rasa saking letihnya. Namun
mengingat di situ cuma ada satu tempat tidur, walaupun dia sudah tua
renta tetap saja dia merasa bagai seorang lelaki yang harus
mendahulukan pihak perempuan. "Tubuhku memang letih, namun
keletihan batinku rnelebihi segala-galanya. Aku akan bersemedi dulu di
serambi rumah. Kau saja yang tidur...."
Si gadis tersenyum mendengar ucapan Raja Obat. "Orang-orang tua
berkata, yang muda jangan sekali-kali berlaku tidak hormat terhadap yang
lebih tua. Jadi, dengan kata lain kau lebih pantas tidur di atas ranjang
jerami itu. Aku bisa mencari tempat lain .Di kursi pun aku bisa tidur..."
Raja Obat geleng-geleng kepala. "Selama ini ak banyak mendengar
tentang kehebatan gadis-gadis pesilat. Tidak sangka han ini aku akan
bertemu dengan salah satu di antaranya. Anak gadis, kata aku boleh
bertanya siapa namamu. Apakah kau tinggal menyendiri di tempat ini"
Lalu makam siapa yang kau tangisi malam tadi?"
"Pertanyaanmu banyak amat, orang tua. Biarlah aku berlaku lancang
sedikit dan menanyaimu lebih dulu. Kau bilang mencari makam ibumu.
MUSLIHAT CINTA IBLIS
49 Melihat usiamu yang sudah lanjut pasti ibumu telah berpulang belasan
tahun lalu. Tidak heran kalau kau sulit mencari makamnya di pekuburan
yang tida terpelihara itu. Tapi bagaimana kejadiannya sampai kau sendiri
tidak tahu di mana pastinya letak makam lbumu"
"Ah, pertanyaan gadis ini tak mungkin kujawab. Atau apakah sudah
saatnya aku berterus terang?" Setelah berpikir sejenak akhimya Raja
Obat berkata "Seperti aku katakan waktu di pekuburan tadi aku hanya
seorang tua malang .... "
Banyak manusia malang di atas dunia ini. Bahkan yang jauh lebih
malang dariku ataupun darimu Kau bilang tidak punya istri. Apakah kau
seorang pemuka agama atau apa. Sulit bagiku membayangkan cara dan
jalan hidupmu. Bahasamu halus tan kau keturunan ningrat atau
bangsawan. Sikapmu di perjalanan tadi menunjukkan kau pernah berada
di sekitar daerah ini tapi banyak lupanya. Mengapa kau tidak
menerangkan siapa dirimu sebenarnya orang tua?"
"Gadis ini bukan saja bermata tajam tapi juga berotak cerdik,"
membatin Raja Obat.
"Apakah aku berterus terang saja mengatakan siapa diriku. Mungkin
dia bisa membantu. Tapi.... Bagaimana mungkin. Usianya saja paling
tidak seperlima usiaku. Mana dia tahu segala kejadian puluhan tahun
silam ..." Orang tua itu sesaat menjadi bimbang.
Si gadis menarik nafas dalam. Rambutnya yang bagus panjang
dilepasnya ke bahu hingga wajahnya kelihatan tambah cantik. "Kalau kau
tidak mau memberi tahu siapa dirimu, aku tidak memaksa. Biar aku
menerangkan siapa adanya diriku sendiri. Aku dilahirkan sekitar sembilan
belas tahun lalu di satu desa di timur Kotagede. Ketika aku ditahirkan
kedua orang luaku sudah tiada. Menurut paman mereka menjadi korban
keganasan penyakit sampar yang berjangkit pada masa itu. Paman
memeliharaku dan memberi aku nama Andini. Aku dibesarkan tanpa
saudara, tanpa teman bermain, lanpa kasih sayang sama sekali.
MUSLIHAT CINTA IBLIS
50 Sepertimu, pamanku tidak punya istri. Beliau lebih banyak mengabdikan
diri sebagai prajurit Kerajaan. Empat tahun lalu beliau tewas ketika
menumpas sekelompok pemberontak di kaki Gunung Merapi...."
Andini hentikan penuturannya sejenak. Kedua matanya dipejamkan.
Raja Obat melihat betapa cantik jelita dan anggunnya wajah gadis itu.
Kemudian dilihatnya bahu Andini bergoyang-goyang tanda dia berusaha
menahan diri agar tidak sesenggukan.
Agaknya musibah kematian pamannya merupakan cobaan yang paling
berat baginya. Ketika kedua matanya dibuka kelihatan mata itu berkacakaca. Lalu si gadis meneruskan. "Sewaktu usiaku mencapai enam belas
tahun aku berkenalan dengan seorang pemuda. Namanya Handoko Dari
perkenalan biasa lama-lama hubungan kami berubah menjadi jalinan
cinta. Ketika kami tidak bisa lagi dipisahkan baru aku ketahui bahwa
Handoko adalah putra seorang pejabat tinggi pembantu Sultan. Dia putra
seorang Tumenggung bernama Caroko Sindu Winoto.... "
"Kau beruntung sekali kalau begitu..." kata Raja Obat.
Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Si gadis menggeleng. Air matanya bercucuran "Jauh dari beruntung.
Malah malapetaka yang datang. Sang Tumenggung marah besar ketika
mengetahui hubungan putera tunggalnya dengan diriku yang hanya rakyat
jelata dan tidak tahu asal usul, tak punya orang tua, tak punya siapasiapa. Dia memerintahkan Handoko memutuskan hubungan. Tapi kami
telah terlanjur jauh dalam bercinta. Kekasihku nekad. Walaupun ada
ancaman dia akan diusir dan tidak diakui sebagai anak lagi dia nekad.
Ayahnya berusaha membujuk akan memintakan satu jabatan tinggi pada
Sultan bagi putranya itu. Mungkin jabatan Adipati. Asalkan Handoko
memutuskan hubungan dengan diriku, lalu segera melangsungkan
perkawinan dengan seorang gadis turunan ningrat pilihan kedua orang
tuanya. Handoko menolak. Dia memilih yang terburuk. Suatu malam
sekitar satu minggu lalu dia lenyap meninggalkan gedung kediamannya.
Seorang kepercayaannya memberi tahu bahwa dua hari di muka ini dia
MUSLIHAT CINTA IBLIS
51 akan menemuiku di rumah kayu ini. tapi kemarin pagi dia ditemukan telah
jadi mayat di hutan Watuireng. Lehernya hampir putus akibat gorokan
senjata tajam. Tumenggung Sindo Winoto yang sudah tidak mau tahu
terhadap puteranya itu bahkan sampai-sampai tega tidak mau mengurus
jenazahnya. Beberapa orang kawan dan keluarga terdekatnya lalu
menguburkannya di sini. Aku dengar ibunya saat ini sedang sakit keras.
Lalu ada kabar lain mengatakan bahwa mungkin jenazah Handoko akan
dipindahkan ke makam yang lebih pantas di samping kawasan makam
istana.." "Aku sangat sedih mendengar nasib riwayatmu. tapi kau masih muda.
Masa depan masih menunggumu...-"
"Masa depanku sudah dibawa Handoko ke da kuburnya..." kata Andini
pula dan kini gadis itu tak dapat menahan sesenggukannya. Dia menangis
sambil duduk di kursi dan membenamkan wajahnya di balik sepasang
telapak tangan.
Raja Obat melangkah mendekatinya dan membelai rambut gadis itu.
"Aku tahu kau seorang gadis tabah. Kau harus kuat menghadapi cobaancobaan besar itu Andini."
"Aku akan berusaha tapi mampukah aku menghadapinya seorang diri.
Aku merasa diriku seolah-olah dalam bahaya...."
"Kau akan mampu. Pasti mampu," kata Raja Obat pula sambil terus
membelai rambut si gadis. Perlahan-lahan Andini angkat kepalanya.
Kedua tangannya digelungkannya ke pinggang Raja Obat orang tua itu
dipeluknya erat-erat.
"Jika kau tidak keberatan aku... aku akan menganggap dirimu sebagai
pengganti semua orang yang kukasihi itu. Ayahku.... lbuku.... Paman....
Handoko." Terharu oleh cerita nasib diri gadis cantik itu dan mulut Raja Obat
lantas saja meluncur kata kata mengenai dirinya. Seratus tahun hidup
tanpa mengenai ayah maupun ibu, apalagi yang din makan kasih sayang
MUSLIHAT CINTA IBLIS
52 dari kedua orang tua. Karena tidak punya saudara, dia tidak mengenaI
kasih mengasihi antara sesama saudara. Karena hidup dikucilkan dirinya
tidak mengenal kebahagiaan hidup berteman. Masa kecilnya hanya
merupakan lembaran hitam. Lalu karena hidup membujang seumur-umur
dia tidak pula mengenal kebahagiaan sebagai seorang suami. seorang
ayah. Apa yang dinamakan kekasih dia buta sama sekali. Semua itu kini
bercampur aduk menjadi satu, membuat dadanya sesak dan
tenggorokannya turun naik. Perlahan-lahan sepasang matanya tampak
berkaca-kaca. "Siapa diriku tidak banyak kuketahui..." kata Raja Obat pada akhir
penuturannya. Dia tetap merahasiakan jati dirinya sebagai seorang
pangeran. "Orang-orang memanggilku Soma. Aku tidak ingat siapa yang
memberi nama itu...."
Andini angkat kepalanya. "Siapapun dirimu bagiku kau adalah orang
gagah yang telah menempuh kehidupan sulit dengan segala ke-tabahan.
Setelah tahu namamu aku tidak akan memanggilmu lagi dengan sebutan
orang tua atau kakek. Bolehkah aku memanggilmu Paman Soma ... ?"
Raja Obat tersenyum dalam kerawanan wajahnya
"Melihat kepada umur kau pantas menjadi cucu-ku .... "
Si gadis merengut dan menyentakkan tangan Raja Obat. "Aku tidak
suka panggilan itu. Biar kau marah aku akan memanggilmu Paman Soma.
Dan aku tidak suka melihat lelaki menangis .... " Pangeran Soma semakin
lebar tawanya. Tangannya yang membelai kepala turun memegang bahu
Andini. Lalu dia berkata. "Kau anak baik...."
"Aku belum seperti yang kau katakan itu. Malam ini aku tidak mampu
menyediakan makanan apa-apa untukmu. Kau tentu lapar...."
"Aku sudah biasa hidup dengan perut kosong selama berharl-hari ... "
jawab Raja Obat.
"Nah, apa kataku Bukankah itu menunjukkan kau seorang hebat"!"
kata si gadis pula seraya melirik ke arah bungkusan milik Raja Obat yang
MUSLIHAT CINTA IBLIS
53 terletak di ujung tempat tidur. Dia berdiri dari kursi lalu mengambil
bungkusan itu. Si orang tua memperhatikan. Ternyata Andini hanya
memindahkan bungkusan dari kaki tempat tidur kayu ke bagian kepala.
"Paman Soma, kau pasti letih, perlu istirahat. Nah sekarang tldurlah.
Besok pagi-pagi sekali aku akan membangunkan dirimu dan kita blcara
lagi mengenai riwayat kita masing-masing. Jika memang masih ada yang
dibicarakan...."
"Bukan aku, tapi kaulah yang harus beristirahat. Seperti tadi kataku,
aku akan bersemedi di luar sana ..."
Andini tertawa. Tangannya digelungkan ke pinggang Raja Obat lalu
sekali dorong saja maka rebahlah orang tua itu di atas ranjang beralaskan
jerami kering. "Hai. Apa yang hendak kau lakukan?" tanya Raja Obat
Sesaat si gadis masih terus tertawa. Kemudian dia berkata "Aku yang
muda harus mengalah pada kau yang lebih tua dan kuhormati Tidur
sajalah. Pejamkan matamu. Aku akan memijiti kakimu, punggung dan
kepala agar lekas pulas...."
"Tidak usah... Tidak perlu! Jangan! Andini...."
Bagaimanapun orang tua itu menolak namun si gadis terus saja
melakukan apa yang dikatakannya. Kedua tangannya dengan cekatan
memijat kaki Raja Obat Mula-mula betis kanan, ketika naik ke lutut orang
tua ini menggeliat kegelian. Tapi tubuhnya sebelah bawah tidak bisa
digerakkan karena saat itu Andini sudah menduduki sepasang kakinya
terus memijiti punggungnya.
Seumur hidupnya orang tua itu tidak pernah dipijiti orang. Juga tidak
pernah ada tangan perempuan yang pernah menyentuh auratnya. Kini
diperlakukan seperti itu, dalam kegeliannya bagaimanapun juga ada hawa
aneh menjalari sekujur tubuh sang pangeran. Apa lagi yang memijat
tubuhnya adalah seorang gadis berwajah begitu cantik, memiliki kulit dan
potongan tubuh bagus. Sampai-sampai Raja Obat berulang kali beristigfar
MUSLIHAT CINTA IBLIS
54 menyebut nama Tuhan dalam hatinya karena tengkuknya mendadak
merinding dan rasa takut mulai menjalari dirinya.
"Andini, cukup! Aku sudah tidak letih lagi Kau boleh pergi, aku sudah
bisa tidur..." berkata Raja Obat.
"Tenang dan diam sajalah Paman Soma. Kalau kau mau tidur silahkan
saja Tidurlah, ngorok yang keras?" jawab si gadis. Tangannya menyelinap
ke balik jubah si orang tua.
Lelaki berusia seratus tahun yang terbaring menelungkup itu laksana
disengat kalajengking Darahnya mendadak panas dan mengalir lebih
cepat. Tubuhnya membara seperti dipanggang Degup jantungnya
menggelegar "Andini... Apa yang kau lakukan terhadapku"!" Suara Raja Obat
tenggelam dalam desau nafasnya sendiri. Dia segera membalikkan tubuh
Sepasang matanya membelalak. Dia tidak tahu kapan gadis itu
menanggalkan pakaiannya. Dilihatnya saat itu tubuh Andini tidak tertutup
sehelai benang pun. Orang tua ini cepat tutupkan kedua matanya
sementara getaran aneh yang tak pernah dialaminya sebelumnya
semakin menjadi-jadi Ternyata walau matanya terpejam namun Raja Obat
seolah melihat sosok Andini lebih jelas. Tak ada jalan lain. Dia harus
melepaskan diri secara paksa. Raja Obat bergerak bangkit. Namun di
sebelah atas tubuh polos si gadis menekan dan mendorongnya. Di
telinganya terdengar satu bisikan disertai hembusan nafas harum,
"Paman Soma, jangan takut. Aku tidak akan mencelakai dirimu. Malam
ini adalah malam bahagia kita berdua. Kau adalah kekasihku. Aku adalah
kekasihmu.... Tidakkah kau ingin merasakan nikmatnya bercinta?"
MUSLIHAT CINTA IBLIS
55 DELAPAN PADA saat perhatian dan pikiran seseorang tertuju penuh pada
sesuatu, selalu ada kemungkinan dia akan bertindak kurang waspada
terhadap hal-hal lain di sekitarnya. Hal ini disadari sekali oleh murid Sinto
Gendeng. Setelah meninggalkan pulau batu merah di pantai selatan
tempo hari. baru saat itulah dia merasa tepat waktu dan aman untuk
mengeluarkan Kitab Putih Wasiat Dewa, guna membaca, mendalami dan
mempelajari isinya. Sejak kitab sakti itu berada di tangannya dia
merasakan satu ketenangan dalam dirinya. Namun di balik ketenangan itu
sikap waspada tak pernah dilupakannya. Cepat atau lambat riwayat kitab
itu akan diketahui orang-orang di dalam maupun di luar rimba persilatan.
Pada saat itu terjadi maka dirinya akan menjadi orang buruan. Bahaya
maut akan mengancam dari mana-mana. Karenanya bahkan terhadap
Raja Obat yang telah membantunya memberi tahu dan mendapatkan
kitab itu secara halus dia tidak memberi tahu bahwa kelak dia akan pergi
ke tempat itu. Satu tempat yang dianggapnya paling aman untuk
menyelami dan mempelajari keseluruhan isi kitab sakti tersebut.
Bagaimanapun dia berhati-hati ternyata dua orang telah muncul secara
tidak diduga. Yakni nenek sakti berjuluk lblis Putih Ratu Pesolek dan
Makhluk Pembawa Bala.
"Aku harus mempelajari isi kitab sakti ini dengan cepat. Kalau perlu
besok sebeium mataharl terbit aku harus mencari tempat lain yang lebih
aman ... "kata Wiro dalam hati.
Wiro duduk bersila di lantai gua dengan punggung menghadap ke
dinding sebelah dalam Di hadapannya ada sebuah lampu minyak. Nyala
api lampu minyak tak bisa diam akibat hembusan angin malam yang
datang dari mulut gua.
"Jika nyala api berhenti bergoyang, berarti ada sesuatu yang menutupi
pintu gua. Sesuatu Itu bisa saja binatang hutan, tapi bisa juga seseorang
MUSLIHAT CINTA IBLIS
56 yang muncul untuk mendapatkan kitab sakti. Aku benar-benar harus
berhati-hati...."
Saat itu murid Sinto Gendeng masih mengenakan baju hitam
pemberian Ratu Duyung dulu. Dari balik pakaian ini dengan tangan agak
bergetar dan degup jantung mengeras dia keluarkan Kitab Putih Wasiat
Dewa. Sesaat kitab itu diletakkannya di atas keningnya seraya hatinya
berucap "Tuhan, hanya dengan kehendak dan ridhoMu aku berhasil
mendapatkan kitab ini. Karenanya hanya kepadaMu aku meminta
perlindungan agar diriku selamat dari segala marabahaya selama kitab
sakti ini berada di tanganku. Semoga aku bisa berbakti pada dunia
persilatan dalam menegakkan kebenaran dan menghancurkan
kejahatan .... "
Perlahan-lahan Wiro turunkan kitab yang terbuat dari daun lontar itu
lalu diletakkannya di atas pangkuannya. Sesaat dia memperhatikan nyala
api lampu minyak. Api lampu seperti tadi masih bergoyang-goyang oleh
tiupan angin. Wiro mengusap lambat permukaan kulit depan buka di mana tertera
tulisan besar dalam aksara Jawa Kuno berbunyi Kitab Putih Wasiat Dewa
Kulit lontar dibukanya, terpampang kini di hadapannya halaman pertama.
Melihat apa yang tertulis di halaman pertama itu pikiran Wiro melayang
pada kejadian beberapa waktu lalu ketika dia secara aneh masuk ke
dalam alam gaib masa lampau. Dia seolah berada di satu masa, menjadi
bagian dari waktu lampau dan segala apa yang terjadi. Termasuk melihat
Kitab Putih Wasiat Dewa itu. Secara aneh dia memiliki kemampuan
mengingat hampir setiap baris rangkaian kalimat pada beberapa halaman
kitab. Walau demikian, dengan suara perlahan dia merasa perlu
mengulang dan membaca lagi apa yang tersurat di halaman pertama ltu."
Bilamana datang kebenaran
maka meraunglah para iblis pembawa kejahatan.
MUSLIHAT CINTA IBLIS
57 Kejahatan mungkin bisa berjaya
Tapi pada saat kebenaran dan keadilan muncul tak ada satu kekuatan
lain mampu membendungnya.
Kejahatan membakar dan merusak laksana api.
Tetapi api itu sendiri sebenarnya adalah
kekuatan dahsyat
Yang diarahkan para Dewa untuk membakar
mereka. Bilamana api memusnahkan mereka
maka penyesalan tiada berguna.
Wiro membalik halaman kedua. Di sini, di dalam sebuah lingkaran
putih tertera gambar kepala seekor harimau putih -Datuk Rao Bamato
Hijau.." desis Wiro. Baru saja dia menyebut nama ltu tiba-tiba entah dari
arah mana, di kejauhan menggema suara auman harimau. Di saat yang
bersamaan dari sepasang mata harimau pada gambar di halaman kedua
Kitab Putih Wasiat Dewa itu melesat keluar dua larik cahaya hijau
menyilaukan Wiro merasa kepalanya seolah tanggal dari persendian dan
mencelat lepas. Dua matanya panas dan pemandangannya menjadi gelap
walau saat itu dalam keadaan nyalang.
Celakal Apa yang terjadi dengan diriku. Aku mendadak buta!" ujar
Wiro. Sepasang matanya digosok berulang kali. Semakin digosok
semakin panas kedua matanya dan semakin menghitam
pemandangannya. " Mati aku!" keluh Pendekar 212
Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara alunan seruling. Lembut dan
sangat menawan Selembut terdengarnya suara itu, selembut itu pula rasa
panas dan pandangan gelap yang dialami Wiro menjadi sirap Ketika
keadaannya pulih kembali dan dia dapat melihat segala sesuatunya
seperti tadi bahkan kini lebih jelas seolah di dalam gua itu bukan cuma
ada satu lampu minyak tapi belasan banyaknya!
Tuhan.... Mukjizat atau apakah yang barusan aku alami ini!" ujar Wiro
MUSLIHAT CINTA IBLIS
58 lalu diusapnya KItab Putih Wasiat Dewa di pangkuannya_ Kembali
sepasang matanya berbenturan dengan dua mata hijau gambar harimau
putih pada daun lontar halaman kedua Kitab Putih Wasiat Dewa. Saat
itulah ada suara mengiang di telinganya. Semula disangkanya suara Raja
Obat yang memang mempunyai kesaktian mengirimkan suara dari jarak
jauh. Namun setelah didengarnya baik-baik dia segera maklum suara
mengiang itu adalah suara Datuk Rao Basaluang Ameh, orang tua aneh
yang muncul membentuk diri dari kabut atau asap putIh.
"Anak manusIa bernama Wiro Sableng. terlahir bernama Wiro
Saksana, bergelar Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Ketahuilah
waktu berada di pulau batu merah dulu. kau telah menerima ilmu
kesaktian bernama Pukulan Harimau Dewa. Barusan saja kau telah
mendapatkan ilmu kedua yang terkandung di dalam Kitab Putih Wasiat
Dewa bernama Sepasang Pedang Dewa. Bilamana keselamatanmu
terancam dalam menghadapi senjata lawan yang tak dapat kau
hancurkan, kau hanya tinggal menyebut nama ilmu itu maka dari matamu
Wiro Sableng 088 Muslihat Cinta Iblis di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan melesat keluar dua larik sinar hijau laksana sepasang pedang yang
luar biasa tajamnya dan seperti kilat sambarannya. Namun karena ilmu
kesaktian ini sangat berbahaya maka penggunaannya sangat terbatas
Dalam waktu 360 hari kau hanya boleh mengeluarkannya sebanyak dua
kali. Ingat, hanya dua kali!"
Suara yang mengiang lenyap dari pendengar an Pendekar 212 Untuk
beberapa lamanya pemuda dari Gunung Gede ini duduk terpana dengan
mulut ternganga. Lalu dia ingat, dia harus berbuat dan melakukan
sesuatu. Cepat Wiro membungkuk seraya berkata. "Datuk Rao Basaluang
Ameh aku sangat berterima kasih padamu...."
Tak ada jawaban.
Perlahan-lahan Wiro luruskan duduknya lalu mendongak ke atap gua
seraya berkata. "Tuhan, sungguh maha besar berkahMu atas diriku. Aku
akan menjaga semua kepandaian yang diberikan padaku.." api lampu
MUSLIHAT CINTA IBLIS
59 minyak terus bergoyang Wiro kembali menatap halaman kedua Kitab
Putih Wasiat Dewa. Di bawah gambar harimau dan lingkaran pputi tertera
tulisan berbunyi:
Putih lambang kesucian dan kebenaran.
Hariau lambang keberanian dan kejantanan Barang siapa berjodoh
dengan kitab ini
maka kemanapun dia pergi
harimau putih akan menjadi kekuatan,
menjaga dirinya dari segala musuh
ilmu hitam dan iblis jahat
Wiro terus membalik halaman berikutnya. Di halaman ketiga seperti
yang pernah dilihatnya dalam alam arus waktu masa lampau di situ
termuat apa yang disebut Delapan Sabda Dewa yang secara aneh satu
persatu sanggup diingatnya walau hanya dibaca seolah dalam mimpi.
Delapan Sabda Dewa
Barang siapa berjodoh dengan Kitab Wasiat Sakti dan mampu
mempelajari yang tersurat maupun yang tersirat, menguasai yang lahir
dan yang batin maka hendaklah dia mencamkan apa-apa yang telah
disabdakan. Delapan Sabda Dewa adalah delapan jalur keselamatan.
Tanah.... Air.... Api.... Udara.... Bulan._ Matahari.... Kayu.... Batu
Rangkaian tulisan Delapan Sabda Dewa ini menghabiskan dua
halaman sendiri hingga kini Wiro akan sampai ke halaman kelima. Murid
Sinto Gendeng lantas ingat. Waktu berada dalam arus waktu masa
lampau dia melihat bagaimana Kanjeng Sri Ageng Musalamat tidak
mampu menggerakkan tangan untuk membalik halaman kelima. Pada
waktu itu muncul Datuk Rao Basaluang Ameh memberi tahu bahwa dia
tidak berjodoh dengan kitab sakti itu. Karenanya dia tidak diperkenankan
membuka halaman berikutnya yakni halaman kelima.
"Bagaimana dengan diriku.. ?" pertanyaan itu muncul di hati Pendekar
MUSLIHAT CINTA IBLIS
60 212 Wiro Sableng. "Apakah aku mampu membalikkan halaman keempat
ini dan melihat ke halaman kelima?"
Dadanya berdebar. Jari-jari tangannya bergetar ketika digerakkan
untuk membalik halaman keempat. Hampir halaman kelima tersingkap
tiba-tiba kembali terdengar suara auman harimau yang menggetarkan gua
batu di lereng Gunung Merbabu itu. Menyusul tiupan saluang. Sesaat
Wiro jadi terkesiap. Apakah ini satu pertanda bahwa diapun tidak akan
mendapat perkenan melihat halaman kelima"
Pendekar 212 menatap ke depan dan bertanya-tanya dalam hati
apakah Datuk Rao Basaluang Ameh dan harimau putihnya akan muncul
saat ini" Namun tak ada kabut atau asap putih muncul di tempat itu. Wiro
teruskan membalik halaman keempat. Halaman lima Kitab Putih Wasiat
Dewa kini terpampang di depan mata Pendekar 212 Ternyata di situ
hanya ada serangkaian kalimat berbunyi:
Musuh umat manusia hanya ada dua. Pertama yang datang dari luar.
Kedua yang datang dari dalam dirinya sendiri. Kalau Delapan Sabda
Dewa dipelajari, dimengerti dan diamalkan
Niscaya manusia akan terlindung dari segala mara bahaya. Mana ada
jalan selamat kalau bukan JalanNya Tuhan"
Wiro mengulangi membaca tiga baris kalimat itu sampai beberapa kali.
Dalam hati kembali dia melafal satu persatu Delapan Sabda Dewa yang
ada di halaman sebelumnya. Kemudian kembali dia tundukkan kepala
memperhatikan kitab yang ada di pangkuannya. Menurut apa yang
dilihatnya kitab itu hanya memiliki dua halaman yang belum dibuka
"Hanya tinggal dua halaman..."desis Wiro Apakah semua inti ilmu
kesaktian terpendam pada dua halaman terakhir kitab ini?"" Pikir murid
Sinto Gendeng selanjutnya. Tiba-tiba terdengar suara Datuk Rao
Basaluang Ameh di telinganya
"Anak muda jangan ragu Kitab yang ada padamu hanyalah alat
pembimbing menuju satu kesaktian. Kesaktian itu sendiri adalah satu
MUSLIHAT CINTA IBLIS
61 kekuatan gaib yang tidak satu manusiapun sanggup menjelaskan karena
semua datang dari Yang Maha Kuasa. Antara kitab itu sebagai benda
nyala dan kesaktian sebagai yang gaib ada satu sambung rasa yang
hanya kau yang akan menguasainya karena kaulah yang berjodoh
dengan kitab itu...."
Keraguan yang tadi memang sempat menyeruak di dalam hati
Pendekar 212 serta merta sirna. "Terima kasih Datuk Rao Basaluang
Ameh," kata sang pendekar lalu dengan terang dibalikkannya halaman
kelima. Pada halaman keenam yang kini terpampang di depan matanya Wiro
melihat enam lukisan orang lengah melakukan gerakan silat Masingmasing lukisan diberi nomor mulai dari 1 sampai 6. Bagian halaman yang
tersisa penuh dengan tulisan-tulisan kecil hingga untuk membacanya Wiro
harus mengangsurkan kitab itu lebih dekat ke lampu minyak yang ada di
hadapannya. Dia lalu mulai membaca tulisan demi tulisan:
Menyerang adalah awal kekuatan sedang bertahan adalah akhir
kekuatan Ilmu silat.
Dalam menghadapi musuh jahat,
lebih dahulu bertindak adalah tindakan sempurna dari pada bertahan
menunggu datangnya bencana
Musuh pertama manusia adalah yang datang dari luar
Bilamana mereka datang maka mereka akan menyerang dari enam
arah, yaitu: atas (1) depan (2), belakang (3), samping kiri (4), samping
kanan (5) dan dari sebelah bawah (6)
Sampai di sini Wiro memperhatikan dengan seksama keenam lukisan
dan masing-masing arah serangan yang disebutkan
Enam lukisan ini menggambarkan enam gerakan serangan menurut
enam arah yang disebut....
Serangan dengan telapak tangan kanan terkembang, tidak mengepal
Tulisan selanjutnya mungkin... hem.... Mungkin ini nama-nama
MUSLIHAT CINTA IBLIS
62 jurusnya...." Wiro memperhatikan kelanjutan rangkaian tulisan yang
telah dibacanya.
Enam inti Kekuatan Dewa
1. Tangan Dewa Menghantam Matahari
2. Tangan Dewa Menghantam Batu Karang
3. Tangan Dewa Menghantam Rembulan
4. Tangan Dewa Menghantam Air Bah
5. Tangan Dewa Menghantam Api
6. Tangan Dewa Menghantam Tanah
"Hemmm..." Wiro jadi bergumam sendiri. "Benar, ini enam jurus
serangan. Namanya disesuaikan dengan enam dari delapan unsur
Sabda Dewa. Penampilan lukisan-lukisannya sederhana sekali tapi
seumur hidup baru kali ini aku melihat jurus-jurus begini aneh. Kudakuda sepasang kaki lain dari yang lain. Juga gerakan tangan terlihat
janggal. Lalu mengapa setiap tangan kanan pada lukisan kelihatan lebih
besar..." Tidak mungkin pelukis kitab ini melakukan kesalahan. Pasti ada
artinya...."
Wiro coba memecahkan arti telapak tangan kanan yang lebih
besar dari tangan kiri ttu Tapi tidak mampu mengartikannya. Akhirnya
untuk beberapa lama dia hanya duduk sambil memandangi telapak
tangan kanannya yang sebentar-sebentar dikembangkan, lalu
dikepal Dikembangkan lagi, dikepal lagi. Demikian berulang-ulang.
"Mungkin aku harus minta petunjuk dari Datuk Rao Basaluang
Ameh. Tapi bagaimana cara memanggil orang sakti dari alam gaib itu"
Lagi pula sebaiknya blar aku pecahkan sendiri. Kalau semua minta
petunjuk bisa-bisa aku dikatakan tak punya otak untuk berpikir...."
Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala dengan tangan kiri. Matanya
masih memandangi telapak tangan kanannya yang terkembang
Sekonyong-konyong dia ingat. Telapak tangan yang terkembang itu
MUSLIHAT CINTA IBLIS
63 ditiupnya satu kali. Serta merta muncullah gambar kepala harimau
putih bermata hijau inilah gambar kepala Datuk Rao Bamato Hijau,
binatang sakti peliharaan Datuk Rao Basaluang Ameh yang telah
dikatakan sebagai sahabat yang akan melindungi Wiro.
"Aku mengerti sekarang...," membatin murid Sinto Gendeng. Dia
mulai dapat memecahkan teka teki dalam lukisan. "Telapak tangan
kanan yang terkembang dan lebih lebar melambangkan pukulan yang
dilancarkan tidak dengan cara mengepal tapi seolah mendorongkan
telapak tangan! Lalu sebelum telapak tangan itu dipakai untuk
menyerang tentunya sudah ditiup lebih dulu, di si dengan kesaktian
berlambang kepala harimau putih!"
Wiro menarik nafas lega. Agaknya kehebatan Kitab Putih Wasiat Dewa
ini bersumber pada enam jurus serangan yang disebut Enam Inti
Kekuatan Dewa itu. Namun apa yang ada di dalam kitab itu tidak akan
ada artinya jika dirinya tidak lebih dulu menerima kekuatan dari dua Datuk
berupa pukulan sakti yang dapat dilancarkan tanpa pengerahan tenaga
dalam sama sekali! Berarti ada kanan antara benda mati yakni sang kitab
yang kini dimilikinya dengan dirinya sendiri selaku pemilik kitab. Ada
kaitan antara yang nyala yaitu petunjuk dalam kitab dengan yang gaib yakni
kekuatan sakti yang kini tersImpan dalam tubuhnya.
"Cerdik sekali orang yang membuat kitab ini. Seseorang tidak akan
menguasai ilmu yang ada dalam kitab tanpa memiliki lebih dulu
kesaktiannya. Kesaktian tidak ada artinya jika tidak mengikuti setiap
petunjuk di dalam kitab..."
Pada saat itu entah bagaimana Wiro lantas ingat akan Kitab Wasiat Iblis
yang kini berada di tangan Pangeran Matahari musuh besarnya. Mau tidak
mau dia jadi ingin tahu dan ingin membuktikan mana yang paling hebat di
antara dua kekuatan sakti yang mereka miliki.
"Cepat atau lambat saatnya akan datang. Tapi kapan.... Di mana...?"
MUSLIHAT CINTA IBLIS
64 Wiro bertanya sendiri dalam hati.
Perlahan-lahan Wiro membalik halaman keenam hingga kini dia sampai
pada halaman terakhir dari Kitab Putih Wasiat Dewa yakni halaman ketujuh.
Pada halaman ini tertera tulisan:
Musuh manusia yang kedua
adalah yang datang dari dalam,
yaitu dirinya sendiri.
Musuh ini lebih ganas dan lebih berbahaya dari musuh yang datang
dari luar. Dia bisa muncul dalam berbagai bentuk.
Namun semuanya berpangkal pada lupa diri.
Hanya manusia yang bertakwa dan kokoh iman yang sanggup lolos
dari malapetaka ini.
Renungkan Delapan Sabda Dewa.
Minta tolong dan minta ampun hanya pada Yang Satu.
"Kitab luar biasa..." kata Pendekar 212 sambil mengusap daun lontar
halaman terakhir Kitab Putih Wasiat Dewa berulang kali. Tiba-tiba nyala api
lampu minyak di hadapannya tidak bergoyang lagi.
"Ada yang datang. Sosok tubuhnya menutup mulut gua, menghalangi
tiupan angin!"
Pendekar 212 cepat tutup Kitab Putih Wasiat Dewa dan masukkan ke
balik baju hitamnya. Dia bangkit berdiri dan menyelinap ke balik legukan gua
di dinding kiri. Matanya membelalak sewaktu yang dilihatnya muncul di mulut
gua adalah kepulan asap putih yang serta merta membentuk sosok Datuk Rao
Basaluang Ameh dan Datuk Rao Bamato Hijau.
"Aneh, keduanya muncul tanpa didahului auman dan tiupan seruling," kata
MUSLIHAT CINTA IBLIS
65 Wiro dalam hati tapi dia cepat-cepat keluar dari balik legukan dinding gua
dan membungkuk menghormati kedatangan kedua makhluk dari alam gaib
itu. "Datuk...."
Datuk Rao Basaluang Ameh angkat tongkatnya memberi isyarat agar
Wiro tidak meneruskan ucapannya.
"Kami datang hanya sesaat. Lekas tinggalkan gua ini. Di satu bukit
yang terletak di sebelah tImur Kutogede ada sebuah rumah kayu. Raja
Obat alias Pangeran Soma berada di situ Dia berada dalam cengkeraman
bahaya besar Kalau kau tidak lekas datang ke sana menolongnya, aku
kawatir nyawanya tidak akan terselamatkan ...."
Wiro masih terkejut mendengar kata-kata yang diucapkan itu
sementara Datuk Rao Basaluang Ameh dan Datuk Rao Bamato Hijau
sudah lenyap dari hadapannya, tanpa auman, tanpa tiupan saluang.
MUSLIHAT CINTA IBLIS
66 SEMBILAN BERKAT ilmu "menembus pandang" yang didapatnya dari Ratu
Duyung, begitu berada di kaki bukit sebelah timur Kutogede dia
segera bisa menjajagi di mana letaknya rumah kayu itu. Tubuhnya
bergetar ketika samar-samar di dalam rumah kayu dia melihat sosok
Raja Obat tergeletak nyaris tanpa pakaian dalam keadaan sekarat.
"Apa yang terjadi dengan orang tua itu!" pikir Wiro. Laksana
terbang dia lari menuju ke atas bukit. Begitu sampai di depan rumah kayu
Pendekar 212 melabrak pintu dan melompat masuk. Sepasang
kakinya laksana dipantek di lantai rumah. Dua matanya membeliak.
Raja Obat tergeletak di atas ranjang beralas jerami kering tanpa
pakaian. Jubah putih yang biasa dikenakannya berkerimuk di bagian
bawah perut. basah oleh darah. Erangan kematian keluar dari
mulutnya. Dadanya turun naik dan nafasnya hanya tinggal satu-satu.
"Raja Obatl teriak Wiro seraya melompat mendekati ranjang. "Aku
Wiro! Apa yang terjadi"!
Sepasang mata Raja Obat yang terkatup hanya bergerak sedikit.
Pendekar 212 segera tempelkan dua telapak tangannya ke dada
orang tua itu lalu alirkan tenaga dalam. "Raja Obatl Jangan mati
Biang Biang Iblis 1 Pendekar Kembar 15 Tantangan Mesra Pedang Dan Kitab Suci 21
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama