Wiro Sableng 084 Wasiat Dewa Bagian 1
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212
Wiro Sableng Wasiat Dewa SATU LIDAH Tiga Bayangan Setan terjulur sedang kawannya si Elang Setan terbatuk-batuk
dengan mata basah memerah.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang"!" tanya Elang Setan.
"Aku bersumpah akan membunuh Pangeran keparat itu!" jawab Tiga Bayangan Setan.
"Jangan tolol! Tingkat kepandaiannya di atas kita! Apalagi kini dia memiliki
Kitab Wasiat Iblis itu...."
"Kita harus pergunakan akal! Cari kesempatan waktu dia lengah!"
"Kalau begitu kita terpaksa mengikuti kemana dia pergi!" kata Elang Setan pula.
"Aku benar-benar tidak suka ini! Pangeran jahanam! Mayatmu kelak akan kukupas!
Kulitmu kujembreng kujadikan mantel!" kertak Tiga Bayangan Setan. "Aku yakin
bisa membunuhnya. Ilmu Tiga Bayangan Setanku pasti bisa menaklukannya....
Ayo kita ikuti dia!"
Kedua orang itu segera mengejar Pangeran Matahari. Tahu orang mengikuti sang
Pangeran menghentikan langkah dan berbalik.
"Kenapa kalian mengikutiku"!" tanya Pangeran Matahari membentak dengan mata
melotot. "Maafkan kami. Bukankah kami merupakan anjing-anjing pengawalmu" Jadi kemana
Pangeran pergi kami harus mengikuti." jawab Tiga Bayangan Setan.
Pangeran Matahari menyeringai. Dalam hati dia berkata. "Siapa percaya pada
kalian! Menurut mauku sebaiknya kubunuh saja keduanya saat ini daripada
menyusahkan dikemudian hari. Tapi hemmm.... Sebelum mereka mampus ada baiknya
kuperalat lebih dulu...." Sang Pangeran lalu dongakkan kepala. Kedua matanya
dipejamkan tanda dia tengah berfikir keras. Lalu perlahan-lahan kepalanya
dipalingkan pada dua orang di depannya.
"Kalian berdua tak usah mengikuti aku!" kata Pangeran Matahari pula.
"Lalu... lalu apa yang kami lakukan" Menunggu sampai datangnya saat kematian
seratus hari dimuka tanpa kau memberi obat penawar" Pangeran harap kasihani
selembar nyawa kami..." kata Elang Setan setengah meratap.
"Kalian kembali ke sumur batu itu! Aku akan mengatur kedatangan seseorang...."
"Kembali ke sumur batu...?" ujar Elang Setan sambil memandang pada Tiga Bayangan
Setan. "Apa... apa yang kami lakukan di sumur itu?" Tiga Bayangan Setan ajukan
pertanyaan. "Tunggu sampai orang yang kumaksud itu datang!"
"Siapa dia adanya Pangeran?" tanya Elang Setan.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Seorang pemuda bernama Wiro Sableng, berjuluk Pendekar 212!"
"Pendekar 212 Wiro Sableng!" seru Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan hampir
bersamaan dengan muka berubah.
"Begitu dia muncul di sumur batu dia harus segera kalian bunuh!"
"Pangeran.... Pendekar 212 bukan manusia sembarangan...."
"Jika dia bukan manusia sembarangan apa berarti dia setan" Rupanya kalian
takut..." "Selama hidup kami tidak mengenal takut. Tapi dalam keadaan keracunan seperti
ini sulit bagi kami...."
"Setan alas! Aku tidak perduli apa kesulitan kalian! Kau punya satu kesulitan!
Aku punya seribu! Dan dengar, ada satu hal yang harus kalian ingat baik-baik.
Pendekar 212 harus tidak tahu kalau aku yang menyuruh kalian untuk membunuhnya!
Kalian dengar"!"
"Kami dengar," jawab Tiga Bayangan Setan.
"Bagus! Aku pergi sekarang!"
"Pangeran! Tunggu...!" seru Elang Setan.
"Kau tidak dapat memastikan kapan Pendekar 212 muncul. Jika sampai lewat seratus
hari dia tidak datang, kami sudah mati konyol akibat racun dalam tubuh. Kemana
kami harus mencarimu?"
"Manusia anjing! Kau tidak layak mengatur diriku! Jika aku tidak memberimu obat
penawar dalam waktu seratus hari berarti itu nasib kalian yang jelek! Ha... ha...
ha...!" Pelipis Tiga Bayangan Setan menggembung sedang rahang Elang Setan terkatup
rapat-rapat tanda kedua orang ini tengah berusaha menahan meledaknya amarah yang
saat itu membakar diri masing-masing. Pangeran Matahari bukannya tidak tahu hal
itu. Sambil menyeringai dia berkata. "Kalau kalian merasa terlalu lama menunggu
kematian sampai seratus hari di muka, aku bersedia mengirimmu ke liang neraka
saat ini juga!"
Lalu sang Pangeran mendongak dan angkat tangan kanannya.
"Tunggu!" seru Tiga Bayangan Setan.
"Jangan!" ujar Elang Setan cepat. "Kami akan mematuhi perintahmu. Kami akan
berjaga-jaga di sumur batu itu!"
"Bagus! Sekarang menggonggonglah dan kembali ke sumur itu!" Pangeran Mathari
balikkan diri lalu tinggalkan tempat itu.
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan menggonggong beberapa kali. Sambil keluarkan
suara menyalak seperti anjing itu tiba-tiba Tiga Bayangan Setan kepalkan kedua
tinjunya. Dengan cepat dua kepalan itu diangkat ke atas lalu saling diadu di
atas kepala. Tiga bayangan seperti asap mengepul di kepalanya. Dia hendak
keluarkan ilmu kesaktiannya yaitu melepas tiga makhluk raksasa jejadian tapi
Elang Setan cepat menarik dan menghempaskan kedua tangannya ke bawah. Tiga
bayangan raksasa serta merta lenyap.
"Jangan tolol! Kau mungkin bisa membokongnya dari belakang! Tapi kita berdua
tidak bakalan lolos dari kematian! Kau saksikan apa yang terjadi dengan Ratu
Pesolek!" Tubuh Tiga Bayangan Setan bergoncang keras akibat menahan kekuatan sakti yang
tadi dilepas dan kini terpaksa masuk kembali ke dalam tubuhnya.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Apa kau percaya dia bakal muncul memberi obat penawar racun yang ada di tubuh
kita?" sentak Tiga Bayangan Setan.
"Aku memang tidak percaya padanya! Tapi kita tak bisa berbuat apa-apa. Lebih
baik menghabiskan sisa hidup seratus hari sambil mencari jalan dari pada
langsung mampus saat ini juga!" jawab Elang Setan.
Dengan menghentakkan kaki Tiga Bayangan Setan kembali ke sumur batu.
Saking kesalnya tongkat sakti Wesi Ketatton yang tergeletak di tanah milik Jarot
Ampel yang mati dibunuhnya beberapa waktu lalu diinjaknya hingga amblas ke dalam
tanah. "Aku bersumpah akan mengorek jantung Pangeran keparat itu Tiga Bayangan Setan.
Lalu kita santap bersama-sama! Sekarang kita terpaksa bersabar..." kata Elang Setn
setengah membujuk sambil pegang bahu saudara angkatnya itu.
"Aku akan bersamadi," kata Tiga Bayangan Setan pula. "Mungkin arwah guru yang
ada di dalam sumur bisa memberi petunjuk."
"Aku memilih tidur saja..." kata Elang Setan pula lalu duduk bersandar pada kaki
sebatang pohon.
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa DUA PENDEKAR 212 Wiro Sableng hentikan larinya. Dia memandang berkeliling sambil
dongakkan kepala menghirup udara pagi dalam-dalam.
"Aneh... di rimba belantara begini ada bau harum," katanya dalam hati sambil terus
menghirup dan mencium. Hidungnya kelihatan kembang kempis dan mulutnya
termonyong-monyong. "Mungkin ada bidadari yang kebetulan turun ke hutan ini"
Heh.... Aku rasa-rasa pernah mencium bau harum seperti ini sebelumnya...."
Murid nenek sakti Eyang Sinto Gendeng dari puncak Gunung Gede ini angkat tangan
kanannya ke atas. Telapak dikembangkan dan diputar-putar ke berbagai jurusan.
Di satu arah dia hentikan gerakannya ketika terasa dingin. "Angin bertiup dari
arah sana. Berarti bau harum itu datang dari situ."
Wiro melangkah ke jurusan yang diduganya sebagai sumber datangnya bau harum.
Pada langkah kedua belas telinganya menangkap suara air mengucur. "Mungkin ada
pancuran di sebelah sana..." pikir Wiro. Dia berjalan terus hingga langkahnya
sampai di hadapan batu-batu besar dan semak belukar. Suara air mengucur dan bau
harum justru datang dari balik batu. Lalu sesekali terdengar suara orang
menyanyi. Suara perempuan. Wiro bergerak ke sebelah kanan batu. Ketika serumpun
daun keladi hutan disibakkannya, sang pendekar hampir keluarkan seruan tertahan.
Cepat Wiro tutup mulutnya dengan tangan kiri tapi sebaliknya sepasang matanya
terbuka lebar-lebar.
"Di dalam hutan ada pemandangan begini hebat! Rejekiku besar sekali hari ini!"
kata Wiro dalam hati lalu dia mencari tempat yang lebih baik agar bisa melihat
lebih jelas. Di bawah sana, hanya sejarak kurang dua puluh langkah dari tempat Wiro mengintai
ada sebuah telaga kecil. Pada sisi kanan telaga terdapat dinding batu yang tak
seberapa tinggi. Dari bagian atas batu mengucur air membentuk sebuh air terjun
kecil. Telaga kecil itu dikelilingi batu-batu besar berbentuk rata. Di salah satu batu
berdiri seorang gadis tinggi semampai yang sambil menyanyi-nyanyi kecil membuka
gulungan rambutnya. Ternyata dia memiliki rambut berwarna pirang, digerai lepas
sampai ke pinggang. Dia mengenakan pakaian biru tipis. Pakaian, tubuh dan
rambutnya menebar bau harum yng tercium sampai ke hidung Wiro.
"Rambut dan bau wangi itu..." desis Wiro. "Sayang dia membelakangi. Aku tak dapat
melihat wajahnya. Tapi jika melihat pada bentuk dan warna pakaiannya... aku hampir
pasti dia adalah...."
Ucapan membatin murid Sinto Gendeng terputus. Dadanya berdebar keras-keras
dilihatnya sambil terus bernyanyi-nyanyi kecil gadis itu mulai membuka pakaian
birunya. Si gadis hanya membuka bagian atas lalu membiarkan pakaian itu lepas dan merosot
jatuh ke atas batu.
Wiro tekap mulutnya dengan tangan kiri sementara tangan kanan menggaruk kepala
habis-habisan. Sepasang matanya melotot tidak berkesip dan seperti mau melompat
dari rongganya.
"O ladalah! Benar-benar polos. Bagaimana aku bisa tahan menyaksikan pemandangan
ini. Apakah aku harus ikut-ikutan membuka pakaian dan menyebur ke dalam telaga"
Memandang terus-terusan bisa membuat aku jadi setengah gila!" murid Bastian Tito
Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Sinto Gendeng tarik nafas panjang. Dua lututnya bergetar. Ketika dia coba
menggeser kakinya, tiba-tiba tanah yang dipijaknya bergerak longsor.
"Celaka!" Wiro keluarkan seruan tertahan. Dia cepat mengimbangi diri dan
berusaha menggapai batu di sampingnya tapi batu itu licin. Tangannya luput
sementara tanah di bawah kedua kakinya semakin keras longsornya. Tak ampun lagi
sang pendekar jatuh terperosok. Tubuhnya meluncur sampai sepuluh langkah, ketika
dia coba melompat tubuhnya terpelanting karena tanah yang dipijaknya ternyata
basah dan licin. Tak ampun lagi sepuluh langkah ke bawah tubuhnya tergulingguling. Wiro tergeletak jatuh tepat di samping batu di mana gadis berambut
pirang baru saja menanggalkan pakaiannya.
Si gadis menjerit keras. Secepat kilat ia menyambar pakaian dan mengenakannya
kembali. Pada saat sosok Wiro tergeletak di samping batu di bawahnya si gadis
keluarkan teriakan marah.
"Pemuda lancang! Minta mati berani mengintai orang mandi!"
Begitu berteriak si gadis hantamkan tumit kanannya ke leher Wiro. Ini merupakan
satu serangan maut yang dalam keadaannya seperti itu tak mungkin dielakkan oleh
Pendekar 212 Wiro Sableng. Murid Sinto Gendeng hanya bisa berteriak dan coba
lindungi lehernya dengan lengan kanan. Tapi ketika diangkat tangannya tertahan
oleh ujung batu!
"Tamat riwayatmu pengintai lancang!"
Wiro hanya bisa melotot menunggu kematian. Tiba-tiba si gadis yang lancarkan
serangan maut tahan gerakan kaki kanannya. Matanya masih mendelik dan wajahnya
yang cantik masih terbungkus hawa marah. Tapi dari mulutnya kemudian terdengar
seruan. "Kau!"
Kalau tadi Wiro merasa nyawanya seolah sudah terbang dan wajahnya sudah sepucat
mayat, kini dia menarik nafas lega dan berusaha bangkit dengan cepat.
"Wiro Sableng! Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212!"
Wiro sesaat tertegun lalu balas berteriak. "Bidadari Angin Timur!"
"Demi Tuhan! Aku tidak menyangka kalau kau orangnya yang berlaku kurang ajar!
Berani mengintip perempuan mandi!"
Wiro berdiri. "Tunggu.... Jangan salah sangka!"
"Kau sudah tertangkap tangan! Masih hendak mungkir"!"
Wiro garuk-gruk kepala. "Tidak, tunggu dulu. Biar aku jelaskan. Aku tadi berada
di hutan sebelah sana. Ketika berjalan aku mencium bau harum. Aku ingat betul
bau itu adalah harumnya tubuh, rambut dan pakaianmu...." Sampai disitu Wiro
hentikan ucapannya. Wajah gadis cantik di hadapannya dilihatnya tidak berubah.
Dia lalu meneruskan. "Kemudian kudengar ada suara air mengucur, juga suara
perempuan menyanyi. Aku sampai dekat batu besar di atas sana. Ketika memandang
ke bawah kulihat sosok tubuhmu. Karena kau membelakangi aku tak segera
mengenali. Lalu tiba-tiba tanah yang kupijak longsor. Aku jatuh sampai ke sini....
Percayalah aku tidak berbuat kurang ajar mengintipmu! Semua serba tidak
sengaja...."
"Kau tidak berdusta?" tanya si gadis.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Aku bersumpah tidak berdusta!" jawab Wiro seraya angkat kedua tangannya ke
atas. "Lagi pula kalaupun hal ini terjadi, mengingat hubungan kita dimasa lalu
kurasa kau bisa memaafkan...."
Si gadis diam saja. Dalam hati Wiro jadi bertanya-tanya. Kemudian dilihatnya
gadis itu tersenyum dan rapatkan pakaian birunya.
"Kalau kau mau mandi silahkan saja. Aku akan pergi dari sini sampai kau
selesai...."
"Ada apa kau tahu-tahu bisa muncul di tempat ini Wiro?" tanya si gadis.
"Aku sengaja mengambil jalan pintas. Aku dalam perjalanan ke sebuah pulau di
pantai laut selatan. Kau sendiri mengapa berada disini?"
Si gadis menarik nafas panjang. Sambil menyisir rambut pirangnya dengan jarijari tangan kanan dia berkata. "Dunia ini sempit juga rupanya. Buktinya kita
bisa bertemu secara tidak terduga dalam rimba belantara ini. Aku dalam
perjalanan ke Kartosuro...."
"Hemm.... Rupanya kau punya urusan penting di sana."
"Sangat penting Wiro. Aku harus pergi ke sebuah bukit kecil di luar Kartosuro.
Ada satu tugas maha besar yang harus kuselesaikan...."
Pendekar 212 ingat akan pertemuannya dengan Si Raja Penidur, Sinto Gendeng dan
Kakek Segala tahu di puncak Merbabu beberapa waktu lalu.
Sambil tersenyum Wiro berkata. "Rasanya aku tahu urusan apa kau pergi ke bukit
kecil di pinggiran Kartosuro itu."
"Hah"! Kau malang melintang kemana-mana. Punya banyak kenalan orang-orang
pandai. Tidak heran kalau kau mungkin tahu apa urusanku. Tapi aku mau menguji.
Coba kau sebutkan!" kata si gadis pula.
Wiro garuk-garuk kepalanya. "Aku mendengar tentang sebuah kitab sakti bernama
Kitab Wasiat Iblis. Kabarnya berada di bukit itu. Tersimpan secara aneh dalam
sebuah sumur...."
Paras si gadis berubah.
Wiro Sableng 084 Wasiat Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Parasmu berubah, berarti dugaanku betul!" kata Pandekar 212.
"Kau memang hebat! Aku tidak akan menanyakan bagaimana kau bisa menduga begitu
tepat...."
"Mencari sebuah benda keramat atau benda sakti sama saja dengan mengadu nyawa.
Kau harus hati-hati kalau memang bermaksud mendapatkan kitab itu."
"Eh, mengapa kau bilang begitu Wiro?"
"Aku yakin bukan kau saja yang menginginkan kitab sakti itu. Pasti banyak orangorang lain berkepandaian tinggi. Jika satu benda dicari oleh banyak orang
berarti akan terjadi perebutan. Perebutan berarti pertumpahan darah...!"
"Hemmm.... Kau mungkin betul. Tapi aku tidak takut mengadu nasib!"
"Aku tahu kau memiliki kepandaian tinggi. Walau begitu tetap saja harus berhatihati. Karena kalau kau bisa mendapatkan kitab itu, yang lain-lain bisa bergabung
dan mengeroyokmu untuk merampas kitab itu."
"Terima kasih atas nasihatmu. Kau sendiri tidak berminat mendapatkan kitab sakti
itu?" tanya si gadis pula.
Wiro garuk-garuk kepala "Tentu saja ada keinginan. Tapi sayangnya disaat yang
bersamaan ada hal lain yang lebih penting harus dikerjakan...."
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Aku tidak secerdikmu. Jadi tidak bisa menduga apa urusanmu itu. Apa kau mau
mengatakan...?"
Wiro Sableng tertawa. Lalu menjawab. "Mohon dimaafkan, aku tidak bisa
mengatakannya padamu."
"Juga mengingat hubungan kita di masa lalu?" ujar si gadis.
Wiro garuk-garuk kepala. "Sampai saat ini kau tidak pernah memberitahu siapa
namamu. Aku memberi panggilan padamuu Bidadari Angin Timur. Karena kau secantik
bidadari dan gerakanmu secepat angin...."
"Kau boleh terus memanggilku dengan nama itu..."ujar si gadis seraya tersenyum.
(Siapa adanya gadis yang diberi nama Bidadari Angin Timur ini harap baca serial
Wiro Sableng berjudul Guci Setan)
Wiro tatap lekat-lekat wajah yang tersenyum itu. "Bidadari Angin Timur..."
katanya dalam hati. "Kecantikanmu sejak dulu tak pernah kulupakan. Justru pada
pertemuan ini mendadak rasa rinduku menggelora. Gila betul!" Di hadapannya si
gadis masih tersenyum. "Senyum itu menimbulkan munculnya dua lesung pipit di
wajahnya. Hemmm... Dua lesung pipit itu sepertinya...."
"Kau seoleh termenung memikirkan sesuatu. Kau tak mau lagi memanggil diriku
dengan sebutan Bidadari Angin Timur itu?"
"Ah, tentu saja mau!" jawab Wiro cepat. Lalu dengan polos dia berkata. "Terus
terang aku tidak pernah melupakan dirimu sejak pertemuan kita gara-gara Guci
Setan itu...."
Satu getaran aneh yang tak pernah dirasakan sebelumnya menjalari dada Pendekar
212 Wiro Sableng. "Gila, mengapa aku tiba-tiba begitu kangen pada gadis ini.
Ingin memeluknya, ingin menciumnya. Apakah aku sudah jatuh cinta atau Cuma.... Ah!
Bagaimana ini!" Wiro lagi-lagi garuk-garuk kepala.
Apa yang ada dalam pikiranmu Wiro..." tanya Bidadari Angin Timur perlahan seraya
menatap dalam-dalam ke mata sang pendekar membuat Wiro jadi salah tingkah.
"Aku... aku juga gembira mengetahui kau selalu ingat padaku..." jawab Wiro.
"Pertemuan ini satu hal yang sangat berarti bagiku."
"Bagiku juga... Lalu, apakah kau mau menyertaiku ke Kartosuro?"
"Tentu...tentu saja aku mau.... Tapi...." Wiro ingat akan tugas dari tiga tokoh silat
yang salah satu adalah gurunya sendiri.
"Ah, hatimu bimbang. Aku tak ingin memaksa. Mungkin lain waktu kau mau berjalan
bersamaku lagi...." Suara Bidadari Angin Timur terdengar sedih.
Hati Pendekar 212 jadi luluh. Ketika si gadis membalikkan tubuhnya Wiro cepat
pegang tangannya dan berkata.
"Saat ini kau lebih penting bagiku. Aku akan antarkan kemana kau ingin pergi."
"Sungguh?" tanya Bidadari Angin Timur ingin kepastian sambil pegang jari-jari
tangan sang pendekar.
Wiro anggukkan kepala. Si gadis dekapkan kedua tangannya ke pipi Wiro lalu
perlahan-lahan menarik wajah sang pendekar hingga akhirnya dua bibir mereka
saling bertemu.
"Aneh... Mengapa dia jadi begini berani" Karena gembira aku mengantarkannya ke
Kartosuro" Atau karena kangen. Atau...."
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Murid Sinto Gendeng tak bisa berfikir lebih lama karena saat itu pelukan dan
ciuman Bidadari Angin Timur membuat dirinya serasa terbakar. Ketika dia balas
merangkul tubuh si gadis, Bidadari Angin Timur miringkan tubuhnya ke samping
hingga tak ampun lagi keduanya masuk ke dalam telaga.
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa TIGA AKU mencium bau busuk..." kata Wiro. Bidadari Angin Timur hentikan langkahnya.
Dia mendongak sebentar lalu menunjuk ke arah kiri. "Datangnya dari arah sana.
Mari kita selidiki...."
Kedua orang itu dengan cepat bergerak menuju datangnya sumber bau busuk di
lereng bukit kecil. Tiba-tiba si gadis hentikan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Wiro.
"Ada mayat yang sudah tak karuan rupa bergeletakan di sana...."
Wiro sibakkan semak belukar dan memandang ke arah yang ditunjuk Bidadari Angin
Timur. "Bukan hanya satu mayat. Ada tiga... empat... Mungkin lebih. Sudah membusuk.
Dikerubungi belatung dan lalat...." Wiro meludah ke tanah. "Sebagian hanya tinggal
tulang belulang belaka...."
"Mengerikan sekali keadaan di tempat ini...."
"Sebaiknya kita pergi saja," kata Wiro.
"Tunggu! Wiro lihat..." suara gadis di sebelahnya terdengar bergetar.
"Apa...?"
"Di sebelah sana. Sumur batu.... Aku merasa pasti itu sumur yang aku cari.
Tempat tersembunyinya Kitab Wasiat Iblis," bisik si gadis.
Wiro memandang ke arah sumur batu itu. Lalu memperhatikan keadaan sekelilingnya.
Sunyi kecuali suara lalat yang beterbangan di atas bangkai-bangkai manusia itu.
"Kau tunggu di sini. Aku akan menyelidik. Jika kuberi tanda baru bergerak." Si
gadis anggukkan kepala dan berbisik. "Hati-hati. Jangan kau biarkan aku
sendirian terlalu lama disini." Gadis ini lepaskan pegangannya pada lengan Wiro.
Wiro cepat mendekati sumur batu, melangkahi mayat-mayat yang membusuk.
"Gelap, berkabut.... Sumur ini pasti dalam sekali." Kata Wiro dalam hati begitu
dia berdiri di tepi sumur dan memandang ke dalamnya. "Apa betul Kitab Wasiat
Iblis itu ada di dalam sumur ini" Bangkai-bangkai manusia itu. Siapa mereka"
Korban saling bunuh antara pemburu kitab sakti?" Wiro perhatikan bagian sebelah
atas sumur yang agak terang. Dia melihat ada ulir berbentuk tangga menurun
sepanjang dinding sumur.
"Aku tidak berminat mendapatkan kitab itu. Tapi kalau jalan ke dasarnya mudah
apa salahnya menyelidik. Hanya saja dari dalam sumur aku mencium bau busuk.
Pasti ada mayat di dalam sana...."
Wiro berpaling ke arah semak-semak tempat tadi dia meninggalkan Bidadari Angin
Timur. "Sahabatku cantik! Silahkan datang ke sini! Wiro memanggil.
Tak ada jawaban.
"Bidadari Angin Timur! Aku di sini!" seru Wiro. Dia menunggu sesaat. "Eh, apa
gadis itu sudah dicekik hantu bisu hingga tak bisa menjawab"!" Wiro memanggil
lebih keras. "Bidadari Angin Timur!"
Tiba-tiba dari balik semak belukar terdengar suara tawa bergelak, membuat
Pendekar 212 terkejut bukan main.
"Ada sesuatu yang tidak beres!" pikir murid Sinto Gendeng. Dia cepat melangkah
ke arah semak belukar tempat tadi dia meninggalkan Bidadari Angin Timur. Namun
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa belum sempat dia mencapai tempat itu dari balik semak belukar muncul dua orang
bertampang angker.
Orang pertama mengenakan jubah hitam. Memiliki mata kanan membeliak besar
sebaliknya mata kiri hampir tertutup. Kepalanya botak aneh karena hanya yang
sebelah kiri sedang bagian kanan memiliki rambut panjang awut-awutan. Mukanya
sebagian tertutup kumis dan cambang bawuk lebat.
"Manusia apa ini, jelek angker. Ada tiga guratan pada keningnya..." kata Wiro
dalam hati. Dia berpaling pada orang kedua. Yang pertama sekali diperhatikannya
adalah bentuk sepasang tangan orang itu. Selain ditumbuhi bulu lebat dua tangan
itu tidak berbentuk tangan manusia tapi berupa cakar berkuku hitam runcing.
Daging wajah orang ini hancur seperti dicacah sedang hidungnya tinggi bengkok.
Sepasang matanya mengerikan karena bagian bawahnya menggembung merah dan selalu
basah . "Aku rasa-rasa kenal dua kadal angker ini", membatin Wiro.
Yang membuat Pendekar 212 jadi tersentak kaget ialah karena dua manusia tak
dikenal itu keluar dari semak belukar sambil menyeret bidadari Angin Timur.
"Bidadari!" seru Wiro seraya hendak melompat. Tapi dua orang yang menyeret si
gadis lebih dulu menyongsong menghadang, melepas si gadis begitu saja hingga
jatuh tertelungkup di tanah.
"Dia tidak bergerak, juga tidak bersuara! Pasti dua keparat itu telah
membokongnya dengan totokan hebat!"
"Siapa kalian"!" Bentak Bentak Wiro." Apa yang kau lakukan terhadap sahabatku"!"
Dua orang yang dibentak menyeringai. Si jubah hitam membuka mulut. "Jawaban
pertama aku yang menjawab. Aku datuk dunia persilatan dikenal denagn Tiga
Bayangan Setan!"
"Cocok!" seru Wiro.
Tiga Bayangan Setan kerenyitkan kening dan pelototkan matanya yang gembung."Apa
maksudmu cocok"!"
"Mukamu memang seperti setan!"
"Kurang ajar!" Tiga Bayangan Setan menggembor marah dan langsung hendak
menyerang Wiro. Tapi teman disebelahnya berkata."Kau belum memperkenalkan
diriku..."
Mulut Tiga Bayangan Setan komat-kamit sebentar baru bicara. "Dia dikenal dengan
julukan Elang Setan!"
"Aha! Juga cocok! Muka seperti setan tangan seperti cakar elang. Boleh aku
bertanya...?"
"Bangsat!"
Kau mau tanya apa"!" bentak Elang Setan.
"Dengan tangan seperti itu bagaimana kau menyuap makanan" Lalu satu lagi...
bagaimana kau cebok"! Lalu kulihat cakar kelingking kirimu buntung. Apa patah
waktu kau ngupil"!"
"Setan alas minta mampus!" Elang Setan berteriak keras lalu melompat sambil
tangan kanannya membeset kearah leher Wiro.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Murid Eyang Sinto Gendeng maklum kehebatan cakar lawan. Waktu sinar hitam dan
merah bertabur keluar dari tangan kanan Elang dia cepat mundur dua langkah
sambil dorongkan tangan kanan melepas pukulan "benteng topan melanda samudera".
Elang Setan Keluarkan seruan tertahan ketika merasakan ada satu gelombang angin
laksana tembok yang tak kelihatan menahan gerakannya. Ketika dia kerahkan tenaga
untuk menembus kedua kakinya malah terangkat ke atas.
"Kurang ajar!" Kau kira aku tidak sanggup menembus pertahananmu!" teriak Elang
Setan. Dia melesat dua tombak ke atas lalu jungkir balik di udara. Di lain kejap
tubuhnya meluncur laksana sebatang tombak. Dua tangan terpentang lurus. Satu
diarahkan ke muka Wiro, satunya lagi ke bagian dada tepat di arah jantung.
Sebelum serangan sampai dua larik sinar merah bercampur hitam menerpa lebih
dahulu! "Serangan ganas! Dia hendak mencakar hancur mukaku dan menjebol dadaku!"
Wiro kertakkan rahang. Cepat dia bergerak ke samping kiri. Dia merasa angin
menggidikan menampar mukanya sebelah sewaktu serangan cakar elang lawan lewat di
samping kepalanya.
Ternyata serangan Elang Setan kearah muka tipuan belaka. Dia sengaja
memperlambat gerakan serangannya agar mudah dihindar. Namun bersamaan dengan itu
cakar setan tanmgan kanannya melesat ke dada.
"Serahkan jantungmu!" teriak Elang Setan sambil tertawa bergelak karena dia
yakin serangan mautnya itu akan berhasil.
Sadar kalau dia tak bisa menghindarkan diri dari serangan lawan maka Wiro cepat
kerahkan tenaga dalam. Tangan kirinya bergerak, memukul ke atas.
Dua lengan beradu keras.
"Bukkk!"
Suara tawa Elang Setan mendadak sontak terputus berganti dengan seruan
kesakitan. Tubuhnya terpental sampai empat langkah lalu terjengkang di tanah.
Walau sangat kesakitan tapi dia cepat melompat berdiri. Dalam hati dia merasa
tidak percaya. Sepasang lengannya itu kebal terhadap segala macam rasa sakit. Waktu Pangeran
Matahari menghantamkan tangannya ke sumur batu, justru bibir sumur batu yang
gompal sementara lengannya sendiri tidak cidera. Tapi kini bentrokan dengan
lengan Wiro dia merasa sakit bukan main. Yang lebih membuatnya sakit hati, di
hadapannya dilihatnya Wiro masih tetap berdiri walau lengan kirinya tampak
membengkak merah.
Elang Setan melompat ke samping Tiga Bayangan Setan dan berbisik. "Manusia ini
benar-benar berbahaya. Sesuai tugas kita harus membunuhnya saat ini juga!"
Apa yang dibisikan Elang Setan sempat terdengar oleh Wiro. Sang Pendekar serta
merta membentak.
"Siapa yang menugaskan kalian membunuhku" Siapa yang membayar kalian"!"
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa EMPAT TIGA Bayangan Setan dan Elang Setan sama-sama menyeringai. "Telingamu tajam juga
rupanya!" ujar Tiga Bayangan Setan. "Siapa yang menugaskan kami membunuhmu tak
usah kau tanyakan. Jika masih penasaran nanti tanyakan saja pada setan kuburan!
Ha... ha... ha...!"
Elang Setan pegang bahu saudara angkatnya itu lalu berkata. "Tapi mungkin kita
akan mempertimbangkan untuk tidak membunuhnya kalau dia menyerahkan barang
berharga yang dimilikinya...."
"Apa maksudmu"!" bertanya Wiro sambil melirik ke arah sosok Bidadari Angin Timur
yang tertelungkup tak berdaya, tak bisa bergerak tak mampu bersuara. Dalam hati
Wiro membatin. "Setahuku gadis itu memiliki kepandaian tinggi. "Gerakannya
laksana kilat. Kalau dia bisa dilumpuhkan begitu rupa berarti dua manusia
keparat ini memiliki kepandaian luar biasa. Aku harus berlaku hati-hati."
"Kami mendengar kau membekal satu senjata mustika berupa kapak sakti bermata dua
berikut pasangannya batu api hitam mukjizat. Kalau kau mau menyerahkan dua benda
itu pada kami, kami akan mengampuni selembar nyawamu!" Yang bicara adalah Tiga
Bayangan Setan.
Mendengar ucapan Tiga Bayangan Setan Wiro segera maklum kalau dua orang di
hadapannya sudah mengetahui siapa dirinya. "Apa yang kumiliki tidak untuk
dipertukarkan. Tapi jika kalian berdua memaksa bagaimana kalau dua benda itu aku
tukar dengan dua nyawa kalian!" Habis berkata begitu Wiro tertawa gelak-gelak.
Tiga Bayangan Setan maju selangkah. "Kau mau nyawaku silahkan ambil! "Dia
pentang dada dan menantang. "Kau mau berbuat apa unutuk ambil nyawaku silahkan
lakukan! "Pilih tempat yang empuk agar nyawaku enak keluarnya. Ha...ha...ha!"
"Manusia jelek gundul sebelah! Kau akan menyesal berani bicara keliwat takabur!"
Begitu selesai bicara Pendekar 212 Wiro Sableng melompat ke depan. Tangan
kanannya melesat dalam jurus "kepala naga menyusup awan." Yang di arah adalah
Wiro Sableng 084 Wasiat Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dada Tiga Bayangan Setan, tepat di bagian jantung.
"Bukkk!"
Tubuh Tiga Bayangan Setan mencelat sampai dua tombak. Sesaat dia terkapar dan
tersandar ke dinding sumur batu. Wajahnya yang angker sama sekali tidak
menunjukkan bayangan rasa sakit, malah melontarkan seringai mengejek. Dari
mulutnya tak ada darah yang mengucur.
"Seharusnya jantungnya pecah dan saat ini sudah konyol! Gila! Ilmu kebal apa
yang dimiliki setan alas gundul sebelah ini"!" ujar Wiro dalam hati sambil
perhatikan tinju kanannya.
Tiga Bayangan Setan keluarkan tawa bergelak lalu berdiri: Dia berpaling pada
Elang Setan dan berkata. "Berikan tombak Wesi Ketaton itu padanya..."
Elang Setan mengambil tombak besi yang separuh amblas di tanah lalu
melemparkannya pada Pendekar 212 Wiro Sableng. Cara Elang Setan melemparkan
Senjata itu tidak sembarangan. Salah tangkap atau kurang cepat memegangnya
bagian runcing atau bagian yang berbentuk pisau tipis melingkar bisa membabat
leher Wiro. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Sambil merunduk Wiro tangkap tombak yang dilemparkan dengan tangan kiri.
"Astaga! Setahuku ini adalah senjata Tubagus Kasatama, orang tua bergelar Dewa
Berjubah Kuning Berongkat Besi!" membatin murid Sinto Gendeng begitu dia pegangi
dan perhatikan tongkat besi dalam genggamannya."Apa yang terjadi-dengan orang
tua kepercayaan Keraton itu?"
"Kau mengenali senjata itu Pendekar 212?" tanya Tiga Bayangan Setan.
"Dan kau ingin tahu dimana pemiliknya sekarang berada, apa yang telah terjadi
dengan dirinya"!" menimpali Elang Setan sambil usap-usap lengannya yang masih
sakit akibat bentrokan dengan Wiro tadi.
"Apa yang telah kalian lakukan terhadap orang tua itu"!" sentak Wiro.
Tiga Bayangan Setan tertawa panjang. "Kau tak usah khawatir keadaan orang tua
itu. Saat ini pasti dia sehat-sehat dan tenang-tenang berada di dalam akhirat!"
"Jadi kalian telah membunuhnya"!" Wiro melotot besar.
"Saudara angkatku hanya mengorek jantungnya dari dalam dadanya. Kalau dia
kemudian menemui kematian mana bisa kami dipersalahkan!" Tiga Bayangan Setan dan
Elang Setan lalu tertawa terbahak-bahak.
"Jahanam!" rutuk Wiro. Sebagai orang yang punya hubungan dekat dengan Keraton di
barat dan timur, Wiro kenal baik dengan Tubagus Kasatama alias Dewa Berjubah
Bertongkat Besi. Saking marahnya Wiro kerahkan tenaga dalam dan siap untuk
lepaskan "pukulan sinar matahari" kearah Tiga Bayangan Setan. Tapi di depan
sana, sambil bersandar ke dinding sumur Tiga Bayangan Setan kembali menantang.
"Pukulanmu tadi terlalu empuk! Sungguh memalukan karena dilepas oleh orang yang
katanya punya nama besar dalam dunia persilatan dan sampai dijuluki Pendekar
Kapak Maut Naga Geni 212. Ternyata kau tidak punya kepandaian apa-apa! Bagaimana
selama ini kau bisa menipu dunia persilatan"!"
Murid Sinto Gendeng merasa terbakar. Dia melangkah dekati Tiga Bayangan Setan.
"Nah, nah! Ternyata kau masih punya nyali untuk melawanku. Silahkan pergunakan
tombak sakti itu! Kau boleh menusuk tubuhku dengan ujung yang runcing, atau
membabat putus leherku dengan bagian yang bulat pipih setajam mata pisau!"
"Manusia sombong! Aku mau tahu sampai dimana kehebatanmu!" Wiro pindahkan tombak
Wesi Keraton ke tangan kanannya. Karena tangan itu telah dialiri tenaga dalam
penuh maka tombak sakti sampai mengeluarkan cahaya hitam menggidikkan.
"Kau boleh pilih bagian yang kau suka! Mukaku, dada atau perut! Atau kau suka
bagian di bawah perutku"!" Tiga Bayangan Setan tertawa bergelak. Dia memandang
tak berkesip ketika Wiro dengan kecepatan kilat melompat ke hadapannya. Tongkat
besi di tangan kanan ditusukkan ke arah kening Tiga Bayangan Setan dimana
terdapat tiga guratan aneh!
Kepala Tiga Bayangan Setan seolah terlontar ke belakang tapi tubuhnya tetap tak
beranjak dari dinding sumur batu. Bersamaan dengan kilatan aneh keluar dari tiga
guratan di keningnya. Lalu terdengar suara berdentrang. Ujung runcing tombak
yang ditusukkan Wiro ke kening orang itu patah. Wiro sendiri merasakan tangannya
bergetar keras dan seolah memegang besi panas hingga dia terpaksa lepaskan
senjata itu. Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Menyaksikan tombak sakti bisa patah sedang kening Tiga Bayangan Setan tidak
cedera sedikitpun, Pendekar 212 ambil keputusan untuk lancarkan serangan sakti
berupa "pukulan sinar matahari" yang selama ini sulit dicari tandingannya dan merupakan
pukulan sakti dikenal paling mematikan dalam rimba persilatan.
Sebagai tokoh silat golongan hitam yang menjadi menjadi momok dimana-mana tentu
saja Tiga Bayangan Setan segera menduga pukulan sakti apa yang hendak
dikeluarkan lawan begitu dilihatnya tangan kanan Pendekar 212 berubah menjadi
putih berkilau laksana perak mendidih!
"Pukulan sinar matahari! Aku sudah lama mendengar kehebatannya. Tapi kalau tidak
dibuktikan mana aku mau percaya!" ujar Tiga Bayangan Setan.
"Manusia setan ini benar-benar sangat takabur!" kata murid Sinto Gendeng yang
jadi kalap karena dipandang enteng begitu rupa. Seluruh tenaga dalam
disalurkannya ke tangan kanan. Didahului teriakan lantang tangan itu dihantamnya
ke depan! "Wusss! Sinar putih menyilaukan disertai panas luar biasa berkiblat menghantam Tiga
Bayangan Setan yang saat itu masih berdiri bersandar ke dinding sumur batu.
Meski percaya diri namun Tiga Bayangan Setan tidak mau berlaku ayal.
Tubuhnya melesat ke atas setinggi dua tombak. Dua tangannya mengepal lalu
diadukan satu sama lain di atas kepala.
Pukulan sinar matahari menghantam sumur batu hingga hancur berkeping-keping.
Walau pukulan sakti itu tidak mengenai sasarannya namun hawa panas membuat kaki
jubah hitam yang dikenakan Tiga Bayangan Setan hangus! Sementara itu hancuran
sumur bertebar ke berbagai penjuru menutupi pemandangan.
"Jahanam! Pukulan sakti itu benar-benar berbahaya!" rutuk Tiga Bayangan Setan
walau tubuhnya tidak cidera sedikitpun.
Mau tak mau hati Pendekar 212 Wiro Sableng diam-diam jadi tergetar juga melihat
lawan sanggup meloloskan diri dari pukulan saktinya.
Dua kepalan Tiga Bayangan Setan meletup keluar tiga sosok yang mula-mula berupa
asap namun dalam waktu sekejapan saja berubah menjadi tiga sosok makhluk
berbentuk raksasa, rambut riap-riapan, taring mencuat dan mata merah. Ketiganya
keluarkan suara menggereng lalu serentak ulurkan tangan kanan, memukul kearah
batok kepala Pendekar 212 Wiro Sableng!
Seumur hidup baru sekali ini murid Sinto Gendeng melihat ilmu hitam begitu
hebat. Dia melompat jauhkan diri. Ketika Tiga Bayangan Setan berusaha menyergap
dan tiga raksasa jejadian lancarkan serangan Wiro langsung menghantam dengan
"pukulan sinar matahari"!
Wusss!" Sinar putih dan panas berkiblat. Tiga Bayangan Setan jatuhkan diri ke tanah.
Tiga makhluk raksasa keluarkan raungan keras.
"Bummmm!"
"Bummmm!"
Dua ledakan keras menggelegar.
Tiga Bayangan Setan jatuh terbanting ke tanah. Makhluk raksasa di sebelah kiri
dan kanan mental seolah-olah tanggal dari batok kepalanya, berubah jadi asap.
Tapi Bastian Tito
Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa makhluk raksasa yang di sebelah tengah tetap utuh. Malah didahului raungan keras
dia melesat ke depan. Kalau sebelumnya sosoknya sampai sedada kini makhluk
rakasasa jejadian ini keluar utuh dari batok kepala Tiga Bayangan Setan
sementara dua temannya tadi musnah akibat hantaman pukulan sakti yang dilepaskan
Wiro perlahan-lahan kembali ke bemtuknya semula!
"Bunuh!" teriak Tiga Bayangan Setan.
Makhluk raksasa yang di tengah menghantam kearah Wiro.
"Jin dan segala macam makhluk jejadian takut dengan api!" Pikiran itu tiba-tiba
muncul di benak Wiro. Secepat kilat dia mengeluarkan Kapak Maut Naga Geni 212
dan batu hitam pasangannya. Mata kapak kalau diadu dengan batu hitam akan
mengeluarkan lidah api. Inilah yang dilakukan segera oleh Wiro. Namun sebelum
tangannya bergerak Tiga Bayangan Setan berteriak memberi perintah.
"Rampas!"
Pendekar 212 Wiro Sableng berseru kaget ketika tiba-tiba dua tangan raksasa yang
sebelah tengah berubah menjadi panjang dan menyambar kearah dua senjata mustika
yang dipegangnya.
Wiro cepat menghindar dengan melompat ke belakang. Begitu ada kesempatan dia
segera hantamkan Kapak Maut Naga Geni 212. Wiro sengaja menerobos diantara dua
tangan yang terjulur. Yang diarahnya adalah batok kepala raksasa di sebelah
tengah. Namun alangkah kagetnya murid Sinto Gendeng ini ketika lebih cepat dari
gerakannya, tangan raksasa jejadian sebelah kanan bergerak mendahului
mencengkram mata kapak sedang tangan kiri memukul kearah batok kepalanya!
Pendekar 212 hanya punya kesempatan sekejapan untuk memilih. Apa dia mau
selamatkan senjata mustikanya atau hindarkan kepalanya dari kehancuran!
"Setan alas keparat!" Wiro masih sempat memaki. Dia tak kuasa mempertahankan
Kapak Naga Geni 212 dari renggutan raksasa jejadian yang sangat kuat.
Senjata mustika sakti itu terlepas pegangannya karena mau tak mau dia harus
selamatkan kepala!
Ketika hantaman pada kepalanya berhasil diledakan Pendekar 212 masih berusaha
menerjang ke muka untuk dapatkan senjatanya kembali. Tapi sosok raksasa sebelah
kiri tiba-tiba hantamkan tangan kanannya. Wiro merasa seperti di gebuk balok
besar. Dari mulutnya keluar jeritan keras disertai semburan darah. Tubuhnya
mencelat sampai tiga tombak dan terkapar di tanah tak berkutik lagi.
"Kita berhasil membunuhnya!" teriak Elang Setan. "Dunia persilatan akan geger!
Nama kita akan mencuat setinggi langit! Aku mau tahu siapa tokoh persilatan yang
tidak merinding mendengar nama kita! Ha...ha...ha!"
Tiga sosok raksasa jejadian di atas kepala Tiga Bayangan Setan lenyap. Sambil
meyeringai puas dia berkata pada Elang Setan. "Ambil batu hitam di tangan kiri
pemuda itu. Kita perlu segera mencari Pangeran Matahari untuk memberi tahu
peristiwa besar ini.
Tugas dari dia sudah kita jalankan. Empat puluh hari lebih kita menunggu
munculnya Pendekar 212. Saatnya kita minta dia memberikan obat penawar racun
dalam tubuh kita."
Saat itu tiba-tiba udara menjadi redup seolah matahari tertutup awan tebal. Tiga
Bayangan Setan memandang ke langit dan serta merta terperangah. Di langit
dilihatnya ada pemandangan aneh.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Elang Setan! Lihat!" Tiga Bayangan Setan berseru seraya menunjuk ke langit.
Saat itu di langit tampak tujuh paying tujuh warna dalam keadaan terkembang
meluncur demikian rupa laksana terbang. Mula-mula tujuh payung itu terbang
memanjang dalam bentuk garis lurus. Tepat di atas lereng bukit dimana Tiga
Bayangan Setan dan Elang Setan berada, tujuh payung bergerak berputar membentuk
lingkaran dengan payung warna merah berada berada di tengah lingkaran. Melihat
tujuh payung warna warni secara aneh terbang di udara saja sudah merupakan
keanehan. Apalagi saat itu jelas terlihat ada sesosok tubuh bergantungan pada
tangkai payung berwarna merah.
Cara orang ini bukan memgang payung dengan tangannya tapi justru kedua kakinya
yang menjepit gagang payung. Jadi saat itu keadaan tubuhnya menggelantung kaki
ke atas kepala ke bawah.
Dari bentuk dan warna pakaian serta rambunya yang tergerai jatuh ke bawah dapat
diduga orang yang bergantung pada gagang payung merah adalah seorang perempuan.
"Aneh..."desis Elang Setan.
"Aku mencium bau bahaya..." berkata Tiga Bayangan Setan. "Kita sudah dapatkan
senjata mustika itu. Buat apa mencari urusan baru. Lekas ambil batu hitam itu.
Aku akan membawa si gadis!"
Tiga Bayangan Setan bergerak cepat ke tempat Bidadari Angin Timur tergeletak
sedang Elang Setan berkelebat merenggut batu hitam sakti dari genggaman tangan
kiri Pendekar 212.
* * * Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa LIMA Pangeran Matahari mendera kuda tunggangannya habis-habisan hingga binatang itu
lari seperti kesetanan. Ketika hari mulai gelap, memasuki sebuah lembah di utara
Tegalrejo baru dia memperlambat lari kudanya. Jalan yang ditempuh kini menurun
terus, penuh semak belukar dan gelap. Tapi kuda itu bergerak terus tanpa
halangan seolah dia sudah tahu seluk beluk jalan yang ditempuhnya.
Pangeran Matahari usap-usap leher kudanya seraya berkata. "Kau kuda baik, kuda
cerdik. Empat tahun tak pernah ke sini ternyata kau masih ingat jalan! Di dekat
goa sana banyak tumbuh rumput segar hijau dan gemuk! Kau nanti boleh makan
sepuasmu!"
Lewat sepeminuman teh kuda yang ditunggangi Pangeran Matahari berhenti di
hadapan sebuah gundukan batu besar, diapit oleh dua batang pohon besar serta
tertutup oleh semak belukar tinggi. Disekitar tempat itu tumbuh banyak sekali
rumput segar gemuk.
"Kita sudah sampai..." kata Pangeran Matahari. "Kau boleh istirahat dan makan
rumput sepuasmu!"
Lalu sang Pangeran turun dari kudanya. Baru saja dia menginjakan kaki di tanah
binatang itu tiba-tiba mengangkat kepalanya dan keluarkan suara menggembor.
Pangeran Matahari yang tadinya hendak melangkah segera hentikan gerakannya dan
menatap kudanya.
"Kau mengetahui sesuatu yang aku belum ketahui. Ada apa...?" Pangeran Matahari
usap-usap bagian atas hidung binatang itu. Sang kuda menggembor lagi, lalu
meringkik halus.
"Hemmm... Terima kasih... Kau mengingatkan agar aku berlaku waspada!" Sang Pangeran
buka matanya lebar-lebar dan memandang berkeliling. Tapi dia memang tidak
memperhatikan tapi kini dia bisa melihat. "Ada semak belukar yang terusik. Tapi
tak ada tanda-tanda bekas rumput terpijak. Hanya orang-orang berkepandaian
tinggi yang bisa punya pekerjaan seperti ini...." Pangeran Matahari besarkan mata,
pasang telinga lalu memperhatikan keadaan sekelilingnya sekali lagi. Ketika dia
mendongak ke atas, dadanya berdebar. Pada cabang pohon di sebelah kanan gundukan
batu besar sesosok tubuh kelihatan menelungkup membelintang. Ada cairan mengucur
dari bagian kepalanya.
"Kudaku , kau pergilah merumput. Tenang dan jangan keluarkan suara. Tak ada apaapa di tempat ini..." bisik sang Pangeran pada kudanya. Lalu dia putar tubuhnya.
Sekali kedua kakinya menekan tanah, tubuhnya berayun dan melesat ke atas. Sesaat
kemudian dia sudah berada di cabang pohon dimana ada sosok tubuh tergeletak
membelintang. Pangeran Matahari membungkuk berusaha untuk melihat wajah orang.
Tapi kepalanya laksana disentakkan. Dia meludah ke tanah. Wajah dan kepala orang
di cabang pohon itu hancur mengerikan, tak bisa dikenali! Siapapun dia adanya
orang ini sudah jadi mayat. Jelas dia dibunuh orang!
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Pangeran Matahari perhatikan pakaian orang. Pakaian ringkas warna coklat. Pada
pinggangnya melilit sebuah rantai besi yang diganduli puluhan kepingan-kepingan
besi berbentuk segitiga tajam.
"Senjata andalannya ini tak sempat dipergunakan. Lawan keburu menghabisinya..."
pikir Pangeran Matahari. Dari atas cabang pohon dia bisa melihat keadaan di
bawahnya lebih jelas. Tak ada gerakan, tak ada suara. Kehitaman mendekam dimanamana. Akhirnya dia melompat turun kembali. "Siapapun orang yang membunuh lelaki
di cabang pohon itu pasti dia sudah meninggalkan tempat ini... Mungkin aku harus
membatalkan niat untuk tinggal di tempat ini. Paling tidak aku hanya bisa
pergunakan untuk sekedar bermalam..."
Pangeran Matahari lalu mencabuti semak belukar yang menghalangi langkahnya
Wiro Sableng 084 Wasiat Dewa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menuju gundukan batu besar."Semak belukar tak terusik. Belum ada yang masuk ke
tempat ini..." Pangeran Matahari merambas pohon-pohon jalar yang menutupi gundukan
batu. Ketika semak belukar dan pohon jalar yang tersingkir, bagian depan
gundukan batu besar itu ternyata adalah mulut sebuah goa besar.
Sang Pangeran tak segera masuk. Dia dongakkan kepala lalu menghirup udara dalamdalam."Udara segar bercampur bau minyak. Berarti memang tak ada manusia yang
masuk ke sini. Dan minyak obor-obor di dalam sana masih utuh..."
Bagian dalam goa itu cukup besar dan tinggi. Suasana gelap menyambut Pangeran
Matahari. Dia melangkah ke dinding kanan, meraba-raba sampai akhirnya tangannya
menyantuh sebuah obor besar yang tergantung di dinding batu. Dengan cepat obor
dinyalakan. Keadaan dalam goa kini jadi terang. Di dinding sebelah kiri
kelihatan lagi sebuah obor yang segera dinyalakan oleh sang Pangeran hingga
keadaan dalam goa jadi terang benderang.
Pada bagian tengah goa sebelah dalam ada sebuah batu tinggi berbentuk rata yang
keseluruhannya telah diselimuti lumut kehijauan. Pada ujung batu sebelah kanan
berdiri satu patung manusia berkepala singa yang bagian atasnya berlobang. Pada
lobang ini menancap sebuah obor kecil. Setelah menyalakan obor kecil ini
Pangeran Matahari buka mantelnya lalu mengembangkannya di atas batu rata. Duduk
di atas batu Pangeran Matahari rangkapkan kedua tangan di depan dada, pejamkan
mata dan tubuhnya untuk beberapa lama tak bergerak sedikitpun. Hembuskan
nafasnya bahkan tidak terdengar.
Apa yang dilakukan sang Pangeran saat itu adalah mengatur jalan nafas dan
peredaran darah serta hawa sakti yang ada dalam tubuhnya.
Sesaat kemudian sepasang mata Pangeran Matahari tampak terbuka, wajahnya
kelihatan merah. "Kitab Wasiat Iblis yang ada padaku membawa perubahan besar.
Sebelumnya tak pernah aku merasa jalan darah, pernafasan dan hawa sakti dalam
tubuhku begini luar biasa..."
Dari balik baju hitamnya sang Pangeran keluarkan kitab sakti itu. Tangannya
sesaat terasa bergetar. Sampul kitab berwarna hitam, terbuat dari daun lontar
kering yang dicelup dalam sejenis dawai. Beberapa bagian dari sampul kitab ini
sudah gugus dimakan usia. Dengan tangan masih agak gemetar Pangeran Matahari
letakkan kitab di atas pangkuannya lalu membuka sampulnya. Pada halaman pertama
kitab daun lontar itu tertera tulisan berbunyi "Kitab Wasiat Iblis".
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Dihalaman kedua yang keadaannya sangat rusak samar-samar tertera tulisan dalam
huruf-huruf Jawa kuno berbunyi : "Kitab ini berjodoh bagi siapa saja yang
sanggup membunuh lawan sambil tersenyum, meneguk darah musuh seperti meneguk
tuak harum, melahap jantung seteru seperti menyantap daging panggang."
Pangeran Matahari katupkan rahangnya rapat-rapat. Dia membuka halaman ketiga
yang ternyata merupakan halaman terakhir. Di situ ada sebaris tulisan dalam
aksara sangat kecil dan rusak hingga untuk membacanya lebih jelas Pangeran
Matahari terpaksa mendekatkan kitab itu ke obor yang ada di atas kepala patung
singa. "Induk kekuatan segala ilmu hitam dan ilmu putih hanya satu. Kekuatan ilmu hitam
selalu satu langkah di depan ilmu putih, Kekuatan ilmu hitam selalu satu jengkal
di atas ilmu putih. Siapa yang memiliki Kitab Wasiat Iblis ini akan menjadi
induk segala induk dari kekuatan dunia iblis. Orang yang punya jodoh hanya satu.
Ilmu yang ampuh hanya satu. Yang satu itu tersimpan dalam kitab ini. Untuk
menguasai ilmu penguasa dunia ini yang berjodoh hanya perlu merawatnya baikbaik, membawanya kemana dia pergi. Serahkan semuanya pada kekuatan Maha Iblis!
Tapi bilamana disertai samadi dan puasa tiga kali setiap Kemis malam Jum'at
Kliwon maka kesempurnaan ilmu akan tercapai. Tak ada satu kekuatan di langit dan
di bumi mampu menandingi!"
Sesaat Pangeran Matahari duduk sambil dongakkan kepala ke langit-langit goa
batu. Dia ingat kehebatan Kitab Wasiat Iblis sewaktu berhadapan dengan Iblis Tua
Ratu Pesolek. Dia belum sempat melakukan sesuatu ketika nenek sakti itu
menyerangnya. Tahu-tahu dari dada, di balik pakaian hitamnya dimana Kitab Wasiat Iblis
tersimpan melesat cahaya hitam pekat, menghantam lawan hingga menemui ajal dalam
keadaan mengerikan yaitu hanya tinggal tulang belulang hangus hitam!
"Kekuatan hebat dalam kitab ini bekerja sewaktu aku diserang Ratu Pesolek.
Berarti Kitab Wasiat Iblis ini memang berjodoh dengan diriku..." Pangeran Matahari
cium kitab hitam itu beberapa kali lalu meletakkannya di atas kepala. "Kitab
Wasiat Iblis kitab mustika sakti. Kau akan jadi junjunganku. Dengan kekuatan
yang kau miliki selama jagat terkembang aku akan menguasai dunia persilatan."
Pangeran Matahari menyeringai.
Bayangan Pendekar 212 muncul di pelupuk matanya. "Manusia Wiro Sableng, tunggu
kedatanganku. Sekali ini kau tak bakal bisa lolos dari tangan mautku!"
Perlahan-lahan Pangeran Matahari turunkan tangannya yang memegang kitab di
atas kepala. Ketika dia hendak memasukkan kitab itu ke balik baju hitamnya tibatiba terdengar suara tiupan keras.
"Bleppp!"
Obor besar di dinding kanan goa batu padam!
"Siapa"!" bentak Pangeran Matahari lalu cepat selinapkan Kitab Wasiat Iblis ke
balik pakaiannya.
Tak ada jawaban.
"Berani bergurau di tempat ini berarti mengantar nyawa!" kata Pangeran Matahari
lantang hingga suaranya menggema di dalam goa batu itu.
Tetap saja tak ada jawaban.
"Kurang ajar!" Baru saja Pangeran memaki seperti itu tiba-tiba kembali berdesir angin keras.
"Bleppp!"
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa Kini obor besar di dinding kiri goa padam hingga bagian depan goa menjadi kelam.
Satu-satunya obor yang masih menyala adalah di atas kepala patung manusia
berkepala singa. Obor ini menerangi batu rata dan sosok Pangeran Matahari yang
duduk di atasnya.
"Mematikan lampu minyak bisa kuanggap satu pekerjaan mudah. Tapi membunuh api
obor yang begitu besar hanya bisa dilakukan oleh manusia berkepandaian sangat
tinggi!" membatin Pangeran Matahari.
Pada saat itu tiba-tiba muncul satu sosok memasuki mulut goa. Pangeran Matahari
cepat mengambil mantelnya dan berdiri. Tenaga dalam siap dialirkan ke tangan
kanan untuk melancarkan pukulan maut "Telapak Merapi".
Di pertengahan goa sosok yang masuk hentikan langkahnya. Pangeran Matahari tidak
dapat melihat wajah orang ini karena terlindung oleh kegelapan. Dia hanya bisa
melihat bagian paling bawah pakaian yang dikenakannya yaitu sehelai jubah hitam.
Ujung kakinya tersembul dari balik jubah. Dia tidak memakai kasut. Orang ini
ternyata memiliki kaki sangat hitam dengan kuku-kuku panjang juga berwarna
hitam. "Hanya guruku si Muka Bangkai yang tahu tempat ini. Kalau ada orang lain muncul
disini jelas dia membawa maksud tidak baik!" pikir Pangeran Matahari.
"Tamu tak diundang. Melangkah ke tempat terang. Aku mau melihat tampangmu
sebelum nyawamu kubikin terbang ke neraka!"
Pangeran Matahari menyangka ucapannya itu tidak diperdulikan. Bahkan mungkin dia
akan langsung diserang. Ternyata salah. Dua kaki hitam berkuku panjang bergerak
maju dan berhenti dua langkah di hadapan batu datar.
Cahaya api obor kecil di kepala patung manusia berkepala singa menerangi sosok
tubuh itu. Kini Pangeran Matahari dapat melihat orang yang berdiri di
hadapannya. Orang ini bertubuh sangat jangkung, mengenakan jubah hitam. Kepalanya yang
memakai sorban hitam hampir menyentuh bagian atas goa. Sepasang tangannya
menjulang ke samping, begitu panjangnya hingga ujung jari sampai betis. Orang
ini memiliki muka sangat hitam dan berminyak. Dibawah cahaya obor mukanya tampak
berkilat-kilat. Dua matanya yang besar dilingkari serbuk hitam. Karena dua mata
ini berwarna merah maka pandangannya tampak menyorot menggidikan. Dari sela
mulutnya yang terus menerus berkomat kamit menetes keluar cairan berwarna merah
karena dalam mulutnya dia selalu mengunyah tembakau campur daun sirih.
"Heran!" Kata Pangeran Matahari. "Ada makhluk jelek tak tahu diri masuk ke dalam
goaku! Katakan siapa kau adanya!"
Manusia bersorban hitam sunggingkan senyum sinis baru menjawab. Suaranya parau
seperti tercekik.
"Aku adalah orang yang dilihat gurumu Si Muka Bangkai dalam mimpinya tujuh puluh
hari lalu!"
Jantung Pangeran Matahari berdetak keras. Kejutnya bukan olah-olah namun dia
cepat balas lontarkan seringai buruk dan berkata. "Mimpi..." Mimpi apa" Jangan
berani ngaco dihadapkanku! Jangan sekali-kali menyebut nama atau gelar guruku
untuk urusan yang tidak-tidak!"
Si jangkung berjubah dan bersorban hitam tertawa pendek.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Aku tidak bicara ngaco! Kau yang berdusta dan pandai menyembunyikan
keterkejutanmu!"
"Manusia berkulit sehitam arang ini punya kemampuan menduga hatiku,"membatin
Pangeran Matahari. Lalu dia membentak. "Jangan membuat aku muak
! Lekas katakan siapa dirimu, apa kepentinganmu lalu lekas minggat dari
hadapanku!"
Tangan kanan sang Pangeran tampak bergetar tanda tenaga dalamnya sudah tersalur
penuh. "Aku datang dari jauh. Di timur aku dikenal dengan julukan Datuk Sengkang
Makale. Di barat aku dijuluki Hantu Tinggi Pelebur Jiwa. Di utara orang-orang
memanggilku Sepasang Tangan Kematian. Lalu di selatan orang-orang menggelariku
Pencabut Roh Bersorban Hitam. Nah, aku sudah menjawab pertanyaanmu!"
"Pangeran Matahari tertawa lebar. "Julukanmu banyak juga rupanya. Tapi tak
satupun membuatku merinding. Ha...ha...ha...! Sudah, sekarang katakan apa
kepentinganmu datang kesini. Kalau sudah lekas angkat kaki dari hadapanku! Goa
ini jadi busuk akibat bau badanmu!"
"Aku datang untuk meminta Kitab Wasiat Iblis yang ada di balik pakaianmu!"
Paras Pangeran Matahari berubah. Tapi dia lekas mengumbar suara tawa bergelak
lalu berkata. "Manusia muka hitam sinting! Kau tahu tengah berhadapan dengan
siapa"!"
"Aku lebih dari tahu siapa tahu siapa dirimu. Kau terlahir dengan nama Anom.
Ditakdirkan sebagai seorang Pangeran terlantar karena ibumu hanya istri ketiga
dari penguasa Kerajaan. Kau hampir mampus kalau tidak diselamatkan oleh kakek
sakti berjuluk Setan Muka Pucat alias Si Muka Bangkai. Dari dia kau menerima
segala kepandaian silat dan kesaktian. Dari petunjuk yang aku berikan dalam
mimpinya maka kau berhasil mendapatkan Kitab Wasiat Iblis setalah mengalahkan
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan. Nah apakah kurang lengkap semua
keteranganku"!"
Untuk beberapa saat lamanya Pangeran Matahari tegak seperti patung. Mulutnya
ternganga. Dia dongakan kepala lalu angkat tangan kanannya ke atas. Orang muka
di hadapannya menyeringai dan berkata.
"Jangan teruskan gerakanmu, atau kau akan jadi debu saat ini juga!"
Pangeran Matahari yang dikenal sebagai pendekar segala cerdik, segala akal,
segala congkak dan segala licik merasa sangat dihina oleh ucapan dan ancaman
Datuk Sengkang Makale. Dia meludah ke lantai lalu berkata. "Aku hanya bersedia
menukar Kitab Wasiat Iblis itu dengan nyawamu. Apa jawabmu Hantu Tinggi Pelebur
Nyawa!" "Jika aku boleh menawar, bagaimana kalau nyawaku ditukar dengan kitab ditambah
nyawamu"!"
Rahang Pangeran Matahari menggembung. Sepasang matanya membeliak berapi-api.
Datuk Sengkang Makale tertawa gelak-gelak
"Aha! Agaknya kau punya dua nyawa hingga berani berucap begitu!" ujar Pangeran
Matahari. "Kau sudah melihat sendiri ada manusia mampus yang mayatnya melintang di cabang
pohon! Mayat itu sekarang kedinginan! Apa kau mau menemaninya"!"
"Siapa orang itu"! Kenapa kau membunuhnya"!" Tanya Pangeran Matahari.
Bastian Tito Serial Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng
Wasiat Dewa "Dia seorang tokoh dari utara menyadang julukan Sepasang Tangan Beracun.
Aku membunuhnya karena dia mencoba bersaing untuk dapatkan Kitab Wasiat Iblis!
Kalau aku bisa membunuhnya riwayatmu malam ini"!"
Pangeran Matahari tahu betul bahwa orang yang mati itu bukan tokoh sembarangan.
Jika si korban hitam bergelar Hantu Tinggi Pelebur Nyawa ini mampu membunuhnya
jelas dia memang memiliki kepandaian yang sulit dijajaki. Tapi dasar berjiwa
congkak, Pangeran Matahari anggap enteng orang di depannya malah kembali dia
meludah. "Orang sombong sepertimu biasanya bakal menemui kematian dengan tubuh ceraiberai!" Si jangkung Hitam terus saja tertawa. Tiba-tiba dia semburkan gumpalan tembakau
dan sirih yang sejak tadi dikunyahnya. Benda ini melesat deras kearah patung
singa berkepala manusia dan amblas dalam patung batu itu!
"Pangeran, kita akan lihat siapa yang tolol diantara kita. Siapa yang tidak
sadar tingginya langit akan mampus lebih dulu!" Habis berkata begitu si hitam
ini ulurkan kaki kanannya ke lantai yang kejatuhan ludah Sang Pangeran. Ludah
itu dipijaknya lalu kakinya diputar-putar. Tiba-tiba terlihat Pangeran Matahari
tersentak ke depan. Mulut dan perutnya laksana tertusuk ratusan jarum. Dia cepat
kerahkan tenaga dalam untuk bertahan. Tak urung butir-butir keringat memercik di
keningnya. Bibirnya bergetar.
Sang Datuk tertawa mengekeh.
"Manusia jahanam! Dengan kepandaian picisan itu apa kau kira mampu menghindar
dari kematian"!" bentak Pangeran Matahari. Tangannya yang sudah menyiapkan
pukulan "Telapak Merapi" didorongkan ke arah orang tinggi hitam yang hanya
berada empat langkah di depannya.
"Wussss!"
Dari telapak tangan kanan Pangeran Matahari keluar angin deras menggemuruh dan
menggoncang goa batu. Bersamaan dengan itu udara terasa sangat panas. Jangankan
tubuh manusia, batu sekalipun bisa hancur dan hangus terkena hantaman pukulan
sakti ini. Tapi di hadapan sang Pangeran Datuk Sengkang Makale tak sedikitpun bergeming
malah hadapi serangan maut itu dengan tangan kiri ditolakkan di pinggang
sedangkan tangan kanan diangkat ke atas dengan jari telunjuk menunjuk luruslurus ke langit-langit goa!
Terjadi suatu hal yang hebat dan membuat Pangeran Matahari terbeliak besar.
Sinar hitam pukulan saktinya laksana tersedot, tertarik kearah jari telunjuk
Datuk Sengkang Makale. Suara gemuruh dan hawa panas perlahan-lahan menjadi
sirna. Sebaliknya jari telunjuk sang Datuk kelihatan memancarkan sinar hitam legam.
Ketika jari itu dijentikkannya ke atas terdengar ledakan dahsyat. Cahaya hitam
dan angin keras menderu. Atap goa batu hancur berantakan. Lantai batu bergetar
hebat lalu terbelah.
Kalau sang Pangeran tak cepat melompat, kedua kakinya akan terperosok ke dalam
Tiga Pengemis Sakti 2 Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara Pendekar Budiman Hwa I Eng-hiong 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama