Ceritasilat Novel Online

Muka Tanah Liat 1

Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat Bagian 1


BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
W RO SABLENG Episode MUKA TANAH LIAT
edited by Rhoel (www.kaskus.us)
BASTIAN TITO "LUHCINTA, MENGENAI PERISTIWA Dl TELAGA ITU. AKU
BERSUMPAH AKU TIDAK PUNYA NIAT DENGAN SENGAJA HENDAK
MENGINTIP KAU MANDI..."
NAGA KUNING, SI SETAN NGOMPOL DAN BETINA BERCULA JADI SALING PANDANG MENDENGAR
KATA-KATA SI PENOLONG
BUDIMAN ITU. "TIDAK DISANGKA, JAHIL JUGA SI MUKA COMBERAN KERING
INI!" KATA SETAN NGOMPOL KERAS-KERAS HINGGA SI PENOLONG
BUDIMAN MENDENGAR.
"KALAU SAJA DIA MENGINTIP DIRIKU TENTU AKU PERSILAKAN
DENGAN DUA TANGAN DAN DUA PAHA TERBUKA!" KATA SI BETINA BERCULA LALU TERTAWA
CEKIKIKAN. "RUPANYA DIA TAHU JUGA BETIS MULUS DAN JIDAT LICIN YANG ASLI! HIK...
HIK... HIK!"
"KAKIMU BERBULU, JIDATMU ATAS BAWAH BERAMBUT! SIAPA SUDI MENGINTIP MONYET JANTAN
MANDI!" KATA NAGA KUNING
YANG MEMBUAT BETINA BERCULA PELOTOTKAN MATA DAN
HENDAK MEREMAS BAGIAN BAWAH PERUTNYA.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
1 Hak cipta dan copy right pada
pengarang dibawah lindungan
undang-undang Wiro Sableng telah
Terdaftar pada Dept. Kehakiman R.I.
Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan
Merek dibawah nomor 004245
Rhoel (arul2002@gmail.com)
2 BASTIAN TITO SERIAL PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
W RO SABLENG MUKA TANAH LIAT Rhoel (arul2002@gmail.com)
3 1 PENDEKAR 212 Wiro Sableng memandang seputar telaga lalu berpaling pada nenek
muka kuning di sampingnya yang tegak setengah termenung dan unjukkan wajah
muram. "Nek, kau yakin memang di sini Hantu Langit Terjungkir berada sebelumnya?"
Si nenek muka kuning yang bukan lain adalah Hantu Selaksa Angin Alias Hantu
Selaksa Kentut dan bernama asli Luhpingitan tidak segera menjawab. Sepasang
matanya yang kuning menyapu seantero telaga. Sambil pandangi air telaga yang
bening kebiruan dari mulutnya keluar suara mendesah.
"Lasedayu... Lasedayu, dimana kau..." "
Nenek ini kemudian berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Aku tidak keliru. Walau dulu otakku mungkin tidak karuan tapi aku yakin.
Di tempat ini Lasedayu dan Si Penolong Budiman berada sebelumnya. Kau lihat
saja, di sebelah situ masih ada bekas-bekas kayu perapian. Lalu di seberang
sana..." Si nenek menunjuk ke arah seberang telaga. "Itu pohon rimbun tempat aku
mendekam bersembunyi mendengarkan pembicaraan mereka. Di situ aku mendengar
Lasedayu berucap bahwa dia bersedia mengawini diriku... Sekarang mereka lenyap.
Putus sudah harapanku..."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
4 "Agaknya kita terlambat Nek. Mereka telah keduluan pergi, entah kemana...."
Luhpingitan tampak kecewa. "Puluhan tahun berpisah. Kemudian kami bertemu.
Sayangnya saat itu jalan pikiranku masih tak karuan hingga aku tidak mengenali
suami sendiri. Jangankan suami sendiri. Diriku sendiri aku tidak tahu siapa
adanya! Kini setelah aku sadar, dia malah lenyap.
Sudah di depan mata, tinggal sepejangkauan. Namun...."
"Kau jangan berputus asa Nek. Kita akan mencarinya. Pasti bertemu...."
Luhpingitan arahkan pandangan kesebuah pohon lalu melangkah mendekati. Sambil
mengusap batang pohon itu dia berkata. "Di batang pohon ini aku menempelkan
tangannya yang patah. Beberapa hari setelah itu, ketika tulangnya bertaut
kembali dan dagingnya yang luka menyembuh, selagi dia tertidur nyenyak dalam
sirapanku, kusambungkan kembali tangannya. Saat itu kalau saja aku tahu dia
adalah Lasedayu suamiku, tak akan kutinggalkan tempat ini... Si nenek gelenggelengkan kepalanya. Dua bola matanya mulai berkaca-kaca. Setelah diam sejenak
Luhpingitan lanjutkan kata-katanya.
"Entah mengapa perasaanku mendadak khawatir...."
"Aku mengerti apa yang kau khawatirkan Nek," kata Wiro.
"Lasedayu selalu kesepian selama puluhan tahun. Kau khawatir kalau-kalau ada
perempuan lain yang merayunya lalu dikawininya...."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
5 "Setahuku Lasedayu bukan lelaki mata keranjang...." membela Luhpingitan. "Kalau
dia memang tidak berjodoh lagi dengan diriku, apa boleh buat..."
"Ah, jangan beg itu Nek," kata Wiro sambil tertawa menggoda.
"Dengar Wiro. Aku khawatir satu hal karena aku ingat kata-kata guruku Datuk
Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. Dia mengatakan bakal terjadi satu peristiwa besar di
Negeri Latanahsilam ini...."
"Satu peristiwa besar" Peristiwa apa Nek?" tanya Wiro.
"Sang Datuk tidak menerangkan. Malah dia mengatakan agar aku mencari Allah.
Mencari Tuhan, Penguasa Tunggal Jagat Raya, Pencipta Langit dan Bumi serta
makhluk yang ada di antaranya... terus terang, aku tidak tahu siapa Tuhan itu.
Siapa Allah itu."
Wiro terkejut "Gurumu bilang begitu?"
Luhpingitan mengangguk. "Seharusnya sudah kuberi tahu beberapa waktu lalu
padamu. Tapi karena pikiran dan perhatianku terpusat pada bagaimana agar lekas
bertemu Lasedayu, aku terlupa mengatakan padamu. Aku ingat kau dan dua kawanmu
pernah menyebut-nyebut Tuhan.
Gusti Allah. Mungkin kau bisa menolong memberi tahu siapa Tuhan atau Gusti Allah
itu adanya. Di mana aku harus mencariNya?"
"Nek, kalau gurumu benar berkata begitu berarti dia dan kau sudah mendapatkan
satu rahmat yang luar biasa besarnya. Kau tak usah mencari jauh-jauh.
Karena Gusti Allah itu sebenarnya sangat dekat dengan diri manusia. Sedekat
darah yang mengalir di dalam tubuh kita. Tuhan ada Rhoel (arul2002@gmail.com)
6 dalam diri kita, tergantung kadar iman yang ada di lubuk hati senubari kita...."
"Hai! Apa katamu Wiro" Gusti Allah ada dalam diriku" Aku tidak mengerti....
Iman, apa pula itu?" Nenek muka kuning kerenyitkan kening.
"Nanti Nek, satu saat kau pasti akan mengerti...."
"Setahuku dalam diriku hanya ada butt prett! Kentut celaka itu!
Kalau tidak kau yang menolong pasti sampai saat ini aku masih digerayangi
penyakit itu!" Walau matanya masih berkaca-kaca tapi si nenek masih bisa tertawa
cekikikan. Wiro ikut tertawa gelak-gelak,
"Wiro, melihat air telaga yang jernih dan sejuk itu, timbul keinginanku untuk
mandi...."
"Aku maklum saja Nek. Pasti sudah belasan hari kau tak pernah mandi..." kata
Wiro pula. "Jangan kau bicara tak karuan. Aku lebih sering mandi dari padamu! Makanya
kepalamu banyak kutu. Buktinya kulihat kau sebentar-sebentar suka menggaruk.
Hik... hik... hik! Dengar Wiro, aku mandi sekali ini selain ingin membersihkan
diri juga punya satu maksud...."
"Maksud lain itu kau sengaja mau memberi kesempatan padaku untuk dapat melihatmu
berbugil-bugil" Sama saja aku seperti kelilipan semut rangrang! Haha... ha! Tak
usahlah ya Nek!"
"Jangan kau bicara kurang ajar! Kau menganggap aku ini apa! Aku mau mandi
membersihkan diri, menanggalkan semua lapisan kuning yang melekat di muka dan
sekujur tubuhku. Kalau aku bertemu dengan Lasedayu dan aku masih dalam keadaan
seperti ini, mana dia bisa Rhoel (arul2002@gmail.com)
7 mengenali diriku kalau aku adalah Luhpingitan. Istrinya yang terpisah sejak
puluhan tahun silam...."
"Maksudmu memang bagus Nek. Tap! justru aku ingin kau bertemu dulu dengan dia
sesuai bagaimana hatinya terhadapmu. Bukankah kau bilang mendengar dia berkata
ingin mengawinimu?"
Luhpingitan menggaruk keningnya berulang kali. "Aku setuju. Baik, aku akan ikut
apa yang kau katakan. Sekarang kemana kita harus mencari Lasedayu?"
"Kita harus mencari kemana-mana Nek. Menanyakan pada setiap orang yang kita
temui. Sebaiknya kita pergi sekarang saja...."
Luhpingitan mengangguk. Ketika dia hendak bergerak, langkahnya tertahan.'Tunggu
dulu, Wiro. Masih ada pesan guruku yang lain yang harus aku lakukan. Datuk
mengatakan agar aku mengajarkan semua ilmu kepandaianku padamu...."
"Lupakan hal itu Nek. Bukankah aku sudah mendapatkan llmu
Empat Penjuru Angin Menebar Suara dari gurumu" Itu sudah lebih dari cukup...."
"Tidak bisa. Aku harus mengikuti perintahnya. llmu yang dari dia ya dari dia.
Yang dari aku ya dari aku!" kata Luhpingitan alias Hantu Selaksa Angin. Agar
Wiro tidak bergerak dia sengaja cekal tangan pemuda itu.
"Dengar, aku punya beberapa ilmu kepandaian. Pertama llmu Menahan
Darah Memindah Jazad.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
8 Kau sudah pernah menyaksikan kehebatannya. Dengan ilmu itu kau bisa memindahkan
lalu mengembalikan kemana saja setiap bagian tubuh orang yang jahat
terhadapmu...."
"Itu ilmu hebat luar biasa Nek. Tapi aku ngeri!" kata Wiro lalu memperagakan
dirinya seperti orang menggigil ketakutan. "Aku tidak berminat memilikinya. Lagi
pula bukankah sudah kukatakan kau tak perlu memberikan ilmu apapun padaku?"
"Kalau kau tak suka ilmu itu aku masih punya ilmu pukulan, disebut Tombak Kuning
Pengantar Mayat" Habis berkata begitu Luhpingitan kebutkan lengan jubah sebelah
kanannya. "Wuuttt!"
Selarik sinar kuning membentuk tombak melesat keluar dari balik lengan jubah
lalu menembus sebuah batu besar tiga tombak di depan sana.
"Byaarrr!"
Batu besar itu serta merta hancur berkeping-keping. Setiap kepingan yang
seharusnya berwarna kelabu kehitaman berubah menjadi kuning gelap!
"Bagaimana"! Kau mau ilmu itu"!" tanya si nenek.
Wiro tersenyum sambil garuk-garuk kepalanya.
"Wahai, rupanya kau mau ilmu yang satu ini. Bersiaplah..." kata Luhpingitan
mengira Wiro menyukai
Ilmu Kuning Pengantar Mayat yang
barusan diperagakannya itu. Tapi dia jadi terkejut ketika mendengar sang
pendekar berkata.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
9 "Nek, kau baik sekali. Tapi maafkan diriku. Aku tidak mau menjadi Pengantar
Mayat. Aku sudah bilang aku tidak berani menerima ilmu apapun darimu."
Luhpingitan langsung garuk-garuk kepalanya yang berambut kuning. "Sialan, kini
aku yang jadi garuk-garuk kepala sepertimu. Aku tidak yakin kau tidak mau ilmu
kesaktian. Tunggu! Bagaimana dengan ilmu pukulan milikku yang disebut Salju
Putih Latinggimeru. Ini lebih dahsyat dari Tombak Kuning Pengantar Mayat Selama
ini tidak ada musuh yang bisa luput dari pukulan itu!"
Wiro susun sepuluh jarinya dan rapatkan dua tangan di atas kepala. "Nek, aku
tidak pernah bertemu orang sebaikmu. Aku mohon maaf Nek. Bukankah lebih baik
kita berangkat saja sekarang ini mencari Lasedayu?"
"Hemmm...." Luhpingitan keluarkan suara bergumam. Mulutnya terpencong-pencong. "
Ilmu Kepompong ! Kau pasti mau ilmu itu! Tubuhmu bisa berubah menjadi kepompong
dan kau...."
"Ampun Nek, yang aku ngeri bagaimana kalau aku tidak bisa merubah diriku kembali
jadi manusia! Jadi kepompong terus seumur-umur!"
"Pemuda tolol! Memangnya kau kira aku tidak akan mengajarkan rapalan bagaimana
caranya berubah diri jadi kepompong lalu kembali ke ujudmu semula"!"
"Sudah Nek, nanti saja kita bicarakan semua kehebatan ilmumu itu. Yang jelas aku
sangat berterima kasih...." Dia memandang ke leher si Rhoel (arul2002@gmail.com)
10 nenek yang penuh digelantungi kalung lalu ingat pada kalung bermata sendok emas
sakti. "Nek...."
"Apa yang ada dalam benakmu?" tanya Luhpingitan.
"Sebenarnya ada sesuatu yang aku ingin minta padamu..."
"Tunggu! Aku Ingat! Kau past! meminta Sendok Pemasung Nasib yang pernah
kujanjikan padamu! Janjiku akan kutepati. Kau sudah menyembuhkan penyakit
kentutku walau sesekali aku masih kentut-kentut juga! Jangan khawatir! Saat ini
juga akan kuberikan padamu sendok itu!"
"Sebentar Nek. Jangan kau menganggap aku memaksa menagih janji. Sebenarnya
sendok emas sakti itu akan kuserahkan pada suamimu Lasedayu. Karena hanya dengan
sendok itulah dia bisa disembuhkan dan kesaktiannya bisa dikembalikan."
Sepasang mata si nenek yang kuning terbelalak. "Apa katamu, Wiro?" Lalu nenek
ini langsung saja hendak mengeluarkan dan menanggatkan kalung sendok emas sakti
yang tergantung di lehernya.
Tapi tangannya yang tadi bergerak ke leher mendadak berubah menyambar ke
pinggang Pendekar 212. Sekali lagi dia menarik maka sosok Wiro terbetot keras.
Keduanya terbanting ke tanah dan bergulingan ke balik serumpunan semak belukar
lebat "Hai Nek! Kau mau berbuat apa"!" tanya Wiro heran dan curiga.
Hantu Selaksa Angin cepat tekap mulut Wiro dengan tangan kirinya seraya
berbisik, "Aku mendengar ada suara orang berkelebat ke arah sini..." "Aneh, aku
tidak mendengar suara apa-apa..." kata Wiro Rhoel (arul2002@gmail.com)
11 perlahan. Namun sesaat kemudian telinganya baru menangkap kelebatan seseorang
yang bergerak cepat
"Kita lihat saja siapa yang datang!" jawab si nenek. Matanya yang kuning
memandang ke arah kiri. Wiro ikuti pandangan nenek ini. Dadanya berdebar keras
ketika melihat siapa yang muncul.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
12 2 Yang muncul ternyata adalah seorang dara berpakaian serba biru.
Walau wajahnya agak pucat dan sepasang matanya yang bagus tampak kemerahan namun
tidak dapat menutupi kecantikan wajahnya.
Hantu Selaksa Angin melirik ke arah Wiro lalu berbisik. "Bukankah itu gadis yang
bernama Luhcinta" Gadis tercantik di seluruh Negeri Latanahsilam?"
Wiro anggukkan kepala sambil terus memperhatikan. Di tepi telaga Luhcinta
berdiri tak bergerak. Hanya dua bola matanya saja yang berputar memperhatikan
kian kemari. Lalu gadis ini menarik nafas panjang dan duduk di atas satu batu
besar. Di langit cahaya sang surya mulai redup karena sebentar lagi akan
menggelincir masuk ke ufuk tenggelamnya.
Hantu Selaksa Angin memegang lengan Wiro lalu kembali berbisik.
"Menurut kabar yang aku sirap, kau adalah satu-satunya pemuda yang dicintai
gadis bernama Luhcinta itu."
Air muka murid Sinto Gendeng jadi berubah. Dia tersenyum sambii garuk-garuk
kepala. "Kabar seperti itu mana bisa dipercaya Nek,..."
"Kalau begrtu harus kau tanyakan sendiri padanya!" ujar si nenek pula.
"Enak saja kau Nek. Jangan berani berbuat macam-macam...."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
13 "Kau pemuda pengecut atau tolol! Biar aku yang bertanya padanya lalu sekaligus
mengatakan bahwa kau sendiri juga mencintainya!"


Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nenek gila!" Wiro cekal erat-erat lengan Luhpingitan.
"Hemmm, jadi kau tidak mencintainya" Jangan kau berani dusta anak muda! Aku
melihat dari air muka serta pancaran matamu! Kau mencintar gadis itu!"
"Dengar Nek, sebagai lelaki waras aku memang tertarik pada Luhcinta. Tapi bukan
aku saja. Kurasa semua pemuda di Negeri Latanahsilam menyukai gadis itu.
Tapi...." "Tapi yang dicintainya cuma kau seorang! Apa kau mau berkilah...."
"Soal dia mencintaiku mana tahu Nek...."
"Kau tolol atau pura-pura dungu" Hik... hik... hik! Saat ini aku tahu bagaimana
perasaanmu. Kau hendak keluar dari balik semak belukar ini, ingin menemui gadis
itu! Aku dapat membaca isi hatimu di mukamu yang toiol! Hik... hik... hik!"
Di atas batu Luhcinta masih tampak duduk sambii pandangi air telaga yang kini
seolah disepuh kuning akibat siraman cahaya sang surya yang hendak teng-gelam.
Tiba-tiba gadis itu melangkah ke sederetan batu-batu setinggi pinggang di arah
timur tepian telaga. Di sini dia memandang ke langit, lalu memperhatikan
berkeliling. Merasa yakin tidak ada orang lain di tempat itu maka perlahan-lahan
dia mulai membuka pakaian birunya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
14 Dua bola mata Pendekar 212 membesar menyaksikan pemandangan yang tidak terduga itu. Tapi mendadak ada dua telapak tangan menekap
matanya. Lalu terdengar suara si nenek muka kuning.
"Dasar pemuda mata gatal! Tadi kau bilang tidak sudi melihat aku berbugil-bugil!
Karena aku sudah tua bangka, tubuhku peot jelek dan keriputan! Tapi sekarang ada
gadis yang mau mandi telanjang matamu seperti mau melompat keluar!"
"Nek, aku.... Bukan maksudku mau memperhatikan. Tapi semua terjadi begitu
mendadak.... Kalau melihat sepintas kurasa tidak apa-apa Nek. Itu namanya rejeki
kebetulan. Tapi kalau dipandang atau sengaja mengintip terus-terusan itu baru
dosa!" "Enaksaja kau bicara! Saat ini aku merasa sekujur tubuhmu sudah pada kencang!"
kata si nenek. "Nek, aku.... Lepaskan tanganmu. Aku berjanji tidak akan memandang ke arah
telaga. Aku...." Wiro pegangi dua tangan si nenek.
Lalu dia merasa bagaimana dua tangan itu menekannya ke bawah hingga dia jatuh
berlutut Lalu sekali lagi dua tangan si nenek bergerak, sosok Wiro terpuntir
membelakangi telaga dan terduduk jatuh menjelepok di tanah.
"Kalau kau berani memandang lagi ke arah telaga, kujitak kepalamu sampai
benjol!" Setelah mengancam begitu baru Luhpingitan lepaskan kedua tangannya
yangmenekap menutupi mata pendekar 212.
Wiro tertawa-tawa sambil garuk-garuk kepala. Dari telaga didengarnya suara orang
mencebur masuk ke dalam air Di sampingnya si Rhoel (arul2002@gmail.com)
15 nenek tegak memperhati-kan Luhcinta berenang di tepi telaga di sela-sela batu
dan sesekali tubuhnya menyelam lenyap di bawah permukaan air.
Selagi Luhcinta menyelam untuk kesekian kalinya, tiba-tiba dari balik satu pohon
besar berkelebat satu bayangan hitam. Dua kali melompat orang ini sampai dekat
batu di atas mana Luhcinta meletakkan pakaian serta perbekalannya. Orang tak
dikenal tersebut memeriksa pakaian Luhcinta seperti mencari-cari sesuatu.
Dari permukaan air muncul kepala dan sosok setengah badan Luhcinta. Orang yang
ada dekat batu tampak kaget, memandang terpana lalu cepat bergerak membungkuk ke
balik sebuah batu.
"Kurang ajar! Ada yang datang! Berani dia mengintip anak gadis orang sedang
mandi!" "Nek, ada apa" Apa yang terjadi"!" tanya Wiro.
"Diam kau! Jangan berani membalik!" Membentak si nenek. Lalu sambil melesat
keluar dari balik semak belukar lebal Luhpingitan berteriak.
"Makhluk kurang ajar! Berani kau mengintai perempuan mandi!"
"Nek!" Wiro garuk kepalanya. "Siapa yang mengintai"!" Tapi si nenek sudah tak
ada lagi di sampingnya.
Perlahan-lahan Wiro putar kepalanya.
Sosok hitam di tepi telaga tersentak kaget Orang ini cepat memutar tubuh hendak
melarikan diri. Tapi Hantu Selaksa Angin sudah menghadangnya dan langsung
hantamkan tangan kanannya.
Orang yang diserang dalam kagetnya masih bisa angkat tangan menangkis pukulan
ganas Hantu Selaksa Angin.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
16 "Bukkk!"
Dua tangan beradu keras di udara. Orang berpakaian serba hitam keluarkan seruan
tertahan dan terpental sampai dua tombak. Sebaliknya si nenek terjajar tiga
langkah dan mengeluh kesakitan lalu merutuk tak karuan.
Di dalam air Luhcinta terpekik ketika mengetahui ada orang lain di tepi telaga,
dekat sekali di tempatnya mandi. Lalu ada suara perempuan membentak dan memaki
disusul suara gebrakan orang berkelahi. Gadis ini jadi bingung. Dia bergerak ke
tepi telaga ke arah batu dimana pakaiannya berada. Tapi si nenek cepat
berteriak. "Luhcinta! Jangan keluar dari dalam air! Ada lelaki kurang ajar di tempat ini!
Dia mengintip kau mandi! Biar kuberi pelajaran! Akan kukorek dua biji matanya!"
Mendengar peringatan Hantu Selaksa Angin itu tentu saja Luhcinta tidak berani
keluar dari dalam telaga Ingin sekali dia ikut menggebuk lelaki kurang ajar itu.
Tapi dalam keadaan seperti itu mana mungkin dia melakukan. Seperti yang diberi
tahu si nenek, mau tak mau dia terpaksa mendekam bertahan di dalam air.
"Tunggu! Tahan seranganmu!" berseru orang berjubah hitam yang kembali hendak
diserang oleh Hantu Selaksa Angin. Kali ini tidak tanggung-tanggung si nenek
akan menghantam dengan Pukulan Tombak
Kuning Pengantar Mayat" Aku tidak bermaksud jahat! Aku sama sekali tidak
mengintip gadis itu. Aku...."
"Makhluk jahanam! Kau sudah tertangkap basah! Masih mau berkilah!" Amarah Hantu
Selaksa Angin tidak tertahankan lagi. Untuk kedua Rhoel (arul2002@gmail.com)
17 kalinya nenek ini menyerbu. Kali ini dia siap melepaskan pukulan mautnya yang
bernama Salju Putih Latinggimeru. Dua tangan mengepal, diangkat setinggi dada lalu
didorong sambil sepuluh jari membuka. Bau seharum setanggi dibakar menghampar
menusuk penciuman. Udara mendadak menjadi dingin.
"Pukulan Salju Putih Latinggimeru" seru orang yang hendak diserang kaget luar
biasa. Dia tidak menyangka si nenek akan keluarkan ilmu yang sangat dahsyat itu
pertanda dirinya memang hendak dibikin lumat!
Sebaliknya Hantu Selaksa Angin juga terkejut ketika belum lagi dia melepas
pukulan maut orang berjubah hitam ternyata sudah mengetahui ilmu kesaktiannya
itu. Untuk sekejapan gerakan dua tangannya hendak menghantam jadi tertahan.
Walau sesaat namun kesempatan ini dipergunakan oleh orang berjubah hitam untuk
dorongkan dua tangannya kedepan. Dua larik gelombang angin menderu. Sosok nenek
muka kuning terhuyung-huyung. Sambil imbangi diri dan kuatkan kuda-kuda kakinya
Hantu Selaksa Angin pukulkan dua tangannya. Sepuluh kuku si nenek pancarkan
sinar kuning, menderu menggidikkan ke arah lawan. Namun orang berjubah hitam
dengan kecepatan luar biasa masih sempat berkelebat selamatkan diri. Sepuluh
larik sinar kuning melabrak deretan batu-batu besar di tepi telaga. Akibatnya
batu-batu itu hancur berantakan, bertabur di udara yang dingin dan berbau
setanggi! "Kurang ajar! Siapa adanya jahanam itu! Aku rasa-rasa bisa menduga! Hanya
sedikit orang yang tahu ilmu pukulan yang hendak Rhoel (arul2002@gmail.com)
18 kulepaskan. Sayang udara telah gelap. Aku tidak dapat melihat jelas wajahnya!
Ada keanehan pada muka orang itu. Jangan-jangan...." Hantu Selaksa Angin lalu
ingat pada Luhcinta. Dia segera melompat mendekati batu di atas mana terletak
pakaian si gadis. Pakaian biru itu dilemparkannya ke dalam telaga.
"Gadis, lekas kau kenakan pakaianmu!"
Luhcinta cepat menangkap pakaiannya. Tak perduli berbasah-basah, dia kenakan
pakaian lalu naik ke tepi telaga. Begitu berhadap-hadapan, Luhcinta tidak
menyangka kalau yang menolongnya itu adalah nenek muka kuning yang dikenalnya
dengan julukan Hantu Selaksa Kentut
"Hantu Selaksa Kentut... Aku tidak mengira. Aku sangat berterima kasih padamu.
Kalau kau tidak muncul tentu lelaki jahanam itu telah berbuat jauh lebih
keji.... Kau tahu siapa orangnya Nek?"
Sementara itu di balik semak belukar Pendekar 212 Wiro Sableng masih duduk
menjelepok di tanah. Waktu tadi ditinggal si nenek dia ingin segera bangkit
berdiri. Namun takut didamprat terpaksa dia menunggu.
Lalu terdengar suara orang berkelahi. Ketika mendengar si nenek menyuruh
Luhcinta mengenakan pakaian, murid Sinto Gendeng ini tidak tahan lagi. Setelah
menunggu sesaat akhirnya dia bangkit berdiri dan lari ke tepi telaga. Justru
saat itu Luhcinta baru saja menanyakan siapa adanya orang yang telah berlaku
keji mengintipnya mandi. Melihat kemunculan Wiro terjadilah salah sangka.
Luhcinta mengira sang pendekarlah yang telah mengintipnya saat mandi di telaga.
Pertemuan yang tidak diduga dan Rhoel (arul2002@gmail.com)
19 dalam suasana seperti itu membuat Luhcinta menjadi pucat. Suaranya bergetar.
"Kau.... Kau ternyata yang berlaku keji mengintip diriku. Rupanya benar apa yang
selama ini tersiar di luaran. Kau pemuda hidung belang.
Bahkan setelah kawinpun kau masih melakukan perbuatan tidak terpuji.
Apa kau tidak mendapat kepuasan dari istrimu hingga masih mau mengintip
perempuan mandi...?"
Tadinya Wiro memang merasa bersalah karena secara tidak sengaja dia sempat
melihat sosok Luhcinta sewaktu menanggalkan pakaian. Setelah ditegur Hantu
Selaksa Angin dia tidak meneruskan perbuatannya itu. Namun yang mengejutkan dan
membuat wajah Wiro ikut-ikutan pucat adalah ucapan Luhcinta. "Bagaimana dia tahu
aku sudah kawin...?" Wiro bertanya sendiri dalam hati dan mendadak dadanya
terasa sesak. "Luhcinta, maafkan aku. Aku tidak sengaja...."
"Bagaimana mungkin ada orang mengintip secara tidak sengaja"!
Perbuatanmu sungguh keji memalukan...."
"Aku...." Wiro tak bisa meneruskan ucapannya.
Saat itu nenek muka kuning segera menengahi.
"Luhcinta, yang tadi mengintip kau mandi bukan dia. Tapi orang lain...."
Luhcinta jadi terkejut mendengar keterangan si nenek. Hingga matanya terbelalak
berganti-ganti memandang Wiro dan Hantu Selaksa Angin.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
20 "Orang yang berbuat keji itu sudah kabur...." Hantu Selaksa Angin menambah
keterangannya. "Kau, kau sempat mengenali siapa adanya lelaki terkutuk itu, Nek?" tanya
Luhcinta lalu memandang pada Wiro dengan air muka seperti menunjukkan penyesalan
padahal hatinya masih perih karena mengetahui Wiro telah menikah dengan seorang
gadis yang bernama Luhrembulan.
(Baca Episode sebelumnya berjudul Rahasia Perkawinan Wiro)
"Keadaan di tempat ini agak gelap. Aku tidak bisa melihat jelas wajah orang itu.
Dia mengenakan jubah hitam dan mukanya juga hitam pekat... Aku menduga, janganjangan bukankah dia orang yang selama ini dikenal dengan julukan Si Penolong
Budiman?" Terkejutlah Luhcinta dan juga Wiro mendengar ucapan si nenek.
"Selama ini dia memang selalu mengikuti diriku," kata Luhcinta pula. "Walau aku
curiga padanya tapi sebegitu jauh dia tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak
baik. Tahu-tahu kali ini, tidak terduga dia melakukan perbuatan keji itu! Aku
akan mencarinya sampai dapat Kalau belum kuhajar habis-habisan belum puas
hatiku..." kata Luhcinta. Dia meraba-raba pakaiannya. Lalu berpaling ke arah
batu besar tempat tadi dia meletakkan pakaiannya. Di situ terletak sehelai
kantong kain miliknya.
Luhcinta segera mengambil kantong itu dan memeriksa isinya. Dia mencari-cari,
membalikkan kantong kain itu berulang kali, meraba kian kemari. Pucatlah wajah
gadis ini untuk kesekian kalinya.
"Ada sesuatu barangmu yang hilang Luhcinta?" tanya Hantu Selaksa Angin.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
21 Yang ditanya menjawab dengan anggukan. Wiro ingin menanyakan benda apa yang hilang tapi tak sanggup keluarkan ucapan.
Akhirnya si nenek yang bertanya.
"Barang apa Luhcinta?" "Sebuah ukiran bunga mawar. Terbuat dan batu berwarna
merah. Bagiku benda itu sangat berharga sekali. Kuanggap seperti nyawa
sendiri...."
"Tadi aku sempat melihat Si Penolong Budiman memeriksa pakaian dan barangbarangmu yang ada di atas batu..." kata Hantu Selaksa Angin pula.
"Kalau begitu jelas dia yang mencuri mawar dari batu merah itu!"
kata Wiro. "Biar aku mengejarnya sekarang juga!"
"Perlu apa menyusahkan diri" Bukankah lebih baik bagimu menemani istri
sendiri...?" Wajah Pendekar 212 kembali memucat Nenek muka kuning kerenyitkan
wajahnya. "Luhcinta, kau ini bicara apa" Apa maksudmu dengan semua ucapan itu.
Memangnya pemuda ini sudah kawin" Kawin dengan siapa..." Kawin di Negeri
Latanahsilam ini?"
"Tanyakan sendiri padanya!" sahut Luhcinta lalu membuang muka, memandang ke arah
telaga. "Butt prett!"
"Gila! Kentutku sampai terpancar mendengar semua pembicaraan kalian! Wiro, aku
tak pernah tahu. Memangnya benar kau sudah kawin"
Dengan siapa?"
"Nek... aku...." Wiro menggaruk kepalanya. "Aku tak bisa menjelaskan...."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
22 "Aku tidak suka orang berdusta! Antara kita saat ini sudah terjalin hubungan
sangat erat Wiro. Ingat hal itu baik-baik. Aku tidak perduli kau sudah kawin dan
dengan siapa. Aku hanya ingin tahu apa yang dikatakan gadis ini benar?"
"Benar dan tidak Nek," jawab Wiro.
"Wahai! Sialan amat jawabanmu!"
"Memang sialan Nek. Aku mengalami nasib sial yang aku tidak tahu mengapa jadi
bisa begitu! Terserah orang mau mengatakan apa.
Yang jelas semua terjadi diluar kemauanku...."
"Tidak bisa kumengerti. Mana ada pemuda kawin diluar kemauannya. Kalau gadis
masih mungkin karena dipaksa...."
"Saat ini aku tak bisa menerangkan padamu. Ceritanya panjang.
Aku kira lebih baik kita tinggalkan tempat ini...."
'Tidak! Kau harus memberi tahu lebih dulu!" jawab Hantu Selaksa Angin.
"Nanti akan kuceritakan padamu. Aku berjanji!" "Baik, aku menurut.
Kau menceritakan nanti. Tapi saat ini aku ingin tahu dulu, benar kau sudah kawin
Wiro?" "Kawin tidak syah! apa itu bisa dinamakan kawin"!" menukas Pendekar 212.
"Aku jadi tidak mengerti. Kawin tidak syah bagaimana"!"
"Nek, kalau kau keliwat menekan aku terpaksa meninggalkan kau!
Aku tidak akan menemanimu mencari Lasedayu!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
23 Diancam seperti itu Hantu Selaksa Angin alias Luhpingitan jadi khawatir. Nenek
ini segera berkata pada Luhcinta. "Maafkan aku wahai kerabat muda dan cantik.
Aku tidak dapat memaksa pemuda ini. Aku terpaksa menanti sampai dia mau
menceritakan. Kalau aku sudah tahu dan kita bisa bertemu, pasti akan kujelaskan
padamu...."
"Aku tidak perlu segala cerita dan penjelasan Nek. Aku melihat sendiri upacara
peresmian pernikahannya di Bukit Batu Kawin!" jawab Luhcinta.
Kagetlah si nenek muka kuning. Wiro tak kalah kejutnya. Sebelum pembicaraan jadi
bertambah panjang murid Sinto Gendeng ini segera berkelebat tinggalkan tempat
itu. Melihat Wiro pergi Luhpingitan jadi bingung sendiri. Dia harus mengambil


Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keputusan. "Luhcinta," si nenek akhirnya berkata. "Aku terpaksa meninggalkan kau. Aku ada
urusan sangat penting dengan pemuda itu...."
"Dia bukan pemuda lagi Nek. Dia sudah kawin!" tukas Luhcinta.
"Ya... ya...!" Hantu Selaksa Angin garuk-garuk kepalanya. "Gila!
Aku sudah ketularan penyakit si Wiro itu! sebentar-sebentar garuk kepala"
Dalam bingungnya akhirnya Luhpingitan berkelebat pula ke arah lenyapnya Pendekar
212. 3 Rhoel (arul2002@gmail.com)
24 Sosok berjubah hitam Itu berkelebat sebat laksana bayangan setan. Sesekali
tubuhnya lenyap di balik deretan pepohonan atau semak belukar. Di satu tempat
dia membelok ke kiri dan akhirnya masuk ke dalam sebuah goa. Dia langsung
jatuhkan diri, duduk di lantai, bersandar ke dinding goa dengan nafas mengengahengah. "Untuk sementara aku aman berada di sini. Goa ini pernah didiami gadis itu dan
Luhsantini. Dia pasti tidak akan mencariku sampai ke sini...."
Orang berjubah hitam berucap di antara engahan nafasnya. Dari mukanya yang hitam
oleh lapisan tanah liat mudah diterka bahwa orang ini bukan lain adalah Si
Penolong Budiman yang sejak beberapa waktu belakangan ini telah menggemparkan
Negeri Latanahsilam dengan ilmu kesaktiannya yang disebut Pukulan Menebar Budi.
Sejak tadi tangan kanan Si Penolong Budiman berada dalam saku jubah hitamnya,
memegang erat sebuah benda yang telah diambilnya dari kantong perbekalan milik
Luhcinta. Dengan tangan gemetar dia keluarkan benda itu. Saat itu di luar malam sudah
turun. Di dalam goa cukup gelap. Dia tak dapat melihat jelas benda yang
dikeluarkannya dari dalam saku jubah.
"Aku harus menyalakan api.... Aku harus meneliti benda ini. Untuk memastikan
bahwa ini benar-benar benda yang pernah dimiliki.... Wahai para Dewa, tunjukkan
aku kebesaranmu. Perlihatkan bukti dan kenyataan bahwa memang inilah adanya
benda itu...."
Dari sisa-sisa kayu api yang ditinggalkan Luhcinta dan Luhsantini dan masih
bertebaran di dekat mulut goa, Si Penolong Budiman membuat Rhoel
(arul2002@gmail.com)
25 api unggun. Begitu goa menjadi terang benderang dia kembali keluarkan benda di
dalam sakunya. Agar lebih jelas benda itu didekatkannya ke api.
Sepasang mata Si Penolong Budiman membeliak besar, memandang lekat tak berkesip.
Dadanya berguncang keras.
"Asli.... Aku yakin. Ini benar-benar batu merah berbentuk ukiran bunga mawar.
Benda yang pernah menjadi hiasan rambutnya...." Si Penolong Budiman cium dalamdalam batu merah berbentuk bunga mawar itu sambil pejamkan matanya. "Aku seperti
merasakan harumnya bau rambutnya.... Para Dewa besar man berkah dan petunjukmu.
Hiasan ini adalah milik mendiang. Berarti gadis bernama Luhcinta ini.... Apa-kah
dia..." bagaimana benda ini bisa berada di tangannya kalau dia tidak mempunyai
hubungan tertentu dengan mendiang..." Wahai orang yang ada di alam roh. Kuharap
kau bisa bersabar hati dan bertenang diri sampai aku mampu menyingkap semua
rahasia kehidupan ini."
Ketika Si Penolong Budiman membuka dua matanya kembali, kelihatan mata itu
berkaca-kaca. Sambil mendekap ukiran bunga mawar yang terbuatdari batu merah ke
dadanya, hatinya berkata. "Aku harus kembali ke telaga. Menemui gadis itu. Tapi
apakah ini saatnya yang tepat"
Dia telah mempunyai kesan yang tidak baik terhadapku. Si nenek muka kuning pasti
sudah member! tahu ciri-ciriku pada gadis itu.... Sulit bagiku mengelakkan
tuduhan. Kecuali jika dia mau mendengar dan menerima semua penjelasanku.... Demi
masa silamku! Demi masa depan gadis itu, aku harus pergi menemuinya. Apapun yang
terjadi! Bertahun-tahun aku berusaha keras untuk menyingkap tabir gelap
kehidupan ini. Sekarang Rhoel (arul2002@gmail.com)
26 setelah hampir tersibak masakan aku harus tercampak dalam kebimbangan..."!"
Perlahan-lahan Si Penolong Budiman bangkt berdiri. Belum sempat dia melangkah ke
pintu goa tiba-tiba menggelegar suara bentakan.
"Orang di dalam goa! Lekas keluar! Kembalikan benda yang kau curi dariku! Atau
kau akan kukubur hidup-hidup di dalam goa itu!"
Si Penolong Budiman tersentak kaget Kejutnya bukan alang kepalang. Dia mengenali
suara itu. "Luhcinta," desisnya.... Bagaimana dia tahu aku berada di dalam goa ini! Celaka!
Tapi mungkin ini satu jalan pintas yang lebih baik.... Namun aku harus mengambil
sikap waspada hati-hati. Dalam keadaan seperti ini dimana dia penuh salah sangka
terhadapku bukan mustahil dia langsung menghantam begitu melihatku!"
Dengan kakinya Si Penolong Budiman matikan nyala api unggun di mulut goa. Begitu
keadaan gelap dengan cepat dia melesat keluar. Di luar goa dia langsung
berhadapan dengan Luhcinta. Dan ternyata gadis ini tidak sendirian. Satu langkah
dibelakangnya berjejer tiga sosok. Walaupun gelap namun Si Penolong Budiman
masih mengenali. Tiga orang dibelakang Luhcinta adalah bocah yang dikenalnya
dengan nama Naga Kuning, lalu kakek berjuluk Si Setan Ngompol. Yang ke tiga
adalah banci, berkepandaian tinggi yang biasa dipanggil dengan sebutan Betina
Bercula! Bagaimana Luhcinta bisa muncul bersama ketiga orang itu" Mari kita ikuti apa
yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
27 * ** BEBERAPA lama setelah Wiro dan Hantu Selaksa Angin meninggalkannya, Luhcinta
masih tertegak di tepi telaga sementara hari mulai gelap karena keremangan senja
telah digantikan kepekatan malam.
Dalam bingungnya dia tidak tahu mau melakukan apa. Mengejar Si Penolong Budiman
yang telah mencuri barang berharga miliknya. Atau mengejar Wiro dan Hantu
Selaksa Angin. Ketika akhirnya dia memutuskan untuk mengejar Si Penolong Budiman
tiba-tiba kesunyian di tempat itu dirobek oleh suara bergemuruh seolah seantero
tempat dihantam badai.
Lalu terdengar teriakan beberapa orang. Belum hilang kagetnya si gadis tiba-tiba
tiga sosok mencelat dari dalam kegelapan dan jatuh terbanting di hadapannya.
Orang biasa pasti tak akan mampu bergerak untuk beberapa lamanya. Paling tidak
ada bagian tubuhnya yang cidera atau ada tulangnya yang patah. Namun ke tiga
orang yang berkaparan di tanah itu walau kelihatan babak belur dengan cepat
melompat bangkit, memasang kuda-kuda, sama-sama menghadap ke arah kegelapan.
"Kalian bertiga, apa yang terjadi?" tanya Luhcinta. Belum sempat ada yang
menjawab tiba-tiba satu bayangan putih berkelebat Orang ini ternyata adalah
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawabl Seperti dituturkan sebelumnya dalam Episode
"Hantu Selaksa Angin"
Lawungu dan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak mampu menghadapi Pendekar 212
Wiro Sableng yang dibantu oleh Sang Junjungan. Hantu Rhoel (arul2002@gmail.com)
28 Sejuta Tanya Sejuta Jawab untuk kesekian kalinya terpaksa meninggalkan arena
pertempuran membawa Lawungu yang cidera berat akibat secara tidak sengaja
terkena hantaman ilmu
Membuhul Urat Mengikat Otot yang
dilepaskan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Dalam perjalanan menyelamatkan sahabatnya itu, tidak sengaja Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab melihat tiga sekawan Naga Kuning, Si Setan Ngompol dan Betina
Bercula. "Tiga jahanam itu!" rutuk Lawungu. "Mereka telah berbuat kurang ajar pada kita!
Terutama kakek berjuluk Setan Ngompol itu! Dia mengencingi mulutku! Demi Dewa
dan semua roh yang tergantung antara, langit dan bumi kita harus membalaskan
sakit hati Aku sudah bersumpah untuk membunuh ketiganya!
"Sumpahmu adalah sumpahku juga Lawungu. Tapi saat ini aku merasa lebih
berkewajiban menyelamatkan dirimu...."
"Keadaanku sudah jauh lebih baik dari kemarin. Carikan aku tempat yang baik dan
aman. Tinggalkan aku di sana. Kau harus mengejar mereka. Bunuh tiga makhluk
celaka itu!"
"Aku akan penuhi permintaanmu Lawungu. Karena dendammu adalah dendamku juga!"
kata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
"Aku titip pukulan maut Badai Lima Penjuru padamu. Aku ingin kau membunuh mereka
dengan ilmu ini!" kata Lawungu. Lalu kakek ini lekatkan telapak tangan kanannya
ke telapak tangan kanan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Bersamaan dengan itu
dia kerahkan tenaga dalam. Dua Rhoel (arul2002@gmail.com)
29 tangan yang sating berlekatan itu memancarkan cahaya terang kebiruan, Dengan
kesaktiannya Lawungu memindahkan ilmu Badai Lima Penjuru pada Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab! Di satu kaki bukit kecil dekat sebuah mata air Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab
tinggalkan sahabatnya lalu mengejar Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina
Bercula. (Mengenai riwayat dendam kesumat Lawungu dan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab terhadap Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina Bercula harap baca Episode
berjudul Badai Fitnah Latanahsilam)
Saat itu Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina Bercula baru saja berpisah dengan
Lakasipo dan Luhrinjani setelah terjadi bentrokan dengan Peri Angsa Putih (baca
Episode berjudul Rahasia Perkawinan
Wiro) Mereka berusaha mencari Wiro karena Peri Angsa Putih telah melancarkan
tuduhan bahwa Pendekar 212 Wiro Sableng telah melakukan perbuatan mesum dengan
Peri Bunda yang menyebabkan Peri itu kini menjadi hamil!
Karena ketiganya berjalan sambil mengobrol dan sesekali tertawa haha-hihi, tidak
terlalu sulit bagi Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab mengejar mereka.
Begitu berhadapan dengan ketiga orang itu,tanpa banyak bicara si kakek langsung
menghantam dengan serangan " Badai Lima Penjuru" yaitu pukulan sakti yang
dititipkan Lawungu di tangan kanannya Lima gelombang angin mengeluarkan suara
menggemuruh laksana badai menerpa ke arah Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina
Rhoel (arul2002@gmail.com)
30 Bercula. Karena diserang mendadak begitu rupa ketiga orang itu berseru kagetdan
masing-masing selamatkan diri jungkir balik.
Setan Ngompol merasa pinggangnya seperti patah akibat diserempet pukulan yang
dilepaskan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Terbungkuk-bungkuk kakek ini kucurkan air kencing. Si Betina Bercula
tertelentang di tanah sambil pegangi perutnya.
"Jebol ususku! Hancur perutku!" katanya lalu berguling di tanah.
Sambil menahan sakit dia berusaha bangkit berdiri. Di antara ketiga orang yang
d.hantam serangan mendadak itu Naga Kuning yang paling parah.
Bahu kanannya serasa tanggal. Dia tak mampu menggerakkan tangan.
Ketika pakaiannya sengaja dirobeknya terlihat daging bahunya memar merah seperti
dipanggang! "Kakek jahanam! Kau tidak habis-habisnya mencelakai kami!"
teriak Naga Kuning. Bocah ini bangkit termiring-miring sambil bersandar ke
sebatang pohon.
"Anak kurang ajar! Kau yang akan kubunuh lebih dulu! Aku tidak perduli siapapun
kau adanya!"
"Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" tiba-tiba Luhcinta menegur.
"Kau adalah tokoh yang dituakan, tempat semua bertanya dan meminta pertolongan.
Mengapa kau menyerang orang-orang ini secara ganas.
Pertanda jeias kau ingin membunuh mereka!"
"Kau tidak tahu siapa mereka! Kau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan
terhadapku! Jadi harap kau jangan campuri urusan kami!"
bentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
31 "Wahai, apakah tidak ada lagi kasih di Negeri Latanahsilam ini"
Hingga sesama makhluk hanya menginginkan kematian"!"
Seperti diketahui sebenarya baik Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab maupun Lawungu
sama-sama merasa jerih terhadap bocah ini.
Namun saat itu karena dia telah berhasil menghantam lebih dulu, si kakek merasa
dia akan sanggup menghabisi Naga Kuning. Maka sambil tertawa mengekeh dia angkat
tangan kanannya, siap melancarkan pukulan Badai Lima Penjuru untuk kedua
kalinya. Pukulan ini diarahkan pada Naga Kuning. Sementara itu tangan kirinya
tak tinggai diam. Dia keluarkan ilmu yang disebut Memeluk Bumi Menghantam
Matahari. Tangan kirinya itu berubah menjadi panjang, lalu menyambar ke arah
Betina Bercula dan Setan Ngompol!
"Celaka! Dia seperti kesetanan!" ujar Naga Kuning.
"Makhluk yang otaknya di luar kepala ini benar-benar inginkan nyawa kita! Aduh
kencingku tidak tertahankan!" kata Si Setan Ngompol.
Matanya mendelik ketika melihat tangan kiri Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab
tahu-tahu sudah melesat ke bawah perutnya sementara sikunya mencuat mencari
sasaran di dada Betina Bercula.
Si Betina Bercula tak tinggai diam. Dia membuat gerakan mundur satu langkah.
Begitu sikut si kakek lewat dua tangannya segera menyerbu daiam gerakan yang
disebut Pelukan Mesra Pengantar Kematian. Seperti pernah diceritakan ilmu ini
konon hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang punya kelainan seperti Si Betina
Bercula. Begitu bagian tubuh lawan berada dalam pegangan maka dia akan merangkul
erat-erat penuh napsu Rhoel (arul2002@gmail.com)
32 hingga dia mencapai puncak gairahnya. Sebaliknya orang yang masuk dalam
pelukannya juga akan diselimuti rasa gairah lalu kelemasan sendiri dan roboh
dengan tulang-tulang laksana hancur!
Sama seperti Betina Bercula, Si Setan Ngompol juga hadapi serangan lawan dengan
jurus Setan Ngompol Mengencingi Pusara.
Tubuhnya melesat ke udara setinggi dua tombak. Dua kakinya dibuka lebar-tebar
menebar tendangan. Namun dari selangkangannya
bermuncratan air kencing ke arah Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!
Sementara Luhcinta masih menimbang-nimbang apakah dia perlu turun tangan
membantu ketiga orang itu, tiba-tiba terjadilah sesuatu!
* ** Rhoel (arul2002@gmail.com)
33 4 KAKEK sakti yang otaknya ada di luar kepala ini berseru keras. Dia bukan kaget
atau takut menghadapi serangan Si Setan Ngompol dan Betina Bercula, namun
menjadi pucat sewaktu melihat bagaimana dari balik dada pakaian Naga Kuning saat
itu menyembul sosok kuning kepala seekor binatang bermata merah. Bersamaan
dengan itu wajah si bocah berubah menjadi wajah seorang kakek berusia lebih dari
seratus tahun. " Naga Hantu Langit Ke Tujuh! " teriak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Walau
rasa takut serta merta menjalari tubuhnya namun untuk berbalik dan ambil langkah
seribu sudah kepalang tanggung. Maka kakek ini tarik serangan tangan kirinya ke
arah Setan Ngompol dan Betina Bercula. Tangan itu kini dipergunakan untuk
menggebuk sosok Naga Kuning. Sedang pukulan Badai Lima Penjuru tetap
dihantamkannya pada si bocah setelah terlebih dulu melipat gandakan tenaga
dalamnya. Dibarengi suara menggelegar seolah hendak membelah bumi satu sosok menyerupai
naga kuning bermata merah yang menyembul keluar dari dada Naga Kuning mendadak
berubah besar. Dengan mulut terbuka makhluk aneh ini melesat ke arah Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Si kakek berteriak ngeri ketika melihat ada satu
mulut raksasa sebesar mulut goa menyambar ke arahnya. Luhcinta tercekat dan
keluarkan Seruan tertahan. Betina Bercula terpekik. Setan Ngompol terkencingkencing ketika Rhoel (arul2002@gmail.com)
34 melihat sosok ular luar biasa besarnya yang keluar dari dada Naga Kuning menelan
kepala lalu tubuh Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab hingga amblas ludas tak
bersisa lagi! Naga Kuning seperti tidak percaya melihat apa yang terjadi. Dia hampir jatuh
pingsan ketika menyaksikan bahwa naga besar itu keluar dari dalam tubunnya!.


Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekujur tubuhnya menggigil. Tiba-tiba di udara tampak kabut putih berarak turun.
Perlahan-lahan kabut itu berubah menjadi bentuk sosok seorang tua berselempang
kain putih. Rambut, kumis dan janggut serta alisnya yang serba putih menjulai
menyembunyikan wajahnya.
Namun Naga Kuning segera mengenali siapa adanya sosok itu. Anak ini cepat
jatuhkan diri, duduk bersimpuh di tanah dan tundukkan tubuhnya ke depan.
Mulutnya berucap menyebut satu nama. " Kiai Gede Tapa Pamungkas, terima hormat
saya...." "Naga Kuning, salam hormatmu aku terima." Orang tua berselempang kain putih
menjawab salam Naga Kuning. Suaranya halus seolah datang dari kejauhan tetapi
cukup jelas terdengar. "Aku muncul bukan untuk menemuimu. Melainkan untuk
menemui Naga Hantu Langit Ke Tujuh!"
Naga Kuning kembali merunduk. Makhluk berbentuk naga kuning bermata merah yang
masih menggantung di udara keluarkan suara aneh lalu tundukkan kepala di hadapan
orang tua berselempang kain putih yang mengapung di udara.
"Naga Hantu Langit Ke Tujuh. Aku berterima kasih kau telah melindungi anak itu
sebagaimana menjadi tugas kewajibanmu sepanjang Rhoel (arul2002@gmail.com)
35 hidupnya. Namun aku tidak ingin kau membunuh kakek berjubah putih itu.
Harap kau segera mengeluarkannya dari perutmu!"
Naga kuning besar kedipkan sepasang matanya yang merah lalu kembali rundukkan
kepala dan keluarkan suara lirih panjang. Tiba-tiba makhluk ini buka mulutnya
lebar-lebar dan keluarkan suara seperti muntah.
Bersamaan dengan itu melesatlah sosok Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Wajah,
sekujur tubuh dan seluruh jubah putihnya kini kelihatan berubah kuning dan
basah! Kakek ini tergelimpang tak bergerak di tanah tapi urat besar di lehernya
kelihatan berdenyut pertanda dia masih bernafas hidup.
"Naga Hantu Langit Ke Tujuh, aku senang kau mematuhi perintahku. Kembali ke
tempat asalmu. Aku akan segera meninggalkan tempat ini, kembali ke dasar Telaga
Gajahmungkur."
Naga Hantu kedipkan dua matanya lalu merunduk. Setelah itu perlahan-lahan
ujudnya mengecil dan masuk lenyap ke dalam dada Naga Kuning! (Mengenai Kiai Gede
Tapa Pamungkas harap baca serial Wiro Sableng berjudul Pedang Naga Suci 212 dan
Liang Lahat Gajahmungkur) Setan Ngompol, Betina Bercula dan Luhcinta melompat
mendekati Naga Kuning yang saat itu masih tegak terbingung-bingung.
Bocah geblek!" kata Si Setan Ngompol. "Aku tak menyana kalau kau punya ilmu
kesaktian yang bisa mengeluarkan naga besar dari dalam tubuhmu. Tapi apa benar
itu naga sakti jejadian atau penjelmaan anumu yang bisa berubah menjadi
besar..." Rhoel (arul2002@gmail.com)
36 "Hik... hik... hik...." Si Betina Bercula tertawa cekikikan. "Kalau benar anu
anak ini yang berubah besar, aku jadi ingin memeriksa ke balik celananya!"
Mendengar kata-kata Betina Bercula Naga Kuning langsung menjauh. Karena soal
memeriksa bahkan meraba barang tertarang itu sudah merupakan hal biasa bagi
Betina Bercula yang memang punya kelainan.
"Naga Kuning, siapa kakek yang tadi datang dan lenyap secara aneh itu?" bertanya
Luhcinta. "Dia... dia Kiai Gede Tapa Pamungkas, seorang sakti bermukim di telaga
Gajahmungkur di tanah Jawa. Dia adalah guru dari nenek sakti bernama Sinto
Gendeng. Sinto Gendeng ini adalah guru dari sahabat kami Pendekar 212 Wiro
Sableng...."
"Luar biasa! Jika dia bisa muncul berrrti dia memiliki kesaktian tinggi sekali
hingga mampu menembus perbedaan waktu seribu dua ratus tahun dan muncul di
tempat ini...."
"Astaga! Aku tidak memikir sampai ke situ!" kata Naga Kuning pula.
Si Setan Ngompol menyambungi. "Benar, kalau aku ingat tadi-tadi pasti aku minta
petunjuk bagaimana caranya bisa kembali ke tanah Jawa "
Luhcinta melirik tajam kearah si kakek, Diam-diam dia merasa bersyukur apa yang
diucapkan Si Setan Ngompol itu tidak kejadian.
Setelah sama-sama berdiam diri dalam memandangi sosok Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab yang tergeletak di tanah, Naga Kuning memecah kesunyian dengan bertanya
pada Luhcinta. Rhoel (arul2002@gmail.com)
37 "Luhcinta, sejak beberapa waktu lalu kami terpisah dari sahabat kami Wiro.
Mungkin kau mengetahui dimana dia berada?"
"Sebenarnya aku juga ingin menanyakan pada kalian," jawab Luhcinta.
"Sahabatku, apakah kau sudah mendengar kabar, entah benar entah tidak. Bahwa
Wiro menghamili Peri Bunda?"
Wajah Luhcinta tampak menjadi merah mendengar pertanyaan itu.
Gadis ini menggigit-gigit bibimya sendiri menahan gelora perasaan hatinya.
"Aku mendengar banyak hal terjadi belakangan ini. Sulit rasanya mau mempercayai.
Kecuali satu hal...."
"Hal apa?" tanya Naga Kuning.
"Sahabatmu itu telah melangsungkan perkawinan!"
Naga Kuning berseru kaget dan ternganga. Si Setan Ngompol langsung tersandar ke
pohon dan pancarkan air kencing.
"Wahai, kawan kita ini tentunya bergurau," berkata Betina Bercula.
"Tidak masuk diakal!" kata Naga Kuning.
"Kalau dia kawin, kawin dengan siapa" Kucing atau kodok?"
istrinya bernama Luhrembulan. Aku menyakikan sendiri upacara perkawinannya di
Bukit Batu Kawin. Dilakukan oleh nenek juru kawin Lamahila...."
Tapi kami mendengar kabar Lamahila mati dibunuh orang belum lama ini," kata
Betina Bercula.
"Benar," jawab Luhcinta. "Tapi dia mati setelah upacara pernikahan itu...."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
38 "Jangan-jangan... apakah ada sangkut paut kematiannya dengan perkawinan Wiro?"
ujar Naga Kuning.
"Kalau tidak bertemu dengan anak setan itu dan dia bicara sendiri, aku belum mau
percaya dia sudah kawin!" kata Si Setan Ngompol pula.
"Aku tidak ingin membicarakan hal itu lebih jauh," kata Luhcinta.
"Saat ini aku tengah mencari orang bemama Si Penolong Budiman.
Mungkin kalian mengetahui atau melihat dia berada di mana?"
"Orang itu! Bukankah dia si jubah hitam yang kita lihat tak jauh dari telaga
sore tadi?" ujar Betina Bercula.
"Betul, sore tadi kami melihat seorang berjubah hitam yang mukanya juga hitam
berlari cepat ke arah sebuah telaga."
"Kalian yakin, jubah hitam muka hitam"!" tanya Luhcinta ingin memastikan.
"Yakin sekali!" jawab Naga Kuning, Betina Bercula dan Setan Ngompol berbarengan.
Tanpa banyak cerita lagi Luhcinta langsung berkelebat tinggalkan ketiga orang
itu. "Hai!" seru Naga Kuning. "Agaknya ada sesuatu antara Luhcinta dengan manusia
muka tanah liat itu. Bukankah selama ini diketahui Si Penolong Budiman selalu
menguntit Luhcinta kemana-mana. Aku yakin lelaki itu naksir pada si gadis. Tapi
malu karena mungkin mukanya jelek lalu sengaja ditutup dengan tanah liat!"
"Kalau mau tahu ceritanya mengapa tidak kita ikuti Luhcinta"!" ujar Setan
Ngompol. Rhoel (arul2002@gmail.com)
39 Naga Kuning dan Betina Bercula menyetujui. Ketiga orang itu segera lari ke arah
lenyapnya si gadis.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
40 5 BEGITU orang yang dicarinya muncul di depan goa, Luhcinta langsung menegur
penolong Budiman, selama ini kau selalu mengikuti kemana aku pergi. Terus terang
sejak lama aku menaruh curiga terhadapmu. Kecurigaanku hari ini menjadi
kenyataan...."
"Luhcinta, aku akan jelaskan padamu..." kata orang bermuka tanah liat dengan
suara bergetar.
"Ucapanku belum selesai wahai orang bermuka tanah liat"
Memotong Luhcinta. "Hari ini kepercayaanku sirna terhadapmu.
Seharusnya saat ini aku memberi pelajaran pahit padamu. Menurunkan hukuman atas
dirimu. Tentunya kau sudah tahu dua kesalahan besar yang telah kau lakukan atas
diriku!" "Luhcinta, mengenai peristiwa di telaga itu. Aku bersumpah aku tidak punya niat
dengan sengaja hendak mengintip kau mandi...."
Naga Kuning, Si Setan Ngompol dan Betina Bercula jadi saling pandang mendengar
kata-kata Si Penolong Budiman itu.
"Tidak disangka, jahil juga si muka comberan kering ini!" kata Si Setan Ngompol
keras-keras hingga Si Penolong Budiman mendengar.
"Kalau saja dia mengintip diriku tentu aku persilakan dengan dua tangan dan dua
paha terbuka," kata Si Betina Bercuta lalu tertawa Rhoel (arul2002@gmail.com)
41 cekikikan. "Rupanya dia tahu juga betis mulus dan jidat licin yang asli! Hik.
hik... hik!"
"Kakimu berbulu, jidatmu atas bawah berambut! Siapa sudi mengintip monyet jantan
mandi!" kata Naga Kuning yang membuat Betina Bercula pelototkan mata dan hendak
meremas bagian bawah perutnya.
"Kau sudah tertangkap basah berbuat kekejian yang sangat memalukan! Sungguh
sikapmu tidak sejantan seperti yang kau perlihatkan selama ini!" Luhcinta
kembali keluarkan ucapan.
"Aku mohon maaf dan tidak dapat menyalahkan dirimu jika sampai berprasangka
demikian. Tapi ketahuilah,..."
Luhcinta angkat tangannya memberi isyarat hingga Si Penolong Budiman terpaksa
hentikan ucapannya.
"Kehidupan ini berlandaskan kasih. Namun manusia berperilaku aneh memilihmilihnya menjadi kenyataan pahit Selama ini aku bersikap baik terhadapmu. Namun
kebaikan itu kau balas dengan keculasan keji.
Adakah yang lebih keji dari pada mengintip perempuan mandi dan dilakukan oleh
seorang lelaki berilmu kepandaian tinggi sepertimu?"
"Sekali lag! aku mohon maafmu Luhcinta. Izinkan aku memberi keterangan..." kata
si muka tanah liat sambil rapatkan dua tangannya di depan dada dan membungkuk
memohon. Luhcinta tidak perdulikan sikap dan permintaan orang Dia melanjutkan. "Hal ke
dua, aku tidak pernah menyangka kalau Si Penolong Budiman ini ternyata adalah
seorang pencuri busuk! Kau mencuri sebuah benda dari kantong perbekalanku. Benda
itu sangat berharga bagiku, sama Rhoel (arul2002@gmail.com)
42 berharganya dengan nyawaku! Harap kau segera mengembalikan benda itu!"
Tukang intip! Maling pula kiranya! Walah! Sungguh tidak bermalu!"
kata Setan Ngompol.
"Pantas mukanya ditutupi tanah liat!" menyambung Naga Kuning.
"Penolong Budiman," kata Betina Bercula. "Barang apa yang kau ambil dari gadis
sahabatku ini"! Kalau kau cuma mencuri celana dalam, mengapa tidak mengambil
milikku saja" Langsung bisa kau tanggalkan dari badanku jika kau suka!"
Naga Kuning dan Si Setan Ngompol tertawa gelak-gelak sementara Betina Bercula
manggut-manggut cekikikan. Luhcinta tampak berubah wajahnya sedang Si Penolong
Budiman memandang dengan mata mendelik besar ke arah Betina Bercula.
Dari dalam saku jubah hitamnya si muka tanah liat keluarkan sebuah batu merah
berbentuk sekuntum bunga mawar.
"Ini barangmu yang kuambil. Aku kembalikan padamu. Jika kau mau percaya
sebenarnya tidak ada niatku untuk mencuri. Aku hanya ingin memeriksa benda itu."
Habis berkata begitu Si Penolong Budiman letakkan batu merah di atas patahan
batang pohon di hadapannya lalu dia melangkah mundur ke tempatnya semula.
"Kalau mengambil barang orang tapi mengaku bukan mencuri, lalu namanya kira-kira
apa ya?" menyeletuk Naga Kuning.
"Maling!" Yang menjawab Si Setan Ngompol.
"Tepat!" menimpali Betina Bercula.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
43 Si Penolong Budiman tidak dapat menahan hatinya lagi. Dia pandangi ketiga orang
itu dengan mata seperti menyala lalu berkata.
"Selama ini aku menganggap kalian sebagai teman. Mengapa berlancang mulut
mengeluarkan ucapan-ucapan seperti itu, mencampuri urusan kami?"
"Sstttt!" Naga Kuning silangkan jari telunjuknya di atas bibir.
"Bapak Maling memerintahkan kita tidak boleh berlancang mulut Tidak boleh
mencampuri urusannya!"
"Sebaiknya kita patuhi!" ujar Si Setan Ngompol. "Kalau dia sampai memarahi kita,
aku pasti akan terkencing-kencing!"
Si Penolong Budiman hampir tak dapat menahan amarahnya diejek terus-terusan.
Setelah pelototkan mata pada ketiga orang itu dia berpaling pada Luhcinta.
"Aku mengaku telah berbuat kesalahan. Aku bersedia menerima hukuman!"
"Hemm...." Naga Kuning tegak berkacak pinggang dengan tangan kiri sementara
Hina Kelana 15 Dendam Dan Prahara Di Bhumi Sriwijaya Karya Yudhi Herwibowo Racun Gugah Jantan 3

Cari Blog Ini