Ceritasilat Novel Online

Muka Tanah Liat 2

Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat Bagian 2


tangan kanannya mengusap-usap dagunya seperti orang tua mengusap jenggot Lalu
dia memandang pada Si Setan Ngompol dan Betina Bercula. "Kira-kira hukuman apa
yang pantas dijatuhkan pada seorang pencuri sekaligus tukang intip perempuan
mandi?" "Pelintir saja anunya!" jawab Setan Ngompol Seenaknya lalu tertawa mengekeh
sambil pegangi bagian bawah perutnya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
44 "Kalau memelintir anu, serahkan saja tugas itu padaku!" kata Betina Bercula.
Lalu sambil tertawa cekikikan dia melangkah mendekati Si Penolong Budiman dan
tangan kanannya diulurkan ke bawah perut orang seperti benar-benar hendak
melakukan apa yang diucapkannya.
Si Penolong Budiman tidak dapat lagi menahan diri. Amarahnya meledak menembus
ubun-ubunnya, Tangan kanannya bergerak.
"Plaakkk!"
Tamparan keras melayang. Betina Bercula terpekik keras dan terbanting merintih
di tanah. Darah mengucur dari sudut bibirnya yang pecah.
"Maling busuk, pengintip keji! Kau memang tidak punya hati kemanusiaan!" teriak
Naga Kuning marah melihat Betina Bercula tergeletak mengenaskan begitu rupa.
Anak ini menerjang dan hantamkan tangan kanannya melepas pukulan Naga Murka
Merobek Langit.
Si Penolong Budiman berusaha mengelak untuk menghindari perkelahian. Namun
serangan Naga Kuning demikian cepatnya hingga dia terpaksa pergunakan tangan
kanan untuk menangkis. Dua tangan beradu keras. Naga Kuning bukanlah bocah
sembarangan namun adu kekuatan dengan Si Penolong Budiman yang dikenal
berkepandaian tinggi membuat anak ini terpental satu tombak. Walau Naga Kuning
mampu jatuh dengan kaki tetap menjejak tanah namun tangan kanannya terasa sakit
dan tak bisa digerakkan. Setelah terhuyung-huyung sesaat anak ini akhirnya
terduduk bersimpuh di tanah merintih kesakitan.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
45 Setan Ngompol berseru kaget Melihat Naga Kuning kesakitan begitu rupa kakek ini
jadi kalap. Sekali berkelebat dia kirimkan tendangan deras ke kepala Si Penolong
Budiman. Tapi tendangannya dengan mudah dielakkan. Malah satu jotosan yang
dilancarkan lawan sebagai balasan melanda dadanya, membuat si kakek ambruk
muntah darah! "Makhluk muka tanah liat! Apa yang kau lakukan terhadap tiga orang ini
membuktikan kau sebenarnya memang bukan manusia baik-baik!
Orang pandai bukan cuma mengandalkan ketinggian ilmu, tapi harus bisa menahan
hati menindih hawa amarah! Orang pandai harus mengutamakan kasih di atas segalagalanya!" Luhcinta membentak marah. Tanpa dapat menahan diri lagi dia hantamkan
dua tangannya ke arah Si Penolong Budiman.
Seolah sadar dan menyesal apa yang telah dilakukannya Si Penolong Budiman tidak
berusaha menyingkir atau menangkis serangan si gadis. Padahal serangan yang
dilancarkan oleh Luhcinta adalah Pukulan
Tangan Dewa Merajam Bumi yang sangat berbahaya!
Malah Si Penolong Budiman sengaja jatuhkan diri berlutut di tanah menunggu
datangnya pukulan, menatap dengan sepasang mata yang memancarkan cahaya aneh.
"Aku mengaku salah! Aku siap menerima hukuman!"
Luhcinta terkesiap kaget Dia tidak menyangka orang akan sepasrah itu. Padahal
pukulan yang dilancarkannya jika terkena telak akan menyebabkan lawan terbanting
rubuh dan bisa lumpuh seumur hidup. Hati Luhcinta yang penuh kasih jadi
terguncang. Pukulannya yang sudah Rhoel (arul2002@gmail.com)
46 menghantam setengah jalan diputarnya demikian rupa agar tidak mengenai Si
Penolong Budiman. Namun tetap saja serangan ganas itu menyambar sosok Si
Penolong Budiman sebelah kiri malah tepat di bagian dada dan pinggang!
Sesaat lagi Pukulan Tangan Dewa Merajam Bumi akan menghantam makhluk bermuka
tanah Hat itu, tiba-tiba dari kegelapan malam berkelebat seseorang sambil
menyorongkan sebatang tongkat bambu berwarna kuning, berusaha menangis serangan
Luhcinta. "Kraakkk!"
Tongkat bambu patah. Pukulan Luhcinta melenceng ke kiri.
Membongkar tanah dan bebatuan yang ada di tempat itu. Sosok Si Penolong Budiman
walau selamat tapi terlempar sejauh dua tombak. Bahu kirinya seperti ditusuk
puluhan jarum dan tak bisa digerakkan. Terhuyung-huyung dia bangkit berdiri Jika
saja mukanya tidak dilapisi tanah liat jelas akan terlihat bagaimana wajahnya
pucat seputih kain kafan! Orang ini menatap sebentar ke arah Luhcinta, lalu
tidak menunggu lebih lama dia putar tubuhnya dan lenyap dari tempat itu.
Luhcinta hendak mengejar tapi satu suara berkata mencegahnya.
"Tak perlu kau kejar orang itu Luhcinta. saatnya kelak kalian akan bertemu
kembali!" Luhcinta terkejut. Dia seperti mengenali suara itu. Cepat gadis ini berpaiing ke
samping kiri. Mulutnya keluarkan seruan tertahan. Naga Kuning, Si Setan Ngompoi
dan Betina Bercula yang ada di tempat itu juga Rhoel (arul2002@gmail.com)
47 sama-sama melengak kaget dan ngeri. Si kakek langsung terkencing-kencing.
"Ampun, makhluk apa ini..." kata Betina Bercula dengan tengkuk merinding. Saat
itu dia masih terduduk di tanah sedang si kakek berdiri di sampingnya. Dalam
ketakutan tangannya dipagutkan ke selang-kangan Si Setan Ngompol, membuat kakek
ini tambah aur-auran kencingnya!
Rhoel (arul2002@gmail.com)
48 6 ORANG yang berdiri di hadapan Luhcinta saat itu adalah seorang perempuan yang
sekujur tubuhnya mulai dari kepala sampai ke kaki dilengketi oleh ratusan kodok
hijau berbagai ukuran! Dari wajahnya yang kelihatan cuma dua mata serta lobang
hidung dan sedikit bibir. Di tangan kanannya dia memegang sebatang tongkat bambu
kuning yang telah patah yang kemudian ditancapkannya ke tanah hingga amblas
sampai dua pertiganya.
"Makhluk aneh..." bisik Naga Kuning pada Si Setan Ngompoi.
"Kodok yang bergelantungan di kepala, muka dan badannya itu apakah
peliharaannya, binatang mainannya atau anak-anaknya!"
"Gila kau! Mana ada orang beranak kodok!" tukas si Setan Ngompol sambil pegangi
dadanya yang masih mendenyut sakit akibat jotosan Si Penolong Budiman tadi.
Tiba-tiba Luhcinta jatuhkan diri berlutut di hadapan orang aneh itu seraya
memanggil. " Guru Luhmasigi.... Untung kau muncul. Kalau tidak mungkin tadi saya
telah kesalahan tangan...."
"Ah, gurunya rupanya..." bisik Si Setan Ngompol pada Naga Kuning lalu menepis
tangan Betina Bercula yang kembali hendak memegangi pahanya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
49 "Untung sang murid tidak dilengketi kodok seperti gurunya!" kata Betina Bercula
pula. Si nenek bernama Luhmasigi usap kepala Luhcinta lalu berkata.
"Semua sudah diatur oleh Yang Kuasa. Kalau saja aku terlambat menemui dirimu di
tempat ini, di malam begini gelap mungkin akan terjadi hal yang lebih buruk.
Selama ini aku banyak menyirap kabar atas segala kejadian di Negeri Latanahsilam
ini. Beberapa diantaranya menyangkut dirimu. itu sebabnya
aku perlukan meninggalkan Lembah Laekatakhijau mencarimu...." Baru saja si nenek habis berucap belasan katak hijau yang
menempel di tubuhnya mengeluarkan suara riuh lalu berloncatan ke tubuh Luhcinta.
Tanpa ada rasa takut ataupun jijik si gadis usap katak-katak itu satu persatu.
"Katak sahabatku, aku gembira kalian masih mengenali diriku..."
kata Luhcinta. Sementara itu Luhmasigi yang dalam rimba persilatan Negeri Latanahsilam dikenal
dengan julukan Hantu atau Nenek Lembah Laekatakhijau memandang ke arah Naga
Kuning, Setan Ngompol dan Betina Bercula. Lalu pandangannya membentur batu merah
berbentuk bunga mawar yang terletak di atas patahan batang kayu. Dengan cepat si
nenek mengambil benda itu, memperhatikannya beberapa saat lalu berkata.
"Luhcinta, bukankah bunga mawar batu merah ini milikmu"
Mengapa berada di atas patahan batang kayu?"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
50 "Ada orang berusaha mencurinya Nek. Ketika didesak benda itu dikembalikannya,
diletakkannya di atas pohon itu...."
"Orang yang katamu mencuri benda ini, apakah dia yang tadi hendak kau habisi?"
tanya si nenek.
"Sebetulnya walau hati saya sangat marah dan kecewa, saya tidak berniat
sungguhan membunuhnya. Saya hanya ingin memberi pelajaran...."
"Aku gembira mendengar kata-katamu itu Luhcinta. Pertanda pelajaran kasih sayang
yang aku tanamkan padamu masih ada di lubuk hatimu."
"Saya selalu berusaha menempatkan kasih dalam setiap jalan kehidupan saya. Walau
terkadang mengalami kesulitan, menghadapi kenyataan yang tidak terduga...."
"Itulah hidup. Semua tidak mungkin sejalan dengan keinginan kita.... Kita
menginginkan kebaikan, yang datang angkara murka....
Muridku, kau masih ingat riwayat batu ini seperti yang diceritakan nenekmu Hantu
Penjunjung Roh"
"Saya masih ingat Guru. Bukankah batu ini diberikan oleh nenek kepada ibu saya
untuk hiasan rambutnya ketika dia masih gadis remaja seperti saya?" ujar
Luhcinta. "Karena sangat berharganya batu bunga mawar inilah maka saya sampai
hendak menurunkan tangan jahat pada orang bermuka tanah liat itu. Karena dia
hendak mencuri batu mawar merah itu."
"Makhluk berjubah hitam. Mukanya dilapisi dengan tanah liat.
Diberi jelaga hitam! Mengapa dia melakukan hal itu" Mengapa dia mencuri Rhoel
(arul2002@gmail.com)
51 mawar batu merah ini dari tanganmu. Adakah kau sempat memikir dan menyelidiki
wahai muridku?"
"Maafkan saya Nek. Hal itu memang belum saya lakukan. Yang saya tahu mawar dari
batu merah itu sangat berharga bagi saya, tapi tidak bagi orang lain...."
"Belum tentu. Jika batu mawar merah ini tidak berharga bagi orang lain, makhluk
bermuka tanah liat itu tidak akan mencurinya dari tanganmu.
Lalu jika dia benar-benar berniat jahat hendak menguasai batu ini, mengapa
kemudian dia mengembalikannya padamu" Agaknya ada sesuatu dibalik semua
perbuatannya itu...."
"Saya tidak tahu Nek...."
"Muridku Luhcinta, apa menurutmu tiga orang aneh ini pantas mendengar semua
percakapan kita?" Si nenek goyangkan kepalanya ke arah Naga Kuning, Setan
Ngompol dan Betina Bercula.
Luhcinta pandangi ketiga orang itu. "Mereka sahabat-sahabat saya Nek.... Tidak
jadi apa kalau mereka mendengar pembicaraan kita. Malah sebagian riwayat saya
mereka sudah mengetahui...."
"Begitu...?" si nenek manggut-manggut Naga Kuning yang suka bicara usil tibatiba membuka mulut
"Nenek yang kepala dan muka serta tubuhnya ketutupan kodok, kau menyebut kami
bertiga aneh. Apa anehnya dari kami ini?"
Hantu Lembah Laekatakhijau berpaling pada Naga Kuning. Dia pandangi bocah itu
sesaat lalu sambil tersenyum dia menjawab. "Aku mulai dengan kakek kawanmu itu."
Si nenek menunjuk ke arah Setan Ngompol.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
52 "Kukatakan aneh karena telinganya sebelah kanan kulihat terbalik! Hik...
hik! Bagiku itu aneh, entah bagi orang lain. Lalu, dari sini saja aku bisa
mencium bau pesing di tubuhnya! Bayi kencing aku tidak heran, kalau sudah tua
bangka masih ngompol apa tidak aneh" Hik... hik... hik!"
Setan Ngompol delikkan mata. Tapi dia tidak marah malah tertawa gelak-gelak
menimpali cekikikan si nenek.
"Itu keanehan sahabatmu si kakek mata lebar dan juling itu"
Sekarang sobatmu yang ke dua. Jelas dia laki-laki asli. Tapi mengapa berpakaian
dan berdandan serta bersikap seperti perempuan" Padahal otaknya tidak miring!
Apa itu tidak aneh namanya?"
Kini giliran Betina Bercula yang beliakkan mata. Tapi dia juga tidak marah malah
sambil senyum-senyum dia berkata. "Kau memang tidak tahu Nek! Di mata manusia
wajar lelaki berdandan adalah lebih menarik dari pada perempuan ditempeli katak
hijau sepertimu. Hik... hik... hik.... Apa kau punya suami Nek?"
"Wahai! Apa maksudmu menanyakan aku punya suami atau tidak?" tanya Hantu Lembah
Laekatakhijau heran tapi juga jengkel penasaran. "Apa kau mau mencarikan laki
untukku"!"
"Kalau kau punya suami, waktu bercumbu dan tidur bersamanya apa katak-katak itu
masih terus nangkring di kepala, muka dan sekujur tubuhmu...." "Mungkin juga ada
kodok yang menempel di anunya!" bisik Setan Ngompol kurang ajar lalu tertawa
terkekeh-kekeh. Naga Kuning dan Betina Bercula tergelak-gelak. Untung si nenek
tidak mendengar kata-kata si kakek tadi hingga dia hanya memandang terheranheran pada ketiga Rhoel (arul2002@gmail.com)
53 orang itu sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang ditertawakan mereka.
Sementara itu Luhcinta sendiri walau tidak senang gurunya dipermainkan tapi
gadis ini juga tak dapat menahan gelinya.
Betina Bercula meneruskan kata-katanya. "Kalau benar kau punya suami, walah!
Pasti suamimu kerepotan dan mungkin marah karena keasyikannya terganggu! Ha...
ha... ha! Bayangkan, waktu dia memegang tubuhmu, yang terpegang katak hijau!
Ketika dia mau mencium pipimu, yang menempel di hidungnya kodok hijau! Itu
maksud pertanyaanku Nek!
Jangan mengira aku mau mencarikan suami untukmu! Ha... ha... ha!"
"Makhluk salah ujud! Bukan hanya sifatmu yang lain, tap! otak dan mulutmu juga
aneh!" mendamprat Hantu Lembah Laekatakhijau.
"Dua temanku sudah kau katakan aneh. Aku sendiri bagaimana Nek?" Naga Kuning
tiba-tiba bertanya.
Si nenek kedap-kedipkan matanya berulang kali lalu mulutnya terpencong-pencong
menahan senyum. "Sosok dan wajahmu memang seperti yang terlihat. Kau adalah
seorang anak lelaki. Tapi kalau aku duga-duga, umurmu belum tentu berada di
bawahku! Apa itu tidak aneh?"
Terkejutlah Naga Kuning dan Setan Ngompol mendengar ucapan Hantu Lembah
Laekatakhijau itu. Keduanya saling berpandangan.
"Aneh, bagaimana dia bisa menduga siapa diriku?" bisik Naga Kuning. Seperti
diketahui Naga Kuning sebenarnya memang adalah seorang kakek berusia sekitar
seratus dua puluh tahun.
"Hei! Kau merasa dirimu aneh atau tidak"!" Si nenek bertanya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
54 Naga Kuning tersentak. Sambil tersenyum anak ini menjawab.
"Terserah padamu Nek. Kau mau bilang aneh aku menurut saja...."
Luhmasigi alias Hantu Lembah Laekatakhijau tertawa mengekeh.
Lalu dia berpaling kembali pada muridnya, memegang lengan si gadis dan
menggandengnya ke satu tempat, sengaja menjauhi yang lain-lain. Dengan suara
perlahan dia kemudian berkata.
"Luhcinta, sahabat-sahabatmu yang tiga ini walau aneh kurasa hatinya baik-baik.
Tapi menurut kabar yang kusirap ada seorang pemuda.
Yang juga berasal dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang. Aku lupa siapa
namanya. Pemuda itu konon telah jatuh cinta padamu, atau sebaliknya kau yang
jatuh hati padanya" Padahal dikabarkan pula pemuda itu telah menebar kekejian
dan berbuat mesum dimana-mana. Sampai-sampai aku mendengar dia telah menghamili
Peri Bunda! Bagaimana ini, harap kau mau memberi penjelasan!"
Paras Luhcinta langsung berubah. Tapi dia cepat menguasai diri.
Sambil tersenyum dia berkata.
"Nenek Luhmasigi, kiranya kau jangan lekas percaya pada segala kabar yang kau
sirap." "Baiklah. aku setuiu ucapanmu. Tapi ada satu hal yang ingin aku ketahui. Ingin
kutanyakan...." Si nenek memandang tajam-tajam ke mata cucunya itu membuat hati
si gadis berdebar.
"Katakan saja apa yang ingin kau tanyakan itu Nek...."
"Apakah benar pemuda itu mencintaimu?"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
55

Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah Luhcinta serta merta menjadi merah. Dia tampakgugup."Saya...saya tidak tahu Nek....Mengapa kau bertanya begitu?"
"Kau sendiri, apakah kau mencintainya"!" sang guru bukan menjawab malah batik
bertanya. Luhcinta semakin gugup. Si nenek tersenyum lalu berkata.
"Ketahuilah wahai muridku. Bagi seorang gadis lebih baik kawin dengan lelaki
yang mencintainya dari pada yang dicintainya...."
"Saya tidak mengerti Nek...."
Luhmasigi usap kepala muridnya. "Kelak kau akan mengerti, Luhcinta."
"Saya rasa tidak mungkin Nek...."
"Eh, apa yang tidak mungkin?"
"Pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang itu.
Namanya Wiro Sableng...."
"Nama aneh..." ujar si nenek.
"Pemuda itu... dia...." Sepasang mata Luhcinta berkaca-kaca.
Bahunya turun naik menahan isak.
"Kau menangis! Apa yang telah dilakukan pemuda itu terhadapmu"
Katakan! Jika dia berlaku jahat akan kucari dan kupesiangi tubuhnya!"
"Dia telah nikah Nek... dia sudah kawin..." Luhcinta tak sanggup meneruskan
ucapannya. Gadis ini tundukkan kepala dan tutup wajahnya dengan dua tangannya.
"Dari mana kau tahu" Aku sendiri belum menyirap kabar itu."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
56 "Aku menyaksikan sendiri upacara pernikahannya. Nenek Lamahila yang menikahkan
mereka. Di Bukit Batu Kawin!"
"Tapi nenek itu sendiri bukankah dia dikabarkan telah menemui ajal" Pembantunya
bernama Laduliu lenyap entah kemana. Di pondoknya ditemui mayat seseorang...."
"Saya tahu Nek. Kematian orang-orang itu setelah terjadi pernikahan...."
"Siapa kira-kira yang membunuh mereka?" tanya Luhmasigi.
"Tidak bisa saya menduga...."
Si nenek terdiam lalu mendongak ke langit hitam sambil kepalkan dua tinju
kanannya. "Wiro Sableng pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang.
Jika benar rupanya kabar yang aku sirap. Kau laki-laki yang suka mempermainkan
perempuan. Aku tidak perduli kau mempermainkan perempuan lain, menghamili Peri!
Tapi jangan berani mempermainkan muridku!"
"Guru...!" Suara Luhcinta tersendat dan wajahnya pucat
"Aku tahu kau mencintai pemuda itu. Tadinya aku ingin mencarinya untuk mengatur
hari perkawinanmu. Kini aku akan mencarinya untuk mengatur hari kematiannya!"
"Nek, jangan kau lakukan itu. Dia tidak punya salah apa-apa!"
"Apa katamu Luhcinta" Aku tahu rahasia kasih sangat mendalam di hatimu. Tapi
jangan rasa hati itu menutupi jalan pikiran sehatmu! Kurasa pemuda itu sudah
keterlaluan. Dia berbuat keji dimana-mana dan kini menghancurkan masa depanmu."
Rhoel (arul2002@gmail.com)
57 "Saya... mungkin itu sudah suratan takdir jalan hidup saya Nek.
Saya pasrah.... Saya rela...."
"Takdir yang sebenarnya datang dari Yang Maha Kuasai Tapi manusia-manusia kurang
ajar di atas bumi ini membuat takdir sendiri-sendiri!" Si nenek geleng-gelengkan kepalanya. Lalu diusapnya kepala Luhcinta seraya berkata. "Tadinya
harapanku sangat besar terhadap pemuda itu. Karena aku mendengar kabar rahasia
yang tersebar di kalangan tertentu. Bahwa hanya pemuda itu yang bakal sanggup
menghancurkan angkara murka yang terjadi di atas Negeri Latanahsilam ini. Dia
yang konon akan bisa menghabisi Hantu Muka Dua. Tapi kini....
Bahkan kabarnya Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tadinya berharap besar pada
pemuda itu. Kini diapun sudah menganggap pemuda itu sebagai musuh besar yang
harus disingkirkan!"
Lama murid dan guru itu terdiam. Akhirnya Luhcinta berkata.
"Guru, bukankah saat ini lebih baik kita membicarakan perihal makhluk bermuka
tanah liat yang sempat mencuri batu bunga mawar merah itu."
Si nenek anggukkan kepalanya. "Selama ini, apakah kau telah berhasil mencari
tahu seluk beluk kehidupanmu di masa lalu...."
"Belum Nek. Tadinya saya berharap ada sesuatu yang bisa saya dapat dari orang
bermuka tanah liat jtu. Namun saat ini saya seperti kehilangan kepercayaan
padanya..." Luhcinta lalu menceritakan kejadian dirinya diintai selagi mandi
serta peristiwa dicurinya bunga mawar dari batu merah itu. Tak lupa pula dia
menuturkan bagaimana selama ini si muka tanah liat selalu mengikuti gerak
geriknya kemana dia pergi.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
58 Mendengar cerita sang murid tampang si nenek yang tertimbun puluhan katak hijau
jadi mengkeret kaku.
"Laki-laki memang jahanam semua!" katanya dengan suara bergetar.
"Kau betul Nek, laki-laki memang kurang ajar semua!" menimpali Betina Bercula.
"Aku tersinggung! Tidak semua laki-laki jahanam. Tidak semua laki-laki kurang
ajar! Buktinya diriku!" kata Si Setan Ngompol pula.
"Ooo.... Kalau orang sepertimu memang sudah kurang ajar sejak lahirnya!" tukas
si nenek. Saking kesalnya mendengar ucapan si nenek Setan Ngompol pelintir telinganya
sendiri lalu "serrr! dia kencing di celahanya!
Luhmasigi berpaling pada muridnya. "Luhcinta, aku akan mencari makhluk bermuka
tanah liat Juga pemuda bernama Wiro itu...."
Si nenek kemudian melangkah mendekati Naga Kumng dan teman-temannya kembali.
Luhcinta mengikuti. Sambil melangkah si nenek serahkan batu bunga mawar merah
pada muridnya. "Simpan benda ini baik-baik. Pada saatnya dia akan menjadi barang bukti yang
tiada bernilai. Aku akan mencari nenekmu Hantu Penjunjung Roh. Puluhan tahun dia
menghilang entah kemana. Jika terjadi sesuatu kau harus lekas menemui diriku di
lembah." "Akan saya lakukan Nek," jawab Luhcinta.
Belasan katak hijau yang sejak tadi bergayutan di tubuh Luhcinta keluarkan
pekikan-pekikan kecil lalu melompat kembali ke tubuh si nenek.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
59 Si nenek hendak bergerak pergi namun dia hentikan langkahnya dan memandang pada
Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina Bercula.
"Jadi kalian bertiga sempat digebuk si muka tanah liat itu"!" si nenek bertanya.
Tiga orang yang ditanya sama menjawab dengan anggukan kepala.
"Bagaimana rasanya sekarang. Masih sakit?"
"Lumayan Nek,!" yang menjawab Naga Kuning.
"Kalau begitu biar aku coba mengobati cidera kalian!" Habis berkata begitu Hantu
Lembah Laekatakhijau ini tepukkan tangannya tiga kali lalu berseru. "Anakanakku! Periksa keadaan ketiga manusia-manusia aneh itu! Obati jika kalian
mampu!" Baru saja ucapan si nenek selesai, puluhan katak hijau yang menyelimuti kepala
dan tubunnya keluarkan suara riuh seperti mau merobek telinga. Sepuluh katak
kemudian melompat ke pipi kanan Betina Bercula yang luka cidera akibat tamparan
keras Si Penolong Budiman.
Tentu saja orang ini menjerit kaget, juga ketakutan.
"Celaka! Rusak dandananku!"
Hanya sebentar, sepuluh katak hijau tadi melompat berbalik ke tubuh si nenek.
Betina usap-usap pipinya dan jadi terheran-heran. Rasa sakit lenyap, darah yang
mengucur di sudut bibirnya yang pecah berhenti!
"Ah..." Betina Bercula tersipu-sipu. "Terima kasih Nek. Katak-katakmu itu
rupanya bukan binatang sembarangan."
Tiba-tiba belasan katak melesat ke arah Naga Kuning, menempel mulai dari bahu
kanan sampai ke ujung-ujung jari tangannya. Seperti Rhoel (arul2002@gmail.com)
60 diketahui tangan bocah itu cidera cukup parah akibat beradu pukulan dengan Si
Penolong Budiman yang berkepandaian tinggi. Akibatnya tangannya terasa sakit dan
sulit digerakkan.
Karena jijik dan ngeri Naga Kuning mengerenyit termonyong-monyong. Belasan katak
hijau julurkan lidah. Ada yang menjilati tangan si bocah, ada juga yang
menggigit-gigit Sesaatkemudian binatang-binatang itu melompat kembali ke tubuh
si nenek. "Coba periksa tanganmu. Apa masih sakit?" Nenek Luhmasigi bertanya.
Naga Kuning seperti tidak percaya. Rasa sakit di tangannya bukan saja lenyap
tapi kini dia juga bisa menggerakkan tangan itu kembali!
Langsung saja bocah ini membungkuk memberi penghormatan seraya mengucap terima
kasih berulang kali.
Si nenek menyeringai. Dia berpaling pada Setan Ngompol. Yang dipandang langsung
beser terkencing!
Karena dia tahu kini giliran dirinya yang akan dilompati katak-katak hijau itu!
"Nek, kuharap kau..." Setan Ngompol yang paling parah cideranya ketakutan dan
kencingnya mulai mengucur. Dia bergerak mundur beberapa langkah. Si nenek
tertawa mengekeh.
"Anak-anak, lekas kalian kerjain kakek aneh itu!"
Belasan katak hijau keluarkan suara nyaring lalu berlompatan ke arah Si Setan
Ngompol, bertempelan di bagian bawah perutnya sampai ke celah paha!
Rhoel (arul2002@gmail.com)
61 "Serrrr!" Setan Ngompol pancarkan air kencingnya. Tubuhnya berjingkrakan. "Edan!
Kurang ajar! Katak-katak celaka! Kenapa menempel di selangkanganku"! Bukan di
bagian itu tubuhku yang cidera. Tapi didada!"
"Waduh celaka! Kalau sampai anu si kakek digigit katak pasti geroak! Bisa-bisa
putus!" berteriak Naga Kuning tapi sambil mesem-mesem!
Hantu Lembah Laekatakhijau tertawa terpingkal-pingkal.
"Anak-anak! Jangan mempermainkan orang!" si nenek berseru.
Belasan katak yang menempel di bawah perut Setan Ngompol keluarkan suara riuh
lalu melompat, berpindah ke dada si kakek. Karena memang di bagian itu
sebelumnya jotosan Si Penolong Budiman menghantamnya dengan telak hingga dia
muntahkan darah segar!
Ketika katak-katak itu mulai menjilat dan menggigit, si kakek tersentak-sentak
dan terkencing-kencing.
"Hai! Aduh! Hentikan! Jangan Tak berapa lama kemudian seperti tadi katak-katak
itu kembali melompat ke tubuh setan si nenek. Si Setan Ngompol sendiri saat itu
sudah jatuh terduduk di tanah.
Dia luruskan tubuhnya lalu menghela nafas panjang.
Sebelumnya dadanya terasa sakit jika dia menarik nafas begitu.
Tapi kini rasa sakit itu lenyap. Dipegangnya dadanya yang bekas kena jotosan.
Ditekan-tekannya.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
62 "Aneh..." kata si kakek sambil pandangi Luhmasigi dengan matanya yang besar
jereng. "Luka dalamku seperti sembuh! Aku tidak merasa apa-apa lagi...."
Perlahan-lahan Setan Ngompol bangkit berdiri. Dia hendak membungkuk, maksudnya
mau menghormat sambil mengucapkan terima kasih. Tapi kakinya terpeleset di tanah
licin bekas guyuran air kencingnya sendiri. Tak ampun tubuhnya terjatuh ke
depan, ke arah Luhmasigi. Agar tidak terjerembab Setan Ngompol berusaha
mengganduli pinggang si nenek.
"Makhluk kurang ajar! Kau mau berbuat apa padaku"!" teriakguru Luhcinta itu.
Dorongan Setan Ngompol membuat dia kehilangan keseimbangan. Akibatnya dua kakek
nenek ini sama-sama jatuh di tanah.
Si nenek tertelentang sementara si kakek tepat menindih dari atas. Wajah mereka
saling beradu. Bibir Setan Ngompol melekat tepat di bibir si nenekl Luhcinta,
Naga Kuning dan Betina Bercula tak dapat menahan tawa.
"Benar-benar kurang ajar!" Luhmasigi marah be sar. Tangan kirinya mengusap-usap
bibirnya. Tangan kanannya tiba-tiba digerakkan ke arah Setan Ngompol. Si kakek
terpelanting ke samping. Sebelum kakek itu bangkit berdiri, si nenek sudah
menghambur tinggalkan tempat itu!
"Kau memang kakek kurang ajar!" kata Betina Bercula.
"Kau mempergunakan kesempatan dalam kenikmatan!" ujar Naga Kuning. "Bagaimana
rasanya mengecup bibir nenek tadi Kek"l Hik... hik!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
63 "Kalian setan semua! Jangan menyangka yang tidak-tidak. Aku tidak mengecup
bibirnya!" kata Setan Ngompol, matanya yang lebar bertambah besar.
"Ah, nenek itu pasti tidak akan melupakan kecupanmu tadi Kek.
Mungkin itu ciuman pertama dalam kehidupannya!" kata Betina Bercula pula lalu
tertawa panjang.
"Betina sialan..." rutuk Setan Ngompol sambil usap bibirnya. Dia merasa ada
cairan hangat Ketika tangannya diperhatikan ada noda merah.
"Astaga! Bibirmu berdarah Kek!" seru Naga Kuning.
"Pasti tadi digigit si nenek! Wahai, rupanya besar juga hasrat nenek itu
terhadapmu sampai menggigit segala!" kata Betina Bercula pula.
"Mending kalau si nenek yang bernafsu menggigit. Jangan-jangan katak-katak hijau
itu yang menggigit!" kata Naga Kuning lalu tertawa gelak-gelak!
Rhoel (arul2002@gmail.com)
64 7 SOSOK Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang tergeletak tak jauh dari tepian
telaga tampak bergerak. Dari mulutnya keluar suara mengerang Saat itu memasuki
dini hari. Keadaan sekitar telaga gelap pekat dan udara dingin mencucuk sekujur
tubuhnya. Perlahan-lahan orang tua yang otaknya berada di luar batok kepala ini
membuka sepasang matanya. Mula-mula dia hanya melihat kegelapan menghitam.
Kemudian dia mulai mengenali apa yang ada di atasnya. Langit kelam.
"Dimana aku ini... apa yang terjadi dengan diriku?" Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab gerakkan tubuhnya, berusaha bangkit Sesaat dia terduduk di tanah,
memandang berkeliling. "Ada telaga di sebelah sana...
ada batu-batu hancur..." Lalu pandangannnya ditujukan pada dirinya sendiri. Dia
menjadi kaget ketika melihat jubah putihnya berubah kuning.
Bukan cuma jubah, tangan dan kakinya juga berwarna kuning. Kakek ini mengusap
wajahnya berulang kali. "Walau tidak melihat, tapi aku yakin wajahku saat ini
pasti juga berwarna kuning. Apa yang terjadi"!" Dia coba mengingat-ingat. Selagi
kesadarannya belum pulih keseluruhan tiba-tiba ada satu bayangan putih
dilihatnya di seberang telaga sebelah timur.
Bayangan itu bergerak cepat sekali seolah melayang di atas air telaga.
"Makhluk apa gerangan..." pikir Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Dia berusaha bangkit berdiri namun sosok putih tadi tahu-tahu sudah Rhoel
(arul2002@gmail.com)
65 berada di hadapannya. Kagetnya si kakek bukan kepalang. Karena ternyata yang
tegak di hadapannya adalah seorang gadis cantik luar biasa.
Wajahnya yang bulat berseri-seri laksana bulan purnama empat belas hari.
Rambutnya panjang tergerai hitam lepas sampai ke pinggang. Tubuhnya yang tinggi
langsing mengenakan sehelai pakaian putih panjang menjela tanah.
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab usap dua matanya berulang kali lalu bertanya
gagap. "Kau... siapa" Peri atau...?"
"Orang tua bernama Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab. Dengar baik-baik apa yang
akan aku ucapkan. Aku hanya akan bicara satu kali!
Jika kau mau mengerti maka kau akan selamat Jika kau tidak mau mengerti maka
kelak melapetaka akan jatuh atas dirimu seperti yang terjadi atas diri dua
cucumu!" "Malapetaka"! Seperti yang terjadi atas diri dua cucuku" Apa maksudmu"! Siapa
kau"!" teriak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab lalu dengan satu gerakan kilat dia
melompat berdiri. Namun belum sempat dua kakinya menginjak tanah tiba-tiba gadis
jelita berpakaian serba putih gerakkan tangan kanannya.
"Wutttt!"
Serangkum angin menghantam dahsyat Sosok Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab
terpelanting lalu jatuh duduk di tanah! Seperti diketahui kakek merupakan salah
seorang tokoh paling disegani di Negeri Latanahsilam dan memiliki kepandaian
luar biasa. Namun jika si gadis sanggup Rhoel (arul2002@gmail.com)
66 merobohkannya dengan satu kali bergerak saja jelas bahwa gadis cantik itu juga
bukan orang sembarangan. Si kakek terhenyak di tanah dengan muka pucat!


Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua cucumu. Luhkemboja dan Luhkenanga ditimpa melapetaka dan aib besar.
Seseorang telah mencelakainya sehingga dua gadis itu mempunyai kelainan. Tidak
suka pada laki-laki. hanya senang dan bergairah pada sesama jenis! Tidak
mengherankan kalau kemudian mereka gentayangan kian kemari, menculik gadis dan
perempuan-perempuan muda untuk melampiaskan nafsu bejat dan sesat mereka!
Salah satu korbannya adalah seorang dara bernama Luhjelita. Namun kemudian
mereka memfitnah bahwa pemuda asing bernama Wiro Sablenglah yang telah merusak
kehormatan Luhjelita! Kejahatan dua cucumu yang mengalami kelainan lahir dan
batin itu tidak sampai di sana.
Mereka juga yang mencuri Tongkat Bahagia Biru tapi memfitnah pemuda bernama Wiro
Sableng itulah yang telah mencurinya!"
"Aku tidak percaya pada semua ucapanmu!" bentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
"Saat ini kau tak perlu percaya! Kau cuma perlu mendengar apa yang aku ucapkan!"
menghardik gadis berpakaian putih panjang
"Justru Wiro Sableng itulah yang telah berbuat biadab!
Memperkosa dua cucuku!"
"Wiro Sableng tidak melakukan kekejian itu! Dia menjadi korban fitnah semata! Di
balik semua ini Hantu Muka Dualah yang mengatur dan punya keperluan". Dia marah
besar dan menanam dendam karena kau Rhoel (arul2002@gmail.com)
67 merampas Sendok Pemasang Nasib dari tangannya! Dia yang telah merusak kehormatan
dua cucumu lalu menyuruh orang-orang mengirimkan dua gadis itu dalam keadaan
sekarat ke tempatmu!"
Sepasang mata Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab membesar memandang tajam ke wajah
gadis jelita yang tegak di hadapannya.
Tubuhnya bergetar. Dua tangannya terkepal. Kepalanya digelengkan.
"Aku tidak bisa mempercayai begitu saja semua ucapanmu! Aku tidak tahu kau ini
siapa sebenarnya. Jangan-jangan Hantu Muka Dua yang sengaja bersalin rupa untuk
menipu dan menghasutku!"
Gadis jelita berpakaian putih yang bukan lain adalah Luhrembulan, penjelmaan
Hantu Santet Laknat goyangkan kepalanya. Rambutnya yang panjang melesat ke
samping membuat gerakan melingkar, menebar bau harum semerbak. Sambaran angin
yang keluar dari rambut ini membuat rontok daun-daun pepohonan di sekitar situ!
Lalu si gadis mendongak ke langit dan tertawa panjang.
"Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab, sebelum aku pergi dengar baik-baik apa yang
akan aku katakan. Jangan sekali-kali kau berani mengganggu pemuda asing bernama
Wiro Sableng itu. Bahkan jangan sampai ada perasaan atau pikiran jahat
terhadapnya! Jika kau melanggar apa yang aku ucapkan saat dinihari ini, kelak
kau akan mendapat malapetaka dan menyesal sampai ke liang kubur!"
"Begltu .." Hemm.... Apa hubunganmu dengan pemuda itu. Kau seperti melindunginya
sekaligus mengancamku!" si kakek bangkit berdiri.
Namun gadis jelita itu telah berkelebat pergi tanpa berikan jawaban.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
68 "Hah!" Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab memandang berkeliling.
Mengusap mukanya berulang kali. Menggosok matanya sampai dia merasa kepedasan
sendiri. "Kemana lenyapnya makhluk tadi... jangan-jangan aku barusan hanya
bermimpi...." Orang tua ini menghela nafas dalam lalu sambil geleng-gelengkan
kepaia dia melangkah menuju telaga. "Aku perlu mandi mendinginkan tubuh dan
kepalaku! Aku bermimpi.... Hanya mimpi perlu apa dipikirkan...."
Di tepi telaga Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab siap menanggalkan jubah putihnya.
Tapi tiba-tiba ada suara sesuatu seperti sayap besar mengepak di udara. Dia
cepat membalik. Saat itu sebuah benda besar kecoklatan melayang rendah di antara
pepohonan lalu mendarat di tanah di hadapan si kakek, Ternyata benda ini adalah
kura-kura raksasa bersayap lebar. Dan di atas punggung kura-kura terbang ini
melompat turun seorang dara berpakaian ungu, berambut digulung ke atas dan
berwajah cantik menawan. Sikapnya anggun ketika tegak berdiri berkacak pinggang
memandang pada Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang sudah kenal siapa gadis ini memandang
dengan wajah sinis karena dia tahu, sesuai kabar yang disirapnya di masa lalu,
gadis ini adalah kekasih Hantu Muka Dua Hanya dalam hati si kakek bertanya-tanya
sudah sejak berapa lama gadis itu berada di sekitar telaga. Mungkin juga telah
melihat kemunculan gadis berpakaian putih panjang tadi.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
69 "Aku mau membersihkan diri di telaga. Harap kau yang perempuan segera
meninggalkan tempat ini!" Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab berkata.
"Wahai! Masih gelap gulrta dan sedingin ini! Kau hendak menceburkan diri mandi
di dalam telaga. Pasti tubuh dan pikiranmu diselimuti hawa panas. Apakah ucapan
gadis berpakaian putih itu yang membuatmu panas kelangsangan"!"
"Luhjelita! Sudah berapa lama kau berada di sekitar sini"!" tanya si kakek.
"Cukup lama! Aku sempat mendengar semua pembicaraan kalian...." jawab si gadis.
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab terkejut "Berarti aku tadi tidak mimpi. Gadis
ini ikut melihat kehadiran gadis berpakaian putih itu!" kata Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab dalam hati.
"Setahuku kau adalah kekasih Hantu Muka dua. Kehadiranmu di sini pasti tengah
memata-matai diriku!"
Luhjelita tertawa gelak-gelak, "Sebagai orang yang jauh lebih tua dariku
seharusnya kau tahu! Dalam hidup seseorang bergaul dengan yang baik dan yang
jahat adalah satu kewajaran selama orang itu bisa membatasi diri...."
"Aku mengerti, kau memang bisa membatasi diri. Hingga dalam hubunganmu dengan
Hantu Muka Dua tidak sampai hamil! Seperti yang dialami Peri Bunda yang hamil
akibat hubungan gelapnya dengan Wiro Sableng!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
70 Berubah paras Luhjelita mendengar kata-kata si kakek. "Aku tidak percaya
mendengar orang sepertimu bisa berucap seperti itu! Rupanya benar kabar yang aku
sirap. Kemampuan dan kesaktianmu telah mulai pudar akibat kau terlalu jauh
menuruti perasaan hati daripada pikiran sehat!"
"Jangan berani bicara kurang ajar padaku!" bentak Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. "Orang tua, aku tidak bicara kurang ajar! Aku hanya mengucapkan kenyataan! Jika
selama ini tidak banyak berbuat menyimpang, kau tidak bakal sengsara seperti
yang kau alami saat ini!"
"Gadis celaka! Katakan apa maumu mendatangi aku di tempat ini!"
"Gadis berpakaian serba putih tadi! Apakah kau mengenal siapa dirinya"!" tanya
Luhjelita. "Aku tidak tahu siapa dia! Tidak pernah kenal sebelumnya! Dan aku tidak
memikirkan dirinya lagi. Persetan!"
"Apa kau juga tidak memikirkan apa yang diucapkannya"!"
"Kau yang harus memikirkan!" sentak si kakek
"Bukankah kau juga telah berselingkuh berbuat mesum dengan pemuda asing itu"
Jangan kau berdusta! Karena kedua cucuku sendiri yang menceritakan padaku.
Mereka melihat apa yang kau lakukan di sebuah goa!"
"Hemmm... begitu"! Jadi mereka rupanya yang jadi biang racun penyebar fitnah!
Padahal tadinya aku menyangka Wiro yang jadi biang racun! Bagus Hantu Sejuta
Tanya Sejuta Jawab! Kau ikut membantu aku!
Rhoel (arul2002@gmail.com)
71 Memberi kesaksian atas perbuatan dua cucumu sendiri! Aku akan mencari dua cucumu
itu! Jika bertemu akan kuajari adat istiadat bagaimana bicara yang baik dan
tidak memfitnah orang sembarangan!"
"Kalau kau berani mengganggu dua cucuku. Jika terjadi apa-apa dengan Luhkemboja
dan Luhkenanga, aku akan menghajarmu mulai dari ubun-ubun sampai ke telapak
kaki!" "Hebat benar kaulmu! Kuharap saja kau benar-benar bisa melakukannya. Kecuali
jika Pendekar 212 Wiro Sableng menghabisimu terlebih dulu! Selamat tinggal orang
tua yang mulai pikun!"
"Gadis jahanam! Kau berlancang mulut berani memutar balik kenyataan! Kau rasakan
dulu bekas tanganku!" teriak Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Selagi Luhjelita melompat ke atas punggung kura-kuranya, kakek ini lepaskan satu
pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi.
"Tua bangka tak tahu diri! Sambut balasanku ini!" teriak Luhjelita.
Lalu sambil mendarat duduk di punggung kura-kura raksasa dia dorongkan dua
tangannya. Dua larik sinar ungu menyambar ke arah si kakek,
"Wuttt!"
"Wusss! Wusss!"
"Bummm!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab terpental masuk ke dalam telaga. Luhjelita
sendiri mencelat dari atas punggung Laecoklat si kura-kura raksasa. Setelah
mengatur jalan darahnya yang terasa bergejolak gadis ini cepat melompat kembali
ke atas kura-kura lalu melesat terbang ke udara.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
72 "Tua bangka tolol! Dia sendiri yang membuka rahasia kejahatan dua cucunya!
Ha.... ha! Luhkemboja! Luhkenanga! Kalian tunggu pembalasanku!" dendam Luhjelita
terhadap dua gadis itu memang bukan olah-olah. Merekalah yang telah berbuat keji
terhadapnya di dalam goa (Baca serial Wiro Sableng berjudul " Hantu Langit
Terjungkir") Sementara Laecoklat melesat dalam kegelapan dan dinginnya udara
menjelang dinihari, Luhjelita kembali berpikir-pikir.
"Gadis berpakaian putih yang muncul menemui Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab di
telaga, siapa gerangan dia adanya. Agaknya dia banyak tahu perihal Wiro Sableng.
Jangan-jangan dia adalah kaki tangan Hantu Muka Dua seperti yang dikatakan Hantu
Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Aku perlu menyelidik." Lalu Luhjelita teringat pada satu hal lain. "Aku menyirap
kabar Wiro telah melangsungkan perkawinan di Bukit Batu Kawin. Tak lama setelah
itu si juru kawin Lamahila mati terbunuh! Apa hubungan semua ini" Siapa gadis
yang menjadi istri Wiro..." Banyak sekali teka-teki yang harus aku pecahkan!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
73 8 MAKHLUK yang mukanya tertutup tanah liat kering hitam itu sampai di puncak bukit
kecil berbatu-batu. Dengan nafas mengengah dia tegak bersandar ke satu batu
besar. Di sini dia membuka bagian atas jubah hitamnya. Begitu dadanya telanjang
kelihatan bahu kirinya bengkak kemerahan. Sejak beberapa waktu lalu dia tidak
sanggup menggerakkan sekujur tangan kirinya mulai dari bahu sampai ke ujungujung jari. Rasa sakit mendera hampir tak tertahankan. Itulah bekas dan akibat
pukulan Tangan Dewa Merajam Bumi yang dilepaskan Luhcinta sewaktu terjadi
perkelahian di tepi telaga
"Gadis secantik itu, tidak disangka memiliki pukulan begin! ganas.
Berkali-kali aku mengerahkan tenaga dalam dan mengatur jalan darah.
Tapi cidera ini seperti tak mau sembuh. Sekarang tubuhku terasa panas.
Mungkin sekali pukulan ini mengandung racun jahat! Kalau saja pukulannya lebih
ke sebelah tengah, mungkin jantungku sudah ambruk dan saat ini aku sudah berada
di alam roh. Aku tak takut mati. Tapi kalau aku sampai menemui ajal sebelum
dapat menyingkap rahasia hidup ini, aku akan mati penasaran dan tidak tenteram
di liang kubur!"
Si Penolong Budiman menghela nafas panjang. Dia kembali kerahkan tenaga dalamnya
ke bahu kiri. Dari puncak bukit batu itu dia Rhoel (arul2002@gmail.com)
74 memandang ke bawah. "Nenek sakti itu. Gerakannya cepat luar biasa. Aku
kehilangan jejak. Bagaimana mencarinya..."
Seperti diceritakan sebelumnya setelah terkena hantaman pukulan Tangan Dewa
Merajam Bumi, Si Penolong Budiman melarikan diri. Namun setengah jalan satu
pikiran muncul dalam benaknya. Dari berbagai penyelidikan yang dilakukannya
terhadap Luhcinta, satu diantaranya dia mengetahui bahwa gadis itu mempunyai
seorang guru, yakni seorang nenek sakti bernama Hantu Lembah Laekatakhijau. Tadi
sebelum lari, sekilas dia melihat sosok orang yang menolongnya itu ditutupi
ratusan katak hijau. Bukan mustahil nenek ini adalah guru si gadis. Dalam
keadaan cidera begitu rupa Si Penolong Budiman akhirnya memutuskan untuk kembali
ke telaga. Dia bermaksud menyelidik. Siapa tahu kali ini jerih payahnya
mendatangkan hasil tak terduga.
Gelapnya malam sangat menolong Si Penolong Budiman hingga tanpa diketahui orangorang yang ada di tepi telaga dia berhasil menyelinap. Dia bersembunyi di balik
serumpun semak belukar lebat.
Hanya sayangnya Si Penolong Budiman sampai di telaga kembali ketika Luhmasigi
menolong Naga Kuning, Setan Ngompol dan Betina Bercula.
Jadi dia tidak sempat mendengar pembicaraan-pembicaraan sangat penting antara Luhcinta dan
gurunya itu. Begitu Luhmasigi alias Hantu Lembah Laekatakhijau berkelebat pergi, sesaat Si
Penolong Budiman menjadi bimbang. Apakah dia akan menguntit Luhmasigi atau
mengikuti Luhcinta. Akhirnya orang ini Rhoel (arul2002@gmail.com)
75 memutuskan mengikuti si nenek. Namun gerakan lari si nenek ternyata sebat luar
biasa. Apalagi Si Penolong Budiman berada dalam keadaan cidera bahu kirinya.
Setelah menguntit cukup jauh di kaki bukit batu Si Penolong Budiman kehilangan
jejak si nenek.
"Setahuku nenek itu tinggal di sebuah lembah. Ada banyak lembah di kaki bukit
itu. Dulu aku pemah mendatangi kawasan ini, tapi selalu tersesat" Selagi berada
dalam kebingungan seperti itu tiba-tiba makhluk muka tanah liat ini melihat satu
bayangan bergerak di depannya. Cepat dia mendekam merapatkan diri ke batu. Dalam
jarak lima tombak, di gelapnya malam Si Penolong Budiman melihat satu sosok aneh
berlari tak terlalu cepat ke arah kiri. Ketika dalam jarak lima tombak dia
melihat jelas ujud orang yang lewat itu kejut Si Penolong Budiman bukan alang
kepalang. Jika ada halilintar menyambar di hadapannya atau saat itu ada setan kepala tujuh
tangan dua belas muncul hendak mencekiknya, mungkin tidak sedemikian kagetnya
makhluk bermuka tanah liat ini! Sekujur badannya menggigil bergeletar. Dua
matanya terbeliak. Dadanya mendadak menyesak. Dia seperti hendak berteriak, tapi
mulutnya seolah mendadak kaku.
Yang lewat ternyata seorang nenek yang di atas kepalanya ada segulung asap merah
berbentuk kerucut terbalik. Dua bola matanya menjorok keluar, juga berbentuk
kerucut merah yang bisa memendek bisa memanjang.
"Wahai Yang Maha Kuasa! Terima sujud terima kasihku! Kau temukan juga aku
akhirnya dengan dia. Bunda...." ..
Rhoel (arul2002@gmail.com)
76 Makhluk aneh itu lewat di samping batu dimana Si Penolong Budiman mendekam.
"Bunda...!" Si Penolong Budiman merasa sepertinya dia telah berteriak keras.
Tapi tak sedikitpun suara keluar dari mulutnya. Ketika nenek tadi mulai samarsamar di kejauhan dalam kegelapan malam, makhluk muka tanah liat segera bergerak
mengejar. Namun aneh, bagaimanapun kencangnya dia berlari, dia tak sanggup
mendekati si nenek. Jarak mereka senantiasa terpisah sejauh sepuluh sampai dua
belas tombak. Air mata mengucur di pipi berlapis tanah liat hitam. Si Penolong
Budiman berlari mengikuti nenek di sebelah depannya sambil menangis!
"Bunda, Bunda Luhniknik, berbilang hari berbilang minggu, belasan pumama dan
tahun berganti tahun aku mencarimu. Kau seolah-olah raib dari Negeri
Latanahsilam ini. Aku sampai menduga yang tidak baik.
Mengira kau sengaja melenyapkan diri karena tak sanggup menahan malu akibat apa
yang terjadi dengan diriku dan Luhpiranti. Bunda, maafkan diriku ini. Aku
menyusun sepuluh jari di atas kepala. Mohon ampun padamu wahai Bunda...." Si
Penolong Budiman terus saja mengikuti orang di depannya.
Temyata si nenek lari ke kaki bukit batu sebelah selatan. Ketika di kejauhan
langit di sebelah timur tampak terang tanda fajar mulai menyingsing si nenek
sampai di sebuah lembah dimana mengalir satu sungai kecil.
"Sungai kecil di lembah.... Astaga, keadaan ini sesuai dengan petunjuk tempat
kediaman Hantu Lembah Laekatakhijau! Jangan-Rhoel (arul2002@gmail.com)
77 jangan...." Si Penolong Budiman memandang berkeliling. Di mana-mana dia melihat
ratusan, bahkan ribuan katak hijau mendekam. Di tanah, di batu, pada daun-daun
dan pepohonan. Saat itu ingin sekali dia mendatangi nenek yang di kepalanya ada
asap merah berbentuk kerucut ingin memeluk dan meratapinya. Namun di saat-saat
begitu menegangkan bagi dirinya, dia masih kuasa menahan diri dalam ketabahan
yang sulit bisa dipercayanya sendiri.
Di depan sebuah goa nenek aneh itu tegak berkacak pinggang lalu berseru.
"Luhmasigi! Aku datang! Hari sudah mau siang! Apa kau masih enak-enakan
melingkar tidur di dalam sana"!"
Baru saja si nenek berteriak begitu tiba-tiba ratusan ekor katak berbagai ukuran
keluarkan suara mengorek riuh dan melesat menempel di kepala, muka serta


Wiro Sableng 117 Muka Tanah Liat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya sampai ke kaki.
"Katak-katak sialan!" maki si nenek walau kuduknya jadi merinding.
"Luhmasigi! Kalau kau tidak segera keluar jangan menyesal ratusan katakmu akan
kujadikan bangkai untuk santapan pagimu?"
Dari dalam goa terdengar suara tawa mengekeh. Sesaat kemudian muncullah sosok
Luhmasigi alias Hantu Lembah Laekatakhijau. Dia tegak di mulut goa sambil kucakkucak matanya. "Tua bangka kurang ajar berjuluk Hantu Penjunjung Ron alias Luhniknik! Puluhan
tahun kau menghilang! Di lobang semut mana kau sembunyi selama ini" Kini muncul
untung masih kukenal! Tapi kurang ajarnya begitu datang ke tempat orang
berteriak tidak karuan! Aku baru saja kembali dari perjalanan jauh! Kau
mengganggu ketenteramanku!
Rhoel (arul2002@gmail.com)
78 Benar-benar makhluk tidak tahu adat! Luhniknik! Ada apa kau pagi-pagi buta
datang ke tempatku"!"
"Aku baru mau bicara kalau kau memerintahkan katak-katakmu angkat kaki dari
kepala dan tubuhku!"
Luhmasigi tertawa panjang. Lalu dia bertepuk tiga kali. Ratusan katak yang
menempel di kepala, muka dan tubuh Hantu Penjunjung Ron melompat kembali ke
tempatnya masing-masing.
"Ratusan katakku sudah pergi. Sekarang katakan apa keperluanmu wahai Luhniknik!"
"Ada tiga hal. Pertama menyangkut diri muridmu Luhcinta...."
"Tunggu, kau mau bicara di dalam atau...."
"Aku lebih suka bicara di sini dari pada di dalam goamu yang pengap bau itu!"
jawab si nenek yang ditanya.
"Bagus! Katakan ada apa dengan muridku Luhcinta" Kau tahu, belum lama ini aku
bertemu dengan dia...."
"Wahai, apakah keadaan cucuku itu baik-baik saja?" tanya Luhniknik alias Hantu
Penjunjung Roh yang memang adalah nenek kandung Luhcinta.
"Kau masih menyebutnya sebagai cucu! Tapi selama ini kau berbuat apa! Padahal
begitu banyak kabar tersiar menyangkut gadis itu!
Kau malah melenyapkan diri. Jangan pula berharap kau mau mencari tahu mencari
jejak anakmu yang lelaki!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
79 "Justru kehadiranku di tempatmu ini untuk membicarakan masalah itu, jadi jangan
kau mengumpat tidak karuan! Kau tahu kalau Luhcinta menjalin cinta dengan
seorang pemuda asing bernama Wiro Sableng"!
"Anak itu tidak mengaku kalau dia mencintai pemuda itu. Juga tidak memberi tahu
kalau pemuda itu mencintainya. Tapi saat ini dia berada dalam satu kecewa besar.
Aku khawatir kalau dia sampai patah hati dan memilih hidup sebatang kara sampai
mati!" "Apa maksudmu Luhmasigi?"
"Pemuda yang dicintainya itu kabarnya telah kawin dengan gadis lain!"
"Kurang ajar! Berarti dia mempermainkan cucuku!"
"Itulah yang ada di benakku! Aku bermaksud mencarinya dan menghajarnya sampai
dia tahu rasa. Sebelumnya aku juga ada niat untuk pergi ke tempatmu. Ternyata
kau datang lebih dulu! Ada satu hal perlu kuceritakan padamu. Kau pernah
mendengar seorang berjuluk Si Penolong Budiman?" Luhniknik alias Hantu
Penjunjung roh anggukkan kepalanya.
Di tempat gelap Si Penolong Budiman pasang telinganya baik-baik.
Luhmasigi lanjutkan ucapannya. "Si Penolong Budiman diketahui telah sejak lama
menguntit muridku. Kemana-mana dia menanyakan tentang riwayat gadis itu. Namun
terakhir kali dia berusaha mencuri bunga mawar merah dari batu milik
Luhcinta...."
"Maksudmu bunga mawar batu hiasan rambut yang dulunya adalah milikku kemudian
kuberikan pada Luhpiranti ibu gadis itu...?" tanya Hantu Penjunjung Roh.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
80 "Benar," jawab Luhmasigi. Di tempat persembunyiannya, di dalam gelap mendadak Si
Penolong Budiman merasakan dadanya berdebar keras ketika mendengar kata-kata
Hantu Penjunjung Roh. Kalau saja wajahnya tidak tertutup tanah liat maka akan
terlihat bagaimana air mukanya berubah seputih kain kafan!
"Benda itu memang telah dikembalikan Si Penolong Budiman.
Namun masih ada hal lain...."
"Tunggu dulu!" memotong Hantu Penjunjung Roh. "Apakah kau dan Luhcinta ada
menyelidik, mengapa Si Penolong Budiman mencuri bunga mawar dari batu itu" Benda
itu tidak ada gunanya baginya...."
"Itulah! Wahai! Aku sudah memerintahkan Luhcinta untuk mencari Si Penolong
Budiman dan menyelidik. Tapi seperti kataku tadi ada satu hal lain yang membuat
cucumu sangat marah terhadap Si Penolong Budiman.... Ketika gadis itu sedang
mandi di telaga, makhluk bermuka tanah liat itu diam-diam mengintipnya...."
"Kurang ajar! Aku akan cari makhluk kurang ajar itu! Aku akan hancurkan
kepalanya sampai otaknya bertaburan! Dan kau harus perintahkan ratusan katakmu
menyiangi tubuhnya hingga tinggal tulang belulang tak berguna!" Hantu Penjunjung
Roh marah sekali. Kemudian dengan suara perlahan dan bernada haru dia berkata.
"Heran, nasib anak itu. Sejak lahir sampai dewasa begitu rupa tak kunjung
hentinya dilanda kesulitan.... Sampai saat ini ayahnya sendiri tidak diketahui
dimana beradanya! Kalaupun kelak dia bisa bertemu apakah gadis itu akan cukup
Rhoel (arul2002@gmail.com)
81 tabah menerima kenyataan bahwa ayahnya adalah kakak kandung ibunya sendiri"!"
Di tempat persembunyiannya, Si Penolong Budiman tidak mampu lagi menahan gelora
di dadanya yang seolah hendak meledakkan dirinya.
Bibirnya digigitnya sampai berdarah. Lalu dia jatuhkan diri bersujud di tanah.
"Wahai Yang Kuasa! Kuatkan hatiku! Rupanya benar semua dugaanku! Dugaan selama
ini kini menjadi kenyataan! Wahai Yang Kuasa!
Tolong diriku! Tolong diri anakku! Beri aku petunjuk sekarang juga! Apa yang
harus aku lakukan!" Suara hati yang tidak dapat dikeluarkannya dari rongga
dadanya itu akhirnya membersit dalam bentuk semburan isak tangis tak tertahankan
lagi! Ketika Luhmasigi hendak bicara, Luhniknik alias Hantu Penjunjung Roh angkat
tangan kanannya memberi isyarat.
"Telingaku menangkap ada suara seperti orang mengisak!"
Sepasang mata Luhmasigi bergerak berputar. Lalu nenek ini mengangguk. Dia
menunjuk ke balik pohon besar dikelilingi semak belukar rendah.
"Datangnya dari arah pohon itu. Aku....
Belum habis Luhmasigi alias Hantu Lembah Laekatakhijau berucap, Hantu Penjunjung
Roh telah melesat, berkelebat ke balik pohon besar. Tak selang berapa lama
sesosok tubuh berjubah hitam terlempar dan jatuh terbanting di depan goa, di
hadapan Luhmasigi. Si nenek delikkan matanya.
"Penolong Budiman! Kau!"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
82 "Benar, memang dial" kata Hantu Penjunjung Roh yang kembali telah berada di
depan goa dan memandang garang pada sosok yang tergelimpang di tanah.
Rhoel (arul2002@gmail.com)
83 9 SOSOK yang terkapar di tanah itu memang adalah makhluk bermuka tanah Hat Si
Penolong Budiman. Ketika dia mencoba bangun, Hantu Penjunjung Roh yang tadi
mencekalnya di balik pohon lalu melemparkannya kedepan goa, segera injak dadanya
hingga Si Penolong Budiman kembali terhantar tertelentang di tanah.
"Biarkan dia bangkit dan duduk di tanah! Aku ingin menanyainya!"
kata Hantu Lembah Laekatakhijau.
"Aku yakin dia sengaja menguntit aku sampai ke tempat ini! Pasti dia membekal
maksud jahat! Bukankah lebih baik kita pecahkan saja kepalanya saat ini?" kata
Hantu Penjunjung Roh. Tangan kanannya diangkat sementara sepasang kerucut merah
yang merupakan bola matanya bergerak mundur maju.
"Biarkan dia duduk. Kita tanyai dulu! Kalau dia tidak mau menjawab baru
dihabisi!"
Hantu Penjunjung Roh angkat kakinya dari dada Si Penolong Budiman. Sekali jambak
saja makhluk bermuka tanah liat ini dibuatnya bangkit berlutut di hadapan
Luhmasigi. "Makhluk bermuka tanah liat, benar kau telah mengikuti kerabatku sampai ke
tempat ini?"
Rhoel (arul2002@gmail.com)
84 Mohon maafmu Nek. Saya... saya memang mengikutinya. Tapi tidak ada maksud
jahat..." "Tidak ada maksud jahat! Kurang ajar! Pintarnya kau berkelit!
Kalau kau punya maksud baik mengapa menguntit secara diam-diam lalu sembunyi di
balik pohon sana mendengarkan pembicaraan kami"!" bentak Hantu Penjunjung Roh.
"Maafkan saya Nek. Semua saya lakukan karena saya khawatir kalau-kalau saya
sampai kesalahan menyelidik...."
"Menyelidik" Penyelidikan apa yang tengah kau lakukan" Selama ini aku mendengar
kabar kau selalu menguntit muridku Luhcinta!"
"Dan kau mencuri barang miliknya! Juga mengintipnya mandi!"
menyambung Hantu Penjunjung Roh.
"Saya tidak ada niat jahat! Tidak bermaksud mencuri. Apa lagi berbuat keji
mengintip gadis itu mandi. Saya...."
"Plaaakk!" Tamparan Hantu Penjunjung Roh membuat Si Penolong Budiman roboh pada
sisi kirinya yang cidera hingga dia mengeluh kesakitan. Dengan susah payah dia
berusaha bangkit dan kembali berlutut
"Maafkan saya Nek...," kata Si Penolong Budiman sambil mengangkat tangan kanan
ke atas kening dan mendukkan kepala.
Luhmasigi memperhatikan gerak-gerik si muka tanah liat ini. "Ada yang tidak
beres dengan tangankiri orang ini..." Dia maju mendekat lalu
"brettt!" Dia jubah hitam si Penolong Budiman di bagian bahu kiri hingga robek
tersingkap. Si nenek perhatikan cidera bengkak kemerahan di bahu itu. "Pukulan
Tangan Dewa Merajam Bumi!" ujar si nenek denan kening Rhoel (arul2002@gmail.com)
85 mengernyit."Ternyata muridku sudah memberikan pelajaran baik padamu hah"!"
"Saya menerima semua hukuman apapun yang dijatuhkan atas diri saya. Saya tidak
takabur. Bahkan matipun saya tidak takut. Asal saja semua apa yang saya selidiki
bisa terjawab. Beban rahasia hidup ini sangat berat bagi saya. Saya tak kuasa
Pendekar Kelana 2 Candika Dewi Penyebar Maut X I I Kuda Binal Kasmaran 3

Cari Blog Ini