Ceritasilat Novel Online

Peri Angsa Putih 1

Wiro Sableng 104 Peri Angsa Putih Bagian 1


BASTIAN TITO Mempersembahkan :
PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212
Wiro Sableng Episode ke 104 :
PERI ANGSA PUTIH
Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)
Scanning kitab by : Aby Elziefa
mailto:22111122@yahoo.com
104 Peri Angsa Putih
1 Sinopsis : HANTU TANGAN EMPAT PANDANGI WAJAH PERI
ANGSA PUTIH SESAAT LALU BERKATA. "ADALAH
ANEH! WAHAI! BIASANYA PARA PERI YANG DATANG
MEMBAWA BERKAH. KINI JUSTRU ENGKAU SEBAGAI PERI YANG MEMOHON BERKAH PADA KAKEK
JELEK DAN TOLOL SEPERTI DIRIKU INI!"
"KEK, JANGAN KAU MERENDAH SEPERTI ITU.
KALAU AKU TIDAK YAKIN KAU BISA MENOLONG
TIDAK NANTI AKU DATANG KEMARI...."
"BAIKLAH WAHAI CUCUKU. KATAKAN BERKAH
PERTOLONGAN APA YANG HENDAK KAU MINTAKAN
PADAKU?" PERI ANGSA PUTIH BUKA GULUNGAN PAKAIAN
PUTIHNYA DI SEBELAH PINGGANG DI MANA WIRO
DAN KAWAN-KAWANNYA BERADA. KETIGA ORANG
INI KEMUDIAN DILETAKKANNYA DI ATAS RUMPUT
BIRU, DI DEPAN BATU DATAR DI HADAPAN SI KAKEK.
HANTU TANGAN EMPAT SAMPAI MELESAT
SATU TOMBAK KE UDARA SAKING KAGETNYA
MELIHAT KETIGA MAKHLUK KECIL DI ATAS RUMPUT ITU. DARI ATAS SAMBIL MEMANDANG KE
BAWAH DIA BERKATA DENGAN SUARA GEMETAR.
"WAHAI CUCUKU PERI ANGSA PUTIH. KATAMU
KAU DATANG MEMINTA BERKAH PERTOLONGAN
PADAKU. TAPI TAHUKAH ENGKAU BAHWA KAU SEBENARNYA MEMBAWA BENCANA PADAKU?"
104 Peri Angsa Putih
2 BASTIAN TITO Peri Angsa Putih
1 INDAHNYA bulan purnama dengan sinarnya yang lembut terang tidak terlihat di
kawasan Telaga Lasituhitam. Air telaga tetap menghitam, suasana dicekam
kesunyian dan udara terasa dingin pengap. Angin seolah tidak mau bertiup menyapu
permukaan telaga dan kawasan sekitarnya.
Jauh di bawah dasar telaga, dalam sebuah ruangan diterangi dua belas obor, yang
disebut Ruang Dua Belas Obor, di atas sebuah tempat ketiduran terbuat dari batu,
duduk satu sosok tubuh aneh yang kepalanya memiliki dua muka. Satu di depan
satunya lagi di belakang. Muka sebelah depan dan muka sebelah belakang memiliki
raut serta bentuk yang sama, yaitu wajah tampan seorang lelaki berusia sekitar
empat puluhan. Bedanya yang di depan berkulit kuning sedang di muka sebelah
belakang hitam keling.
Selain keanehan angker pada kepalanya yang bermuka dua itu, makhluk ini memiliki
sepasang mata yang masing-masing bola matanya tidak berbentuk bulat melainkan
berupa segi tiga berwarna hijau menggidikkan. Konon bentuk segi tiga bola
matanya ini menjadi pelambang tiga sifat yang dimilikinya hingga ia dijuluki
Hantu Segala Keji, Segala Tipu, Segala Nafsul Di samping kiri dan kanan ranjang
batu tempat orang bermuka dua duduk, empat orang gadis cantik bersimpuh di
lantai. Mereka mengenakan pakaian dari kulit kayu namun tak ada artinya sebagai
penutup aurat. Selain tipis, pakaian itu hanya terdiri dari beberapa potongan
kecil yang membuat tubuh keempat gadis itu nyaris 104 Peri Angsa Putih
3 terlihat bugil.
Mahluk bermuka dua, yang punya dua pasang aneh dan angker ini, tidak sepasangpun
dari mata itu memperhatikankan wajah-wajah cantik dan tubuh-tubuh elok mulus
para gadis yang ada di sekitarnya. Ada dua pasang mata di sebelah belakang
berputar-putar memandang ke langit-langit ruangan. Sementara dua mata disebelah
depan memandang tak berkesip ke arah pekarangan. Di dua muka orang di atas
ranjang batu itu jelas terlihat bayangan ketidaksabaran.
Dua mata pada muka sebelah depan sesaat membuka tambah lebar. Dari mulutnya
keluar suara mengeluh "Apa yang dilakukan perempuan celaka itu! Wahai, masakan
pekerjaan begitu mudah saja dia pergi berapa lama
.Belum muncul sampai saat ini Apa aku harus marah lagi"
Minta darah lagi"!" Dua mata sebelah depan Ini terus membelalak tak berkedip
Memandang ke arah pintu masuk.
Beda lagi dengan muka ke dua yakni muka berkulit hitam legam di sebelah
belakang. Mulutnya berkomat kamit. Sesaat kemudian mulutnya berucap. "Janganjangan perempuan satu itu pergunakan kesempatan kabur melarikan diri!"
"Wahai! Kalau itu sampai dilakukannya!" menyahuti mulut sebelah depan. "Alamat
dirinya akan menjadi penghuni Ruangan Obor Tunggal"
'Tunggu...!" mulut muka berwajah hitam keling di sebelah belakang berkata.
'Tidakkah kau dengar langkah-langkah kaki halus melintas di Ruang Empat Obor.
Bergerak menuju ke sini!"
Sesaat kemudian di pintu Ruang Dua Belas Obor melangkah masuk seorang gadis
berwajah sangat cantik. Rambutnya yang hitam digulung di atas kepala hingga
kuduknya yang putih dan ditumbuhi bulu-bulu 104 Peri Angsa Putih
4 halus tersembul memikat. Gadis ini mengenakan pakaian kulit kayu dicelup jelaga
berwarna Jingga, dihias dedaunan aneka warna di bagian belakang dan dada.
"Lain yang ditunggu lain yang datang! Wahai!" Mulut sebelah belakang orang di
atas ranjang batu berseru.
Wajah di bagian depan tersenyum lebar. "Luhjelita kekasihku! Wahai! Kutunggutunggu kau tak pernah muncul. Tidak diharap-harap kau tahu-tahu datang!
Wahai! Kau membuat diriku jadi kikuk depan belakang!"
Gadis yang barusan masuk berhenti tiga langkah di samping kanan ranjang batu.
Matanya yang bening bagus menyapu pada empat sosok gadis di depannya.
Sepasang alis matanya perlahan-lahan naik ke atas.
Mulutnya terkatup rapat-rapat.
"Ha... ha! Kau mulai cemburu!! Wahai!" Mulut sebelah depan orang bermuka dua
berseru. Lalu dia tepukkan tangannya tiga kali. Melihat isyarat ini empat gadis
cantik yang duduk di lantai serta merta bangkit berdiri dan tinggalkan Ruangan
Dua Belas Obor.
"Kekasihku Luhjelita! Wahai! Berucaplah. Katakan padaku apa hatimu sedang senang
atau tengah diselimuti kegundahan! Melihat air mukamu, apa yang selama ini kau
cari dan kau rahasiakan padaku masih belum kau dapatkan! Wahai! Betulkah
dugaanku"!"
Gadis berpakaian Jingga dudukkan dirinya di atas ranjang batu di samping orang
bermuka dua. Lalu dengan suara perlahan lirih yang membuat darah bergejolak
panas dia berkata. "Aku datang karena aku rindu sokali padamu, wahai Hantu Muka
Dua...." Orang bermuka dua yang duduk di atas tempat ketiduran batu dan dipanggil dengan
nama Hantu Muka Dua tertawa bergelak.
"Wahai! Rindu adalah penyakit maha nikmat orang-orang bercinta! Akupun tak kalah
rindu Luhjelita!" Mulut 104 Peri Angsa Putih
5 sebelah depan berkata lalu kepala dua muka itu bergerak hendak mencium si gadis.
Tapi Luhjelita dengan sikap manja mendorong dada Hantu Muka Dua dan jauhkan
kepalanya seraya berkata. "Jangan kau membakar diriku, wahai Hantu Muka Dua.
Kulihat kau telah memiliki teman-teman baru. Siapa empat gadis tadi"'
Hantu Muka Dua pegang lengan Luhjelita. Mulut berwa|ah hitam di sebelah belakang
berkata. "Kita sudah kenal sejak lama. Bagaimana sifatku kau sudah tahu Mengapa
masih bertanya" Bukankah sudah kukatakan Wahail Boleh ada seribu gadis cantik di
taklimku tapi yang terpendam dalam hatiku! Wahai!
Hanyalah Luhjelital"
'Kau pandai merayul"
Dua mulut Hantu Muka Dua sama-sama tertawa keras Ialu yang sebelah depan
berkata. "Kau yang mengajarkan segala rayuan dan kegenitan padaku!
Kau yang telah menghangatkan hati dan membakar aliran darahku Sekarang wahai!
Coba kau ceritakan kabar apa sa|a yang kau bawa dari luar."
"Aku mau bertanya dulu," ujar Luhjelita. "Waktu menuju ko sini aku melihat ada
satu perempuan mendekam di balik semak belukar. Tak jauh dari mulut goa!
Kulitnya hitam manis, kulit yang paling kau gandrungi. Wajahnya cantik dan sosok
tubuhnya kencang pertanda usianya masih sangat muda. Sikapnya seperti tengah
menyelidiki sesuatu dan sebentar-sebentar mendongak ke langit. Siapa dia?"
"Wahai! Kau tak perlu curiga dan tak usah cemburu,"
jawab mulut sebelah belakang Hantu Muka Dua.
"Dia adalah Luhtinti, perempuan yang kujadikan mata-mata!"
"Heh.... Selain kau jadikan mata-mata, lalu kau jadikan apa lagi" Kau letakkan
di bawah mata kakimu 104 Peri Angsa Putih
6 heh...?" Hantu Muka Dua tertawa lebar. "Wahai Luhjelita.
Kau tahu diriku...."
"Lebih dari tahu!" jawab Luhjelita dengan wajah merengut sambil menggeser duduk
menjauh. "Percuma saja kau dijuluki sebagai si Segala Keji, Segala Tipu, Segala
Nafsu. Memang aku yang bodohi Sudah tahu masih bertanya!"
"Luhjelita! Wahai! Jangan merajuk. Bukankah sudah kubilang cuma kau seorang yang
ada di hatiku," kata Hantu Muka Dua. "Sekarang ceritakan apa saja yang terjadi
di luaran sana."
"Aku hanya akan menceritakan yang ada sangkut pautnya dengan tugas yang tengah
kujalani...."
Hantu Muka Dua kembali hendak tertawa bergelak.
Tapi tak jadi. Dia berkata. "Baiklah. Wahai! Apakah kau berhasil menemui manusia
bernama Latandai yang tengah mengejar ilmu di kawah Gunung Latinggimeru itu?"
Luhjelita anggukkan kepala. "Latandai sekarang memakai nama Hantu Bara Kaliatus.
Di kepala, sekujur dada dan perutnya penuh dengan bara menyala. Ber-jumlah dua
ratus! Tapi sayangnya setelah kuperiksa ternyata dia hanya punya satu tahi lalat
di bawah pusarnyal"
Hantu Muka Dua tak dapat menahan tawanya!
"Latandai! Manusia miskin tahi lalat! Ha... ha... ha! Tapi wahai kekasihku!
Kuharap kau jangan putus asa! Cari lagi, cari lagi, dan aku akan terus membantu.
Sampai akhirnya kau mendapatkan tujuh lelaki yang punya tiga tahi lalat di bawah
pusarnya!"
Mulut sebelah belakang menyambut! ucapan mulut sebelah depan tadi. "Wahai
Luhjelita, menurut pengintaianku dalam masa seratus tahun mendatang kau 104 Peri
Angsa Putih 7 masih akan tetap muda dan cantik. Mengapa kau begitu bernafsu mengejar ilmu.
Bukankah kau mencari tujuh lelaki dengan tiga tahi lalat di bawah pusarnya itu
sebenarnya ingin mendapatkan ilmu awet muda sepanjang jaman"'
Sepasang mata Luhjelita membesar. "Dari mana kau tahu aku tengah mencari ilmu
awet muda"!" tanya si gadis.
"Hantu Muka Dua pandai menduga. Wahai! Dan setiap dugaanku biasanya tak pernah
meleset!" Luhjelita tersenyum lalu mencibir dan berkata.
"Aku tidak akan mengiyakan atau menidakkan ke-benaran dugaanmu Itu wahai Hantu
Muka Dua. Aku butuh bantuanmu. Siapa saja lagi yang harus kuselidiki...."
Wajah Hantu Muka Dua depan belakang tersenyum.
"Sedorct nama dan orang bisa kau selidiki. Mengapa kau tidak berusaha mencari
lelaki bernama Lakasipo yang kini punya dua julukan. Bola Bola Iblis dan Hantu
Kaki Batu. Tapi aku punya satu pesan. Jika kau menemui lelaki itu dan berhasil menyelidiki,
apapun hasil penyelidikanmu aku minta kau membunuhnya! Paling tidak mengetahui
kelemahan segala ilmu yang dimilikinya!"
Luhjelita menatap wajah sebelah depan Hantu Muka Dua lalu tersenyum, membuat
Hantu Muka Dua tidak sanggup menahan diri dan angsurkan kepalanya hendak
mengecup bibir si gadis. Wajah mereka hampir bersentuhan tapi jari tangan kanan
Luhjelita telah lebih dulu ditempelkan di atas bibir lelaki Ku hingga tak
kesampaian menyentuh bibirnya.
"Wahai Hantu Muka Dua. Turut apa yang aku dengar Hantu Santet Laknat telah turun
tangan melakukan hal yang sama. Kabarnya dia telah menguasai otak dan jalan
pikiran Latandai. Lalu pergunakan tangan Latandai 104 Peri Angsa Putih
8 alias Hantu Bara Kaliatus untuk membunuh Lakasipo.
Mengapa kau harus bersusah payah dan menyuruh aku melakukan hal itu?"
"Terus terang. Wahai! Aku tidak begitu percaya pada Hantu Santet Laknat. Nenek
satu itu punya rencana terselubung. Kelihatannya dia ingin...."
"Wahai Hantu Muka Dua, aku tahu maksudmu!
Kau takut Hantu Santet Laknat jatuh hati pada Lakasipo.
Padahal bukankah nenek itu sejak lama jatuh hati padamu tapi kau seperti tidak
pernah mengacuhkan?"
Mendengar kata-kata Luhjelita itu terjadi satu keanehan pada kepala Hantu Muka
Dua. Kepalanya yang bermuka dua dan berupa wajah dua lelaki usia empat puluh
tahun tiba-tiba berubah menjadi dua wajah orang tua yang air mukanya pucat putih
karena terkejut. Dalam hati Hantu Muka Dua berkata. "Dari mana perempuan satu
ini tahu ihwal hubunganku dengan Hantu Santet Laknat...."
Keadaan dua muka Hantu Muka Dua seperti dua orang tua bermuka pucat hanya
sesaat. Di lain kejap dua mukanya kembali seperti tadi yaitu wajah dua lelaki
berusia sekitar empat puluh tahun, satu hitam satu putih. "Luhjelita'kekasihku!
Wahai! Kalau kau sudah tahu tentang sikap Hantu Santet Laknat terhadapku,
kuharap kau jangan menebar luas apa yang kau ketahui Itu. Aku menyuruhmu
membunuh Lakasipo karena aku punya firasat, di masa mendatang dia akan menjadi
seorang tokoh sangat berbahaya di kawasan Latanahsilam.... Maukah kau menolongku
wahai kekasihku?"
Luhjelita tersenyum membuat hati Hantu Muka Dua menjadi sejuk namun sesaat
kemudian darahnya kembali menggelora. Mulutnya sebelah depan berbisik.
"Berbilang waktu telah berlalu. Berbilang lagi yang akan datang. Wahai! Kapan
kita bisa bersenang-senang 104 Peri Angsa Putih
9 wahai Luhjelita?"
"Saatnya akan tiba, kau harus sabar menunggu..."
kata Luhjelita setengah membujuk sambil memegang lengan Hantu Muka Dua. "Selain
menyelidik Lakasipo, apa tidak ada orang lain yang menurutmu pantas aku selidiki
keadaan dirinya?"
"Pernah kau mendengar seorang bernama Hantu Jatilandak?" tanya Hantu Muka Dua.
"Maksudmu makhluk menghebohkan yang tinggal di kawasan Hutan Lahitamkelam"
Beberapa waktu yang lalu dia telah membantai serombongan orang yang kabarnya
adalah kaki tangan Hantu Lumpur Hijau yang menguasai sebagian kawasan hutan."
"Betul. Kau selidiki dia. Siapa tahu dia memiliki tiga tahi lalat di bawah
pusarnya. Tapi hati-hati wahai kekasihku. Hantu Jatilandak benar-benar makhluk
biadab yang sanggup membantai siapa saja dengan Ilmunya yang aneh-aneh...."
Aku akan perhatikan ucapanmu wahai Hantu Muka Dua Sekarang lzinknn aku
pergi...."
Tidak sebelum aku boleh membelai dadamu dan mengecup bibirmu!" kata Hantu Muka
Dua pula. Lalu dua tangannya cepat hendak merangkul. Tapi lagi-lagi Luhjelita
mendahului mendorong dada lelaki itu seraya berbisik. "Kalau kau mau bersabar
sedikit lagi, kelak aku akan memberikan apa saja yang kau minta...."
"Sayang aku sudah tidak sabar menunggu lebih lama!" jawab Hantu Muka Dua pula.
Sementara dua mulutnya tertawa bergelak dua wajah di kepalanya mendadak berubah
menjadi dua wajah anak muda yang sangat tampan. Perubahan ini menjadi pertanda
bagi Luhjelita bahwa Hantu Muka Dua tengah mengalami puncak hasrat yang
menggelora dan berusahamemikat dengan merubah dirinya sebagai pemuda gagah.
104 Peri Angsa Putih
10 Bersamaan dengan terjadinya perubahan itu tiba-tiba cepat dua kaki Hantu Muka
Dua bergerak ke depan dan tahu-tahu dua kaki itu telah menggelung pinggul dan
pinggang Luhjelita lalu menariknya hingga hampir saja gadis itu jatuh menindih
tubuh Hantu Muka Dua.


Wiro Sableng 104 Peri Angsa Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau harus belajar punya kesabaran Hantu Muka Dua. Ini hadiah untuk kesabaranmu
itu!" Luhjelita pergunakan tangan kanannya mencubit perut Hantu Muka Dua hingga
orang ini menjerit antara kesakitan dan kegelian. Bersamaan dengan itu Luhjelita
gerakkan tubuhnya ke belakang hingga rangkulan dua kaki Hantu Muka Dua terlepas.
"Luhjelita tunggu!" berseru Hantu Muka Dua. "Wahai...!" Tapi Luhjelita telah
berkelebat meninggalkan Ruang Dua Belas Obor.
Hantu Muka Dua terduduk di atas ranjang batu.
Dua mulutnya beberapa lama keluarkan suara meng-gerendeng. Lalu mulut sebelah
depan berucap perlahan.
"Luhjelita. Wahai! Jangan kau kira aku tak tahu apa sebenarnya yang tengah kau
lakukan dan kau cari.
Aku hanya pura-pura percaya bahwa kau tengah mencari ilmu awet muda. Tapi aku
tahu sebenarnya kau tengah mencari satu ilmu kesaktian yang langka dan sangat
hebat. Aku akan membantumu mendapatkan ilmu itu. Aku akan mengikuti saja apa
maumu Luhjelita!
Wahai kekasihku! Tapi begitu kau mendapatkannya aku akan merampasnya dari
tanganmu! Ha... ha... ha...!
Percuma aku dijuluki Hantu Segala Keji, Segala Tipu, Segala Nafsu!"
Hantu Muka Dua usap perutnya yang merah akibat cubitan Luhjelita tadi. Lalu dia
singkapkan pakaiannya di bagian bawah perut. Dia menyeringai memperhatikan tiga
buah tahi lalat yang menebar berdekatan tepat di bawah pusarnya.
104 Peri Angsa Putih
11 Hantu Muka Dua bertepuk tiga kali. Empat gadis cantik yang tadi meninggalkan
ruangan itu kini muncul kembali. Melihat dua muka Hantu Muka Dua yang telah
berubah menjadi wajah pemuda-pemuda tampan, mereka segera maklum. Hantu yang
berjuluk Si Segala Nafsu ini ingin bersenang-senang.
"Empat gadis cantik! Wahai! Apa kalian siap melayaniku?"
Empat yang ditanya anggukkan kepala lalu tanpa menunggu lebih lama sama-sama
menghambur ke atas tempat tidur batu.
* * 104 Peri Angsa Putih
12 BASTIAN TITO Peri Angsa Putih
2 BERSEBELAHAN dengan Ruang Dua Belas Obor terdapat sebuah ruangan batu redup
suram serta bau.
Hantu Muka Dua menyebut ruangan ini Ruang Obor Tunggal karena hanya diterangi
sebuah obor kecil. Siapa saja yang memasuki atau melewati ruangan itu, pertama
kali pasti akan merasa heran. Perasaan heran ini kemudian akan segera berubah
menjadi ngeri menggidikkan.
Di lantai ruangan yang lembab dan di sana-sini diselubungi lumut, terbaring enam
sosok tubuh perempuan. Empat di antaranya sudah sangat tua, hanya tinggal kulit
pembalut tulang. Yang dua lagi masih muda, walau tubuh mereka kelihatan cukup
segar namun wajah masing-masing pucat pasi seolah tak berdarah. Enam sosok
perempuan itu terbaring menelentang. Tiga dengan mata terpejam, tiga lagi
menatap ke langit-langit ruangan dengan mata nyalang mombclalak dan sangat
jarang berkedip. Kalau tidak diperhatikan benar sulit mengetahui apakah enam
sonok perempuan itu masih bernafas atau tidak. Selain tidak bergerak, keenamnya
terbaring dengan mulut menganga.
Dari langit-langit ruangan pada waktu-waktu tertentu menetes setitik air yang
langsung jatuh dan masuk ke dalam mulut keenam perempuan itu. Empat erempuan tua
telah puluhan tahun berada di ruangan itu. Dua yang masih muda baru sekitar dua
belas kali bulan purnama.
Keadaan mereka seolah mati tidak hidup pun tidak.
Tetesan-tetesan air telah memanjangkan umur mereka 104 Peri Angsa Putih
13 dalam kesengsaraan itu.
Empat perempuan tua yang ada dalam Ruang Obor Tunggal itu dulunya pernah menjadi
musuh besar Hantu Muka Dua sedang dua perempuan muda adalah gadis-gadis di
sebuah pemukiman di selatan Latanahsilam yang diculik untuk dijadikan budak
pemuas nafsu. Berkali-kali dua gadis itu berusaha melarikan diri dan berkalikali pula mereka bermaksud membunuh Hantu Muka Dua namun selalu gagal. Hantu
Muka Dua akhirnya kehilangan kesabaran lalu men-jebloskan keduanya ke Ruang Obor
Tunggal. Kalau saja Hantu Muka Dua tidak mempunyai pantangan membunuh perempuan,
sudah sejak lama keenam perempuan itu dihabisinya!
Di ats ranjang batu di Ruang Dua Belas Obor, Hantu Muka Dua terbujur mandi
keringat. Saat itu dua wajah di kepalanya yang sebelumnya berupa wajah pemuda
telah berubah kembali menjadi wajah lelaki separuh baya. Wajah sebelah depan
putih sedang sebelah belakang hitam keling.
"Malam semakin laruti Wahail Mengapa orang suruhan kita masih belum kembali!"
Mulut sebelah depan Hantu Muka Dua berucap.
"Mungkin saja perempuan celaka itu benar-benar telah kabur melarikan diri sejak
tadi-tadil" Menyahuti mulut bermuka hitam.
"Wahai! Jika dia berani berkhianat pertanda akan bertambah satu lagi penghuni
Ruang Obor Tunggal!"
"Aku sudah berkata sebaiknya berpuas-puas dulu dengan dirinya. Tapi kau malah
memberinya tugas di luar goa."
Pada saat seperti itu Hantu Muka Dua seolah-olah berubah menjadi dua orang yang
berlainan tetapi memiliki satu tubuh.
104 Peri Angsa Putih
14 "Kau betul," kata mulut sebelah depan. "Kalau dia datang akan kurendam dia
sampai pagi. Ha... ha....ha...!"
"Diam! Jangan tertawa! Aku mendengar langkah-langkah kaki melintas di Ruangan
Obor Tunggali" kata mulut sebelah belakang.
Tak lama kemudian muncullah seorang gadis berkulit hitam legam berwajah ayu.
Rambutnya yang hitam panjang tergerai lepas sampai ke pinggul, berkilat-kilat
dan menebar bau harum karena diberi semacam minyak wangi. Tubuhnya yang padat
melenggok bagus ketika melangkah memasuki Ruang Dua Belas Obor.
"Luhtinti! Wahai!" Mulut sebelah belakang Hantu Muka Dua berseru. "Apa yang kau
lakukan sampai berlama-lama di luar sana!"
Belum sempat perempuan muda berdada busung itu menjawab, mulut di sebelah depan
menyusul membentak. "Kau tengah mencari akal hendak melarikan diri Wahail Apa
benar begitu"! Wahai! Jawab!"
Perempuan yang dibentak tampak ketakutan. Lebih lebih ketika melihat dua muka di
kepala Hantu Muka Dua mendadak berubah menjadi muka-muka mengerikan.
Berupa dua wajah berkulit merah, dilebati kumis, janggut dan cambang bawuk.
Hidung dan mulutnya membesar bengkak sedang dua matanya menggembung membeliak.
Dari sela bibirnya mencuat sepasang taring. Keadaan dua wajah Hantu Muka Dua
saat Itu tidak bedanya seperti wajah-wajah raksasa yang menakutkan. Perubahan
muka ini satu pertanda bahwa Hantu Muka Dua berada dalam keadaan marah.
"Wahai Hantu Muka Dua," gadis bernama Luhtinti tepat berkata. Suaranya gemetar.
"Saya, saya tidak bermaksud melarikan diri. Saya melakukan apa yang
diperintahkan. Wahai!"
Muka di sebelah belakang menyeringai lalu men-104 Peri Angsa Putih
15 dengus. "Kau sudah melakukan perintah! Wahai! Bagus!
Sekarang katakan apa yang telah kau lihat di luar sana!"
"Wahai Hantu Muka Dua, sesuai perintah saya menatap ke langit. Saya melihat
memang bulan purnama telah muncul menerangi kawasan Telaga Lasituhitam...."
Mulut sebelah muka Hantu Muka Dua menggeram panjang. Taring-taringnya menyembul
mengerikan. Sepasang matanya yang memiliki bola mata berbentuk segi tiga hijau
membersitkan cahaya menggidikkan.
Mulut sebelah belakang berucap.
"Apa kataku! Wahai! Malam ini tepat tiga puluh hari Hantu Tangan Empat kau
perintahkan pergi ke dunia luar.
Malam ini adalah akhir dari waktu menjalankan perintah!
Dan jahanam itu tidak muncul! Wahai tidak kembali! Aku tidak tahu bagaimana
hasil urusannya ke negeri seribu dua ratus tahun mendatang" Muka di sebelah
belakang kelihatan bertambah merah.
"Jangan-jangan ada sesuatu terjadi dengannya! Wahai, bukankah aku biasa memberi
peluang sampai tujuh hari sebagai tambahan"!" ujar mulut sebelah depan.
Dua mata di sebelah belakang memandang ke langit-langit ruangan, berputar tiada
henti. "Aku punya firasat Hantu Tangan Empat telah gaga! menjalankan tugas! Dia
tidak bisa menemukan Batu Sakti Pembalik Waktu itu! Wahai! Aku yakin dia sudah
berada di Negeri Latanahsilam! Tapi sembunyi karena wahai! Dia takut akan
mendapat hajaran darimu!
"Wahai! aku menaruh percaya besar padanya! Jika dia berbuat macam-macam malah
sembunyikan diri, laknat sengsara akan kujatuhkan atas dirinya!" kata mulut
Hantu Muka Dua yang sebelah depan.
"Wahai Hantu Muka Dua," perempuan muda bor tubuh bagus berkulit hitam manis
berkata. "Jika kau terlalu lama menunggu saya, mohon kiranya maafmul 104 Peri
Angsa Putih 16 Namun ada sesuatu yang saya lihat di langit malam di luar sana dan harus saya
beritahukan padamu...."
"Heh...." Mulut sebelah belakang Hantu Muka Dua bergumam. Sementara itu
perlahan-lahan dua mukanya yang menyeramkan dan berwarna merah berubah kembali
ke bentukdua wajah lelaki usia empat puluhan.
"Katakan apa yang kau lihat! Tapi wahai! Luhtinti!
Awas! Kalau kau berani mengarang cerita hanya sekedar membuat diriku senang! Kau
tahu, kau lihat apa yang terjadi dengan enam orang perempuan di Ruang Obor
Tunggal!" Ruangan Obor Tunggal terletak di sebelah depan.
setiap orang yang menuju atau keluar Ruang Dua Belas Obor harus melewati Ruang
Obor Tunggal hingga dia pasti akan melihat kengerian yang ada di Ruang Obor
Tunggal Ku. Perempuan muda di depan tempat tidur batu menjadi pucat parasnya. Betapakan
tidak. Dia tahu betul yang dimaksud Hantu Muka Dua dengan enam orang perempuan
di Ruang Obor Tunggal ialah enam orang yang tengah menjalani siksaan mengerikan,
dijadikan mayat hidup. Ke enamnya tergeletak menelentang di ruangan itu. Tubuh
kaku tak bisa bergerak tak blsa bersuara. Mulut menganga. Dari atas langitlangit ruangan pada saat-saat tertentu jatuh menetes setitik air, masuk ke dalam
mulut keenam perempuan itu. Tetesan-tetesan air itulah yang memberi kehidupan,
menyelamatkan nyawa mereka. Beberapa di antara mereka ada yang telah belasan
tahun berada dalam keadaan seperti itu. Mereka adalah orang-orang yang sangat
dlbenci oleh Hantu Muka Dua. Empat dari mereka adalah bekas musuh besarnya.
Luhtinti sebenarnya tahu Hantu Muka Dua ingin membunuh mereka semua. Namun
karena mempunyai pantangan 104 Peri Angsa Putih
17 membunuh perempuan maka terpaksa dia
memperlakukan keenam perempuan tersebut seperti itu.
Mati tidak hidup pun tak ada artinya, tersiksa sepanjang usia!
"Luhtinti! Lekas bilang apa yang katamu kau lihat di luar sana!" Tiba-tiba mulut
sebelah belakang membentak hingga semua orang yang ada di situ, termasuk empat
gadis yang duduk bersimpuh di samping ranjang batu tersentak kaget dan
ketakutan. "Wahai Hantu Muka Dua," ujar Luhtinti. "Saya melihat sebuah benda putih berleher
tinggi, bersayap lebar melayang berputar berulang kali di atas telaga...."
"Benda putih di atas telaga. Berleher tinggi. Wahai!"
ujar mulut sebelah belakang Hantu Muka Dua.
Mulut sebelah depan menimpali. "Bersayap lebar.
Wahai! Terbang berputar berulang kali di atas telaga!
Itu adalah seekor angsa putih raksasa! Luhtinti! Apa kau lihat ada seseorang
menunggang benda putih bersayap lebar yang terbang berputar-putar di atas telaga
itu"!"
"Memang ada saya lihat wahai Hantu Muka Dua.
Seorang berpakaian serba putih. Pakaiannya begitu panjang hingga sesaat menjela
ke bumi sesaat lagi melayang tinggi seolah menembus langit. Rambutnya yang hitam
panjang berkibar-kibar ditiup angin. Saya juga seperti membaui sesuatu yang
harum " Sepasang mata sebelah belakang Hantu Muka Dua menatap berputar-putar ke atas. Di
sebelah depan sepasang mata lainnya mendongak tak berkedip. Lensa mata yang
berbentuk segi tiga hijau kembali membersitkan sinar aneh. Lalu mulut depan dan
mulut belakang sama-sama berucap.
"Peri Angsa Putih...!"
"Aku tidak takut!" Mulut belakang berteriak.
104 Peri Angsa Putih
18 "Aku juga tidak takuti" berteriak mulut di sebelah depan. Sesaat dua muka Hantu
Muka Dua kembali berubah menjadi merah dan membentuk tampang-tampang raksasa.
Empat taring mencuat. Namun sekali ini perubahan itu hanya sebentar. Begitu
amarahnya turun, dua wajah Hantu Muka Dua berubah lagi menjadi wajah-wajah
lelaki separuh baya.
Hantu Muka Dua kepal dua tangannya. "Peri satu Itu memang pernah mengancamku!
Lihat saja apa yang bisa dilakukannya! Kalau dia sampai masuk ke dalam
pelukanku! Hik... hik... hik! Wahai! Habis kukelupas sekujur tubuhnya dengan
lidahku!" "Taringku akan kutancapkan di bagian-bagian tubuhnya yang menonjol dan empuk!"
kata mulut belakang pula lalu tertawa gelak-gelak.
"Luhtinti, aku tadinya berburuk sangka. Ternyata kau menjalankan perintah dengan
baik. Wahai! Patut aku memberi hadiah kesenangan padamu!" kata Hantu Muka Dua.
Yang bicara adalah mulutnya sebelah depan Lalu makhluk aneh ini usap mukanya
dengan tangan kanan.
Saat itu juga muka Hantu Muka Dua sebelah depan berubah menjadi muka seorang
pemuda tampan. Pemuda itu tersenyum dan lambaikan tangannya memberi isyarat agar mendekat.
Namun Luhtinti tidak segera bergerak. Sekalipun jelas dia melihat wajah sebelah
depan Hantu Muka Dua telah berubah menjadi wajah seorang pemuda yang cakap.
Walau matanya terpesona dan hatinya tertarik akan ketampanan dua wajah lelaki
muda itu namun Luhtinti merasa bimbang.
Hal ini rupanya diketahui oleh Hantu Muka Dua. Maka mulut depan segera berkata.
"Wahai Luhtinti, sekarang mendekatlah. Jangan biarkan darahku menggelora sampai
muncrat dari ubun-ubun!" dua tangan Hantu Muka Dua terkembang 104 Peri Angsa
Putih 19 seperti siap hendak merangkul.
Perlahan-lahan Luhtinti langkahkan kakinya ke depan. Begitu sosoknya sampai di
muka tempat tidur batu, Hantu Muka Dua serta merta memeluk gadis berkulit hitam
manis ini penuh nafsu. Ketika dia hendak merebahkan tubuh Luhtinti di atas
tempat tidur batu tiba-tiba Ruang Dua Belas Obor terasa bergetar. Di kejauhan
terdengar suara menderu seperti ada air mencurah berkepanjangan.
Hantu Muka Dua lepaskan pelukannya. Luhtinti dibaringkannya di atas tempat tidur
batu lalu dia turun ke lantai. "Wahai! Gerangan apa yang terjadi"!" bertanya
mulut depan. Getaran di ruangan itu semakin keras. Suara deru air mencurah terdengar semakin
kencang. Lalu ada hawa panas yang perlahan-lahan seolah memanggang ruangan itu.
Dinding dan langit-langit Ruang Dua Belas Obor berderik. Nyala api dua belas
obor bergoyang-goyang padahal tak ada angin bertiup.
Empat perempuan cantik yang sejak tadi duduk bersimpuh di lantai tak dapat
menahan rasa takut.
Mereka bangkit berdiri, memandang pada Hantu Muka Dua lalu berpaling ke arah
jalan keluar. Luhtinti sendiri saat itu telah turun pula dari atas tempat tidur
batu, bergabung jadi satu kelompok dengan empat perempuan lainnya.
"Kalian semua tetap di sini! Jangan ada yang berani keluar! Aku akan
menyelidik!" Mulut Hantu Muka Dua sebelah belakang berkata. Lalu Hantu Muka Dua
cepat berkelebat meninggalkan tempat itu. Lima orang perempuan yang berada dalam
ketakutan mana mau tetap berada dalam ruangan yang semakin digoncang getaran dan
semakin panas itu. Kelimanya berhamburan lari menuju jalan ke luar. Luhtinti di
depan sekali. 104 Peri Angsa Putih
20 BAST1AN TITO Peri Angsa Putih
3 HANTU MUKA DUA melompat ke atas sebuah gundukan batu di satu tempat ketinggian
di sebelah timur Telaga Lasituhitam. Begitu dia melayangkan mata, memandang ke


Wiro Sableng 104 Peri Angsa Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah tersentaklah makhluk bermuka dua ini. Dua mata di depan dan dua mata di
belakang membeliak. Di samping rasa terkejut yang amat sangat, pada dua wajah
Hantu Muka Dua jelas terlihat bayangan amarah. Dua wajahnya berubah menjadi dua
wajah orang tua bermuka pucat pasi. Sesaat kemudian wajah-wajah ini berubah pula
menjadi dua muka raksasa berwarna merah menyeramkan. Bola-bola matanya yang
berbentuk segitiga menyorotkan sinar hijau angker.
Saat itu terjadi sesuatu yang luar biasa di Telaga Lasituhitam. Di bawah
penerangan rembulan, Hantu Muka Dua melihat pinggiran utara telaga yang
sebelumnya dipagari batu-batu serta pohon-pohon besar kini seolah jebol. Batubatu besar lenyap entah kemana sedang pohon-pohon bertumbangan malang melintang.
Sebuah celah selebar dua puluh tombak membentuk parit besar, menurun ke bawah.
Melalui parit Ini air telaga hitam mengalir deras. Suara aliran air yang menderu
keras inilah yang tadi terdengar dan membuat kawasan itu bergetar hebat sampai
ke Ruang Dua Belas Obor di tempat kediaman Hantu Muka Dua yang terletak tepat di
bawah telaga. "Wahai!" Hantu Muka Dua keluarkan suara tertahan.
"Apa yang terjadi"! Tidak ada gempa, tidak ada topan dan hujan! Mengapa batas
telaga di arah utara jebol begitu 104 Peri Angsa Putih
21 rupa!" "Sebentar lagi telaga ini pasti akan menjadi kering Wahai!" Mulut sebelah
belakang Hantu Muka Dua ikut bicara.
Baru saja Hantu Muka Dua berucap seperti itu mendadak dari arah pinggiran telaga
sebelah selatan terdengar suara menggemuruh. Hantu Muka Dua palingkan kepala.
Serta merta dua mulut makhluk ini berteriak keras. Dua pasang matanya membuka
lebar seperti mau memberojol keluar.
"Wahai! Apa Negeri ini mau kiamat!" seru mulut Hantu Muka Dua sebelah depan.
"Aku tidak bisa bertahan lama di sini! Sebentar lagi tempat celaka ini akan jadi
neraka! Jahanam betul!"
Saat itu kalau di arah utara air hitam dari telaga mengalir deras hingga dalam
waktu singkat Telaga Lasituhitam nyaris kering airnya, maka dari jurusan selatan
menggemuruh cairan berbentuk lahar panas!
Sesekali ada lidah api mencuat ke udara disertai batu-batu besar berwarna merah
menggelinding dan bersama-sama cairan lahar masuk ke dalam telaga. Telaga yang
barusan terkuras airnya dan hampir kering kini digenangi dan dipenuhi cairan
panas berwarna merah itu. Udara serta merta menjadi panas luar biasa.
"Lahar panasi Wahai! Dari mana datangnya" I"
teriak mulut Hantu Muka Dua sebelah depan.
"Lahar seperti itu hanya ada di kawah Gunung Latinggimeru!" menyahuti mulut
sebelah belakang.
"Pasti lahar ini datang dari sana! Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi"! Wahai!
Padahal Gunung Latinggimeru tidak meletus!"
"Lihat!" mulut Hantu Muka Dua sebelah depan berteriak seraya tangan kanannya
menunjuk ke utara.
"Batu-batu besar dan pohon-pohon raksasa di pinggiran 104 Peri Angsa Putih
22 telaga sebelah utara kembali muncul! Menutup lompat yang tadi jebol. Menahan
cairan lahar!! Uhhh...!
Panasnya tempat ini! Sebentar lagi Telaga Lasituhitam akan digenangi lahar merah
mendidih! Di sini saja panasnya seperti di neraka! Apa lagi di tempat kediamanku
yang terletak di bawah telaga!" Saat itu sekujur tubuh Hantu Muka Dua basah oleh
keringat akibat hawa panas luar biasa yang keluar dari dalam telaga. Makin
tinggi cairan lahar mendidih, makin bertambah panasnya udara.
Bisingnya deru lahar panas yang mencurah masuk ke dalam telaga tiba-tiba
ditingkahi oleh suara menggemuruh dahsyat. Kawasan sekitar telaga bergetar
hebat. Lahar panas di bagian tengah telaga menderu ke bawah, seolah memasuki
sebuah lobang raksasa.
"Wahai!" teriak mulut Hantu Muka Dua depan belakang. Dua muka raksasanya
langsung berubah menjadi dua muka kakek-kakek pucat pasi. "Dasar telaga amblas!
Tempat kediamanku tertimbun lahar!
Empat gadis itu! Wahai! Luhtinti! Wahai! Mati mereka semua!"
"Apa perduliku!" teriak mulut sebelah belakang.
"Apa di negeri begini luas hanya ada Luhtinti dan empat gadis itu" Aku masih
bisa mencari gadis-gadis cantik lainnya untuk mengumbar nafsu!"
"Kau betul!" menjawab mulut yang di depan. Lalu dua mulut itu tertawa gelakgelak. Sungguh luar biasa.
Dalam kengerian mencekam begitu rupa Hantu Muka Dua masih bisa tertawa bergelak.
Sudut mata Hantu Muka Dua melihat lima sosok tubuh bergerak mendekati tempat
ketinggian itu. Melihat siapa yang datang Hantu Muka Dua pencongkan mulutnya.
Mereka ternyata adalah Luhtinti dan empat gadis cantik. "Mereka lolos! Tak jadi
mampus mereka 104 Peri Angsa Putih
23 rupanya! Ha... ha... ha!" Mulut sebelah belakang ber ucap dan kembali tertawa.
Saat itu dalam keadaan pakaian tidak karuan dan tubuh basah oleh keringat dan
dikotori tanah, Luhtinti dan empat gadis yang berhasil keluar selamatkan diri
dari Ruang Oua Belas Obor, tersungkur jatuh di kaki batu. Dada mereka yang
nyaris tidak tertutup bergerak turun naik sedang wajah masing-masing pucat
keringatan. Seolah tidak perduli akan kehadiran lima gadis itu mulut Hantu Muka Dua sebelah
depan berkata. "Ini pasti ada yang punya pekerjaan! Hendak mencelakai diriku! Hendak
membunuhku! Siapa bangsat haram jadahnya!"
Mulut sebelah belakang menjawab. "Aku tidak perlu bertanya, tak perlu menduga.
Lihat ke langit, ke arah rembulan!"
Hantu Muka Dua dongakkan kepalanya sebelah depan, memandang ke langit. Benar
saja, di arah bulan purnama tampak sebuah benda putih mengapung di udara.
Benda ini adalah seekor angsa raksasa berwarna putih. Sayapnya bergerak-gerak
perlahan tapi sosok tubuhnya tetap tidak bergerak, sengaja mengapung di udara.
Di atas punggung angsa raksasa bermata biru ini duduk seorang gadis berwajah
cantik seolah bida-dari. Pakaiannya berupa gulungan kain putih halus yang
melambai-lambai di udara malam. Rambutnya panjang hitam, tergerai dalam tiupan
angin. Bila diperhatikan dekat-dekat ternyata gadis ini memiliki sepasang bola
mata berwarna biru.
"Peri Angsa Putih! Wahai! Jadi dia yang punya pekerjaan..." desis mulut Hantu
Muka Dua sebelah depan. Sepuluh jari tangannya digerakkan hingga me-104 Peri
Angsa Putih 24 ngeluarkan suara berkeretatan. Lalu teriakan keras menggeledek dari mulutnya.
"Peri Angsa Putih! Wajahmu cantik! Tapi hatimu jahat! Wahai! Mengapa kau rubah
Telaga Lasrtuhitam menjadi kawah panas mendidih! Padahal kau tahu Kediamanku
berada di bawah telaga itu! Kau telah memusnahkan tempat kediamanku!"
Di atas punggung angsa putih, gadis cantik yang dipanggil dengan nama Peri Angsa
Putih mengulum senyum. "Hantu Muka Dua! Berbilang hari berbilang minggu.
Berbilang bulan berbilang tahun! Sudah berapa kali aku memberi peringatan padamu
agar merubah diri dan jalan hidup! Agar merubah pekerti dan perbuatan! Tapi
semua himbauan itu tidak kau dengarkan! Kau punya empat telinga! Tapi seolah
tuli! KAU punya empat mata tapi seperti buta! Di usiamu yang sudah ratusan tahun ini
kau masih saja berbuat Jahat. Menimbulkan bencana dan aniaya bagi orang-orang
tak berdosa. Dengan.kehebatan ilmumu kau memperalat orang lain untuk menimbulkan
mala petaka! Setiap tarikan nafasmu kau selalu mengagulkan nama besarmu sebagai
Hantu Segala Keji, Segala Tipu Segala Nafsu! Para Dewa dan para Peri telah cukup
sabar. Apa yang aku lakukan malam ini merupakan satu peringatan kecil bagimu!
Aku telah melakukan atas perintah Peri Bunda, Simpul Agung Segala Peri, Peri
Junjungan Dari Segala Junjungan! Mereka tidak mau melihatmu berdiam di bawah
Telaga Lasrtuhitam!
Karena itu mereka memerintahkan Dewa Air untuk menguras air Telaga Lasrtuhitam.
Lalu Dewa Gunung diperintahkan menimbun telaga dengan lahar mendidih! Para Dewa
dan Peri tidak ingin melihatmu ber-cokol lebih lama di tempat ini. Pergi dari
sini dan jangan berani kembali ke Negeri Latanahsilam. Jika di ke-104 Peri Angsa
Putih 25 mudian hari kau masih belum berubah diri, maka hukuman lebih berat akan
dijatuhkan para Dewa dan para Peri atas dirimu!"
"Peri Angsa Putih!" teriak Hantu Muka Dua. Yang berteriak adalah mulutnya
sebelah belakang. "Di malam bulan purnama seindah ini, tidak sangka kau tegateganya menjatuhkan malapetaka atas diriku! Kau tidak sadar! Wahai! Perbuatanmu
bukan saja merusak alam, tapi juga kau telah membunuh enam orang perempuan yang
ada di bawah telaga! Kau bertanggung jawab atas kematian mereka!"
"Mereka berada di situ sebagai korban kebiadaban-, mu! Kalau mereka mati maka
nyawa mereka adalah tanggung jawabmu! Enam nyawa akan jadi roh yang kelak akan
gentayangan mencarimu!"
"Peri busuk! Pandainya kau memutar balik lidah dan ucapan!" teriak Hantu Muka
Dua marah. Taring-taring di mulutnya mencuat menggidikkan. Kulit mukanya merah
seperti saga dan matanya membelalang memancarkan sinar hijau. Tapi wajah yang
marah beringas itu mendadak sontak berubah menjadi tenang, malah kini dihiasi
senyum. Dan dua wajah Hantu Muka Dua berubah menjadi dua wajah pemuda gagah.
"Heh..." gumam Peri Angsa Putih dalam hati. 'Tipu daya apa yang hendak
dilancarkan makhluk terkutuk satu ini."
"Peri Angsa Putih, walau kau seorang Peri tapi aku percaya kau punya hati dan
perasaan. Lebih dari itu kau punya kemauan dan hasrat...."
"Apa maksud ucapanmu Hantu Muka Dua?" tanya Peri Angsa Putih.
"Lihat dua wajahku! Pernahkah kau melihat pemuda segagah diriku saat ini?"
"Aku menilai seseorang tidak dari kegagahannya 104 Peri Angsa Putih
26 wahai Hantu Muka Dua...."
Hantu Muka Dua tersenyum. "Sebagai makhluk yang punya perasaan dan hasrat,
maukah kau ber-cumbu denganku?"
Paras Peri Angsa Putih menjadi merah padam.
Jika menurutkan amarahnya saat itu juga mau dia melabrak Hantu Muka Dua. Tapi
dia sadar daiam menjalankan tugas dari Peri Bunda dia memiliki ke-terbatasan
dalam berucap apalagi bertindak.
Bukan saja menunjukkan kemarahan, tapi di atas sana Peri Angsa Putih hanya
tersenyum mendengar ucapan Hantu Muka Dua itu. "Nafsu telah membuat dirimu lebih
bejat dari kutuk neraka. Nafsu terkutukmu telah menimbulkan malapetaka atas diri
banyak perempuan. Yang terakhir perbuatan kejimu terhadap Luhsantlni, istri
Latandai. Tapi ketahuilah wahai Hantu Muka Dua. Kelak nafsu itu sendiri yang
akan membakar dan menghancur leburkan dirimu! Aku akan pergi! Jika aku
menyelidik ke sini lagi dan melihat kau kembali membangun tempat kediaman di
kawasan ini, hukuman lebih hebat akan menjadi bagianmu Hantu Muka Dua!"
"Wahai! Kau tak akan pernah kembali ke sini Peri Angsa Putih!" teriak Hantu Muka
Dua. "Oh ya" Wahai! Mengapa bisa begitu?" tanya Peri Angsa Putih sambil menaikkan
sepasang alisnya hingga wajahnya tampak tambah cantik.
"Karena aku mengambil keputusan membunuhmu liat Ini juga!" jawab Hantu Muka Dua.
DI atas batu yang dipijaknya Hantu Muka Dua lantakkan kepalanya. Bersamaan
dengan itu dua larik sinar hijau berbentuk segi tiga berkelebat ke udara.
Belum lagi dua kilatan cahaya itu menemui sasarannya, Hantu Muka Dua putar
lehernya. Mukanya sebelah balakang didongakkan ke udara. Lalu "set... set!" Dua
104 Peri Angsa Putih
27 kilatan sinar hijau berbentuk segi tiga panjang keluar dari dua mata Hantu Muka
Dua, menderu ganas
kjearah Peri Angsa Putih yang ada di ketinggian belasan tombak di udara!
"Dasar makhluk keji! Diberi pengampunan dan peringatan malah nekat menyerang!
Sampai di mana ketinggian ilmumu wahai Hantu Muka Dua"!" berseru Peri Angsa
Putih. Lalu dengan tangan kirinya ditepuk pinggul angsa putih yang
ditungganginya seraya berkata. "Laeputih! Beri pelajaran pada makhluk tak tahu
diri itu!"
Mendengar ucapan sang Peri, angsa putih bernama Laeputih keluarkan suara aneh.
Lehernya memanjang lurus ke depan. Bersamaan dengar! itu dua sayapnya
dikepakkan. Dua gelombang angin sedahsyat topan menggemuruh ke bawah,
menyongsong empat larik sinar hijau yang menyambar dari empat bola mata Hantu Muka Dua!
Hantu Muka Dua berteriak kaget. Lima gadis yang ada di dekatnya berpekikan.
Pohon-pohon sekitar tempat itu keluarkan suara berderik lalu rubuh bertumbangan.
Batu besar tempat tadi Hantu Muka Dua tegak berpijak hancur bertaburan. Lima
gadis terpental dan terguling-guling di tanah.
Di udara terdengar empat letusan dahsyat. Empal larik sinar hijau berubah
menjadi serpihan menyala dan bertaburan kian kemari. Beberapa serpihan melesat
menyambar sayap angsa putih. Binatang raksasa itu keluarkan suara menguik
panjang. Di beberapa bagian sayap bulu-bulu putihnya kelihatan rontok
berjatuhan. Beberapa diantaranya tampak hangus kehitaman.
Binatang yang mengapung di udara ini teroleng-oleng kian kemari.
Peri Angsa Putih menjerit marah. Dia menunjuk 104 Peri Angsa Putih
28 ke bawah! Angsa putih panjangkan lehernya. Dua sayap dikepakkan. Saat itu juga
binatang raksasa itu menukik cepat ke arah tepian telaga sebelah timur. 01
bawah sana sosok Hantu Muka Dua telah lenyap dalam kegelapan.
Mata biasa termasuk mata Peri Angsa Putih sekalipun tak dapat menerobos
kegelapan malam. Apalagi sekitar tepian telaga sebelah timur penuh ditumbuhi
semak belukar dan pohon-pohon besar. Namun mata Laeputih tak bisa ditipu.
Binatang tunggangan Mei I Angsa Putih ini walaupun dalam kelam masih sanggup
melihat dari ketinggian puluhan tombak. Begitu melihat sosok Hantu Muka Dua yang
berkelebat ka arah tenggara, Laeputih cepat mengejar. Namun sosoknya yang besar
serta sayapnya yang panjang tidak memungkinkan angsa raksasa ini terbang rendah,
melayang menerobos kerapatan pepohonan.
Tahu dirinya dikejar, Hantu Muka Dua percepat talinya dan sengaja memilih jalan
yang gelap serta penuh pepohonan. Di satu tempat dia lari memutar maksudnya
hendak menipu angsa pengejar. Tapi tak berhasil. Begitu sempat melihat bayangan
sosok tubuh yang yang dikejarnya di bawah sana, Laeputih menukik lalu kuncupkan
dua sayapnya. Lima tombak dari sosok Hantu Muka Dua, Laeputih gerakkan kepala
dan paruhnya Sekali bergerak pinggang Hantu Muka Dua masuk ke dalam japitan
paruhnya yang panjang. Begitu mulut dikatupkan tak ampun lagi tubuh Hantu Muka
Dua pasti akan terkutung dua. Tapi justru saat itu Peri Angsa Putih keluarkan
seruan tertahan.
"Laeputlhl Benda apayang kau jepit di mulutmu"!"
Angsa putih keluarkan suara menguik panjang.
Dalam penglihatan Peri Angsa Putih, benda yang digigit laeputih dalam mulutnya
adalah batangan potongan kayu, 104 Peri Angsa Putih
29 bukan sosok Hantu Muka Dua.
"Iekas kau lepaskan batang kayu tak berguna itu Laeputih Kita harus mengejar
Hantu Muka Dua. Jika terlambat bertindak pasti dia berhasil melarikan diri!"
Mendengar kata-kata Peri Angsa Putih kembali Laeputih keluarkan suara menguik
pertanda dia sebenarnya tidak suka melakukan apa yang diperintahkan sang Peri
namun tak berani membantah. Dari ketinggian tiga tombak Laeputih lepaskan benda
yang digigit di paruhnya. Benda ini jatuh bergedebukan ditanah. Laeputih
meneruskan terbang rendah dan berputar-putar. Namun sosok Hantu Muka Dua tidak
kelihatan lagi.
"Wahai Laeputih! Kita kena dibodohi! Hantu Muka Dua berhasil melarikan diri!"
Laeputih menguik keras.
'Tak usah kecewa Laeputih," kata Peri cantik itu sambil usap leher
tunggangannya. "Masih banyak waktu untuk menjatuhkan hukuman pada makhluk jahat
itu. Putar terbangmu. Kita kembali saja, tapi terbang sekali lagi di atas telaga
Lasituhitam...."
Laeputih tegakkan ekornya ke samping kiri. Angsa raksasa ini berputar di udara,
kembali terbang ke arah telaga.
Di bawah sana, dalam rimba belantara yang gelap, batang kayu yang tadi
dilepaskan Laeputih dari gigitannya kelihatan bergerak. Jika lebih diperhatikan
ternyata benda itu bukanlah batang kayu melainkan sosok Hantu Muka Dua. Sambil
bergerak bangkit Hantu Muka Dua tertawa mengekeh.
"Peri Angsa Putih, ternyata aku si Hantu Segala Tipu masih bisa memperdayaimul
Ha... ha... ha! Lain saat kau akan menerima Segala Keji dan Segala Nafsu
dariku!" 104 Peri Angsa Putih
30 BASTIAN TITO

Wiro Sableng 104 Peri Angsa Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peri Angsa Putih
4 MATAHARI belum lama tersembul di permukaan bumi.
Lakasipo tegak terheran-heran di tepi timur Telaga Lasituhitam. "Aneh... aneh...
anehi" katanya berulang-ulang.
"Apa yang aneh, Lakasipo"' tanya Pendekar 212
Wlro Sableng. Saat itu bersama Naga Kuning dan Si Setan Ngompol dia berada dalam
sebuah jaring akar kayu yang dilekatkan ke bahu kanan Lakasipo. Bukan saja
mereka bisa menghirup udara segar serta luas pemandangan tapi yang lebih penting
kini mereka bisa bicara dan didengar karena dekat telinga Lakasipo.
"Wahai tiga saudaraku! Apakah kalian tidak melihat keadaan air telaga itu" Ini
telaga Lasituhitam. Dulu airnya berwarna hitam. Tapi hari ini kulihat telaga ini
isinya adalah lahar mendidih!"
"Mungkin saja di bawah telaga ada kawah gunung api..." kata Setan Ngompol.
"Yang jelas pagi ini kita tak bisa mandi..." kata Lakasipo yang dijuluki Bola
Bola Iblis alias Hantu Kaki Batu.
"Duk... duk... duk... dukkk!" Setiap langkah yang dibuat Lakasipo mengeluarkan
suara keras dan menggetarkan tanah. Sekali lagi Lakasipo perhatikan keadaan di
sekitarnya. Dia melihat batu-batu di tepi telaga banyak yang hancur dan seolah
terbungkus lapisan hijau aneh. Lalu pohon-pohon banyak yang bertumbangan. Selagi
dia menduga-duga apa yang telah 104 Peri Angsa Putih
31 tarjadi tiba-tiba di sebelah sana kuda tunggangannya Laekakienam meringkik
keras. "Dukkk... duk... dukkk." Lakasipo melangkah mendekati kuda hitam berkaki enam
Ku. Ternyata binatang ini tengah menjilati sosok seorang gadis berkulit hitam
manis berwajah ayu yang tergeletak pingsan di tanah.
Di dekat sKu masih ada empat gadis lainnya. Berada dalam keadaan sama seperti
yang tengah dijilati Laekakienam.
"Wahai! Tambah lagi satu keanehan di tempat ini!"
kata Lakasipo. "Lihat! Kudaku menemukan lima orang gadis cantik bergeletakan di
tanah!" "Sebenarnya aku sudah melihat dari tadi..." kata Naga Kuning pula.
"Lalu mengapa tidak kau beri tahu padaku"!" ujar Lakasipo.
"Soalnya siapa mau melewatkan pemandangan luar biasa seperti ini. Lima gadis
cantik tergeletak di tanah. Dalam keadaan tubuh hampir tidak tertutup...."
Berkata Setan Ngompol sampai tertawa cekikikan dan menahan kencing.
"Kau tua bangka gatal mata! Bagaimana kalau lima gadis itu sampai tidak keburu
dKolong dan menemui ajal"!"
"Kami tahu lima gadis Ku cuma pingsan," kata murid Sinto Gendeng.
"Wahai! Jelas kalian bertiga sudah bersekongkol rupanya!" Lakasipo tak mau lagi
bicara. Dia dekati gadis yang berkulit hitam manis dan tengah dijilati Laelakienam. Setelah memeriksa keadaan gadis ini Lakasipo berpindah pada empat gadis
lainnya. Seperti yang dikatakan Wiro kelima gadis tak dikenal itu memang berada
dalam keadaan pingsan.
'Turunkan kami, biar kami bisa ikut menolong!''
104 Peri Angsa Putih
32 kata Naga Kuning.
"Bocah tengill Aku tahu yang ada di benakmu!
Kau ingin melihat tubuh mereka lebih dekat. Kalau bisa mau merabai" tukas
Lakasipo. Naga Kuning cuma bisa cemberut. Setan Ngompol tertawa lebar sedang
Pendekar212Wiro Sableng garuk-garuk kepala. Lalu Wiro berkata. "Lakasipo, kalau
kau mengerahkan tenaga dalam lalu memijat bagian-bagian tertentu tubuh mereka,
lima gadis itu pasti akan lebih cepat siuman...."
Lakasipo tidak perdulikan ucapan Wiro. Dia sibuk mencari pohon berdaun lebar.
Dengan daun-daun yang kemudian dirangkai-rangkainya satu sama lain dia menutupi
bagian-bagian penting tubuh kelima gadis itu.
Selesai melakukan 'itu baru Lakasipo berkata. "Nah Wiro. Sekarang katakan bagian
tubuh mana yang kupljat agar lima gadis cantik ini segera siuman...."
"Baiknya jangan kau beri tahu," bisik Naga Kuning."Kalau dia berhasil menolong
lima gadis itu, paling-paling dia yang bakal dapat puji sanjungan. Kita tetap
begini saja!"
"Betul," ikut berbisik Setan Ngompol. "Biar kita saja yang melakukan."
"Kalian bocah dan kakek sama saja konyolnya!"
ujar Wiro. Lalu pada Lakasipo dia memberi tahu agar lelaki Itu memijat urat
besar di sebelah kiri atau kanan leher kelima gadis. Setelah mengalirkan tenaga
dalamnya ka tubuh lima gadis itu, seperti yang dikatakan Wiro, Lakasipo lalu
memijat urat besar di leher mereka.
Situ persatu mereka sadarkan diri. Setelah memandang berkeliling, dengan
terheran-heran mereka menatap Lakasipo.
"Orang gagah berkaki batu," kata gadis berkulit Hitam manis. "Bagaimana kami
bisa berada di tempat ini, 104 Peri Angsa Putih
33 Kau siapa...?"
"Bagaimana kalian berada di tempat ini mana aku tau. Kailan berlima kutemukan
tergeletak pingsan.
Coba kalian ingat-ingat. Apa yang terjadi sebelumnya dengan kalian.... Dan kau
gadis hitam manis, siapa namamu."
"Aku Luhtinti. Malam tadi aku dan empat kerabat ini berada di Ruang Dua Belas
Obor di bawah Telaga Lasituhitam...." Lalu Luhtinti menceritakan apa yang masih
sempat diingatnya.
"Tidak bisa tidak, semua yang terjadi ini adalah kehendak Para Dewa dan Peri,"
kata Lakasipo begitu selesai mendengar penuturan Luhtinti.
"Orang berkaki batu, karena kau telah menolongku, aku menghatur banyak terima
kasih " "Kami juga!" kata empat gadis berbarengan. Lalu salah satu dari mereka berkata.
"Sebelumnya kami berada di bawah kekuasaan Hantu Muka Dua. Karena kini kami
telah bebas dan kau sebagai tuan penolong, maka kami berempat menyerahkan diri
padamu.... Terserah kami mau dibawa kemana. Selain itu mohon sudi memberi tahu siapa adanya
kau tuan penolong kami."
"Apa kubilang!" kata Naga Kuning sambil menepuk tangan Wiro. "Kita yang memberi
tahu cara menolong, Lakasipo yang dapat untung! Empat gadis cantik menyerahkan
diri sekaligus padanya! Kita satupun tidak kebagian! Kita dilupakan begitu
saja!" "Menolong dengan mengharap pamrih tidak ada gunanya. Lagi pula jika mereka
menyerahkan diri padamu, apa yang bisa kau lakukan" Masuk ke dalam lobang
hidungnya" Nongkrong di tiang telinganya"!"
sahut Pendekar 212. Membuat Naga Kuning dan juga Setan Ngompol terdiam.
104 Peri Angsa Putih
34 "Namaku Lakasipo," kata Lakasipo menjawab pertanyaan Luhtinti tadi. "Luhtinti,
jika benar kau dan empat gadis itu sebelumnya berada di tempat kediaman Hantu
Muka Dua, kau tahu di mana orang itu kini berada se karang"'
Luhtinti menggeleng. Gadis yang empat ikut-ikutan menggeleng. "Mungkin ada satu
hal yang perlu kuberitahu," kata dara ayu berkulit hitam manis ini.
"Sebelum terjadinya peristiwa hebat di telaga, aku diperintahkan Hantu Muka Dua
untuk menyelidiki keadaan di luar kediamannya. Apakah bulan purnama muncul malam
tadi atau tidak. Ternyata purnama penuh memang kelihatan di langit tadi
malam...."
"Apa perlunya Hantu Muka Dua menyelidiki hal itu" Atau ada sesuatu bersangkut
paut dengan bulan purnama?"
"Aku mendengar Hantu Muka Dua menyebut-nyebut Hantu Tangan Empat. Agaknya ada
satu tugas yang diberikan pada Hantu Tangan Empat. Tapi Hantu Tangan Empat tidak
pernah muncul menemui Hantu Muka Dua memberi tahu hasil tugasnya...."
"Mungkin Hantu Tangan Empat gagal menjalankan lugas," kata Lakasipo.
"Kelihatannya begitu...."
Wiro dan kawan-kawannya yang ada di dalam jaring dan sejak tadi sudah gatal
untuk bicara segera berseru. "Lakasipo, tanyakan padanya apa dia tahu di mana
Hantu Tangan Empat berada?"
Lakasipo tidak acuhkan permintaan Wiro. Baginya ada pertanyaan lain yang lebih
penting. "Wahai Luhtinti, kau mungkin mendengar dan tahu, tugas apa yang harus
dilakukan Hantu Tangan Empat?"
"Aku mendengar Hantu Muka Dua menyebut-nyebut sebuah benda bernama Batu Sakti
Pembalik Waktu...."
104 Peri Angsa Putih
35 Air muka Lakasipo berubah. Tapi yang paling terkejut adalah Wiro, Naga Kuning
dan Setan Ngompol.
"Lakasipo!" seru Wiro. "Kini tersingkap Hantu Muka Dua menugaskan Hantu Tangan
Empat mencari Batu Sakti Pembalik Waktu. Itu sebabnya dia masuk ke alam kami,
alam seribu dua ratus tahun di muka alammu yang sekarang. Kau sudah tahu dari
kami Hantu Tangan Empat tidak berhasil mendapatkan batu sakti itu. Batu itu
sebelumnya ada pada Setan Ngompol. Jatuh di satu tempat, pertama sekali kami
bertiga muncul di Negeri Latanahsilam ini...."
"Itu sebabnya kami minta bantuanmu mencari batu itu. Kalau sampai jatuh ke
tangan Hantu Tangan Empat apalagi Hantu Muka Dua, jangan harap kami bisa kembali
ke dunia kami!"
"Lakasipo, untuk sementara lupakan dulu batu itu,"
kata Wiro. 'Tanyakan pada gadis itu apa dia tahu di mana Hantu Tangan Empat
berada." Sementara itu sejak tadi Luhtinti dan empat gadis cantik terheran-heran melihat
kelakuan Lakasipo. Mereka memperhatikan sambil sesekali memandang ke arah bahu
kanannya, di mana Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol berada dalam sebuah
jaring. "Lakasipo, dari tadi kami lihat kau bicara seorang diri.... Kau bicara dengan
siapa sebenarnya?"
"Ya, jelas bukan dengan kami!" kata satu dari empat gadis cantik di samping
Luhtinti. "Aku mendengar suara-suara aneh halus. Benda apa yang ada di atas bahumu, wahai
Lakasipo"'
"Kalau kuterangkan kalian pasti sulit percaya. Luhtinti, apakah kau atau salah
satu dari kalian tahu di mana beradanya Hantu Tangan Empat?"
Baru saja Lakasipo bertanya tiba-tiba di tanah bergerak satu bayang-bayang
besar. 104 Peri Angsa Putih
36 "Siapa yang bertanyakan perihal Hantu Tangan Empat"!"
104 Peri Angsa Putih
37 BASTIAN TITO Peri Angsa Putih
5 SEMUA orang yang ada di tepi telaga termasuk Wiro dan kawan-kawannya memandang
ke langit. Di atas sana kelihatan seekor angsa putih besar terbang berputarputar. Makin lama makin turun ke bawah lalu di satu tempat mengapung diam di
udara. Diatas punggung angsa putih ini duduk seorang gadis cantik luar biasa berpakaian
gulungan kain putih.
Tubuhnya menebar bau harum.
Sementara Naga Kuning dan Setan Ngompol ternganga heran, Pendekar 212 Wiro
Sableng tegak tertegun di atas bahu Lakasipo. Matanya menatap sosok gadis cantik
di atas punggung angsa putih.
"Harum bau tubuh dan pakaiannya mengingatkan pada Bidadari Angin Timur..." kata
Wiro dalam hati.
"Kecantikan dan sepasang matanya yang biru mengingatkan aku pada Ratu Duyung....
Ah, bagaimana sebenarnya perjalanan hidupku ini! Melihat semua keanehan gadis
cantik di atas angsa terbang itu apa Mungkin antara dirinya ada sangkut paut
dengan Ratu Duyung" Mungkin, mustahil.... Aku terbenam terlalu jauh dalam alam
pikiranku. Mereka terpisah dalam jarak waktu seribu dua ratus tahun...."
"Apakah tak ada seorangpun yang mau menjawab pertanyaanku"' Gadis di atas angsa
putih yang mengapung di udara kembali bertanya. Matanya yang biru Memandang
tajam ke bawah. Dia menatap wajah dan sosok Lakasipo. Lalu dia juga melihat
sesuatu yang tak 104 Peri Angsa Putih
38 bisa dipastikan benda apa adanya yang terletak di atas bahu Lakasipo.
Seperti tersadar dari sesuatu yang tidak diduga, Lakasipo cepat menjura lalu
letakkan dua tangan yang dirapatkan di atas kepala.
"Wahai Peri Angsa Putih, Peri Junjungan dan tercantik di tujuh lapisan langit.
Mohon kau sudi menerima sembah hormat saya. Kehadiranmu sungguh tidak disangkasangka. Itu sebabnya saya sampai lupa menjawab pertanyaan. Mohon maafmu wahai
Peri Angsa Putih. Saya yang rendah ini bernama Lakasipo dari Negeri
Latanahsilam. Adapun hal ihwal yang menyangkut Hantu Tangan Empat dipertanyakan
Rahasia Peti Wasiat 10 Pendekar Rajawali Sakti 129 Pulau Kematian Lambang Kematian 1

Cari Blog Ini