Ceritasilat Novel Online

Hantu Bara Kaliatus 3

Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus Bagian 3


"Apamu yang minta dibesarkan wahai makhluk aneh?" Peri Bunda bertanya. Masih
tersenyum dia meneruskan. "Mungkin anumu itu minta dibesarkan seperti apa yang
kalian lakukan terhadap Hantu Bara Kaliatus?"
Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngornpol terkesiap kaget mendengar ucapan Peri
Bunda. "Dia mendengar teriakanku tadi!" kata Wiro gembira. Dia memandang ke atas.
"Yaaaa...." Murid Sinto Gendeng kecewa. Peri Bunda itu telah lenyap. Yang
tinggal hanya baunya yang harum serta suara tawanya 103 Hantu Bara Kaliatus Wiro Sableng 212
51 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
yang merdu di kejauhan.
"Peri satu ini kurasa termasuk Peri tengil. Masakan anunya Hantu Bara Kaliatus
disebut-sebut!" Wiro berucap sambil garuk-garuk kepala.
Sesaat setelah Peri Bunda menghilang di kegelapan malam, Lakasipo berpaling ke
kiri. Tangannya diulurkan menyentuh tangan Luhrinjani.
"Luhrinjani wahai istriku... kau benar-benar nyata!
Kau benar-benar hidup!" ujar Lakasipo.
"Aku memang nyata wahai Lakasipo. Aku memang hidup. Tapi nyata dan hidup
terbatas. Aku hanya bisa muncul jika ada saling pertalian rasa di antara kita.
Jika para roh mengizinkan dan para Dewa serta Peri merestui. Peluk diriku,
Lakasipo. Peluk yang kuat...."
Lakasipo ulurkan dua tangannya memeluk tubuh Luhrinjani. "Cium wajahku Lakasipo,
belai tubuhku...."
Bisik Luhrinjani lalu pakaian sutera tipisnya lepas jatuh ke tanah.
Tiga orang di atas batu yang menyaksikan kejadian itu dengan mata melotot,
terpental kena sambaran angin pakaian yang jatuh. Tapi ketiganya cepat bangkit
kembali dan pentang mata menyaksikan apa yang terjadi di depan mereka.
"Lihat dada perempuan itu! Walah Mak! Besar amat!" kata Setan Ngompol dengan
mata melotot. "Bisa mati enak aku kalau sampai ketiban!" ujar Naga Kuning yang juga memandang
dengan mata mendelik. "AstagaI Lihat! Dia melepaskan pakaian Lakasipo! Mereka
berdekap-dekapan!"
"Seumur hidup baru sekali ini aku menyaksikan dua makhluk raksasa bercumbul
Padahal yang perempuan sebenarnya sudah matil" kata Setan Ngompol pula lalu
terkencing-kencing.
"Kedua-duanya sudah tidak berpakaian lagll Gilal"
seru Naga Kuning. "Lihat, mereka membaringkan diri di tanah...."
Saat itu tak sengaja kaki Lakasipo menyentuh celananya yang terbuat dari kulit
kayu dan ada di tanah hingga tergeser ke atas batu dan menutupi Wiro, Naga
Kuning serta Setan Ngompoll
"Aduh! Mengapa jadi gelap begini"!" teriak Naga Kuning.
"Sial! Kita tidak bisa melihat apa-apa lagi!" ujar Wiro.
Setan Ngornpol ikut menggerutu panjang pendek sambil terkencing-kencing. Ketiga
orang ini berusaha meloloskan diri dari bawah himpitan pakaian Lakasipo.
Tapi dengan keadaan tubuh mereka sekecil itu, walau dengan mengerahkan tenaga
sekalipun sulit bagi mereka untuk bisa keluar.
"Wiro! Pergunakan kapak saktimu! Lubangi celana sialan ini! Biar kita bisa
mengintip!" teriak Naga Kuning.
Masih penasaran bocah tengil ini rupanya.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
52 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
UJAN LEBAT MEMBUAT LAKASIPO TIDAK dapat memacu kencang kuda tunggangannya. Di
dalam kocek jerami yang basah, Wiro, Naga Kuning dan Si Setan Ngompol kedinginan
setengah mati. Bukan saja karena kocek yang basah oleh air hujan, tapi juga akibat terpaan
angin deras yang menembus masuk melalui celah-celah anyaman jerami.
Menjelang pagi dalam keadaan letih dan mata mengantuk Lakasipo hentikan kudanya
di tepi sebuah rimba belantara. Saat itulah Japat-lapat telinganya menangkap
suara aneh. "Seperti suara orang meracau.
Tapi juga seperti seseorang mengerang. Eh, malah berubah seperti suara tangis
anak-anak," membatin Lakasipo sambil terus memasang telinga.
Di dalam kocek suara itu juga terdengar oleh Wiro dan kawan-kawannya. Mereka
berusaha mengangkat penutup kocek untuk melihat. Namun baru sedikit tersingkap
ketiganya jatuh terduduk karena saat Hu Lakasipo menyentakkan kudanya, bergerak
masuk ke dalam rimba. Ingin menyelidik suara apa adanya yang barusan
didengarnya. Masuk ke dalam rimba sejauh beberapa puluh tombak, di bawah sebatang pohon besar
Lakasipo melihat satu pemandangan hampir sulit dipercaya. Di bawah pohon itu
terikat sosok tubuh seorang anak perempuan. Pakaiannya yang terbuat dari kulit
kayu serta seluruh tubuh mulai dari kepala sampai kaki kotor bercelemongan tanah
dan basah oleh air hujan. Dari mulutnya yang terus-terusan ternganga keluar imam
erangan serta lelehan darah. Dua matanya terpejam.
Lakasipo segera hentikan kudanya dan cepat melompat turun. Suara kaki batunya
yang menghentak-hentak menggetarkan Seantero tempat membuat anak perempuan yang
terikat di pohon buka kedua matanya sedikit. Satu pekik halus keluar dari mulut
anak itu. Lalu ada suara panjang yang sulit dimengerti.
Ketika Lakasipo melangkah lebih dekat, tengkuknya yang memang sudah basah oleh
air hujan kini menjadi tambah dingin. Dari mulut anak perempuan yang ternganga
itu menjulur panjang lidah merah diselimuti ludah campur darah. Lidah itu
ternyata berada dalam keadaan terikat, dibuhul demikian rupa hingga selain
kesakitan si anak jadi tak bisa bicara!
"Kejahatan gila macam apa ini!" ujar Lakasipo penuh geram. "Wahai anak, siapa
yang berlaku sekeji ini padamu"!"
Anak perempuan yang ditanya hanya keluarkan 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 53 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
suara mengerang sambil gelengkan kepala sedikit. Dua matanya kembali dipejamkan.
"Bagaimana cara aku menolong anak ini. Melepas lidahnya yang dibuhul!" pikir
Lakasipo. Mendengar suara Lakasipo yang keras lantang tadi Wiro dan kawan-kawannya kembali
berusaha mengangkat penutup kocek lalu mengintai keluar.
Ketiganya sama keluarkan seruan kaget karena muka anak perempuan yang lidahnya
terjulur dalam keadaan terikat itu tepat berada di depan mereka di muka kocek!
Naga Kuning yang pertama sekali mengenal anak perempuan itu. "Astaga! Ini anak
perempuan yang kulihat di tanah lapang waktu terjadi Bakucarok antara Lakasipo
dengan Lahopeng!"
"Benar memang dia..." kata Setan Ngornpol. "Apa yang terjadi dengan anak
ini...?" "Bagaimana bisa berada sejauh ini. Pasti ada orang jahat yang membawanya kemari.
Mengikatnya dan....
Gila! Baru sekali ini aku melihat lidah dibuhul seperti itu! Kejam sekalil Aku
harus keluar dari tempat ini! Aku harus menolong anak itu!" Naga Kuning segera
hendak loloskan dirinya dari bawah penutup kocek.
Tapi Pendekar 212 Wiro Sableng segera pegang lengannya dan berkata, "Maksud
menolong boleh saja sobatku! Tapi pakai otak! Pertolongan apa yang bisa kau
lakukan. Anak itu puluhan kali lebih besar tubuhnya dari sosokmu!"
"Aku...." Naga Kuning jadi bingung sendiri. "Aku kasihan melihatnya. Aku tak
bisa membiarkannya ter-aniaya seperti itu!"
"Aku juga kasihan. Kita semua merasa kasihan. Tapi kita tak bisa berbuat apaapa. Kau tadi mendengar apa yang dikatakan Lakasipo. Dia pasti bisa menolong
anak itu...."
Naga Kuning tendangi dinding kocek dan berteriak keras-keras untuk menarik
perhatian Lakasipo. Tapi Hantu Kaki Batu ini tidak merasakan tendangan itu dan
juga tidak mendengar teriakan Naga Kuning.
Dengan cepat Lakasipo membuka lilitan tali yang mengikat si anak perempuan ke
batang pohon. Begitu ikatan lepas kalau tidak segera ditahan, anak ini pasti
jatuh roboh ke tanah. Keadaan tubuhnya selain me-nyedihkan juga sangat lemah
sekali. Dengan hati-hati Lakasipo baringkan tubuh anak perempuan itu ke tanah.
Sewaktu Lakasipo membungkuk dan jaraknya dengan tanah lebih dekat, kesempatan
ini dipergunakan Naga Kuning untuk menyelinap keluar kocek lalu melompat ke
tanah. "Anak nekat. Gila betul dia!" teriak Setan Ngompol lalu terkencing.
"Kurasa kita juga harus segera keluar dari sini!"
kata Wiro. Lalu terjun ke tanah menyusul Naga Kuning 103 Hantu Bara Kaliatus Wiro Sableng 212
54 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Tinggal Setan Ngornpol sendirian. Dia bingung mau melompat gamang dan ngeri.
Tinggal sendirian di dalam kocek jerami dia merasa jerih. Sesaat matanya yang
jereng berputar-putar dan daun telinganya yang lebar bergerak-gerak. Akhirnya
sambil pejamkan mata dan tekap bagian bawah perutnya dengan dua tangan
sekaligus, kakek ini jatuhkan diri ke tanah. Untuk beberapa lamanya dia
tergeletak melingkar di tanah sambil beser terus-terusan.
Naga Kuning lari menuju bagian kepala anak perempuan yang terbaring di tanah.
Dia berusaha memanjat ke bahu. Tapi setiap dicoba tergelincir kembali karena
tubuh anak perempuan itu licin akibat kebasahan air hujan. Saat itulah Lakasipo
melihat sosok Naga Kuning dan Wiro serta Setan Ngornpol.
Dia hendak marah dan menegur tapi karena lebih mementingkan menolong anak
perempuan itu maka untuk sementara Lakasipo tidak mengacuhkan tiga orang
tersebut. Dengan sangat hati-hati dan sampai keluarkan keringat dingin Lakasipo berhasil
membuka lidah yang terbuhul. Lidah itu masuk ke dalam mulut dengan mengeluarkan
suara keras. Bersamaan dengan itu menyembur darah segar. Si anak perempuan
mengerang pendek lalu terkulai tak bergerak.
"Kau membunuhnya!" teriak Naga Kuning. Wiro dan Setan Ngornpol juga merasa
khawatir. "Kau tak usah takut Naga Kuning. Anak ini hanya jatuh pingsan. Sebentar lagi dia
pasti siuman. Kulihat kau begitu cemas. Jangan-jangan anak ini yang pernah kau
tanyakan berulang kali itu...." Lakasipo berkata sambi dekatkan mukanya ke
tanah. 'Tolong dia Lakasipo! Memang anak ini yang tempo hari kulihat di pinggir tanah
lapang!" jawab Naga Kuning.
"Tak sengaja akhirnya kau temui juga dia. Hanya sayang dalam keadaan begini
rupa...." "Selamatkan dia Lakasipo! Lakukan apa saja agar dia tidak mati!" kata Naga
Kuning lalu dengan kedua tangannya dipegangnya lengan si anak yang ukuran-nya
puluhan kali lebih besar dibanding dengan lengan Naga Kuning. Bocah ini kerahkan
tenaga dalamnya untuk dialirkan ke dalam tubuh anak perempuan itu.
"Sudah, kau tak perlu susah-susah. Biar aku yang menolong!'' kata Lakasipo. Lalu
tangan kirinya ditempelkan ke kening anak perempuan sedang tangan kanan mencekal
pergelangan kaki kirinya. Dari atas dan dari bawah Lakasipo salurkan tenaga
dalamnya. Tak berapa lama kemudian si anak buka kedua matanya. Sesaat dia menatap ke atas
tak berkesip. Dia melihat langit di antara celah-celah daun pepohonan.
Lalu pandangannya membentur wajah Lakasipo yang berambut awut-awutan, wajah
tertutup cambang ba-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
55 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
wuk, kumis dan jenggot meranggas liar. Anak ini hendak menjerit karena ketakutan
yang amat sangat.
* * * 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
56 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
AKASIPO TERSENYUM. DIA COBA TENANGKAN
anak perempuan itu. Sambil mengusap keningnya dia berkata. "Anak, jangan takut!
Aku bukan orang jahat..."
"Kau...." Hanya sepotong bicara si anak hentikan ucapannya. Leher dan lidahnya
terasa sakit. Dari mulutnya masih meleleh darah.
"Totok tenggorokannya di bawah dagu sebelah kanan!'' Wiro berteriak. "Sakit pada
mulut dan lidah anak itu pasti berkurang
" Lakasipo palingkan kepalanya pada Wiro. "Aku pernah menutuk orang. Akibatnya
luar biasa! Bagian bawah perutnya jadi melembung bengkaki Apa saat ini kau juga
hendak menipuku, mencelakai anak perempuan ini?"
"Aku tidak seberengsek itu! Yang dulu kau lakukan adalah petunjuk gila bocah
bernama Naga Kuning ini!"
sahut Wiro. "Lakasipo, sobatku ini memang benar. Totok di tempat yang tadi dikatakannya.
Leher di bawah dagu sebelah kanan. Waktu dengan Hantu Bara Kaliatus aku sengaja
berbuat gila agar manusia itu tahu rasai"
"Hemm.... Baik, tapi jika kalian menipuku lagi tahu sendiri akibatnya..." lalu
Lakasipo tusukkan dua jari tangan kanannya ke lekukan antara dagu dan leher
kanan anak perempuan. Si anak mengeluh pendek.
Darah berhenti mengucur dari mulutnya.
"Mulut dan lidahmu masih terasa sakit...?" Lakasipo bertanya.
Anak perempuan itu sesaat menatap muka Lakasipo seolah untuk meyakinkan bahwa
dia memang tidak berhadapan dengan orang jahat. Lalu periahan-lahan kepalanya
digelengkan. "Kau bisa bicara sekarang?"
Anak perempuan itu mengangguk.
"Lakasipo, tanyakan siapa namanya! Beri tahu aku di sini! Beri tahu namaku Naga
Kuning!" teriak Naga Kuning pula.
"Bocah geblek!" maki Setan Ngompol.
Naga Kuning tidak perdulikan ucapan orang. Dia memanjat ke lengan anak perempuan
itu lalu lari sepanjang lengan kiri naik ke bahu. Mengira ada semut yang
menjalar di tangannya si anak perempuan pergunakan jari tangan kanan hendak
menindas. Untung Lakasipo memperhatikan apa yang hendak dilakukan anak itu.
Dengan cepat dia memegang Naga Kuning dan meletakkannya di tanah.
"Anak konyol! Hampir mampus kau ditindas orang I 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro
Sableng 212 57 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Hik... hik... hik...!" kata Setan Ngompol lalu tertawa cekikikan dan tentunya
sambil ngompol.
"Anak, kalau aku tidak salah kau adalah penduduk Latanahsilam. Benar?" tanya
Lakasipo. Yang ditanya mengangguk.
"Mengapa kau berada sejauh ini! Seorang diri! Dan waktu kami temukan tadi kau
dalam keadaan setengah pingsan lidah terbuhul!"
Naga Kuning banting-banting kaki lalu mengomel sendirian. "Aku minta tanya siapa
namanya malahtanya hal-hal lain!"
"Saya... saya mendengar suara-suara halus aneh...."
Anak perempuan itu tiba-tiba berucap. Terbata-bata tapi cukup jelas.
"Itu suara satu dari dua saudaraku makhluk cebol sebesar kutu. Tapi tak usah
perdulikan mereka dulu.
Kau bisa duduk bersandar ke pohon biar kutolong.. "
Lalu Lakasipo tolong mendudukkan anak perempuan itu di tanah dan menyandarkannya
ke pohon. "Nah, sekarang terangkan siapa namamu. Apa yang terjadi dengan dirimu," kata
Lakasipo pula. Si anak tidak segera menjawab. Sudut matanya melihat sesuatu. Ketika dia
menukikkan pandangan ke tanah dekat ujung kakinya, terkejutlah dia melihat ada
tiga sosok tubuh sangat kecil yang bukan lain adalah Wiro, Naga Kuning dan Setan
Ngornpol. "Tiga makhluk yang kau bilang cebol sebesar kutu....
Mereka itu yang kau maksudkan saudara-saudaramu wahai Bapak penolong?" Ketika
Lakasipo tersenyum dan mengangguk si anak berkata. "Sungguh aneh. Baru sekali
ini saya melihat ada manusia sekecil ini. Aneh, tapi lucu-lucu...."
"Aku yang lucu! Si kakek bau pesing dan pendekar gondrong ini apa lucunya!" kata
Naga Kuning. "Wahai Bapak penolong, bagaimana kau bisa punya saudara seperti mereka?" Lalu si
anak melihat sepasang kaki Lakasipo yang terbungkus batu bulat besar. "Wahai
Bapak penolong. Ternyata kau juga memiliki keanehan di kedua kakimu! Saya ingat


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang.... Wahai bukankah Bapak ini kepala Negeri Latanahsilam, Bapak
Lakasipo?"
Lakasipo menyeringai. "Dulu aku memang Kepala Negeri Latanahsilam. Sekarang
tidak lagi...."
"Bukankah Bapak yang telah membunuh Lahopeng dalam Bakucarok di tanah lapang?"
Lakasipo menghela nafas panjang. "Kejadian itu sudah berlalu. Sekarang kami
berempat ingin tahu siapa namamu. Apa yang terjadi dengan dirimu sampai kau
berada sejauh ini, diikat d ipohon, dibuhul lidahnya!"
Si anak tidak segera menjawab. Pandangannya kembali ditujukan pada tiga sosok
kecil di ujung kakinya. Melihat orang memandang ke arahnya Naga Ku-103 Hantu
Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
58 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
ning lambaikan tangannya berulang-ulang. "Wahai Bapak Lakasipo, bolehkah saya
memegang tiga makhluk kecil yang katamu saudara-saudaramu itu...?"
"Asyiki Tentu saja bolehl" berteriak Naga Kuning.
Lakasipo alias Hantu Kaki Batu hendak mencegah tapi si anak telah lebih dulu
mengulurkan tangannya memegang Naga Kuning, Wiro dan Setan Ngompol.
"Makhluk aneh, lucu!" kata anak perempuan itu.
Wiro dan kawan-kawannya diletakkan di telapak tangan kiri dan dipandanginya
sambil tertawa-tawa. "Yang satu sudah kakek-kakek, satunya kakak muda berambut
gondrong. Satunya lagi seperti anak kecil...."
"Bukan sepertinya, dia memang anak kecil" kata Setan Ngompol.
"Kakek kuping lebar, aku lihat kau tidak pakai celana! Apa kau tidak punya
celana atau memang suka tidak pakai celana?"
Setan Ngompol tutupi auratnya sebelah bawah lalu tertawa cekikikan.
"Namaku Naga Kuning!" berseru Naga Kuning. "Jika tubuhku sebesarmu atau tubuhmu
sebesarku kita pasti sama-sama sebaya. Siapa wahai namamu, sahabatku anak
perempuan"' Bocah ini bicara meniru-niru gaya orang Latanahsilam.
Anak perempuan yang ditanya tersenyum. "Namaku Luhkimkim. Kau anak lucu. Aku
suka berteman denganmu walau kau kecil sebesar kutu!"
"Lihat! Kalian dengar semua!" teriak Naga Kuning pada Setan Ngompol dan Wiro
Sableng. "Dia suka padaku! Yahui...!" Di atas telapak tangan anak perempuan itu
Naga Kuning lalu bersalto tiga kali berturut-turut membuat si anak perempuan
tertawa senang.
"Wahai Luhkimkim, aku ikut senang kalau kau suka pada tiga saudaraku itu. Tapi
awas si kakek bermata jereng berkuping lebar itu. Dia tukang ngom poli Namanya
Setan Ngornpol. Lalu pemuda yang gondrong itu bernama Wiro Sableng. Dia punya
julukan hebat yakni Pendekar Kapak Maut Naga Geni 2121
Kami sudah tahu namamu, kau sudah tahu siapa nama kami. Sekarang harap kau suka
menjawab pertanyaanku tadi. Mengapa kau berada di tempat ini. Siapa yang telah
berlaku jahat terhadapmu."
Luhkimkim seperti hendak menangis. Tapi anak ini berusaha tabahkan diri agar
tidak mengeluarkan air mata. Setelah mengusap lelehan darah yang masih melekat
di sudut bibirnya Luhkimkim lalu memberi keterangan.
"Makhluk jahat bernama Mantu Muka Dua yang menjatuhkan tangan jahat mencelakai
saya...." "Hantu Muka Dua?" mengulang Lakasipo. "Dia memang terkenal jahat, menganggap
diri Raja Di Raja para Hantu di Latanahasilam. Tapi sungguh tak kupercaya wahai
Luhkimkim kalau dia tega berlaku sekeji 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng
212 59 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
ini terhadap seorang anak kecil sepertimu. Kesalahan apa yang telah kau lakukan"
Dendam apa yang ber-sarang di hati makhluk biadab itu?"
"Kesalahan saya tidak punya wahai Bapak penolong. Tapi ada satu rahasia
kejahatan besar yang dilakukan Hantu Muka Dua yang saya ketahui. Itu sebabnya
dia menculik saya, lalu membawa saya ke sini...."
"Luhkimkim, katakan kejahatan apa yang telah diperbuat Hantu Muka Dua?" bertanya
Wiro. "Saya tak sengaja melihat dia membawa pemuda bernama Lasingar ke anjung rumah
kediaman Luhsantini. Lasingar dibaringkannya di atas ranjang, di sebelah
Luhsantini. Kedua mereka itu sama-sama dalam keadaan tidak berpakaian. Sama-sama
pingsan. Lalu saya lihat dia menanggalkan pakaiannya sendiri.
Lalu Hantu Muka Dua menindih! tubuh Luhsantini.
Sebelum pergi Hantu Muka Dua merangkulkan tangan Lasingar ke tubuh
Luhsantini...."
"Makhluk jahanam! Benar-benar keji biadab!" kata Lakasipo geram.
Pendekar 212 Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya.
Lalu berkata. "Kami mendengar kabar ada seorang pemuda bernama Latorik yang juga
melihat kejadian Luhsantini bersama Lasingar dalam keadaan bugil di atas
ranjang. Latorik kemudian dianiaya oleh Latandai, akhirnya dibunuh oleh Lasingar
yang bertahun-tahun sembunyi di satu bukit, menyaru dengan nama Lakabil.
Jika kau benar mengetahui rahasia Hantu Muka Dua sebagai pelaku keji, mengapa
Hantu Muka Dua tidak membunuhmu?"
Luhkimkim tak bisa menjawab pertanyaan Wiro itu. Semua orang terdiam. Suasana
sunyi dan tidak enak itu akhirnya dipecahkan oleh suara Lakasipo.
"Aku pernah mendengar kabar bahwa Hantu Muka Dua punya satu pantangan besar.
Yaitu pantangan membunuh perempuan. Agaknya pasti itu sebabnya dia tidak
membunuh Luhkimkim. Membawanya ke tempat ini dengan dua maksud. Pertama, kalau
anak ini tidak mati disantap binatang buas maka kemungkinan ke dua dia akan gagu
seumur hidup karena lidahnya sudah dibuhul...."
"Makhluk bernama Hantu Muka Dua itu harus dihajar habis-habisan! Mayatnya
direbus dalam pen-daringan besi sampai tulang belulangnya leleh jadi air.
Bukankah ada hukum seperti itu di Negeri Latanahsilam?" ujar Naga Kuning.
"Naga Kuning, kau tidak tahu siapa adanya Hantu Muka Dua. Sebagai Raja Di Raja
para Hantu di Negeri Latanahsilam ilmu kesaktiannya setinggi langit se dalam
lautan!" "Tiap kehebatan pasti ada kelemahannya!" Kata Naga Kuning tak mau kalah.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
60 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Betul," ujar Luhkimkim. "Tapi kelemahannya apa "
Naga Kuning memandang berkeliling. Wiro berkata kata. "Saat ini yang lebih
penting adalah menyelamatkan perempuan bernama Luhsantini itu. Hantu Bara
Kaliatus pasti mencari dan membunuhnya. Lebih baik kita segera melanjutkan
perjalanan."
"Wahai Bapak Lakasipo, apakah saya boleh ikut bersamamu?" tanya Luhkimkim.
"Tentu saja boleh! Siapa yang melarang!" Yang menjawab adalah Naga Kuning.
Lakasipo dan Wiro menyeringai.
Setan Ngornpol mengulurkan tangan lalu men-dorong kepala berambut jabrik si
bocah. "Enak saja kau bicaral Upil Luhkimkim saja lebih besar dari tubuhmu!
Biar Lakasipo yang mengambil keputusan!"
"Suka atau tidak suka apa kalian tega meninggalkan Luhkimkim sendirian di dalam
rimba belantara ini?"
sanggah Naga Kuning.
Tak ada yang menukas ucapan Naga Kuning itu.
Akhirnya Lakasipo memegang lengan Luhkimkim lalu menaikkan anak perempuan ini ke
atas punggung kuda kaki enam. Begitu berada di atas punggung kuda raksasa itu
Luhkimkim bertanya. "Wahai Bapak Lakasipo, bagaimana dengan tiga sahabatku yang
lucu-lucu ini. Apakah saya boleh memegang mereka terus atau...."
"Kami lebih suka berada dalam genggamanmu dari pada masuk kembali ke dalam kocek
pesing itu!" kata Naga Kuning cepat, "Bukan begitu sobatku Wiro"' Naga Kuning
kedipkan matanya.
Pendekar 212 Wiro Sableng tertawa lebar sambil garuk-garuk kepala. Setan
Ngornpol berbisik ke telinga Naga Kuning. "Kalau anak perempuan itu tahu kau
sebenarnya seorang kakek berusia seratus dua puluh tahun, jangan harap dia masih
akan suka padamul"
"Setan Ngompol, awas kalau kau berani membuka rahasiai Kuremas terong peot dan
kantong menyan-mul" kata Naga Kuning mengancam. Wiro tertawa bergelak. Setan
Ngompol merengut masam. Sambil membalikkan tubuh diam-diam tangannya diusapkan
ke bawah perut. Lalu tangan yang basah kena air kencing itu dipeperkannya ke
muka Naga Kuning hingga bocah ini menyumpah-nyumpah. Semua kejadian ini dilihat
oleh Luhkimkim dengan tertawa-tawa.
Derita yang dialaminya akibat penculikan dan siksaan yang dilakukan Hantu Muka
Dua jadi terlupakan.
*** 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
61 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
UNUNG LABATUHITAM SESUAI DENGAN NAMANYA merupakan satu gunung batu berwarna
hitam. Tak satu tetumbuhanpun hidup di sana kecuali sejenis lumut. Di bawah panas
teriknya matahari, di kaki selatan gunung kelihatan melesat satu bayangan merah,
berkelebat cepat dari satu gundukan batu ke gundukan lainnya. Mengingat batubatu di tempat itu diselimuti lumut licin dan orang tersebut dapat bergerak
begitu cepat tanpa kakinya terpeleset, jelas dia memiliki ilmu meringankan tubuh
yang tinggi. Di satu lamping batu orang ini tendangkan kaki kirinya.
"Bukkl"
Satu gerakan hebat melanda lamping batu. Batu yang ditendang sama sekali tidak
cacat atau rusak sedikitpun, apa lagi hancur. Tapi justru sebuah batu besar yang
terletak di belakang batu yang ditendang keluarkan suara berderak. Lalu seolah
menjadi rapuh secara tiba-tiba batu itu hancur menjadi bubuk dan bertebaran
hampir sama rata dengan batu rendah di sekitarnya! Inilah ilmu pukulan sakti
yang disebut Di Balik Labukit Menghancur Lagunung! Dan jelas orang berpakaian
merah itu tengah melatih diri, mulai dari ilmu meringankan tubuh dan tenaga
dalam termasuk pukulan sakti tadi.
Selagi berlatih diri seperti itu tiba-tiba orang ini melihat ada bayang-bayang
hitam berputar-putar di atas kawasan berbatu-batu itu. Dia mendongak ke langit.
Wajahnya berubah. Dengan cepat dia lari ke balik satu lamping batu lalu membuat
beberapa kali lesatan dan akhirnya menyelinap lenyap ke dalam sebuah goa.
Orang ini ternyata adalah seorang perempuan berwajah cantik. Melihat raut
mukanya dia seperti baru berusia tiga puluhan. Padahal sebenarnya usianya telah
mencapai seratusan tahuni Perempuan ini tidak terus masuk ke dalam melainkan
mengintai di mulut goa, memandang ke langit.
"Kemarin, hari ini.." katanya perlahan. "Telah dua kali dia muncul. Pasti
melakukan pengintaian. Walet terbang.... Siapa gerangan penunggangnya" Terlalu
jauh. Tak bisa kulihat wajahnya. Tapi...."
Tiba-tiba benda yang menimbulkan bayang-bayang di bebatuan itu menukik ke bawah
lalu lenyap di balik goa.
Perempuan berpakaian merah terbuat dari kulit kayu yang dicelup dengan jelaga
merah menunggu sesaat.
Menatap ke udara. "Tak muncul lagi. Seperti kemarin 103 Hantu Bara Kaliatus Wiro Sableng 212
62 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
pasti dia sudah pergi...."
Perlahan-lahan, tetap hati-hati perempuan itu me-langkahkan kakinya keluar dari
goa. Baru bertindak empat langkah tiba-tiba di samping kiri goa terdengar suara
menegur. Suara yang sudah sekian puluh tahun tak pernah di dengarnya. Suara yang
cukup dikenalnya dan membuat dua kakinya seolah dipantek ke batu yang
dipijaknya. "Luhsantini, aku ada di sini...."
Perempuan itu berbalik dengan cepat. Wajahnya berubah pucat, keningnya
mengerenyft dan sepasang mata terbuka lebar.
"Latandai..." desis perempuan di depan goa.
"Benar, yang kau lihat memang Latandail"
"Wahai para Dewa dan Peri.... Bagaimana dia tahu aku berada di sini!" membatin
perempuan berpakaian merah. Lalu pandangannya membentur bagian bawah lelaki itu.
Yang bengkak menggelembung . "Ya Dewa, ya Peri, apa yang telah terjadi pada
dirinya " Dia seperti menahan beban yang begitu berat .Tegak
terbungkuk...."
"Tak ada yang perlu kau takutkan wahai Luhsantini.
Aku datang membawa kesalahan masa lalu. Aku datang untuk meminta ampun dan
maafmu. Apa yang kulakukan dimasa lalu adalah satu kesalahan besar.
Mengusirmu dan mengusir anak kita. Lamatahati anakku.... Dimana kau sekarang.
Ayahmu membekal dosa besar terhadapmu, lebih besar dari dosaku terhadap
ibumu...."
Luhsantini yang semula berada dalam ketakutan kini terheran-heran. "Apa yang
telah membuat lelaki ini berubah. Dulu dia begitu benci terhadapku, terhadap
Lamatahati. Sekarang seolah-olah dia menyadari semua kesalahan itu. Mencariku
untuk minta maaf dan ampun.
Merindukan Lamatahati. Ada apa di balik semua ini...."
"Luhsantini, berkatalah. Berucaplah. Jangan diam saja. Aku ingin kita melupakan
masa lalu walau mungkin ada yang salah di antara kita. Biarlah aku mengakui
kesalahan ada di pihakku. Biar aku menanggung segala dosa. Tapi perjalanan hidup
ini tidak bisa kita hentikan begitu saja...."
"Latandai..." kata Luhsantini dengan suara bergetar.
"Jika kerukunan yang hendak kau cari, jika hidup bersama yang kau dambakan,
menyesal sekali wahai Latandai. Tak mungkin hal itu kulakukan...."
"Wahai Luhsantini..." ujar Latandai alias Hantu Bara Kaliatus dengan suara
tercekat dan tersurut dua langkah. "Kau tak ingin karena keadaaanku yang seperti
ini" Kepala seolah bertopi bara. Mata seolah api menyala.
Tubuh penuh bara api!"
"Bukan.... Bukan itu wahai Latandai. Tapi di antara kita ada satu jurang besari
Jurang kesalahpahaman yang sangat nyata adanya...."
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
63 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Wahai Luhsantini, aku datang tidak membawa segala yang berbau masa lalu. Aku
ingin kita bersatu kembali. Jika kau ihklas, jika kau suka hal itu bisa terjadi.
Mengenai diriku yang celaka ini akan bisa disembuhkan, akan bisa kembali ke asal
keadaan semula. Asalkan saja kau mau memohon kepada para Dewa dan Peri, kepada
para roh yang ada antara langit dan bumi. Mintakan ampun untukku. Cabut kutuk
dan sumpahmu dulu! maka semua bara api yang ada di kepala dan tubuhku akan
sirna.... Aku mohon padamu Luhsantini. Ini satu-satunya permintaan kalau hidup
ini masih bisa panjang. Kalau masa depanku masih kau terima...."
Hantu Bara Kaliatus jatuhkan dirinya di atas batu, berlutut dengan kepala
tertunduk dan dua tangan disatukan membentuk sembah.
Untuk beberapa lamanya Luhsantini tegak tak bergerak, sepasang mata tak berkesip
pandangi lelaki yang pernah hidup sebagai suaminya. Di luar sadar dua mata yang
tidak berkesip itu tampak berkaca-kaca.
Getaran-getaran muncul di dadanya.
"Wahai Latandai, jika niatmu sebersih itu, jika pintamu sesuci yang aku dengar, aku yakin para Dewa dan para Peri mendengar pintamu. Tetapi apakah diri yang
hina ini bisa memintakan apa yang kau mohonkan itu dan sudikah para Dewa dan
para Peri mengabulkan permintaan kita?"
"Wahai Luhsantini. Belum lama berselang aku didatangi Peri Bunda. Simpul Agung
Dari Segala Peri, Peri Junjungan Dari Segala Junjungan. Dia memberi petunjuk
bahwa keadaan diriku bisa pulih kembali jika kau bersedia memohonkan ampun
kepada para Dewa, para Peri dan para roh...."
"Jika begitu wahai Latandai bilsa memang begitu janji Peri Bunda, aku ikhlas
menerima kenyataan, aku rela memohon.... ". Luhsantini jatuhkan diri berlutut di
atas batu, berhadap-hadapan dengan suaminya, saling terpisah lima langkah satu
sama lain. Perlahan-lahan perempuan itu angkat kedua tangannya ke atas. Lalu dari mulutnya
meluncur ucapan :
"Wahai para Dewa dan para Peri, para roh yang ada di antara langit dan bumi.
Delapan puluh tahun lalu aku Luhsantini pernah memohon menjatuhkan sumpah dan
kutuk atas diri Latandai. Ya para Dewa dan para Dewi, wahai para roh, aku tidak
menyangka akan demikian besar akibat sumpah dan kutuk itu. Selama delapan puluh
tahun kami hidup tersiksa. Tanpa tahu dimana beradanya kini putera kami
Lamatahati. Rasanya ya para Dewa dan para Peri serta para roh. Sudah cukup semua
siksaan hukuman itu. Ampuni kesalahan kami wahai para Dewa, Peri dan roh. Ampuni
terutama dosa dan kesalahan suamiku Latandai. Aku memohon kaki ke atas kepala ke
bawah. Aku meminta kepala di 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
64 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
atas kaki di bawah. Cabutlah kutuk dan sumpah itu.


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sembuhkan suamiku. Lenyapkan semua bara api yang menempel di kepala, wajah serta
sekujur tubuhnya!
Kasihani kami wahai para Dewa, Peri dan para roh.
Aku tahu kalian mendengar permintaan yang aku sampaikan dengan hati tulus serta
kudus ini...."
Air mata bercucuran jatuh membasahi pipi Luhsantini kiri kanan pertanda
perempuan ini benar-benar memohon sepenuh hati atas kesembuhan suaminya.
Sesaat kesunyian mencengkam lalu ada suara bergetar seolah-olah gempa keluar
dari pusat bumi di bawah kaki Gunung Labatuhitam. Saat itu tak ada mendung tak
ada hujan. Namun mendadak guntur menggelegar.
Dari langit mencuat cahaya terang menyilaukan seolah, petir menyambar lalu
menghantam sosok tubuh Hantu Bara Kaliatus yang berlutut di atas batu.
Batu tempat Bara Kaliatus berlutut hancur berkeping-keping, berubah menjadi
bara. Sosok Latandai sendiri terpental belasan tombak. Lalu melayang jatuh,
tergelim-pang di celah antara dua batu besar. Dari tubuhnya mengepul asap.
"Latandai!" pekik Luhsantini. Perempuan ini melompat dari berlututnya,
menghambur ke tempat Latandai terkapar. Dia melihat kenyataan bagaimana kini
tidak sebuah bara apipun ada di kepala, dada dan perut Latandai. Dengan
keluarkan pekik gembira seraya menyebut para Dewa, Peri dan roh berulang kali
perempuan ini jatuhkan diri memeluk suaminya.
"Latandai... Latandai..." panggil Luhsantini berulang kali mendekap wajah lelaki
itu dengan dua tangan dan menciuminya.
Sosok Latandai bergerak. Dua matanya yang tadi terpejam perlahan-lahan terbuka.
Dia menatap Luhsantini sesaat lalu tersenyum. Bola matanya yang tadinya ada
empat kini kembali hanya dua. Tangan kanannya diusapkannya ke kepala, muka, dada
dan perut. Tak ada lagi bara menyala! Latandai berseru gembira lalu bangkit
berdiri. "Aku sembuh Luhsantini!
Aku sembuh! Permohonanmu dikabulkan!" Latandai mendukung, memeluk dan meciumi
istrinya sambil berputar-putar di atas batu. "Terima kasih Peri Bunda, terima
kasih semua Peri dan para Dewa, para roh!"
Perlahan-lahan Luhsantini diturunkannya. Dari mulutnya keluar suara tertawa
aneh. Ketika Luhsantini hendak menjauhkan kepalanya guna dapat memandang wajah
lelaki itu mendadak dua tangan Latandai menyambar cepat ke lehernya. Demikian
kencangnya hingga perempuan ini merasakan nafasnya seolah berhenti dan tulang
lehernya seperti mau patah. Lidahnya mulai terjulur.
"La...Latandai... Apa yang kau.. laku...lakukan...Kau mencekikku...."
Tawa Latandai semakin keras. "Perempuan tolol.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
65 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Apa kau kira menolongku berarti menghapus semua dosa terkutuk yang pernah kau
lakukan dengan Lasingar"!"
"Latandai. Ap... apa maksud ucapanmu. Bukan....
Bukankah kau berkata tidak ingin membicarakan hal masa silam. Lag... lagi pula
aku tidak pernah melakukan perbuatan tidak senonoh dengan Lasingar...."
Latandai mendengus. "Delapan puluh tahun lalu kau berdusta. Sekarang masih saja
berdusta! Siapa percaya padamu! Aku sudah sembuh Luhsantini!
Dengar. Aku sudah sembuh! Dan aku tidak memerlukan dirimu lagi! Mampuslah
perempuan jalang!"
Sepuluh jari kokoh Latandai disertai tenaga luar dan dalam yang sangat hebat
mencengkeram siap menghancurkan leher Luhsantini. Pada saat itulah tangan kanan
Luhsantini menghantam ke depan, mengarah ke perut Latandai. Melepas pukulan Di
Balik Labukit Menghancur Lagunung!
Tapi Latandai tidak buta. Tangan kirinya secepat kilat di babatkan ke bawah.
"Bukkk!"
Dua lengan saling beradu keras. Kedua orang itu terpental dan sama-sama
kesakitan. Begitu lepas dari cekikan Latandai, Luhsantini berteriak marah.
"Manusia laknat! Binatang saja kalau ditolong tidak akan pernah berkhianat! Kau
memang Hantu jahanam yang harus dimusnahkan!" untuk kedua kalinya Luhsantini
menyerang dengan pukulan Di Balik Labukit Menghancur Lagunung.
Latandai cepat menyingkir. Gerakannya memang tidak terlalu cepat akibat kendala
di bagian bawah perutnya. Sadar dan khawatir serangan lawan bisa mencelakainya
maka lelaki ini menangkis dengan melepaskan pukulan sakti Selusin Bianglala
Hitam. Dua belas larikan sinar hitam halus menggebubu. Luhsantini seperti gila
melihat berkiblatnya dua belas sinar hitam itu. Delapan puluh tahun silam,
pukulan inilah yang telah membuat cacat puteranya Lamatahati!
Seperti hendak mengadu jiwa, dengan nekad Luhsantini sambuti pukulan lawan
dengan pukulan Di Balik Labukit Menghancur Lagunung. Kali ini dengan tangan kiri
kanan sekaligus.
Kesaktian Luhsantini boleh hebat, namun dia kalah jauh pada tenaga dalam. Begitu
dua pukulan sakti bentrokan, terdengarlah pekik perempuan ini. Tubuhnya
terlempar ke udara setinggi tiga tombak lalu jatuh di atas batu. Darah mengucur
di mulutnya. Dada pakaian merahnya robek dan hangus besar hingga auratnya
tersingkap putih.
Latandai sendiri terlempar satu tombak. Punggungnya menghantam gundukan batu.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat. Dadanya mendenyut sakit dan tubuhnya bagian
bawah seolah hendak tanggal. Terbungkuk-103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng
212 66 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
bungkuk dia melangkah mendekati sosok Luhsantini.
Saat itu dilihatnya saiah satu kaki perempuan itu bergerak hingga pakaiannya
tersibak di bagian paha.
Nafas Latandai sesaat tertahan. Darahnya menyentak-nyentak. Apalagi ketika
matanya membentur dada Luhsantini yang tidak tertutup. Nafsunya langsung
menggelegak. "Mungkin ada baiknya dia tidak segera mati..." kata Latandai menyeringai. Dia
membungkuk di atas tubuh Luhsantini. Agar yakin perempuan itu tidak membuat
gerakan tiba-tiba yang dapat mencelakainya, kedua tangan Luhsantini dilipatnya
ke belakang. "Kraaakk!"
Salah satu lengan Luhsantini berderak patah. Tapi tak ada suara jerit kesakitan
keluar dari mulut perempuan ini, karena keadaannya saat itu nyaris pingsan.
Latandai menyeringai, tangannya bergerak menying-kapkan pakaian merah Luhsantini
sesaat lagi maksud terkutuknya akan kesampaian tiba-tiba satu ringkikan keras
menggelegar di kawasan bebatuan itu.
"Wuuuutt!"
Kalau tidak lekas menyingkir pecahlah keualn Latandai kena tendangan dua kaki
depan kuda raksasa berkaki enam!
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
67 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
AHANG LATANDAI MENGGEMBUNG KETIKA
melihat apa yang barusan hendak menghantam kepalanya. "Hantu Kaki Batu Jahanaml"
teriak Latandai. "Kau mencari mati berani mencampuri urusankul" Sebelum melompat
turun dari kudanya Hantu Kaki Batu alias Lakasipo berkata pada Luhkimkim. "Bawa
kuda ke balik batu tinggi di sebelah kiri. Tunggu di sana bersama tiga saudaraku
sampai urusanku selesai...."
"Untuk urusan keji seperti yang kau lakukan siapa saja boleh ikut campur
Latandai! Ho... ho! Bara di kepala, mata dan tubuhmu sudah lenyap rupanya!
Bagaimana caranya kau menipu para Dewa dan para Peri"! Ha... ha... hal"
"Jahanam kau Lakasipo! Perempuan itu adalah istriku sendiri! Mengapa kau sebut
aku melakukan kekejian! Dan beraninya kau menghina para Dewa dan para Peri!"
"Latandai! Raut wajah dan bentuk tubuhmu boleh berubah seperti sediakala! Tapi
hati bejat dan otak jahat tetap mendekam di dalam dirimu!"
"Sudah! Jangan bicara banyak! Kalau kau memang mau mati, aku bisa memberi cara
yang tercepat!" Lalu Latandai pukulkan dua tangannya ke depan. Dua lusin sinar
hitam menggebubu. Latandai lepaskan dua pukulan Selusin Bianglala Hitami
Luhkimkim, Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol yang menyaksikan perkelahian itu
dari balik besar tersentak kaget melihat kehebatan serangan yang dilancarkan
Latandai. Sederetan batu-batu besar di depan sana hancur berkeping-keping dilanda pukulan
sakti yang dilancarkan Latandai. Tapi Lakasipo sendiri sudah lenyap Selagi
Latandai berusaha mencari di mana lawannya berada tiba-tiba dari samping
terdengar suara rantai bergemerincingan disertai sambaran sebuah bola batu ke
arah dadanya.. Latandai cepat jatuhkan diri ke samping lalu berguling menjauh. Dari jarak tiga
tombak kembali dia menggempur dengan pukulan dua belas jalur sinar hitam. Walau
bisa mengelak namun lambat laun Lakasipo terdesak juga. Melihat hal ini Wiro
segera berkata pada Luhkimkim. "Kalau Lakasipo berkelahi dalam jarak terlalu
renggang, dirinya bisa celaka. Lekas kau berteriak padanya. Beri peringatan agar
dia berkelahi dalam jarak dekat. Orang kondor seperti Latandai pasti tak bisa
bergerak gesit dan cepat karena keberatan di selangkangannya!"
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
68 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Bukannya mengikuti apa yang dikatakan Pendekar 212, anak perempuan bernama
Luhkimkim itu malah bertanya. "Apa artinya kondor?"
"Kau ini ada saja yang ditanyakan. Kondor artinya barang si Latandai itu sebesar
gentong!" "Gentong" Apa pula artinya gentong"!"
Wiro garuk-garuk kepala. Naga Kuning akhirnya berkata. "Sobatku Kimkim! Sudah,
jangan banyak tanya. Lekas kau beri tahu saja Latandai. Kalau sampai terlambat
dia bisa celaka. Kita semua nanti juga ikut-ikutan celaka!"
Mendengar kata-kata Naga Kuning yang ada di telapak tangannya itu Luhkimkim
segera berteriak.
"Bapak Lakasipo, hadapi lawanmu dalam jarak pendek!
Dia ada kondornya! Kondornya ada gentongnya! Pasti tak bisa bergerak cepat kalau
diserang dari dekat!
Kalau dari jauh kondornya bisa leluasa!"
Wiro tertawa bergelak sambil garuk-garuk kepala mendengar teriakan Luhkimkim
itu. Naga Kuning tertawa gelak-gelak. Sedang Setan Ngornpol terpingkal-pingkal
dan terkencing-kencing!
Walau tidak begitu jelas apa yang dimaksudkan anak perempuan itu namun Lakasipo
bisa juga menangkap arti ucapan Luhkimkim. Memang jika dia menggempur dari jarak
jauh berarti lawan akan mampu menghujaninya dengan pukulan-pukulan sakti yang
mengeluarkan dua belas jalur hitam maut itu. Maka Lakasipo pusatkan tenaga
dalamnya ke kaki. Bola Boia Iblis mengeluarkan suara menghentak menggetarkan
tanah dan bebatuan di tempat itu begitu Lakasipo melangkah cepat mendekati
lawan. Tubuhnya melesat ke udara. Bola batu di kaki kanannya menyambar ke kepala
lawan. Serangan ini bukan olah-olah hebatnya karena seperti diketahui di dalam
dua kaki Lakasipo masih tersimpan ilmu kesaktian yang disebut Kaki Roh Pengantar
Maut. Di samping itu sesekali Lakasipo barengi pula serangan dua kakinya dengan
pukulan sakti Lima Kutuk Dari Langit. Lima sinar hitam menderu ganas. Latandai
yang tahu keganasan pukulan lawan tidak berani menyambuti dan semakin terdesak.
Dalam keadaan seperti itu terpikir olehnya kalau dirinya kembali memiliki bara
menyala akan lebih mudah baginya menghadapi lawan. Maka dalam hati lalu dia
berdoa meminta. "Wahai para Dewa, Peri dan semua rohl Aku mohon kembalikan
diriku menjadi Hantu Bara Kaliatus!" Tapi tak terjadi apa yang diharapkan.
Latandai kembali memohon malah dengan-mengeluarkan suara keras. Sampai berulang
kali. Tetap saja tidak terjadi apa-apa. "Nenek Hantu Santet Laknat! Wahai di
mana kau! Tolong aku. Tolong Aku nek. Kembalikan bara di kepala, dada dan
perutku!' Latandai ganti memohon pada si nenek sakti yang selama ini menguasai
otak dan dirinya. Namun sia-sia belaka. Dalam keadaan 103 Hantu Bara Kaliatus Wiro Sableng 212
69 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
terdesak salah satu ujung rantai di kaki Lakasipo sempat merobek pipi kirinya
hingga terluka besar dan kucurkan darah! Latandai tambah was-was dan kecut
ketika dilihatnya Luhsantini siuman dari pingsannya, lalu terhuyung-huyung
melangkah ke arahnya.
"Wahai kerabat yang aku kenal dengan nama Lakasipo!" Luhsantini berseru.
"Latandai adalah suami khianat musuh besarku! Serahkan dirinya padaku!"
"Kerabat Luhsantini! Siapapun kau adanya, kau berada dalam keadaan terluka!
Menyingkirlah! Biar aku mewakilimu menyelesaikan urusan dengan manusia keji
ini!" "Sayang aku tidak mau diwakili wahai kerabat. Jika kau tak mau mengalah berarti
terpaksa kita menyerangnya bersama-sama!" ujar Luhsantini pula. Walau tangan
kanannya patah dan sakitnya bukan main namun amarah dan dendam kesumat yang
membakar dirinya membuat Luhsantini tidak perdulikan semua cidera yang
dialaminya. Kalau Lakasipo menyerang dari arah depan maka perempuan ini menyerbu
dari samping kirinya. Tanpa ampun berulang kali Luhsantini lepaskan pukulan Di
Balik Labukit Menghancur Lagunung!
Digempur dahsyat dari dua jurusan membuat Latandai terdesak hebat dan leleh
nyalinya. Lebih-lebih ketika satu jotosan Luhsantini mengancurkan sam-bungan
siku tangan kirinya hingga lengan kiri itu mulai dari siku ke bawah menjadi
buntung! Kini nyali Latandai benar-benar putus! Sambil melepas pukulan Selusin Bianglala
Hitam dua kali berturut-turut untuk melindungi dirinya, dia melompat ke atas
sebuah batu besar lalu melayang turun ke bawah dan tahu-tahu secara tak terduga
telah menyambar sosok Luhkimkim yang ada di balik batu.
Anak perempuan ini terpekik saking kaget, takut dan kesakitan karena Latandai
mencekal rambut lalu menyeret Luhkimkim ke arah walet raksasa tunggangannya.
Wiro dan Naga Kuning yang masih ada dalam genggaman anak perempuan itu tak kalah
takutnya. Setan Ngornpol jangan dibilang lagi. Begitu Latandai melayang turun menjambak
rambut Luhkimkim kakek satu ini sudah terbeser-beser!
Luhsantini dan Lakasipo melompat ke hadapan Latandai. Orang ini ganda tertawa.
"Kau ingin membunuhku" Silahkan! Jangan kira aku tidak tega membunuh anak
perempuan ini?"
Luhsantini menyumpah dalam hati. Lakasipo menggeram keras.
"Kemana kau pergi! Sekalipun ke ujung langit akan kukejar!" teriak Lakasipo.
"Ho... ho! Begitu! Silahkan kejar kaiau kau mampu!"
ejek Latandai. Lalu dia melompat ke atas punggung walet terbang. Luhkimkim yang
masih terus dicekalnya 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
70 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
diletakkanya di belakang kuduk walet. "Selamat tinggal para kerabat! Selamat
tinggal Lakasipo malang. Selamat tinggal Luhsantini jalang! Ha... ha... ha!"
Luhsantini saking marahnya hendak lepaskan satu pukulan tangan kosong jarak jauh
dengan tenaga dalam penuh. Tapi Lakasipo cepat pegang tangan perempuan itu.
"Jangan. Kalau pukulanmu meleset anak perempuan itu bisa celaka. Lagi pula dalam
genggamannya ada tiga orang saudaraku!"
Walau tidak mengerti apa atau siapa yang dimaksud Lakasipo dengan tiga orang
saudaranya itu namun Luhsantini urungkan niatnya untuk menghantam. Sementara itu
walet tunggangannya semakin tinggi, naik keudara. Suara gelak tawa Latandai
masih terdengar di atas sana. Di dalam genggaman Luhkimkim yang gemetaran
ketakutan, Wiro, Naga Kuning dan Setan Ngompol merasa sudah terbang nyawa
masing-masing. "Celaka kita semua. Celaka sahabatku Luhkimkim"
ujar Naga Kuning.
Tiba-tiba dari langit sebelah timur ada satu sinar biru terang sekali. Makin
lama makin besar dan bergerak ke bawah ke arah walet terbang. Sesaat kemudian
cahaya biru itu berubah menjadi sosok seorang perempuan yang bergoyang-goyang
seperti asap. Bersamaan dengan itu bau harum semerbak memenuhi udara.
"Peri Bunda!" seru Lakasipo dan Luhsantini begitu dia melihat lebih jelas dan
mengenali siapa adanya sosok biru, di atas sana. Kedua orang ini segera jatuhkan
diri berlutut. Sampai saat itu Lakasipo secara tidak sadar masih memegangi
tangan kiri Luhsantini yang tadi hendak memukul. Luhsantini sendiri tidak pula
berusaha untuk melepaskan tangannya dari pe-gangan orang.
Latandai yang ada di atas walet terbang jadi berubah kecut tampangnya ketika dia
melihat siapa yang muncul dari langit di atasnya. Dia berusaha mem-pertenang
diri karena sampai saat itu masih menguasai Luhkimkim yang tetap terus
dijambaknya. "Kalau Peri itu berbuat macam-macam kupecahkan kepala anak ini!"
kata Latandai dalam hati.
"Wahai Latandai manusia culas!" Peri Bunda berseru.
Mahkota di kepalanya mengeluarkan sinar berkilauan.
Pakaiannya yang berupa gulungan selendang biru panjang melambai-lambai. "Istrimu
memohon pengampunan secara ikhlas. Ternyata petunjukku dan kemauan baik istrimu
kau salah gunakan. Kau pakai untuk menipu. Hukuman tak bisa lepas darimu


Wiro Sableng 103 Hantu Bara Kaliatus di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Latandai!"
"Peri Agung! Jika kau berani mencelakai diriku, anak perempuan ini akan kulempar
ke bawah sana! Biar kepalanya mendarat hancur di atas bebatuan!"
Latandai mengancam.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
71 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Peri Agung tersenyum. "Kau ingin membunuh anak itu! Jatuhkanlah sekarang juga!
Aku peri Bunda tidak termakan ancamanmu!"
"Peri jahanam!" rutuk Latandai. Nekad sudah orang ini. Jambakannya di rambut
Luhkimkim diperkencang.
Lalu dengan satu betotan keras anak itu dilemparkan-nya ke bawah.
Luhkimkim menjerit keras. Tangannya yang menggenggam Wiro, Naga Kuning dan Setan
Ngompol terbuka. Tak ampun lagi ketiga orang ini melayang jatuh sama-sama
memekik. Di bawah sana Luhsantini dan Lakasipo tak kalah kagetnya dan keluarkan
seruan tertahan.
Hanya beberapa saat lagi tubuh Luhkimkim akan jatuh di atas bebatuan disusul
oleh tubuh Wiro dan kawan-kawannya, tiba-tiba ujung pakaian biru Peri Bunda
melesat bergulung-gulung ke bawah, menyambar tubuh Luhkimkim sehingga anak ini
merasa seperti di ayunan. Waktu pakaian menggulung tubuh anak perempuan itu tiga
sosok tubuh Wiro dan kawan-kawannya ikut tergulung.
"Hai apa yang terjadi"!" teriak Setan Ngompol yang sudah basah kuyup aurat
sebelah bawahnya.
"Kita melayang dalam gulungan pakaian makhluk aneh di atas sana!' ujar Wiro.
Walah! Aku tahu kita berada di mana! Kita memang tergulung tapi aku berada di
atas dada Luhkimkim!
Maut mengintai tapi rejeki besar yang kudapati Hik...
hik..: hik!" Itu suaranya Naga Kuning.
Tubuh Luhkimkim mendarat lembut di Atas sebuah batu besar. Begitu juga Wiro,
Naga Kuning dan Solari Ngornpol yang ada di atas dada perempuan Ini. Luhkimkim
cepat memegang tiga sahabat kecilnya itu lalu berlutut sambil dongakkan kepala
ke atas dan berkata
"Peri Bunda, Peri Agung, saya Luhkimkim mengucap kan terima kasih atas
pertolonganmu."
"Anak baik anak berbudi aku mengucapkan terima kasih kembali Jaga baik-baik tiga
temanmu..." rne-nyahuti Peri Agung sambil tersenyum.
"Makhluk bernama Peri Agung itu ternyata memang cantik," bisik Setan Ngornpol ke
telinga Wiro lalu senyum-senyum sendiri sambi! memandang ke atas.
Sementara itu Luhsantini dan Lakasipo segera mendatangi Luhkimkim.
Di atas sana, di punggung walet Latandai jadi bingung sendiri dalam kecutnya.
Tiba-tiba digebraknya tubuh binatang itu. Namun sebelum binatang ini melayang
terbang menjauhi Peri Bunda, tahu-tahu sang Peri sudah berada di hadapannya.
Telapak tangan kirinya diacungkan ke depan kepala walet hingga binatang ini
seolah-olah kaku tak bisa bergerak barang sedikitpun.
"Latandai! Aku terpaksa menjatuhkan hukuman atas dirimu sekali lagi. Kau akan
menjadi makhluk bernama 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
72 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
Hantu Bara Kaliatus kembali! Namun kau tidak memiliki kesaktian apa-apa. Dua
ratus bara api akan kususupkan dalam perutmu! Seumur-umur kau akan hidup dengan
sekujur tubuh seperti dipanggang!"
Peri Bunda angkat tangan kanannya lalu dua jari menjentik. Dua ratus sinar merah
sebesar ujung ibu jari kaki, entah dari mana datangnya melesat masuk ke dalam
perut Latandai. Dari luar perut itu kelihatan memancarkan sinar terang bara api.
Latandai menjerit keras tiada hentinya
Peri Bunda tarik tangan kirinya. Walet yang tadi mengapung kaku tak bergerak
kini kepakkan sayapnya lalu terbang menuju ke barat. Di atas punggungnya
Latandai terbaring menelungkup kelojotan dan terus berteriak-teriak. Bersamaan
dengan itu sosok Peri Bunda melesat ke atas lalu lenyap seolah menembus langit.
"Luhkimkim, kau tak apa-apa?" tanya Lakasipo sambil membantu anak perempuan itu
berdiri. Si anak yang masih dicekam ketakutan hanya menjawab dengan gelengan
kepala. Lalu tangan kirinya diulurkan.
"Ha... ha...! Wahai tiga saudaraku! Syukur kalian juga selamat! Aku tadi sudah
sangat khawatir! Agar tidak kena celaka lagi biar kalian kumasukkan kembali ke
dalam kocek!"
"Kami lebih suka dipegang oleh Luhkimkim saja!"
kata Naga Kuning cepat-cepat sambil senyum-senyum.
"Makhluk-makhluk aneh. Manusia, atau apa mereka itu" Bagaimana kau mengatakan
mereka adalah saudara-saudaramu wahai Lakasipo?" tanya Luhsantini.
"Panjang ceritanya. Kalau kau suka akan kuceritakan dalam perjalanan...."
"Eh, memangnya kita mau mengadakan perjalanan kemana" Tempat tinggalku adalah di
daerah ini..." kata Luhsantini pula.
Air muka Lakasipo jadi kemerah-merahan. "Mak-sudku.... Hemm, aku menduga apa
gunanya kau me-mencilkan diri terus menerus di tempat sunyi ini. Lebih baik
kembali ke Negeri Latanahsilam bersama kami - "
"Berat bagiku untuk kembali ke sana wahai Lakasipo. Hidup ini sudah terlanjur
bergelimang derita....
Aku lebih suka pergi ke tempat yang lain. Mungkin aku akan mencari puteraku yang
hilang...."
"Jika kau suka aku mau membantu mencari puteramu itu. Namun itu bukan pekerjaan
mudah karena kabarnya dia telah masuk ke dunia para saudara-saudaraku ini....
Tapi tidak ada salahnya berusaha.
Asalkun sebelum melakukan pencarian kita ke La-nahsilam dulu untuk sama-sama
mengantarkan anak perempuan ini. Lagi pula tanganmu yang patah perlu rawat."
Luhsantini terdiam sejenak. Sepertinya dia tengah menimbang-nimbang. Sesekali
dia melirik pada Lakasipo. Di atas tangan Luhkimkim Naga Kuning berbisik.
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
73 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
"Kurasa perempuan itu naksir sama Lakasipo. Tapi mungkin merasa bingung,
bagaimana ya rasanya kalau punya kekasih yang dua kakinya dibungkus batu seperti
bola..."' "Salah-salah lagi asyik bercumbu kaki sang kekasih bisa ketiban gandulan batu
itu!" menyahuti Wiro.
Ketiga orang itu tertawa terpingkal-pingkal.
Bersamaan dengan itu Lakasipo sendiri secara tak sengaja memperhatikan dua
kakinya. Dalam hati lelaki ini membatin. "Mungkin keadaan dua kakiku ini yang
membuat Luhsantini tidak mau melakukan perjalanan bersama-sama." Menyadari
keadaan dirinya Lakasipo lalu menaikkan Luhkimkim ke atas punggung kuda kaki
enam Laekakienam. Ketika Lakasipo sudah berada di punggung binatang raksasa itu
Luhsantini masih tegak termangu.
"Selamat tinggal wahai Luhsantini. Aku tidak memaksa kau ikut bersama kami.
Kemana pun kau pergi berlakulah hati-hati."
Luhsantini anggukkan kepala mendengar ucapan Lakasipo itu. Ketika kuda kaki enam
'itu mulai melangkah perempuan ini bertanya.
"Apa masih cukup tempat bagiku di punggung kuda itu?"
Lakasipo tertawa lebar. Dia melompat turun. MeNolong Luhsantini naik ke atas
kuda lalu melompat naik dan duduk di belakang Luhsantini.
"Wah, kalau begini agar yang dua orang itu senang, lebih baik kita mencari jalan
jauh berputar. Biar lama Hik... hik... hik!" Naga Kuning tertawa cekikikan.
"Sebenarnya bukan cuma Lakasipo dan Luhsantini yang ingin dan merasa senang. Kau
juga kan"!" kata Wiro pula.
"Sssst... jangan bicara keras-keras! Nanti Lakasipo mendengar! Kita bertiga
nanti bisa masuk ke dalam kocek bau pesing itu!" Naga Kuning tertawa geli.
"Bagaimana rasanya tadi menempel di dada anak itu waktu jatuh dari atas
walet...?" Setan Ngompol bertanya.
"Kakek gendeng!" ujar Naga Kuning pura-pura marah. Lalu menyambung ucapannya.
"Kalau ada kesempatan lagi aku mau-mau sajal Hik... hik... hik!"
TAMAT 103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
74 Tiraikasih Http://cerita-silat.co.cc/
BASTIAN TITO WIRO SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
Segera terbit!!!
PERI ANGSA PUTIH
103 Hantu Bara Kaliatus - Wiro Sableng 212
75 Ancaman Dari Utara 1 Dewa Arak 89 Tombak Panca Warna Duri Bunga Ju 10

Cari Blog Ini