Ceritasilat Novel Online

Rahasia Mawar Beracun 1

Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun Bagian 1


BASTIAN TITO Mempersembahkan :
PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212
Wiro Sableng Episode ke 112 :
Rahasia Mawar Beracun
Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)
Scanning kitab by : Aby Elziefa
mailto:22111122@yahoo.com
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO "MAWAR KUNING..." DESIS PERI ANGSA PUTIH.
"BUNGA INI HANYA TUMBUH DI TAMAN LARANGAN.
MENGAPA BISA BERADA DI SINI" APAKAH PERI BUNDA TAHU KALAU DUA KUNTUM MAWAR
KUNING INI TERSELIP DI ANTARA BUNGA-BUNGA LAIN DALAM
JAMBANGAN?"
TIBA-TIBA PERI ANGSA PUTIH INGAT. TANGANNYA BERGETAR. "MAWAR INILAH YANG TEMPO
HARI HAMPIR MEMBUNUH WIRO DI TELAGA. WAHAI PARA DEWA!
JANGAN-JANGAN... MUNGKINKAH DIA YANG
MELEMPARKAN BUNGA ITU KE DALAM ANAK SUNGAI.
UNTUK MERACUN PENDEKAR 212 WIRO SABLENG"
APAKAH PERI BUNDA SEJAHAT ITU" BAGAIMANA AKU
HARUS MENYELIDIK?"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
1 DUA SOSOK putih berkelebat. Begitu cepatnya gerakan mereka hingga kelihatan
seperti bayang-bayang setan, menembus kelebatan rimba belantara. Di satu tempat
setelah keluar dari kawasan hutan sosok di sebelah depan berhenti. Astaga!
Ternyata dia adalah manusia biasa juga adanya tapi luar biasanya dia adalah
seorang dara berwajah cantik. Pakaiannya putih tipis keabu-abuan. Rambutnya yang
tergerai lepas di punggung berwarna pirang membuatnya selain tambah cantik juga
tampak anggun. Sosok ke dua berhenti disamping dara cantik pertama. Ternyata dia juga seorang
dara jelita. Raut tubuh dan potongan badannya sangat menyerupai gadis satunya.
Siapa gerangan sepasang gadis berwajah sama yang barusan memasuki kawasan rimba
belantara sunyi dan berbahaya itu"
Di Negeri Latanahsilam keduanya dikenal dengan julukan Sepasang Gadis Bahagia.
Di balik kecantikan mereka yang mempesona itu tersembunyi satu sifat yang
membuat orang lain bisa merinding jika mengetahui, terutama kaum perempuan.
Sejak lama diketahui sepasang gadis kembar ini memiliki kelainan.
Begitu banyak para pemuda yang tertarik pada mereka namun segera menjauhkan diri
dengan perasaan ngeri begitu mengetahui bahwa dua gadis itu hanya ber-selera
pada kaum sejenisnya.
"Luhkemboja, ada apa kau berhenti?" bertanya dara bernama Luhkenanga pada dara
satunya yang adalah kakaknya.
Sebelum menjawab, dari balik pakaiannya Luhkemboja keluarkan sebuah tongkat
terbuat dari batu berwarna biru. Tongkat itu digosok-gosokkannya ke leher. Lalu
diturunkan ke dada. Si gadis menggeliat sendiri lalu tertawa panjang.
"Tingkahmu membuat aku ingat pada gadis bernama Luhjelita itu," berkata
Luhkenanga. Sepasang matanya membesar berbinar-binar.
Luhkemboja si kakak telan ludahnya sendiri. "Aku juga selalu ingat padanya.
Belum pernah kita menemui gadis secantik dia. Memiliki tubuh padat kencang.
Waktu dia mendesah memohon agar kita tidak me-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
nyentuh dadanya.... Wahai! Apa yang diucapkan dan bagaimana dia menggerakkan
tubuh malah membuat aku tambah bergairah. Kapan-kapan aku ingin mencarinya
kembali." "Gadis satu itu memang luar biasa. Terus terang aku juga belum puas wahai
kakakku Luhkemboja. Tapi kita harus hati-hati. Kau tahu siapa adanya gadis itu.
Dia pasti membekal dendam terhadap kita."
"Mengapa perlu merasa takut padanya. Jika dia berani muncul siapa tahu dia
memang sengaja mencari kita karena ketagihan...." kata Luhkemboja lalu tertawa.
(Untuk mengetahui apa yang terjadi antara sepasang dara kembar ini dengan
Luhjelita harap baca Episode sebelumnya berjudul "Hantu Langit Terjungkir")
"Tongkat batu ini," kata Luhkemboja setelah puas tertawa.
"Sesuai yang dipesankan kakek, kita harus segera menyerahkan padanya. Tetapi aku
punya rencana lain!"
"Heh, apa yang ada di benakmu?" bertanya sang adik.
"Kalau kakek menginginkan tongkat ini berarti benda ini adalah satu benda sangat
penting. Pasti mengandung satu kekuatan atau satu kesaktian. Buktinya kau lihat
sendiri. Tongkat ini mengeluarkan cahaya biru."
"Jangan-jangan tongkat itu menyembunyikan satu rahasia yang si kakek tidak
pernah atau tidak mau menceritakannya pada kita."
"Boleh jadi," kata Luhkemboja pula lalu memperhatikan tongkat batu yang
dipegangnya dengan seksama mulai dari ujung satu sampai ujung lainnya.
"Aku tidak melihat sesuatu yang aneh pada tongkat ini. Kecuali sangat
enteng...."
"Coba kuperiksa," kata Luhkenanga pula lalu ganti memeriksa. Seperti kakaknya
gadis satu inipun tidak melihat keanehan atau kelainan pada tongkat batu itu.
Benda ini ditirnang-timangnya lalu diusap-usapnya beberapa kali. Ketika hendak
dipulangkannya pada kakaknya, selintas pikiran muncul dalam benaknya.
Tongkat ditariknya kembali. Lalu dengan ujung jari tengahnya tongkat itu
disentil-sentilnya mulai dari ujung kiri sampai ujung kanan.
"Apa yang kau lakukan Luhkenanga?" tanya Luhkemboja.
"Coba kau perhatikan. Dengar...." Sambil terus menyentil Luhkenanga dekatkan
tongkat batu biru itu ke telinga kiri kakaknya. "Kau mendengar sesuatu?"
"Tentu saja. Suara jarimu beradu dengan tongkat batu biru. Apa anehnya?"
Luhkenanga gelengkan kepala. "Ada bunyi atau suara berlainan. Pada dua ujung
kiri kanan berlainan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
dengan bagian tengah...."
"Bagiku sama saja Tidak ada bedanya," kata Luhkemboja. Tongkat itu diambilnya
kembali. "Dengar Luhkemboja. Aku punya satu rencana.
Bagaimana kalau...."
Luhkemboja tertawa ketika mendengar apa yang kemudian diucapkan adiknya. Dia
membalikkan badan lalu memberi isyarat untuk segera melanjutkan perjalanan.
Belum jauh meninggalkan ujung rimba belantara, di satu tempat mendaki dimana
udara terasa sejuk Luhkenanga tiba-tiba berkata. "Ada seorang perempuan
berpakaian serba putih seperti kita duduk di sebelah sana...."
Luhkemboja hentikan larinya dan memandang ke arah yang ditunjuk sang adik.
Memang benar. Di kejauhan sana seorang perempuan muda berparas cantik jelita
duduk bertopang dagu di atas bukit berumput.
Langsung saja dada sepasang gadis kembar ini jadi berdebar dan rasa gairah
menjalari tubuh mereka.
"Wajahnya cantik sekali. Kulitnya bersih...." ucap Luhkemboja.
"Harum bau tubuhnya tercium sampai ke sini. Aku rasa-rasa tahu siapa adanya
orang itu. Kelihatannya dia sengaja duduk bersunyi diri. Seperti memikirkan
sesuatu," ujar Luhkenanga pula.
"Mari kita dekati. Siapa tahu rejeki besar menjadi bagian kita," kata Luhkemboja
mengajak. Dua gadis kembar segera berkelebat Sebentar saja mereka sudah berada di hadapan
perempuan muda yang duduk di atas rumput itu. Orang ini turunkan tangannya lalu
mengangkat kepala memandang pada sepasang dara yang baru datang. Kagetlah
Luhkemboja dan Luhkenanga ketika mereka melihat dan menyadari siapa adanya orang
itu. Sebaliknya orang yang duduk di atas rumput tetap tenang saja walau dia
sudah mengenali dua gadis yang berdiri di hadapannya.
"Peri Angsa Putih...." menyapa Luhkemboja sementara Luhkenanga pandangi peri
cantik itu sambil berulang kali membasahi bibirnya dengan ujung lidah.
Dibanding dengan kakaknya Luhkenanga memang dia tidak bisa menyembunyikan gelora
hatinya melihat kecantikan wajah dan kemulusan tubuh Peri Angsa Putih. Apa lagi
tubuh peri ini menebar bau harum mewangi yang menambah rangsangan dalam dirinya.
"Wahai, sungguh pertemuan tidak disangka. Bukankah kalian berdua kerabat yang
dijuluki Sepasang Gadis 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Bahagia?" balas menegur Peri Angsa Putih.
Dua gadis kembar jatuhkan diri, berlutut di hadapan sang Peri. Luhkemboja malah
ulurkan tangan memegang lalu mengangkat tangan Peri Angsa Putih, kemudian
menciumnya dengan sikap hormat walau sebenarnya perbuatannya itu lebih didorong
oleh hawa gairah.
Luhkenanga tidak tinggal diam. Dia tirukan apa yang dilakukan kakaknya dan
mencium belakang telapak tangan malah sampai ujung lengan Peri Angsa Putih.
Sambil tersenyum Peri Angsa Putih tarik tangannya.
"Aku sudah lama mendengar perihal kalian berdua.
Hanya tidak tahu mana yang bernama Luhkemboja dan mana yang bernama Luhkenanga."
Dua gadis kembar lalu memperkenalkan diri masing-masing.
"Wahai Peri Angsa Putih, gerangan apakah yang membuat kau berada di bukit sunyi
ini?" bertanya Luhkemboja.
"Sepertinya tengah menunggu seseorang,"
menyambung Luhkenanga.
"Wahai, jika kau benar menunggu seseorang biar aku coba menerka," kata
Luhkemboja sambil tersenyum dan mengusap-usap keningnya seolah tengah berpikirpikir. "Kalau salah dugaanku mohon maafmu wahai Peri cantik dari Negeri Atas
Langit. Bukankah kau tengah menunggu lelaki gagah bernama Lakasipo, berjuluk
Hantu Kaki Batu itu?"
"Wahai! Dugaan kakakku pasti betul. Sudah lama kami menyirap kabar kalau lelaki
itu tertarik padamu dan kau. Hemm...." Luhkenanga tidak teruskan kata-katanya.
Bersama kakaknya dia tertawa panjang.
Wajah Peri Angsa Putih sesaat kelihatan menjadi merah. Namun sambi! mengulum
senyum Peri ini kemudian berkata. "Dugaan kalian memang betul. Aku berada di
bukit berumput ini tengah menunggu orang.
Tapi bukan lelaki bernama Lakasipo itu. Melainkan justru aku menunggu kedatangan
kalian berdua."
"Kami"!" ujar Luhkenanga dan Luhkemboja terpekik girang hampir bersamaan.
Sepasang gadis kembar ini saling melirik lalu duduk bersimpuh di atas rumput.
Satu di kiri, satu di kanan. Demikian dekatnya mereka mengapit hingga pinggul
dan bahu mereka bersentuhan hangat dengan pinggul serta bahu Peri Angsa Putih.
Bahkan hembusan nafas keduanya menyentuh
permukaan wajah sang Peri.
"Sungguh kami merasa bahagia mengetahui kau berada di sini sengaja menunggu
kami," kata Luhkenanga seraya memegang iengan Peri Angsa Putih dan mengusapusapnya. "Tentu ada sesuatu yang 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
bisa kami lakukan untukmu."
Sementara itu Luhkemboja mulai pula meraba lengan Peri Angsa Putih satunya.
Peri Angsa Putih yang sudah tahu kelainan sifat dua gadis kembar ini perlahanlahan lepaskan kedua tangannya dari genggaman Luhkemboja dan Luhkenanga. Lalu
berkata. "Aku ingin mengetahui dan meyakini satu hal. Mudah-mudahan kalian
berdua bisa memberi penjelasan...."
"Wahai, hal apakah itu Peri Angsa Putih?" tanya Luhkenanga seraya rapatkan
duduknya. Pahanya sampai menindih paha sang Peri.
"Beberapa waktu yang lalu aku melihat kalian berdua keluar dari sebuah goa di
kawasan barat sana...."
Wajah dua gadis kembar mendadak sontak jadi berubah. Adik kakak ini saling
melirik. Dalam hati mereka menduga-duga apakah sang Peri tahu apa yang telah
terjadi, apa yang telah mereka lakukan di goa itu"
"Wahai, tidak disangka kau mengetahui kehadiran kami di goa itu..." kata
Luhkemboja. Dia tak berani berdusta karena khawatir sang Peri tahu banyak
tentang mereka. "Kami kebetulan saja lewat di kawasan itu...."
"Betul, kami memang kebetulan lewat di sana,"
menyambungi Luhkenanga.
"Ketika melihat sebuah goa kami mencoba masuk..."
Luhkemboja meneruskan.
Luhkenanga kembali menyambung. "Kami masuk sekedar untuk mencari tempat yang
teduh dan aman untuk beristirahat"
"Kalian masuk dan jadi beristirahat dalam goa itu?"
tanya Peri Angsa Putih.
Luhkemboja menggeleng. Luhkenanga memandang pada kakaknya lalu ikut menggeleng.
"Jadi kalian tidak masuk...?" tanya Peri Angsa Putih.
"Kami memang masuk..." jawab Luhkenanga dengan suara perlahan.
"Tapi kami segera keluar lagi!" kata Luhkenanga.
"Kenapa?" tanya Peri Angsa Putih.
"Ada orang lain dalam goa itu!"
"Ada satu pemandangan menusuk mata yang membuat kami tak sanggup berada di situ
dan cepat-cepat keluar...."
Peri Angsa Putih menatap dua gadis kembar berganti-ganti lalu bertanya. "Siapa
orang lain yang kalian lihat dalam goa itu" Kaitan mengenalnya" Lalu....
Memangnya apa yang dia lakukan di situ...."
"Ada dua orang dalam goa itu wahai Peri Angsa 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Putih. Satu gadis, satu pemuda..." kata Luhkemboja.
"Yang gadis berada dalam keadaan bugil. Tengah berpelukan dengan seorang pemuda
berambut panjang.
Kalau kami tidak salah dia adalah pemuda asing yang belum lama berselang berada
di Negeri Latanahsilam ini...."
"Kalau tidak salah dia pemuda yang bernama Wiro Sableng, berjuluk Pendekar 212."
* 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
2 TENGGOROKAN Peri Angsa Putih kelihatan turun naik. Suaranya agak tersendat
ketika bertanya.
"Apa kalian mengenali siapa adanya gadis di dalam goa yang bersama pemuda
bernama Wiro Sableng itu?"
"Luhjelita. Gadis yang dikenal sebagai penunggang kura-kura terbang itu!"
"Kalian tidak salah lihat?"
"Kami berdua. Mana mungkin salah lihat!" jawab Luhkenanga.
"Kalau begitu...." Peri Angsa Putih tidak meneruskan ucapannya.
"Kalau begitu apa wahai Peri Angsa Putih?" tanya Luhkenanga sambil kembali
tangannya merayap ke lengan sang Peri.
"Tidak.... Tidak apa-apa. Keterangan kalian sangat berguna. Paling tidak aku
kini benar-benar yakin dan mengetahui apa yang terjadi dalam goa itu...." Lalu
dalam hati sang Peri berkata. "Aku juga menyaksikan sendiri. Tadinya aku seperti
ingin mengatakan tidak yakin pada penglihatanku sendiri. Tapi kini ada dua orang
yang menyaksikan hai yang sama. Berarti tidak perlu aku menyelidik lebih jauh.
Wahai mengapa kejam sekali rasanya dunia ini memperlakukan diriku. Peri Bunda,
kau benar. Aku harus menjauhkan diri dari pemuda bernama Wiro itu. Aku harus
kembali ke Negeri Atas Langit..." Peri Angsa Putih memandang pada dua gadis
kembar lalu bangkit berdiri. "Terima kasih atas semua keterangan kalian. Aku
harus pergi sekarang...."
"Wahai," ujar Luhkenanga seraya berdiri pula.
"Tak jauh dari sini ada sebuah dangau. Dibangun orang di atas sebuah telaga
jernih. Udara di sana sejuk sekali. Pemandangannya indah nian. Bagaimana kalau
kita bertiga pergi ke sana. Beristirahat barang setengah hari sambil berbincangbincang. Siapa tahu ada keterangan lain yang ingin kau dapatkan dan kebetulan
kami ketahui...."
"Terima kasih. Kalian berdua baik sekali. Tapi keterangan yang aku cari sudah
kudapat. Lain waktu undangan kalian tentu ada kupenuhi...."
"Sayang sekali. Kalau kau mau pergi kamipun hendak pergi pula..." kata
Luhkenanga. 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Saat itu sekonyong-konyong berkelebat satu bayangan putih disertai bentakan.
"Dua gadis kembar! Jangan kalian berani pergi!
Kembalikan dulu tongkat yang kau curi dariku!"
Belum habis kejut Luhkemboja dan Luhkenanga tahu-tahu seorang pemuda berambut
gondrong sambil menyeringai dan berkacak pinggang telah berdiri di hadapan
mereka. "Peri Angsa Putih! Ini pemuda bernama Wiro Sableng yang barusan kita bicarakan!"
berkata Luhkenanga.


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara Luhkemboja cepat menjauh karena khawatir Wiro akan merampas tongkat
batu biru yang dipegangnya.
Pemuda berambut gondrong yang memang Pendekar 212 Wiro Sableng adanya melirik ke
kiri dimana berdiri Peri Angsa Putih. Murid Sinto Gendeng hendak layangkan
senyum pada sang Peri namun batal ketika dilihatnya Peri Angsa Putih unjukkan
wajah kaku malah kemudian palingkan muka ke jurusan lain.
"Kalian membicarakan aku mengenai apa"!" tanya Wiro.
Luhkemboja dan Luhkenanga tidak segera menjawab tapi tertawa cekikikan.
"Gadis-gadis aneh! Ada apa kalian tertawa. Luhkemboja! Lekas serahkan tongkat di
tanganmu itu padaku!"
"Kau sungguhan mau tahu apa yang barusan kami bicarakan"!" Luhkemboja berkata
seraya senyum-senyum.
Wiro mulai mencium ada yang tidak beres. Tapi dia segera menjawab. "Katakan
saja. Aku ingin tahu!"
"Kau tidak malu Peri Angsa Putih ikut mendengar?"
tanya Luhkenanga lalu tertawa cekikikan.
"Kami melihat kau dan gadis bernama Luhjelita berbugil-bugil di dalam goa!"
Berucap Luhkemboja.
"Gadis kurang ajar! Jangan kau berani memfitnah!"
teriak Pendekar 212 marah.
"Kalian berzinah di dalam goa!" ujar Luhkenanga.
Amarah murid Sinto Gendeng tidak terkendalikan lagi. Mukanya mengelam. Kupingnya
seperti dipang-gang. Sekali lompat saja Wiro layangkan satu tamparan ke muka
Luhkenanga. Seperti diketahui dua kakak beradik kembar yang dikenal dengan
julukan Sepasang Gadis Bahagia ini bukanlah gadis-gadis sembarangan. Mereka
memiliki ilmu meringankan tubuh tinggi sekali hingga mampu bergerak cepat dan
ringan. Selain itu mereka juga memiliki jurus-jurus ilmu silat aneh. Sekali
bergerak Luhkenanga berhasil selamatkan diri dari tamparan Wiro yang bisa 112
RAHASIA MAWAR BERACUN
meremukkan tulang pipinya.
Penasaran Wiro kembali mengejar Luhkenanga.
Namun saat itu satu bayangan putih berkelebat dari samping. Angin yang menyambar
membuat Wiro terpaksa hentikan niatnya. Ketika dia memandang ke depan pendekar
kita jadi tertegun. Yang menghadang di hadapannya adalah Peri Angsa Putih.
"Peri Angsa Putih.... Apa maksudmu menghalangi gerakanku"!" tanya Wiro heran.
"Apa maksudmu menyerang gadis itu"!" balik bertanya Peri Angsa Putih. Tapi dia
tidak memandang ke arah Wiro karena wajahnya seperti tadi lagi-lagi dipalingkan
ke jurusan lain.
"Dia.... Gadis itu kau dengar sendiri! Dia berkata jahat! Memfitnahku!"
Peri Angsa Putih mendengus. Wajahnya tersenyum sinis. Membuat Wiro menjadi
tambah marah walau bercampur heran. "Peri Angsa Putih. Ada apa ini"! Kau bicara
tapi tidak mau melihat padaku! Kau sepertinya membela gadis-gadis tukang fitnah
ini!" "Mereka tidak memfitnah. Aku melihat sendiri kau dan Luhjelita di dalam goa itu.
Jangan mengira aku tidak tahu apa yang kalian lakukan"!"
Wiro hendak menggaruk kepala habis-habisan lalu dekati Peri Angsa Putih.
"Jangan kau berani bergerak lebih dekat!" membentak Peri Angsa Putih.
Wiro kaget bukan main. Dia ulurkan tangan hendak memegang lengan Peri Angsa
Putih tapi kembali sang Peri membentak. Air mukanya membayangkan ancaman.
"Pendekar 212! Jangan sentuh diriku! Aku bukan Luhjelita gadis yang bisa menjadi
pemuas nafsu bejat-mu!"
Wiro ternganga besar. Dua kakinya seperti di-pantek ke tanah. "Peri Angsa Putih,
aku...." "Aku tak sudi kau menyebut namaku! Berlalulah dari hadapanku!"
"Mati aku! Apa yang terjadi dengan Peri satu ini"!"
membatin Wiro. Ketika dia berpaling ke samping, dua gadis kembar tertawa
cekikikan lalu berkelebat pergi.
Wiro tak mau mengejar karena khawatir Peri Angsa Putih akan kembali menghadang
dan bisa-bisa antara mereka terjadi bentrokan yang tak diinginkan. Dengan
menahan hawa amarahnya terhadap dua dara yang kabur itu Wiro bertanya. "Aku
tidak mengeri. Ada apa ini"! Wajahmu melihat aku seperti melihat hantu...."
"Aku tidak melihat hantu! Tapi melihat makhluk sangat menjijikkan!" tukas Peri
Angsa Putih. Wiro garuk kepala. "Tampangku memang jelek!
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Terserah kau mau bilang apa! Tapi harap kau jelaskan dulu mengapa kau membela
dua gadis jahat tadi. Lalu mengapa kau marah-marah dan berkata tak karuan
padaku. Aku merasa tidak punya salah padamu. Dua gadis kembar itu mencuri
tongkat batu titipan orang.
Mereka juga memfitnah diriku lalu enak saja melarikan diri. Aku tidak...."
Saat itu mendadak ada suara menderu dahsyat disertai suara ringkikan kuda.
Sesaat kemudian seekor kuda hitam besar berkaki enam muncul dan berhenti di
tempat itu. Di atasnya duduk Lakasipo dengan sikap gagah.
"Saudaraku Wiro Sableng! Kerabatku Peri Angsa Putih! Aku merasa gembira bisa
menemui kalian berdua di tempat ini!" Lakasipo hendak tertawa lebar.
Tapi tidak jadi ketika dia melihat raut wajah Peri Angsa Putih serta Wiro yang
tampak kebingungan. Pendekar 212 kedipkan mata. Maksudnya hendak memberi tahu
tapi Lakasipo yang tidak mengerti malah berucap.
"Wahai, aku tidak ingin mengganggu. Rupanya kalian sedang asyik berdua-dua di
tempat ini. Wiro, biaraku pergi dulu. Nanti aku akan mencarimu kembali.
Banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu!"
"Kuharap kau jangan pergi dulu Lakasipo. Aku juga banyak pembicaraan denganmu!"
kata Wiro. "Kerabat Lakasipo, jika kau memang mau pergi bolehkah aku ikut menumpang
bersamamu sampai di kaki bukit sana?"
Ucapan Peri Angsa Putih itu membuat Lakasipo terheran-heran dan memandang Wiro
yang saat itu hanya bisa tegak sambil garuk-garuk kepala.
Mengira Peri Angsa Putih menyindirnya Lakasipo cepat membungkuk dan berkata.
"Maafkan, tidak maksudku mengganggu kalian. Aku mohon diri dulu...."
"Lakasipo, tunggu! Aku ikut bersamamu!" seru Peri Angsa Putih.
"Peri Angsa Putih, bukankah kau..." Wahai mana tungganganmu angsa putih itu?"
tanya Lakasipo.
"Dia tak ada di sini. Itu sebabnya aku minta ikut bersamamu...."
Lakasipo memandang pada Wiro seolah mau bertanya.
Tapi pendekar kita hanya tegak diam dan kini tidak lagi menggaruk kepala,
memandang pada Lakasipo dan Peri Angsa Putih dengan raut muka membayangkan heran
dan bingung. Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba Peri Angsa Putih melompat ke atas punggung
kuda hitam kaki enam dan duduk di belakang Lakasipo.
"Peri Angsa Putih, bagaimana ini. Mungkin aku 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
perlu bertanya...."
"Pacu kudamu Lakasipo. Dalam perjalanan kau boleh mengajukan seribu pertanyaan.
Semuanya akan kujawab! Apa lagi menyangkut saudara angkatmu yang kau anggap baik
dan suci itu!" Habis berkata begitu Peri Angsa Putih menggebrak pinggul
Laekakienam dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya enak saja merangkul
ke pinggang Lakasipo.
Kuda hitam raksasa berkaki enam itu meringkik keras lalu melompat ke depan.
"Peri geblek!" Wiro memaki sendirian dalam hati.
"Apa yang terjadi dengan dirinya! Katanya dia melihat sendiri aku dan Luhjelita
di dalam goa. Melihat apa?"
Wiro garuk-garuk kepala. "Jangan-jangan.... Bayangan yang kulihat dalam goa
memang adalah bayangannya.
Gila betul! Dia menyangka.... Aku tidak percaya! Dia bukan makhluk sembarangan.
Masakan bisa percaya saja pada ucapan dua gadis kembar sialan itu. Tapi....
Memangnya aku sedang apa di dalam goa ketika dia melihat!" Wiro geleng-geleng
kepala dan tendang-tendang rumput liar di depannya. "Caranya dia pergi dengan
Lakasipo. Seperti sengaja hendak membuat aku sakit hati. Dia pakai merangkul
pinggang lelaki itu segala. Mungkin agar aku sakit hati dan cemburu! Gila, perlu
apa aku sakit hati dan cemburu! Kupikirkanpun tidak! Sayang.... Kenapa dia jadi
begitu. Padahal dia pernah menyelamatkan nyawaku, aku juga begitu...."
Akhirnya Wiro hanya bisa menghela nafas panjang sambil jambak-jambak rambut
sendiri. Saat itulah tiba-tiba ada satu suara berucap.
"Kalau kasih sejati berubah menjadi kebencian memang hebat akibatnya. Wahai
Pendekar 212, kau tengah menghadapi ujian berat! Ujian itu akan berubah menjadi
malapetaka jika kau memang berbuat apa yang dikatakan Peri tadi...."
"Siapa yang bicara"!" seru murid Sinto Gendeng.
Dalam kagetnya Wiro segera palingkan kepala.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
3 DI HADAPAN Wiro berdiri seorang gadis tinggi semampai berkulit putih. Pakaiannya
yang biru gelap membuat kecantikannya tambah menonjol. Rambutnya yang panjang
tergerai melambai-lambai ditiup angin. Di keningnya yang putih licin melekat
sebuah bunga tanjung kuning.
"Luhcinta..." ujar Wiro perlahan setengah berbisik.
Apa yang barusan dialaminya membuat Wiro tidak kuasa tersenyum padahal
kemunculan Luhcinta murid Nenek Hantu Lembah Laekatakhijau ini sangat
menggembirakan dan mampu menghibur hatinya.
"Aku bersyukur kau berada di sini..." kata Pendekar 212. Lalu dia ingat pada
ucapan Luhcinta tadi.
"Kata-katamu tadi, apakah kau sudah lama berada di sini dan mendengar...."
"Aku mendengar semua yang dikatakan dua gadis kembar itu. Aku juga mendengar apa
yang diucapkan Peri Angsa Putih..." kata Luhcinta sambil tersenyum.
Senyuman yang benar-benar tulus dan membuat hati murid Sinto Gendeng merasa
sejuk hingga kemarahan dan kejengkelannya berangsur lenyap.
"Kau... kau mempercayai apa yang mereka katakan?"
Wiro bertanya. "Kau tidak boleh bertanya seperti itu. Tapi kau justru harus membuktikan bahwa
kau tidak melakukan apa yang dituduhkan mereka...."
"Mereka bertiga menuduhku. Aku sendirian! Fitnah mereka dalam waktu singkat
tentu akan tersebar luas di Negeri Latahansilam ini. Sebelum aku bisa
membuktikan diriku tidak berbuat keji, namaku sudah tak karuan tercemar."
"Itulah hidup. Ketulusan kasih tidak selalu muncul cerah dimana-mana. Sesekali
redup bahkan pupus oleh hal-hal yang tidak terduga. Apa lagi jika kau tidak bisa
membuktikan dirimu benar-benar bersih...."
"Aku bersumpah...!" Wiro gelengkan kepalanya.
"Percuma saja! Siapa yang mau percaya! Di tanah Jawa saja aku tidak pernah
berbuat serendah itu. Apa lagi di sini di negeri orang...."
"Soal dirimu di tanah Jawa siapa yang tahu. Yang jadi masalah justru sepak
terjangmu di negeri ini...."
"Agaknya kau seperti mempercayai apa yang 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
diucapkan tiga orang itu..." kata Wiro dengan nada kecewa.
"Wahai, adakah aku mengatakan seperti itu Wiro"
Fitnah adalah penodaan paling jahat atas kasih sayang.
Tapi bagaimana kasih sayang akan menunjukkan kebersihan jati dirinya kalau kau
tidak mampu membuktikan bahwa dirimu sungguh bersih?"
"Jadi kau tidak mempercayai tuduhan ketiga orang itu?"
Luhcinta tersenyum. "Masalahnya bukan percaya atau tidak. Tapi kemampuan dirimu
untuk menyatakan bahwa kau benar-benar bersih...."
"Aku tidak ingin membela diri. Tapi dua gadis kembar itulah yang telah berbuat
keji terhadap Luhjelita. Kau mungkin belum tahu. Mereka dua gadis yang punya
kelainan jiwa. Hanya suka...."
"Aku tak Ingin mendengar hal itu," kata Luhcinta memotong dengan suara halus.
"Seharusnya hal itu pantas kau ucapkan pada Peri Angsa Putih...."
"Percuma saja. Dia tidak akan percaya. Dia tidak memberi kesempatan padaku untuk
menjelaskan...."
Pendekar 212 terdiam. Dia menarik nafas berulang kali lalu berkata. "Aku
berterima kasih padamu. Kau memberi petunjuk padaku bagaimana harus berbuat.
Aku akan melakukan sesuatu. Melakukan apa saja untuk membersihkan diriku...."
"Aku gembira mendengar ucapanmu. Ingatlah selalu, hidup yang didasarkan pada
kasih sejati tidak ada pernah menempuh jalan keliru...."
"Tapi aku tidak mencintai Luhjelita atau Peri Angsa Putih. Jika itu maksudmu.
Sekalipun demikian tidak mungkin aku akan berbuat keji terhadap salah satu dari
mereka...."
"Wahai, aku tidak membicarakan cinta. Aku menyebut kasih. Karena kasih adalah
lebih kudus dan lebih agung dari pada cinta. Kasih sejati tidak dapat digantikan
oleh cinta, betapapun murninya...."
"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu," kata Wiro sambil garuk-garuk kepala.
"Suatu ketika kau pasti akan mengerti."
"Luhcinta, apakah kau pernah mengasihi seseorang?"
tanya Pendekar 212 pula.
Luhcinta tertawa perlahan sambil palingkan wajahnya yang bersemu merah ke
jurusan lain. Lalu gadis berhiasan bunga tanjung di keningnya ini berkata.
"Teka teki hidupku masih menjadi beban berat dalam hatiku. Bagaimana mungkin aku
memikirkan hal yang kau tanyakan itu?"
"Kurasa jika kau pernah mengasihi seseorang, 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
beban hidupmu mungkin bisa berkurang. Tapi en-tahlah.... Aku bukan orang yang
ahli dalam soal kasih sayang," kata Wiro pula lalu tertawa tapi kecut
"Luhcinta, apakah kau telah berhasil mengung-kapkan rahasia kehidupan kedua
orang tuamu?" Wiro alihkan pembicaraan.
"Masih jauh panggang dari api. Tapi siapa tahu, segala sesuatunya bisa berubah
secara tidak terduga.
Kekuatan kasih bisa meruntuhkan tembok baja yang mengelilingi kita. Mudahmudahan semua teka teki hidup yang menyelubungi diriku bisa terungkap secepatnya...."
"Jika kau suka, aku bersedia membantu...."
"Terima kasih. Bahtera hidup ini biar kukayuh sendiri. Kita berpisah dulu sampai
di sini...."
"Tunggu, kau mau menuju ke mana?"
"Terus terang aku sendiri tidak tahu harus meneruskan perjalanan ke mana...."
"Kasih ada membimbing perjalananmu," kata Wiro.
Luhcinta tertawa lepas. "Ternyata kau lebih cepat mengetahui arti kasih dari
pada yang kau duga sendiri...."
Wiro tertawa dan memperhatikan gadis itu membalikkan badannya siap untuk
berlalu. Ketika Luhcinta berputar ke kiri Wiro melihat robek berlubang pada
bagian bahu kanan pakaian biru yang dikenakan si gadis. Saat itu Wiro tidak
ingat apa-apa. Tetapi begitu Luhcinta sudah jauh di ujung sana tiba-tiba dia
ingat akan secarik sobekan kain biru yang disimpannya di dalam saku pakaiannya.
Wiro segera keluarkan robekan itu. Robekan kain itu ditemuinya ketika dia keluar
dari goa, tersangkut di ujung ranting tak jauh dari goa di mana Luhjelita
disekap. "Cabikan pakaian ini.... Jelas cabikan baju biru Luhcinta," kata Wiro dalam
hati. "Berarti dia juga berada dekat goa itu. Jangan-jangan sebenarnya dia juga
punya dugaan yang sama dengan Peri Angsa Putih. Celaka! Aku harus mencarinya.
Aku harus menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin hanya dia satusatunya gadis yang bisa menerima penjelasanku." Wiro mengejar ke kaki bukit Tapi
gadis cantik berpakaian biru itu tak kelihatan lagi.
Tertegun sendirian Wiro ingat pada ucapan Hantu Raja Obat alias Hantu Seribu
Obat dan Luhrinjani yaitu bahwa di Negeri Latanahsilam ini ada seorang gadis
yang mencintainya dengan sepenuh hati. "Luhjelita jelas bukan, entah kalau dia
bersandiwara," pikir Pendekar 212. "Peri Angsa Putih juga pasti bukan. Dulu
selendangnya saja dimintanya kembali. Tadi sikapnya 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
begitu ketus dan garang. Selain itu Luhjelita atau Peri Angsa Putih masih
kucurigai sebagai pelaku yang hendak meracuni diriku dengan mawar kuning di
telaga tempo hari. Lalu bagaimana dengan Luhcinta?"
Wiro berpikir-pikir. "Dulu Hantu Seribu Obat pernah mengatakan bahwa diantara
sekian banyak gadis di Negeri Latahansilam ini hanya Luhcinta seorang yang
mencintai diriku. Mungkin benar. Walau dia agak mencurigai aku telah berbuat aib
tapi tadi dia menunjukkan sikap lembut Mungkin gadis satu ini pandai
menyembunyikan perasaan hatinya" Kalau aku terlalu mempercayai ucapan Hantu
Seribu Obat dan Luhrinjani, aku khawatir terlalu berharap yang bukan-bukan...."
Dalam bayangan Wiro saat itu mendadak muncul bayangan wajah Bidadari Angin
Timur, Ratu Duyung dan Bunga, tiga gadis yang pernah menempati hatinya. Wiro
jadi garuk-garuk kepala. Sambil berjalan otaknya bekerja terus. Dia ingat pada
kakek berjuluk Si Pelawak Sinting.
"Aku harus mencari Si Pelawak Sinting yang palsu. Kakek itu satu-satunya orang
yang melihat kejadian di telaga tempo hari. Aku harus dapat mengorek keterangan
dari dirinya."
DI SATU tempat sunyi, di balik semak belukar lebat di kaki sebuah bukit sebelah


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

timur, Luhcinta duduk termenung sendirian. Dia mengingat-ingat kembali pertemuan
serta semua ucapannya dengan Wiro tadi.
"Aku memang tidak melihat sendiri apa yang terjadi di dalam goa. Aku hanya
melihat Luhjelita keluar dari dalam goa, disusul pemuda itu. Sepasang gadis
kembar mungkin saja mengarang cerita. Aku tahu sifat perangai mereka. Tapi Peri
Angsa Putih tidak mungkin memfitnah. Apa lagi kudengar dia berkata bahwa dia
juga melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dilakukan Wiro dan
Luhjelita..."
Luhcinta menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya berulang kali. "Wahai..."
katanya dalam hati.
"Sudah seburuk inikah sifat dan perbuatan makhluk hidup di atas muka bumi Negeri
Lahtanahsilam ini" Aku tak ingin mempercayai dia tega berbuat sekeji itu. Tapi
kenyataan mengatakan demikian, bagaimana mau membantahnya. Dia mengatakan tidak
mencintai Luh jelita ataupun Peri Angsa Putih. Wahai.... Mungkin itu sengaja
diucapkannya untuk menghilangkan jejak, untuk menutupi keaiban dirinya. Agaknya
dia pandai bersandiwara. Tapi jika yang dikatakannya itu benar, lalu siapakah
gadis yang dicintainya di Negeri Latanahsilam ini?"
Lama Luhcinta duduk termenung di balik semak 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
belukar lebat itu. Lalu dia menarik nafas dalam berulang kali dan berkata.
"Mudah-mudahan dia bisa melakukan sesuatu untuk membersihkan dirinya....
Sementara itu, bagaimana aku harus mengambil sikap" Mungkin lebih baik aku
mengurus persoalan diriku sendiri. Tapi....
Wiro.... Ah, bagaimana ini.... Apa yang harus aku lakukan?"
Luhcinta memandang berkeliling. Dia ingat pada orang berpakaian hitam yang
mukanya ditempeli tanah liat kering yang selama ini selalu menguntit dirinya.
Sejak beberapa waktu belakangan ini orang aneh itu tak pernah lagi kelihatan
membayang-bayangi dirinya.
Pertemuan terakhir dengan orang aneh berkepandaian tinggi itu Luhcinta sempat
memintanya untuk menanggalkan tanah liat hitam yang selalu menutupi wajahnya.
Luhcinta melihat satu wajah yang tidak dikenalnya. Sebagai imbalan Luhcinta siap
menerangkan apa hubungannya dengan Luhpiranti dan Latampi.
Namun sebelum sempat bicara terjadi satu hal yang hebat.
Serombongan Peri turun dari atas langit hendak memboyong patung Luhmintari (ibu
Hantu Jatilandak).
Maksud para Peri itu digagalkan oleh Peri Angsa Putih.
Ketika patung berhasil diselamatkan, orang berpakaian serba hitam yang dikenal
dengan panggilan Si Penolong Budiman tak ada lagi di tempat tersebut (Baca
Ep.sode berjudul "Rahasia Patung Menangis").
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
4 UNTUK menghilangkan kerisauan hatinya sambil berjalan Pendekar 212 bersiul-siul
membawakan lagu tak menentu. Di langit sang surya mulai condong ke barat Udara
yang tadinya panas berangsur-angsur terasa teduh. Selagi asyik berjalan sambil
bersiul-siul begitu tiba-tiba Wiro melihat seseorang di tengah jalan, duduk
menjelepok di tanah membelakanginya. Orang ini mengenakan pakaian berwarna hijau
tua. Kepalanya separuh botak separuh lagi ditumbuhi rambut panjang berwarna
putih, kusut masai riap-riapan.
"Dari caranya duduk di tengah jalan, jelas dia seperti sengaja menghadang
jalanku," kata murid Sinto Gendeng dalam hati. "Aku belum dapat melihat
wajahnya. Apa aku kenal padanya" Lelaki atau perempuan dia adanya?"
Wiro hentikan langkahnya tapi terus saja bersiul-siul.
Tanpa berpaling tiba-tiba orang yang duduk di tengah jalan hamburkan suara
tertawa. Dari suaranya ternyata dia adalah seorang perempuan.
"Umur tinggal sejengkal buruk! Masih bisa gembira diri bersiul-siul!" Orang di
tengah jalan keluarkan ucapan.
Suara siulan Pendekar 212 langsung berhenti.
"Bicara tapi tak mau melihat! Menegur tapi membelakangi orang! Kalau kau masih
muda pasti kurang mendapat pelajaran sopan santun dari orang tuamu!
Kalau kau sudah tua bangka mungkin kau sudah pikun atau kurang waras?"
Baru saja Wiro berkata begitu sosok yang duduk di tengah jalan mendadak sontak
melesat ke atas. Begitu turun ke tanah orang ini telah berdiri menghadang tepattepat ke arah Wiro. Sebelumnya Pendekar 212 telah banyak melihat manusia
berwajah seram. Tapi yang satu ini sungguh dahsyat hingga Wiro tersurut sampai
dua langkah! Yang tegak di hadapan Wiro saat itu adalah seorang nenek angker. Sebagian besar
wajahnya tidak berdaging lagi, terkelupas begitu rupa hingga tulang kening,
pipi, hidung, mulut dan dagu menyembul putih mengerikan.
Mata kirinya hanya merupakan satu rongga besar sementara bola matanya tersembul
bergelantungan keluar. Bagian depan pakaian hijau si nenek sengaja dibuka hingga
dada dan sebagian perutnya kelihatan jelas. Dada dan perut inipun tidak lagi
berdaging hingga 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
tulang dada dan tulang-tulang iganya menyembul menyeramkan!
"Hik... hik!" Si nenek tertawa pendek. "Anak muda berambut panjang! Matamu
melotot, keningmu mengerenyit tanda berpikir. Apakah kau ingat dan sudah
mengenali siapa diriku"!"
Wiro garuk kepalanya lalu menjawab. "Gadis cantik saja jarang kuingat-ingat apa
lagi kau yang sudah nenek dan buruk pula!" Wiro lalu tertawa gelak-gelak.
Lalu dia menyambung. "Pakaianmu boleh juga Nek!
Cuma kurang kau buka sampai ke bawah. Kalau lebih ke bawah pasti aku bisa
melihat pemandangan yang lebih apik! Ha.,, ha... ha!"
Si nenek keluarkan suara menggembor. Dia hun-jamkan kaki kanannya ke tanah
hingga tanah ber-lobang besar. Pasir dan debu beterbangan ke udara.
"Buset! Nenek ini punya ilmu juga rupanya. Aku harus hati-hati," membatin Wiro
dan bersikap waspada.
"Kekasihku Lajahilio!" si nenek tiba-tiba berseru memanggil seseorang. "Lekas
unjukkan diri! Katakan pada pemuda keparat ini siapa aku adanya!"
Ada angin bersiur. Lalu dari atas sebatang pohon besar melayang turun sosok
seorang kakek berambut putih awut-awutan. Mata kanan sipit, sebaliknya mata kiri
besar mendelik. Kakek ini mengenakan jubah kuning pekat Melihat si kakek
Pendekar 212 segera ingat. Kakek ini adalah Lajahilio. Si nenek pastilah
kekasihnya yang bernama Luhjahilio. Di dalam rimba persilatan Negeri
Latanahsilam mereka dikenal dengan julukan Sepasang Hantu Bercinta walau mereka
selama puluhan tahun memang hidup bersama tanpa kawin.
Seperti dituturkan dalam Episode berjudul "Rahasia Patung Menangis" sepasang
kakek nenek ini pernah muncul untuk membalaskan dendam kesumat
kematian dua murid mereka yakni Lagandring dan Lagandrung. Yang mereka serbu
saat itu antara lain Hantu Jatilandak yang membunuh Lagandring. Hantu Jatilandak
hampir menemui ajalnya kalau tidak ditolong oleh orang sakti berjuluk Si
Penolong Budiman dan Luhcinta yang muncul secara berbarengan. Malang bagi si
nenek saat itu, dia terkena hantaman pukulan sakti Pukulan Kasih Mendorong Bumi
yang dilepaskan Luhcinta. Tak ampun lagi sosok si nenek amblas terpendam seolah
tercetak ke dinding batu. Walau Luhjahilio tak sempat menemui ajal, tapi ketika
Lajahilio menolong mengeluarkan sosoknya dari dalam batu, sebagian daging muka
dan tubuhnya masih tertinggal di batu! Itu sebabnya kini dia menderita cacat
yang sangat mengerikan.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Lajahilio tegak berkacak pinggang tapi agak ter-bungkuk. Sepasang matanya
membeliak pandangi Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Anak muda yang umurnya tinggal sejengkal buruk!
Kau berhadapan dengan Sepasang Hantu Bercinta! Aku Lajahilio dan nenek itu
kekasihku bernama Luhjahilio!"
"Hebat!" memuji Wiro sambil acungkan jari tapi bukan jari jempol melainkan jari
kelingking tangan kirinya! "Julukan kalian sungguh luar biasa. Aku salah
menduga. Tadinya kukira bangsa hantu itu tak bisa bercinta. Ternyata kalian
bisa. Pasti kalian bercintanya di sekitar kuburan! Kalian bernama Lajahilio dan
Luhjahilio. Pasti kalian orang-orang dari abad jahiliah! Tapi ada satu hal aku
ingin tahu! Bagaimana kalian bisa menghitung kalau umurku cuma tinggal sejengkal
buruk"!"
Si kakek menyeringai, si nenek mendengus. "Anak muda, nasibmu yang malang!" kata
Lajahilio. "Sebenarnya kekasihku bukan mencari dirimu, tetapi mencari kekasihmu
yang bernama Luhcinta itu! Dia yang menyebabkan kekasihku cacat begini rupa!
Luhcinta belum ditemui, kaupun tak ada salahnya dipesiangi lebih dulu! Ha...
ha... ha!"
"Tua bangka pikun! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Luhcinta. Dan dia bukan
kekasihku! Jika kalian punya silang sengketa dengan dirinya, mengapa melampiaskan dendam
padaku"!"
"Rupanya takut mati juga kau! Hik... hik... hik!
Lajahilio! Lekas kau panggil sahabat kita si muka kuning itu! Kalian berdua
harap awasi jangan sampai pemuda ini melarikan diri!"
Mendengar kata-kata si nenek kekasihnya Lajahilio lantas keluarkan satu suitan
keras. Saat itu juga dari balik pohon kayu besar terdengar suara "Buuuttttt!"
Lalu kelihatan melangkah keluar seorang nenek. Mulai dari rambut sampai ke ujung
kaki nenek ini berwarna kuning. Di lehernya bergelantungan berbagai macam
kalung. Semuanya berwarna kuning. Salah satu kalung itu adalah sendok emas sakti
yakni Sendok Pemasung Nasib yang dirampasnya dari Lakasipo sewaktu Lakasipo
hendak menyerahkan benda itu pada Hantu Langit Terjungkir. Di kepala si nenek
menancap tiga buah sunting yang bergoyang-goyang kian kemari setiap dia
bergerak. Dia juga mengenakan anting-anting bulat besar berwarna kuning.
Sambil berjalan sesekali si nenek songgengkan pantatnya. Lalu "buuuutttttt"....
Enak sajadia keluarkan kentut panjang dan keras.
Di punggungnya nenek muka kuning itu memanggul 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
sebuah keranjang besar. Keranjang ini berisi belasan ekor ayam jantan. Sambil
berjalan si nenek pegang seekor ayam jantan di tangan kirinya. Lalu dengan
tangan kanannya enak saja nenek ini memuntir dan mencabut daging yang menonjol
di ujung dubur ayam.
Binatang ini keluarkan suara kesakitan. Si nenek lemparkan binatang itu ke
tanah. Ayam yang kesakitan setengah mati ini seperti celeng menghambur sem
poyongan. Seolah menenggak penganan lezat, si nenek kemudian mengunyah dan
menelan kibul ayam dalam mulutnya mentah-mentah! Selagi mulutnya mengunyah, di
sebelah bawah kentutnya bertabur tiada henti!
Ketika melihat si nenek bermuka dan berpakaian serba kuning ini kaget Wiro bukan
alang kepalang.
Ternyata si nenek yang dikenal dengan nama Luhkentut alias Nenek Selaksa Kentut
atau Nenek Selaksa Angin ini adalah kambratnya Sepasang Hantu Bercinta!
Menghadapi dua kakek nenek aneh itu bukan hal mudah, apalagi kalau mereka
dibantu pula oleh Luhkentut!
Sungguh Wiro tidak menduga kalau Sepasang Hantu Bercinta punya hubungan tertentu
dengan si nenek muka kuning.
"Celaka! Bagaimana urusan bisa kapiran begini!"
Wiro mengeluh dalam hati. "Jangan-jangan nenek tukang kentut itu tahu kalau aku
menipunya! Tapi siapa tahu ada harapan. Kulihat dia masih asyik menenggak kibul
ayam jantan! Seolah tidak acuh akan kehadiranku!"
Tapi saat itu si nenek justru putar kepala, memandang melotot pada Wiro dengan
mulut gembung karena tersumpal kibul ayam.
Ketika melihat Pendekar 212 Wiro Sableng, Nenek Selaksa Kentut tak kalah
kejutnya. Mulutnya termonyong-monyong. Dia segera telan habis kibul ayam dalam
mulutnya, kentutnya dulu "buuuutttttt"... lalu berseru.
"Sepasang Hantu Bercinta, ini urusan salah kaprah!
Wahai! Aku tidak tahu kalau yang ingin kalian pesiangi adalah pemuda dari negeri
seribu dua ratus tahun mendatang ini! Aku tak mungkin membantumu! Dia tak boleh
kalian bunuh!"
"Buuuuttttttt..!"
Sepasang kakek nenek bernama Luhjahilio dan Lajahilio sama-sama delikkan mata.
Luhjahilio berteriak marah.
"Luhkentut! Jangan kau berani menipu mengingkari perjanjian! Ingat! Aku dan
kekasihku sudah mencarikan hampir tiga puluh ayam jantan untuk kau jadikan
santapan kibulnya!"
"Tua bangka muka setan! Siapa menipu! Siapa 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
ingkari perjanjian! Aku cuma bilang tidak mau membantumu. Dan kalian tidak boleh
membunuh pemuda itu!"
"Buuuttt..." Luhkentut kembali pancarkan kentutnya.
Lajahilio maju dekati nenek muka kuning. Dia sengaja bicara lembut, berusaha
membujuk. "Mengapa begitu wahai kerabatku Luhkentut"
Mengapa kau mendadak berubah pikiran?"
"Buuuuttttt!" Si nenek kentut dulu sebelum menjawab.
"Aku punya urusan besar dengan pemuda itu!
Aku tak ingin dia mampus sebelum urusanku selesai!"
"Kurang ajar! Kalau kau tak mau membantu harap lekas angkat kaki dari sini! Lain
hari urusan dustamu ini akan kita selesaikan!" Kembali Luhjahilio berteriak
marah. "Aku tidak akan pergi dari sini! Kalian berdua saja yang lekas menyingkir!"
Nenek muka kuning ulurkan tangannya ke belakang, mencekal seekor ayam jantan.
Seperti tadi kibul ayam ini dipuntirnya sampai putus lalu dikunyah dan
ditelannya. Ayam yang terkuik-kuik kesakitan enak saja dilemparkannya ke muka
Luhjahilio sambil tertawa-tawa. Luhjahilio marah besar. Sekali hantam saja ayam
jantan itu cerai berai berkeping-keping. Bulunya beterbangan di udara. Kemarahan
Luhjahilio tidak sampai di sana. Dia segera menerjang ke arah nenek muka kuning
dan lepaskan satu pukulan sakti mengandung tenaga dalam hebat. Angin deras
menyapu ke depan. Nenek muka kuning sesaat terhuyung dan terkentut-kentut
"Buutt... buuttt". Tapi dia tidak tinggal diam dan cepat bertindak.
"Kurang ajar! Berani kau menyerangku! Rasakan!"
teriak Luhkentut Entah kapan nenek ini bergerak tahu-tahu tangan kanannya telah
mencengkeram tangan kanan Luhjahilio yang hendak menghantam dadanya.
Lajahilio, kakek kekasih, Luhjahilio tahu benar kehebatan si nenek muka kuning
berjuluk Nenek Selaksa Kentut atau Nenek Selaksa Angin itu. Kalau dia tidak
segera turun tangan pasti tangan kanan kekasihnya akan mengalami cidera berat.
Tidak menunggu lebih lama kakek ini segera menyerang dari samping.
Melihat orang bertindak curang, walau dia kurang suka terhadap nenek muka kuning
namun Wiro tak mau berpangku tangan saja. Sebenarnya saat itu dia bisa saja cari
selamat menyelinap tinggalkan tempat itu. Namun yang dilakukannya adalah
berkelebat menghadang gerakan Lajahilio.
"Bukkkk!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
* * * 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
5 LENGAN kanan Wiro saling bentrokan dengan lengan kanan Lajahilio. Pendekar 212
mengerenyit dan terhuyung dua langkah. Di depannya si kakek keluarkan jeritan
tertahan. Dia hampir terjengkang. Ketika diperhatikannya ternyata lengannya
telah bengkak merah, sakitnya bukan kepalang. Mukanya kelam merah menahan sakit
dan juga ada rasa tidak percaya. Selama ini kekuatan tangannya mampu
menghancurkan batu.
Tapi kini si pemuda bukan saja sanggup menahan malah membuat dia kesakitan
setengah mati. Masih untung tulang lengannya tidak cidera.
"Pemuda asing jahanam! Aku mau lihat sampai di mana kehebatanmu! Makan
seranganku ini!"
Lajahilio dorongkan dua tangannya ke arah Pendekar 212. Dua rangkum angin
menggebubu, menyapu dahsyat Murid Sinto Gendeng terpental sampai dua tombak.
Wiro cepat tekuk lututnya agar dia tidak jatuh duduk. Ketika Lajahilio susul
serangannya tadi dengan tendangan ke arah kepala, Wiro serta merta pukulkan
tangan kanannya. Serangkum angin laksana topan melabrak ke depan. Sosok
Lajahilio sesaat mengapung di udara lalu terangkat dan mental jungkir balik di
udara. Ketika jatuh di tanah punggungnya terbanting lebih dulu. Lajahilio
mengeluh tinggi. Di sebelah belakang sekujur tulang-tulangnya serasa remuk.
Sedang di bagian depan yang barusan dihantam angin pukulan Benteng Topan Melanda
Samudra yang tadi dilepaskan Wiro dadanya serasa amblas.
"Buuuttttt..." Kembali terdengar kentut panjang nenek muka kuning, disusul
ucapannya. "Luar biasa! Anak muda rambut panjang! Ilmu apa yang kau pergunakan menghantam
kakek jelek itu! Hik... hiik... hik...?" Di samping kiri si nenek muka kuning
tertawa cekikikan. Untuk kesekian kalinya tangannya siap memuntir kibul seekor
ayam jantan. Terhuyung-huyung, dengan dada sesak dan darah mengucur di sela bibir, Lajahilio


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangkit berdiri. Memandang ke samping kiri dia keluarkan seruan tertahan. Tadi
ketika melihat kekasihnya saling mencengkeram dengan nenek muka kuning dia
berusaha untuk membantu karena tahu betul bahaya besar yang mengancam
Luhjahilio. Tapi gerakannya dihadang 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
oleh Wiro. Kini ketika dia memperhatikan kagetnya bukan alang kepalang melihat
apa yang terjadi. Saat itu Luhjahilio dilihatnya tegak sambil pegangi jidatnya.
Di jidat itu kini menempel potongan tangan kanan miliknya sendiri! Sebatas
lengan sampai ke ujung jari.
Dengan muka pucat si nenek berusaha menanggalkan tangan yang menempel di
keningnya itu tapi sia-sia saja. Luhjahilio berteriak dan hentak-hentakkan
kakinya kalang kabut!
"Ilmu Menahan Darah Memindah Jazadl" desis Lajahilio dalam hati. "Jadi benar
rupanya nenek muka kuning ini memiliki ilmu dahsyat itu. Dia sanggup memindah
bagian-bagian tubuh manusia tanpa mengeluarkan darah tanpa membunuh! Tapi
akibatnya lebih mengenaskan dari kematian!"
"Luhjahilio! Mari kita tinggalkan tempat ini!" Lajahilio berseru.
"Buuuutttt...!"
"Tidak sebelum tanganku ini bisa ditanggalkan!"
jawab Luhjahilio. Kembali dia menarik-narik potongan tangannya. Tetap tidak
berhasil. Nenek muka kuning tertawa gelak-gelak.
"Luhjahilio, bagusnya kau ikuti ucapan kekasihmu.
Sebelum aku memindahkan bagian tubuhmu yang lain ke jidat atau pipimu!" berkata
Luhkentut lalu "buuuttttt...!"
Luhjahilio meradang marah. Tapi Lajahilio cepat menarik tangan kekasihnya dan
setengah menyeret membawa nenek itu kabur dari tempat tersebut Pendekar 212 Wiro
Sableng merasa tengkuknya dingin ketika nenek muka kuning tiba-tiba berpaling ke
arahnya. Sepasang mata si nenek memandang lekat-lekat, mulutnya komat kamit
mengunyah kibul ayam. Dia menyeringai, lalu tertawa mengekeh hingga sebagian
kibul ayam yang ada di mulutnya tersembur keluar. Melihat si nenek tertawa Wiro
merasa lega sedikit. Namun dia tetap berjaga-jaga dengan me-ngerahkan tenaga
dalam ke tangan kanan.
Si nenek songgengkan pantatnya lalu "buuuttt..!"
"Anak muda bernama Wiro Sableng! Mana dua kawanmu yang dulu turut memperdayaiku
di gua yang ada patungnya?"
"Anu Nek.... Mereka berada di Latanahsilam..."
"Pasti mencari perempuan! Hik... hik... hik!" Si nenek tertawa lalu sambung
tawanya dengan kentut dua kali buuuttt.. buutttt! Puas tertawa dan terkentutkentut si nenek perhatikan tangan kanan Wiro Sableng.
terbangan ke udara. Si nenek muka kuning berseru keras. Tubuhnya tergontaigontai sementara dua kaki-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
nya laksana ditanam ke tanah. Dia kerahkan seluruh tenaganya tapi tak urung
lututnya mulai goyah. Pakaiannya berkibar-kibar. Keranjang ayam di punggungnya
berderak-derak. Belasan ayam yang ada dalam keranjang itu berkotek-kotek
ketakutan lalu semuanya amblas terpental dihantam sambaran angin deras,
beterbangan cerai berai di udara. Sesaat kemudian keranjang ayam ikut terbang
hancur berantakan. Tiga buah sunting di kepala si nenek bergoyang keras lalu
mencelat mental. Begitu juga sepasang anting ditelinganya, copot mental. Masih
untung rangkaian kalung yang tergantung di lehernya tak ikut diterbangkan angin
pukulan, tertahan di bawah dagu!
Bagaimanapun Luhkentut bertahan namun tak urung dua kakinya yang terpendam di
tanah perlahan-lahan terangkat ke atas. Di lain saat sosok tubuhnya tampak
limbung naik ke udara. Mengapung sejajar tanah dengan sepasang kaki menghadap ke
arah Wiro. "Buuuttt... buuuutttt.. buuttttt!" Si nenek kentut berulang kali.
Tiba-tiba wut.. wuuutt... wuutttt! Pakaian kuning yang melekat di tubuh si nenek
terlepas tanggal dari tubuhnya, terbang ke udara lalu menyangkut jauh di atas
sebatang pohon!
"Kurang ajar! Hai! Kau apakan diriku"!" Teriak Luhkentut sambil kalang kabut
menutupi tubuhnya yang kini bugil polos sementara kentutnya keluar bertalu-talu.
Wiro tersentak kaget Serta merta dia hentikan serangan Benteng Topan Melanda
Samudera. Walau si nenek ternyata mempunyai kehebatan untuk bertahan tapi dia
tidak menyangka akibatnya akan seperti itu. Ketika Luhkentut berhasil turunkan
dua kakinya ke tanah, Wiro tak berani berada lebih lama di tempat itu. Takut
dilabrak si nenek murid Sinto Gendeng segera tancap ambil langkah seribu. Sambil
kabur dia memaki dalam hati.
"Nenek sinting! Salah sendiri mengapa tidak pakai celana dalam!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
6 PERI Bunda pegang lengan Peri bermata biru yang duduk di hadapannya. Untuk
beberapa lamanya tak satupun diantara mereka yang membuka mulut bicara.
Akhirnya Peri Bunda memecah kesunyian di dalam kamar besar dan bagus itu.
"Aku tahu hatimu masih terguncang hebat wahai kerabatku Peri Angsa Putih. Tidak
mudah memang menghadapi kejadian seperti ini karena menyangkut jauh sampai ke
bagian terdalam dari hati nuranimu.
Tapi ketahuilah kerabatku, apa yang telah kau lakukan adalah tindakan yang
benar. Pemuda itu harus kau jauhi. Bahkan harus kau tinggalkan sebelum
malapetaka menimpa dirimu seperti yang terjadi dengan diri Luhmintari, Peri yang
jadi ibu Hantu Jatilandak ketika dia bersuamikan Lahambalang. Aku akan melindungimu terhadap para Peri lainnya. Jika Peri Sesepuh bertanya biar aku yang
menghadap. Aku akan membantumu jika terjadi apa-apa."
"Peri Bunda kau sangat baitetoati. Tapi bagaimana kalau pemuda itu berdendam
terhadapku dan melakukan sesuatu yang tidak baik?" tanya Peri Angsa Putih pula.
"Kau tak usah kawatir wahai kerabatku. Aku sendiri yang akan turun tangan
menghadapinya jika dia berani berbuat begitu. Kalau perlu kita bisa perguna kan
para tokoh Hantu di Negeri Latanasilam untuk membantu. Jangan harap dia bisa
kembali ke tanah asalnya jika dia berani mencideraimu..." Peri Bunda diam
sejenak. Lalu dia bertanya. "Peri Angsa Putih, apakah kau pernah mengatakan isi
hatimu pada pemuda bernama Wiro Sableng itu" Apakah dia tahu kau mencintainya?"
Sepasang mata biru Peri Angsa Putih memandang lekat-lekat pada Peri Bunda,
seolah membesar dan berbinar. Di lubuk hatinya dia berkata. "Aku memang tidak
pernah berterus terang pada Wiro. Tidak mungkin seorang perempuan, apa lagi
seorang Peri mendahului membuka isi hatinya. Namun... mungkin ketidak tahuan ini
membuat dia bersikap seperti itu padaku. Tapi apa gunanya. Sekalipun kini dia
tahu tak ada artinya lagi. Aib yang telah dilakukannya terlalu besar. Aku tidak
mungkin menerima seorang kekasih seperti 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
itu...." Peri Angsa Putih usap pinggiran ke dua matanya lalu berkata. "Kau betul
Peri Bunda. Aku memang tak pernah mengatakan isi hatiku pada Wiro. Sekarang
semuanya sudah kasip. Biar tetap kupendam seumur hidupku...."
"Aku bangga melihat ketabahanmu wahai Peri Angsa Putih. Kau tak usah kawatir
pemuda itu akan melakukan sesuatu. Jika perlu aku akan turun ke Negeri
Latanahsilam menemuinya...."
"Apa yang akan kau lakukan Peri Bunda" Apa yang hendak kau katakan padanya?"
"Kau tak usah kawatir, kau tak usah takut. Serahkan semua padaku. Pasti akan
dapat kuselesaikan demi untuk kebaikan dirimu dan kesucian kita sebagai kaum
Peri yang tidak bisa disamakan dengan bangsa manusia biasa..." Peri Bunda belai
pipi Peri Angsa Putih lalu bangkit berdiri. "Aku akan pergi ke Negeri
Latanahsilam sekarang juga. Kau tetap di sini. Jangan kemana-mana. Kau boleh
berada di kamarku ini sampai aku kembali...."
"Terima kasih Peri Bunda. Aku memang merasa lebih tenteram berada di kamarmu
ini," kata Peri Angsa Putih pula.
"Sebelum aku pergi ada satu hal lagi yang perlu kukatakan padamu. Jika aku tidak
mengeluarkan hal ini rasanya akan menjadi ganjalan yang tidak enak."
"Katakanlah Peri Bunda. Wahai gerangan apa yang hendak kau sampaikan?" ujar Peri
Angsa Putih pula.
"Menurut ceritamu kau meninggalkan Wiro pergi bersama Lakasipo, menunggangi kuda
hitam berkaki enam berdua-dua."
"Betul Peri Bunda," membenarkan Peri Angsa Putih sambil anggukkan kepala.
"Dengan caramu itu kau bermaksud hendak sekedar membalaskan sakit hatimu pada
Wiro. Mungkin juga hendak mengatakan bahwa bukan dia seorang lelaki di atas
dunia ini. Tapi kau lupa satu hal. Entah kau sadari atau tidak kau seolah
memberi harapan pada Lakasipo..."
Peri Angsa Putih terdiam. Peri Bunda melanjutkan kata-katanya. "Mungkin aku
salah menduga. Tapi se-tahuku, sebelum Wiro muncul di Negeri Latanahsilam kau
pernah memperlihatkan sikap dan rasa tertarik pada Lakasipo. Sikapmu berubah
begitu Wiro datang...."
Wajah Peri Angsa Putih bersemu merah. Peri ini coba tertawa. "Peri Bunda, kau
meminta aku melupakan pemuda itu. Aku telah melakukannya.... Mengenai Lakasipo,
bukankah dia juga telah masuk dalam pikatan Luhjelita?"
"Itu dulu. Bagaimana kini kalau dia tahu apa yang 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
telah dilakukan Wiro dengan Luhjelita" Dia pasti akan kecewa besar, mungkin
marah sakit hati dan meng-arahkan pilihannya padamu. Apalagi sejak lama tersiar
kabar bahwa Luhjelita konon adalah kekasih Hantu Muka Dua...."
"Wahai, terus terang aku tidak memikir sampai ke sana, Peri Bunda...."
Peri Bunda cium kening kerabatnya itu lalu tinggalkan tempat tersebut Tak lama
setelah Peri Bunda pergi, walau berada dalam kamar yang luas dan bagus lama-lama
Peri Angsa Putih merasa gelisah sendiri. Dia duduk di tepi pembaringan yang
Pendekar Kidal 2 Dewi Ular Terjerat Asmara Mistik Bentrok Rimba Persilatan 16

Cari Blog Ini