Ceritasilat Novel Online

Rahasia Mawar Beracun 2

Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun Bagian 2


empuk. Lalu melangkah mundar-mandir. Sesekali dia berdiri di belakang satu
jendela, memandang keluar ke arah sebuah taman yang dipenuhi berbagai bunga yang
tengah berkembang. Di tengah taman tiba-tiba seolah muncul bayangan sosok
Pendekar 212 Wiro Sableng, melambaikan tangan ke arahnya.
Peri Angsa Putih sampai tersurut "Wahai.... Pertanda apa ini". Mengapa
bayangannya mendadak muncul seperti itu. Apakah satu pertanda bahwa aku
sebenarnya tidak bisa melupakan dirinya" Bahwa semua apa yang aku katakan pada
Peri Bunda sebenarnya tidak keluar dari lubuk hatiku" Wahai.... Antara aku dan
dia mungkin tidak bisa pernah terjalin tali perkawinan. Tapi apa yang telah
dilakukannya memperjauh jarak antara aku dengan dia. Wiro, mengapa kau melakukan
perbuatan aib itu...?"
Peri Angsa Putih jauhi jendela. Lalu kembali dia melangkah mundar mandir di
dalam kamar yang luas dan bagus itu. Di sudut kamartergantung serangkaian
jambangan bunga dari rotan bersusun enam. Yang sebelah bawah paling besar,
sebelah atasnya lebih kecil demikian seterusnya. Peri Angsa Putih telah beberapa
kali memperhatikan jambangan yang berisi bunga hidup itu. Namun entah mengapa
kali ini ter-gerak hatinya untuk mendekati jambangan tersebut dan melihat bungabunga yang ada di situ lebih dekat.
Semua bunga yang ada dalam jambangan selain bagus dan memiliki warna indah juga
menebar bau harum semerbak.
Peri Angsa Putih hendak melangkah pergi ketika tiba-tiba pandangannya membentur
sesuatu pada jambangan paling besar di sebelah bawah. Sang Peri membungkuk agar
bisa melihat lebih jelas. Tidak percaya pada apa yang dilihatnya dia ulurkan
tangan mengambil benda itu. Yang diambil Peri Angsa Putih, terselip di antara
kembang-kembang bagus dan harum ternyata adalah dua buah bunga mawar kuning.
"Mawar kuning..." desis Peri Angsa Putih. "Bunga 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
ini hanya tumbuh di Taman Larangan. Mengapa bisa berada di sini" Apakah Peri
Bunda tahu kalau dua kuntum mawar kuning ini terselip di antara bunga-bunga
lainnya dalam jambangan?" Tiba-tiba Peri Angsa Putih ingat. Tangannya bergetar.
"Mawar kuning ini mawar beracun! Mawar inilah yang tempo hari hampir membunuh
Wiro di telaga. Wahai para Dewa! Jangan-jangan...."
Takut keracunan Peri Angsa Putih selipkan kembali dua kuntum mawar kuning itu di
antara bunga-bunga dijambangan rotan paling bawah. Namun selintas pikiran muncul
di benaknya. "Kalau benar apa yang kuduga, aku harus mempunyai bukti. Dua bunga
mawar kuning beracun itu harus kuambil dan kusembunyikan. Lalu aku harus
menyelidik. Atau mungkin aku akan tanyakan terus terang padanya" Berarti aku
harus menyusulnya saat ini juga! Tidak kusangka! Wahai, sungguh tidak kusangka!"
Cepat-cepat Peri Angsa Putih hendak mengambil dua kuntum bunga mawar yang
barusan diletakkan-nya. Namun gerakannya tertahan. Dia merasa ada seseorang
tegak di belakangnya, memperhatikannya.
Pasti Peri Bunda, pikir Peri bermata biru itu. Dia segera membalikkan badan.
Dugaannya ternyata salah!
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
7 YANG tegak di depan pintu kamar itu adalah seorang perempuan cantik berpakaian
putih sangat tipis hingga beberapa bagian auratnya terlihat jelas. Bagaimana
orang ini bisa masuk tanpa membuka pintu bagi Peri Angsa Putih tidak
mengherankan. Karena perempuan itu adalah roh dari seseorang yang sebenarnya
telah mati, namun bisa muncul dalam wujud seperti manusia biasa berkat
pertolongan para Peri dibantu para Dewa.
Sebagai mahluk setengah gaib sosok ini secara aneh sanggup masuk ke dalam sebuah
ruangan melalui celah atau lobang kecil.
"Luhrinjani...." Peri Angsa Putih menyebut nama perempuan itu dengan suara
bergetar. Lalu tangan kirinya diletakkan di atas bibir seolah tak berani lagi
bersuara membuka mulut.
Perempuan yang dipanggil dengan nama Luhrinjani tersenyum. "Wahai, kau masih
ingat namaku. Apakah kau juga masih ingat siapa diriku ini adanya Peri Angsa
Putih?" "Aku ingat, kau adalah roh yang mampu mewujudkan diri karena pertolongan para
Peri dan para Dewa...." jawab Peri Angsa Putih.
"Jawabanmu tidak salah, tapi bukan itu yang aku maksudkan wahai Peri Angsa
Putih," kata Luhrinjani sambil layangkan senyum.
"Senyumnya sinis.... Apa yang dimaksudkan mahluk ini?" membatin Peri Angsa
Putih. "Wahai, aku kurang paham maksudmu Luhrinjani."
"Begitu" Dengar baik-baik wahai Peri bermata biru.
Aku adalah Luhrinjani. Sampai saat ini aku masih istri seorang lelaki bernama
Lakasipo, berjuluk Hantu Kaki Batu yang dulunya adalah Kepala Negeri
Latanahsilam. Jelas...?"
Peri Angsa Putih anggukkan kepala namun tetap bertanya-tanya apa maksud
Luhrinjani dengan semua tanya dan ucapannya itu.
"Aku tidak melupakan budi baik dan jasa para Peri termasuk dirimu yang telah
mampu membuat diriku bisa berkeadaan seperti ini. Tapi itu bukan berarti aku
harus begitu saja menerima perlakuan menyakitkan dari para Peri!"
"Wahai, sepanjang aku tahu kami para Peri tidak 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
pernah menyakiti hatimu. Mungkin kau...."
"Peri Angsa Putih, ayam putih terbang siang kata orang. Apa yang kau telah
lakukan terlihat jelas karena aku tidak buta!"
"Wahai, memangnya apa yang telah aku lakukan?"
Peri Angsa Putih bertanya heran.
"Kau lupa pada ucapanku tadi. Sampai saat ini Lakasipo masih suamiku dan aku
masih istrinya. Jangan ada perempuan lain yang berani bermain api cinta dengan
suamiku, termasuk kau!"
Waktu menyebut "kau" itu Luhrinjani beliakkan sepasang matanya dan jari telunjuk
tangan kirinya ditudingkan tepat-tepat ke wajah Peri Angsa Putih, membuat Peri
ini terkejut dan tersurut satu langkah!
Wajahnya yang jelita berubah pucat.
"Luhrinjani, bagaimana kau bisa menuduhku bermain cinta dengan suamimu"
Memangnya aku ini...."
"Kau Peri pertama yang kuketahui berani berkata dusta!" Membentak Luhrinjani.
Kalau tadi wajah Peri Angsa Putih putih pucat, maka kini paras itu berubah
merah. "Luhrinjani, apa maksudmu! Kedustaan apa yang telah aku lakukan"!"
Peri Angsa Putih bertanya dengan suara keras lantang.
Matanya yang biru membersitkan sinar pertanda dia tengah dilanda kemarahan
besar. "Jangan berani bicara yang bukan-bukan! Tempat ini bukan duniamu! Jika
kau masih bermulut lancang lekas angkat kaki dari sini sebelum kuperintahkan
barisan para Peri untuk menyeretmu dan melemparkan rohmu ke bumi sana!"
Luhrinjani kembali layangkan senyum sinis.
"Aku tidak bicara yang bukan-bukan. Justru aku datang untuk bicara yang benarbenar!" menyahuti Luhrinjani si mahluk gaib setengah roh setengah manusia itu.
"Aku tidak pula bermulut lancang! Dan terus terang aku merasa senang jika ada
Peri lain di tempat ini mendengar apa yang akan kusampaikan padamu!"
"Rupanya kemunculanmu sengaja hendak mem-permainkan dan mempermalukan diriku!"
kata Peri Angsa Putih dengan suara bergetar.
"Peri Angsa Putih, dengar baik-baik apa yang akan kukatakan. Aku tidak, suka kau
memikat suamiku! Aku tidak suka melihat kau bercinta dengan Lakasipo!"
"Mahluk kurang ajar! Siapa memikat suamimu!
Siapa bercinta dengan Lakasipo!" Teriakan Peri Angsa Putih menggelegar di dalam
kamar besar itu.
"Jangan kira aku buta wahai Peri Angsa Putih.
Aku punya kemampuan melihat apa yang kau lakukan.
Aku punya kemampuan mengawasi tindak tanduk 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
suamiku!" "Kalau kau mempunyai kemampuan mengapa kau tidak bertindak ketika Lakasipo
bercinta di sebuah goa batu pualam dengan Luhjelita"! Jika kau punya kemampuan
mengapa kau tidak bertindak terhadap Luhsantini istri Hantu Bara Kaliatus yang
sejak beberapa lama ini selalu kemana-mana bersama Lakasipo"!"
Luhrinjani tertawa panjang mendengar kata-kata Peri Angsa Putih itu. "Kau hendak
mengalihkan pembicaraan. Saat ini bukan perihal gadis bernama Luhjelita itu yang
ingin aku bicarakan. Soal Luhsantini tidak usah kau korek-korek karena aku sudah
ada rencana tersendiri terhadapnya. Aku datang ke sini untuk membicarakan
dirimu! Hanya karena perse-lisihanmu dengan pemuda gagah bernama Wiro Sableng
itu lantas kau berbuat tak karuan! Wahai! Apa kau kira aku tidak tahu bagaimana
kau meninggalkan pemuda itu lalu memikat suamiku"! Menunggangi Laekakienam
bersama-sama sambil tanganmu merangkul ke pinggang Lakasipo" Kau sungguh cerdik
Peri Angsa Putih! Kau sakiti hati Wiro Sableng, se-kaligus kau rayu suamiku!"
"Luhrinjani! Tuduhanmu busuk sekali! Aku tidak punya niat memikat suamimu! Juga
tidak punya keinginan bercinta dengannya!"
"Yang kau ucapkan justru berlainan dengan apa yang aku rasa dan aku lihat
sendiri!" jawab Luhrinjani.
"Sebagai Peri kau tentu tahu apa yang kau ucapkan benar-benar putih bersih!
Terus terang aku meragukan kebersihan diri dan hatimu Peri Angsa Putih! Sebagai
Peri kau lebih banyak berkeliaran di Negeri Latanahsilam. Kau lebih banyak
terpikat pada urusan dunia.
Jangan kira aku tidak tahu kalau kau telah jatuh hati pada pemuda bernama Wiro
Sableng itu! Jangan kira aku tidak tahu karena Wiro tidak membalas cintamu kau
lantas berbalik hati berusaha mendekatkan diri pada suamiku! Aku ingin tahu apa
kau berani menyangkal ucapanku! Berarti kau menambah dalam kedustaanmu sendiri!"
Luhrinjani tertawa panjang.
Belum puas sehabis tertawa kembali dia menyem-protkan kata-kata. "Peri Angsa
Putih, kau memang cantik. Banyak lelaki bisa tertarik padamu. Tapi selain cantik
kau ternyata picik! Apa kau kira begitu mudah mendapatkan seorang suami berasal
dari Negeri Latanahsilam" Atau kau memang sudah siap menerima kutuk para Peri
dan para Dewa. Seperti yang dialami Luhmintari dan Lahambalang yang melahirkan
bayi pembawa malapetaka si Hantu Jatilandak itu" Hik...
hik... hik! Rupanya memang bakal ada satu Peri lagi 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
yang akan menerima kutuk laknat! Dan kaulah mah-luknya!" Kembali Luhrinjani
keluarkan tawa panjang.
"Mahluk roh busuk jahanam!" teriak Peri Angsa Putih. Amarahnya tak terkendalikan
lagi. Dari dua bola matanya menyambar sinar biru ke arah Luhrinjani.
Tapi orang yang diserang telah lebih dulu berkelebat lenyap seolah sirna ditelan
dinding kamar. Yang tertinggal hanya suara tertawanya. Dua larik sinar biru yang
tidak mengenali sasarannya melabrak sebagian pintu dan dinding kamar hingga
hancur berantakan dan kepulkan asap biru.
Peri Angsa Putih sadar lalu bingung sendiri me lihat apa yang telah
dilakukannya. "Celaka.... Kamar Peri Bunda kubuat rusak. Sebentar lagi para Peri
akan datang ke tempat ini. Aku harus segera pergi sebelum mereka muncul!"
Peri Angsa Putih segera berkelebat ke arah pintu yang jebol. Tapi dia ingat
sesuatu. Cepat dia mendekati jambangan rotan lalu mengambil dua kuntum mawar
beracun. Bunga-bunga ini digulungnya dibalik pakaian putihnya lalu dengan cepat
dia tinggalkan tempat itu.
Ketika enam orang Peri berpakaian serba merah di bawah pimpinan Peri Sesepuh
yang luar biasa gemuknya itu sampai di kamar tersebut, Peri Angsa Putih tak ada
lagi disitu. Peri Sesepuh usap mukanya yang putih gembrot dan selalu keringatan. Dia
memandang berkeliling.
"Wahai, gerangan apa yang terjadi di tempat ini" Mana Peri Bunda" Aku mencium
bau harum. Pertanda ada seseorang memasuki kamar ini sebelumnya...." Peri gemuk
berpakaian merah dan memiliki bulu ketiak panjang berserabutan itu memandang
pada anak buahnya. Lalu memberi perintah. "Lekas selidiki apa yang terjadi! Cari
Peri Bunda sampai dapat!"
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
8 KAKEK berpenampilan dahsyat di puncak bukit batu yang menghadap ke laut itu
hentikan samadinya.
Telinganya menangkap suara kaki-kaki berlari di kejauhan. Matanya yang tadi
terpejam dibuka sedikit.
"Ada dua orang yang berlari. Mudah-mudahan mereka..." membatin si kakek. Orang
tua ini mengenakan sehelai jubah putih. Rambutnya panjang di sebelah belakang,
melambai-lambai ditiup angin laut Yang dahsyat dari manusia ini adalah
kepalanya. Dia memiliki otak yang terletak di luar kepala, antara kening dan
ubun-ubun. Otak ini diselubungi oleh sejenis benda atos berbentuk kening
sehingga otak yang bergerak berdenyut-denyut itu bisa dilihat dengan jelas!
"Kakek Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab! Kami datang!"
Kesunyian yang hanya dibayangi suara halus tiupan angin laut di tempat itu
dipecah oleh dua seruan perempuan berseru berbarengan.
Kakek yang tengah bersamadi gerakkan kepalanya.
Begitu dia membuka sepasang matanya lebih besar, dua gadis berparas cantik,
sama-sama mengenakan pakaian putih dan sama-sama berambut pirang tahu-tahu telah
berlutut di hadapannya.
"Cucuku Luhkemboja dan Luhkenanga. Lama aku menunggu akhirnya kalian datang
juga. Apakah kalian berhasil melaksanakan tugas. Mendapatkan benda yang aku
inginkan?"
Dua gadis cantik yang bukan lain adalah Sepasang Gadis Bahagia tundukkan kepala
lalu sama-sama menjawab. "Berkat petunjukmu kami berhasil mendapatkannya."
Ternyata dua gadis kembar ini adalah cucu-cucu dari tokoh paling terkemuka di
Negeri Latanahsilam yakni yang dikenal dengan julukan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab. Tidak menunggu lebih lama gadis bernama Luhkemboja segera keluarkan tongkat batu
biru dari balik pakaiannya lalu diserahkan pada si kakek.
Hantu Sejuta Tanya menyambut benda itu dengan wajah berseri-seri dan mata
berkilat-kilat. Tongkat batu diusapnya berulangkali. "Tongkat Bahagia Biru..."
kata si kakek perlahan menyebut nama tongkat itu. "Akhirnya kau kembali juga ke
tanganku."
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Luhkemboja dan Luhkenaga saling melontar pandang.
Kini mereka baru tahu kalau tongkat batu biru itu bernama Tongkat Bahagia Biru.
Keduanya menduga-duga apakah tongkat tersebut ada hubungan atau sangkut pautnya
dengan Istana Kebahagiaan, pelambang Kerajaan Hantu Muka Dua.
Sebelumnya telah dituturkan bahwa tongkat sakti ini pernah berada di tangan
tokoh berjuluk si Tongkat Biru Pengukur Bumi yang mayatnya ditemukan oleh
Luhjelita. Ketika Luhjelita menemukan mayat Si Tongkat Biru Pengukur Bumi,
tongkat tersebut ada di dekat mayat, lalu di ambil oleh Luhjelita. Si gadis
kemudian menyerahkan tongkat tersebut kepada Pendekar 212.
Lalu belum lama berselang Sepasang Gadis Bahagia yang memang mendapat perintah
dari Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab berhasil mengambil tongkat itu dari tangan
Wiro setelah lebih dulu melakukan perbuatan keji terhadap Luhjelita.
"Luhkemboja dan Luhkenanga, tidak sia-sia aku mempunyai cucu seperti kalian. Aku
sangat berterima kasih kalian sudah dapatkan tongkat ini...."
Waktu Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab berkata Luhkenanga melirik pada kakaknya.
Luhkemboja memberi isyarat dengan kedipan mata. Maka Luhkenanga lantas berucap.
"Kek, mataku yang awam melihat tongkat batu itu biasa-biasa saja. Buruk seperti
tiada berguna. Tetapi agaknya bagimu sangat penting.
Apakah ada sesuatu rahasia atau satu kekuatan sakti yang terkandung dalam
tongkat itu" Yang kami tidak tahu?"
Hantu Sejuta Tanya Jawab tersenyum. "Tongkat buruk ini bagi orang lain tak ada
artinya. Tapi bagiku sangat berharga dan penuh kenangan. Tongkat ini diberikan
oleh seorang sahabat bernama Lasedayu.
Beberapa lama berada di tanganku tongkat dicuri oleh seorang tak dikenal.
Setelah menguasai tongkat ini dia kemudian menjuluki dirinya sebagai si Tongkat
Biru Pengukur Bumi. Dengan tongkat ini dia gentayangan di Negeri Latanahsilam,
menebar angkara muka hingga dia menjadi momok ditakuti. Kemudian kusirap kabar
dia pernah menjadi kaki tangan Hantu Muka Dua. Namun kemudian konon dia menemui
ajal di bunuh seseorang. Aku sangat berbahagia karena tongkat pemberian
sahabatku ini sekarang telah berada di tanganku kembali. Jasamu sangat besar.
Aku tidak akan melupakan seumur hidup...."
"Kau kakek kami, kami cucumu. Pantas sekali kalau kami berbakti padamu!" kata
Luhkemboja. Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tersenyum.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Tongkat Bahagia Biru diletakannya di atas pangkuan.
Lalu tangannya kiri kanan mengusap kepala dua gadis kembar itu.
"Luhkenanga dan Luhkemboja. Sewaktu kalian kutugaskan mencari tongkat ini, aku
juga telah meminta kalian agar menyirap kabar tentang seorang pemuda asing
bernama Wiro Sableng. Apa kalian berhasil mengetahui dimana dia berada?"


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kakek Sejuta Tanya Sejuta Jawab," kata Luhkenanga.
"Jangan kau terkejut kalau mengetahui justru tongkat itu kami rampas dari pemuda
asing bernama Wiro Sableng itu!"
Kakek yang otaknya berada di luar kepala itu tampak terkejut. Dia usap-usap
janggut putihnya berulang kali. "Sungguh tidak kuduga.... Bagaimana tongkat ini
bisa berada di tangannya. Harap kau mau menceritakan lebih banyak dan lebih
jelas...."
Luhkemboja lalu menuturkan riwayat pertemuannya dengan Pendekar 212 Wiro
Sableng. Tak lupa dia juga menerangkan kemunculan Peri Angsa Putih.
"Wahai, banyak keanehan rupanya terjadi di Negeri Latanahsilam. Menurut kabar
yang aku dengar sebenarnya Peri Angsa Putih sudah sejak lama menaruh hati pada pemuda dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang itu. Mengapa
kini dia bersekutu membantu kalian?"
"Bisa saja terjadi kalau pemuda itu sebenarnya adalah seorang hidung belang!"
kata Luhkenanga.
"Apa maksudmu cucuku Luhkenanga?" 'anya Hantu Sejuta Tanya Jawab.
Luhkemboja dan Luhkenanga lalu mengarang cerita bahwa mereka telah memergoki
Pendekar 212 dan Luhjelita tengah melakukan perbuatan mesum di sebuah goa di
kawasan terpencil.
Berubahlah wajah tua Hantu Sejuta Tanya Jawab.
Otaknya tampak menggembung lebih besar dan berdenyut keras. Berkali-kali kakek
ini gelengkan kepalanya.
"Tak bisa kupercaya! Wahai, sungguh tak bisa kupercaya.... Dua cucuku, kalian
menyaksikan sendiri kejadian itu?" tanya Hantu Sejuta Tanya jawab.
"Bukan cuma kami Kek," jawab Luhkenanga. "Peri Angsa Putih juga ikut melihat
karena kebetulan dia berada di sana!"
Si kakek hembuskan udara dari dalam mulutnya seolah menghembuskan hawa panas
mengandung bara api yang membakar perut dan dadanya.
"Wahai para Dewa. Sungguh tak bisa kupercaya!
Kacau sudah semua rencanaku. Bagaimana aku akan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
meneruskan. Pertanda Negeri Latanahsilam tak bisa diselamatkan! Malapetaka akan
melanda negeri ini!
Istana kebahagiaan akan menjadi pusat bahala. Nyawa akan bertabur dimana-mana.
Darah akan menganak sungai membasahi negeri! Apa yang aku takutkan kelak akan
terjadi! Wahai para Dewa apa yang harus aku lakukan" Pemuda bernama Wiro
Sableng! Wahai, mengapa yang aku lihat dulu tentang dirimu tidak sama dengan
kenyataan"!" Kembali kakek yang otaknya berada di luar kepala itu menggeleng
berulang kali. Wajahnya yang keriput tampak memucat penuh kecewa.
Luhkemboja dan Luhkenanga saling bertukar pandang mendengar ucapan Hantu Sejuta
Tanya Jawab yang tidak mereka mengerti itu.
"Kek, kalau kami boleh bertanya apa maksud semua ucapanmu tadi?" bertanya
Luhkemboja. Sang adik menyambung. "Kau punya rencana. Tapi kacau katamu. Rencana apa Kek"
Malapetaka apa yang akan menimpa Negeri Latanashilam" Ada apa dengan Hantu Muka
Dua di Istana Kebahagiaan" Apa dia yang akan jadi biang racun rencana di negeri
ini?" Luhkemboja kembali membuka mulut. "Kek, tadi kau berucap sepertinya dulu pernah
menyirap diri Wiro Sableng dan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Lalu kau melihat kenyataan lain.... Kek, agaknya kau punya satu rencana besar
yang tidak pernah kami ketahui. Kau merahasiakan sesuatu!"
"Cucu-cucuku, maafkan diriku. Perasaan hati dan tubuhku mendadak tidak enak. Aku
berterima kasih kalian telah mendapatkan tongkat ini. Namun harap dimaafkan.
Harap kalian suka meninggalkan aku seorang diri. Aku ingin bersamadi kembali.
Mungkin satu hari suntuk. Mungkin berhari-hari sampai satu minggu.
Tergantung petunjuk yang aku dapat dari para Dewa..."
"Kek, jika kami dapat membantu...." kata Luhkemboja pula.
Hantu Sejuta Tanya Jawab gelengkan kepala. "Terima kasih, kurasa saat ini tak
ada seorangpun yang bisa menolongku. Karenanya aku perlu mendekatkan diri pada
Yang Kuasa...."
Luhkemboja dan Luhkenanga saling pandang se ketika. Lalu ke dua gadis kembar ini
sama-sama membungkuk memberi hormat Setelah itu keduanya segera tinggalkan
tempat itu. Tak lama setelah dua gadis itu berlalu Hantu Sejuta Tanya Jawab ambil Tongkat
Bahagia Biru dari atas pangkuannya. Tongkat dipegangnya dengan ke dua tangannya.
Dia membaca satu mantera pendek. Dari telapak tangan kiri kanannya mengepul asap
biru pekat 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
dan menebar bau harum. Si kakek gerakkan tangannya, membuat gerakan berputar.
Yang kiri didorong ke arah depan, yang kanan ditarik ke belakang. Seharusnya
tongkat batu itu akan berputar. Tetapi hal itu tidak terjadi. Hantu Sejuta Tanya
Sejuta Jawab baca kembali manteranya. Sampai tiga kali. Lalu dua tangannya
diputar kuat-kuat
"Kraaakkkk!"
Tongkat batu biru patah dua!
Sepasang mata si kakek membeliak besar perhatikan tongkat yang patah. Masih
kurang percaya dia dekatkan tongkat itu ke matanya, memeriksa ujung-ujung yang
patah. "Palsu!" teriak si kakek tiba-tiba. "Kurang ajar!
Dua gadis celaka itu pasti telah menipuku!"
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab tancapkan dua patahan tongkat batu ke batu hitam
di atas mana dia duduk. Dua patahan tongkat amblas ke dalam batu sampai dua
pertiganya! "Luhkemboja! Luhkenanga! Kalian berada di mana"! Lekas kembali ke sini!" teriak
si kakek. Jawaban yang diterimanya hanyalah gema suaranya yang kemudian pupus ditelan
hembusan angin laut Tapi perlu apa aku mencari kebenaran" Hanya untuk membela
pemuda berhati keji itu" Bukankah lebih baik aku memencilkan diri bersunyi diri
di satu tempat"
Biarlah terjadi apa yang akan terjadi! Kelak semuanya akan selesai dengan
sendirinya."
"Peri Angsa Putih! Kami sahabatmu datang!"
Peri Angsa Putih terkejut Ada orang berseru memanggilnya. Dia cepat berpaling
dan dapatkan Naga Kuning serta Si Setan Ngompol sudah berada di sampingnya.
"Hemm... Kalian...." Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut sang Peri. Dalam
keadaan seperti itu, apalagi Naga Kuning dan Si Setan Ngompol adalah sahabatsahabat Wiro yang kini dibencinya, Peri Angsa Putih bersikap seperti tidak acuh.
Dalam hati dia berkata.
"Kalau Wiro bersifat sekeji itu, dua sahabatnya ini walau satu masih bocah dan
lainnya sudah kakek-kakek, keduanya pasti bangsa bajingan juga! Aku tidak lagi
bisa mempercayai orang-orang dari negeri seribu dua ratus tahun mendatang itu!
Ternyata mereka jahat busuk semua!"
"Peri Angsa Putih, apakah kau baik-baik saja selama ini?" bertanya Si Setan
Ngompol. Peri Angsa Putih pandangi wajah kakek itu. Dia tidak mau menjawab. Sebenarnya
dia merasa heran dan ingin bertanya sewaktu melihat si kakek tidak lagi 112
RAHASIA MAWAR BERACUN
mempunyai daun telinga sebelah kanan. Tapi karena sedang kalut ditambah mendadak
saja timbul rasa benci terhadap dua sahabat Wiro ini maka Peri Angsa Putih tidak
ajukan pertanyaan.
"Wahai, kau diam saja!" berkata Naga Kuning.
"Melihat wajahmu yang murung agaknya ada sesuatu yang menjadi ganjalan hatimu."
"Apapun yang sedang kurasa dan kualami, semua bukan menjadi urusan kalian...."
Mendengar kata-kata sang Peri Naga Kuning dan si kakek jadi sama-sama saling
pandang. Si bocah berbisik. "Tidak biasanya dia seperti ini. Mengapa berubah
jadi ketus dan tak acuh pada kita?"
Si Setan Ngompol sesaat diam saja. Lalu dengan suara perlahan dia berkata. "Naga
Kuning, memang kita tidak boleh mengganggu orang yang sedang kalut.
Urusan orang jangan dijadikan urusan kita." Lalu pada Peri Angsa Putih si kakek
berkata. "Peri, kami tidak berniat mengganggumu. Kami tidak berkeinginan
mencampuri apapun yang jadi urusanmu. Kami kebetulan lewat di sini dan melihatmu
sendirian. Karena kita bersahabat itu sebabnya kami mendatangi dan bertegur
sapa. Kami tadinya ingin menanyakan apakah kau mengetahui dimana beradanya
sahabat kami Pendekar 212 Wiro Sableng."
"Pemuda itu, aku tak tahu dia berada di mana.
Kalaupun tahu rasanya bukan menjadi urusanku...."
Naga Kuning dan Setan Ngompol kembali saling berpandangan. "Kenapa dia jadi
ketus judes begini...?"
Bisik si bocah.
"Jangan-jangan si sableng itu telah menyakitinya.
Pasti terjadi sesuatu antara mereka!" jawab Si Setan Ngompol.
"Kalaupun itu betul, itu urusan dia dengan Wiro.
Tidak selayaknya dia bersikap seperti ini terhadap kita!" tukas Naga Kuning.
"Kalian mencari Wiro?" Tiba-tiba Peri Angsa Putih bertanya. Di wajahnya
kelihatan seulas senyum. Naga Kuning dan Setan Ngompol jadi lega. Tapi hanya
sesaat. Karena di lain kejap senyum itu lenyap dan sang Peri berucap. "Jika
ingin tahu dimana sahabat kalian itu berada, tanyakan pada kekasihnya,
Luhjelita!"
"Eh, sejak kapan Luhjelita jadi kekasih sahabat kami?" tanya Naga Kuning.
Sementara Setan Ngompol bengong tak mengerti.
"Jangan pura-pura tidak tahu. Kalian bertiga pasti sama saja! Muncul di Negeri
Latanashilam untuk mencari gadis-gadis menghibur diri secara keji! Kami di 112
RAHASIA MAWAR BERACUN
sini bukan gadis-gadis barang mainan!"
"Astaga." Si Setan Ngompol sampai tersentak mendengar kata-kata Peri Angsa Putih
itu. Kencingnya yang sejak tadi ditahan-tahannya langsung muncrat.
"Jangan-jangan Wiro telah melakukan sesuatu pada Peri ini. Mungkin sudah dipeluk
atau diciumnya!"
"Mungkin juga sudah digerayanginya!" sambung Si Setan Ngompol.
"Gila! Dia enak-enakan dapat anak orang, kita berdua yang dapat dampratan! Kek,
mari kita tinggalkan tempat ini. Tapi biaraku mengatakan sesuatu dulu pada Peri
ini agar dia tahu rasa!" Habis berkata begitu si bocah memandang pada Peri Angsa
Putih dan berkata. "Peri cantik bermata biru! Apapun urusanmu dengan Wiro bukan
urusan kami! Apapun urusan Wiro dengan Luhjelita, juga urusanmu dengan
Luhjelita, bukan pula urusan kami! Tapi satu hal aku beritahu padamu! Waktu di
tanah Jawa ada lusinan gadis tergila-gila pada Wiro. Mereka semua mengasihi
sahabatku itu! Kecantikan mereka tidak kalah dengan kau! Jangan kau merasa
paling cantik karena punya sepasang mata biru. Di tanah Jawa juga ada seorang
gadis bernama Ratu Duyung, memiliki mata lebih biru dan lebih bening dari kau!
Memiliki kecantikan yang tidak kalah dengan kau! Lalu masih ada segudang gadis
cantik lainnya. Biar aku sebutkan nama mereka satu persatu. Pandansuri! Anggini!
Bidadari Angin Timur. Yang satu ini memiliki rambut bagus pirang, tubuhnya tak
kalah harum semerbak dengan dirimu!
Banyak lagi gadis-gadis lain yang tergila-gila pada Wiro. Tapi Wiro
memperlakukan mereka sebagai sahabat dengan hati tulus! Tidak pernah dia berhati
culas memanfaatkan kasih orang untuk dijadikan barang permainan seperti katamu
tadi! Kalau dia ingin berlaku serong mengapa dilakukannya di tanah brengsek ini"
Di tanah Jawa banyak gadis yang bersedia menyerahkan dirinya secara pasrah! Tapi
dia tidak mau melakukannya! Aku tidak tahu apakah kau masih perawan atau tidak!
Tapi sahabatku itu aku tahu betul! Sampai saat ini dia masih bujang!"
Peri Angsa Putih terbelalak ternganga mendengar kata-kata Naga Kuning itu.
Wajahnya merah sampai ke telinga. Tubuhnya tidak bergerak barang sedikitpun.
"Kau dengar baik-baik Peri Angsa Putih!" Naga Kuning menyambung ucapannya.
"Sebenarnya kami tidak ingin menginjakkan kaki di Negeri Latanahsilam ini! Kalau
bukan kami tersesat siapa sudi! Negeri kami di tanah Jawa jauh lebih indah!
Orangnya ramah-ramah. Kalian di sini apa! Pakaian saja tidak karuan!
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Sebagian dari kalian bertubuh bau! Malah banyak yang tidak pernah mandi-mandi!
Kita pernah bersahabat!
Tapi sikap dan ucapanmu barusan sangat merendah kan diri kami dan sahabatku Wiro
Sableng!" Habis berkata begitu Naga Kuning tarik tangan Si Setan Ngompol mengajaknya pergi
dari tempat itu.
Sambil melangkah mengikuti si bocah dengan celana kuyup oleh kencingnya sendiri
si kakek berkata. "Anak geblek! Perlu apa kau memberi tahu nama gadis-gadis yang
tergila-gila pada Wiro itu. Peri Angsa Putih tidak kenal mereka semua!"
"Kenal atau tidak biar dia tahu rasa! Mungkin dia merasa cantik sendiri di atas
langit dan di kolong bumi ini! Kalau saja dia bisa datang ke tanah Jawa dia akan
lihat bahwa gadis-gadis di sana banyak yang lebih cantik dan lebih mulus
kulitnya dari dia.... Mentang-mentang kita orang kesasar enak saja dia mau melecehkan kita! Aku sebenarnya sudah gerah. Ingin buru-buru angkat kaki dari
negeri celaka ini...."
"Aku juga," menyahuti Setan Ngompol. "Tapi sebelum daun telingaku sebelah kanan
kudapat kembali bagaimana mungkin aku bisa pergi. Selain itu aku juga belum
bertemu dengan Luhlampiri si nenek yang membuat hatiku empot-empotan itu!"
"Jangan jadi kakek tolol! Di tanah Jawa ada ratusan nenek lebih montok segar
dibanding si nenek peot itu.
Namanya saja Luhlampiri! Pasti dia turunan nenek lampir!"
"Jangan kau menghina kekasihku itu!" Setan Ngompol marah.
Naga Kuning tertawa lalu mencibir. "Tua bangka itu kenal kau saja belum,
bagaimana kau bisa bilang dia kekasihmu!"
"Kenal memang belum tapi kami berdua sudah pernah saling berlirik mata dan
berbalas senyum!"
Naga Kuning tertawa cekikikan. "Lama-lama di negeri aneh ini kau bisa berubah
jadi mahluk aneh.
Sekarang saja tampangmu sudah tidak karuan! Mata lebar jereng! Kuping cuma satu!
Celana kuyup bau pesing! Kek, apa hari ini kau sudah mandi"!"
"Anak sialan! Jangan sampai kuremas kantong menyanmu!" teriak Setan Ngompol
marah. Tangan kanannya tiba-tiba menyelonong ke bawah perut Naga Kuning. Si
bocah cepat melompat selamatkan diri seraya berteriak.
"Kek! Baru satu hari kau kenal pemuda banci bernama Si Binal Bercula itu, kini
kau sudah ketularan senang memegang bagian terlarang!"
"Bocah setan! Kurobek mulutmu!" teriak Setan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Ngompol marah. Dia mengejartapi Naga Kuning sudah menghambur lari sambil tertawa
cekikikan. (Mengenai tokoh banci berjuluk Si Binal Bercula harap baca Episode
berjudul "Hantu Muka Dua")
* * * HANYA sesaat setelah Naga Kuning dan Setan Ngompol tinggalkan pedataran tinggi
itu, Peri Angsa Putih merasa sekujur tubuhnya lemas. Dia terduduk di tanah.
Wajahnya mengelam dan air mata tak kuasa dibendungnya. Dia mulai menangis
sesengukan. Ucapan Naga Kuning sangat memukul sanubarinya.
Hatinya seperti disayat-sayat.
"Ucapan anak itu mungkin betul. Tapi...." Peri Angsa Putih tutupkan dua
tangannya ke wajah dan menangis keras. Tiba-tiba hidungnya membaui se suatu. Dia
turunkan dua tangan, memandang berkeliling. Ketika dia mendongak ke atas, di
langit dilihatnya ada satu bayangan biru berkelebat rendah menuju ke arah barat
dimana saat itu sang surya yang hendak tenggelam menyaput langit dengan
cahayanya yang merah keemasan.
"Peri Bunda...." desis Peri Angsa Putih. "Dia turun lebih dulu dari aku. Mengapa
baru sampai di sekitar sini. Wahai, kulihat dia berputar-putar di sebelah sana.
Itu arah Gunung Latinggimeru. Agaknya ada sesuatu yang tengah diperhatikannya di
sekitar situ. Bukankah dia mengatakan padaku hendak mencari dan menemui Wiro"
Jangan-jangan dia sudah membayangi pemuda itu. Apa yang harus aku lakukan...?"
Peri Angsa Putih memandang ke arah barat. Saat itu dilihatnya sosok biru Peri
Bunda tengah menukik ke bawah, ke arah selatan gunung lalu lenyap dari
pemandangan. "Aku harus mengintai ke sana..." kata Peri Angsa Putih lalu bangkit berdiri.
"Kawasan selatan itu adalah daerah berbatu-batu berbentuk aneh. Jarang orang
datang ke sana. Mungkin ada seseorang yang me-nunggunya di sana?"
Peri Angsa Putih cepat melangkah ke tempat dia meninggalkan Laeputih, angsa
putih raksasa tunggangannya. Sesaat kemudian kelihatan Peri itu telah melayang
di udara menunggangi angsa putihnya. Dia sengaja menempuh arah berputar agar
tidak terlihat oleh Peri Bunda.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Di atas punggung angsa tunggangannya Peri Angsa Putih keluarkan dua mawar kuning
beracun dari balik lipatan pakaiannya. "Peri Bunda...." desis nya. "Jadi kau
rupanya.... Sungguh aku tidak percaya....
Mengapa Peri Bunda" Mengapa kau lakukan itu" Apa dosa pemuda itu terhadapmu?"
* * *

Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
10 PENDEKAR 212 Wiro Sableng berdiri di atas kepingan batu besar berbentuk perahu
tertelungkup itu. Jauh di sebelah utara menjulang Gunung Latinggimeru.
"Kawasan aneh..." membatin murid Sinto Gendeng.
"Batu-batu yang ada di sini semuanya berbentuk ganjil.
Mengapa Luhjelita meminta aku datang ke bukit batu ini?" Agak jauh di sebelah
sana ada tiga buah batu berbentuk tiang. Ujungnya lancip runcing seolah hendak
menusuk langit Sang pendekar ingat. "Itu tiga batu yang dikatakan Luhjelita. Di
situ dia akan menemuiku."
(Mengenai perjanjian bertemu antara Wiro dengan Luhjelita harap baca Episode
sebelumnya berjudul "Hantu Langit Terjungkir")
Memandang ke arah barat Wiro melihat matahari sedang menggelincir ke titik
tenggelamnya. "Malam masih agak lama. Rembulan belum tentu cepat muncul.
Apakah benar dugaanku bahwa malam ini malam bulan purnama penuh seperti yang
dikatakan Luhjelita?" Saat itu Wiro mendadak ingat pada pertemuannya terakhir
sekali dengan Luhcinta beberapa waktu lalu. "Aku sempat berkata padanya bahwa
aku tidak mencintai Luhjelita ataupun Peri Angsa Putih. Mungkin aku terlalu
tolol! Mengapa aku sampai berucap begitu" Bisa-bisa dia salah menduga dan salah
mengharap. Tapi kalau kubanding-banding sifat budi pekertinya, cara dia bicara,
semuanya sangat berbeda dengan sang Peri maupun Luhjelita. Aku punya kesan dia
mencurigaiku berbuat mesum dengan Luhjelita. Tapi sikapnya tetap tidak berubah,
bicaranya tetap lembut. Dia seperti tidak membenciku sama sekali. Mungkinkah dia
gadis yang dimaksudkan si Hantu Raja Obat dan Luhrinjani" Gila!
Tak berani aku menduga! Aku masih dijerat urusan gila!
Dipermalukan sepasang gadis kembar sialan itu! Semua orang di Negeri
Latanahsilam pasti sudah tahu cerita gila itu!"
Selagi Wiro tegak di atas batu dan berpikir-pikir seperti itu tiba-tiba dia
melihat satu cahaya biru melesat di udara. Tak lama kemudian cahaya ini menukik
ke bawah. Hawa harum menebar di Seantero bukit batu. Seorang perempuan berkulit
putih bagus, berwajah cantik anggun tahu-tahu telah tegak di hadapan Pendekar
212. 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Murid Sinto Gendeng tentu saja terkejut ketika dia mengenali siapa yang berdiri
di depannya. Dalam hati dia membatin.
"Lain yang dinanti lain yang datang. Lain yang dicari lain yang unjukkan diri!"
Namun sambil tersenyum dan garuk-garuk kepala murid Sinto Gendeng menyapa.
"Peri Bunda...."
"Aku gembira kau masih mengenaliku walau jarang kita bersua...." kata si baju
biru yang bagian bawahnya panjang menjela-jela yang memang Peri Bunda adanya.
"Siapa yang bisa melupakan seorang Peri cantik sepertimu. Yang konon adalah Peri
Junjungan Dari Segala Junjungan. Simpul Agung Dari Segala Peri...."
Peri Bunda tertawa senang. "Hatiku gembira mendengar kau menyebut semua itu
wahai pemuda bernama Wiro Sableng. Datang dari negeri seribu dua ratus tahun
mendatang menyandang gelar Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Lebih gembira lagi
karena aku bisa menemui lebih cepat dari yang aku duga...."
"Ini memang pertemuan yang tidak terduga, Peri Bunda. Hanya sayang sebentar lagi
malam akan turun.
Tempat ini pasti akan diselimuti kegelapan. Kecuali...."
"Kecuali bulan purnama penuh muncul menerangi jagat," sambung Peri Bunda sambil
melayangkan senyum. "Lagi pula, terus terang saat pertemuan ini aku lebih suka
jika udara malam yang gelap mau membantu. Hingga kita disini tidak terlihat
siapa-siapa...."
Saat itu pantulan cahaya sang surya yang hendak tenggelam jatuh di wajah Peri
Bunda hingga parasnya kelihatan cantik sekali, membuat murid Sinto Gendeng dari
Gunung Gede ini jadi terpesona.
Dalam hati Wiro bertanya-tanya apa maksud sang Puteri bahwa dia lebih suka udara
malam yang gelap hingga tidak ada yang melihat mereka berdua di kawasan bukit
batu aneh itu. "Peri Bunda, apakah kau memang sengaja mencari diriku?"
Sang Peri anggukkan kepala. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Pembicaraan
ini cukup panjang. Mari kita memilih tempat duduk yang enak...."
Wiro jadi merasa tidak enak. "Bagaimana kalau sebelum pembicaraan selesai tahutahu Luhcinta muncul?"
"Hai, parasmu sesaat terlihat gelisah. Apakah kehadiranmu di tempat ini tengah
menunggu sese orang?" bertanya Peri Bunda.
Wiro garuk-garuk kepala. "Aku menunggu dua orang sahabatku. Naga Kuning dan Si
Setan Ngompol. 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Kami berjanji bertemu di bukit batu ini," kata Wiro berdusta. Lalu dia memandang
berkeliling dan berkata.
"Batu panjang tempat aku berdiri ini cukup baik untuk tempat kita duduk
berbicara. Kau duduk di sebelah sana, aku di ujung sini."
Sang Peri mengangguk tanda setuju. Keduanya lalu duduk di atas batu panjang
berbentuk perahu tertelungkup itu. Peri Bunda menggeser duduknya, sengaja agak
lebih dekat dengan Wiro. Hal ini membuat sang pendekar kembali bertanya-tanya
dalam hati. "Peri Bunda, kau bisa mulai. Hal apakah yang hendak kau bicarakan?"
"Wahai, bagaimana aku harus memulai. Ujung yang mana yang hendak aku sibakkan
lebih dulu,"
ujar Peri Bunda dan kembali mengulum senyum. "Aku khawatir jika salah aku
mengucap, jika keliru aku mengambil langkah permulaan kau akan salah menduga
terhadap diriku...."
"Aku percaya, maksudmu sengaja mencari diriku adalah maksud baik semata. Mengapa
ragu untuk memulai?" ujar Wiro pula. Dalam hati dia berkata.
"Jangan-jangan Peri ini mencariku ada sangkut pautnya dengan urusan gila di goa
itu. Bukan mustahil Sepasang Gadis Bahagia telah menemuinya lalu mengadukan apa
yang terjadi. Edan betul!"
"Aku gembira kau bisa berkesimpulan baik seperti itu. Biar aku menggeser dudukku
lebih dekat." Sang Peri lalu bergerak ke kiri hingga jaraknya dengan Wiro hanya
terpisah dua jengkal. Berada sedekat itu murid Sinto Gendeng seolah dapat
mencium keharuman bau tubuh Peri Bunda sampai ke lekuk-lekuknya yang tersembunyi
sekalipun! "Aneh, mengapa Peri satu ini berperangai lain sekali?" tanya Wiro
dalam hati. "Aku sengaja bicara berdekat-dekat begini, bukan maksud apa-apa," kata Peri
Bunda seolah tahu apa yang ada dalam benak atau hati sang Pendekar. "Kegelapan
malam bisa saja memiliki telinga yang dapat mendengar. Saputan angin mungkin
saja merupakan suara yang menebar jauh ke tempat takterduga. Duduk berdekatan
begini aku bisa bicara lebih perlahan, untuk menjaga segala kemungkinan."
Wiro tambah tidak mengerti. Mengapa pembicaraan itu seolah satu rahasia besar
yang jangankan orang lain tapi udara malampun tak boleh mendengarkanya" Dia
menunggu sampai sang Peri akhirnya melanjutkan bicaranya.
"Wahai, sejak beberapa waktu lalu telah tersebar kabar bahwa kau telah melakukan
satu aib besar terhadap Luhjelita, di satu goa.... Kau tahu, perbuatan 112
RAHASIA MAWAR BERACUN
ini bukan saja mencemari Negeri Latanahsilam, tetapi juga menjadikan satu
pemandangan menusuk mata bagi kami para Peri di Negeri Atas Langit."
"Dugaanku tidak meleset!" kata Wiro dalam hati.
"Hal sialan itu yang hendak dibicarakannya! Sepasang Gadis Bahagia, pasti kalian
sudah menyebar kabar.
Awas kalian!"
"Kau hendak mengatakan sesuatu Wiro" Kulihat bibir dan pelipismu bergerakgerak." Bertanya Peri Bunda. Wajahnya ditundukkan sedikit dan dia memperhatikan
Wiro dari bawah dengan kepala dimiringkan.
"Peri Bunda, kalau saya boleh bertanya dari mana atau dari siapa kau mendapat
keterangan bahwa saya telah melakukan aib besar terhadap Luhjelita?" Wiro
menjawab dengan balas bertanya.
"Wahai.... Aku ingin menjaga semua yang terbaik.
Karenanya tak perlu kujelaskan dari mana sumber kabar yang aku terima. Kuharap
kau tidak kecewa..."
jawab Peri Bunda.
"Kalau kau tak mau memberitahu tak jadi apa.
Tapi saya sudah bisa mengira, siapa biang racun penyebar fitnah itu," kata Wiro
pula. "Sekarang ingin saya mengetahui, apakah kau mempercayai hal itu?"
"Setiap hal yang disertai kenyataan dan saksi hidup tidak dapat dikatakan
sebagai fitnah...."
Pendekar 212 Wiro Sableng menyeringai. "Kenyataan bisa dibuat diciptakan oleh
orang yang tidak senang terhadap seseorang. Apapun alasannya. Saksi hidup bisa
saja memberikan kesaksian salah atau kesaksian palsu apapun alasannya. Saat ini
kita berdua-dua di sini. Jika kemudian hari tersebar kabar bahwa kita telah
berbuatu sesuatu yang memalukan di tempat ini, bagaimana perasaan dan
tanggapanmu Peri Bunda...."
Saat itu sang surya telah tenggelam. Udara mulai gelap. Namun Wiro dapat melihat
bagaimana wajah sang Peri bersemu merah mendengar kata-katanya barusan.
"Jadi kau menyangkal telah melakukan perbuatan itu?"
"Saya menyangkal karena di dalam goa memang saya tidak melakukan perbuatan
seperti dituduhkan itu. Saya tidak berbuat apa-apa, kecuali menolong gadis
bernama Luhjelita itu. Kalau kau suka mendengar akan saya ceritakan apa yang
sebenarnya terjadi...."
"Wahai.... Bagaimana kalau kukatakan bahwa Peri Angsa Putih ikut melihat apa
yang kau lakukan bersama Luhjelita."
"Bisa saja dia memang melihat kami berdua. Tapi 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
apa yang dilihatnya" Ketika saya masuk ke dalam goa, gadis bernama Luhjelita itu
memang sudah tidak dalam keadaan berpakaian. Dia telah menjadi korban kebejatan...."
"Tunggu dulu wahai pemuda bernama Wiro. Peri Angsa Putih tidak mungkin
berdusta..." memotong Peri Bunda.
"Saya tidak mengatakan dia berdusta. Mungkin sekali dia hanya melihat ekor dari
satu kejadian. Dia tidak melihat permulaan, ketika saya masuk dan menemukan
Luhjelita. Ketika saya menolongnya.... Saya tidak mengerti, mengapa Peri Angsa
Putih mempunyai dugaan serta tuduhan seperti itu. Padahal dia mungkin hanya
melihat sebagian dari kejadian...."
"Anggaplah Peri Angsa Putih melihat bagian terakhir dari apa yang terjadi. Tapi
bagaimana dengan dua gadis kembar berjuluk Sepasang Gadis Bahagia itu" Mereka
melihat bagian pertama dari apa yang terjadi!"
"Peri Bunda, tadi kau menolak memberitahu siapa sumber yang menebar berita. Kini
akhirnya kau meng-ungkap sendiri. Peri Angsa Putih dan Sepasang Gadis Bahagia!
Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan Peri satu itu. Dulu dia sangat baik
terhadap saya. Banyak budi pertolongannya yang sangat besar dan tidak dapat saya
balas. Tapi mengenai Sepasang Gadis Bahagia, saya tahu kalau mereka adalah
gadis-gadis berkelakuan aneh tidak karuan...."
"Aku tahu siapa mereka. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan bahwa mereka
menebar fitnah. Api, yang dilihat orang jahat dan orang baik dari satu kenyataan
pasti tidak akan berbeda dan tidak berubah!"
Pendekar 212 jadi panas hati mendengar ucapan sang Peri. Maka diapun berkata.
"Peri Bunda, hari sudah gelap. Saya tak ingin lagi meneruskan pembicaraan ini.
Jangan sampai saya mendapat fitnah untuk kedua kalinya di Negeri Latanah silam
ini. Negeri yang saya tahu tidak semua penghuninya merupakan mahluk-mahluk suci!
Saya juga tahu bahwa tidak semua Peri di atas langit sana agung dan kudus!
Banyak diantara mereka yang telah menempuh hidup keliru menurut ukuran para
Peri. Padahal mereka hanya sekedar ingin melepaskan diri dari kepalsuan hidup
dan menginginkan harkat mereka sebagai mahluk hidup. Saya kasihan melihat nasib
seorang sahabat saya bernama Hantu Jatilandak. Dia adalah korban kutukan salah
kaprah dari para Peri! Dia hidup dalam keadaan sebagai mahluk mengerikan!
Padahal apa dosanya! Ibunya menjadi patung mengenasksn! Apakah perlakuan hidup
seperti itu yang hendak dibanggakan 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
dan dianggap paling sesuai oleh para Peri di atas langit sana" Terus terang saja
Peri Bunda. Maukah kau berterus terang bahwa jauh di lubuk hatimu kau juga
mendambakan satu kehidupan wajar yang dijalin cinta kasih sesama mahluk
bernyawa?"
Lama Peri Bunda terpana mendengar ucapan murid Sinto Gendeng itu. Untuk beberapa
saat sepasang matanya sampai tidak berkedip-kedip me-mandangi si pemuda.
Perlahan-lahan Wiro bangkit berdiri. Tapi tiba-tiba Peri Bunda memegang lengan
'sang Pendekar dan berkata. "Jangan pergi dulu. Pembicaraan kita belum
selesai...."
Wiro merasa adanya kehangatan dalam pegangan Peri Bunda. "Aku ingin melakukan
sesuatu untuk menolongmu," bisik sang Peri.
"Apa yang hendak kau lakukan Peri Bunda?"
"Kau tahu, dengan tersebarnya berita aib itu keadaan dirimu sebenarnya terancam
bahaya. Bukan mustahil ada pihak tertentu ingin mencelakai dirimu...."
"Saya memang sudah dicelakai!" kata Wiro pula sambil menyeringai.
"Mungkin juga ada yang berniat jahat hendak membunuhmu," ujar Peri Bunda.
"Itupun sudah dilakukan orang. Secara kasar dan secara diam-diam. Terakhir
sekali saya pernah hendak dibunuh dengan mawar kuning beracun yang kabarnya
hanya tumbuh di Negeri Atas Langit. Dan saya juga sudah tahu siapa
pelakunya...."
"Siapa?" tanya Peri Bunda.
"Satu diantara dua orang ini. Luhjelita atau Peri Angsa Putih!" jawab Wiro.
"Wiro...."
"Dan saya punya saksi hidupnya!" kata Wiro lagi-lagi sambil menyeringai.
"Siapa"!" Peri Bunda sangat ingin tahu.
"Seorang kakek berjuluk Si Pelawak Sinting. Dia adalah Si Pelawak Sinting yang
palsu!" "Kau percaya pada kakek sinting itu?" tanya Peri Bunda pula.
"Lagaknya memang sinting. Tapi saya tahu otak orang tua satu itu lebih cerdik
dari ular kepala dua!"
jawab Wiro. Peri Bunda menghela nafas dalam. "Wiro," katanya perlahan. "Apapun yang barusan
aku dengar terucap dari mulutmu, saat ini ada satu hal yang ingin kutanyakan.
Aku ingin kejelasan. Apakah kau mencintai gadis bernama Luhjelita itu?"
"Aku tak ingin menjawab pertanyaan aneh itu!" kata Wiro. Padahal pada Luhcinta
sebelumnya dia pernah 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
mengatakan bahwa dia tidak mencintai Luhjelita.
"Kau tak mau menjawab tak jadi apa. Bagiku jawabnya bisa ya bisa tidak." Berkata
Peri Bunda sambil tersenyum dan sampai saat itu tangannya masih saja memegangi
lengan Pendekar 212. "Pertanyaanku selanjutnya. Jika seandainya kau benar tidak
mencintai Luhjelita, lalu apakah kau mencintai kerabatku si mata biru Peri Angsa
Putih?" Di balik sebuah batu besar, di udara malam yang gelap karena bulan purnama empat
belas hari masih belum muncul, seorang yang sejak tadi mendekam mendengar semua
pembicaraan itu letakkan dua tangannya di atas leher, menahan seruan tertahan
yang hampir tersembur. Dua matanya membeliak, mulutnya ternganga dan sepasang
telinganya berusaha dan ingin sekali mendengar jawaban yang keluar dari mulut
Pendekar 212. Orang ini bukan lain adalah si mata biru Peri Angsa Putih.
Peri Bunda yang tadi mengajukan pertanyaan diam-diam sebenarnya juga ingin
sekali mendengar jawaban Pendekar 212.
Tanpa diketahui orang ini, satu sosok lain di kegelapan malam menahan debaran
yang menggoncang dadanya. Dia juga ingin tahu apa yang akan keluar sebagai
jawaban dari mulut Wiro. Apakah masih sama seperti yang dulu pernah didengarnya"
Dan orang ini adalah gadis cantik bernama Luhcinta. Di samping kiri orang ini,
dua orang yang ikut bersamanya juga merasa tegang. Salah seorang diantara mereka
bukan lain Naga Kuning adanya, berbisik pada kawan di sebelahnya yaitu kakek Si
Setan Ngompol. "Kalau salah si sableng itu berucap, sahabat kita ini bisa seperti disambar
petir!" Sang kawan menjawab. "Aku tidak mengira kita akan kedahuluan Peri Bunda. Lebih
celaka lagi kalau Peri Angsa Putih juga sudah ada di sekitar sini!"
Yang diajak bicara memandang berkeliling. Lalu berkata. "Orang yang menurut
sahabat kita ini katanya akan muncul di bukit batu ini juga belum kelihatan.
Kalau dia tidak datang urusan bisa tambah ruwet.
Rahasia mawar beracun itu mungkin tidak akan bisa terungkap."
"Aku punya firasat gadis itu pasti datang. Luhjelita memang punya sifat aneh,
pandai merayu membuat lelaki mudah terpikat dan menganggap dirinya dicintai
gadis itu. Tapi untuk urusan seperti ini dia pasti muncul. Apa lagi namanya
sudah babak belur dibuat sebusuk comberan." kata Setan Ngompol.
"Kek," Kata Naga kuning pada Setan Ngompol.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
"Menurutmu apa benar Wiro main burung-burungan dengan Luhjelita?"


Wiro Sableng 112 Rahasia Mawar Beracun di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bocah geblek! Apa maksudmu main burung-burungan"!" tukas Si Setan Ngompol.
Naga Kuning menutup mulut menahan tawa. "Kau jangan berpura-pura tidak tahu! Kau
lebih banyak pengalaman dariku! Hik...hik...hik!"
* * 112 RAHASIA MAWAR BERACUN
BASTIAN TITO Rahasia Mawar Beracun
11 KITA tinggalkan dulu ketegangan yang mulai menggantung di bukit berbatu-batu
sementara bulan purnama masih juga belum memunculkan diri. Langit diatas sana
masih masih gelap disaput awan. Angin bertiup sayup dan dingin.
Di saat sore menjelang senja di hari yang sama, dua bayangan putih berkelebat ke
arah timur meninggalkan kawasan pantai. Sambil lari dua orang itu tidak hentinya
tertawa cekikikan. Dari tawa mereka jelas bahwa keduanya adalah perempuan.
Ketika akhirnya mereka hentikan lari di satu tempat kelihatan mereka adalah dua
gadis cantik berwajah sama. Ternyata mereka bukan lain Sepasang Gadis bahagia,
cucu-cucu Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab yang belum lama berselang telah menipu
kakek itu. "Aku tak habis pikir!" berkata gadis di sebelah kanan yaitu Luhkenanga.
"Bagaimana mungkin mudah sekali kita membohongi orang tua itu! Padahal dia
pandai dan cerdik luar biasa! Hik... hik!"
"Kau benar! Kurasa hari ini hari apesnya!" jawab Luhkemboja sang kakak.
Mungkin juga! Tapi jangan-jangan orang tua itu sudah lamur matanya! Hingga tidak
bisa membedakan lagi tongkat yang asli dan tongkat yang palsu!"
"Malah, jangan-jangan dia juga tidak kenal lagi pada tongkatnya yang ada di
bawah perut!"
Dua gadis itu tertawa cekikikan. Lalu Luhkemboja bertanya."Menurutmu apa saat
ini dia sudah tahu kalau kita membohonginya?"
"Pertanyaanmu itu membuat aku kecut!" berkata Luhkenanga."Ayo kita lari biar
jauh dulu. Nanti kita berhenti di bukit Tanah Bertengger. Di sana pasti aman.
Kita periksa lagi tongkat ini. Bukankah tadi kita sempat melihat bagaimana kakek
memuntir-muntir tongkat yang kita berikan" Tapi karena tongkat itu palsu,
akhirnya patah! Aku yakin ada yang tengah diselidikinya.
Berarti tongkat asli yang ada pada kita menyembunyikan sesuatu!"
Dua gadis kembar itu lalu lari ke arah timur di mana terdapat sebuah kawasan
berbukit-bukit. Bukit di tempat itu bersusun-susun demikian rupa hingga diberi
nama Tanah Bertengger.
112 RAHASIA MAWAR BERACUN
Di satu tempat yang mereka rasakan aman, keduanya hentikan lari. Di langit bulan
purnama mulai menyembulkan diri.
Dari balik pakaiannya Luhkemboja keluarkan Tongkat Bahagia Biru. Setelah
ditimang-timang lalu dia mulai memeriksa.
Aku yakin tongkat ini menyembunyikan sesuatu.
Kau ingat bagaimana kakek kita memeriksa tongkat palsu waktu benda itu patah
dua" Sayang kita keburu kabur karena takut. Kalau tidak pasti kita bisa
mendapatkan lebih banyak kejelasan." Luhkemboja memuntir-muntir tongkat yang
dipegangnya. "Apa yang hendak kau lakukan?" bertanya Luhkenanga.
"Meniru gerakan kakek. Bukan mustahil tongkat ini sebenarnya terdiri dari dua
bagian yang bisa bertaut dan bisa dipisahkan...."
Luhkemboja terus memuntir-muntir tongkat batu berwarna biru redup itu. Namun
sampai beberapa lama dia tidak terjadi apa-apa.
"Biar aku yang lakukan!" kata Luhkenanga lalu mengambil tongkat batu dari tangan
kakaknya. Namun baru sesaat tongkat batu berada dalam pegangannya sekonyong-konyong ada
sambaran angin datang dari samping. Luhkenanga berseru kaget. Luhkemboja yang
sempat melihat ada bayangan orang berkelebat cepat bergerak melakukan sesuatu.
Namun satu kekuatan tenaga yang tidak kelihatan mendorong tubuhnya, membuat
gadis ini terjajar sampai lima langkah. Sebelum dia bisa mengimbangi diri dan
sebelum Luhkenanga sempat bertindak, bayangan tadi telah lenyap seolah ditelan
keremangan malam yang walau ada bulan purnama tapi sinarnya terhalang oleh
sekelompok awan gelap.
"Celaka! Tongkat batu kena dirampas orang!"
Berteriak Luhkenanga.
Tiba-tiba satu bayangan hitam besar kelihatan di tanah. Lalu ada suara tawa
berat bergelak. Dua dara kembar cepat berbalik.
Empat langkah di hadapan mereka tegak satu sosok tubuh tinggi besar memiliki
sepasang mata angker. Bola matanya tidak berbentuk bundar melainkan berupa
segitiga memancarkan warna hijau. Yang luar biasanya orang ini mempunyai kepala
dengan dua wajah. Wajah di sebelah depan berupa wajah seorang lelaki separuh
baya berwarna putih. Sedang di wajah sebelah belakang berwarna hitam keling.
"Hantu Muka Dua! seru Luhkemboja.
"Dia yang mencuri tongkat biru kita!" teriak Luh-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
kenanga. Orang bermuka dua yang memang adalah Hantu Muka Dua tertawa bergelak. "Gadisgadis cantik! Aku sudah lama mengincar kalian! Malam ini bakal merupakan malam
bahagia bagi kita bertiga!"
"Makhluk muka dua! Apa maksudmu"!" sentak Luhkemboja.
"Kembalikan tongkat itu pada kami!" teriak Luhkenanga.
Hantu Muka Dua kembali tertawa. "Aku tidak mungkin mengembalikan tongkat batu
ini. Benda ini sudah ditakdirkan menjadi milikku! Tapi jika kalian memang
menginginkan tongkat, aku akan memberikan tongkat lain!" Habis berkata begitu
Hantu Muka Dua menunjuk ke bawah lalu tertawa gelak-gelak.
"Mahluk jahanam kurang ajar!" maki Luhkemboja.
"Walau kau punya nama besar dan ilmu setinggi langit! Jangan kira kami takut
padamu! Malam ini akan jadi malam kematian bagimu! Riwayat Raja Di Raja Segala
Hantu di Negeri Latanahsilam akan berakhir!
Istana Kebahagiaan akan menjadi milik kami Sepasang Gadis Bahagia!"
"Hebat sekali ucapan kalian! Tidak ada salahnya aku menjajagi dulu sampai dimana
kehebatan ilmu kalian. Setelah itu baru aku menjajagi sampai dimana kenikmatan
yang tubuh kalian bisa berikan padaku!
Ha... ha... ha!"
Dua gadis kembar berteriak marah. Tubuh mereka lenyap menjadi bayang-bayang dan
berkelebat seraya menghantam ke arah Hantu Muka Dua.
"Bukkk!"
"Bukkk!"
Dua gadis kembar menjerit dan cepat melompat mundur seraya pegangi lengan mereka
yang menggembung merah dan sakit akibat bentrokan lengan dengan lawan. Hantu
Muka Dua sendiri tertawa mengekeh walau diam-diam dia merasa kagum karena
kekuatan dua pukulan sepasang gadis kembar membuat tulang lengannya menjadi
nyeri. "Aku harus cepat-cepat melumpuhkan mereka. Kalau tidak bisa-bisa aku kena
dicelakai!"
Sambil tertawa Hantu Muka Dua maju mendekati dua lawan. "Dua gadis kembar! Aku
tahu selama ini kalian hanya suka pada makhluk sejenis. Hari ini aku akan
memberi pengalaman baru pada kalian. Bagaimana nikmatnya bersenang-senang dengan
seorang lelaki! H... ha... ha! Kalau kalian sudah merasakan, kalian pasti akan
mengekoriku kemana aku pergi!"
"Hantu keparat!" maki Luhkemboja lalu dia ber-112 RAHASIA MAWAR BERACUN
teriak menyebut jurus serangan yang hendak dilancar-kannya. "Bahagia Naik Ke
Pelaminan!"
Luhkenanga tidak tinggal diam. Didahuiui teriakan
"Bahagia Menukik Menjebol Pusar Bumi!" gadis ini melesat ke arah Hantu Muka Dua.
Gerakan mereka hebat sekali. Hampir tak kelihatan. Tahu-tahu kaki kanan
Luhkemboja sudah menghujam ke arah kepala sedang tinju kanan Luhkenanga menyodok
ke perut Hantu Muka Dua.
"Hebat... hebat! Kalian memang dua gadis hebat!
Aku senang! Kalian berdua juga pasti hebat di atas ranjang! Kalian memang pantas
kujadikan penghuni kamar dari Istana Kebahagiaan!"
"Habis berkata begitu Hantu Muka Dua gerakkan tangannya kiri kanan.
"Wuuuttt!"
"Wuuuttt!"
Dua larik angin menderu.
Luhkemboja terpekik sambil pegangi lehernya.
Luhkenanga juga menjerit. Seperti kakaknya gadis ini juga pegangi lehernya.
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 6 Pendekar Rajawali Sakti 28 Macan Gunung Sumbing Laba Laba Hitam 2

Cari Blog Ini