Ceritasilat Novel Online

Tua Gila Dari Andalas 3

Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas Bagian 3


sini!" Lalu pada Tua Gila dia menghardik. "Jangan kau berani bicara dengan
muridku. Dia bukan cucumu!"
Tua Gila menyeringai. "Siapapun adanya diriku, kau tak bisa mengingkari
kenyataan. Gadis itu adalah cucuku. Cucumu juga. Di tubuhnya mengalir darah kita
berdua...."
"Bangsat! Jangan bicara yang bukan-bukan!" bentak Sabai Nan Rancak dengan muka
kelam membesi. "Cucuku, aku tidak meminta balas jasa karena lelah menyelamatkan dirimu waktu di
Pangandaran dulu. Tapi tolong kau beri pengertian pada gurumu agar membebaskan
anak tidak berdosa itu. Setelah itu dia boleh membunuhku!"
SERIAL WIRO SABLENG
60 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Puti Andini pandangi wajah Tua Gila sesaat. Tiba-tiba dari mulutnya dia
keluarkan ludah lalu cepat-cepat tinggalkan tempat itu.
Sabai Nan Rancak tertawa mengekeh. Tua Gila, betul tadi itu cucu darah dagingmu"
Hik... hik... hik! Mengapa dia malah meludahimu, bukan menolongmu"! Hi... hik... hik!"
"Sabai. sebaiknya kita mulai saja. Tak lama lagi matahari akan terbit. Aku ingin
menyelesaikan urusan ini lalu istirahat, lalu pergi dari sini!"
Sabai Nan Rancak memandang pada Magek Bagak Baculo Duo lalu anggukkan kepala.
"Tua Gila, pertama sekali lekas kau serahkan Benang Kayangan itu padaku!"
"Apa maksudmu?" tanya Tua Gila dengan mata mendelik.
"Apa kau tuli tidak mendengar apa yang diucapkan Sabai?" bentak Datuk Angek
Garang. Tangannya berputar memperkeras jambakannya. Kembali Malin Sati merintih
kesakitan. "Aku akan berikan apa yang kau minta. Bahkan nyawaku! Asal anak itu kau
lepaskan!" teriak Tua Gila.
Si nenek tertawa. Magek Bagak dan Datuk Angek Garang mendengus.
"Berikan benang sakti itu lebih dulu. Soal nyawamu bisa diatur kemudian!" kata
si nenek muka putih pula.
Tua Gila menggeram dalam hati. Dia terpaksa mengeluarkan gulungan Benang
Kayangan dari balik pakaiannya yang robek. Sabai Nan Rancak cepat menyambar
benda itu. "Sekarang kalian harus lepaskan muridku!"
"Sabar Tua Gila. Tenang saja. Permainan belum selesai!" jawab Sabai Nan Rancak
sambil buka gulungan Benang Kayangan, "Ingat baik-baik, kalau kau berani
bergerak nyawa muridmu tak akan tertolong!"
"Jahanam! Apa yang ada di otak kotormu"!" teriak Tua Gila.
Sabai Nan Rancak tertawa panjang. Tiba-tiba dia gerakkan tangan kanannya.
"Settt... settt...
sett...!" Tua Gila memandang ke depan. Magek Bagak Baculo Duo tekankan mata keris ke leher
Malin Sati. SERIAL WIRO SABLENG
61 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Mau tak mau terpaksa dia tak berani bergerak. Sabai Nan Rancak melibat sekujur
tubuhnya dengan Benang Kayangan miliknya sendiri hingga dia berada dalam keadaan
tidak berdaya sama sekali!
Magek Bagak Baculo Duo tertawa gelak-gelak. Dengan tumit kirinya didorongnya
tubuh bungkuk Tua Gila hingga kakek ini jatuh terguling di tanah. Datuk Angek
Garang bantingkan tubuh Malin Sati ke tanah.
"Sesuai rencana kita menunggu sampai matahari terbit," kata Sabai Nan Rancak.
"Bagaimana kalau orang yang kita tunggu tidak muncul?" bertanya Datuk Angek
Garang. "Apa susahnya" Bangkai tua itu langsung kita pesiangi. Hukum picis akan dimulai
terhadap dirinya! Hik... hik... hik!"
"Kalau begitu kita bertiga bisa mencari tempat yang baik untuk istirahat sekedar
melunjurkan kaki." kata Magek Bagak pula.
"Hemmm.... Terserah kalian saja," jawab Sabai Nan Rancak. Sebelumnya mereka
telah menunggu delapan hari delapan malam sampai Tua Gila muncul. Tidak heran
kalau sebenarnya saat itu mereka merasa sangat letih.
*** LANGIT di teluk Siburu mendadak gelap berat padahal kedatangan pagi masih lama.
Hujan lebat mengguyur teluk. Angin dari tengah laut menderu kencang. Gelapnya
malam dan lebatnya hujan menutup pemandangan. Ketika terakhir sekali Sabai Nan
Rancak memandang ke tepi pasir sosok Tua Gila yang terikat dalam keadaan tidak
berdaya masih terlihat menggeletak di kejauhan.
Muridnya juga tampak terkapar tak jauh dari situ. Namun ketika hujan mulai reda
dan pemandangan mulai terang dua sosok tubuh guru dan murid itu tidak kelihatan
lagi di tempat itu.
Sabai Nan Rancak berteriak keras membuat Datuk Angek Garang dan Magek Bagak
Baculo Duo tersentak dari tidur-tidur ayam mereka.
"Ada apa Sabai?" tanya Magek Bagak sambil keluar dari tempat keteduhan dan
mengusap mukahnya yang segera basah oleh air hujan.
SERIAL WIRO SABLENG
62 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Bangsat tua itu melarikan diri! Muridnya juga lenyap!" teriak Sabai Nan Rancak.
Mana mungkin Tua Gila bisa kabur! Kita telah mengikatnya dengan Benang
Kayangan!" kata Datuk Angek Garang.
Keparat itu punya seribu akal! Kita bertiga telah berlaku ayal!" ujar si nenek
muka putih. Lekat lakukan penyelidikan. Kita berpencar. Beri tanda dengan suitan jika salah
satu dari kita melihat mereka! Kalaupun keduanya lari pasti belum jauh! Jika
kita bergerak sekarang pasti keduanya bisa terkejar!"
Tiga orang itu segera berkelebat di bawah hujan dan gelapnya malam menjelang
pagi. Apakah yang terjadi"
*** SERIAL WIRO SABLENG
63 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SEPULUH KETIKA hujan mulai turun, dari arah pantai yang gelap tampak sesosok tubuh
bertiarap beringsut-ingsut mendekati Tua Gila yang terguling di atas pasir dalam
keadaan terikat tidak berdaya.
Orang tua ini tengah menggigil menahan sakit dan dingin serta deraan air hujan
ketika tiba-tiba di sampingnya ada satu suara perlahan.
"Kek... kau pingsan atau bagaimana...?"
"Setan dari mana yang bertanya!" desis Tua Gila sambil buka matanya lebar-lebar.
Hanya terpisah satu jengkal di depannya dia melihat wajah cantik bercelemong
pasir dan basah oleh air hujan. "Hemmm. cucu kualat. Kau rupanya...." kata Tua
Gila begitu dia mengenali yang ada di dekatnya adalah Puti Andini murid Sabai
Nan Rancak. "Ada apa kau kemari"!"
"Jangan bicara keliwat keras. Aku datang untuk menolongmu...."
"Aku tidak butuh pertolongan. Aku sudah siap untuk mati. Kalau hatimu memang
baik tolong saja muridku...."
"Kalau aku menolong dia apa yang kemudian dia bisa lakukan" Jangan tolol Kek!''
"Sialan! Tadi kau meludahiku! Sekarang memakiku tolol!"
"Itu namanya akal Kek! Agar apapun yang terjadi guruku tidak curiga padaku!"
jawab si gadis.
"Bagus. Kalau begitu lekas kau buka ikatanku!"
"Aku tidak tahu bagaimana caranya. Ini bukan benang biasa dan ikatannya juga
bukan sembarang ikatan!" kata Puti Andini pula.
"Kau telusuri salah satu ujungnya. Begitu bertemu kedut tiga kali. Setelah itu
kau tarik perlahan-lahan. Benang akan meluncur lepas dari tubuhku!"
Puli Andini membuka matanya lebar-lebar memperhatikan ikatan benang sakti di
tubuh si kakek.
SERIAL WIRO SABLENG
64 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Kau tak bakal menemukan ujung benang kalau hanya mempergunakan mata. Urut
dengan tanganmu. Ayo lekas sebelum setan-setan itu ada yang melihat ke sini!"
Andini lakukan apa yang dikatakan si kakek.
"Lama betul kau mencari! Sudah ketemu belum...?"
"Su... sudah Kek...."
"Kalau begitu kenapa tidak kau betot?"
"Aku tak bisa Kek!"
"Ujung benang yang kau maksud berada bawah pusarmu. Masuk ke balik celanamu...."
Menerangkan Puti Andini.
Tua Gila terkesiap lalu hampir saja dia hendak tertawa bergolak. "Bilang saja
kau takut tanganmu menyentuh anuku hah?"
"Bu... bukan begitu Kek." jawab Puti Andini bingung sendiri.
"Sudah, mengapa kau jadi tolol. Tarik bagian yang menyembul di atas bajuku.
Ujung benang pasti akan keluar! Kalau sudah dapat baru kau sentakkan tiga kali.
Mengerti?"
"Mengerti Kek." Lalu Puti Andini lakukan apa yang dikatakan Tua Gila. Perlahanlahan benang putih ditariknya ke atas sampai dia berhasil menyentuh ujung benang
sakti itu. Seperti dikatakan si kakek, Puti Andini segera menyentakkan ujung
benang tiga kali berturut-turut. Benar saja, setelah ditarik begitu benang sakti
itu meluncur lepas secara mudah.
"Cucu pintar, kau lekas pergi dari sini! Aku akan menarik muridku ke tempat yang
aman...." "Aku sudah menyiapkan sebuah perahu untuk kalian di pantai sebelah barat. Aku
menunggumu di sana. Ini aku kembalikan benang sakti bekas ikatanmu...."
Tua Gila cepat menggulung Benang Kayangan itu. Setelah Puti Andini meninggalkan
tempat itu dengan cepat dia menarik tubuh Malin Sati. Anak sepuluh tahun yang
jadi muridnya itu.
Ketika sampai di pantai sebelah barat Puti Andini telah menunggu sambil
memegangi sebuah perahu yang siap diluncurkan ke laut.
"Aku sangat berterima kasih dan berhutang nyawa padamu. Andini!' kata Tua Gila
sambil meletakkan tubuh Malin Sati ke atas lantai perahu.
SERIAL WIRO SABLENG
65 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Jangan sebut hal itu. Kau pernah menyelamatkan nyawa dan kehormatanku! Apa kau
kira aku tidak memikirkan untuk membalasnya?"
"Tapi kalau gurumu tahu kau akan dibunuhnya!" kata Tua Gila mengingatkan.
"Akal Kek. Kita harus pakai akal!" jawab si gadis pula.
"Apa maksudmu?"
Lekas kau pukuli beberapa bagian mukaku. Lalu totok hingga aku tak bisa
bersuara, tak bisa bergerak Setelah itu lekas naik ke atas perahu dan pergi dari
sini.' "Siapa tega memukuli mukamu. Aku tahu akalmu. Biar kucubit saja! Kau hanya akan
merasa sakit sedikit. Tapi bengkaknya seperti bekas digebuki! Hi... hik...
hik...!' Tua Gila lantas mencubit wajah Puti Andini di bagian pipi, kening serta
dagu. Sesaat kemudian bagian-bagian wajah yang dicubit itu kelihatan biru
membengkak. "Hik... hik... hik! Wajahmu jadi tambah cantik! Aku pergi sekarang!
Kalau kelak terjadi bentrokan lagi antara aku dan gurumu kuharap kau jangan
memihak siapapun!"
"Itu urusan nanti saja Kek. Tapi satu hal aku peringatkan padamu. Kau tak bakal
dapat menghadapi ilmu Pukulan Kipas Neraka yang dimiliki guruku Sabai Nan
Rancak...."
"Aku tahu hal itu. Itu sebabnya sekarang lebih baik aku mengalah saja. Aku pergi
sekarang. Terima kasihku untukmu... "
"Hati-hati Kek!"
Tua Gila acungkan dua jari tangannya untuk menotok si gadis. Namun tiba-tiba dia
ingat sesuatu. "Cucuku, apakah kau tidak berkirim salam pada seseorang?"
"Seseorang siapa maksudmu?" tanya Puti Andini agak heran.
"Muridku si geblek Wiro Sableng itu!" jawab Tua Gila.
"Kau ini ada-ada saja!"
"Hai, kau mau berkirim salam atau tidak?"
"Apa dia mau menerima salamku"' ujar Andini.
"Kalau kau yang berkirim tentu dia akan menerima dan gembira! Jadi kusampaikan
salammu padanya?"
SERIAL WIRO SABLENG
66 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Baiklah kalau kau mau menyampaikan...."
"Akan kusampaikan. Salamnya salam apa cucuku?"
Maksudmu"'' tanya Puti Andini tidak mengerti.
"Salam itu banyak macamnya. Salam rindu, salam kangen, salam mesra, salam...."
"Kek. pantas kau disebut orang Tua Gila. Dalam keadaan seperti ini kau masih
bisa bersenda gurau!"
Tua Gila tertawa mengekeh. "Hidup musti begitu cucuku. Gembira setiap saat di
kala duka, kesusahan apa lagi di waktu senang! Hik... hik... hik!"
Tua Gila menotok tubuh Puti Andini dua kali berturut-turut. Gadis ini roboh ke
atas pasir tanpa bisa bersuara maupun bergerak. Sepasang matanya yang bening
memperhatikan Tua Gila mengayuh perahu menjauhi pantai di bawah hujan yang mulai
mereda. Ketika perahu yang ditumpangi Tua Gila hampir lenyap di kejauhan tiba-tiba
terdengar suara menegur kerat.
"Anak gadis murid Sabai Nan Rancak! Apa yang terjadi dengan dirimu"!"
"Hemmm.... Salah seorang dari mereka berhasil menemuiku. Untung Tua Gila sudah
berada jauh di lengah lautan."
Sesosok tubuh membungkuk di samping tubuh Puti Andini yang terbujur di atas
pasir dalam keadaan lertotok tak bisa bersuara tak bisa bergerak.
"Anak cantik.... Apa yang terjadi dengan dirimu?"
"Itu suara si Magek Bagak Baculo Duo..." pikir Puti Andini yang mengenali suara
orang. Tubuh si gadis bergeletar ketika tiba-tiba betisnya yang tersingkap diusap
orang. Usapan itu naik sampai ke paha.
"Bangsat jahanam! Apa yang kau lakukan ini." teriak si gadis. Namun teriakan itu
hanya menggema di tenggorokannya.
*** SERIAL WIRO SABLENG
67 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SEBELAS RANGSANGAN nafsu bejat membuat Magek Bagak Baculo Duo semakin berani. Dia memang


Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah lama mendendam selera terhadap murid Sabai Nan Rancak ini. Tangannya
menjalar ke balik pakaian Puti Andini. Ciuman bertubi-tubi mendarat di wajah si
gadis. Tiba-tiba satu bayangan hitam berkelebat. "Manusia jahanam! Apa yang kau lakukan
terhadap muridku"!"
"Bukkk!"
"Krakkk!"
Tulang bahu sebelah kanan Magek Bagak Baculo Duo remuk. Tubuhnya mencelat masuk
ke dalam air laut. Termiring-miring dia keluar dari dalam air dan memandang
mendelik pada Sabai Nan Rancak, Pakaian bagusnya basah kuyup.
"Kau sudah gila menyerang teman sendiri?" sentak lelaki yang keningnya ada dua
benjolan itu. "Kau belum menjawab pertanyaanku manusia culasi Apa yang kau lakukan terhadap
muridku?" hardik si nenek muka putih.
"Apa yang aku lakukan" Memangnya aku melakukan apa?"
"Jahanam! Jangan berani dusta!"
"Aku menemukannya dalam keadaan seperti itu. Aku berusaha menelitinya...."
"Menelitinya dengan jalan menciumi" Setan!"
"Aku tidak menciuminya. Aku mendekatkan kepala karena Ingin melihat mengapa
wajahnya bengkak. Hari masih gelap! Kalau kepalaku tidak aku dekatkan mana
mungkin aku bisa menyelidik!"
"Begitu"! Bukankah sudah ada kata sepakat" Siapa saja yang menemukan sesuatu
harus memberi tanda dengan suara suitan!"
SERIAL WIRO SABLENG
68 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Itu betul! Tapi aku mementingkan keselamatan muridmu. Memeriksa keadaannya
lebih dulu. Setelah itu baru aku bermaksud memberi tanda."
"Begitu?" Si nenek menyeringai angker. "Baik, kita dengar apa yang bakal
dikatakan muridku!"
Paras Magek Bagak Baculo Duo jadi berubah. "Tunggu dulu Sabai!" katanya.
Tapi si nenek telah melepaskan totokan di tubuh muridnya. Begitu dirinya bebas
Puti Andini langsung melompat dan menyerang Magek Bagak. Dari mulutnya keluar
kutuk serapah. "Tua bangka busuk! Kau berserikat dengan guruku! Tapi berbuat keji menggunting
dalam lipatan!"
Sabai Nan Rancak cepat menyelak diantara kedua orang itu. Mukanya yang putih
kelihatan merah sekail.
"Sekarang apakah kau masih bisa berdalih manusia sundal?" bentak Sabai Nan
Rancak. "Tunggu dulu Sabai!"
"Nasibmu menyedihkan sekali Magek. Aku sudah terlanjur bersumpah akan membunuh
semua lelaki yang melakukan kekejian terhadap kaum perempuan!"
"Sabai! Urusan besar kita belum selesai! Biar aku memberi keterangan lebih
dulu!" Sabai Nan Rancak menyeringai.
"Keteranganmu itu bisa kau berikan nanti pada malaikat maut!" jawab si nenek
muka putih. "Kalau kau beritikad jahat padaku, terpaksa aku menghabisimu!" mengancam Magek
Bagak Baculo Duo.
"Keluarkan semua ilmumu. Cabut sepasang keris saktimu itu. Aku cuma mengandalkan
ini!" kala si nenek pula. Kedua tangannya dipukulkan ke depan. Dua larik sinar merah
menderu lalu menebar menjadi dua kipas api mengerikan.
"Pukulan Kipas Neraka!" teriak Magek Bagak. Dia cepat menyingkir. Tapi
terlambat. Tubuhnya terkutung putus pada dua bagian. Dua potongan mencelat ke dalam laut.
Potongan ketiga yaitu pinggang ke bawah terbanting di atas pasir. Melejanglejang beberapa lama lalu diam tak berkutik lagi. Puti Andini berbalik dan
memeluk gurunya lalu menangis sesenggukan.
"Hentikan tangismu! Ceritakan apa yang terjadi!" kata Sabai Nan Rancak setengah
membentak. SERIAL WIRO SABLENG
69 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Sebelum Puti Andini membuka mulut. Datuk Angek Garang berkelebat muncul di
tempat itu. "Apa yang terjadi" Apa Tua Gila sudah ditemukan...."
Ucapannya terhenti ketika sepasang matanya melihat potongan tubuh Magek Bagak
yang terkapar di pasir. Seperti tak percaya dia mendekati potongan tubuh itu.
Lalu tersurut sendiri karena bergidik ngeri. Tubuh Magek Bagak laksana disayat
gergaji raksasa namun bagian yang terpotong gosong hitam seperti dipanggangl
"Sobat kita telah berlaku culas! Dia berusaha menggerayangi muridku!"
Menerangkan Sabai Nan Rancak.
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Datuk Angek Garang.
"Puti, ceritakan apa yang terjadi!" perintah si nenek muka putih pada muridnya.
"Seperti yang diperintahkan, aku menunggu di sini. Tiba-tiba kakek keparat itu
muncul sambil menggendong muridnya. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa lolos.
Lantas saja aku menyerangnya.
Tapi dia terlalu kuat bagiku...." Puti Andini memperlihatkan mukanya yang babak
belur seperti kena hantaman.
"Aku tidak mengira! Walau sudah diketahuinya kau adalah cucunya mengapa dia
setega itu memukulimu! Apa yang terjadi selanjutnya Puti?" ujar Sabai Nan
Rancak. "Mungkin takut hari keburu siang atau kawatir guru dan kawan-kawan muncul di
sini maka dia menotok tubuhku. Kakek keparat itu kemudian melarikan diri dengan
perahu bersama muridnya..."
"Jahanam betul!" rutuk Datuk Angek Garang. "Lalu bagaimana sampai Magek Bagak
mengalami nasib seperti ini?" tanyanya.
"Dia pertama sekali muncul di tempat ini! Menemui diriku dalam keadaan tidak
berdaya, bukannya menolong tapi malah pergunakan kesempatan menggerayangi
tubuhku!" "Kalau aku tidak keburu datang mungkin muridku ini sudah dirusaknyal" kata Sabai
Nan Rancak pula.
SERIAL WIRO SABLENG
70 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Jika memang begitu ceritanya pantas orang gila satu ini dihabisi dengan pukulan
Kipas Neraka!" kata Datuk Angek Garang pula. Hanya satu hal yang aku tidak
mengerti, bagaimana Tua Gila bisa meloloskan diri dari ikatan Benang
Kayangan...?"
"Itu juga yang aku rasa aneh," menyahuti Sabai Nan Rancak. "Tapi jangan lupa,
bangsat tua itu punya seribu satu pengalaman dan seribu satu akal. Dia pura-pura
tak berdaya. Begitu kita lengah dia melarikan diri. Membawa serta muridnya!"
"Tua bangka itu tidak tahu. Ketika muridnya kubantingkan ke tanah, anak itu
sebenarnya sudah tidak bernafas lagi!"
Sabai Nan Rancak tenang saja mendengar ucapan orang itu seolah nyawa si anak
tidak lebih berharga dari nyawa binatang. Sebaliknya Puti Andini terpaksa
palingkan kepalanya ke jurusan lain untuk menyembunyikan perubahan pada
wajahnya. "Apa yang harus kita lakukan sekarang Sabai?" tanya Datuk Angek Garang.
"Aku dapat menduga ke mana kaburnya tua bangka keparat itu. Pasti dia kembali ke
tanah Jawa. Datuk Angek Garang, harap kau segera melakukan pengejaran! Aku dan
muridku akan melakukan suatu di pulau ini!"
"Hemmm, apakah yang hendak kalian laku kalau aku boleh bertanya!"
"Kau ingat kisah setahun silam ketika Datuk Tinggi Raja Langit saudaramu itu
berusaha menjebak Tua, Gila dan Pendekar 212 Wiro Sableng di pulau ini"'
"Tentu saja aku ingat. Terlebih karena adikku tak pernah kembali ke utara. Aku
yakin dia memang sudah menemui k e matian di tangan tua bangka jahanam itu!"
"Itulah yang akan kuselidiki Datuk. Biar ada kejelasan. Aku tak tahu berapa lama
akan berada di pulau ini. Itu sebabnya kuminta bantuanmu untuk mengejar Tua
Gila. Aku dan Andini akan menyusul kemudian...."
"Kalau cuma hendak menyelidik apa perlunya" Datuk Tinggi jelas-jelas sudah jadi
mayat. Setelah setahun tak pernah muncul setelah berhadapan dengan seorang sakti
seperti Tua Gila, apakah seseorang masih bisa dikatakan hidup" Aku menaruh
curiga, jangan-jangan ada sesuatu yang lain yang ingin dicari perempuan bermuka
putih ini!"
"Apa jawabanmu Datuk Angek Garang" Kau seperti memikirkan sesuatu!"
SERIAL WIRO SABLENG
71 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Datuk Angek Garang anggukkan kepala. "Aku akan menuruti apa kemauanmu. Apapun
yang terjadi aku akan menunggumu hari tujuh bulan tujuh di bukit Tegalrejo di
timur Candi Mendut.
Jika sampai hari ke lima belas kau tidak muncul aku tak akan menunggu. Berarti
kita mencari jalan sendiri-sendiri."
"Setuju!" kata Sabai Nan Rancak. Kedua orang itu saling menjura. Datuk Angek
Garang melangkah cepat ke balik kerumpunan semak belukar di mana tersembunyi dua
perahu layar cukup besar. Dibantu oleh si nenek dan muridnya sang Datuk menarik
satu dari dua perahu itu menuju ke laut.
*** DUA BELAS TUA GILA bersimpuh di depan gundukan tanah merah makam Malin Sati. Dia berada di
sebuah pulau yang tidak diketahuinya pulau apa. Ketika dia menyadari muridnya
itu ternyata tidak bernafas lagi Tua Gila meraung keras. Setengah harian dia
meratap seperti anak kecil. Kemudian dia sadar sekalipun dia menangis sampai
keluar air mata darah, sang murid tidak akan bisa hidup lagi.
Di saat matahari bersinar terik di puncak kepalanya Tua Gila putar perahunya ke
arah timur dimana dilihatnya sebuah pulau di kejauhan. Di pulau inilah kemudian
jenazah Malin Sati dikuburnya.
SERIAL WIRO SABLENG
72 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Muridku, aku bersumpah akan membunuh manusia-manusia celaka penyebab
kcmatianmu! kata Tua Gila. Perjalananku masih jauh. Aku terpaksa meninggalkanmu Malin. Aku
harus pergi sekarang...."
Dengan mata berkaca-kaca si kakek bangkit berdiri. Pada saat itulah baru
diketahuinya kalau tempatnya berada itu telah dikurung oleh dua lusin orang
bersenjata tombak, berpakaian dari kulit kayu. Di kepala masing-masing mereka
mengenakan topi berbentuk mahkota terbuat dari daun nangka hutan. Mata mereka
rata-rata berwarna merah dan selalu bergerak liar kian kemari. Hak...
huk... hak... huk!
Salah seorang dari penduduk pulau maju mendekati Tua Gila. Mengeluarkan ucapan
hak-huk hak-huk yang tidak dimengerti Tua Gila sambil menunjuk-nunjuk ke arah
puncak sebuah bukit di kejauhan.
"Aku tidak mengerti apa yang kalian ucapkan!" -Hak... huk... hak... huk!" Orang
tadi kembali berhak-huk hak-huk sambil menunjuk ke arah bukit. Lalu dia ulurkan
tangan memegang lengan Tua Gila dan menarik si kakek.
Saat itu Tua Gila sedang kalut pikiran. Ditambah dengan bara dendam kesumat yang
membakar dirinya. Kalau saja dia tdak menyadari tengah berhadapan dengan
penduduk pulau yang bahasa dan adat sikapnya berlainan mungkin orang yang
menarik lengannya itu sudah ditendang atau dipukulnya sampai terjengkang.
Tiba-tiba ada derap kaki kuda mendatangi. Tak lama kemudian seorang pemuda
berkulit sawo matang bertampang gagah muncul di tempat itu. Dia juga mengenakan
pakaian dari kulit kayu. Memakai topi daun berbentuk mahkota. Bedanya pemuda ini
bertubuh bersih penuh otot, tidak dicoreng moreng. Dia segera melompat turun
dari tunggangannya dan mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak diketahui Tua
Gila. Mendengar ucapan anak muda itu orang yang memegang tangan Tua Gila segera
melepaskan pegangannya lalu melangkah mundur. Si anak muda cepat menemui Tua
Gila. Orang tua harap maafkan sikap para perajurit Kerajaan. Mereka selalu
bersikap seperti itu terhadap orang luar yang tidak dikenal...
Tua Gila mengangguk. "Untung dia bisa bicara yang aku mengerti. Kalau tidak apa
jadinya." Dalam hati dia merasa heran. "Perajurit Kerajaan..." Memangnya di sini ada
Kerajaan" Kerajaan SERIAL WIRO SABLENG
73 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
apa" Namaku Datuk Pangeran Rajo Mudo. Aku Putera Mahkota di pulau ini dan pulau
sekitarnya. Kedua orang tuaku Raja dan Permaisuri Kerajaan sedang sakit keras.
Dukun Kerajaan telah coba mengobati tapi tidak berhasil. Apakah kau tahu ilmu
pengobatan, orang tua?" Tua Gila menggeleng.
"Maukah kau melihat dan memeriksa Raja serta Permaisurinya?"
Tua Gila berpikir sejenak baru menjawab. "Aku akan penuhi permintaanmu. Tapi
jika aku tidak bisa menyembuhkan penyakit mereka apakah aku diperbolehkan pergi
dengan bebas dari pulau ini"''
"Tentu saja orang tua.... Jadi kau mau ikut bersama kami ke Istana?"
"Ya... ya.... Aku mau!"
"Istana kami sangat besar. Kau pasti akan mengaguminya."
"Apa Istanamu punya nama?"
'Tentu. Raja memberinya nama Istana Sipatoka...."
Terkejutlah Tua Gila mendengar nama yang disebutkan itu. Si pemuda sendiri
tampak heran melihat perubahan wajah si kakek. "Apakah Raja ayahandamu itu punya
hubungan dengan Datuk Sipatoka yang pernah menjadi Raja di Raja di Tambun Tulang
beberapa tahun silam?"
"Nama mungkin bisa sama. Tapi Kerajaan kami tidak ada sangkut pautnya dengan
Datuk Sipatoka yang kau sebutkan itu."
Tua Gila menjadi lega. "Aku siap mengikutimu."
"Sebelum kita menuju ke Istana Sipatoka aku harus tahu lebih dulu, siapa yang
kau kuburkan di tempat ini?"
"Muridku. Dia meninggal dunia di tengah laut. Aku terpaksa membawa dan
menguburnya di sini. Ini adalah pulau terdekat dalam perjalananku...."
"Sebetulnya ada larangan keras bagi seseorang untuk menginjakkan kaki di pulau
ini. Apalagi menggali tanah menanam bangkai...."
"Jangan kau sebut muridku bangkai. Dia manusia! Namanya jenazah bukan bangkai!"
kata Tua Gila setengah berteriak.
SERIAL WIRO SABLENG
74 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Si pemuda yang mengaku Putera Mahkota bernama Datuk Pangeran Rajo Mudo
tersenyum. "Bagi kami manusia atau binatang kalau sudah mati sama saja. Kami sebut bangkai.
Itu sebabnya semasa hidupnya manusia harus berperilaku benar-benar seperti
manusia, karena kalau sudah mati dia bukan manusia lagi! Orang tua, kau telah
berbuat dua kali pelanggaran. Memasuki pulau kami secara diam-diam. Menggali
tanah menguburkan muridmu secara diam-diam...."
Tua Gila tertawa mengekeh. Yang disebut para perajurit Kerajaan di sekelilingnya
berseru hak-huk hak-huk. "Rupanya begitu menginjakkan kaki di pulau ini aku
harus berteriak-teriak.


Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika menggali kubur juga harus berteriak-teriak! Edan! Bumi dan langit serta
laut adalah milik Tuhan! Siapa saja boleh pergi kemana dia suka! Anak muda, kau
mulai bicara dengan lidah berkait.
Tadi kau bilang jika aku tidak bisa menyembuhkan Raja dan Permaisuri aku boleh
pergi dengan bebas. Tapi aku punya firasat kau dan orang-orangmu akan melakukan
sesuatu padaku! Dengar baik-baik anak muda. Jika hal itu kau lakukan terhadapku
kau dan semua yang ada di pulau ini akan kujadikan bangkai! Lalu aku akan
berteriak-teriak menguburkan bangkai kalian!"
Habis berkata begitu Tua Gila dekati sebatang pohon kelapa. Dengan tangan
kirinya batang pohon itu dihantamnya.
"Kraaak!"
Perajurit-perajurit Kerajaan berteriak kaget dan lari menjauh berserabutan,
takut tertimpa tumbangan pohon kelapa yang jatuh bergemuruh. Datuk Pangeran Rajo
Mudo sendiri tetap tak bergerak dari tempatnya. Padahal tumbangan pohon kelapa
itu jatuh tepat ke atas kepalanya. Dua jengkal lagi batang kelapa akan
menghantam kepalanya, Datuk Pangeran Rajo Mudo melompat ke atas sambil angkat
tangan kirinya. Dengan tangan kirinya itu dia menahan batang kelapa lalu
perlahan-lahan dia melayang turun dan lemparkan batang kelapa itu ke tanah.
"Hak... huk... hak... huk!" Para prajurit Kerajaan Sipatoka berseru dan bertepuk
tangan melihat kehebatan Putera Mahkota mereka.
Tua Gila diam-diam merasa kagum melihat kekuatan tenaga si pemuda walau dia tahu
yang diperlihatkannya tadi adalah kekuatan tenaga luar atau kekuatan otot, bukan
kekuatan tenaga dalam.
SERIAL WIRO SABLENG
75 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Orang tua, kau berada di tempat kami. Jadi harap kau mengikuti segala aturan di
sini. Kalau kau macam-macam aku akan buat lehermu seperti ini!" Datuk Pangeran
Rajo Mudo lalu hantamkan tumit kirinya ke batang kelapa yang tergeletak di
tanah. "Kraakk!"
Batang kelapa itu hancur putus berkeping-keping.
Tua Gila tersenyum-senyum. "Katamu Raja dan Permaisuri sedang sakit keras.
Apakah kau akan terus pamer kekuatan di tempat ini dan membiarkan mereka lebih
cepat menemui kematian?"
"Orang tua, kau boleh naik kudaku. Aku akan berlari di depanmu! Kha segera
berangkat menuju Istana Sipatoka!"
"Bagaimana kalau kau yang naik kuda di sebelah depan dan aku yang mengikuti di
sebelah belakang?" ujar Tua Gila pula.
"Orang tua sombong, jika kau menantang jangan-jangan kau yang harus diobati
sesampainya di istana. Bukan Raja dan Permaisuri!"
Tua Gila tertawa mengekeh. Begitu Datuk Pangeran Rajo Mudo naik ke atas punggung
kuda, digebraknya pinggul binatang itu keras-keras. Kuda melompat dan menghambur
lari laksana dikejar setan.
"Hak... huk... hak... huk!" Para perajurit berteriak-teriak.
Datuk Pangeran memandang ke belakang karena menyangka si kakek sudah jauh
tertinggal. Tapi alangkah terkejutnya dia ketika dapatkan Tua Gila berada persis di ekor
kudanya. Berlari enak-enakan sambil bernyanyi-nyanyi kecil!
*** Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
TIGA BELAS YANG disebut Istana itu ternyata adalah satu bangunan kayu besar sepanjang
puluhan tombak dan dibangun bertopang pada pohon-pohon besar yang tumbuh di
sekelilingnya. "Ini Istana kami. Semua rakyat tinggal jadi satu di sini. Di paling ujung sana
ruang kediaman Raja dan Permaisuri, menerangkan Datuk Pangeran Rajo Mudo. Lalu
dia mempersllahkan Tua Gila menaiki tangga aneh, terbuat dari kayu lentur
semacam rotan setinggi belasan tombak tanpa pegangan. Di bangunan Istana
Sipatoka terdapat sepuluh tangga seperti itu.
Tua Gila kernyitkan kening melihat bentuk tangga Hu. Dia lebih terperangah
ketika melihat para penghuni Istana Sipatoka enak saja turun naik tangga seperti
beruk memanjat dengan lincah dan cepat
Melihat si kakek ragu mau menaiki tangga, Datuk Pangeran Rajo Mudo tertawa
lebar. "Orang tua, biar aku membantumu naik ke atas sana!" lalu pemuda itu menangkap
pinggang Tua Gila dan siap hendak mendukungnya. Ketika dia hendak dilarikan
menaiki tangga, Tua Gila cepat meronta dan melompat ke tanah.
"Datuk Pangeran, kau saja duluan naik ke alat. Aku akan memperhatikan dan nanti
menyusul," kata si kakek pula.
"Kalau kau naik sendiri setengah jalan mungkin kau sudah terkencing-kencing!
Tapi kalau kau keras kepala aku tidak memaksa!"
Pemuda itu melompat ke arah tangga. Cekatan sekail dia menaiki tangga hingga
dalam waktu singkat sudah berada di ambang pintu bangunan rumah kayu di atas
tana. "Orang tua, ayo lekat naik ke atas!" berseru Datuk Pangeran Rajo Mudo karena
menyangka Tua Gila masih berada di bawah.
SERIAL WIRO SABLENG
77 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Aku sudah berada di sini, Pangeran..." Satu suara terdengar di belakang Datuk
Pangeran Rajo Mudo. Dia cepat berpaling dan jadi ternganga ketika melihat Tua
Gila sudah tegak di depannya.
"Orang tua, bagaimana kau tahu-tahu sudah ada di sini?"
"Tadi aku mengikutimu dari belakang. Cuma waktu hendak melewatimu aku jadi
bingung. Lantas aku melompat saja di sebelah atasmu...." Tua Gila tertawa mengekeh.
Si pemuda jadi bingung sendiri. "Orang tua ini seorang saktikah atau dia tengah
mempermain-kanku?" pikir Datuk Pangeran,
"Waktuku tidak lama. Lekas antarkan aku ke tempat Raja dan Permaisuri..."
Datuk Pangeran mengangguk. Dia memberi isyarat pada si kakek untuk mengikuti.
Berjalan di bangunan tinggi dan sangat panjang itu Tua Gila melihat kamar
berderet-deret di kiri kanan.
Akhirnya dia sampai di ujung bangunan. Ruangan di sini jauh lebih besar dan
bertingkat dua.
Menaiki sebuah tangga kayu Tua Gila sampai di tingkat atas. Di sini terletak dua
buah pembaringan besar. Di sebelah kanan terbaring seorang lelaki berusia
sekitar enam puluh tahun.
Keseluruhan rambutnya sudah putih dan mukanya pucat cekung. Bibirnya kelihatan
kebiruan. Begitu juga cekungan yang melingkari sepasang matanya yang lerpejam. Tubuhnya
tertutup sehelai kain berwarna hijau. Hanya kepalanya saja yang tersembul.
Inilah Raja Kerajaan Sipatoka yang sedang menderita sakit.
Di pembaringan sebelah kiri terbaring sang Permaisuri. Seperti raja tubuhnya
juga tertutup kain hijau. Kepalanya tersembul tampak pucat walau telah diberi
hiasan mencolok. Bibirnya tampak biru. Warna biru juga kelihatan selingkar ke
dua matanya. "Lekas kau periksa kedua orang tuaku. Jika kau sudah tahu penyakitnya lekas kau
carikan obati." berbisik sang Putera Mahkota.
Tua Gila masih tetap berdiri di tempatnya. Hidungnya mencium berbagai macam bau.
Yang pertama adalah bau aneh yang keluar dari kepulan asap pendupaan yang
terletak di sudut ruangan.
Dekat pendupaan itu duduk sesosok tubuh berjubah hitam. Rambutnya putih panjang
menjulai sampai ke dada dan menutupi sebagian wajahnya yang penuh corengancorengan hitam. Kedua matanya terpejam, sedang dari mulutnya tiada henti keluar
suara meracau seperti orang membaca mantera.
SERIAL WIRO SABLENG
78 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tua Gila tidak dapat menerka apakah orang berjubah hitam ini lelaki atau
perempuan. Dia mendekati Datuk Pangeran dan berbisik. "Siapa orang yang duduk
dekat pendupaan itu?"
"Dukun Sakti Langit Takambangl Dia adalah wakil raja dalam segala perkara
merangkap tabib atau dukun Kerajaan..."
"Kalau kalian sudah punya dukun mengapa masih meminta bantuan orang lain?" ujar
Tua Gila. "Sekali ini Dukun Sakti Langit Takambang tidak mampu mengobati Raja dan
Permaisuri. Itu sebabnya kami mencari siapa saja yang sanggup menyembuhkan."
Tua Gila melirik ke sudut ruangan sebelah kiri. Dia melihat sebuah gentong besar
berwarna coklat. Dari dalam gentong ini mengepul keluar asap tipis dan bau yang
tidak sedap. "Apa isi gentong tanah itu Pangeran?" tanya Tua Gila.
"Ramuan obat yang dibuat Dukun Sakti untuk diminumkan pada Raja dan Permaisuri,
jawab Datuk Pangeran Rajo Mudo.
Tua Gila usap-usap janggut putihnya.
"Kau masih belum hendak memeriksa ke dua orang tuaku?" Si pemuda bertanya dengan
suara agak keras.
"Apakah Dukun Sakti tidak akan tersinggung kalau aku melangkahinya?"
"Lakukan apa yang aku suruh! Jangan perdulikan siapapun!"
Tua Gila lalu melangkah ke pembaringan sebelah kanan. Tangannya ditempelkan di
atas kening Raja. Terasa hawa panas sekali. Lalu dia membungkuk memperhatikan
wajah Raja. Suara meracau si Dukun Sakti Langit Takambang mendadak berhenti. Tua Gila
melirik. Orang tua itu mendongak ke atas. Matanya masih terpejam dan rambutnya riapriapan menutupi wajahnya. "Ada yang tidak beres dengan makhluk satu ini! Aku
akan segera mengetahuinya!" kata Tua Gila dalam hati. Dia kembali memeriksa
keadaan wajah Raja.
"Aku bukan tabib bukan dukun, bukan ahli pengobatan. Tapi aku hampir yakin orang
ini menderita sakit akibat racun ular!"
Tua Gila berpaling pada Datuk Pangeran dan bertanya dengan sangat perlahan.
"Apakah Raja pernah dipatuk ular berbisa?"
SERIAL WIRO SABLENG
79 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Dipatuk ular?" Si pemuda gelengkan kepala.
"Kau pasti?"
"Tentu saja aku pasti karena aku tahu betul."
"Kalau begitu izinkan aku memeriksa sekujur tubuhnya. Harap kau membantu
meneliti. Maklum mata tua ini tidak setajam mata orang seusiamu..." Maka Tua Gila lalu
memeriksa setiap sudut tubuh, tangan dan kaki Raja. Dia sama sekali tidak
menemukan luka sekecil apapun bekas gigitan atau patukan ular.
"Kau tidak akan memeriksa Permaisuri?" tanya Datuk Pangeran sang Putera Mahkota.
"Tidak perlu. Aku sudah tahu penyakitnya. Sama-sama terkena racun ular.... Antar
aku memeriksa isi gentong tanah itu."
Kedua orang itu melangkah mendekati gentong tanah di sudut ruangan. Tiba-tiba
dari mulut Dukun Sakti Langit Takambang kembali terdengar suara meracau seperti
membaca jampal-jampal.
Ketika Tua Gila hanya tinggal beberapa langkah saja lagi dari gentong besar,
sang dukun mendadak melompat dan tegak menghadang. Kepalanya ditundukkan.
Wajahnya tidak kelihatan. Lalu terdengar suaranya melengking tinggi.
"Pelanggaran telah terjadi di Kerajaan dan Istana Sipatoka! Orang luar
menginjakkan kaki di pulau, masuk ke dalam Istana tanpa izin aku penguasa
Kerajaan setelah Raja. Orang luar telah diminta untuk mengobati Raja dan
Permaisuri tanpa persetujuan aku Dukun Sakti Langit Takambang! Pantangan telah
dilanggar. Hukuman akan segera jatuh! Mati bagi orang luar!"
"Dukun Sakti Langit Takambang!" Datuk Pangeran membuka mulut. "Angkat kepalamu
dan lihat padaku!"
Perlahan-lahan Dukun Sakti itu angkat kepalanya. Wajahnya tetap saja tidak
terlihat jelas karena penuh corengan hitam dan tertutup rambut putih. Hanya
sepasang matanya kelihatan memandang menyorot ke depan.
"Aku Putera Mahkota Kerajaan Sipatoka. Yang sakit adalah ayah dan ibukul Aku
punya tanggung jawab dan kekuasaan untuk mencari jalan penyembuhan bagi mereka.
Orang luar ini aku yang membawanya ke sini...."
"Orang luar tidak berhak mengobati Raja! Itu sudah jadi ketentuan!"
SERIAL WIRO SABLENG
80 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Persetan dengan ketentuan! Kau sendiri selama dua bulan tidak mampu mengobati
Raja dan Permaisuri. Penyakit mereka semakin parah hari demi hari!"
Dukun Sakti berpaling pada Tua Gila lalu berkata. "Orang luar, lekas tinggalkan
pulau ini sebelum kutuk jatuh atas dirimul"
"Jangan perdulikan orang ini!' kata Datuk Pangeran pada Tua Gila. Lalu dengan
tangan kirinya pemuda itu mendorong Dukun Sakti hingga terjajar ke samping.
Tua Gila melangkah cepat mendekati gentong. Di dinding tergantung sebuah gayung.
Dengan gayung ini dia menciduk cairan dalam gentong lalu diperhatikan dan
diciumnya berulang kali.
Cairan itu berwarna coklat butak kehitaman. Baunya anyir sekali. Ketika dia
berpaling ke kanan Dukun Sakti itu tak ada lagi di tempat itu.
Kemana perginya orang tadi?" tanya Tua Gila. "Jangan perdutikan dia. Yang
penting apakah kau sudah tahu apa adanya cairan dalam gentong itu."
"Sebelum aku katakan apa adanya cairan ini, lebih baik kau memberi perintah pada
perajurit Kerajaan untuk mengawasi Dukun Sakti itu. Jangan sampai dia melarikan
diri..." "Eh. apa maksudmu orang tua?"
"Cairan obat ini mengandung racun ular mematikan. Takarannya sengaja dibuat
encer hingga orang yang meminumnya akan menemui ajal dalam jangka waktu lama
secara perlahan-lahan!"
Berubahlah paras Datuk Pangeran. Dari saku celananya dikeluarkannya sepotong
bambu. Lalu ditiupnya kuat-kuat berulang kali. Belasan perajurit Kerajaan menghambur
masuk ke atas bangunan. Datuk Pangeran mengatakan sesuatu. Mereka cepat
tinggalkan tempat itu sambil berteriak hak ...huk...hak ..huk dan acung-acungkan
tombak di tangan masing-masing.
"Orang tua, kau harus membuktikan bahwa cairan dalam gentong ini benar-benar
mengandung racun mematikan. Kalau tidak terbukti dan ternyata kau menebar
fitnah, kau akan kupancung sebelum matahari tenggelam!"
"Dalam perjalanan ke sini aku banyak melihat tikus hutan berkeliaran di tengah
jalan. Harap perintahkan orang-orangmu menangkapnya barang seekor dan bawa ke
sini!" Datuk Pangeran kembali meniup peluit bambunya. Belasan perajurit berdatangan
dengan cepat. Setelah mendengar ucapan sang Putera Mahkota mereka segera pergi.
Tak berapa lama SERIAL WIRO SABLENG
81 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kemudian lima orang muncul membawa masing-masing seekor tikus hutan.
"Dasar manusia-manusia geblek! Diminta seekor dibawa sampai lima tikus!" kata
Tua Gila mengomel dalam hati.
Tua Gila mengambil seekor tikus yang paling besar. Dia memegang binatang ini


Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada bagian lehernya lalu dipencetnya kuat-kuat. Begitu tikus mencicil dan
membuka mulutnya lebar-lebar Tua Gila segera guyurkan cairan dalam gayung ke
dalam mulut binatang itu. Tikus hutan menggelepar-gelepar beberapa kali. Tua
Gila meletakkan binatang ini di lantai. Tikus ini berlari kencang. Tapi cuma
setengah jalan. Dekat tangga menuju ke tingkat bawah tikus hutan ini menggelepar
dan terkapar tak berkutik lagi! Tua Gila berpaling pada Datuk Pangeran.
"Dukun Sakti Langit Takambang! Manusia jahanam! Dia meracuni Raja dan
Permaisuri!"
teriak Datuk Pangeran marah. Dia kembali tiup peluit bambunya. Ketika sembilan
perajurit muncul dia segara memberi perintah agar mencari Dukun Sakti itu dan
menangkapnya hidup-hidup.
"Orang tua, kau sudah tahu obat yang diberikan Dukun Sakti itu ternyata adalah
racun untuk dipakai membunuh kedua orang tuaku! Yang aku perlukan sekarang
adalah ramuan obat untuk menyembuhkan mereka!-"
Dari balik pakaian putihnya yang robek Tua Gila keluarkan sebuah kantong kecil
lalu menyerahkannya pada si pemuda.
SERIAL WIRO SABLENG
82 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Di dalam kantong kain Ini ada enam butir obat penangkal segala macam racun.
Minumkan pada Raja dan Permaisuri masing-masing satu butir selama tiga hari."
"Aku berterima kasih. Tapi kalau kau berhasrat hendak meninggalkan pulau saat
ini aku terpaksa menahanmu sampai tiga hari. Sampai hari terakhir obat ini
diberikan pada kedua orang tuaku!"
"Kau sengaja menahanku karena tidak percaya aku benar-benar memberikan obat
penyembuh?" Tua Gila melotot. "Kalau begitu berikan enam butir obat itu. Biar
aku tenggak semua sekaligus!"
"Orang tua. Jangan kau salah sangka. Aku menahanmu karena begitu Raja dan
Permaisuri sembuh kami akan mengadakan pesta besar tanda bersyukur!"
"Memanjatkan syukur dan terima kasih pada Tuhan tidak perlu pakai segala macam
pesta. Cukup bersujud padanya dan mengucapkan terima kasih dengan hati yang suci!"
"Aku sangat terkesan pada ucapanmu itu orang tua! Tapi aku tetap tidak
mengizinkanmu pergi. Aku ingin agar Raja dan Permaisuri mengucapkan terima kasih
mereka langsung padamu begitu mereka sembuh."
"Ah, Aku mau cepat ternyata malah jadi berlama-lama di tempat ini!" gerutu Tua
Gila dalam hati.
*** EMPAT BELAS SERIAL WIRO SABLENG
83 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
DATUK Pangeran Rajo Mudo melangkah di samping Tua Gila. "Pesta besar akan
dilangsungkan besok. Apa salahnya kau menunggu satu hari lagi. Sulit diduga
kapan kau akan kembali ke pulau ini."
Tua Gila tersenyum. "Bukan aku, tapi kau yang harus keluar dari pulau ini
Pangeran. Kau masih muda. Sebelum menjadi raja kau harus melihat dunia dan
mencari pengalaman hidup...."
Sang Putera Mahkota terdiam mendengar kata-kata Tua Gila itu. Sebelum dia sempat
menyahuti mereka sudah sampai di hadapan Raja dan Permaisuri yang duduk di
sebuah kursi panjang besar. Di hadapan mereka ada sebuah meja kecil. Di atas
meja ini terletak satu kotak kayu dalam keadaan tertutup.
Raja Kerajaan Sipatoka memeluk Tua Gila erat-erat. Kami ingin kau tinggal lebih
lama di tempat ini. Permaisuri bahkan mengusulkan sejak Dukun Sakti Langit
Takambang tidak diketahui ke mana raibnya, kau diharapkan akan jadi
penggantinya...."
Tuga Gila tertawa mengekeh. "Kalian Raja dan Permaisuri serta Putra Mahkota sama
baiknya. Aku mengucapkan terima kasih...."
"Tidak... Tidak, bukan kau yang mengatakan hal itu. Kami yang telah ditolong
yang harus menghaturkan ribuan terima kasih. Sebagai tanda terima kasih yang
harap jangan dilihat dari pemberiannya, kami ingin menyampaikan satu bingkisan
kecil untukmu. Ini bingkisan tanda persaudaraan dari aku, Raja dan rakyat
Kerajaan pulau Sipatoka. Aku Rajo Tuo Datuk Paduko Intan menyerahkan dengan
takzim, harap kau sudi menerima...." Lalu Raja yang baru sembuh dari sakit
akibat obat yang diberikan Tua Gila Ku mengambil kotak kayu yang terletak di
atas meja, membuka tutupnya dan menyodorkannya pada Tua Gila.
Si Kakek bungkuk berpakaian putih itu tampak terkesiap. Semua orang menyangka
dia terkesiap melihat isi kotak yaitu dua potong besar emas dan sebutir berlian
sebesar Ibu jari kaki.
Padahal Tua gila terkesiap mendengar nama yang disebutkan sang Raja.
"Raja Tuo Datuk Paduko Intan.... Datuk Paduko Intan. Aku pernah mendengar nama
itu. Tapi lupa di mana dan kapan...."
SERIAL WIRO SABLENG
84 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Raja Tuo Datuk Paduko Intan, aku tidak berani menerima hadiahmu. Aku menolong
tanpa pamrih. Bahkan sebelumnya aku telah berbuat kesalahan karena menginjakkan
kaki ke pulau ini tanpa izin...."
Raja Sipatoka tertawa gelak-gelak. "Kejadian itu membuat aku lebih membuka mata
bahwa kehidupan manusia ini saling berkaitan satu sama lain. Segala aturan dan
larangan yang keliru akan ku-pupus habis dari Kerajaan Sipatoka. Kau tahu. Putra
Mahkota malam tadi datang menghadapku meminta ijin untuk mengembara barang
setahun dua tahun di luar pulau. Nah, terimalah bingkisan ini..."
"Terima kasih Rajo Tuo. Tapi aku tak dapat menerimanya. Aku hanya bisa
menyampaikan rasa terima kasih besar atas kebaikanmu...."
Raja Sipatoka geleng-gelengkan kepala. Semua orang yang ada di situ tentu saja
tak dapat mempercayai kalau si kakek menolak hadiah yang begitu besar.
"Orang tua, aku jadi ingat pada cerita yang pernah kudengar dari istri pertamaku
dulu sebelum dia meninggal dunia waktu melahirkan. Dia sering menceritakan
kehebatan seorang jago tua berkepandaian tinggi yang adalah ayahnya sendiri.
Orang tua itu punya sifat aneh yaitu sering menolong tapi selalu menolak apa
saja yang diberikan orang padanya. Dia begitu mengagumi sang ayah tapi sekaligus
juga sangat membencinya. Menurut istriku karena ayahnya itulah maka ibunya
menderita seumur hidup. Dan kau percaya atau tidak, istriku itu seumur hidupnya
tidak pernah melihat atau mengenal ayahnya!"
Tua Gila mendadak merasakan lututnya bergetar. Dia punya firasat aneh. Maka dia
membe-ranikan diri bertanya. "Kalau aku boleh tahu siapakah nama mendiang
istrimu itu Rajo Tuo?"
"Andam Suri."
Getaran di lutut Tua Gila menjalar naik ke dada. Tengkuknya terasa dingin. Dia
kembali bertanya. "Apa kau tahu siapa nama ayah istrimu itu Rajo Tuo?"
"Kalau aku tidak salah istriku pernah menyebut namanya. Aku hanya ingat nama
depannya, lupa nama belakangnya. Namanya Sukat...."
Dada Tua Gila berguncang keras. Parasnya yang pucat seperti mayat itu tampak
bertambah pucat.
SERIAL WIRO SABLENG
85 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Sukat apa aku lupa..." menyambung Rajo Tuo Datuk Paduko Intan. "Tapi aku ingat
benar beberapa gelar yang diberikan orang padanya. Ada yang menyebutnya Pendekar
Gila Patah Hati.
Ada yang menggelarinya Iblis Gila Pencabut Jiwa. Tapi dia lebih dikenal dengan
Julukan Tua Gila."
Keringat memercik di kening Tua Gila. "Ya Tuhan apa betul saat ini aku
berhadapan dengan menantuku sendiri"! Suami dari anak yang tidak pernah aku
lihat seumur hidupku?"
Menggemuruh suara hati Tua Gila.
"Agaknya kau kurang senang mendengar kisah hidupku di masa lalu." kata Rajo Tuo.
"Biar kita lupakan si Tua Gila itu. Sekarang aku mohon kau menerima hadiah ini."
"Maafkan aku Rajo Tuo. Aku benar-benar tidak bisa menerima pemberianmu ini.
Biarlah kebaikanmu tetap menjadi pahala yang besar di hari kemudian."
Rajo Tuo menghela napas dalam. Kotak kayu itu ditutupnya kembali dan
diletakkannya di atas meja. Dia memandang pada Tua Gila lama sekali hingga si
kakek menjadi kecut kalau-kalau sang raja tahu bahwa dialah Tua Gila yang
disebut-sebutnya tadi.
"Orang tua. Jika kau tidak mau menerima hadiah itu, kuharap kau jangan menampik
pemberianku yang satu ini," Rajo Tuo berkata sambil berpaling pada istrinya.
Permaisuri Kerajaan Sipatoka menanggalkan sebuah kantong kecil yang tergantung
di pinggangnya lalu diserahkannya pada suaminya. Rajo Tuo membuka kantong itu.
Dari dalam kantong dikeluarkannya sebuah kotak kecil terbuat dari perak. Dia
membuka kotak sambil melangkah mendekati Tua Gila.
Dari dalam kotak diambilnya seuntai kalung perak bermata sebuah batu hijau yang
redup dan buruk bentuknya.
Barang ini bernama Kalung Permata Kejora. Bentuknya buruk tapi mengandung
kekuatan dan khasiat kesaktian luar biasa. Kalung ini diberikan oleh ibu Andam
Suri kepada puterinya itu melalui seseorang disertai pesan bahwa dia harus
mencari Tua Gila dan membunuhnya dengan kalung ini. Hanya kalung ini yang bisa
menewaskan orang tua penyebab segala derita dan penimbul segala bala itu!"
SERIAL WIRO SABLENG
86 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tua Gila ternganga. Sepasang matanya yang tebar memandang tak berkesip. Dalam
hati dia berkata, "Aku pernah mendengar riwayat kalung ini. Kukira hanya cerita
kosong belaka tetapi kini aku berhadapan dengan kenyataan...."
"Orang tua, kulihat kau diam saja. Apa kau juga menolak menerima barang pusaka
sakti ini?"
Tua Gila mendehem beberapa kali. "Aku orang tolol. Bagaimana membuktikan kalung
ini memiliki kekuatan dan khasiat serta kesaktian seperti yang kau katakan itu
Rajo Tuo?"
"Aku memang tidak pernah membuktikannya. Tapi aku percaya pada kesaktian yang
dimilikinya. Jika kau tidak percaya silahkan kaupegang kalung Ini!" Rajo Tuo
lalu menyerahkan kalung perak bermata batu hijau itu kepada Tua Gila. Si orang
tua segara mengambilnya. Tapi dia berseru kaget. Begitu kalung dan matanya
berada dalam genggamannya dia merasa seolah memegang sebuah batu raksasa. Tak
ampun lagi tubuhnya tertarik daya berat luar biasa dan terbanting ke lantai.
Kalung Permata Kejora jatuh di depan kakinya.
Tua Gila mengerenyit menahan sakit. Telapak tangannya terasa pedas seperti
terbakar. Kedua lututnya seolah remuk.
"Sekarang apakah kau percaya pada kesaktian yang terkandung dalam kalung itu?"
Tua Gila meringis dan mengangguk.
"Kalau begitu harap kau ambil kalung itu kembali!"
Dengan tangan gemetar Tua Gila mengambil kalung yang tercampak di lantai.
Astaga! Kalung itu kini ternyata ringan sekali dan dengan mudah diangkatnya.
Lalu dia berdiri. Rajo Tuo mengambil kalung itu dari tangan Tua Gila,
memasukkannya ke dalam kotak perak. Setelah itu kotak perak dimasukkannya lagi
ke dalam kantong kain dan akhirnya kantong kain diserahkannya pada Tua Gila.
"Orang tua, dengar baik-baik. Aku meminta bantuanmu untuk mengembalikan Kalung
Permata Kejora itu pada ibu mendiang istriku...."
Tua Gila jadi terbelalak. Tapi karena matanya memang sudah lebar maka tidak ada
yang memperhatikan kelainan wajahnya.
"Perempuan itu sekarang sudah menjadi seorang nenek-nenek kira-kira seusiamu.
Namanya Sabai Nan Rancak. Aku menylrap kabar selama bertahun-tahun mertuaku itu
berusaha mencari SERIAL WIRO SABLENG
87 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
dan membunuh Tua Gila, ayah dari anaknya sendiri yang kini jadi musuh besarnya.
Setahuku dia punya satu kendala besar. Tua Gila demikian saktinya hingga tidak
bisa dibunuh kalau tidak dengan kalung sakti Ini. Walau kemudian aku menylrap
kabar bahwa Sabai Nan Rancak telah memiliki satu ilmu kesaktian yang disebut
pukulan Kipas Neraka yang akan sanggup menghabisi Tua Gila, namun aku merasa
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan Kalung Permata Kejora kepadanya. Nah,
maukah kau menolong aku mencari perempuan itu dan menyerahkan kalung ini
padanya?" Tua Gila tak bisa menjawab. Bernapaspun rasanya dia jadi merasa kecut! Sabai Nan
Rancak telah menjadi musuh besarnya yang kini tengah mengejarnya dan ingin
membunuhnya dengan segala cara! Sekarang Rajo Tuo meminta dia menemui si nenek
untuk menyerahkan Kalung Permata Kejora itu!
"Urusan gila! Apa aku jelaskan saja terus terang padanya bahwa aku adalah si Tua
Gila itu?"
"Sobatku orang tua, kau belum menjawab permintaanku. Bersediakah kau menolongku
mencari Sabai Nan Rancak lalu menyerahkan benda pusaka sakti ini padanya"'
"Rajo Tuo. Kau adalah menantu Sabai Nan Rancak. Mengapa tidak kau saja yang
pergi mencari dan menyerahkan benda ini?" ujar Tua Gila berusaha mencari jalan
untuk melepas diri dari tugas gila itu.
"Di Kerajaan pulau Sipatoka ini kami punya aturan yang tak boleh dilanggar.
Siapapun yang jadi Raja tidak boleh meninggalkan pulau dengan alasan apapun."
"Kalau begitu mengapa tidak puteramu yang gagah ini yang melakukan?"
Rajo Tuo Datuk Paduko Intan tersenyum dan gelengkan kepala. Dia masih terlalu
muda. Dunia luar apalagi yang disebut rimba persilatan penuh dengan seribu satu macam
tipu daya yang bisa menimbulkan bencana. Aku tak ingin terjadi apa-apa dengan
Putera Mahkota Kerajaan Sipatoka.... Lain dengan kau. Kau tentu manusia penuh
pengalaman dan sanggup menghadapi segala macam tangkal."
Tua Gila menarik napas dalam. "Bagaimana lagi caraku menolak?" pikirnya.
Tiba-tiba Datuk Pangeran Rajo Mudo mengambil kantong kain berisi kotak perak
dari tangan Raja lalu memasukkannya ke dalam genggaman tangan kanan Tua Gila.
Lalu pada ayahnya SERIAL WIRO SABLENG
88 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
pemuda ini berkata. "Raja, sahabat kita telah bersedia membawa kalung itu. Tak
ada yang perlu kita risaukan lagi...."
"Terima kasihku orang tua..." kata Rajo Tuo pula.
"Mampus akui" keluh Tua Gila dalam hati. "Rajo Tuo. Bagaimana kalau aku tidak
berhasil menemukan Sabai Nan Rancak atau siapa tahu dia sudah meninggal?"
"Jika dalam tiga ratus hari kau tidak berhasil menemui perempuan tua itu, Kalung
Permata Kejora menjadi milikmu," jawab Rajo Tuo yang disambut Tua Gila tanpa
rasa gembira sama sekali.
Setelah menghela napas panjang sekali lagi, Tua Gila lalu meminta diri.
"Rajo Tuo Datuk Paduko Intan dan Permaisuri, jika diizinkan selagi hari masih
pagi aku ingin minta diri untuk meneruskan perjalanan."
"Kami melepas kepergianmu dengan rasa sedih tapi juga suka cita. Selamat jalan
sahabatku. Setiap saat kausuka kau boleh datang ke pulau kami ini.... Putera Mahkota dengan
segala kebesaran akan mengantarkanmu sampai naik perahu. Kami telah menyediakan
satu perahu yang lebih besar untukmu. Lengkap dengan pakaian untuk bersalin dan
makanan." 'Terima kasih, terima kasih..." kata Tua Gila dengan tersenyum walau hatinya


Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat galau dan pikirannya sangat kacau. Setelah menjura dua kali dia memutar
tubuh. Baru tiga langkah berjalan tiba-tiba terdengar Rajo Tuo berseru.
"Orang tua sahabatku, kau belum mem berilahu kami siapa namamu!"
Tua Gila tercekat hentikan langkah. "Celaka, bagaimana aku harus menjawab?" Dia
batuk-batuk beberapa kali.
"Sahabatku...?"
"Ah.... Ooooh harap maafkan sampai aku lupa memberitahu nama. Namaku Wiro
Sableng..."
jawab Tua Gila seenaknya. Entah pikiran apa maka meluncur saja lidahnya
menyebutkan nama murid Sinto Gendeng itu.
"Wiro Sableng..." mengulang Rajo Tuo. "Kami akan mengenang namamu selama hayat
dikandung badan...."
Tua Gila menjura sekali lagi lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu diiringi
oleh Datuk Pangeran Rajo Mudo.
SERIAL WIRO SABLENG
89 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
*** HAMPIR seluruh penghuni pulau itu memenuhi pantai melepas kepergian Tua Gila
yang mereka kini kenal dengan nama Wiro Sableng. Semua mereka membawa rantingranting berdaun dan melambai-lambaikan daun itu begitu perahu yang ditumpangi
Tua Gila bergerak menjauhi pantai.
"Hak... huk... hak... huh!"
"Wiro! Wiro! Wiro Sableng!" Seruan itu menggema di tepi pantai tiada hentihentinya sampai akhirnya perahu lenyap. Beberapa kali ditepuknya keningnya.
Bekas luka hantaman ekor buaya di pelipis dan pipinya terasa mendenyut kembali.
"Bagaimana aku harus menghadapi urusan gila ini?" pikirnya. Lalu menarik napas
panjang berulang-ulang. Angin bertiup menghembus layar perahu. Perahu meluncur
lancar di permukaan laut berombak tenang.
Tanpa setahu Tua Gila, di dalam laut, sesosok tubuh yang sejak tadi
bergelantungan di dasar perahu perlahan-lahan bergerak ke arah haluan. ***
TAMAT Baca Episode TUA GILA Selanjutnya .....
ASMARA DARAH TUA GILA
SERIAL WIRO SABLENG
90 BASTIAN TITO Pendekar Pendekar Negeri Tayli 15 Pendekar Hina Kelana 11 Sepasang Iblis Bermata Dewa Pangeran Dari Kegelapan 1

Cari Blog Ini