Ceritasilat Novel Online

Rumah Tanpa Dosa 3

Wiro Sableng 135 Rumah Tanpa Dosa Bagian 3


berikutnya. "Tua bangka jahanam! Kau harus mati! Harus mati! Kau yang
menculik istriku!"
"Gila!" teriak Setan Ngompol sambil tekap jubah putihnya di
bagian bawah perut yang kuyup oleh air kencing. "Enak saja tanpa
juntrungan kau menuduhku!"
"Sahabat Loh Gatra, tenang. Sabarkan dirimu! Ada yang tidak
beres." Wiro berkata sambil angkat dua tangan ke atas, berusaha
menghalangi Loh Gatra yang kembali nekad hendak menyerang Setan
Ngompol. "Wiro! Kalau kau melindungi jahanam penculik ini, aku
bersumpah membunuh kalian berdua!" Teriak Loh Gatra. Lalu
tangannya bergerak ke pinggang.
"Srett!"
Selarik cahaya putih berkilauan di bawah teriknya sorotan sinar
matahari. Sebilah keris terbuat dari perak tergenggam di tangan Loh
Gatra. Senjata ini tampak bergetar dan memancarkan cahaya
menyilaukan pertanda Loh Gatra menggenggam keris itu sambil
kerahkan tenaga dalam penuh. Pertanda bahwa dia tidak main-main
dengan ancamannya. Wiro perhatikan keris di tangan Loh Gatra. Dulu
lelaki ini memiliki sebuah keris sakti mandraguna bernama Keris
Tumbal Bekisar. Setahunya senjata tersebut telah hancur dihantam
Badik Sumpah Darah sewaktu Loh Gatra berkelahi melawan Adipati
Salatiga Jatilegowo. (Baca serial Wiro Sableng berjudul Meraga Sukma )
Berarti Loh Gatra telah membekal sebuah keris baru dan tingkat
kehebatannya pasti tidak kalah dengan Keris Tumbal Bekisar.
47 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Dengan sikap hati-hati Wiro melangkah maju, mempersempit
celah ruangan Loh Gatra untuk menyerang Setan Ngompol.
"Loh Gatra, kita sudah sejak lama bersahabat. Jika ada sesuatu
yang tidak beres mari kita selesaikan dulu dengan berbicara. Aku yakin
ada kesalah pahaman."
Loh Gatra mendengus lalu berkata. "Wiro aku mengerti kalau kau
membela tua bangka jahanam ini. Kau lebih lama bersahabat dengan
dia dibandingkan diriku! Tapi satu hal perlu kau ketahui. Aku yakin
dialah yang telah menculik Nyi Lara."
"Mulut dangkal otak cetek!" teriak Setan Ngompol." Istrimu di
mana, aku di mana! Setan apa yang menyusup ke dalam otakmu hingga
menuduh aku menculik Nyi Lara!"
"Loh Gatra, kau menuduh tentu punya bukti. Tolong katakan apa
alasan atau bukti yang kau miliki hingga menuduh kakek tukang
ngompol ini sebagai penculik istrimu."
"Aku punya bukti! Aku merasa tidak perlu bicara banyak dengan
kalian berdua! Minggir Wiro. Atau aku terpaksa menghajarmu!"
Murid Sinto Gendeng gelengkan kepala. Tangan kiri diulurkan
hendak memegang bahu Loh Gatra. Tapi lelaki ini cepat kibaskan
tangan kanannya yang memegang keris.
"Breeet!"
Ujung keris membabat robek lengan bahu putih Wiro sebelah
kanan. Kalau Wiro tidak cepat melompat mundur niscaya bukan cuma
bajunya yang robek, daging lengannya juga akan kena ditoreh.
Wiro pandangi bajunya yang robek, berpaling pada Loh Gatra,
masih bisa senyum dan sambil garuk-garuk kepala dia berkata.
"Loh Gatra, salah paham bisa merubah persahabatan jadi
perseteruan. Mari kita bicara dulu."
Loh Gatra gelengkan kepala. Pandangan matanya menyorot.
Senyum dan gerakan menggaruk kepala sang pendekar dianggapnya
seperti meremehkan dirinya.
"Aku minta kau minggir Wiro! Menyingkir! Cepat!" Teriak Loh
Gatra. Ketika Wiro tidak juga beranjak dari hadapannya Loh Gatra
tusukkan keris di tangan ke dada murid Sinto Gendeng. Satu jengkal
ujung keris akan sampai di permukaan dada, Wiro gerakkan tangan kiri
menepis serangan hingga lengan Loh Gatra terangkat ke atas.
Bersamaan dengan itu tangan kanannya menyambar ke arah
pergelangan. Loh Gatra merasa tangannya terpuntir begitu rupa. Ketika
Wiro lepaskan cekalan di pergelangannya, keris yang tadi di pegangnya
telah lenyap. Memandang ke bawah, senjata itu dilihatnya telah amblas
masuk ke dalam tanah! Dalam keadaan kalap, didahului teriakan keras
Loh Gatra menerjang ke depan. Dua tangan dihantamkan. Tapi tangan
kiri Wiro menyusup lebih dulu. Telapaknya menyentuh pertengahan
dada lawan, sekali tangan itu didorongkan, Loh Gatra terpental satu
tombak, jatuh terjengkang di tanah. Untuk beberapa lamanya dia
48 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terduduk tak bergerak. Sorot mata dan dadanya yang turun naik
menyatakan amarah besar masih menguasai dirinya. Namun saat itu dia
merasa tubuhnya lemah sekali. Padahal tadi Wiro hanya mengerahkan
sedikit saja tenaga dalam dan lebih mengandalkan tenaga luar agar Loh
Gatra tidak cidera. Hanya saja gerakan berupa dorongan tangan yang
tadi dilakukannya adalah jurus Dewa Topan Menggusur Gunung yang
didapat dari gurunya Tua Gila, dedengkot rimba persilatan pulau
Andalas. Merupakan salah satu jurus langka dengan bobot berkekuatan
luar biasa. Wiro dekati Loh Gatra, ulurkan tangan kanan. Agak ragu Loh
Gatra ulurkan pula tangan kanannya, Wiro kemudian membantu Loh
Gatra berdiri. Tegak berhadap-hadapan Wiro melihat sorotan mata
penuh amarah Loh Gatra mulai meredup. Dia masih mengerling ke arah
Setan Ngompol tapi wajahnya tidak lagi membersitkan luapan amarah.
Sesaat dia memandang ke tanah tempat kerisnya dibuat amblas oleh
Wiro. Lalu lelaki ini menarik nafas panjang.
"Aku dalam bingung dan marah besar. Aku tidak tahu harus
berbuat apa. Mungkin aku salah bertindak..."
Wiro tersenyum. "Agar tidak ada yang salah mari kita bicara baikbaik." Wiro memberi isyarat agar Setan Ngompol mendekat. Agak takuttakut kakek ini melangkah sambil pegangi perut. Setelah ketiganya
saling berhadapan Wiro lantas berkata.
"Sahabatku! Loh Gatra, sekarang kita bisa bicara. Kau mulai
duluan." Loh Gatra menarik nafas panjang sekali lagi baru membuka
mulut. "Seperti aku terangkan tadi, istriku diculik orang. Sebelum kabur
menunggang kuda, aku masih sempat melihat jelas si penculik. Dia
berpakaian serba putih. Kepalanya ditutup kain putih yang diikat
seperti ikatan jenasah. Seperti pocong. Ketika aku perhatikan pakaian
kakek ini, lalu aku lihat pula carikan kain putih yang menjulur
jubahnya, ada tali putih ikatan, tiba-tiba saja aku menaruh curiga, buka
cuma curiga, malah begitu yakin bahwa dialah manusia pocong yang
telah menculik Nyi Larasati, istriku. Itu sebabnya aku menjadi kalap..."
Pendekar 212 berpaling pada Setan Ngompol.
"Kek, sekarang giliranmu memberikan penuturan."
Setan Ngompol batuk-batuk, usap-usap kuping kanannya yang
terbalik. "Sudah dua kali aku ketuduhan sebagai penculik. Loh Gatra,
apakah istrimu Nyi Lara sedang hamil?"
Loh Gatra terkejut mendengar pertanyaan Setan Ngompol itu.
"Kek, dari mana kau tahu?"
"Sebelumnya aku dituduh menculik perempuan hamil oleh orangorang Kadipaten Magetan. Gara-gara di rumah tempat aku menginap di
Bantul, ditemukan seperangkat pakaian manusia pocong." Lalu kepada
Loh Gatra Setan Ngompol ceritakan apa yang telah kejadian dengan
49 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dirinya termasuk bagaimana dia mendapatkan jubah putih serta
penutup kepala berbentuk ikatan pocong.
Cukup lama Loh Gatra terdiam mendengar cerita si kakek. Lalu
dengan suara perlahan dia berkata. "Aku mengadakan perjalanan jauh
sampai kesini justru karena mendapat penjelasan dari seorang perajurit
Kadipaten Magetan. Katanya Adipati dan serombongan pasukan tengah
melakukan pengejaran terhadap seorang manusia pocong yang terlihat
berada sekitar Bantul. Aku ikut mengejar ke sini. Sampai bertemu
kalian dan terjadi semua kesalah pahaman ini. Kek, kuharap kau mau
memaaafkan kecerobohanku."
Setan Ngompol tersenyum lebar lalu angguk-anggukkan kepala.
"Dari semua cerita yang aku dengar," kata Wiro. "Agaknya
memang ada manusia pocong yang muncul di Bantul. Tujuannya
menculik Rana Suwarte..."
"Sekaligus mau memfitnah dan mencelakai diriku," ucap Setan
Ngompol pula. "Mungkin aku keliru mengejar jejak penculik. Ada beberapa orang
menerangkan bahwa kawasan di utara Telaga Sarangan diduga besar
sebagai sarangnya komplotan manusia pocong penculik perempuanperempuan hamil..."
"Aneh, mengapa ada orang mau menculik perempuan hamil.
Padahal yang gadis saja kelelaran di mana-mana. Cantik-cantik," kata
Wiro sambil garuk kepala.
"Pasti ada sesuatu dibalik semua kejahatan ini. Manusia-manusia
pocong bukan cuma menculik, tapi juga membunuh secara kejam siapa
saja yang berani menghalangi atau mengejar mereka. Salah seorang
korban penculikan adalah Nyi Upit Suwarni, puteri tunggal Ki Mantep
Jalawardu, Kepala Desa Plaosan. Yang tewas jadi korban Ki Mantep
sendiri, menantunya. Lalu Surablandong, orang yang pernah jadi Ketua
Perguruan Silat Lawu Putih. Aji Warangan, Kepala pasukan kadipaten
Magetan lenyap, tidak diketahui nasibnya, apa masih hidup atau juga
sudah tewas. Konon, ada beberapa orang rimba persilatan yang ikut
lenyap. Kebanyakan korban penculikan dan korban pembunuhan
memang berasal dari kawasan sekitar Telaga Sarangan..."
"Berarti komplotan manusia pocong itu memang punya sarang di
daerah itu," kata Setan Ngompol.
"Banyak orang menduga demikian, termasuk aku dan Adipati
Magetan. Tapi, sebegitu jauh diselidiki sarang komplotan manusia
pocong itu tidak berhasil ditemui," kata Loh Gatra pula. "Wiro, Setan
Ngompol, aku harus kembali ke Jati-puro. Istriku yang hamil enam
bulan berada di tangan manusia-manusia jahat itu. Aku tidak tahu apa
yang bakal terjadi dengan dirinya. Selain itu dibalik semua kejahatan ini
pasti ada satu hal dahsyat mengerikan. Mungkin aku tidak akan dapat
menghadapinya sendirian. Mungkin juga aku akan menemui ajal di
tangan mereka seperti para pengejar lainnya." Loh Gatra naik ke
punggung kudanya. Sebelum kuda dibedal Wiro berkata.
50 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Tunggu, aku ikut bersamamu! Seperti yang kau duga, aku juga
punya kecurigaan. Ada satu perkara besar dibalik peristiwa penculikan
perempuan-perempuan hamil itu. Mungkin mereka dijadikan tumbal.
Mungkin juga bayi-bayi mereka diperjual belikan. Mungkin kejadiannya
lebih mengerikan dari yang kita duga. Semua itu pasti akan membawa
satu bencana besar bagi rimba persilatan."
"Wiro, apa kau lupa kalau punya janji bertemu dengan tiga gadis
malam ini di Gedung Kepa-tihan?" Setan Ngompol mengingatkan
Pendekar 212. Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepala. "Aku tidak lupa. Aku
minta bantuanmu mewakili diriku menemui puteri Patih Kerajaan dan
tiga gadis. Katakan aku tidak dapat memenuhi janji karena ada urusan
sangat penting bersama Loh Gatra. Kuharap kau menyusul ke Telaga
Sarangan. Kalau para gadis ingin ikut bersamamu silahkan saja..."
"Itu memang maumu," ujar Setan Ngompol sambil senyumsenyum. Tiga orang itu berpisah. Wiro dan Loh Gatra memacu kuda ke
arah timur. Setan Ngompol ke arah Kotaraja. Celakanya di tengah jalan
pikiran kakek tukang ngompol ini bercabang. Dia ingat pada janda
gemuk putih di Bantul. Perjalanan ke Kotaraja melalui Bantul. Apa
salahnya dia mampir dulu di rumah sang janda. Paling tidak untuk
memberitahu kalau dirinya dalam keadaan selamat. Lalu dia harus
mengambil pakaiannya yang tertinggal. Mengenakan jubah putih
panjang itu terasa risih bagi si kakek. Lagi pula kalau ngompolnya
kumat, air kencing langsung saja meluncur ke bawah, tidak mandek
dulu di bawah perut.
"Kalau ngompol, enaknya memang pakai celana. Terasa hangathangat basahnya.
Hah... ha... ha." Setan Ngompol tertawa sendiri.
Sampai di Bantul, dalam suka citanya bertemu lagi dengan sang
janda, malam itu Setan Ngompol tidak pergi ke Gedung Kepatihan. Dia
baru pergi ke sana malam berikutnya. Itupun setelah larut malam pada
saat empat gadis telah meninggalkan gedung tersebut setelah menunggu
sekian lama Wiro tidak kunjung muncul.
*** 51 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KEDAI nasi besar berbentuk rumah panggung rendah itu terletak di
persimpangan tiga jalan menuju Magetan, Plaosan dan Sa-rangan.
Pemiliknya seorang lelaki, duda separuh baya bernama Danarejo.
Namun nama ini sudah lama dilupakan orang. Para pelanggan kedai
nasi terkenal itu lebih suka memanggil sang pemilik dengan nama Ki
Sedap Roso, sesuai dengan nama kedai nasinya yang terpampang di
satu papan besar di bawah atap depan bangunan.
Seperti biasanya setiap siang kedai itu selalu ramai dikunjungi
orang yang datang dari mana-mana atau kebetulan lewat untuk
bersantap mengisi perut. Menjelang matahari condong ke barat baru
suasana di tempat itu menjadi sepi. Kalaupun ada pengunjung mereka
bukan datang untuk makan tapi sekedar minum teh atau kopi sambil
mencicipi beragam penganan.
Di sudut kedai, seperti sengaja memencilkan diri dari para
pengunjung lainnya, duduk seorang gadis berwajah cantik, berkulit
hitam manis. Pelayan telah sejak tadi menghidangkan teh manis hangat.
Macam-macam juadah terhidang di depannya. Namun si gadis masih
belum meneguk teh atau mencicipi kue-kue. Sebentar-sebentar dia
memperhatikan orang-orang yang ada di dalam kedai. Sesekali dia
memandang ke arah pintu. Dan tak jarang pula perhatiannya ditujukan
pada Ki Sedap Roso yang tengah sibuk menghitung dan mengaturngatur uang di laci mejanya.
Di sudut lain dari kedai, duduk seorang mengenakan caping.
Walau kepala dan seluruh wajahnya tak kelihatan karena tertutup
caping, namun dari bentuk tubuh dan pakaiannya dia jelas seorang
perempuan. Dua orang pengunjung meninggalkan kedai. Untuk pertama
kalinya gadis berkulit hitam manis menyentuh cangkir minuman dan
meneguk teh manis hangat. Sesaat dia melirik pada orang bercaping lalu
gadis ini berdiri, melangkah ke tempat Ki Sedap Roso. Pemilik kedai


Wiro Sableng 135 Rumah Tanpa Dosa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angkat kepala, tersenyum lebar melihat siapa yang berdiri di depannya.
Dia tutup laci meja. Matanya yang berpengalaman segera maklum kalau
gadis cantik di hadapannya adalah seorang dari rimba persilatan. Maka
dengan ramah Ki Sedap Roso menegur.
"Gadis gagah, kau tentu datang dari jauh. Apa sudah puas
meneguk minuman dan menyantap juadah" Kenapa buru-buru pergi?"
"Ki Sedap Roso, saya butuh keterangan. Ada sesuatu hendak saya
tanyakan pada Aki."
"Hemm, hal apakah?"
"Kedai Aki begini besar, terkenal ke mana-mana. Pengunjung
datang dari berbagai tempat. Mulai dari rakyat biasa sampai para
52 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pejabat Kerajaan dan juga orang-orang rimba persilatan. Orang yang
saya tanyakan mungkin pernah berkunjung ke sini. Ki Sedap Roso,
mungkin Aki kenal dan tahu di mana saya bisa menemui seorang
pemuda bernama Wiro Sableng, berjuluk Pendekar 212?"
"Ah, perihal pendekar itu yang hendak ditanyakan tamuku. Gadis
gagah. Kalau aku boleh lebih dulu bertanya, siapakah kau adanya"
Seingatku baru sekali ini kau mampir ke kedaiku."
"Nama saya Wulan Srindi. Saya murid Perguruan Silat Lawu
Putih." Si gadis mengatakan siapa dirinya secara terus-terang.
"Ah, sejak tadi aku sudah menduga kalau tamuku saat ini adalah
orang gagah rimba persilatan." Ki Sedap Roso membungkuk
menyatakan hormat
"Ki Sedap Roso. kau jawab saja pertanyaan saya tadi."
"Aku mendengar kabar meninggalnya Ki Surablandong bekas
Ketua Perguruan Silat Lawu Putih. Aku turut berduka cita. Malah aku
juga mendengar kabar dua hari lalu banyak anak murid perguruan
tewas di tangan makhluk aneh menyerupai pocong hidup."
"Aki, kau belum menjawab pertanyaan saya."
"Pendekar 212 Wiro Sableng." Pemilik kedai nasi itu tarik nafas
panjang lebih dulu baru meneruskan ucapannya. "Nama besar itu
dikenal di mana-mana. Aku juga sering mendengar. Tapi bertemu
dengan orangnya aku belum pernah. Kata orang mencarinya sama saja
dengan mencari hantu. Sulit sekali. Tapi secara tidak terduga sewaktuwaktu dia bisa muncul begitu saja. Aku tidak tahu apa dia pernah
mampir di kedaiku ini. Begitu banyak dan hebatnya cerita mengenai
dirinya hingga aku sendiri bingung. Jangan jangan semua itu hanya
cerita atau legenda yang disampaikan orang dari mulut ke mulut."
"Aki, pendekar bernama Wiro Sableng itu bukan cuma cerita
kosong. Bukan cuma legenda. Orangnya benar-benar ada. Kalau tidak
saya tidak akan mencarinya."
"Gadis gagah, kalau aku tahu mengenai Pendekar 212, pasti aku
ceritakan padamu. Tak ada yang akan aku sembunyikan. Cuma kalau
aku boleh memberi saran, untuk mencari seorang tokoh rimba
persilatan mengapa tidak minta bantuan orang dari rimba persilatan
pula" Apa lagi kau juga seorang dari dunia persilatan. Pasti tahu betul
liku-liku rimba hijau persilatan."
Wulan Srindi renungkan ucapan pemilik kedai itu. Memang ada
benarnya. Tapi tidak mudah mencari dan menemui orang-orang rimba
persilatan. Apa lagi para tokohnya. Perlahan-lahan gadis ini berpaling ke
sudut kedai di mana duduk tamu perempuan bercaping lebar.
"Gadis yang kau pandangi itu," kata Ki Sedap Roso dengan suara
perlahan, "aku bisa menduga dia adalah orang rimba persilatan.
Mengapa tidak bertanya saja padanya?"
"Nasihatmu akan saya turuti," kata Wulan Srindi pula. "Aki, tadi
kau menyebut makhluk aneh menyerupai pocong hidup. Apa yang kau
ketahui tentang mereka?"
53 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Pemilik kedai gelengkan kepala. "Tidak banyak yang aku ketahui.
Katanya makhluk itu muncul secara mendadak. Menculik perempuan
hamil, membunuh siapa saja yang coba menghalangi atau berani
mengejar. Salah satu korbannya adalah puteri tunggal Kepala Desa
Plaosan yang kabarnya tengah hamil tujuh bulan. Suaminya dibunuh,
Kepala Desa juga."
"Hanya itu yang Aki ketahui?"
"Hanya itu."
Wulan Srindi kembali palingkan kepala ke sudut kedai. Ki Sedap
Roso ikut berpaling. Astaga! Tamu bercaping lebar tadi tak ada lagi di
tempatnya. Dia lenyap seperti angin. Di atas meja kelihatan sejumlah
uang yang agaknya sengaja ditinggalkan sebagai pembayar minuman
dan makanan. Wulan Srindi keluarkan kepingan uang logam dari balik pakaian
lalu berkata. "Ki Sedap, saya akan mencari keterangan mengenai
Pendekar 212 sesuai nasihatmu."
Sebelum Wulan Srindi bergerak dari hadapan pemilik kedai, satu
tangan besar berbulu letakkan sebilah golok di atas meja. Lalu terdengar
suara parau bertanya.
"Siapa mencari tahu tentang Pendekar 212 Wiro Sableng?"
Wulan Srindi melihat wajah Ki Sedap Roso langsung pucat. Gadis
ini berpaling. Orang yang barusan meletakkan golok di atas meja
ternyata seorang tinggi besar, berpakaian dan berdestar serba hitam.
Kulit mukanya hitam berkilat. Kumis, janggut dan cambang bawuknya
meranggas tebal. Di lehernya tergantung sebuah kalung kain hitam
besar berbentuk segi empat. Kuping kiri dan cuping hidung sebelah kiri
dicanteli giwang emas.
"Warok Jangkrik," Ki Sedap Roso cepat membungkuk. "Satu
kehormatan besar kau sudi mampir di kedai buruk ini. Silahkan duduk,
saya akan menyiapkan hidangan untukmu."
"Jangkrik! Tutup mulutmu! Aku tidak bicara padamu. Aku bicara
pada gadis ini!" Sentak orang yang dipanggil dengan nama Warok
Jangkrik. Ki Sedap Roso cepat-cepat membungkuk dan memohon maaf
berulang kali. Pinggulnya ditekankan ke laci uang. Kawatir kalau orang
di hadapannya itu akan membuka laci lalu menjarah isinya.
Warok Jangkrik palingkan kepala, memandang pada Wulan
Srindi. Si gadis saat itu juga tengah memperhatikan. Warok Jangkrik
tersenyum lebar dan kedipkan mata kirinya yang belok merah.
"Warok Jangkrik..." Ucap Wulan Srindi. "Aku pernah dengar
namamu. Bukankah kau dedengkot kepala rampok rimba belantara
Sarnigaluh?"
Warok Jangkrik tertawa bergelak sementara para pengunjung
kedai yang ketakutan satu demi satu segera tinggalkan tempat itu.
"Seorang gadis cantik mengetahui siapa diriku! Ha... ha...! Sungguh aku
berbangga hati!"
54 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Sarnigaluh jauh di sebelah barat. Kau muncul di tempat ini jauh
di sebelah timur. Pasti ada sesuatu yang membawamu datang ke sini.
atau mungkin di barat kau mengalami banyak kesulitan hingga
mengungsi di sini?"
Kembali Warok Jangkrik tertawa gelak-gelak.
"Aku muncul di mana aku suka! Dan setiap aku muncul pasti ada
rejeki besar menunggu! Contohnya siapa menduga kalau hari ini aku
akan bertemu dengan seorang gadis gagah dan cantik sepertimu!" Warok
Jangkrik basahi bibir dengan ujung lidah, tenggorokannya tampak
bergerak menelan air liur.
"Hemmm, begitu?" ucap Wulan Srindi. Walau masih sangat muda,
belum punya banyak pengalaman dalam rimba persilatan namun dari
gerak-gerik, serta sikap bicara Warok Jangkrik dia sudah maklum kalau
manusia satu ini membekal maksud buruk terhadap dirinya. "Warok,
tadi kau bertanya siapa mencari tahu mengenai Wiro Sableng. Apa kau
tahu di mana beradanya pendekar itu?"
"Katakan dulu siapa dirimu, baru aku menjawab pertanyaanmu."
"Aku Wulan Srindi. Anak murid Perguruan Silat Lawu Putih."
Seperti pada pemilik kedai tadi, Wulan Srindi sengaja menerangkan
siapa dirinya agar orang tidak berani berbuat macam-macam.
"Ah, sungguh satu kehormatan aku bisa berhadapan dengan
seorang anak murid satu perguruan silat besar." Warok Jangkrik
menjura. "Hanya sayang, aku mendengar kabar buruk tentang
perguruanmu itu."
"Hal itu tidak perlu kau pikirkan. Katakan saja kalau kau memang
tahu di mana beradanya Pendekar 212 Wiro Sableng."
"Kau membawa kuda?" Tanya Warok Jangkrik.
Wulan Srindi mengangguk.
"Ikuti aku!"
Warok Jangkrik ambil golok besar di atas meja, selipkan di
pinggang lalu melangkah ke pintu.
"Wulan," ucap Ki Sedap Roso setengah berbisik. "Aku nasihatkan,
jangan kau ikuti orang itu. Dia garong besar! Jahat dan ganas!
Berbahaya..."
"Terima kasih Aki. Saya hanya mengikuti nasihatmu tadi. Ingin
tahu tentang seorang pendekar rimba persilatan, tanyakan pada orang
rimba persilatan."
"Memang aku berkata begitu. Tapi Warok Jangkrik bukan
manusia baik-baik. Dulu dia rampok besar di kawasan barat. Kini
pindah menjarah ke wilayah timur sini."
"Aki tak usah kawatir. Kalau dia berbuat macam-macam pada
saya, akan saya jadikan dia satu macam!"
Ki Sedap Roso hanya bisa gelengkan kepala.
Warok Jangkrik seperti yang dikatakan Ki Sedap Roso dulunya
adalah dedengkot kepala rampok hutan Sarnigaluh di wilayah barat,
memiliki beberapa orang anak buah. Kepala rampok ini sebut Warok
55 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Jangkrik karena kepalanya yang besar dan mukanya yang hitam
berkilat menyerupai jangkrik besar, jangkrik keliongan. Selain itu jika
sedang marah dia selalu mendahului makiannya dengan kata-kata
jangkrik! Suatu ketika Warok Jangkrik mengetahui adanya sebuah peta
rahasia menyangkut harta karun dalam jumlah besar milik Kerajaan.
Dua orang yang secara tidak sengaja mengetahui peta itu adalah Ki
Kalimanah dan cucunya, seorang anak lelaki bernama Boma Wanareja.
Ki Kalimanah bekerja di Keraton sebagai perawat kuda. Suatu ketika Ki
Kalimanah dan Boma mengadakan perjalanan melewati rimba belantara
Sarnigaluh. Warok Jangkrik dan beberapa anak buahnya yang sudah
punya rencana jahat melakukan penghadangan. Dia memaksa Ki
Kalimanah untuk menceritakan tempat disembunyikan harta karun
Kerajaan sesuai dengan apa yang pernah dilihatnya dalam peta. Ki
Kalimanah tidak mau menerangkan. Kakek ini disiksa sampai babak
belur. Gagal menguras keterangan dari mulut Ki Kalimanah, Warok
Jangkrik ganti menyiksa Boma Wanareja.
Seperti kakeknya Boma juga tidak mau memberi keterangan.
Dalam marahnya Warok Jangkrik dan anak buahnya hendak
membunuh Boma. Di saat mau hendak merenggut itulah muncul
seorang tua berselempang kain putih yang kemudian diketahui adalah
perwujudan Kiai Gede Tapa Pamungkas, guru Sinto Gendeng, tokoh
besar rimba persilatan yang hidup di alam gaib. Kakek ini bukan saja
menyelamatkan Boma, tapi juga menghajar Warok Jangkrik dan anak
buahnya. Salah seorang dari tiga anak buah Warok Jangkrik menemui
ajal. Warok Jangkrik sendiri dan juga sisa dua anak buahnya kalau
tidak dimintakan pengampunan oleh Boma pasti akan menemui ajal di
tangan Kiai Gede Tapa Pamungkas. Boma kemudian dibawa oleh Kiai
Gede Tapa Pamungkas ke tempat kediamannya di Gunung Bismo,
diangkat menjadi murid. Di kemudian hari anak ini menemukan nasib
menyedihkan, terbunuh secara tidak sengaja oleh Sinto Gendeng. Untuk
menebus dosa kesalahannya Kiai Gede Tapa Pamungkas menugaskan
Sinto Gendeng untuk kelak mewariskan ilmu kepandaiannya pada
seorang anak lelaki bernama
Boma Tri Sumitro yang dilahirkan di dunia lain. Konon anak itu
akan dijadikan sebagai Pendekar Tahun 2000 untuk menghadapi
kekuatan jahat para pendekar golongan hitam. (Kisah Warok Jangkrik
dan Boma Wanareja dapat diikuti dalam serial Wiro Sableng berjudul Si
Cantik Dalam Guci. Sedang kisah Boma Tri Sumitro sudah terbit dalam
serial Boma Gendenk. Empat Episode pertama yaitu Suka Suka Cinta, ABG, Tripping,
Macho, Episode berikutnya Topan Di Borobudur, Tenda
Biru Candi Mendut, Bonek Candi Sewu, Rembulan Di Prambanan)
56 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI KEJAUHAN Gunung Lawu tampak menjulang tinggi. Wulan Srindi
memacu kuda mengikuti Warok Jangkrik melewati jalan menurun
berliku dan berbatu-batu lalu menanjak tajam memasuki kawasan
hutan jati. Di satu tempat Warok Jangkrik hentikan kudanya. "Ada
apa?" tanya Wulan Srindi. "Selewat hutan jati ini, ada lembah kecil. Di
situ ada satu rumah tua. Kita menuju ke sana," Warok Jangkrik segera
hendak membedal kudanya.
"Tunggu. Kalau hanya untuk memberi keterangan tentang
Pendekar 212 Wiro Sableng, mengapa kita menempuh perjalanan sejauh
ini?" Warok Jangkrik tatap wajah gadis cantik hitam manis itu sesaat.
Lalu matanya melirik ke arah kejauhan. Dia melihat kepala seekor kuda
di balik serumpun semak belukar, dekat sebatang pohon jati besar.
Kepala rampok ini menyeringai. "Tipuanku mengena. Emas satu
kantong itu akan segera jadi milikku." Hatinya membatin.
"Aku curiga," kata Wulan Srindi pula.
Warok Jangkrik tertawa lebar. "Wulan Srindi, adalah tolol kalau
baru sekarang mau menaruh curiga! Seharusnya tadi-tadi sewaktu
masih di kedai Ki Sedap Roso kau berpikir sepuluh kali untuk
mengikutiku!"
"Jadi benar, rupanya kau menipuku!"
Warok Jangkrik tidak menjawab. Sambil mengumbar tawa
bergelak dia tarik tali kekang tunggangannya. Kuda itu menghambur
meninggalkan hutan jati untuk kemudian menuruni sebuah lembah.
"Warok Jangkrik!" teriak Wulan Srindi. "Kalau kau menipuku, apa
lagi bermaksud jahat! Kupecahkan kepalamu!" Si gadis sentakkan tali
kekang kuda, menghambur mengejar Warok Jangkrik.
Hutan jati sampai pada ujungnya. Seperti yang dikatakan Warok
Jangkrik tadi selewatnya hutan jadi ada lembah kecil. Di bibir lembah
sebelah utara kelihatan satu rumah kayu. Saat itu Warok Jangkrik telah
sampai di pertengahan lembah, terus memacu kudanya ke arah
bangunan. Wulan Srindi sesaat hentikan kudanya, menggigit bibir dan
berpikir-pikir. Hati kecilnya sebenarnya menyuruh dia memutar kuda
dan tinggalkan tempat itu. Namun hasrat besar ingin mengetahui
keberadaan Pendekar 212 membuat gadis ini akhirnya melarikan
kudanya menuruni lembah. Apa lagi saat itu seolah terbayang kembali
ke-matian kakak seperguruannya yang juga merupakan Ketua
Perguruan Silat Lawu Putih yakni Parit Juwana. Yang disaksikannya
dengan mata kepala sendiri. Parit Juwana menemui ajal di tangan Wakil


Wiro Sableng 135 Rumah Tanpa Dosa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketua Manusia Pocong. Dendam yang berkobar membuat dia bersedia
menempuh kesulitan apa saja asal dapat membalaskan sakit hati
57 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kematian Parit Juwana serta saudara-saudara seperguruan lainnya.
Selain itu kalau saja bukan Dewa Tuak yang memintanya untuk
mencari Pendekar 212 Wiro Sableng mungkin hatinya akan mendua
melakukan hal itu.
Begitu sampai di depan rumah tua yang terletak di bibir lembah
sebelah utara, Warok Jangkrik turun dari kuda. Tunggangannya ini
dibiarkan bebas tidak ditambatkan. Tak lama kemudian Wulan Srindi
sampai di tempat itu, langsung melompat turun dari punggung kuda.
"Kita sudah sampai di tujuan. Sekarang katakan apa yang kau
ketahui tentang Wiro Sableng. Apakah dia ada di dalam rumah ini?"
"Jawaban ada di dalam rumah. Mengapa tidak segera masuk?"
Ujar Warok Jangkrik.
Jengkel ada, penasaran juga ada, sekali lompat saja gadis anak
murid Perguruan Silat Lawu Putih ini telah melesat masuk ke dalam
rumah tua. Ternyata bagian atas bangunan itu tidak beratap lagi hingga
cahaya matahari masuk menerangi bagian dalam rumah.
Wulan Srindi memandang berkeliling. Lalu berpaling pada Warok
Jangkrik yang saat itu berdiri tegak di ambang pintu rumah tua.
"Tidak ada siapa-siapa di sini! Warok Jangkrik! Jangan kau berani
menipuku!" Bentak Wulan Srindi.
Dibentak si gadis Warok Jangkrik cuma menyeringai. Tiba-tiba dia
masukkan dua jari tangannya ke dalam mulut. Saat itu juga satu suitan
keras keluar dari mulut kepala rampok ini. Dari atap rumah yang
terbuka melayang turun empat sosok. Gerakan cepat dan dua kaki
mendarat di lantai lebih dulu, hampir tanpa suara. Empat sosok ini
ternyata empat orang berpakaian dan berikat kepala serba hitam. Ke
empatnya langsung mengurung Wulan Srindi.
"Kurang ajar! Warok Jangkrik! apa-apaan ini"!" Teriak Wulan
Srindi. Warok Jangkrik menyeringai. Dia melangkah ke sudut rumah,
duduk di lantai sambil bersandar ke dinding. Lapat-lapat di luar sana
dia mendengar suara kuda mendatangi.
"Anak-anak, aku tidak mau susah. Aku mau terima bersihnya
saja! Telanjangi gadis ini!"
Wulan Srindi seperti mendengar petir menggelegar di depan mata.
"Warok Jahanam! Aku bersumpah akan memecahkan kepalamu!" Teriak
si gadis. Lalu sambil memasang kuda-kuda dia berkata pada empat
orang yang mengurung. "Kalau kalian mau mampus duluan, tunggu apa
lagi! Maju!"
Salah seorang anak buah Warok Jangkrik yang mengurung Wulan
Srindi bernama Si Comot. Dia dikenal paling rakus dan ganas dalam
menjarah setiap korbannya. Selain itu jika melihat perempuan cantik,
tangannya pasti meraba menggerayang.
"Kawan-kawan," kata Si Comot pada tiga temannya sambil lidah
dijulurkan membasahi bibir. "Kalian bertiga lihat saja. Biar aku yang
melaksanakan perintah Warok!"
58 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Jangan enak sendiri! Kami juga punya kewajiban menjalankan
tugas pimpinan!" teriak anggota rampok di sebelah kanan yang dikenal
dengan nama Si Galah Jangkung alias Si Galah Ceking karena
tubuhnya yang tinggi tapi kurus kering.
Takut kedahuluan tiga temannya Si Comot segera bergerak.
Tubuhnya berkelebat ke arah Wulan Srindi, dua tangan bergerak cepat
sekali. Yang kiri menyambar ke arah wajah si gadis sementara yang
kanan secara kurang ajar meraba ke dada.
Dalam amarah mendidih Wulan Srindi hadapi serangan kurang
ajar lawan dengan jurus Membelah Ombak Menembus Gunung. Dua
tangan memukul kesamping seperti kipas terkembang. Kaki kiri
bersitekan ke lantai membuat pijakan atau kuda-kuda kokoh, lalu
bersamaan dengan itu kaki kanannya melesat ke depan menendang ke
arah selangkangan lawan!
"Bukk! Bukk!"
Dua tangan Si Comot terpental ke samping begitu kena dihantam
pukulan Wulan Srindi. Si Comot keluarkan seruan tertahan, kaget
sekali. Sambil menahan sakit dia kibas-kibaskan dua tangannya. Dia
sama sekali tidak menyangka kalau gadis cantik yang dipandang enteng
dan hendak dilecehkannya itu ternyata memberikan perlawanan dengan
ilmu silat tidak rendah. Kalau tidak cepat tiga temannya menyerbu,
bagian bawah perutnya bisa saja tadi kena dimakan tendangan lawan!
Sebagai murid Perguruan Silat Lawu Putih walau tenaga dalamnya
belum mencapai tingkat tinggi, dalam ilmu silat kepandaian Wulan
Srindi hanya dua tingkat di bawah kepandaian Parit Juwana, mendiang
Ketua perguruan. Namun dikeroyok empat rampok yang memiliki ilmu
silat tinggi setelah bertahan selama sembilan jurus, Wulan Srindi mulai
terdesak. Di antara empat pengeroyok yang paling berbahaya adalah Si
Galah Jangkung. Gerak tangannya cepat sekali. Selain itu dua
tangannya yang panjang berkelebat sering tidak terduga.
Memasuki jurus ke dua belas. Wulan Srindi berhasil
menghantamkan sikunya ke dada salah seorang lawan, namun pada
saat itu pula dari samping kiri berkelebat tangan Si Galah Jangkung.
"Brett!"
Bahu kiri baju ringkas yang dikenakan Wulan Srindi koyak besar.
Sebelumnya baju ini telah robek di bagian punggung dan dada sewaktu
gadis ini hendak digagahi oleh manusia pocong bernama Sepuh
DalemKawung. Kini keadaan pakaian Wulan Srindi jadi awut-awutan.
Sebagian tubuhnya tersingkap depan belakang. Membuat empat anak
buah Warok Jangkrik jadi tambah bernafsu. Sementara Warok Jangkrik
sendiri masih tetap duduk tak bergerak di sudut rumah. Hanya
sepasang matanya yang melotot besar tak berkesip sesekali berputar liar
memperhatikan tubuh Wulan Srindi yang tersingkap di sana-sini.
Wulan Srindi sendiri saat itu memilih lebih baik mati daripada
tercemar dan dirusak kehormatannya. Dalam keadaan terdesak dia
berikan perlawanan hebat. Jurus-jurus ilmu silatnya yang diberi nama
59 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
selalu berkaitan dengan alam, dilancarkan dalam bentuk serangan luar
biasa ganas. Di jurus ke sembilan belas Wulan Srindi dapat menjotos muka Si
Comot hingga darah mengucur dari hidungnya yang patah. Namun
inilah batas terakhir gadis murid Perguruan Silat Lawu Putih ini
menunjukkan kehebatannya. Dua lawan kembali berhasil merobek
pakaiannya. Selagi dia kebingungan menutupi auratnya, Si Galah
Jangkung membetot celananya.
Wulan Srindi menjerit keras, hantamkan dua tangan ke depan.
Mendadak betis kirinya disambar satu tendangan. Tak ampun gadis ini
jatuh terjengkang di lantai. Tiga anggota rampok segera meringkusnya.
Rampok ke empat yang hidungnya remuk yakni Si Comot, dengan muka
penuh darah seperti kesetanan merobeki pakaian si gadis.
Warok Jangkrik tertawa mengekeh. Dalam tertawa dia dia pasang
telinga dan melirik ke arah pintu. Dia tidak menunggu lama. Satu
bayangan biru berkelebat masuk ke dalam rumah. Lalu terdengarlah
pekik empat anak buahnya. Si Comot terpental ke dinding rumah
sebelah kiri. Kepala menghantam dinding. Kening hancur. Tubuh meliuk
tak bergerak dan tak bernafas lagi. Si Galah Jangkung terkapar sambil
pegangi tulang dadanya yang remuk. Mulut megap-megap mengucurkan
darah. Nyawanya tak tertolong. Dua anggota rampok lainnya bernasib
lebih mujur karena hanya remuk tulang pinggul dan patah tulang
belikat. Keduanya terduduk di lantai, mengerang menahan sakit sambil
memandang ke depan di mana tegak berdiri seorang gadis cantik
berpakaian biru, berambut pirang. Tubuh dan pakaian menebar bau
harum semerbak. Mereka tahu gadis inilah tadi yang mengirimkan
serangan hebat hingga keduanya cidera patah dan remuk tulang.
Sementara dua kawan mereka menemui ajal. Tapi agaknya ada yang
aneh dengan gadis ini. Karena begitu selesai lancarkan serangan ganas,
kini dia berdiri kaku, tak bisa bergerak tak dapat keluarkan suara.
Bahkan sepasang matanya yang bagus tidak mampu berkedip!
Selagi dua anggota rampok ini menahan sakit sambil terheran
memandangi si cantik berbaju biru, saat itu pula mereka melihat ada
seseorang tinggi besar berdiri tepat di sebelah belakang si gadis. Mereka
melihat satu tangan bergerak. Sebuah benda dilemparkan ke udara.
Sebuah kantong kulit. Satu tangan menangkap kantong itu. Tangan
Warok Jangkrik! Kepala rampok ini menyeringai. Dia melangkah dekati
Wulan Srindi yang tengah berusaha bangkit. Warok Jangkrik daratkan
satu totokan di tubuh Wulan Srindi. Tubuh yang kaku itu kemudian
dipanggulnya di bahu kiri.
"Warok, tunggu!" teriak salah seorang anggota rampok.
"Pemimpin, jangan tinggalkan kami!" rampok satunya ikut
berteriak. Dalam keadaan menahan sakit keduanya berusaha berdiri,
terbungkuk-bungkuk ke pintu. Di ambang pintu Warok Jangkrik berdiri
seolah menunggu dua anak buahnya. Tapi begitu mereka sampai di
60 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadapannya, Warok Jangkrik berturut-turut hantamkan dua tendangan. Tak ampun lagi dua anggota rampok ini mencelat mental
kembali ke dalam rumah. Keduanya bergedebukan di lantai. Tak
satupun yang bergerak karena masing-masing sudah putus nyawa
dengan perut hancur di sebelah dalam!
61 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SOSOK tinggi besar yang tadi melemparkan kantong kulit dan ditangkap
oleh Warok Jangkrik, bergerak melangkah ke hadapan gadis berpakaian
serba biru berambut pirang. Gadis ini tegak kaku tak bergerak, tak bisa
keluarkan suara bahkan sepasang matanya tidak mampu berkedip! Dan
sepasang mata yang bagus ini mendadak memancarkan rasa takut
ketika melihat orang yang berdiri di hadapannya. Si tinggi besar ini
mengenakan sehelai jubah putih menjela tanah. Kepala tertutup
kerudung yang juga terbuat dari kain putih. Dari keseluruhan wajahnya
hanya sepasang matanya yang kelihatan di balik dua lobang kecil pada
kain penutup kepala. Sepasang mata ini memiliki bola mata aneh
membersitkan sinar menggidikkan.
"Makhluk aneh. Menyerupai pocong hidup..." Gadis baju biru
tidak teruskan ucapan dalam hatinya. Tengkuk terasa dingin. "Aku
tidak mendengar suaranya berkelebat. Aku juga tidak merasakan jari
tangan yang melakukan totokan. Bagaimana aku tahu-tahu tidak bisa
bergerak tidak bisa bicara. Warok Jangkrik pergi begitu dia muncul di
sini. Apa hubungan antara keduanya. Satu menjebak satu
menungguku. Lalu gadis berkulit hitam yang diboyong Warok Jangkrik"
Mungkin dia salah satu pemain dalam jebakan ini?" Sadar dirinya
diancam bahaya besar serta merta si gadis berusaha mengerahkan
tenaga dalam untuk membuyarkan totokan. Tapi dia tidak mampu
melakukan. Di balik kain putih kepala makluk tinggi besar berjubah putih
menyeringai. Dari urat yang menonjol tegang di permukaan leher putih
jenjang, dia mengetahui kalau gadis di hadapannya tengah berusaha
memusnahkan totokan dengan pengerahan tenaga dalam dan hawa
sakti. "Totokan yang menguasai dirimu adalah totokan Menjerat Urat
Melumpuh Syaraf. Jangankan dirimu, sepuluh tokoh utama rimba
persilatan tanah Jawa sekalipun tidak akan mampu membebaskanmu."
Si gadis maklum kalau saat itu dia berhadapan dengan seorang
berkepandaian tinggi dan jelas punya niat baik terhadap dirinya. Dia
tidak boleh bertindak gegabah. Namun amarah membuat dia keluarkan
makian. "Jahanam kurang ajar! Siapa kau sebenarnya! Apa tujuanmu
menotok diriku! Berani kau berbuat yang bukan-bukan, aku bersumpah
mencincang tubuhmu!" Makian gadis berbaju biru hanya terucap di
dalam hati karena mulutnya tak mampu bersuara.
"Bidadari Angin Timur. Jadi inilah ujud orangnya." Si tinggi besar
keluarkan ucapan sambil rangkapkan dua tangan di atas dada dan
mulut keluarkan suara berdecak kagum. Dua matanya menatap
62 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berkilat. "Wajah cantik jelita, rambut pirang, mata bagus. Kulit putih,
tubuh elok tinggi semampai. Aku tidak ingat apakah kita pernah
bertemu sebelumnya. Dengar Bidadari, aku tidak malu berterus-terang
padamu. Pada pertemuan kita saat ini, tiba-tiba saja aku jatuh cinta
pada dirimu. Apa jawabmu?"
"Jahanam gila!" maki gadis berpakaian biru yang memang
Bidadari Angin Timur adanya. Ingin sekali saat itu dia menerkam dan
merobek mulut atau memecah kepala orang di hadapannya. Lagi-lagi
suara makiannya hanya di dalam hati karena tidak bisa bicara.
"Aku mendengar kabar. Konon kau adalah salah seorang dari
sekian banyak kekasih gelap Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng.
Ha... ha... ha! Benar begitu?" Sambil tertawa bergelak orang berjubah
dan bertutup kepala kain putih itu memutari Bidadari Angin Timur dan
berhenti melangkah begitu sampai lagi di hadapan si gadis. "Apa
bahagianya menjadi kekasih gelap. Apa lagi kau hanya seorang dari
sekian banyak gadis yang terjebak dalam tipu daya asmara murahan
Pendekar itu."
Dari balik kain penutup kepala orang tinggi besar tatap wajah
Bidadari Angin Timur. Si gadis balas memandang. Dia dapatkan
sepasang bola mata manusia menyerupai pocong di hadapannya ini
berbentuk aneh. "Cantik sekali. Luar biasa cantik." Orang di hadapan
Bidadari Angin Timur kembali keluarkan ucapan berupa puji-pujian.
"Bidadari Angin Timur, bersediakah kau kujadikan kekasih" Ah, aku
seharusnya tak perlu bertanya. Saat ini aku punya kekuasaan atas
dirimu. Aku bisa melakukan apa saja. Termasuk membunuhmu! Oh
tidak, tidak... Aku tidak akan membunuh orang secantikmu. Apa lagi
aku punya pantangan membunuh. Tapi dengar, kita punya banyak
waktu untuk bersenang-senang sambil menunggu kemunculan
Pendekar Dua Satu Dua di tempat ini! Kalau dia muncul akan
kuselesaikan dendam lama yang sudah karatan di dalam tubuhku. Kau
bisa menyaksikan kematian kekasih tak bergunamu itu dengan mata
kepala sendiri. Setelah itu... Ha... ha... ha!" Si tinggi besar maju satu
langkah. Dua tangannya diulurkan membelai pipi Bidadari Angin Timur.
Dua tangan itu kemudian turun kebahu, turun lagi ke bawah mengusap
pinggul. Si tinggi besar leletkan lidah. Tenggorokannya turun naik.


Wiro Sableng 135 Rumah Tanpa Dosa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kata orang tubuhmu mulus tanpa cacat. Ingin sekali aku melihat
membuktikannya. Kekasihku, izinkan aku membuka pakaianmu." Habis
berkata begitu orang tinggi besar gerakkan dua tangannya ke atas dada
pakaian Bidadari Angin Timur. Nafas panas memburu. Jari-jari tangan
bergerak membuka pita-pita kecil pengancing pakaian biru di bagian
dada. "Ah... tak pernah aku melihat yang begini putih, begini bagus.
Kekasihku, aku benar-benar jatuh cinta padamu." Kepala yang tertutup
kain putih itu dirundukkan ke dada Bidadari Angin Timur yang
tersingkap. Belum sempat kepala dan dada bersentuhan tiba-tiba satu
cahaya kuning melesat dari atas atap, menerpa ke dalam rumah.
63 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Orang berjubah keluarkan seruan kaget. Dia cepat menyingkir
namun cahaya kuning masih sempat menyerempet tubuhnya hingga dia
terpental ke belakang. Punggungnya melabrak dinding rumah. Dinding
papan yang sudah lapuk itu amblas jebol. Sosok orang berjubah
tersekat dalam jebolan. Marah manusia satu ini bukan alang kepalang.
Lima jari tangan kiri kanan dipentang ke depan. Luar biasa! Lima jari
tangan ini jadi berubah sangat besar dan kuku-kuku hitam mencuat
mengerikan dari ujung-ujung jari. Namun begitu matanya memperhatikan ke depan, memandang sosok yang berdiri di samping
gadis berbaju biru, amarahnya mendadak mereda. Dadanya berdebar.
Di sebelah Bidadari Angin Timur saat itu berdiri seorang pemuda
berpakaian coklat. Sekujur tubuh, mulai dari kepala yang botak sampai
ujung kaki yang telanjang berwarna kuning. Bahkan bagian mata yang
seharusnya berwarna putih juga terlihat kuning. Ketika dia menyeringai
lidahnya juga tampak kuning!
Orang berjubah keluarkan diri dari dalam lobang di dinding.
Berdiri tegak, mendadak terkesiap karena baru sadar kalau sebagian
jubahnya sebelah depan tampak berwarna kuning.
"Pukulan yang dilepaskan bedebah ini, menyerupai pukulan
makhluk dari alamku! Aku memang menyirap kabar kalau dirinya juga
sudah terpesat ke tanah Jawa ini. Tapi ujudnya mengapa berbeda.
Untuk membuktikan aku harus lancarkan serangan!"
Orang berjubah kembangkan dua tangan ke samping. Tubuhnya
tiba-tiba berputar. Sosok yang berputar membentuk kerucut terbalik.
Sekujur tubuh Bidadari Angin Timur bergoyang-goyang dan terasa
disedot ke arah orang yang berputar. Dia tak mungkin bertahan. Sesaat
lagi tubuhnya akan masuk ke dalam putaran yang menyedot tiba-tiba
pemuda berpakaian coklat bertubuh kuning berseru sambil dorongkan
tangan kanan ke arah orang yang berputar.
"Ilmu Tangan Hantu Tanpa Suaral Manusia yang sembunyikan
wajah di balik penutup kepala! Dari mana kau mencuri ilmu itu"!"
Kejut orang yang ditegur bukan olah-olah!
"Memang dia! Pasti dia!" kata orang ini dalam hati. Saat itu selarik
sinar kuning dari pukulan yang dilepaskan si pemuda menderu tinggal
sejarak satu langkah dari hadapannya. Dengan cepat manusia berjubah
putih besarkan mata. Ketika sepasang mata ini dikedipkan, dua larik
cahaya hijau panjang berbentuk segi tiga lancip di bagian ujung
terdepan, menyembur ganas ke arah pemuda berkulit kuning.
"Hantu Hijau Penjungkir Roh\" Seru si pemuda berkulit kuning.
Dengan cepat dia melesat ke udara hingga sebagian tubuhnya keluar
dari atap bangunan. Dari atas pemuda ini gerakkan dua kaki
menendang ke bawah. Dua gelombang cahaya kuning membabat
laksana topan prahara. Sebelum rumah tua lapuk itu hancur
berantakan, orang berjubah cepat menyambar tubuh Bidadari Angin
Timur yang terlempar ke udara. Tapi dia kalah cepat. Pemuda kulit
kuning telah lebih dulu melesat ke bawah. Satu kaki ditendangkan ke
64 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
arah si jubah putih sementara tangan kanan disusupkan ke bawah
ketiak Bidadari Angin Timur.
"Dukkk!"
Untuk kedua kalinya si jubah putih terpental. Kali ini sambil
semburkan muntahan cairan warna kuning dari mulutnya. Sesaat
wajahnya kelihatan kuning. Tubuhnya bergetar hebat, merinding dingin
karena sadar bahwa barusan dia terlepas dari bahaya racun jahat.
Kalau saja tadi dia tidak muntahkan cairan kuning maka satu racun
sangat berbahaya akan mendekam di bagian tubuhnya yang kena
tendangan. Mulutnya komat-kamit. Amarah membuat dia gelap mata.
"Makhluk kuning jahanam! Kau tak akan dapatkan gadis itu
hidup-hidup!" Habis berkata begitu si jubah putih angkat tangan kanan
ke atas, diputar setengah lingkaran.
"Cukup!" teriak pemuda berkulit kuning. Tangan kanannya
dikepal, lalu diangkat ke atas. Kepala itu kelihatan dibungkus cahaya
kuning. Sesaat orang berjubah merasa bimbang. Dalam hati dia merutuk
habis-habisan. "Pemuda muka tai!" bentak si jubah putih. "Aku tahu siapa kau
adanya! Sejak dulu kau memang biang racun penghalang segala
pekerjaanku! Jangan kira aku takut padamu! Hari ini aku masih berbaik
hati mengampuni selembar nyawamu! Tapi lain kali kalau aku datang
mencarimu jangan harap nyawamu ketolongan. Aku akan membuat
tubuhmu amblas ke dalam tanah! Akan kukubur kau hidup-hidup!"
Selesai membentak orang berjubah segera putar tubuh. Dinding rumah
ditabraknya begitu saja. Pemuda botak berkulit kuning hendak
mengejar. Tapi kawatir akan keselamatan gadis dalam pelukannya dia
batalkan niat. Di kejauhan sana manusia berdandan seperti pocong
telah berada di pinggiran lembah sebelah timur.
Perlahan-lahan pemuda berkulit kuning turunkan tubuh Bidadari
Angin Timur. "Ini pertemuan kita yang kedua. Aku sangat gembira bisa
melihatmu lagi. Sahabat, apakah kau masih ingat diriku?" Pemuda
botak menatap tersenyum sambil usap kepalanya. Ketika Bidadari Angin
Timur tidak menjawab dan tidak bergerak baru dia ingat. "Tololnya aku
ini. Sahabat cantik dalam keadaan tertotok aku malah ajak bicara.
Eh..." Si pemuda mendadak tutup mulut hentikan ucapan lalu tertawa
sendiri. "Kau tahu, di negeri asalku totok berarti payudara..." Pemuda
itu usap lagi kepala botaknya, perhatikan Bidadari Angin Timur dari
kepala sampai ke kaki lalu geleng-geleng kepala. Melihat sikap orang
Bidadari Angin Timur diam-diam merasa kawatir. Mungkin pemuda itu
tidak mampu melepaskan totokan yang menguasai dirinya. Berarti
sampai berapa lama dia akan berada dalam keadaan seperti itu hingga
ada seseorang yang mampu menolong"
Pemuda botak berkulit kuning perhatikan bagian leher Bidadari
Angin Timur. Saat itu bagian dada pakaian si gadis yang tadi sempat
65 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dibuka orang berjubah dan berkerudung kain putih masih dalam
keadaan tersingkap. Namun sedikitpun dia tidak memperhatikan
pemandangan yang tidak akan dilewatkan oleh mata lelaki manapun.
"Tak ada tanda di lehermu," ucap si pemuda. Dia melangkah ke
belakang Bidadari Angin Timur "Maafkan kalau aku terpaksa
menyentuhmu. Aku harus mengetahui bagian mana dari tubuhmu yang
ditotok." Bidadari Angin Timur merasakan dua kali usapan di
punggungnya kiri kanan. "Tidak terasa ada bekas totokan di
punggungmu. Hemmm..." Sambil usap-usap dagunya yang ditumbuhi
bulu-bulu tipis dia kembali berdiri di hadapan Bidadari Angin Timur.
"Menjerat Urat Melumpuh Syaraf! Pasti dia menotokmu dengan ilmu itu.
Ilmu curian! Semua ilmu kepandaiannya kebanyakan hasil curian dari
para tokoh di Negeri Latanahsilam."
Bidadari Angin Timur semakin merasa kawatir. "Agaknya dia
memang tidak bisa menolong. Celaka diriku..."
Pemuda itu tatap paras cantik gadis di depannya lalu tersenyum.
"Jangan kawatir. Aku bisa membebaskanmu. Asa! kau tidak marah
kepalamu aku pegang-pegang." Bidadari Angin Timur merasa lega.
"Lakukan apa saja asal aku bisa kau bebaskan," katanya pasrah dalam
hati. Dari sikap si pemuda dia yakin orang tidak akan
memperlakukannya secara kurang ajar.
"Sahabat, aku akan berdiri di belakangmu. Aku akan
menyusupkan tangan ke bawah rambut pirangmu di bagian tengkuk,
terus naik ke atas sampai ke ubun-ubun. Kau tidak akan merasa sakit,
hanya ada sedikit rasa panas. Justru hawa panas itulah yang akan
membuyarkan totokan yang menguasai dirimu. Aku akan melakukan
sekarang. Harap maafkan kalau aku harus memegang kepalamu. Aku
tahu, orang di negeri ini menganggap kepala sebagai bagian tubuh
paling terhormat. Jadi dianggap kurang ajar kalau kepala kita sampai
dipegang orang lain. Begitu, betul?"
Kalau saja tidak dalam keadaan tertotok saat itu Bidadari Angin
Timur pasti tersenyum dan mengiyakan ucapan si pemuda. Setelah
menatap wajah si gadis sesaat, pemuda muka kuning melangkah ke
belakang Bidadari Angin Timur. Seperti yang dikatakannya tadi, tangan
kanannya disusupkan ke tengkuk di bawah rambut pirang, terus naik
ke atas kepala hingga telapak tangannya menyentuh ubun-ubun.
Bidadari Angin Timur tidak menunggu lama. Hawa panas yang
dikatakan pemuda itu kini mulai terasa menyengat kepalanya, menjalar
ke muka, turun ke tubuh. kalau saja mulutnya tidak terkancing, saat
itu Bidadari Angin Timur pasti akan berteriak keras. Hawa yang turun
ke telapak kakinya panas luar biasa seolah dia tengah berdiri di atas
bara api. Pemuda berkulit kuning turunkan tangannya ke tengkuk. Sesaat
tangan itu masih menyusup ke bawah rambut pirang Bidadari Angin
Timur. Begitu pegangan dilepas si pemuda sudah berada di hadapan si
gadis kembali. 66 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Hai, kau sudah bebas dari totokan. Mengapa diam saja"!" Ucap si
pemuda. "Apa"!" Bidadari Angin Timur terkejut.
Ucapannya keluar
tanpa sadar. Kepalanya dipalingkan.
Tangannya digerakkan. Gadis ini berteriak keras saking girangnya.
Malah diluar sadar dia hendak melompat memeluki pemuda berkulit
kuning itu. Karuan saja si pemuda mundur teratur seperti ketakutan.
"Kau, bukankah kau Hantu Jatilandak yang katanya berasal dari
negeri seribu dua ratus tahun silam" Yang lenyap begitu saja tempo hari
setelah menolong Setan Ngompol!?"
"Aku gembira kau masih ingat diriku. Mana teman-temanku yang
lain. Wiro, Naga Kuning, kakek tukang kencing Setan Ngompol..."
(Riwayat pertemuan Bidadari Angin Timur dan Hantu Jatilandak
pertama kali dapat dibaca dalam serial Wiro Sableng berjudul Melati
Tujuh Racun sedang mengenai Hantu Jatilandak bisa dibaca dalam
serial Wiro di Negeri Latanahsilam antaranya dalam Episode berjudul
Hantu Jatilandak)
"Panjang cerita mengenai mereka..."
"Kalau begitu cerita tentang dirimu saja. Bagaimana kau bisa
hampir celaka di tangan orang tadi."
"Ada yang menjebakku. Antara kau dan manusia berpakaian
serba putih tadi, apakah sudah saling mengenal sebelumnya?"
"Kami sudah lama berseteru. Di negeri Latanahsilam dia dikenal
sebagai makhluk paling jahat. Namanya Hantu Muka Dua. Kalau saja
kepalanya tidak ditutupi dengan kain putih kau bisa melihat keadaan
kepalanya. Dia memiliki dua wajah, satu di depan satu di belakang..."
Bidadari Angin Timur jadi ternganga mendengar ucapan Hantu
Jatilandak. "Kalau tidak menyaksikan sendiri kau tidak akan percaya. Aku..."
"Jatilandak, aku sangat berterimakasih atas pertolonganmu.
Namun saat ini ada sesuatu yang harus aku lakukan. Seorang gadis
berada dalam bahaya besar. Diculik rampok jahat. Aku harus
menyelamatkannya. Rasanya si penculik belum lari jauh..."
"Dalam perjalanan ke tempat ini tadi, aku melihat orang lari
keluar lembah menuju arah selatan. Pakaian hitam-hitam. Dia lari
sambil memanggul seseorang. Mungkin itu orang yang kau maksudkan"
"Pasti!"
"Kalau begitu aku ikut bersamamu. Aku bisa memberitahu arah
lari si penculik itu," kata Jatilandak.
Keduanya, segera hendak tinggalkan tempat itu. Namun sebelum
sempat melangkah, Jatilandak tiba-tiba tarik tangan Bidadari Angin
Timur. Sebuah benda melayang di udara, melesat satu jengkal di depan
wajah si gadis lalu menancap di papan lapuk runtuhan rumah tua.
"Benda apa"!" kejut Bidadari Angin Timur.
Jatilandak dekati papan, membungkuk dan mencabut benda yang
menancap lalu diperlihatkan pada Bidadari Angin Timur. Benda itu
67 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ternyata sebuah bendera kecil berbentuk segi tiga, basah oleh cairan
merah berbau amis.
TAMAT EPISODE BERIKUTNYA: BENDERA DARAH
68 135 Rumah Tanpa Dosa
-WIRO SABLENG 212
Kaki Tiga Menjangan 2 Pendekar Slebor 02 Dendam Dan Asmara Manusia Lumpur 2

Cari Blog Ini