Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah Bagian 2
bungkuk berubah menjadi bayang-bayang. Dia berusaha mengeluarkan
beberapa pukulan sakti, tapi Anggini tak memberi kesempatan. Pukulan
dan tendangannya datang bertubi-tubi. Belum lagi totokan yang
menyambar berulang kali ke arah leher dan dada.
"Setan alas! Hidup-hidup tak bisa kudapat, bangkaimu pun tak
jadi apa!" kertak Si Muka Bangkai, Kakek ini lalu rubah gerakan
silatnya. Tubuhnya yang bungkuk mendadak berubah lurus. Dua
tangannya seolah menjadi lebih panjang. Ketika kakek ini siap
menghantamkan dua pukulan sakti tiba-tiba menyambar selarik sinar
ungu. "Wuuttt!"
Si Muka Bangkai kembaran berseru kaget ketika tiba-tiba dia
dapatkan dua lengannya dilibat sehelai selendang berwarna ungu.
"Kakek jahanam! Putus tanganmu!" teriak Anggini.
"Gadis keparat! Tanganmu yang amblas!" teriak Si Muka Bangkai.
22 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tenaga dalam pada dua tangannya dilipat gandakan, lalu dua lengannya
dibetot kuat-kuat.
23 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KITA tinggalkan dulu pertempuran antara Anggini dengan Si Muka
Bangkai. Kita kembali pada Bidadari Angin Timur yang harus bertempur
mati-matian menghadapi Pendekar 212 Wiro Sableng dan Nyi Ragil
Tawangalu. Sampai saat itu ilmu sirapan jahat Nyi Ragil masih
menguasai Wiro hingga dia tetap melihat Bidadari Angin Timur sebagai
seorang nenek tak dikenal. Di tempat lain Ratu Duyung tergejetak di
tanah keluarkan erangan tiada henti. Untuk mengurangi rasa sakit
cidera di dadanya gadis ini tempelkan cermin sakti ke bagian. yang
terluka. Kematian bagi Ratu Duyung bukan apa-apa dibanding jika dia
tetap hidup dengan menderita cacat di dada seumur-umur. Dia teringat,
satu hal yang terasa sangat menakutkan. Tidak ada satu lelakipun yang
akan mencintai apa lagi mengambil istri seorang gadis yang memiliki
cacat mengerikan pada bagian dadanya.
"Gadis cantik bertebaran di mana-mana. Agaknya sudah takdir
aku tak bakal mendapatkan Wiro. Kini Bidadari Angin Timur dan
Anggini lebih memiliki dan membagi kesempatan. Siapa yang perduli
dengan gadis cacat sepertiku. Apa gunanya lagi hidup. Lebih baik mati
saja..." Ucapan itu menyeruak dalam hati Ratu Duyung. Perlahan-lahan
air mata jatuh meleleh di pipi dara bermata biru ini.
Kembali pada pertempuran antara Bidadari Angin Timur melawan
Wiro dan Nyi Ragil Tawangalu. Bagaimanapun hebatnya gadis
berkepandaian tinggi itu bertahan, mengelak dan balas menyerang
namun dua lawan yang dihadapinya bukan manusia-manusia
sembarangan. Kapak Maut Naga Geni 212 di tangan Wiro serta ilmu
Mengupas Raga yang sesekali dilepas Nyi Ragil membuat dirinya benarbenar dikurung maut dari berbagai penjuru.
"Celaka, sampai berapa lama aku bisa bertahan," keluh Bidadari
Angin Timur dalam hati. Melirik ke samping dilihatnya Anggini
bertempur nekad melawan Si Muka Bangkai sementara di tempat lain
Ratu Duyung masih tergeletak di tanah, mengerang sambil dekapkan
cermin sakti di atas dada. "Aku harus mencari akal! Aku harus berbuat
sesuatu. Kalau tidak pasti konyol!" Untuk lari selamatkan diri begitu
saja sama sekali tidak terpikir di benak Bidadari Angin Timur yang
punya hati sekeras baja ini. Otaknya diputar. Dia ingat pada apa yang
dilakukan Ratu Duyung di permulaan pertempuran menghadapi Wiro
tadi. Setelah menghantam ke arah Nyi Ragil dengan satu pukulan
tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi, memaksa lawan satu
ini menjauh, Bidadari Angin Timur nekad melompat ke hadapan Wiro
lalu berteriak.
"Pangeran Matahari! Hebat sekali! Bagaimana Kapak sakti milik
Pendekar 212 berada di tanganmu! Pasti kau telah membunuh musuh
24 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
besarmu itu!"
Wiro yang hendak membabatkan Kapak Naga Geni 212 jadi
tertahan gerakannya.
"Nenek butut! Apa kau bilang" Kau memanggil aku Pangeran
Matahari"! Ha... ha... ha! Matamu buta, otakmu pasti tidak waras!"
"Lalu siapa dirimu sebenarnya" Jawab!"
Wiro sesaat tampak bingung.
Melihat gelagat yang tidak baik Nyi Ragil segera berteriak.
"Yayang, jangan dengarkan ucapan nenek keparat itu! Lekas bunuh
dia!" "Kekasihku, jangan khawatir! Aku akan persembahkan kepalanya
sebagai mas kawin!" jawab Wiro lalu tertawa gelak-gelak.
Saat itulah dengan satu gerakan luar biasa cepatnya Bidadari
Angin Timur melesat ke arah Wiro. Tangan kanan diangkat ke atas
seperti hendak menggebuk. Ini hanya satu tipuan belaka. Begitu Wiro
membuat gerakan mengelak secepat kilat dua jari telunjuk tangan kiri
sang dara menyambar ke arah kening antara dua mata sang pendekar.
"Yayang! Awas totokan!" teriak Nyi Ragil. Nenek ini melompat
sambil hantamkan tangan kanan ke arah punggung Bidadari Angin
Timur yang saat itu membelakanginya.
"Desss!"
Kening di atas hidung antara dua mata Pendekar 212 yang
dilanda totokan dahsyat Bidadari Angin Timur keluarkan suara
mendesis disertai mengepulnya asap hitam. Wiro terhuyung ke
belakang, usap-usap matanya berulang kali dengan tangan kanan
sementara tangan kiri masih memegang Kapak Maut Naga Geni 212.
Sirapan ilmu Pembuta Mata yang menguasai dirinya musnah.
Bersamaan dengan itu ingatannya yang masih agak linglung kini
menjadi pulih sepenuhnya. Wiro buka matanya lebar-lebar, memandang
berkeliling. Sementara itu ketika Bidadari Angin Timur sadar kalau dirinya
dibokong orang dengan serangan maut, serta merta melompat ke
samping kanan selamatkan diri. Namun terlambat. Kepalan Nyi Ragil
yang menyorotkan sinar merah membara pertanda diisi dengan
kekuatan penuh ilmu ganas Mengupas Raga laksana kilat menghunjam
ke punggung Bidadari Angin Timur. Kalau sampai jotosan itu mengenai
sasaran maka punggung si gadis akan bolong, tembus hangus sampai
ke permukaan dada!
Hanya satu kedipan lagi pukulan maut Nyi Ragil akan mendarat di
sasarannya tiba-tiba satu bayangan besar berkelebat menghantar siuran
angin deras. Dua tangan berkelebat secepat kilat. Satu mendorong bahu
Bidadari Angin Timur hingga gadis ini terjungkal jatuh ke tanah. Tangan
satunya menebarkan sesuatu di udara.
"Srettt!"
"Crasss! Breett!"
"Sial biyung! Rusak kipasku!"
25 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bukkk!"
Nyi Ragil menjerit. Nenek ini terlempar dua tombak. Dua
tangannya pegangi kepala yang barusan seperti dihantam pentungan
besi. Di keningnya kelihatan satu benjutan besar.
Lalu terdengar suara gelak tawa mengekeh. Semua orang jadi
kaget karena suara tawa itu sampai menggetarkan tanah. Di saat
bersamaan hawa dingin aneh mendadak menyungkup puncak Bukit
Menoreh hingga dalam kejutnya semua orang menggigil kedinginan.
Nyi Ragil turunkan dua tangan yang menekap kening,
memandang ke depan menahan sakit penuh geram. Mulutnya yang
kempot bergerak kembang kempis. Bidadari Angin Timur begitu
menjejakkan kaki di tanah cepat berpaling ke arah orang yang tertawa.
Terkapar di tanah walau dalam keadaan menahan sakit Ratu Duyung
berusaha gerakkan kepala, memandang ke arah yang sama.
Sementara itu Si Muka Bangkai dan Anggini yang tengah terlibat
dalam pertempuran hebat walau mendengar suara tawa menggelegar
disertai munculnya hawa dingin luar biasa namun mereka berusaha
agar tidak terpengaruh. Saat itu keduanya berada dalam keadaan
sangat berbahaya. Siapa bertindak lengah bakal celaka.
Seperti diceritakan sebelumnya selendang ungu milik Anggini
yang merupakan satu senjata ampuh telah melibat pergelangan tangan
kiri kanan Si Muka Bangkai.
"Kakek jahanam! Putus tanganmu!" teriak Anggini seraya
menyentakkan kuat-kuat ujung selendang yang dipegangnya di tangan
kanan. Dengan selendang yang merupakan senjata ampuh serta
kekuatan tenaga dalam tinggi yang dimiliki murid Dewa Tuak, memang
bukan mustahil bagi Anggini untuk menyentak putus dua tangan
lawannya. Akan tetapi di lain pihak Si Muka Bangkai yang tahu gelagat serta
maklum kehebatan tenaga dalam yang dimiliki Anggini, serta merta
alirkan seluruh tenaga dalamnya pada dua tangan. Dalam hati dia
membatin. "Tenaga dalammu mungkin lebih tinggi dari Nyi Ragil. Tapi
terhadapku kau boleh coba!"
Lalu Si Muka Bangkai berseru keras membalas teriakan Anggini.
"Gadis keparat! Tanganmu yang amblas!" Dua lengan "yang dilibat
selendang ungu dibetot kuat-kuat ke belakang.
"Kurang ajar!" maki Anggini dalam hati. Rahangnya menggembung. Dia bisa nekad sambuti kekuatan tenaga dalam lawan.
Tapi ada satu hal yang dikhawatirkan gadis ini. Kalau akibat saling
menarik itu selendang ungunya sampai robek apa lagi hancur tak
karuan maka dia akan menyesal seumur-umur. Selendang itu
mempunyai arti dan sejarah tersendiri bagi Anggini. Beberapa tahun
sebelumnya ketika pertama kali dia berkenalan dengan Wiro, dalam satu
kesempatan penuh mesra Wiro telah mengguratkan angka 212 pada
salah satu ujung selendang ungu itu. Karenanya begitu merasa lawan
melakukan betotan kuat Anggini kendurkan tarikannya. Malah dengan
26 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
cerdik dia pergunakan daya betot Si Muka Bangkai untuk lesatkan diri
ke depan. Sambil melesat dia gerakkan tangan hingga selendang yang
menggulung dua lengan lawan berputar lepas. Lalu dengan satu gerakan
kilat Anggini merubah putaran selendang demikian rupa hingga siap
menjirat leher lawan.
Masih mengandalkan daya betotan lawan Anggini melompat ke
udara. Bersamaan dengan itu tangan kirinya membuat gerakan
melempar. "Wuuttt! Wuuttt! Wuuutttt!"
Si Muka Bangkai melihat tiga cahaya putih disertai deru
menggidikkan. Tiga benda berbentuk paku putih menyambar ke arah Si Muka
Bangkai. Satu mengarah kepala, dua menjurus ke bagian dada!
"Paku perak pemburu nyawa!" teriak Si Muka Bangkai.
Saat itu keadaan kakek bermuka sepucat mayat ini memang
sangat berbahaya. Lehernya siap dijirat gelungan selendang ungu.
Sementara tiga paku putih terbuat dari perak mencari sasaran di kepala
dan dada. Orang lain mungkin tidak akan sanggup selamatkan diri dari
serangan ganas murid Dewa Tuak itu. Namun Si Muka Bangkai
kembaran bukan manusia sembarangan. Ilmunya tidak kalah hebat dari
kakak kembarnya, Si Muka Bangkai asli.
Dari tenggorokannya terdengar suara menggembor. Ketika mulut
itu meniup, paku perak yang menyambar ke arah kepalanya terpental ke
samping. Bersamaan dengan meniup tadi si kakek sakti jentikkan lima
jari tangan kiri kanan.
Sepuluh larik sinar berwarna hitam berseling merah dan kuning
berkiblat. Inilah ilmu kesaktian yang disebut Sepuluh Tameng Kematian.
Konon kakak kembarnya Si Muka Bangkai asli tidak memiliki ilmu
kesaktian yang satu ini. Berarti ilmu ini benar-benar merupakan yang
paling diandalkan Si Muka Bangkai kembaran baru dikeluarkan dalam
bahaya besar dan sulit dihadapi. Menurut para tokoh silat golongan
hitam yang mengetahui, ilmu Sepuluh Tameng Kematian merupakan
benteng pertahanan dan sekaligus memiliki daya serang ampuh luar
biasa. Sambil hantamkan ilmu Sepuluh Tameng Kematian, Si Muka
Bangkai rundukkan tubuhnya yang bungkuk. Paku perak yang
menyambar ke arah kepala lewat hanya sekuku di atas ubun-ubunnya.
Lalu. "Tringg! Tringg!"
"Dukkk!"
"Bukkk!"
Dua paku perak sakti yang menghantam ke arah dada Si Muka
Bangkai leleh lalu mental ke udara. Anggini sendiri terpekik. Gadis ini
jatuhkan diri ke tanah, bergulingan menjauh sambil pegangi kepalanya.
Walau dia berhasil selamatkan nyawa namun selarik sinar yang keluar
27 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dari jari-jari tangan Si Muka Bangkai menghanguskan rambutnya!
Larikan lain membakar bahu pakaian ungunya! Anggini berusaha
berdiri. Sosoknya kelihatan miring. Wajah mengerenyit. Bahu kiri terasa
sakit sekali. Di sebelah bawah tangannya tak bisa digerakkan seolah
lumpuh. Ini adalah akibat jotosan yang sempat dihantamkan Si Muka
Bangkai begitu melihat serangan ganasnya tidak berhasil menghabisi
murid Dewa Tuak.
Sebaliknya saat itu Si Muka Bangkai bangkit berdiri. Matanya
yang celong mendelik merah. Pelipis bergerak, rahang menggembung.
Dia tidak perdulikan denyut sakit di dada. Tidak mengacuhkan ada
darah yang meleleh di sudut bibirnya. Juga tidak perduli akan hawa
dingin yang seperti hendak membuat beku sosok tua rentanya. Dua kaki
ditekuk hingga tubuhnya yang bungkuk bertambah bungkuk. Dua
tangan diangkat ke atas. Udara gelap di atas kepala Si Muka Bangkai
mendadak bertambah kelam.
"Anggini awas! Jahanam tua itu hendak melepaskan pukulan
Gerhana Matahari"
Yang berteriak adalah Ratu Duyung. Dalam keadaan cidera berat
gadis ini masih sempat memberi ingat sahabatnya itu.
Seringai maut menyungging di wajah pucat Si Muka Bangkai.
Tiba-tiba seringai itu lenyap. Bersamaan dengan lenyapnya seringai itu
si kakek siap hantamkan dua tangannya, melepas dua pukulan Gerhana
Matahari sekaligus. Tapi mendadak gerakannya tertahan ketika dia
mendengar suara jeritan keras merobek gelapnya langit dan udara
malam di puncak Bukit Menoreh.
"Nyi Ragil..." desis Si Muka Bangkai. Apa yang terjadi"!
28 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KEGEGERAN besar berturut-turut melanda Bukit Menoreh. Kegegeran
pertama sewaktu berkelebatnya satu bayangan besar disusul jeritan Nyi
Ragil. Sambil pegangi kepalanya yang benjut seolah kena pentung Nyi
Ragil memandang geram ke depan. Kecuali Anggini dan Si Muka
Bangkai yang tengah terlibat pertempuran hidup mati, semua orang
yang ada di tempat itu juga sama terkesiap kaget dan palingkan kepala.
Di tempat itu berdiri seorang pemuda bertubuh gemuk luar biasa.
Mengenakan baju terbalik. Bagian yang berkancing berada di sebelah
punggung. Sehelai kain sarung melintang di atas bahu. Si gendut
bermata belok ini berdiri cengengesan sambil tangan kiri mengipasngipaskan sebuah peci hitam. Mukanya yang merah tembam serta
pakaiannya basah oleh keringat. Sikapnya lucu.
"Uhhh... Panasnya udara malam ini!" kata si gendut ini. Benarbenar gila! Saat itu semua orang pada menggigil menahan udara dingin
aneh yang menyungkup puncak Bukit Menoreh. Tapi si gendut malah
berucap panas! Di tangan kanannya orang ini memegang sebuah kipas kertas
yang robek bolong. Dengan kipas kertas inilah tadi dia menahan jotosan
maut Nyi Ragil yang melabrak ke arah punggung Bidadari Angin Timur
hingga gadis ini selamat dari maut. Lalu dengan tangan masih
memegang kipas yang jebol itu dia menghantam kepala Nyi Ragil, tepat
di arah kening. Sehingga si nenek terpental jauh dan benjut besar di
jidatnya. Bidadari Angin Timur dan Ratu Duyung yang mengenali siapa
adanya pemuda gendut ini berseru hampir berbarengan.
"Bujang Gila Tapak Sakti!"
Pendekar 212 Wiro Sableng yang baru saja lepas dari sirapan
jahat ilmu Pembalik Otak Pembuta Mata saat itu berdiri setengah
tertegun sambil garuk-garuk kepala. Dalam hati dia membatin. "Eh, ke
mana perginya tiga nenek butut tadi. Aku melihat gadis-gadis cantik.
Astaga, bukankah si rambut pirang di dekatku ini adalah Bidadari Angin
Timur. Lalu yang berkelahi di sebelah sana Anggini murid Dewa Tuak.
Dan yang terkapar di sebelah situ... Astaga. Dia Ratu Duyung, apa yang
terjadi atas dirinya?"
Akan halnya Nyi Ragil, yang sebelumnya sempat kaget dan marah
besar terhadap si gendut yang diketahuinya telah menolong
menyelamatkan Bidadari Angin Timur serta memukul benjut keningnya,
kini mendengar dua gadis menyebut nama Bujang Gila Tapak Sakti
hatinya jadi bergetar. Dia belum pernah bertemu muka dengan si gendut
ini namun sudah mendengar banyak tentang kehebatan ilmu silat serta
kesaktiannya. 29 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bujang Gila Tapak Sakti. Pendekar Aneh Dari Gunung
Mahameru..." desis si nenek. "Kudengar kabar kalau tak salah dia
adalah keponakan dua tokoh aneh Dewa Ketawa dan Dewa Sedih. Udara
dingin yang menyungkup di tempat ini, pasti si gendut sakti itu yang
punya pekerjaan! Waktu terjadi pertempuran hebat antara para tokoh
silat golongan putih melawan para dedengkot golongan hitam, kabarnya
dia yang membunuh kakak kembaran kekasihku."
Si nenek melirik ke arah Wiro. "Pemuda itu lepas dari sirapan.
Bujang Gila jelas berada di pihaknya. Naga-naganya urusan bisa jadi
kapiran! Apa lagi aku sudah kena cidera. Lebih baik cepat-cepat
tinggalkan tempat ini. Aku harus memberi tahu Si Muka Bangkai!"
Tapi setelah memandang ke arah tempat di mana Si Muka
Bangkai bertempur hebat melawan Anggini, dalam keadaan seperti itu
tidak mungkin bagi Nyi Ragil untuk mendekati si kakek. "Perduli setan
dengan tua bangka itu! Nyawaku lebih penting!" Nyi Ragil mengambil
keputusan untuk kabur lebih dulu, meninggalkan Si Muka Bangkai
begitu saja. Dengan cepat nenek ini putar tubuhnya lalu berkelebat ke arah
kegelapan. Namun hanya sesaat tubuhnya melayang di udara tiba-tiba
dari kepekatan malam melesat satu bayangan tinggi hitam disertai
menebarnya bau aneh menyengat hidung.
"Nyi Ragil, kau mau merat ke mana"! Tinggalkan dulu nyawamu di
sini! Hik... hik... hik!"
Nyi Ragil hanya mendengar ucapan serta sambaran angin. Dia
tidak tahu di mana orang yang barusan membentak berada. Tiba-tiba
satu pukulan dahsyat melanda dadanya.
"Kraakk!"
"Suara patah dua tulang iga Nyi Ragil tidak terdengar karena
tertindih oleh jeritannya yang merobek langit gelap. Tubuh nenek ini
terpental dua tombak, bergulingan di tanah. Ketika dia mencoba
bangkit, dadanya terasa sesak lalu muntahkan darah segar. Sepasang
mata Nyi Ragil berapi-api, memandang sosok tinggi hitam yang tegak di
depannya. Berusaha mengenali siapa dia adanya. Tapi orang ini sengaja
tegak di bawah bayang-bayang pohon besar hingga sulit dikenali. Hanya
ada bau aneh tercium menyengat jalan pernafasan Nyi Ragil yang sudah
sesak itu. Entah mengapa saat itu juga Nyi Ragil merasakan tengkuknya
merinding. Selagi Nyi Ragil megap-megap sulit bernafas dan darah masih
meleleh di sela bibirnya tiba-tiba sosok di bawah bayang-bayang gelap
pohon keluarkan ucapan.
"Iblis perempuan berjuluk Si Manis Penyebar Maut! Di manamana kau membunuh dan berbuat mesum. Dosamu setinggi langit
sedalam samudera! Beberapa waktu lalu kau membunuh seorang tak
berdosa di puncak Gunung Gede. Jangan kau berani berdusta. Karena
aku menemukan patahan golokmu di tempat itu! Menuruti amarah
dendam kesumat, aku ingin menghabisimu secepat bisa kulakukan!
30 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tapi kematian cepat terlalu enak bagimu! Aku akan membuntungi
tubuhmu satu persatu! Terakhir sekali akan kupecahkan kepalamu!
Aku minta dua tanganmu yang suka menyebar kematian dengan ilmu
Mengupas Raga!"
Begitu selesai berucap orang itu menggebrak. Sebuah benda di
tangan kanannya yang ternyata adalah tongkat kayu butut berkelebat,
menyambar ke arah lengan kanan Nyi Ragil
"Jahanam! Kau minta tangan kananku, makan dulu tangan
kiriku!" teriak Nyi Ragil. Sungguh luar biasa. Dalam keadaan cidera
berat nenek berjuluk Si Manis Penyebar Maut ini masih mampu
melompat. Bahu kanan digeser ke belakang, sebaliknya tangan kiri
menghantam ke depan. Namun dia keliru kalau bisa dengan mudah cari
selamat sambil balas menghantam. Yang menyerangnya saat itu adalah
tokoh angker dan paling ditakuti dalam rimba persilatan Tanah Jawa.
Sebelum serangan tangan kiri Nyi Ragil sampai, tongkat di tangan
lawan telah menghantam lengan kanannya. Tak ampun lagi kraakk!
Jeritan Nyi Ragil untuk kesekian kalinya membelah kegelapan
malam. Tulang lengannya sebelah kanan patah. Lengan yang masih
dibalut hancuran daging dan kulit itu kelihatan tergontai gontai.
"Sekarang aku minta tangan kirimu!" Orang tinggi hitam tutup
ucapannya dengan menggerakkan tangan kanan. Tongkat kayu kembali
menderu. Si Muka Bangkai kembaran yang sempat melihat hancurnya
lengan kanan kekasihnya serta mengenali siapa adanya orang tinggi
hitam yang menyerang sahabatnya itu, dalam kejut bercampur kecut
segera hantamkan ilmu Sepuluh Tameng Kematian ke arah Anggini.
Begitu gadis lawannya bersurut mundur, dia pergunakan kesempatan
untuk melompat ke arah Nyi Ragil yang tengah dalam bahaya. Tangan
kiri mengeruk ke balik pakaian rombengnya. Sesaat sebelum orang
tinggi hitam akan menghancurkan tangan kiri Nyi Ragil dengan tongkat
kayunya, Si Muka Bangkai dorongkan tangan kiri lalu tangan kanan
melemparkan sesuatu ke tanah antara Nyi Ragil dan orang tinggi hitam.
Satu gelombang angin dahsyat yang keluar dari tangan kiri Si
Muka Bangkai menahan gerak serangan yang dilancarkan orang ke arah
Nyi Ragil. Ujung tongkat tergetar hebat, melenceng ke samping.
"Bummm!"
Ledakan keras menggelegar disusul kobaran bola api dan kepulan
asap sangat hitam. Semua orang untuk beberapa saat lamanya seolah
menjadi buta. "Muka Bangkai pengecut! Jangan lari!" Yang berteriak adalah
Anggini. "Lari"! Hik... hik! Makan tusuk kondeku!"
Sebuah benda putih berkilauan melesat ke arah kobaran api dan
kepulan asap hitam tebal. Lapat-lapat terdengar suara seperti orang
mengeluh kesakitan.
Tak lama kemudian, ketika kobaran api padam dan kepulan asap
31 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hitam lenyap, Nyi Ragil Tawangalu dan Si Muka Bangkai kembaran tak
ada lagi di tempat itu.
32 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KINI semua mata ditujukan pada sosok tinggi hitam agak bungkuk yang
masih tegak di bawah bayangan gelap pohon besar. Beberapa hidung
kelihatan bergerak karena mencium bau sesuatu lain dari yang lain.
Hidung Wiro juga tampak kembang kempis. Dia mengenali bau itu.
Sesaat dia masih memandang dengan mata disipitkan, coba menembus
kegelapan malam dan bayang-bayang hitam di bawah pohon. Setelah
merasa pasti Wiro melompat seraya berseru.
"Eyang! Pasti kau! Aku mengenali bau pesing pakaianmu!"
"Anak setan!" sosok di bawah pohon memaki. Wiro jatuhkan diri,
berlutut, dua tangan pegangi pinggul orang sementara hidung
mengerenyit menahan nafas karena tak sanggup mencium bau pesing
yang menyambar dari pakaian dan tubuh orang di depannya. Orang
yang dipanggil dengan sebutan Eyang yang ternyata bukan lain adalah
Eyang Sinto Gendeng guru Pendekar 212 sendiri ulurkan tangan kiri.
Enak saja dia menjewer telinga kiri Wiro lalu dibembeng ke atas hingga
sang murid terangkat, tegak berdiri, mengerenyit kesakitan.
"Anak setan! Ratusan hari menghilang! Kukira kau sudah jadi
cacing tanah! Atau mungkin saat ini aku memang benar-benar
berhadapan dengan setan sungguhan?"
"Nek, Eyang... aku..."
"Sudah, kulihat tampangmu kalang kabut! Pasti otakmu kacau
balau! Tadi kulihat bersama nenek setan itu kau mengeroyok gadis
berambut pirang itu. Aneh! Bukankah kudengar dia adalah salah satu
kekasihmu"! Ada yang tidak beres di tempat ini! Apa yang terjadi"!
Jangan-jangan kau sudah kena sirap..."
"Nek, banyak yang tidak beres di tempat ini. Tapi biang
kejadiannya adalah muridmu si anak setan itu!" Yang berucap adalah si
gendut Bujang Gila Tapak Sakti.
Sinto Gendeng menoleh ke arah Bujang Gila Tapak Sakti dan
pelototkan matanya yang cekung. Si gendut sunggingkan senyum sambil
kipas-kipaskan kopiah butut.
"Kebo buduk! Aku bicara pada muridku! Biar dia yang menjawab!"
Sinto Gendeng menghardik. Dibentak dan dikatakan kerbau buduk
Bujang Gila Tapak Sakti hanya menyeringai dan terus saja berkipaskipas dengan peci hitam bututnya.
Sinto Gendeng berpaling pada muridnya. Lalu ketokkan tongkat
kayu ke kepala Wiro.
"Ayo bicara! Jelaskan ada kejadian apa di sini!"
Wiro lalu bercerita. Sesuai perjanjian dia berada di puncak Bukit
Menoreh untuk menunggu kedatangan tiga sahabatnya yakni Bidadari
Angin Timur, Ratu Duyung dan Anggini.
"Tapi yang datang bukannya tiga gadis cantik itu, melainkan
33 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
nenek berdandan celemongan tadi, bernama Nyi Ragil, mengaku
berjuluk Si Manis Penyebar Maut. Dia muncul bersama Si Muka
Bangkai. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kemudian..." Wiro garukgaruk kepala dulu baru melanjutkan. "Kemudian aku lihat nenek itu
berubah menjadi gadis cantik. Dalam keadaan tidak sadar aku ikut saja
ketika dia mengajakku pergi. Kemudian..."
"Kemudian... kemudian kau lupa menceritakan sesuatu sobatku!"
memotong Bujang Gila Tapak Sakti masih berkipas-kipas dan senyumsenyum. "Apa maksudmu?" tanya Wiro.
"Anak setan! Jangan perdulikan kebo buduk itu! Teruskan saja
ceritamu. Jika kebo buduk itu berani lagi membuka mulut akan
kusumpal dengan tusuk konde!"
Walau diancam Bujang Gila Tapak Sakti acuh saja. Sambil
senyum-senyum dia berkata. "Kau lupa menceritakan bahwa sambil
jalan kau memeluk si nenek dan mencium wajah peot celemongannya
bertubi-tubi! Nah, aku cuma mau bilang itu! Ha... ha... ha!"
"Sialan!" maki Wiro. "Waktu itu aku berada di bawah pengaruh
sirapannya..."
"Oh begitu?" Bujang Gila Tapak Sakti tertawa lebar, anggukanggukkan kepala.
"Malah tiga gadis cantik ini, yang kemudian muncul kulihat
berubah menjadi tiga nenek butut yang aku tidak kenal," Wiro
melanjutkan ceritanya.
"Tiga nenek itu menghalangi perjalanan kami. Perkelahian tak
dapat dihindari. Di bawah pengaruh sirapan ilmu jahat Nyi Ragil aku
telah menempur mereka. Ketika aku sadar, Eyang muncul..."
"Nenek Sinto, kami semua berterima kasih. Kalau kau tidak
muncul entah apa jadinya dengan kami semua," berkata Bidadari Angin
Timur. "Ah, aku yang sebesar gajah ini tidak kelihatan. Dilupakan!"
Bujang Gila Tapak Sakti berucap dan unjukkan wajah cemberut.
"Sahabat Bujang Gila Tapak Sakti kami juga berterima kasih
padamu. Terutama diriku. Kau menyelamatkan jiwaku." Bidadari Angin
Timur berkata lalu dekati pemuda gendut ini dan pegang lengannya
yang keringatan. Bujang Gila Tapak Sakti tersenyum senang, cuping
hidungnya jadi mekar bergerak-gerak. Mata kiri dikedip-kedipkan.
Membuat Sinto Gendeng jadi jengkel dan memaki "Kebo sinting!"
Tiba-tiba ada suara mengerang tertahan.
Wiro berpaling, baru sadar kalau di sebelah sana Ratu Duyung
masih terbaring di tanah dalam keadaan terluka, dipangku kepalanya
oleh Anggini. "Eyang, maafkan aku. Sahabatku Ratu Duyung mengalami
cidera..."
"Anak setan! Kau mau ke mana!" Sinto Gendeng berteriak.
34 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Tapi sang murid sudah menghambur ke tempat Ratu Duyung dan
Anggini berada. Wajah sang Ratu kelihatan pucat sekali. Tarikan
nafasnya tinggal satu-satu. Dalam keadaan cidera berat seperti itu,
begitu melihat Wiro berada di dekatnya Ratu Duyung masih mampu
menyeruakkan senyum.
"Ratu..." Wiro berjongkok di samping sosok Ratu Duyung. Sang
Ratu terbaring menelentang, kepala di atas pangkuan Anggini. Tangan
kirinya memegang cermin bulat. Cermin ini diletakkan di atas dada.
Wiro pegang lengan Ratu Duyung, perlahan-lahan menggeser
Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cermin bulat dari atas dada. Begitu dada tersingkap, Wiro melengak
kaget dan bergidik. Dalam gelap dia dapat melihat dada pakaian yang
robek hangus. Lalu daging dada sebelah kanan yang terluka parah
mengerikan. "Pukulan Mengupas Raga..." desis Wiro. Dia menatap pada
Anggini. Wiro melihat ada bagian rambut sang dara yang hangus.
Anggini gelengkan kepala ketika Wiro memandang ke arahnya. Pendekar
212 maklum arti gelengan kepala itu. Dengan isyarat itu Anggini
memberitahu kalau luka di dada Ratu Duyung tak mungkin
disembuhkan. Gadis cantik bermata biru itu akan cacat seumur hidup.
Tiba-tiba Wiro ingat kejadian sebelumnya. Ketika dia bertempur
melawan Nyi Ragil dan mengeluarkan Ilmu Koppo untuk mematahkan
tulang-tulang tangan lawan, si nenek balas menyerang dengan ilmu
Mengupas Raga hingga tangan kanannya terkelupas seperti digarang
api. Kemudian si nenek mengobati luka itu dengan sejenis cairan ajaib
yang disimpan dalam sebuah tabung. Cairan itu mampu menyembuhkan cidera di tangan Wiro hingga utuh kembali seolah tidak
terjadi apa-apa sebelumnya.
"Tabung berisi cairan itu... Aku harus mendapatkan tabung itu!"
kata Wiro dalam hati.
"Ratu, kau tunggu di sini..." bisik Wiro seraya membelai kening
dan rambut di atas kening sang dara. "Aku tahu obat yang bisa
menyembuhkan luka di dadamu. Aku akan mengambilnya. Aku segera
kembali. Bertahanlah. Anggini, tolong jaga dia baik-baik..."
Belaian tangan Pendekar 212 merupakan sejuta sejuk terasa di
tubuh dan hati Ratu Duyung. Wajah pucatnya tampak tersenyum.
Matanya mengedip perlahan.
"Aku akan bertahan Wiro... Aku berusaha bertahan. Tapi apa yang
akan kau lakukan?" Ucapan itu menyeruak dalam hati Ratu Duyung.
"Wiro, kau mau ke mana?" tanya Anggini.
Wiro melompat bangkit. Ketika dia hendak berkelebat pergi ke
arah lenyapnya Nyi Ragil dan Si Muka Bangkai, satu benda keras
menusuk dadanya, menahan gerakannya. Bagaimanapun dia mencoba
kerahkan tenaga, tetap saja tak mampu melangkah barang setindakpun.
Benda keras yang menekan dada Pendekar 212 adalah ujung
tongkat butut milik Eyang Sinto Gendeng.
35 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Anak setan! Orang bertanya tak kau jawab. Sekarang aku yang
bertanya! Kau mau ke mana"!"
"Nek, aku... aku mau mengejar Nyi Ragil..." jawab Wiro.
"Amboi!" Di sebelah sana Bujang Gila Tapak Sakti berseru. "Baru
ditinggal sebentar saja kau sudah rindu pada yayangmu itu! Ha... ha...
ha!" Dari ucapan si gendut rupanya dia sudah lama berada di Bukit
Menoreh. Kalau tidak mana mungkin tahu panggilan yayang itu.
"Gendut sialan!" maki Wiro. "Nek, beri aku jalan!" ujar Wiro pada
gurunya. "Anak setan! Jawab dulu pertanyaanku. Ada keperluan apa tibatiba kau mau mengejar nenek berdandan celemongan itu" Janganjangan kau memang sudah tergila-gila padanya. Jangan-jangan ucapan
kebo buduk itu benar adanya!"
"Eyang, Nyi Ragil punya sejenis cairan obat yang bisa
menyembuhkan luka menganga di dada Ratu Duyung. Sebelumnya
tanganku ini hancur terkelupas tak karuan. Dengan obat itu tanganku
bisa sembuh kembali. Lihat..." Wiro unjukkan tangan kanannya dekatdekat ke wajah Sinto Gendeng.
Si nenek cuma menyeringai. "Tanganmu memang kulihat tidak
apa-apa. Jangan-jangan tua bangka gila dandan itu menyirapmu. Aku
tahu dia punya ilmu yang disebut Membuta Mata."
"Nek, percaya padaku! Hanya cairan milik Nyi Ragil yang mampu
menyembuhkan luka di dada Ratu Duyung. Kalau tidak gadis itu akan
cacat seumur-umur!"
Sinto Gendeng pencongkan hidungnya. Dia bembeng kain panjang
bau pesing dengan tangan kiri lalu sambil melangkah ke arah. Ratu
Duyung si nenek berkata.
"Coba aku lihat sebagaimana parahnya luka gadis itu."
Ketika Sinto Gendeng mendatangi, Anggini yang tengah
memangku kepala Ratu Duyung cepat rundukkan badannya seraya
menyapa. "Eyang Sinto, salam hormatku untukmu."
Sepasang mata si nenek melirik pada Anggini yang dulu pernah
ingin dijodohkan Dewa Tuak dengan Wiro. Nenek ini anggukkan
kepalanya sedikit lalu merunduk, dekatkan kepala ke dada Ratu
Duyung. Begitu melihat jelas luka itu, kepalanya cepat-cepat ditarik.
Sinto Gendeng telah sering melihat kematian atau orang mengalami luka
hebat. Tapi luka di dada Ratu Duyung benar-benar membuatnya
bergidik. Saking geramnya si nenek tusukkan tongkatnya ke tanah.
"Nyi Ragil jahanam! Belum pernah aku melihat luka mengerikan
seperti ini!" ujar Sinto Gendeng. Lalu tangan kanannya yang memegang
tongkat digerakkan. Ujung tongkat bergetar aneh, membuat tusukan
pada empat tempat di sekitar dada Ratu Duyung yang terluka parah.
Ratu Duyung terpekik. Dari dadanya yang ditusuk ujung tongkat
mengepul asap hitam dan merah. Dari mulutnya membersit darah
kental Sinto Gendeng geleng-geleng kepala.
36 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Aku hanya bisa melegakan jalan nafas, mengatur jalan darah,
membendung racun..."
"Jadi kau izinkan aku mengejar Nyi Ragil, Nek?" tanya Wiro penuh
harapan. Sinto Gendeng gelengkan kepala.
Wiro jadi meradang. Semua orang yang ada di tempat itu juga
heran dan jengkel dengan sikap Sinto Gendeng. Ratu Duyung hanya
bisa merintih pasrah. Terdengar dia berucap perlahan.
"Aku ingin mati saja. Para sahabat antarkan aku ke pantai
selatan. Aku ingin menghembuskan nafas terakhir di dasar samudera."
"Semua orang jadi terdiam mendengar ucapan Ratu Duyung.
Bukit Menoreh seperti tenggelam dalam kesunyian. Suara angin dan
gesekan dedaunan pun tidak terdengar.
"Eyang, aku terpaksa..." Wiro gerakkan tangan kanannya untuk
memukul tongkat yang tiba-tiba ditusukkan Sinto Gendeng ke dada,
menahan gerakannya. Si nenek putar ujung tongkat yang menempel di
dada muridnya. Saat itu juga tangan kanan Wiro yang hendak memukul
menjadi lemas, tak mampu digerakkan! Sinto Gendeng tertawa
cekikikan. "Mahluk aneh... Benar-benar edan!" kata Bidadari Angin Timur
dalam hati. "Muridnya mau menolong orang tapi malah dihalangi!"
Masih tertawa cekikikan Sinto Gendeng berpaling pada Bujang
Gila Tapak Sakti yang saat itu duduk menjelepok di tanah sambil
berkipas-kipas dengan peci hitam butut.
"Kebo buduk! Jangan duduk saja enak-enakan! Cepat datang ke
mari!" Tiba-tiba Sinto Gendeng berteriak.
Bujang Gila Tapak Sakti palingkan kepala, tapi cuma tersenyum
dan tak beranjak dari tempatnya duduk. Malah sambil berkipas-kipas
dia berkata. "Uhh... Gila, mengapa malam terasa bertambah panas!"
"Kebo buduk! Apa telingamu torek, tidak mendengar orang
memanggil"!" teriak Sinto Gendeng marah.
Bujang Gila Tapak Sakti mencibir.
"Bujang Gila Tapak Sakti! Aku butuh bantuanmu! Hanya kau
yang bisa menyembuhkan luka di dada gadis ini!"
Si gendut terkejut. Dia memandang ke arah Sinto Gendeng.
"Apa katamu Nek" Hanya aku yang bisa menyembuhkan luka di
dada gadis itu" Ah... Jangan bercanda. Tabib terkenal pun tidak bakal
sanggup menolong gadis itu. Muridmu bisa membantu tapi kau halangi.
Aku mengantuk, aku mau tidur. Jangan mengganggu!"
Bujang Gila Tapak Sakti menguap lebar-lebar lalu kenakan peci
hitam di atas kepalanya yang berambut lebat gondrong. Peci yang
kebesaran itu masuk kupluk sampai sebatas alis. Lalu perlahan-lahan
tubuhnya yang gemuk dilonjorkan di tanah.
"Kurang ajar!" rutuk Sinto Gendeng. "Aku mau lihat apa kau
benar-benar bisa tidur molor!" Si nenek alirkan hawa aneh ke dalam
tongkat di tangan kanannya. Tongkat itu lalu ditancapkan di tanah
37 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sambil dua matanya mendelik tak berkesip, memandang ke arah tongkat
lalu menyusuri tanah. Begitu pandangannya membentur tubuh si
gendut Bujang Gila Tapak Sakti, Sinto Gendeng kedipkan dua matanya.
Saat itu juga Bujang Gila Tapak Sakti menjerit keras. Tubuh
gendut berbobot ratusan kati itu mencelat setengah tombak ke udara,
kepulkan asap. Si gendut tampak kelabakan, berjingrak-jingkrak seperti
orang gila sambil berteriak.
"Gila! Panas sekali! Nenek peot! Apa yang kau lakukan"! Tubuhku
panas sekali! Udara panas sekali! Aduh aku pingin kencing! Gila!"
Sinto Gendeng tertawa cekikikan. Tongkat yang ditancapkannya di
tanah diputar-putar kian ke mari. Di depan sana Bujang Gila Tapak
Sakti semakin keras jeritannya dan tambah tak karuan tingkahnya.
"Nenek peot! Kalau kau tidak hentikan perbuatan gilamu, kuguyur
kau dengan es!" Bujang Gila Tapak Sakti mengancam.
"Angin es" Hik... hik... hik! Siapa takut!" jawab Sinto Gendeng.
"Tua bangka sialan!" maki Bujang Gila Tapak Sakti. Si gendut ini
angkat dua tangannya. Telapak diarahkan pada Sinto Gendeng.
Mulutnya komat kamit. Ketika dua tangan didorong terdengar suara
menderu. Dua gelombang angin luar biasa dinginnya melesat ke atas
kepala dan ke arah kaki Sinto Gendeng. Gelombang hawa dingin ini lalu
merasuk tembus memasuki tubuh Sinto Gendeng dari dua arah yakni
arah kepala dan arah kaki.
Si nenek terpekik. Sosoknya tersentak hebat. Bentrokan hawa
sakti panas yang ada dalam tubuhnya dengan hawa dingin serangan
lawan menyebabkan kepulan asap di mana-mana. Sinto Gendeng
kerahkan tenaga dalam dan hawa sakti. Tapi hawa dingin keburu
menggusur dirinya. Nenek ini menjerit. Dia menggeru menggigil
kedinginan. "Celaka! Tubuhku seperti ditelan es! Aku mau kencing! Tapi tidak
bisa! Tubuhku jadi kaku! Kebo buduk! Hai! Hentikan perbuatan
konyolmu! Kalau tidak...!"
Semua orang yang ada di tempat itu juga dilanda hawa dingin luar
biasa, membuat mereka seolah telah berubah menjadi patung menggigil.
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa tergelak-gelak sambil gosokgosok dua telapak tangannya.
"Kau mau kencing, kencing saja Nek. Tapi kurasa tidak bisa!
Semua bagian tubuhmu sudah rapat dan kaku! Ha... ha... ha!"
"Setan alas! Berani kurang ajar! Kubuat buntung tubuhmu!"
Sinto Gendeng delikkan matanya yang cekung. Ketika mata itu
dikedipkan dua larik sinar biru melesat, memapas ganas laksana
sepasang pedang yang menabas bersilangan.
Kalau tadi Bujang Gila Tapak Sakti masih tertawa-tawa, tapi kini
melihat dua sinar biru angker melesat dari sepasang mata si nenek
kagetlah si gendut keponakan Dewa Ketawa dan Dewa Sedih ini.
"Sepasang Sinar Inti Roh. Bujang Gila Tapak Sakti keluarkan
seruan tercekat. "Edan! Ternyata bukan cerita bohong! Jadi nenek perot
38 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ini benar-benar memiliki ilmu kesaktian itu!"
Bujang Gila Tapak Sakti cepat jatuhkan tubuhnya yang gendut
sama rata dengan tanah. Sambil jatuhkan diri dua tangan didorongkan
ke atas. Dua gelombang angin dingin memancarkan cahaya seputih salju
melesat ke udara.
"Dua Puncak Mahameru Murka!" kini Sinto Gendeng yang
keluarkan seruan tertahan menyebut pukulan sakti yang barusan
dilepas Bujang Gila Tapak Sakti.
"Dess! Desss!"
"Blaaarrr!"
Dua larik sinar biru bertaburan di udara, membuat puncak Bukit
Menoreh sesaat jadi terang benderang. Dua gelombang angin putih
dingin runtuh ke tanah seperti salju yang leleh dilanda teriknya sinar
sang surya. 39 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SOSOK gendut Bujang Gila Tapak Sakti terkapar di tanah. Pakaian dan
kulit muka serta badannya kelihatan kehijau-hijauan. Tubuhnya terasa
sakit, persendian seperti tanggal semua. Matanya yang belok untuk
beberapa lama mendelik menatap langit kelam di atas bukit. Bagian
bawah perutnya basah kuyup. Akibat beradu kekuatan dengan Sinto
Gendeng tadi si gendut ini sampai terkecing-kencing.
Di lain tempat Sinto Gendeng jatuh berlutut sambil pegangi
bagian bawah perutnya. Tubuhnya masih bergetar, bukan saja akibat
bentrokan kekuatan dengan Bujang Gila Tapak Sakti, tapi juga
disebabkan hawa dingin yang masih mempengaruhi dirinya.
"Aku terdesak mau kencing, tapi tidak bisa..." si nenek berkata
dalam hati. "Gila anuku seperti kejang!" Si nenek mulai kelabakan.
Perlahan-lahan Bujang Gila Tapak Sakti bangun. Dapati dua
tangan dan kakinya berwarna kehijauan dia coba mengusap. Tapi warna
itu tak mau hilang. Dia mengusap wajahnya yang keringatan. Walau dia
tidak bisa melihat mukanya sendiri tapi dia yakin kulit mukanya juga
telah berwarna hijau.
"Sepasang Sinar Inti Roh..." desis Bujang Gila Tapak Sakti. Dia
bangkit berdiri, melangkah mendekati Sinto Gendeng. Tangan kanannya
diangkat mengancam.
"Nek, kalau kau tidak mengobati kulit muka dan tubuhku, saat ini
juga aku akan membuat tubuhmu menjadi patung es seumur-umur!"
Sinto Gendeng maklum ancaman si gendut itu bukan gertakan
belaka. Dengan ilmu kesaktian aneh yang berdasarkan hawa dingin
yang didapatnya selama dipendam di puncak Gunung Semeru, pemuda
itu pasti bisa melakukan. Tapi dasar Sinto Gendeng, tidak pernah takut
terhadap apa dan siapapun, enak saja dia menjawab.
"Kau membuat aku jadi patung es! Aku juga bisa membuatmu jadi
patung leleh!"
"Kalau begitu mari kita adu kekuatan kembali!" tantang Bujang
Gila Tapak Sakti.
"Siapa takut tantanganmu!" Sinto Gendeng berteriak seraya
bangkit berdiri.
Saat itu Wiro cepat melompat. "Bujang Gila Tapak Sakti! Eyang
Sinto Gendeng! Kurasa kalian belum jadi orang-orang gila! Mengapa
berlaku konyol mencari celaka"! Seorang gadis sahabatku di sini dalam
keadaan luka parah! Kita harus memikirkan bagaimana menolongnya!
Bukan mempertontonkan segala ilmu kesaktian yang tidak pada
tempatnya!"
Wiro Sableng 129 Tahta Janda Berdarah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sinto Gendeng delikkan mata. Bujang Gila Tapak Sakti pelototkan
mata beloknya. "Kalian geblek semua!" maki Wiro.
40 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Anak setan, kurobek mulutmu berani memaki!" bentak Sinto
Gendeng. "Eyang, kalau kau mau meneruskan perbuatan tolol silahkan
berkelahi sampai sama-sama mati konyol!" jawab Wiro.
"Anak setan! Siapa berkelahi! Kami cuma bermain-main! Siapa
mau mati konyol! Yang pada mati saja kalau bisa ngomong pingin hidup
kembali! Hik... hik... hik!" Saking kesalnya Wiro tinggalkan si nenek.
Sinto Gendeng sendiri menggerakkan tangan ke balik pakaian,
keluarkan sebuah benda berbentuk empat persegi sebesar ujung kuku
jari kelingking.
"Kebo buduk! Aku akan berikan obat pemusnah warna hijau di
tubuhmu! Tapi kau juga harus memberi obat padaku!"
"Obat, obat apa?" tanya Bujang Gila Tapak Sakti unjukkan wajah
heran. Entah benar-benar heran atau cuma pura-pura.
Tampang Sinto Gendeng mengelam. Kulit mukanya yang hitam
seperti tambah hitam.
"Aku... aku dari tadi terdesak mau kencing. Tapi tidak bisa! Hawa
dingin sialan pukulanmu membuat tubuhku jadi lengket, rapat..."
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa bergelak.
"Seharusnya kau bersyukur Nek!" kata si gendut ini.
"Bersyukur"! Gila! Apa maksudmu"!"
Senyum-senyum Bujang Gila Tapak Sakti menjawab. "Ribuan,
bahkan jutaan kaum perempuan di dunia ini mencari reramuan agar
bisa lengket dan rapat! Kau sudah mendapatkannya tanpa susah-susah!
Apa tidak perlu bersyukur"!"
"Keparat setan alas! Jahanam bermulut kotor!" maki Sinto
Gendeng panjang pendek.
Wiro menutup mulut menahan tawa. Bidadari Angin Timur dan
Anggini saling pandang dengan wajah jengah.
"Nek, bilang saja saluranmu mampet! Jadi aku tidak keliru
memberi obat!" kata Bujang Gila Tapak Sakti. Dia buka kopiah kupluk
di atas kepala. Dari dalam kopiah ini dia mengambil sebutir obat
berwarna putih. Lalu mengacungkannya ke arah Sinto Gendeng.
"Ini obat mampet saluranmu! Lemparkan obat di tanganmu
padaku, aku akan berikan obat ini padamu!"
"Setan!" Sinto Gendeng masih memaki tapi lemparkan juga obat
berbentuk empat persegi yang sejak tadi dipegangnya. Begitu obat
melayang di udara Bujang Gila Tapak Sakti lalu lemparkan pula benda
putih di tangannya. Kedua orang itu menyam-buti obat masing-masing
hampir berbarengan lalu sama-sama memasukkannya ke dalam mulut.
Beberapa saat berlalu. Bujang Gila perhatikan dua tangan
kakinya. Sedikit demi sedikit dia melihat warna hijau pada tangan dan
kakinya mulai sirna dan akhirnya lenyap sama sekali. Saat itu tiba-tiba
terdengar pekik kecil Sinto Gendeng. Nenek ini terbirit-birit lari ke balik
pohon besar sambil menarik kain panjangnya ke atas. Tak lama
kemudian dari balik pohon terdengar suara serr... serrr!
41 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Ditunggu agak lama akhirnya Sinto Gendeng keluar juga dari
balik pohon besar.
"Sudah lega sekarang Nek"!" tanya Bujang Gila Tapak Sakti.
"Tidak lengket lagi Eyang"!" Wiro ikut menimpali.
"Kalian anak setan sialan!" maki Sinto Gendeng.
Wiro garuk-garuk kepala lalu beranikan diri berkata. "Eyang, tadi
kau bilang cuma kebo buduk ini yang bisa menyembuhkan luka di dada
Ratu Duyung..."
"Memang cuma dia," jawab Sinto Gendeng.
"Aku merasa tidak punya kemampuan!" kata Bujang Gila Tapak
Sakti sambil tepuk-tepukkan kopiah hitamnya ke tangan kiri lalu
kembali dikenakan di atas kepala.
"Aku tahu kau punya satu ilmu yang berpusat pada inti hawa
dingin Pegunungan Semeru. Ilmu itu bernama Tangan Dewa Mengusap
Bumi. Kau bisa pergunakan ilmu itu untuk menyembuhkan segala
macam luka. Termasuk luka di dada Ratu Duyung..."
Bujang Gila Tapak Sakti terdiam. Matanya menatapi si nenek.
Dalam hati dia berkata. "Aku memang punya ilmu itu. Jarang aku
pergunakan. Bagaimana nenek satu ini tahu aku punya ilmu itu, tahu
kalau ilmu tersebut bisa dipergunakan untuk menyembuhkan segala
macam luka."
"Nek, kau mengada-ada. Aku sendiri tidak tahu..."
"Kebo buduk! Perlu apa banyak bicara! Lakukan saja apa yang
aku katakan. Pergunakan ilmu itu. Usapkan tangan kananmu ke dada
Ratu Duyung..."
"Usapkan tangan kananmu ke dada Ratu Duyung..." ucapan Sinto
Gendeng mengiang di telinga Bujang Gila Tapak Sakti. Dia menyeringai,
perhatikan tangan kanannya sendiri lalu memandang ke arah Ratu
Duyung. Lidahnya dijulurkan membasahi bibir. "Mengusap dada Ratu
Duyung yang cantik itu. Walau dalam keadaan luka rasanya..."
"Kebo buduk! Tunggu apa lagi"! Kau mau melakukannya atau
tidak"!"
Bujang Gila Tapak Sakti buka kopiah hitamnya, dipakai kembali,
dibuka lagi lalu dipakai lagi. Perlahan-lahan dia melangkah ke tempat
Ratu Duyung terbaring di atas pangkuan Anggini. Si gendut ini duduk
bersila di samping sosok Ratu Duyung. Keringat makin banyak
mengucuri muka dan tubuhnya.
"Ilmu Tangan Dewa Mengusap Bumi," membatin Bujang Gila
Tapak Sakti. Dia perhatikan tangan kanannya, melirik ke arah dada
Ratu Duyung. Dada di sebelah kanan memang dikoyak luka
mengerikan, tapi dada di sebelah kiri jelas kelihatan memutih mulus.
Bujang Gila Tapak Sakti leletkan lidah. Dia melirik pada Sinto Gendeng
lalu mengerling ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Bujang Gila, jika kau memang mampu lakukanlah segera," kata
Anggini. Bujang Gila Tapak Sakti mengangguk.
42 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ratu Duyung, harap maafkan diriku. Aku terpaksa menyentuh
dadamu..." berkata Bujang Gila Tapak Sakti sebelum melakukan
pengobatan. Ratu Duyung yang saat itu pejamkan matanya menjawab dengan
suara perlahan.
"Lakukanlah. Jangan memikirkan apa-apa selain niat tulus untuk
menolongku."
Walau mulutnya berucap begitu diam-diam Ratu Duyung merasa
bergetar juga sekujur tubuhnya. Selama ini belum pernah satu tangan
lelakipun menyentuh dirinya, apa lagi di bagian dada. Bahkan ketika
berdua-dua dengan Wiro di sebuah Puri beberapa waktu lalu, pendekar
itu tidak pernah menyentuh auratnya di bagian yang terlarang.
*** 43 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
AGAK gemetar, tubuh dan wajah tambah ke-ringatan Bujang Gila Tapak
Sakti ulurkan tangan kanan ke atas permukaan dada sebelah kanan
Ratu Duyung. Begitu tangan yang berisi ilmu kesaktian Tangan Dewa
Mengusap Bumi itu bersentuhan dengan tubuh Ratu Duyung, dari luka
di dada si gadis mengepul asap merah disertai bau tidak enak. Tubuh
Ratu Duyung sebelah atas tersentak terangkat sampai satu jengkal, lalu
perlahan-lahan turun kembali ke pangkuan Anggini.
Bujang Gila Tapak Sakti kerahkan seluruh tenaga dalam dan
hawa sakti yang dimilikinya. Perlahan-lahan dia mulai mengusap dada
yang terluka. Asap merah berubah menjadi kelabu lalu berubah lagi
menjadi putih. Kalau semua orang yang menyaksikan sama-sama
memandang dengan dada berdebar ke arah dada Ratu Duyung,
sebaliknya Bujang Gila Tapak Sakti sendiri mengusap dada si gadis
sambil mendongak ke atas, seolah tak berani melihat.
Ketika asap putih perlahan-lahan lenyap menghilang, semua
orang yang ada di sana, terutama Anggini yang berada paling dekat
dengan Ratu Duyung sama-sama melengak. Luka mengerikan di dada
kanan Ratu Duyung lenyap! Aurat di bagian dada itu kini terlihat
menyembul besar, putih dan mulus. Bersamaan dengan itu Ratu
Duyung dapatkan rasa sakit di sekujur tubuh terutama di atas dada
berkurang dan akhirnya sirna. Sungguh satu keajaiban sukar dipercaya.
Tangan Bujang Gila Tapak Sakti masih terus mengusap. Matanya
yang belok melotot ke langit.
"Kebo buduk sialan! Jangan berlaku kurang ajar!" tiba-tiba Sinto
Gendeng membentak. "Luka gadis itu sudah pulih! Kau masih terus
mengusapi dadanya! Kebo kurang ajar!"
"Aku tidak memperhatikan. Bagaimana tahu kalau lukanya sudah
sembuh! Cuma memang kalau tadi aku merasa dadanya rata saja, lalu
berubah seperti ada munjung-munjungnya." Jawab Bujang Gila Tapak
Sakti. Tampangnya yang bulat keringatan seperti kaget tapi kemudian
senyum-senyum. Tangan kanannya masih saja terus meraba dan
mengusap. Entah lupa entah pura-pura.
"Kau pura-pura tidak tahu! Kau cuma mau menggerayangi tubuh
orang!" semprot Sinto Gendeng. Lalu dengan tongkat kayunya
dipukulnya lengan si gendut.
Sementara Wiro juga ulurkan tangan menjitak jidat si gendut.
"Wadauuuw!" Bujang Gila berteriak kesakitan. Dia segera tarik
tangan sedang tangan kiri menekap jidatnya yang kena jitak. Tapi
mulutnya senyum-senyum. Dia rapikan kopiah hitam kupluk di atas
kepalanya. Anggini cepat menutupi sebisanya dada Ratu Duyung yang
tersingkap. Masih diselimuti rasa tidak percaya akan apa yang
44 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dilihatnya diam-diam Anggini merasa bersyukur luka Ratu Duyung
berhasil disembuhkan. Kegembiraannya jadi bertambah ketika melihat
Ratu Duyung gerakkan tubuh dan mampu berdiri.
Sambil dekapkan cermin bulat di atas dada Ratu Duyung
membungkuk ke arah Bujang Gila Tapak Sakti.
"Sahabat, aku sangat berterima kasih. Aku tidak akan melupakan
budi pertolonganmu."
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa lebar dan usap mukanya yang
keringatan berulang kali. Tangan kanannya yang tadi mengusap dada
Ratu Duyung kini diusap-usapkan ke dada sendiri sambil matanya
setengah terpejam seolah mengingat-ingat usapannya di dada Ratu
Duyung. "Ratu, jangan berterima kasih padaku," menyahuti Bujang Gila
Tapak Sakti. "Tapi berterima kasih pada Gusti Allah dan nenek bau
pesing ini..."
Sinto Gendeng delikkan mata, menggerutu panjang pendek.
"Eyang Sinto, aku juga berterima kasih padamu," kata Ratu
Duyung selanjutnya. Si nenek hanya menjawab dengan anggukkan
kepala. Matanya masih melotot marah pada Bujang Gila Tapak Sakti.
Lalu dia palingkan kepala pada Wiro.
"Eyang," kata Wiro. "Ada beberapa hal yang kami semua di sini
perlu menanyakan," Wiro keluarkan ucapan.
"Anak setan! Justru aku yang banyak pertanyaan untuk kalian!"
jawab Sinto Gendeng.
Wiro juga terdiam. Yang lain-lain tak berani bersuara. Semua
memandang pada nenek bau pesing berkulit hitam yang kepalanya
ditancapi lima buah tusuk konde perak, kini tinggal empat karena satu
tadi telah dipakai untuk melempar Nyi Ragil yang melarikan diri.
"Kalian semua dengar!" ucap Sinto Gendeng. "Cukup lama aku
meninggalkan Gunung Gede. Tiga minggu lalu aku kembali. Aku
temukan segala macam keanehan di kawasan tempat kediamanku!
Pertama, di satu tempat aku menemukan dua buah makam aneh. Dua
makam itu kosong, sepertinya bekas digali orang! Anak setan, apa yang
kau ketahui perihal dua makam itu"!" Sinto Gendeng bertanya pada
muridnya tapi sepasang matanya yang cekung angker memandang
berkeliling ke arah Ratu Duyung, Bidadari Angin Timur, Anggini dan
juga Bujang Gila Tapak Sakti.
"Eyang, katamu kau menemukan dua makam di Gunung Gede.
Kedua-duanya dalam keadaan kosong bekas digali orang."
"Betul! Apa kau sudah budek, tidak mendengar apa yang barusan
aku bilang?" jawab Sinto Gendeng. "Pada salah satu makam malah ada
papan nisan berbunyi Di Sini Beristirahat Untuk Selamanya Pendekar
212 Wiro Sableng. Aku mengira itu benar-benar makam liang kuburmu.
Tapi ternyata kosong! Dan kenyataannya sampai hari ini aku melihat
kau memang masih hidup, masih bernafas!"
Wiro menggaruk kepala, memandang sebentar pada tiga gadis
45 129 Tahta Janda Berdarah -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
cantik lalu berkata.
"Eyang, kami tahu memang di puncak Gunung Gede ada dua
buah makam. Tapi setahu kami hanya satu makam yang kosong bekas
digali. Aku dan tiga gadis itu yang membongkarnya. Makam satunya lagi
Amarah Pedang Bunga Iblis 2 Pendekar Rajawali Sakti 16 Rahasia Kalung Keramat Kisah Si Rase Terbang 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama