Ceritasilat Novel Online

Dewi Kaki Tunggal 1

Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal Bagian 1


DEWI KAKI TUNGGAL
SERIAL WIRO SABLENG
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
KARYA : ALM. BASTIAN TITO
Scan and editing By : Begawan Al-Farizi
" GADIS bermuka setan! Apa kau tahu kalau hidungmu tak bakal bisa kembali ke
tempatnya semula"! Wajahmu telah sengaja dibuat cacat mengerikan seumur-umur
oleh Pendekar Dua Satu Dua!"Begitu Sakuntaladewi berada di hadapannya Pangeran
Matahari langsung keluarkan ucapan menghina dan mentakut-takuti.
" Dewi Kaki Tunggal! Jangan percaya ucapan mahluk gosong itu!"Ni Gatri berteriak.
" Aku tahu, kau tak usah kawatir,"jawab Sakuntaladewi. Lalu dia berpaling pada
Pangeran Matahari. "
Walau hidungku sudah pindah ke pipi, tapi aku masih mampu
mencium bau busuk tubuhmu!"
" Hemm, jangan-jangan kau ini sudah menjadi gendak pendekar mata keranjang itu !
Ha ... ha ... ha!"
" Manusia bertubuh hangus! Kasihan. Otakmu ikut gosong ! Hik .. hik. Kau salah
mengira. Aku bukan gendaknya Pendekar Dua Satu Dua. Aku adalah calon Istrinya!"
Sepasang alis mata Pangeran Matahari berjingkat. Lalu kembali tawa bergelaknya
meledak di tempat itu.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 1 dari 53
SATU PENDEKAR 212 Wiro Sableng mendapat petunjuk dari Sepasang Arwah Bisu bahwa
dirinya memiliki ilmu yang sanggup melenyapkan benjolan merah di kening semua
orang yang berada di Mataram, termasuk yang ada di kening Sri Maharaja Rakai
Kayuwangi. Dengan mendukung Ni Gatri dan anjing kecil, hitam, bersama Ratu
Randang Wiro segera menuju Bukit Batu Hangus. Dengan ilmu lari tingkat tinggi
yang dimiliki sebelum fajar menyingsing mereka akan mampu sampai di bukit itu
dimana berada Raja Mataram, keluarga, para pengikut dan ratusan orang lainnya
dalam keadaan sengsara mengenaskan, siap menemui kematian jika tidak segera
mendapat pertolongan.
Sebenarnya seperti yang telah diceritakan sebelumnya Wiro bermaksud hendak lebih
dulu mencari Eyang Sinto Gendeng yang dikhawatirkan telah menemui ajal. Namun
Ratu Randang memberi tahu bahwa sang guru berada di satu tempat yang aman.
Selain itu Wiro sadar kalau dia tengah berpacu dengan waktu. Maka murid Sinto
Gendeng memutuskan segera pergi ke Bukit Batu Hangus. Dia harus sampai di bukit
itu sebelum sang surya muncul. Wiro tidak pula berniat mengikuti dua orang aneh
Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik yang menurut Sepasang Arwah Bisu mengetahui
mengenal keberadaan sebuah senjata sakti mandraguna.
Sambil berlari laksana anak panah lepas dari busurnya Ratu Randang berkata.
" Wiro, aku menduga senjata yang dimaksud Sepasang Arwah Bisu itu adalah Keris
pusaka Kerajaan yang baru saja diciptakan oleh Empu Semirang Biru. Sebuah keris
yang diberi nama Kanjeng Sepuh Pelangi. Senjata sakti itu lenyap, dicuri orang
sesaat setelah sang Empu merampungkan pembuatannya. Raja Mataram hanya memiliki
sarungnya..."
" Aku baru tahu riwayat senjata itu darimu. Tapi bagaimanapun juga lebih dahulu
menyelamatkan Raja dan semua orang yang ada di Bukit Batu Hangus jauh lebih
penting dari mencari senjata itu, Aku berharap guruku Eyang Sinto benar-benar
berada dalam keadaan selamat di tempat aman seperti yang kau katakan. Kalau kau
berdusta aku pasti bakal kena kualat besar ! Sesuai petunjuk Sepasang Arwah Bisu
sesampainya di Bukit Batu Hangus aku harus melakukan sesuatu !"
" Melakukan apa ?"Tanya Ratu Randang.
Ketika Wiro tak menjawab Ratu Randang segera pegang lengan kiri sang pendekar.
" Wiro, kita harus mempercepat lari. Aku melihat sekilas cahaya terang di arah
timur." Wiro merasa tubuhnya seperti dibawa
terbang melayang menembus temaram
kegelapan pagi dan udara dingin. Anjing kecil di bahu kanan menggereng halus,
cengkramkan kuku empat kakinya ke pakaian Wiro. Ni Gatri yang ada dalam dukungan
picingkan mata saking gamangnya.
Ketika Bukit Batu hangus mulai tampak menghitam di kejauhan mendadak seseorang
berkelebat memintas gerak arah lari Pendekar 212 dan Ratu Randang. Di atas bahu
kanan Wiro, anak anjing hitam menyalak dua kali lalu diam seolah ketakutan.
" Pertanda tidak baik..."Wiro membatin sambil mengusap tengkuk anjing hitam.
Sepasang mata menatap tak berkesip ke depan.
Mula-mula sosok ini terlihat sebagai bayangan saking cepat daya kelebatannya.
Namun begitu berhenti, tegak menghadang di tengah jalan, terlihat ujudnya adalah
seorang berpakaian dan bermantel hitam. Wajahnya tidak terlihat jelas karena
tertutup kabut pagi. Wiro dan Ratu Randang yang telah menghentikan lari
melangkah mendekati. Kini kelihatan ada kain merah terikat di kening orang Itu.
Sewaktu kabut 176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 2 dari 53
bergerak sirna tampaklah wajahnya, yang ternyata seorang pemuda memiliki rahang
kokoh, tegak dengan kepala setengah mendongak, menebar raut wajah penuh
kecongkakan. Dan sepasang mata dan mulut yang terbuka memancar cahaya merah
seolah ada nyala kobaran api.
Pendekar 212 tersentak kaget. Ratu Randang melirik lalu berbisik.
" Wiro, kau mengenali pemuda bermantel itu " Aku tidak pernah melihatnya di Bhumi
Mataram sebelumnya. Aku menduga dia adalah mahluk alam roh yang berasal dari
negerimu. Yang disebut sebagai Kesatria Roh Jemputan."
Untuk beberapa lama Pendekar 212 tidak bisa keluarkan suara. Sepasang mata
mendelik mengawasi tidak berkedip, tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Sementara itu di depan sana sambil kacakkan dua tangan di pinggang, pemuda
bermantel hitam umbar suara tawa bergelak. Anjing kecil kembali menyalak
sementara Ratu Randang merasa bagaimana suara tawa pemuda bermantel hitam dan
berikat kepala kain merah menggetarkan tanah yang dipijak dan membuat gejolak
debaran di dadanya! Di dalam dukungan Wiro Ni Gatri memperhatikan penuh
kebencian pada pemuda yang tertawa congkak. Lalu anak yang masih dalam keadaan
bisu ini meluncur turun dari dukungan Wiro.
" Ratu,"akhirnya Wiro keluarkan ucapan berbisik. "
Pemuda bermantel itu, aku
memang mengenainya. Dia adalah musuh besarku di alam delapan ratus tahun silam.
Dia dikenal dengan nama Pangeran Matahari. Berjuluk Pangeran Segala Cerdik,
Segala Akal, Segala ilmu, Segala Licik, Segala Congkak. Jahatnya sangat luar
biasa! Aku dan beberapa orang sahabat telah membunuhnya dalam satu pertarungan
hebat, di puncak Gunung Merapi. Dari sikap dan gerak geriknya memang jelas
manusia satu ini berada di pihak orang-orang yang telah mencelakai Raja dan
rakyat Mataram. Lihat saja, di keningnya, di bawah kain merah ikat, kepala ada
delapan benjolan merah. Yang aku tidak mengerti bagaimana mungkin dia bisa
muncul di Bhumi Mataram ini "!"(Mengenai riwayat kematian Pangeran Matahari
dapat dibaca dalam serial Wiro Sableng berjudul
" Api Di Puncak Merapi"
) " Ini past! pekerjaan Sinuhun Merah Penghisap Arwah,"jawab Ratu Randang.
" Mahluk roh keparat itu memiliki ilmu kesaktian dahsyat. Aku tidak tahu namanya.
Dengan ilmu kesaktian itu dia bisa memanggil, mampu menghisap dan mendatang-kan
roh atau arwah siapa saja yang dikehendakinya. Roh atau arwah itu kemudian
dikuasai dan dikendalikan. Itu sebabnya dia dijuluki si Penghisap Arwah!
Kedatangan pemuda yang dijuluki Kesatria Roh Jemputan ini agaknya memang sudah
direncanakan matang dan dalam waktu sangat cepat. Dibawah sirap ilmu kesaktian
Sinuhun Merah dia diperintahkan menghadangmu, menghalangi semua rencana yang
hendak kau lakukan untuk menolong Raja dan rakyat Mataram."
" Caranya cuma satu,"menyahuti Wiro. "
Membunuhku!"
" Pasti itu yang hendak dilakukannya. Kau harus berhati-hati,"ucap Ratu Randang
pula. Di depan sana tiba-tiba Pangeran Matahari kembali umbar tawa bergelak.
" Pendekar Dua Satu Dua! Walau aku tertawa tapi saat ini sebenarnya aku merasa
sedih. Sedih karena sebentar lagi akan menyaksikan kematian dirimu. Ajal sungguh
tidak memilih tempat! Siapa menyangka kalau kematianmu akan begitu melarat dan
jauh dari alam asalmu! Jauh dari semua kerabat dan puluhan kekasih serta
gendakmu! Bahkan gurumu si nenek bau pesing itu tidak diketahui dimana beradanya! Sungguh
menyedihkan, sang guru tidak dapat menghadiri saat kematian muridnya!"Pangeran
Matahari keluarkan suara meniru orang sesenggukan lalu dia tertawa gelak-gelak.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 3 dari 53
Wiro mencibir, hidung dipencongkan lalu dipencet dengan jari-jari tangan kiri.
Suaranya terdengar sengau ketika berkata.
" Guruku memang bau pesing. Tapi kau lebih busuk lagi. Tubuhmu, bau bangkai!
Untung tidak ada lalat di sini. Kalau ada pasti sudah berjubal mengerubungimu.
Ha...ha...ha!"Wiro balas tertawa dengan mengerahkan tenaga dalam penuh hingga
mantel hitam Pangeran Matahari berkibar-kibar, telinga berdesing dan dua kaki
bergetar seolah menginjak bara panas! Wiro teruskan ucapan mengejeknya. "
Kalau kau merasa
sedih, aku justru merasa kasihan melihat dirimu. Jauh-jauh dari alam roh delapan
ratus tahun mendatang kau kesasar ke tempat ini! Hanya akan menemui kematian
untuk kedua kalinya. Apa arwah gurumu Si Muka Bangkai menyertai kehadiranmu di
Bhumi Mataram ini" Hati-hatilah, begitu kau menjadi roh bejat untuk kedua
kalinya, roh puluhan orang yang telah kau bunuh ,secara keji akan datang
menghajarmu! Ha...ha...ha!
Pendekar congkak tapi tolol! Kau hanya bakal menyusahkan gurumu saja. Tua bangka
Itu akan terseok-seok dan terberak-berak memanggul mayatmu kembali ke alam
delapan ratus tahun mendatang!"
. Sepasang mata Pangeran Matahari pancarkan cahaya merah berkilat. Muka merah dan
rahang menggembung.
Delapan benjolan merah di bawah ikat kepala kain merah di kening Pangeran
Matahari memancar angker. Dia meludah dulu sebelum keluarkan ucapan.
" Di masa Ialu kau hanya mampu membunuhku secara pengecut. Mengeroyok! Saat ini
kau hanya berteman seorang pelacur tua bermata juling. Rupanya nasibmu buruk
amat, tidak menemui gadis cantik di negeri ini. Hingga nenek-nenek yang tubuhnya
sudah alot itu pun kau santap juga! Ha ... ha...ha! Seorang pelacur tua bulukan,
seorang anak perempuan gagu dan seekor anak anjing. Ha ... ha ... ha! Apa yang
mampu mereka lakukan untuk membantumu!"
Wiro menyeringai. Lalu menjawab ejekan Pangeran Matahari.
" Jangan menganggap enteng anjing hitam itu. Binatang itu mampu menggeragoti
seluruh daging di tubuhmu hingga tinggal jerangkong tulang belulang! Kalau itu
terjadi, gurumu Si Muka Bangkai tidak akan terlalu bersusah payah membawa
bangkaimu ke alam delapan ratus tahun mendatang! Ha .... ha ... ha!"
Sementara Wiro tertawa
gelak-gelak, Ratu Randang tidak
dapat menahan amarahnya yang menggelegak mendengar dirinya disebut sebagai pelacur tua bulukan
yang sudah a lot! Dia maju satu langkah. Kaki kanan menginjak di bekas ludah
Pangeran Matahari yang jatuh di tanah lalu kaki ditekan dan digilas ke kiri dan
ke kanan. Saat Itu juga Pangeran Matahari menjerit keras. Mulutnya tampak pencong ke kiri
lalu pindah ke kanan. Bibir menggelembung, lidah terjulur, darah meleleh dari
bagian-bagian bibir yang pecah!
Sambil memaki menghambur kata-kata kotor Pangeran Matahari lepaskan satu pukulan
maut ke arah Ratu Randang. Tiga larik sinar berwarna merah, kuning dan hitam
menderu. Itulah Pukulan Gerhana Matahari yang kedahsyatannya ditakuti oleh semua
tokoh silat di tanah Jawa pada masa sang Pangeran masih hidup.
" Ratul lekas menyingkir!"Teriak Pendekar 212.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 4 dari 53
DUA TANPA diperingatkan Wiropun Ratu Randang sudah lebih dulu membuat gerak
menyelamatkan diri. Tubuhnya melesat. ke udara dalam jurus bernama Menunggang
Kabut Menembus Batu. Secara aneh tubuh itu di bagian punggung kemudian menempel
ke batang pohon besar. Dari atas pohon walau melihat Wiro telah balas
melancarkan serangan namun Ratu Randang tidak tinggal diam. Tangan kanan
berkelebat melepas pukulan sakti bernama Di Dalam Gelap Tangan Penghukum
Membelah Jagat ilmu pukulan ini bisa dipergunakan dalam pertarungan jarak
pendek, bisa juga dipakai untuk menghantam dari jarak jauh. Dengan ilmu inilah
beberapa waktu lalu Ratu Randang menghabisi anak buah Sinuhun Muda Jambal Ungu
alias Raja Dukun Batu Borlumut.
Selarik cahaya biru berkiblat ke arah Pangeran Matahari, siap membelah kepala
dan tubuh sang Pangeran!
Sementara itu Pangeran Matahari juga harus menghadapi serangan yang dilancarkan Pendekar 212 Wiro Sableng yaitu pukulan sakti warisan Datuk Rao
Basaluang Ameh yang bernama Tangan Dewa Menghantam Batu karang.
Walau tengah diancam dua pukulan dahsyat yang bisa membuat dirinya menemui ajal
untuk kedua kali dalam keadaan tubuh tidak karuan rupa namun dengan congkaknya
Pangeran Matahari malah umbar tawa bergelak. Tangan kanan bertolak pinggang
tangan kiri mengusap mulut. Hebat! Saat itu juga mulut dan bibirnya yang gembung
cidera serta merta sembuh!
Sesaat lagi dua pukulan sakti akan menghajar Pangeran Matahari, tiba-tiba sosok
sang Pangeran dengan mengeluarkan suara menderu melesat masuk ke dalam tanah,
lenyap dari pemandangan!
Wiro tersentak kaget melihat kejadian itu. Dia tahu betul Pangeran Matahari
semasa hidupnya tidak pernah memiliki ilmu kesaktian cara menyelamatkan diri
dengan mengamblaskan tubuh masuk dan lenyap; ke dalam tanah!
" Pasti Pangeran keparat itu mendapatkan ilmu baru dari orang-orang yang
mendatangkannya ke negeri ini,"pikir murid Sinto Gendeng.
Dua dentuman keras menggelegar begitu pukulan sakti yang dilepaskan Wiro dan
Ratu Randang menghantam tanah. Dua lobang besar terlihat di tanah. Debu, tanah
dan bongkahan batu berhamburan ke udara, membuat keadaan di sekitar tempat itu
menjadi gelap untuk beberapa ketika.
Sementara itu bagian bawah pohon besar ke arah mana Ratu Randang tadi
melompat menyelamatkan diri dan melancarkan serangan tampak hancur berkepingkeping dilanda Pukulan Gerhana Matahari. Bagian atas pohon tumbang dilamun
kobaran api hingga kini keadaan di sekitar situ menjadi terang benderang.
Ratu Randang dan juga Pendekar 212 Wiro Sableng sama-sama merasakan getaran
hebat menghantam tubuh mereka. Bagian dada mendenyut sakit seolah ada tangan


Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tak kelihatan meremas. Anjing kecil menyalak tiada henti lalu melompat
turun dari bahu Wiro, menghampiri Ni Gatri yang jatuh terduduk di tanah. Wiro
dan Ratu Randang sama-sama berteriak, membuat gerakan silat untuk melepas keluar
hawa aneh yang menyelubungi diri mereka.
" Braakk!" Tanah di depan Wiro dan Ratu Randang tiba-tiba terbongkar. Didahului gelak tawa
menggelegar sosok Pangeran Matahari melesat keluar dari dalam tanah! Sepasang
mata, mulut dan lidah tampak merah laksana dikobari api!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 5 dari 53
" Wiro! Kau harus segera meninggalkan tempat ini. Lekas pergi ke Bukit Batu
Hangus! Bawa Ni Gatri dan anjing kecil itu."
" Mana mungkin aku meninggalkan kau sendirian di sini. Jahanam bernama Pangeran
Matahari itu ilmunya tinggi sekali. Aku kawatir..."
" Jangan pikirkan diriku! Aku berusaha menghadang selama mungkin sampai kau
berhasil menolong Raja dan semua orang yang ada di Bukit, Batu Hangus. Lekas
pergi atau kau akan kehilangan waktu, tidak dapat menyelamatkan Raja dan rakyat
Mataram!" " Tapi ......"
Tiba-tiba Ni Gatri yang sejak tadi terduduk di tanah, bergerak bangun. Sekali
dia membuat gerakan aneh sosoknya melesat ke atas satu gundukan batu yang berada
di tempat ketinggian. Anak perempuan ini pejamkan mata, wajah diarahkan ke timur
dimana cahaya terang tampak lebih jelas tanda sang surya telah memunculkan diri.
Di atas batu dengan cepat Ni Gatri menghirup udara dalam-dalam. Hal Ini
dilakukannya berulang kali. Udara pagi yang sejuk dan telah tersentuh cahaya
sang surya masuk segar ke dalam tubuhnya. Pada hirupan ke tujuh tiba-tiba tampak
satu cahaya kelabu masuk ke dalam tubuh anak perempuan itu. Saat itu juga
terjadi perubahan pada diri Ni Gatri. Anak ini yang sebelumnya tak dapat bicara,
seperti yang dikatakan patung Loro Jonggrang, Ni Gatri akan pulih kembali dan
mampu bicara pada saat matahari terbit.
Dari atas batu Ni Gatri palingkan kepala ke arah Wiro dan dari mulutnya tibatiba keluar teriakan keras. "
Kakak! Lakukan apa yang dikatakan Nyi Ratu! Lekas pergi ke
Bukit Batu Hangus! Saya akan tetap di sini menemani Nyi Ratu!"
Walau yang bicara adalah Ni Gatri, namun suara yang terdengar adalah suara
seorang kakek-kakek.
" Itu suara Kumara Gandamayana! Ni Gatri berada dalam perlindungan kakek sakti
itu. Wiro kau tidak perlu mengawatirkan Ni Gatri,"ucap Ratu Randang yang
mengenal suara kakek sakti pembantu utama Raja Mataram. "
Wiro! Waktumu sudah hampir
habis!" Wiro bingung sesaat Menggaruk kepala. Lalu dia keluarkan dua buah benda dari
balik pakaiannya. Yaitu potongan kalung emas milik Sri Padmi Kameswari yang
diberikan Raja padanya. Benda kedua adalah Bunga Matahari yang didapatnya dari
Nyi Loro Jonggrang di dalam Candi Siwa.
" Ratu, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik. Kuharap kau juga segera pergi dari sini
bersama Ni Gatri. Hindari pertarungan dengan Pangeran Matahari! Terlalu
berbahaya! Selain itu aku merasa ada orang lain yang menyertai Pangeran keparat itu. Tapi
sampai saat ini sengaja sembunyi."
" Aku sudah tahu siapa salah seorang diantaranya. Kau tak usah cemas. Aku akan
memuntir kepala Pangeran bejat itu. Kepala atas dan kepala bawah!"Jawab Ratu
Randang masih bisa bergurau.
" Kalau begitu kau pegang dua benda ini. Mudah-mudahan bisa menolong kalau terjadi
apa-apa."Wiro menyerahkan potongan kalung emas dan Bunga Matahari lalu
membalikkan diri.
" Tunggu!"Kata Ratu Randang sambil menarik bahu pakaian Pendekar 212.
Belum sempat Wiro bertanya Ratu Randang sudah mencium pipi dan bibirnya dua kali
berturut-turut !
" Nah, sekarang pergilah. Tinggal empat ratus sembilan puluh dua ciuman.
Hik...hik...hik!"
Wiro hanya bisa menggaruk kepala lalu lama Pendekar212 segera berkelebat
meninggalkan tempat itu. Anjing kecil hitam melompat ke atas bahu kanan Wiro.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 6 dari 53
" Aku sudah mengira hubungan kalian! Dasar manusia-manusia mesum cabul!
Pendekar bejat kau mau lari ke mana!"Berteriak Pangeran Matahari. Dia melompat
mengejar namun terpaksa melompat mundur ketika Wiro hantamkan satu pukulan sakti
ke arahnya. Tanah di depan Pangeran Matahari terbongkar membentuk lobang besar!
Pangeran Matahari memaki menyumpah-nyumpah.
" Kesatria Roh Jemputan! Jangan hanya memaki dan menyumpah! Lekas kejar
keparat itu! Bunuh sebelum dia mencapai Bukit Batu Hangus!"
Pangeran Matahari yang mengenali suara mengiang itu bungkukkan badan lalu dengan
patuh segera berkelebat mengejar. Di saat bersamaan terdengarnya suara mengiang
tiba-tiba menyambar delapan larik cahaya merah.
" Delapan Arwah Sesat Menembus Langit!"berseru Ratu Randang dengan darah
tersirap. Dia mengenali ilmu yang melesatkan delapan sinar merah itu. "
Mahluk keparat itu rupanya sudah ada di sekitar sini!"Perempuan ini lebih terkejut lagi ketika
melihat delapan larik sinar merah melesat ke arah Ni Gatri. "
Keji sekali! Ada yang hendak
membunuh anak tak berdosa itu!"
Karena jaraknya dengan Ni Gatri terpisah cukup jauh, untuk selamatkan Ni Gatri,
dari delapan cahaya maut Ratu Randang terpaksa melepas pukulan bertenaga dalam
rendah ke arah anak perempuan itu. Begitu tersambar pukulan Ni Gatri terpental,
bergulingan di tanah.
Ni Gatri menjerit keras ketakutan ketika delapan cahaya merah melesat menggidikkan di atas tubuhnya. Walau menderita sedikit lecet di kedua sikunya
namun anak itu selamat!
Tidak berhasil membunuh Ni Gatri, delapan cahaya merah tiba-tiba berbalik dan
kini menyerang ke arah Ratu Randang!
" Sinuhun jahanam! Kau kira aku takut mengadu jiwa denganmu!"Kertak Ratu
Randang. Tangan kanan segera diangkat dan selarik sinar biru membentuk kipas
raksasa terbuka melesat keluar dari tangan kanan Ratu Randang.
Sinar biru dan delapan sinar merah bentrokan di udara!
" Biaar...blaarr!"
Delapan letusan dahsyat laksana gelegar suara petir mengguncang seantero tempat.
Delapan cahaya merah mental ke langit dan lenyap dari pemandangan. Sebaliknya
sinar biru berbentuk kipas didahului suara dentuman dahsyat bertabur tercabikcabik lalu luruh ke tanah dalam bentuk ribuan kepingan kecil dikobari api!
Di tempatnya berdiri Ratu Randang merasa dada berdenyut sakit sementara dua kaki
bergetar hebat disertai adanya kekuatan aneh yang hendak melemparkan tubuhnya ke
udara! " Sett ... sett!"
Agar tubuhnya tidak terlempar Ratu Randang tancapkan dua kaki di tanah hingga
tenggelam sebatas betis. Dia berusaha bertahan. Getaran malah menjalar ke atas,
memasuki tubuh dan kepala! Ratu Randang alirkan hawa sakti yang ada di dalam
tubuh untuk memusnahkan kekuatan aneh. Namun sia-sia.
Laksana pohon terbongkar dari akarnya, kedua kaki Ratu Randang terangkat ke atas
lalu wuutt! Ratu Randang menjerit keras. Tubuh perempuan ini mencelat tinggi ke
udara. Dalam keadaan melayang turun Ratu Randang membuat gerak jungkir balik
sampai dua kali. Namun tetap saja dia tidak mampu jatuh dengan dua kaki
menginjak tanah lebih dulu.
Ratu Randang terkapar di tanah. Sekujur tubuh terasa seperti luluh lantak. Untuk
beberapa saat dia tak mampu bergerak sementara darah tampak mengucur di sela
bibir kiri kanan. Jantung berdegup keras. Wajah pucat laksana kain kafan!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 7 dari 53
Memandang ke depan Ratu Randang masih bisa merasa lega ketika melihat Ni Gatri
yang tadi terguling di tanah kini berusaha bangkit berdiri.
" Mudah-mudahan kakek Kumara Gandamayana masih ada dalam tubuh anak itu,"
ucap Ratu Randang dalam hati.
Walau berada dalam keadaan cidera seperti itu namun Ratu Randang masih mampu
berpikir. " Yang melancarkan serangan Delapan Arwah Sesat Menembus Langit pasti salah
seorang dari Sinuhun keparat itu. Aku membekal potongan kalung emas yang
diberikan Wiro. Logam pantangan bagi Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah. Seharusnya
Pukulan Delapan Arwah Sesat membalik menghantam pemiliknya sendiri. Tapi
bagaimana bisa tembus" Jangan-jangan jahanam itu sudah memiliki ilmu penangkal!"
Ratu Randang keluarkan potongan kalung emas dari balik pakaian. Potongan kalung
emas itu ternyata sudah leleh dan mengepulkan asap.
" Walau masih bisa melindungi diriku, tapi potongan kalung emas ini leleh!
Seharusnya aku sudah menemui ajal saat ini. Ada banda lain turut melindungi
diriku." Ratu Randang ingat pada Bunga Matahari Pemberian Loro Jonggrang yang
diserahkan Wiro padanya. Dia kembali meraba ke balik pakaian.
Namun belum sempat mengeluarkan kembang itu sekonyong-konyong dari langit
melayang turun seorang berpakaian dan berikat kepala hijau. Sementara tiga
rerumpunan semak belukar yang ada di sekitar tempat itu mendadak meletup keras,
hancur bermentalan ke udara dan di lain kejap wusss...wuss...wuss!
Hancuran tiga semak belukar berubah menjadi tiga mahluk berwajah cekung angker.
Mahluk ini sama mengenakan pakaian serba hitam, memiliki mata berwarna kuning,
merah den biru. Di atas kepala masing-masing yang tertutup rambut panjang awutawutan menancap sebuah pendupaan terbuat dari tembaga merah menyala. Dari dalam
pendupaan mengepul keluar asap yang warnanya sesuai dengan warna mata masingmasing mahluk. Orang yang melayang dari langit dan tiga mahluk aneh saling memberi tanda.
Rupanya mereka sudah saling kenal. Keempatnya dengan cepat sama-sama bergerak
mendatangi Ratu Randang yang masih tergeletak di tanah.
" Sinuhun Muda Ghama Karadipa!"Ratu Randang berucap perlahan dengan suara
bergetar. "
Dugaanku tidak keliru ! Benar keparat ini rupanya! Dia membawa serta Tiga Iblis
Menjunjung Dupa Kematian!"Ratu Randang pegang erat-erat potongan kalung emas
yang telah di tangan kanan.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 8 dari 53
TIGA HANYA berapa saat setelah Pendekar 212 Wiro, Sableng berkelebat meninggalkan
Ratu Randang, Ni Gatri yang tergolek di tanah bergerak bangun. Dari tubuhnya
melesat satu cahaya kelabu disusul keluarnya sosok seorang kakek berjubah dan
bersorban kelabu, mengenakan sepasang kasut putih. Di pinggangnya melingkar ikat
pinggang berbentuk sebuah tasbih besar berwarna coklat terbuat dari kayu yang
menebar bau harum.
Kakek ini adalah Kumara Gandamayana orang kepercayaan Sri Maharaja Mataram yang
tingkat ilmu kesaktiannya tinggi sekali namun sampai saat itu, seperti juga para
tokoh sakti Istana lainnya tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapi kelompok
orang-orang jahat yang telah menimbulkan bencana Malam Jahanam di Bhumi
Mataram. Salah satu adalah karena seperti para tokoh istana lainnya, Kumara
Gandamayana telah terkena sirap asap jahat yang di tebar oleh anak buah Raja
Dukun Batu Berlumut bernama Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian yang kini muncul
bersama Sinuhun Muda.
Kumara Gandamayana tepuk ikat pinggang dengan tangan kanan sementara tangan kiri
menunjuk ke arah lenyapnya Wiro yang kini tengah dikejar oleh Kesatria Roh
Jemputan alias Pangeran Matahari.
" Kejar dan bunuh mahluk yang mengejar Kesatria Roh Panggilan!"
" Reettt!" Ikat pinggang berbentuk tasbih besar yang melilit di pinggang si kakek bergerak
membuka lalu melesat ke udara. Sejarak tiga tombak dari si kakek, ikat pinggang
ini berubah membentuk ujud menyerupai Kumara Gandamayana yang segera berkelebat
ke arah lenyapnya Kesatria Roh Jemputan yang tengah mengejar Kesatria Panggilan
alias Pendekar 212 Wiro Sableng! Begitu ujud kembarannya hilang dari pandangan,
Kumara Gandamayana yang asli dengan cepat mendekati Ni Gatri.
" Anak baik, satu perkara besar akan terjadi di tempat ini. Kau pergilah dulu
menyusul kakakmu di Bukit Batu Hangus. Mungkin ada sesuatu yang bermanfaat bisa
kau lakukan di sana!"
Kumara Gandamayana tarik ujung sorban yang melingkar di atas kepala. Sorban yang
terkembang itu dilemparkan ke arah Ni Gatri. Begitu sorban bergulung di tubuh
anak perempuan itu, secara aneh sosok Ni Gatri terangkat ke udara lalu melesat
ke arah Bukit Batu Hangus.
Melihat kejadian ini Sinuhun Muda segera angkat tangan kanan untuk melepas satu
pukulan sakti yang bisa membuat tubuh Ni Gatri hancur berkeping keping. Namun
sebelum pukulan sempat dilancarkan Kumara Gandamayana cepat menghalangi. Sekali
tangan kanannya melesat, jari-jarinya berhasil mencekal lima jari tangan kanan
Sinuhun Muda. Sepuluh jari tangan saling mencengkeram. Asap merah dan putih
mengepul pertanda keduanya mengerahkan tenaga dalam penuh.
Sinuhun Muda menyeringai, membuat gerakan mendorong hingga Kumara Gandamayana terjajar ke belakang hampir dua langkah.
" Luar biasa! Tenaga dalam dan hawa saktinya hebat sekali. Aku yakin ada mahluk
lain yang memberi bantuan padanya,"si kakek membatin sementara kedua kakinya
perlahan-lahan terangkat ke udara den di mulut ada rasa asin pertanda saling
bentrokan tenaga dalam dan hawa sakti telah membuatnya cidera dalam!
Untuk mempertahankan diri Kumara Gandamayana keluarkan bentakan keras. Mulut
merapal aji kesaktian. Saat itu juga

Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan kanannya yang masih saling 176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 9 dari 53
bercengkeraman dengan tangan lawan berubah menjadi merah seperti bara menyala!
Inilah ilmu kesaktian yang disebut Tangan Bara Dewa. Dengan ilmu kesaktian
inilah dulu si kakek membuat sepuluh jari tangan Empu Semirang Biru berubah
menjadi bara menyala
hingga sang Empu mampu dengan lebih mudah dan lebih cepat menyelesaikan pembuatan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi. (Baca episode pertama
serial ini berjudul "
Malam Jahanam Di Mataram"
) " Dess! Desss!"
Sinuhun Muda menjerit keras ketika tangannya melepuh dan ujung lengan panjang
baju dikobari api. Dia kerahkan tenaga menarik tangan kanannya dari cengkeraman
si kakek. " Kraakk!" Tangan kanan Sinuhun Muda remuk dan tanggal di bagian pergelangan! Darah
mengucur, tulang menyembul, urat serta otot dan daging berserabutan! Tapi
orangnya malah keluarkan tawa bergelak, membuat si kakek jadi terkesima! Sekali
Sinuhun Muda, meniup tangan kanannya, maka tangan itu utuh kembali seperti ujud
semula! " Dia pergunakan ilmu Di Dalam Arwah Ada Raga!"Kumara Gandamayana berucap
dalam hati. Selagi kakek ini menyaksikan tak percaya, Sinuhun Muda malah tertawa
gelak-gelak. " Kumara Gandamayana! ilmu kesaktianmu boleh setinggi langit sedalam lautan! Tapi
tidak ada ceritanya ada manusia atau arwah di Bhumi Mataram ini yang bisa
menandingi apa lagi mengalahkan kesaktian Delapan Sukma Merah! Riwayatmu tamat
sampai di sini. Tapi kau terlalu hina dan menjijikkan untuk kubunuh dengan
tanganku sendiri!
Sinuhun Muda berpaling pada tiga mahluk penjunjung dupa.
" Kalian tunggu apa lagi keparat itu mahluk tak berguna seumur hidupnya!"
Kumara Gandamayana bersurut dua langkah. Saat itu dia merasakan tubuhnya
mendadak lemas. Orang tua ini Cepat merapal aji kesaktian untuk menenteramkan
jiwa dan memberi kekuatan.
Tiga mahluk menjunjung dupa tidak bergerak dari tempatnya. Namun dari
masing-masing pendupaan tembaga menyala di atas kepala mereka melesat keluar
kepulan asap merah, kuning dan biru. Kali ini kepulan asap disertai bau kemenyan
sangat santar. Lalu terjadi satu keanehan. Tiga kepulan asap berubah menjadi
tiga jerangkong hitam yang memiliki sepasang mata dipenuhi kobaran api berwarna
merah, biru den kuning!
" Tiga Jerangkong Penebar Arwah"ucap Ratu Randang terkejut hebat. "
Celaka! Kakek Kumara Gandamayana! Sekali tubuhnya sentuh tangan tiga jerangkong terkutuk
itu maka seumur-umur dia akan berubah menjadi jerangkong hidup. Gentayangan
kemana-mana dibawah kuasa dan kendali Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian!"
Kumara Gandamayana sendiri menyadari bahaya luar biasa besar yang tengah
dihadapinya. Dia segera merapal aji kesaktian untuk menenteramkan jiwa den
menambah kekuatan.
" Greek ... greek ... greek!"
Tiga Jerangkong Penebar arwah melangkah mendekati Kumara Gandamayana.
Sekujur sosoknya yang merupakan tulang belulang hitam mengeluarkan suara
berkeretakan. " Kumara Gandamayana!"Tiba-tiba Sinuhun Muda berteriak. "
Nasibmu tidak bisa
ditolong lagi! Namun aku masih mau memberi satu jalan kehidupan padamu!
Bergabung bersamaku!"
Mendengar ucapan orang si kakek sunggingkan seringai mengejek.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 10 dari 53
" Mahluk puntung neraka! Kutuk dan kemurkaan Para Dewa akan jatuh atas diri
bejatmu dan semua pengikutmu! Apa kau masih belum melihat kalau pintu neraka
telah terbuka lebar dan setan-setan neraka yang haus tulang dan daging manusia
tidak sabar menunggu kedatanganmu"!"
Sinuhun Muda tertawa gelak-gelak.
" Neraka adalah bagian kalian orang-orang Mataram yang telah membunuh kedua orang
tuaku don ratusan rakyat tidak berdosa! Ingat apa yang terjadi ketika Rajamu
membunuh secara keji ratusan bahkan ribuan manusia tidak berdosa yang ingin
menuntut keadilan" Yang ingin mengambil tahta yang bukan milik Rajamu si Rakai
Kayuwangi itu"!"
" Kalau itu ceritamu maka sungguh tololnya dirimu! Apa kau tidak sadar kalau kedua
orang tuamu dan ribuan rakyat Mataram sesat lainnya adalah kaum pemberontak
keji"! Yang untuk melaksanakan niat rakus merampas tahta yang bukan haknya tega
menjadikan rakyat sebagai budak dan tameng kematian"! Sinuhun keparat! Katakan
siapa kau sebenarnya. Aku tahu kau punya nyawa kembar dengan seorang yang
dipanggil Sinuhun Merah Penghisap Arwah!"(mengenai asal usul Sinuhun Muda harap
baca serial Mimba Purana, Satria Lonceng Dewa karangan Bastian Tito)
Sinuhun Muda keluarkan suara menggembor. Dia tidak menjawab pertanyaan si kakek
malah menggoyang kepala.
Delapan benjolan di kening Sinuhun Muda memancarkan cahaya merah. Hal ini
merupakan isyarat pertanda bagi Tiga Jerangkong Menebar Arwah. Dari hanya
melangkah ketiganya kini melompat menyergap Kumara Gandamayana.
Jerangkong Kesatu menyapukan tangan ke arah kepala si kakek. Kobaran api
berwarna merah ikut menyembur dari rongga matanya. Jerangkong Kedua berusaha
mencengkeramkan lima jari tangan ke perut Jerangkong Ketiga datang dari belakang
menggebuk punggung! Sementara itu Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian tegak
menyeringai sambil rangkapkan dua tangan di depan dada.
Dalam keadaan diri cidera, melihat apa yang terjadi Ratu Randang tidak mau
berlepas tangan. Dia gulingkan diri lalu berusaha. bangun. Dia hanya mampu
bergerak duduk di tanah. Tangan kanan melemparkan potongan kalung emas kearah
Sinuhun Muda. Tangan kiri berturut-turut melepas tiga pukulan sakti bernama
Tombak Dewa Memancung Berhala.
Apa yang terjadi kemudian membuat Ratu Randang tersentak kaget terbelalak besar!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 11 dari 53
EMPAT POTONGAN kalung emas besar yang dilemparkan Ratu Randang, bukan saja tidak mampu
menimbulkan malapetaka pada Sinuhun Muda, tapi dengan tangan kirinya Sinuhun
Muda menangkap benda itu. Sambil tertawa-tawa dia berkata.
" Pagi ini aku memang belum sarapan. Terima kasih telah memberi aku kerupuk
garing. Pasti lezat rasanya!"
Lalu enak saja Sinuhun Muda masukkan lempengan emas ke dalam mulut dan
krauk... krauk ... krauk! Dia mengunyah potongan kalung emas itu seolah benarbenar menyantap kerupuk garing!
" Celaka! Pasti Sinuhun keparat itu telah memiliki ilmu baru penangkal emas yang
selama ini jadi pantangannya!"
Selagi Rau Randang terkesiap, Sinuhun Muda tertawa gelak-gelak.
Sementara itu tiga pukulan sakti Tombak Dewa Memancung Berhala yang tadi
dihantamkan Ratu Randang dengan telak menghajar Tiga Jerangkong Menebar Arwah.
Seperti tombak beneran, cahaya biru pukulan sakti menancap di dada Jerangkong
Kesatu, menembus tenggorokan Jerangkong Kedua dan menghunjam di perut
Jerangkong Ketiga. Sosok tiga jerangkong serta merta digulung kobaran api
berwarna biru! Tiga Jerangkong keluarkan jeritan keras.
Sinuhun Muda berteriak marah. Sekali tangan disapukan kobaran api biru yang
membuntal tubuh tiga jerangkong serta merta padam. Didahului suara letupan keras
tiga sosok mengerikan itu lenyap dari pemandangan.
Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian menggerung marah.
Baik Sinuhun Muda maupun Tiga Iblis untuk beberapa ketika jadi melupakan si
kakek Kumara Gandamayana.
Tiga Iblis menyerbu ke arah Ratu Randang. Namun gerakan dua iblis tertahan
ketika salah seorang teman mereka yaitu Iblis Menjunjung Dupa Kematian Kedua
meraung dahsyat dan tubuhnya tampak memancarkan nyala merah lalu brukkk! Tubuh
menyala itu amblas masuk ke dalam tanah!
Apa yang telah terjadi"!
Ketika Sinuhun Muda dan Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian lengah melupakan
Kumara Gandamayana, kakek ini segera menerapkan ilmu kesaktian bernama
Menembus Tanah Menarik Petaka. Dengan mengeluarkan suara berkesiuran tubuh si
kakek amblas masuk dan lenyap ke dalam tanah. Di lain kejap tiba-tiba dari dalam
tanah mencuat dua tangan berjari raksasa merah membara. Dua tangan ini mencekal
kaki kiri kanan Tiga Iblis Menjunjung Dupa Kematian, Kedua. Sesaat sekujur tubuh
Iblis Kedua berpijar laksana berubah menjadi bara menyala lalu brukk! Sosoknya
tenggelam masuk ke dalam tanah!
Dua Iblis menghunjam-hunjamkan sepasang kaki mereka ke tanah hingga terjadi
goncangan hebat laksana bumi dilanda gempa. Sinuhun Muda kembangkan dua tangan
ke samping. Sepuluh jari dipentang diluruskan. Jari-jari tengah kemudian ditekuk
ke arah telapak. Dari delapan jari tangan kemudian memancar cahaya merah.
Delapan larik cahaya bergabung menjadi satu lalu bergerak turun menutup tanah di
sekitar tempat itu.
" Kumara Gandamayana! Seumur umur jangan harap kau bisa keluar lagi dari dalam
tanah!" " Dukk! Dukk! Dukk!"
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 12 dari 53
Sinuhun Muda hentakkan kaki kanan tiga kali sambil merapal ajian ilmu hitam.
Gabungan cahaya merah laksana batu pipih raksasa dengan mengeluarkan suara
bergemuruh amblas masuk ke dalam tanah. Debu bercampur asap merah menggebubu ke
udara. Sesaat kemudian di kejauhan terdengar suara jerit raungan menyayat hati.
Lalu lenyap ketika tiba-tiba di langit ada selarik cahaya kuning menyambar
disertai terdengarnya lapat-lapat suara lonceng.
Ratu Randang merasa kuduknya dingin merinding.
" Kakek Kumara .... Apa yang terjadi dengan dirimu. Aku melihat cahaya kuning di
langit, mendengar bahana lonceng. Dewa Jagat Bathara saya mohon, tolong orang
tua itu ... "
Ratu Randang tidak bisa berpikir lebih panjang karena saat itu Sinuhun Muda dan
Iblis Menjunjung Dupa Kematian Kesatu dan Ketiga telah melompat ke hadapannya
yang masih dalam keadaan terduduk di tanah. Ketiga orang ini menatap sangar ke
arah Ratu Randang.
" Ratu Randang! Perempuan.. dajal pengkhianat! Dulu kau masih bisa lolos dari
tanganku! Kali ini jangan harap kau bisa lari lagi!"
Ratu Randang tersenyum dan menjawab.
" Sinuhun Muda, aku tidak pernah lari darimu. Sebaliknya bukankah kau yang selalu
mengejar-ngejar diriku" Ah, rupanya kau tidak pernah melupakan kenangan indah
ketika kita berada di dalam goa di balik air terjun! Hik ... hik ... hik!"
Tampang Sinuhun Muda menggembung merah.
" Manusia terkutuk! Dulu kau masih bisa lolos dari tanganku! Kali ini aku akan
membuat dirimu benar-benar sengsara lebih dulu sebelum kuhabisi! Gendakmu
Kesatria Panggilan pemuda edan berambut gondrong itu tidak akan bisa menolong.
Saat ini dia mungkin sudah mampus dibantai Kesatria Roh Jemputan. Ha ... ha ...
ha!" Ratu Randang mengulum senyum genit.
" Kau mau melakukan apa silahkan! Kau mau membunuhku, siapa takut"!"
Ratu Randang berusaha bangun dari duduknya. Tapi luka dalam yang dideritanya
akibat bentrokan tenaga dalam tadi membuat perempuan ini tak mampu berdiri.
Selagi dia terhuyung-huyung Iblis Penjunjung Dupa Kematian Ketiga menyergapnya
dengan satu tendangan ke arah kepala. Namun serangan maut ini tertahan karena
Sinuhun Muda memegang bahunya dan berkata.
" Wajah masih cantik. Tubuh masih kencang seperti gadis belasan tahun. Walau dia
yang telah membunuh guru kalian Raja Dukun Batu Berlumut, tapi apa kau dan
sobatmu tidak ingin bersenang-senang lebih dulu" Aku sudah pernah merasakan luar
biasa nikmatnya! Ha ... ha ... ha!"
Iblis Penjunjung Dupa Kematian Ketiga menatap Sinuhun Muda lalu memandang pada
sobatnya Iblis Penjunjung Dupa Kematian Kesatu. Yang dipandang menyeringai,
basahi bibir dengan ujung lidah, hidung tampak kembang kempis. Sepasang mata
berkilat kilat.
Mendengar ucapan Sinuhun Muda, melihat sikap Iblis Kesatu dan Ketiga, Ratu
Randang sadar bahaya besar yang dihadapinya. Namun dia sadar pula kalau dia
tidak mungkin melakukan perlawanan dan menghindari perbuatan terkutuk dua Iblis
Menjunjung Dupa Kematian. Apa lagi saat itu dilihatnya delapan benjolan merah di
kening Sinuhun Muda memancarkan sinar terang. Pertanda orang ini siap berusaha
untuk melepas serangan maut jika dia berusaha melarikan diri atau melakukan
perlawanan. Sementara itu tubuhnya berada dalam keadaan cidera dan nyaris tiada
daya. 176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 13 dari 53
" Apa boleh buat. Aku harus melakukannya lagi. Mudah-mudahan Dewa Bathara
Agung melindungi diriku..."Ratu Randang berkata dalam hati. Ketika Iblis Kesatu
dan Ketiga mendatangi, diam-diam Ratu Randang segera merapal satu aji kesaktian
yang mengandung ilmu sihir.
Ketika dua Iblis mendekatinya Ratu Randang lemparkan senyum menggoda. Lidah
merah berulang kali diulurkan membasahi bibir. Mata yang juling bagus dikedipkedip. " Kalian berdua hendak bersenang-senang" Aku sungguh berbahagia. Tidak pernah aku
bertemu dengan orang segagah dan sehebat kalian. Tubuh kalian yang kekar besar
pertanda kalian adalah orang-orang yang kuat dan hebat dalam bercinta. Hik ...
hik!" Ratu Randang berpaling pada Sinuhun Muda.
" Sinuhun apa kau tidak ingin ikut serta" Kau mengatakan betapa nikmatnya tubuhku.
Kau tahu. Hik..hik. Saat ini aku sedang ingin-inginnya. Setiap lekuk di tubuhku
bergetar hangat..."
Habis keluarkan ucapan Ratu Randang lalu robek bagian atas bajunya hingga
dadanya yang putih besar tersembul keluar.


Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Iblis Kesatu dan Ketiga yang jarang-jarang menyaksikan pemandangan seperti ini
tidak dapat lagi mengendalikan nafsu. Keduanya serta merta menanggalkan pakaian.
Sinuhun Muda hanya cengar-cengir melihat apa yang dilakukan kedua anak
buahnya. Tiba- tiba ada satu cahaya putih melesat ke udara. Bersamaan dengan itu
Sinuhun Muda melengak kaget dan berteriak.
" Kurang ajar! Hentikan! Iblis Kesatu! Iblis Ketiga! Perempuan itu menipu kalian!"
Iblis Kesatu den Ketiga yang tidak mengerti maksud kata-kata Sinuhun Muda terus
saja dengan pekerjaan mesum mereka. Sampai akhirnya Sinuhun Muda menarik
keduanya. " Sinuhun Muda.. Ada apa"!"
. Bertanya Iblis Kesatu terheran-heran den agak jengkel
karena kenikmatannya diganggu orang.
" Sinuhun, katakan saja kalau kau mau gantian. Kami berdua bisa mengalah..."
" Plaakkk!" Sinuhun Muda tampar Iblis Ketiga yang barusan keluarkan ucapan hingga sudut
bibirnya pecah sedang telinga kirinya mendenging tuli!
" Kalian berdua! Lihat! Buka mata kalian lebar-lebar!"
Sinuhun Muda menunjuk ke arah sosok tubuh yang tertelentang di tanah tanpa
pakaian. Dua Iblis melihat sosok tubuh itu sebagai sosok telanjang Ratu Randang.
Sebaliknya Sinuhun Muda melihatnya sebagai bangkai seekor anjing besar berwarna
coklat! " Sinuhun Muda, apa maksud Sinuhun..."
" Jangan banyak mulut! Lihat!"Sinuhun Muda kembali menunjuk ke tanah di hadapan
dua Iblis Menjunjung Dupa Kematian.
Iblis Kesatu dan Ketiga kembali memperhatikan ke arah sosok tubuh Ratu Randang
yang tertelentang di tanah. Perlahan-lahan tubuh itu tampak berubah menjadi
seperti apa yang dilihat Sinuhun Muda. Sosok anjing betina besar yang sudah jadi
bangkai dan dikerubungi lalat!
" Perempuan jahanam! Dia menipu kita!"Teriak Iblis Kesatu sementara iblis Ketiga
terbuyung-huyung jatuh berlutut di tanah dan mulai menyemburkan muntah!
" Perempuan kurang ajar itu!"Rutuk Sinuhun Muda. "
Ketika dulu aku bercinta
dengannya. Jangan-jangan dia juga telah menipuku seperti ini! Hueekkk!"Sinuhun
Muda merasa perutnya mual. Tidak sanggup menahan diapun ikutan muntah!
Iblis Ketiga satu satunya orang yang tidak muntah, penuh amarah tendang bangkai
anjing dengan kaki kanan. Lalat menghambur beterbangan. Bangkai anjing besar 176
Dewi Kaki Tunggal
Hal : 14 dari 53
seperti hidup keluarkan raungan keras lalu tubuhnya yang ditendang terlipat
demikian rupa, menggapai berbalik dengan moncong terbuka siap menggeragot kaki
kanan Iblis Ketiga.
Kali ini Iblis Ketiga tidak kepalang tanggung. Kepala digoyang. Asap kuning di
dalam pendupaan di atas kepala meletup ke udara lalu bergelung membentuk tonggak
sebesar batang kelapa. Tonggak menghantam anjing besar jejadian dan sama-sama
terpuruk amblas kedalam tanah!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 15 dari 53
LIMA Kita ikuti sekarang Pendekar 212 Wiro Sableng yang dengan segala kesaktian
dimiliki tengah berlari secepat yang bisa dilakukan menuju Bukit Batu Hangus.
Anjing kecil hitam berdiri di atas bahu kanannya. Tanpa terlihat, terdengar
ataupun terasa oleh sang pendekar tiba-tiba di udara di sebelah belakangnya
melesat satu cahaya kuning bercampur merah. Cahaya ini menyusup masuk ke dalam
tubuh anjing kecil. Tidak bisa mengatakan seperti manusia, binatang yang merasa
adanya sesuatu bahaya itu hanya mampu menyalak berulang kali.
Wiro usap tengkuk anjing kecil sambil terus berlari.
" Sobat Kecil,"begitu Wiro memanggil si anak anjing, "
tenanglah. Sebentar lagi kita
akan melakukan kewajiban besar. Mudah-mudahan Yang Maha Kuasa menolong kita!"
Anjing kecil menyalak tiga kali lalu diam.
Pada saat Wiro mengucap kepala anak anjing itu tanpa disadarinya karena sama
sekali memang tidak terasa dan tidak melihat selarik cahaya kuning kemerahan
keluar dari dalam tubuh binatang itu, menyerap masuk ke dalam jari-jari tangan
kanannya sampai sebatas pergelangan. Wiro terus berlari. Anjing kecil tampak
gelisah dan kembali menyalak beberapa kali.
Langit di sebelah timur semakin terang. Sri Maharaja Mataram dan semua pengungsi
berada pada lereng sebelah barat bukit hingga terlindung dari cahaya fajar yang
merambat dari ufuk timur dan keadaan di lereng itu tampak masih di selimuti
kegelapan. Wiro yang merasa kawatir akan terlambat mempercepat larinya. Tak selang berapa
lama di depan sana samar-samar dia sudah melihat Bukit Batu Hangus.
Tiba-tiba wuuut!
Wiro mendongak ke atas. Sesosok tubuh anak perempuan tergulung dalam kain
berwarna kelabu melesat di Udara.
" Ni Gatri! Apa yang terjadi dengan dirimu"!"Wiro berteriak ketika mengenali.
Di udara, Ni Gatri yang diterbangkan oleh, sorban sakti Kumara Gandamayana tak
sempat menjawab karena sosoknya melesat sangat cepat ke arah Bukit Batu Hangus.
Wiro menggaruk kepala.
" Apa yang terjadi dengan anak itu" Benda sakti apa yang menerbangkannya..."Pikir
Wiro. Mendadak sang pendekar ingat pada Ratu Randang yang ditinggal sendirian.
Dia benar-be kawatir.
Salakan anak anjing di atas bahu menyadarkan Wiro dan dia kembali melanjutkan
perjalanan, berlari menuju Bukit Batu Hangus.
**** PANGERAN MATAHARI alias Kesatria Roh Jemputan yang tengah mengejar
Pendekar 212 atas perintah Sinuhun Muda palingkan kepala ke belakang ketika
tiba-tiba telinganya mendengar suara menderu keras dan wuuttt! Seorang berjubah
dan bersorban kelabu melesat di udara melewatinya, jungkir balik dalam gerakan
luar biasa enteng lalu jejakkan kaki di tanah, tegak lima langkah dari
hadapannya sambil dua tangan dirangkap di depan dada.
Pangeran Matahari segera hentikan lari. Setelah menatap sejurus dan merasa tidak
mengenal orang dihadapannya, maka diapun menegur dengan sikap congkak dan katakata merendahkan.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 16 dari 53
" Orang tua bulukan! Apa kau merasa pantas menghalangi perjalananku! Apa kau tidak
tahu siapa diriku "!"Sang Pangeran lalu menjawab sendiri pertanyaannya. "
Di negeri Ieluhurku aku dikenal dengan nama Pangeran Matahari. Di negeri ini aku
adalah tamu terhormat yang sangat dibutuhkan untuk menumpas orang-orang jahat
dan di sini aku disebut Kesatria Roh Jemputan!"
Orang tua berjubah dan bersorban kelabu serta mengenakan sabuk berbentuk tasbih
besar di pinggangnya yang merupakan ujud salinan atau jejadian dari kakek sakti
Kumara Gandamayana mendengus lalu menjawab.
" Siapa dirimu aku sudah lebih dari tahu. ltu sebabnya aku punya seribu alasan
untuk menghadang perjalananmu!"
Sepasang alis mata Pangeran Matahari mencuat ke atas. Rahang menggembung, mulut
dicibirkan. " Begitu "!"Ucap sang Pangeran lalu tertawa gelak-gelak. "
Tua bangka jelek! Kau
boleh punya seribu alasan, aku hanya punya satu alasan untuk membunuhmu! Aku
tidak suka melihat ujudmu! Ha ...he...ha! Aku mencium bau busukmu, kau tentunya
adalah kaki tangan orang-orang Rakai Kayuwangi keparat! Perampas tahta Kerajaan
Mataram!" " Manusia sesat kesasar! Jangan kau berani menghina Raja Mataram!"Bentak ujud
kembaran Kumara Gandamayana.
Pangeran Matahari meludah ke tanah.
" Jangankan menghina, membunuhnyapun aku merasa layak! Dan itu memang
tugasku! Ha...ha ... ha!"
Si kakek turunkan dua tangan yang sejak tadi dirangkap di atas dada.
" Asalmu sebenarnya adalah dari roh busuk! Pantas kalau kau kembali kecomberan!"
Habis berkata begitu si kakek mundur beberapa langkah lalu sapukan tangan kanan
ke tanah. " Wuuttt!" Saat itu juga tanah di antara Pangeran Matahari den si kakek berubah menjadi
satu comberan besar busuk luar biasa yang air dan lumpur hitamnya menggelegak!
" Pangeran Matahari, Kesatria Roh Jemputan! Siapapun namamu! Di comberan situ
asalmu! Ke situ kau harus masuk sekarang juga! Lakukan sendiri! Ceburkan dirimu!
Atau aku yang akan menyumbatkan kepalamu ke dasar comberan!"
" Seumur hidup Pangeran Matahari tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu.
Kini setelah menemui ajal dan berada di dalam roh dia di damprat orang
sedemikian rupa!
" Keparat kurang ajar! Robek mulutmu!"Teriak Pangeran Matahari. Sekali dia
geserkan kedua kaki di tanah maka tubuhnya melayang di atas comberan busuk. Dua
tangan dipentang kedepan, sepuluh jari memancarkan cahaya kuning, merah den
hitam. " Sepuluh Jari Iblis!"
Pangeran Matahari berteriak sendiri menyebut ilmu dan jurus serangannya!
" Bukk! Bukk!"
Dua lengan bentrokan hebat ketika kembaran jejadian Kumara Gandamayana
memukul dua tangan Pangeran Matahari yang hendak merobek mulut dan mata kirinya!
Pangeran Matahari mundur beberapa langkah. Dia tidak mengira lawan memiliki
kekuatan tenaga dalam begitu tinggi. Selagi si kakek bergerak mengejarnya sambil
lancarkan serangan dua tangan kosong, Pangeran Matahari balas menghantam dengan
Pukulan Gerhana Matahari.
" Wuss! Wusss!"
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 17 dari 53
Dua larik sinar gabungan kuning, merah dan hitam menderu ke arah dua larik
cahaya putih yang melesat ke luar dari dua tangan si kakek. Di udara empat sinar
sakti saling beradu. Tidak ada suara ledakan atau gelegar dahsyat. Empat sinar
saling mendorong.
Dua orang yang bertarung kerahkan tenaga dalam penuh. Perlahan-lahan jelas
terlihat bagaimana dua sinar putih terdorong. Keringat memercik di kening si
kakek. Dia sadar kalau dua larik gabungan sinar ilmu kesaktian lawan berhasil
menembus dua cahaya putih, tubuhnya akan terpanggang hancur lebur!
Di saat genting seperti itu kembaran jejadian Kumara Gandamayana hentakkan kaki
kanan ke tanah sambil merapal aji kesaktian Kekuatan Bhumi Milik Para Dewa.
Dengan ilmu kesaktian itu si kakek mampu menyedot kekuatan hawa yang ada di
dalam bumi yang kemudian akan disalurkan pada dua tangan untuk menambah kekuatan
tenaga dalam yang sedang dipergunakan dalam menggempur lawan!
" Wuss! Wusss!"
Apa yang kemudian terjadi memang dahsyat sekali. Dua cahaya putih yang melesat
dari tangan si kakek keluarkan suara, menderu dan pijaran sinar menyilaukan.
Di depan sana Pangeran Matahari berteriak keras ketika dua kakinya terangkat
dari tanah dan tubuh terjajar ke belakang. Dia merasa seolah ada gunung batu
mendorong tubuhnya! Sang Pangeran berusaha bertahan hingga rahang menggembung
geraham bergemeletakan dari ubun-ubun di atas kepala membersit kepulan asap
hitam. Si kakek tidak tinggal diam. Kaki dihentakkan sekali lagi lalu dua tangan
didorong. Tak ampun lagi tubuh Pangeran Matahari mencelat tiga tombak ke udara. Baju dan
mantel hitamnya mengepulkan asap.
Dalam keadaan seperti itu tubuhnya melayang jatuh ke bawah, tepat di arah
comberan busuk!
" Jahanam kurang ajar!"
Pangeran Matahari menyumpah keras. Dia berusaha jungkir balik, namun jarak
kepalanya den comberan sudah demikian dekat.
" Bangsat!"Sang Pangeran kembali merutuk. Lalu die kerahkan tenaga dalam ke
kening. Delapan benjolan merah pancarkan sinar menggidikkan.
" Wussss!" Delapan sinar merah pekat melesat luar biasa cepat ke arah si kakek. Delapan
Arwah Sesat Menembus Langit! Si kakek tidak keburu mengelak.
" Blaar!" Didahului suara seperti gelegar petir tubuh jejadian Kumara Gandamayana hancur
berkeping-keping lalu jatuh luruh ke tanah, berubah ujud menjadi ikat pinggang
kayu coklat berbentuk tasbih besar. Ikat pinggang yang kini dalam keadaan hangus
gosong dan mengepulkan asap itu tercampak di tanah.
Di saat bersamaan dengan hancurnya tubuh si kakek, sosok Pangeran Matahari
mencebur masuk ke dalam comberan, kepala lebih dulu! Hening sunyi beberapa
ketika. Lalu dua tangan muncul mencuat dari dalam comberan, disusul kepala dan tubuh
Pangeran Matahari. Sekujur tubuh dan kepala basah kuyup oleh air busuk dan
tertutup lumpur hitam comberan!
Satu suara tawa cekikikan menyambut
keluarnya Pangeran Matahari dari dalam
comberan. Sang Pangeran usap muka lalu membentak marah.
" Jahanam keparat dari mana berani mati mentertawakan diriku!"
" Oala! Pangeran Matahari digebuk orang! Keluar dari comberan busuk seperti seekor
anjing buduk! Sungguh menyedihkan! Sungguh memalukan! Untung hanya aku seorang
yang menyaksikan kejadian ini! Hik..hik..hik!"
" Bangsat! Jaga mulutmu!"
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 18 dari 53
Pangeran Matahari menggembor keras. Wajah kembali di usap. Mata memandang
mendelik ke arah orang yang berdiri beberapa langkah dari tepi comberan.
" Dewi Ular! Perempuan Iblis!"
Orang yang dimaki tertawa mengikik.
" Ssshh ... jangan mamaki dulu aku mau menolongmu. Tak jauh dari sini ada sebuah
telaga kecil. Kau bisa membersihkan diri di sana. Mari kutunjukkan tempatnya.
Memalukan kalau sampai orang-orang Mataram melihat seorang yang mereka beri
julukan Kesatria Roh Jemputan berada dalam keadaan seperti hantu, busuk
menjijikkan! Hik...hik...hik!"
"

Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tahu letak telaga itu! Aku tidak butuh pertolonganmu! Perempuan sialan!"
" Aku tidak sial. Kau yang sedang ditimpa sial! Hik ... hik ... hik!"
Pangeran Matahari melesat keluar dari dalam comberan. Dia sengaja lari ke arah
perempuan yang mentertawainya. Niatnya hendak menangkap dan menceburkan Dewi
Ular ke dalam comberan. Tapi yang hendak dijahati tidak bodoh dan mengetahui
maksud orang. Cepat-cepat Dewi Ular melesat ke cabang pohon besar. Duduk uncanguncang kaki sambil berucap mengejek setengah bernyanyi.
Di negeri asal Song Pangeran bernasib buruk.
Di negeri orang nasib Sang Pangeran lebih buruk
Minum air comberan
Makan lumpur busuk
Hik .. hik .. hik!
" Wuuut!" Tiga larik sinar merah, hitam dan kuning menyambar ke arah cabang pohon dimana
Dewi Ular duduk.
" Keterlaluan! Aku mau menolong kau menyerang! Aku menyanyi kau malah hendak
membunuhku!"
Pohon besar tenggelam dalam kobaran api lalu roboh melintang di atas comberan
dalam keadaan hitam gosong. Dewi Ular sudah lebih dulu melompat turun selamatkan
diri. Dikejauhan terdengar suara perempuan itu berteriak.
" Pangeran edan! Tadinya aku datang mau memberi tahu dimana beradanya Sinto
Gendeng nenek bau pesing yang telah membunuhmu di puncak Gunung Merapi! Tapi
sombong congkakmu membuat aku lebih baik memberi tahu pada orang lain! Aku bukan
saja bakal dapat hadiah besar tapi juga hadiah kenikmatan! Darimu aku dapat
apa " Comberan! Hik...hik...hik!"
Pangeran Matahari memaki panjang pendek. Lalu dia lari mencari telaga yang
disebutkan Dewi Ular.
Namun sampai lama berputar-putar dia tidak berhasil menemukan telaga itu.
" Kurang ajar! Ada yang menyesatkan langkah kakiku! Sebelumnya aku sudah melihat
telaga itu. Sekarang mengapa tidak bertemu! Jahanam!"
" Kesatria Roh Jemputan! Kami mendatangkanmu ke Bhumi Mataram untuk
membunuh Kesatria Panggilan, menumpas semua orang yang ada di Bukit Batu Hangus!
Mengapa kau hanya membuang waktu berputar-putar di tempat itu dan memaki tidak
karuan!" Satu suara mengiang di telinga kiri Pangeran Matahari. Saking kesalnya sang
Pangeran pukul batang pohon di dekatnya hingga pohon berderak patah dan tumbang!
" Pukulanmu bagus dan telak! Aku ingin begitu kira-kira kau menghancurkan kepala
Kesatria Panggilan!"Suara mengiang kembali terdengar.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 19 dari 53
Pangeran Matahari menyumpah dalam hati namun segera meninggalkan tempat itu.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 20 dari 53
ENAM UDARA di lereng barat Bukit Batu Hangus masih gelap. Semua orang yang ada di
tempat itu kecuali anak-anak berada dalam keadaan menunggu berjaga-jaga. Melalui
Ni Gatri mereka mendapat kabar bahwa
Pendekar 212 Wiro Sableng yang mereka sebut sebagai Kesatria Panggilan tengah
dalam perjalanan ke bukit.
Sri Maharaja Mataram Rakai Kayuwangi berdiri di atas satu batu datar. Sambil
menatap ke arah timur dengan sepasang mata nyaris tidak berkesip mulutnya tiada
hent i mer apal do' a memohon per t ol ongan Yang Maha Kuasa.
Di kej auhan t i ba-tiba terdengar suara anjing menyalak.
Tak lama kemudian Wiro yang ditunggu muncul di lereng bukit dengan anak anjing
hitam di bahu kanan. Raja Mataram dan Ni Gatri yang tengah menguruti kaki Rauh
Kalidathi nenek muka bulat tak beralis yang pernah menolongnya (baca "
Roh Jemputan" ) segera mendatangi sang pendekar. Para pengikut Raja, diantaranya
Garung Parawata Kepala Pasukan Kerajaan, Eyang Dukun Umbut Watukura, Tabib Sakti
Sepuluh Jari Dewa Soka Kandawa, termasuk Rauh Kalidathi dan Klingkit Kuning
tokoh silat Istana berkepala gundul kuning serta semua orang yang ada di bukit
dan dalam keadaan lumpuh cuma meletakkan dua tangan disusun di atas kepala.
Memohon pada Yang Maha Kuasa agar orang yang diharapkan benar-benar mampu
memberi pertolongan.
Wiro membungkuk memberi hormat pada Raja Mataram yang berdiri di samping Ni
Gatri. " Yang Mulia, ada dua kakek nenek aneh yang dipanggil dengan sebutan Sepasang
Arwah Bisu telah memberi tahu kepada saya cara melenyapkan benjolan yang ada di
kening semua orang yang ada di bukit ini ......"
" Oh mereka...."Rupanya Sri Maharaja Mataram mengetahui juga tentang sepasang
kakek nenek aneh itu. "
Dewa Bathara Agung, kami sangat berterima kasih pada
Sepasang Arwah Bisu. Terlebih kepadamu."Raja Mataram memandang ke langit seolah
dia melihat sepasang kakek nenek Arwah Bisu di atas sana. Lalu Raja berpaling
pada Wiro. "
Kesatria Panggilan, jika kau memang akan melakukan sesuatu untuk menolong kami
segera laksanakan. Sebentar lagi cahaya sang surya dari timur akan menyentuh
lereng bukit ini. Tapi aku ingin bertanya lebih dulu. Dimanakah beradanya Ratu
Randang?" Wiro lalu menceritakan peristiwa penghadangan yang dilakukan Kesatria Roh
Jemputan. " Saya mengawatirkan keadaannya. Saya terpaksa meninggalkannya seorang diri.
Mudah-mudahan seorang kakek sakti Kumara Gandamayana yang sebelumnya masuk ke
dalam tubuh Ni Gatri masih ada di sana..."
" Mudah-mudahan Para Dewa melindungi perempuan itu,"ucap Raja Mataram
perlahan. " Kesatria Panggilan,"tiba-tiba Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa menegur. "
Waktu kita tinggal sedikit. Sebelum kau melakukan sesuatu, katakan obat apa mujarab apa
yang kau bawa untuk mengobati kami. Kulihat kau datang tidak membekal apa-apa."
" Orang tua, saya memang tidak membawa obat. Tapi membekal satu ilmu kesaktian.
Mudah-mudahan Yang Maha Kuasa menolong saya dan kita semua,"jawab Wiro.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 21 dari 53
Eyang Dukun berjubah biru mengusap janggutnya, yang seputih kapas. Dia berpaling
pada sahabatnya Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa.
Tabib bertubuh gemuk, bercelana dan mengenakan rompi merah ini mengusap
rambutnya yang merah menjuntai beberapa kali. Sepasang mata sipitnya menatap
Wiro beberapa lama. Mulut berkomat kamit. Lalu dia ajukan pertanyaan.
" Kesatria Panggilan, ilmu kesaktian apa yang hendak kau pergunakan?"
Wiro terdiam sesaat menatap ke arah Raja baru menjawab.
" Ilmu yang saya miliki bernama Menahan Darah Memindah Jasad...."
Semua orang yang mendengar ucapan Wiro termasuk Raja Mataram sama-sama
terkesiap dan mengangkat kepala. Ada yang berdecak kagum tapi ada juga yang
melongo tidak mengerti.
Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa Soka Kandawa angkat kepala ke arah langit, mata
sipit dipejamkan. Dia terdiam beberapa ketika lalu mulut berucap.
" Ilmu aneh. Dari namanya agaknya bukan berasal dari negeri leluhurmu"
Wiro terkejut. Bagaimana tabib gemuk ini mengetahui perihal ilmu yang
dimilikinya itu.
" Orang tua, ucapanmu benar adanya ilmu kesaktian itu diwariskan oleh seorang
sahabat di negeri Latanahsilam, negeri seribu dua ratus silam dari negeri asal
saya..." Seperti diketahui ilmu Menahan Darah Memindah Jasad didapat Wiro dari Luhkentut
alias Hantu Selaksa Angin ketika dia tersesat ke negeri seribu dua ratus tahun
silam. (Riwayat Wiro di negeri seribu dua ratus tahun silam harap baca serial
Latanahsilam terdiri dari 18 episode mulai dari, "
Bola-Bola Iblis"s/d "
Istana Kebahagiaan"
) Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa angguk-anggukkan kepala sementara Eyang Dukun
Umbut Watukura mengusap-usap janggut. Sri Maharaja Mataram lantas berkata.
" Kesatria Panggilan, harap kau tidak membuang waktu. Lakukan apa yang bisa kau
perbuat sekarang juga."
" Mohon Yang Mulia jangan memanggil saya dengan sebutan Kesatria Panggilan.
Nama saya Wiro..."
Raja mengangguk.
Wiro memandang berkeliling sambil merapal aji kesaktian ilmu Menahan Darah
Memindah Jasad.
Dia jadi bingung sendiri. Sebelumnya dia tidak pernah memikirkan. Siapa diantara
ratusan orang yang ada di bukit itu yang akan ditolongnya lebih dulu" Lalu diamdiam sang pendekar juga merasa kawatir. Apakah dia mampu dan punya waktu untuk
menolong orang sebanyak itu" Murid Sinto Gendeng jadi tegang sendiri.
Wiro memandang ke arah Raja Mataram. Rakai Kayuwangi bertanya.
" Ada sesuatu yang bisa aku bantu?"
Wiro menggaruk kepala
" Yang Mulia, saya tidak dapat menentukan siapa yang perlu ditolong lebih dulu"
Harap kau mau menolong Raja kami lebih dulu!"Berkata Tabib Sakti Sepuluh Jari
Dewa. Rakai Kayuwangi gelengkan kepala.
" Kita harus mencari seseorang yang keadaannya benar-benar parah."Sang Raja
memandang berkeliling. Dia lalu menunjuk pada seorang lelaki separuh baya yang
tersandar di batu dalam keadaan tidak sadar. Wajah pucat putih. Mata terpejam.
Nafas tinggal satu-satu. Empat benjolan merah di keningnya berdenyut denyut
seperti mau pecah. Dari sela bibirnya tampak darah meleleh.
" Orang itu."Kata Raja Mataram "
Namanya Lemayang. Tolong dia lebih dulu."
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 22 dari 53
Sekali lompat saja Wiro sudah berada di hadapan Lemayang yang tersandar di batu
dalam keadaan sekarat. Anjing kecil yang sejak tadi berada di bahunya melompat
turun, berdiri di atas sebuah batu lalu mulai menyalak tiada henti. Ni Gatri
segera mendatangi anjing ini, membelai kepala dan mengusap punggungnya. Anjing
berhenti menyalak namun dari ekornya yang bergerak-gerak kian kemari tak bisa
diam menandakan bahwa binatang ini berada dalam satu kegelisahan!
Wiro berjongkok di depan orang yang hendak ditolong. Tangan kanan dikembang.
Perlahan lahan telapak didekatkan ke kening Lemayang yang ada empat benjolan
merah. Dengan ilmu kesaktian Menahan Darah Memindah Jasad maka Pendekar 212
dengan mudah akan mengambil atau mencabut empat benjolan dan memindahkannya ke
tempat lain, kemana saja yang disukainya. Bila empat benjolan hilang dari kening
Lemayang maka orang itu dipastikan akan sembuh dari kelumpuhan serta demam panas
yang selama ini menyengsarakannya.
Telapak tangan Wiro hanya tinggal satu jengkal lagi di atas kening yang ada
benjolan. Anjing kecil tiba-tiba menyalak lagi. Ni Gatri kembali sibuk
menenangkan binatang ini dengan mengusap usap kepala serta punggungnya.
Tabib Sakti Sepuluh Jari Dewa dan Eyang Dukun Umbut Watukura saling pandang.
Sang dukun menoleh sesaat pada anjing di atas batu. Raja Mataram tampak tenang
sementara orang-orang lain yang ada di tempat itu berada dalam keadaan tegang.
Ni Gatri sendiri selesai menenangkan anjing kecil entah mengapa memicingkan
kedua matanya. Telapak tangan Pendekar 212 yang berisi ilmu kesaktian Menahan Darah Memindah
Jasad menempel di atas kening Lemayang yang ada empat benjolan merah. Sekali
angkat saja keempat benjolan itu pasti tercabut tanggal. Namun apa yang terjadi
justru satu kegegeran.
Begitu telapak tangan kanan Wiro menyentuh kening orang yang hendak ditolong,
satu ledakan keras menggelegar. Kepala dan sebagian tubuh Lemayang hancur
berkeping-keping. Sisa bagian tubuh pinggang ke bawah yang masih utuh terkapar
mengerikan di atas sebuah batu. Usus menjela dari perut yang robek besar.
Suara jeritan menggelegar dari mulut hampir semua orang yang ada di lereng
bukit. Banyak yang menutup wajah dengan kedua tangan sambil menahan muntah. Dapat
dibayangkan kalau hal itu terjadi pada Raja mereka!
Anjing kecil menyalak lagi. Kali ini tiada henti dan Ni Gatri tidak mampu
menenangkan binatang ini karena dia jatuh terduduk di tanah, sangat ketakutan
dan wajah pucat.
Wiro sendiri terjengkang di tanah dengan muka kelam. Menatap pulang balik ke
arah bagian tubuh Lemayang yang tergeletak di atas batu dan tangan kanannya yang
bergetar mengepulkan asap. Muka dan pakaiannya kotor oleh noda darah dan
potongan-potongan tulang serta daging!
Raja Mataram untuk beberapa lama menatapi kutungan tubuh Lemayang dengan mata
membeliak tubuh bergetar. Perlahan-lahan dia berpaling pada Pendekar 212 Wiro
Sableng. " Manusia kurang ajar! Kau telah memperdayai diriku dan rakyat Mataram!"
" Yang Mulia, saya tidak tahu bagaimana bisa jadi begini..."ucap Wiro sambil
mengusap muka. "
Ada satu kekuatan ......"
" Tutup mulutmu!"bentak Rakai Kayuwangi.
" Yang Mulia, kita telah salah memanggil orang! Manusia seperti ini tidak bisa
dibiarkan hidup lebih lama! Dia bisa menimbulkan malapetaka baru bagi kita
semua!" Yang bicara adalah Eyang Dukun Umbut Watukura.
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 23 dari 53
" Yang Mulia, izinkan saya membunuh keparat ini!"Klingkit Kuning tokoh silat
istana berkata sambil angkat tangan kanan yang segera berubah menjadi kuning


Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pekat siap melepas satu pukulan sakti ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Raja Mataram gelengkan kepala.
" Aku sendiri yang akan menebas lehernya!"
" Srett...! " Sri Maharaja hunus Keris Widuri Bulan yang tersisip di pinggang. Cahaya putih
terang keabu-abuan memancar dari senjata sakti itu. Masih terpisah sekitar tiga
langkah Wiro sudah merasakan hawa dingin angker senjata ditangan sang Raja.
" Yang Mulia, membunuh saya soal mudah. Tapi biar saya menjelaskan dulu!"
Raja Mataram menyeringai.
" Tidak ada yang perlu dijelaskan! Terima kematianmu saat ini juga!"
" Yang Mulia! Saya diminta datang untuk memberi pertolongan..."
" Persetan! Kau bukan menolong! Kau membantu orang-orang jahat untuk mencelakai
kami semua! Buktinya masih terkapar di atas batu sana!"Raja menghardik dan
menunjuk ke arah batu di atas mana kutungan tubuh sebelah bawah
Lemayang terkapar mengerikan!
" Yang Mulia, saya bersumpah tidak punya niat jahat. Saya tidak tahu
bagaimana...."
Raja Mataram tidak perdulikan lagi semua ucapan Wiro. Tangan kanan yang
memegang keris sakti bergerak. Cahaya putih kelabu benderang menyambar sewaktu
keris membabat ke arah leher Pendekar 212. Jangankan leher manusia, batu besar
atau batang pohon sebesar pemelukan tanganpun akan bablas!
Anehnya saat itu Wiro yang masih terduduk di tanah sama sekali tidak mampu
menggerakkan badan atau kepala untuk menyelamatkan diri. Ada satu kekuatan aneh
diluar tubuhnya membuat dia tidak bisa bergerak!
Anjing kecil meraung panjang.
Ni Gatri berteriak.
" Kakak !" Anak perempuan ini melompat, berusaha menarik tangan Wiro agar tubuhnya
menjauh, dan leher terhindar dari sambaran keris. Namun hal itu tidak mampu
dilakukan Ni Gatri.
Sekejapan lagi Keris Widuri Bulan akan menggorok batang leher Pendekar 212 tibatiba dari langit melesat satu cahaya jingga. Sesaat kemudian satu bayangan
berkelebat di lereng barat Bukit Batu Hangus. Sri Maharaja Mataram berseru
kaget. Tangan kanannya yang memegang keris dicekal oleh lima jari putih halus berkuku
ungu. Bagaimanapun Rakai Kayuwangi mengerahkan tenaga dia tidak mampu
melepaskan cekalan itu. Malah sewaktu lima jari memuntir lembut tahu-tahu Keris
Widuri Bulan telah terlepas dari genggamannya!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 24 dari 53
TUJUH SRI MAHARAJA Mataram melompat mundur sementara orang banyak yang ada di
lereng bukit berseru kaget. Wiro yang tubuhnya dirangkul Ni Gatri dan dibantu
berdiri tercengang-cengang tidak mengira.
Di hadapan Rakai Kayuwangi saat itu berdiri seorang gadis tinggi semampai
berwajah cantik sekali.
Rambut panjang tergerai lepas sepinggang. Gadis ini mengenakan pakaian warna
jingga. Tubuh dan pakaian menebar bau semerbak harum bunga melati. Dan yang
membuat semua orang terkesiap adalah ketika menyaksikan kalau si gadis hanya
memiliki satu kaki
" Kakak, itu gadis yang kejepit di bawah batu. Yang kau tolong malam tadi. Janganjangan dia datang menagih janji kaulan. Memi
nt amu j adi suami nya sekar ang j uga..." " Sshhh ... Di a dat ang menol ongku. Kal au t i dak saat i ni l eher ku sudah kena di gor ok Raja! Heran, bagaimana sekarang dia punya pakaian bagus dan berdandan apik."Wiro
menyahuti lalu bangkit berdiri.
" Namanya saja orang mau ketemu calon suami tentu semuanya serba wangi dan rapi
..."bisik Ni Gatri sambil tertawa-tawa.
" Saat-saat begini jangan bicara konyol!"Wiro tarik telinga kiri anak perempuan
ini. Ni Gatri pencongkan mulut meringik kesakitan.
Gadis berpakaian ungu berkaki satu melempar lirikan ke arah Wiro sebelum
melangkah ke hadapan Raja Mataram. Caranya berjalan seperti orang melompat.
Sampai di hadapan Raja si gadis membungkuk. Mulut berbibir merah terbuka hendak
mengatakan sesuatu namun keburu dibentak oleh Rakai Kayuwangi.
" Gadis berkaki satu! Berani muncul mencampuri urusan orang! Kau siapa"!"
" Yang Mulia Sri Maharaja Mataram. Saya mohon maaf. Bukan maksud mencampuri
urusan. Saya yang bodoh ini hanya ingin melakukan sesuatu agar tidak terjadi
kekeliruan."
Rahang Raja Mataram menggembung. Beberapa orang di sekitar tempat itu
keluarkan suara bergumam tidak senang.
" Kalau menolong penipu yang telah membunuh seorang rakyat tak berdosa dengan ilmu
celakanya! Kau malah berani merampas senjataku! Dan kau masih bisa berkata tidak
mencampuri urusan!"
" Saya mohon maafmu Yang Mulia!"Kembali gadis berkaki satu meminta maaf sambil
membungkukkan badan, yang membuat Raja Mataram tambah marah.
Si gadis melompat satu kali, membungkuk lagi lalu dengan kedua tangannya dia
mengulurkan Keris Widuri Bulan yang tadi diambilnya sebelum senjata itu sempat
menebas batang leher Pendekar 212.
" Saya minta maaf. Harap Yang Mulia mau mengambil senjata ini. Saya tidak
bermaksud..."
" Diam! Kau memperlihatkan kehebatan. Menghinaku di hadapan pengikut dan
rakyatku sendiri!"
Raja mengambil senjata itu dengan cepat. Begitu keris dipegang lalu hendak
dibabatkan ke arah dada si gadis. Namun gerakan Rakai Kayuwangi terhenti ketika
dilihatnya gadis di hadapannya tegak tak bergerak menatap dengan sepasang mata
bening dan bagus sambil mulut berucap lirih.
" Setega itukah engkau wahai Yang Mulia Raja Mataram ... ?"
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 25 dari 53
Rakai Kayuwangi masukkan keris ke dalam sarung. Mate masih mendelik
memandang ke arah gadis di hadapannya.
" Siapa kau sebenarnya" Kau menolong pemuda itu. Apakah kau. mengenainya" Apa
hubunganmu dengannya"!"
" Yang Mulia, kalaupun saya tidak mengenalnya saya tetap akan menghalangi Yang
Mulia membunuhnya."
" Gadis kurang ajar! Lekas katakan siapa kau sebenarnya"! Manusia atau mahluk
halus yang tersasar ke bukit ini"!"
" Pasti ada musuh yang mengirimnya ke sini!"Berkata Klingkit Kuning sambil usap
kepalanya yang kuning botak sementara sepasang mata membeliak garang.
" Yang Mulia, saya bernama Sakuntaladewi"
. Berkata gadis berkaki satu.
Ni Gatri memegang lengan Wiro lalu berbisik.
" Kak, namanya aneh dan kedengaran seram ya" Lebih bagus kalau dia bernama Dewi
Kaki Tunggal saja. Boleh begitu Kak?"
" Ssst , di am dul u..."Ucapan Wiro terputus ketika tiba-tiba Eyang Dukun Umbut
Wutukura berteriak.
Gadis kaki satu juga bermaksud hendak mengatakan sesuatu tapi kedahuluan sang
Dukun. " Dewa Jagat Bathara! Yang Mulia! Saya tahu! Saya baru ingat. Saya menyirap kabar
sekitar tiga minggu lalu. Dia bukan gadis baik-baik! Dia dikutuk karena berbuat
zinah dengan saudara satu ayahnya sendiri! Itu sebabnya Para Dewa merubah
tubuhnya, membuatnya hanya punya satu kaki dan menutup jalan kemaluannya!"
Kegegeran besar terjadi di lereng Bukit Batu Hangus. Semua orang tersentak dan
banyak yang keluarkan seruan kaget mendengar teriakan sang Dukun. Pendekar 212
Wiro Sableng sendiri ikut terkesiap.
Saat itu dilihatnya gadis yang oleh Ni Gatri diberi nama Dewi Kaki Tunggal
menatap ke arahnya sambil menggelengkan kepala.
Wiro mengerti maksud gelengan kepala itu. Si gadis hendak memberi tahu kalau apa
yang dikatakan Eyang Dukun Umbut Watukura adalah tidak betul.
" Yang Mulia, saya datang hanya hendak memberi tahu kalau pemuda ini tidak
bermaksud jahat. Ada satu kekuatan ......"
" Yang Mulia! Saya sangat curiga!"Garung Parawata, Panglima Balatentara atau
Pasukan Kerajaan Mataram memotong ucapan si gadis dengan, suara keras lantang.
Orang bertubuh tinggi besar berkumis melintang ini terduduk lumpuh di atas
sebuah batu besar. Namun semangat kemarahannya menyala-nyala. "
Jangan-jangan gadis kaki
satu itu adalah kaki tangan mahluk yang disebut Sinuhun Merah Penghisap Arwah,
bergundal Delapan Sukma Merah! Dia berkomplot dengan Kesatria Roh Panggilan
untuk mencelakai kita!"Selesai berucap Garung Parawata gerakkan dua tangan ke
belakang pinggang dimana tersisip dua buah bilah keris.
" Lebih dari itu!"menyambung Tabib Sepuluh Jari Dewa. "
Ingat beberapa waktu lalu
dua kakek nenek Sepasang Arwah Bisu muncul di sini" Pasti Sinuhun Merah
Penghisap Arwah telah memata-matai kita! Sekarang hanya berani mengirim dua
orang ini! Pengecut!"
" Yang Mulia, semua orang yang ada di sini. Saya dan pemuda itu tidak ada sangkut
paut dengan Sinuhun Merah Penghisap Arwah,"gadis kaki satu menerangkan.
" Srett! Sret!"
Dua keris keluar dari sarungnya!
176 Dewi Kaki Tunggal
Hal : 26 dari 53
" Yang Mulia saya harap Yang Mulia segera meringkus clan membunuh pemuda
berambut panjang itu. Gadis kaki satu biar saya yang menghabisi!"Garung Parawata
berkata dengan suara keras lantang.
Dua bilah keris sakti mengandung racun yang konon masing-masing mampu
membunuh seekor gajah raksasa dalam beberapa ketika saja, melesat laksana
sepasang anak panah lepas dari busurnya. Konon untuk cara melempar senjata itu
Garung Parawata menghabiskan waktu belasan minggu di bukit karang di pantai laut
selatan yang deras tiupan anginnya.
Keahlian Kepala Pasukan Kerajaan ini
melemparkan berbagai senjata rahasia, senjata tajam termasuk dua buah keris
sakti tidak diragukan lagi. Setiap serangan yang dilancarkan pasti mampu
mengenai sasaran dengan telak, bagaimanapun sempitnya ruang gerak dan sekalipun
sasaran nyaris tersembunyi! Itu sebabnya dia mendapat julukan "
Sepasang Tangan Kilat"
Melihat datangnya dua bilah keris menyambar berdesing ke arahnya, gadis berkaki
satu terkejut tidak menyangka. Sepasang alis hitam bagus mencuat ke atas, kening
mengerenyit dan mata bening menatap nyalang. Namun sedikitpun si gadis tidak
bergerak dari tempatnya!
" Dewi Kaki Tunggal! Awas!"Wiro berteriak luar biasa kawatir karena belum pernah
melihat orang melemparkan dua bilah keris sekaligus sehebat itu! Dalam kekawatirannya Wiro sampai menyebut nama orang seperti itu karena terpengaruh
oleh ucapan Ni Gatri tadi.
Pendekar 212 siap melepas Dewa Topan Menggusur Gunung dengan dua tangan kiri
kanan. Si gadis memandang ke arahnya dan tersenyum.
Mendadak!

Wiro Sableng 176 Dewi Kaki Tunggal di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Tam! Tam! Tam!"
Terdengar suara tambur ditimpal suara suling keras sekali. Membuat jantung
berdegup dan telinga mengiang sakit!
" Tam! Tam! Tam! Tam!"
Suara tambur semakin dahsyat. Bukit Batu Hangus bergoyang. Udara bergetar. Dua
bilah keris sakti yang hanya tinggal beberapa jengkal dari kepala dan dada gadis
kaki satu mental ke udara.
Garung Parawata berteriak marah. Hendak melompat tidak bisa karena dua kaki
lumpuh" " Tam! Tam! Tam!"Suara tambur membahana.
" Nguing-nguing-nguing!"Suara seruling menggema nyaring luar biasa!
Dua keris yang melayang ke udara berputar meliuk-liuk lalu melayang turun dengan
kecepatan kilat dan kraakk ... kraak! Dua bilah keris menancap di batu besar di
Pedang Ular Merah 5 Pendekar Rajawali Sakti 175 Manusia Lumpur Tongkat Rantai Kumala 2

Cari Blog Ini