Ceritasilat Novel Online

Janda Pulau Cingkuk 1

Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk Bagian 1


TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 164 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan Dani (solgeek)
1 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KESERAKAHAN manusia terhadap tahta, apalagi tahta yang dikuasai
secara merebut dan tidak sah, pada akhirnya bilamana kehendak Yang
Maha Kuasa berlaku maka semua kekuasaan dan keserakahan itu
akan menjadi bencana. Itulah yang terjadi dengan Nyi Harum Sarti
yang menobatkan diri sebagai Ratu Laut Utara, merampas tahta
Kerajaan Laut Utara dari tangan Ayu Lestari, yang menerima warisan
syah dari Ratu Sepuh Ratu Pertama Kerajaan Laut Utara.
Nyi Harum Sarti akhirnya menemui kematiannya di tangan Ratu
Duyung yang membekal Pedang Naga Suci 212 pemberian Sinto
Gendeng. Karena kecintaannya pada Pendekar 212 Wiro Sableng, di
saat-saat nyawa akan lepas meninggalkan jazad kasarnya Nyi Harum
Sarti masih sempat mengeluarkan ucapan yang sungguh mengharukan namun ditutup dengan kata-kata yang membuat murid Sinto
Gendeng menjadi terkesiap dan dingin sekujur tubuhnya.
Dalam keadaan tubuh bersimbah darah Ratu Laut Utara
melangkah terhuyung-huyung, berusaha mendekati Wiro. Dua langkah
dari hadapan sang pendekar dia tak mampu lagi berjalan, jatuh berlutut tapi kepala masih menatap lurus ke arah Wiro dan mulut masih
mampu keluarkan ucapan.
"Wiro. Kasih sayangku padamu bukannya loyang. Kasih sayangku padamu akan aku bawa sampai ke liang lahat. Aku sangat
berbahagia karena kau turut menyaksikan kepergianku. Walau di
dunia kita tidak bisa bersatu, aku akan menantimu di akhirat..."
Ratu Laut Utara ulurkan tangan kanan, berusaha menyentuh
wajah Pendekar 212. Namun tangan itu terkulai jatuh ke tanah. Tubuh
kaku tak bergerak tapi mulut masih sanggup mengeluarkan kata-kata
walau kali ini suara yang keluar jauh lebih perlahan, tak ada yang
mendengar kecuali Wiro.
"Kekasihku, ini bukan akhir dari satu perjalanan. Ini bukan akhir
dari segala-galanya. Kita akan bertemu lagi. Karena aku akan menitis
masuk ke dalam diri Ken Permata..."
Pendekar 212 serta merta merasa sekujur tubuh mendadak
menjadi dingin. Apa barusan dia tidak salah mendengar. Apa dalam
keadaan sekarat perempuan itu sadar akan apa yang diucapkannya"
Ken Permata adalah puteri Nyi Retno Mantili, istri mendiang Patih
Kerajaan Wira Bumi, yang selama ini dicarinya dan sekarang tidak
tahu berada di mana. (Kisah terbunuhnya Ratu Laut Utara alias Nyi
Harum Sarti oleh Ratu Duyung dapat dibaca dalam episode
sebelumnya berjudul "Cinta Tiga Ratu" sedang kematian Patih Wira
2 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Bumi dituturkan dalam serial Wiro Sableng berjudul "Bayi Satu Suro".
Patih kerajaan itu menemui ajal ditangan Pendekar 212 Wiro Sableng
dengan golok besar milik Wira Bumi sendiri).
Perlahan-lahan tubuh Ratu Laut Utara terhuyung ke depan lalu
tersungkur di tanah. Mahkota emas bertabur batu permata tanggal
dari kepala, terjatuh ke tanah. Ratu Sepuh menatap sayu ke depan.
Dengan ujung tongkat emasnya dia mengait mahkota yang jatuh lalu
menyerahkan pada Ayu Lestari.
"Akhir dari nafsu berkuasa dan keserakahan..." ucap Ratu
Pertama Kerajaan Laut Utara ini dalam hati.
Sementara semua orang terdiam dalam pikiran dan hati masingmasing tiba-tiba satu bayangan biru berkelebat Satu tendangan
melesat cepat dan deras. Tubuh tak bernyawa Ratu Laut Utara
mencelat mental lalu terkapar di tanah. Mulut dan sebagian mukanya
tampak hancur mengerikan.
Semua orang tersentak dan berseru kaget. Memandang
berkeliling mereka melihat Bidadari Angin Timur yang sejak tadi berdiri
di samping Ratu Sepuh tak ada lagi di tempat itu. Wiro ingin sekali
mengejar ke arah lenyapnya gadis berambut pirang itu. Namun dalam
keadaan seperti itu dia merasa tidak enak melakukan hal itu.
"Dia menendang kepala mayat, apakah karena ada dendam dan
sangkut pautnya dengan ucapan Ratu Laut Utara yang mengatakan
dirinya janda." Membatin murid Sinto Gendeng.
Sebelum tewas di tangan Ratu Duyung seperti telah diceritakan
sebelumnya dalam episode "Cinta Tiga Ratu", Ratu Laut Utara dengan
suara lantang setengah berteriak saat itu berkata sehingga semua
orang mendengar.
"Wiro, aku tahu kau tidak mencintai gadis bernama Ratu Duyung
yang setengah manusia dan setengah ikan itu! Aku juga tahu kau
tidak mencintai gadis berambut pirang bernama Bidadari Angin Timur
yang janda muda dari Kepala Pengawal Kesultanan Cirebon Tubagus
Kesumaputra itu!"
Murid Sinto Gendeng menggaruk kepala.
"Uuhhh..."
Bujang Gila Tapak Sakti yang sejak tadi berdiam diri tak dapat
menahan sakit, keluarkan suara mengeluh sambil pegangi bagian
bawah perutnya yang bengkak melembung akibat sengatan tubuh
kalajengking beracun yang dilepas Ning Kameswari atas perintah
Datuk Api Batu Neraka salah seorang pembantu kepercayaan Ratu
Laut Utara. Dikisahkan dalam episode "Cinta Tiga Ratu", Datuk Api
Batu Neraka menemui ajal dibunuh Jin Durna Rawana sedang Ning
Kameswari tewas ditendang Ratu Laut Utara.
"Gendut, kau tenanglah barang sebentar..." kata Ratu Sepuh
pula. 3 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bagaimana bisa tenang Nek. Kau tidak merasakan. Anuku
melembung bengkak. Sakitnya seperti ditusuki ratusan jarum api!
Delapan puluh tahun hidup di dunia baru kali ini sengsara begini rupa.
Kalau tidak percaya apa kau mau lihat sendiri"!"
Habis berkata begitu Bujang Gila Tapak Sakti hendak rorotkan
celana komprang hitamnya. Ratu Duyung cepat-cepat melengos. Ayu
Lestari melongo kaget dan memandang ke jurusan lain. Nyi Roro
Manggut mesem-mesem palingkan kepala tapi setengah-setengah
masih melirik juga.
Ratu Sepuh angkat tongkat emas di tangan kanan.
"Kalau kau berani kurang ajar, aku gedor barangmu. Kau akan
sengsara seumur-umur!"
Bujang Gila Tapak Sakti bergumam dan cemberut kesal
mendengar perabotannya akan digedor! Sambil menahan sakit dia
mundur dua langkah menjauhi ujung tongkat si nenek yang siap
disodokkan ke bagian bawah perutnya.
"Sebelum pergi aku mau bicara dulu dengan nenek satu itu."
Kata Ratu Sepuh lalu melangkah mendekati perempuan yang
berambut putihnya dikonde di atas kepala, mengenakan kebaya dan
kain putih. Inilah Nenek Cempaka, pembantu utama Ratu Sepuh
ketika dia masih menjadi Ratu Laut Utara yang pertama sebelum
menyerahkan tahta kepada Ayu Lestari. Sebelumnya ketika Nyi Harum
Sarti sang Ratu Laut Utara palsu merampas tahta memerintahkan
nenek sakti ini untuk membunuh Ratu Sepuh, dengan tongkat saktinya
yang terbuat dari Ratu Sepuh membuat Nenek Cempaka menjadi
patung, kaku tak bergerak. Namun karena masih berada dalam
sirapan ilmu hitam Ratu Laut Utara dan tadi sebelumnya dia sudah
bergerak hendak menyerang Ratu Sepuh, maka begitu bebas Nenek
Cempaka kembali lanjutkan serangannya.
Ratu Sepuh sekali lagi angkat tongkat sakti. Kini ujung tongkat
emas diarahkan tepat ke dada Nenek Cempaka sambil mulutnya
berucap. "Sudah! Sudah! Buyar! Buyar! Ilmu Hitam masuk ke dalam
tanah! Segala kebaikan masuk ke dalam darah!"
Cahaya kuning berkiblat di ujung tongkat emas. Saat itu juga
Nenek Cempaka mengeluh seperti kesakitan. Muka berubah pucat
Tenung sirapan ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat Hati yang selama ini
menguasai dirinya musnah. Begitu sadar nenek itu jatuhkan diri di
tanah sambil pegangi dua kaki Ratu Sepuh dia menangis tersedu-sedu.
"Kanjeng Sri Ratu, saya Cempaka mohon maaf dan ampunanmu
Sri Ratu. Apapun yang telah terjadi saya siap menerima hukuman."
"Menghukummu semudah aku membaliktelapak tangan. Katakan
dulu apa yang telah terjadi?" Ucap Ratu Sepuh.
"Nyi Harum Sarti, dia menenung saya dengan Ilmu Penyejuk
4 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Jiwa Pemikat Hati. Saya berusaha membebaskan diri namun dia
memiliki kekuatan ilmu hitam dia atas kemampuan saya..."
"Kalau begitu kejadiannya, kau tidak salah. Manusia yang
bersalah telah menerima hukumannya. Bangunlah!"
Ratu Sepuh dan Ayu Lestari menolong Nenek Cempaka bangkit
berdiri. Ketiga orang itu berpeluk-pelukan beberapa lama lalu Ratu
Sepuh beranjak mendekati Purnama.
"Cucuku manis, tadi kau hendak menyerangku dengan ilmu yang
luar biasa hebat. Aku baru hari ini melihatmu. Rasa-rasanya kau
bukan orang dari negeri ini. Sekarang ceritakan padaku. Nasib apa
yang menimpa dirimu hingga kesasar ke sini dan menjadi kaki tangan
Ratu Laut Utara palsu."
Seperti terhadap Nenek Cempaka, Ratu Sepuh sapukan tongkat
emas ke arah kepala Purnama. Saat itu juga Purnama mampu
menggerakkan tubuhnya kembali. Begitu bebas gadis dari alam 1200
silam ini segera melanjutkan serangannya yang tadi tertahan yakni
hendak melancarkan pukulan Kutuk Alam Gaib Lapis Ke Tujuh.
Kembali Ratu Sepuh angkat tongkat sakti, ujungnya diarahkan
ke dada kiri Purnama, mulut berucap.
"Sudah! Sudah! Buyar! Buyar! Ilmu hitam masuk ke dalam
tanah! Segala kebaikan masuk ke dalam darah!"
Purnama terhuyung-huyung, coba tertahan dan mengimbangi
diri namun akhirnya jatuh terduduk di tanah. Mulutnya keluarkan
suara mengerang. Dadanya terasa sakit Wajah yang cantik tampak
pucat Sepasang mata menatap ke arah Ratu Sepuh lalu memandang
pada orang-orang yang mengelilinginya.
Tanpa dibantu siapa-siapa gadis dari Negeri Latanahsilam ini
berdiri dan melangkah ke hadapan Ratu Sepuh. Setelah membungkuk
dalam-dalam Purnama berkata.
"Ratu Sepuh, saya menghaturkan banyak terima kasih atas
semua budi kebaikanmu hingga saat ini saya bisa bergerak dan bicara
kembali. Nama saya Purnama. Saya memang datang dari negeri asing
seribu dua ratus silam..."
"Ah, hebat sekali!" kata Ratu Sepuh dengan sepasang mata
bening memperhatikan Purnama dari ujung rambut sampai ke kaki.
"Seribu dua ratus tahun silam lalu. Dan kau masih merupakan seorang
gadis cantik jelita. Sungguh luar biasa..."
"Nek, kau keliwat memuji." Purnama memandang ke arah Wiro,
Ratu Duyung dan Nyi Roro Manggut. Lalu kembali menatap Ratu
Sepuh. "Nek, para sahabat semua, saya akan mengatakan sesuatu.
Yaitu apa yang akan terjadi dengan diri saya. Apa yang saya
sampaikan bukan merupakan pembelaan diri. Jika kalian semua
menganggap saya bersalah, saya siap menerima hukuman. Dibunuh
sekalipun akan saya terima..."
5 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Ratu Sepuh anggukan kepala. Nyi Roro Manggut manggutmanggut beberapa kali. Wiro dan Ratu Duyung diam saja sementara
Nenek Cempaka dan Ayu Lestari saling melirik.
"Soal hukuman soal kedua. Yang penting kami ingin tahu
mengapa kau berserikat dengan Ratu Laut Utara palsu. Tega
mengkhianati para sahabat. Bahkan aku dengar ada seorang nenek
sahabat kalian yang menemui ajal di kawasan laut utara..."
"Saya mohon maaf atas semua yang terjadi. Seperti Nenek
Cempaka, saya terkena sirap tenung Penyejuk Jiwa Pemikat Hati yang
diterapkan oleh Nyi Kuncup Jiwa..."
"Hemm..." Ratu Sepuh bergumam. "Berarti aku akan memberikan pengampunan atas dirimu sama dengan yang aku berikan pada
Nenek Cempaka. Tapi antara kau dan aku tidak ada ikatan apa-apa.
Hingga aku tidak bisa memberi keputusan seperti halnya dengan
Nenek Cempaka. Semua putusan akan diambil oleh teman-temanmu
yang ada di sini." Ratu Sepuh memandang pada Wiro, Ratu Duyung
dan Nyi Roro Manggut.
"Ratu Sepuh, aku memberi maaf padamu." Pendekar 212 yang
pertama kali memberikan jawaban.
"Terima kasih Wiro. Kau mau mengerti dan memaafkan diriku,"
kata Purnama pada Pendekar 212.
"Nyi Roro Manggut tiba-tiba keluarkan ucapan.
"Ratu Sepuh, mohon maaf. Juga pada semua yang ada disini.
Barusan aku mendapat perintah jarak jauh dari Nyai Roro Kidul. Aku
dan Ratu Duyung diminta menghadap untuk segera menyerahkan Batu
Mustika Angin Laut Kencana Biru yang telah kami dapatkan dan
sebelumnya dirampas oleh Ratu Laut Utara palsu."
Si Nenek membungkuk memberi hormat pada Ratu Sepuh,
Nenek cempaka dan Ayu Lestari. Pada Wiro dia layangkan ejekan
dengan pencongkan mulut Lalu tanpa menunggu lebih lama Nyi Roro
Manggut tarik tangan Ratu Duyung. Dalam waktu sekejapan saja ke
dua orang itu sudah berkelebat jauh ke arah pantai.
6 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PURNAMA tampak gelisah. Dia menatap Wiro sebentar lalu berpaling
pada Ayu Lestari, Nenek Cempaka dan Ratu Sepuh.
"Ratu Sepuh, saya sangat menyesalkan terjadinya keadaan
seperti ini. Jika semua memang sudi memaafkan saya maka saya
mohon izin pergi dari sini. Sekali lagi saya mengucapkan banyak
terima kasih atas segala budi baik Ratu Sepuh, Nenek Cempaka dan
sahabat saya yang baru Ratu Laut Utara Ayu Lestari."
Ayu Lestari dan Nenek Cempaka tersenyum mendengar ucapan
Cempaka. Namun Ratu Sepuh buru-buru berkata.
"Tunggu, jangan pergi dulu. Purnama, walau aku dan Ayu Lestari
serta Nenek Cempaka belum berunding, tapi rasanya kami bertiga bisa
sepakat untuk menawarkan sesuatu kepadamu."
"Menawarkan sesuatu" Menawarkan apa Ratu Sepuh?" tanya
Purnama. "Setelah Ratu Laut Utara Nyi Harum Sarti menemui ajal maka
kekuasaan di kerajaan Laut Utara kembali kepada pemiliknya yang
syah yaitu Ayu Lestari. Aku sebenarnya tidak ingin lagi ikut campur
urusan dunia. Apalagi yang menyangkut tahta Kerajaaan. Nenek
Cempaka sudah lama uzur dan aku yakin dia juga sama dengan aku,
tak mau lagi mengurusi segala sesuatu yang bersangkutan dengan
Kerajaan Laut Utara. Namun itu bukan berarti kami akan berlepas
tangan bilamana terjadi sesuatu dengan Kerajaan yang aku bangun


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini. Aku merasa, di masa depan keadaan akan lebih banyak tantangan.
Sebagai penguasa laut utara aku percaya Ayu Lestari akan sanggup
menghadapi semua tantangan itu. Namun betapapun dia
membutuhkan seorang pembantu sekaligus sahabat yang bisa
dipercaya. Kami bertiga, aku, Ayu Lestari, dan Nenek Cempaka telah
menemukan calon yang sangat cocok. Yaitu dirimu. Kami harap kau
jangan sampai menampik."
"Untuk beberapa lamanya Purnama tegak tertegun memandang
pada ke tiga orang di hadapannya itu sementara di samping lain
Bujang Gila Tapak Sakti goyang-goyang kepala sambil menghembushembus dan tekap bagian bawah perutnya menahan sakit. Tubuhnya
yang berwarna biru mandi keringat. Kopiah kupluk basah kuyup. Kipas
kertasnya hilang entah kemana. Serba salah akhirnya si gendut itu
duduk di bawah patung dengan dua kaki berkembang. Dada yang
gembrot turun naik, mulut meniup-niup seperti ikan. Tangan
mengipas-ngipas bagian bawah perut. Dia sama sekali tidak
perdulikan apa yang dibicarakan orang.
7 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Pendekar 212 juga terheran-heran mendengar ucapan Ratu
Sepuh. Apakah Purnama akan bersedia menerima permintaan nenek
sakti yang merupakan Ratu Laut Utara pertama itu" Selama ini dia
kian kemari tidak berumah tidak bertempat tinggal tetap. Bukankah
memang lebih baik kalau dia mau bermukim di Kerajaan Laut Utara?"
Apa yang terpikir oleh Wiro saat itu sebenarnya juga terlintas
dalam benak dan hati Purnama.
"Cucuku cantik, kau hanya tertegun. Apakah tidak akan
memberikan jawaban?" Nenek Cempaka kini yang berkata. Rupanya
dia juga sangat berkenan dengan gadis dari Latanahsilam ini.
"Saya...saya sudah menanam budi pada semua orang yang ada
di sini. Saya belum sempat membalas sudah diberikan lagi budi yang
sangat besar. Saya harus memikirkan baik-baik supaya tidak ada yang
dikecewakan. Ratu Sepuh, Nenek Cempaka dan Ayu Lestari, apakah
saya boleh diberi waktu untuk menjawab?"
"Mengapa kau tidak bisa menjawab sekarang saja, Purnama?"
tanya Ayu Lestari.
"Ratu muda sahabatku, saya masih punya satu urusan yang
harus saya selesaikan. Maafkan saya Ratu Sepuh. Maafkan saya Nenek
Cempaka. Saya harus mencari dan menemui seseorang...Mungkin dua
orang." Ratu Sepuh yang arif berkata. "Aku mengerti, aku sudah
maklum. Baiklah, kami bertiga tidak akan memaksa. Secepatnya kau
ada kesempatan temui Ayu Lestari."
"Kalau begitu apakah saya boleh minta diri sekarang?" tanya
Purnama. "Pergilah. Berlakulah hati-hati. Bukan mustahil masih ada anak
buah Nyi Harum Sarti yang tidak kita ketahui masih berkeliaran di
sekitar sini."
Purnama mengangguk, membungkuk hormat pada ketiga orang
di hadapannya lalu tinggalkan tempat itu.
Ratu Sepuh menghela napas dalam. Lalu berkata setengah
berbisik pada Ayu Lestari yang juga didengar oleh Nenek Cempaka.
"Kalau saja dia mau bergabung dengan kita atau paling tidak menunda
kepergiannya barang satu hari...Aku punya firasat dia akan menemui
halangan besar di perjalanan. Nenek Cempaka, sebentar lagi harap
kau ikuti gadis berbaju biru itu." Habis berkata begitu Ratu Sepuh
berpaling pada Wiro. "Pendekar Dua Satu Dua, apakah kau juga
hendak cepat-cepat meninggalkan tempat ini?"
Wiro tersenyum dan garuk kepala. "Tidak Ratu Sepuh. Saya
tidak akan pergi. Saya masih menunggu sampai Ratu Sepuh menolong
sahabat saya si gendut yang sejak tadi kesakitan setengah mati itu."
"Ahh... aku sampai terlupa dengan sobatmu itu. Mana coba aku
lihat apa penyakitnya." Sambil senyum-senyum Ratu Sepuh dekati
8 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Bujang Gila Tapak Sakti yang duduk dengan kaki berkembang di
bawah patung. "Anak muda yang konon sudah berusia delapan puluh
tahun. Kau memberi tahu tubuhmu sebelah bawah bengkak besar dan
sakit bukan main lalu sekujur kulit tubuhmu menjadi biru gara-gara
diantuk tujuh ekor kalajengking biru yang dilepas oleh Ning Kameswari
anak buah Ratu Laut Utara palsu."
"Aku sudah menceritakan. Apa kau mau aku bercerita lagi" Aduh
Nenek Ratu, aku sudah tidak bisa menahan sakit. Rasanya kepalaku
atas bawah mau meledak pecah!"
Ning Kameswari gadis cantik. Jangan-jangan kau bukan diantuk
kalajengking tapi diantuk gadis itu. Hik...hik...hik! Betul?" Rupanya
Ratu Sepuh pandai juga bergurau.
"Ratu Sepuh jangan bercanda. Kau bisa dan mau menolongku
apa tidak" Kalau tidak biar aku gebuk kepalaku saat ini. Mati rasanya
akan lebih baik dari pada kesakitan begini!"
"Jangan marah, apa lagi sampai nekad bunuh diri. Kalau aku
tidak bermaksud menolongmu pasti waktu dipantai aku tidak akan
menelanmu hidup-hidup. Nah, sekarang buka kakimu lebih lebar. Biar
ujung tongkatku tidak meleset menyodok bagian bawah perutmu!"
"Apa Nek"!" ucap Bujang Gila Tapak Sakti sambil cepat-cepat
tekap bagian bawah perutnya. "Kau mau menyodok perabotanku yang
lagi bengkak dan sakit setengah mati dengan tongkatmu"! Wong
edan! Kepalaku saja kau gebuk sampai pecah Nek! Biar beres
urusannya! Aku..."
Selagi Bujang Gila Tapak Sakti bicara Ratu Sepuh sodokkan
kuat-kuat ujung tongkat emasnya ke bagian bawah perut si gendut ini.
"Dukkk!"
"Dess...dess...dess!"
Bujang Gila Tapak Sakti menjerit setinggi langit. Tubuhnya
terpental ke udara. Dari bawah perutnya terdengar tiga kali letupan
disertai mengepulnya asap biru. Sebelum jatuh bergedebuk ke tanah
si gendut ini menggapai dan berpegangan pada tubuh patung Wiro
yang sedang membungkuk meneduhi tubuh patung Ratu Laut Utara.
Dua kakinya dikibas-kibas. Patung batu bergoyang-goyang menahan
berat tubuh si gendut yang ratusan kati.
Ratu Sepuh ketok pantat Bujang Gila Tapak Sakti dengan ujung
tongkat. Membuat pemuda ini terlepas pegangannya dari tubuh
patung lalu jatuh bergedebuk menungging di tanah. Dari hidung,
telinga dan mulut mengepul asap biru. Sementara dari pantat butt...
butt...butt meletup-letup suara kentut yang juga memancarkan asap
biru! Dalam keadaan menungging Bujang Gila Tapak Sakti mengerang
tiada henti.Tiba-tiba suara erangannya berhenti. Matanya yang belok
berputar-putar. Rasa sakit di bagian bawah perut mendadak
lenyap.Tubuhnya kini malah terasa sejuk membuat matanya nyaman
9 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
meram melek. "Nek, Ratu
Sepuh, kau apakan anuku...?" tanya Bujang Gila Tapak Sakti
sambil duduk di tanah. Lalu dia usap-usap bagian bawah perutnya.
Belum puas dua tangan dimasukkan ke balik celana. Meraba kian
kemari. Malah kemudian mengucak-ucak. "Eh..." Si Gendut menatap
ke arah Ratu Sepuh. "Weehhh, kempes Nek. Kau..."
Si nenek Cuma senyum-senyum. Dia mengeluarkan sesuatu dari
balik pakaian beludrunya dan melemparkan benda itu pada Bujang
Gila Tapak Sakti seraya berseru.
"Ambil!"
Bujang Gila Tapak Sakti cepat menangkap benda yang
dilemparkan.Ternyata satu kantong terbuat dari kulit binatang.
"Di dalam kantong itu ada obat bubuk. Anumu memang sudah
kempes dan sembuh. Tapi sekujur kulit tubuhmu masih tetap biru.
Bubuk di dalam kantong itu adalah obat penyembuhnya. Cara
pengobatan satu-satunya adalah seseorang harus menaburkan bubuk
itu di atas anumu lalu mengusapnya tujuh kali sesuai jumlah kelabang
yang menyengat. Sambil mengusap dia harus meniup-niup anumu.
Juga tujuh kali..."
"Kau bercanda Nek"!" tanya Bujang Gila Tapak Sakti.
"Aku menolongmu, bukan bercanda. Bujang Gila, apakah kau
sudah beristri" Maksudku jika sudah maka istrimu bisa melakukan hal
itu. Lebih cepat lebih bagus."
Bujang Gila Tapak Sakti menggeleng. Dia tetap berpikiran si
nenek tangah mengenainya.
"Aku tidak punya istri Nek."
"Kalau begitu kekasihmu saja..." kata Ratu Sepuh juga.
"Kekasihku juga aku tidak gablek Nek."
"Kalau kau tidak punya istri tidak punya kekasih berarti kau
harus mencari seorang perempuan untuk menolongmu." Kata Ratu
Sepuh pula. "Begitu?" Bujang Gila Tapak Sakti tertegun sesaat. Lalu
kepalanya dipalingkan pada Ayu Lestari. Mata belok mendelik, mulut
menyeringai. Saat itu juga pewaris syah Kerajaan Laut Utara
melompat jauh lalu secepat kilat lari ke arah pantai.
Ratu Sepuh melakukan hal sama. Sekali dia ketukkan ujung
tongkat emas ke tanah maka tubuhnya berubah menjadi buaya putih
besar, melesat tinggi ke udara lalu laksana terbang melesat ke arah
pantai sambil umbar tawa cekikikan.
Bujang Gila Tapak Sakti tampak bingung. "Celaka, bagaimana
ini. Perempuan mana..." Tiba-tiba pandangannya membentur Nenek
Cempaka. "Ah, tidak rotan akarpun jadi! Nenek ini kan perempuan
juga. Walau sudah tua tapi masih cantik..."
Si nenek yang sudah bisa meraba apa yang ada di benak Bujang
Gila tapak Sakti serta merta melangkah mundur sambil mulutnya
10 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berucap."O0...00...Tidak aku. Jangan aku." Lalu tidak menunggu lebih
lama dia segera berkelebat hendak pergi dari situ.
Namun si gendut lebih cepat. Dia berhasil mencekal tangan kiri
si nenek lalu menariknya. Sesaat kemudian Nenek Cempaka sudah
berada dalam gendongannya. Perempuan tua itu berteriak-teriak.
"Lepaskan! Lepaskan! Aku tidak mau! Aku tidak mau melakukan
itu!" "Nek, kau harus menolongku." Kata Bujang Gila Tapak Sakti
sambil membawa si nenek ke arah serumpunan semak belukar lebat.
"Tidak! Aku tidak mau!" kembali nenek Cempaka berteriak.
"Ingat Nek, ini pesan Ratu Sepuh!"
"Aku tahu! Tapi dia tidak bilang harus aku yang melakukan!"
"Jangan takut Nek. Perabotanku tidak burik. Juga tidak ada
tanduknya.Tapi bagus mulus. Masih kencang Nek! Kata orang aku
masih perjaka. Padahal aku tidak tahu apa artinya perjaka.
Ha...ha...ha!"
"Gendut kurang ajar! Kau ini bicara apa"! Lepaskan diriku!"
Bujang Gila Tapak Sakti sampai di balik semak belukar. Jeritan
nenek makin keras.
"Tolong Nek. Aku buka celanaku yah?"
"Gendut kurang ajar! Najis!"
"Nek, obatnya sudah aku taburkan. Tinggal kau usap dan kau
tiup-tiup..."
"Tidaakkk!"
"Wiro yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan tertawa
gelak-gelak. "Nenek Cempaka!" teriak Wiro. "Kata Ratu Sepuh usap tujuh
kali! Tiup tujuh kali! Jangan kurang jangan lebih! Ha...ha...ha!"
Tiba-tiba tawanya lenyap ketika pandangannya mengarah pada
dua patung yang sedang bersatu badan. Patung dirinya dengan Nyi
Harum Sarti. "Patung jahanam! Biar yang satu ini aku bereskan lebih dulu!"
Lalu murid Sinto Gendeng ini terapkan ajian Pukulan Sinar
Matahari. Begitu tangan kanan menghantam, kiblatan cahaya putih
perak panas dan menyilaukan menderu.
"Buk...!"
Hanya sekali hantam saja dua patung mesum di atas bukit kecil
Pulau Menjangan Kecil hancur berkeping-keping, sama rata dengan
tanah! Di balik semak belukar tidak terdengar lagi jeritan Nenek
Cempaka. Juga tak ada suara Bujang Gila Tapak Sakti. Wiro merasa
khawatir. "Jangan-jangan si gendut itu sudah mati konyol diremas
perabotannya!" pikir murid Sinto Gendeng. Maka dia berteriak.
11 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bujang Gila! Apakah urusanmu sudah selesai?"
Dari semak belukar tiba-tiba terdengar jawaban.
"Sedikit lagi! Jangan pergi dulu! Tunggu aku! Wah...wah.
Sobatku Wiro! Usapannya melebihi nikmatnya usapan anak gadis!
Ha...ha...ha...!Terima kasih Nek. Sekarang tiup Nek. Ingat Ratu Sepuh
yang bilang begitu.Harus ditiup.Tujuh kali! Nah...nah! Aduh enak,
asyik Nek. Sejuk sekali! Ha...ha...ha!"
12 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
RATU DUYUNG dan Nyi Roro Manggut sampai di pantai selatan Pulau
Menjangan Kecil. Dia merasa heran melihat si nenek mengambil jalan
yang tidak langsung menuju pantai tapi seperti sengaja melewati
bebukitan kecil yang penuh ditumbuhi pepohonan serta semak
belukar. Sampai di pantai Nyi Roro Manggut menyelinap ke balik
gundukan batu di belakang serumpun pohon bakau. Melihat sikap Nyi
Roro Manggut, Ratu Duyung akhirnya membuka mulut bertanya pada
si nenek. "Nyi Roro, apakah kau sungguhan menerima pesan jarak jauh
dari Junjungan kita Nyi Roro Kidul" Bahwa kau dan aku agar segera
menghadap untuk menyerahkan Batu Mustika Angin Laut Kencana
Biru?"Nenek bertubuh cebol bermata juling gelung rambut putihnya di
atas kepala. Sambil tertawa cengengesan dan usap hidungnya yang
pesek rata dia menjawab.
"Kau tahu, ini cuma akal-akalanku saja..."
"Mengapa kau berbuat begitu" Takut Bujang Gila Tapak Sakti
akan memilihmu untuk mengobati dirinya seperti yang dikatakan Ratu
Sepuh?" "Hik...hik!" Nyi Roro Manggut tertawa. "Si gendut itu pasti tidak
akan memilih diriku. Masih ada dirimu dan Ayu Lestari.Tapi terus
terang itu memang salah satu alasanku mengapa aku mengajakmu
cepat-cepat pergi. Si nenek memandang ke langit. Di arah timur
tampak kelompok awan hitam menggumpal tebal, berarak mendekati
kawasan laut di dekat pulau Menjangan Kecil.
"Kita tidak bisa meninggalkan Wiro begitu saja Nek. Aku dan dia
mati-matian berusaha mendapatkan kembali Batu Mustika Angin Laut
Kencana Biru yang kini sudah kau simpan dalam tubuhmu."
"Kau tak usah khawatir pendekar itu. Cepat atau lambat dia
akan bergabung dengan kita. Atau kau cemburu dengan Ayu Lestari?"
"Kau ini ada-ada saja Nek. Coba katakan, apa alasan lain kau
cepat-cepat mau pergi."
"Kau ingat apa yang diucapkan dengan suara keras oleh Nyi


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harum Sarti tentang dirimu dan Bidadari Angin Timur?" tanya Nyi Roro
Manggut. "Ah, itu rupanya. Terus terang aku memang merasa heran dan
tidak enak. Mengapa Nyi Harum Sarti sampai bermulut ember,
keluarkan ucapan seperti itu."
"Dia ingin mempermalukan kalian di hadapan orang banyak.
13 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Sekaligus sengaja memancing di air keruh."
"Aku memang tidak suka dengan ucapannya yang mengatakan
diriku adalah setengah manusia setengah ikan. Tapi aku pikir ujud
keadaan diriku memang dulu seperti itu. Jadi walau jengkel aku
memilih diam saja."
"Kau bisa berbuat begitu. Tapi bagaimana dengan Bidadari Angin
Timur" Kau mendengar sendiri apa yang diteriakkan Nyi Harum Sarti
pada Bidadari Angin Timur sebelum kau membunuh Ratu celaka itu
dengan Pedang Naga Suci Dua Satu Dua. Gadis berambut pirang itu
dikatakan janda muda Kepala pengawal Kesultanan Cirebon Tubagus
Kesumaputra! Tidak heran kalau Bidadari Angin Timur kemudian
menendang hancur mulut dan kepalanya walau Nyi Harum Sarti sudah
jadi mayat! Tidak kusangka Bidadari Angin Timur bisa seganas itu.
Tapi aku bisa memaklumi. Aku bicara terus terang saja. Si rambut
pirang itu cinta setengah mati pada Wiro. Dibilang janda di hadapan
Wiro apa tidak sama saja dengan kiamat bagi gadis berambut pirang
itu" Apa lagi dia pasti juga sudah menyirap kabar tentang
kedatanganmu bersama Wiro menemui Kiai Gede Tapa Pamungkas.
Kini semakin banyak penghalang baginya untuk mendapatkan
pendekar itu. Kalaupun dia tidak kawin dengan Tubagus Kesumaputra
tapi paling tidak dia sudah mau diajak ke Cirebon. Apa itu bukan
berarti pengkhianatan kalau dia memang benar-benar mengasihi
Wiro" Kalau tidak ada api mana mungkin muncul asap!"
Lama Ratu Duyung terdiam mendengar ucapan Nyi Roro
manggut. Akhirnya dengan suara perlahan Ratu Duyung berucap.
"Memang aneh dan sangat kurang ajar sikap serta ucapan Nyi
Harum Sarti. Tapi bagaimana dia bisa mengeluarkan ucapan seperti
itu. Dari mana dia tahu" Apakah benar sahabat kita Bidadari Angin
Timur janda dari Kepala Pengawal Kesultanan Cirebon bernama
Tubagus Kesumaputra itu" Setahuku Tubagus Kesumaputra
sebenarnya adalah pemuda bernama Jatilandak, putera Purnama.
Purnama sendiri di negerinya dikenal dengan nama Luhmintari. Kalau
Bidadari Angin Timur janda dari Kepala Pengawai, berarti mereka
pernah kawin. Lalu kapan kawinnya?"
"Hal siapa sebenarnya Tubagus Kesumaputra itu bagiku tidak
jadi persoalan. Yang membuat cerita jadi panjang dan sangat
membuat marah Bidadari Angin Timur ialah dari siapa Nyi Harum Sarti
alias Ratu Laut Utara palsu mengetahui kalau Bidadari Angin Timur
adalah seorang janda!"
Ratu Duyung menatap wajah si nenek beberapa saat lalu
meluncur ucapannya. "Aku ingat sekarang Nek. Ketika Nyi Harum Sarti
meneriakkan kata-kata yang sangat memalukan itu, wajah Bidadari
Angin Timur marah membesi. Rahang menggembung. Dua tangan
terkepal. Dia seperti mau menguyah Nyi Harum Sarti sampai lumat
14 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun sekilas aku melihat juga
bagaimana dia melirik tajam penuh kebencian pada Purnama. Kalau
ucapan Nyi Harum Sarti benar, aku yakin Bidadari Angin Timur punya
prasangka atau tuduhan bahwa Purnamalah yang telah menebar
fitnah..."
"Bagaimana kalau itu bukan fitnah, tapi sebenarnya terjadi?"
tanya Ratu Duyung yang agaknya terpengaruh dengan ucapan si
nenek: Kalau tidak ada api mana mungkin muncul asap. (Mengenai
kisah "jandanya" Bidadari Angin Timur harap baca episode sebelumnya
berjudul "Badai laut Utara") Lalu gadis cantik bermata biru itu
menambahkan. "Kalau dipikir-pikir sebenarnya Purnama juga adalah
seorang janda dari perkawinannya yang terputus dengan ayah
puteranya yang bernama Jatilandak itu. Wiro tahu benar riwayat gadis
itu." Kepala si nenek manggut-manggut berulang kali. "Bidadari
Angin Timur memang pernah lama tidak muncul sejak beberapa waktu
belakangan ini. Kemana menghilangnya" Pergi ke Cirebon. Kawin di
sana Lalu bagaimana ceritanya kemudian menjadi janda" Aneh!"
"Aku sendiri pernah tahu Nek," kata Ratu Duyung pula.
"Jatilandak pernah menyelamatkan Bidadari Angin Timur ketika
hendak diperkosa oleh satu mahluk dari negeri asalnya. Mahluk itu
berjuluk Hantu Muka Dua. Memang agaknya rasa saling menanam
budi cukup alasan kalau mereka mau menikah. Tapi mengapa kita
para sahabat sampai tidak mengetahui peristiwa perkawinan itu?"
(riwayat hampir diperkosa Bidadari Angin Timur oleh Hantu Muka Dua
baca serial Wiro Sableng berjudul "RumahTanpa Dosa").
Nyi Roro Manggut kembali angguk-anggukan kepala. Sepasang
matanya yang juling menatap ke arah pantai dimana berjejer
beberapa perahu kayu dan jukung yang keadaannya sudah setengah
lapuk karena lama ditinggalkan dan tidak dipergunakan lagi oleh
pemiliknya. Dia kembali memandang ke langit. Lalu berkata.
"Langit tampak hitam. Agaknya sebentar lagi hujan lebat akan
turun disertai angin kencang. Mungkin badai."
Baru saja si nenek berkata begitu di langit sebelah barat kilat
menyambar di susul gelegar guntur.
Ratu Duyung tidak perdulikan keadaan cuaca yang berubah
cepat."Nyi Roro, aku ingin tahu mengapa tadi kita tidak langsung
menuju ke pantai. Kau sengaja melewati jalan berputar yang lebih
jauh. Mengapa kau berbuat begitu?"
"Aku tidak ingin kehadiran kita di sini diketahui orang atau
dilihat orang-orang itu..."
"Orang-orang siapa maksudmu Nyi Roro Manggut?" tanya ratu
Duyung pula. 15 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Bidadari Angin Timur dan Purnama."
"Bidadari Angin Timur sudah lebih dulu pergi dari kita. Tak
mungkin masih berada di pulau ini."
Nyi Roro Manggut menggeleng.
"Dia masih berada sekitar pulau ini. Dia tengah menunggu
seseorang. Aku punya firasat sesuatu akan terjadi di sekitar tempat
ini. Pasang matamu baik-baik dan pentang telingamu tajam-tajam.
Sayang cermin saktimu sudah hancur. Tapi coba kau kerahkan Ilmu
Menembus Pandang..."
Baru saja si nenek keluarkan ucapan tiba-tiba dari balik sebuah
pulau kecil muncul satu perahu. Penumpangnya mengenakan pakaian
biru tipis, rambut pirang panjang melambai lepas tertiup angin. Sekalikali dia mencelupkan tangan ke dalam air. Perahu melesat deras di
permukaan laut. Di satu tempat sejarak belasan tombak dari pantai
perahu dihentikan, terombang ambing dipermainkan ombak kecil.
Perlahan-lahan penumpang di atas perahu bangkit, tegak sambil
rangkapkan dua tangan di atas dada. Mata menatap tajam ke arah
pantai. "Bidadari Angin Timur..." bisik Ratu Duyung.
"Benar," sahut Nyi Roro Manggut. "Dia tengah menanti
kedatangan seseorang. Orang itu aku yakin sebentar lagi akan berada
di tempat ini. Aku harap Bidadari Angin Timur tidak mengetahui
kehadiran kita di balik batu karang ini."
"Purnama!" tiba-tiba gadis berambut pirang berpakaian biru tipis
yang berdiri di atas perahu di tengah laut berteriak lantang. "Aku tahu
kau berada di tepi pantai. Jangan bersembunyi! Aku sudah cukup lama
menunggu kemunculanmu! Cepat unjukkan diri! Ada yang perlu kau
jawab sebelum aku menghabisi dirimu!"
"Dugaanku tidak keliru!" kata Nyi Roro Manggut. "Tapi aku tidak
menduga Bidadari AnginTimur punya dendam begitu hebat hingga dia
ingin membunuh Purnama!"
"Kau bilang apa yang terjadi sama dengan kiamat bagi gadis itu.
Dan Purnama sangat tersangkut dengan kejadian tersebut." Ucap Ratu
Duyung pula. Dia berpaling ke kanan. "Aku mendengar desiran angin.
Aku melihat sesuatu berkelebat di balik deretan pohon kelapa sebelah
sana..." bisik Ratu Duyung.
Saat itu juga terlihat seorang perempuan berpakaian biru pekat,
rambut digulung di atas kepala, berlari laksana terbang ke arah
pantai. Ternyata dia adalah Purnama alias Luhmintari ibu dari
Jatilandak alias Tubagus Kesumaputra.
Purnama angkat tangan kirinya ke arah Bidadari Angin Timur
yang berada dia atas perahu.
"Bidadari Angin Timur! Aku tahu kau akan menungguku. Aku
tidak sembunyi. Justru aku memang ingin menemuimu agar bisa
16 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
diajak bicara! Antara kita mungkin telah terjadi kesalah fahaman!"
"Bukan mungkin! Bukan juga kesalah fahaman! Seseorang telah
menghina mempermalukan diriku akibat fitnah yang berasal dari
mulutmu!" "Aku akan menerangkan padamu duduk perkaranya! Kita
bersahabat sejak lama Aku tidak akan bermulut keji seperti yang kau
duga. Sesuatu telah terjadi pada diriku!"
"Perempuan liar dari negeri najis!" teriak Bidadari Angin Timur.
"Jika kau memang ingin bicara sebelum kematianmu, tunjukkan
kehebatanmu! Datang temui aku di sini! Kita bicara di tengah laut ini!"
Ditantang begitu rupa Purnama tidak tinggal diam. Dia melirik ke
arah deretan perahu di tepi pasir. Secepat kilat dia melompat
mendekati salah satu perahu lalu mendorong ke dalam laut. Begitu
berada di dalam air dia terus berenang sambil mendorong perahu. Dua
gerakan kakinya yang sebat membuat perahu terdorong pesat di atas
permukaan air. Ketika tinggal beberapa tombak lagi dari perahu yang
ditumpangi Bidadari Angin Timur baru Purnama melompat ke atas
perahu. Aneh, kepala, tubuh, dan pakaian tidak ada yang basah. Gadis
ini telah melindungi tubuh dan pakaian dengan ilmu yang
mengeluarkan cahaya biru bergemeriap.
Begitu berdiri di atas perahu yang kini berdampingan dan hanya
terpisah dengan perahu Bidadari Angin Timur sejarak dua jengkal,
Purnama segera keluarkan ucapan.
"Sahabatku Bidadari Angin Timur, kalau kita bicara aku harap
kita bicara dengan kepala dingin walau hati panas..."
"Hentikan bicara manismu!" Bentak Bidadari Angin Timur.
"Antara kita tidak ada lagi jalinan persahabatan. Karena kau telah
membuka aib diriku
yang nyata-nyata adalah fitnah dan
menyampaikannya pada Ratu Laut Utara keparat bernama Nyi Harum
Sarti itu!"
"Aku tidak mengingkari. Aku memang bicara tentang keadaan
dirimu setelah gagalnya pernikahanmu dengan Kepala Pengawal
Kesultanan Cirebon bernama Tubagus Kesumaputra itu! Nyi Harum
Sarti berusaha mengorek banyak keterangan dariku. Dan aku bicara
dalam keadaan pikiran tidak waras akibat ilmu Penyejuk Jiwa Pemikat
Hati yang disirapkan seorang nenek anak buah Nyi Harum Sarti atas
diriku..."
"Aku tidak peduli ilmu setan apapun yang ditenungkan pada
dirimu. Kau tidak bisa membantah kenyataan bahwa sumber fitnah
yang sangat keji memalukan itu berasal dari mulutmu!"
"Aku mengakui hal itu. Namun harap kau bisa mengerti..."
"Tutup mulutmu! Jangan terlalu banyak bicara! Aku hanya ingin
tahu satu hal lagi! Dari mana kau mengetahui peristiwa gagalnya
17 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pernikahanku dengan Kepala Pasukan Kesultanan Cirebon yang
sebenarnya adalah anak kandungmu sendiri!"
"Berita baik berita buruk berjalan secepat angin bertiup," jawab
Purnama tanpa mau berterus terang siapa orang yang menjadi sumber
cerita peristiwa itu. Seperti diketahui Purnama mendapat penjelasan
langsung dari puteranya sendiri yaitu Jatilandak alias Tubagus
Kesumaputra. "Kuharap kau mau bersikap penuh pengertian. Walau
aku menyadari buruknya diriku ini aku sebenarnya adalah bekas
mertuamu juga..."
Mendengar kata-kata Purnama itu wajah Bidadari Angin Timur
berubah merah. Rahang menggembung. Dada seperti mau meledak.
Sepasang mata berkilat-kilat. Dari mulutnya menyembur tawa
melengking panjang yang diakhiri dengan suara mendengus.
"Perempuan jahanam! Kau bukan saja terpesat dari negeri
hantu! Tapi juga membuat keonaran di tanah Jawa! Aku tidak pernah
nikah dengan anakmu! Aku tidak pernah merasa jadi janda seperti
yang kau fitnahkan!"
"Bidadari Angin Timur, aku bersedia bersujud minta maaf
padamu. Bukankah lebih baik kita lupakan saja persoalan ini" Semua
terjadi bukan karena kemauan kita. Ini gara-gara kejahatan Ratu Laut
Utara palsu bersama kaki tangannya!"
"Hebat dan pandai sekali kau mencari kambing hitam!" Tukas
Bidadari Angin Timur. "Memang bukan terjadi karena kemauankulTapi
kemauan busukmu!" Teriak Bidadari Angin Timur. Kepala disentakkan.
"Wutt!"
Rambut pirang laksana tabasan golok menyambar ke arah leher
Purnama. Jangankan leher manusia, patung batupun akan dibabat
putus oleh tebasan rambut pirang yang berubah menjadi kaku keras
laksana lempengan besi!
Selagi Purnama menjauhkan diri untuk menghindari serangan
Bidadari Angin Timur kembali lancarkan serangan susulan berupa
pukulan tangan mengandung hawa sakti dan tenaga dalam tinggi!
Bagi dua orang yang memiliki kepandaian yang sudah mencapai
puncaknya, bertarung di daratan adalah satu hal yang biasa. Tapi
berkelahi di atas perahu kayu yang mengambang di atas laut sungguh
merupakan kejadian yang sangat langka. Walau memiliki kesaktian
serta tenaga dalam tinggi, tapi jika tidak berbekal ilmu meringankan
tubuh yang luar biasa, kedua petarung bisa sama-sama celaka!
"Dukkk!"
Tangan kanan Bidadari Angin Timur yang melancarkan pukulan
ke arah dada beradu dengan lengan kanan Purnama yang dipergunakan untuk menangkis sekaligus dipakai mendorong sebagai serangan
balasan. Dua gadis cantik sama-sama terpekik. Tangan bergetar hebat
18 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dan membekas merah biru. Tubuh mereka serentak terhuyung ke
belakang akibat keras beradunya dua tangan. Dalam keadaan seperti
itu dengan gerakan kilat mengandalkan ilmu meringankan tubuh
tinggi. Keduanya melompat ke udara. Sambil melayang turun untuk
menjejakkan kaki di atas lantai perahu mereka kembali menabur
serangan. Purnama melepas pukulan Menahan Raga Menyerap Tenaga.


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan ilmu ini dia mampu membuat lawan menjadi lemas tak
berdaya. Jelas gadis dari Latanahsilam ini tidak berniat untuk
mencelakakan lawan.
Sebaliknya Bidadari Angin Timur yang sudah nekad hendak
menghabisi Purnama menghantamkan dua tangan ke arah lawan. Dua
larik sinar biru berkiblat Ilmu kesaktian ini tidak bernama, Nyi Kuncup
Jingga pernah mengatakan bahwa sambaran dua cahaya biru itu
adalah Pedang Biru Liang Akhirat. (Baca "Cinta Tiga Ratu")
Laksana sepasang pedang, dua cahaya biru dengan ganas
menyambar ke arah kepala dan dada Purnama. Bila dua cahaya biru
mengenai sasaran maka kepala dan dada Purnama akan terbelah!
Di saat bersamaan kilat kembali menyambung di langit dan
guntur menggelegar dahsyat. Selagi dua gadis yang bertarung belum
sempat menjejakkan kaki dan serangan masing-masing belum saling
bentrokan tiba-tiba angin deras turun bergemuruh, bertiup dahsyat
membuat air laut membuntal membentuk gelombang luar biasa besar!
Dalam keadaan seperti itu dua buah perahu kayu tiba-tiba
melesat dari arah pantai. Orang yang berperahu di sisi kanan
berteriak. "Bidadari Angin Timur! Purnama! Jangan tolol bertarung
melawan sahabat sendiri! Semua bisa diselesaikan dengan saling
bicara!" Tapi gelombang luar biasa besar keburu menghantam. Empat
perahu mencelat ke udara, hancur berkeping-keping. Nyi Roro
Manggut cepat melesat menyambar tangan Bidadari Angin Timur
sementara Ratu Duyung berusaha menggapai pinggang Purnama.
Namun keduanya luput! Ketika gelombang kedua menyapu dan hujan
serta angin menderu ganas sementara udara menjadi gelap, ke empat
orang itu tidak kelihatan lagi!
*** 19 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KETIKA Nyi Roro Manggut dan Ratu Duyung siuman, mereka
dapatkan diri terbujur di atas pasir pantai Menjangan Kecil.
"Astaga, apa yang terjadi dengan diriku!" ucap si nenek seraya
bangkit duduk. Dia memandang dan meraba dada sendiri, merasa lega
karena mengetahui Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru milik Nyai
Roro Kidul masih berada dalam tubuhnya. Di sebelahnya duduk Ratu
Duyung sambil mengibas-ngibas rambut yang basah, sepasang mata
menatap ke arah laut yang kini berada dalam keadaan tenang. Di atas
pasir keping kayu hancuran perahu bertebaran dipermainkan ujung
ombak sementara langit cerah tak berawan. Sang surya condong jauh
ke barat, memancarkan cahaya kekuningan pertanda saat itu hari
telah sore. "Ada badai waktu kita hendak mencegah Bidadari Angin Timur
dan Purnama saling berbunuhan." Ratu Duyung keluarkan ucapan.
"Nyi Roro, menurutmu apakah badai itu merupakan badai setan
jejadian seperti yang kita alami sebelumnya?"
"Jin pencipta badai yaitu Durna Rawana sudah menemui ajal.
Yang tadi adalah badai sungguhan." Jawab Nyi Roro Manggut. "Kita
berdua tergeletak tak sadarkan diri cukup lama di tempat ini."
Ratu Duyung bangkit berdiri, menarap ke arah laut lepas. Selain
pulau-pulau kecil dia tidak melihat apa-apa lagi.
"Nek, hatiku sangat kawatir. Apa yang terjadi dengan Purnama
dan Bidadari AnginTimur. Jangan-jangan selagi kita tergeletak pingsan
di sini kedua orang itu telah saling berbunuhan. Sama-sama menemui
ajal!" "Kalau mereka memang sama-sama sudah menemui ajal. Ada
dua kemungkinan. Pertama tubuh mereka hancur berkeping-keping.
Berarti kita tidak akan menemui jazad utuh mereka. Kemungkinan
kedua jenazah mereka masih dalam keadaan utuh tapi tenggelam ke
dasar laut. Paling cepat butuh waktu satu hari satu malam jenazah
keduanya baru muncul mengambang di permukaan laut. Apakah kita
akan menunggu" Kita masih banyak urusan penting yang harus segera
dilaksanakan."
"Kita tidak bisa menunggu selama itu, Nek. Selain itu aku
merasa sangat perlu menemui Wiro terlebih dulu."
Nyi Roro Manggut tidak menjawab melainkan menatap diam
dengan matanya yang jereng ke arah laut
"Apa yang ada dalam pikiranmu Nek?" tanya ratu Duyung.
"Aku coba mengingat-ingat..." jawab si nenek pula. "Sewaktu
20 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
gelombang besar menghantam kita, yaitu sebelum kita mampu
mencegah terjadinya saling serang pukulan sakti antara Purnama dan
Bidadari Angin Timur, aku sekelebatan melihat satu benda putih
panjang muncul dari dalam laut, melesat di dalam gulungan
gelombang, menyambar ke arah kita..."
"Aku tidak melihat benda itu Nyi Roro," kata Ratu Duyung pula.
"Bisa saja kau tidak melihat Namun aku berpikir, bila cuma
gelombang besar yang menghantam kita, tidak mungkin kita sampai
terkapar pingsan sekian lama di tepi pantai ini. Aku yakin benda putih
panjang itulah yang melepas kekuatan dahsyat membuat kita
terpental hingga tidak sadarkan diri."
"Kalau begitu ucapanmu, bisa saja dua sahabat kita itu telah
mengalami celaka oleh benda itu. Tapi benda putih aneh itu mahluk
apa gerangan?"
"Aku punya dugaan. Tapi kawatir kalau kesalahan..." ucap si
nenek perlahan.
"Katakan saja padaku Nek. Masa kau tidak percaya aku akan
menjaga rahasia?"
"Nanti saja. Ini bukan perkara percaya atau tidak percaya."
Jawab Nyi Roro manggut.
Sambil meraba pinggang pakaian di bagian dimana dia
menyimpan gulungan Pedang Naga Suci 212 Ratu Duyung berkata.
"Kalau begitu sebelum matahari tenggelam sebaiknya kita
kembali dulu ke bukit menemui Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti. Lalu
dengan mengandalkan Batu Mustika Sakti bersama-sama kembali ke
daratan Jawa..."
Mendadak ucapan ratu Duyung terputus. Gadis itu terpekik.
"Ada apa"!" tanya Nyi Roro Manggut tersentak kaget.
"Pedang Naga Suci!" sahut Ratu Duyung dengan wajah berubah
pucat. "Pedang sakti bergulung itu lenyap! Sebelumnya aku simpan di
balik pinggang sini!"
"Celaka! Pasti ada yang mencuri ketika kita dalam keadaan
pingsan!" Si nenek lalu membantu memeriksa dan mencari senjata
sakti itu namun tidak berhasil ditemukan.
Ratu Duyung terduduk lemas di atas pasir. Mengusap wajah
berulang kali. "Apa yang akan kita lakukan sekarang" Kemana harus
mencari pedang sakti itu" Senjata itu titipan orang, bukan milikku! Ah
mengapa musibah buruk selalu datang tidak berkeputusan.
Sebelumnya batu mustika sakti. Kini pedang sakti..."
"Kita sedang apes," ujar Nyi Roro Manggut pula. "Pedang itu
bukan cuma sekedar titipan, tapi lebih penting dari itu adalah tanda
ikatan jodohmu dengan murid Sinto Gendeng."
Ratu Duyung diam saja. Wajahnya yang tadi pucat kini bersemu
merah mendengar kata-kata si nenek. Ucapan Nyi Roro Manggut
21 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membuat hatinya jadi tambah gelisah tambah kawatir.
"Bagaimana kalau kita menyelidik dulu ke bukit kecil di dalam
pulau" Siapa tahu Wiro masih ada di sana." Ratu Duyung akhirnya
berkata. Kedua orang itu segera kembali ke atas bukit tempat dimana
mereka sebelumnya bertemu dengan Ratu Laut Utara Nyi Harum Sarti
dan Ratu Sepuh. Namun mereka tidak menemui siapapun di situ.
Bahkan patung Wiro dan Nyi Harum Sarti juga telah musnah berubah
menjadi kepingan bertabur sama rata di atas tanah. Sesaat setelah
matahari tenggelam dan malam segera turun Nyi Roro Manggut
berkata. "Kita sudah mencari hampir di seluruh pulau kecil ini. Kau telah
mengerahkan ilmu Menembus Pandang. Tapi sia-sia saja semua
usaha. Tidak seorangpun ada di pulau ini. Lebih baik kita kembali ke
pantai selatan."
"Nyi Roro, kau berangkatlah duluan ke Kerajaan Laut Selatan.
Temui Nyi Roro Kidul dan sampaikan permohonan maafku. Aku tidak
bisa ikut bersamamu. Aku harus mencari dan menemukan Pedang
Naga Suci Dua Satu Dua terlebih dulu."
Nyi Roro Manggut terdiam mendengar ucapan Ratu Duyung itu
lalu bertanya."Kau mau mencari kemana pedang sakti itu?"
"Aku juga tidak tahu Nyi Roro. Mudah-mudahan Yang Maha
Kuasa memberi petunjuk."
"Dengar ratu Duyung." Ucap si nenek sambil pegang bahu gadis
bermata biru. "Dugaanku ada dua kemungkinan. Pedang itu memang
dicuri orang ketika kau tergeletak pingsan di atas pasir. Atau bisa juga
terlempar jatuh ke dalam laut sewaktu kita dihantam gelombang besar
dan kibasan benda putih panjang."
"Aku akan berusaha menyelidik. Apapun yang terjadi Pedang
Naga Suci Dua Satu Dua harus didapatkan kembali."
"Aku bisa mengerti tindakanmu. Aku akan memberi tahu Nyai
Roro Kidul apa yang terjadi. Aku pergi Sekarang. Hati-hatilah..."
Ratu Duyung mengangguk.
"Kau juga hati-hati Nek," kata si gadis.
Nyi Roro Manggut letakkan tangan kanannya di atas dada
dimana tersimpan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru. Sekati dia
menghentakkan kaki kanan ke atas pasir pantai, tubuhnya melesat ke
udara lalu melayang laksana terbang ke arah selatan.
APA yang terjadi dengan Purnama dan Bidadari Angin Timur"
Pada saat badai muncul dan gelombang besar menghantam, baik
Purnama maupun Bidadari Angin Timur telah sama-sama sempat
melepas pukulan sakti. Purnama melancarkan pukulan Menahan Raga
Menyerap Tenaga yang tidakakan mencelakai lawan, hanya sekedar
membuatnya tidak berdaya. Sebaliknya Bidadari AnginTimur yang
22 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membekal amarah serta dendam kesumat besar menghantam dengan
serangan mematikan yaitu pukulan ilmu Pedang Biru Liang Akhirat.
Walau saat badai menghantam dan membuat kedua gadis itu
sama-sama terlempar namun serangan mereka lepas masih sempat
menghajar ke arah lawan. Akibatnya memang sangat berbahaya. Yaitu
Bidadari Angin Timur akan lemas tak berdaya seluruh tubuh
sementara Purnama bisa jadi menemui ajal paling tidak ada bagian
tubuhnya yang terbabat putus atau terkoyak lebar!
Pada saat itulah benda putih panjang muncul dari dalam air laut,
berkelebat ke atas di antara dua gadis yang barusan sama-sama
melepas pukulan sakti. Kibasan dahsyat benda putih itu sanggup
membuat Bidadari Angin Timur dan Purnama terpental lebih jauh.
Meskipun demikian dua gadis tetap mengalami cidera.
Bidadari Angin Timur menjerit keras ketika dia merasa tubuh
sebelah kanannya mulai dari ujung jari tangan sampai ke bahu dan
terus ke kaki menjadi lemas tak bisa digerakkan lagi. Ketika
gelombang besar menghantam dirinya tak ampun gadis ini amblas
masuk ke dalam laut. Walau dia memiliki ilmu bisa bertahan lama di
dalam air yang didapat dari Kiai Gede Tapa Pamungkas namun dalam
keadaan separuh tubuh cidera berat seperti itu dia tak mungkin
menggantungkan nyawanya pada ilmu tersebut Ketika megap-megap
muncul di permukaan air, dia berusaha dan masih sempat menggapai
dengan tangan kiri sekeping papan pecahan perahu. Dia tidak
menyadari kalau ada benda melekat di atas kepingan papan yang kini
menjadi gantungan hidupnya itu. Lalu gelombang kembali
menghantam tubuhnya hingga terpental dan diseret jauh ke arah
barat.Akan halnya Purnama, gadis dari alam gaib 1200 tahun silam ini
dalam keadaan terpental masih sanggup selamatkan diri dari salah
satu cahaya biru yang menyambar ke arahnya. Namun sambaran
cahaya biru kedua tak mampu dielakkan. Laksana pedang membabat
cahaya biru masih sempat menyambar pinggulnya sebelah kiri. Darah
mengucur dari luka besar di pinggul. Air laut sekitar situ tampak
kemerahan. Dia sulit menggerakkan diri, apa lagi berusaha berenang
mencapai pantai. Sebelum pingsan gadis ini berusaha sedapatnya
melafatkan ajian bernama Empat Penjuru Air Alam Gaib. Dengan ilmu
ini, jika dia mampu membacakan manteranya sampai selesai maka
tubuhnya akan mengambang di atas air. Berarti kehidupannya kini
tinggal tergantung kemana arus air laut membawa menghanyutkan
tubuhnya. 23 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MALAM Jum'at Kliwon di tanah Jawa. Malam Jum'at yang sama di
Pulau Andalas. Langit cerah tak berawan, dihias bulan sabit. Saat itu
lewat tengah malam. Di tepi Danau Maninjau, di atas sebuah batu
datar dialas selembar kulit kambing putih, Datuk Rao Basaluang Ameh
Pendekar Pedang Sakti 21 Dewa Arak 03 Cinta Sang Pendekar Pedang Bunga Bwee 1

Cari Blog Ini