Ceritasilat Novel Online

Janda Pulau Cingkuk 3

Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk Bagian 3


pisau dan golok serta pedang, sampai pada busur panah biasa dan
panah api. Lalu ada pula senjata yang bisa meletus yang disebut bedil
itu. Jumlahnya sekitar dua puluh pucuk.
Setelah berganti pakaian Hang Damar minta si pemuda
mengikuti mendaki sebuah bukit kecil. Dua belas orang anggota
perompak tidak lagi mengawal. Mereka menyebar ke berbagai arah.
Ketika mencapai puncak bukit matahari telah menggelincir ke
barat pertanda siang mulai memasuki petang. Memperhatikan ke
depan si pemuda hampir tak percaya dengan penglihatannya. Bagian
bukit yang membentang di hadapannya merupakan satu pedataran
rumput. Sejarak tiga puluh langkah dari tempatnya berdiri
menghampar satu kebun bunga ditumbuhi berbagai macam bunga
yang saat itu sedang berkembang mekar. Lalu banyak pohon buahbuahan yang tumbuh berselang seling dan ditata rapi. Dikelilingi oleh
taman bunga itu terdapat sebuah mesjid kecil lengkap dengan menara
perak yang diatasnya terpancang bulan sabit yang juga terbuat dari
perak berkilat.
"Kalau ini adalah sarangnya bajak laut Pulau Cingkuk maka
sungguh diluar dugaan. Ada taman...ada pohon bebuahan, ada
mesjid..." Si pemuda berkata dalam hati.
Hang Damar pegang bahu anak muda yang tegak terkagumkagum. "Santri muda," katanya. Saat ini sholat zuhur sudah datang.
Pergilah sembahyang di mesjid kecil itu. Selesai sholat pergilah ke
pohon cemara laut yang tumbuh lima berderet di sebelah timur sana.
Jika pimpinan bersedia menemuimu dia akan mendatangimu di tempat
46 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
itu. Jika tidak maka kau harus segera meninggalkan pulau ini."
"Paman, terima kasih. Sejak kedatangan saya kau telah banyak
menolong. Juga terima kasih saya diperkenankan boleh bersembahyang di mesjid yang bagus itu."
"Mesjid adalah rumah Tuhan. Siapa saja boleh melakukan ibadat
di sana." Habis berkata begitu Hang Damar yang bertelanjang dada
segera memutar tubuh. Dua kali kakinya melangkah maka dia telah
berada jauh di arah bukit sebelah selatan.
Si pemuda geleng-geleng kepala.
"Kalau semua penjahat seperti dia rasanya dunia ini akan amanaman saja..." Seperti yang dipesankan Hang Damar, selesai
menunaikan sholat zuhur santri muda dari Kesultanan Banten itu
segera menuju bukit sebelah timur dimana tumbuh berderet lima
pohon cemara laut. Di tempat itu udara terasa sejuk karena angin
bertiup sepoi-sepoi basah. Sementara menunggu si pemuda
melangkah mundar mandir di samping lima pohon cemara. Setiap dia
melangkah di samping pohon cemara sebelah tengah kakinya terasa
menginjak tanah yang bagian bawahnya kosong.
"Ada rongga, mungkin juga lobang besar di bawah tanah ini,"
pikir si pemuda. Dia memperhatikan berkeliling. Di samping kanan
deretan lima pohon cemara tumbuh subur pohon kembang berbentuk
terompet berwarna kuning. Selain bentuknya yang indah kembang itu
menebar bau harum semerbak. Tiba-tiba pandangan matanya melihat
ada satu batu hitam menonjol di bagian bawah pohon bunga terompet.
"Aneh, batu itu kelihatan bersih. Sepertinya sering disentuh..."
Karena ingin tahu si pemuda melangkah mendekati. Saat itulah
bahunya dipegang orang. Ketika dia tersentak kaget dan berbalik,
yang memegang ternyata adalah sang paman, Hang Damar Hantu
Laut Selat Sunda.
"Ah, paman kiranya. Apakah..."
"Kau beruntung. Pimpinan bersedia menemuimu. Sebentar lagi
dia datang." Kata Hang Damar.
Baru saja ucapan dikeluarkan tiba-tiba dari balik pohon cemara
paling ujung kiri kelihatan satu bayangan seseorang berpakaian
merah. Sesaat kemudian di hadapan si pemuda telah berdiri sosok
elok tinggi semampai seorang perempuan yang tubuh dan pakaiannya
menebar bau wangi. Perempuan ini mengenakan pakaian ringkas
warna merah. Kepala dan wajah ditutup sehelai kain merah. Yang
kelihatan hanya sepasang mata bening tajam bercahaya. Di balik
punggung menonjol gagang sebilah pedang berbentuk kepala binatang
yang tak jelas apa adanya karena tertutup sejenis lapisan tebal
bergerunjul berwarna hijau pekat.
Setelah menatap beberapa ketika, si pemuda keluarkan ucapan.
"Paman, apakah saya berhadapan dengan pimpinan...?" Hang
47 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Damar mengangguk.
Si pemuda cepat-cepat memutar diri menghadap lurus-lurus,
kitab dikempit di ketiak kanan lalu rundukkan tubuh dan rapatkan dua
tangan di depan kepala.
"Saya sangat berterima kasih pimpinan mau menemui saya.
Harap sudi menerima salam hormat saya."
Sepasang mata perempuan berpakaian dan bercadar merah
memperhatikan si pemuda tak berkesip. Untuk beberapa lama dia
tegak diam tertegun tak bergerak. Dada berdebar. Hati terucap.
"Kalau saja kulitnya tidak lebih putih, tubuhnya tidak lebih langsing
dan rambutnya tidak lebih pendek... Bagaimana mungkin wajahnya
bisa mirip dengan...Ah! Apakah pandangan mataku yang menipu"
Pikiranku yang berkhayal atau hatiku yang mengada-ada?"
Si pemuda sadar kalau dirinya diperhatikan berusaha balas
memandang. Namun dia hanya bisa melihat sepasang mata bagus
yang bercahaya, tidak mampu menembus cadar merah untuk melihat
wajah yang terlindung. Hatinya berkata. "Jadi inilah perempuannya
yang menyebut diri Janda Pulau Cingkuk. Pimpinan bajak laut yang
selama ini malang melintang di kawasan Salat Sunda. Sungguh sulit
aku pencaya. "Pimpinan, inilah pamuda yang mengaku santri dari Kesultanan
Banten. Dia datang membawa surat dari Panembahan Maulana Yusuf.
Minta dipertemukan oangan piiiipman.
"Jadi kau seorang santri" Betul?"
"Betul sekail, pimpinan. Saya mohon maaf kalau..."
"Apakah kau punya nama?" tanya perempuan bercadar merah.
"Nama saya Aji Triyasa." Jawab si pemuda.
"Apa"!" Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda keluarkan ucapan
kaget "Ada apa ayahanda Hang Damar?" si cadar merah bertanya
Kini sang santri muda yang jadi kaget. "Dia menyebut si dada
berbulu ayahanda Jadi Hang Damar adalah ayah Janda Pulau Cingkuk"
Turut yang aku dengar bukan begitu ceritanya. Lantas mengapa dia
menyebut ayahanda."
"Aji Triyasa! Tunggu dulu!" kata Hang Damar pula. "Aji
Triyasa...Aji Triyasa..." Lelaki bertubuh besar berusia enam puluh lima
tahun itu mengusap wajahnya sambil menyebut nama si pemuda
berulang kali. Otaknya berusaha mengingat-ingat. Tiba-tiba dia
berseru."Kau...Kau bukan seorang santri! Aku ingat sekarang!
Wajahmu! Namamu! Kau adalah salah seorang keponakan Sultan
Banten! Kau seorang Pangeran Kesultanan Banten!"
Mendengar ucapan Hang Damar, sang pimpinan alias Janda
Pulau Cingkuk secepat kilat melompat. Sekali bergerak tangan kirinya
telah menjambak rambut panjang sekuping si pemuda yang bernama
48 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Aji Triyasa. Tangan kanan yang dipentang lurus pancarkan cahaya biru
redup, siap dihantamkan ke kening si pemuda. Tangan itu bisa
berubah jadi palu godam, juga bisa merupakan mata pedang luar
biasa tajam. Sekali menggeprak kepala Aji Triyasa bisa remuk atau
terbelah! "Siapa kau adanya! Aku tidak peduli kau keponakan Sultan atau
keponakan setan! Katakan apa maksud kedatangan menemui diriku!"
Janda Pulau Cingkuk bicara dengan suara keras namun sepasang
matanya tidak lepas dari menatap si pemuda bernama Aji Triyasa. Dan
setiap dia memandang dadanya terasa berdebar.
Hang Damar tidak tinggal diam.
"Pimpinan, serahkan pemuda ini pada saya! Kemungkinan besar
dia tengah melakukan tugas mata-mata!" Hang Damar Hantu Laut
Selat Sunda dengan satu gerakan cepat menelikung tangan kanan Aji
Triyasa hingga kitab yang dikempitnya terlepas jatuh ke tanah. Dalam
keadaan tangan ditelikung ke punggung dan bisa patah malahan
tanggal jika dia berani melawan, si pemuda hanya mampu meringis
kesakitan. "Kalau saya telah melakukan kesalahan, betapa pun kecilnya
saya ikhlas menerima hukuman. Tapi saya yakin saya tidak melakukan
apa-apa. Jangankan melakukan, berpikir jahatpun tidak ada dalam
benak dan hati saya. Panembahan Maulana Yusuf bukankah sudah
menerangkan dalam suratnya maksud kedatangan saya adalah untuk
menemui pimpinan."
"Aji Triyasa! Katakan apa maksudmu menemui pimpinan kami!"
bentak Hang Damar.
"Saya akan mengatakan. Tapi langsung pada pimpinan. Saya
tidak ingin ada orang lain berada di tempat ini. Saya tidak ingin ada
orang lain ikut mendengar apa yang akan saya sampaikan."
Mendengar ucapan si pemuda, Janda Pulau Cingkuk dengan
cepat menggerakkan tangan. Saat itu juga sekujur tubuh, tangan
serta kaki Aji Triyasa menjadi kaku tak bisa digerakkan. Kini dia hanya
mampu bicara saja.
"Ayahanda, tak usah kawatir. Silahkan meninggalkan tempat ini.
Kalau nanti dia bicara kurang ajar akan saya robek mulutnya!"
"Hati-hati pimpinan," kata Hang Damar pula. Walau dirinya
disebut ayahanda namun terhadap Janda Pulau Cingkuk dia tetap
memanggil pimpinan. Dengan melangkah mundur dia menjauhi ke dua
orang itu. Setelah Hang Damar berada sejauh hampir dua puluh tombak
Janda Pulau Cingkuk keluarkan ucapan.
"Sekarang hanya kita berdua di tempat ini! Katakan rahasia apa
yang kau bawa. ke hadapanku. Awas kalau kau berani bicara kurang
ajar!" 49 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Maafkan saya pimpinan. Pertama saya tidak tahu harus
memanggilmu apa..."
"Orang-orang memanggilku Janda Pulau Cingkuk. Apa sulitnya
bagimu memanggilku dengan nama itu?"
"Terus terang rasanya saya tidak suka menyebutmu dengan
nama itu. Tapi jika kau yang menyuruh...Ah, bagaimana ini. Biar saya
memanggilmu sahabat saja..."
"Sudah, jangan banyak mulut! Jangan bicara bertele-tele!
Katakan maksudmu menemui diriku." Bentak Janda Pulau Cingkuk.
"Sahabat, sebelum mengatakan saya mohon beribu maaf. Saya
datang menemuimu untuk meminang dirimu sebagai istri..."
"Manusia kurang ajar! Beraninya kau...!"
Janda Pulau Cingkuk angkat tangan kanannya.
"Plaakkk!"
Satu tamparan keras mendarat di muka Aji Triyasa.
Saking kerasnya tamparan tubuh Aji Triyasa yang berada dalam
keadaan kaku akibat totokan sampai melintir. Untung tidak terbanting
roboh. Darah meleleh dari luka di sudut kiri bibir. Melihat apa yang
terjadi Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda segera mendatangi.
"Pimpinan, ada apa"!" Matanya membeliak merah menyorot.
Sepuluh jari tangan yang berwarna hitam dipentang.
"Ayahanda, silahkan kembali ke tempatmu. Saya belum habis
bicara dengan orang satu ini."
"Kau yakin tidak akan apa-apa kutinggal sen-dirian"Mtanya
Hang Damar. "Dia masih dalam keadaan tertotok. Ayahanda tidak perlu
kawatir." Janda Pulau Cingkuk mengangguk.
Setelah Hang Damar kembali ke tempatnya semula Janda Pulau
Cingkuk cabut pedang yang tersembul di balik punggung. Senjata ini
bentuknya aneh. Penuh dengan gerunjulan tebal berwarna hijau mulai
dari ujung lancip sampai ke gagang. Pedang yang memancarkan
cahaya hijau redup ini diletakkan di atas bahu kiri Aji Triyasa. Setiap
kejap mata pedang menempel di leher siap menggorok jebol leher
pemuda dari Banten itu!
Si pemuda tersenyum. Membuat Janda Pulau Cingkuk jadi geram
dan membentak. "Manusia konyol! Mengapa kau tersenyum"!"
"Saya sudah dalam keadaan tertotok. Sahabat masih mau
mengancam dengan golok terhunus. Apa perlunya" Apalagi saya
datang membawa maksud baik, tidak ada kejahatan yang saya
sembunyikan."
Dibalik cadar merah wajah Janda Pulau Cingkuk berubah merah.
"Aji Triyasa, sekalipun kau keponakan Sultan Banten, apa kau
kira aku tidak berani menghabisimu"!"
50 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Sahabat, saya tahu kau seorang berhati mulia. Tidak mungkin
akan menggorok batang leher saya."
"Siapa bilang?" Jawab Janda Pulau Cingkuk sambil menekan
mata pedang ke leher si pemuda.
"Saya yang bilang. Karena ada banyak hal yang sahabat ingin
tahu dari saya!" Jawab Aji Triyasa pula.
"Nyawa ikan di sekitar pulau ini lebih berharga dari nyawamu!"
"Begitu" Ya sudah, silahkan sahabat membunuh saya sekarang
juga! Kalau saya sudah mati silahkan dipanggang, diberi bumbu. Pasti
tubuh saya lebih sedap rasanya dari ikan sekitar pulau ini."
"Kurang ajar!"
Rahang Janda Pulau Cingkuk menggembung. Matanya
membeliak namun tangan kanannya yang memegang gagang pedang
hijau tidak bergerak.
"Berpenampilan halus, bicara halus dan sikap sopan! Tapi
mengapa sikapnya hampir sama konyol dengan manusia satu itu!"
Janda Pulau Cingkuk menggeram dalam hati.
51 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SAHABAT, mengapa kau ragu mem bunuhku" Aji Triyasa bertanya.
"Diam! Jangan banyak mulut!" bentak Janda Pulau Cingkuk.
"Kalau begitu perintahmu mulai saat ini saya tidak akan bicara.
Saya akan diam seribu bahasa. Anggap saja kau bicara dengan
patung!" "Benar-benar kurang ajar! Katakan apa maksudmu mau
meminang diriku jadi istrimu" Kau sengaja hendak menghinaku"!" Aji


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Triyasa diam saja. "Hai! Ayo bicara! Mengapa bungkam"!" Si pemuda
tetap membisu. Janda Pulau Cingkuk ketukkan gagang pedang hijau
ke kening si pemuda hingga benjut dan kucurkan darah. Aji Triyasa
mengerenyit kesakitan tapi tetap tidak keluarkan suara. Diam-diam
perempuan di hadapannya jadi merasa kasihan.
"Aku bertanya mengapa kau tidak menjawab"!"
"Tadi kau memerintahkan agar saya tutup mulut. Apa sekarang
sudah boleh bicara?" Aji Triyasa akhirnya bicara juga.
"Manusia konyol! Kau mau bicara apa"!"
"Sahabat, jika kau mau menerima pinanganku maka kau telah
berbuat satu kebajikan besar."
"Enak saja kau bicara! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?"
"Saya mau sendiri. Selain itu memang ada dorongan dari
Kesultanan Banten dalam rangka mencari jalan yang terbaik untuk
menghentikan perompakan di Selat Sunda."
"Aku tidak mengerti maksudmu!" kata Janda Pulau Cingkuk pula.
"Kalau begitu saya akan menjelaskan. Sahabat, sebelum kau
menjadi pimpinan para bajak Selat Sunda, banyak kerugian baik harta
maupun nyawa manusia yang telah jadi korban. Setelah kau jadi
pimpinan memang korban nyawa tidak ada lagi, tapi penjarahan tetap
meraja lela di perairan Selat Sunda. Semua ini mendatangkan
kerugian sangat besar bagi Kesultanan Banten serta penderitaan bagi
rakyat. Hubungan dagang dengan beberapa negeri asing menjadi,
terhenti, dan rusak. Kami memang mendengar kabar ada sebagian
barang jarahan dijadikan uang dan dibagi-bagi untuk membantu
rakyat miskin" Tapi apakah itu ada manfaat dan pahalanya" Menolong
orang dengan barang haram" Sultan ingin semua kejahatan itu
dihentikan. Saya sendiri melihat tempatmu bukan di sini atau di
tengah lautan. Kami semua yakin kau berasal dari orang baik-baik.
Karena itu kami bersepakat meminangmu, menjadikan kau sebagai
istri saya. Jangan lihat kedudukan saya sebagai Pangeran keponakan
Sultan, itu tidak ada arti apa-apa. Saya sama dengan manusia lainnya,
52 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sama dengan dirimu. Yang penting kau bisa merubah jalan hidup,
menjadi seorang perempuan dan istri baik-baik. Sultan akan memberi
pengampunan pada seluruh anak buahmu. Mereka dipersilahkan
datang ke Banten dan tinggal di sana Mereka juga boleh memilih
tempat kediaman baru yang mereka inginkan. Semua barang jarahan
yang ada di tangan mereka silahkan dibagi-bagi sebagai modal hidup
baru. Yang penting Selat Sunda menjadi aman, tidak ada lagi
pembajakan, tidak ada lagi perompakan. Jika kau mau melakukan itu,
bukankah itu satu kebajikan yang sangat besar?"
"Aku seperti bermimpi!" kata Janda Pulau Cingkuk lalu tertawa
panjang. "Sahabat, kau tidak bermimpi. Yang kau hadapi adalah
kenyataan!" Kata Aji Triyasa pula.
Janda Pulau Cingkuk geleng-gelengkan kepala.
"Luar biasa! Mula-mula kau muncul mengaku sebagai seorang
santri. Lalu kenyataannya kau adalah keponakan Sultan Banten.
Sekarang kau memperlihatkan dirimu seolah-olah seorang sunan yang
tengah menebar ajaran agama."
"Sahabat, jangan kau salah mengira. Untuk menebar kebaikan
seseorang tidak perlu menjadi Sunan lebih dahulu."
"Kau pandai bicara! Aku tidak suka pada manusia yang pandai
bicara!" "Sahabat, kau boleh saja tidak suka pada saya. Tapi saya akan
tetap ingin meminangmu untuk dijadikan istri."
"Orang tololpun bisa tahu kalau kau hanya menjalankan siasat
busuk!" "Tidak sahabat, aku tidak berdusta. Kau akan tetap menjadi
penguasa kawasan Laut Selatan bersama sekian ratus anak buahmu
bagiku tak jadi apa. Tapi apakah itu ada artinya bagimu" Apakah itu
tujuan hidupmu" Sementara jalan baik penuh kebajikan dan
ketentraman terbentang luas di hadapanmu. Dengar, siapapun kau
adanya, aku benar-benar menginginkan kau menjadi istriku."
"Seorang pemuda yang masih jaka mau kawin dengan seorang
janda" Hik...hik!"
"Apa salahnya?" jawab Aji Triyasa.
"Kita tidak pernah berkenalan sebelumnya. Kau tidak pernah
melihat wajahku!"
"Itu betul.Tapi aku yakin, bahkan hakkulyakin kau sahabat
adalah seorang yang cantik jelita dan berhati mulia."
"Bagaimana kalau nanti kau lihat wajahku yang buruk?"
"Saya tetap akan meminangmu."
"Konyol sekali" Ucap janda Pulau Cingkuk.
Aji Triyasa tertawa.
"Apakah kau akan memperlihatkan wajahmu pada saya?"
53 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Pemuda itu bertanya.
"Kau akan menyesal!" kata Janda Pulau Cingkuk pula.
"Insya Allah tidak," jawab si pemuda.
"Kalau begitu buka matamu lebar-lebar!" Janda Pulau Cingkuk
berucap lalu dia singkapkan kain merah yang menutupi seluruh
wajahnya. Maka kelihatanlah satu wajah yang dipenuhi koreng
bernanah, luar biasa mengerikan dan menjijikan.
"Tukak nanah!" kata Aji Triyasa menyebut penyakit di wajah
Janda Pulau Cingkuk dengan wajah mengerenyit terkesima.
Janda Pulau Cingkuk tutup kembali wajahnya dengan cadar
merah. "Kau sudah lihat wajahku! Apakah kau masih tetap hendak
meminangku?"
Lama Aji Triyasa terdiam dan masih memandangi wajah yang
sudah tertutup kain merah itu. Perlahan-lahan si pemuda anggukkan
kepala dan keluarkan ucapan.
"Saya tetap ingin sahabat menjadi istri saya."
Janda Pulau Cingkuk terperangah dan tersurut satu langkah!
"Kau seorang pangeran, seorang keponakan Raja. Tapi otakmu
agaknya tidak waras. Kasihan sekali..."
"Terimakasih sahabat berkata begitu. Saya ingin mendengar
jawaban dari sahabat atas pinangan saya. Jika sahabat..."
"Pemuda sinting! Dengar dulu ucapanku!" hardik Janda Pulau
Cingkuk. "Aku telah membuat aturan. Siapa saja yang melihat
wajahku maka dia tidak akan pernah meninggalkan pulau ini untuk
selama-lamanya."
"Tadi saya telah minta di bunuh. Saya ikhlas menemui kematian
di tangan sahabat..."
Janda Pulau Cingkuk sarungkan pedang hijau lalu angkat tangan
kiri memberi tanda pada Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda.
"Ada apa pimpinan?" tanya Hang Damar begitu sampai di
hadapan Janda Pulau Cingkuk.
"Ayahanda, lemparkan manusia satu ini ke Pulau Kerikil. Jangan
diberi minum, jangan diberi makan! Jangan dilepas totokannya! Kita
tunggu sampai dia berteriak minta ampun atas kekurang ajarannya!"
Hang Damar membungkuk tanda siap menjalankan perintah. Dia
lalu bersuit tiga kali. Enam orang anggota bajak segera berdatangan
ke tempat itu. Hang Damar lantas berikan perintah yang sama seperti
diucapkan Janda Pulau Cingkuk. Aji Triyasa digotong beramai-ramai ke
arah pantai tanpa pemuda itu keluarkan sepotong ucapanpun. Dia
hanya sempat menatap dengan pandangan mata sayu ke arah Janda
Pulau Cingkuk. Perempuan itu tidak berani balas menatap melainkan
memandang berkeliling. Pandangan kemudian membentur kitab milik
Aji Triyasa yang jatuh dan tergeletak di tanah.
54 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Janda Pulau Cingkuk lalu membungkuk mengambil kitab itu,
memperhatikan sebentar. Dia sangat tertarik namun tidak mampu
membaca kitab yang bertuliskan huruf Arab gundul itu.
"Ayahanda, saya tahu ayahanda mengerti bahasa dan tulisan
Arab. Apakah ayahanda bisa membaca kitab ini"
Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda segera mengambil kitab
yang diberikan Janda Pulau Cingkuk. Setelah dia membalik-balik dia
mengangguk. "Saya bisa membacanya pimpinan." "Kitab apa itu?"
"Pimpinan, saya tidak tahu apa isi kitab ini. Namun di bagian
depan tertulis Kasih Allah Sepanjang Zaman, Kasih Ibu Sepanjang
Jalan, Kasih Anak Sepanjang Penggalan."
Setelah mendengar nama kitab itu, Janda Pulau Cingkuk terdiam
beberapa lama. Lubuk hatinya bersuara pilu. Apakah selama ini aku
mengingat dan dekat kepada Allah. Aku tidak tahu siapa ibuku bahkan
kedua orang tuaku. Kemudian perempuan itu berkata.
"Ayahanda, maukah ayahanda tolong menyalinkan isi kitab ini ke
daiam bahasa Jawa Kuno?"
"Untuk pimpinan saya akan melakukan apa saja," jawab bekas
penguasa kawasan laut Selat Sunda.
MALAM hari di atas pembaringan. Janda Pulau Cingkuk dapatkan
dirinya sulit memincingkan mata. Dia selalu teringat kejadian siang
tadi. Masih terbayang olehnya bagaimana tatapan sepasang mata
pemuda bernama Aji Triyasa itu ke arahnya ketika dia digotong untuk
di bawa ke Pulau Kerikil.
"Aku tahu semua yang dikatakan pemuda itu adalah benar.Tapi
niatnya untuk menjadikan diriku sebagai istri... Dia sebenarnya
menginginkan diriku atau menginginkan lenyapnya perompakan di
Selat Sunda" Mungkin kedua-duanya. Dia... apakah dia mencintai
diriku" Mustahil. Aku belum pernah bertemu sebelumnya. Tadi siang
dia telah melihat wajahku. Dan dia masih saja menginginkan diriku
jadi istrinya. Apakah dia... Apakah dibalik ini semua ada satu tipu
daya" Aku mengetuk keningnya dengan gagang pedang hingga
benjutdan berdarah! Ah... Dan kini dia berada di Pulau Kerikil. Seorang
diri dalam keadaan tertotok tak berdaya. Dia seorang Pangeran. Dia
pasti kedinginan, haus dan juga lapar. Apakah aku telah berlaku
kejam?" Djbuncah oleh berbagai macam pikiran dan duga-duga dalam
hati menjelang pagi baru Janda Pulau Cingkukdapat memejamkan
mata dan tertidur. Itupun dia tidak bisa pulas lama karena sebelum
fajar menyingsing dia sudah terbangun. Begitu bangun ingatannya
kembali pada pemuda bernama Aji Triyasa.
Akhirnya dengan diam-diam tanpa diketahui seorangpun
termasuk Hang Damar Hantu Laut Selat Sunda melalui jalan rahasia
55 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Janda Pulau Cingkuk menyeberang ke Pulau Kerikil yang terletak tak
seberapa jauh dari Pulau Cingkuk.
Pulau Kerikil merupakan pulau paling kecil di kawasan kepulauan
Rakata. Disebut Pulau Kerikil karena di pulau itu hanya ada timbunan
batu kerikil setebal lutut.Tak ada tetumbuhan, tak ada air bahkan
binatangpun tak ada yang hidup di situ. Konon
timbunan batu kerikil itu terjadi dan berasal dari Pulau Rakata
besar yang meletus dan memuntahkan bebatuan termasuk batu kerikil
ke kawasan sekitar.
Ketika Janda Pulau Cingkuk sampai di pulau itu dan berkeliling
sampai tiga kali namun dia tidak menemukan orang yang dicari.
"Aneh, apakah dia tidak sampai ke sini. Atau berhasil melarikan
diri?" Perempuan itu dudukkan diri di atas tumpukan batu kerikil.
Janda Pulau Cingkuk sengaja menunggu sampai sang surya
terbit. Begitu matahari menyembul dan keadaan di pulau menjadi
terang, sekali lagi dia mengelilingi pulau itu namun tetap saja dia tidak
menemukan Aji Triyasa.
"Kalau dia ternyata seorang mata-mata, aku harus bersiap-siap.
Pasukan Kesultanan Banten bisa saja menyerbu secara tidak
terduga..."
Ketika perahu Janda Pulau Cingkuk perlahan-lahan meninggalkan Pulau Kerikil, salah satu lapisan tebal tumpukan kerikil
tampak bergerak-gerak. Sesaat kemudian menyeruak muncul satu
kepala, memandang tersenyum ke arah perahu yang makin menjauh.
"Janda Pulau Cingkuk, ternyata kau tidak bisa melupakan diriku.
Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya. Aku hanya menuruti petunjuk
Panembahan Maulana Yusuf yang mendapat penjelasan dari Sultan
Banten bahwa kau adalah seorang perempuan muda cantik jelita.
Masih muda dan cantik. Bagaimana jalan ceritanya kau menyebut diri
sebagai seorang janda?"
56 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KITA kembali ke pulau Menjangan Kecil. Setelah dengan terpaksa
menolong menyembuhkan "barang antik" Bujang Gila Tapak Sakti
untuk beberapa lama Nenek Cempaka terduduk ditanah, mata
terpejam, wajah pucat dan dada berdebar. Seumur hidup nenek tidak
pernah menyangkali akan mendapat pengalaman luar biasa seperti ini.
Bujang Gila Tapak Sakti rapikan celana gombrangnya. Usap-usap
bagian bawah perut. Untuk beberapa lama dia pandangi si nenek
dengan perasaan iba. Dia tahu tadi waktu mengusap dan meniup
'barang antiknya!' si nenek kelihatan biasa-biasa saja, tetapi
sesungguhnya dia telah menguras tenaga dalam dan hawa sakti. Itu
sebabnya si nenek tampak kuyu lunglai seperti tubuh yang tidak
bertulang. Sambil mesem-mesem murid Sinto Gendeng dekati Bujang Gila
Tapak Sakti lalu berbisik.
"Dut, kau harus berterima kasih pada nenek itu. Kalau dia tidak
menolong seumur-umur barangmu akan melendung bengkak dan
berwarna biru. Sakit dari pagi sampai malam, dari malam sampai
pagi!" Si gendut mengangguk.
"Aku akan melakukan sesuatu. Mudah-mudahan cukup imbal
sebagai pembatas budi baiknya." Bujang Gila Tapak Sakti lalu dekati si
nenek yang masih duduk tak bergerak dan pejamkan mata. Dua
telapak tangan digosokan satu sama lain. Dari sela-sela telapak
tangan mengepul asap kelabu disusul menebarnya hawa dingin.
Perlahan-lahan Bujang Gila Tapak Sakti berlutut dihadapan
Nenek Cempaka. Beberapa lama mulutnya komat kamit merapal satu
aji kesaktian. Kemudian dua telapak tangan diusapkan ke wajah si
nenek, terus ke kepala dan rambut sambil mulut berucap.
"Nek, aku Bujang Gila Tapak Sakti berterima kasih padamu
karena kau telah menyembuhkan anuku yang bengkak dan biru.
Semoga Tuhan selalu memberkahimu..."
Dua tangan Bujang Gila Tapak Sakti memang memiliki kesaktian
luar biasa. Bukan saja mampu menyembuhkan cacat bekas luka, atau
membentuk dan membuat sesuatu dari batu dan kayu, tapi juga
seperti apa yang dilakukannya terhadap nenek Cempaka, orang
kepercayaan Ratu Sepuh Penguasa Laut Utara. Hanya saja ilmu yang
satu ini sangat jarang dikeluarkannya.


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu diusap mukanya maka wajah si nenek yang tadinya loyo
dan keriput kini menjadi kencang bagus tidak beda seperti perempuan
yang masih berumur tiga puluh tahun. Selesai kepala dan rambut
diusap maka rambut yang tadinya putih tergulung kini menjadi hitam
57 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tergerai. Nenek Cempaka telah berubah menjadi seorang perempuan
muda yang cantik jelita!
Murid Sinto Gendeng terperangah dan geleng-geleng kepala dan
melihat apa yang terjadi sementara Nenek Cempaka masih terduduk
picingkan mata.
"Ayo kita cepat pergi," bisik Bujang Gila pada Wiro. "Kalau dia
keburu sadar siapa dirinya sekarang habis kau digusalnya. Sewaktu
masih nenek saja hebat bukan main. Apa lagi sudah muda seperti ini.
Hik...hik!"
Sambil menahan tawa kedua orang itu segera tinggalkan
perempuan tua yang kini berubah muda itu. Di tengah jalan
sementara berlari Wiro ingat sesuatu. Dia pegang lengan Bujang Gila
Tapak Sakti dan bertanya.
"Sobatku gendut, apakah kau tidak kelupaan sesuatu?"
"Kelupaan apa?" tanya Bujang Gila Tapak Sakti.
"Kau mengusap wajah dan rambut hingga nenek itu kini jadi
perempuan muda cantik jelita. Tapi kau tidak mengusap dadanya."
"Maksudmu?"
Tanya Bujang Gila kurang tanggap. "Maksudku wajahnya wajah
perempuan muda tapi dadanya masih peot rata..."
Bujang Gila Tapak Sakti hentikan lari. Berpikir-pikir lalu tertawa
lebar. "Kau betul Wiro. Ah, kasihan nenek itu. Aku harus kembali..."
"Kurasa tidak perlu. Kapan-kapan kalau kau ketemu dia lagi kau
bisa melakukan hal itu. Merubah dadanya yang rata peot menjadi
padat menonjol..."
"Tapi aku bisa melakukan dari sini," kata Bujang Gila Tapak
Sakti pula. "Cuma harus memakai perantara. Yaitu dengan cara
mengusap dadamu tapi membayangkan si nenek. Mari, aku pinjam
dadamu sebentar..."
Lalu Bujang Gila Tapak Sakti gosokkan dua telapak tangan satu
sama lain. Seperti tadi asap putih mengepul dan udara terasa dingin.
Dua telapak tangan ditempelkan ke dada Wiro, diusap-usap sambil
mulut merapal berkomat-kamit. Pikiran membayangkan dada dan
wajah si nenek.Tapi celakanya si gendut melakukan hal yang keliru.
Dia membayangkan dada dan wajah Wiro.
"Wuttt!"
"Breett!"
Dada baju hitam Pendekar 212 robek kiri kanan.
Dua buah benda putih mencuat dari balik robekan. Murid Sinto
Gendeng berseru kaget, mulutnya menganga mata membeliak.
"Gendut! Kau melakukan apa" Mengapa dadaku jadi begini"!"
Bujang GilaTapak sakti tak kalah kejutnya. Matanya yang belok
membeliak. 58 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Astaga! Aku melakukan kesalahan!" Ucap Bujang Gila Tapak
Sakti lalu tertawa gelak-gelak.
"Jangan tertawa! kembalikan dadaku ke asalnya!" Teriak Wiro
yang saat itu dadanya telah berubah menjadi seperti dada perempuan,
besar dan kencang!
"Tunggu...sabar! Akan aku perbaiki. Akan aku betulkan!"
Bujang Gila Tapak Sakti kembali gosok-gosok dua telapak
tangan. Begitu asap mengepul dua tangan diletakkan di atas dada
Wiro dan diusap-usap. Kali ini karena dadanya berbentuk dada
perempuan Wiro jadi kegelian dan mengeliat-geliat.
"Kalau kau tidak bisa diam nanti keliru lagi!" Kata Bujang
GilaTapak Sakti pula.
Wiro terpaksa berusaha diam menahan geli.
"Nah sudah! Beres! Dadamu sudah kembali ke bentuk asal.
Begitu saja repot!" Wiro menunduk sambil pegang dadanya. Dia
merasa keanehan lain kini. Cepat-cepat baju hitam dibuka lalu
berteriak keras.
"Bujang Gila sialan! Jangan membuat aku marah! Lihat!"
Si gendut terperangah, sampai tersurut mundur satu langkah.
Dada sang pendekar dilihatnya telah berubah menjadi dada seorang
nenek-nenek, peot rata dengan dua puting hitam besar ayun-ayunan!
Bujang Gila tak dapat menahan tawa bergelaknya. Dia akan
terus tertawa kalau tidak dijambak dan dkepalkan tinju oleh Wiro.
"Guraumu sudah keterlaluan!" kata Wiro yang ketakutan kalau
bentuk dadanya tidak bisa kembali seperti semula. "Kau tahu, aku
punya ilmu yang disebut Menahan Darah Memindah jazad. Kau mau
kantong menyan dan burung hantumu aku pindahkan ke jidat"!"
"Sobatku gondrong! Jangan segila itu! Semua ini terjadi secara
tidak sengaja Tenang, tenang. Akan aku kembalikan. Pasti...Lihat
saja." Lalu untuk ke tiga kalinya Bujang Gila Tapak Sakti gosokkan dua
telapak tangan. Asap putih mengepul lagi. Hawa dingin kembali
menebar. Sedikit agak tegang si gendut usapkan dua tangannya ke
dada sang pendekar. Sesaat kemudian dua payudara peot datar
lenyap. Keadaan dada Wiro kembali ke bentuk semula.
SEBELUM Wiro dan Bujang Gila Tapak Sakti mencapai pantai
tiba-tiba turun badai. Dalam cuaca buruk dan gelap kedua orang itu
memaksa jalan terus. Akibatnya arah yang mereka tuju yakni bagian
selatan pulau jadi bergeser mendekati bagian timur. Ketika akhirnya
mereka sampai di pantai yang salah badai baru berhenti.
"Tidak ada perahu, tidak ada nelayan. Sebentar lagi malam
datang. Kita terpaksa menunggu sampai pagi. Tidak ada gubuk,
berarti kita akan tidur di pantai ini dalam udara dingin ditambah
guyuran embun."
59 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Berkata Pendekar 212 Wiro Sableng sambil menggaruk kepala.
"Soal udara buruk perlu apa ditakutkan. Kau merasa dingin, aku
malah mulai merasa kepanasan. Kipas kertasku hilang entah kemana."
Bujang Gila Tapak Sakti yang memang lekas merasa kepanasan
dan keringatan sementara orang lain kedinginan, buka kopiah
hitamnya lalu dikipas-kipas ke wajahnya yang keringatan.
"Sobatku gondrong, perihal perahu tidak usah dikawatirkan. Kau
boleh ngorok dimana kau suka. Kalau kau bangun aku sudah membuat
dua perahu untuk kita layari malam ini juga. Cuma kita mau menuju
kemana?" "Aku masih ada satu urusan besar yang belum rampung," jawab
Wiro. "Soal perkawinanmu dengan Ratu Duyung yang aku dengar kini
bernama Intan itu?"
Wiro tertawa lalu gelengkan kepala.
"Aku harus mencari Nyi Retno Mantili dan mempertemukan
perempuan itu dengan anaknya yang bernama Ken Permata. Menurut
ceritamu kau pernah bertemu Nyi Retno. Lalu diserang oleh seorang
kakek bernama Demang Cambuk Item yang ternyata datang bersama
Serikat Tiga Momok yang mau memakan hati, jantung serta ginjal Nyi
Retno Mantili..."
"Aku sial sekali waktu itu," menyahuti Bujang Gila Tapak Sakti
sambil usap mukanya yang keringatan. "tereka berhasil membawa lari
Nyi Retno. Ketika aku
bertemu Purnama, gadis dari negeri seribu dua ratus tahun silam
itu memberi tahu kalau Nyi Retno ditolong oleh Manusia Paku
Sandaka. Katanya perempuan itu dibawa ke tempat kediaman gurunya
untuk dinikahi."
"Hah! Apa" Manusia Paku Sandaka Arto Gampito hendak
menikahi Nyi Retno"!"
"Itu yang diceritakan Purnama. Purnama mendapat tahu hal itu
dari puteranya bernama Jatilandak. Kabarnya Jatilandak telah menjadi
Kepala Pasukan di Kesultanan Cirebon. Kau cemburu atau patah hati
kalau Nyi Retno Mantili kawin dengan Manusia Paku?" tanya Bujang
Gila Tapak Sakti sambil senyum-senyum. "Ini adalah aneh!"
"Aneh bagaimana?" tanya Wiro.
"Nyi Retno pernah bilang padaku kalau ayah Kemuning, boneka
kayu itu adalah dirimu! Apa tidak aneh kalau manusia punya anak
boneka kayu" Memangnya kau apakan perempuan itu?"
Wiro tertawa gelak-gelak lalu menggaruk kepala.
"Sebetulnya," kata Bujang Gila tapak Sakti pula. "Kalau Kakek
Segala Tahu tidak menyuruh aku ke laut utara bergabung denganmu,
mungkin aku sudah pergi menyelidik dan mencari Nyi Retno Mantili."
"Kita sudah tahu siapa yang membawa Nyi Retno dan kemana
60 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dibawanya. Yang aku tidak mengerti apakah Manusia Paku sengaja
menculik dan memaksa Nyi Retno kawin dengannya" Kalau mereka
suka sama suka perduli amat.Tapi bukankah lebih baik kalau Nyi
Retno lebih dulu bertemu dengan anaknya agar sakit ingatannya bisa
disembuhkan?"
Aku juga kasihan sama Nyi Retno. Kalau sampai dinikahi oleh
manusia yang sekujurtubuhnya itu penuh paku. Ihhh! Apa perempuan
bertubuh kecil itu tidak akan jebol atas bawah"!" kata Bujang
GilaTapak Sakti pula. (Kisah diculiknya Nyi Retno Mantili dari tangan
Bujang Gila Tapak Sakti oleh komplotan yang menamakan diri Serikat
Momok Tiga Racun dapat dibaca dalam serial Wiro Sableng berjudul
"Perjodohan Berdarah". Baca juga episode berjudul "Badai Laut
Utara") "Sobatku gendut, sebelum ditolong oleh Ratu Sepuh, kau
sempat bersama-sama Bidadari Angin Timur. Selama perjalanan dia
bicara apa saja?"
"Buuaaannnyyaaaakk!" jawab Bujang Gila Tapak sakti dengan
mulut dimonyongkan lalu tertawa cengengesan.
"Tentang diriku?"
Si gendut menggeleng. "Setiap aku bicara mengenai dirimu,
gadis itu kelihatannya tidak mau mendengar. Aku menduga agaknya
dia sangat marah atau benci padamu. Mungkin karena tahu kau sudah
dijodohkan dengan Ratu Duyung?"
"Perjodohan itu belum terlaksana," jawab Wiro. "Aku tahu
mengapa dia marah dan benci padaku. Ada penyebab lain."
"Aku tidak tahu urusan orang lain.Tapi kalau kau mau
menceritakan, aku juga mau mendengarkan."
"Asal kau berjanji tidak bermulut ember, menceritakan pada
orang lain." Kata Wiro pula.
"Aku berjanji!" jawab Bujang Gila Tapak Sakti
sambil mengangkat tangan kanan ke atas lalu tangan itu
ditepukkan ke pantatnya yang gembrot besar hingga mengeluarkan
suara keras! "Waktu itu aku dan Ratu Duyung tengah mengejar Nyi Wulas
Pikan yang menyaru menjadi Ratu Duyung. Dia telah memperdayai
diriku hingga aku menyerahkan Batu Mustika Angin Laut Kencana Biru
padanya karena mengira dia Ratu Duyung benaran. Di satu tempat
Ratu Duyung memberi tahu ada seseorang yang mengikuti. Orang itu
menebar bau tubuh dan pakaian yang wangi. Aku yakin dia adalah
Bidadari Angin Timur. Lantas saja muncul hasratku hendak
menggodanya. Ratu Duyung aku ciumi habis-habisan..."
"Ah, hal itu pasti menyakiti hati Bidadari Angin Timur.
Perbuatanmu konyol sekali!"
Wiro menggaruk kepala.
61 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Hal itu sudah terjadi. Tidak ada gunanya disesalkan. Yang jelas
setelah kejadian itu Bidadari AnginTimur menghilang. Aku dan Ratu
Duyung bisa lebih memusatkan perhatian pada pengejaran atas diri
Nyi Wulan Pikan. Sekarang dimana beradanya gadis itu. Dia kabur
setelah menendang hancur muka Nyi Harum Sarti. Gara-gara dirinya
dikatakan janda Tubagus Kesumaputera alias Jatilandak."
"Aku rasa kini dia akan membuat perhitungan dengan Purnama.
Bidadari Angin Timur telah ditelanjangi di hadapan banyak orang. Dari
mana Ratu Laut Utara palsu itu tahu soal diri Bidadari Angin Timur
kalau bukan dari Purnama?"
"Berarti apakah dia sudah dinikahi Tubagus Kesumaputera"
Kalau memang benar lalu kenapa sesingkat itu menjadi janda" Apa
yang terjadi" Mereka cerai hidup atau sang suami menemui
kematian?"
"Aku tidak bisa menduga. Aku tidak tahu ceritanya kalau
memang sudah kawin atau nikah kapan kawin atau nikahnya.
Sayangnya Purnama juga pergi begitu saja. Kau harus menyelidiki hal
itu. Karena kalau kau tidak suka dinikahi dengan Ratu Duyung dan
lebih suka dengan Bidadari Angin Timur, berarti kau kawin dengan
janda kembang bukan dengan anak perawan! Berarti kau dapat bekas
orang!" Wajah Pendekar 212 jadi mengelam merah mendengar katakata terakhir Bujang Gila itu.
"Maafkan kalau aku menyinggung perasaanmu. Tapi urusan
kawin bukan urusan main-main. Rumah tangga bisa jadi sorga tapi
bisa juga jadi neraka..."
"Aku tahu, itu sebabnya kau yang mengaku sudah berusia
delapan puluh tahun belum kawin-kawin sampai sekarang."
Bujang Gila Tapak Sakti tertawa gelak-gelak hingga sekujur
tubuhnya yang gemuk gembrot bergoyang-goyang.
Wiro kembali menggaruk kepala. Lalu berkata.
"Aku tahu tempat kediaman guru Manusia Paku. Kita harus
segera kesana. Mudah-mudahan tidak terlambat. Katamu kau akan
membuat dua perahu. Makin cepat kau lakukan makin baik."
Bujang GilaTapak sakti memandang berkeliling. Dia menunjuk ke
arah sebatang pohon kelapa paling tinggi dan paling besar sejarak tiga
tombak dari tempat mereka berdiri.
"Aku minta bantuanmu. Toiong kau tumbangkan pohon kelapa
itu." Wiro tidak menunggu lebih lama. Tanpa beranjak dari tempatnya
berdiri dia menghantam bagian bawah pohon kelapa besar dengan
pukulan Segulung Ombak Menerpa karang. Jangankan pohon kelapa,
batu karang saja bisa dihantam hancur oleh pukulan sakti warisan
Sinto Gnedeng itu.
62 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Braakk!"
Bagian paling bawah pohon kelapa besar hancur berkepingkeping. Bagian atas pohon tumbang bergemuruh.
Bujang GilaTapak Sakti menyeringai. Dua telapak tangan
digosok-gosok. Dengan ilmu kesaktiannya dia memang bisa merubah
dan membuat batang kelapa besar itu menjadi dua perahu. Ketika si
gendut ini mulai hendak bekerja tiba-tiba ada suara perempuan
berseru. Datangnya dari arah laut.


Wiro Sableng 164 Janda Pulau Cingkuk di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau hanya memerlukan perahu mengapa harus merusak
alam" Dua sahabat muda. Aku bisa memberikan perahu ini pada
kalian!" Bujang GilaTapak Sakti dan Pendekar 212 Wiro Sableng serentak
berpaling ke arah kiri. Kedua orang ini sama-sama kaget.
63 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ASTAGA! Dia! ucap Bujang Gila Tapak Sakti. Wajah si gendut ini
berubah. "Sobatku gendut. Dia pura-pura menawarkan perahu.
Sebenarnya dia mencarimu. Pasti dia tidak melupakan apa yang tadi
siang dilakukannya. Belum satu hari sudah kangen mau mengusap
dan meniup perabotanmu lagi! Ha... ha...!"
"Eh, apa dia sudah tahu kalau wajahnya sekarang sudah
berubah jadi muda?" ucap Bujang GilaTapak Sakti. "Bagaimana ini,
kita mau bilang apa" Menolak saja tawarannya?" Si gendut tampak
bingung juga ada rasa takut gara-gara ucapan Wiro tadi. Tapi Wiro
malah membalikkan ucapan.
"Tolol kalau kau menolak. Pertama kau tidak perlu susah payah
membuat dua perahu. Kedua... Ehem... ini yang penting. Kau bakalan
dapat kesenangan. Bukankah kau sendiri yang bilang usapannya lebih
hebat dari usapan anak gadis" Ha...ha...ha!" Wiro tertawa gelak-gelak.
Di tepi pantai, di bagian laut yang dangkal sepinggang tampak
sebuah jukung besar. Di atasnya duduk senyum-senyum perempuan
muda berwajah cantik yang bukan lain adalah nenek Cempaka yang
wajahnya telah dirubah oleh Bujang GilaTapak Sakti sehingga kini
menjadi muda jelita.
Perempuan di atas perahu lambaikan tangan.
"Hai! Kenapa kalian kelihatan seperti bingung" Apa mengira aku
mau berbuat jahat" Salah seorang dari kalian telah berbuat kebajikan
besar padaku walau kini aku jadi rikuh berkeadaan seperti ini."
"Nenek Cempaka!" Wiro menyahuti. Lalu menggaruk kepala."Ah,
seharusnya aku tidak memanggilmu Nenek lagi. Aku akan panggil Nyi
Cempaka saja ya" Boleh"!"
Perempuan di atas perahu tertawa panjang dan anggukkan
kepala. Wiro pegang lengan Bujang Gila Tapak Sakti.
"Ayo, orang mau menolong jangan ditolak. Naik saja dulu ke
atas perahu. Nanti kalian berdua apa mau main usap-usapan terserah
saja. Aku pura-pura tidak melihat."
Wiro lalu tarik tangan si gendut. Keduanya lari ke pantai lalu
melesat masuk ke dalam perahu. Wiro sampai duluan. Dia sengaja
memilih bagian perahu di ujung kiri, berseberangan dengan Nyi
Cempaka. Bujang Gila Tapak Sakti yang sampai kemudian terpaksa
memilih bagian tengah perahu jukung.
Seperti ketika Wiro injakkan kaki di atas jukung, sewaktu hal
yang sama dilakukan oleh Bujang Gila Tapak Sakti jukung besar itu
64 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tidak bergoyang sama sekali. Begitu berada di dalam perahu si gendut
melirik ke dada perempuan di depannya dan merasa gembira karena
melihat kini dada pakaian tidak lagi rata tapi tampak membusung.
Berarti ilmu yang diterapkannya lewat tubuh Wiro berhasil
dilaksanakan. "Sahabat muda," kata Nyi Cempaka pada Bujang GilaTapak
Sakti. "Walau aku rikuh menjadi muda begini, aku sangat berterima
kasih, atas apa yang telah kau lakukan terhadap diriku."
"Aku juga berterima kasih padamu Nyi Cempaka. Kalau bukan
kau yang menyembuhkan pasti... hemmm..."Bujang Gila Tapak Sakti
tidak teruskan ucapan. Hanya senyum-senyum dan menggeliat ketika
dari belakang Wiro menusuk-nusuk pinggangnya.
"Tapi apakah perubahan ini hanya untuk sementara saja"
Jangan-jangan sehari dua hari luntur seperti kain murahan."
"Nyi Cempaka, kau tak usah kawatir. Ilmu yang aku dapat atas
kuasa Tuhan bukan ilmu sulap atau ilmu sihir. Keadaan wajah dan
tubuhmu akan seperti ini seumur-umur..."
"Gusti Allah Maha Besar! Aku sungguh-sungguh bersyukur atas
berkah rakhmat ini." Kata Nyi Cempaka pula penuh gembira. Nenek
tua mana yang tidak akan bahagia kalau dirinya bisa dibuat muda"
"Sahabatku, apakah ilmu itu bisa kau terapkan pada semua orang?"
"Tidak Nyi Cempaka. Hal itu hanya bisa terjadi jika dikehendaki
dan diredhohi Gusti Allah," jawab Bujang GilaTapak Sakti.
"Kalau bisa untuk semua wah, setiap hari ada ratusan neneknenek ngantri mencari si gendut ini!" kata Wiro pula.
Nyi Cempaka tertawa.
"Sebagai tanda terima kasih, aku mau memberikan sesuatu
padamu," kata Nyi Cempaka pula sambil membuka kancing atas
pakaiannya. Sepasang mata Bujang GilaTapak Sakti jadi berkilat
ketika sempat melihat sebagian dada putih perempuan itu. Dari balik
dada pakaian Nyi Cempaka mengeluarkan satu benda yang ternyata
adalah sebuah kipas lipat terbuat dari susunan campuran kayu
cendana dan kayu besi. Ketika kipas itu dikembangkan oleh Bujang
Gila Tapak Sakti bentuknya indah sekali, kuning kayu cendana harum
diseling warna hitam kayu besi.
"Terima kasih Nyi, kau baik sekali. Kebetulan kipas kertas
bututku rusak dan tercecer entah kemana. Kipas yang kau berikan ini
bisa aku pergunakan seumur hidup karena terbuat dari kayu yang
kuat.?"Harap kau mau menjaga baik-baik. Karena kipas itu bukan
kipas sembarangan. Bisa kau jadikan senjata, lebih ampuh dari kipas
kertasmu yang hilang. Kau bisa menciptakan topan dengan kipas itu.
Kau juga bisa melancarkan serangan serangan berupa cahaya kuning
65 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hitam dengan kipas itu. Lalu tersembunyi di antara lipatan kayu
cendana dan kayu besi ada puluhan jarum beracun yang hanya boleh
kau pergunakan sebagai senjata dalam keadaan terdesak. Jarum itu
bisa melesat kalau kau menekan bagian bawah gagang kipas."
"Terima kasih Nyi Cempaka, terima kasih banyak," ucap Bujang
Gila Tapak Sakti. Kipas dilipat dan dibuka beberapa kali. Lalu dengan
hati-hati dia coba mengerahkan sedikit tenaga dalam maka kipas itu
pancarkan cahaya kuning muda dan hitam pekat."Luar biasa! Aku
akan menjaganya baik-baik. Kipas ini boleh aku namakan Kipas Nyi
Cempaka?" Nyi Cempaka tertawa.
"Silahkan, kalau kau menyukai namaku itu."
"Gendut, kau mau memberikan apa pada Nyi Cempaka sebagai
tanda terima kasih?" Wiro yang dudukdi belakang Bujang Gila Tapak
Sakti keluarkan ucapan. Dengan ilmu memindahkan suara Wiro
mengiangkan menyambung ucapan ke telinga Bujang GilaTapak Sakti.
"Dut, berikan saja salah satu buahmu buat mainan perempuan itu.
Aku bisa melakukan dengan Ilmu Menahan Darah Memindah Jazad."
Bujang Gila Tapak Sakti pukulkan tangan kanannya ke belakang.
Pukulan menghantam tempurung lutut Wiro sebelah kanan hingga
murid Sinto Gendeng ini kelojotan kesakitan.
"Ah, aku...aku tidak punya apa-apa. Bagaimana ini?" Si gendut
tampak bingung dan seka mukanya yang keringatan.
Nyi Cempaka tersenyum. "Aku tidak mengharapkan pamrih apaapa. Apa yang telah kau lakukan terhadap diriku rasanya aku
menerima seisi dunia ini."
Sementara ke tiga orang itu bercakap-cakap jukung bergerak
perlahan ke tengah laut dan hari telah malam.
"Nyi Cempaka, sebenarnya kau hendak pergi kemana" Kami
tidak mau kalau karena menolong kami urusanmu jadi terganggu."
"Sebentar lagi aku akan meninggalkan kalian berdua. Perahu ini
menjadi milik kalian," jawab Nyi Cempaka. Dia memandang sekeliling
lalu memperhatikan laut di sekitarnya. Tiba-tiba di dalam laut
kelihatan kilauan cahaya putih kebiruan."Aku sudah melihat tanda,"
kata Nyi Cempaka pula. "Saat aku akan meninggalkan kalian
berdua..."
"Di tengah laut begini" Nyi Cempaka kau mau kemana" Tanya
Bujang Gila Tapak Sakti heran. Selain itu entah mengapa kepergian
perempuan itu tiba-tiba membuatnya jadi sedih.
"Laut adalah kehidupanku. Sejak dulu laut adalah tempat
tinggalku..." Menjelaskan Nyi Cempaka sambil menatap wajah
keringatan Bujang Gila Tapak Sakti.
Si gendut putar-putar kopiah hitam kupluk di atas kepalanya.
"Lalu, apakah kita... Maksudku kami berdua bisa bertemu lagi
66 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
denganmu?"
Selama air laut masih hijau, selama langit masih biru kita pasti
akan bertemu iagi," jawab Nyi Cempaka.
Bujang Gila Tapak Sakti berpaling pada Wiro. Pendekar 212
maklum apa yang dirasakan si gendut saat itu. Sobatnya ini tiba-tiba
merasa sayang pada nenek yang dirobahnya sendiri menjadi seorang
perempuan muda cantik jelita.
"Kalau kau mau ikut Nyi Cempaka melihat-lihat kehidupan di
alam laut, aku yakin Nyi Cempaka tidak keberatan membawamu serta.
Bukan begitu Nyi Cempaka?" Wiro berkata sambil memandang ke arah
Nyi Cempaka dan kedipkan mata kiri.
Nyi Cempaka tersenyum mendengar ucapan Wiro.
Bujang Gila Tapak Sakti kembali putar-putar kopiah di atas
kepala. Wiro letakkan tumit kaki kirinya di pinggang Bujang Gila Tapak
Sakti. Begitu tumit didorong tak ampun lagi si gendut ini terpental
jatuh ke dalam laut. Nyi Cempaka tertawa tergelak-gelak lalu
melompat ke arah jatuhnya Bujang Gila Tapak Sakti. Kedua orang itu
lenyap dari pemandangan.
Tinggal sendirian di atas jukung Pendekar 212 Wiro Sableng
tarik nafas dalam-dalam lalu geleng-gelengkan kepala.
"Bujang Gila, akalmu panjang juga! Mula-mula kau ketakutan
melihat perempuan itu muncul. Kini malah kepicut mau ikutan! Bukan
dia yang mau mengusap tapi kau yang kepingin di usap! Ha...ha...ha!"
Tiba-tiba gelak tawa murid Sinto Gendeng lenyap. Kagetnya
bukan alang kepalang ketika satu tangan tiba-tiba mencuat dari dalam
laut mengusap bagian bawah perutnya. Sewaktu diperhatikan ternyata
itu adalah tangan Bujang Gila Tapak Sakti yang sengaja memunculkan
diri untuk menggoda lalu masuk kembali ke dalam laut.
"Sialan! Aku kira Nyi Cempaka yang mengusap!" gerutu
Pendekar 212 lalu kembali tertawa gelak-gelak
Namun lagi-lagi tawanya tertahan ketika di samping kanan
muncul bayangan perempuan diserta terdengar ucapan berbisik di
telinga "Kalau kau suka kau boleh berikan salah satu buahmu buat
mainanku! Hik...hik...hik!"
Kaget sang pendekar bukan alang kepalang. Berpaling ke
samping dilihatnya wajah Nyi Cempaka tertawa dan kedipkan mata
padanya. Lalu sosok perempuan ini lenyap masuk ke dalam laut.
"Aku tidak mengira. Apa yang aku ucapkan dalam hati dia bisa
mendengar." Kata Murid Sinto Gendeng sambil menggaruk kepala.
TAMAT 67 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Apa yang selanjutnya terjadi pada Ken Permata" Siapa
sebenarnya Janda Pulau Cingkuk. Kemana lenyapnya Pedang Naga
suci 212" Bagaimana nasib Purnama setelah terlempar ke dalam laut"
Bisakah dia menyelamatkan diri dengan ilmu Empat Penjuru Air Alam
Gaibi Ikuti episode berikutnya berjudul:
BAYI TITISAN 68 164 Janda Pulau Cingkuk -WIRO SABLENG 212
Jago Dari Seberang 1 Pendekar Slebor 10 Pengadilan Perut Bumi Pendekar Guntur 22

Cari Blog Ini