Ceritasilat Novel Online

Mayat Kiriman Rumah Gadang 2

Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang Bagian 2


Tetapi aku juga ingin menyesatkan jalan pikiran mereka! Biar mereka
menuduh orang lain yang telah membunuh Datuk Panglimo Kayo!"
Dari balik pakaiannya Tuanku Laras lalu keluarkan sepotong robekan
kain putih panjang.
Ki Bonang usap-usap mata kirinya.
"Tuanku Laras, bukankah itu potongan sorban Datuk Marajo Sati...?"
Tuanku Laras menyeringai.
"Aku gembira kau mengetahui," kata si muka belang ini. "Aku
mengambilnya ketika tercampakdi tanah sewaktu dia dilempari ratusan batu
di Ngarai Sianok. Sekarang apakah yang ada di dalam benakku sama dengan
apa yang ada di dalam otakmu, Ki Bonang?"
Setelah berkata begitu Tuanku Laras letakkan robekan sorban Datuk
Marajo Sati di atas telapak tangan kanan Datuk Panglimo Kayo. Lalu lima jari
tangan yang masih belum begitu kaku dikatupkan.
"Tuanku Laras," kata Ki Bonang sambil menekap mata kanannya yang
hancur dan berdenyut sakit "Aku memuji kecerdikanmu. Aku merasa dendam
kesumatku sulit terbalas dengan apa yang kau lakukan. Tapi apa yang hendak
Tuanku Laras lakukan selanjutnya?"
Sambil menyeringai Tuanku Laras Muko Balang menjawab.
"Mayatnya akan aku kirim ke rumah gadang kediamannya di
Batusangkar. Biar gempar orang seluhak, biar geger semua manusia di tanah
Minang ini!"
"Tuanku Laras, mengapa mau bersusah-susah! Biarkan saja mayat
Datuk Panglimo Kayo membusuk di sini! Kalau memikir dendam kesumat
rasanya aku lebih membenci manusia satu ini dari siapapun! Lihat apa yang
terjadi dengan mukaku! Lihat mataku kini buta sebelah!" Habis berkata begitu
Ki Bonang cepat-cepat ambil dua macam obat dari balik jubahnya. Satu
berupa bubuk hitam yang segera ditebarkan di atas kening dan mata
kanannya. Obat yang lain berbentuk butiran kecil bulat sebanyak tujuh buah
segera hendak ditelannya. Tapi lengannya tiba-tiba dicekal oleh Tuanku Laras
Muko Balang. Orang yang wajahnya tertutup bulu hitam putih ini lantas
berkata dengan suara bergetar.
"Siapa saja bisa mempunyai dendam kesumat dan kebencian terhadap
Datuk Panglimo Kayo! Tapi aku Tuanku Laras Muko Balang, dendam kesumatku
terhadap manusia itu jauh lebih besar dari dendam orang termasuk Ki Bonang
ditumpuk jadi satu! Kau
25 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dengar apa yang aku katakan itu Ki Bonang?"
"Tentu saja aku dengar Tuanku Laras. Tapi terus terang aku tidak
mengerti. Ada silang sengketa apa antara dirimu dengan Tuanku Panglimo
Kayo?" jawab Ki Bonang Talang Ijo lalu meneruskan dengan bertanya.
"Datuk Panglimo Kayo, manusia jahanam itu! Sepuluh tahun silam dia
membunuh ayahku demi mendapatkan kedudukan sebagai pimpinan Luhak di
Tanah Datar!"
"Ah, kalau begitu maafkan diriku," kata Ki Bonang pula.
Tuanku Laras lepaskan cekalannya di lengan Ki Bonang. Orang tua ini
cepat-cepat telan tujuh butir obat yang sejak tadi telah digenggamnya.
Tuanku Laras Muko Balang sarungkan pedang sakti Al Kausar. Lalu
senjata ini diletakkan di tanah. Ujung rantai besi putih yang melibat mayat
Datuk Panglimo Kayo dicekal erat-erat.
"Ki Bonang, Pandeka Bumi Langit, ada satu hal yang perlu aku katakan
pada kalian. Dan nanti harap kau beri tahu pada Perwira Teng Sien. Jika aku
kembali, aku harap kalian dan Perwira Cina itu serta gadis di bawah pohon
sana tetap berada di tempat ini. Jangan sekali-sekali coba melarikan diri dari
sini, membawa gadis itu atau menipuku dengan cara keji lainnya. Jika hal itu
terjadi maka Ki Bonang tidak akan pernah kembali ke tanah Jawa, Perwira itu
tidak akan pernah pulang ke negerinya di Tiongkok dan Pandeka Bumi Langit
hanya bisa pulang ke Sumanik dalam keadaan tidak bernafas lagi."
Ki Bonang menyeringai buruk. Pandeka Bumi Langit pencongkan mulut.
"Kami tidak akan mengkhianatimu! Tapi kami tidak akan mau menunggu
sampai berhari-hari!" Ki Bonang akhirnya keluarkan ucapan.
"Sebelum matahari tenggelam, aku sudah kembali di sini!" jawab Tuanku
Laras lalu melangkah menyeret mayat Datuk Panglimo Kayo. Dia letakkan dua
kaki di aas pedang Al Kausar. Setelah merapal semacam jampai-jampai orang
bermuka belang ini lalu berseru.
"Pedang sakti aku perlu bantuanmu. Bawa aku ke Sungai Tarab!"
"Wusss!"
Pedang sakti di tanah kepulkan asap putih menyilaukan. Lalu terjadilah
satu keajaiban. Senjata yang terbuat dari perak murni itu melesat ke udara
mengangkat tubuh Tuanku Laras yang memegang ujung rantai putih dan
melibat mayat Datuk Panglimo Kayo lalu menerbangkannya ke arah tenggara.
KETIKA melayang di udara mendekati Sungai Tarab, sebuah dusun
kecil tak jauh dari Batu Sangkar dari udara Tuanku Laras melihat sebuah
pedati tak beratap. Di sebelah depan duduk dua orang anak muda. Satu
diantaranya adalah kusir pedati. Yang
26 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
seorang lagi asyik menyantap nasi bungkus.
"Ini yang aku perlukan..." kata Tuanku Laras lalu dengan cepat melayang
turun, menghadang di depan pedati.
Dua anak muda yang berada di depan pedati tentu saja terkejut bukan
alang kepalang ketika melihat ada orang bermuka aneh turun dari langit,
melayang di atas pedang dan membawa mayat bergulung besi putih lalu
menghadang di tengah jalan!
Pemuda tadi yang asyik menyantap nasi bungkus tercekik seperti mau
muntah ketika melihat sosok mayat yang hancur dan bergelimang darah
sebagian wajahnya. Pemuda yang membawa pedati dalam kejutnya segera
menahan tali kekang. Sapi penarik pedati serta merta berhenti. Dua kaki
depan menggurat-gurat tanah. Binatang ini agaknya juga seperti ketakutan.
"Dua anak muda, apakah kalian akan menuju ke Batu Sangkar melalui
Sungai Tarab?"
Anak muda yang tadi menyantap nasi bungkus segera berhenti. Nasi
bungkus lalu dilempar ke tepi jalan. Karena ngeri dan jijik melihat muka mayat
yang hancur dia tidak sanggup lagi meneruskan makan.
"Aku bertanya apakah kalian berdua tuli?" Tuanku Laras yang tidak mau
membuang waktu jadi marah.
Pemuda yang barusan makan mengangguk. "Kami-kami memang hendak
ke Batu Sangkar. Tentu saja kami melewati Sungai Tarab..." Lalu pemuda ini,
yang bernama Majo Jamin, berbisik pada teman di sebelah yang adalah
adiknya, bernama Magek Jamin. "Magek, aden rasa-rasa kenal dengan orang
bermuka belang ini. Aden pernah melihatnya waktu ada pertunjukan Randai di
Payakumbuh... Bukankah dia yang dijuluki Tuanku Laras Muko Balang?" (Aden:
aku) "Kalian tengah berbisik-bisik apa"!" Tuanku Laras membentak marah.
"Tidak... tidak apa-apa..."
"Jangan berani berdusta! Apa kalian mau aku jadikan mayat bergabung
dengan mayat satu ini"!"
Dua pemuda jadi ketakutan setengah mati.
"Ampun Datuk... kami... tadi saya hanya memberi tahu adik saya ini
kalau tidak salah saya menduga bukankah Datuk adalah Tuanku Laras..."
"Hemmmm... Jadi kalian kenal juga padaku" Siapa nama kalian?"
"Saya Majo Jamin. Adik saya Magek Jamin. Kami tinggal di selatan
Sungai Tarab."
Dari saku jubahnya Tuanku Laras keluarkan dua keping uang logam lalu
27 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dilemparkan ke pangkuan dua kakak beradik. Setelah itu dia mengambil
pedang yang tergeletak di tanah lalu dengan gerakan kilat melompat naik ke
atas pedati kosong, hanya dipenuhi jerami kering.
"Kalian berdua bawa aku ke Batu Sangkar. Jangan berani membuka
mulut kalau tidak aku tanya!"
Dalam takutnya Magek Jamin segera menjalankan pedati. Sebaliknya
dalam takutnya Majo Jamin melompat dari pedati lalu melarikan diri. Namun
dia lari tidak jauh. Karena begitu Tuanku Laras arahkan ujung pedang
bersarung, selarik sinar putih menderu menghantam punggung Majo Jamin.
Pemuda malang ini terlempar masuk ke dalam jurang sangat dalam dan
menemui ajal di dasar jurang.
Melihat kakaknya dibunuh dan terlempar masuk ke dalam jurang Magek
Jamin berteriak.
"Datuk...! Kau!"
Tuanku Laras tusukkan ujung sarung pedang perak ke leher kusir
pedati. "Kalau kau tidak ingin menyusul saudaramu ikuti perintahku. Cepat
jalankan pedati!"
Magek Jamin menggigil ketakutan dan terpaksa mencambuk sapi
penarik pedati. Tak berapa lama setelah melewati Sungai Tarab, Tuanku
Laras berkata pada pemuda kusir pedati.
"Aku rasa cukup sampai di sini kau menolongku. Selanjutnya sapi
penarik pedati ini sudah tahu jalan ke Batu Sangkar."
Magek Jamin pemuda kusir pedati berpaling ke belakang hendak
bertanya apa maksud Tuanku Laras. Namun begitu kepala diputar keningnya
dihantam dengan sarung pedang perak. Tak ampun lagi pemuda ini terbanting
ke samping dan jatuh ke jalan. Tuanku Laras melompat turun dari pedati
sementara sapi penarik pedati terus berjalan ke arah Batu Sangkar,
membawa mayat Datuk Panglimo Kayo yang sudah ditimbun Tuanku Laras
Muko Balang di bawah tumpukan jerami kering. Sesekali sapi ini melenguh,
meningkahi bunyi suara ganto yang tergantung di lehernya.
28 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEKARANG kita ikuti apa yang terjadi dengan Pendekar 212 Wiro Sableng
setelah oleh Inyiek Susu Tigo dia dilempar ke dalam telaga penuh berisi
buaya sementara Malin Kapuyuak tergelimpang tertelungkup di atas cabang
pohon. Dalam episode sebelumnya (Fitnah Berdarah Di Tanah Agam) Inyiek
Susu Tigo yang merupakan salah seorang tokoh utama memiliki kesaktian
tinggi telah lebih dulu didatangi oleh Ki Bonang Talang Ijo, Tuanku Laras,
Perwira Teng Sien, Pandeka Bumi Langit Dari Sumanik, Datuk Pancido dan
NiniekPanjalov.
Ki Bonang dan kawan-kawan mengarang cerita melancarkan fitnah kalau
salah seorang murid Inyiek Susu Tigo yaitu Si Kamba Pesek Tangan Manjulai
telah dibunuh oleh Pendekar 212 Wiro Sableng dan sebelum dibunuh lebih
dulu diperkosa. Tidak heran kalau ketika Wiro, Denok Tuba Biru dan Malin
Kapuyuak datang untuk mencari Si Kamba Mancuang Tangan Manjulai, Inyiek
Susu Tigo marah besar walau murid Sinto Gandeng bersumpah bahwa dia
tidak membunuh murid sang Inyiek. Wiro dilempar ke dalam telaga yang
ditunggui puluhan buaya besar peliharaan guru Si Kamba Pesek dan Si Kamba
Mancuang. Di dalam telaga tubuh Wiro secara aneh mengambang
tertelentang. Namun dia sama sekali tidak bisa menggerakkan tangan atau
kaki. Hanya leher dan sepasang bola mata yang masih mampu diputar sedikit
ke kiri atau ke kanan. Air telaga terasa membeku dingin bukan kepalang
hingga geraham Wiro bergemeletakan menahan gigilan. Dia coba mengerahkan
hawa panas sakti tapi tidak berhasil. Sedikit demi sedikit dia merasa sekujur
tubuhnya menjadi kaku. Lidah juga mulai terasa kelu.
"Manusia bersusu tiga itu mengatakan besok begitu matahari terbit
buaya-buaya jahanam itu akan menyantap diriku. Celakai Apa yang harus aku
lakukan"! Rasanya aku mau berteriak minta tolong. Tapi lidahku sudah kelu.
Jangankan berteriak, bersuarapun aku tidak bisa. Kalaupun aku mampu
berteriak, mending kalau ada mahluk yang datang menolong sekalipun setan.
Bagaimana kalau buaya-buaya itu yang tersentak lalu tidak menunggu sampai
matahari terbit tapi langsung menyantap diriku sekarang juga" Oala!"
Wiro menatap ke langit di atasnya. Malah masih belum mencapai
pertengahan. Berarti masih cukup
banyak waktu untuk memutar akal mencari selamat.
29 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Dasar nasib sial celaka! Ada ada saja urusan di negeri orang ini. Aku
sudah enak-enak di tanah Jawa. Datuk Rao memanggilku. Urusan belum
selesai, malah belum ketahuan apa yang harus aku lakukan. Sekarang..." Ingat
pada Datuk Rao Basaluang Ameh, Wiro ingat pula pada Datuk Rao Bamato
Hijau yaitu harimau sakti putih bermata hijau peliharaan sang Datuk. "Ah,
sahabatku itu pasti bisa menolong." Murid Sinto Gendeng pejamkan mata.
Bibir bergerak. Mulut berucap walau suaranya tidak keluar.
"Datuk Rao Bamato Hijau, sahabatku. Datanglah cepat. Aku butuh
pertolonganmu. Keluarkan aku dari telaga celaka ini. Datuk Rao Bamato
Hijau..." Wiro berucap berulang kali tidak putus-putus. Tapi sampai suaranya
hilang tak mampu lagi keluar dari tenggorokan Datuk Rao Bamato Hijau tidak
kunjung muncul. Biasanya kalau dipanggil seperti itu, dalam waktu beberapa
kejapan mata saja harimau putih sakti itu akan segera menampakkan diri.
"Heran, apa yang terjadi" Mengapa Datuk Rao Bamato Hijau tidak
datang" Apakah sedang ada urusan di tempat jauh dengan Datuk Rao
Basaluang Ameh..." Wiro jadi tak habis pikir.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan harimau putih sakti itu" Seperti
yang diceritakan dan diakui oleh Denok Tuba Biru kepada Wiro, dia berhasil
diam-diam ikut ke tanah Minang dengan bergantungan di bagian bawah tubuh
harimau putih yang membawa Wiro untuk menemui Datuk Rao Basaluang
Ameh. Wiro tidak mengetahui keberadaan gadis gemuk bermuka biru belang
kuning karena Denok Tuba Biru mengerahkan ilmu kesaktian bernama Bayang
Bayang Angin. Walau Pendekar 212 tidak mengetahui si gadis gembrot itu ikut
bersamanya, tapi harimau sakti Datuk Rao Bamato Hijau tentu saja tidak bisa
ditipu. Dia tahu tubuhnya digelayuti gadis itu. Lalu mengapa binatang sakti ini
diam saja" Tidak lain karena Denok Tuba Biru punya akal dan cara manjur
untuk menggereng-gereng halus kedap-kedipkan sepasang mata yang hijau.
Sepanjang perjalanan Denok Tuba Biru tiada hentinya mengusap-usap dan
meniup-niup "Burung" Datuk Rao Bamato Hijau hingga harimau putih ini
menjadi diam dan jinak dalam kenikmatannya.
Seumur hidup jadi peliharaan Datuk Rao Basaluang Ameh, harimau
putih itu belum pernah merasakan kenikmatan seperti yang dialaminya.
Selama beberapa hari dia mendekam di dalam alamnya namun lama-lama tidak
tahan juga. Ingatannya tidak bisa lenyap dari gadis gemuk Denok Tuba Biru.
Akhirnya harimau putih ini keluar dari alam gaib pergi mencari gadis
bertangan ampuh yang bisa memberi kenikmatan itu. Ketika Wiro memanggil30 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
manggilnya Datuk Rao Bamato Hijau tengah melayang di atas Danau Maninjau.
Binatang sakti ini telah dapat mencium bau tubuh Denok Tuba Biru dan tahu
kira-kira ke arah mana dia harus mencari gadis itu. Walau dia mendengar
ngiangan suara Wiro di kedua telinganya namun dia tidak mengacuhkan. Yang
lebih penting baginya saat itu adalah menemui Denok Tuba Biru sang
pengusap. DI DALAM rumah di tengah telaga kini perhatian Inyiek Susu Tigo
tertuju pada Denok Tuba Biru, gadis gemuk berwajah biru bergaris-garis
kuning. Agaknya dia akan segera menjadi korban kemarahan Inyiek Susu Tigo
berikutnya. Malin Kapuyuak yang mengetahui hal ini segera membisikkan pada
Denok Tuba Biru agar cepat-cepat menghisap tiga puting susu si Inyiek.


Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menurut Malin Kapuyuak, dengan cara begitu maka sebagian ilmu kesaktian
Inyiek Susu Tigo akan pindah ke dalam diri Denok Tuba Biru. Selain itu dia
akan diangkat jadi murid.
Dalam keadaan terdesak Denok Tuba Biru ikuti saja apa yang dikatakan
Malin Kapuyuak. Dengan gerakan cepat dia berhasil menghisap tiga puting
susu Inyiek Susu Tigo. Tapi apa yang terjadi"
Bukan ilmu kesaktian yang didapat Denok Tuba Biru. Ternyata Inyiek
Susu Tigo mempunyai kaul yaitu siapa saja perempuan yang bisa menghisap
ketiga puting susunya maka akan dijadikan sebagai istri!
Ketika hal itu diucapkan Inyiek Susu Tigo dengan suara keras dan
girang, kejut Denok Tuba Biru bukan alang kepalang. Dalam marahnya karena
merasa ditipu gadis gemuk ini jotos muka Malin Kapuyuak hingga bibir dan
hidungnya mengucurkan darah. Kaiau tidak ditolong oleh Inyiek Susu Tigo
mungkin pemuda ini bisa babak belur. Oleh sang Inyiek Malin Kapuyuak yang
tadinya juga hendak dihajar hanya dilempar hingga jatuh terpentang di
cabang pohon. Mungkin Inyiek Susu Tigo merasa pemuda yang punya kesukaan
mengintai anak gadis orang mandi di pancuran itu telah membantunya
mendapatkan seorang calon istri!
Dengan susah payah Denok Tuba Biru berhasil keluar dari dalam
pondok di tengah telaga lalu melarikan diri. Inyiek Susu Tigo yang konon
sudah belasan tahun menunggu datangnya sang calon istri tentu saja tidak
mau kehilangan Denok Tuba Biru. Dia segera menghambur keluar pondok
mengejar gadis gemuk berbulu ketiak lebat itu! Selain kaulnya, mungkin pula
Inyiek Susu Tigo memang suka pada sosok tubuh Denok Tuba Biru yang gemuk
buntal ditambah bulu ketiak yang lebat tersembul!
Ketika Inyiek Susu Tigo melayang di atas telaga muncul seorang
perempuan sambil berseru agar Inyiek Susu Tigo jangan pergi dulu karena
31 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
ada yang hendak disampaikannya. Tapi Inyiek Susu Tigo yang tidak mau
kehilangan Denok Tuba Biru tidak perdulikan seruan orang, padahal yang
datang itu adalah Si Kamba Mancuang, muridnya yang merupakan saudara
kembar Si Kamba Pesek yang telah dibunuh Ki Bonang dan kawan-kawannya.
Tapi kejahatan itu difitnahkan pada Wiro sebagai pelakunya.
*** 32 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
UNTUK beberapa lamanya Si Kamba Mancuang berdiri di langkan rumah kayu.
Dia merasa heran Inyiek tidak mengacuhkan dirinya.
"Apa dia tidak melihat, apa telinganya tidak mendengar suara seman
denai" Ada urusan apa Inyiek gerangan" Lalu pemuda yang dalam bahaya itu,
di mana dia berada?"
Si Kamba Mancuang dalam pikiran yang agak bingung tidak melihat
kalau Wiro mengambang di permukaan telaga yang memang gelap. Namun dia
dapat menyaksikan puluhan buaya yang biasanya berada di dalam telaga saat
itu mendekam di seputar tepi telaga.
"Buaya-buaya peliharaan Inyiek itu. Mereka menunggu datangnya saat
bersantap..." Si nenek membatin. Rupanya dia sudah tahu. Jika pada malam
hari puluhan buaya tidak berada di dalam telaga, berarti besoknya akan ada
manusia yang jadi santapan.
"Siapa korban kali ini?" pikir Si Kamba Mancuang. Dia kembali
memperhatikan ke arah telaga. Namun belum sempat melihat sosok Wiro yang
mengambang si nenek tiba-tiba seperti mendengar suara orang.
"Ada orang mengerang. Tapi sambil bercarut marut... Di arah pohon
besar sana..."
Tidak menunggu lebih lama, Si Kamba Mancuang segera melesat di
permukaan telaga lalu melompat ke atas pohon besar. Berdiri di cabang
sebelah bawah cabang di mana Malin Kapuyuak tertelentang melintang.
"Aneh, tadi ada suara mengerang. Sekarang mengapa sunyi"!" pikir si
nenek. Tiba-tiba dia merasa ada tetesan air jatuh dari atas membasahi
bahunya. Tetesan air diusap.
"Hari tidak hujan, embun belum turun secepat ini. Air apa ini" Mengapa
terasa hangat?"
Si nenek dekatkan jari-jari tangannya yang mengusap air ke hidung.
Langsung dia berteriak marah.
"Kurang ajar! Air kajambanl" (Air kajamban: air kencing)
Dalam marahnya Si Kamba Mancuang mendongak ke atas. Baru dia
melihat sosok tubuh Malin Kapuyuak.
"Mahluk jahanam! Siapa kau" Orang apa hantu"! Mengapa di atas pohon!
Kau mengencingi aku! Akan aku remas barangmu sampai hancur! Kurangajar
sekali!" 33 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Di cabang pohon sebelah atas terdengar suara mengerang disusul suara
ucapan tersendat-sendat
"Nek... aku Malin Kapu... yuak. Kalau kau tidak segera menolong, perutku
akan pecah. Isi perutku akan tumpah. Kau bukan hanya ketetesan air
kencingku tapi juga akan kejatuhan langekkul" (langek: kotoran)
Dengan geram Si Kamba Mancuang melesat ke cabang pohon di sebelah
atas. Kuduk baju Malin Kapuyuak dicekal lalu pemuda itu dibawa melayang
turun. Sampai di tanah Malin Kapuyuak dilempar ke bawah pohon.
"Malin Kapuyuak! Di mana-mana kau selalu berbuat yang tidak
menyenangkan orang! Kalau bukan kau sudah keremas hancur barangmu! Apa
yang terjadi dengan dirimu" Mengapa berada di sini! Mana sahabatmu pemuda
Jawa berambut panjang seperti perempuan itu"!"
Malin Kapuyuak duduk bersandar di batang pohon sambil memegangi
perutnya yang sakit Dada turun naik, nafas tersengal. Dalam hati dia berkata,
"Ala mak, si Uda itu rupanya yang membuat bingung dan mengesalkan hati
nenek ini." Lalu pada Si Kamba Mancuang dia berkata.
"Bertanya satu-satu Nek. Jangan menyembur seperti Kudo taciriekl"
(kudo taciriek: kuda berak)
"Plaak!" Si nenek tampar pipi Malin Kapuyuak.
"Dengar, aku sedang marah! Saudara kembarku mati dibunuh orang.
Guruku tidak mengacuhkan diriku! Kau bukan saja telah berlaku kurang ajar
mengencingiku, tapi sengaja berlambat-lambat menjawab pertanyaanku!"
"Sabar Nek, akan aku jawab... akan aku terangkan padamu..." Malin
Kapuyuak usap pipinya yang masih terasa sakit dan panas akibat tamparan si
nenek. "Aku berada di atas pohon bukan mauku! Aku dilempar Inyiek Susu
Tigo, gurumu..."
"Guruku memang aneh! Tapi dia tidak mau menghajar orang sesukanya.
Kau pasti punya salah! Pasti berlaku kurang ajar!"
"Tidak, maksudnya baik. Dia hendak menolongku dari gebukan seorang
gapuakyang hendak dijadikan istrinya sesuai kaulannya. Tadinya... aku tidak
tahu kalau gurumu punya kaulan seperti itu! Aku terlanjur..." (gapuak: gemuk)
Si Kamba Mancuang Tangan Manjulai tersentak kaget. Dia cepat
memotong ucapan Malin Kapuyuak.
"Apa Inyiek... maksudmu gadis gemuk itu telah menghisap tiga susu
Inyiek?" Rupanya sang murid tahu juga riwayat kaulan Inyiek Susu Tigo.
"Benarsekali... "jawabMalin Kapuyuak. "Karena tidak menyangka dan
juga ketakutan setengah mati gadis gemuk itu melarikan diri. Sekarang
gurumu pasti tengah mengejarnya Nek."
34 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Si nenek geleng-geleng kepala, mulut yang bergigi dilapisi perak
berkomat-kamit entah mau mengatakan apa. Dua tangan yang panjang hampir
menyentuh tanah dikepalkan berulang kali. Lalu dia berucap, "Kau belum
memberi tahu di mana pemuda Jawa bernama Wiro itu! Aku harus segera
menemuinya. Ada orang hendak berbuat jahat terhadapnya. Mau
membunuhnya!"
"Kami sudah tahu Nek..." kata Malin Kapuyuak pula.
"Apa maksudmu kami sudah tahu"!"
"Orang-orang itu adalah kakek Jawa berjubah hijau dan lima kawannya.
Tadi mereka menemui Inyiek. Memfitnah bahwa sahabatku itu telah
memperkosa dan membunuh saudaramu si nenek pesek..."
"Kurang ajar! Justru aku ke sini mau memberi tahu Inyiek. Tapi dia
lebih suka mengejar calon istrinya itu daripada bicara sebentar dengan denai!
Hai! Sahabatmu itu! Di mana dia"!"
Malin Kapuyuak monyongkan bibir sambil tangan kanan menunjuk ke
arah telaga. "Di dalam telaga sana. Kata Inyiek besok begitu matahari terbit dia
akan segera menjadi mangsa puluhan buaya itu..."
"Astaga!" Si nenek terkejut dan cepat-cepat berpaling ke arah telaga.
Mata dibuka lebar-lebar. Kali ini baru dia dapat melihat tutyuh Wiro yang
terlentang mengapung di permukaan air telaga. "Ya Tuhan rupanya dia yang
akan jadi korban pembantaian buaya peliharaan Inyiek!"
"Nek, kalau kau memang sayang pada Uda sahabatku itu, kau harus
menolongnya!"
Si Kamba Mancuang tersentak kaget mendengar ucapan Malin
Kapuyuak. "Pemuda kurang ajar! Kau ini bicara apa"!" membentak Si Kamba
Mancuang. Malin Kapuyuak tertawa.
"Lantas kalau kau tidak sayang padaku, apa kau tidak mau
menolongnya?"
Si nenek bantingkan kaki ke tanah.
"Aku bukan tidak mau menolong! Tapi aku tidak mampu! Kau lihat
puluhan buaya itu" Jika ada yang mendekati tubuh sahabatmu, sekalipun aku
murid Inyiek, buaya-buaya itu akan lebih dulu membantai orang yang mau
menolong itu!"
"Kalau begitu kau bunuh saja semua buaya itu!"
"Dasar Kapuyuak! Bicara seenak perutmu sendiri!" maki Si Kamba
35 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Mancuang. "Kita harus mencari akal Nek. Sahabatku si Uda pandeka itu harus
ditolong."
"Kalau berhadapan dengan Inyiek Susu Tigo tidak ada yang namanya
akal tapi kenyataan! Karena kalau kita punya satu akal dia punya seribu akal!"
"Tapi saat ini dia tidak ada di sini..."
"Kau tidak percaya pada ucapanku" Mari aku buktikan!"
Si Kamba Mancuang cekal leher baju Malin Kapuyuak lalu sambil
membembeng pemuda ini ia melompat ke tepi telaga. Saat itu juga terdengar
suara bergemuruh. Puluhan buaya bergerak cepat ke arah mereka. Malin
Kapuyuak menjerit ketakutan. Si nenek melesat menjauhi telaga, kembali ke
bawah pohon besar.
"Sekarang baru kau percayai" kata Si Kamba Mancuang pula. "Dan
bukan puluhan buaya itu saja yang jadi ancaman! Tubuh sahabatmu yang
terapung di atas permukaan air telaga itu walaupun bisa didekati dan disentuh
tapi tidak bisa dikeluarkan dari dalam air telaga. Inyiek telah merekat
pemuda itu dengan ilmu Merekat Raga Menahan Jiwal"
"Onde Mak, cilako benar nasib sahabatku," ucap Malin Kapuyuak.
"Satu-satunya cara menyelamatkan pemuda itu adalah mencari dan
menemui Inyiek Susu Tigo, minta pengampunan padanya agar dia mau
melepaskan sahabatmu itu."
"Kalau memang tak ada jalan lain biar aku pergi mencari Inyiek. Pemuda
Jawa itu pernah menyelamatkan jiwaku. Sekarang giliranku menyelamatkan
jiwanya, kalau aku mampu. Tapi aku mau mencari ke mana" Lalu apa aku bisa
menemuinya sebelum matahari terbit" Kalau bertemu apa Inyiek mau
membantu?" Malin Kapuyuak nampak bingung sendiri dan cemas.
Lama si nenek terdiam merenung. Akhirnya dia berkata.
"Mungkin hanya ada dua orang yang mampu menyelamatkan pemuda itu."
"Siapa mereka Nek?"
"Yang pertama perempuan yang hendak dijadikan istri oleh Inyiek.
Karena kalau dia memang menginginkan gadis itu, apapun pinta si gadis pasti
akan dituruti."
"Satunya lagi siapa?" tanya Malin Kapuyuak.
"Inyiek Batino. Ratu sekalian Harimau Betina Tujuh Gunung Bertuah."
Malin Kapuyuak ingat bagaimana dia dua kali gagal ketika mencoba
menjual nama Inyiek Batino untuk menakuti Ki Bonang dan kawan-kawan serta
Inyiek Susu Tigo. Terbungkuk-bungkuk karena perutnya masih sakit akibat
terlalu lama tertelungkup melintang di cabang pohon, pemuda ini berusaha
36 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sendiri. "Nek, kita harus segera mencari salah seorang dari mereka...
"Inyiek Batino kurasa yang paling ampuh. Karena setahuku guruku
sangat segan pada perempuan sakti berwajah harimau itu. Tapi..."
"Jangan terlalu banyak tapi Nek!" Malin Kapuyuak sudah tidak sabaran.
"Inyiek Batino tidak diketahui berada di gunung yang mana saat ini.
Kita tidak mungkin mencari di tujuh gunung..."
"Nek, kalau kau bicara begitu sama saja dengan takantuikl" (takantuik:
terkentut Di sini maksudnya sama saja dengan bohong)
"Mencari gadis gendut calon istri Inyiek itu rasanya lebih mungkin.
Kalau kita berhasil menemuinya mungkin Inyiek juga ada di situ."
"Kalau begitu kita cari sekarang juga." Malin Kapuyuak menatap ke
langit. "Menurutku saat ini sudah di pertengahan malam. Waktu kita tidak
banyak sampai matahari terbit."
"Aku tahu. Ada satu cara yang bisa membantu agar kita bisa menemui
gadis itu. Jika Inyiek memang sudah memilihnya untuk dijadikan istri maka
sebagian hawa di dalam tubuh Inyiek sudah berpindah ke dalam tubuhnya.
Membaui hawa di tubuh si gadis lebih mudah daripada membaui hawa yang ada
di tubuh Inyiek."
"Sudah! Jangan bicara saja! Kita pergi sekarang Nek!"."Tunggu dulu.
Masih ada satu hal lagi yang harus dilakukan," kata Si Kamba Mancuang.
"Hawa di dalam tubuh si gadis berasal dari kesaktian Inyiek Susu Tigo. Kita
bisa mengetahui keberadaan gadis itu kalau kita menjalani salah satu
kebiasan Inyiek. Yang paling ampuh ialah meniru cara dia sering berdiri. Kaki
ke atas kepala ke bawah. Aku tidak mungkin berjalan apa lagi berlari dengan
cara itu. Berarti kau yang melakukan."
"Kau ini ada-ada saja Nekl Mana mungkin aku melakukan hal itu."
"Aku akan mendukungmu, kakimu kau silangkan di atas bahu dan
leherku, kepalamu di sebelah bawah. Tapi aku mendukungmu di sebelah
belakang..."
"Berarti mukaku akan menghadap dan menempel di lancirikmu Nek! Kau
bisa enak-enak kegelian. Tapi aku! Hidungku bisa tanggal!" (Iancihk: pantat)
"Pemuda kurang ajar! Itulah kalau terlalu sering mengintip perempuan
mandi. Kalau punggungmu yang beradu dengan punggungku mana mungkin
mukamu malakok di pantatku!" {malakok s menempel) Kini si nenek yang jadi
kesal. Lalu sekali dia bergerak tubuh Malin Kapuyuak dipentangnya kaki ke
atas kepala ke bawah. Kaki kedua nenek ini bergerak pemuda itu sudah
berada di belakang punggungnya. Sambil mencekal dua kaki Malin Kapuyuak Si
37 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Kamba Mancuang dengan cepat berkelebat tinggalkan tempat itu. Sambil lari
dia menghirup udara berulang kali untuk menjajagi hawa Inyiek Susu Tigo


Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang ada di dalam tubuh Denok Tuba Biru. Dengan cara itu dia mampu
mengetahui arah mana yang harus dituju. Apa lagi tadi dia sempat
memperhatikan ke arah mana sang guru melesat dalam mengejar gadis gemuk
itu. "Nek, jangan kencang-kencang larinya. Kepalaku pusing! Aku bisa
muntah!" berteriak Malin Kapuyuak. "Hueekkkl"
38 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
TUBUH gemuk tinggi Inyiek Susu Tigo mengeluarkan suara angin menderu.
Rambut dan janggut berkibar-kibar. Sekian lama dia mengerahkan ilmu
kesaktian untuk berlari cepat, tokoh silat utama di tanah Minang ini jadi
heran. Dia hentikan lari sesaat lalu tinggikan kepala, mengendus udara
berulangkah. "Aneh, dari tadi aku sudah mencium baunya. Tapi mengapa masih tidak
melihat ujudnya" Istriku... ilmu apa yang kau miliki hingga tega-teganya
menghilang dari pandangan mataku?"
Saat itu seperti yang diperkirakan Inyiek Susu Tigo, Denok Tuba Biru
yang tengah dikejar memang telah berada cukup dekat hanya sekitar dua
tombak di sebelah depan. Namun karena gadis gemuk ini menerapkan Ilmu
Bayang Bayang Angin maka Inyiek Susu Tigo tidak mampu melihatnya. Denok
Tuba Biru walau mampu melenyapkan diri tidak kelihatan namun tetap merasa
khawatir karena jarak dia dengan orang yang mengejar hanya terpaut dua
sampai tiga tombak saja.
Inyiek Susu Tigo akhirnya hentikan lari. Mengusap dagu yang ditumbuhi
janggut hitam lebat sambil berpikir-pikir.
"Orang Jawa ilmu kesaktiannya memang tinggi dan hebat-hebat Aku
mau lihat apa dia bisa menangkal ilmuku yang satu ini."
Habis berkata begitu Inyiek Susu Tigo berjongkok di tanah. Mulut
komat kamit merapal satu ajian sambil tangan membuka ikatan kain hitam
yang tergulung di kepala. Gulungan kain menyerupai sorban itu digelar
memanjang di atas tanah. Sambil mata dipejamkan Inyiek Susu Tigo
membentak. "Pergi!"
"Bukk!"
Inyiek Susu Tigo pukulkan telapak tangan kanan ke tanah. Kejapan itu
juga gulungan kain hitam bergerak seperti ular mengangkat kepala. Disertai
suara mendesir gulungan kain hitam melesat ke depan dalam kegelapan malam.
Di depan sana, sejarak sekitar dua puluh tombak tiba-tiba terdengar
pekik perempuan. Itu adalah suara pekik Denok Tuba Biru. Tubuhnya yang
gemuk hampir jatuh tersungkur kalau dia tidak cepat mengimbangi diri.
Memandang ke bawah dia melihat satu kain hitam panjang telah melibat
kedua kakinya mulai dari mata kaki sampai ke betis. Serangan ilmu yang
dilancarkan Inyiek Susu Tigo telah mengena!
39 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Kurang ajar! Benda jahanam apa yang menjirat kakiku! Aku tidak bisa
melangkah!"
Denok Tuba Biru membungkuk, berusaha membuka dan memutus
gulungan kain hitam. Tapi pinggangnya seperti kaku. Dia tidak mampu
membungkuk hingga dua tangannya tidak sampai menyentuh kain hitam.
Gadis gemuk ini tidak kehabisan akal. Dia membuat gerakan hendak
menjatuhkan diri ke tanah. Tapi astaga! Dua telapak kakinya seperti dipaku
lengket ke tanah. Jangankan diangkat, digeser sajapun tidak bisa! Sadar
kalau ada orang telah mengerjai dirinya Denok Tuba Biru kerahkan tenaga
dalam dan hawa panas. Dialirkan pada dua kaki. Dia bertiarap sekali dua kaki
disentakkan maka kain hitam yang mengikat akan robek dan putus. Namun
sampai napas tersengal dan seluruh tubuh bergetar libatan kain hitam tidak
bisa diputus atau dirobek. Malah kedua kakinya terasa sakit sekali seperti
dicucuk ratusan jarum!
Tiba-tiba dia mendengar suara menderu, tanah bergetar. Berpaling ke
kiri Denok Tuba Biru tersentak kaget Darah mendesir. Mahluk gemuk tinggi
bernama Inyiek Susu Tigo itu kini berada di samping kirinya. Hanya sejarak
dua langkah! Walau berada sedekat itu namun Inyiek Susu Tigo masih belum melihat
Denok Tuba Biru. Gadis gemuk ini maklum cepat atau lambat orang itu pasti
akan melihat ujud atau mengetahui keberadaannya. Saat itu dia melihat
Inyiek Susu Tigo berdiri dengan mendongakkan kepala ke langit gelap. Tangan
kiri mengusap-usap dada berbulu. Denok Tuba Biru merinding sewaktu
mendengar orang ini berucap.
"Istriku, aku mencium semerbak bau tubuhmu. Mengapa kau masih
tidak mau memperlihatkan diri" Mengapa tega menggunakan ilmu untuk
sembunyi" Aku tahu kau ada di dekat sini. Dekat sekali. Aku ingin melihatmu.
Aku ingin menyentuhmu. Wahai istriku, perlihatkan dirimu..."
"Istriku..." Celaka!" ucap Denok Tuba Biru dalam hati.
Inyiek Susu Tigo maju dua langkah ke depan sambil dua tangan
diulurkan lalu disapukan kian kemari seperti berusaha menyentuh sesuatu.
Tapi dia hanya menyapu udara kosong. Dia mundur ke tempat semula lalu
bergerak ke kanan dua langkah. Tangan kembali disapukan. Tetap saja dia
tidak menyentuh apa-apa. Kembali lelaki gemuk tinggi ini mundur dan kini
bergerak dua langkah ke kiri. Saat itu juga tubuhnya serta merta beradu
dengan tubuh Denok Tuba Biru!
Inyiek Susu Tigo berseru gembira. Dengan cepat dua tangannya
digelungkan ke depan. Sesaat lagi dia akan berhasil merangkul tubuh gemuk
40 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Denok Tuba Biru tiba-tiba bukkk!
Satu jotosan keras yang dilepaskan Denok Tuba Biru melanda telak
dada berbulu Inyiek Susu Tigo hingga si gemuk besar ini terpental beberapa
langkah dan jatuh terjengkang di tanah. Dari mulutnya keluar suara
mengerang sementara wajah mengelam menahan sakit. Dalam hati dia
berkata. "Seumur hidup baru kali ini aku dihantam pukulan sehebat ini. Dadaku
terasa remuk. Tulang-tulang seperti melesak ke dalam... Ada hawa aneh dalam
tubuhku!" Inyiek Susu Tigo buka mulutnya lebar-lebar Kerahkan hawa sakti di
dalam tubuh. Saat itu juga dari mulut, hidung dan telinga menyembur keluar
asap lembab berwarna kebiru-biruan.
"Racun jahat..." ucap Inyiek Susu Tigo dalam hati. Wajah berubah
merah menahan amarah. Sementara DenokTuba Biru terkesiap dan membatin.
"Orang lain jika terkena pukulanku tadi paling tidak pasti muntah
darah! Mahluk satu ini hanya mengerang kesakitan. Dia mampu mengeluarkan
racun pukulan! Sungguh luar biasa!"
Masih dalam keadaan terduduk di tanah wajah gelap Inyiek Susu Tigo
menatap garang ke depan, ke arah mana dipastikannya Denok Tuba Biru
berada. Dari mulutnya keluar suara menggembor marah.
"Aku bermaksud baik! Tapi kalau orang membalas dengan kekerasan
maka apapun akan aku lakukan! Kalau aku harus mati maka calon istriku juga
harus mampus!"
Habis berkata begitu Inyiek Susu Tigo yang sudah dapat mengira-ngira
di mana saat itu berdirinya Denok Tuba Biru bergerak bangun lalu melompat
ke depan. Sekali menyergap dia berhasil merangkul tubuh gemuk si gadis yang
dua kakinya tidak mampu digerakkan itu. Sebaliknya yang dirangkul berusaha
melepaskan diri sambil hantamkan pukulan-pukulan keras. Dihujani pukulan
bertubi-tubi Inyiek Susu Tigo menangkis dengan sebat. Namun karena dia
tidak melihat lawan dan datangnya serangan maka beberapa pukulan berhasil
mendarat di wajah dan dadanya. Untung saja kedua kaki Denok Tuba Biru
masih dalam keadaan terikat dan tak bisa bergerak. Kalau tidak pasti Inyiek
Susu Tigo akan babak belur karena sampai saat itu walau marah tapi anehhya
dia tidak berusaha balas menyerang. Dua tangannya tampak bilur-bilur merah
biru dan agak membengkak akibat menangkis pukulan lawan yang tidak
kelihatan. Jika ada orang lain yang melihat kejadian itu maka akan merasa aneh
dan mengira Inyiek Susu Tigo seorang gila atau tengah kemasukan setan,
41 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mencak-mencak seorang diri.
"Manusia pengecutl Lepaskan kakiku yang kau jerati" berteriak Denok
Tuba Biru. "Kau juga pengecutl Kalau berani perlihatkan dirimu!" balas berteriak
Inyiek Susu Tigo.
"Maumu akan aku layani! Tapi awas kalau kau tidak melepaskan jiratan
kain hitam! Jangan berani berlaku culas!" Denok Tuba Biru balas berteriak.
Lalu sekali dia merapal mantera maka saat itu juga ujudnya terlihat kembali.
Melihat sosok nyata si gadis bertubuh gembrot bermuka biru itu
Inyiek Susu Tigo terperangah dan berseru lega penuh gembira.
"Kutemui juga kau akhirnyal Aku mohon, aku minta kau ikut aku ke
rumah di telaga. Kita bicara soal hari baik hari perkawinan kita..."
DenokTuba Biru mencibir.
"Walau aku jelek begini, mana sudi aku kawin denganmu!" jawab Denok
Tuba Biru. Lalu dia membentak. "Kau belum melepaskan jiratan kain hitam!"
Inyiek Susu Tigo geserkan kaki kanannya ke tanah. "Kain hitam
kembalilah!" Serangkum angin menderu ke arah dua kaki Denok Tuba Biru.
"Rerrrtttt!"
Saat itu juga kain hitam panjang yang melihat sepasang kaki
DenokTuba Biru bergerak berputar lalu melesat di udara dan menggulung di
atas kepala Inyiek Susu Tigo. Bersamaan dengan itu Denok Tuba Biru bisa
menggerakkan kedua kakinya. Sambil bertolak pinggang dan pentang wajah
garang gadis itu berkata.
"Aku akan pergi dari sini. Jangan berani mengikuti I"
Inyiek Susu Tigo kedap-kedipkan mata, tersenyum dan basahi bibir
dengan ujung lidah. Cara berdiri si gadis ini membuat dadanya yang besar jadi
tambah membusung sementara ketiak tersibak memperlihatkan bulu yang
lebat. Sang Inyiek jadi blingsatan.
"Kau sudah ditakdirkan jadi istriku. Ke manapun kau pergi aku akan
mengikuti. Kita hidup berdua atau mati bersama!" jawab Inyiek Susu Tigo.
"Gila!" teriak Denok Tuba Biru lalu saling kesalnya dia tertawa gelakgelak. Melihat hal ini Inyiek Susu Tigo juga ikutan tertawa. Dua sosok yang
sama-sama gendut gembrot itu tampak terguncang-guncang!
"Istriku, ikut aku sekarang juga ke pondok di telaga. Aku punya
beberapa perangkat pakaian yang bagus. Jika kau berpakaian cara perempuan
di sini kau pasti sangat cantik. Mengapa paha yang putih, dada yang besar
serta bulu ketiak yang rimbun dipertontonkan pada semua orang. Itu semua
nanti akan jadi milikku. Dan hanya aku seorang yang boleh melihat dan
42 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membelai!"
"Kurang ajar! Tidak tahu diri! Benar-benar tidak tahu diuntung!" teriak
Denok Tuba Biru sambil banting kaki. Didahului pekik kemarahan gadis gemuk
ini tusukkan dua jari tangan kanan ke depan. Dua larik cahaya biru yang
mengandung racun jahat menyambar ke arah dada Inyiek Susu Tigo. Inilah
ilmu serangan yang disebut Dua Jari Penyebar Racun Akhirat.
"Bagus! Aku senang punya istri berkepandaian tinggi!" Ucap Inyiek Susu
Tigo. Lalu tubuh gemuk besar itu seolah seenteng kapas berkelebat membuat
gerakan membalik jungkir balik. Kini Inyiek berdiri kaki ke atas kepala ke
bawah. Dua larik sinar biru menderu di antara dua kakinya. Begitu lolos dari
serangan, dengan pergunakan dua-tangan sebagai kaki, dia melangkah cepat
ke arah Denok Tuba Biru. Selagi si gadis terkejut melihat hal ini dua kaki
Inyiek tahu-tahu sudah menggelung pinggang dan perutnya yang gembrot!
"Manusia kurang ajar! Jangan kau berani menyentuh tubuhku!" Teriak
Denok Tuba Biru marah. "Tak tahu diuntung! Makan ini!"
Wuuutt" Lima larik sinar biru menyambar keluar dari limajari tangan kanan
Denok Tuba Biru. Inilah tatokan bernama Menutup Jalan Darah Menyumbat
Jalan Pernapasan. Jangankan manusia, gajahpun kalau terkena pukulan ini akan
menjadi lumpuh sekujur tubuhnya!
"Dess! Desss! Desss!"
Tiga dari lima sinar biru menghantam tubuh Inyiek Susu Tigo!
43 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
TERNYATA kehebatan ilmu Menutup Jalan Darah Menyumbat Jalan
Pernapasan tidak berpengaruh pada Inyiek Susu Tigo. Walau tubuhnya yang
tinggi gemuk mencelat sampai satu tombak namun dia tidak sanggup dibuat
lumpuh. Melihat lawan masih mampu bergerak bangkit, Denok Tuba Biru
segera menerjang dan lepaskan pukulan serta tendangan berantai.
"Hai! Istriku! Jangan kau memukul dan menendang suamimu! Nanti bisa
kualat!" teriak Inyiek Susu Tigo.
"Setan alas! Ilmu kebal apa yang* dimiliki mahluk keparat ini!" pikir
DenofcTuba Biru penuh geram. Dia siap menyerang dengan Ilmu andalan yang
lain yaitu Racun Pelemas Raga, Serangan ini berupa racun jahat yang
disemburkan dar* mulut. Banyak lawan celaka karena tidak mengira akan
mendapat serangan seperti itu ketika Denok Tuba Biru membarengi serangan
dengan pukulan-pukulan tangan kosong.
Seperti diceritakan dalam episode Si Cantik Gila Dari Gunung Gede,
Denok Tuba Biru adalah orang termuda dari kelompok yang menamakan diri
"Serikat Momok Tiga Racun". Dua anggota kelompok lainnya tewas. Yang
pertama yaitu Tukak Racun Kuning tewas di tangan Bujang Gila Tapak Sakti.
Momok kedua dikenal dengan nama Alis Bisa Merah menemui ajal di tangan
Manusia Paku Sandaka. Momok ketiga yaitu Denok Tuba Biru diselamatkan
dan diampuni nyawanya oleh Sandaka. Setelah kejadian itu Denok Tuba Biru
berubah menjadi orang baik-baik dan bersama Wiro pernah menolong
Sandaka hingga pemuda ini sembuh dari puluhan paku yang menancap di tubuh
serta kepalanya dan akhirnya berjodoh dengan Nyi Retno Mantili. (Baca
"Perjodohan Berdarah" dan "Bayi Titisan")
Selama malang melintang dalam rimba persilatan tanah Jawa, ketiga
orang itu terkenal sebagai kelompok rimba persilatan golongan hitam yang
memiliki ilmu hebat dan telah membuat nama yang menggetarkan para tokoh.
Setiap serangan yang dilancarkan pasti mengandung racun yang bisa
mencelakakan bahkan mematikan lawan.
Denok Tuba Biru kerahkan tenaga dalam dari pusar. Disalurkan dengan
cepat ke dada terus ke tenggorokan. Sepasang matanya berubah menjadi biru
angker. Untuk mengalihkan perhatian lawan dia mendahului serangan dengan
gempuran tangan kosong. Ketika Inyiek Susu Tigo masih terus mengalah dan
hanya sibuk menangkis tak mau membalas serangan, Denok Tuba Biru tibatiba buka mulutnya lebar-lebar. Siap untuk menghamburkan Racun Pelemas
44 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Raga. Mendadak satu bayangan berkelebat dalam kegelapan malam.
"Uni gapuak! Tahan! Hentikan serangan!"
Gadis gemuk bermuka biru belang kuning terpaksa hentikan serangan.
Dia mengenali suara itu. Tapi tidak melihat orangnya.
"Malin Kapuyuak! Kau kah itu"!"
Memandang ke depan Denok Tuba Biru merasa heran. Yang berteriak
tadi jelas suara laki-laki. Suara pemuda bernama Malin Kapuyuak. Tapi yang
dilihat di hadapannya saat itu adalah seorang nenek bertubuh tinggi
berambut dan berjubah putih yang ketika menyeringai kelihatan gigi berkilat
karena dilapisi perak.


Wiro Sableng 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si nenek berpaling ke belakang di mana di punggungnya saat itu masih
menggantung tubuh Malin Kapuyuak. Dia berbisik.
"Cepat kau bujuk gadis gendut itu... Aku akan mengurusi si Inyiek."
Sekali nenek ini yang bukan lain adalah Si Kamba Mancuang Tangan
Manjulai menggerakkan dua tangan, maka Malin Kapuyuak yang sejak tadi
dibawanya berlari di belakang punggung terlempar ke hadapan Denok Tuba
Biru. Kalau tidak cepat lengannya dipegang si gadis pasti pemuda ini
tersungkur jatuh di tanah.
"Uni gapuak, hanya kau yang bisa menyelamatkan sahabat kita Uda
berambut panjang itu."
"Maksudmu Wiro?"
Malin Kapuyuak mengangguk.
"Aku memang ingat-ingat pemuda itu. Tapi mahluk bersusu tiga itu
mengejarku. Ini semua gara-garamu. Kalau kau tidak menipu memberi
keterangan sialan itu..."
"Aku tidak menipu. Aku memang tidak tahu. Aku yakin saat ini ada
sebagian ilmu Inyiek Susu Tigo yang sudah masuk ke dalam tubuhmu..."
"Ilmu kentut!" maki Denok Tuba Biru.
"Sudah! Jangan disebut lagi hal itu. Kau harus menerima permintaan
Inyiek Susu Tigo untuk dijadikan istrinya..."
"Setan! Apa tidak salah aku mendengar"!" bentak Denok Tuba Biru.
"Dengar dulu! Ini satu-satunya cara menyelamatkan Wiro. Jika kau
pura-pura mengatakan pada Inyiek bahwa kau bersedia menjadi istrinya tapi
terlebih dulu inyiek harus membebaskan Wiro, pasti dia mau melakukan..."
"Pemuda itu, apa dia masih di telaga?"
"Benar..." jawab Malin Kapuyuak.
"Kalau begitu kita segera pergi ke sana menyelamatkan Wiro!"
"Tidak mungkin Uni..."
45 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Apa yang tidak mungkin"!" kembali Denok Tuba Biru menghardik.
"Nenek berjubah putih itu. Dia murid Inyiek. Dia sudah memberi tahu
kalau tidak satu orang pun bisa menyelamatkan Wiro. Kuncinya pada Inyiek.
Aku menyaksikan sendiri nenek itu coba menolong tapi sia-sia karena dia akan
jadi santapan puluhan buaya lebih dulu!"
"Kalau begitu buayanya yang dibunuh duluan!"
Malin Kapuyuak menggeleng, "Aku juga sudah bilang begitu pada si
nenek. Tapi tidak mungkin. Wiro tidak bisa diangkat dari atas permukaan
telaga. Tubuhnya lengket seperti direkat ke air. Uni, sebaiknya kau lekas
mendatangi Inyiek itu. Katakan padanya kau bersedia menjadi istrinya. Asal
sahabat kita Wiro dibebaskan lebih dulu. Kalau Wiro sudah bebas kita bisa
melarikan diri. Tapi kalau nanti kau memang mau kawin benaran dengan Inyiek
kurasa ada baiknya juga. Mungkin memang sudah takdirmu menemui jodoh di
negeri ini. Lagi pula, kalau diurus dan didandani yang apik, apa lagi dimandikan
dengan bunga tujuh rupa aku rasa Inyiek itu tidak buruk-buruk amat..."
"Setan kau Malin!" damprat si gadis gemuk. "Dengar, ada yang tidak aku
mengerti. Nenek itu jelas tebih tua dari Inyiek. Bagaimana mungkin dia bisa
jadi muridnya" Lalu jika dia memang murid Inyiek, mengapa dia mau membela
Wiro, bukan membantu gurunya"!"
Malin Kapuyuak tanggalkan destar putih milik Wiro yang dipakainya,
Kepala digaruk berulang kali.
"Kalau kita bicara dan berdebat terus di sini, nanti hari keburu siang.
Matahari keburu terbit dan Wiro tidak bisa diselamatkan lagi dari serbuan
puluhan buaya yang bakal membantainya!"
Sementara itu Si Kamba Mancuang Tangan Manjulai sudah berdiri di
hadapan gurunya.
"Inyiek, denai perlu bicara dengan Inyiek. Ini sangat penting..." (denai:
saya) Inyiek Susu Tigo delikkan matanya yang belok besar.
"Aku lebih penting mengurus calon istriku! Menyingkirlah sebelum gadis
itu melarikan diri lagi..."
"Inyiek, aku dan pemuda itu akan membujuk agar gadis itu mau menjadi
istrimu. Tidak sulit. Tapi asal kau lebih dulu mau membebaskan sahabatnya,
pemuda berambut panjang yang kau rekat di permukan telaga..."
"Aku tidak akan membuat perjanjian gila itu! Pemuda itu telah
memperkosa dan membunuh saudara kembarmu Si Kamba Pesek! Malah
mencari-carimu hendak disantuangnya pula! Mengapa kau justru
membelanya"!" (disantuangnya: di sini maksudnya hendak diperkosa)
46 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Itulah sebabnya denai minta diperbolehkan bicara. Agar denai bisa
menerangkan hal yang sebenarnya pada Inyiek."
Inyiek Susu Tigo tidak perduli. Dia ulurkan tangannya yang besar lalu
mendorong si nenek ke samping.
"Inyiek, tidak mau mendengarkan keterangan denai tidak jadi apa. Tapi
kalau Inyiek sampai kesalahan tangan membunuh pemuda itu, Inyiek tidak
akan mendapatkan gadis dari Jawa itu untuk selama-lamanya. Inyiek jadikan
istri!" Lalu Si Kamba Mancuang dengan kesal melengos pergi.
Inyiek Susu Tigo jadi terdiam. Dia menatap si nenek lekat-lekat lalu
berkata. "Eh, tunggu dulu!" Inyiek akhirnya berucap. "Baik, sekali ini aku turuti
permintaanmu. Apa yang hendak kau katakan padaku?"
"Terima kasih Inyiek mau memberi kesempatan," ucap Si Kamba
Mancuang pula. "Ketahuilah pemuda yang berasal dari Jawa itu sama sekali
tidak memperkosa apa lagi membunuh saudara kembar denai Si Kamba Pesek."
"Lalu bagaimana saudaramu bisa mati" Dicekik hantu Haru-Haru"!"
"Tidak Inyiek. Saya mendapat kabar pelakunya adalah serombongan
orang yang dipimpin oleh seorang kakek berjubah dan berkopiah hijau berasal
dari tanah Jawa, bernama Ki Bonang Talang Ijo. Saya memang belum
menyelidik kebenaran kabar itu. Tapi Ki Bonang dan teman-temannya pernah
bentrok dan memang tidak menyukai pemuda itu karena dia dianggap sebagai
penghalang dari apa yang tengah mereka lakukan..."
"Orang tua bernama Ki Bonang Talang Ijo itu bersama teman-temannya
telah menemuiku di pondok di tengah telaga. Mereka meyakinkan bahwa
memang pemuda berambut panjang yang berasal dari Jawa itulah pemerkosa
dan pembunuh Si Kamba Pesek!"
"Fitnah busuk Inyiek. Itu hanya fitnah..."
"Kalau memang begitu biar. nanti saja akan aku selidiki. Saat ini aku
mau mengurus betina cantik itu yang juga berasal dari Jawa. Menyingkirlah..."
"Tapi Inyiek, tak lama lagi matahari akan terbit. Puluhan buaya
peliharaan Inyiek akan memangsa pemuda itu..."
"Kamba Mancuang, aku heran mengapa kau sangat mengkhawatirkan diri
pemuda asing itu?"
"Karena... karena..."
"Karena apa"!" sentak Inyiek Susu Tigo.
"Karena sebenarnya dia pernah menolong saudara kembar denai Si
Kamba Pesek. Selain itu denai juga menyirap kabar kalau dia ditugaskan
melakukan sesuatu untuk menghindarkan malapetaka besar di negeri ini."
47 168 Mayat Kiriman Di Rumah Gadang
-WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Ah, pahlawan gadang rupanya pemuda itu..." Inyiek Susu Tigo
menyeringai lalu keluarkan suara berdecak berulang kali sambil kepala
digeleng-geleng. "Ilmu hanya setinggi mata kaki mau menghindarkan
malapetaka di negeri ini! Apa tidak ada orang cerdik pandai dan sakti di tanah
Minang ini"!"
Si nenek diam saja.
"Kamba Mancuang! Siapa yang kau bilang memberi tugas pada pemuda
Jawa itu?" "Denai tidak tahu Inyiek." Inyiek Susu Tigo tampak kesal. "Kamba
Mancuang. Jangan membuat aku jadi marah! Kau mau berbanyak mulut tapi
ternyata banyak tidak tahu! Lekas menyingkir dari hadapanku!"
"Baiklah kalau begitu kata Inyiek. Murid hanya menurut saja," jawab Si
Kamba Mancuang. "Tapi harap Inyiek baik-baik satu hal agar nanti Inyiek
tidak kesalahan tangan. Pemuda Jawa berambut panjang bernama Wiro itu
sama sekali tidak membunuh, tidak pula memperkosa saudara kembar denai.
Denai bersumpah akan mencari dan membunuh pelaku sebenarnya. Dan denai
punya dugaan bahwa pemuda Jawa itu yang tahu siapa orangnya!"
Selesai bicara si nenek lalu menghindar ke samping kiri memberi jalan
pada sang guru.
Inyiek Susu Tigo delikkan mata pada muridnya lalu tanpa pedulikan lagi
Si Kamba Mancuang dia menatap ke depan. Khawatir Denok Tuba Biru akan
melarikan diri lagi maka dia geserkan telapak kaki kanan ke tanah sambil
Kekaisaran Rajawali Emas 5 Pendekar Pulau Neraka 46 Tumbal Ajian Sesat Tamu Dari Gurun Pasir 9

Cari Blog Ini