Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit Bagian 2
" Edan! Orang tua itu merampas Kapak Naga Geni Dua Satu Dua! Teriak Kunti Ambiri.
Selama di alam delapan ratus tahun mendatang dia tahu banyak kesaktian dan
riwayat senjata ini.
Sinto Gendeng tertawa cekikikan. Mulut mengeluarkan suara mengeong.
Tangan kanan yang memegang kapak sakti dibabatkan setengah lingkaran.
" Wusss!" Cahaya putih berkiblat disertai suara seperti ribuan tawon mendengung mengamuk.
Hawa panas menghampar. Ruangan Segi Tiga Nyawa bergetar.
Beberapa bagian dinding tanah merah berguguran. Kunti Ambiri dan tiga orang
lainnya cepat jatuhkan diri di tanah. Di dalam ruangan Empu Semirang Biru
terduduk pucat, dia kirimkan serangan berupa tiupan ke arah Sinto Gendeng yang
dilihatnya sebagai seorang gadis cantik. Namun jarak terlalu jauh. Selain itu
dinding Ruang Segi Tiga Nyawa ikut menjadi penghalang.
Ketika semua orang di luar ruangan bangkit berdiri kembali, Sinto Gendeng
bersama Kapak Naga Geni 212 telah raib. Wiro terbaring tak bergerak dengan baju
robek tersingkap dan di tubuh terlihat ada guratan memanjang seperti luka
bertaut yang baru sembuh.
Sesajen Atap Langit
20/55 Ratu Randang dan Kunti Ambiri berusaha mengejar Sinto Gendeng namun dicegah oleh
Empu Semirang Biru.
" Jangan dikejar. Kita semua telah tertipu. Yang datang tadi arwah jejadian Embah
Buyut Kumara Gandamayana. Sosoknya telah disusupi mahluk lain berujud gadis
cantik. Semua ini jelas pekerjaan dua Sinuhun dibantu anak bernama Dirga
Purana." " Gadis tadi adalah guru pemuda ini."Menerangkan Ratu Randang yang
membuat Empu Semirang Biru terheran heran.
Kening Empu Semirang Biru mengerenyit, alis mencuat ke atas.
" Bagaimana mungkin guru semuda usia muridnya?" Ucapnya. Namun
kemudian melanjutkan. "
Tapi sudahlah! Di Bhumi Mataram semakin banyak
keanehan dan kita semua mungkin akan mati dalam keanehan itu!"
" Empu, aku tidak bisa membiarkan orang mencuri senjata milik sahabatku ini.
Aku harus mengejar dan dapatkan senjata itu kembali."Berkata Kunti Ambiri.
" Aku tetap melarang. Tapi terserah padamu."Empu Semirang Biru menjawab.
" Kami bertiga juga akan ikut mengejar!"Kata Sakuntaladewi pula.
"Lalu siapa yang akan menolong pemuda itu" Lalu siapa yang akan
menyelamatkan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi yang masih menancap di atas sana?"
Hanya Kunti Ambiri yang tidak perdulikan ucapan Sang Empu. Sebelum pergi dia
mendekati Sakuntaladewi dan Ratu Randang serta Jaka pesolek lalu berkata
setengah berbisik.
" Diantara kita harus ada yang tahu dimana guru pemuda itu berada dan kemana Kapak
Naga Geni Dua Satu Dua dibawa. Kalau senjata itu tidak bisa dirampas, tunggu
saja riwayat senjata makan tuan! Bukan hanya Wiro yang bakal menemui ajal, tapi
kita semua bakal dibantai oleh dua Sinuhun!"
Ratu Randang, Sakuntaladewi dan Jaka Pesolek terdiam. Kunti Ambiri meneruskan
ucapan. " Nek Ratu, aku akan menyerahkan delapan Bunga Matahari kecil padamu.
Berikan pada Wiro jika dia sudah siuman...."
" Bagaimana kalau dia tidak pernah siuman tapi malah mati akibat racun
jahat"!"Kata Jaka Pesolek polos-polos saja. Gadis ini langsung bungkam ketika
Kunti Ambiri, Ratu Randang dan Sakuntaladewi delikkan mata menatap ke arahnya.
Kunti Ambiri lanjutkan kata katanya. "
Nek, jangan lupa menyampaikan pesan
Nyi Loro Jonggrang pada Wiro. Aku pergi sekarang."
Lalu gadis cantik alam roh ini keluarkan delapan Bunga Matahari kecil dari balik
pakaian hijaunya dan diserahkan pada Ratu Randang. Ketika dia. hendak melesat ke
atas, siap untuk pergi tiba-tiba Ratu Randang memeluknya erat-erat.
" Nek, kau ini mengapa memelukku segala?"Tanya Kunti Ambiri.
" Ssttt, jangan bicara. Dengar, aku tahu kau punya ilmu bernama membalik Mata
Menipu Pandong...."
Kunti Ambiri terkejut.
" Eh Nek, dari mana kau tahu...."
Sesajen Atap Langit
21/55 " Wiro yang menceritakan. Katanya kau gadis hebat. Dengan ilmu itu katanya dulu
kaul menyelamatkan diri sewaktu hendak dibunuh Wiro..."
"Lalu apa sangkut pautnya dengan kau memelukku saat ini?"Tanya Kunti Ambiri.
" Aku akan menambah kehebatan ilmu itu. Hingga kau bisa merubah diri menjadi
mahluk hidup apa saja agar selamat dari segala macam maksud jahat mahluk
lain."Menjelaskan Ratu Randang.
" Tetapi aku tidak mau sepertimu. Berubah jadi anjing lalu diperkosa ......."
" Hik ... hik ... hik!"Si nenek tertawa. "
Kita sudah bersahabat. Aku tak ingin
sahabatku kena celaka. Dua Sinuhun dan bocah bernama Dirga Purana itu banyak
akalnya. Semua akal, serba jahat dan licik. Apa lagi mereka dibantu pula oleh
Kesatria Roh Jemputan. Yang menurut Wiro dijuluki sebagai Pangeran Segala
Cerdik, Segala Akal, Segala Ilmu, Segala Licik, Segala Congkak..."
" Nek, aku tidak mengira kau banyak mendapat cerita dari Wiro."
" Sssttt .... Bukan hanya cerita. Ciuman juga banyak!"Jawab Ratu Randang lalu
tertawa cekikikan dan merangkul tubuh Kunti Ambiri lebih kencang. Saat itu juga
gadis alam roh ini merasa ada hawa dingin masuk ke dalam tubuhnya melalui ubunubun dan kedua telapak kaki. "
Kau tinggal menyebut nama mahluk hidup
yang kau inginkan. Setelah mahluk hidup itu terujud, tubuh kasarmu akan pindah
ke tempat lain."
" Terima kasih Nek. Biar kucium dulu dadamu yang besar montok!"Kata Kunti Ambiri
pula, Lalu hidungnya disusupkan ke balik dada pakaian Ratu Randang hingga si
nenek terpekik, menggeliat kegelian.
" Kalian semua! Lekas gotong pemuda itu dan cepat masuk kembali ke sini!"
Tiba-tiba Empu Semirang Biru berseru. "
Aku kawatir delapan ekor anak kucing
merah masih berada di luar sana."
Ratu Randang, Sakuntaladewi dan Jaka Pesolek segera mengangkat Wiro dan masuk
kembali ke dalam Ruang Segi Tiga Nyawa.
TUJUH DI DALAM Ruang Segi Tiga Nyawa, Wiro dibaringkan di lantai, dua langkah di depan
Empu Semirang Biru yang berada dalam keadaan terikat rantai merah yang disebut
Rantai Kepala Arwah Kaki Roh. Ratu Randang tegak di samping Jaka Pesolek dan
Sakuntaladewi, memegang delapan Bunga Matahari kecil di tangan kanan.
" Ratu Randang, ketika kau terkena racun Cakar Sukma Merah, Embah Buyut Kumara
Gandamayana menolongmu. Jika kau masih ingat cara orang tua gaib itu
menyelamatkanmu, sebaiknya segera kau cobakan pada pemuda itu."Berkata
Sakuntaladewi. Ratu Randang rapikan dada pakaiannya yang tersingkap akibat ciuman Kunti Ambiri
tadi lalu menjawab.
Sesajen Atap Langit
22/55 " Waktu itu Embah Buyut menotok ubun-ubunku lalu meremas tanganku yang luka hingga
darah mengandung racun mengucur keluar. Setelah darah berhenti mengucur dia
menotok dada kiriku."
" Ditotok atau diusap Nek?"Bisik Jaka Pesolek. Gadis yang punya ilmu hebat
menangkap petir ini langsung menjerit ketik perutnya disambar cubitan Ratu
Randang. Sakuntaladewi menegur. "
Sahabatku Jaka Pesolek, sekarang bukan saatnya
bergurau!"
Jaka Pesolek senyum cengengesan dan membungkuk-bungkuk sambil berkata.
" Maafkan aku ... maafkan aku."Lalu mulut ditepuk-tepuk.
Empu Semirang Biru cepat menengahi.
" Ratu, kau tahu semua apa yang dilakukan Embah Buyut. Apakah kau bisa menolong
pemuda itu dengan cara yang sama?"
" Aku bisa saja melakukan seperti cara Embah Buyut. Tapi tingkat ilmuku tidak
setinggi orang tua itu.
Selain itu menurut Embah Buyut, orang yang kena racun Cakar Sukma Merah baru
bisa diberi pertolongan kalau tubuhnya dibawa masuk delapan tombak ke dalam
tanah. Nah, ini yang tidak bisa aku lakukan. Bagaimana mengukur dan menghitung
masuk ke dalam tanah sejauh delapan tombak."
Ruang Segi Tiga Nyawa menjadi sunyi karena semua orang jadi terdiam. Ratu
Randang memperhatikan sosok Wiro dengan perasaan sedih sambil masih terus
memegangi delapan Bunga Matahari kecil. Sakuntaladewi tampak sangat tegang
hingga wajahnya pucat. Jaka Pesolek unjukkan air muka berubah ketika si nenek
dilihatnya mengusap-usap delapan Bunga Matahari sambil melangkah mendekati Wiro
dan berlutut di samping sosok sang pendekar. Delapan Bunga Matahari terus
diusap, sesekali dicium.
" Nek, apa yang ada dalam benakmu?"Jaka Pesolek bertanya. Tengkuknya mendadak saja
dingin tapi dada bergetar.
" Sttt, diam saja. Aku tengah berpikir."
" Kalau kau berpikir mau mengobati pemuda ini dengan cara mengusapkan delapan
Bunga Matahari kecil ... Apa kau tidak kawatir kejadian yang lalu akan terulang
kembali" Kau lupa apa yang terjadi dengan kita" Bagaimana kalau Wiro bukannya
sembuh tapi malah celaka lagi seperti yang kita alami. Dirasuk hawa tidak karuan
rasa..." " Memangnya aku mau mengusap apanya?"Tukas Ratu Randang sambil
delikkan mata pada Jaka Pesolek. Lalu nenek cantik ini pejamkan mata dan menarik
nafas panjang beberapa kali. Kemudian dia berkata.
" Waktu itu aku memang bertindak konyol ceroboh. Sekarang tidak akan aku ulangi.
Delapan bunga ini bunga sakti! Berasal dari sekuntum Bunga Matahari besar. Yang
melalui tangan Nyi Loro Jonggrang dirobah menjadi delapan bunga kecil. Kita
hanya berusaha. Lebih baik melakukan sesuatu dari pada diam saja.
Mudah-mudahan Yang Maha Kuasa memberkati. Kalian berdua mengapa tidak segera
berdoa agar sahabat kita ini bisa selamat?"
" Nek..."Sakuntaladewi berkata.
Sesajen Atap Langit
23/55 Ratu Randang tidak menjawab. Sepasang mata dibuka kembali. Delapan Bunga
Matahari kecil didekatkan ke ubun-ubun Wiro lalu diletakkan di atas kening.
Dalam hati dia berdoa memohon pertolongan Yang Maha Kuasa.
Perlahan-lahan delapan bunga diusap ke wajah yang ada goresan tiga luka.
Usapan diteruskan ke dada dimana terdapat dua goresan luka.
Gerakan tangan Ratu Randang berhenti sesaat.
Sepasang mata menatap bekas luka memanjang mulai dari dada sampai ke perut.
Yaitu bekas dua tangan Sinto Gendeng merobek perut dan mengambil Kapak Naga Geni
212. Setelah menarik nafas dalam nenek ini gerakkan tangan kanan yang memegang
delapan Bunga Matahari kecil. Delapan bunga menyentuh bekas luka di perut.
Ketika delapan bunga bergerak mendekati pusar, Jaka Pesolek tidak tenang lagi.
Cepat dia ulurkan tangan, memegang lengan si nenek.
" Cukup sampai di situ Nek. Aku tidak mau terjadi hal yang macam-macam.
Kau mungkin sudah kapok berbuat konyol. Tapi kalau kebetulan ada setan lewat
lalu mengusilimu"! Kalau Yang Maha Kuasa menakdirkan sahabat kita ini sembuh
maka dia akan sembuh. Kalau tidak, jangan ditambah penderitaannya."
" Jaka Pesolek benar Nek,"Kata Sakuntaladewi yang berdiri di samping kiri Ratu
Randang. Gadis berkaki tunggal yang punya kaul akan mengambil Wiro jadi suaminya
ulurkan tangan untuk mengambil delapan Bunga Matahari kecil dari tangan si
nenek. Pada saat itulah mendadak Ruang Segi Tiga Nyawa bergoyang keras. Atap laksana
mau runtuh. Lantai seperti hendak amblas dan tiga sisi dinding seolah akan
roboh! Ratu Randang, Jaka Pesolek dan Sakuntaladewi berusaha
mengimbangi diri agar tidak jatuh terbanting. Namun tetap saja mereka terhuyung
keras lalu braakk! Ketiganya jatuh tergeletak di lantai ruangan. Empu Semirang
Biru meniup berulang kali, menghimpun tenaga agar tidak terguling. Goncangan
yang begitu keras membuat orang tua ini hampir tersandar ke salah satu dinding
ruangan, dada turun naik, nafas terengah. Anehnya sosok Wiro yang terbaring di
lantai sedikitpun tidak bergerak atau beranjak.
Di sebelah atas. Keris Kanjeng Sepuh Pelangi yang menancap di atap bergetar
keras membersitkan tujuh cahaya pelangi. Sedikit demi sedikit bagian gagang yang
menancap di atas bergerak ke bawah. Ada kekuatan aneh seperti menarik senjata
ini agar lepas dari atap ruangan! Namun kekuatan yang menahan keris agar tetap
berada di tempatnya tak kalah hebat! Akibatnya badan keris bergetar keras dan
atap ruangan ikut bergoyang!
Tiba-tiba di atas atap terdengar suara ngeongan kucing disusul suara cakaran
berulang. kali. Wajah Empu Semirang Biru berubah.
" Ada mahluk coba menerobos masuk ke dalam Ruang Segi Tiga Nyawa."Sang Empu
membatin. Lalu dia berdoa. "
Hyang Jagat Bathara, lindungi ruangan yang
telah Kau ciptakan untuk keselamatan ini. Lindungi keris Kanjeng Sepuh Pelangi.
Lindungi kami semua yang ada di sini."
Tiba-tiba selarik sinar kuning memancar di atas atap lalu lenyap, goyangan yang
mengguncang ruangan berhenti. Suara ngeongan dan cakaran kucing
Sesajen Atap Langit
24/55 menggelegar lalu sirna. Suasana di Ruang Segi Tiga Nyawa berubah sunyi laksana
di pekuburan. Ratu Randang yang pertama kali berdiri. Nenek cantik ini menjerit keras ketika
dia memandang ke arah sosok Pendekar 212.
" Nek! Ada apa"! Tanya Sakuntaladewi yang segera pula berdiri disusul oleh Jaka
Pesolek sementara Empu Semirang Biru yang masih tersandar di dinding
memperhatikan dari sudut ruangan, berusaha agar bisa duduk bersila kembali di
lantai. Setelah meniup dua kali orang tua ini akhirnya mampu menggerakkan tubuh
dari dinding dan duduk bersila di lantai seperti sebelumnya.
Ratu Randang tidak berani terus memandang. Dia membalikkan tubuh seraya berkata.
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Kasihan. Hyang Jagatnatha! Mohon ampunMu! Aku tidak bisa
menolongnya."Si nenek tutup wajah dengan tangan kiri sambil menahan isak.
Kepala disandarkan ke dinding.
Sakuntaladewi dan Jaka Pesolek berpaling ke arah sosok Wiro. Keduanya sama-sama
keluarkan seruan kaget. Saat itu Wiro terbujur tak bergerak. Dari ubun-ubun,
liang telinga, dua lobang hidung, sudut mata serta mulut mengucur darah merah
kehitaman. Wajahnya sepucat mayat. Walau takut namun Jaka Pesolek beranikan diri
mendekati Wiro. Ketika dia memegang tangan sang pendekar, gadis ini terpekik,
Tangan itu terasa dingin! Jaka Pesolek bersurut mundur, berpaling dan memandang
ke arah Ratu Randang.
" Sang Hyang Widhi! Sudah takdir bagiku akan menerima azab cacat seumur hidup!
Wahai Para Dewa di Kahyangan, mengapa tidak sekalian nyawaku diambil juga."
Sakuntaladewi meratap. Tubuhnya yang terasa lemas perlahan-lahan terkulai
berlutut di lantai. Kepala tertunduk.
" Aku belum sempat belajar ilmu membuat petir padanya, kini dia sudah
tiada...."Jaka Pesolek sesunggukan dan tekap wajah dengan dua tangan sambil
sandarkan tubuh ke badan Ratu Randang.
Di sudut ruangan Empu Semirang Biru berkata. "
Hidup dan mati seorang insan
hanya Yang Maha Kuasa yang menentukan. Apa yang sudah jadi takdir-Nya tidak
seorangpun bisa menolak. Kita semua harus bersyukur."
" Empu teganya kau berkata begitu!"Ratu Randang berteriak tapi masih terus
menyandarkan kening ke dinding ruangan. "
Kau ajak kami mensyukuri kematian
seorang sahabat. Seorang Kesatria yang diharapkan bisa menyelamatkan Bhumi
Mataram!" " Kalian dari tadi memalingkan wajah, memejamkan mata dan menundukkan kepala
hingga tidak melihat apa yang terjadi. Angkat kepala kalian. Memandanglah ke arah pemuda itu. Yang Maha Kuasa telah memberikan rakhmat luar
biasa berupa kehidupan, bukan kematian!"
Walau Empu Semirang Biru bicara penuh semangat namun air mukanya
terlihat tidak gembira.
" Orang tua ngacok!"Ucap Jaka Pesolek. "
Darah keluar dari mana-mana, dada
tidak bergerak. Tubuh sudah dingin kaku. Kau masih bisa bilang bukan kematian!"
Sesajen Atap Langit
25/55 DELAPAN TIBA-TIBA dalam ruangan ada suara orang batuk. Sakuntaladewi angkat kepala. Ratu
Randang dan Jaka Pesolek sama berpaling. Ketiganya memandang ke tengah ruangan
dimana saat itu Pendekar 212 Wiro Sableng tampak tengah berusaha bangun dan
duduk di lantai. Walau mulut menyemburkan darah ketika batuk namun darah yang
sebelumnya keluar dari ubun-ubun, hidung, mata dan telinga telah berhenti
mengucur. Guratan luka di wajah, dada dan di tubuh yaitu luka memanjang sampai
ke perut lenyap tak berbekas.
" Wi r o! " Ketiga orang itu sama sama menjerit. Empu Semirang Biru mengusap dada, mata
dipejam. Sulit diduga bagaimana perasaannya saat itu.
Sakuntaladewi keluarkan sehelai sapu tangan jingga. Jaka Pesolek tahu apa yang
hendak dilakukan gadis berkaki satu itu. Cepat dia mengambil sapu tangan j
i ngga s er aya be r ka t a . " Sa ha ba t , bi ar a ku ya ng me mber s i hka n noda da r a h di kepala dan wa j a h ke ka s i hmu i t u! " Untuk beberapa lama Sakuntaladewi tertegun tak bergerak serasa masih tak percaya
sebelum akhirnya dia kembali berteriak menyebut nama Wiro, terisak-isak lalu
memeluk sang pendekar.
Ratu Randang berdiri menatap tak berkesip ke arah Wiro lalu perhatikan delapan
Bunga Matahari kecil di tangan kanannya.
" Bunga Ma t a ha r i . . . . Apa ka h de l a pa n bunga s a kt i i ni ya ng me mbe r i ka n ke s e mbuha n pa da Wi r o?" Si nenek bertanya-tanya dalam hati lalu berlutut di
s a mpi ng J a ka Pe s ol e k ya ng s i buk me mbe r s i hkan noda da r a h. " Wi r o, apa ya ng telah terjadi dengan dirimu. Kau tadi .... kau tadi sepertinya sudah tidak
bernafas, tahu-t
a hu hi dup l agi . " " Sa ha ba t ber t i ga , a ku me l i hat mata kalian pada merah tanda habis menangis.
Apa betul aku tadi sudah mati" Aku jadi bingung. Kalau begitu saat ini aku s
e be na r nya s uda h j a di ha nt u! " Wi r o ke l ua r ka n uc a pa n ya ng me mbua t s e
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
r nua orang terperangah walau dia berkata dengan senyum-senyum dan sambil me
ngga r uk ke pa l a . Di a t a mba hka n c a nda nya s a mbi l me ma nda ng ke ba wah. " Ah, aku belum jadi hantu. Buktinya aku berdiri, dua kaki masih menjejak lantai.
Ha ... ha ...ha ! " " Ana k muda Ke s a t r i a Pa nggi l a n. " Empu Se mi r a ngBi r u me negur . " Se ba i knya kita saling memberi penjelasan. Kau memberi tahu apa yang terjadi dengan dirimu
sebelumnya dan kami akan menceritakan apa yang terjadi dengan dirimu di Ruang Se
gi Ti ga Nyawa i ni . Se t e l a h i t u ki t a a ka n me l a kuka n s a t u pe ker j a a n be s a r . " " Pe ke r j aa n a pa , Ke k?" Ta nya Wi r o s e t elah terlebih dulu membungkuk,
memberi hormat. Dia heran melihat keadaan si kakek yang dibelit rantai merah.
Empu Se mi r a ng Bi r u me na t a p ke a t a s a t a p r ua nga n. . " Me nga mbi l da n me nye l a ma t ka n Ke r i s Kanj e ng Se puh Pe l a ngi yang a da di a t a s s a na . " Wiro mendongak, memandang ke atas atap ruangan. Dari cahaya yang
memancar mengelilingi tubuh keris yang berluk sembilan itu dia sudah bisa
mengetahui kalau senjata tersebut merupakan satu senjata sakti mandraguna.
Sesajen Atap Langit
26/55 Empu Semirang Biru lalu menuturkan secara singkat, riwayat senjata yang
dibuatnya atas perintah Raja Mataram itu. Termasuk petir yang menyambar dari
keris jika ada orang mendekati untuk mengambilnya.
" Ha nya ga di s be r na ma J a ka Pe s ol e k da n Sakunt a l a de wi yang s a nggup mengambil senjata bertuah itu. Itu sebabnya Para Dewa telah mengatur hingga ke
dua nya be r a da di t e mpa t i ni
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
. " " Ke k, t ur ut bi ca r a mu r ua ng i ni ber na ma Rua ng Se gi Ti ga Nyawa . Par a De wa yang menciptakan untuk melindungi Keris Kanjeng Sepuh Pelangi. Kalau keris itu
diambil lalu siapa yang menyimpannya" Akan dibawa ke Kotaraja untuk diserahkan
pada Raja Mataram" Bukankah terlalu berbahaya bila keris berada di luaran sana
dimana dua Sinuhun dan anak buahnya berkeliaran" Bukankah r
ua nga n i ni l e bi h me mber i pe r l i ndunga n pa da s e nj a t a t e r s e but ?" " Ka u be nar a na k muda . Tapi bagaimana kalau dua Sinuhun dengan bantuan
bocah sakti bernama Dirga Purana suatu ketika mampu menembus atap atau dinding
ruangan, atau menjebol lantai. Masuk ke dalam ruangan dan mengambil ke
r i s . " " Ma hluk yang akan mengambil akan hancur musnah dihantam petir yang
ke l ua r dar i ke r i s . Buka n be gi t u me nur ut c e r i t a Empu?" " Buka n c uma c e r i t a , t a pi ke nya t aa n. " Ka t a Sa kunt a l a de wi pul a . Lal u ga di s i ni menceritakan apa yang terjadi ketika dia mencoba mengambil keris sakti. Kepada
Wiro diperlihatkannya pakaiannya yang hangus disambar kilatan petir yang keluar
dari keris sakti. Lalu Sakuntaladewi juga menerangkan sewaktu Dewi Ular alias
Kunti Ambiri pergunakan sepuluh ular jejadian untuk mengambil keris. Sepuluh
binatang itu musnah!
" Aku j uga me na r uh ka wa t i r , " ka t aEmpu Semirang Biru pula. "
Mungki n s a j a dua Sinuhun atau mahluk utusannya sudah membekal ilmu penangkal
mementahkan serangan petir. Keris sakti itu merupakan satu satunya senjata yang
bisa mengembalikan Sakuntaladewi pada ujud aslinya, seorang gadis berkaki dua.
Tentunya setelah kau lebih dulu bersedia dijadikan suaminya. Lalu keris itu pula
satu-satunya senjata saat ini yang bisa memutus rantai besi merah yang melibat s
e kuj ur t ubuhku. " Wiro terdiam, menggaruk kepala. Ucapan sang Empu bahwa kemungkinan Sinuhun Merah
telah punya ilmu penangkal dan keris sakti merupakan satu satunya senjata yang
bisa melenyapkan cacat di kaki Sakuntaladewi bisa diterimanya. Tapi kalau keris
sampai dikeluarkan dari ruang perlindungan, ini yang tidak masuk jalan
pikirannya. " Wa ktu kita semakin sempit. Anak muda, harap kau mau memberi tahu apa yang terjadi
dengan dirimu s
e be l umnya . " Ka t a Empu Se mi r a ng Bi r u pul a . Wiro lalu menceritakan kejadian ketika dia tengah mengejar Jaka Pesolek masuk ke
dalam tanah mendadak dihadang delapan ekor anak kucing berbulu merah.
" De l a pa n Sukma Me r a h, " ka t a Empu Se mi r
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
a ng Bi r u. " Ke s a t r i a Pa nggi l a n, a ku sudah menduga kalau binatang peliharaan bocah bernama Dirga Purana itu yang me
nyer a ngmu. " Sesajen Atap Langit
27/55 Ratu Randang lalu menuturkan bagaimana sebelumnya ketika berada di Candi Kalasan
dia telah diserang dan hampir dibantai delapan ekor anak kucing itu.
Namun bisa selamat karena ditolong oleh seorang, kakek sakti dari alam gaib yang
menurut Empu Semirang Biru adalah Embah Buyut Kumara Gandamayana.
" Apa ka h ka ke k i t u j uga ya ng t e l a h me nye l a ma t ka n di r i ku?" Wi r o be r t a nya . " Ti ga s a ha ba t mu i t u ya ng t e l a h me nol ongmu, "jawab Empu Semirang Biru.
Wiro berpaling, menatap pada tiga orang yang berada di depannya lalu berkata.
" Ka l a u begi t u a ku ha r us me nguca pka n t er i ma ka s i h pa da ka l i a n be r t i ga! " Wi r o lalu memeluk satu persatu Ratu Randang, Sakuntaladewi dan Jaka Pesolek.
Jaka Pesolek pergunakan kesempatan untuk balas merangkul Wiro berlama-lama.
Tersipu-sipu dia baru melepas pelukan setelah Ratu Randang menarik tangannya.
Sakuntaladewi mengambil kembali sapu tangannya yang tadi dipergunakan
membersihkan darah di kepala, wajah serta dada Wiro lalu disimpan di balik
pakaian. " Wi r o, a ku yaki n ke s akt i a n de l a pa n BungaMatahari kecil ini yang telah
menyembuhkan dirimu. Kau ingat peristiwa ketika Nyi Loro Jonggrang memberikan
sekuntum Bunga Matahari besar padamu" Bunga yang delapan ini berasal dari yang
besar itu. Kami menerima amanat dari Nyi Roro Jonggrang.
Bunga i ni ha r us di s e r ahka n pa da mu. " Ra t uRandang dengan cepat susupkan
delapan Bunga Matahari keci
l ke pi ngga ng Wi r o. " Ada pe s a n da r i NyiLoro ..."
" Ne k, t unggu dul u, " Wi r o me mot ong uc a pa n Ra t uRa nda ng. " Ke t i ka ber ada di luar ruangan aku melihat Ku
nt i Ambi r i a da di s i ni . . . " " Ga di s i t
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
u pe r gi me nge j a r gur umu yang t e l a hmengambil senjata berbentuk
kapak yang ada dalam t
ubuhmu. " Wiro tersentak kaget. Dia baru sadar dan ingat. Ketika digotong menemui kakek
bersorban dan berjubah kelabu, di dalam tubuh si kakek samar-samar dia melihat
sosok Eyang Sinto Gendeng. Setelah itu ada delapan cahaya merah menyilaukan
menyambar ke arahnya dan dia tidak ingat apa-apa lagi.
Wiro usapkan dua tangan ke dada, lalu berucap gemetar. Dia tidak merasa ada hawa
hangat masuk ke dalam telapak tangannya!
" Kos ong . . . . ha mpa ! Ya Tuha n! Ka pa k Naga Geni Dua Sa t u Dua t a k ada lagi da l a m t ubuhku! " Wi r o t e r s a ndar ke di ndi ng r ua nga n. Ma t a menatap ke arah tiga
or a ng di de pa nnya de ngan pa nda nga n kos ong. Mul ut be r uc a p pe r l a ha n. " Aku t a k percaya! Eyang mengambil kapak sakti milikku. Bagaimana. caranya" Selain diriku
hanya Kiai Gede Tapak Pamungkas yang mampu memasukkan dan
mengeluarkan senjata sakti itu dari tubuhku! Tidak mungkin Eyang Sinto bisa
melakukan! Karena semu
a a da l a h pe ke r j a a n ga i b. " " Wi r o, ka u t a hu gur umu t e l a h di c uc i ot a knya ol eh Si nuhun Me r a h Pe nghi s a p Ar wa h. " Be r ka t a Ratu Randang.
Wiro terdiam. Dia memang sudah tahu hal itu.
" Ka mi be r t i ga me nyaks i ka n s e ndi r i a pa ya ng t er j a di ! J uga Empu Se mi r a ng Biru! "Kata Sakuntaladewi
pul a . " Gur umu me mbe l a h t ubuhmu di ba gi an da da sampai ke perut. Semua terjadi sangat cepat. Luar bia
s a me nge r i ka n! " Wiro merinding. Lalu perhatikan dan usap-usap dada serta perutnya.
Sesajen Atap Langit
28/55 " Eyang Si nt o
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me mbe l e k t ubuhku" Ane h, me nga pa t i da k a da be ka s nya! " Itu berkat delapan Bunga Matahari yang diusapkan nenek ini ke dada dan pe
r ut mu. " Ya ng menjawab Jaka Pesolek.
" Sebetulnya aku mau juga mengusapkan, tapi nenek ini tak memberi kesempatan. Mungkin mengharap c
i uma n t a mba ha n. . . " " Hus s s ! Ratu Randang membentak sambil pelototkan mata.
Jaka Pesolek cepat-cepat menjauh. Takut dipelintir lagi perutnya dengan cubitan.
" Aku akan ceritakan apa yang terjadi dan a
ku l i ha t , " Empu Se mi r a ng Bi r u berkata lalu memberitahu Wiro apa yang terjadi. Dia juga menyatakan rasa
herannya bahwa guru yang dipanggil dengan sebutan Eyang itu ternyata seorang
gadis cantik. " Empu, a ku t i da k t a hu bagaimana kejadiannya orang-orang di Bhumi Mataram
melihat guruku seperti seorang gadis cantik. Sementara aku tetap melihatnya
seperti apa adanya, yaitu ujud seorang nenek. Seperti kata Ratu Randang, aku
yakin Eyang Sinto berbuat jahat bukan maunya. Dia telah dikuasai oleh Sinuhun
Merah Penghisap Arwah. Otaknya telah dicuci dengan ilmu hitam bernama Delapan
Jalur Arwah Pencuci Otak Celaka, pasti semua yang terjadi sudah diatur dan
dibawah kendali Sinuhun Merah. Kapak Naga Geni Dua Satu Dua pasti akan
diserahkan Eyang Sinto pada mahluk jahanam itu. Kek, sahabat semua, aku harus
mengejar Eyang Sinto. Mencegah agar kapak sakti tidak jatuh ke tangan Sinuhun
Merah. Walau Kunti Ambiri sudah melakukan pengejaran tapi tanggung jawab senjata
sakti itu ada di tanganku!
" " Aku a ka n me ne ma ni mu! " Ka t a J a ka Pe s ol e k. " Aku j uga ! " Ka t a Ra t u Ra nda ng da n Sa kunt a l a dewi be r barengan. " Ke s a t r i a Pa nggi l a n, ka u me ma ng wa j i b me mbe l a dan menyelamatkan
gurumu. Kalau dia sampai menemui ajal di tangan Sinuhun Merah dan kau tidak
berbuat apa-apa, kau akan menyesal seumur hidup. Kau akan dicap sebagai murid
yang tidak berbakti kepada guru. Selain itu kau juga harus mendapatkan kapak
sakti milikmu itu kembali. Aku tidak akan kecewa kalau kau pergi. Tapi kuharap
paling tidak Jaka Pesolek dan Sakuntaladewi tetap di sini. Keris Kanjeng Sepuh
Pe l a ngi har us s egar a di ambi l da r i a t a s a t a p s a na ! " " Ke k, ke r i s i t u cukup aman selama berada dalam r
ua nga n i ni , " ka t a Jaka Pesolek meniru ucapan Wiro karena dia sudah tidak betah lagi berada di tempat
itu. Wajah Empu Semirang Biru berubah. Dia berpaling dan menatap Sakuntaladewi. " Aku mohon ka u da n J a ka Pe s ol e kmementingkan senjata itu. Kalau keris
sudah didapat dan kalian menyerahkannya padaku, kalian mau pergi kemana aku
tidak akan perduli. Aku berkewajiban menyerahkan keris itu pada Raja Mataram
karena senjata itu lenyap dari tanganku di tempat kediamanku di Gunung Bismo.
Tapi sebelum kalian pergi biar aku ingin berbakti dulu yaitu agar dapat
melenyapkan kutuk hitam yang selama ini telah menyengsarakan dirimu..
. " Sesajen Atap Langit
29/55
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar ucapan Empu Semirang Biru yang terdengar lirih itu Sakuntaladewi menjadi bimbang. Dia memandang ke arah Jaka Pesolek. Ketika dia
hendak menoleh ke arah Wiro, astaga! Sang pendekar sudah tidak ada lagi di
tempat itu! " Ke k! Ka l a upun ke r i s i t u kita dapatkan, tapi bagaimana kau bisa
mengembalikan ujudku karena Wiro tak ada lagi di sini"! Bukankah dia harus me
nguc a pka n ka t a , j a nj i a t a u s umpa h ba hwa di a aka n be r s e di a me nj a di s uami ku?" " Sa kunt a l a de wi , ha l i t u t i da k pe r l u terlalu kau kawatirkan. Jika Para Dewa
telah menentukan dia bakal menjadi suamimu, maka dia akan menjadi suamimu.
Jika Yang Maha Kuasa menentukan kau akan sembuh tanpa kehadiran pemuda itu ma
ka ka u a ka n s e mbuh. " De wi Ka ki Tungga l , " ka t a J a ka pe s ol e k de ngan me nyebut na ma julukan si gadi s . " Ki t a har us me ngej a r Wi r o s e c e pa t nya . Lebi h ba i k ki t a s ege r a me nur ut s a j a a pa ya ng di mi nt a Empu bi a r ki t a bi s a pe r gi l e bi h c e pa t dar i s i ni . " " J a ka Pe s ol e k, t e r nya t a ka u me mi l i ki ha t i da n j a l a n pi ki r a n ya ng l e bi h j e r ni h. Aku berterima kasih padamu. Sahabatmu Sakuntaladewi pasti mau menolong.
Bukan menolong diriku saja. Tapi yang jauh lebih penting adalah kalian akan
menolong Raja Mataram dan menyelamatkan Kerajaan dari mahluk-mahluk jahat pi
mpi
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
na n Si nuhun Me r a h Pe nghi s a p Ar wa h. " Merasa hiba pada sang Empu dan merasa Jaka Pesolek berucap benar maka
Sakuntaladewi akhirnya anggukkan kepala.
" Ke k, ka mi ber dua a ka n be ke r j a s a ma me nga mbi l ke r i s s a kt i i t u. " " Hya ng J aga t Ba t har a! Aku sangat berterimakasih. Para Dewa akan
memberkati kesembuhanmu wahai Sakuntaladewi.
" Ka t a Empu Semirang Biru
dengan wajah berseri. Lalu lagi-lagi dia kembali mendengar suara mengiang di
telinga kiri. Tubuhnya yang duduk bersila bergerak ke atas seujung kuku lalu
turun lagi ke lantai. Tidak seorangpun di dalam ruangan melihat kejadian ini.
SEMBILAN KELUAR dari Ruang Segi Tiga Nyawa Pendekar 212 Wiro Sableng dapatkan diri berada
di kawasan Candi Plaosan Lor. Saat itu mentari mulai condong ke barat namun
cahayanya masih terasa sangat terik, memerihan kulit, mendenyut benak.
Tidak tahu mau mencari dan mengejar Eyang Sinto Gendeng kemana, setelah
memandang berkeliling memperhatikan beberapa candi yang ada di tempat itu, Wiro
akhirnya mendatangi salah satu candi, duduk di bagian tangga yang terlindung
dari sorotan sinar matahari. Sesekali angin bertiup kencang menerbangkan debu ke
udara. Wiro perhatikan keadaan pakaiannya yang kotor dan robek. Sang pendekar
goleng-goleng kepala lalu menggerutu sendiri.
" Ge mbe l s a ja mungkin lebih baik keadaannya dari diriku saat ini!"
Ke mudi a n Wiro ingat pada senjatanya y
a ng hi l a ng. " Ka l au a ku t i da k bi s a me ndapa t ka n Kapak Naga Geni kembali, tidak dapat menyelamatkan Eyang Sinto serta tidak bi
s a me nc a r i t a hu di ma na be r a da nya Ni Ga t r i , r a s a nya ce l a ka ha bi s di r i ku i ni ! " Sesajen Atap Langit
30/55 Wiro lunjurkan tubuh di atas tangga, mata dipejam, kepala digaruk. Dia coba
mengingat kejadian y
ang ba r u s a j a di a l a mi . " Rua ng Segi Ti ga Nyawa . Na ma aneh. Kenapa disebut begitu" Empu Semirang Biru. Kakek yang katanya pembuat
Keris Kanjeng Sepuh pelangi itu, dia juga aneh. Dari mana dia tahu kalau aku
dijuluki Kesatria Panggilan" Padahal tidak ada yang memberi tahu! Wajar-wajar
saja kalau dia sangat mementingkan keris sakti yang menancap di atap ruangan.
Padahal selama tetap berada di dalam ruangan perlindungan Dewa senjata itu akan
aman-aman saja. Tapi kelihatannya, aku merasa dia tidak suka aku berlama-lama,
berada dalam ruangan itu. Dengan alasan aku harus mendapatkan kapak serta
menyelama t ka n Eyang Si nt o di a l e bi h s uka a ku per gi . Ke na pa ?" Wiro menggaruk kepala kembali lalu membatin.
" Ah, sudahlah. Mengapa
semua itu harus aku pikirkan. Tapi tidak dipikir memang jadi pikiran. Eh, kalau
urusan keris sudah selesai, bagaimana Ratu Randang, Jaka Pesolek dan
Sakuntaladewi keluar dan dalam ruangan di dalam tanah itu" Apakah Empu Semirang
Biru punya ilmu kesaktian untuk mengeluarkan mereka" Seharusnya aku mengajak
Ratu Randang bersamaku. Mungkin dia bisa menolong mencari dimana beradanya Eyang
Sinto atau membuntuti Kunti Ambiri. Nenek genit itu punya ilmu menjajagi orang.
Selain itu dia pasti tahu dimana sarangnya Sinuhun Merah. Aku jadi kawatir. Tapi
urusan sendiri laksana gunung batu membebani di
r i ku. . . " Wiro usap-usap bibirnya lalu tersenyum sendiri.
" Ne ne k t uka ng c i um. Ber a pa ciuman lagi yang masih bersisa" Aku
t i da
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
k me nghi t ung! " Wiro kemudian ingat pada kuda lumping yang menjadi tumpangannya sewaktu masuk ke
Bhumi Mataram alam delapan ratus tahun sebelumnya. Dimana beradanya kuda lumping
itu tidak diketahui.
" Ta npa kuda l umpi ng i t u a ku t i da k mungki n ke mba l i ke a l a m de l a pa n r a t us tahun mendatang. Juga Eyang Sinto dan Ni Gatri. Apa yang harus aku lakukan"
Siapa yang bisa menolong" Jangan-jangan sudah ditakdirkan aku tidak bisa kemb
a l i . Ce l a ka be s ar ! Eda n s e mua! " Wi r o ba nt i ngka n ka ki ka na nnya ke t a na h lalu berdiri. Tiba-tiba di kejauhan terdengar suara jeritan panjang. Ketika Wiro memandang ke
atas di udara dia melihat sebuah benda kehijauan melayang jatuh dari balik atap
bangunan candi paling besar. Benda inilah yang mengeluarkan jeritan. Lalu ada
cairan merah bertebaran diudara. Darah!
" Bur ung" Ke na pa be s a r s e kali" Kalau burung mana bisa menjerit seperti
ma nus i a " Ke l i ha t a nnya s os ok i t u t e r l uka . " Wi r o be r pi ki r . Se wa kt u be nda ya ng melayang jatuh itu hanya tinggal sekitar delapan tombak akan mencapai tanah
kaget Pendekar 212 bukan alang kepalang ketika dia mengenali!
" Kunt i Ambi r i ! "Teriak Wiro.
Ternyata yang melayang jatuh adalah sosok Kunti Ambiri alias Dewi Ular.
Dalam kejut dan bingungnya Wiro masih bisa berpikir. Kalau dia langsung berusaha
menangkap tubuh gadis alam roh itu mungkin dia akan kesulitan menahan daya berat
jatuhnya tubuh. Bisa-bisa tangkapannya lepas jebol dan Kunti Ambiri tetap saja
terbanting jatuh ke tanah.
Sesajen Atap Langit
31/55 Tidak menunggu lebih lama Wiro melompat satu tombak ke depan dan berdiri tepat
dibawah sosok yang akan jatuh. Dua lutut ditekuk, dua tangan diangkat lalu
perlahan-lahan didorong ke atas sambil merapal aji kesaktian Dinding Angin
Berhembus Tindih Menindih.
Dua gelombang angin menderu ke udara, menghadang sosok Kunti Ambiri, membuat
gerakan jatuh yang kencang tertahan seketika lalu diredam demikian rupa. Walau
tubuh kemudian masih terus melayang ke bawah namun gerakannya berubah perlahan.
Sebelum menyentuh tanah Wiro dengan cepat menangkap dan merangkul tubuh si gadis
lalu dibaringkan di tempat keteduhan di bawah sebatang pohon.
Ketika Wiro memperhatikan keadaan sosok Kunti Ambiri, dadanya berdebar, tengkuk
merinding. Tubuh itu sama sekali tidak bergerak. Mata setengah nyalang, wajah
pucat pasi dan di leher ada satu luka panjang menguak. Dari luka ini mengucur
darah merah kehitaman, membasahi dada dan pakaian.
" Kunt i ! "Wiro berteriak. Dengan kedua tangannya dia menekan dada si gadis
dan alirkan tenaga dalam serta hawa sakti. Dari mulut Kunti Ambiri keluar suara
erangan pendek. Wiro lipat gandakan kekuatan tenaga dalam dan hawa sakti. Lalu
membuat beberapa totokan di tubuh sebelah atas serta leher si gadis. Namun darah
masih terus mengucur dari luka di leher dan Kunti Ambiri masih tidak sadarkan
diri. " Cakar Sukma Merah. Pasti dia terkena serangan mengandung racun ganas i
t u! " Pi ki r Wi r o. " Si a pa yang melakukan" Delapan anak kucing merah yang
pernah menyerang dan
me nc e l a ka i di r i ku?" Wi r o ul ur ka n t a nga n ka na n, t e l a pa k diletakkan di atas kening Kunti Ambiri lalu kembali dia mengerahkan tenaga dalam
dan hawa sakti. Tetap saja gadis itu tidak bergerak.
Wiro menghela nafas dalam, tidak tahu mau berbuat apa untuk menolong Kunti
Ambiri. Saat itulah dia mencium bau tidak enak. Walau pakaian tipis hijau dan
tubuh Kunti Ambiri menebar bau wangi, namun bau wangi itu kalah oleh bau lain
yang barusan terhendus.
" Ba u pe s i ng! " uc a p Wi r o
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pe r l a ha n. Di a ke na l bet ul ba u i t u. Wi r o me ma nda ng be r ke l i l i ng. " Eyang Si nt o, a pa ka u a da di s i ni ! "Tak ada jawaban. Wiro
memperhatikan ke arah candi besar dan beberapa candi lainnya di kawasan itu,
juga memperhatikan ke atas pohon. Tidak kelihatan siapapun, Wiro arahkan
perhatiannya kembali pada Kunti Ambiri. Pandangannya membentur sebuah benda yang
tergenggam dalam kepalan tangan kanan si gadis. Benda itu adalah robekan secarik
kain hitam basah yang cukup lebar, sebagian terkepal dalam genggaman Kunti
Ambiri. " Robe ka n ka i n...Apakah mungkin...?"Wiro dekatkan hidungnya ke tangan
kanan si gadis. Begitu menghendus, kepala serta merta ditarik menjauh.
Ta mpa ng s a ng pe nde kar j a di me ngke r e t . "Be t ul ba u pe s i ng Eya ng Si nt o! Robekan kain basah itu pasti robekan pakaiannya ... Bagaimana bisa berada dalam
genggaman Kunti Ambiri!
"Wiro berpikir. Dia ingat keterangan Ratu Randang
sewaktu berada di Ruang Segi Tiga Nyawa. Si nenek menceritakan kalau Kunti
Ambiri pergi mengejar Eyang Sinto Gendeng yang telah merobek tubuhnya dan
Sesajen Atap Langit
32/55 mengambil Kapak Naga Geni 212. Lalu dia ingat pula akan perubahan yang
dilihatnya pada diri sang guru. Mulut bertaring, kuku jari tangan mencuat
seperti pisau, suara berubah seperti kucing mengeong!
" Bukan mustahil Eyang Sinto yang telah mencelakai gadis ini!
"Pikir Wiro.
" Apa ya ng har us a ku l akuka n" Ka l a u t i da k s e ge r a di t ol ong Kunt i Ambi r i pa s t i menemu i a j a l ! " Wi r o ber l ut ut di s a mpi ng t ubuh s i ga di s . Ta nga n ka na n be r ul a ng kali mengusap kening Kunti Ambiri. Di masa lalu si gadis adalah salah satu
musuhnya yang paling jahat. Tapi saat itu dia merasa sangat terpukul kalau Kunti
Ambiri benar-benar menemui kematian. Apa lagi kalau si pembunuh sebenarnya
memang adalah Eyang Sinto Gendeng walau si nenek berbuat diluar kesadaran.
Wiro dekatkan mukanya ke wajah sebelah kiri Kunti Ambiri. Setelah mencium
pipinya, dia berbisik ke telinga si gadis.
" Kunt i , a ku t a hu ka u da l a m ke a da a n pi ngs a n. Tapi a ku j uga t a hu Gus t i Al l a h akan memberi kemampuan padamu untuk mendengar. Kunti, kau dulu adalah musuhku
paling jahat. Aku bahkan pernah membunuhmu! Tapi sekarang kau adalah sahabat
paling dekat dan aku sayangi. Dengar Kunti, berdoalah walaupun hanya dalam
hatimu. Berdoalah pada Yang Maha Kuasa mohon keselamatan.
Gusti Allah pasti akan mendengar doa orang te
r a ni aya s e per t i mu! " Wiro lalu mencium kening Kunti Ambiri. Tiba-tiba dia merasa ada getaran-getaran
hebat di dalam tanah di pedataran Candi Plaosan.
Lapat-lapat dia juga mendengar suara seperti teriakan orang disertai bentakan
bentakan. Wiro terkesiap.
" Sesuatu terjadi di bawah tanah sana. Mungkin dalam Ruang Segi Tiga Nyawa.
Aku kawatir kalau-kalau ..."
Mendadak di kejauhan terdengar suara tambur dan tiupan seruling. Udara berubah
menjadi agak teduh.
" Dua manusia aneh. Si pemukul tambur dan peniup seruling. Kalau dia muncul
biasanya ...'
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua bayangan terlihat di atas bangunan Candi Plaosan paling besar.
" Be na r me r e ka ! Se pa s a ng Ar wa h Bi s u. Ka ke kne ne k Sa kunt a l a de wi . . . " Wi r o menatap tak berkesip.
SEPULUH DI ATAS menara paling tinggi Candi Plaosan terlihat sepasang kakek nenek
berselempang kain putih mengambang di udara. Sementara di kejauhan suara tambur
dan suling terdengar semakin keras.
Maklum kalau dua kakek nenek alam gaib itu muncul untuk satu maksud tertentu
Wiro segera menjura membungkuk memberi penghormatan.
Kakek di atas bangunan candi segera menggerakan dua tangan dan jari-jari,
membuat bahasa bicara orang bisu sementara si nenek menampung dua tangan seolah
tengah berdoa. Wiro yang telah mendapat ilmu bicara ini dari Nyi Loro Jonggrang
cukup mengerti apa yang disampaikan si kakek.
Sesajen Atap Langit
33/55 " Ke t i ka bi ngung me ma ng i ns a n bi s a me nj adilinglung. Ketika dilanda
ketegangan manusia bisa lupa pada Kekuatan dan Kuasa Para Dewa. Anak muda, kau
membekal delapan Bunga Matahari sakti. Dengan bunga itu orang pernah
menyembuhkan luka akibat Cakar Sukma Merah dan menyelamatkan jiwamu.
Mengapa sekarang bunga sakti tidak dipergunakan untuk menyelamatkan sahabat yang
teraniaya dan yang sebenarnya hari demi hari berlalu sangat mencintai dirimu"
Kekuatan cinta yang ada di dalam dirinya merupakan sebagian kekuatan yang
diberikan Yang Maha Kuasa hingga tekadnya untuk sembuh dan hidup lebih kuat dari
tiupan badai di pedataran Bromo! Tolong dia dengan delapan Bunga Matahari itu.
Usapkan delapan bunga Matahari ke luka di lehernya. Sekarang j
uga ! " Pendekar 212 Wiro Sableng melengak kaget.
Bukan saja karena ucapan bahasa bisu si kakek menyadarkan
dan mengingatkannya tentang delapan Bunga Matahari yang ada padanya yaitu diberikan
oleh Ratu Randang ketika masih berada di Ruang Segi Tiga Nyawa, tapi lebih hebat
dari itu adalah ucapan yang mengatakan bahwa Kunti Ambiri mencintai dirinya dan
kekuatan cinta si gadis merupakan tekad kekuatan luar biasa hebat untuk sembuh
dan bertahan hidup.
Wiro menatap sebentar ke arah Kunti Ambiri. Ketika dia memandang lagi ke bagian
atas Candi Plaosan sosok dua kakek nenek telah memudar samar. Wiro cepat
gerakkan dua tangan dan jari jemari menyampaikan ucapan terima kasih atas
petunjuk si kakek. Di kejauhan kembali terdengar suara tambur dan suling,
bayangan Sepasang Arwah Bisu lenyap dari pemandangan.
Dari balik pakaiannya yang robek dengan cepat Wiro mengeluarkan delapan kuntum
Bunga Matahari kecil. Bunga dipegang erat, ditempelkan ke leher yang luka lalu
perlahan lahan disapukan pulang balik dua kali berturut turut. Pada sapuan ke
tiga Wiro melihat delapan Bunga Matahari bergetar, memancarkan cahaya coklat,
kuning dan hijau. Di langit terdengar suara kucing mengeong riuh.
Desss! Asap tiga warna mengepul dari leher Kunti Ambiri. Begitu pupus Wiro melihat luka
di leher si gadis telah lenyap tanpa bekas sedikitpun. Kunti Ambiri mengerang
pendek. Tubuh menggeliat, dalam keadaan miring dan mencoba bangkit gadis ini
muntahkan darah merah kehitaman.
Wiro cepat memeluk si gadis. Meletakkan delapan bunga di atas kepalanya dan
berbisik " Kunt i ka u pa s t i s e mbuh! Ka u pa s t i s e mbuh! Dua ka ke k ne ne k bi s u terima kasih kau telah memberi petunjuk. Gusti Allah terima kasih Kau telah me
nol ong s a ha ba t s aya . " Wi r o me r a s a a da dua t a nga n mer a ngkulpunggungnya.
Ada suara mengisak disus
ul uc a pa n. " Wi r o, ka ukah i ni ?" Wiro anggukkan kepala.
" Akusangat berterima kasi
h ka u me nol ongku. . . " " Ss hhh, be r t e r i ma ka s i h pa da Gus t i Al l a h. Ya ngMaha Kuasa ..."
Kunti Ambiri gelengkan kepala lalu sesenggukan dan memeluk Wiro lebih kencang. "
Aku . . . a ku....." " Aku ke na pa Kunt i ! "Tanya Wiro karena si gadis tidak meneruskan ucapan.
Sesajen Atap Langit
34/55 " Aku, a pa ka h unt uk bi s a s e pe r t
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i s e ka r a ngini, untuk bisa memelukmu dengan
segala ketulusan hatiku aku harus menderita dulu
ba hka n nya r i s ma t i . " Wi r o terdiam. Hatinya terenyuh. Dia pergunakan ujung bajunya untuk menyeka noda darah
yang masih menempel di mulut dan dagu si gadis.
" Wi r o, a ku t i da k a ka n me l e pa s ka n pe l uka n i ni s ampa i ka pa npun! " Wiro tertawa. Dia usap-usapkan delapan Bunga Matahari ke pipi si gadis.
" Ra t u Ra ndang yang membe
r i ka n bunga i ni pa damu?" Wiro meng a ngguk. "Bunga s a kt i i ni ya ng me nyembuhka n l uka be r ac un di l e he r mu. " Wi r o me mbe r i t a hu. " Apa Ra t u Ra nda ng j uga me nya mpa i ka n pe s a n Nyi Lor o J onggr a ng?"Tanya Kunti Ambiri sambil membelai tengkuk Wiro.
" Di a s e per t i nya hendak mengatakan sesuatu tapi belum sempat diucapkan ......"
" Aku t a hu s e mua pesan Nyi Loro Jonggrang. Aku akan memberi tahu
pa da mu. " " Na nt i s a j a . Se ka r a ng kau but uh istirahat dulu. Tubuhmu kurasa masih panas
a ki ba t r a c un. . . " " Ra c un di t ubuhku s uda h t i a da .Kau yakin saat ini tubuhku panas karena racun
i t u?" Ta nya Kunt i Ambi r i s a mbi l me na t a p Wi r o l a l u me nge di pka n s e pa s a ng matanya. Wiro tertawa namun tawanya lenyap ketika Kunti Ambiri menempelkan
pipinya ke pipi sang pendekar lalu menciumnya.
Debaran di dada Wiro semakin keras.
" Kunt i , a ku akan membawamu ke dalam Candi. Di sana lebih teduh dan
s e j uk. . . " " Ti
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
da k us a h, a ku l e bi h s uka di s i ni . " J a wa b s igadis. Lalu rebahkan tubuhnya di
pangkuan Wiro. Mata d
i pe j a m, mul ut be r uc a p. " Aku be nar -benar tidak pernah
mengimpikan saat-s
a a t s e pe r t i i ni . . . " Wiro jadi bingung sendiri. Dalam hati dia me
mba t i n. " Apa yang di kat a ka n kakek bisu itu agaknya memang kenyataan. Kalau aku mengikuti alunan perasaan
gadis ini saat ini ......"
" Kunt i , a ku i ngi n t a hu apa yang t e l a h t e r j a di .Menurut tiga sahabat di Ruang
Segi Tiga Nyawa kau pergi mengejar guruku Eyang Sinto Gendeng yang telah me
nc ur i Ka pa k Naga Geni Dua Sa t u Dua de nga n c a r a me mbe l a h da da ku. " " Aka n a ku ce r i t a ka n, " j awa b Kunt i Ambi r i l a l usandarkan punggung ke batang
pohon. Setelah mengusap lehernya gadis cantik alam roh ini menuturkan ........
* * * SINAR sang surya bukan saja sangat terik memerihkan jangat tapi juga
membuat silau pandangan Kunti Ambiri. Tadi sekejapan dia sempat melihat sosok
Eyang Sinto Gendeng berkelebat ke arah barat. Agar pemandangan bisa lebih luas
Kunti Ambiri melesat ke atas salah satu candi. Benar saja, begitu menjejakkan
kaki di atas menara candi dia bisa melihat si nenek yang saat itu ternyata
berada di Sesajen Atap Langit
35/55 atas atap candi Plaosan Lor paling besar. Berdiri berkacak pinggang, mulut perot
mengunyah susur dan sepasang mata menatap garang ke arah si gadis.
" Ne ne k i t u t i da k me ne r us ka n l a r i . Di a s e pe r t i s e nga j a me nungguku! " Pi ki r Kunti Ambiri. Tidak menunggu lebih lama si gadis segera melesat ke atas puncak
candi dimana Sinto Gendeng berada. Si neriek menyambut dengan seringai angker
memperlihatkan taring di sudut bibir. Delapan dari sepuluh kuku jari tangannya
mencuat laksana pisau berwarna merah. Kapak Naga Geni 212 tampak terselip di
balik pakaiannya.
Walau tahu kalau Sinto Gendeng sudah dicuci otaknya oleh Sinuhun Merah Penghisap
Arwah, namun Kunti Ambiri tetap menaruh hormat dan menyapa.
" Ne k, s a l a m hor ma t unt ukmu. " " Ga di s da j a l a l a m r oh! Ka u s uda h l a ma ma mpus ! Apa
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ma u ma mpus l agi dan rohmu aku cabik-cabik berani mengejar diriku"!"
Si nt o Ge nde ng me mbe nt a k. Delapan benjolan merah di kepalanya memancar terang.
" Ne k, maa fkan aku ..."
" Be na r -b e nar da j a l j a ha na m! Ka u pa nggi l a ku ne ne k" Apa ma t a mu bot a "! " Kunti Ambiri melongo heran. Kemudian dia segera ingat. Orang-orang asli Bhumi
Mataram melihat ujud Sinto Gendeng seperti seorang gadis cantik bertubuh molek
dan wangi. Sebaliknya dia bersama Wiro, Ni Gatri dan Pangeran Matahari yang
berasal dari alam delapan ratus tahun mendatang melihat Sinto Gendeng sebagai
ujud aslinya yaitu nenek angker berkulit hitam.
" Orang di depan mata, apapun ujudmu adanya, aku berdoa agar Gusti Allah memberi
kesadaran, padamu. Aku mohon kau mengembalikan Kapak Naga Geni Dua
Sa t u Dua ya ng s udah ka u a mbi l da r i da l a m t ubuh Wi r o. " Sepasang mata Sinto Gendeng seperti mau melompat keluar dari rongganya yang
cekung. Nenek ini tertawa gelak-gelak. Lalu dia membentak.
" Apa ka u me r a s a ka pa k s a kt i i nimilikmu hingga be
r a ni me mi nt a "! " " Ti da k, ka pa k i t u buka n mi l i kku. Aku akan mengembalikan pada muridmu.
Dia sangat membutuhkan senjata itu. Banyak urusan besar yang harus di ha
da pi nya di Bhumi Ma t a r a m i ni . " J a wa b Kunti Ambiri.
Sinto Gendeng kembali tertawa mengakak.
" Ka u mau ber bua t ba ik pada anak setan itu apa kau mengharapkan dia bakal
jatuh hati padamu" Hik ... hik ... hik. Lekas pergi dari hadapanku dan jangan.
be r a ni me nge j a r l agi ! " " Aku mohon, ke mba l i ka n dul u Ka pa kNaga Geni. Aku minta tolong, aku
mohon. . . " Sinto Gendeng memaki panjang pendek lalu berkata.
" Me l a ngka h ke ha da panku! Ber l ut ut dul u dan cium ke dua kakiku. Minta
ampun atas segala dosamu selama ini! Baru senjata yang kau minta aku berikan pa
da mu! " Kunti Ambiri terkesima. Kalau saja dia tidak telah menerima berkah Yang Maha
Kuasa melalui Nyi Loro Jonggrang yang telah merubah sifat serta budi pekertinya,
gadis alam roh ini saat itu juga mungkin sudah menyerbu menghajar si nenek.
Sesajen Atap Langit
36/55 Kunti Ambiri malah tersenyum mendengar ucapan si nenek. Dalam hati dia be
r ka t a . " Apa s us a hnya be r l ut ut . Apa hi na nya me nc i um ka ki s
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
e or a ng yang j a uh lebih tua dariku. Anggap saja dia ibuku. Tapi hemm, apa benar semudah itu dia
hendak memberikan senjata tersebut padaku" Aku menduga dia hendak
me nj e ba kku. Apa ka h a ku s e bodoh i t u" Hi k . . . hi k! " Dengan langkah tenang Kunti Ambiri mendekati Sinto Gendeng lalu berlutut di
hadapan si nenek sambil menahan nafas karena tidak tahan mencium bau pesing
tubuh dan pakaian si nenek. Ketika dia membuat gerakan hendak mencium kaki Sinto
Gendeng tiba tiba dia mendengar suara berdesir.
" Serrr! " Kunti Ambiri angkat kepala, memandang ke atas. Ternyata yang berdesir adalah
bunyi air kencing yang tengah dimuncratkan si nenek. Meski merasa si nenek sudah
sangat keterlaluan namun Kunti Ambiri masih mengambil sikap mengalah. Cepatcepat dia melompat menjauh tapi Sinto Gendeng mengejar sambil kirirnkan
tendangan berantai.
" Wuut t t ! " " Br a aa kk! " Tendangan Sinto Gendeng menghajar dinding atas candi hingga jebol karena Kunti
Ambiri berhasil mengelakkan. Didahului teriakan yang mirip suara kucing mengeong
si nenek kembali menyerbu. Kali ini dengan mempergunakan serangan dua tangan
yang memiliki delapan kuku jari menyerupai pisau. Di dalam rimba persilatan di
tanah Jawa, tingkat kepandaian Kunti Ambiri bagaimanapun juga berada di bawah si
nenek. Namun untuk mengalahkan Kunti Ambiri bukan hal mudah. Dalam tiga gebrakan
pertama pertarungan tampak imbang. Jurus-jurus selanjutnya Kunti Ambiri agak
terdesak karena gadis ini lebih banyak memusatkan perhatiannya untuk dapat
merampas Kapak Naga Geni 212 yang terselip di pinggang Sinto Gendeng.
Sinto Gendeng menyerang Kunti Ambiri seperti kesetanan. Tubuhnya lenyap di balik
cahaya delapan kuku merah berbentuk pisau. Gerakannya cepat sekali, walau
menimbulkan angin tapi tidak bersuara pertanda nenek ini memiliki ilmu
meringankan tubuh nyaris mencapai tingkat sempurna.
Dalam satu gebrakan di jurus ke sembilan Kunti Ambiri hampir berhasil menyentuh
kapak namun tangan kanan Sinto Gendeng membabat luar biasa cepat.
Si gadis melompat mundur tapi kalah cepat.
" Cr a a s s s ! " Salah satu kuku jari berbentuk pisau membabat leher Kunti Ambiri. Luka menguak,
darah menyembur.
" Brett!" Kunti Ambiri hanya mampu menarik robek kain panjang lurik hitam yang dikenakan
Sinto Gendeng. Setelah itu tubuhnya terjatuh dari atas atap candi sewaktu
berusaha menyelamatkan diri dari serangan Cakar Sukma Merah berikutnya.
* * * Sesajen Atap Langit
37/55 KUNTI AMBI RI me nyuda hi c e r i t a nya de nga n uca pa n. " Ke t i ka j a t uh a ku c oba mengimbangi diri. Tapi tak berhasil. Setelah melayang jatuh aku masih berusaha
jungkir balik agar bisa melayang ke bawah, dengan dua kaki menginjak tanah lebih
dulu. Tapi luka di leherku sangat parah. Selain itu racun Cakar Sukma Merah
bekerja sangat cepat. Tubuhku diselimuti hawa panas. Kepala seperti mau pecah
dan pe ma nda nga n be r uba h gur a m. Ya ng bi s a a ku l a kuka n ha nya me nj e r i t . " " Ka l a u ka u t i da k me nj e r i t a ku t i da k akan melihat sosokmu yang jatuh dari atas
c a ndi , " ka t a Wi r o pul a . Kunt i Ambi r i us a p pi pi nya l a l u ber ka t a . "Aku me nyes a l t i da k bi s a me nda pa t ka n ka pa k s a kt i mu. " " Ki t a pa s t
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
i a ka n menemukan Ka pa k Naga Ge ni kemba l i . " " Ki t a ?" Uc a p Kunt i Ambi r i da l a m ha t i . " Ma ksudnya dia dan aku bersama sama
me nc a r i s e nj a t a i t u?" Wiro berdiri menghampiri robekan pakaian Sinto Gendeng yang sejak tadi tercampak
di tanah. " Robe ka n ka i n i ni bi s a di pe r guna ka n unt ukmenjajagi dimana beradanya
Eyang Sinto. Seseorang dengan ilmu kepandai
a nnya a ka n me nol ong ki t a . " " Ma ks udmu Ra t u Ra ndang! "Tanya Kunti Ambiri.
Wiro mengangguk.
Tiba-tiba tanah di tempat itu bergetar. Pohon besar dimana mereka berada
bergoyang-goyang. Dedaunan gugur berjatuhan.
" Se s ua t u t e r j a di di ba wah s a na . Di da l a m t a na h. . . " I ni ka l i ke dua t a na h be r ge t a r . " Wi r o me mber i t ahu. " Aku ka wa t i r t e r j a di a pa - apa dengan tiga orang sahabat kita yang masih berada di dalam Ruang Segi Tiga
Nyawa . " " Se ba i knya ki t a s ege r a s a j a me nye l i di k ke s a na . " Wiro anggukkan kepala. Dia menolong Kunti Ambiri berdiri. Hanya sekejapan lagi
kedua orang berkepandaian tinggi itu akan siap mengamblaskan diri masuk ke dalam
tanah tiba-tiba terdengar suara bergemuruh. Lalu ada suara tiga jeritan keras.
Tanah di samping kanan pohon terbongkar besar lalu brakkk! Tiga sosok terkapar
di tanah! Wiro melengak kaget.
Kunti Ambiri menjerit.
Tiga sosok itu adalah Ratu Randang, Sakuntaladewi dan Jaka Pesolek!
Ketiganya dalam keadaan setengah pingsan. Sekujur tubuh mulai dari kepala sampai
ke kaki tertutup tanah dan debu berwarna merah.
SEBELAS TAK berapa lama setelah Pendekar 212 Wiro Sableng meninggalkan Ruang Segi Tiga
Nyawa, Empu Semirang Biru berhasil membujuk Jaka Pesolek dan Sakuntaladewi agar
tidak pergi menyusul Wiro.
" Sa ha ba t ku, " be r bi s i k Sakunt a l a de wi . Sesajen Atap Langit
38/55 " Ada a pa ?" Ta nya J a
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ka Pe s olek. " Ti da kka h ka u me mpe r ha t i ka n . . . ?" " Dewi Kaki Tunggal, kau ini bicara sepotong-sepotong. Apa yang tidak aku pe
r ha t i ka n?" " Ss s t t t , bi c a r a pe l a n-pelan. Jangan sampai terdengar kakek itu. Apa kau tidak
memperhatikan kalau suara sang Empu sedikit agak berubah. Pertama kali suaranya
halus tapi beberapa saat belakangan ini berubah agak parau dan ke
r a s . " Yang bicara adalah Ratu Randang dan Sakuntaladewi membenarkan ucapan si nenek
dengan anggukkan kepala.
" Ha l begi t u s a j a j a di pe r ha t i a nmu. Lebih baik kita cepat-cepat mengambil
keris. Begitu urusan selesai kita cepat-c
e pa t per gi da r i s i ni . " J a ka Pe s ol e k l a l u be r pa l i ng pa da Empu Semi r a ng Bi r u. " Empu, kami be r dua s i a p me nga mbi l ke r i s di a t a s a t a p. " "La kuka nlah. Raja Mataram tidak akan melupakan baktimu pada Kerajaan.
Aku akan melindungi usaha kalian agar tidak ada roh jahat yang menghala ngi
. " Empu Semirang Biru menjawab lalu meniup ke arah kedua kakinya sendiri.
Kemudian kepala diangkat sedikit. Tiupan diarahkan ke lantai ruangan, terus naik
ke dinding dan terus naik lagi menuju atap dimana Keris Kanjeng Sepuh Pelangi
menancap. " J a ka , ka u s uda h s i a p?"Bertanya Sakuntaladewi.
Tidak seperti biasa selalu girang kalau akan menghadapi dan menangkap petir,
sekali ini Jaka Pesolek tampak agak tegang. Gadis ini kemudian mengangguk.
" J a ka ,jangan tegang. Kau pasti mampu menangkap petir yang keluar dari keris sakti.
Kalau berhasil aku berikan kau sepuluh ciuman!
"Ratu Randang memberi
semangat tapi dengan cara bergurau.
Sakuntaladewi memberi isyarat bahwa dia siap untuk melompat ke atas atap
ruangan. Tapi Jaka Pesolek balas memberi isyarat sambil berkata.
" J a nga n ka u ya ng me l ompa t l e bi h dul u. Bi a r a kuyang memancing. Aku akan
melompat ke atap. Begitu petir keluar dari dalam keris, aku akan membuntal dan
kau akan aman pergunakan kesempatan cepat-cepat melesat ke atas mengambil ke
r i s . " Sakuntaladewi dalam hati memuji kecerdikan Jaka Pesolek lalu memberi tanda agar
gadis yang mengaku bisa jantan bisa betina itu segera melompat ke atap.
Sebelum melompat Jaka Pesolek melirik ke arah Empu Semirang Biru. Orang tua ini
tampak tegang. Jaka Pesolek jejakkan dua kaki ke lantai ruangan.
" Wut t t ! " Tubuh Jaka Pesolek melesat ke atas atap setinggi empat tombak. Kurang satu
tombak tubuhnya melayang dalam ruangan tiba-tiba Keris Kanjeng Sepuh Pelangi
pancarkan cahaya sembilan warna, dikelilingi cahaya biru. Setelah itu terdengar
ledakan laksana petir benar-benar menggelegar. Cahaya putih menyilaukan dan
panas berkiblat menyambar ke bawah, ke arah Jaka. Pesolek. Seantero ruangan
menjadi panas luar biasa! Jaka Pesolek menyambut hantaman petir dengan berteriak
keras. Dua tangan dikembang! Dess! Dess! Dua tangan si gadis begitu
Sesajen Atap Langit
39/55 bersentuhan dengan cahaya putih langsung membuat gerakan memiting. Cahaya putih
dibuntal seperti menggulung sebuah pita raksasa lalu dia melayang turun ke
lantai ruangan, membawa gulungan petir dan menghenyakkannya di salah satu sudut,
menahan dengan kedua lutut.
" Pe t i r j e j a di a n! Ma
Wiro Sableng 180 Sesajen Atap Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
na bi s a l e bi h he ba t dar i pe t i rsungguhan ciptaan Yang Maha
Kuasa! Petir jejadian jangan berani bercanda dengan aku Jaka Pesolek! Hik ...
hik . . . hi k! " Kini Jaka Pesolek bisa tertawa tawa. Buntalan petir yang tadi putih panas
menyilaukan perlahan lahan berubah redup dan mengecil. Sebaliknya seluruh
Prahara Darah Biru 1 Dewa Arak 88 Puteri Teratai Merah Pembalasan Surti Kanti 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama