Ceritasilat Novel Online

Sicantik Gila Gunung Gede 2

Wiro Sableng 158 Si Cantik Gila Dari Gunung Gede Bagian 2


ini mulai dari kepala sampai ke kaki dibungkus oleh cahaya aneh berwarna Jingga.
Tiga letusan keras berkumandang di tempat itu ketika tiga cahaya totokan yang
dilepaskan Tiga Momok saling tabrak dengan cahaya warna Jingga yang melindungi
tubuh Nyi Retno.
Tanah bergetar. Debu menggebubu ke udara.Tiga Momok tampak tergontai-gontai
sementara Nyi Retno Mantili walau terlindung dari totokan tetap saja terpental
jatuh dan menjerit seperti ada bagian tubuh yang sakit. Wajahnya sedikit pucat
dan dua tangannya bergetar. Dari sudut bibir tampak ada lelehan darah Didahului
satu pekik kemarahan Nyi Retno Mantili tiba-tiba melompat. Dia menerjang ke arah
Momok Kedua yang berada paling dekat.
"Racun Pelemas Raga!" tiba-tiba Momok Pertama Tukak Racun Kuning berteriak. Dia
jentlkkan jari tengah tangan kanan diikuti oleh dua Momok lainnya.
Tiga cahaya terang, merah, kuning dan biru menyilaukan mata berkiblat, menyambar
ke arah Nyi Retno. Saat itu Nyi Retno telah menerjang sambil acungkan boneka
kayu ke depan. Meski kesilauan dia 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
40 sempat melihat datangnya tiga cahaya yang menyerang. Perempuan ini segera angkat
boneka di tangan kanan.Lima jari memencet pinggang boneka.
Dua larik sinar putih menyambar dari sepasang mata boneka. Sepasang Cahaya Batu
Kumala! Namun karena serangan dilakukan dalam keadaan tubuh terluka di bagian
dalam, dua sinar putih hanya lewat di atas kepala Tiga Momok. Sebaliknya
serangan Racun Pelemas Raga tepat mendarat di wajah Nyi Retno. Walau wajah itu
tidak cidera sedikitpun namun saat itu juga Nyi Retno tidak ubah seperti benang
basah.Tubuhnya melosoh ke tanah. Boneka kayu di tangan kanan terlepas, jatuh
masuk ke dalam telaga.
Tiga Momok bergerak cepat Momok Pertama yang merasa kawatir Nyi Retno akan
mengadakan perlawanan kembali dengan cepat tusukkan satu totokan ke pangkal leher Nyi Retno
yang sudah tidak berdaya itu. Didahului satu keluhan pendek perempuan ini
terguling jatuh di tanah.
"Momok Pertama! Lekas gendong perempuan sinting itui." berkata Momok Ketiga
DenokTuba Biru.
"Kalian berdua ikuti aku. Aku tahu di mana beradanya pohon bercabang ganjil!"'
"Dimana"!' tanya Momok Kedua si banci Alis Bisa Merah.
"Tak jauh dari sini. Di tepi sebuah jurang! Sudah jangan banyak tanya! Ikuti
saja aku!" jawab Denok Tuba Biru. Lalu perempuan bertubuh gembrot ini berkelebat
ke arah barat. Momok Kedua segera mengikuti. Momok Pertama cepat gendong tubuh
Nyi Retno Mantili lalu berkelebat mengikuti dua saudara seperguruannya.
Berlari kira-kira sepeminuman teh, Momok Kedua sampai di tepi sebuah jurang.Tak
jauh dari tepi jurang berderet tumbuh beberapa pohon besar. Momok Kedua
menghampiri pohon paling ujung kiri. Dia mendongak memperhatikan dan menghitung
cabang pohon. Ternyata borjumlah delapan cabang. Dia pindah ke pohon yang di
sebelah. Kembali memperhatikan dan menghitung.
"Ini pohonnya!" ucap Momok Kedua. "Jumlah cabangnya ada tujuh!
Momok Pertama Tukak Racun Kuning turunkan tubuh Nyi Retno Mantili ke tanah. Dia
berpaling pada 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
41 Momok Kedua Alis Bisa Merah.
"Keluarkan tali penggantung yang kau bawa."
Dari balik pakaian Momok Kedua keluarkan
segulung tali. Tali ini berbentuk kecil halus terbuat dari jerami kering
dilapisi getah pohon jarak hingga menjadi lentur dan luar biasa kuat.
Momok Pertama ikatkan salah satu ujung tali pada dua pergelangan kaki Nyi Retno
Mantili. Ujung lainnya dilempar ke atas cabang pohon di sebelah tengah.
"Biar aku yang menarik!" kata Momok Ketiga. Lalu dia menjangkau ujung tali yang
terjulai. Sekali menarik tubuh Nyi Retno terangkat dari tanah. Tarikan kedua
tubuh perempuan malang itu naik setengah tinggi tubuh manusia. Pada tarikan
ketiga sosok Nyt Retno Mantili tergantung sejajar kepala orang.
"Cukup!" kata Momok Pertama.
"Hai, apa kalian tidak melihat ada keanehan?"
bertanya Momok Kedua Alis Bisa Merah. "Tadi ada kerlipan cahaya biru
menyelubungi tubuh perempuan sinting ini. Sekarang cahaya Itu masih ada di
sekitar dua kaki yang terikat."
"Perduli setan dengan segala macam cahaya!"
menjawab Momok Ketiga. "Sekarang sesuai petunjuk guru kita menunggu tiga hari
sampai mayatnya busuk."
Momok Ketiga berpaling ke arah Momok Kedua. "Alis Bisa Merah, diantara kita
bertiga kau yang memiliki kuku paling panjang. Nanti kau yang akan menjebol
tubuh perempuan itu dengan kukumu yang lancip.
Ambil jantung, hati dan ginjalnya! Berikan padaku ginjalnya. Berikan jantung
pada Momok Pertama dan kau boleh menyantap hatinya..."
Wajah merah Momok Kedua langsung berubah.
Tubuh menggigil dan dua tangan menekap leher.
"Aku... aku yang harus menjebol tubuh perempuan itu" Mengambil jantung, hati dan
ginjalnya"
lihhhh ... Aku ngeri. Aku bisa pingsan. Kalian saja yang melakukan. Cari kayu,
dibuat lancip...'
Momok Kedua geleng-geleng kepala berulang kali.
"Kau selalu berdalih ini itu! Alis Bisa Merah seharusnya kau tidak jadi murid Si
Bisu Racun Akhirat Tidak ada gunanya kau bergabung dengan kami!"
Momok Ketiga DenokTuba Biru marah sekali.
Momok Pertama ikut menimpali.
"Di Kotaraja ada perkumpulan manusia-manusia 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
42 banci sepertimu! Lebih baik kau pergi kesana.
Bergabung dengan mereka!"
Alis Bisa Merah mulai terisak dan tutup wajah dengan kedua tangan. "Sebenarnya
aku... aku tidak akan menampik jika kalian memberi perintah. Tapi ucapan kalian
sangat menyakiti hatiku..."
"Kalau perlu kami akan menyakiti sekujur tubuhmu!"
Bentak Momok Ketiga.
"Sudah, sudah! Aku akan turuti permintaan kalian.
Aku akan merobek dada dan perut perempuan itu.
Nanti jika tubuhnya yang tergantung sudah busuk!"
Saat itu di langit yang menjelang sore serombongan burung gagak hitam terbang
berputar-putar di atas pohon. Melihat ini Momok Ketiga kembali membuka mulut.
"Burung-burung pemakan mayat sudah tahu kalau bakalan ada mangsa di tempat ini.
Mereka sudah datang bersiap-siap. Kita jangan sampai keduluan.
Momok Kedua, aku dan Momok Pertama akan
beristirahat barang sebentar. Kau berjaga-jagalah.
Awasi burung-burung penggeragot mayat itu. Biasanya mereka mulai bergerak begitu
mayat mulai membusuk!"
"Aku lagi yang kebagian pekerjaan. Kalian benar-benar tidak adil!" umpat Momok
Kedua si banci Alis Bisa Merah dengan wajah merengut. Lalu dari balik pakaian
dia keluarkan sebuah cermin kecil. Sambil memandang ke dalam cermin dia
merapikan rambut yang hitam lurus seperti lidi, mematik-matik alis dan menjulurjulurkan lidah di atas bibir yang diberi gincu ungu.
"Kita tengah menghadapi urusan besar. Kau masih saja menyibukkan diri berdandan!
Dasar banci!" ucap Momok Ketiga.
"Aku melakukan apa saja yang aku suka. Kau tak usah cemburu. Aku yang banci
lebih bisa merawat diri dari pada kau yang perempuan sungguhan.
Sekujur tubuhmu beriemak mulai dari pipi sampai ke kaki! Siapa lelaki yang suka
padamu. Melirik sajapun tidak sudi!"
Seiagi Tiga Momok saling bersilang kata, mereka tidak mengetahui munculnya satu
cahaya putih menyembul dan menyelubungi tubuh Nyi Retno Mantili yang tergantung
kaki ke atas kepala ke bawah.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
43 Namun Momok Pertama yang paling tinggi ilmu kepandaiannya merasakan sesuatu. Dia
menatap pada kedua saudara seperguruannya.
"Apa kalian tidak merasakan ada siuran angin barusan?"
Momok Kedua dan Momok Ketiga diam sesaat lalu sama gelengkan kepala.
"Kita harus berhati-hati. Buka mata pasang telinga.
Sampai mayat perempuan sinting itu membusuk kita tidak boleh berlaku ayal!"
Selagi Tiga Momok sibuk bicara satu sama lain.
lagi-lagi ada cahaya putih menyelubungi tubuh Nyi Retno. Lalu cahaya ini keluar
dari sosok perempuan itu. melesat ke arah timur dan lenyap dari pemandangan.
TIDAK SAMPAI tiga hari. pada pagi hari kedua mayat Nyi Retno Mantili yang
tergantung mulai menebar bau busuk.Tiga Momok memperhatikan lalu Momok tertua
berkata. "Momok Kedua, kau bersiaplah. Aku akan memutus tali penggantung. Begitu mayat
busuk jatuh di tanah kau cepat menjebol dada dan perut mayat..."
Momok Kedua Alis Bisa Merah rentangkan lima jari tangannya yang berkuku panjang
runcing berwarna Jingga.
"Aku sudah siap,'" ucap momok banci ini dengan suara keras walau agak gemetar.
Tiba-tiba di atas pohon, belasan burung gagak pemakan mayat yang telah mendekam
sejak Nyi Retno mulai digantung mengeluarkan pekik keras. Binatang ini
berlesatan ke udara, terbang bergerombol, membuat dua kali putaran lalu menukik
ke bawah. menyambar ke arah mayat yang tergantung.
"Burung-burung keparat! Kalian hendak mendahului kami! Terima bagian kalian!
Mampuslah! Maki Momok Ketiga. Perempuan bertubuh gemuk ini kibaskan tangan kanannya ke atas.
"Wuttt!"
Selarik sinar biru setengah lingkaran menerpa ke atas. Belasan burung gagak
menukik keras. Tubuh mereka terlempar dua tombak ke udara. Begitu melayang jatuh
semuanya telah berubah jadi sosok arang biru mengepulkan asap sangit.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
44 "Saudara-saudaraku, sekarang saatnya!" berseru Momok Pertama Tukak Racun Kuning.
Jari telunjuk tangan kanan dijentikkan.
"Tass!"
Tali yang menggantung Nyi Retno Mantili putus pada ketinggian dua jengkal di
atas pergetangan kaki.
Tak ampun sosok jenazah yang mulai membusuk itu jatuh terhempas ke tanah,
tergelimpang menelungkup tak berkutik.
"Momok Kedua! Lakukan tugasmu!" perintah Momok Ketiga.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
45 DENGAN kaki kirinya Momok Kedua balikkan mayat Nyi Retno Mantili hingga
tertelentang. Perlahan-lahan dia lipat dua lutut, jongkok di samping mayat.
Tangan kanan diulurkan menekan pundak kiri mayat, tangan kanan mementang lima
jari berkuku panjang.
"Crass!"
Lima jari ditancapkan didada kiri, tepat arah jantung.
Lalu breett! Lima jari ditoreh menyilang ke kiri kemudian lurus ke bawah. Sosok
mayat robek mulai dari bagian dada sampai ke bawah pusar.Luar biasa mengerikan!
"Aku sudah mengambil hatinya! Kalian silahkan mengambil sendiri bagian masingmasing!" Berkata Momok Kedua sambil melompat lalu berdiri menjauh.
Momok Pertama dan Momok Ketiga menyumpah
marah karena tadi jelas Momok Kedua diperintahkan untuk sekaligus mengambil
jantung, hati dan ginjal.
Sekarang setelah membedol hati dan siap untuk memakannya, dia suruh dua saudara
seperguruan untuk mengambil sendiri jantung dan ginjal. Walau marah namun Momok
Pertama dan Momok Ketiga terpaksa melakukan. Momok Pertama memuntir jantung lalu
membetotnya. Sementara Momok Ketiga mencengkeram dua buah ginjal dan
membedolnya keluar! Darah bergenangan dimana-mana.
Selesai melakukan perbuatan yang sangat
mengerikan, benar-benar diluar akal dan perikema-nusian itu Tiga Momok pergi ke
telaga untuk mencuci tangan dan muiut yang penuh bercelemongan darah.
Setelah itu ketiganya sama-sama berlutut di tanah dan berseru berbarengan.
"Guru! Kami telah melaksanakan perintahmu! Hari ini nama Serikat Momok Tiga
Racun berkibar di rimba persilatan tanah Jawa! Kami bertiga mohon restumu dari
alam akhirat!"
Tiga Momok berdiri kembali.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
46 Momok Kedua sambil usap-usap dada dan sebentar-sebentar keluarkan suara seperti
kesolekan menahan mual yang ingin membuatnya muntah.
Kita sudah punya dua rencana. Kita berangkat ke Kotaraja sekarang juga. Kita
akan meracuni seluruh tokoh silat Istana. Setelah semua mereka mati kita akan
menemui Sri Baginda, mengatakan bahwa mulai saat itu kekuasaan berada di tangan
Serikat Momok Tiga Racun! Sri Baginda tidak lain hanya boneka suruhan kita
belaka! Ha ... ha..ha!"
Momok Pertama tertawa bergelak. Lalu melanjutkan ucapan. "Rencana kedua. Jika
Sri Baginda menolak dan tidak mau tunduk pada kita maka seluruh keluarga Istana
termasuk Sri Baginda akan kita racuni sampai semua mereka menemui ajal di tangan
kita! Sekarang mari kita tinggalkan tempat celaka ini!"
Tiga Momok serentak berdiri.Tanpa menoleh lagi pada mayat yang berbusaian dan
tergelimpang di tanah ketiganya melangkah pergi.
Namun belum sampai berjalan sepuluh langkah jauhnya dari tepi telaga tiba-tiba
tiga murid Si Bisu Racun Akhirat yang menamakan diri Serikat Momok Tiga Racun
ini sama hentikan langkah. Tak jauh di depan mereka, di tengah jalan yang akan
mereka lalui bergolek melintang seorang pemuda berambut gondrong berpakaian
putih. Kaki kiri diletakkan di atas lutut kanan- Dua tangan disusun di atas
mulut, jari-jari bergerak dan dari mulutnya meluncur suara berkepanjangan
menirukan suara suling.
"Tulit ...tulit ...tulilit....liitt....tuut!Tuuut!
Habis menirukan suara suling si gondrong ini tertawa gelak-gelak lalu kembali:
"Tulit... tulit...Tutt
... tuttt... littt... tittitt! Ha... ha... ha!"
"Orang sinting lelakil Tubuhnya kekar, wajahnya gagah! Ah, rejekiku besar sekali
hari Ini! Kalau yang satu ini biar aku yang menangani sendiri! Pasti itunya
keras. Jangan berani ada yang mengganggu!
Hik... hik!" Momok Kedua si banci Alis Bisa Merah berseru gembira. Dia segera
hendak melangkah ke arah si pemuda yang bergolek di tengah jalan.
Namun tangannya cepat dicekal oleh Momok Pertama.
"Jangan berlaku gegabah! Pemuda tak dikenal itu 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
47 sepertinya sengaja menghadang kita."
"Eh, masakan kau takut sama orang sinting?"tukas Momok Kedua.
"Jangan-jangan dia laki perempuan sinting yang kita bunuh!" kata Momok Ketiga.
Lalu menyambung ucapannya. "Mari kita dekati, tapi hati-hati. Kalau dia membuat
gerakan mencurigakan langsung bunuh dengan pukulan beracun!" kata Momok Pertama
pula. Momok Ketiga yang juga sudah memperhatikan wajah si pemuda berkata pada saudara
tuanya itu. "Jangan buru-buru dibunuh. Aku ikut tertarik.
Mudah-mudahan saudaraku Momok Kedua tidak cemburu kalau aku yang lebih dulu
mendapatkannya!"
"Kau dan Momok Kedua sudah pada gila semua!"
rutuk Momok Pertama. Namun ketiganya kemudian sama maju melangkah mendekati
pemuda di tengah jalan.
Tiga langkah di depan si pemuda mereka berhenti.
Pemuda di tengah jalan juga hentikan mulutnya yang tulat-tulit. Lalu berguling
ke kiri dan duduk di tanah.
Tangan kiri menggaruk kepala, tangan kanan menunjuk ke arah Tiga Momok.
"Kalian sobatku muka warna warni!" si gondrong yang bukan lain adalah Pendekar
212 Wiro Sableng keluarkan ucapan. "Kalian bertiga habis makan besar!
Mengapa tidak membagi-bagi barang sedikit padaku"!
Padahal aku lagi lapar-lapar buaaanget! Bagaimana rasanya makan jantung, hati
dan ginjal monyet besar"
Nyam ... nyam... nyam! Pasti enak ya"!"
"Pemuda gila! Lekas menyingkir. Kami mau lewat!"
Bentak Momok Pertama.
"Heh. jalan ini cukup lebar. Kalian boleh lewat di samping kiri atau di sebelah
kanan. Tinggal pilih!
Begitu saja repot! Tapi kau belum menjawab pertanyaanku! Bagaimana rasanya
Jantung, hati dan ginjal monyet" Benar-benar enak" Gurih?"


Wiro Sableng 158 Si Cantik Gila Dari Gunung Gede di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hai! Kami barusan bukan makan jantung, hati dan ginjal monyet.Tapi jantung,
hati dan ginjal manusia!
Perempuan sinting!" Yang berucap adalah Momok Kedua si banci Ali Bisa Merah
sambil tersenyum dan kedipkan mata ke arah Wiro.
Momok Ketiga ikut bicara. "Sayang kami baru ketemu dirimu saat ini. Kalau sejak
tadi-tadi kau muncul pasti 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
48 kami bagi!"
"Aneh. kalian bilang makan jantung, hati dan ginjal manusia. Perempuan sinting.
Tapi yang aku lihat kalian barusan melahap jantung, hati dan ginjal monyet hutan
besar!" kata Pendekar 212 Wiro Sableng pula sambil balas kedipan mata si banci
Alis Bisa Merah lalu sunggingkan senyum pada Denok Tuba Biru.
"Dasar sinting! Aku perintahkan sekali lagi lekas menyingkir! Atau kau akan jadi
mayat busuk di tempat ini!" Momok Pertama mulai marah. Dia memberi isyarat pada
dua saudaranya.
Wiro bangkit berdiri sambil keluarkan suara berdecak.
"Ck...ck...ck! Sombongnya main perintah. Aku mau bikin apa di jalan ini siapa
yang berani melarang"
Memang jalan ini punya bapak gundulmu"! Aku bicara soal monyet kau bicara soal
menyingkir! Hati-hati kalian bertiga, sehabis makan jantung, hati dan ginjal
monyet hutan sebentar lagi kalian akan punya sifat seperti monyet Menyeringai
cekikikan, garuk-garuk pantat, kencing awut-awutan..."
Momok Pertama dan dua momok lainnya saling pandang.
"Hai! Kalian rupanya tidak percaya. Yang kalian santap tadi bukan jantung, hati
dan ginjal, perempuan sinting. Tapi jantung, hati dan ginjal monyet! Kalau tidak
percaya berpalinglah ke belakang! Lihat mayat siapa yang menggeletak di tanah
sana!" Yang menoleh duluan adalah Momok Kedua si banci Alis Bisa Merah. Begitu menoleh
dia langsung keluarkan suara tercekat dan wajah berubah. Dua Momok lainnya serta
merta ikut memandang ke belakang. Seperti Momok Kedua, mereka juga terkejut Di
belakang sana, di tempat dimana seharusnya mayat perempuan sinting tergeletak
dengan isi perut berbusaian, kini yang kelihatan adalah bangkai seekor monyet
hutan berbulu coklat dengan perut robek menganga!
"Dua saudaraku, apa kita tidak salah melihat?"
Berkata Momok Pertama.
Tidak mungkin!'' ucap Momok Ketiga DenokTuba Biru dengan mulut ternganga.
Berlainan dengan dua saudaranya yang terkejut 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
49 dan terheran-heran Momok Kedua Alis Bisa Merah putar wajah ke arah Wiro,
tersenyum kedip-kedipkan mata sambil acung dan goyang-goyang Jari tangan kanan.
Ketika Momok Pertama berpaling dan melihat kelakuan Momok Kedua dia segera
membentak marah.
"Momok Pertama, jangan marah dulu. Lebih baik kita datangi pemuda itu. Tanyakan
siapa dia dan selidiki bagaimana hal aneh ini bisa terjadi. Siapa tahu kita bisa
bersahabat dengannya." Berkata Momok Kedua sambil kembali layangkan senyum ke
arah Wiro. Murid Sinto Gandeng yang sudah bisa membaca keadaan membalas senyum, tempelkan
dua jari tangan kanan di bibir lalu dilayangkan ke arah Momok Ketiga yang
membuat si banci ini jadi tertawa girang tersipu-sipu!
"Momok Kedua! Kau tunggu di sini! Aku dan Momok Ketiga akan mendatangi pemuda
itu! Awas kalau kau berani mendekati pemuda itu!"'
Kata Momok Pertama pula. Lalu bersama Denok Tuba Biru dia mendekati Pendekar 212
yang menanti kedatangan mereka sambil rangkapkan dua tangan di depan dada.
Empat langkah di depannya Wiro mengangkat tangan.
"Kalian berhenti disitu. Jangan berani lebih dekat lagi. Aku tidak mau ketularan
Jadi monyet!"
Dengan menahan amarah Momok Pertama berkata.
"Kami tidak mengenalmu. Apa kau mau menerangkan siapa dirimu" Lalu bagaimana
kejadiannya mayat perempuan itu bisa Jadi monyet hutan?"
"Ah.... Kalau sekedar menjawab pertanyaanmu, apa susahnya. Aku orang sinting
lakilaki yang nyasar di tempat ini. Si baju warna warni itu pasti suka padaku.
Mengapa dia tidak boleh datang mendekat ke sini?"
"Jawab saja pertanyaanku tadi!" bentak Momok Pertama.
"Soal monyet hutan itu, aku orang yang memeli-haranya. Soal mengapa kalian
menoreh perutnya lalu menyantap jantung, hati dan ginjalnya biar orang lain yang
menjawab!"
Selesai berkata Pendekar 212 keluarkan suara bersiul. Dari balik pohon besar di
tepi telaga 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
50 menyeruak keluar dua perempuan, satu muda dan satunya sudah nenek-nenek.
Melihat si perempuan muda Tiga Momok melengak kaget, memandang mendelik tidak
berkesip penuh rasa tidak percaya!
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
51 DUA perempuan yang keluar dari balik pohon adalah Nyi Retno Mantili sambil
memegang boneka kayu yang basah. Di sampingnya melangkah tertawa-tawa nenek
berambut kelabu bermata merah mengenakan jubah kuning yang bukan lain adalah
kembaran ke tiga Eyang Sepuh Kembar Tilu.
"Hik..hik! Aku melihat tampang mereka sudah mulai mirip-mirip monyet hutan..."
berucap si nenek sambil tertawa cekikikan.
"Kau keliru Nek. bukan tampang mereka yang berubah mirip-mirip monyet, tapi
pantat mereka yang akan lebih dulu berubah merah seperti pantat monyet ledes!"
Kata Pendekar 212 Wiro Sableng pula lalu dia dan si nenek tertawa gelak-gelak
sementara Nyi Retno Mantili hanya senyum-senyum.
"Saudaraku, bagaimana mungkin..." bisik Momok Pertama Tukak Racun Kuning. "Kita
sudah meng-gantungnya. Merobek perutnya. Memakan jantung, hati dan ginjalnya.
Ternyata dia masih hidup. Dan boneka itu, bagaimana bisa ada lagi di tangannya?"
"Hai kalian bertiga! Jika kalian inginkan jantung.
hati dan ginjalku aku bersedia memberikan! Ayo belek saja tubuhku. Kalian mau
aku membuka baju lebih dulu atau bagaimana" Hik... hik... hik!" Nenek jejadian
rambut kelabu berkata lalu tertawa cekikikan.
"Momok Kedua. Momok Ketiga, kita harus segera membunuh tiga manusia ini!
Sekarang juga! Serang dengan pukulan Enam Racun Akhirat!" Momok Pertama berikan
perintah pada dua saudaranya.
Serentak ke tiga murid Si Bisu Racun Akhirat tusukkan dua jari ke depan, ke arah
Wiro. Nyi Retno dan si nenek.
"Wuuuttt!"
Enam larik sinar, dua kuning, dua merah dan dua biru, menderu dahsyat, menebar
hawa aneh berbau sangit.
"Awas serangan racun jahat! Tutup jalan nafas!"
teriak nenek jejadian rambut kelabu. Dia cepat menarik 158. Si Cantik Dari
Gunung Gede 52 Nyi Retno ke belakang ialu bersama Wiro sambut serangan tiga lawan.
Wiro membalas serangan dengan pukulan Angin Es. Ilmu kesaktian ini jarang
dikeluarkan dan memang ampuh untuk menghadapi serangan mengandung racun yang
menebar. Udara sedingin es langsung menyungkup tempat itu. Enam sinar mengandung
racun mematikan tertahan mengambang di udara, perlahan-lahan berubah beku lalu
leleh. Jatuh ke tanah! Lenyap tanpa bekas!
Selagi Tiga Momok yang tubuh masing-masing kini dilanda hawa luar biasa dingin,
selagi mereka berseru kaget melihat apa yang terjadi, nenek jejadian sambil
melesat ke depan membuat sikap seperti orang bersila menghantam dengan pukulan
yang memancarkan sinar merah.
Tiga Momok berteriak keras. Mereka cepat
selamatkan diri dengan melesat sampai dua tombak ke udara lalu dari atas
berteriak berbarengan "Racun Air Bah!"
Saat itu juga terdengar suara menderu dahsyat luar biasa seolah benar-benar ada
gemuruh air bah melanda tempat itu. Cahaya biru merah dan kuning bertabur silang
menyilang, angker mengerikan.
"Nek! Kau tahan di bawah aku akan melabrak dari atas!" teriak Wiro. Nenek
jejadian rambut kelabu segera jatuhkan diri berlutut di tanah. Dua tangan
dipukulkan ke atas melesatkan dua larik cahaya merah yang menebar seperti kipas.
Kepala didongakkan, mulut meniup. Selarik asap, kelabu bergulung-gulung ke
udara, mencabik-cabik cahaya biru, merah dan kuning yang menyapu ke bawah. Namun
karena kalah tenaga tiga lawan satu, si nenek jatuh terjengkang dan racun jahat
sempat terhisap ke dalam jalan pernafasannya.
Selagi Tiga Momok terus melancarkan serangan Racun Air Bah Wiro melesat ke udara
lalu dari atas melepas pukulan Sinar Matahari.
Ketika cahaya putih menyilaukan mulai memancar di tangan kanan Wiro dan hawa
panas menebar Tiga Momok berteriak kaget kalang kabut.
"Pukulan Sinar Matahari!" teriak Momok Pertama.
"Celaka! Pemuda itu pasti Pendekar Dua Satu Dua murid nenek sakti Sinto
Gendeng!" 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
53 Wiro gerakkan tangan kanan. Cahaya putih panas berkiblat! Sekejapan lagi tubuh
mereka akan dilabrak hangus pukulan sakti yang tidak ada bandingannya di rimba
persilatan itu tiba-tiba menggeledek seruan keras.
"Sahabat Wiro! Tahan serangan! Jangan bunuh mereka! Tiga Momok lekas pergi dari
sini atau aku yang akan menghabisi kalian!"
Lalu ada satu tangan aneh penuh ditancapi paku putih mencekal pergelangan tangan
kanan Pendekar 212 yang telah berubah warna seputih perak dan luar biasa panas.
"Cess!"
Tangan yang memegang lengan Pendekar 212
langsung melepuh. Si pemilik tangan menjerit kesakitan tapi hebatnya masih terus
memegang lengan itu. Wiro cepat membalik dan menghantam dengan jurus Kincir
Angin Berputar.
"Bukk!"
Orang yang terkena hantaman dan masih
memegang lengan Wiro mengeluh panjang. Kail ini baru dia melepaskan cekatannya
dari lengan Pendekar 212. Tangan itu tampak luka melepuh akibat panas ilmu
kesaktian Sinar Matahari.
"Kau siapa"!" teriak Wiro marah sekali.
Orang yang ditanya tepuk-tepuk bahu Wiro lalu menarik sang pendekar turun ke
tanah. Begitu berhadap-hadapan murid Sinto Gendeng terkesiap kaget tak percaya.
"Sandaka! Kau!"
"Betul. Aku memang Sandaka. Manusia Paku!
Sobatku lama, apa kau tidak mengenali diriku lagi?"
"Bukankah... bukankah kau sudah menjatuhkan diri ke dalam jurang?"
"Gusti Allah masih memberiku umur panjang...."
"Kalau begitu kita bercerita nanti saja. Aku harus menghajar tiga manusia aneh
itu. Mereka hendak membunuh seorang perempuan yang menjadi
tanggung jawabku menjaga keselamatannya."
"Mereka sudah kusuruh pergi." kata Sandaka.
"Apa" Kau suruh pergi" Apa kau tuan besarnya"
Eh. apa hubunganmu dengan tiga mahluk sialan itu" Mengapa kau menolong mereka"!"
Wiro rada-rada jengkel. Matanya tak berkesip memperhatikan orang 158. Si Cantik
Dari Gunung Gede
54 yang berdiri dihadapannya. Lalu geleng-gelengkan kepala
Yang berdiri di hadapan Wiro saat itu adalah seorang lelaki berusia sekitar tiga
puluh tahun berambut panjang riap-riapan sampai sebahu. Muka tangan dan kaki
penuh dengan tancapan paku putih berkilat terbuat dari baja murni.
"Sandaka. dulu kau cuma pakai cawat. Sekarang sudah bisa pakai baju dan celana.
Apakah paku di sekujur tubuhmu juga masih ada?"
Orang bernama Sandaka tarik tangan Wiro lalu disapukan ke dada dan perutnva.
Wiro merasa tonjolan-tonjolan benda keras yaitu paku baja yang ternyata masih
bertebaran menancap di seluruh bagian tubuhnya.
Wiro ingat pada Nyi Retno Mantili. Ketika dia memandang mencari berkeliling,
perempuan itu tidak ada lagi.
"Kau mencari perempuan bertubuh kecil yang membawa boneka kayu itu?" tanya
Sandaka. "Nek, kau melihat Nyi Retno Mantili?" Wiro bertanya pada nenek jejadian kembaran
ketiga Eyang Sepuh Kembar Tilu sambil menolong nenek itu berdiri.
"Tadi dia lari ke arah sana." Si nenek menunjuk ke arah barat. "Aku sedang
kesakitan, tidak bisa menghalangi."
"Aku mengawatirkan keselamatannya. Aku harus mengejar. Kalau Tiga Momok tadi
menghadangnya di tengah jalan tubuhnya pasti akan dibantai. Dikorek jantung,
hati dan ginjalnya!"
"Aku jamin. Tiga Momok tidak akan mencelakai perempuan itu lagi." Kata Sandaka.
"Siapa percaya jaminanmu. Apa hubunganmu dengan tiga manusia aneh itu!"
"Guru mereka seorang nenek sakti tapi jahat bernama Si Bisu Racun Akhirat. Dia
meninggal beberapa waktu lalu. Nenek ini adalah saudara angkat guruku Eyang
Gusti Kelud..."'
"Guru yang kau bunuh sendiri!" potong Wiro.
"Ya. itu cerita lama gara-gara aku terjebak oleh Dewi Ular," jawab Sandaka.
"Kau masih berhubungan dengan perempuan itu?"
Sandaka menggeleng. "Kami kini menjadi dua musuh besar. Apa kau kangen ingin
menemuinya?"
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
55 Wiro tertawa. Sandaka mendekati nenek rambut kelabu lalu enak saja memegang kepala si nenek.
"Eh. apa-apan ini. Jangan berlaku kurang ajar.
Berani-beraninya kau memegang kepalaku!"
Sandaka yang mukanya penuh paku baja
menyeringai. "Maaf Nek. aku hanya ingin mengetahui apakah kau terkena racun atau tidak.
Nyatanya kau memang sudah keracunan akibat serangan Racun Air Bah yang
dilancarkan Tiga Momok tadi. Tapi kau tak usah kawatir. Aku bisa menolong.
Pejamkan matamu!"
"Eh. mengapa mesti memejamkan mata segala"
Kau mau apakan diriku" Mau meraba-raba?"
"Aku akan memasukkan jari telunjukku pada lobang telingamu kiri kanan."
"Kenapa musti lobang telinga. Bukan lobang yang lain"!" tanya si nenek masih
curiga. "Kau maunya lobang yang mana Nek" Lobang kencingmu"!" tanya Wiro.
"Hik ... hik! Kau berpikiran kotor. Maksudku mengapa bukan lobang hidung," jawab
si Nenek. Sandaka masukkan jari telunjuk kedua tangannya ke telinga kanan kiri si nenek
lalu alirkan hawa sakti.
Si nenek tanpa banyak bicara lagi pejamkan ke dua mata. Dia merasa ada hawa
panas mengaliri liang telinga, sebagian masuk ke kepala sebagian turun ke dada.
"Mataku terasa perih..."
"Tidak sakit Nek. Matamu akan mengucurkan sedikit darah. Kalau sudah maka kau
akan terlepas dari racun Jahat Tiga Momok itu."
Nenek rambut kelabu merasa sakit sekail pada kedua matanya Seperti dikatakan
Sandaka dari ke dua mata itu kemudian mengucur keluar darah kental merah
kehitaman. Sandaka meniup. Noda darah lenyap.
"Kau sudah sembuh Nek. Kau boleh membuka kedua matamu."
Nenek jejadian buka kedua matanya. Dia hendak mengucapkan terimakasih namun saat
itu juga Sandaka gerakkan tubuh dan berkelebat pergi dari tempat itu.
"Hai, kenapa pergi!" berteriak si nenek.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
56 "Sandaka! Tunggu! Banyak hal ingin kutanyakan padamu!" Wiro berseru. Namun
Sandaka telah lenyap dari pandangan sementara hari mulai gelap karena sang surya
telah tenggelam.
Wiro berpaling pada nenek di sampingnya.
"Nek, aku berterima kasih kau telah menolong Nyi Retno dengan ilmumu Mengambil
tubuhnya, menukar dengan monyet hutan tanpa Tiga Momok itu mengetahui. Ilmu
kepandaianmu benar-benar luar biasa.
"Apa nama ilmu kesaktian itu Nek?"
"Merubah Ujud. Menipu Pandang. Melindungi Raga."
Jawab si nenek.
"Hebat Nek. Sekali lagi aku berterima kasih. Sayang Nyi Retno sudah pergi.
Seharusnya dia juga berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan
jiwanya.Tapi jalan pikirannya masih kacau."
"Jangan keliwat memuji ilmuku itu hanya bisa aku keluarkan satu kali dalam tujuh


Wiro Sableng 158 Si Cantik Gila Dari Gunung Gede di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rembulan. Yang lebih hebat adalah nenek jahat musuh besarmu Nyai Tumbal Jiwo.
Dia bisa melakukannya setiap saat. Selain itu dia mampu bersalin rupa menjadi
gadis cantik. Kau harus hati-hati..."
"Tapi waktu kau berubah jadi Dewi Pemikat. Wah Nek. kecantikan dan keindahan
tubuhmu selangit tembus!"
Si nenek tertawa mengekeh sambil pegangi dada.
Mendadak dia hentikan tawa. Paras berubah. Dua tangan masih di atas dada.
"Eh, apa yang terjadi?"
"Ada apa Nek"
"Apa yang dilakukan sobatmu si Manusia Paku itu?"
"Memangnya ada apa Nek?" kembali Wiro bertanya.
"Dadaku..." Jawab si nenek Jejadian.
"Dadamu sakit?"
Si nenek menggeleng.
"Lalu?"
"Dadaku, sebelumnya leper rata. Sekarang kenapa Jadi begini?"
Dua tangan si nenek mengusap-usap dada.
Wiro perhatikan dada nenek rambut kelabu itu.
Masih belum mengarti."Jadi begini bagaimana Nek?"
"Wiro. dadaku jadi membusung besar
"Hah"! Kau bergurau Nek?"
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
57 "Tidak. Tadi waktu Manusia Paku itu mengobati diriku, ada hawa yang masuk ke
dalam kepala dan yang turun ke dada. Yang dikepala berhasil memusnahkan racun.
Tapi yang ke dada membuat dadaku jadi melambung mekar besar begini rupa..."
"Wah Nek, berarti kau beruntung. Mana, coba kulihat." Kata Wiro pula.
"Gila kowe!"
"Bukan gila Nek. Aku cuma mau lihat apa dadamu melambungnya sama besar kiri
kanan. Soalnya yang aku tahu Nyai Tumbal Jiwo si nenek alam roh jahat itu pernah
cuma satu dadanya saja yang melendung seperti kelapa!"
"Setan kau! Aku jadi bingung punya keadaan seperti ini."
"Kau jadi tambah bingung kalau nanti banyak lelaki yang tahu dan mengejarngejarmu!"
"Kau memang pantas disebut anak setan!" maki si nenek. "Eh, aku mau tanya.
Sobatmu yang muka dan sekujur tubuhnya penuh paku tadi. Apa paku itu juga
menancap di anunya. Hik..hik!"
"Kenapa kau tanya begitu Nek?"
"Tidak apa-apa. Hanya kepingin tahu. Aku berpikir soalnya kalau juga ada paku
menancap di anunya.
bagaimana dia kelak berhubungan dengan Istrinya"
Hik...hik..hik!"
"Agar kau bisa tahu Nek. kau saja yang jadi istrinya!"
kata Wiro pula.
"Dasar anak setan!" Si nenek tertawa cekikikan.
jewer telinga kiri Wiro lalu berkelebat pergi.
Tinggal sendirian Wiro kini yang jadi bingung.
Terutama mengingat Nyi Retno Mantili yang selamat akibat pertolongan si nenek
tadi kini entah berada dimana.
"Sandaka Manusia Paku, apakah aku bisa mempercayai dirimu."
Apa sebenarnya hubunganmu dengan Tiga
Momok tadi" Jangan-jangan kau menyuruh mereka pergi untuk mengejar dan
menghadang Nyi Retno.
Jika sesuatu terjadi dengan Nyi Retno akibat keculasanmu, aku akan mengejarmu
sampai ke jurang neraka sekalipun!
Siapakah Sandaka si Manusia Paku tadi"
Diceritakan bahwa dirinya adalah pemuda
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
58 bernama Sandaka Arto Gampito. Berkepandaian tinggi murid seorang kakek sakti di
Gunung Kelud yaitu Eyang Gusti Kelud.
Setelah selesai menuntut ilmu silat dan ilmu kesaktian Sandaka dilepas turun
gunung oleh sang guru. Agaknya takdir buruk telah menunggu lelaki berusia
sekitar tiga puluh tahun itu. Dia bertemu dengan seorang perempuan cantik
bernama Kunti Arimbi berjuluk Dowi Ular. Sandaka bukan saja jatuh cinta tergilagila pada Kunti Arimbi. dijadikan budak nafsu, tapi juga diperalat untuk
membunuh banyak tokoh silat rimba persilatan. Bahkan Sandaka juga tega membunuh
Eyang Gusti Kelud serta Mantili.
kekasihnya sendiri.
Dengan menusukkan 30 buah paku baja putih ke tubuhnya Sandaka berhasil
diselamatkan oleh Datuk Bululawang dari tangan Dewi Ular. Namun pemuda itu kini
menjadi peliharaan sang Datuk yang ternyata menyukai sesama jenis. Sinto Gendeng
turun tangan memberikan dua buah paku emas pada Pendekar 212
Wiro Sableng. Paku pertama dipergunakan untuk menolong Sandaka sedang paku kedua
untuk menghabisi Dewi Ular.
Sandaka berhasil ditolong oleh Wiro. Dewi Ular dapat ditusuk pusarnya dengan
paku emas dan dalam satu pertarungan hebat ditendang masuk ke dalam jurang.
Sandaka sendiri kemudian menjatuhkan diri masuk ke dalam jurang yang sama. Untuk
jelasnya kisah mengenai Sandaka dan Dewi Ular harap baca serial Wtro Sableng
berjudul "Dendam Manusia Paku"
dan "Dewi Ular"
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
59 DALAM serial Wiro Sableng berjudul "Api Di Puncak Merapi" diceritakan Patih Wira
Bumi membawa satu pasukan besar untuk menyelidiki kebakaran besar yang terjadi
di puncak Gunung Merapi. Selain itu dia juga bermaksud menyergap Pangeran Muda,
pimpinan pemberontak yang menyebut diri Orang Orang Keraton Kaliningrat dan
dikabarkan terlihat naik ke puncak gunung bersama beberapa pengiring untuk
menemui Pangeran Matahari.
Pangeran Muda ditemui di satu tempat dalam keadaan hancur tangan kanannya akibat
tendangan Pangeran Matahari. Setelah dimintai keterangan Patih Wira Bumi tanpa
ampun menghabisi Pangeran Muda dengan menusukkan sebatang tombak ke arah dada,
tepat di bagian jantung
Kedatangan Patih Kerajaan di puncak Gunung Merapi bersamaan dengan kehadiran
beberapa tokoh persilatan yang hendak membuat perhitungan dengan Pangeran
Matahari alias Hantu Pemerkosa yang saat itu memiliki satu senjata hebat dan
luar biasa berupa sebuah lentera bernama Lentera Iblis. Para tokoh silat itu
adalah Pendekar 212 Wiro Sableng. Wulan Srindi, Purnama, Setan Ngompol, Sinto
Gendeng, Jatilandak, Liris Biru serta Nyi Bodong yang kemudian diketahui
ternyata adalah Bidadari Angin Timur.
Sang Pangeran sendiri didampingi Liris Merah, kakak Liris Biru murid mendiang
nenek sakti Hantu Malam Bergigi Perak yang telah jatuh hati dan menjadi budak
nafsu Pangeran Matahari.
Patih Wira Bumi berusaha menangkap Pangeran Matahari dengan dua tuduhan. Pertama
telah membakar kawasan puncak Gunung Merapi secara sengaja. Kedua hendak
mendirikan Partai Bendera Darah yang bisa merongrong dan membahayakan Kerajaan.
Namun setelah hampir separuh dari anggota pasukannya menemui ajal dibantai
Pangeran Matahari dengan Lentera Iblis. Patih Wira Bumi pergunakan akal, berlaku
cerdik. Dia membiarkan para tokoh silat 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
60 menyelesaikan urusan dengan Pangeran Matahari.
Apa lagi dia menaruh firasat bahwa begitu selesai urusan dengan Pangeran
Matahari. Pendekar 212 Wiro Sableng dan Setan Ngompol akan meminta
pertanggung Jawabnya atas kematian Djaka Tua.
Puncak Gunung Merapi menjadi arena pertarungan hebat Walau Pangeran Matahari
pada akhirnya dapat ditamatkan riwayatnya oleh Sinto Gendeng yaitu dengan
meremas hancur kemaluannya atas petunjuk Purnama namun Wulan Srindi sendiri
tewas dalam pertarungan itu.
Patih Wira Bumi buru-buru kembali ke Kotaraja dengan perasaan kecewa. Banyak
anak buahnya yang menemui ajal di tangan Pangeran Matahari. Dia sendiri yang
merasa telah mendapat Ilmu kesaktian dan Nyai Tumbal Jiwo ternyata masih belum
sanggup menghadapi Pangeran Matahari.
"Ada sesuatu yang tidak beres dengan ilmu yang aku miliki. Apa yang terjadi"
Tidak ampuh karena aku masih belum membunuh bayi itu" Aku harus menghubungi
Nyai." pikir Wira Bumi.
Karenanya begitu sampai di Gedung Kepatihan malam harinya. Wira Bumi langsung
masuk ke kamar rahasia yang selama ini dijadikan tempat pertemuan dan
pelampiasan nafsu badaniah dengan Nyai Tumbal Jiwo. Seperti biasa, Wira Bumi
naik ke atas ranjang setelah lebih dulu menanggalkan seluruh pakaiannya.
Sambil berbaring meneJentang Wira Bumi berucap.
"Nyai, aku Wira Bumi. Aku ingin bertemu.
Datanglah."
Biasanya hanya dalam bilangan lima hitungan saat itu juga Nyai Tumbal Jiwo
muncul dalam ujud seorang gadis cantik berkulit kuning langsat, berbaring di
samping Wira Bumi bahkan seringkali langsung merebahkan diri menelungkup di atas
tubuh sang Patih.
Namun sekali ini setelah ditunggu cukup lama bahkan Wira Bumi telah memanggil
berulang kali sang Nyai tidak kunjung muncul.
"Nyai. apa yang terjadi dengan dirimu" Apakah kau tidak mau mengunjungku lagi"
Apa kau sudah bosan bermesraan dan bersatu badan denganku" Nyai datanglah.
Paling tidak tunjukkan ujudmu watau cuma samar. Bicara pada saya..."
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
61 Setelah berulang kali dipanggil tetap tak kunjung datang. Wira Bumi menyalakan
pendupaan. menebar setanggi lalu kembali naik ke atas ranjang. Kali ini dia
tidak berbaring tapi duduk bersila mengambil sikap bersamadi. Dua mata dipejam.
Sementara itu di luar gedung hujan turun lebat sekali. Tiupan angin kencang
menimbulkan suara menyeramkan. Tiba-tiba jendela besar di samping kanan ranjang
terpentang lebar. Hawa dingin masuk ke dalam kamar. Sesaat kemudian jendela
tertutup kembali.
"Nyai...." Wira Bumi Merasakan ada getaran di sekitar tubuhnya. Lalu dia
mendengar suara mengiang.
"Wira Bumi, aku sudah datang.Tapi aku tidak bisa memperlihatkan diri seperti
sudah-sudah..."
"Ada apa Nyai" Kenapa" Apa yang terjadi?"
"Beberapa waktu lalu aku memergoki Pendekar Dua Satu Dua di satu tempat. Ketika
aku hendak membunuhnya ada mahluk perempuan dari alam gaib menolong. Mahluk itu
memiliki ilmu kesaktian yang sulit aku tandingi. Tubuhku dicabik-cabik. Aku
menemui kematian kedua. Aku hanya bisa muncul kembali setelah seratus dua puluh
hari...."(Baca serial Wiro Sableng berjudul "Api Di Puncak Merapi")
"Nyai. apakah mahluk perempuan dari alam gaib itu punya nama dan bagaimana ciricirinya" Aku akan mencari dan membunuhnya demi Nyai!'
"Setahuku dia dipanggil dengan nama Purnama.
Dia selalu mengenakan pakaian biru. Rambut digulung ke atas terkadang dilepas.
Hati-hati Wira.
Perempuan ini tidak pernah jauh dari Pendekar Dua Satu Dua Wiro Sableng."
"Terima kasih atas petunjukmu Nyai. Saya tengah menghadapi masalah. Keselamatan
saya terancam. Ilmu kesaktian yang kau berikan tidak mampu bekerja sebagaimana mestinya."
"Aku tahu Wira, aku tahu. Kau harus bisa melaksanakan sumpah secepatnya.
Membunuh bayi Itu...."
"Saya sudah mencarinya Nyai.Tapi bayi itu tidak juga diketemukan. Yang muncul
justru dua orang tak dikenal. Malam ini ketika pesta berlangsung, ada yang
membunuh Cagak Lenting. Saya ingin merasa yakin 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
62 bahwa Nyi Retno lah yang melakukan. Mungkin ada seorang yang membantu.Tapi dari
mana perempuan itu mendapatkan ilmu kesaktian?"
"Apa kau lupa Nyi Retno pernah tinggal di tempat kediaman Kiai Gede Tapa
Pamungkas di puncak Gunung Gede" Pasti Kiai satu itu yang punya pekerjaan."
"Lalu apa yang harus saya lakukan Nyai?"
"Untuk sementara sebagal penjaga diri aku akan memberikan kekuatan penangkal
padamu. Kekuatan itu juga akan memungkinkan diriku masuk ke dalam dirimu
sehingga jika sesuatu terjadi aku masih bisa menolong. Jika aku masuk ke dalam
tubuhmu maka orang yang akan berbuat jahat padamu akan melihat dirimu sebagai
perempuan."
"Terima kasih Nyai. Apakah aku bisa mendapatkan penangkal itu sekarang juga?"
"Tentu Wira. Letakkan keningmu di atas ranjang lalu menungginglah. Kekuatan
penangkal akan aku masukkan ke dalam tubuhmu melalui dubur. Jangan kaget atau
takut bila nanti dari hidung, mulut dan dua telingamu keluar mengucur darah
merah." "Nyai, saya menurut apa yang kau katakan."
Lalu Wira Bumi letakkan kening di atas ranjang.
Tubuh bagian bawah ditunggingkan ke atas. Saat itu di dalam kamar muncul satu
cahaya merah yang keluar dari sebuah benda berbentuk paku sebesar jari telunjuk
dengan panjang satu jengkal. Paku bersinar ini melayang tujuh kali seputar kamar
lalu bergerak ke bagian tubuh Wira Pati sebelah belakang.
"Tahan Wira. Kau akan merasa sakit luar biasa.
Tapi hanya sebentar..."Terdengar suara Nyai Tumbal Jiwo mengiang di telinga Wira
Bumi. Paku bersinar tiba-tiba melesat ke arah bagian bawah tubuh sang Patih, masuk ke
dalam dubur. Saat itu juga Wira Bumi menjerit keras akibat rasa sakit luar
biasa. Namun seperti yang dikatakan Nyai Tumbal Jiwo rasa sakit itu hanya
sekejapan. Lalu berganti ada rasa sejuk sewaktu paku bersinar meluncur masuk ke
dalam tubuh. Begitu paku sampai di dada Wira Bumi merasa ada hawa panas di
sekitar kepala. Saat Itu juga darah mengucur keluar dari lobang hidung, mata dan
mulut. Setelah beberapa lama kucuran darah berhenti dan lenyap tanpa
meninggalkan noda 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
63 sedikitpun. "Nyai....?"
"Wira, kurasa ada baiknya kau pergi ke Goa Girijati.
Tinggal di sana barang beberapa hari untuk mencari ketenangan."
"Kalau itu memang baik untuk saya akan saya lakukan Nyai,*'jawab Wira Bumi.
"Saya akan berangkat besok pagi. Lalu Nyai.... apakah kita tidak akan bercinta
malam ini...?"
Sunyi. "Nyai, walau kau tidak bisa menunjukkan ujud, apakah kau tidak bisa meraba
tubuhku seperti biasanya kau lakukan?"
Tetap tak ada jawaban. Jendela kamar kembali membuka lalu menutup lagi secara
aneh. 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
64 SOSOK perempuan di atas pohon besar mendekap boneka kayu ke dada, mengusap
punggung boneka lalu berkata perlahan.
Tenang Kemuning, jangan gelisah anakku. Aku Kasihan waktu kau kecebur dalam
telaga. Untung nenek jelek itu menemuimu dan menyerahkanmu padaku. Kalau aku
sampai kehilanganmu, aduh ...
Sudah dua malam kita datang ke tempat ini. Sekali ini aku merasa maksud kita
akan kesampaian. Para pengawal sudah berkurang jamlahnya. Enam orang yang ibu
curigai sebagai orang-orang rimba persilatan saat ini hanya tinggal dua. Malam
Ini kita akan masuk ke dalam gedung. Akan kita gorok batang leher Patih keparat
itu. Dia membunuh pengasuhmu. Dia juga punya rencana hendak mencelakai ibumu
ini." Perempuan itu yang tentu saja Nyi Retno Mantili adanya kemudian mencium pipi
boneka lalu berbisik.
"Apakah kau rindu pada si gondrong itu Kemuning"
Apakah kau kangen pada orang yang aku inginkan menjadi ayahmu itu" Ya...ya... ya
aku tahu kau tidak suka perbuatan Ibu. Tapi Ibu meninggalkannya karena masih
jengkel. Dia mencegah Ibu membunuh Patih Wira Bumi. Dia mengatakan Patth itu
adalah suamiku.
Ayahmu! Gila sekali! Tapi.... menurutmu, apakah dia saat ini juga berada di
sekitar tempat ini" Bisa saja. Dia juga sudah kangen sama kita. Mengintip intip
kalau-kalau kita ada di sini. Hik... hik...Tenang Kemuning.
Jangan gelisah...."
Malam merayap dingin dan sunyi. Enam orang pengawal tampak mengelilingi Gedung
Kepatihan. Di salah satu sudut gedung dua orang tengah bercakap-cakap. Mereka adalah tokoh
silat dari Istana yang diminta bantuan oleh Patih Wira Bumi untuk mengawalnya.
Sesekali satah seorang tokoh silat itu naik ke atas wuwungan gedung untuk
memeriksa keadaan.


Wiro Sableng 158 Si Cantik Gila Dari Gunung Gede di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menjelang pagi Nyi Retno melihat salah satu dari dua tokoh silat itu berjalan ke
bagian belakang gedung.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
65 "Bangun Kemuning, saatnya kita menyembelih manusia keparat itu. Ingat, jika kau
lihat kepalanya menggelinding, darah muncrat jangan kau menjerit.
Kau anak Ibu. Kau tidak boleh takut!"
Setelah menerapkan ilmu Di Dalam Kabut
Mengunci Diri Nyi Retno melayang turun dari atas pohon. Dia melompati tembok
rendah pembatas halaman depan lalu dengan langkah tidak terlalu cepat berjalan
menuju halaman belakang. Di ujung gedung langkahnya terhenti. Mata menatap ke
arah kandang kuda. Dua orang pengawal tengah menuntun empat ekor kuda.Tak lama
kemudian dari bagian belakang gedung keluar tiga orang lelaki. Di depan sekali
diingat Nyi Retno bukan lain adalah Patih Wira Bumi. Di sebelahnya seorang kakek
berjubah ungu lalu seorang lelaki muda bertubuh tegap.
Tiga orang itu naik ke punggung kuda lalu melarikan tunggangan masing-masing ke
arah halaman depan.
Seorang pengawal telah membuka pintu gerbang Gedung Kepatihan. Nyi Retno
berpikir sejurus lalu melompat ke atas punggung kuda ke empat yang masih ada di
depan kandang. Dua pengawal tersentak dan berteriak kaget ketika melihat kuda
itu tiba-tiba menghambur menuju halaman depan. Melewati pintu gerbang, berlari
mengikuti tiga ekor kuda yang telah dipacu lebih dulu.
"Aneh! Aku tidak melihat orang.Tapi bagaimana mungkin kuda itu bisa lari seperti
ada yang membedalnya"!"
Di salah satu sudut gelap atap Gedung Kepatihan seorang yang sejak tadi mendekam
tidak menunggu lebih lama melesat turun. Laksana terbang melewati tembok depan
dan lenyap ke arah perginya rombongan Patih Kerajaan dan Nyi Retno Mantili.
"Sial'.Tak mungkin aku mengejar! Kalau saja aku tahu mereka menuju kemana...."
Walau mengomel tapi orang ini masih terus mengejar. Sesekali dia menggaruk
kepala. "Kuda yang kabur tanpa penunggang itu pasti dinaiki Nyi Retno. Dia
menerapkan ilmu menyembunyikan diri dari Kiai Gede Tapa Pamungkas."
Tiga penunggang kuda di sebelah depan setelah memacu kuda masing-masing beberapa
lama. salah seorang diantara mereka yaitu kakek berjubah ungu.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
66 tokoh silat bernama Ki Luwak Ireng berkata.
"Ada orang mengikuti kita!"
"Kanjeng Patih dan Ki Luwak Ireng, biar saya yang menangani. Saya akan
menghadang dan mencari tahu siapa orangnya!" Yang bicara adalah lelaki muda
berbadan tegap bernama Bantarangin, Kepala Pengawal Gedung Kepatihan. Dia segera
hentikan kuda, memutar binatang ini menghadap ke arah datangnya orang yang
membuntuti. Saat itu hari mulai terang-terang tanah. Tak selang berapa lama muncul seekor
kuda coklat tanpa penumpang. Bantarangin tahu betul kuda ini adalah kuda di
Gedung Kepatihan. Namun ada hal aneh dilihatnya.
"Heran! Kuda berlari kencang.Tapi tak ada yang menunggangi!"
Kepala Pengawal Gedung Kepatihan ini angkat tangan kanan tinggi-tinggi sementara
tangan kiri menyentakkan tali kekang hingga kuda yang ditungganginya kini
melintang di tengah jalan.
Kuda yang dihadang meringkik keras sambil angkat dua kaki depan. Bantarangin
memperhatikan dengan mata besar, masih tidak bisa percaya kalau kuda itu benarbenar tidak ada penunggangnya. Ola hendak turun dari kudanya untuk memeriksa
kuda coklat itu. Namun gerakan Kepala pengawal ini jadi tertahan ketika tibatiba dia mendengar suara tawa cekikikan lalu samar-samar tampak ujud seorang
perempuan mengenakan pakaian kembang-kembang kuning dan biru. Dari bentuk samar
perlahan-lahan sosok perempuan itu berubah jelas. Seorang perempuan sangat muda.
masih belasan tahun, bertubuh mungil, berwajah cantik dan membawa sebuah boneka
kayu yang dibedong di depan dada.
Bantarangin segera menegur.
"Perempuan muda, aku tidak kenal dirimu. Tapi kau menunggang kuda milik
Kepatihan. Kau menguntit mengejar kami. Kau tahu rombongan siapa yang kau
ikuti"! Kau Ini hantu atau apa?" Kepala Pengawal Gedung Kepatihan ini memang
tidak pernah kena! atau melihat Nyi Retno Mantili sebelumnya.
Di atas kuda coklat Nyi Retno Mantili sunggingkan senyum. Lalu menjawab. "Kau
tak perlu kenal siapa diriku. Aku cukup tahu rombongan yang aku ikuti!
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
67 Dan aku bukan hantu! Nah, kau masih ada pertanyaan lain" Kalau tidak iekas
menyingkir! Jangan berani menghalangi jalanku!"
"Gadis galak..."
"Huss! Siapa bilang aku gadis. Apa kau tidak melihat aku sudah punya anak yang
saat ini ada dalam bedongan di depan dadaku"!"
Kepala Pengawal itu tentu saja jadi terheran-heran.
Namun dia tidak punya waktu banyak untuk melayani Nyi Retno.
"Dengar, siapapun kau adanya. Aku minta kau kembali ke arah dari mana kau tadi
datang. Jangan berani mengikuti rombonganku. Cepat pergi!"
Nyi Retno tertawa. "Kemuning, kau dengar ada orang mengusir kita" Sombong benar!
Apa dia merasa jalan ini miliknya sendiri" Hik...hik!" Selesai berucap Nyi Retno
memandang tajam pada Bantarangin. "Kau!
Siapapun kau adanya aku tidak akan berkata dua kali!
Lekas menyingkir dari hadapanku!"
"Kau membuatku marah!" bentak Bantarangin.
"Kau yang membuat aku marah!" baias membentak Nyi Retno Mantili.Tangan kanannya
bergerak mengeluarkan boneka kayu dari dalam bedongan lalu diarahkan pada
Bantarangin. "Kau mau menyingkir atau memilih celaka"!"
"Perempuan gila! Apa yang bisa kau lakukan dengan sebuah boneka butut itu!"
sambil tertawa mengejek Bantarangin gerakkan tangan kiri, hendak menepis boneka
vang diarahkan padanya.
Saat Itu juga Nyi Retno gerakkan jari-jari tangan memencet pinggang boneka.
Cahaya aneh begemeriap pada dua mata boneka. Lalu dalam bilangan kejapan mata
dua larik cahaya putih melesat ke arah dada Bantarangin. Kepala Pengawal ini
menjerit keras.
Tubuhnya mencelat tiga tombak dalam keadaan terbelah di bagian dada talu jatuh
tergelimpang di tanah tak berkutik lagi. Darah membanjir!
Kemuning, bukankah Ibumu sudah memberi
peringatan" Tapi orang itu tidak mau mendengar!"
Nyi Retno melompat turun dari kuda coklat. Walau tubuhnya kecil namun dia tidak
mengalami kesulitan mengangkat mayat Bantarangin dan membaringkan melintang di
atas kuda yang tadi ditunggangi Kepala Pengawal itu. Pinggul kuda ditepuk.
Binatang ini 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
68 langsung menghambur lari ke arah jalan yang semula ditempuh yaitu menuju pantai
selatan. Nyi Retno Mantili tertawa cekikikan. Dia kembali naik ke atas kuda
coklat, mengikuti kuda yang membawa mayat Bantarangin sambil menerapkan ilmu Di
Dalam Kabut Mengunci Diri.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
69 SETELAH berlalu cukup lama dan
Bantarangin tidak kunjung muncul,
baik Ki Luwak Ireng maupun Patih
Kerajaan menjadi curiga. Keduanya
sama-sama menghentikan kuda. Saat
itu di timur fajar sudah menyingsing
dan sang surya siap menyembul
menerangi jagat
"Ki Luwak, aku kawatir sesuatu telah terjadi dengan Kepala Pengawal..."
Berkata Patih Kerajaan.
"Kalau Kanjeng Patih memberi izin
saya.akan menyelidik." Ki Luwak Ireng orang tua berkulit hitam berjubah ungu
yangtokoh silat Istana itu siap memutar kuda.
"Pergilah. Aku akan menunggu di sini. Jika'kau tidak menemui Bantarangin lekas
kembali." Saat itu satu cahaya marah entah dari mana datangnya menyusup masuk ke dalam
kepala lewat ubun-ubun Wira Bumi disertai terdengarnya suara mengiang.
"Wira Bumi, kau dalam bahaya..."
"Nyai..." Patih Kerajaan berucap tercekat. Dia merasa ada getaran di dalam
tubuhnya. Sesaat kemudian wajah dan sosoknya telah berubah menjadi seorang gadis
cantik mengenakan pakaian ringkas wama merah muda. Inilah penampilan yang biasa
dilakukan Nyai Tumbal Jiwo jika dia hendak bercinta dengan Wira Bumi. Namun kali
ini ilmu kesaktian tersebut dipergunakan untuk melindungi sang Patih seperti
yang dikatakan sang Nyai sebelumnya.
"Akan saya laksanakan Kanjeng Patih." Kata Ki Luwak Ireng menanggapi perintah
Patih Wira Bumi tadi. Lalu dia segera sentakkan tali kekang kuda.
Namun di depan sana tiba-tiba muncul seekor kuda hitam, berlari kencang
mendatangi. Di punggung binatang Ini melintang sesosok tubuh berlumuran darah
yang masih mengucur membasahi tubuh kuda dan berlelahan ke tanah.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
70 "itu kuda Bantarangin!" Kata Patih Kerajaan.
Dadanya mendadak berdebar. "Ki Luwak lekas periksa! "Walau ujudnya sudah berubah
jadi seorang gadis namun saat itu suaranya masih suara laki-laki, suara Wira
Bumi. Tidak menunggu lebih lama Ki Luwak Ireng yang tidak melihat ke arah Patih
Kerajaan cepat melompat dari punggung kuda. Dengan satu gerakan kilat dia
menyambar tali kekang kuda hitam hingga binatang ini meringkik keras dan
berhenti berlari. Ki Luwak cepat memeriksa. Dia segera mengenali sosok orang
yang sudah jadi mayat, di atas kuda hitam.
"Kanjeng Patih! Bantarangin dibunuh!"
Ki Luwak Ireng cepat turunkan mayat Kepala Pengawal, dibaringkan di tepi jalan.
Dia berpaling ke arah Patih Kerajaan.
"Kanjeng Patih..."
Ucapan Ki Luwak Ireng terhenti ketika dia melihat satu keanehan. Yang duduk di
atas kuda di sebelah sana bukan Patih Kerajaan Wira Bumi. tapi seorang gadis
cantik berkulit kuning langsat yang tidak dikenalnya.Terheran-heran Ki Luwak
bertanya. "Kau siapa" Mana Kanjong Patih Wira Bumi"!"
Gadis cantik di atas kuda tidak menjawab. Hanya tersenyum lalu memutar kuda siap
tinggalkan tempat itu. Ki Luwak Ireng cepat menghalangi dengan menahan tali
kekang kuda. Si gadis pegang tangan tokoh silat itu seraya berkata.
"Ki Luwak, aku pergi duiuan. Ada orang lain mendatangi ke arah sini!" Suaranya
kini benaran suara perempuan.
"Aku tidak mengerti. Orang lain siapa" Kau sendiri siapa"!" Ki Luwak memandang
berkeliling. Dia sama sekali tidak melihat Patih Kerajaan. Tapi kuda yang
ditunggangi gadis tak dikenal itu jelas adalah kuda yang tadi ditunggangi sang
Patih.Tokoh silat Istana Ini tak bisa berpikir loblh jauh karena saat Itu di
hadapannya telah berdiri seekor kuda coklat yang penumpangnya seorang perempuan
bertubuh kecil dalam bentuk samar!
"Siapa lagi ini"!" Pikir Ki Luwak Ireng sementara gadis cantik di alas kuda yang
tadi ditunggangi Patih Kerajaan siap meninggalkan tempat Itu.
Sosok samar di atas kuda coklat berubah jelas 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
71 lalu melesat ke udara dan turun di jalan menghadang kuda yang ditunggangi gadis
cantik berpakaian merah muda. Ketika si gadis melihat siapa adanya perempuan
bertubuh kecil yang menghadang kudanya, kagetnya bukan alang kepalang.
"Retno Mantili!" ucap si gadis di atas kuda dalam hati dengan dada berdobar
keras. Gadis Ini bukan lain adalah perubahan bentuk dari Patih Wira Bumi selelah
roh Nyai Tumbal Jiwo masuk ke dalam tubuhnya. Di saat yang sama si gadis
mendengar suara mengiang.
"Wira Bumi tinggalkan tempat Ini! Cepat pergi ke Goa Girijati!"
"Nyai, aku harus membunuh perempuan itu. Kau lihat sendiri! Dia adalah Retno
Mantili. Istriku!"
"Saatnya lidak tepat. Serahkan perempuan itu pada Ki Luwak Ireng!" jawab suara
mengiang. "Kalian berdua jangan ada yang berani tinggalkan tempat ini!"Tiba-tlba perempuan
yang menghadang di tengah jalan yaitu Nyi Retno Mantili berteriak sambil tangan
kanan mengacungkan boneka kayu.
"Ki Luwak Ireng! Kau urus perempuan sinting itu.
Aku harus segera pergi dari sini!" Kata si cantik diatas kuda.
Ki Luwak Ireng jadi bingung.
"Aku..."
Gadis di atas kuda menggebrak tunggangannya.
Binatang ini menghambur ke depan, siap menerjang Nyi Retno Mantili.
"Hik... hik! Perempuan di atas kuda! Jangan mengira aku tidak tahu siapa ujudmu
sebenarnya!"
sewaktu terjadi perubahan rupa atas diri Wira Bumi tadi Nyi Retno Mantili sempat
melihat dan juga mendengar Ki Luwak Ireng masih memanggil si gadis dengan
sebutan Kanjeng Patih. Tidak tunggu lebih lama Nyi Relno tekan pinggang boneka.
Dua larik cahaya putih menyembur dari sepasang mata boneka kayu. Sepasang Cahaya
Satu Batu Kumala. Menyambar dada dan kaki kanan kuda yang hendak menabraknya.
Dada terbelah, kaki kanan buntung. Kuda besar meringkik keras lalu roboh ke
tanah. Gadis berpakaian merah muda cepat selamatkan diri dengan melesat ke udara.
Jungkir balik dan melayang turun ke belakang Ki Luwak ireng yang sampai saat itu
masih berdiri kebingungan, apa lagi 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
72 setelah menyaksikan kematian kuda besar dihantam dua cahaya yang keluar dari
sepasang mata boneka kayu.
"Ki Luwak Ireng, aku Patih Kerajaan! Bunuh perempuan yang memegang bonoka itu."
Ki Luwak Ireng berpaling. Dia tetap saja melihat gadis cantik bukan Patih
Kerajaan! Tambah bingung!
Di saat yang sama Nyi Retno Lestari sudah melompat ke hadapan ke dua orang itu
sambil mengacungkan boneka kayu.
"Ki Luwak! Kau tunggu apa lagi!" Bentak gadis baju merah muda.
Dalam bingungnya Ki Luwak ireng menerjang ke arah Nyi Retno sambil lepaskan satu
pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam penuh dalam jurus yang disebut
Angin Melanda Puncak Mahameru.
Angin sedahsyat badai menghantam Nyi Retno hingga tubuhnya yang kecil terangkat
satu tombak ke udara. Dari tubuh boneka tiba-tiba keluar cahaya berwarna Jingga,
menebar menyelubungi Nyi Retno.
Membuat perempuan ini sama sekali tidak cidera oleh hantaman serangan KI Luwak
Ireng. Padahal jangankan manusia, tembok batu sekalipun akan hancur berantakan
dilanda pukulan itu. Sambil tertawa cekikikan Nyi Retno berteriak.
"Tua bangka hitam keling! Aku tak ingin membunuhmu. Tapi kau yang sengaja minta
mati. Lima jari tangan memencet pinggang boneka. Dua larik sinar putih menyambar.
"Dreet...dreett"
Seperti digergaji tubuh Ki Luwak Ireng terbelah mulai dari bahu sampai ke
pinggul kanan. Mulutnya masih sempat mengeluarkan jeritan keras sebelum roboh ke
tanah dan diam tak berkutik lagi! Darah menggenang!
Melihat kejadian ini dan tahu kalau kini dirinya yang bakal jadi Incaran, gadis
berpakaian merah muda yang sebenarnya adalah Patih Wira Bumi segera menghantam
ke arah Nyi Retno dengan pukulan Tangan Roh Memberi Rahmat inilah pukulan maut
warisan Nyai Tumbal Jiwo, hasil tapa tujuh bulan di Goa Girijati. Selarik angin
ganas menderu ke arah batok kepala Nyi Retno.
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
73 "Hik ... hik! Kemuning! Ada orang hendak membunuh kita dengan ilmu setan!"
Sambil jatuhkan diri ke tanah dan berguling Nyi Retno Mantili arahkan boneka
kayu pada gadis baju merah muda. Pinggang boneka ditekan, tangan membuat gerakan
membabat dari kiri ke kanan. Dari dalam tubuh gadis baju merah muda muncul
keluar satu bayangan merah sambil dua tangan memukul ke arah Nyi Retno Mantili.
Namun sambaran Sepasang Cahaya Batu Kumala datang lebih cepat, menyambar leher
si gadis baju merah.
"Craasss!"
Seperti dibabat sebilah golok besar leher itu putus.
Tubuh terbanting jatuh, kepala menggelinding. Di saat yang bersamaan di kejauhan
terdengar suara kambing mengembik, keras dan panjang. Anehi
Nyi Retno Mantili tertawa panjang.
"Kemuning! Kita berhasil! Lihat! Manusia jahat pembunuh pengasuhmu sudah mampus!
Apa kita akan meneguk darahnya," ihhh. jijik ... Ayo anakku, kita pergi dari


Wiro Sableng 158 Si Cantik Gila Dari Gunung Gede di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sini!" Nyi Retno Mantili susupkan boneka kayu ke dalam kain bedongan yang melintang di
dadanya, memutar tubuh dan berkelebat tinggalkan tempat itu. Kalau saja Nyi
Retno Mantili masih berada di tempat itu barang beberapa lama maka dia akan
melihat keanehan yang tak bisa dipercaya. Dia menyangka telah membunuh Wira Bumi
yang merubah diri jadi gadis cantik berpakaian merah muda. Padahal itu tidak
pernah terjadi!
Hanya beberapa saat setelah Nyi Retno pergi.
Pendekar 212 Wiro Sableng sampai di tempat itu.
Murid Sinto Gendeng ini geleng-geleng kepala berulang kali.
"Ada seekor kuda menemui ajal! Seorang kakek berjubah ungu dan seorang lelaki
muda tewas mengerikan. Lalu ada seekor kambing mati dengan kepala putus....
Kambing! Aneh! Mengapa ada kambing di tempat ini"! Memangnya ada yang mau
nyate"! Siapa yang membantai semua mahluk celaka ini"! Nyi Retno, apakah kau
yang punya pekerjaan."
Wiro memandang berkeliling lalu menggaruk kepala TAMAT
158. Si Cantik Dari Gunung Gede
74 Apakah Patih Wira Bumi benar-benar dapat
menyelamatkan diri dari pembalasan Nyi Retno Mantili untuk selama-lamanya"
Apakah Nyi Retno Mantili akan bertemu dengan puterinya Ken Permata yang
merupakan satu-satunya cara untuk dapat menyem-buhkan penyakit jiwanya.
Ikuti Serial berikutnya Berjudul:
BAYI SATU SURO 158. Si Cantik Dari Gunung Gede
75 Kisah Membunuh Naga 1 Tangan Geledek Pek Lui Eng Karya Kho Ping Hoo Kaki Tiga Menjangan 24

Cari Blog Ini