Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 38
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nampaknya Ki Gede Lenglengan tidak lagi ingin berbicara. Tiba-tiba iapun memutar tubuhnya dan melangkah masuk ke ruang dalam. Yang kemudian berbicara adalah orang yang bertubuh tinggi besar dan berdada bidang itu. Dengan suaranya yang mengguntur orang itupun berkata, "Kembalilah ke dalam barak kalian masing-masing. Perintah-perintah berikutnya akan diberikan kemudian. Kecuali mereka yang bertugas merawat orang-orang yang mendapat hukuman ini" Wijangpun kemudian telah menggamit Paksi. Dengan cepat mereka berdua meninggalkan tempatnya dan bergeser menyelinap di antara gerumbul-gerumbul perdu menuju ke bagian belakang dari padepokan itu. Di bagian belakang padepokan itu mereka menemukan halaman yang tidak terlalu luas. Di halaman itu terdapat kolam-kolam ikan. Di antara kolam-kolam itu tertanam beberapa jenis pohon buah-buahan. "Inikah pategalan mereka?" "Tentu tidak sesempit ini. Tentu ada di bagian lain. Halaman ini agaknya khusus tempat mereka memelihara ikan" Di halaman bagian belakang dari padepokan itu Wijang dan Paksi merasa lebih aman. Agaknya tempat itu tidak pernah mendapat pengawasan di malam hari. Dan bahkan mungkin juga tidak di siang hari, karena seisi padepokan ini merasa bahwa dunianya terpisah dari dunia luar. Dari bagian belakang padepokan itu, maka Wijang dan Paksipun merasa aman pula untuk meloncat keluar dari padepokan. Dengan hati-hati keduanyapun merayap menjauhi padepokan itu. Mereka telah memberikan tanda, di mana mereka sebaiknya masuk dan keluar dari padepokan itu. Malam itu juga keduanya berusaha kembali ke gubuk mereka. Dalam gelapnya malam, mereka memerlukan waktu berlipat untuk sampai ke gubuk mereka. Di dini hari keduanyapun berbaring di atas dua helai ketepe yang dianyam dari daun kelapa. Namun keduanya tidak langsung dapat tidur. Keduanya masih juga berbincang beberapa lama.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku belum melihat adikku" desis Paksi. "Kita tidak tergesa-gesa. Kita harus sabar dan berhati-hati" Paksi menarik nafas dalam-dalam. "Tidurlah" berkata Wijang. "Biarlah aku berjaga-jaga agar kita tidak menjadi makanan harimau tanpa perlawanan" "Kau sajalah yang tidur. Sulit bagiku untuk dapat tidur" Wijang tertawa. Katanya, "Jika demikian, kita berdua tidak tidur malam ini" "Tidak apa-apa. Besok kita tidak diburu oleh kerja apa pun" Sebenarnyalah keduanya memang tidak tidur malam itu. Menjelang fajar keduanya sudah bangkit. Keduanyapun kemudian turun ke pancuran kecil di pinggir kali itu. Ketika matahari terbit, maka keduanyapun telah bersiapsiap untuk menelusuri sungai kecil itu. Mereka ingin melihatlihat, apakah yang ada di tepian sungai itu di arah yang lebih tinggi. "Kita makan pisang" berkata Paksi. "Ya. Kita dapat makan masing-masing dua atau tiga buah. Itu sudah terlalu banyak bagi kita" Paksi mengangguk. Sementara Wijangpun berkata, "Dalam satu jenis laku yang harus aku jalani, dalam tiga hari hanya makan sebuah pisang saja sehari dan seteguk air putih. Ternyata aku dapat bertahan dalam keadaan kewadagan yang cukup baik" "Keadaannya memang berbeda" sahut Paksi. "Dalam menjalani laku, kita dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan dalam keadaan yang wajar" Wijang tersenyum. Katanya, "Jika demikian, anggap saja kita sekarang sedang menjalani laku" Paksipun tertawa pula. Sejenak kemudian, setelah makan masing-masing dua buah pisang raja, keduanya telah berangkat menelusuri tebing sungai. Sekali-sekali Wijang dan Paksi melihat sesuatu yang menarik perhatian mereka. Agaknya tebing sungai yang mereka lewati itu pernah disentuh tangan seseorang. "Kau lihat patok bambu itu, Paksi?" bertanya Wijang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksi mengangguk. Katanya, "Ya. Tidak mungkin patok itu begitu saja tertancap di situ dengan sendirinya" "Nampaknya seperti tanda-tanda. Mungkin pada suatu hari, di tempat ini lewat atau mungkin tersesat seseorang. Tetapi mungkin orang itu dengan sengaja melihat-lihat keadaan tempat ini dan meninggalkan tanda-tanda" Paksi tidak menjawab. Namun keduanya melangkah terus, menyusuri pinggiran sungai kecil yang bertebing curam tetapi tidak begitu dalam itu. Lingkungan yang mereka lalui memang merupakan lingkungan yang sulit. Batu-batu padas yang licin. Gerumbulgerumbul perdu, dan ketika mereka menyusup semakin tinggi, maka merekapun melalui bagian dari hutan lereng gunung yang semakin lebat. Tetapi keduanya tidak berhenti. Setiap kali mereka melihat pertanda yang ditinggalkan oleh tangan seseorang. Wijang dan Paksi itu terkejut ketika melihat di sela-sela hutan lereng gunung itu ada satu dataran yang terbuka. Tidak terlalu luas, di pinggir sungai kecil itu. Dengan ragu-ragu keduanya melangkah mendekati dataran yang terbuka itu. Bukan merupakan dataran terbuka yang kebetulan saja berada di lekuk sebuah hutan. Tetapi dataran itu ternyata merupakan dataran bekas garapan tangan seseorang. Demikian keduanya muncul dari hutan yang lebat melangkah memasuki dataran yang terbuka itu, maka tiba-tiba saja angin yang kencang telah bertiup tanpa diduga-duga. Demikian tiba-tiba sehingga kedua orang itu terpental kembali dan jatuh di antara pohon-pohon raksasa hutan lereng gunung itu. Dengan serta-merta keduanyapun bangkit berdiri. Terasa nafas mereka menjadi terengah-engah. Keduanya terkejut sekali mengalami peristiwa yang demikian tiba-tiba itu. Namun demikian mereka bangkit berdiri, angin itu sama sekali sudah tidak bertiup lagi. Semuanya menjadi tenang, dedaunan pun tidak bergoyang lagi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijangpun kemudian menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Kita berhadapan dengan ilmu yang sangat tinggi" "Ya. Rasa-rasanya tidak mungkin kita mengatasinya" "Kita akan mencoba sekali lagi. Kita akan mengerahkan kemampuan kita untuk bertahan. Seberapa jauh kekuatan ilmu itu mampu mendorong kita dan melemparkan kita kembali ke dalam hutan ini" Paksipun mengangguk-angguk. Iapun segera membuat ancang-ancang. Dikerahkannya segenap kemampuannya untuk melawan arus angin yang sangat kencang itu. Wijang pun telah membuat ancang-ancang itu. Sejenak kemudian, keduanyapun telah bersiap di bibir hutan itu. Dengan mengerahkan segenap kekuatan, kemampuan dan pegangan ilmu yang mereka miliki, maka keduanya telah melangkah memasuki dataran yang terbuka itu sekali lagi. Namun demikian mereka melangkah masuk, maka anginpun telah berhembus dengan kencangnya mendorong keduanya kembali ke dalam hutan. Namun keduanya berusaha untuk bertahan. Mereka telah mempersiapkan diri untuk melawan angin yang keras itu. Untuk beberapa saat keduanya dapat bertahan. Namun kemudian, Paksipun mulai menjadi goyah. Kakinya mulai bergetar, sementara tanah tempatnya berpijak seakan-akan perlahan-lahan mulai bergeser pula. Namun Wijang masih tetap berdiri di tempatnya. Kekuatan, kemampuan dan pegangan ilmunya dikerahkannya. Kakinya seakan-akan telah menghunjam ke bumi sehingga Wijang itu tidak tergoyahkan oleh dorongan angin yang demikian kerasnya. Bahkan Wijang itupun kemudian berkata, "Ulurkan tongkatmu kepadaku" Paksi tidak menjawab. Tetapi diulurkannya tongkatnya kepada Wijang. Wijang telah menyambar ujung tongkat itu sambil berkata, "Berpeganglah erat-erat. Mudah-mudahan kita tidak akan hanyut"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksipun berpegang tongkatnya dengan eratnya, sementara ujung yang lain dari tongkatnya itu dipegang oleh Wijang. Dengan demikian, maka Paksipun seakan-akan telah bergayut pada kekuatan kemampuan ilmu Wijang, meskipun Paksi sendiri juga ikut berusaha untuk tidak terlempar kembali ke dalam hutan. Sejenak kemudian anginpun mereda. Kedua orang itu masih berdiri di tempatnya. Paksi masih berpegangan tongkatnya yang ujungnya yang lain dipegang oleh Wijang. Dalam pada itu, selagi keduanya masih merasa dibayangi oleh hembusan angin yang sangat kuat itu, dari dalam hutan di seberang mereka melihat seseorang melangkah menguak gerumbul-gerumbul perdu, keluar memasuki dataran yang terbuka itu pula. Seorang yang sudah tua. Janggut dan rambutnya yang terjuntai di bawah ikat kepalanya yang lusuh sudah nampak putih seperti perak. Sementara itu, orang tua itupun mengenakan baju dan kain panjang yang lusuh pula. "Berhati-hatilah, Paksi" pesan Wijang, "kita akan berhadapan langsung dengan orang yang telah menghembuskan angin yang melemparkan kita kembali ke dalam hutan itu" Paksipun menjadi sangat berhati-hati. Wijang sudah tidak lagi memegang tongkatnya di tanah. Jika sekali lagi ia terdorong oleh kekuatan angin yang sangat besar itu, ia akan menopang tubuhnya pada tongkatnya itu. Bukan hanya anginnya saja yang akan dapat melemparkan mereka kembali ke dalam hutan, atau bahkan melemparkan mereka ke dunia yang lain, karena ilmu orang itu tentu sangat tinggi. Namun orang tua yang berjanggut putih dan berpakaian lusuh itu telah mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya. Sambil membungkuk hormat orang itupun berkata, "Aku mengucapkan selamat datang kepada Angger berdua"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang dan Paksi masih berdiri di tempatnya. Mereka benar-benar harus berhati-hati. Mereka tidak tahu, apa yang akan dilakukan oleh orang itu. Ketika orang itu berjalan semakin dekat, maka keduanyapun telah bersiap menghadapi segala kemungkinan. Tetapi orang tua itu masih tetap mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya. Bahkan beberapa langkah dari kedua orang yang telah bersiap menghadapi segala kemungkinan itu, orang tua itupun mengangguk hormat sambil berdesis perlahan, "Selamat datang di lingkungan yang buruk ini, Pangeran. Maaf, aku tidak dapat menyebutkan, siapakah Angger yang seorang lagi" Wijang terkejut. Kemudian iapun menakupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya pula sambil berdesis, "Hormatku, Kiai. Tetapi dari mana Kiai dapat mengenali aku?" "Cincin di jari-jari Pangeran itu menyatakan bahwa Angger adalah Pangeran Benawa, putera Kangjeng Sultan Hadiwijaya di Pajang" Wijangpun baru menyadari, bahwa cincin kerajaan itu masih tetap dikenakannya. Justru cincin yang diburu oleh banyak orang. Jika ia masih saja mengenakan cincin itu, maka mungkin sekali akan timbul masalah di luar tujuan kepergiannya ke kaki Gunung Merapi itu. Karena itu, maka iapun harus tetap berhati-hati. Meskipun orang tua itu bersikap ramah dan hormat kepadanya, mungkin saja tiba-tiba ia menjadi garang karena cincin yang dikenakannya itu. "Kenapa aku lupa tidak melepasnya saja" berkata Wijang di dalam hatinya. Tetapi sudah terlambat untuk melakukannya. Orang tua yang berilmu tinggi itu sudah melihat cincin yang dikenakannya. "Orang ini tentu memiliki Ilmu Sapta Pandulu atau sejenisnya" berkata Wijang di dalam hatinya pula, "sehingga dari jarak yang panjang ini, ia dapat melihat cincin di jariku" Namun agaknya orang tua itu melihat keraguan di wajah Wijang dan Paksi. Keduanya masih saja bersiap menghadapi
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
segala kemungkinan yang dapat timbul karena kehadiran orang tua yang telah melihat cincin kerajaan di jari Pangeran Benawa itu. "Ampun, Pangeran" berkata orang tua itu, "aku tidak akan menyalahkan Pangeran dan Angger yang seorang lagi, jika Pangeran mencurigai aku" "Siapakah kau, Kiai?" berkata Wijang. "Ampun, Pangeran. Aku adalah seorang yang asing sejak semula. Yang sudi menyebut namaku, aku bernama Ki Ajar Permati" "Ki Ajar Permati" Wijang mengulang. "Di mana Ki Ajar tinggal?" "Aku tinggal di tengah-tengah hutan ini, Pangeran. Di pinggir kali kecil ini" "Dengan siapa Ki Ajar tinggal?" "Sendiri, Pangeran" "Sendiri?" "Ya, Pangeran. Sendiri" "Bagaimana Ki Ajar dapat tinggal sendiri di tempat terpencil ini?" "Ceriteranya panjang, Pangeran. Jika saja Pangeran bersedia singgah, aku akan menceriterakannya dalam hubungannya dengan padepokan itu" Nampaknya Pangeran sedang melacak para pengikut Harya Wisaka yang ada di padepokan itu?" "Dari mana Ki Ajar tahu?" "Aku memang tinggal terpencil di sini, Pangeran. Tetapi setiap kali aku berada di Pajang. Hari ini aku berada di Pajang, besok aku sudah berada di sini lagi. Aku sudah mendengar ceritera orang di Pajang, bahwa Harya Wisaka sudah tertangkap setelah Ki Tumenggung Sarpa Biwada tertangkap. Aku pun mendengar bahwa beberapa orang anak muda telah dibawa keluar dari Pajang dan dibawa ke padepokan Watukambang yang sekarang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah Ki Ajar mengenal Harya Wisaka dan Ki Tumenggung Sarpa Biwada?" "Secara pribadi belum, Pangeran" "Dengan Ki Gede Lenglengan?" Orang tua itu menarik nafas dalam-dalam. Kemudian katanya, "Jika Pangeran dan Angger tidak berkeberatan, aku mohon singgah di pondokku. Sederhana sekali. Tetapi lebih rapat dari gubuk yang Pangeran buat beberapa puluh patok di urutan sungai ini?" "Ki Ajar sudah melihat gubuk ketepe yang kami buat?" "Aku melihat bagaimana Pangeran membuatnya" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu, orang tua itupun berkata, "Aku juga tidak menyalahkan Pangeran jika Pangeran masih mencurigai aku" Wijang termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berpaling kepada Paksi sambil berkata, "Marilah kita singgah di pondok Ki Ajar Permati" "Jika Pangeran dan Angger bersedia, pondokku sudah tidak terlalu jauh lagi. Tinggal menguak hutan di seberang dataran terbuka ini, maka Pangeran akan menemukan sebuah halaman yang menurut ukuran rumah di padukuhan, terlalu luas. Tetapi di hutan ini, sebidang tanah seluas itu tidak berarti apa-apa" "Baiklah, Ki Ajar. Kami akan singgah" "Terima kasih, Pangeran. Aku tidak pernah bermimpi, bahwa seorang Pangeran akan menginjakkan kakinya di pondokku yang terasing ini" Ki Ajarpun kemudian berjalan mendahului Pangeran Benawa dan Paksi, sementara keduanya mengikut saja di belakangnya. Meskipun demikian, keduanya tetap saja berhati-hati. Banyak kemungkinan dapat terjadi. Bahkan kemungkinan di luar dugaan mereka. Demikianlah, maka sejenak kemudian Ki Ajar telah menyusup memasuki hutan yang lebat. Namun agaknya Ki Ajar sudah terlalu biasa berjalan melintasi hutan itu, sehingga
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
ia tahu pasti, di mana kakinya harus menginjak. Sementara itu, Wijang dan Paksi mengikut saja di belakangnya. Dalam pada itu, beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di sebuah lekuk yang dalam. Di hadapan mereka terbentang sebidang tanah yang luas. Tanah garapan. Di tanah itu terdapat berbagai macam tanaman. Ada jagung, ada ketela pohon dan bahkan padi gaga. Di sebelah sebidang tanah yang telah digarap oleh Ki Ajar itu, mereka mendapatkan kebun pisang dan empon-empon. Berbagai jenis tanaman yang dapat dipergunakan untuk meramu obatobatan. Bukan saja empon-empon yang tumbuh sebagai tanaman perdu, tetapi di sekitar tempat itu terdapat pula pohon munggur, pohon metir dan pohon-pohon besar lainnya yang juga dapat diambil bagian-bagiannya untuk melengkapi ramuan obat-obatan. Pohon kates dan grandhel pun tumbuh memagari sebidang tanah garapan yang cukup luas itu. Di tengah-tengah tanah garapan yang luas itu terdapat sebuah pondok kecil. Memang sederhana. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Ki Ajar Permati, bahkan pondoknya lebih rapat dari gubuk yang dibuat oleh Wijang dan Paksi. Sejenak kemudian, maka Ki Ajarpun mempersilahkan Wijang dan Paksi untuk masuk ke dalam pondok sederhananya. Menilik perabot yang ada, agaknya Ki Ajar Permati memang hidup sendiri. "Aku akan menghidangkan minum bagi Pangeran dan Angger, maaf, barangkali aku dapat mengetahui namanya" "Namaku Paksi, Ki Ajar" "Angger Paksi" "Ya, Ki Ajar" "Aku ingin menghidangkan minuman, tetapi sudah dingin. Aku hanya menyalakan api di malam hari untuk menghindari agar asapnya tidak dilihat oleh orang-orang yang tinggal di Padepokan Watukambang" "Terima kasih, Ki Ajar" "Aku juga mempunyai sebumbung legen. Setiap hari aku masih nderes legen tiga batang pohon kelapa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Ajar masih nderes setiap hari?" "Setiap pagi dan sore, Pangeran. Hanya jika aku pergi ke Pajang, maka kadang-kadang aku tidak mengambil legen di batang kelapa itu" Wijang mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki Ajarpun telah masuk ke bagian belakang rumahnya untuk mengambil tiga bumbung legen yang belum dibuatnya menjadi gula kelapa. Selain dihidangkan legen, Ki Ajarpun menghidangkan ketela rebus meskipun sudah dingin. "Silahkan, Pangeran dan Angger Paksi. Hanya inilah yang ada di gubukku ini" Wijang dan Paksipun kemudian telah memungut ketela pohon rebus itu. Sambil makan ketela, mereka juga menghirup legen kelapa yang manis sekali. Sementara itu, sambil mengunyah ketela pohon, Wijangpun berdesis, "Bukankah Ki Ajar berjanji untuk menceriterakan tentang diri Ki Ajar serta Padepokan Watukambang itu?" Ki Ajar itu tersenyum. Katanya, "Baiklah, Pangeran. Mungkin dongengku ini akan ada artinya bagi Pangeran" Wijang tidak menyahut. Demikian pula Paksi yang duduk dengan kepala tunduk. Mereka menunggu Ki Ajar itu mulai dengan ceriteranya tentang dirinya sendiri serta padepokan yang disebutnya Padepokan Watukambang. "Pangeran dan Angger Paksi" berkata Ki Ajar, "dahulu, beberapa tahun yang lalu, aku adalah pemimpin Padepokan Watukambang itu" Wijang mengerutkan dahinya. Hampir di luar sadarnya iapun bertanya, "Apakah Ki Ajar mewariskannya kepada Ki Gede Lenglengan yang sekarang memimpin padepokan itu?" "Tidak, Pangeran. Waktu itu Lenglengan datang ke padepokan itu untuk berguru kepadaku" "Apakah waktu itu, padepokan itu juga sudah disekat oleh alam dari dunia luar?" "Ya. Karena itu, maka aku katakan, bahwa aku sudah terasing sejak semula"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tetapi bagaimana mungkin Ki Gede Lenglengan itu dapat sampai di sini?" "Seorang putut menemukan seorang yang hampir mati terkapar di pinggir jalan. Putut itu tidak sampai hati membiarkan orang itu mati. Karena itu, maka orang itu telah ditolongnya dan dibawanya ke Padepokan Watukambang. Padepokan kecil yang hanya mempunyai beberapa orang cantrik saja" "Pemimpinnya adalah Ki Ajar Permati" "Ya. Aku memimpin padepokan kecil yang terpisah dari kehidupan ramai. Tetapi aku sama sekali tidak bermaksud bersembunyi atau memisahkan diri dari pergaulan hidup. Aku, para putut, dan cantrik yang jumlahnya hanya beberapa orang itu, ingin ketenangan. Di sini ketenangan itu kami dapatkan" Ki Ajar itu berhenti sejenak. Lalu katanya, "Tetapi kedatangan Lenglengan telah mengusik ketenangan di sini" "Apa yang dilakukannya?" "Ketika ia sudah menjadi berangsur baik, maka niat buruknya telah timbul. Pada satu hari, ia menaburkan racun di makanan kami. Karena itu, ketika aku, para putut dan cantrik makan, semuanya mati terbunuh. Delapan orang ditambah aku seorang" "Semuanya terbunuh?" "Ya. Mayat-mayat itu begitu saja dilemparkan ke dalam jurang yang dalam" Wijang dan Paksipun saling berpandangan sejenak. Tetapi mereka tidak memotong ceritera Ki Ajar Permati. "Tetapi Yang Maha Agung Masih melindungi aku. Daya tahanku terhadap racun telah membebaskan aku dari kematian. Namun keadaanku menjadi buruk sekali. Tidak mungkin bagiku untuk menuntut balas. Aku harus menyembuhkan diriku sendiri lebih dahulu. Baru kemudian aku akan dapat membuat perhitungan dengan Lenglengan" Ki Ajar Permati menarik nafas dalam-dalam. Iapun kemudian melanjutkan ceriteranya, "Dalam keadaan parah,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
aku harus berusaha untuk tetap hidup. Karena itu dengan sisa-sisa tenaga yang ada, aku menyingkir dari jurang yang kemudian dipenuhi dengan suasana yang mengerikan. Aku sendiri tidak dapat berbuat apa-apa atas mayat-mayat para putut dan cantrikku. Aku justru hanya dapat menyingkir dari tempat itu. Tuhan Yang Maha Penyayanglah yang telah menyelamatkan aku dan membiarkan aku tetap hidup. Namun ternyata aku tidak mempunyai kesempatan untuk membuat perhitungan dengan Lenglengan. Dalam waktu yang pendek ia telah memanggil beberapa orang pengikutnya dan memperkuat kedudukannya di padepokan itu. Sementara itu, Lenglengan pun berusaha untuk mempertajam sekat yang sudah ada, sehingga Padepokan Watukambang itu benar-benar terpisah dari dunia luar" "Ki Ajar tidak berusaha untuk berbuat sesuatu?" Ki Ajar itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Tidak ada yang dapat aku lakukan, Pangeran. Setelah aku benar-benar sembuh dan kuat, kedudukan Lenglenganpun semakin kuat pula. Karena itu, aku merasa lebih baik membiarkannya. Namun rasa-rasanya aku tidak sampai hati untuk melepaskan begitu saja padepokan itu, sehingga aku mengawasinya dari tempat ini" "Bukankah itu sama artinya, Ki Ajar Permati membiarkan benalu tumbuh dan berkembang di tubuh Pajang?" "Aku merasakannya sebagai satu dosa yang besar. Tetapi aku tidak dapat berbuat banyak. Sementara itu, aku melihat Padepokan Watukambang berkembang dengan baik. Sawahnya menjadi semakin luas. Pategalan, padang rumput untuk menggembalakan ternak yang jumlahnya semakin banyak. Kolam ikan dan perkembangan yang lain" "Tetapi dengan demikian justru Ki Ajar tahu, bahwa kedudukan Ki Gede Lenglengan menjadi semakin kuat. Bahkan kemudian padepokan itu menjadi tempat untuk menempa apa yang mereka sebut angkatan mendatang dari para pengikut Harya Wisaka. Mereka pun mempunyai cara tersendiri untuk
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
mengumpulkan uang yang mereka pergunakan untuk membiayai padepokan mereka. Cara yang tidak ubahnya dengan cara sekelompok perampok" "Aku memang menyesal bahwa hal itu telah terjadi, Pangeran. Sebenarnyalah aku sedang mencari jalan untuk berbuat sesuatu sekarang ini" "Apa yang akan Ki Ajar lakukan" Melaporkan kepada para prajurit di Pajang agar mereka datang dengan pasukan segelar-sepapan?" "Apakah cara itu akan menjadi cara terbaik, Pangeran" Bagaimana dengan anak-anak muda yang ada di padepokan itu" Jika yang datang prajurit segelar-sepapan, mereka perlu dikasihani. Aku tidak tahu, apakah para prajurit akan dapat mengerti dan bersedia mengasihani anak-anak muda yang ada di padepokan itu. Sementara itu, anak-anak muda itu tentu akan ikut serta mempertahankan padepokan mereka dengan mata hati yang sudah dibutakan oleh para pemimpin padepokan itu" "Kita juga tidak dapat menyalahkan para prajurit yang mempertaruhkan nyawa mereka. Anak-anak muda itu benarbenar akan dapat membunuh mereka" desis Wijang. "Karena itu, aku belum berbuat apa-apa selain mengawasi padepokan itu" "Terus-terang, Ki Ajar, Paksi pun sedang mencari adiknya yang agaknya telah tersuruk ke dalam padepokan itu" Ki Ajar Permati itupun mengerutkan dahinya. Dipandanginya Paksi dengan seksama. Dengan nada berat iapun berkata, "Bagaimana hal itu dapat terjadi, Ngger?" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Dengan agak ragu, iapun berkata, "Ayahku memang menyerahkan adikku ke dalam lingkungan mereka" "O" Ki Ajar Permati mengangguk-angguk, "apakah ayah Angger termasuk seorang pengikut Harya Wisaka?" "Ya, Ki Ajar" jawab Paksi, "ayahku adalah Ki Tumenggung Sarpa Biwada"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Ajar terkejut. Namun Wijang dengan cepat berkata, "Ceritanya rumit, Ki Ajar. Tetapi pada dasarnya, Paksi mempunyai perbedaan sikap dengan ayahnya. Bahkan ayahnya telah merencanakan dengan sungguh-sungguh untuk menyingkirkan Paksi dalam arti yang sedalam-dalamnya" "Membunuh, maksud Pangeran?" "Ya. Ki Tumenggung memang berniat untuk membunuh Paksi. Sementara itu, Ki Tumenggung telah menyerahkan anaknya yang lain untuk menjadi bagian dari angkatan mendatang" Ki Ajar itu menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada berat iapun bertanya kepada Paksi, "Ngger, apakah Angger berniat untuk membebaskan adik Angger itu dari tangan Lenglengan?" "Ya, Ki Ajar" "Aku mengerti. Tetapi pelaksanaannya tentu akan rumit sekali. Berbeda dengan padepokan itu pada saat aku pimpin. Tidak lebih dari sepuluh orang menghuni padepokan itu. Tetapi sekarang di padepokan itu ada puluhan orang. Bahkan pada saat-saat terakhir ini, ada sekelompok lagi orang yang datang ke padepokan itu. Mereka akan ditempa untuk menjadi pemimpin yang tangguh" "Para pemimpin padepokan itu tentu berusaha membuat mata hati anak-anak muda yang ada di padepokan itu menjadi buta" "Ya. Mereka telah melepas pribadi anak-anak muda itu dan menggantikannya dengan pribadi yang lain. Mereka tidak lagi mengenal sangkan paraning dumadi" "Itulah yang aku takutkan, Ki Ajar. Aku tidak akan sampai hati melihat adikku berubah menjadi orang yang tidak lagi mampu mengenali dirinya sendiri" Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Katanya dengan nada ragu, "Tetapi Angger Paksi harus sabar dan sangat berhatihati" "Ayahanda berpesan, jika kami menemukan padepokan itu, kami diharuskan kembali untuk mengambil pasukan segelarsepapan. Tetapi dengan demikian, kematian akan mewarnai
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
padepokan itu. Setiap perlawanan tentu akan ditumpas habishabisan oleh para prajurit yang sudah terlalu lama berperang dengan para pengikut Paman Harya Wisaka" sahut Pangeran Benawa. Ki Ajar Permati mengangguk-angguk. Katanya, "Mungkin sekali, Pangeran. Tetapi tanpa kekuatan yang cukup, sulit sekali kita dapat masuk ke dalamnya. Apalagi untuk mengambil seorang murid dari padepokan itu" "Ya, Ki Ajar" desis Paksi. "Apakah sampai saat terakhir Angger Paksi bertemu dengan adik Angger itu masih yakin bahwa adik Angger akan bersedia mengikuti Angger Paksi?" "Memang tidak, Ki Ajar. Bahkan adikku itu sudah kehilangan sebagian dari pribadinya. Ia sudah mengancam akan membunuhku. Bahkan untuk membebaskan diri, ia tidak segan-segan mengancam adik perempuannya untuk membunuhnya dan bahkan kemudian menyeretnya ke tempat yang tidak seharusnya, sehingga hampir saja adik perempuannya yang kemudian pingsan, menjadi sasaran kegilaan beberapa orang anak muda" "O" Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. "Memang dengan demikian kami sadari, bahwa untuk mengeluarkan anak itu dari padepokan, akan sangat sulit sekali. Tetapi jika persoalannya kami serahkan kepada prajurit segelar-sepapan, mungkin anak itu akan ikut terbunuh, karena ia akan memberikan perlawanan membabi buta" Ki Ajar itu mengangguk-angguk. Katanya, "Baiklah, Ngger. Sebaiknya Angger tidak tergesa-gesa. Kita akan mencoba mengamati padepokan itu sampai beberapa hari. Baru kemudian kita akan mengambil kesimpulan" "Baik, Ki Ajar" jawab Paksi. "Nah, selama ini kalian dapat tinggal bersamaku di sini" "Terima kasih, Ki Ajar. Tetapi kami sudah mempunyai gubuk sendiri. Besok kami akan memperbaiki gubuk kami agar jika hujan, air tidak tumpah ke dalamnya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Ajar itu tertawa. Katanya, "Jika angin itu datang, Ngger, gubukmu itu akan hanyut. Kecuali jika kau siapkan dengan baik untuk menghadapi hujan dan angin yang kencang di sini" Paksi mengerutkan dahinya. Sementara Wijangpun berkata, "Bukankah di sini banyak pohon bambu yang dapat kami pergunakan" "Ya. Di sini banyak pohon bambu. Pohon kelapa dan barangkali ilalang jika kau perlukan. Kau dapat membuat atap gubukmu dari ilalang yang tentu lebih baik dari atap ketepe dari daun pohon kelapa" "Ya, Ki Ajar. Kami akan membuatnya" "Baiklah. Aku tahu bahwa kalian akan merasa lebih mantap untuk tinggal di gubuk buatan kalian sendiri. Tetapi jika kalian memerlukan sesuatu, jangan segan-segan mengatakan kepadaku" "Baik, Ki Ajar" Paksi mengangguk hormat. Namun Wijang itu sudah mendahului berkata, "Mungkin kami memerlukan benih yang dapat kami tanam. Kami sangat tertarik pada halaman Ki Ajar ini. Apalagi kami pernah juga menggarap sesobek tanah di sisi selatan kaki Gunung Merapi" "Jadi Angger sudah berada beberapa lama di sisi selatan Gunung Merapi untuk mencari padepokan ini?" "Tidak. Bukan sekarang, Ki Ajar. Tetapi sekitar setahun yang lalu. Waktu itu kami juga mengembara berdua untuk mendapat pengalaman. Ternyata pengalaman itu akan berguna sekarang ini" "Jika saja waktu itu Angger berdua pergi kemari" "Ki Ajar sudah berada di sini?" "Agaknya aku sudah mulai menanami tanah di sekitar tempat ini" Beberapa saat Wijang dan Paksi masih berada di gubuk tempat tinggal Ki Ajar Permati. Namun kemudian merekapun minta diri. "Baiklah, Angger berdua. Silahkan datang setiap saat. Mungkin ada beberapa hal yang dapat kita lakukan bersamasama"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya, Ki Ajar. Setiap saat kami akan datang mengunjungi Ki Ajar" "Datanglah. Jika kalian memerlukan benih jagung atau padi gaga, aku masih menyimpannya. Setiap kali aku memetik tanamanku, aku selalu memilih biji yang terbaik untuk dijadikan benih" "Terima kasih, Ki Ajar" "Tetapi ingat pesanku, Ngger. Apa yang ingin Angger lakukan itu berbahaya sekali. Karena itu kalian berdua harus sabar. Kalian tidak boleh mengikuti arus kemudaan kalian. Segala sesuatunya harus dipertimbangkan dengan sebaikbaiknya. Bahwa kalian dapat memasuki lingkungan ini, sudah merupakan satu keberhasilan yang dapat kalian banggakan" "Baik, Ki Ajar" jawab Wijang, "kami akan berusaha bersabar. Setiap kali kami akan minta petunjuk kepada Ki Ajar Permati, apa yang sebaiknya kami lakukan" "Silahkan, Ngger. Kapan saja Angger dapat datang kemari. Jika aku akan turun dan pergi ke Pajang, aku akan memberitahukan kepada Angger berdua" "Terima kasih atas perhatian Ki Ajar terhadap kami berdua. Mudah-mudahan yang kami inginkan itu akan dapat berhasil" "Mudah-mudahan, Ngger. Kita akan mengamati keadaan dengan cermat agar kita dapat mengambil langkah terbaik" Demikianlah, maka Wijang dan Paksipun telah minta diri. Teka-teki tentang patok, batu padas di tebing dan bekasbekas sentuhan tangan telah dapat mereka pecahkan. Bahkan mereka telah menemukan seseorang yang akan bersedia membantu mereka. Namun keduanya masih belum tahu, sejauh mana Ki Ajar Permati itu akan ikut berusaha membebaskan adik laki-laki Paksi yang telah terjerat ke dalam padepokan itu. Dalam pada itu di hari berikutnya Wijang dan Paksi telah bekerja keras memperbaiki gubuk mereka. Mereka menebang beberapa batang bambu apus yang liat. Beberapa bambu wulung yang juga terdapat di tempat itu untuk tiang yang kerangka bangunannya. Sementara itu keduanya juga
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menebas batang ilalang untuk dikeringkan. Batang ilalang itu memang akan dapat dibuat atap yang lebih baik dari anyaman daun kelapa. Apalagi mereka akan lebih mudah untuk mendapatkan ilalang daripada daun kelapa, meskipun di sepanjang sungai kecil itu terdapat banyak pohon kelapa. "Kita harus berhati-hati. Jangan sampai ada penanda kerja kita di sini yang hanyut di aliran sungai itu. Jika para cantrik di padepokan itu menemukan sesuatu yang menarik perhatian mereka di aliran sungai itu, mungkin mereka akan menelusurinya untuk mencari dari manakah benda-benda yang mereka ketemukan itu" pesan Wijang. Paksi mengangguk. Ia memang tidak membuang sesuatu ke bawah tebing yang mungkin akan dapat hanyut dibawa aliran sungai. Potong-potongan bambu, tebasan ilalang serta sisa-sisa kerja mereka yang lain, telah mereka masukkan ke dalam lubang dan kemudian mereka timbun dengan tanah, agar tidak dihanyutkan oleh air hujan sehingga masuk ke dalam aliran sungai kecil itu. Keduanya bekerja dengan teliti, sehingga hampir tidak membuat kesalahan sama sekali. Dua hari mereka bekerja keras, sehingga gubuk merekapun sudah berdiri. Tetapi gubuk itu masih mempergunakan atap ketepe, karena mereka masih menunggu ilalang mereka kering. Untunglah bahwa hujan masih belum akan turun. Mereka masih berada di ujung musim kering, sehingga sehari-hari panas atahari memancar dengan teriknya. Ki Ajar Permati seakan-akan selalu menunggui Wijang dan Paksi yang sibuk dengan gubuknya. Bahkan Ki Ajar dapat memberikan beberapa petunjuk berdasarkan pengalaman Ki Ajar sendiri selama berada di kaki Gunung Merapi itu. Sambil membuat gubuk, Wijang dan Paksi juga berusaha untuk menemukan tempat terbaik bagi rencana mereka membuka sebidang ladang kecil untuk mendukung keberadaan mereka di tempat itu. Menurut perhitungan mereka, maka mereka berdua akan memerlukan waktu yang agak lama untuk dapat membebaskan adik laki-laki Paksi,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sesuai dengan pesan Ki Ajar Permati agar mereka berusaha dengan sabar. Mungkin tidak hanya hitungan pekan. Tetapi hitungan bulan. "Jika kita menanam jagung dan padi gaga sekarang, maka dalam waktu tiga bulan lagi kita sudah akan dapat memetik hasilnya" Paksi mengangguk mengiakan Nampaknya Wijang memang tertarik untuk membuat lahan kecil yang ditanami beberapa jenis tanaman. Di hari-hari berikutnya, setelah gubuk mereka siap dan tinggal menunggu ilalang kering, keduanya mulai menggarap lahan. Mereka tidak perlu menebangi pohon-pohon raksasa. Ada sebidang tanah yang memanjang menjelujur seakan-akan menjadi batas antara hutan lereng gunung itu dengan bibir tebing sungai. Namun mereka berdua masih harus meratakan tanah dengan membuat pematang-pematang penyekat serta batas ketinggian tanah yang mereka buat seperti tangga. Beberapa hari keduanya bekerja keras. Sementara itu, Ki Ajar Permati banyak membantu mereka dengan peralatan seperti cangkul, parang dan lain-lainnya. Disamping itu, seperti yang dijanjikan, maka Ki Ajar pun telah memberikan benih untuk ditanam oleh Wijang dan Paksi. Dalam pada itu, selain makan buah-buahan yang mereka petik di hutan itu, Ki Ajar pun telah memberikan ketela pohon dan jagung bagi keduanya. Dalam kesibukan mempersiapkan tempat serta bekal untuk tinggal beberapa lama di kaki Gunung Merapi, di malam hari mereka menyempatkan diri untuk melihat-lihat padepokan itu. Tetapi apa yang mereka lihat hari ini dan sepekan kemudian, sama sekali tidak ada perubahannya. Paksi pun masih belum sempat melihat adiknya di antara para cantrik di padepokan itu. "Apakah anak-anak muda yang berada di padepokan itu dipisahkan dari para cantrik yang lain?" desis Paksi
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mungkin saja, Paksi. Ki Gede Lenglengan bermaksud agar anak-anak muda itu tidak terpengaruh oleh siapa pun selain guru-guru mereka. Bahkan oleh para putut dan cantrik dari padepokan itu sendiri" Paksi mengangguk-angguk. Namun sebenarnyalah bahwa Paksi itu menjadi semakin cemas terhadap adiknya. Semakin terpisah anak muda itu dari sesamanya, maka cakrawala wawasannya pun menjadi semakin sempit pula. Namun Wijang dan Paksi tidak mudah menyerah. Dari hari ke hari, mereka masih saja mencari jalan untuk dapat bertemu, setidak-tidaknya mengetahui di manakah adik Paksi itu disimpan. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Ki Ajar Permati, Wijang dan Paksi memang harus bersabar. Mereka tidak boleh kehilangan kendali diri. Sedikit saja mereka tergelincir, maka akan sama saja artinya, bahwa mereka masuk ke dalam sarang serigala yang ganas. Dalam pada itu, ketika Wijang dan Paksi sedang beristirahat setelah menanam batang ketela pohon di pematang ladang mereka, Ki Ajar Permati ikut duduk pula bersama mereka. Namun tiba-tiba saja sikap Ki Permati itu menjadi bersungguh-sungguh. Katanya, "Angger Paksi, sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku tawarkan kepadamu" Paksi mengerutkan dahinya. Dengan nada datar iapun bertanya, "Apa, Ki Ajar?" "Aku sudah menjadi semakin tua. Sebelum kau datang, aku sudah merasa putus asa, bahwa hidupku akan sia-sia. Namun tiba-tiba kedatanganmu telah memberikan harapan bagiku" "Apakah maksud Ki Ajar?" "Angger Paksi, serba sedikit aku mempunyai ilmu yang ketika aku membuka sebuah padepokan kecil, aku turunkan kepada beberapa orang muridku. Tetapi mereka sekarang sudah punah. Tidak seorang pun yang masih hidup karena pengkhianatan Lenglengan yang jahat itu" Ki Ajar itupun berhenti sejenak. Kemudian Ki Ajar itupun melanjutkannya,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Dengan demikian, maka ilmu yang aku wariskan kepada mereka itupun telah ikut lenyap bersama mereka, sehingga jika aku meninggal kelak, maka dari hidupku ini tidak akan ada yang tersisa. Ternyata dalam keputus-asaan itu aku bertemu dengan Angger Paksi. Jika saja Angger tidak berkeberatan, aku ingin menopang sisa-sisa hidupku kepadamu. Setidaktidaknya Angger Paksi sendiri akan pernah mengatakan di dalam hati, bahwa ada beberapa unsur gerak Ki Ajar Permati yang tertinggal di dalam diri Angger" Paksi memandang Ki Ajar dengan kerut di dahi. Dengan ragu-ragu Paksipun bertanya, "Ki Ajar akan memberi kesempatan kepadaku untuk mewarisi ilmu Ki Ajar?" "Jika Angger Paksi tidak berkeberatan" "Tentu tidak, Ki Ajar. Justru aku akan sangat berterima kasih bahwa Ki Ajar berkenan untuk memberikan bimbingan ilmu kepadaku" "Karena aku telah kehilangan semua muridku, maka Angger akan menjadi satu-satunya muridku. Aku tahu, bahwa saat sekarang ini Angger telah memiliki ilmu yang tinggi. Namun mungkin ilmuku akan dapat melengkapinya. entu saja segala sesuatunya harus disesuaikan agar tidak justru menimbulkan persoalan di dalam diri Angger" "Terima kasih, Ki Ajar. Aku mengucapkan terima kasih" "Tetapi tentu saja dalam keterbatasan waktu. Tentu Angger tidak akan dapat terlalu lama tinggal di sini karena tugas Angger membebaskan adik Angger itu" "Ya, Ki Ajar" "Tetapi Angger sudah mempunyai landasan bekal yang cukup. Karena itu, maka hanya yang terpenting sajalah yang akan aku titipkan kepada Angger" "Aku bersedia, Ki Ajar. Aku akan menjalani semua laku yang Ki Ajar perintahkan tanpa melupakan bebas tugas yang aku emban sehingga aku sampai ke tempat ini" "Jika Angger bersedia, besok kita akan dapat mulai. Di siang hari kita mempunyai banyak waktu luang. Di malam hari, Angger dan Pangeran Benawa akan sering berada di
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sekitar padepokan itu. Kecuali pada waktu-waktu tertentu Angger akan mengamati padepokan itu di siang hari" "Ya, Ki Ajar" "Semuanya itu tentu saja dengan ijin Pangeran Benawa" Wijang menarik nafas panjang. Dengan ragu-ragu Wijangpun berkata, "Kenapa Ki Ajar tidak sekaligus memberi kesempatan kepadaku?" Ki Ajar tertawa. Katanya, "Apa yang dapat aku lakukan terhadap Pangeran" Pangeran telah memiliki lebih dari apa yang aku miliki" "Itu agak berlebihan, Ki Ajar. Tetapi seandainya demikian, maka tidak semua yang Ki Ajar miliki telah aku miliki. Mungkin ada yang berbeda tetapi dapat saling melengkapi" "Jika Pangeran kehendaki, baiklah kita akan bersama-sama mencari kemungkinan-kemungkinan di sela-sela ilmu kita masing-masing, yang dapat memberikan arti bagi ilmu kita" Dengan kesepakatan itu, maka Ki Ajar minta Paksi untuk datang ke tempat tinggal Ki Ajar setiap hari, demikian matahari terbit. "Jika Pangeran menghendaki, silahkan Pangeran juga datang" "Aku juga akan datang, Ki Ajar. Tidak ada batas waktu untuk menambah ilmu dan pengetahuan" "Pangeran benar. Karena itu, aku persilahkan Pangeran untuk datang. Mungkin akan memberikan arti pula bagi Angger Paksi" "Baiklah, Ki Ajar. Besok kami berdua akan datang. Pada saat matahari terbit, kami berdua sudah akan berada di tempat tinggal Ki Ajar" "Aku akan menunggu. Kita akan mempergunakan waktu sampai matahari naik ke puncak. Kemudian, kita akan melakukan tugas-tugas kita yang lain" Demikianlah, maka pada hari berikutnya, Paksi dan Wijang telah datang ke tempat tinggal Ki Ajar Permati pada saat matahari terbit. Tetapi mereka tidak menemukan Ki Ajar di dalam gubuknya. Namun ketika mereka mencarinya di bagian
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
belakang tanah garapan Ki Ajar, mereka menemukan Ki Ajar duduk di atas sebuah batu yang besar. Keduanyapun melangkah mendekatinya. Sambil mengangguk hormat Paksipun berkata, "Ki Ajar, aku telah datang" Ki Ajar yang duduk di atas batu itupun tersenyum. Kemudian iapun bangkit berdiri dan meloncat turun. "Terima kasih atas kesediaan kalian berdua untuk datang pagi ini" berkata Ki ajar sambil mengangguk hormat pula. "Kamilah yang mengucapkan terima kasih atas kesediaan Ki Ajar untuk membimbing kami" sahut Paksi. Ternyata Ki Ajar kemudian tidak mempersilahkan Pangeran Benawa dan Paksi untuk singgah di gubuknya. Tetapi Ki Ajar itu telah mengajak Wijang dan Paksi untuk masuk ke dalam hutan. Merekapun kemudian berhenti di sebidang tanah yang agak luas, di bawah tiga batang pohon raksasa. Nampaknya Ki Ajar telah membersihkan sebidang tanah itu dari pohon-pohon yang lebih kecil serta gerumbul-gerumbul perdu. Pada pohon-pohon raksasa itu terdapat beberapa batang bambu yang menyilang dan terikat pangkal ujungnya dengan pohon-pohon raksasa itu. Beberapa patok bambu petung yang utuh yang ditanam tegak lurus dengan ketinggian yang tidak rata. Di sana-sini terdapat berbagai macam alat-alat yang lain. Beberapa utas tampar serabut kelapa tampak bergayutan pada dahan-dahan pohon-pohon raksasa itu. "Aku tidak mampu membuat sanggar yang lebih baik dari sanggar ini, Pangeran" berkata Ki Ajar setelah mereka berdiri di antara ketiga batang pohon raksasa itu. "Satu sanggar terbuka yang sangat memadai" desis Pangeran Benawa. "Setelah aku kehilangan padepokanku serta sanggar yang aku buat secara khusus di padepokan itu, maka untuk tetap menjaga kemampuan diri, aku telah membuat tempat ini menjadi seperti sebuah sanggar yang sangat sederhana" "Tetapi sanggar ini sangat menarik, Ki Ajar" berkata Paksi. "Karena aku tidak dapat membuat yang lebih baik, maka kita
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
akan memakai sanggar apa adanya itu. Di sinilah setiap hari kita akan bersama-sama mencari kemungkinan-kemungkinan terbaik dari ilmu kita masing-masing. Aku akan sangat bersyukur, jika aku dapat menitipkan sekedar ilmu kepada Angger Paksi sehingga tidak akan lenyap begitu saja ditelan waktu. Apalagi jika Pangeran Benawa sudi memperkaya kemampuannya yang sangat tinggi itu dengan ilmu yang aku miliki" "Aku sudah bersedia. Ki Ajar" Demikianlah, maka sejenak kemudian, maka telah memasuki satu suasana yang sangat bersungguh-sungguh. Ternyata Ki Ajar telah benar-benar mengangkat Paksi sebagai muridnya. Karena itu, maka Ki Ajar pun tidak segan-segan menurunkan segala kemampuannya kepada Paksi. Sementara itu, Ki Ajarpun sama sekali tidak berkeberatan dengan keberadaan Pangeran Benawa di sanggarnya. Menurut pendapat Ki Ajar, Pangeran Benawa yang mumpuni itu justru akan berarti sekali bagi kemajuan Paksi. Apalagi kesediaan Pangeran Benawa untuk melengkapi ilmunya dengan ilmu yang tersimpan di dalam diri Ki Ajar Permati. Dengan demikian Ki Ajar Permatipun merasa, bahwa ilmunya masih akan tetap mengalir meskipun pada suatu saat ia harus kembali menghadap kepada Penciptanya. Di hari-hari pertama, Ki Ajar telah melihat bahwa Pangeran Benawa dan Paksi sudah terbiasa berlatih bersama. Ketika hal itu ditanyakannya, maka Pangeran Benawapun menjawab, "Kami berasal dari padepokan yang sama. Padepokan di Hutan Jabung, di bawah pimpinan Ki Panengah dan Ki Waskita" Ki Ajar Permati mengangguk-angguk. Dengan demikian, maka jalan yang akan ditempuhnya menjadi semakin lapang. Meskipun Ki Ajar Permati mengetahui bahwa landasan dasar ilmu mereka berbeda, tetapi nampaknya sudah beberapa lama keduanya saling menyesuaikan diri. Dari hari ke hari, Paksipun menjadi semakin dalam menekuni latihan-latihan di bawah tuntunan Ki Ajar Permati. Dengan hati-hati pula Ki Ajar berusaha menempatkan ilmunya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
di antara ilmu yang telah dimiliki oleh Paksi sebelumnya. Sementara itu, Ki Ajar pun telah meyakini, bahwa Pangeran Benawa telah memiliki kemampuan untuk melakukannya sendiri. Setiap hari, Paksi dan Pangeran Benawa telah menghabiskan waktunya untuk menempa diri. Terutama Paksi telah menjalani berbagai laku untuk melengkapi ilmunya sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ki Ajar Permati. Ternyata bahwa apa yang dilakukan Paksi itu sangat berarti baginya. Bahkan berarti pula bagi Pangeran Benawa, karena dengan demikian, maka unsur-unsur ilmu di dalam dirinya menjadi semakin beragam. Sedangkan kemampuannya pun telah meningkat pula. Dalam pada itu, bagi Paksi, bukan saja menjadi semakin kaya akan unsur-unsur gerak, tetapi tenaga dalamnya pun telah meningkat dengan pesat. Namun Paksi tidak sekedar tenggelam dalam latihan-latihan saja. Tetapi ia sama sekali tidak melupakan tugasnya untuk mencari adiknya yang berada di padepokan itu. Hampir setiap malam Paksi dan Wijang selalu mengamati padepokan itu. Bahkan beberapa kali mereka berhasil masuk ke dalamnya tanpa diketahui oleh seisi padepokan yang lengah, karena mereka menganggap bahwa lingkungan mereka adalah lingkungan yang tidak dikenal oleh orang lain. Meskipun demikian, Paksi dan Wijang masih belum pernah melihat kehadiran adik Paksi di padepokan itu. Bahkan keberadaan anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang itupun masih belum mereka ketahui pula. Bahkan bukan saja Paksi dan Wijang yang pernah memasuki padepokan itu. Tetapi Ki Ajar sendiri telah ikut masuk pula ke dalamnya. Namun mereka masih juga belum menemukan. Dengan demikian, maka Paksi dan Wijang masih belum tahu apa yang harus mereka lakukan. Bahkan dalam kegelisahannya Paksipun berkata, "Jangan-jangan anak-anak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
muda yang disebut angkatan mendatang itu tidak berada di padepokan ini" "Mungkin saja, Paksi. Tetapi jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Apa yang kita lihat baru sebagian kecil dari seluruh isi padepokan itu. Apalagi bahan-bahan yang kita dapatkan dari Paman Harya Wisaka sendiri memberikan isyarat bahwa adikmu berada di padepokan ini" " Seperti yang pernah aku katakan, kau harus sabar, Paksi" "Aku tidak ingin terlambat, Ki Ajar" "Tetapi kau tidak dapat membelakangi kenyataan. Seperti yang dikatakan oleh Pangeran Benawa, bahwa Harya Wisaka sendiri telah memberikan isyarat. Beberapa orang anak muda itu telah dibawa ke padepokan ini" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Pada hari berikutnya, Paksi dan Wijang tidak menunggu malam turun. Lewat tengah hari, setelah keduanya mandi dan berbenah diri setelah menjalani laku atas petunjuk Ki Ajar dalam usahanya meningkatkan ilmunya, Paksi dan Wijang telah turun untuk mengamati padepokan itu dari kejauhan. Dengan kemampuan ketajaman penglihatan mereka, keduanya melihat beberapa orang cantrik yang bekerja di sawah. Tetapi mereka justru mirip budak-budak yang diterjunkan untuk menjalani kerja paksa daripada cantrikcantrik di padepokan. Dua orang yang membawa cambuk menunggui beberapa orang yang sedang memperbaiki parit yang membujur memanjang di bulak yang luas itu. Sekali-sekali orang-orang yang membawa cambuk itu telah mengayunkan cambuk mereka, melecut orang-orang yang sedang bekerja itu. "Tempat apa sebenarnya yang disebut Padepokan Watukambang itu" desis Wijang. "Ya. Nampaknya campuran antara sebuah padepokan tempat beberapa orang menuntut ilmu, sebuah penjara tempat pembuangan orang-orang yang tidak sejalan dengan apa yang mereka namakan perjuangan, lapangan kerja paksa,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sarang perampok dan penyamun serta ajang untuk mempersiapkan pemberontak-pemberontak yang tidak mengenal pribadi mereka sendiri" Wijang mengangguk-angguk. Hampir di luar sadarnya ia pun berkata, "Nampaknya memang harus didatangkan kekuatan yang besar untuk menghancurkan padepokan ini" "Tetapi adikku akan dapat terbunuh karenanya" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Kita harus meyakinkan, apakah benar di padepokan ini terdapat anakanak muda dari yang mereka sebut angkatan mendatang itu" Paksi mengangguk-angguk. Dalam pada itu, di tengah-tengah bulak, beberapa orang masih sibuk memperbaiki parit yang nampaknya tanggulnya longsor. Dua orang yang menunggui mereka agaknya orangorang yang garang. Mungkin mereka pulalah yang telah ikut menghukum cambuk dengan rotan terhadap lima orang yang melarikan diri dari pertempuran melawan orang-orang yang berada di penginapan. Untuk beberapa saat lamanya Paksi dan Wijang mengamati mereka. Namun mereka tidak menemukan apa-apa yang dapat mereka pergunakan untuk menelusuri keberadaan adik laki-laki Paksi itu. "Kita harus berusaha dapat melihat sanggar mereka" berkata Paksi tiba-tiba. "Mungkin anak-anak muda itu tidak mendapat kesempatan untuk keluar dari barak mereka serta sanggar tempat mereka ditempa" Wijang menarik nafas panjang Beberapa kali mereka sudah memasuki lingkungan padepokan yang terhitung luas itu. Mereka sudah melihat hampir semua bangunan yang ada di dalamnya. Merekapun tahu di mana letak sanggarnya. Bahkan tidak hanya satu. Tetapi ada beberapa sanggar tertutup dan sebuah sanggar terbuka yang luas dan lengkap. Sebuah sanggar terbuka yang memadai bagi sebuah padepokan yang besar. "Ki Gede Lenglenganlah yang membuat sanggar-sanggar itu" berkata Ki Ajar Permati. "Pada saat aku berada di
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
padepokan itu aku hanya mempunyai sebuah sanggar tertutup yang kecil. Demikian pula sebuah sanggar terbuka yang tidak terlalu besar. Aku pun tidak memiliki peralatan yang lengkap seperti Ki Gede Lenglengan sekarang" Namun Ki Ajarpun mengatakan, bahwa apa yang dibuat oleh Ki Gede Lenglengan itu, dilandasi dengan korban yang cukup banyak. Korban kecelakaan saat mereka membangun. Korban karena kebengisan orang-orang yang diserahi untuk mengawasi orang-orang yang bekerja. Serta korban dari orang-orang yang ditugaskan untuk mencari dana bagi perjuangan mereka sejak Harya Wisaka masih memimpin langsung gerakannya. Beberapa lama Wijang dan Paksi mengawasi orang-orang yang sedang memperbaiki parit di tengah-tengah bulak itu. Namun kemudian keduanya bergeser menjauh. Jantung mereka terasa menjadi tegang melihat orang-orang yang bekerja itu dicambuk dengan semena-mena. Di hari-hari berikutnya, Wijang dan Paksi menjadi semakin sering melihat-lihat padepokan itu di siang hari, meskipun dari kejauhan. Mereka menjadi berdebar-debar ketika mereka melihat orang-orang padepokan itu mengusung dua sosok mayat keluar dari pintu gerbang. Mereka membawa dua sosok mayat itu ke sebuah gumuk kecil agak jauh dari padepokan itu. Di gumuk kecil itulah, kedua sosok mayat itu dikuburkan. "Apalagi yang terjadi?" desis Paksi. "Entahlah. Tetapi di balik dinding padepokan itu ada sebuah dunia yang tentu terasa asing. Karena isinya telah memutar-balikkan tatanan hidup sewajarnya" sahut Wijang. Semakin sering mereka melihat peristiwa-peristiwa yang mengusik jantung, maka rasa-rasanya Paksi semakin tidak sabar lagi. Tetapi setiap kali Wijang dan Ki Ajar Permati telah memperingatkannya untuk bertindak dengan perhitungan yang matang. "Jangan mempersulit dirimu sendiri, Paksi" berkata Ki Ajar Permati.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksi yang telah menjadi muridnya mengangguk hormat sambil berdesis, "Ya, Ki Ajar" "Niatmu adalah membebaskan adikmu. Bukan menyurukkan dirimu sendiri ke dalamnya. Jika kau masih bebas di luar padepokan, masih ada kemungkinan untuk berbuat sesuatu. Tetapi jika kau tertangkap dan diikat pada patok kayu di depan bangunan utama padepokan itu, maka untuk selamanya kau tidak akan pernah dapat menolong adikmu itu" Paksi menundukkan kepalanya. "Kau mengerti, Paksi?" "Aku mengerti, Ki Ajar" "Nah, ingat-ingat ini. Jika kau mulai kehilangan kesabaran, maka pertanda bahwa usahamu untuk menolong adikmu mulai disaput oleh awan yang kelam" "Aku mengerti, Ki Ajar" "Jika aku mengekangmu, bukan berarti aku menghalangimu" "Ya, Ki Ajar. Aku mengerti" Dengan demikian, betapapun jantung Paksi bergejolak, namun ia masih tetap berusaha untuk mengekang diri. Di harihari berikutnya, atas petunjuk Ki Ajar, keduanya diminta untuk mengamati jalan keluar dari padepokan itu, jalan untuk menembus sekat-sekat yang rapat yang memisahkan lingkungan itu dengan dunia di luarnya. "Kau dapat mengawasi mereka. Jika harus terjadi benturan, maka benturan itu hendaknya terjadi di luar sekat yang memisahkan lingkungan ini dengan lingkungan di luarnya. Jika sesuatu terjadi atas orang-orang mereka di dalam lingkungan ini, maka mereka akan menyadari, bahwa telah ada orang yang lain yang memasuki lingkungan ini" Ki Ajar berhenti sejenak. Kemudian katanya, "Paksi, pekan ini aku akan pergi ke Pajang. Kecuali untuk mendengar perkembangan keadaan di Pajang setelah Harya Wisaka tertangkap, aku juga memerlukan beberapa jenis bahan kebutuhan sehari-hari"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Ajar. Biarlah kami berdua saja yang pergi ke Pajang untuk melakukannya" Ki Ajar tersenyum. Katanya, "Tidak, Paksi. Kau dan Pangeran Benawa akan mengawasi jalan keluar itu. Kalian dapat berbicara dengan satu dua orang dari mereka untuk menanyakan apakah adikmu ada di padepokan itu. Tetapi jaga agar orang itu tidak akan pernah kembali ke padepokannya. Orang itu harus kau serahkan kepada sekelompok orang yang kau percaya akan dapat menahannya sampai adikmu diketemukan" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ada kemungkinan lain untuk membuat seseorang tidak lagi dapat kembali ke tempatnya. Tetapi haruskah ia membunuh dengan semenamena" Dalam kebimbangan itu, Wijangpun kemudian berkata, "Ki Ajar. Kita bersama-sama pergi ke Pajang. Aku akan minta kepada Ayahanda untuk menyediakan beberapa orang terpercaya yang akan berada di luar sekat lingkungan ini. Mereka akan membuat landasan dari sebuah kekuatan yang setiap saat dapat digerakkan memasuki lingkungan ini" "Tetapi bagaimana dengan adikku itu, Wijang?" "Mereka tidak akan bergerak tanpa perintah yang kita berikan kepada mereka" Paksi termangu-mangu sejenak. Namun Ki Ajar itupun berkata, "Gagasan Pangeran Benawa dapat dimengerti Paksi. Sekelompok prajurit itu akan berada di luar sekat. Tentu saja mereka tidak akan semata-mata datang dalam kesatuan keprajuritan. Tetapi mereka akan datang dalam penyamaran, sehingga tidak akan menarik perhatian. Sekelompok prajurit itu akan dapat menjadi kekuatan pendukung jika setiap saat kita memerlukannya" Paksi tidak segera menjawab. Dengan hati-hati Wijangpun menjelaskan, "Mereka akan dapat kita serahi orang-orang yang harus diamankan jika kita tidak membunuhnya. Satu dua orang di antara mereka akan dapat menjadi penghubung dengan Pajang. Mereka pun setiap
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
saat akan dapat kita gunakan untuk memasuki padepokan itu dengan paksa" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Jika rencana itu kita sepakati, maka rencana itu harus dilakukan dengan sangat cermat, sehingga yang terjadi bukannya sebaliknya. Jika kehadiran mereka diketahui oleh Ki Gede Lenglengan, kita tidak tahu akibat apa yang dapat terjadi dengan angkatan mendatang itu" "Jangan terlalu cemas, Paksi. Anak-anak muda itu diperlukan sekali oleh Ki Gede Lenglengan. Karena itu tentu ada usaha Ki Gede untuk melindungi mereka lebih dari yang lain-lain. Sementara itu, kita akan berbicara dengan para prajurit itu seorang demi seorang, agar mereka bertindak hati-hati jika mereka pada suatu saat harus memasuki padepokan itu" Paksi akhirnya mengangguk sambil berkata, "Baiklah, Wijang. Tetapi segala sesuatunya harus direncanakan dengan cermat" Demikianlah, maka di hari berikutnya, bukan hanya Ki Ajar sajalah yang dengan hati-hati keluar dari sekat yang membatasi lingkungan yang terasing itu. Tetapi juga Wijang dan Paksi. Mereka akan pergi ke Pajang untuk menyiapkan satu landasan untuk menghadapi sebuah padepokan yang agaknya mempunyai kekuatan yang cukup besar. Ternyata Ki Ajar mempunyai seorang saudara seperguruan yang tinggal di Pajang. Namun saudara seperguruan Ki Ajar itu tidak lagi berbuat banyak dalam olah kanuragan. Ia hidup seperti kebanyakan orang. Untuk menumpang kehidupannya sehari-hari, saudara seperguruan Ki Ajar itu kecuali menggarap sawahnya, juga menjadi blantik lembu, kerbau dan kuda. Meskipun saudara seperguruan Ki Ajar itu tahu pasti apa yang dilakukan oleh Ki Ajar, namun Ki Ajar pun tahu pasti, bahwa saudara seperguruannya itu tidak akan pernah membocorkan rahasianya kepada siapapun juga. Karena
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dengan demikian, sehingga akhirnya akan sampai ke telinga Ki Gede Lenglengan. Dari saudara seperguruannya itulah, Ki Ajar mengetahui perkembangan keadaan di Pajang. Juga hubungannya dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Harya Wisaka. Sementara itu, Wijang dan Paksi telah menghadap Kangjeng Sultan di istana untuk menyampaikan rencananya. "Aku akan memanggil Ki Tumenggung Yudatama. Ia akan mengatur segala-galanya" "Hamba, Ayahanda. Tetapi apakah Paman Pemanahan tidak menghadap?" "Pamanmu Pemanahan bersama Sutawijaya dan beberapa orang pengiring sedang pergi ke Alas Mentaok" "Ke Alas Mentaok?" bertanya Pangeran Benawa dengan nada tinggi. "Ya. Mereka ingin melihat keadaan lingkungan yang akan mereka buka itu" "Begitu cepatnya?" "Sebenarnya tidak begitu cepat, karena pamanmu Penjawi sudah lebih dahulu berada di Pati" Pangeran Benawa menarik nafas dalam-dalam. Kepergian Sutawijaya ke Mataram akan membuatnya kesepian. Dengan nada datar Pangeran Benawa itupun bertanya, "Tetapi bukankah mereka masih akan kembali ke Pajang, Ayahanda?" "Tentu. Mereka masih akan kembali. Masih banyak yang harus mereka persiapkan sebelum mereka benar-benar pergi dan membuka Alas Mentaok itu" Pangeran Benawa menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu, Kangjeng Sultan Hadiwijayapun telah memerintahkan seorang prajurit untuk memanggil Ki Tumenggung Yudatama, sementara Pangeran Benawa dan Paksi diperkenankan untuk beristirahat. "Nanti, jika Ki Tumenggung Yudatama datang, kalian akan aku panggil menghadap" Demikianlah, maka Pangeran Benawapun telah mengajak Paksi untuk beristirahat di kasatrian.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Begitu cepatnya Kakangmas Sutawijaya meninggalkan Pajang" berkata Pangeran Benawa dengan nada dalam. "Tetapi bukankah Raden Sutawijaya masih akan kembali?" "Ya. Tetapi jika Kakangmas Sutawijaya kembali, tentu sekedar membuat persiapan-persiapan seperlunya untuk membuka Alas Mentaok. Ia akan segera pergi lagi dan bahkan untuk seterusnya" "Pangeran masih akan dapat menemuinya. Mudahmudahan kita dapat menyelesaikan persoalan kita lebih dahulu sebelum Raden Sutawijaya benar-benar berangkat ke Alas Mentaok" Pangeran Benawa tidak menjawab. Dalam pada itu, ketika Ki Tumenggung Yudatama telah menghadap, maka Pangeran Benawa dan Paksi itu telah dipanggil menghadap pula untuk membicarakan rencana Pangeran Benawa, mempersiapkan sebuah landasan untuk menghadapi padepokan Ki Gede Lenglengan di kaki Gunung Merapi. Dengan terperinci Pangeran Benawa menjelaskan apa yang mereka lihat tentang padepokan itu. Tentang ujud kewadagannya dan tentang isinya. Sikap para pemimpinnya serta tekanan yang berat yang dialami oleh penghuninya yang keadaannya tidak lebih baik dari budak-budak yang harus menjalani kerja paksa. "Agaknya padepokan itu mempunyai kekuatan yang cukup besar, Pangeran" "Ya" jawab Pangeran Benawa. "Aku akan mempersiapkan pasukan segelar-sepapan untuk mengepung dan kemudian menghancurkan padepokan itu" "Jangan tergesa-gesa, Ki Tumenggung" berkata Pangeran Benawa, "kita masih harus memikirkan anak-anak muda yang berada di padepokan itu" "Katakan rencanamu, Benawa" berkata Kangjeng Sultan. Wijangpun kemudian menyampaikan rencananya kepada Ki Tumenggung Yudatama untuk membentuk landasan kekuatan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang setiap saat dapat mereka pergunakan untuk menghancurkan padepokan itu. "Jadi berapa lama kami harus menunggu?" "Tidak ada batas waktunya, Ki Tumenggung. Mungkin kita memerlukan waktu beberapa lama" Ki Tumenggung Yudatama mengangguk-angguk. Katanya, "Tugas ini merupakan tugas yang khusus, Pangeran. Harus ada banyak persediaan yang dipersiapkan. Para prajurit harus hidup dalam penyamaran untuk waktu yang mungkin cukup lama, sehingga untuk itu diperlukan biaya, kesabaran dan ketelitian" "Ya. Tetapi hasilnya akan memadai. Mudah-mudahan kita dapat membebaskan sekelompok anak muda yang sedang dijejali dengan racun oleh Ki Gede Lenglengan" "Apakah Pangeran dapat memastikan, bahwa kita akan dapat membebaskan mereka?" "Kita akan membuat perhitungan untuk menyelesaikan tugas kita ini. Jika tugas ini memang harus gagal setelah kita membuat perhitungan yang rumit, apa boleh buat. Tetapi kita sudah berusaha. Bukankah hanya ada dua pilihan yang kita hadapi" Gagal atau berhasil" Ki Tumenggung Yudatama mengangguk-angguk. Katanya, "Pangeran benar. Jika saja ada perintah, maka segala sesuatunya akan kami persiapkan. Aku akan memilih prajuritprajurit pilihan, bukan saja di pertempuran, tetapi juga mempunyai kecerdasan untuk melakukan tugas sandi" "Terima kasih, Ki Tumenggung" "Tetapi karena tugas ini mungkin akan memerlukan waktu yang lama, maka aku sendiri tidak akan dapat ikut serta di dalamnya. Aku tidak akan dapat terlalu lama meninggalkan tugasku di barak" "Ki Tumenggung dapat menunjuk seseorang yang dipercaya" Ki Tumenggungpun kemudian berkata kepada Kangjeng Sultan, "Hamba menunggu perintah Kangjeng Sultan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku perintahkan kepada Ki Tumenggung untuk melaksanakan rencana yang telah disusun oleh Benawa. Tetapi kalian semuanya harus sangat berhati-hati. Ada beberapa orang yang berada di padepokan itu yang ingin kita selamatkan. Dengan demikian kita akan menyelamatkan hari esok, karena anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang itu akan dapat menjadi sepeletik api di dalam sekam" "Jika terpaksa, apakah hamba diperkenankan memadamkan api itu?" Wajah Paksi menegang. Namun Pangeran Benawalah yang menyahut, "Memang lebih mudah untuk berbuat demikian, Ki Tumenggung. Tetapi kita berkeinginan lain. Kita tidak hanya harus menyelamatkan masa depan dengan memadamkan apinya. Tetapi kita harus menepati tugas-tugas kita yang lain. Anak-anak muda yang di padepokan itu sama sekali tidak bersalah. Mereka justru harus dikasihani karena mereka telah terjerumus ke dalam satu lingkungan yang sangat buruk bagi mereka. Mereka setiap hari menghirup udara racun dan akan sangat berpengaruh terhadap diri mereka sehingga mereka tidak akan dapat mengenali pribadi mereka sendiri. Nah, merekalah yang harus kita tolong, bukan kita hancurkan sama sekali" "Aku sependapat dengan Benawa, Ki Tumenggung" "Hamba, Sinuhun. Jika demikian, biarlah hamba mempersiapkan segala-galanya. Pasukan yang akan hamba pergunakan adalah pasukan yang pernah memburu Harya Wisaka bersama Raden Sutawijaya, Pangeran Benawa dan Angger Paksi" "Semuanya?" -ooo00dw00oooJilid 32
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
KI TUMENGGUNG YUDATAMA termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Tergantung kepada kekuatan yang ada di padepokan itu. Jika kita datang, kita harus dapat menyelesaikan tugas kita dengan baik. Jika kita salah membuat perhitungan, maka kita akan mereka hancurkan tanpa sisa. Kita tahu, siapakah yang kita hadapi. Mereka adalah orang-orang yang tidak lagi berdiri pada alas kemanusiaan mereka" "Meskipun demikian, kita juga harus melihat, di mana para prajurit itu akan membuat landasan. Mereka tidak dapat begitu saja mendirikan perkemahan, apalagi barak-barak untuk menetap. Kita harus menyamarkan kehadiran kita jika kita ingin berhasil sesuai dengan keinginan kita" berkata Pangeran Benawa. Ki Tumenggung Yudatamapun mengangguk-angguk. Katanya, "Jika demikian, kita harus mengamati keadaan. Kita harus tahu pasti keadaan medan" "Ya" "Baiklah" berkata Ki Tumenggung Yudatama. Lalu katanya kepada Kangjeng Sultan Pajang, "Ampun, Sinuhun. Hamba mohon waktu untuk melihat medan serta mempersiapkan segala-galanya dengan sebaik-baiknya. Nampaknya tugas ini adalah tugas yang rumit. Hamba sendiri akan pergi ke tempat yang terbaik untuk membuat landasan itu" "Silahkan, Ki Tumenggung. Lakukan apa saja yang perlu untuk menghapuskan padepokan yang menyimpan api yang akan dapat menyala di masa depan itu" "Hamba, Sinuhun. Hamba mohon restu serta mohon diri untuk beberapa hari" Demikianlah, maka di hari berikutnya. Ki Tumenggung Yudatama telah mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya. Bersama dua orang lurah prajurit yang pilih tanding, Ki Tumenggung itupun pergi ke Manjung. Ki Tumenggung telah menyamar menjadi seorang pedagang perhiasan yang kaya, sementara dua orang lurah prajurit itu menjadi pengawalpengawalnya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Bersamaan dengan itu, Wijang dan Paksipun telah pergi ke Manjung pula. Tetapi keduanya adalah orang lain bagi Ki Tumenggung Yudatama. Namun Ki Tumenggung menjadi heran ketika ia sampai di tempat yang ditunjuk oleh Wijang dan Paksi. Meskipun hari itu hari pasaran, tetapi tempat itu nampak sepi. Tidak ada orangorang yang menginap di penginapan yang disebut oleh Wijang dan Paksi. Ki Tumenggung Yudatama termangu-mangu sejenak. Ia masih melihat bangunan yang dikatakan oleh Wijang dan Paksi. Tetapi rumah itu nampaknya sepi saja. Ketika Ki Tumenggung mengamati tempat itu, maka seorang telah mendekatinya sambil bertanya, "Apakah ada yang Ki Sanak cari?" "Penginapan" jawab Ki Tumenggung Yudatama. Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Nampaknya untuk sementara jalan ini akan menjadi sepi, Ki Sanak" "Kenapa?" "Jalan ini rasa-rasanya menjadi semakin tidak aman. Aku adalah pemilik penginapan ini. Namun untuk sementara aku memang menutupnya. Beberapa orang yang bersedia membantu aku menjaga penginapan ini dan menyeberangkan orang-orang yang melintas ke Mungge, telah mengundurkan diri. Ada dua orang yang telah menjadi korban. Nampaknya yang lain menjadi segan melakukannya meskipun mereka mendapat upah yang memadai. Perampok-perampok itu tidak menyusut. Tetapi justru menjadi semakin ganas" "Apakah para penyeberang dari Mungge juga menyusut?" "Ya. Orang-orang yang akan menyeberang telah memilih jalan lain meskipun menjadi lebih jauh" orang itu berhenti sejenak. Lalu dengan nada tinggi iapun bertanya, "Apakah Ki Sanak sudah beberapa lama tidak menyeberang lewat jalan ini, sehingga Ki Sanak tidak tahu, bahwa penyeberangan ini sudah di tutup?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Memang sudah agak lama aku tidak lewat jalan yang menuju ke Mungge. Tetapi apakah sasak itu masih ada?" "Masih ada, Ki Sanak. Tetapi sudah menjadi terlalu sepi. Yang lewat hanyalah orang-orang Manjung dan orang-orang Mungge yang saling berkunjung atau perempuan-perempuan yang ikut menuai padi di seberang" "Jadi, apakah aku tidak dapat menginap di sini?" "Aku sudah tidak dapat membantu menyelenggarakan pengamanan barang-barang yang Ki Sanak bawa. Mungkin barang-barang berharga. Selain itu, maka penginapan ini sudah terlalu lama tidak dibersihkan" "Tetapi aku sudah terlanjur sampai di sini" "Jika saja Ki Sanak ingin menginap, silahkan. Aku tidak akan memungut biaya. Tetapi sudah aku katakan, bahwa aku tidak dapat membantu menyelenggarakan pengamanan" Ki Tumenggung Yudatama termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Biarlah. Aku akan menginap di sini. Aku tidak tahu apakah besok aku akan meneruskan perjalanan atau tidak" Pemilik penginapan itupun kemudian mempersilahkan Ki Tumenggung Yudatama singgah. Tetapi tidak di penginapannya yang sudah menjadi kotor. "Silahkan menginap di rumahku saja, Ki Sanak" "Maaf, Ki Sanak. Aku tidak ingin merepotkan Ki Sanak. Biarlah aku menginap di penginapan seperti kebanyakan orang" Pemilik penginapan itu tertawa pendek. Katanya, "Jika Ki Sanak ingin menginap di penginapan, aku justru akan menjadi repot. Aku harus membersihkan penginapan itu. Tentu aku tidak dapat membersihkan sebagian saja dari lantainya yang kotor. Aku harus menyapu seluruh ruangan yang luas itu. Membersihkan amben-ambennya yang besar dan membentangkan tikar yang bersih. Tetapi jika Ki Sanak menginap di rumahku, ruangan di gandok rumahku sudah tersedia"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Yudatamapun tertawa. Ia tidak dapat mengelak lagi. Ia harus menginap di rumah pemilik penginapan itu. Tidak di penginapannya yang agaknya tidak pernah dibersihkannya. "Nah" berkata pemilik penginapan itu, "marilah. Aku persilahkan Ki Sanak singgah di rumahku di belakang penginapan ini" Beberapa saat kemudian, Ki Tumenggung Yudatamapun telah duduk di pringgitan rumah pemilik penginapan itu bersama kedua orang pengawalnya. Dengan nada dalam pemilik penginapan itu bertanya, "Maaf, Ki Sanak. Jika Ki Sanak pernah melewati jalan ini dan bahkan menginap di penginapanku, mungkin sekali aku lupa. Agaknya aku memang sudah bertambah tua. Siapakah nama Ki Sanak?" Ki Tumenggung Yudatama menarik nafas panjang. Katanya, "Namaku Resatama. Aku seorang pedagang kecilkecilan. Wesi aji, batu akik dan barangkali ada yang membutuhkan perhiasan yang harganya tidak terlalu tinggi" "O" pemilik penginapan itu mengangguk-angguk. Katanya, "Daerah ini semakin lama menjadi semakin ganas. Aku jadi kehilangan mata pencaharian. Untunglah isteriku di pagi hari masih berjualan di pasar, sehingga dapat menjadi penyangga hidup kami sekeluarga sehari-hari. Ditambah sesobek sawah dan pategalan" "Mudah-mudahan dalam waktu dekat jalan ini dapat menjadi ramai kembali" "Aku tidak begitu mengharapkan. Seperti aku katakan, aku merasa kesulitan mendapatkan orang yang bersedia membantuku, membantu keamanan mereka yang bermalam serta yang akan menyeberangi sungai lewat sasak itu" "Bagaimana dengan arah sebaliknya?" "Sama saja, Ki Resatama. Penginapan di Mungge juga dikacaukan oleh para perampok yang semakin ganas itu" Namun pembicaraan merekapun terputus. Dua orang anak muda memasuki halaman rumah pemilik penginapan itu setelah melingkari rumah penginapan yang kosong. Pemilik penginapan itupun kemudian bangkit berdiri dan turun dari
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tangga pendapa rumahnya. Diamatinya kedua orang yang datang itu. Namun pemilik penginapan itu langsung dapat mengenali kedua orang yang datang itu. Keduanya adalah orang yang dianggap membantu menyelamatkan penginapannya beberapa waktu yang lalu. Karena itu, maka dengan ramah pemilik penginapan itu mempersilahkan mereka berdua untuk naik ke pendapa dan duduk di pringgitan. "Marilah, Ki Sanak. Mari silahkan naik" "Terima kasih. Kami hanya ingin menginap di penginapan ini. Tetapi nampaknya penginapan itu sepi" "Marilah, duduklah. Nanti aku jelaskan" "Terima kasih. Kami akan pergi ke penginapan itu saja" "Itulah yang ingin aku jelaskan" berkata pemilik penginapan itu. Kedua orang itu, Wijang dan Paksi, tidak menolak lagi. Keduanyapun naik ke pendapa dan duduk di pringgitan bersama Ki Tumenggung Yudatama bersama kedua orang pengawalnya. Pemilik penginapan itupun kemudian telah memperkenalkan kedua orang yang baru datang itu kepada Ki Resatama yang dikenalnya sebagai pedagang wesi aji dan perhiasan bersama dua orang yang menyertainya. Kemudian iapun menjelaskan keadaan penginapannya kepada Wijang dan Paksi sebagaimana dikatakan kepada Ki Resatama. "Jadi penginapan itu sudah ditutup sekarang?" "Ya. Aku tidak mempunyai kawan yang bersedia bekerja sama setelah jatuh korban itu" Tiba-tiba saja Wijangpun berkata, "Bagaimana pendapat Ki Sanak, jika aku menawarkan beberapa orang untuk melakukannya?" "Ada orang yang bersedia diupah untuk tugas yang berat itu di penginapanku?" "Jika dikehendaki, aku dapat memanggil mereka. Mereka adalah kawan-kawanku. Pengembara yang tidak mempunyai apa-apa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah benar kalian pengembara" Ketika penginapan ini dirampok, aku melihat sendiri, bagaimana kalian berdua telah menyelamatkan kami" "Menyelamatkan" Kami hanya ikut saja berlari-lari seperti orang lain" "Tidak. Kalian berdua telah menunjukkan kelebihan kalian. Namun, demikian pertempuran selesai, kami tidak dapat menemukan kalian berdua itu" "Kami tidak ke mana-mana. Tetapi kami memang berusaha mengejar mereka yang tersisa. Akhirnya kami memang tidak kembali ke penginapan ini, karena kami pergi ke Mungge. Ternyata penginapan di Mungge tidak diganggu sama sekali malam itu" "Ya. Malam itu memang tidak. Tetapi beberapa malam berikutnya. Penginapan di Mungge pun telah didatangi. Bahkan korbannya lebih banyak lagi" "O" "Setelah malam itu, kami masih didatangi sekali lagi. Keadaan kami menjadi parah. Beberapa di antara kami tewas, sehingga dengan demikian, maka orang-orang yang aku upah untuk membantu menyelenggarakan pengamanan telah mengundurkan diri semuanya" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. "Dengan demikian, maka penginapanpun aku tutup. Kamipun kemudian menyadari, bahwa perampok itu bukan perampok kebanyakan. Pada saat kami menduga bahwa gerombolan perampok itu telah hancur, maka segerombolan perampok yang lebih kuat telah muncul" Wijangpun kemudian mengulangi pertanyaannya, "Bagaimana dengan tawaranku" Beberapa orang kawanku yang dapat dipercaya akan bersedia diupah untuk ikut menyelenggarakan pengamanan di penginapan ini, jika penginapan ini memang akan dibuka. Mereka pun akan sanggup menjaga keamanan orang-orang yang akan menyeberang jika di atas sasak penyeberangan itu masih ada orang yang akan menyamun"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau berkata sebenarnya?" "Ya. Aku mengenal mereka dengan baik" "Ajak mereka kemari. Berapa orang?" "Aku mempunyai banyak kawan yang memerlukan pekerjaan" "Jangan terlalu sedikit. Perampok itu sangat kuat. Niatku kemudian tidak semata-mata membuka penginapan dan mendapat banyak uang. Tetapi aku berniat mengumumkan perang melawan para perampok itu" "Berapa orang yang dibutuhkan" Sepuluh?" "Lebih dari itu" "Dua puluh?" Namun tiba-tiba suara pemilik penginapan itu merendah, "Sebenarnya kami memang memerlukan banyak orang. Tetapi apakah aku dapat mengupah mereka dengan upah yang cukup?" "Jangan risaukan. Kawan-kawanku dapat bekerja dengan upah yang kecil. Tetapi asal mereka diberi makan sehari tiga kali" Pemilik penginapan itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya, "Baik. Ajak mereka kemari. Kita akan membicarakannya. Jika mereka tidak menuntut upah terlalu tinggi, aku akan menerima mereka. Dengan makan sehari tiga kali" "Baik. Biarlah aku urungkan perjalananku ke Mungge. Aku akan kembali menemui kawan-kawanku" "Kau dapat menghubungi pemilik penginapan di Mungge. Pemilik penginapan itu adalah adik sepupuku. Jika pembicaraanku dengan orang-orang itu sesuai, maka adik sepupuku tentu akan setuju pula" "Baik. Aku akan datang kembali bersama lima belas orang untuk penginapan ini dan lima belas orang untuk penginapan di Mungge" "Sebaiknya kita bicarakan lebih dahulu. Jika pembicaraan kita sudah sesuai, baru ajak mereka kemari"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Demikianlah, di hari berikutnya Wijang dan Paksi telah memanggil tiga orang lurah prajurit dalam ujud penyamaran mereka bertemu dengan pemilik penginapan itu. Sementara itu, Ki Tumenggung Yudatama yang menyebut dirinya bernama Resatama, tidak meninggalkan rumah pemilik penginapan itu. Ia minta ijin untuk menginap sehari lagi. Ia ingin melihat-lihat suasana di sekitar padukuhan Manjung itu. "Silahkan, silahkan, Ki Sanak. Aku sama sekali tidak berkeberatan" berkata pemilik penginapan itu, "asal Ki Resatama tidak minta menginap di penginapan itu, sehingga aku harus membersihkannya" Ki Tumenggung itu tertawa. Dalam pada itu, Ki Tumenggung sempat menyaksikan pembicaraan pemilik penginapan itu dengan tiga orang yang mewakili kawankawan mereka, membicarakan kemungkinan beberapa orang menjadi orang-orang upahan di penginapan itu. Ternyata pembicaraan itu tidak rumit. Orang-orang yang bersedia menjadi orang upahan itu tidak terlalu banyak permintaan. Bahkan permintaan mereka termasuk rendah bagi pemilik penginapan itu. Demikianlah, maka dua hari kemudian, di penginapan itu telah ada lima belas orang upahan yang bukan saja akan ikut menjaga keselamatan orang-orang yang menginap, tetapi merekapun menyelenggarakan kerja sehari-hari. Membersihkan ruangan dan halaman. Mengisi jambanganjambangan di pakiwan, serta pekerjaan lain untuk memelihara kebersihan penginapan itu. Bahkan ternyata orang-orang upahan itupun telah bekerja pula di Mungge, di penginapan adik sepupu dari pemilik penginapan di Manjung itu. Sebenarnyalah timbul beberapa pertanyaan tentang Wijang dan Paksi yang mengaku pengembara itu. Ternyata mereka dapat dengan cepat mendapatkan sekian banyak orang untuk bekerja di penginapan itu serta di penginapan di Mungge. Meskipun demikian, pemilik penginapan yang telah melihat bagaimana kedua orang itu membantu menyelamatkan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
penginapan serta orang-orang yang menginap pada waktu itu, sehingga pemilik-pemilik penginapan itu meyakini bahwa keduanya tentu tidak bermaksud buruk. Apalagi setelah pemilik penginapan itu menyaksikan kemauan kerja yang tinggi dari orang-orang yang diserahkan kepadanya oleh kedua orang yang mengaku pengembara itu. "Agaknya keduanya bukan pengembara biasa" berkata pemilik penginapan itu di dalam hatinya. Kadang-kadang memang timbul dugaan, bahkan kedua orang itu sengaja diselundupkan oleh para perampok agar mendapat kepercayaan dari pemilik rumah penginapan itu. Namun dari hari ke hari orang itu justru menjadi semakin yakin, bahwa orang-orang yang dipekerjakan kepada mereka adalah orang yang baik. Sementara itu Wijang dan Paksi sendiri telah tidak berada di Manjung dan tidak pula di Mungge. Namun orang yang mengaku bernama Ki Resatama itulah yang telah lewat dua kali dalam sepuluh hari, melalui sasak penyeberangan. Sejak kehadiran orang-orang upahan di penginapan, maka perlahan-lahan jalan antara Manjung dan Mungge itupun menjadi ramai kembali. Di hari pasaran, pasar Manjungpun nampak lebih hidup. Sementara itu, orang-orang yang menginap di penginapan itupun merasa terlindungi. Sedangkan mereka yang membawa barang-barang berharga biasanya juga membawa pengawal mereka masing-masing. Penginapan-penginapan yang menjadi semakin ramai itu nampaknya telah menggelitik lagi orang-orang yang berada di padepokan yang letaknya tersekat itu. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan untuk kembali memasuki penginapan itu. Namun agaknya pengalaman-pengalaman yang telah mereka dapatkan di penginapan-penginapan itu telah membuat mereka menjadi semakin berhati-hati. "Jika mereka tidak merasa menjadi kuat kembali, maka mereka tidak akan berani menyelenggarakan penginapan itu lagi. Mereka tentu memperhitungkan, bahwa kami akan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
datang setiap saat kami kehendaki. Justru pada saat-saat penginapan itu menjadi ramai" berkata Ki Gede Lenglengan kepada para pengikutnya. "Ya, Ki Gede" seorang yang bertubuh raksasa mengangguk. "Mereka justru menantang" berkata Ki Gede Lenglengan. "Agaknya mereka telah mendapat orang-orang baru yang lebih dapat dipercaya dari orang-orangnya yang dahulu" "Kami akan menjawab tantangan itu, Ki Gede. Tantangan itu sangat menyakitkan hati" Ki Gede Lenglengan tertawa. Katanya, "Ya. Tantangan itu sangat menyakitkan hati, tetapi juga sangat menarik. Kirimkan seorang untuk melihat-lihat keadaannya" Sementara itu, Wijang dan Paksi telah berada di gubuknya. Ki Ajar Permati masih menerima mereka setiap keduanya datang kepadanya untuk mematangkan beberapa unsur gerak yang dapat melengkapi ilmu mereka. Bukan hanya sekedar bagaimana mereka melakukannya. Tetapi juga sifat dan watak dari unsur-unsur itu, sehingga tempatnya menjadi jelas di antara ilmu yang telah lebih dahulu dikuasainya. Namun sebenarnyalah setiap kali Wijang dan Paksi selalu menghubungi para prajuritnya yang berada di penginapan Manjung dan juga yang berada di Mungge. Bahkan Ki Tumenggung Yudatama telah meletakkan beberapa orang prajuritnya di sebuah hutan kecil tidak jauh dari Manjung, tetapi masih di luar sekat yang membatasi padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu dengan dunia luar. Dengan demikian, maka jika diperlukan setiap saat mereka yang ada di kaki Gunung Merapi itu akan dapat bergerak serentak untuk menguasai padepokan yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu, yang oleh Ki Ajar Permati disebut Padepokan Watukambang. Meskipun Ki Tumenggung Yudatama tidak berada di Manjung atau di Mungge atau di hutan itu, tetapi setiap kali Ki Tumenggung pun mengunjungi mereka dengan berbagai cara.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi kebanyakan Ki Tumenggung berada di penginapan yang berada di Manjung atau di Mungge. Namun dalam pada itu, Paksi masih belum mendapat petunjuk, di manakah adiknya disembunyikan bersama beberapa orang anak muda yang disebut angkatan mendatang. Bahkan Paksipun cenderung menduga, bahwa adiknya tidak berada di padepokan itu. "Jika adikku tidak berada di sana, maka sebaiknya padepokan itu langsung saja dikepung dan dihancurkan" berkata Paksi di dalam hatinya. Namun setiap kali Ki Ajar masih juga memperingatkan, agar Paksi tetap bersabar. Sementara Paksi masih selalu mengamati padepokan itu, seorang pengikut Ki Gede Lenglengan telah turun dari padepokannya dan pergi ke pasar Manjung untuk melihat keadaan penginapan yang telah menjadi ramai kembali. Tetapi ternyata bahwa Wijang dan Paksi sempat melihat orang itu melewati sekat yang membatasi dunianya dengan dunia di luarnya menjelang dini hari. Dengan hati-hati Wijang dan Paksipun telah turun pula. Mereka yakin, bahwa orang itu akan pergi ke pasar Manjung, karena hari itu adalah hari pasaran. "Mungkin orang itu turun untuk membeli kebutuhan seharihari di pasar" berkata Paksi. "Mungkin. Tetapi mungkin pula orang itu ingin melihat penginapan yang sudah menjadi ramai kembali" Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Ya. Kita akan melihat, apa yang akan dilakukannya" Wijang dan Paksipun mengikuti orang itu dari jarak yang tidak terlalu dekat. Seandainya orang itu lepas dari pengawasan mereka, keduanya yakin bahwa mereka akan dapat menjumpai orang itu di pasar dan sekitarnya. Orang itu memasuki Desa Manjung pada saat cahaya fajar mulai nampak. Pasar Manjung memang sudah mulai sibuk. Beberapa orang mulai menggelar dagangan mereka. Beberapa orang memang sudah berada di Manjung sejak semalam.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Mereka mulai berani menginap di penginapan sambil membawa dagangan mereka, sehingga pagi-pagi sekali mereka sudah dapat menyiapkannya di pasar. Orang itu memang tidak langsung masuk ke dalam pasar. Tetapi orang itu telah duduk di depan seorang penjual nasi megana. Nasinya yang masih mengepul memang sangat menarik perhatian. Wijang dan Paksi yang mengawasi orang itu, tidak mendekat. Mereka justru duduk di sebelah regol pasar, di depan warung penjual nasi tumpang. Seperti pada penjual nasi megana, maka nasinyapun juga masih hangat. "Aku memang lapar" berkata Wijang. Paksipun tersenyum. Katanya, "Nasi kita masih ada. Bukankah kita semalam telah mengasapi beberapa ekor kutuk?" Wijang tersenyum. Katanya, "Tetapi sudah dingin. Lihat, nasi ini masih hangat. Bahkan lembayung dan kangkung yang direbus itu juga masih hangat" Paksi tersenyum. Namun matanya tidak terlepas dari orang yang sedang makan nasi megana di seberang. "Aku belum pernah melihat penjual nasi megana itu, Bibi" berkata Paksi tiba-tiba sambil menyuapi mulutnya. "Kau memperhatikan penjual nasi megana itu, anak muda?" bertanya perempuan separo baya yang menjual nasi tumpang itu. "Tidak. Hanya aku belum pernah melihatnya" "Apakah kau sering kemari, anak muda?" "Ya. Bukankah aku sudah beberapa kali duduk dan makan di sini" Tetapi mungkin tidak sepagi ini. Kadang-kadang memang agak siang" "Tetapi aku belum pernah melihat kalian" "Bibi memang pelupa. Baru kemarin dulu aku makan di sini" "Aku hanya berjualan di hari pasaran" "O" Paksi menjadi gagap. Namun katanya kemudian, "Maksudku di hari pasaran kemarin"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Perempuan itu mengerutkan dahinya. Namun iapun kemudian berkata, "Perempuan muda yang cantik penjual nasi megana itu sudah lama berjualan di situ. Tetapi juga hanya pada hari-hari pasaran. Tetapi sudah sejak beberapa pasaran ia tidak berjualan lagi" "Sekarang ia berjualan lagi" desis Paksi. "Sudah dua pasaran ini ia nampak berjualan di situ. Sebenarnya ia merupakan saingan terberat bagiku. Mungkin karena ia masih muda dan cantik, maka lebih banyak orang membeli nasi megananya daripada nasi tumpangku, meskipun nasi tumpangku tidak kalah enak dari nasi megana perempuan muda yang cantik itu" "Tentu, Bi. Nasi tumpang Bibi lebih enak dari nasi megana, meskipun penjualnya muda dan cantik" Namun tiba-tiba Wijangpun menyela, "Sebenarnya Bibi juga tidak kalah cantik. Kemenangan perempuan itu hanyalah pada kemudaannya" "Ah, kau ini ada-ada saja. Tetapi biarlah, untuk pujian ini aku akan menambah bumbu tumpangnya pada nasi tumpangmu. Itu kalau kau mau tambah lagi" Wijang tertawa. Namun perempuan muda yang menjual nasi megana itu memang menarik perhatian. Bukan karena kecantikannya. Tetapi keasyikannya berbicara dengan orang yang baru turun dari Padepokan Watukambang yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan. "Sst" desis perempuan penjual nasi tumpang itu, "nasimu nanti tumpah. Kenapa kalian tidak membeli nasi megana saja jika kalian memang tertarik kepada perempuan itu?" "Ah, tidak. Tidak, Bi" sahut Wijang. Sementara itu, dua orang lagi telah duduk pula di depan penjual nasi megana yang cantik itu. Dua orang laki-laki yang agaknya juga baru saja datang. Mereka nampaknya tidak sempat makan pagi dari rumahnya. Tetapi kehadiran kedua orang laki-laki itu tidak lagi memberi kesempatan perempuan itu berbicara bersungguhEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sungguh dengan orang yang baru turun dari padepokan Ki Gede Lenglengan itu. Beberapa saat kemudian, maka laki-laki yang baru turun dari padepokan itupun telah bangkit berdiri. Wijang dan Paksi melihat bahwa orang itu tidak membayar nasi yang dimakannya. Dalam pada itu, maka Wijang dan Paksipun telah selesai makan. Setelah membayar harga nasi tumpang yang mereka makan, maka merekapun segera meninggalkan tempat itu. "Ada beberapa kemungkinan" desis Wijang, "laki-laki itu adalah saudaranya. Mungkin suaminya atau bakal suaminya. Mungkin pula mereka mempunyai hubungan gelap" "Tetapi menarik untuk mengetahui di mana perempuan itu tinggal" "Ternyata kita salah mengambil langkah. Kita tidak makan nasi megana saja, sehingga kita sempat berbincang-bincang dengan perempuan cantik itu. Sekarang, kita tidak dapat melakukannya. Penjual nasi tumpang itu akan dapat menjadi marah jika ia melihat kita membeli nasi megana" "Nanti, jika nasinya habis, kita lihat, ke mana perempuan itu pergi" Keduanyapun kemudian berusaha untuk dapat mengamati orang yang baru turun dari Padepokan Watukambang itu. Ternyata orang itu memang berjalan hilir-mudik di dekat penginapan yang telah dibuka kembali. Bahkan kemudian orang itupun duduk di dekat penjual dawet yang sedang berhenti di dekat dinding halaman penginapan yang rendah itu. Wijang dan Paksi masih saja memperhatikannya. Ternyata orang itu membeli semangkuk dawet cendol. Namun orang itu telah memberikan uang pula kepada penjual dawet itu. Beberapa saat orang itu duduk termangu-mangu. Sementara itu mataharipun telah memanjat langit. Semakin lama menjadi semakin tinggi. Wijangpun menggamit Paksi ketika ia melihat perempuan cantik penjual nasi megana itu berjalan sambil menggendong
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sisa dagangannya melintasi jalan di depan halaman penginapan. Begitu perempuan itu lewat, maka laki-laki yang mereka awasi itupun bangkit berdiri. Perempuan itu berhenti sejenak. Mereka berbicara beberapa patah kata. Baru kemudian perempuan itu pergi. "Nah" berkata Wijang, "siapakah yang akan kita awasi sekarang" Perempuan itu atau laki-laki yang masih berdiri di depan penginapan itu?" "Biarlah perempuan itu berlalu. Kita tetap di sini" Wijangpun mengangguk-angguk. Sebenarnyalah Wijang dan Paksipun duduk agak jauh dari laki-laki itu. Mereka berdua duduk di antara beberapa orang yang sedang duduk beristirahat pula di pinggir jalan. Ternyata laki-laki itu memang sedang mengawasi penginapan itu. Agaknya ia ingin tahu kekuatan yang melindungi orang-orang yang sedang menginap. Sementara itu, di serambi penginapan itu, tiga orang upahan duduk berjaga-jaga di amben panjang. Sedangkan dua orang yang lain sedang sibuk membersihkan halaman. Ketika matahari menjadi semakin tinggi, maka orang itupun telah bangkit berdiri dan melangkah pergi. Wijang dan Paksipun telah bersiap-siap untuk mengikutinya. Namun ternyata orang itu pergi ke pintu gerbang pasar dan masuk ke dalamnya. "Apakah kita akan masuk ke pasar pula?" bertanya Paksi. "Apa salahnya" sahut Wijang. Paksipun mengangguk-angguk. Tetapi sebelum mereka pergi ke pintu gerbang, orang itu sudah keluar dari gerbang pasar. Justru tidak sendiri. "Orang itu berdua sekarang" desis Paksi. Wijang termangu-mangu sejenak. Dengan dahi yang berkerut diamatinya kedua orang itu yang justru telah pergi ke penginapan itu. "Apa yang akan mereka lakukan?" desis Paksi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mereka tentu akan menginap di penginapan itu pula. Tetapi kita dapat memperhitungkan apa yang akan mereka lakukan" Paksi mengangguk-angguk. Beberapa saat lamanya keduanya menunggu. Mereka melihat kedua orang itu berbicara dengan orang yang berjagajaga di penginapan itu. "Mereka agaknya memang akan menginap" berkata Wijang. Ketika kedua orang itu masuk ke dalam penginapan untuk menemui pemiliknya, maka Wijang telah mendekati dinding dan memberi isyarat kepada para penjaga di serambi penginapan itu. Seorang di antara para penjaga itu telah memberi tahu kepada kedua orang yang sedang membersihkan halaman, agar seorang di antara mereka pergi menemui Wijang. Dengan cepat Wijangpun memberikan pesan-pesannya tentang kedua orang itu. "Kembalilah ke kerjamu. Kau tahu apa yang harus kau lakukan. Malam nanti kalian harus bersiaga sepenuhnya. Aku akan berada di sekitar tempat ini. Tetapi aku tidak akan menginap di penginapan itu" Orang itu mengangguk. Iapun segera kembali masuk ke halaman penginapan untuk meneruskan kerjanya. Sebenarnyalah kedua orang itu memang menyatakan untuk menginap di penginapan itu. Untunglah bagi mereka, bahwa mereka masih mendapatkan tempat, meskipun di sebuah amben yang nampaknya susulan yang dapat mereka pergunakan untuk berdua. "Barang-barangku masih ada di pasar" berkata orang yang nampaknya telah dihubungi oleh laki-laki yang turun dari padepokannya itu. "Nanti setelah pasar menjadi sepi akan aku bawa kemari. Namun nampaknya sebagian besar daganganku telah laku" "Apa yang Ki Sanak bawa ke pasar?" "Kain lurik, setagen dan selendang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pemilik penginapan itu mengangguk-angguk. Sementara laki-laki yang akan menginap itu berkata selanjutnya, "Orangorang di seberang sungai banyak yang mengambil bahanbahanku. Mereka tentu akan dijual lagi. Harga yang aku pasang juga terhitung murah" "Sukurlah jika dagangan yang Ki Sanak bawa dapat habis semuanya" Kedua orang itupun kemudian telah minta diri untuk pergi ke pasar. Mereka masih akan menunggui barang-barang mereka yang tersisa sampai saatnya pasar menjadi sepi. Wijang dan Paksipun tidak mengikutinya lebih lama lagi. Mereka sudah mendapat kesimpulan, apa yang kira-kira akan mereka lakukan. "Cara ini lebih baik daripada kita mengepung dan menghancurkan Padepokan Watukambang itu, Paksi" berkata Wijang kemudian. "Maksudmu?" "Dengan cara ini, kita dapat menghancurkan mereka sedikit demi sedikit di luar padepokan, sehingga tidak akan terjadi salah langkah atas anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang. Yang akan datang kemari tentu orang-orang yang sudah ditentukan. Mereka tentu sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk melakukan perampokan pada sasaransasaran yang terhitung berat" Paksi mengangguk-angguk. "Jika hari ini para prajurit dapat membunuh dan menangkap sebagian dari para perampok itu, maka jumlah mereka sudah dikurangi. Dendam mereka akan membawa sebagian dari mereka datang lagi. Semakin lama penghuni padepokan itu akan menjadi semakin sedikit" Paksi mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian bertanya, "Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Kita akan menunggu malam" "Di sini?" "Kita dapat melihat-lihat lingkungan ini. Tetapi jangan ke arah sekat dari padepokan itu, karena hal itu akan dapat
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menimbulkan kecurigaan jika terlihat oleh orang-orang mereka yang ternyata banyak berkeliaran di sini" "Kita pergi ke sungai" "Ke sungai?" "Ya" "Kau akan berendam?" "Antara lain" "Kenapa antara lain?" Paksi tersenyum. Katanya, "Selain berendam, aku mempunyai keperluan lain" Wijang tidak bertanya lagi. Ia justru berpaling, memandang ke kejauhan sambil berdesis, "Ada-ada saja kau, Paksi" Paksi tersenyum. Tetapi iapun terdiam. Keduanyapun kemudian telah turun ke sungai. Mereka berdua memang mandi sambil mencuci pakaian mereka, kemudian dijemurnya di atas batu yang besar agar cepat menjadi kering. Mereka sengaja melakukan apa saja untuk melupakan waktu yang terasa berjalan sangat lamban. Sementara itu, para prajurit yang berada di penginapan telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Seorang di antara mereka mencoba untuk meyakinkan, apakah kedua orang yang menginap di penginapan itu, sebagaimana dipesankan oleh Wijang dan Paksi, termasuk orang-orang yang berbahaya. Ketika pasar menjadi sepi, maka kedua orang itu telah kembali ke penginapan. Seorang di antara mereka hanya membawa beberapa lembar kain yang dibungkus dengan kain pula. Kepada orang-orang yang sudah berada di penginapan, orang itu selalu berkata, "Daganganku laris hari ini. Semuanya habis terjual. Tinggal beberapa lembar ini" "Sukurlah" jawab seorang pedagang yang lain. Katanya pula, "Aku juga berdagang kain. Kainku termasuk laku di pasar ini. Tetapi aku masih harus membawa pulang dua bungkus kain dan selendang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Sanak memberikan harga terlalu mahal, barangkali" jawab orang yang ditemui oleh pengikut Ki Gede Lenglengan itu. "Tidak. Harga kainku wajar. Mungkin harga kain yang Ki Sanak pasang terlalu murah" "Mungkin, Ki Sanak. Asal tidak rugi saja" Pedagang itu mengangguk-angguk. Di sore hari, penginapan itu menjadi semakin ramai. Di antara mereka yang menginap adalah Ki Resatama. Meskipun Ki Resatama itu tidak bertugas di Manjung atau di Mungge, tetapi ia selalu mengamati tugas prajurit-prajuritnya. Hari itu, di hari pasaran, Ki Resatama memerlukan datang untuk menginap di penginapan itu. Dari seorang prajurit, Ki Resatama segera mendapat laporan, bahwa ada dua orang yang mencurigakan menginap di penginapan itu. Menurut Pangeran Benawa, keduanya harus diawasi. Bahkan mungkin malam nanti, kawan-kawan mereka akan datang. "Untunglah, bahwa hari ini aku datang kemari" Ki Resatamapun segera memerintahkan seorang pengawalnya untuk menghubungi para prajurit yang berada di hutan tidak terlalu jauh dari Manjung. "Mereka harus bersiaga dan bahkan mendekati penginapan ini. Jika mereka diperlukan, mereka sudah siap untuk melibatkan diri. Tetapi harus tetap dalam penyamaran. Jangan ada tanda-tanda keprajuritan" "Bagaimana dengan kawan-kawan kita di Mungge?" "Kita tidak usah menghubungi. Biarlah mereka menjaga penginapan di Mungge. Mungkin saja para perampok justru datang ke sana, bukan ke Manjung" Pengawal itu mengangguk-angguk. Dengan hati-hati pengawal itu pergi menemui beberapa orang prajurit yang berkemah di pinggir hutan yang terlindung. Pengawal itu telah menyampaikan perintah Ki Tumenggung Yudatama, yang dikenal di penginapan bernama Ki Resatama. "Baiklah" jawab seorang lurah prajurit yang bertugas memimpin kawan-kawannya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jangan mengenakan ciri-ciri keprajuritan" Lurah prajurit itu mengangguk. Di sore hari, Wijang dan Paksi masih berkeliaran agak jauh di sekitar penginapan. Tiba-tiba saja mereka melihat perempuan cantik yang berjualan nasi megana itu telah menggelar dagangannya tidak jauh dari penginapan. Tiga orang telah duduk di atas tikar yang dibentangkan di dekat regol halaman yang pagarnya agak lebih rendah dari dinding halaman kebanyakan. "Kita juga membeli nasi megana" Keduanyapun kemudian telah duduk di tikar yang telah dibentangkan itu pula. Ketika ketiga orang yang membeli terdahulu sudah bangkit berdiri dan meninggalkan penjual nasi yang cantik itu, Wijang dan Paksi mendapat kesempatan untuk berbicara leluasa dengan perempuan cantik itu. "Sudah lama Mbokayu berjualan nasi megana?" bertanya Wijang. "Sudah" jawab perempuan itu. "Sejak berapa tahun yang lalu?" "Tiga tahun" jawab perempuan itu. "Suami Mbokayu tidak keberatan Mbokayu berjualan di sini" Bukankah biasanya sampai malam turun?" "Aku belum bersuami. Tetapi seandainya sudah, kenapa keberatan" Bukankah aku tidak berbuat apa-apa selain menjual nasi megana?" "Maksudku, apakah Mbokayu selalu dijemput atau pulang sendiri malam-malam?" "Ah, pertanyaanmu aneh-aneh saja, Ki Sanak" "Begini, Mbokayu" Wijang tersenyum-senyum, "jika tidak ada yang mengantarkan Mbokayu pulang, biarlah aku saja yang mengantarkannya. Barangkali membantu membawa bakul dan perlengkapan lainnya atau apa saja" "Ah. Kau ini ada-ada saja, Ki Sanak" Paksipun kemudian menyahut, "Pokoknya, kami ingin mengantarkan Mbokayu pulang"
http://www.mardias.mywapblog.com
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Perempuan itu tertawa tertahan. Katanya, "Sudah, ah. Kalian tambah lagi atau tidak?" "Tentu. Tentu, Mbokayu" jawab Wijang. "Biasanya kami tidak terlalu banyak makan. Tetapi nasi megana Mbokayu membuat kami merasa kelaparan" Perempuan itu tertawa pula. Namun tiba-tiba seseorang berdiri di sebelah perempuan yang berjualan nasi megana itu sambil bertolak pinggang. "Apa yang kalian lakukan di sini, he?" Wijang dan Paksi termangu-mangu. Orang itu adalah orang yang diketahuinya keluar dari sekat Padepokan Watukambang. "Kami membeli nasi megana" jawab Wijang. "Bohong. Kalian ganggu istriku" "Jika aku mengganggunya, ia tentu akan berteriak minta tolong. Bukankah tempat ini bukan tempat yang sepi. Orangorang yang berada di penginapan itu akan berlari-lari keluar" "Kau ganggu istriku dengan cara yang lain. Tertawa-tawa dan kalian bahkan telah merayunya" "Bertanyalah kepada istrimu. Eh, apakah benar ia istrimu?" "Kau tidak percaya, bahwa perempuan itu adalah istriku?" "Percaya. Tentu percaya. Tetapi kami tidak mengganggunya" "Keduanya tidak mengganggu aku, Kakang" berkata perempuan itu. "Mereka hanya membeli nasi seperti yang lain" "Tetapi anak muda ini tertawa-tawa dengan gayanya yang mencurigakan" "Nampaknya sudah menjadi kebiasaan mereka, Kakang. Tetapi yang mereka tanyakan adalah reramuan nasi megana ini" "Itu cara mereka untuk dapat berbincang-bincang panjang dengan kau" "Sudahlah, Kakang. Jangan marah-marah saja. Duduklah" Laki-laki itupun kemudian duduk di sebelah perempuan penjual nasi megana itu. Namun orang itu masih menggeram, "Jika kalian ganggu calon istriku, maka aku bunuh kalian berdua"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jangan terlalu garang. Aku tidak akan mengganggu siapasiapa di sini" "Pergilah" geram orang itu. "Kau aneh, Ki Sanak. Kenapa kau tidak marah kepada orang-orang lain yang membeli nasi di sini?" "Sikap orang lain tidak seperti sikapmu berdua. Cepat, selesaikan dan pergilah" Namun tiba-tiba saja Paksi bertanya, "Jadi perempuan ini calon istrimu, belum istrimu?" "Apa bedanya, he" Aku tampar mulutmu" Paksi menarik nafas panjang. Ia sadar, bahwa untuk kepentingan yang lebih besar, ia harus menahan diri. Sementara itu, langitpun menjadi gelap. Di regol halaman penginapan telah dipasang oncor. Sedangkan dari pintu penginapannya yang terbuka, nampak sinar lampu minyak memancar keluar. Beberapa orang masih nampak hilir-mudik di halaman. Yang lain duduk-duduk di lincak panjang, di serambi. Di bagian dalam regol halaman, dua orang upahan berdiri mengawasi keadaan. Namun keduanya sudah melihat Paksi dan Wijang berkeliaran di luar regol halaman penginapan itu. Setelah membayar harga nasi megana yang mereka makan, maka Paksi dan Wijangpun bangkit berdiri dan meninggalkan perempuan cantik penjual nasi itu. "Kita belum sempat bertanya, di mana perempuan itu tinggal" desis Wijang. "Laki-laki itu tentu curiga bahwa pembicaraan kita akan mengarah ke sana. Ia bukan semata-mata cemburu. Perempuan itu mungkin bukan calon istrinya. Tetapi laki-laki itu tentu lebih condong untuk melindungi rahasia padepokannya" "Ya" Wijang mengangguk-angguk, "perempuan itu sebenarnya akan dapat menjadi rambatan untuk mendapat keterangan tentang padepokan itu" Keduanyapun terdiam. Namun keduanya bahkan menjauhi regol penginapan. Mereka tidak ingin pemilik penginapan itu
Dewa Mata Maut 2 Zaman Edan Karya Richard Llyod Parry Kamandaka Murid Murtad 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama