Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 41
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pangeran Benawa, yang lain memeluk Paksi sambil berdesah, "Kami bersukur, anak muda. Akhirnya tangan Yang Maha Agung terasa menyentuh kami" Pangeran Benawa sibuk menarik mereka yang berjongkok untuk berdiri. Katanya berulang kali, "Bangkitlah. Berdirilah" Ketika mereka sudah menjadi tenang, maka Pangeran Benawapun berkata, "Kami datang untuk mengucapkan selamat kepada kalian. Besok kalian akan meninggalkan padepokan yang telah agak lama kalian huni. Namun sekaligus mengikat kalian dalam perbudakan" "Terima kasih, Pangeran. Kami tidak akan melupakan jasa Pangeran dan Raden Paksi" berkata seorang di antara mereka. "Bukan karena jasa kami. Tetapi Ki Tumenggung atas pertimbangan Ki Ajar memang menentukan bahwa kalian harus dibebaskan setelah Ki Gede Lenglengan terusir dari padepokan ini" "Sayang sekali, orang itu tidak dapat ditangkap" "Ya, sayang sekali" "Orang itu sangat menakutkan. Pada satu saat ia akan datang kembali kemari. Ia akan membawa banyak kawankawannya. Ia tentu akan menjemput anak-anak muda yang telah ditempanya di sini beberapa saat lalu" "Siapakah mereka itu?" bertanya Paksi. "Kami tidak tahu, Raden. Tetapi kami pernah melihat sekelompok anak muda yang mendapat perlakuan khusus" "Berapa orang?" "Tidak terlalu banyak. Tidak ada sepuluh orang" "Mereka itulah yang kami maksudkan. Bukankah aku pernah bertanya tentang anak-anak muda angkatan mendatang kepada satu dua orang di bangsal ini?" "Ya" sahut seorang yang lain, "namun akhir-akhir ini kami sudah tidak dapat melihat mereka lagi. Mereka tentu berada di satu tempat. Pada kesempatan lain, mereka akan datang bersama Ki Gede Lenglengan untuk mengambil kembali padepokannya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ini bukan padepokan Ki Gede Lenglengan" jawab Paksi. "Padepokan ini adalah padepokan Ki Ajar Permati. Justru Lenglenganlah yang merebutnya dengan cara yang sangat licik, kotor dan keji" Mereka yang mendengarkan mengangguk-angguk. "Baiklah" berkata Pangeran Benawa, "kami mengucapkan selamat jalan kepada kalian yang besok akan meninggalkan padepokan ini. Sebaiknya kalian berjalan bersama-sama sampai ke sekat yang memisahkan padepokan ini dengan dunia di luarnya. Sekelompok prajurit akan mengawasi kalian sampai ke tempat yang meyakinkan, bahwa kalian tidak akan diganggu lagi oleh para pengikut Ki Gede Lenglengan" "Terima kasih, Pangeran" berkata beberapa orang hampir bersamaan. "Beristirahatlah malam nanti dengan sebaik-baiknya. Malam nanti adalah malam terakhir bagi kalian bermalam di padepokan yang tentu kalian anggap sebagai neraka ini" "Ya, Pangeran" "Mimpi kalian akan mendahului keberangkatan kalian menuju ke kebebasan" berkata Paksi sambil tersenyum. "Kalian tentu merasa diri kalian seperti burung yang besok akan dilepaskan dari sangkar yang dipanggang di atas api. Selamat malam" Pangeran Benawa dan Paksipun kemudian telah meninggalkan bangsal yang panjang itu. Namun dalam pada itu, ternyata orang-orang yang akan mendapatkan kebebasan di keesokan harinya itu justru tidak dapat tidur. Mereka sudah berangan-angan, betapa keluarganya akan menjadi sangat gembira menyambut kedatangannya yang agaknya telah dianggap hilang atau mati. Di keesokan harinya, dengan upacara singkat, Ki Tumenggung dan Ki Ajar Permati telah melepas orang-orang yang telah diperbudak oleh Ki Gede Lenglengan itu. Wajah-wajah merekapun menjadi cerah, secerah langit di saat matahari terbit. Sementara itu sekelompok prajurit telah siap untuk mengantar mereka sampai ke seberang sekat yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
memisahkan padepokan itu dengan dunia di luarnya. Sehingga para prajurit itu yakin bahwa orang-orang itu tidak akan mengalami kesulitan dengan sisa-sisa pengikut Ki Gede Lenglengan. Dalam pada itu, Pangeran Benawa dan Paksi masih saja berada di padepokan itu. Ki Tumenggung sendiri sudah merencanakan untuk segera kembali ke Pajang sambil membawa beberapa orang kawan yang lain. "Aku mohon Ki Tumenggung bersabar sampai sepekan" berkata Ki Ajar Permati. "Kenapa sepekan?" "Aku berjanji untuk berada sepekan di Manjung menunggu mereka yang bersedia untuk tinggal bersamaku di padepokan ini" "Apakah aku yang harus berada di sini?" "Masih banyak kemungkinan yang dapat terjadi, justru karena Ki Gede Lenglengan tidak tertangkap" "Kangjeng Sultan tentu menungguku" "Ki Tumenggung dapat mengirimkan penghubung untuk menyampaikan laporan kepada Kangjeng Sultan" Ki Tumenggung itupun tersenyum. Katanya, "Baiklah, aku mengalah. Aku akan berada di sini sampai sepekan" "Jika Ki Tumenggung berkenan, biarlah para tawanan itu tetap berada di sini sampai sepekan pula" berkata Paksi. Ki Tumenggung mengerutkan dahinya. Lalu katanya, "Ya. Mereka akan pergi ke Pajang bersamaku" "Terima kasih, Ki Tumenggung. Jika diperkenankan, aku akan berusaha mendapatkan keterangan serba sedikit tentang adikku yang sudah tidak berada di sini lagi" "Aku tidak berkeberatan, Paksi. Tetapi kau pun harus mengingat, bahwa selama berada di tangan Ki Gede Lenglengan atau orang-orang yang pikirannya sejalan, otak adikmu tentu sudah diracuni. Jika kau menemukannya, mungkin kau justru akan mengalami kesulitan. Kau tentu akan bersikap manis kepadanya, tetapi adikmu tentu mendendammu. Kau tentu dianggap berkhianat karena kau
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tidak mengikut langkah ayahmu. Sementara itu adikmu adalah seorang anak muda yang dibentuk untuk meneruskan apa yang disebutnya sebagai satu perjuangan yang panjang. Adikmu adalah salah seorang dari anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang itu" Paksi menarik nafas panjang. Seolah-olah ditujukan kepada dirinya sendiri ia bergumam, "Apakah aku sudah terlambat?" "Kita akan mencobanya" sahut Pangeran Benawa. "Kita tidak tahu pasti, apa yang telah terjadi dengan adikmu. Tetapi menurut perhitungan nalar, maka adikmu tentu sudah dibelenggu oleh ajaran-ajaran Ki Gede Lenglengan. Meskipun demikian, kita dapat mencobanya. Mudah-mudahan kita dapat bertemu dan berbicara dengan terbuka" Tetapi Ki Tumenggung menggelengkan kepalanya. Katanya, "Menurut pendapatku, Paksi memang sudah terlambat. Jika Paksi pergi juga untuk mencarinya, maka Paksi tentu akan menghadapi rintangan dan hambatan yang sulit dapat ditembus, karena rintangan dan hambatan itu akan berlapis, sebagaimana Paksi datang ke padepokan ini. Dengan kekuatan yang terhitung besar, kita pecahkan padepokan ini. Tetapi kita tidak menemukan adik Paksi itu" "Terbalik, Ki Tumenggung" sahut Pangeran Benawa sambil tersenyum. "Apa yang terbalik, Pangeran?" "Kita menyerang padepokan ini dengan kekuatan yang terhitung besar karena kita sudah mendapat keterangan bahwa anak-anak muda itu sudah tidak berada di sini" Ki Tumenggung termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun mengangguk sambil berdesis, "Ya, Pangeran Benawa. Meskipun demikian, padepokan ini dapat dipakai sebagai ukuran, bahwa adik Paksi itu berada di lingkungan sebagaimana padepokan ini. Paksi tidak akan mudah memasukinya dan bertemu dengan adiknya itu" "Terima kasih atas peringatan Ki Tumenggung" desis Paksi. "Tetapi sulit bagiku untuk mengurungkan niat mencari adikku itu. Mungkin yang terjadi adalah sama sekali berlawanan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dengan niatku menemuinya karena keadaan. Tetapi aku ingin mencobanya, Ki Tumenggung" "Jika tekadmu sudah tidak dapat digoyahkan lagi, terserah kepadamu. Tetapi kau harus sangat berhati-hati" "Aku menyertainya, Ki Tumenggung. Mudah-mudahan apa pun yang terjadi, kami berdua tidak akan kehabisan akal" "Baiklah, Pangeran, kami akan berdoa bagi Pangeran Benawa dan Paksi. Selanjutnya, jika Paksi masih ingin berbicara dengan para tawanan, tentu tidak ada keberatannya apa-apa. Silahkan. Mungkin Pangeran dan Paksi akan mendapatkan petunjuk-petunjuk tentang anak-anak muda itu" Sebenarnyalah, Pangeran Benawa dan Paksi berusaha untuk mendapat keterangan tentang anak-anak muda yang telah dikirim ke tempat yang lain di sisi selatan kaki Gunung Merapi. Di hari-hari berikutnya, dengan sabar Pangeran Benawa dan Paksi berbicara dengan beberapa orang tawanan. Seorang demi seorang mereka dipanggil untuk menghadap Pangeran Benawa dan Paksi. Namun ternyata tidak banyak keterangan yang didapat oleh Pangeran Benawa dan Paksi tentang adik laki-laki Paksi, meskipun adik laki-laki Paksi itu banyak dikenal di padepokan itu. Raden Lajer Laksita memang memiliki beberapa kelebihan dari kawan-kawannya, sehingga ia termasuk seorang anak muda pada tataran tertinggi di antara beberapa orang anak muda yang lain. Namun ketika Pangeran Benawa dan Paksi memanggil seorang yang rambutnya sudah mulai memutih, maka keterangan-keterangan yang didengarnya dapat sedikit menambah pengenalannya atas arah dan tujuan sekelompok anak muda yang disiapkan bagi angkatan mendatang itu. "Siapakah namamu?" bertanya Pangeran Benawa kepada orang yang rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban itu. "Ki Gede Lenglengan memanggil hamba Riwut" jawab orang itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Itu adalah nama panggilanmu menurut lidah Ki Gede Lenglengan. Tetapi siapakah namamu yang sebenarnya?" "Nama hamba yang sebenarnya adalah Surareja, Pangeran" "Apa hubunganmu dengan Ki Gede Lenglengan?" "Hamba tidak mempunyai hubungan khusus dengan Ki Gede Lenglengan" "Jadi kenapa kau berada di sini" Apakah kau memang seorang yang menganggap dirimu pejuang untuk ikut mempersiapkan angkatan mendatang di sini?" Surareja menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Hamba terlempar ke tempat ini bukan atas keinginan hamba sendiri" "Jadi?" "Sebenarnya hamba adalah pemomong Raden Suminar. Ketika Raden Suminar untuk sementara berada di sini, hamba pun berada di sini pula" "Bukankah Raden Suminar itu murid Ki Gede Lenglengan?" "Ya. Tetapi bukan murid murni dari perguruan ini. Ketika Raden Suminar memasuki padepokan ini, Raden Suminar sudah berbekal ilmu. Namun di sini ilmu Raden Suminar itu dimatangkan, dilengkapi, diisi dan semakin ditingkatkan" "Ketika Raden Suminar itu bergabung dengan Harya Wisaka, kenapa kau tidak ikut pula?" bertanya Paksi. "Ilmuku tidak selengkap ilmu Raden Suminar. Aku tidak diperlukan oleh Harya Wisaka. Bahkan mungkin aku hanya akan menjadi penghambat bagi Raden Suminar. Karena itu, aku ditinggalkan saja di padepokan ini, mengabdi kepada Ki Gede Lenglengan" "Pada saat Raden Suminar sudah tidak ada di padepokan ini, bukankah ada beberapa orang anak muda yang ditempa di sini dan dipersiapkan sebagaimana Raden Suminar untuk mendukung perjuangan Harya Wisaka di masa mendatang?" bertanya Pangeran Benawa. "Hamba, Pangeran. Ada beberapa orang anak muda yang ditempa di sini. Mereka memang dipersiapkan untuk melanjutkan perjuangan di masa mendatang. Tetapi Harya Wisaka itu sendiri telah tertangkap"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Karena itukah mereka telah dipindahkan ke sisi selatan kaki Gunung Merapi?" "Ada beberapa sebab, Pangeran. Di antaranya memang karena Harya Wisaka tertangkap serta gugurnya Raden Suminar. Tetapi tentu ada sebab-sebab lain yang menimbulkan kekhawatiran Ki Gede Lenglengan, bahwa pada suatu saat padepokannya yang terpencil ini akan diketahui orang" "Tetapi Ki Gede tidak meletakkan penjagaan di mulut sekat yang memisahkan padepokan ini dengan dunia luar" "Ketika beberapa lama setelah timbul kecemasan itu tidak terjadi apa-apa, maka keyakinan Ki Gede Lenglengan bahwa padepokan ini tidak akan diketahui oleh orang lain, kembali menjadi kuat. Itu adalah satu kelengahan" "Apa yang kau ketahui tentang anak-anak muda itu, Ki Surareja?" bertanya Paksi kemudian. "Tidak banyak, Raden" "Mereka sekarang ditempatkan di mana?" "Tidak seorang pun tahu kecuali Ki Gede Lenglengan sendiri" "Ki Surareja" berkata Pangeran Benawa kemudian, "ketika Paman Harya Wisaka tertangkap, setelah Raden Suminar gugur, Paman Harya Wisaka telah menyadari betapa anakanak muda itu akan hidup dalam kesia-siaan. Raden Suminar yang telah dipersiapkan dengan baik itupun akhirnya terkapar mati tanpa arti apa-apa. Karena itu, maka akhirnya Paman Harya Wisaka mengambil keputusan untuk memberitahukan kepada kami, di mana anak-anak muda itu ditempa untuk menjadi seorang pejuang yang tangguh sebagaimana Raden Suminar. Namun yang akhirnya akan terdampar ke dalam kematian yang sia-sia" "Pangeran berkata sebenarnya?" "Ya. Kenapa aku berbohong" Bukankah akhirnya kami benar-benar menemukan padepokan ini?" "Apakah pengakuan Harya Wisaka itu diberikan setelah mengalami tekanan lahir dan batin?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau kira ada orang yang dapat memaksa Harya Wisaka berbicara tanpa dikehendakinya sendiri?" "Harya Wisaka memang seorang yang berilmu tinggi. Tetapi di Pajang pun ada orang yang berilmu tinggi, yang akan dapat memberikan tekanan kewadagan, sehingga memaksa Harya Wisaka untuk berbicara" "Harya Wisaka adalah seorang laki-laki. Bahkan mungkin kami pun tidak akan dapat memaksamu berbicara meskipun kau harus mati dengan luka arang keranjang. Tetapi dengan kesadaran betapa pentingnya menyelamatkan jiwa anak-anak muda itu dari masa depan yang kelam dan tidak berarti sama sekali bagi dirinya sendiri dan bagi orang banyak, mungkin kau akan berbicara tentang anak-anak muda itu" Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Pangeran telah mengusik ketenangan jiwa hamba. Sampai saat ini hamba yang tertangkap dalam pertempuran tidak merasa cemas sama sekali tentang nasib hamba. Hamba sudah pasrah seandainya hamba dihukum mati dengan cara apapun juga. Justru karena itu, hamba tidak pernah merasa gelisah. Tetapi keterangan Pangeran itu benar-benar membuat hamba menjadi gelisah" "Jadi kau sudah pasrah seandainya kau dihukum mati?" "Ya, Pangeran" "Apakah yang kau maksud dengan pasrah" Pasrah kepada para petugas Pajang yang berwenang untuk mengadilimu, kemudian pasrah kepada para prajurit yang akan melaksanakan hukuman itu?" "Ya" "Hanya itu" Kepada siapa kau pasrahkan nyawamu?" Pertanyaan itu terasa menyengat jantung Surareja. Dipandangnya Pangeran Benawa dengan tajamnya. Kemudian dipandanginya pula wajah Paksi. Akhirnya Surareja yang rambutnya sudah mulai ubanan itu menundukkan wajahnya. Sementara itu Pangeran Benawa berkata selanjutnya, "Ki Surareja, terserah kepadamu, apakah kau bersedia untuk
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
memberikan beberapa petunjuk tentang anak-anak muda itu atau tidak. Jika kau masih mempunyai keinginan untuk menyelamatkan anak-anak muda itu dari kegelapan di masa depannya, tolonglah mereka. Kelak mereka akan berterima kasih kepadamu" Surareja itu semakin menundukkan wajahnya. Namun seakan-akan ditujukan kepada diri sendiri. Surareja itupun bergumam, "Bagaimana aku tahu, bahwa Pangeran dan Raden Paksi akan menyelamatkan mereka" Bukan sebaliknya menangkap dan menghukum mereka dengan hukuman mati" Paksilah yang segera menyahut, "Seorang di antara mereka adalah adikku" Surareja mengerutkan dahinya. Sementara Paksi berkata selanjutnya, "Lajer Laksita adalah adikku" "Bukankah Raden Lajer Laksita itu putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada?" "Ya. Aku juga putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada" "Tetapi..." "Aku sudah berkhianat menurut sisi penglihatan para pengikut Harya Wisaka. Aku memang tidak sependapat dengan ayah. Karena itu, aku bukan pengikut Harya Wisaka. Tetapi adikku yang sedang meningkat dewasa itu telah dibentuk oleh ayah menjadi seorang Suminar baru. Jika ia tidak diselamatkan, maka nasibnya tentu akan seperti Raden Suminar. Bahkan mungkin akan lebih buruk lagi, karena para pengikut Harya Wisaka itu sekarang tidak lebih dari sebuah gerombolan yang tidak lagi mempunyai pengikat yang cukup berwibawa" Surareja menarik nafas dalam-dalam. Nampak keraguraguan yang sangat sedang mencengkam jantungnya, sehingga tubuhnya menjadi basah oleh keringat. "Ki Surareja" desis Pangeran Benawa kemudian. "Hamba, Pangeran" "Aku sudah tahu, bahwa anak-anak muda dari padepokan ini yang jumlahnya tidak mencapai sepuluh orang itu berada di
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sisi selatan kaki Gunung Merapi. Mereka diasuh oleh sepasang suami-istri yang berilmu tinggi. Namun orang yang mengatakan hal itu tidak mengetahui nama sepasang suamiistri itu" Surareja terkejut. Bahkan iapun bertanya, "Siapa yang mengatakan hal itu kepada Pangeran?" "Kau tidak perlu tahu, Ki Surareja. Kau berpendirian lain, itu berarti bahwa aku telah mengadu kalian berdua, jika aku memberitahukanmu" Surareja menarik nafas panjang. Katanya, "Keterangan itu benar, Pangeran" "Dapatkah kau menyebutkan, siapakah sepasang suamiistri itu?" "Ki Gede Lenglengan tidak menyebut namanya. Tetapi Ki Gede pernah di luar sadarnya mengatakan, bahwa sepasang suami-istri iblis itu dapat mencala putra mencala putri" "Mereka dapat berganti rupa menjadi orang lain?" "Maksudku tidak sejauh itu. Sepasang suami-istri itu pada suatu saat dapat menjadi dua orang suami-istri yang nampak lembut, baik dan akrab. Namun pada saat yang lain benarbenar dapat berhati iblis. Mereka membunuh dengan tanpa berkedip" Jantung Pangeran Benawa dan Paksi menjadi berdebardebar. Sementara itu orang yang rambutnya mulai ubanan itu berkata selanjutnya, "Mula-mula kedua orang suami-istri itu bermusuhan dengan Harya Wisaka. Namun tidak karena landasan paham dan sikap mereka terhadap Pajang. Tetapi sekedar persaingan yang tidak mempunyai landasan apapun. Mereka sama-sama menginginkan pusaka istana yang hilang dari bangsal perbendaharaan. Namun ketika sepasang suamiistri itu sempat bertemu dengan Ki Gede Lenglengan yang memang sudah mereka kenal sejak masa muda mereka, maka kedua orang suami-istri itu bersedia dan bahkan menjadi pendukung yang kuat dari perjuangan Harya Wisaka. Sehingga akhirnya justru mereka mendapat kepercayaan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
untuk membentuk masa depan beberapa orang anak muda yang semula ditempa di padepokan ini" Pangeran Benawa dan Paksi saling berpandangan sejenak. Meskipun mereka tidak mempunyai kepastian, tetapi tiba-tiba saja angan-angan mereka hinggap pada sepasang suami-istri yang aneh yang pernah mereka jumpai di sisi selatan kaki Gunung Merapi. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Namun merekapun berkata di dalam hati, "Mungkin tidak ada hubungannya sama sekali dengan kedua orang itu" Karena itu, baik Pangeran Benawa maupun Paksi tidak menyahut sama sekali. Dalam pada itu, Pangeran Benawapun bertanya, "Apalagi yang dapat kau katakan tentang sepasang suami-istri itu?" "Tidak ada lagi, Pangeran. Hamba memang tidak banyak mengetahui tentang kedua orang itu" "Kau pernah bertemu dengan orang itu?" Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Namun wajahnya membayangkan keragu-raguan yang dalam. Kemudian iapun berkata, "Aku pernah melihat orang itu. Tetapi jaraknya tidak terlalu dekat" "Jadi orang itu pernah datang kemari dan mengetahui bahwa di sini ada sebuah padepokan?" "Tidak. Tidak di sini. Tetapi di tempat lain. Pembicaraan antara mereka dilakukan di tempat yang juga dirahasiakan. Waktu itu, hamba mendapat kesempatan mengikuti Ki Gede Lenglengan bersama seorang kepercayaannya yang lain" "Siapa orang itu?" "Ki Prana Sanggit" "Kau dapat menunjukkan kepada kami orang yang bernama Prana Sanggit itu?" "Orang itu sudah terbunuh, Pangeran. Hamba melihat mayatnya pada saat siap dikuburkan" "Jadi Prana Sanggit itu sudah terbunuh?" Paksi menegaskan. "Ya, Raden"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jadi kau satu-satunya orang yang dapat memberikan keterangan tentang suami-istri itu?" "Aku sudah mengatakan apa yang aku ketahui, Raden" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Agaknya ia memang harus pergi ke kaki Gunung Merapi di sisi selatan. Namun Paksi dan Pangeran Benawa tidak segera meninggalkan padepokan itu. Ia masih mencoba untuk berbicara dengan beberapa orang yang lain. Namun tidak seorang pun di antara mereka yang dapat memberikan keterangan lebih jelas dari laki-laki yang rambutnya sudah mulai ubanan itu. Dalam pada itu, Ki Ajar Permati telah menepati janjinya untuk berada di Manjung, menunggu beberapa orang yang bersedia tinggal bersamanya di padepokan. Padepokan yang kemudian telah menjadi padepokan yang terbuka, karena sudah banyak diketahui orang, terutama para prajurit Pajang. Selama sepekan di Manjung, ternyata Ki Ajar Permati telah menerima lebih dari sepuluh orang. Ternyata ada seorang anak muda yang datang bersama seorang kawannya yang menyatakan ingin sekali tinggal di Padepokan Watukambang. "Ketika aku menceriterakan niatku untuk kembali ke padepokan ini, ia menyatakan keinginannya, apabila diperkenankan, untuk ikut berguru di Padepokan Watukambang, Ki Ajar" Ki Ajar tersenyum. Katanya, "Baiklah. Tetapi ia harus menyadari sebelumnya, bahwa berada di sebuah padepokan berbeda dengan bekerja keras. Mungkin sikapku pun akan berbeda. Sebagai seorang guru dan pemimpin padepokan, aku tidak akan seramah sekarang ini" Anak muda itu berpaling kepada kawannya. Dengan nada berat iapun berkata, "Nah, kau dengar?" Kawannya itu mengangguk. Katanya, "Ayah juga mengatakan seperti itu" "Ayahmu?" bertanya Ki Ajar Permati. "Ya, Ki Ajar. Ayah juga pernah berguru. Tetapi hanya sebentar. Dengan berat hati ayah harus meninggalkan perguruannya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kenapa?" "Ayah dipanggil kakek untuk segera menikah. Kakek sudah sepakat dengan seorang sahabatnya untuk mengikat persaudaraan mereka lebih erat" "Dan ayahmu benar-benar pulang?" "Ya. Ayah minta diri kepada gurunya. Kemudian ayahpun menikah dengan gadis yang sudah ditetapkan. Maka kemudian lahirlah anak-anaknya, termasuk aku" Ki Ajar tertawa. Ia senang mendengar cara anak muda itu berceritera. Katanya kemudian, "Baiklah, jika kau sudah siap bekerja keras" Dalam pada itu, seorang anak muda yang lain telah membawa adiknya ke Manjung. Dengan ragu-ragu iapun berkata, "Ki Ajar, aku adalah anak yang tertua. Seperti sudah pernah aku sampaikan kepada Ki Ajar, bahwa ayahku sudah tidak ada. Ibuku menjadi semakin tua. Karena itu, aku akan menjadi seorang ayah bagi adik-adikku. Seorang dari adikku itu justru ingin berada di padepokan. Aku sudah mengatakan kepadanya, bahwa tinggal di padepokan adalah sama artinya dengan bekerja keras. Tetapi ia benar-benar ingin, sementara ibu pun telah mengijinkannya" Ki Ajar mengangguk-angguk. Dipandanginya seorang remaja yang memasuki masa dewasanya. Tubuhnya nampak kokoh oleh kerja yang sehari-hari dilakukannya. Kulitnya berwarna tembaga oleh sinar matahari yang setiap hari memanggangnya. "Baiklah" berkata Ki Ajar Permati, "aku tidak berkeberatan. Biarlah ia bersamaku di padepokan" "Terima kasih, Ki Ajar" berkata anak muda yang memasuki usia dewasanya itu. "Aku akan patuh dan menjalankan segala perintah dan petunjuk Ki Ajar" Ki Ajar tersenyum. Katanya, "Kau akan menjadi murid yang baik" Sementara itu, ada tiga orang yang datang atas kehendak mereka sendiri. Mereka termasuk orang-orang yang tertawan. Meskipun mereka tidak termasuk sepuluh orang yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dipanggil Ki Ajar, tetapi karena mereka mendengar dari seorang di antara kesepuluh orang itu, maka merekapun telah datang untuk menyatakan keinginan mereka tinggal di padepokan itu. "Aku tidak mempunyai siapa-siapa lagi, Ki Ajar" berkata seorang di antara mereka. "Kedua orang tuaku memang sudah lama meninggal. Sementara itu, selama aku berada di padepokan ini, istriku pun telah meninggal pula. Karena itu, maka aku merasa bahwa sebaiknya aku berada di Padepokan Watukambang saja" Sementara itu, seorang yang lain berkata, "Ki Ajar, selama aku berada di dalam perbudakan, ternyata istriku telah meninggalkan aku. Ia telah menikah lagi dengan orang lain. Sedangkan orang lain itu adalah sepupuku sendiri. Seorang anakku ikut bersama mereka. Ibunya dan suaminya yang sekarang tidak melepaskan anak itu untuk aku asuh. Karena itu, aku berniat untuk menenggelamkan hidupku di padepokan ini. Aku tidak pernah berniat untuk menikah lagi, jika hanya sampai sekian batas kesetiaan seorang perempuan" "Belum tentu kalau istrimu bukan seorang perempuan yang setia. Tetapi karena kau disangkanya hilang dan setelah lebih dari setahun tidak ada kabar beritanya, maka istrimu tidak dapat menolak ketika lamaran dari saudara sepupumu itu datang" "Ya, ya, Ki Ajar benar. Istriku memang sudah hampir gila memikirkan kepergianku. Menurut ayah dan ibuku, pernikahannya itu dapat menjadi obat baginya" "Baiklah. Jika kalian semuanya bersedia untuk bekerja keras bersamaku, maka aku tidak akan berkeberatan atas kehadiran kalian semuanya" Demikianlah, setelah lewat sepekan, maka Ki Ajarpun telah mengajak orang-orang yang menyatakan kesediaannya berada di padepokan itu meninggalkan Manjung. Mereka akan memasuki sebuah dunia yang tidak lagi disekat dan dipisahkan oleh dunia di luarnya, meskipun letak padepokan itu tetap saja terasing.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Setelah Ki Ajar berada lagi di padepokan, maka Ki Tumenggung Yudatamapun berniat untuk meninggalkan padepokan itu. Tetapi seperti rencana semula, sebagian dari prajuritnya akan tinggal di padepokan itu. Ki Tumenggung masih memikirkan kemungkinan, bahwa Ki Gede Lenglengan akan kembali lagi. "Mudah-mudahan tidak, Ki Tumenggung" berkata Ki Ajar Permati. "Setelah sekat padepokan ini terbuka, Lenglengan tidak akan tertarik lagi kepada padepokan ini, karena padepokan ini tidak ada perbedaannya dengan padepokanpadepokan yang berdiri di mana-mana. Meskipun demikian, bahwa Ki Tumenggung berkenan meninggalkan sebagian prajurit Pajang, aku mengucapkan terima kasih" Dalam pada itu, Pangeran Benawa dan Paksi pun telah berniat untuk meninggalkan padepokan itu pula. Dengan nada berat Paksipun berkata, "Pangeran, hamba berniat untuk menyusuri lorong-lorong di sisi selatan kaki Gunung Merapi. Mungkin hamba akan berada di sana untuk waktu yang agak panjang" "Aku akan pergi bersamamu, Paksi" "Pangeran adalah putera Kangjeng Sultan Hadiwijaya. Agaknya kurang baik bagi Pangeran untuk terlalu lama berada di luar istana. Karena itu, apakah tidak sebaiknya Pangeran kembali ke Pajang bersama Ki Tumenggung Yudatama, sementara itu, biarlah hamba pergi ke sisi selatan kaki Gunung Merapi ini" "Aku akan pergi bersamamu, Paksi. Aku sadari, bahwa sebaiknya aku segera kembali ke istana. Karena itu, pada saatnya mungkin aku akan meninggalkanmu di sisi selatan kaki Gunung Merapi" "Mungkin Kangjeng Sultan telah menunggu kehadiran Pangeran di istana" "Biarlah Ki Tumenggung Yudatama mengatakan kepada Ayahanda, bahwa aku akan pergi ke sisi selatan Gunung Merapi. Tetapi tidak akan terlalu lama"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kangjeng Sultan akan dapat menjadi kesepian. Raden Sutawijaya juga tidak berada di kasatrian. Bukankah Raden Sutawijaya pergi ke Alas Mentaok?" "Mungkin Kakangmas Sutawijaya justru sudah berada di istana sekarang" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Ia mengenal Pangeran Benawa dengan baik. Karena itu, ia tidak akan dapat merubah keinginannya untuk pergi bersamanya. Demikianlah, ketika Ki Ajar dan beberapa orang yang bersedia berada di padepokan itu telah siap, Ki Tumenggungpun telah minta diri bersama sebagian dari prajurit-prajuritnya. Bersama Ki Tumenggung telah dibawa pula para tawanan yang tertangkap dan yang telah menyerah. Dengan upacara kecil, Ki Ajar dan seisi padepokan itu telah melepas Ki Tumenggung yang meninggalkan padepokan itu. Para prajurit yang ditinggalkan di padepokan itupun telah memberikan penghormatan kepada kawan-kawannya yang berangkat menuju ke Pajang. Ternyata Ki Lurah Wirapranata yang diserahi pimpinan atas para prajurit yang ditinggalkan adalah seorang yang baik dan rajin. Diperintahkannya para prajuritnya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di sebuah padepokan. Mereka tidak berpijak dengan kaku pada kedudukan mereka sebagai seorang prajurit. Tetapi mereka pun telah mencoba untuk ikut berbuat sebagaimana dilakukan oleh penghuni padepokan itu. Ki Ajar Permati memang harus mulai segala-galanya dari permulaan. Diajaknya para cantriknya yang baru untuk mengenali lingkungannya. Ternyata banyak pula para prajurit yang ikut melakukannya. Mereka berjalan berkeliling lingkungan yang semula terpencil itu. Sawah, pategalan, sungai, belumbang yang menyimpan berbagai jenis ikan, padang rumput untuk menggembalakan kambing, lembu dan kerbau yang banyak terdapat di padepokan itu. Lingkungan yang dipagari dengan pagar bambu yang rapat, tempat para cantrik di padepokan itu memelihara ayam, dan semuanya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang terdapat di lingkungan yang semula tidak dikenal oleh dunia di sekitarnya. Para cantrik yang semula menjadi budak di padepokan itu sudah mengenali semuanya itu. Tetapi orang-orang yang baru saja memasuki padepokan itu, harus berdecak kagum. Ternyata di padepokan itu segala kebutuhan seakan-akan telah dapat dipenuhi. Bahkan di padepokan itu, terdapat juga para cantrik yang pandai membuat kerajinan bambu, kayu dan besi. Ada beberapa perapian pande besi terdapat di sudut padepokan. Sebuah barak yang panjang untuk mengerjakan pekerjaan kayu dan bambu. "Di satu sisi, aku menaruh hormat kepada Ki Gede Lenglengan" berkata Ki Ajar Permati, "Tetapi di sisi lain, Ki Gede Lenglengan adalah orang yang terkutuk. Kebengisannya yang tidak terkendali, nafsunya yang melonjak-lonjak di dadanya serta mimpinya yang buruk, membuatnya menjadi orang yang tidak terkendali" Para cantriknya dan para prajurit mendengarkannya dengan sungguh-sungguh. Sementara itu, Ki Ajarpun berkata selanjutnya, "Sekarang, kitalah yang tinggal di sini. Yang kita anggap baik akan kita pertahankan. Bahkan jika mungkin kita tingkatkan. Daerah ini bukan lagi daerah tertutup. Karena itu, maka hubungan kita dengan dunia luar akan berjalan lebih mantap" Demikianlah, maka padepokan yang namanya masih tetap dipertahankan oleh Ki Ajar Permati, yaitu Padepokan Watukambang, telah mulai dengan langkah pertamanya. Sementara itu, maka Pangeran Benawa dan Paksipun telah menemui Ki Ajar Permati serta Ki Lurah Wirapranata. Mereka minta diri untuk melanjutkan usaha mereka mencari adik lakilaki Paksi yang telah dipindahkan dari Padepokan Watukambang. "Apakah Pangeran dan Angger Paksi menemukan petunjukpetunjuk baru untuk menelusuri jejak adik laki-laki Angger itu?" bertanya Ki Ajar Permati.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak begitu jelas, Ki Ajar" jawab Pangeran Benawa. "Yang dapat kami ketahui, adik laki-laki Paksi bersama beberapa orang anak muda telah diserahkan kepada sepasang suamiistri di sisi selatan kaki Gunung Merapi ini" "Apakah Pangeran memerlukan pasukan untuk menangkap kedua orang itu?" bertanya Ki Lurah Wirapranata. "Tidak, Ki Lurah. Kami masih harus menemukan siapakah kedua orang suami-istri itu" "Jika Pangeran sudah menemukan, panggil kami. Kami akan menangkap mereka jika Pangeran menghendaki" Pangeran Benawa mengangguk. Katanya, "Baiklah, Ki Lurah. Tetapi kami tidak dapat mengatakan, kapan kami dapat menemukan mereka" "Kapan saja Pangeran memerintahkan" "Terima kasih atas kesediaan Ki Lurah" Sementara itu, Ki Ajarpun berkata, "Pangeran dan Angger Paksi harus berhati-hati. Bukan saja kedua orang suami-istri itu tentu orang berilmu tinggi. Tetapi ada kemungkinan Pangeran dan Angger Paksi bertemu dengan Ki Gede Lenglengan. Aku yakin bahwa Ki Gede Lenglengan tentu juga pergi ke padepokan suami-istri itu, di mana mereka menempatkan anak-anak muda dari angkatan mendatang" "Ya, Ki Ajar. Kami akan berhati-hati" "Persoalannya adalah karena adik Angger Paksi itu sendiri, menganggap bahwa Angger Paksi telah berkhianat kepada ayahnya serta perjuangannya" "Aku menyadari itu, Ki Ajar" "Dengan demikian, pekerjaan yang Angger pikul adalah pekerjaan yang berat sekali" "Ya, Ki Ajar. Mudah-mudahan Yang Maha Agung memberi jalan kepadaku agar aku dapat membawa adikku itu pulang. Ibu tentu akan merasa gembira sekali" Ki Ajar menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Aku akan berdoa bagi keberhasilan Angger Paksi dan Pangeran Benawa yang akan menyertai Angger" "Terima kasih, Ki Ajar"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kapan Pangeran Benawa dan Angger Paksi akan berangkat?" "Besok pagi-pagi, Ki Ajar" "Baiklah. Namun ada yang ingin aku peringatkan kepada Pangeran Benawa" "Tentang apa, Ki Ajar?" "Jangan pernah mengenakan cincin kerajaan itu di sepanjang perjalanan" Pangeran Benawa tersenyum. Katanya, "Baiklah, Ki Ajar. Aku mengerti" "Pangeran akan dapat terlibat dalam persoalan yang lain, yang sama sekali tidak Pangeran duga sebelumnya" "Terima kasih atas peringatan itu, Ki Ajar. Aku akan menyembunyikan cincin itu agar aku tidak terjerat dalam persoalan baru" Malam menjelang kepergian Pangeran Benawa dan Paksi, keduanya telah menyempatkan diri menemui para penghuni baru Padepokan Watukambang itu untuk minta diri. Juga kepada para prajurit yang berada di padepokan itu. Demikianlah, di dini hari berikutnya, padepokan itu sudah nampak sibuk. Dua orang cantrik telah menyalakan api, menjerang air dan menanak nasi. Mereka mempunyai beberapa butir telur yang dapat mereka rebus. Sayur kacang panjang yang dingin pun segera dipanasi. Ketika cahaya fajar membayang di langit, maka Wijang dan Paksipun telah siap pula untuk berangkat, menempuh sebuah perjalanan baru yang panjang. "Silahkan makan dahulu, Pangeran dan Angger Paksi. Kalian berdua akan berjalan jauh. Bahkan kalian tidak tahu, di mana dan kapan kalian akan sampai ke tujuan" Keduanya memang tidak menolak. Merekapun kemudian makan pagi lebih dahulu sebelum berangkat meninggalkan padepokan. Baru ketika langit menjadi semakin terang, menjelang matahari terbit, keduanya sekali lagi minta diri kepada
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
penghuni padepokan itu serta para prajurit untuk meninggalkan Padepokan Watukambang. "Selamat jalan, Pangeran. Selamat jalan, Angger Paksi" desis Ki Ajar Permati. "Aku mohon kalian berdua datang lagi ke padepokan ini. Kapan pun" Pangeran Benawa tersenyum. Katanya, "Tentu, Ki Ajar. Pada suatu hari kami akan singgah di padepokan ini" Sejenak kemudian, maka Pangeran Benawa dan Paksi itupun telah keluar dan regol padepokan. Mereka akan melewati bulak di antara sawah yang digarap oleh para cantrik dan orang-orang yang telah diperbudak oleh Ki Gede Lenglengan. Untuk beberapa saat mereka berjalan di jalan yang rata dan nampak terpelihara di antara tanaman yang nampak hijau subur. Air yang jernih mengalir di parit yang membujur panjang di pinggir jalan itu. Beberapa batang pohon turi tumbuh di atas tanggul parit, yang dapat menjadi tempat berlindung bagi mereka yang berjalan di bawah teriknya matahari. Di kejauhan nampak hutan lereng pegunungan yang hijau lebat melindungi lingkungan dari ganasnya air hujan. Ketika cahaya matahari pagi nampak bagaikan membakar langit, maka keduanya telah sampai di sekat yang memisahkan padepokan itu dari dunia di sekitarnya. Namun sekat itu seakan-akan sudah runtuh pada saat pasukan Pajang memasukipadepokan yang tertutup itu. Padepokan yang ternyata menjadi bagian dari landasan kekuatan Harya Wisaka, justru untuk jangka yang panjang. Pangeran Benawa yang dalam pengembaraannya mengenakan nama Wijang, serta Paksi itupun kemudian mulai menuruni kaki Gunung Merapi melalui tanah yang miring, berbatu-batu padas ditebari dengan batu-batu yang besar berserakan di mana-mana. Untuk beberapa saat mereka berjalan di atas tanah yang sama sekali tidak layak untuk dilalui. Tidak ada lorong sekecil apa pun. Tidak ada jalan setapak yang menandai bahwa
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
lingkungan itu sering didatangi orang meskipun jarang-jarang. Namun agaknya dalam waktu dekat, maka di atas tanah yang berbatu-batu padas di sela-sela batu-batu raksasa itu, akan menjelujur jalan setapak menuju ke Padepokan Watukambang. Dalam pada itu, Wijang dan Paksi telah sepakat untuk lebih dahulu pergi ke Manjung. Mereka ingin melihat keadaan Manjung setelah mereka tidak lagi diancam oleh para pengikut Ki Gede Lenglengan. Mereka tidak perlu lagi takut dirampok di atas sasak penyeberangan yang menuju ke Nglungge. Demikian pula sebaliknya. Penginapan di Manjung dan Nglungge pun tidak lagi dicemaskan oleh kedatangan sekelompok orang-orang bersenjata yang akan merampas bekal dan harta benda orang-orang yang menginap. Kedatangan Wijang dan Paksi di penginapan di Manjung, disambut dengan ramah sekali oleh pemilik penginapan itu. Meskipun pemilik penginapan itu tidak mengetahui dengan pasti, dengan siapa ia berhadapan, namun ia tahu, bahwa kedua orang itu tentu mempunyai peran yang penting pada saat prajurit Pajang menghancurkan padepokan yang sebelumnya tidak diketahuinya itu. "Aku persilahkan kalian berdua menginap di penginapanku kapan saja kalian kehendaki" berkata pemilik penginapan itu. "Terima kasih" sahut Wijang. Namun yang kemudian berkata, "Kami tidak akan menginap. Kami datang untuk memberikan peringatan" "Peringatan?" orang itu mengerutkan dahinya. "Mungkin keadaan sudah menjadi jauh lebih baik sekarang. Meskipun demikian, sebaiknya di penginapan ini masih harus ada petugas-petugas untuk menjaga segala kemungkinan. Mungkin sisa-sisa penghuni padepokan yang sudah dihancurkan itu. Mungkin justru perampok dari tempat lain yang mendengar peristiwa yang terjadi di sini serta melihat bahwa penginapan ini seakan-akan menjadi lengah. Dengan sedikit perhitungan, mereka dapat memanfaatkan keadaan yang berkembang di daerah ini"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pemilik penginapan itu mengangguk-angguk sambil berkata, "Terima kasih atas peringatan ini. Aku akan memanggil orang-orangku yang dahulu. Mungkin mereka tidak lagi dibayangi ketakutan sekarang ini. Untuk menghadapi gerombolan perampok yang lain, yang tentu tidak akan sekuat para penghuni padepokan itu, orang-orangku itu akan dapat mengatasinya" "Tolong sampaikan pesan ini juga kepada pemilik penginapan di Nglungge, agar orang-orang yang menginap menjadi lebih tenang" Namun Wijang dan Paksi tidak terlalu lama berada di rumah pemilik penginapan itu. Meskipun pemilik penginapan itu mencoba menahannya, namun keduanya terpaksa meninggalkan penginapan itu karena mereka sudah berniat untuk mulai dengan perjalanan mereka menuju ke sisi selatan kaki Gunung Merapi. Demikian mereka mulai dengan perjalanan mereka, maka Wijangpun berkata, "Agaknya kita akan menuju ke arah yang sama dengan Ki Gede Lenglengan" Paksi mengangguk-angguk. Ia pun sadar bahwa Wijang ingin memperingatkannya, bahwa mereka mungkin sekali akan bertemu dengan Ki Gede Lenglengan di perjalanan. Jika demikian, maka itu akan berarti bahwa mereka akan bertemu dengan orang yang ilmunya sangat tinggi. Orang yang tidak dapat ditangkap oleh Ki Ajar Permati meskipun mereka sudah bertemu di medan. Meskipun keduanya akan menempuh perjalanan panjang melalui jalan yang kadang-kadang mendaki, namun kadangkadang bagaikan menukik turun, keduanya tidak mengalami kesulitan. Keduanya telah memiliki pengalaman pengembaraan yang cukup. Tetapi kadang-kadang mereka sampai juga di jalan datar yang panjang, di antara sawah yang nampak hijau terbentang dari cakrawala sampai ke cakrawala. Namun mereka pun sering pula menyusup jalan yang menembus padukuhan-padukuhan yang keadaannya sangat
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
berbeda-beda. Kadang-kadang mereka berjalan di padukuhan yang nampak cerah, bersih dan dihuni oleh orang-orang yang tataran hidupnya cukup baik. Namun mereka juga melewati padukuhan-padukuhan yang nampak muram. Di sebelahmenyebelah jalan nampak rumah yang sederhana meskipun halamannya cukup luas. Tetapi tanaman yang tumbuh di atasnya, daunnya tidak nampak hijau dan rimbun. Tetapi jarang dan agak kekuning-kuningan. Ketika mereka sampai di sebuah padukuhan yang nampak gersang itu, Wijangpun berkata, "Padukuhan ini memerlukan perhatian khusus" "Nampaknya tanahnya kering dan tandus" "Ya. Tetapi aku juga tidak melihat jalur-jalur parit di sekitar padukuhan ini" Paksi mengerutkan dahinya. Sementara Wijangpun berkata, "Sebenarnya lingkungan ini cukup basah. Jika saja dibuat parit, maka air akan mengalir dari lereng" "Agaknya tidak ada orang yang mengarahkannya. Atau orang-orang padukuhan ini memang orang-orang malas" Belum lagi duapuluh langkah, Wijang dan Paksi itu melihat tiga orang laki-laki yang masih terhitung muda, duduk-duduk sambil memeluk lutut di mulut sebuah lorong. Paksi menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Itulah agaknya yang mereka lakukan sehari-hari. Tentu bukan hanya tiga orang itu. Tetapi masih banyak yang lain yang kerjanya hanyalah duduk-duduk sambil memeluk lutut" Wijang mengangguk-angguk. Katanya, "Rasa-rasanya hati ini tergelitik untuk berbicara dengan mereka. Jika saja aku bukan putera Ayahanda Sultan, aku dapat menutup mata melihat keadaan seperti ini" Paksi mengangguk sambil berdesis, "Itu adalah kepedulian Pangeran terhadap rakyatnya" "Namaku Wijang" "Putera Kangjeng Sultan Hadiwijaya namanya bukan Wijang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang memandang Paksi dengan tajam. Namun kemudian ia tersenyum. Katanya, "Ya, kau benar, Paksi. Aku keliru. Seharusnya aku berkata, bahwa setiap orang harus mempedulikan lingkungannya. Termasuk kita. Wijang dan Paksi. Kita tidak dapat membiarkan mereka tertinggal dalam kehidupan mereka yang apa adanya tanpa berusaha untuk dapat meningkatkannya" Paksipun tertawa pendek. Dengan nada berat iapun berkata, "Apakah kita akan melakukannya sekarang?" "Apa salahnya" Kita akan berbicara dengan mereka. Jika mereka mau mendengarkan, sukurlah. Jika tidak, bukankah kita tidak kehilangan apa-apa?" "Kita akan berbicara dengan ketiga orang itu?" "Tidak. Kita akan berbicara dengan Ki Bekel" "Jika demikian, maka kita akan mencari rumah Ki Bekel" Wijang mengangguk-angguk. Beberapa puluh langkah lagi, keduanya tertegun. Mereka melihat dua orang perempuan duduk di tangga sebuah regol halaman yang sudah agak miring karena tidak terpelihara. Seorang dari mereka sedang sibuk mencari kutu rambut dan yang seorang lagi sambil asyik berbicara tanpa hentihentinya. "Itu adalah bayangan dari seluruh kehidupan di padukuhan ini, Paksi" desis Wijang. "Aku akan bertanya kepada mereka, di manakah rumah Ki Bekel dari padukuhan ini" Wijang mengangguk-angguk. Katanya, "Bertanyalah. Hatihati. Jangan membuat mereka curiga. Agaknya mereka tidak ingin terusik dari kehidupan mereka yang tenang dan tenteram" "Tetapi tanpa greget sama sekali. Yang mereka jalani sekarang adalah apa yang telah mereka jalani kemarin. Apa adanya tanpa usaha peningkatan sama sekali" Wijang tidak menjawab. Sementara itu, Paksipun telah melangkah mendekati dua orang perempuan yang duduk di tangga regol itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kedua orang perempuan itu memang terkejut. Tetapi jauhjauh Paksi sudah mengangguk hormat sambil berkata, "Maaf, Bibi. Apakah aku boleh bertanya?" Sikap Paksi itu membuat kedua orang itu menjadi tenang. Seorang di antara mereka segera bangkit berdiri dan bertanya, "Ada apa, anak muda?" "Bibi, di manakah rumah Ki Bekel padukuhan ini?" "Ki Bekel" Apakah kau akan menemui Ki Bekel?" "Ya, Bibi" "Untuk apa?" "Sekedar memperkenalkan diri" Perempuan itu memandang Paksi dari ujung kakinya sampai ke kepalanya. Dengan nada tinggi perempuan itu masih saja bertanya, "Untuk apa kau memperkenalkan diri?" "Tidak apa-apa, Bibi" Kedua orang perempuan itu saling berpandangan. Yang seorang, yang juga telah bangkit berdiri, bertanya, "Siapakah kalian?" "Namaku Paksi, Bibi. Itu kakakku, namanya Wijang" Perempuan itu mengangguk-angguk. Katanya, "Kau dapat sampai ke rumah Ki Bekel lewat lorong sebelah. Atau kau dapat berjalan melingkar mengikuti jalan induk ini. Kau akan sampai di banjar, kemudian dua rumah dari banjar adalah rumah Ki Bekel" "Terima kasih, Bibi" Kedua orang perempuan itu tidak menjawab. Namun mereka agaknya tertarik pada kehadiran dua orang anak muda yang belum pernah mereka kenal. Sejenak kemudian, maka Wijang dan Paksipun memilih menyusuri jalan induk itu meskipun harus melingkar. Jika mereka memilih lorong sebelah, maka ada tiga orang laki-laki yang duduk memeluk lutut di mulut lorong itu. "Betapa malasnya kedua orang perempuan itu. Matahari sudah melewati puncak dan mulai bergulir ke barat. Nampaknya mereka masih saja belum membenahi diri. Jika hal itu karena mereka sibuk melakukan kerja, maka mereka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
adalah orang-orang yang rajin. Tetapi agaknya kerja kedua perempuan itu sejak pagi, juga hanya duduk-duduk, berbincang tentang keluarga mereka, tentang sanak kadang mereka, tentang tetangga-tetangga mereka dan tentang apa saja yang tidak berarti" desis Wijang. Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Jika saja mereka sedikit berbenah diri, maka mereka tidak akan kelihatan begitu kotor sebagaimana halaman rumah mereka" "Bagaimana dengan halaman rumah mereka?" "Nampaknya sudah sepekan tidak dibersihkan" Wijang tidak segera menyahut. Diperhatikannya dinding halaman yang kotor, berlumut dan di sana-sini sudah mulai retak-retak. Beberapa saat kemudian, seperti yang dikatakan oleh perempuan itu, merekapun sampai di depan banjar. Banjar itu nampak sepi dan juga kurang terpelihara. "Kita sudah hampir sampai" berkata Wijang. Paksi mengerutkan dahinya. Katanya, "Tidak banyak anak di sini. Aku baru melihat dua orang anak yang berlari-larian di halaman" "Ya" sahut Wijang, "tetapi mungkin anak-anak itu sedang menggembala kambing atau sedang merumput di pategalan" Paksi tidak sempat menyahut. Mereka sudah sampai di pintu regol halaman sebuah rumah yang nampaknya lebih besar dari rumah-rumah di sekitarnya. Lebih terawat dan halamannya yang luas juga nampak lebih bersih. "Agaknya inilah rumah Ki Bekel" berkata Paksi. "Ya. Rumah ini lebih besar dari yang lain. Marilah" Keduanyapun segera memasuki regol halaman rumah Ki Bekel itu. Ketika seorang yang sedang duduk di tangga pendapa melihat kehadiran kedua orang anak muda itu, maka orang itupun bangkit dan menyongsongnya. "Apakah ini rumah Ki Bekel?" bertanya Wijang. "Ya. Rumah ini adalah rumah Ki Bekel" jawab orang itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah aku dapat menemuinya?" "Untuk apa?" "Ada sedikit pesan bagi Ki Bekel" Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab, "Ki Bekel masih tidur. Tadi juga ada seorang yang mencarinya. Tetapi orang dari padukuhan ini saja" "Masih tidur" Maksudmu sejak pagi Ki Bekel belum bangun?" "Belum, Ki Sanak. Semalam Ki Bekel berada di rumah tetangga sebelah yang melahirkan anaknya yang pertama. Ikut berjaga-jaga dan membaca tembang" "Semalam suntuk?" "Tidak. Menjelang tengah malam, Ki Bekel baru pulang" "Menjelang tengah malam?" "Ya" "Lalu tidur sampai sekarang?" "Ya" "Bagaimana dengan kebiasaan Ki Bekel di hari-hari lain, jika Ki Bekel tidak berjaga-jaga di tempat orang yang sedang melahirkan atau mengunjungi perhelatan?" "Ki Bekel tidak terlalu sering tidur terlalu malam" "Kalau bangun?" "Biasanya Ki Bekel bangun lebih pagi. Pada saat matahari sepenggalah, Ki Bekel tentu sudah bangun" "Sampai matahari sepenggalah?" "Ya, kenapa" Bukankah biasa seseorang bangun saat matahari sepenggalah?" Wijang dan Paksi saling berpandangan sejenak. Agaknya Ki Bekelpun seorang pemalas, sehingga seluruh padukuhan seakan-akan telah menirukannya, menjadi seorang pemalas pula. "Kapan Ki Bekel akan bangun?" bertanya Paksi. "Aku tidak tahu, Ki Sanak" "Apakah Ki Bekel dapat dibangunkan?" "Tidak ada yang berani membangunkannya. Nyi Bekel pun tidak. Apalagi orang lain"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jika ada masalah yang penting?" "Yang berkepentingan harus menunggu" "Jika masalah itu penting sekali sehingga harus mendapat penanganan dengan cepat?" "Bukankah ada bebahu yang lain?" "Jadi orang yang berkepentingan harus mencari bebahu yang lain" Siapa?" "Menurut kepentingannya. Jika persoalannya menyangkut tentang ketenangan dan tata tertib, maka itu adalah tugas Ki Jagabaya. Mengenai persoalan-persoalan yang bersifat umum yang menyangkut hubungan antara keluarga padukuhan ini, adalah urusan Ki Kamituwa. Jika persoalannya menyangkut sawah dan pategalan, itu adalah urusan bebahu yang lain lagi" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Namun Wijangpun kemudian berkata, "Ki Sanak, jika demikian, biarlah kami menunggu. Mungkin di banjar atau di mana saja" "Kau tidak usah pergi ke banjar. Jika kau memang akan menunggu, tunggulah di serambi gandok itu" Wijang dan Paksi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian Wijangpun berkata, "Baiklah. Kami akan menunggu di sini" "Nah, jika kau akan menunggu, silahkan duduk di serambi gandok. Mungkin kau merasa lebih bebas duduk di serambi daripada di pendapa" Wijanglah yang menjawab, "Terima kasih, Ki Sanak. Kami akan menunggu di serambi" Keduanyapun kemudian dipersilahkan duduk di serambi, di atas sebuah amben bambu yang memanjang. Beberapa saat lamanya mereka duduk di serambi sambil berbincang tentang padukuhan yang kering itu. Tetapi Ki Bekel masih juga belum menemuinya. Agaknya Ki Bekel itu masih belum bangun juga. Sementara itu, orang yang mempersilahkan mereka duduk itupun tidak nampak lagi di pendapa. "Sampai kapan kita harus menunggu?" bertanya Paksi. "Kita tunggu sebentar lagi. Bukankah kita perlu bertemu dengan Ki Bekel itu untuk menunjukkan kepedulian kita?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Wijangpun berkata pula, "Biarlah kita sedikit bersabar" Ketika mereka mendengar langkah di pintu seketeng, maka yang mereka lihat kemudian keluar dari pintu itu adalah orang yang mempersilahkannya duduk di serambi sambil membawa minuman hangat serta beberapa potong makanan. Ketika orang itu meletakkan sebuah nampan kayu di amben panjang itu, Paksipun bertanya, "Apakah Ki Bekel sudah bangun?" "Sudah, Ki Sanak. Baru saja" "Ki Sanak sudah menyampaikan kedatangan kami kepada Ki Bekel?" "Sudah. Aku sudah mengatakan, bahwa ada dua orang yang menunggu di serambi gandok" "Apakah Ki Bekel akan menemui kami?" "Ya. Ketika aku mengatakan bahwa ada dua orang yang belum aku kenal datang untuk bertemu dengan Ki Bekel, maka Ki Bekelpun mengatakan bahwa ia akan segera menemui Ki Sanak berdua" "Terima kasih, Ki Sanak. Kami akan menunggu" "Silahkan minum, Ki Sanak. Silahkan makan apa adanya" "Terima kasih" jawab Wijang. Sejenak kemudian, orang itupun telah hilang di balik pintu seketeng itu lagi. Beberapa saat keduanya menunggu. Tetapi Ki Bekel masih juga belum keluar. "Kenapa lama sekali?" "Mungkin Ki Bekel itu baru mandi" Paksi mengangguk-angguk. Tetapi rasa-rasanya ia tidak sabar lagi menunggu. Ketika kesabaran mereka yang menunggu di serambi itu hampir habis, maka mereka melihat seseorang keluar dari pintu pringgitan. Sejenak ia berdiri termangu-mangu. Namun kemudian orang itu melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Wijang dan Paksi naik ke pringgitan. "Kita pergi ke pringgitan" desis Wijang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Paksi mengangguk. Demikianlah, maka keduanyapun segera melangkah turun dari serambi gandok. Namun demikian mereka melangkah, orang itupun berteriak, "Bawa minumanmu dan makanan itu kemari" Wijang dan Paksi tertegun. Sejenak mereka saling berpandangan. "Baiklah" desis Wijang, "kita bawa minuman kita dan makanan itu ke pringgitan" Sejenak kemudian, maka Wijang dan Paksipun telah duduk di pringgitan ditemui oleh laki-laki yang baru saja bangun tidur. Ternyata ia masih belum juga mandi. Bahkan sekalisekali orang itu masih menguap sambil menggosok matanya. "Semalam aku berada di rumah tetangga yang melahirkan anaknya yang pertama" desis orang itu. "Bukankah aku menghadap Ki Bekel?" bertanya Wijang. "Ya, aku bekel di sini. Tetapi dengar kata-kataku, semalam aku berjaga-jaga di rumah tetangga sebelah yang telah dikurniai seorang bayi laki-laki" "Semalam suntuk, Ki Bekel?" bertanya Paksi meskipun ia sudah tahu bahwa Ki Bekel pulang menjelang tengah malam. "Tidak. Tetapi aku pulang menjelang tengah malam" Paksi mengangguk-angguk. Sementara itu, Ki Bekel sambil menguap tanpa menutup mulutnya dengan tangannya, bertanya, "Siapakah kalian?" "Namaku Wijang, Ki Bekel. Ini adikku, Paksi" Ki Bekel mengangguk. Dengan nada datar iapun bertanya pula, "Untuk apa kalian datang kemari?" "Maaf, Ki Bekel. Kami adalah perantau yang sudah menjelajahi seribu lembah dan ngarai. Kami sudah melintasi dataran yang luas serta mendaki lereng-lereng pegunungan" "Untuk apa hal itu kau katakan kepadaku?" "Sekedar pengantar, Ki Bekel. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa sudah banyak padukuhan yang aku kunjungi" "Lalu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku mencoba untuk memperbandingkan kesuburan tanah di setiap padukuhan yang aku lewati" "Aku tahu arah bicaramu" potong Ki Bekel. "Kau akan mengatakan bahwa tanah di padukuhan ini nampak kering dan gersang. Bukankah begitu?" "Aku tidak bermaksud menyinggung perasaan Ki Bekel. Jika aku mengatakan bahwa tanah di padukuhan ini nampak kering dan gersang, justru aku merasa ikut prihatin akan keadaan ini" "Kau tidak usah ikut berprihatin. Kami yang tinggal di sini tidak pernah merasa prihatin. Inilah yang ada pada kami. Kami harus menerimanya apa adanya tanpa merasa prihatin" "Aku sependapat, Ki Bekel. Tetapi jika kita dikurniai akal budi, apakah tidak sebaiknya kita pergunakan" Demikian pula tenaga dan kemampuan kita" "Wah" Ki Bekel itu dengan serta-merta memotong, "kau anak kemarin sore sudah menggurui aku. Lihat, rambutku sudah ubanan. Seharusnya kau hormati orang-orang tua. Apakah ayah dan ibumu tidak pernah mengajarimu unggahungguh?" "Tentu, Ki Bekel. Aku hormati orang-orang tua. Ayah dan ibu kami mengajari kami, agar kami selalu menghormati orang-orang tua" "Jadi kenapa kau sekarang mengajari kami?" "Ki Bekel, terus terang kami merasa prihatin melihat tanah kering dan tandus di padukuhan ini. Padahal seharusnya tanah di padukuhan ini dapat menjadi jauh lebih subur" "Kau jangan mengguncang ketenangan hidup di padukuhan ini, anak muda. Biarlah yang terjadi di padukuhan ini kami terima dengan senang hati. Ada sebagian bulak kami yang subur di lereng gumuk itu. Selebihnya, inilah apa adanya" "Ki Bekel" berkata Wijang, "jika Ki Bekel berkenan, kami akan berada di padukuhan ini barang satu dua hari. Kami berjanji untuk menunjukkan cara terbaik yang dapat dilakukan oleh padukuhan ini, agar padukuhan ini tidak menjadi padukuhan yang kering dan tandus"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Bekel tertawa. Katanya, "Apa yang dapat kau lakukan dalam satu dua hari" Apakah kau seorang yang mempunyai kekuatan ajaib sehingga dapat menjadikan daerah ini subur?" "Tidak, Ki Bekel. Kami hanya dapat menunjukkan caranya. Segala sesuatunya tergantung kepada Ki Bekel dan rakyat padukuhan ini" "Sudahlah, anak muda. Kita tidak mau mempersulit diri. Hidup kami sudah mapan. Padukuhan ini adalah padukuhan yang tenang dan tenteram. Aku tidak mau padukuhan ini menjadi gelisah karena nafsu ketamakan yang mencengkam setiap jantung penghuninya. Mereka akan berlomba-lomba dan berebut harta milik keduniawian" "Bukankah kita dibenarkan untuk mendapatkan yang terbaik di dunia ini" Tetapi kita harus menempuh cara yang benar. Sedangkan apa yang kita miliki kemudian, juga akan dapat berarti bagi orang lain" Ki Bekel itupun tertawa. Sekali lagi ia menguap tanpa menutup mulutnya dengan tangannya. Bahkan tangannya telah memungut sepotong makanan untuk menyuapi mulutnya. "Terima kasih, anak-anak" berkata Ki Bekel. "Aku senang bertemu dengan anak-anak yang mau mengajari orang setua aku. Baiklah, sekarang habiskan minuman kalian. Makanlah makanan yang masih ada ini. Aku tidak berkeberatan jika kalian akan berada di sini satu atau dua hari. Tetapi sebaiknya kalian tidak menyinggung perasaan orang-orang tua di sini" "Tidak, Ki Bekel. Jika Ki Bekel tidak berkeberatan, aku akan berbicara dengan anak-anak mudanya. Tidak dengan orangorang tua. Jika anak-anak mudanya dapat mengerti apa yang aku katakan, mudah-mudahan padukuhan ini tidak menjadi padukuhan yang semakin lama menjadi semakin kering dan tandus. Jika hal itu terjadi, maka semua yang tumbuh di padukuhan ini akan kering. Pepohonan akan berdaun kuning. Sawah hanya dapat ditanami di musim hujan. Sedangkan pategalan hampir tidak memberikan hasil apa-apa sepanjang tahun"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apakah kita harus menggugat, kenapa tanah kami menjadi kering dan tandus?" "Ya. Kita harus menggugat diri kita sendiri. Kenapa kita tidak berusaha, sedangkan kita telah mendapatkan kurnia akal dan budi disamping wadag kita?" "Mimpimu menarik, anak muda. Tetapi jangan kecewa jika kau nanti akan terbangun sebelum berhasil" "Kita sama-sama tidak akan kehilangan apa-apa, Ki Bekel. Jika gagal, ya, gagallah usaha ini. Tetapi bukankah tidak ada barang yang hilang. Tidak ada yang dirugikan?" "Baiklah. Kau akan dapat berhubungan dengan Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya" "Terima kasih, Ki Bekel. Tetapi bagaimana caranya aku bertemu dengan mereka" Apakah aku harus menemui mereka di rumah mereka masing-masing?" "Tidak. Biarlah mereka dipanggil kemari. Aku juga ingin ikut mendengarkan pembicaraanmu dengan kedua orang bebahu itu" "Terima kasih, Ki Bekel. Jika demikian, bukankah berarti aku harus menunggu mereka di sini?" "Ya. Kalian menunggu saja di sini" Ki Bekel itupun kemudian bertepuk tangan. Orang yang menerima Wijang dan Paksi itulah yang kemudian datang lewat sisi samping pendapa. "Pergilah ke rumah Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya. Aku menunggu kedatangan mereka" "Baik, Ki Bekel" Orang itupun kemudian melangkah menuju ke regol halaman dan segera turun ke jalan. "Nah, silahkan duduk sambil menunggu Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya. Aku akan mandi" "Silahkan, Ki Bekel. Silahkan" Ki Bekelpun bangkit berdiri sambil menggeliat. Dengan malasnya Ki Bekel itupun melangkah masuk pintu pringgitan. Beberapa saat Wijang dan Paksi menunggu. Sambil meneguk minuman, maka merekapun telah makan sepotong
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
makanan yang dihidangkan kepada mereka. "Pada dasarnya penghuni padukuhan ini adalah orang-orang yang baik. Tetapi mereka terlalu malas" berkata Wijang. Paksi mengangguk-angguk kecil. Wijang mengerutkan dahinya. Tiba-tiba saja ia bertanya, "Bukankah kau tidak kecewa, Paksi" Kita akan menunda perjalanan barang dua tiga hari?" Paksi menggeleng sambil menjawab pendek, "Tidak. Aku tidak apa-apa" Namun Wijangpun berkata, "Aku minta maaf, Paksi. Aku tidak minta pertimbanganmu dahulu. Tetapi segala sesuatunya terserah kepadamu. Jika kau ingin segera meneruskan perjalanan, maka kita dapat saja memberikan sedikit gambaran kepada Ki Bekel, Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya, apa yang sebaiknya mereka lakukan. Sedangkan kita akan segera dapat meneruskan perjalanan kita" "Aku tidak apa-apa. Bukankah sudah aku katakan, bahwa aku tidak apa-apa?" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Di dalam hatinya ia berkata, "Seharusnya aku minta persetujuannya lebih dahulu untuk menunda perjalanan barang dua atau tiga hari" Tetapi semuanya telah terlanjur. Karena itu, maka Wijangpun hanya dapat menyesali keterlanjurannya itu. Beberapa saat kemudian, maka orang yang mendapat perintah dari Ki Bekel untuk memanggil Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya itu telah datang bersama seorang laki-laki yang bertubuh tegap, berkumis tebal dan berjambang panjang. Ketika kemudian orang itu duduk di pringgitan, maka orang itupun telah memperkenalkan dirinya, "Aku kamituwa di sini" "O" Wijang dan Paksi yang telah lebih dahulu menyebut namanya, mengangguk-angguk. Mereka mengira bahwa orang itu adalah Ki Jagabaya. Namun ternyata bahwa orang itu adalah Ki Kamituwa. Baru beberapa saat kemudian, seorang yang lain memasuki regol halaman rumah itu. Seorang yang berperawakan sedang, agak kekurus-kurusan dan berjanggut pendek dan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
jarang. Karena Ki Kamituwa sudah datang lebih dahulu, maka yang datang itu tentu Ki Jagabaya. Sebenarnyalah Ki Kamituwa itupun berkata, "Itu Ki Jagabaya juga sudah datang" Ki Jagabaya itupun naik ke pendapa pula dan duduk di pringgitan bersama Ki Kamituwa dan dua orang yang asing bagi padukuhan itu. "Di mana Ki Bekel?" bertanya Ki Jagabaya. "Menurut kedua anak muda itu, Ki Bekel sedang mandi" "Wah" desis Ki Jagabaya. Wijang dan Paksi melihat kesan yang aneh di wajah Ki Jagabaya. Namun Ki Kamituwapun berkata, "Tidak apa-apa, anak-anak muda. Tetapi biasanya jika Ki Bekel mandi, maka kita yang menunggunya sempat tidur barang sejenak" "Lama sekali?" bertanya Paksi. "Lama sekali. Apalagi jika Ki Bekel itu mandi keramas. Jika kita mulai mencuci beras dan menanaknya, nasi itu tentu sudah masak" "Apaboleh buat" berkata Ki Kamituwa. Ki Jagabayapun mengangguk-angguk sambil menyahut, "Ya, tentu hanya itu saja yang dapat kita katakan, apaboleh buat" Ki Kamituwa mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun tertawa. Demikian pula Ki Jagabaya. Bahkan Wijang dan Paksipun ikut tertawa pula. Sebenarnyalah bahwa mereka harus menunggu terlalu lama. Laki-laki yang memanggil Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya telah menghidangkan minuman bagi Ki Kamituwa dan Ki Jagabaya serta menuang lagi minuman di mangkuk Wijang dan Paksi. "Angger Wijang dan Angger Paksi" berkata Ki Kamituwa, "apakah Angger tahu, apakah keperluan Ki Bekel memanggil kami" Mungkin ada hubungannya dengan kehadiran Angger berdua?" Wijang yang menjawab pertanyaan itu berkata terus terang, apa yang telah dibicarakannya dengan Ki Bekel. Ki
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kamituwa dan Ki Jagabaya yang mendengarkannya mengangguk-angguk. Dengan nada berat Ki Kamituwa berkata, "Aku hargai niat Angger berdua. Tetapi aku meragukan, apakah kami, penghuni padukuhan ini akan dapat menanggapinya dengan baik pula" "Maaf, Ki Kamituwa. Jika aku boleh berterus-terang, namun orang-orang padukuhan ini terlalu malas untuk berpikir dan apalagi berbuat sesuatu. Agaknya penghuni padukuhan ini tidak terbiasa bekerja dengan keras, sehingga kesejahteraan padukuhan dan penghuninya tidak meningkat" "Kami bukan orang-orang yang tamak, anak muda. Kami harus menerima dengan segala senang hati, apa yang menjadi hak kita" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Sambil menganggukangguk iapun kemudian berkata, "Jadi itukah pegangan Ki Bekel para bebahu dan rakyat padukuhan ini?" "Bukankah dengan demikian hidup tidak terasa gelisah" Aku mempunyai seorang sepupu laki-laki yang tinggal di kademangan sebelah. Ia hidup berkecukupan. Sawahnya luas dan subur. Ia mempunyai peternakan kambing dan ayam. Namun hidupnya selalu gelisah. Siang dan malam saudara sepupuku itu selalu dibayangi oleh kecemasan, jika ternaknya diserang penyakit. Siang malam iapun digelisahkan oleh air untuk mengairi sawahnya yang luas. Hampir setiap saat ia marah dan membentak-bentak di rumah karena anak-anaknya dianggapnya malas dan tidak mau bekerja keras. Nah, seperti itulah yang Angger maksud dengan bentuk kehidupan yang sejahtera?" "Tentu tidak, Ki Kamituwa" jawab Wijang. "Tetapi bukankah kita dibenarkan untuk berusaha agar kehidupan kita dapat meningkat tanpa harus menjadi gelisah, uring-uringan dan selalu dibayangi oleh kecemasan?" "Dapatkan kau memberikan contoh, kehidupan yang bagaimana yang kau maksudkan?" bertanya Ki Jagabaya. "Misalnya, seisi padukuhan ini bersama-sama membuat parit untuk mengalirkan air yang terbuang di lereng berbatuEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
batu padas itu, sehingga sawah tadah hujan itu akan mendapat air sepanjang tahun. Dengan demikian, maka sawah yang kering itu akan dapat diairi tanpa menunggu musim hujan. Bukan hanya duduk-duduk saja di simpang tiga, sementara padi dan jagung di lumbung menjadi semakin tipis, sehingga setiap keluarga harus sangat berhemat. Mungkin tidak lagi dapat makan tiga kali sehari" Tetapi jawab Ki Jagabaya sangat mengejutkan Wijang dan Paksi, "Air itulah yang akan dapat menjadi masalah. Pamanku di kademangan sebelah hampir saja berkelahi melawan sepupunya sendiri karena berebut air. Untunglah ada yang melihatnya, sehingga perkelahian itu dapat dicegah" "Itu adalah akibat buruk yang mungkin dapat terjadi. Tetapi jika air itu diatur dengan baik, serta semua orang mentaatinya, maka tidak akan timbul masalah. Apalagi jika air itu berlimpah. Bukankah air dari lereng bukit padas itu cukup banyak" Air itu mengalir dan ditampung di sungai yang semakin lama menjadi semakin dalam tanpa memberikan arti apa-apa bagi padukuhan ini" "Angan-angan Angger itu hanya akan menimbulkan persoalan. Biarlah hidup kami tetap tenang seperti sekarang" "Dengan selembar pakaian" Makan yang tersendat dan atap rumah yang tiris?" "Mungkin terasa sulit bagi orang lain. Tetapi kami sudah terbiasa, Ngger. Tidak ada masalah. Seperti yang sudah aku katakan, bahwa kami menerima apa adanya. Nrima ing pandum" Wijang belum sempat menjawab, ketika Ki Bekel keluar dari ruang dalam. Wajahnya nampak lebih segar serta pakaiannyapun menjadi lebih rapi setelah Ki Bekel itu mandi dan berbenah diri cukup lama. Ketika Ki Bekel sudah duduk, maka pembicaraan merekapun dilanjutkan. Sambil tertawa Ki Bekelpun berkata, "Sudahlah, Ngger. Jangan ajari orang-orang tua ini. Kami sudah hidup di sini sejak kami lahir. Ayah dan ibu kami sudah tinggal di sini berpuluh tahun. Selama itu tidak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
pernah ada persoalan. Sekarang kau datang untuk mengusik ketenangan hidup kami" "Seperti yang aku katakan, Ki Bekel. Apa salahnya jika kita mencoba. Jika gagal, gagallah kerja itu. Kita tidak akan merasa dirugikan kecuali kita sudah kehilangan tenaga dan waktu" Ki Bekel itupun kemudian menyahut, "Kerja itu akan sia-sia, Ngger" "Jika saja Ki Bekel memperkenankan kami bersama-sama dengan anak-anak muda padukuhan ini mencobanya" "Tentu saja aku tidak berkeberatan. Tetapi aku tidak akan dapat memaksa mereka jika mereka berkeberatan" "Aku mengerti, Ki Bekel" "Baiklah. Kami tidak berkeberatan jika kau tinggal di sini satu atau dua hari. Bertemu dan berbicara dengan anak-anak muda. Hasilnya, aku tidak dapat mengatakan" "Terima kasih, Ki Bekel. Tetapi di mana aku dapat bertemu dengan anak-anak muda itu?" "Di sore hari beberapa orang anak muda sering dudukduduk di regol padukuhan. Yang lain kadang-kadang berada di regol banjar atau di bawah pohon preh di simpang empat itu" "Apa yang mereka kerjakan?" Ki Bekel mengerutkan dahinya. Justru Ki Bekel itu bertanya, "Apa yang seharusnya mereka lakukan?" "Jadi mereka hanya duduk-duduk saja?" "Ya" "Pada kesempatan lain" Di pagi hari misalnya?" "Di musim hujan mereka mengerjakan sawah" "Di musim seperti ini?" Ki Bekel termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab, "Ya, tergantung kebutuhan. Ada yang menggali ubi panjang, gadung, lembong atau apa saja di kebun untuk selingan jika beras di dapur mulai menipis serta padi di lumbung tinggal beberapa ikat saja"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Baiklah, Ki Bekel. Aku akan bertemu dengan mereka. Tetapi apakah ada seseorang yang dapat memperkenalkan kami dengan mereka agar tidak terjadi salah paham?" "Biarlah Ki Jagabaya nanti menyertai kalian" Tetapi Ki Jagabaya itu menggeliat sambil berkata, "Ki Bekel, aku sedang memperbaiki kandang ayamku. Biarlah Ki Kamituwa sajalah yang mengantar mereka" "Kenapa harus aku?" sahut Ki Kamituwa. "Sehari penuh aku kerja di kebun. Aku belum beristirahat sama sekali" Wijang dan Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian Ki Bekelpun berkata, "Baiklah. Jika kalian tidak sempat, nanti jika kalian pulang, tolong, katakan kepada anakanak muda yang kalian jumpai untuk datang ke rumah ini" "Baiklah, Ki Bekel" desis Ki Jagabaya, sedangkan Ki Kamituwa hanya mengangguk-angguk kecil. "Katakan kepada mereka, bahwa aku baru saja mencabut ketela pohon di halaman belakang rumah. Biarlah mereka ikut makan ketela pohon rebus dengan serundeng kelapa" "Baik, Ki Bekel" Ki Jagabaya pulalah yang menjawab. Sejenak kemudian, maka kedua orang bebahu itu minta diri. Sementara itu, Ki Bekelpun telah bertepuk tangan pula. Ketika laki-laki yang nampaknya pembantu di rumah Ki Bekel itu datang, maka Ki Bekelpun berkata, "Cabut empat atau lima batang pohon ketela di kebun belakang. Beberapa orang anak muda akan datang kemari. Katakan kepada istrimu untuk menyiapkan minuman buat mereka" "Baik, Ki Bekel" jawab orang itu. Namun ketika ia memasuki pintu seketeng, maka orang itupun mulai menggeramang, "Sehari semalam aku kerja tanpa beristirahat sama sekali" Dalam pada itu, maka Ki Bekelpun berkata kepada Wijang dan Paksi, "Nah, sambil menunggu mereka yang bersedia datang kemari, kalian dapat beristirahat di gandok. Jika kalian bermalam di sini, maka kalian akan tidur di gandok itu pula" "Terima kasih, Ki Bekel" "Aku juga akan beristirahat"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang dan Paksi termangu-mangu sejenak. Bukankah Ki Bekel baru saja bangun tidur, mandi, duduk-duduk berbincang di pringgitan" Kapan ia bekerja sehingga harus beristirahat" Tetapi Wijang dan Paksi tidak menanyakannya. Ketika Ki Bekel itu bangkit, maka Wijang dan Paksipun bangkit pula. "Silahkan, Ngger" berkata Ki Bekel sambil melangkah ke pintu pringgitan. Wijang dan Paksipun hampir bersamaan menjawab, "Terima kasih, Ki Bekel" Keduanyapun segera meninggalkan pringgitan dan pergi ke gandok. Ketika mereka membuka pintu bilik yang ditunjuk oleh Ki Bekel, maka mereka melihat sebuah ruangan yang berisi perabot yang sederhana. Sebuah amben bambu yang agak besar. Sebuah geledeg bambu di sudut. Sebuah ajugajug lampu minyak kelapa dan sebuah sapu lidi untuk membersihkan debu di amben bambu itu. "Nampaknya bilik ini tidak pernah dibersihkan" desis Wijang. Paksi mengangguk-angguk. Ketika kemudian Paksi membersihkan amben bambu yang di atasnya dibentangkan tikar pandan yang putih itu dengan sapu lidi, maka debupun berhamburan di dalam bilik itu, sehingga Paksi dan Wijang harus menutup hidung mereka. "Di sini malam nanti kita tidur" desis Wijang. "Masih lebih bersih dari rerumputan kering di pategalan" jawab Paksi. Wijang tersenyum. Agaknya Paksi sudah tidak dibebani lagi oleh perasaan kecewanya, karena perjalanan untuk mencari adiknya itu tertunda dua atau tiga hari. Namun selagi keduanya baru saja duduk di amben itu, pembantu Ki Bekel itu memanggil mereka "Silahkan masuk ke ruang dalam, anak-anak muda. Ki Bekel telah menunggu" "Ada apa?" "Silahkan menemani Ki Bekel makan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Terima kasih. Kami akan segera datang" Demikian orang itu pergi, maka Wijangpun berdesis, "Makan pada saat seperti ini, terhitung makan siang atau makan sore?" "Kapan saja" jawab Paksi. "Sebenarnya aku juga sudah mulai merasa lapar" Ternyata Ki Bekel adalah orang yang baik. Tetapi ia adalah seorang pemalas sehingga seakan-akan tidak mempunyai waktu untuk berpikir dan berbuat sesuatu yang berarti bagi padukuhannya. Sejenak kemudian, maka Wijang dan Paksipun telah duduk di ruang dalam untuk makan bersama Ki Bekel dan Nyi Bekel. Makan yang dihidangkan bagi Ki Bekel itupun cukup sederhana. Nasi, sayur lodeh namun pedasnya bukan main dan serundeng kelapa yang agaknya telah dibuat untuk dua tiga hari sekaligus. Serundeng kelapa itu pulalah yang agaknya dimaksudkan oleh Ki Bekel untuk makan ketela rebus yang ditawarkan kepada anak-anak muda yang bersedia datang ke rumahnya. Sambil makan, Ki Bekel tidak terlalu banyak berbicara. Nyi Bekel sekali-sekali menyodorkan sayur dan serundeng itu kepada Wijang dan Paksi. "Mari, Ngger, jangan malu-malu. Hanya inilah yang dapat kami suguhkan bagi Angger" "Kami mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati Bibi ini" sahut Wijang. Ketika mereka selesai makan, maka minuman hangatpun telah dihidangkan pula bagi mereka. Namun selagi mereka mulai meneguk minuman hangatnya, mereka mendengar suara beberapa orang di pringgitan. "Mereka sudah datang" berkata Ki Bekel. "Begitu cepat mereka datang" desis Wijang hampir di luar sadarnya. Agaknya anak-anak mudanya di padukuhan itu tidak terlalu malas sebagaimana orang-orang tua mereka. Tetapi Wijang dan Paksi menjadi kecewa ketika Ki Bekel itupun berkata, "Agaknya mereka lebih tertarik pada ketela
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
rebus dan serundengnya daripada persoalan yang akan Angger berdua sampaikan kepada mereka" Tetapi keduanya tidak menyahut. Kepada istrinya, Ki Bekel itupun bertanya, "Apakah ketela itu sudah masak?" "Sebentar lagi, Ki Bekel. Tetapi sudah hampir" "Jika sudah masak, biarlah ketela itu dibawa ke pringgitan bersama serundeng itu. Mungkin perlu beberapa lembar daun pisang dan beberapa mangkuk air untuk mencuci tangan" "Baik, Ki Bekel" jawab istrinya. "Marilah, anak-anak muda" berkata Ki Bekel, "kalian akan bertemu dengan anak-anak muda seumur kalian. Mudahmudahan pembicaraan kalian dapat berkait" Wijang dan Paksipun kemudian mengikut Ki Bekel ke pringgitan menemui beberapa orang anak muda yang sudah duduk sebelum dipersilahkan. Tetapi ketika mereka melihat Ki Bekel keluar dari ruang dalam, merekapun serentak bangkit berdiri sambil mengangguk hormat. "Duduklah" berkata Ki Bekel. Ketika kemudian Ki Bekel, Wijang dan Paksi duduk, anakanak muda itupun duduk pula. Tetapi di hadapan mereka masih belum terhidang ketela rebus dengan serundeng kelapa. Ki Bekelpun kemudian memperkenalkan Wijang dan Paksi kepada anak-anak muda padukuhannya. "Mereka berdua adalah pengembara yang pernah menjelajahi banyak sekali padukuhan-padukuhan. Mereka telah mencoba melihat dan membuat perbandingan antara padukuhan yang satu dengan padukuhan lainnya. Ketika mereka berjalan melewati padukuhan kita, maka hati mereka telah terusik" "Kenapa, Ki Bekel?" bertanya salah seorang dari anak-anak muda itu. "Menurut penilaiannya, padukuhan kita adalah padukuhan yang kering dan tandus" "Jadi kenapa?" sahut anak muda yang lain. "Inilah yang kita miliki sekarang. Kenapa orang yang sekedar lewat merasa terusik" Apanya pula yang telah mengusiknya?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Padukuhan kita nampak kering dan gersang, kenapa kita tidak berbuat apa-apa untuk membuat padukuhan kita basah dan subur?" Seorang anak muda yang bertubuh tinggi tiba-tiba saja bertanya, "Benarkah kau mempertanyakan hal itu?" "Ya, Ki Sanak" jawab Wijang. "Alangkah dungunya kau. Kenapa hal itu kau tanyakan kepada kami" Kami pun bertanya sebagaimana kau tanyakan, kenapa tanah ini kering dan gersang?" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Bukankah kita mempunyai akal" Kita dapat mengusahakan agar tanah ini setidak-tidaknya tidak terlalu kering" "Apakah kita dapat merubah alam yang terbentang ini?" "Kita tidak merubahnya. Kita hanya mengusahakan memanfaatkan apa yang ada. Mencari kemungkinankemungkinan baru dengan bekal apa yang telah digelar ini" Seorang anak muda yang lainpun berdesis, "Kita bukan pemimpi. Kita hadapi kenyataan ini tanpa mengeluh dan meratap" "Pada dasarnya kalian adalah orang-orang yang tabah. Sayang bahwa kalian tidak memanfaatkan apa yang dikurniakan kepada kita. Termasuk akal budi kita" "Ki Bekel" berkata seorang anak muda yang kurus, "sudah sejak nenek moyang kita, kita hidup dalam suasana yang tenang. Jangan biarkan orang-orang ini merusak ketenangan kita, Ki Bekel. Beberapa hari yang lalu, padukuhan sebelah, yang terhitung padukuhan yang lebih subur dari padukuhan kita, telah diguncang pula oleh kedatangan beberapa orang yang tidak dikenal. Apakah Ki Bekel belum mendengar?" "Sudah. Aku sudah mendengar. Ki Jagabaya padukuhan sebelah telah datang kemari dan memberitahukan apa yang telah terjadi di padukuhan sebelah" "Bukankah dengan demikian kita pantas mencurigai orangorang asing ini?" "Tunggu" berkata Ki Bekel, "mereka agak berbeda dengan beberapa orang yang datang di padukuhan sebelah. Meskipun
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
aku tidak melihat sendiri orang-orang yang mengusik di padukuhan sebelah, tetapi menilik ceritera Ki Jagabaya, mereka adalah orang-orang yang kasar dan bahkan agak liar. Mereka minta dilayani apa saja yang mereka butuhkan. Bahkan mereka telah menyakiti dua orang yang mereka anggap tidak mematuhi perintah-perintah mereka" Orang-orang asing di padukuhan sebelah itu ternyata sangat menarik perhatian Wijang dan Paksi. Hampir di luar sadarnya Paksipun bertanya, "Siapakah yang Ki Bekel maksudkan orang asing di padukuhan sebelah?" "Mereka tidak menyebut nama mereka. Tetapi mereka yang terdiri dari lima atau enam orang itu telah mendatangi padukuhan sebelah. Sikap mereka melampaui sekelompok perampok yang ganas. Mereka minta apa saja yang mereka butuhkan. Ketika mereka pergi, maka mereka telah membawa apa yang mereka dapatkan di rumah Ki Bekel" "Tentu Ki Gede Lenglengan" desis Wijang. "Mereka tentu juga mengikuti arah yang kita tempuh, meskipun mereka ternyata melalui jalan yang melewati padukuhan sebelah" "Kalian berdua mengenal mereka?" "Jika saja kami dapat melihat mereka" sahut Wijang. "Tetapi kami hampir memastikan bahwa mereka adalah orangorang dari Padepokan Watukambang" "Tepat. Mereka memang tidak menyebut nama mereka. Tetapi ada di antara para bebahu yang mendengar mereka menyebut Padepokan Watukambang" "Jika demikian, maka sudah pasti bahwa mereka adalah Ki Gede Lenglengan dengan beberapa orang pengikutnya" "Apakah kalian berdua bukan pengikut orang itu pula?" bertanya anak muda yang kurus dan agaknya sakit-sakitan itu. "Bukan, Ki Sanak. Kami bukan pengikut mereka. Jika benar dugaan kami bahwa mereka adalah Ki Gede Lenglengan, maka kami telah mengenal mereka. Tetapi sikap kami sangat berbeda" Anak-anak muda itu termangu-mangu sejenak. Namun pembicaraan itu terputus ketika pembantu Ki Bekel itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menghidangkan ketela yang direbus dengan santan yang masih mengepul. Selain ketela rebus itu, maka telah dihidangkan pula serundeng kelapa. "Minumnya menyusul" berkata pembantu Ki Bekel itu. "Nyi Bekel baru mempersiapkannya" "Apa kerja istrimu?" bertanya Ki Bekel. "Istriku juga sibuk membantu Nyi Bekel di dapur. Tetapi istriku juga harus mencuci kuali dan mangkuk-mangkuk yang kotor. Menyingkirkan sisa makan di ruang dalam, membersihkan lantai.." "Cukup, cukup" potong Ki Bekel. Pembantu Ki Bekel itu terdiam. Iapun kemudian melangkah surut. Namun sejenak kemudian iapun kembali sambil membawa minuman hangat bagi anak-anak muda yang sudah berada di pringgitan itu. Sementara itu, Ki Bekelpun berkata, "Nanti kita berbicara lagi. Sekarang, silahkan. Ketela rebus itu masih hangat. Dengan serundeng kelapa tentu cocok sekali" Anak-anak muda itu tidak menunggu Ki Bekel mengulang. Merekapun segera mengambil masing-masing sesobek daun pisang. Kemudian sepotong ketela yang direbus dengan santan, dan sejemput serundeng. Sementara itu, pembantu Ki Bekel itu mulai menyalakan lampu minyak di pendapa, di pringgitan dan di ruang-ruang yang lain. Ketika anak-anak muda itu sedang makan ketela, Wijang dan Paksi sempat melihat keadaan mereka. Bukan saja pakaian mereka yang lusuh, tetapi kulit mereka pun tidak nampak bersih. Nampaknya beberapa orang di antara mereka terkena penyakit gatal-gatal pada kulit mereka. Sedangkan yang lain pernafasannya agak terganggu. Anak-anak muda di padukuhan itu bukannya anak-anak muda yang kesehatannya terpelihara baik. Mungkin nafas kehidupan di padukuhan itu memang tidak menguntungkan bagi mereka yang sedang tumbuh, sehingga seperti tanaman dan pepohonannya, pertumbuhan mereka tidak dapat subur.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Setelah mereka selesai makan barulah Ki Bekel berkata lagi, "Nah, terserah kepada kalian, anak-anak muda. Angger Wijang dan Paksi menganjurkan agar kita mengadakan perubahan sikap hidup kita. Terus-terang kau menangkap maksud kedua pengembara itu. Mereka menganggap kita terlalu malas berusaha, sehingga keadaan kita tidak dapat berubah dari tahun ke tahun" "Orang asing itu telah menghina kita, Ki Bekel" seorang anak muda yang bertubuh tinggi menggeram. Nampaknya anak muda itu merasa tersinggung. "Maaf, Ki Sanak" sahut Wijang dengan serta-merta, "jangan berprasangka buruk. Mungkin kalian tidak malas. Tetapi kalian belum tergugah. Nah, jika demikian, maka kami berniat membangunkan kalian. Bukan sebaliknya mengajak kalian bermimpi. Tetapi jika kita dengan sungguh-sungguh berusaha, maka Yang Maha Agung tentu akan mengijinkannya" Tetapi anak muda yang bertubuh tinggi itu berkata, "Ki Sanak, jangan campuri kehidupan di padukuhan kami. Kami tidak ingin kehidupan kami menjadi goncang" Sementara itu, yang lainpun berkata, "Jika kau mau lewat, lewatlah. Kami tidak pernah merasa berkeberatan jika ada orang asing lewat di padukuhan kami. Tetapi jangan ikut campur dan apalagi mengganggu kehidupan kami" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Paksipun berkata, "Apakah kalian tidak ingin melakukan sesuatu yang berarti bagi padukuhan kalian?" "Apakah maksud Ki Sanak?" "Sebagai peninggalan anak cucu. Jika kalian tidak berbuat sesuatu, maka kehidupan padukuhan ini memang tidak akan berubah. Mungkin kalian merasa tenang dan tenteram. Tetapi kelak, apakah anak cucu kalian dapat menerima nafas kehidupan seperti ini" Jarak antara kalian dengan penghuni padukuhan-padukuhan lain menjadi semakin jauh. Mereka dapat menyisakan penghasilan mereka dan menabungnya untuk membeli pedati, lembu atau seekor kuda yang baik.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sementara itu, kehidupan kalian masih saja tetap dalam ketenangan dan ketenteraman yang beku" "Cukup" bentak orang yang bertubuh tinggi. "Jangan membuat kami marah. Kami adalah orang yang menyukai ketenangan dan ketenteraman. Tetapi itu tidak berarti bahwa kau dapat menghina kami sekehendak hati" Paksipun terdiam. Nampaknya memang sulit untuk menembus hati mereka, agar mereka bangkit dan berbuat sesuatu untuk memperbaiki kesejahteraan padukuhan mereka. Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja ada seorang di antara anak muda itu yang bertanya, "Ki Sanak, seandainya, sekali lagi seandainya kami mau mendengarkan pendapat kalian, apa yang harus kami lakukan?" "Yang pertama kali adalah membuat parit untuk mengalirkan air dari gumuk berbatu-batu padas itu" "Kami sudah mempunyai parit, tetapi parit kami itu telah mengering" "Karena parit itu tidak dipelihara dengan baik. Cobalah menelusuri parit itu. Apakah yang salah. Kemudian membual parit baru untuk mengairi tanah yang lebih jauh letaknya dari sumber air itu. Jika kalian berhasil, maka dalam dua tiga musim, maka tentu sudah timbul perubahan di padukuhan ini" "Jadi sekarang kami harus bekerja keras memperbaiki serta membuat perpanjangannya, baru dua tiga musim lagi kami akan memetik hasilnya?" "Ya" "Adakah seseorang yang mau menyia-nyiakan waktu untuk kerja yang belum tentu akan membuahkan hasil?" "Kerja ini bukan kerja yang sia-sia. Tetapi sudah tentu bahwa hasilnya tidak dapat kita nikmati langsung. Dua tiga musim adalah waktu yang pendek dibanding dengan masa datang yang sangat panjang bagi padukuhan ini. Bagi anak cucu dan keturunan selanjutnya. Jika kita tidak mulai sekarang, maka jangankan dua tiga musim, dua tiga windu pun tidak akan timbul perubahan di padukuhan ini. Bahkan kehidupan akan menjadi semakin sulit, karena kotak-kotak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sawah yang diwariskan dari satu keturunan ke keturunan berikutnya semakin lama akan menjadi semakin sempit" "Maaf, Ki Sanak. Mimpimu tidak menarik perhatianku" Bahkan seseorang berkata kepada kawannya, "Marilah kita pulang. Malam telah turun. Aku sudah mengantuk" "Mengantuk?" bertanya Paksi. "Ya" "Senja baru saja berlalu, dan kau telah mengantuk?" "Ya. Aku terbiasa tidur lepas senja" "Dan bangun?" "Aku tidak pernah merencanakan, kapan aku akan bangun. Mungkin saat matahari naik sepenggalah, mungkin lebih pagi atau bahkan lebih siang" Paksi hanya dapat mengangguk-angguk kecil. Ki Bekel mendengarkan pembicaraan itu dengan sungguhsungguh. Semakin lama justru menjadi semakin tertarik. Selama ini ia tidak pernah mempersoalkan, kapan anak-anak muda itu berangkat tidur dan kapan mereka bangun. Dalam pada itu, beberapa orang anak muda mulai menjadi gelisah. Karena itu, maka seorang di antara merekapun berkata, "Ki Bekel, kami mohon diri. Terima kasih atas ketela pohon dan serundengnya. Kapan-kapan kami akan datang lagi" "Baiklah. Lusa aku akan memanen garut di kebun belakang. Aku ingin mengundang kalian" "Kami tentu akan datang, Ki Bekel" Demikianlah, maka anak-anak muda itupun meninggalkan pringgitan rumah Ki Bekel. Wijang dan Paksi memandang mereka dengan kecewa. Agaknya anak-anak muda padukuhan itu sama sekali tidak tertarik untuk bekerja keras membangun padukuhan mereka. Ki Bekel yang mengikuti pembicaraan itu dengan sungguhsungguh berdesis, "Itulah Ngger, anak-anak muda kami. Aku minta maaf, bahwa mereka tidak tertarik pada niat baik Angger berdua"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Apaboleh buat, Ki Bekel. Aku berterima kasih bahwa Ki Bekel sudah memberi kesempatan kepada kami berdua untuk bertemu dan berbicara dengan anak-anak muda itu. Jika kami tidak berhasil meyakinkan mereka, itu bukan salah Ki Bekel" Ki Bekel mengangguk-angguk. Katanya, "Sebenarnya apa yang Angger katakan itu cukup menarik untuk diperhatikan. Selama ini aku memang tidak pernah memikirkan kemungkinan-kemungkinan sebagaimana Angger katakan. Aku menerima warisan jabatan ini dari ayahku. Aku juga menerima padukuhan ini sebagaimana adanya. Tidak seorang pun yang pernah berkata kepadaku, bahwa masih ada kemungkinan untuk membuat perubahan-perubahan seperti yang kalian berdua katakan. Semula memang terdengar aneh, tetapi semakin lama, rasa-rasanya pantas untuk direnungkan" "Terima kasih, Ki Bekel. Pernyataan Ki Bekel ini rasarasanya telah mengobati perasaan kecewaku terhadap anakanak muda di padukuhan ini. Tetapi bahwa Ki Bekel menaruh perhatian, bahkan harapan, maka aku pun yakin, bahwa perlahan-lahan Ki Bekel akan dapat meyakinkan mereka. Mungkin memerlukan waktu yang lama. Namun itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali" "Aku akan mencoba mempelajarinya, anak muda" Namun pembicaraan merekapun terhenti. Tiga orang anak muda telah kembali ke rumah Ki Bekel yang masih berbincang dengan Wijang dan Paksi di pringgitan. "Naiklah" berkata Ki Bekel. Dengan ragu-ragu ketiga orang anak muda itupun naik dan duduk di pringgitan. "Ada yang ketinggalan di sini?" bertanya Ki Bekel. Seorang dari anak muda itu menyahut, "Tidak, Ki Bekel" "Jadi, ada keperluan?" "Maaf Ki Bekel, bahwa aku tidak dapat berterus-terang di hadapan kawan-kawan" "Apa?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Sebenarnya aku tertarik kepada gagasan kedua pengembara itu" Wijangpun dengan serta-merta menyahut, "Terima kasih, Ki Sanak. Apakah itu berarti bahwa Ki Sanak bersedia untuk melakukan sesuatu untuk melaksanakan gagasan itu?" Anak muda itu memandang kedua orang kawannya berganti-ganti. Kemudian dipandanginya Ki Bekel sambil berdesis, "Jika Ki Bekel tidak berkeberatan" "Tentu tidak, anak muda" sahut Ki Bekel. "Meskipun barangkali aku tidak dapat membantu, tetapi aku tidak akan menghalangi. Bahkan aku menduga bahwa jika kalian ingin mencobanya, agaknya masih ada satu dua orang yang bersedia bekerja sama dengan kalian" "Tetapi kami mohon perlindungan Ki Bekel, jika kawankawan kami yang tidak ingin ada kesibukan di padukuhan ini marah kepada kami" "Apakah ada yang akan marah?" "Ketika kami pulang tadi, Wandawa sudah menyatakan sikapnya. Tidak seorang pun di antara kami yang dibenarkan untuk menerima gagasan tentang parit itu" "Wandawa memang tidak memerlukan. Tanahnya luas dan terletak di daerah yang termasuk agak subur. Tetapi ia tidak berhak melarang kalian untuk berbuat sesuatu yang kalian anggap baik" Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Wajahnya tiba-tiba nampak muram. Katanya, "Mungkin ayah Wandawa yang berkeberatan" "Kenapa dengan ayahnya?" "Ia seorang yang berilmu tinggi. Ia mempunyai pengaruh yang besar di padukuhan ini. Beberapa orang di antara rakyat padukuhan ini bekerja dan mendapatkan nafkah daripadanya" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Ternyata tidak semua orang padukuhan ini malas bekerja. Ada juga di antara mereka yang menjual tenaganya. "Agaknya mereka orangorang yang sudah kelaparan, sehingga mau tidak mau mereka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
harus bekerja" berkata Wijang di dalam hatinya Namun tiba-tiba saja Paksi bertanya, "Tetapi bukankah yang memegang pimpinan pemerintahan di sini adalah Ki Bekel?" "Ya" Ki Bekel mengangguk-angguk, "tetapi Ki Cakrajaya itu dapat memaksakan kehendaknya" "Apakah Ki Cakrajaya itu yang dimaksud dengan ayah Wandawa yang berkeberatan atas gagasan kami?" bertanya Paksi. "Ya" Ki Bekel mengangguk-angguk, "ia dapat mempergunakan kekerasan atau mengancam untuk memecat semua orang yang bekerja padanya dan tinggal di padukuhan ini" "Hanya satu orang?" Ki Bekel termangu-mangu. Namun kemudian iapun mengangguk sambil berkata, "Ya. Hanya satu orang" "Apakah kuasa Ki Bekel di padukuhan ini tidak mampu mematahkan pengaruhnya?" Ki Bekel tidak segera menjawab. Dipandanginya wajah Wijang dan Paksi berganti-ganti. "Ki Bekel" berkata Paksi kemudian, "Ki Bekel mempunyai wewenang di sini. Jika yang seorang itu menentang wewenang Ki Bekel, maka Ki Bekel dapat mempergunakan wewenang itu. Ki Bekel dapat memerintahkan para bebahu dan bahkan seluruh rakyat padukuhan ini untuk mengetrapkan kuasa Ki Bekel" "Seharusnya memang begitu, Ngger. Tetapi yang terjadi agak lain. Tidak seorang pun yang berani menentang Ki Cakrajaya" "Mungkin tidak seorang pun yang berani. Tetapi bukankah Ki Bekel dan seisi padukuhan ini tidak hanya seorang" Tetapi lebih dari sepuluh orang. Bahkan duapuluh orang. Apakah duapuluh orang isi padukuhan ini tidak dapat mengatasi yang satu orang itu?" "Orang itu berilmu tinggi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Bekel harus mencoba" "Jika aku gagal?" "Kami berdua akan membantu" "Apakah kalian berdua dapat melawan Ki Cakrajaya?" "Kami belum tahu, Ki Bekel. Tetapi kami tidak berkeberatan untuk mencobanya" Ki Bekel termangu sejenak. Namun kemudian katanya, "Baiklah. Kami akan mencoba" Lalu katanya kepada anak-anak muda itu, "Apakah kalian berani mencobanya" Maksudku, jika Wandawa marah, kalian berani melawannya" Tidak harus seorang melawan seorang. Tetapi kalian bersama-sama. Jika ada di antara kalian yang berani melakukannya, maka yang lain pun akan berani pula" "Nah, demikian pula untuk melawan Ki Cakrajaya, Ki Bekel" sahut Wijang. "Seperti yang Ki Bekel katakan, jika ada seorang saja bebahu yang berani memaksakan wewenangnya terhadap Ki Cakrajaya, maka yang lain pun akan melakukannya pula. Betapapun tinggi ilmu Ki Cakrajaya, ia tidak akan dapat melawan semua bebahu padukuhan ini serta orang-orang yang setia kepada Ki Bekel" Tetapi Wijang dan Paksi melihat keragu-raguan di sorot mata Ki Bekel. Orang-orang padukuhan itu adalah orangorang yang tidak ingin terjadi gejolak yang mereka anggap akan dapat mengganggu ketenangan dan ketenteraman padukuhan mereka. Namun akhirnya Wijanglah yang berbicara, "Baiklah. Jika tidak ada orang yang dapat mengatasi Ki Cakrajaya, maka biarlah aku yang mengatasinya" "Tetapi aku ingin mengingatkanmu, anak muda. Ki Cakrajaya adalah seorang yang berilmu tinggi" "Aku mengerti" Dengan demikian, maka mereka dapat mengesampingkan Wandawa dan ayahnya, Ki Cakrajaya, dari pembicaraan mereka. Ternyata bahwa ada juga anak-anak muda dari padukuhan yang beku, yang ingin mengguncang kebekuan itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Merekapun kemudian telah membuat beberapa kesepakatan dengan Ki Bekel, Wijang dan Paksi. Demikianlah, ketika menginjak wayah sepi uwong, anakanak muda itupun telah minta diri. Besok mereka akan bertemu dengan Wijang dan Paksi di gumuk di seberang padang perdu. Mereka akan melihat kemungkinan terbaik untuk mengalirkan air ke padukuhan. Sepeninggal anak-anak muda itu, maka Ki Bekel masih duduk beberapa lama dengan Wijang dan Paksi di pringgitan. Setelah berbincang kesana-kemari tentang niat anak-anak muda yang ingin membuat perubahan di padukuhan itu, maka Wijangpun bertanya, "Ki Bekel, sebenarnya aku tertarik kepada ceritera Ki Bekel tentang orang-orang asing yang lewat di padukuhan sebelah" "Seperti yang aku katakan, Ngger. Jika kalian ingin mendapat keterangan yang lebih lengkap, biarlah besok atau lusa, Angger kami antar ke rumah Ki Bekel yang telah kedatangan orang-orang asing yang liar itu" "Terima kasih, Ki Bekel. Secepat-cepatnya lusa kami akan pergi ke padukuhan itu. Bukankah besok kami telah membuat kesepakatan dengan anak-anak muda itu?" Ki Bekel itupun mengangguk-angguk. Namun dalam pada itu, pembantu Ki Bekel setelah melihat anak-anak muda itu meninggalkan pringgitan, maka iapun berkata, "Ki Bekel, makan sudah tersedia di ruang dalam" "Aku masih kenyang" desis Paksi. "Jangan menolak" "Bukankah belum lama kita makan" "Sudah. Sudah lama. Malam sudah sangat larut. Mungkin pembicaraan kita dengan anak-anak muda yang tinggal itu sangat mengasyikkan, sehingga kita lupa akan waktu" Paksi mengangguk-angguk. Tetapi ia tidak berkata apa-apa lagi. Makan malam Ki Bekel itu masih juga sama sederhananya dengan saat mereka makan siang. Namun agaknya Nyi Bekel sempat memetik daun lembayung, sehingga malam itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
mereka makan selain dengan sayur lodeh yang pedasnya bukan kepalang serta serundeng kelapa, mereka juga mendapat gudangan lembayung dan daun ketela gantung. Menjelang tengah malam, maka Wijang dan Paksipun telah berada di dalam biliknya di gandok. Mereka berduapun segera membaringkan diri serta berusaha memejamkan mata. Meskipun mereka berada di padukuhan yang disebut tenang dan tenteram, namun Wijang dan Paksi telah membagi sisa malam untuk bergantian berjaga-jaga. Di daerah yang asing itu, maka banyak kemungkinan akan dapat terjadi. Di hari berikutnya, maka pagi-pagi Wijang dan Paksi sudah siap menunggu Ki Bekel yang baru mandi. Ia sudah berpesan kepada istrinya, agar Ki Bekel itu dibangunkan pagi-pagi sekali. "Menjelang fajar aku akan membangunkan Ki Bekel" "Fajar" Untuk apa aku bangun menjelang fajar" "Ki Bekel berpesan agar aku membangunkan pagi-pagi" "Tunggu matahari sepenggalah" "Anak-anak itu tentu sudah terlalu lama menunggu" "Aku tidak biasa bangun menjelang fajar" "Baiklah. Aku akan membangunkan Ki Bekel sedikit lewat saat matahari terbit" Ki Bekel mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun berkata, "Baiklah. Aku akan bangun pada saat matahari terbit" Wijang dan Paksi menunggu Ki Bekel mandi sampai wayah pasar temawon. Itupun Nyi Bekel menganggap bahwa Ki Bekel sudah mendapat banyak kemajuan. Bangun pagi dan berada di pakiwan dalam waktu yang terhitung singkat. Setelah mandi dan berbenah diri, maka Ki Bekel telah mengajak kedua orang tamunya duduk serta minum minuman hangat. "Minumlah dahulu, anak muda. Nanti kita pergi ke gumuk" "Anak-anak itu tentu sudah menunggu, Ki Bekel" "Mungkin. Tetapi mereka akan memaklumi bahwa tugasku terlalu banyak, sehingga kita terlambat datang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang dan Paksi saling berpandangan sejenak. Mereka tidak mengerti, tugas apakah yang dimaksud Ki Bekel terlalu banyak itu. Dan kenapa mereka harus terlambat datang dan bukan terpaksa terlambat datang. Baru ketika matahari benar-benar sudah sepenggalah mereka meninggalkan rumah Ki Bekel pergi ke gumuk untuk menemui beberapa orang anak muda yang semalam datang kembali ke rumah Ki Bekel. Sebenarnyalah bahwa Wijang dan Paksi sudah menjadi gelisah. Anak-anak muda itu tentu sudah menunggu terlalu lama. Tetapi ternyata ketika mereka sampai di tempat sesuai dengan kesepakatan, anak-anak muda itu juga baru saja datang. Bahkan seorang di antaranya, datang hampir bersamaan dengan Wijang, Paksi dan Ki Bekel. "Maaf, kami datang terlambat" berkata Wijang kepada anak-anak muda itu. Namun seorang di antara merekapun berkata, "Kami juga baru saja datang" Ki Bekel tertawa. Katanya, "Kedua anak muda ini tergesagesa saja. Jika aku menurutinya, kami akan terlalu lama menunggu di sini" Wijang dan Paksipun tertawa pula. Mereka sadari, bahwa kelambatan bagi orang-orang padukuhan itu adalah hal yang wajar-wajar saja. Namun akhirnya, Wijang, Paksi, Ki Bekel dan anak-anak muda itu mulai memperhatikan keadaan di sekeliling mereka. Tiga batang pohon raksasa tumbuh pada jarak yang berdekatan. Batu padas yang miring, serta air yang mengalir dari atas batu padas yang miring itu, melimpah ke bawah, masuk ke dalam lekuk yang tidak begitu dalam. "Air ini dapat disalurkan ke sawah-sawah yang kering itu. Bukankah sama sekali tidak merugikan orang lain. Di sisi yang lain juga terdapat arus air yang melimpah seperti ini. Jika padukuhan lain memerlukannya, maka mereka juga dapat
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
membuat saluran air bagi kotak-kotak sawah mereka" berkata Wijang. Ki Bekel mengangguk-angguk. Namun katanya, "Aku sependapat. Persoalannya adalah, bagaimana kita dapat membuat parit itu" "Jika Ki Bekel dapat mengerahkan orang sepadukuhan" "Mungkin ada juga dua tiga orang yang mau datang sambil membawa alat-alat untuk menggali parit. Tetapi bayangkan, berapa tahun parit itu akan dapat menggapai sawah kita?" "Kenapa hanya dua tiga orang" Kenapa tidak lima puluh atau enam puluh orang?" "Aku mengenal orang-orangku dengan baik, Ngger. Sikap anak-anak muda ini adalah contoh yang paling baik dari sikap orang-orang tua di padukuhan ini" Wijang dan Paksi memandang beberapa orang anak muda yang bersedia datang. Tidak lebih dari enam orang. "Bagaimana pendapat kalian?" bertanya Wijang. "Kami hanya dapat mengumpulkan enam orang kawankawan kami. Pada umumnya mereka memang segan untuk bekerja. Sementara hasilnya tidak segera dapat dinikmati. Berbeda dengan mereka yang bekerja di rumah Ki Cakrajaya. Meskipun sedikit, tetapi hasilnya dapat mereka terima pada hari itu juga" "Jadi, bagaimana jika kalian berenam ini membuat saluran air dari tempat ini ke sawah kalian yang letaknya tidak terlalu jauh" "Baru setelah rambut kami ubanan, saluran air itu akan sampai ke padukuhan" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian iapun bertanya, "Tetapi bukankah kalian bersedia untuk melakukan kerja bagi tanah kalian?" "Tentu" jawab salah seorang dari mereka. "Kami sudah sampai di sini" "Baiklah" berkata Wijang. "Kalian harus mampu menunjukkan kepada anak-anak muda di padukuhan kalian,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
bahwa apa yang ingin kalian lakukan itu akan benar-benar dapat memberikan harapan bagi masa mendatang" "Apa yang harus kami lakukan?" "Ada hutan bambu di sebelah?" "Ya" "Kalian dapat mengambil beberapa puluh bambu yang kalian perlukan. Kalian dapat membuat talang air dari bambu untuk mengalirkan air ke sekotak sawah kalian. Tidak hanya satu lonjor saluran air. Tetapi tiga atau empat. Bambu tidak usah membeli. Sambung-bersambung" "Tetapi seberapa air yang dapat mengalir lewat saluran air dari bambu itu, meskipun kami membuat empat atau lima saluran bambu?" "Bukankah yang kalian lakukan sekedar contoh" Salurkan air itu ke salah satu kotak sawah kalian yang terdekat. Air yang mengalir tanpa henti-hentinya itu akan dapat menggenangi kotak sawah itu. Nah, kalian dapat menanami kotak sawah itu dengan tanaman yang sangat berarti bagi padukuhanmu. Padi, misalnya. Jika kemudian ternyata padi itu tumbuh dan berbuah, maka orang-orang padukuhan akan mendapat gambaran, betapa pentingnya saluran air itu. Mereka tentu tidak akan berkeberatan untuk membuat saluran air bagi bulak-bulak di sekitar padukuhan kalian" "Jadi kami harus menunggu sekian lama?" "Sudah aku katakan, bahwa jika kalian berhasil, meskipun barangkali setahun dua tahun lagi, maka anak cucu kalianlah yang akan menikmatinya" Anak-anak muda itu mengangguk-angguk. Sementara Paksipun berkata, "Jika kalian tertarik dan bersedia membuat saluran air dari bambu itu, maka kami akan membantumu selama dua tiga hari. Karena setelah itu, maka kami akan melanjutkan pengembaraan kami" "Terima kasih Ki Sanak, jika kalian bersedia membantu kami. Jika satu atau dua kotak sawah menjadi basah, sebagaimana Ki Sanak katakan, aku yakin, bahwa banyak orang akan tertarik untuk ikut membuat parit yang menuju ke
Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 1 Dewi Ular 84 Racun Kecantikan Sang Petaka 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama