Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 46
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak. Bukan itu alasannya, Ki Sanak. Tetapi kami memang orang-orang malas yang tidak berani mandi pagipagi seperti ini. Sementara itu, kami sudah harus melanjutkan perjalanan, agar kami tidak kesiangan sampai di tujuan" "Tepat. Kalian memang orang-orang malas. Pergilah jika kalian ingin pergi" "Kami minta diri, Ki Sanak" Orang itu tidak menjawab. Sementara Wijangpun berkata, "Kami mengucapkan terima kasih bahwa semalam kami telah mendapat tempat yang hangat untuk bermalam" "Jangan berterima kasih kepadaku. Berterimakasihlah kepada orang-orang yang memberimu tempat bermalam meskipun mereka telah melanggar hak dan wewenangku" Wijang dan Paksi saling berpandangan. Namun keduanyapun kemudian mengangguk hormat sementara itu Wijang mengulanginya, "Kami minta diri, Ki Sanak" Orang itu tidak menjawab. Bahkan orang itu telah melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Wijang dan Paksipun kemudian meninggalkan banjar itu. Demikian mereka turun ke jalan, maka Paksipun berkata, "Kita telah bertemu banyak orang dengan sifat dan wataknya yang bermacam-macam. Penunggu banjar ini termasuk orang yang keras dan mempunyai harga diri yang terlalu berlebihan" Wijang tertawa. Katanya, "Seseorang kadang-kadang memang ingin menunjukkan bahwa ia berkuasa. Ia mempunyai wewenang untuk menentukan tatanan di lingkungan kekuasaannya. Penjaga banjar itupun ingin menunjukkan bahwa ialah yang berkuasa di banjar itu" "Sementara itu ada penunggu banjar yang lain yang bukan saja membuka pintu banjarnya bagi orang-orang yang kemalaman, tetapi juga membuka hatinya" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Demikianlah, maka keduanyapun telah meninggalkan padukuhan tempat mereka bermalam. Ketika mereka
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menjumpai sebuah sungai kecil yang airnya bening, maka keduanyapun menyempatkan diri untuk mandi. "Kita masih mempunyai waktu. Hari masih pagi" berkata Wijang. Keduanyapun kemudian telah menuruni tebing yang tidak terlalu dalam. Di sebuah lekuk yang agak dalam keduanya mandi sambil mencuci kain panjang serta baju mereka. Sementara itu, matahari pagipun telah bertengger di langit. Sejuknya mandi di pagi hari. Di sungai, mereka tidak perlu menimba air mengisi jambangan di pakiwan banjar yang penunggunya berwajah gelap. Namun Wijangpun kemudian mengangkat wajahnya sambil berdesis, "Kau dengar langkah orang berlari?" "Ya. Ke arah ini" Tanpa bersepakat mereka telah menyambar kain dan baju yang mereka jemur sesudah dicuci. Wijang dan Paksi itupun segera melekat pada tebing yang tidak terlalu tinggi, di balik rimbunnya dedaunan segerumbul pohon perdu. Sejenak kemudian, maka merekapun melihat tiga orang anak muda yang berlari-lari di atas tanggul. Namun nampaknya mereka tidak saling berkejaran. Tetapi mereka sekedar berlari untuk memanaskan tubuh mereka, sebelum memasuki laku yang lebih berat. Mungkin latihan-latihan olah kanuragan. Tetapi mungkin juga sekedar untuk kesegaran tubuh mereka. "Siapakah mereka, Paksi?" desis Wijang. "Apakah anak-anak padukuhan di sekitar tempat ini mempunyai kebiasaan berlari-lari di pagi hari?" Wijang menggeleng. Katanya, "Tidak. Anak-anak muda padukuhan-padukuhan di sekitar tempat ini tentu tidak terbiasa berlari-lari pagi untuk memanasi membuka pematang untuk mengalirkan air ke dalam kotak-kotak sawah mereka atau melakukan kerja yang lain di kebun" "Jika demikian, siapakah mereka itu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Wijang menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Padukuhan Kembang Arum tidak terlalu jauh lagi. Agaknya kau benar, Paksi. Ki Pananggungan akan dapat menjadi pancatan untuk sampai kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" "Apakah menurut pendapatmu, mereka adalah bagian dari anak-anak muda dari angkatan mendatang?" "Ya" Paksi mengerutkan keningnya. Ada beberapa hal yang tidak sesuai. Rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tentu tidak terlalu dekat dengan Kembang Arum. Ia pernah menemukan ibu Kemuning di pasar kecil itu. Ketika itu Kemuning dan ibunya yang mencari Padukuhan Kembang Arum telah tersesat dan jatuh ke tangan Bahu Langlang. Dengan demikian, maka rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung agaknya tidak terlalu dekat, sehingga seandainya anak-anak muda yang oleh Ki Gede Lenglengan diserahkan kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu berlari-lari sekedar untuk memanaskan tubuh mereka, mereka tentu tidak akan sampai di tempat itu. Ketika hal itu dikemukakannya kepada Wijang, maka Wijangpun berdesis, "Ya. Kau benar, Paksi. Tetapi bagaimanapun juga, agaknya ada hubungan antara anak-anak yang berlari-lari itu dengan anak-anak muda yang semula berada di padepokan Ki Gede Lenglengan" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun bergumam dengan nada dalam, "Tetapi adikku tidak bersama mereka" "Baiklah. Rasa-rasanya aku menjadi semakin ingin segera sampai di rumah Ki Pananggungan. Mungkin kita mendapat beberapa jawaban dari pertanyaan yang bertimbun di dalam diri kita" "Kita akan segera berangkat" "Tetapi kain dan baju kita ini belum kering" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun keduanya telah menggelar lagi pakaian mereka yang basah di atas bebatuan agar menjadi lebih cepat kering. Ketika matahari menjadi
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
semakin tinggi, maka mereka berdua telah siap untuk meneruskan perjalanan. Sejenak kemudian, mereka telah memanjat naik ke atas tebing untuk seterusnya berjalan menyusuri tanggul turun ke jalan "Bukankah kita tinggal mengikuti jalan ini?" desis Paksi. "Ya. Jalan ini akan langsung sampai ke Kembang Arum" sahut Wijang. Demikianlah, keduanya telah berjalan semakin cepat menuju ke Padukuhan Kembang Arum. Beberapa bulak telah mereka lampaui. Sementara mataharipun menjadi semakin tinggi. Ketika mereka melewati kotak-kotak sawah yang siap ditanami padi, maka nampak matahari seakan bercermin di wajah air yang tergenang. "Kita sudah hampir sampai" berkata Paksi. "Ya. Bukankah Padukuhan Kembang Arum sudah berada di hadapan kita?" Paksi mengangguk-angguk. Namun sebenarnyalah terasa debar jantungnya menjadi semakin cepat. Di rumah Ki Pananggungan itu tinggal seorang gadis yang cantik dan luruh. Kemuning. Beberapa saat kemudian, maka Wijang dan Paksi itu sudah berdiri di pintu gerbang padukuhan. Paksi menarik nafas dalam-dalam ketika mereka memasuki pintu gerbang padukuhan itu. Sejenak mereka berdiri termangu-mangu. Namun keduanyapun kemudian telah melanjutkan langkah mereka menyusuri jalan padukuhan itu. Mereka akan langsung sampai ke depan regol halaman rumah Ki Pananggungan. Di jalan padukuhan itu, mereka berpapasan dua orang anak yang akan menggembalakan kambing mereka. Kedua orang anak yang agaknya kakak beradik itu menggiring kambing mereka keluar dari padukuhan menuju ke bulak. Sejenak kemudian keduanya telah berdiri termangu-mangu di depan regol rumah Ki Pananggungan. Ketika Paksi menengadahkan wajahnya ke langit, maka dilihatnya matahari sudah hampir mencapai puncaknya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Sudah tengah hari" desis Paksi. Wijang tidak menyahut. Ia tahu bahwa Paksi sekedar ingin melepaskan ketegangannya. Namun keduanya terkejut ketika mereka melihat seorang perempuan keluar dari regol halaman dengan menggendong bakul kecil. Perempuan itu tertegun. Dipandanginya Wijang dan Paksi yang berdiri termangumangu di depan regol. "Siapakah kalian berdua, Ki Sanak" Apakah kalian mencari seseorang?" Wijanglah yang menyahut, "Kami ingin bertemu dengan Ki Pananggungan, Bibi" "O. Silahkan. Agaknya Ki Pananggungan sudah siap pergi ke sawah" "Bibi juga akan pergi ke sawah?" "Ya. Ada dua orang yang membantu Ki Pananggungan mengerjakan sawahnya. Aku akan mengirim mereka makan dan minum" "Ki Pananggungan sendiri tidak pergi ke sawah?" "Hampir semalam suntuk Ki Pananggungan menunggui air di sawah. Baru tadi pagi, sedikit lewat fajar, Ki Pananggungan pulang. Karena itu, Ki Pananggungan agak terlambat pergi ke sawah. Tetapi dua orang telah membantu menggarap sawahnya yang besok akan mulai ditanami" "Terima kasih, Bibi" "Nah, silahkan, sebentar lagi Ki Pananggungan akan berangkat" "Apakah Nyi Pananggungan ada?" "Ada. Baru saja Nyi Pananggungan selesai masak. Masakannya yang sekarang aku bawa ke sawah" "Terima kasih, Bibi" Perempuan itupun kemudian meninggalkan Wijang dan Paksi yang masih saja termangu-mangu. Namun sejenak kemudian, keduanyapun telah melangkah masuk melewati regol halaman. Demikian mereka berada di halaman, maka merekapun melihat seorang laki-laki yang masih terhitung muda, berdiri termangu-mangu di pintu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
longkangan sambil memegangi tangkai cangkulnya. Agaknya orang itu juga akan pergi ke sawah bersama Ki Pananggungan. Orang itu memandang Wijang dan Paksi berganti-ganti. Kemudian diletakannya cangkulnya. Selangkah-selangkah ia maju mendekati Wijang dan Paksi. "Bukankah kalian anak-anak muda yang pernah tinggal di rumah ini?" Wijang dan Paksi mengangguk hormat. Merekapun segera dapat mengenali laki-laki yang pernah mereka kenal ketika mereka berada di rumah Ki Pananggungan beberapa waktu sebelumnya. "Ya, Kang. Kakang masih ingat kepada kami?" "Tentu" jawab orang itu. Lalu iapun bertanya, "Kalian baru datang?" "Ya, Kakang" "Baiklah. Silahkan duduk. Aku beritahukan kepada Ki Pananggungan, bahwa kalian datang kemari" Tetapi sebelum orang itu melangkah masuk lewat pintu seketeng, Ki Pananggungan justru telah keluar. Orang itupun terkejut melihat Wijang dan Paksi. Hampir saja ia menyebut gelar Wijang yang sebenarnya. Namun ia masih sempat menyadari keadaan Pangeran Benawa dalam pakaian orang kebanyakan. Pangeran Benawa tentu tidak senang mendengar gelarnya disebut di hadapan orang lain. Karena itu, maka dengan ramah Ki Pananggunganpun bertanya, "Bukankah aku berhadapan dengan Angger Wijang dan Angger Paksi?" "Ya, Ki Pananggungan. Sesudah cukup lama kami pergi, maka rasa-rasanya kami ingin kembali melihat keadaan keluarga dan padukuhan ini" "Marilah, Ngger. Silahkan naik" "Tetapi Ki Pananggungan akan pergi ke sawah" "Biarlah Mijan pergi sendiri" Lalu katanya kepada laki-laki yang menunggunya, "Pergilah sendiri, Mijan. Aku akan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menemui tamu-tamuku yang sudah lama tidak berkunjung kemari" "Baik, Ki Pananggungan" "Jika Ki Pananggungan akan pergi ke sawah, biarlah kami ikut ke sawah" sahut Paksi. "Tidak. Tidak terlalu penting. Sudah ada dua orang di sawah. Kemudian Mijan akan menyusul mereka" Mijanpun kemudian berkata, "Aku minta diri, Ki. Silahkan kalian berdua duduk. Aku akan pergi ke sawah" "Baik. Silahkan, Kakang" sahut Paksi. Sepeninggal Mijan, maka Ki Pananggungan telah mempersilahkan Wijang dan Paksi naik ke pendapa. "Selamat datang di rumahku, Pangeran dan kau Angger Paksi" "Maaf, Ki Pananggungan. Seperti ketika aku datang kemari sebelumnya, panggil aku Wijang" "Baik, Pangeran. Meskipun rasa-rasanya aku telah melakukan kesalahan yang besar" "Ki Pananggungan tidak bersalah. Ki Pananggungan justru akan aku anggap bersalah, jika Ki Pananggungan memanggilku pangeran. Jika aku tidak mempunyai maksud tertentu, aku tentu tidak akan berada di sini dalam keadaan seperti ini" "Hamba, Pangeran" "Nah. Panggil aku Wijang" "Baik, Wijang" "Nah, terima kasih. Aku minta Ki Pananggungan untuk selanjutnya tidak lupa" Ki Pananggungan tersenyum sambil menyahut, "Aku akan berusaha, Ngger" Wijang mengangguk-angguk. Sementara Paksipun bertanya, "Kelihatannya rumah ini sepi, Ki Pananggungan. Apakah Nyi Pananggungan ada?" "Ada, ada Ngger. Nyi Pananggungan ada di belakang. Tetapi Nyi Pananggungan sekarang sendiri berada di dapur" "Nyi Permati?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Nyi Permati sudah meninggalkan rumah ini bersama dengan Kemuning yang dijemput oleh ayah dan ibunya" "Maksud Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung yang mengangkat Kemuning menjadi anaknya itu?" "Ya, Ngger" Paksi dan bahkan juga Wijang menjadi tegang. Sementara itu Ki Pananggunganpun berkata, "Aku tidak dapat menahan mereka. Apalagi Repak Rembulung dan Pupus Rembulung memerlukan kawan untuk melayani beberapa orang yang tinggal di rumahnya" Jantung Paksi dan Wijang berdesis. Dengan serta-merta Paksipun bertanya, "Siapa saja yang tinggal di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung?" "Aku tidak begitu jelas, Ngger. Tetapi yang sepintas aku dengar, ada beberapa orang yang tinggal bersamanya. Orangorang yang berdatangan dari sebuah padukuhan di pinggir Kali Praga. Mereka adalah sanak kadang Pupus Rembulung" "Dari padukuhan di pinggir Kali Praga?" ulang Paksi. "Ya. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu dengan Pupus Rembulung, sehingga mereka menjadi sangat rindu sehingga mereka memerlukan datang dan untuk beberapa hari akan berada di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Mereka terdiri dari beberapa orang yang di antaranya adalah anak-anak muda" Keterangan Ki Pananggungan itu memang sangat menarik. Namun jika mereka datang dari sebuah padukuhan di pinggir Kali Praga, maka tentu tidak ada sangkut-pautnya dengan anak-anak muda yang semula berada di padepokan Ki Gede Lenglengan. Meskipun demikian Paksi masih belum percaya begitu saja jika orang-orang yang berada di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu berasal dari pinggir Kali Praga. Mungkin saja Repak Rembulung dan Pupus Rembulung sengaja mengaburkan keberadaan anak-anak muda itu di rumahnya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Pananggungan" bertanya Paksi, "apakah mereka benarbenar orang dari pinggir Kali Praga atau Kali Opak?" "Kali Praga, Ngger. Itu jelas sekali bagiku. Pupus Rembulung sendiri yang mengatakannya kepadaku" "Sudah berapa lama Nyi Permati dan Kemuning pergi meninggalkan rumah ini?" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Ia tahu bahwa ada hubungan khusus antara Paksi dan Kemuning. Meskipun masih sangat terbatas, tetapi Ki Pananggungan mengerti perasaan anak muda itu terhadap kemenakannya. "Belum terlalu lama, Ngger. Baru sekitar dua bulan yang lalu. Jika saja Angger datang lebih cepat, maka Angger akan dapat bertemu dengan Kemuning, bahkan dengan ayah dan ibunya itu" Jantung Paksi bergejolak menghentak-hentak di dadanya. Ada beberapa hal yang membuatnya menjadi sangat gelisah. Berita tentang kehadiran beberapa orang di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung meskipun disebutnya datang dari pinggir Kali Praga, tetapi Paksi langsung menghubungkannya dengan kehadiran beberapa orang anak muda asuhan Ki Gede Lenglengan. Justru anak-anak muda itu telah dikirim lebih dahulu. Baru kemudian Ki Gede Lenglengan dan beberapa orang pergi menyusulnya. Selebihnya, Paksi seakan-akan telah merasa kehilangan. Ia tidak lagi dapat menjumpai Kemuning di rumah Ki Pananggungan itu. "Ki Pananggungan" berkata Paksi kemudian, "apakah Ki Pananggungan dapat menunjukkan kepada kami, di mana rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung itu?" "Terus terang, Ngger, aku belum pernah melihat rumahnya yang baru itu. Bahkan rumahnya yang lama pun aku belum pernah mengunjunginya. Aku tidak tahu, kenapa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung sering berpindah-pindah tempat tinggal" "Jadi Kemuning telah dibawa oleh Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung ke tempat tinggalnya yang baru?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya, Ngger. Tetapi Angger Paksi tidak perlu merasa terlalu cemas sebagaimana saat Kemuning berada di tangan Bahu Langlang. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung adalah seorang ayah dan ibu yang baik bagi Kemuning. Bagaimanapun sifat keduanya di luar rumah, tetapi di rumah mereka adalah seorang ayah dan ibu" "Tetapi di rumahnya sekarang tinggal beberapa orang lain. Jika itu terjadi sejak dua bulan yang lalu, apakah mereka sekarang masih tetap tinggal di rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung" Sehingga Kemuning masih belum dapat pulang sampai sekarang?" Wijang memang ikut merasa gelisah. Tetapi kesempatannya merenungi persoalan itu masih lebih banyak dari Paksi. Karena itu, maka Wijangpun berdesis, "Tenanglah, Paksi" Namun Ki Pananggungan justru tersenyum. Katanya, "Ngger, Kemuning justru telah pulang ke rumah ayah dan ibunya. Seandainya tamu-tamu itu sudah pulang, aku tidak dapat mengharap Kemuning itu pulang ke rumah ini karena ia sudah berada di rumah kedua orang tuanya" "Tetapi Kemuning pernah ditinggalkan begitu saja, sehingga gadis itu harus pergi bersama ibunya mencari rumah Ki Pananggungan di Kembang Arum ini" "Sudah aku katakan kepadanya, Ngger. Kepada ayah dan ibunya. Untunglah bahwa Bahu Langlang sudah lama tidak ada lagi di rumahnya. Jika orang itu dapat diketemukan, maka orang itu tentu akan dilumatkan" "Apakah ayah dan ibu Kemuning yang membakar rumah Bahu Langlang?" "Apakah rumah Bahu Langlang itu dibakar?" "Tidak ada yang tahu, Ki Pananggungan. Apakah terbakar atau dibakar. Tetapi rumah itu sudah menjadi abu" "Jika rumah itu sengaja dibakar, adalah pekerjaan yang siasia. Tidak ada gunanya, karena Bahu Langlang sudah pergi. Orang itu sudah mengaku bersalah dan ingin memperbaiki kesalahannya. Itu pun sudah lama terjadi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Pananggungan" berkata Paksi kemudian, "jika demikian, maka kami minta diri. Kami akan mencari rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung" Ki Pananggungan terkejut. Dengan serta-merta iapun mencegahnya, "Jangan tergesa-gesa pergi, Ngger. Jika Angger akan mencari rumah mereka itu terserah saja kepada Angger Paksi. Tetapi tentu tidak sekarang. Angger baru saja datang dari perjalanan yang jauh" "Aku sudah banyak kehilangan waktu di perjalanan, Ki Pananggungan" Namun Wijanglah yang kemudian berkata, "Jangan tergesa-gesa, Paksi. Tenanglah. Kita harus merencanakan langkah-langkah yang akan kita ambil" "Beberapa kali kita berhenti di perjalanan, sehingga aku datang terlambat" "Tidak, Ngger. Kau tidak terlambat" berkata Ki Pananggungan yang menduga bahwa Paksi menjadi sangat kecewa karena tidak dapat bertemu dengan Kemuning. Tetapi Wijang dapat mengerti sepenuhnya. Paksi bukan saja gelisah karena Kemuning tidak ada lagi di rumah Ki Pananggungan. Tetapi Paksipun menjadi gelisah karena ia menduga bahwa yang berada di rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung di antaranya adalah adik laki-laki yang dicarinya itu. "Paksi, kita tidak boleh kehilangan nalar sehingga bertindak dengan tergesa-gesa. Lebih baik kita mohon kepada Ki Pananggungan agar kita diijinkan untuk bermalam di sini. Setidak-tidaknya malam nanti" "Tentu, Ngger. Tentu. Kami tidak akan berkeberatan. Bahkan aku mohon kalian tidak hanya bermalam semalam. Tetapi untuk sementara kalian dapat tinggal di sini. Aku berjanji untuk membantu Angger berdua menemukan Kemuning" Paksi justru terkejut mendengar pernyataan Ki Pananggungan. Barulah ia sadar, bahwa Ki Pananggungan tidak tahu-menahu tentang adiknya yang oleh Ki Gede
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Lenglengan telah diserahkan kepada sepasang suami-istri di sisi selatan kaki Gunung Merapi. Karena itu, maka Paksipun menarik nafas dalam-dalam. Dipandanginya Wijang dengan kerut di dahi. Nampaknya Wijang dapat mengerti, bahwa Paksi baru menyadari keadaannya menurut tanggapan Ki Pananggungan. Sambil tersenyum Wijang itupun berkata, "Nah, bukankah lebih baik kita sambil mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Ki Pananggungan, beristirahat barang semalam?" Paksi mengangguk sambil berdesis, "Ya. Kita akan mohon untuk diperkenankan berada di rumah ini setidak-tidaknya semalam" "Tidak. Jangan hanya semalam. Aku mohon kalian tinggal di sini. Bahkan setelah kalian menemukan rumah kedua orang tua Kemuning itu" Paksi menundukkan kepalanya. Sementara Wijangpun berkata, "Terima kasih atas kesempatan ini, Ki Pananggungan" "Nah, sekarang aku persilahkan kalian duduk dahulu. Aku akan memberitahu Nyi Pananggungan. Nampaknya ia belum tahu bahwa Angger berdua datang menengok keluarga kami. Demikian kita bertemu, kita langsung tersuruk ke dalam pembicaraannya yang agaknya bersungguh-sungguh" "Silahkan, Ki Pananggungan. Silahkan" Ki Pananggungan itupun kemudian masuk ke ruang dalam untuk menemui isterinya. Demikian Nyi Pananggungan mengetahui, bahwa yang ada di pringgitan adalah Paksi dan Wijang, maka dengan tergesagesa Nyi Pananggungan itupun pergi ke pringgitan untuk menemuinya. "Selamat datang, Angger berdua. Sudah agak lama kami mengharap Angger berdua datang mengunjungi keluarga kami" "Maaf, Nyi" Wijanglah yang menyahut, "ada-ada saja masalah yang menghambat. Masalah yang sebenarnya kami buat sendiri"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Terus terang, Ngger, Kemuning juga sangat mengharap kedatangan Angger Paksi. Tetapi rasa-rasanya seperti mengharapkan embun menitik di tengah hari" "Kami mohon maaf, Nyi. Seperti yang dikatakan Kakang Wijang, kami tidak segera dapat mengunjungi keluarga ini" "Sekarang Kemuning sudah kembali kepada ayah dan ibunya" "Ya, Nyi. Tadi Ki Pananggungan juga sudah mengatakannya" Ki Pananggunganlah yang kemudian menyahut, "Aku sudah berjanji untuk membantunya mencari rumah orang tua Kemuning yang baru" "Ya, Ngger. Orang tua Kemuning memang sering berpindah-pindah. Tetapi sebenarnyalah orang memang mempunyai beberapa buah rumah. Mungkin rumah yang dipergunakannya sekarang adalah rumah yang lebih besar dari rumahnya yang dahulu, yang ditinggalinya bersama Nyi Permati dan Kemuning, yang menurut Kemuning memang tidak begitu besar. Pada saat kedua orang tuanya menerima banyak tamu yang bermalam, maka mereka menerima tamu mereka di rumahnya yang lebih besar" "Ya, Nyi" "Nyi" berkata Ki Pananggungan kemudian, "mereka berdua akan bermalam di rumah ini. Besok atau besok lusa aku akan membantu mereka mencari rumah orang tua Kemuning itu" "Ke mana Ki Pananggungan akan mencarinya?" "Aku harus mengingat-ingat apa yang pernah dikatakan oleh Rembulung. Mungkin ada petunjuk yang dapat membawa kedua anak muda itu sampai kepadanya" "Angger berdua tidak usah tergesa-gesa. Waktunya masih panjang. Jika Angger berdua akan memburu puncak bukit kecil di kaki Gunung Merapi itu, maka puncak bukit itu tidak akan beranjak dari tempatnya" Paksi menundukkan wajahnya. Sementara Wijang tersenyum-senyum saja sebagaimana Ki Pananggungan dan Nyi Pananggungan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Nah, duduklah. Aku akan menyiapkan minuman" Dalam pada itu, ketika Nyi Pananggungan berada di dapur, maka Ki Pananggunganpun bertanya, "Menurut pendengaranku, Harya Wisaka sudah tertangkap, Ngger. Apakah memang demikian?" "Benar, Ki Pananggungan" Wijanglah yang menjawab. "Bagaimana dengan para pengikutnya?" Wijang menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun berkata, "Itulah yang masih kami cemaskan" "Di lingkungan ini, Ngger, sejak semula memang tidak terlalu terasa benturan antara kekuatan-kekuatan yang semula ingin menguasai cincin kerajaan itu, meskipun getarnya sampai di sini pula. Bahkan kemudian seakan-akan larut dihanyutkan oleh waktu. Sementara itu, berita tentang pemberontakan Harya Wisaka terdengar semakin keras. Sedangkan kelompok-kelompok kekuatan yang lain, yang pernah memusuhi Harya Wisaka itupun tidak banyak lagi terdengar" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Namun Paksi nampak menjadi gelisah. Agaknya ada persoalan yang ingin dikatakannya. Tetapi Paksi masih saja merasa ragu. Wijang yang dapat mengerti perasaan Paksi itulah yang kemudian berkata, "Ki Pananggungan, sebenarnyalah bahwa ada dua hal yang membuat Paksi menjadi gelisah. Yang pertama, ia merasa sangat kecewa bahwa ia tidak dapat bertemu dengan Kemuning. Di sepanjang jalan menuju ke Kembang Arum, sekali-sekali terucapkan nama Kemuning meskipun ia berusaha untuk tetap mengendapkannya" Ki Pananggungan itupun tersenyum. Ia sudah dapat meraba gejolak perasaan anak muda itu. Sementara Wijangpun berkata selanjutnya, "Sedangkan persoalan yang kedua yang membuat Paksi gelisah adalah tamu-tamu di rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung" "Kenapa dengan tamu-tamu itu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Pananggungan" berkata Wijang yang suaranya menjadi berat, "ketika Paman Harya Wisaka tertangkap, maka terloncat dari mulutnya, bahwa beberapa orang anak muda telah diserahkan kepada seorang yang bernama Ki Gede Lenglengan untuk ditempa agar menjadi pemimpin di masa datang, sesuai dengan jalur perjuangan Paman Harya Wisaka. Mereka adalah anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang. Ketika kami berhasil memasuki Padepokan Watukambang yang dipimpin oleh Ki Gede Lenglengan itu, ternyata bahwa anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang itu sudah tidak ada di padepokan. Menurut seorang di antara mereka yang berhasil kami bujuk untuk memberikan keterangan, anak-anak muda itu telah dititipkan kepada sepasang suami-istri yang tinggal di sisi selatan kaki Gunung Merapi. Orang itu tidak tahu siapakah nama sepasang suami-istri itu. Tetapi pada waktu itu, arah perkiraan kami langsung hinggap pada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung. Sementara itu, Ki Gede Lenglengan yang luput dari tangan para prajurit Pajang telah pergi ke selatan pula. Kami berhasil menelusuri jejaknya sehingga sampai ke sisi selatan kaki Gunung Merapi ini. Yang paling menggelisahkan Paksi adalah, bahwa salah seorang dari anak-anak muda dari angkatan mendatang itu adalah adik laki-laki Paksi yang bernama Lajer Laksita" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Seakan-akan ditujukan kepada diri sendiri iapun bergumam, "Jadi itulah masalahnya. Dua persoalan yang meskipun terpisah, akan saling berkait. Menurut Rembulung, tamu-tamu itu datang dari sebuah padukuhan di pinggir Kali Praga. Tetapi memang mungkin saja Rembulung tidak berterus-terang kepadaku" "Ki Pananggungan" berkata Wijang kemudian, "sebaiknya kami berdua dengan berterus-terang minta bantuan Ki Pananggungan untuk mengetahui, siapakah sebenarnya yang berada di rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Baiklah. Seperti sudah aku janjikan, aku akan membantu kalian. Kita akan mencari rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" "Tetapi Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung akan dapat mengenali kami" "Apakah kalian pernah berhubungan dengan keduanya" "Pernah, Ki Pananggungan. Kami pernah melibatkan diri pada saat Repak Rembulung dan Pupus Rembulung dikeroyok oleh beberapa orang sehingga rasa-rasanya pertemuan itu tidak adil" "Kau membantu mereka?" Wijang mengangguk. Ki Pananggunganpun menjadi termangu-mangu. Sementara itu Paksi masih saja menundukkan wajahnya. "Yang aneh bagi kami, Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung telah menasehati kami agar kami mencari jalan yang baik dan benar untuk menyongsong masa depan kami yang panjang. Nasehat yang tidak pernah kami duga akan keluar dari mulut seorang Repak Rembulung dan seorang Pupus Rembulung" "Bukankah sudah aku katakan, bahwa keduanya memang aneh" Di rumah mereka adalah ayah dan ibu yang baik. Yang dengan penuh kasih sayang mengasuh Kemuning. Memberinya nasehat agar kelak Kemuning menjadi seorang yang baik, yang berjalan di jalan lurus sesuai dengan petunjuk dari Yang Maha Agung" "Nasehat itu pulalah yang diberikan kepada kami" desis Wijang. "Repak Rembulung dan Pupus Rembulung berdiri dengan kedua kaki pada alas yang berbeda" Wijang mengangguk-angguk. Katanya, "Pertentangan yang tumbuh di dalam diri Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu akan dapat meledak di hari-hari tua mereka" "Kau benar, Wijang" sahut Ki Pananggungan. "Nah, bagaimana menurut pertimbangan Ki Pananggungan" Apa yang sebaiknya kami lakukan?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Begini, Ngger, jika Angger berdua setuju, biarlah aku saja yang mencari Rumah Rembulung. Aku akan dapat memberikan alasan apa saja. Mungkin karena aku rindu kepada Kemuning" "Lalu, apakah yang harus kami kerjakan?" "Kalian tinggal di rumah ini" "Tetapi bukankah sangat berbahaya bagi Ki Pananggungan?" Ki Pananggungan itu tersenyum. Katanya, "Ingat, aku adalah kakak ayah Kemuning itu. Aku akan datang sebagai seorang paman yang ingin menengok kemenakannya. Apalagi kemenakannya itu pernah tinggal bersamanya" Wijang mengangguk-angguk sementara Paksi menarik nafas dalam-dalam. "Tetapi tentu tidak hari ini. Besok aku akan pergi. Mungkin dalam pembicaraan kami pernah disebut-sebut kata-kata yang dapat menjadi petunjuk, ke mana aku harus mencarinya. Nanti aku akan berbicara dengan Nyi Pananggungan" "Tetapi sebelumnya, kami mohon maaf, Ki Pananggungan, bahwa kami datang untuk membuat Ki Pananggungan menjadi sibuk. Bahkan harus melakukan sesuatu yang berbahaya" sahut Paksi. "Apa yang berbahaya" Menengok seorang adik bukan pekerjaan yang berbahaya" "Tetapi seandainya dugaan kami benar, maka di rumah itu ada seorang yang bernama Ki Gede Lenglengan. Orang itu baru datang kemudian. Belum terlalu lama" "Aku akan berhati-hati, Ngger. Mudah-mudahan Ki Gede Lenglengan bukan orang yang gila, sehingga mengganggu saudara dari orang yang memberinya tempat berlindung" "Ki Gede Lenglengan memang gila, Ki Pananggungan" desis Wijang. "Kangjeng Sultan di Pajang di masa mudanya pernah mengenal orang yang bernama Lenglengan. Agaknya orang itu pulalah yang kemudian bernama Ki Gede Lenglengan" Ki Pananggungan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Aku akan berhati-hati, Ngger"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sementara itu, maka Nyi Pananggunganpun telah minta mereka untuk masuk ke ruang dalam. Katanya, "Mumpung nasi masih hangat, silahkan, Ngger" "Begitu cepatnya" berkata Wijang di luar sadarnya. Nyi Pananggunganpun menyahut, "Sudah ada, Ngger. Tetapi seadanya saja. Yang lain tadi dibawa ke sawah untuk mereka yang sedang mengerjakan sawah. Marilah, Ngger" Merekapun kemudian masuk ke ruang dalam. Ternyata nasi, lauk dan sayurnya memang masih hangat. Agaknya Nyi Pananggungan telah memanasinya lagi. Sejenak kemudian mereka telah duduk di amben bambu di ruang dalam. Nasi, sayur lodeh keluwih, serundeng kelapa dan sambal terasi. Ikan kakap goreng yang nampaknya baru saja turun dari perapian. "Ikan itu diambil dari belumbang di belakang, Ngger" berkata Nyi Pananggungan. "Siapa yang menangkapnya?" berkata Wijang. "Anak tetangga sebelah, Ngger. Ia tinggal bersama kami di sini" Wijang mengangguk-angguk. Namun bau sambal terasi itu membuat Wijang dan Paksi merasa lapar. Setelah mereka selesai makan, maka Ki Pananggungan telah membawa Wijang dan Paksi ke bilik di gandok sebelah kanan. Katanya, "Kalian dapat beristirahat di bilik ini, Ngger" "Terima kasih, Ki Pananggungan" Wijang dan Paksi menjawab hampir bersamaan. Keduanya memang beristirahat sejenak. Perut mereka terasa kenyang. Sambil duduk di lincak bambu yang panjang, keduanya kembali berbicara tentang Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. "Dugaanku kuat, bahwa yang ada di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu adalah anak-anak muda yang disebut angkatan mendatang itu, Wijang" "Ya. Kemungkinannya memang besar sekali. Agaknya kepada Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak mau berterus-terang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jika benar Ki Gede Lenglengan itu ada di rumah Repak Rembulung, maka Ki Pananggungan benar-benar harus berhati-hati sekali. Ki Gede Lenglengan itu memang gila" Paksi mengangguk-angguk. Meskipun agak ragu iapun berkata, "Sebaiknya kita minta agar kita diperbolehkan mengikutinya" "Ki Pananggungan tentu tidak akan menyetujuinya" Paksi menarik nafas dalam-dalam. Sejenak keduanya saling berdiam diri tenggelam di dalam angan-angan mereka masing-masing. Namun Paksilah yang kemudian bangkit berdiri sambil berkata, "Aku akan mengisi jambangan di pakiwan" "He" Wijangpun bangkit pula, "biar aku saja yang mengisi jambangan" "Lalu, apa yang harus aku lakukan?" "Kau kerjakan pekerjaan yang lain. Menyapu halaman atau membelah kayu bakar" Wijang tidak menunggu jawaban Paksi. Iapun segera pergi ke sumur untuk mengisi jambangan. Sementara Paksi masih hilir-mudik mencari sapu lidi. Ketika ia berada di rumah itu, maka iapun mengerjakan apa saja untuk membantu meringankan pekerjaan di rumah itu. Waktu itu di rumah itu masih ada Kemuning dan Nyi Permati. Ketika Paksi mendapatkan sapu lidi, maka kenangannya kepada Kemuning terasa menjadi semakin tajam. Namun ketika Paksi baru mulai menyapu halaman, maka seorang remaja datang menghampirinya. Dengan agak ragu remaja itupun berkata, "Biarlah aku saja yang menyapu halaman" Paksi memandang anak itu sejenak. Ia mencoba mengingat-ingat, apakah ia pernah mengenal anak itu sebelumnya. Ternyata bahwa Paksi dapat mengenalinya. Sambil tersenyum iapun berkata, "Bukankah kau Dukut anak yang tinggal di rumah sebelah?" Remaja itu mengangguk. "Kau ingat kepadaku?" "Ya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Nah, jika kau ingat kepadaku, siapa namaku?" "Paksi" "Tepat. Kakakku itu?" "Wijang" "Bagus. Kaukah yang tadi menangkap kakap di belumbang di kebun belakang?" Anak itu mengangguk. "Bagus. Kenapa kau tidak menegurku?" Anak itu diam saja Karena anak itu diam saja, maka Paksipun berkata, "Sudahlah. Kau lakukan kerja yang lain. Selama aku di sini beberapa waktu yang lalu, aku juga sering menyapu halaman. Waktu itu kau tidak berada di rumah ini. Tetapi kau sering bermain-main di sini" Anak itu masih berdiri termangu-mangu, sehingga Paksipun berkata sekali lagi, "Dukut, kau ambil sapu yang lain, kemudian menyapu halaman samping" Dukut itu mengangguk. Kemudian iapun pergi meninggalkan Paksi. Sementara itu, Ki Pananggungan yang melihat Wijang mengisi jambangan pakiwan, dengan tergesa-gesa mendapatkannya. Katanya gagap, "Sudahlah, Pangeran. Biarlah nanti hamba yang mengisi pakiwan atau pembantupembantu hamba, sebentar lagi mereka akan pulang dari sawah" "Ki Pananggungan agaknya lupa, siapa namaku" "Baik, baik. Tetapi jangan menimba air untuk mengisi pakiwan" "Bukankah aku pernah melakukannya?" "Tetapi sekarang tidak perlu lagi, Pangeran. Eh, Wijang" Wijang tersenyum. Katanya, "Sudahlah. Aku juga perlu bergerak agar urat-urat darahku tidak membeku" "Tetapi tidak dengan menimba air untuk mengisi jambangan seperti ini" Wijang bahkan tertawa. Tetapi ia masih saja menarik senggot timba untuk menaikkan air dari sumur.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Pananggunganpun akhirnya harus mengalah. Wijang tidak mau berhenti menimba air. "Silahkan Ki Pananggungan meninggalkan aku di sini. Nanti jika jambangan itu sudah penuh, serta aku sudah mandi, aku akan kembali ke gandok" Ki Pananggungan terpaksa meninggalkan Wijang yang masih sibuk mengisi jambangan di pakiwan. Ketika Ki Pananggungan masuk ke dapur lewat pintu butulan, Nyi Pananggungan yang berada di dapur pun bertanya, "Ada apa, Kakang" Nampaknya kau gelisah" "Aku tidak sedang gelisah, Nyi. Tetapi rasanya tidak mapan jika tamu-tamu kita harus menimba air sendiri" Nyi Pananggungan tersenyum. Katanya, "Biar saja, Kakang. Bukankah ia selalu melakukannya beberapa waktu yang lalu ketika mereka berada di sini. Paksi sekarang juga sedang menyapu halaman. Apa salahnya?" Ki Pananggungan hanya dapat menarik nafas. Tetapi ia tidak berkata apa-apa lagi. Ketika Ki Pananggungan membuka pintu pringgitan, maka ia memang melihat Paksi yang sedang sibuk menyapu halaman depan. Demikianlah Wijang dan Paksi berada di rumah itu seperti mereka berada di rumah mereka sendiri. Sebagaimana dilakukannya beberapa waktu sebelumnya. Mereka mengerjakan apa yang dapat mereka kerjakan di rumah itu. Ketika malam turun, maka keduanyapun dipersilahkan untuk duduk di ruang dalam. Nyi Pananggungan sudah menyiapkan makan malam bagi mereka. "Marilah, Ngger" Ki Pananggungan mempersilahkan, "makan seadanya" Yang kemudian terhidang adalah nasi hangat, pepesan udang dan sayur seperti yang dihidangkan siang tadi. Setelah mereka selesai makan, maka Wijang dan Paksi tidak segera pergi ke bilik yang telah disediakan bagi mereka. Tetapi mereka masih berbincang dengan Ki Pananggungan dan Nyi Pananggungan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Besok aku akan pergi ke rumah Rembulung" berkata Ki Pananggungan. "Sebenarnya kami tidak ingin membuat Ki Pananggungan menjadi sibuk. Bahkan jika Ki Pananggungan berkenan, biarlah Ki Pananggungan memberikan sedikit petunjuk ke mana kami harus pergi" "Tidak, Ngger. Tidak apa-apa. Aku juga ingin melihat Kemuning. Rasa-rasanya aku sudah rindu kepadanya" "Kami hanya dapat mengucapkan terima kasih, Ki Pananggungan. Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu atas Ki Pananggungan. Di jalan maupun di rumah orang tua Kemuning" "Orang tua Kemuning adalah adik Ki Pananggungan" sahut Nyi Pananggungan. "Tetapi tidak akan terjadi sesuatu di rumah itu" Namun Paksipun kemudian berdesis, "Bagaimana menurut pertimbangan Ki Pananggungan jika kami ikut bersama Ki Pananggungan?" Ki Pananggungan tersenyum sambil menggeleng, "Tidak usaha, Ngger. Nanti akan dapat timbul salah paham" Paksi menarik nafas panjang. Namun ia tidak berkata apaapa lagi. Ki Pananggunganlah yang kemudian berpesan, "Selama aku pergi, aku titip rumah ini, Ngger. Jangan pergi ke mana-mana" "Kalau kami ikut pergi ke sawah?" bertanya Wijang. "Tentu saja tidak apa-apa. Maksudku jangan pergi jauh atau bahkan pergi dan tidak kembali lagi" jawab Ki Pananggungan sambil tertawa. Demikianlah, beberapa saat mereka masih berbincang. Namun kemudian Ki Pananggunganpun telah mempersilahkan tamu-tamunya untuk beristirahat di bilik yang telah disediakan kepada mereka di gandok. Seperti yang direncanakan, pagi-pagi sekali Ki Pananggungan sudah siap. Nyi Pananggungan telah menyediakan makan pagi, sementara pembantunya yang tua telah menyiapkan kudanya. Wijang dan Paksi juga sudah
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
berada di halaman pula ketika Ki Pananggungan siap untuk berangkat. "Menurut Pupus Rembulung, rumahnya berada di dekat sebuah belumbang yang tidak jauh dari sebatang pohon yang besar, seperti pohon beringin tetapi mempunyai beberapa macam bunga yang berbeda-beda. Ada yang menyebut lima macam, ada yang mengatakan tujuh macam. Entahlah siapakah yang benar. Tetapi aku juga belum pernah melihat pohon itu" berkata Nyi Pananggungan. "Pohon Manca Warna. Mudah-mudahan dengan ancarancar itu aku dapat menemukan rumah Rembulung" "Rembulung juga sering mandi di belumbang itu" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Aku akan berusaha menemukan mereka. Mungkin aku baru kembali dalam dua atau tiga hari mendatang" "Hati-hati di jalan, Kakang" "Aku akan selalu berhati-hati" Lalu katanya kepada Wijang dan Paksi, "Titip rumahku, Ngger" Demikianlah, sejenak kemudian, maka Ki Pananggunganpun telah melarikan kudanya menempuh perjalanan. "Jika benar rumah Rembulung ada di dekat pohon Manca Warna itu, maka sedikit lewat wayah pasar temawon, Kakang Pananggungan sudah akan sampai, Ngger" Wijang menengadahkan wajahnya. Langit masih nampak muram. Sementara itu, ayam-ayampun mulai turun dari kandangnya. Terdengar seekor induk ayam berkotek memanggil anakanaknya. Sedang di sisi lain, seekor ayam jantan berkokok dengan nada menantang. Kemudian mengepakkan sayapnya beberapa kali. Hari masih pagi. Namun bayangan fajar telah nampak di langit yang bersih. Ki Pananggunganpun melarikan kudanya semakin cepat. Jalan-jalan masih nampak sepi. Tetapi di bulak panjang, Ki Pananggungan telah mendahului sebuah pedati
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang merayap dengan malas ke pasar yang terletak tidak jauh di depan. Meskipun pasar itu kecil saja, tetapi di hari pasaran, pasar itu menjadi ramai sehingga para pedagang tidak tertampung seluruhnya di dalam pasar. Beberapa penjual terpaksa berjualan di luar dinding pasar. Ketika Ki Pananggungan sampai di pasar itu, ia terpaksa memperlambat jalan kudanya. Namun kemudian, kudanyapun telah berlari lagi. Ki Pananggungan melarikan kudanya ke arah timur di sepanjang jalan di kaki Gunung Merapi. Kadangkadang jalannya menjadi sulit, sehingga perjalanan kuda itu terganggu. Bagaikan siput yang merayap di bebatuan. Namun demikian ruas itu sudah terlewatkan, maka kuda Ki Pananggungan itupun berlari lagi dengan kencangnya. Sekali-sekali jalan menanjak naik. Namun kemudian menukik turun. Jika jalan menjadi datar, maka di sebelahnya terdapat jurang yang cukup dalam. Sementara itu, mataharipun memanjat langit semakin tinggi. Panasnya mulai terasa menyengat kulit. Ki Pananggungan sudah pernah pergi ke Jati Anom di sisi sebelah timur kaki Gunung Merapi, melewati sendang di dekat pohon Manca Warna itu. Karena itu, maka tujuan pertama adalah sendang yang pernah disebut-sebut oleh Nyi Pupus Rembulung. Seperti yang diperhitungkan, maka sedikit lewat wayah pasar temawon, Ki Pananggungan telah mendekati sendang di dekat pohon Manca Warna itu. Ki Pananggungan itupun menengadahkan wajahnya. Langit masih saja nampak cerah. Matahari yang sudah menjadi semakin tinggi, terasa sinarnya menjadi semakin menusuk. Beberapa saat kemudian, Ki Pananggunganpun telah sampai di sendang yang airnya nampak bening kehijauhijauan. Beberapa kelompok ikan wader pari berenang dengan riangnya. Agaknya wader pari itu jarang sekali merasa terganggu hidupnya di sendang yang airnya bening itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Di pinggir sendang terdapat beberapa buah batu besar yang agaknya sering dipergunakan untuk mencuci pakaian. Sedangkan luapan air sendang itu mengalir lewat sebuah genangan yang agak dalam, turun ke dalam parit yang mengalir ke bulak di sebelah belumbang itu. Genangan air itu setiap hari dipergunakan untuk memandikan ternak sehabis bekerja keras di sawah. Ki Pananggungan membiarkan kudanya minum air yang mengalir di parit yang menuju ke bulak. Airnya nampak jernih, sehingga kerikil-kerikil kecil di dasar parit itupun nampak jelas. Ki Pananggungan termangu-mangu sejenak. Sendang itu nampak sepi. Mungkin orang-orang yang pergi ke sendang itu sudah pulang. Mereka yang mencuci pakaiannya dan mereka yang memandikan ternak di genangan air yang melimpah dari sendang itu. Ki Pananggungan melangkah mondar-mandir di dekat sendang itu. Setelah kudanya cukup banyak minum, diikatnya kudanya itu pada sebatang pohon perdu yang tumbuh di dekat sendang itu. Di sekitar sendang itu, Ki Pananggungan melihat beberapa batang pohon raksasa. Sebangsa pohon preh dan beringin. Tidak terlalu jauh dari sendang itu terdapat sepasang pohon benda yang sudah tua. Pohonnya yang menunjukkan ketuaannya itu masih tetap berdiri kokoh menghunjam ke dalam bumi. Agak jauh dari sendang itu, lamat-lamat dilihat sebatang pohon yang disebut pohon Manca Warna itu. Ki Pananggungan menarik nafas panjang. Namun beberapa saat kemudian, Ki Pananggungan melihat seseorang berjalan sambil memanggul bajaknya dan menggiring sepasang lembu yang besar-besar. Dibiarkannya orang itu meletakkan bajaknya, kemudian melepas lembunya dan menggiringnya turun ke dalam air di genangan air yang melimpah dari sendang itu. Ki Pananggungan memandang orang itu dengan kerut di keningnya. Sementara itu, orang yang kemudian memandikan lembunya itu juga memandang Ki Pananggungan sekilas.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku belum pernah melihat orang ini" berkata orang yang memandikan lembunya itu di dalam hatinya. Sementara itu Ki Pananggungan justru telah mendekati orang itu sambil bertanya, "Ki Sanak, bukankah pohon yang lamat-lamat nampak itu pohon Manca Warna?" Orang itu mengerutkan keningnya. Namun kemudian orang itupun mengangguk, "Ya, Ki Sanak. Pohon itu disebut pohon Manca Warna. Apakah Ki Sanak akan pergi ke pohon itu untuk melihat nasib?" "Nasib?" "Ya. Siapa yang nasibnya baik di waktu mendatang, akan dapat melihat bunga melati pada pohon Manca Warna itu. Tetapi siapa yang melihat kembang bangah, maka nasibnya akan menjadi buruk" "Tidak, Ki Sanak. Aku tidak akan pergi untuk melihat nasib pada pohon Manca Warna itu" "O. Tentu setidak-tidaknya Ki Sanak akan dapat melihat keajaiban alam" "Keajaiban apa?" bertanya Ki Pananggungan. "Bukankah sangat ajaib jika sebatang pohon dapat mempunyai berbagai macam bunga?" "Bunga apa saja, Ki Sanak?" "Tidak semua orang dapat melihat jenis-jenis bunga apa pohon Manca Warna itu. Ada bunga randu, bunga belimbang lingkir, bunga gayam dan banyak lagi" "Bunga melati itu?" "Ya. Bunga melati" "Tetapi itu bukan satu keajaiban, Ki Sanak" "Bagaimana kau dapat mengatakan bahwa itu bukan satu keajaiban?" "Dahulu, Ki Sanak. Ketika pohon beringin itu mulai tumbuh, maka bersamaan dengan itu tumbuh pula berbagai macam pohon yang saling berdekatan. Akhirnya pohon-pohon itu saling menyatu dibalut oleh sulur-sulur dan akar-akar beringin, maka cabangnya pun mencuat dari batang yang nampaknya menjadi satu itu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau akan kualat, Ki Sanak" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Ia menyesal bahwa ia telah menyinggung perasaan orang itu, sementara itu ia membutuhkan pertolongannya untuk menunjukkan rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Namun akhirnya Ki Pananggungan itupun berkata, "Aku minta maaf, Ki Sanak. Sebenarnyalah bahwa aku belum pernah memperhatikan dengan sungguh-sungguh pohon Manca Warna itu. Mungkin Ki Sanak benar, bahwa itu memang satu keajaiban" Orang itu mengerutkan dahinya. Namun ia tidak menjawab. Perhatiannya segera beralih kepada lembunya yang akan dimandikannya. Tetapi sekali lagi orang itu berpaling kepada Ki Pananggungan ketika Ki Pananggungan kemudian berkata, "Ki Sanak, sebenarnya aku datang kemari untuk mencari adikku. Ia tinggal tidak jauh dari sendang yang terletak di dekat pohon Manca Warna. Kalau yang nampak itu pohon Manca Warna, maka tentu sendang inilah yang dimaksud. Atau barangkali ada sendang lain di dekat tempat ini?" "Tidak, Ki Sanak. Ini adalah satu-satunya sendang di lingkungan ini. Di belakang pohon benda yang besar itu juga ada mata air yang terhitung deras. Tetapi di belakang pohon benda itu tidak ada sendang. Airnya menggenang tidak seberapa banyak karena airnya itu kemudian mengalir di dua batang parit yang mengairi sawah di sisi yang lain dari padukuhan itu" "Kalau begitu, tentu sendang inilah yang dimaksud" Orang yang sedang memandikan lembunya itu mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun bertanya, "Siapakah yang Ki Sanak cari?" "Namanya Rembulung. Repak Rembulung. Sedangkan istrinya dipanggil Pupus Rembulung" Orang itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun menggeleng. "Aku belum pernah mendengar namanya, Ki Sanak. Aku lahir, besar dan tua di padukuhan ini. Aku mengenal banyak orang. Penghuni padukuhan ini semuanya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
aku kenal. Penghuni padukuhan tetangga pun banyak pula yang aku kenal. Tetapi nama itu aku belum pernah mendengarnya" "Ki Sanak, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung belum terlalu lama tinggal di sini. Ia orang baru. Sementara itu, akhir-akhir ini di rumahnya telah berdatangan beberapa orang tamu" Orang itu masih mengingat-ingat. Sementara Ki Pananggunganpun berkata, "Mungkin Ki Sanak melihat rumah yang nampak terlalu banyak penghuninya atau kadang-kadang jika sedang memandikan lembunya melihat satu dua orang gadis yang mencuci pakaian terlalu banyak" Orang itu tiba-tiba saja mengangguk-angguk. Katanya, "Ki Sanak, mungkin yang kau maksud itu adalah sepasang suamiistri yang tinggal di tempat terpencil itu. Di bekas sebuah pategalan yang dibelinya dari penghuni padukuhan ini. Sepasang suami-istri itu membangun sebuah rumah yang terhitung besar. Karena rumah itu terletak di bekas pategalan, maka rumah itu seakan-akan menjadi terpencil, sehingga pergaulan penghuninya menjadi tersisih pula. Tetapi bukan maksud kami untuk menyisihkan penghuni rumah itu. Jika berpapasan dengan kami, merekapun mengangguk hormat pula sebagaimana kami lakukan terhadap mereka" "Mungkin, Ki Sanak. Memang mungkin sekali. Di manakah letaknya pategalan itu?" "Di sebelah padukuhan ini, di antara sebuah sungai kecil yang agak curam" "Apakah aku dapat pergi ke sana dengan naik seekor kuda?" "Dapat saja, Ki Sanak. Tetapi dengan sedikit melingkar. Ki Sanak harus melalui ujung padukuhan ini. Di sebelahnya terdapat sebuah jembatan bambu. Ki Sanak dapat meniti jembatan itu. Jembatan itu cukup kuat" "Terima kasih, Ki Sanak. Aku akan melihat penghuni rumah yang terpencil itu. Mudah-mudahan penghuni rumah itu yang aku cari. Jika tidak pun tidak mengapa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Silahkan, Ki Sanak. Mudah-mudahan merekalah yang kau cari" Ki Pananggunganpun kemudian minta diri. Sekali lagi ia mengucapkan terima kasih. Sejenak kemudian, maka Ki Pananggunganpun telah menyusuri jalan padukuhan. Seperti petunjuk orang yang sedang memandikan lembunya itu, maka di ujung padukuhan Ki Pananggungan pun telah menyeberang sungai lewat sebuah jembatan bambu. Ketika Ki Pananggungan menengadahkan wajahnya, maka dilihatnya matahari telah sampai ke puncaknya. Dengan jantung yang berdebaran, Ki Pananggungan membelokkan kudanya mengikuti jalan yang tidak terlalu lebar menuju ke sebuah rumah yang terletak di bekas sebuah pategalan. Namun ketika Ki Pananggungan itu mendekati regol, maka dilihatnya seseorang berdiri di pinggir jalan sambil memandanginya dengan tajamnya. "Ki Sanak" sapa orang itu ketika Ki Pananggungan melintas di depannya. Ki Pananggunganpun menghentikan kudanya. Bahkan Ki Pananggungan itu meloncat turun. "Kau akan pergi ke mana Ki Sanak?" bertanya orang itu. "Aku akan pergi ke rumah itu, Ki Sanak" jawab Ki Pananggungan. "Siapakah yang kau cari?" "Aku mencari Repak Rembulung atau Pupus Rembulung" "Kau siapa?" "Aku kakak Repak Rembulung" Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun tiba-tiba saja dari kejauhan terdengar seseorang menyebut nama Ki Pananggungan. "Kakang Pananggungan?" Ki Pananggungan berpaling. Dilihatnya Repak Rembulung berdiri di pintu regol halaman rumah di bekas pategalan itu. "Kau, Repak Rembulung?" "Marilah, Kakang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Pananggungan itupun kemudian menuntun kudanya memasuki regol halaman rumah, yang ternyata benar, rumah Repak Rembulung. Sambil melangkah menyeberangi halaman, Repak Rembulung itupun bertanya, "Dari mana Kakang tahu, bahwa aku tinggal di sini?" "Bukankah kau meskipun tidak langsung pernah mengatakan kepadaku?" "Kapan?" bertanya Repak Rembulung sambil mengerutkan dahinya. Bahkan langkahnya pun terhenti di tengah-tengah halaman. "Apakah kau sudah lupa" Kau tinggal di sebuah padukuhan dekat sebuah sendang yang airnya bening dan tidak kering di segala musim. Sendang itu berada dekat dengan pohon seperti pohon beringin, tetapi mempunyai berbagai jenis bunga" "Aku pernah mengatakan begitu?" "Ya. Dan kau juga mengatakan bahwa kau sering mandi di sendang itu pula" "Kakang, aku tidak pernah mandi di sendang itu" "Kau sendiri yang mengatakannya. Apakah kau benarbenar mandi, atau sekedar membual, aku tidak tahu" Repak Rembulung masih mengingat-ingat. Iapun kemudian bergumam, "Aku tidak ingat lagi, bahwa aku pernah mengatakannya kepada Kakang" "Jika kau tidak mengatakan kepadaku, dari siapa aku tahu bahwa kau tinggal di sini?" Repak Rembulung tidak menjawab. "Repak Rembulung, umurku lebih tua dari umurmu. Tetapi kau sudah hampir menjadi pikun. Sementara itu ingatanku masih tetap jernih" "Mungkin, Kakang. Mungkin aku sudah hampir menjadi pikun" Repak Rembulung itupun mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun berkata, "Mari. Marilah, Kakang. Aku persilahkan Kakang naik"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Keduanyapun melangkah lagi ke pendapa rumah Repak Rembulung yang terhitung besar. Di belakang pendapa yang berbentuk joglo, terdapat dua wuwung bangunan limasan. Di belakangnya terdapat sebuah longkangan yang berhubungan dengan longkangan samping, di belakang seketeng. Kemudian masih ada lagi bangunan limasan satu wuwung lagi. Di sebelah menyebelah terdapat gandok yang memanjang sampai ke belakang. Ketika Ki Pananggungan itu sudah duduk di pendapa, maka Repak Rembulungpun berkata, "Silahkan duduk, Kakang. Aku beritahu Pupus Rembulung" Ki Pananggungan mengangguk. Katanya, "Juga beritahu anakmu. Sebenarnyalah aku rindu pada Kemuning setelah beberapa bulan aku tidak melihatnya" Repak Rembulung tersenyum. Katanya, "Baik, Kakang. Aku beritahu Kemuning dan Nyi Permati juga" Sejenak kemudian, Ki Repak Rembulungpun hilang di balik pintu masuk ke ruang dalam. Ki Pananggunganpun kemudian duduk sendiri di pendapa. Ia sempat mengamati keadaan di sekitarnya. Keningnya berkerut ketika ia melihat dua orang anak muda melintas, kemudian masuk ke sebuah pintu bilik di gandok sebelah kanan. "Agaknya mereka yang disebut sanak kadang Pupus Rembulung dari padukuhan di pinggir Kali Praga" berkata Ki Pananggungan di dalam hati. Kemudian iapun bertanya kepada diri sendiri, "Tetapi apakah yang dikatakan Pangeran Benawa dan Angger Paksi itu benar, bahwa anak-anak muda itu adalah jalur Harya Wisaka bagi masa mendatang" Jika demikian, maka mereka tentu bukan orang-orang dari padukuhan di dekat Kali Praga" Jantung Ki Pananggungan berdesir ketika ia melihat Kemuning di halaman rumah itu berjalan bersama seorang anak muda yang berwajah tampan. Nampaknya hubungan mereka begitu dekat. Ki Pananggungan melihat Kemuning itu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tertawa sambi mencubit lengan anak muda itu. Namun kemudian Kemuningpun berlari masuk ke pintu seketeng. Hampir saja Ki Pananggungan berteriak memanggil. Tetapi Ki Pananggungan masih menahan diri, sehingga suaranya kembali tertelan di kerongkongan. Namun tiba-tiba saja terasa punggungnya menjadi basah oleh keringat. "Siapakah anak muda itu?" bertanya Ki Pananggungan di dalam hatinya. Di luar sadarnya, Ki Pananggungan itupun mulai membayangkan hubungan antara Kemuning dengan anak muda yang tampan itu. Mereka telah berkenalan dan tinggal serumah. Setiap hari mereka bertemu, berbincang dan barangkali juga bergurau. Ki Pananggungan itupun telah teringat pula kepada Paksi. Agaknya anak muda itu sifatnya berbeda dengan Paksi yang lebih banyak mengekang diri. Tetapi agaknya anak muda itu tidak. Dengan demikian tanggapan Kemuningpun berbeda. Agaknya Kemuning merasa lebih bebas berhubungan dengan anak muda itu daripada dengan Paksi yang nampak selalu bersungguh-sungguh. Ki Pananggungan melihat anak muda itu selangkah mengejar Kemuning. Namun demikian Kemuning hilang di balik pintu seketeng, anak muda yang masih tertawa itu berhenti. Bahkan iapun berbalik melangkah ke gandok. Ki Pananggungan itupun menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian iapun berkata di dalam hatinya, "Di rumah ini ada Repak Rembulung, ada Pupus Rembulung yang menurut pengamatanku dapat menjadi ayah dan ibu yang baik di rumah. Mudah-mudahan mereka sempat menilik pergaulan anak gadisnya yang sudah meningkat dewasa itu. Bahkan di rumah ini juga ada Nyi Permati. Justru ibu kandung Kemuning. Nyi Permati yang menjadi pemomong Kemuning itu tentu akan dapat memberi petunjuk jalan kehidupan bagi seorang yang meningkat menjadi seorang gadis dewasa"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Tetapi angan-angan Ki Pananggungan itu terputus. Dengan tergopoh-gopoh seorang perempuan keluar dari ruang dalam. Dengan ramah perempuan itu menyapa, "Kakang, selamat datang di rumah kami yang sederhana ini, Kakang" Ki Pananggunganpun bangkit berdiri. Pupus Rembulung dan Repak Rembulung kemudian diikuti oleh Nyi Permati yang menyambutnya dengan mata yang basah. "Silahkan duduk, Kakang" Pupus Rembulung mempersilahkan. Ki Pananggunganpun kemudian duduk kembali bersama Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Nyi Permati. Berganti-ganti mereka bertanya tentang keselamatan perjalanan Ki Pananggungan serta keluarga yang ditinggalkan. "Mbokayu tinggal sendiri di rumah, Kakang?" "Ada beberapa orang yang menemaninya di rumah, Nyi. Seorang yang meskipun sudah agak tua, tetapi masih kuat untuk menimba air mengisi pakiwan. Seorang remaja anak tetangga. Dan seorang perempuan yang sudah lama tinggal bersama kami" "Kenapa Mbokayu tidak datang kemari bersama Kakang?" "Bukankah baru kali ini aku menemukan rumahmu" Jika aku mengajak mbokayumu, tetapi kami tidak menemukan rumahmu, maka perjalanan mbokayumu akan sia-sia" Pupus Rembulung tertawa. Sementara Ki Repak Rembulung bertanya, "Maaf, Kakang, bukankah Kakang tidak membawa persoalan yang penting yang akan Kakang sampaikan kepada kami?" "Ah" potong Pupus Rembulung, "kenapa kau tergesa-gesa bertanya tentang kepentingan kedatangan Kakang Pananggungan. Kakang tentu letih. Biarlah Kakang beristirahat. Kakang Pananggungan tentu tidak akan tergesagesa pulang. Kakang tentu akan bermalam, bahkan mungkin dua atau tiga malam. -ooo00dw00oooEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Jilid 39 KI PANANGGUNGAN tersenyum. Sedangkan Repak Rembulung itupun menjawab, "Terus terang, aku menjadi berdebar-debar ketika aku melihat Kakang Pananggungan datang kemari, sehingga aku ingin segera mengetahui jika Kakang membawa persoalan yang penting" Namun Ki Pananggungan itu kemudian tertawa sambil menjawab, "Tidak ada yang penting. Sebenarnyalah mbokayumu sangat rindu kepada Kemuning. Setelah sekian bulan berlalu, tidak terdengar kabar beritanya sama sekali" "Akulah yang minta maaf" sahut Nyi Permati. "Seharusnya aku datang mengunjungi Kakang bersama Kemuning" "Kau?" bertanya Ki Pananggungan. "Seharusnya kau menjadi jera. Kau pernah tersesat dan bahkan jatuh ke tangan Bahu Langlang" "Sayang, aku terlambat mengetahuinya, Kakang" sahut Repak Rembulung. "Tetapi sukurlah, bahwa Yang Maha Agung masih melindungi anakmu" "Jika aku dapat menemukan orang itu" geram Pupus Rembulung. "Sekarang tidak perlu lagi. Seandainya kalian menemukannya, segala sesuatunya sudah berubah. Kau tidak perlu lagi mendendamnya. Sukuri perlindungan Yang Maha Agung itu" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam, sementara Pupus Rembulungpun menyahut, "Ya, Kakang" "Tetapi di manakah Kemuning sekarang?" bertanya Ki Pananggungan. "Ada Kakang. Ada di belakang" Ketika Nyi Permati beringsut, Pupus Rembulungpun berkata, "Sudah, duduk sajalah, Nyi. Biarlah aku memanggil Kemuning" Nyi Permati menarik nafas panjang. Namun nampak bahwa ada sesuatu yang membuat perasaannya menjadi muram.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mungkin sikap dan tingkah laku Kemuning" berkata Ki Pananggungan di dalam hatinya. Ki Pananggungan itupun telah teringat lagi kepada Paksi yang ada di rumahnya bersama Pangeran Benawa. Namun Ki Pananggungan tidak ingin mengatakan, bahwa di rumahnya ada Paksi dan Wijang. Sejenak kemudian, Nyi Pupus Rembulung telah keluar dari ruang dalam sambil menggandeng tangan Kemuning. "Inilah anak itu, Kakang" "Kemuning" desis Ki Pananggungan. Kemuning itupun kemudian berlari-lari kecil. Duduk bersimpuh di hadapan Ki Pananggungan. Kemuning itu pun membungkuk dalam-dalam sambil mencium tangan Ki Pananggungan. "Paman" desisnya. Terasa tangan Ki Pananggungan menjadi basah. "Kau baik-baik saja, Kemuning?" bertanya Ki Pananggungan. "Ya, Paman. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman dan Bibi?" "Semuanya baik-baik saja, Kemuning. Bibimu sangat rindu kepadamu" "Aku minta maaf, Paman. Sebenarnya bahwa aku ingin sekali pergi menemui Paman dan Bibi. Tetapi Ayah dan Ibu terlalu sibuk, sehingga belum dapat mengantarku. Sementara itu, aku takut untuk pergi berdua saja dengan Bibi Permati" "Jangan pergi berdua saja, Kemuning" berkata Ki Pananggungan. "Kau akan dapat jatuh ke tangan seseorang yang berniat jahat seperti yang pernah terjadi. Karena itu, biarlah Paman saja yang datang kemari. Mungkin pada kesempatan lain, Paman dapat datang bersama Bibi" "Kecuali jika kau akan pergi menengok bibimu bersama pamanmu Pananggungan" berkata Nyi Permati. "Jika kau ingin, biarlah Kemuning pergi bersamaku. Nanti, dua atau tiga hari, aku akan mengantarnya pulang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Repak Rembulunglah yang menyahut sambil tertawa, "Kami tidak ingin merepotkan Kakang. Biarlah pada kesempatan lain aku mengantarnya menengok Mbokayu" "Tidak apa-apa. bukankah aku tidak mempunyai pekerjaan lagi" Sawahku sudah digarap oleh tetangga. Kebunku sudah ada yang memelihara. Apa lagi?" Pupus Rembulungpun tersenyum pula sambil berkata, "Jangan, Kakang. Biarlah kami yang mengantar Kemuning menengok bibinya. Sukurlah bila kami dapat bertemu dengan orang yang bernama Bahu Langlang itu" "Kau masih mendendam?" bertanya Ki Pananggungan. Pupus Rembulung justru tertawa. Jawabnya dengan sertamerta, "Tidak, Kakang. Tidak lagi" "Tetapi bukankah kau bakar rumah Bahu Langlang itu?" Pupus Rembulung memandang Repak Rembulung sejenak. Namun iapun kemudian tertawa pula, meskipun terasa tertawanya asam sekali. "Waktu kami mendengar ceritera Kemuning, maka jantungku serasa meledak. Kami tidak dapat menahan diri. Karena orang yang bernama Bahu Langlang itu sudah lama pergi, maka kami tumpahkan kemarahan kami kepada bekas rumahnya. Tetapi rumah itu kosong, Kakang. Kami tidak mencelakai siapa-siapa" "Untunglah bagi Bahu Langlang bahwa kalian terlambat mengetahui persoalan itu" "Kami memang belum lama mengetahuinya" "Kamipun sempat kebingungan bahwa Kemuning dan Nyi Permati pergi dari rumah. Untunglah seorang tetangga mengatakan bahwa mereka mencari seorang Paman, sehingga kami menduga, bahwa mereka pergi ke Kembang Arum" "Kau tinggalkan anakmu terlalu lama. Anak itu menjadi kesepian meskipun ada Nyi Permati. Lain kali jangan kau tinggalkan anakmu terlalu lama" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Ya, Kakang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dalam pada itu, maka Pupus Rembulung berdesis kepada Kemuning, "Minuman itu tentu sudah siap. Bawa kemari, Kemuning" Kemuningpun kemudian bergeser dan kemudian bangkit untuk mengambil minuman di ruang dalam. Demikian Kemuning masuk ke ruang dalam, Ki Pananggungan melihat dua orang lewat menyilang di halaman depan. Sambil mengerutkan dahinya, iapun bertanya, "Siapakah mereka itu, Rembulung?" "Itulah tamu yang aku katakan itu, Kakang. Tamu dari sebuah padukuhan di pinggir Kali Praga" "Mereka adalah sanak kadangku, Kakang" sahut Pupus Rembulung. Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Jadi mereka masih berada di sini?" "Ya, Kakang. Agaknya mereka tidak segera ingin pulang. Padukuhan mereka adalah padukuhan yang sangat miskin. Meskipun letaknya di dekat Kali Praga, tetapi tanahnya bukan tanah yang baik untuk ditanami. Pada musim hujan, tanah itu tergenang oleh luapan air dari Kali Praga. Sedangkan di musim kering, tanah itu seakan-akan tertutup oleh pasir. Karena itu, maka mereka merasa kerasan di sini. Tanah ini dahulu adalah tanah pategalan, Kakang. Namun tanah ini masih lebih baik dari tanah mereka di pinggir Kali Praga itu" "Mereka akan berada di sini untuk seterusnya?" "Aku kira tidak, Kakang. Meskipun mungkin mereka akan berada di sini agak lama" "Berapa orangkah mereka semuanya?" "Ada beberapa orang, Kakang. Nanti Kakang dapat aku perkenalkan dengan mereka" Sejenak kemudian pembicaraan merekapun terhenti. Kemuning telah keluar lagi sambil membawa minuman. Seorang perempuan separo baya yang mengikut di belakang Kemuning membawa beberapa potong makanan. "Silahkan, Paman" berkata Kemuning kemudian sambil duduk pula di sebelah ibunya. Sementara itu, perempuan yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
sudah separo baya itu pun telah masuk kembali ke ruang dalam. Ki Pananggungan kemudian menghirup minuman hangat serta memungut sepotong makanan. Terasa minuman itu telah menyegarkan tubuhnya. Sambil makan dan minum, merekapun kemudian berbincang tentang berbagai macam hal. Tentang sawah dan ladang. Tentang air dan tentang musim. Namun kemudian Nyi Pupus Rembulung itu pun berkata kepada Kemuning, "Siapkan sentong sebelah kanan itu bagi pamanmu, Kemuning. Mungkin pamanmu ingin beristirahat setelah menempuh perjalanan yang panjang" Kemuningpun kemudian beranjak pula dari tempatnya untuk membersihkan dan membenahi sentong sebelah kanan yang disediakan bagi Ki Pananggungan. Tetapi Ki Pananggungan sendiri masih duduk di pendapa bersama Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Nyi Permati. Nampaknya bahan pembicaraan tidak akan segera habis. Ada saja yang mereka bicarakan setelah beberapa lama mereka tidak bertemu. Kemuning yang telah selesai membersihkan sentong sebelah kanan itupun segera kembali ke pendapa. "Paman" berkata Kemuning kemudian, "jika Paman ingin beristirahat, sentong sebelah kanan telah aku siapkan" "Aku tidak letih, Kemuning. Aku ingin duduk saja di sini, berbincang dan Ayah, Ibu dan pemomongmu. Sudah lama kami tidak berbicara tentang apa saja. Meskipun barangkali kami hanya saling membual" Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Jadi Kakang masih juga sering membual?" Ki Pananggungan pun tertawa pula. Namun Ki Pananggungan itupun kemudian berkata, "Repak Rembulung, karena baru kali ini aku melihat rumahmu, maka aku ingin dapat melihat-lihat isi halaman dan kebunmu. Nampaknya halaman rumah dan kebunmu sangat luas"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku membeli pategalan milik beberapa orang, Kakang. Pategalan yang tidak banyak menghasilkan, karena tanahnya memang kurang baik untuk ditanami" "Apa saja yang ada di kebun belakang rumahmu sekarang?" "Kami telah membuat belumbang, Kakang" sahut Pupus Rembulung. "Kami memelihara berbagai jenis ikan di belumbang kami" "Dari mana kau dapat air untuk mengisi belumbangmu itu?" "Kami membuat parit, Kakang. Parit yang khusus untuk mengairi belumbang kami" "Kami sudah minta ijin, Kakang. Kami memberikan sekedar uang bagi keperluan padukuhan sebagai imbalan. Tetapi ternyata para petani di padukuhan itu tidak dirugikan. Airnya cukup deras meskipun dikurangi sedikit untuk mengaliri belumbang kami. Ketika kami baru mulai mengairi untuk mengisi belumbang yang kami buat itu, kami memang menghisap air cukup banyak. Tetapi setelah belumbang itu penuh, maka untuk selanjutnya, kami hanya memerlukan air sedikit saja. Para petani sama sekali tidak merasa berkeberatan. Apalagi karena kami tidak pernah melarang anak-anak para petani itu mengail di belumbang kami. Tetapi tentu saja tidak di belumbang induk. Tetapi belumbang yang khusus kami sediakan bagi mereka. Namun sekali-sekali, pada saat-saat tertentu, kami beri kesempatan mereka memancing di belumbang induk. Sedangkan para petani yang memberikan kesempatan kepada kami, kami beri sekedar uang sebagai ganti rugi" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Ia percaya bahwa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung bersikap baik kepada para tetangganya. "Kau mau mengantarkan melihat-lihat halaman rumahmu?" "Tentu, Kakang" berkata Repak Rembulung. "Tetapi apakah Kakang tidak ingin beristirahat dahulu. Nanti, setelah Kakang sempat makan, kita melihat-lihat kebun belakang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kita melihat-lihat saja dahulu. Aku tahu, di dapur, pembantumu tentu baru sibuk menanak nasi dan membuat lauknya. Sambil menunggu, kita berjalan-jalan di kebun belakang" Repak Rembulung berpaling kepada Pupus Rembulung sambil bertanya, "Apakah nasi masih belum masak?" "Belum, Kakang. Kami sedang mempersiapkannya" jawab Pupus Rembulung sambil tertawa "Baiklah" berkata Repak Rembulung. "Marilah, aku antar Kakang melihat-lihat halaman dan kebun rumahku. Tetapi Kakang jangan kecewa, halaman dan kebun kami tidak sebersih halaman dan kebun rumah Kakang" "Tetapi luas halaman dan kebun rumahmu ini ada beberapa kali lipat luas halaman rumahku. Mungkin sepuluh kali. Bahkan mungkin lebih" "Baru setelah aku membuat belumbang, tanah bekas pategalan ini mulai nampak hijau, Kakang. Pepohonan yang semula daunnya kekuning-kuningan, memang telah berusaha menjadi hijau" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun segera bangkit berdiri sambil berkata, "Marilah. Supaya kita tidak merasa terlalu lama menunggu nasi masak" Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Nyi Permati tertawa. Sejenak kemudian, Repak Rembulung telah mengantarkan Ki Pananggungan turun ke halaman. Lewat di samping kanan mereka pergi ke halaman belakang. Ketika mereka melewati gandok, anak muda yang bergurau dengan Kemuning di seketeng, berdiri di pintu salah satu bilik gandok sambil memandang Ki Pananggungan dengan tajamnya. Namun kemudian anak muda itupun bergeser dan hilang di balik dinding. Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak bertanya tentang anak muda itu. Repak Rembulung tentu akan menjawab, bahwa anak muda itu adalah salah seorang dari mereka yang datang dari pinggir Kali Praga itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Halaman dan kebun rumah Repak Rembulung memang luas sekali. Di halaman samping rumah itu terdapat sebuah kandang kuda. Kemudian terdapat pula kandang lembu dan kerbau. Bahkan kandang kambing. Sedangkan di sekitarnya berkeliaran berpuluh ekor ayam. "Apa saja yang tidak kau pelihara, Repak Rembulung?" "Aku juga ingin memelihara harimau" berkata Repak Rembulung sambil tertawa. Ki Pananggungan pun tertawa pula. Hampir saja ia berkata, bahwa sekarang Repak Rembulung sudah memelihara harimau yang pada suatu saat akan mengaum dan bahkan mungkin menerkam Repak Rembulung itu sendiri. Namun Ki Pananggungan itupun berkata, "Apakah kau tidak pernah mendengar ceritera tentang saudagar dari Batikan yang memelihara harimau?" "Ceritera yang mana, Kakang?" "Harimau itu sudah menjadi jinak. Tetapi ketika saudagar itu duduk terkantuk-kantuk, tidak disadarinya harimau itu menjilati kakinya. Karena lidah harimau itu kasar, maka kulit kaki saudagar itu sedikit terkelupas. Nah, bau darah yang mengembun dari luka itu membuat harimau itu menjadi liar. Untung saja saudagar itu sempat memberi isyarat kepada pembantu-pembantunya. Tiga orang bersenjata tombak telah mengakhiri hidup harimau yang telah jinak itu. Meskipun demikian, saudagar itu menangisinya juga" Repak Rembulung tertawa sambil berkata, "Saudagar itu ternyata kurang berhati-hati, Kakang. Jika aku memelihara harimau, maka aku tidak akan membiarkan harimau itu mencium bau darah di tubuhku" "Ya. Tetapi sebaiknya kau memelihara kucing saja" Ki Repak Rembulung tertawa berkepanjangan. Dalam pada itu, selagi Repak Rembulung mengantar Ki Pananggungan melihat-lihat halaman dan kebun di belakang, seorang laki-laki yang berwajah garang masuk ke ruang dalam rumah Repak Rembulung itu lewat pintu butulan. "Siapa orang itu, Nyi?" bertanya orang itu.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ki Pananggungan" jawab Pupus Rembulung. "Ki Pananggungan" ulang orang itu. "Kakak Ki Repak Rembulung" "Kakang kandungnya?" "Ya, kakang kandungnya" Orang itu mengangguk-angguk. Namun ia masih juga bertanya, "Untuk apa ia datang kemari?" "Sudah lama mereka tidak bertemu. Kakang Pananggungan juga merasa rindu kepada Kemuning yang untuk beberapa lama pernah tinggal bersamanya" "Kenapa Ki Repak Rembulung tidak mengajak Kemuning saja yang pergi menemui uwaknya" "Apa salahnya Kakang Repak Rembulung datang menemui kami?" "Aku tidak senang ada orang lain datang ke rumah ini" Wajah Nyi Pupus Rembulung menjadi tegang. Katanya, "Kenapa kau merasa tidak senang" Rumah ini rumah kami. Kami dapat menerima siapa saja sekehendak kami. Justru kau orang asing di sini" "Tetapi kita sudah membuat kesepakatan untuk membentuk masa depan" "Tetapi tidak ada kesepakatan bahwa kami harus menolak saudara-saudara kami yang datang berkunjung ke rumah ini" "Waktumu tidak akan panjang lagi. Menurut kesepakatan kita, setelah dua tahun maka akulah yang akan memimpin tempat ini, yang akan menjadi semacam sebuah padepokan. Kalian akan kembali atas tempat ini. Nah, sejak anak-anak itu berada di sini, kita sudah melewati tengah tahun pertama" "Tidak ada yang mengatakan bahwa aku akan memimpin tempat ini" "Bukankah kita sepakat bahwa aku akan menentukan seseorang yang akan memimpin anak-anak itu?" "Apakah itu berarti bahwa kau akan menjadi pemimpin di sini dan mengusir kami pergi?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian katanya, "Aku tidak senang jika orang itu akan menimbulkan gangguan bagi anak-anakku yang ada di sini" "Orang itu adalah saudara kami. Tidak ada orang yang dapat mencegah kehadirannya di sini" Orang itu memandang Nyi Pupus Rembulung dengan tajamnya. Namun kemudian iapun berkata, "Aku akan memantau terus, apakah yang dilakukannya di sini" "Justru kaulah yang jangan mencoba-coba mengganggu Kakang Pananggungan jika kau tidak ingin mendapatkan kesulitan" Orang itu tidak menyahut. Namun iapun segera meninggalkan ruang dalam. Pupus Rembulung menarik nafas panjang. Namun iapun kemudian telah pergi ke dapur untuk melihat, apakah segala sesuatunya sudah siap dihidangkan. Sambil menunggu, Nyi Pupus Rembulung duduk merenung di amben panjang yang terletak di sudut dapur. Sejak orang itu datang, beberapa pekan yang lalu, kehidupan di rumahnya menjadi gelisah. Meskipun beberapa anak muda sudah berada di rumah itu sejak beberapa bulan, namun tidak pernah timbul persoalan yang rumit. Anak-anak muda itu patuh kepada Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung dan bahkan mereka telah menganggap keduanya sebagai guru mereka. Namun kedatangan orang yang garang itu telah merusak segala-galanya. Orang itu memang berniat untuk mengambil alih hak yang ada pada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung di rumah mereka sendiri. Orang itu sudah merebut pengaruh Repak Rembulung dan Pupus Rembulung atas anak-anak muda yang dititipkan kepadanya. Meskipun orang itu yang menitipkan anak-anak muda itu kepadanya, tetapi hak dan wewenang Repak Rembulung dan Pupus Rembulung di rumah itu tidak seharusnya diganggu gugat.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pupus Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Jika orang itu mengganggu Ki Pananggungan, maka ia akan menyesal. Meskipun Pupus Rembulung tahu bahwa orang itu juga berilmu tinggi, namun menurut perhitungan Pupus Rembulung, ilmunya masih belum dapat melampaui ilmu Ki Pananggungan. Bahkan Nyi Pupus Rembulung sendiri masih merasa mampu untuk mengimbangi ilmunya. Dalam pada itu, Ki Pananggungan masih berada di kebun belakang rumah Repak Rembulung. Beberapa lama ia berada di tepi belumbang kecil yang dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun. Di dalam belumbang itu terdapat beberapa jenis ikan yang berenang hilir-mudik dengan nyamannya. Di sebelah dari belumbang itu terdapat sebuah belumbang yang lebih kecil. Belumbang yang menurut Repak Rembulung diperuntukkan bagi anak-anak yang ingin mengail ikan. "Dari mana mereka masuk?" bertanya Ki Pananggungan sambil memandang berkeliling. Ia melihat halaman rumah Repak Rembulung itu dikelilingi oleh dinding yang agak tinggi. "Mereka masuk lewat regol di depan" jawab Repak Rembulung. "Aku lebih senang mereka keluar masuk lewat regol daripada lewat jalan lain atau bersembunyi-sembunyi. Kami, penghuni rumah ini, tidak pernah menegur anak-anak yang keluar masuk regol halaman sambil membawa pancing" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya kemudian, "Nampaknya kalian tidak pernah kekurangan lauk. Kau dapat menangkap ikan di belumbang, menangkap seekor ayam atau mengambil telurnya. Atau bahkan sekali-sekali kambing muda" "Kami makan seadanya, Kakang. Sayur-sayuran dan sekalisekali kami memang menangkap ikan atau ayam. Jumlah keluargaku sekarang cukup banyak. Jika kami harus makan dengan daging, apakah itu daging ikan air atau daging ayam atau daging kambing, kami akan menjadi cepat melarat" Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Kau mempunyai berpuluh-puluh ekor ayam dan kambing. Ikan sebelumbang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Repak Rembulung tertawa pula. Namun dalam pada itu, Ki Pananggungan pun tiba-tiba saja bertanya, "Berapa orang saudara istrimu yang ada di sini?" "Sepuluh orang" "Di antaranya masih muda-muda" "Ya. Kemenakan Pupus Rembulung. Ada lima orang anak muda di sini" "Lima orang?" "Mereka adalah kemenakan Pupus Rembulung. Tiga orang anak sepupu Pupus Rembulung. Sedangkan yang dua orang adalah anak bibinya" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Namun ia masih bertanya lagi, "Lima orang lainnya?" "Mereka adalah sepupu dan paman Pupus Rembulung" "Semua laki-laki?" Repak Rembulung mengerutkan dahinya. Dipandanginya Ki Pananggungan sekilas. Namun kemudian dialihkannya pandangan matanya ke sekelompok ikan yang sedang berenang. "Ya, Kakang" suara Repak Rembulung terdengar dalam sekali. Ki Pananggungan merasakan getar suara Repak Rembulung. Agaknya Repak Rembulung akan mengalami kesulitan jika ia bertanya lebih jauh tentang orang-orang yang diakui sebagai sanak kadang dari Pupus Rembulung. Keduanyapun kemudian melangkah meninggalkan belumbang yang sejuk itu. Ketika mereka mendekati dua bangunan yang terpisah dari rumah induk, Ki Pananggungan itupun bertanya, "Bangunan apa lagi ini, Repak Rembulung?" Repak Rembulung nampak ragu-ragu. Namun iapun kemudian menjawab, "Sanggar, Kakang. Keduanya adalah sanggar" "Sanggar" Jadi kau dan Pupus Rembulung mempunyai sanggar sendiri-sendiri?" Repak Rembulung masih saja nampak ragu-ragu. Tetapi iapun kemudian mengangguk sambil menjawab, "Ya, Kakang"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Luar biasa. Apakah aku boleh masuk?" "Apa yang akan Kakang lihat di dalam sanggar kami" Sanggar kami amat memalukan. Tidak ada yang berarti apaapa" "Apapun isinya, aku ingin melihat jika kau tidak berkeberatan" Repak Rembulung tidak dapat menolak. Karena itu, maka dibawanya Ki Pananggungan memasuki salah satu dari kedua sanggar itu. Namun ternyata Ki Pananggungan terkejut. Isi sanggar itu sangat lengkap. Dari segala jenis peralatan untuk latihan, serta segala macam senjata, ada di dalam sanggar itu. Tiangtiang bambu. Palang kayu dan bambu. Tali temali yang bergayutan. Rajut dari ijuk, pasir dan kerikil dalam kotak-kotak yang besar. Perapian dan berbagai macam alat yang lain. Sementara itu di dinding sanggar bergayutan berbagai macam senjata. Bahkan jenis-jenis senjata dari negeri asing. "Inikah yang kau katakan memalukan?" "Hanya seadanya, Kakang" "Jarang sekali aku melihat sanggar yang lengkap seperti ini. Tetapi bagaimana dengan yang satunya lagi?" Repak Rembulung terpaksa membawa Ki Pananggungan memasuki sanggar yang satu lagi. Berbeda dengan sanggar yang pertama, maka sanggar ini tidak terlalu banyak isinya. Bahkan hampir-hampir kosong. Yang ada hanyalah patokpatok rendah yang tidak sama tingginya. Beberapa utas tali yang bergayut pada belandar bangunan sanggar. Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Di sini mereka berlatih menguasai tubuh sebaik-baiknya. Pemantapan unsur-unsur gerak dan tatanan patrap dari ilmu yang kau ajarkan. Mereka yang berlatih di sanggar seperti ini akan dapat bertempur seperti seekor burung alap-alap" "Aku tidak melatih siapa-siapa, Kakang. Aku berlatih bagi diriku sendiri bersama Pupus Rembulung" "Kau dan Pupus Rembulung akan menjadi sepasang suami istri yang jarang ada duanya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tetapi kami bukan apa-apa bagi Kakang. Ilmu Kakang benar-benar hampir sempurna" "Apa yang dapat aku lakukan, Repak Rembulung" Aku berdoa, mudah-mudahan kau akan dapat menguasai ilmu kanuragan yang sangat tinggi. Kemudian kau dapat memanfaatkan ilmumu bagi kebajikan. Kau amalkan ilmumu bagi sesama yang memerlukan pertolonganmu dalam jalan kebenaran" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Kakang mengetahui apa yang pernah aku lakukan" Seandainya aku ingin, namun aku sudah berdiri di sini sekarang" Ki Pananggungan tersenyum. Sambil menepuk bahu adiknya iapun berkata, "Masih ada sedikit waktu sebelum maut menjemput kita" "Maksud Kakang?" Ki Pananggungan memandang Repak Rembulung sejenak. Namun kemudian sambil tersenyum iapun berkata, "Marilah, kita melihat bagian lain dari halaman dan kebunmu ini" Namun ketika keduanya keluar, maka mereka dapati Kemuning berlari-lari ke arah mereka. "Aku mencari Ayah dan Paman" berkata Kemuning. "Ada apa, Kemuning?" bertanya Repak Rembulung. "Makan bagi Ayah dan Paman sudah disediakan. Mumpung masih hangat" "Nah, yang kita tunggu-tunggu itu sudah siap. Sebenarnya aku sudah sangat lapar" sahut Ki Pananggungan. "Marilah, Paman" Keduanyapun kemudian melangkah ke bangunan induk rumah Ki Repak Rembulung. "Gandokmu panjang sekali, Repak Rembulung" berkata Ki Pananggungan. "Ternyata sekarang semuanya terisi, Kakang" "Kau belum memperkenalkan aku dengan saudara-saudara Pupus Rembulung itu" "Nanti kami akan memperkenalkan Kakang dengan mereka"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Siapakah yang tertua di antara mereka?" "Pamannya. Seorang yang keras hati" "Namanya?" Repak Rembulung memandang Ki Pananggungan dengan tajamnya. Bahkan iapun berhenti melangkah. Ki Pananggunganpun berhenti pula. "Kakang adalah seorang yang memiliki pengalaman yang luas. Meskipun pada saat terakhir Kakang telah memilih untuk tetap tinggal di rumah, tetapi pengalaman Kakang sebelumnya tentu tidak akan terhapus begitu saja" "Maksudmu?" "Kakang. Apakah Kakang mengenal seorang yang berilmu tinggi yang sudah agak lama tidak terdengar lagi namanya. Namun tiba-tiba saja ia muncul kembali sebagai seorang pemimpin padepokan di kaki sebelah timur Gunung Merapi?" Jantung Ki Pananggungan berdesis. Namun Ki Pananggungan itu menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Tidak, Repak Rembulung. Aku tidak tahu siapakah yang kau maksud?" Repak Rembulung itu menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Baiklah, Kakang. Biarlah nanti aku perkenalkan Kakang dengan mereka" Ki Pananggungan tidak menjawab. Tetapi bahwa Repak Rembulung bersedia memperkenalkannya dengan orang yang tinggal bersamanya itu, akan memberi kesempatan kepadanya untuk mengetahui, siapakah yang dimaksud oleh Repak Rembulung itu. Demikianlah, maka keduanyapun kemudian telah kembali ke pendapa. Tetapi Nyi Pupus Rembulung telah mempersilahkan mereka memasuki ruang dalam. Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permati telah menyiapkan nasi dan kelengkapannya bagi tamunya. "Marilah, Kakang" Pupus Rembulungpun mempersilahkan Ki Pananggungan untuk duduk di ruang tengah. Namun baru saja Ki Pananggungan duduk bersama Ki Repak Rembulung,
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permati, laki-laki yang berwajah garang itupun masuk ke ruang dalam itu pula. "Aku juga lapar" katanya. "Apakah aku boleh ikut makan?" "Bukankah kau sudah makan?" sahut Ki Repak Rembulung. Namun iapun kemudian berkata selanjutnya, "Tetapi jika kau akan makan bersama kami, silahkan" "Kau juga sudah makan tadi" jawab orang itu. "Tetapi kau akan makan juga sekarang" "Aku akan menemani Kakang makan. Tentu terasa lebih enak jika Kakang tidak makan sendiri" "Semakin banyak kawannya tentu semakin terasa enak. Nah, aku akan ikut serta bersama kalian" Pupus Rembulung mengerutkan dahinya. Namun ia tidak berkata apa-apa. Sementara itu, Nyi Permati nampak gelisah. Agaknya ia merasa tidak senang dengan sikap orang itu. Tetapi Nyi Permati tidak pernah dapat ikut berbicara tentang orang itu, yang menurut Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, orang itu adalah paman Pupus Rembulung yang datang dari pinggir Kali Praga. Sejenak kemudian, maka orang itu telah duduk di sebelah Ki Repak Rembulung. dipandanginya Ki Pananggungan dengan tajamnya. Sambil memungut sepotong paha ayam yang digoreng tanpa menghiraukan orang lain yang duduk di sebelah-menyebelahnya, orang itu bertanya kepada Ki Pananggungan, "Namamu siapa, Ki Sanak" Dan di mana rumahmu?" Ki Pananggungan mencoba bersikap ramah betapapun jantungnya tergetar. Katanya, "Namaku Pananggungan, Ki Sanak. Aku tinggal di Kembang Arum. Aku adalah kakak Repak Rembulung. Jika aku boleh tahu, siapakah nama Ki Sanak?" "Apakah kau belum pernah mendengar nama Lenglengan" Namaku Ki Gede Lenglengan" Dada Ki Pananggungan bergetar. Sementara itu Ki Gede Lenglengan itupun berkata, "Jika kau bukan kakak kandung Repak Rembulung, aku tidak akan mengaku, bahwa aku adalah Lenglengan. Terus terang, aku adalah buruan orangEbook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
orang Pajang. Karena itu, aku minta mulutmu jangan asal saja menganga menyebut namaku. Jika didengar oleh orang Pajang, atau oleh penjilat-penjilat yang berjiwa budak, maka Pajang tentu akan mengirimkan pasukan segelar-sepapan dipimpin oleh orang-orang terbaiknya, karena Pajang tahu, bahwa aku berilmu sangat tinggi. Jika itu terjadi, bukan hanya aku yang akan mengalami kesulitan. Mungkin aku sendiri, secara pribadi, akan dapat dengan mudah meloloskan diri. Tetapi Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan anak-anakku akan menjadi korban. Karena itu, jika kau sayang kepada adikmu, kau akan merahasiakan kehadiranku di sini bersama anak-anakku" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Sementara Repak Rembulungpun berkata, "Bukankah aku tidak perlu memperkenalkan lagi" Ki Gede Lenglengan telah memperkenalkan dirinya. Ia di sini bersama dengan sembilan orang kawan-kawannya" "Lima orang adalah anak-anakku" sahut Ki Gede Lenglengan. Ki Pananggungan masih saja mengangguk-angguk. "Jadi hanya ada lima orang anak muda yang berada di sini" berkata Ki Pananggungan di dalam hatinya. Namun iapun sadar, bahwa empat orang yang lain, tentu orang-orang berilmu tinggi pula. "Jadi mereka bukan paman dari Nyi Pupus Rembulung yang datang dari pinggir Kali Praga?" bertanya Ki Pananggungan kepada Pupus Rembulung. Pupus Rembulung menggelengkan kepalanya. Katanya dengan suara yang berat, "Bukan, Kakang. Mereka sebenarnya bukan sanak saudaraku dari pinggir Kali Praga. Tetapi mereka adalah kawan lamaku, kawan yang sudah agak lama tidak bertemu. Namun tiba-tiba saja kami berhubungan lagi. Ki Gede Lenglengan telah menitipkan lima orang anaknya di sini sejak hatinya merasa tidak tenteram karena gangguan orang-orang Pajang atas padepokannya"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Orang-orang Pajang adalah orang-orang gila" berkata Ki Gede Lenglengan. "Mereka merampok pajak yang dipungutnya dengan paksa pada rakyatnya. Hadiwijaya adalah laki-laki selingkuh. Pemanahan adalah orang yang tamak seperti Panjawi yang kini berada di Pati. Patih Pramancanegara sama sekali tidak mempunyai wibawa, sehingga hampir-hampir tidak pernah berperan dalam persoalan apa pun, kecuali melayani Hadiwijaya sebagaimana seorang budak melayani tuannya" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Aku orang yang tinggal jauh dari kotaraja. Yang aku tahu, di musim basah aku menanam padi. Di musim kering aku menanam palawija" "Itu adalah kehidupan bagi kita, Kakang" "Ya. Aku sudah merasa berbahagia jika hasil panenku melimpah. Lumbungku menjadi penuh hingga keluargaku tidak akan kelaparan sampai masa panen mendatang" "Urusan kalian, orang-orang padesan, memang hanya urusan perut. Asal perut sudah kenyang, tidak peduli apa yang terjadi di pusat pemerintahan. Tetapi jika prajurit Pajang kapan-kapan sampai ke Kembang Arum dan memaksa kalian menyediakan pajak yang tinggi, baru kalian sadari, bahwa kalian tidak dapat hanya tinggal diam" "Kami juga membayar pajak, Ki Gede" jawab Ki Pananggungan. "Tetapi sampai sekarang, pajak yang kami bayar adalah wajar-wajar saja" "Mungkin bagi Kembang Arum. Tetapi bagi beberapa daerah yang lain rakyat diperas sampai darahnya menetes dan kering" Ki Pananggungan hanya mengangguk-angguk saja. "Nah, sekali lagi aku peringatkan, jangan membuka mulut di sembarang tempat kepada sembarang orang kalau kau tidak ingin adikmu dipenggal kepalanya" Sebelum Ki Pananggungan menjawab, Ki Gede Lenglengan itu sudah bangkit sambil menggigit daging ayam yang masih dipegangnya. Iapun kemudian pergi meninggalkan orangorang yang masih duduk dan bersiap untuk makan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau tidak jadi makan?" bertanya Ki Repak Rembulung. "Tidak. Nanti saja" jawab orang itu sambil mengunyah. Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Nyi Pupus Rembulungpun berkata, "Aku minta maaf, Kakang, bahwa di rumahku tinggal orang edan itu" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Bahkan iapun tersenyum sambil berkata, "Bagaimana ceriteranya, bahwa orang itu dapat sampai di sini?" "Ceriteranya panjang, Kakang" jawab Repak Rembulung. "Bahkan Nyi Permati pun tidak tahu, siapakah mereka sebenarnya" Ki Pananggungan memandang wajah Nyi Permati sekilas. Namun wajah perempuan itu menunduk dalam-dalam. Tetapi tiba-tiba saja Pupus Rembulung berkata, "Kakang, silahkan makan dahulu. Nanti nasinya dingin" "O. Baiklah. Aku juga sudah lapar" Sejenak kemudian, maka merekapun mulai makan. Ki Pananggungan berharap, bahwa Repak Rembulung akan berceritera tentang Ki Gede Lenglengan. Tetapi ternyata Repak Rembulung justru makan sambil merenung. Ki Pananggungan itu mengangkat wajahnya ketika ia mendengar suara Kemuning tertawa. Kemudian terdengar suara seorang anak muda tertawa pula. Namun kemudian keduanya itu pun melangkah menjauh. Tiba-tiba saja terdengar Nyi Permati berdesis perlahan, "Kemuning sekarang sudah berubah" Ki Pananggungan memandang wajah Nyi Permati sekilas. Namun kemudian ia berpaling ketika Pupus Rembulung berkata, "Kemuning mempunyai beberapa orang kawan sekarang, meskipun bukan gadis-gadis sebayanya" "Anak-anak muda itu maksudmu?" bertanya Ki Pananggungan. "Ya, Kakang. Pada gadis itu nampak wajahnya sedikit berseri. Ia tidak lagi pendiam seperti saat Kemuning pergi mencari Kakang. Ia mendapatkan sedikit kegembiraan. Ia mempunyai kawan berlatih untuk meningkatkan ilmunya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nampaknya Kemuning pun menjadi semakin bergairah untuk memperdalam ilmu kanuragan" "Sukurlah, Nyi" sahut Ki Pananggungan. "Tetapi kau sebagai seorang ibu harus berhati-hati mengawasi anakmu yang sudah meningkat dewasa. Di rumah ini ada beberapa orang anak muda. Bagaimanapun juga, kau harus membatasi hubungan mereka dengan anakmu yang sudah gadis dewasa itu" Repak Rembulung tiba-tiba menyahut, "Aku juga sudah sering berpesan, Kakang. Aku juga sudah langsung berbicara dengan Kemuning. Sementara itu Nyi Permati juga selalu mengawasinya" "Tetapi Kemuning sekarang tidak lagi mendengarkan katakataku" "Itu tidak boleh terjadi" sahut Nyi Pupus Rembulung. "Kemuning harus selalu mendengarkan petunjuk Nyi Permati. Aku memang agak longgar akhir-akhir ini. Tetapi peringatan Kakang Pananggungan akan aku perhatikan. Agaknya anakanak Lenglengan itu mulai berubah pula sejak Lenglengan ada di sini. Mereka lebih memperhatikan Lenglengan daripada kami. Bahkan nampaknya wibawa kami terhadap merekapun mulai memudar. Agaknya terhadap Kemuningpun mereka lebih berani pula menggoda" "Kau harus memperhatikan semua gejala yang timbul dalam pergaulan anakmu itu dengan anak-anak muda yang ada di rumahmu ini. Bukankah kau belum yakin akan latar belakang keluarga mereka serta jatidiri mereka yang sebenarnya. Jika anakmu nampak lebih cerah, kau harus tahu sebabnya. Jika ia semakin bergairah, apakah gairah itu murni karena Kemuning ingin meningkatkan kemampuannya atau karena ia akan dapat berlatih bersama anak-anak muda itu" Nyi Pupus Rembulung mengangguk-angguk. Dengan nada rendah iapun menjawab, "Ya, Kakang" "Sementara itu, terus terang, aku agak tersinggung dengan sikap dan kata-kata orang yang menyebut dirinya Ki Gede Lenglengan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Namanya memang Lenglengan, Kakang. Sejak masa mudanya, ia memang seorang yang aneh. Yang tidak mau terikat oleh tatanan apa pun. Ia merasa bahwa dirinya adalah tatanan itu" "Hati-hatilah menghadapi orang seperti itu" desis Ki Pananggungan. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung menganggukangguk kecil. Bagaimanapun juga Ki Pananggungan adalah saudara tua mereka. Apalagi keduanya menyadari, bahwa Ki Pananggungan adalah seorang yang berilmu sangat tinggi. Namun Ki Pananggungan merasa lebih baik hidup tenang di rumahnya sebagai seorang petani. Namun Repak Rembulung dan Pupus Rembulung pun menyadari, bahwa saudara tuanya itu telah mengetahui banyak tentang diri mereka, petualangan mereka dan sisi-sisi yang gelap dari kehidupan mereka. Karena itu pulalah Ki Pananggungan tidak bertanya kepada mereka, dari mana Repak Rembulung dan Pupus Rembulung mendapatkan uang cukup banyak untuk membeli tanah dan membangun rumah yang besar itu. Sejenak mereka saling berdiam diri. Nyi Pupus Rembulunglah yang memecah kediaman itu, "Marilah, Kakang. Silahkan makan sebaik-baiknya. Hanya inilah yang dapat kami sajikan" "Ternyata perutku tidak seberapa banyak isinya" sahut Ki Pananggungan. "Kakang Repak Rembulung kalau makan, dua kali lipat dari yang Kakang habiskan sekarang" "Suamimu masih lebih muda. Lebih banyak pula kerja yang ia lakukan. Adalah wajar jika ia makan lebih banyak atau bahkan berlipat dari yang dapat aku makan" Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Kakang, aku belum lama baru saja makan. Jika aku lapar, maka aku dapat makan dua kali lipat dari yang aku makan tadi" "Sudah seharusnya kau makan lebih banyak. Ujud lahiriahmu pun sudah memberi isyarat, bahwa kau tentu dapat makan banyak sekali"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Mereka yang sedang makan itu pun tertawa. Setelah mereka selesai makan, maka Ki Repak Rembulungpun mengajak Ki Pananggungan duduk di pringgitan. Terasa angin yang sejuk mengusap kening mereka yang berkeringat. Nasi hangat serta sambal terasi dengan lalapan, membuat mereka berkeringat. Beberapa saat mereka duduk di pringgitan, Ki Pananggungan melihat seorang perempuan sedang menyapu halaman depan yang luas. Sekali-sekali perempuan itu berhenti, berdiri tegak sambil menekan pinggangnya di sebelah tangannya. Kemudian dengan lengan bajunya menyeka keringat yang mengembun dari tubuhnya. "Siapa yang menyapu halaman itu?" bertanya Ki Pananggungan, "Seorang yang membantu Pupus Rembulung menyelenggarakan pekerjaan di rumah ini, Kakang. Perempuan itu tinggal tidak terlalu jauh dari rumahku ini. Ia seorang janda yang mempunyai tiga orang anak" "Anak-anaknya juga membantu di rumahmu ini?" "Tidak. Mereka menggarap sawah yang ditinggalkan oleh ayah mereka. Tetapi sawah itu tidak seberapa luas. Karena itu, maka perempuan itu bekerja di sini. Setidak-tidaknya bagi perempuan itu sendiri tidak akan kekurangan makan. Bahkan serba sedikit ia mendapat uang untuk membeli minyak kelapa buat mengisi lampu dlupak yang dapat menerangi rumahnya di malam hari" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. "Di Kembang Arum, Kemuning sangat rajin bekerja. Menyapu halaman, menimba air untuk mengisi jambangan di pakiwan, membersihkan perabot rumah serta membantu bibinya di dapur" Repak Rembulung menarik nafas panjang. Katanya, "Ibunya sangat sayang kepadanya. Pupus Rembulung tidak memberikan tugas-tugas tertentu baginya, kecuali jika kebetulan Kemuning sendiri berniat"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Lalu kenapa ia harus pulang karena di sini kebetulan banyak tamu, jika ia tidak perlu membantu Pupus Rembulung?" "Yang sangat kami butuhkan justru Nyi Permati. Nyi Permati sangat pandai memasak. Meskipun ada perempuan lain yang dapat membantu Pupus Rembulung, tetapi yang membuat adonan masakan biasanya adalah Nyi Permati. Yang lain tinggal menyelesaikannya saja" Ki Pananggungan mengangguk-angguk pula. Namun iapun kemudian berkata, "Kalian tidak boleh terlalu memanjakan Kemuning. Ia akan menjadi malas dan bodoh. Kalian tentu tidak berkeberatan untuk menempa Kemuning menjadi seorang gadis yang memiliki ilmu kanuragan yang cukup. Tetapi seharusnya kalian juga membentuk Kemuning menjadi seorang perempuan. Sehingga dalam kebulatannya, Kemuning adalah seorang perempuan yang berilmu tinggi" Ki Repak Rembulung mengangguk-angguk. Sementara Ki Pananggunganpun berkata, "Kau harus ingat siapakah Nyi Permati itu. Jadi setiap kali kau atau Pupus Rembulung mengambil sikap terhadap Kemuning, sebaiknya kau bicarakan dengan Nyi Permati. Meskipun sekarang Kemuning adalah anakmu dan anak Pupus Rembulung, tetapi Nyi Permati tentu mempunyai harapan-harapan pula atas anak itu" Repak Rembulung mengangguk-angguk. Namun dalam pada itu, pembicaraan merekapun terputus. Perhatian Ki Pananggungan tertarik kepada Kemuning yang melintas di halaman. Dari sebelah gandok seorang anak muda menyusulnya. Keduanyapun kemudian berjalan bersamasama. Anak muda yang dilihatnya bergurau dengan Kemuning di seketeng. Keduanya memang nampak begitu akrab. Ki Pananggungan memperhatikan anak muda itu dengan seksama. Seorang anak muda yang nampak cerdas. Tubuhnya yang gagah dalam keseimbangan antara tinggi dan besar tubuhnya. Kulitnya agak kekuning-kuningan. Namun karena anak muda itu ditempa oleh latihan-latihan yang berat, yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kadang-kadang dilakukan di teriknya sinar matahari, maka nampaknya kulitnya menjadi agak gelap. Meskipun demikian anak muda itu nampak bersih dan memancarkan kecerdasan otaknya. Melihat anak muda itu, Ki Pananggungan segera teringat kepada Paksi. Anak muda yang berilmu tinggi. Meskipun masih belum dapat menyamai Pangeran Benawa, tetapi jarang dapat dicari bandingnya. "Siapakah anak muda itu" Apakah ia juga salah seorang dari lima orang anak muda yang dititipkan oleh Ki Gede Lenglengan?" "Ya, Kakang. Menurut Ki Gede Lenglengan, anak muda itu adalah anak seorang tumenggung" Jantung Ki Pananggungan tergetar. Jika anak itu anak seorang tumenggung, apakah ada hubungannya dengan ceritera Paksi tentang adiknya. Pada anak muda itu memang nampak ada yang mirip dengan Paksi. Mungkin mata dan alisnya. Juga tubuhnya yang nampak kuat serta seimbang. Pandangannya yang tajam serta caranya berjalan dengan dada tegap menengadah. Tetapi Paksi tidak selalu mengangkat wajahnya. Paksi justru lebih banyak menunduk. Hanya sekali-sekali Paksi mengangkat wajah. Namun sekilas ia memandang seseorang, maka tatapan matanya itu serasa menusuk sampai ke jantung. "Anak muda ini nampak lebih gembira dari Paksi. Agaknya hatinya pun lebih terbuka dan kekanak-kanakan. Sementara itu, Paksi selalu nampak bersungguh-sungguh dan lebih banyak diam" berkata Ki Pananggungan di dalam hatinya. Namun Ki Pananggungan tidak bertanya tentang latar belakang kehidupan anak muda itu. Bahkan Ki Pananggungan itu bertanya, "Apakah hubungannya dengan Kemuning sangat akrab?" "Hubungan mereka memang menjadi perhatian kami, Kakang. Terutama Nyi Permati. Berkali-kali ia minta agar aku dan Pupus Rembulung mengambil langkah-langkah tertentu
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
untuk membatasi hubungan antara Kemuning dan anak-anak muda itu. Khususnya anak muda yang satu itu. Aku tidak tahu, kenapa Nyi Permati agaknya tidak senang kepada anak muda itu. Sementara itu kami, aku dan Pupus Rembulung, masih belum melihat cacat-cacat yang menyolok dari anak muda itu" "Repak Rembulung, cacat terbesar dari anak muda itu adalah, bahwa ia diserahkan kepadamu oleh Ki Gede Lenglengan. Sementara itu kau tahu, siapakah Lenglengan itu. Bahkan latar belakang kehidupannya dan masa mudanya. Kau seharusnya sudah tahu, atau kau seharusnya menjadi lebih peka dari Nyi Permati tentang hubungan anak gadismu dengan anak-anak muda yang dititipkan oleh Ki Gede Lenglengan kepadamu, siapapun anak muda itu. Bahkan anak siapapun. Karena kau tentu tahu selera Ki Gede Lenglengan. Kau tentu dapat menilai, isi dari orang-orang yang terpilih oleh Ki Gede Lenglengan" "Kakang benar" "Nah, bagaimana ceriteranya, sehingga kau dapat bekerja sama dengan orang itu" "Alasannya sederhana sekali, Kakang. Ki Gede Lenglengan menawarkan biaya yang besar kepada kami untuk mengasuh anak-anak muda yang akan dititipkan kepada kami" "Dan kau menerimanya?" "Ya. Tetapi kami tentu mempunyai alasan, Kakang. Kami menerima tawaran itu, karena dengan demikian kami akan mendapatkan uang cukup tanpa harus menambah deretan dosa-dosa yang telah kami perbuat. Bukankah aku dapat menerima imbalan itu sebagai satu penghasilan yang bersih namun cukup banyak?" "Tetapi bukankah kau tahu, dari mana Lenglengan mendapatkan uang itu" Apakah ada bedanya, jika uang itu kau pungut sendiri di rumah orang-orang kaya atau di jalanjalan sepi?" Ki Repak Rembulung menundukkan kepalanya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Bagaimanapun garangnya Ki Repak Rembulung, namun ia berhadapan dengan kakaknya yang mempunyai wibawa yang besar serta diyakini memiliki ilmu yang sangat tinggi. "Maaf Repak Rembulung, jika aku berbicara sebagai seorang saudara tua. Apalagi menyangkut Kemuning yang aku anggap sebagai anakku sendiri" "Kakang benar. Aku memang harus memagari hubungan Kemuning dan anak-anak muda itu lebih rapat lagi. Jika terjadi sesuatu, wajahku yang hitam ini akan menjadi semakin kelam" "Kau belum terlambat, Repak Rembulung" "Aku akan meyakinkan Pupus Rembulung" "Ia tentu akan sependapat. Betapapun warna getar kehidupan kalian di dalam petualangan kalian, namun kalian adalah orang tua yang baik di rumah" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu, Ki Pananggungan melihat Kemuning berlari meninggalkan anak muda itu dan hilang di balik sudut gandok. Yang tertinggal hanyalah suara tertawanya saja yang berkepanjangan. Namun kemudian suara itu pun menjadi semakin hilang pula. "Mudah-mudahan kami tidak terlambat, Kakang" desis Repak Rembulung tiba-tiba. "Belum. Kau belum terlambat" "Maksudku, keakraban hubungan mereka. Seharusnya aku tahu sebagaimana Kakang katakan tadi. Aku harus mempunyai penilaian atas anak-anak muda yang menjadi pilihan Ki Gede Lenglengan" "Masih ada waktu. Sementara itu nampaknya Ki Gede Lenglengan sendiri tidak pernah mengekang anak-anak asuhannya itu" "Ya, Kakang" "Bagi Ki Gede Lenglengan, hubungan antara anak asuhannya dengan anakmu akan dapat menimbulkan banyak keuntungan" "Ya, Kakang"
Bangau Sakti 40 Pendekar Rajawali Sakti 9 Manusia Bertopeng Hitam Alap Alap Laut Kidul 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama