Ceritasilat Novel Online

Jejak Di Balik Kabut 47

Jejak Di Balik Kabut Karya Sh Mintardja Bagian 47


Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kau beli tanah ini dari uang yang kau dapat dari Ki Gede Lenglengan?" "Ya, Kakang. Sebagian besar memang" "Kenapa tiba-tiba Ki Gede Lenglengan itu sekarang ikut bersama-sama anak-anak asuhannya itu di sini?" "Ada yang mengkhianatinya, Kakang. Padepokannya yang terpencil dan seakan-akan terpisah diketahui oleh para prajurit Pajang" "Kenapa Lenglengan dimusuhi oleh Pajang?" Ki Repak Rembulung termangu-mangu sejenak. Namun iapun kemudian menjawab, "Ki Gede Lenglengan bekerja untuk Harya Wisaka" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Dengan nada tinggi iapun bertanya, "Nah, kau tahu artinya bagi dirimu sendiri?" "Ya, Kakang. Kami pun akan terlibat pula karena Harya Wisaka adalah seorang pemberontak" "Repak Rembulung, kenapa tiba-tiba saja kau tersuruk ke dalam pengaruh Harya Wisaka" Bukankah kau dan beberapa kelompok yang gila dan bermimpi tentang cincin kerajaan itu seakan-akan bersaing dan saling bermusuhan dengan Harya Wisaka?" "Ketika aku bertemu dengan Ki Gede Lenglengan, orang yang pernah aku kenal dengan baik sebelumnya, aku belum tahu hubungannya dengan Harya Wisaka. Aku tahu setelah kami membuat kesepakatan, serta anak-anak itu sudah berada di rumah ini" "Dan kau tidak dapat lagi beringsut?" "Ya. Sebagai seorang yang berpegang pada harga diri dan kebanggaan atas keberadaannya, maka aku harus berpegang pada janji dan kesepakatan" "Bukan harga diri dan kebanggaan atas keberadaanmu di antara lingkunganmu, tetapi itu adalah keangkuhan sematamata. Karena kau terbelenggu oleh sikapnya yang angkuh itu, maka kau tidak berani mengambil sikap atas kesepakatan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang telah kau buat, tetapi tidak kau sadari sepenuhnya latar belakang serta keadaan yang sebenarnya" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Ki Pananggungan itupun berkata, "Repak Rembulung, anggap saja pendapatku itu sebagai masukan. Segala sesuatunya terserah kepadamu. Aku tahu bahwa ada batasan-batasan yang tidak dapat kau langgar. Sehingga hanya kaulah yang dapat mengambil keputusan. Tetapi bagaimanapun juga, Kemuning harus kau pagari agar gadis itu selamat" "Kakang" suara Ki Repak Rembulung merendah, "apakah aku boleh bertanya?" "Tentang apa?" "Anak muda yang pernah menyelamatkan Kemuning" Ki Pananggungan mengerutkan dahinya. Dengan ragu-ragu iapun bertanya, "Apa yang ingin kau tanyakan tentang anak muda itu?" "Kakang, menurut Nyi Permati, nampaknya ada benang yang lembut yang pada waktu itu mulai membelit hati Kemuning" "Ya" Ki Pananggungan mengangguk. "Itukah sebabnya Kakang nampaknya sangat berkeberatan melihat Kemuning bebas bergaul dengan anak-anak muda itu?" "Antara lain juga karena itu, Repak Rembulung" jawab Ki Pananggungan dengan jujur. Namun katanya kemudian, "Tetapi bukan hanya itu" "Bukankah anak muda itu sudah pergi dan apakah dapat diharapkan akan kembali?" Ki Pananggungan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun berkata, "Aku berharap anak itu akan kembali" "Jika tidak?" "Maksudmu, biarlah Kemuning memilih yang ada sekarang?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Repak Rembulung menarik nafas panjang. Katanya, "Jangan menanggapi pertanyaanku sebagai satu usaha untuk membenarkan sikap kami yang lemah terhadap Kemuning. Kami tetap mengakui dan menghargai petunjuk-petunjuk Kakang. Kami akan berbuat lebih baik bagi Kemuning" "Aku mengerti maksudmu, Repak Rembulung. Seandainya anak muda yang pernah menolong Kemuning, membebaskannya dari tangan Bahu Langlang itu tidak kembali, kau harus tetap membuat pagar yang rapat di antara Kemuning dan anak-anak muda itu. Jika terjadi sesuatu, maka kaulah yang akan menanggung beban paling berat, justru karena kaulah yang mempunyai anak perempuan. Ki Gede Lenglengan tidak akan menghiraukannya. Bahkan mungkin sekali, Lenglengan akan mengajak anak-anak asuhnya itu pergi" Repak Rembulung mengangguk-angguk. Katanya, "Aku mengerti, Kakang. Aku akan berbicara dengan Pupus Rembulung" Dalam pada itu, maka langitpun menjadi semakin buram. Senja telah turun. Di mana-mana lampu telah dinyalakan. Ki Pananggunganpun kemudian telah pergi ke pakiwan untuk mandi. Kemudian iapun membenahi dirinya di dalam bilik yang telah disediakan baginya. Ketika malam kemudian turun, Pupus Rembulung telah menyiapkan makan malam bagi Ki Pananggungan. "Bukankah belum lama kita makan?" bertanya Ki Pananggungan. "Baiklah, kita makan agak lambat malam ini" berkata Repak Rembulung. "Kita akan duduk-duduk saja dahulu di pringgitan" Ketika Ki Pananggungan duduk di pringgitan, maka Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah menemaninya. Tetapi Nyi Permati yang agak merasa letih, langsung pergi ke pembaringannya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dalam pada itu, beberapa saat kemudian, Kemuning telah mengajak kelima anak muda yang berada di rumahnya untuk memperkenalkan diri kepada Ki Pananggungan. "Pamanku" berkata Kemuning, "dari Kembang Arum" "Pamanmu atau uwakmu?" bertanya anak muda yang akrab dengan Kemuning. "Sebenarnya memang uwakku. Tetapi aku terbiasa memanggilnya paman" Ki Pananggungan mengerutkan dahinya. Ia tidak mengira bahwa Kemuning dapat berbicara selancar itu untuk memperkenalkan dirinya. Seandainya itu terjadi beberapa waktu yang lalu di rumahnya, maka Kemuning tentu hanya dapat menundukkan kepalanya saja. "Jadi kau saudara tua Ki Repak Rembulung?" bertanya anak muda itu. Pertanyaan itu juga mengejutkan Ki Pananggungan. Bahkan Repak Rembulungpun menegurnya, "Kau berbicara dengan orang tua" "Jadi?" "Kau harus bersikap baik. Bukankah aku telah mengajarimu unggah-ungguh?" "Ternyata menurut Ki Gede Lenglengan unggah-ungguh yang terlalu rumit itu tidak ada gunanya" Ki Repak Rembulung memandang anak muda itu dengan tajamnya. Dengan nada tinggi Ki Repak Rembulung itupun bertanya, "Unggah-ungguh yang terlalu rumit apa yang dimaksudkannya?" "Pokoknya kita tidak usah mempersulit diri. Kita lakukan saja menurut keinginan kita, asal tidak lepas dari bingkai perjuangan kita. Bukankah sikap pada tingkah lakuku tidak keluar dari bingkai itu jika aku tidak mematuhi unggah-ungguh yang Ki Repak Rembulung ajarkan?" "Kau tidak dapat berbuat seperti itu. Rumah ini rumahku. Akulah yang memiliki wewenang tertinggi di rumah ini. Siapa yang tidak menurut aturan yang aku tetapkan, sebaiknya orang itu pergi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Jika yang tidak mematuhi itu Ki Gede Lenglengan?" "Kami akan minta ia pergi" sahut Nyi Pupus Rembulung. "Tetapi Ki Repak Rembulung telah terikat dalam satu kesepakatan dengan Ki Gede Lenglengan" "Ki Gede Lenglengan yang mengatakan kepadamu?" "Ya" "Jika demikian, aku juga akan mengatakan kepadamu, bahwa ikatan kesepakatan itu longgar" "Maksud Ki Repak Rembulung?" "Tidak ada keharusan untuk mentaatinya" Wajah anak muda itulah yang menjadi tegang. Bahkan Ki Repak Rembulung pun berkata, "Akibat dari kesepakatan itu akan ternyata pada keberanian kita menentukan sikap. Sebagaimana Ki Gede Lenglengan berbuat sekehendak hatinya, justru di rumahku, maka aku tentu dapat berbuat lebih bebas daripadanya. Yang penting, apakah kita masingmasing berani menanggung akibatnya?" Wajah anak muda itu menjadi tegang. Ternyata Ki Repak Rembulung tidak menjadi cemas mendengar nama Ki Gede Lenglengan. Semula anak muda itu mengira, bahwa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung akan segera berada di bawah pengaruh Ki Gede Lenglengan. Tetapi ternyata dugaannya keliru. Bahkan anak muda itu harus mengakui bahwa belum tentu kemampuan ilmu Ki Gede Lenglengan berada di atas kemampuan Repak Rembulung atau Pupus Rembulung. Selama ia berguru kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, setelan Ki Gede Lenglengan menyerahkannya bersama beberapa orang kawannya, ia telah mengagumi Repak Rembulung dan Pupus Rembulung karena ilmunya yang tinggi. Tetapi kedatangan Ki Gede Lenglengan telah menghembuskan nafas baru ke dalam sikap dan kehidupan anak-anak muda itu, sehingga hubungan anak-anak muda itu dengan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah bergeser menjadi semakin renggang.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Dalam ketegangan itu, terdengar suara Kemuning, "Kakang, apakah kau lupa bahwa Ki Repak Rembulung itu ayahku, sedangkan Nyi Repak Rembulung itu ibuku" Adapun Ki Pananggungan adalah uwakku?" Anak muda itu mengangguk-angguk sambil berdesis, "Ya, Kemuning" "Nah, apa salahnya jika kau bersikap baik. Mematuhi pesanpesannya dan tidak meninggalkan unggah-ungguh yang telah diajarkannya?" "Ya, Kemuning" "Nah, baiklah. Sekarang, kalian dapat kembali ke gandok" Anak-anak muda itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian anak muda yang akrab dengan Kemuning itu berkata, "Kami minta diri" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak menjawab. Dipandanginya anak-anak muda yang meninggalkan pringgitan itu dengan tajamnya, sementara Kemuning pergi ke ruang dalam. Demikian mereka turun ke halaman, maka Ki Repak Rembulung itu pun berdesis, "Semakin lama mereka menjadi semakin memuakkan. Lenglengan memang gila. Ia telah menghasut anak-anak itu sehingga mereka telah berubah. Ia rusak tatanan yang aku trapkan di rumah ini. Iapun telah merusak gaya hidup anak-anak asuhnya yang dititipkan kepadaku, bahkan terhadap aku sendiri" "Kau tidak dapat mempertahankan keberadaannya di sini" berkata Ki Pananggungan. "Aku memang berpikir untuk mengusirnya. Tetapi bukan saja Lenglengan. Anak-anaknya itupun harus pergi. Jika saja Lenglengan belum meracuninya, aku tidak berkeberatan mereka berada di sini" "Jika Lenglengan pergi, sikap anak-anak itu akan berubah lagi" "Tetap pada saat Lenglengan itu pergi, mereka tentu akan ikut bersamanya. Tetapi tidak mudah mengusir Lenglengan dari rumah ini. Ia tahu, bahwa aku membeli tanah dan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
membuat rumah ini sebagian dari uang yang diberikannya kepadaku" "Tetapi uang itu sudah diberikannya kepadamu sebagai imbalan kesediaanmu mengasuh anak-anaknya sehingga uang itu sudah menjadi uangmu" "Tetapi otaknya tidak sebening itu, Kakang. Ia masih saja merasa memiliki tanah dan rumah ini" "Apakah kau harus memakai kekerasan?" "Agaknya pada suatu saat, benturan seperti itu akan dapat saja terjadi. Tetapi aku tidak mencemaskannya" "Kau hanya berdua" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian iapun menggeleng, "Tidak, Kakang. Aku tidak ingin melibatkan Kakang dalam persoalanku dengan Ki Gede Lenglengan" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Ia memang ingin menawarkan diri untuk membantu adiknya, namun agaknya Repak Rembulung yang tanggap itu tidak menyetujuinya. "Kakang" berkata Nyi Pupus Rembulung kemudian, "biarlah kami mencoba menyelesaikan persoalan ini. Tetapi jika kami mengalami kesulitan, maka apa boleh buat. Kami akan menemui Kakang untuk memohon bantuan" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Aku tidak akan mengelak. Aku akan membantu jika kalian berada di dalam kesulitan. Apalagi menghadapi orang yang telah mendukung apa yang disebut sebagai satu perjuangan oleh Harya Wisaka. Justru untuk menentang Pajang" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung saling berpandangan sejenak. "Terima kasih, Kakang" berkata Ki Repak Rembulung. Untuk beberapa saat lamanya mereka masih duduk di pringgitan, sementara malam pun menjadi semakin malam. Halaman rumah itupun menjadi sepi. Anak-anak muda yang tinggal di rumah itu agaknya telah berada di dalam bilik mereka masing-masing.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Namun ketika Ki Pananggungan dipersilahkan untuk beristirahat, mereka melihat Ki Gede Lenglengan naik ke pendapa. "Agaknya anak-anak itu telah mengatakan kepadanya" desis Ki Repak Rembulung. "Tidak apa-apa" berkata Ki Pananggungan. "Jika orang itu marah, biarlah ia marah sekarang. Selagi aku ada di sini" Ki Gede Lenglengan itupun kemudian telah ikut duduk pula bersama Ki Repak Rembulung, Nyi Pupus Rembulung dan Ki Pananggungan. Namun ternyata Ki Gede Lenglengan sama sekali tidak menyinggung pembicaraan serta sikap anak-anak asuhnya. Tetapi Ki Gede itupun bertanya kepada Ki Pananggungan, "Sampai kapan kau berada di sini?" "Sekitar dua tiga hari, Ki Gede" jawab Ki Pananggungan. "Sudah lama aku tidak bertemu dengan adikku ini" "Sebaiknya kau tidak terlalu lama di sini" berkata Ki Gede Lenglengan. "Kehadiranmu akan dapat mengganggu anakanakku" "Mengganggu" Kenapa aku mengganggu" Bukankah aku tidak berbuat apa-apa?" "Kau berkeliaran di sini. Kau masuki sanggar tempat anakanakku latihan. Kau sita waktu Repak Rembulung dan Pupus Rembulung yang seharusnya diperuntukkan bagi anak-anakku itu, sehingga latihan-latihan bagi mereka tidak berjalan seperti yang seharusnya. Padahal aku sudah memberikan upah kepada mereka. Bukankah dengan demikian aku berhak merasa dirugikan?" "Aku bukan budakmu, Ki Gede Lenglengan" sahut Repak Rembulung. "Aku menyatakan kesediaanku membantumu meningkatkan ilmu anak-anak asuhmu tanpa batasan-batasan. Tidak ada yang dapat memaksaku untuk melakukannya setiap hari. Segala-galanya terserah kepadaku dan kepada istriku" "Apapun yang kau katakan, tetapi kau terikat pada kesepakatan kita. Sementara itu, kakakmu terasa sangat mengganggu di sini"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kakang tidak akan pulang sebelum ia ingin pulang" sahut Nyi Pupus Rembulung. "Kalian tidak dapat melepaskan diri dari kesepakatan di antara kita. Ingat itu" "Kau mengancam?" bertanya Ki Repak Rembulung. Ki Gede Lenglengan memandang wajah Ki Repak Rembulung dengan tajamnya. Dengan nada tinggi iapun berkata, "Aku tidak mengancam, Repak Rembulung. Tetapi orang-orang seperti kita mempunyai harga diri cukup tinggi untuk mematuhi setiap kesepakatan" "Dalam batas-batas yang sudah disepakati. Bukan menurut kepentingan kita masing-masing sehingga pengertian dari kesepakatan itu menjadi kabur" Ki Gede Lenglengan termangu-mangu sejenak. Namun menghadapi orang seperti Ki Gede Lenglengan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung harus menunjukkan keberanian mereka. Ternyata Ki Gede Lenglengan itu tidak berbicara lebih panjang. Iapun segera bangkit dan meninggalkan Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Ki Pananggungan. "Kau memelihara sekelompok serigala di rumahmu, Repak Rembulung" berkata Ki Pananggungan kemudian. Repak Rembulung mengangguk-angguk. Sementara Nyi Pupus Rembulungpun berkata, "Kesalahan kami, Kakang. Kami memang terlalu tamak. Kami sudah mempunyai beberapa buah rumah. Kami masih ingin memiliki lebih dari yang sudah kami punyai" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Sukurlah bahwa akhirnya kalian menyadarinya" "Tetapi bukankah sudah terlambat" Kami sudah dibelit oleh tatanan kehidupan yang tidak sewajarnya ini" "Sudah aku katakan, bahwa kau masih belum terlambat" Namun Repak Rembulung menyahut, "Tetapi bukankah yang Kakang maksudkan bahwa kami belum terlambat mengekang hubungan Kemuning dengan anak-anak muda itu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya. Tetapi juga bagaimana kalian mengekang diri kalian sendiri" Repak Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Katanya, "Kami sudah terlanjur menjadi tua. Hari-hari yang akan kami lalui tinggal beberapa langkah lagi" "Justru karena itu" sahut Ki Pananggungan, "jika kalian tidak berbuat baik sekarang, maka kalian memang akan terlambat. Jika batas akhir itu sudah sampai, maka yang ada hanyalah penyesalan" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung itu menganggukangguk kecil. Dengan nada dalam Repak Rembulung menjawab, "Ya, Kakang. Kami mengerti. Tetapi seberapa kebaikan yang dapat kami lakukan di saat-saat yang menjadi semakin pendek ini?" "Manakah yang lebih bagi kalian, menambah beban atau tidak. Bahkan meskipun hanya sesilir bawang, maka penyesalan, pengakuan dan permohonan ampun akan didengar oleh Yang Maha Pencipta" "Sebenarnya memang sudah terpikir oleh kami, Kakang" "Kenapa hanya terpikir" Kenapa hanya berhenti di kepala" Kenapa tidak diterjemahkan ke dalam sikap dan tingkah laku?" "Ya" "Nah, dengarlah. Besok aku akan pulang. Jaga agar Ki Gede Lenglengan tidak berbuat apa-apa lebih dahulu. Kalian harus lebih banyak mengalah. Lusa, aku akan kembali bersama mbokayumu" "Jangan, Kakang. Kakang jangan melibatkan Mbokayu dalam persoalan yang gawat ini. Dunianya berbeda dengan dunia kami. Berbeda dengan dunia Pupus Rembulung" "Tidak apa-apa. Ia adalah istriku. Ia tahu apa yang harus dilakukannya" "Tetapi jika Kakang pulang karena Ki Gede Lenglengan, aku minta jangan lakukan itu. Biarlah Kakang tetap berada di sini" "Tidak. Aku tidak pulang hanya karena sikap Lenglengan. Tetapi aku mempunyai sesuatu yang akan sangat menarik bagimu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung termangumangu sejenak. Namun tiba-tiba saja Ki Pananggungan itupun berkata, "Sudah malam. Aku akan tidur. Tetapi besok aku benar-benar akan pulang, tidak perlu terlalu pagi" Ki Repak Rembulungpun kemudian telah mempersilahkan Ki Pananggungan masuk ke dalam biliknya. Namun keduanya ternyata tidak segera beristirahat. Tetapi Repak Rembulung dan Pupus Rembulung justru pergi ke sanggar yang hampir kosong itu. Beberapa saat lamanya keduanya mengasah kemampuan mereka, seakan-akan mereka sedang menghadapi tantangan untuk berperang tanding di akhir pekan. Di hari berikutnya, Ki Pananggungan memang benar-benar bersiap untuk pulang. Ketika matahari naik, Ki Pananggungan telah menyiapkan kudanya di halaman. Nyi Permati terkejut melihat Ki Pananggungan bersiap untuk pulang. Ia mengira bahwa Ki Pananggungan akan berada di rumah itu barang dua tiga hari. "Kenapa tergesa-gesa, Kakang?" "Aku rindu kepada keluarga ini. Terutama kepada Kemuning. Setelah aku bertemu dengan seluruh keluarga di sini serta telah bertemu pula dengan Kemuning, maka rasarasanya aku tidak usah terlalu lama berada di sini" "Tetapi Kakang baru datang kemarin" Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Sebaiknya aku memang tidak meninggalkan rumah terlalu lama" Dalam pada itu, Kemuningpun mencoba untuk menahan pamannya barang satu dua hari. Tetapi seperti kepada Nyi Permati, Ki Pananggunganpun berkata, "Aku sudah dapat bertemu dengan kau, Kemuning. Setelah aku mengetahui keselamatan keluarga ini, aku tidak perlu terlalu lama berada di sini" "Apakah Paman tidak senang karena kawan-kawanku itu ada di sini?" "Tidak, Kemuning. Sama sekali tidak"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku minta maaf atas kelakuan mereka, Paman. Mereka memang sering bersikap kasar. Tetapi mereka adalah orang orang yang baik. Bahkan seorang di antara mereka adalah anak seorang tumenggung" "Ketika mereka kau bawa memperkenalkan diri semalam di pringgitan, mereka tidak sempat menyebutkan nama mereka. Siapakah nama anak tumenggung itu?" "Lajer Laksita" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Baiklah. Aku akan menceriterakan keadaan rumah ini kepada bibimu. Jika mungkin aku akan mengajaknya kemari" "Paman akan mengajak Bibi kemari?" "Ya" "Senang sekali dapat bertemu dengan Bibi" Tetapi Nyi Permati menyahut, "Sebaiknya Kakang tunda saja keinginan Kakang mengajak Mbokayu kemari" "Kenapa?" bertanya Kemuning, "Aku rindu sekali kepada Bibi" "Kenapa kau tidak pergi saja ke rumah pamanmu" Jika kau rindu kepada bibimu, kau dapat pergi sekarang bersama-sama pamanmu. Kapan-kapan pamanmu tentu tidak akan berkeberatan mengantar kau pulang" "Ya. Bibimu tentu akan senang sekali, Kemuning" Kemuning mengerutkan dahinya. Dengan ragu-ragu iapun berkata, "Ayah dan Ibu tentu tidak akan mengijinkan aku pergi ke Kembang Arum" Namun Kemuning terkejut ketika ia mendengar Nyi Pupus Rembulung menyahut, "Kami tidak akan berkeberatan, Kemuning. Jika kau akan pergi, pergilah. Besok lusa, pamanmu akan mengantarmu pulang kemari" Kemuning memandang ayah dan ibunya dengan jantung yang berdebaran. Ia tidak mengira bahwa justru ibunya langsung menyatakan kesediaannya jika ia pergi bersama Ki Pananggungan. Namun Kemuning itupun kemudian menjawab, "Ibu, aku tidak dapat meninggalkan Bibi Permati sibuk sendiri di dapur"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Bukankah aku tidak sendiri, Kemuning" Ada beberapa orang yang membantuku" "Tetapi mereka hanya dapat mencuci mangkuk, menunggui nyala api atau mengambil air dari sumur untuk mengisi jambangan" "Tidak apa-apa, Kemuning. Jika kau akan pergi, pergilah" "Tetapi rasa-rasanya aku tidak sampai hati meninggalkan Bibi dan Ibu dalam kesibukannya" "Tidak apa-apa. Sudah aku katakan, tidak apa-apa" "Tetapi aku belum mandi. Aku masih memerlukan waktu yang panjang untuk mandi, mencuci dan berbenah diri" "Aku akan menunggumu, Kemuning. Jika kau benar-benar akan pergi menemui bibimu, biarlah aku menunggu. Bahkan seandainya kau akan pergi besok, aku juga akan tetap menunggumu" Tetapi Kemuningpun akhirnya menggeleng sambil menjawab, "Tinggalkan saja aku, Paman. Mungkin kelak aku akan pergi bersama Bibi jika Bibi itu datang kemari" "Kenapa kau harus menunggu" Sebaiknya, marilah, pergilah sekarang bersamaku" "Jika aku pergi ke Kembang Arum, Bibi tentu tidak akan pergi kemari" "Sebaiknya kau pergi ke Kembang Arum. Besok kau akan diantar oleh paman dan Bibi" Namun Kemuningpun menggeleng. Katanya, "Aku tidak pergi sekarang, Paman" Namun di luar dugaan Kemuning pula bahwa ibunya bertanya, "Kenapa kau tidak mau pergi sekarang Kemuning" Bukankah kau sudah pandai berkuda. Pakailah kuda ayahmu yang terbaik jika kau akan pergi ke Kembang Arum" "Biarlah aku pergi kapan-kapan saja, Ibu" Ki Pananggungan mengangguk-angguk sambil berkata, "Baiklah. Besok atau lusa aku akan membawa bibimu kemari" Adalah di luar dugaan Kemuning bahwa ibunya akan berkata kepada Ki Pananggungan, "Maaf, Kakang. Entahlah
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kenapa Kemuning sekarang agak sulit untuk menuruti katakataku, perintah ayahnya dan nasehat-nasehat Nyi Permati" "Ibu" potong Kemuning. Ki Pananggungan melangkah mendekati Kemuning. Sambil menepuk bahunya iapun berkata, "Aku memang melihat perubahan pada dirimu, Nduk. Nah, masih banyak waktu untuk menilai diri sendiri. Ayah, Ibu dan Nyi Permati merupakan tempat bertanya dan bahkan tempat kau bercermin. Jika kau melihat rias di wajahmu kurang mapan, jangan kau salahkan cerminnya. Benahi rias di wajahmu agar kau tetap cantik" Wajah Kemuning menjadi muram. Ada kegelisahan memancar di sorot matanya yang menjadi basah. "Sudahlah, Kemuning. Aku akan segera kembali bersama bibimu. Bibimu sudah sangat rindu kepadamu" Kemuning tidak menjawab. Tetapi air matanya mulai menitik. Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung melihat Kemuning menangis. Tetapi mereka seakan-akan tidak menghiraukannya. Perhatian mereka dengan sengaja ditujukan sepenuhnya kepada Ki Pananggungan yang kemudian menuntun kudanya ke regol halaman. Dalam pada itu, di serambi gandok, Ki Gede Lenglengan dan kelima orang anak asuhnya memperhatikan kepergian Ki Pananggungan dengan penuh perhatian. Anak muda yang akrab dengan Kemuning itupun bertanya kepada Ki Gede Lenglengan, "Apakah Ki Gede tidak ingin mengucapkan selamat jalan kepada orang itu?" "Aku tidak ingin ia selamat di perjalanan" jawab Ki Gede Lenglengan. "Tiga orang kita sudah mendahului perjalanan orang itu. Ia tidak akan pernah sampai ke Kembang Arum. Ia tidak akan pernah kembali lagi kemari" "Ki Gede akan menyingkirkannya?" "Ya. Orang itu mengetahui terlalu banyak tentang keberadaan kita di sini" "Apa kata Ki Repak Rembulung dan Nyi Repak Rembulung jika mereka mengetahuinya?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mereka tidak akan pernah mengetahuinya, apa yang telah terjadi dengan saudara tuanya itu. Mungkin mereka menunggu sepekan dua pekan. Bahkan mungkin sebulan. Tetapi mereka akan segera melupakannya" Anak muda itu mengangguk-angguk. Dalam pada itu, Ki Pananggunganpun telah meninggalkan regol halaman rumah Repak Rembulung. Repak Rembulung, Pupus Rembulung, Nyi Permati dan Kemuning berdiri termangu-mangu di regol halaman. Namun demikian Ki Pananggungan itu melarikan kudanya, Kemuningpun segera berlari melintasi halaman. "Kemuning" panggil Nyi Pupus Rembulung. Tetapi Kemuning tidak berhenti. Ia langsung naik ke pendapa dan masuk ke ruang dalam. Bahkan Kemuning itu berlari-lari kecil masuk ke dalam biliknya dan menjatuhkan diri di pembaringan. Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permatipun segera menyusulnya. Sambil duduk di bibir pembaringannya, Pupus Rembulung mengelus rambut gadis itu sambil berkata lembut, "Kemuning, kenapa kau menangis, he?" Kemuning itupun terisak. Nyi Permati yang berjongkok di sisi pembaringannya itupun bertanya, "Jangan menangis, Kemuning. Tetapi sebaiknya kau justru merenungkan sikap dan kata-kata kami, orang tua-tua ini, termasuk pamanmu Pananggungan. Kami, termasuk pamanmu, sangat mencintaimu. Karena itu, jangan menjadi salah paham atas kata-kata kami" Kemuning tidak menjawab. Tetapi ia semakin terisak. "Kemuning..., kami, maksudku Ayah, Ibu, Bibi Permati dan pamanmu Pananggungan ingin melihat kau tumbuh dan berkembang menjadi seorang gadis yang mempunyai masa depan yang baik. Lebih baik dari Ayah, Ibu, Bibi dan keluarga Paman Pananggungan" "Ayah, Ibu dan semuanya sekarang sudah tidak mencintai Kemuning lagi. Apakah salahku, Ibu" Apakah salahku, Bibi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kenapa Ayah, Ibu dan Bibi menganggap bahwa aku sudah berubah?" Tetapi Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permati memang sudah berniat untuk memberi peringatan kepada Kemuning. Karena itu, maka Pupus Rembulung itupun berkata, "Kemuning, kau dengar pesan pamanmu Pananggungan itu, Nduk. Jadikanlah Ibu dan Bibi sebagai tempat untuk bercermin. Ibu dan Bibi Permati tidak akan menjerumuskanmu ke dalam satu keadaan yang buram, karena kami mencintaimu, Kemuning. Kalau Ibu dan Bibi menunjukkan kesalahanmu, menegurmu dan mencelamu, karena kami terlalu ingin kau menjadi seorang gadis yang manis. Seperti kata pamanmu, agar kau tetap cantik" Kemuning semakin terisak. Di sela-sela isaknya Kemuning bertanya, "Apakah salahku, Ibu?" "Kau tidak bersalah, Kemuning. Memang mungkin sikapmu ada yang kurang sesuai menurut pendapat Ibu dan Bibi. Tetapi itu dapat dibicarakan kemudian. Pada saat-saat hatimu bening kita akan dapat melihat apa yang telah terjadi selama ini. Bahkan mungkin yang terjadi itu adalah sekedar akibat dari kesalahan Ayah dan Ibu" Kemuning mengusap matanya. Tetapi air matanya masih saja meleleh di pipinya, membasahi bantalnya. Namun ibunyapun kemudian berkata, "Sudahlah, jangan menangis, Kemuning. Biarlah aku dan bibimu pergi ke dapur" Kemuning mengangguk kecil. Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permatipun kemudian meninggalkan Kemuning di pembaringannya. "Sudah waktunya untuk memberikan peringatan-peringatan kepada gadis itu" berkata Nyi Pupus Rembulung. "Aku merasa cemas melihat perkembangan hubungannya dengan anak-anak muda itu. Lebih-lebih dengan anak muda yang bernama Lajer Laksita itu" "Menurut Ki Gede Lenglengan, ia anak seorang tumenggung"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Nyi Pupus Rembulung mengangguk-angguk. Katanya, "Ya. Kita memang harus lebih berhati-hati. Apalagi mengingat sikap Ki Gede Lenglengan yang semakin lama menjadi semakin gila" "Aku tidak senang kepada orang itu. Ia terlalu kasar dan bahkan liar. Aku jadi teringat kepada Bahu Langlang. Bedanya, Ki Gede Lenglengan tidak tertarik kepada perempuan sebagaimana Bahu Langlang" "Tetapi orang ini jauh lebih berbahaya dari Bahu Langlang karena orang ini berilmu tinggi" Nyi Permati mengangguk-angguk. Katanya, "Ya. Orang ini memang lebih berbahaya" Sementara itu, Kemuning masih berada di dalam biliknya. Namun kemudian Kemuning itupun bangkit. Diusapnya air matanya dan dibenahinya pakaiannya. Sejenak kemudian, Kemuning itupun sudah menghambur keluar dari biliknya pergi ke gandok menemui anak muda yang disebutnya anak tumenggung itu. "Kau kenapa, Kemuning?" bertanya anak muda itu. "Matamu lebam. Kau baru saja menangis?" Kemuning mengangguk. "Kenapa?" "Ayah, Ibu, Bibi dan semua orang marah kepadaku" "Kenapa?" "Akut tidak mau diajak Paman" Anak muda itu mengangguk-angguk. Namun tiba-tiba saja ia bertanya, "Kenapa?" "Apa maksudmu" Kenapa aku tidak mau, atau kenapa mereka marah kepadaku hanya karena aku tidak mau?" Anak muda itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun menjawab, "Kenapa kau tidak mau?" "Kenapa aku tidak mau" Kau masih bertanya?" Anak muda itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun bertanya, "Maksudku, kenapa orang tuamu marah kepadamu jika kau memang tidak ingin ikut bersama pamanmu"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemuning memandang anak muda itu dengan tajamnya. Namun kemudian Kemuning menundukkan kepalanya sambil berdesis, "Aku tidak tahu. Tetapi mungkin karena Paman tersinggung oleh sikap kalian. Paman adalah seorang yang masih sangat berpegangan kepada tatanan pergaulan. Karena itu, Paman, Ayah dan Ibu merasa khawatir bahwa pada suatu saat akupun akan bertingkah laku seperti kalian" Anak muda itu mengerutkan dahinya. Namun kemudian iapun tertawa sambil berkata, "Jangan hiraukan pamanmu itu. Biarlah ia hidup di dalam dunianya. Kau akan mendapatkan duniamu sendiri" "Tetapi Ayah dan Ibu juga marah kepadaku" "Apakah untuk selama-lamanya kau akan bersama ayah dan ibumu yang menjadi semakin tua itu?" "Maksudmu?" "Pada suatu hari kau akan meninggalkan ayah dan ibumu. Kau akan hidup dalam satu keluarga yang lain. Keluargamu sendiri" "Tetapi sekarang aku masih hidup bersama ayah dan ibuku" "Kau dapat meninggalkan mereka" "Begitu mudahnya" Ayah dan Ibu sudah memelihara, membesarkan dan mendidik aku sampai dewasa" "Itu sudah menjadi kewajibannya. Kau tidak minta dilahirkannya. Karena itu, maka kau berhak untuk mendapat apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tuanya tanpa merasa berhubungan budi kepadanya. Itu adalah hakmu, hak seorang anak" "Kau hanya berbicara tentang hak. Seharusnya kau juga berbicara tentang kewajiban" "Kewajibanmu adalah bertanggung jawab terhadap anakanakmu kelak" Kemuning mengerutkan dahinya. Untuk beberapa saat lamanya ia terdiam merenungi kata-kata anak muda itu. Bahkan sebuah pertanyaan telah menyelinap di hatinya, "Apakah benar aku tidak mempunyai kewajiban untuk
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
menyatakan terima kasih kepada orang tuaku, karena apa yang mereka lakukan itu sudah menjadi kewajibannya?" Kemuning menjadi sangat gelisah. Orang tuanya mengajarinya untuk patuh kepada orang tua. Untuk menghormatinya, karena orang tua adalah lantaran kehadirannya. Bahkan orang tua kadang-kadang rela berbuat apa saja bagi anak-anaknya, mengorbankan apa saja yang ia punya. Kemuning masih duduk termangu-mangu. Kepalanya mulai terasa pening. Rasa-rasanya Kemuning itu sedang duduk di atas sebuah pusaran yang berputar semakin lama semakin cepat. Kemuningpun tiba-tiba memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Terdengar ia berdesah. "Kemuning" anak muda itu terkejut, "kau kenapa?" "Kepalaku" desis Kemuning. "Kenapa dengan kepalamu?" "Pening sekali" Anak muda itupun kemudian duduk di sisi Kemuning. Dipeganginya bahu Kemuning yang mulai goyah. " Berbaringlah, Kemuning, berbaringlah" berkata anak muda itu. Kemuning yang sedang pening itu tidak menolak. Iapun kemudian diangkat oleh anak muda itu dan dibaringkannya di pembaringannya. Kemuning yang sedang pening itu memejamkan matanya. Sejenak keduanya diam mematung. Kemuning masih saja berbaring, sementara anak muda itu duduk di sebelahnya sambil mengelus kening gadis itu. Namun tiba-tiba saja terdengar bisik di telinga Kemuning, "Kemuning, aku akan membawamu keluar dari rumah orang tuamu" Kemuning tidak menjawab. Terasa desah nafas anak muda itu mengusap lehernya. "Kemuning"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemuning bagaikan terpukau di pembaringan. Ia sama sekali tidak bergerak ketika anak muda itu berbaring di sisinya sambil memijit kepalanya yang sedang pening. Kemuning terlelap sejenak. Ia tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Namun tiba-tiba saja Kemuning itu tersadar. Dari kejauhan ia mendengar suara ayahnya memanggil, "Kemuning. Kemuning" Kemuning dengan serta-merta meloncat dari pembaringan. Sejenak ia membenahi pakaiannya yang kusut. Kemudian Kemuning berlari menghambur keluar dari bilik di gandok rumahnya itu. Ketika sampai di pintu butulan yang menghadap ke longkangan, Kemuning melihat ayahnya berdiri di pintu. Kedua tangannya berpegangan pada uger-uger pintu sebelah menyebelah. "Kau dari mana saja Kemuning?" "Dari gandok, Ayah" "Ketika ibu dan bibimu pergi ke dapur, kau berada di dalam bilikmu. Tetapi ketika aku pergi ke bilikmu, kau tidak ada" "Aku berbicara dengan anak-anak muda itu, Ayah" "Berbicara apa saja?" "Aku menyesali sikap mereka. Kekasaran mereka. Aku kira Paman tergesa-gesa pulang karena Paman tidak senang dengan sikap anak-anak muda yang tidak lagi berpegang pada unggah-ungguh itu" "Aku berterima kasih kepadamu bahwa kau berusaha memperingatkan mereka agar mereka tetap berpijak pada unggah-ungguh. Tetapi apakah kau merasa perlu untuk berada di bilik mereka di gandok" Kenapa mereka tidak kau panggil saja ke pringgitan atau di serambi?" Pertanyaan ayahnya itu mengejutkannya. Bahkan pertanyaan itu serasa menjadi semakin tajam menusuk jantungnya. "Kenapa?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Kemuning teringat sekilas, apa yang dilakukan oleh anak muda yang disebut sebagai anak seorang tumenggung itu terhadapnya. "Untunglah Ayah segera memanggil aku, sehingga tidak terjadi sesuatu yang akan dapat mencoreng arang di kening" berkata Kemuning di dalam hatinya. Namun Kemuning harus bertahan, agar air matanya tidak meleleh di pipinya. "Kemuning" berkata ayahnya, "kau jangan masuk lagi ke gandok itu. Kau tahu, bahwa anak-anak muda itu sudah tidak lagi mengenal unggah-ungguh karena Ki Gede Lenglengan memang mengajarkannya seperti itu. Kau adalah anakku. Aku ingin kau tidak dijalari oleh sikap mereka yang tidak lagi mengenal unggah-ungguh itu" Kemuning hanya mengangguk saja. "Nah. Lebih baik kau tetap berada di bilikmu. Beristirahatlah. Mungkin kau merasa letih karena sehari-hari kau harus membantu ibu dan bibimu di dapur. Bahkan karena itu, kau terpaksa tidak dapat pergi bersama pamanmu. Kau korbankan kesenanganmu untuk membantu ibu dan bibimu" Kata-kata ayahnya itu terasa menggores jantungnya seperti tajamnya welat pring wulung. Sindiran itu terasa pedih. Kemuning tidak dapat lagi menahan gejolak perasaannya. Iapun segera berlari ke dalam biliknya dan menjatuhkan dirinya lagi di pembaringan. Kemuning itupun menangis lagi. Tetapi ayahnya tidak menyusulnya ke biliknya. Dalam pada itu, Ki Pananggungan yang meninggalkan rumah Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, telah menjadi semakin jauh. Kudanya berlari tidak terlalu kencang, karena Ki Pananggungan merasa tidak merasa tergesa-gesa. Di sepanjang jalan Ki Pananggungan masih sempat mengamati jalan yang panjang membelah kotak-kotak sawah yang nampak subur. Air yang mengalir di parit agaknya cukup melimpah. Bahkan di musim kering sekalipun. Ketika ia menelusuri jalan menurun di kaki Gunung Merapi itu, terasa semilirnya angin mengusap wajahnya yang mula
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
berkeringat. Di sebelah-menyebelah jalan, sawah yang terkotak-kotak itu nampak bersusun dengan rapi. Air yang tergenang melimpah dari kotak yang satu ke kotak lainnya yang lebih rendah. Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. Ketika Ki Pananggungan sampai di sebuah padang rumput yang luas, beberapa orang anak dan remaja sedang sibuk bermain bengkat. Mereka adalah para gembala yang melepas kambing mereka di hijaunya padang rumput yang terhampar luas. Ki Pananggungan justru memperlambat derap kaki kudanya. Ia teringat pada masa kanak-kanaknya. Ki Pananggungan itu juga sering menggembalakan kambing bersama kawan-kawannya. Ia juga pandai bermain bengkat. Bahkan dengan anak-anak sebayanya, Ki Pananggungan termasuk anak yang terbaik dalam bermain bengkat. Ki Pananggungan itu tersenyum sendiri. Suara burung liar yang berkicau di pepohonan agaknya telah menyentuh perasaannya pula. Ketika Ki Pananggungan itu kemudian melintasi padang perdu, tidak terlalu jauh dari hutan, ia melihat tiga orang berkuda melewati lorong kecil yang menyilang jalan yang sedang dilaluinya itu. Semula Ki Pananggungan tidak menghiraukannya. Ki Pananggungan lebih dahulu sampai di simpang empat daripada ketiga orang berkuda itu. Namun kemudian ketiga orang itupun berkuda searah dengan Ki Pananggungan. Semula Ki Pananggungan memang tidak menghiraukan mereka itu. Namun semakin lama ketiga orang itu menjadi semakin menarik untuk diperhatikan. Jika Ki Pananggungan mempercepat perjalanannya, ketiga orang itupun telah mempercepat pula. Tetapi jika Ki Pananggungan menjadi lambat, ketiganya juga memperlambat perjalanan mereka. Karena itu, maka Ki Pananggungan kemudian menyadari, bahwa ketiga orang itu telah mengikutinya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Agaknya mereka menunggu perjalananku sampai di pinggir hutan itu" Tiba-tiba saja Ki Pananggungan melecut kudanya dengan cemeti pendek, sehingga kudanya berlari kencang sekali. Loncatan kuda Ki Pananggungan itu telah mengejutkan ketiga orang yang mengikutinya. Karena itu, tanpa berpikir lagi, ketiganyapun telah melecut kuda mereka juga, sehingga ketiganya kemudian seakan-akan sedang berpacu. Ki Pananggunganpun kemudian yakin, bahwa ketiga orang itu sedang berusaha menyusulnya. Sebenarnyalah Ki Pananggungan tidak ingin melarikan diri dari ketiga orang itu. Tetapi Ki Pananggungan hanya ingin meyakinkan, bahwa mereka bertiga itu sedang mengikutinya. Dalam pada itu, Ki Pananggungan yang meyakini bahwa ketiga orang itu memang mengikutinya, justru ingin segera mengetahui, apakah maksud mereka dan siapakah mereka itu. Karena itu, maka Ki Pananggungan itupun telah memperlambat kudanya. Bahkan Ki Pananggungan telah berbelok memasuki jalan kecil yang justru menuju ke hutan. Ternyata ketiga orang itupun telah berbelok pula mengikuti jalan kecil yang dilalui Ki Pananggungan. Ki Pananggungan itupun kemudian telah memacu kudanya, seakan-akan dengan sengaja ingin melepaskan diri. Namun ketiga orang itupun telah memburunya. Merekapun melarikan kuda mereka mengejar Ki Pananggungan, semakin lama menjadi semakin dekat. Akhirnya Ki Pananggunganpun berhenti. Dengan segera ia meloncat turun dari kudanya dan mengikat kudanya pada sebatang pohon di pinggir jalan. Dengan serta-merta ketiga orang itupun telah menarik kendali kudanya pula sehingga kuda mereka yang terkejut itu berdiri pada kedua kaki belakangnya sambil meringkik. Baru kemudian ketiga orang penunggangnya berloncatan turun dan mengikat kuda mereka pula pada pohon perdu di pinggir jalan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Seorang di antara mereka melangkah mendekati Ki Pananggungan sambil berkata, "Apa maumu sebenarnya, Ki Sanak" Kau membuat kuda-kuda kami terkejut. Untunglah bahwa kami memiliki kemampuan menunggang kuda melampaui kemampuanmu, sehingga kami tidak terlempar jatuh dari kuda-kuda kami" Sebelum Ki Pananggungan menjawab, seorang yang lain berkata dengan garangnya, "Atau kau sengaja mencegat perjalanan kami. Apa maksudmu, he" Kau akan menyamun kami bertiga?" Yang seorang lagi menyahut, "Itu pikiran gila jika kau benar-benar ingin menyamun kami. Kecuali jika kau ingin membunuh diri" Tetapi Ki Pananggungan justru tertawa. Katanya, "Sudahlah. Kita tidak usah berpura-pura. Aku tahu bahwa kalian mengikuti perjalananku dan bahkan kemudian berusaha menyusulnya. Kalian pun tahu bahwa aku sengaja menunggumu di sini. Buat apa kita berbicara berputar-putar. Jika kalian ingin menyamun aku, maka kita bertemu di arena yang biasa kita jelajahi. Aku juga seorang penyamun. Tetapi aku adalah penyamun tunggal, karena aku percaya akan kemampuanku. Tetapi jika aku berhasil, maka hasil itu adalah milikku seorang diri. Aku tidak perlu membagi sebagaimana kalian lakukan" Ketiga orang itu termangu-mangu sejenak. Namun yang tertua di antara mereka berkata, "Aku memang akan menyamunmu, Ki Sanak. Tetapi yang aku ingini adalah nyawamu" "Kau akan membunuhku" Apa salahku" Kita belum pernah bertemu. Kita tidak mempunyai persoalan apa-apa" "Ada" jawab orang itu. "Kau akan mempersempit lingkungan perburuanku. Kau sekarang berada di wilayahku. Siapapun yang berani mengganggu wilayah kerja kami, akan kami binasakan"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Siapa yang telah memberikan wewenang kepadamu untuk berkuasa di daerah ini?" "Kami sendiri. Apa yang kami maui itu adalah wewenang. Siapa yang menentang wewenang kami, akan kami singkirkan. Bukan hanya yang berani menentang, bahkan yang berani menyentuh pun akan kami binasakan pula" "Ki Sanak" berkata Ki Pananggungan, "jangan menjadi tamak. Marilah kita melakukannya menurut kesempatan yang kita dapatkan di mana saja. Bukankah cakrawala itupun bukan batas langit?" "Persetan. Karena kau merasa dirimu lemah di hadapan kami, maka kau berkata seperti itu. Tetapi jika merasa kuat, maka kaupun akan berbuat sebagaimana yang kami lakukan" "Terserahlah kepada kalian. Tetapi aku sudah memperingatkan, jika kalian ingin membunuhku, maka akupun ingin membunuh kalian bertiga" "Persetan. Bersiaplah untuk mati" Ki Pananggunganpun segera mempersiapkan diri. Ketiga orang itu mulai berpencar. Namun Ki Pananggungan sudah menduga, bahwa ketiga orang itu adalah pengikut Ki Gede Lenglengan. "Ki Gede Lenglengan ingin agar keberadaannya di rumah Repak Rembulung tidak diketahui oleh siapapun juga" berkata Ki Pananggungan di dalam hatinya. "Karena itu, maka ia telah mengirimkan orangnya untuk membunuhku" Dalam pada itu, ketiga orang itupun telah mengepung Ki Pananggungan dari tiga arah. Seorang yang tertua di antara merekapun berkata, "Sebaiknya kau tidak usah melawan. Tidak ada gunanya" "Apakah jika aku tidak melawan, aku diperbolehkan pergi?" Orang itu tertawa. Katanya, "Terlambat. Apapun yang kau lakukan, kau akan mati. Tetapi jalan kematianmulah yang berbeda. Jika kau membiarkan kami memancung kepalamu, maka kau akan mati dengan cepat. Tetapi jika kau melawan, maka aku akan memperlihatkan kepadamu, cara yang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
barangkali belum pernah kau kenal. Sayang, bahwa kau tidak akan pernah dapat mempergunakan cara itu, karena cara itu akan aku trapkan padamu. Kau akan mati dengan penyesalan yang mendalam" "Ki Sanak, orang-orang yang melakukan pekerjaan seperti yang kita lakukan, tentu sudah bersiap untuk menghadapi kemungkinan seperti itu. Seandainya kalian dapat membunuhku, maka pada suatu saat kalianlah yang akan mati sebagaimana kematian yang menjemputku sekarang. Sebaliknya jika aku membunuhmu hari ini, maka pada hari yang lain, aku akan dapat saja terbunuh di tengah bulak panjang" "Persetan dengan ocehanmu. Bersiaplah untuk mati" Ki Pananggungan telah bersiap menghadapi segala kemungkinan. Ketika seorang di antara ketiga orang itu mulai menyerang, Ki Pananggungan dengan cepat bergeser mengelakkan serangan itu. Orang yang menyerang tanpa menyentuh sasaran itu menggeram, "Jangan berbangga kau dapat menghindari seranganku. Aku belum bersungguh-sungguh" "Aku tahu" jawab Ki Pananggungan. "Tetapi aku pun belum bersungguh-sungguh" Demikianlah, maka sejenak kemudian mereka telah terlibat dalam pertempuran yang semakin cepat. Ketiga orang pengikut Ki Gede Lenglengan itu menyerang beruntun dari arah yang berbeda. Namun Ki Pananggunganpun mampu bergerak cepat, mengatasi kecepatan gerak ketiga orang lawannya. "Orang tua yang tidak tahu diri" geram seorang di antara ketiga orang lawan Ki Pananggungan. "Meskipun kau berloncatan seperti burung sikatan, tetapi kau tidak akan dapat lepas dari tangan kami. Kau sudah tua. Dukungan wadagmu tidak lagi dapat bertahan lama. Nafasmu akan segera putus di kerongkongan" Ki Pananggungan meloncat mengambil jarak dari lawanlawannya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sambil tersenyum iapun berkata, "Ya. Bertempur sambil berbicara memang dapat membuat nafasku tersengal-sengal. Karena itu, jangan mengalahkan aku dengan bicaramu. Tetapi marilah kita beradu ilmu. Siapakah yang pantas digelari Alapalap Bulak Dawa" "Siapakah Alap-alap Bulak Dawa?" bertanya salah seorang lawan Ki Pananggungan yang lain. "Akulah Alap-alap Bulak Dawa. Jika kalian benar-benar mampu membunuhku, maka kalian dapat menyamun gelar itu" "Persetan dengan gelar itu. Aku tidak membutuhkan gelar. Aku hanya ingin membunuhmu" Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Ambil nyawaku jika kalian mampu. Atau aku yang akan mengambil nyawa kalian bertiga" Ki Pananggungan hampir saja tidak dapat menyelesaikan kalimatnya. Seorang di antara ketiga lawannya tiba-tiba saja menerkamnya dengan kedua tangannya terjulur lurus, sementara jari-jarinya mengembang. Ki Pananggungan terkejut. Ia melihat kuku jari tangan orang itu berkilat-kilat. "Tentu bukan jari-jarinya sendiri" berkata Ki Pananggungan di dalam hatinya. "Kuku-kuku baja itu akan sangat berbahaya jika menyentuh kulit" Karena itu, maka Ki Pananggungan harus sangat berhatihati. Ia tidak dapat begitu saja menangkis serangan-serangan orang itu, karena kuku-kuku baja akan dapat mengoyak kulitnya. Dengan tangkasnya, Ki Pananggungan meloncat mengelakkan terkaman itu. Sambil meloncat Ki Pananggungan sempat berkata, "Kuku-kuku macanmu membuat aku berdebar-debar" "Aku akan mencabik-cabik tubuhmu" geram orang yang memakai kuku baja itu. Namun Ki Pananggungan bertempur dengan cepat. Kukukuku baja itu tidak sempat menyentuh tubuhnya. Sekali-sekali
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ki Pananggungan melenting tinggi. Kemudian menukik menyambar lawan-lawannya dengan cepat. Ketiga orang lawannya mulai menjadi gelisah. Ternyata orang tua itu masih mampu bertempur dengan tangkasnya. Ia masih mampu bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Bahkan jika sekali-sekali terjadi benturan, maka tenaganyapun terasa demikian kuatnya. Ki Pananggungan tidak segera mengalami kesulitan meskipun ia harus bertempur melawan tiga orang lawan. Ia dapat menyusup di antara ketiganya. Ia mampu meloncat tinggi, keluar dari kepungan. Tetapi iapun mampu mempergunakan serangan-serangan yang sangat berbahaya untuk mengoyak kedudukan lawan yang mengelilinginya. Bahkan serangan-serangan Ki Pananggungan justru mulai memasuki celah-celah pertahanan lawannya. Meskipun sekalisekali Ki Pananggungan juga tergetar jika serangan lawannya sempat mengenainya. Seorang di antara ketiga lawan Ki Pananggungan yang mencoba menyerang dengan kaki terjujur menyamping, justru terpelanting ketika Ki Pananggungan menyapu kaki lawannya yang lain, tempat ia bertumpu. Namun Ki Pananggungan harus melenting dan menjatuhkan dirinya ketika kedua lawannya yang lain menyerang bersama-sama. Seorang di antara mereka menyambarnya dengan kuku-kuku bajanya. Namun demikian Ki Pananggungan meloncat bangkit, lawannya yang mengenakan kuku-kuku baja itu telah meloncat menerkamnya seperti laku seekor harimau yang garang. Ki Pananggungan dengan cepat merendah hampir berbaring melekat tanah. Demikian tubuh lawannya itu meluncur di atasnya, maka Ki Pananggungan mengangkat tubuh itu dengan kakinya, tepat pada perutnya. Orang itu justru terlempar ke udara. Kemudian terpelanting jatuh di tanah. Namun karena ketangkasannya, maka orang itu sempat menempatkan tubuhnya sehingga tulang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
belakangnya tidak berpatahan. Bahkan dengan tangkasnya orang itupun segera melenting berdiri dan siap untuk bertempur lagi. Sementara itu, Ki Pananggunganpun telah bersiap pula. Namun Ki Pananggungan telah menahan serangannya ketika ia melihat kedua orang lawannya yang lain telah bersenjata pula. Seorang dari mereka telah mengurai rantai baja yang semula melilit pinggangnya, sedangkan yang seorang lagi telah memegangi sepasang tongkat baja pendek di kedua tangannya. Pada kedua ujung tongkat baja itu terdapat bulatan sebesar telur ayam. Namun berduri runcing. Ki Pananggungan justru melangkah surut. Ia melihat ketiga orang lawannya sudah bersenjata. Karena itu, maka Ki Pananggunganpun telah mencabut sepasang pisau belati panjang yang disarungkannya di bawah bajunya yang panjang. "Kau tidak akan sempat melawan" berkata orang yang bersenjata rantai. "Kulitmu akan aku koyakkan sampai ke tulang" Ki Pananggungan memandang ketiga lawannya serta jenisjenis senjata mereka berganti-ganti. Senjata-senjata itu adalah senjata yang sangat berbahaya. Ki Pananggungan berdiri tegak di tempatnya ketika orang yang bersenjata rantai itu mulai memutar senjatanya. Suaranya bergaung melingkar-lingkar di udara. Sementara itu, orang yang bersenjata dua tongkat yang berkepala telur serta berduri runcing, telah memutar senjatanya pula. Meskipun senjata itu pendek saja, tetapi orang yang memilikinya sangat menguasainya, sehingga senjata itu akan menjadi sangat berbahaya. Namun Ki Pananggunganpun telah bersiap menghadapi segala kemungkinan. Dengan sepasang pisau belati panjangnya, Ki Pananggungan bersiap melawan ketiga orang lawannya dengan jenis senjata mereka masing-masing.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Sejenak kemudian, orang yang bersenjata rantai, itupun berkata, "Bersiaplah. Kematian sudah membayang di pelupuk matamu" Dengan cepat rantai yang berputar itupun terjulur lurus mematuk dada seperti kepala seekor ular bandotan. Namun Ki Pananggungan sudah bersiap. Dengan cepat pula ia bergeser ke samping, sehingga ujung rantai itu tidak menyentuh tubuhnya. Namun tiba-tiba saja rantai itu seakanakan menggeliat. Dengan cepat rantai itu menyambar mendatar setinggi leher. Jika saja rantai itu berhasil mengenainya, maka rantai itu akan membelit leher Ki Pananggungan. Dengan satu hentakan, maka Ki Pananggungan akan tercekik, sementara lawan-lawannya yang lain akan mendapat kesempatan untuk menyerangnya. Tetapi Ki Pananggungan cukup tangkas. Dengan cepat ia merunduk sehingga rantai itu tidak mengenainya. Namun tiba-tiba saja orang yang mengenakan kuku-kuku baja itu meloncat menerkam arah punggungnya. Tangannya dengan jari-jari yang terbuka terjulur lurus ke depan. Ki Pananggungan yang menyadari serangan itu, dengan cepat menghindar. Dengan berguling menyamping Ki Pananggungan luput dari terkaman kuku-kuku baja yang akan mampu mengoyak tubuhnya itu. Ketika Ki Pananggungan dengan cepat meloncat bangkit, maka lawannya yang seorang lagi sudah siap menyerangnya. Tongkatnya terjulur lurus ke arah dadanya. Tetapi Ki Pananggungan masih sempat mengelakkannya. Dengan bergeser surut, Ki Pananggungan luput dari garis serangan lawannya. Namun tongkatnya yang satu lagi tiba-tiba saja telah terayun mendatar. Ki Pananggungan yang baru saja menapak itupun menggeliat menghindar. Namun duri yang runcing di ujung tongkat itupun sempat menyentuh lengannya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Segores luka menyilang di lengan Ki Pananggungan. Meskipun luka itu tidak begitu dalam, tetapi luka itu telah menitikkan darah. Namun luka itu telah membuat darah Ki Pananggungan bagaikan mendidih. Sebenarnyalah bahwa Ki Pananggungan adalah seorang yang berilmu tinggi. Ketika terasa cairan yang hangat yang mengalir dari lengannya itu, maka Ki Pananggunganpun menggeram. Orang yang sempat melukai lengan Ki Pananggungan itu tertawa. Dengan lantang iapun berkata, "Nah, kau lihat" Darahmu mulai mengalir. Isyarat kematianmu menjadi semakin dekat. Karena itu, selagi kau sempat, sebutlah nama ayah dan ibumu. Tengadahkan wajahmu ke langit dan tunduklah memandang bumi yang akan menghisap tubuhmu sehingga akan menjadi kerangka yang kering" "Kau telah melukai lenganku, anak iblis" geram Ki Pananggungan. "Kau harus menebusnya dengan darahmu pula. Tidak sekedar menitik seperti darah di lenganku, tetapi darahmu akan mengalir membasahi tanah ini" "Kau masih sempat sesumbar sebelum ajal menjemputmu. Berbuat apa sajalah yang dapat memperingan penderitaan sebelum matimu" Ki Pananggungan tidak menjawab. Tetapi kemarahannya membuat jantungnya bergelora. Sejenak kemudian, Ki Pananggunganlah yang telah meloncat menyerang. Kakinya begitu cepat bergerak seakan-akan tidak menyentuh tanah. Kedua tangannya bergerak dengan cepatnya mempermainkan sepasang pisau belati panjangnya. Demikian cepatnya, sehingga seakan-akan tangan Ki Pananggungan itu tidak hanya sepasang. Semakin lama lawan-lawan Ki Pananggungan itu menjadi semakin mengalami kesulitan. Ki Pananggungan bergerak semakin cepat. Kekuatannyapun seakan-akan semakin bertambah sejalan dengan kemarahan yang menekan jantungnya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Ketika Ki Pananggungan semakin meningkatkan tenaga dalamnya, maka ketiga lawannyapun seakan-akan tidak mendapat tempat lagi di arena pertempuran itu. Namun rantai salah seorang lawannya itu sangat menjengkelkan. Suaranya yang bergaung itu membuat telinga Ki Pananggungan merasa sangat terganggu. Karena itu, maka serangan-serangan Ki Pananggungan ternyata lebih banyak mengarah kepada lawannya yang memegang rantai baja di tangannya. Dalam pada itu, sepasang pisau belati Ki Pananggunganpun telah mulai menyentuh kulit lawannya pula. Ketika lawannya yang bersenjata rantai itu menjulurkan rantainya, Ki Pananggungan dengan cepat menghindar. Namun orang yang bersenjata tongkat baja berduri runcing itu meloncat menikamnya dari samping. Ki Pananggungan yang melihat serangan itu sempat bergeser. Demikian senjata orang itu terjulur, dengan cepat Ki Pananggungan mengayunkan pisau belatinya menyilang. Orang itu menjerit. Lambungnya telah terkoyak oleh pisau belati panjang Ki Pananggungan. Ketika Ki Pananggungan meloncat surut, maka orang itupun telah rebah di tanah. Darah benar-benar telah mengalir membasahi bumi. Melihat kawannya terluka parah, orang yang bersenjata rantai itu menjadi sangat marah. Jantungnya terasa bagaikan membara. Dengan serta merta, orang itu telah menyerang dengan ayunan rantai bajanya mengarah kening. Tetapi Ki Pananggungan dengan cepat menangkis serangan itu dengan pisau belati panjangnya, sehingga rantai baja itu telah melilit pisau belati panjangnya itu. Yang terjadi adalah cepat sekali ketika Ki Pananggungan menghentak menarik pisaunya yang dililit oleh rantai baja itu. Demikian kuatnya tenaganya, serta demikian kuatnya orang
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
yang memiliki rantai itu menggenggamnya, justru orang itulah yang bagaikan telah dihisap oleh kekuatan Ki Pananggungan. Namun pisau belati Ki Pananggungan yang satu lagi telah terjulur, menghunjam di dada orang itu, langsung menembus ke jantung. Orang itu tidak sempat mengaduh. Demikian Ki Pananggungan menarik pisau itu, maka darahpun menyembur dengan derasnya. Tubuh itupun telah terjatuh seperti sebatang kayu yang roboh. Ki Pananggungan meloncat surut. Pakaiannya memang terpercik darah dari tubuh orang yang ditikamnya itu. Sejenak kemudian Ki Pananggungan berdiri tegak memandang lawannya yang masih seorang lagi. Orang yang memakai kuku-kuku baja yang berbahaya itu. "Kau lihat, dua kawanmu sudah tidak berdaya. Bahkan mungkin keduanya sudah mati. Sekarang tinggal kau seorang diri. Jika kalian bertiga tidak dapat mengalahkan aku, apa artinya kau seorang diri. Padahal kau bukan yang terbaik di antara kalian bertiga" Orang itu berdiri termangu-mangu. Tetapi ia tidak menjawab sama sekali. Yang terasa adalah getar jantungnya yang semakin cepat. Orang itu telah berdiri di antara harga dirinya serta kecemasannya menghadapi kenyataan. Bagaimanapun juga, ia akan memilih untuk tetap hidup daripada harus mati. "Ki Sanak" berkata Ki Pananggungan kemudian, "aku tidak akan membunuhmu. Dua orang kawanmu sudah mati. Aku ingin ada orang yang masih hidup dan bersaksi, bahwa Alapalap Bulak Dawa tidak terkalahkan. Sebarkan berita, bahwa aku, penyamun tunggal, akan tetap berkeliaran di mana saja yang aku mau. Tidak ada orang atau bahkan kelompok yang dapat menahan aku. Tidak ada wewenang yang dapat menahan kemauanku, karena kemauanku itulah wewenang" Orang yang mengenakan kuku-kuku baja itu mengangguk. "Kau dengar kata-kataku?" "Ya, ya, Ki Sanak"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Nah, aku ampuni kau. Aku akan membiarkan kau hidup agar kau dapat menyebarkan kebesaran namaku di antara para penyamun di bulak-bulak panjang. Akulah Alap-alap Bulak Dawa" Orang yang berkuku baja itu termangu-mangu. Sementara Ki Pananggungan itu berkata, "Aku akan pergi. Uruslah kawan-kawanmu yang terbunuh. Terserah kepadamu, apakah kau akan menguburnya, atau kau akan membawanya pulang di atas kuda-kudanya atau apapun yang akan kau lakukan" Ki Pananggungan tidak menghiraukan orang itu lagi. Iapun kemudian melangkah ke kudanya. Kemudian meloncat naik dan meninggalkan orang yang berkuku baja itu berdiri termangu-mangu. "Orang itu terlalu sombong" berkata orang berkuku baja itu. "Ia merasa tidak terkalahkan. Ia membiarkan aku hidup agar aku dapat menyebarkan kelebihannya serta mewartakan kemenangan Alap-alap Bulak Dawa itu. Ini satu kesombongan yang gila" Terasa dadanya bergetar semakin cepat. Namun iapun bergumam pula, "Jika saja ia tahu, bahwa aku adalah seorang kepercayaan Ki Gede Lenglengan. Biarlah kelak ia menyesali kesombongannya. Agaknya keluarga Repak Rembulung adalah keluarga yang gelap pula. Kakaknya adalah seorang penyamun yang bergelar Alap-alap Bulak Dawa" Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Ki Pananggungan melarikan kudanya semakin lama semakin jauh. "Ki Gede Lenglengan akan menghancurkannya. Jika ia benar akan kembali mengunjungi adiknya itu, maka nasibnya akan menjadi sangat buruk. Atau bahkan Ki Gede Lenglenganlah yang akan datang ke rumahnya untuk membinasakannya" Sejenak orang itu masih berdiri termangu-mangu. Namun iapun kemudian berniat membawa kedua orang kawannya itu. Tetapi ia tidak dapat membawanya memasuki regol halaman rumah Repak Rembulung. Karena itu, maka ia harus
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
meninggalkannya di satu tempat, sementara ia harus segera memberikan laporan kepada Ki Gede Lenglengan. "Malam nanti aku akan memasuki regol halaman rumah Repak Rembulung" berkata orang itu di dalam hatinya. Dengan demikian, yang dapat dilakukannya kemudian adalah mengangkat tubuh-tubuh kawannya itu dan meletakkannya di atas kudanya. Namun ia harus menunggu saat-saat sepi untuk membawa tubuh-tubuh itu mendekati rumah Repak Rembulung. Sementara itu, Ki Pananggungan yang telah berhasil menyelamatkan diri itupun telah melarikan kudanya pulang ke Kembang Arum. Ia ingin segera bertemu dengan keluarganya. Iapun ingin segera bertemu dan berbicara dengan Paksi dan Pangeran Benawa yang berada di rumahnya. Kabar kematian kedua orang pengikutnya telah membuat darah Ki Gede Lenglengan bagaikan mendidih. Hampir saja ia kehilangan akal dengan mencurahkan dendamnya kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Namun niat itu diurungkannya. Jika berita kematian Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, entah siapakah yang menghembuskannya, sampai ke telinga Ki Pananggungan, maka orang yang banyak mengetahui tentang keberadaannya di rumah Repak Rembulung itu akan mengambil langkahlangkah yang dapat merugikannya. "Apakah ia tahu, bahwa kalian adalah orang-orangku?" "Tidak, Ki Gede" "Bagaimana kau yakin bahwa ia tidak tahu bahwa kau adalah orangku" "Ketika ia meninggalkan aku, Alap-alap Bulak Dawa itu berkata agar aku menjadi saksi dan menyebarkan berita kemenangannya. Menurut kata-katanya, tidak ada orang atau sekelompok penyamun yang dapat menyainginya" "Orang itu menganggap kalian sekelompok penyamun?" "Ya, Ki Gede" "Mudah-mudahan ia tidak mengenalimu. Apakah ketika Pananggungan itu ada di sini, ia belum pernah melihatmu?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mungkin sekilas. Tetapi nyatanya ia tidak mengenali kami bertiga. Ketika kami mengaku sekelompok penyamun, maka iapun mengaku seorang penyamun pula. Seorang penyamun tunggal yang bergelar Alap-alap Bulak Dawa. Tetapi aku kira ia memang seorang penyamun. Bukankah tidak aneh, bahwa kakak kandung Repak Rembulung itu seorang penyamun?" "Ya. Memang tidak mustahil. Tetapi baiklah. Aku harap ia benar-benar datang kemari. Jika sampai lebih dari sepekan ia tidak datang, maka akulah yang akan datang ke Kembang Arum. Aku akan membunuh orang itu di rumahnya" "Tetapi bagaimana dengan kawan-kawan kita yang telah dibunuh oleh Pananggungan itu?" "Malam nanti kita kuburkan. Kita bawa anak-anak keluar. Aku akan berkata kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, bahwa anak-anak itu akan berlatih di satu lingkungan yang terbuka" "Kita bawa cangkul dan alat-alat lainnya?" "Sembunyikan di mana saja" Demikianlah, ketika malam turun, Ki Gede Lenglengan telah mengajak anak-anak asuhnya, yang diharapkannya menjadi angkatan mendatang itu untuk keluar dari rumah Ki Repak Rembulung. "Kau akan membawa mereka ke mana?" bertanya Ki Repak Rembulung. "Aku akan membawa mereka berlatih di tempat terbuka. Aku akan membawa mereka ke tebing sungai. Biarlah mereka berlatih mengatasi kesulitan yang dihadapinya di medan. Selama ini mereka hanya berlatih di dalam sanggar yang sudah tertata rapi. Sementara alam di lingkungan mereka kelak tidak akan serapi sanggar" "Aku juga sering membawa mereka keluar" berkata Repak Rembulung. "Lebih sering akan lebih baik" jawab Ki Gede Lenglengan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Repak Rembulung tidak mencegahnya. Dibiarkannya Ki Gede Lenglengan membawa anak-anak asuhnya bersama dua orang pengikutnya pergi keluar regol halaman rumahnya. "Hanya dua orang saja yang ikut" berkata Pupus Rembulung. "Entahlah, di mana yang lain" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak tahu, bahwa mereka pergi justru untuk mengubur kedua orang pengikut Ki Gede Lenglengan yang telah terbunuh dalam pertempuran mereka melawan Ki Pananggungan, justru pada saat mereka akan membunuhnya. -oo0dw0ooJilid 40 - Tamat SEPENINGGAL orang-orang itu, Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung masuk ke ruang dalam. Namun mereka tidak menemui Kemuning. "Kemuning" panggil Nyi Pupus Rembulung. Nyi Permati yang kemudian berada di ruang dalam itu pula ternyata juga tidak melihat Kemuning. Namun Nyi Permati itupun segera pergi ke dalam bilik gadis itu. Ditemukannya Kemuning berbaring sambil mengusap matanya yang basah. "Kenapa kau menangis, Kemuning?" "Aku tidak menangis, Bibi" "Matamu basah" "Tidak. Aku tidak apa-apa" Nyi Permati mengangguk-angguk kecil. Sementara Nyi Pupus Rembulung juga memasuki bilik itu pula. "Kau tentu menangis, Kemuning" berkata Nyi Pupus Rembulung. "Tidak, Ibu. Aku tidak menangis" sahut Kemuning sambil duduk. "Aku hanya merasa sedikit pening" "Kau ingin ikut bersama anak-anak asuh Ki Gede Lenglengan berlatih di tempat terbuka?" bertanya ibunya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tidak, Ibu. Tidak" Tetapi Kemuning tidak dapat membantah lagi ketika ibunya menyingkap kain panjangnya. Kemuning telah mengenakan pakaian khususnya. "Jadi kau benar-benar ingin ikut bersama mereka?" Kemuning menundukkan kepalanya. "Tetapi Ki Gede Lenglengan tidak mengijinkanmu" Kemuning tidak menjawab. "Kemuning, kau harus menyadari, bahwa Ki Gede Lenglengan mempunyai pertimbangan, bahwa aku akan dapat menjadi penghambat anak-anak asuhnya yang diharapkannya menjadi angkatan masa datang itu. Kau harus merasa malu, bahwa kaulah yang ditolak. Bukan kau yang menolak" "Ibu, aku hanya ingin ikut berlatih. Aku ingin menjadi seorang yang berilmu tinggi, setidaknya menyamai anak-anak muda itu" "Kau sudah mulai pandai berbohong, Kemuning" potong Nyi Permati. "Bibi" Namun Nyi Pupus Rembulung itu menyambung, "Aku sependapat dengan bibimu, Kemuning" "Ibu" "Kau tentu ingin mengikuti anak muda yang disebut sebagai anak tumenggung itu. Kau ingin bersamanya kemana pun ia pergi. Ingat Kemuning, kau adalah seorang gadis. Jika kau salah setapak saja, maka akibatnya akan tertimbun kepadamu. Tidak kepada anak muda itu. Apalagi anak muda yang menganggap bahwa unggah-ungguh itu tidak berarti sama sekali sesuai dengan ajaran Ki Gede Lenglengan" Kemuning tidak dapat menahan tangisnya lagi. Kedua tangannya menutup wajahnya. Namun air matanya meleleh di sela-sela jarinya, menitik ke pangkuannya. "Sadari itu, Kemuning" berkata Nyi Permati. "Kami, aku, ibumu dan ayahmu, juga tentu paman dan bibimu, tidak ingin melihatmu kehilangan harga diri seorang gadis. Jika kau tidak terkekang lagi, Kemuning, kau akan menjadi tidak berharga
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
lagi. Nah, sekarang kau sudah mulai ditolak oleh Ki Gede Lenglengan" Kemuning terisak. "Apa katamu, Kemuning" Kecuali jika kau ingin menjadi budak Ki Gede Lenglengan dan anak-anak asuhnya. Kau akan menjadi budak dalam segala bentuknya" "Ibu" berkata Kemuning, "kenapa Ibu membenci anak muda itu" Apakah ia pernah melakukan kesalahan" Ia memang agak menjadi kasar akhir-akhir ini. Tetapi ia masih menghargai aku. Ia masih mau mendengar kata-kataku. Aku yakin, bahwa aku akan dapat meluruskannya" "Kau tidak perlu berusaha meluruskannya, Kemuning" berkata Nyi Permati. "Kau tidak akan mampu melakukannya. Bukan anak muda itu yang akan dapat kau pengaruhi dengan nilai-nilai yang baik. Tetapi kau akan terseret dan terjerumus ke dalam tatanan kehidupan mereka tanpa dapat menghargai lagi tatanilai yang selama ini masih kita junjung tinggi" "Bibi terlalu berprasangka. Ia anak yang baik. Ia mengerti perasaanku. Ia membantuku meningkatkan ilmuku. Bahkan ia selalu membantu aku" "Kemuning" berkata Nyi Permati yang hampir kehabisan kesabaran, "kau ingat orang yang bernama Bahu Langlang" Kau ingat, betapa sikapnya yang lembut pada saat kita bertemu dengan orang itu untuk yang pertama kali" Tetapi lalu apa jadinya kemudian?" "Bibi" potong Kemuning, "jangan sebut-sebut lagi nama itu" "Kau tidak mau mengingatnya lagi?" "Ya, Bibi. Aku tidak mau mengingatnya lagi" "Kau berniat menghapus satu pengalaman yang berharga dari perjalanan hidupmu agar kau tidak perlu menghindarinya dari kemungkinan yang sama?" "Bibi" "Kemuning, kenapa kau tidak mau mengingat apa yang telah dilakukan oleh Bahu Langlang. Bersikap manis, kebapaan yang lembut. Namun kemudian ia telah berubah menjadi serigala yang paling liar dan buas. Kau tidak mau
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
mengingatnya, karena kemungkinan seperti itu dapat saja terjadi atasmu sekarang ini. Anak-anak asuhan Ki Gede Lenglengan dan bahkan mungkin Ki Gede Lenglengan sendiri. Jika kau sadari kemungkinan itu, maka kau harus menjauhi anak-anak muda itu. Sedangkan kau sendiri tidak ingin melakukannya" "Sudah, Bibi. Sudah" "Kemuning. Anak-anak muda itu tidak akan melakukan perbuatan serupa sebagaimana dilakukan oleh anak muda yang telah membebaskanmu dari Bahu Langlang itu" "Cukup, Bibi. Cukup. Jangan sebut nama iblis itu dan jangan pula sebut nama malaikat itu" Tangis Kemuning semakin menjadi-jadi. Air matanya benarbenar telah tercurah dari pelupuk matanya. Ternyata Nyi Pupus Rembulung yang memanjakannya, menjadi iba juga kepada anak itu. Nyi Pupus Rembulung itupun kemudian duduk di sisinya. Dipeluknya Kemuning sambil berdesis, "Sudahlah, Kemuning. Jangan menangis. Aku dan bibi berniat baik. Terus terang kami merasa cemas melihat hubunganmu yang kian akrab dengan mereka, terutama dengan anak tumenggung itu" Kemuning tidak menjawab. Namun gadis itupun teringat, betapa anak muda itu mendukungnya dan meletakkannya di pembaringan. Kemudian anak muda itu memijit keningnya dan kemudian berbisik di telinganya. Hembusan nafasnya terasa di lehernya ketika anak muda itu berbaring di sisinya. Kemuning memang hampir saja terlena jika ia tidak mendengar suara ayahnya memanggil. "Tetapi itu bukan salah anak muda itu" berkata Kemuning di dalam hatinya. "Jika aku tidak datang kepadanya, ia tidak akan melakukannya" Namun tangis Kemuning bagaikan meledak lagi ketika tibatiba saja hatinya tersentuh oleh kenangannya terhadap seorang anak muda yang telah membebaskannya dari tangan Bahu Langlang. Anak muda yang telah mempertaruhkan nyawanya.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kemuning, Kemuning" Nyi Pupus Rembulung mengguncangnya. "Kau kenapa, he?" "Ibu" suaranya hilang ditelan oleh isaknya. Nyi Pupus Rembulung memeluknya semakin erat sambil berkata, "Sudahlah. Jangan menangis lagi. Masih banyak waktu untuk menilai sikapmu, Kemuning" Kemuning masih menangis ketika Nyi Permati justru bangkit berdiri dan melangkah ke pintu. "Bibi, Bibi, jangan pergi" suara Kemuning menjadi parau. "Aku takut, Bibi" Nyi Pupus Rembulung yang masih mendekapnya itupun bertanya, "Apa yang kau takutkan, Kemuning" Apa?" Kemuning tidak menjawab. Tetapi isaknya masih saja menyesakkan nafasnya. "Sudahlah, Kemuning" berkata Nyi Permati. "Jangan menangis lagi. Sekarang tidurlah" Tangis Kemuning memang mereda. Nyi Pupus Rembulung pun kemudian melepaskannya dan membaringkannya di pembaringannya. "Tidurlah. Apakah kau sudah makan malam?" "Aku tidak lapar, Ibu" Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permati pun kemudian melangkah meninggalkan bilik Kemuning. Masih terdengar isak Kemuning. Namun tidak lagi menghentak-hentak menyumbat jalan pernafasannya. Dalam pada itu, di Kembang Arum, Ki Pananggungan duduk di ruang dalam bersama Wijang dan Paksi. Dengan singkat Ki Pananggungan menceriterakan apa yang dilihatnya di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. "Jadi bagaimana menurut pendapat Ki Pananggungan?" "Besok kita pergi ke rumah Repak Rembulung, Ngger. Jangan terlambat. Sebelum Ki Gede Lenglengan menyadari apa yang telah terjadi" Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Ya, Ki Pananggungan. Kami sudah banyak kehilangan waktu. Mudahmudahan kami berhasil"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Tetapi Angger Paksi harus sangat berhati-hati terhadap anak muda yang agaknya memang adik Angger Paksi itu. Apakah ia dapat menerima kenyataan bahwa ia berhadapan dengan kakaknya" "Ya, Ki Pananggungan" "Tetapi bagaimana dengan Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung" Mereka tentu akan dapat mengenali kami berdua" "Untunglah bahwa hubungan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung dengan Ki Gede Lenglengan menjadi renggang. Karena itu, setidak-tidaknya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak akan berpihak kepada Ki Gede Lenglengan" "Ki Pananggungan yakin?" "Menurut perhitunganku, Ngger" "Baiklah, Paman. Besok kita pergi. Tetapi apakah Paman sudah tidak letih?" Ki Pananggungan menarik nafas panjang. Katanya, "Tidak, Ngger. Aku sudah terbiasa menempuh perjalanan jauh. Bahkan seandainya aku letih sekalipun, kita akan tetap pergi esok, agar kita tidak terlambat" "Ya, Ki Pananggungan" desis Paksi. "Jadi yang harus kita perhatikan di rumah itu adalah Ki Gede Lenglengan. Dua orang pembantunya dan lima orang anak muda yang diharapkannya dapat tampil sebagai angkatan mendatang" Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Memang tugas yang berat. Tetapi jika Ki Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak ikut campur, aku masih berharap untuk dapat berbicara dengan adikku itu" "Ya, Ngger" sahut Ki Pananggungan. "Aku sudah menjajagi kemampuan para pembantu Ki Gede Lenglengan itu. Aku yakin, bahwa bagi Pangeran dan Angger Paksi, para pembantunya itu tidak akan terlalu sulit untuk diatasi" "Apapun yang terjadi, aku harus menemui adikku itu" desis Paksi.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya. Lenglengan itupun harus ditangkap hidup atau mati. Jika ia masih dapat melarikan diri, maka ia masih akan menimbulkan persoalan-persoalan di masa mendatang" sahut Pangeran Benawa. Demikianlah, merekapun telah mendapatkan kesepakatan untuk pergi ke rumah Repak Rembulung esok. Ketika niat itu disampaikan oleh Ki Pananggungan kepada istrinya, maka jantung Nyi Pananggunganpun menjadi berdebar-debar. Ia sendiri bukan seorang perempuan seperti Pupus Rembulung. Karenanya, maka Nyi Pananggungan itu hanya dapat minta agar Ki Pananggungan berhati-hati. "Aku akan segera pulang untuk menjemputmu, Nyi. Kau akan dapat bertemu dengan Kemuning" Nyi Pananggungan mengangguk. Kemudian iapun berkata kepada Wijang dan Paksi, "Kalian akan memanggul beban yang berat di pundak kalian, Ngger. Berdoalah agar kau dapat menyelesaikan tugas kalian dengan baik" "Ya, Bibi" jawab Wijang dan Paksi hampir berbareng. Malam itu Wijang dan Paksi tidak dapat tidur nyenyak. Meskipun demikian, mereka berusaha untuk dapat beristirahat sebaik-baiknya Namun di dini hari mereka sudah bangun dan bersiap untuk berangkat bersama Ki Pananggungan pergi rumah Repak Rembulung. Nyi Pananggunganpun harus bangun pagi-pagi pula untuk mempersiapkan minum dan makan pagi bagi mereka yang akan pergi. Hari masih gelap ketika tiga ekor kuda berderap di atas jalan bulak. Wijang dan Paksi telah meminjam kuda Ki Pananggungan pula, meskipun seekor di antara keduanya masih belum dibayar, karena Ki Pananggungan masih ingin mencobanya lebih dahulu. Kuda itu semua akan ditukar dengan salah satu dari kuda Ki Pananggungan yang sudah ada di kandang. Dalam keremangan dini hari ketiga ekor kuda itu berlari kencang melingkar di kaki Gunung Merapi. Tetapi Ki
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pananggungan mengenal jalan yang harus dilaluinya dengan baik. Karena itu, maka mereka memerlukan waktu yang lebih pendek dari perjalanan Ki Pananggungan sebelumnya. Ketika cahaya matahari mulai membayang di langit, mereka sudah menempuh lebih dari separo perjalanan. "Kita akan segera sampai" berkata Ki Pananggungan. Di segarnya udara pagi, kuda-kuda itupun berpacu dengan kencangnya. Jalan-jalan yang mereka tempuh tidak termasuk jalan yang ramai. Karena itu, maka mereka dapat memacu kuda mereka tanpa banyak hambatan. Angin yang mulai berhembus, terasa dinginnya di wajah. Dedaunan pun mulai berayun perlahan-lahan. Burung-burung liar berkicau bersahutan di lebatnya hutan kaki pegunungan. Ki Pananggungan tidak sempat menunjukkan kepada Wijang dan Paksi sebatang pohon semacam pohon beringin yang mempunyai beberapa macam jenis bunga. Ketika matahari mulai memanjat langit, ketiganya sudah berada di jalan yang langsung menuju ke pintu regol halaman rumah Ki Repak Rembulung. "Kita memang harus berhati-hati menghadapi Ki Gede Lenglengan. Aku memperhitungkan bahwa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak akan membantu mereka. Setidaktidaknya mereka tidak akan mencampuri persoalan kita dengan Ki Gede Lenglengan. Kita akan mengalami kesulitan jika saja Repak Rembulung dan Pupus Rembulung berpihak kepada mereka" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Sementara Ki Pananggunganpun berkata, "Aku nanti akan berterus-terang kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, siapakah kalian berdua" "Ki Pananggungan akan berterus terang bahwa aku berasal dari istana Pajang?" "Ya. Dengan demikian Repak Rembulung dan Pupus Rembulung akan mengambil sikap sebagaimana diyakininya. Jika ia memang ingin memberontak, biarlah ia memberontak
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
dengan sadar. Tetapi jika tidak, biarlah ia menunjukkan kesetiaannya kepada Kangjeng Sultan Hadiwijaya" Wijang menarik nafas dalam-dalam. Namun ia tidak menolak niat Ki Pananggungan. Bahkan mungkin Ki Gede Lenglengan akan dapat mengenalinya karena Wijang itu berada di padepokan Ki Gede Lenglengan sebagai Pangeran Benawa. Tetapi saat itu ia terikat dalam pertempuran dengan orang lain. Sedangkan Ki Gede Lenglengan telah bertemu dengan lawan bebuyutannya seorang yang pernah dianggapnya mati, namun kemudian telah datang kembali bersama pasukan Pajang di padepokannya. Ketika mereka tiba di depan regol halaman rumah Ki Repak Rembulung, merekapun menjadi berdebar-debar. Mereka tidak dapat membayangkan apa yang bakal terjadi di lingkungan halaman rumah Ki Repak Rembulung itu. Ketika ketiga orang itu kemudian turun dari kudanya dan menuntun masuk ke regol halaman, seseorang sempat melihatnya. Dengan tergesa-gesa orang itupun telah mencari Ki Repak Rembulung dan Ki Pupus Rembulung. "Ada apa?" "Ada tamu, Ki" "Siapa?" "Tiga orang. Seorang di antaranya adalah orang yang kemarin datang kemari. Kakak Ki Repak Rembulung" "Kakang Pananggungan" Ia kembali lagi" Bahkan bertiga?" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulungpun segera pergi ke pendapa untuk menyongsong ketiga orang tamunya. Sebenarnyalah seorang di antara mereka adalah Ki Pananggungan. Bahwa Ki Pananggungan itu datang kembali, telah membuat Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung berdebar-debar. Apalagi ketika mereka melihat kedua orang yang datang bersamanya. "Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Kakang Pananggungan" desis Repak Rembulung. Jantung Nyi Pupus Rembulungpun terasa berdegup semakin cepat. Dengan dada yang terasa berdebaran, Ki
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung turun ke halaman. "Aku kembali lagi, Repak Rembulung" "Kakang membuat jantungku berdentangan. Apalagi Kakang telah datang bersama dengan kedua orang yang pernah aku kenal" "Aku akan menjelaskannya" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung kemudian telah mempersilahkan mereka bertiga naik ke pendapa setelah mengikat kuda mereka pada patok-patok yang tersedia di sebelah pendapa. "Kakang" berkata Repak Rembulung, "kami sudah pernah bertemu dengan kedua orang anak muda ini. Kedatangan Kakang bersama mereka agak mengejutkan kami" "Bukan hanya agak mengejutkan, Kakang. Tetapi sangat mengejutkan kami" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam. "Kalian pernah bertemu dengan keduanya?" "Ya, Kakang. Keduanya pernah menolong kami. Pada saat kami bertempur menghadapi lawan yang terlalu banyak, keduanya datang membantu. Ketika kami bertanya, apakah alasan mereka membantu kami, mereka hanya menyatakan, bahwa mereka menganggap pertempuran itu tidak adil" Ki Pananggungan berpaling kepada Wijang dan Paksi. Dengan nada dalam Ki Pananggungan bertanya, "Apakah benar begitu?" Wijang menarik nafas panjang. Sambil mengangguk iapun menjawab, "Ya, Ki Pananggungan" Namun Ki Pananggungan itupun berkata selanjutnya, "Tetapi tentu ada alasan yang lain. Bukankah kalian pernah mendengar bahwa Kemuning pernah jatuh ke tangan orang yang bernama Bahu Langlang?" "Ya" "Yang rumahnya kau bakar?" "Ya" "Bahwa Kemuning telah ditolong oleh seorang anak muda?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya" "Anak muda inilah yang menolongnya. Namanya Paksi" "O. Jadi kaulah yang telah menolong Kemuning dan kemudian menolong kami?" bertanya Nyi Pupus Rembulung dengan serta-merta. "Aku hanya melakukan kewajibanku kepada sesama" Nyi Pupus Rembulung menarik nafas panjang. Dengan suaranya yang berat iapun bertanya, "Ketika kalian berdua menolong kami, apakah kalian tahu, bahwa kami adalah orang tua Kemuning yang juga pernah kalian tolong itu?" "Aku tidak ikut menolong Kemuning" Wijangpun menyela. Paksi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun mengangguk sambil berkata, "Ya. Kami sudah mengetahui" "Tentu Kakang Pananggungan yang memberitahukan" "Ya" "Kenapa kalian berdua tidak berterus-terang?" "Mereka sedang mengemban tugas yang lain. Tugas yang sampai sekarang masih tetap berada di pundak mereka" sahut Ki Pananggungan. "Tugas apa, Kakang?" bertanya Ki Repak Rembulung. Ki Pananggungan termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun bertanya, "Apakah Ki Gede Lenglengan ada?" "Ada, Kakang. Mereka semuanya sedang berada di dalam sanggar. Semalam mereka berlatih di udara terbuka. Pagi-pagi tadi mereka pulang, langsung masuk ke dalam sanggar" "Latihan yang berat" "Ya. Ki Gede Lenglengan memang memberikan latihanlatihan yang berat sejak ia datang. Ia ingin anak-anak muridnya itu cepat menjadi orang berilmu tinggi. Tetapi orang yang memiliki ilmu setinggi Ki Gede Lenglengan seharusnya mengetahui, bahwa kemampuan wadag seseorang itu sangat terbatas. Jika takaran latihan itu melampaui kemampuan kewadagannya maka akibatnya justru akan menjadi sangat buruk" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. "Jadi sekarang mereka berada di dalam sanggar?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Ya, Kakang. Kenapa" Nampaknya Kakang menjadi semakin tertarik kepada orang itu" "Repak Rembulung dan kau Pupus Rembulung" berkata Ki Pananggungan, "kedatangan kami kemari, sebenarnyalah bahwa kami membawa persoalan yang sangat penting" "Menyangkut Ki Gede Lenglengan?" "Ya. Kau tentu tahu, bahwa Lenglengan adalah seorang buruan. Demikian pula dengan orang-orang yang menyertainya" "Ya. Ki Gede Lenglengan sendiri pernah mengatakannya" "Ya. Dan sekarang aku ingin memberitahukan kepada kalian, bahwa kedua orang anak muda ini menjunjung tinggi tugas dari Kanjeng Sultan untuk menangkap hidup atau mati Ki Gede Lenglengan" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung terkejut. Hampir di luar sadarnya, Ki Repak Rembulung itupun bertanya, "Siapakah mereka berdua?" "Namanya Wijang dan Paksi" "O" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung itupun mengangguk-angguk. Dengan ragu-ragu Repak Rembulungpun bertanya, "Apakah mereka prajurit sandi?" Ki Pananggungan menggelengkan kepalanya. Katanya, "Keduanya bukan prajurit sandi" "Jadi?" "Repak Rembulung dan kau Pupus Rembulung, meskipun jarang, tetapi sekali-sekali kau tentu pergi ke kota" "Ya, Kakang" "Apakah kalian benar-benar belum pernah melihat wajah dari anak muda yang menyebut dirinya bernama Wijang itu?" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung mengerutkan dahinya. Mereka mencoba mengingat-ingat wajah itu. Namun keduanyapun menggelengkan kepalanya. Repak Rembulung itupun menjawab, "Kami belum pernah melihatnya, Kakang" "Hanya seorang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari anak muda itu" "Siapa?"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kanjeng Sultan Hadiwijaya" "Jika demikian, siapakah anak muda ini?" "Kau pernah mendengar nama Putera Mahkota?" "Pangeran Benawa?" "Ya" "Jadi aku berhadapan dengan Putera Mahkota Pajang?" "Ya" Betapapun liarnya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, namun merekapun menyembah sambil menundukkan wajah mereka. "Ampun, Pangeran" berkata Repak Rembulung, "hamba berdua mohon ampun. Hamba berdua tidak dapat mengenali Pangeran. Bahkan mungkin hamba berdua pernah bersikap kasar kepada Pangeran" "Sudahlah. Lupakan saja. Lupakan pula bahwa aku seorang pangeran" "Sejak pertemuan kita yang pertama, kami sudah menaruh curiga. Bahwa Pangeran bukan seorang petualang sebagaimana pengakuan Pangeran pada waktu itu" desis Nyi Pupus Rembulung. "Yang seorang lagi tentu juga bukan orang kebanyakan" berkata Repak Rembulung. "Paksi adalah putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung terkejut pula. Hampir berbareng mereka berdua mengulang, "Tumenggung Sarpa Biwada?" "Ya. Kalian terkejut mendengar nama itu?" "Bukankah Ki Tumenggung Sarpa Biwada itu salah seorang pengikut setia Harya Wisaka?" "Ya. Dan salah seorang puteranya juga berada di sini bersama Ki Gede Lenglengan" "Ya. Sekarang putera Ki Tumenggung yang lain datang bersama dengan Putera Mahkota" "Kau tidak perlu heran, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Paksi dan adiknya memang berbeda sikap. Paksi sempat menentukan sikapnya sendiri. Sedangkan adiknya
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
tidak. Ayahnya telah menyerahkannya kepada orang-orang yang kemudian membantunya menjadi pengikut setia Harya Wisaka. Meskipun Harya Wisaka sendiri sudah tertangkap dan tidak mampu berbuat apa-apa lagi karena ia berada di dalam bilik tahanan, namun cita-citanya telah dilimpahkan kepada anak-anak muda yang disebutnya angkatan mendatang, yang jumlahnya tentu tidak hanya lima orang. Tetapi mereka tersebar di beberapa tempat. Sementara kau mendapat bagian lima orang" Ki Repak Rembulung menarik nafas panjang, sementara Nyi Pupus Rembulungpun berkata, "Semula kami memang bermusuhan dengan Harya Wisaka. Namun kemudian, kami tidak dapat menolak tawaran Ki Gede Lenglengan yang sudah aku kenal sebelumnya" "Pangeran Benawa tidak akan mempersoalkan kenapa mereka semua berada di sini. Pangeran Benawa pun tidak akan mempertanyakan, apakah kau berdua mempunyai hubungan dengan Harya Wisaka atau tidak. Yang penting sekarang, bagaimana kita dapat menangkap Ki Gede Lenglengan" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung menarik nafas dalam-dalam. "Jika demikian, kami mengucapkan terima kasih Pangeran" "Paman Pananggungan benar" berkata Pangeran Benawa. "Kami tidak akan mengusut, kenapa kelima orang anak itu berada di sini. Kenapa Ki Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah menyembunyikan seorang buron" "Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" berkata Ki Pananggungan kemudian, "pertanyaan yang kemudian tertuju kepada kalian berdua, apa yang akan kalian lakukan, jika kami terpaksa bertempur dengan Ki Gede Lenglengan, para pembantunya dan kelima orang anak muda yang berada di bawah asuhanmu itu?" "Kami berdua mohon perintah, apakah yang harus hamba lakukan, Pangeran. Hamba sudah merasa berhutang budi kepada Pangeran dan Angger Paksi"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Soalnya bukan berhutang budi atau tidak. Kami ingin tahu sikap kalian. Sebentar lagi kami akan bertempur. Kepada siapa kalian berpihak menurut gejolak jantung kalian sendiri, lepas dari hubungan yang pernah ada di antara kita" "Ampun, Pangeran. Sebenarnyalah hubungan hamba berdua dengan Ki Gede Lenglengan menjadi kian memburuk. Dalam banyak hal kami tidak mendapatkan kesepakatan" "Apakah Paman Repak Rembulung dan Bibi Pupus Rembulung akan tetap berpegang kepada perjuangan Harya Wisaka?" "Tidak, Pangeran. Sejak semula hamba berdua memang tidak sejalan dengan arah perjuangan Harya Wisaka" "Tetapi Paman dan Bibi menerima anak-anak muda itu di sini" "Masalahnya sangat sederhana, Pangeran. Sudah hamba katakan kepada Kakang Pananggungan. Alasan kami menerima mereka sangat sederhana Mungkin kami memang terlalu tamak. Uang" Pangeran Benawa mengangguk-angguk. Katanya, "Baiklah. Tetapi bukankah kalian berdua dapat dipercaya?" "Tentu, Raden. Nyawa kami sebenarnya milik Pangeran dan Raden" "Terima kasih. Sebaiknya kita selesaikan hari ini" "Lawan kita adalah orang-orang yang tidak menghargai unggah-ungguh sama sekali. Karena itu, kita harus berhatihati" "Apakah seisi rumah perlu mengetahui agar mereka tidak terkejut mengalami peristiwa yang sangat mendebarkan?" "Biarlah nanti aku sisihkan mereka" Pangeran Benawa mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun bertanya kepada Paksi, "Apa rencanamu dengan adikmu jika ia menolak uluran tanganmu?" "Anak itu harus ditangkap, Pangeran. Ditangkap hiduphidup. Agaknya anak itu akan sangat sulit untuk diajak berbicara"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Aku serahkan anak itu kepadamu, Paksi, sedangkan yang lain, serahkan kepada kami. Aku sendiri akan menangkap Ki Gede Lenglengan hidup atau mati" "Ilmu orang itu sangat tinggi, Pangeran" desis Repak Rembulung. "Ia memang berilmu tinggi. Tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat dikalahkan. Meskipun demikian aku minta yang lain membantuku agar orang itu tidak sempat melarikan diri. Ki Gede Lenglengan mampu bermain kabut sebagaimana dilakukan di padepokannya, sehingga ia terlepas dari tangan Ki Ajar Permati" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Baik, Pangeran. Kami akan berusaha mengatasi yang lain secepatnya agar kami dapat ikut menjaga supaya Ki Gede Lenglengan itu tidak terlepas lagi" "Terima kasih. Tugas ini adalah tugas yang berat. Kita belum tahu pasti tataran ilmu pengikut Ki Gede itu, meskipun Ki Pananggungan pernah menjajaginya dan bahkan membunuh dua di antara mereka. Mudah-mudahan kedua orang yang tersisa itu tidak memiliki ilmu lebih baik dari kawan-kawannya" "Kakang telah membunuh dua di antara mereka?" bertanya Pupus Rembulung. "Ketika aku pulang kemarin, tiga orang mengikuti aku dan mereka berusaha membunuhku" "Jadi Lenglengan sudah mencoba membunuh Kakang?" "Ya. Ia telah mengirimkan tiga orang pengikutnya. Dua orang terbunuh. Seorang aku biarkan hidup untuk mengurusi mayat kawan-kawannya" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung menganggukangguk. Dengan suara yang berat Repak Rembulung itu berdesis, "Jadi Lenglengan itu benar-benar gila" "Nah, kita akan menyelesaikannya sekarang" desis Pangeran Benawa.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
Pangeran Benawa, Paksi, Ki Pananggungan serta suami-istri Rembulung itupun segera mempersiapkan diri. Di sanggar itu terdapat Ki Gede Lenglengan, dua orang pembantunya serta lima orang anak muda yang telah ditempa untuk menerima tugas bagi masa depan. Bagaimanapun juga, Mereka harus diperhitungkan, karena selain ilmu yang sudah mereka kuasai, hati merekapun telah diracuni oleh ajaran yang sesat tentang pemerintahan Pajang di masa mendatang. "Hati mereka telah ditempa sehingga mengeras seperti batu" berkata Repak Rembulung. "Mereka diajar untuk berpegangan pada keyakinan mereka meskipun maut akan menerkam. Bagi mereka, keyakinan mereka lebih penting dari kematian" "Sedangkan keyakinan itu adalah keyakinan yang sesat" desis Paksi. "Ya. Ternyata keyakinan mereka adalah keyakinan yang sesat" ulang Ki Repak Rembulung. Dalam pada itu, Pangeran Benawapun kemudian berkata, "Marilah. Kita awasi sanggar itu. Kita tidak boleh kehilangan mereka lagi" Demikianlah, maka mereka berlimapun segera mempersiapkan diri di sekitar sanggar. Namun Pupus Rembulung sempat menemui Nyi Permati dan menceriterakan apa yang akan terjadi. "Jadi Angger Paksi itu ada di sini?" "Ya, Nyi. Anak muda itu datang bersama Kakang Pananggungan. Kami sepakat untuk menangkap Ki Gede Lenglengan" "Selain Angger Paksi, apakah ada orang lain yang datang bersamanya?" "Anak muda yang bernama Wijang" "Angger Wijang juga berada di sini?" "Ya. Ternyata Wijang adalah Pangeran Benawa, Putera Mahkota dari Pajang" Nyi Permati terkejut. Iapun kemudian menarik nafas panjang. Katanya, "Mudah-mudahan kalian berhasil"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Mudah-mudahan" Sejenak kemudian, kelima orang itu sudah berada di depan pintu sanggar. Tetapi mereka tidak mengetuk pintu. Mereka membiarkan orang-orang yang berada di dalam sanggar itu berlatih sampai mereka menjadi letih. Tanpa memberikan kesempatan beristirahat, mereka berlima harus segera berusaha menangkap mereka hidup atau mati. Kecuali adik Paksi. Paksi sendiri akan menghadapinya dan berusaha menangkapnya hidup-hidup. Beberapa saat mereka menunggu. Agaknya latihan yang berat masih berlangsung di dalam sanggar. Mereka masih mendengar aba-aba Ki Gede Lenglengan serta derap kaki dan teriakan-teriakan yang menghentak. Namun beberapa saat kemudian, aba-aba yang terdengar menjadi semakin lamban, sehingga akhirnya Ki Gede Lenglengan memerintahkan untuk menghentikan latihan yang berat setelah mereka mengadakan latihan-latihan di tempat terbuka sambil mengubur kedua orang pembantu Ki Gede Lenglengan. Sejenak kemudian sanggar itu menjadi hening. Tidak terdengar suara apapun juga. Repak Rembulungpun kemudian telah memberikan isyarat bahwa latihan-latihan itu sudah selesai. Sebentar lagi mereka akan segera keluar dari sanggar. Ki Pananggungan, Pangeran Benawa dan Paksipun segera bersiap. Tetapi mereka tidak berada tepat di depan pintu. Hanya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung sajalah yang berdiri menunggu pintu sanggar terbuka. Sebenarnyalah, sejenak kemudian pintu sanggar itu benarbenar terbuka. Yang lebih dahulu keluar dari sanggar adalah Ki Gede Lenglengan. Kemudian seorang pembantunya yang bertubuh pendek, namun nampak kokoh dan cekatan. Di belakangnya lagi seorang pembantunya yang lain, yang ikut memburu Ki Pananggungan, namun tidak berhasil membunuhnya. "Apa kerjamu di situ, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung?" bertanya Ki Gede Lenglengan.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Menunggu kalian selesai latihan" "Apakah kalian sengaja mengintip kami yang sedang berlatih untuk mencuri ilmu kami" Kalian tentu telah membuat lubang-lubang rahasia pada dinding sanggar yang kalian buat itu" "Buat apa aku mencuri ilmumu, Ki Gede Lenglengan, sementara ilmumu tidak lebih baik dari ilmuku" "Kau memang sombong, Repak Rembulung. Tetapi biarlah kali ini aku memaafkanmu. Tetapi jangan kau ulangi lagi tingkah lakumu yang mencurigakan itu" "Aku tidak akan mengulanginya, Ki Gede Lenglengan. Karena kau tidak akan pernah berlatih lagi di sanggar itu" "Apa maksudmu?" "Kenapa kau memerintahkan orang-orangmu menyusul Kakang Pananggungan dan berusaha membunuhnya?" Wajah Ki Gede Lenglengan menjadi tegang. Namun iapun bertanya, "Siapakah yang mengatakan kepadamu?" "Tetapi usahamu itu tidak berhasil. Dua orangmu terbunuh. Seorang dibiarkannya hidup untuk mengurusi kawankawannya yang mati serta memberitahukan kepadamu, apa yang sudah terjadi" "Persetan dengan fitnah itu" geram Ki Gede Lenglengan. "Tetapi jika hal itu benar terjadi, kau mau apa" Kau kira kau akan dapat menuntut orang-orangku?" "Serahkan orangmu yang berusaha membunuh Kakang Pananggungan. Meskipun tidak berhasil, tetapi niatnya untuk membunuh itu sudah merupakan satu kejahatan yang pantas untuk dihukum" "Repak Rembulung, apakah kau sedang membuat satu perkara sebagai alasan untuk menantangku?" "Bukan menantangmu. Tetapi aku tidak dapat membiarkan seseorang berbuat jahat terhadap keluargaku. Aku sudah bersedia bekerja sama denganmu, meskipun aku akan dapat menanggung akibat buruk, karena Harya Wisaka adalah seorang pemberontak. Aku sudah memberikan tempat
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kepadamu di rumah ini. Tetapi kenapa orangmu itu berniat membunuh kakak kandungku?" "Jadi kau merasa berkeberatan jika kakak kandungmu itu dibunuh?" "Pertanyaan yang gila. Apa jawabmu jika pertanyaan itu ditujukan kepadamu?" "Jika kakak kandungku itu terlalu banyak mengetahui rahasiaku, maka aku tidak akan berkeberatan jika ia dibunuh" "Itukah jawabmu?" "Ya" "Jika demikian, kau telah benar-benar kehilangan nafas kemanusiaanmu. Kau tidak pantas berada di rumahku. Karena itu, aku akan mengusirmu" "Kau akan mengusirku?" "Ya. Aku tidak akan dapat hidup bersama dengan orang yang kehilangan kemanusiaannya" "Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, apakah kau berniat untuk membunuh diri" Apa yang akan kau andalkan, bahwa kau akan mengusirku dari rumahku sendiri. Kau membeli rumah ini dengan uangku, sehingga karena itu, maka sebenarnya rumah ini adalah rumahku" "Kau boleh mengigau apa saja. Tetapi rencana pembunuhan terhadap kakakku itu tidak dapat dimaafkan" "Jika sekali lagi kau ulangi, aku akan membunuhmu" Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Kakakku ada di sini sekarang" Dahi Ki Gede Lenglengan berkerut. Namun kemudian iapun berkata, "Kau tidak dapat menakut-nakuti aku" "Aku tidak sekedar menakut-nakutimu. Ia memang berada di sini" "Seandainya ia ada di sini, aku juga tidak takut. Kau, istrimu dan kakakmu akan segera mati. Kakakmu yang malang itu ternyata telah menyongsong kematiannya sendiri dengan kembali lagi kemari"
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Kakakku seorang yang berilmu tinggi. Sebenarnya ia bukan pembunuh. Tetapi jika ia menjadi marah, maka kematian akan dapat terjadi" "Jangan membual. Di mana kakakmu itu sekarang?" Repak Rembulung itupun kemudian memanggil, "Kakang. Kakang Pananggungan" Dari samping sanggar seseorang muncul dan langsung melangkah mendekati Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Dengan serta-merta Ki Pananggungan itupun berkata, "Ya. Orang inilah yang telah mencegat aku dan berusaha membunuhku bersama dua orang kawannya. Sebenarnya aku tidak sengaja telah membunuh kedua orang kawannya. Tetapi mereka terlalu lemah, sehingga merekapun mati. Seorang ini aku biarkan hidup untuk mengubur mayat kawan-kawannya serta memberitahukan kepada Ki Gede Lenglengan, bahwa aku tidak mati. Seharusnya Ki Gede Lenglengan sudah memperhitungkan kedatanganku, sehingga seharusnya ia sudah melarikan diri untuk keselamatannya" "Setan kau, Pananggungan. Kau kira kau ini siapa sehingga aku harus melarikan diri" Nah, aku memang menunggu kau kembali. Jika orang-orangku tidak dapat membunuhmu, maka sekarang akulah yang akan membunuhmu" "Ki Gede Lenglengan, ternyata kau adalah orang yang sangat picik, sehingga kau sama sekali tidak mengetahui perkembangan olah kanuragan di sekelilingmu. Kau masih saja merasa dirimu orang yang tidak terkalahkan. Sebenarnyalah bahwa ilmumu sekarang sudah tidak berarti lagi bagi orangorang berilmu tinggi" "Setan" geram Ki Gede Lenglengan, "bersiaplah untuk mati. Aku tahu bahwa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung akan membantumu. Namun anak-anakku akan membantai kalian tanpa ampun" Ketika Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung bersiap, maka kelima anak muda yang berada di pintu sanggar itupun segera berloncatan keluar.
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
"Anak-anak" berkata Pupus Rembulung, "aku dan pamanmu Repak Rembulung pernah membimbingmu dalam olah kanuragan. Karena itu, maka kami tahu, seberapa tinggi tataran kemampuanmu. Jika sekarang kalian ingin melawan kami, apakah itu tidak berarti satu kedunguan yang tidak ada taranya. Meskipun kalian berlima, tetapi kalian akan menjadi bagaikan serangga menjelang api" "Persetan dengan kalian berdua" justru anak tumenggung itulah yang menyahut. "Kalian akan mati. Tetapi jangan takut akan nasib Kemuning. Aku akan memeliharanya dengan baik" "Kau masih terlalu kanak-kanak untuk memahami apa yang terjadi sebenarnya" jawab Pupus Rembulung. "Nanti kau akan menyadari, apakah sebenarnya yang telah terjadi" "Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" Ki Gede Lenglenganlah yang menyahut, "kalian tidak usah menyesali apa yang telah terjadi. Agaknya saatnya memang telah tiba. Sejak semula aku sudah merencanakan untuk membunuh kalian berdua, agar rahasia keberadaan kami di sini tidak diketahui oleh orang lain. Karena itu, maka kalian tidak akan dapat berharap untuk lepas dari tanganku sekarang ini. Anakanak ini, meskipun pernah menjadi muridmu, jangan kau rendahkan tataran kemampuan mereka. Sejak aku datang, maka kemampuan mereka telah menjadi semakin pesat majunya, sehingga kalian berdua akan terkejut karenanya" Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Kau masih juga membuat lelucon, Ki Gede Lenglengan. Aku tahu bahwa ilmu dan kemampuan itu tidak dapat dihembuskan lewat ubunubun. Seberapa lama kau berada di sini, sehingga kau menganggap bahwa ilmu anak-anak itu dapat membuat aku terkejut" Ki Gede Lenglengan, kami berdua adalah petualang yang sudah menjelajahi sudut-sudut gelap dari kehidupan ini. Pengalamanku dan pengalamanmu tidak akan terpaut banyak. Karena itu, kau tidak usah membual" "Guru" berkata anak muda yang disebut anak tumenggung itu, "beri aku kesempatan. Aku akan menunjukkan
Ebook Cersil http://zheraf.wapamp.com/
kemampuanku. Aku akan membunuh salah seorang dari mereka" "Kau benar-benar tidak berjantung, anak muda. Kau akan membunuh kami, sementara itu, kau ingin mendapatkan anak kami" "Ya. Aku memang ingin mendapatkan Kemuning. Kemuning pun sudah menyatakan kesediaannya untuk mengabdi kepadaku" "Mengabdi?" bertanya Pupus Rembulung. "Ya. Ia akan melakukan apa saja yang aku kehendaki. Bukankah itu merupakan pengabdian. Jika kalian berdua mati, memang harus ada tempat bergantung bagi Kemuning" "Sudahlah" berkata Pupus Rembulung, "jangan mengigau seperti itu, anak muda. Nanti semuanya akan menjadi jelas" "Nanti?" bertanya anak muda itu. "Ya. Nanti" Anak muda itu termangu-mangu sejenak. Sementara itu Ki Gede Lenglenganpun berkata, "Kau telah mempercepat harihari kematianmu sendiri, Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Nah, sekarang kalian sudah terlambat untuk mengelak dari kematian. Bersama kakak kandungmu, kau akan dikubur di belakang rumahmu ini" Ki Gede Lenglengan, kedua orang pembantunya, seorang di antara mereka adalah orang yang tubuhnya terhitung pendek, serta kelima orang anak muda yang telah ditempa di rumah itupun mulai bergerak. Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja dari pintu butulan, Kemuning berlari-lari sambil berteriak, "Apa yang telah terjadi?" Di belakangnya, Nyi Permati menyusulnya sambil memanggil-manggil, "Kemuning, kemarilah" Tetapi Kemuning itu sudah berdiri di sebelah ibunya sambil mengulangi pertanyaannya, "Apa yang terjadi, Ibu?"
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 32 Pendekar Mabuk 033 Kitab Lorong Zaman Sepasang Pedang Iblis 4

Cari Blog Ini