Wiro Sableng 190 Sabda Pandita Ratu Bagian 1
BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu
1 BASTIAN TITO Teriring doa tuk' sahabatku:
Alm. Danu "Pendekar212" Saniscara
Selamat Jalan Sahabat...
Sabda Pandita Ratu
2 BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 190 SABDA PANDITA RATU
BASTIAN TITO e-book by: m i k e
e-mail: deepblue_hazeman@yahoo.com
Sabda Pandita Ratu
3 BASTIAN TITO " Adalah suatu kebetulan yang mana tusukan karang yang dilancarkan kearah
jantung Wiro meleset karena
terhantam batu hitam sakti yang tak sempat diambil oleh
sinto gendeng dan masih berada dalam tubuh Wiro. Namun
Walaupun karang runcing tersebut tak mengenai jantung
sang pendekar, tentu saja hal ini tidak membuat keadaan
menjadi lebih baik. Maka sebelum kehilangan kesadarannya, Sang pendekar dengan
mulut berbusahan masih sempat
mengucapkan basmalah tiga kali sebelum menutupnya
dengan mengucapkan ajian Meraga Sukma! Sementara itu
saat kepala sang pendekar terkulai jatuh, tanpa diketahui oleh orang-orang
mataram yang saat itu sedang bertarung, dibalik semak belukar dan kerapatan
kabut di empat penjuru, terlihat empat orang berkerudung dan berjubah
hitam sama-sama mengepalkan tinjunya dan langsung
menghantamkan kepalannya ketanah! Lalu dari tanah
retakan hasil pukulan keempat orang berjubah dan
berkerudung hitam tersebut tiba-tiba munculah dinding
angin yang berputaran dari empat penjuru yang langsung
menutupi wilayah sejauh seratus tombak dimana Wiro dan
orang yang membokongnya berada! Dinding angin inilah yang membuat Ratu Randang
bertiga terjengkang saat hendak
menolong Wiro!"
Sabda Pandita Ratu
4 BASTIAN TITO BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 190 SABDA PANDITA RATU
Wiro Sableng telah terdaftar di Departemen Kehakiman dan merupakan
Milik serta Hak cipta dari Bastian Tito seorang, Tokoh Panutan dan Inspirator
Penulis, Lanjutan Wiro Sableng ini dibuat tanpa maksud
apapun sekedar Wujud Kecintaan Penulis terhadap tokoh yang telah menemani
Penulis dalam suka dan duka. Oleh karenanya penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada pihak yang merasa berkeberatan
dilanjutkannya kisah Wiro Sableng ini.
SALAM 212!!! Sabda Pandita Ratu
5 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu 1 S eperti dikisahkan sebelumnya dalam episode Kematian
Sang Pendekar, Datuk Rao Pangeran Peto Alam yang
merupakan tunggangan Datuk Rao Basaluang Pitu
mengalami serangan bertubi-tubi dari seekor Kelelawar Hitam Raksasa dibantu
Ratusan jin berjubah dan bermuka hitam
serta Jin-jin Lainnya yang berjubah dan bermuka putih.
Pertarungan yang tidak seimbang tersebut memaksa
DatukRao Basaluang Pitu dan yang lainnya yang saat itu
berada dalam Bola Lingkaran Saluang harus keluar dari
Ruangan Tanpa Batas Tanpa Daya. Begitu keluar dari Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya,
kelima orang yang saat itu berada di angkasa terbuka kontan jatuh meluncur
kebumi! Namun dengan kesaktian yang dimiliki Saluang Dewa, Ning Rakanini dan kawan-kawannya
yang melesat jatuh akhirnya bisa
diselamatkan. Datuk Rao Basaluang Pitu juga kemudian
berhasil menundukkan Kelelawar Hantu dan Para Pengawal
Istana Langit dengan menggunakan tembang yang tertulis
dalam Kitab Aksara Kidung Langgeng Smaradhana. Kelelawar Hantu sendiri pada
dasarnya sudah semenjak lama keluar
Sabda Pandita Ratu
6 BASTIAN TITO dari kerajaan atap langit bersama para Pengawal Istana
Langit untuk mencari Penguasa Istana Atap Langit dan Ken Parantili. Namun jejak
Penguasa Atap Langit maupun Ken
Parantili seakan-akan hilang ditelan bumi. Terakhir kalinya Kelelawar Hantu
mengetahui jejak Ken Parantili adalah saat Selir Istana Atap Langit ini
melahirkan bayinya ditemani oleh Jaka Pesolek. Sang Kelelawar juga sempat
melindungi bayi dalam guci tersebut kala beberapa ekor anjing jelmaan
Delapan Sukma Merah berusaha merebut bayi dalam guci
tersebut dari tangan Resi Kalijagat Ampusena di hutan jati tempat kediaman Nenek
Katai Ning Rakanini Penguasa
Rumah Ketentraman dan Keselamatan. (silahkan membaca
episode: Jabang Bayi Dalam Guci) Pada saat itu sebenarnya Kelelawar Hantu ingin
merebut bayi dalam guci tersebut guna dibawa ke istana atap langit di puncak
Semeru, Namun kemunculan Dirga Purana di tempat itu cukup membuat
Penjaga Istana atap Langit ini harus berpikir panjang
sehingga membiarkan bayi Ken Parantili untuk sementara
berada di tangan Resi Kali Jagat Ampusena. Setelah beberapa lama Kelelawar Hantu
akhirnya menyirap kabar bahwa bayi
tersebut sudah berada di tangan orang lain, saat Kelelawar Hantu datang bersama
rombongan jin Pengawal Hitam-Putih, Bayi tersebut ternyata sudah dibawa oleh
Datuk Rao Basaluang Pitu dan yang lainnya kedalam Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya untuk
selanjutnya diserahkan pada Dewi Langit Bunga Tanjung dan Mimba Purana!
Kelelawar Hantu dan Jin
Sabda Pandita Ratu
7 BASTIAN TITO Hitam-putih yang datang terlambat akhirnya melampiaskan
kemarahannya pada Datuk Rao Pangeran Peto Alam yang
saat itu sedang memikul bola Lingkaran Saluang yang berisi Datuk Rao Basaluang
Pitu dan yang lainnya. Datuk Rao
Basaluang Pitu akhirnya bisa mengatasi Serangan Kelewar
Hantu dan para jin Pengawal Istana Atap Langit sekaligus memberi pengertian
bahwa bayi Penerus istana atap Langit tersebut sesungguhnya dibawa ke Istana
Langit untuk digembleng dengan ilmu kesaktian dan kepandaian tingkat
tinggi. Akhirnya setelah berhasil memberi pengertian kepada Para Penghuni Istana
Atap Langit ini, Datuk Rao Basaluang Pitu lalu mengajak mereka semua yang saat
itu masih berada diangkasa untuk segera turun guna membantu Sri MahaRaja
Mataram dan Ksatria Panggilan menghadapi Jenazah
Simpanan dan para Laskarnya. Kedatangan kelima orang
tersebut bersama dengan Kelelawar Hantu dan para Jin
Pengawal Istana Atap Langit tentu saja memberikan bantuan yang amat besar
terhadap Ratu Randang dan kawan-kawannya yang sudah kepayahan karena bertempur
habis- habisan. Sementara itu Wiro yang turun dari langit
bersamaan dengan turunnya Kelelawar hantu dan rombongan
Datuk Rao Basaluang Pitu langsung menyusup ke dalam
tanah dengan menggunakan ilmu yang diberikan oleh Kakek
Kumara Gandamayana guna menolong Raja Mataram yang
ditarik kedalam tanah oleh Dirga Purana dan Hantu Bara
Kaliatus. dengan menggunakan Ilmu Tangan Dewa
Sabda Pandita Ratu
8 BASTIAN TITO Menghantam Api dan Pukulan Dibalik Bukit Memukul Halilintar, Sang Pendekar
akhirnya bisa menghalau Dirga Purana dan Hantu Bara Kaliatus dan membawa Raja
Mataram kembali ke permukaan. Sesampainya diatas tanah
dilihatnya Ratu Randang dan kawan-kawan lainnya sedang
bertempur bersama Kelelawar Hantu dan para Pengawal
Istana Atap Langit melawan Lakarontang dan anak buahnya.
dilihatnya juga empat orang yang turun bersama dengan
Arwah Ketua dan Kelelawar Hantu tampak turut serta
menggempur kekuatan Laskar Lakarontang! Sang Pendekar
kemudian memapah Sri MahaRaja Mataram kedekat Kumara
Gandamayana yang nampak memejamkan mata. "Bagaimana
keadaan Yang Mulia..." Apakah Yang Mulia terluka...?" tanya
Sang Pendekar sembari memperhatikan Raja Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala yang nampak terbatuk-batuk.
"Aku tidak apa-apa Ksatria Panggilan... nafasku hanya sedikit sesak akibat cekikan
makhluk keparat itu! Sebentar lagi aku akan segera bergabung dengan kalian...
cepatlah pergi bantu kawan-kawanmu... biarkan aku beristirahat sebentar
disini..." ucap Sang Raja seraya menyandarkan punggungnya
ke dinding keraton. Wiro memandang suasana pertempuran
yang berlangsung. Dilihatnya kawan-kawannya beserta
Kelelawar Hantu dan laskar Pengawal Atap langit dibantu
Lima orang yang lainnya perlahan-lahan mampu menekan
bahkan mendesak Lakarontang dan Laskarnya. Sang
Pendekar memalingkan wajahnya kearah Sang Raja. "Aku
Sabda Pandita Ratu
9 BASTIAN TITO harus membalas kematian SakuntalaDewi dan Ni Gatri Yang
Mulia..." desis Sang Pendekar. Sang Raja tampak
mengagukkan kepalanya. "Keadaan sudah agak membaik,
memang sudah seharusnya kau membunuh kedua orang itu
Ksatria Panggilan..." ucap Sang Raja. Sang Pendekar pun
langsung melesat menyelusup kedalam tanah dengan
menggunakan ilmu yang diberikan Kumara Gandamayana.
Namun sejauh yang dapat ditembusnya tidak dilihatnya
bayangan Dirga Purana maupun Hantu Bara Kaliatus. Sang
Pendekar pun mengerahkan ilmu menembus pandang
pemberian Ratu Duyung namun keberadaan Dirga Purana
dan Hantu Bara Kaliatus tetap tidak dapat ditemukannya.
Sang Pendekar menggeram kesal lalu segera melesat keatas.
namun saat tubuhnya baru melesat keluar dari dalam tanah, tiba-tiba didengarnya
Jaka Pesolek berteriak keras
kearahnya. "Sang Hyang Jagatnatha...!" Sementara itu Sang
Pendekar pun melihat Ratu Randang, Kunti Ambiri serta Raja Mataram memandang
dirinya dengan pandangan terpana!
"Wiro...!" teriak mereka bersamaan seraya berlari memburu
kearahnya. Sang Pendekar mengkerutkan kening saat melihat kelakuan mereka yang
dianggapnya aneh. Wiro hendak
berucap namun dirasanya mulutnya terasa penuh. Rasa asin bercampur asam terasa
memenuhi mulutnya hingga tanpa
sadar Sang Pendekar tersedak. "Darah..." desis Sang
Pendekar seraya menyeka mulutnya yang belepotan. Wiro
tiba-tiba merasakan sesuatu mengalir dalam tubuhnya.
Sabda Pandita Ratu
10 BASTIAN TITO Sesuatu yang hidup! Saat Sang Pendekar menundukkan
wajahnya kebawah, dilihatnya ujung runcing sebuah karang tajam berwarna kebiruan
yang anehnya memancarkan warna
merah berpendar terhujam keluar menembus ulu hatinya!
"Gusti Allah..." desis Sang Pendekar menyebut Nama Sang
Khalik! Pada detik tersebut Wiro baru menyadari bahwa
seseorang telah membokongnya dari belakang! Dengan
tangan bergetar Wiro berusaha memegang ujung karang
runcing yang menyembul keluar dari ulu hatinya namun
tangannya sontak terkulai! Mata sang pendekar pun tiba-tiba tampak mulai
membeliak keatas diiringi perubahan warna
kulit yang mulai berubah merah membara serta mengepulkan asap tipis! "Wiro...!"
teriak Kunti Ambiri dan yang lainnya kala melihat tubuh Wiro nampak bergetar
keras, Dari mulutnya
yang tampak berbusa nampak bibir Wiro bergerak-gerak
lemah sebelum akhirnya kepala sang pendekar terkulai
kebawah! Melihat keadaan Wiro yang mengenaskan, Ratu
Randang, Kunti Ambiri dan Jaka Pesolek segera berlarian
meninggalkan musuh masing-masing guna mendekati Wiro.
namun belum lagi mereka berhasil mendekati Sang Pendekar, serangkum angin
berkekuatan dahsyat membuat mereka
bertiga terjengkang! Sebenarnya apa yang terjadi" Kiranya saat ketiga orang
sahabat Wiro ini bergerak berusaha
mendekati Wiro, tiba-tiba saja muncul angin berputar yang entah datang darimana
langsung menutupi wilayah dimana
Sang Pendekar berada sejauh seratus tombak! Ratu Randang Sabda Pandita Ratu
11 BASTIAN TITO bergerak memapah bangun Jaka Pesolek "apa yang terjadi
Kunti" Darimana datangnya dinding angin aneh ini?" Tanya Ratu Randang kepada
Kunti Ambiri yang juga telah beranjak bangkit. "entahlah Ratu, kita terlalu
mengkhawatirkan Wiro sehingga tidak memperhatikan keadaan sekitar..." ucap Kunti
Ambiri alias Dewi ular sembari memperhatikan pusaran angin aneh yang menutupi
wilayah seputar Wiro berada. pusaran
angin tersebut cukup menghalangi pandangan sehingga
membuat mereka tidak bisa melihat dengan jelas keadaan
Wiro saat itu. "angin sialan! Aku tidak bisa melihat jelas siapa yang membokong
Wiro dari belakang! Angin ini terlalu
kencang" Keluh Jaka Pesolek. Angin yang berhembus di
sekeliling tubuh sang pendekar memang berputar sedemikian kencangnya sehingga
tubuh sang pendekar hanya terlihat
samar. Jika diperhatikan keadaan Wiro saat itu sang
pendekar tidak ubahnya berada di tengah poros badai!
sementara itu nampak Sri mahaRaja Mataram Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala beranjak mendekati ketiga sahabat Wiro tersebut."
Bagaimana keadaan kalian, apakah kalian
terluka?" Tanya sang raja. "kami tidak apa-apa yang mulia, bagaimana dengan yang
mulia sendiri?" balas Ratu Randang.
Wiro Sableng 190 Sabda Pandita Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Raja Mataram nampak menarik nafas berat. "jika saja Ksatria Panggilan tidak
menolongku keluar dari dalam tanah
mungkin aku tidak akan bisa tertolong lagi..."ucap sang raja dengan berat "
keadaan Wiro saat ini amat mencemaskan!
kita harus bisa menembus pusaran angin tersebut dan
Sabda Pandita Ratu
12 BASTIAN TITO menolong Wiro! " seru Jaka Pesolek khawatir. "mari kita coba membobol dinding
angin itu dengan pukulan sakti! aku tak percaya dinding angin ini tidak bisa
ditembus!" geram Ratu Randang sembari memberi kode dengan lirikan mata kepada
Kunti Ambiri. Kunti Ambiri yang mengerti arti pandangan
Ratu Randang segera persiapkan satu pukulan sakti guna
bersama-sama Ratu Randang menggempur dinding angin
yang mengurung Wiro! Sesaat lagi kedua perempuan sakti
tersebut hendak melepaskan pukulan sakti masing-masing,
tiba-tiba saja Raja Mataram menahan kedua pundak Ratu
Randang dan Kunti Ambiri. "Tahan Pukulan Kalian! Lihat
sesuatu terjadi dalam pusaran angin!" kedua orang wanita yang bersiap melepaskan
pukulan sakti tersebut dengan
gemas terpaksa menarik ilmu pukulan sakti yang sekiranya akan segera dilepaskan
kearah Pusaran angin. Keduanya
kemudian memperhatikan pusaran angin dengan seksama.
Pusaran angin yang berputaran kencang memang tidak
bertambah pelan, namun akibat kecepatan yang semakin
bertambah pemandangan dalam poros angin mulai terlihat
samar-samar "astaga...! Bukankah orang yang sedang
bertarung dalam pusaran badai itu Wiro..." Tapi bagaimana
mungkin bisa ada dua orang Wiro?" desis Kunti Ambiri
terkejut. "tidak mungkin...! Lihat siapa orang yang dilawan Wiro!" teriak Ratu
Randang kencang! "Sang Hyang
Jagatnatha...! Bukankah itu makhluk tengkorak yang
mengaku bernama Jenazah Simpanan! tapi bagaimana bisa
Sabda Pandita Ratu
13 BASTIAN TITO dia berada dalam pusaran angin bersama Wiro" Bukankah
kita sudah menghantamnya dengan telak?" teriak Jaka
Pesolek terheran-heran. Sri mahaRaja Mataram, Ratu
Randang dan yang lainnya sontak memandang balik kearah
sosok Sangkala Darupadha yang terbujur diatas tanah.
Namun yang dilihat mereka hanyalah sosok besar raja jin
hutan roban yang saat itu sedang ditunggui oleh Arwah
Ketua, sementara sosok Lakarontang sendiri telah lenyap!
* * * Sabda Pandita Ratu
14 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu 2 S ebenarnya apa yang terjadi dalam pusaran angin"
Siapakah sebenarnya orang yang membokong Wiro dari
belakang" Bagaimana bisa Lakarontang yang sudah dihantam dengan pukulan dahsyat
hasil gabungan tiga pukulan sakti yang dibungkus oleh Jaka Pesolek tiba-tiba
berada dalam pusaran angin dan mampu bertarung melawan Wiro" Lalu
siapa orang yang melepas tabir pelindung berupa dinding
angin" sebelum Teka-teki ini terjawab, ada baiknya kita
menengok dulu jalannya pertarungan yang dialami oleh
rombongan Resi Kali Jagat Ampusena dan yang lainnya.
Begitu turun dari langit Resi Kali Jagat Ampusena dan Si Segala Tahu langsung
melabrak gerombolan orang yang
memapak maju bersamaan dengan turunnya lakarontang ke
tengah gelanggang. adapun Nenek Katai Ning rakanini dan
Arwah Ketua juga langsung turun tangan membantu Kunti
Ambiri dan Ratu Randang yang kala itu sedang kewalahan
melawan beberapa orang tokoh sakti termasuk didalamnya
menghadapi Sinto Gendeng guru Ksatria Panggilan. Arwah
Ketua yang kala itu sudah kembali ke sosok aslinya yaitu Sabda Pandita Ratu
15 BASTIAN TITO sosok makhluk raksasa bertanduk berpendar terlihat
mengamuk membabi buta! kemarahannya benar-benar
memuncak kala melihat Sahabatnya yaitu Sangkala
Darupadha dan anak buahnya diperlakukan sedemikan rupa
oleh Lakarontang dan laskar mayat hidupnya. Sementara itu Nenek Katai Ning
Rakanini secara kebetulan langsung
berhadapan dengan Sinto Gendeng! Sinto gendeng sendiri
kala melihat dihadapannya berdiri seorang nenek katai
dengan penampilan aneh serentak menyerbu dengan ganas,
Kapak Maut naga geni dua satu dua ditangannya langsung
dikebutkan kearah Penghuni rumah ketentraman dan
keselamatan ini. Ning Rakanini sendiri kala mendengar suara dengungan laksana
suara Seribu tawon mengamuk tidak
berani berlaku ayal lagi, sang nenek kemudian melengos
menghindari babatan kapak sakti dengan mengunakan
langkah yang benar-benar aneh dan ajaib! Kedua kakinya
yang pendek bergerak cepat membentuk sudut dan bentuk
segi ruang yang rumit dan pelik. Kemanapun kapak maut
naga geni bersarang selalu dapat dihindarkan oleh Sang
nenek hanya terpaut seujung rambut! "nenek keparat! Jangan hanya bisa
menghindar! Coba kau balas seranganku ini! "
teriak Sinto gendeng geram karena belum bisa menjatuhkan sang nenek katai,
padahal sang nenek sama sekali tidak
menggunakan senjata apapun melawan dirinya yang
bersenjatakan kapak! Sementara itu Ning Rakanini masih
terus menggunakan ilmu langkah ajaibnya guna menghindari Sabda Pandita Ratu
16 BASTIAN TITO serangan kapak maut yang dilayangkan oleh sinto gendeng.
Saat dilihatnya Sinto Gendeng mengacungkan gagang kapak
yang berbentuk kepala naga, sang nenek katai langsung
bersiaga dan menanti dengan pandangan tajam dan benar
saja, kala dilihatnya sang nenek menekan salah satu mata naga didengarnya suara
halus berkesiutan menderu
kearahnya. Sang nenek pun langsung menyadari bahwa
didalam gagang kapak pastilah tersimpan senjata rahasia
berbentuk jarum yang bisa dilepaskan jika salah satu mata naga ditekan. Melihat
hal ini Sang nenek bermata jereng tiba-tiba memutar tubuhnya dengan gerakan yang
aneh, kedua tangannya yang pendek terlihat berputar aneh membentuk
sudut-sudut segitiga lalu dari kedua tangan tersebut
menderu cahaya berwarna merah yang melesat membentuk
satu dinding yang langsung menghantam puluhan jarum
yang dilepaskan sinto gendeng. Apa yang dilakukan oleh
nenek katai ini benar-benar mengagumkan! dengan
menggunakan Langkah Sakti Orang Katai dan Pukulan Orang Katai Menyembah Berhala,
dari Ilmu silat Orang Katai yang dikuasainya, Nenek Ning Rakanini ternyata mampu
menghadapi guru Wiro Sableng ini sama kuat! Sinto gendeng benar-benar marah
dibuatnya, sekaligus serangan kapak
maut dan jarum sakti dapat dipatahkan oleh nenek
bertampang aneh didepannya. Sang nenek sesaat bersiap
mengeluarkan pukulan matahari untuk menghantam nenek
didepannya, namun selintas pikiran terlitas dalam benaknya Sabda Pandita Ratu
17 BASTIAN TITO yang masih dalam pengaruh Ilmu Delapan Jalur Arwah
Pencuci Otak. Sang nenek tiba-tiba mendekatkan gagang kapak yang berbentuk
kepala naga dan langsung meniup.
Dari Kapak kemudian keluar bunyi suara lengkingan yang
memekakkan telinga! Sang nenek rupanya beranggapan jika
serangan kapak maupun serangan jarum tidak mempan
menghadapi nenek katai didepannya, mungkin serangan
suara bisa memberikan hasil yang gemilang Dan benar saja!
Didepan sana Nenek ning rakanini terlihat berlutut sembari menutup kedua
telinganya dengan sepasang tangan, wajah
sang nenek nampak berkerut menahan sakit yang amat
sangat! sinto gendeng amat senang dengan hasil yang
dicapainya, untuk segera menghabisi lawannya Sinto
Gendeng kemudian meningkatkan tenaga tiupannya, alhasil
di depan sana Nenek Katai Ning rakanini terlihat bergulingan hampir semaput
dibuatnya, darah kental nampak mulai
meleleh dari kedua tangannya yang sedang membekap kedua
telinganya. Sinto gendeng tersenyum sembari bersorak dalam hati. "mampus kau
nenek edan!" namun tiba-tiba senyumnya seakan direnggut setan kala didengarnya
satu suara merdu mengandung tenaga dalam maha dahsyat mencoba menindih
tiupan suling kapaknya. Jika saja suara yang ditiup oleh sinto gendeng hanya
berupa lengkingan tak beraturan, maka suara yang terdengar kali ini adalah satu
suara yang benar-benar merdu dan harmonis. Tinggi rendahnya nada yang
keluar bagaikan gelombang pasang yang menderu menyerang
Sabda Pandita Ratu
18 BASTIAN TITO sinto gendeng! Sang nenek memandang kian kemari mencari
asal suara lalu tidak jauh disebrang sana dilihatnya seorang kakek berambut dan
berjubah putih panjang nampak duduk
dipunggung seekor menjangan sembari meniup sebuah
saluang. Jelas kakek inilah yang telah membendung serangan suaranya dengan
menyerang balik menggunakan suara
tiupan saluangnya! Tampang sinto gendeng berubah
mengelam, kembali ditingkatkannya tenaga tiupannya guna
menindih suara saluang namun suara saluang yang keluar
dari bibir sang kakek malah terdengar semakin hebat!
Keringat dingin memercik dari kening sang nenek, namun
sang nenek tetap keraskan hati tidak mau mengalah. Kembali ditingkatkan suara
tiupan suling pada gagang kapak maut
naga geni dua satu dua dengan harapan dapat mampu
menandingi tiupan sang kakek, namun kembali sang nenek
terhenyak kala merasakan gelombang suara yang
menyerangnya kini bertambah dua kali lipat! Saat sang nenek memperhatikan lebih
seksama ternyata didepan sana telah
bertambah lagi sosok kakek berambut dan berjubah putih!
Kakek satu ini juga terlihat memainkan sebuah saluang
sembari berdiri disamping menjangan, sosok kakek satu ini benar-benar seperti
pinang dibelah dua dengan kakek yang duduk diatas menjangan, hanya saluang yang
ditiupnya saja yang membedakan dirinya dengan kakek satunya. Jika kakek diatas
menjangan meniup saluang berwarna putih maka
kakek yang sedang berdiri meniup saluang berwarna hitam.
Sabda Pandita Ratu
19 BASTIAN TITO Selebihnya semuanya persis sama! Rupanya selain menguasai Ilmu yang bersumber
dari kitab Aksara Kidung Langgeng
Smaradhana, Sang Datuk juga menguasai satu ilmu langka
bernama Seribu Raga Seribu Sukma. Dengan ilmu ini Sang Datuk mampu membelah
tubuhnya menjadi berapapun sosok
yang dia mau dan semuanya adalah sosok asli dengan
kekuatan tenaga dalam dan kepandaian yang tidak berubah!
Kali ini sinto gendeng benar-benar kepayahan, sekujur tubuh perlahan merosot
ketanah dalam keadaan bergetar hebat!
Tiupan sulingnya pun mulai terdengar kacau tak beraturan sementara perlahan
darah mulai nampak merembes keluar
dari kedua telinga dan kedua lubang hidungnya! Saat seorang kakek kembali
terlihat muncul sembari meniup saluang
berwarna merah, sang nenek sontak menjerit keras! anehnya bukan hanya sinto
gendeng yang menjerit keras, Ning
Rakanini yang kala itu masih dalam kondisi berlutut di tanah juga keluarkan
teriakan setingi langit! Nampak kelima tusuk kundai yang dipakai oleh sinto
gendeng maupun ning
rakanini bergetar dan memancarkan warna terang
menyilaukan! Sebenarnya apa yang terjadi" Ternyata jika
diibaratkan layaknya sebuah garpu tala yang akan bergetar jika mendapatkan
resonansi getaran suara yang turun naik, maka kesepuluh tusuk kundai yang
sebenarnya masih satu
wujud namun beda jaman ini mengalami hal yang sama kala
mendapatkan getaran suara dari bunyi saluang ketiga kakek perwujudan Datuk Rao
Basaluang Pitu. kelima tusuk kundai Sabda Pandita Ratu
20 BASTIAN TITO nampak bergetar keras dikepala Ning Rakanini dan Sinto
gendeng, lalu tiba-tiba masing-masing tusuk kundai tersebut serempak tercabut
dan melesat dari kepala kedua nenek sakti tersebut! Diudara kesepuluh tusuk
kundai tiba-tiba terlihat menyatu menjadi lima buah tusuk kundai dan memancarkan
cahaya yang menyilaukan! Bersamaan dengan bersatunya
kesepuluh tusuk kundai, ketiga sosok Datuk Rao Basaluang Pitu juga nampak
terangkat dan melayang mengitari lima
tusuk kundai tersebut, dari masing-masing saluang yang
ditiup tiga kakek tersebut terdengar kembali lantunan
tembang yang pernah disenandungkan di hutan jati tempat
tinggal ning rakanini yakni Tembang Mulih Smaradhana!
beberapa saat kemudian, kelima tusuk kundai perak terlihat memisahkan diri
diudara. Ketiga orang kembaran Datuk Rao Basaluang Pitu juga perlahan menyatu
dan kembali keatas
menjangan tunggangannya. akhirnya Setelah beberapa saat
melayang diudara, kesepuluh tusuk kundai tampak kembali
mengeluarkan cahaya menyilaukan sebelum kembali melesat
dan menancap ke kepala Sinto gendeng dan ning rakanini!
Satu suara kembali terdengar melengking membahana
namun kali ini suara teriakan yang terdengar hanya keluar dari mulut sinto
gendeng. Ning rakanini sendiri keburu
pingsan kala tusuk kundai perak miliknya menancap kembali ke kepalanya. Sinto
gendeng sendiri berteriak keras bukan karena kesakitan akibat tertusuk tusuk
kundainya, melainkan menjerit karena bersamaan dengan menancapnya
Sabda Pandita Ratu
21 BASTIAN TITO tusuk kundai dikepalanya, ketiga benjolan sebesar telur
buyung puyuh dikepalanya tiba-tiba meledak! Lalu dari
ledakan ketiga benjolan tersebut menyeruak asap merah
berbau amat busuk. Sinto gendeng sendiri akhirnya langsung menggeletak tak
sadarkan diri. Kita tinggalkan dulu sinto gendeng yang pada saat itu telah
kehilangan kesadarannya, dilain tempat pertarungan yang terjadi antara Resi Kali
Jagat Ampusena beserta Si Segala Tahu melawan Laskar
Lakarontang juga berlangsung cukup seru, dengan dibantu
oleh beberapa orang Jin Putih Muka Rata peliharaan Raja Jin Hutan Roban, kedua
orang ini terlihat mampu mendesak arus serangan yang datangnya bagaikan air bah.
Wiro Sableng 190 Sabda Pandita Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pada satu kesempatan, Si Segala Tahu yang telah melepas sorbannya
dan menggantinya dengan caping bambu terlihat bersalto
diatas udara dan menyambar jatuh seorang kakek yang
mengenakan cawat terbuat kulit kayu dari punggung jin
putih muka rata yang dinaikinya, dilain tempat Resi Kali Jagat Ampusena juga
berhasil menjatuhkan dua orang pria
yang mengenakan pakaian patih kerajaan dengan
menggunakan ujung jubahnya yang menjuntai. setelah
terjatuh ketanah, kakek dan dua orang pria tersebut
langsung merasakan satu himpitan tembok yang tak terlihat yang menekannya dari
atas, sementara dari bumi yang
dipijak bergetar satu kekuatan yang menekannya keatas!
tidak jauh dari situ terlihat dua orang anak buah Raja Jin Hutan Roban melesat
keatas sembari meratap, sementara
Sabda Pandita Ratu
22 BASTIAN TITO dua orang lainnya terlihat menjatuhkan diri ke bumi sembari menangis mengerunggerung. dua orang diatas
mendorongkan telapak tangan kebawah, sementara dua
lainnya mendorongkan telapak tangan keatas! rupanya empat orang Jin Putih Muka
Rata ini telah mengeluarkan kembali ilmu dahsyat yang bernama Jin Langit Meratap
jin Bumi Menangis! serangan hebat ini sontak membuat kakek bercawat kulit kayu
dan kedua orang pria tersebut
merasakan sakit yang amat sangat akibat tekanan yang
mendera. Sedetik lagi tubuh mereka bertiga akan hancur tak karuan mendadak
secara mengagumkan ketiga orang ini
melakukan hal yang pernah dialami oleh rekan mereka yaitu dua makhluk api kala
menghadapi ilmu aneh ini (silahkan
baca episode: "Jabang Bayi Dalam Guci" ) tubuh ketiga orang ini tiba-tiba
mengambang melintang keudara! lalu dari
masing-masing telapak tangan melesat satu larik cahaya
hitam mengidikkan. enam larik cahaya hitam yang melesat
dari sepasang tangan ketiga orang tersebut langsung hendak melibat keempat
makhluk jin anak buah Raja Jin Hutan
Roban! sedetik lagi sinar tali hitam yang mampu menebas
putus anggota badan itu menjirat keempat anak buah
Sangkala Darupadha, tiba-tiba melesat satu bayangan biru raksasa yang dengan
cepatnya menyambar keenam tali hitam lalu merenggutnya dengan kasar! akibat
tarikan secara tiba-tiba tersebut tubuh ketiga orang anak buah lakarontang
sontak berputar kembali tegak menghadap keatas dan
Sabda Pandita Ratu
23 BASTIAN TITO bertepatan dengan itu pula sepasang tangan dua Jin Putih Muka Rata yang berada
diatas dan sepasang Jin Putih Muka Rata yang berada dibawah menyatu! maka
dibarengi suara
ledakan yang cukup keras, tubuh ketiga orang mayat hidup anak buah Lakarontang
tersebut langsung meledak
berkeping-keping! bayangan biru raksasa yang bukan lain
adalah Arwah Ketua mendengus keras sembari
mencampakan tali sinar hitam ketanah. Bersamaan dengan
dicampakkannya tali hitam tersebut ke tanah, satu dentuman besar terdengar
menggelegar kala sosok Lakarontang dan
Sangkala Darupadha terhantam tiga pukulan sakti yang
dibungkus dan dilepaskan kembali oleh Jaka Pesolek!
* * * Sabda Pandita Ratu
24 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu 3 Marilah kita menengok apa yang sebenarnya terjadi pada
diri pendekar dua satu dua. Rupanya sesaat setelah
keluar dari dalam tanah menggunakan ilmu yang diberikan
oleh kumara gandamayana, Wiro tak menyadari kalau pada
saat itu seseorang dengan bersenjatakan batu karang runcing sedang menunggunya
dari balik kepekatan kabut. Dan pada
saat yang tepat orang tersebut dengan gerakan amat cepat langsung menikamkan
karang runcing biru berpendar merah
yang digenggamnya ke punggung sang pendekar! Wiro
terkesiap seraya menyebut nama Sang Pencipta! Pada detik itu juga Wiro merasakan
sesuatu seperti makhluk hidup
seakan mengalir berkejaran di setiap nadi dan jalan
darahnya! perlahan Wiro mulai menyadari keadaan dirinya
yang amat berbahaya saat merasakan seluruh tubuhnya
mulai berubah berwarna merah dan mengepulkan asap
akibat racun warangan nyawa yang memasuki tubuhnya.
Adalah suatu kebetulan yang mana tusukan karang yang
dilancarkan kearah jantung Wiro meleset karena terhantam batu hitam sakti yang
tak sempat diambil oleh sinto gendeng Sabda Pandita Ratu
25 BASTIAN TITO dan masih berada dalam tubuh Wiro. Walaupun karang
runcing tersebut tak mengenai jantung sang pendekar,
Namun tentu saja hal ini tidak membuat keadaan menjadi
lebih baik. Maka sebelum kehilangan kesadarannya, Sang
pendekar dengan mulut berbusahan masih sempat
mengucapkan basmalah tiga kali sebelum menutupnya
dengan mengucapkan ajian Meraga Sukma! Sementara itu
saat kepala sang pendekar terkulai jatuh, tanpa diketahui oleh orang-orang
mataram yang saat itu sedang bertarung, dibalik semak belukar dan kerapatan
kabut di empat penjuru, terlihat empat orang berkerudung dan berjubah
hitam sama-sama mengepalkan tinjunya dan langsung
menghantamkan kepalannya ketanah! Lalu dari tanah
retakan hasil pukulan keempat orang berjubah dan
berkerudung hitam tersebut tiba-tiba munculah dinding
angin yang berputaran dari empat penjuru yang langsung
menutupi wilayah sejauh seratus tombak dimana Wiro dan
orang yang membokongnya berada! Dinding angin inilah yang membuat Ratu Randang
bertiga terjengkang saat hendak
menolong Wiro! Sementara itu didalam pusaran angin, orang yang membokong Wiro
terdiam membisu sembari memegang
karang yang menembusi tubuh sang pendekar dari belakang.
Tangan tersebut terlihat bergetar, setitik air mata juga nampak menetes di sudut
mata pria bercambang dan
berambut awut-awutan tersebut. Dirinya tak menyadari kala satu bayangan putih
perlahan muncul dibalik punggungnya
Sabda Pandita Ratu
26 BASTIAN TITO seraya mengarahkan tangannya yang berwarna keperakan
kepunggung pria tersebut! "sampai sejauh ini aku masih
terus menganggapmu sebagai seorang saudara... namun
entah mengapa kau tega melakukan hal seperti ini
kepadaku..." Apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirimu wahai Lakasipo...?" ujar
bayangan dibelakang orang yang
akhirnya diketahui sebagai Lakasipo si hantu kaki batu!
Tubuh Lakasipo terlihat bergetar kala mendengar suara pria dibelakangnya. Kepala
Lakasipo perlahan terangkat
bersamaan dengan terlepasnya genggamannya pada batu
karang dalam gengamannya. Begitu karang yang menembus
punggung Wiro terlepas dari genggaman lakasipo maka tanpa ampun lagi tubuh Sang
Pendekar ambruk ke bumi! Suasana
di tengah pusaran angin terasa amat mencekam, sosok
Lakasipo terlihat diam membisu membelakangi bayangan
yang bukan lain adalah sukma Wiro tersebut. Setelah
beberapa lama tenggelam didalam kesunyian perlahan
terdengar suara keluar dari bibir Lakasipo. "aku tak punya pilihan lain..." Wiro
perlahan menurunkan tangannya yang
masih dilembari ajian pukulan matahari. "apa maksudmu
kau tak punya pilihan lain..." Sekian lama kita tak bertemu apakah hal itu bisa
memupuskan tali persaudaraan kita"
Sesungguhnya pilihan apa yang memaksamu untuk tunduk
dan menuruti segala perintah makhluk tengkorak itu" tanya Wiro berat. Suasana
kembali diselimuti kesunyian yang
mencekam, tidak ada suara yang terdengar selain deru angin Sabda Pandita Ratu
27 BASTIAN TITO dan nafas lakasipo yang terdengar memburu. Setelah
beberapa saat terdiam akhirnya lakasipo membuka suaranya.
"Lakarontang menyekap roh Istriku Luhrinjani! Dan bukan
hanya itu saja! Dia pun menahan dan memperbudak Latandai serta Luhsantini
istrinya! Kau lihat sendiri bukan" Aku
benar-benar tak punya pilihan lain selain mengabdi
padanya!"ujar Lakasipo akhirnya dengan suara bergetar. Apa yang dikatakan
Lakasipo membuat sang pendekar terhenyak.
"aku benar-benar tak pernah berniat mencelakakanmu wahai saudaraku..." Lanjut
Lakasipo dengan suara tersendat.
"Budak hina Keparat! Bagus sekali! Baru sekarang kau
tunjukkan isi hatimu! Sungguh hebat kepandaianmu
membendung pikiran... aku benar-benar tak menyangka..!"
seru satu suara mengejutkan Wiro dan Lakasipo! Lakasipo
sendiri yang kala itu berada dihadapan Wiro tiba-tiba saja mengeluarkan teriakan
keras! sepasang mata lakasipo terlihat membeliak besar menahan sakit sementara
Kedua lututnya serentak tertekuk hingga menyentuh tanah manakala
dirasakannya sesuatu terasa memaksa keluar dari dalam
punggungnya! "Lakasipo...!" lalu Perlahan namun pasti dari punggung Lakasipo
terlihat keluar satu sosok jerangkong
berwarna hitam dengan sepasang tanduk pada pelipisnya.,
siapa lagi kalau bukan Lakarontang Si Jenazah Simpanan!
Makhluk ini kembali mempergunakan ilmunya yang pernah
digunakan pada Raja Jin Hutan roban untuk menyatu dalam
tubuh Lakasipo laksana benalu! Lakarontang terlihat
Sabda Pandita Ratu
28 BASTIAN TITO pandangi sekeliling sebelum pandangannya membentur sosok sukma Wiro. "kalian
berempat lebih baik tunjukkan diri
sekarang juga! Aku sudah lama mengetahui kehadiran kalian, keluarlah sekarang
juga agar aku bisa lebih gampang
menghabisi kalian semua!" seru lakarontang keras.
Sementara itu demi mendengar ucapan lakarontang, tiba-tiba laksana air tersibak.
dari keempat penjuru dinding angin muncul empat orang berjubah dan berkerudung
hitam yang langsung mengepung Wiro dan lakarontang dari empat arah!
Dua dari Keempat sosok berjubah dan berkerudung hitam ini memiliki badan tinggi
besar, Dua diantaranya lagi terlihat membopong dua orang yang terlihat tak
sadarkan diri. sosok orang yang pertama yang dipanggul bukan lain adalah
Latandai alias hantu bara kaliatus sementara satunya lagi adalah sosok seorang
wanita yang wajahnya tertutup oleh
rambutnya yang panjang. Dua orang berjubah hitam lainnya Seorang diantaranya
terlihat membawa sebuah guci kecil dari kuningan yang diikatkan kepinggang,
sedangkan yang satunya terlihat membawa sebuah belanga obat yang masih
terlihat mengepulkan asap! Wajah keempatnya tidak terlihat jelas karena
terhalang kerudung yang dikenakan. "hebat juga kalian mampu menyusup dan
mengambil barang
kepunyaanku saat aku lengah..." jengek lakarontang seraya
menatap kearah dua orang yang dibopong oleh kawanan
orang berjubah hitam. "mereka bukan barang permainan
makhluk keparat!" ucap si jubah hitam yang memondong
Sabda Pandita Ratu
29 BASTIAN TITO wanita dipundaknya dengan gusar. "ha.ha.ha. buatku mereka semua memang hanyalah
barang permainan! jadi Untuk apa
kalian ribut-ribut" Selain itu walaupun kalian menutupi diri kalian dengan
kerudung hitam, tapi aku tahu siapa kalian sebenarnya! Kalian datang untuk dia
bukan?" sentak
lakarontang seraya meremas leher lakasipo dengan sebelah tangannya. "lepaskan
dia makhluk jahanam!" teriak Wiro
marah melihat lakasipo diperlakukan seperti itu. "Tolong bebaskan orang itu
lakarontang..." ucap sosok berjubah yang membawa guci kecil dari kuningan.
"bagaimana jika aku
tidak ingin membebaskannya?" ejek Lakarontang kepada Wiro dan keempat orang
berjubah hitam. Suara dengusan
terdengar keluar dari balik kerudung empat orang berjubah hitam. Keempatnya
nampak bersiap untuk bergebrak namun
baru saja selangkah kaki mereka bergerak, Lakasipo tiba-tiba meraung panjang!
Keempat orang berjubah hitam termasuk
Wiro terkejut besar kala melihat Lakarontang menembus
dada Lakasipo dan menarik keluar sebuah benda merah
berdenyut! "Lakasipo...!" teriak Wiro dan orang-orang
berjubah hitam bersamaan. "ha.ha.ha... berani kalian
mendekat" Akan kuremas hancur jantung pengkhianat
ini...!"ucap Lakarontang seraya mengangkat tingi-tinggi
jantung Lakasipo! Semua orang benar-benar gusar dibuatnya!
Tak satupun orang berani bergerak karena khawatir akan
keselamatan Lakasipo. "aku sebenarnya sudah menduga
akan pengkhianatanmu ini Lakasipo! Tapi aku benar-benar
Sabda Pandita Ratu
30 BASTIAN TITO tidak menyangka kau berani memalsukan darah Ksatria
Panggilan yang terdapat pada karang runcing warangan
nyawa.. aku benar-benar kecolongan...!" dengus Jenazah
Simpanan sembari memandang kearah Lakasipo dan
pendekar dua satu dua secara bergantian. "kau benar-benar beruntung Ksatria
Panggilan! Jika saja makhluk keparat ini tidak memalsukan darahmu apa kau pikir
kau masih bisa memandangku dengan cara seperti itu?" Wiro pandangi
Lakarontang dengan mata membara! "mati dan hidupku
bukan berada ditanganmu makhluk kapiran! Hanya Gusti
Allah yang berhak mencabut dan menghadirkan nyawaku
serta seluruh makhluk di muka bumi ini..." ucap sang
pendekar berapi-api. Lakarontang tertawa tergelak mendengar apa yang dikatakan
oleh Pendekar dua satu dua. "segala
buntalan kentut! sekarang Coba minta Gusti Allahmu
membebaskan saudara angkatmu ini...!" ejek lakarontang
sembari hendak meremas Jantung Lakasipo! Sedetik lagi
jantung merah itu hancur di tangan lakarontang, tiba-tiba makhluk ratusan tahun
ini merasakan satu sambaran angin
dingin pada tangannya yang memegang jantung Lakasipo!
Wiro Sableng 190 Sabda Pandita Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat makhluk ini melihat kearah telapak tangannya, dirinya langsung terhenyak!
Tangannya ternyata hanya memegang
angin! Jantung tersebut telah berhasil direbut orang!
Bersamaan dengan sambaran angin ditangannya, makhluk
tengkorak ini juga tiba-tiba merasakan satu kekuatan besar menariknya keluar
dari tubuh Lakasipo lalu menghempasnya Sabda Pandita Ratu
31 BASTIAN TITO sejauh puluhan tombak dan langsung menabrak dinding
angin! Lakarontang terkejut besar! Tak disangkanya ada
orang yang mampu mempecundanginya seperti itu! Kala
melihat kedepan dilihatnya Pendekar dua satu dua tersenyum sinis penuh ejekan!
Sementara saat lakarontang menatap
kearah lakasipo dirinya semakin bertambah terkejut kala
melihat ada lagi satu sosok Wiro namun berwujud tiga kali lebih besar dari
aslinya terlihat sedang memasukkan jantung Lakasipo kedalam dadanya! Sebenarnya
apa yang terjadi"
Ternyata pada detik-detik yang menegangkan dimana sesaat lagi jantung lakasipo
hancur dalam remasan tangan jenazah simpanan, sukma Wiro diam-diam kembali
mengeluarkan ilmu kesaktian yang diberikan oleh nenek sakti Rauh
Kalidathi yakni Tiga Bayangan Pelindung Raga! kemudian dengan gerakan secepat
angin satu diantara sosok bayangan sukma Wiro merebut jantung di tangan
lakarontang dengan
ilmu Menahan Darah Memindah Jazad! Sementara itu dua bayangan sukma Wiro lainnya
juga dengan menggunakan
ilmu yang sama menarik lepas dan menghempaskan tubuh
Lakarontang dari tubuh Lakasipo! Setelah berhasil merebut jantung dan
membebaskan lakasipo dari cengkraman
Lakarontang, Ketiga bayangan sukma Wiro akhirnya kembali memasuki sosok sukma
sang pendekar. Wiro kemudian
mengeluarkan bunga matahari kecil dari balik pinggangnya seraya berucap "wahai
bunga matahari sakti, aku mohon
kalian sembuhkan luka saudaraku ini..." ucap sang pendekar Sabda Pandita Ratu
32 BASTIAN TITO seraya mengelus bunga tersebut ke punggung dan dada
Lakasipo. "wahai pendekar, ini adalah pertolongan kami yang terakhir... jika kami
menuruti perintahmu kali ini, maka kami tidak akan bisa menemanimu lagi dan
tidak bisa membantumu menyembuhkan gurumu dari penyakitnya.
Apakah dirimu bisa menerimanya?" ucap suara kecil yang
terdengar mengiang di telinga sang pendekar. Wiro yang
mengetahui bahwa suara tersebut berasal dari bunga
matahari kecil penjelmaan delapan pocong gadis cantik
tersebut hanya bisa tersenyum pasrah "sembuhkanlah saja
diri saudaraku ini... mengenai penyakit eyang sinto aku
masih percaya pada gusti Allah. Gusti allah pasti akan
menunjukan jalan lain bagiku guna menolong eyang guruku
itu..." ucap sang pendekar seraya kembali mengusap
punggung dan dada lakasipo bolak balik dengan
menggunakan delapan kuntum bunga matahari kecil.
Sementara itu diseberang sana, lakarontang menyaksikan
apa yang dilakukan oleh sang pendekar dengan kemarahan
yang tak terhingga! Dirinya benar-benar tak bisa terima kena dipecundangi oleh
Wiro, dalam kemarahan yang menggelora
Sosoknya tiba-tiba terlihat berubah merah membara dan
mengepulkan asap! Perlahan namun pasti lakarontang
berjalan kearah Sang pendekar, langkahnya yang mantap
meninggalkan jejak berapi diatas tanah!
* * * Sabda Pandita Ratu
33 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu 4 Delapan bunga matahari kecil perlahan sirna begitu luka
di punggung dan didada lakasipo bertaut kembali
"selamat tinggal wahai pendekar... terima kasih sudah
menjaga kami selama ini..." kembali terdengar suara di
telinga Wiro. Wiro memperhatikan delapan bunga matahari
yang perlahan memudar sirna ditangannya, sebelum sirna
keseluruhan sang pendekar masih menyempatkan diri
menciumi kedelapan bunga matahari kecil tersebut. "sampai jumpa lagi sahabatsahabatku... sampaikan rasa terima
kasihku pada Nyi Loro Jonggrang..." ucap sang pendekar kala bunga terakhir
terlihat menghilang. Wiro lalu kemudian
memapah lakasipo dan menyerahkannya pada salah seorang
dari keempat orang berjubah hitam yang membawa guci kecil di pinggangnya. Orang
tersebut langsung menerima dan
menaruh Lakasipo yang masih pingsan keatas pundaknya.
"lekaslah kalian membawa lakasipo keluar dari sini... biar aku saja yang
menghadapi makhluk salah ujud itu." Ucap
sang pendekar kala melihat Lakarontang beranjak mendekat kearah mereka. Keempat
orang berjubah hitam saling
Sabda Pandita Ratu
34 BASTIAN TITO pandang seketika sebelum akhirnya menganggukan
kepalanya serempak. Wiro terkejut manakala dirasanya
keempat orang berjubah hitam tersebut bersamaan
meletakkan telapak tangan mereka masing-masing kepundak
dan punggungnya. "apa-apaan kalian ini?" seru sang
pendekar. "tenanglah Wiro, kami hanya ingin menitip empat pukulan sakti kepadamu
untuk kau pergunakan menghadapi
makhluk tersebut... harap kau bersiap-siap!" Wiro terkejut kala seorang dari
keempat orang berjubah hitam ini
menyebut namanya. Sang pendekar baru hendak membuka
suara namun sontak dibatalkan saat dirasakan dari keempat pasang tangan yang
menempel di punggungnya mengalir
empat arus gelombang tenaga yang mencurah laksana banjir kedalam tubuhnya! Wiro
pejamkan mata untuk mengalirkan
empat arus tenaga yang berbeda itu kearah pusarnya. Saat Wiro berkonsentrasi
untuk mengatur keempat arus tenaga
pukulan di dalam tubuhnya, wajah sang pendekar tiba-tiba terlihat berubah kala
mendengar suara bisikan lirih di
telinganya. Begitu dirasakannya keempat pasang tangan
sudah tidak lagi menyentuh pundaknya, sang pendekar
sontak membuka sepasang matanya dan memandang ke
sekelilingnya namun keempat orang berjubah hitam itu
sudah tidak terlihat lagi di belakangnya. "ternyata mereka masih hidup...! Gusti
Allah Maha Besar! Aku benar-benar
tidak menyangka!" ucap Wiro terkejut dan unjukan wajah
senang. Namun kegembiraan Wiro hanya berlangsung sesaat
Sabda Pandita Ratu
35 BASTIAN TITO kala dilihatnya dari lima penjuru memapak dinding api
berwarna biru hendak meluluh lantakkan tubuhnya! Wiro
mengerutkan kening sembari memikirkan cara melawan
pukulan yang dilancarkan dari keempat penjuru dan dari
atas kepalanya tersebut, sang pendekar tiba-tiba teringat pada satu pukulan dari
keempat pukulan yang diberikan oleh salah satu orang berjubah hitam tersebut,
mengingat hal tersebut Wiro kemudian mengerahkan tangan kanannya
sembari mengepal dan menghantam keatas! Dari kepalan
Wiro kemudian keluar satu sinar kelabu yang memancar
berbentuk gulungan angin yang tiba-tiba memencar menjadi lima jalur pukulan
sinar kelabu yang dibalut gulungan angin raksasa melesat dan menghantam dinding
api biru yang dilepaskan oleh Lakarontang! Sang pendekar telah
mengeluarkan salah satu pukulan langka bernama Badai Lima Penjuru! Begitu kelima
jalur pukulan Badai Lima Penjuru menghantam kelima dinding api biru yang
dilepaskan oleh
Lakarontang maka terdengarlah lima letusan besar di udara kala sepuluh jalur
pukulan saling bentrok dan menghantam tabir angin, udara di dalam pusaran angin
terasa panas menyesakkan! hal inilah yang menyebabkan tabir angin
bertiup semakin kencang hingga akhirnya Ratu Randang dan kawan-kawan yang berada
diluar dapat menyaksikan
pertarungan yang terjadi antara Wiro dan lakarontang. Akan halnya dengan
lakarontang kala melihat kelima pukulan
Dinding Geni Sewu miliknya berhasil dipatahkan oleh Wiro Sabda Pandita Ratu
36 BASTIAN TITO menggunakan salah satu pukulan milik orang-orang berjubah hitam, makhluk
tengkorak ini semakin tak mampu
mengendalikan amarahnya! Tubuhnya yang berbentuk
jerangkong kini terlihat membara dan diselimuti kobaran api berwarna biru!
"Pemuda Keparat! kau benar-benar
membuatku marah! Peduli setan dengan tubuhmu! Aku
masih bisa mendapatkan tubuh lain yang sepuluh kali lebih baik dari tubuhmu!
terima kematianmu!" seru lakarontang
sembari menghentakkan kakinya ke dalam tanah, lalu dari
tanah hentakan kaki lakarontang terlihat belahan tanah yang memancarkan lidah
api berwarna biru bergerak kearah Wiro dengan cepatnya! Sang pendekar nampak
terkejut kala melihat pukulan yang dikeluarkan oleh lakarontang ini
namun sang pendekar masih bisa berpikir jernih, dengan
menggunakan pukulan Tangan Dewa Menghantam Tanah
Wiro berhasil membuat rengkahan tanah yang mengejarnya
buyar porak poranda. Namun kembali sang pendekar dibuat
terkejut manakala dari dalam rengkahan tanah melesat
puluhan sosok kecil yang menerjang kearah dirinya dengan berbagai senjata
terhunus! "terkutuk dirimu wahai
lakarontang...!" bentak Wiro dengan gusar kala melihat
sosok-sosok bayangan kecil yang menyerangnya ternyata
adalah sosok mayat hidup dari puluhan bayi dan anak kecil!
Dengan hati gundah Sang pendekar kemudian mengeluarkan
pukulan Dinding Angin Berhembus Tindih Menindih untuk menghalau serangan yang
dilancarkan gerombolan mayat
Sabda Pandita Ratu
37 BASTIAN TITO hidup kecil tersebut, tubuh puluhan mayat hidup malang
tersebut terlihat berpelantingan terkena hantaman angin
pukulan yang dilancarkan oleh sukma Wiro. Kemarahan Wiro tidak hanya sampai
disitu, sang pendekar kemudian terlihat meloncat keatas sejauh sepuluh tombak
untuk kemudian laksana rajawali melesat sang pendekar dengan kedua kaki terkembang melancarkan
tendangan yang memancarkan
cahaya hitam redup mengarah tubuh Lakarontang! Sang
pendekar kembali mengeluarkan ilmu yang dititipkan
kepadanya oleh salah satu dari keempat orang berjubah dan berkerudung hitam.
sesunguhnya ilmu tendangan ini
bukanlah ilmu yang asing bagi sang pendekar karena konon saat masih di negeri
latanahsilam dulu, ilmu tendangan yang dikenal dengan sebutan Tendangan Racun
Tujuh ini pernah hampir merenggut nyawanya. (baca episode: Hantu Santet Laknat)
sementara itu diluar pusaran angin, pertempuran yang terjadi antara Raja Mataram
dan rombongan Arwah
Ketua dan yang lainnya melawan sisa-sisa laskar lakarontang telah mencapai
puncaknya manakala laskar terakhir
Lakarontang tumbang dari tunggangannya. Sorak-sorai
terdengar bergemuruh keluar dari mulut para penjaga istana atap langit dan sisasisa anak buah Sangkala Darupadha
yang berhasil terbebas dari Cengkraman kendali Lakarontang dan anak buahnya.
Terlihat Datuk Rao Basaluang Pitu
berjalan bersama dengan rombongan resi kali jagat ampusena menuju tempat dimana
Raja Mataram Rakai Kayuwangi
Sabda Pandita Ratu
38 BASTIAN TITO Dyah Lokapala Berada. Sang raja yang melihat kedatangan
rombongan orang-orang yang tadi dilihatnya turun dari langit bersama Ksatria
Panggilan dan langsung bergabung
menggempur lakarontang dan laskarnya segera
merangkapkan tangan didepan dada. "saya selaku Raja
Mataram menghaturkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya atas bantuan yang ki sanak dan ni sanak berikan.
tanpa bantuan kalian semua, rasanya sukar untuk dapat
mengalahkan seluruh Laskar mayat hidup ciptaan Makhluk
tengkorak itu..."ucap sang raja. " yang mulia tidak perlu merendahkan diri seperti
itu. Memang sudah kewajiban kita semua selaku manusia untuk membantu sesama dan
menghancurkan semua bentuk kejahatan... " ucap Datuk Rao
Basaluang Pitu sembari membalas penghormatan yang
diberikan oleh Raja Mataram. Sang Datuk kemudian
memperkenalkan dirinya beserta rombongan Arwah Ketua
kepada Raja Mataram. Saat giliran Si segala tahu
memperkenalkan diri sang raja terlihat mengerutkan
keningnya. "kalau saya tidak salah bukankah anda adalah
Lor Pengging Jumena, eyang buyut Kumara
Gandamayana...?" ucap sang raja. Si segala tahu terlihat
terkekeh sebelum mengoyang kaleng rombengnya dengan
keras. "maafkan ketidak sopanan saya yang mulia. Memang
benar saya dulu bernama Lor Pengging Jumena. Namun saya
berharap yang mulia memanggil nama saya yang sekarang
yakni si segala tahu...!" sang raja terlihat menganggukan
Sabda Pandita Ratu
39 BASTIAN TITO kepalanya dengan sedih. " aku benar-benar seorang raja yang tidak berguna. Aku
tidak mampu melindungi semua orang
kepercayaanku hingga akhirnya mereka semua menemui
kematian..." desah sang raja sembari menatap tubuh kaku
kumara gandamayana yang terbujur kaku di salah satu pilar penyangga keraton.
"yang mulia, jodoh, nasib, ajal dan rejeki merupakan rahasia sang hyang
jagatnatha..." mereka yang
mati dalam membela kebenaran niscaya mendapat tempat
yang terindah di swargaloka... jadi janganlah yang mulia
menyesali nasib dan mempersalahkan diri sendiri..." ucap si segala tahu sembari
kembali membunyikan kaleng
rombengnya. Raja Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
nampak tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh si
segala tahu. Saat sang rajahendak membalas ucapan si
segala tahu, tiba-tiba saja kembali terdengar suara dentuman dari balik dinding
angin. Maka nampaklah secara samar dari luar pusaran angin Wiro yang tadinya
menyerang lakarontang dengan serangan tendangan racun tujuh terlihat terjengkang
Wiro Sableng 190 Sabda Pandita Ratu di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akibat hempasan pukulan yang dilancarkan oleh lakarontang guna memapak tendangan
beracun yang dilancarkan sang
pendekar. "celaka...! Bagaimana ini datuk" Kita harus
bergegas menolong Wiro secepatnya! Wiro tampaknya sudah
kepayahan...!" ucap Jaka Pesolek dengan cemas manakala
dilihatnya sang pendekar kembali terlihat bangkit dan kini tampak sedang mengadu
tenaga dalam melawan lakarontang
sijenazah simpanan. Datuk Rao Basaluang Pitu terlihat
Sabda Pandita Ratu
40 BASTIAN TITO mengngagukan kepalanya. Jemari tangannya terlihat
bergerak kian kemari seakan menghitung sesuatu. "baiklah, waktunya memang
tinggal sebentar lagi... aku akan mencoba
untuk melenyapkan dinding angin ini, namun aku
membutuhkan bantuan kalian semua..." ucap Sang Datuk
masih terlihat menghitung dengan jemarinya. "pada saat aku berhasil melenyapkan
dinding angin ini, dengan mengikuti seruanku, kalian semua harus segera
mengeluarkan ilmu
pukulan kalian dan menghantam secara bersamaan kearah
makhluk tengkorak didalam sana... apa kalian mengerti?"
sambung Sang Datuk. "kami semua mengerti datuk, kami
akan menghantam lakarontang dengan ilmu terbaik kami
bertepatan dengan aba-aba dari datuk..." ucap Raja Mataram.
Datuk Rao Basaluang Pitu kemudian terlihat berjalan
mendekat kearah dinding angin. Begitu sampai dihadapan
dinding angin nampak Datuk Rao Basaluang Pitu
mengeluarkan sebuah saluangnya dan menusuk saluang
tersebut kedalam dinding angin! Satu suara rendah terdengar keluar dari saluang
Sang Datuk. Tidak sampai disini tiba-tiba saja dari tubuh Sang Datuk keluar enam
sosok lainnya yang sama dan menyerupai Sang Datuk sembari memegang enam
buah saluang yang berbeda warna. Keenam kembaran datuk
rao ini kemudian terlihat melakukan hal seperti yang
dilakukan oleh datuk rao basalaung pitu yang pertama yaitu menusuk saluang
ditangan masing-masing kedalam dinding
angin! Beberapa saat kemudian terdengarlah suara melodi
Sabda Pandita Ratu
41 BASTIAN TITO yang keluar dari ketujuh saluang! Dan benar-benar ajaib!
Keseluruhan dinding angin laksana tersedot kedalam saluang dan keluar lagi dari
dalam saluang dalam bentuk sebuah
tembang atau gending yang merdu namun aneh! sementara
itu berbarengan dengan musnahnya dinding angin, Sang
Datuk terdengar berseru dengan keras. "Sekarang...!"
berbarengan dengan seruan Sang Datuk, semua orang yang
berada di tempat itu termasuk sisa-sisa anak buah Sangkala Darupadha dan para
penjaga Istana Atap Langit secara
berbarengan melepaskan pukulan sakti yang mereka miliki
kearah Lakarontang! Raja Mataram nampak mengeluarkan
pukulan andalannya yaitu Dewa Kembar Menggusur Gunung,
sementara Kunti Ambiri mengeluarkan pukulan Kobra karang Penghancur tulang.
Dengan kata lain Semua orang yang
berada di tempat itu secara bersamaan serentak
mengeluarkan ilmu andalan masing-masing yang sulit untuk disebut satu persatu
termasuk rombongan Datuk Rao
Basaluang Pitu. Maka dapat dibayangkan bagaimana
dahsyatnya serangan yang dilancarkan oleh ratusan orang berkepandaian tinggi
ini. Langit mataram yang masih
diselimuti kegelapan terlihat terang benderang laksana
muncul mentari kedua kala ratusan jalur pukulan sakti
menghantam tubuh tengkorak lakarontang! Lakarontang
berteriak setinggi langit! Segenap tulang dan organ dalam tubuhnya yang
kelihatan terlihat bergetar keras! Bara api yang menyelimuti tubuhnya sontak
menciut padam. Namun
Sabda Pandita Ratu
42 BASTIAN TITO makhluk tengkorak ini memang benar-benar luar biasa,
Ratusan pukulan sakti yang dilepaskan kearahnya sama
sekali tidak membuatnya terluka. Hanya membuat api
ditubuhnya padam. "ah, dengan cara apa kita bisa
menghabisi riwayat makhluk satu ini... semua pukulan sakti nampaknya tidak dapat
menjamah tubuhnya..." keluh Raja
Mataram. "bersabarlah yang mulia, kebenaran pasti akan
selalu berada diatas kejahatan... lihatlah keatas! Tandatanda kekuasaan Sang Hyang Jagatnatha telah menunjukkan
kebesarannya!" ucap Sang Datuk seraya menunjuk
keangkasa. * * * Sabda Pandita Ratu
43 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Sabda Pandita Ratu 5 S emua orang yang mendengar ucapan Datuk Rao
Basaluang Pitu sontak memalingkan wajah menatap
keatas, dilangit angkasa nampaklah ketujuh rasi bintang
Bukit Siluman 2 Dewa Linglung 23 Buronan Dari Mataram Pendekar Pengejar Nyawa 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama