Ceritasilat Novel Online

Si Pengumpul Mayat 1

Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat Bagian 1


BASTIAN TITO Episode 187 e-book by: m i ke
e-mail: Deepblue_hazeman@yahoo.com
Si Pengumpul Bangkai
2 BASTIAN TITO "Mahesa Edan angkat Papan Nisan Kayu Hitam didepan
dada lalu memutarnya sedemikian rupa hingga Papan Nisan yang menjadi senjata
andalannya tersebut berputar bagaikan gasing dan mengeluarkan suara menderu
menggidikkan! Tidak hanya sampai disitu kehebatan senjata andalan Pendekar dari
Liang Kubur tersebut, dari goresan nama-nama yang terukir diatas papan nisan
tiba-tiba memancar satu cahaya merah bergulung membuntal yang langsung
menghantam pukulan sakti yang dikeluarkan oleh Pangeran Banowo! Satu suara
menggelegar terdengar memekakkan telinga di seputaran
Kaliprogo! Air yang mengalir di Kaliprogo serentak menggelegak dan pecah ke
udara! Pucuk pohon Angsana yang banyak
tumbuh di pinggiran kali tersebut banyak yang meranggas menghitam dan jatuh
luruh ke tanah! Setan ngompol sendiri terlihat menjeplok di tanah, wajahnya
putih bagaikan kapas, kencingnya mancur awur-awuran!. Di seberang sana hal yang
sama juga terjadi pada Pangeran Banowo! Sementara itu Sang Pendekar Murid Eyang
Kunti Kendil ini terlihat berdiri santai bersilang kaki sembari sikunya bertumpu
pada pinggiran Papan Nisan senjatanya yang di tegakkan diatas tanah "Masih ada
lagi gan...?" ucapnya santai sembari menghembuskan asap rokok
kawung yang sedari tadi masih terselip di sudut bibirnya!"
Si Pengumpul Bangkai
3 BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 187 SI PENGUMPUL BANGKAI
Wiro Sableng telah terdaftar di Departemen Kehakiman dan merupakan Milik serta
Hak cipta dari Bastian Tito seorang, Tokoh Panutan dan
Inspirator Penulis, Lanjutan Wiro Sableng ini dibuat tanpa maksud apapun sekedar
Wujud Kecintaan Penulis terhadap tokoh yang telah
menemani Penulis dalam suka dan duka. Oleh karenanya penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada pihak yang merasa
berkeberatan dilanjutkannya kisah Wiro Sableng ini.
SALAM 212!!! Si Pengumpul Bangkai
4 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 1 Delapan ratus tahun sebelum Peristiwa Malam Jahanam di
Mataram, di Satu Bukit di tengah Hutan Lasesatbuntu.
Hujan Turun begitu deras ditingkahi deru angin yang bertiup kencang. Sesekali
terlihat kilasan petir menggelegar sabung menyambung menyambar pucuk-pucuk
pepohonan. Udara
malam yang gelap pekat sesaat tampak terang oleh cahaya petir yang bergeredepan.
Di tengah guyuran hujan deras dan angin
yang menderu kencang diatas bukit kecil tersebut tampak
seorang lelaki sedang bersemadi. Hujan deras dan angin
kencang yang menerpa kulit tubuh dan wajahnya tidak
dirasakannya sama sekali, Sang lelaki tampak hening
tenggelam dalam semadinya. Rambut, kumis dan cambang
yang tumbuh serabutan tak terpelihara menunjukkan dirinya
sudah lama bersemedi di tempat tersebut. Tak ada sesuatu
yang luar biasa dari diri lelaki tersebut terkecuali caranya bersemadi, Tubuhnya
yang tidak ditutupi sehelai benangpun
bersemadi dalam posisi sungsang! Kedua kakinya bersila
Si Pengumpul Bangkai
5 BASTIAN TITO menghadap keatas sementara kedua tangannya bersidekap
diatas kepala. Lelaki tersebut bersemadi dengan hanya
bertumpu pada lehernya!. Untuk menjaga keseimbangan
tubuhnya yang tertekuk sedemikian rupa dada dan perutnya
yang hanya berupa kulit pembungkus tulang disandarkan pada
satu-satunya batang pohon beringin yang tumbuh di puncak
bukit tersebut. Kembali kilat menyambar di langit hutan
Lasesatbuntu, saat cahaya yang hanya sekejapan mata itu
menerangi seantero bukit, satu pemandangan yang
menggidikkan di depan mata terhampar! Bukit kecil yang ada
di tengah hutan Lasesatbuntu tempat dimana sang pria aneh
tengah bersemadi ternyata bukan terdiri dari tanah atau pasir batu semacamnya,
gundukan bukit kecil dengan pohon
beringin tunggal di puncaknya tersebut ternyata merupakan
satu bukit kecil yang terbuat dari satu timbunan besar bangkai atau mayat
manusia! Satu keanehan lagi yang terjadi adalah
seluruh bangkai yang jika ditaksir berjumlah ribuan tersebut tak satupun yang
mengalami proses pembusukan. Tak ada bau
busuk maupun anyir darah yang keluar dari tubuh mayatmayat tersebut! Sebagai gantinya dari tubuh-tubuh malang tak terkubur tersebut
keluar hawa berwarna lembayung yang
bergerak meliuk-liuk bagaikan asap, Asap lembayung dari
Si Pengumpul Bangkai
6 BASTIAN TITO ribuan mayat tersebut bergerak dan berkumpul menjadi satu
lalu masuk kedalam lubang hidung, mulut, telinga dan seluruh pori-pori tubuh
sang pria yang sedang bersemadi! Sementara tak jauh dari kawasan bukit bangkai,
diantara pepohonan
raksasa yang tumbuh memenuhi kawasan hutan
Lasesatbuntu, terlihat berkelebat satu bayangan dari satu
makhluk tinggi besar berbulu. Makhluk ini memiliki kedua
tangan yang lebih panjang dari kedua kakinya, kedua kaki dan tangan yang
memiliki jari-jari panjang terlihat lincah
menyambar dahan dan tangkai pepohonan. Makhluk besar
berbulu tersebut terlihat mendukung seorang pria pada
punggungnya. Walaupun memiliki tubuh besar dan
mendukung seseorang di punggungnya, namun hal tersebut
tidak menyulitkan dan mengurangi kecepatannya dalam
bergerak berpindah dari satu dahan pohon ke dahan pohon
lainnya. Sementara itu pria yang berada dalam dukungan
makhluk berbulu tampak menyeka wajahnya yang basah oleh
air hujan beberapa kali, kecemasan tampak jelas tergambar
diwajahnya. "Laeberuk, tolong berhenti sebentar.." ucap sang pria sembari
mengelus tengkuk makhluk besar tunggangannya.
Makhluk ini mengeluarkan suara gerangan pendek lalu
menyambar satu dahan yang cukup kuat dari sebuah pohon
Si Pengumpul Bangkai
7 BASTIAN TITO randu raksasa kemudian berdiri dengan kedua kakinya di
dahan tersebut. Sementara itu pria yang berada dalam
dukungan monyet raksasa yang dipanggil dengan sebutan
Laeberuk perlahan turun dari punggung piaraannya dan
memandang keseluruh pelosok hutan Lasesatbuntu yang hitam
kelam. Pria satu ini memiliki wajah yang lumayan gagah, kumis serta cambangnya
terpelihara dengan rapi. pakaian yang
dikenakan adalah sejenis rompi dari kulit binatang dan celana terbuat dari kulit
kayu, pada pinggangnya terikat satu kantung terbuat dari kulit pohon Damar. "ada
yang aneh dengan tempat ini, aku merasa sudah dua kali kita melewati Pohon Randu
raksasa ini. tampaknya sedari tadi kita hanya berputar-putar disekitar tempat
ini sahabatku Laeberuk... hutan ini benar-benar seperti namanya, Hutan
Lasesatbuntu... ada jalan
masuk belum tentu ada jalan keluar..."gumam si penunggang
beruk raksasa. "tiada jalan lain selain kembali meminta
bantuan Datuk tanpa bentuk tanpa wujud" batin sang pria.
Perlahan sang pria terlihat mengusap wajahnya beberapa kali lalu berucap
perlahan. "Datuk Tanpa Bentuk Tanpa Wujud...
ku tahu kau masih bersertaku, aku membutuhkan
pertolonganmu!" ucap sang pria, yang suaranya walaupun
terdengar pelan namun hebatnya terdengar seolah berasal dari Si Pengumpul
Bangkai 8 BASTIAN TITO empat penjuru mata angin! (mengenai Datuk Tanpa Bentuk
Tanpa Wujud, silahkan baca serial Wiro Sableng di Latanah
Silam dalam Episode: Hantu Selaksa Angin) baru saja sang pria berucap, satu
suara seperti dengungan halus terdengar
mengiang di telinganya. "Aku tahu kesusahan mu Lanawi, ada
dua ilmu sesat yang digunakan untuk menghalangi jalan mu
menuju ke tengah hutan, yaitu Ilmu Tabir Langit Turun Ke
Bumi Dan Ilmu Di Bumi Ada Enam Kesesatan, Di Langit Ada
Tujuh Kesesatan, Dalam Air Ada Delapan Kesesatan. Untuk
memecah ilmu Tabir Langit Turun ke Bumi, sentuhkanlah
kedua ibu jarimu ke langit-langit mulutmu setelah itu
sentuhkan pula kedua ibu jarimu itu kebawah lidah lalu
usapkan kedua ibu jarimu itu ke kedua matamu dan mata
tungganganmu.." Pria yang dipanggil dengan sebutan Lanawi
cepat bersujud diatas pohon randu lalu cepat lakukan apa yang diperintahkan oleh
suara tanpa wujud. Begitu kedua ibu
jarinya disapukan ke kedua matanya, pandangannya yang
semula seakan terbatas kini terasa lebih lapang. Dia kini bisa melihat hawa
lembayung bergerak berpusar tidak jauh dari
tempatnya berpijak, baru saja Lanawi menaiki punggung
tungangannya dan bersiap untuk beranjak pergi suara
mendenging itu kembali terdengar di telinganya "belum semua Si Pengumpul Bangkai
9 BASTIAN TITO ilmu terpatahkan Muridku Lanawi, masih ada Ilmu Di Bumi
Ada Enam Kesesatan, Di Langit Ada Tujuh Kesesatan, Dalam
Air Ada Delapan Kesesatan Yang harus kau pecahkan.
Walaupun kini pandanganmu sudah lebih jelas dan dari
kejauhan kau sudah bisa melihat tempat tujuanmu, namun
ilmu jahanam yang dikeluarkan oleh murid murtad tersebut
dengan bantuan Jimat Hati Iblis yang sudah ditelannya tidak bisa dipandang
sebelah mata..." ucap suara tanpa wujud. "jadi apa yang harus saya lakukan Datuk?"
tanya Lanawi, suara
sang Datuk pun kembali berdenging di telinganya. "apakah kau masih membekal
bumbung bambu kecil yang dititipkan oleh
Hantu Labatu Rengkah Kepala Negeri Latanahsesat?" tanya
sang datuk, Lanawi segera memeriksa kantung kulit damar
yang tergantung dipinggangnya, nafasnya berhembus lega saat mengeluarkan satu
bumbung bambu kecil seukuran jari
telunjuk. "bumbung bambu amanat masih ada pada saya
Datuk, apa yang harus saya lakukan kemudian" " tanya
Lanawi kemudian. "bukalah sumbat penutup bumbung bambu
kecil tersebut dan kau akan tahu apa yang harus kau lakukan selanjutnya..."ucap
datuk tanpa bentuk tanpa wujud. Lanawi
perlahan membuka ijuk penutup bumbung bambu kecil di
tangannya, untuk beberapa saat tidak terjadi apa-apa. Kembali Si Pengumpul
Bangkai 10 BASTIAN TITO Lanawi yang dikenal orang sebagai Kepala Negeri Latanahtinggi itu hendak
bertanya kepada sang datuk, tiba-tiba dari dalam bumbung bambu kecil melesat
satu titik cahaya fosfor
berpendar! Titik cahaya ini terlihat terbang berputaran menuju tempat dimana
hawa lembayung terlihat dari kejauhan. Lanawi cepat melompat ke punggung Beruk
raksasa tunggangannya
lalu berujar sembari mengelus tengkuk kera besar piaraannya.
"cepat ikuti kunang-kunang itu sahabatku Laeberuk..!"
Laeberuk tunggangan Lanawi Kepala Negeri Latanahtinggi itu
mengeluarkan suara gerengan pendek lalu dengan cepat
melesat dari satu pohon ke pohon yang lain mengikuti arah
terbangnya kunang-kunang yang dilepas oleh majikannya
tersebut. * * * Si Pengumpul Bangkai
11 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 2 Hujan yang tercurah dari langit turun semakin deras,
sementara hawa lembayung yang melingkupi bukit
bangkai perlahan mulai menipis karena terserap ke dalam
tubuh manusia aneh yang sedang bersemadi di bawah pohon
beringin. Dalam derasnya hujan di tengah malam tersebut Dari empat penjuru hutan
Lasesatbuntu terlihat empat makhluk
yang bergerak dengan cepat menuju ke tengah hutan dimana
bukit bangkai berada. Dibagian utara seorang kakek berwajah tirus mengenakan
jubah jerami menunggangi seekor capung
raksasa terlihat terbang melesat diantara pepohonan yang
tumbuh rapat. Sementara dibagian selatan seorang pria gagah bertopi tinggi
meleset diatas seekor macan kumbang bertaring panjang. Dipinggangnya tersampir
sebuah parang batu kelabu
yang memancarkan hawa angker! Dibagian barat hutan
lasesatbuntu tampak seekor bangau putih terbang berputaran
dan diatasnya tampak duduk seorang gadis cantik berpakaian
kuning. Lalu dibagian hutan sebelah timur diantara kegelapan Si Pengumpul
Bangkai 12 BASTIAN TITO malam terlihat seekor kera raksasa yang ditunggangi oleh
orang yang bukan lain adalah Lanawi bergerak gesit kian
kemari. Satu kesamaan dari keempat manusia dan
tungangannya yang berbeda ini adalah mereka berempat samasama menuju ke tengah bukit bangkai dengan mengikuti arah
terbang dan cahaya kedipan seekor kunang-kunang! Dalam
waktu tak sampai sepeminuman teh, keempat orang tersebut
akhirnya sampai di kaki bukit bangkai di empat jurusan yang berbeda. sementara
empat ekor kunang-kunang penunjuk jalan
terlihat bergerak berputar-putar lalu hinggap di pucuk pohon beringin di puncak
bukit bangkai. Hujan yang tadinya turun
demikian deras perlahan mulai mereda hingga akhirnya
berhenti sama sekali. Udara malam yang dingin menggidikan
mulai menghampar berbareng dengan kesunyian mencekam
yang mulai turun berbareng dengan munculnya kabut tipis
yang menutupi pedataran bukit bangkai. Sesaat keempat orang yang mengepung bukit


Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bangkai dari empat jurusan terlihat
saling pandang, lalu tiba-tiba satu suara terdengar memecah keheningan malam.
"Lakarontang Manusia terkutuk!! Najis
anjing masih lebih baik dari dirimu! Demi ilmu setan yang kau anut, kau bongkar
seluruh makam leluhur dan puak Negeri
Latanahsilam! Sungguh dosamu tak terampunkan lagi! Hari ini Si Pengumpul Bangkai
13 BASTIAN TITO biarlah kami mewakili Sarekat Negeri Latanahampat mencabut
rohmu disaksikan para dewa dan peri atas langit! " ucap keras lelaki bertopi
tinggi yang menunggangi macan kumbang
bertaring panjang. "Lakawung! Tak usah lagi berpanjang cakap, lihatlah asap
arwah lembayung sudah hampir seluruhnya
terhisap olehnya, jika tidak kita hantam sekarang juga, maka semuanya akan jadi
kasip!" seru kakek penunggang capung
sembari menyilangkan kedua tangannya didepan dada,
sepasang tangan tersebut terlihat tampak berubah seperti batu berwarna hitam!
Jalur berbentuk rengkahan-rengkahan
mengeluarkan cahaya merah terbentuk dikedua tangan batu
tersebut pertanda satu pukulan sakti dahsyat tengah
dipersiapkan oleh sang kakek! Sementara itu dibagian timur, Lanawi yang berdiri
tegak disamping tunggangannya terlihat
termenung memandang puncak bukit bangkai, hatinya yang
kalut terpancar dari tatapan kosong kedua bola matanya. Tiba-tiba suara
berdenging terdengar kembali di kedua telinganya.
"mantapkan hatimu Lanawi! Yang kau hadapi sekarang bukan
lagi kerabatmu Lakarontang yang dahulu, bukan lagi saudara
seperguruanmu! Yang kau hadapi sekarang adalah biang iblis
yang akan membuat kekacauan diseluruh Sarekat Negeri
termasuk Negeri Latanahtinggi! Cepat siapkan pukulan Salju
Si Pengumpul Bangkai
14 BASTIAN TITO Putih Latinggimeru, aku akan membantu kalian melalui gadis
penunggang bangau di depan sana!" bisik suara yang tidak lain adalah suara Datuk
tanpa bentuk tanpa wujud guru sekaligus
pelindung Lanawi kepala Negri Latanahtinggi. Lanawi
mengusap mukanya beberapa kali, setelah menarik nafas berat akhirnya Murid datuk
tanpa bentuk tanpa wujud ini mulai
membaca rapalan Pukulan Salju Putih Latinggimeru dan
menyalurkan hawa sakti ke kedua tangannya. Di pedataran
kaki bukit bangkai sebelah barat seorang gadis cantik
berpakaian kuning dengan rambut terurai terlihat tegak
menatap kearah lelaki yang sedang bersemadi tanpa
mengenakan sehelai benangpun di bawah pohon beringin.
Matanya yang bagus terlihat membara diantara linangan air
matanya, sesekali sang gadis terlihat mengelus perutnya. Saat itulah perlahan
didengarnya dengingan halus di telinganya.
"gadis cantik, gadis baik kepala Negeri Latanahlaut. Demi
segala peri dan dewa atas langit, demi segala roh yang
tergantung dilangit dan bumi, dan demi jabang bayi dalam
perutmu janganlah lagi kau berbimbang hati.." sang gadis
menarik nafas berat lalu mengusap pupus air mata disudut
matanya. "aku tidak bimbang Datuk, aku.. aku hanya.." ucap
sang gadis tergagap tak mampu meneruskan ucapannya
Si Pengumpul Bangkai
15 BASTIAN TITO kepalanya tertunduk memandangi perutnya yang terlihat
membesar. Kembali terdengar suara dengingan halus di telinga sang gadis. "aku
tahu perasaanmu wahai Luhpingkan
Matindas, tapi jangan kau lupa bahwa ayah jabang bayi dalam rahimmu adalah orang
yang membunuh dan membawa lari
delapan ratus Jenazah Puak Leluhur dan penduduk Negeri
Latanahlaut termasuk ayah, ibu dan semua saudarasaudaramu!" ucap suara yang bukan lain berasal dari suara
Datuk tanpa bentuk tanpa wujud. "saya tahu datuk, saya
mengerti. Saya tidak akan lupa apa yang telah diperbuat lelaki bejat itu atas
diri saya dan keluarga saya. Saya akan menebus kesalahan saya dengan lelehan
darah lelaki laknat itu!" ucap sang gadis berapi-api namun tetap saja terlihat
lelehan airmata turun di belahan pipinya yang ranum. "anak gadis, tanpa
memandang rendah kemampuanmu jika kau perbolehkan
izinkanlah aku memakai ragamu untuk menghadapi manusia
terkutuk diatas sana..."ucap suara datuk tanpa wujud di
telinga gadis yang dipanggil dengan nama Luhpingkan
Matindas tersebut. "saya mengerti Datuk... dengan kemampuan
yang saya miliki memang mustahil bagi saya untuk
menghadapi Lakarontang. Saya sangat tahu diri Datuk...
namun bagaimanapun juga dendam keluarga Di Latanahlaut
Si Pengumpul Bangkai
16 BASTIAN TITO harus bisa terbalaskan! Baiklah saya ikut kehendak Datuk
saja..." ucap sang gadis lirih "gadis baik, gadis cantik.. aku berterimakasih
sebelumnya atas kesediaanmu, sekarang
pejamkanlah kedua matamu dan biarkan aku untuk sementara
meminjam ragamu" Sang gadis mengatupkan kedua matanya
rapat, perlahan dirasakannya satu udara hangat menyelubungi dan memasuki dirinya
dibagian tengkuk, ubun-ubun dan
keningnya lalu kemudian sang gadis mendapati tubuhnya
sangat ringan bagaikan sehelai kapas! Saat sang gadis
membuka mata, satu keanehan terlihat jelas dibalik kedua bola matanya!
* * * Si Pengumpul Bangkai
17 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 3 Setelah beberapa saat memejamkan mata, akhirnya
Luhpingkan Matindas gadis cantik kepala Negeri
Latanahlaut terlihat membuka kedua matanya. Sepasang bola
mata bagus yang sebelumnya menghiasi kedua pelupuknya,
kini hanya terlihat putihnya saja! lalu satu suara kemudian terdengar bergaung
berkumandang dari bibir sang gadis!
"Wahai kalian Para Kepala Negeri Sarekat Latanahampat!
Waktu kita tinggal sedikit! Sebelum Ilmu Jimat Hati Iblis
rampung diserapnya mari kita hantam bersamaan makhluk
terkutuk di hadapan kita! Lanawi! Lakawung! Dan kau Hantu
Labatu Rengkah Latanahsesat! Lakukan apa yang sudah kita
atur bersama!" sehabis mengeluarkan ucapan Luhpingkan
Matindas yang tubuhnya disusupi oleh Datuk Tanpa Bentuk
Tanpa Wujud tiba-tiba dengan kecepatan luar biasa melesat
keatas menembus langit gelap! Sementara dari tiga jurusan
yang berbeda Lakawung, Lanawi dan kakek yang dipanggil
dengan sebutan Hantu Labatu Rengkah Latanahsesat oleh
Si Pengumpul Bangkai
18 BASTIAN TITO Datuk tanpa bentuk tanpa wujud mulai melepaskan pukulan
sakti secara bersamaan dari tiga penjuru! Dari sepasang tangan Hantu Labatu
Rengkah Kepala Negeri Latanahsesat melesat
satu pukulan berwarna merah diselingi ratusan batu kecil
membara yang bergulung membuntal! Di satu tempat pukulan
sakti ini tiba-tiba pecah menjadi delapan belas jalur pukulan yang bergolak
hendak menghantam tubuh Manusia bernama
Lakarontang di delapan belas bagian! Ini adalah salah satu
ilmu andalan Hantu Labatu Rengkah dari Latanahsesat yang
diberi nama Delapan Belas Jalur Batu sakti Perangket Arwah!
Sementara itu dibagian selatan Lakawung atau yang juga lebih dikenal sebagai
Kepala Negeri Latanahsilam pada masa itu
secara bersamaan melepaskan satu pukulan sakti bernama
Maut Meminta Raga! Kedua tangannya yang terkepal berwarna
hitam mengeluarkan segulungan asap sebesar Pohon kelapa
yang didalamnya terlihat kilatan cahaya listrik bergeredepan!
Seakan tidak mau kalah dari Hantu Labatu Rengkah dan
Lakawung, dibagian barat Lanawi juga telah mengeluarkan
salah satu ilmu andalan yang diajarkan oleh Datuk Tanpa
Bentuk Tanpa Wujud kepadanya. Suasana mencekam yang
menyelimuti pelosok bukit bangkai semakin bertambah
mencekam kala Pukulan Salju Putih Latinggimeru dilepaskan!
Si Pengumpul Bangkai
19 BASTIAN TITO Bau setanggi terbakar santer tercium diantara satu jalur sinar putih terang
bergeredepan yang memancar dari kedua tangan
Lanawi! Berbarengan dengan menderunya tiga pukulan sakti
yang datang melabrak, mendadak dari atas langit Latanahsesat terlihat satu sosok
tubuh yang meluncur turun sangat cepat
dengan tangan terkembang! Sekujur tubuh sosok yang bukan
lain adalah sosok dari Luhpingkan Matindas yang tadi melesat ke angkasa terlihat
dibaluri cahaya biru berekor yang sangat menyilaukan! Sehingga jika dilihat dari
kejauhan sosok Luhpingkan Matindas gadis kepala Negeri Latanahlaut ini
bagaikan Bintang berekor yang melesat dari angkasa!
Kesaktian hebat yang ditunjukan oleh Luhpingkan Matindas ini tentu saja tidak
lepas dari peran serta Datuk Tanpa Bentuk
Tanpa Wujud yang saat itu menguasai raganya. Rupanya untuk
menghabisi bekas muridnya yang murtad itu Sang Datuk tidak
segan-segan mengeluarkan satu Ilmu pukulan Langka bernama
Ekor Bintang Menghujam Latinggimeru! Ilmu pukulan satu ini
diyakini merupakan salah satu dari beberapa ilmu yang telah punah dan tidak ada
lagi di Latanahsilam maupun di Negeri
Latanahampat lainnya! Sesaat lagi tiga pukulan sakti dan
serangan maut yang dilancarkan oleh Luhpingkan Matindas
melabrak tubuh Lakarontang tiba-tiba dari timbunan bangkai
Si Pengumpul Bangkai
20 BASTIAN TITO yang menutupi bukit kecil itu melesat belasan bahkan mungkin puluhan Bangkai
manusia memapaki datangnya serangan!
Ketiga orang yang melepaskan pukulan sakti dari tiga jurusan yang berbeda
berteriak kaget kala mengenali Bangkai-bangkai kotor berlumpur yang saat itu
datang memapaki datangnya
serangan adalah jenazah dari orang-orang yang mereka kenali bahkan mereka
kasihi! "Tidak...! Jangan...! " Hantu Labatu
Rengkah berteriak keras dan berusaha menarik mundur
pukulan Delapan Belas Jalur Batu Sakti Perangket Arwah yang di lepaskannya,
namun usahanya itu sangat terlambat
manakala pecahan pukulan sakti sebanyak delapan belas jalur yang tadinya akan
menghantam tubuh dari Lakarontang kini
dengan telak menghantam tubuh Delapan belas mayat hidup
yang diketahui dan dikenalinya sebagai tubuh jenazah Istri dan anak-anaknya!
Raungan Keras keluar dari Mulut Kepala Negeri Latanahsesat tersebut kala melihat
cabikan tubuh jenazah istri dan anak-anaknya membumbung tinggi diatas langit
Hutan Lasesatbuntu bersama dengan serpihan-serpihan pukulan
Delapan Belas Jalur Batu sakti Perangket Arwah! Sementara
itu hal serupa juga terjadi pada Lakawung dan Lanawi, kedua pukulan sakti yang
dilepaskan oleh mereka berdua yaitu
pukulan Maut Meminta Raga dan Salju Putih Latinggimeru
Si Pengumpul Bangkai
21 BASTIAN TITO yang seharusnya dengan telak menghantam tubuh
Lakarontang malah musnah berhamburan seiring dengan
berhamburannya serpihan tubuh para jenazah yang
merupakan jenazah saudara, orang tua dan kerabat Lakawung
dan Lanawi. Pada saat bersamaan diatas Bukit Bangkai satu
kejadian dahsyat juga terjadi, hanya tinggal sepelemparan
tombak ilmu Ekor Bintang Menghujam Latinggimeru merajam
tubuh telanjang Lakarontang, tiba-tiba dari tumpukan mayat
tepat di depan tubuh Lakarontang bersemadi, menyeruak dua
pasang bangkai laki-laki dan perempuan yang saling
mementangkan kedua tangan menyambut pukulan berbentuk
ekor bintang yang menderu dari angkasa! "Datuk! Mereka
kedua orang tuaKu! Tolong hentikan ilmu pukulan ini!!!" jerit Luhpingkan
Matindas histeris. "Tidak bisa anak Gadis!
Ingatlah! Mereka sudah meninggal dan sudah bukan orang
tuamu lagi! Kau harus bisa mantapkan hatimu!" ucap datuk
tanpa bentuk tanpa wujud dalam hati sang gadis. "tidak datuk!
Aku tidak sanggup!!!!" teriak sang gadis keras lalu dengan
sekuat tenaga dicobanya melawan kekuatan Datuk tanpa
bentuk tanpa Wujud yang menguasai raganya dan akibatnya
tubuhnya yang diselimuti cahaya biru berekor tersebut
akhirnya melenceng jauh dan menghantam sebuah batu besar
Si Pengumpul Bangkai
22 BASTIAN TITO di kaki bukit bangkai! Batu besar seukuran Gajah itu pun
hancur lebur dan mengeluarkan suara yang cukup keras. Saat
debu pasir dan krikil yang membumbung perlahan memudar
terlihatlah satu pemandangan yang mengenaskan! Tubuh sang
gadis kepala Negeri Latanahlaut terlihat tergeletak dengan
kepala rengkah! Darah mengalir membasahi tubuhnya yang
lebam hancur akibat bertumbukan dengan batu yang
dihantamnya! Pada saat itu Juga kedua mata Lakarontang
yang sebelumnya terlihat terpejam serta-merta membuka
bersamaan dengan terhisapnya hawa lembayung terakhir ke
dalam jalur pernafasannya! Bersamaan dengan membukanya
mata Lakarontang, tubuhnya yang sebelumnya tertekuk
sedemikian rupa perlahan bergerak! Kedua kakinya yang
bersila menghadap keatas perlahan kembali turun dan
menyentuh tanah sementara kedua tangannya yang bersidekap
perlahan juga diturunkan ketanah. Pada saat kedua kaki dan
tangannya menyentuh tanah itulah secara tiba-tiba tubuh
kurus kering tanpa ditutupi sehelai benangpun itu melenting beberapa tombak
keatas lalu mengapung diudara! Satu
keanehan juga terjadi pada tubuh Lakarontang, perlahan
namun pasti kulit dan dagingnya yang hanya sedikit terlihat meleleh dan
berkelupasan jatuh hingga tak lama kemudian
Si Pengumpul Bangkai
23 BASTIAN TITO Tubuh Lakarontang yang tidak tertutup sehelai benangpun itu kini hanya tersisa
tulang belulang! Perubahan yang terjadi
pada diri Lakarontang benar-benar mengerikan namun yang
paling mengerikan adalah dimana bagian dalam tubuh


Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lakorantang seperti jantung, usus, hati, lidah dan sepasang bola mata terlihat
bergerak-gerak hidup tidak ikut meleleh
terkelupas! Organ dalam tubuh Lakarontang yang terlihat
bergerak-gerak menjijikan itu hanya ditahan oleh tulang
belulang berwarna hitam legam! Sepasang tanduk hitam juga
terlihat tumbuh mencuat di kedua kening Lakarontang!
* * * Si Pengumpul Bangkai
24 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 4 Simpang lima Godeyan merupakan satu persimpangan jalan
yang besar dan cukup ramai. Simpang Jalan ini
merupakan salah satu dari jalan utama yang menghubungi
Kotaraja dengan kawasan di sebelah barat. Mulai dari Waringin dan Gamping sampai
ke Renteng, terus ke Imoyudan dan
Girimulyo, terus lagi ke Borobudur. Di sebelah selatan
simpangan jalan menuju ke Sedayu, Argosari dan berakhir di
Wates. Hari itu termasuk hari pasar, sehingga tidak heran jika banyak pedagang
dan penjual dadakan yang tumpah ruah
memenuhi simpang lima jalan tersebut, dari pedagang kain,
pedagang ternak, hasil bumi seperti jagung beras bahkan
pedagang rokok kawung dan rokok klobot dengan atraksi siluet gadis yang sedang
merokok didalam tenda turut meramaikan
pasar dadakan hari itu. Disatu pojok simpang jalan terlihat beberapa warung
makan yang tampak berjejeran dan selalu
ramai, namun dari semua warung makan tersebut ada satu
warung makan yang terlihat paling ramai dan tampaknya
Si Pengumpul Bangkai
25 BASTIAN TITO merupakan rumah makan idola di tempat tersebut. Makanan
yang disediakan di warung makan tersebut sebenarnya tidak
terlalu istimewa, nasi timbel sambal lauk, lalapan serta jajan pasar lainnya
seperti yang biasa ada di warung nasi
kebanyakan terlihat tertata rapi diatas meja dagangan. Yang menjadi keistimewaan
warung makan ini sebenarnya justru
adalah penjualnya. Mbakyu Pinem atau yang dikenal dengan
sebutan Yu Pinem adalah pemilik sekaligus pengelola rumah
makan ini. Janda beranak satu ini memang terkenal cantik dan genit. Diusianya
yang sudah menginjak tiga puluh satu tahun bentuk tubuhnya masih terlihat sekel
dan montok, janda satu ini juga pandai merawat diri dan pandai menggunakan
kelebihan yang dimilikinya untuk meningkatkan penjualan
warung makan yang dikelolanya. Alhasil, warung makan yang
dimilikinya cukup terkenal dan selalu ramai dikunjungi oleh orang banyak
khususnya oleh para pria yang terkagum-kagum
dan senang mengoda kecantikan janda satu ini. Siang itu
seperti biasa warung makan Yu Pinem penuh disesaki
pengunjung, tampak janda muda ini terlihat sibuk mengurusi
pesanan dari para pembeli makanan yang datang. Namun
walaupun terlihat sibuk sudut matanya tampak masih nyalang
memandang kearah keluar warung, sesekali gerutuan terdengar Si Pengumpul Bangkai
26 BASTIAN TITO dari bibirnya yang diberi merah-merah. Siang itu memang hati sang janda sedang
panas dan jengkel-jengkelnya akibat ulah
dua orang pengunjung yang baru saja diusirnya keluar dari
warung makan miliknya tersebut. Sementara itu tidak jauh dari warung makan Yu
Pinem, tepat disamping penjual rokok
kawung yang juga saat itu sedang ramai-ramainya. berdiri
berjejer dua pasang makhluk konyol yang tidak lain adalah
Setan Ngompol dan Naga Kuning. Tampak keduanya menatap
penuh harap kedalam warung makan milik Yu Pinem,
keduanya tampak sesekali saling sikut. "tuh kan kek, apa
kubilang! Ini gara-gara sampeyan makanya kita jadi diusir!
Sudah tahu badan bau pesing tidak punya uang pula! masih
juga maksa kemari!" sungut Naga Kuning sambil kembali
menyikut rusuk sang kakek. Sementara sang kakek
mendelikkan matanya yang jereng kearah bocah jabrik
disebelahnya. "Bocah semprul! Kamunya juga yang kurang
kerjaan pakai acara nyebut-nyebut nasi timbelnya Yu Pinem
Segala! Tuh lihat! Gimana tadi akunya diusir sama yang punya warung! Kamu juga
bisanya Cuma ngelendot cengar-cengir
segala! Gak bantu gak juga belain!" balas sungut Setan
Ngompol sembari balas menyikut Naga Kuning. "Bagaimana
mau belain sampeyan kek, wong belum minta ngutang juga tuh
Si Pengumpul Bangkai
27 BASTIAN TITO janda sudah pake acara ngacungin centong nasi segala!
Makanya sudah kubilang untuk yang kesekian kali kek! Sering-sering mandi dan
ganti celana kek! Atau kalo bisa sana gih!
Cuci tuh Celemek Ompol di Kaliprogo!! Gara-gara bau pesing
sampeyan kitanya jadi diusir orang!" gerutu Naga Kuning.
"walah! Aku bau pesing kek, bau bangke kek itu kan urusanku, bukan urusan Tuh
janda! Ingat! Biar bagaimanapun juga
Pelanggan adalah Raja! Lagian aku selalu nyuci baju dan
celana ku kok! Ini juga baru kucuci!" ucap sang kakek sambil membeberkan kain
celananya ke muka Naga Kuning. Naga
Kuning yang jengkel karena di beberkan kain celana Setan
Ngompol yang basah kuyup secara kurang ajar tiba-tiba
menarik celana sang kakek sehingga membuat sang kakek
kelabakan! Semua pengunjung pasar simpang lima Godeyan
yang melihat kejadian itu tertawa terpingkal-pingkal mana kala melihat sang
kakek kelabakan membetulkan celananya yang
kedodoran. "Bocah setan Kurang ajar! Jangan lari biar
kucekoki kencing ku dasar anak kampret!!!!" damprat sang
kakek sambil membembeng telinga sang bocah keatas, namun
tiba-tiba sang kakek berteriak kesakitan seraya memegangi
pantatnya dan melepaskan jewerannya pada telinga Naga
kuning "Tobaaat...!!! Aduh biyung! Panas Pantatku..!" jerit
Si Pengumpul Bangkai
28 BASTIAN TITO histeris sang kakek sembari mengebas-ngebaskan pantat
celananya yang terlihat berlubang berasap sebesar ujung jari kelingking! Setelah
mengebas-ngebas dan berjingkrakan kesana kemari dari lubang celana Setan ngompol
meluncur jatuh sepotong puntung Rokok Kawung yang sudah basah oleh air
kencing sang kakek! Sementara itu orang banyak yang sedang
menonton pertunjukan siluet gadis di tenda rokok kawung
serentak berserabutan memaki panjang pendek takut terkena
cipratan air kencing setan ngompol yang bercipratan dari kain celananya yang
basah! "Puntung Rokok sialan!!! Ini siapa yang punya pekerjaan?" maki sang kakek
seraya putar mata
jerengnya ke kiri dan kekanan. Orang-orang disekitar yang
dipandang walaupun banyak yang menggerutu namun melihat
sepasang mata jereng dan tampang sang kakek yang aneh
dengan satu daun telinga terbalik akhirnya hanya bisa diam
dan menggerutu dalam hati. "Baru di sundut rokok saja sudah ribut minta ampun
kayak monyet duduk di wajan!!" ucap satu
suara mengejek, sang kakek cepat putar kepala pandangi asal suara, saat itu juga
dilihatnya didepan tenda penjual rokok kawung seorang pemuda gondrong berpakaian
dan bercelana pangsi putih sedang duduk menjeprok diatas tanah beralaskan sebuah papan hitam.
" Wiro....!!! " seru sang Kakek kegirangan.
Si Pengumpul Bangkai
29 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 5 Sang pemuda gondrong balikan wajah dan pandangi wajah
setan ngompol dengan pandangan heran. "Siapa yang kau
panggil dengan sebutan Wiro kek" Aku yah" nama ku bukan
Wiro kek, dan aku juga tidak kenal sama sampeyan. Maaf ya,
pantat sampeyan tadi tak sundut! Habis sampeyan ribut sih!"
sehabis berkata sang pemuda gondrong yang ternyata bukan
Wiro seperti yang semula disangka oleh Setan Ngompol kembali terlihat asyik
duduk menjeplok didepan tenda. "dilanjut lagi Jeng Narsih acara ngerokoknya!
Tenang aja ntar tak borong
deh sisa kawungnya!" ucap sang pemuda kepada gadis di
dalam tenda sambil cengar-cengir. Sementara itu api pelita di dalam tenda yang
semula padam dimatikan akibat ribut-ribut
diluar tenda kini kembali dinyalakan dan terlihatlah siluet bayangan seorang
gadis montok sedang mengisap dan
menghembuskan asap rokok. Tenda Penjaja Rokok Kawung itu
kembali riuh diramaikan olah para pengunjung yang bersoraksorak gembira menikmati suguhan yang ditunjukkan termasuk
Si Pengumpul Bangkai
30 BASTIAN TITO didalamnya sang pemuda gondrong yang terdengar paling ribut memberikan komentar
dan rayuan gombal! Sementara itu
Setan Ngompol kembali hendak membentak setelah mengetahui
orang yang menyundut pantatnya dengan puntung rokok
ternyata bukan Wiro Sableng Pendekar Dua Satu Dua yang
dikenalnya, namun akhirnya diurungkan kala tangannya di
tarik paksa oleh Naga Kuning. "sudahlah kek, jangan
diperpanjang lagi! tidak usah cari gara-gara di tempat orang.
Orang itu Juga Bukan Wiro, Cuma sama baju dan Sablengnya!
Lihat Prajurit kerajaan banyak yang berdatangan kemari! Lebih baik kita pergi
dari sini." Ucap sang bocah sembari menarik tangan Sang kakek. Sang kakek yang
masih mengkal hatinya
hanya bisa mengikuti sang bocah sembari bersungut-sungut.
Namun baru berjalan beberapa tindak terdengar suara
seseorang memanggil nama mereka berdua. "Setan Ngompol!
Naga kuning! Tunggu dulu...!" Naga kuning dan Setan Ngompol
balikan tubuh masing-masing dan saling menoleh manakala
dari pintu sebuah warung makan diseberang warung makan Yu
Pinem keluar seorang gadis cantik berbaju dan berikat kepala biru mendatangi
mereka berdua. "Nisanak siapa yah" Kami
tidak merasa mengenali Nisanak tapi nisanak malah mengenali kami berdua?" ucap
Naga Kuning polos. Gadis berikat kepala
Si Pengumpul Bangkai
31 BASTIAN TITO biru tersenyum lalu berjongkok dan mengelus rambut jabrik
Naga Kuning. "Siapa yang tidak kenal kalian berdua" Yang satu bocah lucu satunya
lagi kakek gagah" ucap sang gadis sembari tertawa renyah. "Aku!! Aku yang Lucu
dan gagah!! Kalo kakek ini tidak ada lucu dan gagah-gagahnya! Pesing malah!"seru
sang bocah sambil mengeluarkan lidahnya dihadapan Setan
Ngompol yang langsung dibalas jerengan mata oleh sang kakek.
Sementara sang gadis tersenyum melihat kekonyolan dua orang dihadapannya.
"Namaku Dewi, aku membutuhkan bantuan
kalian berdua namun aku tidak bisa membicarakannya disini,
bagaimana kalau nanti sore aku tunggu kalian di hilir sebelah barat Kaliprogo"
Bisakan?" Setan Ngompol pandangi sang gadis sesaat lalu bungkukkan badan dan
mendekatkan mulutnya ke
telinga Naga Kuning sembari berbisik " Psst, aku rasa ini ada apa-apanya...
jangan-jangan ini jebakan..." belum habis sang
kakek berbisik Naga Kuning sudah langsung memotong keras
"apa-apanya gimana kek" ini... " sang kakek langsung bekap
mulut sang bocah sebelum berbicara lebih lanjut. sang kakek hanya senyum-senyum
sebelum berteriak kesakitan karena
telapaknya digigit oleh Naga Kuning! "wadooow.... Anak Setan!"
teriak Setan ngompol seraya mengibas-ngibaskan tangannya
yang perih karena digigit oleh Naga Kuning. Sementara itu
Si Pengumpul Bangkai
32 BASTIAN TITO Gadis yang mengaku bernama Dewi itu hanya tertawa melihat
kelakuan dua orang di hadapannya sebelum akhirnya
mengangsurkan dua bungkusan daun pisang yang langsung
disambar oleh Naga Kuning. "kalian benar-benar lucu... Musim
Penghujan membawa berkah dan Rahmat, melihat keceriaan
kalian berdua aku benar-benar bahagia. kalian jangan khawatir terhadap diriku,
aku sama sekali tidak bermaksud jahat pada kalian berdua. aku juga tahu kalau
kalian sedang kelaparan
dan belum makan siang. ini aku bungkuskan Nasi Timbel buat
kalian, jangan khawatir tidak ada racunnya kok! Dan yang
pasti tidak kalah enak dari Nasi Timbelnya Yu Pinem!" ucap
sang gadis sambil kedipkan mata. Saat Naga Kuning
mengangkat kepalanya untuk mengucapkan terima kasih,
bayangan gadis didepannya sudah tidak ada lagi namun tibatiba ditelinganya terdengar suara gadis tersebut bergaung. "aku menunggu kalian
di hilir sebelah barat Kaliprogo nanti sore, ada yang ingin ku sampaikan pada
kalian, hal ini menyangkut perihal Pendekar Dua Satu Dua..." Naga Kuning saling
pandang dengan Setan Ngompol. "kau dengar apa yang diucapkan gadis
tadi barusan?" Sang kakek yang ditanya menganggukan
kepalanya "gadis itu berilmu tinggi, mampu menghilang secepat angin dan
mengirimkan suara dari jarak jauh. Tampaknya
Si Pengumpul Bangkai
33 BASTIAN TITO kepandaian dan kecepatannya tidak dibawah sahabat kita
Bidadari Angin Timur!" Naga Kuning terlihat berpikir sejenak
"aku jadi kepikiran soal apa yang disampaikannya barusan."
Setan Ngompol pandangi Bocah Jabrik didepannya.
"maksudmu soal Wiro?" sang bocah mengangguk." Heran,
kakak bernama Dewi tadi juga turut menyebut-nyebut perihal
musim penghujan segala... omongannya kayak pawang hujan
ya kek?" lanjut sang bocah "soal itu pasti akan kita ketahui kebenarannya kalau
nanti kita menemuinya. Kalau begini
urusannya mau tidak mau kita harus pergi ke hilir sebelah
barat kaliprogo sebentar sore. Namun Saat ini ada yang lebih penting..." Setan
Ngompol tidak lanjutkan ucapannya, matanya
yang jereng mendelik menatap nasi bungkus di genggaman
sang bocah yang langsung buru-buru disembunyikan
dibelakang punggung oleh sang bocah. "Naga Kuning! Jangan
pelit begitu! Harus adil! aku satu, kamu satu!" sang bocah
pandangi Setan Ngompol lalu tiba-tiba kedua bungkus nasi itu diangsurkan pada
sang kakek. "Punyaku simpan dulu kek, aku


Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih ada urusan" sahut sang bocah seraya berbalik. "kamu
mau kemana?" teriak Setan Ngompol. "Tunggu saja di Kaliprogo kek! Aku mau
ngerjain seseorang!" ucap sang bocah sambil
berlari kencang.
Si Pengumpul Bangkai
34 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 6 Siang itu setelah memakan Nasi Timbel pemberian dari
Gadis bernama Dewi, Setan Ngompol duduk termenung
dipinggiran Kaliprogo. Pikirannya kembali berputar pada saat dirinya dan Naga
Kuning diusir keluar oleh Yu Pinem dari
Warung makan milik janda tersebut. Sang kakek terlihat
mengendus-ngendus kesekujur tubuhnya. "mungkin benar apa
yang dikatakan Naga Kuning..." ucap sang kakek dalam hati.
"tampaknya aku memang harus mencuci baju dan celanaku ini
lagi" batin sang kakek kembali. Sang kakek putar kepalanya ke kiri dan kekanan,
setelah dirasanya aman sang kakek lalu
tanggalkan baju dan celananya lalu sambil berbugil ria sang kakek membawa
buntalan baju dan celananya masuk ke
bagian kali dangkal yang agak kelindungan oleh rimbunan
pohon keladi hutan. Setelah dirasa aman Sang kakek pun
mulai mencuci baju dan celananya yang basah kuyup itu di
sungai. Sembari mencuci baju dan celananya mata sang kakek
tampak berputar ke kiri dan ke kanan. "disekitar sini tidak ada Si Pengumpul
Bangkai 35 BASTIAN TITO batu datar atau sejenisnya yang bisa digunakan untuk
menggilas baju dan celana ini..." ujarnya dalam hati. Tidak
beberapa lama kemudian terdengar suara Naga Kuning
memanggil namanya. "Kek... Kakek Setan Ngompol! Kamu ada
dimana?" Setan Ngompol sibakkan rimbunan daun keladi
hutan dan berbisik memanggil Naga Kuning "Psst...! Naga
Kuning! Aku disini...!" Naga Kuning palingkan muka mencari
asal suara, kala dirinya melihat mata jereng Setan Ngompol
Mendelik dibalik rimbunan daun keladi, Naga Kuning cepat
mendatangi dan jongkok di depan rimbunan pohon keladi yang
tumbuh di tepi kali tersebut. "walah! Lagi ngapain kek"
Bertelur yah?" Setan Ngompol delikkan mata jerengnya lebih
besar "Bertelur jidatmu! Kamu tidak lihat apa kalo aku lagi nyuci! Kamu darimana
saja Ning" Lama amat! hampir saja
kumakan habis nasi timbelmu!" ucap Setan Ngompol sembari
mengucek-ngucek pakaiannya. "yang bener aja kek! Masak
makanan temen diembat juga!"seru Naga Kuning. "enggak! Tuh
Nasi mu kutaruh di bawah batu sana" tunjuk Setan Ngompol.
"tapi kamu belum bilang dulu tadi tuh kamu kemana saja?"
Naga Kuning tertawa "Kek aku tadi barusan habis balaskan
dendammu kek!" Setan Ngompol pandangi wajah sang bocah
"dendam apaan" Kalo bicara yang jelas Ning!" Naga Kuning
Si Pengumpul Bangkai
36 BASTIAN TITO kembali tertawa lalu mengeluarkan sesuatu ke hadapan Setan
Ngompol. "tahu tidak kek ini apaan" Ini barangnya si kakak
gondrong yang tadi nyundut pantatmu kek! Ku ambil waktu dia tadi lengah! Habis
siapa suruh dia nyundut pantatmu!" Setan Ngompol memandang terharu "aku tidak
menyangka Ning!
Kamu masih mau-maunya membalas sakit hati aku... kamu
benar-benar sahabatku! aku benar-benar terharu...!" ucap sang kakek sembari
merambas naik ke tepian kali tanpa menyadari
kalo sedang bugil "Kek! Mau ngapain" Liat tuh terong peot pada berojolan kemanamana!" seru Naga Kuning menjauh. Setan
Ngompol pandangi dirinya lalu terkekeh geli dengan cepat
dipotesnya beberapa lembar daun keladi hutan dan dipakainya untuk menutupi
perabotannya! "ini barang apaan ya..." Kayak
papan nisan..."ucap Setan Ngompol sembari memperhatikan
papan kayu hitam yang tergeletak diatas tanah. "Ringan...
bahkan sangat ringan..." gumam setan ngompol sembari
membolak-balikkan papan kayu hitam di depan hidungnya.
"tuh kan kek! Aku juga tadi menduga kalo ini papan nisan, tapi nama yang tertera
kok banyak amat ya! Coba kau perhatikan
lagi!" Setan Ngomol perhatikan lagi papan nisan kayu hitam itu berulang kali.
Tengkuknya berubah menjadi dingin kala
membaca nama-nama yang tertera diatas papan nisan. "aku
Si Pengumpul Bangkai
37 BASTIAN TITO mengenali sebagian besar nama-nama yang tertera diatas
papan ini! Mereka para gembong golongan sesat di daerah jawa timur!" seru sang
kakek. "kelihatannya papan nisan ini bukan papan biasa yah kek! Coba kau aliri
Tenaga dalam!" seru Naga Kuning. Setan Ngompol perlahan alirkan tenaga dalam ke
kedua tangan yang memegang papan, sejenak kemudian papan
kayu hitam yang dipegangnya terlihat memancarkan cahaya
hitam berpendar! "benar-benar senjata mustika...! Seru sang
Kakek dengan pandangan berbinar. Setelah berucap sang
kakek kembali berjalan merambas rimbunan keladi di pinggir
kali sembari menenteng papan yang tadi diperhatikannya
dengan seksama itu. "hey mau diapakan papan itu kek!" seru
Naga Kuning memperhatikan gerak-gerik sang kakek. "mau
dipake buat papan penggilasan! Dari tadi aku butuh yang
kayak gini nih! Seru sang kakek cuek. Lalu enak saja Papan
Nisan Kayu hitam yang dikenal sebagai salah satu senjata
mustika dunia persilatan itu dipakai untuk menggilas baju dan celana Setan
Ngompol! Naga Kuning yang melihat ulah sang
kakek hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu perlahan
beranjak ke arah batu yang ditunjuk Setan Ngompol. Setelah
beberapa saat Sang bocah terlihat asyik mengunyah Nasi
bungkus, mulutnya berbunyi berdecakan menikmati Nasi
Si Pengumpul Bangkai
38 BASTIAN TITO Timbel yang sedap gurih itu. Tak sampai sepeminuman teh
kemudian terlihat Setan Ngompol menyeruak dari rimbunan
keladi hutan, beberapa lembar daun keladi hutan diikat
diseputar pinggangnya sementara papan kayu hitam dikempit
di ketiaknya. Sang kakek terlihat sibuk menjemuri baju dan
celananya diatas sepucuk ranting kayu yang disampirkan
diantara rimbunan keladi hutan. Setelah selesai dengan
pekerjaannya Setan Ngompol berjalan mendekati Naga Kuning
yang sedang bersandar di balik batu di tepian kali. "sudah
kenyang ning?" tanya Setan Ngompol yang hanya dibalas
anggukan oleh Naga kuning, matanya terlihat berat terkantuk-kantuk. Perlahan
setan Ngompol menjatuhkan diri disamping
Naga Kuning sembari Mengelus-elus Papan Kayu Hitam. "Ning
ayo ceritain gimana caranya kamu ngerjain tuh gondrong! Ayo Ning ceritain,
jangan Cuma tidur melulu!" ucap Setan Ngompol sembari menggoncang-goncangkan
bahu Naga Kuning. Naga
Kuning menguap sebentar lalu membuka sebelah matanya.
"persis sama dengan yang dia buat sama kamu kek! Waktu dia
kegirangan ngegombalin mbak yu penjual rokok dari jauh aku
sundut juga pantatnya!" Setan Ngompol terlonjak kegirangan
"kamu sundut juga pantatnya" Ha.ha.! Rasakan! Terus...
gimana Ning?" ucap Sang Kakek Penasaran. Waktu dia
Si Pengumpul Bangkai
39 BASTIAN TITO kelojotan jejingkrakan kepanasan dengan cepat kuambil papan alas duduknya. lha
itu, yang kamu pegang sekarang kek!" ucap Naga Kuning Malas. "terus habis waktu
dia jejingkrakan
kepanasan lalu waktu kamu ambil papan kayunya apa dia tahu
perbuatanmu ning?" balas Setan Ngompol "ya jelas tidak tahu!"
ucap keren Naga Kuning sembari membusungkan dadanya
bangga. "Siapa bilang aku tidak Tahu...?" satu suara menyahut diatas kepala mereka
membuat Setan Ngompol dan Naga
Kuning Tersentak kaget!
* * * Si Pengumpul Bangkai
40 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 7 Saat memandang keatas batu yang dijadikan sandaran oleh
Setan ngompol dan Naga Kuning, terlihatlah sosok seorang
pemuda gondrong berbaju putih sedang jongkok diatas batu
yang terletak diatas kepala mereka selinting Rokok Kawung
terselip di sudut bibirnya. "oh, jadi anak ini suruhanmu ya kek!
Jadi rupanya mau balas dendam toh sampeyan kek!" lanjut
suara tersebut. Naga Kuning dan Setan ngompol cepat beranjak bangkit dari duduk
masing-masing dan memperhatikan
pemuda di depannya. setelah beberapa saat Naga Kuning
terlihat membuka suara. "Lantas memangnya kenapa" Siapa
suruh kamu nyundut pantat kakek sahabatku ini" Jadi tidak
salah kalo aku sampai mengambil barangmu" ucap ketus Naga
Kuning. " baiklah aku mengaku salah sudah menyundut pantat
kakekmu, tapi kau juga sudah membalas menyundut pantatku
tadi di pasar, jadi seharusnya kita sudah impas!" ucap sang pemuda. "selain itu
mengambil barang orang lain tanpa
sepengetahuan sang pemilik tetap saja namanya mencuri!"
Si Pengumpul Bangkai
41 BASTIAN TITO lanjut sang pemuda sembari memandang pada Setan Ngompol
dan Naga Kuning. Setan Ngompol dan Naga Kuning saling
pandang sesaat lalu akhirnya Setan ngompol mulai membuka
suara. "sudahlah, aku juga mengaku salah. kamu jangan
salahkan bocah ini anak muda. Ini aku kembalikan Papan
kayumu...!"ucap Setan Ngompol sembari melemparkan Papan
Kayu hitam kearah sang pemuda! Lemparan ini bukanlah
lemparan biasa karena dilempar dengan menggunakan tenaga
dalam tinggi. Rupanya sang kakek hendak menguji tingkat
tenaga dalam yang dimiliki pemuda gondrong di hadapannya.
Sementara itu pemuda gondrong berbaju putih tampak cuek
dan seenaknya menangkap papan kayu hitam yang menderu
kearahnya dengan jepitan jari telunjuk dan ibu jari! "tenaga dalamnya sukar ku
ukur tapi nampaknya tenaga dalam yang
dimiliki oleh pemuda ini berada jauh diatas tenagaku dan
tenaga Naga Kuning, Mungkin masih setingkat dengan
Wiro..."batin sang kakek. Sang Pemuda langsung mengamati
sejenak Papan Kayu nisan yasng dipegangnya lalu mengendusendus di permukaan kulit kayu. "Basah... dan ada bau-bau
aneh..." batin sang pemuda sementara itu Naga Kuning
tersenyum-senyum melihat kelakuan Sang pemuda namun
sebaliknya dengan Setan Ngompol, Sang kakek mengucurkan
Si Pengumpul Bangkai
42 BASTIAN TITO keringat dingin sebesar kacang! Bagaimana tidak! Senjata sakti milik sang pemuda
tadi di pakainya untuk menggilas baju dan celananya yang bau pesing! Buseet!
Takut sang pemuda
menanyakan perihal senjatanya, Sang kakek langsung
mengajukan pertanyaan. "anak Muda, kalau aku boleh tahu
siapakah namamu dan dari perguruan mana serta siapa pula
nama gurumu..." Sang pemuda memandang sejenak kearah
Setan ngompol dan langsung menyampirkan Papan Nisan ke
punggungnya. "Syukur... untung dia tidak menanyakan apa
yang sudah kulakukan dengan papan senjatanya" batin Setan
Ngompol sembari menarik nafas lega. "aku tidak memiliki
perguruan kek, namaku Mahesa Edan dari Pegunungan Iyang
aku..." belum sempat meneruskan ucapannya sang kakek
sudah memotong cerita. "oh jadi kau Murid Sahabatku si Kunti Kendil itu!
Bagaimana kabar gurumu?" Mahesa Edan
mengerenyitkan kening sembari memandang Setan Ngompol "
guru baik-baik saja kek. Kau beneran mengenal guruku kek?"
Setan Ngompol delikkan matanya "Aku Setan Ngompol tak
pernah berbohong! Belasan tahun lalu aku dan eyang mu itu
pernah bersama-sama membasmi sarang penyamun Warok Alis
Jingga di kaki gunung Wilis!" ucap sang kakek sembari
berkacak pinggang sombong lupa kalau saat itu hanya berbugil Si Pengumpul
Bangkai 43 BASTIAN TITO cuma tertutup beberapa lembar daun keladi hutan! Mahesa
Edan cepat-cepat haturkan tangan didepan dada "mohon saya
dimaafkan! Rupanya saya sedang berhadapan dengan seorang
tokoh kosen angkatan tua! Harap kelakuan saya tadi
dimaafkan" ucap sang pemuda masih sembari memberi
hormat. Sang kakek hendak lanjutkan ucapan namun terhenti
kala di Sebrang Kaliprogo terdengar suara ribut-ribut. Mahesa Edan, Naga Kuning
dan Setan Ngompol sontak angkat kepala
dan mencoba memandang dari kejauhan kali. Diseberang sana
terlihat seorang pemuda berbaju lurik sedang dikejar-kejar oleh beberapa orang
berkuda. Pemuda tersebut terlihat beberapa
kali tersuruk jatuh namun secepatnya sang pemuda terlihat
kembali bangkit dan melanjutkan larinya. Sementara itu di
belakangnya terlihat tidak kurang empat orang penunggang
kuda yang bertampang seperti prajurit kerajaan. Salah seorang dari mereka yang
terlihat seperti pimpinan dari rombongan
berkuda ini terlihat beberapa kali melepaskan pukulan jarak jauh kearah Sang
Pemuda. "Pangeran Banowo! Tolong hentikan
seranganmu! Aku hanya minta kejelasan darimu soal kematian kakakku!" ujar sang
pemuda masih sembari berlari. "ilmu aneh apa yang sudah di keluarkan oleh Kakek
Aneh teman Pangeran
Keparat itu" Mengapa aku tidak bisa mengeluarkan
Si Pengumpul Bangkai
44 BASTIAN TITO kepandaianku" Apakah dia punya kemampuan mengunci
kepandaian orang lain?" batin sang pemuda masih terus berlari kala satu pukulan
jarak jauh menghempas punggungnya dan
membuat sang pemuda terlempar kedalam kali! "Cepat Tolong
Pemuda itu Kek!" teriak Naga Kuning. Setan Ngompol yang
memang posisinya paling dekat dengan tepian kali serta merta menceburkan


Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuhnya dan berenang mengejar tubuh sang
pemuda yang terbawa arus deras Kaliprogo. Diseberang sana
orang yang dipanggil dengan sebutan Pangeran Banowo tidak
tinggal diam, secepatnya disuruhnya tiga orang prajurit
kerajaan yang dibawanya untuk terjun ke kali, sementara
dirinya kembali mulai melepaskan pukulan-pukulan sakti
Jarak jauh kearah Pemuda yang sedang terseret arus itu.
Perjuangan Setan Ngompol akhirnya membuahkan hasil,
setelah berenang dengan susah payah menggapai tubuh sang
pemuda yang timbul tenggelam dipermainkan arus kali. Sang
kakek akhirnya terlihat berhasil menyambar tubuh sang
pemuda yang terlihat pingsan lalu berenang menuju pinggiran kali, sementara itu
air di sekeliling tubuhnya terlihat
berbuncahan kala pukulan-pukulan jarak jauh yang
dikeluarkan oleh Pangeran Banowo menghantam air Kaliprogo.
Setelah beberapa saat akhirnya Sang kakek berhasil mencapai Si Pengumpul Bangkai
45 BASTIAN TITO tepian Kali. Pada saat itulah dibelakangnya dirasakan satu
sambaran Angin panas mendera tubuhnya! "Awas kek...!"
teriak Naga Kuning mencoba memperingati. Sang bocah
bergerak cepat berusaha mencoba menarik tubuh Setan
Ngompol, namun dirinya terlambat kala satu bayangan Putih
bergerak cepat mendahului. Bayangan putih yang tidak lain
adalah Mahesa Edan angkat Papan Nisan Kayu Hitam didepan
dada lalu memutarnya sedemikian rupa hingga Papan Nisan
yang menjadi senjata andalannya tersebut berputar bagaikan
gasing dan mengeluarkan suara menderu menggidikkan! Tidak
hanya sampai disitu kehebatan senjata andalan Pendekar dari Liang Kubur
tersebut, dari goresan nama-nama yang terukir
diatas papan nisan tiba-tiba memancar satu cahaya merah
bergulung membuntal yang langsung menghantam pukulan
sakti yang dikeluarkan oleh Pangeran Banowo! Satu suara
mengegelegar terdengar memekakkan telinga di seputaran
Kaliprogo! Air yang mengalir di Kaliprogo serentak menggelegak dan pecah ke
udara! Pucuk pohon Angsana yang banyak
tumbuh di pinggiran kali tersebut banyak yang meranggas
menghitam dan jatuh luruh ke tanah! Setan ngompol sendiri
terlihat menjeplok di tanah, wajahnya putih bagaikan kapas, kencingnya mancur
awur-awuran!. Di seberang sana hal yang
Si Pengumpul Bangkai
46 BASTIAN TITO sama juga terjadi pada Pangeran Banowo! Sementara itu Sang
Pendekar Murid Eyang Kunti Kendil ini terlihat berdiri santai bersilang kaki
sembari sikunya bertumpu pada pinggiran
Papan Nisan senjatanya yang di tegakkan diatas tanah "Masih ada lagi gan...?"
ucapnya santai sembari menghembuskan asap
rokok kawung yang sedari tadi masih terselip di sudut
bibirnya! Buseet dah...!
* * * Si Pengumpul Bangkai
47 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 8 Kembali ke hutan Lasesatbuntu seribu enam ratus tahun
dari jaman Naga Kuning dan Setan ngompol, perubahan
yang terjadi pada diri Lakarontang tidak membuat ke tiga
Kepala Negeri tersebut menjadi gentar. Didahului satu seruan keras kakek bermuka
tirus dari Latanahsesat yang dikenal
sebagai Hantu Labatu Rengkah melenting kedepan dengan
kecepatan yang menakjubkan! Kalau sebelumnya hanya kedua
tangannya yang berubah menjadi sepasang tangan batu dengan
jalur-jalur rengkahan batu berwarna merah membara, kini
tampaknya sang kakek telah menggunakan seluruh ilmu
kepandaian yang dimilikinya. Sekujur tubuh sang Kakek
tampak berubah menjadi batu mulai dari ujung kepala hingga
ujung kaki! Tampak jalur-jalur berbentuk rengkahan
memancarkan cahaya merah panas melapisi sekujur tubuhnya.
Kemarahan sang kakek sungguh tidak dapat lagi digambarkan
dengan kata-kata! Dengan mengeluarkan jurus kepandaiannya
yang terakhir bernama Hantu Batu Melepas Nyawa, sang kakek
Si Pengumpul Bangkai
48 BASTIAN TITO telah bertekad untuk sama-sama mengadu jiwa dengan
Lakarontang! Di sudut lain Lakawung kepala negeri
Latanahsilam terlihat bersuit panjang memanggil
tunggangannya macan Kumbang bertaring panjang. Begitu
binatang tunggangannya mendekat sang kepala negeri
langsung melesat ke punggung binatang piaraannya seraya
mencabut parang batu yang terselip di pinggangnya.
"Laekumbang! Hari ini kita mati bersama di tempat ini! Jangan khawatir! Tempat
kita telah disediakan oleh para peri dan dewa atas langit!" ucap Lakawung seraya
mengelus tengkuk binatang piarannya yang dibalas dengan gerengan pendek oleh
binatang tersebut. Lakawung kemudian menepuk pinggul Macan
peliharaannya untuk melesat keatas, sembari melesat mulut
Lakawung terlihat berkomat-kamit seraya mengacungkan
parang batunya keatas! Keajaiban pun terjadi! Sosok lakawung dan Laekumbang
peliharannya terlihat berpendar menyilaukan
lalu berubah menjadi ratusan bahkan mungkin Ribuan Parang
batu yang sama! Ribuan parang batu ini memancarkan cahaya
aneh dan berterbangan melesat menuju tubuh Lakarontang
yang tergantung diudara! Inilah ilmu terakhir yang dikeluarkan oleh Lakawung dan
binatang tunggangannya, Seribu Parang
Batu Pengejar Roh! Ilmu ini merupakan satu ilmu terlarang
Si Pengumpul Bangkai
49 BASTIAN TITO karena sekali ilmu ini digunakan maka tubuh orang maupun
tunggangannya akan berubah menjadi seribu bentuk Parang
Batu yang berterbangan tanpa henti sebelum mengenai
sasarannya! Namun sekali dikeluarkan maka tubuh orang yang
mengeluarkan ilmu ini juga tidak akan bisa kembali kebentuk semula alias musnah
bersamaan dengan musnahnya orang
yang menjadi korban ilmu ini! Sungguh satu ilmu yang
mengerikan! Sementara itu Lanawi, Murid terakhir Datuk
Tanpa Bentuk Tanpa wujud tampak berlutut menutupi
wajahnya dengan kedua belah tangannya, lelehan air mata
terlihat merembes dari sela-sela jemari tangannya. "Lanawi!
Jangan jadi manusia cengeng! Buka matamu dan lihatlah..!"
ucap satu suara di telinga Lanawi. Lanawi perlahan
menurunkan kedua belah tangannya dan saat itu juga matanya
membentur potongan kepala, serta tubuh orang tua dan
saudara-saudaranya yang hancur luluh lantak termakan
keganasan Pukulan Salju Putih Latinggimeru! Air mata kembali merembes dari kedua
sudut mata Lanawi. "kuatkan hatimu
wahai muridku! Bukan dirimu yang membunuh orang tua dan
saudara-saudaramu, tapi Dia! Murid murtad Lakarontang si
Pengumpul Bangkai!" Lanawi susutkan air mata dengan siku
tangannya. "Lanawi muridku, bukan kau saja yang mengalami
Si Pengumpul Bangkai
50 BASTIAN TITO hal seperti ini, lihatlah dua orang kerabatmu Lakawung dan
Hantu Labatu Rengkah, Juga Kerabatmu Luh Pingkan
Matindas yang telah lebih dahulu pergi mendahului kita...
orang-orang yang mereka kasihi dibunuh dan mayatnya diculik sama sepertimu...
disaat-saat terakhir mereka pun harus
berhadapan dengan jenazah orang-orang yang mereka kasihi
sama juga sepertimu! Tapi apa yang mereka lakukan" Mereka
tidak menangis seperti dirimu! Kalau kau memang lelaki,
bangkit dan bergabunglah bersama mereka! Tunjukan bahwa
kau adalah salah satu Kepala Negeri Latanahtinggi yang patut dibanggakan!"
Lanawi serta bangkit berdiri pandangannya
terlihat berapi menatap keatas bukit. "maafkan saya Datuk!
Memang tidak seharusnya perasaan membutakan pikiran saya.
Biarlah Hari ini saya Lanawi bersumpah takkan pulang hiduphidup sebelum membawa kepala Lakarontang!" Lanawi
kemudian memejamkan matanya dan mulutnya terlihat
bergerak-gerak merapal satu bacaan singkat. Beberapa saat
kemudian asap putih terlihat membungkus tubuh lanawi yang
bergetar hebat lalu tiba-tiba ada ratusan serat putih halus terlihat menutupi
sekujur tubuhnya! Serat halus itu semakin lama semakin banyak dan menggumpal
hingga tubuh Lanawi
berubah menjadi satu kepompong Raksasa! Tiba-tiba satu
Si Pengumpul Bangkai
51 BASTIAN TITO suara letusan terdengar dari bagian atas kepompong dibarengi melesatnya tiga
ekor ulat raksasa coklat berbintik putih dari dalam kepompong! Ilmu Hantu
Kepompong! Kembali Tiga Ilmu
Sakti Langka melesat menderu kearah Lakarontang yang masih
tegak mengambang diatas udara, namun tidak seperti tadi,
Lakarontang yang kini berwujud Jerangkong berwarna hitam
tampaknya tidak akan tinggal diam! Dan benar saja, sesaat
sebelum tiga ilmu pukulan ganas yang dikeluarkan oleh tiga
orang berkepandaian tinggi dari tiga tempat yang berbeda ini menghantam tubuhnya
makhluk jerangkong ini menggerakkan
kedua tangan belulangnya keatas dan terjadilah hal yang
menakjubkan! Seluruh bukit bangkai terlihat bergerak-gerak
hidup! Seluruh sosok mayat berjumlah ribuan yang menutupi
bukit kecil itu terlihat bangkit berdiri! Tidak hanya sampai disitu, para mayat
tanpa jiwa tersebut terlihat dengan
kecepatan luar biasa saling memanjat pundak mayat yang lain sehingga dalam waktu
sekejapan saja terbentuklah satu
didnding tinggi berbentuk segitiga yang melindungi dan
menutup tubuh jerangkong lakarontang! Dinding mayat ini
tidak hanya terdiri dari satu lapisan saja namun terdiri dari belasan bahkan
mungkin puluhan lapis dinding mayat!
Sehingga ketebalannyapun jangan ditanya lagi! Sementara itu Si Pengumpul Bangkai
52 BASTIAN TITO tiga orang kepala negeri yang telah dirasuk dendam amarah itu tidak lagi
memikirkan apa-apa selain keinginan untuk
menghabisi orang yang telah membunuh dan menghancurkan
anggota keluarga mereka. Hantu Labatu Rengkah dengan
ilmunya yang berupa wujud hantu batu terus melesat
menembusi barisan dinding mayat, mayat-mayat hidup yang
mencoba merintangi jalannya langsung hangus luluh karena
kekerasan panas tubuh sang hantu batu. Disisi lain Lakawung dan tunggangannya
yang berubah wujud menjadi Ribuan
Parang batu juga berhasil menembusi barisan dinding mayat
dengan mudah, mayat-mayat yang menghalangi langsung
tercabik-cabik musnah oleh keganasan parang batu. Demikian
juga yang terjadi pada sosok tiga ulat raksasa penjelmaan
Lanawi yang dengan buasnya menghancur leburkan barisan
dinding mayat dengan kekerasan tubuh dan taring ulatnya
yang tajam. Dalam waktu tidak terlalu lama akhirnya barisan didnding mayat yang
diciptakan oleh Lakarontang sudah
berhasil dijebol! Lalu dengan kecepatan yang luar biasa ilmu Hantu Batu melepas
nyawa, Seribu Parang Batu pengejar Roh
dan Ilmu Hantu Kepompong yang merupakan perwujudan
pamungkas dari ketiga kepala Negeri tersebut dengan telak
menghantam tubuh Lakarontang! Satu jeritan dahsyat
Si Pengumpul Bangkai
53 BASTIAN TITO terdengar membahana mengerikan memenuhi langit! Namun
anehnya lama kelamaan jeritan panjang itu berubah menjadi
tawa terbahak yang berkepanjangan! "Datuk Tanpa Bentuk
Tanpa wujud! Malang nian Nasib dirimu! Sudah Mati di tangan murid, hancur juga
jazadmu di tangan murid! sungguh
Kasihan sekali!" satu suara yang terdengar membahana seolah berasal dari liang
kubur keluar dari mulut Lakarontang! Apa yang sebenarnya terjadi" Mengapa
Lakarontang yang telah
dihantam oleh tiga Ilmu Sakti yang merupakan ilmu tertingi
kala itu masih bisa berbicara dengan sombongnya! Ternyata
sesaat sebelum ketiga ilmu sakti menghantam tubuh
Lakarontang tiba-tiba dari kumpulan bangkai yang masih
bertebaran di sekitar tempat itu melesat satu sosok jenazah kakek tua renta yang
kembali lagi seperti jenazah yang sudah-sudah melindungi tubuh Lakarontang!
Kakek ini mengenakan
kain selempang dari kulit kayu yang dililitkan di sekujur
tubuhnya. Dan jenazah Kakek ini tidak lain dan tidak bukan
adalah Jenazah Datuk Tanpa Bentuk Tanpa wujud sendiri!
Guru si Pengumpul Bangkai!
* * * Si Pengumpul Bangkai
54 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Si Pengumpul Bangkai 9 Sudah terlalu lama kita meninggalkan Pendekar kita di
tanah Mataram Kuna. Seperti diceritakan dalam rangkaian
cerita Jenazah Simpanan, Wiro yang kala itu baru saja
menyembuhkan penyakit yang diderita oleh Sakuntaladewi
alias Dewi Kaki Tunggal harus menerima kenyataan pahit sang Dewi meninggal
karena bokongan Hantu Bara kaliatus. Hantu
Bara Kaliatus sendiri yang secara tiba-tiba muncul di tempat itu berusaha untuk
membunuh raja Mataram Rakai Kayuwangi
Dyah Lokapala dibantu dengan rekannya yang ternyata adalah
Lakasipo! Saat Wiro Dengan kemarahannya menyerang Hantu
Bara Kaliatus yang telah membunuh Sahabatnya
Sakuntaladewi, saat itulah Lakasipo datang membantu Hantu
Bara Kaliatus dengan mengirimkan tendangan Kaki Batu
Penghantar Roh yang sempat menyerempet pundak Sang
Pendekar! (untuk lebih jelasnya silahkan membaca episode
sebelumnya: JENAZAH SIMPANAN) " Ya Gusti Allah...!
Lakasipo! Aku saudara angkat mu Wiro! apa kau tidak
Si Pengumpul Bangkai
55 BASTIAN TITO

Wiro Sableng 187 Si Pengumpul Mayat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengingatku lagi?" teriak sang pendekar seakan tak percaya
dengan apa yang dilihatnya sekarang. Lelaki bertubuh tinggi besar dengan rambut
panjang dan cambang bauk didepannya
yang dikenalnya sebagai lakasipo Atau Hantu Kaki Batu yang
bahkan sudah saling mengangkat saudara dengan dirinya dan
Setan Ngompol serta Naga Kuning kini bukan saja sedang
berdiri dihadapannya Bahkan hendak membunuhnya! "Demi
Tuhan! Apa yang terjadi dengan dirimu Lakasipo" Dimana
Lusantini dan ayahmu Lasedayu?" kembali Sang pendekar
ajukan pertanyaan, namun alih-alih mendapatkan jawaban kali ini yang didapat
oleh Wiro adalah Lima larik sinar hitam yang keluar dari kuku tangan lakasipo!
Lima Kutuk dari Langit!
Kejut sang pendekar bukan kepalang! Secepatnya sang
pendekar jatuhkan diri berguling sama rata dengan tanah guna menghindari pukulan
Lima Kutuk Dari Langit yang dilancarkan Lakasipo namun baru saja terhindar dari
pukulan Lakasipo
tiba-tiba angin panas disertai hujanan batu-batu berwarna
merah membara kembali menderu mengarah tubuh sang
pendekar! Wiro keluarkan suara menggeram keras, masih
dalam keadaan bergulingan di Tanah Sang Pendekar
mengeluarkan pukulan Tangan Dewa menghantam Batu
karang yang diperoleh dari Datuk Rao Basaluang Ameh di
Si Pengumpul Bangkai
56 BASTIAN TITO Tangan Kanan sementara tangan kirinya mengeluarkan
pukulan Dinding angin Berhembus Tindih Menindih yang
diperolehnya dari Eyang sinto Gendeng! Suara keras terdengar memenuhi udara kala
pukulan Dinding angin Berhembus
Tindih-Menindih bersamaan dengan pukulan Tangan Dewa
menghantam Batu Karang melabrak Pukulan Bara Setan
Penghancur Jagat yang dikeluarkan oleh Hantu Bara Kaliatus!
Terdengar teriakan keras dari Mulut Latandai atau yang lebih dikenal dengan Nama
Hantu Bara Kaliatus ini. Tubuhnya
mencelat kebelakang dalam keadaan sekujur tubuh berasap!
"Wiro Kau tidak apa-apa?" ucap Ratu Randang sembari
membantu Wiro berdiri sementara itu didepan sana tampak
Lakasipo terlihat memapah bangun Hantu Bara Kaliatus.
"Ksatria Panggilan! Kau boleh miliki seribu ilmu kepandaian!
Seribu Kesaktian! Tapi jangan harap kau bisa mengalahkan
junjungan Kami Yang Mulia Jenazah Simpanan! Ingatlah!
Kejahatan di Bumi Mataram mungkin bisa pupus malam ini
bersamaan dengan Bulan Biru Di Mataram namun Bulan Biru
Berikutnya akan kami luluh lantakkan seluruh tanah Jawa!
Bahkan Seluruh Negeri! Ingat itu baik-baik Ksatria Panggilan!"
seru Lakasipo sambil membalikkan Tubuh. "Tunggu
Lakasipo...!" Seru Wiro berusaha menahan Lakasipo, namun
Si Pengumpul Bangkai
57 BASTIAN TITO Laksipo yang sewaktu di Latanahsilam pernah mengangkat
saudara dengan dirinya bersama Naga Kuning dan Setan
Ngompol tidak menghiraukan panggilannya. Dengan masih
memapah Hantu Bara Kaliatus, Laksipo melesat pergi
menembus kegelapan malam. Saat Wiro Berusaha mengejar ke
jurusan dimana Lakasipo dan Hantu Bara Kaliatus menghilang
tiba-tiba dari langit turun satu Tabir Api raksasa menghantam kearah Wiro dan
Ratu Randang! "Semuanya berlindung...!"
teriak Wiro. Sang pendekar semula hendak mempergunakan
ilmu menyusup kedalam tanah Pemberian Kakek Kumara
Gandamaya namun melihat besarnya Tabir Api yang turun
Sang Pendekar Khawatir jika teman-temannya yang lain tidak
dapat meloloskan diri seperti dirinya! Dalam keadaan genting seperti itu tibatiba sang pendekar teringat pada nenek sakti Rauh Kalidathi. Secepatnya Wiro
merangkapkan tangan di
depan dada lalu membaca satu rapalan, begitu kakinya yang
menjejak diatas tanah digeser pelan mendadak dari tubuh sang pendekar keluar
tiga sosok tubuh yang serupa dengan Wiro!
Begitu keluar dari dalam tubuhnya ketiga sosok yang amat
serupa dengan Wiro ini sama-sama pentangkan tangan keatas
lalu bersama dengan sosok Wiro yang Asli Ketiga sosok Wiro ini berteriak keras
lalu hentakan kedua tangan keatas sembari
Si Pengumpul Bangkai
58 BASTIAN TITO mengeluarkan Pukulan Angin Es! Empat jalur hawa udara
dingin membekukan keluar dari sepasang tangan keempat
sosok wiro dan Langsung menghantam Tabir Api! Suasana
dingin yang mencucuk tulang membuat setiap orang termasuk
Dewi Ular, Kakek Kumara Gandamayana dan Sang Raja Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala menggigil dengan gigi
bergemeretakan! Satu ledakan dan cahaya terang menyilaukan
menyinari Langit mataram! Api yang turun dilangit langsung
Padam menguap setelah terhantam Pukulan Angin Es yang
dilepaskan Oleh Keempat Wiro. butiran-butiran kembang air
atau salju berjatuhan turun menghiasi angkasa langit Mataram Sang Pendekar
memandang Salju yang berguguran dengan
pandangan sayu. "Nenek Rauh Kalidathi, aku benar-benar
tertolong dengan ilmu pemberianmu..." perlahan tiga bayangan
wiro hasil ilmu pemberian Rauh Kalidathi yakni Tiga Bayangan Pelindung Raga
perlahan kembali masuk kedalam tubuh Sang
Pendekar. "Lamanyala... satu lagi tokoh Latanahsilam terpesat ke negeri ini...
sebenarnya apa yang sedang terjadi..." desis
Wiro kala melihat dari kejauhan satu sosok yang dikobari api melesat ke jurusan
menghilangnya Lakasipo dan Hantu Bara
Kaliatus. "aku harus segera menemukan eyang
Sinto..."batinnya kembali. Perlahan Wiro membalikkan
Si Pengumpul Bangkai
59 BASTIAN TITO tubuhnya lalu memandang kearah teman-temannya "Kalian
Semua tidak apa-apa..?" Ratu Randang dan Dewi Ular
serempak menggelengkan kepalanya. "Kami semua tidak apaapa Ksatria Panggilan, semua berkat pertolonganmu..." ucap
Raja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Wiro hanya tersenyum
pahit, pandangannya kembali membentur sosok Jenazah
Sakuntaladewi atau Dewi Kaki Tunggal. Setelah hening sejenak Wiro merasa
seseorang memegang pundaknya. Kala Wiro
berpaling dilihatnya Kunti Ambiri atau Dewi Ular tengah
memegang pundaknya sembari mencoba tersenyum. "kita
harus membawa jenazah Dewi kedalam keraton..." sang
pendekar mengangguk pelan, lalu perlahan dibopongnya tubuh
dingin Dewi Kaki Tunggal dan bersama yang Lain berjalan
memasuki Keraton. Sang Pendekar masih sempat berbalik
menatap Langit Mataram yang dihiasi oleh serpihan-serpihan
Salju yang tertiup angin hasil pukulan Angin Es. Tanpa terasa setitik air
menetes dipipinya. Entah butiran salju atau airmata.
Hanya Sang Pendekar yang tahu!
TAMAT Episode Berikut:
"BINTANG LANGIT SAPTUNING JAGAT"
Si Pengumpul Bangkai
60 Pendekar Kidal 15 Pendekar Slebor 22 Manusia Pemuja Bulan Hati Budha Tangan Berbisa 12

Cari Blog Ini