Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat Bagian 1
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 188 Bint n ang n L a L ng n it tSa S ptu t ninng n J aga g t BASTIAN TITO e-book by: m i k e
e-mail: deepblue_hazeman@yahoo.com
BASTIAN TITO "Datuk Rao Basaluang Pitu lambungkan ke tujuh
Saluang yang berada digengamannya ke udara, Ketujuh
Saluang itupun tidak jatuh ketanah seperti yang semestinya
melainkan berputaran diudara mengelilingi tubuh Datuk Rao
Basaluang Pitu dan orang-orang yang berpegangan tangan
mengelilingi Sang Datuk! "wahai tujuh Saluang Dewa yang
selalu menemaniku, perkenankan aku dan para kerabatku
memasuki Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya."ucap Datuk
Rao Basaluang Pitu dengan sebelah tangan bersidekap di
dada sementara tangan satunya memeluk jabang bayi
dalam guci. Tepat setelah Datuk Rao Basaluang Pitu selesai
berucap, Nenek Ning Rakanini beserta yang lainnya
merasakan kedua kakinya perlahan namun pasti mulai
terangkat dan tidak lagi menjejak tanah! "kita Melayang...!"
Desis sang nenek sembari memandang kearah Resi Kali
Jagat dan yang lainnya yang juga menyadari akan hal ini.
Sementara itu ke tujuh Saluang terlihat bergerak berputar
mengelilingi lingkaran orang-orang yang berpegangan
tangan tersebut. Masing-masing Saluang berputar dengan
arah yang berbeda-beda!"
Bintang Langit Saptuning Jagat
2 BASTIAN TITO PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
WIRO SABLENG Episode 188 BINTANG LANGIT SAPTUNING JAGAT
Wiro Sableng telah terdaftar di Departemen Kehakiman dan merupakan
Milik serta Hak cipta dari Bastian Tito seorang, Tokoh Panutan dan
Inspirator Penulis, Lanjutan Wiro Sableng ini dibuat tanpa maksud
apapun sekedar Wujud Kecintaan Penulis terhadap tokoh yang telah
menemani Penulis dalam suka dan duka. Oleh karenanya penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada pihak yang merasa
berkeberatan dilanjutkannya kisah Wiro Sableng ini.
SALAM 212!!! Bintang Langit Saptuning Jagat
3 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
1 itik air hujan mulai berjatuhan membasahi dedaunan
Tp ohon Kenanga yang banyak tumbuh di areal
Pekuburan Batuwungkur. Tidak seperti biasanya, titik
hujan yang turun kali ini tidak disertai dengan angin yang
berhembus. Air hujan yang turun dari langit juga tidak
terlalu deras, boleh dibilang hanya berupa rinai-rinai kecil.
Dalam udara malam seperti ini bisa dipastikan tidak ada
orang yang rela melepaskan diri dibalik kemulan selimut
hangatnya, apalagi untuk sekedar berjalan-jalan di Luar
rumah. Sementara itu suasana mencekam sangat terasa
menggantung di sekitar kawasan Pekuburan Batuwungkur.
Pekuburan yang terletak tidak jauh dari Sleman ini,
memang dianggap banyak orang sebagai salah satu tempat
yang cukup angker. jangankan malam hari, saat siang
haripun hanya sedikit orang yang berani untuk menginjakkan kaki di tempat tersebut. Hal ini tidaklah
Bintang Langit Saptuning Jagat
4 BASTIAN TITO mengherankan karena sudah semenjak lama Pekuburan
tua ini sudah tidak dipergunakan lagi. Para penduduk
pedukuhan dan kampung-kampung sekitar kini lebih
memilih untuk menguburkan sanak keluarganya ke
Pekuburan Lembur Sawit yang letaknya memang agak jauh
keluar dari wilayah Kadipaten Sleman. Hal ini terjadi
tidaklah terlepas dari beberapa kejadian yang pernah
terjadi di seputaran Kawasan Pekuburan tersebut beberapa
tahun yang lalu. Banyak cerita seram dan takhayul yang
beredar di masyarakat yang menceritakan keangkeran
kawasan ini sehingga orang-orang sudah tidak mau
menguburkan keluarganya di pekuburan tersebut. Namun
berbeda dengan malam-malam biasanya, keangkeran areal
pekuburan ini semakin kental terasa manakala beberapa
malam belakangan ini sering terdengar suara isak dan
tangis perempuan! Suara tangis perempuan yang terbawa
angin tersebut kerap kali terdengar dari sebuah kuburan
tua yang terletak disamping sebuah batu besar dan
dirindangi oleh rimbunan Pohon Kenanga. Setiap kali
suara tangis itu terdengar, maka suara-suara binatang
Bintang Langit Saptuning Jagat
5 BASTIAN TITO malam lainnya, yang biasanya meramaikan suasana
malam sontak hilang seakan tertelan oleh kesedihan yang
mengalun bersama isak tangis yang terbawa oleh angin
malam. Malam itu Bulan bersinar terang menyinari
kawasan pekuburan Tua tersebut. walaupun langit masih
dihiasi awan mendung yang menitikkan rinai-rinai kecil,
namun hal itu tak mampu mengalahkan tebaran pesona
sang ratu malam. Dibawah siraman sinar rembulan yang
jatuh diatas sebuah batu disamping makam berpohon
kenanga, terlihatlah sosok seorang gadis berambut panjang
berkebaya putih duduk sambil memeluk kedua kakinya.
Wajahnya yang pucat tidak tampak terlihat karena
disembunyikan diantara kedua lututnya. Isak tangis
disertai rintihan memilukan kerap terdengar dari bibirnya.
"Wiro... aku tak tahu lagi kemana aku harus pergi mencari
dirimu... " isak sang gadis perlahan, bahunya terlihat
bergetar menahan kekalutan hatinya. Kembali teringat
dalam kenangannya bagaimana dirinya berkasih dan
bercumbu mesra dengan Pemuda yang dicintainya. Masih
terbayang dipelupuk matanya bagaimana Sang Pemuda
Bintang Langit Saptuning Jagat
6 BASTIAN TITO yang tanpa mempedulikan keadaannya yang telah menjadi
mayat mengecup lembut bibirnya serta mengungkapkan
cinta kasihnya. (baca episode: Misteri Dewi Bunga Mayat)
"Wiro...apa yang sebenarnya menimpa dirimu... apa yang
harus aku lakukan agar aku bisa berjumpa denganmu...?"
isak sang gadis kembali. Sementara itu tak jauh dari batu
tempat sang gadis berkebaya putih duduk menangis,
seorang gadis berpakaian kuning tampak berdiri dibalik
bayang-bayang sebuah pohon randu alas. Sesekali tampak
sang gadis juga mengusap air mata yang juga menetes di
kedua belah pipinya. "aku juga merasakannya Suci... aku
pun turut kehilangan dirinya!" ratap sang gadis dalam hati.
"Ah... mengapa kita berdua harus bernasib sama seperti
ini. alam memisahkan kita dengan orang yang sama-sama
kita cintai..."batin sang gadis kembali. "apa aku harus
menemuinya dalam keadaan seperti ini..?" batin sang gadis
ragu-ragu. Kala Sang Gadis berbaju kuning hendak
beranjak mendekati Gadis berkebaya putih yang bukan
lain adalah Suci gadis alam roh yang berjuluk Dewi Bunga
Mayat ini, tiba-tiba terdengar Gadis diatas batu Bintang Langit Saptuning Jagat
7 BASTIAN TITO membentak keras. "Siapa disitu" Ayo Keluar! jangan
sembunyi seperti pengecut!" gadis berbaju kuning langsung
terhenyak namun buru-buru kembali ke tempatnya di
balik pohon Randu Alas, kala menyadari kalau orang yang
dibentak oleh Suci bukanlah dirinya melainkan orang lain.
Sementara itu gadis yang tadinya menangis diatas batu
telah tegak berdiri dengan kaki terkembang, matanya yang
masih basah oleh sisa-sisa air mata menatap nyalang
kearah satu sosok yang berjalan mendekat kearahnya.
Ketika sinar rembulan yang jatuh diatas sosok yang
berjalan mendekat tidak terhalangi lagi oleh dedahanan
pohon kenanga, satu pekikan terdengar dari bibir sang
gadis. "Ya Tuhan....!" Sang dara memandang seakan tidak
percaya kala dihadapannya kini berdiri sosok pemuda
berambut gondrong yang selama setahun lebih ini
dicarinya keseluruh pelosok negeri. Pemuda yang berdiri
dibalik siraman sinar rembulan tersebut tampak tersenyum dan mengembangkan kedua tangannya. "Suci...aku datang..." ucap sang pemuda pelan. Sang gadis
menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya,
Bintang Langit Saptuning Jagat
8 BASTIAN TITO sementara matanya membeliak menatap seakan tak
percaya pada pandangan matanya! Orang yang sangat
dirindukannya siang dan malam kini berdiri dihadapannya!! "Wirooo...!" jerit sang gadis keras. Suci tak
mampu lagi menahan emosinya, Air mata yang masih
belum mengering kembali berbuncahan di kedua pelupuk
mata sang Gadis! Akal dan logika sang gadis kali ini seakan
terbutakan oleh keadaan hati dan perasaannya yang sudah
sekian lama memendam rindu dan nyaris putus asa.
Sehingga tanpa merasa canggung lagi Diiringi suara
menggeru yang keluar dari mulut mungilnya, Suci
langsung berlari dan memeluk sosok pemuda berambut
gondrong yang berdiri didepannya. Dipeluknya sang
pemuda dengan eratnya seakan tak mau dilepaskan lagi!
Sang Gadis tidak memperhatikan keanehan yang terlihat
dalam diri sang Pendekar, tidak dilihatnya bagaimana
sosok sang Pemuda yang tengah dipeluknya dengan erat
memandangnya dengan pandangan yang aneh dan penuh
nafsu. "Wiro... jangan kau pergi lagi...! Jangan kau
tinggalkan aku lagi...!" isak Suci sang gadis Alam Roh
Bintang Langit Saptuning Jagat
9 BASTIAN TITO dalam pelukan Sang Pemuda. Sementara itu Gadis berbaju
kuning yang bersembunyi di balik pohon randu alas juga
menampakkan keterkejutannya kala melihat sosok yang
tiba-tiba berdiri di tengah-tengah Kawasan Pemakaman
Batuwungkur. namun tidak seperti gadis berkebaya putih,
gadis berpakaian kuning ini masih bisa mengedalikan
perasaannya sehingga dapat melihat keanehan yang
melingkupi sosok pemuda yang disangka sebagai Pendekar
dua satu dua Wiro Sableng itu. Mata sang gadis tidak bisa
ditipu! Dengan kemampuan kedua matanya yang mampu
menembus segala macam tabir yang terselubung, Sang
Gadis melihat satu sosok lain berujud samar dibalik wajah
dan tubuh pemuda yang sedang memeluk Dewi Bunga
Mayat! "Suci...! Menjauh dari situ! Dia Bukan Pendekar
Dua Satu Dua!" teriak sang gadis sembari melesat dari
tempatnya berdiri. Sementara itu Suci yang semula terbuai
dalam pelukan Sang Pemuda juga merasakan satu
keganjilan pada diri Sang Pendekar manakala dirasanya
tangan sang Pendekar mulai kurang ajar meremas
pinggulnya! "Keparat...! Kau Bukan Wiro! Siapa Kau?"
Bintang Langit Saptuning Jagat
10 BASTIAN TITO bentak Suci seraya berusaha melepaskan diri dari pelukan
sang pemuda yang tadinya dikira sebagai Wiro Sableng,
Pemuda yang dikasihinya. "he.he.he. akhirnya kau jatuh
juga dalam pelukanku Suci! Siang dan malam aku hanya
bisa memimpikanmu, kini impian itu akhirnya kesampaian
juga! Marilah kau ikut denganku, kita akan bersenang
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
senang ditempat kediamanku yang baru!" Ucap sang
Pemuda yang makin mempererat pelukannya. "Keparat!
Lancang!!! Aku bilang Lepaskan!"ronta Sang Gadis.
Kemarahan sang gadis benar-benar tak bisa ditakar lagi!
Dengan sekuat tenaga Suci berusaha untuk membuat
bentuk tubuhnya menjadi samar agar dapat keluar dari
pelukan Pemuda yang memeluknya, namun dia terkejut
kala mendapati dirinya tidak mampu untuk merubah
wujud kasarnya ke bentuk roh! sang Pemuda terkekeh geli
sembari mempererat rangkulannya. "sudahlah manis!
Menyerah sajalah... tidak ada gunanya kau mencoba untuk
mengeluarkan kepandaianmu..."ucap sang pemuda sambil
mencium tengkuk Dewi Bunga Mayat secara kurang ajar!
"jahanam!! Aku akan mengadu jiwa denganmu!" teriak Suci
Bintang Langit Saptuning Jagat
11 BASTIAN TITO histeris. Matanya yang bening terlihat berkaca-kaca
menaham amarah. Ingin sekali dicabik-cabiknya tubuh
orang yang secara kurang ajarnya memeluk tubuhnya,
namun entah mengapa dalam pelukan pemuda tersebut
tubuh Sang Gadis alam roh semakin lama semakin lemah!
Seakan-akan tubuh pemuda itu memiliki kekuatan yang
mampu menghisap semangat dan tenaganya! "lepaskan
tanganmu yang kotor itu keparat!!!" satu bayangan kuning
bergerak dengan sebatnya melancarkan tendangan kearah
tengkuk pemuda yang memeluk Suci. "hemm, satu lagi
gadis alam roh datang menghantar tubuh! Rejeki ku hari
ini benar-benar besar! Wajahmu juga cukup cantik!
Tunggulah disitu giliranmu akan segera menyusul!"kekeh
sang pemuda tanpa menghiraukan datangnya tendangan!
Dan kesombongannya langsung mendapatkan ganjaran!
Tubuh Pemuda kurang ajar tersebut langsung terjerembab
kala tendangan yang dilancarkan oleh Gadis berbaju
Kuning menghajar tengkuknya! "Gadis keparat...!" geram
sang pemuda sambil meraba tengkuknya yang terasa sakit.
"kemampuannya ternyata tidak rendah! Setan..! Aku
Bintang Langit Saptuning Jagat
12 BASTIAN TITO terlalu memandang rendah urusan...! Aku harus segera
angkat kaki dari sini biar sisanya nanti jadi urusan anak
buah Sang Junjungan!" ucap sang pemuda dalam hati,
dirinya tidak menyadari kalau tadi untuk sesaat tubuhnya
berubah wujud menjadi satu sosok lain sebelum kembali
kewujudnya semula. Sementara itu Suci yang masih
tergolek lemah dalam Pelukan Sang Pemuda buka matanya
lebar-lebar kala sesaat melihat wujud Pemuda yang
memeluknya berubah ke satu wujud lain yang dikenalnya
saat terhajar tendangan oleh Gadis berbaju Kuning, namun
perubahan itu hanya berlangsung cepat sebelum akhirnya
wujud lain tersebut kembali ke wujudnya sebagai Wiro
Sableng Pendekar Dua Satu Dua. "Ki Kuncen Suro Bangil...
Kau...!" serunya tercekat bagaimana tidak, Sosok Pemuda
yang sedang memeluknya tadi walau sesaat sempat
dilihatnya berubah menjadi sosok seorang kakek yang
sangat dikenalnya, yaitu Ki Suro Bangil, Kuncen penjaga
Pekuburan Batuwungkur!
* * * Bintang Langit Saptuning Jagat
13 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
2 ang pemuda palingkan wajahnya kearah Suci saat
S didengarnya sang gadis menyebut nama aslinya.
"ha.ha.ha. akhirnya kau mengetahui juga siapa aku Suci,
Kau memang hebat! Kau membuat aku semakin tergila-gila
padamu,! Tapi kita tidak bisa berdiam lebih lama di tempat
ini!" ucap sang pemuda sambil mempererat pondongannya
untuk kemudian berlari cepat kearah pintu keluar areal
pekuburan "Keparat! Mau lari kemana kau!" bentak gadis
berpakaian kuning seraya menyentakkan kedua bahunya!
Begitu menyentakkan kedua bahunya, tubuh sang gadis
tiba-tiba tampak diselimuti satu sinar berupa lelatu-lelatu
api berwarna biru yang kemudian langsung melesat dari
dalam tubuh Sang gadis dan memotong arah lari pemuda
yang membopong Dewi Bunga Mayat. Pemuda yang
menyaru sebagai Wiro Sableng itu dengan lincahnya
melentingkan kakinya hingga Sinar pukulan yang datang
Bintang Langit Saptuning Jagat
14 BASTIAN TITO lewat beberapa jengkal dibawah tubuhnya, namun belum
lagi kakinya menginjak tanah sinar pukulan kembali
datang menyusul dengan tiba-tiba! "Setan Alas...! Biarlah
lebih baik aku tidak mendapatkanmu dari pada nyawaku
yang merat! Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu maka
orang lainpun takkan bisa!" geram Sang Pemuda yang
mendapat serangan dari Gadis berbaju kuning. Lalu tanpa
diduga sama sekali Sang Pemuda langsung melemparkan
tubuh Suci memapasi datangnya sinar pukulan! tidak
hanya sampai disitu, tangannya yang secara tiba-tiba
tampak dikobari api dihantamkan langsung ke punggung
Dewi Bunga Mayat! Satu jeritan terdengar merobek langit.
"Suci...!" gadis berbaju kuning terpekik kala melihat tubuh
Gadis berkebaya putih terhantam pukulan yang dilepasnya. "Purnama..." desah suci kala mengenali Gadis
yang berdiri didepannya sebelum tubuhnya ambruk ke
bumi. Gadis berbaju kuning yang ternyata adalah Purnama
gadis dari Negeri Latanahsilam tersebut, cepat memburu
kearah tubuh Suci yang tergeletak diatas tanah. "Suci
Bertahanlah...!" ucap Purnama sembari memapah bangun
Bintang Langit Saptuning Jagat
15 BASTIAN TITO tubuh Dewi Bunga Mayat tersebut. "Ja...Jangan Lepaskan
dia...!" Seru Suci lemah. Cairan berwarna hijau terlihat
meleleh keluar dari bibirnya. Sementara itu Pemuda yang
akhirnya diketahui sebagai penjelmaan Ki Suro Bangil
Kuncen Penjaga Kuburan Batuwungkur tersebut sudah
melesat jauh. Sembari berlari kencang sesekali sang
Kuncen terdengar mengeluarkan sumpah serapah. Hatinya
benar-benar jengkel karena tidak berhasil membawa Dewi
Bunga Bangkai yang diam-diam selama ini dicintainya
tersebut. Namun begitu dia tetap merasa bersyukur karena
bisa terlepas dari Gadis berpakaian Kuning yang ternyata
memiliki kehebatan diluar dugaannya! "ternyata kepandaian gadis alam roh yang satu itu juga amat tinggi!
Benar-benar hebat! Suatu hari nanti aku juga harus bisa
mendapatkannya! Sungguh akan menjadi suatu anugerah
luar biasa jika aku bisa menikmati tubuh keduanya!" batin
Sang Kuncen dalam kekotoran pikirannya. Sang Kuncen
terus berlari dengan sebatnya namun tiba-tiba Sang
Kuncen merasa tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya sama sekali! hingga akibat larinya yang terhenti
Bintang Langit Saptuning Jagat
16 BASTIAN TITO seketika, tanpa ampun lagi tubuh sang kuncen langsung
terjerembab mencium bumi! "Bangsat Haram jadah! Siapa
yang punya pekerjaan" Cepat lepaskan aku!" bentak Ki
Kuncen Suro Bangil kala menyadari bahwa sekujur
tubuhnya telah terbelit satu benang yang sangat tipis dan
liat sekali! Sang Kuncen Berusaha untuk melepaskan diri
namun lilitan benang-benang tersebut malah melibat
tubuhnya semakin erat! "ayo keluar kau Pengecut! Jangan
hanya bisa membokong orang dari belakang...!" ucap Ki
Kuncen Suro Bangil kembali masih dalam wujud Wiro
Sableng. "kau dengar apa yang dikatakannya Panji" Dia
memaki kita pengecut dan pembokong! Lucu sekali!"ucap
satu suara perempuan tiba-tiba dalam kegelapan malam.
"ya Anggini Lucu sekali! Padahal hanya pengecut yang
sesungguhnya yang bisanya hanya bersembunyi menggunakan paras tubuh orang lain!" ucap satu suara
pria menimpali. "Kau benar! Dan jangan lupa dia juga
sudah membokong seorang sahabat kita!" geram seorang
wanita berbaju ungu yang berjalan pelan keluar dari
kegelapan malam. Dibelakangnya seorang pemuda berompi
Bintang Langit Saptuning Jagat
17 BASTIAN TITO putih bertubuh tegap dengan rambut tergerai berjalan
pelan mengikuti. "Siapa kalian" Berani-beraninya kalian
mengikatku seperti ini apa kau tidak tahu siapa aku" Aku
Pendekar Dua Satu Dua! Cepat lepaskan aku!" bentak Ki
Kuncen Suro Bangil. "masih juga kau berpura-pura kuncen
keparat! Kami tahu siapa dirimu dan apa yang kau
lakukan barusan di pekuburan Batuwungkur!" Bentak
Sang Pemuda yang tidak lain adalah Panji anak Rajo Tuo
Datuk Paduka Intan dan juga murid Nyanyuk Amber ini.
(mengenai Rajo Tuo Datuk Paduka Intan silahkan
mengikuti episode Tua Gila Dari Andalas yang terdiri dari
beberapa episode, sementara mengenai Nyanyuk Amber
silahkan baca episode: Raja Rencong Dari utara) Ki
Kuncen Suro Bangil pincingkan mata berusaha untuk
mengenali kedua anak muda yang berdiri tegak dihadapannya. Setelah beberapa saat berpikir keras tibatiba satu tawa keras meledak diudara. "apa yang kau
tertawakan Kuncen keparat" ujar dara berbaju ungu yang
bukan lain adalah Anggini murid Dewa Tuak. "aku ingat
sekarang! Kalian berdua pasti murid-murid Nyanyuk
Bintang Langit Saptuning Jagat
18 BASTIAN TITO Amber dari Andalas! ha.ha.ha kalau aku jadi kalian, lebih
baik aku mengkhawatirkan keadaan guru sendiri dari pada
orang lain!" gelak Sang Kuncen masih dalam keadaan
terikat. Panji dan Anggini saling berpandangan. Keringat
dingin terpercik di kening keduanya. "Keparat!! apa
maksud perkataanmu" Jawab atau kupecahkan kepalamu
sekarang juga!" bentak sang gadis sembari menginjak
kepala Sang Kuncen! Bukannya menjawab Sang Kuncen
malah semakin tertawa terbahak-bahak membuat Sang
dara semakin jengkel. Sementara itu sang Kuncen yang
masih dalam keadaan terikat mendengar suara-suara aneh
yang bersumber dari dasar bumi. "Para penolong sudah
tiba! Biarlah, aku ikuti saja permainan kedua bocah kecil
ini..."batin Sang Kuncen sembari terus berlagak tertawa.
Saat kesabaran sang gadis hampir habis dan kakinya
digerakkan untuk menginjak hancur kepala dibawahnya,
satu tangan terasa memegang pundaknya. "sabarlah
Anggini, jangan kau turuti hawa nafsumu... ada baiknya
kita bawa manusia satu ini kembali ke Pekuburan
Batuwungkur. Kita sebaiknya melihat keadaan Suci
Bintang Langit Saptuning Jagat
19 BASTIAN TITO terlebih dahulu, Masalah guru jangan kau risaukan! Guru
lebih dari sanggup menjaga dirinya sendiri." Kata-kata
Panji bagaikan air dingin yang menyiram hatinya yang
terbakar kemarahan. Sang gadis kemudian menggengam
tangan yang memegang pundaknya. "Panji..." desah sang
gadis saat satu tangan membelai lembut kepalanya. Sang
gadis tersenyum atas apa yang dilakukan Panji. Sesaat
kemudian keduanya berjalan kembali menuju pekuburan
Batuwungkur sambil menyeret Ki Kuncen Suro Bangil yang
masih terikat dalam lilitan Benang Kayangan. Sesampainya
mereka di ereal Pekuburan tua tersebut dilihatnya
Purnama sedang memeluk tubuh dewi Bunga Mayat.
"Anggini..." seru Purnama kala melihat gadis yang
dikenalnya sebagai murid Dewa Tuak ini datang bersama
seorang pemuda tampan yang sedang menyeret seorang
yang dikenalnya sebagai orang yang tadi berusaha
melarikan Suci! " Kami datang sesuai permintaan mu
beberapa purnama yang lalu..."ucap Anggini kepada
Purnama. "bagaimana keadaan Suci?" tanya sang gadis
kembali sembari bersimpuh disebelah sang gadis. Bintang Langit Saptuning Jagat
20
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO Sementara itu Suci Perlahan membuka matanya kala
mendengar suara murid Dewa tuak. "A..Anggini..."serunya
lemah. "jangan dulu banyak bergerak Suci... kau masih
lemah..."ujar
anggini sembari menggengam tangan sahabatnya tersebut. Anggini kemudian memandang
kearah Purnama. "apakah dalam kitab seribu pengobatan
ada cara untuk mengobatinya...?" tanya Anggini. Purnama
sejenak memejamkan mata memusatkan pikirannya. "Kitab
Seribu Pengobatan halaman seratus lima puluh delapan,
Pengobatan terhadap segala jenis makhluk alam Roh.
Dikatakan jika seorang makhluk alam roh mendapat
cedera dari kedua sisi tubuhnya yang berdasarkan
pukulan berinti panas api, maka secepat-cepatnya sebelum
tubuh makhluk malang tersebut tersentuh sinar matahari
harus segera di rendam ke dasar samudera sementara
kedua sisi tubuhnya yang terkena pukulan harus
ditempelkan sebuah batu sakti yang terpendam selama
ribuan tahun di dasar Samudera!" ucap Purnama sembari
membuka matanya. Anggini menatap tajam kearah
Purnama. "fajar akan segera menjelang! Kau harus segera
Bintang Langit Saptuning Jagat
21 BASTIAN TITO membawanya ke Pantai terdekat!"ucap Sang Gadis yang
dibalas anggukan oleh Purnama. "Kalau kau harus kembali
ke kerajaan laut utara maka perjalanan akan semakin
jauh. Sebaiknya kau pergi ke kerajaan Laut selatan saja
dan minta bantuan Ratu Duyung"sambung anggini. "aku
juga berpikiran begitu..."ujar Purnama. "teman-teman...
lebih baik kalian tinggalkan saja aku disini..."ucap lirih
Suci sembari meneteskan airmata. Sebenarnya gadis ini
bukannya tidak mau ditolong, namun dirinya sangat segan
untuk bertemu dengan Ratu Duyung. "kami tidak akan
meninggalkanmu... "ucap Purnama sembari membopong
Sang Gadis."aku tahu perasaanmu terhadap Ratu Duyung,
namun percayalah, aku yakin sahabat kita itu pasti bisa
mengerti pula apa yang kau rasakan..." bisik Purnama
ditelinga Suci. "aku pergi sekarang Anggini... maafkan aku,
nampaknya urusan kita harus ditunda dulu untuk
beberapa waktu. setelah aku kembali dari menolong Suci,
kuharap kita bisa melanjutkan lagi pembahasan masalah
yang kita hadapi bersama dengan para sahabat yang lain."
Ucap Purnama kepada Anggini. "aku benar-benar minta
Bintang Langit Saptuning Jagat
22 BASTIAN TITO maaf sudah memintamu datang jauh-jauh dari Andalas,
namun kejadian yang terjadi sungguh diluar dugaan kita
semua. Aku benar-benar minta maaf..."sambung Purnama
Kembali. Anggini sekilas tersenyum dan menepuk pundak
Purnama. "aku tidak menyalahkanmu, Purnama. aku bisa
mengerti keadaan yang terjadi. Aku akan menunggumu
nanti untuk melanjutkan pembicaraan kita. Sekarang
pergilah, jangan membuang waktu lebih lama lagi..." ucap
Anggini. "baiklah Anggini, aku pergi sekarang. namun
tolong kau urus Kuncen Keparat itu..." ujar Purnama
Sembari melesat ke arah selatan. Sementara itu Anggini
dan Panji kini kembali berhadapan dengan Orang yang
terikat oleh benang Kayangan. "hai kuncen keparat! Sekali
lagi aku tanya kan kepadamu apa yang kau ketahui
tentang Guru kami dan mengapa kau menggunakan Sosok
Sahabat kami Wiro Sableng!" Bentak Anggini keras, namun
dirinya dan Panji terperanjat kala mendapati sosok orang
yang ada dalam libatan benang kayangannya telah berubah
menjadi sebuah Gedebong Pisang! "seorang berilmu tinggi
tanpa kita sadari telah menolong Kuncen keparat itu!" seru
Bintang Langit Saptuning Jagat
23 BASTIAN TITO Panji. "gila..! bagaimana dia bisa keluar dari jerat benang
kayangan tanpa sepengetahuan kita!" sambung Anggini
terheran-heran. Namun keheranannya kemudian terhenti
kala mendengar gaung suara tanpa wujud dari kejauhan.
"ha.ha.ha masih terlalu dini buat kalian untuk menangkap
orang-orang Kerajaan Perut Bumi! Ketahuilah bahwa
sahabatmu yang kupakai Rupanya ini sudah mampus
Delapan Ratus Tahun yang lalu di Mataram! Kini giliran
kalian teman-temannya yang akan menyusul! dan yang
pertama kali akan mati adalah Gurumu! Nyanyuk
Amber...!" gaung tawa yang mereka kenali sebagai suara Ki
Kuncen dari kejauhan. Panji dan Anggini menjadi Pucat
wajahnya. "kita harus kembali ke Andalas! Guru dalam
bahaya!" Ucap Murid Dewa Tuak yang dibalas anggukan
oleh Panji. Sang pemuda kemudian menggandeng tangan
Anggini lalu keduanyapun melesat dengan kecepatan luar
biasa menuju utara.
* * * Bintang Langit Saptuning Jagat
24 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
3 atuk Rao Basaluang Pitu pandangi sosok-sosok
D tubuh hangus yang bergeletakan di sekeliling hutan
jati. Sorot mata sang Datuk yang teduh terlihat
memancarkan kesejukan. Setelah menghembuskan nafasnya sejenak, Sang Datuk kemudian terlihat mengambil sebuah saluang berwarna biru dari kantung
kulit yang tergantung pada pinggangnya. Tidak terlalu
lama kemudian suara saluang yang merdu terdengar
mengalun terbawa angin. Nenek Katai Ning Rakanini, Resi
Kali Jagat Ampusena dan Arwah Ketua Penguasa Candi
Miring beserta Lor Pengging Jumena yang kini berwujud
seorang kakek bersorban kelabu berdecak kagum manakala melihat tubuh-tubuh yang bergeletakan hangus
tersebut terlihat bergerak-gerak liar lalu perlahan mulai
diam tenang. Namun bersamaan dengan diamnya tubuh
sosok-sosok hangus tersebut terdengarlah suara seperti
Bintang Langit Saptuning Jagat
25 BASTIAN TITO anak kucing mengeong! lalu dari tubuh masing-masing
sosok yang hangus tersebut melesatlah sinar berwarna
merah yang kemudian bersatu menjadi sosok lima ekor
anak kucing berbulu merah! Setelah mengeong beberapa
kali sosok kelima anak kucing berbulu merah itu melesat
dengan cepat ke angkasa! Sementara itu lapisan arang
hangus yang tadinya menutupi sekujur tubuh mereka, kini
terlihat perlahan mulai berkelupasan dan berjatuhan ke
tanah. Tidak sampai sepeminuman teh kemudian sosoksosok tubuh hangus tersebut akhirnya kembali ke
wujudnya semula yakni sosok-sosok pemuda remaja. para
pemuda remaja tersebut beberapa saat kemudian, sudah
mulai banyak yang sadar dan saling pandang dalam
keadaan bingung. "mengapa kita bisa berada disini...?"
ucap beberapa diantaranya terheran-heran. "apa yang
sebenarnya terjadi...?" sahut yang lainnya. "Pulanglah
kalian kedesa masing-masing! Jangan khawatir, sedikit
demi sedikit kalian akan dapat mengingat kembali semua
yang telah terjadi dan menimpa kalian. Tapi sebelum
kalian pergi ingatlah pesanku ini, Carilah masing-masing
Bintang Langit Saptuning Jagat
26 BASTIAN TITO sehelai bunga tanjung dan bawa kemanapun kalian pergi!
Semoga dengan adanya bunga tersebut kejadian buruk
tidak akan menimpa kalian lagi..."ucap Datuk Rao
Basaluang Pitu lembut sembari menyimpan saluang
birunya. Para pemuda remaja yang kebanyakan masih
bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi tersebut,
akhirnya Cuma bisa mengangguk dan mulai berpencaran
meninggalkan kawasan hutan jati menuju rumah mereka
masing-masing. Sang Datuk Kemudian Kembali menatap
pada empat orang yang masih berlutut di hadapannya.
"kalian bangunlah, ada yang ingin ku sampaikan kepada
kalian..." ucap Sang Datuk perlahan. Nenek Ning Rakanini
dan yang lainnya saling pandang sejenak, lalu kemudian
mulai bangkit dari tempat masing-masing. "Waktu
Purnama Biru di langit Mataram hanya akan berlangsung
sesaat lagi, namun waktu yang sesaat ini adalah waktu
yang teramat kritis. Ada banyak yang harus dijelaskan dan
ada banyak juga yang harus di sampaikan. ayam jantan
akan segera berkokok, sementara yang harus dikerjakan
masih terlampau banyak. Hawa Kejahatan akan mencapai
Bintang Langit Saptuning Jagat
27 BASTIAN TITO puncak di rembang pagi. Oleh karenanya aku harap kalian
mendengar baik-baik apa yang akan kusampaikan kali ini."
Sehabis berucap Sang Datuk terlihat meraup ke tujuh
macam saluang yang tergantung di pingangnya. "mendekatlah kepadaku dan saling berpegangan tangan
satu dengan yang lain membentuk lingkaran hingga aku
berada tepat ditengah-tengah."ujar Sang Datuk. Arwah
Ketua dan yang lainnya cepat lakukan apa yang
diperintahkan oleh Datuk Rao Basaluang Pitu. Setelah
melihat apa yang diperintahkan olehnya telah dikerjakan,
tiba-tiba Datuk Rao Basaluang Pitu melambungkan ke
tujuh saluang yang berada digengamannya ke udara!
Ketujuh saluang itupun tidak jatuh ketanah seperti yang
semestinya melainkan berputaran diudara mengelilingi
tubuh Datuk Rao Basaluang Pitu dan orang-orang yang
berpegangan tangan mengelilingi Sang Datuk! "wahai tujuh
Saluang Dewa yang selalu menemaniku, perkenankan aku
dan para kerabat ini memasuki Ruang Tanpa Batas Tanpa
Daya."ucap Datuk Rao Basaluang Pitu dengan sebelah
tangan bersidekap di dada sementara tangan satunya
Bintang Langit Saptuning Jagat
28 BASTIAN TITO memeluk jabang bayi dalam guci. Tepat setelah Datuk Rao
Basaluang Pitu selesai berucap, Nenek Ning Rakanini
beserta yang lainnya merasakan kedua kakinya perlahan
namun pasti mulai terangkat dan tidak lagi menjejak
tanah! "kita Melayang...!" Desis sang nenek sembari
memandang kearah Resi Kali Jagat dan yang lainnya yang
juga menyadari akan hal ini. Sementara itu ke tujuh
Saluang terlihat bergerak berputar mengelilingi lingkaran
orang-orang yang berpegangan tangan tersebut. Masingmasing saluang berputar dengan arah yang berbeda-beda!
Atas, bawah, ke kiri dan kekanan sehingga menimbulkan
satu bentuk bola cahaya berwarna-warni yang sangat besar
yang melingkupi tubuh Datuk Rao Basaluang Pitu serta
yang lainnya! Semakin lama putaran ke tujuh Saluang
yang mengitari tubuh orang-orang dalam lingkaran
semakin bertambah kencang, kemudian dari lubanglubang yang terdapat pada ketujuh Saluang keluarlah
suara-suara dengan nada yang beragam akibat saling
bergesekan dengan udara yang berputar kencang. Namun
anehnya suara yang keluar dari ke tujuh Saluang yang
Bintang Langit Saptuning Jagat
29 BASTIAN TITO berputar kencang tersebut tidak berupa suara-suara yang
tak beraturan melainkan merupakan satu gabungan
alunan suara musik yang sempurna dan memikat!
Bersamaan dengan terbentuknya alunan musik yang
merupakan satu kidung dari perpaduan ketujuh buah
Saluang Dewa, Sang Datuk terlihat memalingkan wajahnya
kearah Menjangan berbulu emas tunggangannya yang
berada di luar lingkaran. "Datuk Rao Pangeran Peto Alam,
aku butuh bantuanmu..."ujar Datuk Rao Basaluang Pitu.
Sang menjangan terlihat menganggukan kepala seolah-olah
mengerti apa yang dikatakan oleh sang majikan, kedua
kaki depannya mengais-ngais tanah beberapa kali seolah
menunggu perintah selanjutnya. "bawa kami ke kaki
langit...!"ucap sang Datuk mengejutkan setiap orang yang
berada dalam lingkaran, namun hal yang terjadi
selanjutnya ternyata lebih mengejutkan keempat orang
yang saling berpegangan tangan. dengan mata kepala
mereka sendiri mereka melihat bagaimana sosok
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjangan tunggangan Datuk Rao Basaluang Pitu
perlahan berubah bentuk menyerupai bentuk tubuh
Bintang Langit Saptuning Jagat
30 BASTIAN TITO manusia! Kedua kaki belakang Menjangan berbulu emas
tersebut perlahan terangkat lalu tertekuk kedepan dan
kemudian memanjang seukuran kaki manusia dewasa,
demikian pula kedua tangan bagian depan berubah
memanjang dan lebih berisi sebagaimana bentuk tangan
manusia pada umumnya, hanya bagian telapak kaki dan
tangan yang berbentuk ladam yang tidak berubah!
Sementara itu bentuk kepala menjangan itu sendiri juga
tidak berubah, masih sebagaimana mestinya. Tiba-tiba
diiringi suara geraman yang panjang yang keluar dari
moncongnya, makluk berujud setengah manusia setengah
menjangan yang dipanggil dengan sebutan Datuk Rao
Pangeran Peto Alam tersebut langsung mengangkat bulatan
lingkaran ketujuh Saluang yang menyelubungi tubuh
semua orang-orang yang berada didalamnya! Nenek Katai
Ning Rakanini terpekik keras dengan sekujur tubuh
bergetar hebat kala hanya dengan satu hentakan Makhluk
Setengah menjangan setengah manusia tersebut melesat
kencang ke angkasa sembari memikul bola lingkaran
Saluang pada pundaknya!
Bintang Langit Saptuning Jagat
31 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
4 ementara itu didasar Jurang Langit Pendam atau yang
S lebih tepatnya terletak di dasar Kawah Gunung Salak,
makhluk berujud Tengkorak hitam bertanduk yang dikenal
sebagai Yang Mulia junjungan tertinggi Jenazah Simpanan
menatap sosok Lamanyala dan serta Hantu Bara kaliatus
yang saat itu berada dalam Papahan Lakasipo. Sesekali
terlihat hembusan asap merah keluar dari kedua lubang
hidungnya yang hanya berupa dua buah lubang geroakan
tersebut, Jelas makhluk berbentuk tengkorak hitam yang
bukan lain adalah Lakarontang Si pengumpul Bangkai
atau jenazah simpanan ini sedang menahan hawa amarah
yang saat itu sudah memuncak sampai ke ubun-ubun.
Tubuhnya yang hanya berupa jerangkong berwarna hitam
terlihat memancarkan sinar redup yang perlahan-lahan
menjadi semakin terang hingga akhirnya dibarengi suatu
bentakan menggelegar cahaya terang tersebut berubah
Bintang Langit Saptuning Jagat
32 BASTIAN TITO menjadi satu cahaya yang menyilaukan mata! Lubang
kawah didasar bumi tersebut bergetar dengan kerasnya!
bersamaan dengan getaran yang melanda seisi kawah
gunung salak, terdengar pula bunyi sesuatu yang jatuh ke
dalam lahar. Sementara itu tubuh-tubuh jenazah yang
tergantung pada akar-akar pohon beringin raksasa hingga
ke dasar bumi tersebut juga terlihat bergoyang mana kala
satu getaran maha hebat menggoncang kawah gunung
salak! saat getaran dan sinar yang amat menyilaukan mata
tersebut mulai mereda maka nampaklah bagaimana sosok
Lamanyala, Lakasipo dan hantu bara Kaliatus yang semula
bersimpuh di salah satu cekungan yang tidak digenangi
oleh lahar kini terlihat melesak sedalam setengah tombak
pada dinding kawah. Sementara itu perlahan-lahan dari
dalam kawah yang mendidih mencuat sebentuk kepala
jerangkong bertanduk, tetesan-tetesan lahar terlihat
berjatuhan dari kepalanya yang plontos. Lakasipo,
Lamanyala dan Hantu Bara Kaliatus yang tubuhnya
terpantek pada dinding kawah memandang tak berkesip
kearah sosok yang perlahan-lahan keluar dari dalam lahar.
Bintang Langit Saptuning Jagat
33 BASTIAN TITO "selamat kepada Yang Mulia junjungan tertinggi Jenazah
Simpanan, akhirnya yang mulia bisa terlepas dari Jerat
Akar Beringin Sukma Dewa!" buka Lamanyala seraya
merangkapkan kedua tangan di depan dada. Jenazah
Simpanan atau yang lebih dikenal dengan nama
Lakarontang palingkan wajahnya kearah Lamanyala,
tubuhnya yang berupa jerangkong tampak masih mengepulkan asap tebal kala satu bentakan keluar dari
mulutnya. "makhluk hina dina! Yang bisa kau kerjakan
hanya menjilat pantat...!" bentak Lakarontak menggelegar.
"kau pikir aku tidak tahu apa yang kau perbuat" Kau
meninggalkan seratus Laskar Iblis yang sangat berharga
yang dengan susah payah dikumpulkan oleh bawahanku
dari seluruh pelosok Mataram! Dan sekarang kau coba
menjilatku hanya karena aku bisa lepas dari akar-akar
gombal seperti ini" Asal kau tahu saja, akulah yang
menguasai seluruh bagian beringin dewa ini! Tidak seperti
yang kau dan para dewa mantan atasanmu itu pikirkan
selama ini! wajah Lamanyala berubah hebat. "hamba minta
maaf yang sebesar-besarnya... hamba tidak tahu kalau
Bintang Langit Saptuning Jagat
34 BASTIAN TITO perkataan hamba tidak menyenangkan hati yang mulia
jenazah simpanan..."
ucap lamanyala terbata-bata. "mengenai perihal seratus laskar iblis yang terpaksa harus
hamba tinggalkan, hamba benar-benar minta maaf. Hamba
terpaksa harus memisahkan diri karena tiba-tiba muncul
seorang berkepandaian amat tinggi yang mampu membuat
seluruh formasi laskar iblis kacau balau dan hampir
binasa sehingga hamba terpaksa harus melarikan diri...
namun hamba tidak melarikan diri dengan membuta,
hamba kemudian membantu Lakasipo dan Hantu Bara
Kaliatus dari cecaran serangan Ksatria Panggilan. "sahut
Lamanyala dengan tangan tersusun rangkap diatas kepala.
"panjang juga congormu membela diri wahai Lamanyala!"
tidak heran para Dewa pernah menjadikanmu utusan
mereka..!"balas
Lakarontang membuat merah kulit tengkorak Lamanyala. "keparat...! Jika saja kau tidak
menyekap jasadku, tidak akan aku mempermalukan diri
menghamba pada makhluk terkutuk sepertimu..!" maki
Lamanyala dalam hati. Tiba-tiba Jenazah Simpanan
menggerakkan kepalanya kearah Lamanyala, lalu dari
Bintang Langit Saptuning Jagat
35 BASTIAN TITO sepasang matanya keluar satu sinar panjang yang
langsung melabrak tubuh Lamanyala yang masih terpantek
di dinding kawah! Teriakan setinggi langit terdengar
merobek perut bumi! "tolol kau Lamanyala! Kau pikir aku
tidak dapat membaca isi pikiranmu" Selama tubuhmu
berada dalam genggamanku, apapun yang kau pikirkan
bahkan sukmamu pikirkan sekalipun takkan bisa kau
sembunyikan dariku! Sekarang kau rasakan akibatnya!"
bentak Lakarontang sembari menatap sosok Lamanyala
yang menggeliat dalam kobaran api berwarna hitam!
Sementara itu di salah satu akar beringin, Nampak satu
tubuh yang ternyata adalah tubuh kasar dari Lamanyala
juga dilamun kobaran api berwarna hitam. Setelah sekian
lama, api yang membakar sosok dan tubuh kasar akhirnya
padam dan hanya menyisakan seongngok abu berwarna
hitam! Lakasipo dan Hantu Bara Kaliatus hanya bisa
menenggak ludah kala menyaksikan apa yang terjadi pada
Lamanyala. "aku kembali harus terpaksa mengorbankan
koleksiku yang sangat berharga... namun dengan cara ini
saja aku yakin bisa menjaga kesetiaan para bawahanku
Bintang Langit Saptuning Jagat
36 BASTIAN TITO ini. Aku masih yakin Hantu Bara Kaliatus tidak berani
macam-macam denganku, orang seperti dia tak ada
bedanya dengan Resi Jingga Anthasena tapi aku tidak
begitu yakin dengan Lakasipo. Sampai sejauh ini aku tidak
bisa menjangkau sampai jauh kedalam pikirannya yang
terdalam..." batin lakarontang sambil menatap tajam
kearah Lakasipo. "Lakasipo,
apa kau berhasil mendapatkan apa yang kuperintahkan kepadamu?" ucap
Lakarontang memecah lamunan Lakasipo dan Hantu bara
kaliatus yang masih terhenyak karena kematian Lamanyala. Lakasipo kemudian terlihat mencoba menggerakkan anggota tubuhnya yang terbenam dalam
dinding kawah, dengan bantuan kedua kakinya yang
diganduli dua bola batu dan ditambah dengan sepasang
tangannya yang kekar akhirnya Lakasipo berhasil juga
mengeluarkan tubuhnya dari cekungan dinding kawah.
Beberapa saat kemudian Laksipo yang juga dikenal sebagai
Hantu Kaki Batu ini tampak merobek secarik kain bajunya
ynag terbuat dari kulit kayu yang diberi jelaga. Sobekan
kain tersebut kemudian terlihat diusapkan kearah salah
Bintang Langit Saptuning Jagat
37 BASTIAN TITO satu bola batu dikakinya yang tampak terlihat bernoda
kehitaman. "bagus...! Kau tidak terlalu mengecewakanku
wahai Lakasipo..!" Seru Jenazah Simpanan kala melihat
noda gelap pada sobekan kain di tangan Lakasipo. Sang
Jenazah Simpanan kemudian terlihat menggerakkan
tangan kanannya kearah kawah. "Wahai Sinuhun Merah
Penghisap Arwah...! Keluarlah, ada tugas terakhir yang
harus kau jalankan...! "Seru Jenazah Simpanan sembari
menatap kearah Lahar yang menggelegak. Sesaat setelah
seruan Jenazah Simpanan berkumandang tampak lima
larik cahaya merah melesat keluar dari dalam lahar.
Bersamaan dengan itu terdengar suara anak kucing
bergema didalam kawah. Cahaya merah tersebut perlahan
turun dihadapan Jenazah Simpanan dan berubah menjadi
sosok seorang kakek berambut dan berjanggut merah
dengan keadaan tubuh tidak beraturan. Kepalanya yang
mengenakan blangkon dengan hiasan berbentuk bintang
yang terbuat dari logam tampak terpisah dari keempat
bagian tubuh lainnya. "hamba menghadap Junjungan
Tertinggi Yang Mulia Jenazah Simpanan..."ucap sinuhun
Bintang Langit Saptuning Jagat
38 BASTIAN TITO Merah Penghisap Arwah. Jenazah Simpanan pandangi
sejenak tubuh tak beraturan dari Sinuhun Merah
Penghisap Arwah. "aku ingin mengajukan satu pertanyaan
padamu wahai Sinuhun..."ujar Jenazah Simpanan sembari
mempermainkan kedua tangannya yang berbentuk jerangkong. "seberapa dalamkah keinginanmu untuk
menghabisi orang yang telah membuat tubuhmu menjadi
hancur sedemikian rupa..?" sambung Jenazah Simpanan.
Wajah Sinuhun Merah tampak berubah dan bergetar hebat
mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Jenazah
Simpanan. "Yang Mulia! Yang mulia sendiri tentunya dapat
menyaksikan sendiri bagaimana sekarang keadaan tubuh
hamba sekarang, keadaan tubuh hamba yang seperti ini
semua adalah perbuatan si keparat Ksatria Panggilan yang
didatangkan oleh Raja Mataram Itu. Pemuda itu jugalah
yang telah menghancurkan semua rencana yang hamba
jalankan, Jadi pastinya Yang Mulia tentu mengerti betapa
dalamnya dendam hamba terhadap pemuda itu..." ucap
Sinuhun Merah berapi-api. Jenazah Simpanan pandangi
kembali sosok Sinuhun Merah lalu kemudian tawanya
Bintang Langit Saptuning Jagat
39 BASTIAN TITO meledak! "ha.ha.ha kau lucu sekali Wahai Sinuhun Merah
Penghisap Arwah...! Bukankah apa yang kau terima
sekarang bukan lain buah dari ketololanmu sendiri?" gelak
makhluk tengkorak bernama jenazah Simpanan ini yang
dibalas dengan tatapan penuh tanda tanya oleh sinuhun
Merah Penghisap Arwah. "Kau tahu mengapa kau kubilang
lucu dan tolol?" tanya Jenazah Simpanan masih dalam
keadaan tergelak. "kau lucu karena kau terlalu serakah...!
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau tidak mau bersabar menunggu kebangkitanku untuk
menuntut sedikit ilmuku yang berharga... kau tolol karna
dalam pikiranmu yang bebal itu mulai ragu kalau
seandainya si penguasa kerajaan Atap Langit lebih hebat
dari aku hingga kau pun mencecar ekor memohon ilmu
dengan memberikan segala macam sesajen gombal..! kau
telah berlaku lancang mengkhianatiku Sinuhun...!" ucap
Jenazah Simpanan setelah tawanya mereda. semenatara
itu mendengar apa yang dikatakan oleh Jenazah
Simpanan, Wajah Sinuhun Merah Penghisap Arwah
tampak berubah hebat. tanpa sadar dirinya menatap
onggokan abu hitam yang tergeletak di tanah. melihat hal
Bintang Langit Saptuning Jagat
40 BASTIAN TITO ini Jenazah Simpanan kembali ganda tertawa. "jangan
khawatir Sinuhun, aku tidak akan memperlakukanmu
sepeti apa yang ku perbuat terhadap Lamanyala, aku
masih membutuhkan kemampuanmu walaupun jujur saja,
aku sudah tidak lagi membutuhkan Jenazahmu yang
sudah porak poranda itu..."ucap Jenazah Simpanan
sembari menunjuk kearah salah satu akar beringin tampak
membelit kutungan tubuh Sinuhun Merah Penghisap
Arwah! Sinuhun Merah Penghisap Arwah sejenak pandangi
kutungan tubuhnya yang tergantung diakar beringin
sebelum akhirnya mengangguk pelan. " hamba mengerti
yang mulia, semua memang karena ketololan dan
keserakahan hamba semata. hamba siap untuk menerima
perintah maupun hukuman yang dijatuhkan pada diri
hamba..." ujar Sinuhun Merah Penghisap Arwah Pelan.
Sinuhun yang biasanya meledak-ledak dan tidak pernah
mau menunjukan sikap takluk kepada orang lain kini
tampak pasrah dan menghiba di kaki Makhluk yang
disebut sebagai Junjungan Tertinggi Yang Mulia Jenazah
Simpanan. dari sini saja sudah bisa dilihat betapa
Bintang Langit Saptuning Jagat
41 BASTIAN TITO berkuasanya makhluk yang bernama asli Lakarontang ini.
Jenazah simpanan kemudian terlihat melambaikan kedua
tangannya kearah Sinuhun Merah Penghisap Arwah dan
Kepada Lakasipo. "mendekatlah kalian berdua kemari..."
serunya kepada kedua orang bawahannya tersebut. setelah
Lakasipo dan Sinuhun Merah Penghisap Arwah mendekat
kearah sosok Jenazah Simpanan yang mengambang diatas
lahar, tampak Sang Jenazah Simpanan mendongkkan
kepalanya menatap langit-langit goa kawah. pandangannya
tampak tertuju pada onggokan batu karang runcing yang
menggantung disalah satu langit-langit goa. adalah satu
keajaiban alam dimana pada langit-langit goa yang
bertanahkan lahar yang panas menggelegak bisa tergantung onggokan batu karang yang mengeluarkan
hawa sejuk dingin. tampak tetesan-tetesan air jatuh
meluncur dari ujung batu-batu karang yang runcing
tersebut. bunyi mendesis kerap terdengar saat air yang
menetes jatuh menyentuh lahar panas dibawahnya.
Jenazah Simpanan kemudian menggerakkan telunjuk
kanannya kearah salah satu Batu karang runcing. tampak
Bintang Langit Saptuning Jagat
42 BASTIAN TITO satu sinar berwarna kehitaman meluncur deras dari jari
Jenazah Simpanan langsung memapas putus salah satu
karang runcing yang berwarna kebiruan. karang runcing
berukuran sejengkal itu langsung meluncur deras kebawah
dan disambut oleh Jenazah Simpanan dengan menggunakan tangan kirinya. "Kalian Berdua, dan kau
juga Hantu Bara Kaliatus, harap dengarkan baik-baik
perkataanku. ilmu yang dimiliki oleh pemuda yang
dipanggil dengan sebutan Ksatria Panggilan tersebut telah
mencapai tingkat yang amat tinggi. kemampuan yang
dimilikinya kini telah melampauai paparan tingkatan
Sukma atau batin yang tertinggi. menurut terawang
gaibku, ilmu pemuda itu sebenarnya telah memasuki
paparan tingkatan ilmu Inti Roh yang dimana mampu
membuatnya mengeluarkan ilmu-ilmu yang tidak disadarinya telah hampir menyamai kekuatan ilmu
paparan tingkatan Dewa atau paparan Langit. hal inilah
yang membuat setiap usaha untuk membunuh pemuda itu
bisa dikatakan hampir-hampir mustahil" ucap Jenazah
Simpanan. "jika memang setinggi itu tingkatan ilmu
Bintang Langit Saptuning Jagat
43 BASTIAN TITO pemuda keparat itu, lalu apa sudah tidak ada cara lain lagi
yang bisa dilakukan untuk membunuhnya...?"seru
Sinuhun Merah Penghisap Arwah gusar. "hampir mustahil
bukan berarti tidak mungkin! camkan itu baik-baik! dan
sekali lagi kau memotong ucapanku akan kubuat nasibmu
jai jauh lebih buruk dari pada nasib Lamanyala...!" bentak
Jenazah Simpanan membuat Sinuhun Merah Penghisap
Arwah terdiam. "kita hanya bisa membunuh Pemuda
Keparat itu dengan bantuan Racun, namun racun biasa
tidak akan berhasil melawan orang-orang dengan paparan
ilmu tingkatan Inti Roh, kita mungkin bisa melumpuhkan
tubuhnya namun tidak dengan rohnya! rohnya akan dapat
berpindah untuk kemudian menggunakan ilmu-ilmu yang
dimiliki untuk menuntut balas! satu-satunya cara adalah
menggunakan Racun Hidup atau Warangan Nyawa! racun
yang terbuat dari roh makhluk hidup ditambah darah Sang
korban...! " ucap Jenasah Simpanan sembari menatap
bergantian kearah Sinuhun Merah Penghisap Arwah dan
sobekan kain ditangan Lakasipo dengan penuh arti.
* * * Bintang Langit Saptuning Jagat
44 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
5 esunyian yang mencekam terasa begitu kental
K merambat di dalam ruang tengah Keraton. Raja
Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala tampak duduk
ditengah ruangan dengan kepala tertunduk sementara
kakek Kumara Gandamayana tampak terlihat terpekur
diam disebelahnya. Sementara itu Wiro pandangi sosok
Dewi Kaki Tunggal yang terbujur kaku diatas sebuah dipan
kecil berukir yang diletakan ditengah ruangan. kepala sang
pendekar tampak tertunduk kuyu sementara sepasang
matanya tampak terlihat berkaca-kaca. "maafkan aku
Sakuntaladewi...
akulah yang seharusnya harus melindungimu...
aku benar-benar merasa bersalah padamu... seharusnya akulah yang terbujur diatas dipan
ini dan bukannya dirimu... hanya karena melindungiku
kau harus sampai kehilangan jiwamu... aku benar-benar
berdosa padamu..."
desis Sang Pendekar dalam Bintang Langit Saptuning Jagat
45 BASTIAN TITO kesedihannya. "sudahlah Wiro, semua yang terjadi
mungkin memang kehendak Sang Hyang Jagatnatha...
manusia seperti kita tidak mungkin bisa merubah takdir
yang telah tersurat oleh para dewa di khayangan..."ujar
satu suara yang bukan lain adalah suara Ratu Randang
memecah kesunyian. "Wiro, hidup dan mati adalah sudah
kehendak yang diatas... walaupun kematian memisahkan
seseorang bukan berarti kita harus terus tenggelam dalam
kesedihan... banyak hal yang harus kita urus dan masih
banyak lagi masalah yang harus kita selesaikan... misalnya
membalaskan kematian Sakuntaladewi... dan menyelediki
sebenarnya apa yang telah terjadi..."ucap Kunti ambiri
yang berdiri di samping Wiro sembari mengelus pundak
Sang Pendekar pelan. perkataan Dewi Ular tersebut
bagaikan air dingin yang menyiram kepala Sang Pendekar,
kepalanya yang tertunduk lesu mulai terangkat keatas.
matanya yang berkaca-kaca kini tampak bersinar. "Kau
benar Dewi, kematian Sakuntaladewi harus bisa terbalaskan! disamping itu memang masih begitu banyak
yang harus kita lakukan dan kita selidiki." ujar Sang
Bintang Langit Saptuning Jagat
46 BASTIAN TITO pendekar dengan kening berkerut. di dalam benaknya
terus berputar sosok Laksipo, Hantu Bara Kaliatus dan
Lamanyala yang tidak habis dipikirkannya bisa berada di
Bhumi Mataram. sementara itu Raja Mataram Rakai
Kayuwangi Dyah Lokapala perlahan memalingkan wajahnya kearah Kakek Kumara Gandamayana yang
berdiri di sampingnya. " Bagaimana menurut emban
buyut" apakah peristiwa malam ini akan kembali terulang
dalam waktu dekat?" Kakek Kumara Gandamayana terlihat
mengerutkan kening nya tampak berpikir keras. " benarbenar sulit di terka yang Mulia, memang seharusnya
dengan turunnya bulan biru di mataram semua kejahatan
seharusnya sudah sirna dari Bhumi Mataram. namun yang
terjadi sungguh diluar dugaan..." ujar Sang kakek seraya
mengelus janggutnya. "Emban buyut, jika kita memperhatikan kembali pada serangan terakhir, nampaknya para penyerang dan Ksatria Panggilan
sepertinya sudah saling mengenal sebelumnya... apakah
ada baiknya jika kita mennyakan masalah ini supaya lebih
jelas?" Kakek Kumara Gandamayana tempak mengaggukan
Bintang Langit Saptuning Jagat
47 BASTIAN TITO kepala. "kurasa hal itu harus ditanyakan Yang Mulia...
mungkin dari situ kita bisa mendapatkan petunjuk yang
berharga guna keselamatan Kerajaan Mataram selanjutnya." ucap sang Kakek yang dibalas dengan
anggukan oleh Sri Maharaja Mataram. baru saja sang
kakek hendak bertanya tiba-tiba dari alun-alun luar istana
terdengar suara Tambur dan seruling bertalu-talu. "Si
tambur Bopeng dan Si suling burik..." desis semua orang di
dalam istana. sementara Wiro yang juga mendengar dan
memandang ke luar istana dengan cepat bergerak menuju
pelataran istana diikuti semua orang. begitu sampai di
pelataran istana tubuh sang Pendekar tiba-tiba menggigil
keras! kedua lututnya tiba-tiba berguncang lemah dan
akhirnya bertekuk ditanah. air mata nampak deras
menetes diwajahnya kala melihat dua sosok bercahaya
yang melayang di Belakang sosok gendut pendek Si
Tambur bopeng dan Si suling Burik. "Dewi... Ni
Gatri..."desis Sang Pendekar lirih. orang-orang yang berdiri
di pelataran istana pun tampak diam membisu dengan air
mata berlelehan kala melihat Wiro bertekuk lutut menangis
Bintang Langit Saptuning Jagat
48
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO di hadapan arwah Sakuntaladewi dan Ni gatri, sementara
itu tampak si tambur bopeng, si suling burik dan sepasang
kakek-nenek yang dikenal sebagai sepasang Arwah bisu
berdiri diam membatu. hati sang pendekar saat itu benarbenar terluka karena kepedihan. Sang Pendekar beranggapan dirinya tak mampu menjaga orang-orang yang
dikasihinya hingga menyebabkan Ni Gatri dan Sakuntaladewi meninggal. sementara itu tampak sosok Ni
Gatri melayang dan memeluk bahu Wiro. "kakak... Jangan
Menangis... Ni Gatri tidak menyalahkan kakak... Ni Gatri
sayang kakak..." ujar gadis cilik tersebut seraya membelai
rambut gondrong Sang Pendekar. Wiro hapus air mata
yang menetes di pipinya. sang pendekar pun balas
memeluk tubuh bercahaya ni gatri. "maafkan kakak...
adikku... kakak tidak sanggup menjagamu hingga kau jadi
seperti ini..."desis sang pendekar. "jangan salahkan diri
kakak... semua sudah takdir yang harus kakak lewati..."
ujar Sang gadis lembut. sesaat kemudian Wiro merasakan
satu tangan lembut membelai pipinya yang basah..."wiro..."
desis satu suara membuat wiro menengadahkan Bintang Langit Saptuning Jagat
49 BASTIAN TITO kepalanya. "Dewi...maafkan aku... aku..." ucap wiro
terbata. Sakuntaladewi tampak tersenyum. "aku tak
menyalahkanmu Wiro... justru aku berterima kasih karena
kau telah menyempurnakan diriku seperti ini... aku
sungguh bersyukur walau sesaat aku sempat memilikimu..." ujar Sakuntaladewi dengan mata berkacakaca. "kami ingin pamit wiro... kakek dan nenek akan
membawa jenazahku... aku berharap kau bisa menjaga
dirimu baik-baik..."
ucap Sakuntaladewi sembari mengecup kening sang pendekar. "Dewi..." ucap sang
pendekar lirih. "kakak...! Ni gatri pergi... kakak harus jaga
diri baik-baik... Ni Gatri akan selalu sayang kakak..." ucap
gadis cilik dalam pelukan wiro seraya melepaskan
pelukannya. perlahan-lahan arwah Sakuntaladewi dan Ni
gatri tampak berpendar dan melayang surut kebelakang.
Wiro pun perlahan-lahan bangkit berdiri disusutnya air
mata di pipinya. sesaat kemudian suara tambur dan suling
kembali terdengar bertalu Si tambur bopeng dan Si suling
burik tampak mulai bergerak meninggalkan pelataran
istana sementara di saat wiro menatap Kakek sepasang
Bintang Langit Saptuning Jagat
50 BASTIAN TITO arwah bisu nampak tubuh jenazah Sakuntaladewi entah
bagaimana caranya telah berada dalam pondongan sang
kakek. "selamat tinggal suamiku..." suara Sakuntaladewi
terdengar bergaung di telinga wiro saat akhirnya bayangan
Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik bersama Sepasang
Arwah Bisu dan dua makhluk alam roh lainnya yaitu
Sakuntaladewi dan Ni gatri hilang dari pandangan.
kesunyian kemudian menyelimuti seluruh istana mataram.
namun belum lagi semua orang beranjak dari tempatnya,
tiba-tiba satu getaran keras ditambah tiupan angin laksana
topan menderu di atas Bhumi Mataram! satu suara
bentakan laksana guntur terdengar membahana di
angkasa. "wahai kalian orang-orang raja mataram dan kau
ksatria Panggilan! bersiaplah untuk Mampus...!
* * * Bintang Langit Saptuning Jagat
51 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
6 akhluk berujud setengah manusia setengah Mmenjangan yang dipanggil dengan sebutan Datuk
Rao Pangeran Peto Alam terus melesat menembus angkasa
gelap, tepat pada satu titik diangkasa, kecepatan lesatan
makhluk tunggangan Datuk Rao basaluang Pitu ini mulai
berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. binatang
ini kemudian terdengar melenguh pelan sebelum akhirnya
tegak mematung di angkasa sembari memikul bola
lingkaran bercahaya yang terbentuk dari putaran kencang
ketujuh Saluang dewa! sementara itu didalam Lingkaran
Saluang Nenek Katai Ning Rakanini beserta yang lainnya
memandang takjub didalam lingkaran. bagaimana tidak!
jika diluar lingkaran hanya ada langit gelap, namun di
dalam Lingkaran mereka semua melihat satu ruangan luas
yang berwarna biru dengan sapuan awan putih berarak.
ruangan itu begitu luas namun yang tampak hanyalah
Bintang Langit Saptuning Jagat
52 BASTIAN TITO dinding biru tak bertepi dengan hiasan awan disekelilingnya. Sementara ketujuh Saluang Dewa yang
bergerak berputaran tidak terlihat lagi. "inilah ruang yang
disebut dengan Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya. dalam
ruangan ini Waktu dan masa akan berputar teramat pelan
hingga kita akan memiliki banyak waktu untuk bercakapcakap..." ucap Datuk Rao Basaluang Pitu pelan. "Namun
aku berharap kalian tetap berpegangan tangan mengelilingi
diriku dan jangan sekali melepaskan pegangan tangan, aku
tidak berharap salah seorang dari kalian terjatuh dan
terperangkap selamanya di ruangan ini" sambung Datuk
Rao Basaluang membuat semua yang mendengarkannya
mengeluarkan keringat dingin. "ruangan ini merupakan
salah satu ruang terbawah dari tujuh lapis tingkat Lantai
Langit yang disebut Kaki Langit terbawah. aku sengaja
membawa kalian kemari karena beberapa sebab, namun
sebelum aku mengutarakan sebab yang kumaksud aku
ingin menceritakan satu kisah terlebih dahulu kepada
kalian. namun sebelumnya aku ingin tahu jika ada salah
seorang dari kalian yang ingin mengajukan Bintang Langit Saptuning Jagat
53 BASTIAN TITO pertanyaan."ucap Datuk Rao kembali sembari menatap
orang-orang yang berpegangan tangan satu persatu.
"Datuk Rao, aku ingin mengajukan satu pertanyaan
terlebih dahulu jika Datuk mengijinkan..."ucap kakek
bersorban kelabu yang dikenal dengan sebutan Lor
Pengging Jumena. Datuk Rao Basaluang Pitu kemudian
mempersilahkan Lor Pengging Jumena untuk mengajukan
pertanyaan. "Datuk, tadi datuk katakan bahwa dalam
ruangan ini waktu dan masa akan berputar sangat pelan,
apa maksudnya itu Datuk" dan apakah ada perbedaan jika
kita bicara atau berucap di ruangan atau tempat biasa?"
Dauk Rao Basaluang Pitu tersenyum mendengar pertanyaan Lor Pengging Jumena. "aku sebenarnya ingin
berbincang dengan kalian di tempat biasa, namun waktu
yang terbatas tidak mengijinkan. ketahuilah dalam waktu
yang tidak berapa lama lagi sebelum rembulan biru
tenggelam di bhumi mataram akan terjadi satu peristiwa
besar yang mengancam keberadaan umat manusia di
Bhumi mataram. sementara aku yang bertugas untuk
menyampaikan semua hal yang terjadi, tidak punya
Bintang Langit Saptuning Jagat
54 BASTIAN TITO banyak waktu lagi untuk menceritakan semua hal tersebut
sehingga terpaksa aku harus membawa kalian ketempat
ini. ketempat dimana waktu dan masa yang berputar
teramat pelan, aku berharap dengan membawa kalian
kemari aku masih mempunyai kesempatan melindungi
Mataram melalui tangan kalian berempat." tutup Datuk
Rao Basaluang Pitu. "baiklah karena kita terburu waktu
aku ingin kalian menyimak apa yang akan aku ceritakan
baik-baik."ucap
Datuk Rao Basaluang Pitu seraya memperhatikan orang-orang disekelilingnya. "Pada jaman
dahulu kala saat negeri seribu pulau masih belum begitu
dikenal. terdapat empat buah negeri besar yang berdiri
kala itu. negeri yang pertama adalah negeri Latanah Silam
yang kemudian akhirnya dikenal sebagai Tanah Jawa, Bali,
dan Madura. Negeri yang kedua adalah Negeri Latanah
tinggi yang kemudian dikenal sebagai kepulauan Andalas,
kemudian ada Negeri Latanah Sesat yang kemudian
dikenal sebagai Negeri Seribu Sungai serta yang terakhir
adalah Negeri Latanah laut yang kemudian dikenal sebagai
tanah Minahasa dan tanah Mangkassar. kisah ini berawal
Bintang Langit Saptuning Jagat
55 BASTIAN TITO di Negeri Latanah silam dimana dimulai dari dua orang
sakti yang menjadi utusan dewa..."ucap Datuk Rao
Basaluang Pitu. sementara itu orang-orang yang saling
berpegangan tangan tampak terkejut manakala pemandangan disekeliling mereka tampak berubah-ubah
silih berganti. di satu saat tampak dua orang pria
berpakaian kain kasar terbuat dari kayu bersujud di
pandang tandus sementara langit diatas mereka tampak
bercahaya menyilaukan. "kedua orang itu adalah Lasantun
dan Latumpangan dua orang sahabat yang merupakan
sepasang utusan dewa, mereka berdua merupakan orang
kepercayaan dewa yang mendapat tugas untuk menyimpan
dua jimat pusaka dewa. dua jimat tersebut adalah Jimat
Hati Dewa yang dipercayakan kepada Latumpangan dan
Jimat Hati Iblis yang kemudian di percayakan kepada
Lasantun. kedua orang tersebut kemudian akhirnya
berpisah ketempat mereka masing-masing, namun diperjalanan Jimat Hati Dewa kemudian dirampas dan
dimakan oleh seorang yang bernama Lasedayu sementara
Latumpangan sendiri kemudian dibunuh oleh Lasedayu.
Bintang Langit Saptuning Jagat
56 BASTIAN TITO perlu diketahui jimat Hati Dewa maupun Hati Iblis
merupakan sepasang jimat yang mampu memberikan
keabadian bagi mereka yang menggunakannya secara
benar. karena kejadian tersebut maka akhirnya Lasantun
memutuskan untuk memohon satu ilmu bernama Jasad
Hidup Tanpa Bentuk Tanpa Wujud kepada Dewa di Istana
Langit dan Dewa pun Mengabulkan Permohonan Lasantun.
setelah mendapatkan ilmu Jasad hidup Tanpa Bentuk
Tanpa Wujud Lasantun kemudian menyimpan Jimat Hati
Iblis ke dalam raganya di satu tempat yang tersembunyi
guna menghindari kejadian serupa
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang menimpa kerabatnya Latumpangan. Lasantun sendiri kemudian
mengembara keseluruh Negeri memakai nama Datuk
Tanpa Bentuk Tanpa Wujud."ucap Datuk Rao Basaluang
Pitu sementara pemandangan kini berubah dalam satu goa
dalam air dimana satu sosok kakek berselempang kain
putih tampak duduk di dalam goa. pakaian dan rambut
sang kakek terlihat menjulai dipermainkan air sementara
tubuh sang kakek tampak memancarkan cahaya kelabu.
"dalam pengembaraannya Datuk Tanpa Bentuk Tanpa
Bintang Langit Saptuning Jagat
57 BASTIAN TITO Wujud kemudian menerima dua orang murid yakni
Lakarontang dan Lanawi. sang Datuk tak menyadari
kelicikan dan kebusukan hati Lakarontang. entah dengan
cara apa akhirnya Lakarontang mengetahui perihal Jimat
Hati Iblis yang disimpan sang guru termasuk letak
persembunyian Jasad Sang Guru. setelah mengetahui dan
menemukan Jasad Sang Guru dengan begitu teganya
Lakarontang kemudian membobol isi perut Sang Guru dan
Langsung Memakan Jimat Hati Iblis yang semula
bersemayam dalam tubuh Sang Guru"Lanjut Sang Datuk.
sementara itu pemandangan kini terlihat bagaimana
seorang pria yang tampak menyelam dalam goa bawah air
merobek perut kakek berselempang kain putih guna
mengeluarkan suatu benda bulat bercahaya hitam yang
langsung dimakannya tanpa peduli darah yang bertetesan
dari benda yang bukan lain jimat Hati Iblis tersebut. Datuk
Rao Basaluang Pitu kemudian melanjutkan ceritanya.
"setelah berhasil memakan Jimat Hati iblis Lakarontang
kemudian benar-benar berubah menjadi iblis dalam arti
yang sebenarnya! Lakarontang kemudian memiliki satu
Bintang Langit Saptuning Jagat
58 BASTIAN TITO ketertarikan yang sangat mengerikan yakni kesukaannya
mengumpulkan bangkai terutama bangkai-bangkai orang
kuat dan ternama serta memperbudak roh mereka. maka
terjadilah kegegeran besar di seluruh penjuru negeri!
banyak kuburan dibongkar dan jasadnya dikumpulkan
tidak sampai disitu, Lakarontang juga membunuh semua
orang yang ditemui diseluruh negeri di Latanah silam,
Latanah Tinggi, Latanah Sesat bahakan Sampai di Latanah
Laut! hanya beberapa orang gadis yang pernah
diperkosanya saja yang tidak dibunuh olehnya. rupanya
Lakarontang mempunyai pantangan untuk membunuh
orang yang habis diperkosanya."
sementara itu pemandangan kemudian beralih dimana terjadi pembantaian besar-besaran oleh satu manusia yang tak
berperasaan. darah terlihat membasahi seluruh tanah
diantara jeritan yang melengking dimana-mana! Ning
Rakanini yang melihat kejadian tersebut bahkan meringkik
ngeri dan tanpa sadar menggenggam lebih kuat tangan Lor
Pengging Jumena dan Arwah Ketua. "he.he.he. itu remes
takut apa remes kepengin...?"goda Arwah Ketua yang
Bintang Langit Saptuning Jagat
59 BASTIAN TITO hampir saja membuat Nenek Ning Rakanini melepaskan
genggaman tangannya. "kakek Ceriwis...!" dengus Sang
Nenek sambil mendelikkan sebelah matanya yang juling
dan dibalas kekehan Arwah Ketua. Sementara itu Datuk
Rao Basaluang Pitu kembali melanjutkan ceritanya.
"kebengisan dan kejahatan Lakarontang yang membunuh
dan menculik jenazah kemudian membuat empat kepala
Negeri bangkit dan bersatu. keempat kepala negeri yakni
Hantu Labatu Rengakah kepala Negeri LatanahSesat,
Lakawung Kepala Negeri LatanahSilam, Luh pingkan
Matindas Kepala Negeri Latanahlaut dan Lanawi kepala
Negeri LatanahTinggi yang merupakan Saudara Seperguruan Lakarontang kemudian menyerbu hutan
LasesatBuntu yang merupakan tempat Lakarontang
bersemadi menyempurnakan Ilmu Hati Iblisnya. mereka
berempat kemudian melakukan perlawanan yang hebat
namun Lakarontang kemudian dengan liciknya menggunakan jenazah orang-orang terkasih para pemimpin
negeri untuk melemahkan semangat juang mereka. (untuk
lebih jelas silahkan baca episode sebelumnya: Si
Bintang Langit Saptuning Jagat
60 BASTIAN TITO Pengumpul Bangkai) tidak sampai disitu, kala ketiga
pemimpin negeri yang tersisa menggunakan ilmu pamungkas mereka yang terakhir Lakarontang dengan
tidak tahu malunya menggunakan jasad gurunya Datuk
Tanpa bentuk Tanpa Wujud" pemandangan kini berganti
pada satu bukit yang dipenuhi bangkai dimana tampak
tiga sosok berbentuk ulat raksasa, ribuan parang batu dan
sesosok makhluk berujud hantu batu melabrak satu sosok
kakek berselempang kain putih sementara dibelakangnya
tampak satu sosok jerangkong hitam bertanduk terkekeh
diatas udara! Datuk Rao Basaluang Pitu kemudian kembali
melanjutkan ceritanya. "Adapun saat benturan terjadi
Lakarontang senang bukan main sehingga lengah dan
tanpa menyadari saat satu tangan milik Hantu Labatu
Rengkah menembus tubuh sang kakek malang dan dengan
telak menghantam tubuh jerangkong Lakarontang dengan
satu pukulan terakhir pasangan ilmu pamungkas Hantu
Batu melepas Nyawa yaitu Penjara Batu Pengunci Raga.
pukulan Penjara Batu Pengunci Raga yang dilepaskan oleh
Hantu Labatu Rengkah bersamaan dengan lepasnya Nyawa
Bintang Langit Saptuning Jagat
61 BASTIAN TITO Sang Hantu Batu kemudian dengan menakjubkannya
mengubah tubuh Lakarontang dan seluruh Lembah kecil
termasuk bangkai-bangkai yang tergeletak diatasnya
menjadi satu gundukan batu raksasa! setelah pertarungan
menegangkan tersebut yang tersisa kemudian hanyalah
Lanawi dan Gurunya Datuk tanpa Bentuk Tanpa wujud.
Lanawi bersama Datuk Tanpa Bentuk Tanpa wujud
kemudian menyegel Hutan Lasesat Buntu sehingga tidak
bisa dimasuki. Namun tak disangka beberapa ratus tahun
kemudian terjadi peristiwa ledakan besar yang terjadi di
satu tempat di Latanah Silam yang disebut dengan Istana
Kebahagiaan. (untuk lebih jelas silahkan sobat membaca
episode Wiro Sableng di Latanah Silam dalam episode:
Istana Kebahagiaan) Ledakan besar yang menyebabkan
beberapa tokoh Latanahsilam terpesat ke tanah jawa di
masa depan ini energinya sedemikian besarnya hingga
mampu membebaskan Kungkungan ilmu Penjara Batu
Pengunci Raga yang mengunci tubuh Lakarontang dan
bangkai-bangkainya menjadi batu! maka dimulailah era
kejahatan Lakarontang babak ke dua! tak ada satupun
Bintang Langit Saptuning Jagat
62 BASTIAN TITO kekuatan yang mampu menghalangi kekuatan Lakarontang
apalagi para tokoh dari Tanah jawa sudah pergi
meninggalkan Negeri Latanahsilam. Lakarontang semakin
merajalela dengan kelakuannya bahkan dengan pongahnya
Lakarontang kemudian berhasil membumi hanguskan
Negeri Para Peri! adapun keturunan Lanawi dan pemimpinpemimpin negeri termasuk didalamnya Datuk tanpa
Bentuk Tanpa wujud tak kuasa melawan kekuatan
Lakarontang yang sedemikian perkasanya. hal ini kemudian membuat marah para Dewa di Negeri Atas Langit
enam orang Dewa yakni Dewa Tanah, Dewa Awan, Dewa
Api, Dewa Batu, Dewa Kabut, dan Dewa Angin kemudian
diutus oleh Simpul Dewa tertinggi yakni Dewa agung
Penyangga Langit dan Bumi untuk membinasakan
Lakarontang namun hal ini tidaklah mudah mengingat
Lakarontang telah memakan Jimat Hati Iblis yang
membuat dirinya nyaris abadi ditambah meditasi menghirup Asap Arwah Lembayung membuat tingkat
kepandaiannya setingkat bahkan hampir melebihi tingkatan para Dewa yang diutus untuk menangkapnya!
Bintang Langit Saptuning Jagat
63 BASTIAN TITO dan kemudian terjadilah peristiwa yang tak disangkasangka! keenam orang Dewa yang diutus untuk meringkus
lakarontang ternyata membelot dan bersama Lakarontang
bersiap menyerbu Kerajaan Langit! hal ini membuat murka
Para Dewa termasuk simpul agung para Dewa yakni Dewa
Penyangga Langit dan Bumi. para dewa dan dewi yang
masih setia kepada simpul Agung kemudian turun kebumi
dan dibantu para manusia disetiap negeri bersatu Padu
berperang melawan Lakarontang dan keenam Dewa yang
memberontak! maka terjadilah satu perang besar yang
kemudian dikernal sebagai Perang Arwah! keenam Dewa
kemudian berhasil diringkus dan dijebloskan ke dalam
penjara bernama Pelataran Arwah."ucap Datuk Rao
Basaluang Pitu sembari memandang kearah meraka yang
bergandengan tangan yang menatap takjub peristiwaperistiwa yang dikatakan oleh sang datuk yang nampak
secara bergantian dihadapan mereka.
* * * Bintang Langit Saptuning Jagat
64 BASTIAN TITO BASTIAN TITO Bintang Langit Saptuning Jagat
7 esi Kali Jagat Ampusena untuk pertama kalinya
R berucap dihadapan Datuk Rao Basaluang Pitu. "jika
para Dewa yang memberontak kemudian dijebloskan dalam
penjara yang disebut dengan Pelataran Arwah, lalu
Bagaimana dengan nasib Lakarontang" dan apa hubungan
makhluk-makhluk berapi yang menyerang kami dengan
Bayi Dalam guci beserta Datuk Sendiri?" datuk Rao
Basaluang Pitu tersenyum menampakkan deretan giginya
yang putih bersih. "setelah para Dewa yang memberontak
ditangkap, Lakarontang sendiri kemudian di tanam
dibawah satu akar pohon beringin Dewa beserta semua
jenazah yang dikumpulkannya kedasar Jurang Langit
Pendam di Dasar gunung Salak. karena tidak mungkin
untuk membunuh Lakarontang Maka Lakarontang dibuat
tak berdaya dan Dikunci kepandaiannya sampai delapan
ratus tahun mendatang. untuk mencegah bangkitnya
Bintang Langit Saptuning Jagat
65 BASTIAN TITO Lakarontang maka pohon Beringin Dewa tempat dikurungnya Lakarontang di jaga oleh delapan Formasi
delapan Batu Penjaga Sukma. namun baru-baru ini terjadi
hal yang diluar dugaan. Adinda Mimba Purana salah
seorang anak terkasih Para dewa tanpa sadar telah
membebaskan Lakarontang." ucap Sang Datuk Pelan.
sementara itu Ning rakanini dan teman-temannya melihat
satu pemandangan di pinggir jurang dimana satu sinar
berwarna keemasan menyambar pohon beringin Raksasa
yang dilamun api berwarna Hitam. (untuk peristiwa ini
silahkan baca Serial Wiro Sableng episode: Jenazah
Simpanan) serangan yang dilakukan Mimba Purana yang
sebenarnya bertujuan melindungi sang Adik Yakni Dirga
Purana ternyata membuat Formasi delapan Batu Penjaga
Wiro Sableng 188 Bintang Langit Saptuning Jagat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sukma porak poranda dan inilah yang membuat
Lakarontang mampu lepas dari Jerat Beringin Sukma
Dewa yang mengkungkungnya. Lakarontang memang bisa
berkeliaran bebas namun karena kepandaiannya terkunci
maka dia hanya punya waktu yang sangat terbatas yakni
sepanjang Bulan Biru dimataram bernaung, setelah Bulan
Bintang Langit Saptuning Jagat
66 BASTIAN TITO biru berakhir maka secara otomatis Lakarontang akan
kembali terkungkung dalam jerat akar beringin Dewa dan
Formasi Delapan Batu Penjaga sukma yang dibuat oleh
Para Dewa. Lakarontang akan bangkit sepenuhnya dengan
segala Kekuatannya pada bulan biru berikutnya tepat
delapan Ratus Tahun Mendatang."tutup Datuk Rao
Basaluang Pitu mengakhiri ceritanya. Lor Pengging Jumena
tampak termenung merenungi cerita yang disampaikan
oleh Datuk Rao Basaluang Pitu. "aku mulai agak mengerti
tentang apa terjadi, aku bisa menduga bahwa gerombolan
Makhluk berapi yang menyerang kami sebelumnya pasti
adalah gerombolan makhluk Piaraan si Lakarontang.
bukan begitut Datuk..?" ucap arwah Ketua. lor Pengging
jumena dan yang lainnya tampak menganggukan kepala
tampak menganggukan kepalanya. "kau benar Sekali wahai
Arwah Ketua! makhluk-makhluk berapi tersebut memang
utusan dari Lakarontang untuk mengambil Bayi ini..."ujar
Datuk Rao Basaluang Pitu sembari mengelus Bayi dalam
guci Dekapannya. "maafkan kami DAtuk, kalau boleh Kami
mengetahui sipakah sesungguhnya Datuk dan juga Bayi
Bintang Langit Saptuning Jagat
67 BASTIAN TITO yang berada dalam guci itu sesungguhnya. "tanya lor
Pengging jumena seraya membungkukkan badan. pertanyaan embah buyut Kumara gandamayana ini
membuat sang datuk tertawa. "sebenarnya aku bukanlah
siapa-siapa. aku hanyalah salah seorang cicit buyut
Lanawi, Kepala Negeri Latanah tinggi yang kini berganti
menjadi kepulauan Andalas. dalam risalah Perang Arwah,
Lanawi Dan Keturunannya memang mendapat tugas dari
para Dewa untuk mengawasi keberadaan Lakarontang. hal
ini tentu saja tidak terlepas dari hubungan Lanawi Sendiri
dengan Lakarontang yakni saudara seperguruan..."ucap
Datuk Rao Basaluang Pitu namun terputus oleh
pertanyaan Nenek ning Rakanini. "Lalau bagaimana
dengan Nasib guru Lanawi dan Lakarontang yakni datuk
Tanpa Bentuk Tanpa Wujud..?" Datuk Rao basaluang pitu
kembali menatap nenek katai ning Rakanini. "sesungguhnya saat ini Sang Datuk Tanpa bentuk Tanpa
Wujud sedang bersama dengan kita..." ucap sang datuk
membuat Lor Pengging Jumena dan kawan-kawannya
saling berpandangan. "karena merasa bersalah atas
Bintang Langit Saptuning Jagat
68 BASTIAN TITO tindakan yang dilakukan oleh Muridnya, Datuk Tanpa
Bentuk Tanpa Wujud kemudian meminta para Dewa untuk
menjatuhkan hukuman kepadanya. Para dewa kemudian
mengubah Datuk Tanpa Bentuk tanpa wujud menjadi
tujuh buah Saluang Dewa yang saat ini berputaran
disekitar kita." ujar Datuk rao Basaluang Pitu. "lalu
kembali pada bayi itu, mengapa Lakarontang begitu
bernafsu untuk merampas bayi tersebut..." dan peristiwa
besar apa gerangan yang akan menimpa Bhumi mataram
datuk?" kali ini resi Kalijagat ampusena yang mengajukan
pertanyaan. "seperti diketahui para Dewa hanya mampu
mengekang Lakarontang hingga delapan ratus tahun
mendatang, karena itu para dewa kemudian memutuskan
untuk memilih satu dari sekian banyak anak manusia yang
terlahir di bumi ini untuk dipersiapkan menghadapi
kebangkitan Lakarontang dimasa yang akan datang dan
anak ini lah yang akhirnya dipilih oleh para dewa.
lakarontang mengetahui rencana ini sehingga berniat
menghabisi nyawa anak ini selekasnya. mengenai peristiwa
besar yang akan terjadi sesungguhnya tidak lepas dari
Bintang Langit Saptuning Jagat
69 BASTIAN TITO kebencian Lakarontang terhadap pemerintah yang ada di
muka bumi. seperti diketahui akibat ulahnya sendiri para
penguasa di bumi bersatu padu melawannya hingga
akhirnya dia pernah terperangkap dalam wujud batu di
lembah bangkai. hal inilah yang membuat Lakarontang
membenci semua pihak penguasa."baru saja Datuk Rao
Basaluang Pitu berucap tiba-tiba terdengar bunyi lonceng
dikejauhan. "Para penjemput sudah Datang..."ujar Sang
Datuk Lirih membuat orang-orang yang saling bergenggaman tangan saling berpandangan "para Penjemput...?"ujar Ning Rakanini dengan kening berkerut.
"Lihat diatas sana...!"seru Arwah Ketua tiba-tiba membuat
semua orang memandang keatas dengan takjub!. diatas
sana terlihat langit biru dengan awan berarak tiba-tiba
terbelah lalu terlihat cahaya putih dengan baris kekuningan dipinggirnya menyorot turun bersamaan
dengan turunnya seorang wanita berbaju kuning dengan
selendang yng menjela-jela dipermainkan angin. wajah
Sang wanita begitu cantik dan mengeluarkan cahaya
lembut rambutnya terurai sementara dikeningnya terlihat
Bintang Langit Saptuning Jagat
70 BASTIAN TITO sepucuk bunga tanjung. wanita ini turun dari langit tidak
sendiri melainkan bersama sorang bocah berbaju hitam
merah yang mengenakan anting di telinga kirinya. melihat
kehadiran Sang wanita dan sang bocah berbaju hitam,
Datuk Rao Basaluang pitu tampak berlutut dan tentunya
langsung diikuti Resi Kalijagat ampusena dan yang
lainnya. "Salam kepada Dewi Langit Bunga Tanjung dan
adinda terkasih Mimba purana..."salam Datuk Rao
Basaluang Pitu. "salammu kami terima Datuk, kami datang
kemari untuk menjemput bayi yang akan digembleng di
pelataran langit..." ujar Dewi Langit bunga tanjung dengan
suara seperti bulu perindu. "kau tentunya tahu peraturan
di atas Negeri Langit, barang siapa yang hendak memasuki
Negeri Langit harus mendapat nama tambahan yang harus
dipakainya... sudahkah kau memberi nama tambahan itu
Datuk...?"sambung Dewi Langit Bunga Tanjung sembari
menatap kearah Datuk Rao Basaluang pitu yang sedang
berlutut. "mohon beribu ampun Dewi, saya belum berani
memberikan nama karena takut melangkahi wewenang...
kalau Dewi sudi kiranya memberikan nama tambahan hati
Bintang Langit Saptuning Jagat
71 BASTIAN TITO hamba tentunya akan merasa berbahagia..."ujar Datuk
Rao Basaluang Pitu. "coba kau berikan bayi itu
Datuk..."ujar Sang Dewi lembut. Sang datuk kemudian
mengangkat kedua tangan yang memegang bayi dalam
guci, bayi dalam guci itupun perlahan mengambang dan
melayang keatas hingga sampai dalam dekapan Mimba
Purana. "bagaimana menurutmu adinda Mimba...?" tanya
Sang Dewi seraya memalingkan wajah pada bocah
disebelahnya yang sedang menimang bayi dalam guci.
"Paman Datuk, bolehkan aku mengetahui nama anak
ini...?"tanya sang bocah kepada Datuk Rao Basaluang Pitu.
"anak itu terlahir dengan Nama Bintang Langit..."jawab
Sang Datuk. sang bocah kemudian terlihat menimang
bocah dalam dekapannya dengan pandangan berbinar lalu
memalingkan wajah kearah wanita disebelahnya. "kakak
Dewi, bolehkah aku yang memberikan nama bagi bayi
ini..." aku benar-benar menyukainya...!"ujar sang bocah
penuh harap. Sang Dewi pun tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Kau boleh memberi bayi itu
Nama Adinda Mimba, memang tampaknya bayi itu
Bintang Langit Saptuning Jagat
72 BASTIAN TITO berjodoh denganmu..." sang bocah terlihat sangat senang.
"terima kasih kakak Dewi...! adik kecil, karena namamu
adalah Bintang Langit maka aku akan menambahkan satu
nama tambahan yang bagus untukmu, untuk selanjutnya
kau tidak akan hanya dipanggil orang dengan nama
Bintang Langit saja, tapi orang-orang akan memanggilmu
dengan nama Bintang Langit Saptuning Jagat!" seru
Mimba Purana kencang dibarengi suara guruh yang
menggelegar! dan untuk pertama kalinya bayi dalam guci
terdengar mengeluarkan suara tangisan!
T A M A T Episode Berikutnya:
"KEMATIAN SANG PENDEKAR"
Bintang Langit Saptuning Jagat
73 Suling Emas 16 Joko Sableng 27 Nyai Tandak Kembang Kisah Pedang Di Sungai Es 6
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama