Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya Bagian 2
lam hati ia ingin menjerit sekuat-kuatnya. Ia sangat malu.
Ia malu sekali dengan kejadian di rumah Oscar tadi. Nggak
seharusnya ia datang ke sana. Mas Bima jadi salah paham,
kan" Dan nggak seharusnya juga ia menikmati suasana di
sana bersama Oscar. Kenapa ia bisa sebegitu nyaman
bersama Oscar yang baru saja ia kenal" Apa jangan-jangan
semua ini sekadar pelariannya akibat baru putus dari Ray"
Keesokan harinya, sebuah loket di Galeri Pemuda dipenuhi
antrean orang yang ingin mengikuti lomba fotografi. Mak"lum, hari ini hari terakhir pendaftaran.
Tampak beberapa orang datang satu rombongan. Mereka
terlihat antusias mengikuti perlombaan tersebut.
Oscar mencoba mengecek kembali kelengkapan prasyarat
lomba miliknya sambil mencocokkan dengan deretan per"syaratan yang tertulis di selebaran yang tertempel di sebelah
loket. "Formulir yang telah diisi lengkap, delapan hasil karya
foto, dan" fotokopi KTP. Lengkap," ucap Oscar.
Ketika tiba di depan loket, Oscar menyerahkan seluruh
persyaratan lomba kepada panitia pendaftaran.
Panitia tersebut mengeceknya satu per satu. Kemudian
wanita itu menuliskan nama lengkap Oscar pada sebuah buku
khusus. "Oscar Montaimana" Anda masih keluarga J.B.
Montaimana?" tanya wanita itu.
http://pustaka-indo.blogspot.com103
Oscar terdiam sejenak menatap wanita tersebut. Dalam
hati ia sangat cemas. Jangan-jangan ia nggak boleh ikut
lomba hanya karena dia keturunan Montaimana.
Wanita separuh baya tersebut tertawa geli sambil meng"geleng-gelengkan kepalanya. "Bercanda," ujarnya. Kemudian
ia melanjutkan kata-katanya, "Lagian, mana mungkin
keluarga Montaimana ikut lomba foto hanya untuk hadiah
sepuluh juta." Oscar tersenyum kecut. "Anda peserta nomor 88. Pemenangnya akan diumumkan
di Galeri Pemuda seminggu lagi. Kalau Anda terpilih sebagai
pemenang, foto-foto yang Anda serahkan ke panitia akan
dipamerkan di sana. Dan itu menjadi hak milik panitia. Ada
pertanyaan?" tutur wanita itu menjelaskan.
Oscar menggeleng. Ia mengambil kertas yang diberikan
wanita tersebut yang berisi nomor urut peserta dan buru"buru melangkah pergi.
"Semoga sukses!"
Malam hari di rumah Oscar.
Brak! Sebuah benda diletakkan dengan kasar oleh seseorang
di atas meja. "Ini tiket pesawatmu. Besok kamu kembali ke Amerika,
ikut penerbangan pertama."
http://pustaka-indo.blogspot.com104
Dengan wajah kusut karena baru bangun tidur, Oscar ter"diam menatap benda itu. "Aku nggak mau balik," ucapnya
datar. "Ooh, kamu mau mempermalukan keluarga Papa?"
"Aku nggak pernah mempermalukan keluarga Papa!"
"Kamu pikir dengan membawa perempuan ke kamar
kamu itu"." "Dara perempuan baik-baik, Papa!"
"Papa tahu perempuan itu?"
"Dara namanya, Pa!"
"Oke, Papa tahu Dara perempuan baik-baik. Tapi kamu"
kamu yang tidak baik! Perempuan baik mana pun bisa
berubah menjadi tidak baik kalau bergaul denganmu."
"Sampai kapan Papa menganggap aku seperti itu terus?"
"Oscar! Papa telah mengeluarkan banyak uang untuk
membiayai kamu agar suatu hari nanti Papa bisa bangga
sama kamu. Tapi apa yang Papa dapatkan?"
"Itu karena Papa mengeluarkan uang untuk kepentingan
Papa, bukan kepentinganku. Untuk hal yang Papa sukai,
bukan yang aku sukai!"
"Apa kamu berani menjamin, kalau Papa memberikan apa
yang kamu suka, kamu akan membanggakan keluarga
Montaimana" Sekolah saja nggak becus!"
Oscar terdiam. "Seharusnya Papa kasih aku kesempatan
untuk menunjukkan ke Papa bahwa aku bisa membanggakan
Papa-Mama dan diriku sendiri. Aku pengen jadi fotografer
hebat, Pa!" "Hah" Fotografer hebat" Kamu itu keturunan pintar. Tapi
http://pustaka-indo.blogspot.com105
sayang kamu tidak cerdas! Zaman sekarang bisa makan apa
dari hobi fotomu itu?" ejek Papa sambil menatap Oscar. Ke"mudian ia menarik napas dalam-dalam. "Oke, apa yang
kamu inginkan?" "Biarkan aku tetap di Jogja, Pa."
"Untuk apa" Supaya kamu bebas mempermalukan kami
lagi?" "Aku ikut lomba foto," ucap Oscar pelan. "Seminggu lagi
pemenangnya akan diumumkan pada pameran foto di Galeri
Pemuda. Aku harus ada di Jogja, Pa."
Papa duduk di salah satu kursi sambil memegang kepala"nya, mencoba menenangkan emosinya.
"Aku tau, Papa nggak akan pernah mau memberikan apa
yang aku mau kalau itu nggak menguntungkan Papa.
Nggak apa-apa, Pa. Sejak kecil aku udah terbiasa diperlaku"kan nggak adil di keluarga kita. Tapi, kali ini aku mohon
Papa membiarkan aku tinggal di Jogja sampai tanggal acara
pameran itu. Lomba foto itu sangat penting buatku, Pa.
Please let me do it," pinta Oscar. Ia memandang wajah Papa
dengan tatapan penuh harap.
Papa terdiam memikirkan jawaban yang harus diberikan
pada anak bungsunya itu. "Minggu ini Bima akan ikut kami
ke Jakarta, membantu mengurus beberapa bisnis yang tidak
bisa ditunda. Papa pikir, apa salahnya kalau kamu tinggal di
Jogja untuk beberapa lama lagi sementara Bima di
Jakarta." Oscar menatap papanya tak percaya. "Ma-maksud Papa?"
Papa mengangguk. "Buat Papa bangga sama kamu. Papa
http://pustaka-indo.blogspot.com106
tunggu report-nya di Jakarta. Kalau sampai Papa mendengar
ada kekacauan karena ulahmu lagi, maaf, kamu harus
kembali ke Amerika."
"Pasti, Pa. Aku pasti akan membuat Papa bangga. Lihat
saja nanti." Siaran hari ini kacau. Dara menyadari banyak kesalahan yang
dia perbuat. Pertama, ia lupa mengganti CD iklan sehingga
mengalami keterlambatan saat iklan kedua mengudara. Ke"terlambatan beberapa detik saja bisa mengulur waktu siaran.
Akhirnya Beno membantunya dengan menyiapkan iklan"iklan yang ingin dipasang.
Dara mulai cemas dengan segala kekacauan yang terjadi
karena ulahnya hari ini. Cewek itu memang lagi sedih
banget. Sedih karena ia mulai kangen pada Ray, juga sedih
karena kejadian di rumah Oscar kemarin.
"Kamu kenapa, Dar" Lagi "dapet", ya?"
Dara menggeleng lemah. "Oooh, pasti masih keinget sama Ray?"
Dara mengangguk. "Aku masih belum bisa ngelupain dia,
Ben. Kamu kan tau, hubunganku sama dia udah hampir
tiga tahun. Tapi kenapa sih dia tega selingkuh kayak gitu"
Kenapa sih dia tega nyakitin aku" Padahal aku masih sayang
banget sama dia." "Lho" Oscar gimana?"
http://pustaka-indo.blogspot.com107
Dara menghela napas panjang. "Dia cowok yang baik.
Tapi sayang, dia seorang Montaimana. Aku nggak bisa ter"lalu deket sama dia, Ben."
"Emangnya ada yang salah dengan nama Montaimana?"
Dara membenarkan posisi duduknya. "Ben, dia itu Oscar
Montaimana. Cucu orang terpandang. Apa kata orang kalau
dia berhubungan sama cewek kayak aku?"
"Kamu takut masuk infotainment?"
"Bukan itu, Ben!" Dara agak ngomel karena Beno nggak
bisa diajak ngomong serius.
"Kamu nggak kasihan sama dia" Nggak adil banget kan
kalau dia nggak boleh temenan sama kamu hanya gara-gara
nama Montaimana yang mau nggak mau ada pada dirinya.
Dia kan juga nggak bisa memilih untuk tidak lahir jadi
bagian dari keluarga itu."
Dara menatap Beno. Kemudian ia mengangkat bahu.
"Denger, Dar. Ray itu cowok brengsek. Cewek se-cool
kamu pantes ngedapetin cowok yang lebih keren dibanding
Ray brengsek itu. Seperti..."
"Seperti?" "Seperti cowok keren yang dari tadi nungguin kamu di
ruang operator." Dara menoleh, melihat melalui kaca pembatas antara meja
siaran dan ruang operator. Kemudian ia kembali menatap
Beno dan berbisik, "Ngapain dia ke sini?"
Beno mengangkat bahu sambil nyengir kuda.
Dara melepas headphone-nya dan buru-buru menemui
Oscar. http://pustaka-indo.blogspot.com108
Belum sempat Dara berkata apa-apa, Oscar sudah nyam"ber duluan, "Seminggu lagi ada pameran di Galeri Pemuda.
Elo datang ya, Dar."
"Oscar ikutan lomba tuh," kata Mbak Octa sambil
senyam-senyum penuh makna.
"Lomba" Lomba apa?"
"Lomba fotografi. Elo datang, ya. Ada yang mau gue
tunjukkin ke elo, Dar."
"Ciee"." Mbak Octa menyenggol-nyenggol lengan Dara
untuk menggodanya. Dara malu-malu meong. "Mbak tinggal
dulu ya," lanjut Mbak Octa sambil mengedipkan sebelah
mata. Ketika Mbak Octa keluar dari ruang operator, Oscar dan
Dara diliputi kecanggungan yang luar biasa. Mereka hanya
liat-liatan. "Mmm... Gue mau minta maaf soal..."
"Nggak apa-apa. Aku udah nggak apa-apa. Mas Bima
cuma salah paham. Aku ngerti," jawab Dara.
"Tapi" Elo nggak kapok main ke tempat gue, kan?"
Dara cuma tersenyum menjawab pertanyaan Oscar.
Suasana kembali hening. "Elo dateng, ya"."
Dara terlihat ragu. Ia heran kenapa Oscar begitu meng"anggap penting kehadirannya. Apa yang sebenarnya ingin ia
tunjukkan pada Dara" Tapi tak berapa lama kemudian, Dara
menganggukkan kepalanya. "Iya, aku pasti dateng."
"Thanks, ya." http://pustaka-indo.blogspot.com109
Deg" deg" deg....
Kenapa jantung Oscar berdetak lebih cepat" Rasanya dia
nggak pernah segrogi ini.
Oscar membolak-balik foto-foto di tangannya satu per
satu. Ia baru menyadari bahwa wajah cewek di dalam foto"fotonya itu sangat cantik. Seakan seluruh inner beauty-nya
terbaca dengan jelas melalui lensa kamera Oscar.
"Honey!" Tiba-tiba pintu kamar Oscar terbuka lebar.
Karen muncul dengan centilnya.
Oscar tersentak dan buru-buru menyimpan foto-foto itu.
Setengah marah ia berkata, "Lain kali kalau masuk kamar
orang ketok pintu dulu dong!"
Karen tersenyum semanis-manisnya, taktik agar Oscar
tidak marah atas kelakuannya. "Maaf deeeh"."
"Ngapain kamu ke sini?"
Karen merangkulkan lengannya ke pundak Oscar. "Mau
ngajakin kamu jalan-jalan."
"Aku lagi males keluar," jawab Oscar singkat.
"Kamu kan belum pernah jalan-jalan sama aku sejak
kamu di Jogja," keluh Karen manja sambil menatap Oscar
dengan mata berkaca-kaca.
Oh, God! Jangan keluarkan jurus mautmu, Karen! Oscar memekik
dalam hati. Karen memang jago akting. Setiap kali ada ke"mauan, pasti Karen akan mengeluarkan bakat aktingnya itu
sampai membuat seseorang nggak bisa menolak keinginannya.
http://pustaka-indo.blogspot.com110
"Mau, ya" please"."
Oscar menatap Karen dengan gelisah. Lalu dengan berat
hati ia bertanya, "Emangnya kamu mau ke mana?"
"Belanja baju!"
Well, nggak ada yang jauh lebih mengerikan bagi Oscar
selain menemani Karen belanja. Dulu Oscar sering banget
menemani Karen belanja. Ngintilin Karen keluar-masuk toko
baju, toko sepatu, toko tas, bahkan sampai toko pakaian
dalam. Dia merasa jadi cowok bego yang nggak bisa berbuat
apa-apa. Yang tugasnya cuma ngantar-jemput, bayarin be"lanjaan, dan ngebawain belanjaan. Titik.
Oscar sampai heran kenapa cewek-cewek selalu rela
mengelilingi mal berjam-jam hanya untuk membeli satu
pakaian yang tadi sudah dilihatnya sejak dari pintu masuk.
He never understands women...
Dan siang harinya, semua yang ditakutkan Oscar terjadi
lagi. Entah sudah berapa kali Karen berpindah dari satu toko
ke toko lain hanya untuk melihat-lihat pakaian.
"Yang, ini bagus nggak?" Karen keluar dari kamar pas di
salah satu toko bermerek dengan sackdress warna cokelat
muda yang ketat banget. Oscar menoleh sebentar, kemudian menganggukkan
kepala. Baginya, Karen memang udah cantik. Jadi mau dika"rungin baju kayak apa pun tetep aja cantik. Oleh karena itu,
alasan utama ia menganggukkan kepalanya adalah" BIAR
CEPEEET! Seketika tatapan Oscar tertumbuk pada benda kecil di
rak. Oscar mendekati benda tersebut. Sebuah bros emas.
http://pustaka-indo.blogspot.com111
Bentuknya mirip Piala Oscar yang biasa diberikan untuk
artis-artis Hollywood berbakat. Ia berpikir sejenak. Ke"mudian ia terseyum kecil.
"Okay, aku ngambil yang ini!" Karen membuyarkan lamunan Oscar. Mbak, minta satu ukuran lebih kecil, ya."
What" Oscar terheran-heran. Perasaan sackdress tadi udah
cukup ketat di tubuh Karen. Lalu kenapa cewek itu meminta
ukuran yang lebih kecil lagi"
"Aku minta ukuran yang lebih kecil, supaya bentuk badan"ku lebih kelihatan," kata Karen ketika di meja kasir. Ke"mudian tanpa malu-malu ia menengok ke arah Oscar, me"natapnya seakan menanti sesuatu.
Dasar Karen! Udah bisa ditebak. Setiap kali Karen meng"ajak Oscar belanja, pastilah Oscar yang disuruh bayarin.
Kalau Oscar bilang nggak punya uang, Karen akan me"ngeluarkan jurus memalukan seperti...
"Mbak, pacar saya yang bayarin belanjaannya," ucap
Karen pada kasir toko yang sejak tadi menanti pembayar"an.
Jadilah dengan sangat terpaksa dan bersumpah nggak ba"kalan mau nemenin Karen belanja lagi, Oscar mengeluarkan
dompetnya dan membayar belanjaan "nggak penting" milik
Karen. "Thanks, Sayaaaang"," ucap Karen dengan mata berbinar"binar. Nggak ada rasa bersalah sedikit pun dalam hatinya
karena dia menganggap memang itulah tugas seorang pacar
kalau diajak berbelanja, yaitu menunggu, membayar, dan
membawakan belanjaan. http://pustaka-indo.blogspot.com112
Dalam hati Oscar ngedumel. Apa mungkin orang seperti
Karen bisa memahami arti cinta" Jangan-jangan dia nggak
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa membedakan arti love dan money. Jadi seandainya ada
yang nanya apa itu cinta, dia akan lantang menjawab, LOVE
IS MONEY! http://pustaka-indo.blogspot.com113
SEMINGGU kemudian, hari yang ditunggu-tunggu pun
tiba. "Guys, kalau kamu bingung mau ke mana Sabtu ini, mendingan
sekarang kamu dateng ke Galeri Pemuda. Di sana ada lomba foto"grafi yang seru banget temanya, Cerita dari Negeri Dongeng. Wah,
kedengarannya seru banget tuh! Oke"."
Tuk... tuk... tuk". Dara mengetuk-ngetukkan bolpoin di
tangannya sambil menyangga kepala dengan tangan kiri.
Mulutnya sibuk mengunyah permen karet rasa anggur
sambil sesekali mengulumnya dengan lidah dan membentuk
balon besar. Hari ini toko kaset sepi banget. Sudah sepi, karyawannya
banyak yang izin pula. Rana izin nggak masuk gara-gara
sakit muntaber. Heran, orang kayak Rana bisa sakit juga.
Mungkin karena Rana suka makan hal-hal berbau misteri
dan ekstrem. Rana doyan makan daging ular, biawak, kuda,
dan sejenisnya tanpa efek samping. Mungkin kali ini Rana
http://pustaka-indo.blogspot.com114
makan daging kodok bunting. Buktinya, dia bisa sampai
muntaber begitu. Makanya, Dara-lah korban para karyawan
yang nggak masuk itu. Lagian nggak enak juga kalau Dara
ikut-ikutan izin. Emangnya cuti bersama"
Dari tadi penyiar radio terus-terusan mempromosikan
acara pameran dan lomba foto di Galeri Pemuda. Kabarnya,
lomba foto itu akan dihadiri J.B. Montaimana, kakek Bima
dan Oscar. So, pasti bakalan banyak orang penting yang
datang. Dara berkali-kali menoleh ke arah manajernya dengan
tampang dibuat sememelas mungkin. Wajahnya hampir me"nyaingi pengemis yang suka minta-minta di perempatan
lampu merah. Tapi yang ada dia malah dipelototin. Hiii"
serem banget! Padahal dia pengen banget datang paling
awal di acara itu. Yah, paling nggak, setor tampang doang.
Habis itu cabut! Kriiing! Telepon di toko berbunyi. Dara buru-buru meng"angkatnya. Berharap ada Clark Kent yang menyelamatkannya
keluar dari toko sekarang juga.
"Halo! Cressendo, dengan Dara di sini. Ada yang bisa saya
bantu?" sapa Dara lantang.
"Dar, Dara" Kamu kok masih di toko" Acaranya udah
mulai dari tadi" Halo, halo?"
"Ben, Beno" Halo?" Dara yang cukup mengenal suara
orang di telepon itu langsung menyebut nama. Suara di se"berang lumayan berisik. Ada suara dentuman musik, suara
orang mengobrol, bahkan suara-suara bising yang entah dari
mana munculnya. http://pustaka-indo.blogspot.com115
"Si" nyal" nya" jeeleek?" Suara Beno terdengar ter"putus-putus kayak lagi ada di dalam akuarium. Sejenak tidak
terdengar suara apa-apa. Blup" blup".
Dara mendekatkan mulutnya ke corong bicara di telepon
sambil berbisik, "Aku nggak boleh pergi dari toko sama
Bos...." Suara Beno menghilang. Namun kemudian terdegar
samar-samar, "Kammu" ppas" ti" kaa" get?"
"Hah" Apaan, Ben?" Belum sempat pertanyaan Dara ter"jawab, telepon udah mati. Bad signal. Tapi Dara sempat
mendengar ucapan terakhir Beno. Kaget" Kaget apaan"
"Dara! Ada customer tuh. Kamu jangan malah ngobrol di
telepon mulu. Kerja! Kerja! Kerja!" teriak manajer toko.
Dara melengos, "Siap, Bos!"
Sementara itu di Galeri Pemuda, pintu ruang utama penuh
dihiasi bunga-bunga putih. Lampu-lampu display menyorot
setiap tembok yang berisi foto-foto hasil jepretan pemenang
lomba. Sementara lampu utama dimatikan. Mulai dari pintu
utama hingga pintu keluar dilapisi karpet merah tua, mem"buat ruangan tersebut terlihat sangat mewah dan berkelas.
"Kenalkan, ini cucu saya."
Oscar berbalik saat mendengar suara dari belakang tubuh"nya, kemudian mendapati kakeknya dalam jas cokelat muda
dengan cerutu di mulut bersama seorang lelaki yang tampak
http://pustaka-indo.blogspot.com116
tak berbeda jauh umurnya dengan kakeknya itu namun ber"penampilan lebih nyentrik.
"Oscar, ini Pak Sebastian Cahyadi. Beliau...."
"Fotografer kenamaan Indonesia yang terkenal dengan
fotonya yang selalu mengambil tema kehidupan anak muda,"
potong Oscar mantap. Profil Sebastian Cahyadi banyak diulas
di majalah-majalah fotografi, baik di dalam maupun di luar
negeri. "Senang berkenalan dengan Anda, Pak."
"Senang berkenalan dengan kamu juga, Anak Muda,"
balas Sebastian Cahyadi sambil menjabat tangan Oscar.
"Foto-fotomu sangat bercerita. Pernah belajar fotografi secara
profesional?" "Saya belajar otodidak, Pak," jawab Oscar merendah.
"Ooo, begitu. Tapi kamu memiliki aset besar untuk men"jadi fotografer profesional." Kemudian beliau menatap J.B.
Montaimana, kakek yang sedang sibuk mengisap cerutu.
"Anda pasti bangga sekali memiliki cucu seperti Oscar, Pak
Montaimana. Saya mengagumi foto-fotonya. Cucu Anda
sangat berbakat, Pak."
"Jelas saya bangga. Oscar itu sedang kuliah di Amerika.
Sejak kecil dia memang menyukai fotografi"."
Oscar mulai nggak nyaman dengan pembicaraan ini. Dia
memang paling malas kalau dibangga-banggakan kayak gitu.
Dia nggak mau seperti Bima yang selalu diumbar nilai plus"plus tanpa pernah ketahuan minusnya. Padahal kan sebetul"nya dia nggak sebagus itu. Nggak ada manusia yang sem"purna. Kakeknya memang paling semangat setiap kali
membangga-banggakan anak-anak dan cucu-cucunya.
http://pustaka-indo.blogspot.com117
Oscar pun akhirnya pergi meninggalkan kakeknya yang
semakin hot bercerita pada Pak Sebastian. "Permisi"."
Oscar berjalan pelan menuju pintu masuk. Dalam hati ia
berharap Dara hadir di acara ini. Tapi kenapa sejak tadi ia
tidak bertemu dengan gadis itu" Apa Dara masih ter"singgung karena kejadian di rumahnya waktu itu" Bukannya
dia janji akan datang ke acara pameran ini" Ah" Dara pasti
datang. "Hai!" Oscar membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang
cewek dengan gaun hitam superpendek dan belahan dada
rendah. Cewek itu menyapanya, terlihat sangat berkilau.
Wajahnya bersemu merah dengan riasan mata bernuansa
cokelat yang membuat matanya terlihat indah. Cewek itu
adalah Karen. "Congratulation ya, honey"," ucap Karen, dan tanpa cang"gung ia mengecup pipi Oscar. Aroma parfumnya menyeli"muti tubuhnya.
"Thanks, Ren." "Tapi aku nggak suka deh kamu nggak menjadikan aku
model kamu. Aku kan pacarmu, Os," ucap Karen sok ngam"bek manja. "Aku kan model profesional. Jadi urusan bergaya
di depan kamera sih soal kecil."
Hei! Apa lagi sih cewek ini" Kenapa dia selalu meminta hal"hal yang aneh. Foto mana bisa begitu" Foto harus berdasarkan
feel. Kalau feel-nya nggak pas, mana bisa dipaksain"
"Maybe next time," ucap Oscar berusaha sabar karena tak
http://pustaka-indo.blogspot.com118
mau merusak suasana. "Gue ke toilet dulu ya, Ren," ujar
Oscar berusaha menghindari percakapan yang nggak penting
itu. Karen tampak tak suka dengan perlakuan Oscar. Cowok
itu memang kelihatan nggak tertarik dengan kehadiran
Karen. Padahal Karen sudah menghabiskan waktu berjam"jam untuk berdandan secantik mungkin, ke salon dan beli
baju baru khusus untuk datang ke acara ini. Tapi kenapa
Oscar nggak peduli" Karen menghela napas kesal sambil
melihat Oscar menerobos kerumunan orang meninggal"kannya.
Oscar berjalan sambil memperhatikan sekeliling ruangan.
Ternyata banyak juga orang yang tertarik untuk datang
melihat pameran foto tersebut. Tadinya ia pikir nggak akan
banyak orang yang tertarik ikut lomba fotografi, karena
sekarang orang justru berlomba-lomba ikut kontes adu bakat
yang notabene akan membuat pesertanya lebih cepat tenar.
Dan yang lebih mengagetkan lagi, dinding tempat foto"foto karyanya dipajang selalu penuh orang. Padahal dia
bukanlah fotografer terkenal seperti Sebastian Cahyadi,
Timur Angin, Darwis Triadi, dan yang lainnya. Apa mung"kin mereka hadir karena dia cucu J.B. Montaimana" Uugh,
Oscar benci kalau harus membawa nama keluarga. Haruskah
dia bersyukur karena kakeknya pengusaha terkenal
Montaimana" Tapi nama itu selalu membuatnya terkekang
dan terpenjara. Di sudut lain, tampak Eyang Santoso bersama Aiko men"cicipi makanan kecil yang disediakan.
http://pustaka-indo.blogspot.com119
Oscar mendekati Eyang Santoso yang memakai tongkat.
Ketika berdekatan, Oscar mengangguk memberi salam.
"Eyang Santoso."
"Hai, Oscar. Wah" wah" wah, kamu memang sangat
berbakat. Pantas kamu jadi juara favorit. Selamat ya","
ucap Eyang Santoso sambil menyalami Oscar.
"Terima kasih, Eyang. Tapi saya belum bisa jadi juara
satu," jawab Oscar sambil setengah bercanda.
"Eiit, yang terpenting bukan juaranya. Tapi bagaimana
kita mau terus belajar dan mencoba," ucap Eyang Santoso
dengan wajah berseri-seri. Kemudian beliau merentangkan
tangan dan memeluk Oscar erat. "Jangan pernah mendengar
omongan orang lain, kalau itu tidak baik untukmu," bisik
Eyang Santoso bijaksana. "Terima kasih, Eyang...."
"Dara nggak bisa dateng, Mas Oscar...," kata Aiko pelan.
Suaranya yang sangat lembut nyaris tak terdengar.
Oscar menatap cewek berkardigan hijau muda itu.
Harapannya untuk bertemu dan memberikan kejutan pada
Dara luntur seketika. "Dara harus lembur," lanjut Aiko. Aiko menatap Oscar
lembut. Wajah orientalnya menyiratkan kesabaran. Kemudian
ia melanjutkan, "Tapi Dara pasti bangga dengan hasil kerja
keras Mas Oscar." Oscar mengangguk. Ia menundukkan kepalanya dan
terdiam beberapa saat. Hatinya sangat gundah karena Dara
tidak bisa hadir. Padahal ia ingin sekali Dara hadir dan
http://pustaka-indo.blogspot.com120
melihat semua. Apa dia harus menjemput Dara di toko kaset
dan memintanya datang" Oh Tuhan, dia ingin sekali Dara
hadir meskipun hanya sebentar.
Di toko kaset Cressendo".
Kriiing! Telepon toko berbunyi. Dara yang terkantuk-kantuk
di meja kasir langsung terbangun dan secepat kilat
mengangkat telepon. "Halo! Cressendo, dengan Dara di sini. Ada yang bisa saya
bantu?"" kata Dara lemas.
"Heh, Gulali! Kau mau datang ke acara Oscar, tidak?"
"Bang Jhooony!"
"Eheem!" Manajer toko yang sedang mengecek CD-CD di
rak melotot ke arah Dara karena cewek itu berisik dan sem"pat membuat dirinya terpelanting saking kagetnya.
Dara menutup mulut dengan tangannya, kemudian kem"bali berbicara di telepon dengan suara berbisik, "Bang Jhony
di mana?" "Di depan." "Hah" Di depan mana?"
"Ya di depan Cressendo. Di telepon umum."
http://pustaka-indo.blogspot.com121
dongak, melihat ke luar etalase toko. Terlihat seorang cowok
bertopi, berjaket, dan berkacamata hitam berada di dalam
kotak telepon umum. "Aku keren, kan?"
"Itu Bang Jhon" Bang Jhon potong rambut" Kok rambut
sarang burungnya bisa masuk dalam topi?"
"Itulah, Dar. Tadi aku pakai gel rambut Ipank banyak-ba"nyak sampai kepalaku pusing. Habis itu aku dipinjami jaring
konde milik ibu Saka."
Dara terkekeh-kekeh tertahan karena takut ketahuan si
manajer galak. "Hei, kau tak datang ke pameran foto di Galeri Pe"muda?"
"Nggak bisa, Bang Jhon. Aku disuruh jaga toko sama
Bos." "Tenang saja. Aku dan Saka sudah menyusun strategi."
"Strategi?" "Iya. Nanti Saka akan mengalihkan perhatian manajermu
itu. Lalu aku jemput kau lewat pintu belakang. Oke?"
Dalam benaknya, Dara membayangkan salah satu adegan
di film saat James Bond mengatur strategi menyerang
musuh. Cuma agak sulit membayangkan James Bond yang
bertampang bule dan bergaya perlente berubah menjadi
Bang Jhony dengan rambut kribo dan gaya berpakaian yang
selalu kinclong di segala suasana. Sangat aneh dan tidak
mungkin! Belum sempat Dara menjawab pertanyaan Jhony, ter"dengar suara tut... tut... tut..., tanda waktu bicara sudah
http://pustaka-indo.blogspot.com122
habis. Pasti karena Bang Jhony nggak memasukkan koin
lagi. Bang Jhony memang begitu. Ngirit banget kalau urus"an duit. Kalau jajan di warung, kembalian cepek aja masih
ditagih-tagih untuk dimasukkan ke celengan kodok milik"nya.
Jhony tampak keluar dari kotak telepon umum. Bagaikan
anggota FBI, cowok itu menaiki vespa pinky-nya, menyalakan
mesinnya, dan langsung menghilang tanpa jejak. Kayaknya
dia udah berusaha nggak menarik perhatian, namun justru
perilakunya itu sangat mencolok. Belum lagi suara vespanya
yang hampir menyaingi selusin bajaj. Jelas aja manajer Dara
langsung mendongak keluar dan menggeleng-gelengkan
kepalanya, mengira Jhony salah seorang anggota geng
motor. Nggak lama kemudian, muncul sosok cowok berpakaian
lurik Jawa, bercelana jins, dan bersandal jepit. Siapa lagi
kalau bukan Saka. Akhirnya sang dewa penyelamat datang!
Melihat Saka muncul, Dara langsung pura-pura sibuk me"nerima telepon sambil sok-sokan mencatat di buku biar
manajernya nggak menyuruhnya untuk melayani. Padahal
Dara sedang menulis pesan buat manajernya yang bunyinya,
"Bos, maaf lahir-batin ya. Potong dari jatah cuti aku aja. Tapi
jangan potong gaji ya, Bos."
Si manajer yang melihat Dara sibuk banget langsung
sigap melayani pembeli gadungan itu. "Ada yang bisa saya
bantu, Mas?" Saka menengok ke arah manajer itu. "Ooo iya, saya" cari
CD lagu. Itu lho, yang cover-nya warna putih, terus ada garis
http://pustaka-indo.blogspot.com123
merahnya," ucap Saka dengan logat Jawa yang masih
kental. "Putih, ada garis merahnya" Waduh, kalau gitu susah,
Mas. Nama penyanyinya siapa?"
"Nah itu, saya ndak tau penyanyinya siapa. Lha wong itu
punya temen saya. Saya suka lagu-lagunya, Mas. Makanya
saya cari di sini." "Kompilasi ya, Mas?"
"Iya," jawab Saka yakin.
Sementara si manajer sibuk melayani Saka, Dara pelan"pelan membereskan barang-barang miliknya dan keluar me"nuju pintu belakang toko. Ketika membuka pintu, Dara
mendapati Jhony dengan kacamata hitam segede Gaban dan
vespa pinky-nya pasang aksi. Ia menaik-turunkan kacamata
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hitamnya kayak wiper mobil.
"Cepetan, Bang!" ucap Dara sambil buru-buru nangkring
di jok belakang dan mengenakan helm yang diberikan
Jhony. "Bereees! Pegangan yang kenceng, Dar!"
Nggak ada semenit si pinky langsung melesat. Meskipun
jalannya slow motion, suaranya tetap kayak suara motor yang
lagi balapan. Nggak apa-apa deh, yang penting gaya. Belum
lagi asap knalpot yang itemnya minta ampun. Jangan-jangan
nih vespa bahan bakarnya arang, bukan bensin!
"Abang udah kayak tokoh di film Mission Impossible belum,
Dar?" "Udah kok, Bang. Udah banget. Impossible banget deh po"koknya"."
http://pustaka-indo.blogspot.com124
Mendengar jawaban Dara, Bang Jhony tambah semangat
ngegas vespa pinky-nya itu sambil menikmati semilir angin
yang menerpa wajahnya. Ketika di lampu merah, Dara menurunkan penutup
helmnya lantaran tengsin berat. Gimana nggak tengsin kalau
mereka jadi pusat perhatian anak-anak SMA yang baru
pulang sekolah dalam bus kota.
Reaksi Dara sungguh berbeda dengan Jhony. Cowok itu
malah pasang aksi dengan menggerak-gerakkan kacamata
hitamnya sambil cengar-cengir sok kegantengan karena meng"anggap cewek-cewek sekolahan itu ngecengin dirinya. Jelas
aja anak-anak sekolahan dalam bus itu malah tambah berisik
dengan menyoraki dan bersiul-siul ria ke arah mereka. Jhony
pun tambah kepedean dengan meniupkan kiss-bye ke arah
cewek-cewek itu. Ampun deh!
Sementara itu di toko kaset, manajer Dara masih belum
sadar dengan aksi kabur pegawainya itu. Dia masih sibuk
meladeni Saka yang terlihat sangat menyusahkan dan men"jengkelkan.
"Isi lagunya apa aja, Mas?"
"Ada campur-campur, Mas. Ada Greenday, Sheila On7,
Didi Kempot"," jawab Saka asal-asalan. Sumpah! Ngaconya
kebangetan. Si manajer cuma melongo. Kemudian ia berkata, "Wah,
itu mah CD kosong yang diisi sendiri lagunya...."
http://pustaka-indo.blogspot.com125
Baru jalan sepuluh menit, rasanya udah kayak setahun. Itu"lah yang dirasakan Dara saat naik vespa pink Jhony. Padahal
suaranya sudah ngalahin motor yang lagi trek-trekan, tapi
jalannya masih kayak siput. Slow motion. Lama banget!
"Bang Jhon, kok nggak nyampe-nyampe ya?" tanya Dara
dengan wajah lelah. "Maklumlah, tempatnya kan jauh. Kamu sabar saja...."
Jauh" Jauh apaan" Galeri Pemuda kan jaraknya cuma be"berapa kilometer dari tempat Dara kerja. Paling nggak
sampai setengah jam udah sampai.
Dara menyipitkan mata memandang kejauhan. Ia mulai
menyadari bahwa sebuah bangunan di ujung jalan yang sejak
tadi ia lihat dari kejauhan nggak juga berhasil dilewati. Ini
vespa apa sepeda onthel sih" Sepeda onthel milik Saka aja
nggak gini-gini amat jalannya. Nggak tau apa, orang lagi
buru-buru" Tiba-tiba sebuah suara aneh terdengar dari bodi Pinky.
Pret" pret" pretet". Pletaak! Mendadak mesinnya
ngadat. Nggak ada lima menit langsung mati total.
Jhony berusaha menstarter motornya, tapi sayang, mesin
masih nggak mau nyala. Ngambek! Bahkan lama-kelamaan
roda Pinky bergerak mundur karena nggak kuat tanjakan.
Jhony tampak panik. Dara memejamkan matanya rapat"rapat. Dalam hati, ia berdoa semoga Pinky bisa nyala lagi.
"Wah, Dar, sepertinya Pinky harus didorong sampai pe"rempatan," ucap Jhony serius. Kelihatan banget dia begitu
cemas dengan kesehatan vespanya.
http://pustaka-indo.blogspot.com126
Dara cuma bisa pasrah. Akhirnya ia turun dari vespa itu
dan mulai mendorong sekuat tenaga. Sial! Mana matahari
sore lagi terik-teriknya! Tambahan lagi, jalanan menanjak itu
baru berakhir pas di perempatan lampu merah.
"Waduh, maaf sekali, Dar. Pinky jarang banget manja
begini. Mungkin gara-gara kemarin Abang lupa cuci.
Makanya dia jadi ngambek."
Dara cuma diam. Dia malah sibuk mengatur napasnya
biar nggak pingsan di tengah jalan.
Tiba di perempatan lampu merah, Dara menghela napas
lega karena mulai terdengar tanda-tanda kehidupan dari
pinky. Dan benar saja, sesaat kemudian, vespa tersebut lang"sung berbunyi.
"Welcome back, darling," ucap Jhony tulus dari lubuk hati"nya yang paling dalam menyambut Pinky yang kembali
hidup. Matanya berkaca-kaca saking terharunya. Mungkin
juga terharu karena nggak jadi ngeluarin ongkos untuk ke
bengkel memperbaiki vespa kesayangannya itu. Pinky me"mang pengertian.
Saat menunggu lampu merah berubah warna menjadi
hijau, seorang bencong datang menghampiri. Dengan ber"bekal alat musik handmade dari tutup botol, tas jinjing warna
pink, syal bulu-bulu, dan make-up yang nggak luntur sejak
pagi, ia mulai beratraksi. "Eh, Abang kribo, tas eike
kembaran warna sama vespa yeiy. Luchu gilaaa"."
"Udah, buruan nyanyi. Ntar keburu lampu ijo lho. Ke"tabrak kan berabe," ujar Jhony enteng sambil cengar-cengir.
"Eike jadi korban tabrak lari dong. Iiih" takuuut," ucap
http://pustaka-indo.blogspot.com127
bencong itu centil. Baru aja dia mau mulai menyanyi, tiba"tiba dari arah berlawanan seseorang menjambret tas tangan
bencong tersebut. Kontan saja si bencong langsung jejeritan
panik. Dara yang melihat kejadian tersebut di depan matanya
langsung turun dari vespa Jhony dan lari mengejar pen"jambret sialan itu.
"Woi, Dar! Kau mau ke mana?" tanya Jhony panik.
Dara tak peduli. Ia tetap mengejar penjambret itu.
Mumpung dia lagi emosi. Jadi energinya nggak terbuang
sia-sia. Dari kejauhan ia menatap sosok penjambret tersebut.
Tiba-tiba pikirannya seperti di-flashback ke beberapa waktu
lalu saat ia kehilangan Mr. Dekil gara-gara mengejar seorang
penjambret di pasar. "Lho, dia" dia kan penjambret yang waktu itu! Iya,
nggak salah lagi. Rambut keriting gondrong, baju ala Dao
Ming Se. Ya, nggak salah lagi!" Pas tau penjambret itu
adalah orang yang sama dengan orang yang waktu itu
menyebabkan ia kehilangan Mr. Dekil, Dara langsung se"mangat mengejar.
Di belakang Dara, si bencong juga nggak kalah semangat
mengejar penjambret tersebut sambil mengacung-ngacungkan
sandal hak tingginya. "Dasar penjambret nggak tau diri!
Bikin make-up eike luntur!" Bencong itu terus-terusan memaki
si penjambret. Semua mata tertuju ke aksi kejar-kejaran tersebut. Bahkan
beberapa orang ikut membantu menangkap penjambret itu
hingga dia terpojok dan terjerembap tak berkutik ke dalam
http://pustaka-indo.blogspot.com128
bak sampah. Langsung saja dia dikeroyok massa. Penjambret
itu hanya bisa pasrah menerima "hadiah" gratis dari orang"orang. Belum lagi ditambah omelan Dara dan pastinya
cacian bencong tadi. "Eh, gara-gara kamu, aku kehilangan Mr. Dekil!"
Oom Bencong ikutan cerewet, "Setan! Yeiy berani"beraninya jambret tas pink eike! MAU CARI MATI YA!"
Mendadak suara bencong tersebut menggelegar. Ia langsung
menduduki tubuh penjambret tersebut dan menamparnya.
Jhony yang tiba dengan vespanya buru-buru menarik Dara
yang masih semangat ikut mengeroyok penjambret tersebut.
"Sudahlah, Dar. Kita sudah telat nih."
"Aku geregetaaan, Bang Jhooon!"
"Sudah, sudah! Nanti dilanjutkan lagi!"
Hah" Nanti dilanjutkan lagi" Emangnya nonton DVD"
Dara mencoba mengontrol emosinya. Ia lalu nangkring di
atas vespa Jhony. "Langsung tancap, Bang Jhoon!"
"Bereees, Bos!"
Seperti mendengar aba-aba, Pinky langsung melesat bak
meteor menuju Galeri Pemuda.
http://pustaka-indo.blogspot.com129
KETIKA tiba di Galeri Pemuda, penampilan Dara udah
nggak keruan bentuknya. Rambutnya acak-acakan kayak ha"bis kena angin topan. Belum lagi mukanya yang berlepotan
debu. Beda banget sama penampilan orang-orang yang
datang di acara pameran lomba foto tersebut yang sebagian
besar menggunakan jas dan gaun. Tapi Dara yang emang
dasarnya cuek banget, nggak terlalu ambil pusing dengan
hal itu. Cewek itu dengan pedenya memasuki ruangan sam"bil membersihkan debu yang mengotori rambutnya.
Tapi begitu ia memasuki ruangan, nyalinya ciut juga.
Masalahnya, setiap orang langsung menoleh ke arahnya,
memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Seakan dirinya lebih menarik dibandingkan foto"foto yang dipajang di sana.
Dara menghentikan langkahnya. Ia mulai meneliti pe"nampilannya dari ujung kaki. Ia mengenakan sepatu boots
milik Rana yang tingginya hampir sedengkul, rok mini jins
http://pustaka-indo.blogspot.com130
dengan banyak tempelan, dipadukan legging hitam dan kaus
putih polos. Dara nyengir salah tingkah karena sadar dirinya saltum
alias salah kostum. Dalam hati, ia terus-terusan ngomong,
Dara, cari Oscar, kasih selamat, dan pulang. Nggak usah basa"basi, nggak usah sok-sok ngerti fotografi, dan nggak usah nyicip"nyicip makanan.
Baru aja Dara mau memasuki ruang pameran, tiba-tiba
seorang cowok menepuk pundaknya lumayan keras. Saking
kagetnya, Dara sampai melonjak.
"Hai, Dar". You"re coming. Nice to see you here"."
Dara menengok dan melihat Oscar begitu gagahnya dengan
jas hitam dan jins biru dongker. Wajah Oscar tampak berseri"seri. Saat itulah Dara menyadari bahwa Oscar mirip Bima.
"Nggak usah pake bahasa Inggris bisa nggak sih" Nggak
ngerti nih"." Oscar tersenyum. Wajahnya memancarkan kebahagiaan
yang luar biasa karena melihat Dara hadir. "Gue seneng
banget ngeliat elo di sini. Gimana surprise dari gue?"
Dara berpikir dalam hati. Surprise" Surprise apaan"
Apakah maksud Oscar pameran lomba foto ini" Kenapa dia bilang
ini surprise" Apa sebegitu penting dia menunjukkan kemampuan"nya untuk mengikuti lomba foto ini padaku" Dara mengangguk"angguk sambil melihat sekeliling. "Hmmm" rame juga ya
yang datang. Selamat, ya"."
"Elo senang?" Senang" Emangnya penting ya tau perasaanku senang atau
nggak" Ini kan acara dia. Dara terus-terusan ngomong dalam
http://pustaka-indo.blogspot.com131
hati. Dengan setengah bingung, Dara menganggukkan ke"palanya lagi.
Tiba-tiba Oscar menyentuh pipi Dara dengan tangan
kanannya yang membuat cewek itu langsung panik karena
dikiranya Oscar mau macem-macem.
"Eiiit" mau ngapain kamu?"
"Kok muka lo item-item gini?" tanya Oscar sambil meng"hilangkan noda hitam di pipi Dara dengan tangannya.
Seorang pria bersafari biru mendekati Oscar dan mem"bisikkan sesuatu di telinganya. Oscar tampak sedikit marah.
Ia berpaling ke arah Dara. "Tunggu sebentar ya, Dar. Ja"ngan ke mana-mana lho!" ucap Oscar dan bergegas pergi.
Dara menghela napas lega. Tangannya meraba saku rok
mininya dan menemukan sebuah permen karet. Ia membuka
bungkusnya dan mengunyah. Asli! Padahal dia nggak ber"harap di sana terlalu lama. Tapi apa mau dikata, Oscar me"minta untuk menunggunya. Sebenarnya jujur saja, Dara
nggak begitu tertarik dengan pameran foto itu. Dia lebih
tertarik dengan kue-kue dan minuman yang disediakan di
sana. Makanya dia langsung berjalan ke meja makanan.
Lagian dari kejauhan warna kue-kuenya tampak eye catching.
Warna-warni kayak gaya pakaian Bang Jhony.
Saat berjalan ke meja makanan, entah kenapa Dara merasa
ingin melihat hasil foto peserta lomba yang dipajang di
ruang pamer. Soalnya melihat dari tema lombanya, yaitu
"Cerita dari Negeri Dongeng", kayaknya foto-fotonya bakal"an nggak membosankan untuk dilihat. Jadi apa salahnya
liat-liat sebentar. http://pustaka-indo.blogspot.com132
Setelah menengok ke kiri dan kanan, Dara melangkahkan
kaki ke ruang pamer yang terang benderang oleh lampu
display. Dalam ruangan itu Dara berlagak sebagai pengamat foto
profesional. Ia menyusuri setiap dinding tempat foto peserta
lomba dipajang. Di depan setiap foto ia terdiam selama
beberapa saat. Gayanya seakan-akan ia amat tertarik dengan
dunia fotografi. Padahal ia sengaja menghitung lama waktu
terdiam agar nggak keliatan bego-bego amat. Maklum, ia
awam banget di bidang itu.
Dinding pertama tidak membuatnya tertarik. Judulnya
Mimpi Putri Tidur. Meraih juara harapan. Entah apa sebenar"nya arti juara harapan yang dimaksud.
Foto itu hanya menampilkan seorang wanita cantik yang
tertidur dalam bathtub sambil membawa buket mawar. Ada
juga foto wanita yang sama sedang tersenyum di tengah
taman bunga, dalam becak, dan di atas sepeda onthel
dengan seorang lelaki yang diibaratkan sebagai pengerannya.
Terakhir, tampak wanita dan lelaki tersebut memakai gaun
pengantin di sebuah gedung penuh bunga. Alur cerita dalam
foto tersebut benar-benar seperti cerita negeri dongeng pada
umumnya yang selalu diakhiri dengan kalimat, "...sang
pangeran dan putri pun hidup bahagia selamanya." Sangat
klise. "Hhmm" nggak menarik," bisik Dara. Untung suaranya
nggak terlalu keras. Masalahnya, dia nggak ngeh kalau di
http://pustaka-indo.blogspot.com133
sebut. Lelaki tersebut kayaknya nggak ambil pusing dengan
para pendengarnya yang terkantuk-kantuk mendengarkan"nya.
Salah seorang di antara pendengarnya berbisik kepada
teman di sebelahnya, "Udah berapa lama dia ngomong?"
"Hampir satu setengah jam. Diulang-ulang terus tanpa
dikasih jeda." Dara tak peduli. Ia melanjutkan ke dinding kedua tempat
juara favorit lomba tersebut memajang foto.
Tiba di dinding kedua, seketika sekujur tubuh Dara me"rinding. Jantungnya berdetak sangat cepat. Wajahnya ter"paku, tidak bisa berkata-kata. Jangankan berkata-kata, ber"gerak saja dia tak mampu. Hanya matanya yang menatap
tak percaya ke arah foto-foto di dinding itu.
Apa-apaan ini" Kenapa ada foto Mr. Dekil, sepatu kesayangan"nya yang hilang itu" Lalu, kenapa objek foto-foto pada dinding
itu adalah" dirinya" Satu foto, dua foto, tiga foto".
Dara melangkah mundur, menggerakkan tubuhnya per"lahan agar ia dapat melihat seluruh foto yang dipajang di
dinding kedua itu. Mendadak tubuhnya lemas. Napasnya
terasa berat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Semua
objek foto di dinding itu adalah dirinya. Foto-foto itu ber"cerita tentang dirinya. Ini dinding milik Oscar. Ya, Oscar
menjadikan Dara sebagai objek fotonya.
Ada saat Dara menatap Ray bahagia di depan toko kaset
dengan bersandal jepit, saat dirinya tertawa riang, bahkan
ketika ia marah. Ada juga saat Dara siaran di radio dan be"kerja di toko kaset dengan meminjam sepatu milik Rana dan
http://pustaka-indo.blogspot.com134
Aiko. Momen saat Dara berlari menerobos hujan dan me"nangis sedih juga tak terlewatkan oleh jepretan kamera
Oscar. Bahkan ketika Dara menunjukkan kemampuannya
untuk menari balet dan berdiri dengan ujung jari kakinya.
Dara membaca judul di atas foto-foto itu, Sepatu Keds
Cinderella. Satu hal yang lebih tidak diduga oleh Dara adalah foto
saat Ray sedang bermesraan dengan seorang cewek di Taman
Kota. God, kenapa Oscar tega melakukan ini semua"
Mata Dara tertuju pada meja tinggi bertaplak merah be"ludru yang diletakkan tepat di depan dinding foto tersebut.
Ia sangat mengenal benda yang diletakkan di atasnya. Ya,
Mr. Dekil ada di sana. Mr. Dekil yang hilang karena Dara
ingin melempar seorang penjambret. Tapi kenapa Mr. Dekil
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa ada pada Oscar" Kenapa Oscar nggak bilang bahwa dia tau
di mana Mr. Dekil berada"
Dengan cepat Dara berjalan keluar ruangan. Air mata sa"kit hati keluar dari pelupuk matanya. Ia merasa malu sekali.
Oscar seakan menelanjanginya habis-habisan. Membongkar
semua kisah pribadinya. Pantesan aja orang-orang menatap
aneh ke arahnya saat ia datang. Ternyata bukan karena pe"nampilannya. Tapi karena dirinyalah yang berada dalam
foto-foto karya Oscar. Seandainya acara tersebut dihadiri oleh
500 pengunjung, berarti 500 orang pulalah yang telah me"ngetahui kisah hidup Dara. Oh, God!
Saking buru-burunya, Dara tak sengaja menyenggol J.B.
Montaimana. Kakek itu langsung menatapnya dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
http://pustaka-indo.blogspot.com135
Jhony yang baru saja mau masuk kontan bingung melihat
Dara dengan mata berkaca-kaca keluar dari ruang pamer.
"Dar, kau kenapa?" tanya Jhony. Tapi sayang Dara tak
menghiraukan sama sekali.
Saat Jhony berpapasan dengan Oscar, cowok kribo itu
langsung nyerocos, "Hei! Dara kenapa, Os?"
"Dara" Bukannya dia"." Oscar yang nggak ngeh dengan
pertanyaan Jhony jelas bingung. Tapi, ketika ia tidak me"nemukan Dara di tempat cewek itu berdiri tadi, Oscar lang"sung panik. "Dia ke mana?"
Jhony memasang tampang blo"on sambil menunjuk pintu
keluar. Secepat kilat Oscar berlari ke arah yang ditunjuk Jhony.
Ketika melihat sosok Dara, Oscar langsung menahan cewek
itu. "Dar, tunggu!"
Dara menatap Oscar dengan wajah sedih. "Jadi itu surprise
yang kamu maksud" Makasih, aku sangat terkejut!"
"Dar, maaf kalau gue nggak bilang sebelumnya ke elo.
Gue nggak tau kalau itu justru bikin elo marah."
"Kamu pikir kehidupan pribadiku itu patut untuk diper"tontonkan" Denger ya, aku emang putus sekolah, aku emang
yatim-piatu. Tapi bukan berarti aku nggak punya harga diri.
Bukan berarti kamu bisa menjadikan kehidupanku sebagai
objekmu. Bukan berarti juga orang-orang berhak menonton
semuanya." "Maaf". I never thought"."
"Sepatu kedsku, undangan di Taman Kota, dan pameran
http://pustaka-indo.blogspot.com136
foto ini. Ternyata semua ini cuma skenario kamu. Selamat,
Os. Kamu berhasil!" Oscar terdiam. "Gue cuma nggak mau ngeliat elo diboho"ngi terus sama cowok itu, Dar. Itu nggak adil buat elo!"
"Aku udah biasa diperlakukan nggak adil, Os. Tapi ke"napa kamu tega membuat itu semua menjadi tontonan
orang?"" kata Dara lirih sambi mengusap air matanya. "Se"karang kamu puas, kan?"
Dengan cepat Oscar menarik tubuh Dara dalam dekapan"nya. Ia membiarkan Dara menangis di dadanya. Ia menyesal,
sangat menyesal! Dara mendorong tubuh Oscar dan berkata, "Aku pikir
kamu beda dengan orang-orang kaya lain di luar sana yang
senang meremehkan orang seperti aku. Tapi ternyata aku
salah, Os...." "Gue cuma pengen deket sama elo, Dar. Gue nggak mau
elo disakitin. Nggak boleh ada satu orang pun yang nyakitin
elo. Kenapa sih elo nggak ngerti itu" Kenapa gue nggak
boleh deket sama elo?"
"Karena kamu Montaimana, Os. Nggak ada satu orang
pun yang nggak tahu keluarga Montaimana. Anggota ke"luarga Montaimana nggak pantas dekat dengan cewek tolol
seperti aku." Dara menatap Oscar lekat-lekat. Kemudian ia
berkata pelan, "Jangan ganggu aku lagi, Os"." Dara pun
berjalan meninggalkan Oscar yang langsung memanggil"manggil namanya.
"Gue melakukan itu karena gue suka sama elo, Dar! Lo
denger itu!" teriak Oscar dari kejauhan. "Gue serius, Dar!"
http://pustaka-indo.blogspot.com137
Tapi Dara tak peduli. Ia terus berlari menjauhi Galeri Pe"muda. Dalam hati kecilnya, ia menyesal telah mengenal
cowok bernama Oscar itu. Saat Oscar ingin kembali ke tempat acara, kakeknya sudah
berdiri di hadapannya bersama Karen. Menatapnya seakan"akan Oscar pajangan unik di ruang tamu.
"Siapa cewek itu?" tanya J.B. Montaimana.
Oscar masih menunduk. Untuk mengangkat kepalanya
saja ia tak mampu. Apalagi menjawab pertanyaan kakeknya.
Ia bingung dengan apa yang seharusnya ia lakukan saat ini.
Ia hanya ingin sendirian.
"Jawab, Oscar!"
"Namanya Dara."
"Dia perempuan dalam foto itu, kan?"
Oscar mengangguk lemah. J.B. Montaimana menghela napas panjang. "Kakek nggak
pernah melarang kamu untuk berteman dengan perempuan
mana pun. Bermain-main dengan perempuan dari mana saja.
Tapi hati-hati kalau kamu mulai serius dengan perempuan.
Pilih perempuan baik-baik yang tidak haus materi dan tau
bagaimana berpenampilan di tempat umum. Ke tempat
seperti ini kok kayak mau main"."
Oscar mengangkat kepalanya, menatap kakeknya tajam.
Tiba-tiba ia melepas jas hitam yang dikenakannya dan me"lepaskan celana jinsnya sampai ia hanya menggunakan celana
boxer sedengkulnya dan kaus oblong putih. Ia sampirkan jas
dan celana jinsnya di bahu.
http://pustaka-indo.blogspot.com138
"Oscar! Apa yang kamu lakukan?" tanya. J.B. Montaimana.
Dia kelihatan sangat panik dan malu. Namun nada suaranya
tetap tenang dan tegas. Mungkin ia sudah terbiasa meng"hadapi hal-hal yang di luar dugaan.
"Ini kan, yang menurut Kakek tau bagaimana ber"penampilan di tempat umum?" ucap Oscar.
"Ke mana harga dirimu, Oscar?" Suara J.B. Montaimana
terdengar meninggi. "Ukuran harga diri bukan dari penilaian orang lain, Kek.
Seseorang mempunyai harga diri sebagaimana adanya. Bukan
sebagaimana yang diharapkannya." Kemudian ia menunjuk
ke arah Karen. "Dan elo! Sebenernya udah lama gue mau
ngomong ini. Elo emang cantik, seksi, dan berkelas, Ren. Tapi
sayang, otak lo nggak ada isinya. Lo seharusnya belajar
bagaimana supaya kecantikan bisa muncul dari dalam hati lo.
Bukan dari make-up mahal lo. Kita putus!" lanjut Oscar tegas
sambil berjalan santai, pergi meninggalkan tempat acara
dengan sepatu pantofel hitam dan kaus kaki yang terlihat
sangat tidak matching dengan celana boxer merahnya.
AAAKH! BRAK! PRANG! Kegaduhan terdengar dari dalam kamar Oscar. Mbok
Ginah yang lagi masak di dapur jelas kaget setengah mati.
Dengan langkah tertatih karena kainnya yang ribet, Mbok
Ginah buru-buru menuju kamar Oscar.
http://pustaka-indo.blogspot.com139
Di depan kamar Oscar, Mbok Ginah mengetuk pintu
kamar dengan ragu. "TINGGALIN GUE SENDIRI!" Terdengar teriakan keras
dari dalam kamar. Sesaat kemudian suara benda-benda yang
berjatuhan kembali terdengar.
Mbok Ginah tampak cemas. Ia memberanikan diri mem"buka pintu kamar Oscar. Saat pintu terbuka, mendadak se"buah benda tertuju ke arahnya. Untung Mbok Ginah cepat
menghindar. Hasilnya, benda itu nggak jadi mendarat mulus
di keningnya. Kamar Oscar sangat berantakan. Bantal, guling, dan se"limut entah nyasar ke mana. Koleksi CD Oscar berceceran
di mana-mana. Beberapa di antaranya malah terbelah men"jadi dua.
Mbok Ginah melihat majikannya duduk terkulai bersandar
pada tembok. Wajah Oscar tampak kacau dengan tangan
kanan memegang sebotol minuman beralkohol. Ia terdiam
dengan napas naik-turun. Tubuhnya basah oleh keringat. Di
sekelilingnya, foto-foto Dara berserakan di lantai. Tembok"tembok di kamar itu penuh tempelan foto-foto Dara dengan
berbagai pose. "Mas Oscar... Nyebut, Mas, nyebut"," ucap Mbok Ginah
cemas. "Saya memang cowok brengsek ya, Mbok?"
"Eee" Mas Oscar ndak boleh ngomong begitu."
Oscar meneguk minuman dari botol di tangannya. Sesaat
ia menatap Mbok Ginah, memperhatikan kerutan-kerutan di
http://pustaka-indo.blogspot.com140
wajah wanita itu yang merupakan saksi sejarah pertumbuhan
dirinya. Mbok Ginah menatap Oscar sedih. Baru kali ini ia melihat
Oscar sekacau itu karena seorang cewek.
Sejak menjelang remaja, Oscar memang senang gonta"ganti pacar. Tapi semua nggak ada yang serius. Bahkan saat
putus dari Karen pun, Oscar masih bisa melampiaskan
kekecewaannya dengan hobi fotonya. Tapi kenapa kali ini ia
begitu lemah" Apa karena kali ini ia betul-betul mencintai
Dara sehingga belum siap kalau harus kehilangan cewek
itu" "Jangan pergi dulu, Mbok. Temenin saya di sini?"
Mbok Ginah duduk termenung menatap Oscar yang
tambah banyak meneguk minuman di tangannya tanpa
mampu berbuat apa-apa. Dalam hati wanita tua itu me"nangis, seperti ikut merasakan kesedihan mendalam yang
sedang dirasakan majikannya itu.
"Seharusnya saya nggak ke Jogja, Mbok," kata Oscar
lemah. "Saya nggak pernah nyangka saya bisa selemah ini.
Saya pikir saya nggak bakalan jatuh cinta untuk kedua
kalinya. Tapi semua berubah sejak ketemu dia...."
Mbok Ginah melihat wajah Oscar yang tambah kacau. Ia
nggak tega. Hatinya sakit.
"Dia cewek hebat, Mbok"," ujar Oscar dengan suara be"getar. "DIA HEBAT KARENA MEMBUAT OSCAR
MONTAIMANA MERASA KEHILANGAN!" teriak Oscar
emosi sambil melemparkan botol di tangannya. Praaangg!
http://pustaka-indo.blogspot.com141
nenangkan Oscar dengan sekuat tenaga. Dalam hati ia ber"doa agar segalanya berubah menjadi lebih baik besok. Ia
hanya ingin Oscar bahagia. Itu saja.
Saat malam bertambah larut, Mbok Ginah melihat Oscar
yang kelelahan tertidur di lantai kamar. "Gusti, berikan Mas
Oscar kebahagiaan." http://pustaka-indo.blogspot.com142
PAGI ini, matahari tampak kurang bersemangat menyinari
bumi. Tapi Eyang Santoso tetap memberi makan Richard,
beo kesayangannya, sambil menyenandungkan lagu Jawa.
Keasyikannya terhenti ketika ia melihat Dara keluar rumah
dengan celana jins belel dan kaus hitam.
Dengan wajah lesu Dara berjalan mendekati Eyang
Santoso dan" gubraak! Cewek itu tersungkur.
"Eh, kamu kenapa" Hati-hati dong," ucap Eyang Santoso
heran. Kemudian ia melihat sepatu keds putih kebesaran
yang Dara kenakan. "Kamu pinjam sepatunya siapa?"
"Sepatu Dido, Eyang," jawab Dara sambil berjongkok, ber"lagak sibuk mengikat tali sepatu.
"Kenapa nggak pinjam punya Aiko?"
"Aiko cuma punya sepatu model cewek, Eyang. Nggak
bebas kalau dipakai buat mondar-mandir."
"Tapi itu lebih baik daripada menggunakan sepatu kebesar"an, kan?" lanjut Eyang Santoso sambil tersenyum.
http://pustaka-indo.blogspot.com143
Dara berdiri dan langsung menyalami Eyang Santoso
untuk pamit pergi bekerja seperti biasanya. Wajahnya masih
saja tertunduk, membuat Eyang Santoso curiga.
"Kamu sakit?" Dara menggeleng, berusaha menghindari tatapan Eyang
Santoso. Masalahnya, semalaman dia nangis kejer gara-gara
kejadian kemarin. Baru kali itu dia dipermalukan sebegitu
sadis. Jadilah matanya sampai bengkak. Dia nggak mau
Eyang Santoso sampai tau apa yang dia rasakan.
Eyang Santoso tersenyum sambil menatap Dara tajam,
seakan tau bahwa Dara sedang menutupi sesuatu. Kakek itu
memang selalu tersenyum tenang saat mengetahui sesuatu
sedang terjadi pada anak-anak kosnya.
"Oke, aku ngaku," kata Dara sambil mengangkat tangan"nya. Kemudian ia duduk di ujung teras. Sejenak ia tertunduk,
"Aku bingung, Eyang. Di satu sisi aku merasa udah dipermalu"kan habis-habisan oleh Oscar. Tapi di sisi lain, aku nggak
mau kehilangan teman seperti Oscar..." Dara menghela napas
panjang. "Dia sebenarnya pribadi yang menyenangkan. Sering
merasa kesepian meskipun berada di tengah-tengah keramai"an. Sama kayak aku, Eyang"."
Eyang Santoso menatap lembut ke arah Dara yang tam"pak kacau. Kemudian dengan tenang beliau berkata, "Apa
kamu tau, Dara?""
Dara menengok ke arah Eyang Santoso, penasaran dengan
apa yang ingin beliau katakan. Selama ini Eyang Santoso
memang orang yang paling bijaksana dalam menanggapi
segala permasalahan yang ada di dalam Soda.
http://pustaka-indo.blogspot.com144
"Hampir setiap hari, saat kamu bekerja, Oscar datang ke
Soda menemani Eyang ngobrol. Karena itu Eyang tau Oscar
lelaki yang sangat cerdas. Pengetahuannya sangat banyak.
Hanya mungkin penampilannya yang agak cuek dan bertolak
belakang dengan Bima," cerita Eyang Santoso sambil
tersenyum. Kemudian beliau melanjutkan, "Hingga suatu
hari, Eyang menceritakan soal anak-anak Soda. Tentang
Melanie, Saka, Jhony, Aiko, Dido, Ipank, Bima, dan
kamu"." "Aku" Eyang cerita apa tentang aku?"
"Ndak banyak yang Eyang ceritakan. Paling hanya cerita
saat Eyang dan kamu bertemu di Bandung. Malahan dia
yang lebih banyak cerita soal kamu. Nak Oscar sangat me"ngagumimu. Katanya, belum pernah ia bertemu dengan se"orang gadis yang memiliki semangat seperti kamu. Pekerja
keras dan pantang menyerah."
"Oscar bilang begitu, Eyang?"
Eyang Santoso mengangguk. "Seumur hidupnya, belum
pernah ada seorang pun yang berani menatap matanya untuk
menantangnya. Tapi kamu" kamu membuat ia terkaget-ka"get dengan keberanianmu menatap untuk menantangnya."
"Huh! Sama orang nyebelin kayak dia, buat apa takut,
Yang?" "Tapi ada bagian yang sangat kebetulan"."
Dara mengerutkan keningnya. "Kebetulan?"
Eyang Santoso tersenyum. "Ya, kebetulan karena Cinderella
melemparkan sepatunya tepat di kepala sang Pangeran.
Hahaha"," ungkap Eyang Santoso sambil tertawa lebar.
http://pustaka-indo.blogspot.com145
Dara tersipu malu. Ternyata cowok yang tanpa sengaja
terkena lemparan Mr. Dekil waktu itu adalah Oscar.
"Sebenarnya Eyang sudah tahu semuanya sejak awal. Tapi
Oscar meminta Eyang untuk merahasiakannya."
"Ta-tapi kenapa, Eyang?"
"Karena Oscar tau kamu sangat menyayangi sepatu itu.
Kalau kamu tau sepatu itu dia simpan, pasti kamu akan
meminta sepatu itu kembali. Oscar tidak mau itu terjadi
dalam waktu singkat. Karena?"
"Karena?" "Karena dengan menyimpan sepatumu, dia bisa merasakan
kehadiranmu di sisinya. Dengan begitu, emosi yang sering
meledak-ledak dalam dirinya bisa tertahan. Dia jauh lebih
tenang, karena kamu"," tutur Eyang Santoso sambil me"natap Dara lembut.
Dara merebahkan kepalanya di meja sambil menatap se"cangkir kopi di hadapannya. Gara-gara keasyikan ngobrol
sama Eyang Santoso, pagi ini Dara nyaris terlambat siaran.
Padahal belum ada semenit ia tiba di kantor Radio Velocity,
tahu-tahu udah langsung mengudara. Mbak Octa nyaris
pingsan menunggu Dara datang. Masalahnya, dia yang
bertanggung jawab terhadap acara Dara di radio. Jadi semua"nya harus berjalan se-perfect mungkin.
http://pustaka-indo.blogspot.com146
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dar, coba lihat deh!" kata Beno sambil melemparkan se"majalah mode keluaran luar negeri ke atas meja. "Aku baru
beli kemarin." Dara mengambil majalah tersebut dan melihat-lihat isinya.
Majalah itu bagus banget. Isinya full colour dengan foto-foto
berkualitas tinggi. Cover-nya keren banget karena diambil di
dalam air. Model cover tersebut mengenakan gaun putih pan"jang dengan background ikan-ikan di dasar laut. Wow! Pasti
majalah ini harganya mahal. "Hmm" bagus banget majalah"nya. Cover-nya keren."
"Coba deh kamu buka rubrik cover story-nya."
Dara membolak-balik lembar majalah untuk mencari
rubrik yang disarankan Beno. Hingga sampailah dia di
halaman yang dimaksud. Dara terbengong-bengong menatap
halaman tersebut karena melihat foto seseorang yang cukup
dikenalnya. "Oscar Montaimana. Fotografer muda berbakat dari
Indonesia yang tidak pernah mengambil pendidikan fotografi
secara formal," ucap Beno.
"Ma-maksudnya" Oscar adalah fotografer yang membuat
foto cover dalam air ini?" tanya Dara tak percaya.
Beno mengangguk-anggukkan kepala. "Di situ tertulis
bahwa Oscar Montaimana adalah fotografer freelance yang
banyak dipakai majalah-majalah luar negeri karena taste
fotografinya yang tinggi. Semua hasil fotonya sanggup ber"cerita sendiri."
Jantung Dara berdetak lebih cepat. Ia tak menyangka,
Oscar yang selama ini ia kenal sebagai cowok yang malas
http://pustaka-indo.blogspot.com147
bekerja dan doyan menghabiskan uang perusahaan keluarga
adalah fotografer freelance di Amerika.
"Hebat ya. Padahal duitnya kan udah banyak. Ngapain
juga dia jadi fotografer freelance?" ucap Beno sambil meneguk
minuman di meja. "Dara, lima menit lagi lagu habis." Mbak Octa melongok"kan kepalanya dari balik ruang operator untuk mengingatkan
Dara. "Sip, Mbak!" Dara menghela napas panjang, mencoba me"ngontrol diri. Kemudian ia beranjak dari tempat duduknya
setelah mengeluarkan permen karet, menaruhnya di kertas,
dan meneguk kopinya. Sementara itu di rumah Oscar, suara Dara siaran meng"gema di seantero kamar. Cowok itu sengaja menyambungkan
radio dengan speaker kamarnya agar ia bisa mendengarkan
suara Dara dengan jelas. Semakin ia mendengar suara Dara,
semakin besar rasa bersalahnya pada cewek itu. Namun di
sisi lain, kekaguman Oscar pada kinerja Dara yang sangat
profesional bertambah besar. Profesional" Iya, bayangin aja,
dengan hati yang masih terasa bagai disayat-sayat, Dara
mampu membawakan acara di radio dengan begitu riang
seakan semuanya baik-baik saja. Di situlah Oscar merasa
nothing banget dibandingkan dengan Dara.
Brak! Pintu kamar Oscar dibuka dengan kasar. Tahu-tahu
Bima muncul dan menarik tubuh Oscar ke luar kamar
menuju taman. "Aku dengar semua kelakuanmu di acara
kemarin! Memalukan!"
Oscar sangat kaget dengan kehadiran Bima yang begitu
http://pustaka-indo.blogspot.com148
mendadak itu. Bukannya Bima sedang ada di Jakarta dengan
Papa dan Mama menghadiri pertemuan besar" Kenapa seka"rang cowok itu di sini"
"Sudah aku bilang, jangan pernah sakiti satu pun anak
Soda! Tapi kenapa kamu permalukan Dara di depan orang"orang, hah!" Bima memukul wajah Oscar beberapa kali.
Lumayan keras. Mungkin Bima merasa itulah jalan satu"satunya yang dapat membuat Oscar jera. "Puas kamu mem"permalukan keluarga kita" Puas kamu mempermalukan aku
di mata anak-anak Soda?"
Oscar berusaha menghindari pukulan Bima. Cowok itu
mendorong tubuh kakaknya dan balik menyerang. "Gue
nggak terima karena elo yang selalu menang, Bim!"
"Jadi kamu jealous" Hah?"
Terjadi perkelahian yang tidak bisa dihindarkan lagi.
Mereka saling memukul, berguling, dan saling mencengke"ram. Baju kedua cowok itu berantakan. Seandainya ini acara
smackdown, sangat susah memprediksi siapa pemenangnya
karena postur tubuh dan kekuatan mereka sama persis.
Akhirnya kakak-beradik itu tersungkur di tanah. Kedua"nya sudah tak mampu bangkit. Kehabisan tenaga. Wajah
mereka penuh luka lebam. Mereka terdiam, menatap
hamparan langit yang terbentang di atas mereka.
"Sebenarnya, bukan kamu yang jealous sama aku, Os. Tapi
justru aku yang jealous sama kamu," kata Bima pelan. Ia
seperti malu mengungkapkan hal tersebut. Hal yang selama
ini ia tutup-tutupi agar statusnya sebagai anak sulung tidak
jatuh. http://pustaka-indo.blogspot.com149
Oscar tampak heran mendengar pernyataan Bima barusan.
Apakah saat ini Bima mengaku kalah dari dirinya" Tapi
kalah dalam hal apa" Mustahil banget Bima merasa kalah.
Bima kan perfect. Semua yang Oscar inginkan ada di dalam
diri kakaknya itu. Pelan Bima mulai bercerita. "Sejak kecil, aku selalu nggak
mau kalah sama kamu. Padahal aku sadar banget, kamulah
yang terlahir sempurna. Di antara keluarga Montaimana,
kamu yang paling cerdas dan punya otak encer. Kamu juga
yang paling berani, paling banyak disukai cewek-cewek.
Waktu SD, aku harus belajar mati-matian supaya bisa
ranking satu. Tapi kamu" Kamu nggak pernah belajar sama
sekali. Kerjaan kamu cuma main terus. Tapi herannya, kamu
selalu bisa masuk lima besar. Butuh waktu berhari-hari buat
aku menghafal pelajaran. Sedangkan kamu" Kamu hanya
butuh satu jam untuk menghafal pelajaran yang sama."
Bima mengungkapkan cerita itu sambil menerawang jauh,
mengingat memori masa kecil mereka. "Kamu visible dan
aku invisible. Pergaulan kamu luas banget. Beda sama aku
yang selalu di rumah untuk belajar mati-matian. Aku nggak
mau kamu menyaingi aku. Sampai detik ini pun, kamu
masih lebih unggul daripada aku. Kamu cerdas. Kamu bisa
lima bahasa asing tanpa harus lama belajar."
"Tapi keluarga Montaimana sangat membangga-banggakan
elo, Bim. Bima yang ganteng, Bima yang masuk kelas
akselerasi, Bima yang cumlaude"."
"Itu karena keluarga kita nggak menyadari betapa brilian
otakmu, Os. Mereka hanya melihat apa yang mereka lihat.
http://pustaka-indo.blogspot.com150
Mereka hanya melihat aku yang belajar mati-matian di
rumah, sementara kamu malah asyik dengan dunia fotografi.
Kamu tidak pernah sedikit pun kelihatan usaha. Kadang hal
yang nyata justru bukan hal yang sebenarnya."
"Apa karena elo nggak mau kalah dari gue, makanya itu
elo selingkuh dengan Karen waktu itu?"
"Karen itu memang licik. Waktu itu dia yang membuat
seolah-olah kami melakukan sesuatu. Karen yang me"rencanakan agar kamu melihat semuanya."
"Sebenarnya dari dulu gue udah tau kalau Karen nggak
pernah tulus mencintai gue, Bim."
Bima menatap adik semata wayangnya itu dengan heran.
"Karen bukan mencintai diri gue. Tapi dia mencintai harta
keluarga kita. Gue tau Karen nggak akan ambil pusing siapa
yang akan bersama dia. Gue atau elo sama aja buat dia.
Yang dia incar hanya nama keluarga kita."
"Tapi kenapa kamu"."
"Gue masih mau sama dia?"
Bima mengangguk. Matanya membulat karena penasaran
dengan apa yang akan terlontar dari mulut Oscar.
"Pertama, gue kasihan sama dia. Dia rela melakukan apa
pun untuk bisa bersama gue. Termasuk untuk difoto tanpa
pakaian sekalipun. Karen berkali-kali meminta gue memotret
dia kayak gitu karena menurutnya dengan begitu gue akan
jatuh cinta sama dia. Tapi gue nggak mau."
"Yang bener?" "Makanya gue justru nggak mau dia melakukan itu. Gue
nggak suka. Sayang banget tubuh cewek secantik dia malah
http://pustaka-indo.blogspot.com151
diobral dengan begitu murah. Seharusnya dia menghargai
dirinya lebih tinggi. Sayangnya dia terlalu bodoh untuk
berpikir sejauh itu." Oscar terdiam. Kejadian itu memang
sudah lama dia buang jauh-jauh dari ingatannya. "Dan
kedua, sebenarnya gue pengen membalas rasa sakit hati gue
sama Karen. Dia gue pacarin lagi, terus gue campakkan."
"Gimana dengan Dara?"
Oscar menarik napas panjang, "Awalnya gue mau menjadi"kan dia alat pembalasan dendam gue ke elo. Tapi sa"yang..."
"Sayang kenapa?"
"Sayang gue telanjur jatuh cinta duluan sama dia."
Suasana hening sesaat. Mereka menerawang jauh me"nembus langit biru di atas mereka.
"Bim?" "Hm?" "Apa lo masih pengen gue balik ke Amerika?"
Bima menatap Oscar tajam. "Sorry, Os. Tapi Papa me"minta aku menyuruh kamu kembali ke Amerika. Kakek
Monta yang menceritakan kejadian kemarin ke Papa.
Mendengar itu, Papa marah besar. Tiketnya sudah disiapkan.
Lusa kamu harus balik ke Amerika."
Oscar memejamkan matanya sejenak, menarik napas yang
terasa berat, kemudian berkata, "Jagain Dara baik-baik, Bim.
Oke, gue akan balik ke Amerika."
Diam-diam Bima memperhatikan Oscar. Ia melihat sosok
yang berbeda dari adiknya itu. Ia menyadari Oscar telah ber"ubah menjadi cowok dewasa yang mengerti bagaimana cara
http://pustaka-indo.blogspot.com152
bertanggung jawab dan berkorban untuk sesuatu yang di"cintainya. Oscar bukan lagi anak bungsu manja yang malas
bekerja dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah
dengan pergi ke kelab untuk hura-hura.
Suara ringtone HP di saku celana Bima berbunyi. Cowok
itu mengambil HP dan melihat layar HP-nya. Sesaat ia me"noleh ke arah Oscar sambil mengerutkan keningnya. "Karen
nelepon." Oscar memberikan tanda agar Bima segera mengangkat"nya.
Bima menekan tombol loudspeaker di HP-nya, lalu me"nyapa Karen. "Ya, Ren?"
"Hai, Bim. Di mana" Hmmm" lagi sibuk nggak?" Suara
Karen terdengar ceria di telepon.
Bima menengok ke arah Oscar untuk meminta pendapat"nya.
Oscar menggelengkan kepala, menandakan agar Bima
menjawab bahwa dirinya nggak sibuk.
"Di rumah. Nggak sibuk, Ren. Kenapa?"
"Aku ke rumah kamu, ya."
"Silakan," jawab Bima sesuai perintah Oscar.
"Hmm" ada Oscar nggak?"
Bima kembali menengok ke arah Oscar, kemudian ia
menjawab, "Nggak."
"Okay. See you then. Bye."
Bima menutup teleponnya sambil tersenyum penuh
makna. "Aku rasa" kita harus bikin kejutan buat Karen."
http://pustaka-indo.blogspot.com153
Oscar ikutan tersenyum. "Hhhmmm" boleh juga. Kita
buat dia nyesel kenal kita berdua. It"s show time"."
Karen tiba di rumah Bima tepat pukul dua siang, naik taksi.
Serasa di rumah sendiri, Karen langsung menerobos masuk
melewati Mbok Ginah yang sedang mengelap meja ruang
tamu. Bima sedang di ruang makan dengan kaus kuning dan
celana rumahnya. Rambutnya acak-acakan, menandakan diri"nya belum mandi. Ia terlihat sibuk mengecek beberapa
lembar kertas di meja makan.
Karen duduk tepat di hadapan Bima. Ia memperhatikan
cowok itu bekerja. Bima mengangkat kepalanya. "Hai, Ren. Ada perlu apa?"
"Aku" mau ngomong sesuatu sama kamu."
Bima beranjak dari tempat duduknya dan menyampirkan
handuk di bahunya. Ia melangkah menuju kamar mandi.
"Nanti aja, ya. Aku mau mandi dulu."
Karen mengangkat bahu. "Ya udah, aku tunggu," jawab"nya setengah kesal. Ia memperhatikan Bima masuk kamar
mandi di seberang ruang makan.
Lima menit berlalu. Karen yang terkenal paling nggak
sabaran menunggu jelas sebel. Dengan gusar ia beranjak dari
tempat duduknya. Setengah mengendap-endap, ia melangkah
http://pustaka-indo.blogspot.com154
mendekati kamar mandi. Ia dapat mendengar dengan jelas
suara pancuran air dari dalam. Cewek itu menempelkan
telinganya di pintu kamar mandi, lalu mengetuk pintu
tersebut. Bima membuka pintu kamar mandi sedikit hingga hanya
kepalanya yang bisa nongol. Rambut Bima terlihat basah.
"Karen" Kan aku bilang nanti bicaranya."
Karen menatap Bima. "Aku nggak bisa kelamaan nunggu
kamu, Bima"." Karen menarik napas panjang. "Aku" aku
nggak akan pernah menyerah untuk bisa mendapatkan
kamu, Bim." "Maksudmu apa, Ren" Kamu kan pacar Oscar. Jangan
mengulangi hal gila yang dulu kamu lakuin, Ren!"
Karen tertawa. "Oscar" Cowok tolol yang nggak bisa di"andalkan itu" Bercanda kamu. Mana mungkin aku serius
suka sama dia, Bim" Aku lebih suka cowok dewasa seperti
kamu. Meskipun kalian kakak-beradik, aku tau pasti siapa
yang aku cintai." "Ren, kamu mengganggu waktu mandiku," ucap Bima
dingin. Ia coba menutup pintu kamar mandi, tapi nggak
bisa karena Karen menahannya.
Karen tambah mendekat. "Justru itu, aku pengen me"melukmu, mencintaimu"." Belum sempat Karen me"lanjutkan kalimatnya, ia langsung mendorong pintu ka"mar mandi dan ia pun tersentak, tak percaya dengan apa
yang dilihatnya. Bima masih berpakaian lengkap. Pancuran air di bathtub
sengaja dinyalakan. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah
http://pustaka-indo.blogspot.com155
Oscar terlihat duduk dengan santai di meja wastafel kamar
mandi. Cowok itu tersenyum menatap Karen.
Tubuh Karen gemetar. "Ka-kalian"."
"Apa kabar cowok tolol yang nggak bisa diandalkan itu,
Ren?" tanya Oscar santai.
Karen menatap Bima dan Oscar bergantian. Kemudian
dengan gusar ia berlari keluar. Wajahnya merah menahan
malu. "Kalian berdua sama aja! Brengsek! Bajingan!"
Oscar dan Bima menatap kepergian Karen dengan senyum
penuh kemenangan. "Gue rasa, kita bisa jadi tim yang hebat untuk menjebak
cewek matre," kata Oscar sambil menyeringai.
"Setuju!" "Mau cari korban selanjutnya?"
"Hahaha" maybe next time."
"So, where do we go now" I"m starving."
Keesokan harinya, Dara tampak serius mengelap meja kasir
di toko kaset. Ia tak peduli saat melihat Oscar datang dan
berdiri di hadapannya. Oscar memandang Dara dalam diam. Menatap wajah
cewek itu tajam. Saking tajamnya sampai membuat hati
Dara merasa seperti ditusuk-tusuk. Cekit" cekit" cekit".
Dara tambah tidak peduli. Yang jelas, saat ini ia sangat
kesal pada cowok yang berdiri di hadapannya itu. Jadi mau
http://pustaka-indo.blogspot.com156
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cowok itu jungkir balik, kayang, goyang dombret, Dara
tetap sebodo amat! Ia terus sibuk membereskan barang"barang di meja tanpa sedikit pun berpaling ke arah Oscar.
"Besok jam delapan pagi gue balik ke Amerika," kata
Oscar pelan. Matanya tampak sendu. Hatinya sakit menahan
hasratnya untuk memeluk cewek di depannya itu. Ia ingin
mendekap Dara erat agar cewek itu tidak pergi jauh darinya.
Tapi ia nggak bisa. Jangankan bisa memeluk Dara, kehadir"annya aja nggak diperhatikan Dara. Ia merasa seperti roh
yang hanya bisa memandang cewek yang dicintainya tanpa
mampu ia sentuh. Perlahan Oscar meletakkan tangannya beberapa senti di
atas punggung tangan Dara. Ia tak berani menyentuhnya
sama sekali. Tapi ia dapat merasakan Dara mengetahui apa
yang ia rasakan saat itu.
Dara terdiam, namun masih tetap tak berani menatap ke
arah Oscar. Padahal jantungnya berdegup sangat kencang.
Tangannya tak berani ia gerakkan. Semua terasa mem"beku.
"Makasih ya, Dar. Elo udah ngasih gue satu keajaiban"."
Oscar menarik tangannya dan mengambil sebuah kotak
kardus yang sejak tadi ia bawa. Kemudian ia letakkan di
atas meja dan ia geser ke arah Dara. "Buat elo"."
Dara terdiam. Ia sama sekali tak menyentuh benda itu.
Seluruh tubuhnya seakan berdenyut-denyut. Ia bahkan dapat
mendengar detak jantungnya sendiri.
"Te amo desde lo m"s profundo de mi coraz"n," ucap Oscar
perlahan. Ia kemudian berjalan meninggalkan Dara dengan
http://pustaka-indo.blogspot.com157
wajah tertunduk. "Gue mencintai Elo, Dar. Gue mencintai
lo dari lubuk hati gue yang paling dalam. Seharusnya lo
ngerti, Dar"." Oscar berjalan melewati deretan bangunan tua yang sudah
tidak berpenghuni. Tempat itu kini justru dimanfaatkan oleh
para pengemis dan pedagang kaki lima.
Beberapa penyapu jalanan terlihat berkumpul di salah satu
sudut mengelilingi tukang jamu gendong yang menawarkan
jamu pegel linu yang langsung ludes dibeli para penyapu
jalan tersebut. Lumayan, daripada harus pergi ke salon atau
spa. Mendingan yang murah meriah dan langsung cespleng.
Klik! Oscar tidak mau meninggalkan objek menarik ter"sebut dari kameranya. Sejenak ia menghela napas panjang,
berharap rasa sakit dan penyesalannya ikut terbang bersama
udara yang keluar dari tubuhnya.
Mungkin ini ending ceritanya. Menyakitkan memang. Tapi gue
harus kuat, gue harus bisa melewati ini semua. Gue yang memulai,
gue juga yang harus menanggung semuanya. Nggak seharusnya
Dara gue sakiti. Nggak seharusnya juga gue dateng ke Jogja,
Oscar terus berkata dalam hati.
Dari kejauhan terlihat seorang cowok bertopi merah meng"isap sebatang rokok dalam-dalam. Cowok itu menyandarkan
tubuhnya pada tembok etalase sebuah toko bersama ketiga
temannya. http://pustaka-indo.blogspot.com158
Saat Oscar melewati mereka, tiba-tiba cowok bertopi itu
menjegal kaki Oscar, membuat Oscar hampir saja terjatuh.
Mendadak sebuah hantaman mengenai wajah cowok itu.
Oscar menoleh dan melihat keempat cowok tadi mengeroyok"nya, memegangi tubuhnya.
"Apa-apaan ini?"
"Elo pasti tau siapa gue, kan?" ujar cowok bertopi merah
dengan tatapan menantang.
Oscar memperhatikan wajah cowok itu dan mulai me"ngenalinya. Cowok itu adalah Ray, mantan pacar Dara.
"Elo kan yang bilang ke Dara tentang semuanya" Hah!"
Ray melayangkan pukulan ke tubuh Oscar. Kemudian ia
tersenyum sinis. "Jangan main-main sama Ray, Mas!"
Ketiga teman Ray melepaskan pegangannya dengan kasar.
Kemudian dengan bertubi-tubi, mereka beramai-ramai me"mukuli Oscar hingga cowok itu tersungkur.
Meskipun Oscar pemegang sabuk hitam karate, tetap lain
ceritanya kalau dikeroyok rame-rame kayak gini.
"Dasar orang kaya! Bisanya cuma ngurusin urusan orang
lain!" ucap Ray sambil memberikan instruksi pada teman"temannya untuk meninggalkan Oscar yang terkapar di jalan.
Sebelum pergi, Ray mengambil kamera kesayangan Oscar
dan membantingnya ke jalan. Prak!
Oscar berusaha menggapai-gapai kamera kesayangannya.
Tapi sayang, tubuhnya terlalu lemah untuk melakukan itu.
Akhirnya ia hanya bisa pasrah melihat kamera kesayangannya
tergeletak tak jauh darinya.
http://pustaka-indo.blogspot.com159
Tuhan, jangan biarkan aku kehilangan dua hal yang aku
cintai dalam waktu yang sama.
Malamnya, Dara keluar dari kamar mandi mengenakan
tanktop putih dan celana panjang abu-abu. Tangannya sibuk
mengeringkan rambutnya yang basah habis keramas dengan
handuk. Sesekali ia bersiul mengikuti irama lagu Chris
Brown yang berjudul With You di radio.
Ketika masuk kamar, Dara menyempatkan diri untuk
becermin sejenak. Ia membersihkan wajahnya dengan kapas
supaya tidurnya lebih enak.
Tapi, malam ini Dara malah nggak bisa tidur. Dia asyik
mendengarkan Chaca, temannya sesama penyiar Radio
Velocity, yang lagi siaran. Chaca membawakan program
acara Death by Love. Acara radio yang khusus membahas
masalah cinta. Program acara Death by Love termasuk baru
di Radio Velocity, tapi program itu sudah memperoleh rating
lumayan tinggi. Pandangan Dara beralih ke sebuah kotak kardus di atas
meja. Ia beranjak dari tempatnya dan berjalan pelan men"dekati kotak itu. Dengan ragu ia membuka penutup kotak
tersebut. God! Mr. Dekil ada di sana. Masih seperti dulu.
Dipegangnya sepatu kesayangannya itu dan dipindahkannya
ke luar kotak. Dara mengambil album foto hitam yang berada di bawah
http://pustaka-indo.blogspot.com160
Mr. Dekil. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di kasur.
Perlahan-lahan ia membuka cover hitam album tersebut. Ia
membaca tulisan di lembar pertama. "Keajaiban Cinderella."
Dara melihat foto pertama dalam album itu. Dipandangi"nya agak lama sebelum akhirnya ia menyadari lokasi dalam
foto itu. "Ini kan" Soda."
Foto itu menampilkan pekarangan kos-kosan Soda yang
penuh dengan pepohonan dan tak ketinggalan sebuah mobil
kuno yang sejak lama berada di pekarangan kos-kosan ter"sebut. Di bagian bawahnya tertulis sebuah kalimat, "Kereta
kuda Cinderella tak pernah berjalan menuju istana."
Dara membalik halaman berikutnya dan melihat foto Mr.
Dekil yang tergeletak di jalanan. Semua foto dalam album
tersebut hitam-putih. Justru itu yang membuat semuanya
seakan memiliki kisah yang dalam.
Di lembar berikutnya, ia melihat foto dirinya yang sedang
bekerja di radio, di toko kaset, dan naik bus dari tempat
kerja yang satu ke yang lainnya.
Malam itu Dara melihat foto-foto dirinya yang dibuat
Oscar secara lebih saksama. Sebagian foto dalam album ter"sebut memang dipajang pada pameran Oscar kemarin. Tapi
banyak yang hanya ada dalam album tersebut.
Perlahan air mata Dara menetes. Sejak kehilangan kedua
orangtuanya, Dara tidak pernah diperhatikan sebegitu
mendetail oleh seseorang. Baru kali ini ia menyadari ada
seseorang yang sangat peduli dengan kehidupannya. Sangat
peka dengan apa yang ia rasakan. Seakan orang itu adalah
salah satu bagian dalam dirinya.
http://pustaka-indo.blogspot.com161
Dalam hati Dara bertanya-tanya mengapa orang seperti
Oscar rela melakukan hal yang luar biasa seperti itu. Seorang
Montaimana. Apa Oscar benar-benar menyayangi dirinya"
Tapi mana mungkin" Hingga lembar terakhir, kembali terdapat foto Mr. Dekil
di atas sebuah bantal berbentuk hati dengan sekuntum ma"war di sebelahnya. Di akhir album, terdapat sebuah tulis"an:
Ternyata Ibu Peri tak pernah hadir memberikan keajaib"an. Tapi Cinderella yang telah membuat sebuah keajaiban.
Sebuah cinta untuk pangeran.
Air mata Dara jatuh membasahi album foto tersebut.
Jantungnya berdegup cepat. Ia bingung.... Ia bingung dengan
apa yang ia rasakan. Apa ia mencintai Oscar" Jika benar,
apakah orang seperti dirinya pantas mencintai cowok seperti
Oscar" Cucu seorang pengusaha kaya. Seorang Montaimana.
Seandainya Oscar bukan seorang Montaimana".
http://pustaka-indo.blogspot.com162
"85.12 Radio Velocity! Pagiii" waduh, tumben nih pagi-pagi
gini Jogja diguyur hujan. Maaf banget suara Dara lagi kurang
oke pagi ini karena flu. Tapi tenang aja, Dara masih bisa setia
nemenin kamu di 85.12 Radio Velocity"."
Dara menyetel lagu pertama dari Mariah Carey yang judul
Through The Rain supaya cocok sama suasana pagi itu.
Kemudian ia mengenakan capuchon jaketnya dan merebahkan
wajahnya di meja. Ketika Mbak Octa datang, Dara sengaja membenamkan
wajahnya di antara lengannya.
Mbak Octa membelai punggung Dara. "Kamu lagi nggak
fit, ya" Seharusnya nggak usah dipaksain. Kan ada Beno
yang bisa ngegantiin kamu," ujar Mbak Octa bijaksana se"perti biasa.
Dara mengintip dari balik lengannya. Memandang wajah
Mbak Octa dalam diam. http://pustaka-indo.blogspot.com163
Mbak Octa tersenyum penuh makna. "Kamu bohong,
kan" Kamu bukannya lagi flu. Tapi kamu lagi sedih, kan?"
Ah! Mbak Octa tau aja. Jangan-jangan dia keturunan
Mama Lauren, bisa meramal. Dara emang paling nggak bisa
bohong sama Mbak Octa. Entah kenapa ekspresi wajahnya
selalu bisa ditebak oleh Mbak Octa. Makanya dengan malu"malu Dara mengangkat wajah.
"Kamu yakin, nggak mau ngantar Oscar ke bandara?"
Dara terdiam. Kepalanya tertunduk kembali. Matanya ter"pejam sejenak sambil mengatur napasnya yang terasa berat.
"Ntar nyesel lho"," kata Mbak Octa sambil menatap
wajah Dara lembut. "Kamu masih marah karena pameran
foto itu" Dara, nggak semua orang bisa terbuka dan berani
untuk menyatakan perasaannya. Mungkin Oscar punya nyali
segunung. Tapi kalau menyatakan perasaannya, itu lain
cerita." "Tapi aku malu kalau masalah pribadiku digembar-gembor"kan ke publik. Selama ini nggak pernah ada satu orang pun
yang peduli dengan kehidupanku, Mbak. Sekarang"."
"Tapi pernah nggak sih kamu berpikir sedikit berbeda?"
"Maksud Mbak Octa?"
"Setelah acara pameran lomba foto kemarin, Mbak justru
berpikir betapa beruntungnya kamu karena diperhatikan dan
dikagumi sebegitu tulus oleh Oscar. Mbak bisa merasakan
betapa berharga kamu bagi dirinya." Mbak Octa tersenyum.
Kemudian ia melanjutkan ceritanya, "Oscar boleh keturunan
keluarga kaya raya Montaimana. Tapi bukan nggak mungkin
kan kalau justru dia yang merasa dirinya nggak pantas
http://pustaka-indo.blogspot.com164
bersanding dengan cewek sehebat kamu" Akhirnya dia cuma
bisa menunjukkan rasa cintanya melalui foto-foto itu"."
"Aku bingung, Mbak." Dara memegang kepalanya dengan
kening berkerut dan mata terpejam. "Aku tuh habis mimpi
apaan sih bisa dapet masalah kayak gini?"
Mbak Octa tersenyum, kemudian berkata, "Cinderella juga
nggak pernah bermimpi bisa hidup bahagia bersama
pangeran, kan?" Mbak Octa melihat jamnya dan mengingat"kan, "Tiga menit lagi on air"." Mbak Octa menepuk bahu
Dara dan beranjak dari tempat duduknya. Ia bersiap menuju
ruang operator. "Pikirkan baik-baik, ya...," ucap Mbak Octa
sambil mengedipkan sebelah mata.
Dara menggunakan headphone dan mendekatkan wajahnya
ke mikrofon. Perasaannya yang sedang sedih berusaha ia
benamkan sedalam mungkin. "85.12 Radio Velocity. Masih
barengan sama Dara di sini"." Tiba-tiba Dara berhenti ber"bicara. Mendadak pikirannya kosong, nggak tau harus ber"bicara apa. Sesaat Dara menengok ke arah Mbak Octa di
ruang operator dengan wajah cemas.
Mbak Octa yang menyadari situasi itu langsung me"manggil Beno.
Nggak lama kemudian Beno masuk ke ruang siaran dan
langsung menggunakan headphone Dara. Sesaat ia memberi"kan kode dengan tangannya, menunjukkan semua akan baik"baik saja. "Dan" ada Mr. Beno di sini!"
Dara beranjak dari tempat duduknya dengan wajah kacau
dan keluar dari ruang siaran saat Beno telah sukses meng"handle semuanya. Cewek itu mengambil tas dan berlari
http://pustaka-indo.blogspot.com165
keluar kantor Radio Velocity. Padahal hujan masih belum
reda. Dara langsung meluncur menuju bandara dengan taksi.
Ketika tiba di bandara, Dara turun di terminal keberangkat"an. Nggak peduli dengan jalanan yang basah karena hujan.
Tumben banget bandara sepi. Mungkin karena masih pagi
dan hujan pula. Cewek itu langsung menuju papan yang berisi daftar ke"berangkatan pesawat. Hei, kenapa nggak ada keberangkatan
ke Amerika" Apa jangan-jangan pesawatnya udah berang"kat"
Dara duduk lemas di salah satu bangku di ruang tunggu.
Dalam hati ia terus-terusan memarahi dirinya sendiri. Kalau
begini caranya, seumur hidup ia akan dihantui rasa bersalah
karena tidak memberikan kesempatan kepada seorang cowok
bernama Oscar untuk menjelaskan semuanya.
"Aduuuh, bego! Bego! Bego!" Dara memukul-mukul ke"palanya sendiri. Ia mengambil permen karet di tasnya dan
mengunyahnya untuk mengatasi depresinya.
Dengan langkah gontai, Dara menghentikan bus yang
melaju di depan bandara. Sial! Mana busnya penuh banget,
lagi! Mungkin karena pas hujan-hujan gini jarang ada ken"daraan. Dara jadi harus rela berdiri untuk sesegera mungkin
sampai di Soda. Sepanjang perjalanan, Dara terdiam menatap jalanan dari
balik jendela. Perlahan air matanya menetes. Ia tak peduli
dengan orang-orang yang mulai memperhatikan dirinya.
Akhir-akhir ini dia merasa cengeng. Apalagi ditambah back
http://pustaka-indo.blogspot.com166
sound pengamen dalam bus yang menyanyikan lagu Demi
Cinta Keris Patih dengan mendayu-dayu seakan sengaja ingin
mendramatisasi suasana. Sampai di Soda, Dara memasuki rumah dengan lemas.
Rambutnya lepek karena basah kena air hujan, bukan karena
lupa keramas. Eyang Santoso, Aiko, Jhony, dan Saka yang
sedang duduk di ruang TV langsung menengok berbarengan.
Seakan ada magnet yang menarik kepala mereka.
"Kamu dari mana saja, Dar?" tanya Eyang Santoso dengan
nada cemas. "Kami semua khawatir lho, Mbak," ucap Saka ikutan ngo"mong.
Dara cuma menjawab dengan senyuman. Wajahnya pucat
karena kedinginan. Pikirannya kosong. Tiba-tiba sebuah
suara terdengar dari belakangnya.
"Gue juga khawatir."
Dara membalikkan tubuhnya dan terkejut ketika melihat
Oscar berdiri tepat di hadapannya. Jantungnya berdetak
cepat. Mendadak seluruh tubuhnya merinding.
Pelan-pelan Eyang Santoso, Aiko, Jhony, dan Saka pergi
ke lantai atas, meninggalkan mereka berdua di ruang TV.
Oscar memakai jaket agak tebal. Tumben banget. Wajah
Oscar yang putih tampak memerah dan pucat. Di keningnya
tertempel sebuah plester dengan beberapa luka lebam di
wajahnya. Ia menatap Dara. Sorot matanya teduh, namun
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tajam. "Gue khawatir banget..."
"K-kamu kok...."
"Pesawat gue di-delay."
http://pustaka-indo.blogspot.com167
Dara menempelkan telapak tangannya di kening cowok
itu. Tubuh Oscar terasa panas. "Ya ampun, badan kamu pa"nas banget!" Ketika Dara menyadari wajah Oscar penuh
luka, cewek itu langsung menutup pintu dan menyuruh
Oscar ke dalam. "Kamu kenapa" Kok muka kamu memar
gitu?" "Gue jatuh dari motor," ucap Oscar berbohong. Padahal
luka itu akibat pengeroyokan oleh Ray dan teman-temannya
kemarin. Oscar duduk di sofa merah ruang TV. Matanya
tak sedetik pun lepas dari Dara. Ia terus menatap cewek
itu, merasakan gejolak cintanya yang sangat dalam pada
Dara. Dara duduk di sebelah Oscar dan naluri penyiar radio
yang dimilikinya mendadak muncul. Ia langsung nyerocos
panjang-lebar dengan sekali tarikan napas. "Aku tadi ke
bandara. Aku pikir pesawatmu udah berangkat. Aku mau
minta maaf karena nggak seharusnya aku nggak dengerin
penjelasan kamu dulu. Aku yakin kamu punya alasan yang
cukup kuat kenapa kamu menggunakan kisahku dalam foto"foto kamu itu. Selama aku kenal kamu, aku merasakan
banyak kesamaan di antara kita. Kamu dan aku sama-sama
pencinta musik dan film. Termasuk saat aku tau kalau kita
lahir di tanggal, bulan, dan tahun yang sama. Aku merasa
menemukan soulmate aku"."
"Apa elo sayang sama gue?"
"Aaaak.... Ng...?" Bibir Dara seakan terkunci ketika Oscar
memotong kalimatnya dengan pertanyaan yang sangat me"ngagetkan itu. Seluruh bagian di dalam tubuhnya terasa
http://pustaka-indo.blogspot.com168
berdenyut-denyut. Ia menggigit ujung bibirnya, bingung
harus menjawab apa. Oscar menatap tajam tepat di bola mata Dara. Terdiam,
menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut cewek
itu. Tatapan Oscar membuat Dara salting. Matanya beling"satan ke mana-mana. Jantungnya deg-degan banget.
"Gue cuma pengen tau jawabannya, Dar," kata Oscar
sambil mengeluarkan tiket pesawat dari dalam tasnya. "Gue
akan balik ke Amerika. Elo nggak perlu takut untuk nge"jawabnya kok. Karena nanti kita juga nggak akan ketemu
lagi. Gue siap mendengar apa pun jawaban lo."
Dara masih terlihat ragu. Ia menundukkan kepalanya,
mencoba mengontrol perasaan aneh dalam dirinya. Kenapa
dia merasa grogi" Apa yang harus dia katakan di depan
Oscar" Dara menarik napas dalam-dalam, berusaha setenang
mungkin. Kemudian ia berkata, "Aku" nggak tau jawaban"nya. Yang aku tau, kamu orang yang menyenangkan. Kamu
selalu ada di saat aku membutuhkan seseorang untuk ber"sandar. Meskipun anak orang kaya, kamu nggak pernah
menunjukkan itu. Kamu selalu bisa membuat aku tenang.
Kamu seperti tau apa yang sedang aku rasakan. Sedih, baha"gia, kecewa, gelisah, kamu bisa mengerti semuanya"." Dara
berkata dengan lembut dan tulus. Matanya tampak berkaca"kaca. "Nggak tau kenapa, saat kamu bilang mau balik ke
Amerika, aku merasa kehilangan setengah bagian dalam diri"ku. Aku malu banget saat foto-fotoku ada di pameran itu.
Tapi sebenarnya aku malu karena kamu berhasil membaca
http://pustaka-indo.blogspot.com169
apa yang aku rasakan. Bahkan saat aku sendiri nggak bisa
mengerti apa yang aku rasakan, kamu tau"."
Tanpa ragu Oscar menarik tubuh Dara, memeluknya erat
hingga cewek itu tersentak kaget. Napasnya seakan berhenti.
Ia merasakan kenyamanan yang luar biasa di sekujur tubuh"nya.
Ketika melepaskan pelukannya, Oscar menatap tiket di
tangannya. Kemudian tanpa ragu ia menyobek tiket ter"sebut.
Dara menatap Oscar dengan heran. "Ke-kenapa tiketnya
disobek?" Oscar kembali menatap Dara. Kali ini dia tersenyum.
"Karena gue udah tau jawabannya."
Dara menatap Oscar tak percaya. Alisnya terangkat. Ia
tersenyum sumringah. Benar apa yang ia pikirkan selama ini.
Oscar memang selalu tau apa yang ia rasakan. Jantung Dara
kembali berdebar. Tanpa ia sadari, wajahnya memerah
menahan malu. Oscar tersenyum menatap wajah cewek di hadapannya
yang terlihat canggung. "Kok diem aja" Gue kan udah nyo"bek tiket pesawatnya untuk elo."
"Terus?" "Gue dicium dong"."
Dara mendorong tubuh Oscar. "Nggak! Apaan sih?"
Dengan tangkas Oscar memegang tangan cewek itu dan
mendekatkan wajahnya dengan tatapan jail.
Dara beranjak dari tempat duduknya, menghindari Oscar.
http://pustaka-indo.blogspot.com170
Tapi cowok itu tetap ngotot mengejarnya. Akhirnya Dara
berlari keluar rumah tanpa peduli dengan derasnya hujan.
Oscar masih jail mengejarnya. Jadilah mereka berdua
malah hujan-hujanan kayak anak kecil. Kejar-kejaran di
pekarangan Soda. Mirip adegan film India. Tapi sayang,
nggak pakai joget-joget. "Hei! Kamu kan lagi sakit!" teriak Dara di tengah hujan sam"bil terus menghindari Oscar yang tak berhenti mengejarnya.
"Gue udah sehat! Sehat banget!" Yup, Oscar merasa sehat.
Bahkan jauh lebih sehat daripada sebelumnya. Apa sih obat
yang paling ampuh untuk orang yang sedang sakit selain
bersama dengan orang yang dicintainya" Hmm" love is such
a wonderful thing. Keesokan harinya. "Aku gemeteran, Os"."
Oscar menggenggam tangan Dara dan menatap cewek itu
sambil tersenyum. "Udah, elo tenang aja. Kan ada gue."
Dara tersenyum. Rasa percaya dirinya perlahan muncul.
Ini pertama kalinya ia akan bertemu dengan orangtua Mas
Bima dan Oscar. Ternyata rasanya lebih parah dibandingkan
naik Tornado Dunia Fantasi.
Setelah tahu Oscar punya pacar baru, besoknya mama
Oscar terbang ke Jogja untuk mengundang Dara makan
http://pustaka-indo.blogspot.com171
malam. Hal itu memang biasa terjadi di keluarga Oscar.
Dulu Karen juga pernah diundang makan sewaktu di
Amerika. Tapi bedanya, waktu itu ia diundang makan di
restoran mahal, bukannya di rumah seperti Dara saat ini.
"Kamu yakin aku nggak perlu pakai gaun atau"."
"Nggak usahlah. Gue aja pakai kaus, celana pendek, sama
sandal. Santai aja. Lagian, penampilan luar nggak penting.
Yang penting kan hatinya"," ucap Oscar sok ngegombal.
"Jangan mulai ngegombal deh!"
Oscar tersenyum tipis. Ia kemudian menarik tangan Dara
memasuki rumah menuju kebun belakang.
Tiba di kebun belakang, tampak mama Oscar sedang
asyik bermain remi dengan Bima.
Sejenak Dara heran. Ternyata orangtua Oscar nggak se"seram yang ia bayangkan. Mama Oscar mengenakan pakaian
kasual. Wajahnya juga nggak seperti wanita-wanita berkelas
yang ada di sinetron-sinetron. Mama Oscar tampak sangat
ayu dan sederhana. Saat Dara tiba, mama Oscar langsung berdiri dan memeluk
ramah cewek itu. Sambutan yang sangat di luar dugaan.
"Hai, selamat datang. Kamu pasti Dara, kan?" ucap
wanita itu sambil tersenyum ramah.
Dara mengangguk canggung. Sesaat ia menoleh ke arah
Oscar yang terlihat sangat bahagia.
Dengan ramah mama Oscar membawa Dara ke sebuah
meja di pinggir kebun untuk bergabung dengan Bima.
Melihat kedatangan Dara, Bima tersenyum dan menatap
cewek itu. http://pustaka-indo.blogspot.com172
"Kamu persis seperti yang Bima ceritakan"." Mama
Oscar kemudian mendekatkan wajahnya ke Dara dan
berbisik, ?"agak nyentrik, tapi baik hati."
"Dan jagoan juga, Ma!" ucap Oscar menambahkan. Ia
seperti bangga dengan gadis yang ia ajak itu.
"Hahaha"." Bima dan mamanya tertawa. Oscar belum
pernah sebangga itu memperkenalkan seorang cewek.
Dara tersipu malu mendengar pujian yang menurutnya
terlalu berlebihan itu. "Oom nggak bisa datang. Biasa, banyak kerjaan. Padahal
Oom pengen banget lho ketemu kamu. Beliau penasaran
seperti apa sih cewek super yang bisa membuat Oscar
bangun pagi, juara lomba foto, dan mendadak bilang mau
ke Jakarta, mau bekerja di kantor papanya. Selama ini Oscar
nggak pernah mau setiap kali papanya menawarkan
pekerjaan. Maklum, anak Tante yang satu ini agak malas
dan keras kepala," tutur mama Oscar lembut. "Hmm"
Dara" kamu bisa main remi?"
"Saya" Bisa, Tante."
"Waaah" Kalau begitu, ayo main!" ajak mama Oscar
antusias. Sore itu, Dara merasa begitu bahagia. Sudah lama ia tidak
merasakan kehangatan keluarga seperti saat ini. Sejak kedua
orangtuanya meninggal dunia, Dara selalu melakukan segala"nya sendiri. Saat itu Dara mulai menyadari bahwa nggak
semua orang kaya itu sombong. Nggak semua orang kaya
selalu meremehkan orang yang lebih rendah derajatnya di"bandingkan mereka.
http://pustaka-indo.blogspot.com173
"Kayaknya Mama suka sama elo, Dar. Buktinya, waktu
elo mau pulang, Mama kelihatan kecewa banget dan maksa
elo nginep," ucap Oscar ketika mengantarkan Dara pulang
ke Soda dengan mobil milik Bima.
Dara tersenyum. "Aku nggak nyangka mamamu bisa me"nerima aku sebaik itu. Beliau orangtua yang baik. Aku udah
lama nggak merasakan kehangatan keluarga seperti tadi."
"Orang baik kayak elo pasti akan diperlakukan baik sama
orang lain. Karen aja nggak pernah diajakin main remi sama
Mama," ucap Oscar sambil tertawa. Ia kemudian membelok"kan mobilnya.
"Kamu masih sayang sama Karen, ya?"
"Kok elo ngomong gitu, Dar?"
"Yah... habis kamu selalu membanding-bandingkan aku
dengan Karen." "Dar, gue nggak pernah ngebandingin elo sama Karen,
ya!" kata Oscar dengan nada tinggi.
"Ya maaf. Aku kan cuma nanya."
"Sekarang tuh nggak ada lagi Karen. Yang ada cuma elo,
Dara. Buat apa gue mikirin masa lalu kalau di depan gue
udah ada masa depan yang jauh lebih baik" Please, elo
jangan ngomong kayak gitu lagi ya, Dar"."
Dara mengangguk. Kemudian ia terdiam. Tatapannya ter"tuju ke jalan panjang di balik jendela. Sepintas ia menatap
Oscar. "Os, tadi waktu aku ke kamar mandi, aku ketemu
mamamu"." "Terus?" http://pustaka-indo.blogspot.com174
"Beliau senyum ke aku dan meluk aku erat banget.
Hangat banget. Beliau bilang ke aku, aku harus jagain kamu
baik-baik. Kata beliau"."
"Apa?" "Kamu memang agak bandel dan cuek. Dari kecil nggak
ada orang yang berani menentang kamu kecuali kedua orang"tua kamu. Kata beliau, kalau kamu marah-marah, aku di"suruh ngambek aja. Biar kamu baik lagi. Kalau perlu jitak
kepala kamu," cerita Dara sambil nyengir. Dara terdiam
sesaat. Kemudian ia bertanya, "Kok mamamu segitu percaya"nya sama aku ya, Os?"
Oscar tersenyum. "Mama bilang begitu?"
Dara mengangguk pelan. Mendadak tangan Oscar menyentuh punggung tangan Dara.
Diangkatnya tangan Dara, dan dikecupnya punggung tangan
cewek itu dengan lembut tanpa berkata apa-apa. Seakan
menunjukkan dirinya begitu bahagia mengetahui cerita itu.
Ketika tiba di Soda, Oscar menatap wajah Dara dalam"dalam. Kemudian cowok itu menarik kepala Dara dan
mencium kepala cewek itu.
"Thanks ya, Dar. Makasih karena elo udah berhasil mem"buat Mama percaya sama elo," jawab Oscar pelan. Terlihat
jelas betapa ia sangat menyayangi Dara.
"Kenapa sih kamu sayang sama aku, Os" Aku kan miskin.
Sedangkan kamu" Anak orang kaya."
Oscar tersenyum lembut. "Yang kaya itu bukan gue, tapi
keluarga gue. Lagian menurut gue, yang dinamakan kaya itu
bukan dari banyaknya harta benda. Tapi kekayaan yang
http://pustaka-indo.blogspot.com175
sebenarnya itu terletak di hati. Dan itu gue temuin di hati lo.
Hebat ya, dengan segala kesulitan yang menimpa, elo selalu
berusaha merasa bahagia dan nggak pernah menyerah sama
keadaan. Gue mesti banyak belajar dari elo."
Dara berpikir sejenak, lalu berkata, "Yang aku tau, tanpa
kesulitan dalam hidup ini, seseorang nggak akan pernah
mengenal kebahagiaan, Os."
Oscar tersenyum. Kemudian tangan cowok itu meraba
kursi belakang dan mengambil sesuatu dari sana. "Besok
mau nemenin gue, nggak?" tanya Oscar sambil memberikan
sebuah undangan. Dara membaca tulisan pada undangan tersebut dan balik
bertanya, "Undangan apaan nih?"
"Ini dari Papa. Besok ada acara pameran foto Sebastian
Cahyadi di Galeri Joglo. Papa nggak bisa dateng. Elo
nemenin gue, ya?" "Oke. See you tomorrow," jawab Dara sok-sokan pake bahasa
Inggris. "Hahaha". Gute nacht."
"Hah" Kamu ngomong apaan?"
"Hahaha" selamat malam, Cinta"."
"Hah" Selamat malam siapa" Coba ulang."
"Ada deeeh" Kalau mau diulang, bayar!"
"Nggak punya duit!"
"Ya udah cium aja."
"Huu". Dasar!"
http://pustaka-indo.blogspot.com176
Besoknya, Oscar menjemput Dara di Soda. Agak lama Oscar
menunggu Dara turun dari kamarnya. Di bawah, Oscar
ditemani Jhony yang lagi asyik nonton sinetron stripping
SMA dengan celana boxer bergambar Spongebob Square"pants.
Saka, Aiko, dan Eyang Santoso sedang di kamar masing"masing.
Oscar heran melihat Jhony yang tampak asyik menatap
layar televisi tanpa berkedip. Makanya dia nggak kuat untuk
nggak komentar. "Masih aja mau dibegoin sama sinetron begituan."
Jhony cuek bebek dan tetap fokus pada layar TV.
Oscar mendekatkan tubuhnya ke Jhony sambil tersenyum
superjail. "Eh, kenapa sih kalau di sinetron, cewek baik
selalu cantik" Terus, kenapa musuh tokoh utama nggak ada
matinya, ya" Terus, jalan ceritanya tuh biasanya cowok po"puler di sekolah suka sama cewek protagonis. Lalu cewek
antagonis datang dan dengan melakukan tindakan out of
control, bayar orang buat nyakitin tokoh protagonis"."
Jhony masih keukeuh menatap adegan sinetron yang sedang
seru-serunya itu. Masalahnya, si tokoh utama lagi dicelakain
sama musuhnya. Jadi Johny berusaha nggak mendengar
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ocehan Oscar karena ia nggak mau melewatkan satu adegan
pun. No way! Sementara Oscar semakin semangat merecoki. "Nah, ini
nih. Adegan standar sinetron. Tokoh utamanya punya seribu
nyawa. Nggak mati-mati. Kalau udah mati biasanya ada
yang nolongin. Eh, yang nolongin nggak taunya masih
http://pustaka-indo.blogspot.com177
sepupu, ipar oomnya dari keponakan adik kakek buyutnya
tetangga saya. Hahaha"." Oscar tertawa geli sendiri.
Jhony masih nggak berkutik. Ia malah makin tegang ka"rena melihat wajah si tokoh utama diguyur air keras oleh
musuh. "Percaya deh. Kalau udah begini, pemain utamanya pasti
udah habis kontrak. Liat aja, habis disiram air keras kan
mukanya hancur, terus operasi plastik dan" triiing!" Oscar
menjentikkan jemarinya. Kemudian ia melanjutkan kalimat"nya, ?"muncullah pemain baru dengan wajah berbeda."
"Kau berisik sekali, Os. Jadi habis kan sinetronnya," ucap
Jhony kesal ketika melihat tulisan "bersambung" di layar
TV. "Huahaha"."
Ketika Dara turun dari kamarnya, Oscar dan Jhony lang"sung menoleh dan terbengong-bengong melihat penampilan
Dara saat itu. Dara mengenakan gaun yang seksi banget dan make-up
yang sangat menor. Udah gitu, dia pakai sepatu high heels
yang entah pinjam dari siapa.
"Hai, Os...." "Dar, elo ngapain?""
Belum sempat Oscar melanjutkan kalimatnya, Dara sudah
memotongnya, "Gimana" Oke, kan?"
Agak lama Dara menunggu tanggapan Oscar. Berkali-kali
ia menaik-turunkan alisnya untuk memancing Oscar segera
berkomentar. Wah, Oscar pasti terkagum-kagum melihat
penampilan Dara malam ini. Buktinya, cowok itu bengong
http://pustaka-indo.blogspot.com178
aja. Dara jadi merasa kayak di film She"s All That.
Ternyata tanggapan Oscar sangat di luar dugaan. Oscar
berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Dara. Tangan"nya mencengkeram lengan Dara dengan kuat. "Hapus make"up lo dan ganti baju lo sekarang!"
"Kamu apa-apaan sih" Aku kan pengen sekali-sekali ke"lihatan cantik, Os!" ucap Dara heran. Apa dia kelihatan jelek"
Bukannya setiap cowok selalu suka kalau pacarnya dandan cantik
kayak cewek "normal?" Tapi kenapa Oscar malah marah" Dasar
aneh! "Elo tuh kayak cewek nggak bener, tau nggak! Malu"maluin aja"."
Dara terdiam. Matanya berkaca-kaca. Dia kan cuma
pengen terlihat cantik, biar bisa sebanding dengan Oscar.
Selama ini dia merasa Oscar terlalu "wah" untuk jadi pacar"nya. Kenapa tadi Oscar tega ngomong gitu"
Dengan sakit hati Dara naik ke kamarnya dan langsung
menghilangkan semua riasannya. Kemudian ia mengganti
pakaiannya dengan pakaian yang sehari-hari ia gunakan.
Di mobil, Dara masih diam aja. Oscar jadi merasa nggak
enak hati karena udah berbicara agak keras tadi.
"Maafin gue, ya. Nggak seharusnya gue ngomong keras
ke elo tadi," ucap Oscar pelan sambil mengusap kepala Dara
dengan tangan kirinya. "Habis, elo ngapain sih pake dandan
menor kayak tadi" Nggak cocok, tau" Kayak ondel-ondel."
Dara masih nggak menanggapi ucapan Oscar. Ondel-ondel"
Sialan! Padahal tadi ia berpikir dirinya mirip pemain film
She"s All That. http://pustaka-indo.blogspot.com179
"Elo itu jauh lebih cantik kalau kayak gini"."
Dara mulai emosi. Ia menarik napas panjang dan langsung
mengeluarkan uneg-unegnya yang sejak tadi ia tahan. "Aku
cuma pengen kelihatan cantik! Masa kamu nggak ngerti
sih?" "Tapi buat apa, Dar" Gue suka elo apa adanya, tanpa ada
kesan dibuat-buat." "Biar" biar aku bisa kayak Karen!"
"Hhhmmfff"." Oscar mendadak menahan tawanya yang
hampir meledak. Oh, God! Jadi itu alasan Dara dandan menor kayak tadi"
Kenapa sih dia nggak ngerti-ngerti kalau gue suka sama dia apa
adanya" Gue sayang sama dia karena dia beda dengan Karen.
Kenapa sih dia selalu merasa dirinya nggak pantas bersanding
dengan gue hanya karena gue itu keturunan Montaimana" Oscar
terus bertanya-tanya dalam hati.
"Huahahaha"!" Akhirnya tawa yang sejak tadi ditahan"tahan Oscar meledak juga. Mana nggak berhenti-berhenti,
lagi! Dara cemberut. "Jangan diketawain!"
"Whakakaka" iiiyyaaa"."
"Ya udah diem! Sssstt"."
http://pustaka-indo.blogspot.com180
SUASANA pameran foto Sebastian Cahyadi di Galeri Joglo
tampak ramai. Kebanyakan yang datang anak-anak muda
Jogja yang tertarik dengan dunia fotografi atau mahasiswa
seni yang memang mempelajari fotografi.
Tapi ada juga segelintir orang tua yang kemungkinan
adalah kolektor foto yang senang datang ke pameran-pameran
foto. Maklum, Sebastian Cahyadi kan fotografer terkenal.
Karya-karyanya patut diacungi jempol.
Oscar datang sambil menggandeng tangan Dara. Sesaat ia
berbisik, "Tuh, untung elo nggak pakai gaun yang tadi.
Kalau jadi, bisa-bisa gue berantem sama cowok-cowok di sini
gara-gara mereka pasti bakalan ngeliatin elo."
"Udah, nggak usah dibahas lagi kenapa sih?" ucap Dara
sedikit ngomel. Sebenarnya ia membenarkan ucapan Oscar.
Masalahnya, sebagian besar yang datang ke pameran tersebut
adalah gerombolan cowok anak kuliahan yang memang ber"minat dengan fotografi. Makanya Dara serasa masuk ke
asrama khusus cowok. Kalo bukan karena ada Oscar, dia
pasti nggak akan berani masuk.
http://pustaka-indo.blogspot.com181
"Oscar Montaimana!" sapa seorang pria berambut gon"drong dari kejauhan. Orang-orang yang berada di ruangan
tersebut jadi mennoleh ke arah Oscar. Pria itu adalah
Sebastian Cahyadi. "Nggak jadi pulang ke Amerika?"
"Waaah... belum, Pak. Selamat atas pameran fotonya ya,
Pak!" ucap Oscar sambil menyalami pria tersebut.
Sebastian Cahyadi tersenyum sumringah. Kemudian ia me"natap Dara dan tertegun sesaat. "Kamu"."
"Ini Dara," jawab Oscar setengah bangga memperkenalkan
Dara. "Oh" ya, ya. Kamu model Oscar itu, kan?"
"Model dadakan, Pak," kata Dara sambil tersenyum kecut.
Sebastian Cahyadi masih menatap Dara takjub. Seakan me"neliti garis wajahnya. "Feeling-mu tepat sekali, Oscar."
"Maksud Pak Sebastian?"
"Wajah Dara sangat unik. Garis-garis di wajahnya sangat
tegas dan matanya sangat ekspresif," ungkap Sebastian
Cahyadi. "Kamu tertarik untuk jadi model?"
Dara menatap Oscar bingung. Model" Dia sama sekali
nggak pernah kepikiran bisa menjadi model. Dia kan nggak
cantik. Kalau dia cantik, pasti dari kecil dia sudah dimasuk"kan ke sekolah modeling. Dara juga nggak bisa jalan lurus
kayak kucing. Kalau jalan suka sradak-sruduk. Belum lagi
dia nggak pernah memakai sepatu high heels. Jadi model"
Model apaan" Model iklan sabun colek"
"O iya, tadi sepertinya ada Karen. Apa kamu sudah ke"temu?" lanjut Sebastian Cahyadi sebelum Dara sempat men"jawab pertanyaannya.
http://pustaka-indo.blogspot.com182
Karen" Ya ampuuun, kenapa harus ada nenek lampir itu
di sini" Oscar menjawab pertanyaan Sebastian Cahyadi hanya de"ngan gelengan kepala.
Baru juga diomongin, tiba-tiba Karen muncul dengan
pakaian yang sangat menarik perhatian. Ia mengenakan
sackdress warna cokelat muda yang ketat banget. Sampai"sampai menonjolkan lekuk tubuhnya. Mungkin dia merasa
sedikit sesak napas memakainya.
Tanpa malu-malu, Karen datang dan langsung mencium
pipi Sebastian Cahyadi. "Congratulation, Oom." Kemudian ia
juga melakukan hal yang sama pada Oscar. Nih cewek
emang nggak tau malu. Udah jelas-jelas dia dijebak habis"habisan oleh Bima dan Oscar. Tindakan Karen itu membuat
Dara canggung. "Oscar, kamu inget baju ini, kan" Ini yang waktu itu
kamu beliin buat aku," ucap Karen sambil memutar
tubuhnya. "Kamu bener. Aku kelihatan cantik pakai ini."
Oscar cuma diam sambil tersenyum tipis. Ia menarik telapak
tangan Dara dan menggenggamnya. Entah apa tujuannya.
"A-aku" ke toilet dulu," ucap Dara canggung sambil me"lepaskan genggaman tangan Oscar. "Permisi...."
Dara melangkahkan kakinya mengikuti penunjuk arah
menuju toilet. Sampai di toilet, Dara langsung menatap
wajahnya pada cermin di atas wastafel. Ia memperhatikan
mata, hidung, pipi, dan bibirnya.
"Mau didandanin kayak apa pun, aku nggak bakalan bisa
http://pustaka-indo.blogspot.com183
netes. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Oscar benar"benar sayang padanya.
Setelah menghapus air matanya dan menenangkan diri,
Dara keluar dari toilet. Namun, betapa terkejutnya ia ketika
melihat Oscar berdiri bersandar pada tembok, menunggunya.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Dara heran.
Oscar mendekati Dara. "Habis, elo lama banget balik dari
toilet. Gue takut elo kenapa-kenapa. Jadinya gue samperin
deh," ucap Oscar santai. Kemudian ia menatap Dara lekat"lekat. "Elo" habis nangis, ya?"
"Nggak kok," ucap Dara sambil berusaha menghindari
tatapan Oscar. "Kenapa" Karena Karen, ya?" tanya Oscar tenang.
Dara terdiam. Kemudian ia menarik napas dalam-dalam,
seakan ingin mengeluarkan masalahnya. "Kamu bisa nggak
sih nggak cium-ciuman kayak gitu sama Karen di depan
aku?" Oscar menatap Dara heran. Kemudian ia tersenyum jail.
"Elo cemburu, ya?"
"Bukannya gitu, tapi..."
Mendadak tangan Oscar menarik lengan Dara, membawa"nya ke tengah kerumunan orang. Mencari posisi Karen.
Dara terbengong-bengong dengan tindakan Oscar. Dalam
hati ia berdoa semoga Oscar tidak melakukan tindakan yang
akan memperkeruh suasana.
Tiba di hadapan Karen, Oscar menarik tubuh Dara agar
merapat ke dirinya. Kemudian ia memeluk cewek itu erat
sampai membuat tubuh Dara terkunci oleh tubuhnya.
http://pustaka-indo.blogspot.com184
Saat Karen melihat ke arah mereka, Oscar langsung me"narik kepala Dara ke dadanya dengan telapak tangannya
sehingga tubuh cewek itu seakan terlindungi oleh tubuh
besar Oscar. Saat itu Oscar membelai dan mencium kepala
Dara. Rambut Dara wangi stroberi. Mungkin Dara memakai
sampo beraroma buah tersebut.
Dara nggak bisa berkutik sama sekali. Ia cuma bisa
pasrah. Ia melihat orang-orang di sekeliling mereka menatap"nya dengan tampang mupeng.
Sedangkan Karen tampak marah besar. Ia terlihat berkali"kali mengentak-entakkan kakinya dengan gusar. Ia kemudian
berjalan pergi meninggalkan ruangan.
Ketika pelukan Oscar merenggang, Dara mulai ngomel.
"Kamu tuh gila, ya" Kan aku malu diliatin orang!"
Oscar tersenyum jail. "Biarin aja. Soalnya kalau nggak
begini, elo nggak akan pernah percaya kalau gue sayang
banget sama elo, Dar. Sayang banget deh pokoknya!"
Dara tersenyum malu. Wajahnya memerah menahan ke"bahagiaan yang tak terbendung. Ia tak pernah menyangka
Oscar yang baru saja ia kenal dengan segala sifat menyebal"kannya bisa membuatnya luluh seperti ini. Ternyata benar
kata orang, ketika kita mencintai seseorang, cintailah ia
dengan wajar. Karena kita nggak akan pernah tau kapan akan
membencinya. Tapi jika kita membenci seseorang, bencilah ia
dengan wajar pula. Karena kita pun nggak akan pernah tau
kapan cinta akan datang dan ia menjadi pasangan kita suatu
hari nanti. http://pustaka-indo.blogspot.com185
Keesokan harinya di Taman Kota.
"Elo tau nggak, sebenarnya Cinderella yang ada dalam cerita do"ngeng itu awalnya nggak pakai sepatu kaca, tapi sepatu kulit?"
"O ya?" Dara nggak percaya.
Oscar mengangguk. "Kisah Cinderella ditulis pada tahun
1697 oleh penulis Prancis. Namanya Charles Perrault.
Munculnya Cinderella bersepatu kaca itu karena kesalahan
penerjemahan yang nggak bisa membedakan mana pantoufle
de verre yang artinya sepatu kaca dengan pantoufle de vair
yang artinya sepatu kulit."
"Hahaha" sampai sekarang yang terkenal malah Cinderella
yang pakai sepatu kaca."
"Salah! Sekarang lebih terkenal sepatu keds Cinderella."
"Yeee"." Dara memukul lengan Oscar. Pukulan sayang
pastinya. Oscar tersenyum. Tangannya membuka ikatan sepatu pada
tas Dara. Kemudian ia mengambil kotak di sebelah Dara
dan mengambil Mr. Dekil di dalamnya. Dengan cepat Oscar
mengangkat telapak kaki Dara yang bersandal jepit ke
pangkuannya. "Eiiit, mau ngapain?" tanya Dara panik.
Oscar melepaskan sandal jepit di kaki Dara dan memakai"kan sepatu kesayangan Dara ke kedua kaki cewek itu. Lalu
ia mengikatkan sepatu tersebut dengan rapi.
Dara tersenyum. Dalam hati kecilnya ia merasa sungguh
http://pustaka-indo.blogspot.com186
beruntung diperlakukan dengan sebegitu manis oleh Oscar.
Ia bertanya, "Eh, omong-omong, gimana Mr. Dekil bisa ada
sama kamu?" tanya Dara pura-pura nggak tau. Padahal dia
kan sudah diceritain oleh Eyang Santoso.
"Ada deh. Rahasia. Itu yang namanya jodoh, Nona!"
"Aku serius nih"."
Oscar tertawa geli sambil menggeleng-gelengkan kepala"nya. Ia terdiam sejenak, menatap sepatu dekil di kaki Dara.
"Waktu itu gue baru naik taksi dari bandara mau ke rumah
Bima. Terus di tengah jalan, gue melihat objek yang bagus
banget buat difoto. Ya udah gue turun dari taksi. Baru juga
membidik-bidik, eh" gue malah kena timpuk sepatu.
Untung tuh sepatu nggak gue buang."
"Mau kamu buang?" Dengan kaget Dara menatap Oscar
sambil bersiap melayangkan tinju ke cowok itu.
"Lagian, sepatu kayak gitu masih mau dipake. Gue beliin
yang baru aja gimana?"
"Nggak mau!" "Sepatu kaca?" "Nggak!" "Sepatu kulit?"
"Nggak mau! Nggak mau! Nggak mau!"
"Hahaha"."
"Huu" nyebelin!" Dara cemberut. Ia menerawang jauh,
beberapa saat kemudian menatap Oscar. "Terus, waktu aku
ngeliat Ray pas kita janjian di Taman Kota". Hmm" apa
itu skenariomu?" Oscar terdiam sejenak. "Setiap hari, sekitar jam dua siang,
http://pustaka-indo.blogspot.com187
gue selalu pergi ke Taman Kota untuk hunting foto. Berkali"kali gue melihat Ray ada di sana dengan pacarnya itu. Maka"nya gue menyuruh elo datang ke sana pada jam segitu
supaya elo bisa melihat dengan mata kepala lo sendiri bahwa
Ray yang elo bangga-banggain itu adalah cowok brengsek.
Cewek kayak elo nggak pantes dibohongi terus sama si Ray
Cinderella Rambut Pink Karya Dyan Nuranindya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu. Selamat ya, Dar."
"Selamat untuk apa" Selamat karena aku udah berhasil
dibohongi sama Ray" Rese!"
"Hahaha". Bukan, selamat karena elo udah membuat
kamera gue cemburu sama elo. Karena ternyata gue lebih
rela kehilangan dia daripada kehilangan elo," jawab Oscar
sambil setengah tertawa. Kemudian ia teringat sesuatu. Ia
mengambil sebuah benda dari dalam tasnya. "Gue punya
sesuatu buat elo." Dara mengerutkan kening, mengamati cowok itu dengan
heran. Namun, ketika Oscar mendekatkan tubuhnya dan
tangannya hampir menyentuh bagian depan kerah kaus Dara,
cewek itu langsung panik. "Eh, mau ngapain kamu?"
"Lo bisa nggak sih, nggak berpikir yang aneh-aneh sama
gue?" "Terus, kamu mau ngapain?"
Oscar memasangkan sebuah benda mungil pada kaus
Dara. Sebuah bros berwarna emas berbentuk piala Oscar.
"...and the Oscar goes to" Dara."
Dara menyentuh bros itu perlahan. Kemudian ia terse"nyum.
http://pustaka-indo.blogspot.com188
hagia yang mereka rasakan bersama. Saat itu Oscar dipaksa
untuk ikutan mengunyah permen karet oleh Dara. Padahal
sebenarnya Oscar paling nggak suka makan yang manis"manis. Tapi apa sih yang nggak dilakukannya buat Dara"
Dara mengulum permen karetnya, kemudian ia membuat
gelembung dari permen tersebut. Semakin lama semakin
besar. Oscar ikut-ikutan mengulum permen karet dan meniup
sebesar-besarnya untuk mengalahkan gelembung milik Dara.
Hasilnya nggak terlalu mengecewakan. Oscar berhasil mem"buat gelembung yang lebih besar daripada gelembung Dara.
Cowok itu menyeringai, seraya pamer.
Dara kembali membuat gelembung yang lebih besar. Tak
sengaja, gelembung di mulut Dara dan Oscar menempel.
Kompak mereka langsung melepeh permen karet dari mulut
masing-masing. "Puih!" "Hueeek! Jorok banget sih?" Oscar langsung enek. Namun
sesaat kemudian ia tertawa geli. Begitu pula Dara. "You"re so
damn disgusting. But I really love you."
Dara meleletkan lidahnya dengan tampang jijik. Ia tak
menyadari sejak tadi Oscar memperhatikan segala tingkah
lakunya. Melakukan tindakan bertentangan secara bersamaan.
Mengagumi kecantikannya yang unik sambil memperhatikan
tingkah joroknya. Aneh! "Dar"." "Hmm...?" "Ikut gue ke Amerika yuk!"
http://pustaka-indo.blogspot.com189
Bagai disambar geledek, Dara menatap Oscar. Mungkin
kaget dengan ajakan Oscar barusan, ia terdiam sejenak.
Agak lama Oscar menunggu jawaban Dara. Cowok itu
masih sabar memandangi cewek itu tajam.
"Aku" aku nggak bisa, Os," jawab Dara pelan.
Oscar tersenyum tipis. Ia berusaha memahami jawaban
yang keluar dari mulut cewek yang telah mengubah hidup"nya itu.
"Tapi aku akan menunggu kamu di sini sampai kamu
lulus nanti." Oscar memandang wajah Dara dengan perasaan bahagia.
Ingin rasanya ia memeluk dan mencium gadis di hadapannya
itu. Tapi buru-buru ia simpan niatnya rapat-rapat. Nanti bila
saatnya tiba, ia pasti akan melakukan itu. "Gue janji, gue
akan kuliah yang rajin supaya gue bisa cepet-cepet balik ke
Jogja untuk bisa sama elo."
Dara sangat bahagia. Ia menunjukkan senyumnya yang
paling indah. Tanpa ragu ia melingkarkan tangannya ke
leher Oscar. Memeluknya. Ia tak peduli lagi dengan siapa
keluarga Oscar. Mau keturunan Montaimana kek, mau
keturunan pejabat, bangsawan, bahkan presiden sekalipun ia
nggak peduli. Yang jelas, ia bahagia bersama Oscar.
Seorang lelaki berlalu dengan sepedanya menerobos air
yang menggenang di hadapan mereka dan" ceprot!
Dara dan Oscar basah kuyup terkena cipratan air.
Refleks Dara melepaskan Mr. Dekil dari kakinya, lalu bangkit
dari tempat duduknya. Setelah membidik dengan mata
http://pustaka-indo.blogspot.com190
elangnya, bak pelempar ulung, tanpa ragu Dara melemparkan
sepatu kesayangannya itu ke arah si pengendara sepeda.
Dara memang nggak bakat nimpuk orang. Lagi-lagi lempar"annya gagal kena target. Sepatu kesayangannya malah me"ngenai hansip yang sedang patroli di Taman Kota.
"Woi! Setan!" Dara menutup mulut dengan tangannya. "O-o!"
Oscar dan Dara berpandang-pandangan. Detak jantung
mereka seakan seirama. Tanpa aba-aba, mereka berdua meng"ambil ancang-ancang, menentukan arah yang tepat untuk
kabur, dan kompak berlari sekencang-kencangnya. Tak te"bersit sedikit pun keinginan untuk menengok ke belakang.
Tak peduli juga apakah hansip tersebut mengejar mereka
atau nggak. Yang jelas, mereka merasa sangat bahagia.
Bebas, lepas tanpa beban. Seakan semua masalah terbang
melayang dan berganti dengan rona kebahagiaan.
Mereka percaya bahwa cara terbaik untuk menyelesaikan
masalah adalah menghadapi masalah itu dengan gagah be"rani, bukannya justru kabur dan takut untuk menengok ke
belakang, tapi untuk yang satu ini, lain lagi ceritanya".
"Kabuuur!" http://pustaka-indo.blogspot.com191
Kos-kosan Soda ternyata menyimpan kisah unik para penghuninya.
Kisah cinta Melanie dan Bima bisa kalian nikmati dalam novel
CANTING CANTIQ. Ada kisah Dara dan Oscar di CINDERELLA RAMBUT PINK.
Nah, di kos-kosan Soda juga ada cowok unik bernama Saka.
Yuk, kita tunggu kisah Saka dalam"
ROCK "n ROLL ONTHEL Ini sinopsisnya: Saka anak seorang dalang yang punya cita-cita jadi anak band. Di
tengah keluarga yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai budaya
tradisional, Saka malah tergila-gila musik rock "n roll. So pasti, cita"citanya itu ditentang habis-habisan oleh orangtuanya. Apalagi saat
mereka tahu bahwa Putri, sang adik, menjadikan Saka sebagai
panutan. Langsung aja orangtua Saka ingin menjodohkan cowok itu
dengan gadis pilihan mereka. What?""
Untungnya Saka ngekos di kota, di tempat Eyang Santoso yang
mendukungnya menjadi anak band. Tapi ternyata jadi anak band
nggak segampang dugaannya. Saka diminta mengubah penampilan,
dicaci maki band-band senior, ribet mencari personel band, bahkan
ia sampai harus merelakan sepeda onthel kesayangannya dijual.
Apakah cita-cita Saka untuk jadi anak band terkenal tercapai"
Apakah orangtua Saka akan menyetujuinya" Terus, rencana per"jodohannya gimana" Saka nggak peduli! Yang penting, sekali
merdeka tetap ROCK "n ROLL!
http://pustaka-indo.blogspot.comDyan Nuranindya merupakan penulis
muda kelahiran Jakarta, 14 Desember
1985. Lebih sering mengagumi karya
orang dibandingkan karyanya sendiri.
Bercita-cita menjadi dokter spesialis jiwa,
namun malah lulus dari S1 Manajemen
ABFII Perbanas Jakarta. Mengagumi
gunung, tebing, lautan, lampu-lampu jalanan di malam hari,
tempat-tempat tinggi, museum dan bangunan-bangunan tua,
sehingga tidak pernah menolak diajak ke salah satu tempat
itu. Penikmat segala jenis buku. Bahkan buku-buku yang
sama sekali tidak di mengertinya. Lebih sering kalap kalau ke
toko buku diban ding kan ke toko baju. Fans berat fi lm-fi lm
buatan Tim Burton yang terkesan dark dan aneh yang
membuatnya ikut an ngefans dengan aktor Johnny Depp.
Paling senang diajak ngobrol. Apalagi dengan secangkir
cappuccino kesukaannya di malam hari.
Tentang Pengarang http://pustaka-indo.blogspot.comGRAMEDIA penerbit buku utama
http://pustaka-indo.blogspot.comGRAMEDIA penerbit buku utama
http://pustaka-indo.blogspot.comGRAMEDIA penerbit buku utama
http://pustaka-indo.blogspot.comKarena dianggap merusak nama baik keluarga besar Montaimana,
bertahun-tahun Oscar tinggal di Amerika. Tapi ternyata Oscar nggak
berubah. Dia tetap jadi anak nakal yang malas dan hobi berantem.
Cuma satu yang dia cintai: membidik objek dari balik kameranya.
Mengetahui di Jogja banyak tempat indah, Oscar langsung terbang
ke sana untuk sekalian bertemu Bima, kakaknya. Tapi apesnya, di
Jogja kepala Oscar malah jadi sasaran sepatu dekil seorang cewek
eksentrik bernama Dara. Kepribadian Dara yang unik dan mandiri menarik perhatian
Oscar. Padahal penampilan Dara agak-agak ajaib untuk seorang
cewek. Celana belel, kaus hitam, rambut highlight pink, dan permen
karet yang tak pernah ketinggalan di mulut. Sangat ngasal dan
berantakan! Di sisi lain, Dara merasa hari-harinya jadi penuh kesialan. Selain
karena sepatunya yang diberi nama Mr. Dekil hilang, Dara juga
mendapati pacarnya, Ray, selingkuh. Belum lagi ada cowok bernama
Oscar yang sepertinya sok mau tau dengan kehidupannya. Apa
maunya sih cowok itu"
www.dyannuranindya.com Cinderella Rambut Pink Strangers 2 Harry Potter Dan Kamar Rahasia Karya J.k. Rowling Maryamah Karpov 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama