Ceritasilat Novel Online

De Winst 4

De Winst Karya Afifah Afra Bagian 4


lelaki itu terkatup rapat, rahangnya mengeras, dan
sepasang matanya berkilat-kilat memperlihatkan hasrat
berbaur dendam yang siap menyengat.
Harimau itu harus mendapatkan pembalasan yang
setimpal! Tekadnya. Agar ia tahu, dengan siapa tengah
berhadapan. Sang Ksatria Abad Pertengahan yang tengah
diamuk dendam itu Bergerak rancak menuju medan
Dipacunya kuda jantan Secepat kilatan anak panah dari rahim bundanya
Ia tak mengharap harimau luput dari jerat
Setelah sekian lama memendam hasrat
pustaka-indo.blogspot.com202
Menyadap sarinya mengurai nikmat
Sang belang yang semula melangkah gemulai
Mendadak tergerus kejut Ia pun melontar langkah seribu
Tak peduli semak penuh onak
Merencah jemari kakinya nan lembut
Sehingga percikan darah menetes dari kulit nan koyak
Ia mengerti, bahaya besar menanti
Meski tak memahami, mengapa bala itu berpihak padanya
Ksatria tak hendak terhenti
Malai di raga sang harimau melambai
Menekan "lan hingga bergolak marak
Kuda jantan dalam tubuhnya pun semakin galak
Seirama dengan kuda yang ditungganginya
Perburuan pun menjadi nyata
Sang belang tak mampu berkelit dari jarahan
Meski dua pasang kaki menggelinjang
Seluruh sel hidup melancarkan perlawanan
Malai dalam raganya tak mampu ia pertahankan
Satu persatu bunga, lepas dari ronce
Sang Ksatria telah menabuh genderang
Dalam irama jalang Namun harimau bukanlah rusa
Ia memiliki sepasang taring
Untuk merobek tepian genderang"
pustaka-indo.blogspot.com203
Jan Thijsse tersentak, ketika perempuan muda itu tiba-tiba
telah mencengkeram lehernya, dengan sebutir batu bersisi tajam,
siap menghujam urat nadi jembatan antara wadag dan kepalanya
itu. Ternyata, regukan madu yang secara paksa ia lakukan
terhadap gadis itu, telah mencipta amarah luar biasa.
"Kubunuh kau, brengsek!"
Tangan berkulit lembut itu pun terayun. Namun Jan yang
masih terlena dalam syair kenikmatan yang purna ternyata cukup
waspada. Ia tangkap ayunan tangan itu, lalu ia hempaskan tubuh
yang telah menjadi semacam sosok Hawa sesaat setelah
memakan buah quldi dan diusir dari Surga "Adn, yakni polos tanpa
busana, keras-keras ke arah depan, tanpa menyadari bahwa
segunduk bebatuan ternyata menjadi latar geografis bagian itu.
Maka, Jan pun hanya mendesis sinis, ketika menyaksikan
tubuh yang telah tak perawan lagi itu terkulai dengan beberapa
luka, lebam serta darah mengalir dari kulit yang terkoyak.
"Kau benar-benar telah mati, bukan"!"
Gadis itu tak bersuara. Membuat batin Jan disesaki gejolak
kepuasan. Gadis itu mati akibat kesalahan yang ia buat sendiri.
Melawan seorang Jan Thijsse adalah dosa yang tak terampuni.
"Rasakan pembalasan saya, wanita busuk!"
Lantas, Jan pun meraih baju-baju yang telah koyak karena
kejahilan jemarinya dan ia lempar untuk menutupi tubuh itu.
Tak cukup dengan baju, ia pun menebas puluhan batang tebu
dan ia onggokkan di atas tubuh itu. Setelah jejaknya tertutupi,
Jan pun melangkah pergi. Ia naiki kembali kuda jantan tunggangannya. Dengan
pustaka-indo.blogspot.com204
senyum tersungging di bibirnya. Satu masalah telah ia selesaikan.
Ia tak harus memeras otak untuk mempertahankan agar pabrik
yang pernah menjadi tempat aliran sungai gulden itu tidak
mengering karena kemarau malaise. Ia tak harus menghadapi
senyum kemenangan musuh besarnya, Rangga, yang diam-diam
menginginkan dan bahkan merencanakan kehancuran pabrik itu.
Tunggu giliranmu, Raden Mas Rangga Puruhita! Melawan
Jan Thijsse, adalah dosa yang tak terampuni.
"Jo, tak kau dengarkah suara rintihan?" tanya Kareen, ketika
kereta kuda yang mereka naiki melewati jalan setapak berdebu
yang sunyi dengan batas kanan-kiri berupa batang-batang tebu
yang rimbun. "Dengarlah! Suaranya semakin jelas!"
Bejo menahan kekang tali kudanya seraya menajamkan kerja
saraf auditorinya. Kening lelaki yang telah berusia 40-an namun
masih membujang itu berkerut. "Betul Mevrouw" ada suara
orang tengah merintih kesakitan!"
Bergegas Kareen turun dari keretanya, namun dengan cepat
Bejo mencegahnya. "Biar saya saja yang periksa, Nyonya" Mungkin, ada
korban perampokan yang tengah terluka parah. Daerah ini
memang sangat rawan. Banyak begal. Dulu, kakek saya yang
pedagang sayur, juga dibegal di sini."
Kareen mengangkat lehernya yang jenjang. Jalan yang
lebarnya hanya sekitar tiga meter itu, memang begitu lenggang,
meskipun sebenarnya cukup sering dilalui orang, karena
pustaka-indo.blogspot.com205
menghubungkan antara jalan besar Solo-Colomadu ke beberapa
kampung di pinggiran Kali Pepe. Ada ratusan keluarga yang
menempati kampung-kampung tersebut. Hanya saja, orang"orang lebih memilih melakukan perjalanan di pagi hari, atau sore
sekalian. Para pekerja perkebunan telah menebangi pohon-pohon
raksasa yang dahulu banyak tumbuh di daerah itu karena
menghalangi pertumbuhan pohon-pohon tebu yang mereka
tanam. Maka panas matahari di siang hari, sering kali begitu terik,
sehingga orang malas melintasi jalan tersebut.
"Baiklah, Jo! Hati-hati ya"!"
Bejo mengangguk, sigap. Lantas, sosoknya yang jangkung
itu pun menyelinap ke rumpun pohon-pohon tebu, di mana suara
rintihan itu bersumber. Pada saat itulah, sepasang mata Kareen
berlabuh pada onggokan kereta angin yang sepertinya sengaja
ditutupi dengan daun-daun tebu. Tanpa memberitahu Bejo,
Kareen pun turun, menyibak dedaunan tebu itu. Sebuah tas kain
tergeletak, beberapa buku tampak mendesaki tas tersebut ketika
Kareen membukanya. Pelan, Kareen menarik buku-buku
tersebut, dan dadanya berdesir. Ada buku filsafat dari Hegel,
berbahasa Belanda. Semakin berdebar ketika di sampul depan
buku itu, tertulis sebuah nama: Kresna Wijaya.
Kresna" Nama yang tidak asing, dan akhir-akhir ini sering
bertandang ke alam mimpinya. Benarkah Kresna yang tertulis di
sampul buku itu, adalah Kresna si tampan yang baru saja
dikenalnya, namun cukup mampu menghujamkan kesan
mendalam dalam batinnya" Kesan yang membuatnya mulai
mampu melupakan sosok Rangga. Apalagi, keangkuhan lelaki
itu, telah membuat jiwanya terluka.
Jika benar bahwa buku ini milik Kresna, apa yang terjadi
pustaka-indo.blogspot.com206
dengan lelaki itu" Seberkas kecemasan mendadak menyerbu
jiwanya. Kresna melewati tempat tersebut, lalu dibegal dan
dianiaya"! "Nyonya! Ada seorang gadis terluka parah!" teriak Bejo, dari
balik semak. Seorang gadis" Kareen mendesah lega. Berarti bukan
Kresna. Dengan cekatan, Kareen pun berlari menuju lokasi di
mana Bejo berada. Ia memang sengaja tidak memakai gaunnya
yang ribet dan merepotkan. Sebagai gantinya, ia mengenakan
celana panjang, sepatu boat serta kemeja. Gerakannya pun
menjadi lebih cekatan. "Nyonya" baju gadis ini, berantakan sekali. Maaf,
sepertinya, ia baru saja diperkosa, lalu dibunuh," kata Bejo.
"Tetapi, dia merintih. Berarti dia belum mati. Tolong, Jo"
ambilkan mantel panjang di kereta!"
"Baik, Nyonya!"
Dengan hati-hati, Kareen menyingkirkan batang-batang
tebu yang menutupi tubuh itu. Kini, tampak jelas di matanya
keadaan korban. Seorang gadis muda, dengan kepala berlumur
darah, tampaknya karena berbenturan dengan batu cadas yang
menjadi dasar ia berbaring. Baju gadis itu koyak-moyak, sebagian
malah terlepas dari tubuhnya, membuat sebagian auratnya terlihat
lumayan jelas. Korban perkosaan" Kareen menggigil. Ia bisa
membayangkan, dalam kondisi lengang seperti ini, seorang gadis
melintas, dan dipergoki segerombolan begal. Beginilah jadinya.
Ketika Bejo datang dengan mantelnya, Kareen cepat-cepat
pustaka-indo.blogspot.com207
membungkus tubuh gadis malang itu.
"Ayo, Jo" bantu angkat gadis ini ke kereta. Kita kembali
saja ke Solo, ke rumah sakit. Gadis ini memerlukan perawatan
dokter segera. Besok saja kita ke Banyuanyar."
"Baik, Nya!" Sejenak kemudian, kereta itu pun bergerak, berbalik arah
meninggalkan lokasi bencana tersebut. Pada saat itulah, seekor
kuda putih berlari mengejar kereta tersebut. Sang joki adalah
seorang pemuda tampan berpakaian rapi, khas dengan mantel
panjang serta topi lebarnya.
"Tunggu, Mevrouw! Tunggu!"
Kareen seketika menoleh, dan desiran di dalam dadanya
terasa begitu kencang. "Jo, berhenti! Itu Meneer Kresna!"
Tergesa Kresna memacu kudanya, lalu merapat ke kereta
Kareen. "Apa yang terjadi" Siapa orang itu?"
"Ik tidak tahu, Meneer. Sewaktu lewat, kami temui dia
tergeletak dengan luka parah di kepala."
"Jangan-jangan?" Kresna tampak gelisah. "Boleh Ik
melihat sebentar?" "Silahkan! Naik saja ke kereta, Meneer!"
Aroma parfum yang begitu wangi saat tubuh pemuda itu
mendekat, membuat Kareen seperti terbang. Namun, ia tak sempat
berlama-lama menikmati keindahan sosok tersebut, karena
mendadak sebuah seruan tertahan keluar dari bibir Kresna.
pustaka-indo.blogspot.com208
"Ya Tuhan! Pratiwi"!"
"Pratiwi?" Tetesan keringat mengucur dari pelipis Kresna. "Dia gadis
yang kemarin saya ceritakan kepada Mevrouw. Pantas, sejak tadi
saya tunggu-tunggu di sekolah, tetapi dia tak juga muncul.
Mestinya, ia mengajar siang ini. Karena gelisah, akhirnya saya
mencoba untuk menyusul ke rumahnya. Dan ternyata.?"
"Sepertinya, dia baru saja diperkosa dan dianiaya. Kami
akan membawanya ke rumah sakit."
"Ya, semestinya begitu. Saya akan ikut menghantar Mevrouw!"
"Terima kasih, Meneer!"
Partini menatap sosok di depannya itu dengan air mata terus
menerus mengucur. Pratiwi, sejak dirawat di rumah sakit itu,
belum tersadar dari pingsannya. Ia tergeletak, koma. Luka yang
diderita, terutama di bagian kepala sangat parah. Harapan untuk
sembuh sangat kecil. Akankah kau mati, adikku"! Jerit batin Partini, terluka. Mati
tanpa sempat menceritakan, siapa pelaku tindakan biadab itu.
Tangis Partini semakin keras, membuat seorang dokter bumi
putera yang tengah memeriksa pasien di kamar sebelah
mendekatinya. "Kami akan terus mengusahakan kesembuhannya, Nyonya,"
ujar dokter tersebut, ramah. Semua pegawai di rumah sakit itu
memang bersikap ramah kepada siapa saja yang mengunjungi
pustaka-indo.blogspot.com209
Pratiwi. Tentu saja, Pratiwi datang ke rumah sakit dengan
didampingi oleh Nyonya Everdine Thijsse, Nederlander yang kaya
raya dan sangat terhormat. Kepala rumah sakit itu, yakni Dokter
Karel Van Hook, adalah teman dekat Tuan Spinoza maupun Tuan
William Thijsse, ayah Jan. Jika Pratiwi terdaftar hanya sebagai
adik seorang penari Tayub seperti Partini, mana ada yang mau
bersikap hormat semacam itu.
Partini tersenyum pahit sekaligus mendesah lega atas
keberuntungan di tengah musibah yang menimpa Pratiwi.
"Jika Anda letih, sebaiknya Anda beristirahat saja. Jika ada
perkembangan, kami pasti akan mengabari Anda," ujar sang
dokter lagi. Tanpa menjawab, Partini meraih tas tangannya. Sejenak ia
merapikan kain dan kebayanya, lalu beranjak keluar. Saat itulah,
ia berpapasan dengan sesosok tubuh langsing berambut pirang,
dengan wajah jelita laksana Monalisa.
"Bagaimanakah keadaan Pratiwi, Mbakyu?" tanya wanita
Eropa itu, dengan bahasa Jawa agak terpatah-patah.
"Masih belum tersadar," jawab Partini, seraya menunduk.
"Tenanglah, Mbakyu. Ik berjanji, akan mengurus kasus ini
dengan sebaik-baiknya. Saya telah melapor ke polisi. Nanti,
jika Pratiwi sudah sehat, ia pasti akan dimintai keterangan.
Sesegera mungkin lelaki bejat itu akan ditemukan, dan
mendekam di dalam penjara."
"Ya, lelaki itu akan dipenjara. Tetapi, kehormatan Pratiwi
yang telah terengut, tak akan bisa kembali lagi. Apalagi jika nyawa
Pratiwi pun tak tertolong. Dan itu berarti, saya gagal menjaga
pustaka-indo.blogspot.com210
amanat yang Bapak berikan kepada saya sebelum beliau
meninggal," desah Partini. "Saya gagal menjaga Pratiwi.?"
"Mbakyu, tenanglah. Percayalah bahwa dokter pasti akan
mengusahakan yang terbaik. Kita berharap, Pratiwi segera
tersadar dan sembuh."
"Jikapun sembuh, Pratiwi pasti akan remuk redam. Saya
tahu pasti jiwa gadis itu. Ia sangat mengagung-agungkan arti
kesucian. Ia memiliki harga diri dan harapan yang teramat besar.
Sekarang, semua itu telah hancur." Dada Partini terasa sesak.
"Saya berjanji, jika pelaku perkosaan itu telah diketahui, dengan
segala cara, saya pasti akan membalaskan dendam ini! Anda
menjadi saksi, Nyonya Thijsse. Saya akan membalas dendam.
Membalas dendam!" Tubuh Kareen merinding mendengar tekanan suara Partini
yang begitu dalam. Entah mengapa, ia meyakini, bahwa apa yang
diucapkan oleh perempuan itu, bukanlah sekadar ancaman gertak
sambal belaka. Lelaki yang telah merengut kehormatan Pratiwi, pasti
akan mendapatkan bahaya yang sangat besar atas apa yang telah
diperbuatnya itu. Bahaya yang muncul dari dendam seorang Partini.


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dan sekarang" saya akan pergi menghadap Ndara
Pangeran" saya akan pasrahkan keberadaan Pratiwi, sekaligus siap
menerima, hukuman apa yang akan beliau jatuhkan kepada saya.?"
"Apa maksud sampeyan, Mbakyu" Siapa yang Anda maksud
dengan Ndara Pangeran?"
"Ayah kandung Pratiwi. Ia adalah seorang Pangeran yang
tersohor di telatah Jawa ini. Saya akan menghadapnya" saya
akan meminta hukuman karena kegagalan saya menjaga Raden
Rara Pratiwi Suryanegara?"
pustaka-indo.blogspot.com211
"Suryanegara"!" Kareen mengerutkan keningnya.
"Ya, Kanjeng Pangeran Suryanegara adalah ayah kandung
Pratiwi. Saya harus sowan kepada beliau dan menceritakan apa
yang terjadi dengan puterinya itu kepadanya.?"
Kareen keluar dari ruang perawatan Pratiwi dengan dada
berdebar. Jadi, Pratiwi adalah adik Rangga" Kenyataan ini
membuat beragam rasa mengeksploitasi jiwanya. Begitukah
perilaku bangsawan Jawa" Menebar benih di rahim para wanita,
lantas meninggalkannya" Apakah Rangga juga semacam itu"
"Goedemorgen, Mevrouw" Anda begitu terlihat cantik pagi
ini," sapa Dokter Karel Van Hook, kepala ziekenhuis yang baru
saja melakukan visit ke bangsal pasien. Bagi Pratiwi keberadaan
Kareen adalah sebuah berkah. Para dokter, perawat dan petugas
di ziekenhuis menjadi yakin, bahwa Pratiwi memang bukan or"ang sembarangan. Ia pun mendapatkan perawatan yang cukup
istimewa. Dokter Karel Van De Hook sendiri langsung terjun
untuk memeriksanya. "Bagaimana keadaan Nona Pratiwi, Dokter?" tanya Kareen.
"Dia masih belum sadarkan diri. Ada beberapa sarafnya yang
mengalami kerusakan. Kami memang mengusahakan
kesembuhannya, akan tetapi" semua tampak sulit. Harapan
hidupnya hanya sekitar 30 persen. Peralatan di rumah sakit yang
tidak memadai, membuat kesembuhannya menjadi semakin tak
mudah. Mungkin, Pratiwi harus dirawat di Batavia, atau jika
perlu, berlayar ke Nederland. Tetapi, tampaknya itu sangat sulit,
pustaka-indo.blogspot.com212
bukan?" Dokter Van de Hook mengangkat sepasang bahunya.
"Sebenarnya, jujur saja, Ik sering merasa prihatin. Bangsa
ini begitu kaya, dan begitu banyak memberikan sumbangan
ekonomi kepada bangsa kita. Coba bayangkan, sebuah negara
kecil, dengan jumlah penduduk yang tak seberapa di sudut Eropa,
namun berhasil menjadi salah satu negara termakmur di dunia.
Apa yang membuat demikian jika bukan atas sumbangan bangsa
pribumi" Ibaratnya, sekalian Nederlanders telah mengeruk
kekayaan negeri ini, akan tetapi, kita tidak membalasnya dengan
sewajarnya. Ziekenhuis ini adalah contohnya. Tak ada alat yang
memadai, bahkan obat-obatan pun sangat terbatas adanya"
Sebagai dokter, Ik sering merasa bingung, karena sering kali kami
harus menghadapi pasien dengan penyakit yang tidak ada
obatnya. Jadi, Ik musti menyulap diri menjadi dukun."
"Dukun" Maksud Oom?"
"Ya" hanya dukun yang bisa menyembuhkan pasien dengan
mantera. Dengan sim-salabim!" gurau Dokter Van de Hook.
Namun Kareen tidak tertawa. Kenyataan yang dialami Pratiwi
membuatnya tak tahu harus bersikap apa.
"Goedemorgen!" sapa seseorang yang tiba-tiba telah berada
di belakang mereka. Spontan mereka menoleh, dan senyum
Kareen mengembang cerah. "Goedemorgen, Meneer Kresna. Baikkah kabar Anda hari ini?"
Kresna, seperti biasa tampil dengan pakaian khasnya, topi
lebar serta mantel panjang. Dengan senyum terkulum di bibirnya,
yang terlalu indah untuk seorang lelaki, Kresna tampak sangat
tampan pagi itu. pustaka-indo.blogspot.com213
Saya harap, ada perkembangan yang
cukup baik." "Itulah, Meneer Kresna" Dokter bilang, kondisi Pratiwi
sangat parah. Harapan hidupnya tinggal 30 persen. Dia harus
dirawat dalam waktu lama, apalagi karena peralatan dan obat"Yeaah" kabar saya baik, semoga Nyonya, dan juga Tuan
Dokter, juga baik-baik saja."
"Dank U atas doanya."
Melihat kedatangan Kresna, buru-buru Dokter Van Hook
berpamitan karena harus mengunjungi pasien-pasien yang lain.
"Bagaimana kabar Pratiwi. Pardon, saya benar-benar sibuk
sekali, sehingga baru kali ini bisa mengunjungi Pratiwi.
pustaka-indo.blogspot.com214
obatan di ziekenhuis ini sangat kurang!"
Kresna menghela napas panjang, wajahnya murung.
"Mudah-mudahan ada keajaiban yang membuat Pratiwi bisa
sembuh dan sehat seperti sedia kala. Dan yang terpenting, jika
Pratiwi sembuh, ia akan mengatakan, siapa pelaku perbuatan
biadab ini!" Mereka berjalan bersisihan menuju ruang perawatan Pratiwi.
Beberapa pasang mata perawat menatap dengan kagum. Pasangan
yang serasi. Hanya saja, Kareen yang bule, ternyata masih terlalu
jangkung untuk ukuran Kresna.
Ketika memasuki ruangan, tatapan mata Kresna langsung
mengarah kepada keranjang berisi aneka buah segar yang dibawa
oleh Kareen. "Hm" tampaknya buah apel itu sangat lezat, ya"!" ujarnya,
jujur. Kareen mengerling ke arahnya. Manis.
"Hebt U honger?"
"Yeaah" tetapi, buah itu kan untuk Pratiwi."
"Saya bisa ambilkan satu!" Kareen mengulurkan tangannya,
namun dengan cepat Kresna memegang tangan mulus itu.
"Nee, Mevrouw! Biar saya ambil sendiri saja!"
Seperti barusan disengat sepasukan lebah, wajah Kareen
memerah saat jemari Kresna menyentuh kulit putihnya. Tanpa
sadar, ia mendadak meraih tangan Kresna yang satunya, lantas
menggenggamnya erat-erat, hangat. Sepasang mata biru itu pun
bersinar penuh pesona, menatap sang pemuda dengan pancaran
kemesraan yang dalam. pustaka-indo.blogspot.com215
Adapun Kresna, ia sempat tertegun melihat sambutan
Kareen. "Mevrouw"!" suaranya seret, parau.
"Kau pemuda yang sangat baik. Saya suka kepadamu,
Meneer!" Kresna menggigit bibirnya yang indah.
"Kau mengingatkanku pada Rangga," desah Kareen, tanpa
melepaskan genggaman tangan terhadap jemari Kresna. "Kalian
sama-sama pemuda yang baik. Hanya saja, Rangga telah menoreh
sakit hati yang begitu dalam." Mata Kareen terpejam. Ia ingat,
betapa angkuhnya Rangga saat ia mengorbankan harga diri dengan
mendatanginya, semata agar kerinduan yang mencekam menjadi
pupus. Toh, bukan karena kesalahannya jika ia mengkhianati
Rangga. Ia ingin menceritakan semuanya, tetapi pemuda itu telah
terlebih dahulu menutup pintu hatinya.
"Rangga?" "Nama lengkapnya, Raden Mas Rangga Puruhita."
"Ah, Nyonya mengenalnya?" wajah Kresna terlihat berubah.
"Ya. Dan saya sempat menaruh harapan besar
kepadanya.?" pelan Kareen melepaskan genggaman itu, yang
entah mengapa, menimbulkan kelegaan yang mendalam di hati
Kresna. "Sayang, harapan itu harus tercabik-cabik, karena saya
harus menikah dengan orang yang tak pernah saya cintai. Je
mengenalnya, Meneer?"
"Ya! Dia lelaki yang hebat, tetapi tidak memiliki nasionalisme.
Ngg" maksud saya" dia terlalu banyak dipengaruhi paham
pustaka-indo.blogspot.com216
liberalisme. Saya" saya pernah mengancamnya, karena.?" suara
Kresna terhenti. "Apa?" "Karena, ia hendak merebut calon istri saya. Kekasih saya.
Orang yang sangat saya cintai."
"Kekasih?" "Sekar Prembayun. Kekasih saya itu dijodohkan oleh
ayahnya dengan Rangga."
"Jadi, Anda sudah memiliki calon istri?"
Bukan hanya Kareen yang terlihat kecewa, namun yang lebih
terkena pukulan itu adalah Partini yang diam-diam menyimak
percakapan tersebut dari balik pintu. Seandainya Pratiwi tahu
bahwa Kresna yang begitu dipujanya itu ternyata telah memiliki
seorang kekasih, alangkah terluka hatinya. pustaka-indo.blogspot.com217
Setelah bersusah payah, rumah kecil di daerah
Semanggi yang padat penduduk itu pun akhirnya
ditemukan. Saat membuka pintu, lelaki bertubuh kurus
itu masih tampak mengantuk. Ia hanya mengenakan kain
sarung dan kaos oblong. Sebuah mesin ketik tua, dengan
kertas berserakan, serta tumpukan buku-buku menjadi
pemandangan yang cukup mencolok di ruangan sempit
yang dijejali sebuah bale-bale, meja tulis dan kursi kayu
itu. Segelas besar kopi, yang tinggal sisa, serta asbak yang
dipenuhi beberapa puntung rokok, menandakan bahwa
lelaki itu telah bekerja keras semalaman.
"Jatmiko, kabarmu baik?"
Lelaki itu tertegun melihat tamu yang datang.
Seorang lelaki tua dengan pakaian serba putih dan serban
di kepala, serta seorang pemuda tampan berpakaian rapi
ala barat. Si tua, ia cukup mengenalnya, demikian juga
dengan lelaki yang lebih muda.
pustaka-indo.blogspot.com218
"Eyang Haji?" Raden Haji Ngalim Sudarman tersenyum tipis. "Ternyata
kau masih mengenali saya. Bagaimana dengan teman seperjalanan
saya ini?" Jatmiko, lelaki itu mengangguk. "Bukankah Anda adalah
Bung Rangga?" "Tepatnya Raden Mas Rangga Puruhita, putera Kanjeng
Pangeran Suryanegara," kata Eyang Haji. "Dia adalah sarjana
ekonomi lulusan Leiden kebanggaan segenap kaum bumi putera."
Akan tetapi, saya lebih senang dengan panggilan itu, Bung
Rangga. Jatmiko tersenyum tawar. "Saya pernah membaca tulisan
Anda di De Express. Sangat menarik teori ekonomi yang Anda
paparkan, Bung Rangga. Akan tetapi, saya memiliki banyak kritik
untuk Anda. Menurut saya, Anda terlalu dipengaruhi oleh teori"teori kapitalis."
"Oh, ya"! Begitukah?" Rangga tersenyum berbasa-basi.
"Saya pikir, selama ini saya sudah mencoba bersikap senetral
mungkin dengan mengakomodasi berbagai aliran ekonomi."
"Ada satu titik yang mesti Anda perhatikan, Bung Rangga.
Keinginan menjadi kaya, pada satu sisi sebenarnya sama dengan
keinginan untuk membuat orang lain menjadi miskin. Itu realitas
yang harus dipahami oleh setiap kapitalis."
"Pernyataan Anda menarik, Bung Jatmiko. Tetapi, mengapa
demikian?" tanya Rangga.
Jatmiko tertawa sinis. "Karena kekayaan itu, selalu diidentikkan
dengan pemilikan aset-aset. Tanah, emas, berlian, mungkin juga
pustaka-indo.blogspot.com219
kendaraan. Namun yang paling
dominan barangkali adalah tanah. Sementara, aset itu,
jumlahnya tidak pernah bertambah. Jika hanya ada tanah seluas 10
hektar, sementara jumlah penduduk 10 orang, ketika satu dari 10
orang itu menguasai lebih dari satu hektar, maka jatah dari orang
yang lain tentu akan berkurang."
"Jadi, menurut Anda, sebaiknya bagaimana?"
"Harus ada mekanisme pembagian yang jelas. Dalam hal ini,
saya tidak sepakat jika terdapat kepemilikan pribadi pada sesuatu
yang sifatnya primer. Mestinya, tanah 10 hektar itu dimiliki secara
bersama-sama, hanya saja, dalam pengelolaannya, ke-10 penduduk
itu diberikan kesempatan yang sama untuk mempergunakannya
dengan sebaik mungkin. Di pedesaan tanah Jawa, sistem kepemilikan
tanah kebanyakan bersifat komunal. Akan tetapi, kemunculan
bangsa asing yang bermazhab ekonomi kapitalis telah mengubah
semuanya. Maka muncullah para tuan-tuan tanah yang menguasai
sebagian besar tanah, sementara rakyat kecil hanya berperan sebagai
buruh penggarap tanah dengan penghasilan tak seberapa."
pustaka-indo.blogspot.com220
"Mungkin Anda betul, Bung! Akan tetapi, selalu saja ada seleksi
yang alamiah. Meskipun diberikan kesempatan yang sama, bisa saja
di antara 10 orang itu ada yang sangat rajin dan efektif, namun ada
juga yang malas-malasan dan kurang produktif. Sebenarnya, asal
muasal dari kepemilikan pribadi, salah satunya berasal dari seleksi
alam itu. Dan rasanya, tidak adil bukan, jika orang yang bekerja
keras, ternyata mendapatkan hal yang sama dengan orang-orang yang
hanya bisa berpangku tangan?" cecar Rangga.
"Diskusi kalian ramai sekali!" puji Haji Ngalim Sudarman.
"Tetapi, jika boleh berpendapat, sebenarnya ada jalan yang bisa
menengahi perbedaan pendapat di antara kalian. Konsep zakat.
Itu jawabnya. Dalam agama yang kita anut, kepemilikan pribadi
tidak dilarang. Menjadi kaya juga dianjurkan. Namun, setelah
kaya, ia harus menyalurkan sebagian rezekinya kepada yang
berkekurangan. Bahkan, pada harta si kaya itu, terdapat hak or"ang miskin. Lantas, bagaimana jika ada orang yang memiliki aset
yang melebihi batas" Misalnya tanah. Asal ia tetap mengelolanya
dengan produktif, dan dengan produktivitasnya ia berhasil berbagi
kemakmuran dengan orang lain, itu sangat bagus. Sedangkan jika
tanah yang dimiliki itu dibiarkan terbengkalai, maka negara
berhak untuk mencabut kepemilikan tersebut."
"Mungkin Eyang betul," desis Jatmiko. "Hanya saja,
menurut saya pendapat itu terlalu utopis, terlalu ideal. Kehidupan
yang penuh dengan kegemilangan moral, hanya terjadi pada
zaman Nabi-nabi. Sekarang, di mana manusia telah menjadi
serigala bagi manusia yang lain, harus ada mekanisme tegas yang
membatasi kekejaman manusia."
"Mekanisme itu adalah konstitusi, Bung Jatmiko!" ujar
pustaka-indo.blogspot.com221
Rangga, tak mau menyerah.
"Konstitusi?" Jatmiko kembali tersenyum sinis. "Dan siapa
yang merancang konstitusi itu" Sekelompok manusia yang
memiliki akses kuat terhadap kapitalis. Setiap ada konstitusi yang
dihasilkan, pesanan para pemodal selalu lebih mendominasi
daripada kekuatan para buruh. Akhirnya, konstitusi pun dibuat,
hanya dalam rangka menindas para buruh. Anda bisa mengamati,
konstitusi yang berlaku di negeri ini, Bung Rangga" Tak ada satu
pun yang berpihak kepada kaum lemah. Di saat para tokoh
pergerakan tengah mencoba membidik sektor edukasi dengan
mendirikan sekolah-sekolah swasta, muncullah ordonantie
sekolah liar. Perguruan-perguruan yang di dalamnya ditanamkan
bibit-bibit nasionalisme, dibubarkan. Tokoh-tokohnya dibuang
ke Bangka, Endeh atau Boven Digul."


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jatmiko, bolehkah kami masuk ke rumahmu" Rasanya tidak
enak jika kami harus berbicara di depan pintu," ujar Raden Haji.
"Oh" maaf. Silahkan! Tetapi, rumah saya hanyalah gubuk
yang berantakan. Maklum, beginilah kondisi kaum proletar."
"Kemarin, ketika sedang bersilaturahim ke Kampung
Laweyan, saya bertemu dengan Pamanmu, Haji Suranto. Dia
sangat mengkhawatirkan nasibmu!"
"Ya, seolah-olah saya ini bocah kecil yang selalu butuh
perlindungan?" wajah Jatmiko terlihat masam. "Ia selalu
meributkan gajiku yang hanya 3 gulden sebulan, apakah cukup
untuk hidup dalam kelayakan, sementara sewa rumah ini saja
sebulannya 1 gulden?"
"Semua itu wajar saja, Jat" karena dia adalah pamanmu."
pustaka-indo.blogspot.com222
"Paman secara biologis. Secara ideologi, kami berseberangan.
Jauh!" "Apa yang membuatmu merasa berseberangan dengannya?"
desak Raden Haji. "Ia membiarkan dirinya kaya raya, sedangkan di kota ini,
orang miskin beribu-ribu jumlahnya."
"Tetapi, sebagai seorang pengusaha muslim, Pamanmu itu tidak
pernah mengabaikan hak-hak karyawannya. Ia rajin bersedekah, rajin
membayar zakat. Kalau tidak salah, beliau bahkan telah mengangkat
puluhan anak-anak untuk ia biayai sekolahnya."
"Itu belum seberapa dibandingkan kekayaan yang ia miliki.
Yang saya tidak suka, dengan sedikit sedekah yang ia berikan, ia
sering kali merasa dirinya telah menjadi seorang pahlawan!"
Rangga merasa terusik mendengar ucapan Jatmiko barusan.
"Bung Jatmiko, jika orang-orang yang tertarik mengentaskan
kemiskinan itu bukan orang kaya, taruhlah dia adalah kalangan
proletar juga, apa yang ia gunakan untuk mengangkat orang lain
dari keterpurukan itu?"
Jatmiko menatap wajah Rangga. Sepasang matanya tampak
memerah karena kantuk. "Tentu saja dengan ini!" Jatmiko
mengetuk dahinya. "Juga ini, bila perlu!" ia mengepalkan
tangannya. "Yang harus direvolusi, adalah sistem perekonomian
pada negara itu. Ya, pemegang peranan penting adalah negara!
Semua hak milik pribadi harus diberangus, selanjutnya, negaralah
yang harus mengatur pemakaian aset-aset itu."
"Dan tidakkah terlalu utopis jika membayangkan orang"orang yang mengelola Negara itu tidak tergoda untuk menjadi
pustaka-indo.blogspot.com223
tuan-tuan tanah baru, misalnya" Yah, sebagaimana para pembuat
konstitusi dalam sistem kapitalisme tergoda untuk memasukkan
kepentingan para pemodal dalam konstitusi tersebut?"
Cecaran Rangga membuat Jatmiko sejenak terdiam. Ia
tampak bingung, sekaligus tak suka dengan serangan Rangga
barusan. Namun, sebelum jawaban meluncur dari bibir yang
terlihat kehitaman karena nikotin itu, buru-buru Raden Haji
mencoba mengalihkan suasana.
"Sebenarnya, segala sesuatu itu akan berjalan baik, jika kedua
hal yang berkaitan dengannya juga baik. Sistem yang digunakan,
serta orang-orang yang menjalankan sistem. Dan saya meyakini,
bahwa selamanya, yang namanya hukum Tuhan, adalah sesempurna"sempurnanya sistem. Mengapa" Karena selain sistem itu sendiri yang
dirancang secara sempurna, agama juga memiliki kekuatan yang
mengikat berupa ancaman bagi para pelanggar sistem tersebut, serta
pahala bagi yang menjalankan sistem tersebut."
"Betulkah begitu?" serang Jatmiko. "Permasalahannya,
seberapa banyak manusia yang masih takut dengan ancaman itu"
Bahkan orang yang menegakkan shalat lima waktu pun bisa
dihitung dengan jari."
"Dengan senantiasa menegakkan kalimat dakwah, menyeru
mereka kepada jalan agama, lambat laun perasaan bahwa Tuhan
mengawasi setiap tingkah kita, akan mengakar di hati setiap
orang. Akan tetapi, bagaimana jika untuk sementara, kita akhiri
dulu diskusi ini?" usul Eyang Haji, bijak. "Rasanya tidak pas,
baru saja bertemu, langsung beradu mulut. Jatmiko, Eyang benar"benar ingin mengetahui kabarmu. Sudah lama engkau tidak
berkunjung ke masjid Agung."
pustaka-indo.blogspot.com224
"Saya sibuk sekali di partai, Eyang. Kami sedang
mempersiapkan sebuah rapat besar, mengundang tokoh dari
Jakarta untuk berceramah, menyadarkan generasi muda akan
pentingnya kemerdekaan."
"Kau harus berhati-hati, Jat" polisi Belanda ada di mana"mana. Sekarang ini, pemerintah begitu awas memperhatikan
gerak-gerik pemuda-pemuda pribumi."
"Ya. Bahkan banyak di antara tokoh pemuda yang kemudian
ditangkap, serta dibuang ke Digul. Tetapi, saya tidak pernah
takut. Hidup saya, adalah untuk kemerdekaan tanah air ini.
Kemerdekaan dalam semangat kebersamaan, kesederajatan,
sama rata, sama bahagia." suara Jatmiko terdengar sangat mantap,
membuat Rangga terkesan, namun sekaligus mengedikkan bahu.
Prinsip perjuangan pemuda itu mirip dengan yang didengung"dengungkan oleh para pengikut Marxis. Hanya saja, bukankah
partai komunis di negeri ini sudah dibubarkan beberapa tahun
yang lalu karena terlibat perlawanan bersenjata melawan
pemerintah" Ribuan aktivisnya"termasuk aktivis pergerakan
dari aliran lain, telah ditangkap dan dibuang di Endeh, Bangka
maupun Boven Digul. Eyang Haji Ngalim Sudarman hanya tersenyum tipis. "Saya
menghargai semangat juangmu, Jat. Tetapi, kau tidak boleh menjadi
lilin yang menerangi sekitar, namun dirimu justru hancur lebur. Kau
harus memikirkan masa depanmu sendiri. Termasuk mungkin,
menikah. Usiamu sudah lebih dari 30 tahun, bukan" Eyang pernah
mendengar hubunganmu dengan gadis bernama Sekar Prembayun?"
"Sekar Prembayun?" Rangga mengerutkan kening. "Putri
dari Paman saya?" pustaka-indo.blogspot.com225
"Betul. Gadis yang sejak kecil dijodohkan denganmu,
bukan?" tanya Raden Haji. Rangga menghela napas panjang.
"Perjodohan yang tak pernah kami inginkan, Eyang" Sekar
sendiri terang-terangan menolaknya."
"Entahlah?" giliran Jatmiko yang menghela napas panjang.
"Sebenarnya, selama ini, Sekarlah yang mengejar-ngejar saya.
Akan tetapi, ia memang gadis sangat cerdas dan penuh semangat.
Saya menyukainya. Namun untuk melangkah lebih jauh, saya
sering kali merasa ragu."
"Mengapa?" desak Rangga. Bagaimanapun, Sekar adalah
saudara sepupunya. Ia tidak mau ada lelaki yang memper"mainkannya.
"Pertama, semangat juang Sekar belum teruji. Saat ini, ia
begitu meledak-ledak. Akan tetapi, jika diuji dengan kesulitan
hidup, saya tidak tahu apakah ia bisa bertahan dalam idealisme"
Sedangkan Anda tahu, gaji saya sebagai wartawan tak seberapa.
Sedang ia, lahir dan besar dalam kemewahan keluarga istana.
Kedua, hidup saya, sudah saya serahkan sepenuhnya untuk
perjuangan. Saya tidak mau dibebani dengan kewajiban mengurus
istri, atau anak-anak yang kemudian terlahir dari rahimnya."
Rangga semakin mengerutkan kening.
"Maaf," desah Jatmiko. "Mungkin ucapan saya menyinggung
perasaan Anda, Bung Rangga. Saya tahu, meskipun Anda
mungkin tidak mencintai Sekar, tetapi dalam hal ini, Anda adalah
pesaing saya." "Saya hanya tidak ingin Sekar salah memilih pasangan," ujar
pustaka-indo.blogspot.com226
Rangga, dengan tekanan suara agak meninggi. Kresna, pemuda
tampan yang rapi dan juga terpelajar itu, tentu lebih cocok untuk
Sekar dibanding lelaki kurus yang seakan-akan hidup di awang"awang itu. Kresna pernah mengatakan padanya, bahwa ia adalah
kekasih Sekar. Namun saat ini, ia mendapati kenyataan, bahwa
Sekar memiliki hubungan khusus dengan Jatmiko. Mana yang
sebenarnya dicintai oleh Sekar" Ataukah gadis remaja yang
pemberani itu terlibat dalam cinta segitiga"
Agak lama Eyang Haji bercakap-cakap dengan Jatmiko,
sampai akhirnya beliau memutuskan untuk berpamitan. Saat
menjelang kepulangannya, Jatmiko memberikan selembar kertas
kepada Rangga. "Datanglah pada acara rapat terbuka partai kami, Bung!
Kehadiran pribumi yang terdidik seperti Anda, sangat kami
nantikan!" ujarnya. Rangga membaca tulisan dalam selembar kertas itu dan
tersenyum tipis. "Baiklah. Jika ada waktu, saya pasti akan
menyempatkan datang. Saya juga penasaran dengan pidato tokoh
nasional yang akan hadir dalam rapat itu."
"Ya. Orang seperti Anda, tak semestinya hanya
dimanfaatkan oleh imperialis kapitalis. Orang-orang terpelajar
seperti Anda, harus bergerak di garda terdepan, memimpin
gerakan perlawanan."
Nyata-nyata ada nada menyindir dari ucapan tersebut.
Namun Rangga tidak berkomentar. Tunggu saja gebrakan dari saya
selanjutnya, Bung! Pikirnya, gemas. Dikira hanya kalian yang
memikirkan nasib bangsa" Hanya karena ia sibuk mengurusi perusahaan
pustaka-indo.blogspot.com227
yang sebagian besar sahamnya dikuasai bule Nederland" Terlalu picik
pikiran pemuda itu. pustaka-indo.blogspot.com228
Rangga memasuki pendapa rumah yang tertata
indah dalam balutan perpaduan arsitektur Eropa-Jawa
itu dengan hati sedikit berdebar. Benar, Sekar adalah adik
sepupunya. Namun, dengan adanya perjodohan itu, yang
ditentang keras oleh pihak perempuan, membuat
sergapan rasa sungkan mendesaki lurung kalbunya.
"Justru rasa sungkan itulah yang harus kau
hilangkan, Rangga"." Nasihat kanjeng Ibu, ketika untuk
kesekian kalinya, didukung sang Rama, kembali
memintanya untuk berkunjung ke Dalem Suryakusuman.
"Jikapun ternyata kau tidak berjodoh dengannya,
bukankah dia itu masih tetap adik sepupumu?"
"Sekar menolakmu mungkin karena tak tahu siapa
dirimu. Datanglah kepadanya, berbicaralah dari hati ke
hati, resapi apa mau dia," ujar Kanjeng Rama, menguatkan.
pustaka-indo.blogspot.com229
Akhirnya, Rangga memang berkunjung ke
Dalem Suryakusuman. Namun semua itu lebih
dikarenakan keberadaan Jatmiko. Ia tak mau pemuda yang
hidupnya mengambang di awang-awang itu mempermainkan
perasaan Sekar. Ia pun ingin menyelusur, sejauh mana Sekar
menaruh harapan kepada Jatmiko.
Namun, Rangga ternyata memang harus bersabar. Ia harus
menunggu sekitar satu jam untuk melihat kemunculan sosok yang
akhirnya mau menemuinya dengan wajah masam. Sekar
mendekatinya dengan mulut cemberut. Akan tetapi, ketika
melihat raut wajahnya lebih jelas, Rangga kembali menyadari
bahwa puteri Suryakusuman itu ternyata memiliki paras luar biasa
jelita. Rangga menelan ludah, apalagi ketika teringat bahwa gadis
yang tengah memancarkan pesona kemudaannya itu, adalah
sosok yang telah dijodohkan dengannya.
"Sugeng siang, Diajeng!" sapanya, seformal mungkin. Ia tak
mau Sekar memiliki kesan bahwa ia adalah seorang pemuda genit
yang mengejar-ngejarnya. "Ada apa menemui saya?" tanya Sekar, tanpa basa-basi.
pustaka-indo.blogspot.com230
Rangga tersenyum santun. "Saya ingin bersilaturahmi,
sekaligus mencoba mencairkan hubungan di antara kita."
"Saya tidak pernah setuju dengan hubungan perjodohan itu!"
ketus Sekar. "Ya, saya sangat mengerti, Diajeng. Saya mengerti keberatan
Diajeng. Pertama, barangkali karena saya bukan tipe yang
diharapkan Diajeng. Kedua, bisa jadi dalam sanubari Diajeng,
sudah tertambat sosok pemuda yang mempesona, bukan?"
Rangga mencoba menatap sosok itu, yang dengan semena-mena
justru memalingkan wajah. "Saya pun tidak pernah menginginkan
perjodohan itu. Akan tetapi, bukankah selain perjodohan itu,
kita juga memiliki ikatan sebagai saudara sepupu?"
"Ya, tentu saja."
"Diajeng tentu masih mengingat, dulu, sewaktu belum
berangkat ke negeri Belanda, saya sering mengajak Diajeng
bermain dakon. Dan Diajeng selalu menang."
Sekar tersenyum tipis. Ketegangan di wajahnya sedikit
memudar. "Benar kau pun tidak menginginkan perjodohan itu?"
"Sebagaimana Diajeng yang telah memiliki tambatan hati,
saya pun demikian adanya," ungkap Rangga. Namun batin lelaki
itu dengan segera membantah. Tambatan hati" Jika yang dimaksud
adalah Everdine Kareen Spinoza, berarti ia telah berdusta. Cerita
tentang bidadari berambut jagung itu, telah selesai bersamaan
dengan kemunculan perempuan itu di samping lelaki yang kini
menjadi bosnya di perusahaan. Dan saat ini, ia sedang berusaha
mengosongkan hati dari segala macam benih cinta yang tak
semestinya mengotorinya. Ia ingin terlebih dahulu menjadikan
Sang Pencipta sebagai cinta tertinggi, baru setelah itu, atas nama
pustaka-indo.blogspot.com231
cinta kepada Sang Penggenggam Alam Semesta, ia akan
memberikan cintanya dengan proses-proses yang Dia ridhai.
"Dan saya ingin mengabari Diajeng, bahwa saya sudah
pernah bertemu dengan lelaki yang menambat hati Diajeng.
Namun, terus terang saya merasa bingung, karena ada 2 lelaki
yang mengaku menjadi kekasih Diajeng," Rangga tersenyum.
"Satu bernama Kresna, satunya bernama Jatmiko. Mana yang
paling mendominasi hari-hari Diajeng?"
"O, ya" Sudah cukup banyakkah kau berdialog dengan
mereka" Menyelami visi dan missi hidup mereka?"
"Lumayan banyak."
"Baguslah jika begitu. Jika kau memang pernah bertemu
dengan mereka, satu hal utama yang harus kau lakukan adalah,
contohlah mereka! Mereka lelaki-lelaki yang tak segan-segan
memberikan segalanya untuk kemerdekaan bangsanya."
"Dan itu yang membuat Diajeng suka kepada mereka" Yah,
terus terang, ada pola-pola pikir mereka yang cukup membuat
saya terkagum-kagum. Akan tetapi, saya juga memiliki visi hidup
sendiri, yang meskipun beririsan dengan mereka, tak sepenuhnya
sama. Dan satu yang perlu Diajeng pahami, saya juga memiliki
semangat nasionalisme. Saya menginginkan negeri ini merdeka,
lepas dari perbudakan imperialisme, dan saya memiliki langkah"langkah yang disesuaikan dengan kemampuan yang saya miliki."
"O, ya?" Sekar mengangkat salah satu sudut bibirnya, terlihat
tak percaya. "Jika Anda memang seorang nasionalis, mengapa selama
Anda berada di negeri Belanda, saya tidak sekalipun mendengar
nama Anda disebut-sebut. Padahal, saya sering berinteraksi melalui
surat dengan Bung Hatta, Bung Gatot, juga Bung Nazir Pamuntjak.
pustaka-indo.blogspot.com232
Ketika saya tanyakan perihal Anda kepada mereka, mereka tidak
bisa memberikan jawaban yang saya harapan."
"O, ya" Apa yang mereka katakan tentang saya?"
"Kata mereka, memang mereka mengenal Anda, akan tetapi
tidak terlalu dalam, karena Anda tidak pernah datang pada acara"acara yang diselenggarakan oleh De Indonesische Vereniging. Anda


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlalu sibuk mengejar nilai. Mengurung diri di laboratorium
dengan setumpuk tugas yang diberikan guru besar Anda."
Rangga menggigit bibir. "Ya, itu mungkin salah satu kesalahan
saya. Akan tetapi, saya telah cukup lama menyadari, bahwa saya
memang harus terlibat banyak dalam usaha-usaha menuju
kemerdekaan, melalui jalan yang saya bisa lewati. Kini, setelah
keluar dari De Winst, saya sedang mempelajari potensi ekonomi
para pengusaha pribumi. Saya berharap, potensi itu dikembangkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan yang lebih luas. Untuk bisa
merdeka, kita tidak sekadar membutuhkan proklamasi dan
pengakuan secara de jure. Secara de facto, kita juga harus merdeka,
dalam artian tidak lagi memiliki ketergantungan dengan bangsa
asing. Bangsa ini harus mandiri pula secara ekonomi. Memiliki
etos dan produktivitas yang tinggi. Anda bisa melihat, Diajeng...
bangsa Jepang yang sekarang sedang menggelinjang di kancah
internasional. Selain secara politis mereka memperlihatkan
kekuatan, antara lain dengan kemenangan mereka atas Rusia, secara
ekonomis mereka juga berkembang pesat. Barang-barang buatan
Jepang kini membanjiri pasaran. Saya ingin, semangat bekerja kaum
pribumi juga seperti itu."
"Hm... ceramahmu lumayan juga...."
Rangga tersenyum. Gadis di depannya ini, barangkali memang
belum memiliki kestabilan emosi. Ia mudah terprovokasi oleh
pustaka-indo.blogspot.com233
pidato-pidato politik yang mempesona dari para tokoh pergerakan.
Pantas saja jika ia tergila-gila kepada Jatmiko, atau Kresna, karena
gaya bicara kedua lelaki itu memang senantiasa memikat dan penuh
semangat. Beberapa kali Rangga membaca artikel di Koran yang
ditulis oleh Elizabeth Fenton, nama pena Sekar. Tulisan-tulisan
itu, memang memiliki kekuatan idealisme yang luar biasa. Namun,
ia mendapati bahwa tulisan itu terkesan emosional, dan tidak
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang lebih rasional,
termasuk data-data akademis yang akurat.
"Tak seindah ceramah Mas Jatmiko, atau Dhimas Kresna,"
canda Rangga, mencoba membuat suasana lebih cair. "Eh,
sebenarnya mana di antara 2 pemuda itu yang memikat hati
Diajeng" Sebagai seorang kakak, saya ingin tahu, mana yang akan
menjadi adik ipar saya, bukan?"
Rupanya pendekatan Rangga cukup membuat image-nya di
mata Sekar sedikit demi sedikit berubah.
"Yah, keduanya sama-sama menarik. Hanya saja, Mas
Jatmiko itu lebih heroik, dan matang."
"Maksud Anda, Kresna itu masih terlalu kekanak-kanakan?"
"Bukan kekanak-kanakan, tetapi masih terlampau muda.
Ia sebaya dengan saya. Saya tidak mau memiliki pendamping
hidup yang sebaya." "Tetapi, Kresna pernah mengatakan kepada saya, bahwa
dia adalah kekasih Diajeng."
"Begitu?" wajah Sekar mendadak berubah merah. "Jangan
percaya. Ia pendusta."
"Jika begitu, Sekar lebih memilih Mas Jatmiko?" Rangga
pustaka-indo.blogspot.com234
sengaja mengubah panggilan Diajeng dengan sebutan nama,
Sekar. "Terus terang, ya!" Sekar mengangkat wajahnya, seakan
sengaja menantang Rangga. "Apa komentarmu?"
"Saya tak berkomentar. Hanya saja, sebenarnya saya lebih
senang kepada Kresna."
"Karena dia tampan, rapi dan pesolek?"
"Karena tampaknya, dia lebih bisa mengatur dirinya sendiri.
Mas Jatmiko, dia memang memikat, tetapi lihatlah lebih dekat
kehidupannya. Sangat berantakan...."
"Dan miskin?" potong Sekar, tampak tidak suka dengan
arah pembicaraan Rangga. "Rangga Puruhita, saya tidak tahu
apa maksudmu mengungkit semua itu. Jika kau ingin tahu, Mas
Jatmiko adalah keponakan seorang saudagar yang kaya raya. Ia
diharapkan menjadi penerus usaha pamannya itu. Akan tetapi,
ia meninggalkan semua kemewahannya itu demi idealisme yang
ia miliki. Bagi saya, ini adalah mental seorang pahlawan. Saya
sangat menghargai apa-apa yang ia lakukan."
Rangga terdiam. Ia terlampau terburu-buru mengungkap
kegalauan hatinya tentang Jatmiko. Dan ini kesalahan yang fa"tal. Maka, buru-buru ia pun mengoreksinya.
"Maafkan saya, Sekar. Saya tidak bermaksud merendahkan Mas
Jatmiko. Saya pun mengaguminya. Besok lusa, saya diundang
menghadiri pertemuan yang diselenggarkan oleh partainya. Ada
pidato seorang tokoh pergerakan dari Jakarta. Sekar tertarik untuk
datang?" "Hm, mana mungkin?" ketus Sekar. "Gara-gara perjodohan
pustaka-indo.blogspot.com235
keparat ini, saya harus mendekam tiap hari di kamar. Ayah tidak
mengizinkan saya untuk keluar dari Dalem Suryakusuman."
Dengan tatapan tajam, seakan menyalahkan Rangga, Sekar
menghunus belati dari sepasang matanya ke arah pemuda itu.
Rangga menghela napas panjang. "Mungkin suatu saat, kita
harus berbicara dari hati ke hati dengan orang tua kita masing"masing, bahwa perjodohan bukanlah sesuatu yang bisa
dipaksakan. Tetapi menurut saya, tak elok jika kita terus menerus
menunjukkan sikap pemberontakan kita kepada mereka.
Bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang harus kita
hormati. Jangan sampai masalah yang sepele ini, membuat kita
dicap sebagai anak durhaka."
"Sepele katamu" Bagi saya, masalah jodoh adalah masalah
visi dan missi. Saya tidak mungkin menikah dengan orang yang
tidak jelas visi misinya."
"Apakah saya memang orang yang Anda nilai begitu
pragmatis, Sekar" Saya memiliki visi, misi dan strategi dalam
hidup," ujar Rangga, agak gusar. "Menurut saya, perjodohan itu
lebih banyak karena kecocokan, jadi tidak sekadar kesamaan
visi dan misi, bukan?"
"Maafkan saya jika telah keliru menilai Anda." ujar Sekar
akhirnya, setelah agak lama berdiam diri. "Namun lepas dari itu,
saya salut dengan sikap Anda, Bung Rangga. Saya pikir, sebelum
ini, Anda tak lebih seorang bangsawan keraton berpendidikan barat
yang memiliki watak lebih Belanda daripada Belanda itu sendiri.
Meskipun saya masih memerlukan bukti dari kata-kata Anda,
terus terang, sedikit banyak saya sudah mulai memiliki gambaran
tentang Anda." pustaka-indo.blogspot.com236
Rangga tersenyum, merasa sedikit lega. Sekar sudah mulai
menunjukkan sikap kooperatifnya, kedewasaannya, tidak lagi
menampilkan sosok pemberontak yang konyol.
"Yeaah" mungkin, kita memang membutuhkan
komunikasi yang lebih banyak lagi, agar kecurigaan yang
menyelimuti kita, terkikis sedikit demi sedikit."
"Hm" tawaran yang menarik," Sekar tersenyum, meskipun
masih sinis. "Tetapi jangan harap, dengan komunikasi itu, saya
lantas jatuh cinta kepada Anda, Bung Rangga!"
Rangga hanya bisa mengedikkan bahu. Gadis ini sungguh
lugas, tanpa basa-basi. Namun keterusterangan Sekar membuat
hatinya tergoda untuk membalas yang serupa.
"Dan bagaimana jika ternyata saya jatuh cinta kepada
Anda?" "Saya rasa, orang seperti saya bukan tipe Anda. Mungkin
Anda lebih cocok jika bersanding dengan seorang perempuan
Belanda yang jelita, semacam Nona Everdine Kareen Spinoza
misalnya?" "Anda mengenalnya?"
"Kresna yang bercerita kepada saya."
"Begitu" Kiranya hubungan Anda dengan anak muda itu
sungguh dekat. Bukankah dia juga menjadi penghubung antara
Anda dengan seorang gadis luar biasa bernama Pratiwi?"
"Pratiwi, jadi Anda telah mengenal gadis itu?"
"Ya. Gadis yang begitu pemberani. Saya rasa, Tuan Thijsse
kini tak pernah lagi merasa tenang karena harus menghadapi geliat
pustaka-indo.blogspot.com237
perlawanan yang dikobarkan gadis itu kepadanya."
"Memang Pratiwi adalah gadis yang luar biasa. Sayang, nasib
yang menimpanya sungguh tragis. Ia diperkosa dan dianiaya. Kini,
ia tergeletak di ziekenhuis dalam keadaan koma. Pelaku perkosaan
dan penganiayaan itu memang belum diketahui. Namun, saya
curiga, bisa jadi apa yang menimpanya adalah akibat dari
perlawanan yang ia kobarkan itu. Tuan Thijsse bisa menjadi salah
satu tersangka pelaku perkosaan sekaligus penganiayaan itu."
"Apa?" Sepasang mata Rangga terbelalak. "Jadi Pratiwi"
diperkosa dan dianiaya?"
"Kunjungilah dia segera mungkin. Jika dia telah sadar,
keberadaan Anda bisa menjadi penguat asanya. Akan tetapi,
segalanya memang telah begitu sulit. Kresna mengatakan,
harapan hidupnya tinggal sekitar 30 persen."
Rangga tertegun. Keberadaan Pratiwi baginya menjadi
penting, karena ia memiliki sebuah rencana besar pasca
pemecatannya dari De Winst. "Ya, tentu saya akan secepatnya
menjenguk dia! Akan tetapi, sore ini saya ada pertemuan penting
dengan Kanjeng Pangeran Mangkunegara. Anda tahu apa yang
akan kami bicarakan" Beliau meminta saya membantu
membesarkan beberapa pabrik gula milik beliau yang juga berada
di Colomadu." "Dan apa rencana Anda dengan pabrik gula-pabrik gula itu?"
"Penambahan modal, serta pembenahan infrastruktur
mungkin lebih tepat. Bapa Haji Suranto telah siap membantu
menopang permodalan untuk itu. Selain itu, kami pun
merencanakan perluasan produksi dengan menanam kapas dan
mendirikan pabrik tekstil. Tekstil penting untuk menopang
pustaka-indo.blogspot.com238
industri batik yang telah lama berkembang di kalangan pribumi.
Rencana pembukaan perkebunan inilah yang sebenarnya ingin
saya tawarkan sebagai solusi kepada Pratiwi, dan juga Anda dan
Kresna sebagai orang yang telah dipercaya warga pedesaan di
Banyuanyar dan Colomadu, Diajeng. Dengan harga sewa yang
kalian minta, yakni 10 kali lipat, dengan perhitungan yang lebih
terperinci, kami akan sanggup mengabulkannya."
"Dan genderang perang melawan pengusaha asing akan
dimulai?" Sekar membulatkan sepasang matanya yang indah,
terlihat takjub. "Ya, perlawanan di bidang ekonomi."
"Bagaimana dengan nasib ratusan buruh De Winst?"
"Akan ada eksodus besar-besaran. Buruh De Winst akan
berpindah ke proyek baru itu. Dan mereka akan digaji dengan
pantas. Saya telah membicarakan itu semua dengan Raden
Prakosa, ketua serikat buruh di pabrik De Winst."
"Raden Prakosa" Dia juga aktivis Partai Rakyat."
"Betul, dan ia adalah hasil didikan Bung Jatmiko. Hampir
separuh lebih buruh De Winst ternyata adalah anggota Partai
Rakyat." "Dan mengapa Anda tidak bergabung saja dengan Partai
Rakyat?" Rangga tersenyum. "Ada beberapa prinsip dari Partai
Rakyat, khususnya Bung Jatmiko yang saya tidak setuju. Akan
tetapi, untuk saling bantu membantu demi tercapainya tujuan
bersama, saya akan menyambut dengan gembira."
"Saya menghargai apa yang Anda pikirkan. Dan rencana
pustaka-indo.blogspot.com239
ini, bagi saya sungguh luar biasa!" Sekar tak menyembunyikan
kekagumannya. "Ini rencana yang hebat. Semoga Anda bisa
mewujudkannya, Tuan Rangga."
"Dengan bantuan Anda, dan orang-orang yang telah
mencurahkan segenap tenaga, waktu dan pemikirannya untuk
kemakmuran pribumi, saya yakin" proyek ini akan sukses!"
Mereka saling bertatapan. Dan baru kali ini Sekar menyadari,
betapa sosok Rangga ternyata begitu menarik. Sebuah debaran
halus mendadak merambati dada Sekar, begitu menyadari bahwa
Rangga adalah lelaki yang telah dijodohkan oleh Sang Rama
dengannya sejak ia kecil. pustaka-indo.blogspot.com240
Meskipun telah beberapa minggu Pratiwi
dirawat, tak ada perkembangan berarti dari pengobatan
yang diusahakan para dokter pada gadis itu. Pratiwi
tetap saja tergeletak dalam keadaan tanpa sadar.
Kareen telah melaporkan kasus itu kepada polisi
yang ditindaklanjuti dengan pemanggilan beberapa saksi
untuk dimintai keterangan. Ia, Bejo, Kresna dan Partini
telah diperiksa, namun belum diperoleh titik temu. Di
sekitar tempat kejadian perkara, tak ada satu pun
petunjuk yang ditemui. Semua terasa buntu. Satu"satunya yang diharapkan mampu menjadi titik terang
adalah pengakuan Pratiwi. Sayang, gadis itu tak kunjung
sadarkan diri. "Tampaknya polisi pun harus memanggil suami
Anda untuk dimintai keterangan, Mevrouw!" ujar Kresna
yang dengan rutin mengunjungi Pratiwi, meskipun
hanya sekitar satu atau dua jam sehari.
pustaka-indo.blogspot.com241
"Mengapa?" "Karena sebelum peristiwa ini terjadi, Pratiwi terlibat
perseteruan dengan Tuan Thijsse. Ia menjadi wakil warga
Colomadu untuk berunding dengan pihak De Winst. Ketika
melihat kemiskinan yang membebat warga di pedesaan Colomadu
serta Banyuanyar, yakni lingkungan di mana kami mendirikan
sekolah untuk kaum miskin pedesaan, kami berusaha keras
mencari akar permasalahan itu. Akhirnya kami menemukan,
bahwa mereka miskin karena tanah komunal di desa mereka,
yang subur dan luas, ternyata justru disewakan ke pihak
perkebunan De Winst dengan harga yang sangat murah. Karena
kontrak sudah hampir berakhir, kami pun menyarankan kepada
warga untuk meminta nilai sewa yang wajar, yaitu 10 kali lipat
dari harga sebelumnya. Karena warga desa tidak bisa berunding,
maka Pratiwi pun didaulat menjadi wakil mereka. Sekarang saya
menyesal, mengapa bukan saya saja yang maju menjadi wakil
para warga. Mengapa harus Pratiwi. Saya merasa telah menjadi
seorang pengecut karena tak mau berlari menyambut lawan."
"Jadi, Anda pikir, Jan bisa menjadi tersangka dalam kasus
ini?" "Tentu saja." Kareen memijit-mijit kepalanya.
"Anda kenapa, Mevrouw" Sakitkah?"
"Nee" nee! Ik sehat, Meneer. Hanya saja" Ik sedikit pusing."
"Lantas, hendak ke manakah Anda" Pulang?"
"Tidak! Saya sedang malas bertemu Jan. Dia sekarang sedang
ada di rumah. Jika dia memang pelaku kebejatan ini, saya tidak
ada alasan untuk menangkapnya."
pustaka-indo.blogspot.com242
Mata Kresna melebar. "Wah, ternyata Anda juga sering
mengikuti perkembangan politik kaum Inlander?"


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayah saya sebenarnya termasuk golongan moderat. Hanya
saja, orang-orang moderat di negeri kami, jumlahnya tertelan oleh
golongan yang konservatif. Meskipun bersahabat dekat, ayah Jan,
adalah yang termasuk golongan konservatif. Jika mereka
bertemu, selalu ada diskusi panjang lebar, yang sering kali
berujung pada debat kusir."
"Anda juga sering membaca tulisan-tulisan Elizabeth
Fenton?" "Ya. Bahkan saya sangat ingin berkenalan dengannya. Dilihat
dari namanya, dia seperti orang Eropa"."
Kresna tertawa. "Anda salah besar. Ia bahkan seorang in"lander, pribumi tulen. Saya mengenalnya secara dekat. Jika Anda
berkenan, saya pasti akan memperkenalkan dia kepada Anda."
"Anda katakan, ia pribumi?"
"Nama aslinya, Sekar Prembayun. Seorang puteri keraton
yang memiliki idealisme luar biasa, namun tembok keraton yang
tinggi menghalangi geraknya."
"Diakah yang pernah Anda sebut sebagai calon istri Anda?"
desah Kareen. "Sungguh, saya sangat berbahagia, bisa berkenalan
dengan orang-orang penting di negeri ini. Dan berkenalan dengan
puteri keraton itu, pasti sangat menarik." tatapan Kareen diliputi
cemburu, akan tetapi ia berusaha untuk terlihat tenang.
"Kapan-kapan saya pasti akan mempertemukan Anda
dengannya. Ah, ya" bagaimana dengan tawaran saya tadi" Akan
tetapi, saya kesulitan dengan kendaraan. Saya hanya mengendarai
pustaka-indo.blogspot.com243
kereta angin, tentu tidak pantas jika saya menawari Anda untuk
membonceng saya, bukan?"
"Tawaran Anda saya terima. Dibandingkan saya harus
pulang, mendatangi pidato Bung Yasa tentu jauh lebih menarik.
Anda tak perlu khawatir harus memboncengkan saya, karena
saya diantar Bejo, sopir saya dengan otto. Atau, jika justru Anda
yang berkenan naik otto bersama, saya akan sangat bergembira."
Senyum di bibir indah Kresna, bibir yang terlalu indah untuk
seorang lelaki, menciptakan debar tersendiri di hati Kareen.
Lapangan Sriwedari, yang terletak di
samping Kebon Raja, tampak
meriah. Ratusan muda-mudi dari
kota Solo, Sragen, Sukoharjo,
Boyolali, Karanganyar, Klaten,
Wonogiri bahkan sampai Ngawi,
Pacitan, Madiun dan Ponorogo
berduyun-duyun menyemuti tobong yang didirikan di tengah
lapangan tersebut. Mereka
adalah para muda-mudi pribumi
yang terdidik, yang jumlahnya
belum seberapa dibandingkan
dengan jumlah muda-mudi secara keseluruhan.
Rangga memarkir sepeda onthelnya di sudut lapangan.
Antara lapangan Sriwedari dengan rumahnya di Baluwarti, tak
terlampau jauh, sehingga ia memutuskan untuk tidak memakai
pustaka-indo.blogspot.com244
ottonya. Di samping itu, ia ingin lebih membaur dengan para
peserta rapat terbuka itu, yang meskipun termasuk warga pribumi
kelas menengah sampai dengan atas, kebanyakan masih
mencitrakan kesan sederhana.
Memang tak banyak otto yang diparkir di sudut lapangan.
Hanya ada sebuah sedan berwarna kuning dan beberapa jeep
militer milik polisi Belanda. Sangat wajar jika perkumpulan massa
dalam jumlah besar itu dijaga ketat oleh aparat. Gelombang
nasionalisme yang ditiupkan kencang-kencang oleh para tokoh
pergerakan, seperti Soekarno, Hatta, Yamin dan sebagainya, telah
menambat di sebagian warga pribumi, terutama yang telah
terdidik. Meskipun ribuan aktivis telah ditangkap dan dibuang
ke Flores, Bangka maupun Boven Digoel, toh gelombang itu tak
juga surut, bahkan semakin menjadi-jadi.
Bung Yasa Kusuma, tokoh Partai Rakyat dari Jakarta yang
akan berpidato, adalah seorang pribumi yang mengenyam
pendidikan barat. Ia alumni universitas Rotterdam, satu
almamater dengan Bung Hatta. Ketika masih berada di negeri
Belanda, Rangga pernah diundang menghadiri pertemuan para
mahasiswa Hindia Belanda, di mana Bung Yasa merupakan salah
satu pentolannya. Sayang, saat itu Rangga sedang sibuk
menggarap tugas-tugas yang diberikan oleh Profesor Van De
Vondell. Selain itu, untuk mendatangi kota Rotterdam, persediaan
uangnya saat itu tidak cukup.
Seorang pemuda berpakaian putih-putih, lengkap dengan
kopiah hitam dan sepatu hitam, menyambutnya. Begitu ia
memperlihatkan undangan yang diberikan oleh Jatmiko, seketika
pemuda itu mempersilahkan untuk duduk di deretan kursi
terdepan. Rupanya, Jatmiko adalah salah seorang tokoh yang
cukup memiliki kedudukan di partai tersebut.
pustaka-indo.blogspot.com245
Namun Rangga menolak dengan halus. Ia
memilih untuk duduk di deret belakang. Ia belum terlalu
memahami corak pemikiran pergerakan yang ditekuni oleh
Jatmiko, Kresna, juga adik sepupunya, Sekar Prembayun. Ia
ingin melihat dengan lebih seksama. Pemuda itu pun
memakluminya, dan mengantarkannya ke sebuah bangku kayu
di deret paling belakang.
"Sampaikan maaf saya kepada Bung Jatmiko!" ujar Rangga.
"Akan saya sampaikan, Bung!"
Semakin tinggi matahari menaiki langit, pengunjung acara
itu semakin berjubel. Rangga mencoba mengamati satu persatu
wajah-wajah para pemuda-pemudi yang mulai memenuhi tobong
dengan seksama. Pada saat itulah, sepasang mata Rangga
memicing, begitu melihat sepasang lelaki perempuan memasuki
tobong berdampingan. Pasangan itu begitu istimewa, dan sangat
menarik perhatian. Bukan hanya karena mereka mengenakan
pakaian yang biasa dikenakan kalangan atas, bukan pula karena
mereka sama-sama rupawan. Namun, seorang lelaki pribumi
berjalan berdampingan dengan seorang perempuan Eropa totok,
tentu sebuah pemandangan yang luar biasa. Terlebih lagi, seorang
perempuan Eropa mendatangi rapat terbuka yang diselenggarakan
oleh sebuah partai politik yang mengusung visi misi kemerdekaan.
pustaka-indo.blogspot.com246
Dan keistimewaan itu menghadirkan sebuah rasa yang sangat
menghujam lubung hati Rangga karena ia mengenali mereka.
Kresna, dan" Everdine Kareen Spinoza. Mereka begitu akrab,
dan" mesra. Lubuk hati yang terdalam milik Rangga bergolak. Ada
semacam arogansi kecemburuan meledak-ledak, meskipun
mampu ia tahan dengan nyaris sempurna.
"Pasangan yang unik, bukan?" bisik seorang pemuda yang
duduk di sampingnya. Rangga menoleh ke arahnya, mengulum
senyum. "Anda mengenal mereka?" tanyanya.
"Yang pemuda itu, saya pernah beberapa kali melihatnya
menghadiri pertemuan partai ini. Ia teman dekat Bung Jatmiko,
ketua cabang partai."
Teman dekat" Rangga mengerutkan kening. Atau rival dekat
dalam berebut sosok Sekar Prembayun" Kehidupan memang
penuh dengan jalinan kisah yang terkadang sedemikian ruwet.
Kresna melarangnya mendekati Sekar, karena Sekar"
sepengakuan pemuda itu"adalah kekasihnya. Kemudian, dari
mulut Sekar, ia mendapati bahwa pemuda itu bukanlah sosok
impiannya. Sekar lebih memilih Jatmiko, padahal Jatmiko tak
terlalu memperdulikan kehadiran seorang wanita dalam
kehidupannya. Pada kenyataannya, Jatmiko dan Kresna, kata
pemuda di sampingnya itu, adalah teman dekat.
Dan kini, Kresna, datang bersama seorang perempuan yang
pernah hadir dalam mimpi-mimpi ekspresi harapannya. Semua
menjadi benang ruwet yang sulit ia urai.
Cemburu" Mungkin! pustaka-indo.blogspot.com247
Rangga menghela napas panjang. "Yang perempuan, Anda
mengenalnya?" Pemuda itu menggeleng. "Tetapi, saya salut kepadanya. Ia
jelas-jelas Eropa, namun bersedia hadir dalam acara ini.
Barangkali, Bung Kresna telah berhasil meluluhkan hatinya.
Barangkali, perempuan itu jatuh cinta kepada Bung Kresna.
Lihatlah, mereka itu sangat serasi. Yang lelaki begitu tampan,
yang perempuan cantik jelita. Sayangnya badan Nona Belanda
itu lebih tinggi dibanding Bung Kresna."
"Anda aktivis partai ini?" tanya Rangga lagi.
"Sebenarnya tidak. Saya aktif di Pergerakan Muhammadiyah.
Hanya saja, saya sering diundang untuk hadir pada acara-acara
teman-teman seperjuangan."
"Kenalkan, saya Rangga."
"Saya Sani. Firman Sani."
Keduanya bersalaman. Dan sepanjang rapat, mereka sering
terlibat dalam obrolan-obrolan singkat. Firman adalah seorang
guru di MULO Muhamadiyah. Sudah menikah dan memiliki dua
orang putera. Namun usia mereka ternyata hampir sama.
"Wah, saya harus cemburu kepada Anda, Bung Firman!"
ungkap Rangga. "Jangankan berputera, menikah saja saya
belum.?" Ia tak melanjutkan ucapannya, karena pada saat itu, Bung
Yasa telah maju ke atas podium. Meskipun sering mendengar
namanya, Rangga baru pernah melihat sosok lelaki itu. Dengan
tubuhnya yang kecil, serta wajah tampan khas lelaki Sunda, ia
terlihat begitu enerjik. Suaranya yang bertipe tenor melengking
tinggi, mengecapkan kalimat-kalimat yang membakar semangat.
pustaka-indo.blogspot.com248
Sebelumnya, ketika diundang dalam pertemuan IV di Den
Hag, Rangga pernah membayangkan, bahwa sosok Yasa Kusuma,
adalah lelaki bertubuh tinggi besar, berkumis dan cambang lebat,
serta bersuara berat berwibawa, karismatik. Namun, suaranya
yang melengking, ternyata cukup membuat para peserta tersihir,
termasuk Rangga. "Saudara-saudara sekalian" kita semua, adalah bangsa yang
besar. Di tanah kita, pernah berdiri kerajaan-kerajaan besar,
dengan peninggalan yang tak kalah megah dibandingkan dengan
bangsa asing. Majapahit, Sriwijaya, Singasari" adalah kerajaan"kerajaan yang kuat. Rakyat di zaman itu, hidup dengan
berkecukupan. Mereka sejahtera lahir batin. Mereka memiliki
peradaban yang unggul. Tahukah Anda, Bung! Bahwa pada saat
Sriwijaya tengah mencapai puncak kejayaan, banyak para
pemuda dari luar nusantara berbondong-bondong untuk belajar
ke negeri ini. Mereka menimba ilmu dari kita. Jadi, siapa bilang
kita adalah bangsa yang rendah" Kita ini besar! Hanya saja, selama
beberapa abad terakhir, kita telah tenggelam oleh gelombang
rendah diri yang begitu kuat. Kita merasa lemah, tak berdaya,
padahal sesungguhnya kita ini besar. Kita memiliki potensi untuk
menjadi bangsa yang berjaya di muka bumi ini.
Jadi, Bung" mari kita semua bangkit dari keterpurukan. Mari
kita belajar. Mari kita memperbaiki diri. Mari kita singsingkan lengan
baju. Jangan pernah mau menjadi pecundang. Bangkitlah!
Bangkitlah! Jika saat ini begitu banyak rakyat negeri ini yang bodoh,
terbelakang, buta huruf, mari kita sebagai golongan terpelajar
berbenah, kita entaskan mereka dari ketertinggalan. Lantas,
selangkah demi selangkah, kita akan mencoba melepaskan diri
dari belenggu kekuatan asing. Kita akan berdiri di atas kaki
sendiri"." pustaka-indo.blogspot.com249
Ketika pidato Bung Yasa semakin tajam menukik, Rangga
melihat beberapa orang yang sejak tadi duduk-duduk di kursi
belakang mulai terlihat gerah. Firman Sani membisikkan
kepadanya, bahwa mereka adalah para pribumi yang bekerja
sebagai intel pemerintah.
"Tampaknya, akan ada sesuatu yang terjadi di sini, bersiaplah
Bung Rangga!" ujar Firman Sani.
"Apakah itu?" "Entahlah" mungkin pembubaran secara sepihak oleh
polisi." Rangga menjadi tegang, namun ia berusaha untuk tetap
tenang. Apalagi ketika di tengah-tengah pidato Bung Yasa, seorang
peserta mendadak mengacungkan jari dan mengungkapkan
pendapatnya setelah dipersilahkan oleh Bung Yasa. Peserta itu
adalah seorang perempuan berkulit putih. Tak salah, ia adalah
Everdine Kareen Spinoza. "Bung Yasa, dan pemuda-pemudi sekalian, semoga
semangat juang senantiasa melingkupi kalian. Kalian mungkin
heran, melihat ada seorang wanita Belanda hadir dalam acara
ini!" Kareen mengitarkan pandangan ke sekitar, membuat
beberapa hadirin berdecak kagum. "Jika selama ini kalian
menganggap bahwa bangsa kami telah menjajah bangsa kalian,
sebenarnya hal semacam itu pun telah dirasakan oleh sebagian
dari kami. Tak semua warga Negara Belanda setuju dengan
kebijakan pemerintah. Kami menyadari, bahwa selama ini
ekonomi bangsa kami tersokong oleh hasil bumi bangsa ini yang
begitu kaya, namun kami tak pernah memberikan balas budi yang
setimpal. Kami justru membiarkan kalian tetap bodoh, tetap
pustaka-indo.blogspot.com250
miskin, tetap terbelakang. Sekarang, saya menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, bahwa ratusan pemuda-pemudi bangsa ini
berkumpul untuk bersama-sama menyatukan pemikiran,
menyatukan visi dan misi demi kemajuan bangsa kalian. Saya
secara pribadi menyatakan salut, dan siap membantu usaha-usaha
kalian mempersatukan bangsa ini demi kemajuan yang lebih
berarti, seperti kemerdekaan. Kalian berhak untuk merdeka,
karena kalian bukanlah bangsa budak. Kalian bangsa yang besar.
Bangsa yang berdaulat. Saya mendukung usaha kalian!"
Tepuk tangan dari para hadirin membahana, menyambut
kalimat yang diucapkan dengan penuh semangat oleh perempuan
itu. Wajah Bung Yasa berseri-seri, senyum lebar merekah dari
bibirnya. Sepasang tangannya merentang, lantas terangkat dengan
jemari terkepal. "Sungguh, ucapan dari Nona ini membuat bulu kuduk saya
sesaat berdiri. Ini suatu hal yang luar biasa. Baru pernah dalam
hidup saya, bertemu dengan seorang Nona berkulit putih yang
memiliki penghargaan yang begitu besar atas keberadaan bangsa
kita. Benar, Nona" bangsa ini memang pantas untuk merdeka.
Bangsa ini harus menjadi salah satu bangsa yang sejajar dengan
bangsa-bangsa lain di dunia ini. Karena apa?" sepasang mata
tajam Bung Yasa menyapu seluruh pengunjung tobong, dengan
sinar penuh aura. Lantas suaranya yang kecil melengking begitu
keras. "Karena kita bukan budak. Karena kita bukan budaaaak!!"
Seorang pemuda, Jatmiko, mendadak bangkit dari tempat
duduknya di deret terdepan. Tangan kanannya teracung, dengan


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jemari terkepal. "Merdekaaa!!"
Seruan itu disambut dengan gegap gempita. "Merdekaaa!!"
pustaka-indo.blogspot.com251
Pada saat itulah, Rangga melihat puluhan aparat berseragam
menyeruak ke depan. Dengan gerakan cepat, mereka menuju ke
podium, menarik tubuh Bung Yasa. Sebagian dari mereka berteriak"teriak, menyuruh para pengunjung untuk membubarkan diri.
"Bubar" semua bubar!!"
Suasana menjadi ribut. Apalagi ketika beberapa aparat,
yakni gabungan polisi Belanda dan KNIL membunyikan senapan.
Para pengunjung berhamburan keluar. Rangga sendiri ditarik oleh
Firman Sani untuk segera meninggalkan tempat itu.
"Kita harus segera pergi, jika tidak" kita bisa dijebloskan
ke penjara!" ujar Firman Sani.
Rangga tertegun sesaat. "Tetapi, pasti ada dari tokoh partai
ini yang ditangkap, bukan?"
"Ya, bisa jadi. Tetapi, kita tidak mau masuk penjara untuk
sesuatu yang tidak kita rencanakan, bukan" Ayo" kita pergi!"
Rangga masih kebingungan. Bagaimana dengan nasib
Kareen" Apakah pemuda bernama Kresna itu bisa
melindunginya" "Ayo, Bung Rangga, jangan buang-buang waktu!"
Pada saat itu, ia melihat sosok Kareen tengah berlari ditarik
oleh Kresna. Mereka memasuki sebuah otto dan segera pergi
melarikan diri. Sementara, dalam waktu bersamaan, ia pun
menyaksikan para tentara KNIL dan polisi menggelandang sosok
Jatmiko dan Bung Yasa. Sejurus Rangga mengerutkan kening.
Mestinya Kresna tidak menjadi pengecut dengan meninggalkan
teman-temannya ditangkap oleh aparat, jika ia memang seorang
tokoh di partai ini. pustaka-indo.blogspot.com252
Atau, Kresna melakukan hal semacam itu demi
menyelamatkan Kareen" Ia tak ingin perempuan itu ikut-ikutan
menanggung akibat dari dunia yang baru ia masuki. Jika memang
benar, Rangga merasa agak lega, meskipun diam-diam ia mulai
berpikir, ada hubungan apakah antara Kresna dengan Kareen.
Sebersit kecemburuan, mendadak menyelip dalam sanubarinya.
"Mari, Bung Rangga!" ujar Firman Sani.
Rangga pun mengangguk, dan segera berlarian mengikuti para
pengunjung yang telah terlebih dahulu mengambil langkah seribu.
pustaka-indo.blogspot.com253
Pekabaran yang terbit pagi itu, baik yang
berbahasa Melayu seperti maupun Belanda, memuat
besar-besaran peristiwa pembubaran rapat terbuka di
Lapangan Sriwedari kemarin. Ada 5 tokoh yang ditangkap,
di antaranya adalah Jatmiko dan Bung Yasa Kusuma.
Suasana pun menjadi panas. Elizabeth Fenton, kolumnis
perempuan yang tengah naik daun itu, membuat sebuah
tulisan yang sangat kritis mengomentari penangkapan itu
dan dimuat di sebuah Koran berbahasa Melayu. Tulisan
itu mendapat reaksi yang sangat luas. Di kantor De Winst,
para pejabat pabrik saling berkomentar.
"Kurang apa pemerintah kita memberi
kemakmuran kepada rakyat negeri ini"! Jalan-jalan
kereta api telah dibangun, sekolah-sekolah didirikan,
para inlander diberi kesempatan menjadi ambtenaar serta
prajurit KNIL, bahkan ada yang pangkatnya mencapai
mayor. Mereka tak tahu diri jika menuntut
kemerdekaan," komentar Meneer De Haas.
pustaka-indo.blogspot.com254
"Lagipula, jika mereka merdeka, mana mampu mereka
mengurus diri sendiri?" ujar Meneer Vanendal. "Para cerdik pandai
di negeri ini, masih bisa dihitung dengan jari. Siapa mereka"
Soekarno, Yamin, Wahidin, Hatta" Tak banyak. Mereka akan
kesulitan mengatur negeri seluas ini."
"Tepat benar kebijakan gubernemen dengan menginternering
para tokoh pergerakan itu. Keberadaan mereka akan menjadi
virus yang menyebar begitu cepat pada sekalian kaum inlander.
Tiongkok telah revolusi, jika para inlander pun melakukan
revolusi, akan habislah kita semua," ujar Meneer De Hass lagi.
Mr Jack Smith dan Henry Althusser yang merasa bukan
Nederlander hanya bisa menyimak perbincangan mereka. Akan
tetapi dalam benak Mr. Smith bergejolak sebuah pemikiran
tersendiri. Ia melihat bangsa Belanda memang sangat keterlaluan
dalam mengeksploitasi kekayaan bumi pertiwi itu. Negara aslinya,
Skotlandia juga dikuasai Inggris, namun Inggris tidak seserakah
Belanda dalam memperlakukan nasib negara-negara koloninya.
"Saya mendengar, Meneer Rangga ikut dalam rapat itu,
namun politeweizen tidak menangkapnya."
"Kata komisaris polisi yang saya kenal, Meneer Rangga tak
ditangkap karena ia bukan penggerak Partai Rakyat. Ia tak
berbahaya, sebab meskipun cendekiawan, ia tak berpolitik
sebagaimana sarjana lulusan Belanda lainnya."
"Apakah Anda sekalian tahu apa kegiatan Meneer Rangga
sekarang ini" Ia sedang melakukan pendekatan dengan pengusaha"pengusaha pribumi. Kemarin Raden Sukoco melihat ia tengah
melihat-lihat perkebunan tebu milik Pangeran Mangkunegara di
Colomadu" apakah ia hendak bergabung dengan pabrik gula
milik Pangeran Mangkunegara?"
pustaka-indo.blogspot.com255
"Saya mengerti betul jiwa anak muda itu. Meskipun ia tak
berpolitik praktis, ia sangat peduli dengan keadaan inlanders. Saya
yakin, lambat laun gubernemen pun akan gerah dengan kegiatannya
dan ia akan ditangkap, dan mungkin diinternering pula sebagaimana
para tokoh pergerakan lainnya," tegas Meneer Vanendal.
Mendengar ucapan-ucapan sekalian bawahan itu, Jan yang
tengah melangkah menuju ruang pribadinya mendadak berhenti.
Internering! Kata itu memukaunya. Tentang keberadaan Rangga
di perkebunan tebu milik pesaing, ia sudah lebih tahu, karena
Raden Sukoco saat ini ada di bawah cengkeraman doktrinnya.
Ia telah menjadi orang kepercayaannya. Dan kabar yang dibawa
klerk pabrik De Winst itu sempat membuatnya panik. Raden
Sukoco bercerita, bahwa sebuah maskapai yang terdiri dari
Pangeran Mangkunegara, Haji Suranto dan Rangga Puruhita,
telah mempersiapkan sejumlah besar modal untuk membuka
perkebunan kapas dan pabrik tekstil. Untuk kepentingan
perkebunan itu, mereka berencana akan menyewa tanah yang
semula merupakan lahan perkebunan tebu De Winst.
"Keterangan ini saya dapatkan dari Raden Prayuda, kakak
ipar saya yang menjadi orang kepercayaan Pangeran
Mangkunegara, Meneer!" kata Raden Sukoco.
Tentu saja Jan gelisah bukan main mendengar rencana
tersebut. Meskipun masih terbaring koma, Pratiwi jelas tidak mati,
dan kenyataannya kini ia bahkan dilindungi oleh istrinya. Pratiwi
bisa menjadi bom waktu baginya. Ia jelas tidak akan mau
bekerjasama lagi dengan De Winst, meskipun seandainya ia mau
memenuhi tuntutannya. Tanah milik warga hampir melayang dari
De Winst. Meskipun Jan mengungkapkan bahwa ia bisa
membujuk gubernemen untuk memaksa mereka melepaskan
tanahnya, sejatinya Jan menyadari bahwa hal itu nyaris mustahil.
pustaka-indo.blogspot.com256
Terlebih lagi, di pihak mereka sekarang ada Kareen, sarjana
hukum yang cerdas dan juga memiliki akses kuat ke gubernemen.
Berpindah lahan, jelas membutuhkan biaya besar.
Perusahaan harus membangun rel-rel baru yang mahal harganya.
Lahan yang selama ini disewa De Winst merupakan hamparan
tanah yang sangat subur. Tak ada kata lain, tanah itu harus ada
dalam kekuasaan De Winst! Akan tetapi, Rangga dengan backing
para pribumi yang kaya raya itu, akan menjadi penghalang
terbesarnya setelah Pratiwi. Apalagi, ia sangat meyakini bahwa
Ranggalah orang yang selama ini berada di belakang Pratiwi. Ia
juga mendengar kasak-kusuk bahwa Rangga mulai menghasut
para pekerja untuk eksodus secara besar-besaran dari pabrik,
begitu perkebunan kapas itu dibuka.
Rangga benar-benar seekor kunyuk! Ia memang senantiasa
terlihat tenang, sama sekali tidak berapi-api seperti rekan-rekannya,
para cendekiawan pribumi. Akan tetapi, apa yang ia lakukan bisa
menjadi ancaman besar bagi gubernemen, mengingat yang tengah ia
serang justru lini perekonomian. Bukan rahasia lagi bahwa golongan
yang menjadi penguasa di tanah jajahan ini sejatinya adalah para
pengusaha, di mana gubernemen tergantung penuh kepada mereka.
Maka, percakapan para administratur pagi itu mendadak
memunculkan ide briliyan dalam otaknya. Internering. Semua akan
berhasil ia atasi jika ia bisa melenyapkan Rangga. Cara-cara kasar
seperti yang ia lakukan terhadap Pratiwi bukanlah cara yang cerdas.
Bahkan Jan sering merutuki diri sendiri karena sempat terbakar
hasrat dengan begitu membara, yang melahirkan keputusan yang
sebenarnya sangat konyol itu. Ia cukup diuntungkan, karena hingga
kini, Pratiwi masih terbaring koma. Semoga dokter-dokter itu gagal
menyelamatkan nyawanya. Kematian Pratiwi akan menjadi
anugerah yang teramat besar baginya.
pustaka-indo.blogspot.com257
Solusi yang jitu adalah dengan melenyapkan Rangga dari
bumi Jawa tanpa batasan waktu yang jelas. Boven Digul, adalah
peristirahatan yang layak untuk bedebah itu.
"Jongos, panggilkan Raden Sukoco kemari!" perintahnya
kepada Sarmin. "Siap, Meneer!"
Hanya berselang waktu 3 menit, Raden Sukoco, klerk di De
Winst muncul dengan tergesa-gesa.
"Raden Sukoco, kenalkah Anda dengan Tuan Jatmiko,
mantan klerk di pabrik ini?" tanya Jan setelah menyeruput kopi
susu yang dihidangkan oleh Sarmin.
"Tentu, Meneer. Jatmiko pernah bekerja di sini sebelum
kedatangan Meneer." "Bukankah dia adalah ketua cabang partai rakyat?"
"Benar, Meneer. Dan ia telah ditangkap oleh polisi karena
dituduh hendak melakukan makar."
"Besarkah pengaruh Jatmiko terhadap buruh di sini?"
"Ya, sangat besar. Meskipun dia sudah tidak bekerja di sini,
masih banyak buruh yang bersimpati dan menjadi anggota Partai
Rakyat." "Bagus. Sekarang, tolong panggil Raden Prakosa kemari!"
Raden Prakosa adalah ketua serikat buruh De Winst. Ia
menggantikan posisi Jatmiko. Namun, apa yang dibicarakan Jan
dengan Raden Prakosa, Raden Sukoco tidak tahu.
pustaka-indo.blogspot.com258
Wajah Kanjeng Pangeran Suryanegara mendadak pias
ketika Rangga meletakkan benda yang ia peroleh dari
Kareen itu ke hadapannya.
Pagi tadi, perempuan bule itu dengan didampingi Kresna
mendatangi Dalem Suryanegaran dan bertemu dengan Rangga.
Ketika ia menyodorkan sebuah kotak berukir sepasang
kepodang di atas lazuardi, hampir saja Rangga membalasnya
dengan menyerahkan horloge bertatahkan intan berlian itu
sebagai balasannya. "Tidak, Rangga" Meskipun Anda mungkin membenciku
setengah mati, cundrik itu tidak akan saya kembalikan kepada
Anda. Anda mungkin heran melihat saya membawa sebuah benda
yang sama persis dengan apa yang pernah Anda berikan kepada
saya. Kakak seorang gadis yang saat ini tengah berada dalam
pertaruhan antara hidup dan mati, memberikan benda ini kepada
saya, untuk diserahkan kepada ayahanda Anda!"
Lantas, cerita yang menggemparkan segenap syaraf di
tubuhnya itu pun terlantun dari mulut Kareen.
Rangga menghela napas panjang, berdebar menunggu reaksi
lebih lanjut dari Sang Rama. Apakah Sang Rama akan mengakui
bahwa cerita Kareen itu benar" Atau ia hendak menyangkal dan
menganggap semua itu kebohongan besar.
pustaka-indo.blogspot.com259
"Meskipun saya kecewa dengan semua kenyataan ini,
seandainya memang benar, saya akan tetap mencoba menerima
dengan kebesaran jiwa. Saya justru akan sangat terluka jika
Rama mencoba berkelit dari persoalan ini!" ujar Rangga,
dengan suara parau. Tak menjawab pertanyaan Rangga, KGPH Suryanegara justru
bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju jendela,
menopangkan sepasang tangannya ke kusen jati bagian bawah
jendela. Sepasang matanya lurus menatap ke depan. Ada mendung
menggelayut di sana. Mendung bernapaskan kegelisahan.
"Rama, bicaralah" dan percayalah bahwa saya tidak akan
bersikap kekanak-kanakan dalam menghadapi persoalan ini."
Sang Rama menoleh sekilas ke arah sang putera. Namun,
tatapan tajam sang putera membuat ia gelagapan dan kembali
melempar pandang ke depan. Kali ini, ia mencoba menghirup
napas panjang, dan ia hempaskan pelan-pelan.
"Rama, apakah betul, bahwa Rama memiliki wanita lain
selain Ibu?" desak Rangga dengan bahasa yang lebih vulgar.
"Rangga, darimana kau mendapatkan benda itu?"
"Pentingkah jawaban dari pertanyaan itu" Atau, Rama
meragukan keaslian benda ini?"
"Tidak, Rangga. Saya percaya, benda ini asli. Tigapuluh
tahun silam, seorang empu membuatkan saya 5 buah cundrik
dengan kotak ukiran kepodang hasil karya seorang juru kriya
terbaik di Jepara. Salah satu cundrik itu, saya berikan kepadamu,
Rangga.?" Dan cundrik itu, kini berada di tangan Everdine Kareen Spinoza.
Suatu saat, Rangga akan memintanya kembali, meskipun Kareen
pustaka-indo.blogspot.com260
mengatakan bahwa ia tak akan mengembalikan benda itu, sebenci
apapun Rangga kepadanya. Betulkah ia seperti yang didakwa
perempuan itu" Membencinya" Seandainya perempuan itu
mengetahui bahwa hampir setiap malam ia tak bisa memejamkan
mata karena teringat kepadanya" mungkin ia tidak akan
mengatakan semacam itu. "Selain itu, Rama juga memberikan kepada seorang wanita
yang memikat hati Rama?"
KGPH Suryanegara kembali terdiam. Sepasang matanya
menerawang. Lantas, beberapa butir air mendadak terpercik dari
pelupuknya. "Namanya Sudarwati. Sebenarnya, ia hanya seorang
wanita desa. Dibandingkan dengan ibumu, pesona
kewanitaannya jelas kalah jauh." Suara lelaki itu basah.
"Akan tetapi, ia memiliki pesona yang mampu membuat hati
Rama tertambat?" "Begitulah, Rangga. Saat itu, Rama benar-benar kewalahan
dalam menahan hasrat yang begitu membara. Mungkin, saat itu
iblis begitu kuat membisiki dada Rama. Saat itu, ketika saya lewat
di sebuah pancuran, saya saksikan sebuah kekuatan luar biasa
yang merancahkan kelelakian saya. Dan.?"
"Rama menggunakan kekuasaan Rama sebagai seorang
bangsawan untuk melumpuhkan wanita itu?" suara Rangga


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar tajam. Menusuk. Sang Rama gelagapan.
"Akan tetapi, saya bersedia bertanggungjawab. Saya
meninggalkan cundrik Suryanegaran itu, dengan harapan, suatu
saat, jika memang terlahir seorang anak, ia akan datang membawa
cundrik itu sebagai bukti."
pustaka-indo.blogspot.com261
"Dan jika anak tersebut
ternyata tidak datang, Rama
menganggap semua telah terselesaikan dengan sendirinya?" KGPH Suryanegara terdiam, terlihat gugup. "Apakah" apakah kau telah
bertemu dengan anak itu?"
Rangga mengangguk. Baru tadi pagi ia diajak oleh Kareen mengunjungi sosok yang masih tergeletak tanpa sadar di
ziekenhuis. "Ya. Saya
telah melihatnya. Dia memang begitu mirip dengan Rama. Tanpa harus mempertanyakan lebih lanjut, saya percaya bahwa dia memang adik saya. Adik dari ibu yang berbeda." Ketika
mengucapkan kalimat yang terakhir, ada tekanan yang
terdengar miris. Sungguh, selama ini, meskipun tak terlampau
dekat dengan sang ayah, sikap lelaki itu, yang memilih untuk
setia terhadap istrinya, senantiasa membangun rasa bangga
yang kokoh dalam jiwanya. Ayahnya itu sungguh berbeda
dengan para bangsawan pada umumnya yang gemar
mengumbar keflamboyanannya dengan hinggap dari bunga ke
pustaka-indo.blogspot.com262
bunga, merontokkan serbuk sari yang ada, menyemaikan pada
putik yang tersedia, dan meninggalkan begitu saja saat buah
mulai terbentuk di atas kelopak bunga yang telah ditinggalkan
lembaran-lembaran sepalanya.
Tak tahunya, di ujung kebanggaan yang ia rasa, sebuah
kenyataan memporak-porandakannya. Jurang kekecewaan tergali
begitu dalam pada sanubarinya.
"Berapa usia dia sekarang?" tanya Sang Rama.
"Sekitar 17 tahunan."
"Tepat. Jika memang Sudarwati mengandung, mestinya anak
yang terlahir, sekarang sudah berumur sekitar itu. Rangga,
suruhlah gadis itu menghadap saya!"
"Menurut saya justru sebaliknya," ujar Rangga, tegas.
"Ramalah yang semestinya menemui dia. Ini bukan masalah harga
diri atau kewibawaan. Ini masalah tanggung jawab Rama selaku
ayah baginya. Bukankah Pratiwi tak pernah meminta dilahirkan
ke dunia ini?" "Jadi, namanya Pratiwi" Itu sesuai dengan pesan yang saya
berikan. Jika Sudarwati melahirkan anak perempuan, saya
meminta diberi nama Pratiwi. Jika lelaki, Prasetya. Di mana ia
sekarang?" Rangga menggigit bibirnya. Satu demi satu permasalahan
yang menghantam, telah membuatnya begitu lelah. "Ia tergeletak
tanpa sadar di ziekenhuis. Ia telah diperkosa sekaligus dianiaya"."
"Dia" diperkosa?"
"Ya." pustaka-indo.blogspot.com263
"Siapa melakukan tindakan bejat itu?"
"Entahlah. Sudah lebih dari 2 minggu Pratiwi tergeletak
tanpa sadar." "Antarkan saya ke sana, Rangga! Sekarang juga!"
Rangga memejamkan matanya. Ia tak ingin Sang Rama
berdusta, namun pengakuan itu benar-benar mengklimakskan
rasa pedih di dalam hatinya. Penghargaannya kepada Sang Rama
telah lantak, koyak moyak.
pustaka-indo.blogspot.com264
Jan Thijsse merasa gelisah, karena sudah 2 hari
istrinya tak pulang. Kareen Spinoza menghilang tanpa
kabar berita. Para jongos, kecuali mungkin Bejo yang
ke mana-mana mengantarnya dan ikut tak pulang juga,
tak ada yang tahu ke mana ia pergi. Hanya saja, menurut
Komisaris Polisi Johan Van Der Beck, 2 hari yang lalu,
anak buah lelaki yang telah menghamba kepadanya itu,
melihat Kareen ada di sebuah pertemuan para tokoh
pergerakan nasional kaum pribumi. Namun ketika
terjadi pembubaran oleh pihak politeweizen, sosok itu
menghilang entah kemana. Kegelisahan Jan semakin
membuncah, karena barusan ia mendapat telegram dari
Bandung, bahwa Tuan dan Nyonya Spinoza akan
berkunjung ke Solo. Apa komentar mereka jika tidak
mendapatkan puterinya berada di rumah"
Kegelisahan Jan terpungkasi ketika sore itu,
mendadak Kareen muncul di halaman rumahnya.
pustaka-indo.blogspot.com265
"Darimana saja jij" Ik benar-benar mencemaskanmu!"
ujarnya dengan suara yang dibuat lembut. Namun Kareen tidak
menjadi luluh karena kelembutannya.
"Jij mencemaskan saya?" Kareen tertawa, sinis.
"Papi dan Mami Anda akan datang kemari."
"Dan ini menjadi kesempatan buatmu untuk menahan saya
agar tetap berada di rumah?"
"Tanpa Papi dan Mami kemari, sudah sewajarnya ik
menahan Anda di rumah, Kareen. Karena jij adalah istri saya."
"Oh, istri" Karenanya, jij ingin melindungi saya, begitu"
Hebat sekali!" cemooh Kareen. "Tapi baiklah, saya siap berpura"pura menjadi istri yang manis seperti strawberry saat Papi dan
Mami ada di sini. Jij puas?"
Jan tersenyum licik. "Dan mengapakah harus berpura-pura"
Tidakkah terpikir di benak jij untuk menjadi istri saya yang
sebenarnya" Sebenarnya, apakah kekurangan saya, terutama jika
dibandingkan dengan pujaan hati jij, inlander busuk itu?"
"Jangan sekalipun menyebut Rangga sebagai inlander busuk.
Bagi bangsanya, Rangga adalah seorang pahlawan."
"Dan sebentar lagi, jij akan melihat pahlawan itu terkapar
tak berdaya karena disantap nyamuk-nyamuk Boven Digul yang
terkenal ganas," ujar Jan seraya tertawa tergelak. "Dan saya akan
mendapati seorang bidadari yang terluka parah hatinya karena
kehilangan cinta"."
"Jadi, apa yang akan Anda lakukan kepada Rangga?"
"Sesuatu yang sangat spektakuler. Lihat saja nanti. Tak ada
orang yang selamat jika berani melawan Jan Thijsse!"
pustaka-indo.blogspot.com266
"Termasuk seorang gadis belia bernama Pratiwi?" desak
Kareen. "Jadi, benar dugaan saya bahwa jij berada di belakang
peristiwa tragis yang menimpa dia" Ingat, Jan" saya bukan orang
yang buta terhadap hukum. Saya mengantongi izin sebagai advocaat.
Jika memang jij adalah pelaku peristiwa perkosaan dan penganiayaan
Pratiwi, saya pasti akan jebloskan Anda ke penjara!"
"Pratiwi hanya seorang gadis pribumi bodoh yang tak tahu
apa-apa. Untuk apa saya bersusah-payah melakukan kebodohan
semacam itu" Bernalarlah ketika menuduh orang, Kareen."
Sembari menyembunyikan keterkejutan hatinya atas ucapan
Kareen, Jan buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan menutup
pintunya rapat-rapat. Air mata Kanjeng Gusti Pangeran Harya Suryanegara
menitik perlahan ketika menyaksikan sosok Pratiwi terbaring
dalam keadaan tak sadarkan diri. Luka besar di kepalanya
tertutup perban putih, tampak kemerahan karena rembesan darah
yang tak juga mengering. Pelan Sang Pangeran mendekati gadis
itu, meraih telapak tangan kanannya yang lunglai.
"Rabbi, dia begitu mirip dengan" ibunya"." bisik KGPH
Suryanegara, dengan suara basah. "Nak, maafkan Ramamu yang
telah menyia-nyiakanmu" maafkan saya, Nak.?"
Sang Pangeran menangis tersedu-sedu, membuat Rangga
sesaat tercenung. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat sosok itu
luruh dalam genangan air mata. Selama ini ia menganggap sang
ayah sebagai sosok tegar, kukuh dan cenderung angkuh. Jarang
sekali ia mempertontonkan ekspresi emosinya. Jangankan untuk
menangis, sekadar tertawa gembira saja jarang sekali ia perlihatkan.
pustaka-indo.blogspot.com267
"Nak, bangunlah" bangunlah Nak" ini Ramamu!"
Air mata KGPH Suryanegara menetes, membasahi telapak
tangan Pratiwi. Namun gadis itu tetap terkulai tak berdaya dalam
ketidaksadarannya. "Dokter mengatakan, harapan hidupmu tinggal sepertiga
lagi, Nak" akan tetapi, Rama percaya bahwa kau akan tetap
hidup, dan kau akan tinggal bersama Ramamu, serta saudara"saudaramu" kau akan melanjutkan sekolahmu hingga setinggi
mungkin. Kau akan berhasil menggapai cita-citamu, Nak. Kata
mbakyumu, kau bercita-cita ingin menjadi guru" Rama akan
mendukungmu, Nak" kau akan menjadi seorang guru yang
gigih melepaskan bangsa ini dari kebodohan" Nak, apa yang
kau lakukan dengan mendidik orang-orang desa serta membela
mereka yang sekian lama ditipu kaum penjajah, telah membuat
rama benar-benar merasa bangga kepadamu" Nak, bangunlah!"
Sepasang mata Rangga terbelalak ketika melihat tubuh Pratiwi
perlahan-lahan bergerak. Dan pelupuk mata gadis itu, mulai
membuka. Apakah ini adalah hasil dari proses pertaubatan yang
dilakukan oleh sang ayah" Begitu Rangga membawa cundrik itu
kepadanya, paginya sang ayah meninggalkan Dalem Suryanegaran
menuju ke Dusun Kayangan di Tirtomoyo, Wonogiri, untuk
bertirakat di sana. Entahlah" Rangga tak pernah mengerti pernak"pernik ilmu kebatinan khas penganut Kejawen seperti ayahnya. Ia
sendiri diwanti-wanti dengan teramat keras oleh Raden Haji Ngalim
Sudarman, serta dikuatkan oleh Ahmed Khan saat di negeri Belanda,
untuk tidak berdekatan dengan hal-hal berbau mistis seperti itu.
"Nak, benarkah kau telah tersadar"! Tataplah saya, Nak"
saya Ramamu." "Ss" siapa Anda?"
pustaka-indo.blogspot.com268
"Saya ayah kandungmu, Nak?"
"Ti" daaak! Bu" kaaan"." bisik Pratiwi tiba-tiba, terbata"bata. "Anda" bukan ayah saya. Ayah saya" hanya seorang
petani miskin...." Reaksi Pratiwi membuat Rangga terpana. Kenyataan itu
membuatnya tak lagi memperhatikan Kresna dan Kareen yang berdiri
berdampingan tak jauh darinya. Ia tak peduli meskipun berkali-kali
Kareen mendemonstrasikan kemesraannya terhadap pemuda itu.
Sepertinya ia sengaja membuat Rangga cemburu. Mungkin ia merasa
dendam karena penolakan Rangga saat berada di perkebunan tebu
beberapa minggu silam. Sikap Kresna yang tampak santai, membuat
Rangga sedikit geram. Pemuda itu mengatakan bahwa ia adalah
kekasih Sekar, tetapi dengan tanpa beban, ia berdua-duaan dengan
wanita lain. Apakah Kresna memang tipe-tipe seorang play boy"
Seorang don juan" Beruntung, Sekar tak pernah mencintai pemuda
tampan yang agak pesolek itu.
Sementara itu, keringat dingin mengucur dari kening KGPH
Suryanegara. Sungguh, begitu ia melihat sosok gadis yang terbaring
lemas di atas ranjang itu, ia langsung percaya, bahwa gadis itu
adalah hasil dari benih yang ia tanam di rahim Sudarwati. Wajah
gadis itu begitu mirip dengannya. Dan pancaran matanya yang tak
lagi memiliki harapan, begitu dalam menusuk sanubarinya.
"Pratiwi" saya adalah Ramamu. Ayah kandungmu!"
"Tidak"!" lirih suara Pratiwi, namun di telinga Sang
Pangeran, ucapan itu laksana pisau tajam yang mengiris-iris hatinya.
"Ayah kandung saya hanyalah seorang petani, bukan seorang
pangeran. Ya, hanya petani, tetapi ia memiliki kehormatan dan
rasa tanggungjawab yang tinggi!"
pustaka-indo.blogspot.com269
Kembali batin KGPH Suryanegara tertohok. Kehormatan
dan tanggung jawab" Atas nama darah kebangsawanannya yang
begitu kental, ia memang telah mengabaikan 2 norma itu.
Bayangkan, ia menanam benih di rahim seorang wanita yang
dengan senang hati melayaninya sebagai wujud pengabdian
seorang rakyat jelata terhadap anak rajanya. Setelah itu, ia
meninggalkan begitu saja, tanpa pernah sekalipun mencari tahu
kabar seusai peristiwa itu. Bahkan, ia sengaja menutup peristiwa
itu rapat-rapat, karena tak ingin jejak hitam masa lalunya itu
terungkap. "Maafkan saya jika selama ini mengabaikanmu dan ibumu,
Pratiwi. Akan tetapi, kau memang benar anak saya.?"
Pratiwi tak menjawab. Ia hanya berpaling, memiringkan
badan ke arah tembok. Namun tangisnya kemudian pecah. Partini
yang tampak gugup, buru-buru mendekatinya, menghiburnya.
Sementara, beberapa orang perawat dan dokter yang mendengar
kabar bahwa Pratiwi mulai tersadar, berlarian mendekat. Dokter
Van Hook dengan halus pun mengusir para pengunjung sang
pasien, termasuk juga KGPH Suryanegara.
"Pardon, kami mohon maaf, karena akan ada pemeriksaan
pada Nona Pratiwi. Silahkan Anda sekalian meninggalkan
ruangan ini!" kata sang dokter.
KGPH Suryanegara menghela napas panjang. Wajah lelaki
itu tampak muram. Rangga yang mendadak merasa iba segera
mengambil keputusan. "Rama" sebaiknya, untuk sementara ini,
kita tidak menemuinya dulu, sampai ia merasa tenang."
"Satu yang saya harapkan saat ini darinya adalah, pengampunan
darinya, Rangga. Di depan gadis itu, saya hanyalah sampah!"
pustaka-indo.blogspot.com270
Rangga tak berkomentar. Ia hanya bisa tertunduk saat
menjajari langkah sang Rama keluar dari ruang perawatan
tersebut. Ia bahkan tak sempat berpamitan kepada Kresna,
Kareen, serta Partini yang juga keluar dari rumah sakit.
Gedung landraad penuh sesak. Para pemuda-pemudi yang
ingin menyaksikan jalannya sidang telah sejak pagi memenuhi
ruangan yang tak seberapa luas itu. Jadwal sidang hari ini adalah
mengadili Jatmiko. Bung Yasa Kusuma sendiri, hingga saat ini
masih menunggu jadwal. Berkas tuntutannya yang jauh lebih
rumit dari Jatmiko, masih disusun oleh jaksa.
Suasana mendadak riuh, ketika Jatmiko terlihat memasuki
ruang dengan dikawal oleh polisi Belanda. Beberapa pemuda
berteriak-teriak memberikan dukungan moral kepada tokoh
pergerakan dari Partai Rakyat itu.
Sekar dan Rangga adalah bagian dari pengunjung sidang
tersebut. Setelah Rangga meminta izin kepada ayahanda Sekar,
tentu saja dengan sedikit berbohong bahwa ia hendak mengajak
Sekar jalan-jalan"bukan ke gedung landraad, lelaki bangsawan
itu membolehkan Sekar pergi, tentu saja dengan jaminan
pengawalan ketat dari lelaki yang telah dijodohkan dengannya itu.


De Winst Karya Afifah Afra di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak pertama menginjakkan kaki di gedung landraad, Sekar
tampak tak bisa menahan emosinya. Berkali-kali ia meminta kepada
petugas untuk bisa bertemu dengan kekasihnya itu, namun petugas
dengan tegas menolaknya. Keinginan untuk memberikan naskah
sebagai pledooi pun kandas. Padahal, hampir seminggu lamanya ia
menyusun naskah itu dengan segenap kemampuannya merangkai
pustaka-indo.blogspot.com271
kata dan logika. Jika dibacakan, akan ada semacam bara yang
meletup-letup saking kuatnya isi naskah tersebut dalam mengaduk"aduk emosi siapapun. Rangga sendiri, yang sempat membaca naskah
itu, mengakui, bahwa Sekar memang seorang orator yang hebat.
"Tenang, Sekar" semua akan berlalu dengan baik. Jika
memang pengadilan memutuskan Bung Jatmiko bersalah dan ia
diasingkan, sebagaimana para tokoh yang lain, yakinlah bahwa
sejarah akan mencatatnya sebagai bentuk pengorbanan para
pahlawan"." hibur Rangga. Meski tak terlalu sepakat dengan
Nyai Tandak Kembang 1 Pendekar Gila 29 Syair Maut Lelaki Buntung Bu Kek Kang Sinkang 1

Cari Blog Ini