Ceritasilat Novel Online

Misteri Kapal Tua 1

Kibot 02 Misteri Kapal Tua Bagian 1


. TINGKAH-TINGKAH ANEH IKE rindu kemarahan Papa.
Aneh sekali, entah setan mana yang telah merasuki benak gadis kecil itu. Ike pun heran dan tak mengerti, kenapa tiba-tiba saja ia merindukan kemarahan papanya. Bahkan ia rela dicubit, ditampar, digebukin, dan diapakan saja!
"Itu keinginan gila, Ke. sembur Boboi Matanya sampai melotot ketika Ike mengutarakan hal itu kepadanya. Jika Ike rindu karena ditinggal orang tuanya, Boboi bisa mengerti Tapi rindunya Ike, rindu yang ganjil .Baru kali ini Boboi mendengarnya.
"Tapi aku serius, Boi"
"Pokoknya aku nggak mau tahu, kamu serius atau tidak. Saranku, lupakanlah kerinduanmu yang aneh itu!'
"Salahkah aku punya kerinduan seperti itu?" tanya ike dengan sikap lugu .Tanpa dibuat-buat. Boboi terhenyak Pertanyaan Ike membuatnya bingung .Gadis kecil itu memang aneh sifatnya. Kemauannya sukar dipahami Seperti keinginannya berkunjung ke kapal tua ini. Teman-temannya terpaksa menurut
"Terus terang, Boi, aku belum pernah dimarahi habis-habisan oleh Papa. Aku ingin sekali Papa memukulku. Sayang Papa tak pernah melakukannya, kata ike kalem. Ombing sedang tiduran di geladak kapal .Anak kerempeng itu terlonjak mendengar ucapan Ike. Diawasinya Ike dari ujung kaki sampai ke ujung rambut .la ngeri, jangan-jangan ike dirasuki penunggu kapal tua ini" Ombing merasa heran melihat sikap gadis kecil itu .
sore ini Sejak semula Ombing tidak setuju dengan acara ini. Apa menariknya mendatangi kapal yang sudah menjadi besi tua" Hanya benda rongsokan tak berarti .Tapi pilihan ike merupakan keputusan. Apalagi mendapat dukungan dari Boboi dan Tonde. Ombing tak bisa bilang apa-apa. Ia kalah suara. Hanya Kaisar yang berada di pihaknya Sedangkan Kaisar tak bisa bicara Karena Kaisar adalah seekor beruang madu piaraannya. Kapal tua yang sedang dikunjungi grup Kibot (Kaisar Ike, Boboi, Ombing, dan Tonde) itu peninggalan zaman Jepang. Sebuah kapal perbekalan serdadu Jepang yang kandas tak jauh dari pantai .
Terdampar enam kilometer dari pelabuhan Kotabaru, sebuah kota kabupaten di wilayah Kalimantan Selatan. Kapal itu kandas setelah dihajar torpedo kapal Sekutu pada masa Perang Dunia II. Konon kapal tua itu berhantu. Banyak Cerita menakutkan tentang kapal tua itu. Bahkan ada seorang nelayan yang mengatakan arah haluan kapal tua itu sering berpindah-pindah. Cerita itu sulit dipercaya. Tapi suasana di kapal tua itu memang tampak angker. Hal inilah yang bikin Ombing was-was melihat tingkah ike sore ini.
Ombing bangkit, lalu menghampir Boboi dan ike. Kehadiran Ombing membuat Boboi senang. la mengharap agar anak kerempeng itu bisa menjawab pertanyaan Ike yang meresahkannya
"Jika kamu setuju dengan pendapatku, sebaiknya kita segera meninggalkan kapal ini," ujar Ombing
"Mengapa kita harus pergi"' tanya Ike
"Aku ngeri, suasana di sini bisa membuatmu sakit jiwa."
ike tertawa tergelak. Baginya ucapan Ombing sangat menggelikan
"Sikapmu saja menunjukkan bahwa kau sedang sakit Omonganmu melantur tak keruan. Mengoceh tentang keinginan-keinginan yang tidak wajar," kata Ombing tetap berusaha untuk meyakinkan Ike,
"Kurasa itu keinginan yang wajar."
"Wajar" cetus Ombing sambil melongo seperti orang bego
"Aku saja kalau bisa menolak bila Umak hendak memukulku dengan rotan. Apalagi merindukan kemarahan umakku, wah! Pantatku bisa gempor"
Boboi tertawa melihat gaya Ombing .Bisa seru kalau perdebatan itu terus berlanjut.
"Sakit nggak sabetan rotan umakmu, Bing?" tiba-tiba Ike bertanya. Ombing seperti disengat tawon mendengarnya Pertanyaan itu jelas diluar dugaannya .la langsung berkacak pinggang
"Kamu sadar nggak sih ngomong begitu, Ke?" geramnya dengan gemas
"Bukan sakit lagi, Bego. Pahaku bisa bengap seminggu lamanya. Kau bisa me
mbayangkannya!" Ike memiringkan kepalanya. Pandangannya tertuju kelangit. la sedang membayangkan adegan Ombing dipukul umaknya. Membayangkan penderitaan anak kerempeng itu. Tapi ike tak mampu menggambarkan adegan itu dalam benaknya. la betul-betul tak bisa. Karena ia belum pernah diperlakukan sekasar itu oleh orang tuanya.
"Sayang aku tak bisa membayangkannya," keluh Ike sambil menggeleng
"Tapi aku senang punya teman yang berpengalaman dalam soal memancing kemarahan orang tua Tonde bilang umakmu suka memukulmu .Aku ingin belajar padamu, Bing Bagaimana caranya membuat papaku berang?"
"Ah sudahlah Aku nggak mau ngomong masalah yang tidakmutu .sungut Ombing. lakesal dengan pertanyaan Ike, juga merasa malu. Umak memang suka memukulnya dengan rotan berbuku-buku. Walaupun itu karena kesalahan Ombing sendiri. Tapi tidak enak kalau dibicarakan di depan
umum. Lebih-lebih diketahui oleh Ike.
Memalukan. Pasti Tonde memburuk-burukkan dirinya di hadapan Ike, Ombing mengutuk kelancangan
mulut Tonde. Tonde sama sekali tak mempedulikan tingkah
ketiga temannya. Ia tenggelam dalam keasyikannya. Tonde, si anak Dayak itu, sibuk mendengar kan musik lewat u
Walkman milik Ike .la berjingkrakjingkrak dengan riangnya. Bagi Tonde, benda itu merupakan barang baru. Karena cara mendengar kan musik itu melalui dua speaker mini yang lazim disebut headphone." Headphone itu menempel di kedua telinganya. Tonde tak mengerti tentang musik. Tapi ia suka mengikuti irama musik yang menghentak-hentak. Bising dan ribut sekali Baginya keributan musik itu seperti pekikan peperangan suku Dayak. Maka gaya menarinya pun seperti orang kesurupan. Untaian kalung taring binatang di lehernya bergoyang-goyang seirama dengan gerakan tubuhnya. Tonde sibuk bergoyang pinggul Kaisar pun bergaya. Kadang kala Kaisar berguling-guling, menepuk-nepuk dadanya. Lalu berdiri dengan tangan melambai-lambai ke arah Tonde .Beruang madu itu seperti mengikuti gerakan Tonde Atau Tonde yang mengikuti gerak Kaisar" Beruang
bertubuh gempal dan berbulu hitam itu kelihatannya menyeramkan. Tapi ia adalah binatang yang jinak dan cerdik. Kaisar memahami isyarat tertentu dan beberapa patah kata. la bisa diperintah un tuk melakukan sesuatu. Ia sangat patuh kepada majikannya, terutama kepada Ombing dan Umak. karena Kaisar sangat akrab dengan kedua orang itu.
"Oooi, Dayak! Setumat, pang' teriak Ombing dengan melagukan ucapannya. Suaranya bernada panjang. Ia menggunakan bahasa Banjar. Dalam bahasa Indonesia bisa berarti,
"Hai, Dayak! Sebentar, dong Panggilan itu menyatakan bahwa yang memanggil ada kepentingan dengan orang yang dipanggil Tapi Tonde tak mendengar panggilan itu. Terakan Ombing tak bisa menandingi musik yang sedang didengarkan Tonde. Begitu kerasnya Tonde menyetel walkman Ike.
"Dasar, Orang Hutan .Baru kenal walkman, lupa asalnya, gerutu Ombing sambil mendatangi Tonde. Boboi nyengir mendengar ucapan Ombing. Ike berseru-seru meneriaki Tonde. Tonde tak tahu kalau sedang didatangi Ombing .la menari membelakangi Ombing. Tapi setelah pundaknya ditepuk Ombing, ia segera memutar tubuhnya dengan kaki berjingkat
"Stop dulu Aku ada perlu!" kata Ombing.
"Hah Apa" Aku nggak dengar sahut Tonde berteriak."Makanya bunyinya dikecilin dulu, Dungu" sembur Ombing seraya merenggut head phone yang melingkar di kepala Tonde.
'Sori, mek. Lagi asyik, nih. Kalau mau pinjam, nanti saja!"
Ombing menggerutu. Tonde segera tanggap akan sikap temannya. Ia mematikan walkman itu. Tapi kedua kakinya tetap menghentak-hentak dan kepalanya menggeleng-geleng
"Betina kecil kesurupan. Dia protes karena nggak pernah dipukul papanya Mungkin dia kesambetjin kapal .Kita harus pergi dari sini, Ton!" Ombing mengoceh panjang-lebar. Ucapan itu menyembur seperti air mancur.
"Berhenti!" ujar Tonde seperti memberi
aba-aba "Aku jadi bingung Sebenarnya yang kesurupan siapa" ike atau kamu?"
"Masa aku' dengus Ombing
"Kalau aku kesurupan, kamu sudah kucekik sejak tadi, tahu"
Tonde terbahak-bahak. Sambil memasang head phone di kepalanya ia berkata,
"Makanya, kalau ngomong jangan seperti pidato!"
Ombing menggerutu. Ia bergegas pergi mendatangi Kaisar. Tampaknya ia marah Sambil membimbing tangan Kaisar, ia menuruni tangga kapal yang menjulur ke air, tangga besi itu menempel di lambung kapal.
Tonde temenung sejenak. Ia mencoba mencerna isi pidato Ombing yang singkat tadi .Keterangan tentang tingkah Ike menarik hatinya. Mengundang minatnya untuk melangkah kearah Ike dan Boboi .Sekali pandang aku tahu kalau kau memang sakit .Tonde berseru kepada ike
"Sialan Aku dibilang sakit Siapa yang ngomong?" sembur ike
"Siapa lagi kalau bukan Ombing, Boboi menimpai Masa Kaisar bisa ngomong Iya kan, Ton?" Tonde diam saja Matanya menatap lekat lekat kearah ike. la lalu berlutut di depan gadis kecil itu. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Telapak tangan kanan bertumpu di pundak kiri. Sedangkan telapak tangan kiri bertumpu di pundak kanan Mulutnya komat-kamit mengeluarkan suara berdesis-desis. ike dan Boboi saling berpandangan dengan dahi berkerut .Mereka heran melihat sikap Tonde Apa maunya anak Dayak itu"
"Woooit Laut damai, angin tenang Boleh ganggu kalau tak senang. tiba-tiba Tonde berteriak dengan suara melengking. Pelan pelan kelopak matanya mengatup. Kini matanya terpejam rapat-rapat. la tak bergeming sedikit pun dari sikapnya. Ombak berdebur dengan suara gemuruh Angin laut menghembus kencang .Desaunya bergema di sekitar kapal, menciptakan kesan yang aneh. Kini suasana di kapal tua itu sangat menakutkan Lebih-lebih karena sikap yang diperlihatkan Tonde yang membuat Bobo dan ike tercekat.Kesungguhan sikap anak Dayak itu sangat mendebarkan dada mereka.
"Jangan bertingkah konyol, Ton" tegur ike .Tapi suaranya bergetar. la tegang Karena tiba-tiba bulu tengkuknya merinding Tonde menggeram seperti harimau terluka Tubuhnya gemetaran Matanya tetap terpejam Lalu pelan-pelan kelopak matanya membuka. Bola matanya memerah bagai matahari hendak tenggelam .la mengawasi Ike tajam-tajam
"Kau memang sakit, Nak!" kata Tonde Suaranya serak dan besar.
"Ada roh jahat yang mengeram di dalam tubuhmu. Aku bisa melihat dari sinar matamu." ike terpekik Wajahnya seketika pucat mende ngar perubahan suara Tonde. Itu bukan suara Tonde yang sebenarnya
"Tom Kamu sudah gila, ya" Boboi menghardik. Dadanya berdebar Jantungnya semakin keras berdetak Apakah Tonde benar-benar berubah menjadi seorang dukun" Tonde memang pernah menyelamatkan jiwanya, ketika ia terkena peluru sumpit beracun .Anak Dayak itu bisa mengeluar kan racun dari tubuh Boboi .Tapi mungkinkah Dukun Barok mau mewariskan ilmunya kepada Tonde, sehingga anak itu berani menyatakan Ike kemasukan roh jahat" Dukun Barok adalah seorang dukun suku Dayak yang terkenal. Dukun itu sahabat kakek Tonde.
(Baca Kibot - Sumpit Beracun).
Tonde tak mengacuhkan hardikan Boboi la melepaskan kalung yang melingkar di lehernya. Untaian taring binatangitu diputar-putarkan diatas kepalanya.
"Aku akan mengeluarkan roh jahat itu Kau harus kusembuhkan sebelum roh jahat itu menguasai dirimu," katanya dengan suara tetap serak.
"Ton. panggil ike lirih. Tapi ia tak sanggup meneruskan ucapannya.
Sekujur tubuh ike berkeringat. Keberaniannya lenyap bagai dibawa angin iTonde seperti mempunyai daya sihir. Tubuh ike lemas. Akhirnya ia jatuh terduduk.
"Duduk bersila di situ .Pejamkan matamu Pusatkan pikiranmu pada sang Pencipta agar aku bisa mengusir roh jahat itu perintah Tonde dengan suara bernada kaku.
Boboi terpaku di tempatnya. Ia tak tahu harus berbuatapa, karena bingung menyaks
ikan kelakuan Tonde. "Sediakan air untuk menyembur roh jahat itu" tiba-tiba Tonde membentak Boboi.
Boboi terlonjak. Tergopoh-gopoh ia mencari air. Tapi dimana mencari air putih"Yang ada hanya air asin. Boboi kebingungan .Aha la ingat tadi Ike membawa susu dalam sebuah botol plastik. Bergegas Boboi berlari ke kabin kapal untuk mengambil botol susu itu. Lalu lekas-lekas menyerahkan benda itu kepada Tonde.
Tonde membuka tutupnya. la tampak berkomatkamit membaca sedikit mantera. Lalu meniup air susu itu tiga kali dan menghirupnya.
Bobo memperhatikan tingkah Tonde tanpa berkedip. Ia berdiri seperti patung digeladak kapal.
Tonde bangkit pelan-pelan. Untaian taring binatang itu terus diputar-putarnya dengan tangan kanan. Ia lalu mengitari Ike selangkah demi selangkah. Semakin lama semakin cepat
ike memejamkan matanya. Ia pusing melihat gerakan Tonde yang mengelilinginya.
"Kluk-kluk, paragah-ragah Roh bungulparagah pintar Tonde berteriak-teriak sambil terus berlari memutar ike. Ia menyemburkan air susu ke tubuh ike Lalu mengulangi ucapannya lagi .
Roh bungul paragah pintar, dalam bahasa Indonesia bisa berarti,
"Roh bego berlagak pintar.
Ombing tergopoh-gopoh mendekati Tonde. Kaisar mengekor di belakangnya. Ombing datang karena mendengar teriakan Tonde. Anak kerempeng itu terbengong-bengong melihat tingkah Tonde Lebih heran lagi melihat sikap Ike, Gadis kecil itu duduk bersila dengan mata terpejam. Pakaiannya basah kuyup tersiram air susu. Kekuatan apa yang bisa menaklukkan Ike" Juga menjadikan Boboi seperti sebuah robot" Ombing tak bisa mengerti. Ia berpikir-pikir, apakah anak-anak itu sedang bersandiwara"
"Kluk-kluk, paragah-ragah Roh bungul paragah pintar"Tonde terus berlari mengitari tubuh ike .Agaknya kehadiran Ombing dan Kaisar tak mengganggu pemusatan pikirannya. Mulutnya terkadang menceracau, berteriak melengking-lengking berdesah dan merintih-rintih. Tangannya membuat gerakan seperti orang sedang bertempur. Seolah ia sedang berkelahi dengan roh jahat yang menguasai diri ike.
"Apa-apaan kamu, Ton" Nggak ada dukun yang pakai walkman cetus Ombing.
Tiba-tiba Tonde menghentikan gerakannya. Seketika itu juga tawanya meledak. Ia terbahak bahak karena merasa geli mendengar ucapan Ombing Seharusnya ia mengembalikan walkman itu kepada Ike sebelum berlagak jadi dukun. Agar aktingnya sempurna.
ike membuka matanya. Kepalanya terasa pening karena memperhatikan gerakan Tonde. la sadar, Tonde telah mengakalinya. Maka seketika itu juga ia melompat ke arah Tonde. Dengan gemas dipukulinya badan Tonde sekuat tenaganya.
"Kamu memang brengsek Senangnya bikin orang keki, ya" sungut Ike sambil mengayunkan kepalan tangannya
"Kembalikan walkman-ku Aku nggak bakal mau meminjamkannya lagi"
Tonde hanya bisa melindungi kepalanya dari serbuan Ike .Kedua tangannya mendekap kepalanya erat-erat. Tapi ia merasa puas bisa bersandi
wara di depan teman-temannya. Boboi melonjak-lonjak :"Hantam terus, Ke. Jangan dikasih ampun" serunya memanas-manasi ike. la pun keki pada Tonde.
Ombing tetap tak bergeming di tempatnya berpijak. Ia tetap merasakan keanehan sikap Tonde dan Ike hari ini. Tingkah mereka tidak sewajarnya
"Ada apa sebenarnya?" pikir Ombing. Mungkin kah keadaan di kapal tua yang tampak menyeram kan ini bisa mempengaruhi pikiran mereka" Membuat mereka bertingkah yang aneh-aneh" Kapal tua ini memang penuh misteri, gumam Ombing dengan hati bertanya-tanya.
2. NYANYIAN HANTU Mercu suar itu mencuat bagai antena raksasa. Tegak di puncak sebuah bukit. Lampunya tampak menyala dan berputar-putar Menyorot jauh menembus keremangan malam .Lampu itu merupakan isyarat untuk memandu kapal dan perahu yang akan memasuki perairan Kotabaru.
  Sebuah jukung meluncur dalam keremangan malam. Ditumpangi anggota Kibot yang baru saja meninggalkan kapal tua.
Ombing duduk ditengah jukung, membelakangi Kaisar. Ia sedang unjuk perasaan. Tidak mau mendayung. Terpaksa tugas anak itu digantikan oleh Ike. Aksi protes itu untuk membalas tindakan
teman-temannya yang baru mau pulang setelah
hari gelap. Pulang malam, bagi Ombing sama saja dengan membangkitkan kemarahan umaknya. Padahal ia punya tugas mengisi bak mandi dan gentong air. Dalam benak anak kerempeng itu,
terbayang sambutan Umak yang menantinya dengan sepotong rotan di tangan.
"Senyum, dong Biar wajahmu nggak mirip Kaisar .Ike menggoda. Ombing mencibir Kalau ia cemberut, wajahnya bagai terlipat-lipat. Sejak tadi ia mengawasi lampu mercusuar. Tiba-tiba Ombing terlonjak. Dilihatnya lampu mercu suar itu berhenti berputar. Lalu menyorotkan sinar hijau
"Lihat Lampu mercu suar berwarna hijau" serunya sambil menudingkan telunjuknya. Boboi dan Ike tertarik oleh seruan Ombing. Kedua anak itu serentak mendongak kearah mercu suar. Namun mereka tidak melihat warna hijau .Karena lampu mercu suar sudah berubah lagi warnanya. Kini menyorotkan warna putih seperti biasanya
"Apanya yang hijau, Bing?" sembur Ike merasa tertipu
"Tadi kulihat lampu itu berubah jadi hijau!"
"Lampu itu atau mata kamu yang berubah hijau" sungut Ike kesal
"Itu hanya khayalanmu saja, Kawan!" kata Boboi.
Ombing tak bisa bilang apa-apa. Ia kembali merengut lagi
"Jangan bengong Matamu bisa masuk angin" olok ike. "Nanti mercusuar kaubilang miring lagi."
"Daripada bengong lebih baik gantikan aku mendayung Bing, goda Tonde.Ombing semakin keki. Keterangannya hanya dijadikan bahan ejekan saja. Ia lalu mengawasi mercu suar lagi. Barangkali lampunya akan berganti warna. Ia ingin tetap membuktikan kebenaran penglihatannya. Tapi sekian lama matanya melotot, tak ada keanehan yang terjadi dengan lampu mercu suar itu.
Seperti sebatang kayu hanyut, jukung itu mendekati Kotabaru. Boboi yang bertindak sebagai juru mudinya, mengarahkan haluan jukung ke sebuah hotel. Hotel itu berdiri di atas permukaan laut aTegak disangga berpuluh-puluh tonggak kayu. Hotel Air Biru, begitu nama yang terpampang di puncak atapnya. Sesuai benar dengan tempat hotel itu berpijak.
Kini jukung merapat ke sisi speedboat milik ike yang tertambat di tangga teras hotel .Dengan sigap ike melompat ke atas speedboat-nya. Ia turun di Situ.
"Yuk, sampai ketemu lagi!" ujar Boboi sambil memutar jukungnya ke arah selatan.
Ike menggeliat. Rasa letih menjalar di sekujur tubuhnya. Terutama di pundak, karena terlalu lama mendayung. Ia membungkuk untuk membetulkan ujung celana jeans-nya. Juga letak ikat pinggangnya. Tiba-tiba wajah ike pucat. Ia meraba-raba pinggangnya.
"Hai.. Stop dulu teriaknya mencegah kepergian teman-temannya.
"Ada apa lagi, sih"' gerutu Ombing
"Walkman-ku mana, Ton"' tanya Ike tanpa mempedulikan gerutu Ombing
'Lho, kan sudah kukasihkan kamu!"
"Gawat, deh gumamnya
"Mungkin sama kamu, Bing?"
Ombing melotot. Anak kerempeng itu memang suka melotot kalau ia merasa tidak senang
"Jangankan pinjam, pegang saja aku nggak mau sungutnya.
"Soknya!" Boboi mencela
"Bukan sok Aku bosan memakai barang luar negeri" ujar Ombing menyombong. Sebetulnya ucapan itu untuk mengejek ike. la keki setiap kali Ike memuji kehebatan walkman itu.
"Ngomong deh begitu lagi!' sungut Ike kesal karena merasa tersindir. Walkman itu memang sangat dibanggakannya. Kehebatan walkman itu ialah bisa dipakai untuk memutar sebuah kaset secara terus-menerus. Si pemakai tidak perlu membalikkan kasetnya. Cukup menekan tombol kecil disebelah kanan. Dan walkman model begitu
hanya dimiliki Ike .Hadiah dari Oom Hans, sahabat
papanya yang tinggal di Amerika
"Coba kita cari, Ton Barangkali nyelip di sela jukungku," kata Boboi.
Jukung Boboi diobrak-abrik. Tapi tetap saja walkman Ike tidak ditemukan.
"Ya, Tuhan ..Walkman itu ketinggalan di kapal" gumam ike.Tonde terkejut. Ia merasa ikut bersalah jika benda itu sampai hilang. Sebab sejak di kapal. walkman itu terus menempel di badannya.
"Kau yakin walkman itu ketinggalan di kapal, Ke" Coba dingat-ingat dulu," katanya
"Nggak salah, deh, memang ketinggalan disana. Ah, kenapa aku begitu bego sampai melupakan walkman itu?" kata Ike dengan wajah merengut. Ia ingat-ingat, sebelum pulang walkiman itu diletakkannya di dekat kabin kapal. Tertutup oleh jaket jeans-nya. Sewaktu pulang agaknya ia hanya meraih jaketnya saja. 'Sekarang rencanamu bagaimana?" tanya Tonde. ike memandang Tonde. Tapi pikirannya melayang ke kapal tua. Ia tak berani membiarkan walkman itu tergeletak di sana. Ia khawatir malam ini ada orang yang datang ke kapal tua itu, lalu menemukan walkman-nya.
"Aku terpaksa harus kembali ke sana," kata ike .
"Malam-malam begini" Gila" sembur Ombing
"Lebih baik tidur saja."
"Sebaiknya jangan malam ini, Ke. Bukan apa-apa, aku khawatir tiba-tiba haluan kapal itu berputar," ujar Boboi menggoda. ike tercekat Keberaniannya ditantang untuk datang ke kapal tua itu pada malam hari
"Tenang, Ke. Aku akan menemanimu!" sahut
Tonde. "Habis siapa lagi" Yang lain nggak mau ikut"
"Nggak takut sama penunggu kapal itu" ih. Biasanya setan kapal nggak ada ininya kata Ombing seraya menyayat lehernya dengan sisi telapak tangan. Maksudnya tanpa kepala .ike gusar mendengar ucapan Ombing Tangannya terkepal Rasanya ia ingin memukul anak kerempeng itu.
"Jangan dengarkan omongannya, Ke. Aku nggak bakal ingkar dengan janjiku," kata Tonde. ike lega mendengar kebulatan tekat Tonde. Kepergiannya ke sana malam ini, tergantung keberanian anak Dayak itu.
"Kamu benar-benar nggak takut, Ton"' tanya Ike cemas.
"Ala, takut apa" Hantu" Itu sih urusan kecil Percuma kakekku membuatkan kalung ini," ujar Tonde menyombong. Ia menarik-narik kalung untaian taring binatangnya
"Jangan takabur, Ton!" sela Ombing ngeri. Apa pun alasannya, membicarakan makhluk halus paling tidak mengenakkan hati
"Bukannya aku sok Tapi kalungku ini ada khasiatnya .Bisa menangkal hantu-hantu yang nggak mutu. Kata kakekku, taring binatang sangat ditakuti oleh makhluk begituan. Asalkan kita yakin saja."
"Ah, yang benar, Ton" ejek Boboi
"Masa aku bohong" ujar Tonde bergaya .la lalu berkata pada Ike,
"Tapi sebaiknya kita ajak Pak Lumbing."Ike setuju sekali Bukankah Pak Lumbing selalu siap sedia membantunya" Ah, kenapa ia melupakan orang tua itu" Maka ike bergegas mencari Pak Lumbing penjaga hotel yang juga menjaga speedboat Ike. Sepeninggal Ike, Boboi mendekati Tonde. Ia penasaran dengan khasiat kalung anak Dayak itu
"Aku nggak yakin dengan keteranganmu itu. Jangan-jangan hanya untuk membesarkan nyalimu!" katanya. Boboi mengawasi Tonde. la ingin tahu jawaban anak itu .Ombing tertarik pula. Ia menatap Tonde dengan sikap menyelidik. Ia tak yakin akan kebenaran ucapan Tonde. Sebagai seorang muslim ia tak boleh percaya begitu saja. Orang beriman tidak boleh mempercayai keampuhan suatu benda. Lebih-lebih sampai memujanya Kata guru mengajinya, hukumnya musyrik atau mempersekutukan Tuhan. Sedangkan menyekutukan Tuhan adalah dosa tak berampun. Ombing bergidik. Tetapi ia pun tak bisa menyalahkan Tonde .Tonde penganut kepercayaan nenek-moyangnya. la bebas mempercayai dan memuja benda apa saja. Sesuai dengan kepercayaan Kaharingan, kepercayaan sukunya. Tonde tersenyum. Diterangkan pun tak ada gunanya. Sebab kedua temannya tak mungkin sep
endapat dengannya. Diam adalah jalan yang paling baik.
ike tiba dihalaman hotel .lalangsung menjumpai Pak Lumbing di pos keamanan hotel. Diutarakan kesulitannya pada orang tua itu. Tapi alangkah kecewa hatinya mendengarjawaban Pak Lumbing. 'Aduh Malam ini Pak Lumbing dinas sampai pagi. Ke sananya besok saja, ya" Kita berangkat pagi-pagi" ike cemberut. Hatinya kesal bukan main Kenapa malam ini Pak Lumbing dinas sampai pagi" Padahal ia membutuhkan bantuan orang tua itu. Maka tanpa berkata-kata lagi Ike mengeloyor, pergi meninggalkan Pak Lumbing.
Pak Lumbing hanya bisa mendesah melihat tingkah Ike .la pun menyesal tidak bisa menyertai anak itu. Kesusahan ike adalah kesusahannya pula. Ia bertanggung jawab atas keselamatan Ike .Pak Astor, papa Ike, memberi tugas kepadanya untuk mengawasi ike. Tapi ia tak mungkin meninggalkan pekerjaannya .Pak Lumbing menyesal karena tidak bisa mencegah. Ia tahu betul sifat gadis kecil itu. Kemauannya sukar dicegah jika ia menganggap tindakannya benar.
Pak Lumbing menggeleng-geleng. Untuk menghilangkan kegundahan hatinya, orang tua itu mengeluarkan pipa cangklongnya. Lalu mulai merokok. Ia berjalan ke sisi hotel .Dari situ ia mengawasi Ike yang sedang memeriksa keadaan speedboat.
ike puas mengetahui keadaan speedboatnya. Segala perlengkapan sudah komplet .Tangki bensin sudah penuh. Minyak pelumas mesin, cukup. Pelampung penyelamat tersedia sebanyak
empat buah. Juga obat-obatan. Ia tak mau mendapat kesulitan di tengah jalan. Speedboat merah itu sudah siap diluncurkan. Mesinnya menderu-deru. Ike duduk di balik kemudi Tonde duduk di sisi kirinya
"Aku ikut! seru Boboi .laterpaksa memutuskan begitu kalau tidak mau dibilang pengecut.
"Kalian memang nekat' sembur Ombing.
"Apa-apa tanpa dipertimbangkan"
"Ngomong deh sesukamu!" sahut Ike kesal 'Lho jangan sengit dulu. Siapasih orang yang mau datang ke kapal itu pada malam-malam begini" Umpama ada, belum tentu ia melihat walkmanmu" gerutu Ombing. la enggan menemani Ike.
"Aku bersedia membatalkan niatku, tapi apa jaminanmu kalau benda itu sampai hilang?" tanya Ike. Ombing tak mampu menjawab. Ia tak bisa mencegah kemauan Ike .Berarti ia pun harus mengikuti teman-temannya. Ombing tidak mau dikatakan tidak membela kepentingan grup Kibot. Dengan enggan ia menyuruh Kaisar agar naik ke atas speedboat lebih dulu.
"Begitu, dong! Namanya setia kawan" kata Ike sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Tancap, Ke" ujar Tonde .Gruung Speedboat merah itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi .Laut tenang Bulan bersinar redup. Ike tampak tegang di balik kemudi .Jaketnya begitu ketat membungkus tubuhnya. Namun tetap saja ia menggigil menahan dingin .Bibirnya yang mungil memucat dan bergetar .Tonde pun mengalami hal seperti Ike .Hembusan angin laut terasa menusuk-musuk kulitnya Tubuhnya seperti makin mengecil dalam udara yang dingin. Ia meringkuk dijok depan Tangannya saling mendekap di depan dadanya. Mencengkeram kuat kuat ujung lengan kausnya. Ia berusaha sebisanya untuk melindungi badannya dari terpaan angin. Keganasan angin laut malam ini terasa menyiksa sekali .Ombing pun bisa merasakannya. Ia terus merangkul leher Kaisar Mencari kehangatan lewat kegempalan tubuh binatang kesayangan nya. Ternyata hal itu banyak menolongnya untuk mengusir dingin. Boboi memang anak laut sejati. Teman temannya kedinginan, ia malah bertelanjang dada .Dinginnya angin laut sama sekali tak mempengaruhinya. Badannya telah kebal terhadap segala macam cuaca di laut. Tidak percuma semenjak
kecil ia akrab dengan laut. Sehingga ia diberi gelar
"Manusia ikan dari Rampa karena keahliannya menyelam di laut Rampa adalah perkampungan nelayan suku Bajau. Boboi memang tinggal disana. Rumah-rumah orang suku Bajau berbentuk panggung .Berderet di sepanjang tepi laut, memanjang ke arah selatan.
"Jangan terlalu ke tengah, ke.
Ada gosong" kata Boboi
"Iya aku tahu sahut ike.Gosong adalah istilah yang lazim digunakan untuk menyebut 'karang berpasir". Merupakan daerah berbahaya yang tidak boleh dilalui oleh kendaraan air. Apalagi dilalui speedboat yang berkecepatan tinggi .Gesekan antara karang dan tubuh speedboat, bisa membuat speedboat terpotong dua. Pada saat air laut sedang pasang. karang berpasir itu hampir tak tampak di permukaan air. Keadaan seperti itu sering merupakan jebakan maut.
ike memutar kemudi speedboat-nya agak ke kanan. Ia mematuhi perintah Boboi .Dalam urusan di laut, Boboi memang lebih berpengalaman. Namun dalam hal mengemudi speedboat ike sangat terampil. Hanya saja ia suka bertindak ugal-ugalan. Makanya Boboi merasa was-was saja. Sejak tadia tak bisa tenang .Matanya terus melotot kedepan.Tapi cara Ike mengemudikan speedboatnya selalu membuat Boboi terkagum-kagum. Sekaligus membuatnya iri. Baru kelasenam saja ike sudah mempunyai sebuah speedboat. Bagaimana kalau Ike dewasa" Mungkin papanya akan membelikan pesawat terbang. Papa Ike seorang usahawan yang berhasil. Memiliki perusahaan kayu yang besar. Kapal lautnya berjumlah sepuluh buah lebih. Belum lagi usaha lainnya. Tetapi, sebagai putri jutawan, sikap ike tidak pongah. Bahkan ia amat sederhana. Kesederhanaan sikapnya selalu membuat teman-temannya kagum
"Kalau kamu ngantuk, biar digantikan Boboi, Ke" kata Ombing cemas.
"Aku masih segar kok Tenang saja, keselamatan kalian terjamin." Boboi berdehem. Hatinya kecut mendengar jawaban ike .Gadis kecil itu seperti menganggap remeh perjalanan ini. Padahal speedboat sedang melalui daerah yang banyak gosongnya. Berarti sebentar lagi mereka tiba di tempat tujuan .Samar-samar di depan mereka tampak bayangan hitam. Memanjang sejauh lima puluh lima langkah. Membujur dari timur ke barat. Itulah kapal tua yang mereka tuju .Kedudukan kapal itu agak miring ke kanan. Haluannya hanya terpisah lima puluh meter dari pantai. Ombing tegang tatkala speedboat itu mulai mendekati kapal tua. Angin bergulung-gulung menerpa badan kapal. Menimbulkan suara gemuruh yang mengerikan. Membuat debar di dada Ombing semakin menghentak-hentak cepat.
"Berani nggak kamu naik sendirian, Ton"' tanya Ike sambil menoleh kesisi kirinya. Alisnya terangkat melihat Tonde mendengkur. Anak Dayak itu tertidur dengan pantat menungging ke arah ike. Dengan gemas Ike memukul pantat Tonde
"Hei Bangun Ayo, bangun!"
"Sialan Dia malah enak-enakan ngorok' Boboi mengomel. Tonde mengucak-ngucak matanya. Ia menguap seraya bergumam,
"Sudah hampir tiba, ya?" Teman-temannya tidak ada yang menyahuti .Semuanya merasa tegang. Sayup-sayup mereka mendengarnyanyian mengalun. Ike, Ombing, danBoboi, serentak saling berpandangan .Aneh, di tengah laut ada orang bernyanyi" Rasa takut mulai menghantui perasaan ketiga anak itu.
"Sst Ada orang nyanyi Ombing membisiki Tonde.
"He'eh! Aku sudah dengar sahut Tonde sambil menggeliat. Tetapi arah datangnya nyanyian itu belum bisa ditentukan. Suara angin yang bergalau menyulitkan mereka untuk menentukan asal suara itu. Lalu suara nyanyian itu tiba-tiba lenyap. Ike menghentikan laju speedboat-nya, lalu mematikan mesinnya .Perasaannya mendadak tak enak. Apalagi bulu di tengkuknya semua pada berdiri .Nyanyian malam itu bikin merinding saja. Ombing pun ketakutan Tubuhnya semakin ketat menempel ke badan Kaisar. Beruang itu menggeram. Ia hendak berontak dari dekapan tuannya .Agaknya Kaisar ikut merasakan keanehan yang terjadi di tengah laut itu. Suasana laut benar-benar tak mengenakkan perasaan anggota Kibot .Sepi mencekam di sekeliling mereka
"Kita balik saja," usul Ombing
"Pulang?" tanya Tonde kepada Ike.
"Ah, tanggung Sia-sia kita ke sini, dong"
"Kamu enak saja ngomong" protes Ombing
"Coba pikir, siapa yang nyanyi malam-malam begini di tengah laut?" 'Ala Paling ada orang
mancing bawa radio Ayo jalan lagi, Ke" perintah Boboi.
Ike ragu-ragu. Ia belum juga menghidupkan mesin speedboat-nya.
"Tunggu apa lagi, Ke"' tanya Tonde
"Kalau kita bisa gerak cepat, paling lama lima menit waktu yang diperlukan untuk mengambil walkiman-mu." 'Oke sahut Ike. Belum sempat Ike memutar kunci kontak speedboat-nya, tiba-tiba terdengar suara hirukpikuk. Orang tertawa, menjerit, dan menangis, terdengar begitu ributnya. Anggota Kibot tercengang. Kini bahkan terdengar teriakan-teriakan dalam bahasa asing .Lebih mengerikan lagi karena ternyata suara itu membahana dari kapal tua. Bahkan sebuah nyanyian mengalun dengan lantangnya.
"Nya. nyanyian orang Jepang!" ujar Ombing terbata bata. Kini kegaduhan terjadi di speedboat. Semua anggota Kibot kalang-kabut. Namun semua mata tetap tertuju ke arah kapal tua. Ombing jatuh terpental. Tubuhnya menggigil karena takutnya .Ike menggigit bibirnya Tonde diam. Boboi gelisah, tapi ia masih bisa bersikap tenang
"Aow!" ike menjerit seraya menunjuk ke arah geladak kapal. Ketiga temannya terbeliak melihat pemandangan di geladak kapal tua itu. Entah sejak kapan, di situ muncul sesosok tubuh manusia, samar-samar di keremangan malam. Sosok itu memanggul sepucuk senjata panjang .Mengenakan seragam serdadu Jepang.Tonde dan Ombing terlongo-longo dengan mulut terbuka lebar. Ike mendekap mulutnya Boboi tak sadar mencengkeram jok yang diduduki oleh Ike erat sekali. Untunglah pemandangan mengerikan itu hanya berlangsung sekejap. Tiba-tiba serdadu Jepang itu menghilang begitu Saja
"Han. hantuuul" jerit Ombing dengan wajah pucat
"Astagal seru ike. la langsung tersandar di sandaran tempat duduk speedboat.
Mereka menjadi panik .Siapa sangka tiba-tiba saja di geladak kapal tua itu muncul seorang serdadu Jepang" Lalu menghilang dalam sekejap. Ike lungai di balik kemudi. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Tubuhnya lemas setelah menyaksikan pemandangan seram itu
"Cepat kita pergi dari sini teriak Tonde.
Tapi ike tak sanggup bergerak Lututnya gemetaran. Untunglah Boboi masih bisa bersikap tenang .la segera melompat ke depan. Mendorong ke ke kiri. Ia akan menggantikan kedudukan Ike sebagai juru mudi
"Lekas Boii Kita kabur sebelum hantu itu
muncul lagi di sini" seru Tonde.
Ombing tak berani membuka matanya. Mulutnya komat-kamit Sibuk membaca ayat-ayat Alquran
Celakanya, mesin speedboat tidak tokcer. Mungkin karena panik, Boboi tak bisa menghidupkan mesin kendaraan itu. Dahinya sampai berkeringat
"Putar kunci kontaknya, Boil' kata Ike dengan suara lemah.
"Aku sudah tahu!' sahut Bobo jengkel. Ia memang sudah memutar kunci kontak itu. Bahkan sudah berulangkali Mungkin karena panik ia tidak bisa bekerja dengan baik.
Gruuung Akhirnya mesin speedboat mau hidup juga. Bergegas Boboi melarikan speedboat itu Menjauhi kapal tua. Semua anggota Kubot pulang tanpa berani menengok ke belakang lagi
"Ada apa?" tanya Pak Lumbing menyambut kedatangan anggota Kibot. Orang tua itu heran melihat Ombing dan Ike berwajah pucat
"Pak Bing percaya dengan adanya hantu?" tanya Boboi.
"Kenapa tidak" Tuhan tidak hanya menciptakan manusia saja. Malaikat dan hantu adalah ciptaan Tuhan. Hanya saja mereka hidup di alam gaib. Alam yang tidak bisa kita lihat. Sedangkan hantu bisa menampakkan wujudnya dalam bentuk manusia.'
"Kami baru saja melihat hantu, Pak," kata Ombing Pak Lumbing menatap Ombing. Alisnya mengenyit. Ia mengisap pipa cangklongnya. Agaknya orang tua itu kurang percaya pada keterangan Ombing
"Betulkau melihat hantu, Ke"' tanyanya seraya berpaling ke arah Ike,
"Masa kami bohong Pak" sahut Ike la lalu menuturkan pengalamannya tatkala melihat hantu serdadu Jepang dan mendengar suara dari kapal tua it
u. Boboi memperhatikan wajah Pak Lumbing Boboi menduga orang tua itu akan terkejut, tetapi Pak Lumbing malah tertawa terpingkal-pingkal setelah Ike menyudahi kisahnya. Pipa cangklongnya masih terselip di bibirnya, hingga suara tertawanya seperti bergulung-gulung di dalam hidung
"Kok malah ketawal gerutu Tonde.
"Habis mau apa lagi" Apa Pak Bing harus menangis?" Tonde mendengus. Ia tersinggung mendengar jawaban Pak Lumbing 'Supaya tahu saja, Pak Itu artinya sama saja mengejek kami! semburnya dengan sikap berIngas 'Wah, rupanya kalian tidak mau disalahkan Coba kalian mau menghargai kata-kata orang tua, kan tidak bakalan mengalami kejadian itu," kata Pak Lumbing sambil melirik ike. Ike merengut. Ia merasa tersindir.
"Pak Tua berani menghadapi hantu itu"' tanya Ombing Keceriaannya timbul kembali kalau sudah berkumpul dengan Pak Lumbing .Orang tua itutidak saja ramah, tapi juga penuh humor. Ombing lebih suka memanggil Pak Tua kepada Pak Lumbing sebab namanya sendiri berakhiran Bing. sama dengan nama penjaga hotel itu
"Iya betul Tadi Pak Bing menertawakan kita, Tonde menimpali. Ia masih keki terhadap Pak Lumbing "Aku yakin Pak Bing akan ngibrit kalau bertemu dengan hantu serdadu Jepang itu."
"Sori, ya!" ujar Pak Lumbing berlagak
"Asal kalian tahu saja, Pak Bing punya doa-doa untuk mengusir hantu."
"Doanya manjur nggak, Pak"' tanya ike Penasaran.
"Ya, jelas manjur Tapi ngomong-ngomong, nyanyian yang kalian dengar itu bagaimana iramanya" Biar Pak Lumbing bisa menyiapkan doa untuk hantu yang suka nyanyi, gurau Pak Lumbing sambil tertawa
"Wah! Lupa, Pak" kata Bobo sok tahu. Padahal ia tidak tahu irama nyanyian itu. Apalagi judul lagunya.
"Ike ingat iramanya Begini, Pak Lalala, la Ike menirukan nyanyian yang didengarnya di kapal tua itu. Dalam sekejap Pak Lumbing bisa mengenali lagu itu.
"Cukup Nama lagu itu adalah Shina No Yoru. Wah, lagu itu sangat populer di kalangan serdadu Jepang Nyanyian itu menceritakan tentang keindahan dataran Cina. Lagu itu diciptakan waktu bangsa Jepang menjajah bangsa Cina.".
"Pak Bing tahu saja" sela ike 'Lho.. Biar begini, Pak Lumbing kan bekas pejuang sahut Pak Lumbing seraya nepuk-nepuk dadanya
"Ah, lagu itu mengingatkan Pak Bing pada masa lalu saja. Pak Bing jadi teringat pada Yamasita-san. Setiap sore, Yamasita-san bersama istrinya menyanyikan lagu itu. Mereka duduk di teras rumah sambil memetik kota dan menikmati teh panas."
"Siapa Yamasita-san itu, Pak"' tanya Ombing
"Perwira Jepang yang berkuasa di Kotabaru yang pada masa pendudukan Jepang."
"Katanya Pak Bing pejuang terus apa tugas Pak BingPMasa ikut nyanyi sama-sama orang Jepang?" protes Boboi.
"Aku tahu jawabannya" kata Ike,
"Acara minum teh merupakan adat kebudayaan bangsa Jepang Terutama untuk menjamu tamu yang dihormati Kalau Pak Bing diundang untuk minum teh oleh Yamasita-san, tentunya Pak Bing punya kedudukan tinggi Paling tidak termasuk perwira tentara pejuang Iya kan, Pak?"
"He. he. he, Pak Bing hanya. hanya.'
"Hanya apa, Pak?" desak Boboi tak sabar.
"Menyediakan teh dan makanan ringan," ujar Pak Lumbing meringis
"Ooo." gumam Ike Ombing terkikik. Boboi dan Tonde saling berpandangan dengan sikap bengong.
"Aku kira Pak Tua pejuang yang memanggul senjata Nggak tahunya bekerja pada Yamasitasan" ujar Ombing kepada teman-temannya
"Nggak usah cerita, deh." Tonde dan Boboi terbahak-bahak.
"Ee, ngomong jangan sembarangan sungut Pak Lumbing pura-pura marah.
"Tugas Pak Bing memang sebagai pelayan Yamasita-san .Tapi Yamasita-san tidak tahu kalau Pak Bing spion Republik Apa itu namanya bukan pejuang juga?"
"Hebat Pak Bing sebagai agen rahasial" puji Ike sungguh-sungguh. Ia amat kagum.
"Tuga s yang berbahaya. Pasti waktu itu Pak Bing begini!" Ike mengacungkan jempolnya.
"Kalau rahasa Pak Bing terbongkar, taruhannya ini" ujar Pak Bing bangga. Ia menjulurkan lidahnya. Sedangkan sisi telapak tangannya menyayat lehernya sendiri.
Boboi dan Tonde tak berani menertawakan Pak Lumbing lagi .Kini mereka mengagumi penjaga hotel itu. Salut dan hormat untuk Pak Lumbing Tapi Ombing tidak percaya pada cerita itu. Bagaimana ia bisa yakin, kalau wajah Pak Lumbing seperti orang bloon".
"Wah! Kalau Pak Lumbing cerita tentang masa perjuangan, pasti bakal seru' pancing Tonde.
"Boleh, tapi lain kali saja. Sekarang sebaiknya kalian pulang. Kalau Pak Bing bercerita tentang
masa lalu, masa perjuangan Pak Bing sampai pagi pun takkan selesai."
"Yuk, kita pulang sebelum Pak Tua terangterangan mengusir kita" kata Ombing .Pak Bing terkekeh-kekeh.
"Sebagai anak baik, kalian harustahudiri, dong .Kan ini sudah malam kata Pak Lumbing memperingatkan anak-anak itu
"Tapi jangan lupa, Pak" sergah Ike
"Besok pagi antar ike ke kapal tua."
"Beres Pak Bing tunggu pukul enam pagi! Yang penting bawa kopi pahit"
"Jangan khawatir, Pak" sahut Ike. Di Hotel Air Biru, Ike dan ketiga temannya berpisah. Ia berjalan ke halaman hotel Dari situ ia kerumahnya lewat darat. Sedangkan sisa anggota Kibot meluncur dengan jukung ke rumah Bobol. Tonde menitipkan sepedanya dirumah Boboi Dari rumah Boboi, ia dan Ombing akan pulang naik sepeda dikawal Kaisar yang berlari dengan keempat kakinya.
3. KABAR BURUK SEBATANG pohon Sawo tegak di halaman SD Patmaraga Daunnya rimbun, cocok untuk tempat berteduh, apalagi pada saat matahari sedang terik-teriknya. Seperti yang sedang dilakukan oleh ike .
Gadis kecil itu sudah sejak tadi bernaung di keteduhan pohon itu Rambutnya dikat membentuk ekor kuda. Menyamping ke kanan. Dengan model rambut begitu, kecantikannya tampak menonjol. Wajahnya amat mungil, seperti sebuah boneka yang biasa dipajang di etalase toko Hidungnya mancung dan pipinya agak cekung Matanya bagai bola kaca Bening dan bercahaya. Mata itu mempunyai kilatan tajam. Seolah mencerminkan kekerasan wataknya. ike tampak gelisah. Menunggu, memang bukan pekerjaan yang menyenangkan Hari ini kebetulan ia pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Kini ia sedang menanti Ombing dan Boboi pulang .Jika bukan karena urusan penting mana mungkin ia mau mematung di bawah pohon sawo itu"
Kehadirannya tentu akan menarik perhatian anak-anak SD Patmaraga. Sedangkan ike sekolah di SDSebatung kelasenam. Dari keempatanggota Kibot, hanya Ombing dan Boboi yang sekolah di SD yang sama. Bahkan mereka sama-sama duduk di kelas lima, sebangku pula. Sedangkan Tonde sekolah di SD Melati, di kelas lima juga
Dari bangku Ombing dan Boboi, kehadiran Ike bisa terlihat. Mereka heran tidak biasanya Ike datang ke sekolah mereka. Kehadiran Ike malah membuyarkan konsentrasi Ombing dan Boboi yang sedang mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Apalagi Ike berkali-kali memberisyarat dengan memainkan jemari tangannya.
"Betina kecil itu mengganggu pikiranku saja," gerutu Ombing.
"Sama, aku juga begitu, sahut Boboi sambil mengkikik kecil
"Pasti dia punya berita menarik" Boboi menyikut rusuk Ombing. Ia memberi isyarat karena Pak Herman mengawasi Ombing.
Ombing lekas-lekas mencatat keterangan Pak Herman. Gayanya tampak serius. Padahal ia hanya berpura-pura menulis untuk menghilangkan kecurigaan Pak Herman. Gawat Kalau tertangkap basah sedang ngobrol, bisa-bisa disuruh menganga di depan kelas. Tadi sudah jatuh kurban, Karim dihukum Pak Herman. Ia disuruh menganga di depan kelas. Hanya gaga-gara ia terbahak mendengar Ratna terkentut. Padahal hanya kecelakaan kecil yang tidak disengaja. Namun
karena Kari m tertawa, tak urung Ratna terisak-isak .Ia malu sekali.


Kibot 02 Misteri Kapal Tua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karim masih berdiri di depan kelas. Mulutnya menganga seperti orang bloon. Pak Herman tak mempedulikannya. Ia terus menerangkan pelajaran. Anak-anak mendengarkan dengan tertib. Hanya Ombing dan Boboi yang tampak kasakkusuk, sebab di halaman sekolah, Ike melambai lambaikan tangannya ke arah mereka.
"Rupanya dia nggak sabar, Bing bisik Bobol
"Kau minta izin untuk menemui dia, sana"
"Biar saja dia seperti cacing kepanasan Yang butuh kan dia bukan kita."
"Yuk, kita kerjain Biar bingung dia."
Boboi merapat ke badan Ombing la membisikkan suatu rencana kepada anak kerempeng itu. Ombing mengikik nyaring iKedua anak itu tak sadar kalau gerak-gerik mereka sedang diawasi oleh Pak Henan.
"Ombing tiba-tiba Pak Herman menghardik.
Ombing tersentak. Ia terkejut Wajahnya langsung pucat
"Puu. pun, Pak!" sahutnya tergagap-gagap.
"Bahasa apa yang kaupakai, heh" Ini disekolah. Bukan di rumah'
"Ya, Pak" ujar Ombing tegas. Meralat ucapannya yang menggunakan bahasa Banjar
"Kamu mau belajar, atau mau ngobrol" Sejak tadi Bapak perhatikan, kamu selalu berceloteh.
Kamu sudah pintar, ya?"
Ombing diam saja. Ia hanya bisa menggigit bibirnya. lapasrah menerima hukuman yang bakal dijatuhkan oleh Pak Herman .Boboi menunduk Murid-murid lainnya tampak tegang menunggu keputusan Pak Herman.
"Ayo Maju ke sini" perintah Pak Herman.
Ombing bangkit. Ia berjalan dengan kepala tertunduk Kalau sudah begini ia menyesal. Tapi ia sudah siap menerima hukuman apa pun .Belum sempat Pak Herman menghukumnya, tiba-tiba bel pulang sudah berdentang-dentang. Akhirnya Pak Herman hanya memberi nasihat kepada Ombing, sebelum ia diperbolehkan meninggalkan kelas.
"Merdeka Hore, aku merdeka!" seru Ombing kegirangan. Ia lolos dari hukuman berkat dentang lonceng tanda waktu pulang.
Murid-murid menghambur dari kelas masingmasing .Menebar di halaman sekolah. Ike mengawasi anak kelas lima yang menghambur keluar dari kelasnya. Diamatinya satu persatu sampai deretan terakhir. Dahinya berkerut, di antara rombongan itu tak ada Ombing dan Bobol .Apa mereka menjelma menjadi tuyul" Bisa menghilang begitu saja" gumamnya. Ike penasaran. Bergegas ia lari ke ruang kelas lima. Ia menjenguk ke dalam. Namun kelas itu kosong
ike masih berdiri di mulut pintu. Ia tampak bingung. Pandangannya diedarkan ke halaman
sekolah. Dalam keramaian murid-murid yang tak teratur begitu, akan sulit mencari kedua temannya.
Agaknya Ombing dan Boboi sengaja bersembunyi .Mereka pasti masih ada disekitar sekolah Tapi di mana tempat persembunyian mereka"
"Syuuit!" tiba-tiba ada orang bersuit. Ike diam saja. Betapa dongkol hatinya diperlakukan seperti itu. Ia tahu siapa orang yang menyuit dirinya. Itu cara Ombing memanggil Kaisar. Siapa yang tidak keki disamakan dengan Kaisar" Kalau menurutkan perasaan, rasanya ingin ia melabrak mulut usil itu. Susahnya, saat ini ia butuh bantuan Ombing dan Boboi .Ike serba salah Kalau kedua temannya didamprat, tentu mereka tidak senang. Tapi ia tidak suka diperlakukan begini
"Keluar, nggak" Kalau tidak, aku pergi!" teriak Ike mengancam 'Auuool' Boboi menyahut dengan gaya Tarzan dari tempat persembunyiannya. Ike memutar badannya ke arah kelas. Kalau tak salah, suara Boboi berasal dari dalam kelas. ike mencari-cari temannya di kolong meja-meja. Tapi persembunyian mereka belum ditemukan 'Satu" seru Ike seraya mengendap-endap mendekati meja belajar temannya.
"Duaaa.ti." "Baaa" tiba-tiba Ombing dan Boboi berteriak Kedua anak lelaki itu secara mengejutkan muncul dari luar jendela. Tentu saja Ike terkejut. Ia terkesiap karena tak menduga sama sekali. Dadanya seketika berdebardebar kencang .Ombing dan Boboi malah tertawa terge
lak. "Nggak lucu" sembur ike marah-marah.
"Siapa yang bilang lucu?" goda Ombing.
ike menggerutu. Ia tampak tidak senang diperlakukan begitu
"Biar tidak tegang sekali-sekali perlu dong. penyegaran Makanya aku bikin kejutan, kata Bobo. Ia mencoba meredakan kemarahan ike yang siap meletus.
"Kali ini aku mau damai kata ike mengalah. Ia
berusaha menahan diri agar kemarahannya tidak meledak.
"Nah, begitu dong" ujar Bobo senang. Tumben, pastiada maksud dibalik perdamaian ini, Ombing menyindiri.
Ike mendengus Kalau tidak ingat kepentingan nya, ia bisa mencak-mencak diledek begitu
"Walkiman ku hilang, katanya lirih.
"Syukur Biar kita tidak mengalami teror seperti kemarin malam .Aku kapok datang ke kapal tua itu lagi" ujar Ombing. ia masih teringatakan kejadian di kapal tua itu.
Tetapi bagi Boboi nasib walkiman Ike-lah yang mengejutkan. Ia bisa merasakan, betapa kecewa hati gadis kecil itu kehilangan benda kesayangannya. Boboi bergegas masuk ke dalam kelasnya. Ia melompati jendela, seperti caranya semula, waktu melompat ke luar untuk bersembunyi
"Serius, nih"' tanyanya tak percaya.
Ike memandangi Boboi sesaat sambil menggigit bibirnya. Ia mengangguk lemah.
"Pagi tadi, aku bersama Pak Lumbing ke kapal tua. Ternyata
walkiman itu sudah tidak adalagi," katanya dengan bibir gemetar. Boboi menarik napas panjang. Ala, paling-paling walkiman-mu dipinjam serdadu Jepang Hantu itu kan hobbinya nyanyi. Ombing mengoceh. Bobo dan ike tak menanggapi
"Mungkin kamu dan Pak Bing kurang teliti mencarinya. Atau, walkiman itu tidak kamu letakkan di kabin kapal, ujar Boboi.
"Nggak tahulah Aku bingung."
"Ayo kita ke sana lagi Kita cari di tempat lain Tapi jangan sekarang .Siang ini aku harus menjemur ikan."
"Ah kurasa tidak ada gunanya lagi ke sana," kata Ike tak bersemangat
"Jangan putus asa Kita harus mencoba sekali lagi," ujar Boboi menghibur 'Siapa tahu, kamu dan Pak Bing kurang beruntung. Malah aku yang bisa menemukan walkiman itu Aku bisa menuntut hadiah darimu, ho'
"Huh Dasar tukang peras"
"Kalau kamu oke, kita berangkat sore nanti."
"Terserah kamu, Boi Aku menurut saja."
"Tapi jemput aku, dong"
"Boleh Nanti aku jemput pukul empat sore" sahut Ike dengan wajah berseri-seri. Tadinya, ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menemukan walkiman itu kembali. Dengan adanya rencana Boboi, semangatnya bangkit kembali ia berharap
kedatangannya ke kapal tua nanti tidak sia-sia lagi .Sejak tadi Ombing tak bersuara. Tapi percakapan itu terus diikutinya. Baginya, rencana Boboi terlalu mengada-ada.
"Apa" Kalian mau ke kapal tua lagi" Huh Gara-gara mengurusi walkiman itu, pantatku hancur dirotan Umak Tidak! Aku tidak mau ikut ke sana" tukas Ombing tak setuju.
"Itu urusanmu, ikut atau tidak Yang penting kasih tahu Tonde dan suruh dia ke rumahku nanti sore" sengat Boboi. Ia kesal juga pada sikap Ombing yang tidak mau mengerti kesulitan Ike 'Oke, Bos" Ombing mengejek Boboi. Ike mencibir ke arah Ombing .Anak kerempeng itu memang suka bikin ulah macam-macam terhadap dirinya. Selalu melancarkan protes bila menyangkut kepentingannya. Kadangkala Ike benci terhadap Ombing. Pertentangan sering timbul di antara mereka. Bagai kucing dan anjing saja, tak pernah akur.
"Yuk Kita pulang Boi" ajaknya seraya menggamit lengan Boboi,
"Sori deh, Ke. Aku nggak bisa menemani. Soalnya aku yakin, walkiman itu nggak bakal ketemu ejek Ombing. Ike, Boboi, dan Ombing meninggalkan halaman sekolah. Di perempatan jalan, Ombing memisahkan diri. Ia pulang melalui Jalan Veteran. Sedangkan Ike dan Boboi, terus melangkah kearah utara.
Ini baru kejutan buat Ike! Setibanya di ruma
h, Papa tampak duduk di kursi teras. Padahal bukan kebiasaan papanya, siang-siang begini nongkrong di situ. Tanpa ditemani Mama lagi
"Siang, Pa.. sapa Ike dengan sikap manja
"Hm." dengus Papa sambil menatap tajam. Ike kaget atas sambutan papanya yang dingin. Rupanya Papa sengaja menantikannya Tentu ada masalah yang berhubungan dengan dirinya.
"Kemarin malam keluyuran ke mana saja"
"Oh, itu yang ingin Papa tanyakan" Main ke kapal tua, Pa.Pasti Papa kaget kalau Ike bilang di sana ada hantunya lih. Serem deh, Pa. Hantunya serdadu Jepang Percaya nggak, Pa?" Agaknya Papa tak senang mendengar jawaban itu. Tampak wajahnya berubah. Sebenarnya Ike menjawab begitu hanya untuk aksi saja. Ia berusaha mengalihkan perhatian Papa dari soal walkiman yang hilang. Masalah walkiman yang hilang memang belum sempat diketahui Papa. Wah, bisa gawat. Untunglah kemarin malam Papa pulang setelah larut malam. Tapi kalau Papa sempat menyinggung tentang kepergiannya kemarin malam, tentu ada kaitannya dengan walkiman. Dada Ike seketika berdebar debar tak keruan.
"Mana walkiman itu?" Akhirnya pertanyaan yang menakutkan itu terdengar juga. Ike jadi salah tingkah. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana Mungkin sebenarnya Papa sudah tahu akan hilangnya walkiman itu. Tapi
apa perlunya menanyakannya lagi" Papa selalu
berteka-teki. Tapi kali ini teka-teki Papa sangat menggelisahkan Ike, Ayo ngomong Jangan diam saja!"
"Ngomong apa?" "Jangan berlagak bego Tadi Papa tanya apa?" geram Papa seperti tak sabar
"Walkiman Itukan yang Papa tanyakan?" sahut ike sengaja main-main
"Kalau sudah tahu, kenapa pakai bertanya lagi?" hardik Papa semakin garang
"Anu, Pa. Soalnya walkiman itu. walkiman itu hilang jawab ke terbatas-bata. 'Hilang"Jadi walkiman itu memang benar-benar hilang?" kata Papa dengan mata terbelak. Ia seperti tak percaya pada pendengarannya.
"Yah, begitulah ceritanya, sahut Ike santai
"Kurang ajar Gampang benar kau menjawab" Plak ..Papa menampar pipi ike .Kepala ike bergoyang ke samping. Mimpi pun tidak kalau Papa sanggup menempelengnya. Serangan tak terduga itu sempat membuat Ike terbengong-bengong. Tamparan itu memang menyakitkan. Namun Ike malah tertawa saja. Aneh, kalau Papa bisa bersikap kasar padanya. Papa yang lembut, yang penyabar, kini berlaku sekejam itu.
"Ike nggak sangka Papa tega menampar," kata Ike sambil mengusap-usap pipinya. Sikapnya meremehkan kerasnya tamparan papanya.
"Dalam hal ini Papa sanggup menghajarmu Papa paling tidak senang kalau kamu tidak bisa
menghargai pemberian orang lain. Lebih-lebih hadiah dari Oom Hans Mentang-mentang anak orang kaya, kaupikir bisa seenaknya membuang harta, ya" Mau jadi apa kamu" Menghamburhamburkan harta orangtua"Begitukah cita-citamu, heh" Jawab" sembur Papa Napasnya naik-turun. Kemarahannya kali ini benar-benar memuncak Seolah Papa menjelma menjadi harimau terluka Beringas dan lupa diri .ike terperanjat mendengar ucapan papanya. Seolah yang sedang dihadapinya itu bukan orang tuanya .Kalau sikap Papa selalu kasar begini, wah, bumi bisa jadi lonjong
"Papa terlalu jauh menilai. Ikekan tidak sengaja menghilangkannya."
"Papa tidak mau tahu, sengaja atau tidak! Pokoknya cari walkiman itu sampai ketemu!'
"Maksud ike memang begitu Papa tahu beres, deh kata Ike seraya mengedipkan mata kanannya. Ia lalu berlari ke dalam .Kini Pak Astor hanya bisa mengurut dada. Ia telah khilaf. Sehingga tak sadar telah berlaku keras terhadap Ike .Sekarang ia sangat menyesal.
Dalam kamar ike sedang berganti pakaian. Sambil melepaskan seragam sekolahnya, mulutnya mengunyah kue. Ada tiga macam kue tersedia di meja belajar .Kalau sedang belajar, ia memang suka iseng .Mulutnya terasa kaku kalau tidak mengunyah kue. Se
mula memang hanya permintaan. Ia iseng
agar Bibi Tun, pembantu di rumahnya membelikan kue untuknya, namun lama-lama menjadi suatu kewajiban. Untunglah BibiTun tidak pernah melalaikan kewajiban itu Kalau tidak bisa bisa ia dimusuhi Ike .Tapi dalam soal perawatan kamar. Bibi Tun tak berani campur tangan .Kamar itu diurus sendiri oleh Ike. Kamarnya luas. Ada kamar mandinya. Lantainya dilapisi karpet warna biru tua.
Di sudut meja belajarnya, terpampang sebuah foto berukuran besar. Bergambar tiga wajah perempuan. Foto Ike beserta kedua kakaknya Susan dan Vera nama kakak-kakaknya yang tinggal di Jakarta. Keduanya ikut Kakek dan Nenek Sayang kedua kakaknya lebih suka hidup di kota besar. Jadi di rumah yang besar ini ike menjadi anak tunggal. Tak heran kalau ia mendapat perhatian istimewa dari kedua orang tuanya .Terkadang terlalu berlebihan Ike sering diperlakukan bagai putri raja. Tetapi ike tidak menjadi lupa diri karena itu. Sikapnya tetap sederhana. Ia berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.
"Non Putri, dipanggil Ibu untuk makan siang" Bibi Tun memanggil dari luar kamar Ike .la selalu menyebut Ike dengan sebutan Non Putri.
"Sebentar Lima menit lagi" sahut ike sambil lekas-lekas mengenakan dasternya. Rencananya, siang ini ia ingin tidur sejenak.
Setelah rapi, Ike melangkah ke ruang makan. Di sana hanya ada Mama
"Kok Papa nggak ikut makan, Ma?" Tadi Papa sudah makan bersama rekan usahanya."
"Setiap hari Papa makan bersama rekan usahanya, gerutu Ike
"Giliran kita kapan, Ma?"
"Sudahlah, jangan ribut Papa kan harus menjamu rekan usahanya yang datang dari jauh."
"Tapi kalau terus-terusan begini, kan jenuh, Ma, Ike protes
"Selera makan Ike turun, kalau makan hanya berdua dengan Mama."
"Lain kali kita makan di luar. Teman-temanmu boleh diajak!"
"Di restoran" Yang benar, Ma"' tanya Ike girang
"Masa Mama bohong" kata Mama
"Sudah, sekarang jangan ngomel saja Makan dulu!' Djanjikan akan diajak makan direstoran, wajah ike berseri-seri Ia pun segera mengisi piringnya dengan nasi dan lauknya. Takada kebahagiaan lain rasanya, kecuali jika bisa mengajak anggota Kibot makan enak direstoran. Ike sering merasa terharu melihat teman-temannya makan dengan lahap, kalau ditraktir. Bagi teman-temannya, makan di restoran sangatlah mewah. Sangat luar biasa. Ibu dan anak menyantap hidangan tanpa banyak suara. Biasanya Mama menanyakan kegiatan Ikedi sekolah, nilai pelajaran, dan sebagainya. Tapi kali ini tak satu pun masalah itu disinggungsinggung oleh Mama .Rupanya Mama memendam persoalan. Mungkinkah Papa marah pula pada Mama, karena kemarin ia pulang terlalu malam"
"Sekarang Papa brengsek ya. Ma?""Hus. Ngomong jangan seenaknya Yang kausebut itu orang tuamu!"
'Lho kenyataan Masa ike baru pulang sekolah langsung di-KO'
Mau tak mau, Mama tersenyum mendengarnya. Ia mendengar kejadian pemukulan itu dari laporan Bibi Tun.
"Masa, sih"' tanya Mama berlagak tidak tahu.
"Mungkin kamu yang brengsek. Bikin gara-gara Saja.
"Terang saja Mama memihak Papa"
"Bukan begitu Mama kan bisa menilai, kenapa Papa memukulmu."
"Iya, deh! Salah Ike!" sahut Ike merajuk Itu senjatanya untuk minta diperhatikan. Dengan begitu Mama memihak padanya.
"Kau harus mengerti, papa sedang repot dengan urusan usahanya. Jangan dipusingkan lagi dengan ulahmu yang bisa menyita pikirannya. Apalagi sekarang Papa sedang menghadapi kesulitan akibat peristiwa Kapal Junjung Buih. Bagi Papa, kasus itu sangat memalukan."
"Kasus"Kasusapa, Ma"' tanya Ike ingin tahu. Ia sangat tertarik mendengar keterangan mamanya, makannya sampai terhenti
"Jangan usil Sebaiknya kau tidak perlu tahu."
"Kenapa?" "Itu urusan orang tua Mama tidak suka kalau kau ikut c
ampur urusan orang tua" kata Mama
untuk menutup percakapan .
Kasus yang memalukan" ike termenung mengingat kalimat itu.
Sayang Mama tak mau menerangkannya .Tentu Mama sengaja menutupnutupinya .Agaknya kasus itu sangat dirahasiakan .
Ah, Ikejadi tertarik untuk mengetahuinya. Ia kenal dengan Paman Teno, kapten Kapal Junjung Buih .Ia pun tahu di mana rumahnya. Kalau ada kesempatan ingin sekali ke bertandang ke rumah Paman Teno.
Selesai makan siang ike bergegas masuk ke kamarnya. Ia belajar sebentar sambil mendengarkan musik. Setelah itu ia naik ke tempat tidurnya
Suara Papa bagai bom meledak. Keras, menggelegar terdengar dari arah ruang tamu.
ike terjaga dari tidurnya karena suara itu. Ia tak tahu apa yang sedang terjadi di ruang tamu. Namun yang jelas Papa sedang marah-marah.
Melihat jam dinding menunjukkan pukul lima. ike terperanjat. Astaga. Bukankah ia berjanji dengan Boboi untuk pergi ke kapal tua pada pukul empat" Berartia sudah terlambat satu jam. Segera ia menghambur ke kamar mandi. Terpaksa mandi koboi Tak sampai sepuluh menit, ia sudah keluar dari kamar mandi. Lalu terburu-buru mengenakan celana panjang baju kaus lengan panjang dan mengenakan rompi dari bahan nilon berwarna merah.
Selesai berdandan, Ike keluar lewat teras. laingin tahu siapa orang yang sedang didamprat Papa.Selintas ia melihat wajah Oom Bur. Nama lengkapnya Burhan. Orang itu yang mengepalai usaha pelayaran milik Papa. Tentu menyangkut kasus kapal Junjung Buih. Agaknya kasus itu sangat istimewa, sehingga Papa tega membentak bentak Oom Bur. Sekali ini perangai Papa tak begitu disukai Ike, apa pun alasannya. Gara-gara kasus itu, ia pun kena getahnya. Dalam waktu lima menit, Ike sudah berada di atas speedboat merahnya Tadi, ia lewat jalan pintas Melalui terowongan belukar yang tembus di belakang rumah sakit. Jalan setapak itu menurun, karena rumahnya terletak disebuah bukit Bukit itu disebut Gunung Pemandangan .Speedboat mulai bergerak Melesat dari kolong Hotel Air Biru. Ike melambai ke arah Pak Mukti yang sedang duduk diteras hotel .Pak Mukti adalah pemilik Hotel Air Biru .Beliau sudah sepertisaudara kandung Papa, karena eratnya persahabatan yang terjadi antara kedua orangtua itu. Tak heran kalau Ike bebas keluar masuk hotel itu. Bahkan speedboat-nya mendapat garasi di kolong hotel.
Ike ngebut dengan speedboat-nya ke rumah Boboi Ketika melewati Pelabuhan Kotabaru, tampak di sisi kantor polisi pelabuhan, tertambat Kapal Junjung Buih.
Tak salah lagi Kapal Junjung Buih ditangkap gumam Ike sambil menduga-duga kesalahan apa yang telah dilakukan Kapten Teno .Pantas saja Papa mengamuk bagai harimau luka. Ternyata
kapal itu ditangkap polisi.
Speedboat merah menyusuri pinggiran perkampungan nelayan suku Bajau. Satu kelokan lagi, Ike akan tiba di rumah Boboi.
"Sialan Jam begini baru muncul' Tonde menggerutu menyambut kedatangan Ike, Anak itu sudah ada di rumah Boboi.
"Kurang sore datangnya, Non' Boboi menimpali.
ike meringis. Rupanya kedua temannya sudah lama sekali menunggunya.
'Sori, deh" katanya menyesal.
"Aku tidur keterusan"
"Tidur saja terus Biar wajahmu seperti jam karet' Boboi menyindir. Ia kesal menanti Ike terlalu lama.
"Jadinggak kita pergi"Kalau tidak aku pulang" rajuk ike.
"Jadi dong Kalau batal aku yang rugi, tahu!' Tonde protes
"Jauh-jauh aku ke sini, apa aku harus balik lagi" Supaya kamu tahu saja, Ke! Aku kemari jalan kaki"
"Memangnya sepedamu dikemanakan" Diloakin, ya?"
"Sialan' umpat Tonde
"Gara-gara membela kamu, sepedaku masuk museum"
'Maksudmu?" "Waktu mau kemari, sepedanya ditabrak sepeda motor .Pengendaranya kabur Boboi menyahuti
"Rusak berat Roda depa
nnya jadi angka delapan!?"Kasihan desah Ike. la tahu betul, sepeda tua itu amat disayang Tonde. Tentunya anak Dayak itu merasa terpukul.
Tonde tersenyum kecut. Bagaimana ia tidak berduka" Sepeda tuanya telah ringsek. Baginya. sepeda tua itu merupakan harta yang tak ternilai. Satu-satunya warisan dari ayahnya. Sejak kecil Tonde sudah yatim-piatu. Kedua orang tuanya meninggal waktu di kampungnya ada wabah penyakit menular. Beruntung Tonde terlepas dari malapetaka itu aWaktu peristiwa mengerikan itu terjadi, ia ikut Kakek ke Kotabaru. Hingga kini Tonde tinggal bersama kedua orang tua ayahnya, Kakek dan Nenek, yang amat mengasihinya.
"Ayo, kita berangkat Aku tidak mau membicarakan sepeda itu lagi" katanya berusaha melupakan nasib buruknya.
Tonde dan Boboi meloncat ke atas speedboat .Ike pun segera melarikan speedboat merahnya.
Sepanjang jalan Ike merenung-renung. Hari ini
penuh kejutan. Sayang kejutan itu merupakan kabar buruk. Pertama, walkiman-nya hilang, lalu Kapal Junjung Buih ditangkap polisi, dan terakhir, sepeda tua milik Tonde ringsek.
Ah, ada-ada saja! Kejadian itu terjadi berurutan, seolah satu sama lainnya ada kaitannya.
"Jika sepedamu masih bisa diperbaiki, masukkan ke bengkel saja, Ton!" usul ike
"Nanti biayanya biarkutanggung" ."Terima kasih!" sahut Tonde agak tersinggung
"Kalau hanya untuk beli roda saja, aku masih kaya, kok"
"Aku serius, nih!"
"Sama" kata Tonde ketus
"Aku juga begitu"
"Sori, Ton.. Bukan maksudku menghina ralat Ike menyadari kecerobohannya .la khawatir Tonde salahpaham dalam hal itu.
"Maksudku sebenarnya hanya untuk meringankan kesulitanmu. Sebab aku merasa ikut bersalah." Tonde mendengus. Ia tetap tidak senang, apa pun alasan ike
"Aku heran' Boboi bergumam.
"Sebenarnya tujuan kita ini, apa" Mau membicarakan sepeda Tonde, atau mau cari walkiman-mu?"
"Dua-duanya!" sahut ike seraya melirik Tonde .Ia tetap berharap agar Tonde mau menerima tawarannya. Tonde diam saja. Ia tetap tak acuh .Matanya menatap kapal tua yang kini nampak jelas di depan matanya. Speedboat merah makin mendekati kapal tua itu. Lalu merapat di tangga besi yang menjulur ke air. Dari tangga besi itu, ketiga anggota Kibot naik ke kapal tua. Hampir seluruh ruangan kapal itu diperiksa .Tak ada yang luput dari mata Boboi yang awas. la mencari walkiman itu dengan teliti. Namun Boboi hanya bisa memeriksa ruangan di bagian luar kapal saja. Terutama tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh teman-temannya. Sedangkanruangan dalam kapal, tak bisa dimasuki. Sebab tak ada pintu yang bisa dibuka. Entah terkunci, atau memang daun pintunya sudah menyatu dengan kusen pintunya karena karatan (Boboi tidak tahu kalau salah satu pintu kapal tua itu bisa terbuka dan tertutup secara otomatis).
"Apa kubilang! Memang hilang kan walkiman itu!" kata Ike yang sejak tadi hanya mengekor di belakang Boboi
"Kalau sudah ke sini, aku tidak penasaran lagi. Tapi aku tidak percaya kalau walkiman-mu hilang begitu saja," kata Boboi sambil memandangi ike.
"Maksudmu" Ada orang yang mengambilnya?"
"Jelas" Boboi berseru sambil menjentikkan jarinya. Itu salah satu gayanya untuk mengundang perhatian lawan bicaranya
"Sayang Ombing tidak ikut Kalau dia ada, anak kurus itu bisa mengeluarkan pendapatnya. Tapi coba kita hubungi Tonde. Barangkali dia mendapat petunjuk."
Lagi-lagi Ike hanya bisa mengekor. Ia tidak bisa berbuat banyak. Tidak tahu harus melakukan apa. Kecuali hanya melihat dan mendengarkan ucapan Boboi.
Boboi dan Ike mencari Tonde di kabin kapal .Tadi mereka melihat anak Dayak itu ada di sana. Kenyataannya memang begitu Tonde masih berada di situ. Ia kelihatan sedang termenung. Tangan kanannya menggenggam sesuatu .Entah
benda apa yang dipegangnya itu. "Coba kulihat apa yang kautemukan, Ton. seru ike penasaran melihat Tonde senyum-senyum ke arahnya
"Aku hanya menemukan ini, kata Tonde seraya membuka telapak tangannya. Di atas telapak tangannya, tampak bekas pembungkus rokok dan puntung rokok kretek Nggaklucu, ah Buatapa benda itu kauperlihatkan padaku?" sembur ike tak senang.
"Kau pikir aku bego ya"' tangkis Tonde.
"Memungut benda ini sembarangan" Aku sedih punya teman yang bisanya hanya membeo" ike merasa diledek. la baru menyadari kebodohannya .Mungkin ketegangan dan kecemasan membuat pikirannya kusut Kalau sudah begitu, bagaimana ia bisa berpikir dengan baik" Tidak seperti Ike, Boboi berpendapat lain. Tentunyabungkus rokok itu bisa membantu Tonde menyingkap tabir hilangnya walkiman Ike .Boboi bisa menduga begitu karena Tonde ahli mencari jejak Sebab itu ia mengajak Tonde ke kapal tua.
"Kalau kau berminat menemukan walkiman mu," ujar Tonde pada Ike,
"kita harus menyelidiki melayan-nelayan dan orang-orang yang suka memancing ke sini. Paham?" ike mengangguk. Hanya asal mengangguk, tanpa tahu maksud Tonde.
"Tapitolong jelaskan dulu soal bungkus rokok itu, pintanya.
"Aduh, begonya sungut Tonde sambil menggaruk-garuk kepalanya
"Kan sudah jelas bungkus
dan puntung rokokini dibuang oleh seseorang .Apa kaupikir turun dari langit" Atau hantu serdadu Jepang itu bisa merokok" Tentu orang yang mengisap rokok ini yang menemukan walkimanmu!'
"Aku juga menduga begitu, Ton' Boboi menimpali.
"Mustahil walkiman itu hilang begitu saja Tentu ada yang mengambilnya."
Ike terbengong-bengong mendengar keterangan kedua temannya. Tapi bagaimanapun walkiman itu harus ditemukan kembali. laterlanjur berjanji pada papanya.
"Kira-kira siapa ya, orangnya"' tanyanya bingung 'Jika kita bisa menemukan orangnya, walkiman itu akan kutebus, berapa saja. Bagiku yang penting walkiman itu bisa kembali."
"Sekarang yang penting kita pulang Nanti keburu malam, ajak Boboi. Ia merasa tak enak terlalu lama berada di kapal tua itu. Ingat peristiwa semalam, bulu tengkuknya pun berdiri.
ike dan Tonde tersentak. Kedua anak itu kaget dingatkan bahwa hari makin gelap Celaka bila hantu serdadu Jepang itu tiba-tiba muncul. Bergegas keduanya menyusul Boboi yang sudah lebih dulu turun. Mereka menuruni anak tangga yang berada di lambung kapal. Di ujung tangga, tertambat speedboat merah milik ike.
Ike, Tonde, dan Boboi meninggalkan kapal tua itu. Speedboat melaju menembus keremangan
senja. Kali ini ike benar-benar dibuat bingung la mengemudi dengan setengah melamun. Untunglah ia mengarungi laut. Bukan di darat yang sesak oleh berbagai jenis kendaraan. Maka ia tak perlu risau akan terjadi kecelakaan seperti yang dialami oleh Tonde.
"Mungkin kau bisa menyelidiki rakyatmu, Boi" katanya kepada Boboi yang duduk di belakang
"Barangkali salah seorang nelayan di kampungmu menemukan walkiman-ku."
"Ini tugas, atau sebuah permohonan?" olok Bobo.
"Sesukamu, deh" Boboi tidak keberatan untuk menyelidiki para nelayan yang sering mencari ikan di sekitar kapal tua itu. Beberapa nelayan di situ bahkan sudah dikenalnya. Bila perlu, ia bisa minta tolong kepada ayahnya. Bukankah ayahnya kepala suku Bajau" Tidak sulit menyuruh nelayan-nelayan itu berkumpul di rumahnya.
"Kurasa orang yang kita maksudkan itu bukan nelayan, gumam Tonde sambil memandangi mercu suar yang mulai menyala.
"Rokok jenis ini mahal harganya. Mana mampu rakyat Boboi mengisap rokok semahal itu" Bisa-bisa mereka jual perahu" ike tertawa keras mendengar gurauan Tonde.
"Sialan" sungut Boboi
"Kalau kami tidak mau jual ikan, tahu rasa. Kalian kurang gizi, tahu!" Tonde terbahak-bahak. Boboi cemberut saja .Tapi pendapat Tonde
memang masuk akal .Boboi tak bisa membantah. Mustahil para nelayan mau menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk mengisap rokok yang mahal
"Kalau begitu kita alihkan penyelidikan kita khusus kepada para pemancing ikan. Terutama orang yang memancing sekadar untuk hobi .Mereka biasa ke kapal tua setiap malam Minggu." kata Bobol
"Wah, ya repot Mana mungkin menyelidiki setiap orang?" Ike membantah
"Aku tidak sanggup lagi ke kapal tua itu di malam hari .Kalau hantunya bisa nembak celakalah kita"
"Kita ajak Pak Lumbing .Masa kita takut kalau bersama Pak Bing" usul Boboi.
"Usul yang jitu seru Tonde girang
"Hei Lihat warna lampu mercu suar itu" Tiba-tiba, sekilas cuma, Tonde melihat lampu mercu suar itu berubah jadi hijau. Namun hanya sekejap Kini warna lampu mercu suar itu sudah kembali putih lagi. Tapi Ike dan Bobo masih sempat melihatnya
"Ah, ternyata Ombing nggak bohong" ujar Tonde 'Sekarang aku percaya lampu suar itu tadi berubah jadi hijau"
"Lalu apa perlunya kita ributkan" Aku nggak peduli, meskipun lampu mercu suar itu menjadi bunglon!" sungut Ike kesal. Gara-gara lampu itu pembicaraan mereka terpotong
"Jangan sengit!" kata Tonde
"Biasanya warna hijau punya arti khusus Umpama lampu lalu lintas, dapat berarti aman, atau bebas iya, kan"Barangkali warna hijau itu merupakan isyarat tertentu?"
"Mungkin juga, Ton' Boboi menimpali. Kode bagi kapal tertentu agar memasuki perairan Kotabaru"
"Kita harus menghubungi Ombing Boi. Siapa tahu ia bisa memecahkan misteri lampu itu?"
"Atau sebaliknya besok kita berkunjung ke mercu suar kata Boboi bersemangat .ike mencibir .la benci mendengar pembicaraan tentang lampu mercu suar, padahal ia pusing memikirkan walkiman-nya .Ikejadi kesal .Akhirnya
ia melarikan speedboatnya sekencang-kencangnya ke arah Kotabaru.
4. KE MERCU SUAR BARANG yang hilang memang tak mudah ditemukan kembali Kecuali bila ditemukan oleh orang yang jujur. Tapi siapa tahu, penemu walkiman ike termasuk orang jujur pula" Bukankah di dunia ini masih banyak orang jujur" Barangkali ungkapan ini hanya doa atau harapan Ike saja. Harapannya untuk menemukan walkiman itu makin tipis saja. Sedangkan anggota Kibot yang lain lebih tertarik untuk menyelidiki keanehan lampu mercu suar. Tapi Ike yakin, suatu saat walkiman-nya akan kembali. Perasaannya mengatakan begitu.
Sambil tiduran, Ike mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. Alunan musik mengalun di dalam kamarnya. Lewat tape recorder
"Ike Ikeeee Buka pintunya, dong" tiba-tiba Mama mengetuk pintu kamar ike.
Dengan enggan Ike turun dari tempat tidur. Langkahnya setengah diseret ketika berjalan ke pintu kamarnya. Ia membuka pintu itu untuk Mama
tercinta. Mama memasuki kamar ike. Tangannya terlipat ke punggung Pandangannya diedarkan ke segala penjuru kamar, bagai guru yang sedang memeriksa ruang kelas yang selesai dibersihkan para murid. ike memperhatikan dari balik pintu. Ia mencoba memaham arti kunjungan Mama ke kamarnya. Sebab Mama jarang memasuki kamarnya.
"Hm. pintar juga kamu menata ruangan," gumam Mama seraya membalikkan badannya ke arah Ike.
"Jelas, dong Siapa dulu orangnya"
"Sombongnya!" tukas Mama Pandangannya menghunjam tajam ke arah Ike,
"Ngomong ngomong, kamu lagi marah sama Papa, ya" Belakangan ini Mama perhatikan, kamu kurang akrab."
"Ah, enggak juga Papa saja yang suka marah-marah. Sebentar-sebentar walkiman itu yang ditanyakan ike jadi sebel" kata Ike dengan wajah cemberut.
Mama tersenyum-senyum. "Mama tidak mau kamu menjadi anak yang nakal. Bersikap manislah pada Papa. Masalah walkiman itu serahkan pada Mama Biar nanti Mama bicara sama Papa," ujar
Mama lembut. ike melongo. la tidak mengerti kenapa Mama berkata begitu.
Mama berjalan ke luar. Namun di balik pintu ia berkata,
"Barang hilang tidak usah diributkan lagi. Berarti bukan milik kita lagi Nah, tidurlah yang nyenyak!"Mama telah pergi. Sejak kedatangan Mama .Ike jadi tidak betah tinggal di kamanya. Ia tidak dapat tidur siang .Semula ia malas mau keluar rumah. Kini ia malah berniat keluar. Tapi mau pergi ke mana" Hari ini ia tak punya acarai Aha Kenapa tidak mengunjungi Kapten Teno" Bukankah ia sudah punya niat akan kesana" Ia ingin tahu lebih banyak tentang kasus Junjung Buih.
Bergegas ike melepaskan baju tidurnya. Lalu menggantinya dengan celana panjang dan baju kaus lengan pendek bergaris-garis biru. Tanpa bersuara Ike keluar dari kamanya. Ia berjalan ke gudang dan mengeluarkan sepeda balapnya Secara diam-diam ia menyelinap ke jalan.
ike mengayuh sepeda balapnya. Sepeda balap itu meluncur menurun bukit .Jalannya amat curam. Kedua kakinya dikaitkan pada poros besi yang membujur dari setang kesadel sepeda. Pedal sepeda itu berputar dengan sendirinya.
Rumah Kapten Teno terletak di Hilir. Hilir adalah sebuah perkampungan nelayan suku Bugis .ike melaju ke sana Melintasi pinggiran laut. Tiba-tiba pandangannya tertumbuk pada tiga orang anak lelaki. Ketiga anak lelaki itu melenggang membelakanginya. Ombing Tonde, dan Boboi .ike menduga, teman-temannya tentu akan ke mercu suar. Rupanya mereka memilih jalan darat, tidak lewat laut.
Ombing berjalan diapit oleh Tonde dan Boboi.
Diantara Ombing dan Boboi, ada jarak yang luang .
Ike mengayuh sepedanya dari arah belakang. la menerobos di sela Ombing dan Boboi.
"Minggir Minggir. Remnya blong" seru Ike, Ombing dan Boboi terkejut bukan main. Kedua anak itu meloncat menghindar. Tubuh Ombing menimpa Tonde .Anak kerempeng itu jatuh terduduk. Kemarahannya meledak, begitu mengenali penunggang sepeda itu. Sedangkan Ike malah terbahak-bahak.
"Brengsek Kupikir diseruduk kerbau gila" Ombing menyumpah-nyumpah.
"Kamu memang suka cari gara-gara saja .Dasar pengacau"
"Maklum saja, Bing .Penyakitnya lagi kumat! Kalau nggak begitu, dia sakit kepala .Boboi bersungut. Ia merasa keki juga
"Ala, begitu saja ribut Sekali-sekali dong bikin kejutan" sahut ike kalem. Sebenarnya dengan begitu ia ingin membalas ulah teman-temannya tempo hari di sekolah
"Kejutan konyol" sembur Ombing.
Betapa geramnya ia kepada sahabatnya itu. Selalu bikin keki. Ada-ada saja tingkahnya. Kali ini Ombing benar-benar tak suka pada ulah ike. Tapi susahnya ia tak berani bertindak apa-apa. Terus-terang, ia jatuh mental kalau menghadapi ike. la hanya bisa ngomel saja sambil bertolak pinggang .Tondejadi gelixmelihat perangai Ombing .la tahu anak kerempeng itu hanya pasang aksi saja.
"Sebenarnya kamu mau ke mana, Ke" Kalau cuma keluyuran, lebih baik bergabung sama kami! Kami akan ke mercu suar," ucap Tonde untuk mengalihkan persoalan. Ia paling tidak senang jika diantara teman-temannya timbul pertentangan. Ia ingin mereka tetap kompak
"Sembarangan bilang keluyuran. Memangnya kalian, keluyuran ke mercu suar. Di sana mau ngapain" Lebih baik ikut aku Mumpung aku lagi butuh pengawal"
"Huh Kayak orang besar saja dikawal sungut Ombing. 'Lho Kan aku orang top!"
"Toples" cibir Ombing .Boboi terbahak-bahak. Begitulah kalau Ike dan Ombing berkumpul. Ada saja yang diributkan.
"Lalu ke mana tujuanmu" Minta dikawal segala," tanya Tondea la paling suka bepergian dengan Ike, Paling tidak, perutnya tak bakalan keroncongan. Sebab ike suka mentraktirnya makan.
"Pokoknya kalian nggak perlu tahu. Yang jelas mau ikut atau tidak?" ujar Ike .Betapa inginnya ia ke rumah Kapten Teno bersama-sama teman temannya. Rasanya canggung kalau pergi sendiri. Tiba-tiba Boboi tertawa. Ia
paling kenal watak ike. Berlagak tidak butuh, padahal itu hanya siasat Ike saja.
"Begini saja," katanya kepada Tonde dan Ombing
"Biar ike ada yang menemani, kita bagi menjadi dua kelompok. Siapa yang mau jadi sukarelawan" Barangkali Ombing mau mengawal
Sang Ratu?" ."Aku" Sori saja, deh cibir Ombing dengan mata melotot.
"Biar aku yang ikut sahut Tonde .Hati Ike lega. Keputusan Bobo dinilainya amat bijak. Ia mengedipkan mata kanannya. Sebagai tanda salut kepada anak berkulit hitam itu


Kibot 02 Misteri Kapal Tua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayo kita kabur, Ton! Sebelum Ombing menerkamku" ejek ike. Ombing merengut. Ia gemas sekali pada gadis kecil itu .Rasanya ia ingin membalas ejekan Ike. Sayang Kaisar tidak ikut. Jika beruangnya ada, ia bisa menyuruh Kaisar beraksi di depan Ike.
ike menggenjot sepedanya. Tonde membonceng .Kedua anak itu melaju ke rumah Kapten Teno. Sementara, Ombing dan Boboi berjalan ke arah mercu suar.
Agaknya laut mulai pasang Tampak airnya mulai menggenangi tonggak-tonggak penyangga tang rumah. Rata-rata rumah para penduduk berbentuk panggung .Berdinding papan. Begitu pula dengan rumah Kapten Teno.
Rumah Kapten Teno menjorok ke tengah laut .Jauh dari pinggir jalan. Untuk mencapai rumahnya orang harus melalui sebuah jembatan kayu.
ike dan Tonde tiba di situ. Jembatan kayu itu berderak-derak ketika dilewati. Berisik sekali. karena terdiri dari potongan-potongan kayu besi yang pipih. Di ujung jembatan kayu itulah terletak rumah Kapten Teno. Rumahnya bercat biru laut .Agak besar juga bangunan rumahnya"Stop Stop Aku turun saja" seru Tonde
"Kenapa?" "Aku nggak mau konyol kata Tonde .la agak
ngeri juga naik sepeda di atas jembatan. Salah salah bisa tercebur ke air.
Akhirnya Tonde dan Ike turun dari sepeda. Mereka tiba di depan rumah Kapten Teno .Tonde bingung la tak mengerti rumah siapa yang sedang dikunjungi oleh Ike. Ikemengetuk pintu rumah itu.
"Rumah siapa ini, Ke?"
'Kapten Teno, sahut Ike .la sengaja menyebut jabatan Paman Teno.
"Kapten?" gumam Tonde sambil memandangi Ike,
"Orangnya galak, nggak?" Ike tertawa. Bahunya sampai terguncang
guncang. Ia merasa geli mendengar pertanyaan Tonde.
"Pikirimu kapten apa?"
"Kapten apa, ya" Polisi, kan?"
"Sesukamu, deh .Asal kamu jangan bertingkah macam-macam didepan Kapten Teno Salah-salah kamu bisa ditangkapnya," ujar Ike serius. Dalam hati ia menertawakan temannya.
Tonde terheran-heran. Siapa sebenarnya Kapten Teno itu" Ia ingin bertanya lebih banyak lagi, tapi dari dalam rumah terdengar langkah-langkah mendekati pintu. Lalu daun pintu terbuka dan tampak seorang wanita setengah baya berdiri di
sana. Wanita itu terperanjat melihat Ike .
"A, aai, aai Anginapa yang meniup Non Ike ke sini" Aci sungguh tak menyangka" sambut Bu Teno dengan ramahnya
"Ayo, masuk. Tapi jangan kaget kalau tempatnya berantakan!"
"Paman ada di rumah"' tanya Ike sambil menyandarkan sepeda balapnya ke pagar kayu.
"Masuk dulu. Tak baik bicara di luar"
ike melangkah ke dalam, diikuti Tonde dari belakang
"Sebentar Acil tinggal dulu Tadi Acil bikin putu soko. Kalian tentu belum pernah makan kue itu," ujar Bu Teno .Putusoko adalah kue yang terbuat dari tepung beras. Disajikan bersama ikan panggang. Salah satu makanan khas suku Bugis.
"Tak usah repot, Cii. Ike hanya sebentar!"
"Duduklah dulu" ujar Bu Tenoseraya bergegas masuk ke dapur.
Ike duduk berdampingan dengan Tonde. Sejak memasuki rumah Kapten Teno, perasaan Ike kurang tenang .Dadanya berdebar tak menentu. Ia ingin lekas-lekas bertemu dengan Kapten Teno. Agar persoalan Kapal Junjung Buih menjadi jelas. Berlainan dengan Tonde. Anak Dayak itu malah terbengong-bengong Matanya hampir tak berk
edip memandangi sebuah foto berukuran besar. Foto itu terpampang di depannya. Tergantung di dinding .Gambar Kapten Teno yang berlatar belakang Kapal Junjung Buih
"Itu foto siapa" Foto tuan rumahnya, ya?" tanyanya berbisik. ike pun mengangguk pelan. Ia tersenyumsenyum melihat Tonde tampak keheranan.
"Jadi ' "Yah, Paman Teno hanya seorang kapten kapal, potong Ike
"Beliau salah seorang karyawan Papa. Jadi kamu keliru kalau menyangka Kapten Teno seorang polisi."
"Ngomong sejak tadi, dong! Aku jadi tidak salah duga" gerutu Tonde, merasa dipemainkan oleh Ike. Ike terkikik-kikik. Kalau bukan sedang bertamu. mungkin tawanya akan meledak-ledak.
"Makanya jangan sok tahu ledek Ike,
"Tanya dong kalau nggak ngerti!"
"Lalu apa urusan kita datang ke sini?"
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang Karena aku belum begitu tahu duduk persoalannya. Makanya aku mau minta penjelasan dari yang bersangkutan .Nanti kalau aku ngomong, kau tak usah turut campur, pesan Ike
"Sialan! Aku dibawa ke sini hanya untuk dijadikan patung akata Tonde tak senang
"Bukan begitu Kamu kan belum mengerti persoalannya."
"Iya, deh'" sahut Tonde agak sinis. Bu Teno datang membawa hidangan. Ia diikuti oleh anak lelakinya yang berusia lima tahun. Diatas nampan itu ada dua piringputusoko dan dua piring
ikan panggang .Rupanya Bu Teno ingin menjamu tamunya sebaik-baiknya. Apalagi yang datang adalah anak bos suaminya. Rasanyatak layakkalau tidak dijamu. Padahal bukan begitu yang diharapkan oleh ike. Tapi bagi Tonde, makanan itu menerbitkan air liurnya saja
"Ayo dicicipi. Ini bikinan Acil sendiri, kok Ayo, Nak Tak usah malu-malu" ujar Bu Teno kepada Tonde. Tonde meringis. Ia tinggal menunggu komando dari Ike. Tapi tampaknya Ike belum akan memulainya. Agaknya kue itu tak membuatnya tergiur
"Bagaimana keadaan Paman?"
"Sehat sehat saja," ucap Acil Teno lirih.
"Ayo dimakan dong Jangan dilihat saja Non Ike tidak suka makan kue begini, ya?" ike bukan tidak suka, tapi niatnya datang ke rumah Kapten Teno bukan untuk makan kue Untuk menyenangkan hati Bu Teno akhirnya Ike menyantap hidangan itu .Tonde pun berbuat begitu Dia makan dengan lahapnya Bu Teno berceloteh tentang kue bikinannya Diselingi pujian tentang kelezatan kuenya. Ike terpaksa mendengarkan Tonde asyik menyantap.
"Boleh Ike bicara sama Paman"' tanya Ike tak sabar lagi Bu Teno langsung menghentikan kata-katanya Tampaknya ia heran mendengar pertanyaan Ike
"Maksud Non Ike bagaimana?"
"Bertemu langsung dengan Paman."
"Di sini?""Habis di mana lagi?" 'Lho Apa belum tahu kalau Paman Teno ditahan polisi?" Kini Ike yang terkejut .Tonde ikut terperanjat Tapi ia kembali tenggelam dalam keasyikannya lagi. Sayang kalau kue itu tidak dihabiskan
"Jadi Paman Teno di tahan"' tanya Ike dengan bibir gemetar. Suaranya pun bergetar.
"Astagal Acil kira, Non Ike sudah tahu segalanya"
"Hanya sedikit-sedikit, sahut Ike berbohong. Ia tak ingin Bu Teno curiga. Bu Teno menatap ke tajam-tajam.
"Paman orang baik, gumam Ike,
"Tapi kenapa harus mendekam dibalik teralibesi"Ah, Iketak bisa mengerti itu tidak adil"
Bu Teno menarik napas panjang. Wajahnya yang tadi tampak cerah, kini mulai disaput mendung. Hatinya hancur mendengar kata-kata ike. Kini beban batinnya makin berat dirasakan. Matanya pun mulai berair. Tentu saja Ike dan Tonde amat kaget melihat perubahan itu.
"Inilah nasib," desah Bu Teno 'Dasar orang mau celaka, ada-ada saja kejadian yang menimpa kami .Hanya Tuhan yang tahu kalau pamanmu tidak bersalah. Tapi Acil percaya pada keadilan Tuhan. Suatu saat pamanmu pasti dibebaskan."
"Sebenarnya kasus apa yang menjerumuskan Paman ke tahanan?"
"Penyelundupan!"
  Ike tersentak. Debar di dadanya makin kencang .Perasaannya galau, tak keruan. Tapi bukan ike kalau dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Tonde merasakan tubuh Ike menegang. Alisnya terangkat la jadi curiga. Apalagi setelah mengikuti pembicaraan Ike dan Bu Teno.
"Penyelundupan apa, Ci"' tanya Ike tak sadar.
"Barang-barang elektronik," sahut Bu Teno. 'Sudahlah, sebaiknya kita tak usah membicarakan hal itu. Kasus itu sedang ditangani pihak yang berwajib Kita tunggu saja siapa sebenarnya yang bersalah. Tapi Acil yakin, pamanmu tidak terlibat. Dia hanya menjadi kambing hitam saja."
"Maksud Aci?" desak Ike.
"Maaf, bukan Acil menuduh ayahmu. Tapi barang-barang selundupan itu dikirim atas nama Pak Astor. Berarti kan milik Pak Astor?"
"Tidak itu fitnah .Papa tidak mungkin melakukan perbuatan semacam itu!" jerit Ike sambil berdiri. Wajahnya berubah pucat Jiwanya terpukul mendengar kabar itu.
"Oh! Jangan salah mengartikan ucapan Acil, Non Ike. Maksud Acil tidak begitu," kata Bu Teno terbatas-bata. Ia tampak gugup sekali melihat perubahan sikap Ikei
Tonde pun terkejut la segera bangkit
"Tenang, Ke. Kamu harus bisa menguasai perasaanmu," katanya menenangkan hati Ike .la menekan pundak ike agar anak itu mau duduk kembali.
ike menarik napas panjang Kepalanya tiba-tiba terasa pening.
Betapa pilu hatinya Betapa menyedihkan bila papanya terlibat kasus itu. Benarkah papanya seorang penyelundup" Ah, tak sanggup ia membayangkannya .ike duduk dengan mata terpejam. Tonde jadi cemas. Begitu pula Bu Teno. Ia bingung dan merasa tak enak. Tingkahnya jadi serba salah. Ia ingin menjelaskan hal yang sebenarnya. Tapi khawatir malah akan menimbulkan kesalahpahaman saja.
"Acil pandai membuat kue, ya" Lihat saja, jatah untuk saya habis tak bersisa lagi, kata Tonde untuk mengalihkan persoalan. Ia bingung mau ngomong apa. Dalam masalah ini ia tidak tahu-menahu. Bu Teno hanya tersenyum. Agaknya ia sudah segan memuji keahliannya membuat kue. Tonde kecewa, pancingannya tidak kena.Ah, kalau saja ada Ombing dan Boboi, tentu suasananya akan lain.
"Mereka sekarang sedang apa ya?" gumamnya. Saat ini Ombing dan Boboi sedang duduk-duduk di rerumputan. Tak jauh dari mercu suar. Menara berlampu itu terbuat dari besi-besi yang saling bersambungan. Bentuknya seperti tiang listrik tegangan tinggi. Ditengah-tengah kerangka besi itu tersusun anak tangga, menjulang tinggi sampai ke puncaknya .Sambil duduk, kedua anak lelaki itu mengawasi seorang pemuda. Tampaknya pemuda itu akan ke mercu suar pula. Tapi sikapnya amat mencurigakan. Jalannya tampak tergesa-gesa dan sebentar sebentar pemuda itu menengok ke belakang Lalu berjalan lagi Begitu seterusnya. Gerak-gerik pemuda itu tentu saja menarik perhatian Ombing dan Boboi.
"Kukira pemuda itu sedang dikejar orang, cetus Ombing
"Belum tentu. Mungkin saja perutnya mulas, lalu dia ingin lekas-lekas bertelur" Kedua anak lelaki itu tertawa-tawa. Dengan begitu mereka bisa melupakan kejadian yang tidak menyenangkan. Tadi, Ombing dan Boboi mendapat perlakuan kasar dari petugas mercu suar .Gara-gara Ombing menanyakan soal warna lampu suar yang bisa berubah-ubah. Agaknya petugas itu tidak senang dengan pertanyaan Ombing .Bahkan anak-anak itu diancamnya supaya tutup mulut. Ternyata petugas itu tidak ramah. Betapa geram hati Ombing dan Boboi mendapat perlakuan kasar. Kini petugas yang kasar itu masih tegak di tangga besi mercu suar. Entah apa yang sedang dilakukannya. Sesekali ia memandang ke arah pemuda yang sedang mendaki bukit. Lalu mengawasi daerah sekitar perumahan petugas mercu suar yang terletak tak jauh dari situ.
"Boi. Bila tebakankujitu, kamu harus menggendongku menuruni bukit ini, lho!"
"Oke Apa beratnya sih membawa tubuhmu yang kerempeng" Sampai ke rumahmu pun aku kuat" olok
Boboi "Tapi sebaliknya, Bing Kalau dugaanku yang benar?""Mana kuat aku menggendongmu?"
Tetapi kedua anak lelaki itu kecele. Baik dugaan Ombing maupun dugaan Boboi, sama-sama meleset Ternyata pemuda itu pergi menemui petugas yang tadi menghardik Ombing dan Boboii Pemuda itu berdiri di sisi timur Dekat gardu generator.
"Mau apa dia memanggil petugas galak itu?" tanya Ombing heran
"Kok usil, sih! Apa urusannya dengan kita?" sahut Boboi tak acuh.
"Lalu untuk apa aku diseret ke sini" Apa hanya untuk menikmati pemandangan laut" genutu Ombing
"Maumu bagaimana?"
"Begini, tujuan kita ke sini kan untuk me nyelidiki. Nah, gerak-gerik pemuda itu mencurigakan. Apalagi kedatangannya menjumpai petugas itu. Patut dong kita selidiki."
"Maksudmu"' tanya Boboi tak mengerti
"Dungunya kata Ombing gemas 'Kurasa pemuda itu bukan tanpa maksud datang ke sini Kesimpulanku, pemuda dan petugas itu sedang membicarakan sebuah rencana. Kalau dugaanku tepat, tentunya berkaitan dengan perubahan warna lampu suar itu."
"Lalu apa sebaiknya kita menguping pembicaraan mereka?"
. Apa salahnya Asal kita hati-hati saja, Boi"
"Wah! Kita sudah memasuki petualangan yang berbahaya" kata Boboi bersemangat. Tapi dadanya berdebar-debar tak menentu. Kedua anak lelaki itu segera menyusuri gerumbul ilalang. Mereka mulai mendekati gardu generator dari arah barat. Menyusup dengan cara merayap. Kalau tidak, gerakan tubuh mereka bisa terlihat oleh dua orang yang sedang berbicara itu. Boboi sudah mencapai gardu itu. Tubuhnya merapat ke dinding gardu. Sedangkan Ombing masih mendekam di balik ilalang .Kedua kakinya tampak gemetaran. Boboi memanggil dengan gerakan jarinya, tapi Ombing menggeleng lemah. Agaknya ia takut mengikuti jejak temannya. Bobo menarik napas .Keringat dingin mulai membasahi beberapa bagian tubuhnya. Gara-gara Ombing takut, ia pun jatuh mental. Tapi ia berusaha menindas perasaan itu. Pelan-pelan ia menggeser kakinya. Mendekati kedua orang itu. Ia berhenti bergerak setelah ia bisa mendengar suara kedua orang itu.
"Kenapa baru sekarang kau muncul?" Tiba-tiba petugasitu membentak. Agaknya ia biasa berbicara dengan sikap kasar. Seperti berbicara terhadap Ombing dan Boboi. Suaranya pun selalu menyentak-nyentak.
"Aku dilarang menghubungimu."
"Kenapa" Ada yang nggak beres, ya?"
"Operasi kita yang terakhir telah gagal."
"Gagal?" .'Agaknya gerakan kita mulai tercium oleh pihak yang berwajib."
"Dan barang-barang kiriman itu?"
"Digulung mereka!"
"Apa?" "Barang kiriman itu sudah jatuh ke tangan yang berwajib. Ruang gerak kita tidak leluasa lagi gara-gara kejadian itu."
"Wah, gawat. Bisa bisa pekerjaanku berantakan!" ujar petugas itu dengan suara lirih. Agak. nya ia malas ngomong keras lagi. Karena hatinya diliputi kecemasan.
"Tak usah khawatir kata pemuda itu melihat kecemasan temannya.
"Bos bisa membereskan persoalan itu."
"Lalu kapan operasi selanjutnya dimulai?"
'Belum ada kabar. Tapi malam minggu nanti akan diadakan pertemuan di Restoran Cita Rasa. Semoga saja pertemuan itu membawa angin baru buat kita."
"Mudah mudahan."
'Oke! Aku harus pergi Kukira berbahaya terlalu lama di sini," kata pemuda itu seraya menyalami petugas mercu suar.
Pemuda itu bergegas menurun bukit. Kalau tadi ia datang dari arah galangan kapal milik Daeng Mattola, kini ia pulang lewat samping perumahan karyawan mercu suar. Dari sana, jalan itu tembus ke Jalan Jenderal Sudirman. Atau yang lebih
dikenal dengan nama Rumah Sepuluh .
Petugas mercu suar itu menarik napas seraya mengawasi kepergian temannya.
Di balik gardu, tubuh Boboi bergetar. Seolah dinding papan itupun iku
t bergoyang goyang pula Ternyata ia mendengar pembicaraan yang sifatnya amatrahasia. Hal itu membuat jantungnya semakin kencang berpacu. Gawat gumamnya Nasibnya akan buruk jika petugas itu berjalan ke sisi barat .Sebelum kepergok, Boboi memutuskan untuk
Per9i. Pelan-pelan Boboi menjauhi tempat persembunyiannya. Ia bergerak dengan amat hati-hati Seolah setiap langkahnya menimbulkan suara yang nyaring. Padahal itu karena ketegangannya saja. Ia memang tegang dan takut. Sikap itu membuatnya lengah. Ia hanya berpikir supaya bisa cepat-cepat meninggalkan gardu itu. Akibatnya Boboi tidak melihat ada kaleng bekas oli tergeletak di tanah. Kaleng oli itu menghalangi langkahnya. Maka tak dapat dielakkan lagi, kaleng itu tersepak oleh Boboi, suaranya bagaikan guntur meledak di telinganya.
"Hei Siapa di situ?" sentak petugas itu terkejut.
Boboi bingung. Untung pembawaannya selalu tenang Akhirnya ia mempercepat langkahnya. Ia menjumpai Ombing yang masih mendekam di balik ilalang.
"Ayo lari" katanya seraya menarik tangan Ombingi
Ombing menurut saja.Sementara itu, petugas mercusuar sudah berdiri di sisi barat. Ia melihat gerakan Ombing dan Boboi.
"Jangan lari Kurangajar Berani mendengarkan pembicaraan orang" serunya sambil mengejar kedua anak itu.
Boboi dan Ombing lari tunggang-langgang. Untunglah mereka berlari menurun bukit. Mereka meluncur dengan cepat. Ombing sampai tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia jatuh terguling-guling
"Bangun, Bing Kita dikejar" kata Boboi panik.
Ombing menengok Benar juga. Petugas itu memburu mereka. Bergegas ia bangkit dan lari mengikuti Boboi.
"Boi Aku tak kuat lagil Lututku terasa nyeri" seru Ombing dengan napas terengah-engah
"Kau harus sanggup berlari .Kita akan selamat jika mencapai galangan kapal!"
"Tapi." "Jangan pikirkan kakimu.Keselamatan kita lebih utama'
Boboi terpaksa menyeret Ombing. Di belakang mereka, petugas itu terus menguntit dan makin mendekat. Ombing dan Boboi semakin mempercepat larinya. Akhirnya kedua anak lelaki itu bisa juga mencapai galangan kapal.
Tolong Ada penculik' Boboi berteriak-teriak. Petugas mercu suar itu terkejut mendengar teriakan Bobo. Ia menghentikan Pengejarannya. Sementara itu para pembuat kapal menghambur kearah Ombing dan Boboi. Merekamasing-masing menggenggam kapak.
"Ada apa, Nang" tanya salah seorang. la memanggil kedua anak itu dengan sebutan Nang. Panggilan untuk menyebut anak laki-laki
"Kami akan ditangkap, Paman" ujar Ombing dengan napas terputus-putus.
"Mana orangnya"
"Itu dia orangnya!" sahut Boboi seraya menunjuk petugas mercu suar.
Tapi petugas itu sudah mendaki bukit. Agaknya ia tak mau mengejar lagi
"Lho. Itukan pegawai
mercu suar" ujar salah seorang
"Tak mungkin ia mau menculik."
"Ala paling-paling kalian yang mengganggunya!" sahut yang lain menyalahkan Boboi dan Ombing
"Makanya Jangan berani pada orangtua.Kalau kalian tidak nakal, tentu ia takkan marah, gerutu pekerja yang lain seraya meninggalkan Ombing dan Boboi.
Ombing dan Boboi hanya meringis. Para pekerja itu lebih banyak menyalahkan. Tapi kedatangan mereka telah membebaskan kedua anak itu dari kejaran petugas mercu suar. Kini para pembuat kapal itu kembali ke tempat masing-masing. Ombing dan Boboi bergegas meninggalkan galangan kapal itu.
Ombing berjalan terseok-seok Lutut kanannya berdarah.
"Kita mampir ke rumah Ike, Bing kata Boboi.
"Di sana lukamu bisa diobati."
Ombing tak menyahut. Ia mengikuti langkah Boboi. Dalam hati, ia menyesal kenapa tak mengajak Kaisar Kalau Kaisar ikut, petugas itu pasti takkan berani mengejarnya.
"Kupikir-pikir, sama saja kita dikerjain Tonde. Rencana ke
mercusuarkan dia yang mengatur, eh,
nggak tahunya anak Dayak itu enak-enakan mengawal Ike."
Ombing tersenyum kecut. Pendapat Boboi ada benarnya juga
"Kita hampir babak-belur, Tonde berleha-leha. Hei Ngomong, dong Kaukan masih hidup" tegur Boboi melihat temannya masih tampak kecut.
Ombing bergumam Tapi tak jelas apa yang digumamkannya. Hanya bibirnya saja yang bergerak-gerak. Tapi dalam hatinya, ia me nyumpah Tonde. Kalau ketemu, ia ingin mengganyang anak Dayak itu Mudah-mudahan Tonde belum meninggalkan Kampung Hilir.
Tonde dan Ike masih berada di rumah Kapten Teno. Tapi sejak kasus penyelundupan itu dibicarakan obrolan mereka menjadi hambar. Perasaan Ike tak bisa tenang Sedangkan Tonde tak bisa menikmati kelezatan putu soko lagi. Setelah berbasa-basi, akhirnya mereka pun pamit'Sering-sering menengok Acil kata Bu Teno sambil mengiring kedua anak itu ke depan pintu
"Lain kali ike ke sini bersama Mama, Cil" Tonde pun mengucapkan terima kasih. Kini ia yang membawa sepeda balap Ike Sebab tampaknya ike tak berminat mengendarai .Lalu kedua anak itu beriringan melalui jembatan kayu yang berderak-derak. Sesampainya di mulut gang. mereka melihat Boboi dan Ombing sedang melintas. Tonde dan Ike terkejut melihat Ombing berjalan terpincang-pincang. Mereka segera memburu. Kini keempat anggota Kibot itu berkumpul lagi
"Kenapa Ombing, Boi"' tanya Ike heran
"Habis menangkap kodok, ya?"
"Lalu kodoknya lompat Tonde menimpali .Ike dan Tonde tertawa berderai. Ombing hanya melotot. Betapa kesal hatinya. Tapi ia tak mampu membalas dalam keadaan begitu
"Eh, ngomong jangan sembarangan Hari ini Ombing jadi pahlawan, tahu!' sungut Boboi. Lalu dia menceritakan kejadian yang menimpa dia dan Ombing. Tapi yang lebih penting Boboi menceritakan isi pembicaraan di gardu itu kepada ketiga temannya.
Ike kaget mendengar keterangan Boboi .Keterangan itu seperti berkaitan dengan kasus Kapal Junjung Buih. Tonde pun begitu, ia menghubung kan keterangan yang didengar di rumah Kapten
Teno dengan keterangan dari Boboi. Ia menoleh
sekilas ke arah Ike. Wajah gadis kecil itu tampak sangat tegang
"Kalian dari mana saja"' tanya Ombing sambil menggerutu.
Tonde pura-pura tak mendengar. Ike salah tingkah .Rasanya berat untuk menceritakan kasus kapal Junjung Buih. Tapi setelah dipertimbangkan, akhirnya Ike mau juga bercerita kepada Ombing dan Boboi.
Ombing dan Boboi terbengong-bengong mendengannya. Keduanya hampir tak percaya bila kapal papa Ike ditahan karena membawa barang selundupan. Boboi mengawasi Ike .Mungkinkah papa Ike yang dimaksudkan sebagai Bos oleh pemuda itu"
ike merasakan kelainan sikap kedua temannya. Perasaannya jadi tak enak
"Kukira dua peristiwa itu saling berkaitan," ujar Ombing seraya mencibir ke arah Ike
"Janganjangan Pak Astor terlibat Mungkin nggak, Boi?"
"Kenapa tidak" Boboi menimpali.
"Aku pun menduga begitu, Bing"
Tuhan, betapa kejam tuduhan mereka. Tubuh Ike sampai bergetar. Air matanya hampir menitik. Betapa sakit hatinya melihat Ombing mencibir ke arahnya.
"Ngomong jangan seenaknya saja, dong .Kalian sama saja menuduh papaku seorang penyelundup. Memangnya papaku sudah gila, apa!" semburnya dengan suara meledak-ledak."Bukan menuduh, lho. Tapi curiga kan boleh." tangkis Ombing
"Apa bedanya" geram ike 'Lho Begitu saja kokmarah!" kata Boboi
"Aku kan hanya main-main." Ike mendengus. Ombing tak berani mengusik lagi. Ia ngeri melihat mata Ike berkilat-kilat Demikian pula dengan Boboi.
"Kukira kasus Kapal Junjung Buih dan rencana yang dibicarakan di mercu suar adalah terpisah. Kebetulan saja. Jadi dua kejadian itu tak ada hubungannya sama sekali, kata Tonde, berusaha menghilangkan kesan
buruk tentang papa Ike "Bagaimana kalau dugaanmu keliru"' tanya Ombing
"Maksudmu"' tanya Ike agak ketus.
"Yah, misalnya saja papamu benar-benar terlibat," kata Ombing hati-hati. Ike terdiam Membayangkan saja ia tak berani, apalagi membenarkan kata-kata Ombing
"Sebaiknya kejadian ini kita selidiki, usul Tonde .Supaya kita tidak mencurigai papa ike .Bagaimana menurutmu Ke?" ike menarik napas berulang kali .Berat juga ia memutuskan. Tapi sebenarnya usul Tonde sangat tepat. Hanya saja ia takut mengalami kenyataan pahit
"Silakan, kalau kalian bersedia menolongku Aku setuju kasus ini kita selidiki .Tapi kuharap kita merahasiakannya. Terutama kepada Mama. Dalam persoalan ini, kurasa Mama tidak tahu- menahu. Aku tak mau Mama terpukul oleh kejadian ini. Cukup aku saja. Kalian mau kan melakukannya untukku"' tanya ike getir. Ketiga anak lelaki itu tak menjawab. Boboi hanya menunduk Ombing pura-pura membersihkan lukanya .Tonde memainkan pedal sepeda. Dalam hati mereka berjanji akan menjaga rahasia itu. Ike pun bisa menduga jawaban dari teman-temannya. Dadanya terasa sesak oleh keharuan.
"Kapan kita bisa mulai bekerja"' tanya Ike pelan
"Sebaiknya malam Minggu nanti. Sebab mereka akan mengadakan pertemuan lagi. Tapi tempatnya di sebuah restoran mewah, kata Bobo agak mengeluh. Kita harus punya modal"
"Masalah itu bisa diatur Kalian datang saja malam Minggu ke restoran itu. Salah seorang bisa menjaga di pintu masuk .Jika mereka datang kalian kasih tau aku, ya, kata Ike
"Apa tidak sebaiknya kita langsung masuk ke restoran itu"' tanya Ombing
"Kita bisa pesan makanan. Uang tabunganku cukup kok untuk membayarnya
"Tidak usah Mama sudah janji akan mentraktir kita makan-makan di restoran Nah, kesempatan itu bisa kita gunakan untuk menyelidiki mereka."
"Wah! Makan besar dong" cetus Tonde.
"Pikiranmu sih makanan melulu, Ton .goda Boboi. ike tersenyum. Hatinya tenang dengan adanya rencana itu.
5. AIR MATA UNTUK PAPA Papa memang berubah, pikir ike. Dalam beberapa hari ini, Papa suka marah-marah. Kesalahan kecil dibesar-besarkan. Seisi rumah tak luput dari kemarahan Papa. Sopir yang baru pun terkena juga. Padahal sopir itu baru dua hari bekerja di rumah Papa. Kesalahan yang dilakukannya pun kecil, ia lupa tidak memanasi mesin mobil Mama, sebuah Honda Civic Wonder. Ah, Papa keterlaluan. Ike menduga perangai Papa berubah karena kasus penyelundupan itu. Tapi benarkah Papa berubah" Kini perasaan sedih menghuni hati Ike. Sikap Papa membuat hatinya pilu Kalau sudah begitu, cintanya pada Papa berkurang .Kekagumannya pun sirna. Kini yang ada hanyalah rasa benci Yah, hatinya telah terisi oleh kebencian. Padahal Papa adalah idola ike .Betapa tidak" Papa seorang pekerja yang ulet dan tekun. Dulu, ike sering mendengar cerita tentang perjuangan Papa ketika
Papa mula-mula mulai merintis usahanya.
"Betapa beratnya," kata Papa,
"sebab Papa hanya punya modal tekad." Segalanya dirintis dari bawah. Papa pernah bekerja sebagai apa saja .Pernah pula bekerja sebagai kacung. Tempat tinggalnya pun di tengah-tengah kuburan .Ikut menumpang pada Pak Burhan, seorang penggali kuburan. Kini Pak Burhan diserahitugas memimpin usaha pelayaran. Kata Papa, berkat pertolongan Pak Burhan, Papa berhasil menjadi pengusaha besar. Makanya Papa tidak melupakan jasa Pak Burhan. Kisah Papa memang mengharukan. Ike tak tahan mendengarnya. Terlalu memilukan Terlalu menyentuh perasaannya. Apalagi cara Papa mengisahkannya seperti mendongeng Oh, Papaku Kenapariwayat sedih itu dilupakan" Kenapa kini Papa melakukan perbuatan yang amathina"Tapi mungkinkah Papa bertindak sejauh itu" Ike ragu-ragu menuduh begitu .ike memandang bayangan dirinya di cermin. Tak disadari setetes air mata menggelincir di pipi kirinya. Juga dipipi sebel
ah kanan. "Ah, aku terlalu memburukkan Papa," gumamnya seraya menyeka air matanya. Ia menghapus air mata itu dengan gaun yang sejak tadi disampirkan di pundaknya. Gaun itu sangat indah. Baru saja dibelikan Mama. Ikedisuruh mengenakannya agar kelihatan tambah manis waktu mengantar Papa ke Lapangan Terbang Stagen. Papa akan pergi ke Banjarmasin. Tapi ike ragu-ragu untuk mengenakan gaun itu. Ia malas ikut mengantar ke lapangan terbang.
Papa muncul dari balik pintu kamar .la menggeleng-geleng melihat Ike masih mematung di depan cermin
"Ma Lihat tuh anak kita' seru Papa
"Adaapasih, Pa"' tanya Mama seraya menjejer Papa.
"Kecil-kecil genit. Masa sejak tadi bercermin saja gurau Papa seraya tertawa-tawa .Ike cemberut .Bibirnya mencibir Mama tersenyum-Senyum. 'Lho Kok belum ganti baju juga" guman Mama
"Mau mengantar Papa, nggak?"
"Ike nggak ikut. Lagi banyak PR," kata Ike ketus. Suaranya bernada kasar. Betapapun ia berusaha bersikap sopan di depan papanya, rasa tak senang itu sulit ditindasnya. Sulit memang .la tak bisa menyembunyikan perasaannya.
"Kan masih banyak waktu," kata Mama, tak senang mendengar jawaban ike
"Pulang dari Stagen kau masih bisa mengerjakannya. Di sana pun kita tidak lama."
"TapiPR-nya tidak hanya satu. Ada matematika, biologi, IPA, bahasa." sahut Ike sambil merentangkan jarinya.
"Kalau tidak mau ikut, ya sudah Anak Papa memang harus giat belajar" kata Papa
"Tapi, sun Papa tiga kali, dong"
"Wah! Lagipilek' sahut ike sambil mendengus denguskan hidungnya. Papa tersenyum kecut. Ia tahu, lke hanya
mencari-cari alasan saja. Tapi ia tak bisa memaksa .
"Janji, ya" Kalau Papa pulang pileknya harus sudah sembuh! Sunnya harus enam kali," katanya.
"Pulangnya kapan?"
"Mungkin empat atau tiga hari lagi Selama Papa pergi, kamu jangan keluyuran saja."
"Ke Banjarmasin urusan apa sih, Pa" tanya Ike ingin tahu.
"Biasa.Rapat pengurus kayu pengusaha seKalimantan Selatan Kenapa?"
"Ah, nggak apa-apa"
"Mau minta oleh-oleh apa?"
"Nggak Nggak minta apa-apa"
"Tumben! Biasanya kamusuka minta oleh-oleh. Ayo, Ma Nanti terlambat Daaah, Ikee!" Papa dan Mama pergi ke mengawasi mobil Honda Civic itu meluncur dari balik jendela kamanya. Agaknya Papa lebih suka diantar Mama, daripada diantar Kak lgik, sopir baru itu. Setelah kedua orang tuanya pergi, Ike merasa iseng. Bergegas ia mendatangi sopir baru itu. Dalam benaknya timbul sebuah gagasan
"Hei Sedang apa?" sapanya ramah seraya mengembangkan senyum .Pemuda itu ikut tersenyum. Sesaat matanya menatap Ike. Lalu mengangguk dengan hormatnya.
"Kak lgik mengangguk sama siapa?" tanya ike heran.
"Sama Non Ike," sahut Kak lgik salah tingkah. ike ketawa terbahak-bahak Perutnya sampai terasa sakit"Kalau manggil Ike, Non-nya dibuang Nggak usah ditambah-tambahi Panggil saja, keee" katanya
"Juga nggak perlu hormat Terlalu kaku .Santai saja."
"Tapi nanti situ marah," kata Kak lgik hati-hati
"Enggak kok. Tapisitu juga jangan marah, kalau ke bersitu situan sama situ. Biar tambah akrab" kata Ike mulai ikut-ikutan memakai kata situ". Kak lgik meringis. Pemuda itu merasa geli melihat tingkah bos kecilnya. Tapi ia senang pada gaya Ike.
"Kenapa situnggak ngantar Papa" Malas, ya?" Ah, nggak Bapak menyuruh saya istirahat. Katanya biar diantar Ibu saja."
"O, begitu Kukira situ malas. Awas lho, kalau malas Ike laporkan sama Papa gurau Ike,
"Oh, yal Ike belum menguji situ Ayo keluarkan mobil ike mau tahu kemahiran Kak lgik mengendarai mobi"
Kak lgik temenung sejenak .laserba salah untuk meluluskan permintaan Ike .Sebagai sopir baru, ia tak mau bertindak gegabah.
"Apa itu perlu"' tan
yanya "Iya dong Kan keselamatan Papa tergantung dari keahlian situ mengemudi. Ike nggak mau Papa punya sopir yang ugal-ugalan. Apalagi kurang tenang"
Kak lgik menarik napas panjang Baginya itu suatu tantangan .Perlu disambut .la tak mau diremehkan oleh anak kecil.
'Oke. Kita berangkatl" ujarnya sambil melangkah ke arah garasi. Ike menyusul la lalu masuk ke mobil, duduk di sisi Kak lgik.
"Apa Ibu tidak marah kalau tahu kita perg" Saya nggak mau kena teguran, hol" kata Kaklgik seraya memasukkan kunci kontak
"Ala, nggak usah khawatir Urusan Mama serahkan saja sama Ike," katanya sambil menepuk pundak Kak lgik. Lalu mobil Toyota Hardtop itu pun melesat ke jalan raya .Kak lgik mengemudikan dengan sikap tenang dan hati-hati
"Hm. boleh juga gumam ike sok tahu 'Situ cukup terampil ike anggap situ lulus." Sialan batin igik. Gaya gadiskecil ini tengil betul Kak lgik lalu menekan pedal gas dalam dalam. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi .Di depannya ada sebuah kelokan. Jalannya cukup lengang. Tapi banyak orang yang duduk-duduk di pelataran Gedung Wanita di dekat kelokan itu. Toyota Hardtop itu menikung tajam. Bannya sampai mencicit-cicit. Orang-orang terkejut .ike tersentak kesamping Kepalanya sampai membentur pintu
"Brengsek" sungutnya
"Nilaimu Ike turunkan dua angkal SIM mu harus dicabut" Kak lgik tertawa-tawa senang Tapi ia terpesona oleh penampilan Ike .Gaya gadis kecil itu memikat
hatinya. Gagah dan mencerminkan keberanian Sayang, Ike anak bosnya. Kalau tidak, ia mau menganggapnya sebagai adik.
"Kita ke mana nih, Bos?" guraunya Hah ike terbengong-bengong Ia menoleh sekilas ke arah Kak lgik Boleh juga gurauannya. Mau juga bersikap konyol. Sungguh mati, Ike tidak kecewa pada pilihan Papa. Ia senang punya sopir yang suka humor. Coba kalau sopirnya sudah tua, bisa bisa ia tertidur dalam mobil
"Bos belum menjawab pertanyaan saya."
"Sori Ke Pasar Baru, Pir" perintah Ike dengan lagak Nyonya Besar.
"Oke." Ike tertawa berderai Matanya berbinar-binar. Hatinya senang bukan main. Sehingga kesedihannya agak berkurang. Toyota Hardtop itu meluncurke Jalan Sukmaraga. Lalu membelok ke Jalan Singabana. Dan merayap pelan-pelan ke Pasar Baru. Berhenti di dekat terminal Daihatsu. Persis di depan Toko Aping
"Tunggu di sini ya. Pir?" kata Ike seraya meloncat turun. Tapi Kak lgik ikut turun juga. Ia menjejeri Ike.
"Kok malah ikut?"
"Bos kan harus dikawal."
"Nggak perlu Ikebisa menjaga diri" cetus Ike. la tak senang.
"Ini perintah Bapak Kata Bapak, kalau bos keluyuran, harus dikawal"
Ike kaget. Apa maksud Papa menugaskan Kak lgik untuk mengawasinya"
"Oo, oool Jadi situ punya tugas rangkap, ya?" gumamnya
"Tapi Iketidak mau didikte Situ tidak boleh terus-menerus mengawal Ike. Ike tidak suka gerak-gerik ike diawasi Kalau situ bandel, kita musuhan saja!" katanya dengan suara keras.seraya mempercepat langkahnya.
Kaklgik mengejar. Ia berusaha menjejeri ike dari sisi kanan.
"Usul ike saya terima. Tapi."
'Apa lagi?" sengat Ike. la benar-benar kesal kalau gerakannya dibatasi
"Begini, saya tidak mau musuhan sama Ike," kata Kak lgik tergagap


Kibot 02 Misteri Kapal Tua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi saya pun tidak mau melalaikan perintah Bapak Sebaiknya kita damai saja. Maksud saya, selama ada saya, situ harus di bawah pengawasan saya .Suka tidak suka Kecuali kalau situ pergi tanpa saya, situ bebas bertindak."
"Cerewet Bilang saja kalau situ mau lepas dari tanggung jawab. Tapi ike setuju pada usul itu"
Ike menyodorkan tangannya. Kak lgik menyambutnya. Keduanya lalu bersalaman. Orangorang di sekitar mereka tertarik melihat tingkah kedua orang itu, tapi Ike dan Kak lgik tidak peduli .Bagi mereka, perdamaian itu merupakan jalan yang paling tepat.
Lalu mereka masuk ke sebuah toko Kak gik heran ketika Ike memesan lima bungkus rokok kretek. Tapi ia tak mau usil, walaupun hatinya ingin bertanya. Akhirnya ia hanya menduga-duga maksud Ike.
"Situ mau?" tanya Ike seraya menyodorkan sebungkus rokok.
"Saya tidak merokok."
"Bagus Ayo kita cari buah-buahan!" ajak Ike setelah membayar rokok kretek itu. Kak lgik menurut .Ike membeli sekilojeruk. Lalu menjinjingnya ke mobil
"Setelah ini kita ke mana lagi" Apa langsung pulang?" tanya Kaklgik. lasegera masuk ke mobil Lalu menghidupkan mesinnya.
"Kita ke Jalan Pangeran Diponegoro" Maka mobil itupun meluncurke Jalan Pangeran Diponegoro Melewati Jalan Singabana lagi. Lalu membelokkekiri dibunderan Patung Nelayan .Kak lgik mengira Ike hanya ingin keliling kota, sebab dari Jalan Pangeran Diponegoro bisa langsung ke rumah lewat Jalan Panglima Sudirman. Tapi sewaktu mereka lewat asrama polisi, Ike menyuruh berhenti Asrama polisi itu menyatu dengan Kantor Polisi Resort Kotabaru
"Mau apa kita berhenti disini?" protes Kak Igik.
"Kalau situ cerewet, situ boleh pulang duluan!" Kak lgik mendengus. Ia penasaran merasa dipermainkan. Sedikit demi sedikit ia mulai menyelami watak Ike Agaknya gadis kecil itu tidak bisa diperlakukan secara kasar. Makin ditekan, ia makin memberontak. Ike menutup pintu mobil secara kasar .la bergegas menyeberangi jalan. Kak lgik terburu
buru mengejar. Ia berjalan di sisi kiri Ike Ike tak acuh. la terus masuk ke halaman kantor polisi itu Seorang petugas yang sedang piket memanggi
"Kalian mau menemui siapa?"tanyanya kepada Kak lgik. Kak lgik tergagap dan bingung Kedatangannya ke sini hanya mengantar ike. la tak tahu harus menjawab bagaimana, sedangkan ike tenangtenang saja. Ia pura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. Lalu berpaling ke arah lain.
"Anda ke sini ada keperluan dengan siapa?" ulang petugas itu tak sabar. "Bu. bukan saya," Kak lgik tergagap
"Melainkan adik kecil ini." Petugas itu mengawasi Ike sejenak Kak lgk geregetan melihat sikap ike. Dengan gemas ia menginjak kaki Ike. Hampir saja ia dipermalukan oleh Ike.
"Adik siapa" Dan mau apa datang kemari?" tanya petugas itu beruntun.
"Saya Ike! Keperluan, ingin ketemu Letnan Margan," jawabnya tegas. Mata petugas itu terbelalak. Ia memandangi ike tajam-tajam. Kaget juga ia mendengar ike menyebut nama Letnan Margan seenaknya. Ucapan itu meluncur begitu saja. Seolah tanpa rasa takut. Petugas itu heran, ada hubungan apa antara Ike dengan Letnan Margan"
"Sebentar saya hubungi beliau, apakah beliau
bersedia menerima kedatangan Adik." Petugas itu pergi .Ike mengikik. Kalau tidak berlagak begitu, pasti tidak diizinkan menemui Letnan Margan. Tapi sebenarnya tujuan paling utama adalah menemui Kapten Teno.
"Apa urusanmu menemui Letnan Margan?" tanya Kak lgik penasaran
"Mau menyerahkan situ goda Ike Kaklgik mendengus. Ike tertawa tergelak. Tapi ia buru-buru diam karena petugas itu datang lagi
"Beliau berkenan ditemui. Tapi hanya yang berkepentingan saja. Jadi Anda saya persilakan menunggu di ruang tunggu," katanya kepada Kak lgk .Kak lgik tambah keki. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak mengenal Letnan Margan. Ike mencibir dan mengedipkan matanya ke arah Kak lgik. Lalu ia melenggang di depan sopir itu. Bungkusan berisi jeruk dan rokok dikempitnya. Kak lgik tambah kesal saja. 'Selamat sore, Pak Letnan' salam ike begitu masuk di ruang kerja Letnan Margan.
"Sore juga Duduk" balas Letnan Margan
seraya menarikkan kursi untuk Ike,
"Makin besar, kamu."
"Cakep, ya?" "Makin buntat!" olok Letnan Margan. Dalam bahasa Banjar, buntat artinya
"nakal". ike merengut. Ia pura-pura tak senang
"Ada perlu apa?" tanya Letnan Margan menyelidi
k"Mau menjenguk Kapten Teno Boleh kan, Pak?" 'Wah, sayang tidak boleh Saya tidak bisa mengizinkan. Tapi keadaannya baik-baik saja. Pagi tadi pun Pak Astor sudah menengoknya." ike kecewa mendengarjawaban Letnan Margan.
"Baiklah, Ike hanya titipini untuk Kapten Teno," katanya pelan seraya meletakkan sebuah bungkusan di meja kerja Letnan Margan
"Tolong sampaikan salam Ike Permisi" ike beranjak dari kursi. Tapi ia teringat akan Papanya.
"Apa Papa akan ditangkap juga, Let"' tanyanya lirih.
"Rupanya kamu banyak tahu juga, ya" kata Letnan Margan seraya menepuk pundak ike
"Kasus ini masih dalam penyelidikan. Jadi saya tidak bisa mengatakan apa-apa." 'Menurut Letnan, apa Papa ikut terlibat?" desak ike penasaran
"Saya tidak berani mengatakan begitu. Sebab kasus ini amat rumit Jadi kami perlu mengusut lebih dalam lagi. Pesan saya, sebaiknya kamu tidak usah ikut campur, supaya pelajaran sekolahmu tidak terganggu." Dua kali Ike kecewa. Bergegas ia keluar, lalu cepat-cepat minta diantar pulang oleh Kak lgik.
6. PERTEMUAN DI RESTORAN CITA RASA
Dewi Penyebar Maut V 1 The Propotition The Propotition 1 Karya Katie Ashley Peperangan Raja Raja 15

Cari Blog Ini