Kibot 02 Misteri Kapal Tua Bagian 2
Sepatu kulit Ombing berkilat-kilat diterpa sinar lampu. la berdiri tak jauh dari gerbang Restoran Cita Rasa. Berdua dengan Tonde, ia mengamati setiap pengunjung yang datang Terutama menanti pemuda yang sedang mereka cari. Malam Minggu ini, pengunjung restoran agak melimpah Rata-rata orang-orang kaya .
Ombing dan Tonde harus menyesuaikan diri pula. Keduanya berpakaian rapi, agar penampilan mereka kelihatan menyakinkan sebagai pengunjung sebuah restoran mewah.
"Apa kamu tahu betul ciri-ciri pemuda itu, Bing" tanya Tonde tak sabar. Sebab setiap kali ia menunjuk pada pengunjung yang baru tiba, Ombing selalu menggeleng
"Tahu persis, sih tidak Tapi kalau melihat orangnya, aku kenal."
"Bagaimana kalau pemuda itu nggak ikut" Apa rencana kita bisa jalan?" Ombing diam. la jadi gelisah Ucapan Tonde cukup beralasan.
"Atau pertemuan mereka bukan di sini" Untuk mengecoh Boboi, bisa saja ia menyebut restoran ini. Padahal pertemuan mereka diadakan ditempat lain.'
"Apa nggak ada bahan omongan yang lebih menarik lagi, Ton?" sungut Ombing kesal. 'Lho Memangnya kenapa" Kemungkinan kemungkinan itu bisa saja terjadi Bila kita gagal melacak mereka, tertutup pula peluang kita untuk menyelidiki kasus."
"Stop! Ucapanmu bikin semangatku lemah saja, tahui' Tonde ketawa tergelak. Ombing mendesah. Kata-kata Tonde sangat menggelitik hatinya. Iapun bisa menilai kelanjutan penyelidikan mereka tergantung pada hasil pengamatan malam ini
"Sialan Boboi belum juga muncul gerutunya
"Padahal dia bilang akan ke sini lebih awal dari kita."
"Jangan-jangan malah kita yang dikerjain Boboi, Bing" Ia hanya mengarang cerita tentang adanya komplotan penyelundup."
"Kamu bisa diam nggak, sih?"
"Buktinya sampai saat ini Boboi belum datang Apa ini bukan akal. Bo Eh! Rasanya aku kenal orang itu seru Tonde ketika melihat dua orang pemuda mendatangi restoran itu Ombing jadi tertarik. Ia pun mengawasi kedua pemuda itu. Pemuda-pemuda itu baru tiba di halaman
restoran. Mereka mengendarai sepeda motor .Pengendaranya mengenakan jaket dan celana jeans. Ia memarkir sepeda motornya. Sementara itu, temannya mengawasi kendaraan yang ada di pelataran parkir.
"Mereka belum datang Yan gumam pengendara sepeda motor kepada temannya yang bernama Yandi. Ia sendiri bernama Tagur
"Kita tunggu di dalam saja."
Kedua pemuda itu melangkah ke dalam restoran .Kedatangan mereka agaknya kurang disukai para pelayan restoran. Mungkin karena penampilan mereka memberi kesan kurang sopan.
Ombing dan Tonde mengamati kedua pemuda itu dari kejauhan
"Kalau nggak salah pengendara itu yang menabrak sepedaku," To
nde bergumam. "Ayo kita tanyai Bing"
Tonde bergerak melangkah. Tapi Ombing menghalanginya.
"Jangan cari perkara' cegah Ombing
"Kenapa" Kita tanyakan baik-baik, masa dia marah?"
'Sabar dulu, Kawan Rasanya aku mengenal temannya," ujar Ombing. Ia mengingat-ingat wajah orang yang membonceng sepeda motor itu.
"Maksudmu dia masih keluargamu?"
"Ngaco Orang itu yang sedang kita tunggu," bisik Ombing. Seolah ia khawatir suaranya terdengar oleh orang lain.
"Betul, Ton. Pemuda itu yang datang ke mercu suar tempo hari."
"Kebetulan sekalil Dengan begitu kita punya alasan untuk mendekati mereka. Kita pura-pura bertanya tentang sepedaku."
"Kalau dia tidak senang, kita bisa konyol, tahu!" seru Ombing gemas.
"Aku nggak suka kamu bertindak nekat Kalau kamu nggak bisa melupakan nasib sepedamu, urusan kita bisa kacau" Tonde menarik napas panjang .Betapa geramnya kalau ingat sepedanya yang ringsek gara-gara pemuda yang tak bertanggungjawab itu. Sekarang dia disuruh melupakan peristiwa itu. Betapa beratnya
"Kamu mau rencana kita gagal?" kata Ombing hati-hati. Ia cemas bila Tonde tidak bisa menahan diri. Sebab anak Dayak itu termasuk keras kepala .Tonde termenung sejenak. Ia menimbang nimbang ucapan temannya
"Baiklah. Demi penyelidikan, aku rela melupakan kebrengsekan orang itu, gerutu Tonde. Tondejelas tak bisa melupakan orang yang telah merusakkan sepeda kesayangannya. Tapi Ombing lega karena Tonde bisa mengerti. Coba kalau Tonde tetap keras kepala, bisa-bisa penyelidikan mereka jadi berantakan .Sejenak, Ombing dan Tonde mengatur rencana. Dengan gaya anak orang kaya, kedua anak itu memasuki restoran. Tonde memandang ke sana kemari. Mencari meja yang ditempati kedua pemuda itu. Kedua pemuda itu duduk di sudut kanan. Ombing dan Tonde melangkah ke sana.
Mereka memilih meja di dekat kedua pemuda itu .
Meja makan mereka bersebelahan Dipisahkan
oleh sebuah penyekat yang terbuat dari rotan
"Aku mau menelepon Ike, ujar Tonde. la
melangkah ke arah kasir. Pesawat telepon itu terletak di samping kasir. Setiap orang bisa menggunakannya asalkan memasukkan uang logam seratus rupiah. Tonde memasukkan uang logam seratusan ke lubang di pesawat telepon itu. Sesaat ia menunggu. Gayanya santai, padahal ia merasa tegang karena mata para pelayan memperhatikan dirinya Termasuk petugas kasir.
"Halo Ike, ya?" tanyanya tak yakin kalau pesawat telepon yang dihubunginya diangkat oleh Ike. 'Sudah tahu, malah bertanya Bagaimana kabarnya" Sejak tadi aku tegang menunggu kabar dari kalian," kata Ike dari rumahnya
"Beres Kita tinggal merayakannya! Aku sudah pesan tempat untuk merayakan ulang tahun mamamu, sahut Tonde dengan suara keras.
"Ngaco Siapa yang mau ulang tahun?" Tonde tertawa-tawa. Petugas kasir melirik ke arahnya
"Bukan apa-apa," katanya berbisik.
"Aku ngeri pelayan restoran mengusir kami Potongan kami kan kurang meyakinkan. Kamu bisa datang dalam waktu sepuluh menit nggak?"
"Beres Kalian pesan makanan saja dulu."
"Lalu kamu dan mamamu nggak usah datang Biar kami disandera oleh pemilik restoran gurau
Tonde .Bisa gawat, kalau ia pesan makanan, tahu-tahu Bu Astor tidak datang Siapa yang membayar"
Pembicaraan mereka terputus. Sebab uang logam seratus rupiah itu hanya berlaku untuk bicara selama tiga menit. Sebenarnya Tonde masih ingin bicara panjang-lebar lagi. Tapi uangnya hanya seratus rupiah. Akhirnya dengan hati mendongkol ia kembali ke tempatnya.
Ombing memperhatikan daftar makanan dan minuman di atas meja. Tapi ia hanya aksi saja Sebenarnya ia sedang berusaha menguping pembicaraan kedua pemuda itu. Sialnya, kedua pemuda itu malah sibuk memilih makanan masing-masing
"Pembicaraan mereka n
ggak bermutu, gerutu Ombing setengah berbisik.
Tonde nyengir la lalu bersuit memanggil seorang pelayan. Pelayan itu mendekat .Sikapnya amat sopan dan ramah. Tapi hatinya mendongkol karena dipanggil dengan gaya koboi
"Bikinkan dua gelas susu, ya" perintah Tonde dengan gaya sok.
"Kalau kalian mau pesan, tulis dulu disini," kata pelayan itu seraya menyodorkan kertas dan bolpen. Ia lalu memperagakan cara memesan makanan dan minuman.
Tonde tersipu. Maunya aksi, jadinya tampak bloon."Sompret Kukira bisa memesan begitu saja." katanya setelah pelayan itu pergi membawa secarik kertas berisi catatan pesanan makanan.
"Kasihan, goda Ombing
"Nggak tahunya, kamu lebih udik daripada aku." Beberapa orang pengunjung tersenyum-senyUm. Ike dan Bu Astor tiba seperempat jam kemudian. Di belakang mereka, tampak dua orang lelaki setengah baya mengiringi Salah seorang lelaki itu bertubuh gemuk dan bermata sipit. Sedangkan lelaki lainnya berkulit hitam. Kumisnya lebat. Ombing dan Tonde kurang senang melihat kedatangan mereka
"Kacau, deh! Kenapa Ike bawa-bawa pengawal?" gerutu Ombing
"Mungkin mereka ingin merayakan ulang tahun mama Ike, sungut Tonde agak keki Ombing dan Tonde terkecoh. Sepintas lalu kedua orangitu memang tampak seperti rombongan Ike .Padahal mereka hanya secara kebetulan saja berjalan seiring. Kini kedua lelaki itu melewati meja Ombing dan Tonde .Ternyata mereka mendatangi kedua pemuda itu.
"Kok Boboi nggak kelihatan" Ke mana?" tanya Ike.
"Belum datang Mungkin masih dalam perjalanan, sahut Ombing
"Barangkali dia lupa pada acara kalian .Kamusih mengaturnya ngawur .Bu Astor menegur Ike
"Coba kalau anak-anak kita jemput, kan tidakbegini Kalau Boboi tidak datang apa kita tidak bingung?"
'Boboli sih nggak bakal lupa sama janji kita, Ma Nanti juga dia datang sahut Ike yakin.
Bu Astor tetap tak puas mendengar jawaban Ike. Ia memang ingin menyenangkan teman-teman Ike, Bagi Bu Astor, mereka sudah dianggapnya sebagai keluarga sendiri .Ketidak hadiran Boboi membuat Bu Astor cemas.
Bu Astor memesan makanan. Ike berdiri. Ia menarik tangan Tonde. Mengajak Tonde menjauh dari situ. Ombing membuntutinya
"Kalian sudah dapat keterangan apa saja?" tanya Ike
"Keterangan apaan Dimulai juga belum." Ombing nyeletuk
"Meja mereka yang mana, sih?"
"Di belakang kita, sahut Tonde
"Jangan menengok Nanti mereka curiga Santai saja"
Ike tak jadi menoleh. Tapi ia tetap melirik kearah meja yang ditempati kedua pemuda itu. Ia terkejut. Kedua lelaki yang tadi ditemuinya di luar restoran, kini duduk pula disana. Merekakah anak buah papanya"Tapi Ike tidak mengenal orang-orang itu. Siapakah bos mereka sebenarnya"
"Sebaiknya salah seorang dari kita khusus mendengarkan pembicaraan komplotan itu. Supaya mereka tidak curiga, usul Ombing
"Sebaiknya memang begitu, sahut ike Kalau
semua ikut mendengarkan, Mama punakan curiga.
ike sudah menyiapkan peralatan yang tersimpan dalam tasnya
"Tugas ini lebih cocok untuk Ombing Bagaima na, Bing" Ingatanmu kan lebih tajam daripada kami." kata Tonde.
"Iya deh. Biar kamu leluasa menyikat hidangan. Ombing mencibir ke arah Tonde. Tonde tertawa Ike hanya tersenyum kecut .latak bergairah untuk bergurau. Ketiga orang anak itu kembali ke tempat duduk mereka. Bu astor menatap penuh selidik. la curiga melihat ketiga anak itu kasak-kusuk di luar
"Apa saja sih yang kalian ributkan?" tegur Bu Astor
"Masa tega membiarkan Mama sendirian."
"Sori, Ma Kami menunggu Boboi, sahut Ike dengan berat. la terpaksa berdusta.
"Dan Boboi belum juga datang kan" Kalau begini, apa kita tidak bingung" gerutu Bu Astor .ike tertunduk latak bisa berkomentar lagi. Enta
h apa yang sedang dialami oleh Boboi, hingga ia belum tiba.
Pada saat itu, Boboi sedang tergesa-gesa menyusuri Lintasan Beringin, sebuah jalan tembus yang berupa jembatan kayu besi. Jembatan kayu itu sangat panjang Boboi sedang membuntuti seorang anak lelaki. Ia tertarik, karena anak itu membawa sebuah walkiman Yang menarik hatinya, walkiman itu seperti kepunyaan Ike.
"Halo Kamu mau ke mana?"sapa Boboi seraya menjejeri anak itu. Anak lelaki itu menoleh. Sejenak ia memandangi Boboi .Boboi tersenyum ramah Anak lelaki itupun tersenyum Usia mereka hampir sebaya.
"Aku maupulang Kamu mau pulang juga, ya?" anak itu balas bertanya.
"Ah, enggak. Aku hanya mau mengunjungi pamanku. Sudah lama aku nggak main ke rumah pamanku."
"Oh, kupikir kamu anak sini" "Bukan, tapi rumahku tak jauh dari sini. Namaku Boboi Kalau kamu?"
"Aku Fajar. Rumah pamanmu masih jauh?"
"Ya masih jauh."
"Rumahku tak jauh lagi." Boboi bingung. la belum bisa memastikan apakah walkiman yang melekat di tubuh Fajar benar-benar milik Ike Padahal waktunya tinggal sedikit. Sebentar lagi Fajar tiba di rumahnya.
"Barang apa yang menempel ditelingamu itu?" tanyanya pura-pura bloon.
"Namanya head phone. Ini tape recorder-nya. Tapi nama kerennya walkiman. Kamu belum tahu, ya?"
"Belum Makanya aku heran. Tapi kok suaranya nggak kedengaran?"
"Ya melalui head phone-nya. Kamu mau mendengarkan?" Boboi mengangguk Fajar memasangkan head phoneitu ketelinga Boboi Tiba-tiba Boboi tertawa.
?"Kenapa?" tanya Fajar heran
"Geli Telingaku seperti kemasukan bulu ayam!" Fajar tertawa. Ia merasa geli melihat ketololan Boboi.
"Boleh aku lihat tape recorder-nya?"
"Kenapa tidak?" Fajar melepaskan walkiman-nya. Lalu diserahkannya kepada Boboi Boboi mengamati walkiman itu. Disisiwalkiman itu ada guratan nama Ike Nama itu diukir dengan huruf grafir. Tak salah lagi, walkiman itu milik Ike.
"Bagus, yal Bentuknya mungil," puji Boboi.
"Tapi walkiman ini bukan milikku. Ini kepunyaan ayahku. Kebetulan ayah sedang pergi, maka kubawa jalan-jalan Soalnya kalau Ayah di rumah, Walkiman ini tidak boleh dibawa ke luar rumah."
"Kenapa?" "Ayah khawatir walkiman ini dirampas orang .Tapi buktinya aman Kecuali kalau kamu bermaksud membawa kabur walkiman ini, gurau Fajar. Boboi tersenyum kecut
"Itu rumahku Yuk, singgah dulu ajak Fajar.
"Kapan-kapan aku main kerumahmu. Sekarang aku harus menemui pamanku." Fajar berdiri di depan rumahnya. Boboi mengamati rumah itu. Ia mengingat-ingat nomor rumah Fajar. Juga letaknya. Setelah hafal, bergegas ia berjalan. Selang lima puluh meter, Boboi berbalik lagi Sekali lagi Boboi menengok ke rumah Fajar. Supaya ia tidak lupa pada letak dan nomor rumah
itu. Lalu kembali bergegas menyusuri jembatan kayu itu Melangkah terus ke utara, menuju ke Restoran Cita Rasa.
"Mudah-mudahan aku tidak terlambat, gumamnya. Tapi ia tak yakin, sebab ia masih harus menempuh jarak sejauh tiga kilometer lagi. Jarak itu membuat hatinya gelisah saja
Ombing pun gelisah. Bahkan dadanya berdebar kencang sejak mengikuti pembicaraan komplotan penyelundup itu. Dia harus konsentrasi sebab percakapan orang-orang itu sangat pelan. Tapi yang jelas orang-orang itu sudah terbiasa melakukan tindak kekerasan Seperti isi percakapan mereka saat ini
"Ini pengalaman kita yang paling pahit" kata Buntek yang bertubuh gemuk dengan suara berdesis
"Kegagalan ini jangan sampai terulang kembali Kita harus bekerja lebih cermat lagi, kalau tidak ingin mengalami nasib buruk"
Buntek mengawasi ketiga kawannya. Dalam komplotan mereka, berlaku peraturan kejam. Setiap anggota yang berani berkhianat akan
mengalami perlakuan yang mengerikan
"Kurasa ada orang yang membocorkan rahasia kita, kata Tagur
"Kalau tidak dari mana polisi tahu?"
-konsentrasi memusatkan pikiran
"Aku curiga, jangan-jangan orang tua itu yang bikin usaha kita gagal. Terus terang, aku tidak percaya dengan juru mudi itu, Yandi menimpali
"Apa sebaiknya orang itu kita singkirkan saja?" usul Tagur.
"Tenang. Saat ini dia masih kita butuhkan. Tapi bila pekerjaan kita beres, dia memang harus kita singkirkan," kata Buntek. Tagur dan Yandi tidak puas mendengar keputusan Buntek. Tapi mereka tidak berani membantah. Sebab Buntek adalah atasan mereka.
"Kelak, biarkami yang membereskan orangitu," geram Tagur.
"Tugas kalian hanya menjaga pos. Bukan mengurusi pekerjaan itu. Hal itu biar ditangani oleh Sarbun. Dia kan lebih ahli," ujar Buntek seraya menoleh ke arah kawannya yang berkulit hitam. Orang itulah yang bernama Sarbun. Sarbun menyeringai Wajahnya kaku, mencerminkan kekejaman. Sejak tadi ia hanya mendengarkan percakapan kawan-kawannya. Mulutnya tak henti-hentinya mengunyah makanan.
"Operasi selanjutnya kita berinama, Operasi Hiu Putih, kata Buntek. Ini operasi kita yang paling besar. Untuk itu kita harus bekerja lebih hati-hati lagi."
"Kapan dimulainya?" tanya Yandi
"Kalian siap siaga saja Nanti kuberitahu tanggal mainnya .Sekarang aku masih menunggu kedatangan Bos dari Banjarmasin. Sebab hanya Bos yang tahu jadwal kapal muatannya."Kalian harus menyiapkan segala peralatan dengan baik," kata Sarbun Suaranya besar dan agak parau.
"Bos tidak mau mendengar ada kesulitan lagi."
"Tak usah risau Kami tahu bagaimana bekerja dengan baik sahut Tagur.
"Jangan besar mulut, sebelum kalian membuktikannyai Tagur meringis. Tapi Buntek percaya akan kemampuan anak buahnya.
"Supaya usaha kita berhasil, mari kita angkat gelas ujarnya seraya mengangkat gelas yang berisi bir.
Empat buah gelas diangkat Lalu digabungkan Suaranya berdenting. Mereka mengadu gelas masing-masing, sebelum mereguk isinya. Bergaya seperti orang Eropa saja
Para anggota komplotan penyelundup itu bangkit .Mereka bersiap-siap akan meninggalkan restoran. Lalu melangkah ke luar. Di depan pintu, sekonyong-konyong Boboi muncul Anak berkulit hitam itu nyaris menabrak Tagur.
'Sori" katanya. "Matamu buta, ya?" sungut Tagur kasar. Ia menggerutu sambil berjalan mengikuti teman temannya. Boboi meringis .Napasnya turun-naik. laberjalan dengan setengah berlari dari rumah Fajar .Ombing melambaikan tangannya kepada Boboi, Bergegas Boboi mendatangi kawannya itu"Selamat malam Tante. sapanya kepada Bu Astor.
"Malam Duduklah." Bu Astor menarik sebuah kursi yang kosong. Boboi duduk di sisi Bu Astor.
"Dari mana saja sih, Boi" Gara-gara menunggu kamu, kami jadi tak enak makan," sembur Ike. Boboi tertegun. Ia sampai tak bisa bicara karena, kekinya pada Ike. Padahal napasnya sampai kembang-kempis untuk mengurusi walkiman Ike. Yang didapat malah sambutan tak enak. Karena ada Bu Astor.ia tidak melampiaskan kejengkelannya pada ike
"Tante pikir kamu sakit, Boi Tante cemas, lho."
"Ketiduran. Tante," sahut Boboi sambil menunduk. Hatinya tawar untuk menceritakan pengalamannya
"Oh, begitu!" Bu Astor bergumam
"Wah, terpaksa kamu makan sendirian, Boi. Semuanya sudah pada makan. Tidak apa-apa kan" Pesanlah sesukamu!' Boboi jadi salah tingkah. Ia berusaha menekan perasaannya.
"Tuan Besar mau makan dan minum apa?" goda Tonde. Ia meraih kertas dan bolpen Bertindak sebagai pelayan.
"Aku sudah makan, kata Boboi pelan.
"Pesankan aku teh hangat saja." Tonde melongo. Bu Astor dan Ike tercengang Tapi Ombing merasakan ada kelainan pada diri temannya. la tahu bahwa Boboi berdust
a "Mungkin ucapan Ike yang mempengaruhi sikap Boboi?" pikir Ombing .
Ombing semakin yakin saja pada dugaannya. Ia bangkit dan mendatangi Ike, Diajaknya ike keluar. Di sana Ombing mengutarakan pendapatnya pada gadis kecil itu.
Tapi ike tenang-tenang saja. Seolah ia tak punya salah kepada Boboi. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ternyata yang dikeluarkannya adalah sebuah tape recorder kecil. Kasetnya pun berukuran kecil pula. Alat perekam itu mempunyai kepekaan amat tinggi. Daya rekamnya tajam. Ike membawa alat perekam itu tanpa sepengetahuan mamanya. Ia juga tak bercerita kepada teman temannya.
"Kita punya bukti tentang adanya komplotan penyelundup. Semoga saja hasil rekaman percakapan bersih, gumamnya. Tapi ia tak yakin benar Sebab ia khawatir percakapannya dengan teman temannya ikut terekam pula
"Ah kamu Bawa alat perekam nggak bilangbilang sungut Ombing
"Tahu begitu aku nggak mau menguping pembicaraan mereka."
"Kalau aku bilang, kalian tentu ribut. Apa mereka tidak curiga?"
Ombing manggut-manggut. Alasan Ike masuk di akal juga. Dan ia salut pada gagasan gadis kecil itu. Lalu ia mengajak ike kembali ke dalam restoran lagi.
Malam belum larut benar. Tapi Bu Astor sudah mengajak pulang. Ike menjejeri Boboi."Kamu marah, ya" bisiknya
"Maaf deh, kalau ucapanku menusuk perasaanmu."
Boboi tetap tak acuh, walaupun perasaan dongkolnya berkurang setelah mendengar ucapan ike. Tapi ia tak ingin tergesa-gesa melaporkan
pengalamannya Sudah terlanjur berdusta pada Bu Astor.
7. SEBUAH PETUNJUK AGAKNYA kasus Kapal Junjung Buih bukan rahasia umum lagi. Tiba-tiba saja kota kecil itu gempar .Masyarakat mulai menggunjingkan Pak Astor. Pengusaha besar itu dituduh sebagai
"Raja Penyelundup'. Entah siapa yang menyebarkan berita itu. Bahkan banyak julukan tak mengenakkan dilontarkan kepada Pak Astor Dan masyarakat semakin percaya kalau Pak Astor memang terlibat Sebab kepulangannya dari Banjarmasin, disertai seorang pengacara terkenal .Pengacara itu akan bertindak sebagai pembela, bila kasus Junjung Buih mulai disidangkan .Perasaan Ike seperti ditusuk-tusuk jarum. Hatinya hancur mendengartuduhan yang dilontarkan orang kepada ayahnya. Siapa yang tidak sedih" Teman-teman sekolahnya menjadi sinis. Bahkan di antaranya ada yang secara terang terangan menuduh ayahnya. Ike benar-benar terpojok. Ia tak bisa protes, sebab dia sendiri diam-diam sedang menyelidiki kasus itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan hasil rekaman pembicaraan komplotan penyelundup itu kepada Letnan Margan, supaya bisa dijadikan petunjuk. Keputusan ike sudah mantap untuk menemui Letnan Margan. Tonde menyokong seratus persen .Tapi Ombing dan Boboi malah menentang, sebab mereka ingin agar kasus itu ditangani dengan cara mereka sendiri
"Aku sangsi apakah Letnan Margan percaya pada keterangan kita," cibir Ombing
"Malu maluin saja! Kaset kusut begitu dijadikan barang bukti." Hasil rekaman percakapan itu memang sangat buruk. Percakapan komplotan itu berbaur dengan suara Tonde dan Bu Astor. Juga beberapa suara pengunjung restoran lainnya.
"Bego! Kita kan bisa menerangkannya pula." sahut Ike,
"Apa bukti dari kita masih kurang?"
"Tapi tidak kuat" tukas Boboi 'Apalagi kita tidak tahu dimana markas komplotan itu. Percuma deh, kalau kita ke sana"
"Apa salahnya sih kita mencoba" Siapa tahu berkat laporan dari kita, komplotan penyelundup itu bisa dibekuk" kata Ike tetap keras kepala.
"Semaumu, deh .Tapi kami tidak mendukung, Lho' 'Oke! Aku pun tidak mengharap dukungan dari kalian" sahut Ike agak kesal. Ike mengajak Tonde mendatangi Letnan Margan di markasnya. Ombing dan Boboi mengikuti. Bagaimanapun juga mereka tak ingin terjadi perpecahan di antara mereka"Ke
napa mengikuti kami" hardik ike sengit
"Masa nggak boleh"' tanya Ombing
"Kami hanya mau tahu sambutan dari Letnan Margan, kok .
ike tambah keki saja. Baginya Ombing dan Boboi hanya mau cari perkara dengan dirinya. la ingin melarang mereka ikut. Tapi dicegah oleh Tonde. Biarkan mereka ikut Tonde menyabarkan Ike .
Malah lebih baik Siapa tahu Letnan Margan memerlukan keterangan dari mereka." ike mendengus. Ia berjalan lebih dulu. Tonde, Ombing dan Bobo membuntuti. Mereka berjalan kaki ke kantor polisi. Karena letaknya pun tak begitu jauh. Di sana mereka disambut dengan ramah oleh letnan polisi itu. Bagi Letnan Margan, ketiga anak lelaki itu sudah tak asing lagi. Sebab mereka pernah membantu menggagalkan usaha penculikan.'
"Apa yang bisa saya lakukan untuk kalian?" tanya Letnan Margan.
"Kami punya keterangan yang cukup penting," kata ike
"Oh, ya" Keterangan apa?"
"Tentang sebuah komplotan penyelundup. Saya kira ada kaitannya dengan kasus yang melibatkan Papa." Letnan Margan tersenyum. Ia mengawasi setiap anggota Kibot. Lalu menggelengkan kepalanya
sambil menarik napas. Hal itu membuat alis Tonde mengenyit. Ia menduga-duga arti gerakan kepala
Letnan polisi itu. "Apa Bapak tidak percaya" tanya Tonde mendesak
"Tidak juga. Tapi coba saja kalian ceritakan,
barangkali ada manfaatnya."
Letnan Margan menyulut rokoknya. Ia duduk dengan kaki diluruskan .Sikapnya amat santai. Ombing dan Boboi agak keki .Letnan polisi itu seperti meremehkan mereka.
"Agaknya komplotan itu telah merencanakan
suatu operasi penyelundupan besar-besaran, kata Ike.
ike mulai menceritakan pertemuan anggota anggota komplotan itu di restoran. Letnan Margan mendengarkannya. Matanya setengah terpejam. Agaknya ia tak begitu serius mendengarkan laporan Ike. Ombing dan Boboi makin kesal saja Lebih-lebih Tonde Anak Dayak itu tersinggung sekali melihat sikap Letnan Margan.
ike malah tidak peduli. Ia tetap bersemangat mengutarakan keterangannya sampai selesai. Tapi Letnan Margan tak memberi komentar apa pun
"Biar Bapak percaya, saya punya buktinya," kata Ike. la mengeluarkan tape recorder kecilnya .Lalu kaset yang berisi rekaman percakapan komplotan penyelundup itu diputar.
Dari tempat duduknya, Letnan Margan meng angguk-angguk. la asyik mendengarkan rekaman
percakapan itu, meskipun percakapan itu diselingi suara-suara yang tak menentu.
"Bagaimana pendapat Bapak" tanya ike .
la memasukkan lagi tape recordernya ke dalam saku celananya. Letnan Margan bangkit dari tempat duduknya. la berjalan menghampiri keempat anggota Kibot .Ombing, Boboi, dan Tonde merasa tegang. Tiba-tiba saja Letnan Margan terbahak-bahak. Tentu saja ketiga anak lelaki itu terkejut bukan main. 'Saya tidak mengerti, untuk apa lelucon ini dilaporkan pada saya" Apa kalian tidak punya kegiatan lain yang lebih bermanfaat?"
"Jadi laporan kami hanya dianggap lelucon saja" geram Tonde.
"Habis apa lagi" Masa percakapan tanpa ujung-pangkalnya akan dijadikan bukti. Bagaimama bisa dipercaya?" 'Tapi kami tidak mengada-ada. Semua laporan itu berdasarkan kenyataan" sungut Ike,
"Bagi saya hal itu bukan jaminan. Bagaimana kami bisa bertindak hanya berdasarkan bukti yang sudah usang" Sebagai warga negara yang baik, kalian harus melaporkan kejahatan yang kalian ketahui. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, laporkan kepada kami .Jangan diselidiki sendiri. Itu bukan pekerjaan kalian, melainkan tugas kami" ike bisa membenarkan sikap Letnan Margan. Tapi ia sudah terlanjurmalu. Maka ia tetap berkata,
"Bapakkan tahu, bagaimana penilaian masyarakat terhadap orangtua saya" Makasaya harap laporan ini bisa dipertimbangkan!"
"Saya mengerti dan bisa merasakan kesuli
tan yang menimpamu. Makanya kasus itu akan saya tangani dengan cara saya pula. Jadi kalian tidak usah melibatkan diri dengan urusan ini. Apalagi coba-coba menyelidikinya," ujar Letnan Margan menasihati. Ia memandang ke arah ketiga anak lelaki itu. Tonde menggeram. Ia hampir tak bisa menahan kemarahannya. Boboi dan Ombingpun tak senang dengan cara Letnan Margan menolak laporan mereka. Apa pun alasannya, penolakan itu terasa menyakitkan. Keempat anggota Kibot meninggalkan kantor polisi dengan perasaan masygul. Akhirnya yang mereka dapatkan hanyalah kekecewaan. Sepanjang jalan Ombing mencak-mencak. Boboi menggerutu. Mereka menyalahkan Ike Sedangkan Tonde uring-uringan karena sikap Letnan Margan.
la tidak bisa menerima perlakuan Letnan polisi itu. Padahal mereka tidak tahu kalau laporan mereka membuat Letnan Margan berpikir keras. Letnan polisi itu sengaja menyembunyikan kekagumannya kepada kecerdikan anggota Kibot
"Coba, kalau sudah begini bagaimana" Apa nggak malu" Boboi menumpahkan kekesalannya.
"Padahal kita bermaksud baik, eh, malah dikentu tin'
"Harusnya kita selidiki dulu markas komplotan itu, Ombing menimpali.
"Kalau kita sudah punya
bukti lengkap baru kita putuskan tindakan kita. Ini tidak. Bukti rekaman kusut dipamerkan. Terang saja ditolak mentah-mentah"
Ike tidak bisa berkutik. Semua itu memang salahnya. Hatinya semakin hancur saja. Untunglah mentalnya masih kuat. Ia masih bisa tersenyum menerima kekesalan teman-temannya. Untuk mengurang kemarahan teman-temannya, ia mengajak mereka minum es kelapa muda di Jalan Singabana.
Keempat anggota Kibot masuk ke sebuah warung .Minum es kelapa dan makan bakso ikan.
"Terus terang saja, aku dendam pada Letnan Margan gerutu Tonde sambil mengaduk-aduk minumannya.
"Apaan Dikasih tahu, malah ngoceh yang enggak enggak, bukannya berterima kasih. Pokoknya komplotan itu akan kuselidiki terus .Aku nekat akan membongkar kasus penyelundupan itu. Biar Letnan Margan keki."
"Aku setuju begitu" tukas Boboi.
"Aku juga setuju!' sahut Ombing "Bagaimana keputusanmu, Ke" Apa mau bergabung dengan kami?"
Ike memandang teman-temannya. Keputusan mereka amat mengharukan hatinya. Berarti teman-temannya akan menghadapi bahaya. Semua itu dilakukan untuk kepentingannya. Bagai mana mungkin ia menolaknya"
"Kalian kan tahu bagaimana perasaanku" Orang-orang mencap keluarga kami sebagai
penyelundup. Masa aku mendiamkan saja?" katanya agak lirih. Ombing dan Boboi tertunduk. Ucapan Ike teramat memilukan. Mereka merasa bersalah sering memojokkan Ike .
Padahal gadis kecil itu sudah cukup menderita akibat kejadian yang dialami ayahnya. Untunglah Ike anak yang tabah dan pemberani. Kalau tidak mungkin sudah terguncang jiwanya.
"Jadi kamu sudah oke?" desak Tonde.
"Jelas, dong' Tonde merasa lega mendengar jawaban Ike
"Apa kamu sudah siap mental" Soalnya kita akan menghadapi orang-orang yang kasar," kata Boboi
"Aku nggak nakut-nakutin, lho"
"Kalau kamu takut mundur saja, Ombing memimpali. Gayanya seperti anak pemberani saja.
"Pokoknya kamu tahu beres, deh" Ike tertawa. Kenapa takut" Ia bisa menjaga diri Apalagi bersama-sama teman-temannya. Tentu lebih aman lagi. Bukankah ada Tonde" Anak Dayak itu amat mahir menggunakan sumpit Lebih-lebih bila Kaisar ikut .Tentu beruang madu itu bisa melindungi anak-anak dari serangan penjahat
"Kalau kamu ragu-ragu nggak usah dijawab dulu," ujar Ombing
"Aku sudah siap tempur, kok" sahut ike mantap
"Syukur deh kalau kamu berani Berarti kamu masih waras" goda Tonde.
"Sialan Memangnya sebelum ini aku nggak waras?" Tonde terbahak bahak Ombing dan Boboi ikut-ikutan tertawa pula Sedangkan Ike hanya bisa merengut .
Keempat anggota Kibot telah
bertekat untuk menyelidiki kasus penyelundupan. Mereka menyusun rencana baru. Berunding .
Ternyata masalahnya tidak segampang yang mereka khayalkan
"Bagaimana kita bisa bertindak" Kita sendiri tak tahu harus mulai dari mana, celetuk ike. la tak sabar melihat teman-temannya bengong memikir kan kasus itu.
"Sabar dong Aku sendiri masih bingung." sahut Tonde Kenapa pikiranku jadi buntu ya?" Ombing dan Bobo ketawa berderai. Sikap Tonde amat menggelikan. Hal itu mengendorkan syaraf Ombing Sejak tadi ia hanya bisa garukgaruk kepala saja. Jalan pikirannya pun seperti tersumbat Lebih lebih Boboi Dia sama sekali tak punya pendapat
"Barangkali Ombing punya gagasan"' tanya Ike. Ombing manggut manggut. Tonde menatap anak kerempengitu penuh harap. Biarpun Ombing agak penakut, tapi anak kurus itu tidak bisa diremehkan .Otaknya cemerlang Dia paling bisa mengulas setiap masalah. Hal itu diakui oleh teman-temannya
"Aku punya usul, gumam Ombing. Ia memandang teman-temannya.
Ike dan Boboi balas memandang Ombing .Mereka menunggu gerak bibir anak kurus itu .Tapi Ombing belum juga berbicara lagi
"Kamu mau ngomong, atau mau semedi?" sungut Ike.
"Aku sedang berpikir sahut Ombing tenang
"Minumannya lagi, dong"
Ike mengalah. Ia memesankan es kelapa muda segelas lagi.
"Kalau sudah begini, otakku jadi dingin, kata Ombing setelah mereguk minumannya ia mengelap bibirnya dengan punggung tangan. Sengaja mempermainkan teman-temannya. Setelah puas menggoda, baru ia berkata,
"Kita harus kembalike mercu suar untuk mengawasi petugas itu. Aku yakin cepat atau lambat petugas mercu suar itu akan dihubungi oleh salah seorang anggota komplotan."
'Sampai berapa lama kita mengawasi petugas itu"' tanya Ike
'Sampai dia dihubungi oleh komplotan itu Mungkin sehari, mungkin pula sebulan"
''Gila Mana tahan menunggu begitu lama?" protes Boboi
"Aku sih lebih suka menyelidiki walkiman yang dibawa Fajar. Percuma aku capek capek membuntuti dia kalau akhirnya dibiarkan begitu saja."
Tonde dan Ike tidak keberatan menerima usul Ombing.
"Aku bukan menolak usul Ombing, kata Boboi. Tapi untuk sementara biarlah aku mengurus walkiman ike Bagaimana, Ke?"
Sebetulnya ike ingin bergabung dengan Boboi.Ia sangat penasaran sewaktu Boboi menceritakan tentang walkiman-nya yang dibawa-bawa Fajar. Tapi pada saat ini ia terlalu sibuk dengan masalah orang tuanya. Makanya ia segan mengurus walkiman itu lagi
"Terserah kamu Malah aku berterima kasih." sahut Ike.
"Kalau begitu, es dan baksonya tambah lagi, dong"
"Huh Dasar tukang peras" sungut Ike.
Boboi tertawa senang. Tonde menggigit jari .Kali ini dia tidak dapat jatah tambahan.
Sejak semula kasus penyelundupan itu penuh misteri Pihak yang berwajib benar-benar dibuat bingung. Bukti keterlibatan Pak Astor masih diragukan meskipun salah satu kapal milik pengusaha besar itu jelas membawa barang selundupan. Dan masyarakat sudah terlanjur menuduh Pak Astor. Sebab barang selundupan itu dikirim atas nama Pak Astor. Pihak yang berwajib berniat membongkar kasus penyelundupan itu. Begitu pula dengan anggota Kibot. Mereka bergerak dengan cara mereka sendiri.
Tonde berdiri dengan kaki terpentang. lasedang mengawasi mercu suar dari kejauhan. Mengintip
lewat teropong milik Ike. Di sisi kirinya, Ike duduk bersila. Gadis kecil itu memainkan jari-jari roda sepeda balapnya. Sejak tadi ia hanya melamun .Sedangkan Ombing asyik bermain-main dengan Kaisar. Beruang madu itu amat akrab dengan tuannya. Keempat anggota Kibot berteduh di kerimbunan pepohonan. Dari tempat itu mereka bisa melihat ke segala arah. Karena letaknya di lereng bukit.
ike hampir putusasa .Penyelidikan Kibot belu
m membawa hasil. "Terus terang, aku ragu untuk meneruskan penyelidikan ini, gumamnya kepada Tonde dan Ombing .Coba pikir, sudah berapa hari kita membuang waktu disini" Apa hasilnya" Masih nol. kan?"
Kibot 02 Misteri Kapal Tua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Belum apa-apa kamu sudah putus asa, Ke. Tonde menimpali.
"Bagaimana mau berhasil" Yakin seperti aku, dong'
Ucapan Tonde tidak main-main. Bahkan anak Dayak itu terlalu yakin akan kemantapan hatinya. Makanya ia selalu mengenakan pakaian tradisional sukunya. Kepalanya dihiasi bulu burung. Dia mengenakan baju kulit kayu tanpa lengan sehingga kalung untaian taring binatang tampak jelas melingkari lehernya. Dengan pakaian khas itu Tonde tampak gagah perkasa. Lebih-lebih bila ia membawa sumpitnya .Tonde suka membayangkan dirinya sebagai pahlawan suku Dayak di masa lalu.
"Tapi aku khawatir usaha kita akan sia-sia," kata Ike
"Berhasil atau tidak, bukan masalah. Pokoknya kita sudah berusaha, Ombing nyeletuk .ike manggut-manggut .
Andaikata kasus itu tidak melibatkan papanya tentu ia tak begitu cemas. Yang paling ditakutkannya ialah bila ia mengalami kegagalan .Pastinama ayahnya makin tercoreng di Kotabaru.
"Kamu tahu kenapa Bobo mau menyelidiki walkiman-mu"' tanya Tonde. "Karena dia yakin akan berhasil Kamu pun harus yakin, Ke. Biar usaha kita juga berhasil'
"Iya deh. Aku yakin!" cibir Ike "Aku jadi penasaran sama anak yang membawa walkimanku .Kita menyusul Boboi, yuk!"
Ala, bilang saja kamu mau kenalan gerutu Tonde dengan gemas
"Idih, kok kekil Akukan hanya ingin tahu hasil kerja Boboi."
"Apa maumu, deh"
ike mengikik Tonde tampak kesal
"Kalau kamu mau ke sana, pergi saja, Ke" kata Ombing
"Di sini kamu malah tegang!"
Kamu tahu saja, Bing Aku memang butuh penyegaran"
ike bangkit. labenar-benar mau menyusul Bobo. ke rumah Fajar.
'Pergisana, deh," ujar Tondeseraya mengibaskan tangannya
"Di sini pun kamu bikin pusing.Bing gantian .Aku mau istirahat .Tonde menyerahkan teropong itu kepada Ombing
"Kamu nggak mau ikut"' tanya Ike pada Tonde
"Ngapain ikut" Enakan tidur" ike menuntun sepedanya menuruni bukit Sampai di jalan raya, ia mengayuh sepedanya ke arah selatan. ike tidak tahu di mana letak rumah Fajar. Tapi Boboi sudah menerangkan ancar-ancar letak rumah anak itu. Juga nomor rumahnya. Tentunya tidak begitu sulit mencarinya. Jalan berbentuk jembatan kayu itu berderak derak ketika dilewati ike. Gadis kecil itu menyusuri Antasan Beringin. Sepedanya dikayuh pelan-pelan sambil mengingat-ingat gambaran rumah Fajar. Tentu itulah rumah Fajar, gumam Ike .Sebab dilihatnya Boboi dan Fajar sedang duduk-duduk di pelataran. Bergegas ike mendekati kedua anak itu. Sepedanya disandarkan begitu saja di pagar kayu
"Huh Nggak tahunya kamu enak-enakan ngobrol disini" sembur Ike. la mencak-mencak di depan Boboi
"Tadilaku kerumahmu. Kata ibumu. kamu sedang ke rumah pamanmu. Makanya aku susul kemari." Boboi terbengong-bengong. la heran, kenapa tiba-tiba Ike bicara tidak keruan. Boboi mau protes. Untunglah dia ingat akan janjinya .Ike hanya memerankan sandiwara yang sudah diaturnya. Supaya Fajar tidak curiga. 'Sori, deh Tadi aku ada urusan sama pamanku," ujarnya terbata-bata.
"Jadi rencana kita batal?" dengus Ike,
Kapan-kapan kan masih bisa. Lebih baik kita ngobrol di sini saja, sahut Boboi. Ia berpaling ke arah Fajar yang sedang bengong
"Oh, yai Aku sampai melupakan kamu Jar.Kenalkan temanku, Jar. Dia ini yang sering kuceritakan kepadamu."
ike menyalami tangan Fajar
"Ngomong apa saja dia, Jar" Pasti Boboi menjelek-jelekkan aku ya?" katanya.
"Ah, nggak. Boboi malah memuji keterampilanmu mengendarai speedboat. Aku pernah melihat kamu naik speedboat. Enak ya, kalau punya speedboat
" Tiap hari bisa bermain di laut." Agaknya kamu menyukai laut juga, ya?"
"Aku kan muncul di atas kapal Masa aku membenci laut, gurau Fajar
"Maksudnu?" "Waktu ayahku masih jadi juru mudi, ibuku sering ikut. Padahal sedang hamil tua. Akhirnya aku lahir di kapal"
"Kupikir kamu dilahirkan kapal goda Ike.
Boboi tertawa tawa. Ia tertawa karena sandiwara yang sedang dimainkan Ike .Fajar tertawa pula. Ia terkenang akan masa lalunya.
Selagi ketiga anak itu asyik bercanda, tiba-tiba mereka terusik oleh suara knalpot sepeda motor. Kendaraan itu berhenti di depan rumah Fajar. Suaranya meraung-raung memekakkan telinga. Pengendara sepeda motor itu mengenakan helm
"Bapak ada" tanyanya kepada Fajar.
"Ada Sebentar saya panggil kata Fajar. Ia masuk ke dalam rumahnya. 'Suruh masuk saja. Jar. tiba-tiba ayah Fajar berkata. Orangnya tidak kelihatan. Ia berkata dari dalam kamarnya. Agaknya orang tua itu sudah mengetahui kedatangan tamunya Pengendara sepeda motor itu memarkir sepeda motornya. Ia memasuki rumah Fajar sambil menenteng helmnya .Ike terkejut sekali .Gadis kecil itu hampir terpekik. Ternyata pengendara sepeda motor itu adalah Tagur. Boboi pun merasa kenal .Karena ia pernah menabrak Tagur ketika sedang memasuki restoran. Siapa sangka, salah seorang komplotan itu mengunjungi rumah Fajar 'Boi, ingat nggak sama orang itu"' tanya Ike gelisah
"Itu orang yang sedang kita selidiki." Boboi mengangguk
"Kamu bisu, ya" Ngomong dong kata Ike geregetan.
"Mauku kita berbuat sesuatu begitu lho Jangan bengong saja."
"Maksudmu kita bertindak terhadap orang itu" Gila, apa!" Ike makin gelisah dan bingung. Sedangkan Boboi tampak tenang-tenang saja. Padahal anak Bajau itu sebenarnya merasa tegang Akhirnya mereka hanya saling berpandangan seperti orang bego Sehingga Fajar yang datang dengan membawa minuman tak mereka acuhkan.
"Hei Kenapa bengong saja" serunya
"Ayo, diminum Tapi hanya air putih."
"Itu yang kuperlukan," kata Ike.Ike meneguk minuman yang disajikan oleh Fajar. Terasa nikmat Bisa mengurangi kegelisahannya Sedangkan Boboi tak mau menyentuh minuman itu. Ia tidak berselera. Ia lebih tertarik untuk memikirkan arti kedatangan Tagur.
"Pemuda tadi pamanmu, ya"' tanya Ike kepada Fajar.
Ngaco Masa potongan pamanku seperti berandalan."
"Siapa dong?" "Mana aku kenal Dia kan tamu ayahku.
Urusannya apa, aku juga nggak tahu Kalau namanya aku tahu, Tagur"
Ayahmu masih jadi juru mudi, ya?" tiba-tiba Boboi bertanya
"Itu memang pekerjaan ayahku. Tapi saat ini ayahku membawa kapal yang tidak tetap Sejak Ayah berhenti sebagai juru mudi Kapal Sebuku. kapal yang dikemudikannya ganti-ganti terus Kata Ayah pokoknya asal tidak nganggur Ayo mau tanya apalagi" Kalian kok suka usil sih?" ujar Fajar keki Seperti tidak ada bahan yang diomongkan lagi"
Boboi tertawa .ike tersipu malu. Mereka terpaksa meladeni kemauan Fajar .Membicarakan speedboat ike dan suasana laut, sampai Tagur selesai menjumpai ayah Fajar.
ike pun beranjak. Ia memutuskan untuk membuntut Tagur.'Sori, Jar! Aku pulang dulu, pamitnya pada Fajar
"Kamu nggak pulang Boi" Apa mau ke rumah pamanmu?"
"Aku pulang juga, deh sahut Boboii la tanggap akan maksud Ike. Fajar tak bisa melarang .Boboi bergegas mengeluarkan sepeda Ike. Ike membonceng
"Hei Jangan lupa ya. Kapan-kapan ajak aku keliling pulau seru Fajar. Tetapi Ike dan Bobo sudah melaju di atas sepeda .Boboi mengayuh sepeda balap itu sekencang kencangnya. Mereka terus menguntit Tagur. Tapi sampai di bawah Gunung Julahit kedua anak itu kehilangan jejak Tagur terlampau cepat melarikan sepeda motornya.
"Sialan Kita kehilangan peluang emas keluh ike. Kalau begini terus, usaha kita nggak ada kemajuan."
Boboi pun kecewa Semangatnya kandas Kakinya seperti tak bertenaga untuk mengayuh sepeda lagi. Ia menjalankan sepeda balap itu asal menggelinding saja Tanpa tujuan yang jelas.
"Sekarang kita ke mana nih"' tanyanya dengan lesu.
"Ke mana, ya" Aku masih bingung Terserah kamu dehi' Boboi mikir-mikir untuk menentukan tujuannya Akhirnya ia menggenjot sepeda balap itu ke arah utara .Mendatangi Ombing dan Tonde.Sejak tadi, Ombing bertugas mengawasi mercu suar. Ia ditemani oleh beruang madunya yang setia. Kaisar duduk sambil makan nenas.
"Ton. Bangun Ada suara sepeda motor seru Ombing. la terkejut mendengar deru sepedamotor. Tonde tidur pulas. Ia meringkuk di bawah Pohon. Tangan kirinya terlipat di bawah kepala Suara sepeda motor itu makin jelas terdengar. Datangnya dari bawah bukit di sekitar galangan kapal milik Daeng Mattola. Ombing bergerak menuruni bukit. Ia mencari tempat yang lebih leluasa. Kaisar membuntut tuannya. Dari tempat itu, Ombing mengarahkan teropongnya. Ia melihat seseorang sedang berjalan menuju ke mercu suar.
"Cepat bangun, Ton. Ada orang naik serunya agak gugup. Ia terkejut melihat kedatangan Tagur. Ombing berpaling kearah Tonde. Ia menggerutu melihat Tonde masih pulas. Ia lalu bersuit memanggil Kaisar. Dengan patuh beruang madu itu mendekati tuannya Ombing membuat isyarat dengan gerakan tangan Kaisar akan memahami perintah tuannya
"Suruh dia bangun Cepat' perintah Ombing sambil menepuk punggung Kaisar. Kaisar bergerak mendaki bukit. Beruang berbulu hitam dan bertubuh gempal itu mendekati Tonde. Dalam tidurnya, Tonde bergumam. Ia bermimpi bergumul dengan penjahat .Wajah penjahat itu terasa dekat di wajahnya Napasnya mendengusdengus. Bahkan lidah penjahat itu menjilati
wajahnya. Badan Tonde bergerak ke kanan .Benar-benar bergerak Tangan kanannya berusaha menangkap kepala penjahat. Tetapi kepala hitam itu berkelit Tonde terjaga dari tidurnya Matanya terbuka lebar-lebar. Ia hampir terpekik melihat moncong Kaisar begitu dekat dengan wajahnya. Belum hilang rasa kagetnya, kepala Kaisar telah mendorong tubuhnya. Tonde tak bisa mencegah. Tubuhnya menggelinding ke bawah. Dan berhenti setelah menyangkut di semak-semak .Ombing menyaksikan adegan itu. Ia terbahak bahak. Ia puas, Kaisar telah melaksanakan perintahnya dengan baik
"Beruang brengsek Kusumpit pantatmu, tahu rasa" Tonde bersungut-sungut
"Kalau perlu, tuannya sekalian" Kaisar berdiri. Kaki depannya melamba-lambai ke arah Tondei. Tonde makin kekisaja. Tapi ia tak berani melaksanakan ancamannya. Sebab Kaisar benar-benar akan menyerang bila pantatnya disakiti. Bagian tubuh itu disayangnya. Tidak boleh diganggu oleh siapa pun
"Lekas Ton Jangan bengong saja. Kita sudah kehilangan waktu"
"Lekas, Lekas! Memangnya mau apa" Dari tadi juga kita hanya membuang waktu, Tonde menggerutu.
"Orang yang kita nantikan sudah datang tahui'
"Ah, yang benar" Ayo kita kejar" | Tonde berlari ke bekas tempatnya tidur. Tadi ia meletakkan sumpit serta pelurunya di bawah
pohon. Peluru sumpitnya terbuat dari bambu .Bentuknya seperti tusukan sate. Beberapa bilah peluru itu mengandung racun binatang .Ombing lari lebih dulu bersama Kaisar. Tonde bergegas menyusul. Ketiga anggota Kibot itu berlari di antara semak-semak. Jalan di situ berliku-liku. Menghambat gerakan mereka. Akhirnya mereka tiba di mercu suar. Apa yang dikhawatirkan oleh Ombing terjadi juga .Tak ada seorang pun yang tampak di sekitar mercu suar. Tonde mencari ke sana dan kemari.
"Ke mana, ya?" gumam Tonde 'Apa mereka bisa menghilang, Bing?"
"Menghilang apaan" Paling-paling pemuda itu sudah turun lagi. Ayo kita susul Siapa tahu dia belum terlalu jauh!" Ketiga anggota Kibot berlari menuruni bukit Ombing bersemangat sekali. Tak peduli napasnya sudah kembang-kempis Tondelebih bersemangat lagi. Geraknya sangat gesit. Ia sudah terlatih menjelajahi
daerah semacam itu. Makanya ia bisa mengungguli Ombing .Tapi Tonde masih kalah dengan Kaisar. Beruang madu itu lebih dulu tiba di galangan kapal Sampai di bawah, Ombing dan Tonde hanya mendengar suara sepeda motor yang sedang melaju. Tetapi mereka masih sempat melihat punggung pengendara sepeda motor itu sebelum menghilang di tikungan .Ombing terduduk di pinggir jalan. Ia merasa lemas sekali. Napasnya megap-megap Sedangkan Tonde masih tampak gagah, namun ia kecewa karena usaha mereka sia-sia.
"Kenapa hari ini kita sial betul ya. Bing?" 9umamnya
"Bagaimana mau berhasi" Kerjamu hanya tidur saja" gerutu Ombing
Tonde meringis. "Kita pulang yuk Kalau tidak, kita menyusul Boboi, ajaknya.
"Kalau kamu mau pulang pulang saja duluan. Aku masih capek sungut Ombing kesal. Tonde hanya tertawa. Ia segera menanggalkan baju kulit kayunya. Lalu baju itu digunakannya untuk mengipasi tubuh Ombing
"Biar Tuan Kurus nggak teler," katanya bergurau
"Baju ini mengandung khasiat, lho .Bisa membangkitkan tenaga orang yang loyo"
"Nggak perlu dikipasi Mencium bau bajumu aku mau muntah'
Tonde tak peduli Ombing tambah keki saja. Ia menganggap kegagalan itu akibat kesalahan Tonde. Tetapi wajahnya jadi berseri-seri, begitu melihat kedatangan Ike dan Boboi.
Ombing mencegat sepeda yang dikemudikan Boboi. Ike meloncat dari sadel sepedanya.
"Kacau Kenapa kalian baru datang" Coba sejak tadi, tentunya usaha penyelidikan kita bisa berhasil."
"Ada apa, sih" Ngomong kaya ada kebakaran' gerutu Ike.
"Salah seorang diantara komplotan itu baru saja meninggalkan tempat ini. Gara-gara orang hutan itu," ujar Ombing sambil menunjuk Tonde,
"kami tak sempat lagi mengejar
"Apa pemuda itu naik sepeda motor" Berjaket. kan"' tanya Boboi.
"Kok, tahu" Kalian tadi berpapasan dengannya, ya?"
"Terang saja tahu Sebelum ke sini, pemuda itu lebih dulu singgah dirumah Fajar. Aku pun sedang mengejarnya. Tapi kami kehilangan jejak."
"Mau apa pemuda itu ke rumah Fajar"' tanya Ombing
"Mana aku tahu .Aku pun nggak nyangka kalau akan bertemu Tagur di rumah Fajar."
"Wah! Itu perlu kita selidiki lagi!" ujar Tonde menimpali
"Pasti dia punya hubungan dengan ayah Fajar." Ombing memandangi Tonde. Ia merenung .Ucapan Tonde itu cukup beralasan.
"Aku jadi ingin kenal dengan Fajar, Ombing bergumam Agaknya maksud pemuda itu ke mercu suar ada kaitannya dengan kunjungannya ke rumah Fajar. Apa kalian tahu pekerjaan ayah si Fajar"
"Kata Fajar juru mudi kapal Iya, Ke" ujar Boboi.
"Katanya sih begitu. Tapi sebagai juru mudi panggilan, tegas ike
"Juru mudipanggilan" Apa nggak salah sebut?"
tanya Ombing dengan dada berdebar debar. Ia belum berani mengemukakan pendapatnya sebelum yakin benar.
"Dibilangin kok nggak percaya, sih! Melotot, lagi sahut ike.
"Bukan aku nggak percaya Kalau kenyataannya begitu, berarti ayah Fajar terlibat. Mungkin dia juga salah seorang anggota komplotan itu." Kini Ike terkejut mendengar keterangan Ombing
"Apa alasanmu mengatakan begitu"' tanyanya.
"Jangan menuduh orang sembarangan, lho!"
"Apa kamu lupa pada pembicaraan mereka di restoran" Mereka merencanakan akan menyingkirkan seorang juru mudi Siapa lagi juru mudi itu, kalau bukan ayah Fajar" Apalagi sudah jelas salah seorang anggota komplotan itu menghubungi ayah Fajar." Tonde manggut-manggut. Boboi lebih terkejut lagi mendengar keterangan Ombing
"Wah! Kalau begitu ayah Fajar dalam bahaya!" kata Boboi
"Kita harus memperingatkan orangtua itu"
"Tapi kalau kita kasih tahu, usaha penyelidikan kita bisa berantakan .Padahal kita belum bisa membongkar kasus itu, protes ike.
"Aku p unya gagasan!" seru Tonde. Ia lalu membeberkan rencananya kepada ketiga kaWannya
"Apa nggak berbahaya" tanya Ike. Ia merasa ngeri setelah mengetahui rencana Tonde.
"Yang penting kita berhati-hati. Tapi terserah kalian, sih!"Ombing, Boboi, dan Ike saling berpandangan. Rencana Tonde teramat gila-gilaan .Mau tak mau, mereka harus menerima usu lanak Dayak itu. Tapi apakah rencana itu bisa dilaksanakan dengan baik"
8. DI BAWAH BULAN SABIT MATAHARI makin menggelincir di ufuk barat .Menebarkan warna keemasan di permukaan laut. Sebuah speedboat tampak sedang menyusuri pinggiran Kotabaru. Dikemudikan oleh Ike. Gadis kecil itu ditemani Tonde dan Fajar. Sejak tadi mereka main-main naik speedboat. Acara berspeedboat itu untuk menyenangkan hati Fajar. Fajar tampak begitu gembira. Ia melonjak-lonjak kegirangan Bagi Fajar, ber-speedboat merupakan pengalamannya yang pertama.
Langit makin remang saja. Tak terasa senja telah tiba. Kegembiraan Fajar mendadak sirna. Kini anak itu mulai cemas Sebab dia pergi tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
"Kita pulang yuk" ajaknya .
"Kamu bagaimana sih" Katanya minta jalanjalan Sekarang malah ngajak pulang' sungut Ike
"Aku takut ' "Takut apa" Kan ada aku" ujar Tonde seraya memperlihatkan sumpitnya.
"Aku. aku takut kena marah. Seharusnya sebelum pukul lima aku sudah pulang .Tadi aku pergi tanpa pamit Oh, aku sudah melanggar larangan Ayah. Ayah pasti bingung mencari aku." desah Fajar
'Sekali-sekali kan nggak apa-apa kita main sampai sore, ujar Tonde.
"Tanggung, nihil Teruskan saja Ike menimpali.
Fajar hanya bisa menggigit bibirnya.
Speedboat itu melingkar-lingkar. Menciptakan ombak berjalur panjang. Ike menunjukkan keterampilannya mengemudi kepada Fajar. Tetapi anak itu sama sekali tidak tertarik. Ia kian gelisah Saja.
Ike melirik jam tangannya. Kini waktu menunjukkan pukul setengah enam
"Oke. Sekarang kita pulang" ujarnya. Ia menoleh ke arah Tonde seraya mengerdipkan matanya.
Haluan speedboat berputar. Lalu melaju ke arah Hotel Air Biru. Di sana Ike menambatkan kendaraan airnya.
Fajar tergesa-gesa menaiki tangga kayu hotel .Tonde dan Ike menyusul .Mereka tiba diteras hotel yang menghadap ke laut. Lalu ketiga anak itu menyusuri lorong hotel sampai ke jalan raya
"Aku pulang ya?" kata Fajar.
"Berani pulang sendirian kan?" goda Ike
"Berani, dong sahut Fajar tersipu sipu.Sebuah mobil Daihatsu jurusan Pasar Baru lewat Kendaraan itulah yang membawa Fajar pulang
"Ayo kita susul Ombing ajak Tonde. ike mengangguk Kedua anak itu bergegas menyeberangi jalan. Mereka akan pergi ke Gunung Pemandangan. Tonde menggenggam sumpitnya erat erat. Ia berjalan dengan tergesa-gesa. Ike mengikutinya tanpa banyak suara.
Gunung Pemandangan adalah tempat wisata. Pada sore hari tempatitu amat sunyi. Sekelilingnya penuh ditumbuhi pohon akasia. Juga beberapa tanaman lainnya Ombing duduk dibangku taman .Dahinya penuh butir-butir keringat. Ia tegang dan gelisah. Sejak tadi ia menunggu kedatangan teman-temannya .Anak kurus itu ditemani beruang madunya. Ia merasa aman bila bersama Kaisar Beruang madu itu siap melindungi tuannya Kaisar mendekam di kolong meja. Daya penciuman binatang itu sangat peka. Hidungnya mendengus dengus. Ia mencium bau manusia. Tiba-tiba Kaisar menerjang ke jalan yang penuh ditumbuhi belukar .Ombing terkejut. Ia ikut memburu.
"Halo, Kaisar sapa Tonde yang baru tiba di situ. Kaisar menciumi kaki Tonde. Ombing mengelus dadanya Ternyata yang datang adalah Tonde dan Ike
"Lama benar, sih" Kalian pikir menunggu itu enak Ombing menggerutu.
"Boboi sudah datang?" tanya Ike. la tak mempedulikan gerutuan Ombing.
" Lihat saja sendiri Ada nggak anaknya sungut Ombing.
Ike keki pada sikap Ombing Tapi ia maklum pada sifat anak kurus itu. Seharusnya ia tak perlu bertanya. Sebab Boboi memang belum datang
"Aku khawatir Boboi tidak berhasil, gumannya.
"Kita doakan saja, sahut Tonde.
"Mudah-mudahan Boboi tidak lupa akan tugasnya," gumam Ike. la melihat jam tangannya .Pada saat itu, Boboi masih berada di dekat rumah Fajar.
"Sudah waktunya, desis Boboi.
Sejak tadi anak Bajau itu mengawasi rumah Fajar. Beberapa kali dilihatnya Pak Sarwa berjalan kepinggir jalan Agaknya juru mudi itu menantikan kedatangan anaknya. Hal itulah yang diharapkan Boboi.
Boboi mendatangi rumah Fajar dengan hati berdebar debar. lategang sekali. Padahal biasanya ia selalu bersikap tenang. Tetapi kali ini dia harus memainkan sebuah sandiwara yang berat. Dia bukan seorang aktor .Entah apa yang dihadapinya bila gagal menjalankan tugasnya.
Di dalam rumah, Pak Sarwa pun gelisah. Tidak biasanya Fajar pergi tanpa pamit .Tiba-tiba pintu rumahnya digedor-gedor. Orang tua itu terkejut Bergegas ia membuka pintu rumahnya
"Kau , sergahnya. Ia heran melihat Boboi datang seorang diri. Padahal beberapa hari ini Fajar selalu bersama Boboi .Lebih kaget lagi tatkala melihat kegugupan Boboi.
"Fa. Fajar, Pak," kata Boboi terbata-bata.
"Kenapa dengan Fajar?"
"Dia dalam keadaan gawat Bapak harus cepat ke sana"
'Apa yang terjadi dengannya?"
"Saya tidak bisa menjelaskannya di sini. Tidak ada waktu Cepat, Pak Nanti terlambat!"
Pak Sarwa makin tegang dan cemas Kedatangan Boboi teramat mendadak. Orang tua itu berlari ke kamar. Mengambil kunci sepeda motor. Dari arah dapur, keluar Bu Sarwa. Wanita itu tertarik mendengar suara ribut-ribut. Ia mencegat suaminya di depan kamar
"Mau ke mana, Pak?"
"Menyusul Fajar."
"Ada apa dengan Fajar?"
Pak Sarwa tertegun. Bila dikatakan, tentu istrinya akan terkejut. Sedangkan ia sendiri belum tahu kejadian apa yang menimpa anaknya
"Apa yang terjadi dengan Fajar, Pak?" Bu Sarwa memekik. Ia merasakan kelainan sikap suaminya.
"Tidak ada apa-apa. Kau tunggu di rumah saja. Ayo, Nak" ajaknya pada Boboi.
Dengan terburu-buru Pak Sarwa menghidupkan mesin sepeda motornya. Boboi duduk diboncengan. Sepeda motor itu melaju Bu Sarwa memandang kepergian suaminya. Ia mematung di depan rumahnya. Perasaannya menjadi tidak tenang .Pak Sarwa melarikan sepeda motornya. Boboi bertindak sebagai penunjuk jalan Orang tua itu menurut saja. la risau memikirkan nasib anaknya. Tapi ketika sepeda motor mendaki Gunung
Pemandangan, timbul rasa herannya
"Stop, Pak!" seru Boboi.
"Untuk apa kita ke sini?" tanyanya agak bingung.
Boboi tak menjawab .Anak itu bergegas turun dan berlari mendatangi kawan-kawannya. Pak Sarwa memarkir sepeda motornya. Lalu bergegas menyusul Boboi.
Kini anggota Kibot telah lengkap. Mereka mengelilingi Pak Sarwa. Orang tua itu tampak kebingungan
'Mana anak saya"' tanyanya.
"Fajar Sudah sejak tadi Fajar pulang, sahut ike
"Apa yang terjadi dengan dirinya?"
"Tidak ada apa-apa. Dia sehat-sehat saja sahut Tonde. la segera menyiapkan sumpitnya
"Lalu untuk apa aku diajak ke sini" hardik Pak Sarwa. Ia memandang Boboi .Wajahnya merah padam. Kini ia sadar telah dipermainkan oleh Boboi.
"Kami sengaja mengundang Bapak kemari,' sahut Boboi tenang
"Kurang ajar Berani kalian mempermainkan orang tua. geramnya
Kemarahan Pak Sarwa meledak. Ia mendekati Boboi .Tangannya terjulur hendak menangkap kerah baju Boboi. 'Jangan bergerak, Pak. Sumpit ini beracun" bentak Tonde penuh ancaman. Langkah Pak Sarwa tertahan. Ia memandang ke ara
h Tonde dan terperanjat Laras sumpit yang digenggam Tonde mengarah ke dadanya. Agaknya anak Dayak itu tidak main-main dengan ancamannya. Pak Sarwa mundur selangkah dan berbalik hendak lari. Tapi diurungkannya niat itu. Lagi-lagi ia terancam. Kali ini Kaisar siap menerkamnya Beruang madu itu tampak beringas disisi Ombing. Pak Sarwa tak berkutik. Ia benar-benar terjebak dalam kesulitan.
"Kalian siapa?"
"Bapak tidak perlu tahu tentang kami. Tapi kami tahu banyak tentang Bapak," ujar Ike .Alis Pak Sarwa berkerenyit. Ia mulai merasakan gelagat kurang baik. Tetapi ia berusaha untuk tetap bersikap tenang
"Baiklah kalau kalian tidak mau mengatakan, aku pun tidak akan memaksa," katanya. Ia tertawa kecil.
"Aku ke sini hanya untuk mencari Fajar. Ternyata anakku sudah pulang. Sebaiknya aku pun pulang saja."
"Jangan pergi dulu, Pak Urusan kita belum selesai" cegah Boboi.
"Urusan apa" Aku tidak punya urusan dengan kalian .Apa kalian mau merampok" Kalian salah alamat, Nak.Aku orang miskin. Biarkan aku pergi.Kalau tidak akan kulaporkan pada polisi gertak Pak Sarwa
"Atau, Bapak malah yang kami serahkan kepada polisi, gertak Ombing pula.
"Menyerahkan aku kepolisi" Apa salahku" Aku orang baik-baik Biarkan aku pergi" ujar Pak Sarwa untuk meyakinkan keempatanggota Kibot
Pak Sarwa melangkah setindak. Tapi kelima anggota Kibot malah makin merapatkan kepungannya. Ombing bersikap waspada. Jika orang tua itu bertindak kasar, ia siap memberi perintah kepada Kaisar. Tonde pun siap melepaskan peluru sumpitnya .Ike dan Boboi berjaga-jaga pula
"Kukira tidak ada gunanya kalian menahanku," kata Pak Sarwa sambil mengawasi keempat anak itu
"Bapak boleh pergi setelah menjawab beberapa pertanyaan kami" kata Ike
"Sebenarnya apa yangkalian harapkan dariku?"
"Tentang hubungan Bapak dengan pemuda yang bernama Tagur kata Boboi.
Pak Sarwa terperanjat. Ketenangannya mulai goyah. Ia hampir tidak bisa menguasai perasaannya lagi
"Tagur?" gumamnya.
"Mendengar nama itu pun, baru kali ini. Aku tidak mengerti untuk apa kalian mengajukan pertanyaan itu"
"Bapak jangan berpura-pural" geram Ike mulai kesal.
"Kami sudah tahu tentang kegiatan Bapak bersama Tagur
itu. Ombing menimpai 'Jika Bapak masih berpura-pura, Bapak akan mengalami kesulitan Saya bisa menyuruh beruang ini menerkam Bapak'
"Dan saya bisa membenamkan peluru beracun ini ke tubuh Bapak ancam Tonde pula. Pak Sarwa merasa cemas dan bingung .Tak ada kesempatan untuk melarikan diri .Kepungan itu terlalu rapat la harus berpikir seribu kali untuk melawan anak-anak itu. Ancaman paling mengerikan datang dari beruang dan sumpit itu. Ia tak sanggup menghadapinya. Namun yang lebih menakutkan justru karena rahasianya terbongkar .
Tubuh Pak Sarwa mulai gemetar Peluh dingin mulai membasahi beberapa bagian tubuhnya. Orang tua itu tersandar di pohon akasia. la ketakutan jika sampai berurusan dengan pihak yang berwajib. Ike dan Boboi mendekati Pak Sarwa. Sedangkan Ombing dan Tonde tetap bersiaga dengan senjata masing-masing
"Aku memang layak dihukum, keluh Pak Sarwa.
"Tapi percayalah, aku bukan salah seorang dari komplotan mereka. Aku melakukan pekerjaan itu karena dipaksa. Aku tidak bisa menolak karena diancam akan dibunuh."
"Bapak pun harus tahu, mereka akan me nyingkirkan Bapak, setelah Bapak menunaikan tugas itu," ujar ike Pak Sarwa terhenyak. Ia memandang Ike .
"Juga tugas Bapak sebagai juru mudi komplotan.
"Maksudmu aku akan dibunuh"' tanyanya hampir tak percaya. Ike mengangguk. Ia merasa iba melihat wajah Pak Sarwa yang memancarkan ketakutan.
"Aku sudah menduga Mereka memang orang orang kejam. Entah sudah berapa juru mudi yang berhasil mereka singkirkan. Mungkin salah seorang
temanku pun mengalami nasib buruk. Ia pernah bekerja pada komplotan itu. Sejak saat itu, aku tidak pernah melihatnya lagi Oh, mereka benarbenar terkutuk" | Pak Sarwa bukan sedang bersandiwara. la benar-benar takluk .Tonde menurunkan sumpitnya .Ombing menyuruh Kaisar pergi .Kini keempat anggota Kibot mengerumuni Pak Sarwa. Lama Pak Sarwa termenung Sebentar-bentar ia mendesah. Kapan mereka akan mengadakan Operasi Hiu Putih"' tanya Ombing Pak Sarwa termenung .ia masih ragu-ragu menjawab pertanyaan Ombing .Tapi sikapnya mulai tenang .
Orang tua itu berulang kali menarik napas panjang
"Ah kalian terlalu banyak tahu. Sebenarnya untuk apa" Hal itu malah tidak baik untuk keselamatan kalian. Jika komplotan itu tahu kalian mencampur urusan mereka, kalian bisa celaka. Mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Nak'
"Tapi gara-gara perbuatan mereka, nama papa saya tercemar bentak lke"Siapa ayahmu" Apakah Kapten Teno"' tanya Pak Sarwa terkejut
"Bukan .Saya anak Pak Astor" Jadi kamu anak pengusaha itu" Itu kan rumahmu!" kata Pak Sarwa seraya menunjuk ke rumah Ike. ike mengangguk. Dari tempat mereka berada rumah ike tampak jelas .Begitu pula dengan beberapa pemandangan lainnya. Dari Gunung Pemandangan itu, segala arah bisa dilihat
"Bapak belum menjawab pertanyaan kami" kata Tonde tak sabar.
"Agaknya kalian tidak mengenal arti bahaya .Tapi itu urusan kalian, desah Pak Sarwa. Ia berpikir sejenak. Jika kalian ingin tahu tentang Operasi Hiu Putih, datanglah kekapal tua pada saat bulan sabit muncul. Di sana kalian akan tahu tentang kegiatan mereka."
"Maksud Bapak kapal tua yang berhantu itu?" tanya Ike dengan hati berdebar-debar.
"Ya Kapal itulah markas kegiatan mereka." Keempat anggota Kibot saling berpandangan .Mereka teringat akan pengalaman yang menakut kan ketika mereka melihat hantu serdadu Jepang di kapal tua itu. Pak Sarwa menyeruak di antara kerumunan anggota Kibot
"Bapak mau ke mana" tanya Tonde.
"Pulang Bukankah segalanya sudah jelas" Keterangan saya sudah lengkap Tapi sebaiknya kalian tak usah ke sana. Sama saja mencari penyakit. Kalian bukan detektif. Masih ada cara yang lebih aman. Jangan mengambil tindakan sendiri' Pak Sarwa terus berjalan menuruni bukit .Para anggota Kibot tidak ada yang berusaha mencegah. Mereka terlena oleh lamunan tentang kapal tua berhantu. Agaknya kapal tua itu menyimpan misteri yang mengerikan
"Wah! Kita lupa menanyakan walkiman-mu!' cetus Boboi pada Ike,
"Oh, iyal Kenapa kita jadi bego?" gumam Ike.
"Tapi biar saja. Itu tidak terlalu penting. Kapankapan masih bisa kita tanyakan lagi Yuk, kita pulang" Kelima anggota Kibot menuruni lereng Gunung Pemandangan. Mereka lega dan girang karena usaha mereka hari ini boleh dikatakan berhasil. Ternyata penyergapan itu berjalan lancar, tanpa kekerasan.
"Apa rencana kita selanjutnya"' tanya Ombing
"Aku merasa keterangan ayah Fajar belum lengkap .Agaknya orangtua itu sengaja merahasiakan keanehan tentang kapal tua. Jika kapal tua itu benar-benar berhantu, kenapa markas kegiatan komplotan itu malah disana"Aku jadi curiga, nih!" Boboi, Tonde, dan Ike, jadi tertarik .Kecurigaan Ombing beralasan sekali. Tetapi kenapa Pak Sarwa tidak mau berterus terang" Tonde berusaha memecahkan teka-teki itu. Padahal Pak Sarwa punya maksud lain. Ia ingin supaya anggota kibotmelaporkan hal itu kenapa pihak yang berwajib. Tapi anggota Kibot punya rencana lain
"Kita harus menyelidiki keanehan kapal tua itu. Sebelum komplotan itu melaksanakan operasi, kita harus bisa mempelajari keadaan kapal tua itu."
"Maksudmu, malam-malam kita kekapal tua itu" Gila apa, menyelidiki hantu.
sungut Ombing "Tapi aku setuju. Kita ajak Pak Lumbing ke sana ucap Ike. Boboi pun tidak keberatan menerima usul Tonde. Gagasan Tonde terbukti sangat jitu .Tanpa gagasan a
nak Dayak yang gila-gilaan itu, mungkin mereka tidak bisa mengorek keterangan dari Pak Sarwa. Kali ini Boboi angkat topi untuk Tonde.
Pak Lumbing terkekeh-kekeh ketika Ike memperlihatkan sebungkus tembakau. Bungkusan tembakau itu bergambar sebuah kapal layar.
"Wah! Tembakau itu yang paling kuidamkan" Pak Lumbing berkomentar.
"Dulu, Pak Bing sering mengisapnya. Sekarang sih nggak kuat beli. Harganya terlalu mahal Paling-paling setahun sekali belinya. Eh, ngomong-ngomong, kamu dapat dari mana?"
"Beli, dong Masa mencuri'
"Maksud Pak Bing beli di mana" Soalnya tembakau begini sangat langka. Pak Bingkan tahu persis!"
"Wah. Itu rahasia. Pak sahut Tonde.
Tetapi Pak Lumbing tidak bisa dibohongi. labisa menduga dari mana Ike memperoleh tembakau itu.
"Beli dari kakekmu, ya?" tanyanya pada Tonde.
Tonde nyengir. Ikemenang membeli tembakau itu dari kakeknya. Kakek Tonde seorang pedagang tembakau keliling Semula kakeknya tidak mau menjualnya Tapi karena Tonde merengek, akhirnya ike boleh juga beli tembakau itu.
"Kalau mengisap tembakau itu, Pak Bing ingat teman lama saja,"gumam Pak Lumbing. Orangtua itu mengeluarkan pipa cangklongnya. Pipa cangklong itu dielus elusnya. Dia seorang dokter bangsa Belanda. Pernah menyelamatkan nyawa Pak Bing Persahabatan kami terjalin begitu akrab. Sampai-sampai dia menghadiahkan pipa ini. Pipa cangklong ini terbuat dari gading gajah Afrika, lhol Bagi Pak Bing pipa ini sangat berharga. Ini harta kekayaan Pak Lumbing .Sayangnya, akhir-akhir ini pipa cangklongku hanya disi dengan tembakau murahan. Padahal cocoknya disi dengan tembakau bemutu tinggi Seperti tembakau cap kapal layar itu."
ike dan Tonde tertawa mendengar Pak Lumbing melantur. Cerita tentang riwayat pipa cangklongitu sudah sering mereka dengar. Jika cerita itu diulang lagi tentunya Pak Lumbing mempunyai maksud tertentu.
untuk Pak Bing"' tanya Ike seraya menimang nimang tembakau itu.
"Bagaimana kalau tembakau ini saya hadiahkan .
Pak Lumbing terkekeh kekeh Matanya tak berkedip memandangi bungkusan tembakau itu.
"Ambilah, Pak Tembakau ini memang khusus untuk Pak Bing," kata Ike.
Pak Lumbing kegirangan .Tapi ia ragu-ragu mengambil tembakau itu. Ia merasa curiga. Sebab
dilihatnya ike masih menimang-nimang tembakau itu.
"Katanya untuk Pak Bing" Kok tidak segera diberikan"' tanyanya
"Ada syaratnya, Pak!"
"Apa" Kalau syaratnya berat, Pak Bing tidak mau."
Ike memandang Tonde. Pak Lumbing cemberut Kali ini dia merasa diakali.
"Syaratnya mudah kok, Pak Hanya ikut kami ke kapal tua. Kan Pak Bing punya doa untuk mengusir
hantu. Nah, kami ingin membuktikannya!" kata Tonde.
Pak Lumbing diam. Ia sering mendengar dari para nelayan, akhir-akhir ini hantu kapal tua itu muncul lagi. Perasaannya jadi kecut. Tapi ia tak mau dikatakan pengecut. Ia harus menyambut tantangan itu. Apalagi ia akan mendapat imbalan tembakau kegemarannya.
"Baiklah Akan kubuktikan kehebatan doaku. Kapan kalian ke sana" Asalkan Pak Bing tidak sedang dinas malam saja, lho'
"Bagaimana kalau malam Jumat" Berani kan, Pak" tanya Tonde memancing"Beres Malam kapan punjadi Mulai besok, aku sudah dinas siang"
ike menyerahkan tembakau itu. Pak Lumbing menerimanya dengan perasaan gembira. Tembakau itu diciuminya. Tonde dan Ike tersenyum penuh kemenangan Kali ini gagasan Tonde sekali lagi terbukti jitu.
Pada malam Jumat, tampak sebuah speedboat bergerak. Meluncur pelan-pelan dalam keremangan malam tanpa lampu. Di dalam speedboat itu, tampak Pak Lumbing dan kelima anggota Kibot .Sejak tadi orang tua itu mengisap pipa cangklongnya. Bulan sabit bertengger di langit Udara dingin sekali Semuanya
Kibot 02 Misteri Kapal Tua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merasa tegang Tak terkecuali Pak Lumbing Kini kapal tua ituterpampang jelas di hadapan mereka. Di malam hari kapal tua itu memang tampak menyeramkan Speedboat berhenti. Cukup jauh terpisah dari kapal tua itu. Berlindung di kerimbunan pohon bakau.
"Kenapa berhenti di sini?" tanya Pak Lumbing keheranan.
"Disini aman. Kalau ada apa-apa, kita bisa lari dengan cepat, kata Boboi,
"Huh Dasar penakut! Percuma Pak Bing diajak, kalau kita tidak berani mendekati kapal tua itu," dengus Pak Lumbing .Para anggota Kibot tak menanggapi. Sebelumnya mereka sepakat untuk tidak menjelaskan
rencana penyelidikan mereka kepada Pak Lumbing .Kalau orangtua itu tahu, rencana mereka bisa kacau. Kini anggota Kibot mengawasi kapal tua itu dari kejauhan. Tak ada yang berbicara Membuat suasana tambah mencekam saja. Sejak berangkat Ombing sudah tak mau berpisah dengan Kaisar.
Tonde dan Boboi saling berdesak-desakan. Ike mencekal lengan Pak Lumbing Tetapi Pak Lumbing malah tenang-tenang saja.
"Pak Bing heran, Pak Lumbing bergumam
"Katanya ke sini mau melihat hantu, nyatanya kalian seperti cacing kepanasan. Tahu begini, lebih baik Pak Lumbing tidak usah ikut." 'Apa Pak Bing takut"' tanya Boboi pelan
"Nggak Nggak Apa sih yang ditakutkan" Urusan begini sih masih kecil"
"Tapi suara Pak Bing kok gemetar" tanya Tonde.
"Hanya tegang Terpengaruh oleh sikapkalian," kilah Pak Lumbing Tiba-tiba dari kapal tua itu terdengar raungan panjang. Pak Lumbing terkesiap Tubuhnya mengejang .Sedangkan keempat anak itu hampir menjerit. Belum lagi rasa kaget mereka hilang dari kapal tua terdengar lagi suara orang menjerit-jerit kesakitan. Kadang kala seperti teriakan orang marah. Lalu suara-suara itu pun lenyap. Pak Lumbing terbengong-bengong.
Ombing ketakutan setengah mati Ike gemetar. Sedangkan perasaan Boboi dan Tonde amat tercekam.
"Kalan memang brengsek Pak Lumbing mengomel
"Sudah tahu akan begini malah nonton. Untungnya ada Pak Lumbing Kalau tidak, kalian bisa mati ketakutan. Apa tidak sebaiknya kita pulang saja?"
"Kenapa pulang?" protes Boboi
"Kanada Pak Bing." Pak Lumbing diam. Ia mulai gelisah. Dadanya berdegup kencang sekali la mencari akal agar anak-anak itu mau diajaknya pulang. Tapi belum sempat ia berpikir, ia disuguhi pemandangan yang lebih mengerikan. Digeladak kapal tua itu berjalan seorang serdadu Jepang Mata Pak Lumbing berkejap-kejap. Ia hampir tak percaya pada penglihatannya.
"Astagal" gumamnya Kekacauan terjadi di atas speedboat. Hantu serdadu Jepang itu muncul lagi. Pak Lumbing mengejang bagai patung .ike berlindung di balik punggung orang tua itu. Ombing merangkul punggung Kaisar. Mereka berlindung di balik jok. 'Doanya sudah dibaca, Pak" ike berbisik dengan suara gemetar. Pak Lumbing diam saja Ike merasakan tubuh orang tua itu bergetar .Tonde dan Boboi menutupi wajah masingmasing dengan telapak tangan. Mereka mengintip hantu serdadu Jepang itu dari sela-sela jemari tangan. Untunglah pengalaman itu pernah mereka alami. Mereka jadi agak berani untuk menyaksikan adegan itu.
Beberapa saat kemudian, hantu serdadu Jepang itu menghilang Lenyap seperti ditiup angin. Hantu itu muncul dan menghilang begitu tiba-tiba. Kini suasana di kapal tua itu sunyi seperti sediakala Seolah-olah tak pernah terjadi keanehan apa-apa.
Pak Lumbing masih tegak di tempatnya. Matanya terpejam.
"Sadar, Pak" ujar Tonde seraya menguncang guncangkan pundak Pak Lumbing
"Hantunya sudah hilang'
"Jangan ganggu aku Aku belum selesai membaca doa penangkal hantul Kalau aku tidak membaca doa, hantu itu belum tentu mau pergi!"
Tonde mencibir. la tahu kalau Pak Lumbing ketakutan.
Ketegangan masih mencekam perasaan anakanak itu. Pak Lumbing merasa lemas. Ia terduduk dengan tubuh gemetar
Tak berapa lama kemudian, dari ruang kemudi kapal tua itu terlihat secercah sinar lampu Lalu tampak dua sosok bayangan bergerak menuruni geladak. Boboi dan Tonde saling memberi isyarat. Agaknya hanya mereka yang memperhatikan kejadian itu. Boboi meraih teropong milik Ike Dengan benda itu ia memperhatikan bayangan yang sedang bergerak.
Kedua bayangan itu terus menurun tangga besi yang menempel di lambung kapal .Kini Boboi bisa melihat bayangan itu dengan jelas Ternyata dua orang lelaki"Itu orang sungguhan. Bukan hantu seperti perkiraanku," gumam Boboi.
"Kamu bisa mengenali mereka?" tanya Tonde PenaSaran
"Aku tidak bisa melihat wajah mereka. Terlalu gelap" Boboi menyerahkan teropongitu kepada Tonde .Dari kejauhan terdengar suara speedboat mendekat Speedboat itu bergerak mendekati kapal tua .Dalam waktu singkat, speedboat itu menghampiri kedua lelaki yang berdiri di anak tangga. Lampu sorotnya menyinari tubuh kedua lelaki itu. Kini Tonde bisa melihat wajah kedua lelaki itu dengan jelas. Giginya gemeretuk tatkala mengenali mereka Kedua lelaki itu ternyata Tagur dan Yandi .Kedua lelaki itu meloncat keatas speedboat. Lalu speedboat itu bergerak pergi Menghilang dalam keremangan malam.
"Sebenarnya kalian sedang menyelidiki apa?" tanya Pak Lumbing ingin tahu.
"Menyelidiki hantu itu!" sahut Boboi.
"Kalian memang suka bertindak yang tidak tidak Ayo kita pulang! Di sini nyamuknya ganas'
"Bilang saja Pak Bing takut" cibir Ike.
"Takut apa" Yang tadi itu bukan hantu sungguhan .Buktinya tadi ada orang yang baru meninggalkan kapal tua itu. Tentu kemunculan hantu itu karena ulah mereka." Keempat anggota Kibot tidak menyangkal .Kedatangan mereka malam ini justru untuk membuktikan hal itu .Ternyata hantu serdadu
Jepang itu hanya ciptaan komplotan penyelundup itu. Tetapi untuk tujuan apa hantu serdadu Jepang itu dimunculkan" Agaknya para anggota Kibot harus bekerja keras lagi untuk menyingkapkan misteri ini.
9. DISEKAP MAlam belum larut benar. Dalam kamar, lke tampak gelisah. Gadis kecil itu sudah mengenakan pakaian lengkap. Ia memakai jaket dan celana panjang Juga sepatu karet. Di pundaknya tersandang sebuah tustel Alat pemotret itu dilengkapi dengan lensa tele. Dengan peralatan itu ia bisa memotret sesuatu dari jarak jauh. Sebentar-sebentar Ike menyingkap tirai jendela. Memandang ke luar. Tapi suasana di luar teramat SePI.
Di ruang baca, Mama dan Papa sedang berbicang-bicang .
Ike melihat jam tangannya. Seharusnya kedua orang tuanya sudah tidur. Jangan-jangan rencana pemotretan ke kapal tua
gagal" Ike tersentak. Tiba-tiba terdengar suara burung hantu berbunyisebanyak tiga kali Suara burung itu kedengaran menakutkan. Tetapi Ike malah berjingkat-jingkat mendekati jendela. Ia menarik gerendelnya. Lalu pelan-pelan menguakkan daun jendelaitu. Dengan hati-hati sekali ia turun ke luar dan menutup daun jendela itu kembali Kini gadis kecil itu sudah berada di pekarangan rumahnya. Ia menoleh kesana kemari Dari bawah rumahnya yang berada diatas bukit kecil, terdengar suara burung hantu itu lagi. Ike merunduk-runduk menghampiri asal suara burung hantu itu. Di sana teman-temannya sudah menunggu.
"Huh Aku hampir gila menunggu kalian!" sungut Ike .Tonde nyengir. Dialah yang menirukan suara burung hantu. Anak Dayak itu pandai sekali menirukan suara burung. Dengan isyarat bunyi burung hantu ia memanggil ike. Tonde mengenakan pakaian khas sukunya. Tangannya menggenggam sebatang sumpit. Ada tas anyaman tali rotan menyelempang di depan dadanya. Di dalam tas itulah, ia menyimpan peluru sumpitnya
"Kenapa baru datang" tanya Ike
"Bagaimana aku bisa memanggil" Kedua orang tuamu belum tidur"
"Sejak tadi kami sudah tiba di sini, tahu' Ombing menimpali.
"Gara-gara orang tuamu nggak mau tidur, aku sampai digigit nyamuk"
"Kasihan Ayo, kita pergi. Kita sudah terlambat" ajak ike.
Kelima anggota Kibot mengendap-ngendap menjauhi rumah Ike Mereka bergerak secara diam-diam. Kini tujuan pertama adalah pergi ke Hotel Air Biru. Tiba di hotel, mereka harus bergerak secara hati-hati pula. Menghindari pertemuan
dengan Pak Lumbing Karena merekatak mau Pak Lumbing tahu mereka pergi ke kapal tua lagi. Rencananya, malam ini anggota Kibot akan mengadakan pemotretan Operasi Hiu Putih. Mereka ingin membuat bukti yang lengkap dan terpercaya .Kini anggota Kibot menuruni tangga teras hotel.
Lalu satu per satu naik ke speedboat ike
"Kita dayung ke hilir dulu," kata Ike
"Jangan sampai Pak Lumbing tahu." 'Oke sahut Boboi. Ia meraih pendayung Lalu mendayung speedboat itu seorang diri. Speedboat bergerak seperti hanyut terbawa arus Gerakan dayung Boboi takmenimbulkan suara. Keterampilan mendayung seperti itu hanya bisa dilakukan oleh anak Bajau itu. Makanya teman-temannyatak mau membantu mendayung. Sebab khawatir, gerak dan suara dayung mereka malah membuat kegaduhan saja. Setelah menganggap jarak mereka cukup aman, ike menghidupkan mesin speedboat-nya. Speedboat merah itu meluncur ke utara. Laut tenang Di timur, bulan berbentuk sabit. Terhalang oleh mega-mega hitam. Speedboat itu bergerak pelanpelan Tanpa menggunakan penerangan. ike tegang. la harus mengemudikan speedboat-nya dengan hati-hati Tiga ratus meter di depan mereka, tampak bayangan kapal tua. Ike mematikan mesin speedboat-nya. Kini tugas ketiga anak lelaki itu menjalankan speedboat. Ombing, Tonde, danBobo mendayung secara serempak .Mereka harus memeras tenaga agar speedboat itu bisa mencapai tempat perlindungan mereka semalam. Disanalah mereka bersembunyi
"Kita harus ke sana kata Ike sambil menunjuk sebuah karang
"Supaya aku bisa leluasa memotret '
"Lebih baik di sini saja. Di sana kurang aman." protes Boboi. 'Aman sih aman, tapi di sini jaraknya di luar jangkauan kameraku. Percuma kalau pemotretan kita gagal." Boboi mikir-mikir. Ia keberatan untuk meluluskan kemauan Ike. Bagaimanapun juga ia lebih memikirkan keselamatan mereka. Sedangkan di karang itu tempatnya amat terbuka. Jika megamega yang menutupinya hilang dan bulan bersinar terang kembali, tentu mereka tidak bisa bersembunyi
"Bagaimana, Boi?" desak Ike, Boboi mengangkat bahunya
"Aku tetap keberatan. Tapi tanya saja sama Ombing dan Tonde. Barangkali mereka punya alasan tertentu." Ike menoleh kearah Tonde. la yakin anak Dayak itu mendukung pendapatnya. Tapi ada rintangan yang sukar ditembus. Yaitu si pembantah, Ombing Biasanya Ombing selalu menolak setiap pendapatnya.
"Menurutmu bagaimana, Bing?" tanya ike dengan dada berdebar."Aku setuju sekali Percuma kalau pemotretan kita sampai gagal. Sia-sia dong aku kabur dari rumah" Ikeseperti tak percaya pada pendengarannya. la menyalami tangan Ombing erat-erat Jawaban anak kurus itu di luar dugaannya. Boboi tak bisa berbuat apa-apa. Ia terpaksa menuruti kemauan teman-temannya. Speedboat didayung ke balik karang itu. Di sana mereka menanti penuh ketegangan. Keempat anak itu dicekam ketegangan. Semuanya berdiam diri tatkala nyanyian Shina No Yoru berkumandang Suaranya sayup-sayup mengiringi langkah hantu serdadu Jepang yang telah muncul Kali ini Ombing tak takut lagi Kemunculan hantu itu karena perbuatan sekelompok orang .Tapi tetap saja bulu di tengkuknya pada berdiri .ike membidikkan kameranya. Adegan itu diabadikan nya berulang kali. Kameranya menggunakan film berkecepatan tinggi. Tapi ia tak begitu yakin, apakah bisa menghasilkan gambar yang jelas Sebab ia tak berani menggunakan lampu kilat
"Akunggak habis pikir, bagaimana cara mereka memunculkan hantu itu, cetus Ombing.
"Aku juga heran, gumam Boboi
"Tentu hantu serdadu Jepang itu bu
kan orang .Kalau orang sungguhan, mustahil bisa muncul dan menghilang secara tiba-tiba."
"Tapi bisa juga kalau mereka punya ilmu gaib," sahut Tonde .Kata kakekku, ada orang yang punya ilmu semacam itu.
Boboi dan Ombing mencibir.
"Nggak usah ngomongin yang begituan, deh. Yang masuk akal saja!" ledek Ombing .Tonde merengut. Kedua temannya memang tak pernah mau mempercayai ilmu semacam itu. Tapi Tonde tidak bisa menyalahkan mereka.
"Kalau pendapatku, mereka tentu menggunakan sebuah kamera khusus," ujar ike
"Aku nggak percaya ada alat yang bisa bikin hantu" bantah Tonde. "Bukan membikin hantu, Bego!" sengat ike
"Tapi semacam kamera video yang bisa menyorotkan gambar timbul Kan sekarang teknologi sudah begitu canggih. Kenapa tidak mungkin" Tonde tetap pada pendiriannya. Ia tak bisa mempercayai pendapat Ike .Tapi Ombing dan Boboi malah memuji kecerdikkan gadis kecil itu. Ombing menduga pendapat ke diilhami oleh kamera video-nya .ike memang punya kamera video. Selagi mereka asyik bicara tiba-tiba terdengar deru kapal. Kapal itu melesat amat cepat.
Mendekati kapal tua .Dari ruang kemudi kapal tua. keluar dua orang lelaki. Mereka berdiri di pinggir dek. Menantikan kedatangan kapal cepat itu .ike sudah siap dengan tustelnya. Ombing memperhatikan kapal cepat itu dengan teropong Seperti kapal pesiar yang pernah dilihatnya di majalah.
Lebih tepat kalau kapal itu disebut speedboat besar. Keempat anak-anak itu tegang sekali .Kaisar pun seperti gelisah Beruang madu itu berputar-putar.
Tiba-tiba speedboat besar itu menyorotkan lampunya. Lalu mengitari kapal tua. Agaknya sedang melakukan patroli .Dengan lampu sorotitu, mereka menerang pantai dan tempat-tempat lainnya. Hal itu di luar dugaan anak-anak Kecuali Boboi.
"Cepat kita berlindung ke tempat semula." perintah Boboi.
Ombing, Tonde, dan Ikemenjadi panik Lampu sorot speedboat besar itu pelan-pelan mendekati tempat mereka. Mereka tak bisa lagi mengayuh speedboat ke hutan bakau. Kini cahaya lampu sorot itu menerangi karang. Keempat anggota Kibot merunduk di dalam speedboat. Tapi buritan speedboat mereka tersapu oleh sinar lampu itu.
"Apa kataku! Di sini kita malah ketahuan" ujar Bobo jengkel
"Lekas hidupkan mesinnya! Kita kabur saja!"
'Kabur pun percuma Kekuatan mesin speedboatku tak bisa menandingi kecepatan kapal itu. Akhirnya kita akan tertangkap juga," sahut Ike bingung
"Aku akan terjun Kalian lari saja. Biar salah seorang dari kita ada yang lolos" ujar Boboi. Anak Bajau itu langsung terjun ke air.
ike tak bisa mencegah lagi. Ia bergegas menghidupkan mesin speedboatnya. Sementara itu, speedboat besar bergerak mendekati persembunyian anak-anak Kibot.
"Aku akan menemani Boboi" kata Tonde
seraya terjun ke air pula.Ombing dan Ike tambah bingung i
Tapi perbuatan kedua temannya sungguh tepat. Jika ia dan Ombing tertangkap, kemungkinan Tonde dan Boboi bisa lolos.
"Buang pelampung itu, Bing Untuk keselamatan mereka" perintah Ike. Ombing meloncat ke buritan speedboat. Ia meraih sebuah pelampung Lalu melemparkannya kearah Tonde. la akan meraih sebuah pelampung lagi, tetapi speedboat terlanjur melesat. Ombing kehilangan keseimbangan. Ia terjengkang menimpa Kaisar. Ike tak mengacuhkannya. Ia melarikan speedboat-nya sekencang-kencangnya. Di belakangnya, kapal itu mulai mengejar. Sehingga terjadi pemburuan yang amat seru diatas air. Kelihaian ike mengemudi menyulitkan speedboat besar itu untuk menempel. Ombing merasa ngeri. Ia pun sibuk menenangkan Kaisar. Beruang itu mulai menggeram. Ia akan mengamuk jika tidak ditenangkan. Speedboat merah itu meliuk-liuk dengan tajamnya. Membuat Kaisar terlempar ke kiri dan kanan. Karena itulah si beruang madu marah. Kinispeedboat besar itu makin mendekat Kedua lambung speedboat itu hampir bersinggun
gan .Hanya terpisah beberapa puluh sentisaja. Seorang lelaki berkulit hitam keluar dari ruang kemudi. Ditangannya tergenggam sepucuk pistol. Dia adalah Sarbun. Lelaki itu berdiri di lambung kapalnya Pistolnya ditodongkan ke arah ike dan Ombing.
"Hentikan permainan kalian Atau kutenggelamkan speedboat-mu ancam Sarbun. Agaknya Sarbun tidak main-main Lelaki itu melepaskan tembakan. Dua peluru berdesing disisi speedboat Ike Hampir melubangi lambung speedboat merah itu.
"Kita menyerah saja, Ke. Orang itu benar-benar gila" Ombing ketakutan. Ike pun merasa ngeri Gadis kecil itu lalu mengurangi kecepatan speedboat-nya. 'Oke, kita menyerah Tapi usahakan agar Kaisar menerkam orang itu!" geram Ike
"Kau pikir teman-temannya tak bersenjata, apa" Aku nggak mau Kaisar mati konyol" gerutu Ombing
"Jangan ngobrol saja Cepat arahkan speedboat-mu ke kapal tua" hardik Sarbun Ketiga anggota Kibot benar-benar tak berkutik. Speedboat merah itu lalu digiring ke kapal tua. Ditambatkan pada tangga besi yang menempel di lambung kapal tua. Di anak tangga, Tagur dan Yandi sudah menunggu. Masing-masing menggenggam senjata api.
"Hei. Rasanya aku pernah melihat anak ini di rumah Pak Sarwa" cetus Tagur. Yandi dan Sarbun mengawasi Ike, lalu menengok ke arah Ombing
"Pantas Pak Sarwa tidak datang Agaknya anak-anak ini yang menghasut orang tua itu." Sarbun bergumam
"Rasanya aku pun pernah melihat mereka. kasak-kusuk waktu kita makan direstoran Tentu mereka sedang membayang bayang kegiatan kita"
"Kurung mereka di kamar bawah Kita tidak punya waktu untuk mengurusnya" tiba-tiba Buntek memberi perintah dari ruang kemudi speedboat besar. Ia berdiri di balik pintu Ike, Ombing dan Kaisar diperintahkan naik ke kapal tua. Yandi dan Tagur berjalan di depan .Sedangkan Sarbun mengawal dari belakang
"Hati-hati dengan beruang itu la bisa menerkammu' Sarbun memperingatkan kedua temannya.
"Kalau dia berani bertingkah macam-macam, biar kuhabisi saja!" sahut Tagur. ike dan Ombing bingung Mereka tidak tahu akan disekap di mana. Tapi yang jelas di bagian kapal tua. Tentu tempatnya gelap-gulita .ike dan Ombing bergidik membayangkannya. Kapal tua ini tak mungkin punya penerangan. Sudah bertahuntahun hanya menjadi besi tua. Tetapi ike dan Ombing terkecoh. Kedua anak itu terbelalak, ketika Tagur membukakan pintu yang ada di ruang kemudi. Di bagian bawah kapal, segalanya terang-benderang. Keadaannya sangat bersih dan rapi. Di sebelah kanan, banyak tumpukan peti yang tersusun rapi
"Ayo turun!" perintah Tagur. Ike, Ombing, dan Kaisar menuruni tangga besi yang dilapisi karpet Tiba dibawah, ketiga anggota Kibot itu dimasukkan ke dalam kamar. Lalu di gerendel dari luar .Kamar itu sangat bersih
Dindingnya dari besi Begitupula dengan pintunya. Di tengah-tengah pintu, berjajar jeruji besi sebanyak enam batang Panjangnya tiga puluh senti meter. Tak ubahnya seperti sebuah sel. Dari jeruji besi itu Ombing dan Ike mengawasi komplotan penyelundup itu mengangkati peti-peti.
''Gila Kapal tua ini sudah disulap menjadi gudang yang mewah!"gumam Ike,
"Entah berapa juta biaya yang mereka keluarkan untuk membuat
tempat persembunyian ini. Pantas kejahatan mereka sulit dilacak."
Ombing dan Ike sampai terkagum-kagum. Tapi mereka menjadi cemas, setelah menyadari nasib mereka. Ombing mencoba membuka pintu, tapi tak bisa Dinding kamar itu terbuat dari besi
"Tak ada harapan untuk melarikan diri," keluh Ombing putus asa.
Ike tak menyahut. Ia sedang berdoa dengan khusuk, memohon keselamatan pada Tuhan Yang Mahaesa. Juga memohon keselamatan untuk Tonde dan Boboi yang berada di laut. Ia mencemaskan nasib k
edua temannya itu. Seharusnya Ike tak perlu cemas. Boboi dan Tonde bisa mengatasi kesulitan mereka. Meskipun berendam di laut pada malam hari.
"Dinginnya, desis Tonde
"Kamu kuat nggak bertahan sampai sejam lagi?""Sampai pagi pun aku masih kuat. Asal tetap mengenakan ini, sahut Tonde seraya menepuk pelampung yang dikenakannya. Boboi merasa lega Pelampung dari Ike sangat menolong Tonde. Sedangkan ia tidak memerlukannya. Percuma dirinya dijuluki
"Manusia Ikan dari Rampa kalau tak sanggup menaklukkan laut. Sejak kecil ia sudah bermain di laut. Bagi Boboi, berenang dan menyelam sudah merupakan kegiatan hidup. Seperti makan dan tidur saja
"Bagaimana rencana kita, Ton" Apa sebaiknya kita cari bantuan ke kota?"
"Kekota" Gila, apa. Berenang sejauh enam kilo meter .Bisa-bisa aku teler di tengah jalan!" Boboi temangu. Memang sangat berbahaya menempuh jarak sejauh itu. Dan tak mungkin mereka tahan berenang sejauh tujuh kilometer. Jalan satu-satunya adalah berenang ke kapal tua. Boboi mencemaskan nasib ketiga anggota Kibot. Mereka dalam kekuasaan orang-orang yang kejam. Tadi,iapun menyaksikan teman-temannya digiring ke kapal tua
"Kita tidak bisa berdiam di sini terus-menerus. Sedangkan teman-teman kita dalam bahaya. Kita harus berusaha membebaskan mereka, Ton" Tonde mengangguk .Kini Boboi malah merasa cemas. Sebab Tonde sering bertindak nekat Tonde, si anak Dayak itu seperti tak punya rasa takut. Meskipun yang akan dihadapinya adalah penjahat bersenjata api .Tonde terlalu yakin pada keahliannya menyumpit.
"Tapi ingat, kita harus bertindak hati-hati" pesan Boboi.
"Aku tahu Aku juga nggak mau konyol"
Lalu Tonde dan Boboi berenang mendekati kapal tua Mereka harus menempuh jarak sejauh seratus meter. Laut tenang dan angin pun menghembus pelan, tapi Tonde merasa kedinginan juga berenang di malam hari.
Sambil berenang, Boboi dan Tonde mengawasi komplotan penyelundup mengangkuti peti-peti ke speedboat besar itu. Komplotan itu sedang memindahkan barang-barang selundupan dari kapal tua ke speedboat mereka.
Di ruang kemudi, Buntek mengawasi pekerjaan itu. Lelaki gemuk itu menggenggam senjata api .Ditodongkan ke arah juru mudi speedboat-nya. Tubuh juru mudi itu gemetar. Ia dipaksa menggantikan tugas Pak Sarwa.
"Tak kusangka, komplotan itu menyimpan barang selundupannya di dalam kapal tua. Siapa pun tak akan menduga kalau kegiatan mereka berpusat di situ, Boboi berkomentar. "Mereka cerdik sekali memilih tempat. Komplotan itu mempunyai jaringan yang amat luas. Tapi dari mana mereka mendapat barang selundupan?"
"Jangan ngoceh saja Lebih baik memikirkan tempat pendaratan kita" gerutu Tonde.
"Apa kita harus naik dari tangga besi itu" Biar langsung ditangkap mereka?"
Boboi meringis. Tonde pusing dan bingung. Mereka berenang mendekati buritan speedboat milik komplotan penyelundup.
"Kita cari jalan lain," ujar Boboi
"Yang paling aman, lewat buritan kapal."
Lalu kedua anak itu berenang ke buritan kapal tua. Ternyata buritan kapal sukar dipanjat Antara air dan jendela di buritan kapal jaraknya cukup
tinggi .Tonde kecewa sekali. Bahkan hampir putus .
"Kita tidak bisa naik tanpa bantuan tali." keluhnya
Yah, mereka harus mencari tali. Hanya itu jalan satu-satunya. Tapi di mana" Boboi mengingatingat Rasanya beberapa saat yang lalu ia pemah melihat tali.
"Aku ingat ada tali. Tapi dispeedboa
t Ike, Ton" ujarnya "Lengkap dengan pengaitnya, lagi"
"Di speedboat Ike" Tapi apa mungkin kita mengambilnya?"
"Kita coba Kamu tunggu di sini. Biar aku yang mengambilnya."
"Lebih baik aku ikut juga Siapa tahu kamu mendapat kesulitan!"
"Jangan Kalau kita semua tertangkap, bagaimana" Siapa yang mau menolong" Kalau terjadi apa-apa, salah seorang dari kita harus ada yang bebas. Lebih baik kamu mengawasi dari kejauhan saja. Setuju?"Tonde mengangguk .la baru mengerti maksud temannya. Boboi berenang mendekati speedboat ike .
Tonde mengawasi dengan perasaan tegang
Boboi berenang pelan-pelan Matanya mengawasi kegiatan yang dilakukan para penyelundup. Speedboat Ike tampak bergoyang-goyang di sisi kapal milik penyelundup. Boboi terus berenang. Kira-kira lima belas meter lagi, ia akan mencapai speedboat Ike. Anak Bajau itu lalu menyelam. Dan timbul di buritan speedboat milik penyelundup. Di sana ia menenangkan perasaannya sejenak, sambil mempelajari keadaan. Lalu sedikit demi sedikit ia bergerak mendekati speedboat Ike. Tubuhnya menempel pada bagian badan speedboat besar itu. Kini Boboi sudah mencapai speedboat Ike .Tapi ia belum berani mengambil tali yang terletak di dekat mesin speedboat. Jika ia naik ke atas, pasti akan ketahuan. Akhirnya Boboi mendapat akal. la merapat didekat mesin .Mesin speedboatmerah itu bisa melindungi kepalanya .Boboi mulai naik .Tubuhnya setengah tergantung Tangan kirinya menjepit buritan speedboat, sedangkan tangan kanannya berusaha mengambil tali itu.
Boboi menarik napas lega. Tali dan jangkar kecil itu berhasil diambilnya. Maka tanpa kesulitan ia menyelam meninggalkan speedboat itu, lalu berenang mendatangi temannya.
"Berhasil, Ton" bisiknya kegirangan.
"Syukurlah. Aku cemas sekali memikirkan keselamatanmu."
Boboi hanya tersenyum Napasnya memburu Tenaganya benar-benar terperas sewaktu berusaha mengambil tali berjangkar itu. Ia menyerahkan nya kepada Tonde
"Kamu yang melempar Aku sudah tidak bertenaga lagi, katanya.
Dengan mudah Tonde melempar jangkar itu ke buritan kapal karena jaraknya tak lebih dari tiga meter .Jangkar itu jatuh dengan suara yang amat keras Tonde lalu menarik tali plastik sebesar ibu jari ia merasakan jangkar itu mengait sesuatu
"Kita berhasil, Boi"
"Jangan naik dulu. Aku khawatir suara jangkar yang kau lemparkan itu mengundang perhatian mereka."
Kini Tonde dan Boboi memegangi tali itu .Mereka menunggu beberapa saat lamanya .Ternyata keadaannya tetap aman. Boboi memberi isyarat kepada Tonde. Tonde segera memanjat lewat tali itu. Dengan mudah ia mencapai buritan kapal tua. Tapi ketika giliran Boboi akan naik, tiba-tiba terdengar suara langkah mendekat di atas kepala Tonde. Boboi bergegas menyelam .Sedangkan Tonde mendekam dalam kegelapan. Anak Dayak itu segera menyiapkan sumpitnya.
Di bagian atas kapal, Sarbun berjalan mengitari buritan kapal. Ia menyorotkan lampu senternya ke permukaan air. Tapi hanya sebentar. Setelah itu ia kembali lagi. Rupanya tadi ia mendengar suara jangkar beradu dengan badan kapal .Tonde melongok ke bawah. Tapi Boboi belum muncul juga .Anak Bajau itu kuat sekali menyelam. Tonde menarik-narik tali jangkar. Tak lama kemudian Boboi muncul dari dalam air. Tonde menyuruh anak itu naik. Ia membantu Boboi memanjat tali berjangkar itu.
Boboi dan Tonde sudah berada di belakang kapal tua .Dengan hati-hati mereka menaiki tangga yang menuju ke ruang kemudi. Mereka berjalan dengan meraba-raba .Kini mereka sudah berada di ruang kemudi, disebelah kiri. Dari situ, kedua anak itu memperhatikan Yandi dan Tagur keluar-masu
k mengangkati peti-peti "Teman-teman kita pasti ada di dalam kapal," bisik Tonde
"Kita harus bisa bergerak cepat, Boi. Kalau kedua pemuda itu keluar, kita segera menyelinap ke bawah Kamu siap?"
Boboi mengangguk Tonde memeriksa sumpit dan pelurunya. Mereka menantikan kesempatan baik. Begitu Tagur dan Yandi keluar membawa peti, kedua anak itu bergegas menerobos ke ruang kemudi .Tonde bergerak lebih dulu. Ia hampir terpekik melihat keadaan ruangan bawah kapal. Untung ia cepat sadar. Tanpa pikir panjang Tonde berlari menuruni tangga Boboi terpaksa mengikutinya.
Tiba dibawah, Tonde mencari teman-temannya yang disekap. Tapi Boboi segera menarik tangan Tonde
"Kita harus bersembunyi Sebentar lagi mereka akan kembali"Kedua anak itu berlari mencari tempat persembunyian. Mereka bersembunyi tak jauh dari tumpukan peti. Beberapa menit kemudian, terlihat Tagur dan Yandi menuruni tangga. Kedua pemuda itu mengambil peti lagi. Lalu menggotongnya ke luar Kesempatan itu digunakan Tonde untuk memanggil teman-temannya. Anak dayak itu menirukan suara burung hantu. Ia yakin temantemannya pasti mengenal isyarat itu. Ike dan Ombing terkejut mendengar suara itu Sejak tadi mereka berdiam diri
"Itu suara Tonde" bisik ke
"Astaga. Bagaimana dia bisa masuk ke sini?" Ombing mendekat kejeruji besi. Ia segera bersiul membalas isyarat Tonde .Tonde dan Boboi saling berpandangan. Kini mereka sudah menemukan tempat penyekapan teman-temannya. Tonde menepuk pundak Boboi lalu menunjuk ke kamar besi itu. Boboi mengangguk. Keduanya cepat berlari ke sisi kamar itu. Mereka mendekam di sana. Boboi mengetukngetuk dinding besi itu.
"Ini kami! Kalian akan bebas" katanya dengan bibir menempel pada dinding kamar.
"Lekas buka pintunya, Boi. Pintunya hanya digerendel dari luar' seru Ike hampir tak bisa menahan rasa girangnya.
"Jangan berisik Mereka datang lagi" kata Ombing yang bertugas mengawasi tangga. Dia mengawasi dari celah-celah jeruji besi di depan pintu.
Kedua pemuda itu menurunh tangga Mereka tampak kelelahan turun-naik mengangkati peti-peti itu Ombing hampir tak sabar menunggu kepergian kedua pemuda itu.
"Mereka sudah keluar!" serunya kepada Ike.
Lalu ia berlari ke arah pintu Tonde siap siaga dengan sumpitnya. Ia siap menembakkan sumpitnya untuk melindungi keselamatan temannya. Boboi bergegas menarik gerendel dan membukakan pintunya Ike, Ombing, dan Kaisar menghambur ke luar. Boboi menutup pintu itu lagi. Mereka berlari mengikuti Tonde .Kelima anggota kibot bersembunyi di dekat mesin pembangkit tenaga listrik Tempat itu berisik sekali. Tapi sangat menguntungkan anggota Kibot .Disitu mereka bisa leluasa berbicara. Lagi pula bisa mengawasi kegiatan kedua pemuda itu.
"Apa rencana kita sekarang?" tanya Ike agak berteriak
"Yang pasti kita harus pergi dari tempat ini!" sahut Ombing
"Kamu pikir mudah" Paling tidak kita harus melumpuhkan kedua pemuda itu lebih dulu. Lalu menghadapi komplotan yang berada di luar. Apa kita mampu?" ujar Boboi.
"Kita bisa membekuk mereka, asal pakai ini!" kata Tonde seraya mengetuk keningnya sendiri
"Aku punya akal. Tapi kalian harus berani"Tonde lalu membeberkan rencananya kepada teman temannya
"Pokoknya Tagur itu bagianku. Akudendam pada pemuda itu. Gara-gara dia, sepedaku jadi ringsek."
"Aku setuju. Dengan begitu kita bisa menggagalkan rencana penyelundupan mereka," kata Ike. Kali ini Tonde bertindak sebagai pemimpin. la menerapkan siasatnya dengan sungguh-sungguh. Ketiga temannya mendengarkan dengan patuh pula. Masing-masing me
nghafal tugas yang diberikan oleh anak Dayak itu.
"Ada pertanyaan" tanya Tonde.
"Ada" sahut ke "Bagaimana kalau semua komplotan itu ikut masuk?"
"Terpaksa rencana ditunda."
"Bagaimana kalau mereka malah masuk ke ruang tempat kami disekap" Mereka pasti ribut kalau tahu kamar itu telah kosong, kata Ombing
"Kita harus mematikan mesin pembangkit tenaga listrik ini Kamu bisa menyuruh Kaisar menyerang agar mereka panik Mereka tak mungkin menembak kita, kecuali kalau mau saling tembak sesama teman."
"Lalu bagaimana dengan kita"' tanya Boboi.
"Kita lari lewat tangga Kalau kita berhasil. Ombing bisa memanggil Kaisar Kaisar bisa bebas bergerak dalam kegelapan Daya penciuman dan pendengarannya lebih tajam dari kita."
"Terlalu berbahaya," protes Boboi,
"Memang Tapi bagaimana nanti sajalah Kalau kita ragu, ya menyerah saja!" Tetapi semuanya sepakat untuk menunggu kedatangan komplotan itu. Ombing menjelaskan tugas yang harus dilakukan Kaisar. Dengan gerakan tangan ia memberi beberapa perintah kepada beruang madunya Kaisar menggeram. Tiba-tiba sikapnya menjadi beringas. Keempat anak-anak itu merasa lega. Ternyata yang datang hanya Yandi dan Tagur. Kedua pemuda itu menuruni anak tangga dengan sikap Ogah-ogahan. Tiba-tiba Tagur hendak melangkah ke kamar tahanan. Keempat anggota Kibot terperanjat. Dada mereka terasa sesak. Mereka tegang bukan main. Kalau Tagur tahu kamar itu telah kosong tentu keadaannya menjadi gawat
"Kamu mau ke mana?" tanya Yandi agak kesal.
"Menengok kedua anak itu."
"Ala Mereka takkan lari Selesaikan pekerjaan kita saja .Tanggung, nih! Tinggal dua angkatan lagi!" Tagur mendengus. Akhirnya ia mengikuti langkah temannya. Tonde, Boboi, dan Ike menarik napas lega, sedangkan Ombing membelai belai kepala Kaisar. Mereka nyaris mendapat kesulitan Kedua pemuda itu tampak letih. Masing-masing memanggul sebuah peti. Langkah mereka tersendat-sendat ketika menaiki anak tangga. Seperti kendaraan yang kehabisan bahan bakar Peti itu memang berat. Berisi barang-barang elektronika, ada TV berwarna, video, dan komputer. Hampir seluruh ruangan kapal berisi barang-barang semacam itu. Komplotan penyelundup itu hanya
mengirim secara berkala. Pengiriman dilakukan menurut pesanan pimpinan mereka. Yandi dan Tagur telah berada di tengah-tengah anak tangga. Barang yang mereka bawa adalah TV berwarna ukuran 14 inci Tiba-tiba kedua pemuda itu tersentak. Mereka mendengar derap langkah berat dari belakang Yandi tak sempat menengok. Ia terjengkang Tubuhnya seperti dihantam dengan sebuah batu besar. Begitu pula dengan Tagur. Kedua pemuda itu terjungkal ditabrak Kaisar. Barang yang mereka bawa malah menimpa tubuh mereka Dan tubuh mereka menggelinding di antara anak tangga besi. Tonde, Boboi, dan Ombing menunggu dibawah anak tangga. Laras sumpit Tonde mengarah ke dada Tagur. Sedangkan Boboi dan Ombing menyergap Yandi Tapi kedua pemuda itu sudah teler lebih dulu .Tagur memegang kepalanya yang berdarah. Sedangkan Yandi merintih kesakitan.
Tulang-tulangnya serasa berpatahan. Mereka benar-benar tak berdaya. Ketiga anak lelaki itu tak menyangka kalau serangan Kaisar berakibat sangat dahsyat
"Cepat lucuti senjata api mereka' perintah Tonde. Ombing ragu-ragu la merasa ngeri juga Tapi dengan sigap Boboi menggeledah tubuh Yandi dan Tagur. Dari kedua orangitu ia mendapat dua pucuk pistol. Kejadian itu diawasi terus oleh Ike .Gadis kecil itu berada di balik pintu bersama Kaisar. la
bertugas mengawas keadaan di luar .Ike tersentak. Tiba-tiba diluarterdengar rentetan tembakan Agaknya di luar terjadi keributan
"Hei Di luar terjadi tembak-menembak' serunya kep
ada teman-temannya. Tonde, Boboi, dan Ombing menjadi panik.
"Cepat tutup pintunya, Ke" perintah Tonde
"Ayo, kita masukkan mereka ke dalam kamar!" ujarnya kepada Ombing dan Boboi. Ketiga anak lelaki itu menyeret Tagur dan Yandi kedalam kamar. Lalu mengunci pintunya dari luar.
"Mana Ike?" desis Boboi. ike tidak ada lagi dibalikpintu. Sedangkan Kaisar sudah berkeliaran di bawah .Tonde dan Ombing menjadi bingung Selagi mereka bengong tiba-tiba pintu penghubung di ujung tangga digedor-gedor dari luar.
"Menyerahlah! Tempat ini sudah dikepung" Suara peringatan itu diserukan lewat pengeras suara Cukup mengejutkan ketiga anggota Kibot
"Polisi' desis Tonde.
"Wah! Mereka mengadakan penyergapan ju ga" gumam Ombing
"Ayo, kita buka pintunya!" ajak Boboi. Tonde bergegas menaiki tangga. Ia membuka kunci pintu itu. Ia hampir terpelanting karena pintu itu didorong secara paksa dari luar. Tiga orang anggota polisi menyerbu ke dalam Dipimpin oleh Letnan Margan. Letnan polisi itu terbelalak melihat anggota Kibot berkumpul di situ.
"Astaga Lagi-lagi kalian" sentaknya jengkel.
"Mana kedua penjahat itu?"
"Sudah kami kurung di kamar, sahut Boboi sambil lalu.
"Itu kamarnya" Letnan Margan menarik napas panjang. la lalu memberi perintah pada kedua anak buahnya. Kepalanya bergeleng-geleng. Tapi hanya sesaat Letnan polisi itu lalu mendorong Tonde
"Cepat keluar" hardiknya
"Aduh, galaknya!" sungut Tonde.
Keempat anggota Kibot berdesak-desakan keluar. Mereka tidak berani membantah. Di geladak kapal beberapa orang polisi berjaga-jaga .Tempat itu diterangi oleh lampu sorot yang dipancarkan dari Kapal KP3.
Buntek dan Sarbun tampak tak berdaya. Tangan mereka diborgol, keduanya dijaga oleh dua orang petugas. Mereka menyerah setelah terjadi tembakmenembak .Tonde dan Bobo mengawasi kedua orang itu
Letnan Margan bergegas menuruni tangga. Di belakangnya, tampak Tagur dan Yandi dipapah oleh kedua anak buah Letnan Margan.
Boboi berlari mendatangi Letnan Margan. la menyerahkan pistol milik penjahat kepada letnan polisi itu
"Kalian memang nekat' gerutu Letnan Margan.
Boboi dan Ombing pura-pura tak mendengar
"Pak.. Ike masih berada di dalam kapal teriak Tonde. Ia baru ingat pada gadis kecil itu.
KP 3 =Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pantai dan Pelabuhan.
"Anak itu ikut juga" Keterlaluan Ayo, kita cari" ujar Letnan Margan. Semuanya hendak berlari ke dalam kapal. Tetapi tiba-tiba terdengar suara orang menjerit-jerit. Lalu mengalun sebuah lagu berbahasa Jepang. Letnan Margan terkejut Kegaduhan terjadi di antara anggota polisi. Namun Tonde dan Boboi malah tertawa-tawa.
"Tentu ini ulah Ike!' seru Tonde 'Ayokita cari" Tonde dan Boboi berlari lebih dulu. Ombing dan Kaisar memburu pula. Juga Letnan Margan. Akhirnya mereka menemukan gadis kecil itu .Ike berada di sebuah kamar, tak jauh dari pintu masuk Tadi, sewaktu terjadi keributan, secara tak sengaja ia memasuki kamar itu. Di dalam kamaritu terdapat seperangkat tape deck beserta dua buah salon berukuran besar. Di kamar itu, terdapat pula seragam serdadu Jepang dan sepucuk bedi panjang yang terbuat dari kayu Juga ada lubang rahasia untuk melihat ke luar .ike jadi lupa pada kegaduhan di sekitarnya. la malah asyik memperhatikan keadaan kamar itu. ike tertarik melihat tape deck itu. Baginya itu bukan barang aneh karena di rumahnya pun ada barang sejenis itu. Maka iseng-iseng ike menghidupkannya. Tak lama kemudian berkumandanglah sebuah lagu berbahasa Jepang. Kini Letnan Margan dan seluruh anggota Kibot telah berada di dalam kamar itu.
"Tentu ini kamar pengendali kegiatan mereka
Para nelayan ketakutan karena ulah mereka,"
Letnan Margan bergumam. Ia menimang-nimang bedil kayu itu
"Mereka sungguh cerdik. Salah seorang berpakaian serdadu Jepang Lalu muncul digeladak kapal dengan iringan lagu Jepang Tentu saja tak ada orang yang berani mendekat .Dengan begitu, mereka leluasa menjalankan kegiatan mereka."
"Tapi Kibot tidak bisa terkecoh!" ujar Ike bangga. Lalu bagaimana Pak Letnan bisa datang kemari tepat pada waktunya?"
"Paling-paling berkat petunjuk kita tempo hari." Tonde menimpali
"Ah itu bukan urusan kalian Ayo, pulang Pulang" usir Letnan Margan .
Letnan Margan tak mau membuka rahasianya. Semula anak buahnya hanya mengawasi kapalkapal yang dicurigai Tapi ketika mendengar letusan pistol Sarbun yang menembaki speedboat Ike, Letnan Margan memutuskan untuk bergerak ke kapal tua. Pada saat itulah ia membenarkan keterangan yang pernah diberikan oleh anggota Kibot. Kini anggota Kibot bersiap untuk pulang. Mereka diantar oleh dua orang polisi. Ike merasa dongkol. Ia ingin menyaksikan pekerjaan Letnan Margan sampai selesai. Tetapi ia sadar, tak mungkin ia berada di kapal tua itu terus-menerus. Ia memang harus kembali ke rumahnya. Juga teman-temannya. Setelah peristiwa yang menegangkan perasaannya ini berakhir dengan baik.
MENJEMPUT KAPTEN TENO RUANG tunggu dikantor polisi terasa pengap. Disitu telah berkumpul keempat anggota Kibot, Pak Astor, dan Acil Teno Istri Kapten Teno datang bersama anaknya yang berusia lima tahun. Anak kecil itu tampak rewel. Ia mulai merengek-rengek menanyakan ayahnya. Ike bersandar di bahu papanya. Sikapnya tampak manja. Ia memangku sebuah bungkusan Bungkusan itu berisi sebuah walkiman. Walkiman itu baru dibeli papanya.
Rencananya, sepulang dari kantor polisi, Ike dan teman-temannya akan ke rumah Pak Sarwa. Ike akan menukar walkiman yang ditemukan Pak Sarwa dengan yang baru Sebab walkiman yang tertinggal di kapal tua itu
adalah hadiah dari Oom Hans. Hari ini Kapten Teno akan dibebaskan. Setelah kasus penyelundupan itu terbongkar, segalanya menjadi jelas .Kapten Teno tidak terlibat. Begitu pula Pak Astor. Kesulitan yang dialami Kapten Teno adalah akibat ulah para penyelundup yang mengirim barang selundupannya melalui kapalmilik Pak Astor. Dan komplotan itu sengaja memalsukan nama Pak Astor seolah-olah barang kiriman itu benar-benar milik Pak Astor. Namun usaha itu malah menjerumuskan para penyelundup ke dalam tahanan
"Berkat kecerdikan kalian masalah ini jadi tidak berlarut-larut, gumam Pak Astor setengah memuji kepada anggota Kibot
"Semula kami menyangka Oom terlibat Makanya kami memutuskan untuk menyelidiki kasus itu, ujar Ombing malu-malu.
"Dia memang jahat, Pa! Masa Papa dituduh yang tidak-tidak ike terpengaruh juga. Jadinya Ike ikut-ikutan menuduh Papa." Pak Astor tertawa kecil. Ombing salah tingkah.
"Kalian tidak salah menuduh begitu. Orang lain pun beranggapan serupa. Semua memang sudah diatur oleh komplotan penyelundup itu."
"Tapi karena adanya kasus Junjung Buh, kami malah terdorong untuk menyelidiki," ujar Tonde bangga.
"Tapi Oom tidak suka pada petulangan kalian. Jangan bertindak terlalu berani .Oom khawatir akan keselamatan kalian." Pak Astor mendesah. Hatinya resah kalau membayangkan tindakan anak-anak itu. Apalagi Ike ikut terlibat pula.
"Malah Ike yang mengerahkan mereka supaya bertindak, Pa. Ike takut punya Papa seorang penyelundup!" ujar Ike dengan suara manja .
Pak Astor menarik napas dalam-dalam. Tapi ia kagum pada keberanian anggota Kibot"Lalu siapa gembong penyelundupan itu, Oom"
Sampai saat ini kami belum tahu bos mereka yang
sebenarnya. Juga Letnan Margan tidak mau menjelaskan dari mana penjahat itu mendapat barang selundupan," kata Boboi.
"Ah kamu serba ingin tahu saja," ujar Pak Astor. Ia terdiam sejenak.
"Tadi Oom sempat berbincang-bincang dengan Letnan Margan. Menurut keterangan Letnan Margan, para penyelundup diatur dari Surabaya. Di sanalah pusat sindikat penyelundup itu. Mereka mempunyai jaringan yang amat luas, hingga bisa mengatur beberapa awak kapal asing .Dari kapal berbendera asing sindikat itu memasukkan barang-barang selundupan ke Indonesia. Bahkan di antara kapal asing itu ada yang pernah membawa kayu gelondongan dari perusahaan kayu Oom yang diekspor ke Jepang. Dan sindikat itu tahu tentang keadaan perusahaan pelayaran kapal Oom. Mereka mencoba mengirim barang selundupannya ke Surabaya melalui Kapal Junjung Buih. Dan hal itu hampir menjatuhkan nama baik Oom. Tapi kini masalahnya sudah beres. Kita tak perlu cemas lagi. Semua yang terlibat kasus ini sudah ditahan. Temasuk petugas mercu suar itu." Semua menjadi lega setelah mendengar keterangan Pak Astor, kecuali istri Kapten Teno. Acil Teno sama sekali tidak tertarik pada keterangan Pak Astor. Dia lebih banyak memikirkan keadaan Kapten Teno. Sejak tadi perempuan itu tidak sabar menunggu kedatangan suaminya.Akhirnya kesempatan itu tiba juga. Kapten Teno berjalan diringi Letnan Margan. Nakoda itu tampak kurus .Rambutnya kusut masai.
Namun kedua matanya berbinar-binar tatkala melihat anak dan istrinya.
'Ayah Ayah" tiba-tiba anak lelaki itu memekik nyaring. Ia menghambur ke arah Kapten Teno.
Acil Teno ikut menyongsong pula .Kedua pipinya basah oleh air mata.
Semua orang terpukau menyaksikan pertemuan itu. Sebuah keluarga yang terpisah akibat ketamakan orang lain. Tonde tak tahan menyaksikan adegan itu. Dadanya terasa sesak oleh keharuan .Mata anak yatim-piatu itu sempat berkaca-kaca. Pertemuan itu membuat Tonde merenung nasibnya yang malang. Bergegas Tonde meninggalkan ruang tunggu itu.
Ike ingin mengejar Tonde. Tetapi Ombing mencegahnya
"Biarkan saja, Ke" cegah Ombing
"Tapi." "Dia bisa mengatasi gejolak perasaannya. Kita harus memakluminya, Ke. Tonde selalu merindukan kedua orang tuanya. Kalau kita hibur, dia semakin sedih saja."
Ike mendesah. Sikap Tonde menimbulkan rasa iba dan kepiluan di hatinya.
TAMAT Ebook by BBSC Edit teks : Saiful Bahri Pohon Kramat 7 Pendekar Slebor Goa Terkutuk Duel 2 Jago Pedang 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama