Ceritasilat Novel Online

Max Havelar 1

Max Havelar Karya Multatuli Bagian 1


MAX HAVELAAR Diterjemahkan dari Max Havelaar: Or the Coffee Auctions of the Dutch Trading Company
Karya Multatuli Terbitan Edinburgh, Edmonston & Douglas, 1868
Translated from the Original Manuscript by Baron Alphonse Nahu"s All rights reserved
Hak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia ada pada Penerbit Qanita Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting: Susanti Priyandari Proofreader: Wiwien Widyawanti Digitalisasi: Ibn Maxum
Hak cipta dilindungi undang-undang
Pengantar Penerbit Jika politik itu kotor, puisi akan membersihkannya. Jika politik bengkok, sastra akan meluruskannya. John F. Kennedy
etika pertama kali diterbitkan di Belanda tahun 1860, Max Havelaar langsung menggegerkan negeri itu. Novel ini ditulis Multatuli, nama pena dari Eduard Douwes Dekker, mantan Asisten Residen Lebak pada zaman penjajahan Belanda abad ke-19. Max Havelaar mengungkap kebobrokan dan kekejaman kolonial Belanda di Jawa dan memunculkan penerapan Politik Etis sebagai usaha Belanda membayar utang mereka kepada pribumi,
~1~ dengan memberi kesempatan pendidikan kepada para keturunan bangsawan di Jawa dan di Indonesia. Meski pendidikan hanya terbuka bagi kaum elite yang loyal kepada pemerintah Belanda, setidaknya kesempatan itu membuka mata para priayi pribumi tentang kondisi dunia.
Pramoedya Ananta Toer, bahkan berpendapat bahwa reformasi pendidikan kaum elite ini pada akhirnya memunculkan pergerakan nasional, yang memunculkan negara Indonesia dan mengakhiri kolonialisme Belanda pada1945,sertamemicugerakangerakanantikolonialisme di Afrika. Karena itu, Pramoedya menyebut Max Havelaar sebagai buku yang membunuh kolonialisme.
Qanita mempersembahkan Max Havelaar sebagai salah satu buku yang penting dalam khazanah sastra klasik Indonesia. Sebuah karya yang menggugah kebobrokan pemerintahan dan ketidakpedulian para pejabat, sebuah penyakit yang masih menjadi momok di Lebak dan Indonesia hingga masa kini. Redaksi berharap, Max Havelaar dapat diapresiasi oleh para pembaca Indonesia masa kini sebagai sebuah karya sastra yang memperkaya batin pembacanya.
Redaksi menerjemahkan Max Havelaar dari edisi bahasa Inggris terjemahan Baron Alphonse Nahu"s,
~2~ dengan referensi edisi terjemahan Indonesia oleh H.B. Jassin. Redaksi juga melakukan beberapa penyesuaian minor agar bahasanya lebih bisa diterima pembaca sekarang, tetapi dengan tetap mempertahankan nuansa klasiknya.
Akhir kata, selamat menikmati karya ini. Semoga dengan menghargai karya-karya klasik warisan sastrawan masa lalu, kita bisa mengambil makna dan pengalaman yang akan membuka jendela-jendela pelajaran inspirasi.
Salam, Redaksi Qanita ~3~ Pendahuluan AX HAVELAAR diterbitkan beberapa tahun silam di Belanda dan menimbulkan kegemparan besar yang belum pernah terjadi di negeri itu. Penulisnya menggunakan nama samaran Multatuli, tapi nama aslinya Eduard Douwes Dekker, mantan Asisten Residen pemerintah Belanda di Jawa, langsung dikenal. Dengan berapiapi dan sangat antusias, penulisnya mempersembahkan kisah ini kepada saudara-saudara sebangsanya dalam bentuk novel buku yang memperkenalkan bangsa Belanda pada pemerasan dan tirani luar biasa yang diderita oleh penduduk asli Hindia Belanda. Kerajaan Insulinde megah yang melingkari khatulistiwa bak untaian zamrud adalah korban, dan betapa penulisnya
~4~ dalam masa tugasnya berupaya untuk mengakhiri penindasan keji yang berlangsung setiap hari di wilayah itu, tapi sia-sia. Walaupun sebagian orang menganggap buku itu hanyalah novel yang menarik dan memikat, penulisnya menyatakan bahwa isinya adalah fakta. Dengan berani, penulisnya meminta pemerintah Belanda membuktikan kekeliruan isi bukunya, tapi kebenaran itu tidak pernah diperdebatkan.
Di Kongres Internasional untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial di Amsterdam pada 1863, penulis menantang saudara-saudara sebangsanya untuk membuktikan kesalahannya, tapi tidak ada yang berani menerima tantangan itu. Singkatnya, Mr. Douwes Dekker, yang pernah menjadi pejabat pemerintah Belanda selama tujuh belas tahun, cenderung memperhalus daripada melebihlebihkan kebenaran. Tidak satu pun fakta pernah diperdebatkan di Belanda, dan Mr. Douwes Dekker siap untuk membuktikan semua pernyataannya 1 . Di parlemen Belanda tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, tapi Mr. Van Twist, mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, ketika diminta oleh Baron Van Hoevell, mengatakan bahwa dia mungkin bisa membuktikan kesalahan Max Havelaar, tapi tidak tertarik untuk melakukannya. Buku itu membuktikan bahwa kisah dalam Uncle
~5~ Tom s Cabin mengenai kekejian terhadap budakbudak di Amerika tidak ada artinya jika dibandingkan dengan semua yang berlangsung setiap hari di Hindia Belanda.
1 Mr. Veth, Orientalis terkenal di Leyden, yang secara khusus mempelajari masalah-masalah Hindia, menyatakan bahwa Multatuli memperhalus kebenaran. Dia mengatakan bahwa banyak penulis, misalnya Mr. Vitalis dan lain-lain, telah menerbitkan laporan mengenai peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang jauh lebih mengejutkan daripada apa yang digambarkan oleh Multatuli. Mr. Veth memuji kemoderatan Multatuli, mengatakan bahwa lelaki itu menunjukkan kemahiran dengan tidak melebih-lebihkan kisahnya.
Max Havelaar adalah nama yang dipilih oleh penulisnya untuk menjelaskan pengalamannya di Timur; dalam bab-bab pertama bukunya, dia baru saja kembali dari Hindia, dan bertemu dengan teman sekolah lamanya, Tuan Droogstoppel, yang saat itu seorang makelar kopi. Tuan Droogstoppel ini sangat kaya, sedangkan Max Havelaar sangat miskin, sehingga Max meminta teman lamanya itu untuk menjadi penjamin dalam penerbitan bukunya. Mulanya, Tuan Droogstoppel tidak menghiraukan permintaan Max ini. Namun setelah itu, ketika menyadari keuntungan yang bisa diperolehnya, dia bersedia.
~6~ Droogstoppel adalah orang yang sangat unik, hanya peduli pada pekerjaannya, sangat mementingkan diri sendiri, dan digambarkan oleh penulisnya sangat cerdik dan jenaka. Hal itu untuk memperlihatkan perbedaan ekstrem antara dirinya sendiri dan & beberapa saudara sebangsa yang ditemuinya semenjak kepulangannya dari Jawa. Saat itu, Max Havelaar mengenakan selendang kotak-kotak atau syal sehingga Tuan Droogstoppel selalu menyebutnya sebagai Tuan Sjaalman.
Beberapa bulan setelah penerbitan Max Havelaar, salah seorang anggota parlemen Belanda paling terkemuka bersumpah bahwa buku ini membuat seluruh negeri dilanda kengerian. Sia-sia saja pemerintah Belanda itu berupaya berdalih bahwa ini didalangi partai tertentu. Penulisnya secara terbuka menyatakan bahwa dirinya bukan anggota partai liberal ataupun konservatif; dia menempatkan diri di bawah panji KEBENARAN, KESETARAAN, dan KEMANUSIAAN. Namun, begitu dia mengaku sebagai teman umat manusia, tanpa memiliki kecenderungan pada partai politik mana pun, pemerintah langsung menghindari penyebutan namanya, berpura-pura melupakan lelaki yang tindakannya pernah dianggap tercela itu, dan yang
~7~ pengaruhnya bisa membahayakan orang-orang tertentu. Alih-alih menerima tantangan, tampaknya pemerintah lebih memilih untuk bertempur dengan senjata menjijikkan berupa pelecehan dan fitnah. Tentu saja, pembaca tidak akan menganggap pengamatan hipokrit dan tidak masuk akal Tuan Droogstoppel sebagai pendapat penulisnya. Multatuli memang ingin membuat Droogstoppel menjijikkan dan filsafatnya absurd, walaupun terkadang ucapan lelaki itu benar dan masuk akal karena dia adalah tipikal dari sebagian besar orang Belanda masa itu.
Begitulah kecenderungan buku Multatuli. Tidak perlu dikatakan lagi bahwa bukunya akan dihargai oleh kesusastraan dalam bahasa apa pun, dan bisa dibaca untuk memperoleh manfaat ataupun hiburan. Max Havelaar abadi, bukan karena seni atau bakat kesastraannya, melainkan karena tujuan yang diperjuangkannya. Kurasa semua orang yang mengagumi permohonan abadi Harriet Beecher Stowe 2 juga harus membaca tuduhan Multatuli. Aku membandingkan Max Havelaar dengan Uncle Tom s Cabin, tapi tidak membandingkan Multatuli pejuang dan martir kemanusiaan dan keadilan dengan Nyonya Stowe. Karena aku tidak melihat perempuan itu, dengan segala kebajikannya, mengorbankan
~8~ kekayaan pada masa mendatang dan semua hal yang menyamankan kehidupan demi sebuah prinsip untuk kebenaran dan kesetaraan seperti yang dilakukan oleh Eduard Douwes Dekker. Max Havelaar jelas ditulis oleh seorang genius yang hanya muncul setelah jeda panjang dalam sejarah dunia. Pikirannya merengkuh seluruh umat manusia dalam kompas intelektualnya, tanpa memedulikan bangsa atau kasta. Melalui penyebaran buku ini, akan terbentuk ikatan yang merengkuh semua pencinta kegeniusan dan keadilan di seluruh dunia.
2 Penulis Uncle Tom s Cabin penerj.
Penulisnya ingin agar karyanya itu diterjemahkan ke dalam semua bahasa Eropa. Sayangnya, secara tidak disengaja, dia telah melepaskan hak kepemilikan bukunya sendiri, dan seandainya buku itu kemudian tidak dilarang secara resmi dari pemerintah Belanda, mungkin aku tidak akan menjadi penerjemahnya. Karena situasi ini, aku merasa wajib untuk menyebarluaskan sejauh mung-kin kebenaran menyedihkan mengenai kesalahan penerapan undangundang oleh pemerintah Belanda di wilayah jajahan Hindia-nya. Bagi bangsa Inggris, semuanya ini fakta
~9~ baru karena buku yang diterbitkan di Inggris mengenai Hindia Belanda sangatlah sedikit, penuh kepalsuan, dan sama sekali tidak memberikan gambaran mengenai keadaan penduduk aslinya. Aku tidak bisa menilai politik Inggris ataupun Hindia Inggris, tapi sesempurna apa pun pemerintahan Inggris, mustahil pemerintahan itu begitu sempurna sehingga tidak ada lagi yang perlu dipelajari.
ALPHONSE JOHAN BERNARD HORSTMAR
NAHUxS DEN HAAG, 17 Januari 1868
~10~ Mengenang dan Menghormati Everdine Huberts, Baroness van
W"nbergen 3 Istri Setia, Ibu Penyayang dan Pemberani; Perempuan Mulia
ku sering mendengar istri penyair dikasihani; jelas mereka harus punya begitu banyak kebajikan, jika hendak menempati posisi sulit dalam kehidupan itu dengan bermartabat. Sekumpulan sifat istimewa terlangka mutlak diperlukan, walaupun itu tidak selalu mencukupi untuk memperoleh kebahagiaan selayaknya. Menghadapi Dewi Ilham yang selalu merecoki percakapan terintim; memeluk dan menghibur penyair yang adalah suamimu ketika dia kembali kepadamu dalam keadaan terluka oleh kekecewaan terhadap karyanya; atau melihatnya terbang memburu khayalan & inilah peristiwa seharihari bagi istri seorang penyair. Namun, segala
~11~ penderitaan itu bisa juga mendatangkan imbalan kejayaan yang dimenangkan dengan jerih payah kegeniusan sang penyair dan diletakkannya dengan hormat di kaki perempuan yang dicintainya secara sah, di pangkuan Antigone yang bertindak sebagai pemandu bagi pengembara buta dalam menyusuri dunia ini.
3 Tine, istri Max Havelaar penerj.
Namun & jangan keliru: hampir semua cucu lakilaki Homer bisa dikatakan buta menurut cara mereka sendiri. Mereka melihat apa yang tidak kita lihat; pandangan mereka menembus lebih tinggi dan lebih dalam daripada penglihatan kita, tapi mereka tidak bisa melihat jalan raya sederhana yang membentang lurus di depan mata dan mereka bisa tersandung serta terjatuh hanya gara-gara kerikil, seandainya tidak didukung dalam perjalanan susah payah mereka melewati lembah prosa ini, tempat kehidupan manusia terbentang.
(HENRY DE P"NE) ~12~ POLISI : Tuanku, inilah lelaki yang membunuh Bethsy. HAKIM : Dia harus digantung. Bagaimana cara dia melakukannya"
POLISI : Dia mencincang dan menggarami tubuh Bethsy.
HAKIM : Dia penjahat besar. Dia harus digantung. LOTHARIO : Tuanku, saya tidak membunuh Betshy; saya memberinya makanan, pakaian, dan merawatnya. Saya bisa memanggil saksisaksi yang akan membuktikan bahwa saya lelaki baik, dan bukan pembunuh.
HAKIM : Kau harus digantung. Kau memperparah kejahatanmu dengan kesombongan. Tidaklah pantas bagi seseorang yang & dituduh bersalah untuk menganggap dirinya orang baik.
LOTHARIO : Tapi, Tuanku & ada saksi-saksi yang bisa membuktikannya; dan karena saya dituduh membunuh & .
HAKIM : Kau harus digantung. Kau mencincang Bethsy kau menggarami potongan-potongan tubuhnya dan kau merasa puas dengan perbuatanmu tiga tuduhan berat siapakah kau, wahai perempuan" PEREMPUAN : Saya Bethsy.
LOTHARIO : Syukurlah! Lihat, Tuanku, saya tidak membunuhnya.
~13~ HAKIM : Hmh! ya begitu! Bagaimana dengan penggaramannya"
BETHSY : Tidak, Tuanku, dia tidak menggarami saya sebaliknya, dia melakukan banyak hal untuk saya & dia lelaki terhormat!
LOTHARIO : Anda mendengar sendiri, Tuanku, dia mengatakan saya lelaki jujur.
HAKIM : Huh! tuduhan ketiga masih berlaku. Bawa pergi tawanan ini! Dia harus digantung; dia bersalah karena kesombongannya.
(Drama yang tidak dipublikasikan.)
~14~ Bab 1 KU makelar kopi, dan tinggal di Lauriergracht No. 37, Amsterdam. Aku tidak terbiasa menulis novel atau karya semacam itu. Oleh karena itu, perlu waktu lama sebelum aku bisa memutuskan untuk memesan beberapa rim kertas ekstra dan memulai buku ini yang, pembaca budiman, baru saja kau pegang dan harus kau selesaikan, tak peduli kau makelar kopi atau berprofesi lainnya. Bukan hanya tidak pernah menulis sesuatu pun yang menyerupai novel, aku bahkan tidak suka membaca hal-hal semacam itu, karena aku seorang pebisnis.
Sudah bertahun-tahun, aku bertanya kepada diriku sendiri apa gunanya karya-karya semacam itu dan aku takjub melihat kekurangajaran penyair atau penulis
~15~ novel dalam menceritakan kisah-kisah yang tidak pernah terjadi, bahkan kisah-kisah yang sering kali mustahil bisa terjadi. Seandainya aku dalam posisiku aku makelar kopi, dan tinggal di Lauriergracht No. 37 membuat pernyataan kepada seorang pedagang besar, yaitu orang yang menjual kopi, dan mengucapkan sebagian kecil saja dari kebohongan yang sering ada di sebagian besar dari puisi dan novel, dia akan langsung berhenti menggunakanku dan pindah ke Busselinck & Waterman, yang juga makelar kopi tapi kau tidak perlu tahu alamat mereka. Oleh karena itu, aku sangat berhati-hati untuk tidak menulis novel atau mengucapkan pernyataan palsu apa pun. Aku selalu berkomentar bahwa orang yang melakukan hal semacam itu sering kali berakhir buruk.
Usiaku empat puluh tiga tahun, sudah berkecimpung di Bursa selama dua puluh tahun terakhir, dan karenanya aku bisa mengajukan diri kapan pun kau memerlukan orang yang berpengalaman. Betapa banyak firma yang kukenal mengalami kebangkrutan! Dan pada umumnya, ketika kulihat penyebab kegagalan mereka, tampaknya sebagian besar dari mereka mengikuti arah yang keliru sejak awal.
Semboyanku adalah, dan selalu, Kebenaran dan
~16~ Akal-sehat , tentu saja dengan perkecualian Kitab Suci. Asal-muasal kekeliruan itu bisa ditelusuri hingga ke penyair anak kita, Van Alphen 4 , dalam baris pertama puisinya mengenai anak-anak manis . Apa gerangan yang membuat lelaki tua itu menyatakan diri sebagai pemuja adik perempuanku, Truitje, yang sakit mata atau adik laki-lakiku, Gerrit, yang selalu mengupil" Akan tetapi, penyair itu berkata, Cinta menginspirasinya untuk melantunkan puisi-puisi itu.
4 Hieronymus van Alphen, penulis Little Poems for Children, dll., lahir pada 1746, meninggal pada 1803.
Semasa kecil, aku sering kali berpikir, Sobatku tercinta, aku ingin sekali bertemu denganmu, dan jika kau menolak permintaan kelerengku atau cokelat berbentuk inisial namaku namaku Batavus aku yakin kau pembohong. Namun, aku tidak pernah bertemu dengan Van Alphen. Kurasa dia sudah mati ketika mengatakan bahwa ayah adalah sahabatku dan anjing kecilku begitu menyenangkan (kami tidak pernah memelihara anjing, mereka sangat jorok); walaupun aku jauh lebih menyukai Pauweltje Winser kecil yang tinggal di dekat kami di Batavierstraat. Semuanya kebohongan! Akan tetapi, pendidikan
~17~ terus berlangsung dengan cara seperti ini: Adik barumu datang diantar bakul sayur dalam sebuah kubis besar. Semua orang Belanda pemberani dan murah hati. Bangsa Romawi senang karena kaum Batavir tidak membunuh mereka. Bey dari Tunisia sakit perut ketika mendengar bendera Belanda berkibar. Hertog Alva 5 adalah monster. Surutnya air (kurasa pada 1672) bertahan sedikit lebih lama daripada biasanya, melindungi negeri Belanda. Omong kosong! Belanda tetaplah Belanda karena nenek moyang kami tahu cara menangani urusan mereka, dan karena mereka punya keyakinan yang benar itulah alasannya.
5 Seorang panglima besar Spanyol pada abad ke-16 yang ditakuti dan dibenci. Dia mendapat perintah meredakan pemberontakan yang timbul di negeri Belanda.
Lalu, muncul kebohongan lain. Anak perempuan adalah malaikat. Siapa pun yang pertama kali mengutarakan pendapat itu, pasti tidak pernah punya adik perempuan. Cinta adalah kebahagiaan; kau melayang dengan kekasihmu atau yang lainnya ke ujung dunia. Dunia tidak punya ujung, dan cinta semacam itu omong kosong. Tak seorang pun bisa
~18~ mengatakan bahwa aku tidak hidup harmonis dengan istriku dia putri Direktur Last & Co., makelar kopi. Tak seorang pun bisa menemukan kesalahan dalam perkawinan kami. Aku anggota klub Artis 6 yang bergaya, dan istriku punya syal India seharga sembilan puluh dua gulden, tapi kami tidak pernah menuruti cinta konyol yang akan membujuk kami untuk melayang ke ujung dunia. Ketika menikah, kami berjalan-jalan ke Den Haag. Di sana, istriku membeli kain flanel untuk dijadikan kemeja yang masih kukenakan hingga sekarang, dan cinta tidak pernah mendorong kami lebih jauh lagi. Jadi, menurutku semuanya itu kebohongan dan omong kosong!
Apakah kini perkawinanku kurang bahagia jika dibandingkan dengan perkawinan orang-orang yang, garagara cinta murni, menjadi konsumtif atau mencabuti ram-but di kepala mereka" Atau apakah menurutmu, rumah tanggaku akan lebih damai seandainya tujuh belas tahun yang lalu, aku berjanji kepada mempelaiku dalam bentuk puisi bahwa aku akan menikahinya" Omong kosong!
6 Klub di kebun binatang, yang motonya Artis Natura Magistra . Artis Natura Magistra= Alam adalah guru seni penerj.
~19~ Akan tetapi, aku bisa melakukan hal semacam itu dengan sama baiknya seperti orang lain, karena menggubah puisi adalah profesi yang jelas lebih mudah daripada mengukir gading. Jika tidak, bagaimana mungkin kembang gula dengan pembungkus bertuliskan kata-kata mutiara dijual begitu murah" Bandingkan saja harganya dengan harga dua bola biliar.
Aku sama sekali tidak keberatan dengan puisi. Jika kau ingin merangkai kata-kata, baiklah; tapi jangan mengucapkan sesuatu pun selain kebenaran. Jadi Aku tidak akan mengucapkan sesuatu pun untuk menentang perkataan itu, seandainya saat itu memang pukul empat dan hujan memang sudah berhenti. Namun, seandainya saat itu pukul tiga kurang seperempat, aku yang tidak merangkai kata-kata dalam bentuk puisi bisa mengatakan, Pukul tiga kurang seperempat, dan hujan sudah berhenti. Namun si pembuat rima, karena sudah tidak hujan lagi , terpaksa mengatakan empat kali . Entah waktu atau cuacanya yang harus diubah dan hasilnya adalah kebohongan.
Jam berdentang empat kali Dan sudah tidak hujan lagi.
~20~ Dan, bukan hanya rima yang memikat anak-anak muda pada kebohongan. Pergilah ke teater, dan dengarkan semua kebohongan yang diceritakan kepadamu. Sang pahlawan diselamatkan dari tenggelam oleh seseorang yang nyaris mengalami kebangkrutan. Lalu, seperti yang dikisahkan kepada kita, dia menyerahkan setengah kekayaannya kepada penyelamatnya. Ini pernyataan yang tidak mungkin benar, seperti yang akan kubuktikan berikut ini.
Ketika baru-baru ini, topiku tertiup angin dan terce-bur ke dalam Prinsengracht, aku memberikan dua sen kepada lelaki yang mengambilkannya untukku, dan dia merasa puas. Aku tahu sekali, aku pasti akan memberinya sedikit lebih banyak seandainya dia menyelamatkan diriku dari tenggelam, tapi jelas bukan setengah dari kekayaanku. Karena dalam kasus semacam itu, jelas tercebur dua kali ke dalam air akan membangkrutkanku. Yang terburuk dari adegan-adegan di panggung itu adalah orang menjadi begitu terbiasa dengan kebohongan sehingga mereka terbiasa melontarkan kekaguman dan bertepuk tangan. Aku ingin sekali melemparkan semua orang yang bertepuk tangan itu ke dalam air, untuk melihat seberapa banyak dari mereka yang bersungguh-sungguh dengan tepuk tangan itu. Aku, yang mencintai kebenaran, dengan ini
~21~ memperingatkan bahwa aku tidak akan menyerahkan setengah kekayaanku karena diselamatkan dari air. Mereka yang tidak setuju denganku tidak perlu mengenalku. Hanya pada hari Minggu, aku bersedia memberi sedikit lebih banyak demi jam rantai emas dan mantel terbaik yang kupakai.
Ya! Banyak orang dirusak oleh panggung drama, jauh lebih banyak daripada yang dirusak oleh novel; karena kita melihat, kita percaya. Dengan hiasan kertas berkilau dan berenda, semuanya tampak begitu memikat, terutama bagi anak-anak dan orang yang tidak terbiasa melakukan bisnis. Bahkan, ketika mereka ingin menggambarkan kemiskinan, penggambaran mereka pada umumnya berupa kebohongan. Seorang anak perempuan, yang ayahnya mengalami kebangkrutan, bekerja untuk menyokong keluarganya. Baiklah, kau melihat anak perempuan itu di atas panggung, menjahit, merajut, atau menyulam. Nah, hitunglah jumlah sulaman yang dibuatnya di sepanjang babak itu. Dia mengeluh, mendesah, berlari ke jendela. Dia melakukan segalanya, kecuali tekun meneruskan sulamannya. Keluarga yang bisa dihidupi dengan pekerjaan semacam itu, pasti tidak punya banyak keperluan. Anak perempuan ini, tentu saja, menjadi pahlawan. Dia menolak godaan lelaki perayu
~22~ dan terus-menerus meratap, Oh, Ibu, Ibu! sehingga dia merepresentasikan kebajikan. Benar-benar kebajikan yang manis, yang perlu waktu setahun untuk membuat sepasang stoking! Bukankah semuanya ini akan memberimu gagasan palsu mengenai kebajikan dan mengenai bekerja untuk mencari nafkah " Semuanya konyol dan omong kosong!
Lalu, kekasih pertama anak perempuan itu, yang dulunya pegawai penyalin surat, tapi kini kaya raya, mendadak kembali dan menikahinya. Kebohongan lagi. Lelaki kaya tidak akan menikahi putri seorang yang bangkrut. Kau mungkin menganggap adegan semacam itu hanya berlangsung di atas panggung, sebagai suatu perkecualian, tapi penonton akan keliru dengan menganggap perkecualian itu sebagai kelaziman. Dan karenanya mengalami kemerosotan moral dengan membiasakan diri bertepuk tangan untuk sesuatu yang berlangsung di atas panggung, yang dianggap oleh semua makelar atau pedagang terhormat di dunia sebagai kegilaan konyol. Ketika aku menikah, jumlah kami tiga belas orang di kantor ayah mertuaku, Last & Co. dan kujamin banyak bisnis yang dilakukan di sana. Masih ada banyak lagi kebohongan di atas panggung: ketika sang pahlawan berjalan dengan gaya panggung yang kaku untuk
~23~ membela tanah airnya, mengapa pintu belakang selalu terbuka dengan sendirinya"
Lalu, kebajikan ini memperoleh imbalannya! oh, oh! Sudah tujuh belas tahun aku menjadi makelar kopi, di Lauriergracht No. 37, dan aku punya banyak sekali pengalaman, tapi aku selalu terkejut ketika melihat kebenaran sejati diputarbalikkan. Kebajikan yang memperoleh IMBALAN-nya, sungguh! Seakan kebajikan adalah komoditas dagang!
Tidaklah demikian halnya di dunia, dan ini baik sekali; karena, di manakah letak kebajikan sejati seandainya kebajikan selalu memperoleh imbalannya" Mengapa kebohongan yang memalukan selalu diciptakan" Contohnya, Lucas, kuli gudang yang dulu bekerja untuk ayah Last & Co. waktu itu firmanya bernama Last & Meijer, tapi keluarga Meijer sudah tidak ada lagi di dalamnya. Menurutku, Lucas benarbenar jujur. Tidak pernah ada sebutir pun biji kopi yang hilang. Dia pergi ke gereja tepat waktu dan menjauhi minuman beralkohol. Ketika ayah mertuaku sedang berada di rumah pedesaannya di Driebergen, lelaki ini menjaga rumah, uang tunai, dan segalanya. Pernah bank memberinya kelebihan uang tujuh belas gulden, dan dia mengembalikan uang itu. Kini, dia sudah terlalu tua dan rematik untuk bekerja sehingga
~24~ menderita kelaparan, karena bisnis besar kami memerlukan orang-orang muda. Ya, Lucas ini orangnya penuh kebajikan tapi apakah dia memperoleh imbalannya" Adakah pangeran yang memberinya berlian atau hidangan yang sangat lezat" Jelas tidak! Dia miskin, dan tetap miskin, dan memang harus begitu. Aku tidak bisa menolongnya. Kami perlu orang-orang muda yang aktif untuk bisnis besar kami. Tapi, seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuknya, kebajikannya akan memperoleh imbalan berupa kehidupan yang mudah, kini setelah dia tua. Lagi pula, seandainya semua kuli gudang dan semua orang lainnya melakukan kebajikan, mereka semua akan memperoleh imbalan di dunia ini, tidak akan ada lagi imbalan istimewa bagi orang-orang baik di akhirat. Namun, di atas pang-gung, mereka memutarbalikkan segalanya mengubah segalanya menjadi kebohongan.
Aku juga punya kebajikan, tapi apakah aku meminta imbalan untuk itu" Ketika segala urusanku berjalan lancar, sebagaimana yang biasanya terjadi; ketika istri dan anak-anakku sehat sehingga aku tidak perlu berurusan dengan dokter; ketika setiap tahun aku bisa menyisihkan sejumlah kecil uang untuk hari tua; ketika Frits berperilaku baik sehingga bisa
~25~ menggantikan kedudukanku saat aku pensiun ke rumah pedesaanku di dekat Driebergen nanti maka aku akan merasa cukup puas. Tapi, semua ini hanyalah konsekuensi alami dari keadaan, dan karena aku mengurus bisnisku. Aku tidak menuntut apa-apa atas kebajikanku, dan bukti bahwa aku lelaki yang berkebajikan tampak jelas dari cintaku terhadap kebenaran, yang hanya bisa dikalahkan oleh imanku yang kuat aku ingin meyakinkanmu mengenai hal ini, pembaca budiman, karena inilah alasanku menulis buku ini. Gairah lain yang sama kuatnya adalah kecintaanku terhadap bisnis. Aku makelar kopi, di Lauriergracht No. 37.
Pembaca, buku ini lahir dari kecintaan mutlakku terhadap kebenaran dan kegairahanku terhadap bisnis. Akan kuceritakan kepadamu bagaimana semuanya ini terjadi. Namun, karena kini aku harus meninggalkanmu selama beberapa saat, karena harus mengunjungi Bursa, aku mengundangmu untuk membaca bab kedua. Kumohon, bawalah buku ini bersamamu; mungkin akan berguna untukmu. Lihat ini, kartu namaku. Akulah yang disebut Co. , karena keluarga Meijer sudah keluar, dan Last adalah ayah mertuaku.
~26~ ~27~ Bab 2 ISNIS lesu di bursa kopi. Lelang musim semi akan menggairahkannya kembali. Namun, jangan mengira kami tidak punya pekerjaan. Perdagangan di Busselinck & Waterman lebih lesu lagi. Ini dunia yang ganjil: seseorang memperoleh banyak pengalaman dengan sering mengunjungi Bursa selama dua puluh tahun. Bayangkan saja, mereka pernah berupaya maksudku Busselinck & Waterman merebut pelangganku, Ludwig Stern. Karena aku tidak tahu apakah kau mengenal keadaan di Bursa, akan kuberitahukan bahwa Stern adalah pedagang kopi terkemuka di Hamburg dan selalu menjadi pelanggan Last & Co. Aku memergoki permainan curang Busselinck & Waterman secara tidak sengaja. Mereka
~28~ menawarkan penurunan komisi sebesar seperempat persen. Mereka orang-orang rendahan tidak lebih.
Kini, lihatlah apa yang telah kulakukan untuk menghentikan mereka. Siapa pun yang menempati posisiku, mungkin akan menulis surat kepada Ludwig Stern, Bahwa kami juga akan mengurangi komisi, dan kami mengharapkan pertimbangan, mengingat sudah lamanya hubungan bisnis dengan Last & Co.
Sudah kuperhitungkan bahwa firma kami, selama lima puluh tahun terakhir, memperoleh empat ratus ribu gulden dari Stern. Hubungan kami dimulai semenjak permulaan sistem kontinental, ketika kami menyelundupkan hasil bumi Kolonial dan semacamnya dari Helgoland. Tidak, aku tidak akan menurunkan komisi.
Aku pergi ke kedai kopi Polandia, meminta pena dan kertas, lalu menulis:
Karena banyaknya pesanan yang kami terima dari Jerman Utara, transaksi bisnis kami kian berkembang [ini kebenaran mutlak] dan ini memerlukan penambahan jumlah pegawai [ini memang benar: kemarin malam saja, akuntan kami masih di kantor selepas pukul sebelas malam untuk mencari kacamatanya] yang terutama, kami sangat memerlukan pemuda-pemuda terhormat dan
~29~ berpendidikan untuk mengurus surat-menyurat dengan Jerman. Jelas, banyak pemuda Jerman di Amsterdam yang memiliki kualifikasi tersebut, tapi sebuah firma terhormat [ini sungguh benar] mengingat kecerobohan dan ketidakbermoralan para pemuda serta semakin meningkatnya jumlah petualang setiap hari, dan karena ingin sekali menyelaraskan kebenaran perilaku dengan kebenaran dalam melaksanakan perintah [ini memang benar, sungguh, semuanya benar] Firma ini maksudku Last & Co., makelar kopi, Lauriergracht No. 37 sangat berhati-hati dalam menambah pegawai baru.
Semuanya itu kebenaran mutlak, pembaca. Tahukah kau bahwa pemuda Jerman yang selalu berdiri dekat pilar ketujuh belas di Bursa, telah membawa kabur putri Busselinck & Waterman" Sama seperti gadis itu, Marie-ku juga akan berusia tiga belas tahun September ini.
Saya merasa terhormat ketika mendengar dari Tuan Saffeler [Saffeler bekerja untuk Stern] bahwa pimpinan firma terhormat, Ludwig Stern, punya seorang putra, Tuan Ernest Stern, yang ingin bekerja selama beberapa waktu di sebuah rumah dagang Belanda.
Dan saya, meski mengetahui fakta moralitas
~30~ pemuda [di sini, aku kembali mengacu pada ketidakbermoralan pegawai, dan juga kisah putri Busselinck & Waterman tadi; tidak ada salahnya menceritakan hal ini] harap dicatat, setulus hati ingin sekali menawarkan tanggung jawab urusan suratmenyurat berbahasa Jerman dari firma kami kepada Tuan Ernest Stern.
Demi kesopanan, aku menghindari semua penyebutan mengenai honor atau gaji. Tapi kukatakan:
Jika Tuan Ernest Stern berkenan tinggal bersama kami, di Lauriergracht No. 37, istri saya akan merawatnya sebagaimana yang dilakukan oleh seorang ibu dan memperbaiki pakaiannya di rumah [ini benar sekali karena Marie sangat ahli dalam menjahit dan merajut] dan akhirnya kukatakan, Kami adalah keluarga religius.
Kalimat terakhir itu mungkin berguna karena keluarga Stern penganut Luther. Lalu, kukirimkan surat itu. Kau mengerti bahwa Tuan Stern tua tidak mungkin beralih menjadi pelanggan Busselinck & Waterman jika putranya bekerja di kantor kami. Aku ingin sekali mengetahui jawaban mereka. Namun, sekarang kembali pada bukuku.
Beberapa waktu lalu, aku berjalan di malam hari melewati Kalverstraat, lalu berhenti untuk melongok
~31~ toko tempat seorang pedagang sedang sibuk menyortir sejumlah Ini sangat menarik perhatianku karena aku selalu ingin tahu. Mendadak, aku melihat seorang lelaki berdiri di dekatku di depan sebuah toko buku dan kurasa aku pernah melihatnya; walaupun dengan sia-sia, aku berupaya mengingat-ingat. Dia juga seakan mengenaliku; karena kami terus-menerus bertukar pandang. Harus kuakui, perhatianku benarbenar terpusat pada kopi campuran yang sedang kuamati sehingga belakangan, baru kusadari bahwa pakaian lelaki itu sangat lusuh; jika tidak, aku pasti tidak akan menaruh perhatian kepadanya.
Kopi Cirebon kuning, halus, sedang, dari Jawa,
dan sedikit rusak. Namun, mendadak kupikir bahwa dia mungkin pelancong komersial untuk sebuah firma Jerman, dan sedang mencari makelar tepercaya. Wajahnya agak mirip orang Jerman, juga mirip seorang pelancong; dia berkulit putih dan bermata biru, serta ada sesuatu mengenai dirinya yang membuatmu mengira bahwa dia orang asing. Alih-alih mantel musim dingin yang layak, dia mengenakan syal kotak-kotak dan tampak seakan baru saja mengakhiri perjalanan panjang. Karena itu, aku mengira bertemu dengan seorang
~32~ pelanggan potensial. Kudekati dia, lalu kuberikan kartu namaku, Last & Co., makelar kopi, Lauriergracht No. 37 . Dia menerimanya, lalu mendekat ke arah lampu gas untuk membacanya, dan berkata, Terima kasih. Tapi saya keliru; tadinya saya pikir, saya merasa senang berjumpa dengan teman sekolah lama, tapi & Last & bukan itu namanya.
Maaf, kataku, karena aku selalu sopan, saya Tuan Droogstoppel Batavus Droogstoppel; Last & Co. adalah nama firma, makelar kopi, di Lauriergracht No. 37.
Wah, Droogstoppel, kau tidak mengenaliku" Lihat baik-baik wajahku.
Semakin aku mengamati wajahnya, semakin aku ingat pernah melihatnya. Tapi anehnya, wajahnya memberiku kesan seakan aku sedang mencium aroma parfum asing. Jangan tertawa, pembaca; nantinya kau akan tahu alasannya. Aku yakin sekali, dia tidak mengenakan setetes pun parfum. Tapi aku mencium sesuatu yang sangat tajam, sesuatu yang mengingatkanku pada lalu aku mengenalinya!
Kaukah itu, kataku, yang menyelamatkanku dari orang Yunani"
Tentu saja, jawabnya, apa kabar"
Kukatakan bahwa pegawai kami di kantor
~33~ sebanyak tiga belas orang dan kami punya banyak pekerjaan, lalu kutanyakan kabarnya. Dan agak menyesal bertanya karena tampaknya keadaan keuangannya tidaklah begitu baik. Aku tidak menyukai orang miskin karena sebagian besar dari kemiskinan itu adalah kesalahan mereka sendiri dan, menurutku, Tuhan tidak akan meninggalkan orang yang setia melayani-Nya. Seandainya saja aku hanya berkata, Pegawai kami tiga belas orang, dan Selamat malam, lalu aku akan terbebas dari lelaki itu. Tapi semua pertanyaan dan jawaban ini membuatku semakin lama semakin sulit melepaskan diri darinya.
Akan tetapi, harus kuakui, seandainya aku melepaskan diri darinya, kau tidak akan punya buku ini untuk dibaca, karena keberadaan buku ini adalah karena pertemuan itu! Aku gemar melihat sisi baik dari segalanya dan mereka yang tidak berbuat begitu adalah makhluk yang tidak kenal puas; aku pun tidak tahan terhadap mereka. Ya, ya, dialah yang telah menyelamatkanku dari cengkeraman orang Yunani! Akan tetapi, janganlah mengira aku pernah ditawan oleh bajak laut atau aku berkelahi di Levant. Sudah kukatakan kepadamu bahwa, setelah menikah, aku pergi bersama istriku ke Den Haag. Di sana, kami mengunjungi museum dan membeli kain flanel di
~34~ Veenstraat. Itulah satu-satunya perjalanan yang dimungkinkan oleh kesibukan bisnisku di Amsterdam. Tidak; gara-gara akulah, dia meninju hidung seorang Yunani sampai berdarah, karena selalu ikut campur dalam urusan orang lain.
Kurasa saat itu September 1834, waktunya bazar tahunan di Amsterdam. Karena orangtuaku ingin agar aku menjadi pendeta, aku belajar bahasa Latin. Belakangan, aku sering bertanya-tanya mengapa kau harus memahami bahasa Latin untuk bisa mengatakan Tuhan itu baik dalam bahasamu sendiri. Baiklah, aku belajar di sekolah Latin, yang kini disebut Gymnasium, dan ada bazar di Amsterdam, maksudku.
Di Pasar Wester ada kios-kios; dan seandainya kau, pembaca, adalah penduduk Amsterdam, dan kirakira berusia sebaya denganku, kau akan ingat bahwa di salah satu kios itu ada seorang gadis yang luar biasa cantik; berbola mata hitam dan berpakaian seperti orang Yunani. Ayahnya juga orang Yunani atau setidaknya berpenampilan seperti orang Yunani. Mereka menjual segala jenis parfum. Aku baru cukup usia untuk menyadari kecantikan gadis itu, tapi tidak punya keberanian untuk mengajaknya bicara. Upaya semacam itu akan sia-sia; karena gadis berusia
~35~ delapan belas tahun akan menganggap bocah lakilaki berusia enam belas tahun sebagai anak-anak, dan itu memang benar. Namun, kami bocah-bocah sekolahan selalu pergi ke Pasar Wester untuk melihat gadis itu.
Nah, lelaki yang kini berdiri di depanku dengan syal kotak-kotak ini pernah pergi bersama kami, walaupun usianya beberapa tahun lebih muda daripada kami, dan karenanya masih terlalu kekanakkanakan untuk melihat gadis Yunani itu. Tapi dia yang paling top di kelas kami karena sangat pintar, itu harus kuakui dan dia suka sekali bermain, bertanding, dan berkelahi; karena itulah, dia ada bersama kami. Ketika memandangi gadis Yunani itu dari jauh (kurasa kami bersepuluh) dan merundingkan cara untuk berkenalan dengannya, kami memutuskan untuk mengumpulkan uang agar bisa membeli sesuatu. Namun kemudian, sulit sekali untuk mengetahui siapa yang cukup berani untuk mengajak bicara gadis itu. Semua orang ingin melakukannya, tapi tak ada yang berani mengupayakannya. Kami mengundi, dan aku yang terpilih.
Nah, kuakui bahwa aku tidak suka menentang bahaya; aku seorang ayah dan suami, dan menganggap siapa pun yang menentang bahaya adalah orang tolol:
~36~ seperti yang tertera dalam Alkitab. Aku puas ketika menyadari bahwa pandanganku mengenai bahaya dan hal-hal semacam itu masih sama seperti pandanganku bertahun-tahun lalu. Aku masih punya pendapat yang sama seperti pendapatku pada malam ketika aku berdiri di dekat kios orang Yunani itu, dengan membawa uang dua belas sen yang telah kami kumpulkan. Namun, gara-gara malu, aku tidak berani mengaku tidak punya keberanian untuk melakukannya. Lagi pula, aku harus melangkah maju di luar kehendak karena sobat-sobatku mendorongku dan tiba-tiba saja, aku sudah berdiri di depan kios itu.
Aku tidak melihat gadis itu; aku tidak melihat apaapa. Mataku berkunang-kunang & aku tergagap mengucapkan kata kerja Yunani yang tidak kuketahui yang mana & .
Plaitil" Apa maksudmu" tanya gadis itu. Aku sedikit menguasai diri dan melanjutkan dan Mesir adalah hadiah dari Sungai
Nil. Aku cukup yakin bisa berkenalan dengan gadis itu, seandainya saat itu salah satu sobatku tidak mendorongku dari belakang sehingga aku terjatuh dengan keras menabrak kios. Aku langsung merasakan cengkeraman di leherku, lalu cengkeraman kedua, jauh
~37~ di bawahnya. Dan, sebelum punya waktu untuk memikirkan posisiku, aku sudah berada di tenda bersama si lelaki Yunani, yang mengatakan dalam bahasa Prancis yang sangat jelas bahwa aku adalah anak berandalan dan dia akan memanggil polisi .
Nah, aku berada sangat dekat dengan gadis itu, tapi sama sekali tidak merasakan kesenangan. Aku menangis dan memohon ampun karena sangat ketakutan. Namun, sia-sia; lelaki Yunani itu memegangi lenganku, lalu menendangku. Aku mencari sobat-sobatku. Pagi itu, kami baru saja membaca mengenai Sc"vola yang menjulurkan tangannya ke dalam api, dan dalam cerita-cerita Latin, kami menganggap perbuatan itu begitu baik dan mulia. Cih! Tak seorang pun tetap tinggal untuk memasukkan tangannya ke dalam api demi menolongku! Kupikir begitu.
Namun, mendadak teman kami yang bersyal kotakkotak itu, atau kita sebut saja Sjaalman, menerobos masuk lewat pintu belakang kios. Saat itu dia tidak tinggi ataupun kuat, usianya baru tiga belas tahun, tapi dia bocah laki-laki kecil yang tangkas dan pemberani. Aku masih bisa melihat kilat di matanya; dia meninju lelaki Yunani itu, dan aku selamat. Belakangan, aku mendengar bahwa lelaki Yunani itu
~38~ menghajarnya habis-habisan. Namun, karena aku punya prinsip mutlak untuk tidak pernah mencampuri urusan orang lain, aku langsung kabur, jadi aku tidak melihatnya.
Itulah alasannya mengapa wajah lelaki sangat mengingatkanku pada parfum, dan betapa mudahnya bertengkar dengan seorang Yunani di Amsterdam.
Setelah itu, setiap kali lelaki Yunani berada di kiosnya di Pasar Wester, aku selalu pergi ke lain tempat untuk menghibur diri.
Aku sangat menyukai pengamatan filosofis, maka biarlah kukatakan betapa segala sesuatunya berkaitan secara ganjil di dunia ini. Seandainya mata gadis itu tidak begitu hitam, seandainya rambutnya lebih pendek, atau bocah-bocah itu tidak mendorongku hingga menabrak kios, kini kau tidak akan membaca buku ini; oleh karena itu, bersyukurlah atas semua yang terjadi. Percayalah, segala sesuatu di dunia ini baik, sebagaimana adanya, dan orang yang tidak kenal puas dan selalu mengeluh bukanlah temanku. Misalnya, Busselinck & Waterman & ; tapi aku harus melanjutkan ceritaku karena aku harus menyelesaikan bukuku sebelum Lelang Kopi Musim Semi.
Sebenarnya karena aku menyukai kebenaran aku merasa sangat tidak senang berjumpa kembali
~39~ dengan lelaki itu. Aku segera melihat bahwa dia bukanlah teman yang bisa dibanggakan. Dia tampak sangat pucat, dan ketika aku bertanya pukul berapakah saat itu, dia tidak tahu! Hal-hal semacam ini diamati oleh seseorang yang selama kira-kira dua puluh tahun sering mengunjungi Bursa dan bertransaksi bisnis di sana. Aku sudah menyaksikan banyak kejatuhan.
Kupikir dia akan berbelok ke kanan, karena itulah aku berbelok ke kiri; tapi dia juga berbelok ke kiri, sehingga aku tidak bisa menghindari percakapan dengannya. Tapi aku terus mengingat bahwa dia tidak tahu pukul berapakah saat itu, dan menyadari bahwa mantelnya dikancingkan sampai ke dagu. Itu pertanda sangat buruk, jadi aku tidak banyak bicara. Dia mengatakan baru saja kembali dari Hindia, sudah menikah, dan punya anak. Semuanya baik-baik saja; tapi ini tak begitu menarik bagiku.
Di Kapelsteeg 7 sebelumnya aku tidak pernah melewati lorong itu karena dianggap tidak terhormat, tapi kali ini aku hendak berbelok ke kanan dan melewati Kapelsteeg aku menunggu sampai jalanan kecil itu berada persis di belakang kami, untuk membuat lelaki itu mengerti bahwa dia harus berjalan terus, lalu aku berkata dengan sangat sopan karena aku selalu sopan; tidak ada yang tahu apakah setelah
~40~ ini aku akan memerlukan lelaki itu lagi Senang sekali berjumpa kembali denganmu, Pak, & dan & dan, selamat tinggal & . Aku harus lewat sini.
Lelaki itu memandangiku seperti idiot dan mendesah, lalu mendadak memegangi salah satu kancing mantelku & Droogstoppel yang baik, katanya, aku harus minta tolong kepadamu.
Seluruh tubuhku gemetar. Dia tidak tahu pukul berapakah saat itu, tapi harus minta tolong kepadaku! Tentu saja, aku menjawab bahwa, Aku tidak punya waktu, dan harus pergi ke Bursa, walaupun saat itu sudah malam tapi jika selama dua puluh tahun, kau sering mengunjungi Bursa & dan seseorang meminta pertolonganmu tanpa mengetahui pukul berapakah saat itu & .
7 Kapelsteeg= Jalan Kupu-Kupu.
Kulepaskan kancingku, kuucapkan selamat tinggal kepadanya dengan sopan karena aku selalu sopan lalu aku berjalan melewati Kapelsteeg, sesuatu yang tidak pernah kulakukan, karena tidak pantas, padahal aku menyukai kepantasan di atas segalanya. Kuharap tak seorang pun melihatku.[]
~41~ Bab 3 EESOKAN harinya, sepulang dari Bursa, Frits mengatakan bahwa tadi ada seseorang yang datang ingin bicara denganku. Berdasarkan penjelasannya, lelaki itu adalah Sjaalman. Bagaimana dia bisa menemukanku" Oh, ya, aku tahu, kartu nama! Ini membuatku berpikir untuk mengeluarkan anak-anakku dari sekolah, karena sangatlah menjengkelkan setelah dua puluh atau tiga puluh tahun berselang diganggu oleh seorang teman sekolah yang mengenakan syal alih-alih mantel, dan yang tidak tahu pukul berapakah saat itu. Aku juga melarang Frits untuk pergi ke Pasar Wester.
Esoknya, aku menerima surat dan paket besar. Aku langsung membaca suratnya:
~42~ DROOGSTOPPEL YANG BAIK! [Kurasa dia seharusnya menulis Yang Terhormat Tuan Droogstoppel , karena aku seorang makelar.] Kemarin, aku berkunjung ke rumahmu dengan maksud meminta pertolongan. Aku yakin, kau berada dalam keadaan yang baik [Itu benar; pegawai kami tiga belas orang di kantor.] dan aku ingin memanfaatkan reputasimu untuk melaksanakan sesuatu yang sangat penting bagiku. [Bukankah kau akan mengira dia hendak memberiku komisi untuk Lelang Musim Semi"] Karena mengalami banyak kemalangan, aku sedikit memerlukan uang. [Sedikit! Dia tidak punya kemeja; ini disebutnya sedikit!] Aku tidak bisa memberi istriku segala hal yang diperlukan untuk menyamankan kehidupan dan pendidikan anak-anakku, karena terhalang kondisi keuangan, tidak seperti yang seharusnya kuinginkan. [Untuk menyamankan kehidupan " Pendidikan anak-anak " Menurutmu apakah dia ingin membelikan istrinya tiket opera dan menempatkan anakanaknya pada sebuah institut di Jenewa"
Saat itu musim gugur dan udara sangat dingin dia tinggal di loteng-atap dan tanpa perapian. Ini belum kuketahui ketika aku menerima suratnya, tapi setelah itu, aku pergi mengunjunginya, dan aku masih marah
~43~ dengan gaya konyol suratnya. Sialan! Siapa pun yang miskin bisa menyatakan kemiskinannya; orang miskin pasti ada; itu diperlukan dalam masyarakat. Seandainya dia tidak minta sedekah, seandainya dia tidak menjengkelkan siapa pun, aku tidak akan peduli dengan kemiskinannya. Namun, tidaklah pantas untuk menutup-nutupi masalah itu. Nah, mari kita lihat apa lagi yang hendak dikatakannya.]
Karena aku berkewajiban untuk mencukupi keperluan rumah tanggaku, kuputuskan untuk menggunakan bakat yang yakin kumiliki. Aku seorang penyair [Puh! Kau tahu, pembaca, bagaimana pendapatku dan pendapat semua lelaki yang berakal sehat mengenai hal itu.] dan
penulis. Sejak kecil, aku telah mengungkapkan perasaanku dalam bentuk puisi, dan setelah itu pun, aku selalu menuliskan semua perasaan jiwaku dalam puisi. Aku yakin, aku telah membuat beberapa karya yang berharga, dan aku ingin menerbitkannya. Namun, inilah kesulitannya. Aku tidak dikenal oleh publik, dan para penerbit lebih menilai karya berdasarkan reputasi penulisnya daripada nilai isinya. [Persis cara kami menilai kopi, yaitu menurut reputasi merek dagangnya.] Keunggulan karyaku hanya bisa dibuktikan melalui penerbitan, sedangkan para penjual
~44~ buku meminta pembayaran di muka untuk semua biaya [Dan mereka benar sekali.] yang saat ini tidak bisa kupenuhi. Akan tetapi, aku yakin sekali kalau bukuku akan menutupi segala biaya itu, sehingga aku berani menjamin perkataanku ini. Dan, karena termotivasi oleh pertemuan kita kemarin dulu [Itukah yang disebutnya termotivasi!] kuputuskan untuk memintamu agar memberikan jaminan kepada penjual buku sehubungan dengan biaya cetakan pertama, walaupun itu hanya sebuah buku kecil. Kau boleh memilih karya untuk percobaan pertama itu. Kau akan menemukan banyak manuskrip dalam paket yang menyertai surat ini; dari sana, kau akan tahu bahwa aku telah berpikir, bekerja, dan mengalami banyak hal [Aku sama sekali belum pernah mendengar kalau dia punya bisnis.] walaupun aku punya bakat bisa mengungkapkan diri dengan baik, ketidakberuntunganku saat ini bukanlah karena aku kurang berusaha mengesankan orang-orang. Seraya mengharapkan jawaban yang baik, salam dari teman sekolah lamamu [Dan dia menandatangani surat itu; tapi aku merahasiakan namanya karena aku tidak suka mempermalukan orang lain.]
Pembaca budiman, kau bisa memahami betapa tolol tampangku karena mendadak dijadikan makelar
~45~ puisi. Aku yakin sekali bahwa, seandainya Sjaalman aku akan tetap memanggilnya begitu melihatku di siang hari, dia tidak akan berani meminta pertolongan semacam itu dariku; karena kehormatan dan kewibawaan tidak bisa disembunyikan, tapi saat itu sudah malam, jadi aku tidak begitu keberatan. Tentu saja, aku sama sekali tidak mau terlibat dalam omong kosong ini. Seharusnya paket itu kukembalikan, tapi aku tidak tahu di mana lelaki itu tinggal, dan aku tidak mendengar berita apa pun darinya. Kupikir dia sakit atau sudah mati.
Minggu lalu ada pesta di rumah keluarga Rosemeijer, makelar gula. Frits pergi bersama kami untuk pertama kalinya; usianya enam belas tahun. Kupikir pemuda seusianya harus mulai melihat dunia; jika tidak, dia akan pergi ke Pasar Wester atau ke tempat lainnya. Gadis-gadis sedang bermain piano dan beryanyi, dan saat menikmati hidangan pencuci mulut, mereka saling menggoda mengenai sesuatu yang tampaknya terjadi di ruang depan ketika kami sedang bermain di ruang belakang sesuatu yang menyangkut Frits.
Ya, ya, Louise, ujar Bethsy Rosemeijer, kau memang menangis. Papa, Frits membuat Louise menangis.
~46~ Istriku mengatakan bahwa Frits tidak boleh pergi keluar lagi jika dia begitu nakal; dikiranya Frits telah mencubit Louise atau hal semacam itu, dan ini tidaklah pantas. Aku juga sudah bersiap-siap untuk menegurnya, tapi Louise berkata, Tidak, tidak, Frits baik sekali. Aku ingin dia melakukannya sekali lagi! Kalau begitu apa"
Frits tidak mencubitnya; dia berdeklamasi, itu saja. Tentu saja, nyonya rumah menyukai hiburan saat menikmati hidangan pencuci mulut itu menyemarakkan suasana. Menurut Nyonya Rosemeijer, apa yang membuat Louise menangis akan menghibur kami semua juga, dan karenanya dia meminta Frits yang wajahnya semerah kalkun jantan untuk mengulanginya. Aku tidak bisa memahami apa yang telah dilakukan oleh anak ini; aku mengenal seluruh repertoar-nya yang terdiri dari Pesta Pernikahan Dewa-Dewa , Alkitab Perjanjian Lama berima, dan babak dari Pernikahan Camacho yang selalu menjadi kegemaran semua bocah laki-laki karena sedikit menggelikan; dan aku tidak bisa mengerti ada apa di dalam semua ini yang bisa membuat seseorang menangis; memang benar, gadis seusia itu gampang menangis.
Ayo, Frits! Lakukanlah! maka Frits
~47~ memulainya. Karena aku tidak suka mengulur-ulur keingintahuan pembaca, akan langsung kunyatakan di sini bahwa mereka telah membuka paket Sjaalman sebelum berangkat, lalu Frits dan Marie mengambil sepotong kecengengan, yang belakangan memberiku banyak sekali masalah. Buku ini ada gara-gara paket itu, dan nantinya akan kuceritakan dengan selayaknya; karena aku ingin dikenal sebagai pencinta kebenaran, dan aku pebisnis yang baik. [Last & Co., makelar kopi, Lauriergracht No. 37.]
Frits mendeklamasikan sesuatu yang dipenuhi omong kosong. Seorang pemuda menyurati ibunya, mengatakan telah jatuh cinta, tapi kekasihnya menikah dengan orang lain [Kurasa tindakan gadis itu benar.] Akan tetapi, pemuda itu selalu mencintai ibunya. Benarkah pernyataan itu" Apakah menurutmu perlu begitu banyak kata untuk mengatakan hal itu" Bagaimanapun, aku sudah menyantap sepotong roti dan keju, serta hampir menghabiskan buah pir keduaku, sebelum Frits menyelesaikan kisahnya. Namun, Louise kembali menangis, dan kaum perempuan mengatakan bahwa puisi itu sangat indah.
Lalu Frits, yang kurasa mengira dirinya telah mengungkapkan sebuah mahakarya, mengatakan kepada mereka bahwa dia menemukan puisi itu dalam
~48~ paket yang dikirim ke rumahku oleh seorang lelaki bersyal. Kujelaskan kepada kaum lelaki bagaimana hal itu terjadi, tapi aku tidak mengatakan sesuatu pun mengenai gadis Yunani itu, karena ada Frits, dan aku juga tidak menyebut Kapelsteeg. Semua orang berpendapat bahwa tindakanku benar dengan menyingkirkan lelaki itu. Nantinya, kau akan melihat hal-hal lain yang lebih berharga dalam paket itu, yang beberapa di antaranya akan muncul dalam buku ini, karena mereka menyangkut lelang kopi Maskapai.
Belakangan, penerbit bertanya apakah aku tidak ingin menambahkan karya atau puisi yang dideklamasikan oleh Frits. Aku setuju, asalkan orang tahu bahwa aku tidak bertanggung jawab atas semua kecengengan yang diungkapkan itu. Semuanya kebohongan dan omong kosong. Akan tetapi, aku tidak akan mengemukakan pendapatku karena akan menyita tempat. Aku hanya akan berkomentar bahwa puisi itu ditulis di Padang pada 1843, dan ini merek yang jelek maksudku kopi Padang.
[Penerjemah berjuang dengan susah payah karena menyadari banyaknya keindahan dan kelembutan yang hi-lang dalam proses penerjemahan untuk memberikan versi terjemahan dari puisi itu.]
~49~ O Bunda tersayang, jauh ku dari rumah, Tanah tempatku terlahir:
Gundah dan putus asa ku berkelana, Seorang asing menapak bumi. Di rumah itulah air mata bening Pertama kali menggenangi mataku, Tangan lembutmu menghalau ketakutanku: Cinta ibu tak kunjung padam!
Di sanalah kau setia mengawasiku Bocah kecilmu yang tak berdaya, Menuntun langkah pertamaku, Dengan kata dan tatapan lembut. Tapi takdir meretas ikatan Yang menyatukan kita; Dan kini di tanah asing Hanya Tuhan bersamaku! Cintamu, Bunda tersayang, Bertahan dalam suka dan duka, Terus bergelora memenuhi Hati putra tercintamu. Empat tahun silam,
~50~ Ku berdiri di ujung pantai, Menerawang masa depan, Keindahan yang belum kukenali. Tapi kubenci masa kini,
Kumimpikan kebahagiaanku: Kuciptakan Surga untukku, Kuacuhkan semuanya.
Kuucap selamat tinggal: penuh sesal Semua hanya khayalan,
Dan sirna dalam sekejap! O betapa Ku telah teperdaya! Dan waktu berlalu secepat kilat Jejak-jejak tergurat dalam:
Mengeringkan mata air kasih sayang Menghancurkan kedamaianku. Suka duka telah kurasakan, Ku telah berpikir dan berjuang, Seiring doa tulus memohon kelegaan, Tapi badai masih menerpa.
Suka telah kuperjuangkan, Kekuatan datang dan hilang:
~51~ Aku menua dalam perjuangan Menua dalam bilangan jam.
O Bunda tersayang, percayakah kau" (Demi Tuhan tiada ku berdusta), O Bunda tersayang, percayalah, Kau tak pernah terlupakan. Kucinta seorang gadis Bak harta karun tak ternilai, Sumpah demi Yang Mahakuasa, Ku tak tahu betapa atau mengapa. Dan kubersyukur penuh air mata bahagia, Karena Dia menjadikannya milikku, Desahku hilang dalam kesukaan, Hanya untuknya kuberdoa.
Tapi cinta membawa beban kecemasan, Dan masalah menyesakkan dada; Hanya duka dan derita yang kudapat, Ketika kuingin beristirahat!
Rela ku menderita untuknya, Dalam kedukaan berganda; Segalanya siap kukorbankan
~52~ Asal nasib mempertemukan kami bersama! Gambarannya terpatri dalam hatiku, Hingga helaan napas terakhir, Ketika kami tak terpisahkan lagi Di tanah kelahiran tercintanya. Tapi apalah arti cinta menghancurkan, Dibanding cinta di awal kehidupan Cinta yang ditanamkan dari atas Kasih sayang seorang putra! Bayi yang baru meninggalkan rahim, Menatap mata sang bunda
Cahaya penuntun menembus kekelaman Yang ada di sekelilingnya.
Dari dada ibunya dia mengisap Mata air kehidupan:
Kesetiaan bunda menjamin istirahatnya, Melindunginya dari perjuangan awal! Bunda memuja ketakutan konyolnya, Dan menghibur ketika dia menangis, Mencium air mata di pipinya
Dengan cinta yang tak kunjung padam!
~53~ O Bunda tersayang, percayakah kau Putramu masih mencintaimu" O Bunda tersayang, percayakah kau Putramu tidak melupakanmu" Jauh ku dari segalanya, tapi kuingat Tempat yang lebih baik di sana; Kucari sukacita masa kecilku: Tapi tak kutemukan di sini. Hati sunyiku, selamanya berduka: Ku berbeban berat;
Jalanku terhalang belukar duri Kemalangan panjang.
Di dalam pelukan Alam Acap kucurahkan air mata; Acap pula kumendesah, Ketika ketakutan melanda: O Bapa, beri aku bersama kematian, Yang tak kudapat dalam kehidupan: O Bapa, baringkan aku di ranjang Tempat kekasihku terbaring tiada! O Bapa, beri aku di sisi mereka,
~54~ Semua anugerah terbaik-Mu O Bapa, beri aku di sisi mereka, Apa yang kudamba Kedamaian! Tapi desah keputusasaan ini, Lenyap tak terucapkan;
Tiada melayang naik menuju Tuhan, Dan aku berlutut untuk berdoa: Belum, Bapaku, jangan bawa ku pergi, Melewati getar penderitaan
O jangan bawa ku pergi, Bapa; Tapi, kembalikan Bundaku! []
~55~ Bab 4 EBELUM kulanjutkan, harus kukatakan kepadamu bahwa Tuan Stern muda sudah datang; dia pemuda yang baik. Dia tampak aktif dan cerdas, tapi aku yakin dia seorang pemikat Schw"rmer, begitulah orang Jerman menyebutnya. Usia Marie tiga belas tahun. Pakaian Stern muda bagus sekali, dan dia punya buku menyalin untuk mempraktikkan gaya tulisan Belanda. Aku ingin tahu apakah aku akan segera menerima pesanan dari Ludwig Stern. Marie akan menyulam sepasang selop untuknya maksudku untuk Tuan Stern muda. Busselinck & Waterman keliru, makelar terhormat tidak melakukan kecurangan. Itulah pendapatku.
Sehari setelah pesta di rumah keluarga
~56~ Rosemeijer, yang berdagang gula, aku memanggil Frits dan menyuruhnya mengambil paket Sjaalman. Kau harus tahu, pembaca, bahwa aku sangat memegang teguh agama dan moralitas dalam keluargaku. Nah, semalam, persis ketika sedang menyantap buah pir pertamaku, aku mengamati wajah salah seorang anak gadis dan melihat adanya sesuatu yang tidak beres dalam puisi dari paket itu. Aku sendiri tidak mendengarkan, tapi kulihat Bethsy meremas rotinya, dan itu sudah cukup bagiku. Kau akan mengerti, pembaca, bahwa aku orang yang berpengetahuan luas. Kuminta Frits untuk memperlihatkan puisi indah semalam kepadaku, dan aku segera melihat baris yang menyebabkan Bethsy meremas rotinya.
Di sana, disebutkan seorang anak yang berada di dada ibunya aku tidak mengatakan apa-apa soal itu tapi yang baru meninggalkan rahim itulah tidak kusetujui maksudku untuk dibicarakan begitu juga istriku. Usia Marie tiga belas tahun. Kami tidak bicara mengenai kubis 8 dan hal-hal semacam itu; tapi menyebut istilah yang sebenarnya juga tidaklah perlu karena aku sangat mencintai moralitas. Jadi, aku menyuruh Frits, yang sudah menghafalkan puisi itu, untuk berjanji tidak mengulanginya kembali
~57~ setidaknya, sebelum dia menjadi anggota Doctrina 9 , karena tidak ada gadis muda yang datang ke sana lalu aku meletakkan puisi itu di meja tulisku. Namun, aku ingin tahu apakah ada hal lain yang menyinggung moralitas dalam paket itu; aku mulai melihat dan meneliti semuanya. Aku tidak bisa membaca secara keseluruhan karena banyak sekali yang ditulis dalam bahasa asing yang tidak kupahami, tapi akhirnya aku melihat berkas berjudul Laporan Mengenai Penanaman Kopi di Keresidenan Menado . Jantungku melonjak gembira karena aku makelar kopi di Lauriergracht No. 37 dan Menado adalah merek yang sangat bagus. Jadi, Sjaalman yang membuat puisi tak bermoral, rupanya pernah berkecimpung dalam perdagangan kopi.


Max Havelar Karya Multatuli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

8 Lihat halaman 19. 9 Sebuah klub di Amsterdam.
Kupandangi paket itu dengan mata yang berbeda. Di dalamnya, aku melihat banyak berkas yang tak kumengerti seluruhnya, tapi memperlihatkan pengetahuan bisnis. Ada pernyataan, masalah, dan perhitungan yang sama sekali tidak kumengerti. Semuanya dilakukan dengan begitu cermat dan akurat
~58~ sehingga aku, terus terang saja karena aku pencinta kebenaran menganggap Sjaalman bisa menggantikan, seandainya kerani nomor tigaku keluar ini mungkin sekali terjadi karena dia sudah tua dan lamban. Tentu saja, pertama-tama aku ingin memperoleh pernyataan mengenai kejujuran, agama, dan kesopanannya karena aku tidak akan memasukkan seseorang ke kantorku sampai aku merasa puas dengan semuanya ini. Bagiku ini prinsip mutlak. Kau sudah melihatnya dalam suratku untuk Ludwig Stern.
Aku tidak ingin menunjukkan kepada Frits bahwa aku mulai tertarik dengan isi paket itu. Oleh karena itu, aku menyuruhnya pergi. Aku menjadi pusing ketika mengambil berkas satu per satu dan membaca judulnya.
Memang benar, ada banyak puisi di sana, tapi banyak pula yang berguna, dan aku takjub dengan berbagai topiknya yang berbeda. Kuakui karena aku mencintai kebenaran bahwa aku, yang selalu terlibat dalam perdagangan kopi, tidak berhak untuk mengkritik. Tapi tanpa mengkritik pun, aku bisa menyatakan keganjilan pada daftar judul yang berbeda-beda itu. Karena sudah kuceritakan mengenai lelaki Yunani tersebut, kau tahu bahwa di masa muda, aku belajar bahasa Latin dan, walaupun menghindari
~59~ kutipan dalam surat-menyurat karena itu, tidaklah benar di kantor seorang makelar setelah melihat semuanya ini, aku berpikir: De omnibus aliquid, de toto nihil 10 , atau Multa non multum 11 .
Namun, perkataanku ini lebih disebabkan oleh kemarahan, dan keinginan untuk bicara bahasa Latin demi mengingat apa yang pernah kupelajari, bukan karena aku benar-benar serius. Karena, jika aku meneliti salah satu tulisan atau tulisan yang lain selama beberapa saat, harus kuakui bahwa penulisnya tampak sangat memahami segalanya, bahkan punya banyak argumentasi logis untuk mendukung pendapatnya. Dalam paket itu, aku menemukan banyak berkas dan tulisan
Mengenai bahasa Sanskerta sebagai Induk dari semua bahasa Jerman;
Mengenai Hukuman untuk Pembunuh Bayi; Mengenai Asal-usul Kaum Bangsawan; Mengenai Perbedaan Antara Gagasan Waktu Tak Terbatas dan Keabadian ;
Mengenai Teori Probabilitas;
Mengenai Kitab Ayub (ada sesuatu yang lain mengenai Ayub, tapi dalam bentuk puisi);
Mengenai Protein dalam Atmosfer; Mengenai Politik Rusia;
~60~ 10 Semuanya ada, tapi tidak berarti apa-apa penerj. 11 Banyak, tapi tidak banyak penerj.
Mengenai Huruf V okal; Mengenai Penjara Seluler; Mengenai Hipotesis Kuno; Mengenai Horror vacui 12 ;
Mengenai Keinginan Penghapusan Hukuman karena Memfitnah;
Mengenai Penyebab Pemberontakan Belanda Terhadap Spanyol, yang Bukan Dilandasi Keinginan akan Kebebasan Beragama atau Berpolitik;
Mengenai Obsesi Mesin Abadi, Mengotakkan Lingkaran, dan Penarikan Akar Kuadrat Bilangan Irasional;
Mengenai Bobot Cahaya; Mengenai Kemerosotan Peradaban Semenjak Dimulainya Kekristenan;
Mengenai Mitologi Islandia; Mengenai Emile karya Rousseau;
Mengenai Sirius sebagai Pusat Sistem Tata Surya; Mengenai Bea Masuk yang Tidak Berguna, Tidak Pantas, Tidak Adil, dan Tidak Bermoral (ini belum pernah kudengar);
Mengenai Puisi sebagai Bahasa Terkuno (ini
~61~ tidak kupercayai); Mengenai Semut Putih; Mengenai Ketidakalamian Sekolah;
Mengenai Masalah Hidrolik Sehubungan dengan Penanaman Padi;
Mengenai Dominasi Nyata Peradaban Barat; 12 Ketakutan terhadap kekosongan penerj.
Mengenai Harga Kopi Jawa (ini kusisihkan); Mengenai Masyarakat Rahasia Cina, dll., dll., dll. Dan ini belum semuanya. Aku menemukan, selain puisi-puisi yang ditulis dalam beragam bahasa, banyak berkas yang tidak berjudul, roman-roman dalam bahasa Melayu, lagu-lagu perang dalam bahasa Jawa, dan sebagainya. Aku juga menemukan suratsurat, banyak di antaranya dalam bahasa yang tidak kupahami. Beberapa ditujukan kepada Sjaalman, yang lainnya ditulis olehnya, atau hanya berupa salinan; tapi jelas dibuat untuk tujuan tertentu; karena semuanya ditandatangani oleh orang lain, yang menyatakan bahwa dokumen-dokumen itu sama persis dengan aslinya. Aku juga melihat cuplikancuplikan acak dari buku harian, catatan, dan pikiran beberapa teramat sangat acak.
~62~ Seperti yang kubilang, aku telah menyisihkan beberapa berkas yang bagiku tampak berguna dalam bisnisku, karena aku hidup untuk bisnisku tapi harus kuakui bahwa aku sama sekali tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan sisanya. Aku tidak bisa mengembalikan paket itu kepada Sjaalman; karena aku tidak tahu di mana dia tinggal. Kini, paket itu terbuka. Tidak bisa kupungkiri bahwa aku telah melihat isinya [dan aku tidak boleh mengingkari hal itu, karena aku sangat menyukai kebenaran] karena dengan siasia aku telah berupaya mengembalikannya seperti semula. Selain itu, aku tidak bisa menyangkal bahwa beberapa tulisan mengenai kopi telah menarik minatku, dan ingin kumanfaatkan. Setiap hari aku membaca beberapa halaman secara acak, dan semakin lama aku semakin yakin bahwa penulisnya pasti makelar kopi, karena dia begitu memahami segala macam hal di dunia ini. Aku yakin sekali keluarga Rosemeijer, yang berdagang gula, belum tentu memiliki pengetahuan seluas itu.
Kini, aku khawatir Sjaalman akan mampir secara tak terduga, dan sekali lagi punya sesuatu yang hendak diceritakannya kepadaku. Kini, aku sangat menyesal telah berjalan melewati Kapelsteeg malam itu, dan aku menyadari ketidakpantasan melewati jalanan yang
~63~ tidak terhormat itu. Tentu saja, kalau dia datang mungkin karena hendak meminjam uang dan membicarakan paketnya. Lalu, mungkin aku harus memberinya sesuatu sehingga jika keesokan harinya dia mengirimiku sekumpulan manuskrip, benda itu akan menjadi harta milikku secara sah. Lalu, aku akan memisahkan gandum dari sekam; aku akan menyisihkan apa yang kuinginkan untuk bukuku, dan akan membakar atau melemparkan sisanya ke tempat sampah. Ini tidak bisa kulakukan sekarang; karena, seandainya Sjaalman datang kembali, aku harus menunjukkan harta miliknya dan dia, ketika melihat aku tertarik dengan beberapa berkasnya, akan segera tergoda untuk meminta harga yang sangat tinggi karena tidak ada yang lebih mendatangkan kekuasaan kepada penjual, selain pengetahuan bahwa pembeli sangat memerlukan barang dagangannya. Oleh karena itu, posisi semacam itu akan dihindari sebisa mungkin oleh pedagang yang memahami bisnisnya.
Aku punya gagasan lain, yang sudah kusebutkan dan mungkin bisa membuktikan betapa seseorang yang sering mengunjungi Bursa bisa memahami sifat manusia. Begini: Bastiaans, yaitu kerani nomor tiga yang sudah begitu tua dan tolol, akhir-akhir ini tidak masuk kantor lebih dari dua puluh lima hari dalam
~64~ sebulan; dan ketika datang, pekerjaannya sering kali sangat buruk. Sebagai lelaki jujur, aku wajib mempertimbangkan kepentingan firma Last & Co. semenjak keluarga Meijer pensiun memastikan semua orang melakukan pekerjaan masing-masing. Karena aku tidak boleh menghamburkan uang firma demi rasa iba yang keliru, atau kepekaan yang berlebihan. Ini prinsipku. Aku lebih suka memberi Bastiaans tiga gulden dari kantongku sendiri daripada terus membayarnya tujuh ratus gulden per tahun yang tidak patut diterimanya. Telah kuhitung bahwa selama tiga puluh empat tahun bekerja di Last & Co. dan sebelumnya di Last & Meijer, tapi keluarga Meijer sudah tidak ada lelaki ini telah menerima uang sejumlah hampir lima belas ribu gulden, dan bagi lelaki yang menduduki posisinya, itu jumlah yang besar; dan hanya bisa didapat oleh sedikit orang. Dia tidak berhak untuk mengeluh. Aku mengetahui penghitungan ini dari berkas mengenai perkalian.
Tulisan Sjaalman itu bagus. Menurutku dia tampak sangat miskin, dia tidak tahu pukul berapakah saat itu. Jadi bagaimana, pikirku, kalau aku memberikan posisi Bastiaans kepadanya" Seandainya begitu, harus kukatakan kepadanya bahwa dia wajib memanggilku Tuan . Kuharap dia akan menyadari hal itu tanpa
~65~ harus diberi tahu; karena pelayan tidak boleh memanggil nama majikannya begitu saja, atau dia akan ditangkap. Dia bisa memulai dengan empat ratus atau lima ratus gulden per tahun. Bastiaans harus bekerja bertahun-tahun sebelum mendapat tujuh ratus gulden, sehingga bisa dikatakan bahwa aku telah melakukan perbuatan yang baik. Ya, dengan tiga ratus gulden dia bisa mulai bekerja, karena tentu saja, berdasarkan kekurangan pengalamannya, dia akan menganggap tahun pertamanya sebagai pemagangan, dan itu benar sekali; karena dia tidak bisa disetarakan dengan orang yang sudah berpengalaman. Aku yakin sekali, dia akan puas dengan dua ratus gulden saja.
Namun, aku tidak menyukai perilakunya dia mengenakan syal; lagi pula, aku tidak tahu di mana tempat tinggalnya.
Beberapa hari setelah itu, Tuan Stern muda dan Frits menghadiri lelang buku di sebuah hotel, Het Wapen van Bern . Aku sudah melarang Frits untuk membeli sesuatu; tapi Stern, yang punya banyak uang, membawa pulang beberapa sampah: itu urusan-nya. Namun, Frits membawa berita bahwa dia telah melihat Sjaalman, yang tampaknya bekerja di lelang itu, mengambil buku-buku dari rak untuk diberikan kepada pelelang. Kata Frits, dia tampak sangat pucat,
~66~ dan seorang lelaki, yang tampaknya menjadi pengawas di sana, menggeram ketika Sjaalman menjatuhkan beberapa edisi lengkap Aglaja 13 ; dia benar-benar ceroboh karena telah merusak buku-buku kaum perempuan yang bergaya itu.
13 The Aglaja Majalah untuk kaum perempuan, diterbitkan di Amsterdam.
Ketika Sjaalman sedang dimarahi, Frits mendengar bahwa dia mendapat upah lima belas sen per hari. Menurutmu aku hendak memberimu lima belas sen per hari dengan percuma" Begitu kata pengawas itu. Kuhitung bahwa lima belas sen per hari tidak termasuk Minggu dan hari libur, atau dia pasti akan membicarakan berapa upah per bulan atau per tahunnya berarti dua ratus dua puluh lima gulden per tahun. Dengan cepat kuputuskan orang yang sudah berbisnis begitu lama, pasti langsung tahu apa yang harus dilakukan dan keesokan paginya, aku mengunjungi Gaafzuiger 14 , penjual buku yang mengadakan lelang. Aku bertanya mengenai lelaki yang menjatuhkan Aglaja. Dia sudah dipecat, ujar Gaafzuiger; dia pemalas, angkuh, dan penyakitan. Aku membeli sekotak wafer, dan langsung
~67~ memutuskan untuk memberi kesempatan lagi kepada Bastiaans; aku tidak tega mengusir seorang lelaki tua ke jalanan begitu saja. Tegas, tapi sebisa mungkin bersikap sabar, itu selalu menjadi prinsipku; tapi aku tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mencari informasi yang mungkin berguna dalam bisnis. Oleh karena itu, aku bertanya kepada Gaafzuiger di mana Sjaalman ini tinggal. Dia menyebutkan alamatnya, dan aku mencatatnya.
14 Gaafzuiger, nama yang sangat khas: Gaaf= talenta, bakat alam, kemampuan bawaan; zuiger= tolol.
Kurenungkan buku yang hendak kuterbitkan; tapi, karena aku menyukai kebenaran, harus kukatakan kepadamu secara terus terang bahwa aku tidak tahu caranya. Satu hal sudah pasti: bahan-bahan yang kutemukan dalam paket Sjaalman itu penting bagi makelar kopi. Satusatunya pertanyaan adalah, bagaimana cara menyusun bahan-bahan itu dengan benar semua makelar tahu be-tapa penting penyortiran paket-paket.
Namun menulis, kecuali surat-menyurat dengan para Pedagang Besar 15 , bukanlah keahlianku; walaupun aku merasa harus menulis; karena masa
~68~ depan perdagangan bergantung pada buku ini. Informasi yang kuperoleh dari paket Sjaalman bukanlah sesuatu yang hanya menguntungkan Last & Co.; jika tidak, semua orang akan mengerti bahwa aku tidak akan mau repot-repot mencetak buku demi kepentingan Busselinck & Waterman; karena siapa pun yang membantu pesaing dalam bisnis adalah orang tolol; ini prinsip mutlakku. Tidak, aku melihat bahaya yang mengancam seluruh pasar kopi bahaya yang hanya bisa dihindari dengan penyatuan kekuatan seluruh makelar; tapi bahkan, ini pun mungkin tidak mencukupi sehingga penyuling gula dan pedagang indigo 16 mungkin harus membantu.
Dan, ketika kupikirkan sambil menulis, bagiku tampaknya pemilik kapal juga ikut berkepentingan, juga pengapalan komersial
16 Pewarna biru yang diperoleh dari tumbuhan indigo.
Itu memang benar; juga pembuat layar, dan menteri keuangan; pengawas kaum miskin, juga menterimenteri lainnya; tukang kue dan pemilik toko; kaum perempuan dan pembuat kapal; pedagang grosir, pedagang eceran, dan tukang kebun.
Sungguh aneh betapa pikiran terus berjalan ketika
~69~ seseorang sedang menulis. Bukuku sepertinya juga menyangkut pemilik penggilingan, pendeta, penjual pil Holloway; penyuling minuman keras, pembuat ubin, dan mereka yang hidup dari utang negara; pembuat sepatu dan pembuat tali; pemintal dan tukang jagal; pegawai makelar dan pemilik saham Maskapai Dagang Belanda; sesungguhnya, jika dipikir-pikir, buku itu menyangkut semua orang lainnya juga Raja ya, terutama Raja!
Bukuku harus beredar di seluruh dunia. Tidak bisa tidak. Aku tidak peduli jika Busselinck & Waterman membacanya, aku bukan pendengki, tapi mereka hanyalah perempuan tua dan penipu, itulah pendapatku. Hal yang sama ini kukatakan kepada Tuan Stern muda pagi ini, ketika aku memperkenalkannya di Artis 17 : dia mungkin menuliskan hal itu dalam suratnya ke rumah.
Kemudian, beberapa hari yang lalu, ketika aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk bukuku, Frits menunjukkan jalan keluar dari dilemaku. Itu tidak kukatakan kepadanya karena kurasa tidaklah benar untuk menunjukkan kepada seseorang bahwa aku berutang kepadanya; itulah prinsipku, dan itu memang benar. Menurut Frits, Stern adalah lelaki yang sangat pintar, kemajuannya pesat dalam bahasa
~70~ Belanda, dan dia telah menerjemahkan puisi-puisi Jerman Sjaalman itu ke dalam bahasa Belanda. Kau tahu, orang Belanda itu menulis dalam bahasa Jerman, dan bahasa Jerman itu diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Seandainya setiap orang tetap menggunakan bahasanya sendiri, banyak masalah akan terhindarkan. Namun kupikir, jika bukuku bisa ditulis oleh Stern sesekali aku bisa menulis sebuah bab ketika punya sesuatu yang hendak ditambahkan Frits juga bisa membantu [dia punya kamus kata-kata sulit]. Marie bisa menyalinnya dengan baik, dan ini akan menjamin tidak adanya sesuatu pun yang tidak bermoral; karena, kau mengerti, makelar terhormat tidak akan menyerahkan sesuatu pun yang bertentangan dengan moral dan kehormatan ke tangan putrinya.
Kubicarakan rencanaku kepada para anak muda itu, dan mereka menyukainya. Namun Stern, yang sedikit berbakat sastra seperti orang Jerman pada umumnya, ingin ikut ambil bagian dalam menangani topiknya. Ini tidak kusetujui; tapi karena Lelang Musim Semi akan segera dimulai, dan belum ada pesanan dari Ludwig Stern, aku tidak ingin menentang keinginannya. Jadi, kami menyetujui persyaratanpersyaratan berikut:
1. Dia harus menyumbang dua bab setiap minggu.
~71~ 2. Aku tidak boleh mengubah sumbangan tulisannya.
3. Frits akan memperbaiki kesalahan tata bahasanya.
4. Aku mendapat kebebasan untuk menulis sebuah bab sesekali untuk memberikan penampilan terhormat pada buku itu.
5. Judulnya harus Lelang Kopi Maskapai Dagang Belanda .
6. Marie harus membuat salinan yang baik untuk dicetak; tapi kami harus bersabar dengannya pada harimencuci.
7. Satu bab lengkap harus dibacakan setiap minggu di pesta kami.
8. Semua ketidakbermoralan harus dihindari.
9. Namaku tidak akan tercantum di halaman judul karena aku seorang makelar kopi.
10. Stern mendapat kebebasan untuk menerbitkan terjemahan Jerman, Prancis, dan Inggris dari bukuku. Karena menurutnya, karya semacam itu akan lebih dipahami di negara-negara asing daripada di tanah air.
11. Aku harus mengirim kertas, pena, dan tinta kepada Sjaalman. [Stern sangat ngotot soal ini.] Aku menyetujui semuanya karena ingin
~72~ menyelesaikan buku itu. Keesokan paginya, Stern sudah siap dengan bab pertamanya. Dan di sinilah, pembaca, pertanyaan itu terjawab, bagaimana seorang makelar kopi [Last & Co., Lauriergracht No. 37] bisa menulis buku yang menyerupai novel.
Akan tetapi, baru saja Stern mulai bekerja, dia sudah dihadang kesulitan. Selain kesulitan memilih dan menyusun bahan-bahan, setiap saat dia menjumpai kata dan ungkapan yang tidak dipahaminya dalam manuskripmanuskrip itu. Ungkapan yang juga membingungkanku. Ini seringnya dalam bahasa Jawa atau Melayu; dan di sana-sini juga muncul singkatan yang tidak bisa kami pahami. Kurasa kami memerlukan Sjaalman; dan, karena menurutku tidak pantas bagi seorang pemuda untuk jatuh ke dalam pergaulan yang buruk, aku tidak mengutus Stern atau Frits untuk menjemputnya. Aku membawa beberapa kembang gula yang tersisa setelah pesta terakhir (karena aku selalu memikirkan segalanya), dan pergi mencari lelaki itu. Tempat tinggalnya jelas tidak hebat; tapi kesetaraan bagi semua orang, termasuk rumah mereka, hanyalah khayalan. Dia sendiri berkata begitu dalam tulisannya mengenai Tuntutan Terhadap Kebahagiaan . Lagi pula, aku tidak menyukai orang yang selalu merasa tidak puas.
~73~ Tempat tinggal itu berupa kamar belakang di Leidsche Dwarsstraat. Di ruang bawah tanahnya, tinggallah seorang pemilik toko barang bekas yang menjual segala macam barang, misalnya cangkir, tatakan cangkir, perabot, buku tua, gelas, lukisan potret Van Speijk, dan sebagainya. Aku sangat berhati-hati untuk tidak memecahkan sesuatu karena orang semacam itu selalu meminta lebih banyak uang daripada harga barang yang sepatutnya.
Seorang gadis kecil sedang duduk di atas anakanak tangga di depan rumah, mendandani bonekanya. Aku bertanya apakah Tuan Sjaalman tinggal di sana; dia kabur, dan ibunya muncul.
Ya, Pak, dia tinggal di sini. Silakan naik tangga ke lantai pertama, lalu ke lantai dua, dan ke lantai tiga, maka Tuan sudah sampai. Minnie, pergilah dan katakan bahwa ada seorang lelaki yang datang. Siapakah nama Tuan" Kukatakan bahwa aku Tuan Droogstoppel, makelar kopi, di Lauriergracht No. 37, tapi aku sendirilah yang akan memperkenalkan diri.
Aku menaiki tangga seperti yang dikatakannya, dan di lantai tiga aku mendengar suara seorang anak menyanyi, Papa akan segera datang Papa tersayang. Aku mengetuk, dan pintu dibuka oleh seorang perempuan biasa atau nyonya aku tidak tahu
~74~ apa pendapatku mengenainya. Dia tampak sangat pucat dan raut wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Dia mengingatkan kepada istriku pada akhir hari-mencuci. Dia mengenakan gaun putih panjang atau jubah tanpa tali pinggang yang memanjang sampai ke lutut, dan bagian depan gaunnya disatukan dengan peniti hitam. Alih-alih rok yang pantas, di balik gaun itu dia mengenakan sepotong kain linen bertabur bunga yang tampaknya dibelitkan sangat ketat mengelilingi tubuh, pinggul, dan lututnya. Tidak ada tanda-tanda lipit-lipit, kelebaran, atau kegembungan pakaian seorang perempuan. Aku senang aku tidak mengutus Frits; karena pakaian perempuan itu tampak sangat tidak pantas, dan keganjilan itu semakin parah dengan keluwesan gerakan perempuan itu, seakan dia menganggap penampilannya sudah benar, dan agaknya tidak sadar bahwa dirinya tidak terlihat seperti perempuan lainnya. Aku juga merasa dia sama sekali tidak tampak kebingungan dengan kedatanganku: dia tidak menyembunyikan sesuatu pun di bawah meja dan tidak memindahkan kursi dengan kata lain, dia tidak melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan ketika menyambut kedatangan seorang asing yang berpenampilan terhormat.
Dia menata rambutnya ke belakang seperti orang
~75~ Cina, dan mengikatnya di belakang kepala membentuk semacam simpul. Belakangan, aku mendengar bahwa pakaiannya semacam pakaian Hindia yang disebut Sarung atau Kebaya, tapi menurutku pakaian itu sangat jelek.
Apakah Anda istri Sjaalman" tanyaku. Dengan siapa saya mendapat kehormatan untuk bicara" tanyanya, dan dengan nada yang bagiku tampaknya seakan dia juga memintaku bertanya dengan hormat.
Nah, aku tidak suka memuji. Dengan seorang Pedagang Besar , itu lain persoalan; dan aku sudah terlalu lama menjadi orang bisnis sehingga mengetahui posisiku. Namun, kupikir aku tidak perlu repot-repot memberikan pujian di sini. Jadi, aku menjawab singkat bahwa aku Tuan Droogstoppel, makelar kopi, di Lauriergracht No. 37, dan aku ingin bicara dengan suaminya.
Perempuan itu mengisyaratkan agar aku duduk di sebuah kursi kecil, lalu memangku gadis kecil yang sedang bermain di lantai. Bocah laki-laki kecil yang tadi kudengar menyanyi itu menatap lekat-lekat setelah mengamatiku dari kepala hingga kaki. Walaupun baru berusia enam tahun, dia juga sama sekali tidak tampak kebingungan. Pakaiannya juga sangat aneh, celana
~76~ lebarnya hanya memanjang sampai setengah-paha, dan kakinya telanjang hingga ke pergelangan kaki. Sangat tidak pantas, pikirku.
Kau datang untuk bicara dengan Papa" tanyanya mendadak, dan aku langsung melihat bahwa dia telah dibesarkan dengan buruk. Jika tidak, dia pasti akan menyebutku Tuan . Namun, karena sedikit gugup dan ingin bicara, aku menjawab
Ya, Nak, aku kemari untuk bicara dengan papamu. Menurutmu dia akan segera pulang"
Aku tidak tahu. Papa pergi mencari uang untuk membelikanku sekotak cat.
Diamlah, Nak, ujar perempuan tadi. Bermainlah dengan gambar-gambarmu atau pertunjukan bonekamu.
Mama kan tahu, kemarin tuan itu telah membawa pergi semuanya.
Tampaknya seorang tuan telah datang ke sana dan membawa pergi semuanya Kunjungan yang menyenangkan! Perempuan itu tampaknya sedang bermasalah karena diam-diam dia mengusap air mata ketika membawa gadis kecil itu kepada kakak lakilakinya.
Nah, katanya, bermainlah sebentar dengan Noni. Nama yang aneh. Mereka pun bermain-main.
~77~ Nah, Nyonya, kataku, apakah suami Anda akan segera pulang"
Saya tidak tahu, jawabnya.
Lalu, bocah laki-laki kecil yang sedang bermainmain itu pergi meninggalkan adik perempuannya dan bertanya kepadaku:
Pak, mengapa kau memanggil Mama Nyonya " Kalau begitu, Nak, tanyaku, bagaimana aku harus memanggilnya"
Ya, sama seperti orang lain. Nyonya itu panggilan untuk perempuan di bawah, yang menjual tatakan cangkir.
Nah, aku seorang makelar kopi Last & Co., Lauriergracht No. 37; jumlah kami tiga belas orang di kantor dan, jika termasuk Stern yang tidak menerima gaji, jumlah kami empat belas. Istriku bukan Madam, dan aku harus memanggil makhluk ini Madam" Itu mustahil; semua orang harus tetap menempati kedudukan masing-masing lagi pula, juru sita telah membawa pergi semuanya. Kupikir Nyonya sudah benar, dan aku tidak mengubahnya.
Aku bertanya mengapa Sjaalman tidak mengunjungiku untuk menanyakan paketnya. Perempuan itu tampaknya tahu, dan mengatakan bahwa mereka baru saja kembali dari Brussels. Di sana,
~78~ Sjaalman bekerja untuk Ind"pendance, tapi tidak bisa tetap berada di sana, karena artikelnya menyebabkan surat kabar itu sering kali ditolak di perbatasan Prancis. Beberapa hari yang lalu, mereka kembali ke Amsterdam karena Sjaalman mendapat pekerjaan di sana.
Di tempat Gaafzuiger" tanyaku. Ya, memang; tapi gagal, jawabnya.
Aku lebih tahu daripada perempuan itu. Sjaalman telah menjatuhkan Aglaja, juga pemalas, angkuh, dan penyakitan. Oleh karena itulah, mereka memecatnya.
Dan, lanjut perempuan itu, jelas dia akan datang menemui Anda dalam beberapa hari ini, dan mungkin sekarang sedang dalam perjalanan ke rumah Anda untuk meminta jawaban atas permohonannya.
Kukatakan bahwa Sjaalman boleh datang, tapi tidak boleh mengetuk pintu, karena itu akan merepotkan pelayan. Jika dia mau menunggu selama beberapa saat, kataku, pintu jelas akan dibuka ketika seseorang keluar. Lalu, aku pergi dan membawa kembali kembang gulaku; karena sejujurnya, aku tidak menyukai tempat itu. Aku tidak merasa nyaman di sana. Jelas, seorang makelar bukan kuli biasa, dan menurutku penampilanku sangat terhormat. Aku mengenakan mantel bulu, tapi perempuan itu masih
~79~ duduk dengan nyaman, dan bicara dengan tenang kepada anak-anaknya, seakan dia sedang sendirian. Selain itu, dia tampaknya habis menangis, dan aku tidak tahan dengan orang yang tidak pernah merasa puas. Tempat itu dingin dan tidak ramah karena semuanya telah dibawa pergi, padahal aku menyukai keramahan. Dalam perjalanan pulang, kuputuskan untuk memberi kesempatan lagi kepada Bastiaans karena aku tidak suka memecat orang.
Sekarang minggu pertama Stern. Tentu saja, ada banyak hal yang tidak kusukai; tapi aku harus mematuhi persyaratan No. 2. Keluarga Rosemeijer pun berpendapat sama. Tapi, kurasa mereka memujimuji Stern karena pemuda itu punya seorang paman di Hamburg yang berdagang gula.
Sjaalman benar-benar datang ke rumahku; dia sudah bicara dengan Stern, dan memberinya informasi mengenai beberapa kata dan hal yang tidak dipahami oleh pemuda itu. Kumohon pembaca dapat membaca dengan saksama bab-bab selanjutnya. Setelah itu, aku akan menyampaikan sesuatu yang lebih penting, yang disusun sendiri olehku, Batavus Droogstoppel, makelar kopi (Firma Last & Co., Lauriergracht No. 37).[]
~80~ Bab 5 [DISUSUN OLEH STERN] EKITAR pukul sepuluh pagi terjadi keriuhan yang tidak biasa di jalan-raya utama yang menghubungkan Distrik Pandeglang dengan Lebak. Jalan-raya utama mungkin nama yang terlalu baik untuk jalan setapak lebar yang disebut jalan oleh orang-orang demi kesopanan dan karena menginginkan istilah yang lebih baik. Tapi jika kau berangkat dengan kereta yang ditarik oleh empat ekor kuda dari Serang, ibu kota Banten 18 , dengan tujuan Rangkas Bitung, ibu kota baru Distrik Lebak, kau pasti akan tiba di tujuan. Jadi, itu memang bisa disebut jalan.
Memang benar, kau akan sering terjebak dalam lumpur, yang di dataran rendah Banten begitu berat, liat, dan lengket, sehingga para pelancong sering kali
~81~ terpaksa meminta bantuan penduduk desa di sekitar situ bahkan, meminta bantuan dari mereka yang bukan berasal dari sekitar situ karena ada banyak desa di daerah itu. Tapi jika kau akhirnya berhasil memperoleh bantuan dari sejumlah besar petani, tidak diperlukan waktu lama untuk membawa kembali kudakuda dan kereta ke atas tanah padat. Kusir melecutkan cambuknya, para bocah laki-laki berlari kurasa di Eropa, kau akan menyebut mereka palfreniers tapi tidak, kau tidak punya sesuatu pun di Eropa yang bisa menggambarkan para bocah laki-laki yang lari ini. Para bocah laki-laki pelari yang tidak ada bandingannya itu, dengan membawa cambuk pendek tipis, berlari di samping keempat kuda, meneriakkan suara-suara yang tak jelas, dan memukuli perut bawah kuda-kuda itu untuk menyemangati mereka, hingga tibalah saat yang menjengkelkan ketika kereta sekali lagi terbenam dalam lumpur. Setelah itu, teriakan minta tolong diulang kembali; kau menunggu sampai bantuan ditawarkan, lalu perlahanlahan melanjutkan perjalanan.
18 Sebuah keresidenan. Ketika melewati jalan itu, aku sering kali
~82~ berharap menjumpai kereta dengan para pelancong dari abad lalu yang terjebak dalam lumpur dan terlupakan. Namun, ini tidak pernah terjadi. Oleh karena itu, kurasa semua orang yang pergi melewati jalan itu akhirnya tiba di tujuan.
Kau akan keliru jika mengira semua jalan di Jawa sama buruknya. Jalan militer yang bercabang banyak, yang dibangun oleh Marsekal Daendels 19 dengan mengorbankan banyak orang, benar-benar sebuah mahakarya. Dan, kau akan takjub dengan energi lelaki itu yang, tanpa menghiraukan banyak rintangan dari lawan-lawan yang dengki di tanah airnya, berani menghadapi ketidaksukaan penduduk, ketidakpuasan para kepala desa, dan berhasil menyelesaikan tugas yang, bahkan sekarang pun, menimbulkan kekaguman semua pelancong.
19 Herman Willem Daendels dilahirkan di Hattem (Provinsi Gelderland) pada 21 Oktober 1762. Ayahnya wali kota Hattem. Pada 1787, dia pergi ke Prancis dan pada 1793, dia ikut dalam ekspedisi ke Flanders di bawah pimpinan Jenderal Dumouriez. Setelah itu, dia bertugas di Republik Belanda, dan pada 1799, dia tampak menonjol dalam operasi militer melawan tentara Anglo-Rusia di Belanda Utara. Dia mengajukan pengunduran diri pada 1801. Pada 1808, dia diangkat menjadi gubernur jenderal untuk wilayah kekuasaan Belanda di Hindia Timur. Dia diangkat menjadi Mar"chal de l Empire pada 1807. Dari 1808 sampai 1811, dia memimpin koloni-koloni itu. Pada 1811, dia
~83~ ditarik oleh Napoleon I yang mempersatukan Belanda. Dia pun ikut dalam operasi militer pada 1812 di Rusia. Pada 1815, dia diangkat menjadi gubernur wilayah kekuasaan Belanda di Pantai Nugini. Di sana, dia menghapuskan perdagangan budak dan meninggal pada
1818. Tidak ada kuda pos di Eropa, bahkan di Inggris, Rusia, atau Hongaria, yang bisa menandingi kuda pos di Jawa. Di atas tebing gunung tinggi, di sepanjang pinggiran jurang yang membuatmu bergidik, kereta pelancong saratbarang melesat dengan kecepatan penuh. Kusirnya duduk di atas kotak, seakan terpaku di sana selama berjam-jam, ya, bahkan berhari-hari secara terus-menerus, dan mengayunkan cambuk tebal dengan tangan besi. Dia bisa memperhitungkan dengan tepat di mana dan seberapa jauh dia harus menahan kuda-kuda yang sedang berpacu itu, agar bisa mencapai belokan setelah turun dengan kecepatan penuh dari lereng gunung.
Ya Tuhan, (teriak pelancong yang tidak berpengalaman) kita jatuh dari tebing, tidak ada jalanan ada jurang!
Ya, memang begitulah tampaknya. Jalanan itu melengkung dan, persis ketika satu lompatan hewanhewan yang sedang berpacu itu hendak melontarkan mereka ke luar jalur, kuda-kuda itu berbelok dan melemparkan kereta melewati belokan. Dengan
~84~ kecepatan penuh, mereka berlari mendaki gunung yang sesaat sebelumnya tidak terlihat lalu tebing itu sudah berada di belakangmu.
Terkadang, ketika berbelok, kereta hanya disokong oleh roda-roda bagian dalam; gaya sentrifugal mengangkat roda-roda bagian luar dari tanah. Perlu ketenangan yang luar biasa untuk tidak memejamkan mata, dan siapa pun yang bepergian untuk pertama kalinya di Jawa, pada umumnya menulis surat kepada keluarganya di Eropa, mengabarkan bahwa dia baru saja terlepas dari bahaya maut; tapi siapa pun yang tinggal di Jawa akan menertawakannya.
Pembaca, bukan maksudku, terutama pada awal kisah ini, untuk menyia-nyiakan waktu dengan menjelaskan semua tempat, pemandangan, atau bangunan. Aku khawatir sekali akan mengecewakanmu dengan sesuatu yang bisa dikatakan bertele-tele. Oleh karena itu, sampai aku merasa telah merebut perhatianmu, sampai kuamati dalam pandangan dan sikapmu bahwa takdir sang pahlawan perempuan yang melompat dari lantai empat menyita perhatianmu, aku tidak akan membiarkan pahlawan itu melayang di udara dengan sangat tidak menghiraukan hukum gravitasi untuk menjelaskan secara akurat keindahan pemandangan atau bangunan,
~85~ yang seakan diletakkan di suatu tempat untuk memberikan alasan bagi esai tebal mengenai arsitektur Abad Pertengahan. Semua kastil itu serupa satu sama lain. Arsitekturnya selalu heterogen; bangunan utamanya selalu berasal dari pemerintahan terdahulu, lalu bagian kiri dan kanannya ditambahkan belakangan di bawah pemerintahan raja tertentu. Menaramenaranya dalam keadaan bobrok.
Pembaca, tidak ada menara. Menara adalah sebuah gagasan, sebuah mimpi. Yang ada hanyalah setengahmenara dan menara mini. Kefanatikan yang ingin meletakkan menara di atas gedung-gedung yang dibangun untuk menghormati orang suci tertentu, tidaklah bertahan cukup lama sampai pembangunan menara itu selesai; dan puncak menara, yang dirancang untuk mengarah ke surga bagi orang-orang beriman, pada umumnya disokong oleh dua atau tiga dinding di atas dasar yang luas sehingga mengingatkanmu kepada lelaki tak berpaha di bazar, hanya menara gereja-gereja desa berikut puncaknya yang selesai dibangun.
Peradaban Barat tidaklah terlalu bangga melihat antusiasme untuk suatu pekerjaan besar, yang jarang sekali bertahan cukup lama sampai pekerjaan itu selesai. Aku tidak membicarakan pekerjaan-pekerjaan
~86~ yang diperlukan penyelesaiannya untuk menutup biaya; siapa pun yang ingin tahu secara persis apa yang kumaksudkan harus pergi melihat Katedral di Cologne. Biarlah dia merenungkan konsepsi besar bangunan itu dalam jiwa arsiteknya; merenungkan iman dalam hati orang-orang yang menggerakkan mereka untuk maju dan melanjutkan pekerjaan itu; merenungkan pengaruh gagasan-gagasan yang memerlukan bangunan semegah itu sebagai representasi visual perasaan keagamaan yang tidak terlihat; dan biarlah dia membandingkan keantusiasan tadi dengan serangkaian gagasan yang menghentikan pekerjaan itu beberapa abad setelahnya.
Ada jurang yang sangat dalam antara Erwin van Steinbach 20 dan arsitek-arsitek kita! Aku tahu bahwa selama bertahun-tahun, mereka sibuk mengisi jurang itu; di Cologne mereka juga kembali mengerjakan Katedral itu. Namun, bisakah mereka menyambung kabel yang sudah putus" Bisakah mereka menemukan kembali, di masa kini, apa yang menyusun kekuatan para uskup dan arsitek" Kurasa tidak. Uang mungkin disumbangkan, batu dan kapur mungkin dapat dibeli, tukang gambar bisa dibayar untuk membuat rencana, dan tukang batu mungkin dipekerjakan untuk memasang batu-batu tapi iman yang hilang dan
~87~ masih dihormati, yang melihat puisi dalam bentuk bangunan puisi dari granit, yang bicara begitu lantang kepada orang-orang puisi dalam bentuk marmer, yang tegak di sana sebagai doa abadi yang terus-menerus dan tak tergoyahkan, tidak bisa dibeli dengan uang.
***** 20 Arsitek Jerman (1244-1318). Perancang Strasbourg Cathedral. Pada suatu pagi terjadi keriuhan yang tidak biasa di perbatasan antara Lebak dan Pandeglang. Ratusan kuda berpelana berada di jalanan, dan setidaknya seribu orang jumlah yang besar untuk ukuran tempat itu berlarian ke sana kemari dengan penuh harap. Ada kepala-kepala desa dan kepala-kepala Distrik Lebak, semuanya bersama rombongan masing-masing; dan, dinilai dari kuda Arab cantik yang berdiri di sana dengan pelana mewah, se-orang pejabat yang berkedudukan tinggi pasti juga hadir di sana. Dan, memang begitu. Bupati Lebak, Raden Adipati Karta Natanegara telah meninggalkan Rangkas Bitung bersama rombongan besar dan, tanpa menghiraukan usia tuanya, telah menempuh jarak sekitar dua puluh kilometer yang memisahkan tempat kediamannya dari
~88~ Pandeglang. Asisten Residen baru sedang dalam perjalanan; dan adat istiadat, yang menjadi kekuatan hukum di Hindia melebihi tempat lainnya di mana pun, menghendaki agar pejabat yang dipercaya memerintah sebuah distrik disambut dengan meriah pada saat kedatangannya. Pengawas juga hadir. Dia lelaki setengah baya dan, setelah kematian Asisten Residen yang terakhir, sebagai orang yang berada setingkat di bawah Asisten Residen telah melaksanakan pemerintahan selama beberapa bulan.
Begitu kedatangan Asisten Residen yang baru diketahui, sebuah pendopo cepat-cepat didirikan; sebuah meja dan beberapa kursi dibawa ke sana bersama makanan dan minuman ringan, serta Bupati bersama Pengawas menunggu kedatangan pemimpin baru itu di pendopo. Setelah topi berpinggiran lebar, payung, dan pohon berongga, jelas pendopo merupakan representasi paling sederhana dari gagasan mengenai atap .
Bayangkan empat atau enam tiang bambu yang ditancapkan di tanah, masing-masing ujung atasnya saling dihubungkan dengan bambu-bambu lain dengan cara diikat, lalu di atasnya diletakkan penutup dari daun-daun besar palem nipah yang di daerah ini
~89~ disebut atap, maka kau akan memahami gagasan mengenai pendopo . Seperti yang kau lihat, bangunan itu sangat sederhana dan hanya berfungsi sebagai pied"terre 21 bagi para pejabat Eropa dan pribumi yang berada di sana untuk menyambut pemimpin baru mereka.
Tidaklah terlalu tepat jika aku menyebut asisten residen sebagai pemimpin bupati. Aku harus menjelaskan mekanisme pemerintahan di wilayah ini. Sejauh menyangkut hubungan penduduk dengan negara penguasa, apa yang disebut Hindia Belanda [Kurasa penyebutan itu tidak akurat walaupun merupakan istilah resmi.] harus dibagi menjadi dua bagian yang sangat besar.
Bagian pertama terdiri dari suku-suku yang semua raja dan pangerannya mengakui kekuasaan Belanda, tapi juga tetap mempertahankan pemerintahan langsung, dalam derajat yang kecil atau besar, di tangan mereka. Bagian kedua, yang terdiri dari seluruh wilayah Jawa mungkin dengan perkecualian yang sudah jelas dan sangat tidak berarti takluk seluruhnya dan secara langsung kepada Belanda. Di sini tidak ada pertanyaan mengenai upeti, pajak, ataupun persekutuan. Orang Jawa adalah warga negara Belanda. Raja Belanda adalah raja mereka.
~90~ Keturunan mantan pangeran-pangeran dan bangsawanbangsawan Jawa adalah pejabat Belanda. Mereka diangkat, dipindahkan, dipromosikan, dan dipecat oleh gubernur jenderal yang memerintah atas nama raja. Penjahat diadili dan dihukum berdasarkan undang-undang yang dibuat di Den Haag. Pajak yang dibayarkan oleh orang Jawa mengalir ke kas negara Belanda.
21 Pondokan atau pesanggrahan.
Buku ini terutama mengulas wilayah kekuasaan Belanda yang ini, yang membentuk bagian tak terpisahkan dari Kerajaan Belanda. Gubernur jenderal dibantu oleh sebuah dewan. Namun, dewan ini tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah keputusankeputusannya. Di Batavia, cabang-cabang pemerintahan yang berbeda dibagi menjadi departemen-departemen yang dikepalai oleh direktur, yang membentuk mata rantai antara pemerintahan tertinggi gubernur jenderal dan residen di provinsiprovinsi. Namun, dalam masalah-masalah yang bersifat politik, residen-residen ini berhubungan langsung dengan gubernur jenderal.
Istilah residen berasal dari masa ketika Belanda
~91~ lebih bertindak sebagai negara pelindung daripada penguasa feodal dan diwakili oleh pejabat-pejabat residen di istana milik beberapa pangeran yang berkuasa. Pangeran-pangeran itu sudah tidak ada; residen telah berubah menjadi pemerintah provinsi; mereka mendapat kekuasaan sebagai pejabat administratif. Kedudukan mereka berubah, tapi namanya masih bertahan.
Sebenarnya, semua residen itulah yang mewakili kekuasaan Belanda di mata penduduk Jawa yang tidak mengenal gubernur jenderal, anggota-anggota dewan Hindia, ataupun para direktur di Batavia; mereka hanya mengenal residen dan para pejabat yang memerintah di bawahnya.
Keresidenan beberapa di antaranya berpenduduk satu juta jiwa dibagi menjadi tiga, empat, atau lima departemen atau kabupaten yang masing-masing dikepalai oleh asisten residen. Di bawahnya, pemerintahan dilaksanakan oleh para pengawas, penilik, dan sejumlah pejabat lain yang diperlukan untuk pengumpulan pajak, pengawasan pertanian, pembangunan gedung, pengairan, polisi, dan pelaksanaan hukum.
Di setiap departemen, asisten residen dibantu oleh seorang pejabat pribumi berkedudukan tinggi yang
~92~ bergelar bupati . Bupati walaupun hubungannya dengan pemerintah dan departemennya adalah sebagai pejabat bayaran; selalu berasal dari golongan bangsawan tinggi di daerahnya, dan sering kali dari keluarga pangeran yang telah memerintah wilayah itu atau daerah di sekitarnya sebagai penguasa independen. Politik Belanda memang memanfaatkan pengaruh feodal kuno pangeran-pangeran, yang di Asia pada umumnya sangat besar dan dipandang oleh sebagian besar suku sebagai bagian dari agama mereka. Karena, dengan mengangkat mereka sebagai pejabat bayaran kerajaan, terciptalah semacam hierarki yang dikepalai oleh pemerintah Belanda dan diwakili oleh gubernur jenderal.
Tidak ada sesuatu pun yang baru di kolong langit. Bukankah Margrave atau Burgrave dari Kerajaan Jerman ditunjuk dengan cara yang sama oleh kaisar, dan pada umumnya dipilih dari kalangan Baron" Tanpa menjelaskan panjang lebar asal-usul kebangsawanan yang sudah cukup jelas itu, di sini aku ingin menyisipkan pengamatan bahwa, di seluruh Hindia, tujuan yang sama telah mendatangkan akibat yang sama seperti di Eropa. Seandainya sebuah negara harus diperintah dari jarak yang sangat jauh, kau perlu pejabat-pejabat untuk mewakili kekuatan
~93~ pusat. Maka orang Romawi, di bawah sistem despotisme militer, memilih pejabat-pejabat administratif dari kalangan jenderal legiun-legiun yang telah menaklukkan negara bersangkutan. Distrikdistrik semacam itu, kemudian tetap menjadi provinsi dan diperintah sebagai wilayah taklukan.
Namun, ketika kemudian kekuatan pusat Kekaisaran Jerman ingin menaklukkan penduduk di sana dengan sarana lain selain kekuatan fisik, begitu wilayah yang jauh itu dianggap sebagai milik kekaisaran berdasarkan kesamaan asal, bahasa, dan adat istiadat, diperlukan penugasan seseorang, tidak hanya berasal dari wilayah itu, tapi juga berkedudukan lebih tinggi daripada warga negara lainnya, agar kepatuhan terhadap perintah-perintah kaisar bisa dipermudah dengan kepatuhan militer penduduk terhadap orang yang dipercaya melaksanakan semua perintah itu. Dengan cara ini, biaya tentara permanen bisa ditiadakan seluruhnya atau sebagian dari kas negara. Maka Count 22 pertama dipilih dari baron-baron di wilayah itu dan, seandainya kau mengartikan kata itu secara harfiah, Count bukanlah gelar kebangsawanan, melainkan penyebutan seseorang yang mendapat jabatan tertentu. Oleh karena itu, menurutku pendapat tersebut juga
Kisah Sepasang Rajawali 19 From Sumatra With Love Karya Esi Lahur Pedang Langit Dan Golok Naga 12

Cari Blog Ini