Ceritasilat Novel Online

Max Havelar 3

Max Havelar Karya Multatuli Bagian 3


Saya tahu, di antara kalian ada orang-orang yang unggul dalam pengetahuan dan kebaikan hati; saya berharap bisa memperluas pengetahuan saya dengan berhubungan bersama kalian, karena pengetahuan saya tidaklah seluas yang saya inginkan. Dan jelas, saya menyukai kebajikan, walaupun saya rasa di dalam jiwa saya sering kali terdapat kesalahan-kesalahan yang menutupi kebajikan itu dan menghambat perkembangannya; karena, kalian tahu betapa pohon
~183~ besar menyingkirkan dan membunuh pohon kecil. Oleh karena itu, saya ingin meneladani mereka yang unggul dalam kebajikan di antara kalian untuk berupaya menjadi lebih baik daripada sekarang.
44 Banten Kidul= Banten Selatan= Lebak. Terimalah salam hormat saya.
Ketika Gubernur Jenderal memerintahkan saya untuk datang kepada kalian sebagai Asisten Residen di distrik ini, hati saya gembira. Kalian tahu, saya belum pernah menginjakkan kaki di Banten Kidul. Oleh karena itu, saya mencari informasi mengenai distrik kalian dan menemukan banyak kebaikan di Banten Kidul. Kalian memiliki sawah di lembahlembah, dan ada sawah di pegunungan. Kalian ingin hidup dalam damai, dan kalian tidak ingin tinggal di distrik-distrik yang dihuni oleh orang lain. Ya, saya tahu ada banyak kebaikan di Banten Kidul.
Tapi, bukan hanya karena itu hati saya bergembira. Karena di lain tempat, saya juga bisa menemukan banyak kebaikan.
Saya tahu penduduk kalian miskin, dan karenanya saya bergembira dengan sepenuh jiwa.
Karena saya tahu, Tuhan mencintai orang miskin,
~184~ dan Dia melimpahkan kekayaan kepada mereka yang hendak diujinya. Tapi kepada orang miskin, Dia mengutus semua orang yang menyampaikan firman- Nya, sehingga mereka bisa bangkit di tengah penderitaan mereka.
Bukankah Dia mencurahkan hujan ketika batangbatang padi hendak melayu, dan menurunkan embun dalam kelopak bunga yang kehausan"
Bukankah mulia untuk diutus mencari mereka yang kelelahan, yang tertinggal setelah bekerja dan jatuh tersungkur di jalanan karena lutut mereka tidak cukup kuat untuk membawa ke tempat mereka bisa memperoleh upah" Tidakkah saya merasa gembira, ketika mengulurkan tangan kepada mereka yang terjatuh ke parit dan memberikan tongkat kepada mereka yang hendak mendaki gunung" Tidakkah hati saya melonjak gembira ketika melihat bahwa saya telah dipilih di antara banyak orang untuk mengubah keluhan menjadi doa dan ratapan menjadi rasa syukur"
Ya, saya sangat gembira berada di Banten Kidul. Saya berkata kepada perempuan yang turut merasakan penderitaan saya dan meningkatkan kebahagiaan saya: Bergembiralah, karena saya lihat Tuhan memberkati kepala anak kita! Dia telah
~185~ mengirim saya ke tempat yang banyak pekerjaannya, dan Dia menganggap saya layak untuk berada di sana sebelum masa panen. Karena, kita bergembira bukan karena memotong padi; kita bergembira karena memotong padi yang kita tanam sendiri. Dan, jiwa manusia tidak bergembira karena upah, tapi karena bekerja untuk mendapatkan upah itu.
Dan, saya katakan kepadanya: Tuhan telah mengaruniai kita seorang anak; dan akan tiba saatnya ketika anak itu berkata: Tahukah kalian kalau aku adalah anak-nya" Lalu, mereka yang tinggal di desa ini akan menyambut anak itu dengan cinta, meletakkan tangan di kepalanya, dan berkata: Duduklah bersantap bersama kami, tinggallah di rumah kami, dan ambillah sebagian milik kami; karena kami mengenal ayahmu.
Karena, wahai para pejabat Lebak, banyak yang harus dilakukan di distrik kalian.
Katakan, bukankah para buruh miskin" Bukankah padi kalian sering kali menguning untuk mereka yang tidak menanamnya" Bukankah terjadi banyak kekeliruan di desa kalian" Bukankah jumlah anak kalian sedikit"
Tidak adakah rasa malu di jiwa kalian, ketika penduduk pribumi Bolang yang terletak di sebelah
~186~ Timur sana mengunjungi desa kalian dan bertanya, Di mana desadesanya, di mana para petani, dan mengapa kami tidak mendengar bunyi gamelan yang menandakan kegembiraan, juga tidak mendengar bunyi padi ditumbuk oleh anakanak perempuan kalian"
Tidak adakah kegetiran ketika berjalan dari sini ke Pantai Selatan, ketika melihat pegunungan yang tidak punya air di lereng-lerengnya, atau melihat datarandataran yang tidak pernah dibajak kerbau"
Ya, ya, saya katakan kepada kalian bahwa jiwa saya dan jiwa kalian merasa sedih karena semuanya ini. Oleh karena itu, kita bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi kita kekuatan untuk bekerja di sini.
Karena di desa ini, kami punya sawah untuk banyak orang, walaupun penduduknya sedikit. Bukannya hujan tidak turun karena puncak pegunungan mengisap awanawan dari langit ke bumi. Bukannya ada batu di manamana yang menolak tempat untuk akar. Karena di banyak tempat, tanahnya gembur serta subur, dan meminta bijibijian yang bersedia kembali kepada kalian dalam bentuk batang yang merunduk. Tidak ada perang di dalam negeri yang membuat padi terinjak-injak ketika masih hijau, juga tidak ada penyakit yang melumpuhkan pacul. Juga tidak ada sinar matahari yang lebih garang daripada yang
~187~ dibutuhkan untuk mematangkan biji-bijian, yang akan menjadi makanan kalian dan anak-anak kalian. Juga tidak ada banjir yang membuat kalian berkata, Tunjukkan tempat di mana kami telah menabur benih!
Jika Tuhan mengirim banjir yang menyapu ladangladang; jika Dia mengeraskan tanah menjadi batu gersang; jika Dia membuat matahari membakar, bahkan hingga hangus; jika Dia mengirim perang untuk menghancurkan sawah-sawah; jika Dia membantai dengan penyakit yang membuat tangan lemah atau dengan kekeringan yang membunuh jagung maka, para pemimpin Lebak, kita akan menundukkan kepala dan berkata: Kehendak-Mu terjadilah!
Namun, bukan itu yang terjadi di Banten Kidul. Saya dikirim kemari untuk menjadi teman kalian, menjadi kakak kalian. Bukankah kalian harus memperingatkan adik kalian seandainya melihat harimau di jalanan yang hendak dilaluinya"
Para pemimpin Lebak, kita sering kali melakukan kesalahan, dan desa kita miskin karena kita telah melakukan begitu banyak kesalahan.
Karena di Cikandi, Bolang, dan Karawang, serta di daerah sekitar Batavia, ada banyak orang yang dilahirkan di desa kita dan telah meninggalkan desa
~188~ kita. Mengapa mereka mencari kerja jauh dari tempat menguburkan orangtua mereka" Mengapa mereka kabur dari desa tempat mereka disunat" Mengapa mereka lebih menyukai kesejukan pohon yang tumbuh di sana daripada naungan hutan kita"
Bahkan di sana, di Barat Laut, di seberang lautan, ada banyak orang yang sebenarnya anak kita, tapi meninggalkan Lebak untuk berkelana di daerah-daerah asing bersama keris, kelewang, dan senapan! Di sana pula, mereka tewas secara menyedihkan karena pemerintah punya kekuatan untuk mengalahkan pemberontak.
Saya bertanya kepada kalian, para pemimpin Lebak. Mengapa banyak orang pergi untuk tidak dimakamkan di tempat mereka dilahirkan" Mengapa pohon bertanya: Di manakah orang yang kulihat bermain di kakiku semasa dia masih kecil"
Di sini, Havelaar menunggu sejenak. Untuk memahami sampai derajat tertentu, betapa mengesankan katakatanya, seseorang harus mendengar dan melihatnya sendiri. Ketika dia bicara mengenai anaknya, ada kelembutan dalam suaranya, sesuatu yang sangat mengharukan dan membujukmu untuk bertanya, Di manakah anak kecil ini" Aku akan
~189~ langsung mencium anak itu, yang telah membuat ayahnya bicara seperti itu.
Namun, ketika kemudian Havelaar mendadak mulai bertanya mengapa Lebak miskin, dan mengapa begitu banyak penduduk di daerah itu pindah ke tempat lain, ada sesuatu dalam nada suaranya yang mengingatkanmu pada suara yang diciptakan oleh bor ketika diputar paksa di dalam kayu keras. Tapi, dia tidak bicara begitu keras, juga tidak memberikan tekanan pada kata-kata tertentu, bahkan ada sesuatu yang monoton dalam suaranya. Tidak peduli alami atau buatan, kemonotonan inilah yang malah membuat kata-katanya lebih mengesankan di benak yang begitu sensitif terhadap bahasa semacam itu.
Kiasan-kiasan, yang selalu diambil Havelaar dari kehidupan di sekitarnya, baginya berfungsi sebagai sekutu untuk membuat apa yang dimaksudkannya bisa dipahami dengan sempurna, dan bukan, seperti yang sering terjadi, menjadi tambahan menjengkelkan yang membebani frasa-frasa sang orator tanpa mengimbuhkan kesederhanaan pada apa yang hendak diilustrasikannya. Sekarang ini, kita telah terbiasa dengan keabsurdan ungkapan sekuat singa . Namun, orang yang pertama kali menggunakan kiasan ini di Eropa telah memperlihatkan bahwa dia tidak
~190~ mengambil perbandingan itu dari puisi jiwa yang menciptakan kiasan ini, dan karenanya dia tidak bisa berkata lain, kecuali meniru begitu saja dari buku tertentu mungkin dari Alkitab yang menyebut soal singa. Karena tak seorang pun pendengarnya pernah menguji kekuatan singa, seharusnya mereka diminta untuk menilai kekuatan itu dengan membandingkan singa dan makhluk lain yang kekuatannya diketahui oleh mereka, dan bukan sebaliknya.
Kau tahu, Havelaar benar-benar seorang penyair. Ketika bicara mengenai sawah yang berada di pegunungan, dia mengarahkan mata ke sana lewat sisi terbuka gedung dan seakan benar-benar berdiri di sana; dan, dalam imajinasi para pendengarnya, Havelaar benar-benar memandang ke sekeliling dan bertanya mengenai penduduk Lebak yang hilang. Dia tidak menciptakan sesuatu pun; dia mendengar pohon bicara, dan hanya ingin mengulangi apa yang didengarnya begitu jelas di dalam inspirasi puitisnya.
Seandainya ada orang yang cenderung mengamati bahwa keaslian cara bicara Havelaar bisa dipertanyakan, karena bahasanya mengingatkan pada gaya para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama. Aku harus memperingatkan orang itu mengenai apa yang sudah kukatakan, yaitu dalam puncak kegembiraannya,
~191~ Havelaar benar-benar menyerupai seorang nabi; dan dia berdasarkan kesan yang diterimanya ketika tinggal di hutan dan pegunungan, dan berdasarkan atmosfer bernapaskan puisi di Timur mungkin tidak akan bicara dengan cara lain, seandainya pun dia belum pernah membaca puisi-puisi agung Kitab Perjanjian Lama.
Bukankah kita akan menemukan, di antara puisipuisi yang ditulis oleh Havelaar semasa muda, baris-baris berikut ini yang disusunnya di Gunung Salak salah satu puncak tertinggi di Kabupaten Priangan di dalam pembukaan pidato yang mengungkapkan kelembutan emosinya, yang lalu mendadak beralih pada penggambaran guntur yang didengarnya di bawahnya:
Lebih suka di sini, memuja sang Pencipta; Lebih indah doa terdengar, di antara pegunungan Daripada di dataran. Di puncak gunung Hati lebih dekat dengan Tuhan, yang menciptakan Altar dan kuil untuk-Nya sendiri,
Tak ternoda kaki keangkuhan manusia. Di sini Dia membuat badai berderak terdengar
Guntur bergulung-gulung menyeru Tuhanku!
~192~ Tidakkah kau merasa Havelaar tidak akan bisa menulis dua baris terakhir itu, seandainya tidak benarbenar mendengar guntur Tuhan menyampaikan katakata itu di dalam derak-derak menggema di sepanjang lereng gunung"
Namun, dia tidak suka menulis puisi; katanya itu seperti mengenakan korset ketat dan, ketika didesak untuk membacakan sesuatu yang ditulisnya, dia suka menganiaya karyanya sendiri, entah membacanya dengan nada konyol atau berhenti mendadak di bagian yang paling serius, lalu melontarkan lelucon yang mengejutkan para pendengarnya. Ini tidak lebih dari sekadar satire mengenai ketidakseimbangan antara jiwanya dan korset yang mengungkungnya.
Havelaar telah mengisyaratkan agar teh dan makanan kecil dibawa masuk; tapi hanya sedikit pejabat yang mengambil sajian itu. Tampaknya dia sengaja berhenti sejenak di akhir pidatonya; dan ada alasan untuk itu. Apa yang ada dalam pikiran para pejabat itu mengenai pengetahuan Havelaar bahwa begitu banyak orang telah meninggalkan Lebak dengan kepahitan dalam hati mereka" Bahwa Havelaar tahu tentang keluarga-keluarga yang telah pindah ke wilayah-wilayah tetangga untuk menghindari kemiskinan yang merajalela di sini, dan bahwa ada
~193~ begitu banyak penduduk Banten di antara gerombolan yang memberontak terhadap pemerintah Belanda" Apa maksud Havelaar" Apa yang ditujunya" Kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diajukan"
Beberapa di antara mereka memandang Kepala Distrik Parang Kujang. Namun, sebagian besar dari mereka menunduk memandang lantai.
Ke sini, Max, ujar Havelaar, yang melihat anaknya bermain di depan rumah; lalu Adipati memangku anak itu. Namun, Max terlalu lasak untuk berlama-lama di sana; dia melompat turun dan berlari mengelilingi lingkaran besar orang-orang itu, menghibur para pejabat dengan celotehannya, dan memain-mainkan gagang senjata mereka. Ketika dia menghampiri Jaksa yang seragamnya mengungguli semua orang lainnya sehingga menarik perhatian anak itu, Jaksa menunjukkan sesuatu di kepala Max kecil kepada Kliwon yang duduk di dekatnya dan tampak menyetujui pengamatannya.
Pergilah, Max, ujar Havelaar; Papa harus bicara dengan Tuan-Tuan ini.
Bocah kecil itu pun berlari pergi seraya memberi salam perpisahan dengan mencium tangannya sendiri.
Para pemimpin Lebak! Kita semua melayani Raja Belanda. Namun, raja yang adil itu, yang menghendaki
~194~ agar kita melaksanakan tugas kita, berada jauh dari sini. Tiga puluh kali ribuan jiwa, bahkan lebih, berada di bawah pemerintahannya, tapi dia tidak bisa berada di dekat semua orang yang bergantung pada kehendaknya.
Gubernur Jenderal yang berada di Buitenzorg 45 itu adil, dan menghendaki semua orang untuk melaksanakan tugas mereka. Walaupun dia berkuasa dan memerintah semua pihak yang berkuasa di kotakota dan tetua di desadesa, dan juga menguasai tentara di darat dan di kapalkapal di lautan, dia juga sama seperti Raja, tidak bisa melihat ketidakadilan yang terjadi karena ketidakadilan itu berada jauh dari-nya.
Dan, Residen Serang yang memimpin Keresidenan Banten, tempat tinggal lima kali seratus ribu jiwa, menghendaki agar keadilan diberlakukan di daerah kekuasaannya, dan kebenaran berkuasa di wilayahwilayah yang tunduk kepadanya. Tapi, ketidakadilan terjadi jauh dari tempat tinggalnya dan siapa pun yang melakukan kejahatan telah menyembunyikan diri karena mengkhawatirkan penghukuman.
Dan, Tuan Adipati yang menjadi Bupati Banten Selatan, menghendaki agar semua orang berbuat baik dan tidak ada lagi kejahatan di wilayah kekuasaannya. Dan, saya yang kemarin bersaksi kepada Tuhan
~195~ yang Mahakuasa untuk berbuat adil dan penuh belas kasih, untuk menegakkan keadilan tanpa rasa takut atau benci, untuk menjadi Asisten Residen yang baik ingin melaksanakan tugas saya.
45 Bogor, tempat kediaman Gubernur Jenderal di dekat Batavia.
Para pemimpin Lebak! Kita semua ingin melaksanakan tugas kita.
Tapi, seandainya ada di antara kita yang melalaikan tugas untuk mencari keuntungan, yang menjual hak demi uang, atau yang merampas kerbau dari orang miskin dan roti dari mereka yang kelaparan siapakah yang akan menghukum mereka"
Seandainya ada yang tahu, dia pasti akan menghentikannya sehingga Bupati tidak akan menghadapi ketidakadilan semacam itu di kabupatennya. Saya sendiri akan menentangnya sebisa mungkin. Tapi, seandainya kalian, Bupati, ataupun saya sendiri tidak mengetahuinya
Para pemimpin Lebak! Kalau begitu, siapakah yang akan menegakkan keadilan di Banten Kidul"
Dengarkan saya, maka akan saya beri tahukan bagaimana keadilan ditegakkan dalam kasus semacam itu.
~196~ Akan tiba saatnya ketika istri dan anak-anak kita meratap ketika menyiapkan kain kafan kita, dan orang lewat akan berkata, Ada seseorang yang meninggal di sana. Setelah itu, orang yang tiba di desa-desa akan menyampaikan berita kematian tersebut, dan orang yang menampungnya akan bertanya, Siapakah orang yang meninggal itu"
Dia orang baik dan adil. Dia menegakkan keadilan dan tidak mengusir peminta-minta dari pintu rumahnya. Dia mendengarkan dengan sabar semua orang yang datang kepadanya, dan mengembalikan segala yang dirampas. Dan, jika ada yang tidak bisa membajak tanah karena kerbaunya dirampas dari kandang, dia membantunya mencari kerbau itu; dan jika ada anak perempuan yang dibawa kabur dari rumah ibunya, dia mencari penculiknya dan membawa kembali anak perempuan itu. Dan, ketika pekerjaan sudah selesai, dia tidak menahan upah, juga tidak merampas buah dari orang yang menanam pohonnya, juga tidak mengambil upah orang lain, juga tidak menyantap makanan milik orang miskin.
Maka penduduk desa akan berkata: Allah Mahabesar; Allah telah memanggilnya pulang. Kehendak-Nya terjadilah; seorang baik telah meninggal.
~197~ Tapi sekali lagi, orang lewat akan berdiri di depan sebuah rumah dan bertanya, Ada apa ini, mengapa gamelan membisu, dan nyanyian gadis-gadis tidak terdengar" Dan, sekali lagi akan dikatakan, Seseorang meninggal.
Dan, siapa pun yang berkeliling ke desa-desa akan duduk pada malam hari bersama tuan rumah dan semua putra serta putrinya, juga anak-anak dari mereka yang tinggal di desa, lalu berkata:
Telah meninggal seseorang yang berjanji untuk menegakkan keadilan; dan dia menjual keadilan kepada siapa saja yang memberinya uang. Dia mengairi ladangnya dengan keringat para pekerja yang dipanggilnya dari ladang mereka sendiri. Dia tidak membayar upah para pekerja itu, tapi hidup dari makanan untuk orang miskin. Dia menjadi kaya dari kemiskinan orang lain. Dia punya banyak emas dan perak, dan banyak batu permata; tapi para pekerja yang tinggal di sekitarnya tidak tahu cara menghilangkan rasa lapar anak mereka. Dia tersenyum seperti seseorang yang berbahagia; tapi peminta-minta yang mencari keadilan menggertakkan gigi. Wajahnya menunjukkan kepuasan; tapi tidak ada susu di dada para ibu yang menyusui anak mereka.
Lalu, penduduk desa akan berkata: Allah
~198~ Mahabesar kita tidak mengutuk siapa pun!
Para pemimpin Lebak! Akan tiba saatnya ketika kita semua meninggal!
Apa yang akan dikatakan di desa-desa yang kita pimpin dan apa yang akan dikatakan oleh orang-orang yang menyaksikan pemakaman itu" Apa pula yang akan kita jawab seandainya, setelah kita meninggal, terdengar suara yang bicara pada jiwa kita dan bertanya, Mengapa ada ratapan di ladang-ladang, dan mengapa para pemuda itu menyembunyikan diri" Siapa yang merampas panenan dari lumbung, dan merampas kerbau yang seharusnya membajak ladangladang dari kandang" Apa yang telah kau lakukan terhadap saudaramu, yang pengawasannya Kuserahkan kepadamu" Mengapa orang miskin itu sedih" Mengapa dia mengutuk kemandulan istrinya"
Di sini, Havelaar kembali terdiam sejenak; lalu melanjutkan dengan nada sesederhana mungkin, seakan tidak satu pun perkataannya dimaksudkan untuk menanamkan kesan:
Saya ingin hidup rukun bersama kalian, dan karenanya saya mohon kalian menganggap saya sebagai teman. Semua orang yang telah melakukan kesalahan bisa mengharapkan hukuman lunak dari saya, karena saya sendiri sering berbuat salah
~199~ sehingga tidak akan bertindak keras; setidaknya untuk kesalahan atau kelalaian biasa. Hanya ketika kelalaian itu telah menjadi kebiasaan, barulah saya akan menentangnya. Saya tidak membicarakan kesalahan yang lebih serius tirani dan perampasan karena hal semacam itu tidak akan terjadi; bukankah begitu, Bupati"
Oh, benar, Tuan Asisten Residen, hal semacam itu tidak akan terjadi di Lebak.
Baiklah kalau begitu, Tuan-Tuan, para pemimpin Banten Kidul! Marilah kita bergembira karena provinsi kita begitu miskin. Kita mendapat pekerjaan mulia. Jika Allah memberi kita umur panjang, akan kita upayakan agar kemakmuran datang. Tanah kita cukup subur dan penduduknya patuh; jika semua orang dibiarkan menikmati buah pekerjaan mereka, tidak diragukan lagi bahwa dalam waktu singkat populasi akan meningkat. Begitu juga jumlah jiwa yang berkecukupan dan beradab, karena semuanya ini pada umumnya berjalan seiring. Sekali lagi, saya memohon untuk dianggap sebagai teman yang akan membantu kalian sebisa mungkin, terutama ketika ketidakadilan harus dicegah. Dan, kini saya memohon kerja sama kalian.
Saya akan mengembalikan semua laporan yang
~200~ telah saya terima mengenai pertanian, peternakan, kebijakan, dan keadilan bersama dengan perintahperintah saya.
Para pemimpin Lebak! Saya akhiri perkataan saya. Kalian bisa pulang ke rumah masing-masing. Salam hangat saya untuk kalian semua.
Havelaar membungkuk, mengulurkan tangan kepada Bupati yang berusia lanjut, lalu menuntunnya ke dalam rumah. Di sana, Tine sudah menunggu di serambi.
Ayolah, Verbrugge, jangan pulang dulu. Ayolah, segelas Madeira! Dan ya, aku harus tahu bahwa Raden Jaksa, berhentilah sejenak.
Havelaar mengucapkan perkataan ini ketika semua pejabat yang membungkuk rendah sedang bersiap-siap untuk pulang. Verbrugge juga hendak pergi, tapi datang kembali bersama Jaksa.
Tine, aku ingin minum Madeira; begitu juga Verbrugge. Nah, Jaksa! Beri tahukan apa yang Anda katakan kepada Kliwon mengenai Max!
Mohon ampun, Tuan Asisten Residen; saya melihat kepalanya karena Anda telah bicara.
Apa gerangan hubungan kepalanya dengan itu" Saya sudah lupa apa yang saya katakan.
Tuan, saya katakan kepada Kliwon [Tine
~201~ mendekat karena mereka sedang membicarakan si kecil Max.]
Saya katakan kepada Kliwon bahwa Sinyo (dari kata Portugis senko, yang di sini berarti tuan muda, dengan prinsip yang sama seperti lucus a non lucendo 46 ) ditakdirkan menjadi raja.
46 Sesuatu yang penjelasan atau asal-usulnya diragukan penerj.
Tine senang mendengar itu dia juga berpendapat sama!
Lalu, Adipati melihat kepala bocah kecil itu, dan memang, dia juga melihat user-useran yang menurut takhayul Jawa ditakdirkan untuk mengenakan mahkota.
Karena etiket tidak mengizinkan Jaksa untuk duduk bersama Bupati, dia berpamitan. Dan, selama beberapa saat, kita akan duduk bersama Bupati tanpa membicarakan sesuatu pun yang berhubungan dengan pekerjaan .
Namun, mendadak Bupati bertanya, Apakah uang yang seharusnya diterima oleh pemungut pajak bisa dibayarkan"
Jelas tidak, jawab Verbrugge, Tuan Adipati tahu kalau ini tidak bisa dilakukan sampai
~202~ pertanggungjawabannya selesai.
Havelaar sedang bermain-main dengan Max, tapi ini tidak mencegahnya untuk membaca ketidaksukaan di wajah Bupati akibat jawaban Verbrugge.
Ayolah, Verbrugge, janganlah kita mempersulit, katanya, lalu dia memanggil seorang pegawai dari kantor. Kita akan berdoa semoga laporannya disetujui.
Setelah Adipati pergi, Verbrugge, yang sangat mematuhi peraturan, memprotes
Tapi Tuan Havelaar, itu tidak boleh! Laporan pengumpul pajak sedang diteliti di Serang. Sekiranya ada kekurangan"
Maka kita akan memperbaikinya, jawab Havelaar.
Verbrugge tidak memahami mengapa Asisten Residen sangat lunak terhadap pengumpul pajak ini.
Kerani segera kembali dengan membawa beberapa dokumen; Havelaar menandatangani semuanya dan memerintahkan pembayaran untuk dipercepat.
Verbrugge! Akan kukatakan mengapa aku melakukan ini. Bupati tidak punya uang sepeser pun di rumahnya; juru tulisnya sendiri berkata begitu kepadaku dia sendiri menginginkan uang ini, jadi
~203~ pengumpul pajak akan meminjaminya terlebih dahulu. Aku lebih suka melanggar sebuah formulir dengan tanggung jawabku sendiri daripada membiarkan seseorang yang berkedudukan dan berusia seperti dia mengalami kesusahan. Lagi pula, Verbrugge, orangorang di Lebak menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan cara yang mengerikan kau seharusnya tahu itu; tahukah kau"
Verbrugge terdiam. Aku tahu itu! lanjut Havelaar, Aku benar-benar tahu itu! Bukankah Tuan Slotering meninggal November lalu" Nah, sehari setelah kematiannya, Bupati memaksa penduduk untuk bekerja di sawahnya tanpa bayaran. Kau seharusnya tahu itu tahukah kau"
Verbrugge tidak mengetahuinya.
Kau seharusnya tahu. Aku tahu itu, lanjut Havelaar. Ini kau mendapat laporan bulanan dari distrikdistrik, dan dia menunjukkan paket yang diterimanya dalam rapat. Lihatlah, aku sama sekali belum membukanya. Ada pernyataan mengenai jumlah orang yang bekerja di kota untuk berbagai pejabat. Nah, apakah laporanlaporan ini benar"
Saya belum melihat semua laporan itu Begitu juga aku. Tapi aku bertanya kepadamu,
~204~ apakah semuanya itu benar" Apakah laporan-laporan bulan lalu itu benar"
Verbrugge terdiam. Akan kukatakan kepadamu: semua laporan itu palsu! Karena orang yang harus bekerja untuk Bupati jumlahnya tiga kali lipat daripada jumlah yang diizinkan dalam peraturan mengenai hal semacam itu, dan mereka tidak berani menyebut ini dalam semua laporan itu. Benarkah perkataanku"
Verbrugge terdiam. Laporan-laporan yang kuterima hari ini juga palsu, lanjut Havelaar. Bupati itu miskin; Bupati Bandung dan Cianjur adalah anggota keluarga yang dikepalai olehnya. Dia seorang Adipati, dan Bupati Cianjur hanya Tumenggung. Dan, karena Lebak tidak cocok untuk perkebunan kopi, dan karenanya tidak memberinya penghasilan tambahan, pendapatan Bupati itu tidak memungkinkannya untuk bersaing kemegahan dan kemewahan dengan se-orang demang biasa di Kabupaten Priangan, yang bertugas memegangi kuda para keponakan Bupati. Benarkah itu"
Ya, benar. Dia tidak punya apa-apa kecuali gaji, dan dia harus memotong dari situ untuk membayar pinjaman
~205~ yang diberikan oleh pemerintah kepadanya ketika dia kau tahu itu"
Ya, saya tahu. Ketika dia ingin membangun masjid baru yang memerlukan banyak uang. Lagi pula, banyak anggota keluarganya kau tahu"
Ya, saya tahu. Banyak anggota keluarganya (yang sebenarnya bukan penduduk Lebak, dan karenanya tidak terlalu terhormat) mengerumuninya seperti gerombolan perampok, dan merampas uang darinya. Benarkah itu"
Ya, jawab Verbrugge. Dan ketika dompetnya kosong, yang sering kali terjadi adalah: mereka merampas sesukanya dari orang-orang atas nama Bupati itu. Benarkah itu" Ya, benar.
Aku juga banyak diberi tahu tapi itu akan kita lanjutkan lagi nanti. Bupati, yang berusia lanjut, sudah beberapa tahun dikuasai oleh keinginan mendapat pahala lewat hadiah-hadiah untuk para ulama. Dia menghabiskan banyak uang untuk membiayai perjalanan haji ke Makkah, dan mendapat oleh-oleh segala jenis pusaka dan jimat kuno. Benarkah itu" Ya, itu benar.
~206~ Nah, gara-gara semua inilah dia sangat miskin. Demang Parang Kujang adalah menantu laki-lakinya. Apa yang tidak berani dilakukan oleh Bupati itu sendiri, karena rasa malu mengingat kedudukannya, dilakukan oleh Demang ini. Tapi, bukan Demang itu saja yang mengambil hati Bupati dengan memeras uang serta barang dari penduduk miskin, dan yang menyingkirkan orang-orang dari sawah mereka sendiri dengan menggerakkan mereka ke sawah Bupati. Dan, Bupati ! Aku yakin dia bersedia melakukan yang sebaliknya, tapi kebutuhan memaksanya untuk memanfaatkan sarana-sarana semacam itu. Bukankah semua ini benar, Verbrugge"
Ya, itu benar, jawab Verbrugge, yang semakin meyakini pandangan tajam Havelaar.
Aku tahu, ujar Havelaar, bahwa Bupati tidak punya uang di rumahnya. Pagi ini kau mendengar bahwa aku bermaksud melaksanakan tugasku. Aku tidak akan membiarkan ketidakadilan; demi Tuhan, aku tidak akan membiarkan itu! Lalu, dia melompat berdiri, dan ada sesuatu dalam nada suaranya yang sangat berbeda dengan nada suaranya kemarin, ketika mengucapkan sumpah resminya.
Tapi, aku akan melaksanakan tugasku dengan lunak. Aku tidak ingin tahu secara mendetail mengenai
~207~ apa yang sudah terjadi. Tapi, semua yang terjadi setelah ini adalah tanggung jawab-ku. Oleh karena itu, akulah yang akan menanganinya. Aku berharap tetap berada di sini untuk waktu yang lama. Kau tahu, Verbrugge, pekerjaan kita benar-benar mulia. Tapi, apakah kau juga tahu bahwa aku seharusnya mendengar dari-mu mengenai semua yang baru saja kuceritakan kepadamu ini" Aku mengenalmu sama baiknya seperti aku mengenal siapa yang sedang memberontak di Pantai Selatan. Aku tahu kau orang baik, tapi mengapa kau tidak menceritakan kepadaku mengenai begitu banyak ketidakadilan yang terjadi di sini" Kau telah menjadi Asisten Residen sementara selama dua bulan, lagi pula kau telah berada di sini untuk waktu yang lama sebagai Pengawas. Seharusnya kau tahu itu.
Tuan Havelaar, saya tidak pernah bertugas di bawah orang seperti Anda. Ada sesuatu yang ganjil mengenai Anda. Harap jangan tersinggung.
Sama sekali tidak. Aku tahu sekali bahwa aku tidak sama seperti yang lainnya. Tapi, apa pentingnya itu"
Anda menyampaikan pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan yang belum pernah terdengar sebelumnya.
~208~ Tidak! Mereka telah terlelap dalam kesunyian resmi yang menjijikkan, yang gayanya adalah: Aku mendapat kehormatan , dan perasaannya adalah: Yang penting pemerintah puas . Tidak, Verbrugge! Jangan repot-repot soal itu. Kau tidak perlu belajar apa-apa dariku. Misalnya, pagi ini di dalam rapat, apakah aku mengatakan sesuatu yang baru"
Tidak, tidak ada yang baru tapi cara bicara Anda berbeda dengan yang lainnya.
Ya, itu karena pendidikanku terbengkalai. Aku bicara secara acak. Tapi, kau harus mengatakan kepadaku, mengapa kau mendiamkan saja semua ketidakadilan yang terjadi di Lebak"
Saya tidak pernah mendapat kesan seperti itu dalam pelantikan pejabat baru sebelumnya. Lagi pula, segalanya memang selalu begitu di negeri ini.
Ya, ya, aku tahu sekali tidak semua orang bisa menjadi nabi atau rasul kayu akan segera menjadi barang langka karena banyaknya penyaliban. Tapi, kau pasti bersedia membantuku membenahi segalanya. Kau pasti ingin melaksanakan tugasmu"
Tentu saja! Apalagi bersama Anda. Tapi, tidak semua orang bisa menuntut atau mencela sebegitu kerasnya. Karena dengan mudahnya, dia bisa menjadi orang yang melawan kincir angin.
~209~ Tidak! Mereka yang menyukai ketidakadilan karena hidup mereka bergantung dari sana akan mengingkari adanya ketidakadilan agar bisa mengejek-mu seperti Don Quixote, seraya terus memutar kincir angin mereka. Tapi, Verbrugge! Seharusnya kau tidak perlu menungguku untuk melaksanakan tugasmu. Tuan Slotering adalah lelaki pintar dan jujur. Dia tahu apa yang terjadi; dia mengutuk dan menentangnya. Lihat ini! Havelaar mengambil dua lembar kertas dari meja tulis dan, seraya memperlihatkan kertas-kertas itu kepada Verbrugge, dia bertanya
Tulisan siapakah ini" Itu tulisan Tuan Slotering
Benar sekali. Nah! Ini adalah dua salinan kasarnya, jelas berisikan hal-hal yang hendak dibicarakannya dengan Residen. Lihat ini:
1. Mengenai Penanaman Padi. ;
2. Mengenai Rumah para Kepala Desa. ;
3. Mengenai Pengumpulan Pajak Tanah!! ; dan sebagainya. Ada dua tanda seru setelah hal terakhir itu. Apa maksud Tuan Slotering"
Saya tidak tahu, jawab Verbrugge.
Aku tahu. Itu berarti jumlah pajak yang dibayarkan lebih banyak daripada jumlah yang
~210~ mengalir ke kas negara. Tapi, aku akan menunjukkan sesuatu yang samasama kita ketahui, karena ditulis dengan huruf dan bukan tanda. Lihat ini:
12. Mengenai Penyalahgunaan Penduduk oleh para Bupati dan Pejabat Rendah. Mengenai Kepemilikan Beberapa Rumah dengan Biaya dari Penduduk, dan sebagainya.
Bukankah ini sudah jelas" Lihatlah, Tuan Slotering jelas tahu cara mengambil insiatif; seharusnya kau bisa mendukungnya. Dengar:
15. Banyak anggota keluarga dan pelayan pejabat pribumi yang muncul dalam daftar gaji, padahal mereka sama sekali tidak ikut serta dalam penanaman padi. Jadi, mereka memperoleh keuntungan dengan mengorbankan orang-orang yang benar-benar bekerja. Mereka juga memiliki sawah-sawah secara tidak sah, padahal sawah-sawah itu hanya boleh dimiliki oleh orang-orang yang ikut menanam.
Di sini, aku punya catatan lain yang ditulis dengan pensil. Lihat, di sini kita juga bisa membaca sesuatu yang sangat jelas:
Perpindahan penduduk di Parang Kujang sematamata disebabkan oleh penyalahgunaan penduduk secara keterlaluan.
Bagaimana itu menurutmu" Kau lihat, aku tidak
~211~ seeksentrik penampilanku ketika bertekad melakukan apa yang benar dan menginginkan orang lain untuk melakukan hal yang sama"!
Itu benar, ujar Verbrugge, Tuan Slotering sering membicarakan semua ini dengan Residen. Dan, apa akibatnya"
Bupati dipanggil dan dia bicara dengan Residen
Tepat sekali! Lalu" Bupati menyangkal semua itu. Lalu, saksi-saksi dipanggil tak seorang pun berani bersaksi melawan Bupati. Tuan Havelaar, hal-hal semacam ini sangat sulit!
Sebelum selesai membaca buku ini, pembaca juga akan sama tahunya seperti Verbrugge mengapa hal-hal semacam itu begitu sulit.
Tuan Slotering sangat tersinggung soal ini, lanjut Pengawas itu, dia menulis surat-surat bernada tajam kepada para pejabat
Sudah kubaca semalam, sela Havelaar. Dan, saya sering mendengar dia mengatakan bahwa seandainya tidak ada perubahan, dan seandainya Residen tidak mau bertindak dengan tegas, dia akan langsung bicara dengan Gubernur Jenderal. Ini juga dikatakannya pada rapat terakhir yang
~212~ dipimpinnya. Maka dia keliru, karena Residen adalah atasan yang tidak boleh dilangkahinya, dan mengapa pula dia melangkahinya" Namun, kita tidak boleh berasumsi bahwa Residen Banten menyetujui ketidakadilan dan kekuasaan sewenang-wenang, bukan"
Bukannya menyetujui, tapi tak seorang pun suka menuduh seorang bupati, bukan"
Aku tidak suka menuduh seseorang, siapa pun itu. Tapi jika memang harus, Bupati akan sama saja seperti orang lain. Namun syukurlah, di sini masih belum ada tuduhan! Besok, aku akan mengunjungi Bupati. Akan kutunjukkan kepadanya, betapa buruknya menyalahgunakan kekuasaan terutama ketika menyangkut harta benda orang miskin. Namun, dengan harapan segalanya akan membaik, aku akan membantu Bupati mengatasi kesulitannya sebisa mungkin. Kini, kau mengerti mengapa aku menyuruh pemungut pajak untuk langsung membayarkan uang itu. Aku juga ingin memohon pemerintah agar membebaskan Bupati dari uang mukanya. Dan kepadamu, Verbrugge, kuusulkan agar kita melaksanakan tugas dengan cermat, sebisa mungkin dengan lunak, tapi tanpa kenal takut seandainya memang harus begitu. Aku tahu, kau orang jujur, tapi mudah merasa rikuh. Mulai dari sekarang,
~213~ katakan dengan tegas segala sesuatunya advienne que pourra 47 : singkirkan keraguan itu. Dan, kini tinggallah untuk makan siang bersama kami. Kami punya kembang kol Belanda. Namun, semuanya sederhana karena aku harus sangat berhemat.
Ayo, Max! Dan, bersama Max di bahu Havelaar, mereka memasuki serambi dalam, tempat Tine menunggu di meja dengan makanan yang, seperti kata Havelaar, memang sangat sederhana.
Duclari, yang datang untuk bertanya kepada Verbrugge; apakah dia hendak pulang untuk makan siang, juga diundang. Dan, jika kau menginginkan sedikit variasi dalam ceritaku, kau harus membaca bab berikutnya. Di sana akan kuceritakan sebagian dari perbincangan saat makan siang ini.[]
47 Lakukan apa yang harus kau lakukan, apa pun yang terjadi penerj.
~214~ Bab 9 [KELANJUTAN DARI KOMPOSISI STERN] EMBACA, aku bersedia menyerahkan segalanya untuk mengetahui dengan tepat seberapa lama aku bisa membiarkan tokoh utamaku melayang di udara sementara aku menjelaskan mengenai sebuah kastil tanpa menghabiskan kesabaranmu dan membuatmu mengalihkan pandangan dengan lelah sebelum makhluk malang itu mencapai tanah. Seandainya ceritaku menuntut lompatan semacam itu, dengan bijaknya aku harus memilih lantai pertama sebagai point de d"part 48 dan kastil yang tidak bisa banyak diceritakan. Akan tetapi, kali ini aku akan memudahkanmu: rumah Havelaar sama sekali tidak bertingkat, dan pahlawan perempuan di dalam bukuku Tine yang anspr"chlose 49 , setia, dan
~215~ cantik, se-orang pahlawan perempuan! tidak pernah melompat keluar dari jendela.
48 Titik awal penerj. 49 Rendah hati penerj.
Ketika aku mengakhiri bab sebelum ini dengan menyebut adanya sedikit variasi dalam bab berikutnya, itu hanya sekadar taktik berpidato dan untuk menciptakan akhir yang bagus, dan bukan karena aku bermaksud menyatakan bahwa bab berikutnya hanya bisa dinilai sebagai suatu perubahan. Seorang penulis sama angkuhnya seperti manusia. Fitnahlah ibunya, atau olok-olok warna rambutnya, katakan bahwa dia punya aksen Amsterdam seperti yang belum pernah dimiliki oleh orang Amsterdam, maka dia mungkin akan memaafkanmu atas semua itu; tapi jangan pernah mengucapkan sesuatu pun yang menentangnya sebagai penulis, karena dia tidak akan memaafkanmu. Seandainya menurutmu bukuku tidak bagus, dan kau kebetulan berjumpa denganku, berpurapura sajalah kita tidak saling mengenal.
Tidak, menurutku bahkan bab untuk perubahan semacam itu pun, melalui kaca pembesar keangkuhanku sebagai penulis, adalah bab terpenting
~216~ dan tidak boleh dilewatkan. Seandainya kau tidak membacanya, dan kemudian merasa kecewa terhadap bukuku, aku tidak akan ragu untuk mengatakan bahwa penyebab ketidakmampuanmu menghargai bukuku karena kau tidak membaca bab itu, karena bab yang kau lewatkan adalah bab terpenting. Maka, mengingat aku seorang manusia dan seorang penulis, semua bab yang telah kau lewatkan dengan kecerobohan khas pembaca yang tak termaafkan itu kuanggap penting.
Kubayangkan istrimu bertanya, Bagaimana buku itu menurutmu" Dan kau menjawab dengan [horribile auditu 50 ] dengan keangkuhan pemilihan kata khas lelaki yang sudah menikah:
Yah, begitulah aku masih belum tahu. Wah, Barbar! Kalau begitu, bacalah terus: yang terpenting akan segera muncul. Dan dengan bibir bergetar, aku memandangmu, mengira-ngira banyaknya halaman yang sudah kau baca, lalu kucari refleksi bab terpenting itu di wajahmu. Tidak, kataku, dia belum melompat, dia masih memeluk seseorang dengan gembira. Istrinya, mungkin
Namun, kau terus membaca. Bagiku tampaknya dia sudah melewati bab penting itu , tapi kau sama sekali belum melompat, dan belum memeluk apa-apa
~217~ Lagi pula, semakin sedikit jumlah halaman yang berada di bawah jempol tangan kananmu, semakin tipis harapanku terhadap pelukan itu:
Ya, sungguh, aku mengharapkan air mata! Kau menyelesaikan novel itu sampai mereka saling bertemu , dan kau berkata sambil menguap [ ini juga ungkapan kefasihan bicara yang sejati ]
Tidak banyak ini buku yang sering ditulis belakangan ini!
Namun, tidakkah kau tahu, wahai Monster, Macan, pembaca Eropa! Tidakkah kau tahu bahwa kau menghabiskan waktu satu jam untuk menggigiti jiwaku seperti kau menggigiti tusuk gigi; memamah dan mengunyah daging serta tulang spesiesmu" Dasar Kanibal! Jiwaku berada di dalam sesuatu yang kau kunyah seperti rumput yang sudah dimamah itu. Jantungkulah yang kau telan di sana sebagai camilan, karena aku meletakkan jantung dan jiwaku ke dalam buku itu: dan begitu banyak air mata tertumpah di atas manuskrip itu, dan darahku mengalir kembali dari pembuluh darah ke jantung ketika aku terus menulis, dan menyampaikan semuanya ini kepadamu. Lalu, kau membeli buku ini seharga beberapa sen, dan hanya berkata, Hm!
~218~ 50 Tidak enak didengar penerj.
Pembaca tentu mengerti bahwa di sini, aku tidak membicarakan buku-ku.
Jadi, aku hanya ingin mengatakan, dengan mengutip kata-kata Abraham Blankaart 51
***** Siapa Abraham Blankaart" tanya Louise Rosemeijer. Dan Frits memberitahunya sehingga aku sangat senang; karena ini memberiku kesempatan untuk bangkit dan menyudahi pembacaan buku setidaknya untuk malam ini.
Kau tahu bahwa aku makelar kopi [Lauriergracht No. 37] dan aku hidup untuk profesiku. Oleh karena itu, kau akan bisa menilai betapa sedikit kepuasanku terhadap karya Stern. Tadinya aku berharap buku itu berhubungan dengan kopi, tapi dia malah memunculkan yah, hanya Tuhan yang tahu!
51 Salah satu tokoh dalam novel Belanda yang sangat terkenal pada abad ke-18.
Dia sudah memperoleh perhatian dari kami selama tiga pesta dan, yang lebih buruk lagi, keluarga
~219~ Rosemeijer menyukai buku itu. Aku berkomentar, dia meminta pendapat Louise. Persetujuan dari Louise, kata Stern, jauh lebih penting daripada semua kopi di dunia, lagi pula ketika hatiku membara, dan sebagainya [lihat pidato di halaman sekian dan sekian itu, atau lebih baik jangan dilihat sama sekali]. Di sanalah aku berada, dan aku tidak tahu harus berbuat apa! Paket dari Sjaalman ini benarbenar kuda Troya; bahkan Frits pun terpengaruh olehnya. Menurutku, dia membantu Stern, karena Abraham Blankaart terlalu Belanda bagi seorang Jerman. Keduanya begitu percaya diri sehingga aku benarbenar kebingungan dengan masalah ini. Yang lebih buruk lagi, aku telah membuat persetujuan dengan Gaafzuiger untuk menerbitkan sebuah buku mengenai Lelang Kopi. Seluruh Belanda menunggu buku itu, dan Stern malah mengambil arah yang benar-benar berbeda. Kemarin dia berkata, Tenanglah, banyak jalan menuju Roma, tunggulah sampai akhir pendahuluan, [semuanya ini hanya pendahuluan "] aku berjanji semuanya akan tiba pada kopi. Kopi, kopi, dan tidak ada yang lain, kecuali kopi. Ingatlah Horatius, lanjut Stern, bukankah dia berkata, Omne tulit punctum qui miscuit 52 Kopi dengan sesuatu yang lain" Dan, bukankah kau bertindak dengan cara
~220~ yang sama ketika memasukkan gula dan susu ke dalam cangkir"
52 Orang yang mencampur sesuatu yang berguna dengan sesuatu yang menyenangkan akan mendapatkan segalanya penerj.
Lalu, aku terpaksa diam; bukan karena dia benar, melainkan karena aku dan Firma Last & Co. harus menjaga agar Tuan Stern tua tidak jatuh ke tangan Busselinck & Waterman yang akan melayaninya dengan buruk karena mereka ceroboh.
Dengan seizinmu, pembaca, kucurahkan perasaanku, dan agar kau, setelah membaca apa yang ditulis Stern [apakah kau benar-benar membacanya"] tidak akan melimpahkan kemarahanmu kepada orang yang keliru. Karena, siapa yang mau mempekerjakan makelar yang menyebutnya kanibal" Kujamin kau meyakini kepolosanku. Aku tidak bisa mengecualikan bagian Stern muda dalam bukuku, kini setelah masalahnya sudah sejauh ini. Louise Rosemeijer, ketika dia keluar dari gereja [tampaknya kedua pemuda itu menunggunya] bertanya apakah Stern akan datang lebih awal malam nanti untuk membacakan banyak hal mengenai Max Havelaar dan Tine.
~221~ Namun, ketika kau membeli atau meminjam buku ini dengan memercayai judulnya yang layak, yang menjanjikan sesuatu yang patut dibaca, aku memahami tuntutanmu terhadap sesuatu yang sebanding dengan uangmu. Karenanya, sekali lagi aku menulis beberapa bab. Kau, pembaca, tidak menghadiri pesta-pesta Rosemeijer; dan karenanya lebih beruntung daripada aku, yang harus mendengar semuanya! Kau bebas untuk melewatkan babbab yang punya cita rasa kegembiraan Jerman, dan hanya membaca apa yang ditulis olehku, karena aku lelaki terhormat dan makelar kopi.
Dengan terkejut, kuketahui dari tulisan Stern dan paket Sjaalman bahwa ternyata tidak ada kopi yang ditanam di Distrik Lebak. Ini kesalahan besar, dan aku akan menganggap jerih payahku sangat dihargai, seandainya pemerintah melalui bukuku menyadari kesalahan ini. Dari dokumen-dokumen Sjaalman, akan tampak bahwa tanah di wilayah itu tidak cocok untuk ditanami kopi. Namun itu bukan alasan, dan menurutku itu pengabaian tak termaafkan terhadap kepentingan Belanda secara umum dan makelar kopi secara khusus. Ya, juga terhadap orang Jawa, karena tidak menjadikan tanah itu cocok untuk kopi [orang Jawa tidak punya pekerjaan lain] atau, jika mereka
~222~ menganggap ini mustahil, seharusnya mereka mengirim orang-orang yang tinggal di sana ke tempat lain yang tanahnya bagus untuk kopi.
Aku tidak pernah mengucapkan sesuatu pun yang belum dipertimbangkan dengan baik, dan berani menegaskan bahwa aku di sini bicara berdasarkan pengetahuan bisnis, karena aku telah mempertimbangkan masak-masak masalah ini lebih dari sekali semenjak mendengar khutbah Domin" Wawelaar 53 pada Hari Doa Pertobatan Orang Kafir.
Saat itu Rabu malam. Kau harus tahu bahwa aku memenuhi kewajibanku sebagai ayah dengan cermat, dan sangat memperhatikan pendidikan moral anakanakku. Karena selama beberapa hari terakhir ini, ada sesuatu dalam nada dan perilaku Frits yang tidak menyenangkanku [paket terkutuk itulah penyebab semua ini] aku memberinya ceramah yang bagus dan berkata, Frits, aku tidak puas denganmu. Aku selalu memberikan contoh yang baik untukmu, tapi kau meninggalkan jalan yang benar. Kau angkuh dan merepotkan, kau menciptakan puisi dan mencium Bethsy Rosemeijer. Takut kepada Allah adalah sumber segala kebajikan. Oleh karena itu, kau tidak boleh mencium anggota keluarga Rosemeijer, dan tidak boleh begitu angkuh.
~223~ 53 Domin"= gelar pendeta Belanda. Wawelaar= tukang ngoceh.
Kebejatan moral menuntun pada kehancuran. Baca Kitab Suci, dan perhatikan Sjaalman. Dia meninggalkan jalan Tuhan. Kini, dia miskin dan tinggal di loteng kecil. Itu akibat kebejatan moral dan perilaku buruk. Dia menulis artikel-artikel yang tidak pantas dalam Ind"pendance dan menjatuhkan majalah Aglaja. Itulah akibat dari menuruti keinginan sendiri.
Dia tidak tahu pukul berapakah saat itu, dan putra kecilnya mengenakan celana selutut. Ingatlah bahwa tubuhmu adalah kuil Tuhan, dan ayahmu selalu harus bekerja sangat keras untuk mencari sesuap nasi [ini benar]. Angkat pandanganmu ke atas, dan berupayalah menjadi makelar yang terhormat ketika aku pergi ke Driebergen 54 . Ingatlah semua orang itu, yang tidak mau mendengar nasihat baik, yang menginjak-injak agama dan moralitas, lalu lihatlah dirimu di dalam orang-orang ini. Jangan menganggap dirimu setara dengan Stern, yang ayahnya begitu kaya, dan yang akan selalu punya cukup uang, walaupun dia tidak suka menjadi makelar. Pikirkan saja bahwa kejahatan selalu mendapatkan hukuman. Ingatlah kembali Sjaalman, yang tidak punya mantel musim dingin dan berpenampilan seperti badut. Pusatkan perhatian
~224~ ketika kau sedang berada di gereja, dan jangan terlalu banyak bergerak-gerak gelisah di bangkumu seakan merasa jengkel. Jangan menunggu gadis-gadis ketika kebaktian sudah berakhir, karena itu akan merusak semua peluang untuk mendapat pencerahan. Jangan membuat Marie tertawa ketika aku sedang membaca Kitab Suci saat sarapan. Semuanya ini tidak boleh dilakukan di rumah tangga yang terhormat.
54 Driebergen sebuah desa besar; summum bonum (kebaikan tertinggi) dari aspirasi dagang Amsterdam yang sukses.
Kau juga menggambar karikatur di meja Bastiaans ketika dia sedang tidak masuk kantor garagara asam urat, dan ini menjengkelkannya. Ini mengganggu orang-orang yang sedang bekerja di kantor. Bisa kau baca di dalam Kitab Suci bahwa kekonyolan semacam itu akan membawa keruntuhan. Sjaalman ini melakukan hal yang sama semasa muda. Ketika masih kecil, dia memukul seorang Yunani di Pasar Wester. Kini, dia menganggur, angkuh, dan penyakitan. Jangan selalu bergurau dengan Stern; ayahnya kaya. Dan bekerjalah seakan kau tidak melihat, ketika dia menyeringai kepada pegawai pembukuan dan ketika dia sibuk dengan puisi-puisi di
~225~

Max Havelar Karya Multatuli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luar kantor. Katakan bahwa dia sebaiknya menulis surat kepada ayahnya untuk menyatakan dia sangat menyukai perusahaan kita dan sangat puas berada di sini, dan Marie menyulam sandal untuknya. Tanyakan apakah menurutnya, ayahnya akan memesan ke Busselinck & Waterman, dan beri tahu dia bahwa mereka orang-orang rendahan. Tidakkah kau lihat bahwa dengan cara ini, kau akan membawanya ke jalan yang benar" Ini kewajibanmu terhadap sesama manusia, dan semua penciptaan puisi itu omong kosong.
Bersikaplah secara pantas dan patuh, Frits, dan jangan menarik gaun pelayan perempuan ketika dia membawa teh ke kantor; jangan membuatku malu karena dia menumpahkan tehnya. Santo Paulus mengatakan bahwa seorang putra tidak pernah boleh menjengkelkan ayahnya. Selama dua puluh tahun aku berbisnis Bursa, dan bisa kukatakan bahwa aku dihormati di sana. Oleh karena itu, dengarkanlah semua nasihatku, Frits. Ambil topimu, pakai mantelmu, dan pergilah bersamaku ke persekutuan doa. Itu akan memberimu semua kebaikan di dunia.
Begitulah yang kukatakan, dan aku yakin itu cukup mengesankan, terutama karena pilihan ayat Domin" Wawelaar untuk umatnya: Cinta Allah tampak nyata
~226~ dalam kemarahan-Nya terhadap orang-orang yang tidak percaya. (Teguran Samuel kepada Saul, 1 Sam. 15: 33)
Aku terus berpikir ketika mendengarkan khutbah Havelaar, betapa besar perbedaan antara kebijakan manusia dan kebijakan Tuhan. Sudah kukatakan kepadamu bahwa dalam paket Sjaalman, di antara sejumlah besar sampah, ada banyak tulisan yang tampak seperti akal sehat. Namun, betapa kecil artinya ini jika dibandingkan dengan bahasa Pendeta Wawelaar. Ini pun bukan berasal dari kekuatannya sendiri karena aku mengenal Wawelaar dan menganggapnya sebagai lelaki dengan kemampuan biasa. Kefasihan dianugerahkan kepadanya oleh kekuatan yang datang dari atas. Perbedaan ini semakin jelas lagi karena dia menyinggung banyak hal yang juga ditulis oleh Sjaalman. Karena kau tahu, dalam paketnya dia bicara banyak mengenai orang Jawa dan orang-orang kafir lain-nya [Frits mengatakan bahwa orang Jawa bukanlah kafir; melainkan aku menyebut siapa saja yang punya keyakinan keliru sebagai orang kafir.]
Dari khutbah Domin" itu, aku mendapat gagasan mengenai penghentian tidak sah penanaman kopi di Lebak, yang nanti akan kubahas lebih lanjut. Dan,
~227~ karena sebagai orang jujur aku tidak ingin pembaca tidak menerima apa-apa atas uang yang telah dikeluarkannya, di sini aku akan menyampaikan beberapa kutipan dari khutbah itu yang menurutku sangat menyentuh. Dengan beberapa kata dari ayat yang disebut tadi, Wawelaar telah membuktikan cinta Allah, dan segera melanjutkan ke pokok permasalahannya, yaitu pengubahan keyakinan orang Jawa, Malaysia, dan bangsa kafir lainnya, apa pun sebutan mereka.
Demikianlah, Saudara-saudariku Terkasih, tugas Israel [maksudnya pembinasaan penduduk Kanaan] dan demikianlah tugas Belanda! Tidak, tidak akan dikatakan bahwa cahaya yang menerangi kita telah disembunyikan di bawah lumbung bahwa kita bersikap pelit dalam membagikan roti kehidupan. Tengoklah kepulauan di Samudra Hindia, yang dihuni oleh berjuta-juta anak dari putra terkutuk dan memang patut dikutuk Nabi Nuh yang mulia dan pelayan Allah. Di sana, mereka merayap memasuki lubang-lubang ular menjijikkan berupa kebodohan orang kafir, di sana mereka menundukkan kepala berambut keriting hitam mereka di bawah gandar para pendeta yang mementingkan diri sendiri. Di sana, mereka menyembah Tuhan, memanggil nabi palsu yang
~228~ menjijikkan di mata Allah. Dan, Saudara-Saudari Terkasih, seakan tidak cukup dengan mematuhi nabi palsu, di antara mereka bahkan ada yang memuja tuhan lain, atau tepatnya dewa-dewa lain. Ya, dewadewa kayu dan batu, yang mereka buat sendiri menurut gambaran mereka sendiri hitam, menjijikkan, dengan hidung pesek, dan seperti setan.
Ya, Saudara-Saudari Terkasih! Air mataku nyaris tumpah karena yang lebih parah lagi adalah kebejatan moral bangsa Ham 55 . Ada di antara mereka yang tidak mengenal Allah dengan nama apa pun, yang mengira mematuhi hukum masyarakat pun sudah cukup, yang menganggap nyanyian panen untuk mengungkapkan kegembiraan atas kesuksesan kerja mereka adalah ucapan syukur yang memadai untuk Sang Mahakuasa yang telah menguningkan padi.
Ada orang-orang yang tidak tahu, Saudara- Saudariku Terkasih, yang mengira sudah cukup dengan mencintai istri dan anak mereka, dan tidak mengambil dari sesama mereka apa yang bukan menjadi milik mereka, sehingga mereka bisa membaringkan kepala dengan tenang dan tidur! Tidakkah kalian bergidik ngeri membayangkannya" Tidakkah hatimu ciut ketika memikirkan bagaimana nasib semua orang tolol itu, begitu sangkakala berbunyi untuk memanggil orang~229~ orang mati dan memisahkan mereka yang beriman dari mereka yang tidak beriman" Tidakkah kau mendengar"
55 Ham atau cham. Menurut Hebrew Bible, Ham adalah salah seorang putra Nuh. Ham dalam Alkitab dikisahkan memperolok ayahnya. Dia digambarkan Wawelaar sebagai moyang orang yang tidak beriman , yakni orang bukan Kristen.
Ya, kau memang mendengar; dari ayat yang kau pahami bahwa Allah kalian adalah Allah yang berkuasa, dan Allah yang akan membalas dengan adil. Ya, kalian mendengar tulang-tulang berderak dan api bekertak di dalam gehenna 56 abadi; tempat ratapan dan gertak gigi. Di sana, mereka terbakar dan tidak binasa karena hukuman itu abadi; di sana, dengan lidah yang tak kunjung puas, api menjilati orang-orang tidak percaya yang menjerit-jerit; di sana, cacing yang tak kenal mati menggerogoti jantung di dada orangorang yang meninggalkan Allah. Lihatlah, betapa mereka melucuti kulit hitam anak yang tidak dibaptis, anak yang begitu lahir langsung direnggut dari dada ibunya dan dilontarkan ke jurang penyiksaan abadi 57
[Nah, pada saat ini seorang perempuan jatuh pingsan.]
Tapi, Saudara-Saudari Terkasih, lanjut Domin"
~230~ Wawelaar, Tuhan adalah Tuhan penuh cinta. Bukan kehendak-Nya agar para pendosa binasa, tetapi agar mereka diselamatkan oleh belas kasih-Nya dalam Kristus melalui iman! Oleh karena itu, Belanda telah dipilih untuk menyelamatkan sebanyak mungkin makhluk-makhluk menyedihkan ini. Oleh karena itu, Dia memberi kekuatan pada sebuah negara yang berukuran kecil, tetapi besar dan kuat karena pengetahuan mengenai Tuhan, dan menguasai penduduk di wilayah itu, agar mereka bisa diselamatkan dari siksaan neraka oleh Injil yang suci dan selamanya terpuji. Kapal-kapal Belanda melayari lautan luas dan membawa peradaban, agama, dan Kristenitas kepada orang-orang Jawa yang tersesat.
56 Neraka penerj. 57 Tampaknya Domin" Wawelaar dan Holy Willie karya penyair Skotlandia, Burns, dibesarkan di sekolah teologi yang sama.
Tidak, negeri Belanda yang berbahagia tidak menginginkan penyelamatan untuk diri sendiri. Kita berharap bisa mengulurkan tangan kepada makhlukmakhluk ma-lang di pantai-pantai nan jauh, yang terbelenggu dalam ketidakpercayaan, takhayul, dan kebejatan moral. Dan perenungan tugas-tugas yang
~231~ dibebankan kepada kita akan menjadi bagian ketujuh dari khutbahku. Itu karena khutbah yang sebelumnya adalah yang keenam.
Kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi terhadap orang-orang kafir yang malang itu, antara lain:
1. Pemberian sejumlah besar uang kepada Kelompok-Kelompok Misionaris.
2. Pemberian dukungan kepada Kelompok- Kelompok Alkitab agar mereka bisa membagibagikan Alkitab di Jawa.
3. Pendirian tempat-tempat untuk tujuan keagamaan di Harderwijk yang dapat digunakan sebagai depot perekrutan kolonial.
4. Penulisan khutbah dan lagu keagamaan yang layak dibacakan dan dinyanyikan untuk orang Jawa oleh para tentara dan pelaut.
5. Pembentukan perkumpulan orang-orang berpengaruh yang bertugas memohon kepada Raja termulia kita untuk
(a) Hanya mengangkat gubernur, pejabat, dan pegawai yang bisa dianggap memegang teguh agama sejati.
(b) Mengizinkan orang Jawa mengunjungi barakbarak, kapalkapal perang, dan para
~232~ pedagang sehingga, melalui hubungan dengan para tentara dan pelaut Belanda, mereka bisa belajar mengenai kerajaan Tuhan.
(c) Melarang penggunaan Alkitab atau pamflet keagamaan sebagai pembayaran di rumahrumah minum.
(d) Menetapkan, dalam persyaratan lisensi candu 58 di Jawa, agar disediakan sejumlah Alkitab yang sebanding dengan perkiraan jumlah pengunjung tempat semacam itu; dan petani harus berjanji untuk tidak menjual candu, kecuali jika pembelinya juga menerima pamflet keagamaan.
(e) Memerintahkan orang Jawa agar dididik dalam kerajaan Tuhan melalui kerja.
6. Pemberian sejumlah besar uang kepada Kelompok-Kelompok Misionaris.
58 Perdagangan candu adalah monopoli pemerintah Belanda!
Aku tahu bahwa aku telah memasukkan pernyataan terakhir itu di bawah No. 1. Namun, Domin" mengulanginya, dan bagiku hal berlebihan semacam itu sangat bisa dijelaskan sebagai keantusiasan
~233~ berkhutbah. Namun pembaca, apakah kau memperhatikan No. 5 (e)" Nah, itu sangat mengingatkanku pada Lelang Kopi dan tanah Lebak yang konon tidak subur, sehingga kau tidak akan terkejut jika aku meyakinkanmu bahwa sejenak pun masalah ini tidak hilang dari pikiranku semenjak Rabu malam. Domin" W. membacakan laporan para misionaris; tak seorang pun bisa menyangkal pengetahuan mendalamnya dalam urusan ini.
Nah, ketika dia, dengan semua laporan itu di tangan dan mata mengarah kepada Allah, meyakinkan bahwa kerja keras bisa menaklukkan jiwa orangorang Jawa untuk kerajaan Tuhan, maka jelas bisa kuasumsikan bahwa mengatakan Lebak sangat baik untuk ditanami kopi tidaklah terlalu jauh dari kebenaran. Lagi pula, mungkin Sang Mahakuasa memang membuat tanah itu tidak cocok untuk ditanami kopi agar, melalui kerja yang diperlukan untuk membangun tanah lain di sana, penduduk provinsi itu akan siap diselamatkan.
Aku benarbenar berharap bukuku akan dibaca oleh Raja, dan di Lelang-Lelang besar akan segera jelas betapa kuat hubungan antara pengetahuan mengenai Tuhan dan kepentingan semua warga negara
~234~ yang sudah banyak diketahui itu. Lihatlah, betapa Wawelaar yang rendah hati dan sederhana itu, yang tidak memiliki kebijakan manusia [lelaki itu tidak pernah menginjakkan kaki di Bursa] tapi dicerahkan oleh Alkitab yang menerangi jalannya, mendadak memberiku, seorang makelar kopi, petunjuk yang bukan hanya penting bagi seluruh Belanda, melainkan memungkinkanku untuk pergi ke Driebergen lima tahun lebih cepat jika Frits berperilaku baik [dia sangat pendiam selama khutbah itu]. Ya, kerja, kerja, itulah semboyanku. Kerja untuk orang Jawa, itulah prinsipku, dan prinsip-prinsipku kuanggap suci.
Bukankah Alkitab adalah summum bonum 59 " Adakah sesuatu yang lebih baik daripada keselamatan" Oleh karena itu, bukankah tugas kita untuk memastikan keselamatan bagi orang-orang ini" Dan, ketika diperlukan kerja untuk itu aku sendiri mengunjungi Bursa selama dua puluh tahun ini bisakah kita menolak kerja bagi orang Jawa ketika pekerjaan itu diperlukan bagi jiwa mereka agar tidak tersiksa di alam baka" Keegoisan! Akan menjadi keegoisan yang keji jika kita tidak menggunakan segala upaya yang memungkinkan penyelamatan orang-orang tersesat yang malang itu dari masa depan mengerikan, yang digambarkan dengan begitu fasihnya
~235~ oleh Domin" Wawelaar. Seorang perempuan pingsan ketika pendeta itu bicara mengenai anak berkulit hitam; mungkin perempuan itu punya anak laki-laki kecil yang berkulit hitam memang begitulah perempuan!
59 Kebaikan tertinggi penerj.
Apakah aku juga tidak boleh ngotot soal kerja aku, yang hanya memikirkan bisnis dari pagi sampai malam" Bukankah buku ini, yang sangat tidak kusukai gara-gara Stern, adalah bukti betapa baik niatku untuk kesejahteraan negeri, dan betapa aku ingin mengorbankan segalanya untuk itu" Ketika aku pun harus bekerja begitu keras, aku yang sudah dibaptis (di Gereja Amstel), bukankah sah untuk menuntut orang Jawa, yang masih harus berjuang untuk memperoleh keselamatan, agar menggunakan tangan mereka"
Ketika Kelompok itu [maksudku No. 5 (e)] terbentuk, aku akan bergabung ke dalamnya, dan berupaya mengajak keluarga Rosemeijer untuk ikut bergabung, karena penyuling gula juga punya kepentingan di dalamnya. Walaupun aku tidak percaya kalau gagasan-gagasan mereka sangat cermat,
~236~ maksudku keluarga Rosemeijer, karena mereka punya pelayan yang beragama Katolik Roma.
Bagaimanapun, aku akan melaksanakan tugasku. Itu kujanjikan kepada diriku sendiri ketika pulang dari persekutuan doa bersama Frits. Di rumah-ku, Tuhan akan dilayani, aku akan memastikan hal itu; dan dengan lebih bersemangat, karena aku semakin memahami betapa bijak segalanya diatur, betapa baik jalan-jalan kita yang dipimpin oleh tangan Tuhan, betapa Dia ingin menjaga kita dalam kehidupan sementara dan abadi karena tanah di Lebak bisa dibuat sangat cocok untuk ditanami kopi.[]
~237~ Bab 10 ALAUPUN tidak pandang bulu ketika menyangkut prinsip-prinsipku, aku sampai pada kesimpulan bahwa tindakanku terhadap Stern harus berbeda dengan tindakanku terhadap Frits. Dan, ketika aku membayangkan namaku [nama firmanya Last & Co., tapi namaku Droogstoppel Batavus Droogstoppel] akan dihubungkan dengan buku yang tidak menampilkan materimateri yang cocok sehubungan dengan kehormatan yang harus diberikan oleh semua lelaki dan makelar sejati kepada diri mereka sendiri, aku merasa wajib untuk menyampaikan kepadamu betapa aku sudah berupaya mengembalikan pemuda bernama Stern ini ke jalan yang benar.
~238~ Aku tidak bicara mengenai Tuhan dengannya, karena dia penganut Lutheran, tapi aku memengaruhi pikiran dan kehormatannya. Lihatlah, bagaimana aku melakukan ini, dan amati betapa bergunanya pengetahuan mengenai umat manusia. Aku mendengar dia berkata, Auf ehrenwort 60 , dan bertanya apa maksudnya.
60 Demi kehormatan. Artinya, jawab Stern, aku mempertaruhkan kehormatanku atas kebenaran perkataanku.
Itu dalam sekali, kataku. Apakah kau begitu yakin mengucapkan kebenaran"
Ya, jawabnya, aku selalu mengucapkan kebenaran. Ketika dadaku menyala & , pembaca tentu mengetahui lanjutannya.
Itu benar-benar sangat mulia, kataku, dan kubuat seakan aku memercayainya.
Namun, inilah bagian dari perangkap yang kusiapkan untuk Stern, untuk menunjukkan kepada pemuda itu tempat kedudukannya yang sebenarnya, dan untuk membuatnya mengerti betapa besar jarak antara seorang pemula walaupun ayahnya mungkin punya bisnis besar dan seorang makelar yang sudah
~239~ mengunjungi Bursa selama dua puluh tahun. Tapi, aku mengatakannya dengan cara yang tidak mempertaruhkan risiko Tuan Stern tua jatuh ke tangan Busselinck & Waterman.
Aku tahu sekali kalau Stern hafal segala macam puisi dan, karena puisi selalu mengandung kebohongan, aku yakin sekali akan segera memergokinya mengucapkan kebohongan. Lagi pula, aku memang memergokinya dalam waktu yang tidak lama. Aku duduk di ruang belakang, dan dia sedang berada di suite 61 karena kami memang punya suite; Marie sibuk merajut, dan Stern hendak mengucapkan sesuatu kepadanya.
61 Suite adalah istilah Amsterdam, berarti ruang depan yang dipisahkan
dari ruang belakang dengan pintu sorong; memiliki suite semacam itu dianggap sangat terhormat di Amsterdam.
Aku mendengarkan dengan saksama dan, ketika Stern sudah selesai, aku bertanya apakah dia punya buku berisikan kisah yang baru saja diceritakannya. Dia mengatakan ya, lalu memberikan buku itu kepadaku; itu salah satu buku karya seorang lelaki bernama Heine.
Keesokan harinya, aku memberinya maksudku
~240~ Stern catatan ini: Renungan mengenai seseorang
yang mencintai kebenaran, yang mendeklamasikan omong
kosong Heine berikut ini kepada seorang gadis yang sedang sibuk merajut di ruang
tamu Auf Fl"geln des Gesanges, Herzliebchen, trag ich
dich fort. 62 Herzliebchen " Marie adalah kekasihmu" Apakah orangtuamu dan Louise Rosemeijer tahu itu" Pantaskah mengucapkan itu kepada seorang anak yang, gara-gara itu, langsung tidak mematuhi ibunya, merasa dirinya sudah cukup umur karena dipanggil herzliebchen" Apa arti kubawa kau pergi di atas sayapku" Kau tidak punya sayap, begitu juga lagumu. Cobalah terbang di atas Lauriergracht yang tidak terlalu lebar itu. Namun, seandainya pun kau punya sayap, bisakah kau mengusulkan hal semacam itu kepada seorang gadis yang belum diresmikan menjadi anggota tetap gereja" Apa maksudmu dengan terbang pergi bersama-sama" Memalukan!
~241~ 62 Di atas sayap sukacita laguku, Kubawa kau
pergi, kekasih cantikku. Fort nach den Fluren des Ganges, Da wei" ich den
sch"nsten Ort. 63 Kalau begitu, kau boleh pergi ke sana sendirian dan menyewa penginapan, tapi jangan membawa seorang gadis yang harus membantu ibunya di rumah. Namun, kau tidak bersungguh-sungguh dengan perkataanmu; karena kau tidak pernah melihat Sungai Gangga, dan karenanya kau tidak tahu apakah kau akan merasa nyaman di sana. Haruskah aku katakan kepadamu bagaimana keadaan yang sesungguhnya" Kau hanya mengucapkan kebohongan karena dalam puisi itu, kau menjadikan dirimu budak dari irama dan rima. Seandainya baris pertama berakhir dengan kina, kau akan bertanya kepada Marie apakah dia mau pergi bersamamu ke Cina, dan seterusnya. Oleh karena itu, kau tahu bahwa perjalanan yang kau usulkan tidaklah serius, dan semuanya bergantung pada denting katakata tanpa arti.
63 Ketika Sungai Gangga memegang kekuasaannya, Tempat terindah yang kukenal di sana.
~242~ Bagaimana jika Marie benar-benar ingin melakukan perjalanan ini" Aku tidak bicara mengenai mode transportasi tak nyaman yang kau usulkan; tapi Marie, terpujilah Tuhan, terlalu pintar untuk menginginkan negeri yang kau bilang:
Da liegt ein rothbl"hender Garten, Im stillen Mondenschein; Die Lotosblumen erwarten Ihr trautes Schwesterlein;
Die Veilchen kichern und kosen; Und schau n nach den Sternen empor; Heimlich erz"hlen die Rosen Sich d"ftende M"rchen in s Ohr!
Di sana terhampar kebun penuh bunga merah Di dalam cahaya bulan hening dan bening; Bunga teratai mendesah Karena saudarinya begitu cantik dan dicintai.
Bunga lembayung berceloteh dan terkikik, Dan memandang bintang-bintang tinggi di atas; Mawar-mawar berkicau misterius Menyanyikan kisah cinta nan wangi.
~243~ Apa yang hendak kau lakukan bersama Marie di kebun dalam cahaya bulan itu" Bermoralkah itu, pantaskah itu, terhormatkah itu, Stern" Apakah kau hendak mempermalukanku sampai ke tingkat Busselinck & Waterman" Tidak ada perusahaan dagang terhormat yang mau berurusan dengan mereka, karena putri mereka kawin lari, dan karena mereka ceroboh.
Apa yang harus kukatakan, ketika mereka bertanya di Bursa mengapa putriku begitu lama berada di kebun itu" Karena, kau tentu mengerti, kurasa tak seorang pun akan percaya jika kukatakan bahwa putriku harus merawat bunga-bunga teratai yang, seperti kau bilang, sudah lama menunggunya. Lagi pula, semua orang pintar juga akan menertawakanku, seandainya aku cukup tolol untuk berkata, Marie berada di sana, di kebun merah itu [Mengapa merah, dan bukan kuning atau ungu"] untuk mendengarkan celoteh dan tawa bunga-bunga lembayung, atau kisah yang saling diceritakan oleh mawar-mawar secara rahasia. Walaupun ini mungkin benar, apa gunanya bagi Marie jika semuanya itu terjadi secara begitu rahasia sehingga dia tidak memahami sepatah kata pun"
Semua kebohongan, kebohongan menjemukan, sekaligus jelek; karena, ambillah sebatang pensil dan
~244~ gambarlah mawar bertelinga, lalu lihatlah bagaimana jadinya. Lagi pula, apa maksudmu dengan mengatakan bahwa kisah-kisah itu beraroma wangi" Haruskah kukatakan kepadamu apa artinya itu dengan bahasa Belanda sederhana" Itu berarti, kau bisa mencium kebohongannya seperti itulah artinya!
Da h"pfen herbei und lauschen Die frommen, klugen Gazellen; Und in der Ferne rauschen Des heiligen Stromes Wellen,
Da wollen wir niedersinken Unter den Palmenbaum Und Ruhe und Liebe trinken Und tr"umen seligen Traum.
Rusa-rusa begitu saleh dan pintar Melompatlompat ringan dengan riang; Dan di kejauhan berderau selamanya Aliran deras sungai suci, Dan di sana, ketika tenggelam dengan riang Di bawah pohon palem di tepi sungai Cinta dan damai ketika meneguk Pemandangan indah yang kita impikan.
Dari Heine s Poems, Bowring, London, 1866.
~245~ Tak bisakah kau pergi ke kebun binatang, jika ingin melihat hewan-hewan asing" Haruskah hewanhewan ini berada di Sungai Gangga, di alam liar yang tidak akan pernah bisa kau amati dengan sangat cermat, seperti dalam kurungan besi yang nyaman"
Mengapa hewan-hewan itu saleh dan pintar" Aku tidak akan membicarakan kata terakhir itu (yang berfungsi untuk menciptakan rima puisi konyol), tapi saleh" Apa artinya itu" Bukankah ini penyalahgunaan kata suci yang seharusnya hanya digunakan untuk orang yang sungguhsungguh beriman"
Lalu, sungai suci itu" Kisah-kisah yang kau ceritakan kepada Marie ini bisa membuatnya menjadi kafir, bisa mengguncang imannya karena keberadaan air suci lain, selain air suci pembaptisan, dan keberadaan sungai yang lebih suci daripada Sungai Yordan. Bukankah itu merusak moralitas, kebajikan, agama, Kristenitas, dan kehormatan"
Pikirkan semua ini, Stern! Ayahmu kepala firma terhormat, dan aku yakin sekali dia setuju dengan cara bicaraku yang terang-terangan ini, dan dia suka melakukan bisnis dengan orang yang membela kebajikan dan agama. Ya, prinsip-prinsip kuanggap suci, dan aku tidak segan mengatakan terus terang apa yang kumaksudkan. Oleh karena itu, janganlah
~246~ merahasiakan apa yang kukatakan; kau bisa menulis surat kepada ayahmu bahwa kau di sini berada dalam keluarga terhormat, yang menunjukkan jalan yang benar kepadamu, dan tanyalah kepada dirimu sendiri apa yang akan terjadi kepadamu seandainya kau pergi ke Busselinck & Waterman" Di sana, kau juga akan mendeklamasikan puisi-puisi semacam itu, tapi tak seorang pun akan memberitahumu betapa tololnya perbuatan itu, karena mereka ceroboh. Kau bisa menulis surat kepada ayahmu mengenai hal ini, karena aku tidak takut kepada siapa pun ketika menyangkut prinsip-prinsip. Di sana, gadis-gadis mungkin sudah pergi bersamamu ke Sungai Gangga, lalu saat ini kau mungkin sedang berbaring di bawah pohon di atas rerumputan; sedangkan kini, karena aku memperingatkanmu, kau tetap bersama kami di rumah yang terhormat.
Kau bisa menulis surat kepada ayahmu mengenai semua ini, dan katakan kepadanya bahwa kau sangat bersyukur karena datang kepada kami, dan bahwa aku menjagamu dengan sangat baik, dan bahwa putri Busselinck & Waterman kabur. Sampaikan pujianku kepadanya, dan katakan bahwa aku hendak menurunkan komisi sebesar 1/16 persen, karena aku tidak tahan dengan orang-orang rendahan itu, yang
~247~ mencuri roti dari mulut pesaing perdagangannya dengan memberikan penawaran yang lebih murah.
Lagi pula, berbaik hatilah untuk memberi kami sesuatu yang lebih berarti ketika membaca di rumah keluarga Rosemeijer. Dalam paket Sjaalman, aku melihat laporan-laporan mengenai penanaman kopi selama dua puluh tahun terakhir di seluruh Keresidenan di Jawa; bacakan yang seperti itu kepada kami. Kau pun tidak boleh sebut para gadis dan kami semua dengan mengatakan bahwa kami kanibal yang telah menelan sebagian dari dirimu. Itu tidak terhormat, Anak Muda. Percayalah kepada seseorang yang tahu apa yang terjadi di dunia ini. Aku telah melayani ayahmu sebelum dia dilahirkan [maksudku firmaku, Last & Co., yang dulunya bernama Last & Meijer] oleh karena itu, kau mengerti bahwa aku bicara demi kebaikanmu. Ingatkan Frits juga agar bertingkah laku lebih baik, dan jangan mengajarinya untuk menciptakan puisi; dan berpura-puralah tidak melihat ketika dia menyeringai kepada pegawai pembukuan, serta halhal semacam itu. Beri dia contoh yang baik, karena kau jauh lebih tua, dan cobalah untuk mengesankannya dengan kemantapan dan keseriusan, karena dia harus menjadi makelar.
~248~ Temanmu yang kebapakan, BATAVUS DROOGSTOPPEL, (Firma Last & Co., Makelar Kopi, Lauriergracht No. 37.)
~249~ Bab 11 [KELANJUTAN DARI KOMPOSISI STERN] adi, aku hanya ingin mengatakan, dengan mengutip kata-kata Abraham Blankaart bahwa aku menganggap bab ini penting karena akan membuatmu lebih mengenal Havelaar, dan tampaknya dialah pahlawan dalam ceritaku.
Tine, jenis mentimun macam apa ini" Jangan pernah, Sayangku, memberi rasa asam semacam itu pada buah; mentimun dengan garam, nanas dengan garam, semua yang berasal dari tanah dengan garam. Cuka dengan ikan dan daging & ada sesuatu mengenai hal itu dalam tulisan Liebig & .
Max Sayang, ujar Tine seraya tertawa, menurutmu sudah berapa lama kita di sini" Mentimun itu dari Madam Slotering.
Lagi pula, tampaknya sulit bagi Havelaar untuk
~250~ mengingat bahwa dia baru saja tiba kemarin; dan bahwa Tine, dengan niat terbaik sekalipun, belum sempat mengatur dapur atau rumah tangganya. Havelaar merasa sudah lama berada di Rangkas Bitung! Bukankah dia menghabiskan waktu semalaman untuk membaca arsip-arsip, dan sudah begitu banyak hal yang melanda jiwanya sehubungan dengan Lebak, sehingga tidak langsung menyadari bahwa dia baru saja tiba kemarin" Tine tahu sekali soal ini; dia selalu mengerti.
Oh ya, itu benar, ujar Havelaar, tapi tetap saja kau perlu membaca sesuatu yang ditulis oleh Liebig. Verbrugge, sudahkah kau membaca banyak Liebig" Siapa dia" tanya Verbrugge.
Penulis yang banyak menulis mengenai pengawetan mentimun; dia juga menemukan cara mengubah rum-put menjadi wol & . Kau mengerti" Tidak, jawab Verbrugge dan Duclari serentak. Wah, itu sudah diketahui untuk waktu yang lama: kirimlah seekor domba ke ladang, maka kalian akan melihatnya. Namun, Liebig-lah yang pertama kali mengetahui bagaimana terjadinya. Akan tetapi, orang lain mengatakan bahwa Liebig hanya tahu sedikit soal itu, kini mereka berupaya mencari cara untuk menghilangkan dombanya sama sekali .& Oh, para
~251~ ahli itu! Moli"re tahu sekali soal ini & aku suka Moli"re. Jika kalian suka, kita akan mengadakan acara membaca setiap malam. Tine juga akan ikut ketika Max sudah tidur.
Duclari dan Verbrugge setuju. Havelaar mengatakan dia tidak punya banyak buku, tapi antara lain dia punya Schiller, Goethe, Heine, Lamartine, Thiers, Say, Malthus, Scialoja, Smith, Shakespeare, Byron, V ondel & .
Verbrugge mengatakan bahwa dia tidak terlalu menguasai bahasa Inggris.
Astaga! Usiamu sudah lebih dari tiga puluh tahun. Apa yang kau lakukan selama itu" Namun, pasti sangat tidak menyenangkan bagimu di Padang, karena di sana bahasa Inggris banyak sekali digunakan. Kau kenal Nona Mata-Api"
Tidak, aku tidak mengenal nama itu.
Itu bukan namanya; kami memberinya julukan itu karena matanya begitu cemerlang. Kurasa dia kini pasti sudah menikah. Sudah lama sekali. Aku tidak pernah melihat mata seperti itu & kecuali di Arles & kalian harus ke sana. Itu tempat tercantik yang pernah kukunjungi dalam semua perjalananku. Bagiku tampaknya tidak ada sesuatu pun yang bisa merepresentasikan keindahan abstrak dengan sebegitu
~252~ baiknya seperti seorang perempuan cantik sebuah gambaran nyata dari kemurnian sejati yang tak berwujud. Percayalah, pergilah ke Arles dan Nimes & .
Harus kuakui bahwa Duclari, Verbrugge, dan Tine, tidak bisa menahan tawa ketika membayangkan diri mereka melangkah secara begitu tidak terduga dari barat Jawa ke Arles atau Nimes. Havelaar, yang mungkin sudah membayangkan dirinya berdiri di atas menara 64 yang dibangun oleh bangsa Saracen di dekat amfiteater Romawi tua di Arles, mengalami kesulitan untuk memahami penyebab tawa ini, lalu melanjutkan:
64 Karena Arles terkenal akan sisa-sisa peninggalan Romawi-nya yang indah, menara yang dibicarakan ini mungkin juga dibangun oleh Romawi. Memang benar bahwa bangsa Saracen menaklukkan kota ini pada 730. Tapi tak lama kemudian, mereka dikalahkan oleh Charles Martel yang kembali menguasai kota. Dugaan ini diperkuat oleh perkataan M. De Caumont, arkeolog Prancis terkenal bahwa monumen-monumen Romawi dikenal oleh para petani Prancis dari d"partementd"partement yang berbeda dengan nama Sarrazin , bahkan M. Leroy de la Bri"re mengatakan bahwa para pekerja menyebut koin Romawi sebagai pi"ces de Mahomet . Lihat Annales de la Soci"t" Fran"aise d arch"ologie pour la description et la conservation des monuments , 1865 ( Congr"s Arch"ologique de France, XXXI,
~253~ sessi"n " Fontenoy 1864) halaman 6 F penerj .
Wah, ya, maksudku ketika kalian sedang berada di daerah itu. Aku belum pernah melihat hal semacam itu. Aku terbiasa mengalami kekecewaan ketika melihat halhal yang secara umum dipuji setinggi langit. Misalnya, lihatlah air terjun yang begitu sering kita dengar itu; aku hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak merasakan sesuatu pun di Tondano, Abaros, Schaffhausen, dan Niagara. Seseorang harus melihat buku-panduan untuk mengetahui secara tepat seberapa besar kekagumannya terhadap bermetermeter air terjun dan berkubik-kubik air dalam semenit itu. Lagi pula, ketika angka-angkanya besar, dia berteriak, Apa! Aku tidak akan pergi melihat air terjun lagi, setidaknya ketika harus berjalan memutar untuk tiba di sana. Semua air terjun itu tidak mengatakan sesuatu pun kepadaku. Bangunan bisa berkata lebih lantang kepadaku, terutama bangunan bersejarah. Namun, perasaan yang dibangkitkan oleh bangunan-bangunan ini sangatlah berbeda: mendatangkan kembali masa lalu, membuat bayangbayang masa lalu melintas di hadapan kita untuk ditinjau. Beberapa bangunan itu mengerikan; oleh karena itu, seberapa pun menariknya, seseorang tidak
~254~ selalu bisa menemukan sesuatu yang memuaskan cita rasa estetika di dalam bangunan-bangunan itu. Lagi pula, tanpa mengacu pada sejarah, ada begitu banyak keindahan dalam beberapa bangunan. Namun, sekali lagi, keindahan ini dirusak oleh para pemandu baik dalam bentuk tulisan tercetak maupun dengan kehadiran mereka sendiri yang mencuri kesan kalian dengan ocehan monoton mereka. Kapel ini didirikan oleh Uskup Munster pada 1423; pilar-pilarnya setinggi dua puluh meter, dan disokong oleh & . Entah apa. Ini menjemukan karena seseorang akan merasa perlu untuk menyiapkan kekaguman setinggi tepat dua puluh meter agar tidak dianggap sebagai orang barbar atau pedagang keliling.
Mungkin, kini kalian mengatakan kepadaku bahwa kalian menggunakan pemandu, sementara brosurnya kalian simpan di saku dan di koper lain, lalu kau memerintahkan sang pemandu untuk berdiam diri atau berdiri di luar. Namun terkadang, untuk tiba pada penilaian yang tepat, diperlukan informasi. Seandainya pun informasi itu tak ada, kita mungkin masih akan mencari sesuatu di bangunan bersejarah itu. Sesuatu yang bisa memberi kita kepuasan lebih daripada sekadar kegairahan sesaat terhadap keindahan. Tapi semua sia-sia karena tidak ada
~255~ sesuatu pun yang bisa menggerakkan perasaan kita.
Menurutku ini juga berlaku untuk patung dan lukisan. Alam adalah gerakan. Tumbuh, lapar, berpikir, merasakan, semuanya ini adalah contoh gerakan & . Diam adalah mati. Tanpa gerakan, tidak ada kedukaan, tidak ada kegembiraan, tidak ada emosi. Duduklah di sana tan-pa bergerak selama beberapa saat, maka dengan cepat orang akan menganggapmu seperti hantu, bahkan pada imajinasi kalian sendiri mungkin menganggap diri kalian hantu. Di tableaux vivant 65 , seseorang akan segera menginginkan sosok baru, betapapun mengesankan pemandangan itu pada permulaannya, karena cita rasa kita terhadap keindahan tidak akan terpuaskan dengan sekali memandang sesuatu yang indah, tapi memerlukan serentetan pandangan yang terus-menerus untuk menyaksikan gerakan dari keindahan itu. Kita tidak merasa puas ketika merenungkan karya seni, oleh karena itu kukatakan bahwa seorang perempuan cantik, asalkan kecantikannya tidak terlalu diam, adalah yang paling mendekati ideal keilahian.
Betapa besarnya kebutuhan terhadap gerakan yang kubicarakan ini, mungkin bisa kalian sadari dari perasaan muak kalian terhadap seorang penari, tak peduli Elsler atau Taglioni, ketika dia baru saja
~256~ menyelesaikan sebuah tarian, lalu berdiri di atas kaki kirinya dan menyeringai kepada penonton.
Itu tidak perlu dipertanyakan lagi, ujar Verbrugge, karena itu memang benar-benar buruk.
65 Penggambaran adegan, lukisan, patung, dan sebagainya di atas panggung oleh seseorang atau sekelompok orang yang tidak bersuara dan tidak bergerak.
Itu hanya pendapatku. Namun, penari itu menganggapnya indah, menganggapnya sebagai klimaks dari semua pertunjukan sebelumnya yang mungkin menyajikan banyak keindahan. Dia menganggap itu sebagai puncak epigram sebagai aux armes! 66 dalam lagu kebangsaan Prancis Marseillaise, yang dilantunkannya dengan kaki; atau sebagai desau pepohonan dedalu di atas makam kekasih yang digambarkan dalam tarian itu. Lagi pula, penonton pada umumnya seperti juga kita sering kali mendasarkan cita rasa mereka pada kebiasaan dan peniruan. Jelas, penonton menganggap momen itulah yang paling mengharukan karena saat itu semua orang bertepuk tangan meriah, seakan mengatakan, Semuanya itu tadi indah, tapi kini kami tidak bisa lagi membendung kekaguman kami. Kau bilang jeda~257~ jeda ini sangat buruk, begitu juga menurutku. Namun, apa alasannya" Itu karena gerakannya sudah berakhir, dan bersamanya juga sejarah yang dikisahkan oleh penari itu. Percayalah, diam adalah mati.
Tapi, sela Duclari, kau juga menolak air terjun sebagai lambang keindahan & walaupun air terjun bergerak & .
Ya, tapi tanpa sejarah. Air terjun bergerak, tapi tidak berubah tempat. Mereka bergerak seperti kudagoyang, minus ke sana kemari . Mereka menciptakan suara, tapi tidak bicara & . Mereka berteriak, rrruuu & rrruuu & rrruuu! & . Cobalah berteriak rrruu, rrruu selama enam ribu tahun atau lebih, maka kau akan tahu tak banyak orang yang menganggapmu waras.
66 Angkat senjata! penerj.
Aku tidak mau mencobanya, kata Duclari, tapi aku masih tidak setuju bahwa gerakan ini mutlak diperlukan. Aku menyerah soal air terjun, tapi kurasa lukisan yang bagus bisa mengungkapkan banyak hal.
Tentu saja, tapi hanya untuk sesaat. Aku akan mencoba menjelaskan maksudku dengan contoh. Saat
~258~ ini 8 Februari & . Jelas bukan, sela Verbrugge, sekarang masih Januari & .
Tidak, tidak; saat ini 8 Februari 1587, dan kau terperangkap dalam Kastil Fotheringay.
Aku" tanya Duclari, yang merasa tidak begitu memahami perkataan itu.
Ya, kau. Kau dilanda kebosanan, dan berupaya mencari sedikit perubahan. Di sana, di dinding itu, ada lubang; letaknya terlalu tinggi sehingga kau tidak bisa mengintip keluar, tapi kau masih ingin melakukan hal itu. Kau meletakkan meja di bawah lubang, dan di atas meja ini, kau meletakkan bangku berkaki tiga yang salah satu kakinya jelas goyah. Di sebuah pasar malam, kau pernah melihat pemain akrobat menumpuk tinggi tujuh kursi, lalu menempatkan diri di kursi teratas dengan kepala menghadap ke bawah. Keangkuhan dan kebosanan mendesakmu untuk melakukan hal semacam itu. Kau menaiki kursimu, dan mencapai lubang .& Kau mengintip sejenak melalui lubang itu & . Astaga! Kau terjatuh & . Tahukah kau mengapa"
Kurasa kaki bangku itu patah, jawab Verbrugge. Ya, kaki kursi itu patah, tapi bukan karena itu kau jatuh, kaki itu patah setelah kau terjatuh. Di depan
~259~ semua lubang lainnya, kau bisa berdiri selama setahun di atas kursi itu. Namun di lubang itu kau pasti terjatuh, seandainya pun bangku itu punya tiga belas kaki. Ya, seandainya pun kau berdiri di atas tanah & .
Tentu saja, ujar Duclari. Aku mengerti bahwa kau bermaksud menjatuhkanku, co"te que co"te 67 . Kini, aku tertelentang sepenuhnya, tapi sesungguhnya aku tidak tahu mengapa.
Wah, itu sederhana sekali & tadi, kau melihat seorang perempuan berpakaian hitam, berlutut di depan sebuah balok. Dia menundukkan kepala, lehernya yang seputih perak tampak semakin putih dilatari beledu hitam & , dan di sana berdirilah seorang lelaki dengan sebilah pedang besar 68 ; dan dia mengangkat pedangnya tinggitinggi, seraya memandangi leher putih itu & dan dia memperhitungkan lengkungan yang akan diciptakan oleh pedangnya untuk menghunjam persis di sana & di sana, di antara ruas-ruas tulang leher itu, dengan tepat dan bertenaga lalu kau terjatuh, Duclari. Kau terjatuh karena melihat pemandangan itu, dan karenanya kau berteriak, Astaga! dan bukan karena kursimu hanya punya tiga kaki.
67 Apa pun yang terjadi penerj.
~260~ 68 Kapak pemenggal kepala.
Dan, lama setelah kau dibebaskan dari Fotheringay melalui campur tangan sepupumu, atau karena mereka sudah bosan memberimu makan di sana seperti burung kenari, lama setelah itu, ya, bahkan sekarang, kau merenungkan perempuan ini; kau terbangun dari tidur, dan jatuh terempas di atas tempat tidurmu karena ingin menangkap lengan algojo itu! Bukankah begitu"
Aku bersedia memercayai semua itu, tapi tidak bisa menyatakannya secara pasti, karena aku belum pernah mengintip lewat lubang di dinding Fotheringay.
Memang! Aku juga belum pernah. Namun, kini aku mengambil sebuah lukisan yang menggambarkan pemenggalan leher Mary Stuart. Anggap saja penggambaran itu sempurna: di sanalah lukisan dengan bingkai bersepuh emas itu tergantung, dengan tali merah jika kau suka & . Aku tahu apa yang hendak kau katakan: Persis! Tidak! Kau tidak melihat bingkai itu; kau bahkan lupa telah meninggalkan tongkatmu di pintu masuk galeri lukisan; kau melupakan namamu, nama anakmu, model topi militer terbaru; kau tidak melihat sebuah lukisan, tapi melihat
~261~ Mary Stuart yang sesungguhnya, persis sama dengan di Fotheringay. Algojo itu berdiri di sana, seperti yang dilakukannya dalam kenyataan. Ya, aku bahkan mengandaikan lenganmu terulur untuk mencegah ayunan kapak itu, dan kau bahkan berteriak, Biarkan perempuan ini hidup, mungkin dia akan bertobat. Kau mengerti, bukan" Aku memberimu kejujuran sehubungan dengan eksekusi dalam lukisan itu.
Ya, lalu apa lagi" Apakah kesan itu kemudian tidak persis sama dengan yang kulihat dalam kenyataannya di Fotheringay"
Tidak, sama sekali tidak, karena kau tidak menaiki kursi dengan tiga kaki. Kali ini kau mengambil kursi dengan empat kaki, sebaiknya kursi yang nyaman lalu duduk di depan lukisan itu, agar bisa menikmati sepenuhnya untuk waktu yang lama [Kita memang gemar melihat sesuatu yang mengerikan!] dan kesan apa yang kau peroleh dari lukisan itu"
Kengerian, kesakitan, rasa iba, kecemasan! ... persis ketika aku mengintip lewat lubang di dinding itu. Kau mengandaikan lukisannya sempurna, jadi aku pasti mendapat kesan yang sama seperti dalam kenyataan.
Tidak, dalam waktu dua menit, lengan kananmu
~262~ akan terasa pegal karena kau bersimpati terhadap algojo itu, yang harus mengangkat pedang baja sebegitu lamanya & .
Bersimpati terhadap algojo itu"
Ya, rasa pegal dan ketidaknyamanannya setara & dan kau juga bersimpati terhadap perempuan yang duduk di sana begitu lama dalam posisi yang tidak nyaman, dan mungkin dengan kondisi pikiran yang tidak nyaman; di depan balok. Kau masih bersimpati terhadap perempuan itu, tapi kali ini bukan karena dia harus menunggu begitu lama sebelum dipenggal. Lagi pula, seandainya kau harus mengatakan atau meneriakkan sesuatu, seandainya kau ingin ikut campur di dalamnya, bunyinya pasti hanya, Ayunkan kapakmu, Bung, dia sudah menunggunya! Lagi pula, jika kemudian kau memandang kembali lukisan itu, dan berkali-kali memandangnya, kesan pertamamu adalah: belum selesai jugakah" Apakah algojo itu masih berdiri dan perempuan itu masih berbaring di sana"
Kalau begitu, gerakan apa yang ada dalam kecantikan perempuan-perempuan di Arles" tanya Verbrugge.
Oh, itu sangat berbeda! Di raut wajah mereka, kau bisa membaca seluruh sejarah 69 . Kartago
~263~ berkembang dan membangun kapal-kapal: kau mendengar sumpah Hannibal terhadap Roma & di sini mereka menjalin tali untuk busur panah mereka & di sana kota terbakar & .
Max! Max! Kurasa kau meninggalkan hatimu di Arles, ujar Tine.
Ya, untuk sesaat & , tapi sudah kembali lagi kepadaku: kau pasti mendengarnya. Perhatikan, aku tidak mengatakan melihat seorang perempuan yang secantik ini atau itu di sana. Tidak, mereka semua cantik sehingga mustahil untuk jatuh cinta di sana, karena perempuan berikutnya selalu mengusir perempuan yang sebelumnya dari kekagumanmu, dan aku benar-benar teringat kepada Caligula atau Tiberius siapa di antara mereka yang menceritakan kisah itu" yang menginginkan seluruh umat manusia untuk hanya punya satu kepala & . Nah, oleh karena itulah, tanpa sadar aku berharap perempuanperempuan Arles & .
Hanya punya satu kepala"
69 Tampaknya ini mengacu pada penampilan penuh percaya diri bangsa Kartago, karena menyadari kekuatan mereka sendiri.
Ya. ~264~ Untuk dipenggal" Jelas tidak & , tapi untuk dicium. Itulah yang hendak kukatakan. Tidak, bukan itu & tapi untuk dilihat, untuk dimimpikan, dan untuk & membawa kebaikan!
Duclari dan Verbrugge jelas menganggap kesimpulan ini sangat ganjil.
Namun, Max tidak memperhatikannya dan melanjutkan:
Begitu mulia raut wajah mereka, sehingga seseorang akan merasa sedikit malu karena dirinya hanya berupa manusia, dan bukan bunga api & cahaya & . Tapi tidak, itu adalah substansi & . Pikiran & . Tapi, mendadak se-orang saudara laki-laki atau seorang ayah duduk di sebelah perempuan-perempuan ini & . Astaga! Aku melihat seorang perempuan membuang ingus!
Aku tahu kau akan langsung mencoreng perempuan itu, ujar Tine.
Apakah itu salahku" Aku lebih suka melihatnya terjatuh dan mati
Haruskah gadis semacam itu melupakan tata krama sampai sejauh itu"
Tapi, Tuan Havelaar, tanya Verbrugge, seandainya dia sakit pilek"
~265~ Wah, dengan hidung seindah itu, dia tidak boleh sakit pilek & .
Seakan ada setan lewat, mendadak Tine bersin & dan, sebelum menyadari perbuatannya, dia membuang ingus!
Max Sayang, jangan marah! ujarnya dengan tawa tertahan.
Havelaar tidak menjawab dan, betapapun konyol kelihatannya, atau itu memang konyol ya, dia marah. Dan, yang kedengarannya juga aneh, Tine senang karena Havelaar marah dan meminta-nya untuk menjadi lebih dari perempuan-perempuan Arles, walaupun istrinya itu tidak punya alasan untuk membanggakan hidungnya.
Seandainya Duclari masih menganggap Havelaar tolol, seseorang tidak akan terkejut jika Duclari merasakan pendapatnya itu semakin kuat ketika melihat kemarahan singkat yang terbaca di wajah Havelaar saat melihat istrinya membuang ingus. Namun, Havelaar sudah kembali dari Kartago dan dia membaca wajah tamu-tamunya dengan kecepatan yang sama seperti ketika dia membaca buku ketika pikirannya sedang tidak terlalu jauh dari rumah dan menyadari bahwa mereka telah merumuskan dua dalil berikut ini:
~266~ 1. Siapa pun yang tidak membiarkan istrinya membuang ingus adalah orang tolol.
2. Siapa pun yang menganggap perempuan berhidung cantik tidak boleh membuang ingus, tidak bisa menerapkan gagasan itu kepada Madam Havelaar, yang hidungnya sedikit menyerupai en pomme de terre 70 .
Havelaar tidak mau membahas dalil pertama, tapi yang kedua & .
70 Kentang. Oh, katanya, seakan harus menjawab walaupun tamu-tamunya terlalu sopan untuk mengemukakan pikiran mereka, akan kujelaskan itu kepadamu, Tine & .
Max Sayang! ujar Tine memohon, dan dengan kata-kata ini dia bermaksud mengatakan, Jangan katakan kepada tuan-tuan ini, mengapa aku harus kau nilai melebihi sakit pilek biasa & .
Tampaknya Havelaar memahami apa yang dimaksud oleh Tine karena dia menjawab, Baiklah, Sayang.
Namun tahukah kau, Tuan-Tuan, bahwa seseorang sering kali tertipu ketika menilai hak lelaki
~267~ berdasarkan ketidaksempurnaan jasmaniah" Aku yakin tamu-tamu Havelaar belum pernah mendengar mengenai hak-hak ini.
Aku pernah mengenal seorang anak perempuan kecil di Sumatra, lanjut Havelaar, putri seorang datuk & . Nah, aku yakin dia tidak punya ketidaksempurnaan semacam itu, tapi aku melihatnya jatuh ke dalam air ketika kapal karam, seperti orang lain. Aku, seorang lelaki, harus membantunya ke daratan.
Tapi, apakah dia seharusnya terbang seperti burung camar"
Tentu saja, & atau tidak & dia seharusnya tidak punya tubuh. Boleh kuceritakan bagaimana aku mengenalnya" Saat itu tahun 1842, aku Pengawas di Natal 71 . Kau pernah ke sana, Verbrugge"
71 Natal di Sumatra tidak boleh dikacaukan dengan Natal di Afrika.
Ya. Nah, kalau begitu, kau tahu bahwa lada masih ditanam di Natal. Kebun-kebun lada terletak di Teluk Balai, di utara Natal, di dekat pantai. Aku harus menginspeksi semua kebun itu dan, karena tidak
~268~ berpengetahuan mengenai lada, aku berperahu dengan mengajak seorang datuk orang yang lebih tahu mengenai lada daripada aku. Putrinya, yang saat itu masih berusia tiga belas, ikut bersama kami. Kami berlayar di sepanjang pantai dan merasa sangat bosan.
Lalu, kapalmu karam"
Tidak, cuacanya cerah & . Kapal karam itu terjadi bertahun-tahun kemudian; jika tidak, aku tidak akan merasa bosan. Kami berlayar di sepanjang pantai, dan udara teramat panas. Perahu semacam itu hanya memberi sedikit kesempatan untuk bersantai, lagi pula saat itu suasana hatiku sedang buruk karena berbagai penyebab. Pertama, aku mengalami putus cinta itu santapanku sehari-hari pada masa itu. Selain itu, aku dilanda dua ambisi. Aku mengangkat diriku sebagai raja, dan telah digulingkan dari takhta; aku menaiki menara, dan telah terjatuh kembali ke tanah & .
Kini, aku tidak akan menceritakan alasannya. Cukuplah bahwa aku sedang duduk di sana, di perahu, dengan wajah masam dan suasana hati buruk. Aku, seperti kata orang Jerman, ungeniessbar 72 . Tugas menginspeksi kebun lada kuanggap melecehkan, dan seharusnya aku sudah lama diangkat menjadi gubernur
~269~ tata surya. Lagi pula menempatkan orang sepertiku di perahu bersama datuk tolol dan anaknya kuanggap sebagai pembunuhan moral.
72 Tidak menyenangkan. Harus kukatakan bahwa secara umum, aku sangat menyukai para pejabat Melayu dan bisa bergaul baik dengan mereka. Bahkan, mereka memiliki sifat-sifat yang membuatku lebih menyukai mereka daripada para pembesar Jawa.
Ya, aku tahu, Verbrugge, kau tidak setuju denganku dalam hal ini, hanya sedikit orang yang setuju & , tapi aku tidak akan membahas ini sekarang. Seandainya aku melakukan perjalanan itu pada hari lain, ketika sedang tidak begitu gelisah, mungkin aku akan langsung memulai percakapan dengan datuk ini, dan mungkin menganggap percakapan itu cukup berguna. Mungkin gadis kecil itu juga akan bicara, dan itu akan menghiburku, karena anak kecil pada umumnya punya sesuatu yang alami walaupun saat itu aku sendiri masih terlalu muda untuk tertarik pada orisinalitas.
Namun, sekarang yang terjadi sebaliknya. Kini di dalam diri semua gadis berusia tiga belas tahun, aku melihat manuskrip yang baru sedikit atau sama sekali
~270~ belum dicorat-coret. Kita memergoki penulis en n"glig" 73 , dan itu sering kali cantik.
Anak itu sedang menguntai manik-manik koral pada seutas tali, dan ini tampaknya menyita seluruh perhatiannya. Tiga manik merah, satu hitam & tiga merah, satu hitam & cantik sekali!
73 Dengan pakaian seadanya.
Namanya Si Upik Keteh . Di Sumatra ini, artinya kira-kira sama dengan nona kecil .& Ya, Verbrugge, kau tahu itu, tapi Duclari selalu bertugas di Jawa. Namanya Si Upik Keteh , tapi dalam pikiranku menyebutnya makhluk malang karena aku menganggap diriku jauh lebih unggul daripadanya.
Saat itu sore & menjelang malam. Manik-manik koral itu disisihkan. Daratan lewat dengan lambat, dan semakin mengabur di belakang kami. Di sebelah kiri, jauh di barat, di atas lautan yang sangat, sangat luas yang tidak bertepi sampai sejauh Madagaskar matahari terbenam di atas Afrika, dan cahayanya jatuh semakin lama semakin miring di atas gelombanggelombang, mencari kesejukan di dalam lautan. Apa gerangan itu"
Apa" Matahari" ~271~ Bukan, bukan & dulu aku suka menciptakan puisi


Max Havelar Karya Multatuli di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

& . Kau bertanya mengapa lautan mengalun, Dan menyapu Pantai Natal,
Di tempat lain begitu lembut dan tenang, Tapi di sini bergelegak dan menderu. Kau bertanya kepada putra nelayan malang, Yang nyaris tak paham;
Dan dia menunjuk garis cakrawala, Tanpa secercah pun daratan. Dia melayangkan mata gelapnya Ke sepanjang arah Barat; Dan tiada yang kau dan dia lihat Kecuali lautan, dan lautan.
Dan di sini Lautan mengoyak daratan, Dan menghantam pantai berpasir, Karena dari Pantai Madagaskar Hanya lautan, tiada lain
Lautan tempat jeritan-jeritan ngeri, Ke seluruh dunia tak dikenal,
Tiada didengar teman, istri, atau anak,
~272~ Hanya Tuhan yang mendengar! Tangan mencuat menyakitkan, Menggapai di atas gelombang; Meraih, mencekau, dan berputar, Mencari penyelamat.
Tapi tiada yang terpegang; Gelombang menerpa,
Bergulung selamanya di atas kepala Dan Aku tidak ingat kelanjutannya!
Kau bisa mengetahuinya, ujar Verbrugge, dengan menulis surat kepada Krijgsman, pegawaimu dulu di Natal. Dia tahu itu.
Bagaimana dia bisa tahu" tanya Max. Mungkin dari keranjang sampahmu. Tapi, dia pasti punya. Bukankah kelanjutannya adalah kisah kejatuhan seseorang, menenggelamkan pulau yang dulunya melindungi Pantai Natal & kisah Jiwa dan dua saudara lakilakinya"
Itu benar. Legenda ini sama sekali bukan legenda. Itu perumpamaan yang kuciptakan, dan yang dua ratus tahun mendatang akan menjadi legenda seandainya Krijgsman sering menceritakannya. Begitulah asal mula semua legenda. Jiwa adalah jiwa,
~273~ seperti yang kalian ketahui .&
Max, apa yang terjadi pada gadis kecil dengan manik-manik koral itu" tanya Tine.
Manikmanik itu sudah disisihkan. Saat itu pukul enam, dan di sana, di bawah garis khatulistiwa Natal berjarak beberapa menit di utara [ketika aku berkuda ke Air Bangis, kuperintahkan kudaku untuk berjalan, atau berjalan lambat, melintasi garis khatulistiwa, karena aku khawatir akan jatuh tersandung] saat itu pukul enam, isyarat waktu untuk perenungan malam.
Nah, kurasa seseorang selalu sedikit lebih baik, atau tidak begitu garang, pada malam hari jika dibandingkan dengan pagi hari dan ini alami. Seorang pengawas mengusap mata dan mengkhawatirkan pertemuan dengan Asisten Residen yang bersikap sok tahu karena sudah bertugas beberapa tahun lebih lama. Atau dia harus mengukur ladang-ladang pada hari itu dan merasa bimbang antara kejujurannya kau tidak tahu itu, Duclari, karena kau orang militer, tapi Pengawas-Pengawas yang jujur memang ada jadi dia merasa bimbang antara kejujurannya dan kekhawatiran bahwa Raden Demang Anu ingin memiliki kuda kelabu yang sangat bagus jalannya, atau hari itu dia harus memutuskan
~274~ berkata Ya atau Tidak untuk menjawab surat No. .... Dengan kata lain, ketika kalian terbangun pada pagi hari, dunia jatuh di atas jantung kalian; dan itu beban berat untuk jantung walaupun jantung yang kuat.
Tapi, pada malam hari kalian beristirahat. Ada waktu sepuluh jam. Tiga puluh enam ribu detik sebelum kau kembali melihat jas resmimu. Itu memikat semua orang. Saat itulah, aku berharap menemui ajal & tiba di dunia sana dengan wajah tidak resmi. Saat itulah, istrimu sekali lagi akan menemukan sesuatu di wajahmu yang dulu memikatnya ketika dia membiarkanmu menyimpan saputangan berinisal E di sudutnya itu & .
Dan sebelum dia punya waktu untuk terserang pilek.
Ah, jangan menggangguku & . Aku hanya ingin berkata bahwa pada malam hari seseorang cenderung lebih terbuka (gem"thlicher). Jadi, ketika matahari terbenam, aku menjadi manusia yang lebih baik. Sebagai bukti pertama dari perbaikanku, aku berkata kepada gadis kecil itu
Sebentar lagi udara akan lebih sejuk. Ya, Pak, jawabnya.
Tapi, aku merendahkan martabatku lebih jauh lagi, dan memulai percakapan dengan makhluk malang ini.
~275~ Kebajikanku lebih besar lagi karena dia tak banyak menjawab. Aku dibenarkan dalam semua perkataanku, dan ini menjengkelkan, seberapa pun angkuhnya orang itu.
Raja Rencong Dari Utara 2 Balada Si Roy 06 Solidarnos Karya Gola Gong Badik Buntung 18

Cari Blog Ini