Ceritasilat Novel Online

Moshi Moshi 2

Moshi Moshi Karya Jossie Karaniya Bagian 2


Aku senang sekali. Saking senangnya, aku sampai lupa menanyakan nomor handphone-nya. Coba kalau dapat, aku bisa nelepon Alex kapan pun. Atau ngirim SMS kalau dia ultah. Aku senang banget kencan dengan Alex berakhir sempurna. Sayang, tadi aku nggak pulang diantar dia. Padahal tadi dia sempat nawarin lho. Sebenarnya bisa saja sih, aku bilang nggak bawa mobil dan menerima tawaran Alex. Setelah sampai rumah kan aku bisa balik lagi ke Caf" Bien naik taksi. Tapi, saat memikirkan hal itu, aku jadi gugup, dan saat aku membuka tas untuk mengambil tisu, kunci mobilku jatuh. Ketahuan deh.
Oke. Kencan berikut, aku nggak bakalan bawa mobil.
* * * Keesokan paginya, aku datang ke sekolah tepat saat bel pelajaran berbunyi. Silvia yang duduk di sebelahku langsung bertanya tanpa basa-basi, Mel, lo punya pacar baru, ya"
Nggak kok, kataku pelan tepat saat Pak Yanto masuk kelas. Pak Yanto guru kimia yang killer banget.
111 Gue denger lo kencan sama cowok lain di hari satu tahun jadian lo sama Thomas.
Aku terbata-bata. Thomas pasti sudah cerita ke Silvia, padahal aku belum sempat membereskan masalahku dengan Thomas.
Bukan begitu ceritanya, Sil.
Elo kencan sama siapa sih, Mel" tanya Silvia. Thomas nggak mau bilang. Menyakitkan, katanya.
Aku terdiam. Aku memang merahasiakan hal ini dari Silvia karena takut dia bakal mengadu ke Thomas. Soalnya mereka kan sepupuan. Mungkin dia ada di kubu Thomas dan diam-diam memata-mataiku. Lo pasti nggak bakal percaya deh, Sil. Siapa sih" tanya Silvia penasaran. Anak sekolah kita ya" lanjut Silvia menggebu-gebu.
Aku masih terdiam. Mm& jangan sekarang deh, Sil. Ntar aja gue ceritain. Pak Yanto ngeliatin kita terus tuh.
Biarin aja, Silvia memelankan suaranya. Eh, Mel, gue tau lo selingkuh sama siapa. Si Edward, kan" tanya Silvia dengan tatapan penuh kemenangan.
Aku tersentak kaget. Sama sekali nggak menyangka tebakan Silvia yang benar-benar ngawur. Edward"
Iya. Gue tau Edward naksir elo, cerocos Silvia. Gue udah beberapa kali mergokin dia lagi ngeliatin elo kalo kita lewat lapangan basket. Pasti dia, kan" tanya Silvia, memastikan tebakannya.
112 Sil& Silvia langsung menepuk jidatnya. Oh& nggak heran deh lo berpaling dari Thomas. Kalo saingan Thomas si Edward, ya terang aja dia kalah.
Tiba-tiba suasana kelas jadi berisik, tapi aku hanya mendengar kata-kata jangan atau minggu depan aja .
Ada apa sih" Silvia menanyai Ami, yang duduk di depan kami.
Ulangan mendadak, jawab Ami.
Astaga! Masa harus ulangan mendadak di saat seperti ini"
* * * Ternyata julukan killer buat Pak Yanto memang cocok banget. Ulangan kimia mendadak tadi susahnya minta ampun. Sepertinya aku bakal dapat nilai merah. Kalo Silvia sih jangan ditanya. Semua pelajaran dia anggap enteng.
Setelah ulangan selesai, Sivia masih penasaran siapa cowok yang kencan denganku.
Jadi benar Edward, kan" tanyanya.
Sejujurnya, aku senang membuat Silvia penasaran. GR dikit boleh dong, kan Edward keren. Di sekolah yang naksir Edward banyak banget.
Tapi kok gue nggak pernah liat Edward ngobrol sama elo" kata Silvia sekali lagi. Memangnya kapan sih dia ngajak lo kencan"
113 Oalah& . Tebakan Silvia makin ngaco deh. Lo yakin Edward suka ngeliatin gue di lapangan basket" tanyaku iseng. Wah, makin seru nih. Seneng banget bisa ngerjain Silvia.
Iya, jawab Silvia. Aku tersenyum GR. Kok lo nggak bilang-bilang gue sih kalo lo lagi deket sama Edward"
Aku cengengesan, menatap Silvia. Udah deh, aku mau jujur aja. Bukan Edward, Sil. Tapi Alex.
Alex siapa" Silvia menatapku heran. Emang ada yang namanya Alex di sekolah kita"
Aku tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah mata. Ya Alex Julio, laaaah&
Setelah hening sejenak, mata Silvia langsung membuka lebar. Maksud lo, Alexander Julio idola lo itu"
Aku mengangguk. Hah" tanya Silvia bengong. Yang bener! Sesaat kemudian, aku menceritakan kencanku dengan Alex. Semuanya. Kecuali bagian saat Alex mengajakku kencan lagi. Soalnya Silvia kan sepupu Thomas.
Curang, kata Silvia beberapa saat kemudian. Lo main rahasia-rahasiaan sama gue.
Sori. Seharusnya gue bilang ke elo, tapi& Elo takut gue ngadu ke Thomas, gitu" Silvia menyela ucapanku.
Aku langsung mengangguk. Soalnya gue bukan-114
nya selingkuh, Sil. Gue cuma memanfaatkan kesempatan. Makan malam bareng Alex kan nggak datang dua kali.
Gue ngerti, kata Silvia penuh pengertian. Kapan lagi lo bisa ketemu sama bintang idola" Persis.
Terus, hubungan lo sama Thomas gimana" tanya Silvia kemudian. Dia datang ke rumah gue kemarin dan curhat. Katanya lo selingkuh. Tampangnya sedih banget.
Aku mengerang. Dalam hati kuakui aku salah. Seharusnya aku menghubunginya setelah aku makan malam bareng Alex.
Gue& pasti telepon Thomas nanti, kataku dengan suara tersekat. Gue bakalan jelasin semuanya. Semoga dia udah nggak marah lagi sama gue.
Silvia mengangguk. Dia pasti ngerti. Ini kan cuma hubungan antara fans sama bintang idola. Thanks, Sil. Lo bisa ngerti perasaan gue. Namun dalam hati aku berpikir keras. Apakah hanya hubungan fans-idola yang kuharapkan dari Alex" Aku menggosokkan tangan ke wajah dan merasa tolol. Memangnya aku mau dianggap apa sih sama Alex" Dia kan bintang pujaan. Dan dia nyaris nggak kenal aku.
Jadi, kata Silvia membuyarkan lamunanku, apa lo udah punya foto bareng Alex sekarang"
Aku mengerang dan langsung kecewa. Gue lupa bawa kamera kemarin, Sil.
115 Silvia menatapku iba. Kasihan deh lo. Padahal itu kan kesempatan langka.
Iya, gue nyesel banget. Lalu, tiba-tiba aku teringat Silvia tadi menuduhku jalan bareng Edward. Sil, kok elo bisa bilang Edward naksir gue sih"
Yah, gue cuma nebak aja. Wajah Silvia kini berubah serius. Terus lo nanti bakalan beresin hubungan lo sama Thomas, kan" tanya Silvia.
Nah, ini nih jeleknya pacaran sama sepupu sahabat sendiri. Kalo kita lagi punya masalah sama pacar, sang sepupu pasti jadi pengin tahu.
Mm& , kata Silvia canggung, lo mau gue yang cerita ke Thomas" Yah, secara elo lagi perang dingin begini.
Aku menggeleng. Nggak usah, Sil. Biar gue aja yang terus terang ke Thomas.
Silvia mengangguk. Yah, menurut gue, elo emang harus jujur sih, kalo hubungan lo sama Thomas mau awet.
Lo bener, Sil. Terus kita gimana" tanya Silvia. Maksud lo"
Di antara kita juga nggak boleh ada rahasiarahasiaan lagi ya, kata Silvia.
Aku mengangguk. Janji. Tapi, kayaknya bukan ide bagus kalo aku ngasih tahu Silvia bahwa aku masih akan kencan sama Alex 30 Oktober nanti& .
116 M ALAMNYA, aku baru saja hendak menelepon Thomas ketika HP-ku berdering.
Panjang umurnya. Ternyata memang dari Thomas. Halo, Mel, kata Thomas setelah aku mengangkat HP-ku.
Halo, Tom, jawabku pelan.
Selama lima detik hening. Aku dan Thomas samasama nggak tahu mesti mulai dari mana.
Tom, kayaknya kita mesti bicara, kataku lambatlambat.
Aku ngerti kok, Mel, katanya kemudian. Sepertinya dia sudah dengar semuanya dari Silvia.
Aku menelan ludah. Tom, sori ya, udah ngecewain kamu.
Thomas buru-buru memotong, Nggak, Mel. Salah aku yang cemburuan. Maafin aku ya"
117 Aku terdiam sejenak. Memangnya Thomas salah apa ya"
Maafin aku ya, Mel" tanya Thomas sekali lagi. Kamu kan nggak salah apa-apa, Tom. Aku yang salah, nggak jujur sama kamu. Akulah yang seharusnya minta maaf.
Nggak. Sekarang aku ngerti, kata Thomas, wajar aja kalo kamu pengin ketemu Alex. Kamu kan fans beratnya. Sekarang& kamu mau kan, maafin aku" tanya Thomas.
Aku tersenyum walaupun tahu Thomas tidak bisa melihat senyumku. Ih, udah dibilangin dari tadi, nggak denger ya. Kamu kan nggak salah apa-apa, Tom.
Thomas tertawa. Jadi kita rujuk nih" Yup, jawabku.
* * * Akhirnya aku dan Thomas baikan lagi. Kami memang nggak tahan marahan lama-lama. Tapi setelah kejadian itu, kayaknya sikap Thomas padaku agak berbeda. Kadang-kadang, kalau aku dan Thomas sedang makan bareng di Palm Garden Square, aku mendapati Thomas melamun sambil menatapku. Entah apa yang ada dalam pikiran cowok itu. Padahal kejadian itu kan sudah lewat, dan Thomas berulang kali mengatakan bahwa kejadian tersebut hanya salah paham. Jadi seharusnya aku tak perlu memikirkan kejadian itu lagi dong.
118 Aku sih senang-senang saja. Setidaknya satu masalah berakhir, dan aku tak sabar menanti kencan bareng Alex besok. Tapi untuk menghindari salah paham yang mungkin terjadi, kayaknya lebih baik aku merahasiakan hal ini dari semua orang, kecuali kakakku.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Silvia sampai tahu tentang rencanaku kencan bareng Alex lagi. Bisa-bisa aku dikuliti hidup-hidup. Apalagi kalau Thomas sampai tahu. Waduh, gawat deh. Makanya, selama bersama Thomas, aku nggak bilang apa-apa tentang kencan kedua bareng Alex.
Duh, nggak sabar deh menunggu besok. Kira-kira Alex mau obrolin apa ya sama aku" Aku berusaha membayangkan apa rasanya kalau bisa jadi sahabat Alex. Aku bisa ikut diwawancara di koran, masuk infotainment. Dan karena kedekatanku dengan Alex, bisa jadi aku terpilih jadi jubir Alex atau ketua fans club Alex di Indonesia. Asyik banget, kan"
Ehm, Mel" Pertanyaan Thomas membuyarkan lamunanku. Kamu mau menu seperti biasa"
Aku menatap Thomas, dan kembali ke alam nyata. Saat ini aku berada di Palm Garden Square. Tempat Kita, milikku dan Thomas.
Eh, iya. Yang biasa aja, jawabku tanpa pikir panjang.
Kalau dipikir-pikir, Palm Garden Square sekarang sangat membosankan dan jelek. Setelah air mancur direnovasi, tempat ini rasanya nggak cocok lagi di-119
juluki Tempat Kita. Suara air mancur yang tadinya tenang dan menyejukkan sekarang nyaris tak terdengar, kecuali kalau di ruangan ini sama sekali tidak ada tamu.
Sebagai gantinya, suara musik dari band antah-berantah terdengar kencang dan bikin pusing. Belum lagi, lagu yang dinyanyikan sudah ketinggalan zaman, tipikal lagu oom-oom. Sebenarnya lagunya lumayan enak sih. Sayang aku sendiri nggak terlalu suka jenis musiknya. Misalnya, lagu Peterpan Ada Apa Denganmu dinyanyikan dengan versi keroncong. Bukannya aku antikeroncong. Hanya saja lagu asyik itu jadi nggak cool jika dimainkan dengan versi keroncong atau versi lambat, bukannya dengan beat yang mengentak-entak seperti yang dinyanyikan Ariel.
Samar-samar aku mulai mendengar band antah-berantah itu siap menyanyikan lagu lain. Intronya mulai mengalun.
Hei, itu kan lagu kesukaan kamu, Mel, kata Thomas.
Hah" tanyaku tak mengerti.
Lalu, samar-samar intro lagu mulai mengalun lebih panjang, dan aku terkesiap ngeri. Yang sedang dinyanyikan band antah-berantah itu adalah lagu keramat yang nggak boleh dinyanyikan dengan sembarangan, lagu Selamanya Cintaku, lagunya Alex. Tapi di sini lagu itu dinyanyikan nggak beraturan dengan gaya aneh yang membuatku mual melihatnya.
120 Aku menutup mulut, nggak tahu mesti bagaimana. Thomas tersenyum melihatku. Kamu suka" Aku lho yang me-request lagu itu.
Hah"! Buat apa" tanyaku nggak mengerti. Thomas tersenyum lebar. Ya sebagai bukti bahwa aku sekarang dukung kamu seribu persen. Aku tersenyum kaku.
Jadi, bilang aja apa saja keinginanmu tentang Alex, kata Thomas sekali lagi. Nemenin kamu minta tanda tangan Alex juga aku mau. Ngantar kamu ke tempat fans club Alex juga boleh. Pokoknya apa aja. Aku pengin jadi pacar yang nyuport kamu.
Tom, kamu kesambet angin apa sih" tanyaku bingung.
Angin puting beliung. Hehe. Thomas tersenyum tapi kemudian tampangnya kembali serius. Terus, aku bakal nyetel lagu Alex setiap kali pergi sama kamu. Sambil menunjuk ke arah panggung, Thomas melanjutkan, Aku mau request lagu ini setiap kita di sini.
A-apa"! tanyaku bengong.
Samar-samar aku mendengar suara penyanyi itu di lirik terakhir lagu Alex. Syukurlah sebentar lagi lagu ini berhenti.
Kamu nggak percaya" Thomas menatapku tersinggung. Hei, Don, lagu ini diulang lagi dong! kata Thomas sambil melambaikan tangan ke Doni. Ya ampuuun.! Tidak! Tidaaaaak!
Kadang-kadang aku merasa nggak kenal Thomas 121
sama sekali. Dengan entengnya Thomas melecehkan lagu idolaku. Dia bahkan minta lagu itu diulang. Ini sudah keterlaluan. Tapi aku nggak bisa bilang langsung, takut Thomas tersinggung. Soalnya Thomas sudah berusaha menyenangkanku walau caranya menurutku salah. Bahkan ketika pengunjung lain di Palm Garden Square meminta lagu Selamanya Cintaku dihentikan karena sudah dinyanyikan dua kali berturutturut, Thomas malah maju ke panggung dan berkata di depan mikrofon bahwa lagu itu adalah lagu spesial untukku, sebagai tanda cintanya padaku.
Dan, coba tebak" Akhirnya semua pengunjung bertepuk tangan meriah dan memuji Thomas. Sementara aku" Aku kehilangan nafsu makan karena lagu aneh itu dinyanyikan sampai lima kali.
* * * Tumben kamu makannya sedikit, kata Thomas saat mengantarku sampai rumah. Sakit, ya"
Aku menggeleng lemah, bingung mesti jawab apa. Basa-basi aku menawarkannya masuk, tapi Thomas malah beneran mau mampir.
Peter ada" tanya Thomas setelah masuk ke rumah.
Nggak tau, jawabku singkat.
Aku berjalan ke arah TV dan memberikan remote pada Thomas. Kalau mau nonton, setel aja TV-nya. Aku mau ke toilet dulu.
122 Oke, jawab Thomas. Dari dalam toilet, aku mendengar suara TV dinyalakan dan sepertinya siaran sitkom sedang diputar. Syukurlah Thomas nggak kutinggal bengong saja sendirian di rumah, soalnya perutku mulas. Mungkin kebanyakan dengar lagu aneh tadi.
Di dalam toilet, aku membaca-baca majalah sampai sakit perutku hilang. Setelah menyelesaikan panggilan alam -ku, aku cepat-cepat keluar. Kasihan juga Thomas kalau kelamaan sendirian. Namun saat aku ke ruang TV, kulihat TV tetap menyala tapi Thomas nggak ada.
Aku mengernyit heran, berusaha mencari Thomas. Aku menuju kamar Peter. Biasanya Thomas sering ke kamar kakakku untuk meminjam DVD atau main komputer. Tapi saat aku membuka pintu kamar Peter, ternyata kamar itu kosong.
Thomas ke mana ya" Ah, mungkin ke toilet di lantai dua. Tapi, setelah aku naik ke lantai dua, aku mendapati toilet itu kosong.
Tiba-tiba terlintas di benakku, Thomas pasti pulang karena kesal kelamaan kutinggal. Sambil setengah berlari, segera saja kuhampiri jendela yang menghadap ke depan rumah. Mobil Thomas masih ada.
Sambil melangkah menuruni tangga, aku menggaruk-garuk kepala kebingungan. Di mana sih Thomas" Sejenak kemudian, Thomas keluar dari kamarku.
Aku melongo. Thomas pernah masuk kamarku 123
untuk bantu-bantu aku bikin PR, saat kami baru jadian. Tapi, karena papaku bilang sebaiknya aku dan Thomas nggak berduaan dalam kamar, jadi sejak itu Thomas nggak pernah masuk kamarku lagi.
Tadi kupikir kamu pulang lho, Tom, kataku lega.
Tapi Thomas diam saja. Wajahnya terlihat lain. Kamu kenapa, Tom" tanyaku.
Thomas menatapku tajam. Sorot matanya tampak aneh, seakan menahan sakit yang amat sangat.
Kamu sakit ya, Tom" tanyaku sedih. Mau kuambilin obat"
Hening sejenak, sampai aku merasa janggal dengan keheningan ini.
Mel, kamu nggak jujur, ya" kata Thomas memecahkan keheningan.
Aku memandangnya heran. Tom, kamu ngomong apa sih"
Mata Thomas menyipit. Aku kecewa sama kamu.
Aku menatap Thomas tak mengerti. Tom, jangan ngaco deh. Ada apa sih"
Lagi-lagi Alex. Aku mengernyit tak mengerti. Berusaha berpikir keras. Apa hubungannya Alex dengan semua ini" Thomas baru saja ke kamarku dan&
Astaga! Aku segera bergegas ke kamarku. Thomas membuntutiku. Kamarku memang sudah berubah total sejak Thomas terakhir kali masuk. Dia pasti se-124
bal melihat seisi dinding kamar dipenuhi poster Alex.
Memangnya kenapa kalau aku pasang poster Alex" tanyaku tak mengerti. Katanya kamu ngedukung aku ngefans Alex.
Bukan itu masalahnya, Mel. Jadi apa"
Thomas menelan ludah. Aku bisa merasakannya. Dia memalingkan wajahnya sejenak. Kupikir masih belum telat memperbaiki hubungan kita. Tapi sekarang aku tahu. Kamu bukan sekadar mengidolakan Alex, Mel. Kamu cinta dia. Jadi nggak ada gunanya kita ngelanjutin kebohongan ini.
Tenggorokanku tersekat. Jangan ngawur, Tom. Kamu masih nggak ngaku, Mel" tanya Thomas. Kamu masih akan kencan sama Alex lagi, kan"
Kaget dengan pertanyaan Thomas, aku hanya mampu menelan ludah. Glek! Suaraku pasti bisa terdengar oleh Thomas yang berdiri marah di depanku.
Aku& Kenapa" Kamu nggak bisa ngasih alasan apa-apa, kan" Thomas memandangku dengan tatapan sengit.
Bukan begitu, Tom. Dengerin dulu& Kamu masih mau nyangkal" Thomas memotong penjelasanku. Aku sudah tahu semuanya, Mel. Kubaca dari tulisanmu di kalender.
Aku menganga tak percaya. Jadi selama ini 125
Thomas tidak memercayaiku, dan berusaha mencari kesempatan mencari bukti di kamarku!
Oke! Terus sekarang kamu mau apa" tanyaku dengan dagu terangkat. Kamu menang. Aku udah ketangkap basah.
Thomas diam saja dan menatapku sedih. Aku berusaha tetap menatapnya. Biar bagaimanapun, aku punya privasi, kan" Aku nggak suka jika ada orang mengintai kamarku.
Kita& putus aja, Mel.
Suara Thomas yang nyaris berupa bisikan langsung menghantam tubuhku. Aku merasa lemas. Dengan memegangi kedua lenganku yang gemetar, aku menatap Thomas tak percaya.
Putus& " tanyaku dengan suara gemetar. Thomas menghela napas dan memelukku. Bye& , bisiknya pelan.
Mulutku terkunci. Dalam pelukan Thomas, aku menangis tak bersuara.
126 J ADI beginilah nasibku setelah setahun pacaran dengan Thomas.
Putus! Aku menghapus air mataku. Bahkan setelah lebih dari satu jam Thomas pergi, aku masih menangis. Selama ini aku selalu bermimpi bahwa cowok pertamaku bakalan jadi pasanganku selamanya. Ternyata mimpiku tak menjadi kenyataan.
Namun, yang menyebabkan aku menangis bukanlah mimpiku yang kandas, melainkan penyesalan di hatiku. Thomas takkan pernah mengetahui bagaimana penyesalanku karena telah membuat ia salah paham dan menyakitinya.
Aku memang menikmati kencan bareng Alex, tapi itu tak lebih dari sekadar bertemu idola.
Dasar tolol! Aku memarahi diriku sendiri. Thomas sebenarnya pacar yang baik, tapi aku tak pernah
127 bilang kepadanya. Waktu Valentine, Thomas membawakanku cokelat. Dan aku memarahinya, karena menurutku cokelat akan membuat berat badanku naik.
Waktu Thomas mengajakku nonton film untuk pertama kalinya, aku cemberut sepanjang hari. Aku kesal karena dia mengajakku nonton film action yang menurutku terlalu berdarah-darah. Thomas sih akhirnya mengalah, dan kami memilih nonton film drama.
Waktu Thomas tak bisa menjemputku dari les piano karena ingin pergi bersama temannya, aku menghabiskan sepanjang hari dengan memarahinya karena dia nggak menomorsatukan pacar.
Waktu Thomas datang ke rumah saat aku sibuk belajar ulangan umum, aku malah mengomentarinya panjang-lebar, mengatakan bahwa dia malah mengganggu konsentrasiku.
Selama ini aku terus memarahinya mengenai hobinya yang aneh, memaksanya melakukan apa pun yang kuminta, dan berharap Thomas akan mengerti apa pun kesalahan yang kulakukan.
Aku merasakan tikaman rasa bersalah yang amat dalam, dan berusaha menatap cermin, mengatakan betapa jahatnya diriku kepada Thomas. Tapi bayanganku di cermin membuatku merasa semakin bersalah. Selama ini aku telah bersikap jahat kepada Thomas. Aku cewek jahat yang matanya sembap karena kebanyakan menangis.
128 Aku menatap kalender di mejaku. Kencan bareng Alex, besok. Rencana kencan bareng Alex membuatku dipenuhi perasaan bersalah. Semua ini karena keegoisanku. Selama ini aku terus meminta Thomas mengerti diriku, mengerti kecintaanku pada Alex. Aku juga ingin Thomas mengerti bahwa sesekali boleh dong aku kencan bareng cowok lain. Kan sekadar kencan bareng idola, bukan pacaran.
Aku menghela napas panjang, dan tiba-tiba aku menyadari. Hubunganku dengan Thomas memang sudah tidak lagi harmonis. Tak ada lagi komunikasi terbuka di antara kami. Aku hanya memaksanya melakukan apa pun yang kuanggap benar. Dan aku mengharapkannya untuk mengerti.
* * * Beberapa jam kemudian, saat aku hendak tidur, telepon rumahku berdering.
Silvia telepon, Mel! Peter berteriak dari luar kamarku.
Aku buru-buru keluar kamar, mengambil telepon paralel wireless di ruang duduk lantai atas, dan langsung kembali ke kamarku. Halo, Sil, jawabku. Udah buat PR, Mel" tanya Silvia riang. Astaga! PR! Aku menepuk jidatku. Aku lupa ada PR. Kemudian aku berusaha menyimak suara Silvia. Suara Silvia terdengar biasa saja. Sepertinya dia belum tahu aku putus dengan Thomas.
129 Belum, Sil. Untung gue ingetin, Mel. Kalau nggak, elo nggak boleh ikut ulangan lho.
Aku mengerang. Aku benar-benar lupa bahwa besok ada ulangan akuntansi. Dan, syarat utama untuk bisa ikut ulangan adalah membuat PR.
Mel" Lo kok diam aja sih" Gue lupa, Sil.
Masih keburu kok bikin PR sekarang. Aku menarik napas panjang-panjang, tak tahu harus bilang apa. Saat ini sudah jam sebelas lewat. Rasanya aku tak sanggup mengerjakannya dalam waktu singkat.
Hei, kata Silvia kemudian. Walaupun putus sama pacar, bukan berarti dunia lo runtuh. Jangan terlalu sedih, Mel.
Aku ternganga mendengar ucapan Silvia. Lo tau gue putus"! tanyaku.
He-eh, jawab Silvia singkat.
Dan lo maksa gue buat PR walaupun lo tau gue baru aja putus"
Ketenangan dalam suara Silvia mengherankanku. Makanya gue telepon elo, mau ngingetin elo bikin PR.
Sil, elo tega bener deh. Bukannya menghibur gue, elo malah nyuruh gue bikin PR"
Mel, kata Silvia pelan, ini kan buat kebaikan lo sendiri. Putus sama pacar wajar kok. Tapi kalo lo 130
rusak kebahagiaan elo karena terlalu sedih, itu nggak wajar.
Tak tahan mendengar suara Silvia, aku menangis. Tapi& Thomas mutusin gue begitu aja tanpa gue sempat ngejelasin masalahnya.
Sori gue nggak bisa ke rumah elo buat hibur elo sekarang, Mel, kata Silvia pelan.
Bukan salah lo. Aku menghapus air mataku. Tapi, Thomas&
Thomas juga sama sedihnya kayak elo. Terus kenapa dia putusin gue" tanyaku mengerang.
Mel, kata Silvia pelan-pelan. Punya pacar berarti kita harus jujur dan saling terbuka. Bukan rahasiarahasiaan.
Sil, mana mungkin sih gue ngasih tau Thomas kalo Alex ngajak makan malam lagi" Thomas kan marah waktu tau gue dapat voucher makan malam bareng Alex.
Yang juga lo rahasiain dari Thomas, kan" Bukan itu maksud gue. Aku membela diri. Aku hanya nggak mau Thomas kecewa dan marah.
Dia berhak marah. Lo kencan sama cowok lain di belakangnya. Sejujurnya, gue juga marah sama elo karena ngerahasiain hal ini dari gue. Memangnya lo takut gue bakal ngadu ke Thomas" tanya Silvia penuh selidik.
Aku diam saja. Tak berani menjawab karena takut 131
melukai hati Silvia. Aku tak mau kehilangan pacar dan sahabat sekaligus dalam waktu semalam. Lo marah, Sil"
Ya. Apa lo juga nggak mau lagi sobatan sama gue" Gue nggak bakal musuhin elo, Mel. Sahabat kan ikatannya lebih kuat daripada pacar yang bisa putus.
Lo baik banget, Sil. Maafin gue ya.
Oke. Permintaan maaf diterima. Tapi gue mau ingetin elo. Kalo lo masih ngerahasiain sesuatu dari gue lagi, gue nggak bakalan ingetin elo bikin PR lagi lho.
Aku tertawa pelan. Aduh, gue pasti sengsara, Sil.
Silvia tertawa. Sejenak, rasanya kesedihanku mulai berkurang. Tapi tiba-tiba aku teringat. Sil, gimana Thomas"
Dari seberang telepon, aku bisa mendengar Silvia menghela napas pelan. Sejenak Silvia diam saja. Sama kayak elo. Tapi dia lebih sakit hati. Menurut lo sebaiknya gue jelasin ke dia sekarang"
Jangan deh, Mel. Kenapa"
Mendingan lo renungin lagi semuanya. Apa hubungan lo sama Thomas cukup kuat buat dilanjutin atau memang udah semestinya begini.
Aku terdiam mendengar jawaban Silvia. Boleh 132
nggak lo bilangin ke Thomas kalo gue& mau minta maaf& soalnya gue udah jahat sama dia"
Nggak. Gue nggak mau. Lebih baik kalian berpikir lebih dalam, bukan nurutin emosi sesaat.
Aku mengangguk. Walau tak sepenuhnya mengerti, kupikir nasihat Silvia ada benarnya.
Jadi, kalau sedih lo udah kelar, silakan bikin PR ya, Mel.
Aku mengerang pelan. Kenapa sih Silvia bisa ingat itu terus" Gue nggak bakalan sanggup nyelesaiin PR itu dalam sekejap, Sil&
Gue tahu. Makanya besok elo boleh ngintip PR gue dikit, jawab Silvia ogah-ogahan.
Aku tertawa. Silvia tak pernah mengizinkan orang lain nyontek PR-nya. Apalagi nyontek ulangannya. Dia bakal ngamuk. Lo serius, Sil"
Tapi dikit aja ya. Lo mesti bikin sendiri dulu. Gue nggak ngerti soalnya, Sil.
Lo nggak bakalan ngerti kalo lo belom coba buat, Mel.
Bukan. Maksud gue, gue nggak ngerti sama elo. Lo kan nggak suka orang lain nyontek PR lo"
Ini keadaan darurat. Suara Silvia terdengar enggan, tapi aku tahu dia serius.
Mendengar jawabannya, aku tertawa sekali lagi. Trims ya.
Tapi lo mesti coba bikin dulu ya. Minimal dua soal. Terus elo juga mesti belajar. Gue nggak mau 133
duduk sebelahan sama orang yang nyontek melulu.
Baik, Bu. Aku senyum-senyum memikirkan bagaimana wajah Silvia sekarang. Dia pasti sedang berkacak pinggang dan membelalakkan matanya yang lebar.
134 K EESOKAN harinya di sekolah, saat istirahat kedua, Silvia meledekku habis-habisan. Mata lo masih bengkak tuh, Mel. Jelek banget kayak habis ditonjokin. Lagian juga, kalo elo kebanyakan nangis, buntutnya pasti elo nggak belajar.
Yah& Sil, yang penting gue nggak nyontek ulangan lo, kan" Kalo nyontek PR sih maklumin aja deh& .
Ulangan akuntansi baru saja berlalu dan susahnya minta ampun. Untung kemarin malam Silvia sudah mengingatkan aku untuk belajar.
Jadi, tanya Silvia sambil lalu, kapan sih lo ketemu Alex lagi"
Mendengar pertanyaan Silvia, aku baru sadar malam ini aku akan kencan bareng Alex lagi. Gara-gara putus dengan Thomas, aku lupa bersiap-siap hari ini. Aku bahkan belum buat sushi untuk Alex.
135 Kapan, Mel" tanya Silvia sekali lagi. Malam ini.
Apa" Malam ini lo bakal ketemu Alex dengan mata bengkak seperti ini" Silvia menatapku tak percaya. Mata lo dikompres dong, Mel.
Terkejut mendengar Silvia, aku mencari-cari bedak compact-ku di dalam tas. Setelah ketemu, cepat-cepat aku membukanya dan kutatap wajahku di cermin di tempat bedak itu. Gawat, kataku. Gue nggak mau penampilan gue berantakan malam ini.
Kalau begitu, stop nangis dong. Silvia menatapku dalam-dalam. Omong-omong, kata Silvia sambil lalu, kenapa sih Alex ngajak lo ketemuan lagi" Ini kencan atau ketemuan doang sih"
Aku mengangkat bahu. Nggak tau, kataku pelan. Mungkin aja dia& entahlah.
Sama gue nggak usah ditutup-tutupin deh, Mel. Gue akan simpen rahasia lo.
Maka, aku menceritakan semuanya kepada Silvia. Semuanya, tentang perasaanku, ketakutanku, dan pemikiranku. Juga tentang perasaanku selama ini dan semua yang kusembunyikan dari Thomas. Bagaimana aku bosan dengan hobinya dan rutinitas kami.
Hmm& , kata Silvia, sebenarnya kalo lo ngomong jujur ke Thomas, masalah ini nggak akan terjadi, Mel.
Aku mengangguk. Yah, gue bisa ngerti sih kalo Thomas kecewa 136
sama elo. Dia kan nggak tau maksud elo. Apalagi dia udah susah payah memperbaiki hubungan kalian.
Aku mengangguk lagi. Setelah Silvia mengatakannya, sepertinya aku jadi iba pada Thomas. Lo bener, Sil. Dia udah ngajak gue ke tempat kenangan kami.
Tuh, kan" sahut Silvia. Terus, katanya dia request lagu buat elo, ya"
Iya sih& Tapi... Lo nggak seratus persen salah kok, Mel, kata Silvia sambil melirik nakal. Menurut gue, emang garing banget sih kalo dengerin lagu yang sama terus-terusan. Apalagi kalau versinya aneh terus gaya penyanyinya tengil.
Aku membelalakkan mata tak percaya mendengar kata-kata Silvia. Kok lo tau, Sil"
Silvia tergelak. Mel, gue kan pernah ke resto itu. Norak banget tempatnya, katanya melirikku. Menurut gue sih, kalo tiap minggu kalian ke situ, berarti kalian udah kekurangan tempat hang out.
Tapi walaupun udah mulai bosen, gue berusaha nerima kok kalo Thomas ngajak gue ke situ.
Tuh, betul kan dugaan gue. Kalian nggak saling terbuka. Nggak ada komunikasi sama sekali. Nggak jujur.
Kok lo bisa mikir gitu"


Moshi Moshi Karya Jossie Karaniya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mel, kata Silvia kemudian. Semua orang juga bisa bosan. Apalagi kalau kalian cuma pergi ke tempat yang sama, saling maksain hobi kalian. 137
Mendengar kata-kata Silvia, aku merasa bersalah. Sil, tau nggak, gue tuh udah jahat banget sama Thomas. Gue selalu marahin dia, maksa dia jemput gue, dan diam-diam gue sebel dengerin hobinya yang gue nggak suka.
Lo sama sekali nggak jahat kok, Mel. Udah, sekarang sebaiknya lo siap-siap kencan sama Alex.
Aku tersenyum mendengar Silvia. Silvia memang sahabat yang baik banget.
* * * Setelah sampai di rumah, ganti baju, dan makan siang, aku teringat bahwa aku belum membuat sushi untuk Alex. Padahal sore nanti aku harus ke Caf" Bien. Aduh. Aku mesti gimana nih" Aku kan sudah janji ke Alex kalau aku akan membuatkannya sushi.
Tiba-tiba aku teringat. Tak jauh dari Caf" Bien ada restoran Jepang yang sepertinya menjual sushi. Lalu sebuah ide melintas di kepalaku.
Aha! Sebelum ke Caf" Bien, aku bisa mampir beli sushi dulu di resto Jepang itu, dan mengatakan ke Alex bahwa itu sushi buatanku sendiri. Siip!
Dalam hati aku sadar aku sudah tidak jujur, tapi lebih baik menghalalkan segala cara deh demi bertemu Alex.
* * * 138 Setelah keluar dari restoran Jepang Moshi Sushi, aku menyempatkan diri mojok di sudut taman. Gawat kan, kalau Alex sampai tahu sushi-nya kubeli di restoran" Bukannya aku parno. Tapi kalau aku mindahin sushi di Caf" Bien, bisa kelihatan orang lain dong, khususnya Alex. Siapa tahu dia datang lebih awal dan melihatku memindahkan sushi.
Saat membuka bungkusan sushi, aku terpesona. Sushi buatan Moshi Sushi begitu& sempurna. Saking sempurnanya, aku berani bertaruh Alex pasti curiga sushi ini bukan buatanku. Aku menggencet sebagian sushi-sushi cantik itu sampai agak gepeng, kemudian menaruhnya di dalam lunch box milikku.
Nah, kalau agak gepeng sedikit, sushi-sushi ini baru& asli buatanku! Hehehe.
Yup! Selesai sudah. Kumasukkan lunch box ke dalam tas, dan segera kulangkahkan kaki ke Caf" Bien. Tapi sebelumnya aku nggak mau penampilanku terlihat kucel. Sebelum menunggu Alex, aku berbelok dulu masuk toilet.
Di depan cermin, kuoleskan sekali lagi lipgloss di bibirku. Kusisir rambutku yang tadi agak acak-acakan karena tertiup angin. Tapi tiba-tiba&
BRAK! Pintu toilet membanting terbuka. Refleks aku menoleh ke arah pintu. Dua cewek berusia dua puluhan masuk dengan kasar.
Sial! kata cewek yang merokok. Kita kehilangan jejaknya.
Dia pasti masih di sekitar sini, kata cewek satunya lagi, yang memakai kacamata hitam.
139 Kedua cewek itu berdiri di sebelahku, sama-sama menghadap cermin besar di depan kami. Cewek yang memegang rokok mengomel tentang sesuatu yang hilang.
Diam-diam aku melirik sepintas ke kedua cewek itu, dan terperanjat melihat mereka membawa kamera digital dan kamera video.
Astaga! Seru banget. Mungkin ada suami yang selingkuh, dan salah satu dari mereka pasti istri yang dikhianati. Dan dia mengajak temannya untuk menangkap basah suaminya yang selingkuh di hotel yang bersebelahan dengan mal ini.
Lo ingat tadi dia pakai baju apa" tanya cewek berkacamata hitam.
Cewek yang merokok menyalakan kamera digital di tangannya. Kemeja lengan panjang hitam, celana panjang hitam, katanya sambil melihat kamera. Tapi gue rasa dia udah ganti baju.
Cewek yang berkacamata hitam mengangguk. Lo benar. Kita harus waspada.
Wah& ! Semakin lama semakin asyik nih. Cewek yang berkacamata hitam kemudian menelepon dari HP-nya. Bos, katanya sambil menyisir rambutnya yang panjang dan dicat pirang, kami kehilangan jejaknya.
Sunyi sejenak. Aku buru-buru berlagak mengambil bedak dan berdandan, takut dianggap menguping. Tapi beneran lho, menguping itu asyik sekali.
140 Cewek yang berkacamata hitam itu diam saja selama menelepon, sampai akhirnya dia menutup telepon dengan mengatakan, Oke, Bos. Saya usahakan.
Wow! Jadi mereka ini mata-mata. Siapa ya bos mereka"
Lewat cermin di depanku, aku bisa melihat jelas apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tampak sibuk menyusun strategi.
Hei, kata cewek berkacamata hitam. Liatin apa"
Sunyi sejenak. Duh tuh cewek galak banget. Ngomong sama cewek yang lagi ngerokok, yang terangterangan temennya sendiri, pakai ngebentak begitu.
Sekarang cewek yang merokok menatapku serius. Tapi aku masih terpaku memerhatikan mereka. Dan betapa terperanjatnya aku ketika cewek berkacamata hitam itu membuka kacamatanya. Matanya menatap ke arahku.
Ini bukan tontonan ya! katanya galak menatapku.
Aku terlonjak seketika dan pura-pura merapikan rambutku.
Setelah itu si cewek berkacamata hitam berkata lagi pada si cewek yang memegang rokok, Kalau dia nggak ketemu juga, kita mesti pakai rencana B! Mereka kemudian bergegas ke luar toilet.
Setelah kedua cewek misterius itu pergi, aku menghitung sampai dua puluh, baru keluar dari toilet.
141 Bukannya apa-apa. Aku hanya takut dianggap menguntit mereka. Tapi sebenarnya sih aku masih penasaran. Apa ya, rencana B mereka"
142 S ETELAH dapat tempat duduk di Caf" Bien, aku melongokkan kepala ke sekitarku. Alex belum datang. Tapi aku maklum kalau dia telat lama, seperti dulu.
Jadi, sambil menunggu kedatangan Alex, aku mengeluarkan senjata -ku yang sudah kusiapkan dari rumah: komik Detektif Conan terbaru!
Baru saja aku membuka halaman pertama, ada seseorang yang menyapaku.
Halo. Aku tersentak kaget dari buku bacaanku. Kutengadahkan kepala. Ternyata Andre, manajer Caf" Bien yang dulu menyambutku sewaktu makan malam bareng Alex.
Menu Anda sudah dipesan oleh Pak Alex, katanya ramah. Apa Anda mau menunggu, atau makanan sudah bisa dikeluarkan sekarang"
143 Saya menunggu saja, trims. Aku tersenyum menatap Andre.
Inilah enaknya makan di kafe ternama. Servis memuaskan, dengan pelayan yang sopan. Oh ya, tapi saya bisa pesan minuman sekarang"
Andre mengangguk. Pak Alex juga sudah pesan minuman untuk Anda. Apa Anda masih mau pesan yang lain"
Hah" Minumannya pun sudah dipesan" Aku menggeleng. Saya ikut Alex saja. Thanks. Setelah Andre pergi menjauh, aku duduk termangu dengan komik masih di tangan.
Sekejap kemudian, Andre datang bersama seorang pelayan lain yang membawa sebuah baki berisi minuman berwarna pink. Silakan, katanya.
Aku mengangguk dan mulai meminum koktail pink itu saat Andre dan pelayan tadi mulai menjauh. Alex tampaknya masih lama. Jadi, sambil menunggu, aku mau makan sushi sambil baca komik. Nyam nyam& Sushi-nya enak banget! Aku menelan ludah tak percaya. Sepertinya aku takkan mampu membuat sushi seenak ini.
Tapi, sushi-sushi ini masih terlihat sempurna. Jadi aku menggencetnya sekali lagi biar terlihat lebih meyakinkan bahwa ini sushi buatanku.
Sudah lama" tanya seseorang di belakangku. Refleks aku langsung menoleh ke belakang dan menengadah. Seorang cowok mengenakan topi dan kacamata berdiri di hadapanku.
144 A-Alex" tanyaku dengan mulut penuh sushi. Alex tersenyum melihatku. Makanannya sudah diantar, ya" tanya Alex. Kayaknya kamu sudah mulai duluan tanpa aku deh.
Astaga! Jangan sampai deh aku dicap cewek rakus. Cepat-cepat aku menggeleng. Makanannya belum datang kok, kataku sekali lagi dengan mulut penuh. Cepat-cepat aku menelan sisa sushi yang ada di mulutku tanpa kukunyah lagi.
Uhuk uhuk uhuk! Aku terbatuk keras, merasakan ganjalan di tenggorokanku.
Kamu tersedak, ya" Alex menatapku iba. Jangan nelan makanan tanpa dikunyah dong.
Aku masih terbatuk, dan secara refleks aku mengambil koktail yang sudah kuminum. Tanpa kuduga, Alex juga hendak mengambilkan minuman untukku. Tanpa disengaja, tangan kami bersentuhan.
Ya Tuhan! Aku tak sanggup lagi berkata apa-apa. Selama sedetik, aku merasa sengatan kehangatan menjalari seluruh tubuhku.
Ups, sori, kata Alex dan menarik tangannya. Aku merasakan wajahku merona, tapi ganjalan di tenggorokanku tak kunjung turun.
Uhuk uhuk! Nggak apa-apa, kataku dengan susah payah dan langsung meneguk seluruh sisa minumanku.
Mau tambah minumnya"
Aku menggeleng. Sudah nggak apa-apa kok. 145
Kamu lucu banget sih" Makanan kok langsung ditelan begitu saja.
Aku buru-buru menggeleng. Bukan itu maksudku, kataku cepat-cepat. Aku tadi nyobain sushi yang kubawa untuk kamu&
Serius nih" tanya Alex dengan mata berbinar. Aku mengangguk. Aku kan sudah janji. Alex melirik sejenak ke lunch box pink milikku yang separuh terbuka. Itu isinya sushi, ya" tanya Alex.
Pandanganku mengikuti pandangan Alex, ke arah sushi-sushi gepeng yang tampak amburadul. Sial! Seharusnya aku tidak terlalu kuat menggencetnya. Kucoba ya, kata Alex sambil mencomot satu. Aku menutup mata, tak yakin harus melakukan apa. Tapi aku sempat mengintip saat Alex memasukkan sushi ke mulutnya.
Sori, bentuknya jelek, kataku malu.
Alex tak peduli dan mengunyah sushi itu. Hm& , katanya dengan mulut penuh. Rasanya enak, katanya. Dia mengangguk-anggukkan kepala sambil mengunyah.
Aku menatapnya. Alex masih terus mengangguk sambil mengunyah.
Tau nggak, kamu punya bakat bikin sushi lho, kata Alex.
Oh ya" tanyaku antusias.
Ya. Alex mencomot sushi berikutnya. Sushi kamu 146
rasanya mirip banget sama sushi restoran Moshi Sushi di seberang lho.
Glek! Wajahku merona mendengar ucapannya. Apa dia tahu" Atau dia memang pengamat sushi sih" Dengan pedenya, aku berlagak tak tahu. Masa" Aku yakin banget. Soalnya resto Jepang itu tempat langgananku makan sushi. Kamu tahu resto itu"
Aku cepat-cepat menggeleng. Ah, kamu ada-ada saja. Mana mungkin sushi di restoran ngetop bentuknya gepeng-gepeng begini"
Memang sih, mungkin karena pengaruh pembungkusnya" tanya Alex. Kalau di Moshi Sushi, kemasannya khusus, jadi sushi-nya nggak bakalan hancur.
Dalam hati aku bersyukur sudah membuang kotak pembungkus dari Moshi Sushi.
Kalau aku sih biasanya pakai kotak ini ke sekolah, kataku sambil menunjuk lunch box milikku.
Alex menatap tak percaya ke lunch box-ku yang kini isinya tinggal separuh. Kamu bawa kotak ini ke sekolah"
Aku mengangguk. Buat tempat bekal"
Aku mengangguk lagi. Aku punya tempat favorit makan bekal lho. Di sekolahku ada pohon besar yang letaknya agak mojok. Aku sering makan di bawah pohon itu.
Ya ampun& , kata Alex heran. Kupikir hanya 147
cewek-cewek di komik aja yang bawa bekal ke sekolah.
Dari mana kamu tahu kalau cewek di komik bawa bekal" tanyaku penasaran.
Alex tersenyum. Aku kan juga manusia, katanya. Baca komik tuh hobiku di saat senggang.
Aku terpaku tak percaya. Komik apa" Aku kok sama sekali belum pernah dengar info ini"
Ya iyalah, jawab Alex seenaknya. Ngapain sih terlalu gembar-gembor" Tapi, khusus buat kamu aja nih aku kasih tahu. Aku suka baca komik yang seru. Baca Detektif Conan" tanyaku semangat. Alex langsung mengangguk. Itu bacaan wajib buat aku.
Eh, menurutku nih, yang membuatnya seru adalah gerombolan orang berbaju hitam misterius, timpalku.
Ya! Setuju banget! Aku nggak sabar nih nunggu edisi terbarunya.
Maksud kamu yang ini" tanyaku sambil menunjukkan komik di tanganku. Hari ini baru keluar lho.
Alex ber-ooh ria. Tapi sayang nih. Hari ini aku belum bisa nyamar ke toko buku.
Kalau begitu, ini buat kamu aja. Sudah kuberi nama sih, tapi nggak apa-apa, kan" kataku menawarkan komik itu kepada Alex.
Serius nih" tanya Alex kegirangan. Memang kamu udah baca"
148 Aku menggeleng. Belum sih, tapi aku bisa beli lagi kapan aja tanpa perlu menyamar, kan" Hehehe.
Alex langsung mengambil komikku dan mulai membukanya dengan antusias. Thanks berat ya!
Omong-omong, kenapa sih kamu mesti menyamar cuma buat beli komik di toko buku" tanyaku tak mengerti. Memangnya kamu malu dilihat fans lagi baca komik"
Bukan begitu& , jawab Alex sabar. Aku nggak mau terlalu diliput media cuma buat hal sekecil ini. Aku kan juga butuh privasi.
Aku menatap Alex. Atau& kamu malu ya, kalau ketahuan hobimu baca komik, bukan bacaan berat"
Bu& bukan gitu& , Ales berusaha menjawab. Kalau menurut aku sih, fans kamu tetep ngefans sama kamu, walaupun kamu sukanya cuma baca komik.
Alex tersenyum melihatku. Mm& iya sih. Apa masih ada rahasia yang kamu simpan dari media massa, Alex" tanyaku ingin tahu. Kulihat wajah Alex tampak tegang. Lalu, sambil tersenyum lebar, aku melanjutkan, Tenang aja. Rahasia kamu aman kok di tanganku.
Oke deh. Aku percaya sama kamu, kata Alex tepat saat makanan disajikan. Percakapan kami pun terhenti saat dengan sigapnya pelayan menata meja dan piring untuk kami berdua.
149 * * * Tau nggak, kata Alex setelah selesai melahap semua makanannya, dessert di sini enak banget lho. Mau nyoba"
Boleh. Tepat saat itu, HP Alex berdering. Nada deringnya adalah lagu Selamanya Cintaku. Mungkin aku perlu men-download lagu itu juga untuk kujadikan ring tone HP-ku.
Dari Nev, manajerku, kata Alex saat melirik ke HP-nya yang terus-menerus berdering. Permisi sebentar& Cowok itu berdiri dan mengangkat HPnya, lalu berjalan menjauh.
Eh, aku baru sadar nih, aku belum tahu nomor HP Alex. Kalau aku minta sekarang, dia bersedia nggak ya" Kalau sudah punya nomornya, nanti kan aku bisa SMS-an sama dia. Aku juga bisa memamerkannya ke teman-teman di sekolah. Wah& asyik deh.
Aku tersenyum menatap Alex yang sudah mengakhiri pembicaraan di HP-nya. Dia berjalan tergesagesa ke meja kami dan melambai ke pelayan yang sedang berjalan tak jauh darinya.
Tolong siapkan dessert untuk nona ini. Alex lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sejumlah uang ke pelayan itu. Ini tipnya.
Kamu nggak mau dessert juga" tanyaku. Alex menatapku sekilas. Sori banget, Mel. Aku harus buru-buru pergi. Alex langsung mengulurkan 150
tangan dan menjabat tanganku erat. Senang makan bareng kamu, Mel, katanya.
Kemudian Alex pergi begitu saja membawa komikku, sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata pun.
151 A KU terpaku tak percaya. Alex pergi meninggalkanku begitu saja, bahkan tanpa kata-kata perpisahan!
Memangnya selama ini dia nganggap aku apa sih" Aku kan bukan mainan yang langsung bisa ditinggalkan begitu saja setelah dia bosan. Pikiran buruk tibatiba datang menghantuiku.
Bagaimana kalau dia meninggalkanku karena dia tahu aku berbohong soal shushi" Atau yang lebih parah, bagaimana kalau Alex menganggapku cewek yang membosankan"
Aku duduk merosot di kursi, berusaha menahan air mata yang siap tumpah di wajahku yang panas. Aku terpaku selama lima menit, menatap kursi yang tadinya diduduki Alex. Denting piano saat ini terdengar begitu menyayat hati dan perasaanku. Aku bingung dan shock. Beberapa saat yang lalu Alex begitu baik terhadapku. Dia tertawa melihat tingkahku
152 yang kikuk. Dia bahkan suka membaca komik seperti aku.
Dan& DUAR! Bagaikan balon pecah, lima menit kemudian dia meninggalkanku begitu saja.
Ini dessert spesial hari ini. Pelayan datang dan menghampiriku. Dia membawakanku puding kuning berhias stroberi yang beberapa saat lalu pasti akan kuanggap sangat menggiurkan. Lalu, setelah menatap wajahku, pelayan tadi menatapku iba. Anda baik-baik saja"
Otakku kosong melompong, seperti rumah yang tidak diisi perabotan. Tapi aku berusaha mengangguk pelan dan mengerjap-ngerjapkan mata yang penuh air mata.
Kayaknya Pak Alex terburu-buru ya, kata pelayan itu sambil termenung.
Aku tak tahu harus mengatakan apa, jadi aku hanya terdiam dan mengangguk.
Panggil saya saja jika Anda membutuhkan sesuatu, kata pelayan itu lalu meninggalkanku.
Aku terdiam, sambil menekuri meja. Semangkuk puding cantik ada di hadapanku. Aku ingin mencicipinya. Tapi sebelum makanan itu menyentuh mulutku, bibirku merasakan air mataku yang asin. Aku mulai terisak.
Akhirnya, aku memanggil Andre dari kejauhan. Tolong siapkan bill, kataku tercekat. Bagaimanapun, aku masih punya harga diri untuk tidak kabur begitu saja setelah makan di sini. Tidak seperti Alex.
153 Andre menggeleng. Sudah dibereskan Alex sejak dia reservasi di sini.
Aku terdiam, dan mencoba melihat jam tanganku. Jam sembilan lewat. Kalau begitu, saya permisi. Terima kasih.
Terima kasih juga atas kunjungan Anda, kata Andre sopan saat aku meninggalkan Caf" Bien.
* * * Aneh memang. Saat aku datang ke kafe ini, aku melangkah penuh semangat. Dan sekarang, beberapa jam kemudian, aku berjalan dengan lunglai.
Semangat dan gairahku menguap begitu saja. Aku bahkan tak sempat mengucapkan kata-kata perpisahan atau apa pun pada Alex. Dan aku juga tak tahu bagaimana kesannya mengenai kencan kami ini.
Aku menghela napas. Mungkin ini yang dinamakan kencan kilat. Tanpa komitmen, tanpa arti apaapa. Cocok banget buat menghilangkan kebosanan.
Dalam hati aku menyesal. Seharusnya aku lebih tanggap. Alex hanya menganggapku sebagai selingan di kala dia bosan. Dia sama sekali tak berniat mengenalku lebih dekat. Padahal aku sudah mengangankan menjadi bintang video klip lagu barunya.
Aku memang tolol. Kenapa sih aku mau dibodohi seperti ini dan ditinggalkan begitu saja" Tiba-tiba aku tersentak. Kurasakan nyeri di hatiku. Baru kusadari, aku yang baru mengenal Alex saja merasa sangat 154
terluka ditinggalkan begini. Apalagi Thomas, yang sudah setahun jadi pacarku dan akhirnya kami putus.
Aku memang jahat. Aku tolol! Apalagi aku nggak bawa mobil karena aku pikir Alex bakal mengantarku pulang, seperti tawarannya waktu itu.
Aku berjalan terhuyung keluar, berusaha mencari taksi. Tapi tak ada taksi yang kosong dan menanti di lobi.
Bagus! Lengkap sudah penderitaanku. Aku merengut kesal. Sudah tidak dihargai, tidak diantar pulang, taksi pun aku tidak dapat.
Aku menggigil kedinginan, dan melirik jam tanganku. Entah sudah berapa lama aku berdiri di sini. Tapi tak ada taksi yang muncul. Aku berusaha membuang jauh-jauh pikiran mengenai kemalanganku yang bertubi-tubi, dan mulai berharap aku bisa pulang segera. Dengan selamat.
Tepat di saat aku sedang berharap semoga saja ada orang yang kukenal lewat di depanku, sebuah taksi melintas di depanku.
* * * Malam itu aku pulang dengan merana. Seumur hidup, belum pernah aku mengalami kejadian buruk dua kali berturut-turut.
Sampai di rumah, aku langsung merebahkan diri ke ranjang dan menangis sejadi-jadinya. Saat aku 155
merasakan hidup ini begitu membahagiakan bisa dekat dengan Alex yang selama ini hanya ada dalam anganku aku malah diputusin Thomas, cowok dengan hobi aneh yang sebenarnya baik hati. Sayangnya, dia selalu membuatku bosan. Duh! Cowok yang membuatku bosan saja mutusin aku.
Aku juga ditinggal pergi begitu saja oleh cowok yang kuidolakan saat sedang makan malam. Aku bahkan belum sempat meminta foto bareng dengannya. Padahal aku sangat berharap fotoku bareng Alex bisa kupamerkan di sekolah.
Dan, kejadian kecil tapi lumayan ngeselin juga, Alex membawa komikku begitu saja! Seharusnya dia sopan sedikit dong. Setidaknya dia kan bisa mengucapkan terima kasih atau melambaikan tangan kepadaku.
Aku menghela napas panjang. Kejadian demi kejadian yang baru saja kualami pasti tidak nyata. Kehidupan nyata milikku bukanlah makan malam mewah bersama idolaku sambil berharap aku akan dipilih menjadi bintang video klip terbarunya. Kehidupanku yang sesungguhnya adalah pulang ke rumah, mendapati kedua orangtuaku memarahiku karena pulang malam sendirian. Kehidupan nyata milikku adalah banyaknya nilai jelek bertebaran di kertas ulanganku. Dan aku sama sekali tak punya gambaran bagaimana membuatnya bagus. Ah. Sudahlah. Lupakan.
Lupakan tentang Alexander Julio. Cowok idola 156
masa kini yang sombongnya selangit. Dia jelas nggak pantas jadi idola.
157 K EESOKAN paginya, badanku terasa kaku dan pegal. Kepalaku pusing. Dunia serasa berputar saat aku membuka mata. Aku masih ngantuk berat. Rasanya pengin bolos sekolah saja.
Tapi aku tahu sebentar lagi ulangan umum. Nilai ulanganku akhir-akhir ini juga merosot tajam. Silvia pasti bakal menjerit histeris jika tahu ada angka merah di raporku.
Jadi, akhirnya aku bangkit dengan enggan, turun dari tempat tidurku, dan bersiap sekolah dengan mata lebih bengkak daripada kemarin.
Untunglah, teman-teman sekelasku begitu sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka tidak memerhatikan mataku yang bengkak. Tapi setelah aku duduk cukup lama di kursi, aku baru menyadari bahwa mereka sibuk membaca. Silvia bahkan sedang ngobrol seru dengan Katty, si bintang kelas.
158 Lalu aku mendengar gumaman tak jelas di sekitarku.
Ulangan& Banyak amat& Otakku langsung bekerja. Ulangan" Perasaan nggak ada ulangan minggu ini.
Mel, sapa Silvia saat sudah kembali ke kursinya. Udah tau, belum"
Apa" tanyaku nggak ngerti.
Hari ini ada ulangan matematika mendadak. Aku mengernyit heran. Ulangan" Perasaan, gue apes banget ya. Setiap ada ulangan mendadak kok gue nggak tau" tanyaku.
Konsentrasi lo nggak ke pelajaran sih. Ke Alexander melulu. Sekarang cepetan deh belajar. Bahannya dari bab dua.
Ya ampun! Ini nggak nyata, kan"
Tau dari mana hari ini bakal ulangan mendadak" tanyaku setelah akal sehatku mulai menyala .
Barusan ada yang liat Pak Yono motokopi soal, kata Silvia sabar.
Yang bener! seruku terlonjak kaget. Bukan buat hari ini, kali&
Tapi buat jaga-jaga, sekarang cepetan deh lo belajar. Silvia sudah tidak menatapku lagi, melainkan sibuk membaca catatannya.
Ini bercanda, kan" Aku kan nggak mungkin ingat semua rumus ribet itu dalam waktu sepuluh menit" Tapi omongan Silvia terbukti. Pak Yono muncul 159
satu menit setelah bel masuk berbunyi, dan memberitahukan bahwa ada ulangan. Walaupun penolakanpenolakan dikumandangkan seperti koor yang kompak, termasuk dariku, keputusan Pak Yono tidak bisa diganggu gugat.
Jadi, aku pasrah saja ketika hasil ulanganku dibagikan saat jam terakhir. Nilaiku 51!
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya nilai 51 nggak jelek lho, kan aku cuma belajar sepuluh menit. Coba kalau aku belajar dua puluh menit, aku bisa dapat seratus dua, kan" Hebat, kan" Silvia aja cuma dapat nilai seratus.
Ah, ngaco kamu, Mel! kataku dalam hati.
* * * Sejak ditinggal begitu saja oleh Alex di Caf" Bien, mulai sekarang aku selalu ganti channel TV jika kebetulan wajah Alex muncul. Lebih baik aku nonton siaran ulang sepak bola daripada melihat dia. Cowok sombong!
Hubunganku dengan Alex nggak bakal berlanjut. Titik. Demikian pula statusnya sebagai bintang idolaku. Tamat. Finish. The End.
Sebagai gantinya, aku konsentrasi belajar. Setelah sekian lama Silvia mencuci otakku, aku baru sadar. Kok bisa ya selama ini aku cuma memikirkan baju, sale, Alex, dan pacar (maksudku mantan)" Padahal ujian ada di depan mata.
160 Beruntung aku punya Silvia. Dengan senang hati, telah seminggu ini dia mengajariku pelajaran apa pun tanpa kuminta, dan meminjamkan catatannya yang sangat detail.
Memang sih, harus kuakui aku tetap nggak bisa membaca tulisan Silvia. Tapi sejak ditinggalkan begitu saja oleh Alex, aku bertekad harus belajar, belajar, dan belajar. Soalnya nggak bakalan ada yang mengatrol nilai raporku jika nilainya kebakaran. Aku kan bukan anak kepala sekolah. Atau anak kepala yayasan kayak Alicia.
Mel, jangan bengong, kata Silvia membuyarkan lamunanku. Kita sama sekali belum belajar trigonometri&
Aku mengangguk dan kembali belajar. Apa semua catetan gue udah lo salin" Aku mengangguk lagi.
Coba gue lihat. Aku menunjukkan catatanku padanya. Satu hal yang membuatku nggak habis pikir adalah, bersahabat dan belajar bareng Silvia membuatku seperti sedang les. Atau sedang belajar di kelas. Kadang-kadang malah aku merasa Silvia bukan temanku, tapi juga guru.
Mel, catetan lo gue balikin nih, kata Silvia sambil menunjukkan catatanku yang dicoret-coret dengan spidol merah.
Apaan nih" tanyaku tak mengerti.
Lo salah tulis, kata Silvia, tapi udah gue betulin kok.
161 Tuh, kan. Apa kubilang" Silvia punya bakat jadi guru.
Oh ya, kok lo nggak cerita tentang kencan lo sama Alex" tanya Silvia, membuyarkan lamunanku sekali lagi. Gue heran lho, udah seminggu lo ketemuan sama Alex, tapi kok lo adem-ayem aja"
Aku menggeleng. Nggak ada yang perlu diceritain.
Masa" Dia cowok yang nyebelin. Ninggalin gue sendirian saat&
Ah, jangan bercanda, Mel&
Aku mencebik. Nggak, gue serius. Dia ninggalin gue sendirian setelah pesen dessert.
Apa dia nggak makan dessert-nya juga" Aku menggeleng. Alex kan pantang macemmacem makanan. Mungkin dessert juga salah satu pantangannya.
Mungkin dia mau jaga suaranya.
Bagi gue dia nyebelin. Ninggalin gue gitu aja. Kenapa lo nggak telepon dia dan tanya alasannya"
Gue nggak punya nomor teleponnya. Mungkin dia lagi buru-buru, kata Silvia membela Alex.
Nggak kok, kataku mengingat-ingat. Dia nyantai banget sebelumnya. Aku menatap Silvia tak percaya. Eh, gue kira lo nggak peduli sama Alex.
Silvia tampak salah tingkah. Bukan gitu. Sebenarnya menurut gue, dia cakep juga sih& 162
Hm, dasar! Kalo suka ngomong aja. Lo mau gue kasih CD dia yang ada tanda tangannya nggak" Mel, lo lagi kesambet, kali ya"
Nggak, Sil. Gue mau konsen belajar. Bentar lagi kan ujian .
Silvia mengangguk. Lo bener banget. Ayo belajar lagi!
* * * Jakarta, Ricek Gosip mengonfirmasi bahwa dia baru saja kencan. Menurut sumber yang bisa dipercaya, sebenarnya Alex melakukan kencan di kafe itu. Sayang, tim Ricek Gosip tidak berhasil menemukan teman kencannya.
Alex, yang mengenakan topi dan kacamata hitam memang sengaja menyamar dan ingin menyembunyikan teman kencannya. Dia belum mau mengungkapkan siapa teman kencannya itu. No comment, ujarnya singkat.
Namun akhirnya, setelah beberapa kali dibujuk, Alex sempat mengakui bahwa dia memang habis kencan. Tapi tetap saja Alex tidak mau mengatakan apa-apa mengenai teman kencannya. Dia juga tidak mau menjawab apakah teman kencannya berasal dari kalangan artis atau bukan.
Setelah Alex berlalu pulang, tim Ricek Gosip berusaha mengorek keterangan dari manajer kafe tempat Alex kencan. Ini merupakan privasi tamu kami, kata Andre Husien Wiranata, sang manajer kafe.
Alexander Julio mulai dikenal luas setelah menjadi juara I My Idol, dan single-nya yang berjudul Selamanya Cintaku mendapat penghargaan multiplatinum dengan angka penjualan fantastis, mendekati sejuta keping.
Ditemui di pelataran parkir kafe terkenal, Alexander Julio (20) melayani wawancara kami.
Saat ini saya sedang mencoba dunia perfilman, ujarnya. Alex menceritakan panjang-lebar mengenai rencana karier dan keikutsertaannya main film. Film ini bertema kehidupan di kota besar, tentang remaja yang ingin sekali dianggap gaul, katanya antusias.
Saat ditanya wartawan apa yang sedang dilakukan Alex di kafe itu, Alex menjawab singkat bahwa dia baru saja makan malam. Di kafe yang terkenal romantis itu Alex menolak
163 U LANGAN datang bertubi-tubi bagai serangan badai. Walaupun bukan ujian akhir, tetap saja terasa dahsyat. Terlebih jika kedua orangtua dan sahabatku terus ngoceh agar aku rajin belajar.
Menurutku, terpaan ulangan kali ini nggak terlalu bikin aku pusing. Yang bikin aku gerah adalah beredar gosip bahwa Alicia Jurike baru saja kencan dengan Alex. Tentu saja aku nggak percaya gosip murahan seperti itu. Alex kan nggak kenal Alicia" Tapi seantero sekolah langsung menginterogasi Alicia, ingin mendengarkan ceritanya.
Gue kan kenal deket sama Alex, kata Alicia berdiri di pinggir lapangan, dikerubungi sejumlah cewek yang ingin tahu.
Aku kebetulan lewat bareng Silvia. Bete banget deh, ngelihat Alicia saat ini. Kayak lampu neon dirubungi laron. Norak banget sih dia. Tapi tampaknya
164 para cewek itu nggak ada yang satu pikiran denganku. Semua begitu histeris, sampai aku berani bertaruh, Alicia pasti merasa udah jadi artis juga.
Yah& gitu deh, kata Alicia dengan kalimat sok dilambat-lambatin. Kalian tahu kan, bokap gue" Nah, beberapa hari lalu Bokap ngajak gue makan malam. Dan ternyata&
Aku berusaha menjauh dan nggak mau mendengar bualan Alicia.
Ternyata apa& " ulang sebagian anak tolol yang mau saja percaya Alicia yang jelas-jelas bohong.
Ternyata, gue dapat kejutan. Makan malam bareng Alex di Caf" Bien! kata Alicia penuh kemenangan. Gue kaget banget. Alex udah duduk di meja, nungguin gue.
Apa"! Caf" Bien"!
Aku jadi makin penasaran. Terus" tanya salah satu cewek.
Yah, kata Alicia mengangkat bahu. Selanjutnya, gue dan Alex langsung akrab.
Asyik banget! celetuk salah satu dari laron-laron itu.
Ah, itu sih belum apa-apa, kata Alicia sok. Sebagai hadiah buat sekolah, gue ngundang Alex datang ke pensi lho. Dia juga mau ngisi pensi sekolah kita.
HOREEE! ASYIKKK! SIAPA DULU DONG! ALICIA! 165
Para cewek kecentilan itu bersorak-sorak kegirangan. Anak-anak lain yang mendengar jadi tertarik dan ikut merubungi Alicia.
Apa"! Alex mau nyanyi di pensi kita" Yup, jawab Alicia mantap.
Thanks banget ya, Al. Ini semua berkat jasa lo& Hah" Siapa lagi tuh yang jadi penjilat"! aku dongkol sekali.
Ah, never mind& , kata Alicia GR. Oh ya, gue juga mau ngundang wartawan , biar sekolah kita top. Hebat!
Gilee! Keren banget, Al!

Moshi Moshi Karya Jossie Karaniya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Para penjilat itu kembali beraksi.
Bokap gue seneng banget sama rencana gue ini. Katanya kalo sekolah kita tambah top, mobil gue bakalan diganti sama Mercedes.
Tuh, kan" Alicia makin ngaco deh. Makin gede bohongnya.
Alicia mengibaskan rambutnya. Makanya, kalian mesti baik-baik sama gue kalau mau dapetin tanda tangan Alex.
Aku mendengar gumam kekaguman teman-teman sekolahku. Perasaan kesal, marah, iri, mulai merayapi hatiku.
Alex juga ngasih tahu rahasianya ke gue lho, kata Alicia sekali lagi. Top secret nih, soalnya nggak ada infotainment yang tahu.
Aku bisa merasakan cewek-cewek itu menahan na-166
pas. Entah bagaimana, suasana langsung sunyi senyap.
Alex suka& , kata Alicia setengah berbisik, baca komik Detektif Conan.
Apa" Apa" Apa"! Aku juga udah tau rahasia itu, kataku dalam hati.
Masa sih" kata salah satu dari cewek-cewek itu. Betul kok. Makanya, gue bilang ke Alex kalo gue juga suka baca komik. Yah, biar dia seneng gitu lah, ada yang hobinya sama.
Cuih! Yang benar aja. Alicia nggak mungkin mau baca komik. Dia kan setipe sama Mila, teman kuliahnya Peter. Menurut mereka, komik tuh kekanakkanakan dan malu-maluin bacanya.
Sedetik kemudian, bel masuk berbunyi. Pestanya bubar& !
Aku melirik jam tangan dan melengos kecewa. Seharusnya tadi aku tidak menguping omongan Alicia yang tak bisa dipercaya.
* * * Gara-gara terpengaruh Alicia, aku nggak bisa konsentrasi waktu ulangan tadi. Sebel banget!
Cepat-cepat kubereskan tempat pensilku dan kumasukkan ke tas. Silvia sampai heran melihatku ingin cepat-cepat pulang.
Otakku sibuk berpikir. Aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya aku membulatkan tekad.
167 Alicia, tunggu! kataku terengah-engah mengejar Alicia. Tidak kupedulikan Silvia yang terbengongbengong menatapku.
Alicia yang sudah berjalan jauh di depanku diiringi dayang-dayangnya menoleh padaku.
Alicia& , kataku setelah berhadapan dengannya. Gue& gue mau tanya& , kataku ngos-ngosan.
Alicia menyela bicaraku, Gue bukan tukang ngibul kayak elo, Mel!
Weits! Enak aja dia bilang begitu. Tapi kutahan kesabaranku.
Seperti yang tadi gue bilang, Alex banyak curhat sama gue. Dia juga ngasih gue CD dan fotonya
Bukan itu, kataku memotong ucapan Alicia. Apa dia bilang tentang& , kataku dengan suara pelan, & gue"
Alicia membelalakkan matanya. Ih, kege-eran! Emang Alex kenal sama elo" Fansnya dia kan banyak. Mentang-mentang elo udah dapet tanda tangannya, terus otomatis lo inget dia, gitu"
Aduh. Omongan Alicia bener juga, aku menggerutu dalam hati. Ngapain juga aku nanya ke Alicia ya" Aku sih sebenarnya pengin tau, apakah Alicia makan malam di kafe yang sama denganku dan di malam yang sama pula"
Kemudian, salah satu dayang Alicia bilang, Eh, si Mel kan punya CD yang ditandatangani Alex.
Ih, kata Alicia jijik. Mel, emangnya lo kira Alex bakalan nginget elo" Kalian kan cuma ketemuan 168
waktu elo antre minta secuil tanda tangannya, kan" Alex malah cerita, dia kecapekan ngeladenin penggemar-penggemar gila. Ya kayak elo gitu deh. Aku membelalakkan mata tak percaya. Hah"! Alicia lalu melengos dan membalikkan badannya, diikuti para dayangnya.
* * * Sepeninggal Alicia, aku terbengong-bengong. Aku kesal bukan main. Tapi aku beruntung, punya sahabat Silvia. Dia menyusulku dan menenangkanku.
Udah, Mel. Cewek aneh kayak gitu aja lo ladenin. Mendingan lo main ke rumah gue yuk. Kita belajar bareng, buat ulangan besok.
Kali ini aku menurut 100% pada Silvia. Aku ingin konsentrasi ke pelajaran. Harus. Lupain deh tuh Alex.
Tapi saat aku sedang serius belajar di kamar Silvia, aku dikejutkan oleh bunyi klakson mobil yang pernah sangat kukenal.
Mobil Thomas! Aku menelan ludah dan berharap perkiraanku salah. Mudah-mudahan itu mobil tetangga Silvia yang juga punya hobi modifikasi mobil, dan membuat bunyi klakson mobilnya lebih berat, persis klakson mobil Thomas.
Tapi tak sampai dua menit kemudian, pintu kamar Silvia terbuka sedikit. Dan& ternyata benar, wajah Thomas muncul di ambang pintu!
169 Sil, kata Thomas dari luar, gue boleh masuk nggak"
Tanpa menunggu jawaban Silvia, Thomas melangkah masuk ke kamar. Separuh tubuhnya masih ada di balik pintu saat dia menatapku, dan berhenti melangkah. Dia langsung membeku. Sorot matanya tampak aneh.
Oh. Tidak, Thomas! Jangan memandangku dengan tatapan aneh begitu.
Kamu di sini, Mel" Mendadak aku jadi kikuk. Aku lagi belajar bareng Silvia.
Silvia mengangguk. Betul. Daripada Mel nyontek terus. Nanti malah nggak pinter-pinter. Apa kabar, Tom" tanyaku basa-basi.
Baik. Thomas mengangguk. Sil, gue mau ngomong. Lo ada waktu sebentar nggak"
Ada apa sih" tanya Silvia ogah-ogahan. Aku tahu betul, Silvia sebel banget kalau waktu belajarnya terganggu.
Bisa keluar bentar nggak" tanya Thomas sambil menunjuk ke luar pintu. Ada yang mau gue omongin.
Silvia menggeleng. Sori. Gue lagi belajar. Satu jam lagi ya.
Aku mendengarnya tak percaya. Sejam lagi" Ya ampun. Bisa meledak kepalaku!
Biar gue yang keluar, Sil, kataku sambil mulai berjalan ke luar kamar. Tubuhku hampir saja ber-170
sentuhan dengan Thomas, yang entah mengapa masih tetap merapatkan separuh tubuhnya di balik pintu.
Eh, Mel, teriak Silvia tiba-tiba, kita kan belum selesai!
Sori, bisa minggir dikit, Tom" tanyaku sambil berjalan melangkah ke pintu. Lalu, sambil membalikkan badan, aku menatap Silvia. Sori. Gue break sebentar.
Aku bisa mendengar Silvia ngedumel, tapi aku melangkah keluar. Bisa-bisa Thomas menganggap aku masih care sama dia, lagi.
Saat aku keluar dari kamar Silvia, aku melihat ada cewek di samping Thomas. Dan tangan kiri Thomas ternyata sedang menggenggam tangan cewek berambut ikal itu.
Halo, sapa cewek itu. Halo juga, kataku singkat.
Eh, kata Thomas, tampak salah tingkah. Sori, aku nggak nyangka ada kamu di sini. Aku cuma mau ngenalin Sisi ke Silvia.
Sial. Kenapa sih dia mesti ngomong kayak ember begitu"
Oh, EGP , kataku. Bisa permisi bentar" Aku mau keluar.
Langkahku terhenti ketika tiba-tiba Silvia muncul dari dalam. Tom, lo ada urusan apa sih& "
Eh, Sil, ini.., Thomas tampak salah tingkah. Gue mau ngenalin Sisi ke elo. Thomas memandang ce-171
wek di sampingnya, lalu melanjutkan, Si, kenalin nih, sepupu aku. Dan ini& , Thomas menatapku, Meliana. Teman aku.
Sisi mengangguk dan menatapku tajam. Melihat tatapan Sisi, aku seperti disiram air panas. Apa sih yang sudah diceritakan Thomas padanya" Kok Sisi menatapku kayak gitu"
Nah, kalau udah beres, kata Silvia memecahkan kesunyian, gimana kalo lo balik sejam lagi" Gue sama Mel lagi nggak mau diganggu nih. Kami lagi seru belajar.
Aku mendengarnya tak percaya. Lama amat, satu jam lagi! Tapi saat menatap wajah Silvia, aku mengerti. Itu hanya taktik Silvia agar aku nggak terluka melihat Thomas sudah menggandeng cewek lain.
Gue cuma sebentar kok, Sil, kata Thomas. Soalnya kami mau ke pameran mobil. Iya kan, Si" lanjut Thomas sambil menatap Sisi.
Sisi menganggukkan kepalanya. Yup, katanya datar.
Dalam hati aku ketawa ngakak. Sorot mata Sisi sama sekali nggak menunjukkan dia senang diajak ke pameran mobil. Sebagai mantan pacar Thomas, aku juga pernah merasakan keterpaksaan itu.
Biar saja Thomas dapat gandengan baru. Aku mau lihat, berapa lama ceweknya itu bertahan. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, sebenarnya Thomas cowok baik kok. Kasihan banget dia, dapat pacar yang suka berpura-pura suka dengan hobinya.
172 Kalo gitu, aku cabut dulu ya, kata Thomas, membuyarkan pikiranku.
Sisi melambaikan tangan tanpa berkata apa-apa, dan langsung menggelayut manja ke lengan Thomas.
Saat mereka sudah berjalan beberapa langkah, aku menatap Silvia yang menatapku balik.
Sebentar, Sil, kataku, dan setengah berlari mengejar Thomas. Tom, bisa ngobrol bentar, nggak"
Di luar dugaanku, Sisi malah menatapku galak. Lo udah tamat, katanya ketus. Mau apa lagi lo deket-deket Thomas"
Aku menatapnya tak percaya. Tom, bisa ngomong sebentar, please" tanyaku sekali lagi, dan mengabaikan tatapan galak Sisi.
Ada apa sih, Mel" tanya Thomas salah tingkah. Si, bisa tunggu di sini sebentar"
Bagus! Kalian mau mesra-mesraan di sini, ya" Di hadapan gue"
Aku terperanjat, sama sekali nggak percaya mendengar ucapan Sisi. Tapi aku harus memberitahu Thomas. Harus.
Aku nggak mau Thomas diperlakukan seperti itu oleh pacarnya, sebagaimana aku perlakukan dia dulu. Berlagak menikmati hobinya dan berlagak senang diajak ngobrol apa pun tentang modifikasi mobil.
Terserah kalo elo nggak bisa percaya sama cowok lo sendiri, kataku tanpa basa-basi. Lalu, sambil menatap Thomas, aku berkata, Aku minta maaf atas sikapku selama ini, Tom. Aku berani bertaruh. Tanpa 173
menatap Sisi, aku bisa melihat mata cewek itu melebar. Aku sudah bohongin kamu selama ini&
Beraninya lo minta maaf setelah selingkuh dan minta dia balik lagi setelah tau dia punya pacar, kata Sisi galak. Dasar pecundang.
Mendengar ucapan Sisi, kesabaranku jadi menipis. Heh, dengerin ya! Gue nggak mau balik ke Thomas. Gue cuma mau minta maaf karena dulu gue jahat sama dia!
Thomas terdiam. Kamu nggak salah kok, Mel. Sisi semakin melotot. Heh, jangan berani-beraninya minta dia balik lagi ke elo ya! Sekarang dia pacar gue, bukan pacar lo&
Aku tak peduli pada Sisi. Yang kutuju adalah Tom. Tom, aku kasih tau ya. Kalo punya pacar, jangan paksain hobi kamu ke dia. Soalnya belom tentu cewek kamu suka sama hobi kamu. Terus, aku juga mau bilang, jangan ngajak dia ke tempat yang sama terus-menerus soalnya dia bisa bosan. Maafin aku, dulu aku pura-pura suka sama hobi kamu. Padahal aku bosan banget. Lalu, sambil melihat Thomas yang terkejut, aku melanjutkan, Semoga hubungan kamu sama Sisi awet ya.
Astaga, kata Sisi lalu membekap mulutnya. Tom, percaya deh sama aku. Aku mengulanginya sekali lagi. Jangan paksa Sisi untuk menyukai hobi kamu, karena dia nggak akan bisa.
Jadi, selama ini kamu& nggak suka" tanya Thomas.
174 Ya, jawabku dan Sisi hampir berbarengan. Oke, kataku sambil bersiap meninggalkan mereka. Aku pamit sekarang. Tapi, sebelumnya aku juga mau ralat. Aku nggak pernah selingkuh. Mel, tunggu! kata Thomas dari kejauhan. Aku nggak mau dengar apa-apa lagi. Aku juga nggak mau bikin orang lain salah paham.
175 A KHIRNYA, hari ini rentetan ulangan berakhir. Yes!
Saat bel pulang berbunyi, aku langsung jingkrakjingkrak senang. Mulai hari ini aku bebas! Hore!
Rasanya lega banget, sudah nggak ada beban lagi. Ulangan umum sudah selesai, sebentar lagi libur, dan aku nggak punya perasaan apa pun lagi terhadap Thomas yang sudah mutusin aku.
Jadi, untuk merayakan hari kebebasanku, aku mengajak Silvia ke kios majalah dan komik dekat sekolah. Saat ini aku tahu betul Silvia tidak bisa memarahiku lagi karena& ulangan umumnya sudah selesai. Haha!
Seakan menambah kegembiraanku hari ini, komik One Piece edisi terbaru, nomor 45, baru saja terbit. Aku langsung membeli komik tersebut.
Lo udah baca komik ini sampai nomor segini"
176 tanya Silvia nggak percaya saat melihat komik yang baru saja kubeli.
Yo i. Lo beli semua nomor sebelumnya" Nggak ada yang lo lewatin"
Aku mengangguk mantap. Tau nggak, Mel, gue sebenernya kepingin semangat belajar lo seimbang dengan semangat lo baca komik.
Hoi! Ulangan umumnya udah selesai, Sil! Sekarang tugas lo nyeramahin gue break dulu. Ah, elo sih banyak alesan.
Udah ah, Sil, gue mau liat-liat komik lain. Mending lo baca-baca majalah atau tabloid apa deh, kataku sambil menunjuk majalah dan tabloid yang digantung di depan kios.
Tapi, tepat pada saat itu, aku langsung membeku. Pandanganku jatuh ke tabloid gosip dengan cover Alex duduk bersama cewek yang membelakangi kamera.
Kenapa sih" tanya Silvia bingung saat melihatku. Lalu pandangannya mengikuti pandangan mataku.
Alex menemukan cinta& . Silvia membaca judul besar di cover tabloid itu. Ya ampun, Mel&
Aku langsung mengambil tabloid itu dan membacanya.
177 Aku langsung sedih setelah selesai membacanya. Baru saja aku merasa lega karena telah selesai ulangan umum, tapi kebahagiaanku menguap begitu saja setelah membaca berita ini.
Tapi sebagian hatiku masih penasaran. Aku harus mencari tahu kebenaran gosip ini lebih lanjut. Jadi begitu sampai di rumah, aku segera menyalakan TV. Sebentar lagi jam empat. Ada infotainment di saluran teve favoritku. Tapi saat TV menyala, oalah& film India! Shah Rukh Khan dan Rani Mukherjee tampak sedang menari-nari di padang rumput.
Buat kaum hawa, siapsiap kecewa. Alexander Julio (20), atau yang biasa dikenal dengan nama Alex, kepergok wartawan sedang makan malam berduaan dengan seorang gadis. Mulanya Alex berulang kali menolak berkomentar, tapi siapa pun yang melihat mereka berdua pasti setuju bahwa Alex sudah jadian dengan gadis misterius tersebut. Bahkan gadis itu dengan ramah menceritakan semuanya saat Alex mencoba mengelak.
Kami memang dalam tahap penjajakan, kata Al, nama gadis itu. Saya harap teman-teman media nggak terlalu banyak mencecar Alex dengan pertanyaan seperti ini. Ini sensitif.
Semua orang yang selama ini bekerja bareng Alex mengaku tidak terkejut mendengar hasil investigasi tim Ricek Gosip yang ingin mengetahui kebenaran berita ini dari pihak Alex. Saya tahu dia memang sedang dekat dengan seseorang, kata salah seorang staf rumah produksi tempat Alex syuting video klip terbarunya.
Memang harus diakui, Alex sangat pintar menutupi jejak. Namun akhirnya tim Ricek Gosip berhasil mendapatkan info dari sebuah sumber bahwa Alex akan kencan di sebuah kafe pada tanggal 15 Desember kemarin& .
Jakarta, Ricek Gosip 178 Kuganti channel ke stasiun TV lain. Hah" Ada Shah Rukh Khan lagi" Kali ini ia sedang menari bersama Kajol. Tapi biarlah. Kutunggu saja. India India deh.
Mataku menatap layar TV, tapi pikiranku ke manamana. Hatiku terus berkata, Jangan muna deh, Mel. Sebenarnya lo nggak sekadar ngidolain dia. Lo pengin lebih dekat dengan dia. Elo pengin jadi temannya. Pengin jadi& Ah, sudahlah. Aku jelas-jelas nggak punya peluang untuk itu. Probabilitasnya nol persen. Nihil.
Akhirnya, tayangan infotainment muncul di layar kaca. Sang presenter, cewek bertubuh kurus dengan rambut lurus, menyapa dengan suara cempreng. Pemirsa, selamat sore. Anda bertemu lagi dengan saya, di acara Ricek Gosip. Dan selama setengah jam ke depan saya akan menayangkan berita-berita terbaru tentang para selebriti kita&
Udah deh, cepetan. Jangan banyak basa-basi, kataku tak sabar.
Nah, lanjut presenter itu, kita buka gosip hari ini dengan berita dari artis muda kita, Alexander Julio.
Aku menahan napas. Tayangan TV langsung berubah. Gambar presenter kurus itu berganti dengan tayangan sebuah resto, dan terdengar suara narator.
Akhirnya, setelah lama menutup mulut, Alexander Julio kepergok sedang makan malam dengan seorang gadis di bilangan Kemang, kemarin malam. Aku maju beberapa langkah mendekati pesawat 179
TV. Sosok yang kukenali sebagai Alex, mengenakan topi dan jaket yang biasa digunakannya untuk menyamar, sedang makan bersama cewek. Karena membelakangi kamera, wajah cewek itu tak terlihat jelas. Cewek itu memakai tank top. Tapi jelas banget cewek itu bukan Alicia. Rambut cewek itu pirang kecokelatan dan diikat. Sedangkan rambut Alicia hitam lepek dan selalu digerai. Haha. Setidaknya, aku merasa lebih baik sekarang setelah tahu Alicia cuma ngibul.
Kemudian kamera mendekat, dan Alex langsung menutupi mukanya dengan telapak tangan. Tolong, hargai privasi saya, katanya tegas.
Tapi wartawan infotainment memang tidak pantang menyerah. Mereka terus bergerak, dan kamera kini terfokus pada wajah si gadis.
Dan aku terperanjat kaget& cewek itu memang Alicia!
Alicia sedang tersenyum lebar ke arah kamera. Dengan gaya memalukan, dia nyerocos panjang-lebar. Kami lagi penjajakan nih, katanya. Doain ya.
Ih, jijai deh. Alicia minta semua orang yang nonton acara ini mendoakan dia" Lebih baik aku berdoa untuk korban gempa aja daripada ngedoain dia.
Kenal di mana" tanya Alicia mengulangi pertanyan yang diajukan reporter padanya. Alex, kasih tahu dong ke media gimana kita kenalan, jawabnya manja sambil terkekeh genit. Yah, sebenarnya sih kami baru kenalan, tapi Alex maksa ingin ketemu terus. Susah deh kalo udah jodoh. Iya nggak, Lex" 180
Ya ampun! Alicia centil banget deh! Menyebalkan, menjijikkan, semua dicampur jadi satu.
Saat kamera dialihkan ke Alex, aku bisa melihat wajah cowok itu tampak kusut. Ini privasi saya, katanya pendek. No comment, katanya saat ditanya sekali lagi.
Saya harap teman-teman media bisa mengerti. Alex butuh privasi, kata Alicia, tapi kamera tetap menyorot ke Alex.
Terdengar suara reporter. Gimana perasaan penggemar Anda kalau mereka tahu Anda sudah punya pacar"
Bukannya Alex yang menjawab, Alicia yang kembali nyerocos, Saya tahu banget gimana gilanya fans Alex, makanya Alex stres. Di sekolah saya juga ada lho yang suka maksa saya ngasih info apa aja tentang Alex.
Alicia lagi ngomong apa sih" Bukannya dia sendiri yang suka pamer kedekatannya sama Alex"
Saya sama sekali nggak bermaksud mojokin fans Alex lho. Mereka baik kok. Tapi tolong, hargai idola kalian. Alicia menutup pembicaraan, yang mengakhiri tayangan spesial tentang kencan Alex. Aku terdiam.
Jadi ucapan Alicia kemarin benar. Pantas saja tingkahnya begitu nyebelin dan overacting.
* * * 181 Aku berusaha melupakan Alex, tapi melihat tayangan tadi aku jadi muak. Kenapa nasib sialku komplet banget ya" Udah jomblo, nggak ada gebetan, nilai ulanganku aja masih bikin aku deg-degan. Sebetulnya aku masih bisa menahan kegelisahan dalam diriku. Tapi saat tahu Alicia jadi pacar Alex, pikiranku sama sekali nggak mau kompromi.
Silvia benar. Seharusnya aku melupakan Alex. Tapi& masa sih, Alicia bakal jadian sama Alex" Kalau memang benar, Alicia pasti bakalan pamer Alex di sekolah. Meminta Alex menjemputnya atau apa kek. Atau& ya ampun. Mendadak aku teringat. Alicia memang mau pamerin Alex di sekolah. Pensi itu!
Aku berani bertaruh, pensi sekolah kali ini bakal dijadikan konser tunggal Alex. Itu pasti.
Amit-amit deh jika aku melihat langsung adegan Alicia yang pura-pura manja di dekat Alex. Iih& !
Maka kuputuskan, aku nggak akan datang ke pensi!
182 T ERNYATA semua siswa wajib datang ke pensi. Memang sih, kalau kami nggak datang nggak akan diskors, tapi kalau Kepala Sekolah menulis surat yang dikirim ke orangtua seluruh siswa, itu tandanya wajib hadir. Terutama di surat itu ada tulisan Partisipasi SELURUH siswa sangat diharapkan demi nama baik sekolah .
Huh. Ini sih namanya pemaksaan. Kepala Sekolah kan cuma butuh orang banyak biar pensi terkesan meriah kalau diliput majalah remaja nanti.
Aku nggak bohong kok. Buktinya, Pak Kepsek menulis undangan untuk para wartawan Ricek Gosip, dan beberapa majalah remaja.
Jadi, setelah mengisi liburan sambil menanti hasil ulangan umum, akhirnya hari ini sekolahku mengadakan pensi.
183 Sebenarnya aku malas banget datang ke pensi. Tapi dengar-dengar nih, kata Silvia, semua murid bakal diabsen saat pensi berlangsung. Gawat, Mel, kalau kita nggak dateng, kata Silvia, entah dapat sumber dari mana.
Makanya hari ini, suka nggak suka, aku harus datang ke pensi. Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya aku sih senang saja ketemu idola di sekolah. Nah, kalau nanti Alicia pamer kedekatannya sama Alex, baru deh tuh aku merem. Atau sekalian saja kabur ke kantin beli minuman.
Saat aku melangkahkan kaki ke gerbang sekolah, wartawan berbagai media sudah menunggu di pelataran parkir. Lalu, saat aku masuk halaman sekolah, keheranan menyergapku. Halaman sekolahku sudah persis panggung konser. Di depan gerbang, anggota OSIS berjejer membawa buku absen.
Ternyata Silvia benar. Pak Kepsek semangat betul dengan pensi ini. Setelah diabsen, handphone-ku bergetar. Ada SMS dari Silvia.
Gw di kelas Aku langsung melangkah ke kelasku yang nyaris kosong. Hanya ada Silvia yang sedang membaca novel tebal.
Halo, Sil, kataku. Kok kelas sepi banget" Silvia tersenyum melihatku dan langsung menutup novelnya. Yang lain kayaknya udah ngumpul di de-184
ket panggung. Lo nggak mau ke panggung juga" tanya Silvia.
Aku mengangkat bahu. Males ah.
Itu betul. Aku yang dulu pasti bakal lari secepatnya dan ngantre di barisan paling depan untuk melihat Alex. Tapi itu kan dulu. Sekarang, setelah tahu Alex dan Alicia pacaran, kayaknya aku muak kalau mendengar nama Alex disebut.
Lo baca apa, Sil" Silvia menunjukkan novel yang dibacanya. Gone with The Wind.
Tebel banget, kataku ngeri.
Iya dong, ini kan karya klasik. Ini baru bacaan buat liburan. Liburan kemaren gue belom kelar bacanya. Oh ya, liburan lo gimana"
Sengsara, kataku. Sengsara kenapa, Mel"
Selama liburan, gue cuma dengerin CD Alex sambil mikir, kok bisa ya Alex pacaran sama Alicia yang nyebelin gitu.
Silvia mengangguk. Gue juga nggak ngerti. Mungkin itu yang namanya cinta"
Eh, liburan lo gimana, Sil"
Mendadak, aku melihat wajah Silvia merona. Liburan gue& " Ah, lo pasti nggak bakalan percaya cerita gue deh, Mel.
Aku berusaha tersenyum. Liburan asyik versi Silvia adalah pergi ke toko buku, beli novel tebal atau beli buku panduan belajar. Terus, Silvia bakal membaca buku-buku yang dibelinya itu selama liburan.
185 Emang liburan lo kenapa, Sil" tanyaku sopan. Jangan ngetawain gue ya, kata Silvia malu-malu. Dua detik kemudian, seseorang masuk ke kelas dan berjalan ke arah kami.
Edward! Yup, Edward si kapten basket dan cowok idola di sekolah.
Aku jadi salah tingkah. Waktu itu kan Silvia pernah bilang bahwa dia sering mergokin Edward suka merhatiin aku. Hatiku langsung kebat-kebit nggak keruan. Biarpun aku nggak punya feeling apa-apa terhadap Edward, melihat dia datang mendekat di saat kelas nyaris kosong begini rasanya aneh juga. Dalam hati aku bertanya-tanya, sudah berapa lama Edward naksir aku. Jadi, dengan tololnya aku bengong saja melihat cowok itu.
Halo, sapa Edward. Spontan aku langsung menyapa balik, Halo. Udah lama datengnya" tanya Edward ramah. Be , kalimatku terputus seketika karena Silvia mendului aku.
Lumayan lama, kata Silvia.
Mendadak aku bengong. Kok Silvia yang jawab sih"
Tapi di luar dugaanku, Edward sudah berbicara lagi, Sori ya, aku mesti ngabsenin anak-anak basket dulu, jadi agak lama.
Belum sempat kujawab, Silvia menjawab, Nggak apa-apa.
Lho" Kok Silvia terus yang jawab"
186 Dengan bingung aku menatap Silvia. Lalu menatap Edward. Seketika aku langsung mengerti. Edward menyapa Silvia. Bukan aku.
Wow! Aku benar-benar nggak percaya. Aku nggak nyangka ternyata Edward dan Silvia& Ya ampun! Kok Silvia bisa dekat dengan Edward ya"
Tapi saat melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Silvia dan Edward, aku langsung mengerti. Jadi selama ini, gosip bahwa Edward diam-diam suka merhatiin aku pasti salah. Ya, Silvia udah salah nebak. Sebenernya Edward naksir Silvia. Tapi biarlah. Aku bahagia banget kalo Silvia jadian sama Edward. Sumpah.
Silvia kelihatannya hepi banget. Edward juga. Tapi nanti aku tetap mau ngomel ke Silvia, karena dia nggak ngasih tahu aku.
Kulihat Edward dan Silvia ngobrol seru. Ah, daripada aku jadi nyamuk pengganggu pasangan yang lagi kasmaran, aku berjalan ke luar kelas, menuju panggung yang akan dijadikan tempat konser Alex.
* * * Begitu melihat panggung pensi di halaman sekolahku, aku langsung terpana. Panggungnya superkeren, dengan tumpukan balon dan kumpulan burung di dalam sangkar. Ini pasti pensi paling mewah yang pernah diadakan sekolahku.
Di sekelilingku banyak cewek memakai baju pink 187
dan sepertinya mereka membawa bunga. Bahkan ada juga yang bawa buket bunga. Mendadak aku merasa malu karena penampilanku nggak heboh. Harusnya aku bawa bunga seperti mereka. Tapi biar saja deh.
Mel, panggil sebuah suara di belakangku. Aku terkejut dan menoleh ke belakang. Sil" Lo lagi ngapain sih" tanya Silvia sambil melihatku dengan tatapan aneh.
Aku menceritakan semuanya ke Silvia. Nggak usah bawa bunga juga nggak apa-apa, lagi. Yang penting kan kita udah ngeliat Alex. Kita kasih tepuk tangan yang meriah kalo dia nyanyi. Alex juga udah seneng kalo fansnya semangat. Aku mengangguk setuju.
Oh ya, kataku kemudian. Kok lo sendirian" Edward mana"
Abis lo tiba-tiba pergi sih.
Gue kan nggak mau ganggu kalian& Eh, ceritain soal Edward dong, Sil.
Mimik Silvia tiba-tiba berubah. Dia menatap sekeliling dengan cemas. Oh, Edward. Liburan kemarin dia datang ke rumah gue. Terus, ng& gue bukannya mau rahasia-rahasiaan sama elo, Mel. Gue juga udah mau cerita, tapi&
Yee, mentang-mentang ditaksir cowok, terus lupa sama gue.
Ssst, bisik Silvia. Jangan bilang siapa-siapa. Gue bisa diracun sama semua penggemar Edward. Bener 188
kok, sebenernya gue udah mau bilang ke elo. Tapi gue nggak enak sama elo kalo ngomong di telepon.
Ya udah, nggak papa kok. Selamat ya, Sil. Gue seneng liat lo hepi.
Sejujurnya gue nggak tau apa yang dia liat dari gue, Mel. Gue kan maniak belajar.
Aku tertawa mendengar Silvia. Kami berjalan menuju bangku semen di depan kelas. Dari situ kami bisa tetap melihat panggung.
Eh, gimana tuh kelanjutan cerita Alici tanya Silvia.
Nggak tau, aku menjawab cuek. Gue nggak mau tau lagi tentang Alicia. Gue cuma mau nikmatin penampilan Alex aja sekarang. Aku meregangkan kedua tanganku sejenak. Eh, mendingan lo lanjutin cerita lo tentang elo sama Ed& Sambil melihat mimik Silvia, aku mengecilkan suaraku.
Jangan kenceng-kenceng, Mel.
Sil, dulu lo bilang Edward suka ngeliatin gue, ternyata lo salah ya.
Iya, gue salah waktu itu.
Gila! Berarti dia udah suka sama elo dari dulu ya, Sil.
Iya, dulu gue kira dia naksir elo, Mel. Soalnya dia ngeliatin kita terus.
Elo sih nggak pede, aku menyalahkan Silvia. Kalo gue nih ya, kalo gue mergokin Edward ngeliatin gue, gue pasti langsung nyapa dia. 189
Silvia mengembuskan napas panjang. Eh, elo suka sama dia juga kan, Sil"
Silvia tersipu malu. Yah, dia kan hebat banget. Udah jadi ketua basket, pinter, lagi.
Aku tertawa. Wah, kalo begitu dia emang jodohnya elo, Sil.
Silvia tersipu. Gawat nih, kataku lagi. Kalian berdua samasama pinter, sama-sama hobi belajar. Kalo temenan sama kalian, gue bisa-bisa diajak belajar terus nih.
Ah, jangan berlebihanlah, Mel, Silvia buru-buru menukas. Tapi ide lo boleh juga ya.
Obrolan kami terhenti karena tiba-tiba terdengar suara riuh dan tepuk tangan.
Pensinya udah mulai, ya" tanyaku.
Silvia mengangkat bahu dan mengajakku melihat ke sumber suara.
* * * Sampai di dekat panggung, aku melihat kerumunan wartawan membawa kamera sudah bersiap-siap. Hebat banget, pensi kali ini bisa begitu ramai. Sil, emang Kepsek ngundang berapa artis sih" Nggak tau, jawab Silvia.
Dari samping panggung, aku melihat seorang cewek memakai kostum burung merak. Aku menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas dari kejauhan.
190 Sil, tuh cewek siapa sih" Itu kan Alicia&
Hah" Norak banget ya dia. Mau ngapain sih dia"
Perhatian semuanya, kata Pak Kepsek telah berdiri di atas panggung. Dengan ini saya resmikan pentas seni dibuka.
Lo masih mau liat acara ini, Mel" tanya Silvia. Yah, walaupun Alex udah ngecewain gue, gue tetep penasaran pengin liat dia.
Silvia tampak bingung sejenak. Soalnya, Mel, denger-denger Alicia bakalan nyanyi...
Aku tertawa. Hahaha! Ya biar aja, Sil. Seru kan, ngeliatin dia diketawain semua orang. Suara sember begitu mau sok nyanyi.
Tapi, di luar dugaanku, Silvia sama sekali tidak tertawa. Mel, gue tau dari Edward yang jadi panitia. Alicia bakalan duet sama Alex.
Duet" Kayaknya itu bakalan jadi inti acara ini, kata Silvia pelan. Mel, jangan sedih gitu dong. Gue nggak sedih kok, kataku membela diri. Lo yakin, Mel" Mendingan kita nonton acara ini dari jauh aja yuk. Nggak usah di depan panggung deh. Kita liat dari lantai dua aja.
Gue mau deket panggung, Sil.
Tapi, kalo lo nontonnya jarak jauh, lo bisa kabur kalo lo udah nggak sanggup liat mereka, Mel. 191
Aku mengangguk, terharu mendengar betapa Silvia sangat menjaga perasaanku.
Lo betul, Sil. Lagian, baris depan udah penuh banget.
* * * Nonton dari lantai dua ternyata enak juga. Setidaknya pandanganku nggak terhalang kepala temantemanku.
Pertunjukan di panggung muncul silih berganti. Tarian break dance dan atraksi cheerleaders disuguhkan duluan. Saat penonton sudah mulai bosan dengan pertunjukan sulap yang tidak terlihat jelas dari kejauhan, akhirnya pembawa acara menjanjikan tontonan spektakuler.
Sekarang kita sambut idola kita& Alexander Julio! ucapan MC langsung langsung disambut dengan meriah.
Dry ice berembus dari depan panggung, membuat sebagian penonton ber- ooh ria. Lalu, samar-samar terlihat sesosok cewek memakai kostum kuning kehijauan, bekerlap-kerlip dan bergerak cepat di panggung, bersamaan dengan dilepaskannya balon dan burung ke udara.
Ah, nggak mungkin! Mel, lo liat apa itu" tanya Silvia di sebelahku. Itu Alicia"! tanyaku nggak yakin.


Moshi Moshi Karya Jossie Karaniya di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Di panggung, Alicia memakai kostum merak, me-192
nari cepat dengan beat mengentak-entak. Tariannya aneh banget. Nggak nyambung dengan penari latarnya. Sejenak aku memerhatikan penari latar Alicia yang juga mengenakan baju aneh. Ya ampun! Itu dayang-dayang Alicia! Sebenarnya tarian mereka oke juga. Sayang, suara Alicia datar dan sumbang.
Tiba-tiba Alicia mengulurkan tangannya ke depan panggung. Friends, sambutlah dengan meriah... Alexander Julio& !
Tanpa disangka-sangka, Alexander Julio maju dari samping panggung. Semua penonton langsung heboh dan berteriak histeris. ALEEXX...!!!
Kilatan blitz kamera dari berbagai arah menyambut kemunculan Alex. Para wartawan tampaknya juga ikut heboh.
Sambil bernyanyi, Alex melangkah pelan ke tengah panggung. Saat itu aku melihat Alex mengedarkan pandangan ke seluruh penonton yang ada di lapangan, juga ke penonton yang di lantai dua gedung sekolah kami. Ketika tatapan kami sekilas bertemu, aku tak bisa berkata apa-apa.
193 A LEX menyanyikan lagu Copacabana dari Barry Manilow dengan keren dan asyik. Jujur aja, aku sering banget dengar orang-orang nyanyiin lagu itu, tapi nggak ada yang sekeren Alex. Paling cuma Barry Manilow yang bisa nyaingin Alex.
Alex menyanyikan lagu tersebut dengan suara yang dalam, energik, dan riang. Persis seperti penyanyi aslinya.
Her name was Lola. She was a showgirl& Suara Alex menggema sempurna, dan aku terhanyut di dalam lagu itu.
Aduuh. Kalau saat ini nggak ada siapa pun, aku pasti udah jingkrak-jingkrak sambil meneriakkan nama Alex, seperti yang sekarang dilakukan temantemanku.
Dari kejauhan, aku melihat Alex menyanyi sambil menyalami penonton yang duduk di dekat pang194 gung, kemudian ia kembali ke tengah panggung dengan tumpukan bunga di tangan.
Aku tersenyum puas melihat penampilan Alex ini. Walaupun dia tak lagi mengenalku, aku tetap mengidolakannya. Sekali idola tetap jadi bintang idola!
Media massa yang datang tampaknya juga tak mau ketinggalan berita tentang Alex dan pensi sekolahku. Kulihat dua orang cewek memakai kaus polo putih, dengan inisial RG di dada kiri. Rasanya aku pernah melihat mereka. Dan aku tahu, RG pasti singkatan dari Ricek Gosip.
Mendadak, ingatanku muncul kembali. Aku mengguncang bahu Silvia. Sil, lo liat dua cewek itu" Yang pake kaus putih.
Silvia mengikuti pandanganku. Yang pake baju tulisan RG itu"
Iya. Emangnya kenapa" Gue pernah ketemu mereka di toilet Caf" Bien. Waktu gue kencan sama Alex yang kedua kalinya. Oh ya" tanya Silvia.
Waktu itu mereka lagi ngejar-ngejar siapa gitu, kayaknya penting banget. Tadinya gue kirain mereka detektif. Ternyata reporter.
Emang waktu itu mereka ngejar-ngejar siapa" Nggak tau.
Lo yakin mereka bukannya ngejar Alex" Aku mengangkat bahu. Nggak tau deh. Waktu itu mereka nggak bilang apa-apa sih.
195 Yah, namanya juga reporter gosip. Pasti ngejarnya artis, kan"
Eh, kalo dipikir-pikir, mungkin lo bener, Sil. Udahlah, nggak usah musingin reporter. Lo nikmatin aja penampilan Alex sekarang.
Aku mengangguk, setuju dengan pendapat Silvia. Di tengah panggung, Alex tersenyum lebar dan mengangkat sebelah tangannya. Ia menyapa penonton dengan ramah, Halo semuanya! Apa kabar"
BAIIIIKKKK& ! jawab penonton dengan suara lantang.
Kalian suka lagu tadi" tanya Alex sekali lagi. Iyaaaa& ! jawab penonton kompak. Termasuk aku. Hehehe.
Lalu, diiringi tepukan tangan, penonton menjerit histeris, Lagi! Lagi!
Oke, oke, kata Alex. Sekarang saya mau menyanyikan lagu favorit seseorang di si&
Duh, Lex, jangan bilang di depan fans gitu dong. Aku kan malu, kata Alicia tiba-tiba.
Para penonton langsung heboh. Media massa langsung menyorot Alicia.
Alex hanya tersenyum manis.
Alicia mendekatkan wajahnya ke wajah Alex, lalu berkata, Thanks banget ya, kamu udah& Kata-kata Alicia terputus dengan dimainkannya intro lagu.
Aku tahu lagu ini. Aku tahu banget lagu ini. Hero, yang biasa dinyanyikan Enrique Iglesias. Aku baru tahu Alicia suka banget sama lagu ini.
196 Alex mulai menyanyi. Would you dance, if I asked you to dance&
Gila! Lagu ini selalu membuatku fly. Nikmat banget dengernya. Penonton pun terbuai dengan lagu Alex. Suer, rasanya aku bakalan terbang!
Tak berapa lama kemudian, penonton mulai histeris. Alex berjalan turun dari panggung menuju barisan penonton sambil menyanyi!
ALEX& ! ALEX& ! seru penonton histeris. Aku ikut-ikut berteriak histeris saat Alex melangkah pelan sambil menyanyi. Tapi, yang membuat jantungku berdegup lebih cepat adalah saat Alex berjalan tepat di bawah balkon lantai dua tempat aku berdiri.
Alex berhenti, lalu mendongak dan menatapku. Halo, Mel& , sapa Alex sambil melambaikan tangannya ke arahku. Kamu mau turun ke sini nyanyi bareng aku"
Oh Tuhan, kalau ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku lagi.
Aku mengangguk mantap. Dan Alex kembali berkata, Kalo gitu, cepat turun ke sini. Aku tunggu di panggung!
Tanpa babibu lagi, aku langsung berlari meninggalkan Silvia, menuruni tangga, dan secepatnya berjalan naik ke panggung.
Di pinggir panggung, Alex siap menyambutku. Dia mengulurkan tangannya ke arahku. Kunaiki sekitar lima anak tangga menuju panggung dengan kaki 197
gemetar. Tak bisa kupercaya, ternyata Alex tidak melupakanku!
Saat menerima uluran tangan Alex, seluruh tubuhku rasanya bagaikan kesetrum. Alex menggenggam tanganku erat. Dia menarikku ke tengah panggung. Dengan tangan kiri tetap memegang mikrofon, tangan kanan Alex& memeluk pinggangku erat!
Penonton berteriak histeris. Aku tahu, mereka pasti iri. Tapi sebodo amat. Ini momen paling bahagia buatku. Debar jantungku yang kencang kayaknya bisa kedengaran melalui mikrofon yang sedang dipegang Alex.
Aku bisa melihat tatapan kesal Alicia ke arahku. Tapi aku nggak peduli. Aku sama sekali nggak peduli. Saat ini yang kupikirkan hanyalah Alex, idolaku, memelukku erat.
Aku melihat ratusan fans Alex yang berdiri antusias di bawah panggung. Kegugupan langsung melanda diriku. Duh, seperti inikah pemandangan yang dilihat oleh seorang penyanyi dari atas panggung"
Aku mendongakkan wajahku yang semula hanya mampu menunduk, dan mataku bertatapan dengan mata Alex. Beberapa saat kemudian aku baru sadar mukaku terasa panas, dan sesuatu meleleh di pipiku.
Air mata& Astaga! Aku menangis. Kedua mataku basah oleh air mata. Aku mengusap pipiku perlahan. Kulihat Alex masih terus menyanyikan lagu Hero, sambil te-198
rus memandangku. Kali ini aku mengerti bagaimana perasaan gadis-gadis yang diajak naik ke panggung saat konser idolanya. Senang, gugup, takut, cemas, dan segala macam perasaan yang pernah dikenal manusia bercampur menjadi satu.
Mataku mengerjap-ngerjap merasakan silaunya kilatan cahaya foto.
Halo semua& ! Sambutlah& Mel! kata Alex di depan mikrofon setelah lagu Hero selesai. Dia langsung menunduk dan berbisik di telingaku, Mel, aku mau ngasih kamu sesuatu.
Alex melepaskan genggaman tangannya dan mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah handphone!
Penonton langsung berteriak histeris. Teriakan mereka bertambah histeris saat Alex memberikan HP itu kepadaku, dan mendekat ke arahku untuk mencium pipiku.
Di depan umum! Ya Tuhan! Aku malu banget! Mukaku pasti sudah berwarna merah sekarang. Tapi sebelum aku sempat mengucapkan apa pun, Alex berbisik lagi di dekat telingaku, Tunggu telepon aku ya.
Aku mengangguk mengerti sambil tersenyum malu. Belum pernah seumur hidup aku dicium di depan umum.
Apalagi oleh idolaku sendiri.
199 T ENTU saja aku langsung turun setelah itu. Alex terus menyanyi dan penonton tetap terbuai oleh penampilannya.
Aku kembali ke kelasku. Setelah atraksi di panggung tadi, aku tidak lagi mau nonton penampilan Alex. Walaupun bahagia, aku malu lho. Lebih baik aku di sini, di kelasku yang kosong, dan berusaha merekam kejadian tadi dalam ingatanku.
Betul tebakan gue, lo pasti di sini, Mel, terdengar suara Silvia. Dia melangkahkan kaki ke dalam kelas. Barusan itu gile beneeer, Mel!
Aku menatap Silvia yang masuk tergesa-gesa bersama Edward.
Betul, Mel. Gue nggak percaya. Gue terharu banget ngeliat elo tadi.
Iya, gue juga, sahut Edward.
Untung lo nggak pingsan di panggung, Mel.
200 Aku mengangguk, masih sambil tersenyum. Kayaknya sejak kejadian tadi, aku maunya senyum melulu.
Apa sih yang dikasih Alex tadi" tanya Silvia. Aku menunjukkan padanya HP pemberian Alex. Wow, HP! kata Silvia.
Ada kartunya nggak tuh" tanya Edward yang ikutan nimbrung. Coba gue liat. Kuserahkan HP pemberian Alex kepada Edward. Eh, udah ada SIM card-nya lho.
Aku masih saja tersenyum. Tentu dong. Kan tadi dia minta aku nunggu telepon dari dia. Hah"! tanya Silvia dan Edward berbarengan. Dia mau nelepon elo, Mel"
Aku mengangguk. Tadi sih dia bilang begitu. Eh, Mel, berarti lo sama Alex udah kenal dari dulu dong" tanya Edward.
Mukaku memerah mendengar pertanyaan Edward. Kok lo bisa bikin kesimpulan kayak gitu"
Kan tadi Alex langsung manggil nama lo, nggak pake nanya nama lo dulu.
Aku dan Silvia bertukar pandang. Kami tersenyum kemudian mengangguk. Silvia kemudian menceritakan semuanya ke Edward. Yah, nggak semuanya sih. Bagian tentang Thomas dia lewatin.
Percakapan Silvia terhenti saat HP pemberian Alex berbunyi.
Cepet angkat, Mel! kata Silvia.
201 Aku mengangkat HP dengan penuh gairah. Halo& .
Aku mengibaskan kedua tanganku ke Silvia dan Edward yang berusaha mendekat dan menguping. Karena salah tingkah, mereka berdua kemudian berjalan ke luar kelas.
Halo, Mel, kata Alex dengan latar belakang suara ingar-bingar.
Alex" tanyaku. Iya. Ini aku. Malam ini kamu ada waktu" Memangnya kamu mau ngapain" Makan malam denganku. Mau"
Aku terdiam sejenak. Masih jelas dalam ingatanku, bagaimana Alex meninggalkanku begitu saja saat kencan. Masa sih dia mau mengulanginya lagi" Nggak usah ya.
Mel, aku nggak bisa lama nih. Masih ada sesi permintaan tanda tangan setelah ini, kata Alex tibatiba.
Tunggu! jeritku dalam hati. Jangan tutup telepon ini begitu saja.
Di luar dugaanku, aku mendengar suaraku sendiri berkata, Di mana" Bilang saja.
Bagaimana kalau di Caf" Bien" Jam tujuh" Oke. Jam tujuh. Jangan ngaret ya.
Oke. Bye then, kata Alex, dan beberapa saat kemudian pembicaraan kami terputus.
Apa katanya" tanya Silvia segera setelah aku menutup HP .
202 Aku mengangkat bahu. Yah, Alex cuma ngajak makan malam.
Lagi" Aku mengangguk. Pasti banyak yang iri sama elo deh, Mel, kata Edward tiba-tiba. Omong-omong, gue kirain Alicia pacaran sama Alex&
Aku melihat Silvia langsung mencibir. Ya nggak mungkin lah!
Tiba-tiba sebersit pikiran terlintas di benakku. Eh, kok lo bilang begitu" Alicia kan akrab sama Alex. Liat aja di infotainment.
Lo kayak nggak tau Alicia aja, Mel, kata Silvia. Dia kan tukang pamer. Tapi coba nanti lo tanya langsung aja ke Alex.
Aku mengangguk. Bener juga, Sil.
Eh, sini deh, kata Edward sambil berjalan ke dekat jendela kelas. Di luar masih rame tuh! Ia menunjuk kerumunan di kejauhan.
Aku mengikuti pandangan Edward. Kerumunan yang baru saja pindah dari panggung bergerak cepat. O-o!
Emangnya Alex lagi bagi-bagi tanda tangan, ya"
Kayaknya sih begitu, jawab Edward. Ditemenin cewek pake kostum merak.
Itu Alicia, kan" tanya Silvia.
Dalam hati aku agak kesal. Mulai saat ini aku nggak bakalan lagi bisa pamerin CD bertanda tangan 203
Alex, soalnya semua cewek di sekolah pasti udah punya tanda tangan Alex.
Tapi setelah kupikir-pikir, kayaknya aku nggak perlu iri deh pada mereka. Kan cuma aku yang diajak naik ke panggung. Cuma aku yang diberi HP oleh Alex. Dan cuma aku yang diam-diam diajak makan malam dengan Alex.
Ups! Nggak deh. Alicia juga makan malam dengan Alex. Tapi kan barusan Alicia dicuekin. Jadi buat apa aku mikirin Alicia. Ya, nggak"
* * * Nah, karena itu, aku berusaha tampil sebaik mungkin malam ini, untuk membuat kesan yang baik di mata Alex. Aku juga membawa sushi buatanku yang sudah kusiapkan siang tadi. Tapi kali ini aku kreasikan sendiri kuisi dengan bakso.
Aku tiba di Caf" Bien lebih cepat sepuluh menit. Iya dong, jangan sampai ngaret. Kalau Alex yang telat sih ya biar saja.
Saat kulangkahkan kaki masuk ke Caf" Bien, seorang pelayan datang menghampiriku. Selamat malam, sapanya. Berapa orang" Dua, jawabku singkat, lalu aku diantar ke meja di dekat piano.
Tapi belum semenit aku menjejalkan pantatku di bangku, Andre, sang manajer, datang ke tempatku. Maaf, katanya, meja Anda sudah disiapkan. 204
Aku mengernyit tidak mengerti. Di sini juga boleh kok.
Tapi Pak Alex sudah memesan ruangan di VIP room, katanya sambil mengajakku pergi ke VIP room.
Hah" Nggak salah nih" tanyaku dalam hati. Saat aku masuk ke VIP room, aku melihat sebuah meja besar panjang hampir memenuhi ruangan. Piring-piring ditata dengan rapi, dan lilin-lilin wangi dipasang di tengah meja. Namun di antara semuanya, kemewahan yang paling nyata adalah Alex sedang duduk di salah satu kursi dan bangkit berjalan menghampiriku.
Kamu hampir terlambat, katanya ramah. Alex mengenakan baju yang berbeda dengan baju yang dipakainya tadi pagi saat menyanyi di pensi sekolahku. Saat ini dia mengenakan kemeja lengan panjang biru tua dan celana jins belel yang membuatnya tampak santai.
Aku pesan ruangan ini biar kita nggak terganggu, kata Alex kemudian, dan membimbingku ke kursi di sebelahnya.
Hidangan mewah disajikan. Semuanya tampak cantik dan apik. Dan rasanya& luar biasa! Nafsu makanku meningkat melihat hidangan itu.
Aku menyantap makanan dalam diam aku nggak tahu mau ngomong apa sama Alex. Semua perasaanku campur aduk. Senang karena ketemu Alex lagi dan malu bila harus menanyakan hubungan Alex dengan Alicia.
205 Kok dari tadi diam aja" tanya Alex membuyarkan lamunanku. Lagi bete, ya"
Eh, anu, aku gelagapan, aku nggak bete kok. Aku cuma lagi mikirin penampilan kamu tadi di sekolahku. Rame juga, ya"
Temen-temen kamu antusias semua ya, jawab Alex. Apalagi Alicia.
Aku langsung terdiam. Jadi benar Alex punya hubungan spesial dengan Alicia. Makanya waktu itu dia meninggalkan aku begitu saja. Tapi seakan membaca pikiranku, Alex menerawang melihat puding mangga yang disajikan di depannya.
Oh ya, Mel, katanya pelan. Aku mesti minta maaf sama kamu karena waktu itu aku pergi tanpa pamit.
Aku nggak tahu mesti ngomong apa. Kamu mau kan, maafin aku" pinta Alex. Aku duduk tepekur menatap meja dengan pipi merah merona. Saat aku mengangkat wajah dan menatap Alex, ternyata Alex juga sedang memandangku dengan tatapan yang begitu hangat.
& sebenarnya udah lama aku pengin minta maaf, Mel, kata Alex. Nggak tau kenapa akhir-akhir ini pers selalu buntutin aku. Malam itu manajer aku tiba-tiba telepon ngasih tau bahwa ada pers yang ngejar-ngejar aku. Tadinya aku mau pamitan sama kamu, tapi aku harus cepat-cepat menghindar.
Dan kamu ninggalin aku begitu saja" tanyaku sakit hati.
206 Maaf, kata Alex lemah. Sori banget. Tadinya aku mau hubungin HP kamu untuk minta maaf, eh aku lupa kalau aku nggak punya nomor telepon kamu. Untung di komik itu kamu nulis nama sekolah kamu.
Jadi kamu nyari aku lewat sekolah aku" Alex mengangguk. Soalnya aku benar-benar kehilangan jejakmu. Aku udah tanya ke TV8 tentang voucher yang pernah kamu dapat. Tapi kata staf produksi di sana, pemenang voucher itu cowok, bukan kamu.
Oh, kataku pelan. Itu kakakku.
Oh ya" tanya Alex. Kalau aku tau kakakmu yang ada di data TV8, tentu aku bakalan lebih gampang nyari kamu dan minta maaf. Jadinya, aku hubungin sekolah kamu.
A-apa" tanyaku kaget.
Iya, aku hubungin sekolah kamu. Aku sih langsung nanya info tentang kamu, eh aku malah dikenalin ke Alicia. Kata kepala yayasan sekolah kamu, Alicia pengin ketemu aku.
Masa" tanyaku terperanjat.
Iya, kata papinya, Alicia ngefans berat sama aku. Hah"! tanyaku kaget. Hampir saja aku menyemburkan puding mangga yang sedang kukunyah. Yang benar saja. Masa sih Alicia ngaku-ngaku dia ngefans berat sama Alex"
Al bilang dia bakal ngasih tau nomor handphone kamu saat kami makan malam. Nggak taunya, pers 207
malah mencium rencana makan malam kami. Jadinya, aku digosipin kencan sama Al.
Aku langsung mikir, pasti Alicia yang ada di balik semua ini: rencana makan malam yang bocor ke pers dan gosip tentang dia pacaran sama Alex. Tapi bisa jadi hubungan Alicia dan Alex memang seperti yang digosipin media massa. Apalagi Alex manggil Alicia dengan sebutan Al. Kayak udah akrab banget.
Aku menelan ludah dan berusaha mencari tahu langsung dari Alex. Jadi, sekarang kamu beneran pacaran sama Alicia"
Alex tersenyum mendengar pertanyaanku. Aku nggak pernah punya perasaan apa-apa sama dia. Hubungan aku sama dia biasa aja kok. Dia malah nggak tau kalau aku suka sushi. Eh, omong-omong, hari ini kamu bawain aku sushi nggak" tanya Alex. Sushi-sushi itu bukan buatanku, aku mengaku. Aku tahu kok.
Wajahku merona. Ng& kok kamu bisa nebak begitu&
Aku tahu, soalnya aku lihat kamu beli sushi di restoran Moshi Sushi saat aku sembunyi dari kejaran pers.
Tapi kamu kok waktu itu diam aja" sahutku, sambil menahan malu.
Alex tersenyum. Masa aku mesti bikin kamu sakit hati"
Tapi kamu akhirnya beneran bikin aku sakit hati. Kamu ninggalin aku begitu aja waktu itu dan nggak ngasih kabar apa-apa, kataku merajuk.
208 Aku kan udah minta maaf. Lagi pula, untuk ketemu sama kamu nggak gampang lho. Aku mesti tampil di pensi sekolah kamu dan panggil kamu ke panggung. Alex mengedipkan sebelah mata menggodaku.
Jadi, kamu udah rencanain semua itu" Tentu saja.
Apa& Alicia tahu"
Nggak, tegas Alex. Soalnya kalau aku nanya tentang kamu, dia suka ngalihin pembicaraan.
Oh ya, omong-omong, makasih ya handphone-nya. Tapi aku nggak bisa terima hadiah kayak gini, kataku sambil mengembalikan HP pemberian Alex.
Kulihat sorot mata Alex meredup. Tampaknya dia kecewa. Kamu nggak mau terima, Mel"
Aku kan udah punya, kataku cepat-cepat, menepis kekecewaan Alex. Kalau kamu mau hubungin aku, langsung aja telepon HP aku.
Alex tersenyum lebar. Kalo gitu, aku minta nomor kamu dong.
Alex mengeluarkan HP-nya, dan aku menyebutkan nomor HP-ku.
Nah, udah kusimpan di phone book-ku. Thanks ya, Mel.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Alex, gimana kalau pers tau bahwa kamu sudah kenal aku sebelum kamu bawa aku ke atas panggung"
Nggak apa-apa& . Tapi kalau kamu digosipin lagi, gimana" 209
Alex menghela napas sejenak. Tadinya aku takut, kalau aku ketauan dekat sama cewek bakalan nggak bagus buat karierku. Tapi sekarang aku nggak peduli lagi. Lebih baik media tau bahwa kita saling kenal, daripada mereka salah paham, bikin gosip aku pacaran sama Alicia.
Aku terdiam sejenak. Alex barusan bilang apa" Aku merasa lebih nyaman kalau sama kamu, Mel. Kamu nggak keberatan kan, kalau hubungan kita lebih dari sekadar teman"
Lidahku kelu. Tubuhku panas-dingin. Pertanyaan Alex membuatku terharu. Aku tersenyum dan mengangguk.
Alex menatapku hangat. Omong-omong, kamu bawa apa sih"
Aku mengeluarkan lunch box pink milikku yang sedari tadi kutaruh di dalam tas. Kamu suka sushi bakso" tanyaku.
Alex mengangguk. Kali ini buatan kamu, kan" tanya Alex.
Kali ini aku yang mengangguk.
210 H UBUNGANKU dengan Alex semakin dekat setelah malam itu. Asyik juga kencan dengan dia. Walaupun udah jadi idola, cowok itu rendah hati dan penuh perhatian. Pokoknya, saat kencan denganku, Alex selalu bersikap manis dan sama sekali nggak ada kesan bahwa dia idola yang sangat terkenal.
Yah, harus kuakui juga bahwa kadang-kadang kencan kami tercium oleh pers yang langsung memfoto kami berdua tanpa ampun. Tapi menurutku ini hal yang wajar terjadi kalau kita berpacaran dengan artis. Malah lama-kelamaan aku jadi terbiasa dengan publisitas ini.
Buktinya malam ini, saat Alex akan diwawancarai oleh TV8 untuk promo album Alex, My Idol , diamdiam aku merasakan gelombang antusias yang menyerbuku. Oke. Aku ngaku deh. Sebenarnya aku sedikit berharap diajak oleh Alex untuk diwawancara
211 juga. Aku kan pengin juga masuk TV bersama idolaku.
Yah, siapa tahu" * * * Akhirnya Alexander Julio mau buka mulut mengenai kedekatannya dengan seorang gadis. Gadis misterius yang beruntung itu bernama Meliana Ikasia, siswi sebuah SMA swasta di Jakarta Barat.
Meliana pertama kali tampil di depan publik bersama Alex di acara pentas seni di sekolahnya. Ricek Gosip yang meliput acara itu mulai curiga karena Alex langsung mengenal Meliana. Akhirnya, setelah beberapa kali sulit ditemui, Alex mengakuinya. Kami memang sedang dekat, katanya. Lalu, saat ditanya mengenai kedekatannya dengan gadis lain yang sempat digosipkan bersamanya, Alex buru-buru menepisnya. Antara saya dan Alicia sama sekali nggak ada apa-apa. Kami hanya teman biasa. Saat ini saya sedang jatuh cinta dengan Mel. Dia gadis baik yang lucu. Bersamanya, hari-hari saya selalu ceria.
Alex mengakui gadis pujaannya ini sangat sesuai dengan kriteria gadis idamannya. Dia sangat natural dan romantis. Dia berusaha membuat sushi karena tahu saya suka sushi. Walaupun sushinya aneh, saya menikmatinya. Rasanya enak. Dan yang penting, itu tanda cintanya pada saya, kata Alex sambil tersenyum bahagia.
Stop Press: Alexander Julio Punya Pacar Jakarta, Ricek Gosip
Jossie Karaniya lahir di Jakarta tanggal 23 Februari. Kata orang, Jossie adalah cewek nekat, soalnya berani mencantumkan Penulis sebagai pekerjaannya.
Moshi-Moshi merupakan novel pertamanya. Tapi sumpah deh, Jossie nggak pernah punya impian mulukmuluk untuk ketemu bintang idolanya, apalagi kencan bareng. Betul, sumpah! (tapi nulisnya sambil nyilangin dua jari di belakang punggung).
Kalau kamu-kamu mau kontak Jossie, kirim aja e-mail ke: jossie_karaniya@yahoo.com
Tentang Penulis Bagi Meliana, Alexander Julio itu segalanya. Cowok idolanya banget deh! Bahkan Mel suka ngebayangin seandainya dia bisa kencan bareng cowok itu. Aneh nggak sih" Ah, ngelamunin bintang idola kan biasa, ya" Nah, yang nggak biasa adalah kalau lamunan itu akhirnya jadi kenyataan.
Berkat perjuangan kakaknya, Mel berhasil mendapatkan voucher makan malam romantis bareng Alexander Julio. Asyik banget, kan" Tapi ada masalah kecil yang mengganjal. Acara makan malamnya bertepatan dengan satu tahun jadian Mel dan pacarnya, Thomas!
Jelas Mel jadi pusing berat.
Dalam Lorong Pencoleng 3 Si Tolol 6 Perhitungan Terakhir Bagi Nyi Peri Pedang Golok Yang Menggetarkan 1

Cari Blog Ini