Ceritasilat Novel Online

Negeri Van Orange 1

Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat Bagian 1


Prolog Di Rotterdam TITUIT! bunyi SMS masuk. Banjar meliriknya.
Duh, kenapa SMS ini mesti lo kirim sekarang, siiiiiih"
Tanpa pikir panjang, Banjar langsung mematikan rokok keretek yang baru diisapnya empat kali, perbuatan yang biasanya diharamkan di tengah kelangkaan stok keretek. Ia pun loncat meninggalkan meja kafe yang di atasnya masih terdapat secangkir koffie verkeerd 1 yang mengepul, menggoda, memikat, minta diseruput! Digamitnya lengan pelayan terdekat sambil mengeluarkan selembar uang kertas berhiaskan angka lima dari dompet.
Mijn excuse, dame 2 ! This is for table three. Keep the change!
Banjar menyodorkan lembaran itu dengan terburu-buru sambil berjalan cepat menuju pintu. Maar, Meneer! Sir! Come back! What is this" Tapi, Banjar sudah tak lagi dapat mendengar. Pelayan itu memandang dengan bingung pemuda yang berlari tunggang langgang meninggalkan kafe.
~1~ Dengan umpatan halus, sang waiter mengantongi selembar lima puluh ribu rupiah dalam genggamannya.
Di Utrecht Minuman keras, MIRAS! Apa pun nama ... muuu ... tak akan kusentuh lagi dan tak akan ....
Oops, sorry! bergegas Daus mengangkat HP polyphonic sumbang miliknya, berusaha menghentikan lolongan keras Rhoma Irama yang memecah keheningan romantis dalam kafe.
Saking terburu-burunya, Daus sampai menumpahkan segelas chardonnay ke atas meja. Note to self: cepat ganti nada dering dangdut ini!
Halo" Daus menerima telepon sembari terheranheran.
Gue udah OTW! Lo udah sampe mana" terdengar suara Banjar terengah-engah, bersaing keras dengan backing vocal lolongan angin yang menderu. Pasti sambil naik sepeda.
Di jalan mau ke mana"
Oncol-oncol bego! Udah baca SMS, belum, lo" SMS apaan" Buru-buru mau ke mana, sih" Cek HP lo, Col! Kita tunggu di sana. Buruan! Dan, sambungan itu terputus.
~2~ Daus mengumpat pelan. Sudah telepon merusak kencan, pakai acara marah-marah pula!
What s that all about, Daus" Something wrong" tanya Selisha, gadis manis asal Armenia sambil merefill kembali gelas anggur yang tadi tumpah.
No, nothing s wrong, balas Daus sambil membuka inbox SMS. Everything s fi....
.... Masya Allaaah! Pegimane, nih" Daus berdiri tergesa.
Damn. Wine tumpah kembali.
Emang nasib gueee nggak boleh minum alkohoool! Selisha, I have to go.
What" What s wrong"
I can t explain it now. I m really sorry, I gotta run! Daus cepat-cepat berlari menuju parkiran sepeda. Bahkan, sampai lupa cupika-cupiki tiga kali seperti yang biasa ia lakukan dengan teman-teman wanitanya di Belanda.
Di Wageningen Wicak tersentak. Agak bingung kalau menerima SMS dalam situasi ini.
Saat itu ia berada di perpustakaan. Sedang beramah tamah dengan seorang profesor yang berpapasan
~3~ dengannya saat ia mengurus administrasi pengembalian buku. Mau dibaca ribet, bisa dianggap tidak sopan; nggak dibaca, penasaran!
Akhirnya, curiosity killed the cat, meski membunuh kucing diharamkan oleh agama. Wicak membuka inbox, saat sang Profesor menoleh menyapa rekannya yang lewat dan ....
KUNYIT!!! Kunaon si Eneng teh"
Wat zeg je, Wicak" 3 Koo nyee" sahut sang Profesor. Er, ehm ... kunyit is errr ... turmeric, Sir. Ehmm ... a rare specimen from Indonesia! You know, for biodiversity research. I ... uh ... received a package of ehm ... kunyit. I have to pick it up now at the ... uh ... post office.
Profesor berambut gondrong sebahu itu mengangguk dengan penuh empati.
Oh, yes, yes, anything for science! Go ahead! Tanpa basa-basi lagi, Wicak langsung balik kanan ngeloyor keluar gedung. Anything for science and si Eneng! pikir Wicak seraya bergegas membuka gembok sepeda.
Perjalanan masih panjang ke stasiun kereta. Untungnya pada musim panas seperti ini, angin sudah tak lagi bertiup kencang menghambat perjalanan. Pada musim gugur, sering kali sepeda Raleigh ten speed super-ringan milik Wicak berubah
~4~ jadi seberat becak berpenumpang beruang kutub!
Akan tetapi, hari ini, di tengah siang bolong hari yang cerah di Wageningen, Wicak menggenjot sepedanya sekuat tenaga, berburu dengan waktu. Di Den Haag
Delivered. Delivered. Delivered.
SMS S.O.S telah dilayangkan kepada tiga orang yang paling ia percaya di tanah kompeni ini. Ia tak berani menelepon, takut membuang pulsa sia-sia, sementara yang terdengar di seberang sana hanyalah sesenggukan incoherent seorang perempuan patah hati.
Lintang menatap langit di atas garis Pantai Scheveningen yang bersemu merah, jingga, ungu. Sunset sempurna dengan suasana hati yang sangat tidak sempurna. Seumur hidupnya, Lintang bukan termasuk golongan orang yang religius. Tetapi, dalam gundah, kali ini Lintang mengiba dengan tulus.
Ya, Tuhan, bisiknya pada langit.
Tuhan Yang Maha Pemurah, Tuhan Yang Maha Mengerti.
Lintang tahu, akhir-akhir ini Lintang masih nakal. Shalat bolong-bolong. Jarang berbagi rezeki. Cuma
~5~ traktir teman-teman sekali waktu dapat gaji pertama, itu juga habisnya buat beli Witte Wickse 4 . [Oh, ya, dan masih bandel coba-coba minum! catat Lintang dalam hati.] Lintang juga anak durhaka, udah beli pulsa telepon pake VOIP 5 , nelepon Mama-Papa di Indonesia cuma kalau ada perlunya.
Tapi, Tuhan, kalau Engkau memang Maha Pemaaf dan Maha Penyayang, tolong percepat langkah ketiga sahabat Lintang ke sini. I ve never needed them more than I do now ....
Lintang kembali tertunduk dan pasrah membiarkan hujan air matanya mengalir.
1 Istilah Belanda untuk caffe latte, atau menurut versi keren, kopi
susu. 2 Mohon maaf, Nona. 3 Apa katamu, Wicak" 4 Bir putih lokal di Belanda.
5 Voice Over Internet Protocol: menelepon via internet dengan hitungan pulsa yang jauh lebih hemat dibandingkan fixed line (telepon biasa) walau kejernihan sambungan acap kali bergantung pada amal ibadah sang penelepon.
~6~ Amersfoort Dames en heren. 1 Sebuah pengumuman berbahasa Belanda membahana mengisi stasiun kereta.
Akibat cuaca buruk, semua kereta ditunda keberangkatannya sampai pemberitahuan lebih lanjut. Harap menghubungi meja informasi untuk keterangan lebih lanjut. Onze excuses voor het ongemak. 2
Monyet, bekantan, orang utan, beruk! Gagal, deh, gue dapat kerjaan di Utrecht!
Di tengah badai seperti ini, Banjar kerap jadi melankolis, dan nama kawan-kawannya tanpa sadar bermunculan.
Banjar menekuk mukanya dengan kesal. Baginya, falsafah time is money sudah mendarah daging. Jadi, kehilangan kesempatan wawancara kerja hanya karena sebuah badai angin topan yang membuat badai Katrina terlihat setenang embusan AC memang menyebalkan. Namun, yang membuat mukanya bertekuk lebih ruwet daripada origami bukan karena hilang waktu, melainkan karena .... Huaaah ... keretek gue abiiiiiiis!
~7~ Ia menatap kotak keretek kosong itu penuh harap, seolah sinar mata dan tetesan air liur bisa memunculkan sebatang rokok dengan ajaib bagaikan jin dalam botol. Banjar kembali mengutuk keputusannya telah mengambil rute Amersfoort.
Coba tadi gue ganti kereta di Bandara Schiphol aja, kan, nggak bakal begini jadinya! Paling sial gue kejebak di Schiphol atau Amsterdam Centraal yang besar, nyaman, dan banyak tokonya! gerutu Banjar dalam hati.
Lah di Amersfoort" Cuma ada satu stan penjual kopi yang antreannya mirip pembagian jatah kurban di Istiqlal. Mana gue curiga si penjaga stan itu pasti pake kumis tempelan!
Hmmm. Oke, mungkin itu sedikit hiperbol. Kumisnya boleh jadi asli, tapi gue yakin belahan rambut itu nggak wajar. Jangan-jangan dia pakai wig! Wignya pasti buatan Purbalingga!
Gue butuh keretek, nih, kalau nggak, bisa gilaaa! teriak alam bawah sadar Banjar yang, kok, ya, kompak dengan mulutnya.
Dari kerumunan orang berambut blonde, brunette, dan redhead, tiba-tiba muncul seorang pemuda berkulit gelap, berambut hitam kriwil, berperawakan tinggi cungkring, dan berwajah Melayu.
~8~ Teriak-teriak, malu-maluin bangsa, Kang. Abdi aya tingwe 3 kalau mau, seru pemuda yang tiba-tiba muncul bagai malaikat 4 , sembari menyodorkan bungkusan kecil berwarna biru berisi tembakau dan kertas lintingan.
Wah, makasih! Dari Indonesia juga" tanya Banjar sambil memungut segepok besar tembakau, lalu mulai melinting seukuran cerutu.
Nggak, gue mah orang Islandia yang kebetulan tinggal lama di Bogor.
?"" Ya iyalah, orang Indonesia! Emangnya tampang gue kurang Indonesia, apa" Eh, jangan-jangan gue punya tampang kayak orang Viking, ya" Emang, sih, dari dulu udah ngerasa kalau hidung ini mancungnya emang beda. Kayak bule, gitu. ....
Oh ya, belum kenalan. Wicak. Ngomongngomong, nggak salah tuh, Kang" Bikin lintingan gede pisan" kata Wicak sembari mengulurkan tangannya dengan ramah.
Banjar, jawab Banjar sambil menarik jari keluar dari hidung, tak kalah ramah.
Kedua insan itu bersiap menikmati rokok linting mereka, hingga tersadarkan akan sebuah detail
~9~ esensial. Pinjam lighter, dong. ....
.... Waduh, maap ... nggak punya, euy! Yah, sama, dong ....
Keduanya mulai celingak-celinguk mencari cewek pemilik lighter yang kira-kira nggak rugi buat sekalian diajak kenalan. Bagi mereka, nggak punya korek justru handicap positif untuk berkenalan dengan perempuan!
Termasuk golongan umat manusia pencinta rokok" Selamat! Kita baru saja memasuki fasilitas rehabilitasi rokok paling besar dan mahal di dunia yang bernama: EROPA. Berikut beberapa kiat merokok di Belanda yang mungkin berguna!
1. Bawalah minimal 1 slop rokok untuk masa transisi selama sebulan pertama. Bagaimanapun, Anda perlu waktu untuk dapat menerima dengan ikhlas mahalnya harga rokok di Eropa, selain keberadaan keretek yang nyaris nihil.
2. Merokok di sarana publik, termasuk gedung, stasiun, dan kendaraan umum, adalah perbuatan yang melanggar hukum dan bisa dikenai denda. Per 1 Juli 2008, semua bar, restoran, dan kafe juga
~10~ dikenai aturan ini. Para pencinta rokok seantero Belanda tetap berharap cemas agar kebijakan tersebut dapat ditinjau ulang.
3. Beberapa apartemen mahasiswa mensyaratkan penyewanya harus menyetujui aturan dilarang merokok di dalam kamar. Jadi, sebelum menyewa kamar, perjelas dulu orientasi Anda terhadap rokok. Tahan untuk tidak merokok di kamar"
4. Sebagai pengecualian, selain di udara terbuka, beberapa sarana publik dengan ruang khusus juga membebaskan kita untuk merokok. Tempat khusus ini berupa tiang tinggi silindris dengan gambar rokok yang tidak dicoret. Anda masih boleh merokok dalam radius sekitar tiga meteran dari tiang tersebut.
5. Cari teman sebanyak-banyaknya! Tentunya yang dimaksud adalah teman Indonesia yang sering pulang-pergi ke Tanah Air. Untuk apa" Jelas untuk titip rokok! Spesies langka ini biasanya berupa para mahasiswa S-3 atau post-doctoral yang ditakdirkan sering pulang ke Indonesia untuk keperluan riset. 6. Kalau pinjam lighter ke bule atau di restoran, kadang suka dikasih gratis. Penulis mampu bertahan hingga setahun penuh tanpa sekali pun perlu membeli lighter.
7. Merupakan lesser known fact, bahwa di beberapa toko Asia di kota-kota besar Belanda, rokok keretek dijual under the counter. Pesan moral: malu bertanya, rugi aja lo.
~11~ Out of the blue, muncul sebuah suara tenor. Atau mungkin alto. Yang jelas, cempreng.
Alhamdulillaaaaaah ... ada juga orang Indonesia pas lagi blangsak begini! Lidah gue dah pegel linu ngoceh bahasa Enggris sedari tadi!
Kedua pemuda itu saling berpandangan dan nyengir bareng. Setelah berbasa-basi sebentar, serentak keduanya menerima lebar ucapan perkenalan dari si pemilik suara, yang dengan hebatnya ternyata memiliki dua korek api gas di dalam tasnya, tanpa sedikit pun tembakau di situ. Tak lama, ketiganya pun bersama-sama menyalakan rokok linting hasil hibah dari Wicak.
Makasih ya, Mas .... Daus. Kagak usah pake mas-masan. Kagak pantes.
Oke. Thanks, Daus. Mereka menikmati rokok dalam diam.
Di tengah kekhusyukan merokok, terdengar sebuah suara bas. Dari nadanya sepertinya sedang bertengkar. Suaranya terdengar memohon dan sedikit tegang. At least, kedengarannya begitu, karena mereka bertiga belum mampu memahami
~12~ Nederlands yang fasih meluncur dari mulutnya. Mereka mencuri pandang ke arah si cowok misterius, terpancing rasa penasaran.
Sambil mengamati, ketiganya mengutuk kegantengan si cowok misterius. Nurunin pasaran cowok-cowok di sini aja, pikir mereka dalam hati. Seolah setiap perempuan single yang terjebak di tengah badai di stasiun kereta secara otomatis akan mencari cowok paling ganteng untuk menyegarkan pemandangan (padahal emang). Kayaknya orang Belanda blasteran, ya" Dari warna rambut dan matanya yang gelap tersirat imbas gen Asia. Terdengar cowok itu sedang memohon melalui telepon selulernya.
Schaatje, alsjeblief ...! Wat zeg je" Nee, lieverd. Ik kan niet .... Halo" Halo"
Pembicaraan itu terputus, dan cowok itu pun mengumpat. Verdomme!
Ia menutup HP, kemudian terlihat sibuk merogoh tas ransel miliknya. Tampaknya ia sedang mencari sesuatu.
Cres. Terdengar suara gemeretak diikuti aroma khas yang baunya acap dibenci mayoritas kaum bule. Bau yang berasal dari rempah harum bernama kruidnagel.
~13~ Rempah yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi clove, dan dalam bahasa pergaulan sehari-hari taipan Putera Sampoerna menjadi cengkih.
Hmmmmmm .... Waaah itu kan, bau .... KERETEK!!!
Tanpa disangka, si cowok misterius menoleh ke arah sumber suara-suara mupeng, alias muka pengamat.
Keretek, Mas" Sebenarnya saya nggak ngerokok, tapi berhubung badai begini ... lumayanlah buat bikin badan anget.
Cowok itu dengan ramah menyodorkan sekotak rokok keretek yang masih penuh.
Silakan, lho. Banjar, Wicak, dan Daus hampir berlutut bahagia, tapi dalam hati mereka mengutuki nasib. Yah, orang Indonesia juga.
Sialan, ganteng amat sih, jadi orang Indonesia. Makin turun, dah, pasaran gue.
Tapi, kalau cowok perokok keretek diberi pilihan antara gengsi dan menelan gengsi demi kesempatan mendapat rokok keretek di tengah hujan badai, tentunya itu bukan pilihan sulit.
~14~ Makasih, yah ... sorry ... siapa tadi namanya" Geri. Ambil lagi juga nggak apa-apa. Ini baru aja dibawain teman dari Indonesia.
Wah, Ger. Thanks banget! seru Banjar semringah.
Rokok linting segera pensiun diganti dengan rokok keretek pemberian Geri.
Sialan .... Sedep, euy .... Subhanallah ....
Keempatnya pun tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Tiba-tiba ....
Waaaaaa dari Indonesia, yaaa"
Keempat cowok itu terkejut dan menoleh mencari sumber suara feminin nan ceria yang tiba-tiba muncul.
Seorang perempuan tinggi semampai, wajah cantik, rambut dikucir, dan suara ceria tanpa tedeng alingaling langsung datang menghampiri sambil menyodorkan tangannya.
Halo! Aku Lintang, tinggal di Leiden. Seneng banget bisa ketemu orang Indonesia di tengah badai kayak begini! Mas semua dari mana"
Banjar yang paling cepat tanggap kalau ada barang bagus jadi orang pertama yang menyambut tangan
~15~ Lintang. Iskandar. Gue di Rotterdam. ....
Lah, katanya nama ente Banjar" celetuk Daus. Oh, hehe ... iya. Panggilan, sih, Banjar. Tapi nama asli gue Iskandar.
Yeee giliran kenalan sama cewek cakep aja namanya jadi bagus, cela Daus dalam hati.
Lintang hanya mengulum senyum.
Daus, dari Utrecht. Daus gantian mengulurkan tangan.
Geri. Den Haag. Wicak. Wageningen.
Abis pada jalan dari mana, kok, bisa terdampar di Amersfoort" tanya Lintang sambil mematikan iPodnya. Dalam situasi gawat darurat lagi pula garing seperti ini, seasyik-asyiknya mendengarkan musik, jauh lebih menyenangkan punya temen ngobrol.
Hmmm. Jangankan tahu kenapa ada di sini. Gue aja masih heran kenapa gue bisa terdampar di Belanda, sahut Banjar kalem sambil terbatuk-batuk tersedak asap.
Lintang nyengir kuda. Looks like we ve got time to kill.
Dan, terjadilah sudah. Sebuah pertemuan tak
~16~ sengaja yang tanpa disadari akan membelokkan jalan hidup mereka. Berkat badai, keretek, dan takdir.
1 Ladies and gentlemen. 2 Kami minta maaf atas ketidaknyamanan ini.
3 Linting dewe, alias rokok harus melinting sendiri. Terdiri atas segumpal tembakau dan kertas papir. Di Eropa harganya jauh lebih murah ketimbang sekotak rokok filter sudah jadi. 4 Tentunya tanpa gaun putih, sayap peri, dan tongkat ajaib ... ditambah jakun & . Of course if he WAS wearing all of the above, it would have been much more interesting, no"
~17~ De Eerste [Pertama] Ulun handak ngajar ngaji aja, Bah kaina. 1
Begitu kalimat pamit itu terucap di Bandara Syamsudin Noor oleh kakak Iskandar yang hendak menimba ilmu tajwid di Kairo, Mesir. Harapan Abah untuk mewariskan bisnisnya tinggal kepada Irwansyah Iskandar seorang.
Kalau Is, begitu panggilannya di kampung, terkenal sebagai anak bawang di Banjarmasin, itu bukan karena semasa kecil kurang mendapat perhatian dan kalahan , melainkan karena Is memang besar di tengah-tengah keluarga saudagar bawang. Jaringan distribusi bawang putih dan merah yang dimiliki orangtuanya tersebar mulai dari Pasar Pal Tujuh yang kondang di Banjarmasin sampai pasar-pasar tradisional di Kuala Kapuas, Pleihari, Marabahan, hingga Tanjung.
Tatkala Is memutuskan melanjutkan pendidikannya ke sebuah institut teknik ternama di Bandung, Abah yang sudah membayangkan
~18~ keruntuhan dinasti bawang keluarga Iskandar murka bukan main. Tapi, seharusnya Abah tak perlu takut. Buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. (Walau anehnya, pameo ini tidak berlaku buat kakak Is serta jutaan atau mungkin miliaran anak lain di dunia ... lah, gimana sih yang bikin pameo"!") Talenta bisnis yang diserap Is sejak orok berbedak IP tiga pas, plus motivasi dari Tung Desem yang rajin disimak di radio setiap subuh, berkontribusi pada kelancaran karier Is. Modal itu terbukti menjadi senjata ampuhnya selama berkarier di salah satu industri rokok paling kondang di Indonesia.
Kalau kerja di sini, gue nggak perlu beli rokok lagi, ucap Is saat menjatuhkan pilihan kariernya. Visi dan misi yang patut dibanggakan. Hanya dalam tiga tahun, Is sudah menggenggam posisi marketing manager area III.
Lazimnya anak-anak muda beruntung yang kerap dipanggil eksmud , Is menikmati kesuksesan dengan penuh gaya. Gaji dan bonus besar benarbenar memanjakannya. Mainan Is paling gres adalah sedan sport berpintu dua dengan mesin biturbo, berlogo empat lingkaran yang saling berkait.
Suara audionya bagus, jawabnya lugu setiap kali ditanya kenapa rela bayar mahal demi mobil berkelir
~19~ kuning itu 2 . Ihwal keberadaan Is di Belanda bermula pada kejadian pada Januari lalu. Saat itu ia setuju untuk dengan sukarela (sukarela" oh, come on, you must be joking!) meninggalkan kemewahan duniawi yang dimilikinya. Bukan! Is bukan mau ngajar ngaji seperti kakaknya, melainkan karena ditantang Goz, sohib merangkap penasihat spiritual nonhonorer Is. Keduanya telah bersahabat sejak sama-sama harus mengulang mata kuliah Mekanika Tanah.
Is dan Goz punya potongan yang mirip. Tinggi pas 170 cm, tidak kerempeng dan tidak gembrot, wajah pun cukup komersial. Bedanya, Goz beruntung dengan warna kulitnya yang terang, sementara Is tidak. Bedak dingin, mandatory make-up bagi warga khatulistiwa yang dipakainya sejak akil balig, tidak mampu meredam efek siksa matahari ekuator yang melintas di atas Pulau Kalimantan, tempat kelahirannya.
Goz adalah makhluk yang pertama mengubah nama Is menjadi Banjar , nama panggung yang terus dipakainya hingga kini. Menurutnya, nama Is sedikit terlalu pasaran . Memang, salah satu moto hidup Goz adalah Be a freak, don t be mundane! Ia selalu mencari sesuatu yang berbeda dan lain
~20~ daripada yang lain. Terbukti semenjak berganti identitas menjadi Banjar, ia jadi lebih mudah diingat oleh temanteman sekampus dan mojang Parahyangan aduhai yang selalu jadi rebutan sesama anak ITB. Nama panggung ciptaan Goz terus membawa hoki saat memasuki dunia bisnis. Nama Banjar dengan mudah diingat rekanan bisnis maupun kalangan socialite Jakarta. Nama yang kurang lazim dan kemampuan networking yang baik membantu karier anak muda ini memelesat cepat. Goz jugalah yang mengenal betul kesukaan karibnya pada kemewahan hidup.
Alkisah, pada suatu hari Goz membuat sebuah pernyataan yang membuat kuping Banjar cukup panas.
Ah, mana tahan lo balik sekolah, Jar. Lo udah nggak bisa lagi hidup susah. Lo udah kelewat nyaman karena terlalu cepat sukses.
Statement itu sedikit menyentil persepsi identitas Banjar.
Kenapa nggak mungkin" Lo kira gue nggak mampu hidup susah" Gini-gini gue masih anak Kampung Banjar!
Goz tertawa mengejek. ~21~ Fren, gue berani tantang lo buat hidup susah setahun aja. Kalau lo rela balik jadi mahasiswa miskin di negeri orang, katakan belajar bisnis buat memajukan usaha Abah lo, atau bahkan buat ngedorong karier juga nggak apa-apa. Gue ikhlasin, deh, lo pacaran sama adik gue! Karena gue yakin lo nggak mampu!
Wah, pikir Banjar, sampai Goz berani memberi lampu hijau buat pacaran sama Gita, adiknya yang bertahun-tahun gue kejar tanpa hasil (Ya terang aja! Kakaknya nggak rela dan selalu menjegal di saat-saat kritis!), berarti dia yakin banget kalau gue bakal gagal.
Kalau begitu, tekad Banjar, gue harus membuktikan kalau gue mampu.
Buat Goz. Buat Gita. Buat Abah ... eh, buat karier. Sejak hari itu, Banjar makin kerap pulang larut dari kantornya yang memiliki pemandangan langsung ke Laut Jawa. Ia menyusun rencana matang untuk meninggalkan kemapanan hidup yang dimilikinya, kembali ke bangku kuliah dengan living cost hanya tujuh ratus euro per bulan dengan biaya sendiri, demi meraih gelar master di bidang bisnis.
Setelah melewati bermacam-macam pertimbangan, tirakat, puasa mutih, berkonsultasi dengan Ki Joko Bodo, menonton konser AFI Junior, dan akhirnya
~22~ menelepon Abah (yang harus diakui sebagai sebuah blunder karena abahnya mengira S-2 adalah umroh), pilihannya mantap berlabuh di sekolah bisnis ternama di sebuah kota pelabuhan Belanda. Kampus mentereng pilihannya memang masuk dalam jajaran dua puluh besar sekolah bisnis terbaik di dunia. Cup, tadi Bos Ahong nanya-nanya ama gue. Kayaknya dia udah curiga.
Tiba-tiba Wicak masuk ke tenda ketika Ucup sedang menghitung upah kerja mereka selama dua minggu terakhir.
Hah" Curiga gimana"
Ucup mulai terlihat pucat pasi. Ucup memang jarang mendapat surprise. Dia bahkan pernah pingsan (dan dilanjutkan menangis tersedu-sedu ... DRAMA banget, kan") pada saat teman-teman sekelasnya membawa kue bolu pada hari ulang tahunnya dulu. Ayah Ucup yang meninggal sejak ia kecil menyebabkan Ucup belum pernah sekali pun merayakan ulang tahun hingga saat itu.
Iya, dia nanya-nanya soal asal gue dan gimana hubungan gue ama Pak Wiro. Kayaknya ada yang bocorin ke Bos Ahong kalau kita emang bukan ponakannya dia.
~23~ Pak Wiro adalah pintu bagi mereka untuk memasuki kelompok ini. Wicak mengenalnya semenjak dua tahun yang lalu. Saat itu, Wicak baru kali pertama menginjak Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sebuah perkenalan yang tidak disengaja, ketika mereka sama-sama menunaikan shalat Asar di sebuah masjid kecil di pinggir jalan poros Samarinda. Perkenalan itu kemudian tumbuh menjadi persahabatan, direkatkan oleh uluran tangan Wicak yang membantu pengobatan anak Pak Wiro sewaktu sakit. Sejak itulah hubungan mereka menjadi dekat bagai saudara sampai sekarang.
Selama beberapa minggu, Wicak tinggal di Kota Tanjung Redep dan sesekali mengunjungi Pak Wiro di Kampung Long Dongi yang membutuhkan waktu lima jam perjalanan darat. Selanjutnya, kedatangan Wicak dianggap sebagai kunjungan silaturahmi antara seorang keponakan dan paman.
Wicak sendiri tidak pernah mengatakan identitas aslinya kepada Pak Wiro. Ia hanya mengaku sebagai seorang perantau yang hendak mencari pekerjaan di Kabupaten Berau. Kantornya, sebuah LSM internasional yang memiliki ketertarikan khusus terhadap isu illegal logging, menugaskannya untuk bekerja undercover. Wicak, dengan idealisme dan latar
~24~ belakang pendidikannya, terpilih menjalankan program ini mulai dari pencarian data sekunder sampai mencari bukti empiris di lapangan.
Pucuk dicinta ulam tiba, Kampung Long Dongi adalah salah satu pusat kegiatan pembalakan hutan liar di Kabupaten Berau. Atas bantuan Pak Wiro, ia dan Ucup, teman sekantor sekaligus sahabatnya semenjak SMA, berhasil menyusup dengan kedok sebagai penarik kayu. Kulit mereka yang hitam, wajah yang sedikit kumal, dan rambut yang gondrong ikal membuat penyamaran mereka semakin sempurna. Selama dua minggu mereka rutin mencatat data jumlah kayu yang dijual kepada para penadah.
Tiba-tiba, sesosok tubuh kecil menyeruak ke dalam tenda mereka. Viktor, anak Yu Nah sang juru masak, memberikan isyarat untuk diam.
Bang, saya nggak tahu Abang-Abang ini siapa. Tapi, selama ini Abang-Abang ini begitu baiknya sama saya ... jadi ....
Ada apa, Tor" tanya Ucup dengan khawatir. Tadi saya mencuntan dengar pembicaraan Bos Ahong dengan Bang Syahril. Kata mereka, Abang berdua itu mata-mata. Kalau itu benar, mereka akan ... bunuh ... Abang berdua. Matanya menatap
~25~ Wicak dan Ucup bergantian.
Saya nggak mau Abang mati .... Dalam keremangan lampu petromaks, mereka melihat mata Viktor mulai berkaca-kaca.
Berita ini tidak mengejutkan Wicak. Cepat atau lambat, mereka pasti ketahuan. Dengan sigap ia meminta Ucup bersiap-siap dan mengumpulkan semua baju mereka.
Terima kasih banyak, Tor. Sampaikan salam kami buat Yu Nah, ya. Oh, ya ... ingat, suatu saat kamu harus sekolah! Jangan terus-terusan ikut ngebalak 3 , ya" Wicak mengusap rambut anak umur sepuluh tahun itu dengan rasa sayang. Ia sudah menganggap Viktor sebagai adiknya.
Malam itu, dua orang sahabat berlari menuju jalan raya terdekat, menembus hutan Kalimantan yang pekat dan tak bersahabat. Untunglah, mereka sudah menandai dan menghafal semua jalan setapak, mengantisipasi pelarian seperti ini. Dalam pelarian, hati Wicak miris mengingat Pak Wiro di kampung. Ia berjanji suatu hari nanti akan kembali, memberi penjelasan untuk semua ini.
Wicak Adi Gumelar, anak Banten asli, keturunan bangsawan Banten yang juga pengusaha karet yang pernah sukses. Sejak usaha ayahnya bangkrut karena
~26~ ditipu kolega bisnis, semua tanah dan harta kekayaan keluarga besar Adi Gumelar habis disita bank. Shock melihat bisnis keluarganya hancur seketika, ayah Wicak menderita stroke berat. Semenjak itulah Wicak, yang saat itu baru lulus SMA, turut membantu ibunya menjadi tulang punggung keluarga dan belajar hidup pas-pasan.
Wicak mewarisi kegemaran pada dunia kehutanan dan lingkungan dari sang bapak. Semenjak remaja ia kerap menghabiskan waktunya di tengah-tengah penghuni Kampung Badui Luar. Saking seringnya berkunjung, para penduduk bahkan telah menganggap Wicak seperti warga mereka sendiri. Semasa SMA, Wicak belajar bahwa menghabiskan malam Minggu di Kampung Badui Luar terdengar jauh lebih macho ketimbang malam Minggu sendirian karena gue nggak pernah nggak jomblo .
Sebenarnya, Wicak punya alasan valid kenapa ia setia menjomblo. Alasan itu bernama Siti Rosmah, nama yang paling sering ditulisnya dengan huruf sambung berdampingan dengan namanya sendiri di buku bergaris tiga sejak mereka di sekolah dasar. Gadis manis berwajah tirus, mata kucing, kulit kuning langsat, dan rambut sepunggung. Siti Rosmah, yang selalu menampakkan lesung pipit saat
~27~ tersenyum, adalah murid favorit para guru dan sesama teman karena pribadinya yang ramah dan pembawaannya yang santun.
Masih segar dalam ingatan Wicak, hari ketika ia akhirnya memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Siti Rosmah, setelah seumur-umur hanya berani mengaguminya dari kejauhan. Hari itu adalah hari sekolah terakhir sebelum EBTANAS di SMP Negeri 1 Rangkasbitung. Seperti berpuluh teman kelasnya yang lain, Wicak turut dalam rombongan peminjam buku catatan Siti Rosmah yang terkenal rapi. Wicak memastikan diri menjadi peminjam anonymous terakhir. Dengan tulisan sambung yang paling indah, Wicak menoreh segenap rasa dengan pensil biru 2B, yang khusus disiapkan untuk ulangan umum, di halaman terakhir buku catatan gadis pujaannya. Buku itu kemudian dikembalikan ke laci meja Siti Rosmah dengan hati-hati.
Dengan dada berdegup kencang Wicak menunggu Siti Rosmah kembali ke mejanya dan membuka buku catatan. Akhirnya, saat yang dinantikan datang juga.
SIAPA YANG CORAT-CORET BUKU CATATAN AKKKUUU!!!
NGGAK PUNYA KERTAS SENDIRI, YA,
~28~ BUAT NGARANG SURAT CINTA!!!
Pada saat itulah Wicak menyadari sebuah detail yang krusial. Ia tidak hanya lupa mencantumkan nama kepada siapa surat cinta itu ditujukan, tapi juga nama pengirim! Saat Siti Rosmah merobek halaman terakhir buku catatan itu dan membuangnya ke tempat sampah, Wicak hanya mampu membisu.
Selesai EBTANAS, Siti Rosmah tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di sekolah. Orangtuanya menikahkannya dengan juragan beras kampung sebelah. Jadilah pendidikan Siti Rosmah tamat hanya sampai kelas 3 SMP. Namun, hingga kini, belum ada gadis yang dapat menandingi kesempurnaan Siti Rosmah di mata Wicak.
Selesai menunaikan beasiswa di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Wicak mengambil jalan berbeda dari teman-temannya yang lebih memilih mendulang intan di perusahaan HPH yang terkenal basah . Idealisme Wicak mendorongnya untuk berkarier di jalur LSM kehutanan. Upayanya menyelidiki jalur illegal logging di Indonesia membuat Wicak acap kali berbenturan dengan kepentingan penguasa, pengusaha, dan cukong-cukong kayu lainnya.
Kasus illegal logging yang hampir membuat ia dan
~29~ Ucup terbunuh ternyata menyeretnya pada kepentingan politik beberapa pejabat teras penting di tingkat daerah maupun nasional. Kantor Wicak yang memiliki sumber dana berlimpah berusaha menyelamatkan Wicak dari jeratan politik kotor dalam negeri, termasuk menghilangkan semua bukti kegiatan Wicak selama di Kalimantan. Wicak pun diekstradisi ke kantor pusat mereka di Belanda, dengan kedok mengambil S-2 4 .
Kejadian itu memberikan kesempatan emas bagi Wicak untuk menjadi mahasiswa research master di Universitas Wageningen, Belanda. Atau, dengan kata lain, upayanya untuk menyelamatkan negeri malah memberinya kesempatan untuk menambah ilmu di luar negeri. Itulah berkah tersembunyi di balik sepak terjangnya di dalam negeri yang membuat gerah para pejabat yang seharusnya membangun negeri.
Ya, hidup Wicak memang penuh ironi. Firdaus Gojali Muthoyib bin Satiri, putra Betawi asli dari Jakarta. Seumur hidupnya tinggal di Gang Haji Sanip, Kelurahan Prumpung, Cipinang. Orangtuanya PNS golongan II di Pasar Enjo, Cipinang.
Sejak kecil, Daus adalah cucu kesayangan kakeknya,
~30~ Engkong Ca a, seorang juragan mikrolet. Walau semasa kecil tak pernah punya kotak penuh mobilmobilan Tamiya atau uang saku yang cukup untuk traktir jajan cireng satu sekolahan, Engkong selalu memberi kemewahan intelektual. Ia satu-satunya cucu yang mengenyam bangku TK sebelum masuk SD. Sementara anak-anak SD lain pergi ke taman bacaan, Daus cilik mengoleksi komik Tatang S. hingga novel Enid Blyton.
Daus muda yang tergila-gila pada novel John Grisham bercita-cita ingin menjadi pengacara litigasi 5 . Kalau masalah silat lidah, pikir Daus, tentu putra asli Ibu Kota takkan kalah dengan pengacara tanah Tapanuli yang kerap muncul di TV. Bukankah Betawi juga terkenal mahir adu pantun" Berbekal mimpi itu, Daus tembus UMPTN. Fakultas Hukum UI adalah pilihannya.
Akan tetapi, menjelang hari kelulusan cucu tersayang, Kong Ca a menentang cita-cita Daus untuk jadi pengacara. Si Engkong takut dosa.
Shalat lo aje masih bolong-bolong, mending lo cari makan jangan yang nambah dosa, deh. Kala itu, Daus hanya manggut-manggut tanpa berani menentang Engkong yang sangat dihormatinya. Daus lalu mencari cita-cita baru. Terinspirasi serial
~31~ TV West Wing karya Aaron Sorkin yang bercerita seputar kehidupan staf kepresidenan Amerika Serikat, dengan optimis Daus berupaya menggapai asa baru, menjadi juru bicara kepresidenan, menggantikan Wimar Witoelar.
Hingga tiba-tiba, suatu hari lima bulan setelah lulus, Engkong Ca a dikejutkan oleh sebuah kabar gembira.
Kong, Daus mau kerja di Departemen Agama aje.
Engkong yang sudah sakit-sakitan mengangguk setuju. Pikiran si engkong yang sederhana itu hanyalah, Daus beserta bapak-ibunya bisa naik haji gratis. Hidupnya mulia dan mendapat banyak pahala. Seandainya Engkong tahu alasan sesungguhnya Daus masuk Departemen Agama, pasti Engkong akan mencerca lebih sinis daripada Almarhum Bang Ben kalau lagi ngelenong.
Alasan itu bernama Farah, gadis cantik blasteran Arab asal Tanah Abang lulusan IAIN yang ditemuinya di angkot. Daus rela hujan-hujan mengantar Farah mengambil formulir ujian PNS Departemen Agama, ikut daftar dan ujian bareng, sampai lulus bareng! Benar sekali ucapan Sartre yang mengatakan bahwa manusia itu dikutuk terus~32~ menerus untuk membuat pilihan demi pilihan dalam hidup. Daus membuat blunder dengan masuk Depag hanya karena terpikat bujuk rayu seorang wanita, yang tak lama kemudian meninggalkannya untuk kawin dengan seorang kasubdit departemen sebelah. Keputusan ini adalah awal dari Firdaus Muthoyib, S.H. menjadi seorang PNS golongan IIIa Departemen Agama; menjadi mediocre government ambtenaar, tenggelam di balik kompleksnya birokrasi.
Demi menunjang cita-citanya, Daus memilih menjadi staf Direktorat Jenderal Bina Masyarakat Islam. Menurutnya, inilah tempat mengasah kemampuan berkomunikasi yang akan berguna jika kelak mengabdi sebagai jubir presiden. Daus optimis, suatu hari nanti cita-citanya itu pasti bisa tercapai.
Yang sering tidak diketahui orang lain, Daus tidaklah sesoleh yang dikira. Ia hanya hafal doa-doa sapu jagat untuk memimpin doa. Ia juga kurang yakin dirinya NU atau Muhammadiyah karena lupa tanya sama guru ngaji semasa madrasah dulu. Kadang ia merasa Islam liberal ala Utan Kayu meski bahaya juga kalau ngaku gitu. PNS juga manusia adalah lagu favorit yang sering dilantunkannya.
~33~ Meski demikian, Daus tetap memegang teguh prinsip engkongnya, untuk selalu cari makan dengan jalan halal. Daus kebetulan pernah kursus audio. Keterampilan ini membuatnya sering dapat side job menjadi audioman kendurian dan konser dangdut di kelurahan. Skill inilah yang digunakannya untuk membiayai kuliah hingga lulus ujian profesi advokat 6 .
Gue baru balik ambil master di Inggris. Sekarang, ya, balik lagi sibuk di kantor.
Buanyak bener kerjaan, gile, klien lagi nuntut macem-macem neh, sekarang, merger, IPO, bla bla bla ....
Daus menguping pembicaraan sekitar, yang sesuai perkiraannya, lazim terdengar di acara reuni tahunan Fakultas Hukum UI, yaitu seputar permainan Lihat-nih-gue-sukses-berat-nggak-malu-maluinalmamater! .
Lo kerja di mana sekarang, Us"
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Sally, mantan pacar yang kini menjadi in-house lawyer salah satu multinational company. Suami Sally yang juga mantan seniornya, Bryan, berprofesi sebagai corporate lawyer di sebuah lawfirm top Jakarta, seperti kebanyakan teman-temannya yang lain. Ada juga satu-dua yang
~34~ jadi dosen atau aktivis LSM, tapi tak banyak yang melenceng dari dunia hukum.
Nostalgia Daus tentang Sally yang dulu membonceng mesra di jok belakang motornya buyar saat melihat Bryan datang menggandeng seorang anak kecil yang lucu.


Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Damn! That should have been my baby! pikir Daus penuh sesal sambil kembali melirik Sally yang makin cantik.
Daus mengalihkan pandangan mata ke mangkuk soto yang sedang dipegangnya saat menjawab pertanyaan Sally.
Departemen Agama. .... Uhm, Departemen Agama" Divisi Hukum" kata seorang kawan lain yang tidak begitu yakin seorang Daus memilih karier di Departemen Agama.
Nggak, gue staf di Direktorat Bina Masyarakat. Gue ambil minum dulu, ye, bentar. Daus ngeloyor hendak mengambil minum.
Daus pun menghindari Sally hingga akhir acara. Saat bersiap pulang, Daus menstarter motor butut yang dulu pernah sukses membonceng Sally. Sementara di kejauhan, Sally terlihat memasuki sebuah Toyota Alphard bersama anak dan suaminya.
~35~ Reuni tahunan almamater, seperti biasa, membuat Daus stres. Ini semakin menguatkan tekadnya untuk mencari beasiswa master di luar negeri. Pada suatu hari, kesempatan itu datang berbentuk beasiswa S-2 StuNed (Studeren in Nederlands). Pada saat kebanyakan PNS Depag lebih suka ditawari naik haji gratis atau kuliah ke Al-Azhar Kairo untuk mempercepat jenjang karier, Daus menang mutlak dalam seleksi beasiswa StuNed karena tidak ada seorang pun karyawan Depag lain yang cukup nekat untuk melamar. Ia merasa inilah tiketnya. One way ticket to heaven. Dia tak ragu memilih program Human Rights Law di Utrecht, meski menurut salah seorang rekan kerja yang radikal garis keras, itu jurusan bentukan Yahudi-Zionis-Barat. Daus yang paham betul misi mulia hak asasi manusia tentu tidak menggubris tudingan tidak berdasar itu.
Saudara Firdaus, profesi Anda sebagai Humas Pembinaan Islam di Departemen Agama sangat krusial, apalagi ketika berhubungan dengan pesantren dan isu tudingan terorisme. Kami setuju, memang perlu staf Departemen Agama diberi bekal pemahaman lebih lanjut akan hukum hak asasi manusia internasional. Demikian kesimpulan dari ketua panel penguji program beasiswa StuNed.
~36~ Engkong Ca a mengembuskan napas terakhir dengan damai saat Daus membisiki telah mendapat beasiswa ke luar negeri. Hanya saja, Daus tidak berani bilang kepada engkongnya, seorang veteran pejuang 45, kalau ia akan menuntut ilmu di negeri kompeni. Biarlah Engkong berasumsi Daus akan bersekolah di Tiongkok sebagaimana sabda Rasul. Berape pasnye, Bang"
Tiga setengah juta, deh, kagak bisa lebih! sahut si pedagang setelah negosiasi panjang yang melelahkan di bawah pohon jambu. Mereka lalu bersalaman.
Daus rela melepas motor bututnya demi menambah uang saku pergi ke Belanda. Maklum, beasiswanya ngepas. Matanya berseri-seri setelah mengantongi uang aneka pecahan yang lecek kumal itu.
Siapa bilang anak Betawi nggak bisa sekolah hukum ampe ke luar negeri"
Europe ... here I come! Kau tahu arti namamu" Anandita Lintang Persada. Anak bangsa, bintang negara. Ayah selalu berharap kau bisa membuat Indonesia bangga, Lintang.
Demikian kata-kata ayahnya yang selalu terngiang di kuping Lintang kecil.
~37~ Kalau dari sang ibu, lain lagi.
LINTAAAAAANG!!! TURUN DARI POHON JAMBU SEKARANG JUGA!!! Gimana, sih, anak perempuan, kok, senengnya manjat po ... ULAT ITU BUKAN MAKANAN!!!
Ya, sedari kecil Lintang memang penuh paradoks. Senang memanjat pohon dan membuat prakarya dengan gergaji dan palu, tetapi juga pintar memasak dan menari. Sebagai anak tengah dari tiga bersaudara, Lintang memang sedikit lebih memberontak dibanding kakak dan adiknya, dan lebih susah diatur. Tapi, dalam hati, Lintang selalu bersyukur ia diberi nama paling bagus di antara mereka bertiga. Kakaknya terlahir sebagai Anandani Wulan Pertiwi, sedangkan adiknya diberi nama Anandino Surya Khatulistiwa. Lintang juga bersyukur mereka cuma tiga bersaudara. Seandainya adik Lintang bertambah seorang lagi, Lintang khawatir ia akan diberi nama Anando Tirto Archipelago, yang lebih terdengar seperti nama fobia laba-laba spanyol ketimbang sebuah nama manusia. Atau lebih parah lagi, Ananda Wawasan Nusantara, atau bahkan Ipoleksosbud Hankamnas.
Ibu Naila, guru tari Lintang selama dua puluh tahun, selalu menuduh bahwa Lintang semasa kecil
~38~ menelan ulat pohon jambu hidup-hidup, karena itu tak pernah bisa diam, apalagi saat latihan menari. Malangnya, tuduhan itu dibenarkan ibu Lintang sendiri.
Berbeda dengan para ibu modern yang memimpikan anak perempuannya bisa menjadi penari balet atau pemain piano, keluarga Lintang menuntutnya memiliki akar budaya nasional yang kuat. Jadilah semenjak kakinya bisa menapak tanah, Lintang kecil telah dijebloskan ibu ke sebuah sanggar tari tradisional tak jauh dari kompleks rumah tinggalnya.
Darah nasionalis memang mengalir pada ayah dan ibu Lintang. Mereka berdua adalah keturunan anggota Dokuritsu Junbi Cosakai atau lebih dikenal sebagai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Kedua manusia itu bertemu pada saat mengantar kedua orangtua mereka menghadiri Perayaan Kemerdekaan RI ke-28 di Istana Negara.
Tari Bali mengajarkan prinsip-prinsip dasar menari, tari Jawa melatih stamina dan kesabaran, tari Betawi melatih kelincahan dan ekspresi, dan tarian Minang untuk menghormati leluhur mamamu, Lintang! sabda Ibu Naila setiap kali latihan. Leluhur" Luluran semur! gerutu Lintang kecil yang
~39~ merana karena dua kali seminggu semenjak TK nol kecil, tubuhnya harus berbalut kain panjang dan menekuk, meliuk, dan meregang 7 mengikuti petunjuk Ibu Naila.
Terkadang Lintang begitu bosan pada ritual menarinya, hingga sering kali secara spontan tiger sprong, koprol, atau running man 8 di tengah-tengah latihan. Namun, begitu Lintang beranjak dewasa dan memahami arti duit, Lintang mampu mengeksploitasi skill menarinya dengan baik, melalui tawaran menari di berbagai kesempatan, baik di dalam maupun luar negeri.
Ironisnya, skill menari jugalah yang menjadi senjata Lintang dalam mengejar salah satu obsesi hidupnya: cowok asing. Entah dimaksudkan sebagai pemberontakan terhadap ideologi orangtuanya yang supernasionalis atau karena memang sudah terlalu sering dikecewakan pria pribumi. Tapi, Lintang memiliki tekad kuat untuk suatu hari mendapatkan suami WNA dan tinggal di luar negeri. Sayangnya, kisah cinta Lintang dengan pria bule pun tak jauh beda nasibnya dengan pria pribumi. Sama-sama gagal.
Hubungan Lintang dengan Tejas, seorang diplomat asal India yang ditemuinya saat diundang
~40~ menari di Kedutaan India, bubar gara-gara sehelai kain sari.
Honey, I just don t look good in a saree. And I m not even Indian!
Lintang sedang memikirkan sulitnya menjelaskan tindik pusar yang terancam akan terekspos bila ia mengenakan sari kepada Tejas yang cenderung konservatif. Lagi pula, ia baru saja membeli the most gorgeous kebaya rancangan Biyan yang ingin segera ia kenakan.
Lintang, ini permintaan Mama. Kalau Mama bilang kita mesti muncul pakai sari, maka kita muncul pakai sari!
It s just a diplomatic function, honey. What s the big deal"
Baik. Kalau kamu tak bisa menghormati keputusan mamaku, lebih baik kita putus. Lho" Kok"
No, Lintang. Ini jalan terbaik. Tampaknya benar kata mamaku, kamu bukan wanita yang tepat untukku.
Ah, ternyata dia pengidap oedipus complex, anak mami kronis.
Oh well, pikir Lintang, paling nggak, aku tak perlu menyembunyikan lagi kalau aku alergi masakan kari!
~41~ Hubungan Lintang dengan Khaleed, seorang pria superganteng yang ia temui saat menjadi anggota misi kebudayaan ke Maroko, bubar dalam sebuah chat session. Ketika terungkap bahwa Khaleed tidak saja menganggap poligami itu wajar, tetapi juga sangat propoligami. Go figure. Bagi Lintang, itu jelas deal breaker.
Dan, hubungan terakhir dengan Keith, seorang expat sebuah perusahaan multinasional di Jakarta, buyar karena alasan klasik.
Gara-gara selingkuh, aku Lintang kepada Nesa, sahabatnya sejak kuliah, saat ditanya kenapa putus.
Klasik amat, Tang. Cewek mana yang ngerebut dia dari lo"
Bukan. Aku ... aku selingkuhannya .... Akhir cerita, ternyata bekal pembawaan luwes, penampilan menarik, dan gelar cum laude dari fakultas sastra sebuah universitas negeri di Depok tidak cukup untuk menghilangkan gelar jomblo.
Lalu, kenapa Lintang bisa nyasar sampai Belanda" Semua karena sebuah kado ulang tahun yang mengubah hidupnya. Tepat pada hari ulang tahun Lintang yang ke-25, ibu Lintang menyerahkan sebuah dokumen penting. Polis asuransi atas namanya.
~42~ Tadinya Mama menyiapkan dana ini untuk pesta pernikahanmu. Tapi, melihat track record hubunganmu yang lalu-lalu ....
.... Masa preminya sudah selesai, dan sudah saatnya kamu bertanggung jawab atas masa depanmu sendiri.
Lintang terbelalak melihat angka nominalnya. Sekolah, mungkin" Ya, jumlahnya memadai untuk bersekolah ke luar negeri. Dan, ini kesempatan emas untuk mengejar jodoh! Saat Lintang sedang menimbang masa depannya, sebuah SMS dari Nesa masuk ke HP.
Tang, temenin gue lihat Holland Education Fair, yuk! Kayaknya sekolah di Belanda seru.
Tepat pada 17 Agustus, Lintang berangkat ke Leiden, Belanda, untuk mengambil program master di bidang European Studies.
So how much, ah" Papinya Geri bertanya dengan bahasa Inggris terbatas sambil memandang ke sekelilingnya. Apartemen dua kamar tidur plus ruang keluarga yang cukup luas untuk bermain gokar, dengan balkon menghadap langsung ke Pantai
~43~ Scheveningen. Peter van Buuren, sang woon makelaar (agen rumah) yang menawarkan apartemen tersebut, melihat catatannya lalu membuat kalkulasi sendiri. No less than three hundred.
Geri meringis risi mendengar angka tersebut. Sebenarnya, Geri tak keberatan tinggal di asrama mahasiswa seperti yang ia lakukan pada saat bachelor (S-1) dulu walaupun tetangga sebelahnya yang berasal dari Namibia sering membuat kegaduhan tarian perang tengah malam dan si Pakistan sering memicu smoke detector jika memasak.
Tapi, semenjak Geri berniat meneruskan S-2, papi Geri bersikeras untuk membeli properti sendiri untuk putra kesayangannya.
Selain berinvestasi dan jadi tempat tinggal kamu, kan, kalau Papi, Mami, atau adik-adik berlibur ke Eropa, kamu nggak perlu repot-repot nge-booking-in hotel, demikian ucap Papi. Mami Geri yang tak pernah keberatan memanjakan anaknya malah menyuruhnya mencari tempat tinggal yang lebih prestisius.
Padahal, menurut Geri, dalam skala prestisius tempat tinggal di Den Haag, apartemen ini sudah mentok. Kecuali ia mau tinggal di hotel megah persis depan pantai tempat berlangsungnya Konferensi
~44~ Meja Bundar dulu yang lebih dikenal dengan nama Koorhuis.
Papi Geri mengangguk setuju tanpa menawar. I can pay cash, ya"
Meneer van Buuren tersedak dua permen karet yang sedang dikunyahnya.
Three hundred thousand euro cash?"" Are you crazy?"" Just transfer the money, and I will give you the contract!
Okay, Okay, kata sang papi sambil menjabat tangan Meneer van Buuren.
My son take care of it, ya.
Papi Geri membetulkan letak kacamatanya, lalu menoleh ke Geri yang sedang mempelajari draf kontrak jual beli yang tertera dalam bahasa Belanda. Nah, sekarang ngisi apartemennya gimana, Ger" Ke IKEA aja, Pih. Barang-barangnya murah dan bagus.
Ayo, deh, kita ke sana sekarang. Mumpung duit tiga ratus ribunya belum kepake, sahut Papi sambil menepuk-nepuk tas kulit buaya dari Papua.
Garibaldi Utama Anugraha Atmadja terlahir sebagai anak sulung keluarga middle class di Bandung. Semasa kecil, Geri tumbuh sebagai anak yang cukup bahagia. Abahnya yang pengusaha kecil-kecilan bus antarkota-antarpropinsi (AKAP) menghidupi
~45~ keluarganya dengan baik. Minimal, keluarga Atmadja tak pernah menunggak uang sekolah Geri dan kedua adiknya, Lilis dan Citra. Setiap liburan sekolah pun, mereka selalu bisa berlibur ke Ibu Kota dengan Corolla DX Abah.
Pada suatu hari, abah Geri bertemu dengan mantan tetangga di Bandung yang kini sudah menjadi seorang pialang sukses di Jakarta.
Ini cara baru buat muter duit, Kang! Dijamin lebih untung ketimbang nabung di bank!
Abah Geri manggut-manggut dan dengan saksama mendengarkan penjelasan panjang temannya mengenai valas, danareksa, saham liquid, dan saham bluechips. Abah memang sedang mencari cara baru untuk mengembangkan bisnisnya, dan tampaknya sekadar menabung hasil setoran bus AKAP takkan mencukupi. Geri merupakan anak lelaki satusatunya kesayangan Abah, dan Abah bercita-cita agar Geri bisa membesarkan bisnis keluarganya suatu hari nanti.
Abah memang tidak berhasil menangkap banyak dari penjelasan temannya itu, tapi satu yang Abah tahu pasti, ia ingin menyekolahkan Geri belajar bisnis di luar negeri. Untuk itu, Abah butuh duit. Dan, duit itu bernama: dolar.
~46~ Jadi, gimana Jang, caranya beli dolar" tanya Abah kepada si Ujang.
Langsung beli aja atuh, Kang. Di bank juga bisa. Nah, nanti kalau harga dolar-na naik, jual lagi. Jadinya teh untung. Kadang-kadang kalau harga dolar naik tinggi, kitanya meuni untung pisan! Itu caranya main valas! Ujang menjelaskan dengan semangat.
Hari itu juga, Abah bertekad membeli dolar semampunya, setiap bulan.
Nggak usah dijual dululah. Biar cuma punya sedikit nggak apa-apa, itung-itung nabung buat pendidikan Geri, pikir Abah sederhana kala itu.
Semenjak itu, jadilah Abah seorang pengusaha bus AKAP yang memiliki tabungan dolar.
Tiga tahun berikutnya, tiga hal terjadi dalam kehidupan Abah secara serentak. Geri lulus SD, Abah terpilih sebagai ketua RT 9 , dan Indonesia mengalami resesi, yang lebih dikenal dengan sebutan krisis moneter alias krismon. Secara mendadak, nilai dolar Abah melambung ke langit. Sesuai saran Ujang, Abah segera menjual dolarnya saat nilai dolar memuncak.
Bermodalkan rezeki baru berkat keajaiban krismon 1997, Abah segera meluaskan jaringan bus AKAP
~47~ miliknya. Dalam waktu singkat, armadanya telah melayani trayek se-Jawa Bali. Sementara bisnis bus AKAP maju dengan pesat, Abah juga mulai merambah bidang usaha lain, mulai dari jasa travel hingga perkebunan kelapa sawit.
Begitu tiba waktunya Geri harus kuliah, Abah sudah menjadi konglomerat kecil. Kelas sosial ekonomi keluarga Atmadja sudah loncat galah dari B+ ke A++, Geri sudah lulus dari sebuah SMA internasional di Tangerang, dan panggilan terhadap orangtuanya pun sudah berganti dari Abah dan Mamah menjadi Papi dan Mami , tentu atas permintaan sang ab ... eh, papi.
Panggilan Abah kurang komersial di antara rekanrekan bisnis, begitu kata beliau.
Garibaldi Utama Anugraha Atmadja pun berangkat S-1 ke Belanda diiringi air mata keluarga, doa restu, dan tabungan euro yang dapat menyaingi pemenang Who Wants To Be a Millionaire .
1 Bahasa Banjar yang bisa diterjemahkan sebagai berikut: Saya
mau sekolah buat ngajar ngaji nanti, Pih. 2 Sama cerdasnya dengan karena mobil-mobilan pertama gue
warnanya kuning , jawaban favorit berikutnya. 3 Bukan ... ini bukan istilah gaple. Ini lebih pada kegiatan
~48~ menebang kayu. Bagaimana istilah kehutanan itu kemudian merambah masuk dunia gaple, masih merupakan misteri besar. Ada yang tahu"
4 Sedangkan Ucup lebih memilih menjadi peneliti di salah satu kantor cabang mereka di Spanyol. Ucup beralasan bahwa ia adalah anak negeri tropis dan alergi dingin, karena itu memilih negara Eropa yang menurutnya paling hangat. Padahal, alasan sesungguhnya adalah karena ia pencinta telenovela. Dalam benak Ucup, Spanyol pasti menjanjikan banyak perempuan Latina cantik seperti yang sering ia tonton di televisi 5 Pengacara yang bersidang di pengadilan untuk perkara pidana
atau perdata. 6 Ya, betul sekali, semua mimpi masih tetap dikejar oleh Daus. 7 Heh! Kalau otak lo udah mulai ke mana-mana, coba cari dan
kerjakan kuis berikut: Paedofil macam apakah saya" 8 Pertanyaan yang tepat bukan kenapa Lintang melakukan gaya running man (hey, it was cool back then!), melainkan bagaimana melakukan running man sambil memakai kain panjang" Jadi kepikiran, kan"
9 Lebih tepatnya diceburin secara aklamasi sekali-kalinya bolos rapat bulanan RT karena ingin nonton pertandingan bola di televisi. Tampaknya cara pemilihan itu menjadi modus operandi paling efektif karena yang terpilih tak bisa menolak. Abah diberi tahu via kotak snack sisa rapat yang disampaikan keesokan harinya, yang berisikan secarik kertas dari Ketua RT sebelumnya; Selamat menikmati! Omong-omong, selamat atas terpilihnya Bapak menjadi Ketua RT yang baru!
~49~ www.nl [veveve punt en-el] Utrecht, 23.12.47 Daus dengan muka butek meletakkan text book Philip Alston, lalu tangannya dengan lincah menyusuri keyboard di laptop.
anak_gang_sanip meluncur .... Wageningen, 23.13.13
Rokok sudah disulut, kopi telah diseduh, meja tertata rapi, hasil print jurnal-jurnal pdf tadi siang belum tersentuh, karena messenger adalah ritual nomor satu sesudah makan.
greenwarrior online .... Rotterdam, 23.11.09
Banjar memasang gembok sepeda dengan saksama dan bergegas berlari menaiki tangga, masuk ke kamar, dan melepas jaket serta segala pernak-pernik
~50~ yang menempel. Tangannya langsung menyalakan laptop yang selalu terbuka di meja dan mengaktifkan messenger-nya.
Login: izbanjar Status" Hmmm, let s see ... apa, ya" Ah ini aja, deh: Available upon request
Hehehe. Banjar tersenyum sembari mengetiknya. Hampir semua silabus kuliahnya selalu menampilkan kata-kata tersebut di belakang namanama pengajar.
Leiden, 23.15.55 Lintang baru saja beranjak dari dapur setelah selesai menyantap makan malamnya bersama Arbenita, teman serumah yang berasal dari Makedonia. Arbenita sudah ketagihan masakan khas Indonesia buatan Lintang. Apalagi, malam itu Lintang memasak soto plus perkedel kentang, yang langsung dinobatkan Arbenita sebagai the best chicken soup, ever! .
Masuk ke kamar, ia melihat sudah ada tiga undangan chat yang masuk di messenger-nya yang sejak tadi menggunakan mode invisible. Lintang
~51~ mengecek satu per satu. Angin berlalu di Amersfoort, add akyu dong, my lop!
dari anak_gang_sanip Yuhuuu, Lintang, ini Banjar! dari izbanjar Ngumpul lagi, yuk! dari greenwarrior
Lintang cekikikan membayangkan wujud ketiga lelaki unik yang ditemuinya kemarin. Si ikal yang hitam dan atletis, si trendi yang agresif, dan si brilian yang polos.
Lalu, ada seorang lagi, si tampan yang flamboyan. Entah kenapa, yang seorang ini membuatnya penasaran. Dari keempat laki-laki itu, hanya Geri yang sampai detik ini belum menghubunginya di dunia maya. Padahal, kemarin semua sudah saling menukar ID messenger. Jemari lintang dengan lincah mengeklak-ngeklik touch pad di MacBook Pro-nya. Leiden, 01.20.00
starlight : Join my conference ....
anak_gang_sanip, izbanjar, greenwarrior langsung masuk chat conference yang dibuat Lintang.
~52~ anak_gang_sanip : Hoi! izbanjar : Hoi, kaya orang Belanda, hoi hoi! greenwarrior : Samlekom, Pak Ustaz tumben
masih melek. starlight : Allow allemaal!
izbanjar : Gile masih pada melek jam segini. izbanjar : Anak baek-baek semua, ya" greenwarrior : Siapa bilang" Hehehe. starlight : Makin malem makin khusyuk. anak_gang_sanip : Iye nih masih donlot. izbanjar : Download apaan jam segini" greenwarrior : Ngebokep lo ye" starlight : :))
anak_gang_sanip : Hus. Sembarangan. anak_gang_sanip : Dikit.
greenwarrior : b-( 03.59.59 greenwarrior : Brb, ngambil kopi dulu ye. izbanjar : Sama.
izbanjar : Mau ngerebus mi dulu hehehe. 04.32.00
izbanjar : Buzz! izbanjar : Guys!
~53~ anak_gang_sanip : Lo masih bangun" starlight : Hey ini anak masi pada idup" greenwarrior : Cape de.
Tiba-tiba. mighty_poffertjes : Hei allemaal! Hoe gaat het
met jullie" starlight : Geri!
starlight : Ke mana aja sih, kok baru muncul"
Kangen, tahu! anak_gang_sanip : Geri, subhanallah. Ada
penampakan. izbanjar : Ke mana aja lo, ga pernah nongol" greenwarrior : Ger, uhm aya keretek lagi
nggak" :D anak_gang_sanip : Hehehe, Wicak dasar
manusia rimba! Seminggu kemudian, tepatnya pukul 02.12 (ya, masih pada waktu-waktu yang ajaib!)
starlight : Guys! izbanjar : Opo" anak_gang_sanip : Hadir. ~54~ greenwarrior : Duh gangguin orang belajar aja. mighty_poffertjes : Ja"
izbanjar : Ja ja ja. Saja juga ja saja.
Percakapan meluncur deras tak terkendali. starlight : Gue udah kirim ke email kalian, pada
accept ya invitation-nya! anak_gang_sanip : Apaan"
starlight : Buka inbox masing-masing ya! izbanjar : Milis" Kita punya milis" greenwarrior : Aagaban" Apaan tuh, Tang" anak_gang_sanip : Milis" Milis apaan neh" MLM
ye" mighty_poffertjes : Aagaban, namanya Daus
banget, kekekeke. anak_gang_sanip : Sial lo, Wicak noh, orang dusun, gue dari leluhur juga udah orang kota asli!
starlight : Udah deh jangan SARAK! izbanjar : Apaan sih sarak"
starlight : Suku Agama Ras dan Antarkampung
halaman, kakakakak! greenwarrior : Dasar orang kampung! anak_gang_sanip : Lo yang orang dusun!
~55~ greenwarrior : Orang dayak!
izbanjar : Lho kok gue yang kena sih" mighty_poffertjes : Sudahlah, guys! Indonesia
bersatulah! anak_gang_sanip : Hidup Ibu Kita Megawati! greenwarrior : Garing bener lo yah .... izbanjar : SBY juga bilang Bersama kita bisa
.... anak_gang_sanip : Bisa benjol!
mighty_poffertjes : Terusin Tang, Aagaban
apaan sih" Jeda beberapa saat.
starlight : Baca di halaman depan milis-nya
dong! mighty_poffertjes : Aagaban; Aliansi Amersfoort GAra-gara BAdai di Netherlands. Hehehe. Sounds cool! izbanjar : Kayak nama pergerakan waria. greenwarrior : Mirip judul lagunya Neng
Komalasasih. starlight : Siapa pula itu gerangan"
greenwarrior : Waria yang suka ngamen di balai desa yang dulu gue datengin pas riset.
~56~ starlight : Cape deh, kalau pada nggak suka
gue bubarin aja. izbanjar : Eh jangan! Keren, lagi!
greenwarrior : Ah Lintang, gitu aja ngambek. anak_gang_sanip : Setelah gue pikir malah
mirip syairnya Ardina Rasty kok. starlight : DAUUUUUUSSS!
Maka, sejak saat itulah persahabatan mereka semakin dieratkan melalui mailing list. Mereka berempat (minus Geri yang memang sudah bertahun-tahun di Belanda) menjadi manusia kalong dadakan yang termehek-mehek melihat kecepatan akses internet di luar batas rasional anak negara berkembang.
Tiga puluh surel pertama di milis Aagaban terbagi dalam tujuh kategori:
1. Forward-an sok intelek dari milis sebelah ataupun milis tetangga seputar hal-hal yang dianggap menarik padahal nggak, semacam: Kirimkan pesan ini ke tiga puluh alamat email maka kamu akan beruntung tujuh turunan! .
2. Puisi Wicak. 3. Joke-joke liar Banjar. 4. Komen-komen nggak penting Daus dan Lintang
~57~ pada poin 2 dan 3. 5. Komen balasan Wicak dan Banjar pada poin 4.
6. Pecahnya perang debat cyber antara kubu poin 4
versus poin 5. 7. Intervensi Dewan Keamanan PBB, yaitu Geri, yang mendamaikan saat perang hampir menjurus penggunaan senjata nuklir berupa isu SARAK. Cermin Indonesia banget, sudah di luar negeri masih bawa-bawa nama kampung.
Hingga suatu saat, empat pasang mata membelalak saat para pemiliknya membuka inbox pada waktu yang berbeda. Banjar dengan laptop di pangkuan sedang menghirup secangkir kopi Douwe Egbert sambil mengisap keretek di halaman kampus Erasmus Woudestein nan asri. Wicak di depan layar komputer di kamarnya yang tertata rapi di studentenhuis Bornsesteeg dengan bandrek kiriman teman dan rokok pertamanya pagi itu. Geri sedang nongkrong di Bibliotheek Haagse Hogeschool sambil iseng membuka internet dan mencari informasi kamera digital terbaru di sela-sela pergantian jam kuliah. Dan, Daus" Well, Daus saat itu sedang berada di kamar seorang gadis cantik asal Slovenia 1 .
~58~ Dear guys, Kangen, deh. Minggu depan, kan, long wiken. Hari Senin libur. Kita kumpul-kumpul yuk. Bikin makan-makan gitu, loh. Kemarin diskusi, tempatnya bisa di apartment Geri di Scheveningen. Lokasi oke banget, tuh, buat kita bikin makan-makan. Siapa, ya, yang mau bantu aku belanja" Ayo semua mau bawa apa kasih tahu gue. Entar bagi-bagi. Oh iya masingmasing bawa sebotol minuman berwarna, ya!
Yang mau bawa date-nya masing2 juga welkom! Gue dateng sama Jeroen.
1. Lintang dan Jeroen: bawa mi ayam
2. Daus" 3. Banjar" 4. Wicak" 5. Geri" Ger, di rumah lo pake kompor listrik apa gas" Kalau gas jangan lupa beli tabung ekstra ya!
cupikacupikibelandatigakali CU all, Lintang.
Reply pertama datang dari Geri, yang membuat Lintang senang karena dua hal: pertama, karena Geri
~59~ menyambut antusias ajakan Lintang sehingga Lintang merasa usahanya dihargai, dan kedua, karena Geri memakai sebutan Nanda.
Nama cantik-cantik, kok, dipanggil kayak perkakas, Tang, Tang! Nama lo Anandita, kan" Gue panggil Nanda aja, ya" ucap Geri sebelum berpisah di Amersfoort kala itu. Ternyata janji itu ditepatinya, dan entah kenapa hal kecil macam itu membuat Lintang merasa sedikit lebih spesial sebagai perempuan. Tapi, sialnya, surel balasan Geri justru membuat Lintang merasa sangat bodoh.
Nanda, di Belanda, kita nggak pake tabung elpiji kaya di Indo. Gas langsung tersambung ke rumah. Jadi, nggak usah takut bakal kehabisan! Gue sedia toetje aja ya, alias dessert. Yang mau numpang masak di tempat gue juga boleh, alat masak gue lumayan lengkap, nih, dimodalin nyokap.
Lintang malu bukan kepalang. Yah, abis biasa pake kompor listrik, sih, di student house! Lintaaang, Lintang. Kampungan banget, deh, jij, gitu aja nggak tahu! gerutunya dalam hati.
Sementara itu, satu per satu reply dari ketiga makhluk lain pun menyusul masuk ke milis.
~60~ Banjar : Gue dateng!!! Gue mau coba masak bakso! Entar gue sekalian bawa cola murah meriah muntah punya Lidl 2 .
PS : Ada yang punya resep bakso nggak"
Kekekekeke. Wicak : Gue bikin pangsit yah, sama bakso tahu. Btw Jeroen siapa, Tang" Gue kayaknya dateng ama Dian Sastro. Daus : Gue bawa apa ya" Bisanya cuma masak mi instan, hehehe. Gini deh, gue bawa piring, sendok garpu ama gelas plastik aja boleh, Tang" Boleh yak" Btw, gue lagi di kamar cewek Slovenia neh.
Bisa ditebak, reply terakhir Daus sedikit merusak diskusi undangan makan-makan yang diprakarsai Lintang. Semua perhatian serta-merta beralih ke Daus. Mulai dari buzz di YM hingga via surel, semua menuntut agar Daus segera memberikan press statement. Akibat desakan negara-negara G8 yang semakin kuat, Daus akhirnya mengirimkan press release untuk menghindari embargo PBB: Sebagaimana layaknya mahasiswa yang
~61~ datang dari negeri surga pembajakan software, tentunya gue membekali diri dengan hard disk portable yang berisi aneka rupa software bajakan. Nah, di sini gue jadi terkenal di antara teman sekampus karena mampu mengatasi kerusakan software komputer, termasuk permintaan install software ini-itu.
Seorang teman sekelas dari Afrika (mereka jarang punya komputer, tapi sekalinya dapat beasiswa langsung pegang laptop) begitu terkesima pada kemampuan per-laptop-an gue, hingga merekomendasikan gue dari mulut ke mulut. Seorang wanita cantik pirang asal Slovenia kemarin minta gue untuk memperbaiki laptopnya yang error. Gue jadi dapat kesempatan bertandang ke kamar sang gadis yang mirip sekali dengan hasil download tengah malam kalian (Huahahaha!).
Selesai menuntaskan misi memperbaiki laptop, apa gue kemudian dapat hadiah ditraktir kencan bidadari itu" Sayangnya,TIDAK sodara-sodara! Karena ternyata laptop itu sepenuhnya berbahasa Slovak. Walhasil, kesempatan ini gue pergunakan untuk sekadar berlama-lama mendampingi si sexy yang
~62~ nanya ini-itu meskipun tiada berdaya mengutak-atik.
Lintang sebal gara-gara diskusi erotik murahan ini menghabiskan hingga dua puluh surel di milis. Akhirnya, Lintang membalas deretan surel tersebut: Kawans,
Jangan lupa, yah, tanggal 26 kita punya acara makan2 di Scheveningen. Nggak dateng, tabok!
1. Lintang dan Jeroen: bawa mi ayam
2. Wicak: pangsit dan bakso tahu
3. Banjar: bakso dan cola
4. Daus: peralatan makan sama bagian nyuci panci
5. Geri: semua alat masak plus to be confirmed
Reply dari Wicak. Btw, Us, Ger, Jar,
Dua minggu lagi ada anak baru Wageningen yang mau datang, Tyas namanya. Ada yang mau nitip keretek, nggak" Hehehe.
~63~ Terjadilah pengalihan isu murahan yang kembali bikin bete Lintang. Dua puluh surel nggak penting kembali memenuhi inbox. Intinya Daus titip Starmild 1 slop, Wicak Sampoerna 1 slop, Banjar Gudang Garam 1 slop, dan Geri yang cuma bilang makasih, gue udah mau berhenti merokok (tapi belakangan, lewat surel terpisah, ia titip 1 slop Djarum). Dan, sebagai tambahan, beberapa posting tata cara menyelundupkan rokok di koper mahakarya Banjar.
Belum lagi pertanyaan yang membanjir soal identitas Tyas. Siapa Tyas itu" Cantik, nggak" Sudah punya cowok, belum" Hampir saja Tyas di-invite ke milis kalau tidak ada veto Lintang. Diskusi berhenti ketika terungkap bahwa Tyas ternyata seorang cowok bernama lengkap Tyastanto Danutirta. Lintang (sembari mengelus dada 3 ) tetap rajin memantau dan mengingatkan perkembangan acara di milis, hingga masuk sebuah surel dari Banjar.
Gue baru nonton Tukul di YouTube, kocak abis! Buka deh. Acara seru dari Tanah Air. Bintang tamunya bohai-bohai bow.
Bisa ditebak, isu ini mengalokasikan hingga dua
~64~ puluh reply surel per hari untuk membahas gila itu Tukul dan siapa saja bintang tamunya yang bikin ngiler.
Hari H minus dua hari, Lintang pun ngambek berat.
Udah, deh, kalau nggak ada yang minat. Batal aja acaranya. Gue udah cape-cape ngatur iniitu buat acara kita, tapi kalian sama sekali nggak ada tanda-tanda peduli!
Walhasil, seharian penuh inbox Lintang dibanjiri surel dari Aagaban. Segala upaya dikerahkan untuk membujuk Lintang yang ngambek. Mulai dari puisi sok romantis tentang persahabatan Aliansi Amersfoort yang ditulis Wicak sembari nangkring di balkon (sepuluh persen temanya memang romatis, sembilan puluh persen sisanya tentang alam dan sapi Wageningen yang terlihat dari balkon kamar), joke supergaring dari Banjar yang sama sekali nggak bikin Lintang ketawa, malah bikin tambah jutek (hasil nyontek buku 1001 Cerita Humor Ampuh terbitan Garing Press), dan Daus yang turut berperan serta dengan bantu kirim doa dan membaca Ya Sin (Emangnya orang meninggal apa"! kutuk Lintang.)
~65~ Seperti biasa, Geri dengan bijak turun tangan mendamaikan para pihak yang bertikai. Pukul 2.00 dini hari, H minus 1, akhirnya tercapailah kesepakatan gencatan senjata dan penandatanganan pakta perdamaian.
Hubungan batin mahasiswa Indonesia di luar negeri dengan chatting, VOIP, dan blog.
Ketika kita berada di luar negeri, ketakjuban terhadap teknologi internet akan berlipat ganda. Belanda adalah salah satu dari delapan negara dengan akses internet paling cepat di dunia. Saat komputer telah tersambung dengan internet, kita bisa mulai menikmati dengan download-download sederhana. Rasakan perbandingan kecepatan yang sangat tajam dengan yang biasa dialami di Tanah Air. Jika mengunduh file berukuran besar di Tanah Air, waktu yang dibutuhkan sebanding dengan menyeduh kopi panas, menunggunya hingga dingin, dan meminumnya hingga habis. (Sudah" Tentu belum, karena dibutuhkan doa khusyuk untuk mengharapkan indicator bar-nya bergerak cepat hingga selesai!) Nah di sini, download semacam itu malah membuat kita sayang meninggalkan layar komputer sekadar untuk ngopi. Karena kopi belum selesai diseduh, download justru sudah kepalang diunduh. (Hey, that rhymes!)
~66~ Dengan harga hiburan konvensional yang mahal untuk ukuran kantong mahasiswa, otomatis kita akan beralih mencari hiburan via dunia maya. Sebut saja, download film, nonton video streaming di YouTube, atau chatting sepuasnya. Meninggalkan komputer menyala semalaman dengan status YM yang berganti-ganti menjadi praktik lumrah. Kangen dengan kawan di kota lain atau sanak saudara dan pacar di Tanah Air" Jangan bingung! Masih ada layanan gratis voice chat atau VOIP yang terjangkau. Dengan membeli voucher Voice Over Internet Protocol (VOIP), kita bisa menghubungi nomor telepon di Tanah Air melalui layanan internet dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan mendekam di wartel internasional.
Blog, praktik membuat jurnal dunia maya, konon dimulai oleh komunitas pelajar Indonesia di luar negeri. Bagaimana tidak, jika kita adalah kaum yang pusing menerima tumpah ruahnya tugas kuliah tanpa ada sarana curhat 24 jam maka blog menjadi sarana paling tepat untuk menumpahkan semua unek-unek. Murah, meriah, narsis.
1 Penjelasan kenapa nasib Daus lebih beruntung dibanding ketiga sahabat pria lainnya akan diutarakan selanjutnya. Yang jelas, dia sedang membuka surel juga.
2 Setiap supermarket di Belanda (yang punya jaringan luas tentunya) punya in-house cola masing-masing. Dengan bandrol ~67~
jauh lebih murah dibanding kompetitor merek ternama, cola ini pilihan bersahabat bagi kantong mahasiswa.
3 Whoa & hohohohoh Plak! sorry, got carried away there ....
~68~ Koopen en Koken [Belanja dan Masak] D-Day. Tibalah hari yang telah mereka sepakati bersama. Hari spesial bertajuk pesta makan di negeri orang dengan cita rasa negeri sendiri. Menu langka yang biasanya hanya dapat ditebus dengan berlembar-lembar euro di restoran Indonesia. Pagi ini Banjar, Lintang, dan Geri bangun lebih awal untuk menjalankan ritual penting, yaitu koopen alias belanja.


Negeri Van Orange Karya Wahyuningrat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Banjar yang tinggal dekat dengan Den Haag menawarkan diri datang lebih cepat demi menolong Lintang belanja dan masak. Geri, sebagai satusatunya yang punya mobil, kontan didaulat untuk mengangkut barang belanjaan ke lokasi. Di Stasiun Den Haag Centraal, Lintang dan Banjar bertemu, lalu meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Lokasi belanja yang diserbu adalah Chinatown Kota Den Haag. Lokasinya terletak tak jauh dari perpustakaan publik Den Haag yang ultramodern. Perpustakaan yang berakta lahir 1798 ini punya
~69~ nama keren Koninklijke Bibliotheek yang diberikan oleh King Lodewijk Napoleon. Berfungsi sebagai pusat pengetahuan dan fasilitator informasi seputar sains, perpustakaan ini hingga 2004 memiliki koleksi 3,3 juta eksemplar. Jumlah bukunya berkisar di angka 2,5 juta kopi, bila dijajarkan mampu menghubungkan Kota Solo dan Yogyakarta. Perpustakaan ini pun hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki dari stasiun kereta.
Chinatown memang harus diakui unik dan melegenda bagi penduduk Belanda berpaspor RI. Keunikannya tak lain karena pernak-pernik bahanbahan untuk memasak resep nenek moyang Nusantara yang tersedia lengkap. Saking lengkapnya pecinan Kota Den Haag, bila ada bumbu masak Asia yang tidak bisa diperoleh di sini, bisa dijamin bahan itu tak tersedia di daratan Eropa!
Menginjakkan kaki di pecinan, sambutan pertama datang dari swalayan Ming Kee yang menjual aneka bumbu segar (seperti jahe dan kunyit) ketengan bak pasar tradisional. Pilihan lainnya jatuh pada supermarket Wah Nam Hong yang lebih besar, modern, dan bervariasi. Letak keduanya pun berdekatan. Tak salah bila jalan ini lalu digadanggadang sebagai surga one stop shopping bagi penggila
~70~ masakan tradisional. Bahkan, barang-barang penting nggak penting, seperti minyak kayu putih, balsem gosok, sampai teh kotak sekalipun tersedia di sini.
Hei, pada mau ngemil dulu, nggak" Gue lapar nih, ajak Geri saat ketiganya sudah berkumpul di depan Ming Kee. Kebetulan toko itu menyediakan kantin makanan Tiongkok Indonesia persis di depan swalayan.
Usulan Geri disambut antusias oleh Lintang dan Banjar yang menggigil kedinginan. Butiran salju Januari yang membasahi jaket tebal mereka tidak saja mengundang rindu pada kehangatan pemanas ruangan, tetapi juga berhasil membuat perut mereka keroncongan.
Emang ada makanan enak apa di sini, Ger" tanya Banjar yang baru kali pertama ke Ming Kee.
Geri dan Lintang spontan tertawa. Pasti Banjar akan kaget melihat pilihan makanan yang tersedia!
Silakan, Jar, mau pilih apa" Ada nasi uduk, nasi kuning, risoles, perkedel, putu mayang ... you name it! ucap Geri sambil menunjukkan pilihan yang tersedia di etalase makanan di hadapan mereka.
Banjar melongo. Setitik air liur menetes dari ujung mulutnya. Belum pernah ia melihat penganan khas Indonesia sebanyak ini di Belanda.
~71~ Ya ampuuuuuun! Ada klepon! Ohmaigat ada martabak telur! Gila nih, Indonesia banget!
Banjar terharu melihat aneka makanan Indonesia terhampar di depan matanya. Menyaksikan keberadaan sebutir onde-onde di Belanda baginya setara dengan melihat deretan jongkong penuh wadai 1 di pasar terapung Sungai Barito. Asal tahu saja, Banjar telah berbulan-bulan survive dengan makanan murah yang mudah didapat seorang pria Indonesia single dan pemalas di Belanda: mi instan, aneka roti, dan kebab.
Dalam hati, Lintang ikut terharu. Pikirannya melayang pada semua masakan lezat tradisional yang acap kali disiapkan Mama di rumah: tahu telur, gado-gado, sup ikan kuah asam, ayam kalio, gudeg, soto Padang. Hidangan Nusantara kaya rasa yang dimasak penuh cinta. Makanan rumah yang sering ia sia-siakan karena lebih memilih makan fast food di mal.
Duh Mama, maafin Lintang, ya! ucap Lintang dalam hati. Lintang janji kalau nanti pulang ke Indonesia nggak akan menyia-nyiakan masakan Mama lagi. Masakan Mama nggak bisa ditandingi makanan Eropa di restoran termewah sekalipun! Huaaaaaa kangen rendang paruuu!
~72~ Tiga sekawan itu akhirnya memilih makan nasi uduk, ditambah aneka gorengan risoles, martabak telur, dan satai siomay mini.
Enak mana sama hamburger" goda Lintang kepada kedua temannya.
Waaah, beda klasemen! Iya, mana level! Enakan makanan Indonesia ke mana-mana!
Usai acara mengisi perut, mereka langsung melanjutkan ke misi utama: koopen!
Mau mulai dari mana dulu, nih" tanya Geri. Lintang melihat sekilas daftar belanja mereka bertiga. Walau baru empat bulan tinggal di Negeri Kincir Angin, Lintang yang senang masak sudah mahir berbelanja di Den Haag. Maklum, jarak Den Haag Leiden cuma lima belas menit dengan kereta.
Kayaknya buat bumbu dapur fresh, kita beli dulu di Ming Kee. Kan, di sini dijual gram-graman, jadi bisa beli sesuai keperluan. Baru abis itu kita beli sisanya di Wah Nam Hong.
Kok, daging sama ayam nggak masuk daftar, Tang" Kan, gue mau bikin bakso. Lo juga bukannya mau bikin topping mi ayam" tanya Banjar.
Oh, kalau daging dan ayam, baiknya langsung di islamitische slagerij deket Scheveningen aja kali, ya,
~73~ Ger. Lo tahu di mana yang terdekat" Tenang, deket AH 2 Scheveningen ada, kok. Islami apa tadi" Apaan, tuh" tanya Banjar tidak mengerti.
Slagerij, tuh, tukang daging. Tapi, daging dan ayam di islamitische slagerij datang dari rumah potong hewan muslim. Jadi, dijamin halal, jawab Lintang.
Wah, iya. Penting tuh, komentar Banjar, biar Daus nggak dikutuk engkongnya di akhirat gara-gara bakso gue!
Meski Banjar datang dari keluarga yang berlatar belakang taat beragama, di Belanda ia tidak terlalu ambil pusing dengan keharusan makan daging potong halal. Yang penting bukan babi, dan murah! Maklum, kadang daging dan ayam potong halal sedikit lebih mahal dibanding yang dijual di supermarket atau pasar. Atau, pilihan lainnya, harus berjalan jauh untuk mendapatkannya dengan harga murah di permukiman muslim Turki.
Nah, kalau buat belanjaan generik macam gula, minyak, dan yang lain, kita beli di AH aja! Pasti lebih murah, usul Lintang.
Gimana kalau gini aja, usul Banjar yang insting manajerialnya sudah mulai jalan, kan, kita bertiga.
~74~ Lintang dan Geri bagian belanja keperluan masak Indonesia. Gue ngesot ke Albert Heijn di Centrum buat belanja keperluan yang generik. Kita ketemu di depan gedung tempat parkir mobil Geri sejam lagi. Lebih efektif, kan"
Waaah iya benar! Oke, gue setuju, Jar! sahut Lintang antusias. Geri juga mengangguk.
Sampai sejam lagi, ya, Jar! ujar Geri. Ia lalu mendorong pundak Lintang secara halus, mengarahkannya ke dalam Ming Kee.
Sekilas, rasa sesal memadati hati Banjar saat melihat Lintang dan Geri menghilang masuk toko.
Ah, goblok lo, Jar! Ngapain juga lo biarin mereka jalan berdua! Banjar mengutuk diri.
Buat Banjar, ada sesuatu pada diri Lintang yang menarik bagai magnet. Gayanya yang dominan. Penampilannya yang sporty cenderung cuek. Suaranya yang menyegarkan, seperti hujan gerimis sore hari di Kota Kembang. Entah kenapa, sejak tiba di Belanda, baru Lintang seorang yang mampu mengalihkan perhatian Banjar dari Gita. Banjar mulai berpikir untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan Lintang, terdorong rasa penasaran. Namun sekarang, justru saat kesempatan sudah ada di depan mata, dengan cerdasnya ia malah melepas
~75~ Lintang berdua dengan Geri. Geri pula! Pria sempurna yang merusak standar semua cowok Indonesia seantero Belanda! Duh, tololnya gueee!
Mobil Geri meluncur pelan memasuki kawasan tepi Pantai Scheveningen. Ada beberapa jalan dengan jalur mobil dan trem bersatu sehingga membutuhkan konsentrasi tinggi saat mengemudi. Geri berbelok ke kiri dan menaiki tanjakan menyusuri jalan yang lengang. Tak lama, dari sisi kiri Lintang terhampar luas pantai dan laut Scheveningen. Di kejauhan, terlihat beberapa kapal berlayar di laut lepas menembus kabut, berlatar belakang langit mendung berwarna abu-abu. Pantai Scheveningen yang biasanya ramai pada musim panas, hari ini sepi dari pejalan kaki. Maklum, winter belum lagi usai, dan lapisan tipis salju masih menyelimuti trotoar.
Waaah ... Geri! Cantik sekali, ya, pantai kebanggaan orang seantero Belanda!
Geri tersenyum mendengar komentar Lintang dan membuka sunroof mobilnya. Lintang berdiri, membiarkan udara laut yang dingin dan segar memenuhi rongga paru-parunya. Dengan kepala terjulur ke luar ia menikmati suara burung camar bersahutan.
~76~ Mobil Geri berbelok lagi, memasuki sebuah blok apartemen yang terletak tepat di pinggir pantai.
Nah, kita sudah sampai! Kalian silakan masuk dari lobi aja, gue parkir mobil dulu di bawah, kata Geri.
Lintang dan Banjar turun di depan apartemen dan memasuki lobi. Lobinya tertata apik dengan desain minimalis. Beberapa sofa bermotif retro tersebar di pojok-pojok ruangan. Hiasan lukisan abstrak terpampang di dinding berpanel kayu dengan lampu temaram. Hangat. Dalam istilah orang Belanda, gezellig.
Tak lama kemudian, Geri muncul dari dalam, membukakan pintu lobi dengan kunci magnetik. Liftnya sebelah sini.
Mereka menaiki lift menuju lantai delapan. Keluar dari lift, memasuki sebuah lorong dengan empat pintu di kedua sisinya. Salah satu pintu bertuliskan nama G. Atmadja. Geri maju dan membukakan pintu.
Welkom! Kom binnen, alsjeblief! (Silakan masuk!) Lintang dan Banjar masuk ke apartemen Geri dan langsung terpana.
Ruang tamunya lebih luas daripada seluruh apartemen Lintang. Desainnya sangat maskulin sekaligus modern. Apartemen itu penuh nuansa
~77~ warna biru dongker, krem, dan putih, dengan aksen chrome di sana sini. Perabotannya serasi, mulai dari warna sofa, bentuk karpet, hingga ukuran furnitur dan model tirai. Seperti diborong langsung dari halaman contoh ruang tamu ideal sebuah katalog IKEA (padahal memang begitu!).
Untuk ukuran lelaki, apartemen Geri terlalu rapi, seperti baru dibersihkan seorang petugas cleaning service hotel. Bahkan, bantal-bantal di sofa ditata secara diagonal. Seragam dan sempurna. Dindingnya berhiaskan foto-foto cantik bertema landmark Eropa hasil jepretan Geri. Di pojok dekat televisi, Lintang menatap kagum foto Menara Eiffel yang diambil secara sempurna dari halaman gedung La Place du Trocadero. Namun, piece du resistance-nya adalah balkon besar berkanopi yang menghadap pantai. Kesempurnaan setiap detail apartemen Geri langsung membuat Lintang jatuh hati pada tempat itu.
Geriiiiii!!! Tempat lo gila, keren bangeeeeeet!!! jerit Lintang.
Wah ... ini, sih, bukan apartemen mahasiswa, Ger. Belum pernah gue lihat tempat mahasiswa sebagus ini! komentar Banjar, yang sedikit membuat Geri risi.
Uhm ... ini bukan tempat gue, kok. Tempat
~78~ Bokap. Gue cuma numpang. Wahahaha bisa aja lo ngeles, celetuk Lintang. Itu mah jatuhnya sama aja, Om!
Udah, deh, ujar Geri berusaha mengalihkan topik. Gimana kalau kita mulai masak aja" Udah jam dua belas lewat, nih!
Setelah beberapa jam berkutat di dapur, dengan Lintang berperan sebagai Head Chef yang memberi perintah ini-itu, sementara Banjar dan Geri berperan sebagai Sous Chef yang sibuk potong-potong, masakmasak, tumis-tumis , akhirnya jadi juga hidangan utama mereka: Mi Ayam Bakso!
Hmmm ... baunya enak buuuaaanget .... Gue cicip, ya" Dan, tanpa menunggu persetujuan koki lain, Banjar langsung mencomot dua butir bakso daging. Sesendok topping mi dan sebuah bakso udang menyusul tak lama kemudian.
Woi! Icip apa doyan"! Makannya nanti, dong, tunggu yang lain datang! tegur Lintang. Ia senang bahwa hasil riset resep online yang dilakukannya sukses. Padahal, ini kali pertama ia berusaha membuat mi ayam dan bakso!
Emang, deh, situs Resep Keluarga Nugraha dan Merry s Kitchen of Indonesian Cuisine memang jagoan! catat Lintang dalam hati menyebut dua situs resep
~79~ andalan mahasiswa di luar negeri. Ting-tong!
Di layar monitor yang tersambung dengan kamera di pintu lobby tampak Wicak sedang menyisir rambut ikalnya dengan jemari.
Ada yang dateng, tuh! ujar Geri sambil menekan tombol pembuka pintu lobi otomatis.
Tak lama kemudian, Wicak masuk bersama seorang perempuan berwajah familier. Setelah ramai berhalo-halo, cupika-cupiki sana sini, dan menebar pujian akan rancaknya apartemen Geri, Wicak lalu mengenalkan teman barunya.
Guys, ini Wulan, teman satu kampus gue yang tinggal di Utrecht. Kebetulan tadi pagi kita abis ada meeting bareng, jadi sekalian gue ajak.
Kok, kayaknya pernah kenal, ya" tanya Lintang nggak yakin.
Ooo, gue tahu! Kita, kan, ketemu waktu pre departure briefing di Erasmus! jawab Wulan. Lintang memang menghadiri briefing yang disediakan Netherlands Education Support Office (NESO) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Belanda bagi mahasiswa yang hendak berangkat studi ke Belanda.
Ooo, iya! Inget, inget! Kita yang sama-sama duduk di belakang, cekikikan waktu pementasan
~80~ ketoprak, ya! Halah, dunia kok, kecil banget, ya, komentar Wicak, sambil menyerahkan kotak makan penuh masakan hasil karyanya: pangsit, bakso tahu, dan bonus ekstra: batagor!
Lintang berdecak takjub melihat mahakarya Wicak. Banjar pun mengagumi masakan Wicak yang terlihat sangat profesional. Seperti dipesan dari restoran.
Wah, ini masak sendiri atau modal pesen dari resto" goda Banjar sambil mengendus-endus.
Enak aja! Modal sendiri, dong! Kan, gue lama hidup sendiri di hutan! jawab Wicak.
Ooo, bilang dong, kalau lo bekas Tarzan. Gagang sendok kayu yang dipegang Lintang sigap memukul tangan Banjar yang sudah bergerak mencomot batagor.
Ting-tong! Ada yang datang lagi tuh, Nan! sahut Geri sambil berlari dari dapur ke pintu, Tapi, kok, bule, ya" Lo ngundang bule"
Jeroen! sahut Lintang ceria. Ia segera menekan tombol pembuka pintu lobi otomatis.
Tak lama kemudian, muncullah Jeroen di depan pintu apartemen sambil membawa sebotol anggur.
~81~ Sorry, I didn t know what to bring.
That s okay, kata Geri sebagai tuan rumah yang baik. Welcome! I ll put this in the fridge!
Hei, Schaatje. Lintang menyambut pacarnya dengan ciuman di pipi.
Wicak dan Banjar langsung kecewa begitu mengetahui identitas Jeroen. Ooo, Lintang udah punya pacar. Yah, nggak heran, sih.
Guys, kenalin ni cowok gue, Jeroen. Jeroen honey, these are my new friends! Wicak, Banjar, Geri, and Wu ....
Belum sempat Lintang mengenalkan Wulan, ternyata mereka sudah saling menyapa dengan hangatnya.
Wulan! Hey, how are you! I didn t know you were in the Netherlands!
I m sorry I forgot you lived here, Jeroen!
Ehm ... kalian saling kenal" tanya Lintang dengan senyum bimbang.
It s a small world after all ... it s a small world after all .... Lagu istana boneka Disneyland itu mulai berkumandang di benak Lintang.
Aku dan Jeroen pernah ketemu di sebuah international conference tahun lalu. It was in Vienna, right"
~82~ No, it was in Zurich! Our rooms were right next to each other, remember"
That s right! How could I forget. Remember when we had that party in your room"
Dan, mereka pun tertawa geli berdua.
Oke, deeeh, lokal banget, yaaa. Hellooo, subtitle please ... gerutu Lintang dalam hati. Rasa cemburu sedikit tebersit di hatinya melihat keakraban mereka berdua. Ia berusaha mengalihkan perhatian ke topik lain.
Wah, menu kita udah lengkap, nih! Kita bisa mulai makan! Lintang memang sudah menahan lapar sedari tadi. Maklum, waktu makan siang sudah lama lewat. Jam dinding saat itu menunjukkan pukul 15.00.
Lho, kan, Daus belum datang! ujar Geri. O, iya, Daus! Kok, belum sampai, ya" tanya Wicak.
Moga-moga dia nggak kenapa-napa, ya, Lintang bergumam.
Dulu aku suka padamu dulu aku memang sukaaa ... yayayaaa ....
Alunan lagu Mirasantika Rhoma Irama mengalun keras dari HP Daus. Pemiliknya buruburu menjawab panggilan yang masuk.
Halo" ~83~ DAUS, LO DI MANA"! teriak Lintang dari seberang dengan background suara berisik yang langsung bikin kuping Daus pengang. Lintang rupanya mengaktifkan speaker phone.
Iya, Tang, sori banget, sori ... soriii! Gue lagi kejebak, nih, di Stasiun Delft.
Lho, kok, sampai Delft" Kan, gue bilang lo musti turun di Den Haag Centraal"
Iya, jadi gini. Kan, gue naik kereta dari Utrecht ke Den Haag. Eh terus gue ketemu orang di kereta. Orang apa cewek"! suara lain berujar. Wicak. Uhm ... iya, ketemu cewek ....
DAUUUUUUSSS!!! teriak Lintang, Wicak, Geri, dan Banjar bersamaan.
Ya, kan, tuh cewek mau ke Delft, udah kepalang beli tiket diskon, tapi nggak punya kartu diskon kereta. Terus dia nyari orang yang punya kartu diskon buat nemenin dia, kan, kartu diskon bisa dipakai berempat ....
Mau taruhan jatah bakso lo kalau tuh cewek tampangnya cakep" tantang Banjar.
Hehehe iya, sih, cakep. Tapi, kan gue nolongin dia bukan karena cakep, ta ....
Kalimatnya terpotong oleh teriakan protes serentak dari keempat temannya.
~84~ Bohong banget! Halah, paling bisa! Ngeles aja lo, Maliiiiiih!
... pi atas dasar kemanusiaan! lanjut Daus. Gimana, sih, kalian" Kan, orang Indonesia itu ramah dan gemar menolong sesama!
Coba yang minta tolong lo itu cowok tinggi besar, potong Lintang.
... berewokan ..., lanjut Banjar, ... dan bertato! ucap Wicak.
Bakal nemenin sampai Delft, nggak, lo" tanya Geri.
Wah kalau itu, sih ... jelas iya! Soalnya gue nggak bakal berani nolaknya, hihihihihi.
DAUUUUUUSSS!!! teriakan protes itu datang lagi.
Iya, makanya, gue lagi nungguin kereta balik dari Delft. Sabar, ya, sabar ....
Buruan lo, kita nggak bisa mulai tanpa lo! Lho, kan, kalian nggak mesti nungguin gue segala, sopan amat, sih. Makan aja duluan.
Bukannya gitu, Nyong! Kan, lo yang bawa PERALATAN MAKAN KITA!!!
Oooooo ... iya, ya, hehehe ... duh fatal juga, ya. Sabar, ya, sabar ... orang sabar disayang Allah. Itu
~85~ dari surat, uhm, surat apa, ya" Duh, gue inget, kok ....
UDAH, UDAH!!! BURUAN JALAN!!! Pukul 16.30, akhirnya Daus tiba di apartemen Geri. Itu pun pakai acara nyasar dulu ke apartemen sebelah karena Daus lupa alamatnya dan pulsa di HP sudah habis. Untungnya Geri punya stok peralatan makan lengkap, jadi mereka sudah tak perlu menunggu Daus untuk bisa makan dengan piring sendok plastik.
Yaaaaaa, kok, udah pada makan" Gue disisain, nggak" komentar Daus yang begitu tiba sudah disambut pemandangan tumpukan piring kotor di atas meja makan.
Disisain, kok, tenang aja. Tapi, ngomongngomong, itu piring kotor bagian lo, ya ..., ujar Lintang.
Ampun, Neng, ampun ..., entar gue cuciin, deh. Tapi, mau makan dulu, ya, laper banget!
Acara perdana Aagaban berakhir (agak) sukses. Walaupun mulainya molor hingga empat jam, Lintang sang inisiator tetap senang karena acaranya berhasil. Segala ketololan hari itu ternyata sangat memorable, mulai dari acara masak-masakan bersama, drama perjalanan Daus, acara foto-foto heboh,
~86~ sampai acara nongkrong bareng malam-malam di balkon menonton sinar temaram mercusuar menyoroti kapal-kapal yang sedang melaut.
Dalam kondisi normal, nongkrong malam-malam di balkon di tengah dinginnya musim salju sama saja percobaan bunuh diri dengan modus mati beku. Tapi, karena mayoritas rombongan adalah perokok kelas kakap, sementara pengelola apartemen Geri melarang merokok dalam ruangan, maka tidak ada pilihan lain kecuali berlaku sok macho menahan dingin demi sebatang keretek. Lintang, Jeroen, dan Wulan yang bukan perokok memilih bertahan di ruang tamu apartemen yang hangat dan nyaman, ditemani bergelas-gelas kopi panas dan sepiring besar slaagroomsoesjes 3 berlumur hot fudge sauce, pencuci mulut dahsyat sumbangan Geri.
Dalam hati, Lintang mengakui bahwa ia mulai ketagihan dengan pertemanan Aagaban ini, lebih dari yang ia perkirakan sebelumnya. Rasanya kalau sehari nggak ketemu joke garing Banjar, komentar sarkas Wicak, cerita polos Daus, atau komentar Geri yang bijak menenangkan, terasa ada yang kurang. Keempat lelaki itu masing-masing memiliki kepribadian unik yang menarik hati Lintang. Ia ingin sekali berpuas diri telah sukses menyelenggarakan
~87~ acara kumpul-kumpul pertama mereka semua, tapi ada satu detail yang masih mengganjal di hatinya.
Kedekatan Jeroen dengan Wulan mulai mengganggu. Hampir sepanjang sore, Jeroen lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengobrol berdua dengan Wulan dibanding Lintang. Dari tawa canda mereka berdua, tersirat pertemanan yang sangat akrab. Sayangnya, Lintang sulit bergabung karena bahan obrolan mereka yang sangat lokal . Daripada makan hati, akhirnya Lintang memilih mengorbankan kenyamanan sofa yang hangat dan empuk, bergabung bersama keempat makhluk Aagaban yang lain.
Aaah ... dodol, makanya lo berdirinya sebelah sini, tutupin gue! teriak Banjar kepada Daus.
Yaaa ... kok, gue yang ditumbalin kena angin" Kenapa bukan Wicak" protes Daus.
Iya, karena penampang badan lo paling besar! Wicak mah cungkring, nanti anginnya tetap nembus!
Kurang ajar .... Lintang, Geri, dan Wicak ramai menertawakan upaya Banjar dan Daus menyalakan korek api yang tak kunjung berhasil di tengah deru angin laut yang mengembus kencang menyisir balkon.
~88~ Lintang melirik sekilas ke dalam ruangan. Jeroen dan Wulan terlihat sedang terlibat obrolan seru, sesekali diselingi gelak tawa ramai. Rasa cemburu itu hinggap kembali, membersit di hati Lintang, merusak mood suasana bersahabat yang sedang berlangsung. Tiba-tiba, sosok Geri menghalangi pandangan Lintang ke dalam. Dengan senyum simpul, Geri mencolek pipi Lintang dengan jenaka.
Hoi, Non! Serius banget cemberutnya, komentar Geri.
Eh, Ger .... Lintang tersipu, berusaha menutupi kecemburuannya dengan senyum setengah hati.
Geri yang pintar membaca situasi memberikan senyum paling teduhnya untuk Lintang.
Udah, nggak usah dipikirin. Mereka cuma teman, kok. Kan, lo juga sering bercanda akrab kayak gitu sama kita-kita"
Lintang mengangguk kecil sambil menghela napas panjang.
Thanks, ya, Ger. Buat apa"
For making me feel better. Ah, bisa aja lo ....
Dan, dengan itu, Geri kembali bergabung bersama teman-teman yang lain. Daus, Banjar, dan Wicak
~89~ yang kini sibuk saling cela tak sempat memperhatikan dialog yang baru berlangsung.
Lirikan Lintang beralih ke sosok Geri. Seorang teman yang sangat baik, bijak, lagi rendah hati.
Di mata Lintang, sosok Garibaldi Atmadja mulai tampak too good to be true.
Mau mengadakan acara makan-makan" Baru tiba di Belanda dan perlu kiat belanja sehari-hari" Berikut sedikit info dan kiat seputar belanja di Belanda! 1. Belanja keperluan sehari-hari di Belanda dapat dilakukan dengan dua cara: belanja di supermarket atau belanja di pasar. Apa sih, bedanya" Begini, barang yang tersedia di pasar pasti lebih segar. Soal harga boleh bersaing. Hanya saja, pasar di Belanda tidak hadir setiap hari. Tiap kota memiliki hari pasar masing-masing. Leiden, sebagai contoh, memiliki hari pasar Rabu dan Sabtu, sementara pasar Delft hadir tiap Kamis dan Sabtu. Kota besar seperti Den Haag, Rotterdam, dan Amsterdam biasanya memiliki pasar utama yang buka lebih dari dua kali seminggu. Pasar besar Den Haag di Hobbemaplein, misalnya, buka tiap Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu.
2. Supermarket di Belanda banyak dan bervariasi. Beberapa nama supermarket yang umum ditemui
~90~ antara lain: Albert Heijn (AH), Super De Boer, C- 1000, Digros, Aldi, dan Lidl. Di antara nama-nama yang tadi disebut, ada tingkatannya juga. Albert Heijn dan Super De Boer, misalnya, sedikit lebih mahal daripada yang lain, tetapi juga menyediakan variasi pilihan barang lebih banyak. C-1000 dan Digros ada di tengah-tengah, sementara Aldi dan Lidl termasuk tempat belanja paling murah, tapi dengan pilihan barang paling terbatas plus jumlah kasir yang tak sebanding dengan jumlah pembeli. Supermarket ini biasanya buka setiap hari kerja sampai pukul 8.00 malam (bisa buka lebih lama saat summer dan tutup lebih cepat kala winter). Sebagian buka pada Sabtu dan hampir semua tutup pada Minggu.
3. Satu detail penting berbelanja di Eropa: jangan harap mendapat kantong plastik gratis di supermarket! Pilihannya antara membeli kantong plastik atau bawa dari rumah. Tujuannya, biar hemat pemakaian plastik dan lebih ramah lingkungan. Solusi terbaik: bermodal tas ransel atau tas sepeda untuk tempat membawa barang belanjaan.
4. Saat belanja di pasar, kita akan melihat sesuatu yang aneh. Orang Belanda yang biasanya tertib antre di mana pun, justru tidak antre kalau belanja di pasar. Antrean didasarkan atas tahu sama tahu, siapa yang datang duluan dan siapa yang belakangan. Saat penjualnya bertanya Wie is
~91~ ander beurt" (Siapa berikutnya"), maka orang yang duluan datang berhak mengajukan pesanan. Pengecualian berlaku untuk dua hal: kalau ada orang cacat/manula atau memang sedang ramai sekali. Orang cacat/manula selalu didahulukan atas dasar kemanusiaan. Sementara kalau sangat ramai, kita harus modal PD. Kalau ditanya siapa berikutnya, cepat-cepatlah ajukan pesanan sebelum disodok pelanggan lain!
5. Setiap kota biasanya punya toko-toko Asia yang dalam bahasa Belanda pun disebut toko . Di sinilah semua bumbu dan keperluan masak lain, mulai dari bihun sampai tahu dan tempe tersedia. Seiring laju pertumbuhan komunitas Asia di Belanda, kini keperluan dasar , seperti beras, mi instan, kecap, sambal botol, sampai terasi, ratarata sudah tersedia di supermarket biasa seperti AH dan C-1000.
6. Daging sapi, ayam, dan kambing halal bisa diperoleh dari islamitische slagerij, alias toko daging muslim, yang notabene pasti bebas varkenvlees (daging babi). Slagerij khusus ini kebanyakan dikelola oleh warga Belanda keturunan imigran asal Turki atau Maroko. Kiat: bagi pencinta jeroan, jeroan tertentu bisa dibeli dan dipesan di toko-toko ini. Kalau beruntung, mereka bahkan akan memberikan secara gratis atau dengan harga sangat murah. Maklum, asumsi yang beredar di sini menyebutkan jeroan itu makanan yang hanya
~92~ layak dikonsumsi hewan peliharaan atau ternak!
7. Bagi pencinta mal dan window shopping di kota besar, seperti Den Haag, Amsterdam, dan Rotterdam, catat baik-baik bahwa waktu tutup toko pada hari kerja adalah pukul 18.00 pas. Artinya, jangan kaget kalau pukul 17.45 tiba-tiba ditegur satpam berwajah galak dan diusir secara halus! Namun, ada hari khusus ketika kita bebas berbelanja sampai pukul 9.00 malam, yaitu pada koopavond (hari belanja). Koopavond di satu kota dan kota lain bisa berbeda. Leiden dan Den Haag, misalnya, memiliki koopavond hari Kamis, sementara koopavond Rotterdam jatuh pada Jumat.
8. Pengin belanja baju bermerek, bot kulit idaman, parfum terkenal, atau buku spesial" Tunggulah hingga musim sale. Diskon besar-besaran biasanya datang dua kali setahun, yaitu kisaran Januari dan Juli. Pada bulan-bulan tersebut, harga semua barang benar-benar dibanting. Jangan pingsan kalau melihat sepasang sepatu bot seharga 5 euro. Kewarasan juga terancam hilang begitu menemukan jaket hangat bermerek seharga 20 euro.
1 Sampan yang menjual kue-kue tradisional, macam klepon, kue
bingka, dan sebagainya. 2 Albert Heijn.
~93~ 3 Kue sus kecil berisi whipped cream.
~94~ Leiden Salah satu hal yang membuat Lintang selalu bersyukur bisa bersekolah di Leiden adalah tersajinya pemandangan sehari-hari yang teramat cantik. Walaupun sebenarnya Lintang memang tak memiliki pilihan lain. Sewaktu menyatakan niat bersekolah ke Belanda, Universitas Leiden sebagai universitas tertua di Belanda adalah satu-satunya sekolah yang mendapat restu dari orangtuanya yang sedikit kolot.
Apa itu, Hogeschool" Mama belum pernah dengar, kata sang mama saat Lintang menyatakan ingin sekolah di salah satu sekolah tinggi Belanda, atau dikenal dengan istilah Hogeschool. Toh, kualitas pendidikannya sama-sama bagus dan program yang ditawarkan lebih bervariasi dibandingkan universitas.
Pilihlah sekolah yang namanya sudah harum! sabda beliau.
Mama akhirnya mengangguk setuju setelah Lintang mengalihkan pilihannya ke Universitas Leiden, almamater Sutan Syahrir yang namanya harum di tanah Minang. Setidaknya, sang mama
~95~ yakin Leiden akan menimbulkan decak kagum apabila salah seorang teman arisan menanyakan di mana anaknya bersekolah.
Setelah menginjakkan kaki di Leiden, Lintang terbukti tak menyesali keputusan mamanya. Selain merupakan kota kecil yang indah, Leiden juga termasuk salah satu kota paling bersejarah di Belanda. Kemolekan Leiden langsung terasa begitu memasuki jalan-jalan kecil di pusat kota yang penuh dengan bangunan tua. Kanal Oude Rijn yang membelah Kota Leiden beserta deretan kapal layar antik yang menghiasi pelabuhan lama kental membangun suasana old world charm. Indah dan klasik, seperti gambaran suvenir khas Belanda. Meski demikian, aura Leiden tetap terasa awet muda berkat banyaknya populasi mahasiswa yang tinggal di sana.
Bagi dunia luar, Leiden terkenal sebagai kota kelahiran pelukis legendaris Rembrandt. Albert Einstein, sang fisikawan besar dunia, juga sempat melakukan beberapa riset penting pada awal kariernya di Fakultas Sains Leiden. Bahkan, para pilgrim yang berlayar ke Dunia Baru pada abad ke- 16 juga mayoritas berasal dari Leiden. Merekalah pendatang awal sebuah negara yang akhirnya dikenal dengan nama Amerika Serikat.
~96~ Bagi Indonesia, Kota Leiden pun memiliki kedekatan tersendiri. Perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal, Landen Volkenkunde) 1 yang terdapat di pelataran Fakultas Sastra Universitas Leiden mencatat perjalanan Belanda selama masa keemasan era kolonialisme, pastinya juga tentang hubungannya dengan Indonesia. Hingga kini, perpustakaan KITLV masih dianggap sebagai salah satu pusat referensi sejarah Indonesia paling lengkap di dunia. Selain itu, Snouck van Hurgronje, sang penakluk kerajaan Aceh, juga memilih kota ini sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.
Bagi bangsa Belanda, Leiden juga tercatat sebagai kota yang nasionalis. Konstitusi Belanda ditulis John Rudolf Thorbecke pada 1848 dari rumahnya di Jalan Garenmarkt, Leiden. Namun, aspek paling nasionalis Kota Leiden justru seputar hal berdirinya Universitas Leiden itu sendiri.
Alkisah, Leiden merupakan salah satu kota pertahanan terakhir Belanda yang dikepung bangsa Spanyol di penghujung Perang 80 Tahun abad ke- 15. Pengepungan Leiden selama berbulan-bulan menyebabkan warga kota kelaparan karena jalur distribusi makanan diisolasi. Meski demikian, Kota
~97~ Leiden pantang menyerah hingga bala bantuan tentara Raja William van Oranje datang membebaskan mereka pada 1574. Setelah berhasil mengusir bangsa Spanyol, bala tentara itu mendobrak masuk melalui salah satu bendungan kanal dengan membawa bantuan makanan berupa ikan haring 2 dan roti bagi warga Leiden yang kelaparan.
Raja William begitu terkesan dengan semangat juang warga Leiden melawan bangsa Spanyol hingga ia memutuskan untuk memberikan hadiah. Konon, warga Kota Leiden diberi pilihan antara dibebaskan dari pajak atau didirikan sebuah universitas. Warga Leiden ternyata memilih pilihan kedua yang menjadi permulaan berdirinya universitas pertama di Belanda. Hingga kini, hari pembebasan Leiden dirayakan setiap 3 Oktober dengan karnaval, pesta di jalan-jalan Kota Leiden, serta membagikan roti dan ikan haring gratis di kantor wali kota.
Mungkin kalau warga Kota Leiden masa lalu hanya mementingkan diri sendiri dan memilih dibebaskan dari pajak, Universitas Leiden takkan pernah berdiri, pikir Lintang kagum. Cerita itu membuat Lintang memandang Belanda yang selama ini ia kenal sebagai bangsa penjajah yang licik dengan kacamata yang
~98~ berbeda. Lintang mengayuh santai sepeda kumbang kesayangannya menyusuri jalan-jalan kecil Kota Leiden menuju Centrum, tempat toko-toko dan pusat berbelanjaan berada. Berbicara soal sepeda, kepunyaan Lintang yang satu ini memang istimewa. Pada saat teman-temannya berburu sepeda di pasar gelap, cuma dirinya seorang yang rela menyisihkan dua lembar lima puluh euro untuk menebus sepeda hitam mengilat dari salah satu toko sepeda bekas di Centrum.
Sepedanya enteng dikayuh, begitu alasannya. Cukup masuk akal dan membuat yakin bahwa dirinya tidak akan terserang sindrom betis gede, penyakit paling ditakuti para gadis akibat bersepeda selama setahun penuh. Kelebihan yang kedua, dengan harga semahal itu, sepeda Lintang juga dilengkapi dengan asuransi. Jadi, Lintang bisa memarkir sepedanya di mana saja dengan tenang tanpa rasa khawatir. Belanda memang terkenal sebagai negara dengan tingkat pencurian sepeda tertinggi di dunia. Konon, setiap tahun tak kurang dari 1,5 juta unit sepeda raib digondol maling.
Tepat di depan V&D 3 , HP Lintang berdering ceria. Tangan kirinya dengan fasih merogoh telepon
~99~ mungil itu dari saku jaket tebalnya. Tanpa menghentikan laju sepeda, ia menjawab panggilan yang masuk. Biasanya orang Belanda baru akan menganggap orang asing sudah gone local jika sudah bisa mengayuh sepeda tanpa memegang setang, alias hands free. Di Belanda, orang bersepeda dengan satu tangan memegang payung sementara tangan lain memegang tali kekang anjing bukan atraksi sirkus, melainkan sudah merupakan pemandangan biasa walaupun sering ditegur polisi karena berbahaya.
Een ogenblijk schaatje, ik kom er aan! 4 Lintang menjawab dengan secuil bahasa Belanda yang ia pelajari dari Jeroen. Harus diakui, pacaran dengan penduduk lokal adalah metode jitu untuk belajar bahasa setempat. Beberapa bulan saja ia sudah bisa menghafal beberapa kalimat penting untuk kehidupan sosialnya di Belanda. Teman-teman Belanda-nya sangat menghargai ketika Lintang bisa berbicara dalam bahasa mereka. Entah basa-basi atau memang takjub, mereka akan kegirangan ketika Lintang membalas ucapan mereka dalam bahasa Belanda. Daus bahkan sering memanfaatkan kemampuan bahasanya yang terbatas untuk mendekatkan diri dengan teman-teman sekelasnya yang cantik.
Golok Halilintar 12 Jalan Setapak Lali Jiwo Karya Harlock Istana Gerbang Neraka 2

Cari Blog Ini