Ceritasilat Novel Online

Orang Miskin Dilarang Kawin 1

Orang Miskin Dilarang Kawin Karya Suami Efbi Bagian 1


v Suami eFBi Insya Allah, Anda akan terseyumsenyum ketika membaca kisah dalam
buku ini Selamat Menikmati Orang Miskin Dilarang Kawin"
Berbasis kejadian nyata yang lucu dan unik mengenai lajang miskin
yang ingin kawin. Dari kisah-kisah ini, pembaca bisa mengambil hikmahnya agar senantiasa meluruskan niat menikah (kawin)
walaupun pada awalnya miskin. Peristiwa-peristiwa dalam buku ini
bisa jadi seolah di luar logika. Namun, hal itu makin menunjukkan bahwa Allah Mahabesar.
Orang Miskin Dilarang Kawin" vi i
Rasa takut (segan) terhadap manusia
jangan sampai menghalangi kamu untuk menyatakan apa yang sebenarnya jika memang benar kamu melihatnya, menyaksikannya, atau mendengarnya.
(HR. Ahmad) vii Suami eFBi Daftar Isi Suami eFBi (Vanda Nur Arieyani) ............................. 1 Bengkel Cinta (Ragil Kuning) ................................... 17 Si Keukeuh (Okti Li) ..................................................... 35 Si Takut Kawin (Suden Basayev) ............................ 53 Waktu yang Bicara (Windy Asriani) ..................... 71 Cinta Tak Sampai Kaya (Intan Hs) ......................... 83 Roda Berputar (Andri Nugraha) ...........................105 Akhirnya Menikah Juga (Anas Rumahbaca) ....125 Kesimpulan ....................................................................133
1 Suami eFBi H ari ini aku heran karena banyak kasakkusuk di kantor. Teman-teman pun yang memandangku penuh selidik.
Alisa, selamat, ya. Kok tidak mengundang, sih" Alisa, kamu kawin siri, ya"
Alisa, kok kamu berani mengambil keputusan secepat itu"
Pertanyaan-pertanyaan itu meluncur dari bibir teman-teman kantorku. Masya Allah... baru kusadari ternyata kasak-kusuk itu bersumber dari keisenganku mengubah status hubunganku di Facebook dari lajang menjadi& .
*** Dunia memang makin sempit saja. Bayangkan, dari pojok kamar kosku ini, aku bisa menjelajahi dunia ke mana pun aku suka. Menyusuri ruang dan waktu yang pernah aku lewati, berjumpa kembali dengan orang-orang dari masa laluku, dan bertemu sahabat-sahabat baru yang belum pernah berjumpa langsung tapi telah benar-beSuami eFBi Vanda Nur Arieyani Orang Miskin Dilarang Kawin" 2
nar hadir di hati. Komunitas maya yang kunikmati saat ini cukup ampuh untuk mengusir sepi karena jauh dari orangtua dan saudara-saudaraku. Aku menatap dan menelusuri setiap berita dari teman-teman. Rasanya tak bosan menatap benda tipis ajaib itu. Namun, hatiku selalu berdesir iri jika membaca berita temanku mengakhiri masa lajangnya atau berita kelahiran anak mereka. Apalagi jika aku melihat gambar-gambar pernikahan, juga gambar-gambar keluarga kecil mereka yang tersenyum ceria. Rasanya foto-foto lucu itu lamalama berubah menyeringai mengejekku. Ya, usiaku sudah melewati 25 tahun. Aku masih jomblo, belum punya calon suami. Sungguh, tidak ada dalam pikiranku saat ini untuk pacaran. Yang ada mencari calon suami untuk kujadikan pendamping hidup. Sebenarnya bukan aku yang jual mahal apanya yang mau dijual mahal, wajah juga pas-pasan kayak begini. Diobral dengan hadiah piring atau payung juga paling yang diambil payungnya doang hehehe& memang aku dagangan tapi Bapak dan Ibu yang memasang kriteria jauh di atas awang-awang untuk seorang lelaki yang ingin menjadi suamiku.
Sampai bosan aku mengenalkan pria yang punya niat sungguh-sungguh untuk menikahiku. Ketika masih kuliah, ada teman kuliah yang berniat melamarku. Bapak dengan tegas menolaknya de3 Suami eFBi ngan alasan masih kuliah. Meski sudah kujelaskan kalau dia kuliah sambil bekerja, tetap saja Bapak tak bisa menerima alasanku.
Selesaikan dulu kuliahmu. Ingat, cari suami pegawai yang sudah mapan. Memang mau kamu kasih makan apa anakmu nanti" kata Bapak saat itu. Yaaa& Bapak. Tentu saja dikasih makan nasi. Sekali-kali dikasih makan burger atau pizza kalau lagi kepengin, kataku dalam hati.
Hehehe& kalau sampai aku menjawab seperti itu, bisa dipastikan uang kuliahku distop oleh Bapak. Wah& malah bisa lebih panjang masalahnya. Bolehlah, aku menunda menikah sampai kuliahku selesai. Namun, kriteria calon suami yang harus pegawai mapan, minimal sarjana, dan dari status sosial yang sama dengan keluargaku sungguh membuat hatiku berontak. Saat itu aku hanya bisa diam karena aku sangat mengenal sifat Bapak yang paling tidak suka didebat oleh anaknya. Sekarang aku sudah bekerja, tetapi Bapak tetap dengan kriteria suami yang setinggi langit itu. Sebenarnya maksud Bapak baik. Bapak tidak ingin melihat aku, anak gadis sulungnya, hidup menderita karena salah memilih suami. Namun, Bapak lupa, bahwa jodoh itu Allah yang mengatur. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah mengirimkan laki-laki yang sesuai dengan keinginan Bapak,
Orang Miskin Dilarang Kawin" 4
tentunya ditambah dengan kriteriaku, yang baik agamanya, wajah lumayan bisa dinikmati, postur tubuh proporsional, penyayang, sabar, dan baik hati. Ahhh& semoga masih ada stok laki-laki seperti itu di dunia ini buatku.
Beberapa kali aku berkenalan dengan laki-laki yang serius ingin menjalin hubungan denganku. Namun, mereka hanya masuk dalam penilaianku. Mereka tidak masuk dalam kriteria yang diinginkan Bapak sebab kemapanan ekonomi mereka jauh di bawah standar yang diberikan oleh Bapak. Waduh! Bisa-bisa sampai kiamat aku nggak ketemu dengan lelaki seperti itu.
Saat ini rasanya aku benar-benar sudah pasrah. Aku menyibukkan diri dengan bekerja dan mengisi sela-sela waktuku untuk mantengin layar komputer. Jangan bilang aku gila kerja, lho. Aku betah berlama-lama di depan benda itu karena aku kecanduan main Facebook. Aku bisa berhaha-hihi dengan teman-teman lamaku. Aku juga berharap bertemu teman kuliahku yang masih membujang atau seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah yang mau kuajak menghadap Bapak. Ini adalah khayalan tingkat tinggi yang sudah over dosis, teman. Jadi, jangan dimasukkan ke hati.
*** 5 Suami eFBi Hari ini sepulang kerja aku berencana bertandang ke rumah Lina, sahabatku sewaktu SMA yang kutemukan kembali lewat Facebook. Yang membuat aku bahagia, ternyata Lina tinggal di kota yang sama dengan kota tempatku bekerja.
Setelah naik angkot yang kemudian disambung dengan becak, berbekal alamat dan bertanya sana-sini, akhirnya aku tiba juga di sebuah rumah mungil yang asri. Rupanya Lina sudah menantiku di depan pagar.
Alisa, apa kabar" Akhirnya kita bisa ketemu lagi, suara lembut Lina menyapaku.
Kami berpelukan erat, tak ketinggalan pula cium pipi kanan dan kiri sebagai pelepas rindu. Alhamdulillah, baik. Wah& sebentar lagi kamu akan menjadi ibu rupanya, kataku sambil mengelus perut Lina yang kelihatan membuncit. Sore itu aku dan Lina menghabiskan waktu dengan bercerita tentang kehidupan kami masingmasing selama ini. Aku pun langsung curhat tentang keinginanku menikah yang belum juga kesampaian.
Pada kunjungan keduaku ke rumah Lina, tiba-tiba dia melontarkan pertanyaan yang membuat aku seakan mendengar petir di siang bolong yang terang benderang.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 6
Alisa, kamu tidak keberatan to jika dikenalkan sama teman Mas Faris" Lina bertanya sangat hati-hati, khawatir menyinggung perasaanku. Kenalan, kan" Apa salahnya" sahutku ringan. Ya, kenalan dulu. Nanti kalau kalian cocok, ya, silakan urus sendiri kelanjutannya. Orangnya baik kok, Cha. Namanya Sultan, Lina terus nyerocos tanpa kuminta.
Rupanya, curhatku waktu itu menjadi bahan cerita mengasyikkan bagi Lina untuk dibagi dengan suami tercinta. Nah, terjadilah rencana percomblangan oleh Lina dan suaminya. Aku akan dikenalkan pada teman Mas Faris, suami Lina. Aku sih setuju-setuju saja. Namanya juga usaha. Yang penting dengan cara yang halal, ya kan" Tanpa menunggu persetujuanku, Lina memencet kombinasi angka di alat komunikasinya. Setelah tersambung dengan seseorang di seberang sana dan berbasa-basi sebentar, ia langsung mengangsurkan benda itu ke telingaku.
Kalau tidak ingat dia sedang hamil, rasanya ingin kujitak saja kepalanya. Tega-teganya dia ngerjain aku seperti ini.
Akhirnya, hari itu aku resmi berkenalan dengan Mas Sultan, via telepon. Dia berada jauh di luar pulau, terpisah oleh bentangan samudra dengan7 Suami eFBi ku. Perkenalan kami diakhiri dengan bertukar nomor ponsel dan alamat e-mail. Dari perkenalan singkat itu kuketahui bahwa dia berencana cuti sekitar awal bulan depan.
Rasanya sangat lama menunggu awal bulan. Menjelang pertemuanku dengan Mas Sultan, dia mengirimkan sebuah foto lewat e-mail. Hmmm& rupanya dia khawatir aku kaget kalau langsung bertemu tanpa lebih dahulu melihat wajahnya. Aku sendiri tidak tahu, jangan-jangan tanpa izinku Lina sudah terlebih dahulu mengirimkan fotoku pada dia. Namun, bagiku sudah tidak penting lagi.
Berdebar-debar juga waktu aku membuka email foto itu. Sebuah wajah nongol di sana. Garis bibirnya membingkai sebuah senyum untukku. Entah mengapa, setelah melihat foto Mas Sultan kurasakan hatiku lega. Bukan karena wajahnya yang menurutku biasa-biasa saja, tapi sudut hatiku mengatakan inilah akhir rasaku meskipun aku belum tahu lebih dalam siapa dia, apakah dia menantu idaman Bapak yang punya standar kepribadian tertentu seperti mobil pribadi, rumah pribadi, dan semua yang serba pribadi itu atau bukan.
*** Orang Miskin Dilarang Kawin" 8
Pagi ini matahari tersenyum lebar, seolah ingin membagi kehangatan cinta pada semua makhluk di bumi ini. Aku pun tak kalah bersemangat. Aku akan membuat salad buah dan sup merah kesukaan Lina. Hasil masakanku itu akan aku bawa sebagai oleh-oleh buat Lina. Ya, hari ini aku akan bertemu Mas Sultan di rumah Lina. Tentunya semua ini atas skenario si ibu hamil itu. Aku hanya bisa berharap semoga pertemuan nanti membawa berkah.
Debar-debar itu akhirnya berujung juga ketika aku bertemu dengan orang yang selama ini hanya aku kenal lewat telepon dan kulihat gambarnya di foto. Debar-debar itu kembali hadir ketika tibatiba Mas Sultan bertanya, Bagaimana, setelah bertemu dengan orangnya apa masih mau dilanjut"
Tentu saja aku gelagapan mendengarnya. Kacaunya lagi, si ibu hamil itu malah senyum-senyum sambil mengedip-kedipkan mata dengan genit. Sudahlah. Kalau wanita ditanya seperti itu hanya diam, bertanda dia setuju. Ya, kan, Alisa" sahut Lina sebelum aku sempat mengeluarkan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaan Mas Sultan.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah mengangguk. Untung saja Lina sedang hamil. Kalau tidak, pasti
9 Suami eFBi akan kucubit dan kugelitiki sampai dia mati ketawa.
Setelah pertemuan itu, kami lebih terbuka menceritakan latar belakang keluarga kami masingmasing. Aku juga menceritakan angan-angan Bapak tentang calon suamiku. Aku tidak mau Mas Sultan nanti tersinggung bila bertemu Bapak. Aku mengatakan Bapak sangat idealis dalam memilih calon suami untukku dan selama ini aku belum pernah bertemu dengan orang yang memenuhi semua kriteria Bapak. Ada saja kekurangan mereka di mata Bapak.
Mas Sultan, seseorang dengan segala kriteria yang tidak ada dalam catatan Bapak, ternyata tetap bertekad menemui orangtuaku. Mas Sultan adalah anak seorang petani miskin di sebuah desa yang cukup jauh dari keramaian kota di pinggiran kota Probolinggo. Yang pasti akan membuat Bapak lebih shock, dia hanya lulusan SMA. Dia bukan seorang pegawai instansi pemerintah yang punya jabatan. Dia hanya seorang pekerja kontrak di sebuah proyek pengeboran minyak.
Kesungguhan dan kenekatannya membuat aku juga akan nekat menghadapi Bapak. Capai rasanya selama ini hidup di bawah bayang-bayang sosok calon suami yang ada dalam gambaran Bapak. Tidak enak juga berkali-kali menolak orang yang sungguh-sungguh ingin menemui orangtuaku haOrang Miskin Dilarang Kawin" 10
nya karena tidak ingin mereka sakit hati oleh kekerasan hati Bapak. Bisa-bisa aku tidak menikah dan menghabiskan hidupku tanpa pendamping.
*** Akhirnya, kami sepakat. Mas Sultan akan menemui orangtuaku untuk berkenalan dua minggu lagi. Waktu cuti yang terbatas membuat dia harus segera bertemu orangtuaku. Sempat terbersit rasa ragu di hati, tapi biarlah. Aku akan menghadapi apa pun yang terjadi.
Tak bisa kutunda, malam ini aku harus memberi kabar pada Bapak. Kuangkat ponsel dengan tangan gemetar. Setelah bertukar kabar dan melepas rindu, aku segera mengatakan rencana Mas Sultan. Aku menunggu suara di seberang sana dengan hati tak keruan, deg-degan bercampur cemas tak tertahan.
Alisa, silakan teman lelakimu itu berkunjung kemari. Tapi bukan berarti Bapak menerima dia menjadi calon menantu.
Suara Bapak lantang menerjang gendang telingaku. Meskipun hampir 26 tahun akrab dengan suara Bapak, aku tetap saja terkejut mendengarnya.
11 Suami eFBi Pak, dia lelaki yang baik dan dia sungguh-sungguh ingin mendapatkan restu Bapak. Memang dia bukan calon menantu idaman Bapak, tapi aku yang akan menjalaninya, Pak. Aku akan menanggung semua risiko atas pilihanku. Entah dari mana aku mempunyai kekuatan untuk melawan kata-kata Bapak. Mungkin kalau aku berada di sampingnya saat ini, aku hanya bisa tertunduk pasrah.
*** Dua minggu kemudian.... Rumah telah bersih dan rapi. Semalam aku sudah sampai di kota tempat aku lahir dan dibesarkan ini. Pagi ini, aku menyibukkan diri dengan membantu ibu di dapur, sekadar melemaskan otot sarafku yang tegang.
Hari semakin beranjak siang, matahari seakan ikut memompa semangatku dengan teriknya yang semakin menyengat. Tiba-tiba....
Teeettt... teeettt... teeettt.... Assalamu alaikum. Bel menyalak nyaring memenuhi semua penjuru ruangan, pertanda ada tamu di depan sana.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 12
Kulirik dari jendela dapur yang tepat menghadap pintu masuk, sesosok tubuh yang sedari tadi dinanti berdiri di sana. Aku tak beranjak dari tempatku. Ibu seolah tahu isi hatiku. Beliau segera masuk dan bersiap menyambut tamu yang tengah menanti di depan sana.
Selanjutnya, aku hanya berdiam, tak berani masuk untuk menemani di dalam. Ah, benar-benar tidak bisa kubayangkan bagaimana wajah Mas Sultan ketika harus menghadapi interogasi Bapak. Pertanyaan Bapak yang langsung tunjek point eh... maksudku to the point pasti bakal bikin Mas Sultan kewalahan menjawabnya. Yang pasti, bakal membuat telinga merah dan hati berderapderap menahan emosi, antara harga diri yang terhunjam dan rasa tersinggung yang coba diredam. Usaha Mas Sultan meyakinkan Bapak ternyata sia-sia. Yang tidak kusangka, ternyata dia nekat langsung melamarku pada Bapak. Baru kali ini aku menemui orang senekat itu. Wong sudah jelas-jelas dapat nilai merah dari Bapak kok, ya, tetap berani melamarku.
Hasilnya, lamarannya ditolak dengan sukses oleh Bapak. Yang membuatku lebih heran dan kagum, Mas Sultan tetap berlapang dada.
Tidak apa-apa, Pak. Bapak menolak saya karena sangat sayang pada putri Bapak. Saya akan me13 Suami eFBi nunggu. Semoga suatu saat Bapak akan memberikan restu untuk saya.
Sayup suara itu terdengar di telingaku. Tanpa kusadari, mataku sudah buram oleh kabut yang tiba-tiba turun.
Sebenarnya, kebahagiaan macam apakah yang dikehendaki Bapak untukku" aku hanya bisa bertanya pada hatiku.
*** Setelah peristiwa lamaran yang ditolak itu, aku kembali dengan aktivitasku yang biasa. Mas Sultan juga kembali ke ke tempat kerjanya setelah masa cutinya habis.
Hari ini aku heran juga dengan kasak-kusuk di kantor, apalagi melihat teman-teman memandangku penuh selidik.
Alisa, selamat, ya. Kok tidak mengundang, sih" Alisa, kamu kawin siri, ya"
Alisa, kok kamu berani mengambil keputusan secepat itu"
Pertanyaan-pertanyaan itu meluncur dari bibir teman-teman sekantorku. Masya Allah... baru kuOrang Miskin Dilarang Kawin" 14
sadari kasak-kusuk itu ternyata bersumber dari keisenganku mengubah status hubunganku di Facebook dari lajang menjadi menikah dengan Muhammad Sultan. Saat itu, aku sekadar melampiaskan kejengkelan yang sudah menumpuk di dada. Aku tidak tahu harus menumpahkan ke mana. Setelah kujelaskan pada teman-temanku, mereka hanya berohhh... ohhh ria. Beberapa masih mengomel menasihatiku.
Menikah kok dibuat bercanda, Cha.... Aku cuma tersenyum menanggapi nasihat-nasihat mereka. Mereka mengambil kesimpulan bahwa Mas Sultan adalah calon suamiku. Andai mereka tahu kalau dia adalah calon suami kesekian yang ditolak oleh Bapak.
Keisenganku mengubah status menjadi menikah di Facebook juga membuat geger semua keluarga. Adik, sepupu, tante, serta om yang menjadi teman-teman Facebook ramai mengonfirmasi kebenaran berita itu. Mereka beranggapan aku nekat melakukan pernikahan siri, pernikahan secara sembunyi-sembunyi, karena hubunganku selalu tidak mendapat restu dari Bapak. Aku menangis karena diberondong telepon kiri kanan, apalagi saat Bapak tahu dari laporan salah seorang tanteku. Bisa dibayangkan, suasana menjadi lebih heboh dan penuh tangis bombay.
15 Suami eFBi Alhamdulillah, kehebohan yang ditimbulkan oleh keisenganku itu ternyata membawa hikmah. Bapak mulai belajar memahami keinginan-keinginanku. Beliau pun mulai mau mendengar alasan dan prinsip hidupku dalam memilih suami. Mungkin beliau khawatir aku benar-benar nekat dan akan kawin lari.
Tanpa sepengetahuanku, Bapak mencari informasi tentang Mas Sultan dari teman-temanku. Tanpa sepengetahuanku pula, Bapak sering menelepon Mas Sultan sekadar menanyakan kabar atau lebih tepatnya mengetes kesungguhan niatnya untuk menikahiku dan mengorek lebih dalam latar belakang keluarganya.
*** Trittt& trittt& trittt& .
Nada pesan dari ponselku memanggil. Kulihat nama Mas Sultan tertera di sana. Ada apa gerangan hingga di penghujung malam begini dia masih sempat berkirim SMS" Segera kutekan simbol sampul di ponselku.
Dgn m ucap bismillahirrahmanirrahiim Bp berkeyakinan bhw sdh kehendak dan petunjuk Allah Swt mjodohkanmu dg ank sy Alisa dan sy minta klrgmu datang ke rmh nanti hr ry sywal 1430H.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 16
Alhamdulillah& Subhanallah& . Syukur tak terkira terucap tak henti dari bibirku. Rupanya Mas Sultan meneruskan SMS yang dikirimkan Bapak kepadanya. Bapak yang semula begitu keras menolak lamaran Mas Sultan karena tidak ingin anaknya menikah dengan orang miskin, sekarang telah luluh.
Segera kuambil wudhu, kuhadapkan wajahku pada wajah-Nya. Kulabuhkan semua perasaan sedih dan bahagiaku di sana. Kuminta kebaikan atas keputusan yang telah Bapak ambil. Semoga semua berjalan di dalam keridaan-Nya.
*** Sekarang aku sudah menjadi Nyonya Sultan. Kami tinggal di rumah kontrakan kecil yang menjadi istana cinta kami berdua. Mas Sultan yang miskin harta ternyata bisa membuktikan bahwa dia adalah lelaki yang bertanggung jawab. Yang lebih penting, sekarang dia menjadi menantu kesayangan Bapak.
*** 17 Bengkel Cinta Bengkel Cinta Ragil Kuning Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya
adalah setan. (HR. Abu Dawud) W ati menangis tersedu-sedu sambil mencium di kaki ibunya, Wati berharap ibunya mengabulkan permintaannya untuk menikah dengan Nono. Ibunya memalingkan muka. Sepertinya tak ada kesempatan lagi buat Wati untuk mendapatkan restunya.
Bu, Wati mohon, restuilah hubungan kami. Kami tidak bisa hidup jika tidak bersama. Cinta kami sudah melekat seperti cinta Romi dan Yuli, Bu, ujar Wati, masih bersimpuh di hadapan ibunya. Weleh, siapa itu Romi dan Yuli" Ibu tak kenal. Pokoknya, Ibu tak merestui hubungan kalian. Seperti tak ada orang lain saja. Jangan sama Nono, lah! suara ibunya meninggi layaknya penyanyi bersuara sopran.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 18
Lha, kalau tidak sama Mas Nono, lalu sama siapa to, Bu" Masa sama Nano-Nano" omongan Wati semakin ngelantur. Mungkin dia mulai stres karena susah membujuk ibunya yang masih berkeras hati.
Alaaahhh, embuh..! 1 Pokoknya Ibu tak rela kamu menikah sama dia. Mau dikasih makan apa nanti kamu" Ibu pergi meninggalkan Wati yang masih bersimpuh di lantai mirip Inem pelayan seksi yang lagi ngepel.
Aduh biyuuung! Piye iki" 2 Cari restu buat nikah saja kok susah banget, Wati menjambak-jambak rambutnya sendiri. Sepertinya dia sudah benarbenar frustrasi.
*** Wati dan Nono adalah dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Keduanya menjalin kasih sejak Nono bekerja di bengkel Ayah Wati. Mereka berdua menyebutnya dengan Bengkel Cinta . Bengkel yang menjadi lokasi tumbuhnya benih-benih cinta di antara keduanya. Ceileeehhh& seperti artis-artis sekarang yang sering terlibat cinlok. Nono seorang pemuda desa yang berasal dari Klaten. Mencoba mengais rezeki di kota Solo se19 Bengkel Cinta jak masih berusia belasan tahun. Maklum, SD saja Nono tak lulus. Kesempatan belajarnya hanya sampai kelas tiga SD. Biasa, orang-orang zaman dulu memang tak begitu mementingkan pendidikan. Asal bisa baca tulis sudah cukup. Yang terpenting bisa menghitung uang. Nono seorang yatim dengan delapan saudara.
Nono terdampar di kota Solo ini karena ikut budhenya yang tinggal di Solo. Sebut saja namanya Budhe Har. Setelah mengantongi izin dari Simboknya, Nono resmi diboyong Budhe Har ke Solo. Kebetulan rumah Budhe Har bersebelahan dengan rumah orangtua Wati. Ibaratnya, ngintip dari jendela pun bisa melihat isi rumah tetangga. Tapi jangan coba-coba ngintip, ya, kalau tak mau bintitan.
Awalnya Nono hanya membantu Budhe Har yang seorang pedagang. Dari kulakan ke pasar, angkatangkat jerigen minyak tanah, nimbang-nimbang, dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan jual beli. Dengan berbekal kalkulator, dia mendapat tugas untuk menunggui warung budhenya. Pertemuan pertama, kedua, dan ketiga di antara keduanya tak menggoreskan getar apa pun di hati masing-masing. Setelah pertemuan yang kesekian kalinya, barulah Nono menebar bibit-bibit cinta, layaknya seorang petani yang sedang menebar benih padi. Tinggal menuai hasilnya.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 20
Awalnya Wati tak menyadari pemuda kampung itu begitu memperhatikannya. Namun, jika Wati disuruh ibunya berbelanja di warung Budhe Har, Nono selalu memberikan bonus. Misalnya, jika Wati membeli satu ons bawang putih, Nono selalu menambahkan segenggam bawang putih sebagai bonus. Begitulah yang namanya cinta. Tak peduli nanti kena damprat budhenya, yang penting pasang muka dulu.
Lah, kok banyak banget to, Mas" Apa nggak salah ini nimbangnya" Wati si gadis polos itu malah protes ketika mendapati belanjaannya berlebih. Sudah, nggak apa-apa, Dik. Anggap saja sebagai bonus biar kamu sering belanja ke sini, Nono mulai mengeluarkan rayuan mautnya. Ini baru tahap awal.
Oooh... begitu. Ya wes, matur nuwun 3, Mas. Wati berlalu dengan hati riang gembira karena mendapatkan bonus belanjaan.
Nono memandangi Wati yang berlalu dari hadapannya. Gadis lugu berkulit hitam manis itu benar-benar sudah menambat hatinya. Apalagi jika Nono melihat rambut hitam kelamnya yang dikepang hingga sebatas pantat. Bisa-bisa Nono mabuk kepayang.
Hm, Wati itu memang manis tenan, kok. Aku sampai jadi keblinger begini jika memandang21 Bengkel Cinta nya. Nono bertopang dagu membayangkan wajah Wati.
*** Pagi itu Nono melihat Wati berangkat ke sekolah. Wati si gadis lugu yang masih kelas tiga SMP itu tak pernah berpikir macam-macam saat teman lelakinya, Parjo, mengajaknya berangkat sekolah bareng. Dia menganggap itu bukanlah sesuatu yang patut dipersoalkan. Lagi pula Wati dan Parjo memang tetangga sekaligus teman sejak SD. Namun, tidak bagi Nono. Hatinya terbakar saat melihat Wati berangkat sekolah bareng Parjo. Budhe, hari ini Budhe nggak kulakan, to" tanya Nono pada Budhe Har.
Kulakan kok, Le, tapi sebentar, yo. Budhe mau ngitung uangnya dulu, sahut Budhe Har sambil menjilat ujung jarinya dan melanjutkan menghitung lembar-lembar uang di tangannya. Haduh, Budhe. Kulakannya sekarang saja. Nanti keburu panas. Cepet to, Budhe! Nono merajuk pada budhenya.
Wealah& ! Sebenarnya ada apa to ini" Kok tibatiba kamu jadi semangat kulakan" Biasane kalau disuruh saja masih klogat-kloget kaya uler 4 . Ya
Orang Miskin Dilarang Kawin" 22
wes, ini uangnya. Jangan lupa bronjong 5 buat bawa jerigen. Budhe Har menyerahkan beberapa lembar uang yang sudah dihitungnya kepada Nono. Secepat kilat Nono memasukkan dua jerigen ke dalam bronjong, masing-masing satu di setiap sisi sepeda. Ia mengayuh sepeda tua itu seperti orang kesetanan. Matanya menatap tajam ke depan sambil sesekali menoleh jika mau menyeberang. Ya iyalah menoleh. Kalau tidak, ya, bakalan nabrak karena tak melihat kanan-kiri.
Mana itu anak" Awas, ya. Kalau ketemu aku kasih pelajaran! Hati Nono semakin kebat-kebit karena belum menemukan targetnya.
Nono ngebut mengayuh sepedanya. Berharap menemukan orang yang sedang dicarinya. Setelah ngos-ngosan dan hampir kehabisan napas, akhirnya Nono menemukan targetnya. Nah, itu dia. Rasakan ini! Nono tiba-tiba mempercepat kayuhannya dan menerobos di tengah, di antara Wati dan Parjo yang sedang naik sepeda berdampingan.
Gubraaakkk& ! Praaakkk& !
Terdengar suara sepeda yang jatuh.
Rasain kowe 6 . Siapa suruh Diket-deket sama Watiku! Nono menyeringai seperti serigala kelaparan.
23 Bengkel Cinta Gimana to, Mas" Naik sepeda kok nabrak-nabrak" Sampeyan 6 sengaja, ya, mau mencelakakan aku" Parjo bersungut-sungut meski tak memiliki sungut. Dia mengurut-urut kakinya yang sepertinya terkilir.
Wati yang kaget dengan adegan itu pun berhenti. Dia turun hendak menolong Parjo. Namun, sepertinya Parjo tak bisa melanjutkan perjalanan ke sekolah, apalagi kakinya kini membengkak sebesar kaki gajah.
Aduuuhhh, sakiiit. Pelan-pelan, Pak! Parjo meringis kesakitan saat beberapa orang mengangkatnya ke atas becak. Parjo terpaksa pulang naik becak karena tak sanggup mengayuh sepedanya lagi.
Nono yang berdalih tak sengaja pun terbebas dari tuduhan sengaja mencelakakan , apalagi ada bukti autentik sepeda yang dipakainya itu remnya blong.
Wati mau sekolah, ya" Bareng aku, yuk, ajak Nono. Ia senang karena kini tinggal mereka berdua yang akan melanjutkan perjalanan. Memangnya Mas Nono mau ke mana" Mau kulakan" Bukannya pasarnya jauh dari sekolah Wati" Kok mau ngajak bareng" Wati menggaruk-garuk kepalanya yang tak berkutu.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 24
Hehe, nggak apa-apa. Mas pengin jagain Wati, jangan sampai ada yang mengganggu, Nono meringis dengan muka bersemu merah menahan malu. Tumben si Nono punya malu. Biasanya bermuka tebal, hehe& .
Wati yang merasa diistimewakan pun tak kalah bersemu merah wajahnya.
Akhirnya, Nono menggantikan posisi Parjo mendampingi Wati dalam perjalanan ke sekolah. Keduanya terdiam. Tak ada kata yang terucap. Namun, lirikan mata yang selalu beradu membuat jantung Nono berdegup kencang.
Tanpa sepengetahuan Nono, ternyata diam-diam Wati pun menaruh hati pada Nono. Tentu saja itu tak terlihat karena Wati memang pandai menyembunyikan hatinya agar tidak dimangsa kucing liar, hehe& memangnya hati ayam"
*** Le, 7 kemarin Budhe sudah bincang-bincang sama bapaknya Wati. Mulai besok kamu boleh belajar di bengkelnya. Biar ada pengalaman. Masa iya sampai tua nanti kamu mau ikut Budhe terus" Budhe Har mengawali pembicaraan sore itu.
25 Bengkel Cinta Apa, Budhe" Aku disuruh belajar di bengkel Pak Yadi" Nono kaget.
Iya, biar kamu ada pengalaman. Siapa tahu nanti bisa buka bengkel sendiri. Kenapa" Kamu nggak mau" tanya Budhe Har.
Oooh, mau... mau banget, Budhe, Nono terlihat bersemangat. Pucuk dicinta ulam tiba, bisiknya dalam hati. Sebenarnya Nono mau jingkrak-jingkrak saking bahagianya. Dia membayangkan setiap hari bisa berdekatan dengan Wati. Ya wes. Kalau begitu besok pagi kamu ke rumah Wati, ya. Belajar yang baik di sana. Bantu Budhe kalau sore hari saja, sepulang dari bengkel, Budhe Har mewanti-wanti seperti Nono akan pergi jauh saja, padahal cuma ke rumah sebelah.
*** Eh, sini, No. Kamu sudah siap jadi montir" tanya Pak Yadi begitu Nono sampai di bengkelnya. Sudah siap, Pak, jawab Nono kalem sekalem-kalemnya. Maklum, usaha buat menggaet hati calon mertua.
Baguslah kalau begitu. Sekarang coba kamu perhatikan ini baik-baik, ya. Kalau ada yang nggak
Orang Miskin Dilarang Kawin" 26
tahu langsung tanya. Kalau aku pas nggak ada, kamu bisa tanya sama mas-mas montir yang lain, Pak Yadi menjelaskan panjang lebar pada Nono. Beliau juga mulai mempraktikkan cara membongkar-pasang mesin.
Nono manggut-manggut saat diberi pengarahan. Dia berusaha memahami semua yang diajarkan, meski berkali-kali harus bertanya pada Pak Yadi atau montir lainnya.
Sudah menjadi kebiasaan, Wati yang menghidangkan makan siang berupa nasi beserta sayur dan lauk-pauknya untuk montir-montir yang bekerja di bengkel ayahnya. Tak terkecuali hari itu. Ia membawa sebakul nasi yang masih panas mengepul ke tempat peristirahatan para montir. Tak lupa sayur asam dan beberapa potong tempe goreng yang tertata rapi di piring. Semangkuk kecil sambal terasi melengkapi menu makan siang hari itu.
Ayo, Mas-Mas semuanya. Istirahat dulu. Sudah siang, lho! Wati melambai-lambaikan tangan layaknya seorang penjaga garis finish yang membawa bendera.
Iya. Nanggung, Dik. Sebentar lagi selesai, sahut Wiryo, salah satu montir di situ.
Yang lain pun terlihat masih asyik dengan pekerjaan masing-masing.
27 Bengkel Cinta Ketika hendak masuk ke rumah, Wati berpapasan dengan Nono. Serasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Wati mengerjap-kerjapkan mata. Mas Nono" Kok ada di sini" tanya Wati dengan muka bersemu merah.
Eh, iya, Dik. Mulai hari ini aku ikut di bengkel ayahmu buat nambah pengalaman, Nono tak kalah grogi.
Waduh! Berarti kalau aku belanja di warung Budhe Har nggak ada yang kasih bonus lagi, dong! Wati mulai berani menggoda Nono.
Weee, masih bisa, kok. Aku kalau sore, kan, masih jaga warung Budhe. Makanya kalau belanja sore saja. Nono mengedipkan mata pada Wati. Wati tersenyum malu-malu seperti kucing, eh, malu-malu kucing maksudnya.
Ya weslah. Tak tinggal ke dalam dulu, Mas. Jangan lupa, teman-temannya diajak makan dulu. Sudah siang, lho! Wati berlalu meninggalkan Nono yang masih senyum-senyum sendiri mirip orgil alias orang gila.
Wati... Wati... pancen kamu manis tenan, kok, kata Nono dalam hati. Dipandanginya gadis lugu berambut panjang itu. Entah kenapa Nono begitu tergila-gila pada Wati, gadis yang belum lama dikenalnya. Namun, untuk mengungkapkan cinOrang Miskin Dilarang Kawin" 28
tanya secara langsung, Nono belum bernyali. Dia menunggu saat yang tepat, setidaknya hingga mampu membaca apakah sinyal-sinyal cinta itu juga ada di hati Wati.
*** Witing tresno jalaran soko kulino. 8 Begitulah kiranya pepatah Jawa yang sesuai untuk menggambarkan hubungan Nono dan Wati. Karena bertemu setiap hari itulah akhirnya benih-benih cinta yang ditabur Nono menuai hasilnya.
Tak terasa sudah tiga tahun Nono ikut bekerja di bengkel Pak Yadi. Wati pun mulai menunjukkan sinyal terserang virus merah jambu di hatinya. Dik, sebenarnya aku ingin bilang sesuatu padamu sejak dulu, ujar Nono. Keringatnya mengucur deras seperti orang yang mau maju perang. Degup jantungnya semakin kencang, seolah akan melompat ke luar dari rongga dadanya. Entah kenapa tiba-tiba grogi itu menggerogoti dirinya. Bilang apa to, Mas" Kok sepertinya grogi gitu" Wati menatap tajam ke arah Nono. Berharap Nono segera mengutarakan isi hatinya.
29 Bengkel Cinta Anu... eh& itu... anuuu... eeemmm.... lidah Nono terasa kelu. Bicaranya jadi tak keruan. Ia menampar mulutnya sendiri. Nono menjadi terlihat sangat bodoh di depan Wati. Terlihat bodoh atau memang beneran bodoh, ya"
Wati yang melihatnya pun tersenyum geli sambil memainkan ujung rambutnya yang dikepang. Aduuuhhh, mau bilang apa to, Mas" Bikin penasaran saja! Wati semakin geregetan dengan sikap Nono.
Anu, Dik. Sebenarnya sudah lama aku tresno sama sampeyan, 9 akhirnya kata-kata itu terlontar juga. Nono menghela napas. Puuufff.... Mendengar kata-kata Nono, Wati hanya tersenyum lalu menunduk. Ia masih memainkan ujung rambut yang semakin kusut terpintal jari. Mukanya memerah, semerah buah tomat yang sudah matang.
Piye, Dik" 10 Kamu mau jadi pacarku" Nono minta kepastian dari Wati.
Eh& i& iya, Mas. Aku juga tresno sama sampeyan, Wati terbata-bata mengungkapkan perasaannya.
Sejak itu hubungan mereka mulai terjalin. Satu kesalahan yang mereka lakukan, mereka tak pernah memberitahukan hubungan itu kepada orangtua
Orang Miskin Dilarang Kawin" 30
Wati. Mereka masih takut, apalagi umur Wati saat itu baru sembilan belas tahun.
Waduh bagaimana nih" Tampaknya orangtua kita tidak setuju, kita pasti akan dilarang, kata Wati.
Hus, kami ini bagaimana, kita belum berusaha dan belum berjuang sudah merasa kalah, kita coba dululah, kata Nono memberi semangat. Ya sudah kalau kamu berani, ujar Wati. Ayo siapa takut, sambut Nono menantang. Sampai akhirnya datanglah Wiryo menemui ibunya Wati. Wiryo menceritakan hubungan serius Wati dan Nono.
Apa" Wati pacaran sama Nono" Dasar anak tak tahu diri! Ibu Wati tersentak kaget begitu Wiryo memberitahukan semuanya. Ibu Wati memang tergolong orang yang keras, congkak, dan materialistis. Dia menginginkan Wati menikah dengan anak teman Pak Yadi, seorang pemilik pom bensin. Bukan sama Nono yang anak kere 11 , cuma sekolah sampai kelas tiga SD itu.
Nono, apa benar kamu suka sama Wati" Pak Yadi memulai sidangnya.
Nono yang ditanya hanya menundukkan kepala sambil mengangguk. Dia begitu segan kepada Pak
31 Bengkel Cinta Yadi. Menurutnya, Pak Yadi berbeda jauh dengan istrinya. Pak Yadi orang yang sabar dan bijaksana.
Walah! Mau kamu kasih makan apa kalau Wati nikah sama kamu" Terus mau kamu ajak tinggal di rumah Simbokmu yang cuma gedhek 12 itu" Ibu Wati angkat suara. Ketus bicaranya membuat nyali Nono semakin mengerut.
Sudah to, Bu. Jangan terlalu mengejek begitu. Tak baik. Kita tanya saja pada Wati. Kalau kamu piye, Nduk 13 " Kamu tresno juga sama Nono" Pak Yadi mengalihkan pandangannya pada Wati yang tertunduk. Ia melihat anak gadisnya itu mengangguk.
Alaaahhh, preeettt& cinta! Cinta apa" Memangnya mau dikasih makan sama cinta" Ibu Wati mencibir.
Bu, eling 14 , Bu. Kita sudah tua. Wati juga sudah dewasa. Dia berhak menentukan pilihannya sendiri, Pak Yadi menengahi.
Wes, No, begini saja. Kalau kamu memang serius sama Wati, suruh Simbokmu datang melamar ke sini. Bagaimanapun kita orang Jawa. Tak boleh meninggalkan adat Jawa, Pak Yadi menepuk pundak Nono.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 32
Sungguh itu, Pak" Besok saya bilang Simbok. Nono gembira karena hubungannya telah direstui meskipun masih menyisakan dongkol di hati ibu Wati. Nono melihat ke arah Wati yang terbengong tak percaya mendengar ucapan ayahnya. Satu kedipan Nono membuat gadis lugu berambut panjang itu tersadar. Tiiing! mereka berdua tersenyum lega.
Seandainya saat itu Nono langsung putus asa begitu mengetahui sang calon mertua tidak setuju hanya karena kemiskinannya, maka tidak akan terjadi perjodohan antara Wati dan Nono. Hikmahnya, janganlah berputus asa, sebelum mencoba dan berusaha semaksimal mungkin.
*** Keterangan: 1. Alaaahhh, embuh& !: Alaaahhh, masa bodoh& !
2. Aduh biyuuung, piye iki": Aduh Ibu, bagaimana ini"
3. Ya wes. Matur nuwun, Mas: Ya sudah. Terima kasih, Mas.
4. Klogat-kloget kaya uler: menggeliat-geliat seperti ulat.
33 Bengkel Cinta 5. Bronjong: keranjang untuk mengangkut barang-barang, terdiri dari dua sisi, kanan dan kiri
6. Kowe (bahasa Jawa kasar) = sampeyan (bahasa Jawa halus): kamu.
7. Le (singkatan dari tole): sebutan untuk anak lelaki (dalam bahasa Jawa).
8. Witing tresno jalaran soko kulino: timbulnya cinta karena sering ketemu/terbiasa.
9. Aku tresno sama sampeyan: aku cinta sama kamu.
10. Piye, Dik": Bagaimana, Dik"
11. Kere: miskin. 12. Gedhek: dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu.
13. Nduk (singkatan dari genduk): sebutan untuk anak perempuan (dalam bahasa Jawa). 14. Eling: ingat.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 34
A da tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan,
merahasiakan musibah, dan merahasiakan sedekah (yang kita keluarkan).
(HR. Ath-Thabrani) Sabar adalah separuh iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan.
(HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
35 Si Keukeuh Si Keukeuh Okti Li M an jadda wajadda. Rupanya kalimat
itu tidak hanya jadi semboyan orang ternama seperti A. Fuadi, novelis yang baru-baru ini mengeluarkan novel Ranah 3 Warna setelah berhasil melambungkan Negeri 5 Menara. Man jadda wajadda juga menjadi pedoman hidup Ali (sebut saja begitu), orang biasa yang menjadi luar biasa dalam pandangan warga sekitar berkenaan dengan pengalaman hidupnya. Menikah di usia masih muda pada zaman sekarang ini mungkin bisa jadi bahan tertawaan. Apalagi yang hendak menikah itu katakan saja tak punya pekerjaan tetap, berasal dari keluarga kurang mampu, dan kekurangan-kekurangan lain. Orang-orang pasti bakal mencemoohnya. Namun, bukan berarti orang berusia muda dan miskin dilarang menikah, kan"
Di daerahku yang masih terisolasi, banyak orangtua menikahkan anak mereka yang berusia muda. Banyak gadis yang baru lulus SD langsung menikah. Apakah itu salah" Apakah untuk menikah harus punya pekerjaan tetap dulu" Harus menjadi kaya dulu" Atau harus memenuhi syarat-syarat lainnya"
Orang Miskin Dilarang Kawin" 36
Membicarakan soal menikah muda di daerahku, secara tidak langsung akan berujung kepada sosok Ali yang kini menjadi sanjungan. Tak jarang para orangtua di kampungku menjadikan Ali sebagai acuan dalam menilai baik buruk kelakuan anak-anak mereka. Ali bagai perumpamaan nyata yang sebaiknya ditiru oleh generasi muda di kampungku saat ini, khususnya generasi yang lebih mengedepankan nafsu dan syahwat.
Pergaulan anak muda di kampungku sekarang terkesan lebih berani serta melangkahi kata tabu atau pamali. Paling tidak seperti itulah yang dikatakan Pak RT dan Ustaz. Adab pergaulan dari kota masuk tanpa disaring lebih dahulu. Remaja kampungku langsung menelannya mentah-mentah. Hasilnya" Beberapa remaja terjerumus dalam seks pranikah. Tentu saja untuk hal tersebut menjadi sebuah aib yang telah mencoreng nama baik kampung. Lebih-lebih kampungku terkenal akan kehidupan beragamanya yang kental. Pada saat seperti itulah Ali selalu dikait-kaitkan. Ali menjadi perbandingan, padahal sebelumnya Ali adalah orang yang menjadi bahan cemoohan. Ali lebih dulu mengalami pahit getir dalam memperjuangkan niatnya untuk menyempurnakan separuh agamanya, menikah dalam usia muda. Siapa sangka semua cobaan hidup yang dialaminya, penolakan dari orangtua si gadis yang
37 Si Keukeuh didambakannya, justru mengantarkan Ali pada kematangan hidup yang berbuah manis. Buktinya kini Ali jadi orang yang disegani dan patut dicontoh di kampungku. Kegagalan melamar telah memecutnya menjadi semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak meskipun saat itu dia belum genap berumur 17 tahun.
Usia Ali lebih muda tiga tahun dariku. Saat itu dia kelas 3 SMP dan aku tengah mengenyam pendidikan di kelas 2 SMA di wilayah kecamatan yang sama. Walau beda sekolah, aku dan Ali cukup akrab. Setiap selesai Magrib sampai menjelang Isya, Ali, aku, dan para remaja kampung sering mengaji bersama di madrasah atau aula masjid. Rumahku dan rumah Ali pun hanya berjarak sekitar dua ratus meter, sama-sama berada di belakang pasar kecamatan.
Tidak ada yang istimewa dari Ali dan keluarganya. Orangtua Ali mencari nafkah dengan berjualan mi ayam di depan salah satu kios kering di bagian depan pasar. Setiap melewati kiosnya saat berangkat dan pulang sekolah, aku selalu melihat ayah Ali tengah bekerja keras. Lebih-lebih beberapa waktu terakhir ibu Ali mulai sakit-sakitan. Otomatis pekerjaan yang biasa dilakukan ibu Ali dilimpahkan kepada suami dan anak-anaknya. Ali dan Siti, adik Ali yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, selalu bergantian membantu. Merawat
Orang Miskin Dilarang Kawin" 38
ibu mereka, mengerjakan pekerjaan rumah, juga membantu ayah mereka berjualan mi ayam. Bisa dibilang, kelangsungan hidup keluarga Ali bergantung sepenuhnya pada usaha penjualan mi ayam itu. Mungkin itulah sebabnya keluarga Ali selalu menomorsatukan daya upaya demi kelancaran usaha dagang mereka. Mereka benar-benar memperhatikan keramahan dalam melayani pembeli, kebersihan makanan dan gerobak tempat dagang, sampai cita rasa mi ayam itu sendiri. Pembeli pun merasa senang dan banyak yang menjadi pelanggan tetap.
Namun, tak ada yang bisa menduga jika takdir sudah berkehendak. Semua orang mengkhawatirkan kondisi ibu Ali yang sakit-sakitan tapi siapa sangka ternyata ayah Ali yang lebih dulu berpulang ke pangkuan-Nya. Tanpa tanda-tanda sakit atau firasat apa pun, Ayah Ali meninggal dunia saat beristirahat di sela-sela mengolah adonan mi ayam di rumahnya. Itulah kehendak Tuhan. Benar-benar di luar dugaan manusia.
Ibarat anak ayam kehilangan induk. Begitulah keadaan Ali dan Siti setelah ditinggal sang ayah. Mereka kehilangan tongkat untuk berjalan dalam kepincangan. Kondisi ibu Ali pun semakin parah. Beban Ali dan Siti semakin besar walau sesungguhnya mereka masih tergolong anak-anak. Ya,
39 Si Keukeuh

Orang Miskin Dilarang Kawin Karya Suami Efbi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ali dan Siti tidak punya pilihan lain kecuali harus tetap berjuang demi mempertahankan kelangsungan hidup mereka.
Ali pernah bercerita kepada rombongan ibu-ibu pengajian yang melayat ke rumahnya ibuku termasuk di antaranya saudara terdekatnya hanya tinggal seorang paman dari pihak ibunya yang tinggal di luar kota. Itu pun tak mudah untuk saling mengunjungi karena pamannya juga bukan orang berada. Sementara itu, ayah Ali adalah anak tunggal. Kakek dan nenek Ali dari pihak ayah dan ibunya sudah lama tiada.
Demi kelangsungan hidup Ali, adik, dan ibunya, gerobak mi ayam itu pun tetap buka. Ali dan Siti yang menjalankannya di sela-sela waktu sekolah dan merawat ibu mereka. Sejak sang ayah masih ada, Ali dan Siti sudah terbiasa membantu berjualan. Di rumah pun mereka terlatih membuat dan mempersiapkan segala bahan-bahan. Oleh karena itu, saat sang ayah tidak ada, mereka sedikit banyak telah terlatih dan terbiasa.
Dengan alasan biaya dan kurangnya waktu untuk berdagang, Ali memutuskan tidak melanjutkan sekolah. Ijazah SMP pun mati-matian ia peroleh. Bukan karena Ali kurang cerdas, melainkan ia sering tidak masuk sekolah karena harus menjalankan usaha dagang dan merawat ibunya. Saat adiknya bersekolah, tidak ada yang menjaga ibunya
Orang Miskin Dilarang Kawin" 40
dan mempersiapkan dagangan. Ali pun mengalah. Ia rela absen dari kelas, mengorbankan waktu belajar dan cita-citanya.
Satu bulan lebih setelah lulus, Ali mulai bisa sepenuhnya menjalankan usaha berdagang mi ayam. Pikirannya telah berfokus, tidak terbagi-bagi lagi. Siti pun bisa belajar dengan tenang. Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Siti yang merawat ibu mereka sepenuhnya. Ketika Siti bersekolah, Ali yang merawat ibu mereka sambil mempersiapkan bahan dagangan.
Entah dapat pemikiran dari mana, tiba-tiba suatu hari Ali mengutarakan niat untuk menikah. Mungkin jika aku sudah beristri, ada yang membantu kita berdagang dan merawat Ibu, begitu kata Ali. Tentu saja aku akan mencari calon istri yang mau menerima keadaan kita yang serba kekurangan, Bu.
Jika kamu mampu, Ibu hanya bisa merestui, jawab ibunya yang terbaring lemah seraya berlinang air mata.
Seperti mendapat persediaan tenaga baru, setelah mendapat restu dari ibunya Ali tampak lebih bersemangat. Demi mencapai keinginannya untuk bisa berumah tangga, Ali menjadi semakin giat berdagang dan beribadah. Mengumpulkan bekal
41 Si Keukeuh apa adanya untuk melangsungkan pernikahan yang telah diniatkannya.
Mungkin secara fisik Ali tampak masih anakanak. Tapi pemikiran dan pandangannya insya Allah telah matang dan cukup dewasa. Niat Ali baik. Selain ingin menenteramkan hatinya dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak dibenarkan agama, ia juga ingin ada tempat berbagi dan membantu merawat ibunya, demikian kata ibuku menirukan pernyataan Pak RT saat bermusyawarah di aula masjid.
Ali yang tidak mempunyai saudara yang bisa menguatkannya itu meminta pertolongan Pak RT dan Ustaz setempat dalam mengupayakan niatnya membangun bahtera rumah tangga. Aku dan teman-teman lain yang berusia lebih tua darinya sempat kaget saat mendengar kabar Ali ingin menikah. Namun, kalau niat Ali sudah kuat, ya, mau bagaimana lagi" Kami hanya bisa mendoakan semoga niat Ali tercapai. Bukankah menikah adalah suatu ibadah" Bentuk perbuatan mulia dari orang yang bisa menjaga tingkah laku. Ali keukeuh ingin segera menikah walau sebagian teman dan warga kampung meragukan, mencibir, dan mengolok-olok niatnya itu.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 42
Suatu malam, semua orang terpana tak percaya ketika tersiar kabar penolakan lamaran Ali oleh keluarga Pak Sarwi.
Usut punya usut, ternyata saat masih sekolah Ali sudah naksir Neng Meti, putri Pak Sarwi, pedagang toko kelontong di pasar yang tak jauh dari kios mi ayam milik Ali. Neng Meti yang setelah lulus SD tidak melanjutkan ke SLTP melainkan mondok (belajar ilmu agama di pesantren) itu pun menaruh hati pada Ali. Sayangnya, saat Ali memberanikan diri meminta kepada orangtua Neng Meti untuk menjadikan gadis itu sebagai istri, permintaannya ditentang bulat-bulat oleh Pak Sarwi.
Kamu itu siapa" Anak ingusan! Anak kemarin sore berani-beraninya mengajak menikah. Punya modal dari mana berani-beraninya melamar anak saya" Saya tidak akan membiarkan anak saya menderita! Demikian tegasnya penolakan Pak Sarwi terhadap Ali.
Saya memang orang tak punya, Pak. Tapi insya Allah saya akan berusaha. Silakan Bapak tanya langsung pada Neng Meti, apakah dia bersedia" Ali keukeuh 1 akan niatnya. Ia berusaha bersabar atas penghinaan yang diucapkan ayah gadis yang diimpikannya itu.
1 Tetap pada pendirian, bersikeras.
43 Si Keukeuh Saya bilang saya tidak akan menerima lamaranmu. Ngerti"
Bapak, Ali kan ada usaha juga walau kecil-kecilan, Pak.... sambil terisak Neng Meti berusaha membela Ali.
Pak Sarwi malah menghardik anak gadisnya itu. Pak RT, Ustaz kampung, Siti, dan Rusli teman Ali yang mengantar Ali malam itu hanya menunduk tak bisa berkata. Melihat gelagat tidak baik dari tuan rumah, Pak RT langsung pamit dan mengajak Ali meninggalkan tempat itu secepatnya. Pokoknya, masih banyak ucapan penolakan dan penghinaan dari Pak Sarwi yang lebih menyakitkan, kata Rusli kepada kami di beranda masjid keesokan harinya. Tapi biarlah, jangan diperpanjang lagi. Kita diam saja. Hati Ali sudah lebih daripada sakit, ujar Rusli.
Tak disangka, selesai Rusli bicara, Ali datang ke masjid untuk shalat Magrib berjemaah seperti biasa. Tak terlihat sedikit pun tanda-tanda kecewa di raut wajahnya.
Nggak apa-apa. Mungkin memang bukan jodoh baikku, Ali tersenyum di sudut masjid.
Kami teman-temannya, pemuda dan pemudi kampung, langsung merubunginya.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 44
Penolakan ini bukan akhir segalanya. Aku akan mencari calon istri lain yang keluarganya rida menerima aku dan keadaanku, kata Ali keukeuh, bahkan lebih tegas. Ingat pelajaran mengaji kita. Man jadda wajadda. Barang siapa bersungguhsungguh, ia akan berhasil.
Kamu ngebet amat, sih, pengin nikah" Udah nggak kuat, ya" seorang teman mencandai Ali, diikuti tawa teman-teman yang lain.
Kebanyakan nonton blue film kali, tuh, haha.... yang lain bernada lebih mengejek.
Kita masih muda, Li. Kerja aja dulu. Kalau sudah mapan, aku yakin orang yang menolak lamaranmu itu akan berbalik memohon-mohon kamu untuk jadi menantunya, teman yang lain ikut menimpali.
Ali hanya tersenyum. Tenang. Aku ingin menikah bukan semata-mata karena nafsu, melainkan ingin memperbaiki keadaan keluargaku. Kalian tahu bagaimana kondisi ibuku, bagaimana repotnya Siti menggantikan posisi Ibu untuk memasak, mencuci baju, mengurus rumah, dan membantuku berdagang. Kasihan Ibu dan Siti. Itu sebabnya aku bersungguh-sungguh. Aku sudah niat ingin menikah, untuk ibadah, jawab Ali tegas. Tekad Ali tetap penuh semangat. Aku dan temanteman langsung terdiam. Ali ada benarnya juga.
45 Si Keukeuh Aku yakin Allah akan membimbingku, lanjutnya.
Aku hanya mengaminkan, berharap Ali bisa segera mencapai cita-cita dan impiannya untuk segera berumah tangga.
Sejak itu lama tak kuketahui kabar Ali karena keberadaanku di luar kota. Kampungku terletak sangat jauh dari kota kabupaten, ditambah jalannya masih hancur. Akibatnya, aku enggan seringsering pulang. Baru pada saat liburan panjang akhir puasa aku memaksakan diri untuk pulang kampung.
Saat hendak ke masjid, betapa terkejutnya aku ketika melihat Ali berjalan berjejeran dengan seorang wanita berjilbab. Mereka hendak menuju masjid pula. Wajah wanita di samping Ali itu tampak imut dan manis.
Assalamu alaikum. Wah, pangling nih melihat kamu sekarang, Li. Oya, siapa ini" aku tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Aku langsung mencegat Ali di halaman masjid.
Wa alaikumsalam. Hei, ada orang kota rupanya. Kapan datang" Oh, iya, kenalkan. Ini istriku, Ti. Ali memegang pundak wanita berjilbab di sampingnya itu. Namanya Siti, Siti Sopiah. Asalnya dari Cikiruh. Biar nggak ketukar sama Siti adikku, panggil saja istriku Sopi, Ali berbinar-binar memperkenalkan istrinya.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 46
Teteh, salam kenal. Saya Siti Sopiah.
Alamak! Senyum Sopi teramat manis. Dengan santun Sopi menyalamiku penuh hormat. Aduh, biasa ajalah. Eh, iya, Sopi. Salam kenal juga. Aku rada gugup menerima uluran tangannya.
Senyum Sopi masih menebar di halaman masjid senja itu.
Kapan kalian menikah" Kok tidak ada kabarnya"
Biar Sopi aja yang cerita, ya, Ti. Aku mau wudhu dulu. Ali pamit dan masuk ke pintu khusus ikhwan.
Aku mengangguk dan berjalan bareng Sopi melewati pintu khusus akhwat.
Setelah lulus SD, saya tak melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya. Kebanyakan teman sekelas saya juga tidak melanjutkan sekolah. Sehari-hari saya membantu Abah di kebun atau menjual sayuran ke pasar kecamatan. Saat itulah tak sengaja ketemu Ali. Sering bertemu, ngobrol, dan akhirnya Ali bilang mau menikahi saya, Sopi menceritakan awal perkenalan dengan suaminya sebelum tiba waktu shalat.
Ali langsung datang ke kampung saya di gunung.
47 Si Keukeuh Aku tersenyum mendengar Sopi menyebut kampungnya yang bernama Cikiruh itu dengan kata gunung. Cikiruh memang sebuah kampung di kaki gunung. Jaraknya dari tempatku bisa menghabiskan waktu setengah hari menggunakan ojek. Belum ada jalan lebar yang memungkinkan kendaraan roda empat menuju kampung itu. Ali bilang sama Abah dan Emak kalau ia mau menikahi saya. Alhamdulillah, Abah dan Emak merestui. Kakak-kakak saya juga& .
Kok Ali menikah nggak kasih kabar, ya" kataku keukeuh juga, sampai memotong kalimat Sopi. Nikahnya juga tidak rame-rame, Teh. Asal sah saja. Selain waktu itu tidak punya biaya, Ali bilang nggak enak juga sama tetangga. Takut dikira manas-manasin atau apalah.
Aku manggut-manggut, padahal sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud Sopi dengan katakata dikira manas-manasin .
Iqamat berkumandang, automatis menghentikan obrolanku dan Sopi.
*** Orang Miskin Dilarang Kawin" 48
Ali menikah memang tidak rame-rame, Ti. Niat awalnya juga dia, kan, menikah bukan mau buat keramaian, Ibuku langsung menjawab ketika aku bertanya perihal pernikahan Ali setibanya di rumah.
Padahal rame juga, kan, wajar. Masa menikah tapi teman sendiri nggak dikasih tahu" Kamu ini kayak nggak tahu saja. Ali itu maksudnya hanya menjaga omongan orang. Gimana kata orang kalau di saat orang lain berduka, Ali malah berpesta"
Maksud Mama" Ibuku menatap tajam. Lalu menggeleng sambil tersenyum. Kamu tidak tahu, ya. Beberapa hari menjelang Ali akan menikah, Neng Meti sakit parah. Untuk mengobatinya, Pak Sarwi meminta Ali menikahi Neng Meti. Tentu saja Ali tidak bersedia karena Ali telah menjatuhkan pilihan pada Sopi. Aku tertegun.
Penolakan Pak Sarwi terhadap lamaran Ali harus ditebus dengan kepahitan. Neng Meti sakit parah dan meninggal dunia tak berapa lama setelah itu.
Aku terpana. Mulutku terbuka tapi tak juga mengeluarkan kata-kata.
49 Si Keukeuh Ali sekarang sudah bisa dibilang mapan. Kamu lihat gerobak mi ayamnya sudah berganti dan menempati dua kios sekaligus. Bulan lalu Ali juga berhasil membeli kios baru khusus untuk mertuanya berjualan sayur. Usaha mi ayamnya terus meningkat, mungkin berkah dari pernikahannya. Ali sekarang jadi bahan pujian warga kampung kita, Ti. Setelah beristri, Ali semakin matang. Ibu dan rumah Ali pun kini lebih terawat. Sopi sangat mengasihi mertua dan adik iparnya seperti mengasihi orangtua dan adik kandungnya sendiri. Ibuku menarik napas. Ada hikmah yang bisa kita ambil dari semua itu. Mengambil mantu tidak harus melihat harta dan kekayaannya. Semangat dan kerja keras Ali pun memberikan gambaran kepada kita, jika bersungguh-sungguh, akan berhasil, Ibuku mengakhiri kalimatnya, lalu beranjak memasuki kamar.
Aku masih terpana. Tak sedikit pun mengira jalan hidup Ali akan begitu indah pada akhirnya.
*** Hari berganti, zaman semakin berubah. Ada teman sekolah Ali saat SMP yang melanjutkan ke SMA tapi harus putus, keluar sebelum lulus. BuOrang Miskin Dilarang Kawin" 50
kan karena anak itu bodoh. Bukan pula karena orangtua si anak tidak mampu membiayai, melainkan karena si anak menghamili teman sekelasnya! Na udzubillah....
Kamu tahu Pak Ali bos mi ayam" seorang ibu muda di kampung sebelah berbicara kepada temannya saat aku lewat.
Emang kenapa" Daripada anak-anak zaman sekarang sekolah tapi menghamili anak orang, mending tuh seperti Pak Ali. Menikah muda. Walau awalnya diejek banyak orang, akhirnya sukses, kan"
Pembicaraan serupa itu tak hanya kudengar di kampung sebelah, tetapi juga di kampung-kampung lainnya.
Adikku malah memberitahuku bahwa bapak kepala sekolah bilang kepada murid-muridnya, Daripada menghamili, mending menikah saja.
*** 51 Si Keukeuh Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
(QS. Al Isra' [17]: 32) Allah melaknat suami yang mengambil laki-laki lain untuk mengawini bekas istrinya yang sudah cerai talak tiga supaya bisa dirujuk kembali olehnya. Jadi, perkawinan itu sekadar tipu muslihat bagi pengesahan rujuk. Orang yang mau disuruh membantu tipu daya dengan mengawini lalu dicerai (tidak digauli) juga dilaknat Allah.
(HR. Bukhari dan Muslim) Orang Miskin Dilarang Kawin" 52 2
53 Si Takut Kawin Si Takut Kawin Suden Basayev U lya itu seorang akhwat. Anti berpacaran!
Dia tak mungkin menerima jika kamu menyatakan cinta padanya tanpa ada kesiapan menikahinya.
Hah" Nikah" Iya, nikah! Pakai duit siapa aku nikah, sisi hati yang pro- Udin mewakili bertanya.
Itu dia. Makanya, yang patut dipersalahkan dalam kasus ini adalah dirimu.
Si Udin bingung. Siapa yang mesti disalahkan" Salah kamu yang lahir miskin! Satu sisi hatinya menunjukkan kemungkinan jawaban.
Jadi, orang miskin tidak boleh jatuh cinta" sergah sisi hati yang satu lagi. Hehe, sisi hati ada berapa, ya" Pokoknya ini istilah untuk debat hati si Udin.
Iya. Soalnya cinta butuh dana besar!
Udin mengangguk-angguk sendiri. Cinta memang butuh dana besar. Terbayang lagi wajah ayu Ulya.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 54
Gadis manis berkulit putih itu makin hari makin memikat hati saja. Kesantunannya dalam berperilaku, akhlaknya dalam balut kesalehan, kibar jilbabnya yang menenteramkan jiwa.
Sisi hati Udin yang satu terdiam. Mulutnya bergetar tanpa suara. Eh, maaf. Anggap saja sisi hati berbentuk serupa bibir yang berdebat, ya. Bibir bergetar itu kemudian berhasil bersuara, Nasib itu bisa berubah asal aku mau berusaha. Aku akan bekerja.
Sisi hati yang menyudutkan Udin tergelak. Suara tawanya menggema ke seantero jagat raya. Mengguncang kerajaan langit. Mengempaskan ombak besar ke pantai selatan. Menggetarkan gempa vulkanik di sekeliling Merapi. Membuat narasi ini jadi terkesan lebay dan dipaksakan.
Apa yang kau tertawakan" bentak sisi hati yang satu, sebelum tawa itu makin memorakporandakan cerita ini.
Aku menertawakanmu. Mau bekerja apa" Kamu pikir gampang mengumpulkan uang banyak dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya"
Aku akan buktikan bahwa aku bisa dengan rahmat Allah Yang Mahakuasa dan didorong keinginan luhur. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu mau berusaha mengubahnya!
55 Si Takut Kawin Oke, kita lihat saja nanti hasilnya! Atas nama bangsa Indonesia!
Akhirnya, berbekal keinginan mengubah nasib diri dan diiringi niatan luhur untuk segera menikah, Udin pun berangkat ke Jakarta. Ia menerima tawaran seorang tetangganya untuk membantu di warung kelontong yang dirintisnya di daerah Cakung, Jakarta Timur.
Sejak awal, si Udin memang tak menimbang-nimbang pekerjaan. Apa pun ia kerjakan asalkan halal. Yang penting ada hasilnya. Hasil yang semoga bisa ia kumpulkan untuk sedikit demi sedikit meningkatkan perekonomian keluarganya di kampung. Yang tak kalah penting, untuk menggapai cita-citanya yang setinggi angkasa. Menikahi Ulya yang baginya bagaikan bidadari di singgasana langit.
Malam yang dingin menyusupkan kerinduan di hati si Udin. Kerinduan pada kampung halaman. Kerinduan pada keluarganya. Kerinduan pada teman-teman seperjuangannya di masjid kampung. Melintaslah wajah yang amat diimpikannya, Ulya ***
Setahun bekerja di Jakarta belum memberi perubahan berarti. Memang, sih, si Udin sudah bisa sedikit menabung, tetapi kebutuhan keluarga di
Orang Miskin Dilarang Kawin" 56
kampung sudah cukup menghabiskan uang tabungannya yang tak seberapa itu.
Mudik. Genap setahun merantau di Jakarta, akhirnya si Udin pulang kampung. Membawa segenap kerinduan. Menjumpai kembali wajah-wajah yang dirindukannya selama ini.
Ia tak lupa menjenguk masjid kampung. Meski di kampung, masjid ini sangat megah, besar, dan sepi. Hehehe& . Sayang, ya, bangunan sebesar ini sepi jemaah. Namanya juga masjid. Beda sama tempat hiburan yang selalu ramai pengunjung. Ketika tiba kegiatan belajar-mengajar Al-Qur an atau istilah kerennya TPA si Udin masih menjumpai sosok istiqamah itu. Ulya yang tak berubah terbawa zaman. Keikhlasannya berjuang di TPA makin membuat si Udin mabuk kepayang. Harapan agar bisa menyunting si gadis ini pun semakin besar. Mampukah"
Pada tahun berikutnya, Udin sudah alih profesi. Ia berhenti bekerja di warung kelontong. Kini ia menjelajah dunia pasar yang penuh keriuhan. Ikut seorang paman yang punya beberapa lapak kaki lima di kawasan Pasar Senen. Di bawah panasnya hanggar Blok 3 Pasar Senen inilah setiap siang si Udin melayani para pembeli yang membludak. Ia membantu berjualan tas bekas, impor dari luar negeri.
57 Si Takut Kawin Pekerjaannya kali ini jauh berbeda dibandingkan pekerjaan semula. Penghasilan si Udin pun menanjak. Ia punya banyak uang. Ia bisa menabung lebih banyak. Ia bahkan sudah memiliki ponsel. Saat itu, masih jarang yang memiliki barang elektronik ini.
Pada kesempatan mudik berikutnya, si Udin tak lagi menjumpai idaman hatinya di kampung. Rupanya Ulya sudah bekerja di sebuah pabrik garmen di daerah Solo dan pulang seminggu sekali. Udin bersyukur hari Minggu masih sempat melihat si gadis berangkat ke masjid.
Duh, jilbabnya makin lebar. Si Udin makin kasmaran. Tambah lagi si Ulya sekarang sudah melengkapi pakaian takwanya dengan kaus kaki. Sempurna di mata si Udin yang memimpikan punya istri salehah. Udin pun makin mantap. Ia selalu berdoa agar Allah memudahkan jalannya untuk mendapatkan si gadis pujaan.
Suatu hari, saat mengikuti tarub hajatan seorang tetangga, si Udin menjumpai Ulya yang juga hadir.
Ul, kerja di mana sekarang" tanya si Udin basabasi.
Di Solo. Daripada menganggur di rumah, jawabnya malu-malu kucing.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 58
Nggak merantau saja ke kota besar" tanya si Udin malu-malu anjing, eh, kucing. Cuma ini kesannya agak kucing garong. Hehe.
Dia menggeleng. Menjawab sambil menundukkan pandangan, Takut tidak betah. Masih suka ka ngen Ibu.
Si Udin mengangguk paham. Anggukan yang membuatnya nyaris kehabisan bahan pembicaraan. Aduh, ngomong apa lagi, ya"
Kapan nyusul Niti nikah" tanya si Udin. Berani, ya" Niti adalah salah satu teman Ulya yang sudah menikah.
Belum ada yang melamar. Brrr! Si Udin malah merinding. Deg-degan superkencang.
Kata Ustaz, nikah muda itu bagus, Ulya bicara lagi.
Si Udin makin merinding dan mendadak merasa kebelet kencing.
Iya. Nikah dini, kata si Udin mengistilahkan. Lha, kamu saja belum nikah, kok. Buruan nikah, mumpung aku masih bisa rewang, bantu di dapur, Ulya malah lebih lancar berbicara. Doakan saja, Ul, si Udin celeguk-an.
59 Si Takut Kawin Pertemuan dan obrolan singkat itu membuat si Udin makin kebat-kebit.
Udin berangkat lagi ke tanah rantau. Seribu bunga mekar dan mewangi di hatinya. Harapan cintanya makin berkobar. Di telepon genggamnya sudah tercatat sebuah nomor baru. Nomor telepon rumah milik ibu kos Ulya di Solo.
Jangan kira si Udin dapat nomor itu langsung dari Ulya, ya. Mana ia berani! Ada kawan yang berbaik hati memberikan nomor itu, kok. Hehe. Masa bodoh nomor itu berasal dari mana, yang penting si Udin sudah mendapatkannya. Modal awal, nih! Suatu hari, seusai shalat Isya Udin memantapkan hati, memberanikan diri. Ia menuju ke wartel di Dikat kontrakannya. Kata orang, menelepon ke nomor rumah lebih murah melalui wartel. Kalau pakai pulsa ponsel bisa tekor. Iya, sih. Waktu itu, kan, masih termasuk masa awal munculnya ponsel. Jadi, tarif telepon pun masih mahal. Tidak seperti sekarang yang serba obral tarif. Pesan moralnya, kalau bisa mendapat hasil sama dengan sarana yang lebih murah, kenapa enggak" Untung wartel sepi. Tiga KBU yang tersedia kosong semua. Pemiliknya seorang bapak yang menjaga di meja operator sambil membaca koran. Usianya sudah lima puluhan tahun dan berkacamata baca.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 60
Silakan, orang tua itu menyambut pengunjungnya. Sekilas ekor matanya mengerling dari lensa berlapis supersin yang ia pakai, lalu kembali menekuri koran.
Si Udin memilih KBU bernomor 3 yang terletak paling jauh dari meja pemilik sekaligus operator wartel itu. Takut obrolannya terdengar. Masuk ke bilik sempit itu, si Udin mendadak merasakan badannya panas dingin.
Si Udin mulai memencet angka telepon. 0271.... Berdebar jantungnya menunggu panggilan dijawab.
Halo, assalamu alaikum, sahut suara dari seberang. Suara ibu-ibu.
Wa alaikumsalam, jawab si Udin segera. Bisa bicara dengan Ulya, Bu"
Ini dari siapa, ya" tanya si ibu. Dari temannya di Jakarta.
Ya, sebentar saya panggilkan. Ditutup saja dulu, ya.
Iya, Bu. Sesi kedua acara dag-dig-dug pun dimulai. Si Udin menghitung detik waktu, mengira-ngira sampai menurutnya si Ulya sudah duduk di depan meja telepon.
61 Si Takut Kawin Kembali si Udin men-dial nomor tadi.
Assalamu alaikum, sapanya begitu telepon diangkat.
Wa alaikumsalam, suara Ulya. Mas Irwan, ya" Mas Irwan" Udin sejenak terhenyak. Siapa Irwan" Kecemburuannya mendadak mencuat. Eh, tapi, bukannya Irwan itu nama kakak kandung si Ulya yang merantau di luar Jawa" Si Udin menepuk jidat, menyadari kebodohannya. Apa jadinya kalau miskin dan bodoh berkolaborasi"
Bukan. Coba tebak siapa! si Udin segera menyahut.
Kirain Mas Irwan. Lah ini siapa" Lupa ya"
Siapa, ya" Si Udin" tebak Ulya yakin. Iya. Kok tahu"
Suaranya ketahuan, kok, jawab Ulya santai. Mereka mengobrol basa-basi. Bertanya kabar masing-masing. Si Udin menanyakan kegiatan di masjid kampung, apakah masih berjalan. Ulya sendiri masih mencoba menyempatkan diri mengajar anak-anak TPA.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 62
Obrolan berlanjut tanpa terasa. Tarif telepon yang tertera di layar billing system pun menunjukkan angka yang lumayan. Si Udin mendadak teringat kata guru ngajinya, Janganlah kamu berduaan dengan wanita yang bukan mahrammu. Jika kamu melakukannya, yang ketiga di antaramu adalah setan.
Si Udin mencoba membela diri. Bukankah ia tidak berduaan" Kan ia di Jakarta, sedangkan Ulya di Solo sana. Tanpa disadari, setan membisikkan bahwa ini tidak termasuk ikhtilat seperti kata guru ngajinya tersebut.
Tapi tunggu! Satu sudut hati si Udin mendadak mengacungkan jari untuk menginterupsi, mencoba menyampaikan aspirasi. Udin mempersilakan sudut hati itu bicara. Kadang dari situlah kebenaran yang sesuai nurani muncul.
Udin, kata sudut hati itu, meski ragamu di Jakarta dan si Ulya di Solo sana, jarak itu tidak menghalangi obrolan kalian! Artinya, kalian tetap masuk dalam hitungan berduaan bukan mahram! Oh, tidak bisa. Ini beda sekali! sudut hati yang lain mencoba meningkahi pendapat itu. Ia membela si Udin, Lanjutkan saja, Din. Ini tidak termasuk ikhtilat, kok. Santai saja.
Si Udin jadi bingung. Mana yang benar" Apa ini termasuk ikhtilat" Udin pun menimbang-nim63 Si Takut Kawin bang pendapat sudut hatinya yang berlawanan itu. Akhirnya, ia menyadari bahwa ini termasuk ikhtilat, berdua dengan non-mahram. Berarti, yang ketiga adalah setan. Dengan teganya, si Udin melirik bapak pemilik wartel. Itukah yang ketiga" Hehe, bercanda.
Si bapak cuek saja, tuh, masih asyik menekuri lembaran korannya. Pesan moralnya: selalulah bertanya pada hati kecilmu tentang benar tidaknya perbuatanmu.
Din, suara Ulya dari seberang, udahan dulu, ya. Nggak enak sama ibu kos.
Udin seolah siuman dari pingsan. Ia segera menjawab, I... iya, Ul. Udah dulu. Lain kali aku telepon lagi. Maaf, ya.
Jangan terlalu sering, lho, ya. Malu tahu ama ibu kos.
Dengan bodohnya si Udin mengangguk. Mana bisa Ulya melihat anggukannya.
Si Udin mengakhiri teleponnya. Dan, ya Allah... ia malah keasyikan ngobrol hingga lupa tujuan menelepon. Bukankah tadi ia bermaksud menyampaikan perasaannya pada Ulya"
Halah, kayak sudah siap nikah aja! sindir salah satu sudut hatinya.
Orang Miskin Dilarang Kawin" 64
Nikah tuh yang penting diniatkan karena Allah, sudut hati pembela berbicara. Nikah tuh tidak harus kaya dulu.
Hei, kau pikir nikah tak perlu biaya" Biaya nikahnya saja banyak. Emangnya cukup ke KUA" Kan adat Jawa juga masih dipakai. Harus ada seserahan ke pihak keluarga mempelai perempuan. Kau sudah persiapkan semuanya" sudut hati yang menyudutkan bersuara lebih kencang. Si Udin pulang ke kontrakan. Pusing juga, ya, jadi orang miskin. Andai saja ia lahir dari keluarga kaya....
Udin, jangan berandai-andai seperti itu. Berandai-andai itu datangnya dari setan. Jauhi! sudut hati terdalamnya mengingatkan.
Si Udin pun kembali kepada kehidupannya lagi. Bekerja dan bekerja. Mencoba mengubah nasib di kejamnya kota Jakarta.
Si Jal ke mana, Bos" tanya si Udin pada Uda Reda, bos lapak pedagang kaus bekas di sebelah lapaknya. Dari pagi ia tidak menjumpai si Jal yang biasa bercanda setiap hari.
Mudik, tuh. Mau nikah. Nikah"
Iya. Pulang ke Bukittinggi.
65 Si Takut Kawin Si Udin melongo. Yang ia tahu, si Jal lebih muda daripada dia. Berani amat dia nikah, ya" Wah& wah! Kalah, nih!
Mendadak bayangan Ulya muncul lagi. Tersenyum malu-malu padanya. Ya Allah....
Malamnya, setelah shalat Maghrib, si Udin membeli makanan di warung tenda pecel lele. Menunggu lele yang ia pesan digoreng, si Udin mendengarkan obrolan si pedagang pecel lele dengan seorang pembeli.
Saya jualan pecel lele mulai bagus hasilnya, ya, di sini, Pak. Dulu saya pernah berkali-kali mencoba buka warung tenda begini di beberapa tempat, tapi tak ada yang rame. Malah ada yang sampai membuat saya tekor, si penjual berkisah sambil membalik ikan lele yang sedang digorengnya. Berarti memang rezekinya di sini, Mas, sahut pembeli yang diajak ngobrol.
Tapi sebenarnya saya juga membuktikan kata orang-orang, kalau kita menikah, rezeki kita akan dicukupkan Allah, kata si penjual. Begitu nikah dan buka di sini, saya merasakan rezeki saya berubah sangat lancar, Pak.
Begitu, ya" Bagus, dong, Mas, sahut pembeli itu. Pulang dari warung tenda itu, percakapan penjual dan pembeli tadi masih terngiang di telinga si Udin. Benarkah menikah memudahkan jalan
Orang Miskin Dilarang Kawin" 66
rezeki" Si Udin mulai memercayainya. Hatinya tergerak untuk mempraktikkannya. Kakinya pun bergerak menuju wartel. Namun, ia canggung. Beranikah ia mengutarakan semua pada Ulya" Assalamu alaikum, suara Ulya di ujung telepon. Wa alaikumsalam. Lagi ngapain, Ul" tanya si Udin berbasa-basi.
Memang, bagi si Udin memulai menyatakan perasaan cinta adalah perkara yang sangat sulit. Ketika ibu kos memanggilkan Ulya, ia sudah mencoba merangkai kata yang akan disampaikan kepada Ulya. Namun, apa daya. Ia malah menggigil. Dingin sekali, apalagi ruangan wartel memang ber- AC. Beranikah ia mengutarakan perasaannya" Semoga saja.
Obrolan sudah bermenit-menit. Semenit.
Dua menit. Lima menit. Seperempat jam. Ul, si Udin memanggil. Kenapa"
Aku mau curhat sedikit, nih. Bilang saja.
67 Si Takut Kawin Si Udin menarik napas dalam, mencari kesiapan diri. Ia mengembuskan napas perlahan, berharap tersisa kekuatan di jantungnya.
Aku mencintai seseorang. Aku ingin menikahinya. Tapi jujur, aku belum siap menikah cepat. Barangkali menunggu beberapa waktu baru menikah, si Udin mendadak lancar.
Terus" tanya Ulya. Menurutmu, apa aku harus menyatakan perasaanku padanya sekarang ataukah aku menunggu siap baru menyatakannya" tanya si Udin sok meminta pendapat. Sementara itu, jantungnya berpacu lebih kencang daripada biasanya. Mungkin pembaca pernah berbuat seperti ini. Sok ngeles, padahal ada maksud di balik pertanyaan. Begitu pun si Udin ini. Ia berniat menyatakan pada Ulya setelah si gadis menjawab pertanyaannya. Nah, apa jawaban si Ulya"
Kok kasusnya sama dengan yang menimpaku" Ulya menanggapi.
Si Udin bengong. Maksudnya"
Em& . Ulya agak canggung berbicara. Iya, sama denganku. Begini, maaf ya, aku cerita, sebenernya masih rahasia....
Si Udin mendadak waswas. Orang Miskin Dilarang Kawin" 68
Ada seorang ikhwan menyatakan hal itu padaku. Ia ingin menikahiku, tapi minta waktu untuk mempersiapkan segalanya.
Perkataan Ulya benar-benar menghancurleburkan harapan dan impian si Udin.
Insya Allah, dalam waktu Dikat ini dia akan datang meng-khitbah-ku.
Kepala si Udin mendadak pening. Perutnya mual. Bola matanya hangat. Pertanda apa ini" Patah hatikah"
Doakan, ya, Din. Semoga kami bahagia.... Si Udin mengaminkan. Mencoba menyembunyikan perasaan.
Eh, ngomong-ngomong, siapa yang kamu ceritakan tadi" Ulya mencoba mengembalikan pembicaraan pada curhatan si Udin.
Si Udin merasa pembicaraan ini sudah tidak nyaman lagi. Ia harus mengakhiri. Mengakhiri telepon. Mengakhiri impiannya....
Di luar, udara berhenti mendadak. Lengang. Warung makan Padang di depan wartel pun sepi pengunjung. Langit bisu. Bintang satu-dua menge dip sayu. Seekor kucing tertidur di Dikat tong sampah yang telah dikaisnya. Binatang berbulu itu terbangun kaget saat sebuah kertas struk war69 Si Takut Kawin tel yang diremas pembuangnya menimpuk kepalanya tanpa sengaja. Mata tajamnya melongok ke arah remaja yang baru saja keluar dari wartel. Wajahnya kuyu tanpa semangat. Melenggang tanpa peduli kertas yang ia lempar mengenai si kucing.
Sementara itu, di belahan bumi yang lain. Seorang gadis berjilbab lebar meletakkan gagang telepon ke tempatnya. Ia tercenung sejenak. Kenapa tidak bilang dari dulu, Din" Kalau kamu tidak terlambat, aku lebih suka jodohku tidak jauh-jauh. Aku lebih senang menikah dengan lelaki yang Dikat. Tapi aku sudah menerima ikhwan itu, tak ada alasan menolak lelaki saleh seperti dia. Maafkan aku. Meski kau tadi tidak jadi bilang, aku tahu siapa gadis yang kaubicarakan tadi. Aku doakan kau mendapatkan gadis yang lain, yang lebih baik segalanya daripada aku.
Di lain kesempatan, Ulya mengirim SMS ke ponsel Udin. SMS yang sampai sekarang tetap tertancap di ingatan si Udin. Kau dan aku adalah satu sahabat. Kita harus sepakat itu.
Si Udin mulai menyadari, kalau saja kemiskinan tidak dijadikannya alasan menunda, mungkin saja Ulya menerimanya. Begitulah& .
Sidowayah, 23 Februari 2011
Orang Miskin Dilarang Kawin" 70 0
71 Waktu yang Bicara A ku tak suka menikah dengan Mas Hendro, Mbok. Umur Mas Hendro sudah tua. Dia lebih pantas menjadi bapakku. Aku hanya mau menikah dengan Mas Supri. Sebentar lagi dia akan mendapatkan pekerjaan, lalu datang untuk melamarku, Mbok.
Nduk, bila kamu menikah dengan Supri, belum tentu kehidupan kamu akan lebih baik dari ini. Mbok tidak suka kamu menikah dengan Supri karena kalian berdua sama-sama miskin. Berbeda dengan Hendro& .
Hati Budha Tangan Berbisa 9 Kedele Maut Karya Khu Lung Matahari Terbit 7

Cari Blog Ini