Ceritasilat Novel Online

Satria November 4

Satria November Karya Mia Arsjad Bagian 4


DUK! Mima menabrak punggung Inov yang berhenti mendadak memandang jasad Saira di atas ranjang periksa. Mima mengintip takut-takut dari balik bahu Inov. Nggak, Ra, nggaaak! racau Inov sambil geleng-geleng. SAFIRAAA! Detik berikutnya Inov merangsek cepat ke ranjang Saira. RAAA! Ini aku, Raaa... maain aku, Raaa!!! INI AKU, RA! INI AKUUU!!! Dengan kalap Inov mengguncang-guncang Saira yang udah nggak ada.
Lutut Mima terasa lemas. Itu beneran Inov" Inov yang dingin dan nggak ada emosinya"! Apa iya dia bisa begitu histeris dan nangis kayak gitu" Langkah Mima terasa gemetar waktu mendekati Inov yang membungkuk di depan jasad Saira. Nov, udah... lo nggak boleh gini, Nooov, kasian Sairaaa....
Ini salah gue, Mi, salah gueee. Gue yang bikin dia masuk ke pergaulan ini, dia... dia kayak gini gara-gara dia cinta sama gue. Tapi gue... gue nggak bisa nyelametin dia, Mi. Gue malah bikin dia... gue malah bikin dia.... ARRRGGGHH!!! Bahu Inov naik-turun kencang seirama tangisannya.
Mima menggigit bibir. Mana sih keluarga Saira"! Apa mereka sama sekali nggak peduli"! Mima meremas bahu Inov lembut. Lo kan udah berusaha, Nooov. Gue lihat sendiri lo udah berusaha, Nov. Lo sampe nyusulin ke sini. Lo nggak salah, Nov, lo nggak salah kalo pengin dia berhenti...
Inov masih telungkup di samping Saira dengan bahu terguncang naik-turun. Masih menangis. Tapi gue telat, Mi, gue telat....
Mima tercekat. Iya, Inov terlambat. Kalau Mima langsung nyerahin surat Saira ke Inov, mungkin Inov bisa mencegah pesta itu. Mungkin Inov bisa pergi ke Jakarta dari kemarin. Mungkin Inov bisa....
Nggak bisa ditahan, air mata Mima menetes. Mima ikutikutan Inov, menyalahkan diri sendiri dalam hati. Gue juga sedih, Nov....
Inov terisak lagi. Memandangi Saira yang terbujur kaku. BRAAAKKK!
SAFIRAAAA!!! Tiba-tiba seorang perempuan setengah baya dengan dandanan modern banget menyeruak masuk dan melengkingkan nama Saira. Perempuan itu makin terbelalak menyaksikan putrinya terbujur kaku sementara Inov dengan mata sembap bercucuran air mata membungkuk di sampingnya. SAFIRA, ANAK MAMAMA! BANGUN, NAAK! BA- NGUUUUUN!!! Paaa, Saira, Paaa! Sairaaa! perempuan itu menatap ke arah pintu.
Mima ikut melirik. Seorang laki-laki tinggi, berkumis, dengan bibir yang kelihatan jarang senyum, berdiri tegang menatap istri dan jasad putrinya.
Mama Saira memeluk anaknya histeris. Sairaaa... anak Mama, kamu denger Mama, Naaak" Kamu kenapaaa" Bangun, Raaa, bangun, Raaaa! Anak Mama cuma kamuuu. Firraaa! Banguuun!
ANAK KURANG AJAR! INI SEMUA GARA-GARA KAMU!!! Kejadian berikutnya berlangsung cepat banget. Mima nggak tahu gimana, tiba-tiba papa Saira ada di belakang Inov. Tangannya mencengkeram Inov dari belakang, menariknya kasar menjauh dari ranjang dan melemparnya hingga terduduk. Dengan marah papa Saira menarik bahu Inov sampai mereka berhadap-hadapan. Lalu dengan sekuat tenaga dan mata berkaca-kaca... DUAAAGH! Tinjunya melayang ke muka Inov. Lihat! Lihat apa yang kamu perbuat sama anak saya! Lihaaaat! Kamu bilang apa sama dia"! APA"! CINTA"! Iya" CINTAAAA"! Cinta apa sampe bisa bikin anak saya MATIII!!! DUAAAAGH! Tinjunya melayang lagi ke pipi Inov.
Ya ampun! Kenapa jadi gini sih" STOP, OOM! STOOOP! Mima sang warrior princess beraksi lagi. Dengan gagah berani Mima berdiri mengadang di antara Inov dan papa Saira. Jangan pukul Inov lagi. Tatapan Mima lurus menghunjam. Siapa kamu"!
Saya Mima. Saya yang nganter Saira ke sini sama Inov. Jauh sebelum Oom dan Tante sampe sini barusan, jawab Mima dingin. Oom nggak boleh pukulin Inov! Ini bukan salah dia, Oom! Inov udah sembuh. Dia yang berusaha nolongin anak Oom.
Nolongin anak saya"! NOLONGIN!" Anak saya jadi begini justru gara-gara dia! Dia yang bikin anak saya jadi begini DIA! Telunjuk papa Saira menuding Inov tajam. Tiba-tiba lutut papa Saira lemas kehilangan tenaga. Dia terempas duduk, air matanya bercucuran. Sekarang Saira sudah nggak ada. Anak saya... satu-satunya sudah nggak ada. Bisa apa dia sekarang" Bisa apaaa" Saira sudah nggak adaaaa! Apa kamu bisa tolong dia sekarang, Inov" Suara serak papa Saira menusuk jantung Inov waktu menyebut namanya.
BLUK! Inov ikut terduduk lemas. Menangis keras. Nelangsa. Sedih. Menderita.
Anak saya... Saira, nggak bakalan kembali lagi... anak sayaaa....
Maaain saya, Oooom..., maain sayaaaa... MAAFIN SAYAAA! Bahu Inov terguncang makin keras.
Mima memeluk Inov erat. Air matanya nggak kuat lagi dibendung. Dia cuma bisa memeluk Inov. Membiarkan cowok itu menangis di pelukannya. Mima menatap papa Saira dalam-dalam.
Oom, Oom nggak bisa berhenti nyalahin orang lain"! Kenapa Oom nyalahin Inov terus" air mata Mima semakin deras. Apa Oom nggak pernah mikir, kenapa Saira bisa kayak gitu" Kenapa dia bisa terlibat narkoba" Kenapa Oom nggak mikir apa Oom sama Tante udah cukup merhatiin dia"! Jangan salahin Inov terus, Oom... Tangis Mima pecah. Pelukannya makin erat. Inov terguncang makin kencang. Terisak makin sedih.
Papa Saira berlutut di lantai. Juga menangis makin kencang. Meratapi anaknya yang sudah nggak ada, meratapi dia yang terlambat, meratapi kenapa baru sadar sekarang bahwa selama ini dia nggak pernah merhatiin Saira.... Meratapi akhir hidup Saira.
Inov masih menangis di pelukan Mima. Menyesali kesalahannya menjerumuskan Saira tanpa bisa menyelamatkannya lagi.
Lita meletakkan dua gelas teh panas di lantai teras apartemen. Lalu duduk di samping Mima.
Lita. Sahabat Saira dan Inov di sekolah. Lita ngizinin Mima dan Inov nginep di rumahnya malam ini supaya bisa datang ke pemakaman Saira besok. Di rumah bergaya minimalis ini cuma ada Lita dan Ditya, abangnya. Sebenarnya Mima heran, kok bisa cewek alim, berjilbab, kalem, dan soleh kayak Lita bersahabat dengan Inov dan Saira. Eng, maksudnya bukannya nggak boleh, tapi... ya aneh aja.
Nov, nanti kamu tidur di kamar Mas Ditya aja, ya" Dia lagi PKL di Sukabumi. Mima tidur sama aku aja. Maklum, apartemen ini kamarnya cuma dua, kata Lita dengan suaranya yang kalem dan sejuk.
Mima mengangguk. Lalu melirik Inov yang duduk melamun memeluk lutut, memandang lampu lampu Jakarta yang gemerlapan dari teras apartemen mungil Lita dan Ditya. Makasih ya, Lit. Sori ngerepotin. Lo sampe harus minjemin baju segala.
Nggak pa-pa kok. Aku masuk dulu ya. Ada tugas. Kalian santai aja di sini, kata Lita lembut, lalu beranjak dari situ.
Angin berembus pelan menerpa Mima dan Inov. Entah apa yang ada di pikiran Inov. Dari tadi dia cuma diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Meninggalnya Saira betul-betul bikin Inov drop dan kacau kayak sekarang.
Mata Inov nanar menatap lampu-lampu di bawah. Lampulampu itu... mungkin kayak nyawa manusia ya, Mi... tiba-tiba Inov berkata lirih.
Mata Mima releks memandang lampu di bawah sana. Dari sini, karena banyak, terangnya sama, gemerlapnya sama, yang redup nggak kelihatan. Tapi kita nggak pernah tahu, mana yang bakal mati duluan. Belum tentu yang redup itu mati duluan. Mungkin yang itu... Inov menunjuk ke kejauhan. Yang paling terang. Biarpun umurnya masih muda, bisa aja dia rusak dan mati duluan. Bukan karena umurnya udah tua. Mungkin karena ada anak nggak tau diri ngelempar dia pake batu sampe pecah. Atau mungkin... ada maling yang nyolong dia karena nggak suka jalanan itu terang. Kayak Saira...
Mima terdiam. Masih muda, tapi hidupnya rusak gara-gara gue... anak kurang ajar yang ngerusak, ngelempar dia pake batu sampe pecah dan padam, suara Inov bergetar.
Mima bergeser pelan, duduk lebih merapat ke Inov. Nov, lo tau nggak kalo ternyata istilah penyesalan selalu datang terlambat itu bener" Lo nyesel karena lo datang terlambat, tapi udah telat untuk nyesel. Lo nyesel, karena lo udah jerumusin Saira ke dunia narkoba, tapi itu udah terlambat. Lo nyesel, kenapa lo ngelakuin hal tolol kayak gini, tapi itu terlambat. Semua serba terlambat! Buat gue, nyeselin sesuatu yang udah terlambat sama aja bo ong. Buang-buang waktu. Karena nggak ada alat pemutar waktu di dunia ini, Nov. Lo emang terlambat nyelametin Saira, tapi kalo cuma bisa menyesali itu, lo nggak bakal mengubah apa-apa, Nov. Saira nggak bakal balik lagi. Lo harus maju, Nov, jangan sampe lo terlambat lagi. Karena sekarang masih belum telat buat nyelametin diri lo sendiri.
Kata-kata Mima meresap ke hati Inov. Bikin cowok itu merenung, mikir makin jauh. Makin dalam.
Nov, gue minta maaf. Kalo aja gue kasih surat itu lebih cepat
Inov menatap Mima sayu. Lo nggak salah, Mi. Nggak akan ada bedanya. Keadaan gue juga nggak memungkinkan waktu itu. Lo nggak salah, Mi.
Mima diam lagi. Mata Inov yang nanar masih menatap lautan lampu di jalanan Jakarta.
Hening. ... ... Sampai... YA AMPUN, INOV! Mima memekik histeris. Matanya melotot menatap jarum jam tangannya. JAM 12"! Gue harus ngabarin rumah!!! Mati gue, Nov! Matiiii!!! Mima melesat masuk mencari HP-nya yang dari tadi di-silent. Mama, Papa, dan Mika pasti khawatir banget!
Inov tetap merenung. Hari ini hati dan pikirannya betulbetul terasa mati. Mati bersama Saira, dan semua kenangan tentangnya....
S ELAMAT tinggal, Saira....
Pelan-pelan tanah menimbun liang lahat peristirahatan terakhir Saira.
Beberapa teman sekolah Saira berpelukan sedih, nggak nyangka bakal begini akhir hidup Saira. Nggak nyangka kalau rumor Saira yang jadi pecandu gara-gara pacaran sama Inov ternyata bukan cuma gosip. Saira meninggal gara-gara OD. Semuanya jadi jelas....
FIRRAAA... anak Mamaaa... Ya Allaaahhhh...
Orang-orang panik begitu mama Saira terkulai lemah dalam pelukan suaminya.
Tolong... tolong! Minyak angin! Minyak angin! jerit salah satu kerabat.
Papa Saira memangku istrinya dengan muka letih dan berlinang air mata. Ma, bangun, Maaaa.... Sadar, Maaa....
Mata mama Saira perlahan membuka, menatap suaminya lemah. Anak kita, Paaa... Saira... ini salah kita, Pa... salah
kitaaa..., racaunya sambil tergeletak lemas di pangkuan papa Saira.
Hampir semua orang nggak bisa menahan tangis waktu papa Saira memeluk istrinya sambil menangis pilu mengharukan. Papa tahu, Maaa, Papa tahuuu... ini salah kita. Kita yang nggak perhatian sama dia selama ini, kita yang nggak bisa megang kepercayaan dari Allah untuk mengurus dia.... Ini salah kita, Maaa... Papa tahu. Tapi Mama nggak boleh gini, Maaa... Mama harus kuat. Mama harus sabaaar, minta ampun sama Allah, Ma.... Ya Allah, astagirullah....
DUAK!!! Inov meninju pohon dengan keras. Tinjunya masih menempel di batang pohon ketika Inov mulai menangis. Memandang prosesi pemakaman Saira dari kejauhan.
Mima meremas bahu Inov pelan. Nov, mending lo kirim doa, Nov, kirim doa buat Saira...., bisik Mima pelan dengan mata berkaca-kaca, terharu melihat kesedihan keluarga dan kerabat Saira. Juga Inov.
Mima dan Inov cuma memandang upacara pemakaman itu dari balik pohon besar beberapa meter dari situ. Inov nggak sanggup menyaksikan dari dekat. Nggak sanggup dan takut ketemu orang-orang. Nggak sanggup melihat jasad Saira yang terbungkus kain kafan dimasukkan ke liang lahat. Nggak sanggup melihat air mata orangtua Saira. Nggak sanggup dituduh jadi penyebab kematian Saira... nggak sanggup. Bahu Inov masih berguncang pelan.
Cerita Saira udah selesai, Nov. Tapi lo belum. Lo masih punya banyak halaman kosong yang harus lo isi. Inov terdiam.
Mima duduk di batu di samping Inov. Menatap Inov simpati. Nov, menurut gue, ibarat buku, hidup kita ini bukan cuma punya kita sendiri lho.
Inov mendongak. Menatap Mima nggak ngerti.
Iya. Biarpun kita yang nulis, kita yang nentuin mau nulis apa. Dan isinya bukan cuma memengaruhi hidup kita doang, tapi juga orangtua dan orang-orang terdekat kita. Cerita kita bakal bikin mereka bangga dan bahagia. Atau malah bikin mereka malu dan sedih.
Inov tercenung. Saira memang udah nggak ada. Dia udah tenang di sana. Dia nggak bisa lagi denger omongan orang, nggak akan tahu gunjingan orang. Tapi lo pikir deh. Gimana coba orangtuanya" Mereka sedih kehilangan Saira, tapi mereka juga bakal lebih sedih denger kasak-kusuk orang. Malu sama orang lain, tetangga, keluarga, guru-guru, tukang sayur depan rumah, pembantu, tukang kebun... Hmmpphhh... Tahu-tahu tangan Inov membungkam mulut Mima. Mima menatap Inov sebal.
Bibir Inov tersenyum tipis. Thanks, Mi, nggak usah disebutin semua. Gue ngerti kok maksud lo, katanya parau.
Untung lagi berkabung gini, kalau nggak Mima pasti udah mengeluarkan jurus turun-temurun dari Mama. Ngamuk ala godzilla pusing. Gila aja, orang lagi ngomong serius malah dibekap.
Kita doakan, semoga almarhumah dapat diterima dengan baik amal ibadahnya, diampuni segala dosa-dosanya...
Sayup-sayup suara ustaz yang memimpin doa untuk almarhumah Saira sampai ke telinga Mima dan Inov.
Mima menengadahkan kedua telapak tangannya. Amin.... bisik Mima pelan.
Inov pelan-pelan ikut menengadahkan kedua telapak tangannya. Memejamkan mata dan memanjatkan doa dengan khusyuk....
Makam Saira udah sepi. Nggak ada siapa-siapa lagi. Semua kerabat dan pelayat udah pulang.
Mima menaburkan bunga di atas tanah makam yang masih basah.
Inov duduk bersimpuh di samping makam Saira. Dengan nelangsa, Inov menatap dan mengelus nisan kayu bertuliskan nama Saira. Kalo aku tau kamu bakal kayak gini gara-gara kenal sama aku, lebih baik kita nggak pernah kenal, bisik Inov serak dan gemetar.
Mima tercekat, lalu ikut bersimpuh di samping Inov. Terus lo yakin hidupnya bakal lebih baik, gitu"
Seenggaknya dia nggak bakal meninggal gara-gara narkoba.
Belum tentu. Pernah nggak kepikir sama lo, Nov, bisa aja narkoba memang bagian dari cobaan yang harus dia hadapin. Yang harus dia ikutin, atau tolak. Jadi, kalo nggak dari lo, bisa aja kan dari orang lain" Semua itu sebetulnya tergantung kitanya kok. Pilihan itu kan ada di dia, Nov. Dia yang milih untuk pacaran sama lo, dan ikut lo nyemplung ke narkoba. Padahal bisa aja kan dia pacaran sama lo, tapi justru nyelametin lo dari narkoba" Itu pilihan, Nov....
Inov tersenyum tipis. Terus pernah nggak kepikiran sama lo, bahwa bisa aja dalam posisi inilah justru Saira jadi penyelamat lo" Jadi yang bawa pesen buat lo" Supaya lo nggak terus deket-deket narkoba sialan itu. Dan nggak jadi kayak dia sekarang, sambung Mima.
Inov tersenyum lagi. Hidup gue udah ancur, Mi. Satu-satunya yang pengin gue selametin sekarang ini adalah Bunda. Perasaan Bunda.
Mima menghela napas pelan. Ya, tapi untuk itu, lo sendiri juga harus selamat dulu, kan"
Inov membelai nisan Saira lagi. Nggak menjawab pertanyaan Mima.
Emang lo pikir dengan bohongin dia, lo nyelametin perasaan bunda lo" Lo pikir bunda lo bakal ngerasa seneng kalo tahu lo sengaja bohong dan tetep dalam lingkungan setan itu" Mana ada orang yang bahagia dibohongin, Nov"
Mata Inov sembap menatap Mima. Gue tahu, Mi, gue tahu. Tapi Mi, please... gue nggak siap sama reaksi Bunda kalo dia tahu semua kebenaran tentang gue.
Mima diam. Jelas nggak setuju. Siap"! Kalo nunggu siap, kapan siapnya"! Di dunia ini kayaknya nggak ada yang siap untuk malu, untuk dimarahin, untuk kecewa, bahkan mungkin nggak ada orang di dunia ini yang siap untuk bahagia. Semua yang ada di dunia ini kejutan paket yang dibungkus rapi. Manusia memang semuanya belagu! Selalu bilang tabah, siap menghadapi semuanya, siap nerima ini, siap nerima itu. Kalo kita siap, kenapa kita harus nangis, marah, atau malah ketawa" Kalo kita siap, harusnya kita nggak perlu nangis waktu saudara kita yang sakit akhirnya meninggal. Kalo kita siap, kita nggak bakal tertawa bahagia waktu buka kado ulang tahun....
Nggak, manusia nggak pernah siap. Kita memang bisa tahu. Tapi kita nggak pernah siap. Kalau kita selalu siap, buat apa ada emosi"!
Mima!!! Mika berteriak memanggil Mima.
Mima yang duduk di kursi taman parkir pemakaman menepuk bahu Inov pelan. Kita udah dijemput....
Mika berlari-lari kecil menghampiri Mima dan Inov. Di belakangnya Mama dan Papa juga tergopoh-gopoh dengan muka cemas. Sepanjang jalan Mama berkoar-koar heboh, dengan panik nggak ngerti kenapa bisa-bisanya Inov dan Mima berbohong dan baru mengaku tengah malam setelah semua orang panik menunggu mereka pulang.
Hai, Ka! Mima nyengir.
Mika mendelik. Kalian berdua memang udah gila! Untung Mama nggak nelepon polisi tadi malem!
Gue minta maaf, Ka, kata Inov pelan. Mika diam.
Mama menyeruak dengan muka merah padam. Sembilan puluh sembilan persen pasti gara-gara marah campur ngosngosan berlari-lari di parkiran. Kalian berdua ini bener-bener deh! Mama hampir aja telepon polisi! Untung kamu nelepon Mama jam dua belas! Kalo nggak, polisi se-Bandung Raya bakal nyari kalian berdua, tahu"!
Deuuuh... polisi se-Bandung Raya" Anak gubernuuur, kali. Mima nggak sengaja cengar-cengir.
Mama kontan melotot. Kenapa kamu nyengir, Mi"! Kamu pikir Mama bercanda"!
Ih, Mama, siapa yang nyengir" Mima meringis, Ma... meringis. Mules. Langsung lempar jurus ngeles.
Papa yang gemuk dan berjalan lamban akhirnya sampai juga dengan muka lebih merah padam daripada Mama. Buat Papa, lari-lari di parkiran kuburan siang bolong di Jakarta sama aja kayak dengan sukarela nyemplung ke panci panas. Hhhah... hhhahh... hhahh... cuma itu yang bisa keluar dari mulut Papa begitu nyampe. Butiran keringatnya gede-gede. Lubang hidungnya membesar-mengecil, membesar-mengecil. Napasnya ngos-ngosan. Matanya kedap-kedip nggak jelas. Untung aja Papa nggak pingsan.
Tante, Oom, maain aku. Ini semua salahku. Aku yang bikin Mima sampe ikut ke sini. Tiba-tiba Inov buka suara dengan muka kelihatan bener-bener nggak enak sama ortu Mima, juga sama Mika.
Hhhah..., hhah..., sebenernya ngapain siihh, ...kalian ini" Papa maksain ngomong buat jaga wibawa.
Ini salahku, Oom, salahku. Inov menegaskan lagi. Tadinya aku mau kabur ke Jakarta sendirian, Oom. Temen deketku dalam masalah. Aku tahu kalau aku minta izin sama Oom atau Tante pasti nggak bakal diizinin. Makanya, waktu aku denger dia butuh aku, aku berniat ke Jakarta diam-diam. Tapi Mima tahu. Dia ngerasa bertanggung jawab atas aku, jadi daripada aku kabur sendirian ke Jakarta terus kenapa-napa, dia milih ikut nemenin aku. Aku yang suruh dia bohong, Oom, Tante. Inov menarik napas. Tadinya kami nggak ada niat nginep, tapi ternyata Saira... Inov nggak sanggup meneruskan. Mima tertunduk.
Mama dan papa Mima saling pandang. Mika merangkul adik kembarnya.
Inov mengusap matanya yang berkaca-kaca. Lalu menatap Mama dan Papa bergantian. Oom, Tante, Oom sama Tante nggak bilang sama Bunda, kan, soal ini" tanya Inov penuh harap.
Papa menepuk bahu istrinya pelan. Kode supaya Mama aja yang jawab.
Nggak, Nov. Tante sama Oom nggak bilang sama bunda kamu. Karena Mima telepon, Tante sama Oom mutusin untuk ketemu kalian dulu, denger semuanya lebih jelas. Karena kami percaya banget sama Mima. Kami tahu Mima nggak pernah bohong. Tapi tadinya Tante ada niat untuk nelepon bunda kamu... dan polisi, seandainya kalian nggak nelepon kami lewat jam satu malam.
Diam-diam Mima membuang napas lega.
Inov releks mencium tangan Papa. Makasih ya, Oom.... Lalu mencium tangan Mama. Tante, makasiiih... aku nggak tahu gimana jadinya kalo Bunda sampe tahu. Makasih ya, Tanteee... Oom... ini, ini, berarti banget buat aku.... Mama memegang bahu Inov. Membuat Inov bangun dari bungkuknya. Tapi, Nov, kamu harus ngerti satu hal. Tante sama Oom nggak mungkin berbuat begini lagi demi kamu. Juga Mika.... Lalu Mama menatap Mima tajam. ...dan Mima. Ya kan, Mi"
Ohhh... ubur-ubur! Sengatanmu kalah TOTAL dibanding sengatan tajam tatapan Mama. Mima bergidik ngeri, lalu mengangguk ketakutan. Mampus!!! Terus segunung rahasia segede kuda nil bunting itu mau diapain?""
Denger, Inov... Papa merangkul Inov hangat, bukannya kami mau ikut campur atau membatasi kehidupan kamu. Tapi kamu ngerti, kan" Kami ini diserahin tanggung jawab sama bunda kamu. Kami nggak mau mengecewakan dia, apalagi kalo ada apa-apa sama kamu. Kamu ngerti, kan" Mata Papa menatap bijak.
Inov mengangguk respek pada Papa. Iya, Oom, aku ngerti. Aku makasih atas kebaikan Oom dan keluarga sama aku. Aku betul-betul minta maaf, Oom....
Papa tersenyum lebar sambil menepuk-nepuk bahu Inov. Ya sudah. Kami ngerti kok. Oom mungkin akan berbuat yang sama kalo temen deket Oom dalam masalah. Pacar"
Inov menerawang. Dalam hati aku, iya, Oom... dia bakal selalu jadi pacarku.
Papa merangkul Inov erat. Ya udah, ayo kita pulang. Papa meraih Mima dalam rangkulan tangannya yang sebelah lagi. Kalian ini... ada-ada aja.
Mima dan Inov saling pandang diam-diam.
Dalam hati Mima bersyukur punya Papa, Mama, dan Mika.
M IMA duduk memeluk lutut di tangga busuk berlumut gedung tua yang biasa. Inov duduk di samping Mima. Posisinya" Sama persis. Melongo, meluk lutut.
Teh Jul pasti bakal ngomel dua kali lipat nanti. Masalahnya, lumut yang tumbuh di tangga busuk ini hijau dan lengket BANGET. Celana olahraga Mima dan celana seragam Inov sekarang berlepotan lumut yang kayaknya perlu ritual khusus waktu dicuci biar bersih.
Kalau aja cara kenalan Mima sama gedung ini bukan dari tempat transaksi narkoba, tangga butut ini pasti bisa jadi tempat rahasia favorit Mima. Mima suka banget suasana dingin yang jadi hangat karena rembesan sinar matahari dari selasela tanaman rambat di atap yang belum jadi ini. Belum lagi suara burung yang terbang ke sana kemari. Romantis...
Ini harus berhenti, Nov. Gue takut, kata Mima pelan dengan dagu disandarkan di atas lutut.
Inov melirik bungkusan paket barang terlarang yang tergeletak di sampingnya. Menatapnya dengan perasaan campur aduk. Gue tau, kata Inov lirih.
Tuk! Mima melempar kerikil ke lantai. Terus kapan" Tuk! Inov ikut melempar kerikil. Gue nggak tahu. Huh! Mima manyun. Ya harus tahu dong, Nov! Lo tahu sendiri pengawasan Mama makin ketat sejak kejadian Jakarta itu. Kita udah nggak bisa sembunyiin ini lama-lama. Lambat laun pasti ketahuan. Kita harus cari jalan keluar. Inov hening.
Gue kira si Revo yang bakal mampus! Taunya dia malah baik-baik aja. Heran ya, jadi manusia kok nggak ada kapoknya. Udah hampir mati kayak gitu, sekarang tetep aja jadi bandar dan ngirim-ngirim kaki tangannya buat meres elo. Ini bukan pertama kalinya....
Mima menoleh. Mengernyit bingung. Apa" Si Revo meres elo"
Inov balas memandang Mima. Bukan. OD. Ini bukan pertama kalinya Revo nyaris lewat gara-gara OD.
Hah"! Inov mengangguk meyakinkan Mima. Iya. Dan dia nggak mati-mati. Terus-terusan sembuh. Dan makin dihormati karena lebih dari tiga kali selamat dari OD. Dianggap master. Heran juga, kok bisa dia selamat terus.
Bukti, kali. Neraka aja males nerima dia, sungut Mima dari hati yang terdalam. Biarpun dia nggak secara langsung kenal Revo, makin hari Mima makin benci sama ketua geng sekaligus bandar itu. Apalagi setelah peristiwa Saira. Nggak sadar apa, dia udah bunuh orang"!
Inov bangkit. Menepuk-nepuk belakang celananya, berusaha merontokkan lumut-lumut yang menempel dengan nikmatnya.
Ke mana" Pulang. Nanti mama lo curiga, Mi. Kita kan bilangnya rapat bazar.
Tunggu! Mima menahan tangan Inov. Itu gimana" Mima menunjuk barang biadab di tangan Inov.
Tangan Inov meremas-remas bungkusan itu. Menggenggamnya dalam kepalan tangan, lalu... AARRGGHHH!!! Inov melempar bungkusan itu sekuat tenaga ke tengah lahan penuh ilalang setinggi orang di areal gedung.
Mima melotot. Lo gila ya"! Kok lo lempar gitu aja sih"! Biarin, Mi.
Biarin"! Lo gimana sih" Kalo ada yang nemuin gimana" Kalo ketemu terus sidik jari lo diselidikin gimana" Terus kalo... hnmppphhh!
Mima kena bekap. Lagi, lagi, dan lagi... terus-terusan kena bungkam! Mi, tenang aja, oke" Itu bawahnya rawa, lagi. Mima diam dengan muka merengut.
Sekarang kita pulang. Ayo. Inov mengulurkan tangannya.
Berani-beraninya ngajak gandengan sesudah main bungkam mulut orang kayak tadi. Nyebelin! Mima menepis keki tangan Inov sambil melenggang dongkol lewat di depan Inov. Gue bisa jalan sendiri! Gue belum tua! kata Mima sambil ngeloyor.
Sshh... Inov meringis. Tangannya mencengkeram tiang halte.
Kenapa, Nov" Sakit lagi" Mima memegang dahi Inov. Padahal Inov megangin perutnya. Wah, lo panas lagi, Nov. Obat lo udah abis, kan"! Ayo duduk, duduk sini, Nov... Mima menarik Inov duduk di bangku halte. Tangannya buru-buru mengaduk-aduk tasnya yang kelihatan penuh gara-gara hari ini ada pelajaran olahraga. Semua masuk di situ baju, handuk, alat kecantikan buat ngembaliin tampang seperti semula setelah dijadiin rebus-rebusan tengah hari bolong, dan ini nih, ini yang paling penting: air minum! Taraaa! Mima mengeluarkan botol minuman dari tasnya. Minum nih! Inov menatap Mima ragu.
Kenapa"! Nggak mau minum"
Inov masih menatap botol minuman di tangan Mima. Bekas... lo"
Duh! Pertanyaan tolol! Mima mendelik sebel. Ya iya lah! Lo pikir bekas siapa" Dinosaurus"! Emangnya kenapa"
Inov menggeleng pelan. Nggak. Tapi temen-temen gue... sshhh... suka berisik soal apa tuh, ciuman nggak langsung. Lo mau nyerahin ciuman nggak langsung lo... ke gue"
Plak! Dengan gemas bercampur malu, Mima menempelak bahu Inov. Dasar sakit! Masa lo mikirin gituan sih" Iya, nggak pa-pa, ambil aja! Darurat gini pikirannya masih ke manamana. Gue mendingan lo ambil itu daripada lo mati di sini pas sama gue! kata Mima menggebu-gebu nutupin malu. Nih! Buruan! Sebelum gue kasih ciuman nggak langsung gue sama tukang becak yang lagi ngos-ngosan itu! kata Mima, makin salting menunjuk abang becak yang lagi menggoseh becaknya dengan muka merah padam, hidung kembangkempis, dan keringat mengucur kayak keran bocor.
Makasih...., kata Inov dengan muka meringis. Tangannya agak gemetar waktu mengambil botol minuman dari tangan Mima. Sambil meringis kesakitan, Inov minum dari botol minum Mima.
Ciuman nggak langsung! Dasar makhluk luar angkasa. Bisabisanya mikirin gituan! Ciuman nggak langsung... ada-ada aja. Apa coba, ciuman nggak langsung.... GLEK! Mima menelan ludah dengan grogi waktu bibir Inov menyentuh botol. Mima kan belum pernah dicium cowok" Ciuman nggak langsung....
AAA!!! Mima menggeleng-geleng heboh dengan muka panik.
Mi" Inov kaget dan memegang bahu Mima. Ihhh! Jangan pegang-pegaaang! Dengan sadis Mima menepis tangan Inov dari bahunya.
Lho" Inov menatap Mima aneh. Kenapa lo"
Gara-gara elo! Nyebelin! Udah, minum, minum aja! Jangan ngurusin orang! sergah Mima sewot nggak jelas. Yeee... lo yang teriak tiba-tiba.
Mima mendelik sambil manyun. Ya udah, cuekin aja! Jangan pegang-pegang gue!
Kenapa sih ni anak" Inov makin bingung. Gue... uhuk... minum, ya"
Ya udah sana! Dari tadi juga disuruh minum. Tiba-tiba, biarpun mukanya pucat persis mayat kaget, Inov masih bisa nyengir jail. Nyesel, ya" Nggak ikhlas" Mima menatap heran....
Ciuman nggak langsungnya diambil gue.
Muka Mima langsung kembali jadi sewarna berbagai macam rebus-rebusan. Aahhhhh! Tau ah! Reseee! SREEET! Mima bergeser menjauh jaga jarak. Dasar Inov! Ngapain sih dia ngomongin ciuman nggak langsung segala. Kan bikin orang kepikiran! Huuhh! Iya! Emang Mima sekarang agak-agak nyesel. Harusnya ciuman nggak langsung itu buat Gian! Gian, yang akhir-akhir ini jadi makin terbengkalai gara-gara Inov! Sebeeel!
Mima" Harusnya ciuman itu buat Gian" Busyet! Sekarang waktunya nyanyi Panjang Umurnya, ya" Kan katanya kalo orang yang diomongin atau dipikirin nongol, artinya orang itu panjang umur. Ini... Gian kok tiba-tiba ada di sini"
Mima melongo. Gi-Gian"
Gian memandangi Mima yang lagi duduk dengan pipi menempel di tiang halte sambil manyun dengan heran. Kamu kenapa, Mi"
Hah" Ng, aku... Kamu sama sia oh. Kalimat Gian terhenti begitu melihat Inov di ujung kursi lainnya. Air mukanya langsung berubah. Apa ya" Marah" Nggak enak" Kecewa"
Ad-aduuuh! Pasti Gian ngira yang nggak-nggak nih. Eh, eng, aku... aku tadi... tadi si Inov tuh... pulang sekolah minta dianterin ke supermarket situ. Tahu mo nyari apaan... hehe.... Mima jadi malu sendiri. Memangnya Gian peduli" Kok Mima ngerasa perlu ngejelasin semuanya"
Gian udah pasti bete, tapi dia tetep senyum manis banget. Oh, ya udah. Aku duluan, ya" Nanti... nanti ganggu.
Inov mengamati dari tempat dia duduk. Dari jauh aja kelihatan banget Mima panik dan kecewa karena kayaknya Gian menyangka ada apa-apa di antara Mima dan dirinya. Dari jauh, Inov juga bisa melihat kekecewaan di mata Gian waktu lagi-lagi mendapati Mima sama Inov.
Eh, Gi!!! Entah tenaga dari mana, Inov yang nyaris pingsan masih bisa teriak manggil Gian. Tunggu..., sambung Inov, jauh lebih NGGAK bertenaga daripada tadi.
Gian yang nyaris melenggang pergi, berhenti dan menoleh. Eh, hai, Nov..., sapa Gian canggung. Padahal tadi dia udah bersyukur Inov nggak melihat dia dan dia nggak perlu menyapa Inov.
Susah payah Inov bergeser mendekat ke Mima yang masih manyun. Dan sekarang ditambah kaget karena shock Inov memanggil-manggil Gian. Mima menatap Inov dengan tatapan setajam gigi Drakula. Penuh tanda tanya.
Ada apa, Nov" tanya Gian ramah dan hangat. Padahal hati sih panas.
Bisa tolong gue, Gi"
Gian melirik Mima. Mima mengangkat bahu sekilas. Nggak tahu.
Gue... gue lagi sakit. Kayaknya gue nggak sanggup jalan. Kalo cuma si bawel satu ini yang nopang gue pulang, kayaknya dia nggak bakal kuat. Lo bisa tolong" tanya Inov serak dan mata memelas.
Tolong... nganterin kamu pulang, maksudnya" tanya Gian nggak yakin.
Inov mengangguk. Iya. Bisa" Mima pasti nggak kuat. Gue takut pingsan.
Hah! Betapa nggak adilnya buat Gian. Udah harus nyaksiin cewek pujaannya jalan sama cowok lain alias Inov berkali-kali, sekarang dia masih harus menolong cowok itu"! Gian terdiam. Mikir. Kalau dia nggak membantu Inov, apa berarti Mima bakal memapah Inov sendirian" Mapah dia sendiran" Huh! Dan kalau dia membantu Inov sekarang, artinya dia bisa sama-sama Mima lebih lama, kan"! Gian juga nggak mau dianggap cowok yang nggak suka menolong, apalagi kalau dia nggak mau nolongin Inov padahal cuma dimintain tolong begitu doang....
Gian nggak mau Mima punya kesan negatif tentang dirinya. Akhirnya Gian mengangguk mantap. Oke, nggak masalah. Mau pulang naik apa, Mi" Gian menatap Mima dalam.
Jantung Mima sampe deg-degan. Langsung salting. Nyengir nggak enak, diam juga nggak enak. Melek nggak, merem apalagi. Eng, naik
Taksi, potong Inov. TAKSI"! Mima mendelik ke arah Inov. Dia pikir mereka baru ketiban karung duit, apa"! Sok-sok naik taksi! Udah jelas uang biar satu sen pun lagi dikumpulin buat membayar setoran ke Revo, si bandar goblok itu. Sekarang ngakunya mau naik taksi"! Lagi migren kali ni anak! Taksi" desis Mima.
Inov ngangguk. Iya, taksi. Kayaknya gue nggak kuat naik angkot. Panas. Gue bawa uang kok...
Monyooong! Sekarang malah bongkar rahasia ekonomi mereka di depan Gian. Yah, terutama rahasia ekonomi Mima. Kesannya Mima khawatir banget nggak bisa bayar taksi. Harga diri Mima bagaikan dilempar dari puncak Monas, dicelup ke limbah beracun, terus ditemplokin ke pantat gajah! Rusak serusak-rusaknya! Bibir Mima nggak tahan untuk nggak manyun. Terserah...
Itu taksi! Gian tiba-tiba lari ke pinggir jalan.
PAK! Mima menepak bahu Inov. Bagus! Biar gue kelihatan pelit, mabok AC, dan nge-fans sama kenek angkot, ya" Kesannya gue pengin banget naek angkot! desis Mima galak.
Inov menjawab datar, Memang gue lagi nggak enak badan. Nggak kuat naik angkot.
Bibir Mima makin bermanuver. Bukan monyong biasa. Udah jadi ekstramonyong. Dan buru-buru senyum sok imut lagi pas Gian balik sehabis mencegat taksi.
Tuh, taksinya. Kita naek sekarang" Mima mengangguk.
Gian langsung bantu Inov berdiri.
Eh, tunggu! seru Inov begitu tangan Mima menyentuh handle pintu depan, berniat duduk di depan.
Apaan lagi" Inov malah terseok-seok ke pintu depan. Gue duduk di depan...
Hah"! Terus, terus, gimana
Mata Inov menatap Mima lurus-lurus. Kaki gue pegel banget. Pengin selonjoran. Lo sama Gian di belakang, ya" WHAT"! Ini anak bener-bener gila! Ya, terus... maksudnya....
Maksudnya gue di depan, kalian di belakang.... Mima bengong.
Gian ikutan bingung. Inov malah dengan santai masuk, duduk, dan tutup pintu. Eh, ya udah, masuk, yuk" Gian membukakan pintu buat Mima.
Duuuh, serasa tuan putri, dibukain pintu segala. Mima tersenyum malu-malu. Makasih....
Ini maksudnya apa sih" Inov bener-bener bikin Mima dan Gian mati gaya duduk di belakang gini.
Mima nggak sanggup ngomong duluan karena salah tingkah, nggak enak, dan serbasalah karena berkali-kali kepergok Gian lagi sama-sama Inov. Pasti Gian udah nyangka ada apa-apa antara Mima dan Inov. Dan kayaknya penyangkalan bukan jurus yang tepat sekarang. Helooo, berkali-kali Mima milih ngurusin Inov daripada Gian. Mo nyangkal sampe rambut, bibir, dan gigi keriting juga nggak ngaruh kayaknya. Action speaks louder than words!
Gian" Sama aja. Dia juga nggak bisa ngomong duluan karena... ya sama juga. Salah tingkah, nggak enak, dan serbasalah karena berkali-kali mergokin Mima sama Inov. Pikiran Gian, nggak mungkin nggak ada apa-apa antara Mima dan Inov. Sekarang dia duduk berduaan dengan Mima di jok belakang taksi, dengan perasaan aneh dan nggak enak sama Inov kalau kelihatan dekat atau malah kelihatan lagi pedekate ke Mima. Jadi kayaknya diam memang udah paling mantap... biarpun nggak enak....
Stop, stop. Akhirnya Mima ngomong juga sama sopir taksi.
Taksi menepi di depan gerbang rumah Mima. ....
Mima bengong. Kok Inov diem aja sih" Kan dia yang mestinya bayar. Nov, bayar, buruaaan...
Neng, ini temennya dari tadi tidur... apa pingsan ya, Neng" celetuk Pak Sopir.
Nah lho! Kepala Mima nongol di sela-sela jok sopir dan Inov. Nov, Nov! Nyampe! Mima menjawil-jawil bahu Inov. Nggak ada reaksi. NOV! Banguuun! Udah sampeee! Jawilan berubah jadi guncangan.
Inov malah mengerang pelan. Nov! Mima menepuk pipi Inov pelan. Ya ampun! Kok panas banget! Nov" suara Mima berubah panik.
Kenapa, Mi" Gian mendekat, ikut khawatir. Coba... Tangan Gian ikut menyentuh dahi Inov. Kok panas banget, Mi"
Mima mengangkat bahu. Panik. Nov"
Mata Inov terbuka pelan. Dan sedikit. Gue... pusing banget...
Mampus! Mana Mima nggak bawa duit, lagi. Tapi terus gimana dong" Masa Inov yang lagi sekarat gini dimintain uang" Apa kata du eh, kata Gian" Gimana do
Ini, Pak... Tiba-tiba tangan Gian melewati samping pipi Mima, menyodorkan uang ke Pak Sopir. Ambil aja kembaliannya, Pak. Ayo, Mi, kita bawa Inov turun.
Cring... cring.... Mima serasa dapat pangeran penolong. Sebelum dia menjatuhkan gengsinya lebih parah daripada yang di halte tadi dengan minjem uang sama Gian, Gian lebih dulu dengan heroik menolong ekonomi seret dan ketololan Mima nggak meminta uang taksi ke Inov pas di halte tadi. Ma-makasih ya, Gi. Aku malah bengong. Soalnya aku... Tangan Gian menepuk bahu Mima lembut. Dan menatap mata Mima lembut banget. Udahlah, nggak pa-pa, Mi. Aku tahu kamu khawatir banget sama keadaan Inov. Apa nggak sebaiknya kita ke rumah sakit aja, Mi"
Rumah sakit" Mima menangkap Inov menggeleng pelan. Nggak, nggak usah... di rumah aja...
Oke, ayo, Nov, pegangan ke aku, pelan-pelan aja, ya... Dengan tulus dan telaten Gian membantu Inov turun dari taksi.
Mima memandangi dengan nanar dan agak-agak shock. Apa tadi Gian bilang" Aku tahu kamu khawatir banget sama keadaan Inov" HUUH! Iya! Emang Mima khawatir. BUT NOT THAT WAY! Bukan khawatir yang kayak gitu! Mima cuma khawatir... ya khawatir biasa! Sebagai teeemeeen! Nada ngomongnya Gian kok kesannya Mima khawatirnya lebih daripada itu, kesannya Mima khawatir sebagai... pacar. TIDAAAK!
Mi" Kok bengong" Ayo... suara lembut Gian membuyarkan lamunan Mima.
Hah" Iya, iya... Keadaan Inov memang payah banget. Gian betul-betul harus menyeret dia sampai ke depan pintu rumah.
Mi, kamu yakin nggak mau ke rumah sakit aja" Badannya panas banget. Gian kelihatan makin khawatir.
Orang-orang rumah pada ke mana lagi nih"! Dari tadi mencet bel nggak ada yang bukain pintu! Mima menatap Inov yang terkulai lemas dipapah Gian. Mengirim kode lo kayaknya beneran harus ke rumah sakit deh . Nov" tanya Mima, meyakinkan jawaban Inov atas pertanyaan lewat kode tatapan mata tadi.
Memang dasar manusia robot keras kepala, Inov menggeleng. Nggak...
TING TONG TING TONG! Mima makin nafsu menekan bel pintu. Sampai akhirnya dia sadar, kalo ada orang di rumah, nggak mungkin pintu nggak dibuka dari tadi. Mika bukan orang yang tahan dengar bel berisik. Mama apalagi. Teh Jul juga sama. Baru TING belum TONG, dia udah ngibrit dari mana pun dia berada ke pintu depan. Jadi, kemungkinan nggak ada siapa-siapa di rumah. Mima melirik pot besar di pojok teras. Betul, kan"! Ada surat nyelip di situ. Ya pasti buat Mima. Karena beginilah perjanjian di rumah ini. Kalau satu-satunya orang yang tersisa di rumah terpaksa pergi, dia harus ninggalin surat di tempat rahasia yang udah disepakati bersama.
Dir Neng Mima, Neng, kuncinya Teh Jul umpetin di bawah pot ini. Teh Jul harus ke minimarket.
Teh Jul M, jadinya harus beli soptek. Oke, Neng"!
Bener, kan" Nggak ada orang. Mima buru-buru jongkok, mo ngambil kunci yang Teh Jul umpetin di bawah pot. Ughhh! Cerdas banget! Ternyata pot ini berat!
Mi" Ngapain" Gian menatap Mima bingung. Semua orang juga pasti heran, dalam keadaan panik gini Mima malah latihan angkat pot raksasa. Orang pusing juga tahu Mima nggak mungkin kuat ngangkat pot itu.
Ughhh! Ini si Teh Jul, masa naro kunci di bawah pot! Dikira aku istrinya Samson, apa"! Ughhh! Berat banget!
Gian mengulum senyum. Istri Samson"! Hati-hati Gian membantu Inov duduk di kursi teras. Sori, Nov, duduk di sini sebentar, ya" Aku bantu Mima dulu....
Inov cuma senyum tipis. Itu juga kayaknya udah pake seluruh tenaga yang tersisa.
Coba, Mi, biar aku.... Gian jongkok di samping Mima. Bikin jantung Mima mendadak itnes. Deg-degan.... Tangan Gian ternyata kekar juga ya" Padahal dari tampilan keseluruhan, Gian bukan tipe penggila olahraga, yah, normal-normal ajalah gitu. Tapi... SEKALI tarik, potnya langsung terangkat. WOW!
Sebelah tangan lho! Bukan dua tangan. Dan nggak pake ngeden sampe mukanya merah karena keberatan. Waaahhh... ternyata Gian....
Mi" Kuncinya mo diambil nggak"
Ha"! Oh iya, iya.... Mima buru-buru menyambar kunci depan yang dengan geniusnya disembunyiin Teh Jul di bawah pot. EH, bentar, bentar. Kok Teh Jul bisa naro kunci itu di situ"! Masa sih Teh Jul yang kecil, mungil, kerempeng, genit, dan pecicilan itu kuat ngangkat pot segede anak panda gini"!
Mima membuka pintu lebar-lebar. Masuk, Gi, masuk.... Huh, bukan kunjungan kayak gini yang Mima harap dari Gian. Kencan atau apa kek gitu. Ini malah nganter orang pingsan! Mima menutup pintu depan lagi. Ayo, Gi, ke atas. Langsung ke kamarnya aja. Mima membantu Gian memapah Inov naik tangga.
Enak banget jadi Inov. Bisa bikin Mima begitu khawatir kayak sekarang ini, batin Gian seraya melirik Mima yang matimatian membantu Gian memapah Inov naik tangga. Mulutnya bergerak-gerak lucu karena keberatan. Mi, kalo kamu nggak kuat biar aku aja, nggak pa-pa.
Hhhah... hahh... nggak pa-pa, nggak pa-pa. Bisa kok, bisa....
Tuh, kan, Mima bahkan nggak peduli dia keberatan ngangkat Inov naik tangga. Gian makin gelisah. Merasa peluangnya mendapatkan Mima makin lama makin kecil.
DUK! Mima menendang pintu kamar Inov sampe terbuka. Ayo, langsung baringkan di tempat tidur aja, Gi. Keringat Inov mengucur deras di dahinya. Mukanya pucat. Dan nggak berhenti mengerang pelan kesakitan. Mima memandang Gian serbasalah. Thanks ya, Gi. Nggak masalah. Aku seneng, ehem... bisa bantu kamu. Sama Inov, lanjut Gian kikuk.
Mima tersenyum masam. Sekarang Gian malah bawa-bawa Inov. Kesannya nggak boleh kalo cuma bantu Mima. Gi, kamu mo minum" Aku mo ke bawah. Ngambil kompres buat Inov, kayaknya demamnya parah banget. Biasanya dikompres.
Ups, salah ngomong! BIASANYA" GENIUSS! BRILIAAAN! Biasanyaaaa?"" Eh, ng, maksud aku...
Nggak usah, nggak pa-pa kok, potong Gian kayak bisa membaca pikiran Mima yang nggak mungkin bisa jelasin apa-apa. Kamu tolongin aja Inov. Kasian dia. Aku pulang ya"
Eh! Kamu nggak minum dulu, Gi"
Gian tersenyum hangat. Nggak usah. Makasih banget. Bukannya nggak mau, Mi, aku ditunggu Ibu, harus nganter arisan. Next time, ya"
Mima ngangguk. Dalam hati menyanyikan lagu dangdut yang berisi kekecewaan dan patah hati. Dia masih pengin Gian di sini.
Aku pulang dulu ya, pamit Gian di depan pintu. Oke. Makasih sekali lagi ya, Gi....
No problem. Dah, Mi, sampe ketemu di sekolah. Gian berbalik.
EH, GI! pekik Mima tiba-tiba. Sumpah nggak sadar! Ngapain dia manggil Gian lagi"!
Gian berbalik lagi menghadap Mima. Ada apa, Mi" Ada apa ya" Ada apa dong"! Ada apa niiih"! Mima meringis bingung. Ada... eng, ...anu, itu uang taksi yang tadi nanti diganti di sekolah, ya" Waduh! Parah! Ngeles yang parah! Malah ngomongin utang. Kenapa nggak sekalian aja ngasih info Bu Jejen di sebelah rumah ngreditin ember sama panci" Huuuh!
Hah" Gian terlongo beberapa detik. Kaget pastinya. Oh, itu. Udahlah, nggak usah. Santai aja, Mi.
Mima nyengir garing. Eng, nggak bisa dong, Gi. Utang adalah utang... hehehe... ya, kan" Makin kacau!
Gian makin bengong. Oh, oke. Ya udah, nanti di sekolah, ya"


Satria November Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mima ngangguk kecewa. Biarpun jayus, norak, dan amat, sangat nggak penting, dia sebenarnya berharap Gian mendebat dia. Supaya ngobrolnya jadi lebih lama. Tapi... Oke, makasih ya, Gi.
Gian pun berlalu.... DUK DAK DUK DAK! Mima berlari-lari heboh naik tangga menuju kamar Inov.
Nov, lo nggak bisa kayak gini, tau! Ayo kita ke dokter aja! repet Mima begitu sampai di sisi ranjang Inov.
Dengan muka pucat dan banjir keringat, Inov masih juga geleng-geleng.
Mima melotot kesal. Ya terus gimana dooong" Lo sadar nggak sih lo kelihatan kayak orang sekarat"! Nov, jangan gini dooong!
Mi, ambilin gue uhuk! obat demam aja, ya" Ada, kan"
Tapi Inov menggenggam tangan Mima lemah. Panas, gemetaran, dan lembap karena keringat. Please, Mi....
Please, please, please.... Dan kenapa Mima nggak pernah bisa nolak please -nya Inov" Dari satu please ke please yang lain"! Apa memang bener gara-gara Mima udah telanjur kasihan sama bunda Inov dan Inov sendiri" Atau karena Mima udah telanjur nyemplung ke kebohongan ini dan akhirnya jadi takut ketahuan"! Apa sekarang Mima justru mikirin diri sendiri karena takut ketahuan bohong"!
Oke, bentar, Nov. Tapi kalo makin parah harus ke dokter, ya" mohon Mima setengah hati. Karena dia betul-betul berharap Inov bakal baik-baik aja dengan minum obat demam.
Inov nggak ngangguk. Cuma matanya menatap Mima lurus dan dalam.
Inooov, lo bikin gue pusiiing! keluh Mima sambil bangkit dari pinggir ranjang.
Inov cuma membalas dengan senyum lemah penuh terima kasih.
Mima berjalan cepat keluar kamar. Kayaknya Mama nyimpen obat demam deh di lemari obat. Waktu Mika demam tinggi banget, abis minum obat itu, demamnya cepet turun. Mima ingat. Nama obatnya DUG!
Aduh! Teh Jul! Mima mengusap bibirnya yang serasa jontor nabrak jidat Teh Jul.
Yeee, Neng Mima tuh yang jalannya sambil ngelamun... Ya Teh Jul dong, pulang nggak bilang-bilang! Lewat mana"
Pintu belakang dong, Neeeng... Mima manyun.
Ya udah, Neng, Teh Jul mo nyapu!
Dasar genit turunan Hercules eh.... TEH JUL! Apaan lagi, Neng"
Teteh kok bisa naro kunci di bawah pot"! Itu pot beratnya kan amit-amit!
Teh Jul bingung. Ya emang berat, Neng! Makanya Teteh ngangkatnya berdua sama Den Mika.
HAH! APA"! Berdua"! Kok ada Mika"
Pas Teh Jul mo pergi, Den Mika juga mo keluar. Sampe malem, katanya. Makanya kita putusin kuncinya ditaruh di situ. Diangkat, eh, berdua, katanya polos dan bikin darah tinggi.
Mima merengut. Mika! Sama aja tololnya! Nggak mikir apa Mima juga nggak mungkin kuat ngangkat sendirian"! Sebel. Ya udah, Teh, sana nyapu! Mima melesat ke lemari obat. Pokoknya Inov harus sembuh!
A AAHHH. Senangnya bangun kepagian. Sarapan bisa tenaaang! Papa masih mandi, Mika masih mandi, Mama masih dandan. Hehehe. Mima cengengesan sendiri di meja makan sambil menatap lapar sepiring mie goreng bakso di depannya. Ini baru namanya sarapan. Aaaa....
PLOK! ...duh!!! Aduh! Mima melempar pelototan maut ke arah manusia yang berani mengganggu sarapan eksklusifnya dengan menggetok kepalanya pake gulungan koran. Inov! Apaan sih"
Susah memang ngomong sama robot rusak. Kalau ditanya jarang langsung dijawab. Apalagi kalo habis sakit kayak kemarin. Mungkin kabelnya ada yang putus. Atau baterainya meledak. Makin nggak nyambung, kan"! Lihat aja, Inov bukannya jawab, malah narik kursi dan duduk di hadapan Mima. Mukanya masih kelihatan sembap.
Lo mo sekolah" tanya Mima, ngeh Inov udah siap dengan seragam lengkap. Emang lo udah sembuh" tanya Mima sok
cuek, padahal lega Inov nggak mati tadi malam. Berarti obat demamnya sukses.
Keistimewaan robot Inov adalah suka makan roti. Nih buktinya: bukannya menjawab pertanyaan penting Mima yang menyangkut kesehatan dan kelangsungan hidupnya, dia lebih milih ngambil roti dan konsentrasi mengoles-oles mentega. Konsentrasi lho!
Helooo!!! Yuhuuu! Woooiii! Mima melambai-lambai di depan mata Inov sebel.
Yang lebih nyebelin lagi, cowok itu cuma bereaksi ngangkat alis sebelah. Itu pun sedikit! Kayak alisnya seberat Bu RT aja sampe susah banget ngangkatnya. Bikin nafsu makan ilang aja nih!
Nov, gue nggak mau lagi ya, bolos sekolah gara-gara lo pingsan di depan terus kita harus ke rumah sakit. Kalo masih sakit mending tidur deh, di rumah, kata Mima galak.
Tangan Inov berhenti mengoles mentega, lalu menatap Mima tajam. Bego.
APAAA"! Emang dasar minta ditampol! Minta disetrum! Minta diolesin pipis gajah! Orang khawatir malah dikatain bego! Baru aja Mima mau buka mulut protes, tahu-tahu
Sengaja gue ngajak si Gian, sepanjang jalan di taksi malah pada diem kayak orang bisu.
WHUAPAAA"! Ohok! Ohok!!! Mie goreng yang lagi asyikasyik meluncur di tenggorokan Mima tiba-tiba kejang-kejang bikin keselek. Apaan sih" Kok lo tau" Lo kan pingsan"! Ya pingsan lah! Sepi sih! Pingsan kegaringan. DUK! Gila! Mima releks dan dengan penuh dendam menimpuk Inov pake gulungan serbet. Udah ah! Gue pergi. Awas, lo jangan pingsan di jalan sendirian!
Mima ngabur dengan muka merah padam. Bohong banget kalo pingsannya Inov kemarin itu pura-pura. Tapi Mima yakin, niatnya buat sengaja mengajak Gian itu bukan pura-pura. Apaan sih Inov" Ikut campur urusan Mima sama Gian. Nggak membantu! Malah bikin keadaan makin nggak enak. Huh! Yang ada sekarang Gian makin nyangka ada apa-apa antara Mima dan Inov. Mima melangkah makin cepat. Hari ini dia OGAH berangkat bareng Inov. Mima NGAMBEK pokoknya!
Udah dong manyunnya. Fuhhh!!! Kiki meniup Mima pake sedotan es teh.
IH! Jorok banget sih"! Nyiprat, tau! Jigong lo ikut terbang tuh!
Kiki malah meleletkan lidah. Siapa suruh bengong sambil manyun. Kombinasinya nggak enak banget! Bikin pusing, sakit mata...
Bodo! Siapa suruh ngeliatin" Mo monyong, bengong, nyengir, ngupil, itu Hak Asasi Manusia, tau! Emangnya lo berani ngelarang Pak Dodo ngupil"! Atau nyuruh Bu Ismet berhenti bengong" Ato berani nyuruh orang gila di depan sekolah berhenti nyengir" Hayo, soalnya, ya, Ki, yang namanya bengong, ngupil, nyengir
Tidaaak...! Sok heboh Kiki tutup kuping pake tangan sambil geleng-geleng.
Apaan sih, Ki" Terserah deh mo bengong sambil manyun pake nungging sama tari uler juga, terseraaah.... Tapi please jangan pidato. Ya" Ya" Ya"
Huuu! Sialan! Kiki cekikikan sambil menyeruput kuah bakso dari sendoknya. Sampai tiba-tiba alis Kiki sibuk naik-turun dan matanya mendelik-delik...
Kenapa sih, Ki..." Delik-delik-delik...
Apaan sih" Hei, Mi..., Ki..., belum pulang"
Ini sebabnya. GIAN. Hwaduh... nggak siap, nggak siap...!!! Aku duduk sini, ya"
I-iya, iya, duduk aja. Bukan bangku aku juga, Gi. Bebas kok. Itu kan bangkunya Bu Kantin. Semua orang juga boleh duduk selama Bu Kantin ngasih izin. Kecuali kalo misalnya... aw aw aw aaaw! Apaan sih"! Mima mendelik murka ke arah Kiki yang menendang tulang keringnya dengan sukses dan sangat tepat sasaran.
Telunjuk Kiki dengan pelan menempel di bibirnya yang monyong. Ssst. Semua juga tau ini bangku Bu Kantin.
Efek salting memang mengerikaaan! Mima langsung sadar dia udah ngomong nggak penting dan berlebihan gara-gara salting. Emang Gian pikirin ini bangku punya Ibu Kantin atau bukan" Informasi penting banget sih! Sampe Gian duduk, pesan es teh manis dan pisang keju, efek saltingnya masih berlanjut. Mima cuma senyam-senyum dan cengar-cengir nggak jelas, nggak bisa ngomong apa-apa.
Efek salting menular nggak, ya" Soalnya Gian tingkahnya nggak jauh beda. Tadi aja negur duluan sok-sok mau duduk di sini, tapi sekarang sama kikuknya dan nggak bisa mulai ngobrol duluan.
Tahu-tahu.... Uhuk! Mima dan Gian batuk grogi barengbareng.
Kiki cekikikan. Kirain cuma Trio Macan doang yang kompak. Batuk juga bisa kompak, ya"
Jreeeng! Mima melotot. Kiki langsung sok-sok gerogotin kerupuk. Belum pernah Mima salting parah kayak gini. Makin hari makin parah, lagi. Eng, Gi, makasih ya. Udah nolongin, eng...
Santai, Mi, nggak pa-pa kok. Lagian tolong-menolong kan wajar sesama manusia ya, nggak" Apalagi kita hidup di negara Pancasila, gotong royong dan Bhinneka Tunggal Ika Ketularan lo, ya" celetuk Kiki nggak tahan.
Gian langsung diam. Sadar dia ngomong nggak jelas bawabawa Pancasila segala. Maksud aku, maksud aku tuh...
Inov" Mata Mima menyipit ke ujung koridor. Inov berjalan lemas sambil sebelah tangan meremas-remas kepala dan sebelah lagi memegang HP di kupingnya. Ekspresinya serius dan tegang banget. Mima buru-buru melirik tanggalan di jam tangannya. SIAL! Kenapa Inov nggak ngajak Mima sih"! Ngapain dia nekat mau ke sana sendiri"!
...gimana, Mi" Itu orang bener-bener nggak mikir, apa"! Emang dia punya uang" Bukannya uangnya habis" Badan lagi drop gitu emang dia bisa ngelawan kalo diapa-apain"! Gimana sih"! Mima makin cemas melihat nggak ada tanda-tanda Inov mau ngajak dia. Cowok itu kelihatan lempeng dan mantap jalan keluar sendiri...
MI!!! pekikan Kiki bikin Mima meringis.
Apa sih, Ki"! Kuping normal bisa budek, tau, kalo lo ngejerit kayak tadi!
Kiki mendelik sebel. Lo tuh yang ngelamun kayak orang stres! Itu, Gian dari tadi nanyain lo. Nanya apa tadi, Gi" Tanpa basa-basi Kiki melempar pertanyaan ke Gian yang senyam-senyum nggak enak.
Gian tersenyum kikuk. Nggak kok, nggak pa-pa. Nggak penting juga pertanyaannya, Mi, bener deh....
SIAAALLL! Lihat nih! Gara-gara Inov lagi nih! Harusnya sekarang Mima bisa memperbaiki kekakuannya sama Gian kemarin. Harusnya sekarang Mima bisa mulai meluruskan bahwa nggak ada apa-apa antara dia dan Inov. Tapi gimana bisa, kalo Mima tahu persis mau ke mana Inov dan mau ngapain Inov dengan keadaannya yang nggak keruan itu"! BRAK! Mima releks tiba-tiba berdiri.
Sat! Kiki menahan tangan Mima. Kenapa lo" Mo ke mana lo"
Biar nggak ngomong sepatah kata pun, Gian juga melempar pertanyaan yang sama. Lewat tatapan matanya.
Ughhh! G-gue... a-aku.... Aduuuh, aku lupa banget hari ini tuh ada janji sama Mama. Mata Mima nggak bisa berhenti melirik-lirik ke arah Inov yang makin dekat ke gerbang sekolah.
Barengan Inov, ya" potong Gian yang ternyata sadar kenapa mata Mima melirik-lirik cemas ke arah koridor.
Kiki releks mengikuti pandangan Gian. Mengernyit. Lalu menatap Mima minta konirmasi.
Mima menyambar tasnya. Sori, yaaa" Tapi beneran deh, ini urusan keluarga. Aku duluan, ya" Eng, Gi..., itu ongkos taksinya nanti aku...
Gian tersenyum getir. Udaaah, nggak usah dipikirin, Mi. Gih, sana, ntar telat lho.
Mima tercenung sepersekian detik. Sadar Gian kecewa karena dia jelas tahu Mima bakal pergi sama Inov. Belum lagi Mima bilang itu acara keluarga yang malah makin meyakinkan bahwa Inov memang sedekat itu sama Mima. Dan nggak ada celah untuk menjelaskan. Mima sadar banget, makin dia ngotot nyangkal sekarang ini, dia bakal makin kelihatan bohongnya. Mima terdiam. Ternyata jadi orang yang NGGAK egois itu susah, ya" Susah banget ngorbanin kepentingan kita demi membantu orang lain yang betul-betul butuh kita. Mima menghela napas. Membuang sedikit rasa nggak ikhlas yang tersisa karena lagi-lagi dia harus milih Inov dibanding Gian. Sori ya, Gi... Mima menatap Gian memelas sebelum pergi.
INOV! Langkah Inov terhenti begitu sebelah lengannya ditahan Mima. Mima" Ngapain lo...
PLAK! Mima menepak bahu Inov dengan dongkol. Lo tuh yang ngapain"! Lo mo nemuin mereka sendirian, Nov" Udah gila lo" Lo kan nggak punya duit. Udahlah, Nov, jangan lo temuin dulu! Mendingan lo ngumpet. Sampe duitnya ada, baru kita temuin mereka! Lo bisa mati konyol kalo kayak gini caranya.
Inov melepaskan tangannya dari genggaman Mima pelanpelan. Nggak bisa, Mi.
Nggak bisa gimana, Nov"
Gue harus nemuin mereka. Gue bakal bilang kalo gue butuh waktu. Kalaupun gue bakal dipukulin, seenggaknya mereka nggak bakal nemuin bunda gue dan bocorin semuanya.
Alasan itu lagi. Mima mati kutu. Mima nggak mungkin maksa Inov soal ini. Terus" tanya Mima bingung mau ngomong apa.
Inov memegang kedua pundak Mima lalu menatapnya lurus-lurus. Gue mo nemuin mereka. Lo pulang aja, ya" Alis Mima berkerut. Pulang"
Remasan jari Inov terasa lebih kencang di bahu Mima. Inov mengangguk. Iya, Mi, biar gue sendiri. Ini bahaya, Mi. Gue nggak mau lo kenapa-kenapa. Ya, Mi"
Mata Mima membulat. Lo pikir gue mau lo kenapakenapa" Lo itu lagi sakit. Terus lo mo nekat ke sana sendirian" Kalo ada apa-apa, siapa yang nolongin lo, Nov"!
Mi, please, mereka nggak bakal bunuh gue, Mi. Gue tau. Mereka cuma mau uangnya. Tapi gue nggak mau lo diapaapain. Lo tau gue nggak mungkin ngelawan meraka sendirian, Mi. Kalo gue sendiri, mereka cuma bakal ngancem gue. Habis itu mereka pergi....
Maksudnya Inov udah ikhlas dan nrima gitu, dia bakal babak belur dipukulin" Kalau tahu-tahu salah pukul, ditambah kondisinya lagi nggak bagus kan bisa mati"! Nggak nonton TV, apa" Lihat tuh ospek-ospek yang makan korban! Itu jelasjelas nggak niat ngebunuh, tapi mati juga, kan"! Di manamana juga nggak ada yang namanya kekerasan itu baik! Sekarang lo pulang, Mi. Ntar orang rumah khawatir. Mima mematung.
Kalo gue nggak balik, lo tau kan gue ada di mana" Tapi please, Mi, jangan bocorin rahasia kita sama Bunda, ya" Mima terpaku.
Inov melompat ke angkot yang lewat di depan mereka, sementara Mima masih berdiri kaku.
Sampai angkot itu menjauh, makin jauh, dan hilang di tikungan.
INOOOVVV!!! jerit Mima, tersadar kalo Inov betul-betul dalam bahaya. Dengan panik Mima menyetop angkot penuh yang lewat. Dia harus nyusul Inov!
Mang, cepetan dong jalannyaaa!!! Lambat banget sih! Kenek angkot yang lagi asyik bergelantungan menatap Mima keki. Yeeee, Neng, ini angkot, bukan mobil balaaap! Namanya angkot ya begini ini! Kalo mo ngebut mah sana minta dibonceng Valentino Rossi!
Mima mendelik. Gimana jalanan nggak macet, gimana nggak banyak yang telat masuk kantor kalo lelet gini, sungut Mima sebal.
Si kenek lempeng dan ngitung duit.
Mima makin gelisah mikirin Inov. Cowok itu pasti udah sampe ke gedung tua rahasia itu. Semoga Inov masih baikbaik aja. Huuuh! Kalo lelet gini lari juga lebih cepet sampe!
SET! Si kenek melirik judes. Ya udah atuh, Neng, lari aja. Biar betisnya gede.
Huh! BUGHH!!! Langkah Mima terhenti. Tenggorokannya mendadak kering. Pelan-pelan Mima merapat ke dinding. Sumpah, nyalinya mendadak ciut.
Udah, man, udah, dia kok kayak mo mampus gitu sih"! Heh! Ngomong dong lo!
Erghhh... DEG! Jantung Mima terasa kesetrum mendengar erangan kesakitan Inov. Mima makin merapat ke dinding. Makin ciut.
Lo beneran mo mati, ya"! Berani-beraninya lo nggak nepatin janji setor! HAH!!!
Gue... gue butuh... waktu... Suara Inov kedengaran miris dan ketakutan. Lutut Mima mendadak lemas. Kayaknya Mima nggak bakalan sanggup lari kalau ada apa-apa. Tangan Mima mencengkeram dinding berlumut. Sekujur badannya nempel ke dinding. Berharap mendadak dapat ilmu bunglon. Berubah warna sesuai benda yang ditempelin. Mima betul-betul ketakutan.
Tumben bodyguard-nya yang tengil itu nggak nongol! Heh, tengil-tengil lumayan juga ya, bodyguard lo itu"! Lo udah kasus nih. Kalo dia ntar sok-sok jagoan lagi, awas aja!
DEG! Mima nyaris pingsan. Rasanya betul-betul mirip terjun bebas ke jurang! Terlibat terlalu dalam, dan nggak mungkin keluar lagi.
Jangan ganggu dia... Dengan suara selemas itu, senggak berdaya itu, kata-kata Inov masih bisa terdengar marah dan mengancam.
Alaaah! Udah deh! Percuma kita basa-basi sama dia! Duit aja nggak ada! Denger ya, kita tahu apa yang lo takutin. Nyokap lo, kan"!
Jangan bawa-bawa nyokap gue, ancam Inov parau. Preman-preman sialan itu malah ngakak. Terserah! Itu semua tergantung lo! Denger! Kalo sampe dalam tiga hari lo nggak bisa bayar, kami bongkar semua ke nyokap lo!!! Ngerti"! Juga ke polisi!!!
BRUAAAK! Terdengar suara benda jatuh berantakan. Ayo! Percuma kita ke sini! Sialan lo!
Mima menahan napas. Merapat ke dinding dengan sekujur badan gemetar. Komat-kamit berdoa semoga mereka nggak sadar Mima ada di situ.
..... ..... ..... Mima mengintip dari balik tembok. Celingukan. Aman. Mima mengendap-endap keluar. Nooov..." Inov" Nggak ada suara. Hening.
Nooov"! Mata Mima mencari-cari Inov. Kenapa dia nggak jawab"
Uhuk... uhuk... INOV!!! Mima kontan lari heboh ke rimbunan ilalang di dekat tangga lumutan tempat mereka duduk. Inov tergeletak nggak berdaya di antara ilalang dan semak-semak nggak bergerak. Nov, lo nggak pa-pa, Nov"
Mata Inov susah payah membuka. Menatap Mima nanar. Mi...ma" Kok..."
Air mata Mima mendadak mengambang di pelupuk mata, sadar muka Inov lebam babak belur, badannya panas, napasnya tersengal-sengal.... Mima ketakutan setengah mati! Nov, jawab, Nov! Lo nggak pa-pa, kan, Nov" Mima mengusap air matanya. Lo sih, gue bilang juga jangan ke siniii... Inoovvv... jangan merem dong, Nooovvv! Lo nggak pa-pa, kaaan"!
Gue... gue sakit, Mi. Badan Inov mendadak lunglai. Matanya tertutup.
INOV! BANGUN, NOV! Ya ampuuun, Inooov, banguuun, Mima panik mengguncang-guncang badan Inov. Cowok itu diam. Nggak bereaksi. Udara dari napasnya terasa panas di tangan Mima. Bibirnya pucat. Nooov, gue harus gimanaaa" Bangun dong, Nooovvv... gue takuuuttt!!!
Inov nggak bereaksi. Pingsan di pangkuan Mima. Dengan panik Mima menyambar tas sekolahnya. Kalap mengobrak-abrik isinya mencari-cari ponsel. Berleleran air mata, Mima menekan nomor telepon Mika.
Halo" Huhuhuhuhu... Mi"! Kenapa kamu, Mi"! Mima" Kaaa, tolongin aku, Kaaaa.... Inovvv.... Inov kenapaaa?""
Mima sadar ini bukan lagi waktunya berbohong. Bukan lagi waktunya untuk main rahasia-rahasiaan. Mima nggak bisa hadapin ini sendirian. Dan yang paling bisa Mima percaya di seluruh dunia ini adalah keluarganya.
Mika bengong, shock mendengar semua yang keluar dari mulut Mima.
M IMA duduk gemetaran di kursi tunggu rumah sakit, nggak
tahu harus ngapain. Begitu sampai di rumah sakit, Inov yang pingsan langsung didorong ke dalam ruang tindakan.
Kalau saja Mika nggak cepat datang bersama ambulans, mungkin bukan cuma Inov yang didorong dalam keadaan pingsan begini, tapi Mima juga. Tadi dia betul-betul panik campur shock sendirian sama Inov yang pingsan nggak bereaksi.
Mika duduk di samping Mima, menyodorkan segelas air mineral. Kamu minum dulu, Mi....
Tangan Mima gemetaran meraih gelas dari tangan Mika. Inov gimana, Ka..." Dia, dia nggak pa-pa, kan" Air mata Mima mulai menggenang di pelupuk mata.
Releks Mika merangkul adiknya menenangkan, Kita tunggu aja, Mi, dokter masih meriksa dia. Mudah-mudahan dia nggak pa-pa.
Tangis Mima langsung pecah. Ini salahku, Kaaa, harusnya aku jangan mau disuruh kompakan nyimpen rahasia sialan
ini sama Inooov! Harusnya aku jujur dari awaaalll!!! Huhuhuhu... ini salahku...
Mika menatap Mima dalam. Mi, udahlah, kamu nggak perlu nyeselin semuanya sekarang. Aku ngerti waktu itu kamu pengin bantu Inov jaga perasaan bundanya, kan" Aku tahu kamu galak tapi nggak tegaan. Aku tahu kamu pasti nggak sanggup nolak. Bukan salah kamu kalo kamu baik, Mi. Udahlah, yang penting sekarang ada hikmahnya, kan"
Mima tercenung. Membayangkan Inov yang pasti lagi berjuang melawan sakitnya di dalam sana. Mima memandang kakaknya sedih. Mama sama Papa pasti marah sama aku, Ka, bundanya Inov juga....
Mika tersenyum hangat menenangkan Mima. Kamu jangan sembarangan ambil kesimpulan, Mi, kita tunggu aja, ya"
Mima ngangguk. Dia setuju. Ya harus setuju. Memangnya apa lagi yang bisa Mima lakuin sekarang" Selain nurut dan nunggu apa yang bakal terjadi setelah ini.
Inov menatap Tante Helena nanar. Mima nggak tahu apa arti tatapan Inov. Malu, marah, sedih, bingung... apa" Mama merangkul bahu Mima erat. Seolah bilang nggak ada yang nyalahin Mima atas semua ini.
Dari mulai datang tadi, Tante Helena nggak berhenti nangis. Malah kayaknya sepanjang perjalanan ke rumah sakit Tante Helena nangis. Matanya sembap dan bengkak, mukanya kelihatan sedih dan frustrasi. Inooovvv, ngomong sama Bunda, Nooov... ngomooong...! Kenapa kamu diem ajaaaa"! Kenapa bisa kayak gini, Nooov"! Bunda mohon, Noooovvv... kenapa kamu diem ajaaa...?"" Apa salah Bundaaa?""
Inov tetap diam. Ekspresinya datar. Matanya menatap lurus dan tajam ke Tante Helena. Kasihan Tante Helena. Pasti dia sedih banget. Pasti dia ngerasa ini semua salah dia. Pasti dia ngerasa Inov ngerasa nggak nyaman sama dia. Pasti dia ngerasa Inov nggak percaya sama dia. Pasti dia ngerasa dia kurang perhatian sama Inov. Dia pasti... dia pasti... sedih banget. Mima menatap Tante Helena iba. Kenapa sih Inov diem aja"! Kenapa dia nggak ngomong sepatah kata pun dari tadi"!
Tante Helena mengusap wajah Inov sayang, sambil menangis bercucuran air mata. Nooov... ngomong sama Bunda, Nooov, kenapa kamu nggak cerita sama Bundaaa" Kenapa kamu bisa sampe kayak giniii" Nooov, kenapa kamu nggak bilang mereka masih gangguin kamuuu..."
Inov tetap diam. Entah gimana caranya, kali ini Mima bisa membaca tatapan Inov: sedih dan merasa bersalah.
Ngomong, Noov, Bunda mohoon, ngomong sama Bundaaa....
Mima nggak tahan. Mima betul-betul nggak tahan lihat Tante Helena begitu sedih dan menderita. Mima juga nggak tahan lihat Inov mematung dan mengunci mulutnya, nggak mau jujur tentang semuanya.
Inov takut, Tante. Jeeeeeng! Kontan semua mata langsung beralih ke Mima. Dan Mima nggak gentar biarpun Inov spontan menatap Mima tajam dan tanpa suara mengancamnya tutup mulut.
Tante Helena menatap Inov, lalu menatap Mima bingung. T-takut"
Mima mengangguk mantap. Lalu menatap Inov tajam sekilas. Iya, Tante. Inov takut. Inov takut kalo Tante tahu nanti Tante kepikiran. Inov takut kalo Tante tahu Tante jadi susah lagi gara-gara Inov. Inov takut kalo Inov selalu bikin Tante malu, soalnya Inov takut.... Mima menelan ludah. Melirik Inov. Inov masih menatapnya tajam.
Mima!!! Ngomong apa sih, lo"! sergah Inov serak.
Kenapa sih, Nov"! Ini udah kayak gini lo masih mo nyembunyiin semua dari nyokap lo"!
Tante Helena menatap nggak ngerti. Mima, Inov... apa" Apa yang kalian sembunyikan" Inov" Ada apa, Sayang"! Mima! Kasih tahu Tanteee...
Mima dan Inov saling tatap tajam. Gue mohon, Mi, desis Inov pelan.
Mima menggeleng. Cukup! Rahasia ini udah kelewat batas!
Tante Helena menatap Mima dalam. Soalnya Inov takut apa, Mi"
Mima menarik napas panjang. Soalnya Inov takut, kalo dia nggak nurut ke mereka, mereka bakal kasih tahu Tante... Mi, please..., desis Inov lagi.
Mima tak gentar. Mereka akan kasih tahu Tante bahwa pelaku pembobolan kas sekolah waktu itu adalah... Inov. Mereka juga mengancam akan lapor polisi.
Tante Helena terkesiap kaget. Shock. Ruangan mendadak hening. Papa, Mama, dan Mika ikut terkesiap kaget.
Dengan pelan Mima berbalik lagi menatap Inov. Air matanya menggenang di pelupuk mata.
Inov juga sakit, Tante. Dia... dia kena infeksi paru-paru dan harus dirawat intensif. Dokter bilang sebelum... sebelum terlambat....
Tante Helena makin shock. Air matanya mulai mengucur lagi. Menatap Inov sedih. Apa semua itu benar, Nov" Apa benar kamu sakit"
Inov diam. Kenapa, Nov" Jadi cuma demi menyembunyikan rahasia itu kamu rela menuruti mereka dan terus terlibat dengan mereka, Nov" Cuma demi menyembunyikan itu dari Bunda"! Inov, Bunda sudah maafkan semua kesalahan kamu di masa itu, kenapa kamu ngerasa harus menyimpan semua itu dari Bunda" Kenapa kamu nggak bilang kamu sakit, Inooovvv"! Gimana kalo ada apa-apa sama kamuuu..."
Tahu-tahu Inov tertunduk. Menutup mukanya dengan tangan, frustrasi.
Apa kamu tahu Bunda akan lebih sakit melihat kamu seperti ini, Nov"! Kenapa kamu harus ambil risiko cuma demi rahasia bodoh itu, Nov"! Kenapaaa"! Kenapa kamu nggak cari Bunda kalo kamu sakit, Sayaaang" Kenapaaa"
Tiba-tiba bahu Inov berguncang.
Mima tercekat. Inov nangis. Dia betul-betul nangis sesenggukan. Inov yang dingin, yang galak, yang rese... nangis.
Inov mendongak, menatap Tante Helena sambil bercucuran air mata. Soalnya... soalnya Inov... nggak mau ngecewain Bunda... lagi.... Bunda bilang, Bunda... Bunda bersyukur Inov nggak masuk penjara... kalo mereka lapor polisi... kalo Inov masuk penjara, gimana, Bunda..." Gimana..., Bundaaa"
Ya ampun, Inooovvv! Tante Helena menghambur memeluk Inov haru. Nggak mungkin Bunda nggak maain kamuuu, Nooov... Bunda sayaaang sama kamuuu, Bunda nggak mungkin nggak maain kamuuu, Nooov...
Inov nangis sesenggukan lagi di pelukan Tante Helena. Maain Inov, Bundaaa, maain Inov..., tapi Inov, Inov nggak mau bikin Bunda malu lagi... Inov udah... Inov udah kebanyakan bikin Bunda maluuu.... Inov pake narkoba, Inov masuk rehab... Inov tahu Bunda maluuu... Inov tahu Bunda maluuu... kalo Bunda sampe tahu Inov juga maling. Kalo Bunda tahu Inov sakit..., Inov bikin susah Bunda lagiii.... Inov terus bikin susah Bundaaa...
Udah, Sayang, udaaah... Tante Helena mendekap Inov erat. Cukup, Nooov...
Inov sayang sama Bunda, tapi yang Inov bisa cuma bikin Bunda malu.... Yang Inov bisa cuma, cuma... merusak diri sendiri....
Cukup, Nooov... cukuuup...
Mima mengusap air matanya. Dia lega. Dia ikut senang melihat Inov bisa terbuka lagi sama Tante Helena setelah masalah narkoba sialan dan konco-konconya itu. Tapi ada masalah yang belum selesai. Mima menyambar HP Inov. Gue pinjem HP lo...
Inov menatap Mima bingung. Buat apa, Mi" Mima nggak jawab dan langsung lari keluar. Dia harus melakukan sesuatu.
I YA, gue pasti dateng. Mima menekan tombol END di HPnya dengan muka serius.
Mika menatap Mima khawatir. Mi, kamu yakin berani sendirian"
Mima mengangguk mantap. Udah, kamu tenang aja, Ka. Aku nggak mau mereka ganggu-ganggu Inov lagi. Aku nggak tega sama Tante Helena.
Mika tetap menatap Mima khawatir. Bahaya, Mi... Mima menatap Mika tajam. Kamu jangan khawatir deh, Ka... aku tahu apa yang aku lakuin kok. Soalnya aku juga nggak mau lagi berurusan sama mereka.
Mika diam. Udaaahhh... kamu tenang aja. Aku yakin pasti beres. Mima tersenyum lebar. Meninggalkan Mika terdiam dengan khawatir di situ.
Mima berjalan tegang ke dalam gedung tua tempat Inov dan orang orang sinting pemakai narkoba itu biasa bertransaksi.
Kali ini dia sendirian. Entah kenapa Mima bisa senekat ini. Menyambar HP Inov di rumah sakit waktu itu, lalu mencari tahu nomor telepon mereka buat mengatur pertemuan hari ini. Mima betul-betul udah kesal sama mereka. Urusan ini harus diselesaikan.
Gue kirain dia nggak bakalan nongol, coooy... Taunya nongol juga!
Si ceking sialan itu! Selama ini Mima nahan diri untuk nggak ngulek muka ceking sialan itu pake kaki kebo dan hari ini Mima nggak tau apa masih bisa nahan atau nggak.
Berani juga ni cewek imut satu, ya" Nyamperin kita lhooo... Si rambut jigrak menyambut dengan sumringah. Pengin rasanya Mima menimpuk mukanya pake bakiak masjid.
Mima menatap judes. Udah deh, nggak usah banyak basabasi. Langsung aja.
Si ceking melirik satu cowok yang baru Mima lihat hari ini. Gimana, Bos" Tengil juga kan nih anak"! Berani lhooo!
Cowok yang dipanggil Bos itu melirik Mima dengan tatapan tajam.
Mima berusaha tetap sok berani. Lo bawa duitnya"! tanyanya galak.
Mima menatap menantang. Ya bawa lah. Kalian bawa barangnya, nggak"!
Mereka saling pandang penuh arti. Si Bos mengangguk kasih kode ke si jigrak. Si jigrak membuka tas yang dia bawa. Nih, barang bagus nih. Khusus kami pilihin karena lo mau setor untuk tiga bulan penuh. Hebat juga lo, ya, berkorban demi si Inov...
Mima menatap mereka tajam. Sini barangnya! Si Bos menatap Mima tajam. Sini dulu uangnya. Barang ini langsung jadi milik kalian.
Mima maju beberapa langkah mendekat. Menyodorkan kantong uangnya. Ini.
Si jigrak menyodorkan tas berisi barang haram sialan nggak berguna itu. Mima mundur menjauh beberapa langkah. Matanya menatap ke segala arah. Meyakinkan diri kalo sekarang saatnya, udah aman.
Lain kali boleh juga kalo begini terus, kata si ceking cengengesan.
Mima tersenyum sinis. Tapi kayaknya kalian nggak perlu uang itu deh....
Tiga preman menyebalkan itu menatap Mima bingung. Maksud lo" tanya si Bos bingung.
Mima menarik napas panjang. Mundur ke posisi aman. Menatap mereka dramatis. Karena kalian nggak akan perlu uang itu di penjara....
Angkat tangan!!! Mereka menatap Mima tajam dan panik. Polisi bermunculan dari berbagai arah, mengacungkan senjata, berjalan cepat meringkus mereka bertiga. Mima tercengang. Semua kayak mimpi. Bagaikan aksi live adegan ilm action. Sampe Pak Ferdy, Kanit narkoba yang memimpin operasi ini, menepuk pundak Mima pelan.
Tugas kamu udah selesai. Semua udah berakhir. Sekarang kamu tenang aja, kami yang akan tangani mereka. Pak Ferdy tersenyum hangat.
Mima balas menatap Pak Ferdy lega. Makasih ya, Pak. Kami yang berterima kasih sama kamu. Karena kamu sudah memutuskan untuk melapor dan membantu kami menjebak mereka. Kami akan ungkap jaringan ini. Dan bilang sama teman kamu Inov, dia juga akan baik-baik aja. Mima mengangguk.
Oke, kami pamit dulu. Harap bersiap ya kalo dalam waktu dekat kalian berdua harus datang ke kantor untuk memberi keterangan.
Mima mengangguk lagi. Iya, Pak. Apa pun untuk menghukum mereka.
Pak Ferdy dan timnya pamit sambil menggiring penjahatpenjahat itu pergi.
Mima mematung, masih setengah nggak percaya pada apa yang barusan dia lewati.
Mima... kamu baik-baik aja, kan"! Tahu-tahu Mika nongol dengan wajah khawatir yang sama seperti sebelum Mima pergi tadi.
Mima mengangguk, langsung memeluk kakak kembarnya. Makasih ya, Ka....
Kamu emang hebat, Mi, kamu udah jadi pahlawan buat Inov.
Mima menangis lega di pelukan Mika.
H ARI ini Inov bakal pergi.
Mima dan Inov berdiri berhadap-hadapan. Diam. Canggung. Padahal Mima paling nggak tahan diam lama-lama. Selamat jalan ya, Terminator rusak. Jangan bikin repot orang lagi di Surabaya nanti. Dan lo harus sembuh....
Inov membalas uluran tangan Mima. Nggak bakalan. Kayaknya yang tahan dibikin repot cuma lo doang. Dokterdokter di sana tahan nggak, ya"
Mima mencibir keki. Gue terpaksa, tahu! Gara-gara rayuan cemen lo!
Inov tersenyum kocak. Memandang Mima dalam dan lama. Makasih ya, Mi...
Mima terdiam. Akhirnya Tante Helena memutuskan pindah kerja ke Surabaya sekalian untuk pengobatan Inov. Selain di sana banyak kerabatnya, Tante Helena juga pengin Inov jauh dari Jakarta. Tante Helena pengin penyembuhan Inov lancar. Apalagi penyakit paru-paru Inov akibat narkoba itu memang
harus dirawat intensif. Tante Helena betul-betul nggak mau kehilangan Inov lagi.
Makasih buat semuanya.... Ternyata biarpun lo bawel dan rese, lo udah jadi pahlawan gue...
Mima melotot. Mo muji aja pake menghina dulu! Inov menatap Mima hangat, meraih tangan Mima yang satu lagi, lalu tersenyum teduh. Makasih ya, Mi. Serius makasih buat semuanya. Gue beruntung kenal sama lo.
Muka Mima langsung merah padam tersipu-sipu. Kalau lagi kayak gini ternyata Inov bisa bikin Mima ge-er setengah mati.
TUING! Tahu-tahu Inov menjawil hidung Mima jail. Baru gitu aja mukanya udah jadi tomat rebus, kata Inov dengan muka datar Terminator-nya.
Mima mendelik sebal. Ih! Lo tuh yang ge-er! Ge-er mikir gue ge-er gara-gara elo! Wek! Udah ah, sana! Buruan pergi deh sana. Menuh-menuhin Bandung aja!
Inov senyam-senyum. Mama, Mika, dan Tante Helena yang ada di situ juga ikutan senyam-senyum melihat kelakuan Mima dan Inov. Jangan kangen, ya, kata Inov datar kepedean. Mima menepuk bahu Inov pelan. Nyebelin... Lalu mereka terdiam. Sampe tiba-tiba Inov menarik Mima ke pelukannya dengan mata berkaca-kaca. Makasih ya, Mi, sekali lagi makasih. Kamu salah satu orang terbaik yang pernah aku kenal....
Mima tercekat. Pelan-pelan Mima membalas memeluk Inov erat. Mungkin ini yang namanya lega. Lega semuanya sudah selesai. Lega karena dia bisa melihat Inov baik-baik saja. Gue seneng lo baik-baik aja.
Nggak perlu kata-kata lagi. Mima dan Inov cuma perlu berpelukan sebentar. Baru sekarang Mima tersadar kalau ternyata dia sudah sedekat ini sama Inov. Dan bikin mereka sadar, bahwa ada rahasia yang lebih baik tersimpan rapat-rapat, tapi ada juga rahasia yang lebih baik diungkapkan. Seperti rahasia Inov pada Tante Helena. Karena di antara semua orang di dunia ini, cuma keluarga yang mau membantu apa pun untuk kita, yang mau ikhlas memaafkan apa pun kesalahan kita.
Inov melepas pelukannya, lalu menatap Mima. Gue pergi, ya...
Mima menyusut air matanya. Mengangguk dengan muka sedih.
Tahu-tahu Inov tersenyum jail. Jangan manyun dong. Nanti kencannya gagal, lagi.
Mima mengernyit. Kencan"
Inov mengangguk. Iya, kencan. Lo kan ada kencan hari ini.
Hah" Kencan" Apa..." Kencan apa" Sama siapa" Apa sih, Nov"
Senyum Inov menyungging tengil. Jangan gagal lagi ya. Gue repot-repot lho ngaturnya.
Mima makin nggak ngerti. Apa sih, Nov" Kencan sama siapa"
Tuh... Inov menunjuk ke belakang Mima.... Mima berbalik ya ampun! Gian" Aku telat, ya"
Telat" Mima gelagapan. Telat gimana" Janjian aja nggak... Inov nyengir lalu memeluk Mima sekali lagi. Gue pergi dulu... Lalu menyalami Gian. Gue jalan dulu. Kalo Mima bawel, tabah aja...
Mima melotot. Dah, Mima.... Baik-baik ya....
Inov pergi. Mima berdiri terpaku. Semuanya kayak mimpi. Hari-hari pertama kedatangan Inov, rahasia Inov, premanpreman narkoba itu, kantor polisi... semuanya. Mima serasa melompat keluar dari setting ilm setelah Inov pergi. Mi...
Suara Gian membuyarkan lamunan Mima. Dan balik ke dunia nyata! Gian! Gian, cowok impiannya, ada di depan mata! Bikin Mima gelagapan. Ngapain dia di sini"! Kencan" Tadi Inov bilang kencan, kan"! Gi... k-kamu... kamu kok
Gian mengeluarkan dua tiket dari sakunya. Ini dari Inov. Katanya... ehem... katanya ilmnya bagus, kata Gian grogi.
Inooovvv!!! Gimana siiihhh"! Kalo tahu mau disuruh nonton berduaan sama Gian, pasti Mima dandan dong! Nggak sekenanya kayak sekarang! Rencananya kan cuma mau nganter Inov ke travel menuju airport doaaanggg! K-kok bisa...
Kemarin Inov nyamperin aku. Dia bilang... ehem... dia... dia beli tiket ini buat kita.


Satria November Karya Mia Arsjad di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SIIING! Mima terdiam. Mamaaa! Mima bakalan nonton berdua sama Giaaaannn!!! Makasih, Inooov! Makasiiihhh!!! Biarpun bikin Mima terpaksa jalan sama Gian pake baju standar kayak gini.
Mima nggak bisa berhenti senyam-senyum dan lirik-lirik ke Gian yang duduk di sebelahnya. Filmnya belum mulai, tapi lampunya udah mati. Mima jadi bebas ngeliatin Gian. Nggak konsen sama sekali nih kayaknya nonton ilmnya. Jantungnya nggak berhenti-berhenti joget padang pasir. Deg-degaaannn! Eh, Mi...
Hah" Mima menatap Gian dengan muka konyol. Gian menyodorkan amplop yang dilem rapat ke Mima. Aku hampir lupa. Kata Inov, dia titip ini buat kamu. Katanya kamu harus baca, pas udah di dalem bioskop.
Mima menaikkan alisnya bingung sambil menerima amplop dari Inov.
Harus dibaca di dalem bioskop"! Dasar Terminator bobrok! Masa baca di dalem bioskop" Dari zaman bedil sundut juga bioskop tuh buat nonton ilm, bukan buat baca surat!!! Mima merobek amplop itu penasaran. Apa sih isinya" Dan isinya sukses bikin Mima melotot gemes....
Cuma mo pengakuan aja. Sebenernya tiket itu gue beli buat gue nonton berdua sama
lo. Tapi dipikir-pikir, kayaknya lo bakalan lebih seneng kalo nontonnya sama Gian.
Sebagai cowok berjiwa besar, bertanggung jawab, dan heroik kayak gue, ya gue ikhlasin deh.
Kalo habis ini Gian masih maju-mundur nggak nembaknembak, bilang sama gue.
Biar gue aja yang nembak lo. Soalnya... sebenernya gue juga nggak keberatan kok punya cewek bawel, judes, galak, suka demo, dan hobi jerit-jerit kayak lo. J
Sekali lagi, maain gue ya, Mi, selama ini bikin lo susah. J PS: Awaaasss... jangan macem-macem sama Gian di dalem bioskop yaaa....
-INOV- Idih! Mima mendelik kesal. Ihhhhh!!! Siapa juga yang mo punya pacar robot korslet"!
Gian melirik kaget. Begitu juga orang-orang seisi bioskop yang langsung heboh ber-pssst!-pssst! berisik banget sih norak deh kampungan! ke arah Mima yang mendadak berisik.
Mima nyengir salting. Ng-nggak, Gi, nggak! Keingetan sesuatu yang nyebelin! Hehe maaf ya, sodara-sodara! Maaf yaaa....
Gian menatap Mima bingung.
Ternyata narkoba memang bikin orang beneran berubah 180 derajat, ya" Buktinya, lepas dari itu, ternyata Inov orang yang menyenangkan....
Mima senyam-senyum sendiri lalu mendekap surat dari Inov. Mendadak wajah dinginnya yang kadang tengil melintas di kepala Mima. Berikut semua kenangan anehnya bersama Inov. Ternyata tu robot bisa jail juga.
Hmmm... kayaknya kalo Gian beneran nggak nembak dia, boleh juga minta ditembak Inov. Mima juga rasanya nggak keberatan punya cowok bermuka dingin, mirip robot, dan tengil kayak Inov. Semoga Inov cepet sembuh. Cepet sehat. Dan bisa ngunjungin Mima lagi di Bandung. Belum juga 24 jam, rasanya Mima udah kangen banget sama Inov. Si robot korslet.
Keep in touch! J e-mail: crazywrite@yahoo.com,
friendster: crazywrite@yahoo.com, visionaireme@yahoo.com, Facebook: premiermia@yahoo.com
http://withmia.blogspot.com
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 4-5
Jl. Palmerah Barat 29-37 Cuma mo pengakuan aja. Sebenernya tiket itu gue beli buat gue nonton berdua sama lo. Tapi dipikir-pikir, kayaknya lo bakalan lebih seneng kalo nontonnya sama Gian.
Sebagai cowok yang berjiwa besar, bertanggung jawab, dan heroik kayak gue, ya gue ikhlasin deh.
Kalo habis ini Gian masih maju-mundur nggak nembak-nembak, bilang sama gue.
Biar gue aja yang nembak lo. Soalnya... sebenernya gue juga nggak keberatan kok punya cewek bawel, judes, galak, suka demo, dan hobi jerit-jerit kayak lo. Sekali lagi, maain gue ya, Mi, selama ini udah bikin lo susah.
PS: Awaaasss& jangan macem-macem sama Gian di dalem bioskop yaaa....
-INOV- Idih! Mima mendelik kesel. Ihhh! Siapa juga yang mo punya pacar robot korslet"! Mima mendekap surat dari Inov sambil senyam-senyum sendiri.
Inov. Semua kenangan, ketengilan, dan rahasianya yang bikin repot dan nyaris membahayakan mereka itu, nggak mungkin bakal Mima lupain seumur hidup.
Belalang Kupu Kupu 12 A Walk To Remember Karya Nicholas Sparks Si Gila Dari Muara Bondet 1

Cari Blog Ini